degenerative disease

Upload: alisyaamalia

Post on 10-Oct-2015

44 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

penyakit degenerative

TRANSCRIPT

MODUL TUGAS INDIVIDUDEGENERATIVE DISEASE

DOKTER KELUARGAPUSKESMAS LAWANG

HIPERTENSI

Oleh:Ruri Istifarini0910711018

Pembimbing:drg. Purwani Tirahiningrum, MPddr. Alidha Nur Rachma

LABORATORIUM ILMU KESEHATAN MASYARAKAT- KEDOKTERAN PENCEGAHANFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2014

1. Identitas PasienNama : Ny. MuUmur: 60 tahunJenis Kelamin: PerempuanAgam a : IslamSuku Bangsa : JawaPekerjaan : Ibu Rumah TanggaAlamat: Kalirejo RT 03/RW 04Pendidikan : SMPStatus Pernikahan: MenikahNama Suami : Tn. MPekrjaan Suami : Buruh Tani

2. Anamnesa2.1 Keluhan UtamaPusing dan rasa berat di tengkuk

2.2 Riwayat Penyakit SekarangPasien mengeluhkan pusing dan tengkuk kepala terasa berat sejak 4 bulan yang lalu. Pusing dan rasa berat di tengkuk kadang hilang kadang timbul dan mereda ketika dibuat istirahat. Pusing dan rasa berat di tengkuk selama 4 bulan ini tidak semakin memberat. Pasien sudah membeli obat paramex di toko obat, tapi tidak ada perubahan. Tidak ada keluhan lain yang menyertai rasa berat ditengkuk.

2.3 Riwayat Penyakit DahuluPasien mengaku mempunyai riwayat tekanan darah tinggi sekitar 1 tahun yang lalu, namun pasien tidak berobat rutin. Pasien hanya minum obat jika ada keluhan pusing dan tegang di tengkuk saja. Pasien lupa tekanan darah yang paling tinggi yang pernah dialami pasien.

2.4 Riwayat PengobatanPasien lupa nama obat yang biasa dikonsumsi jika mengalami keluhan pusing dan tegang di tengkuk. Pasien biasanya hanya meminum obat sakit kepala yang dijual bebas di warung-warung jika sakit kepalanya tidak terlalu parah. Namun jika sakit kepalanya sudah tidak bisa ditahan lagi, pasien baru berobat ke puskesmas. 2.5 Riwayat Penyakit KeluargaSaudara (Adik) meninggal dunia dengan riwayat sakit kencing manis dan tekanan darah tinggi. Kedua orang tua pasien juga sudah meninggal dunia. Ayah pasien meninggal dunia karena darah tinggi dan Ibu pasien tidak diketahui penyebab kematiannya.

2.6 Riwayat SosialKegiatan pasien sehari-hari hanya sebagai ibu rumah tangga. Kadang ia dimintai tolong oleh orang-orang sebagai buruh masak jika ada pesanan katering. Pasien mempunyai 2 anak, keduanya sudah berumah tangga dan tinggal terpisah dengan pasien dan suaminya. Di rumah ia hanya tinggal berdua dengan sang suami. Pasien mempunyai kebiasaan minum kopi dan makan makanan yang asin-asin, goreng-gorengan, dan makanan bersantan sejak usia muda. Minum kopi biasanya sampai 3 kali sehari. Ia senang mengonsumsi makan-makanan yang asin karena jika mencium bau ikan-ikanan ia jadi tidak selera makan, jadi agar bisa makanan masuk maka ia menaburi nasinya dengan garam. 2.7 Review of SystemPasien juga mengeluh capek-capek di badan jika terlalu sering bekerja sehingga membuat ia pusing-pusing dan terasa tegang di tengkuk.

3. Pemeriksaan3.1 Pemeriksaan pada Tingkat Individu3.1.1 Pemeriksaan FisikKeadaan UmumTerlihat sakit ringanGCS 456

Tanda-tanda VitalTD : 160/100 Frekuensi napas : 20x/mntNadi : 90x /m Tax : 36,8oC

KEPALA

InspeksiAnemis (-)/(-) ; Ikterik (-)/(-)

LEHER

Inspeksi

PalpasiSimetris, Edema (-), Massa (-)JVP R+0 cmH2O 300Pembesaran kelenjar limfe (-)/(-)

THORAX

a. Pulmo

Inspeksi : GerakanPalpasi: Stem FremitusPerkusi : Resonansi

Auskultasi : Suara nafas, Rales, Rhonki, WheezingSimetrisD = S s ss ss s

v v Rh - - Wh - -v v - - - -v v - - - -

b. Jantung

Inspeksi : IktusPalpasi : Iktus, Thrill

Perkusi : Batas kiri, batas kananAuskultasi : Denyut Jantung (Frekuensi, Irama) S1, S2, S3, S4, gallop, murmur.Iktus InvisibleIktus palpable @ ICS V MCL SinistraLHM Ictus, RHM SL DextraS1S2 single, murmur (-), gallop (-)

ABDOMEN

Inspeksi : Bentuk, parut bekas operasi, dilatasi vena, radang umbilikus, rashAuskultasi : Bising ususPerkusi : Shifting Dullness, Liver span, Traubes spacePalpasi : konsistensi, massaFlat, sikatrik (-), dilatasi vena (-), radang umbilikus (-), rash (-),papule (+)

BU(+)NShifting dullness (-), Liver span 8 cm, traubes space tympaniSoefl, nyeri (+) pada pada daerah punggung yang menjalar sampai ke atas, massa (-), hepar dan lien tidak teraba

EKSTREMITAS

Superior

InferiorAkral hangat, Anemis (-)/(-), Ikterik (-)/(-), Edema (-)/(-), Cyanosis (-)/(-)Akral hangat, Anemis (-)/(-), Ikterik (-)/(-), Edema (-)/(-), Cyanosis (-)/(-)

3.1.2 Pemeriksaan Kondisi PsikologiStressful Event : Pasien mengaku sedikit kepikiran dengan anak-anak pasien yang kini sudah tidak tinggal bersama pasien. Pasien belum terbiasa ditinggal oleh anak-anaknya karena baru 2 bulan ini kedua anaknya sudah tidak tinggal di rumahnya dan hidup bersama dengan keluarganya di lain kota. Pasien sebenarnya ingin tinggal bersama dengan anak-anaknya, namun mereka memilih untuk hidup mandiri bersama keluarganya masing-masing. Pasien masih sulit menerima keadaan itu, karena dulu jika tinggal bersama dengan anakn-anaknya, pasien masih sering diingatkan untuk mengontrol makanan rendah garam, namun saat ini tidak ada yang mengingatkan lagi sehingga pasien merasa kesepian dan kepikiran terus membuat pola makan pasien tidak terkontrol.

3.2 Pemeriksaan pada Tingkat Keluarga3.2.1 Genogram

No.NamaStatus dalam KeluargaUsiaPekerjaanStatus Kesehatan

1Tn.MoSuami pasien61 thBuruh TaniSehat

2.Ny.MuPasien60 thIRTHipertensi

3.Ny. SaAnak pertama pasien32 thIRTSehat

4.Tn. MaMenantu pasien35 thSwastaSehat

5.An. RiCucu pertama pasien8 th SD kelas 3Sehat

6.An. HaCucu kedua pasien4 thTK ASehat

7.Ny.SiAnak kedua pasien29 thGuruSehat

8.Tn.TaMenantu pasien33 thGuruSehat

9.An.H.Cucu ketiga pasien4 thTK ASehat

3.2.2 Family APGAR

AdaptationDalam menghadapi kesulitan, pasien sering mendapat bantuan dari suami dan anak-anaknya. Suami selalu memberi bantuan material atau berupa semangat. Pasien menjalani kehidupan susah senang bersama suaminya.

PartnershipPasien jika mendapat masalah berusaha untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara berdiskusi bersama-sama dengan suami dan anak-anaknya. Namun sejak anak-anaknya sudah tidak tinggal serumah lagi,pasien hanya bisa berdiskusi dengan suami.

GrowthPasien di dalam keluarga, dibebaskan dalam mengembangkan diri tanpa ada paksaan apa pun.

AffectionPasien selalu mendapatkan perhatian dari suaminya dan juga anak-anaknya meskipun anak-anaknya sudah berpisah rumah untuk saat ini.

ResolvePasien sering menghabiskan waktu bersama suami karena saat ini ia hanya tinggal berdua dengan sang suami di rumah. Anak-anaknya kadang-kadang mengunjungi sebulan sekali.

NoPertanyaanSeringKadang-kadangJarang

(2)(1)(0)

1.Saya puas karena saya dapat bercerita kepada keluarga saat saya memiliki masalah

2.Saya puas dengan cara keluarga bermusyawarah untuk memecahkan masalah

3.Saya puas karena diberi kesempatan bertumbuh sesuai arah kehidupan yang saya inginkan

4.Saya puas dengan kasih sayang yang terjalin diantara keluarga saya

5. Saya puas dengan cara keluarga membagi waktu antara pribadi dan waktu bersama

Penilaian Family APGAR: skor 8 (Fungsi keluarga baik (Highly Functional Family)

3.2.3 SCREEMa. SosialPasien tinggal di rumah hanya bersama suami. Anak-anak pasien sudah berkeluarga dan semuanya sudah mempunyai rumah sendiri-sendiri. Pasien masih sering mengikuti acara pengajian dan arisan yang diadakan disekitar rumah pasien untuk menghilangkan rasa kesepian karena tidak lagi tinggal bersama anak-anaknya. Pasien akrab dengan tetangganya, sering berbincang-bincang jika ada waktu luang.b. CulturalMasyarakat di lingkungan sekitar pasien mempunyai kebiasaan tidak berobat ke dokter jika tidak mempunyai sakit berat.c. Religius Pasien mengaku selalu menjalankan sholat 5 waktu.d. EconomicEkonomi keluarga pasien tergolong menengah ke bawah karena yang bekerja hanya suami pasien yaitu sebagai buruh tani, sedangkan pasien sendiri hanya sebagai ibu rumah tangga yang hanya terkadang diminta bantuan sebagai buruh memasak untuk katering. Penghasilan keluarga sangat tidak menentu sehingga membuat pasien jarang berobat ke dokter/puskesmas jika tidak benar-benar sakit karena keterbatasan biaya. e. EducationalPasien lulusan SMP di desa sehingga sangat kurang pengetahuan menegnai kesehatan khususnya tentang darah tinggi (hipertensi) yang dideritanya.f. MedicalTidak didapatkan permasalahan dengan akses dan informasi mengenai kesehatan. Akses untuk ke fasilitas kesehatan cukup terjangkau dengan mudah, namun pasien saja yang jarang memeriksakan kesehatannya ke dokter/puskesmas.

3.3 Pemeriksaan PenunjangTidak dilakukan pemeriksaan penunjang pada pasien ini.

4. AnalisisHipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Tekanan darah tinggi adalah faktor resiko utama bagi penyakit jantung dan stroke. Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan penyakit jantung iskemik ( menurunnya suplai darah untuk otot jantung sehingga menyebabkan nyeri dada atau angina dan serangan jantung) dari peningkatan suplai oksigen yang dibutuhkan oleh otot jantung yang menebal. Tekanan darah tinggi juga berpenaruh terhadap penebalan dinding pembuluh darah yang akan mendorong terjadinya aterosklerosis (peningkatan kolesterol yang akan terakumulasi pada dinding pembuluh darah). Hal ini juga meningkatkan resiko seangan jantung dan stroke. Penyakit jantung hipertensi adalah penyebab utama penyakit dan kematian akibat hipertensi. Hal ini terjadi pada sekitar 7 dari 1000 orang.Sampai saat ini prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar antara 5-10%. Sejumlah 85-90 % hipertensi tidak diketahui penyebabnya atau disebut sebagai hipertensi primer (hipertensi esensial atau Idiopatik). Hanya sebagian kecil hipertensi yang dapat ditetapkan penyebabnya (hipertensi sekunder) sekitar 10% dari kasus hipertensi. Jika hipertensi tersebut tidak diobati dapat menimbulkan berbagai macam gejala seperti sakit kepala, gelisah, sesak nafas, mual, muntah, pandangan kabur.Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah (JNC 7)NoKategoriSistolik (mmHg)Diastolik (mmHg)

1.Normal 110-129 70-79

2.Pre Hipertensi120-129 80-89

3.Hipertensi

1Stadium I 130-159 90-99

2Stadium II 160 100

4Hipertensi Krisis 180 120

1EmergencyKenaikan TD mendadak yg disertai kerusakan organ target yang progresif. Di perlukan tindakan penurunan TD yg segera dalam kurun waktu menit/jam

2UrgencyKenaikan TD mendadak yg tidak disertai kerusakan organ target. Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam

Faktor resiko hipertensi dibagi menjadi dua yaitu faktor resiko yang dapat dikontrol dan faktor resiko yang tidak dapat dikontrol. Faktor resiko yang dapat dikontrol yaitu: berat badan, kurang olahraga, konsumsi garam, merokok. Sedangkan faktor resiko yang tidak dapat dikontrol meliputi usia, jenis kelamin, dan keturunan.Penatalaksanaan penyakit jantung hipertensi meliputi perubahan gaya hidup (non farmakologi), yaitu Implementasi gaya hidup yang mempengaruhi tekanan darah memiliki pengaruh baik pada pencegahan maupun penatalaksanaan hipertensi. Modifikasi gaya hidup yang meningkatkan kesehatan direkomendasikan bagi individu dengan prehipertensi dan sebagai tambahan untuk terapi obat pada individu hipertensif dan terapi farmakologi (Diuretik,penyekat sistem renin angiotensin, antagonis aldosteron,penyekat beta, penyekat adrenergik, agen simpatolitik, penyekat kanal kalsium, vasodilator direk (langsung).Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa obat-obatan tertentu seperti ACE-Inhibitor, Beta-blocker, dan diuretik spinorolakton dapat mengatasi hipertropi ventrikel kiri dan memperpanjang kemungkinan hidup pasien dengan gagal jantung akibat penyakit jantung hipertensi.Pada pasien ini dengan berbagai faktor resiko dapat digolongkan menjadi hipertensi sekunder dimana gaya hidup (kebiasaan makan makanan tinggi garam dan minum kopi, manajemen stress yang kurang baik) mempunyai peranan penting dalam mengontrol tekanan darah. Sedangkan menurut pedoman JNC7, tipe hipertensi yang dialami pasien termasuk hipertensi st II, dimana medikamentosa yang digunakan harus kombinasi sehingga dipilihlah Captopril 25 mg (2x1) dan Nifedipine 10 mg (1x1).

5. Diagnosis Holistik Komprehensifa. BiomedisDiagnosa biomedis 1 : Hipertensi stage IIDiagnosis biomedis 2 : Geriatric problemb. Faktor ResikoInternal Genetik: Ayah meninggal karena hipertensi dan adik kandung pasien meninggal karena hipertensi dan diabetes mellitus. Persepsi: Pasien mengira sakit yang diderita hanya sakit kepala dan tengkuk tegang yang biasa sehingga pasien enggan berobat ke dokter/puskesmas dan hanya membeli obat-obatan sakit kepala di warung. Psikologis: Pasien sedikit mengalami stress karena kepikiran anak-anaknya yang sudah hidup mandiri bersama keluarganya tidak tinggal bersama pasien di rumahnya dan jarang ada yang memperhatikan kesehatan pasien selai suami pasien. Perilaku: Pasien mempunyai kebiasaan minum kopi dan makan makanan yang asin-asin, goreng-gorengan, dan makanan bersantan sejak usia muda. Minum kopi biasanya sampai 3 kali sehari. Ia senang mengonsumsi makan-makanan yang asin karena jika mencium bau ikan-ikanan ia jadi tidak selera makan, jadi agar bisa makanan masuk maka ia menaburi nasinya dengan garam.Eksternal Ekonomi : Ekonomi keluarga pasien tergolong menengah ke bawah karena yang bekerja hanya suami pasien yaitu sebagai buruh tani, sedangkan pasien sendiri hanya sebagai ibu rumah tangga yang hanya terkadang diminta bantuan sebagai buruh memasak untuk katering. Penghasilan keluarga sangat tidak menentu sehingga membuat pasien jarang berobat ke dokter/puskesmas jika tidak benar-benar sakit karena keterbatasan biaya. Sosial: (-) Budaya : Kebiaasaan masyarakat di lingkungan sekitar pasien tinggal adalah tidak berobat ke dokter jika tidak sakit berat. Fisik: Usia pasien yang menginjak usia lansia (60 tahun) Kimia: (-) Biologi: (-)c. UpayaPasien saat ini berusaha mencari pengobatan agar tekanan darahnya bisa turun yaitu dengan berobat ke puskesmas agar keluhan yang dirasakan selama ini mereda.

6. Intervensi Holistik Komprehensifa. Medikamentosa dan Tindakan Medis Non-Medikamentosa : Perubahan pola makan berupa mengurangi penggunaan garam pada masakan sehari-hari, penggunaan garam dibatasi maksimal 2 sendok teh dalam sehari, tidak makan makanan bersantan karena makann yang bersantan membutuhkan garam yang lebih banyak, lebih baik mengkonsumsi sayur dengan kuah bening, atau sayur ditumis dengan minyak yang secukupnya dan lebih baik lagi sayur yang dikukus. Mengurangi minum kopi berlebihan. Manajemen stress dengan lebih baik. Jika pasien merasa jenuh dengan kegiatan sehari-hari yang dilakukan, pasien bisa mengajak kumpul anak, cucu untuk bermain bersama, bercanda bersama. Olahraga rutin setiap hari berupa jalan santai setiap pagi atau sore mengitari lingkungan tempat tinggal minimal 30 menit. Medikamentosa : Captopril 2x25mg Nifedipine 1x10 mg

b. Edukasi dan Advokasi Edukasi obat-obatan dan tindakanPasien diberikan obat kombinasi yaitu captopril 2 x 25 mg dan nifedipine 1 x 10 mg. Pasien diminta agar rutin meminum obat ini, dan memeriksakan tekanan darahnya minimal 1 bulan sekali. Selain itu, pasien disarankan untuk melakukan general check up untuk mengetahui secara dini komplikasi hipertensi pada pasien, sehingga komplikasi tersebut tidak terlambat dilakukan intervensi. Pasien diminta agar tidak terlalu sering minum obat paramex dan sejenisnya jika rasa berat ditengkuknya muncul kembali.

Edukasi psikososialJika pasien mempunyai masalah yang dirasa sangat berat, pasien diminta banyak istighfar, karena dengan mengingat Allah hati menjadi lebih tenang. Pasien diberi semangat dengan diingatkan bahwa Allah tidak akan memberi masalah hambaNya di atas kemampuanya. Untuk masalah pasien yang kesepian karena anak-anaknya yang sudah tidak tinggal satu rumah dengan pasien, pasien diminta untuk tidak terlalu memikirkannya karena hanya membuat bertambah stress memikirkan. Pasien diminta untuk lebih banyak beraktivitas di luar rumah supaya tidak terlalu kepikiran dengan anak-anaknya.

Edukasi lingkunganJika pasien bosan dengan situasi rumah yang begitu-begitu saja. Pasien bisa merubah atau memindah-mindahkan perabotan-perabotan rumah sesuai dengan keinginannya.

7. Efek KomunitasPenyakit yang diderita pasien tidak mempunyai efek terhadap komunitas karena penyakit yang diderita pasien merupakan penyakit degeneratif (Hipertensi). Namun, banyak orang yang tidak segera melakukan pemeriksaan dan mendapatkan penanganan yang tepat.