trauma ske 3

8
Abdomen distended : proses peningkatan tekanan abdominal yang menghasilkan peningkatan tekanan dalam perut dan menekan dinding perut. Defans muskuler : nyeri tekan seluruh lapangan abdomen yang menunjukkan adanya inflamasi di daerah peritonitis. Tes undulasi : suatu tes untuk menandakan adanya cairan dalam rongga abdomen Hasil Pemeriksaan Fisik a. Airway Pasien bebas jalan nafasnya. Pemberian oksigenasi 10-12 lt per menit merupakan tindakan untuk mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan meminimalkan asidosis respiratorik. Pemasangan collar brace dimaksudkan untuk menghindari cidera pada vertebra cervical (Uyainah, 2009). Uyainah AZN. 2009. Terapi Oksigen. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S (eds). Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Peyakit Dalam FKUI, hal: 161. b. Breathing RR 32x/menit (N: 16-20x/menit) karena adanya hemothorax yang diderita korban. Ada jejas ekskoriasi pada hemithorax sinistra disebabkan adanya tusukan benda tajam. Pengembangan hemithorax sinistra tertinggal dapat disebabkan oleh fraktur costa atau tekanan yang diakibatkan oleh darah pada rongga pleura. Perkusi redup disebabkan oleh adanya darah pada rongga pleura. Auskultasi suara vesikuler menurun juga disebabkan adanya darah pada cavum pleura. Dokter merencanakan pemeriksaan thorax foto untuk memastikan keadaan thorax

Upload: epparlente

Post on 11-Nov-2015

216 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Trauma Ske 3

TRANSCRIPT

Abdomen distended : proses peningkatan tekanan abdominal yang menghasilkan peningkatan tekanan dalam perut dan menekan dinding perut.Defans muskuler : nyeri tekan seluruh lapangan abdomen yang menunjukkan adanya inflamasi di daerah peritonitis.Tes undulasi : suatu tes untuk menandakan adanya cairan dalam rongga abdomen

Hasil Pemeriksaan Fisika. AirwayPasien bebas jalan nafasnya. Pemberian oksigenasi 10-12 lt per menit merupakan tindakan untuk mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan meminimalkan asidosis respiratorik. Pemasangan collar brace dimaksudkan untuk menghindari cidera pada vertebra cervical (Uyainah, 2009).Uyainah AZN. 2009. Terapi Oksigen. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S (eds). Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Peyakit Dalam FKUI, hal: 161.

b. BreathingRR 32x/menit (N: 16-20x/menit) karena adanya hemothorax yang diderita korban. Ada jejas ekskoriasi pada hemithorax sinistra disebabkan adanya tusukan benda tajam. Pengembangan hemithorax sinistra tertinggal dapat disebabkan oleh fraktur costa atau tekanan yang diakibatkan oleh darah pada rongga pleura. Perkusi redup disebabkan oleh adanya darah pada rongga pleura. Auskultasi suara vesikuler menurun juga disebabkan adanya darah pada cavum pleura. Dokter merencanakan pemeriksaan thorax foto untuk memastikan keadaan thorax pasien. Dilakukan pemasangan WSD yang dilakukan untuk mengeluarkan darah pada rongga pleura pasien.c. CirculationNadi 130x/menit (N: 60-100x/menit) sebagai kompensasi adanya kekurangan perfusi jaringan. Tekanan nadi yang kecil dan tensi 90/60 mmHg (N: 120/80 mmHg) merupakan gejala syok hipovolemik. Syok hipovolemik disebabkan oleh perdarahan yang terlihat atau yang tidak terlihat (Sjamsuhidajat,2004). Abdomen terlihat distended karena adanya darah pada abdomen pasien.Bising usus menurun disebabkan adanya darah yang menghalangi bising usus terdengar dari pemeriksaan auskultasi. Pekak hepar (+) dan defans muskuler (-) menunjukan tidak adanya peritonitis. Tes undulasi (+) dan pekak beralih (+) menandakan adanya cairan dalan rongga abdomen pasien. American College Surgeon. Penilaian awal dan pengelolaannya dalam Advanced Trauma Life Support for Doctora. Edisi ke-delapan. Jakarta: IKABI. 2008.d. DisabilityGCS 15 menandakan kesadaran pasien komposmentis. e. Exposure/environmentSemua pakaian pasien dibuka untuk menilai apakah ada kelainan lain yang sifatnya life threatening. Setelah itu pasien diselimuti untuk mencegah hipothermi.

Mengapa pasien sadar tapi lemas, sesak napas, dan takutPasien sadar tetapi dalam keadaan pasien lemas. Hal ini dikarenakan di samping terdapat external bleeding, pasien juga mengalami internal bleeding.Kami memperkirakan internal bleeding terjadi pada cavum abdomen hal ini ditandai dengan adanya pekak hepar (+), perut teraba tegang, tes undulasi (+) dan pekak beralih (+).Pendarahan (bahasa Inggris: hemorrhage, exsanguination; bahasa Latin: exsanguintus, tanpa darah) merupakan istilah kedokteran yang digunakan untuk menjelaskan ekstravasasi atau keluarnya darah dari tempatnya semula. Pendarahan dapat terjadi hanya di dalam tubuh, misalnya saat terjadi peradangan dan darah keluar dari dalam pembuluh darah atau organ tubuh dan membentuk hematoma; atau terjadi hingga keluar tubuh, seperti mengalirnya darah dari dalam vagina, mulut, rektum atau saat kulit terluka, dan mimisan.

Trauma inhalasi terjadi melalui kombinasi dari kerusakan epitel jalan nafas oleh panas dan zatkimia atau akibat intoksikasi sistemik dari hasil pembakaran itu sendiri. Hasil pembakaran tidak hanya terdiri dari udara saja, tetapi merupakan campuran dari udara, partikel padat yang terurai di udara ( melalui suatu efek iritasi dan sitotoksik). Aerosol dari cairan yang bersifat iritasi dan sitotoksik serta gas toksik dimana gabungan tersebut bekerja sistemik. Partikel padat yang ukurannya > 10 mikrometer tertahan di hidung dan nasofaring. Partukel yang berukuran 3-10 mikrometer tertahan pada cabang trakeobronkial, sedangkan partikel berkuran 1-2 mikrometer dapat mencapai alveoli. Gas yang larut air bereaksi secara kimai pada saluran nafas , sedangkan gas yang kurang larut air pada saluran nafas bawah. Adapau gas yang sangat kurang larut air masuk melewat barier kapiler dari alveolus dan menghasilkan efek toksik yang bersifat sistemk. Kerusakan langsung dari sel-sel epitel, menyebabkan kegagalan fungsi dari apparatus mukosilier dimana akan merangsang terjadinya suatu reaksi inflamasi akut yang melepaskan makrofagg serta aktifitas netrofil pada daerah tersebut. Selanjutnya akan di bebaskan oksigen radikal, protease jaringan, sitokin, dan konstriktor otot polos (tromboksan A2,C3A, C5A). Kejadian ni mrnyebabkan peninfkatan iskemia pada saluran nafas yang rusak, selanjutnay terjadi edema dari dinding saluran nafas dan kegagalan mikrosirkulasi yang akan meningkatkan resistensi didding saluran nafas dan pembuluh darah paru. Komplains paru akan turun akibat terjadinya edema paru interstitiil sehingga terjadi edema pada saluran nafas bagian bawah akibat sumbatan pada saluran nafas yang dibentuk oleh sel-sel epitel nekrotik, mukus dan se- sel darah (Guyton 2007; Snell 2006).Guyton, C. Arthur dan John E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Edisi ke-11, Cetakan ke-1). Jakarta: EGC.Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran (Edisi ke-6, Cetakan ke-1). Jakarta: EGC.

Manifestasi Klinis Luka Bakar1. Pada KulitPerubahan patofisiologik yang terjadi pada kulit segera setelah luka bakar tergantung pada luas dan ukuran luka bakar. Untuk luka bakar yang kecil (smaller burns), respon tubuh bersifat lokal yaitu terbatas pada area yang mengalami injuri. Sedangkan pada luka bakar yang lebih luas misalnya 25 % dari total permukaan tubuh (TBSA : total body surface area) atau lebih besar, maka respon tubuh terhadap injuridapat bersifat sistemik dan sesuai dengan luasnya injuri. Injuri luka bakar yang luas dapat mempengaruhi semua sistem utama dari tubuh.2. Sistem kardiovaskulerSegera setelah injuri luka bakar, dilepaskan substansi vasoaktif (catecholamine, histamin, serotonin, leukotrienes, dan prostaglandin) dari jaringan yang mengalmi injuri. Substansi-substansi ini menyebabkan meningkatnya permeabilitas kapiler sehingga plasma merembes (to seep) kedalam sekitar jaringan. Injuri panas yang secara langsung mengenai pembuluh akan lebih meningkatkan permeabilitas kapiler. Injuri yang langsung mengenai memberan sel menyebabkan sodium masuk dan potassium keluar dari sel. Secara keseluruhan akan menimbulkan tingginya tekanan osmotik yangmenyebabkan meningkatnya cairan intracellular dan interstitial dan yang dalam keadaanlebih lanjut menyebabkan kekurangan volume cairan intravaskuler. Luka bakar yang luasmenyebabkan edema tubuh general baik pada area yang mengalami luka maupunjaringan yang tidak mengalami luka bakar dan terjadi penurunan sirkulasi volume darahintravaskuler. Denyut jantung meningkat sebagai respon terhadap pelepasancatecholamine dan terjadinya hipovolemia relatif, yang mengawali turunnya kardiacoutput. Kadar hematokrit meningkat yang menunjukan hemokonsentrasi daripengeluaran cairan intravaskuler. Disamping itu pengeluaran cairan secara evaporasimelalui luka terjadi 4-20 kali lebih besar dari normal. Sedangkan pengeluaran cairanyang normal pada orang dewasa dengan suhu tubuh normal perhari adalah 350 ml.Keadaan ini dapat mengakibatkan penurunan pada perfusi organ. Jika ruangintravaskuler tidak diisi kembali dengan cairan intravena maka shock hipovolemik danancaman kematian bagi penderita luka bakar yang luas dapat terjadi.Kurang lebih 18-36 jam setelah luka bakar, permeabilitas kapiler menurun, tetapitidak mencapai keadaan normal sampai 2 atau 3 minggu setelah injuri. Kardiac outuputkembali normal dan kemudian meningkat untuk memenuhi kebutuhan hipermetaboliktubuh kira-kira 24 jam setelah luka bakar. Perubahan pada kardiak output ini terjadisebelum kadar volume sirkulasi intravena kembali menjadi normal. Pada awalnya terjadikenaikan hematokrit yang kemudian menurun sampai di bawah normal dalam 3-4 harisetelah luka bakar karena kehilangan sel darah merah dan kerusakan yang terjadi padawaktu injuri. Tubuh kemudian mereabsorbsi cairan edema dan diuresis cairan dalam 2-3minggu berikutnya.3. Sistem Renal dan GastrointestinalRespon tubuh pada mulanya adalah berkurangnya darah ke ginjal dan menurunnyaGFR (glomerular filtration rate), yang menyebabkan oliguri. Aliran darah menuju ususjuga berkurang, yang pada akhirnya dapat terjadi ileus intestinal dan disfungsigastrointestia pada klien dengan luka bakar yang lebih dari 25 %.4. Sistem ImunFungsi sistem immune mengalami depresi. Depresi pada aktivitas lymphocyte,suatu penurunan dalam produksi immunoglobulin, supresi aktivitas complement danperubahan/gangguan pada fungsi neutropil dan macrophage dapat terjadi pada klien yangmengalami luka bakar yang luas. Perubahan-perubahan ini meningkatkan resikoterjadinya infeksi dan sepsis yang mengancam kelangsungan hidup klien.5. Sistem RespiratoriDapat mengalami hipertensi arteri pulmoner, mengakibatkan penurunan kadaroksigen arteri dan lung compliance.a. Smoke Inhalation.Menghisap asap dapat mengakibatkan injuri pulmoner yang seringkali berhubungan dengan injuri akibat jilatan api. Kejadian injuri inhalasi ini diperkirakan lebih dari 30 % untuk injuri yang diakibatkan oleh api.Manifestasi klinik yang dapat diduga dari injuri inhalasi meliputi adanya LB yang mengenai wajah, kemerahan dan pembengkakan pada oropharynx atau nasopharynx, rambut hidung yang gosong, agitasi atau kecemasan, tachipnoe, kemerahan pada selaput hidung, stridor, wheezing, dyspnea, suara serak, terdapat carbon dalam sputum, dan batuk. Bronchoscopy dan Scaning paru dapat mengkonfirmasikan diagnosis. Patofisiologi pulmoner yang dapat terjadi pada injuri inhalasi berkaitan dengan berat dan tipe asap atau gas yang dihirup.b. Keracunan Carbon Monoxide.CO merupakan produk yang sering dihasilkan bila suatu substansi organic terbakar. Ia merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, yang dapat mengikat hemoglobin 200 kali lebih besar dari oksigen. Dengan terhirupnya CO, maka molekul oksigen digantikan dan CO secara reversibel berikatan dengan hemoglobin sehingga membentuk carboxyhemoglobin (COHb). Hipoksia jaringan dapat terjadi akibat penurunan secara menyeluruh pada kemampuan pengantaran oksigen dalam darah. Kadar COHb dapat dengan mudah dimonitor melalui kadar serum darah. Manifestasi dari keracunan CO adalah:

(Price 2005; American College Surgeon 2008).Price Sylvia, Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep klinis Proses-proses Penyakit Volume 1 (Edisi ke-6, Cetakan ke-1). Jakarta: EGC.American Collage Surgeon. Penilaian awal dan pengelolaannya dalam Advanced Trauma Life Support for Doctora. Edisi ke-delapan. Jakarta: IKABI. 2008.