tokling take home

21
Dampak Pencemaran Logam Akibat Kegiatan PT. Newmont Minahasa Raya (NMR) serta Penambangan Emas Rakyat Di Desa Pantai Buyat Dan Ratatotok, Kecamatan Ratatotok, Kabupaten Minahasa Selatan, Propinsi Sulawesi Utara Disusun Guna Memenuhi Ujian Toksikologi Lingkungan Disusun Oleh: Febby Hapsari Prastiten E2A009198 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

Upload: febby-hapsari-prastiten

Post on 16-Feb-2015

23 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

about Hg

TRANSCRIPT

Page 1: Tokling Take Home

Dampak Pencemaran Logam Akibat Kegiatan PT. Newmont

Minahasa Raya (NMR) serta Penambangan Emas Rakyat Di

Desa Pantai Buyat Dan Ratatotok, Kecamatan Ratatotok,

Kabupaten Minahasa Selatan, Propinsi Sulawesi Utara

Disusun Guna Memenuhi Ujian Toksikologi Lingkungan

Disusun Oleh:

Febby Hapsari Prastiten

E2A009198

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2012

Page 2: Tokling Take Home

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

berkah, hidayah serta inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Toksikologi

Lingkungan. Pada kesempatan ini juga, kami tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini, yaitu:

1. dr. Onny Setiani, Ph.D. selaku Penanggung Jawab Mata Kuliah Toksikologi Lingkungan.

2. Yusniar Hanani, STP., M.Kes selaku Dosen Mata Kuliah Toksikologi Lingkungan.

3. Segenap Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Lingkungan yang telah

membantu dalam penyusunan tugas Toksikologi Lingkungan.

Penyusunan tugas ini tentunya sangat jauh dari sempurna, sehingga diharapkan saran dan

kritik yang membangun. Akhir kata, semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi semua pihak,

termasuk penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Semarang, Juli 2012

Penyusun

Page 3: Tokling Take Home

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aktivitas manusia, berazaskan manfaat dan ekonomi serta konservasi lingkungan

merupakan suatu hal yang memiliki peranan penting terhadap pembangunan

berkelanjutan Di satu sisi, pembangunan akan meningkatkan kualitas hidup manusia

dengan meningkatnya pendapatan masyarakat. Disisi lain, pembangunan juga bisa

menurunkan kesehatan masyarakat di sebabkan pencemaran yang berasal dari limbah

industri dan rumah tangga. Sebagai contoh, pesatnya pembangunan dan penggunaan

bahan baku logam berat bisa berdampak negatif, yaitu munculnya kasus pencemaran

yang melebihi batas sehingga mengakibatkan kerugian dan keresahan masyarakat. Hal itu

terjadi karena sangat besarnya resiko terpapar logam berat maupun logam transisi yang

bersifat toksik dalam dosis dan konsentrasi tertentu.

Sejak kasus kecelakaan merkuri di Minamata Jepang tahun 1953 yang secara intensif

dilaporkan, isu pencemaran logam berat meningkat sejalan dengan pengembangan

berbagai penelitian yang mulai diarahkan pada berbagai aplikasi teknologi untuk

menangani pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh logam berat. Pada konsentrasi

yang sangat rendah efek logam berat dapat berpengaruh langsung dan terakumulasi

pada rantai makanan sehingga dikhawatirkan berdampak pada kesehatan manusia. Seperti

halnya sumber-sumber pencemaran lingkungan lainnya, logam berat tersebut dapat

ditransfer dalam jangkauan yang sangat jauh di lingkungan, selanjutnya berpotensi

mengganggu kehidupan biota lingkungan dan akhirnya berpengaruh terhadap kesehatan

manusia walaupun dalam jangka waktu yang lama dan jauh dari sumber pencemar

utamanya. Beberapa logam berat, seperti arsenik, timbal, kadmium dan merkuri sangat

berbahaya bagi kesehatan manusia dan kelangsungan kehidupan di lingkungan.

Pencemaran logam berat dalam lingkungan dapat menimbulkan bahaya bagi

kesehatan, baik pada manusia, hewan, tanaman maupun lingkungan. Salah satu logam

berat yang berbahaya adalah merkuri. Secara alamiah, pencemaran merkuri berasal dari

kegiatan gunung berapi atau rembesan tanah yang melewati deposit merkuri. Keberadaan

merkuri dari alam dan masuk ke suatu tatanan lingkungan tidak akan menimbulkan efek.

Page 4: Tokling Take Home

Di Indonesia, pencemaran logam berat cenderung meningkat sejalan dengan

meningkatnya proses industrialiasasi. Sejak era industrialisasi, merkuri menjadi bahan

pencemar penggalian karena merkuri dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Salah

satu penyebab pencemaran lingkungan oleh merkuri adalah pembuangan tailing

pengolahan emas yang diolah secara amalgamasi. Usaha pertambangan, oleh sebagian

masyarakat sering dianggap sebagai penyebab kerusakan dan pencemaran lingkungan.

Sebagai contoh, pada kegiatan usaha pertambangan emas skala kecil, pengolahan bijih

dilakukan dengan proses amalgamasi dimana merkuri (Hg) digunakan sebagai media

untuk mengikat emas.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana contoh kasus tentang pencemaran logam berat yang terjad di Indonesia ?

2. Apa yang menyebabkan kasus tersebut terjadi ?

3. Bagaimana toksikokinetik merkuri ?

4. Bagaimana toksisitas merkuri ?

5. Bagaimana alternatif pemecahan solusi dari masalah tersebut ?

1.3 Tujuan

1. Bagaimana contoh kasus tentang pencemaran logam berat yang terjad di Indonesia ?

2. Apa yang menyebabkan kasus tersebut terjadi ?

3. Bagaimana toksikokinetik merkuri ?

4. Bagaimana toksisitas merkuri ?

5. Bagaimana alternatif pemecahan solusi dari masalah tersebut ?

Page 5: Tokling Take Home

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Study Kasus

Desa Pantai Buyat dan Ratatotok terletak di Kecamatan Ratatotok, Kabupaten Minahasa

Selatan, Propinsi Sulawesi Utara. Desa ini terkenal dengan tambang emas. PT. Newmont

Minahasa Raya (PT. NMR) adalah perusahaan kontrak karya pertambangan emas yang

berlokasi di Kabupaten Minahasa Selatan dan Kabupaten Bolaang Mongondow, Propinsi

Sulawesi Utara dan telah beroperasi sejak bulan Maret 1996. Berdasarkan dokumen Amdal,

PT. Newmont Minahasa Raya merupakan perusahaan tambang yang diperkenankan

memanfaatkan dasar laut sebagai media untuk menempatkan limbah padat (tailing) yang

dihasilkan dari proses penambangan. Dampak penting dari system ini adalah pengendapan

dan penimbunan yang timbul akibat penempatan tailing didasar laut (Submarine Tailing

Disposal/STD).

Komposisi bahan kimia tailing pada tingkat tertentu dapat menyebabkan pencemaran

perairan yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat di sekitar lokasi pembuangan apabila

tidak dikelola dengan baik sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Di samping itu juga

dapat menyebabkan rusaknya sumber daya ikan di sekitar lokasi pembuangan tailing.

Dampak penting yang terjadi di daerah pertambangan yang menggunakan STD adalah

penutupan daerah dasar perairan dan bioakumulasi logam. Selain itu, di desa Ratatotok

banyak terdapat penambangan emas rakyat yang menggunakan merkuri untuk

pengolahannya. Limbah penambangan emas rakyat tersebut dibuang ke tanah dan sungai

yang bermuara ke perairan di sekitar Teluk Totok. Dampak kegiatan PT. NMR dan adanya

penambangan emas rakyat tersebut meliputi antara lain aspek fisik, biologi dan kimia

perairan laut yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kesehatan manusia melalui rantai

makanan.

Berdasarkan informasi awal dari tim Departemen Kesehatan yang berkunjung ke lokasi,

dari 180 warga Desa Pantai Buyat telah ditemukan 30 warga desa tersebut yang mempunyai

keluhan gatal-gatal di beberapa bagian tubuh, dermatitis, Infeksi Saluran Pernafasan Atas,

dan munculnya benjolan di beberapa bagian tubuh seperti wajah, tangan, kaki, dan leher.

Sehubungan dengan hal tersebut, berdasarkan hasil rapat MENKOKESRA tanggal 23 Juli

2004 , maka dibentuklah tim Terpadu Penanganan Kasus yang terdiri dari MENKOKESRA,

Page 6: Tokling Take Home

Dep Kes, Dep. ESDM, BPPT, Dep. Perikanan dan Kelautan, KLH, Pemda Sulawesi Utara,

Perguruan Tinggi dan LSM. Selain itu dilibatkan pula para pakar dalam rangka mempertajam

hasil yang akan diperoleh.

2.2 Penyebab Kasus

Penyebab utama dari kasus tersebut adalah pencemaran logam berat diperairan Pantai Buyat

karena pembuangan limbah padat (tailing) yang diduga mengandung logam berat yang

sangat beracun yaitu mekuri (Hg) dan Arsen (As). Ditambah lagi sifatnya yang akumulatif di

alam tubuh manusia di mana setelah logam berat ini masuk ke dalam tubuh manusia,

biasanya melalui makanan yang tercemar logam berat. Logam berat ini tidak dapat

dikeluarkan lagi oleh tubuh sehingga makin lama jumlahnya akan semakin meningkat. Jika

jumlahnya telah cukup besar, baru pengaruh negatifnya terhadap kesehatan mulai terlihat,

biasanya logam-logam berat ini menumpuk di otak, saraf, jantung, hati dan ginjal, yang dapat

menyebabkan kerusakan pada jaringan yang ditempatinya. Tersebarnya logam berat di tanah,

perairan, atau pun udara dapat melalui berbagai hal, misalnya pembuangan secara langsung

limbah industri, baik limbah padat maupun limbah cair, dapat pula melalui udara karena

banyak industri yang membakar begitu saja limbahnya dan membuang hasil pembakaran ke

udara tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. Banyak orang beranggapan bahwa dengan

cara membakar, limbah beracun tersebut akan hilang, padahal sebenarnya kita hanya

memindahkan dan menyebarkan limbah beracun tersebut ke udara. Pencemaran dengan cara

ini lebih berbahaya karena udara lebih dinamis sehingga dampak yang diakibatkannya juga

akan lebih luas dan membersihkan udara jauh lebih sulit.

2.3 Toksikokinetika Merkuri

Metalionin mampu mengikat logam-logam berat dengan sangat kuat khususnya merkuri

(Hg), kadmium (Cd), perak (Ag), dan seng (Zn). Logam berat diabsorbsi dan diakumulasikan

dalam jaringan hidup. Sesuai urutan berikut : Hg > Cu > Ni > Pb > Co >Cd

a. Absorbsi

Dari beberapa data pada manusia maupun hewan menunjukkan bahwa metal merkuri

segera diserap melalui saluran cerna. Sampai 80 % uap senyawa metilmerkuri seperti uap

metil merkuri klorida dapat diserap melalui pernafasan. Penyerapan metil merkuri dapat

Page 7: Tokling Take Home

juga melalui kulit. Merkuri setelah diabsorbsi di jaringan mengalami oksidasi membentuk

merkuri divalent (Hg2+) yang dibantu enzim katalase. Inhalasi merkuri bentuk uap akan

diabsorbsi melalui sel darah merah, lalu ditransformasikan menjadi merkuri divalen

(Hg2+). Sebagian akan menuju otak, yang kemudian diakumulasi di dalam jaringan.

Absorbsi dalam alat gastrointestinal dari merkuri anorganik asal makanan kurang dari 15

% pada mencit dan 7 % pada manusia, sedangkan absorbsi merkuri organik sebesar 90 –

95 %. Konsentrasi merkuri terbesar ditemukan dalam paparan merkuri anorganik dan

merkuri uap, sedangkan merkuriorganik memiliki afinitas yang besar terhadap otak,

terutam korteks posterior 

b. Distribusi

Dari segi toksisitas, konsentrasi dalam darah merupakan indikator yang sesuai dari dosis

yang diserap dan jumlah yang ada secara sistematik. Metil merkuri terikat pada

haemoglobin, dan daya ikatnya yang tinggi pada hemoglobin janin berakibat tingginya

kadar merkuri pada darah uri dibandingkan dengan darah ibunya. Dari analisis,

konsentrasi total merkuri termasuk bentuk merkuri organik, merkuri pada darah tali uri

hampir seluruhnya dalam bentuk termetilasi yang mudah masuk ke plasenta. Suatu

transport aktif pada sawar darah otak diperkirakan membawa metil merkuri masuk ke

dalam otak. Dalam darah, logam yang sangat neurotoksik ini terikat secara eksklusif pada

protein dan sulfhidril berbobot molekul rendah seperti sistein. Asam amino yang penting

pada rambut adalah sistein. Metil merkuri yang beraksi dan terikat dengan gugus

sulfhidril pada sistein kemudian terserap dalam rambut, ketika pembentukan rambut pada

folikel. Tetapi membutuhkan waktu paling tidak sebulan untuk dapat terdeteksi dalam

sampel potongan rambut pada pengguntingan mendekati kulit kepala.

c. Metabolisme

Metil merkuri dapat dimetabolisme menjadi metil anorganik oleh hati dan ginjal. Metil

merkuri dimetabolisme sebagai bentuk Hg++. Metil merkuri yang ada dalam saluran

cerna akan dikonversi menjadi merkuri anorganik oleh flora usus.

d. Eksresi

Eksresi merkuri dari tubuh melalui urin dan feses dipengaruhi oleh bentuk senyawa

merkuri, besar dosis merkuri, serta waktu paparan. Ekskresi metilmerkuri sebesar 90 %

terjadi melaluii feses, baik paparan akut maupun kronis.

Page 8: Tokling Take Home

2.4 Toksisitas Merkuri

Ion merkuri menyebabkan pengaruh toksik karena terjadinya proses presipitasi protein

yang menghambat aktivitas enzim dan bertindak sebagai bahan yang korosif. Merkuri juga

terikat oleh gugus sulfhidril, fosforil, karboksil, amida, dan amino, dimana dalam gugus

tersebut merkuri menghambat reaksi enzim. Pengaruh toksisitas merkuri pada manusia

tergantung dari bentuk komposisi merkuri, dosis, rute masuknya ke dalam tubuh, usia

manusia yang terpapar (sebagai contoh janin dan anak kecil lebih rentan). Merkuri secara

kimia terbagi menjadi tiga jenis yaitu merkuri elemental, merkuri inorganik, dan merkuri

organik. Merkuri elemental berbentuk cair dan menghasilkan uap merkuri pada suhu kamar.

Uap merkuri ini dapat masuk ke dalam paru-paru jika terhirup dan masuk ke dalam sistem

peredaran darah. Merkuri elemental ini juga dapat menembus kulit dan akan masuk ke aliran

darah. Namun jika tertelan merkuri ini tidak akan terserap oleh lambung dan akan keluar

tubuh tanpa mengakibatkan bahaya. Merkuri inorganic dapat masuk dan terserap oleh paru-

paru serta dapat menembus kulit dan juga dapat terserap oleh lambung apabila tertelan.

Banyak penyakit yang disebabkan oleh merkuri inorganik ini bagi manusia diantaranya

mengiritasi kulit, dan juga mata dan membrane mucus. Merkuri organik dapat masuk ke

tubuh melalui paru-paru, kulit dan juga lambung. Merkuri apapun jenisnya sangatlah

berbahaya pada manusia karena merkuri akan terakumulasi pada tubuh dan bersifat

neurotoxin. Merkuri yang digunakan pada produk-produk kosmetik dapat menyebabkan

perubahan warna kulit yang akhirnya dapat menyebabkan bintik-bintik hitam pada kulit,

iritasi kulit, hingga alergi, serta pemakaian dalam dosis tinggi bisa menyebabkan kerusakan

otak secara permanen, ginjal, dan gangguan perkembangan janin, bahkan pemakaian dalam

jangka pendek dalam kadar tinggi bisa menimbulkan muntah-muntah, diare, kerusakan paru-

paru, dan merupakan zat karsinogenik yang menyebabkan kanker . Toksisitas merkuri dapat

terjadi dalam tiga bentuk yaitu :

1. Merkuri Metal

Rute utama dari pajanan merkuri metal adalah melalui inhalasi; sebanyak 80 % merkuri

metal disabsorpsi. Merkuri metal dapat di metabolismekan menjadi ion inorganik dan

dieksresikan dalam bentuk merkuri inorganik. Organ yang paling sensitif adalah system

syaraf (peripheral dan pusat). Gejala neurotoksik spesifik adalah tremor, perubahan emosi

(gugup, penurunan percaya diri, mudah bersedih), insomnia, penurunan daya ingat, sakit

Page 9: Tokling Take Home

kepala, penurunan hasil pada tes kognitif dan fungsi motorik. Gejala dapat

bersifat irreversibel jika terjadi peningkatan durasi dan atau dosis merkuri.

2. Merkuri Anorganik

Merkuri memiliki afinitas yang tinggi pada terhadap fosfat, sistin, dan histidilrantai

samping dari protein, purin, pteridin dan porfirin, sehingga Hg bisa terlibat dalam proses

seluler. Toksisitas merkuri umumnya terjadi karena interaksi merkuri dengan kelompok

thiol dari protein. Beberapa peneliti menyebutkan bahwa konsentrasi rendah ion Hg+

mampu menghambat kerja 50 jenis enzim sehingga metabolisme tubuh bisa terganggau

dengan dosis rendah merkuri. Garam merkuri anorganik bisa mengakibatkan presipitasi

protein, merusak mukosa, alat pencernaan, termasuk mukosa usus besar, dan merusak

membran ginjal ataupun membran filter glomerulus, menjadi lebih permeabel terhadap

protein plasma yang sebagian besar akan masuk ke dalam urin. Toksisitas akut dari uap

merkuri meliputi gejala muntah, kehilangan kesadaran, mulut terasa tebal, sakit

abdominal, diare disertai darah dalam feses, oliguria, albuminuria, anuria, uraemia,

ulserasi, dan stomatis. Toksisitas garam merkuri yang larut bisa menyebabkan kerusakan

membran alat pencernaan, eksanterma pada kulit, dekomposisi eritrosit, serta

menurunkan tekanan darah. Toksisitas kronis dari merkuri anorganik meliputi gejala

gangguan system syaraf, antara lain berupa tremor, terasa pahit di mulut, gigi tidak kuat

dan rontok, anemia, albuminuria, dan gejala lain berupa kerusakan ginjal, serta kerusakan

mukosa usus.

3. Merkuri Organik

Alkil merkuri ataupun metil merkuri lebih toksik dibandingkan merkuri anorganik karena

alkil merkuri bisa membentuk senyawa lipolhilus yang mampu melintasi membran sel

dan lebih mudah diabsorbsi serta berpenetrasi menuju sistem syaraf, toksisitas merkuri

organic sangat luas, yaitu mengakibatkan disfungsi blood brain barrier, merusak

permeabilitas membran, menghambat beberapa enzim, menghambat sistesis protein, dan

menghambat penggunaan substrat protein. Namun demikian, alkil merkuri ataupun metil

merkuri tidak mengakibatkan kerusakan mukosa sehingga gejala toksisitas merkuri

organik lebih lambat dibandingkan merkuri anorganik. Gejala toksisitas merkuri organik

meliputi kerusakan sistem syaraf pusat berupa anoreksia, ataksia, dismetria, gangguan

Page 10: Tokling Take Home

pandangan mata yang bisa mengakibatkan kebutaan, gangguan pendengaran, konvulsi,

paresis, koma, dan kematian.

2.5 Alternatif Solusi

Banyak alternatif yang dapat digunakan untuk mengolah limbah yang mengandung

logam berat, khususnya merkuri, diantaranya ialah dengan teknologi low temperature thermal

desorption (LTTD) atau dengan teknologi Phytoremediation.

1. Teknologi Low Temperature Thermal Desorption (LTTD)

Pada system thermal desorption, material diuraikan pada suhu rendah (< 300 derajat

Celcius) dengan pemanasan tidak langsung serta kondisi tekanan udara yang rendah

(vakum). Dengan kondisi tersebut material akan lebih mudah diuapkan daripada

dalam kondisi tekanan tinggi. Jadi, dalam sistem ini yang terjadi adalah proses fisika

tidak ada reaksi kimia, seperti oksidasi. Cara ini sangat efektif untuk memisahkan

bahan-bahan organik yang mudah menguap, misalnya Volatile Organic Compounds

(VOCs), Semi-Volatile Organic Compounds (SVOCs), Poly-Aromatic Hydrocarbon

(PAHs), Polychlorinated Biphenyl (CBs), minyak, pestisida, dan beberapa logam

kadmium, merkuri, timbal, arsen, serta non logam seperti sulfur dan klor.

2. Teknologi Phytoremediation

Teknologi limbah dengan sistem Phytoremediasi, menggunakan tanaman sebagai

alat pengolah bahan pencemar. Limbah padat atau cair yang akan diolah ditanami

dengan tanaman tertentu yang dapat menyerap, mengumpulkan, mendegradasi bahan-

bahan pencemar tertentu yang terdapat di dalam limbah tersebut. Banyak istilah yang

diberikan pada sistem ini sesuai dengan mekanisme yang terjadi pada prosesnya.

Misalnya:

a. Phytostabilization : polutan distabilkan didalam tanah oleh pengaruh tanaman.

b. Phytostimulation : akar tanaman menstimulasi penghancuran polutan dengan

bantuan bakteri rhizosphere.

c. Phytodegradation : tanaman mendegradasi polutan dengan atau tanpa

menyimpannya di dalam daun, batang, atau akarnya untuk sementara waktu.

d. Phytoextraction : polutan terakumulasi di jaringan tanaman, terutama daun.

Page 11: Tokling Take Home

e. Phytovolatilization: polutan oleh tanaman diubah menjadi senyawa yang mudah

menguap sehingga dapat di lepaskan ke udara.

f. Rhizofiltration : polutan diambil dari akar oleh tanaman pada sistem hidroponik.

Proses remediasi polutan dari dalam tanah atau air terjadi karena jenis tanaman

tertentu dapat melepaskan zat carriers, yang biasanya berupa senyawaan kelat,

protein, glukosida, yang berfungsi mengikat zat polutan tertentu kemudian

dikumpulkan di jaringan tanaman, misalnya pada daun atau akar.

Keunggulan sistem phytoremediasi di antaranya adalah biayanya murah dan dapat

dikerjakan insitu, tetapi kekurangannya di antaranya adalah perlu waktu yang lama

dan diperlukan pupuk untuk menjaga kesuburan tanaman, akar tanaman biasanya

pendek sehingga tidak dapat menjangkau bagian tanah yang dalam. Yang perlu di

ingat ialah setelah dipanen, tanaman yang kemungkinan masih mengandung polutan

beracun ini harus ditangani secara khusus.

Page 12: Tokling Take Home

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Terjadinya Pencemaran Logam Berat di desa Pantai Buyat dan Ratatotok disebabkan oleh

pembuangan limbah padat (tailing) penambangan emas rakyat yang menggunakan

merkuri untuk pengolahannya.

2. Sifatnya yang akumulatif di dalam tubuh manusia biasanya melalui makanan yang

tercemar logam berat yang dikonsumsi masyarakat sekitar.

3. Absorbsi dalam alat gastrointestinal dari merkuri anorganik asal makanan kurang dari 7

% pada manusia, sedangkan absorbsi merkuri organik sebesar 90 – 95 %.

4. Distribusi merkuri dalam darah terikat secara eksklusif pada protein dan sulfhidril yang

beraksi dan terikat dengan gugus sulfhidril pada sistein kemudian terserap dalam rambut,

ketika pembentukan rambut pada folikel.

5. Metil merkuri dapat dimetabolisme dalam bentuk Hg ++ menjadi metil anorganik oleh

hati dan ginjal.

6. Ekskresi metal merkuri sebesar 90 % terjadi melalui feses, baik paparan akut maupun

kronis tetapi juga dipengaruhi oleh bentuk senyawa merkuri, besar dosis merkuri, serta

waktu paparan.

7. Toksisitas merkuri metal menyerang organ yang paling sensitif adalah system syaraf

(peripheral dan pusat) menimbulkan gejala neurotoksik spesifik seperti tremor, perubahan

emosi (gugup, penurunan percaya diri, mudah bersedih), insomnia, penurunan daya ingat,

sakit kepala, penurunan hasil pada tes kognitif dan fungsi motorik.

8. Toksisitas akut dari uap merkuri meliputi gejala muntah, kehilangan kesadaran, mulut

terasa tebal, sakit abdominal, diare disertai darah dalam feses, oliguria, albuminuria,

anuria, uraemia, ulserasi, dan stomatis.

9. Toksisitas garam merkuri yang larut bisa menyebabkan kerusakan membran alat

pencernaan, eksanterma pada kulit, dekomposisi eritrosit, serta menurunkan

tekanan darah.

Page 13: Tokling Take Home

10. Toksisitas kronis dari merkuri anorganik meliputi gejala gangguan system syaraf, antara

lain berupa tremor, terasa pahit di mulut, gigi tidak kuat dan rontok, anemia, albuminuria,

dan gejala lain berupa kerusakan ginjal, serta kerusakan mukosa usus.

11. Gejala toksisitas merkuri organik meliputi kerusakan sistem syaraf pusat berupa

anoreksia, ataksia, dismetria, gangguan pandangan mata yang bisa mengakibatkan

kebutaan, gangguan pendengaran, konvulsi, paresis, koma, dan kematian.

12. Banyak alternatif yang dapat digunakan untuk mengolah limbah yang mengandung

logam berat, khususnya merkuri, diantaranya ialah dengan teknologi low temperature

thermal desorption (LTTD) atau dengan teknologi Phytoremediation.

4.2 Saran

1. Apapun bentuknya, merkuri tetap neuotoksin dalam tubuh manusia, untuk itu

masyarakat sekitar agar lebih berhati-hati dalam memilih dan mengonsumsi makanan

terutama ikan yang diduga sudah tercemar logam berat.

2. Untuk mengurangi dampak pencemaran logam berat, sebaiknya dipilih teknologi

pengolahan yang ramah lingkungan dengan mempertimbangkan aspek biaya dan

manfaat.

Page 14: Tokling Take Home

DAFTAR PUSTAKA

Alvarez, E. A., M. Callejon M., J.C. Jimenez S., M. Ternero, Heavy Metal Extractable

Forms in Sludge from Wastewater Treatment Plants, Chemosphere 47:n765-775, 2002

Brown, CC, The Statistical Analyses of Dose-Effect Relationship dalam Principle of

Ecotoxycology, Ed. Butler, New York: John Wiley and Sons, 1998.

Charlena. 2004. Pencemaran Logam Berat Timbal(Pb) dan Merkuri(Hg) Pada ikan.

Falsafah Sain (PSL 702) Program Pascasarjana / S3 / Institut Pertanian Bogor.

Darmono. 2003. Lingkungan hidup dan Pencemaran. Bogor : Penerbit Universitas

Indonesia (UIP)

Djambatan. Sunardi. 2004. Cara Alternatif untuk Mengolah Limbah Padat yang

Mengandung Merkuri dan Arsen. Jakarta

Kanisius Slamet, Juli Soemirat.. Kesehatan Lingkungan. 1994. Bandung: Gadjah Mada

University Press.

Palar, Heryanto.1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam berat. Jakarta : Rineka Cipta

Sunu, Pramudya. 2001. Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001. Jakarta:

Grasindo.