tokling take home
DESCRIPTION
about HgTRANSCRIPT
Dampak Pencemaran Logam Akibat Kegiatan PT. Newmont
Minahasa Raya (NMR) serta Penambangan Emas Rakyat Di
Desa Pantai Buyat Dan Ratatotok, Kecamatan Ratatotok,
Kabupaten Minahasa Selatan, Propinsi Sulawesi Utara
Disusun Guna Memenuhi Ujian Toksikologi Lingkungan
Disusun Oleh:
Febby Hapsari Prastiten
E2A009198
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
berkah, hidayah serta inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Toksikologi
Lingkungan. Pada kesempatan ini juga, kami tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini, yaitu:
1. dr. Onny Setiani, Ph.D. selaku Penanggung Jawab Mata Kuliah Toksikologi Lingkungan.
2. Yusniar Hanani, STP., M.Kes selaku Dosen Mata Kuliah Toksikologi Lingkungan.
3. Segenap Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Lingkungan yang telah
membantu dalam penyusunan tugas Toksikologi Lingkungan.
Penyusunan tugas ini tentunya sangat jauh dari sempurna, sehingga diharapkan saran dan
kritik yang membangun. Akhir kata, semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi semua pihak,
termasuk penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Semarang, Juli 2012
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aktivitas manusia, berazaskan manfaat dan ekonomi serta konservasi lingkungan
merupakan suatu hal yang memiliki peranan penting terhadap pembangunan
berkelanjutan Di satu sisi, pembangunan akan meningkatkan kualitas hidup manusia
dengan meningkatnya pendapatan masyarakat. Disisi lain, pembangunan juga bisa
menurunkan kesehatan masyarakat di sebabkan pencemaran yang berasal dari limbah
industri dan rumah tangga. Sebagai contoh, pesatnya pembangunan dan penggunaan
bahan baku logam berat bisa berdampak negatif, yaitu munculnya kasus pencemaran
yang melebihi batas sehingga mengakibatkan kerugian dan keresahan masyarakat. Hal itu
terjadi karena sangat besarnya resiko terpapar logam berat maupun logam transisi yang
bersifat toksik dalam dosis dan konsentrasi tertentu.
Sejak kasus kecelakaan merkuri di Minamata Jepang tahun 1953 yang secara intensif
dilaporkan, isu pencemaran logam berat meningkat sejalan dengan pengembangan
berbagai penelitian yang mulai diarahkan pada berbagai aplikasi teknologi untuk
menangani pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh logam berat. Pada konsentrasi
yang sangat rendah efek logam berat dapat berpengaruh langsung dan terakumulasi
pada rantai makanan sehingga dikhawatirkan berdampak pada kesehatan manusia. Seperti
halnya sumber-sumber pencemaran lingkungan lainnya, logam berat tersebut dapat
ditransfer dalam jangkauan yang sangat jauh di lingkungan, selanjutnya berpotensi
mengganggu kehidupan biota lingkungan dan akhirnya berpengaruh terhadap kesehatan
manusia walaupun dalam jangka waktu yang lama dan jauh dari sumber pencemar
utamanya. Beberapa logam berat, seperti arsenik, timbal, kadmium dan merkuri sangat
berbahaya bagi kesehatan manusia dan kelangsungan kehidupan di lingkungan.
Pencemaran logam berat dalam lingkungan dapat menimbulkan bahaya bagi
kesehatan, baik pada manusia, hewan, tanaman maupun lingkungan. Salah satu logam
berat yang berbahaya adalah merkuri. Secara alamiah, pencemaran merkuri berasal dari
kegiatan gunung berapi atau rembesan tanah yang melewati deposit merkuri. Keberadaan
merkuri dari alam dan masuk ke suatu tatanan lingkungan tidak akan menimbulkan efek.
Di Indonesia, pencemaran logam berat cenderung meningkat sejalan dengan
meningkatnya proses industrialiasasi. Sejak era industrialisasi, merkuri menjadi bahan
pencemar penggalian karena merkuri dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Salah
satu penyebab pencemaran lingkungan oleh merkuri adalah pembuangan tailing
pengolahan emas yang diolah secara amalgamasi. Usaha pertambangan, oleh sebagian
masyarakat sering dianggap sebagai penyebab kerusakan dan pencemaran lingkungan.
Sebagai contoh, pada kegiatan usaha pertambangan emas skala kecil, pengolahan bijih
dilakukan dengan proses amalgamasi dimana merkuri (Hg) digunakan sebagai media
untuk mengikat emas.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana contoh kasus tentang pencemaran logam berat yang terjad di Indonesia ?
2. Apa yang menyebabkan kasus tersebut terjadi ?
3. Bagaimana toksikokinetik merkuri ?
4. Bagaimana toksisitas merkuri ?
5. Bagaimana alternatif pemecahan solusi dari masalah tersebut ?
1.3 Tujuan
1. Bagaimana contoh kasus tentang pencemaran logam berat yang terjad di Indonesia ?
2. Apa yang menyebabkan kasus tersebut terjadi ?
3. Bagaimana toksikokinetik merkuri ?
4. Bagaimana toksisitas merkuri ?
5. Bagaimana alternatif pemecahan solusi dari masalah tersebut ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Study Kasus
Desa Pantai Buyat dan Ratatotok terletak di Kecamatan Ratatotok, Kabupaten Minahasa
Selatan, Propinsi Sulawesi Utara. Desa ini terkenal dengan tambang emas. PT. Newmont
Minahasa Raya (PT. NMR) adalah perusahaan kontrak karya pertambangan emas yang
berlokasi di Kabupaten Minahasa Selatan dan Kabupaten Bolaang Mongondow, Propinsi
Sulawesi Utara dan telah beroperasi sejak bulan Maret 1996. Berdasarkan dokumen Amdal,
PT. Newmont Minahasa Raya merupakan perusahaan tambang yang diperkenankan
memanfaatkan dasar laut sebagai media untuk menempatkan limbah padat (tailing) yang
dihasilkan dari proses penambangan. Dampak penting dari system ini adalah pengendapan
dan penimbunan yang timbul akibat penempatan tailing didasar laut (Submarine Tailing
Disposal/STD).
Komposisi bahan kimia tailing pada tingkat tertentu dapat menyebabkan pencemaran
perairan yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat di sekitar lokasi pembuangan apabila
tidak dikelola dengan baik sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Di samping itu juga
dapat menyebabkan rusaknya sumber daya ikan di sekitar lokasi pembuangan tailing.
Dampak penting yang terjadi di daerah pertambangan yang menggunakan STD adalah
penutupan daerah dasar perairan dan bioakumulasi logam. Selain itu, di desa Ratatotok
banyak terdapat penambangan emas rakyat yang menggunakan merkuri untuk
pengolahannya. Limbah penambangan emas rakyat tersebut dibuang ke tanah dan sungai
yang bermuara ke perairan di sekitar Teluk Totok. Dampak kegiatan PT. NMR dan adanya
penambangan emas rakyat tersebut meliputi antara lain aspek fisik, biologi dan kimia
perairan laut yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kesehatan manusia melalui rantai
makanan.
Berdasarkan informasi awal dari tim Departemen Kesehatan yang berkunjung ke lokasi,
dari 180 warga Desa Pantai Buyat telah ditemukan 30 warga desa tersebut yang mempunyai
keluhan gatal-gatal di beberapa bagian tubuh, dermatitis, Infeksi Saluran Pernafasan Atas,
dan munculnya benjolan di beberapa bagian tubuh seperti wajah, tangan, kaki, dan leher.
Sehubungan dengan hal tersebut, berdasarkan hasil rapat MENKOKESRA tanggal 23 Juli
2004 , maka dibentuklah tim Terpadu Penanganan Kasus yang terdiri dari MENKOKESRA,
Dep Kes, Dep. ESDM, BPPT, Dep. Perikanan dan Kelautan, KLH, Pemda Sulawesi Utara,
Perguruan Tinggi dan LSM. Selain itu dilibatkan pula para pakar dalam rangka mempertajam
hasil yang akan diperoleh.
2.2 Penyebab Kasus
Penyebab utama dari kasus tersebut adalah pencemaran logam berat diperairan Pantai Buyat
karena pembuangan limbah padat (tailing) yang diduga mengandung logam berat yang
sangat beracun yaitu mekuri (Hg) dan Arsen (As). Ditambah lagi sifatnya yang akumulatif di
alam tubuh manusia di mana setelah logam berat ini masuk ke dalam tubuh manusia,
biasanya melalui makanan yang tercemar logam berat. Logam berat ini tidak dapat
dikeluarkan lagi oleh tubuh sehingga makin lama jumlahnya akan semakin meningkat. Jika
jumlahnya telah cukup besar, baru pengaruh negatifnya terhadap kesehatan mulai terlihat,
biasanya logam-logam berat ini menumpuk di otak, saraf, jantung, hati dan ginjal, yang dapat
menyebabkan kerusakan pada jaringan yang ditempatinya. Tersebarnya logam berat di tanah,
perairan, atau pun udara dapat melalui berbagai hal, misalnya pembuangan secara langsung
limbah industri, baik limbah padat maupun limbah cair, dapat pula melalui udara karena
banyak industri yang membakar begitu saja limbahnya dan membuang hasil pembakaran ke
udara tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. Banyak orang beranggapan bahwa dengan
cara membakar, limbah beracun tersebut akan hilang, padahal sebenarnya kita hanya
memindahkan dan menyebarkan limbah beracun tersebut ke udara. Pencemaran dengan cara
ini lebih berbahaya karena udara lebih dinamis sehingga dampak yang diakibatkannya juga
akan lebih luas dan membersihkan udara jauh lebih sulit.
2.3 Toksikokinetika Merkuri
Metalionin mampu mengikat logam-logam berat dengan sangat kuat khususnya merkuri
(Hg), kadmium (Cd), perak (Ag), dan seng (Zn). Logam berat diabsorbsi dan diakumulasikan
dalam jaringan hidup. Sesuai urutan berikut : Hg > Cu > Ni > Pb > Co >Cd
a. Absorbsi
Dari beberapa data pada manusia maupun hewan menunjukkan bahwa metal merkuri
segera diserap melalui saluran cerna. Sampai 80 % uap senyawa metilmerkuri seperti uap
metil merkuri klorida dapat diserap melalui pernafasan. Penyerapan metil merkuri dapat
juga melalui kulit. Merkuri setelah diabsorbsi di jaringan mengalami oksidasi membentuk
merkuri divalent (Hg2+) yang dibantu enzim katalase. Inhalasi merkuri bentuk uap akan
diabsorbsi melalui sel darah merah, lalu ditransformasikan menjadi merkuri divalen
(Hg2+). Sebagian akan menuju otak, yang kemudian diakumulasi di dalam jaringan.
Absorbsi dalam alat gastrointestinal dari merkuri anorganik asal makanan kurang dari 15
% pada mencit dan 7 % pada manusia, sedangkan absorbsi merkuri organik sebesar 90 –
95 %. Konsentrasi merkuri terbesar ditemukan dalam paparan merkuri anorganik dan
merkuri uap, sedangkan merkuriorganik memiliki afinitas yang besar terhadap otak,
terutam korteks posterior
b. Distribusi
Dari segi toksisitas, konsentrasi dalam darah merupakan indikator yang sesuai dari dosis
yang diserap dan jumlah yang ada secara sistematik. Metil merkuri terikat pada
haemoglobin, dan daya ikatnya yang tinggi pada hemoglobin janin berakibat tingginya
kadar merkuri pada darah uri dibandingkan dengan darah ibunya. Dari analisis,
konsentrasi total merkuri termasuk bentuk merkuri organik, merkuri pada darah tali uri
hampir seluruhnya dalam bentuk termetilasi yang mudah masuk ke plasenta. Suatu
transport aktif pada sawar darah otak diperkirakan membawa metil merkuri masuk ke
dalam otak. Dalam darah, logam yang sangat neurotoksik ini terikat secara eksklusif pada
protein dan sulfhidril berbobot molekul rendah seperti sistein. Asam amino yang penting
pada rambut adalah sistein. Metil merkuri yang beraksi dan terikat dengan gugus
sulfhidril pada sistein kemudian terserap dalam rambut, ketika pembentukan rambut pada
folikel. Tetapi membutuhkan waktu paling tidak sebulan untuk dapat terdeteksi dalam
sampel potongan rambut pada pengguntingan mendekati kulit kepala.
c. Metabolisme
Metil merkuri dapat dimetabolisme menjadi metil anorganik oleh hati dan ginjal. Metil
merkuri dimetabolisme sebagai bentuk Hg++. Metil merkuri yang ada dalam saluran
cerna akan dikonversi menjadi merkuri anorganik oleh flora usus.
d. Eksresi
Eksresi merkuri dari tubuh melalui urin dan feses dipengaruhi oleh bentuk senyawa
merkuri, besar dosis merkuri, serta waktu paparan. Ekskresi metilmerkuri sebesar 90 %
terjadi melaluii feses, baik paparan akut maupun kronis.
2.4 Toksisitas Merkuri
Ion merkuri menyebabkan pengaruh toksik karena terjadinya proses presipitasi protein
yang menghambat aktivitas enzim dan bertindak sebagai bahan yang korosif. Merkuri juga
terikat oleh gugus sulfhidril, fosforil, karboksil, amida, dan amino, dimana dalam gugus
tersebut merkuri menghambat reaksi enzim. Pengaruh toksisitas merkuri pada manusia
tergantung dari bentuk komposisi merkuri, dosis, rute masuknya ke dalam tubuh, usia
manusia yang terpapar (sebagai contoh janin dan anak kecil lebih rentan). Merkuri secara
kimia terbagi menjadi tiga jenis yaitu merkuri elemental, merkuri inorganik, dan merkuri
organik. Merkuri elemental berbentuk cair dan menghasilkan uap merkuri pada suhu kamar.
Uap merkuri ini dapat masuk ke dalam paru-paru jika terhirup dan masuk ke dalam sistem
peredaran darah. Merkuri elemental ini juga dapat menembus kulit dan akan masuk ke aliran
darah. Namun jika tertelan merkuri ini tidak akan terserap oleh lambung dan akan keluar
tubuh tanpa mengakibatkan bahaya. Merkuri inorganic dapat masuk dan terserap oleh paru-
paru serta dapat menembus kulit dan juga dapat terserap oleh lambung apabila tertelan.
Banyak penyakit yang disebabkan oleh merkuri inorganik ini bagi manusia diantaranya
mengiritasi kulit, dan juga mata dan membrane mucus. Merkuri organik dapat masuk ke
tubuh melalui paru-paru, kulit dan juga lambung. Merkuri apapun jenisnya sangatlah
berbahaya pada manusia karena merkuri akan terakumulasi pada tubuh dan bersifat
neurotoxin. Merkuri yang digunakan pada produk-produk kosmetik dapat menyebabkan
perubahan warna kulit yang akhirnya dapat menyebabkan bintik-bintik hitam pada kulit,
iritasi kulit, hingga alergi, serta pemakaian dalam dosis tinggi bisa menyebabkan kerusakan
otak secara permanen, ginjal, dan gangguan perkembangan janin, bahkan pemakaian dalam
jangka pendek dalam kadar tinggi bisa menimbulkan muntah-muntah, diare, kerusakan paru-
paru, dan merupakan zat karsinogenik yang menyebabkan kanker . Toksisitas merkuri dapat
terjadi dalam tiga bentuk yaitu :
1. Merkuri Metal
Rute utama dari pajanan merkuri metal adalah melalui inhalasi; sebanyak 80 % merkuri
metal disabsorpsi. Merkuri metal dapat di metabolismekan menjadi ion inorganik dan
dieksresikan dalam bentuk merkuri inorganik. Organ yang paling sensitif adalah system
syaraf (peripheral dan pusat). Gejala neurotoksik spesifik adalah tremor, perubahan emosi
(gugup, penurunan percaya diri, mudah bersedih), insomnia, penurunan daya ingat, sakit
kepala, penurunan hasil pada tes kognitif dan fungsi motorik. Gejala dapat
bersifat irreversibel jika terjadi peningkatan durasi dan atau dosis merkuri.
2. Merkuri Anorganik
Merkuri memiliki afinitas yang tinggi pada terhadap fosfat, sistin, dan histidilrantai
samping dari protein, purin, pteridin dan porfirin, sehingga Hg bisa terlibat dalam proses
seluler. Toksisitas merkuri umumnya terjadi karena interaksi merkuri dengan kelompok
thiol dari protein. Beberapa peneliti menyebutkan bahwa konsentrasi rendah ion Hg+
mampu menghambat kerja 50 jenis enzim sehingga metabolisme tubuh bisa terganggau
dengan dosis rendah merkuri. Garam merkuri anorganik bisa mengakibatkan presipitasi
protein, merusak mukosa, alat pencernaan, termasuk mukosa usus besar, dan merusak
membran ginjal ataupun membran filter glomerulus, menjadi lebih permeabel terhadap
protein plasma yang sebagian besar akan masuk ke dalam urin. Toksisitas akut dari uap
merkuri meliputi gejala muntah, kehilangan kesadaran, mulut terasa tebal, sakit
abdominal, diare disertai darah dalam feses, oliguria, albuminuria, anuria, uraemia,
ulserasi, dan stomatis. Toksisitas garam merkuri yang larut bisa menyebabkan kerusakan
membran alat pencernaan, eksanterma pada kulit, dekomposisi eritrosit, serta
menurunkan tekanan darah. Toksisitas kronis dari merkuri anorganik meliputi gejala
gangguan system syaraf, antara lain berupa tremor, terasa pahit di mulut, gigi tidak kuat
dan rontok, anemia, albuminuria, dan gejala lain berupa kerusakan ginjal, serta kerusakan
mukosa usus.
3. Merkuri Organik
Alkil merkuri ataupun metil merkuri lebih toksik dibandingkan merkuri anorganik karena
alkil merkuri bisa membentuk senyawa lipolhilus yang mampu melintasi membran sel
dan lebih mudah diabsorbsi serta berpenetrasi menuju sistem syaraf, toksisitas merkuri
organic sangat luas, yaitu mengakibatkan disfungsi blood brain barrier, merusak
permeabilitas membran, menghambat beberapa enzim, menghambat sistesis protein, dan
menghambat penggunaan substrat protein. Namun demikian, alkil merkuri ataupun metil
merkuri tidak mengakibatkan kerusakan mukosa sehingga gejala toksisitas merkuri
organik lebih lambat dibandingkan merkuri anorganik. Gejala toksisitas merkuri organik
meliputi kerusakan sistem syaraf pusat berupa anoreksia, ataksia, dismetria, gangguan
pandangan mata yang bisa mengakibatkan kebutaan, gangguan pendengaran, konvulsi,
paresis, koma, dan kematian.
2.5 Alternatif Solusi
Banyak alternatif yang dapat digunakan untuk mengolah limbah yang mengandung
logam berat, khususnya merkuri, diantaranya ialah dengan teknologi low temperature thermal
desorption (LTTD) atau dengan teknologi Phytoremediation.
1. Teknologi Low Temperature Thermal Desorption (LTTD)
Pada system thermal desorption, material diuraikan pada suhu rendah (< 300 derajat
Celcius) dengan pemanasan tidak langsung serta kondisi tekanan udara yang rendah
(vakum). Dengan kondisi tersebut material akan lebih mudah diuapkan daripada
dalam kondisi tekanan tinggi. Jadi, dalam sistem ini yang terjadi adalah proses fisika
tidak ada reaksi kimia, seperti oksidasi. Cara ini sangat efektif untuk memisahkan
bahan-bahan organik yang mudah menguap, misalnya Volatile Organic Compounds
(VOCs), Semi-Volatile Organic Compounds (SVOCs), Poly-Aromatic Hydrocarbon
(PAHs), Polychlorinated Biphenyl (CBs), minyak, pestisida, dan beberapa logam
kadmium, merkuri, timbal, arsen, serta non logam seperti sulfur dan klor.
2. Teknologi Phytoremediation
Teknologi limbah dengan sistem Phytoremediasi, menggunakan tanaman sebagai
alat pengolah bahan pencemar. Limbah padat atau cair yang akan diolah ditanami
dengan tanaman tertentu yang dapat menyerap, mengumpulkan, mendegradasi bahan-
bahan pencemar tertentu yang terdapat di dalam limbah tersebut. Banyak istilah yang
diberikan pada sistem ini sesuai dengan mekanisme yang terjadi pada prosesnya.
Misalnya:
a. Phytostabilization : polutan distabilkan didalam tanah oleh pengaruh tanaman.
b. Phytostimulation : akar tanaman menstimulasi penghancuran polutan dengan
bantuan bakteri rhizosphere.
c. Phytodegradation : tanaman mendegradasi polutan dengan atau tanpa
menyimpannya di dalam daun, batang, atau akarnya untuk sementara waktu.
d. Phytoextraction : polutan terakumulasi di jaringan tanaman, terutama daun.
e. Phytovolatilization: polutan oleh tanaman diubah menjadi senyawa yang mudah
menguap sehingga dapat di lepaskan ke udara.
f. Rhizofiltration : polutan diambil dari akar oleh tanaman pada sistem hidroponik.
Proses remediasi polutan dari dalam tanah atau air terjadi karena jenis tanaman
tertentu dapat melepaskan zat carriers, yang biasanya berupa senyawaan kelat,
protein, glukosida, yang berfungsi mengikat zat polutan tertentu kemudian
dikumpulkan di jaringan tanaman, misalnya pada daun atau akar.
Keunggulan sistem phytoremediasi di antaranya adalah biayanya murah dan dapat
dikerjakan insitu, tetapi kekurangannya di antaranya adalah perlu waktu yang lama
dan diperlukan pupuk untuk menjaga kesuburan tanaman, akar tanaman biasanya
pendek sehingga tidak dapat menjangkau bagian tanah yang dalam. Yang perlu di
ingat ialah setelah dipanen, tanaman yang kemungkinan masih mengandung polutan
beracun ini harus ditangani secara khusus.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Terjadinya Pencemaran Logam Berat di desa Pantai Buyat dan Ratatotok disebabkan oleh
pembuangan limbah padat (tailing) penambangan emas rakyat yang menggunakan
merkuri untuk pengolahannya.
2. Sifatnya yang akumulatif di dalam tubuh manusia biasanya melalui makanan yang
tercemar logam berat yang dikonsumsi masyarakat sekitar.
3. Absorbsi dalam alat gastrointestinal dari merkuri anorganik asal makanan kurang dari 7
% pada manusia, sedangkan absorbsi merkuri organik sebesar 90 – 95 %.
4. Distribusi merkuri dalam darah terikat secara eksklusif pada protein dan sulfhidril yang
beraksi dan terikat dengan gugus sulfhidril pada sistein kemudian terserap dalam rambut,
ketika pembentukan rambut pada folikel.
5. Metil merkuri dapat dimetabolisme dalam bentuk Hg ++ menjadi metil anorganik oleh
hati dan ginjal.
6. Ekskresi metal merkuri sebesar 90 % terjadi melalui feses, baik paparan akut maupun
kronis tetapi juga dipengaruhi oleh bentuk senyawa merkuri, besar dosis merkuri, serta
waktu paparan.
7. Toksisitas merkuri metal menyerang organ yang paling sensitif adalah system syaraf
(peripheral dan pusat) menimbulkan gejala neurotoksik spesifik seperti tremor, perubahan
emosi (gugup, penurunan percaya diri, mudah bersedih), insomnia, penurunan daya ingat,
sakit kepala, penurunan hasil pada tes kognitif dan fungsi motorik.
8. Toksisitas akut dari uap merkuri meliputi gejala muntah, kehilangan kesadaran, mulut
terasa tebal, sakit abdominal, diare disertai darah dalam feses, oliguria, albuminuria,
anuria, uraemia, ulserasi, dan stomatis.
9. Toksisitas garam merkuri yang larut bisa menyebabkan kerusakan membran alat
pencernaan, eksanterma pada kulit, dekomposisi eritrosit, serta menurunkan
tekanan darah.
10. Toksisitas kronis dari merkuri anorganik meliputi gejala gangguan system syaraf, antara
lain berupa tremor, terasa pahit di mulut, gigi tidak kuat dan rontok, anemia, albuminuria,
dan gejala lain berupa kerusakan ginjal, serta kerusakan mukosa usus.
11. Gejala toksisitas merkuri organik meliputi kerusakan sistem syaraf pusat berupa
anoreksia, ataksia, dismetria, gangguan pandangan mata yang bisa mengakibatkan
kebutaan, gangguan pendengaran, konvulsi, paresis, koma, dan kematian.
12. Banyak alternatif yang dapat digunakan untuk mengolah limbah yang mengandung
logam berat, khususnya merkuri, diantaranya ialah dengan teknologi low temperature
thermal desorption (LTTD) atau dengan teknologi Phytoremediation.
4.2 Saran
1. Apapun bentuknya, merkuri tetap neuotoksin dalam tubuh manusia, untuk itu
masyarakat sekitar agar lebih berhati-hati dalam memilih dan mengonsumsi makanan
terutama ikan yang diduga sudah tercemar logam berat.
2. Untuk mengurangi dampak pencemaran logam berat, sebaiknya dipilih teknologi
pengolahan yang ramah lingkungan dengan mempertimbangkan aspek biaya dan
manfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Alvarez, E. A., M. Callejon M., J.C. Jimenez S., M. Ternero, Heavy Metal Extractable
Forms in Sludge from Wastewater Treatment Plants, Chemosphere 47:n765-775, 2002
Brown, CC, The Statistical Analyses of Dose-Effect Relationship dalam Principle of
Ecotoxycology, Ed. Butler, New York: John Wiley and Sons, 1998.
Charlena. 2004. Pencemaran Logam Berat Timbal(Pb) dan Merkuri(Hg) Pada ikan.
Falsafah Sain (PSL 702) Program Pascasarjana / S3 / Institut Pertanian Bogor.
Darmono. 2003. Lingkungan hidup dan Pencemaran. Bogor : Penerbit Universitas
Indonesia (UIP)
Djambatan. Sunardi. 2004. Cara Alternatif untuk Mengolah Limbah Padat yang
Mengandung Merkuri dan Arsen. Jakarta
Kanisius Slamet, Juli Soemirat.. Kesehatan Lingkungan. 1994. Bandung: Gadjah Mada
University Press.
Palar, Heryanto.1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam berat. Jakarta : Rineka Cipta
Sunu, Pramudya. 2001. Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001. Jakarta:
Grasindo.