thesis

123
EFISIENSI PEMASARAN PEDET JANTAN SAPI PERAH TESIS Untuk memenuhi sebagian persyaratan Untuk mencapai derajat Sarjana S-2 Program Studi Agribisnis Disusun Oleh : Kamarullah M. Nur NIM. 06750030 PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2008

Upload: citra-dewi

Post on 07-Aug-2015

197 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

c

TRANSCRIPT

Page 1: Thesis

EFISIENSI PEMASARAN PEDET JANTAN SAPI PERAH

TESIS

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Untuk mencapai derajat Sarjana S-2

Program Studi Agribisnis

Disusun Oleh :

Kamarullah M. Nur

NIM. 06750030

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2008

Page 2: Thesis

TESIS

EFISIENSI PEMASARAN PEDET JANTAN SAPI PERAH

Disusun oleh:

KAMARULLAH M. NUR

NIM. 06750030

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Pembimbing Utama Anggota Tim Penguji

Dr. Ir. Jabal Tarik Ibrahim, M.Si Ir. Harpowo, MP.

Pembimbing Pendamping

Ir. Dyah Erni W, MM Ir. Istis Baroh, MP

Tesis ini telah diterima sebagai salah satu prasyarat

Untuk memperoleh gelar Magister

Tanggal ………………..

Dr. Achmad Habib, MA

Direktur

Page 3: Thesis

ABSTRAK

Kamarullah M. Nur. Efisiensi Pemasaran Pedet Jantan Sapi Perah. Dibimbing

oleh Jabal Tarik Ibrahim dan Dyah Erni. W.

Kata Kunci : Pedet Jantan, Pemasaran

Pemeliharaan pedet jantan sapi perah bagi petani peternak kurang

menguntungkan bahkan dapat mempengaruhi pendapatan dan menambah biaya

produksi, sehingga kebiasaan petani peternak menjual pedet jantan yang dimiliki

setelah berumur 2 – 4 bulan dengan harga yang relatif murah, karena

penentuharga ada pada pedagang perantara (blantik). Hal ini dapat terjadi karena

pengetahuan tentang pemasaran produk-produk peternakan terutama tentang harga

pedet jantan sapi perah tidak diketahui secara pasti dan mudah oleh petani

peternak.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat efisiensi

pemasaran Pedet jantan sapi perah di Kota Batu.

Informasi dan pemahaman tentang pemasaran pedet jantan sapi perah

secara tepat dan efisien harus diketahui oleh petani peternak sehingga dapat

memperoleh harga jual yang layak. Masalah dalam penelitian ini adalah

bagaimana pola saluran pemasaran, berapa margin pemasaran, share harga dan

keuntungan serta efisiensi pemasaran pedet jantan sapi perah di lihat dari market

structure, market conduct dan market performance (SCP).

Jumlah responden adalah 60 orang yang terdiri dari 30 orang responden

petani peternak sapi perah yang merupakan anggota Gapoktan Sapi Perah Batu

Bersatu dan 30 orang responden mewakili lembaga pemasaran yang ditentukan

secara acak sederhana sesuai proporsi dan menyebar di tiga wilayah kecamatan

yaitu Batu, Bumiaji dan Junrejo Kota Batu. Analisis data dilakukan dengan

pendekatan analisis konsentrasi rasio, analisis elastisitas transmisi harga, dan

analisis deskriptif – Hay and Morris.

Metode yang digunakan adalah purposive atau dengan cara sengaja. Hasil

analisis menunjukkan bahwa pemasaran pedet jantan sapi perah berada pada pasar

persaingan sempurna dan petani peternak sudah memperoleh harga yang layak,

sedangkan keuntungan tertinggi diperoleh oleh pedagang perantara/blantik.

Page 4: Thesis

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya

sehingga karya ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan sejak April

2008. Dengan judul “Efisiensi Pemasaran Pedet Jantan Sapi Perah pada anggota

Gabungan Kelompok Tani Gapoktan Sapi Perah Batu Bersatu Kota Batu Jawa

Timur.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Jabal Tarik Ibrahim

M.Si dan Ibu Ir. Dyah Erni W, M.M., masing-masing selaku Pembimbing utama

dan pembimbing, serta Ir. Sutawi, MP., selaku Ketua Jurusan Program Agribisnis

Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Malang. Penghargaan penulis

sampaikan juga kepada anggota Gapoktan Sapi Perah Batu Bersatu, penyuluh

THL – TBPP yang telah membantu pengambilan data dalam penelitian. Terima

kasih juga penulis sampaikan kepada Pemkot Batu, Kepala Dinas Pertanian Kota

Batu, dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Tesis ini.

Ungkapan terima kasih juga ananda sampaikan kepada Bapak, Ibu (Alm) dan istri

tercinta anak-anakku tersayang, dan seluruh keluarga atas segala doa dan kasih

sayangnya.

Malang, Nopember 2008

Penulis

Page 5: Thesis

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Tesis yang berjudul “Efisiensi

Pemasaran Pedet Jantan Sapi Perah” ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan

untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang

pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau

diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini

dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, 25 Nopember 2008

Kamarullah M. Nur

Page 6: Thesis

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Obi Maluku Utara, 16 Pebruari 1958 sebagai anak ke

3 (tiga) dari pasangan H. HM. Kamarullah dan Almarhumah Djubaidah Sangadji.

Pendidikan sarjana Muda di tempuh di Program Studi Produksi Ternak, Akademis

Peternakan Brahma Putra Yogyakarta, lulus tahun 1986. Pendidikan Sarjan di

tempuh di Program Studi Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Islam

Malang, lulus tahun 1992. Pada tahun 2007 penulis mendapat ijin belajar dari

Pemkot Batu di Pasca Sarjana Program Magister Agribisnis Universitas

Muhammadiyah Malang.

Penulis adalah PNS pada Dinas Pertanian Kota Batu sejak tahun 2005.

Sebelumnya adalah fungsional guru pada SPP Negeri Ambon 1992 – 1999, Kasi

Pemantauan Kualitas Lingkungan merangkap PLT Kabid Pemantauan dan

Pemulihan pada BAPEDALDA Propinsi Maluku Utara 1999 – 2002, Camat Kec.

Obi Kabupaten Maluku Utara 2002 – 2004.

Page 7: Thesis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................... i

SURAT PERNYATAAN ........................................................................... ii

ABSTRAK .................................................................................................. iii

KATA PENGANTAR ................................................................................ iv

RIWAYAT HIDUP .................................................................................... v

DAFTAR ISI ............................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ...................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xi

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 4

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................... 4

1.4 Manfaat .............................................................................................. 5

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Telaah Penelitian ............................................................................... 6

2.2 Landasan Teori .................................................................................. 8

2.2.1 Pengertian Pemasaran dan Rantai Pemasaran ....................... 8

2.2.2 Efisiensi Pemasaran ............................................................... 11

2.2.3 Struktur Pasar ........................................................................ 15

2.2.4 Perilaku Pasar ........................................................................ 24

2.2.5 Tampilan Pasar ...................................................................... 27

2.2.6 Margin Pemasaran ................................................................. 28

2.3 Kerangka pemikiran ......................................................................... 33

2.4 Hipotesis ........................................................................................... 37

Page 8: Thesis

III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Lokasi Penelitian ................................................ 38

3.2 Metode Pengambilan Sampel ............................................................ 39

3.3 Metode Pengumpulan Data ............................................................... 40

3.4 Definisi Operasional .......................................................................... 40

3.5 Metode Analisis Data ........................................................................ 41

3.5.1 Analisis Efisiensi Pemasaran ................................................. 42

3.5.1.1 Analisis Struktur Pasar ......................................................... 42

IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak dan Luas Wilayah ................................................................... 45

4.1.1. Topografi .............................................................................. 45

4.1.2 Curah Hujan .......................................................................... 46

4.1.3 Jenis Tanah ........................................................................... 46

4.1.4 Batas Wilayah ....................................................................... 47

4.2 Keadaan Umum Peternakan ............................................................. 47

4.2.1 Data Populasi Ternak ............................................................ 48

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian ................................................... 49

5.2 Sistem Pemeliharaan Ternak ............................................................ 50

5.3 Karakteristik Responden ................................................................... 50

5.3.1 Umur Responden .................................................................. 51

5.3.2 Pendidikan Responden ......................................................... 53

5.3.3 Jumlah Anggota Rumah Tangga Responden ........................ 55

5.3.4 Pengalaman Berusaha dan Lama Pemeliharaan

Ternak Sapi ........................................................................... 56

5.3.5 Status Pemilikan Ternak ....................................................... 57

5.3.6 Jumlah Pemilikan Ternak ..................................................... 58

5.3.7 Kondisi Pendapatan Petani Ternak dari Setiap Ekor Pedet

yang Dijual ........................................................................... 59

5.4 Sistem Pemasaran Ternak ................................................................ 60

Page 9: Thesis

5.5 Analisa Efisiensi Pemasaran Pedet Jantan Sapi Perah ..................... 62

5.5.1 Analisis Struktur Pasar ......................................................... 62

5.5.2 Analisis Perilaku Pasar ......................................................... 67

5.5.3 Analisis Tampilan Pasar ....................................................... 72

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ....................................................................................... 79

6.2 Saran ............................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 10: Thesis

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Struktur Pasar Bahan Makanan dan Serat .................................... 15

Tabel 5.1 Rincian Jumlah Anggota Rum ah Tangga Responden di

Wilayah Penelitian Tahun 2008 ................................................... 57

Tabel 5.2 Pengalaman Berusaha dan Lama Pemeliharaan Ternak Sapi

Perah ............................................................................................. 58

Tabel 5.3 Jumlah Pemilikan dan Jumlah Penjualan Pedet Jantan Sapi

Perah dari Petani Peternak Tahun 2008 ....................................... 59

Tabel 5.4 Harga Jual Pedet Jantan Sapi Perah Tahun 2006 – 2008 ............. 61

Tabel 5.5 Volume Transaksi dan Konsentrasi Ratio Pedagang Perantara

Di Kota Batu Tahun 2008 ............................................................ 67

Tabel 5.6 Volume Transaksi dan Konsentrasi Rasio Antara Saluran

Pemasaran Pedet Jantan Sapi Perah di Kota Batu Tahun 2008 ... 68

Tabel 5.7 Share Harga Ternak Sapi Perah Yang Diterima Petani Peternak

Untuk Setiap Desa di Kota Batu Tahun 2008 .............................. 73

Tabel 5.8 Perbandingan Perbedaan Share Harga yang Diterima Petani

Menggunakan LSD ...................................................................... 74

Tabel 5.9 Harga Pedet Sapi Perah Jantan Berdasarkan Umurnya Tahun

2006-2008 .................................................................................... 75

Tabel 5.10 Perbandingan Harga Pedet Sapi Perah ......................................... 76

Tabel 5.11 Distribusi Keuntungan (Profit Margin) Pedagang dalam

Pemasaran Pedet Jantan Sapi Perah di Kota Batu Tahun 2008 ... 77

Page 11: Thesis

DAFTAR GAMBAR

1. Grafik Mekanisme Pasar ........................................................................ 10

2. Grafik Keadaan Pasar Persaingan Sempurna ......................................... 18

3. Grafik Pasar Monopolistik ...................................................................... 19

4. Grafik Pasar Monopoli ............................................................................ 20

5. Grafik Pasar Monopsoni ......................................................................... 22

6. Grafik Perusahaan pada Kondisi Oligopoli ............................................ 23

7. Grafik Fungsi Primer, Turunan dan Margin Pemasaran ......................... 31

8. Peta Lokasi Penelitian ............................................................................ 38

9. Diagram Karakteristik Petani Peternak Berdasarkan Umur .................. 51

10. Diagram Karakteristik Petani Penggemukan Pedet Jantan Sapi Perah

Berdasarkan Umur .................................................................................. 52

11. Diagram Karakteristik Pedagang Pengumpul Pedet Jantan Berdasarkan

Umur ....................................................................................................... 52

12. Diagram Karakteristik Pedagang Perantara/Blantik Pedet Jantan Sapi

Perah Berdasarkan Umur ........................................................................ 53

13. Diagram Tingkat Pendidikan Formal Petani Peternak Pedet Jantan

Sapi Perah ............................................................................................... 54

14. Diagram Tingkat Pendidikan Formal Petani Penggemukan Pedet Jantan

Sapi Perah ............................................................................................... 54

15. Diagram Tingkat Pendidikan Formal Pedagang Pengumpul Pedet

Jantan Sapi Perah .................................................................................... 55

16. Diagram Tingkat Pendidikan Formal Pedagang Perantara/Blantik

Pedet Jantan Sapi Perah .......................................................................... 56

17. Skema Saluran Pemasaran Ternak Pedet Jantan Sapi Perah di Kota Batu

Tahun 2008 ............................................................................................. 62

Page 12: Thesis

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran Karakteristik Responden Petani Peternak Pedet Jantan Sapi Perah

2. Karakteristik Responden Petani Penggemukan Pedet Jantan Sapi Perah

3. Karakterik Responden Pedagang Pengumpul Pedet Jantan Sapi Perah

4. Karakteristik Responden Pedagang Perantara/Blantik Pedet Jantan Sapi

Perah

5. Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana Harga Pedet Sapi Perah

6. Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana Volume Perdagangan Pedet

Jantan Sapi Perah

7. Hasil Analisis Varian Perbandingan Harga Pedet Jantan Sapi Perah

8. Hasil Analisis Varian Share Harga

9. Post Hoc Test

10. Harga Jual Pedet Jantan Sapi Perah

Page 13: Thesis

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan peternakan yang merupakan bagian integral dari pembangunan sektor

pertanian dan pembangunan Nasional, mendapat perhatian yang cukup besar dari

Pemerintah. Hal ini selain sebagai sumber protein hewani dalam upaya perbaikan

gizi masyarakat, peningkatan sumber daya manusia juga dapat meningkatkan

kesejahteraan petani (Anonymous, 2006).

Usaha peternakan sapi perah yang di kembangkan oleh koperasi dan

swasta, telah dikelola secara komersial. Namun di tingkat petani masih sebagai

usaha skala keluarga dengan kepemilikan rata-rata 2–3 ekor setiap keluarga,

sehingga manajemen yang diterapkan juga seadanya.

Kota Batu termasuk salah satu daerah di Jawa timur yang selama ini telah

mengembangkan usaha peternakan khususnya sapi perah; melalui Pemda Kota

Batu dicanangkan sebagai kota Agropolitan dengan penekanan pembangunan

bertumpuk pada sektor pertanian secara luas. Pengembangan usaha peternakan

rakyat khususnya usaha peternakan sapi perah juga termasuk dalam rencana

pengembangan secara baik dan diperluas, karena selain sebagai usaha pokok

masyarakat juga limbah dari usaha peternakan tersebut diharapkan akan

bermanfaat dalam rangka mendukung pembangunan pertanian berkelanjutan.

Kota batu dengan penduduk 172.735 dan 37.000 kepala keluarga adalah

petani, khusus petani peternak sapi perah yang bergabung dalam gabungan

kelompok tani sapi perah Batu Bersatu sebanyak 576 anggota dengan penyebaran

populasi sapi perah sebanyak 6.335 ekor (Anonymous, 2007).

Page 14: Thesis

Pemerintah daerah melalui Dinas Pertanian Kota Batu sejak tahun 2005

secara bertahap berupaya terus meningkatkan populasi ternak sapi perah melalui

bantuan langsung masyarakat (BLM) maupun kegiatan proyek pengadaan lainnya

yang disebarkan kepada petani peternak. Perkembangan sapi perah setiap tahun

ada kenaikan 5 - 7 persen. Populasi pedet jantan sapi perah tahun 2008 yaitu

sebanyak 259 ekor (Anonymouse, 2008). Pada sistem pengolahan sapi perah di

tingkat petani peternak keberadaan pedet jantan atau anak sapi yang berumur 0 – 7

bulan menjadi beban tersendiri dalam biaya produksi, untuk itu biasanya pedet

jantan sapi perah dijual setelah berumur 2 – 3 bulan yang langsung dibeli oleh

blantik dengan harga yang tidak menentu hal ini dapat terjadi karena informasi

tentang pemasaran pedet jantan sapi perah tidak diketahui oleh petani peternak

secara pasti.

Informasi dan pemahaman tentang pemasaran pedet jantan sapi perah

harus diketahui oleh petani peternak secara mudah dan bebas sehingga petani

peternak dapat memperoleh kepastian harga untuk menentukan layak atau tidak

ternaknya di jual, untuk itu perlu dilakukan pengamatan dalam sistem pemasaran

pedet jantan sapi perah sehingga masyarakat pemilik ternak dapat mengetahui

secara transparan sistem pemasaran ternak khususnya pemasaran pedet jantan sapi

perah.

Pemasaran merupakan aspek penting dalam proses produksi; ketersediaan pasar dapat memacu berkembangnya program dalam menerapkan teknologi sistem usaha tani, secara khusus pemasaran adalah hasil telaah atau evaluasi

terhadap aliran produk secara fisik dan ekonomis dari produsen ke konsumen melalui pedagang perantara

(Anonymous, 1993), selanjutnya Fanani (2000) mengatakan bahwa pada prinsipnya pemasaran adalah pengalihan barang dari produsen ke konsumen, aliran barang tersebut dapat terjadi karena adanya lembaga pemasaran yang

tergantung dari sistem yang berlaku dan aliran barang yang dipasarkan. Dan salah satu lembaga pemasaran atau pelaku

pasar sistem tata niaga pedet jantan sapi perah adalah pedagang perantara atau blantik. Dalam kamus Bahasa Indonesia (Poerwadarminto, 1976) mengatakan bahwa blantik adalah cengkau, pengantara jual beli sapi, kuda, lembu, kambing,

domba dan sebagainya. Fungsi pemasaran pedet jantan sapi perah di kota Batu selama ini tidak berjalan sesuai yang

diharapkan, sehingga upaya-upaya untuk mendapat efisiensi dalam pemasaran perlu mendapat perhatian semua pihak. Keterampilan petani untuk menuju pelaksanaan pemasaran yang efisien memang terbatas hanya mempraktekkan

unsur-unsur manajemen saja, apalagi pemahaman informasi pasar masih rendah sehingga kesempatan-kesempatan

ekonomi menjadi sulit untuk dicapai (Soekartawi, 1989).

Dalam pemasaran ternak sapi pada umumnya proses pembentukan atau

penentuan harga selalu dikaitkan dengan urgensi kebutuhan uang tunai dari petani

Page 15: Thesis

peternak; bila petani peternak sangat membutuhkan uang tunai, ia hanya bertindak

sebagai price taker (penerima harga) saja, karena bargaining position (posisi

dalam tawar menawar) lemah, bahkan tidak jarang terjadi praktek-praktek

pemasaran yang merugikan petani peternak oleh para pedagang perantara atau

blantik.

1.2 Rumusan Masalah

Bertitiktolak pada latar belakang penelitian ini, maka masalah yang perlu disimak dan

dicermati serta dicarikan solusinya adalah sebagai berikut :

1.2.1 Bagaimana pola saluran pemasaran pedet jantan sapi Perah yang terbentuk

di Kota Batu.

1.2.2 Berapa margin pemasaran, share harga dan keuntungan pemasaran pedet

jantan sapi Perah di Kota Batu.

1.2.3 Bagaimana efisiensi pemasaran pedet jantan sapi Perah di Kota Batu dilihat

dari analisis market structur, market conduct, dan market performance

(SCP).

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

1.3.1 Untuk mengidentifikasi pola saluran pemasaran pedet jantan sapi Perah

yang terbentuk di Kota Batu.

Page 16: Thesis

1.3.2 Untuk mengetahui tentang keberadaan margin pemasaran, share harga, dan

keuntungan pemasaran pedet jantan sapi perah di Kota Batu,

1.3.3 Untuk menghitung efisiensi pamasaran dari pedet jantan sapi perah dilihat

dari analisis market structur, market conduct dan market performance

(SCP)

Page 17: Thesis

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dan kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah

1.4.1 Sebagai bahan informasi kepada petani sapi perah dalam

memasarkan ternak khususnya pedet jantan sapi perah melalui jalur mana yang

akan digunakan agar efisien.

1.4.2 Sebagai bahan kajian lebih lanjut bagi Dinas Pertanian Kota Batu dalam

upaya perbaikan lembaga petani sekaligus penataan efisiensi jalur

pemasaran ternak sapi pada umumnya

1.4.3 Sebagai bahan acuan dalam rangka penyusunan rancangan penyuluhan

1.4.4. Sebagai khasanah ilmu pengetahuan khusunya dalam bidang pemasaran

pedet jantan sapi perah.

Page 18: Thesis

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Telaahan Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang analisis pemasaran ternak terutama pemasaran pedet jantan sapi

perah belum banyak dilakukan, khususnya yang menyangkut analisis

struktur, perilaku dan tampilan pasar. Oleh karena itu penulis respek untuk

melakukan penelitian tentang bagaimana, struktur, perilaku dan tampilan

pasar dari pedet jantan sapi perah dan faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi terjadinya transaksi dari pedet jantan sapi perah di Kota

Batu. Walaupun sebenarnya sudah banyak dilakukan penelitian tentang

komoditas-komoditas pertanian lainnya di daerah lain di seluruh nusantara

ini, seperti Asmarantaka (1985) yang melakukan penelitian tentang

hubungan antara harga jagung yang diterima petani, biaya produksi,

margin pemasaran dan fasilitas pemasaran di provinsi Lampung. Pellokila,

dkk (1993) meneliti tentang pemasaran permintaan daging sapi di kota

Administratif Kupang melalui analisis biaya tataniaga, margin tataniaga,

keuntungan tataniaga dan efisiensi tataniaga dengan hasil yang cukup baik.

Idrus dan Widyantara (1996) melakukan penelitian tentang pemasaran

panili di Bali dengan hasil sebagai berikut: pasar panili di Bali tidak terintegrasi,

baik secara vertikal maupun horizontal sehingga struktur pasar yang ada

mengarah kepada pasar monopsoni. Sementara itu penelitian tentang struktur

pasar dalam pemasaran buah anggur di Bali yang dilakukan oleh Wardhana

(1993) diketahui bahwa struktur pasar buah anggur yang dihasilkan di Bali adalah

oligopsoni, dalam kondisi seperti ini pembeli bertindak selaku price setter

(penentu harga) sedangkan petani hanya sebagai price taker karena bargaining

positionnya lemah. Penelitian lain yang juga dilakukan di Bali oleh Darma

Setiawan (1997) tentang analisis pemasaran rumput laut yang mengkaji tentang

struktur, perilaku dan tampilan pasar diperoleh hasil bahwa pasar rumput laut di

Bali cenderung ke arah persaingan tidak sempurna (imperfect market) yakni pasar

oligopsoni.

Page 19: Thesis

Penelitian Tim Pusat Studi Kebijakan Pangan dan Gizi, (Anonymous,

1996) tentang analisis keterpaduan pasar pada sistem pemasaran komoditas

pangan strategis diperoleh hasil bahwa berdasarkan analisis biaya dan margin

pemasaran diketahui bahwa harga rata-rata yang diterima petani di bawah 50

persen dari harga di tingkat pengecer (konsumen). Relatif rendahnya harga yang

diterima petani ini disebabkan oleh tingginya biaya pemasaran dan margin

keuntungan pemasaran yang diterima pedagang.

Sedangkan menurut hasil penelitian Kiptiyah dan Semaoen (1994) tentang

pemasaran bunga potong di Jawa Timur bahwa nilai korelasi antara harga di

tingkat konsumen dan harga di tingkat produsen untuk setiap jenis bunga berkisar

antara 0.584 – 0.957. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar korelasi antara

harga konsumen dan harga produsen maka kedua pasar tersebut semakin kuat

terintegrasi.

Berdasarkan telaahan terhadap beberapa hasil penelitian yang telah

dikemukakan di atas, maka secara umum dapat dikatakan bahwa struktur pasar

komoditas pertanian mengarah kepada pasar persaingan tidak sempurna yakni

monopsoni atau oligopsoni yang pada hakekatnya sangat merugikan petani dalam

memasarkan komoditas yang dihasilkannya.

2.2 Landasan Teoritis

2.2.1 Pengertian Pemasaran dan Rantai Pemasaran

Definisi tentang pemasaran atau tataniaga telah banyak dikemukakan oleh para

ahli ekonomi, pada hakekatnya bahwa pemasaran atau tataniaga

merupakan aktivitas yang ditujukan terhadap barang dan jasa sehingga

dapat berpindah dari tangan produsen ke tangan konsumen.

Page 20: Thesis

Kohl dan Uhl (1980) mendefinisikan pemasaran sebagai tampilan aktivitas bisnis

yang terlibat dalam arus barang dan jasa dari pintu gerbang usahatani

(farm gate) sampai ke tangan konsumen. Menurut Saefuddin (1982) bahwa

pemasaran merupakan aktivitas yang berkaitan dengan bergeraknya barang

dan jasa dari produsen ke konsumen.

Menyimak definisi pemasaran di atas, maka secara tegas dapat dikatakan bahwa

tujuan dari pada pemasaran adalah agar barang dan atau jasa yang

dihasilkan oleh petani maupun perusahaan sebagai produsen sampai ke

konsumen. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan agar barang dan jasa dapat

berpindah dari sektor produksi ke sektor konsumsi disebut sebagai fungsi

pemasaran. Fungsi pemasaran yang dimaksud tersebut meliputi: a) fungsi

pertukaran yang meliputi pembelian dan penjualan; b) fungsi fisik meliputi

pengumpulan, pengolahan, pengangkutan dan c) fungsi fasilitas yang

meliputi standarisasi dan grading, penanggungan resiko, pembiayaan dan

informasi harga. Fungsi-fungsi pemasaran ini dilakukan oleh lembaga

pemasaran sebagai upaya pemindahan barang dan jasa dari sektor produksi

ke sektor konsumsi.

Dikemukakan lebih lanjut oleh Saefuddin (1982) bahwa rantai pemasaran atau

saluran pemasaran merupakan aliran yang dilalui oleh barang dan jasa dari

produsen melalui lembaga pemasaran sampai barang dan jasa tersebut tiba

di tangan konsumen.

Panjang pendeknya rantai pemasaran yang dilalui oleh suatu komoditas

tergantung dari : a) jarak antara produsen dan konsumen; b) cepat atau

tidaknya komoditas tersebut menjadi rusak; c) skala produksi dan posisi

keuangan produsen. Pola rantai pemasaran untuk komoditas pertanian

berbeda dengan pola rantai pemasaran untuk produk/komoditas industri.

Lokasi fisik sebagai tempat terjadinya pembelian dan penjualan disebut pasar, ini

merupakan pengertian sederhana/sempit. Pengertian pasar dalam arti luas

atau pengertian menurut teori ekonomi adalah pertemuan antara

penawaran dan permintaan atau perpotongan antara kurva penawaran dan

kurva permintaan, di mana pada titik potong tersebut terbentuklah harga

yang merupakan keseimbangan antara jumlah yang ditawarkan oleh

produsen dan jumlah yang diminta atau diinginkan konsumen (Lipsey,

1985 dalam Widiyantara, 1995).

Kenyataan menunjukkan bahwa pasar itu terpisah dalam ruang (market spatial)

dan akan terjadi ketidakseimbangan pasar apabila di antara dua daerah, di

mana daerah yang satu mengalami kesulitan produksi (excess supply)

sedangkan daerah yang lain mengalami kekurangan permintaan (excess

demand). Kondisi seperti ini akan mengakibatkan arus perpindahan barang

dari daerah excess supply ke daerah excess demand pada akhirnya akan

terjadi keseimbangan, sebagaimana yang diperlihatkan pada grafik di

bawah ini.

Page 21: Thesis

0 QQx 0 QQy Q Qz0

D S

PyPz

SD D S

(a) (b) (c)

Gambar 2.1 Mekanisme Pasar

Berdasarkan grafik 2.1 di atas diketahui bahwa sebelum terjadi perdagangan,

harga di X sebesar Px (gambar a) lebih murah dari harga barang di Y

(gambar b) atau dapat dinyatakan sebagai berikut Px < Py. Selanjutnya

setelah terjadi perdagangan dengan asumsi bahwa tidak ada biaya transfer

yang dikeluarkan oleh pedagang maka akan terjadi kenaikan harga di X

karena sebagian produk di bawa ke Y oleh pedagang, maka harga pokok di

Y akan turun. Proses perdagangan akan berhenti pada saat harga pokok di

X sama dengan harga pokok produk tersebut di Y. Selanjutnya apabila ada

biaya transfer atau pajak maupun kendala lainnya, perpindahan produk

akan terus berlanjut dari pasar dengan harga produk yang lebih rendah ke

pasar di mana harga produk tersebut lebih tinggi. Perdagangan akan

terhenti atau telah tercapai keseimbangan apabila perbedaan harga antara

dua pasar tersebut hanya sebesar biaya transfer (Azzaino, 1981).

Dalam menganalisis hasil penelitian ini dilakukan dengan pendekatan organisasi

pasar yang meliputi struktur, perilaku dan tampilan pasar atau yang

dikenal dengan analisis S – C – P (Structure, Conduct, Performance). Pada

awalnya analisis ini hanya digunakan untuk menganalisis organisasi pasar

dalam sektor industri di negara-negara industri maju seperti Amerika

Serikat, namun belakangan telah banyak digunakan untuk menganalisis

produk-produk pertanian (Alhusniduki, 1991).

2.2.2. Efisiensi Pemasaran

Problematika utama dalam pemasaran komoditas pertanian adalah bagaimana

upaya yang seharusnya dilakukan agar jasa lembaga pemasaran

memuaskan petani produsen dan konsumen produk pertanian, artinya

bahwa dalam pengaliran produk pertanian dari petani produsen sampai di

konsumen secara efisien.

Kohl dan Url (1980) mendefinisikan efisiensi pemasaran sebagai peningkatan

ratio output dan input yang dapat dicapai dengan cara: 1) output

tetap/konstan sedangkan input berkurang; 2) output meningkat dan input

tetap; 3) output meningkat dengan persentase yang lebih besar

dibandingkan dengan persentase kenaikan input dan 4) output berkurang

dengan persentase yang lebih rendah dari persentase penurunan input.

Untuk mengetahui efisiensi pemasaran dapat dilakukan dengan pengukuran: 1)

efisiensi teknis/operasional yang mengukur produktifitas pelaksanaan jasa

Px

Page 22: Thesis

pemasaran di dalam perusahaan dan 2) efisiensi alokatif (efisiensi harga)

yang mengukur bagaimana harga pasar mencerminkan biaya produksi dan

biaya pemasaran secara memadai pada sistem pemasaran secara

keseluruhan.

Efisiensi teknis dinyatakan dalam ratio output pemasaran terhadap inputnya:

Efisiensi Operasional = PemasaranInput

PemasaranOutput

Prinsipnya pengukuran efisiensi ini adalah kegiatan fisik, misalnya output per jam

kerja. Sebenarnya dalam pemasaran pengukuran efisiensi operasional sama

artinya dengan pengurangan biaya.

Dalam efisiensi alokatif diasumsikan bahwa output dan input berbentuk fisik yang

tetap, yang berhubungan dengan pencerminan biaya output yang bergerak

melalui sistem pemasaran. Harga yang dibayar oleh konsumen terhadap

barang yang dibeli harus mencerminkan secara tepat semua biaya dan

harga produk. Apabila tidak terjadi seperti ini, maka pasar tersebut berada

dalam keadaan persaingan tidak sempurna seperti monopoli/oligopoli

maupun monopsoni/oligopsoni. Menurut Soekartawi (1993) bila

keuntungan yang diperoleh sebagai akibat pengaruh harga maka dapat

dikatakan bahwa pengalokasian faktor produksi memenuhi efisiensi harga.

Menurut Mubyarto (1991) bahwa suatu sistem pemasaran dikatakan efisien

apabila memenuhi 2 syarat : Pertama mampu menyampaikan hasil-hasil

dari produsen ke konsumen dengan biaya yang semurah-murahnya dan

kedua mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga

yang dibayar konsumen akhir kepada semua pihak yang terlibat dalam

produksi dan pemasaran barang itu.

Sementara itu menurut Tornek dan Robinson (1977) bahwa efisiensi pemasaran

itu dapat dibedakan menjadi efisiensi operasional dan efisiensi alokatif

atau efisiensi harga. Efisiensi operasional atau efisiensi teknis

penekanannya pada kemampuan meminimumkan biaya-biaya dalam

melakukan fungsi pemasaran. Sedangkan dalam efisiensi harga atau

efisiensi ekonomis adalah pada kemampuan keterkaitan harga dalam

mengalokasikan komoditas dari produsen ke konsumen.

Yang sering menjadi indikator dalam mencermati efisiensi operasional adalah

margin pemasaran, yakni perbedaan harga yang dibayar oleh konsumen

akhir dengan harga yang diterima pada tingkat petani. Margin pemasaran

ini terdiri dari biaya pemasaran (marketing cost) dan keuntungan

Page 23: Thesis

pemasaran (marketing profit). Semakin besar biaya pemasaran dan atau

semakin besar keuntungan pemasaran suatu komoditas, maka margin

pemasaran semakin besar yang menyebabkan sistem pemasaran menjadi

tidak efisien.

Sedangkan efisien harga ditunjukkan oleh korelasi antara harga di tingkat

konsumen dengan harga di tingkat produsen. Menurut Azzano (1982)

bahwa untuk melihat efisiensi harga digunakan analisis integrasi pasar

secara vertikal. Dua pasar dikatakan terintegrasi apabila perubahan harga

dari salah satu pasar disalurkan/diteruskan ke pasar lainnya.

Bila disimak dari efisiensi operasional maupun efisiensi harga, maka suatu sistem

pemasaran dikatakan efisien apabila untuk suatu komoditas yang mengalir

melalui berbagai lembaga pemasaran dari produsen ke konsumen

diperlukan margin pemasaran yang rendah dan tingkat korelasi yang

tinggi. Kendati demikian hal ini bukanlah merupakan suatu patokan harga

mati yang tidak dapat diganggu gugat, sebab dapat saja terjadi bahwa pada

kasus tertentu margin pemasaran tinggi dan korelasi harga juga tinggi.

Oleh karena itu margin pemasaran dan korelasi harga sebagai indikator

efisiensi pemasaran tidak lagi saling melengkapi sehingga diperlukan

indikator lain.

Sehubungan dengan hal di atas, maka Saefuddin (1982) menyatakan bahwa ada

dua konsep yang dapat digunakan untuk mengukur efisiensi pemasaran

yakni konsep input output ratio dan konsep S-P-C (Structure, Performance

dan Conduct) atau struktur, tampilan dan perilaku. Input adalah berbagai

ramuan dari tenaga kerja, dan manajemen yang digunakan oleh lembaga-

lembaga pemasaran dalam proses pemasaran. Sedangkan yang

dimaksudkan dengan output adalah kepuasan konsumen terhadap barang

dan jasa yang dihasilkan oleh lembaga tersebut. Apabila terjadi suatu

perubahan yang menyebabkan biaya input untuk menghasilkan suatu

Page 24: Thesis

barang dan atau jasa meningkat dengan tidak mengurangi kepuasan

konsumen dikatakan sebagai peningkatan efisiensi. Sedangkan apabila

terjadi perubahan yang menyebabkan adanya penurunan biaya input tetapi

tidak mempertahankan atau tidak diikuti dengan peningkatan kepuasan

konsumen maka dikatakan terjadi penurunan efisiensi. Penggunaan konsep

efisiensi seperti ini sangat sulit karena adanya kesulitan dalam mengukur

tingkat kepuasan (Atmakusuma, 1984).

Menurut Alhusniduki, dkk (1991) bahwa kelemahan karena adanya penambahan

biaya pemasaran seringkali diperlukan penambahan jasa kepada

konsumen, tetapi penambahan jasa tidak selalu dicerminkan dalam

pertambahan nilai produk yang dipasarkan. Sebaliknya dengan

menurunnya nilai produk mungkin disebabkan oleh penurunan harga di

tingkat konsumen, sehingga standar dalam pendekatan ini tidak ada.

Karena itu pendekatan yang lebih tepat, dan lebih banyak digunakan di

negara-negara maju terutama Amerika Serikat, dan kini mulai digunakan

di negara-negara yang sedang berkembang dalam mengukur efisiensi

pemasaran adalah dengan analisis struktur pasar (market structure),

perilaku pasar (market conduct) dan tampilan pasar (market performance).

2.2.3 Struktur Pasar

Struktur dimaksudkan sebagai karakteristik organisasional suatu pasar yang dalam

prakteknya adalah menentukan hubungan antara pembeli dan penjual di

pasar, dengan penjual potensial yang akan masuk pasar.

Menurut Azzaino (1981) struktur pasar adalah suatu dimensi yang menjelaskan

definisi industri dan perusahaan mengenai jumlah yang ada di pasar,

distribusi perusahaan dengan berbagai ukuran dan diferensiasi produk serta

syarat-syarat keluar masuk pasar. Struktur pasar ini dapat dibedakan

Page 25: Thesis

menjadi pasar persaingan sempurna dan pasar persaingan tidak sempurna

yang meliputi pasar monopoli/monopsoni dan pasar oligopoli/oligopsoni.

Dahl dan Hammond (1977) membedakan struktur pasar hasil pertanian

sebagai berikut:

Tabel 1. Struktur Pasar Bahan Makanan dan Serat

Karakteristik Struktural Struktur Pasar

Jumlah

Perusahaan

Bentuk

Produk

Sisi Penjual Jumlah

Pembeli

Banyak Standar Persaingan

Murni

Persaingan

murni

Banyak Berbeda Persaingan

Monopolistik

Persaingan

Monopsonistik

Sedikit Standar Oligopoli

Murni

Oligopsoni

Murni

Sedikit Berbeda Oligopoli

Diferensiasi

Oligopsoni

Diferensiasi

Satu Unik Monopoli Monopsoni

Taken dan Asnawi (1977) membedakan struktur pasar atas persaingan sempurna

dan persaingan tidak sempurna. Pada kondisi pasar yang berbeda sistem

pemasarannya pun berbeda. Pasar dengan persaingan tidak sempurna

dibedakan menjadi pasar monopoli, pasar monopsoni, pasar oligopoli, dan

pasar oligopsoni.

Struktur pasar menurut Miller dan Meiners (1994) dibedakan menjadi pasar

persaingan sempurna, pasar monopoli, persaingan monopolistik dan pasar

oligopoli. Koutsoyiannis (1982) membedakan struktur pasar menjadi pasar

persaingan sempurna, pasar monopoli dan persaingan monopolistik.

Sedangkan menurut Handerson dan Quandt (1980) struktur pasar terdiri

dari pasar persaingan sempurna, monopsoni dan oligopsoni.

Dahl dan Hammond (1977) menyatakan bahwa untuk mengukur struktur pasar

dapat dilakukan dengan : 1) konsentrasi penjual; 2) konsentrasi pembeli; 3)

kendala masuk pasar dan 4) diferensiasi produk. Sedangkan menurut

Stiffel (1975) bahwa struktur pasar menunjukkan karakteristik yang

mempengaruhi perilaku pedagang dan tampilannya, yang dapat dilihat dari

3 unsur masing-masing : a) ratio konsentrasi, b) elastisitas suplai dan c)

keadaan masuk pasar.

Struktur pasar persaingan sempurna dapat dilihat dari koefisien regresi harga

antara tingkat pasar tertentu dengan tingkat pasar yang lebih rendah.

Sexton, King dan Carman, 1991 menyatakan bahwa untuk mengetahui dua

Page 26: Thesis

pasar terintegrasi atau tidaknya dapat dilakukan dengan analisis regresi

dengan harga di tingkat pasar ke-i sebagai variabel terikat dan harga di

tingkat ke-i + 1 dan selisih biaya transportasi sebagai variabel bebas.

Apalagi koefisien regresinya sama dengan satu, maka dapat dikatakan

bahwa pasar dalam keadaan persaingan sempurna, sedangkan apabila

koefisien regresinya lebih kecil dari satu, maka pasar cenderung ke arah

monopoli dan jika lebih besar dari satu maka pasar cenderung ke erah

monopsoni.

Suatu pasar dikatakan berada dalam keadaan persaingan sempurna apabila

memenuhi syarat-syarat berikut: (1) jumlah pembeli dan penjual sangat

banyak sehingga peranan pembeli maupun penjual secara individual tidak

mampu mempengaruhi harga pasar yang ada dengan meningkatkan jumlah

pembelian maupun jumlah penjualan; (2) Produk yang dihasilkan adalah

homogen. Homogenitas di sini dimaksudkan sebagai karakteristik teknis

maupun jasa yang diperlukan pemasarannya sama; (3) mobilitas faktor

produksi ke dalam pasar tidak ada hambatan sama sekali; (4) informasi

pasar sempurna dan diperoleh secara gratis, bukan hanya saat ini tetapi

juga pada waktu yang akan datang. Suatu contoh dapat diberikan di sini

adalah petani padi yang menghasilkan beras. Produsen terdiri dari banyak

sekali petani yang menghasilkan beras terstandar untuk dijual di pasar.

Petani di sini seperti halnya pimpinan perusahaan yang menghadapi

berbagai macam biaya yang harus dikeluarkan untuk menghasilkan padi.

Biaya yang dikeluarkan tersebut meliputi biaya tetap (BT), biaya varibel

(BV) dan biaya marginal (BM). Sebaliknya harga pokok yang dihasilkan

Page 27: Thesis

dalam hal ini beras adalah tetap. Dalam keadaan pasar persaingan

sempurna, petani tidak mungkin dapat mempengaruhi harga pasar secara

individu, (tentunya dengan asumsi bahwa tidak campur tangan

pemerintah). Keadaan ini dapat digambarkan dengan grafik seperti di

bawah ini dengan kurva-kurva: biaya rata-rata (BR) dan biaya marginal

(BM) (Masyrofie, 1993).

0 Q Jumlah

d = H = MR

BR

BM

H

P

Gambar 2.2. Keadaan Pasar Persaingan Sempurna

Keterangan : BR = Biaya rata-rata

BM = Biaya marginal

MR = Penerimaan Marginal

Berdasarkan grafik 2.2 di atas, maka petani akan berproduksi pada titik Q pada

saat BM = MR. Keadaan ini merupakan keseimbangan jangka panjang.

Apabila harga naik, maka produsen lain akan masuk pasar sampai BM =

MR = BR, sebaliknya bila harga turun maka petani atau produsen akan

keluar dari pasar sampai BM = MR = BR kembali. Kondisi seperti ini

petani tidak mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi harga pasar, oleh

karena itu hanya menerima harga berlaku di pasar (hanya bertindak

sebagai price taker). Untuk meningkatkan pendapatan, satu-satunya adalah

dengan menekan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk

(biaya produksi). Karenanya dalam pasar persaingan sempurna biaya rata-

rata adalah terendah.

Bentuk pasar dengan persaingan monopolistik, mungkin bisa dilihat dari pasar

pakan ternak. Produk ini untuk kebutuhan yang sama tetapi dapat saja

terjadi perbedaan konsentrasi bahan yang digunakan atau mungkin pula

pembeli yakin bahwa pakan yang dihasilkan peruashaan A berbeda dari

Page 28: Thesis

yang dihasilkan perusahaan B, kendati kenyataannya sama saja. Oleh

karena itu pembeli mau saja membeli dalam keadaan harga yang berbeda

yang ditawarkan oleh produsen yang berbeda-beda.

Melalui perbedaan produk, suatu perusahaan kecil akan dapat beroperasi

sebagaimana perusahaan monopoli. Mereka akan mempunyai BM dan BR

sebagai kendala biaya dalam persaingan murni. Akan tetapi produknya

yang berbeda-beda dari perusahaan lain, maka bentuk kurva

permintaannya menurun dari kiri atas ke kanan bawah (D). Hal ini berarti

bahwa mereka harus menerima harga yang rendah kalau akan menambah

produk yang akan ditawarkan untuk meningkatkan volume penjualan.

Bentuk pasar monopolistik ini dapat ditunjukkan pada grafik di bawah ini.

0 Q1 Jumlah

BR

BM

H

Harga

D

MR

Grafik 2.3. Pasar Monopolistik

Keterangan : BM = Biaya Marginal

BR = Biaya rata-rata

MR = Marginal Revenue

Jumlah permintaan yang terjadi adalah sebesar OQ1 pada BM = MR, dan harga

produk sebesar H. Produsen dapat merubah harga dengan merubah

produksi, iklan atau aktivitas promosi lainnya.

Pasar monopoli adalah suatu struktur pasar dengan hanya satu perusahaan

yang menjual produk di pasar. Hal ini dapat terjadi karena perusahaan lain

tidak dapat memasuki pasar tersebut. Sukirno (1995) menyatakan bahwa

ada beberapa hal suatu perusahaan bersifat monopoli antara lain : a)

menguasai bahan baku yang strategis untuk menghasilkan produk yang

akan dijual; b) menguasai teknik produksi yang spesifik; c) hak paten; d)

mendapatkan lisensi dari pemerintah dan e) skala perusahaan besar.

Bagaimana seorang monopolis mendapatkan laba maksimum dapat dilihat

pada grafik berikut ini.

Page 29: Thesis

0 Q1 Jumlah

MR

D

BM

BTRA

B

CH3

H2

H1

Hrg

Grafik 2.4 Pasar Monopoli

Keterangan : Hrg = Harga

BTR = Biaya Total Rata-Rata

BM = Biaya Marginal

MR = Marginal Revenue

Pada grafik 2.4 nampak bahwa keuntungan maksimum tercapai pada saat BM =

PM dengan jumlah produksi dan permintaan pasar sebesar OQ pada harga

H1. Perbedaan harga H1 dan H2 adalah keuntungan monopolis.

Apabila monopolis memproduksi sebanyak Q akan dijual dengan harga yang lebih

tinggi yakni H1. Padahal dalam keadaan keuntungan maksimum (BM =

MR) harga produk yang sebenarnya hanya sebesar H3. Ditetapkannya

harga sejumlah produk (Q) sebesar H1, perusahaan berada dalam keadaan

kelebihan laba (excess profit) yaitu seluas daerah H1H2AB, hal inilah

yang menyebabkan inefisiensi karena faktor-faktor penyebab monopoli

sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya.

Suatu pasar dikatakan sebagai pasar monopsoni apabila di dalam pasar tersebut

hanya terdapat satu pembeli, sedangkan penjual atau produsennya banyak.

Hal ini dapat dijumpai pada pemasaran hasil pertanian di tingkat petani

produsen. Dalam struktur pasar ini kurva penawarannya mempunyai slope

positif, yang berarti bahwa harga produk dipengaruhi oleh pembelian

monopsoni. Makin besar pembelian monopsoni akan suatu produk maka

harga produk tersebut makin tinggi dan sebaliknya.

Suatu perusahaan monopsoni yang bermaksud memaksimumkan keuntungannya,

maka penggunaan input sampai pada suatu jumlah di mana nilai produk

marginal dari faktor produksi tersebut (NPMF) sama dengan biaya faktor

marginalnya (NPMF = BFM), sedangkan harga dari input ditentukan oleh

titik-titik sepanjang kurva penawaran. MRP adalah tambahan terhadap

total revenue sebagai sumbangan dalam menggunakan satu input,

sedangkan BFM adalah tambahan terhadap biaya total sebagai akibat

Page 30: Thesis

tambahan penggunaan satu satuan input. Oleh karena itu selama MRP >

BFM, penambahan dalam penggunaan input akan tetap meningkatkan

keuntungan. Sebaliknya, bila MRP < BFM, kerugian akan bertambah

dalam menambah produksi dengan menggunakan input tersebut. Jadi

keuntungan akan maksimum dalam menggunkan input jika berproduksi

pada BFM = MRP. Kesamaan ini terjadi pada titik potong E dalam gambar

di bawah ini.

0 Q Quantity

H3

H2

H1

Harga

Q1

E

S

F

MRP

BFM

Grafik 2.5 Pasar Monopsoni

Pada gambar di atas, OQ adalah jumlah input yang digunakan, berhubungan

dengan titik F pada kurva penawaran. Karena itu, OQ satuan input akan

ditawarkan pada harga H2 per satuan. Jadi H2 adalah harga keseimbangan

pasar input yang berhubungan penggunaan input sebanyak OQ (Azzaino,

1981).

Pasar oligopoli adalah suatu keadaan pasar di mana hanya terdapat beberapa

penjual dan masing-masing pengusaha berusaha untuk mempengaruhi

harga pasar, akan tetapi juga harus memperhatikan tindakan rivalnya, baik

dalam bentuk produksi maupun aktivitas penjualan produk serta harga.

Dalam hal ini, kurva permintaan akan putus (kinked demand curve) karena

setiap pesaing gagal mengikuti kenaikan harga, bahkan selalu bersesuaian

dalam keadaan harga turun. Hal inilah yang menyebabkan

ketidakberlanjutan kurva MR (grafik 5).

Page 31: Thesis

0 Q E F Quantity

MR

D

C

B

AF'

A'

BR

BM

H1

H2

Grafik 2.6: Perusahaan pada kondisi oligopoli

Pada waktu H1, perusahaan menjual produk sebanyak OQ. Oligopolis yakin

bahwa apabila ia menurunkan harga penjualan maka rivalnya akan

mengikuti jejaknya dalam penurunkan harga dan jumlah penjualan akan

meningkat sesuai dengan kurva permintaan BF. Akan tetapi apabila

oligopolis menaikkan harga, sedangkan rivalnya tidak ikut menaikkan

harga maka kurva permintaan yang dihadapi oleh oligopolis adalah AB

(relatif mendatar). Jadi kurva ABF adalah kurva permintaan oligopolis

(Sudarsono, 1995).

Kurva permintaan marginal (PM) merupakan kurva terputus ACDF. Oligopolis

akan mencapai keuntungan maksimum pada saat BM = BR. Pada kondisi

seperti ini produk dijual dengan harga H1 dengan jumlah produk sebanyak

OQ. Jika oligopolis menurunkan harga maka harga akan mengikuti kurva

permintaan BF, bukan kelanjutan kurva AB dan Q bertambah banyak.

Kurva permintaan untuk penurunan harga ini lebih curam dari pada kurva

permintaan pada saat kenaikan harga.

Pada pasar oligopsoni akan terjadi sebaliknya. Jika oligopsonis meningkatkan

harga pembelian inputnya, maka rivalnya akan mengikuti jejaknya dengan

Page 32: Thesis

manikkan harga pembelian input. Sedangkan apabila terjadi sebaliknya

maka rivalnya tidak akan menurunkan harga pembeliannya.

Dahl dan Hammond (1977), Purcell (1979) menyatakan bahwa untuk mengukur

struktur pasar dapat dilakukan dengan : a) konsentrasi penjual, yaitu

apabila 4 : 10 perusahaan menjual 82% dari total produk (konsentrasi

produk 82%) berarti dalam industri atau perusahaan 82% aktivitas

ekonomi dikendalikan oleh 4 perusahaan tersebut; b) konsentrasi pembeli

merupakan kebalikan dari konsentrasi penjual yaitu apabila konsentrasi

pembeli 82% berarti 82% dari produk yang ada dikuasai oleh 4 perusahaan

tersebut; c) kendala masuk pasar dan d) diferensiasi produk.

Menurut Abbot dan Mahekam (1990) bahwa ada strategi pokok dalam mengukur

struktur pasar yaitu : 1) ukuran relatif dari perusahaan dan 2) hubungan

bisnis dari perusahaan, apakah bebas ataukah berada dalam suatu sistem

manajemen.

2.2.4 Perilaku Pasar

Perilaku pasar merupakan pola tingkah laku lembaga pemasaran dalam

menyesuaikan diri dengan pasar di mana ia melaksanakan pembelian dan

penjualan produk.

Clindiff (1988) dalam Widiyantara (1995) menyatakan bahwa ada dua pengaruh

pokok yang mempengaruhi pembeli yakni pengaruh individu dan pengaruh

lingkungan. Yang termasuk dalam pengaruh individu adalah kebutuhan,

motivasi, persepsi, belajar dan sikap. Sedangkan yang termasuk dalam

pengaruh lingkungan adalah pengaruh keluarga, budaya, ekonomi, sosial

dan bisnis. Dalam kaitan dengan pengaruh, baik individu maupun

lingkungan sebagaimana yang telah dikemukakan di atas maka Lawang

(1986) dalam Widiyantara (1995) menyatakan bahwa perilaku manusia

bila dikaitkan dengan pertukaran, maka perilaku tersebut dipengaruhi oleh

faktor biaya, imbalan dan keuntungan. Sekelompok atau seseorang

Page 33: Thesis

mempunyai perilaku tertentu merupakan refleksi dari pertimbangan-

pertimbangan terhadap biaya yang telah dikeluarkan, kemungkinan

imbalan yang akan diterima/diperoleh dan bentuk keuntungan diperoleh

atau diharapkan.

Saefuddin (1982) mengemukakan salah satu kriteria yang cocok untuk

merumuskan suatu situasi pasar yang dapat mengoptimumkan keuntungan

sosial dan memaksimumkan efisiensi pemasaran adalah perilaku pasar

yang meliputi: 1) praktek-praktek penentuan harga yang mendorong

terjadinya grading dan standarisasi produk; 2) seragamnya biaya

pemasaran; 3) praktek-praktek penentuan harga bebas dari kolusi dan

taktik-taktik yang tidak jujur, maupun perdagangan gelap; 4)

kebijaksanaan harga yang mendorong perbaikan mutu produk dan

meningkatkan kepuasan konsumen.

Perilaku pasar dapat juga dilihat dari integrasi pasar, yang meliputi integrasi

vertikal dan integrasi horizontal. Yang dimaksud dengan integrasi adalah

penggabungan kegiatan dalam pemasaran dalam satu sistem manajemen.

Dengan demikian maka integrasi vertikal merupakan penggabungan proses

dan fungsi dua atau lebih lembaga pemasaran pada tahap distribusi ke

dalam satu sistem manajemen. Sedangkan integrasi horizontal adalah

penggabungan dua atau lebih lembaga pemasaran yang melakukan fungsi

yang sama pada tahap distribusi yang sama pula ke dalam satu sistem

manajemen.

Makna penting dari integrasi vertikal yakni akan menurunkan biaya pemasaran

sehingga menguntungkan konsumen. Sebaliknya integrasi horizontal akan

dapat memperkuat posisi produsen atau perusahaan dan menghindarkan

persaingan dengan perusahaan sejenis (Hanafiah dan Saefuddin, 1986).

Sementara itu menurut Alhusniduki (1991) bahwa analisis integrasi pasar

secara horizontal digunakan untuk melihat apakah mekanisme harga

berjalan secara serentak atau tidak. Alat analisis yang digunakan adalah

korelasi harga antara pasar yang satu dengan yang lainnya. Sedangkan

analisis integrasi pasar secara vertikal digunakan untuk melihat secara

kasar keadaan pasar pada tingkatan lokal, kecamatan, kabupaten, kota dan

provinsi. Selain itu analisis mampu menjelaskan kekuatan tawar menawar

antara petani dengan lembaga pemasaran, atau antara lembaga tingkat

bawah dengan lembaga perantara yang di atasnya.

Secara teoritis kalau pasar berjalan secara bersaing sempurna, maka:

Pj = (b1 + b2) + Pi (1)

dimana : Pj = Harga pada tingkat pasar ke-i

Pi = Harga pada tingkat pasar ke-i+1

b1 = Biaya pemasaran (biaya transportasi)

b2 = Keuntungan lembaga pemasaran

Dengan asumsi bahwa b1 dan b2 adalah konstan terhadap satuan komoditas yang

dijual maka

Pj = a + Pi (2)

Page 34: Thesis

Oleh karena itu jika pasar berada dalam keadaan bersaing sempurna, maka:

Pj = a0 + a1P1 (3)

Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, maka dapat disimpulkan jika:

a1 < 1 → Terjadi monopoli penjualan dari lembaga pemasaran

dari tingkat pasar yang satu dengan tingkat pasar yang

di atasnya

a1 = 1 → Pasar berjalan dalam keadaan bersaing sempurna

a1 > 1 → Terjadi monopsoni pembelian dari lembaga pemasaran

yang di atas dengan yang di bawahnya.

2.2.5 Tampilan Pasar

Tampilan pasar merupakan hasil akhir yang timbul akibat penyesuaian-

penyesuaian yang dilakukan oleh lembaga pemasaran pada struktur pasar

tertentu di mana mereka beroperasi. Stiffel (1975) menyatakan bahwa

tampilan pasar adalah hubungan struktur pasar dengan perilaku pasar

dalam hal kebijaksanaan harga dan produk. Tampilan ini dapat diukur dari

efisiensi penggunaan sumber daya, tidak adanya keuntungan monopsoni,

perbaikan sistem pemasaran yang dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.

Tampilan pasar dapat pula dipengaruhi oleh persaingan non harga, seperti upaya

promosi, adanya perbaikan produk sehingga lebih tahan lama, lebih mudah

diperbaiki dan sebagainya.

Azzaino, (1981) menyatakan bahwa tampilan pasar dapat dilihat dari tingkat

harga, margin, keuntungan investasi dan pengembangan produk. Tampilan

pasar ini juga dapat diukur dari bagian harga yang diterima oleh petani

(farmer’s share). Bagian harga yang diterima merupakan ratio antara

harga penjualan petani dengan harga penjualan pengecer atau harga

konsumen. Secara matematis dapat dinyatakan:

Fs = %100xPr

Pf (4)

Dimana : Fs = Farmer’s share

Pf = Harga jual di tingkat petani

Pr = Harga jual di tingkat pengecer

Share keuntungan, lembaga pemasaran ke-i :

Ski = %100xPfPr

Ki

− (5)

Ki = Pji – Pbi – bij (6)

Dimana : Ski = Share keuntungan lembaga pemasaran

Ki = Keuntungan lembaga pemasaran

Page 35: Thesis

Pji = Harga jual lembaga pemasaran ke-i

Pbi = Harga beli lembaga pemasaran ke-I

Pr = Harga beli konsumen

Pf = Harga jual petani

bij = Biaya yang dikeluarkan lembaga pemasaran

2.2.6 Margin Pemasaran

Margin pemasaran dimaksudkan sebagai perbedaan harga suatu komoditas yang

diterima produsen dengan harga yang dibayar konsumen. Margin

pemasaran terdiri dari biaya untuk menyalurkan atau mendistribusikan

atau memasarkan dan keuntungan lembaga pemasaran.

Pada umumnya margin pemasaran bersifat dapat berubah menurut waktu dan

keadaan ekonomi dan tergantung pula pada harga yang dibayar konsumen.

Bila harga konsumen itu kecil, turun/berkurang maka produsen menerima

harga yang relatif rendah/kecil. Dan bila harga yang dibayar oleh

konsumen naik, maka produsen akan menerima harga yang relatif lebih

besar. Biasanya margin pemasaran itu bersifat fleksibel secara relatif atau

tidak banyak berubah, misalnya harga suatu barang naik, tetapi biaya

pemasaran tepat, maka harga yang diterima produsen menjadi lebih besar

(Atmakusuma, 1984). Dikatakan pula bahwa margin pemasaran dapat

menjadi konstan pada kondisi-kondisi tertentu, kendatipun jumlah yang

dipasarkan atau ditawarkan berubah dan pada kondisi yang lain margin

pemasaran itu berubah. Jika fungsi penawaran elastisitas sempurna

(horizontal) maka margin pemasaran konstan walaupun permintaan

meningkat.

Page 36: Thesis

Apabila harga suatu komoditas tetap, maka margin pemasaran berikut

pendistribusian akan berlainan, karena (1) sifat komoditas itu sendiri,

misalnya untuk komoditas pertanian dengan sifat yang cepat membusuk

atau perishable mempunyai resiko besar sehingga margin pemasaran yang

lebih besar dari pada komoditas yang tahan lama; (2) adanya perlakuan

pengolahan hasil; (3) adanya organisasi yang terorganisir dan tidak

terorganisir, (4) kesediaan membayar dari pada konsumen terhadap suatu

komoditas yang ingin dibelinya.

Keuntungan lembaga pemasaran merupakan bagian dari margin pemasaran, dan

ditentukan oleh faktor-faktor berikut : (a) harga modal dari barang; (b)

jumlah komoditas yang dijual dan (c) keuntungan yang diperhitungkan

sebagai cadangan dari penanggungan resiko, apabila dibandingkan dengan

perubahan harga, maka margin itu sebenarnya relatif stabil atau auflexility

marketing margin. Hal ini disebabkan oleh besarnya biaya pemasaran

yang ditentukan oleh jumlah atau volume penawaran barang, permintaan

dan tidak tergantung pada harga barang.

Untuk mengurangi margin pemasaran dapat dilakukan dengan : 1) mengurangi

biaya pemasaran; 2) memperbaiki sistem informasi pasar, memperkuat

posisi tawar menawar (bargainning position) dari produsen dan 3)

stabilitas harga produk.

Mengurangi biaya pemasaran dapat ditempuh dengan cara : 1) mengoptimumkan

jumlah dan besarnya lembaga pemasaran yang menyelenggarakan fungsi-

Page 37: Thesis

fungsi pemasaran; 2) memperbaiki cara kerja dari setiap lembaga

pemasaran, misalnya dengan cara self service, iklim usaha yang baik dan

dengan cara menyederhanakan sistem distribusi barang.

Keuntungan lembaga pemasaran yang berlebihan dapat pula diperkecil dengan

cara : 1) memperbaiki resiko teknis dan ekonomis; 2) memperbaiki

struktur pasar yang bersaing terlalu hebat, misalnya monopsoni, oligopoly

dan sebagainya. Usaha perbaikan biaya pemasaran dan tingkat keuntungan

lembaga tersebut akan dapat meningkatkan efisiensi pemasaran.

0 Q Jumlah

Pf

Pr

Harga

Dd Permintaan Turunan

Dp Permintaan Primer

Sp Penawaran Primer

Sd Penawaran Turunan

Gambar 2.7 Fungsi Primer, Turunan dan Margin Pemasaran

Thomek dan Robinson (1977) menyatakan bahwa margin pemasaran adalah

perbedaan harga yang dibayar oleh konsumen dengan harga yang diterima

produsen; atau disebut juga sebagai pungutan balas jasa bagi lembaga

pemasaran. Di dalam margin pemasaran terdapat dua komponen yaitu 1)

biaya pemasaran (marketing cost) yaitu imbalan terhadap faktor-faktor

yang dipakai dalam proses pemasaran terdiri dari upah, sewa, bunga dan

keuntungan; 2) marketing charge yaitu imbalan terhadap jasa yang

diberikan oleh lembaga pemasaran mulai dari pedagang pengumpul,

pedagang perantara, pedagang besar, processor maupun pengecer (grafik

2.7).

Page 38: Thesis

Berdasarkan grafik 2.7 di atas, terlihat bahwa margin pemasaran merupakan

perbedaan harga konsumen (Pr) yang juga sebagai permintaan primer

dengan harga yang diterima produsen (Pf) juga sebagai permintaan

turunan dari suatu komoditas. Permintaan primer merupakan permintaan

atas harga dan jumlah pada tingkat konsumen. Sedangkan permintaan

turunan merupakan hubungan antara harga dan jumlah dalam mana petani

bersedia menjual produknya. Dengan demikian permintaan primer

merupakan permintaan konsumen (Pr) sedangkan permintaan turunan (Pd)

merupakan permintaan yang dihadapi oleh petani. Penawaran primer (Sp)

merupakan penawaran yang terjadi di tingkat produsen. Begitupun dengan

penawaran turunan (Sd) adalah penawaran yang terjadi di tingkat

konsumen yang dilakukan oleh pedagang maupun oleh processor.

Atmakusuma (1984) menyatakan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

perhitungan margin tataniaga (pemasaran) adalah : 1) Waktu (time lag).

Akibat terpisahnya pusat produksi dengan pusat konsumsi mengakibatkan

pengadaannya di konsumen membutuhkan waktu. Sebagai konsekwensi

dari faktor waktu inilah menyebabkan perbedaan margin pada waktu

pengumpulan dan pada waktu penjualan. Artinya selama periode

pengadaan, harga komoditas tersebut tetap, maka keadaan margin

perhitungan sama dengan margin pada komoditas tersebut dijual kepada

konsumen (margin sebenarnya). Sebaliknya jika selama periode

pengadaan mulai dari produsen sampai ke konsumen terjadi perubahan

harga, maka diperkirakan akibat yang terjadi sebagai berikut: (a) harga di

tingkat konsumen (Pr) naik margin perhitungan lebih kecil dari margin

sebenarnya, (b) harga di tingkat konsumen (Pr) turun, maka margin

perhitungan akan lebih besar dari margin sebenarnya. 2) Faktor resiko,

akibat sifat komoditas pertanian yang mudah rusak maka dalam proses

tataniaga misalnya proses pengumpulan, pengangkutan atau penyimpanan

sering terjadi resiko rusak/susut sebagai akibat atau pengaruh iklim/cuaca

atau hama/penyakit. Dengan adanya resiko-resiko tersebut maka kualitas

maupun kuantitas produk tersebut berkurang/menurun. Adanya perubahan

kualitas tersebut merupakan margin kualitas (quality margin) dan juga

mengakibatkan margin perhitungan lebih rendah dari margin sebenarnya.

2.3 Kerangka Pemikiran

Seiring dengan semakin meningkatkanya kesejahteraan masyarakat, maka

semakin tinggi pula kesadaran akan pentingnya pemenuhan gizi bagi keluarga.

Utamanya pemenuhan kebutuhan protein hewani yang berasal dari daging sapi

maupun susu sapi segar yang meningkat setiap tahun.

Page 39: Thesis

Jawa Timur yang merupakan salah satu setra produksi susu dengan jumlah

populasi sapi perah sebanyak 134.000 ekor lebih pada tahun 2006 yang tersebar di

34 wilayah kabupaten kota, menjadikan Jawa Timur sebagai wilayah yang

memberikan kontribusi terbesar terhadap kebutuhan susu segar nasional yaitu

41,15 persen. Walau demikian kebutuhan susu secara nasional masih di impor

sebesar 65-70 persen sehingga peluang untuk meningkatkan populasi sapi perah

masih terbuka luas (Anonymous, 2006).

Kota Batu yang merupakan salah satu wilayah pengembangan sapi perah

di Jawa Timur dengan populasi saat ini 6.335 ekor melalui dinas pertanian Kota

Batu telah merencanakan untuk dikembangkan dan ditingkatkan terus populasi

peternakan sapi rakyat sampai mencapai ± 15.000 ekor yang akan disebar kepada

petani peternak melalui Gabungan Kelompok Tani secara bertahap untuk 5 – 10

tahun ke depan bila kita inginkan petani peternak di Kota Batu sejahtera.

(Anonymouse, 2008). Bertolak dari rencana pengembangan dan peningkatan

populasi sapi perah itulah maka peluang untuk penambahan pedet jantan sapi

perah melalui kelahiran akan sangat memungkinkan di masa yang akan datang.

Berkaitan dengan prediksi ke depan itu maka salah satu aspek yang sangat

menentukan adalah pemasaran yang merupakan fokus utama dalam penelitian ini

yakni bagaimana struktur, perilaku dan tampilan pasar terhadap pemasaran pedet

jantan sapi perah dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemasaran pedet jantan

sapi perah di Kota Batu.

Gaspersz, Vincent (1996) mengemukakan bahwa permintaan suatu barang

atau jasa pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: 1) harga dari

barang atau jasa itu sendiri; 2) pendapatan konsumen; 3) harga barang-barang atau

Page 40: Thesis

jasa yang berkaitan; 4) ekspektasi konsumen yang berkaitan dengan harga barang

atau jasa, tingkat pendapatan dan ketersediaan dari barang atau jasa itu di masa

yang akan datang; 5) selera konsumen, 6) banyaknya konsumen potensial,(7)

pengeluaran iklan; 8) atribut atau fetures dari produk tersebut dan 9) faktor-faktor

spesifik lain yang berkaitan dengan permintaan terhadap produk itu.

Menurut Kohl dan Downey (1977), efisiensi pemasaran adalah

peningkatan ratio output input yang dapat dicapai dengan : 1) output tetap

sedangkan input berubah; 2) output berubah sedangkan input tetap; 3) output

meningkat dengan persentase yang lebih besar dari persentase peningkatan input

dan 4) output menurun dengan persentase yang lebih kecil dibandingkan dengan

persentase penurunan input.

Efisiensi operasional diukur dengan ratio output pemasaran dengan inputnya.

Efisiensi operasional = pemasaraninput

pemasaranOutput

Selanjutnya efisiensi alokatif mengasumsikan bahwa output dan input

dalam bentuk fisik tetap yang berhubungan dengan pencerminan biaya output

yang bergerak melalui sistem pemasaran. Harga yang dibayar oleh konsumen

terhadap barang yang dibeli harus mencerminkan secara tepat semua biaya dan

harga produk. Apabila tidak terjadi seperti ini, maka pasar tersebut berada dalam

keadaan persaingan yang tidak sempurna seperti monopoli/oligopoli maupun

monopsoni/oligopsoni.

Struktur pasar dapat dibedakan menjadi pasar persaingan sempurna dan

pasar persaingan tidak sempurna. Pada kondisi pasar yang berbeda sistem

pemasarannya pun berbeda (Teken dan Asnawi, 1977). Struktur pasar menurut

Page 41: Thesis

Miller dan Meiners (1994) dibedakan menjadi pasar persaingan sempurna, pasar

monopoli, persaingan monopolistik dan pasar oligopoli. Koutsoyiannis (1982)

membedakan struktur pasar menjadi pasar persaingan sempurna, pasar monopoli

dan persaingan monopolistik. Sedangkan menurut Handerson dan Quandt (1980)

struktur pasar terdiri dari pasar persaingan sempurna, monopsoni dan oligopsoni.

Dahl dan Hammond (1977) menyatakan bahwa untuk mengukur struktur

pasar dapat dilakukan dengan : 1) konsentrasi penjual; 2) konsentrasi pembeli; 3)

kendala masuk pasar dan 4) diferensial produk. Sedangkan menurut Stiffel (1975)

bahwa struktur pasar menunjukkan karakteristik yang mempengaruhi perilaku

dagang dan tampilannya yang dapat dilihat dari 3 unsur masing-masing : a) ratio

konsentrasi, b) elastisitas suplai dan c) keadaan masuk pasar.

Struktur pasar persaingan sempurna dapat dilihat dari koefisien regresi

harga antara tingkat pasar tertentu dengan tingkat pasar yang lebih rendah.

(Sexton, King dan Carman, 1991) menyatakan bahwa untuk mengetahui dua pasar

terintegrasi atau tidaknya dapat dilakukan dengan analisis regresi dengan model

persamaan sebagai berikut ini:

PA = βo + β1PB + β2Tc + εt (7)

dimana PA = harga di tingkat pasar ke-1

PB = harga di tingkat pasar ke-I+1

βo = intersep

β1 = koefisien regresi

Tc = Selisih biaya transport

εt = galat

Apabila koefisien β1 = 1 maka dapat dikatakan bahwa pasar dalam keadaan

persaingan sempurna, sedangkan bila β1 < 1, maka pasar cenderung ke arah

monopoli dan jika β1 > 1 pasar cenderung ke arah monopsoni.

Page 42: Thesis

Tampilan pasar tergantung pada tingkat efisiensi dan produktifitas dari

suatu perusahaan. Untuk mengukur tampilan pasar dilakukan dengan: 1) efisiensi

pemasaran; 2) margin pemasaran; 3) analisis elastisitas transmisi harga; 4) fungsi

keuntungan pemasaran; 5) fungsi suplai output petani; 6) penggunaan input

optimum dan 7) integrasi pasar yang dilakukan melalui integrasi secara vertikal

dan integrasi secara horizontal.

2.4 Hipotesis

1. Harga pedet jantan sapi perah rata-rata lebih murah di tingkat pedagang

perantara atau blantik.

2. Terjadi beberapa pola saluran pemasaran pedet jantan sapi perah,

sedangkan pola saluran yang paling dominan adalah pola saluran

pemasaran dari petani langsung ke blantik (pedagang perantara).

3. Margin pemasaran, share harga dan keuntungan pemasaran dari pedet

jantan sapi perah lebih tinggi di tingkat pedagang perantara atau blantik

dibanding pemasaran langsung di pasar hewan.

4. Sistim pemasaran pedet jantan sapi perah yang dilakukan petani peternak di

Kota Batu belum efisien.

Page 43: Thesis

III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Batu yang meliputi anggota Gabungan

Kelompok Tani (Gapoktan) Sapi Perah Andhini Sejahtera yang tersebar di 9

desa/kelurahan pada 3 kecamatan dalam wilayah Kota Batu.

Penentuan lokasi dengan cara purposive atau dengan cara sengaja yaitu

untuk wilayah kecamatan, diambil seluruhnya yaitu Kecamatan Junrejo,

Kecamatan Batu dan Kecamatan Bumiaji. Sedangkan penentuan lokasi

penelitian di tingkat desa/kelurahan ditentukan berdasarkan tingkat kepadatan

populasi sapi perah. Secara skematis lokasi penelitian disajikan sebagaimana

skema berikut:

Peta Lokasi Penelitian

KOTA BATU

Kec. Junrejo Kec. Batu Kec. Bumiaji

- Desa Dadaprejo - Desa Junrejo

- Desa Tlekun

- Desa Oro-oro Ombo - Kelurahan Songgokerto - Desa Sumberejo

- Desa Tulungrejo - Desa Gunungsari - Desa Giripurno

Page 44: Thesis

3.2 Metode Pengambilan Sampel

Populasi pedet jantan tahun 2008 di wilayah kota Batu perah sebanyak

259 ekor. Cara penentuan responden dengan purposive sampling yaitu petani

peternak pemilik pedet jantan sapi perah, dengan penentuan jumlah peternak

sebagai responden 30 orang untuk peternak sapi perah, hal ini sesuai dengan

Surachman (1989) dalam Sumarto, (2003) yaitu dengan mengambil sampel

sebagai berikut, untuk populasi ternak yang jumlahnya kurang dari 100 ekor,

sampel yang digunakan paling kurang 50 persen, populasi yang jumlahnya

100 - 1000 ekor dapat digunakan sampel 15 - 50 persen dan populasi yang

jumlahnya lebih dari 1000 ekor dapat digunakan sampel 10 - 15 persen.

Sedang penentuan jumlah responden pada tiap desa dengan cara

proporsional purposive, sehingga didapat 10 responden di Kecamatan Junrejo,

10 responden di kecamatan Batu dan 10 responden di kecamatan Bumiaji,

sehingga diperoleh 30 peternak sapi perah, dengan syarat peternak yang

dijadikan responden mempunyai ternak lebih dan 3 ekor. Untuk menentukan

petani - peternak responden dilaksanakan secara purposive sampling. Hal ini

sesuai dengan Arikunto (1997) dalam Sunarto (2002), yaitu suatu teknik

pengambilan atau penentuan sampel dengan tujuan tertentu dengan syarat ciri

dan sifat populasi telah diketahui sebelumnya.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Pengambilan data primer langsung dari petani - peternak responden

dan lembaga-lembaga pemasaran dengan cara mengajukan pertanyaan yang

Page 45: Thesis

telah dipersiapkan dalam bentuk kuesioner. Sedangkan data sekunder

diperoleh dari instansi-instansi yang terkait dengan masalah yang diteliti mulai

dari tingkat desa sampai tingkat kota Batu.

3.4 Definisi Operasional

1. Margin Pemasaran (marketing margin) adalah perbedaan harga di tingkat,

petani penggemukan, pedagang pengumpul dan pedagang perantara

(blantik) pedet jantan sapi perah.

2. Harga di tingkat petani peternak adalah harga jual pedet jantan sapi perah

yang merupakan hasil transaksi antara petani peternak dengan petani

penggemukan, pedagang pengumpul dan pedagang Perantara (blantik) dan

dinyatakan dengan satuan rupiah (Rp.).

3. Share harga yang diterima petani (farmer’s share) adalah bagian harga

yang diterima petani peternak dari harga yang dibayar petani

penggemukan, pedagang pengumpul dan pedagang perantara/blantik,

dinyatakan dalam jumlah satuan rupiah per ekor (Rp./ekor).

4. Biaya Pemasaran (marketing cost) adalah semua biaya yang dikeluarkan

petani penggemukan, pedagang pengumpul dan pedagang perantara

(blantik) mulai dari pintu gerbang petani peternak sampai di tangan

konsumen yang dinyatakan dalam rupiah (Rp).

5. Keuntungan Pemasaran (merkezing profit) adalah selisih margin

pemasaran dengan biaya pemasaran dinyatakan dalam rupiah (Rp).

Page 46: Thesis

6. Jumlah pemilikan pedet adalah jumlah pedet jantan sapi perah yang

dimiliki petani peternak termasuk jumlah pedet yang sudah dijual dalam 2

tahun terakhir ini dan dinyatakan dalam satuan ekor.

7. Pedet jantan adalah anak sapi yang berumur 0 - 7 bulan baik sapi sapi

perah.

8. Penampilan data nilai jual pedet jantan sapi perah merupakan hasil

wawancara dari petani peternak responden dan lembaga-lembaga seluler

pemasaran.

9. Biaya transportasi adalah semua biaya yang dikeluarkan oleh pedagang

untuk mengangkut ternak dari daerah asal/tempat petani peternak sampai

pasar ternak dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp)

10. Responden adalah petani peternak atau salah satu anggotanya yang tinggal

dalam satu atap/rumah baik sebagai anak atau istri yang dapat memberikan

informasi yang berkaitan dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian

ini.

3.5 Metoda Analisis Data

Metoda analisis yang digunakan dalam penelitian ini secara garis besar

dilakukan untuk menjawab tujuan dari pada penelitian ini. Pada tahap pertama

adalah untuk menganalisis : a) efisiensi pemasaran pedet jantan sapi perah

yang selama ini dilakukan oleh petani peternak, b) menganalisis pengaruh cara

pembayaran dan perbedaan jarak tempat tinggal petani peternak dan pasar

hewan yang diterima petani peternak.

Page 47: Thesis

3.5.1 Analisis Efisiensi Pemasaran

Sesungguhnya sampai dengan saat ini belum ada indikator

yang pasti/baku yang dapat dipergunakan untuk mengetahui efisiensi

pemasaran. Namun demikian secara empiris pendekatan yang sering

digunakan oleh para peneliti untuk mengetahui efisiensi pemasaran

adalah pendekatan struktur, perilaku dan tampilan pasar (S-C-P),

sebagaimana yang dikemukakan oleh Saefuddin (1982) bahwa untuk

mengetahui efisiensi pemasaran di negara-negara yang sedang

berkembang lebih tepat digunakan pendekatan struktur, perilaku dan

tampilan pasar. Oleh karena itu dalam menganalisis efisiensi

pemasaran pedet jantan sapi perah di Kota Batu digunakan pendekatan

Structure, Conduct dan Performance (S-C-P)

3.5.1.1 Analisis Struktur Pasar

Pendekatan yang dipergunakan untuk mengetahui

struktur pasar ternak sapi di Kota Batu adalah a) analisis

konsentrasi ratio (Kr); b) analisis elastisitas transmisi harga dan

c) analisis deskriptif

a. Analisis Konsentrasi Ratio

Yang dimaksudkan dengan konsentrasi ratio dalam

penelitian ini adalah jumlah pedet jantan sapi perah dan

pedet jantan sapi potong yang dibeli oleh pedagang tertentu

dibandingkan dengan jumlah yang diperdagangkan. Hay

dan Morris dalam Widiyantana (1995) menyatakan bahwa

Page 48: Thesis

konsentrasi ratio (Kr) dapat diketahui dengan menggunakan

rumus berikut.

Kr = %100gkandiperdagan yangJumlah

dibeli yangJumlah ×

Dikemukakan pula bahwa apabila terdapat satu

pedagang yang mempunyai Kr minimal 95% maka pasar

cenderung ke pasar persaingan monopsoni. Apabila terdapat

empat pedagang yang mempunyai Kr minimal 80% maka

pasar tersebut mempunyai tendensi ke persaingan

oligopsoni dengan konsentrasi tinggi. Sedangkan apabila

terdapat delapan pedagang dengan Kr minimal 80% maka

tendensi pasar tersebut mengarah ke struktur pasar

oligopsoni dengan konsentrasi sedang.

b. Transmisi Harga

Untuk melihat hubungan elastisitas harga di tingkat

petani dengan elastisitas harga di tingkat pedagang

perantara, maka dilihat elastisitas transmisi harganya.

Model yang digunakan menurut (Sudiyono, 2002) adalah:

Et = dPn/dPf.Pf/Pr (8)

Dimana:

Et : Elastisitas transmisi harga

d Pr : Perubahan harga di tingkat pengecer

d Pf : Perubahan harga di tingkat petani

Pr : Harga di tingkat pengecer

Pt’ : Harga di tingkat petani

Page 49: Thesis

Kemudian margin pemasaran (M) merupakan

fungsi linier dari harga di tingkat pengecer yaitu:

M= a+ b Pr, maka Pr = Pr + a± b Pr

atau dapat ditulis Pr = (Pf+ a) / (1-b)

Persamaan di atas dapat ditulis kembali menjadi:

Et = 1/(1 - b).Pf/Pr

c. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dipergunakan untuk mendeskripsikan

karakteristik responden. Analisis deskriptif yang

dipergunakan meliputi nilai maksimum, minimum, rata-

rata, dan prosentase.

d. LSD

Uji LSD didalam penelitian ini memanfaatkan fasilitas uji

lanjut dari analisis varian yang pada apalikasinya

memanfaatkan program aplikasi SPSS 15. Penerapan uji

LSD dimaksudkan sebagai uji bandingan untuk

mengetahui signifikansi perbedaan volume perdagangan

pedet sapi perah jantan dan harga jual pedet sapi perah

jantan.

Page 50: Thesis

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak dan Luas Wilayah

Kota Batu terletak pada 122°,17’ - 122°,57’ BT dan 7°,44’ - 8°,26’

LS. Luas wilayah Kota Batu 19.908,72 ha atau 0,42 peran dan total luas

wilayah Jawa Timur. Secara administrasi kota dibagi menjadi 3 wilayah

kecamatan yang meliputi 20 desa dan 4 kelurahan, dengan luas wilayah

masing-masing kecamatan sebagai berikut: (1) kecamatan Batu 46,377 ha

(23%), (2) kecamatan Junrejo 26,234 ha (13%) dan (3) kecamatan Bumiaji

130,189 ha (64%), dan total luas wilayah Kota Batu. Dari sisi geografi posisi

kota Batu berada pada ketinggian 700 in - 1600 m dpl, dan secara umum

dibagi menjadi 2 bagian utama yaitu, daerah lereng dan berbukit dengan

proporsi lebih luas yang diikuti dengan dataran rendah yang lebih sempit

(anonymous, 2006).

4.1.1 Topografi

Topograti kota Batu sebagian besar wilayah perbukitan dan

dikelilingi oleh gunung-gunung yang tinggi sampai sedang,

menjadikan kota Batu memiliki alam yang subur, indah dan dingin

(Anonymous, 2006).

45

Page 51: Thesis

4.1.2 Curah Hujan

Seperti tempat lain di Indonesia, Kota Batu mengikuti

perubahan putaran 2 iklim, musim hujan dan musim kemarau. Musim

hujan dimulai pada bulan September dan diakhiri pada bulan Juni.

Kondisi cuaca relatif lebih kering dari tahun 2006 sampai 2007

dibanding tahun-tahun sebelumnya, dengan rata-rata curah hujan 97,5

mm/bulan dengan rata-rata hari hujan 128 hari. Sementara pada

periode sebelumnya, rata-rata tinggi curah hujan mencapai 111

mm/bulan dengan jumlah hari hujan sebanyak 108 hari. Ini berarti

lebih basah dibanding tahun sesudahnya, namun hari hujan lebih

sedikit (Anonymous, 2006).

4.1.3 Jenis Tanah

Kondisi kesuburan tanah dibagi menjadi 4 jenis tanah yaitu: (1)

jenis tanah Andosal merupakan tanah paling subur, meliputi:

kecamatan Batu 1.831,04 ha, kecamatan Junrejo 1.526,19 ha dan

kecamatan Bumiaji 2.873,89 ha, (2) Jenis tanah kambisol yaitu; jenis

tanah yang cukup subur; meliputi kecamatan Batu 889,31 ha,

kecamatan Junrejo 741,25 ha dan kecamatan Bumiaji 1.395,85 ha, (3)

jenis tanah alluvial yaitu; jenis tanah yang kurang subur dan

mengandung kapur, meliputi kecamatan Batu 239,86 ha, kecamatan

Junrejo 199,93 ha dan kecamatan Bumiaji 1.395,85 ha, dan (4) jenis

tanah latosol meliputi kecamatan Batu 260,34 ha, Kecamatan Junrejo

217,00 ha dan kecamatan Bumiaji 408,61 ha (Anonymous, 2006).

Page 52: Thesis

4.1.4 Batas Wilayah

Batas-batas wilayah Kota Batu adalah:

- Sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Mojokerto dan

kabupaten Pasuruan.

- Sebelah timur berbatasan dengan kabupaten Malang.

- Sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Blitar dan kabupaten

Malang.

- Sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Malang.

Dengan demikian posisi kota Batu sangat strategis sekali

karena di semua wilayah perbatasan ini telah tersedia jalan raya yang

dapat mendukung mobilitas kegiatan pembangunan pertanian terutama

dalam pemasaran produk pertanian (Anonymous, 2006).

4.2 Keadaan Umum Peternakan

Masyarakat Kota Batu sudah sejak lama memelihara serta

membudidayakan ternak. Usaha peternakan rakyat di Kota Batu menempati

posisi kedua setelah usaha tani tanaman. Jenis-jenis ternak yang dipelihara

meliputi, sapi perah, sapi potong, kambing perah, kambing/domba, kelinci,

ayam buras, ayam ras, puyuh dan itik serta ternak kuda sebagai transportasi

wisata (Anonymous, 2006).

Ternak sapi perah perkembangannya cukup baik di Kota Batu, karena

selain didukung oleh iklim yang cocok juga memiliki kepastian dalam

pemasaran hasil produksi. Sehingga dibandingkan dengan usaha ternak yang

lain maka ternak sapi perah sangat baik dikembangkan di Kota Batu. Hal ini

Page 53: Thesis

mengingat kota Batu termasuk kota tujuan wisata sehingga kebutuhan akan

susu segar oleh hotel dan restoran dan usaha-usaha yang bergerak di bidang

jasa makanan sangat mendukung perkembangan usaha sapi perah baik saat ini

maupun masa yang akan datang.

4.2.1 Data Populasi Ternak

Populasi ternak di kota Batu sesuai data Populasi ternak sampai

semester I tahun 2008 adalah:

Sapi perah : 6.335

Sapi potong : 2.787

Kambing : 3.703

Domba : 7.374

Kelinci : 25.688

Ayam Petelur : 86.400

Ayam Pedaging : 77.800

Ayam Buras : 52.365

Burung Puyuh : 2.000

Sumber : Dinas Pertanian Kota Batu Triwulan I 2008

Kaitannya dengan perkembangan ternak sapi perah maka usaha

ternak sapi perah ke depan memiliki prospek untuk ditingkatkan, hal ini

karena ketersediaan makanan ternak yang disebar oleh dinas pertanian

kota Batu kepada masyarakat dalam bentuk paket-paket proyek sebanyak

1.500 ha sejak tahun 1999. Dan tak kalah penting limbah dari pertanian

juga merupakan alternatif lain sebagai bahan pakan ternak sapi perah.

Page 54: Thesis

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Batu Jawa Timur yang tersebar pada 9

desa/kelurahan di 3 kecamatan yang ada di kota Batu.

Sebagai responden adalah anggota Gabungan Kelompok Tani

(Gapoktan) Sapi Perah Batu Bersatu sebanyak 30 responden. Sedangkan untuk

mengetahui perbedaan harga pedet jantan sapi perah antara harga di tingkat

petani peternak dengan harga yang terjadi di tingkat lembaga pemasaran maka

dilakukan juga penelitian pada masing-masing lembaga tersebut yaitu 10

responden petani penggemukan, 10 responden pedagang pengumpul dan 10

responden pedagang perantara (blantik), sehingga jumlah keseluruhan

responden dalam penelitian ini adalah 60 orang.

Adapun lokasi daerah penelitian adalah :

- Kecamatan Junrejo - Desa Dadaprejo

- Desa Junrejo

- Desa Tlekung

- Kecamatan Batu - Desa Oro-Oro Ombo

- Desa Sumberejo

- Kelurahan Songgokerto

- Kecamatan Bumiaji - Desa Tulungrejo

- Desa Gunungsari

- Desa Giripurno

Page 55: Thesis

Secara umum prasarana transportasi tidak ada kendala, sehingga dalam

melakukan penjualan pedet dan ternak masyarakat lainnya, dapat dilakukan

dengan menggunakan mobil, dan dari pengamatan lebih banyak petani-

peternak menggunakan mobil pick up.

5.2 Sistem Pemeliharaan Ternak

Pada umumnya pemeliharan ternak sapi perah di Kota Batu telah

dilakukan secara intensif dimana Kehidupan dan berproduksi secara

keseluruhan dilaksanakan di dalam kandang dan ditangani oleh peternak dan

keluarganya.

Walaupun rata-rata kepemilikan lahan untuk kebun HMT sangat

sempit antara 0,3 - 0,5 Ha untuk setiap petani, namun sebagian besar petani

peternak di Kota Batu, baik secara perorangan maupun berkelompok telah

melakukan kerja sama dengan PT Perhutani sebagai pemilik lahan hutan untuk

disewakan kepada petani peternak untuk menanam tanaman hijau makanan

ternak, (HMT) dan ini sangat mendukung aktifitas kegiatan usaha peternakan

sapi perah yang dikembangkan di Kota Batu.

Khusus tentang tenaga kerja secara umum semuanya menggunakan

anggota keluarga, karena selain kepemilikan ternak rata-rata 3 - 5 ekor setiap

keluarga, juga bahwa usaha tani ternak rata-rata masih menjadi usaha

sampingan dan usaha keluarga.

Page 56: Thesis

5.3 Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini terdiri dari petani peternak sapi perah

30 orang, petani penggemukan 10 orang, pedagang pengumpul 10 orang,

serta pedagang perantara atau blantik sebanyak 10 orang.

5.3.1 Umur Responden

Rata-rata umur responden petani peternak sapi perah berkisar antara 31 - 55

tahun, dengan rata-rata umur 40 tahun (39,83 tahun). Dari 30 responden yang

diteliti petani peternak yang terbanyak berumur 32 tahun, 35, dan 45 tahun

yang masing masing sebesar 13,3%. Visualisasi karakteristik petani peternak

sapi perah berdasarkan umur dapat dilihat dalam diagram pie berikut:

Diagram 5.1 Karakteristik Petani Peternak Berdasarkan Umur

Rata-rata umur responden petani penggemukan berkisar antara

34 - 52 tahun, dengan rata-rata umur 39 tahun. Dari 10 responden

yang. Visualisasi karakteristik petani penggemukan sapi perah

berdasarkan umur dapat dilihat dalam diagram pie berikut:

31.00

32.00

33.00

34.00

35.00

36.00

37.00

38.00

39.00

40.00

45.00

46.00

47.00

48.00

51.00

52.00

55.00

Umurumur

Page 57: Thesis

Diagram 5.2 Karakteristik Petani Penggemukan Pedet

Jantan Sapi Perah Berdasarkan Umur

31.00

34.00

35.00

36.00

37.00

39.00

40.00

45.00

52.00

Umur

Responden yang berprofesi sebagi pedagang pengumpul

berkisar antara 36 - 52 tahun, dengan rata-rata umur 41 tahun. Dari 10

responden yang diteliti pedagang pengumpul yang terbanyak berumur

41 tahun yaitu sebesar 20%. Visualisasi karakteristik petani peternak

sapi perah berdasarkan umur dapat dilihat dalam diagram pie berikut:

Diagram 5.3 Karakteristik Pedagang Pengumpul Pedet

Jantan Berdasarkan Umur

36.00

37.00

38.00

39.00

40.00

41.00

43.00

45.00

52.00

Umur

Sedangkan untuk responden pedagang perantara/ blantik yang

termuda berusia 31 tahun dan yang paling tua berusia 52 tahun.

umur

umur

Page 58: Thesis

Pedagang perantara yang paling banyak berusia 45 tahun yaitu 20%.

Visualisasi umur pedagang perantara dapat dilihat dalam diagram pie

sebagai berikut:

Diagram 5.4 Karakteristik Pedagang Perantara/ Blantik

Pedet Jantan Sapi Perah Berdasarkan Umur

31.00

34.00

35.00

36.00

37.00

39.00

40.00

45.00

52.00

Umur

5.3.2 Pendidikan Responden

Responden dalam penelitian ini mempunyai latar belakang

pendidikan formal yang bervariasi mulai dari sekolah dasar hingga

perguruan Tinggi. Visualisasi tingkat pendidikan formal untuk petani

peternak dapat dilihat dalam diagram sebagai berikut:

umur

Page 59: Thesis

Diagram 5.5 Tingkat Pendidikan Formal Petani Peternak

Pedet Jantan Sapi Perah

SD

SLTP

SLTA

PT

Pendidikan

Diagram 5.5 di atas menggambarkan bahwa tingkat pendidikan

formal terbanyak yang pernah ditempuh oleh peternak sapi perah

adalah SLTP yaitu sebanyak 15 responden atau 20%, sedangkan yang

paling sedikit adalah yang pernah menempuh pendidikan formal

dibangku Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 1 orang atau 3,3%.

Visualisasi tingkat pendidikan formal petani penggemukan

ditampilkan dalam diagram pie berikut:

Diagram 5.6 Tingkat Pendidikan Formal Petani

Penggemukan Pedet Jantan Sapi Perah

Pendidikan

Page 60: Thesis

SD

SLTP

SLTA

Pendidikan

Diagram pie di atas menggambarkan bahwa tingkat pendidikan

formal petani penggemukan bervariasi antara SD hingga SLTA. Petani

penggemukan yang paling banyak adalah yang pernah menempuh

pendidikan di bangku SLTP yaitu sebanyak 7 orang atau 70%. Dan

yang paling sedikit adalah tamatan sekolah dasar yaitu sebanyak 1

orang responden atau 10%. Tingkat pendidikan formal yang pernah

ditempuh petani penggemukan tidak jauh berbeda dengan tingkat

pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh pedagang pengumpul,

diagram tingkat pendidikan pedagang pengumpul dapat dilihat sebagai

berikut:

Diagram 5.7 Tingkat Pendidikan Formal Pedagang

pengumpul Pedet Jantan Sapi Perah

Pendidikan

Page 61: Thesis

SD

SLTP

SLTA

Pendidikan

Diagram di atas menggambarkan bahwa tingkat pendidikan

formal pedagang pengumpul bervariasi antara SD, SLTP, dan SLTA.

Tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh pedagang

pengumpul yang paling banyak adalah bangku SLTP yaitu sebanyak 6

responden atau 60%.

Diagram 5.8 Tingkat Pendidikan Formal Pedagang

Perantara/ Blantik Pedet Jantan Sapi Perah

1.00

2.00

3.00

Pendidikan

Pendidikan

Pendidikan

Page 62: Thesis

Diagram diatas menggambarkan tingkat pendidikan formal

pedagang perantara atau blantik. Tingkat pendidikan formal yang

paling banyak pernah ditempuh oleh pedagang perantara adalah SLTP

yaitu sebanyak 6 responden atau 60%, sedangkan yang paling sedikit

adalah SD yaitu sebanyak 1 responden atau 10%.

5.3.3 Jumlah Anggota Rumah Tangga Responden

Jumlah anggota rumah tangga pada responden berkisar antara

3-7 orang. Sebagai perbandingan rincian jumlah ART pada penelitian

ini seperti pada tabel berikut ini:

Tabel 5.1 : Rincian Jumlah Anggota Rumah Tangga Responden di

Wilayah Penelitian Tahun 2008

Jumlah

ART

Responden

Petani Peternak Petani

Penggemukan

Pedagang

Pengumpul

Pedagang

Perantara/

Blantik

F % F % F % F %

3 2 6,7 3 30 4 40 4 40

4 13 43,3 6 60 4 40 5 50

5 7 23,3 10 10 2 20 1 10

6 6 20 - - - - -

7 2 6,7 - - - - -

Jumlah 30 100 10 100 10 100 10 100

Sumber : Diolah dari data primer 2008

Page 63: Thesis

Petani peternak, petani penggemukan, pedagang pengumpul,

dan pedagang perantara atau blantik dalam penelitian ini semua telah

berkeluarga. Jumlah anggota rumah tangga yang paling banyak adalah

4 orang, yang berkisar antara 43,3% hingga 60%. Dengan demikian

pengelolaan sapi perah selama ini tidak menggunakan tenaga kerja dari

luar karena sudah dipenuhi oleh anggota rumah tangga sendiri.

5.3.4 Pengalaman Berusaha dan Lama Pemeliharaan Ternak Sapi

Yang dimaksud dengan pengalaman berusaha ternak sapi perah

dan sapi perah sampai dengan saat penelitian ini dilaksanakan dan

mungkin akan terus berlanjut di masa-masa yang akan datang atau

dengan kata lain sudah berapa lama petani peternak memelihara ternak

sapi. Sedangkan yang dimaksud dengan lama pemeliharaan adalah

waktu yang diperlukan seorang petani peternak dalam memelihara

ternak sapi terhitung mulai memelihara.

Tabel 5.2 Pengalaman Berusaha Dan Lama Pemeliharaan Ternak Sapi

Perah

Periode

Kisaran

waktu

(th)

Lama Pemeliharaan

Responden

Jumlah

(org)

%)

Responden : Petani Peternak Sapi

Perah

I 2-5 15 50,00

II 6-11 13 30,34

III 12-16 1 3,33

IV >17 1 3,33

30 100,00

Page 64: Thesis

Responden Lembaga Pemasaran

I 4-12 7 70,00

II 13-20 2 20,00

III > 21 1 10,00

10 100.00

Sumber : Diolah dari data primer 2008

Menyimak tabel 2 diatas dan keterangan saat wawancara

selama penelitian bahwa keseluruhan petani peternak responden dalam

pemeliharaan ternak sapi merupakan hasil pengembangan ternak milik

sendiri yang merupakan peninggalan orang tua. sehingga dari sisi

teknis budidaya ternak, rata-rata responden telah menguasai, namun

masih rendah dalam meningkatkan mutu dan kualitas usaha tani,

karena sistem yang digunakan masih bersifat tradisional.

5.3.5 Status Pemilikan Ternak

Yang dimaksud dengan status kepemilikan ternak adalah

kedudukan atau posisi terhadap ternak sapi yang sedang dipelihara.

Dari hasil wawancara saat penelitian bahwa status ternak sapi dari

petani peternak responden adalah kepemilikan hak milik sendiri yang

dikembang responden ternak sapi perah.

5.3.6 Jumlah Pemilikan Ternak

a. Peternak sapi perah

Yang dimaksud dengan jumlah pemilikan ternak adalah

jumlah ternak sapi perah yang dimiliki peternak responden di

wilayah penelitian dan jumlah pedet jantan yang dapat dijual,

seperti ditunjukkan pada tabel berikut ini.

Page 65: Thesis

Tabel 5.3: Jumlah Pemilikan Dan Jumlah Penjualan Pedet Jantan

Sapi Perah Dari Petani Peternak Tahun 2008

Strata

Pemilikan Responden Penjualan

(ST)(Ekor) Jumlah % Jumlah %

0-3 3 9,99 3 10,34

4-6 15 50 9 31,03

6-9 10 33,3 4 13,79

9-10 2 6,66 13 44,83

10 < 0 0 0 0

Jumlah 30 100 29 100

Sumber : Diolah dari data primer 2008

Pada tabel di atas untuk petani peternak sapi perah

responden memiliki atau memelihara ternak sapi perah berkisar

pada 4-5 ekor ternak lebih banyak (50,00%) yang diikuti dengan

skala pemilikan 6-8 ekor ternak, dan untuk penjualan pedet

terbanyak terdapat pada pemilikan 9-10 ekor ternak (44,83%)

jumlah pemilikan sebagaimana yang diperlihatkan pada tabel 4

diatas sudah termasuk jumlah pedet yang dijual. Pada dua tahun

terakhir hal ini berlaku untuk semua strata pemilikan ternak.

5.3.7 Kondisi Pendapatan Petani Peternak Dari Setiap Ekor Pedet

Yang Dijual

Hasil temuan dalam penelitian ini pada peternak sapi

perah, rata-rata selama pemeliharaan pedet jantan berdasarkan

lama pemeliharan sampai dijual adalah untuk periode pemeliharan

0–2 bulan membutuhkan biaya Rp 530.000, pemeliharaan 2–4

Page 66: Thesis

bulan membutuhkan biaya Rp 595.000, dan periode pemeliharaan

4–7 bulan sebesar Rp 670.000.

Perlu diketahui bahwa pengggunaan pakan hijauan pada

periode umur pemeliharaan ini rata-rata belum digunakan.

Sedangkan biaya transportasi dalam pengangkutan ternak dari

kandang ke pasar hewan rata-rata antara Rp 50.000 – Rp 75.000

untuk 1 mobil pick up/truk.

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa rata-rata petani

peternak sapi perah menjual pedetnya ke blantik karena alasan

selain langsung memperoleh uang serta juga tidak mau direpotkan

dengan biaya transportasi, karena rata-rata penjualan pedet setiap

kali hanya 1 ekor ternak.

Page 67: Thesis

Tabel 5.4: Harga Jual Pedet Jantan Sapi Perah Tahun 2006-2008

Jual Melalui Tahun Harga Jual Rata-rata

Pasar Hewan

2006 2.500,55

2007 3.480,00

2008 4.470,00

Pedagang Pengumpul

2006 2.230,55

2007 3.154,44

2008 4.190,00

Blantik

2006 2.222,22

2007 3.154,44

2008 4.189,44

Petani Penggemukan

2006 2.231,66

2007 3.097,22

2008 4.189,44

Sumber : Diolah dari data primer 2008

Bila diperhatikan selisih harga antara penjualan melalui

blantik dan penjualan langsung ke pasar ternak tidak berbeda jauh,

karena harga dalam tabel di atas tidak termasuk biaya transport dan

retribusi sehingga petani peternak memilih penjualan melalui

blantik lebih dominan.

5.4 Sistem Pemasaran Ternak

Pada prinsipnya, pemasaran pedet jantan sapi perah rata-rata tidak

mengalami kendala, namun disayangkan bahwa dalam menentukan harga

belum menggunakan berat hidup, tetapi berdasarkan taksiran dan umur

ternak. Sementara saluran pemasaran dari ternak pedet jantan sapi perah

masih didominasi oleh Pedagang Peranta (blantik), karena alasan cepat

mendapat hasil penjualan atau uang kontran. Fenomena lain dari penjualan

Page 68: Thesis

ternak adalah bila terjadi musim kemarau karena kekurangan bahan pakan

sehingga kecenderungan peternak menjual ternak-ternaknya.. Dalam

penelitian ini juga ditemukan bahwa kecenderungan peternak menjual

ternak-ternak mereka pada saat lebaran dan hajatan keluarga.

Skema Saluran Pemasaran Ternak Pedet Jantan Sapi

Perah Di Kota Batu Tahun 2008

5.5 Analisa Efisiensi Pemasaran Pedet Jantan Sapi Perah

Untuk mengetahui efisiensi pemasaran pedet jantan sapi perah di kota

Batu dapat dilakukan dengan struktur, perilaku, dan tampilan pasar (SCP)

5.5.1 Analisis Struktur Pasar

Untuk mengetahui struktur pasar ternak sapi dalam hal ini pedet

jantan sapi perah di Kota Batu tidak hanya dengan melihat banyak

penjual dan pembeli di pasar, tetapi juga dapat dilihat dari elastisitas

harga dan konsentrasi pasar.

a. Analisis transmisi harga

Peternak

Petani

penggemukan

Pasar

Hewan

12,3% 12% 65%

Blantik Pedagang

Pengumpul

10,7%

Blantik

Page 69: Thesis

Analisis transmisi harga atau disebut juga analisis fleksibelitas

transmisi harga dilakukan untuk mengetahui respon harga

pedet jantan sapi perah ditingkat peternak karena perubahan

harga yang terjadi di tingkat, pedagang pengumpul, petani

penggemukan, dan pedagang perantara/blantik.

Hasil analisis regresi linear sederhana dengan menggunakan

bantuan program komputer SPSS untuk perubahan harga pada

tingkat pedagang pengumpul diperoleh persamaan sebagai

berikut :

LnPf = 760,130 + 0,853 lnPp

Se = (136,218) (0,038)

tstat =(5,580) (22,492)

R2 =0,654

ttabel =1,90

Pf = Harga ditingkat peternak (Rp/ekor)

Pp = Harga di tingkat pedagang pengumpul (Rp/ekor)

Karena persamaan di atas maka elastisitas dapat dihitung, hasil

perhitungan menunjukkan koefisien regresi 0,853, berdasarkan

angka ini dapat diketahui bahwa jika terjadi perubahan harga di

tingkat pedagang pengumpul sebesar Rp 1.000, maka akan

meningkatkan harga pada tingkat petani peternak sebesar Rp

853 besarnya pengaruh perubahan ini dapat dianggap

signifikan apabila memperhatikan nilai tstat sebesar 22,492 yang

Page 70: Thesis

jauh lebih besar dari ttabel yang besarnya 1,90. Sedangkan nilai

=η 0,654, dapat diartikan bahwa perubahan harga pada tingkat

petani penggemukan akan mempengaruhi perubahan harga

pada tingkat petani peternak sebesar 65, 4%.

Hasil analisis regresi sederhana untuk perubahan harga

pada tingkat petani penggemukan diperoleh persamaan sebagai

berikut:

LnPf = 780,790 + 0,852 lnPg

Se = (138,191) (0,039)

tstat =(5,650) (22,039)

R2 =0,644

ttabel =1,90

Pf = Harga ditingkat peternak (Rp/ekor)

Pg = Harga di tingkat petani penggemukan (Rp/ekor)

Hasil perhitungan menunjukkan koefisien regresi 0,852,

berdasarkan angka ini dapat diketahui bahwa jika terjadi

perubahan harga di tingkat petani penggemukan sebesar Rp

1.000, maka akan meningkatkan harga pada tingkat petani

peternak sebesar Rp 852 besarnya pengaruh perubahan ini

dapat dianggap signifikan apabila memperhatikan nilai tstat

sebesar 22,039 yang jauh lebih besar dari ttabel yang besarnya

1,90. Sedangkan nilai =η 0,644, dapat diartikan bahwa

perubahan harga pada tingkat petani penggemukan akan

Page 71: Thesis

mempengaruhi perubahan harga pada tingkat petani peternak

sebesar 64, 4%.

Sedangkan persamaan regresi sederhana untuk

pedagang perantara atau blantik adalah:

LnPf = 773,158 + 0,850 lnPb

Se = (135,742) (0,038)

tstat =(5,696) (22,485)

R2 =0,654

ttabel =1,90

Pf = Harga ditingkat peternak (Rp/ekor)

Pg = Harga di tingkat pedagang perantara (Rp/ekor)

Hasil perhitungan menunjukkan koefisien regresi 0,850,

berdasarkan angka ini dapat diketahui bahwa jika terjadi

perubahan harga di tingkat petani penggemukan sebesar Rp

1.000, maka akan meningkatkan harga pada tingkat petani

peternak sebesar Rp 850 besarnya pengaruh perubahan ini

dapat dianggap signifikan apabila memperhatikan nilai tstat

sebesar 22,485 yang jauh lebih besar dari ttabel yang besarnya

1,90. Sedangkan nilai =η 0,654, dapat diartikan bahwa

perubahan harga pada tingkat petani penggemukan akan

mempengaruhi perubahan harga pada tingkat petani peternak

sebesar 65, 4%.

Page 72: Thesis

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa elasitisitas

harga pedet sapi perah yang dijual ke pedagang pengumpul,

petani penggemukan, maupun melalui blantik tidak terlalu jauh

berbeda. Tiap perubahan harga Rp 1000 rupiah akan

meningkatkan harga pedet pada petani peternak sekitar Rp 850.

Dari hasil analisis regresi linear di atas menunjukan

bahwa pengaruh peningkatan harga terhadap petani peternak

relatif sama yaitu Rp 850 tiap perubahan kenaikan harga Rp

1.000 Hal ini menunjukan bahwa pasar cenderung ke erah

persaingan sempurna.

Selain itu indikasi bahwa pasar pedet sapi perah jantan

ke arah sempurna adalah jumlah pembeli dan penjual cukup

banyak sehingga peranan pembeli maupun penjual secara

individual tidak mampu mempengaruhi harga pasar yang ada

dengan meningkatkan jumlah pembelian maupun jumlah

penjualan; Dalam keadaan pasar persaingan sempurna, petani

tidak mungkin dapat mempengaruhi harga pasar secara

individu.

b. Analisis konsetrasi ratio (Kr)

Yang dimaksud dengan konsentrasi ratio adalah berapa

persen volume transaksi yang dikuasai oleh beberapa pedagang.

Rata-rata volume transaksi antara pedagang yang satu dengan yang

lain tidak sama kemampuannya. Ada yang mampu membeli rata-

Page 73: Thesis

rata hanya 6 ekor setiap bulan dan ada yang mampu membeli

sampai 30 ekor setiap bulan

Page 74: Thesis

Tabel 5.5 Volume Transaksi dan Konsentrasi Ratio Pedagang

Perantara Di Kota Batu Tahun 2008 Total

Transaksi Petani

Penggemukan Pedagang Pengumpul

Pasar Hewan Blantik

F % F % F % F % F %

120 22,22 20 22,22 30 26,55 41 19 29 21,97

80 14,81 10 14,81 18 15,93 32 15 20 15,15

68 12,59 10 12,59 15 13,27 28 13 15 11,36

60 11,11 10 11,11 10 8,85 25 11 15 11,36

48 8,89 8 8,89 9 7,96 22 10 9 6,82

44 8,15 5 8,15 9 7,96 20 9,2 10 7,58

36 6,67 3 6,67 7 6,19 15 6,9 11 8,33

32 5,93 2 5,93 5 4,42 15 6,9 10 7,58

28 5,19 5 5,19 5 4,42 10 4,6 8 6,06

24 4,44 4 4,44 5 4,42 10 4,6 5 3,79

540 100 77 100 113 99,97 218 100 132 100

Kr 100 14,26 20,93 40,37 24,44

Sumber : Diolah dari data primer 2008

Apabila disimak tabel di atas Konsentrasi rasio paling besar

terdapat pada pasar hewan yaitu sebesar 40,37, kemudian pasar blantik

sebesar 24,44, pedagang pengumpul 20,93, dan konsentrasi paling kecil

pada petani penggemukan sebesar 14,26. Adanya perbedaan konsentrasi

ini juga disebabkan oleh adanya perbedaan jumlah pedagang yang ada.

Sebagai misal rasio konsentrasi pada petani penggemukan lebih kecil dari

rasio konsentrasi pasar hewan, hal ini disebabkan oleh jumlah pedagang

dipasar hewan jumlahnya lebih banyak dibanding dengan jumlah petani

penggemukan. Sedangkan untuk Blantik konsentrasi volume paling besar

dibanding pedagang lainnya karena petani peternak lebih suka menjual

pedet sapi perahnya ke blantik dengan alasan cepat mendapat hasil

penjualan.

Dilihat dari konsentrasi volume perdagangan yang pada

keseluruhan pedagang tidak ada yang mencapai 80% maka struktur

pasar pedet sapi perah jantan di kota Batu mengarah pada

persaingan Oligopson.

5.5.2 Analisis Perilaku Pasar

Analisis perilaku pasar dilakukan untuk mengetahui praktek-praktek

penentuan harga dalam pasar, baik secara kualitatif maupun secara

Page 75: Thesis

kuantitatif. Praktek penentuan harga secara kualitatif dapat dijelaskan

secara deskriptif, sedangkan penentuan harga secara kuantitatif dapat

dijelaskan dengan analisis regresi linear sederhana.

Tabel 5.6 : Volume Transaksi Dan Konsentrasi Ratio Antara Saluran

Pemasaran Pedet Jantan Sapi Perah Di Kota Batu Tahun

2008

Pasar Volume Transaksi Konsentrasi Rasio

Pedagang Pengumpul 113 20,93

Petani Pengemukan 77 14,26

Blantik 130 24,44

Pasar Hewan 218 40,37

Sumber : Diolah dari data primer 2008

Tabel 5.6 di atas menggambarkan bahwa konsentrasi rasio tertinggi

ada pada pedagang perantara yaitu sebesar 24,44, kemudian diikuti

oleh pedagang pengumpul sebesar 20,93 dan petani penngemukan

sebesar 14,26. Hal ini menunjukan bahwa konsentrasi mengarah pada

pasar persaingan sempurna karena selisih konsentrasi tidak terlalu

besar dan tidak mencapai angka 80.

Hasil analisis regresi linear sederhana dengan menggunakan

bantuan program komputer SPSS untuk perubahan volume

perdagangan pada tingkat pedagang pengumpul diperoleh persamaan

sebagai berikut :

LnPt = 12,331 + 3,688 lnPp

Se = (2,832) (0,209)

tstat =(4,355) (17,640)

Page 76: Thesis

R2 =0,975

ttabel = 2,228

Pt = Volume Perdagangan pedet Sapi Perah Total

Pp = Volume perdagangan di tingkat pedagang pengumpul

Karena persamaan di atas maka elastisitas dapat

dihitung, hasil perhitungan menunjukkan koefisien regresi

3,688, berdasarkan angka ini dapat diketahui bahwa jika terjadi

perubahan Volume perdagangan pedet jantan sapi perah di

tingkat pedagang pengumpul sebesar 1 ekor, maka akan

meningkatkan volume perdagangan total sekitar 3 sampai 4

ekor besarnya pengaruh perubahan ini dapat dianggap

signifikan apabila memperhatikan nilai tstat sebesar 17,640 yang

jauh lebih besar dari ttabel yang besarnya 2,228. Sedangkan

nilai =η 0,975, dapat diartikan bahwa perubahan volume

perdagangan pada tingkat petani penggemukan akan

mempengaruhi perubahan volume perdagangan sapi perah total

97,4%.

Hasil analisis regresi sederhana untuk perubahan

volume perdagangan pedet sapi perah jantan pada tingkat

petani penggemukan diperoleh persamaan sebagai berikut:

LnPt = 12,929 + 5,334 lnPg

Se = (5,308) (0,578)

tstat =(2,436) (9,227)

Page 77: Thesis

R2 =0,914

ttabel =2,228

Pt = Volume perdagangan pedet sapi perah jantan total

Pg = Volume perdagangan di tingkat petani penggemukan

Hasil perhitungan menunjukkan koefisien regresi 5,334,

berdasarkan angka ini dapat diketahui bahwa jika terjadi

perubahan volume di tingkat petani penggemukan sebesar 1

ekor, maka akan meningkatkan volume perdagangan sapi perah

jantan total sebesar 5 – 6 ekor, besarnya pengaruh perubahan

ini dapat dianggap signifikan apabila memperhatikan nilai tstat

sebesar 9,227 yang jauh lebih besar dari ttabel yang besarnya

2,228. Sedangkan nilai =η 0,914, dapat diartikan bahwa

perubahan volume perdagangan pedet sapi perah pada tingkat

petani penggemukan akan mempengaruhi perubahan volume

perdagangan total sebesar 91, 4%.

Sedangkan persamaan regresi sederhana untuk

pedagang perantara atau blantik adalah:

LnPt = -0,169 + 4,104 lnPb

Se = (4,861) (0,329)

tstat =(-0,035) (12,470)

R2 =0,951

ttabel =2,228

Pt = Volume Perdagangan Sapi perah total

Page 78: Thesis

Pg = Volume Perdagangan Sapi perah di tingkat pedagang

perantara

Hasil perhitungan menunjukkan koefisien regresi 4,104,

berdasarkan angka ini dapat diketahui bahwa jika terjadi

perubahan volume perdagangan di tingkat blantik sebesar

1ekor maka akan meningkatkan volume perdagangan total

sebesar total 4 – 5 ekor besarnya pengaruh perubahan ini dapat

dianggap signifikan apabila memperhatikan nilai tstat sebesar

12,470 yang jauh lebih besar dari ttabel yang besarnya 2,228.

Sedangkan nilai =η 0,951, dapat diartikan bahwa perubahan

volume perdagangan sapi perah pada tingkat blantik akan

mempengaruhi perubahan volume total pada tingkat petani

peternak sebesar 95,14%. Secara logis konstata yang bernilai

negatif tidak ditafsirkan karena tanpa ada pedagang

perantarapun masih ada perdagangan pedet sapi perah.

Sedangkan persamaan regresi sederhana untuk pasar

hewan adalah:

LnPh = -8,995 + 2,890 lnPh

Se = (4,907) (0,206)

tstat =(-1,833) (13,944)

R2 =0,961

ttabel =2,228

Pt = Volume Perdagangan Sapi perah total

Page 79: Thesis

Ph = Volume Perdagangan Sapi perah di tingkat pasar

hewan

Hasil perhitungan menunjukkan koefisien regresi 2,890,

berdasarkan angka ini dapat diketahui bahwa jika terjadi

perubahan volume perdagangan di tingkat pasar hewan sebesar

1ekor maka akan meningkatkan volume perdagangan total

sebesar total 2 – 3 ekor besarnya pengaruh perubahan ini dapat

dianggap signifikan apabila memperhatikan nilai tstat sebesar

12,470 yang jauh lebih besar dari ttabel yang besarnya 2,228.

Sedangkan nilai =η 0,951, dapat diartikan bahwa perubahan

volume perdagangan sapi perah pada tingkat pasar hewan akan

mempengaruhi perubahan volume total pada tingkat petani

peternak sebesar 96,1%.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa elasitisitas

perubahan volume perdagangan pedet sapi perah yang dijual

ke pedagang pengumpul, petani penggemukan, maupun melalui

blantik tidak terlalu jauh berbeda. Tiap perubahan karena

hampir secara keselurauhan berpengaruh lebih dari 90 % hal

ini menunjukan adanya persaingan yang sempurna.

5.5.3 Analisis Tampilan Pasar

Untuk mengetahui tampilan pasar ternak sapi perah di Kota

Batu yang dilakukan petani peternak, digunakan pendekatan atau

Page 80: Thesis

analisis farmers share atau share harga yang diterima petani peternak

Tampilan pasar ini juga dapat diukur dari bagian harga yang diterima

oleh petani (farmer’s share). Bagian harga yang diterima merupakan

ratio antara harga penjualan petani dengan harga penjualan pengecer

atau harga konsumen. Secara matematis dapat dinyatakan:

Fs = %100xPr

Pf

Dimana :

Fs = Farmer’s share

Pf = Harga jual di tingkat petani

Pr = Harga jual di tingkat pengecer

Hasil Perhitungan share harga ditampilkan dalam tabel

sebagai berikut:

Tabel 5.7 Share Harga Ternak Sapi Perah Yang Diterima Petani

Peternak Untuk Setiap Desa Di Kota Batu Tahun 2008

Jual Melalui Rata-rata

Standar Error

Taraf Nyata 95%

Batas Bawah

Batas Atas

Pedagang Pengumpul

99,312 2,776 93,862 104,761

Petani Penggemukan

98,533 2,776 93,084 103,983

Blantik 98,908 2,776 93,458 104,357

Sumber : Diolah dari data primer 2008

Berdasarkan tabel 5.7 di atas terlihat bahwa rata-rata share

harga yang diterima petani peternak di daerah penelitian ini sebesar

Rp 98.533 hingga Rp 99.312 dengan share harga terendah sebesar

Rp 93.084 dan tertinggi Rp 104.157. Hal ini mengindikasikan

bahwa petani peternak di daerah ini sudah menerima harga yang

layak. Indikasi bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan share

harga ditunjukan dalam tabel hasil uji LSD sebagai berikut:

Page 81: Thesis

Tabel 5.8 Perbandingan perbedaan share harga yang diterima

petani menggunakan LSD

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Share Harga

LSD

,7786 3,92624 ,843 -6,9283 8,4854

,4039 3,92624 ,918 -7,3029 8,1108

-,7786 3,92624 ,843 -8,4854 6,9283

-,3746 3,92624 ,924 -8,0815 7,3322

-,4039 3,92624 ,918 -8,1108 7,3029

,3746 3,92624 ,924 -7,3322 8,0815

(J) Jual Melalui

Petani Penggemukan

Pedagang Perantara/Blantik

Pedagang Pengumpul

Pedagang Perantara/Blantik

Pedagang Pengumpul

Petani Penggemukan

(I) Jual Melalui

Pedagang Pengumpul

Petani Penggemukan

Pedagang Perantara/Blantik

MeanDifference

(I-J) Std. Error Sig. Lower BoundUpper Bound

95% Confidence Interval

Based on observed means.

Sumber : Diolah dari data primer 2008

Hasil Uji LSD pada tabel 5.8 di atas menginformasikan

bahwa share harga yang diterima petani baik melalui petani

penggemukan, pedagang pengumpul, maupun pedagang perantara

tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini ditandai dengan

nilai signifikansi yang seluruhnya jauh lebih besar dari 0,05,

bahkan seluruhnya berada di atas 0,8.

a. Analisis Margin Pemasaran

Margin pemasaran adalah perbedaan harga di tingkat

konsumen yang dalam penelitian ini adalah harga pedagang

perantara dengan harga yang diterima oleh produsen atau petani

peternak.

Pada umumnya margin pemasaran bersifat dapat berubah

menurut waktu dan keadaan ekonomi dan tergantung pula pada

harga yang dibayar konsumen. Bila harga konsumen itu kecil,

Page 82: Thesis

turun/berkurang maka produsen menerima harga yang relatif

rendah/kecil. Dan bila harga yang dibayar oleh konsumen naik,

maka produsen akan menerima harga yang relatif lebih besar.

Biasanya margin pemasaran itu bersifat fleksibel secara relatif atau

tidak banyak berubah, misalnya harga suatu barang naik, tetapi

biaya pemasaran tepat, maka harga yang diterima produsen

menjadi lebih besar.

Perubahan harga pedet sapi perah jantan berdasarkan

umurnya dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 ditampilkan

dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 5.9 Harga Pedet Sapi Perah Jantan Berdasarkan Umurnya

Tahun 2006-2008

5. Tahun * Umur

Dependent Variable: Harga

1410,417 111,687 1191,261 1629,573

2211,667 111,687 1992,511 2430,823

3266,667 111,687 3047,511 3485,823

2210,000 111,687 1990,844 2429,156

3212,500 111,687 2993,344 3431,656

4242,083 111,687 4022,927 4461,239

3218,333 111,687 2999,177 3437,489

4207,083 111,687 3987,927 4426,239

5353,750 111,687 5134,594 5572,906

Umur

0 - 2 Bulan

2 - 4 Bulan

3 - 7 Bulan

0 - 2 Bulan

2 - 4 Bulan

3 - 7 Bulan

0 - 2 Bulan

2 - 4 Bulan

3 - 7 Bulan

Tahun

2006

2007

2008

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

Sumber : Diolah dari data primer 2008

Tabel 5.9 di atas memberi gambaran bahwa harga

pedet sapi perah jantan dari tahun ke tahun mengalami

peningkatan. Jika pada tahun 2006 harga pedet usia 0- 2 bulan

rata-rata Rp 1.410.417 dengan estimasi harga terendah Rp.

Page 83: Thesis

1.191.216 dan harga tertinggi Rp 1.629.573, pada tahun 2007

meningkat menjadi rata-rata Rp 2.210.000 dengan estimasi harga

terendah Rp 1.990.844 dan harga tertinggi Rp. 2.429.156 adanya

perbedaan variasi harga ini juga disebabkan adanya perbedaan

saluran perdagangan, serta perbedaan keadaan sapi perah yang

diperdagangkan.

Sedangkan perbandingan harga pedet jantan sapi perah

ditampilkan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 5.10 Perbandingan Harga Pedet Sapi Perah

Pairwise Comparisons

Dependent Variable: Harga

291,852* 105,299 ,006 85,229 498,474

294,815* 105,299 ,005 88,192 501,437

310,741* 105,299 ,003 104,118 517,363

-291,852* 105,299 ,006 -498,474 -85,229

2,963 105,299 ,978 -203,659 209,585

18,889 105,299 ,858 -187,733 225,511

-294,815* 105,299 ,005 -501,437 -88,192

-2,963 105,299 ,978 -209,585 203,659

15,926 105,299 ,880 -190,696 222,548

-310,741* 105,299 ,003 -517,363 -104,118

-18,889 105,299 ,858 -225,511 187,733

-15,926 105,299 ,880 -222,548 190,696

(J) Jual

Pedagang Pengumpul

Blantik

Petani Penggemukan

Pasar Hewan

Blantik

Petani Penggemukan

Pasar Hewan

Pedagang Pengumpul

Petani Penggemukan

Pasar Hewan

Pedagang Pengumpul

Blantik

(I) Jual

Pasar Hewan

Pedagang Pengumpul

Blantik

Petani Penggemukan

MeanDifference

(I-J) Std. Error Sig.a

Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval forDifference

a

Based on estimated marginal means

The mean difference is significant at the ,05 level.*.

Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).a.

Sumber : Diolah dari data primer 2008

Tabel 5.10 di atas menunjukan perbedaan rata-rata

harga pedet sapi perah tanpa memperhitungkan biaya transportasi.

Jika harga pedet sapi perah di pasar hewan diasumsikan sebagai

harga dari peternak ke konsumen maka ada selisih harga rata-rata

sebesar Rp 291.851 dengan harga jual ke pedagang pengumpul,

Page 84: Thesis

selisih harga sebesar Rp 294.814 dengan harga jual ke pedagang

perantara/ blantik, dan selisih Rp 310.740 ke petani

penggemukan.

b. Share Keuntungan Pedagang

Salah satu pendekatan yang digunakan untuk mengetahui

efisiensi pemasaran adalah distribusi keuntungan diantara lembaga

pemasaran.

Tabel 5.11 Distribusi Keuntungan (Profit Margin) Pedagang

Dalam Pemasaran Pedet Jantan Sapi Perah di Kota

Batu Tahun 2008

Jual Melalui

Komponen Biaya Estimasi Harga Jual

Keuntungan

Komponen Biaya Rupiah Share

Pasar Hewan Pakan Rp1.200.000,00 Rp3.483.519 Rp473.519 42,34

Obat Rp25.000,00

Tenaga Kerja Rp1.700.000

Transport Rp85.000,00

Jumlah Rp3.010.000,00

Pedagang Pengumpul Harga Beli Rp3.191.667 Rp3.560.000 Rp249.333 24,12

Transport Rp110.000

Jumlah Rp3.301.667

Blantik Harga Beli Rp3.188.704 Rp3.560.000 Rp269.296 25,04

Transport Rp75.000

Retribusi Rp2.000

KTA Rp25.000

Jumlah Rp3.290.704

Petani Penggemukan Harga Beli Rp3.172.778 Rp3.560.000 Rp93.722 8,5

Pakan Rp100.000,00

Obat Rp8.500

Tenaga Kerja Rp100.000

Transport Rp85.000,00

Jumlah Rp3.466.278 Rp1.094.870 100

Sumber : Diolah dari data primer, 2008

Page 85: Thesis

Keuntungan pedagang perantara merupakan yang terbesar

yakni 25,04% dari margin pada tingkat pedagang perantara.

Sedangkan keuntungan pedagang pengumpul sebesar 24,12, dan

petani penggemukan 8,5 dari margin. Hal ini menunjukkan bahwa

sistem pemasaran pedet di Kota Batu belum efisien, karena

distribusi keuntungan yang tidak merata antara para pedagang.

Tingginya Keuntungan pedagang perantara ini mungkin

disebabkan oleh karena dalam menjual ternaknya petani peternak

tidak menggunakan standar harga yang ada. Rata-rata dalam

penentuan harga hanya berdasar kebiasaan dan taksir saja..

Struktur pasar yang ada mengarah ke persaingan duopsoni

menyebabkan pedagang perantara mampu mendapatkan

keuntungan yang lebih besar. Hal ini menyebabkan margin

pemasaran semakin besar, sedangkan harga di tingkat petani

peternak cenderung tetap bahkan menurun. Dengan demikian

petani peternak sebagai pemilik pedet jantan sapi perah belum

memperoleh harga yang layak dan wajar sesuai dengan jerih payah

yang mereka keluarkan.

Page 86: Thesis

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Hasil analisis konsentrasi rasio menunjukan bahwa konsentrasi rasio

tertinggi ada pada pedagang perantara yaitu sebesar 24,44, kemudian

diikuti oleh pedagang pengumpul sebesar 20,93 dan petani penggemukan

sebesar 14,26. Hal ini menunjukan bahwa konsentrasi mengarah pada

pasar persaingan sempurna.

2. Hasil analisis regresi linear menunjukan bahwa pengaruh peningkatan

harga terhadap petani peternak relatif sama yaitu Rp 850 tiap perubahan

kenaikan harga Rp 1.000 Hal ini menunjukan bahwa pasar cenderung ke

arah persaingan sempurna, hal ini juga berarti bahwa harga di tingkat

pedagang terintegrasi secara sempurna dengan harga di tingkat petani

peternak.

3. Share harga yang diterima petani peternak di daerah penelitian ini sebesar

Rp 98.533 hingga Rp 99.312 dengan share harga terendah sebesar Rp

93.084 dan tertinggi Rp 104.157. Hal ini mengindikasikan bahwa petani

peternak di daerah ini sudah menerima harga yang layak. Indikasi bahwa

tidak ada perbedaan yang signifikan share harga Hal ini ditandai dengan

nilai signifikansi yang seluruhnya jauh lebih besar dari 0,05, bahkan

seluruhnya berada di atas 0,8. Keuntungan pedagang perantara merupakan

yang terbesar yakni 25,04%dari margin pada tingkat pedagang perantara.

Sedangkan keuntungan pedagang pengumpul sebesar 24,12, dan petani

Page 87: Thesis

penggemukan 8,5 dari margin. Hal ini menunjukkan bahwa sistem

pemasaran pedet di Kota Batu belum efisien, karena distribusi keuntungan

yang tidak merata antara para pedagang.

4. Hasil perhitungan share keuntungan, Keuntungan pedagang perantara

merupakan yang terbesar yakni 25,04% dari margin pada tingkat

pedagang perantara. Sedangkan keuntungan pedagang pengumpul sebesar

24,12, dan petani penggemukan 8,5 dari margin. Hal ini menunjukkan

bahwa sistem pemasaran pedet di Kota Batu belum efisien, karena

distribusi keuntungan yang tidak merata antara para pedagang.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang disarikan dari penelitian ini, maka

diharapkan kepada:

a) Petani agar dalam menjual ternaknya menggunakan standar harga yang

telah ada yakni berdasarkan berat badan hidup ternak.

b) Diperlukan campur tangan pemerintah dalam mendukung diberlakukannya

standar harga berdasarkan berat hidup ternak, maka upaya yang perlu

dilakukan adalah dengan mendekatkan atau menyiapkan tempat

penimbangan ternak ke tempat tinggal petani peternak.

c) Perlu dilakukan pembayaran segera setelah ternak sapi perah ditimbang,

sehingga tidak menimbulkan biaya-biaya ekstra yang dapat merugikan

petani peternak.

d) Perlu dipertimbangkan agar Gapoktan dapat berfungsi sebagai salah satu

lembaga perantara dan atau sekaligus bertindak selaku pedagang perantara

Page 88: Thesis

dalam pemasaran ternak sapi perah maupun produk-produk peternakan

pada umumnya di Kota Batu.

Page 89: Thesis

DAFTAR PUSTAKA

Alhusniduki, Hamdi. 1991. Tataniaga Pertanian. Bahan Penataran Perguruan

Tinggi Swasta Bidang Pertanian Program Kajian Agribisnis. Direktorat

Perguruan Tinggi Swasta. Dirjen Pendidikan Tinggi. Universitas

Lampung.

Anonymous. 1993. Agribisnis, Badan Pendidikan dan Latihan Pertanian.

Departemen Pertanian. Jakarta.

_________. 1996. Tim Pusat Studi Kebijakan Pangan dan Gizi. Institut Pertanian

Bogor.

_________, 2006. Dinas Peternakan Propinsi Jawa Timur.

_________, 2006. Batu Dalam Angka Badan Perencanaan Daerah. Kota Batu.

_________, 2008. Laporan Triwulan Dinas Pertanian Kota Batu.

Asmarantaka, R. W. 1985. Analisis Pemasaran Jagung di Daerah Sentra

Produksi Lampung. Tesis S2 Fakultas Pascasarjana IPB. Bogor.

Atmakusuma, Y. 1984. Tataniaga Peternakan. Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas

Peternakan IPB. Bogor.

Azzaino, Z. 1981. Pengantar Tataniaga Pertanian. Fakultas Pertanian Institut

Pertanian Bogor.

Dahl, Dale C. 1977. Market and Price Analysis. The Agricultural Industries.

McGRAW-Hill Book Company.

Darma Setiawan, I Made. 1997. Analisis Pemasaran Rumput Laut (Eucheuma

Sp.) Pada Sentra Produksi Rumput Laut di Kecamatan Nusa Penida Bali.

Tesis S2 Program Pascasarjana Universitas Brawijaya Malang.

Faminow, Merle D. & Bruce L. Benson. 1991. Spatial Market Integration.

American Journal of Agricultural Economics. Volume 72 Number 1

February 1990.

Fanani, Z. 2000. Proposal Pemasaran Bidang Peternakan Pasca Tahun 2000.

Universitas Brawijaya. Malang.

Garcia, Philip; Ramond M. Leuthold dan Mohamed Sarhan, (1994). Basis Risk:

Measurement and Analysis of Basis Fluctuation for Selected Livestock

Page 90: Thesis

Markets. American Journal of Agricultural Economics. Volume 66

Number 4 November 1994.

Gaspersz, Vincent. 1989. Teknik Penarikan Contoh untuk Penelitian Survei.

Penerbit Tarsito Bandung.

_______________. 1991a. Ekonometrika Terapan. Buku Satu. Penerbit Tarsito

Bandung.

_______________. 1991b. Ekonometrika Terapan. Buku dua. Penerbit Tarsito

Bandung.

_______________. 1996. Ekonomi Manajerial, Penerapan Konsep-konsep

Ekonomi dalam Bisnis Total. Penerbit PT. Pustaka Gramedia Jakarta.

Gujarati, Damodar. 1995. Basic Econometrics. McGRAW-Hill International

Company. International Student Edition.

Handerson, James. M; Richard E. Quandt. 1980. Microeconomic Theory. Thirt

Edition. International Student Edition. McGRAQ-Hill International Book

Company.

Hay, Morris. 1991. Industrial Economic and Organization. Theory and Evidence.

Second Ed. Oxford University Press.

Hiersieifer, J. 1985. Teori Harga dan Aplikasinya. Penerbit Erlangga Jakarta. Alih

Bahasa Kusnedi.

Idrus, M.; I Wayan Widyantara, 1996. Pemasaran Panili di Bali. Perilaku dan

Penampilan Pasar. Lintasan Ekonomi. Majalah Ilmiah Fakultas Ekonomi

Universitas Brawijaya Malang.

Kiptiyah, S. M.; Iksan Semaoen, 1994. Konsumsi dan Pemaaran Bunga di Jawa

Timur. Laporan Penelitian Universitas Brawijaya Malang.

Kohls & Url, J.N. 1980. Marketing of Agricultural Product. Fifth End. Collar.

Macmillan Publishing Company. New York.

Komisariat PERHEPI Surakarta, 1996. Kajian Keragaan Pasar dan Prospek

Daya Saing Komoditas Jambu Mete. Makalah pada Kongres XI dan

Kongres XII PERHEPI, 9 – 11 Agustus 1996. Denpasar.

Koutsoyiannis, A. 1982. Modern Microeconomics. Second Edition. (Southeast

Asian Reprint).

Page 91: Thesis

Lalus, M. F, dkk. 1995. Kontribusi Usaha Ternak Terhadap Pendapatan

Rumahtangga Petani Lahan Kering di Kabupaten Kupang. Laporan

Penelitian. Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana Kupang. Liliwen, Alo; Gregor Neonbasu. 1994. Prospek Pembangunan Dinamika dan

Tantangan Pembangunan Nusa Tenggara Timur. Penerbit Yayasan Citra Insan Pembaru Kupang.

Masyrofie, 1993. Pengantar Pemasaran Pertanian. Program Pascasarjana,

Universitas Brawijaya Malang. ________. 1994. Diktat Pemasaran Hasil Pertanian. Jurusan Sosial Ekonomi

Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang. Miller, LeRoy, R. Roger E. Meiners. 1994. Teori Ekonomi Mikro Intermediate.

PT. Raja Grafinda Persada Jakarta Bekerjasama dengan McGRAW-Hill Inc.

Monke E. dan T. Petzel. 1991. Market Integration. American Journal of

Agricultural Economics. Volume 66 Number 4 November 1984. Mosher, A. T. 1985. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Penerbit

Yasaguna Jakarta. Mubyarto, 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES Jakarta. Parel, Cristina, et. Al. 1973. Sampling Design and Procedures. Papers on Survey

Research Metodology. Pellokila, Ch. M., dkk. 1993. Analisis Permintaan Daging Sapi di Kota

Administratif Kupang. Laporan Hasil Penelitian. Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana Kupang.

Porwadarminto, 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Depdikbud. Pembinaan,

Pengembangan, Bahasa. Jakarta. Rochadi, Tawaf H. 1999. Prospek Usaha Sapi Potong oleh Gerakan Koperasi

Menghadapi Era Pasar Bebas. Makalah yang disampaikan pada Seminar Nasional Pengembangan Sapi Potong di Indonesia dalam Era Pasar Bebas di Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang.

Rochadi, Tawaf, H; Sulaeman dan Tonton S. Udiantono, 1993. Strategi

Pengembangan Industri Peternakan Sapi Potong Berskala Kecil dan Menengah. Agroindustri Sapi Potong. Prospek Pengembangan pada PJPT II. PPA (Pusat Pengembangan Agribisnis), CIDES (Center for Information and Development Studies. UQ (Jurnal Ilmu dan Kebudayaan Ulumul Qur;an).

Page 92: Thesis

Saefuddin, Ahmad, 1981/1982. Pemasaran Produk Pertanian. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Schroeter, Joh and Jeffrey M. Perlof. 1991. Marketing Margin, Power and Risk.

American Journal of Agricultural Economics. Volume 73 Number 4 November 1991.

Semaoen, Iksan. 1996. Teori Ekonomi Mikro. Edisi Pertama. Program

Pascasarjana Universitas Brawijaya Malang. Sexton, Richard J; C. L. King; Hoy F. Carman. 1991. Market Integration, Effiency

of Arbitrage and Imperfect Competition : Metodology and Application to U.S. Celery. American Journal of Agricultural Economics. Volume 73 Number 3 August 1991.

Singarimbun, Masri; Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survai. LP3ES.

Jakarta. Soekartawi, 1989. Manajemen Pemasaran Hasil-hasil Pertanian, Teori dan

Aplikasinya. CV. Rajawali. Jakarta. Soekartawi, 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Teori dan Aplikasi.

Penerbit PT. Raja Grafindo Persada Jakarta. Edisi Revisi. Stiffel, Laurence D. 1975. Imperfect Competition in a Vertical Market Network:

The Case of Rubber in Thailand. American Journal of Agricultural Economics. Volume 57 Number 4 November 1975.

Subagiyo, Ifar. 1996. Relevance of Ruminant in Upland Mixed Farming System in

East Java Indonesia. Printed by: Ponsen en Looijen BV. Sudarsono, 1995. Pengantar Ekonomi Mikro. Penerbit LP3ES Jakarta. Sudiyono, Armand, 1990. Pengantar Pemasaran Pertanian. Fakultas Pertanian,

Universitas Muhammadiyah, Malang. Supranto, J. 1983. Ekonometrik. Buku Satu. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi,

Universitas Indonesia Jakarta. _________, 1984. Ekonometrik. Buku Dua. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi,

Universitas Indonesia Jakarta. Sukirno, Sadono (1995). Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Penerbit PT. Raja

Grafindo Persada Jakarta. Edisi Kedua. Teken, I. B; S. Asnawi. 1977. Teori Ekonomi Mikro. Fakultas Pertanian Institut

Pertanian Bogor.

Page 93: Thesis

Tim Peneliti dari Pusat Studi dan Kebijakan Pangan dan Gizi, Lembaga Penelitian IPB (1996) Bekerja Sama dengan Kantor Menteri Negara Urusan Pangan. Studi Analisis Keterpaduan Pasar pada Sistem Pemasaran Komoditas Strategis.

Tomek, William G. 1977. Agricultural Product Prices. Cornell University Press.

Ithaca and London. Wardana, I Made, 1993. Ketidakstabilan Harga Anggur di Tingkat Petani di

Kecamatan Grokgak Kabupaten Buleleng. Tesis S2 Universitas Gajah Mada KPK Universitas Brawijaya Malang.

Page 94: Thesis

Lampiran Karakteristik Responden Petani

Peternak Pedet Jantan Sapi Perah Frequency Table

Statistics

30 30 30 30 30 30

0 0 0 0 0 0

Valid

Missing

N

Pekerjaan Umur Pendidikan

JumlahAnggotaRumahTangga

JumlahTernak

LamaBeternakSapi Perah

Umur

1 3.3 3.3 3.3

4 13.3 13.3 16.7

1 3.3 3.3 20.0

1 3.3 3.3 23.3

4 13.3 13.3 36.7

3 10.0 10.0 46.7

2 6.7 6.7 53.3

1 3.3 3.3 56.7

1 3.3 3.3 60.0

1 3.3 3.3 63.3

4 13.3 13.3 76.7

1 3.3 3.3 80.0

1 3.3 3.3 83.3

1 3.3 3.3 86.7

2 6.7 6.7 93.3

1 3.3 3.3 96.7

1 3.3 3.3 100.0

30 100.0 100.0

31.00

32.00

33.00

34.00

35.00

36.00

37.00

38.00

39.00

40.00

45.00

46.00

47.00

48.00

51.00

52.00

55.00

Total

Valid

Frequency Percent

ValidPercent

CumulativePercent

Page 95: Thesis

Pendidikan

9 30.0 30.0 30.0

15 50.0 50.0 80.0

5 16.7 16.7 96.7

1 3.3 3.3 100.0

30 100.0 100.0

SD

SLTP

SLTA

PT

Total

Valid

Frequency Percent

ValidPercent

CumulativePercent

Jumlah Anggota Rumah Tangga

2 6.7 6.7 6.7

13 43.3 43.3 50.0

7 23.3 23.3 73.3

6 20.0 20.0 93.3

2 6.7 6.7 100.0

30 100.0 100.0

2.00

3.00

4.00

5.00

7.00

Total

Valid

Frequency Percent

ValidPercent

CumulativePercent

Page 96: Thesis

Karakteristik Responden Petani Penggemukan Pedet

Jantan Sapi Perah Frequencies

Statistics

10 10 10

0 0 0

Valid

Missing

N

Umur Pendidikan

Jumlah

Anggota

Rumah

Tangga

Frequency Table

Umur

1 10.0 10.0 10.0

1 10.0 10.0 20.0

1 10.0 10.0 30.0

1 10.0 10.0 40.0

1 10.0 10.0 50.0

1 10.0 10.0 60.0

1 10.0 10.0 70.0

1 10.0 10.0 80.0

1 10.0 10.0 90.0

1 10.0 10.0 100.0

10 100.0 100.0

34.00

35.00

36.00

37.00

38.00

39.00

40.00

43.00

45.00

52.00

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Page 97: Thesis

Pendidikan

1 10.0 10.0 10.0

7 70.0 70.0 80.0

2 20.0 20.0 100.0

10 100.0 100.0

SD

SLTP

SLTA

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Jumlah Anggota Rumah Tangga

3 30.0 30.0 30.0

6 60.0 60.0 90.0

1 10.0 10.0 100.0

10 100.0 100.0

3.00

4.00

5.00

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Karakteristik Responden Pedagang Pengumpul Pedet

Jantan Sapi Perah

Frequencies

Statistics

10 10 10

0 0 0

Valid

Missing

N

Umur Pendidikan

Jumlah

Anggota

Rumah

Tangga

Frequency Table

Page 98: Thesis

Umur

1 10.0 10.0 10.0

1 10.0 10.0 20.0

1 10.0 10.0 30.0

1 10.0 10.0 40.0

1 10.0 10.0 50.0

2 20.0 20.0 70.0

1 10.0 10.0 80.0

1 10.0 10.0 90.0

1 10.0 10.0 100.0

10 100.0 100.0

36.00

37.00

38.00

39.00

40.00

41.00

43.00

45.00

52.00

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Pendidikan

1 10.0 10.0 10.0

6 60.0 60.0 70.0

3 30.0 30.0 100.0

10 100.0 100.0

SD

SLTP

SLTA

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Jumlah Anggota Rumah Tangga

4 40.0 40.0 40.0

4 40.0 40.0 80.0

2 20.0 20.0 100.0

10 100.0 100.0

3.00

4.00

5.00

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Karakteristik Responden Pedagang Perantara/ Blantik

Pedet Jantan Sapi Perah Frequencies

Page 99: Thesis

Statistics

10 10 10

0 0 0

39.4000 2.2000 3.7000

31.00 1.00 3.00

52.00 3.00 5.00

Valid

Missing

N

Mean

Minimum

Maximum

Umur Pendidikan

Jumlah

Anggota

Rumah

Tangga

Frequency Table

Umur

1 10.0 10.0 10.0

1 10.0 10.0 20.0

1 10.0 10.0 30.0

1 10.0 10.0 40.0

1 10.0 10.0 50.0

1 10.0 10.0 60.0

1 10.0 10.0 70.0

2 20.0 20.0 90.0

1 10.0 10.0 100.0

10 100.0 100.0

31.00

34.00

35.00

36.00

37.00

39.00

40.00

45.00

52.00

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Pendidikan

1 10.0 10.0 10.0

6 60.0 60.0 70.0

3 30.0 30.0 100.0

10 100.0 100.0

SD

SLTP

SLTA

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Jumlah Anggota Rumah Tangga

4 40.0 40.0 40.0

5 50.0 50.0 90.0

1 10.0 10.0 100.0

10 100.0 100.0

3.00

4.00

5.00

Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana

Harga Pedet Sapi Perah Regression

Page 100: Thesis

Variables Entered/Removed b

HargaMelaluiPedagangPengumpula

. Enter

Model

1

VariablesEntered

VariablesRemoved Method

All requested variables entered.a.

Dependent Variable: Harga Jual Ke Pasar Hewanb.

Model Summary

.809a .654 .652 1025.40583

Model

1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

Predictors: (Constant), Harga Melalui PedagangPengumpul

a.

ANOVAb

5E+008 1 531918651 505.887 .000a

3E+008 268 1051457.114

8E+008 269

Regression

Residual

Total

Model

1

Sum ofSquares df

MeanSquare F Sig.

Predictors: (Constant), Harga Melalui Pedagang Pengumpula.

Dependent Variable: Harga Jual Ke Pasar Hewanb.

Coefficientsa

760.130 136.218 5.580 .000

.853 .038 .809 22.492 .000

(Constant)

Harga MelaluiPedagang Pengumpul

Model

1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: Harga Jual Ke Pasar Hewana.

Regression

Page 101: Thesis

Variables Entered/Removed b

HargaMelaluiPetaniPenggemukan

a

. Enter

Model

1

VariablesEntered

VariablesRemoved Method

All requested variables entered.a.

Dependent Variable: Harga Jual Ke Pasar Hewanb.

Model Summary

.802a .644 .642 1040.15811

Model

1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

Predictors: (Constant), Harga Melalui PetaniPenggemukan

a.

ANOVAb

5E+008 1 523752211 484.091 .000a

3E+008 268 1081928.903

8E+008 269

Regression

Residual

Total

Model

1

Sum ofSquares df

MeanSquare F Sig.

Predictors: (Constant), Harga Melalui Petani Penggemukana.

Dependent Variable: Harga Jual Ke Pasar Hewanb.

Coefficientsa

780.790 138.191 5.650 .000

.852 .039 .802 22.002 .000

(Constant)

Harga Melalui PetaniPenggemukan

Model

1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: Harga Jual Ke Pasar Hewana.

Regression

Page 102: Thesis

Variables Entered/Removed b

HargaMelaluiBlantik

a. Enter

Model

1

VariablesEntered

VariablesRemoved Method

All requested variables entered.a.

Dependent Variable: Harga Jual Ke Pasar Hewanb.

Model Summary

.808a .654 .652 1025.61115

Model

1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

Predictors: (Constant), Harga Melalui Blantika.

ANOVAb

5E+008 1 531805793 505.577 .000a

3E+008 268 1051878.227

8E+008 269

Regression

Residual

Total

Model

1

Sum ofSquares df

MeanSquare F Sig.

Predictors: (Constant), Harga Melalui Blantika.

Dependent Variable: Harga Jual Ke Pasar Hewanb.

Coefficientsa

773.157 135.742 5.696 .000

.850 .038 .808 22.485 .000

(Constant)

Harga Melalui Blantik

Model

1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: Harga Jual Ke Pasar Hewana.

Page 103: Thesis

Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana

Volume Perdagangan Pedet Sapi Perah

Regression

Variables Entered/Removedb

PetaniPenggemukan

a. Enter

Model

1

VariablesEntered

VariablesRemoved Method

All requested variables entered.a.

Dependent Variable: Volume Totalb.

Model Summary

,956a ,914 ,903 9,14209

Model

1

R R SquareAdjusted RSquare

Std. Error ofthe Estimate

Predictors: (Constant), Petani Penggemukana.

ANOVAb

7115,378 1 7115,378 85,135 ,000a

668,622 8 83,578

7784,000 9

Regression

Residual

Total

Model

1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Petani Penggemukana.

Dependent Variable: Volume Totalb.

Coefficientsa

12,929 5,308 2,436 ,041

5,334 ,578 ,956 9,227 ,000

(Constant)

Petani Penggemukan

Model

1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: Volume Totala.

Page 104: Thesis

Regression

Variables Entered/Removedb

PedagangPengumpul

a . Enter

Model

1

VariablesEntered

VariablesRemoved Method

All requested variables entered.a.

Dependent Variable: Volume Totalb.

Model Summary

,987a ,975 ,972 4,93839

Model

1

R R SquareAdjusted RSquare

Std. Error ofthe Estimate

Predictors: (Constant), Pedagang Pengumpula.

ANOVAb

7588,898 1 7588,898 311,177 ,000a

195,102 8 24,388

7784,000 9

Regression

Residual

Total

Model

1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Pedagang Pengumpula.

Dependent Variable: Volume Totalb.

Coefficientsa

12,331 2,832 4,355 ,002

3,688 ,209 ,987 17,640 ,000

(Constant)

Pedagang Pengumpul

Model

1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: Volume Totala.

Page 105: Thesis

Regression

Variables Entered/Removedb

PasarHewan

a . Enter

Model

1

VariablesEntered

VariablesRemoved Method

All requested variables entered.a.

Dependent Variable: Volume Totalb.

Model Summary

,980a ,961 ,956 6,17961

Model

1

R R SquareAdjusted RSquare

Std. Error ofthe Estimate

Predictors: (Constant), Pasar Hewana.

ANOVAb

7478,499 1 7478,499 195,836 ,000a

305,501 8 38,188

7784,000 9

Regression

Residual

Total

Model

1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Pasar Hewana.

Dependent Variable: Volume Totalb.

Coefficientsa

-8,995 4,907 -1,833 ,104

2,890 ,206 ,980 13,994 ,000

(Constant)

Pasar Hewan

Model

1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: Volume Totala.

Page 106: Thesis

Regression

Variables Entered/Removedb

Blantika . Enter

Model

1

VariablesEntered

VariablesRemoved Method

All requested variables entered.a.

Dependent Variable: Volume Totalb.

Model Summary

,975a ,951 ,945 6,89991

Model

1

R R SquareAdjusted RSquare

Std. Error ofthe Estimate

Predictors: (Constant), Blantika.

ANOVAb

7403,130 1 7403,130 155,499 ,000a

380,870 8 47,609

7784,000 9

Regression

Residual

Total

Model

1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Blantika.

Dependent Variable: Volume Totalb.

Coefficientsa

-,169 4,861 -,035 ,973

4,104 ,329 ,975 12,470 ,000

(Constant)

Blantik

Model

1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: Volume Totala.

Page 107: Thesis

Hasil Analisis Varian Perbandingan Harga Pedet Jantan Sapi Perah Univariate Analysis of Variance

Between-Subjects Factors

0 - 2 Bulan 360

2 - 4 Bulan 360

3 - 7 Bulan 360

2006 360

2007 360

2008 360

PasarHewan

270

PedagangPengumpul

270

Blantik 270

PetaniPeternak

270

1,00

2,00

3,00

Umur

1,00

2,00

3,00

Tahun

1,00

2,00

3,00

4,00

Jual

Value Label N

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Harga

1457574917a 35 41644997,619 27,821 ,000

1,147E+010 1 11471940750 7663,943 ,000

726994625,0 2 363497312,5 242,838 ,000

694705180,6 2 347352590,3 232,052 ,000

18175879,63 3 6058626,543 4,048 ,007

2908444,444 4 727111,111 ,486 ,746

13916356,48 6 2319392,747 1,549 ,159

357245,370 6 59540,895 ,040 1,000

517185,185 12 43098,765 ,029 1,000

1562734333 1044 1496871,967

1,449E+010 1080

3020309250 1079

Source

Corrected Model

Intercept

Umur

Tahun

Jual

Umur * Tahun

Umur * Jual

Tahun * Jual

Umur * Tahun * Jual

Error

Total

Corrected Total

Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = ,483 (Adjusted R Squared = ,465)a.

Estimated Marginal Means

Page 108: Thesis

1. Grand Mean

Dependent Variable: Harga

3259,167 37,229 3186,115 3332,219

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

2. Umur

Estimates

Dependent Variable: Harga

2279,583 64,482 2153,053 2406,113

3210,417 64,482 3083,887 3336,947

4287,500 64,482 4160,970 4414,030

Umur

0 - 2 Bulan

2 - 4 Bulan

3 - 7 Bulan

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

Pairwise Comparisons

Dependent Variable: Harga

-930,833* 91,192 ,000 -1109,774 -751,893

-2007,917* 91,192 ,000 -2186,857 -1828,976

930,833* 91,192 ,000 751,893 1109,774

-1077,083* 91,192 ,000 -1256,024 -898,143

2007,917* 91,192 ,000 1828,976 2186,857

1077,083* 91,192 ,000 898,143 1256,024

(J) Umur

2 - 4 Bulan

3 - 7 Bulan

0 - 2 Bulan

3 - 7 Bulan

0 - 2 Bulan

2 - 4 Bulan

(I) Umur

0 - 2 Bulan

2 - 4 Bulan

3 - 7 Bulan

MeanDifference

(I-J) Std. Error Sig.a

Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval forDifference

a

Based on estimated marginal means

The mean difference is significant at the ,05 level.*.

Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to noadjustments).

a.

Univariate Tests

Dependent Variable: Harga

7,3E+008 2 363497312,5 242,838 ,000

1,6E+009 1044 1496871,967

Contrast

Error

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

The F tests the effect of Umur. This test is based on the linearly independentpairwise comparisons among the estimated marginal means.

3. Tahun

Page 109: Thesis

Estimates

Dependent Variable: Harga

2296,250 64,482 2169,720 2422,780

3221,528 64,482 3094,998 3348,058

4259,722 64,482 4133,192 4386,252

Tahun

2006

2007

2008

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

Pairwise Comparisons

Dependent Variable: Harga

-925,278* 91,192 ,000 -1104,218 -746,338

-1963,472* 91,192 ,000 -2142,412 -1784,532

925,278* 91,192 ,000 746,338 1104,218

-1038,194* 91,192 ,000 -1217,135 -859,254

1963,472* 91,192 ,000 1784,532 2142,412

1038,194* 91,192 ,000 859,254 1217,135

(J) Tahun

2007

2008

2006

2008

2006

2007

(I) Tahun

2006

2007

2008

MeanDifference

(I-J) Std. Error Sig.a

Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval forDifference

a

Based on estimated marginal means

The mean difference is significant at the ,05 level.*.

Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to noadjustments).

a.

Univariate Tests

Dependent Variable: Harga

6,9E+008 2 347352590,3 232,052 ,000

1,6E+009 1044 1496871,967

Contrast

Error

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

The F tests the effect of Tahun. This test is based on the linearly independentpairwise comparisons among the estimated marginal means.

4. Jual

Estimates

Dependent Variable: Harga

3483,519 74,458 3337,414 3629,623

3191,667 74,458 3045,563 3337,771

3188,704 74,458 3042,600 3334,808

3172,778 74,458 3026,674 3318,882

Jual

Pasar Hewan

Pedagang Pengumpul

Blantik

Petani Peternak

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

Page 110: Thesis

Pairwise Comparisons

Dependent Variable: Harga

291,852* 105,299 ,006 85,229 498,474

294,815* 105,299 ,005 88,192 501,437

310,741* 105,299 ,003 104,118 517,363

-291,852* 105,299 ,006 -498,474 -85,229

2,963 105,299 ,978 -203,659 209,585

18,889 105,299 ,858 -187,733 225,511

-294,815* 105,299 ,005 -501,437 -88,192

-2,963 105,299 ,978 -209,585 203,659

15,926 105,299 ,880 -190,696 222,548

-310,741* 105,299 ,003 -517,363 -104,118

-18,889 105,299 ,858 -225,511 187,733

-15,926 105,299 ,880 -222,548 190,696

(J) Jual

Pedagang Pengumpul

Blantik

Petani Peternak

Pasar Hewan

Blantik

Petani Peternak

Pasar Hewan

Pedagang Pengumpul

Petani Peternak

Pasar Hewan

Pedagang Pengumpul

Blantik

(I) Jual

Pasar Hewan

Pedagang Pengumpul

Blantik

Petani Peternak

MeanDifference

(I-J) Std. Error Sig.a

Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval forDifference

a

Based on estimated marginal means

The mean difference is significant at the ,05 level.*.

Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).a.

Univariate Tests

Dependent Variable: Harga

18175880 3 6058626,543 4,048 ,007

1,6E+009 1044 1496871,967

Contrast

Error

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

The F tests the effect of Jual. This test is based on the linearly independentpairwise comparisons among the estimated marginal means.

5. Tahun * Umur

Dependent Variable: Harga

1410,417 111,687 1191,261 1629,573

2211,667 111,687 1992,511 2430,823

3266,667 111,687 3047,511 3485,823

2210,000 111,687 1990,844 2429,156

3212,500 111,687 2993,344 3431,656

4242,083 111,687 4022,927 4461,239

3218,333 111,687 2999,177 3437,489

4207,083 111,687 3987,927 4426,239

5353,750 111,687 5134,594 5572,906

Umur

0 - 2 Bulan

2 - 4 Bulan

3 - 7 Bulan

0 - 2 Bulan

2 - 4 Bulan

3 - 7 Bulan

0 - 2 Bulan

2 - 4 Bulan

3 - 7 Bulan

Tahun

2006

2007

2008

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

Page 111: Thesis

6. Jual * Umur

Dependent Variable: Harga

2328,333 128,965 2075,274 2581,393

3340,000 128,965 3086,940 3593,060

4782,222 128,965 4529,163 5035,282

2270,556 128,965 2017,496 2523,615

3156,111 128,965 2903,051 3409,171

4148,333 128,965 3895,274 4401,393

2263,333 128,965 2010,274 2516,393

3155,556 128,965 2902,496 3408,615

4147,222 128,965 3894,163 4400,282

2256,111 128,965 2003,051 2509,171

3190,000 128,965 2936,940 3443,060

4072,222 128,965 3819,163 4325,282

Umur

0 - 2 Bulan

2 - 4 Bulan

3 - 7 Bulan

0 - 2 Bulan

2 - 4 Bulan

3 - 7 Bulan

0 - 2 Bulan

2 - 4 Bulan

3 - 7 Bulan

0 - 2 Bulan

2 - 4 Bulan

3 - 7 Bulan

Jual

Pasar Hewan

Pedagang Pengumpul

Blantik

Petani Peternak

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

7. Jual * Tahun

Dependent Variable: Harga

2500,556 128,965 2247,496 2753,615

3480,000 128,965 3226,940 3733,060

4470,000 128,965 4216,940 4723,060

2230,556 128,965 1977,496 2483,615

3154,444 128,965 2901,385 3407,504

4190,000 128,965 3936,940 4443,060

2222,222 128,965 1969,163 2475,282

3154,444 128,965 2901,385 3407,504

4189,444 128,965 3936,385 4442,504

2231,667 128,965 1978,607 2484,726

3097,222 128,965 2844,163 3350,282

4189,444 128,965 3936,385 4442,504

Tahun

2006

2007

2008

2006

2007

2008

2006

2007

2008

2006

2007

2008

Jual

Pasar Hewan

Pedagang Pengumpul

Blantik

Petani Peternak

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

Page 112: Thesis

8. Jual * Tahun * Umur

Dependent Variable: Harga

1440,000 223,374 1001,688 1878,312

2291,667 223,374 1853,354 2729,979

3770,000 223,374 3331,688 4208,312

2286,667 223,374 1848,354 2724,979

3368,333 223,374 2930,021 3806,646

4785,000 223,374 4346,688 5223,312

3258,333 223,374 2820,021 3696,646

4360,000 223,374 3921,688 4798,312

5791,667 223,374 5353,354 6229,979

1423,333 223,374 985,021 1861,646

2155,000 223,374 1716,688 2593,312

3113,333 223,374 2675,021 3551,646

2183,333 223,374 1745,021 2621,646

3161,667 223,374 2723,354 3599,979

4118,333 223,374 3680,021 4556,646

3205,000 223,374 2766,688 3643,312

4151,667 223,374 3713,354 4589,979

5213,333 223,374 4775,021 5651,646

1400,000 223,374 961,688 1838,312

2148,333 223,374 1710,021 2586,646

3118,333 223,374 2680,021 3556,646

2185,000 223,374 1746,688 2623,312

3160,000 223,374 2721,688 3598,312

4118,333 223,374 3680,021 4556,646

3205,000 223,374 2766,688 3643,312

4158,333 223,374 3720,021 4596,646

5205,000 223,374 4766,688 5643,312

1378,333 223,374 940,021 1816,646

2251,667 223,374 1813,354 2689,979

3065,000 223,374 2626,688 3503,312

2185,000 223,374 1746,688 2623,312

3160,000 223,374 2721,688 3598,312

3946,667 223,374 3508,354 4384,979

3205,000 223,374 2766,688 3643,312

4158,333 223,374 3720,021 4596,646

5205,000 223,374 4766,688 5643,312

Umur

0 - 2 Bulan

2 - 4 Bulan

3 - 7 Bulan

0 - 2 Bulan

2 - 4 Bulan

3 - 7 Bulan

0 - 2 Bulan

2 - 4 Bulan

3 - 7 Bulan

0 - 2 Bulan

2 - 4 Bulan

3 - 7 Bulan

0 - 2 Bulan

2 - 4 Bulan

3 - 7 Bulan

0 - 2 Bulan

2 - 4 Bulan

3 - 7 Bulan

0 - 2 Bulan

2 - 4 Bulan

3 - 7 Bulan

0 - 2 Bulan

2 - 4 Bulan

3 - 7 Bulan

0 - 2 Bulan

2 - 4 Bulan

3 - 7 Bulan

0 - 2 Bulan

2 - 4 Bulan

3 - 7 Bulan

0 - 2 Bulan

2 - 4 Bulan

3 - 7 Bulan

0 - 2 Bulan

2 - 4 Bulan

3 - 7 Bulan

Tahun

2006

2007

2008

2006

2007

2008

2006

2007

2008

2006

2007

2008

Jual

Pasar Hewan

Pedagang Pengumpul

Blantik

Petani Peternak

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

Page 113: Thesis

Post Hoc Tests

Umur Multiple Comparisons

Dependent Variable: Harga

LSD

-930,8333* 91,19186 ,000 -1109,7735 -751,8931

-2007,9167* 91,19186 ,000 -2186,8569 -1828,9765

930,8333* 91,19186 ,000 751,8931 1109,7735

-1077,0833* 91,19186 ,000 -1256,0235 -898,1431

2007,9167* 91,19186 ,000 1828,9765 2186,8569

1077,0833* 91,19186 ,000 898,1431 1256,0235

(J) Umur

2 - 4 Bulan

3 - 7 Bulan

0 - 2 Bulan

3 - 7 Bulan

0 - 2 Bulan

2 - 4 Bulan

(I) Umur

0 - 2 Bulan

2 - 4 Bulan

3 - 7 Bulan

MeanDifference

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

Based on observed means.

The mean difference is significant at the ,05 level.*.

Tahun

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Harga

LSD

-925,2778* 91,19186 ,000 -1104,2180 -746,3376

-1963,4722* 91,19186 ,000 -2142,4124 -1784,5320

925,2778* 91,19186 ,000 746,3376 1104,2180

-1038,1944* 91,19186 ,000 -1217,1347 -859,2542

1963,4722* 91,19186 ,000 1784,5320 2142,4124

1038,1944* 91,19186 ,000 859,2542 1217,1347

(J) Tahun

2007

2008

2006

2008

2006

2007

(I) Tahun

2006

2007

2008

MeanDifference

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

Based on observed means.

The mean difference is significant at the ,05 level.*.

Page 114: Thesis

Jual

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Harga

LSD

291,8519* 105,29929 ,006 85,2295 498,4742

294,8148* 105,29929 ,005 88,1925 501,4372

310,7407* 105,29929 ,003 104,1184 517,3631

-291,8519* 105,29929 ,006 -498,4742 -85,2295

2,9630 105,29929 ,978 -203,6594 209,5853

18,8889 105,29929 ,858 -187,7335 225,5112

-294,8148* 105,29929 ,005 -501,4372 -88,1925

-2,9630 105,29929 ,978 -209,5853 203,6594

15,9259 105,29929 ,880 -190,6964 222,5483

-310,7407* 105,29929 ,003 -517,3631 -104,1184

-18,8889 105,29929 ,858 -225,5112 187,7335

-15,9259 105,29929 ,880 -222,5483 190,6964

(J) Jual

Pedagang Pengumpul

Blantik

Petani Peternak

Pasar Hewan

Blantik

Petani Peternak

Pasar Hewan

Pedagang Pengumpul

Petani Peternak

Pasar Hewan

Pedagang Pengumpul

Blantik

(I) Jual

Pasar Hewan

Pedagang Pengumpul

Blantik

Petani Peternak

MeanDifference

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

Based on observed means.

The mean difference is significant at the ,05 level.*.

Hasil Analisis Varian Share Harga

Univariate Analysis of Variance

Between-Subjects Factors

PedagangPengumpul

270

PetaniPenggemukan

270

PedagangPerantara/Blantik

270

1,00

2,00

3,00

JualMelalui

Value Label N

Page 115: Thesis

Descriptive Statistics

Dependent Variable: Share Harga

99,3117 45,48216 270

98,5332 45,10136 270

98,9078 46,26509 270

98,9176 45,56346 810

Jual Melalui

Pedagang Pengumpul

Petani Penggemukan

Pedagang Perantara/Blantik

Total

Mean Std. Deviation N

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Share Harga

81,868a 2 40,934 ,020 ,981

7925596,149 1 7925596,149 3808,419 ,000

81,868 2 40,934 ,020 ,981

1679425,723 807 2081,073

9605103,740 810

1679507,590 809

Source

Corrected Model

Intercept

Jual

Error

Total

Corrected Total

Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = ,000 (Adjusted R Squared = -,002)a.

Estimated Marginal Means

1. Grand Mean

Dependent Variable: Share Harga

98,918 1,603 95,771 102,064

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

2. Jual Melalui

Estimates

Dependent Variable: Share Harga

99,312 2,776 93,862 104,761

98,533 2,776 93,084 103,983

98,908 2,776 93,458 104,357

Jual Melalui

Pedagang Pengumpul

Petani Penggemukan

Pedagang Perantara/Blantik

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

Page 116: Thesis

Pairwise Comparisons

Dependent Variable: Share Harga

,779 3,926 ,843 -6,928 8,485

,404 3,926 ,918 -7,303 8,111

-,779 3,926 ,843 -8,485 6,928

-,375 3,926 ,924 -8,081 7,332

-,404 3,926 ,918 -8,111 7,303

,375 3,926 ,924 -7,332 8,081

(J) Jual Melalui

Petani Penggemukan

Pedagang Perantara/Blantik

Pedagang Pengumpul

Pedagang Perantara/Blantik

Pedagang Pengumpul

Petani Penggemukan

(I) Jual Melalui

Pedagang Pengumpul

Petani Penggemukan

Pedagang Perantara/Blantik

MeanDifference

(I-J) Std. Error Sig.a

Lower BoundUpper Bound

95% Confidence Interval forDifference

a

Based on estimated marginal means

Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).a.

Univariate Tests

Dependent Variable: Share Harga

81,868 2 40,934 ,020 ,981

1679425,7 807 2081,073

Contrast

Error

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

The F tests the effect of Jual Melalui. This test is based on the linearlyindependent pairwise comparisons among the estimated marginal means.

Page 117: Thesis

Post Hoc Tests

Jual Melalui

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Share Harga

LSD

,7786 3,92624 ,843 -6,9283 8,4854

,4039 3,92624 ,918 -7,3029 8,1108

-,7786 3,92624 ,843 -8,4854 6,9283

-,3746 3,92624 ,924 -8,0815 7,3322

-,4039 3,92624 ,918 -8,1108 7,3029

,3746 3,92624 ,924 -7,3322 8,0815

(J) Jual Melalui

Petani Penggemukan

Pedagang Perantara/Blantik

Pedagang Pengumpul

Pedagang Perantara/Blantik

Pedagang Pengumpul

Petani Penggemukan

(I) Jual Melalui

Pedagang Pengumpul

Petani Penggemukan

Pedagang Perantara/Blantik

MeanDifference

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

Based on observed means.

Page 118: Thesis

Harga Jual Pedet Jantan Sapi Perah

No Res

Pedagang Pengumpul

Tahun

2006 2007 2008

0 -2 bulan 2 - 4 bulan

4 - 7bulan

0 -2 bulan

2 - 4 bulan

4 - 7bulan

0 -2 bulan

2 - 4 bulan

4 - 7bulan

1 950 1200 2500 3000 3200 3500 4000 4250 4500

2 800 800 700 4000 1000 1500 5000 2000 2500

3 800 1000 2000 1600 2000 3000 2700 3000 4200

4 800 800 1150 1150 1500 2550 2150 2650 3650

5 600 700 1700 1000 1200 2700 1700 2200 3700

6 600 700 1500 950 1500 2500 1700 2500 3700

7 900 1200 4000 1200 2250 5000 2200 3200 7000

8 800 700 1200 800 1500 2200 1700 2700 3400

9 1250 2400 4250 2200 3500 5300 3300 4300 6300

10 900 1200 4500 1200 3200 5500 3200 4200 6700

11 1500 3000 4250 2500 4000 5250 3500 5000 6250

12 1250 2500 5000 2250 3500 6000 3250 4750 7250

13 1600 4000 4400 3500 5000 5400 4500 6000 6500

14 1500 3500 4000 2500 4500 5000 3500 5000 6250

15 1500 2750 5200 2500 3750 6100 3250 4750 7250

16 2600 4000 4950 3500 5000 6150 4500 6000 7250

17 2250 3700 5000 3250 4750 6150 4250 5750 7250

18 2250 4000 5000 3250 5000 6000 4250 5800 7000

19 2250 3500 5500 3250 4500 6500 4250 5500 7500

20 2250 4000 4000 3250 5000 5000 4250 6000 6000

21 2250 3500 4000 3250 4500 5000 4500 5500 6000

22 2500 3500 2000 3500 4500 3000 4500 5500 4000

23 1000 1500 2100 1500 2500 3000 2500 3500 4000

24 900 1500 2000 1500 2500 3000 2500 3500 4000

25 1000 1500 2000 1500 2500 3000 2500 3500 4000

Page 119: Thesis

26 900 1500 2500 1500 2500 3250 2500 3500 4000

27 1000 1500 2000 1500 2500 3000 2500 3500 4000

28 1000 1500 2000 1500 2500 3000 2500 3500 4000

29 900 1500 2000 1450 2500 3000 2500 3500 4150

30 900 1500 2000 1450 2500 3000 2500 3500 4100

Sumber : diolah dari data sumber 2008

Hitungan dalam ribuan

No Res

Petani Penggemukan

Tahun

2006 2007 2008

0 -2 bulan 2 - 4 bulan

4 - 7bulan

0 -2 bulan

2 - 4 bulan

4 - 7bulan

0 -2 bulan

2 - 4 bulan

4 - 7bulan

1 1900 1200 2400 3000 3200 3500 4000 4250 4500

2 2800 600 700 4000 1000 1500 5000 2000 2500

3 750 1000 2000 1600 2000 3000 2700 3000 4200

4 700 800 1150 1150 1500 2550 2150 2650 3650

5 600 700 1700 1000 1200 2700 1700 2200 3700

6 600 800 1500 900 1500 2500 1700 2500 3700

7 750 1200 4000 1200 2200 5000 2200 3200 7000

8 600 800 1200 800 1500 2200 1700 2700 3400

9 1200 2400 4300 2200 3500 5300 3300 4300 6300

10 800 1200 4500 1200 3200 1400 3200 4200 6700

11 1500 3000 4250 2500 4000 5200 3500 5000 6250

12 1250 2400 5000 2250 3500 6000 3250 4750 7250

13 1400 4000 4400 3500 5000 5200 4500 6000 6500

14 1400 3500 4000 2500 4500 4900 3500 5000 6250

15 1400 2750 5200 2500 3750 6000 3250 4750 7250

16 2500 4000 4800 3500 5000 6000 4500 6000 7250

17 2250 3700 4800 3250 4750 6000 4250 5750 7250

18 2200 4000 4800 3250 5000 6000 4250 6000 7000

Page 120: Thesis

19 2250 3500 4800 3250 4500 6400 4250 5500 7500

20 2250 4000 4000 3250 5000 4900 4250 6000 6000

21 2250 3400 4000 3250 4500 4900 4500 5500 6000

22 2500 3400 1800 3500 4500 3000 4500 5500 4000

23 1000 3400 2150 1500 2500 3000 2500 3500 4000

24 900 3400 2000 1500 2500 3000 2500 3500 4000

25 900 1400 2000 1500 2500 3000 2500 3500 4000

26 900 1400 2500 1500 2500 3250 2500 3500 4000

27 1000 1400 2000 1500 2500 3000 2500 3500 4000

28 1000 1400 2000 1500 2500 3000 2500 3500 4000

29 900 1400 2000 1500 2500 3000 2500 3500 4000

30 900 1400 2000 1500 2500 3000 2500 3500 4000

Sumber : diolah dari data sumber 2008

Hitungan dalam ribuan

No Res

Blantik

Tahun

2006 2007 2008

0 -2 bulan 2 - 4 bulan

4 - 7bulan

0 -2 bulan

2 - 4 bulan

4 - 7bulan

0 -2 bulan

2 - 4 bulan

4 - 7bulan

1 2000 1200 2500 3000 3200 3500 4000 4250 4500

2 3000 600 700 4000 1000 1500 5000 2000 2500

3 800 1000 2000 1600 2000 3000 2700 3000 4200

4 700 800 1150 1150 1500 2550 2150 2650 3650

5 600 700 1700 1000 1200 2700 1700 2200 3700

6 600 700 1500 900 1500 2500 1700 2500 3700

7 800 1200 4000 1200 2200 5000 2200 3200 7000

8 600 700 1200 800 1500 2200 1700 2700 3400

9 1200 2400 4300 2200 3500 5300 3300 4300 6300

10 900 1200 4500 1200 3200 5500 3200 4200 6700

Page 121: Thesis

11 1500 3000 4250 2500 4000 5250 3500 5000 6250

12 1250 2500 5000 2250 3500 6000 3250 4750 7250

13 1500 4000 4400 3500 5000 5400 4500 6000 6500

14 1500 3500 4000 2500 4500 5000 3500 5000 6250

15 1500 2750 5200 2500 3750 6100 3250 4750 7250

16 2500 4000 5000 3500 5000 6150 4500 6000 7250

17 2250 3700 5000 3250 4750 6150 4250 5750 7250

18 2250 4000 5000 3250 5000 6000 4250 6000 7000

19 2250 3500 5500 3250 4500 6500 4250 5500 7500

20 2250 4000 4000 3250 5000 5000 4250 6000 6000

21 2250 3500 4000 3250 4500 5000 4500 5500 6000

22 2500 3500 2000 3500 4500 3000 4500 5500 4000

23 900 1500 2150 1500 2500 3000 2500 3500 4000

24 900 1500 2000 1500 2500 3000 2500 3500 4000

25 900 1500 2000 1500 2500 3000 2500 3500 4000

26 900 1500 2500 1500 2500 3250 2500 3500 4000

27 900 1500 2000 1500 2500 3000 2500 3500 4000

28 1000 1500 2000 1500 2500 3000 2500 3500 4000

29 900 1500 2000 1500 2500 3000 2500 3500 4000

30 900 1500 2000 1500 2500 3000 2500 3500 4000

Sumber : diolah dari data sumber 2008

Hitungan dalam ribuan

No Res

Pasar Hewan

Tahun

2006 2007 2008

0 -2 bulan 2 - 4 bulan

4 - 7bulan

0 -2 bulan

2 - 4 bulan

4 - 7bulan

0 -2 bulan

2 - 4 bulan

4 - 7bulan

1 800 1000 2100 1500 2000 3000 2500 3000 4000

2 600 700 1000 900 1500 2000 1500 2500 3000

3 600 800 2000 1500 1800 3000 2500 2800 4000

Page 122: Thesis

4 500 600 1500 1000 1500 2500 2000 2500 3500

5 500 600 1500 900 1000 2500 1500 2000 3500

6 600 700 1500 900 1000 2500 1500 2000 3500

7 500 1000 4000 1000 2000 5000 2000 3000 6000

8 500 600 1500 900 1500 2500 1500 2500 3500

9 1000 2000 4000 2000 3000 5000 3000 4000 6000

10 1000 2100 4400 2000 3100 5500 3000 4000 6500

11 800 2000 4500 1500 4000 5500 3500 5000 6500

12 1500 2000 4000 2500 4000 5000 3500 5000 6500

13 1750 3000 4500 2750 4000 5500 3750 5000 6500

14 2000 1500 5000 3000 4500 6000 4000 5500 7000

15 1500 3000 4500 2500 4000 5500 3500 5000 6500

16 2250 3500 5000 3250 4500 6000 4250 5500 7000

17 2250 3750 5000 3250 4750 6000 4250 5750 7000

18 2000 3500 5000 3000 4500 6000 4000 5500 7000

19 2000 3000 4500 3000 4000 5750 4000 5000 6750

20 2000 3400 5000 3000 4400 6100 4000 5500 7000

21 2000 3500 5000 3000 4500 6100 4000 5500 7000

22 2250 3500 5000 3250 4500 6000 4000 5500 7000

23 2000 3500 5000 3000 4500 6000 4000 5500 7000

24 2000 3500 5000 3000 4500 6000 4000 5500 7000

25 2000 3500 5000 3000 4500 6000 4000 5500 7000

26 2000 3500 5000 3000 4500 6000 4000 5500 7000

27 800 1750 2500 1500 2750 3500 2500 3750 4500

28 1500 2000 3000 2500 3000 4000 3500 4000 5000

29 1500 2000 3100 2500 3000 4100 3500 4000 5000

30 2500 3250 4000 3500 4250 5000 4500 5000 6000

Sumber : diolah dari data sumber 2008

Hitungan dalam ribuan

Page 123: Thesis

Lampiran Volume Transaksi dan Konsentrasi Rasio

Total Transaksi Petani

Penggemukan Pedagang Pengumpul Pasar Hewan Blantik

F % F % F % F % F %

120 22,22 20 22,22 30 26,55 41 19 29 21,97

80 14,81 10 14,81 18 15,93 32 15 20 15,15

68 12,59 10 12,59 15 13,27 28 13 15 11,36

60 11,11 10 11,11 10 8,85 25 11 15 11,36

48 8,89 8 8,89 9 7,96 22 10 9 6,82

44 8,15 5 8,15 9 7,96 20 9,2 10 7,58

36 6,67 3 6,67 7 6,19 15 6,9 11 8,33

32 5,93 2 5,93 5 4,42 15 6,9 10 7,58

28 5,19 5 5,19 5 4,42 10 4,6 8 6,06

24 4,44 4 4,44 5 4,42 10 4,6 5 3,79

540 100 77 100 113 99,97 218 100 132 100

Kr 100 14 20,93 40,37 24,44