proposal thesis linda.pdf
TRANSCRIPT
-
PROPOSAL PENELITIAN
DAMPAK PEMBERIAN DANA KREDIT PENGEMBANGAN USAHA
AGRIBISNIS PEDESAAN (PUAP) TERHADAP PENINGKATAN
PENDAPATAN PETANI TANAMAN PANGAN
(STUDI KASUS PADA LEMBAGA KREDIT MIKRO AGRIBISNIS (LKMA)
GAPOKTAN SEPAKAT KOTA PADANG)
Oleh :
Herlinda Dasril
1121225011
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI PERTANIAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS ANDALAS
2014
-
2
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan kemiskinan dan pengangguran di pedesaan selalu menjadi
perhatian berbagai pihak, bukan saja pemerintah namun juga dunia usaha, relawan
sosial, dunia akademik dan masyarakat pada umumnya, ikut memikirkan berbagai
upaya untuk mengatasi kemiskinan dan pengangguran sekaligus meningkatkan
pendapatan serta skala usaha masyarakat khususnya petani di pedesaan.
Berbagai upaya telah dilakukan dalam kegiatan pembangunan pertanian
untuk meningkatkan pendapatan petani, salah satu diantaranya diluncurkannya
Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) sejak tahun 2008 yang
merupakan suatu program yang bertujuan untuk penanggulangan kemiskinan dan
penciptaan lapangan pekerjaan di pedesaan dalam bentuk Bantuan Langsung
Masyarakat Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (BLM-PUAP) melalui
Lembaga Kredit Mikro Agribisnis (LKM-A) yang berkoordinasi dengan Gabungan
Kelompok Tani (gapoktan) sebagai organisasi petani. Dalam hal ini untuk petani
anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga
tani. Program ini berupaya untuk mengatasi permasalahan mendasar yang dihadapi
petani yaitu kurangnya akses terhadap sumber permodalan, pasar dan teknologi serta
organisasi yang masih lemah (Departemen Pertanian, 2008).
Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) merupakan langkah
terobosan Departemen Pertanian untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran.
PUAP merupakan entry point dan perekat bagi seluruh program Departemen
Pertanian dan sektor lain yang terkait dalam program PNPM-Mandiri supaya
kesejahteraan yang diharapkan petani penerima dana PUAP dapat tercapai.
-
3
Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) merupakan
salah satu program nasional dalam rangka pengentasan kemiskinan pada sektor
pertanian yang telah dilaksanakan oleh Kementrian Pertanian Republik Indonesia
sejak 2008. Program ini berupa pemberian dana bantuan penguatan modal kepada
petani melalui Gapoktan/LKMA di tiap kelurahan sebesar Rp 100.000.000 untuk
setiap gapoktan dan masing-masing petani mendapat dana sebesar Rp 2 sampai 3
juta. Petani diharapkan dapat memanfaatkan dana tersebut untuk mengembangkan
usaha agribisnis mereka agar berdampak pada meningkatnya pendapatan petani dan
bisa keluar dari garis kemiskinan.
Penyaluran dana ke petani harus melalui Lembaga Keuangan Mikro
Agribisnis (LKM-A) yang dibentuk oleh Gapoktan di setiap nagari/kelurahan
pelaksana PUAP. Hal ini dilakukan pemerintah guna mengatasi masalah utama
petani dalam menjalankan sistem usaha yaitu : (i) sulitnya masyarakat mengakses
permodalan; dan (ii) lemahnya modal masyarakat terutama masyarakat kategori
miskin/petani kecil.
Propinsi Sumatera Barat merupakan salah satu Propinsi penerima dana
bantuan PUAP diantara 33 Propinsi penerima dana bantuan PUAP (Lampiran 1).
Pemerintah Propinsi Sumatera Barat menjadikan dana PUAP sebagai penguatan
modal atau dana awal untuk penumbuhan LKM-A pada gapoktan yang diharapkan
menjadi lembaga pengelola dan PUAP agar menjadi produktif dan efektif untuk
kepentingan usaha masyarakat tani dan khususnyan masyarakat miskin di Nagari.
Sasaran akhir dari lembaga keuangan yang mampu mendorong pembangunan
ekonomi nagari dalam arti luas (BPTP Sumatera Barat, 2009).
-
4
Jenis usaha yang dilaksanakan paling besar digerakan oleh PUAP di Kota
Padang adalah sektor pertanian tanaman pangan sebesar 39%, usaha peternakan
17%, usaha hortikultura 14%, usaha pemasaran hasil pertanian 11%, usaha
perkebunan 9%, usaha industri olahan rumah tangga 8% dan usaha lainnya 2% (Balai
Penelitian Tanaman Pangan, 2008)
Sampai dengan tahun 2013 telah terbentuk 51 Gapoktan di Kota Padang
(Lampiran 2). Dari 51 gapoktan tersebut, Gapoktan Sepakat adalah Gapoktan yang
memiliki realisasi penyaluran dana ke petani tanaman pangan paling besar, yaitu
552.800 ribu ton untuk sektor pangan. Total anggota Gapoktan Sepakat adalah 158
orang (lampiran 3). Sebagian besar petani di Gapoktan Sepakat mengusahakan
tanaman pangan, yaitu sebanyak 140 orang, dengan luas lahan pertanian pangan 149
ha.
Setelah Program PUAP diimplementasikan kepada petani, tentu program ini
tidak berhenti sampai di sini saja. Tahap selanjutnya yang dilakukan adalah, perlu
mengetahui apakah ada dampak pemberian dana yang diberikan program PUAP
kepada petani terhadap pengembangan usaha agribisnis pangan dan apakah ada
peningkatan pendapatan petani tanaman pangan setelah menerima dana tsb.
Masalah utama petani adalah kepemilikan modal yang terbatas, akses modal
ke lembaga permodalan tertama perbankan sangat sulit dan kurangnya pengetahuan
petani untuk mengakses modal. Dalam pemberian modal kepada petani, perlu juga
diperhatikan bagaimana mekanisme yang tepat dapat penyaluran bantuan dana
berupa kredit kepada petani sehingga program tersebut dapat berdampak positif
dalam menyelesaikan masalah petani sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraannya
-
5
B. Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahannya, yaitu :
1. Bagaimana pelaksanaan penyaluran dana PUAP yang dijalankan LKM-A
Gapoktan Sepakat Kota Padang.
2. Bagaimana dampak pemberian dana PUAP terhadap pendapatan petani tanaman
pangan di LKM-A Gapoktan Sepakat Kota Padang.
Berdasarkan hal diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang Dampak
Pemberian Dana Kredit Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP)
Terhadap Pendapatan Petani Tanaman Pangan (Studi Kasus Pada Lembaga
Kredit Mikro Agribisnis (LKM-A) Gapoktan Sepakat Kota Padang).
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan pelaksanaan penyaluran dana program PUAP pada
petani tanaman pangan di LKM-A Gapoktan Sepakat Kota Padang
berdasarkan Pedoman Umum Program PUAP.
2. Menganalisa dampak dana PUAP terhadap pendapatan petani tanaman
pangan di LKM-A Gapoktan Sepakat Kota Padang
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan bermanfaat untuk :
1. Bagi petani dapat menjadi masukan dan informasi tentang dampak program
PUAP ini terhadap pendapatannya
-
6
2. Bagi pemerintah, yaitu sebagai masukan, gambaran dan pertimbangan mengenai
program yang telah dilaksanakan untuk dapat lebih memantapkan program
selanjutnya sehingga lebih bermanfaat dalam upaya membantu petani
meningkatkan pendapatannya.
3. Bagi penulis sendiri yaitu dapat mempelajari salah satu upaya pemerintah untuk
meningkatkan pendapatan petani dengan cara pemberian kredit melalui
Lembaga Kredit Mikro Agribisnis (LKMA) yang dibangun di tiap-tiap
Gabungan Kelompok Tani di Indonesia.
-
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Dampak Dana Kredit
Definisi dampak menurut beberapa literatur antara lain, menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, dampak adalah pengaruh kuat yang mendatangkan akibat,
baik negatif maupun positif, sedangkan Hari Sabari (1980) mengatakan bahwa
dampak adalah sesuatu yang muncul setelah adanya suatu kejadian
Menurut asal mulanya kata kredit berasal dari kata credere yang artinya
adalah kepercayaan, maksudnya apabila seseorang memperoleh kredit maka berarti
mereka memperoleh kepercayaan. Sedangkan bagi si pemberi kredit artinya
memberikan kepercayaan kepada seseorang bahwa uang yang dipinjamkan pasti
kembali (Sukmadi dan Sudrajat, 1994).
Secara formal defenisi kredit menurut Undang-Undang Perbankan Tahun
1998, adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu
persetujuan atau kesepakatan pinjam memimjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga pada pihak yang memberikan pinjaman.
Pemberian kredit berarti adanya kepercayaan dari orang yang memberikan
kepada orang yang menerima kredit. Bank sebagai lembaga penyalur kredit adalah
lembaga yang membangun landasan bisnisnya atas dasar kepercayaan. Untuk itu,
bank lebih mudah memberikan atau menyalurkan kredit kepada orang yang mereka
percaya.
Hadiwijaya dan Wirasasmita dalam Suyatno (2007), mengatakan bahwa
kredit adalah pertukaran atau pemindahan sesuatu yang berharga, baik berupa uang,
barang maupun jasa dengan keyakinan bahwa ia akan dapat atau mampu membayar
-
8
dengan nilai atau harga yang sama di waktu yang akan datang. Sedangkan fungsi
kredit di jalankan untuk berbagai kegunaan, yaitu kredit dapat memajukan arus tukar
barang dan jasa, kredit dapat mengaktifkan alat pembayaran, kredit dapat dijadikan
alat sebagai pengendali harga, kredit dapat menciptakan alat pembayaran yang baru
kredit dapat mengaktifkan dan meningkatkan faedah-faedah atau kegunaan potensi-
potensi ekonomi yang ada.
B. Faktor faktor Yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit
Setiap kredit yang diberikan oleh lembaga keuangan harus dikembalikan.
Akan tetapi dalam pengembalian kredit terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
seseorang dalam melunasi kewajibannya. Faktor yang mempengaruhinya adalah
faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yaitu jumlah pendapatan setiap bulan,
dimana bila pendapatan mereka bertambah, maka peminjaman akan cenderung
melunasi kewajibannya dan sebaliknya, bila pendapatan menurun, maka peminjam
akan kesulitan dalam mengembalikan pinjamannya.. Selain itu, kemampuan
peminjaman maupun kelompok dalam mengelola kelompok akan sangat
mempengaruhi peminjam. Semakin baik pengelolaan suatu kelompok, semakin
besarlah kesadaran anggotanya dalam melunasi kewajibannya (Sukmadi dan Sudrajat
(1994).
Sedangkan faktor ekstern yang mempengaruhi peminjam untuk
mengembalikan kredit yaitu adanya bencana alam yang mengakibatkan terjadinya
kegagalan panen. Hal ini akan mengakibatkan petani tidak menerima hasil usahanya
sehingga tidak mampu membayar kewajibannya. Selain itu kebijakan pemerintah
juga menjadi penentu mau tidaknya petani membayar kredit. Sikap pemerintah yang
seringkali melakukan pemutihan terhadap kredit pertanian menimbulkan persepsi
-
9
dikalangan petani bahwa kredit dari pemerintah tidak perlu dibayar (Sukmadi dan
Sudrajad, 1994).
Menurut Mosher (1987), bahwa masalah peminjam yang berhubungan
dengan kredit produksi diantaranya adalah menaksir besarnya hasil yang akan
diperolehnya, menaksir berapa harga pasar, biaya kredit, sanksi kalau tidak melunasi
pinjaman. Faktor yang berperan positif bagi petani dalam membayar kredit
diantaranya pengetahuan terhadap kredit dan pengalaman berusaha, penagihan yang
dilakukan oleh petugas dan nisbah antara pendapatan dan jumlah pinjaman kredit
yang di terima. Sementara itu, yang berperan negatif atau yang menimbulkan
kecemburuan peminjam tidak membayar kembali pinjamannya adalah tingginya
pengeluaran konsumsi keluarga dan nisbah jumlah kredit dan penerimaan yang
diterima oleh peminjam.
Sejak tahun 1969 memang sudah dimulai dengan pemberian kredit kepada
petani atas jaminan tanaman, tapi perkembangan kredit tidak memuaskan. Petani
belum biasa dan tidak memandang kewajibankewajiban terhadap pemberian kredit
secara serius akibatnya terlalu banyak tunggakan (Sukmadi dan Sudrajat, 1994).
Salah satu penyebab utama dari perkembangan demikian harus dicari bidang
lain, dalam hal ini peminjam mempunyai pandangan yang statis, sedangkan pinjaman
produksi merupakan suatu hal yang dinamis. Hanya apabila peminjam punya
pandangan hidup yang dinamis pula, barulah ia akan menangkap makna dan nilai
sebenarnya daripada perjanjian-perjanjian yang dibuatnya dengan bank/lembaga
keuangan yang meminjamkan dana kredit, karena meminjamkan kepada petani dan
orang-orang kecil mempunyai banyak resiko, biasanya bunga yang diminta selalu
tinggi (Adiwilaga, 1974).
-
10
Menurut Mubyarto (1977) bahwa Sudjana telah melakukan penelitian yang
mendalam mengenai kredit kepada petani pada dan memberikan kesimpulan bahwa,
pemberian kredit usahatani dengan biaya yang ringan perlu untuk memungkinkan
petani melakukan inovasi-inovasi dalam usahanya, kredit itu harus bersifat kredit
dinamis, yaitu mendorong seseorang untuk menggunakan secara produktif dengan
bimbingan dan pengawasan yang teliti, kredit yang diberikan selain merupakan
bantuan modal juga merupakan perangsang untuk menerima petunjuk-petunjuk
untuk bersedia berpartisipasi dalam program peningkatan produksi.
Kredit pertanian yang diberikan kepada petani tidak perlu hanya terbatas pada
kredit usahatani yang langsung diberikan bagi produksi pertanian, tetapi pula harus
mencakup kredit-kredit untuk keperluan rumah tangga atau konsumsi (Adiwilaga,
1974).
C. Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)
Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan salah satu
program yang dikembangkan oleh Departemen Pertanian yang dilaksanakan secara
terintegrasi dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-
M). PUAP merupakan bentuk fasiltas modal usaha untuk petani, baik petani pemilik,
petani penggarap, buruh tani, maupun rumah tangga miskin di perdesaan yang
terkoodinasi oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Gapoktan merupakan
kelembagaan tani pelaksana PUAP untuk menyalurkan modal bagi anggotanya yang
menjadi anggota Lembaga Kredit Mikro Agribisnis (Departemen Pertanian, 2009).
Pelaksanaan PUAP mengacu kepada pola dasar yang ditetapkan dalam
Permentan Nomor 16/Permentan/OT.140/2/2008 yaitu pendidikan dan latihan untuk
pengembangan usaha, pendampingan dan pemberian fasilitas bantuan modal usaha
-
11
petani yang dikoordinasikan oleh gapoktan. Melalui penerapan sistem demokrasi
pada tingkatan gapoktan yaitu Keputusan Rapat Anggota merupakan forum tertinggi
gapoktan, diharapkan dana stimulasi bantuan modal usaha untuk mengurangi
kemiskinan dan pengangguran di perdesaan dapat tercapai (Departemen Pertanian,
2009).
Untuk membangun kemandirian gapoktan dalam pelaksanaan PUAP maka
perlu didampingi oleh penyuluh pendamping dan Penyelia Mitra Tani (PMT)
sehingga dapat mengoptimalkan pemanfaatan dana sesuai dengan tujuan PUAP
(Departemen Pertanian, 2009).
Progam Pengembangan Usaha Agribisnis (PUAP) bertujuan untuk :
1. Mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan
pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi
wilayah;
2. Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, pengurus gapoktan,
penyuluh, Penyelia Mitra Tani (PMT);
3. Memberdayakan Kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk
mengembangkan kegiatan usaha agribisnis;
4. Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra
lembaga keuangan dalam rangka alses ke permodalan (Departemen Pertanian,
2009).
Dana program PUAP ini berasal dari APBN yang diberikan dalam bentuk
hibah kepada gapoktan. Sedangkan anggotanya yang akan menggunakan harus
meminjam dan mengangsur pengembaliannya dengan ketentuan yang dibuat oleh
gapoktan tersebut. Namun dalam pelaksanaannya, dana tersebut di kelola dan
-
12
dikembangkan oleh gapoktan sebagai dana bergulir bagi anggota kelompok tani yang
tergabung dalam gapoktan penerima dana tersebut (Anwari, 2009)
Sasaran pemberdayaan pertanian Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan
(PUAP) ini menurut Departemen Pertanian (2009), yaitu :
1. Berkembangnya usaha agribisnis di 10.000 desa miskin atau tertinggal sesuai
dengan potensi pertanian desa;
2. Berkembangnya 10.000 gapoktan atau poktan yang dimiliki dan dikelola petani;
3. Meningkatnya kesejahteraan rumah tangga tani miskin, petani atau peternak
(pemilik atau penggarap) skala kecil dan buruh tani;
4. Berkembangnya usaha agribisnis yang mempunyai siklus usaha harian,
mingguan maupun musiman.
Strategi Operasional dari Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan
menurut Departemen Pertanian (2009) adalah :
1. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan PUAP dilaksanakan melalui :
a. Pelatihan bagi petugas Pembina dan Pendamping PUAP;
b. Rekruitmen dan pelatihan bagi Penyelia Mitra Tani (PMT);
c. Pelatihan bagi pengurus gapoktan;
d. Pendampingan bagi petani oleh penyuluh pendamping.
2. Optimalisasi potensi agribisnis di desa miskin dan tertinggal melalui :
a. Identifikasi potensi desa;
b. Penentuan usaha agribisnis (budidaya dan hilir) unggulan;
c. Penyusunan RUB berdasaran usaha agribisnis unggulan.
3. Penguatan modal bagi petani kecil, buruh tani dan rumah tangga petani miskin
kepada sumber permodalan melalui :
-
13
a. Penyaluran dana PUAP kepada pelaku agribisnis melalui gapoktan;
b. Fasilitas pengembangan kemitraan dengan sumber permodalan lainnya
4. Pendampingan gapoktan dilaksanakan melalui :
a. Penempatan dan pengurusan penyuluh pendamping di setiap gapoktan;
b. Penempatan dan pengurusan PMT di setiap Kabupaten Kota.
D. Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A)
Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) adalah salah satu unit usaha
otonom yang didirikan dan dimiliki oleh anggota kelompok tani yang tergabung
dalam gabungan kelompok tani (gapoktan). LKM-A bergerak dalam bidang
pembiayaan bagi petani dalam wilayah gapoktan. Sebagai unit usaha gapoktan,
kedudukan LKM-A sejajar dengan unit usaha lainnya yang ada pada gapoktan
tersebut (BPTP Sumatera Barat, 2009).
Pengurus unit usaha LKM-A adalah pengurus gapoktan sesuai dengan
kesepakatan bersama yang tertuang dalam AD/ART gapoktan. Pengurus LKM-A
mengeluarkan surat penunjuk atau pengangkatan tenaga pengelola LKM-A sesuai
dengan struktur organisasi LKM-A tersebut (BPTP Sumatera Barat, 2009).
Terkait dengan kelancaran program PUAP dan bagi gapoktan yang baru
tumbuh, LKM-A merupakan usaha otonom penting yang perlu dibentuk lebih awal.
Tujuannya adalah agar dana program PUAP dapat dikelola dengan baik dengan
memperhatikan penggunaan dana awal untuk bentuan modal bagi para petani yang
sudah direncanakan menurut RUS, RUK dan RUB untuk pengembangan usaha
agribisnis di wilayah gapoktan yang bersangkutan (BPTP Sumatera Barat, 2009).
-
14
Gambar 1. Kedudukan LKM-A dan Usaha Otonom Lainnya Dalam Gapoktan
Sumber : BPTP Sumatera Barat.
GAPOKTAN
PENGURUS
USAHA
OTONOM LAIN
USAHA
OTONOM LAIN LKM-A
PENGELOLA
MANAGER
KASIR
ADMINISTRASI/
PEMBUKUAN
PEMBIAYAAN/
KREDIT
PENGGALANGAN
DANA
PETANI/PELAKU
USAHA
USAHA PRODUKTIF
-
15
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pengurus dan pengelola LKM-A
terkait dengan kedudukannya di gapoktan adalah :
1. Berdasarkan perencanaan usaha dan kebutuhan bantuan dana program PUAP
yang dituangakan dalam RUB, sistem penyaluran dananya dari pusat (Deptan)
adalah melalui rekening gapoktan;
2. Untuk lebih memfokuskan pengelolaan dana dalam lembaga gapoktan, maka
gapoktan membentuk sebuah LKM-A yang mendukung pembiayaan usaha
agribisnis petani kecil di wilayah kerja gapoktan. Secara bertahap LKM-A
berkembang menuju Lembaga Keuangan Mikro yang professional dan berbadan
hukum koperasi (Badan Hukum KSP) yang berada di nagari;
3. Kepengurusan gapoktan (Ketua, Sekretaris dan Bendahara) bisa menjadi
pengurus LKM-A, apabila mereka menjadi pendiri LKM-A (memiliki simpanan
khusus, simpanan pokok dan simpanan wajib) dan disepakati oleh anggota
pendiri dalam forum musyawarah (Rapat Umum Anggota Pendiri);
4. Pengelola LKM-A terdiri dari manager, bagian administrasi/pembukuan, kasir,
bidang pembiayaan dan penggalangan dana;
5. Sistem rekruitmen tenaga pengelola ditentukan dan diangkat oleh pengurus
gapoktan dengan memperhatikan beberapa kriteria, yaitu mempunyai motivasi
kerja yang tinggi, tenaga pengangguran di nagari dan pendidikan yang memadai;
6. LKM-A dapat lebih berfungsi dalam menggulirkan dana program PUAP, karena
itu perlu dilakukan penguatan LKM-A menuju lembaga keuangan yang
professional (memenuhi persyaratan pendirian LKM);
-
16
7. Dana penguatan modal PUAP Rp 100.000.000,- per nagari per kelurahan dan
dapat dipergunakan sebagai modal dasar disamping sumber dana lain untuk
menumbuh kembangkan sebuah lembaga keuangan mikro di nagari;
LKM-A diharapkan dapat berkembang menjadi lembaga keuangan mikro nagari
bertujuan mendukung pembangunan ekonomi nagari (BPTP Sumatera Barat, 2009).
E. Pendapatan Petani
Menurut Hardisapoetro (1973), pendapatan usahatani adalah selisih antara
Penerimaan dengan biaya yang dibayarkan (tunai) dalam proses produksi. Sedangkan
keuntungan adalah selisih antara Penerimaan dikurangi Biaya Total yang terdiri dari biaya
yang dibayarkan dan biaya yang diperhitungkan.
Usahatani yang dilakukan akan memperhitungkan biaya biaya yang telah
dikeluarkan dengan penerimaan yang diperoleh tersebut. Selisih antara biaya yang
dikeluarkan dengan penerimaan yang diperoleh tersebut merupakan pendapatan dari
usahatani yang dijalankan. Tujuan utama dari analisis pendapatan adalah menggambarkan
keadaan sekarang suatu kegiatan usaha dan menggambarkan keadaan yang akan datang dari
perencanaan atau tindakan (Soeharjo dan Patong, 1973).
Menurut Soekartawi (1995), penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi
yang diperoleh dengan harga jual. Pendapatan yang dihitung adalah penerimaan yang
diterima oleh petani sebelum menerima bantuan program PUAP dikurangi dengan biaya
yang dibayarkan pada masing-masing kegiatan.
Sedangkan biaya yang dibayarkan adalah biaya pembelian sarana produksi dan biaya
tenaga tenaga kerja luar keluarga, serta biaya-biaya lainyang dikeluarkan secara tunai yaitu
biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran bunga pinjaman setelah memamaki dana PUAP
Soekartawi (1995).
-
17
Menurut Soekartawi (1995), bahwa pendapatan dibagi menjadi dua bagian yaitu :
1. Pendapatan Kotor (Penerimaan) usahatani
Adalah nilai produksi total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang
dijual, dikonsumsi oleh rumah tangga petani, dan disimpan digudang pada akhir tahun.
2. Pendapatan bersih usahatani
Adalah selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan biaya produksi seperti upah
buruh, pembelian bibit, obat-obatan dan pupuk yang digunakan.
Untuk meningkatkan pendapatan petani ada empat cara yang umumnya dapat
ditempuh, yaitu : (1) memperluas lahan garapan; (2) menurunkan harga sarana
produksi yang dibutuhkan; (3) meningkatkan harga produk yang dihasilkan; (4)
meningkatkan produktivitas per satuan luas lahan garapan. Kebijakan pembangunan
pertanian yang diciptakan selama ini biasanya merupakan kombinasi dari keempat
cara tersebut.
G. Profil Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)
Kota Padang
Kota Padang merupakan Ibu Kota Provinsi Sumatra Barat yang terletak di
pantai bagian Barat Pulau Sumatra yang berbatasan dengan Kabupaten Padang,
Pariaman, Kabupaten Solok, Kabupaten Pesisir Selatan dan Samudera Indonesia.
Luas wilayah Kota Padang adalah 694.96 Km2. Jumlah penduduk Kota Padang
pada Tahun 2009 mencapai 875,75 ribu jiwa. Dari luas Kota Padang sebagian besar
berupa hutan lindung (51,01%) sisanya untuk lahan budidaya dan bangunan atau
pekarangan (BPS Kota Padang, 2010).
Ditengah keterbatasan lahan pertanian di Kota Padang, produksi tanaman
pertanian cenderung terus meningkat. Hal tersebut menunjukkan bahwa produktivitas
tanaman pertanian mengalami peningkatan. Produksi tanaman padi meningkat dari
-
18
56,413 ribu ton pada tahun 2008 menjadi 58,290 ribu ton pada tahun 2009 (BPS
Kota Padang, 2010).
Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) adalah program
andalan dari Departemen Pertanian sejak tahun 2008 untuk dapat meningkatkan
kemampuan petani dalam beragribisnis di perdesaan. Dengan PUAP, usaha
pertanian di perdesaan tidak saja diharapkan dapat berkembang, tetapi juga menjadi
salah satu solusi dalam menekan meningkatkan pendapatan dan menurunkan angka
kemiskinan di kalangan petani (Departemen Pertanian, 2009).
Disebutkan ada tiga tahapan utama dalam pengembangan PUAP ini.
Tahapan pertama yang dirancang berjalan dari tahun 2008 sampai tahun 2010
merupakan tahapan peletakan landasan. Kegiatan pada tahap peletakan landasan
mencakup pensosialisasian keberadaan PUAP, pembenahan kelompok tani dan
pembentukan gapoktan serta pembentukan Lembaga Keuangan Mikro yang menjadi
lembaga mengelola keuangan di tingkat kelompok tani. Dalam tahap ini juga
penentuan usaha produktif apa yang bisa dikembangkan petani. Tahap kedua adalah
tahap pemantapan yang waktunya ditargetkan berlangsung dari tahun 2010 sampai
2011. Tahap ini kegiatan PUAP diarahkan pengembangan berbagai unit usaha di
gapoktan, pemupukan modal lancar melalui difersifikasi tabungan/simpanan
masyarakat dan penjualan saham terbatas (Sekretariat PUAP Sumbar, 2010).
Menurut Sekretariat PUAP Sumbar 2010, tujuan dan sasaran PUAP di Kota
Padang yaitu :
1. Mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui pertumbuhan dan
pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai potensi wilayah;
-
19
2. Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, pengurus Gapoktan,
Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani;
3. Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk
pengembangan kegiatan usaha agribisnis;
4. Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra
lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan.
Sasaran dari program PUAP ini adalah :
1. Berkembangnya usaha agribisnis di desa miskin/tertinggal sesuai dengan
potensi pertanian desa;
2. Berkembangnya gapoktan/poktan yang dimiliki dan dikelola oleh petani ;
3. Meningkatnya kesejahteraan rumah tangga tani miskin, petani, peternak
(pemilik dan atau penggarap) skala kecil, buruh tani; dan
4. Berkembangnya usaha pelaku agribisnis yang mempunyai usaha harian,
mingguan, maupun musiman.
Meskipun terdapat beberapa permasalahan dalam pelaksanaan PUAP,
diharapkan di tahun berikutnya PUAP yang merupakan bantuan bergulir ini dapat
berkembang di Kota Padang. Adanya PUAP, akses petani ke sumber permodalan
dapat dengan mudah tercapai dan bisa menjadi pengganti bank bagi petani.
H. Penelitian Terdahulu
Penelitian Sarianti (1998) yang berjudul Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Pengembalian Kredit Petani Plasma Pada Proyek Pir-Bun Cikaso Kecamatan Tegal,
Kabupaten Sukabumi Jawa Barat), hasil penelitiannya menyebutkan bahwa
besarnya pendapatan usahatani kelapa hybrid yang diperoleh petani plasma tidak
-
20
mencukup untuk melunasi angsuran kredit karena pendapatan yang diperoleh jauh
dari pendapatan minimal yang diharapkan.
Hasil penelitian Osesi, Rini (2007) dengan judul Evaluasi Program
Pemberdayaan Masyarakat Pertanian Melalui Bantuan Pinjaman Langsung
Masyarakat (BPLM) dengan Penyelenggaraan Sekolah Lapang (SL) di Kec Koto
Tangah Kota Padang menjelaskan bahwa proses pelaksanaan penyaluran dana
BPLM dari segi birokrasi mulai dari tahap sosialisasi hingga sampai ke kelompok
tani penerima bantuan belum terlaksana sesuai petunjuk dan teknis pelaksanaan yang
telah ditentukan. Terdapat beberapa permasalahan yang ditemui, yakni (a)
keterlambatan pencairan dana pada kelompok penerima karena banyaknya proses
yang harus dijalani oleh kelompok penerima di berbagai instansi, (b) belum
terciptanya kesatuan persepsi tentang program BPLM ini di setiap stakeholder yang
terkait, sehingga menyebabkan implementasi program menjadi tersendat sendat.
Sedangkan dari hasil penelitian Nur Habibah (2011), yang berjudul Dampak
Dana Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) pada Usahatani Jeruk di
Gapoktan Mudik Nama Nagari Koto Tinggi Kecamatan Gunug Omeh Kabupaten
Lima Puluh Kota menyimpulkan bahwa penyaluran dana oleh pengelola LKM-A ke
petani, dinilai efektif dengan skor yang diperoleh 360 dari skor maksimum yang
ditetapkan untuk menilai efektifitas sebesar 420. Dan terdapat perbedaan pendapatan
dan keuntungan petani sampel sebelum dan setelah memakai dana PUAP sebesar Rp
34.992.247,37,- ha per tahun dan keuntungan Rp 27.417.099,9,- ha per tahun,
sedangkan pendapatan setelah memakai dana PUAP sebesar Rp 46.640.541,63,-
ha/tahun dan keuntungan Rp 37.990.422,59,- ha per tahun.
-
21
Selanjutnya Hidayat (2006), yang melakukan penelitian dengan judul
Pengaruh Lembaga Keuangan Mikro Terhadap Prestasi Industri Kecil Rumah
Tangga di Kabupaten Merangin (Studi Kasus di Kec Bangko, Kabupaten Merangin)
menjelaskan bahwa hakekat permasalahan yang dihadapi dari hampir semua sektor
usaha adalah permodalan. Dari hasil analisis, ditemui variabel yang berpengaruh
signifikan terhadap industri kecil rumah tangga yaitu pembinaan, agunan dan kredit.
Berdasarkan hasil temuan, maka beberapa hal yang dapat dilakukan oleh pemerintah
adalah (1) melakukan pembinaan yang meliputi aspek manajemen, aspek sumber
daya manusia, teknik produksi dan etika bisnis, (2) persyaratan agunan dapat diganti
dengan kelayakan usaha sehingga industry kecil yang belum mendapatkan modal
dari lembaga keuangan mikro namun secara teknis layak maka dapat diberikan
modal.
Sedangkan penelitian ini yang berjudul Dampak Pemberian Dana Kredit
Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) terhadap Pendapatan Usahatani Petani
Tanaman Pangan (Studi Kasus Pada Lembaga Mikro Agibisnis (LKMA) Gapoktan Sepakat
Kota Padang) akan meneliti tentang apakah penyaluran dana Program PUAP di LKMA
Gapktan Sepakat Padang beerjalan efektif, cukup efektif atau tidak dan bagaimana
peningkatan pendapatan khususnya untuk petani tanaman pangan LKMA Sepakat Padang.
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada Lembaga Kredit Mikro Agribisnis (LKM-
A) Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sepakat di Kota Padang. Pemilihan tempat
penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive), berdasarkan pertimbangan bahwa
dari 51 LKM-A Gapoktan di Kota Padang yang menerima bantuan dana program
-
22
PUAP s/d Tahun 2013, LKM-A Gapoktan ini merupakan daerah dengan realisasi
pangan terbesar dari LKM-A gapoktan lain untuk bidang pangan yaitu sebesar
522.800 ribu ton dari 6 kelompok tani dengan 140 orang anggota kelompok dari 158
total anggota kelompok usahatani pangan dan luas lahan 149 ha (Lampiran 3).
Waktu penelitian ke lapangan akan dilakukan selama 2 bulan setelah
dikeluarkan surat rekomendasi penelitian dari Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Andalas.
B. Metode Penelitian
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus
(case study). Penelitian studi kasus ini adalah penelitian tentang status subjek
penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan
personalitas. Penelitian studi kasus ditujukan untuk mendapatkan keterangan yang
terperinci dan mendapatkan informasi mengenai variable-variabel yang diamati
(Nazir, 2003).
Dalam penelitian ini yang menjadi fokus adalah bagaimana jalannya
pelaksanaan program bantuan dana PUAP di LKM-A Gapoktan Sepakat Padang
serta dampaknya terhadap peningkatan pendapatan petani tanaman pangan.
C. Metode Pemilihan Responden
Populasi yang akan diambil dalam penelitian ini adalah petani tanaman
pangan yang tergabung dalam Gapoktan Sepakat Kota Padang. Menurut Sugiarto
(2003) populasi adalah keseluruhan individu yang akan menjadi satuan analisis
dalam populasi yang layak dan sesuai untuk dijadikan atau ditarik sebagai sampel
Dari 51 gapoktan di Kota Padangt, Gapoktan Sepakat adalah Gapoktan yang
memiliki realisasi penyaluran dana ke petani paling besar, yaitu 552.800 ribu ton
-
23
untuk sektor pangan. Adapun jumlah kelompok tani yaitu 6 poktan: 1). Janjang
Panjang dengan jumlah anggota 27 orang, 2) Janjang Bakik yang berangotakan 34
orang, 3) Gunung Sangku yang memiliki 23 orang anggota, 4) Pagang Dalam yang
beranggotakan 27 orang, 5) Lolong Pagang dengan jumlah anggota 19 orang dan 6)
Janjang Bendera sebanyak 28 orang anggota, jadi total 158 orang anggota (lampiran
3). Sedangkan jumlah petani yang mengusahakan tanaman pangan 140 orang dengan
luas lahan 149 ha.
Pemilihan kelompok Tani yang akan dijadikan responden dilakukan dengan
teknik Purposive Sampling. Menurut Rianse (2008), Purposive Sampling yaitu
teknik pemilihan sampel yang dilakukan secara sengaja dengan memiliki individu
tertentu dari populasi (objek yang menjadi pusat perhatian penelitian) di mana
sampel dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Kelompok Tani yang akan dijadikan responden adalah Kelompok Tani
Pagang Dalam dan Janjang Bendera. Kriteria pengambilan kelompok ini adalah
kelompok yang paling banyak memiliki anggota gapoktan yang mengusahakan
tanaman pangan.
Untuk melihat dampak pelaksanaan dan penyaluran dana program PUAP
pada petani tanaman pangan di nilai dari sebelum dan setelah adanya dana program
PUAP dan dilakukan dengan uji t. Menurut Supranto (2001), bahwa distribusi t (uji t)
dimaksud untuk penguji hipotesa mengenai parameter. Pengujian ini dapat dilakukan
dengan sampel besar sama dengan 30 atau bahkan seringkali < 30.
Kelompok tani yang akan menjadi unit analisis adalah Kelompok Tani
Pagang Dalam dengan jumlah anggota 27 orang dan Kelompok Tani Janjang
-
24
Bandera dengan jumlah anggota 28 orang sehingga total semua sampel berjumlah 55
orang. Semua petani anggota kedua kelompok ini diambil sebagai responden.
Sesuai dengan pendapat Supranto (2001) bahwa pengujian akan menghasilkan
analisis yang baik bila jumlah responden lebih besar dari 30.
D. Metode Pengumpulan Data
Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti. Menurut
Sugiarto, dkk (2003), data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama,
baik individu atau perorangan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah
data yang berkaitan dengan kegiatan program PUAP dan data usahatani yang
dikeluarkan setelah adanya kegiatan program PUAP selama 1 tahun berjalannya
program. Dalam hal ini data primer diperoleh dari petani sampel melalui wawancara
dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan.
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari
sumbernya atau data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti.
Dalam penelitian ini, data sekunder diperoleh dari lembaga dan instansi yang terkait
dengan objek penelitian yaitu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Propinsi
Sumatera Barat, Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan
(BP3K) Kota Padang, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kota Padang,
Sekretariat Tim Teknis PUAP, BPS Kota Padang, Kantor Kecamatan Nanggalo
Gapoktan Sepakat.
Data sekunder ini akan memberikan informasi realisasi pelaksanaan program
PUAP, gambaran umum daerah penelitian dan profil Gapoktan Sepakat.
-
25
E. Variabel Yang Diamati
Untuk tujuan penelitian pertama dari variable yang diamati yaitu
mendeskripsikan pelaksanaan penyaluran dana program PUAP pada usahatani
pangan di Gapoktan Sepakat Kota Padang berdasarkan Pedoman Umum (Pedum)
Program PUAP :
1. Profil Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) Gapoktan Sepakat
a. Sejarah dan tujuan pendirian LKM-A Gapoktan Sepakat Kota Padang;
b. Organisasi LKM-A Gapoktan Sepakat Kota Padang;
c. Permodalan LKM-A Gapoktan Sepakat Kota Padang
d. Keanggotaan LKM-A Gapoktan Sepakat Kota Padang
e. Kegiatan LKM-A Gapoktan Sepakat Kota Padang
2. Proses Pembuatan Rencana Usaha Anggota (RUA), Rencana Usaha Kelompok
(RUK) dan Rencana Usaha Bersama (RUB);
a. Proses Pembuatan Rencana Usaha Anggota (RUA);
1) Bagaimana Pembuatan RUA;
2) Siapakah yang membuat RUA;
3) Dasar penentuan biaya yang dibuat;
4) Penggunaan RUA yang diajukan;
5) Apa masalah dalam pembuatan RUA.
b. Proses Pembuatan Rencana Usaha Kelompok (RUK);
1) Bagaimana pembuatan RUK;
2) Peran Penyuluh Pendamping;
3) Dasar penentuan biaya yang diajukan kelompok;
4) Apa masalah dalam pembuatan RUK.
-
26
c. Proses Pembuatan Rencana Usaha Bersama (RUB);
1) Bagaimana pembuatan RUB;
2) Peran Penyuluh Pendamping;
3) Dasar penentuan biaya yang diajukan kelompok;
4) Apa masalah dalam pembuatan RUB;
3. Efektifitas Penyaluran dana PUAP pada Gapoktan Sepakat Kota Padang.
Efektifitas penyaluran dana PUAP yang dinilai dari sisi pengguna (petani
sampel) dapat dilihat dari faktor-faktor berikut :
a. Persyaratan Awal;
b. Prosedur Pinjaman;
c. Realisasi Pinjaman
d. Biaya Administrasi;
e. Tingkat Bunga;
f. Pelayanan
g. Jarak/lokasi
Untuk tujuan penelitian kedua yaitu menganalisa dampak dana PUAP
terhadap pendapatan dan keuntungan petani tanaman pangan di Gapoktan Sepakat
Kota Padang. Adapun variabel yang diamati yaitu :
1. Biaya.
Biaya yang akan dihitung dalam penelitian ini adalah biaya yang dikeluarkan
oleh petani tanaman pangan dalam satu tahun produksi yaitu sebelum PUAP
dari Februari 2008-Januari 2009 dan setelah PUAP dari Februari 2009-Januari
2010 di Gapoktan Sepakat yang meliputi ;
-
27
a. Biaya yang dibayarkan meliputi : Biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk
membayarkan upah Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) seperti:
penyiangan, pemupukan, penyemprotan, bibit, pemangkasan dan
pemanenan. Biaya untuk pembelian sarana produksi seperti: pupuk dan
obat-obatan serta biaya bunga pinjaman yang dibayarkan petani;
b. Biaya yang diperhitungkan: terdiri dari Biaya Tenaga Kerja Dalam
Keluarga (TKDK), sewa lahan milik sendiri, penyusutan peralatan dan
bunga modal sendiri.
2. Produksi.
Produksi merupakan hasil panen yang diperoleh dari kegiatan usahatani selama
setahun
3. Harga.
Harga yang diamati adalah harga sebelum petani sampel memakai dana PUAP.
Sedangkan harga setelah petani memakai dana PUAP disamakan dengan harga
sebelumnya atau dipakai asumsi cateris paribus.
F. Kerangka Pemikiran
Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan
program terobosan Departemen Pertanian dalam rangka mengatasi persoalan
permodalan di sektor pertanian. Program ini bertujuan untuk menanggulangi
kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja, sekaligus menanggulangi kesenjangan
pembangunan antar wilayah pusat dan daerah serta antar subsektor. Bantuan dana
PUAP ini disalurkan melalui Lembaga Kredit Mikro Agribisnis (LKMA) Gapoktan
sebagai lembaga pelaksana yang dipercaya oleh Departemen Pertanian.
Keberlanjutan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) sangat
-
28
ditentukan pada keberhasilan pengelolaan dana tersebut oleh LKMA gapoktan
sebagai lembaga ekonomi yang dimiliki dan dikelola oleh petani. Pendekatan yang
dapat dilakukan untuk melihat keberhasilan PUAP yaitu dengan mengukur dan
menilai dampak dari program PUAP serta peranannya dalam meningkatkan
pendapatan usaha pertanian hingga pada akhirnya mampu mensejahterakan para
petani di perdesaan.
Pelaksanaan Program PUAP perlu dinilai apakah ada dampak yang berarti
dari pemanfaatan dana bantuan tersebut. Penilaian dilakukan dengan melihat
indikator keberhasilan PUAP, dengan mengukur skala usahatani dan pendapatan
usahatani sebelum dan sesudah adanya program tersebut. Selanjutnya dilakukan
penilaian terhadap Gapoktan PUAP dalam hal kemampuan Gapoktan mengelola dan
menyalurkan dana PUAP kepada petani secara efektif.
Tolak ukur yang digunakan adalah dengan menggunakan juknis (petunju
teknis) PUAP yang nantinya dibandingkan dengan tujuan pelaksanaan dengan
menggunakan indikator-indikator yang telah ditetapkan.
Selanjutnya ditarik kesimpulan secara keseluruhan dan kemudian
direkomendasikan saran dan perbaikan bagi pelaksanaan program PUAP ke
depannya dapat berjalan dengan lancar.
DEPARTEMEN
PERTANIAN Pemberdayaan
Masyarakat
- Miskin
- Pengangguran
- Keterbatasan
Modal
PROGRAM PUAP
1. Pengentasan Kemiskinan
2. Menciptakan Lapangan
Kerja di Perdesaan
3. Penguatan Modal Usaha
Penyaluran BLM PUAP
melalui LKMA
Gapoktan PUAP
-
29
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Penelitian
G. Analisa Data
Analisis data ini dilakukan berdasarkan tujuan yang akan dicapai yaitu:
1. Pada tujuan pertama yaitu mendeskripsikan pelaksanaan program PUAP pada
usahatani pangan di Gapoktan Sepakat Kota Padang berdasarkan Pedoman
Umum (Pedum) PUAP. Metode yang digunakan adalah analisa deskriptif
kualitatif dan kuantitatif. Hal ini ditujukan untuk menjelaskan secara
mendalam proses pelaksanaan program PUAP dan selanjutnya
diinterpretasikan sesuai data yang diperoleh. Yang dianalisa merupakan
kegiatan yang dilakukan anggota Gapoktan yang berkaitan langsung dengan
PELAKSANAN
PROGRAM PUAP
Proses Pelaksanaan
1. Sosialisasi Program
2. Seleksi Calon Penerima PUAP
3. Realisasi Peminjaman
4. Pemanfaatan Dana PUAP
Dampak Program PUAP
Terhadap Pendapatan
Usahatani
Sesudah Sebelum
Melihat Dampak dan
Saran Perbaikan
-
30
PUAP dilapangan berdasarkan Pedoman Umum (Pedum) PUAP atau
Petunjuk Teknis (Juknis) pelaksanaan program yang dikeluarkan oleh
Departemen Pertanian.
Efektifitas penyaluran dana PUAP berdasarkan tanggapan petani
sampel dapat di analisis menggunakan sistem pemberian skor penilaian
keefektifan yang kemudian diuraikan secara deskriptif. Penentuan skor
dengan skala Likert.
Pengukuran yang dilakukan dengan menghadapkan seorang petani
sampel dalam beberapa pertanyaan, kemudian petani tersebut diminta untuk
memberikan jawaban atau tanggapan yang terdiri dari tiga tingkatan.
Jawaban-jawaban tersebut diberi skor 1-3 dengan pertimbangan skor tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Untuk jawaban tidak mendukung seperti berat, lama, sulit dan buruk;
2. Untuk jawaban yang mendukung atau sedang;
3. Untuk jawaban yang paling mendukung (ringan, mudah, cepat dan baik).
Berdasarkan perolehan skor petani sampel, selanjutnya ditentukan
rentang skala atau selang untuk menentukan efektivitas penyaluran dana.
Selang diperoleh dari selisih total skor tertinggi (maksimal) dan total skor
terendah (minimal) dibagi dengan kategori jawaban, lalu dikurangkan 1,
sehingga menghasilkan jawaban (Umur, 2005).
Selang
- 1
Berdasarkan perolehan nilai selang, selanjutnya ditentukan skor
efektifitas penyaluran dana PUAP dengan cara membagi tiga skor diantara
total nilai minimal sampai nilai total maksimal sehingga diperoleh tiga selang
-
31
efektivitas. Selang terendah menyatakan bahwa penyaluran tidak efektif,
sementara selang tertinggi menyatakan bahwa penyaluran efektif.
Penilaian tanggapan petani sampel terhadap penyaluran dana PUAP
akan dibagi kedalam tiga kategori yaitu efektif, cukup efektif dan tidak
efektif. Nilai skor terendah yang diperoleh adalah 196-588. Nilai skor 140
didapat dari hasil penggalian skor terendah (1) dengan jumlah parameter yang
digunakan (7) dan jumlah petani sampel (28 petani sampel), atau (1 x 7 x 28
= 196). Sedangkan nilai skor 588 diperoleh dari hasil pengalian skor tertinggi
(3) dengan jumlah parameter yang digunakan (7) dan dengan jumlah sampel
(28) atau (3 x 7 x 28 = 588). Penentuan selang untuk setiap tingkat penilaian
dilakukan dengan cara pengurangan antara nilai skor maksimum dengan nilai
skor minimum yang kemudian hasilnya dibagi dengan banyaknya kategori
penilaian, atau dapat ditulis seperti
Nilai 130 merupakan selang untuk setiap tingkatan penilaian. Dari
selang tersebut dapat ditentukan rentang skala tiap kategori penilaian. Untuk
lebih jelasnya dapat ditentukan rentang skala tiap kategori penilaian dapat
dilihat pada Tabel 1 dibawah ini.
Tabel 1. Skala Skor Penilaian Efektifitas
Kategori Penilaian Rentang Skala
Belum Efektif 196 326
Cukup Efektif 327 457
Efektif 458 588
Berdasarkan Tabel 1 dapat dijelaskan bahwa jika total skor berada
pada rentang nilai 196-326, maka penyaluran dana PUAP dapat dikatakan
belum efektif. Jika total skor berada pada rentang nilai 327-457, maka
-
32
penyaluran dana PUAP dapat dikatakan cukup efektif. Sementara itu, apabila
total skor besar pada rentang nilai antara 458588, maka penyaluran dana
PUAP dikatakan efektif.
2. Pada tujuan kedua menganalisa dampak dana PUAP terhadap pendapatan
petani tanaman pangan di Gapotan Sepakat. Dalam rangka mencapai tujuan
kedua ini maka data dianalisa secara kuantitatif yaitu dengan cara menghitung
:
a. Analisa Pendapatan Petani
Dampak program PUAP terhadap pendapatan anggota (petani sampel)
Gapoktan PUAP dapat dilihat setelah kegiatan program PUAP selesai.
Analisa ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh dampak dana
program PUAP terhadap pendapatan usahatani pangan di Kec Nanggalo
Padang. Analisa pendapatan usahatani dilakukan dalam 1 tahun sebelum ada
program PUAP dan 1 tahun setelah program PUAP.
Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dengan biaya
yang dibayarkan (tunai) pada proses produksi (Hardisapoetro, 1973).
Pendapatan yang dihitung adalah penerimaan yang diterima oleh
petani setelah menerima bantuan program PUAP dikurangi dengan biaya
yang dibayarkan pada masing-masing kegiatan.
Sedangkan biaya yang dibayarkan adalah biaya pembelian sarana
produksi dan biaya tenaga kerja luar keluarga, sewa tanah bukan milik sendiri
serta biaya-biaya lain yang dikeluarkan secara tunai. Yang termasuk biaya
yang dibayarkan adalah biaya bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja di luar
-
33
keluarga, pajak. Menurut Soekartawi (1995), penerimaan usahatani adalah
perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Dapat ditulis :
TR = Xi . Hx
Di mana :
TR = Total penerimaan (Rp/tahun)
Xi = Produksi (kg/tahun)
Hx = Harga Jual di tingkat petani (Rp/tahun)
Pendapatan petani dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Yi = (Xi . Hx) - Bt
(Hardisapoetro, 1973)
Di mana :
Yi = Pendapatan petani tanaman pangan (Rp/ Ha/tahun)
Xi = Jumlah produksi pangan (Kg/Ha)
Hx = Harga jual petani (Rp)
Bt = Biaya yang dibayarkan (Rp/ Ha/Tahun)
b. Analisa keuntungan petani
Keuntungan adalah penerimaan dikurangi biaya total. Dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
Ki = (Xi . Hx) Br (Hardisapoetro, 1973)
Dimana :
Ki = Keuntungan petani dari usahatani pangan (Rp/Ha)
Br = Biaya Total
Biaya total terdiri dari biaya yang dibayarkan dan biaya yang
diperhitungkan.
c. Pengujian Statistik (Uji t)
-
34
a. Hipotesa
Untuk melihat sejauh mana perbedaan pendapatan dan keuntungan
petani sampel antara sebelum PUAP dan setelah PUAP. Untuk
menguji variabel-variabel yang diukur dapat diturunkan hipotesa
sebagai berikut :
1) Ho : Tidak ada perbedaan pendapatan antara sebelum PUAP
dan setelah PUAP
H1 : Ada perbedaan pendapatan antara sebelum PUAP dan
setelah PUAP
Dengan rumus yang digunakan :
Ho = = o
Ho = o
Dimana :
= Pendapatan usaha sebelum mendapatkan pinjaman
0 = Pendapatan usaha setelah mendapatkan pinjaman
1) Uji t Student
Untuk melihat perbandingan pendapatan dan keuntungan antara
sebelum dan setelah memakai dana PUAP, maka hipotesa di atas di uji secara
statistik dengan uji t pada taraf nyata 5%, uji t digunakan karena ukuran
individu petani sampel kurang dari 30.
Menurut Suprapto (2001), bahwa uji t digunakan untuk menghitung
hipotesa kecil atau sama dengan 30 (n < 30), dilakukan pada taraf nyata 5%
dengan rumus menggunakan rumus sebagai berikut :
-
35
t hit = | |
Db = n1 + n2 - 2
(Hasan, 2003)
Dimana :
= Rata-rata pendapatan petani anggota sebelum PUAP
= Rata-rata pendapatan petani anggota setelah PUAP
S1 2 = Varian yang diuji pada petani sampel sebelum PUAP
S22 = Varian yang diuji pada petani sampel setelah PUAP
n1 = Jumlah sampel petani sebelum PUAP
n2 = Jumlah sampel petani setelah PUAP
Dari analisa diatas, apabila thit kecil dari ttabel, maka hipotesa nol (Ho)
diterima, sebaliknya apabila thit lebih besar dari ttabel, maka hipotesa nol (Ho)
ditolak.
Varian sampel di dapat dari rumus :
S12
=
S22
=
(Hasan, 2003)
Setelah didapat varian dari sampel yang diukur, selanjutnya dilakukan uji F
dengan rumus :
F hit =
(Hasan, 2003)
-
36
Apabila Fhit kecil dari Ftabel, maka S12
= S12, tetapi apabila Fhit besar dari Ftabel,
maka S12 S1
2. Apabila varian sampel pertama berbeda nyata dengan varian sampel
kedua, maka rumus thit yang digunakan adalah:
T hit = | |
Db
(
) (
)
H. Defenisi Operasional
1. Pengembangan Usaha Agribisnis di Pedesaan yang selanjutnya disebut PUAP
adalah bagian dari pelaksanaan program PNPM-Mandiri melalui bantuan
modal usaha dalam menumbuh kembangkan usaha agribisnis sesuai dengan
potensi pertanian desa sasaran;
2. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri yang selanjutnya
disebut PNPM-Mandiri adalah program pemberdayaan masyarakat yang
disebut PNPM-Mandiri adalah program pemberdayaan masyarakat yang
ditujukan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesempatan kerja;
3. Agribisnis adalah rangkaian kegiatan usaha pertanian yang terdiri atas 4
(empat) sub-sistem, yaitu (a) subsistem hulu yaitu kegiatan ekonomi yang
menghasilkan sarana produksi (input) pertanian; (b) subsistem pertanian
primer yaitu kegiatan ekonomi yang menggunakan sarana produksi yang
dihasilkan subsistem hulu; (c) subsistem agribisnis hilir yaitu yang mengolah
dan memasarkan komoditas pertanian; dan (d) subsistem penunjang yaitu
-
37
kegiatan yang menyediakan jasa penunjang antara lain permodalan, teknologi
dan lain lain;
4. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan asal usul adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan RI (sebagaimana
tercantum pada Peraturan pemeintah Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa);
5. Desa Miskin adalah Desa yang secara ekonomis pendapatan per kapitanya per
tahun berada dibawah standar minimum pendapatan per kapita nasional dan
infrastruktur desa yang sangat terbatas;
6. Perdesaan adalah kawasan yang secara komparatif memiliki keunggulan
sumberdaya alam dan kearifan lokal (endogeneous knowledge) khususnya
pertanian dan keanekaragaman hayati;
7. Petani adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya atau
korporasi yang mengelola usaha di bidang pertanian yang meliputi usaha
hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran dan jasa penunjang;
8. Pemberdayaan Masyarakat adalah upaya untuk menciptakan atau
meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun
berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya
peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya;
9. Kelompok Tani (Poktan) adalah kumpulan petani/peternak yang dibentuk atas
dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi,
sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha
anggota;
-
38
10. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) PUAP adalah kumpulan beberapa
kelompok tani yang bergabung dan bekerja sama untuk mengingkatkan skala
ekonomi dan efisiensi usaha;
11. Usaha Produktif adalah segala jenis usaha ekonomi yang dilakukan oleh
petani/kelompok tani di pedesaan dalam bidang agribisnis yang mempunyai
transaksi hasil usaha harian, mingguan, bulanan, musiman maupun tahunan;
12. Komite Pengarah adalah komite yang dibentuk oleh Pemerintahan Desa yang
terdiri dari wakil tokoh masyarakat, wakil dari kelompok tani dan penyuluh
pendamping;
13. Pendampingan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Penyuluh dalam rangka
pemberdayaan petani/kelompok tani dalam melaksanakan PUAP.
14. Penyelia Mitra Tani (PMT) adalah individu yang memiliki keahlian di bidang
keuangan mikro yang direkrut oleh Departemen Pertanian untuk melakukan
supervisi dan advokasi kepada Penyuluh dan Pengelola Gapoktan dalam
pengembangan PUAP;
15. Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) adalah bantuan dana kepada petani/
kelompok tani untuk pengembangan usaha agribisnis di pedesaan yang
disalurkan melalui Gapoktan dalam Pengembangan PUAP;
16. Rencana Usaha Bersama adalah rencana usaha untuk pengembangan
agribisnis yang disusun oleh gapoktan berdasarkan kelayakan usaha dan
potensi desa (Departemen Pertanian, 2009);
17. Pedoman Umum PUAP (Pedum) adalah acuan dalam pelaksanaan program
PUAP yang ditetapkan oleh Peraturan Mentri Pertanian;
-
39
18. Petunjuk Pelaksanaan PUAP (Juklak) adalah penjabaran dari kebijakan
umum yang dirumuskan dalam Pedoman Umum. Juklak dibuat oleh tim
Pembina PUAP Propinsi;
19. Tim Pembina Propinsi adalah tim pelaksana PUAP di propinsi yang dibentuk
oleh Gubernur untuk mengkoordinasi PUAP di wilayahnya;
20. Petunjuk Teknis (Juknis) adalah penjabaran dari kebijakan umum pusat dan
petunjuk pelaksana dari propinsi.
DAFTAR PUSTAKA
Balai Penelitian Tanaman Pangan/BPTP. 2008. Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Program Pengembangan PUAP di Sumatera Barat. Padang
BPTP Sumatera Barat. 2009. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Program Pengembangan
PUAP di Sumatera Barat. Padang
BPS Kota Padang. 2010. Statistik Daerah Kota Padang. 2010. BPS Sumatera Barat.
Padang.
Departemen Pertanian. 2008. Pedoman Umum Usaha Agribinis Perdesaan. Jakarta.
Permentan.
Departemen Pertanian, 2009. Pedoman Umum Usaha Agribinis Perdesaan. Jakarta.
Permentan.
Hardisapoetro. 1973. Biaya dan Pendapatan dalam Usahatani sebagai Landasan
Pembangunan Pertanian. Buletin Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta; Hal
5-14
Hasan, Iqbal. 2003. Pokok-pokok Materi Statistik 2. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta;
Hal 34-49.
Hidayat. 2006 Pengaruh Lembaga Keuangan Mikro Terhadap Prestasi Industri Kecil
Rumah Tangga di Kabupaten Merangin (Studi Kasus di Kecamatan Bangko,
Kabupaten Merangin.
Mosher, AT. 1987. Menggerakan dan Membangun Pertanian. CV Yasaguna. Jakarta.
Mubyarto. 1977. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta. 56 hal.
Nazir; Moh. 2003. Metode Penelitian. PT Ghalia Indonesia. Jakarta. 59 hal.
-
40
Nur Habibah. 2011. Dampak Dana Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan
(PUAP) pada Usahatani Jeruk di Gapoktan Mudik Nama Nagari Koto Tinggi
Kecamatan Gunung Omeh Kabupaten Lima Puluh Kota.
Osesi. Rini. 2007. Evaluasi Program Pemberdayaan Masyarakat Pertanian Melalui
Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat (BPLM) dengan Penyelenggaraan
Sekolah Lapang (SL) di Kec Koto Tangah Kota Padang. {Skripsi}. Padang.
Universitas Andalas.
Rianse, Usman dan Abdi. 2008. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi; Teori
dan Aplikasi Alfabeta. Bandung.
Sarianti. 1998. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Petani
Plasma Pada Proyek Pir-Bun Cikaso Kecamatan Tegal. Kabupaten Sukabumi
Jawa Barat. (Skrpsi).
Soekartawi. 1995. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
10 hal.
Sugiarto dan Dergibson Siagian. 2003. Teknik Sampling. Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta; 16 hal.
Sukmadi dan Sudrajat. 1994. Mengajukan dan Mengelola Kredit Usahatani. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Supranto. J. 2001. Statistik Teori dan Aplikasi. Eisi Kenam. Erlangga. Jakarta; 34
hal.
Suracmad, Winarno. 2003. Dasar dan Teknik Research. Tarsito. Bandung;.
Suyatno, Thomas et al. 2007. Kelembagaan Perbankan. Jakarta. PT Gramedia
Pustaka Utama. 126 hal.
Teken. IB. 2003. Penelitian di Bidang Ekonomi Pertanian dan Beberapa Metode
Pengambilan Contoh. Departemen Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Padang.
Universitas Andalas.
Umar, Husein. 2005. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Raja
Grafindo Persada Jakarta. 71-72 hal.
-
41
Lampiran 1. Kuota Lokasi PUAP di Indonesia Tahun 2008
No Propinsi Jumlah Kab / Kota Jumlah Kuota Desa
1 NAD 19 600
2 Sumatera Utara 19 475
3 Sumatera Barat 12 208
4 Riau 10 182
5 Jambi 9 208
6 Bengkulu 9 292
7 Sumatera Selatan 12 369
8 Lampung 9 269
9 Bangka Belitung 6 63
10 Kepulauan Riau 4 54
11 DKI Jakarta 4 15
12 Jawa Barat 19 529
13 Jawa Tengah 30 987
14 D.I Yogyakarta 4 127
15 Jawa Timur 30 987
16 Banten 5 138
17 Bali 9 137
18 NTB 8 220
19 NTT 18 522
20 Kalimantan Barat 11 244
21 Kalimantan Tengah 13 225
22 Kalimantan Timur 10 239
23 Kalimantan Selatan 11 355
24 Sulawesi Utara 9 214
25 Sulewesi Selatan 20 417
26 Sulawesi Tenggara 10 315
27 Sulawesi Barat 4 110
28 Gorontalo 5 134
29 Maluku 7 195
30 Maluku Utara 6 145
31 Papua Barat 8 230
32 Papua 20 505
33 Sulawesi Tengah 9 290
Sumber : Pedoman Umum PUAP
-
42
Lampiran 3. Anggota Gapoktan Sepakat dan Struktur Organisasi Pengurus
Gapoktan Sepakat Kota Padang
Anggota Kelompok Tani yang tergabung dalam Gapoktan Sepakat Kota Padang
No Kelompok Tani Jumlah Anggota
1 Janjang Panjang 27
2 Janjang Bakik 34
3 Gunung Sangku 23
4 Pagang Dalam 27
5 Lolong Pagang 19
6 Janjang Bendera 28
Jumlah 158
Sumber : Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sepakat Kota Padang
Pengurus Gabungan Kelompok Tani Gapoktan Sepakat Kota Padang
Ketua : Jumlisman
Sekretaris : Yumasri
Bendahara : Nurhayati
-
43
Lampiran 5. Kuesioner Penelitian
QUESIONER
DAMPAK PEMBERIAN DANA KREDIT PENGEMBANGAN USAHA
AGRIBISNIS PEDESAAN (PUAP) TERHADAP PENDAPATAN
USAHATANI PETANI TANAMAN PANGAN
(STUDI KASUS PADA LEMBAGA KREDIT MIKRO AGRIBISNIS (LKM-A)
GAPOKTAN SEPAKAT KOTA PADANG SUMATERA BARAT)
No Responden :
Lokasi Wawancara :
Hari / Tanggal :
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI PERTANIAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS ANDALAS
2014
-
44
DAFTAR PERTANYAAN
UNTUK PETANI PEMAKAI DANA PUAP
A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
..............................................................
2. Umur :
..............................................................
3. Jenis Kelamin :
..............................................................
4. Alamat Tinggal :
..............................................................
5. Pendidikan Terakhir :
..............................................................
( ) Tidak Tamat SD
( ) Tamat SD / Sederajat
( ) Tamat SLTP/Sederajat
( ) Tamat SLTA/Sederajat
( ) Tamat Perguruan Tinggi
6. Nama Kelompok Tani :
..............................................................
7. Pengalaman usaha tani :
..............................................................
B. IDENTITAS KELUARGA
No
Nama
Status
dalam
keluarga
Jenis
Kelamin
(L / P)
Umur
(Tahun)
Pendidikan
Pekerjaan
Utama Tambahan
1.
2.
3.
4
5
.
C. LAHAN
1. Luas lahan : ............................... Ha
2. Luas lahan yang ditanami : ............................... Ha
3. Lokasi
4. Status kepemilikan lahan : ............................... Ha
a. Milik sendiri : ............................... Ha
-
45
b. Penggarap/disakap : ............................... Ha
c. Disewa : ............................... Ha
d. Tanah ulayat : ............................... Ha
5. Apakah tanah yang diusahakan mempunyai pajak/PBB?
a. Iya
b. Tidak
D. SUMBER PERMODALAN
1. Dari mana sumber pembiayaan utama Bapak/Ibu dalam melakukan
usahatani?
a. Modal sendiri
b. Modal Pinjaman dari Bank
c. Modal Pinjaman dari lembaga lainnya
d. Sumber lain, sebutkan ..
Untuk modal yang berasal dari pinjaman sebelum adanya program
PUAP.
No Asal Pinjaman Jumlah
Pinjaman
Bunga
(%)
Syarat
Pinjaman
Cara
Pembayaran
1
2
3
Untuk modal yang berasal dari pinjaman setelah adanya program PUAP.
No Asal Pinjaman Jumlah
Pinjaman
Bunga
(%)
Syarat
Pinjaman
Cara
Pembayaran
1
2
3
2. Apa saja kendala Bapak / Ibu hadapi selama ini untuk mendapatkan bantuan
modal selama ini?
3. Apakah Bapak / Ibu mendapatkan dana bantuan PUAP?
( ) Ya
( ) Tidak
4. Kalau Ya, berapa jumlahnya?
-
46
5. Bagaimanakah cara penetapan jumlah pinjaman yang dilakukan?
6. Apakah untuk mendapatkan Dana Bantuan PUAP Bapak/Ibu harus menjadi
anggota Gapoktan terlebih dahulu ?
( ) Ya
( ) Tidak
7. Bagaimanakah penyaluran dana bantuan PUAP di LKM-A Gapoktan
Sepakat?
a. Sulit dan lama
b. Cukup Mudah
c. Mudah dan Cepat
8. Apakah persyaratan yang di berikan tersebut menjadikan pelayanan LKM-A :
a. Sulit dan lama
b. Cukup Mudah
c. Mudah dan Cepat
9. Bagaimanakah pelayanan LKM-A Gapoktan Sepakat Kota Padang dalam
penyaluran dana bantuan PUAP ?
a. Sulit dan lama
b. Cukup Mudah
c. Mudah dan Cepat
10. Apa sajakah persyaratan yang harus dipenuhi oleh peminjam untuk
memperoleh dana bantuan tersebut ?
11. Bagaimana cara Bapak/Ibu memperoleh dana pinjaman tersebut ?
12. Apakah dana bantuan PUAP mampu memenuhi kebutuhan Bapak/ibu dalam
berusahatani selama ini? Jelaskan alasannya!
13. Apa sajakah Hak & Kewajiban Bapak/Ibu sebagai penerima dana PUAP
a. Hak....
b. Kewajiban......
-
47
14. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu terkait bunga pinjaman yang ditetapkan ?
a. Bunga terlalu tinggi
b. Bunga sedang
c. Bunga terlalu rendah
15. Berapa lama waktu pengembalian pinjaman? ..
16. Apakah ada kendala / masalah Bapak/Ibu dalam pengembalian pinjaman?
Jelaskan.
..
..
..
..
17. Untuk keperluan apakah dana kredit itu Bapak/Ibu gunakan ?
18. Apakah bantuan modal yang diberikan sudah digunakan untuk keperluan
usaha di bidang pertanian?
19. Apakah dana bantuan BLM-PUAP yang disalurkan oleh Gapoktan sudah
dapat membantu kegiatan usaha pertanian Bapak/Ibu?
20. Apakah jumlah dana BLM-PUAP yang di berikan gapoktan telah sesuai
dengan kebutuhan anggota ?
Bantuan yang diberikan terlalu kecil
Bantuan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan
Bantuan yang diberikan terlalu besar
21. Digunakan untuk apa saja bantuan yang Bapak/Ibu terima ini ? Apakah
bermanfaat ?
Untuk usaha pertanian
Untuk konsumsi
Untuk usaha lain
Apakah pinjaman yang diberikan Gapoktan telah dapat meningkatakan
hasil produksi dan pendapatan petani anggota?
-
48
Analisa Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Responden di Sektor Pertanian
1. Analisa Penerimaan dan Pendapatan Usaha Tani Padi selama kurun waktu
satu kali musim tanam.
1.1. Kondisi sebelum menerima bantuan
No Musim Tanam
1 Produksi Rp .................... Kg
2 Harga Rp .................... Kg
3 Penerimaan ( 1 x 2 ) Rp .....................
4 Biaya yang dibayarkan
a. Sarana Produksi
Bibit
Pupuk Kandang
Pupuk anorganik
Pestisida b. Biaya Tenaga kerja luar
keluarga
c. Sewa bajak/traktor d. Pajak Total Biaya yang dibayarkan
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
5 Pendapatan ( 3-4) Rp
-
49
1.2. Kondisi setelah menerima bantuan
No Musim Tanam
1 Produksi Rp .................... Kg
2 Harga Rp .................... Kg
3 Penerimaan ( 1 x 2 ) Rp .....................
4 Biaya yang dibayarkan
a. Sarana Produksi
Bibit
Pupuk Kandang
Pupuk anorganik
Pestisida b. Biaya Tenaga kerja luar
keluarga
c. Sewa bajak/traktor d. Pajak Total Biaya yang dibayarkan
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
5 Pendapatan ( 3-4) Rp
-
50
PANDUAN WAWANCARA
INFORMAN KUNCI
A. Identitas Informan Kunci
a. Nama : ..
b. Umur : ..
c. Pendidikan : ..
d. Jabatan : ..
B. Sosialisasi Program
1. Bagaimana bentuk sosialisasi program PUAP yang dilakukan ?
2. Kapan dilaksanakan sosialisasi program ini kepada penerima program ?
3. Bagaimana penyampaian materi sosialisasi yang diberikan ?
4. Siapa yang melakukan sosialisasi ?
5. Apa saja informan yang diberikan dalam sosialisasi ?
6. Bagaimana peran PPL dalam menyampaikan program ?
7. Apa saja materi yang diberikan dapam pelatihan ?
a
b
c
8. Bagaimana cara penyampaian materi pelatihan ?
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Simulasi
d. Metode (sebutkan )
9. Kapan pelatihan tersebut dilakukan ?
10. Apakah materi pelatihan bermanfaat untuk si penerima program ? Jika iya,
sebutkan
-
51
C. Seleksi Calon Penerima PUAP
1. Bagaimana pelaksanaan seleksi penerima PUAP?
2. Bagaimana prosedur tahapan seleksi program PUAP ?
3. Bagaimana cara menetapkan yang lulus seleksi ?
D. Realisasi Peminjaman
a. Apa persyaratan awal yang harus dipenuhi untuk dapat pinjaman bantuan
tersebut ?
b. Bagaimanakah prosedur peminjaman dana bantuan PUAP ?
c. Setelah ditentukan peminjaman , apakah pencairan dana secara langsung
dilakukan ?
d. Bagaimana prosedur penyaluran dana BLM-PUAP ?
e. Apakah ada RUK dalam pengajuan pinjaman ?
f. Berapa jumlah dana yang direalisasikan dalam program tersebut dalam satu
periode peminjaman ?
g. Apakah waktu penyaluran dana BLM-PUAP oleh Gapoktan sudah sesuai
dengan harapan anggota ?
Waktu penyaluran tepat
Waktu penyaluran tidak tepat
h. Bagaimana pengelolaan dana BLM-PUAP di tingkat Gapoktan/kelompok
Tani ?
-
52
i. Bagaimana metode pencairan dana tersebut ?
j. Siapa sasaran yang paling tepat penerima bantuan PUAP tersebut ?
E. Pemanfaatan Dana
1. Dana program PUAP yang Bapak/Ibu terima digunakan untuk apa ?
2. Adakah manfaat progaram PUAP yang Bapak/Ibu rasakan ?
3. Apakah ada pengawasan dalam pemanfaatan dana PUAP tersebut ?
F. Realisasi Pengembalian
1. Bagaimana teknik pengembalian pinjaman yang dilakukan ?
2. Dari mana sumber dana untuk program ini ?
3. Bagaimana jika terjadi penunggakan dalam pengembalian pinjaman ?
4. Bagaimana realisasi pengembalian pinjaman yang dilakukan ?
5. Berapa lama waktu pengembalian pinjaman ?
6. Berapakah tingkat suku bangsa yang ditetapkan dalam setiap pinjaman
tersebut ?