proposal thesis linda.pdf

52
PROPOSAL PENELITIAN DAMPAK PEMBERIAN DANA KREDIT PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN (PUAP) TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI TANAMAN PANGAN (STUDI KASUS PADA LEMBAGA KREDIT MIKRO AGRIBISNIS (LKMA) GAPOKTAN SEPAKAT KOTA PADANG) Oleh : Herlinda Dasril 1121225011 PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI PERTANIAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS ANDALAS 2014

Upload: salamsukses

Post on 13-Sep-2015

51 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

  • PROPOSAL PENELITIAN

    DAMPAK PEMBERIAN DANA KREDIT PENGEMBANGAN USAHA

    AGRIBISNIS PEDESAAN (PUAP) TERHADAP PENINGKATAN

    PENDAPATAN PETANI TANAMAN PANGAN

    (STUDI KASUS PADA LEMBAGA KREDIT MIKRO AGRIBISNIS (LKMA)

    GAPOKTAN SEPAKAT KOTA PADANG)

    Oleh :

    Herlinda Dasril

    1121225011

    PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI PERTANIAN

    PROGRAM PASCA SARJANA

    UNIVERSITAS ANDALAS

    2014

  • 2

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Permasalahan kemiskinan dan pengangguran di pedesaan selalu menjadi

    perhatian berbagai pihak, bukan saja pemerintah namun juga dunia usaha, relawan

    sosial, dunia akademik dan masyarakat pada umumnya, ikut memikirkan berbagai

    upaya untuk mengatasi kemiskinan dan pengangguran sekaligus meningkatkan

    pendapatan serta skala usaha masyarakat khususnya petani di pedesaan.

    Berbagai upaya telah dilakukan dalam kegiatan pembangunan pertanian

    untuk meningkatkan pendapatan petani, salah satu diantaranya diluncurkannya

    Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) sejak tahun 2008 yang

    merupakan suatu program yang bertujuan untuk penanggulangan kemiskinan dan

    penciptaan lapangan pekerjaan di pedesaan dalam bentuk Bantuan Langsung

    Masyarakat Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (BLM-PUAP) melalui

    Lembaga Kredit Mikro Agribisnis (LKM-A) yang berkoordinasi dengan Gabungan

    Kelompok Tani (gapoktan) sebagai organisasi petani. Dalam hal ini untuk petani

    anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga

    tani. Program ini berupaya untuk mengatasi permasalahan mendasar yang dihadapi

    petani yaitu kurangnya akses terhadap sumber permodalan, pasar dan teknologi serta

    organisasi yang masih lemah (Departemen Pertanian, 2008).

    Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) merupakan langkah

    terobosan Departemen Pertanian untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran.

    PUAP merupakan entry point dan perekat bagi seluruh program Departemen

    Pertanian dan sektor lain yang terkait dalam program PNPM-Mandiri supaya

    kesejahteraan yang diharapkan petani penerima dana PUAP dapat tercapai.

  • 3

    Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) merupakan

    salah satu program nasional dalam rangka pengentasan kemiskinan pada sektor

    pertanian yang telah dilaksanakan oleh Kementrian Pertanian Republik Indonesia

    sejak 2008. Program ini berupa pemberian dana bantuan penguatan modal kepada

    petani melalui Gapoktan/LKMA di tiap kelurahan sebesar Rp 100.000.000 untuk

    setiap gapoktan dan masing-masing petani mendapat dana sebesar Rp 2 sampai 3

    juta. Petani diharapkan dapat memanfaatkan dana tersebut untuk mengembangkan

    usaha agribisnis mereka agar berdampak pada meningkatnya pendapatan petani dan

    bisa keluar dari garis kemiskinan.

    Penyaluran dana ke petani harus melalui Lembaga Keuangan Mikro

    Agribisnis (LKM-A) yang dibentuk oleh Gapoktan di setiap nagari/kelurahan

    pelaksana PUAP. Hal ini dilakukan pemerintah guna mengatasi masalah utama

    petani dalam menjalankan sistem usaha yaitu : (i) sulitnya masyarakat mengakses

    permodalan; dan (ii) lemahnya modal masyarakat terutama masyarakat kategori

    miskin/petani kecil.

    Propinsi Sumatera Barat merupakan salah satu Propinsi penerima dana

    bantuan PUAP diantara 33 Propinsi penerima dana bantuan PUAP (Lampiran 1).

    Pemerintah Propinsi Sumatera Barat menjadikan dana PUAP sebagai penguatan

    modal atau dana awal untuk penumbuhan LKM-A pada gapoktan yang diharapkan

    menjadi lembaga pengelola dan PUAP agar menjadi produktif dan efektif untuk

    kepentingan usaha masyarakat tani dan khususnyan masyarakat miskin di Nagari.

    Sasaran akhir dari lembaga keuangan yang mampu mendorong pembangunan

    ekonomi nagari dalam arti luas (BPTP Sumatera Barat, 2009).

  • 4

    Jenis usaha yang dilaksanakan paling besar digerakan oleh PUAP di Kota

    Padang adalah sektor pertanian tanaman pangan sebesar 39%, usaha peternakan

    17%, usaha hortikultura 14%, usaha pemasaran hasil pertanian 11%, usaha

    perkebunan 9%, usaha industri olahan rumah tangga 8% dan usaha lainnya 2% (Balai

    Penelitian Tanaman Pangan, 2008)

    Sampai dengan tahun 2013 telah terbentuk 51 Gapoktan di Kota Padang

    (Lampiran 2). Dari 51 gapoktan tersebut, Gapoktan Sepakat adalah Gapoktan yang

    memiliki realisasi penyaluran dana ke petani tanaman pangan paling besar, yaitu

    552.800 ribu ton untuk sektor pangan. Total anggota Gapoktan Sepakat adalah 158

    orang (lampiran 3). Sebagian besar petani di Gapoktan Sepakat mengusahakan

    tanaman pangan, yaitu sebanyak 140 orang, dengan luas lahan pertanian pangan 149

    ha.

    Setelah Program PUAP diimplementasikan kepada petani, tentu program ini

    tidak berhenti sampai di sini saja. Tahap selanjutnya yang dilakukan adalah, perlu

    mengetahui apakah ada dampak pemberian dana yang diberikan program PUAP

    kepada petani terhadap pengembangan usaha agribisnis pangan dan apakah ada

    peningkatan pendapatan petani tanaman pangan setelah menerima dana tsb.

    Masalah utama petani adalah kepemilikan modal yang terbatas, akses modal

    ke lembaga permodalan tertama perbankan sangat sulit dan kurangnya pengetahuan

    petani untuk mengakses modal. Dalam pemberian modal kepada petani, perlu juga

    diperhatikan bagaimana mekanisme yang tepat dapat penyaluran bantuan dana

    berupa kredit kepada petani sehingga program tersebut dapat berdampak positif

    dalam menyelesaikan masalah petani sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan

    kesejahteraannya

  • 5

    B. Perumusan Masalah

    Dari uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahannya, yaitu :

    1. Bagaimana pelaksanaan penyaluran dana PUAP yang dijalankan LKM-A

    Gapoktan Sepakat Kota Padang.

    2. Bagaimana dampak pemberian dana PUAP terhadap pendapatan petani tanaman

    pangan di LKM-A Gapoktan Sepakat Kota Padang.

    Berdasarkan hal diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang Dampak

    Pemberian Dana Kredit Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP)

    Terhadap Pendapatan Petani Tanaman Pangan (Studi Kasus Pada Lembaga

    Kredit Mikro Agribisnis (LKM-A) Gapoktan Sepakat Kota Padang).

    C. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

    1. Mendeskripsikan pelaksanaan penyaluran dana program PUAP pada

    petani tanaman pangan di LKM-A Gapoktan Sepakat Kota Padang

    berdasarkan Pedoman Umum Program PUAP.

    2. Menganalisa dampak dana PUAP terhadap pendapatan petani tanaman

    pangan di LKM-A Gapoktan Sepakat Kota Padang

    D. Manfaat Penelitian

    Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan bermanfaat untuk :

    1. Bagi petani dapat menjadi masukan dan informasi tentang dampak program

    PUAP ini terhadap pendapatannya

  • 6

    2. Bagi pemerintah, yaitu sebagai masukan, gambaran dan pertimbangan mengenai

    program yang telah dilaksanakan untuk dapat lebih memantapkan program

    selanjutnya sehingga lebih bermanfaat dalam upaya membantu petani

    meningkatkan pendapatannya.

    3. Bagi penulis sendiri yaitu dapat mempelajari salah satu upaya pemerintah untuk

    meningkatkan pendapatan petani dengan cara pemberian kredit melalui

    Lembaga Kredit Mikro Agribisnis (LKMA) yang dibangun di tiap-tiap

    Gabungan Kelompok Tani di Indonesia.

  • 7

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. Pengertian Dampak Dana Kredit

    Definisi dampak menurut beberapa literatur antara lain, menurut Kamus

    Besar Bahasa Indonesia, dampak adalah pengaruh kuat yang mendatangkan akibat,

    baik negatif maupun positif, sedangkan Hari Sabari (1980) mengatakan bahwa

    dampak adalah sesuatu yang muncul setelah adanya suatu kejadian

    Menurut asal mulanya kata kredit berasal dari kata credere yang artinya

    adalah kepercayaan, maksudnya apabila seseorang memperoleh kredit maka berarti

    mereka memperoleh kepercayaan. Sedangkan bagi si pemberi kredit artinya

    memberikan kepercayaan kepada seseorang bahwa uang yang dipinjamkan pasti

    kembali (Sukmadi dan Sudrajat, 1994).

    Secara formal defenisi kredit menurut Undang-Undang Perbankan Tahun

    1998, adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu

    persetujuan atau kesepakatan pinjam memimjam antara bank dengan pihak lain yang

    mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu

    tertentu dengan pemberian bunga pada pihak yang memberikan pinjaman.

    Pemberian kredit berarti adanya kepercayaan dari orang yang memberikan

    kepada orang yang menerima kredit. Bank sebagai lembaga penyalur kredit adalah

    lembaga yang membangun landasan bisnisnya atas dasar kepercayaan. Untuk itu,

    bank lebih mudah memberikan atau menyalurkan kredit kepada orang yang mereka

    percaya.

    Hadiwijaya dan Wirasasmita dalam Suyatno (2007), mengatakan bahwa

    kredit adalah pertukaran atau pemindahan sesuatu yang berharga, baik berupa uang,

    barang maupun jasa dengan keyakinan bahwa ia akan dapat atau mampu membayar

  • 8

    dengan nilai atau harga yang sama di waktu yang akan datang. Sedangkan fungsi

    kredit di jalankan untuk berbagai kegunaan, yaitu kredit dapat memajukan arus tukar

    barang dan jasa, kredit dapat mengaktifkan alat pembayaran, kredit dapat dijadikan

    alat sebagai pengendali harga, kredit dapat menciptakan alat pembayaran yang baru

    kredit dapat mengaktifkan dan meningkatkan faedah-faedah atau kegunaan potensi-

    potensi ekonomi yang ada.

    B. Faktor faktor Yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit

    Setiap kredit yang diberikan oleh lembaga keuangan harus dikembalikan.

    Akan tetapi dalam pengembalian kredit terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

    seseorang dalam melunasi kewajibannya. Faktor yang mempengaruhinya adalah

    faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yaitu jumlah pendapatan setiap bulan,

    dimana bila pendapatan mereka bertambah, maka peminjaman akan cenderung

    melunasi kewajibannya dan sebaliknya, bila pendapatan menurun, maka peminjam

    akan kesulitan dalam mengembalikan pinjamannya.. Selain itu, kemampuan

    peminjaman maupun kelompok dalam mengelola kelompok akan sangat

    mempengaruhi peminjam. Semakin baik pengelolaan suatu kelompok, semakin

    besarlah kesadaran anggotanya dalam melunasi kewajibannya (Sukmadi dan Sudrajat

    (1994).

    Sedangkan faktor ekstern yang mempengaruhi peminjam untuk

    mengembalikan kredit yaitu adanya bencana alam yang mengakibatkan terjadinya

    kegagalan panen. Hal ini akan mengakibatkan petani tidak menerima hasil usahanya

    sehingga tidak mampu membayar kewajibannya. Selain itu kebijakan pemerintah

    juga menjadi penentu mau tidaknya petani membayar kredit. Sikap pemerintah yang

    seringkali melakukan pemutihan terhadap kredit pertanian menimbulkan persepsi

  • 9

    dikalangan petani bahwa kredit dari pemerintah tidak perlu dibayar (Sukmadi dan

    Sudrajad, 1994).

    Menurut Mosher (1987), bahwa masalah peminjam yang berhubungan

    dengan kredit produksi diantaranya adalah menaksir besarnya hasil yang akan

    diperolehnya, menaksir berapa harga pasar, biaya kredit, sanksi kalau tidak melunasi

    pinjaman. Faktor yang berperan positif bagi petani dalam membayar kredit

    diantaranya pengetahuan terhadap kredit dan pengalaman berusaha, penagihan yang

    dilakukan oleh petugas dan nisbah antara pendapatan dan jumlah pinjaman kredit

    yang di terima. Sementara itu, yang berperan negatif atau yang menimbulkan

    kecemburuan peminjam tidak membayar kembali pinjamannya adalah tingginya

    pengeluaran konsumsi keluarga dan nisbah jumlah kredit dan penerimaan yang

    diterima oleh peminjam.

    Sejak tahun 1969 memang sudah dimulai dengan pemberian kredit kepada

    petani atas jaminan tanaman, tapi perkembangan kredit tidak memuaskan. Petani

    belum biasa dan tidak memandang kewajibankewajiban terhadap pemberian kredit

    secara serius akibatnya terlalu banyak tunggakan (Sukmadi dan Sudrajat, 1994).

    Salah satu penyebab utama dari perkembangan demikian harus dicari bidang

    lain, dalam hal ini peminjam mempunyai pandangan yang statis, sedangkan pinjaman

    produksi merupakan suatu hal yang dinamis. Hanya apabila peminjam punya

    pandangan hidup yang dinamis pula, barulah ia akan menangkap makna dan nilai

    sebenarnya daripada perjanjian-perjanjian yang dibuatnya dengan bank/lembaga

    keuangan yang meminjamkan dana kredit, karena meminjamkan kepada petani dan

    orang-orang kecil mempunyai banyak resiko, biasanya bunga yang diminta selalu

    tinggi (Adiwilaga, 1974).

  • 10

    Menurut Mubyarto (1977) bahwa Sudjana telah melakukan penelitian yang

    mendalam mengenai kredit kepada petani pada dan memberikan kesimpulan bahwa,

    pemberian kredit usahatani dengan biaya yang ringan perlu untuk memungkinkan

    petani melakukan inovasi-inovasi dalam usahanya, kredit itu harus bersifat kredit

    dinamis, yaitu mendorong seseorang untuk menggunakan secara produktif dengan

    bimbingan dan pengawasan yang teliti, kredit yang diberikan selain merupakan

    bantuan modal juga merupakan perangsang untuk menerima petunjuk-petunjuk

    untuk bersedia berpartisipasi dalam program peningkatan produksi.

    Kredit pertanian yang diberikan kepada petani tidak perlu hanya terbatas pada

    kredit usahatani yang langsung diberikan bagi produksi pertanian, tetapi pula harus

    mencakup kredit-kredit untuk keperluan rumah tangga atau konsumsi (Adiwilaga,

    1974).

    C. Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)

    Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan salah satu

    program yang dikembangkan oleh Departemen Pertanian yang dilaksanakan secara

    terintegrasi dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-

    M). PUAP merupakan bentuk fasiltas modal usaha untuk petani, baik petani pemilik,

    petani penggarap, buruh tani, maupun rumah tangga miskin di perdesaan yang

    terkoodinasi oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Gapoktan merupakan

    kelembagaan tani pelaksana PUAP untuk menyalurkan modal bagi anggotanya yang

    menjadi anggota Lembaga Kredit Mikro Agribisnis (Departemen Pertanian, 2009).

    Pelaksanaan PUAP mengacu kepada pola dasar yang ditetapkan dalam

    Permentan Nomor 16/Permentan/OT.140/2/2008 yaitu pendidikan dan latihan untuk

    pengembangan usaha, pendampingan dan pemberian fasilitas bantuan modal usaha

  • 11

    petani yang dikoordinasikan oleh gapoktan. Melalui penerapan sistem demokrasi

    pada tingkatan gapoktan yaitu Keputusan Rapat Anggota merupakan forum tertinggi

    gapoktan, diharapkan dana stimulasi bantuan modal usaha untuk mengurangi

    kemiskinan dan pengangguran di perdesaan dapat tercapai (Departemen Pertanian,

    2009).

    Untuk membangun kemandirian gapoktan dalam pelaksanaan PUAP maka

    perlu didampingi oleh penyuluh pendamping dan Penyelia Mitra Tani (PMT)

    sehingga dapat mengoptimalkan pemanfaatan dana sesuai dengan tujuan PUAP

    (Departemen Pertanian, 2009).

    Progam Pengembangan Usaha Agribisnis (PUAP) bertujuan untuk :

    1. Mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan

    pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi

    wilayah;

    2. Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, pengurus gapoktan,

    penyuluh, Penyelia Mitra Tani (PMT);

    3. Memberdayakan Kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk

    mengembangkan kegiatan usaha agribisnis;

    4. Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra

    lembaga keuangan dalam rangka alses ke permodalan (Departemen Pertanian,

    2009).

    Dana program PUAP ini berasal dari APBN yang diberikan dalam bentuk

    hibah kepada gapoktan. Sedangkan anggotanya yang akan menggunakan harus

    meminjam dan mengangsur pengembaliannya dengan ketentuan yang dibuat oleh

    gapoktan tersebut. Namun dalam pelaksanaannya, dana tersebut di kelola dan

  • 12

    dikembangkan oleh gapoktan sebagai dana bergulir bagi anggota kelompok tani yang

    tergabung dalam gapoktan penerima dana tersebut (Anwari, 2009)

    Sasaran pemberdayaan pertanian Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

    (PUAP) ini menurut Departemen Pertanian (2009), yaitu :

    1. Berkembangnya usaha agribisnis di 10.000 desa miskin atau tertinggal sesuai

    dengan potensi pertanian desa;

    2. Berkembangnya 10.000 gapoktan atau poktan yang dimiliki dan dikelola petani;

    3. Meningkatnya kesejahteraan rumah tangga tani miskin, petani atau peternak

    (pemilik atau penggarap) skala kecil dan buruh tani;

    4. Berkembangnya usaha agribisnis yang mempunyai siklus usaha harian,

    mingguan maupun musiman.

    Strategi Operasional dari Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

    menurut Departemen Pertanian (2009) adalah :

    1. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan PUAP dilaksanakan melalui :

    a. Pelatihan bagi petugas Pembina dan Pendamping PUAP;

    b. Rekruitmen dan pelatihan bagi Penyelia Mitra Tani (PMT);

    c. Pelatihan bagi pengurus gapoktan;

    d. Pendampingan bagi petani oleh penyuluh pendamping.

    2. Optimalisasi potensi agribisnis di desa miskin dan tertinggal melalui :

    a. Identifikasi potensi desa;

    b. Penentuan usaha agribisnis (budidaya dan hilir) unggulan;

    c. Penyusunan RUB berdasaran usaha agribisnis unggulan.

    3. Penguatan modal bagi petani kecil, buruh tani dan rumah tangga petani miskin

    kepada sumber permodalan melalui :

  • 13

    a. Penyaluran dana PUAP kepada pelaku agribisnis melalui gapoktan;

    b. Fasilitas pengembangan kemitraan dengan sumber permodalan lainnya

    4. Pendampingan gapoktan dilaksanakan melalui :

    a. Penempatan dan pengurusan penyuluh pendamping di setiap gapoktan;

    b. Penempatan dan pengurusan PMT di setiap Kabupaten Kota.

    D. Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A)

    Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) adalah salah satu unit usaha

    otonom yang didirikan dan dimiliki oleh anggota kelompok tani yang tergabung

    dalam gabungan kelompok tani (gapoktan). LKM-A bergerak dalam bidang

    pembiayaan bagi petani dalam wilayah gapoktan. Sebagai unit usaha gapoktan,

    kedudukan LKM-A sejajar dengan unit usaha lainnya yang ada pada gapoktan

    tersebut (BPTP Sumatera Barat, 2009).

    Pengurus unit usaha LKM-A adalah pengurus gapoktan sesuai dengan

    kesepakatan bersama yang tertuang dalam AD/ART gapoktan. Pengurus LKM-A

    mengeluarkan surat penunjuk atau pengangkatan tenaga pengelola LKM-A sesuai

    dengan struktur organisasi LKM-A tersebut (BPTP Sumatera Barat, 2009).

    Terkait dengan kelancaran program PUAP dan bagi gapoktan yang baru

    tumbuh, LKM-A merupakan usaha otonom penting yang perlu dibentuk lebih awal.

    Tujuannya adalah agar dana program PUAP dapat dikelola dengan baik dengan

    memperhatikan penggunaan dana awal untuk bentuan modal bagi para petani yang

    sudah direncanakan menurut RUS, RUK dan RUB untuk pengembangan usaha

    agribisnis di wilayah gapoktan yang bersangkutan (BPTP Sumatera Barat, 2009).

  • 14

    Gambar 1. Kedudukan LKM-A dan Usaha Otonom Lainnya Dalam Gapoktan

    Sumber : BPTP Sumatera Barat.

    GAPOKTAN

    PENGURUS

    USAHA

    OTONOM LAIN

    USAHA

    OTONOM LAIN LKM-A

    PENGELOLA

    MANAGER

    KASIR

    ADMINISTRASI/

    PEMBUKUAN

    PEMBIAYAAN/

    KREDIT

    PENGGALANGAN

    DANA

    PETANI/PELAKU

    USAHA

    USAHA PRODUKTIF

  • 15

    Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pengurus dan pengelola LKM-A

    terkait dengan kedudukannya di gapoktan adalah :

    1. Berdasarkan perencanaan usaha dan kebutuhan bantuan dana program PUAP

    yang dituangakan dalam RUB, sistem penyaluran dananya dari pusat (Deptan)

    adalah melalui rekening gapoktan;

    2. Untuk lebih memfokuskan pengelolaan dana dalam lembaga gapoktan, maka

    gapoktan membentuk sebuah LKM-A yang mendukung pembiayaan usaha

    agribisnis petani kecil di wilayah kerja gapoktan. Secara bertahap LKM-A

    berkembang menuju Lembaga Keuangan Mikro yang professional dan berbadan

    hukum koperasi (Badan Hukum KSP) yang berada di nagari;

    3. Kepengurusan gapoktan (Ketua, Sekretaris dan Bendahara) bisa menjadi

    pengurus LKM-A, apabila mereka menjadi pendiri LKM-A (memiliki simpanan

    khusus, simpanan pokok dan simpanan wajib) dan disepakati oleh anggota

    pendiri dalam forum musyawarah (Rapat Umum Anggota Pendiri);

    4. Pengelola LKM-A terdiri dari manager, bagian administrasi/pembukuan, kasir,

    bidang pembiayaan dan penggalangan dana;

    5. Sistem rekruitmen tenaga pengelola ditentukan dan diangkat oleh pengurus

    gapoktan dengan memperhatikan beberapa kriteria, yaitu mempunyai motivasi

    kerja yang tinggi, tenaga pengangguran di nagari dan pendidikan yang memadai;

    6. LKM-A dapat lebih berfungsi dalam menggulirkan dana program PUAP, karena

    itu perlu dilakukan penguatan LKM-A menuju lembaga keuangan yang

    professional (memenuhi persyaratan pendirian LKM);

  • 16

    7. Dana penguatan modal PUAP Rp 100.000.000,- per nagari per kelurahan dan

    dapat dipergunakan sebagai modal dasar disamping sumber dana lain untuk

    menumbuh kembangkan sebuah lembaga keuangan mikro di nagari;

    LKM-A diharapkan dapat berkembang menjadi lembaga keuangan mikro nagari

    bertujuan mendukung pembangunan ekonomi nagari (BPTP Sumatera Barat, 2009).

    E. Pendapatan Petani

    Menurut Hardisapoetro (1973), pendapatan usahatani adalah selisih antara

    Penerimaan dengan biaya yang dibayarkan (tunai) dalam proses produksi. Sedangkan

    keuntungan adalah selisih antara Penerimaan dikurangi Biaya Total yang terdiri dari biaya

    yang dibayarkan dan biaya yang diperhitungkan.

    Usahatani yang dilakukan akan memperhitungkan biaya biaya yang telah

    dikeluarkan dengan penerimaan yang diperoleh tersebut. Selisih antara biaya yang

    dikeluarkan dengan penerimaan yang diperoleh tersebut merupakan pendapatan dari

    usahatani yang dijalankan. Tujuan utama dari analisis pendapatan adalah menggambarkan

    keadaan sekarang suatu kegiatan usaha dan menggambarkan keadaan yang akan datang dari

    perencanaan atau tindakan (Soeharjo dan Patong, 1973).

    Menurut Soekartawi (1995), penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi

    yang diperoleh dengan harga jual. Pendapatan yang dihitung adalah penerimaan yang

    diterima oleh petani sebelum menerima bantuan program PUAP dikurangi dengan biaya

    yang dibayarkan pada masing-masing kegiatan.

    Sedangkan biaya yang dibayarkan adalah biaya pembelian sarana produksi dan biaya

    tenaga tenaga kerja luar keluarga, serta biaya-biaya lainyang dikeluarkan secara tunai yaitu

    biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran bunga pinjaman setelah memamaki dana PUAP

    Soekartawi (1995).

  • 17

    Menurut Soekartawi (1995), bahwa pendapatan dibagi menjadi dua bagian yaitu :

    1. Pendapatan Kotor (Penerimaan) usahatani

    Adalah nilai produksi total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang

    dijual, dikonsumsi oleh rumah tangga petani, dan disimpan digudang pada akhir tahun.

    2. Pendapatan bersih usahatani

    Adalah selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan biaya produksi seperti upah

    buruh, pembelian bibit, obat-obatan dan pupuk yang digunakan.

    Untuk meningkatkan pendapatan petani ada empat cara yang umumnya dapat

    ditempuh, yaitu : (1) memperluas lahan garapan; (2) menurunkan harga sarana

    produksi yang dibutuhkan; (3) meningkatkan harga produk yang dihasilkan; (4)

    meningkatkan produktivitas per satuan luas lahan garapan. Kebijakan pembangunan

    pertanian yang diciptakan selama ini biasanya merupakan kombinasi dari keempat

    cara tersebut.

    G. Profil Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)

    Kota Padang

    Kota Padang merupakan Ibu Kota Provinsi Sumatra Barat yang terletak di

    pantai bagian Barat Pulau Sumatra yang berbatasan dengan Kabupaten Padang,

    Pariaman, Kabupaten Solok, Kabupaten Pesisir Selatan dan Samudera Indonesia.

    Luas wilayah Kota Padang adalah 694.96 Km2. Jumlah penduduk Kota Padang

    pada Tahun 2009 mencapai 875,75 ribu jiwa. Dari luas Kota Padang sebagian besar

    berupa hutan lindung (51,01%) sisanya untuk lahan budidaya dan bangunan atau

    pekarangan (BPS Kota Padang, 2010).

    Ditengah keterbatasan lahan pertanian di Kota Padang, produksi tanaman

    pertanian cenderung terus meningkat. Hal tersebut menunjukkan bahwa produktivitas

    tanaman pertanian mengalami peningkatan. Produksi tanaman padi meningkat dari

  • 18

    56,413 ribu ton pada tahun 2008 menjadi 58,290 ribu ton pada tahun 2009 (BPS

    Kota Padang, 2010).

    Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) adalah program

    andalan dari Departemen Pertanian sejak tahun 2008 untuk dapat meningkatkan

    kemampuan petani dalam beragribisnis di perdesaan. Dengan PUAP, usaha

    pertanian di perdesaan tidak saja diharapkan dapat berkembang, tetapi juga menjadi

    salah satu solusi dalam menekan meningkatkan pendapatan dan menurunkan angka

    kemiskinan di kalangan petani (Departemen Pertanian, 2009).

    Disebutkan ada tiga tahapan utama dalam pengembangan PUAP ini.

    Tahapan pertama yang dirancang berjalan dari tahun 2008 sampai tahun 2010

    merupakan tahapan peletakan landasan. Kegiatan pada tahap peletakan landasan

    mencakup pensosialisasian keberadaan PUAP, pembenahan kelompok tani dan

    pembentukan gapoktan serta pembentukan Lembaga Keuangan Mikro yang menjadi

    lembaga mengelola keuangan di tingkat kelompok tani. Dalam tahap ini juga

    penentuan usaha produktif apa yang bisa dikembangkan petani. Tahap kedua adalah

    tahap pemantapan yang waktunya ditargetkan berlangsung dari tahun 2010 sampai

    2011. Tahap ini kegiatan PUAP diarahkan pengembangan berbagai unit usaha di

    gapoktan, pemupukan modal lancar melalui difersifikasi tabungan/simpanan

    masyarakat dan penjualan saham terbatas (Sekretariat PUAP Sumbar, 2010).

    Menurut Sekretariat PUAP Sumbar 2010, tujuan dan sasaran PUAP di Kota

    Padang yaitu :

    1. Mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui pertumbuhan dan

    pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai potensi wilayah;

  • 19

    2. Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, pengurus Gapoktan,

    Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani;

    3. Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk

    pengembangan kegiatan usaha agribisnis;

    4. Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra

    lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan.

    Sasaran dari program PUAP ini adalah :

    1. Berkembangnya usaha agribisnis di desa miskin/tertinggal sesuai dengan

    potensi pertanian desa;

    2. Berkembangnya gapoktan/poktan yang dimiliki dan dikelola oleh petani ;

    3. Meningkatnya kesejahteraan rumah tangga tani miskin, petani, peternak

    (pemilik dan atau penggarap) skala kecil, buruh tani; dan

    4. Berkembangnya usaha pelaku agribisnis yang mempunyai usaha harian,

    mingguan, maupun musiman.

    Meskipun terdapat beberapa permasalahan dalam pelaksanaan PUAP,

    diharapkan di tahun berikutnya PUAP yang merupakan bantuan bergulir ini dapat

    berkembang di Kota Padang. Adanya PUAP, akses petani ke sumber permodalan

    dapat dengan mudah tercapai dan bisa menjadi pengganti bank bagi petani.

    H. Penelitian Terdahulu

    Penelitian Sarianti (1998) yang berjudul Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

    Pengembalian Kredit Petani Plasma Pada Proyek Pir-Bun Cikaso Kecamatan Tegal,

    Kabupaten Sukabumi Jawa Barat), hasil penelitiannya menyebutkan bahwa

    besarnya pendapatan usahatani kelapa hybrid yang diperoleh petani plasma tidak

  • 20

    mencukup untuk melunasi angsuran kredit karena pendapatan yang diperoleh jauh

    dari pendapatan minimal yang diharapkan.

    Hasil penelitian Osesi, Rini (2007) dengan judul Evaluasi Program

    Pemberdayaan Masyarakat Pertanian Melalui Bantuan Pinjaman Langsung

    Masyarakat (BPLM) dengan Penyelenggaraan Sekolah Lapang (SL) di Kec Koto

    Tangah Kota Padang menjelaskan bahwa proses pelaksanaan penyaluran dana

    BPLM dari segi birokrasi mulai dari tahap sosialisasi hingga sampai ke kelompok

    tani penerima bantuan belum terlaksana sesuai petunjuk dan teknis pelaksanaan yang

    telah ditentukan. Terdapat beberapa permasalahan yang ditemui, yakni (a)

    keterlambatan pencairan dana pada kelompok penerima karena banyaknya proses

    yang harus dijalani oleh kelompok penerima di berbagai instansi, (b) belum

    terciptanya kesatuan persepsi tentang program BPLM ini di setiap stakeholder yang

    terkait, sehingga menyebabkan implementasi program menjadi tersendat sendat.

    Sedangkan dari hasil penelitian Nur Habibah (2011), yang berjudul Dampak

    Dana Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) pada Usahatani Jeruk di

    Gapoktan Mudik Nama Nagari Koto Tinggi Kecamatan Gunug Omeh Kabupaten

    Lima Puluh Kota menyimpulkan bahwa penyaluran dana oleh pengelola LKM-A ke

    petani, dinilai efektif dengan skor yang diperoleh 360 dari skor maksimum yang

    ditetapkan untuk menilai efektifitas sebesar 420. Dan terdapat perbedaan pendapatan

    dan keuntungan petani sampel sebelum dan setelah memakai dana PUAP sebesar Rp

    34.992.247,37,- ha per tahun dan keuntungan Rp 27.417.099,9,- ha per tahun,

    sedangkan pendapatan setelah memakai dana PUAP sebesar Rp 46.640.541,63,-

    ha/tahun dan keuntungan Rp 37.990.422,59,- ha per tahun.

  • 21

    Selanjutnya Hidayat (2006), yang melakukan penelitian dengan judul

    Pengaruh Lembaga Keuangan Mikro Terhadap Prestasi Industri Kecil Rumah

    Tangga di Kabupaten Merangin (Studi Kasus di Kec Bangko, Kabupaten Merangin)

    menjelaskan bahwa hakekat permasalahan yang dihadapi dari hampir semua sektor

    usaha adalah permodalan. Dari hasil analisis, ditemui variabel yang berpengaruh

    signifikan terhadap industri kecil rumah tangga yaitu pembinaan, agunan dan kredit.

    Berdasarkan hasil temuan, maka beberapa hal yang dapat dilakukan oleh pemerintah

    adalah (1) melakukan pembinaan yang meliputi aspek manajemen, aspek sumber

    daya manusia, teknik produksi dan etika bisnis, (2) persyaratan agunan dapat diganti

    dengan kelayakan usaha sehingga industry kecil yang belum mendapatkan modal

    dari lembaga keuangan mikro namun secara teknis layak maka dapat diberikan

    modal.

    Sedangkan penelitian ini yang berjudul Dampak Pemberian Dana Kredit

    Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) terhadap Pendapatan Usahatani Petani

    Tanaman Pangan (Studi Kasus Pada Lembaga Mikro Agibisnis (LKMA) Gapoktan Sepakat

    Kota Padang) akan meneliti tentang apakah penyaluran dana Program PUAP di LKMA

    Gapktan Sepakat Padang beerjalan efektif, cukup efektif atau tidak dan bagaimana

    peningkatan pendapatan khususnya untuk petani tanaman pangan LKMA Sepakat Padang.

    III. METODOLOGI PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian akan dilaksanakan pada Lembaga Kredit Mikro Agribisnis (LKM-

    A) Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sepakat di Kota Padang. Pemilihan tempat

    penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive), berdasarkan pertimbangan bahwa

    dari 51 LKM-A Gapoktan di Kota Padang yang menerima bantuan dana program

  • 22

    PUAP s/d Tahun 2013, LKM-A Gapoktan ini merupakan daerah dengan realisasi

    pangan terbesar dari LKM-A gapoktan lain untuk bidang pangan yaitu sebesar

    522.800 ribu ton dari 6 kelompok tani dengan 140 orang anggota kelompok dari 158

    total anggota kelompok usahatani pangan dan luas lahan 149 ha (Lampiran 3).

    Waktu penelitian ke lapangan akan dilakukan selama 2 bulan setelah

    dikeluarkan surat rekomendasi penelitian dari Dekan Fakultas Pertanian Universitas

    Andalas.

    B. Metode Penelitian

    Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus

    (case study). Penelitian studi kasus ini adalah penelitian tentang status subjek

    penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan

    personalitas. Penelitian studi kasus ditujukan untuk mendapatkan keterangan yang

    terperinci dan mendapatkan informasi mengenai variable-variabel yang diamati

    (Nazir, 2003).

    Dalam penelitian ini yang menjadi fokus adalah bagaimana jalannya

    pelaksanaan program bantuan dana PUAP di LKM-A Gapoktan Sepakat Padang

    serta dampaknya terhadap peningkatan pendapatan petani tanaman pangan.

    C. Metode Pemilihan Responden

    Populasi yang akan diambil dalam penelitian ini adalah petani tanaman

    pangan yang tergabung dalam Gapoktan Sepakat Kota Padang. Menurut Sugiarto

    (2003) populasi adalah keseluruhan individu yang akan menjadi satuan analisis

    dalam populasi yang layak dan sesuai untuk dijadikan atau ditarik sebagai sampel

    Dari 51 gapoktan di Kota Padangt, Gapoktan Sepakat adalah Gapoktan yang

    memiliki realisasi penyaluran dana ke petani paling besar, yaitu 552.800 ribu ton

  • 23

    untuk sektor pangan. Adapun jumlah kelompok tani yaitu 6 poktan: 1). Janjang

    Panjang dengan jumlah anggota 27 orang, 2) Janjang Bakik yang berangotakan 34

    orang, 3) Gunung Sangku yang memiliki 23 orang anggota, 4) Pagang Dalam yang

    beranggotakan 27 orang, 5) Lolong Pagang dengan jumlah anggota 19 orang dan 6)

    Janjang Bendera sebanyak 28 orang anggota, jadi total 158 orang anggota (lampiran

    3). Sedangkan jumlah petani yang mengusahakan tanaman pangan 140 orang dengan

    luas lahan 149 ha.

    Pemilihan kelompok Tani yang akan dijadikan responden dilakukan dengan

    teknik Purposive Sampling. Menurut Rianse (2008), Purposive Sampling yaitu

    teknik pemilihan sampel yang dilakukan secara sengaja dengan memiliki individu

    tertentu dari populasi (objek yang menjadi pusat perhatian penelitian) di mana

    sampel dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu.

    Kelompok Tani yang akan dijadikan responden adalah Kelompok Tani

    Pagang Dalam dan Janjang Bendera. Kriteria pengambilan kelompok ini adalah

    kelompok yang paling banyak memiliki anggota gapoktan yang mengusahakan

    tanaman pangan.

    Untuk melihat dampak pelaksanaan dan penyaluran dana program PUAP

    pada petani tanaman pangan di nilai dari sebelum dan setelah adanya dana program

    PUAP dan dilakukan dengan uji t. Menurut Supranto (2001), bahwa distribusi t (uji t)

    dimaksud untuk penguji hipotesa mengenai parameter. Pengujian ini dapat dilakukan

    dengan sampel besar sama dengan 30 atau bahkan seringkali < 30.

    Kelompok tani yang akan menjadi unit analisis adalah Kelompok Tani

    Pagang Dalam dengan jumlah anggota 27 orang dan Kelompok Tani Janjang

  • 24

    Bandera dengan jumlah anggota 28 orang sehingga total semua sampel berjumlah 55

    orang. Semua petani anggota kedua kelompok ini diambil sebagai responden.

    Sesuai dengan pendapat Supranto (2001) bahwa pengujian akan menghasilkan

    analisis yang baik bila jumlah responden lebih besar dari 30.

    D. Metode Pengumpulan Data

    Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan

    data sekunder yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti. Menurut

    Sugiarto, dkk (2003), data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama,

    baik individu atau perorangan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah

    data yang berkaitan dengan kegiatan program PUAP dan data usahatani yang

    dikeluarkan setelah adanya kegiatan program PUAP selama 1 tahun berjalannya

    program. Dalam hal ini data primer diperoleh dari petani sampel melalui wawancara

    dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan.

    Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari

    sumbernya atau data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti.

    Dalam penelitian ini, data sekunder diperoleh dari lembaga dan instansi yang terkait

    dengan objek penelitian yaitu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Propinsi

    Sumatera Barat, Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan

    (BP3K) Kota Padang, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kota Padang,

    Sekretariat Tim Teknis PUAP, BPS Kota Padang, Kantor Kecamatan Nanggalo

    Gapoktan Sepakat.

    Data sekunder ini akan memberikan informasi realisasi pelaksanaan program

    PUAP, gambaran umum daerah penelitian dan profil Gapoktan Sepakat.

  • 25

    E. Variabel Yang Diamati

    Untuk tujuan penelitian pertama dari variable yang diamati yaitu

    mendeskripsikan pelaksanaan penyaluran dana program PUAP pada usahatani

    pangan di Gapoktan Sepakat Kota Padang berdasarkan Pedoman Umum (Pedum)

    Program PUAP :

    1. Profil Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) Gapoktan Sepakat

    a. Sejarah dan tujuan pendirian LKM-A Gapoktan Sepakat Kota Padang;

    b. Organisasi LKM-A Gapoktan Sepakat Kota Padang;

    c. Permodalan LKM-A Gapoktan Sepakat Kota Padang

    d. Keanggotaan LKM-A Gapoktan Sepakat Kota Padang

    e. Kegiatan LKM-A Gapoktan Sepakat Kota Padang

    2. Proses Pembuatan Rencana Usaha Anggota (RUA), Rencana Usaha Kelompok

    (RUK) dan Rencana Usaha Bersama (RUB);

    a. Proses Pembuatan Rencana Usaha Anggota (RUA);

    1) Bagaimana Pembuatan RUA;

    2) Siapakah yang membuat RUA;

    3) Dasar penentuan biaya yang dibuat;

    4) Penggunaan RUA yang diajukan;

    5) Apa masalah dalam pembuatan RUA.

    b. Proses Pembuatan Rencana Usaha Kelompok (RUK);

    1) Bagaimana pembuatan RUK;

    2) Peran Penyuluh Pendamping;

    3) Dasar penentuan biaya yang diajukan kelompok;

    4) Apa masalah dalam pembuatan RUK.

  • 26

    c. Proses Pembuatan Rencana Usaha Bersama (RUB);

    1) Bagaimana pembuatan RUB;

    2) Peran Penyuluh Pendamping;

    3) Dasar penentuan biaya yang diajukan kelompok;

    4) Apa masalah dalam pembuatan RUB;

    3. Efektifitas Penyaluran dana PUAP pada Gapoktan Sepakat Kota Padang.

    Efektifitas penyaluran dana PUAP yang dinilai dari sisi pengguna (petani

    sampel) dapat dilihat dari faktor-faktor berikut :

    a. Persyaratan Awal;

    b. Prosedur Pinjaman;

    c. Realisasi Pinjaman

    d. Biaya Administrasi;

    e. Tingkat Bunga;

    f. Pelayanan

    g. Jarak/lokasi

    Untuk tujuan penelitian kedua yaitu menganalisa dampak dana PUAP

    terhadap pendapatan dan keuntungan petani tanaman pangan di Gapoktan Sepakat

    Kota Padang. Adapun variabel yang diamati yaitu :

    1. Biaya.

    Biaya yang akan dihitung dalam penelitian ini adalah biaya yang dikeluarkan

    oleh petani tanaman pangan dalam satu tahun produksi yaitu sebelum PUAP

    dari Februari 2008-Januari 2009 dan setelah PUAP dari Februari 2009-Januari

    2010 di Gapoktan Sepakat yang meliputi ;

  • 27

    a. Biaya yang dibayarkan meliputi : Biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk

    membayarkan upah Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) seperti:

    penyiangan, pemupukan, penyemprotan, bibit, pemangkasan dan

    pemanenan. Biaya untuk pembelian sarana produksi seperti: pupuk dan

    obat-obatan serta biaya bunga pinjaman yang dibayarkan petani;

    b. Biaya yang diperhitungkan: terdiri dari Biaya Tenaga Kerja Dalam

    Keluarga (TKDK), sewa lahan milik sendiri, penyusutan peralatan dan

    bunga modal sendiri.

    2. Produksi.

    Produksi merupakan hasil panen yang diperoleh dari kegiatan usahatani selama

    setahun

    3. Harga.

    Harga yang diamati adalah harga sebelum petani sampel memakai dana PUAP.

    Sedangkan harga setelah petani memakai dana PUAP disamakan dengan harga

    sebelumnya atau dipakai asumsi cateris paribus.

    F. Kerangka Pemikiran

    Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan

    program terobosan Departemen Pertanian dalam rangka mengatasi persoalan

    permodalan di sektor pertanian. Program ini bertujuan untuk menanggulangi

    kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja, sekaligus menanggulangi kesenjangan

    pembangunan antar wilayah pusat dan daerah serta antar subsektor. Bantuan dana

    PUAP ini disalurkan melalui Lembaga Kredit Mikro Agribisnis (LKMA) Gapoktan

    sebagai lembaga pelaksana yang dipercaya oleh Departemen Pertanian.

    Keberlanjutan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) sangat

  • 28

    ditentukan pada keberhasilan pengelolaan dana tersebut oleh LKMA gapoktan

    sebagai lembaga ekonomi yang dimiliki dan dikelola oleh petani. Pendekatan yang

    dapat dilakukan untuk melihat keberhasilan PUAP yaitu dengan mengukur dan

    menilai dampak dari program PUAP serta peranannya dalam meningkatkan

    pendapatan usaha pertanian hingga pada akhirnya mampu mensejahterakan para

    petani di perdesaan.

    Pelaksanaan Program PUAP perlu dinilai apakah ada dampak yang berarti

    dari pemanfaatan dana bantuan tersebut. Penilaian dilakukan dengan melihat

    indikator keberhasilan PUAP, dengan mengukur skala usahatani dan pendapatan

    usahatani sebelum dan sesudah adanya program tersebut. Selanjutnya dilakukan

    penilaian terhadap Gapoktan PUAP dalam hal kemampuan Gapoktan mengelola dan

    menyalurkan dana PUAP kepada petani secara efektif.

    Tolak ukur yang digunakan adalah dengan menggunakan juknis (petunju

    teknis) PUAP yang nantinya dibandingkan dengan tujuan pelaksanaan dengan

    menggunakan indikator-indikator yang telah ditetapkan.

    Selanjutnya ditarik kesimpulan secara keseluruhan dan kemudian

    direkomendasikan saran dan perbaikan bagi pelaksanaan program PUAP ke

    depannya dapat berjalan dengan lancar.

    DEPARTEMEN

    PERTANIAN Pemberdayaan

    Masyarakat

    - Miskin

    - Pengangguran

    - Keterbatasan

    Modal

    PROGRAM PUAP

    1. Pengentasan Kemiskinan

    2. Menciptakan Lapangan

    Kerja di Perdesaan

    3. Penguatan Modal Usaha

    Penyaluran BLM PUAP

    melalui LKMA

    Gapoktan PUAP

  • 29

    Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Penelitian

    G. Analisa Data

    Analisis data ini dilakukan berdasarkan tujuan yang akan dicapai yaitu:

    1. Pada tujuan pertama yaitu mendeskripsikan pelaksanaan program PUAP pada

    usahatani pangan di Gapoktan Sepakat Kota Padang berdasarkan Pedoman

    Umum (Pedum) PUAP. Metode yang digunakan adalah analisa deskriptif

    kualitatif dan kuantitatif. Hal ini ditujukan untuk menjelaskan secara

    mendalam proses pelaksanaan program PUAP dan selanjutnya

    diinterpretasikan sesuai data yang diperoleh. Yang dianalisa merupakan

    kegiatan yang dilakukan anggota Gapoktan yang berkaitan langsung dengan

    PELAKSANAN

    PROGRAM PUAP

    Proses Pelaksanaan

    1. Sosialisasi Program

    2. Seleksi Calon Penerima PUAP

    3. Realisasi Peminjaman

    4. Pemanfaatan Dana PUAP

    Dampak Program PUAP

    Terhadap Pendapatan

    Usahatani

    Sesudah Sebelum

    Melihat Dampak dan

    Saran Perbaikan

  • 30

    PUAP dilapangan berdasarkan Pedoman Umum (Pedum) PUAP atau

    Petunjuk Teknis (Juknis) pelaksanaan program yang dikeluarkan oleh

    Departemen Pertanian.

    Efektifitas penyaluran dana PUAP berdasarkan tanggapan petani

    sampel dapat di analisis menggunakan sistem pemberian skor penilaian

    keefektifan yang kemudian diuraikan secara deskriptif. Penentuan skor

    dengan skala Likert.

    Pengukuran yang dilakukan dengan menghadapkan seorang petani

    sampel dalam beberapa pertanyaan, kemudian petani tersebut diminta untuk

    memberikan jawaban atau tanggapan yang terdiri dari tiga tingkatan.

    Jawaban-jawaban tersebut diberi skor 1-3 dengan pertimbangan skor tersebut

    adalah sebagai berikut :

    1. Untuk jawaban tidak mendukung seperti berat, lama, sulit dan buruk;

    2. Untuk jawaban yang mendukung atau sedang;

    3. Untuk jawaban yang paling mendukung (ringan, mudah, cepat dan baik).

    Berdasarkan perolehan skor petani sampel, selanjutnya ditentukan

    rentang skala atau selang untuk menentukan efektivitas penyaluran dana.

    Selang diperoleh dari selisih total skor tertinggi (maksimal) dan total skor

    terendah (minimal) dibagi dengan kategori jawaban, lalu dikurangkan 1,

    sehingga menghasilkan jawaban (Umur, 2005).

    Selang

    - 1

    Berdasarkan perolehan nilai selang, selanjutnya ditentukan skor

    efektifitas penyaluran dana PUAP dengan cara membagi tiga skor diantara

    total nilai minimal sampai nilai total maksimal sehingga diperoleh tiga selang

  • 31

    efektivitas. Selang terendah menyatakan bahwa penyaluran tidak efektif,

    sementara selang tertinggi menyatakan bahwa penyaluran efektif.

    Penilaian tanggapan petani sampel terhadap penyaluran dana PUAP

    akan dibagi kedalam tiga kategori yaitu efektif, cukup efektif dan tidak

    efektif. Nilai skor terendah yang diperoleh adalah 196-588. Nilai skor 140

    didapat dari hasil penggalian skor terendah (1) dengan jumlah parameter yang

    digunakan (7) dan jumlah petani sampel (28 petani sampel), atau (1 x 7 x 28

    = 196). Sedangkan nilai skor 588 diperoleh dari hasil pengalian skor tertinggi

    (3) dengan jumlah parameter yang digunakan (7) dan dengan jumlah sampel

    (28) atau (3 x 7 x 28 = 588). Penentuan selang untuk setiap tingkat penilaian

    dilakukan dengan cara pengurangan antara nilai skor maksimum dengan nilai

    skor minimum yang kemudian hasilnya dibagi dengan banyaknya kategori

    penilaian, atau dapat ditulis seperti

    Nilai 130 merupakan selang untuk setiap tingkatan penilaian. Dari

    selang tersebut dapat ditentukan rentang skala tiap kategori penilaian. Untuk

    lebih jelasnya dapat ditentukan rentang skala tiap kategori penilaian dapat

    dilihat pada Tabel 1 dibawah ini.

    Tabel 1. Skala Skor Penilaian Efektifitas

    Kategori Penilaian Rentang Skala

    Belum Efektif 196 326

    Cukup Efektif 327 457

    Efektif 458 588

    Berdasarkan Tabel 1 dapat dijelaskan bahwa jika total skor berada

    pada rentang nilai 196-326, maka penyaluran dana PUAP dapat dikatakan

    belum efektif. Jika total skor berada pada rentang nilai 327-457, maka

  • 32

    penyaluran dana PUAP dapat dikatakan cukup efektif. Sementara itu, apabila

    total skor besar pada rentang nilai antara 458588, maka penyaluran dana

    PUAP dikatakan efektif.

    2. Pada tujuan kedua menganalisa dampak dana PUAP terhadap pendapatan

    petani tanaman pangan di Gapotan Sepakat. Dalam rangka mencapai tujuan

    kedua ini maka data dianalisa secara kuantitatif yaitu dengan cara menghitung

    :

    a. Analisa Pendapatan Petani

    Dampak program PUAP terhadap pendapatan anggota (petani sampel)

    Gapoktan PUAP dapat dilihat setelah kegiatan program PUAP selesai.

    Analisa ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh dampak dana

    program PUAP terhadap pendapatan usahatani pangan di Kec Nanggalo

    Padang. Analisa pendapatan usahatani dilakukan dalam 1 tahun sebelum ada

    program PUAP dan 1 tahun setelah program PUAP.

    Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dengan biaya

    yang dibayarkan (tunai) pada proses produksi (Hardisapoetro, 1973).

    Pendapatan yang dihitung adalah penerimaan yang diterima oleh

    petani setelah menerima bantuan program PUAP dikurangi dengan biaya

    yang dibayarkan pada masing-masing kegiatan.

    Sedangkan biaya yang dibayarkan adalah biaya pembelian sarana

    produksi dan biaya tenaga kerja luar keluarga, sewa tanah bukan milik sendiri

    serta biaya-biaya lain yang dikeluarkan secara tunai. Yang termasuk biaya

    yang dibayarkan adalah biaya bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja di luar

  • 33

    keluarga, pajak. Menurut Soekartawi (1995), penerimaan usahatani adalah

    perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Dapat ditulis :

    TR = Xi . Hx

    Di mana :

    TR = Total penerimaan (Rp/tahun)

    Xi = Produksi (kg/tahun)

    Hx = Harga Jual di tingkat petani (Rp/tahun)

    Pendapatan petani dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

    Yi = (Xi . Hx) - Bt

    (Hardisapoetro, 1973)

    Di mana :

    Yi = Pendapatan petani tanaman pangan (Rp/ Ha/tahun)

    Xi = Jumlah produksi pangan (Kg/Ha)

    Hx = Harga jual petani (Rp)

    Bt = Biaya yang dibayarkan (Rp/ Ha/Tahun)

    b. Analisa keuntungan petani

    Keuntungan adalah penerimaan dikurangi biaya total. Dapat dihitung

    dengan rumus sebagai berikut :

    Ki = (Xi . Hx) Br (Hardisapoetro, 1973)

    Dimana :

    Ki = Keuntungan petani dari usahatani pangan (Rp/Ha)

    Br = Biaya Total

    Biaya total terdiri dari biaya yang dibayarkan dan biaya yang

    diperhitungkan.

    c. Pengujian Statistik (Uji t)

  • 34

    a. Hipotesa

    Untuk melihat sejauh mana perbedaan pendapatan dan keuntungan

    petani sampel antara sebelum PUAP dan setelah PUAP. Untuk

    menguji variabel-variabel yang diukur dapat diturunkan hipotesa

    sebagai berikut :

    1) Ho : Tidak ada perbedaan pendapatan antara sebelum PUAP

    dan setelah PUAP

    H1 : Ada perbedaan pendapatan antara sebelum PUAP dan

    setelah PUAP

    Dengan rumus yang digunakan :

    Ho = = o

    Ho = o

    Dimana :

    = Pendapatan usaha sebelum mendapatkan pinjaman

    0 = Pendapatan usaha setelah mendapatkan pinjaman

    1) Uji t Student

    Untuk melihat perbandingan pendapatan dan keuntungan antara

    sebelum dan setelah memakai dana PUAP, maka hipotesa di atas di uji secara

    statistik dengan uji t pada taraf nyata 5%, uji t digunakan karena ukuran

    individu petani sampel kurang dari 30.

    Menurut Suprapto (2001), bahwa uji t digunakan untuk menghitung

    hipotesa kecil atau sama dengan 30 (n < 30), dilakukan pada taraf nyata 5%

    dengan rumus menggunakan rumus sebagai berikut :

  • 35

    t hit = | |

    Db = n1 + n2 - 2

    (Hasan, 2003)

    Dimana :

    = Rata-rata pendapatan petani anggota sebelum PUAP

    = Rata-rata pendapatan petani anggota setelah PUAP

    S1 2 = Varian yang diuji pada petani sampel sebelum PUAP

    S22 = Varian yang diuji pada petani sampel setelah PUAP

    n1 = Jumlah sampel petani sebelum PUAP

    n2 = Jumlah sampel petani setelah PUAP

    Dari analisa diatas, apabila thit kecil dari ttabel, maka hipotesa nol (Ho)

    diterima, sebaliknya apabila thit lebih besar dari ttabel, maka hipotesa nol (Ho)

    ditolak.

    Varian sampel di dapat dari rumus :

    S12

    =

    S22

    =

    (Hasan, 2003)

    Setelah didapat varian dari sampel yang diukur, selanjutnya dilakukan uji F

    dengan rumus :

    F hit =

    (Hasan, 2003)

  • 36

    Apabila Fhit kecil dari Ftabel, maka S12

    = S12, tetapi apabila Fhit besar dari Ftabel,

    maka S12 S1

    2. Apabila varian sampel pertama berbeda nyata dengan varian sampel

    kedua, maka rumus thit yang digunakan adalah:

    T hit = | |

    Db

    (

    ) (

    )

    H. Defenisi Operasional

    1. Pengembangan Usaha Agribisnis di Pedesaan yang selanjutnya disebut PUAP

    adalah bagian dari pelaksanaan program PNPM-Mandiri melalui bantuan

    modal usaha dalam menumbuh kembangkan usaha agribisnis sesuai dengan

    potensi pertanian desa sasaran;

    2. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri yang selanjutnya

    disebut PNPM-Mandiri adalah program pemberdayaan masyarakat yang

    disebut PNPM-Mandiri adalah program pemberdayaan masyarakat yang

    ditujukan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesempatan kerja;

    3. Agribisnis adalah rangkaian kegiatan usaha pertanian yang terdiri atas 4

    (empat) sub-sistem, yaitu (a) subsistem hulu yaitu kegiatan ekonomi yang

    menghasilkan sarana produksi (input) pertanian; (b) subsistem pertanian

    primer yaitu kegiatan ekonomi yang menggunakan sarana produksi yang

    dihasilkan subsistem hulu; (c) subsistem agribisnis hilir yaitu yang mengolah

    dan memasarkan komoditas pertanian; dan (d) subsistem penunjang yaitu

  • 37

    kegiatan yang menyediakan jasa penunjang antara lain permodalan, teknologi

    dan lain lain;

    4. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah

    yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

    setempat berdasarkan asal usul adat istiadat setempat yang diakui dan

    dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan RI (sebagaimana

    tercantum pada Peraturan pemeintah Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa);

    5. Desa Miskin adalah Desa yang secara ekonomis pendapatan per kapitanya per

    tahun berada dibawah standar minimum pendapatan per kapita nasional dan

    infrastruktur desa yang sangat terbatas;

    6. Perdesaan adalah kawasan yang secara komparatif memiliki keunggulan

    sumberdaya alam dan kearifan lokal (endogeneous knowledge) khususnya

    pertanian dan keanekaragaman hayati;

    7. Petani adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya atau

    korporasi yang mengelola usaha di bidang pertanian yang meliputi usaha

    hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran dan jasa penunjang;

    8. Pemberdayaan Masyarakat adalah upaya untuk menciptakan atau

    meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun

    berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya

    peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya;

    9. Kelompok Tani (Poktan) adalah kumpulan petani/peternak yang dibentuk atas

    dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi,

    sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha

    anggota;

  • 38

    10. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) PUAP adalah kumpulan beberapa

    kelompok tani yang bergabung dan bekerja sama untuk mengingkatkan skala

    ekonomi dan efisiensi usaha;

    11. Usaha Produktif adalah segala jenis usaha ekonomi yang dilakukan oleh

    petani/kelompok tani di pedesaan dalam bidang agribisnis yang mempunyai

    transaksi hasil usaha harian, mingguan, bulanan, musiman maupun tahunan;

    12. Komite Pengarah adalah komite yang dibentuk oleh Pemerintahan Desa yang

    terdiri dari wakil tokoh masyarakat, wakil dari kelompok tani dan penyuluh

    pendamping;

    13. Pendampingan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Penyuluh dalam rangka

    pemberdayaan petani/kelompok tani dalam melaksanakan PUAP.

    14. Penyelia Mitra Tani (PMT) adalah individu yang memiliki keahlian di bidang

    keuangan mikro yang direkrut oleh Departemen Pertanian untuk melakukan

    supervisi dan advokasi kepada Penyuluh dan Pengelola Gapoktan dalam

    pengembangan PUAP;

    15. Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) adalah bantuan dana kepada petani/

    kelompok tani untuk pengembangan usaha agribisnis di pedesaan yang

    disalurkan melalui Gapoktan dalam Pengembangan PUAP;

    16. Rencana Usaha Bersama adalah rencana usaha untuk pengembangan

    agribisnis yang disusun oleh gapoktan berdasarkan kelayakan usaha dan

    potensi desa (Departemen Pertanian, 2009);

    17. Pedoman Umum PUAP (Pedum) adalah acuan dalam pelaksanaan program

    PUAP yang ditetapkan oleh Peraturan Mentri Pertanian;

  • 39

    18. Petunjuk Pelaksanaan PUAP (Juklak) adalah penjabaran dari kebijakan

    umum yang dirumuskan dalam Pedoman Umum. Juklak dibuat oleh tim

    Pembina PUAP Propinsi;

    19. Tim Pembina Propinsi adalah tim pelaksana PUAP di propinsi yang dibentuk

    oleh Gubernur untuk mengkoordinasi PUAP di wilayahnya;

    20. Petunjuk Teknis (Juknis) adalah penjabaran dari kebijakan umum pusat dan

    petunjuk pelaksana dari propinsi.

    DAFTAR PUSTAKA

    Balai Penelitian Tanaman Pangan/BPTP. 2008. Petunjuk Teknis Pelaksanaan

    Program Pengembangan PUAP di Sumatera Barat. Padang

    BPTP Sumatera Barat. 2009. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Program Pengembangan

    PUAP di Sumatera Barat. Padang

    BPS Kota Padang. 2010. Statistik Daerah Kota Padang. 2010. BPS Sumatera Barat.

    Padang.

    Departemen Pertanian. 2008. Pedoman Umum Usaha Agribinis Perdesaan. Jakarta.

    Permentan.

    Departemen Pertanian, 2009. Pedoman Umum Usaha Agribinis Perdesaan. Jakarta.

    Permentan.

    Hardisapoetro. 1973. Biaya dan Pendapatan dalam Usahatani sebagai Landasan

    Pembangunan Pertanian. Buletin Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta; Hal

    5-14

    Hasan, Iqbal. 2003. Pokok-pokok Materi Statistik 2. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta;

    Hal 34-49.

    Hidayat. 2006 Pengaruh Lembaga Keuangan Mikro Terhadap Prestasi Industri Kecil

    Rumah Tangga di Kabupaten Merangin (Studi Kasus di Kecamatan Bangko,

    Kabupaten Merangin.

    Mosher, AT. 1987. Menggerakan dan Membangun Pertanian. CV Yasaguna. Jakarta.

    Mubyarto. 1977. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta. 56 hal.

    Nazir; Moh. 2003. Metode Penelitian. PT Ghalia Indonesia. Jakarta. 59 hal.

  • 40

    Nur Habibah. 2011. Dampak Dana Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

    (PUAP) pada Usahatani Jeruk di Gapoktan Mudik Nama Nagari Koto Tinggi

    Kecamatan Gunung Omeh Kabupaten Lima Puluh Kota.

    Osesi. Rini. 2007. Evaluasi Program Pemberdayaan Masyarakat Pertanian Melalui

    Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat (BPLM) dengan Penyelenggaraan

    Sekolah Lapang (SL) di Kec Koto Tangah Kota Padang. {Skripsi}. Padang.

    Universitas Andalas.

    Rianse, Usman dan Abdi. 2008. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi; Teori

    dan Aplikasi Alfabeta. Bandung.

    Sarianti. 1998. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Petani

    Plasma Pada Proyek Pir-Bun Cikaso Kecamatan Tegal. Kabupaten Sukabumi

    Jawa Barat. (Skrpsi).

    Soekartawi. 1995. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

    10 hal.

    Sugiarto dan Dergibson Siagian. 2003. Teknik Sampling. Penerbit PT Gramedia

    Pustaka Utama. Jakarta; 16 hal.

    Sukmadi dan Sudrajat. 1994. Mengajukan dan Mengelola Kredit Usahatani. Penebar

    Swadaya. Jakarta.

    Supranto. J. 2001. Statistik Teori dan Aplikasi. Eisi Kenam. Erlangga. Jakarta; 34

    hal.

    Suracmad, Winarno. 2003. Dasar dan Teknik Research. Tarsito. Bandung;.

    Suyatno, Thomas et al. 2007. Kelembagaan Perbankan. Jakarta. PT Gramedia

    Pustaka Utama. 126 hal.

    Teken. IB. 2003. Penelitian di Bidang Ekonomi Pertanian dan Beberapa Metode

    Pengambilan Contoh. Departemen Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Padang.

    Universitas Andalas.

    Umar, Husein. 2005. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Raja

    Grafindo Persada Jakarta. 71-72 hal.

  • 41

    Lampiran 1. Kuota Lokasi PUAP di Indonesia Tahun 2008

    No Propinsi Jumlah Kab / Kota Jumlah Kuota Desa

    1 NAD 19 600

    2 Sumatera Utara 19 475

    3 Sumatera Barat 12 208

    4 Riau 10 182

    5 Jambi 9 208

    6 Bengkulu 9 292

    7 Sumatera Selatan 12 369

    8 Lampung 9 269

    9 Bangka Belitung 6 63

    10 Kepulauan Riau 4 54

    11 DKI Jakarta 4 15

    12 Jawa Barat 19 529

    13 Jawa Tengah 30 987

    14 D.I Yogyakarta 4 127

    15 Jawa Timur 30 987

    16 Banten 5 138

    17 Bali 9 137

    18 NTB 8 220

    19 NTT 18 522

    20 Kalimantan Barat 11 244

    21 Kalimantan Tengah 13 225

    22 Kalimantan Timur 10 239

    23 Kalimantan Selatan 11 355

    24 Sulawesi Utara 9 214

    25 Sulewesi Selatan 20 417

    26 Sulawesi Tenggara 10 315

    27 Sulawesi Barat 4 110

    28 Gorontalo 5 134

    29 Maluku 7 195

    30 Maluku Utara 6 145

    31 Papua Barat 8 230

    32 Papua 20 505

    33 Sulawesi Tengah 9 290

    Sumber : Pedoman Umum PUAP

  • 42

    Lampiran 3. Anggota Gapoktan Sepakat dan Struktur Organisasi Pengurus

    Gapoktan Sepakat Kota Padang

    Anggota Kelompok Tani yang tergabung dalam Gapoktan Sepakat Kota Padang

    No Kelompok Tani Jumlah Anggota

    1 Janjang Panjang 27

    2 Janjang Bakik 34

    3 Gunung Sangku 23

    4 Pagang Dalam 27

    5 Lolong Pagang 19

    6 Janjang Bendera 28

    Jumlah 158

    Sumber : Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sepakat Kota Padang

    Pengurus Gabungan Kelompok Tani Gapoktan Sepakat Kota Padang

    Ketua : Jumlisman

    Sekretaris : Yumasri

    Bendahara : Nurhayati

  • 43

    Lampiran 5. Kuesioner Penelitian

    QUESIONER

    DAMPAK PEMBERIAN DANA KREDIT PENGEMBANGAN USAHA

    AGRIBISNIS PEDESAAN (PUAP) TERHADAP PENDAPATAN

    USAHATANI PETANI TANAMAN PANGAN

    (STUDI KASUS PADA LEMBAGA KREDIT MIKRO AGRIBISNIS (LKM-A)

    GAPOKTAN SEPAKAT KOTA PADANG SUMATERA BARAT)

    No Responden :

    Lokasi Wawancara :

    Hari / Tanggal :

    PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI PERTANIAN

    PROGRAM PASCA SARJANA

    UNIVERSITAS ANDALAS

    2014

  • 44

    DAFTAR PERTANYAAN

    UNTUK PETANI PEMAKAI DANA PUAP

    A. IDENTITAS RESPONDEN

    1. Nama :

    ..............................................................

    2. Umur :

    ..............................................................

    3. Jenis Kelamin :

    ..............................................................

    4. Alamat Tinggal :

    ..............................................................

    5. Pendidikan Terakhir :

    ..............................................................

    ( ) Tidak Tamat SD

    ( ) Tamat SD / Sederajat

    ( ) Tamat SLTP/Sederajat

    ( ) Tamat SLTA/Sederajat

    ( ) Tamat Perguruan Tinggi

    6. Nama Kelompok Tani :

    ..............................................................

    7. Pengalaman usaha tani :

    ..............................................................

    B. IDENTITAS KELUARGA

    No

    Nama

    Status

    dalam

    keluarga

    Jenis

    Kelamin

    (L / P)

    Umur

    (Tahun)

    Pendidikan

    Pekerjaan

    Utama Tambahan

    1.

    2.

    3.

    4

    5

    .

    C. LAHAN

    1. Luas lahan : ............................... Ha

    2. Luas lahan yang ditanami : ............................... Ha

    3. Lokasi

    4. Status kepemilikan lahan : ............................... Ha

    a. Milik sendiri : ............................... Ha

  • 45

    b. Penggarap/disakap : ............................... Ha

    c. Disewa : ............................... Ha

    d. Tanah ulayat : ............................... Ha

    5. Apakah tanah yang diusahakan mempunyai pajak/PBB?

    a. Iya

    b. Tidak

    D. SUMBER PERMODALAN

    1. Dari mana sumber pembiayaan utama Bapak/Ibu dalam melakukan

    usahatani?

    a. Modal sendiri

    b. Modal Pinjaman dari Bank

    c. Modal Pinjaman dari lembaga lainnya

    d. Sumber lain, sebutkan ..

    Untuk modal yang berasal dari pinjaman sebelum adanya program

    PUAP.

    No Asal Pinjaman Jumlah

    Pinjaman

    Bunga

    (%)

    Syarat

    Pinjaman

    Cara

    Pembayaran

    1

    2

    3

    Untuk modal yang berasal dari pinjaman setelah adanya program PUAP.

    No Asal Pinjaman Jumlah

    Pinjaman

    Bunga

    (%)

    Syarat

    Pinjaman

    Cara

    Pembayaran

    1

    2

    3

    2. Apa saja kendala Bapak / Ibu hadapi selama ini untuk mendapatkan bantuan

    modal selama ini?

    3. Apakah Bapak / Ibu mendapatkan dana bantuan PUAP?

    ( ) Ya

    ( ) Tidak

    4. Kalau Ya, berapa jumlahnya?

  • 46

    5. Bagaimanakah cara penetapan jumlah pinjaman yang dilakukan?

    6. Apakah untuk mendapatkan Dana Bantuan PUAP Bapak/Ibu harus menjadi

    anggota Gapoktan terlebih dahulu ?

    ( ) Ya

    ( ) Tidak

    7. Bagaimanakah penyaluran dana bantuan PUAP di LKM-A Gapoktan

    Sepakat?

    a. Sulit dan lama

    b. Cukup Mudah

    c. Mudah dan Cepat

    8. Apakah persyaratan yang di berikan tersebut menjadikan pelayanan LKM-A :

    a. Sulit dan lama

    b. Cukup Mudah

    c. Mudah dan Cepat

    9. Bagaimanakah pelayanan LKM-A Gapoktan Sepakat Kota Padang dalam

    penyaluran dana bantuan PUAP ?

    a. Sulit dan lama

    b. Cukup Mudah

    c. Mudah dan Cepat

    10. Apa sajakah persyaratan yang harus dipenuhi oleh peminjam untuk

    memperoleh dana bantuan tersebut ?

    11. Bagaimana cara Bapak/Ibu memperoleh dana pinjaman tersebut ?

    12. Apakah dana bantuan PUAP mampu memenuhi kebutuhan Bapak/ibu dalam

    berusahatani selama ini? Jelaskan alasannya!

    13. Apa sajakah Hak & Kewajiban Bapak/Ibu sebagai penerima dana PUAP

    a. Hak....

    b. Kewajiban......

  • 47

    14. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu terkait bunga pinjaman yang ditetapkan ?

    a. Bunga terlalu tinggi

    b. Bunga sedang

    c. Bunga terlalu rendah

    15. Berapa lama waktu pengembalian pinjaman? ..

    16. Apakah ada kendala / masalah Bapak/Ibu dalam pengembalian pinjaman?

    Jelaskan.

    ..

    ..

    ..

    ..

    17. Untuk keperluan apakah dana kredit itu Bapak/Ibu gunakan ?

    18. Apakah bantuan modal yang diberikan sudah digunakan untuk keperluan

    usaha di bidang pertanian?

    19. Apakah dana bantuan BLM-PUAP yang disalurkan oleh Gapoktan sudah

    dapat membantu kegiatan usaha pertanian Bapak/Ibu?

    20. Apakah jumlah dana BLM-PUAP yang di berikan gapoktan telah sesuai

    dengan kebutuhan anggota ?

    Bantuan yang diberikan terlalu kecil

    Bantuan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan

    Bantuan yang diberikan terlalu besar

    21. Digunakan untuk apa saja bantuan yang Bapak/Ibu terima ini ? Apakah

    bermanfaat ?

    Untuk usaha pertanian

    Untuk konsumsi

    Untuk usaha lain

    Apakah pinjaman yang diberikan Gapoktan telah dapat meningkatakan

    hasil produksi dan pendapatan petani anggota?

  • 48

    Analisa Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Responden di Sektor Pertanian

    1. Analisa Penerimaan dan Pendapatan Usaha Tani Padi selama kurun waktu

    satu kali musim tanam.

    1.1. Kondisi sebelum menerima bantuan

    No Musim Tanam

    1 Produksi Rp .................... Kg

    2 Harga Rp .................... Kg

    3 Penerimaan ( 1 x 2 ) Rp .....................

    4 Biaya yang dibayarkan

    a. Sarana Produksi

    Bibit

    Pupuk Kandang

    Pupuk anorganik

    Pestisida b. Biaya Tenaga kerja luar

    keluarga

    c. Sewa bajak/traktor d. Pajak Total Biaya yang dibayarkan

    Rp

    Rp

    Rp

    Rp

    Rp

    Rp

    Rp

    5 Pendapatan ( 3-4) Rp

  • 49

    1.2. Kondisi setelah menerima bantuan

    No Musim Tanam

    1 Produksi Rp .................... Kg

    2 Harga Rp .................... Kg

    3 Penerimaan ( 1 x 2 ) Rp .....................

    4 Biaya yang dibayarkan

    a. Sarana Produksi

    Bibit

    Pupuk Kandang

    Pupuk anorganik

    Pestisida b. Biaya Tenaga kerja luar

    keluarga

    c. Sewa bajak/traktor d. Pajak Total Biaya yang dibayarkan

    Rp

    Rp

    Rp

    Rp

    Rp

    Rp

    Rp

    5 Pendapatan ( 3-4) Rp

  • 50

    PANDUAN WAWANCARA

    INFORMAN KUNCI

    A. Identitas Informan Kunci

    a. Nama : ..

    b. Umur : ..

    c. Pendidikan : ..

    d. Jabatan : ..

    B. Sosialisasi Program

    1. Bagaimana bentuk sosialisasi program PUAP yang dilakukan ?

    2. Kapan dilaksanakan sosialisasi program ini kepada penerima program ?

    3. Bagaimana penyampaian materi sosialisasi yang diberikan ?

    4. Siapa yang melakukan sosialisasi ?

    5. Apa saja informan yang diberikan dalam sosialisasi ?

    6. Bagaimana peran PPL dalam menyampaikan program ?

    7. Apa saja materi yang diberikan dapam pelatihan ?

    a

    b

    c

    8. Bagaimana cara penyampaian materi pelatihan ?

    a. Ceramah

    b. Diskusi

    c. Simulasi

    d. Metode (sebutkan )

    9. Kapan pelatihan tersebut dilakukan ?

    10. Apakah materi pelatihan bermanfaat untuk si penerima program ? Jika iya,

    sebutkan

  • 51

    C. Seleksi Calon Penerima PUAP

    1. Bagaimana pelaksanaan seleksi penerima PUAP?

    2. Bagaimana prosedur tahapan seleksi program PUAP ?

    3. Bagaimana cara menetapkan yang lulus seleksi ?

    D. Realisasi Peminjaman

    a. Apa persyaratan awal yang harus dipenuhi untuk dapat pinjaman bantuan

    tersebut ?

    b. Bagaimanakah prosedur peminjaman dana bantuan PUAP ?

    c. Setelah ditentukan peminjaman , apakah pencairan dana secara langsung

    dilakukan ?

    d. Bagaimana prosedur penyaluran dana BLM-PUAP ?

    e. Apakah ada RUK dalam pengajuan pinjaman ?

    f. Berapa jumlah dana yang direalisasikan dalam program tersebut dalam satu

    periode peminjaman ?

    g. Apakah waktu penyaluran dana BLM-PUAP oleh Gapoktan sudah sesuai

    dengan harapan anggota ?

    Waktu penyaluran tepat

    Waktu penyaluran tidak tepat

    h. Bagaimana pengelolaan dana BLM-PUAP di tingkat Gapoktan/kelompok

    Tani ?

  • 52

    i. Bagaimana metode pencairan dana tersebut ?

    j. Siapa sasaran yang paling tepat penerima bantuan PUAP tersebut ?

    E. Pemanfaatan Dana

    1. Dana program PUAP yang Bapak/Ibu terima digunakan untuk apa ?

    2. Adakah manfaat progaram PUAP yang Bapak/Ibu rasakan ?

    3. Apakah ada pengawasan dalam pemanfaatan dana PUAP tersebut ?

    F. Realisasi Pengembalian

    1. Bagaimana teknik pengembalian pinjaman yang dilakukan ?

    2. Dari mana sumber dana untuk program ini ?

    3. Bagaimana jika terjadi penunggakan dalam pengembalian pinjaman ?

    4. Bagaimana realisasi pengembalian pinjaman yang dilakukan ?

    5. Berapa lama waktu pengembalian pinjaman ?

    6. Berapakah tingkat suku bangsa yang ditetapkan dalam setiap pinjaman

    tersebut ?