tgs dading hemato

Upload: andiraharjo3009347

Post on 19-Jul-2015

79 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Sensitivitas: Sensitivitas adalah:

Kemampuan organisme untuk merespon obat atau agen lain. Pada statistik, sensitivitas adalah ukuran keakuratan tes yaitu seberapa besar kemungkinan tes untuk mendeteksi positif orang-orang yang memiliki penyakit atau kondisi. Kontras dengan spesifisitas. Sebuah tes dengan sensitivitas yang tinggi akan hampir selalu positif bagi orang yang memiliki kondisi itu (tes memiliki hasil negatif palsu yang rendah). Sensitivitas juga dikenal sebagai tingkat benar positif. Kontras dengan spesifisitas.

Spesifisitas : Spesifisitas adalah ukuran statistik mengenai akurasi tes, yaitu seberapa baik tes

mengidentifikasi negatif orang-orang yang tidak memiliki penyakit atau kondisi. Kontras dengan sensitivitas. BTA: Sensitivitas pemeriksaan BTA secara langsung masih rendah 20-30%,dengan spesifisitas cukup tinggi 90%. Pemeriksaan Sputum Sputum adalah cairan yang diproduksi dalam alveoli dan bronkioli. Sputum yang memenuhi syarat pemeriksaan harus betul-betul dari trakea dan bronki bukan berupa air ludah. Sputum dapat dibedakan dengan ludah antara lain : ludah biasa akan membentuk gelembung-gelembung jernih di bagian atas permukaan cairan,sedang pada sputum hal ini jarang terjadi. Secara mikroskopis ludah akan menunjukan gambaran sel-sel gepeng sedang pada sputum hal ini tidak ditemukan. Prinsip umum untuk pemilihan sputum adalah : a. Sputum harus mewakili proses penyakit infeksinya, misalnya sputum diambil dari penderita radang paru-paru, bukan salivanya. b. Penyebab penyakit dapat diisolasi dari suatu tempat pada saat akut dan ditemukan ditempat lain selama perjalanan penyakitnya. c. Jumlah sputum yang adekuat agar cukup dilakukan pemeriksaan sesuai prosedurnya. d. Cara pengambilan harus dengan tehnik aseptis untuk menghindari kontaminasi mikroorganisme lain

e. Wadahnya harus steril sebab bisa terjadi kontaminasi mikroorganisme lain sehingga dapat mengacaukan pemeriksaan.Untuk mendapatkan wadah yang steril sebaiknya dipakai autoklav atau alat steril yang lain, tidak dianjurkan memakai antiseptik/disinfektans. f. Sputum harus segera dikirim ke laboratorium mikrobiologi agar segera diproses. Lebih dari 24 jam tidak dianjurkan dipakai untuk pemeriksaan mikrobiologi. Prosedur Pengambilan Sputum: 1. Pengambilan sputum sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dimana kemungkinan untuk mendapat sputum bagian dalam lebih besar. Atau juga bisa diambilsputum sewaktu. Pengambilan sputum juga harus dilakukan sebelum pasien menyikat gigi. 2. Agar sputum mudah dikeluarkan, dianjurkan pasien mengonsumsi air yang banyak pada malam sebelum pengambilan sputum. Apabila diperlukan sebelumnya dapat diberikan nebulizer atau ekspectoransia untuk memudahkan pengeluaran sputum 3. Jelaskan pada pasien apa yang dimaksud dengan sputum agar yang dibatukkan benar-benar merupakan sputum, bukan air liur/saliva ataupun campuran antara sputum dan saliva. Selanjutnya, jelaskan cara mengeluarkan sputum. 4. Sebelum mengeluarkan sputum, pasien disuruh untuk berkumur-kumur denga air dan pasien harus melepas gigi palsu(bila ada). 5. Sputum diambil dari batukkan pertama(first cough). 6. Cara membatukkan sputum: Tarik nafas dalam dan kuat(dengan pernafasan dada)batukkan kuat sputum dari bronkustrakeamulutwadah penampung. Wadah penampung berupa pot steril bermulut besar dan berpenutup(Screw Cap Medium). 7. Periksa sputum yang dibatukkan, bila ternyata yang dibatukkan adalah air liur/saliva, maka pasien harus mengulangi membatukkan sputum. 8. Sebaiknya, pilih sputum yang mengandung unsur-unsur khusus, seperti, butir keju, darah dan unsur-unsur lain.

obat glyseril guayakolat(expectorant) 200 mg atau dengan mengonsumsi air teh manis saat malam sebelum pengambilan sputum. 10. Bila sputum juga tidak bisa didahakkan, sputum dapat diambil secara invasive yaitu :

Aspirasi transtracheal

-paru langsung

11. Ingat untuk tetap menjaga viabilitas bakteri. 12. Volume sputum yang diperlukan: minimal 1 ml, biasanya 2-3 ml, sesuai keperluan. 13. Perlu diperhatikan perbedaan teknik dan prosedur pengambilan bakteri biasa dengan bakteri tahan asam(BTA).

dilakukan pada pagi hari. Dan untuk prosedur dan cara membatukkan sputum dapat dilihat pada cara pengambilan sputum secara umum diatas. 15. Dalam pengambilan sputum untuk bakteri tahan asam(BTA)diperlukan 3 kali pengambilan sputum yang disebut sputum SPS(Sewaktu Pagi Sewaktu). Cara penyimpanan sputum: 1. Penyimpanan: < 24 jam pada suhu ruang. 2. Penyimpanan pada pot steril berpenutup. Pembuatan Sediaan a. Pembuatan Preparat Gelas kaca di beri nomor kode, nomor pasien, nama pasien, pada sisi kanan kaca obyek baru. Pilih bagian sputum yang kental, warna kuning kehijauan, ada pus atau darah, ada perkejuan. Ambil sedikit bagian tersebut dengan menggunakan ose yang sebelumnya dibakar dulu sampai pijar, kemudian didinginkan. Ratakan diatas kaca obyek dengan ukuran + 2-3 cm. Hapusan sputum yang dibuat jangan terlalu tebal atau tipis. Keringkan dalam suhu kamar. Ose sebelum dibakar dicelupkan dulu kedalam botol berisi campuran alkohol 70% dan pasir dengan perbandingan 2 : 1 dengan tujuan untuk melepaskan partikel yang melekat pada ose (untuk mencegah terjadinya percikan atau aerosol pada waktu ose dibakar yang dapat menularkan kuman tuberkulosis).Rekatkan / fiksasi dengan cara melakukan melewatkan preparat diatas lidah api dengan cepat sebanyak 3 kali selama 3-5 detik. Setelah itu sediaan langsung diwarnai dengan pewarna Ziehl Neelsen. b. Pembuatan Ziehl Neelsen. Pada dasarnya prinsip pewarnaan mycobacterium yang dinding selnya tahan asam karena mempunyai lapisan lemah atau lilin sehingga sukar ditembus cat. Oleh pengaruh phenol dan pemanasan maka lapisan lemak dapat ditembus cat basic fuchsin. Pada

pengecatan Ziehl Neelsen setelah BTA mengambil warna dari basic fuchshin kemudian dicuci dengan air mengalir, lapisan lilin yang terbuka pada waktu dipanasi akan merapat kembali karena terjadi pendinginan pada waktu dicuci. Sewaktu dituangi dengan asam sulfat dan alkohol 70% atau HCI alkohol, warna merah dari basic fuchsin pada BTA tidak akan dilepas/luntur.Bakteri yang tidak tahan asam akan melepaskan warna merah, sehingga menjadi pucat atau tidak bewarna. Akhirnya pada waktu dicat dengan Methylien Blue BTA tidak mengambil warna biru dan tetap merah, sedangkan bakteri yang tidak tahan asam akan mengambil warna biru dari Methylien Blue. c. Cara Pengecatan Basil Tahan Asam Letakkan sediaan diatas rak pewarna, kemudian tuang larutan Carbol Fuchsin sampai menutupi seluruh sediaan. Panasi sediaan secara hati-hati diatas api selama 3 menit sampai keluar uap, tetapi jangan sampai mendidih. Biarkan selama 5 menit (dengan memakai pinset). Cuci dengan air mengalir, tuang HCL alkohol 3% (alcohol asam) sampai warna merah dari fuchsin hilang. Tunggu 2 menit. Cuci dengan air mengalir, tuangkan larutan Methylen Blue 0,1% tunggu 10-20 detik. Cuci dengan air mengalir, keringkan di rak pengering. d. Cara Melakukan Pemeriksaan Setelah preparat terwarnai dan kering, dilap bagian bawahnya dengan kertas tissue, kemudian sediaan ditetesi minyak imersi dengan 1 tetes diatas sediaan. Sediaan dibaca mikroskop dengan perbesaran kuat. Pemeriksaan dimulai dari ujung kiri dan digeser ke kanan kemudian digeser kembali ke kiri (pemeriksaan system benteng). Diperiksa 100 lapang pandang (kurang lebih 10 menit). Pembacaan dilakukan secara sistematika, dan setiap lapang pandang dilihat, kuman BTA berwarna merah berbentuk batang lurus atau bengkok, terpisah, berpasangan atau berkelompok dengan latar belakang biru. 3. Pelaporan Hasil Pembacaan hasil pemeriksaan sediaan dahak dilakukan dengan menggunakan skala International Union Against Tuberculosis (IUAT) .Pemeriksaan sputum untuk Basil Tahan Asam biasanya dilakukan pemeriksaan terhadap sputum sewaktu, sputum pagi dan sputum sewaktu (SPS). Hasil yang positif ditandai dengan sekurang kurangnya 2 dari 3 spesimen sputum sewaktu, pagi, sewaktu adalah positif ditemukannya Basil Tahan Asam

(BTA).Pemeriksaan mikrokopis BTA ini digunakan untuk menbantu diagnosis penyakit tuberculosis. Metode yang dipakai biasanya dengan pengecatan langsung (metode pewarnaan Ziehl Nelsen ), dan metode penghitungan BTA dengan skala IUAT (Intrenational Union

Against Tuberculosis) yaitu dalam 100 lapang pandang tidak ditemukan BTA disebut negatif. Ditemukan : 1. 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman yang ditemukan. 2. 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + atau (1+). 3. 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++ atau (2+). 4. > 10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ atau (3+). Darah dan Transfusi Darah Definisi dan tujuan transfusi darah Transfusi darah adalah suatu rangkaian proses pemindahan darah donor ke dalam sirkulasi darah resipien sebagai upaya pengobatan. Bahkan sebagai upaya untuk menyelamatkan kehidupan. Berdasarkan asal darah yang diberikan transfusi dikenal: (1) Homologous transfusi; berasal dari darah orang lain, (2)Autologous transfusi; berasal dari darah sendiri. Tujuan transfusi darah adalah: (1)mengembalikan dan mempertahankan volume yang normal peredaran darah, (2)mengganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah, (3)meningkatkan oksigenasi jaringan, (4)memperbaiki fungsi homeostasis, (5)tindakan terapi khusus. Transfusi darah dalam klinik Darah dan berbagai komponen- komponen darah, dengan kemajuan teknologi kedokteran, dapat dipisah- pisahkan dengan suatu proses dan ditransfusikan secara terpisah sesuai kebutuhan. Darah dapat pula disimpan dalam bentuk komponen- komponen darah yaitu: eritrosit, leukosit, trombosit, plasma dan factor- factor pembekuan darah dengan proses tertentu yaitu dengan Refrigerated Centrifuge. Pemberian komponen-komponen darah yang diperlukan saja lebih dibenarkan dibandingkan dengan pemberian darah lengkap (whole blood). Dasar pemikiran penggunaan komponen darah: (1)lebih efisien, ekonomis, memperkecil reaksi transfusi, (2)lebih rasional, karena (a)darah terdiri dari komponen seluler maupun plasma yang fungsinya sangat beragam, serta merupakan materi biologis yang bersifat multiantigenik, sehingga pemberiannya harus memenuhi syarat- syarat variasi antigen minimal dan kompatibilitas yang baik, (b) transfusi selain merupakan live saving therapy tetapi juga replacement therapy sehingga darah yang diberikan haruslah safety blood. Kelebihan terapi komponen dibandingkan dengan terapi darah lengkap: (1)disediakan dalam bentuk konsentrat sehingga mengurangi volume transfusi, (2)resiko reaksi imunologik lebih kecil, (3)pengawetan,

(4)penularan penyakit lebih kecil, (5)aggregate trombosit dan leukosit dapat dihindari, (6)pasien akan memerlukan komponen yang diperlukan saja, (7)masalah logistic lebih mudah, (8)pengawasan mutu lebih sederhana. Indikasi Transfusi Darah Secara garis besar Indikasi Transfusi Darah adalah: 1. Untuk mengembalikan dan mempertahankan suatu volume peredaran darah yang normal, misalnya pada anemia karena perdarahan, trauma bedah, atau luka bakar luas. 2. Untuk mengganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah, misalnya pada anemia, trombositopenia, hipoprotrombinemia, hipofibrinogenemia, dan lain-lain. Keadaan Anemia yang Memerlukan Transfusi Darah: 3. Anemia karena perdarahan Biasanya digunakan batas Hb 7 8 g/dL. Bila Hb telah turun hingga 4,5 g/dL, maka penderita tersebut telah sampai kepada fase yang membahayakan dan transfusi harus dilakukan secara hati-hati. 4. Anemia hemolitik Biasanya kadar Hb dipertahankan hingga penderita dapat mengatasinya sendiri. Umumnya digunakan patokan 5 g/dL. Hal ini dipertimbangkan untuk menghindari terlalu seringnya transfusi darah dilakukan. 5. Anemia aplastik 6. Leukemia dan anemia refrakter 7. Anemia karena sepsis 8. Anemia pada orang yang akan menjalani operasi

BERBAGAI SEDIAAN DARAH UNTUK TRANSFUSI Macam- macam komponen darah Untuk kepentingan transfusi, tersedia berbagai produk darah, seperti yang tercantum dalam tabel Tabel. Karakteristik darah dan komponen-komponen darah Komponen PenyimpananJika disimpan di lemari Whole blood (darah lengkap) pendingin pada suhu 15C, memiliki masa simpan sampai 21 hari untuk darah sitrat (CPD/ citrate phosphate dextrose), dan selama 35 hari untuk darah CPDA1(CPD & Adenin), dan 49 hari bila ditambahkan

KomposisiMengandung semua jenis komponen darah Setiap unit kantung darah berkapasitas 350ml darah dan 49ml pengawet (anti pembekuan & zat aditif) atau 250ml darah dengan 35ml

IndikasiAnemia

Risiko

PemberianPada saat kehilangan darah akut, secepat mungkin yang masih dapat ditoleransi.

Harus diperiksa gol. darah ABO, cross match dan agen-agen Penggantian volume infeksi. Reaksi febris untuk kehilangan darah dan hemolitik (> 15 20%) Renjatan berat

Pada kondisi lain, Aloimunisasi diberikan dalam 2 4 terhadap antigen jam. 10 ml/KgBB akan eritrosit, leukosit atau meningkatkan Ht 5%

Komponen Penyimpananlarutan nutritive SADM(Nacl, dextrose,adenine, manitol). Darah sitrat yang telah dikeluarkan dari lemari pendingin harus digunakan dalam waktu 4 jam. Packed red cells Sama seperti whole (sel darah merah blood. Penam-bahan larutan rejuvenating pekat) dapat memperlama penyimpanan hingga 42 hari.

Komposisi

IndikasiTransfusi tukar

Risiko

Pemberiandan mendukung volume.

pengawet, dengan Ht Perbaikan f/ oksigenasi trombosit. 36 40%.

Komponen ini dipisahkan dari donor tunggal dengan sentrifugasi darah lengkap.

Mengandung eritrosit, leukosit, trombosit dan sedikit plasma. Trauma Setiap unit yang siap ditransfusikan memiliki nilai Ht 55% setelah ditambahkan larutan aditif.

Anemia simptomatik, Sama seperti whole anemia karena blood. keganasan, anemia aplastik, anemia hemolitik, anemia defisiensi berat dengan ancaman gagal jantung/ infeksi berat

Sejauh dapat ditoleransi pasien dalam 2 4 jam. Dosis 3 ml/Kg akan meningkatkan Ht 3%. Jika status kardiovaskuler stabil, berikan 10 ml/KgBB dalam 2 4 jam. Jika tidak stabil, gunakan volume yang lebih kecil.

Perdarahan akut Kasus yang membutuhkan support kardiopulmoner secara intensif (Ht Anemia kronis (Ht Px dengan alergi yang Sama seperti packed Sama seperti packed red butuh transfusi berulang red cells cells Px yang mempunyai ab terhadap protein plasma Px dengan hemoglobinuria nocturnal proksismal

Washed or filtered red cells (sel darah merah yang dicuci)

Pencucian dengan Sama seperti packed saline,akan red cells menghilangkan Ab pada sel darah merah, kelebihan kalium dan sisa leukosit.

Saat sel-sel dicuci, mempunyai ketahanan 24 jam, selanjutnya bersifat sama seperti packed red cells. Frozen-thawed Komponen sel darah merah diawetkan dalam deglycerolized RBC (sel darah larutan gliserol, dan dibekukan, kemudian merah bekudicairkan cuci) dicairkan dan dicuci agar gliserol, plasma, antikoagulan, leukosit dan sisa trombosit tersingkirkan. Plasma dari whole Fresh frozen plasma(plasma blood, yang dipisahkan dan lalu dibekukan segar beku) dalam 8 jam, disimpan dibawah 18C hingga 1 tahun

Sama seperti packed Px yang perlu transfusi Sama seperti packed Sama seperti packed red red cells antigen-matched(karena red cells. cells. Ab sel darah merah menetap/mencegah terbentuknya Ab baru) Px dengan reaksi alergi Mengandung > 80% dari seluruh protein plasma prokoagulan dan antikoagulan Defisiensi berbagai factor pembekuan (penggantian protein plasma prokoagulan dan antikoagulan) Trauma dengan perdarahan hebat Renjatan(syok) Penyakit hati berat Imunodefisiensi yang tidak tersedia preparat Perlu di cross match. Risiko volume overload, penyakit infeksi, reaksi alergi. Secepat yang dapat ditoleransi pasien, tidak boleh >4 jam. Dosis 10 15 ml/Kg meningkatkan kadar faktor pembekuan 1015%

Komponen Penyimpanan

Komposisi

Indikasikhusus)

Risiko

Pemberian

Cryoprecipitate

Konsentrat trombosit dari whole blood

Dibuat dengan membekukan plasma segar hingga 80 Iu/pak, XIII, fibrinogen 100 350/pak, dan fibronectin pada konsentrasi > dari plasma. Setiap unit mengandung 5x1010 trombosit.

Pada bayi dengan enteropati disertai hilangnya protein (protein losing enteropathy) Terapi defisiensi faktor Sama seperti fresh VIII, Von Willebtand, frozen plasma. dan fibrinogen.

Dapat diberikan sebagai infus cepat. Dosis pak/Kg BB akan meningkatkan kadar faktor VIII 80 100% dan fibrinogen 200 250 mg/dL.

Konsentrat trombosit dengan teknik apheresis

Granulocytes

Dapat diberikan sebagai infus cepat atau yang diperlukan sesuai status kardiovaskuler, tidak lebih dari 4 jam. Dosis 10 ml/Kg, dapat meningkatkan trombosit setidaknya 50.000/L. Sama seperti unit donor Kandungan trombosit Sama seperti konsentrat Sama seperti Sama seperti konsentrat acak sama dengan 6 10 trombosit dari whole konsentrat trombosit trombosit dari whole unit konsentrat donor blood, khususnya jika dari whole blood blood acak. Tergantung aloimunisasi dapat pada teknik yang menjadi masalah digunakan, relatif bebas leukosit, bergu-na untuk mencegah aloimunisasi Meskipun dapat Mengandung Neutropenia berat Sama seperti Diberikan sebagai infus disimpan pada suhu 20 setidaknya 1x1010 ( trombosit. Reaksi lebih dari 2 4 jam. 24C yang stabil, granulosit, juga leukostasis pulmoner. Dosis: 1 unit/hari untuk sebaiknya ditransfusikan eritrosit dan Reaksi febris berat. neonatus dan bayi, sesegera mungkin trombosit. 1x109 granulosit/Kg. setelah pengumpulan

Terapi trombositopenia Tidak diperlukan atau defek fungsi cross match. Risiko trombosit. lain sama dengan whole blood

Komplikasi Transfusi Darah Reaksi transfusi darah secara umum Tidak semua reaksi transfusi dapat dicegah. Ada langkah-langkah tertentu yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya reaksi transfusi, walaupun demikian tetap diperlukan kewaspadaan dan kesiapan untuk mengatasi setiap reaksi transfusi yang mungkin terjadi. Ada beberapa jenis reaksi transfusi dan gejalanya bermacam-macam serta dapat saling tumpang tindih. Oleh karena itu, apabila terjadi reaksi transfusi, maka langkah umum yang pertama kali dilakukan adalah menghentikan transfusi, tetap memasang infus untuk pemberian cairan NaCl 0,9% dan segera memberitahu dokter jaga dan bank darah. Reaksi Transfusi Hemolitik Akut

Reaksi transfusi hemolitik akut (RTHA) terjadi hampir selalu karena ketidakcocokan golongan darah ABO (antibodi jenis IgM yang beredar) dan sekitar 90%-nya terjadi karena kesalahan dalam mencatat identifikasi pasien atau unit darah yang akan diberikan. Gejala dan tanda yang dapat timbul pada RTHA adalah demam dengan atau tanpa menggigil, mual, sakit punggung atau dada, sesak napas, urine berkurang, hemoglobinuria, dan hipotensi. Pada keadaan yang lebih berat dapat terjadi renjatan (shock), koagulasi intravaskuler diseminata (KID), dan/atau gagal ginjal akut yang dapat berakibat kematian. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan tindakan sebagai berikut:

(a)meningkatkan perfusi ginjal, (b)mempertahankan volume intravaskuler, (c)mencegah timbulnya DIC. Reaksi Transfusi Hemolitik Lambat Reaksi transfusi hemolitik lambat (RTHL) biasanya disebabkan oleh adanya antibodi yang beredar yang tidak dapat dideteksi sebelum transfusi dilakukan karena titernya rendah. Reaksi yang lambat menunjukkan adanya selang waktu untuk meningkatkan produksi antibodi tersebut. Hemolisis yang terjadi biasanya ekstravaskuler. Gejala dan tanda yang dapat timbul pada RTHL adalah demam, pucat, ikterus, dan kadang-kadang hemoglobinuria. Biasanya tidak terjadi hal yang perlu dikuatirkan karena hemolisis berjalan lambat dan terjadi ekstravaskuler, tetapi dapat pula terjadi seperti pada RTHA. Apabila gejalanya ringan, biasanya tanpa pengobatan. Bila terjadi hipotensi, renjatan, dan gagal ginjal, penatalaksanaannya sama seperti pada RTHA. Reaksi Transfusi Non-Hemolitik

1. DemamDemam merupakn lebih dari 90% gejala reaksi transfusi. Umumnya ringan dan hilang dengan sendirinya. Dapat terjadi karena antibodi resipien bereaksi dengan leukosit donor. Demam timbul akibat aktivasi komplemen dan lisisnya sebagian sel dengan melepaskan pirogen endogen yang kemudian merangsang sintesis prostaglandin dan pelepasan serotonin dalam hipotalamus. Dapat pula terjadi demam akibat peranan sitokin (IL-1 dan IL-6). Umumnya reaksi demam tergolong ringan dan akan hilang dengan sendirinya.

2. Reaksi alergi

Reaksi alergi (urtikaria) merupakan bentuk yang paling sering muncul, yang tidak disertai gejala lainnya. Bila hal ini terjadi, tidak perlu sampai harus menghentikan transfusi. Reaksi alergi ini diduga terjadi akibat adanya bahan terlarut di dalam plasma donor yang bereaksi dengan antibodi IgE resipien di permukaan sel-sel mast dan eosinofil, dan menyebabkan pelepasan histamin. Reaksi alergi ini tidak berbahaya, tetapi mengakibatkan rasa tidak nyaman dan menimbulkan ketakutan pada pasien sehingga dapat menunda transfusi. Pemberian antihistamin dapat menghentikan reaksi tersebut.

3. Reaksi anafilaktikReaksi yang berat ini dapat mengancam jiwa, terutama bila timbul pada pasien dengan defisiensi antibodi IgA atau yang mempunyai IgG anti IgA dengan titer tinggi. Reaksinya terjadi dengan cepat, hanya beberapa menit setelah transfusi dimulai. Aktivasi komplemen dan mediator kimia lainnya meningkatkan permeabilitas vaskuler dan konstriksi otot polos terutama pada saluran napas yang dapat berakibat fatal. Gejala dan tanda reaksi anafilaktik biasanya adalah angioedema, muka merah (flushing), urtikaria, gawat pernapasan, hipotensi, dan renjatan. Penatalaksanaannya adalah (1)menghentikan transfusi dengan segera, (2)tetap infus dengan NaCl 0,9% atau kristaoid, (3)berikan antihistamin dan epinefrin. Pemberian dopamin dan kortikosteroid perlu dipertimbangkan. Apabila terjadi hipoksia, berikan oksigen dengan kateter hidung atau masker atau bila perlu melalui intubasi. 4. 5. Efek samping lain dan resiko lain transfusi 4. 5. 1. Komplikasi dari transfusi massif Transfusi massif adalah transfusi sejumlah darah yang telah disimpan, dengan volume darah yanglebih besar daripada volume darah resipien dalam waktu 24 jam. Pada keadaan ini dapat terjadi hipotermia bila darah yang digunakan tidak dihangatkan, hiperkalemia, hipokalsemia dan kelainan koagulasi karena terjadi pengenceran dari trombosit dan factor- factor pembekuan. Penggunaan darah simpan dalam waktu yang lama akan menyebabkan terjadinya beberapa komplikasi diantaranya adalah kelainan jantung, asidosis, kegagalan hemostatik, acute lung injury. Penularan penyakit Infeksi a. Hepatitis virus

Penularan virus hepatitis merupakan salah satu bahaya/ resiko besar pada transfusi darah. Diperkirakan 5-10 % resipien transfusi darah menunjukkan kenaikan kadar enzim transaminase, yang merupakan bukti infeksi virus hepatitis. Sekitar 90% kejadian hepatitis pasca transfusi disebabkan oleh virus hepatitis non A non B. Meski sekarang ini sebagian besar hepatitis pasca transfusi ini dapat dicegah melalui seleksi donor yang baik dan ketat, serta penapisan virus hepatitis B dan C, kasus tertular masih tetap terjadi. Perkiraan resiko penularan hepatitis B sekitar 1 dari 200.000 dan hepatitis C lebih besar yaitu sekitar 1:10.000. b. AIDS (Acquired Immune Deficiency syndrome) Penularan retrovirus HIV telah diketahui dapat terjadi melalui transfusi darah, yaitu dengan rasio 1:670.000, meski telah diupayakan penyaringan donor yang baik dan ketat. c. Infeksi CMV Penularan CMV terutama berbahaya bagi neonatus yang lahir premature atau pasien dengan imunodefisiensi. Biasanya virus ini menetap di leukosit danor, hingga penyingkiran leukosit merupakan cara efektif mencegah atau mengurangi kemungkinan infeksi virus ini. Transfusi sel darah merah rendah leukosit merupakan hal terbaik mencegah CMV ini. d. Penyakit infeksi lain yang jarang Beberapa penyakit walaupun jarang, dapat juga ditularkan melalui transfusi adalah malaria, toxoplasmosis, HTLV-1, mononucleosis infeksiosa, penyakit chagas (disebabkan oleh trypanosoma cruzi), dan penyakit CJD ( Creutzfeldt Jakob Disease). Pencemaran oleh bakteri juga mungkin terjadi saat pengumpulan darah yang akan ditransfusikan. Pasien yang terinfeksi ini dapat mengalami reaksi transfusi akut, bahkan sampai mungkin renjatan. Keadaan ini perlu ditangani seperti pada RTHA ditambah dengan pemberian antibiotic yang adekuat. e. GVHD(Graft versus Host disease) GVHD merupakan reaksi/ efek samping lain yang mungkin terjadi pada pasien dengan imunosupresif atau pada bayi premature. Hal ini terjadi oleh karena limfosit donor bersemai (engrafting) dalam tubuh resipien dan bereaksi dengan antigen penjamu. Reaksi ini dapat dicegah dengan pemberian komponen SDM yang diradiasi atau dengan leukosit rendah.