skizofrenia - blok 22 oips
DESCRIPTION
ikj skizoTRANSCRIPT
Skizofrenia dengan Tipe Paranoid
Inge Pradita
102010234
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
e-mail : [email protected]
Pendahuluan
Kesehatan adalah suatu kondisi yang bukan hanya bebas dari penyakit, cacat,
kelemahan tapi benar-benar merupakan kondisi positif dan kesejahteraan fisik, mental dan
sosial yang memungkinkan untuk hidup produtif. Manusia adalah makhluk sosial yang
membutuhkan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut, individu dituntut untuk lebih meningkatkan kinerjanya agar segala kebutuhannya
dapat terpenuhi tingkat sosial di masyarakat lebih tinggi. Hal ini merupakan dambaan setiap
manusia.
Gangguan jiwa adalah penyakit non fisik, seyogianya kedudukannya setara dengan
penyakit fisik lainnya. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak dianggap sebagai gangguan
yang menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya gangguan tersebut dalam arti
ketidak mampuan serta invalisasi baik secara individu maupun kelompok akan menghambat
pembangunan, karena tidak produktif dan tidak efisien. Gangguan jiwa (mental disorder)
merupakan salah satu empat masalah kesehatan utama di Negara-negara maju, modern dan
indrustri keempat kesehatan utama tersbut adalah penyakait degeneratif, kanker, gangguan
jiwa dan kecelakaan. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak di anggap sebagai gangguan
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 1
jiwa yang menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya gangguan tersebut dalam
arti ketidakmampuan serta invaliditas baik secara individu maupun kelompok akan
menghambat pembangunan, karena tidak produktif dan tidak efisien.
Skizofrenia merupakan psikosis fungsional paling berat, dan menimbulkan
disorganisasi personalitas terbesar, pasien tidak mempunyai realitas, sehingga pemikiran dan
perilakunya abnormal. Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering, hampir
1% penduduk dunia menderita psikotik selama hidup mereka di Amerika. Skizofrenia lebih
sering terjadi pada Negara industri terdapat lebih banyak populasi urban dan pada kelompok
sosial ekonomi rendah. Walaupun insidennya hanya 1 per 1000 orang di Amerika Serikat,
skizofrenia seringkali ditemukan di gawat darurat karena beratnya gejala, ketidakmampuan
untuk merawat diri, hilangnya tilikan dan pemburukan sosial yang bertahap. Kedatangan
diruang gawat darurat atau tempat praktek disebabkan oleh halusinasi yang menimbulkan
ketegangan yang mungkin dapat mengancam jiwa baik dirinya maupun orang lain, perilaku
kacau, inkoherensi, agitasi dan penelantaran
Skenario
Seorang pemuda berusia 25 tahun dibawa kepuskesmas oleh orangtuanya karena
malam tidak bisa tidur, bicara melantur, mengatakan dirinya adalah nabi terakhir yang
diyakini setelah ia mendengar suara bisikan ditelinganya saat ia sedang memancing dikolam
dekat rumahnya.
Anamnesis 1
Wawancara pada kasus-kasus Psikiatrik memerlukan keterampilan khusus dan harus
memperhatikan beberapa keadaan pasien,keluarga pasien dan juga pemeriksa (dokter). Pasien
seringkali malu-malu mengemukakan masalah emosionalnya. Pasien seringkali tidak terbuka
mengatakan gejala/keluhan yang dia rasakan atau bahkan menyampaikan secara berlebihan.
Dokter/pemeriksa perlu menjaga kerahasiaan pasien. Disamping melakukan autoanamnesa
seperti pada pemeriksaan pasien lainnya, sering dalam menghadapi atau memeriksa pasien
psikiatrik dibutuhkan alloanamnesa dari keluarga terdekat, teman, tetangga atau aparat/orang
yang mengantar atau mendampingi pasien.1
o Riwayat Penyakit sekarang1
- Onset, deviasi dan perubahan gejala dari waktu ke waktu
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 2
- Stress pemicu khususnya tentang kehilangan, kematian, PHK atau kehilangan
uang/harta
- Persepsi pasien tentang dirinya atau persepsi orang lain tentang pasien (pasangan,
orang tua)
- Gangguan dan pengobatan sebelumnya
- Kemampuan adaptasi sosial (pekerjaan, sekolah dll)
o Riwayat pribadi1
- Perkembangan
- Informasi tentang perkembangan usia dini (riwayat kehamilan).
- Temperamen waktu kecil, kejadian penting dalam keluarga (kematian,
perpisahan, perceraian).
- Riwayat sekolah, teman, stabilitas keluarga, penelantaran atau penganiayaan,
hubungan pasien dengan orang tua, saudara kandung dan teman merupakan
barometer penting
o Riwayat Sosial1
- Apakah pasien pendiam dan tidak berkawan atau banyak kawan
- Apakah ada perubahan kepribadian yang dirasakan oleh pasien atau diamati
oleh keluarga atau teman
- Status perkawinan dan taraf fungsi seksual sekarang
- Riwayat pekerjaan (sekarang, diberhentikan, pindah-pindah pekerjaan, sudah
berapa kali pindah dan alasan pindah) masalah alkohol atau perilaku anti
sosial
- Riwayat berhubung dengan aparat (masalah disipilin atau tindak kekerasan)
o Riwayat Keluarga1
- Riwayat penyakit genetic, sikap keluarga terhadap gangguan jiwa dan
pengobatannya
- Riwayat masalah kesehatan jiwa pada anggota keluarga (gangguan jiwa,
problem NAFZA, usaha bunuhdiri, dll)
- Riwayat jenis obat yang berhasil baik untuk terapi gangguan yang sama.
Kemungkinan obat yang sama juga akan beraksi baik terhadap pasien
sekarang
o Riwayat Psikiatrik 1
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 3
- Perlu dicatat dalam riwayat penyakit sekarang
- Masalah kesehatan jiwa sebelumnya, Riwayat pengobatan: nama dokter dan
tempatnya, jenis obat, dosis dan hasil terapi
o Riwayat penggunaan atau penyalahgunaan zat:
- Narkotika, Psikotropika, Alkohol, Nikotin
o Riwayat perilaku buruk
- Kebiasaan berjudi, Kekerasan dalam rumah tangga, Kebiasaan yang bersifat
anti sosial
Pemeriksaan fisik1
Keadaan Umum
jenis kelamin, usia, rawat diri (Penting untuk menentukan/memperkirakan prognosis pasien)
Contoh: tampak seorang laki-laki sesuai usia, dengan rawat diri cukup. Pemeriksaan tanda-
tanda vital meliputi suhu, denyut nadi, pernapasan, dan tekanan darah1
Kesadaran1
o Compos mentis, Somnolen, Stupor, Delirium: kesadaran menurun disertai
bingung, gelisah, takut, dan halusinasi. Penderita menjadi tidak dapat diam.
o Koma: ketidaksadaran berat, pasien sama sekali tidak memberikan respon
terhadap stimuli.
o Koma vigil: keadaan koma tetapi mata tetap terbuka.
o Kesadaran berkabut: kesadaran menurun yang disertai dengan gangguan
persepsi dan sikap
o Twilight state (dreamy state): kesadaran menurun disertai dengan halusinasi,
biasanya terjadi pada epilepsy
Pemeriksaan tanda vital adalah pemeriksaan umum yang dilakukan oleh dokter untuk
menilai kondisi pasien sama baik atau buruk. Antara pemeriksaan yang dilakukan
ialah memeriksa suhu tubuh,nadi,tekanan darah dan frekuensi nafas pasien
Orientasi (orang, waktu, tempat, dan situasi)1
Misalnya : menunjuk foto dan bertanya foto siapa itu? Sekarang jam berapa?
Sekarang ada dimana? Atau dimana kamu tinggal, dimana kamu dilahirkan?
Sikap, Tingkah Laku1
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 4
Aktivitas (hiperaktif, normoaktif, hipoaktif), kerjasama (kooperatif, nonkooperatif),
psikomotor (jika ada)
Bentuk kelainan psikomotor yang dapat diamati:1
o Echopraxia: menirukan gerakan orang lain
o Katatonia
o Katalepsi: pasien tidak bergerak dan cenderung mempertahankan posisi tertentu.
o Fleksibilitas serea: gerakan yang diberikan oleh pemeriksa secara perlahan, dan
kemudian dipertahankan oleh pasien.
o Negativisme: gerakan menentang/tidak mematuhi perintah.
o Katapleksi: tonus otot menghilang sementara dikarenakan emosi
o Stereotipi: aktivitas fisik atau bicara yang diulang-ulang
o Manerisme: gerakan involunter yang stereotipik
o Otomatis perintah: mengikuti perintah secara otomatis
o Mutisme: tak bersuara
o Agresi: perbuatan menyerang, baik verbal maupun fisik, disertai afek
marah/benci.
Working Diagnosa : Skizofrenia Paranoid
Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, “schizein”yang berarti “terpisah”atau
“pecah”, dan “phren” yang artinya “jiwa”. Pada skizofrenia terjadi pecahnya atau
ketidakserasian antara afeksi, kognitif dan perilaku. Secara umum, simptom skizofrenia dapat
dibagi menjadi tiga golongan: yaitu simptom positif, simptom negative, dan gangguan dalam
hubungan interpersonal.
Menurut beberapa pendapat mengenai pengertian skizofren :
Menurut Chaplin J.P., Skizofrenia adalah istilah umum untuk sekelompok reaksi
psikotik yang dikarakteristikkan dengan menarik diri dari gangguan emosional dalam
kehidupan, afeksi, serta tergantung pada tipenya. Adanya halusinasi, waham, tingkah laku
negativitistik, dan deteriorasi yang agresif.1
Menurut PPDGJ III, Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi
penyebab (belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tidak selalu bersifat kronis atau
“deteriorating”) yang luas serta sejumlah akibat yang bergantung pada perimbangan pengaruh Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 5
genetik, fisik, sosial budaya. Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental
dan karakteristik dari pikiran dan persepsi serta oleh efek yang tidak wajar atau tumpul.
Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun
kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.2
Skizofrenia adalah diagnosis psikiatri yang menggambarkan gangguan mental yang
ditandai oleh kelainan dalam persepsi atau ungkapan realitas. Distorsi persepsi dapat
mempengaruhi semua lima indera, termasuk penglihatan, pendengaran, rasa, bau dan
sentuhan, tapi paling sering bermanifestasi sebagai halusinasi pendengaran, delusi paranoid
atau aneh, atau pidato teratur dan berpikir dengan disfungsi sosial atau pekerjaan yang
signifikan. Studi menunjukkan bahwa genetika, lingkungan awal, neurobiologi, proses
psikologis dan sosial merupakan faktor penyumbang penting. Peningkatan dopamin aktivitas
di jalur mesolimbic otak secara konsisten ditemukan pada individu skizofrenia. Andalan
pengobatan obat antipsikotik, obat jenis ini terutama bekerja dengan menekan aktivitas
dopamin.2
Skizofrenia dapat di klasifikasikan :
1. Tipe paranoid
Tipe ini yang paling sering, gejalanya sangat konsisten, sering paranoid, asien dapat atau
tidak bertindak sesuai dengan wahamnya. Pasien ini sering tidak kooperatif dan sulit untuk
mengadakan kerjasama, dan mungkin agresif, marah, atau ketakutan dan paling sering pasien
memperlihatkan inkoherensi/disorganisasi. Waham dan halusinasi menonjol sedangkan afek
dan pembicaraan hampir tidak terpengaruh. Beberapa contoh gejala paranoid yang paling
sering di temukan yaitu:3
- Waham kejar, rujukan, kebesaran, waham dikendalikan, dipengaruhi dan
cemburu.
- Halusinasi akustik berupa ancaman, perintah atau menghina.
o Criteria diagnostic menurut PPDGJ-III 2
Halusinasi dan waham harus menonjol
Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah atau
halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal dan bunyi pluit, mendengung, atau
bunyi tawa
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 6
Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual atau lain-lain
perasaan tubuh halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol
Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan atau
passivity, dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang
paling khas Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan serta
gejala katatonik secara relative tidak nyata dan tidak menonjol
o Criteria diagnostic menurut DSM-IV 2
- Preokupasi dengan satu atau lebih waham atau halusinasi dengar yang
menonjol. Tidak ada yang berikut ini yang menonjol : bicara terdisorganisasi
atau katatonik, atau afek yang datar atau tidak sesuai4
- Waham persekutorik (waham kejar) atau waham kebesaran.
- Pasien skizofrenik paranoid biasanya berumur lebih tua daripada pasien
skizofrenik terdisorganisasi atau katatonik jika mereka mengalami episode
pertama penyakitnya.
- Pasien yang sehat sampai akhir usia 20 atau 30 tahunan biasanya mencapai
kehidupan social yang dapat membantu mereka melewati penyakitnya. Juga,
kekuatan ego paranoid cenderung lebih besar dari pasien katatonik dan
terdisorganisasi.
- Pasien skizofrenik paranoid menunjukkan regresi yang lambat dari
kemampuan mentalnya, respon emosional, dan perilakunya dibandingkan tipe
lain pasien skizofrenik.
- Pasien skizofrenik paranoid tipikal adalah tegang, pencuriga, berhati-hati, dan
tak ramah. Mereka juga dapat bersifat bermusuhan atau agresif. Pasien
skizofrenik paranoid kadang-kadang dapat menempatkan diri mereka secara
adekuat didalam situasi social. Kecerdasan mereka tidak terpengaruhi oleh
kecenderungan psikosis mereka dan tetap intak.5
2. Tipe hebefrenik
Skizofrenia Hebrefrenik permulaanya subakut dan sering timbul pada masa remaja antara
15-25 tahun. Gejala yang mencolok ialah gangguan proses fikir, gangguan kemauan dan
adanya depersonalisasi atau double personalitty. Gangguan psikomotor seperti mannerism,
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 7
neologisem atau perilaku kekanak-kanakan sering terdapat pada herbefrenia, waham dan
halusinasi banyak sekali. 3
3. Tipe katatonik
Beberapa bentuk katatonik:3
o Stupor katatonik atau mutisme yaitu pasien tidak merespon terhadap lingkungan
atau orang. Pasien menyadari hal-hal yang sedang berlangsung disekitarnya.
o Negativisme katatonik yaitu pasien melawan semua perintah-perintah atau usaha-
usaha untuk menggerakkan fisiknya.
o Rigiditas katatonik yaitu pasien secara fisik sangat kaku.
o Postur katatonik yaitu pasien mempertahankan postur yang tidak biasa.
o Kegembiraan katatonik yaitu pasien sangat aktif dan gembira yang mungkin dapat
membahayakan jiwanya karena kelelahan.
4. Tipe residual
Pasien dalam keadaan remisi dari keadaan akut tetapi masih memperlihatkan gejala-gejala
residual (penarikan diri secara social, efek datar atau tak serasi, perilaku esentrik, asosiasi
melonggar, atau pikiran tidak logis).3
5. Tipe simpleks
Tipe ini adalah suatu diagnosis yang sulit dibuat secara meyakinkan karena tergantung
pada pemastian perkembangan yang berlangsung perlahan, progresif dari gejala negatif yang
khas dari skizofrenia residual tanpa adanya halusinasi, waham atau manifestasi lain tentang
adanya suatu episode psikotik sebelumnya dan disertai dengan perubahan-perubahan yang
berkmakna pada perilaku perorangan, yang bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang
mencolok, kemalasan dan penarikan diri secara social.3
6. Tipe tidak tergolongkan
Perjalan penyakit skizofrenia dapat di klasifikasikan sebagai penyakit berlangsung terus-
menerus, episodik dengan atau tanpa gejala residual diantara episode, atau episode tunggal
dengan remisi sempurna atau parsial. Gejala-gejala cenderung tumpang tindih dan diagnosis
dapat berpindah-pindah dari satu subtipe ke subtipe lain sesuai dengan perjalanan waktu.3
Diagnosis banding
1. Gangguan waham
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 8
Waham merupakan suatu keyakinan atau pikiran yang salah karena bertentangan dengan
kenyataan (dunia realitas), serta dibangun atas unsur-unsur yang tak berdasarkan logika,
namun individu tidak mau melepaskan wahamnya walaupun ada bukti tentang
ketidakbenaran atas keyakinan itu. Keyakinan dalam bidang agama dan budaya tidak
dianggap sebagai waham
Penyebab sebenarnya tidak diketahui ada beberapa factor:
Factor biologi:
• Penyakit fisik (misal: tumor otak)
• Kelainan neurologic (system limbic dan ganglia basalis)
Factor psikodinamik:
• Isolasi sosial
• Hipersensitif (reaksi farmasi, proyeksi dan denial)5
Bentuk-bentuk waham dapat di bedakan sebagai berikut :
o Waham yang sistematik
Yaitu waham yang sesudah dianalisis, memperlihatkan suatu pola sentral tertentu
yang kemudian dibesar-besarkan atau ditambah-tambah secara rapi menjadi
sistematik. Walaupun unsur-unsur dasarnya salah dan tak logis, akhirnya diperoleh
suatu waham yang telah terbentuk dan berkembang secara konsekuen
o Waham yang non sistematik
Waham yang bekembang secara luas, tetapi tidak memperlihatkan suatu pola sentral
o Waham kebesaran (delusi megaloman)
Waham yang ekspansif, hendak meyakinkan orang tentang kebesaran daripada
individu bersangkutan (seperti jadi tuhan, presiden, panglima besar, dan sebagainya)
o Waham kehinaan (delusi nihilistic)
Waham yang hendak meyakinkan orang tentang sifat hina diri, rendah, miskin,
hampa, sia-sia dan sebagainya daripada individu yang bersangkutan, hal yang mana
sama sekali bertentangan dengan kenyataan
o Waham tuduhan diri
Keyakinan berdosa dan bersalah yang irrealistik dan irrasional. Konsekuensinya
adalah kepercayaannya bahwa sudah selayaknya ia harus dihukum berat atau
menjalani hukuman mati sekalipun
o Waham kejaran (delution of persecution)
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 9
Waham individu itu senantiasa dikejar-kejar oleh orang atau sekelompok yang
bermaksud berbuat jahat kepadanya
o Waham sindiran
Waham bahwa individu yang bersangkutan itu selalu disindir oleh orang-orang
disekitarnya. Biasanya individu yang memiliki waham sindiran itu mencari-cari
hubungan antara dirinya dengan individu-individu sekitarnya yang bermaksud
menuduh atau menyindir hal-hal yang tak senonoh kepada dirinya.5
Gejala klinis waham5
1) Deskripsi umum
Orang dengan gangguan waham biasanya berdandan dengan baik dan berpakaian baik, tanpa
adanya bukti adanya disintegrasi nyata pada kepribadian atau aktivitas harian. Tetapi
mungkin saja terlihat eksentrik, aneh, pencuriga, atau bermusuhan.
2) Mood, perasaan dan afek
- Mood penderita gangguan waham konsisten dengan isi wahamnya. Seorang
poenderita dengan waham kebesaran adalah euphoria, seorang penderita dengan
waham kejar adalah pencuriga
- Gangguan persepsi dengan gangguan waham tidak memiliki halusinasi yang
menonjol atau menentap. Menurut DSM-IV waham raba atau cium mungkin
ditemukan jika hal tersebut adalah konsisten dengan waham, sebagai contohnya
wahan aromatik tentang bau badan
3) Orientasi
- Penderita dengan gangguan waham tidak memiliki kelainan dalam orientasi kecuali
pada mereka yang memiliki waham spesifik tentang orang, tempat dan waktu
4) Daya ingat
- Daya ingat dan kondisi kognitif lainnya adalah intak pada pasien dengan gangguan
waham
5) Kejujuran
- Penderita dengan gangguan waham biasanya dapat dipercaya informasinya, kecuali
jika hal tersebut membahayakan wahamnya.11
1. Psikosis akut
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 10
Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan individu menilai
kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau/aneh.
Gangguan psikotik singkat/akut didefinisikan sebagai suatu gangguan kejiwaan yang terjadi
selama 1 hari sampai kurang dari 1 bulan, dengan gejala psikosis, dan dapat kembali ke
tingkat fungsional premorbid.
Penyebabnya belum diketahui secara pasti, Satu atau lebih faktor stres berat, seperti
peristiwa traumatis, konflik keluarga, masalah pekerjaan, kecelakaan, sakit parah, kematian
orang yang dicintai, dan status imigrasi tidak pasti, dapat memicu psikosis reaktif singkat.
Bunuh diri adalah suatu keprihatinan pada fase psikotik maupun fase depresif pascapsikotik.
Sejumlah indikator telah dihubungkan dengan prognosis yang baik. Pasien dengan ciri-ciri
tersebut memiliki kemungkinan kecil untuk kemudian menderita skizofrenia atau suatu
gangguan mood. Penegakan diagnosis gangguan psikotik singkat di Indonesia ditegakkan
melalui Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa Edisi ke III (PPDGJ III).
Berikut kriteria diagnostik gangguan kepribadian histrionik berdasarkan PPDGJ III:
(a) Onset yang akut (dalam masa 2 minggu atau kurang = jangka waktu gejala-gejala
psikotik menjadi nyata dan mengganggu sedikitnya beberapa aspek kehidupan dan pekerjaan
sehari-hari, tidak termasuk periode prodromal yang gejalanya sering tidak jelas)
(b) Adanya sindrom yang khas ( berupa “polimorfik” = beraneka ragam dan berubah cepat,
atau “schizophrenia-like” = gejala skizofrenik yang khas).
(c) Adanya stres akut yang berkaitan ( tidak selalu ada, sehingga dispesifikasi dengan
karakter tanpa penyerta stres akut, dengan penyerta stres akut). Tidak ada gangguan
dalam kelompok ini yang memenuhi kriteria episode manik atau episode depresif, walaupun
perubahan emosional dan gejala-gejala afektif individual dapat menonjol dari waktu ke
waktu. Tidak ada penyebab organik, seperti trauma kapitis, delirium dan demensia. Tidak
merupakan intoksikasi akibat penggunaan alkohol atau obat-obatan.5
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Tidak ada hasil laboratorium spesifik yang ditemukan pada skizofrenia. Pemeriksaan
berikut harus dilakukan pada semua pasien, dari awal penyakit sampai seterusnya: 6
o Hitung darah lengkap (Complete Blood Count)
o Tes fungsi hati, tiroid, dan ginjal
o Kadar elektrolit, glukosa, B12, asam methylmalonic serum, folat, dan kalsium
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 11
o Jika terdapat kecurigaan pada riwayat pasien, periksa HIV, ANA, kultur dan
sensitivitas urin untuk melihat adanya penyalahgunaan obat; kortisol, dan tes urin
24-jam untuk melihat adanya porfirin, tembaga, atau logam berat.
o Jika pasien adalah wanita usia subur, penting dilakukan tes kehamilan
o Jika curiga adanya neurosifilis, lakukan tes spesifik treponema
Pemeriksaan Brain Imaging
CT Scan
Penelitian awal yang menggunakan tomografi komputer (CT computed tomography)
pada populasi skizofrenia mungkin telah menghasilkan data yang paling awal dan paling
meyakinkan bahwa skizofrenia dapat dipercaya sebagai penyakit otak. Penelitian tersebut
telah secara konsisten menunjukan bahwa pasien skizofrenia mempunyai pembesaran
ventrikel lateral dan ventrikel ketiga dan suatu derajat penurunan volume kortikal. Peneliti
CT lainnya telah melaporkan asimetrisitas serebral yang abnormal, penurunan volume
serebelum, dan perubahan densitas otak pada skizofrenia. Beberapa data menyatakan bahwa
ventrikel lebih besar pada pasien dengan tardive dyskinesia. Juga, beberapa data menyatakan
bahwa pembesaran ventrikel adalah lebih sering ditemukan pada pasien laki-laki.
PET scan1
- Turunnya metabolism lobus frontal dan parietal
- Metabolism posterior lebih tinggi pada umumnya
- Laterlitas abnormal
CBF (cerebral blood flow)1
- kadar istirahat aliran frontal turun
- Aliran darah parietal meningkat
- Aliran darah otak keseluruhan turun
-
MRI
Resolusi unggul dari MRI (Magnetik Resonance Imaging) telah menghasilkan
beberapa laporan bahwa volume kompleks hipokampus-amigdala dan gyrus parahipokampus
adalah menurun pada pasien skizofrenia. Satu penelitian akhir menemukan suatu penurunan
spesifik dari daerah otak tersebut di hemisfer kiri dan bukan hemisfer kanan.1,5
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 12
(Gambar 1: Perbandingan foto MRI penderita Skizofrenia dan orang normal)
Etiologi
Factor Biologis
- Integrasi teori biologis
Daerah otak utama yang terlibat dalam skizofrenia adalah struktur limbic, lobus
frontalis, dan ganglia basalis. Thalamus dan batang otak juga terlibat karena peranan
thalamus sebagai mekanisme pengintegrasi dan batang otak serta otak tengah
merupakan lokasi utama bagi neuron aminergik ascenden.7
- Hipotesis dopamine
Skizofrenia disebabkan Karena terlalu banyak aktivitas dopaminergik dan tidak
memperinci apakah hiperaktifitas dopaminergik adalah karena terlalu banyaknya
pelepasan dopamine, terlalu banyaknya reseptor dopamine atau kombinasi mekanisme
tersebut. Neuron dopaminergik didalam jalur tersebut berjalan dari badan selnya
diotak tengah ke neuron dopaminoseptif disistem limbic dan korteks serebral. Peranan
penting bagi dopamine dalam patofisiologi skizofrenia adalah penelitian yang
mengukur konsentrasi plasma metabolit dopamine utama, yaitu homovanillic acid
pada plasma yang meningkat.7
- Neurotransmitter lainnya7
a) Serotonin
Aktivitas serotonin telah berperan dalam perilaku bunuh diri dan
impulsive yang juga dapat ditemukan pada pasien skizofrenik
b) Norepinefrin
System noradrenergic memodulasi system dopaminergic dengan cara
tertentu sehingga kelainan system noradrenergic predisposisi pasien
untuk relaps
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 13
c) Asam amino
Neurotransmitter asam amino inhibitor gamma-aminobutiric acid
(GABA) mengalami penurunan dihipokampus yang menyebabkan
hiperaktivitas neuron dopaminergik dan noradrenergic
- Neuropatologi7
o System limbic
System limbic karena peranannya dalam mengendalikan emosi. Pada
penelitian ditemukan penurunan ukuran daerah termasuk amigdala,
hipokampus, dan girus parahipokampus.
o Ganglia basalis
Karena ganglia basalis terlibat dalam mengendalikan pergerakan, dengan
demikian patologi pada ganglia basalis dilibatkan dalam patologi
skizofrenia.
- Psikoneuroendokrinologi
Beberapa data menunjukan data penurunan konsentrasi luteinzing hormone-foliccle
stimulating hormone (LH/FSH), kemungkinan dihubungkan dengan onset usia dan
lamanya penyakit.7
Faktor Genetika
Penelitian menunjukkan bahwa seseorang yang menderita skizofrenia jika anggota
keluarga lainnya juga menderita skizofrenia dan kemungkinan penderita skizofrenia
berhubungan dekat dengan saudara tsb (contoh : sanak saudara derajat pertama atau
derajat kedua). Petanda kromosom terletak pada lengan panjang kromosom 5, 11, dan
18; lengan pendek kromosom 15 dan kromosom X adalah yang paling sering
dilaporkan.7
Faktor Psikososial
Klinisi harus mempertimbangkan factor psikologis yang mempengaruhi skizofrenia
o Teori tentang pasien individual
a) Teori psikoanalitis
Sigmund freud mendalilkan bahwa skizofrenia disebabkan oleh fiksasi dalam
perkembangan yang terjadi lebih awal dari yang menyebabkan perkembangan
neurosis.freud juga mendalikan bahwa adanya defek ego juga berperan pada
skizofrenia
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 14
b) Teori psikodinamika
Pandangan psikodinamika cenderung menganggap hipersensitivitas terhadap
stimulus persepsi yang didasarkan secara konstitusional sebagai suatu defisit
c) Teori belajar
Anak-anak yang menderita skizofrenia mempelajari reaksi dan cara berfikir
yang irasional dengan meniru orang tuanya yang mungkin memiliki masalah
emosionalnya sendiri yang bermakna
d) Cedera kepala
Cedera kepala traumatis, seperti jatuh atau kecelakaan lalu lintas yang
berkelanjutan atau sering, dapat membuat orang lebih mungkin
mengembangkan skizofrenia. Penelitian juga menunjukkan bahwa cedera
kepala saat kanak-kanak dapat mengarah pada perkembangan skizofrenia pada
orang yang sudah rentan terhadap itu.
o Teori tentang keluarga
Perilaku keluarga yang patologis bermakna meningkatkan stress emosional yang
harus dihadapi pasien skizofrenik yang rentan.7
Epidemiologi
Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering. Hampir 1% penduduk di
dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka. Skizofrenia adalah salah satu kondisi
kesehatan mental serius yang paling umum. National Survey of Psychiatric Morbidity 2000
di Inggris menemukan bahwa 5 di 1000 orang mengalami gangguan psikotik (termasuk
skizofrenia dan depresi manik). Pria dan wanita sama-sama dipengaruhi oleh kondisi
tersebut. Pada pria, skizofrenia biasanya dimulai antara usia 15 dan 30. Pada wanita,
skizofrenia biasanya terjadi kemudian, dimulai antara usia 25 dan 30. Prevalensi, morbiditas
dan keparahan presentasi adalah lebih besar pada area urban daripada rural, area
industrialisasi dari nonindustrialisasi. Naiknya prevalensi di golongan sosioekonomi
rendah.1,8,9
Data WHO tahun 2000 menunjukan prevalensi skizofrenia adalah 0,5%, sedangkan
berdasarkan National Institute of Mental Health, prevalensi skizofrenia di seluruh dunia
adalah sekitar 1,1% dari populasi di atas usia 8 tahun, atau sekitar 51 juta orang di seluruh
dunia menderita skizofrenia.2 Jika prevalensi jiwa berat 1% berarti ada 220 000 orang
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 15
penderita gangguan jiwa di Indonesia dan 10% (22 000 orang) membutuhkan perawatan di
institusi perawatan. Data yang diperolah dari data riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun
2007, menunjukkan prevalensi masyarakat indonesia yang mengalami gangguan mental
emosi sebesar 11,6% pada penduduk berusia di atas 15 tahun.8
Patogenesis
Perjalanan penyakit skizofrenia dapat berlangsung secara terus menerus atau episodik,
dengan atau tanpa gejala residual diantara episode atau episode tunggal; dengan remisi
sempurna atau parsial. Gejala yang timbul umumnya tumpang tindih sehingga diagnosis bisa
berpindah dari satu subtipe ke subtipe yang lain sesuai dengan perjalanan waktu.1
Gejala prodormal berupa cemas, gundah, terror atau depresi umumnya mendahuli
munculnya skizofrenia yang mungkin akut atau bertahap. Gejala prodormal dapat terjadi
selama berbulan – bulan sebelum diagnosa pasti dibuat. Kejadian pencetus seperti trauma
emosi, obat dan separasi dapat memicu episode penyakit pada yang predisposisi.3
Akhirnya setelah bertahun – tahun gejala klinik pada pasien cenderung berubah
menjadi gambaran umum seperti penarikan diri dari hubungan social, afek datar, pikiran
ideosinkrasi dan adanya impairment fungsi social dan personal ( pada waktu yang sama
perjalanan penyakit menjadi lebih stabil dengan gejala akut lebih sedikit dan kekambuhan
lebih jarang).1,3
Penegakan Diagnosa Kriteria Diagnosis menurut PPDGJ-III, adalah:
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas dan biasanya dua gejala atau
lebih bila gejala-gejala itu kurang jelas :
o “Thought echo” :
Isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras),
dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kulitasnya berbeda
o “Thought insertion or withdrawal” :
Isi pikiran yang asing dari luar masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi
pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar (withdrawal);
o “Thought broadcasting” :
Isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain umum mengetahuinya;
o “Delusion of control” :
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 16
waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dati luar; atau
o “Delusion of influence” :
waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau
o “Delusion of passivity” :
waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar;
(tentang ‘dirinya”: secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke
pikiran, tindakan atau penginderaan khusus)
o “Delusional perception” :
pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya,
biasanya bersifat mistik atau mukjizat3,7
Manifestasi Klinis
Skizofrenia merupakan penyakit kronik. Sebagian kecil dari kehidupan mereka berada
dalam kondisi akut dan sebagian besar penderita berada lebih lama (bertahun-tahun) dalam
fase residual yaitu fase yang memperlihatkan gambaran penyakit yang “ringan”. Selama
periode residual, pasien lebih menarik diri atau mengisolasi diri, dan “aneh”. Pemikiran dan
pembicaraan mereka samar-samar sehingga kadang-kadang tidak dapat dimengerti. Mereka
mungkin mempunyai keyakinan yang salah dan tidak dapat dikoreksi.
Gejala penyakit biasanya terlihat jelas oleh orang lain. Pasien dapat kehilangan
pekerjaan dan teman karena ia tidak berminat dan tidak mampu berbuat sesuatu atau karena
sikapnya yang aneh. Penampilan dan kebiasan mereka mengalami kemunduran serta afek
mereka terlihat tumpul. Meskipun dapat mempertahankan intelegensi yang mendekati nomal,
sebagian besar performa uji kognitifnya buruk.1
Selain itu juga dapat mengalami anhedonia yaitu ketidakmapuan merasakan rasa
senang. Pasien juga mengalami deteriorasi yaitu perburukan yang terjadi secara berangsur –
angsur.1
Episode pertama psikotik sering didahului oleh suatu periode misalnya perilaku dan
pikiran eksentrik pada fase prodormal. Kepribadian prepsikotik dapat ditemui pada pasien
dengan ditandai oleh penarikan diri dan terlalu kaku secara social, sangat pemalu, dan sering
mengalami kesulitan disekolah meskipun IQ nya normal.1Suatu pola yang sering ditemui
yaitu keterlibatan dalam aktivitas antisosial ringan dalam satu sampai dua tahun sebelum
episode psikotik.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 17
Faktor resiko
Faktor-faktor resiko tinggi untuk berkembangnya skizofrenia adalah Mempunyai anggota
keluarga yang menderita skizofrenia, terutama jika salah satu orang tuanya/saudara kembar
monozygotnya menderita skizofrenia, kesulitan pada waktu persalinan yang mungkin
menyebabkan trauma pada otak, terdapat penyimpangan dalam perkembangan kepribadian,
yang terlihat sebagai anak yang sangat pemalu, menarik diri, tidak mempunyai teman, amat
tidak patuh, atau sangat penurut, proses berpikir idiosinkratik, sensitive dengan perpisahan,
mempunyai orang tua denga sikap paranoid dan gangguan berpikir normal, memiliki gerakan
bola mata yang abnormal, menyalahgunakan zat tertentu seperti amfetamin, kanabis, kokain,
Mempunyai riwayat epilepsi, memilki ketidakstabilan vasomotor, gangguan pola tidur,
control suhu tubuh yang jelek dan tonus otot yang jelek.1
Gejala klinis
Para psikiatri membedakan gejala serangan schizophrenia menjadi 2 yaitu gejala
positif dan negative :
1) Gejala positif
Halusinasi selalu terjadi saat rangsangan terlalu kuat dan otak tidak mampu
menginterpretasikan dan merespon pesan atau ransangan yang datang. Penderita
schizophrenia mungkin mendengar suara-suara atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak
ada, atau mengalami suatu sensasi yang tidak biasa pada tubuhnya. Auditory hallucinations,
gejala yang biasanya timbul, yaitu penderita merasakan ada suara dari dalam dirinya. Kadang
suara itu dirasakan menyejukkan hati, memberi kedamaian, tapi kadang suara itu
menyuruhnya melakukan Sesuatu yang sangat berbahaya, seperti bunuh diri. Penyesatan
pikiran (delusi) adalah kepercayaan yang kuat dalam menginterpretasikan sesuatu yang
kadang berlawanan dengan kenyataan. Misalnya pada penderita schizophrenia, lampu trafik
dijalan raya yang berwarna merah kuning hijau, dianggap sebagai suatu isyarat dari luar
angkasa.10
Beberapa penderita schizophrenia berubah menjadi seorang paranoid. Mereka selalu
merasa sedang diamati, diintai, atau hendak diserang. Kegagalan berpikir mengarah kepada
masalah dimana penderita schizophrenia tidak mampu memproses dan mengatur pikirannya.
Kebanyakan penderita tidak mampu memahami hubungan antara kenyataan dan logika.
Karena penderita schizophrenia tidak mampu mengatur pikirannya mebuat mereka berbicara
secara serampangan dan tidak bisa di tangkap secara logika. Ketidakmampuan dalam berpikir
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 18
mengakibatkan ketidakmampuan mengandalikan emosi dan perasaan. Hasilnya, kadang
panderita schizophrenia tertawa sendiri dengan keras tanpa memperdulikan sekelilingnya.
Semua itu membuat penderita schizophrenia tidak bisa memahami siapa dirinya, tidak
berpakaian, dan tidak bisa mengarti apa itu manusia. Dia juga tidak bisa mengerti kapan dia
lahir, dimana dia berada, dan sebainya.10
2) Gejala negative
Penderita schizophrenia kehilangan motivasi dan apatis berarti kehilangan energi dan
minat dalam hidup yang membuat penderita menjadi orang yang malas. Karena penderita
schizophrenia hanya memiliki energi yang sedikit, mereka tidak bisa melakukan hal-hal yang
selain tidur dan makan. Perasaan yang tumpul membuat emosi penderita schizophrenia
menjadi datar. Penderita schizophrenia memiliki ekspresi baik dari raut muka maupan
gerakan tangannya, seakan-akan dia tidak memiliki emosi apapun. Tapi ini tidak berarti
bahwa penderita schizophrenia tidak bisa merasakan perasaan apapun. Mereka mungkin bisa
menerima pemberian dan perhatian orang lain, tetapi tidak bisa mengekspresikan perasaan
mereka. 10
Depresi yang tidak mengenal perasaan ingin ditolong dan berharap, selalu menjadi
bagian dari hidup mereka. Mereka tidak meras memiliki perilaku yang menyimpang, tidak
bisa membina hubungan yang relasi dengan orang lain, dan tidak mengenal cinta. Perasaan
depresi adalah sesuatu yang sangat menyakitkan. Disamping itu perubahan otak secara
biologis juga memberi adil dalam depresi. Depresi yang berkelanjutan akan membuat
penderita schizophrenia menarik diri dari lingkungannya. Mereka selalu merasa aman bila
sendirian.10
Penatalaksanaan
Medikamentosa
a. Terapi biologik 2,10
Skizofrenia diobati dengan antipsikotik. Obat ini dibagi dalam 2 golongan yaitu
antipsikotik generasi I (APG I) atau dopamine reseptor antagonis (DRA) dan anti psikotik
generasi II (APG II) atau serotonin dopamine antagonis (SDA) atau Pada awalnya
pikirkan obat APG II yakni klorpromazine yang dapat diberikan pada kisaran dosis
ekuivalen 300-600 mg per hari. Pemeliharaan dosis rendah antipsikotik diperlukan,
setelah kekampbuhan pertama. Dosis pemeliharaan sebaiknya dipertahankan selama
beberapa tahun.2
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 19
Obat APG I berguna terutama untuk mengontrol gejala positif sedangkan untuk
gejala negative tidak bermanfaat. Obat APG II bermanfaat baik untuk gejala positif
maupun negative. Standart emas adalah APG II.10
Klozapin dipakai pada kasus resisten. Pada umumnya obat potensi tinggi maupun
rendah sama efektifnya, tapi salah satunya mungkin lebih manjur pada kasus individual.
Gunakan klorpromazin sebagai rujukan untuk potensi relative. Haloperidol dipakai untuk
penangan cepat (1-10mg peroral atau IM selama 30-60 menit); dosis harian dapat setinggi
100 mg.
Beberapa contoh obat APG I, antara lain:10
Fenotiazine ( chlorpromazine, thioridazine, perphenazine, trifluoperazine)
Tioxantine
Butirofenon (haloperidol)
Dibenzixazepine
Dihidronidol
Difenilbutil piperidine (pimozid)
Beberapa contoh obat APG II, antara lain:10
Clozapine
Risperidone
Olanzapine
Quetiapine
Ziprasidone
Pemeliharaan: sesudah tanda dan gejala reda dan pasien stabil (biasanya sesudah 4
minggu), dosis dapat diturunkan ke tingkat rendah untuk menjaga pasien bebas gejala.
Sesudah 6 bulan remisi, obat dapat distop sementara masa percobaan apakah timbul
relaps, jika kambuh obat diberikan lagi. Sebagian pasien mungkin memerlukan terapi
pemeliharaan seumur hidup untuk mencegah relaps.11
b. Elektro Konvulsif Terapi (ECT). Terapi ini diperkenalkan oleh Ugo cerleti(1887-
1963).
Mekanisme penyembuhan penderita dengan terapi ini belum diketahui secara pasti. Alat
yang digunakan adalah alat yang mengeluarkan aliran listrik sinusoid sehingga penderita
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 20
menerima aliran listrik yang terputus putus. Tegangan yang digunakan 100-150 Volt dan
waktu yang digunakan 2-3 detik.1,3,11
Pada pelaksanaan Terapi ini dibutuhkan persiapan sebagai berikut:
Pemeriksaan jantung, paru, dan tulang punggung, Penderita harus puasa, Kandung
kemih dan rektum perlu dikosongkan, Gigi palsu , dan benda benda metal perlu dilepaskan.
Penderita berbaring telentang lurus di atas permukaan yang datar dan agak keras. Bagian
kepala yang akan dipasang elektroda ( antara os prontal dan os temporalis) dibersihkan.
Diantara kedua rahang di beri bahan lunak dan di suruh agar pasien menggigitnya.1,3,11
Frekuensi dilakukannya terapi ini tergantung dari keadaan penderita dapat diberi:
• 2-4 hari berturut - turut 1-2 kali sehari
• 2-3 kali seminggu pada keadaan yang lebih ringan
• Maintenance tiap 2-4 minggu
• Dahulu sebelum jaman psikotropik dilakukan 12-20 kali tetapi sekarang tidak
dianut lagi.1,8 Indikasi pemberian terapi ini adalah pasien skizofrenia katatonik dan
bagi pasien karena alasan tertentu karena tidak dapat menggunakan antipsikotik
atau tidak adanya perbaikan setelah pemberian antipsikotik.11
Kontra indikasi Elektro konvulsiv terapi adalah Dekompensasio kordis, aneurisma
aorta, penyakit tulang dengan bahaya fraktur tetapi dengan pemberian obat pelemas otot pada
pasien dengan keadaan diatas boleh dilakukan. Kontra indikasi mutlak adalah tumor otak.
Sebagai komplikasi terapi ini dapat terjadi luksasio pada rahang, fraktur pada vertebra,
Robekan otot-otot, dapat juga terjadi apnue, amnesia dan terjadi degenerasi sel-sel otak.1,3,11
Non- medika mentosa:12
Terapi Psikososial
a. Terapi perilaku
meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis,
dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian atau hadiah
yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan, seperti hak istimewa dan pas jalan di
rumah sakit. Dengan demikian, frekuensi perilaku maladaptif atau menyimpang seperti
berbicara lantang, berbicara sendirian di masyarakat, dan postur tubuh aneh dapat
diturunkan.3,11-13
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 21
b. Terapi berorintasi-keluarga
Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa terapi keluarga adalah efektif dalam
menurunkan relaps. Didalam penelitian terkontrol, penurunan angka relaps adalah dramatik.
Angka relaps tahunan tanpa terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan terapi
keluarga.3,11-13
c. Terapi kelompok
Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan
hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin terorientasi secara perilaku,
terorientasi secara psikodinamika atau tilikan, atau suportif. Terapi kelompok efektif dalam
menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi
pasien skizofrenia. Kelompok yang memimpin dengan cara suportif, bukannya dalam cara
interpretatif, tampaknya paling membantu bagi pasien skizofrenia.3,11-13
d. Psikoterapi individual
Rahasia, perintah sederhana, kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan terhadap kaidah
sosial adalah lebih disukai daripada informalitas yang prematur dan penggunaan nama
pertama yang merendahkan diri. Kehangatan atau profesi persahabatan yang berlebihan
adalah tidak tepat dan kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau
eksploitasi.3,11-13
Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalization)
Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik, menstabilkan
medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh, perilaku yang sangat
kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar. Perawatan di rumah sakit
menurunkan stres pada pasien dan membantu mereka menyusun aktivitas harian mereka.
Rencana pengobatan di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke arah masalah
kehidupan, perawatan diri, kualitas hidup, pekerjaan, dan hubungan sosial. 3,11
Program dukungan dan terapi (psikoterapi suportif) 13
Terapi suportif mungkin berguna bagi banyak orang dengan skizofrenia. Teknik
perilaku, seperti pelatihan keterampilan sosial, dapat digunakan untuk meningkatkan
fungsi sosial dan pekerjaan. Pelatihan kerja dan kelas membangun hubungan adalah
penting.
Anggota keluarga dari orang dengan skizofrenia harus dididik tentang penyakit dan
dukungan yang tersedia. Program yang menekankan penjangkauan dan pelayanan
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 22
dukungan masyarakat dapat membantu orang yang tidak memiliki keluarga dan yang
kekurangan dukungan sosial.
Anggota keluarga dan pengasuh sering didorong untuk membantu orang dengan
skizofrenia untuk meneruskan pengobatan mereka. Adalah penting bahwa orang dengan
skizofrenia belajar bagaimana untuk:
- Mengambil obat dengan benar dan bagaimana mengelola efek samping
- Perhatikan tanda-tanda awal kambuh dan apa yang harus dilakukan jika gejala
kembali
- Mengatasi gejala yang terjadi bahkan saat mengambil obat. Seorang terapis dapat
membantu
- Gunakan transportasi umum
Pencegahan
Tidak ada cara yang dikenal untuk mencegah terjadinya skizofrenia. Mengurangi
stress dapat juga mengurangi risiko terkenanya skizofrenia.Timbulnya gejala dapat dicegah
dengan minum obat secara teratur.14
Komplikasi
Skizofrenia meningkatkan risiko terjadinya hal berikut, antara lain:15
- Penyalahgunaan alcohol atau obat – obatan (nikotin)
- Penyakit fisik seperti HIV karena gaya hidup yang berantakan.
- Depresi dan bunuh diri
Prognosis
Skizofrenia tipe disorganisasi secara umum mempunyai prognosis yang buruk tetapi
tipe paranoid dan beberapa tipe katatonik mempunyai prognosis yang lebih baik. Prognosis
akan bertambah buruk bila pasien menggunakan zat atau hidup didalam keluarga yang tidak
harmonis.13
Sekarang dengan pengobatan modern, ternyata bila penderita itu datang berobat
dalam tahun pertama setelah serangan pertama, maka kira-kira sepertiga dari mereka akan
sembuh sama sekali (full remission atau recovery). sepertiga yang lain dapat dikembalikan
kemasyarakat walaupun masih didapati cacat sedikit dan mereka masih harus sering dipriksa
dan diobati selanjutnya (social recovery). Yang sisanya biasanya memiliki prognosis yang
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 23
jelek, mereka tidak dapat berfungsi dimasyarakat dan menuju kekemunduran mental,
sehingga mungkin menjadi penghuni tetap rumah sakit jiwa.13
Kesimpulan
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang sering di temukan, pasien skizofrenia
umumnya mengalami gangguan halusinasi dan waham aneh yaitu yang tak bisa dihubungkan
dengan dunia realita, skizofrenia dapat mengganggu semua panca indera yaitu, pendengaran,
penglihatan, penciuman, perasa, dan perabaan. Pada kasus skenario 8 didapakan kriteria
skizofrenia tipe paranoid.
DAFTAR PUSTAKA
1. Harold I Kaplan, Benjamin J.S. Buku Saku Psikiatri Klinik. Jakarta: Binapura
Aksara;2002.h.85-101.Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 24
2. Rusdi Maslim. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ-III.
Jakarta:2003.h.46-52.
3. Nurmiati A. Skizofrenia pada Buku Ajar Psikiatri. Jakarta:Badan Penerbit FK
UI;2010.h.170-196.
4. Maslim, Rusdi SpKJ. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan
Ringkasan dari PPDGJ-III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Unika – Atmajaya.
Jakarta. Hal 46 – 51
5. Maslim. R: Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia,
edisi 3,Direktorat Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 2002, hal
46-51.
6. Frankenburg F R. Schizophrenia follow up. 14 november 2011. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/288259-workup#a0719, 9 Januari 2012.
7. Amir, Nurmati. 2010. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. Hal 45 – 59, 170 – 194
8. Larry JL, Anthony PW. Organic mental disorder. In: Harrison’s principles of
internal medicine. 18th ed. USA: The McGraw Hill Companies; 2011.ch 341.
9. Kumar V, Fausto N, Abbas A. Robbins & Cotran pathologic basis of disease. 7th
ed. USA: Saunders; 2003. p. 914–7.
10. Waramis, W.F. 2009. catatan Ilmu Kedoktern Jiwa. Penerbit : Airlangga
University Press. Prawirohardjo, Soejono. Klasifikasi Penyakit Jiwa dan Aspek-
Aspek pengobatannya. Yogyakarta.e-smartschool
11. Maramis, F willy dkk. 2009. Skizofrenia dalam Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa,
Edisi : II. Jakarta. Airlangga University Press. Hal : 259 – 281
12. Morgan H G. Segi praktis psikiatri. Jakarta : Binarupa aksara ; 2005.h.40-52.
13. John L, Stefano P. Basic science underlying schizophrenia. In clinical manual of
treatment for schizophrenia. Virginia: American Psychiatric Publishing;
2011.p.25-71.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 25