makalah pbl blok 22
TRANSCRIPT
Skizofrenia Antonius Jonathan*
NIM 102011182
Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA, Jakarta
Pendahuluan
Seorang pemuda berusia 25 tahun dibawa ke puskesmas oleh orantuanya karena malam
tidak bisa tidur, bicara melantur, mengatakan dirinya adalah nabi terakhir yang diyakini setelah
ia mendengar suara bisikan di telinganya saat dia sedang memancing di kolam dekat rumahnya.
Dalam kasus ini dapat kita lihat dimana adanya keluhan mental yang dialami oleh pasien
tersebut. Tentu dalam hal ini kita tidak hanya melihat kondisi mentalnya saja, tapi kita harus
mempertimbangkan apakah ada pengaruh dari kondisi fisik pasien tersebut. Dugaan sementara
dari kasus tersebut adalah skizofrenia.
Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering, hampir 1% penduduk di
dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka. Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia
remaja akhir atau dewasa muda. Awitan pada laki-laki biasanya antara 15-25 tahun dan pada
perempuan antara 25-35 tahun. Prognosis biasanya lebih buruk pada laki-laki bila di bandingkan
dengan perempuan. Awitan setelah umur 40 tahun jarang terjadi.1 Gangguan psikosa yang
dialami pasien tersebut dapat berawal dari berbagai hal, kalau psikosa yang berhubungan dengan
sindroma otak organik disebabkan oleh penyakit badaniah, maka pada psikosa fungsional tidak
atau belum diketahui penyakit badaniah yang berhubungan dengannya. Pada kelompok psikosa
fungsional, dapat dibagi menjadi empat bagian besar, antara lain yaitu skizofrenia, gangguan
afektif berat, gangguan waham menetap, dan dan psikosa non organik lainnya. Pada pembahasan
berikut akan di bahas lebih lanjut lagi mengenai skizofrenia.
*Alamat Korespondensi:Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaArjuna Utara No. 6 Jakarta 11510Telephone: (021) 5694-2061 (hunting),Email: [email protected]
1
Pembahasan
Anamnesis
Anamnesis diperlukan untuk dapat membantu mendiagnosa, pada tahap ini merupakan
tahapan awal dari berbagai macam tahapan. Selain anamnesis terdapat juga pemeriksaan fisik
yang dimana menjadi point penting. Dalam anamnesis keluhan utama merupakan bagian penting
dari anamnesis dan pemeriksaan fisik.2 Anamnesis ini biasanya memberikan informasi terpenting
untuk mencapai diagnosis banding, dan memberikan wawasan vital mengenai gambaran keluhan
yang menurut pasien paling penting. Anamnesis ini sebaiknya mencakup sebagian besar waktu
konsultasi. Anamnesis yang didapat harus dicatat dan disajikan dengan kata-kata pasien sendiri,
dan tidak boleh disamarkan dengan istilah medis. Jika tidak bisa didapatkan anamnesis yang je-
las dari pasien, maka anamnesis harus ditanyakan pada kerabat, teman, atau saksi lain. Dalam
hal ini yang ditanyakan adalah mengenai riwayat penyakit yang pernah diderita, riwayat kehami-
lan, riwayat kelahiran dan riwayat keluarga.2,3
Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien (auto-anamnesis) atau terhadap
keluarganya atau pengantarnya (allo-anamnesis) bila keadaan pasien tidak memungkinkan untuk
diwawancarai. Penanganan dari pasien ini harus dimulai dengan riwayat secara menyeluruh
melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk melakukan diagnosis. Dalam kasus ini
anamnesis dilakukan dengan wawancara psikiatrik atau riwayat psikiatrik. Yang terdiri atas
keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat psikiatrik lampau, riwayat medis lampau,
riwayat keluarga, serta riwayat perkembangan psikologis dan sosial.2
Pemeriksaan Psikiatrik
1. Data pribadi pasien2
Nama
Umur
Jenis kelamin
Status perkawinan
Pekerjaan
Agama/suku bangsa
2. Alasan merujuk3
Catat sesuai kata-kata pasien sendiri.
Catat telah berapa lama pasien mengalami keiuhan tersebut
2
Gunakan pertanyaan terbuka untuk mengetahui keluhan saat ini.
Biarkan pasien bercerita tanpa terputus unfuk beberapa menit pertama sebelum
melanjutkan pertanyaan.
3. Riwayat keluhan saat ini2,3
Kapan keluhan dimulai?
Apakah kemudian keluhan berubah? Jika ya, bagaimana perubahannya?
Apakah ada kejadian sebelumnya yang memicu timbulnya keluhan, seperti kematian,
perceraian?
Apakah terdapat gejala psikologis lainnya, seperti rasa cemas, bersalah, keinginan bunuh
diri? Apakah terdapatgejala fisik, seperti gangguan tiduratau nafsu makan, variasi mood
diurnal?
Apakah terdapat pengobatan psikologis atau obatobatan yang digunakan untuk keiuhan
saat ini? Jika ya, apakah pengobatan tersebut membantu?
Lakukan penapisan keiuhan lainnya. Semua pasien harus ditanyakan tentang adanya
keinginan bunuh diri, depresi, perilaku obsesif dan psikosis.
Apakah terdapat gejala gangguan biologis, seperti tidur (insomnia pada awal tidur,
insomnia pada pertengahan tidur, terbangun pagi lebih awal), nafsu makan (meningkat atau
menurun), variasi diurnal dalam mood, energi, libido, konsentrasi, kesedihan?
4. Riwayat Psikiatri terdahulu2
Apakah terdapat masaiah psikiatri yang serupa atau yang lain sebelumnya?
Catat kunjungan ke dokter umum, penggunaan layanan psikiatri atau rawat inap.
Catat kapan keluhan terjadi, berapa lama berlangsungnya dan penatalak-sanaan yang
diberikan.
5. Latar belakang pribadi2
Bagian yang panjang dari riwayat psikiatri yang dibagi dalam subbagian-subbagian.
Lakukan pendekatan pada bagian ini dengan menerangkan kepada pasien bahwa anda ingin
mengetahui lebih banyak tentang mereka agar dapat memahami masalah mereka dan
membantu mereka secara lebih baik.
6. Riwayat keluarga2
Kumpulkan informasi tentang orang tua, saudara kandung serta kerabat lainnya yang
berhubungan.
Tanyakan umur, pekerjaan, lingkungan sosial, gangguan psikiatri/masalah kesehatan
lainnya dan hubungan dengan pasien.
Buatlah genogram dari informasi tadi.3
7. Riwayat pribadi2,3
Masa kanak-kanak: riwayat kelahiran, tahap perkembangan, khususnya keterlambatan;
deskripsi masa kanak-kanak awal; atrnosfer/suasana keluarga dan rumah.
Sekolah: umur lulus; suka membolos atau menolak untuk sekolah, suka mengganggu;
hubungan dengan teman-teman sebaya, guru-guru; ujian yang dikerjakan dan kecakapan,
pendidikan lebih lanjut. Pekerjaan: datalah semua pekerjaan dan lama bekerja, alasan
berhenti, dan periode menganggur.
Riwayat hubungan dan psikoseksual: hubungan saat ini bila ada, aktifitas seksual, orientasi
seksual, masaiah seksual, pengalaman seksual pertama, pengalaman seksual yang aneh/
kekerasan seksual. Untuk wanita catat usia menarke/meno-pause, hubungan masa lalu yang
penting, alasan hubungan tersebut berakhir.
Kebiasaan/ketergantungan: alkohol, rokokdan obat-obatan terlarang; catat jumlah,;
penggunaan saat ini dan sebelumnya; pola penggunaan; gejala/tanda ketergantungan dan
putus obat; masalah yang berkaitan, misalnya masaiah dalam pekerjaan.
Riwayat forensik: catat semua pelanggaran baik dihukum maupun tidak
Situasi sosial saat ini: tipe rumah, siapa saja yang tinggal di rumah; keadaan keuangan, dll.
8. Kepribadian sebelum sakit (premorbid)3
Sulit untuk dinilai melalui wawancarayang singkat. Titik berat pada pola perilaku yang
konsisten selama hidup. Bagian ini harus mencantumkan masukan dari oranq lain, karena
tidak ada individu yanq mampu menggambarkan kepribadiannya sendiri secara objektif.
Hal-hal yang mencakup: sikap kepada orang lain dalam hubungan; sikap pada diri sendiri,
misalnya menyukai diri sendiri, percaya diri; mood pre-dominan, misalnya ceria,
optimistik; menikmati aktivitas dan hal-hal yang diminati; reaksi terhadap stres,
mekanisme mengatasi masalah (coping mechanisms).
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan umum terdiri dari pemeriksaan tanda vital dan fisik. Pemeriksaan fisik
tersebut digunakan untuk memeriksa apakah ada tanda-tanda kelainan organik.4 Pemeriksaan
yang dapat kita lakukan dapat meliputi pemeriksaan neurologis, pemeriksaan mata, dan bicara.
Pada pemeriksaan neurologis, selama proses anamnesis pada kasus tersebut, tingkat kesadaran
dan atensi pasien terhadap detil pemeriksaan, pemahaman, ekspresi wajah, cara bicara, postur,
dan cara berjalan perlu diperhatikan. Pemeriksaan neurologis dilakukan untuk dua tujuan.
Tujuan pertama dicapai melalui pemeriksaan neurologis rutin, yaitu terutama dirancang untuk 4
mengungkap asimetri fungsi motorik, persepsi, dan refleks pada kedua sisi tubuh yang
disebabkan oleh penyakit hemisferik fokal. Tujuan kedua tercapai dengan mencari untuk
memperoleh tanda yang selama ini dikaitkan dengan disfungsi otak difus atau penyakit lobus
frontal. Tanda ini meliputi refleks mengisap, mencucur, palmomental, dan refleks genggam serta
menetapnya respons terhadap ketukan di dahi. Sayangnya, kecuali refleks genggam, tanda
seperti itu tidak berkaitan erat dengan patologi otak yang mendasari.4
Untuk selanjut nya pada pemeriksaan mata, disamping gangguan pada pengejaran ocular
yang halus, pasien skizofrenik mempunyai kecepatan kejapan yang lebih tinggi. Peningkatan
kecepatan kejapan diperkirakan mencerminkan aktivitas hiperdopaminergik.4 Dan yang terakhir
walaupun gangguan bicara pada skizofrenik (sebagai contoh,kelonggaran asosiasi secara klasik
dianggap menyatakan suatu gangguan berpikir, Gangguan bicara juga dapat menyatakan suatu
forme frusta dari afasia,kemungkinan yang mengenai lobus parietalis dominan.
Ketidakmampuan pasien skizofrenik untuk merasakan prosodi bicara atau untuk mengubah
bicaranya sendiri dapat dipandang sebagai gejala neurologis dari gangguan di lobus parietalis
non dominan. Gejala mirip lobus parietalis lainnya pada skizofrenia adalah ketidakmampuan
melakukan tugas (yaitu apraksia),disorientasi kanan dan kiri,dan tidak adanya keprihatinan
tentang gangguannya.4
Pemeriksaan status mental
Hindari melaporkan gambaran-gambaran yang terdahulu pada status mental, laporan
merupakan suatu potret keadaan pasien saat itu juga.3 Berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan
dalam pemeriksaan status mental:
1. Penampilan dan perilaku3,5
Pakaian, perawatan diri, misalnya pemakaian warna-warna dan riasan yang cerah dapat
terlihat pada pasien mania, pengabaian terlihat pada pasien depresi. Perilaku selama
wawancara: kegelisahan, kesedihan, kontak mata, mudah marah, kesesuaian, mudah
teralihkan. Psikomotor: kemiskinan, stereotipe, ritual, gerakan-gerakan abnormal lainnya.2,5
2. Bicara3,5
Kecepatan: lambat/terbelakang, atau tertahan/tidak dapatdiinterupsi. Irama: normal, intonasi
datar atau berlebihan. Volume: berbisik, tenang, keras. Isi: mempermainkan kata-kata yang
berlebihan, asosiasi bunyi (clang association), berbicara satu-satu suku kata (monosyllabic),
spontan atau hanya menjawab pertanyaan. Periksa juga adanya disfasia maupun disartria.2,5
3. Mood3,5
5
Amati mood pasien selama wawancara dan tanyakan juga bagaimana perasaan mereka: (1)
secara objektif/afek: kesan Anda (sesuai/tidak sesuai)—depresi, elasi, eutimia, tumpul atau
datar, cemas. (2) Secara subjektif: bagaimana pasien melaporkan mood yang dominan,
depresi, elasi
NB: Di sini Anda dapat merekam gambaran-gambaran biologis dari depresi jika tidak terdapat
dalam riwayat penyakit. Cari juga apakah ada kemungkinan untuk bunuh diri.2
4. Isi Pikiran3,5
a. Gangguan isi pikiran formal (bentuk pikiran abnormal)
Pasien tidak mengikuti susunan yang umum dalam komunikasi dan akibatnya pembicaraan
menjadi kurang berarti. Biasanya pada skizofrenia.
Derailment (gerakan Knight): terdapat kekacauan kata-kala secara tiba-tiba dari waktu ke
waktu, yang seharusnya sesuai, namun tidak dalam konteks ini (jalannya isi pikiran
menjadi keluar jalur).
Circumstantiality (asosiasi ionggar): isi pikiran menjadi somar-samar dan tampak campur
aduk.
Bloking isi pikiran: sensasi-sensasi isi pikiran tiba-tiba berhenti.3
b. Tempo isi pikiran abnormal
Akselerasi (isi pikiran ditekan, Sight of ideas dapat timbul tanpa penekanan untuk bicara)
atau retordasi.
c. Kepemilikan isi pikiran abnormal
Pasien merasa pikirannya dikendalikan oleh sesuatu dari luar—penarikan isi pikiran,
insersi, penyiaran (merasa pikiran seseorang ditarik oleh orang lain).
d. Isi pikiran abnormal
Preokupasi/ide yang berlebihan (ide-ide ini sangat kuat dan dominan dan tidak selalu tidak
logis atau tidak layak secara budaya). Obsesi, kompulsi, ruminasi. Trias kognitif Beck,
pandangan negatif terhadap diri, dunia dan masa depan.3
5. Waham-waham (delusi)
Waham adalah kepercayaan yang salah, tidak mudah digoyahkan, di luar sistem kepercayaan
sosial dan budaya normal seorang individu.3,5 Tipe-tipe waham:
Grandiose (kebesaran): percaya bahwa mereka memiliki kemampuan dan misi khusus.
Poverty (kemiskinan): percaya bahwa mereka telah dibuat miskin.
Guilt (rasa bersalah): percaya bahwa mereka telah melakukan kejahatan dan pantos
dihukum.
Nihilistic (ketidakberadaan): percaya bahwa mereka tidak berarfi afau tidak ada.6
Hypochondriacal: percaya bahwa mereka mengidap suatu penyakit fistk.
Persecutory (penganiayaan): percaya bahwa semua orang berkonspirasi melawan mereka.
Reference (referensi): percaya bahwa mereka dipengaruhi oleh maja-lah/televisi.
Jealousy (kecemburuan): percaya bahwa pasangan mereka tidak setia meskipun tidak ada
buktinya.
Amorous (penuh cinta): percaya bahwa orang lain sedang jatuh cinta dengan mereka.
Infestation (serbuan): percaya bahwa mereka diserbu oleh serangga atau parasit.
Passivity experiences: percaya bahwa mereka disuruh melakukan se-suatu, atau merasakan
emosi-emosi, atau dikendalikan dari luar; somatic passivity—merasa seolah-olah mereka
dipindahkan dari luar.3
Waham kemungkinan sesuai dengan mood, misalnya waham kebesaran, penganiayaan dalam
moodelasi; waham hipokondrik, kemiskinan, bersalah, dan nihilistic dalam mood depresi.
Waham dapatdiklasifikasikan menjadi primer dan sekunder:
Waham primer timbul 'entah dari mana' tanpa ada contoh yang dapat diidentifikasi.
Waham sekunder timbul dari mood yang mendasari, fenomena psikosis atau kerusakan
kognisi dan dapat dipahami dalam konteks tersebut. Waham ini timbul ketika berusaha
memahami kejadian penyakit primernya.3
6. Persepsi3,6
Gangguan sensorik: sensitivitas terhadap suara atau warna meningkdt.
Ilusi: salah menginterpretasikan stimuli yang normal.
Halusinasi: persepsi yang salah tanpa adanya stimulus apapun; merasa hal itu berasal dari
luar dirinya.
Pendengaran: suara-suara orang kedua langsung diarahkan kepada
pasien. Tanyakan waktu terjadi, pemicu, jumlah suara, orang pertama atau kedua, misalnya
suara tersebut mungkin mengatakan "saya tidak berguna".
Penglihatan
Penciuman: biasanya bau yang tidak sedap
Pengecapan: biasanya suatu perasaan bahwa sesuatu terasa berbeda dan ini diinterpretasikan
sebagai akibat peracunan.
Sensasi somatik: misalnya, sensasi adanya serangga di bawah kulitatau gerakan sendi-sendi.
Pemeriksaan Penunjang
Meskipun pemeriksaan laboratorium adalah pemeriksaan penunjang, tetapi peranannya
penting dalam menjelaskan dan menkuantifikasi disfungsi neurofisiologis, memilih pengobatan,
7
dan memonitor respon klinis. Hasil pemeriksaan laboratorik harus dapat diintegrasikan dengan
data riwayat penyakit, wawancara dan pemeriksaan psikiatrik untuk memperoleh gambaran
komprehensif tentang diagnosis dan pengobatan yang diperlukan oleh pasien. Sampai saat ini
belum ada konsensus mengenai tes apa saja yang digunakan sebagai penyaring, tetapi beberapa
tes berikut patut untuk dipertimbangkan:4,5
1. Brain imaging
a. CT-scan - atrofi kortikal pada 10-35% pasien; pembesaran ventrikel III dan lateral pada 10-
50% pasien; atrofi vermis serebelar dan turunnya radiodensitas parenkim otak. Mungkin
ada korelasi antara CT abnormal dan adanya gejala negatif (misal, afek datar, withdrawal
sosial, retardasi psikomotor, kurang motivasi), gangguan neuropsikiatrik, naiknya frekuensi
gejala ekstrapiramid akibat obat antipsikotik, dan riwayat premorbid lebih buruk.
b. Positron emission tomography (PET) -- pada sebagian penderita dapat ditemukan turunnya
metabolism lobus frontal dan parietal, metabolisme posterior relatif tinggi, dan lateralitas
abnormal.
c. Aliran darah serebral (CBF = cerebral blood flow) - pada sebagian penderita, dapat
ditemukan kadar istirahat aliran frontal turun, aliran darah parietal naik, dan aliran darah
otak keseluruhan turun. Bila studi PET dan CBF digabungkan dengan CT-scan, disfungsi
lobus frontal paling jelas terlibat. Disfungsi lobus frontal mungkin sekunder terhadap
patologi tempat lain di otak.
2. EEG (Electroencephalography)
Umumnya pasien skizofren memiliki EEG normal tapi sebagian menunjukkan turunnya
aktivitas alfa dan naiknya aktivitas teta dan delta; gangguan paroksismal; dan naiknya
kepekaan terhadap prosedur aktivasi, misal deprivasi tidur.
3. Laboratorium
Tidak ada hasil laboratorium karakteristik ditemukan dalam skizofrenia. Seperti pada
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium ini dapat digunakan untuk menyingkirkan
dugaan-dugaan kelainan yang berhubungan dengan sistem tubuh pasien sendiri. Pemeriksaan
rutin berikut yang harus dilakukan pada semua pasien, pada awal penyakit dan secara berkala
setelah itu, pemeriksaan itu antara lain:
Hitung darah lengkap
Hati, tiroid, dan tes fungsi ginjal
Elektrolit, glukosa, B12, folat, dan kalsium.
Jika sejarah pasien memberikan alasan untuk mencurigai, memeriksa HIV; RPR,
ceruloplasmin, ANA, urin untuk kultur dan sensitivitas dan / atau obat-obatan dari 8
penyiksaan; am kortisol, dan koleksi urin 24 jam untuk porfirin, tembaga, atau logam
berat.
Jika pasien adalah wanita usia subur, tes kehamilan itu penting.
Jika kecurigaan kuat neurosifilis ada, tes treponemal tertentu dapat membantu.
Diagnosis Banding
Skizofrenia harus dibedakan dengan semua kondisi yang menimbulkan psikosis aktif (lihat
di atas). Semua kemungkinan-kemungkinan, harus dengan hati-hati disisihkan misalnya
gangguan skizoafektif, gangguan afektif berat, dan semua kondisi organik yang sangat mirip
dengan skizofrenia, misalnya stadium awal Khorea Huttington, stadium awal penyakit Wilson,
epilepsi lobus temporalis atau frontalis, stadium awal multiple sklerosis dan sindroma lupus
eritomatosus, porfiria, paresis umum, penyalahgunaan zat yang kronik, dan halusinasi alkoholik
kornik. Hati-hati menilai katatonia untuk kondisi medik/neurologik.1 Dalam hal ini akan dibahas
mengenai dua jenis yang mendekati dari kasus tersebut yaitu :
1. Psikotik akut
Diagnostic and statistical manual of Mental Disorders (DSM-IV) mengomindasikan dua
konsep diagnostik menjadi diagnosis gangguan psikosis singkat gangguan psikotik akut
atau brief psychotic disorder. Pertama gangguan berlangsung singkat, didefinisikan di
dalam DSM-IV sebagai kurang dari satu bulan tetapi sekurangnya satu hari, gejala
mungkin memenuhi atau tidak memenuhi criteria diagnosis untuk skizofrenia. Kedua,
gangguan mungkin berkembang sebagai respon terhadap stressor psikososial yang parah
atau kumpulan stressor.7
Menurut PPDGJ III.F23 urutan diagnosis yang mencerminkan urutan prioritas yang
diberikan untuk ciri-ciri utama terpilih dari gangguan ini. Urutan prioritas yang dipakai
ialah:7
a. Onset yang akut (dalam masa 2 minggu atau kurang = jangka waktu gejala-gejala
psikotik menjadi nyata dan mengganggu sedikitnya beberapa aspek kehidupan
dan pekerjaan sehari-hari, tidak termasuk periode prodromal yang gejalanya
sering tidak jelas) sebagai ciri khas yang menentukan seluruh kelompok.
b. Adanya sindrom yang khas berupa polimorfik (beraneka ragam dan berubah
cepat) atau schizoprenia-like (gejala skizofrenia yang khas).
c. Adanya stress akut yang berkaitan. Kesulitan atau problem yang berkepanjangan
tidak boleh dimasukan sebagai sumber stres dalam konteks ini.
d. Tidak diketahuinya berapa lama gangguan akan berlangsung.
9
e. Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang memenuhi kriteria baik untuk
episode manik maupun depresif, walaupun perubahan emosional dan gejala-
gejala afektif individu dapat menonjol dari waktu ke waktu.
f. Tidak ada penyebab organik, seperti : trauma kapitis, delerium atau demensia.
Tidak merupakan intoksifikasi akibat penggunaan alkohol atau obat-obatan.4
2. Gangguan waham
Waham adalah salah satu perubahan proses khususnya isi pikir yang ditandai dengan
keyakinan terhadap ide-ide, pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan dan sulit diubah
dengan logika atau bukti-bukti yang ada. waham terbagi atas beberapa jenis, yaitu:7
a. Waham agama
Keyakinan klien terhjadap suatu agama secara berlebihan diucapkan beulang kali
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
b. Waham kebesaran
Yakin secara berlebihan bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuatan khusus
diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
c. Waham somatic
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya teganggu dan terserang penyakit,
diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
d. Waham curiga
Kecurigaan yang berlebihan dan tidak rasional dimana klien yakin bahwa ada
seseorang atau kelompok orang yang berusaha merugikan atau mencurigai dirinya,
diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
e. Waham nihilistic
Yakin bahwa dirinya sudah ridak ada di dunia atau sudah meninggal, diucapkan
beulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
f. Waham bizar
Sisip pikir : yakin ada ide pikiran orang lain yang dsisipkan di dalam pikiran
yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan
Siar pikir : yakin bahwa orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan
walaupun dia tidak menyatakan kepada orang tersebut, diucapkan beulang kali
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Kontrol pikir : yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar.1
Diagnosis Kerja10
Skizofrenia adalah suatu sindrom klinis dengan variasi psikopatologi, biasanya berat,
berlangsung lama dan ditandai oleh penyimpangan dari pikiran, persepsi serta emosi. Diagnosis
skizofrenia, menurut sejarahnya, mengalami perubahan perubahan. Ada beberaapa cara
menegakkan diagnosis. Pedoman untuk menegakan diagnostic adalah DSM-IV (Diagnostic and
statistical manual) dan PPDGJ-III/ICD-X. dalam DSM-IV teradapat kriteria objektif dan spesifik
untuk mendefinisikan skizofrenia.1 Belum ada penemuan yang patognomonik untuk skizofrenia.
Diagnosis berdasarkan gejala atau deskripsi klinis dana merupakan suatu sindrom. Etiologi
skizofrenia belum pasti. Berdasarkan penelitian biologik, genetik, fenomenologik dinyatakan
bahwa skizofrenia merupakan suatu gangguan atau penyakit . Ada beberapa subtype skizofrenia
yang diidentifikasi berdasarkan variabel klinik:1
F 20.0 Skizofernia paranoid
F 20.1 Skizofrenia disorganisasi (herbefrenik)
F 20.2 Skizofrenia katatonik
F 20.3 Skizofrenia tak terinci
F 20.4 Depresi pasca skizofrenia
F 20.5 Skizofrenia redisual
F 20.6 Skizofrenia simpleks
F 20.7 Skizofrenia lainnya
F 20.8 Skizofrenia yang tak tergolongkan
Epidemiologi
Prevalensi skizofrenia di Amerika Serikat dilaporkan bervariasi terentang dari 1 sampai
1,5 persen dengan angka insidens 1 per 10.000 orang per tahun. Berdasarkan jenis kelamin
prevalensi skizofrenia adalah sama, perbedaannya terlihat dalam onset dan perjalanan penyakit.
Onset untuk laki laki 15 sampai 25 tahun sedangkan wanita 25-35 tahun. Prognosisnya adalah
lebih buruk pada laki laki dibandingkan wanita.4
Beberapa penelitian menemukan bahwa 80% semua pasien skizofrenia menderita penyakit
fisik dan 50% nya tidak terdiagnosis. Bunuh diri adalah penyebab umum kematian diantara pen-
derita skizofrenia, 50% penderita skizofrenia pernah mencoba bunuh diri 1 kali seumur hidupnya
dan 10% berhasil melakukannya. Faktor risiko bunuh diri adalah adanya gejala depresif, usia
muda dan tingkat fungsi premorbid yang tinggi.1
Komorbiditas Skizofrenia dengan penyalahgunaan alkohol kira kina 30% sampai 50%,
kanabis 15% sampal 25% dan kokain 5%-10%. Sebagian besar penelitian menghubungkan hal
11
ini sebagai suatu indikator prognosis yang buruk karena penyalahgunaan zat menurunkan efek-
tivitas dan kepatuhan pengobatan. Hal yang biasa kita temukan pada penderita skizofrenia
adalah adiksi nikotin, dikatakan 3 kali populasi umum (75%-90% vs 25%-30%). Penderita ski-
zofrenia yang merokok membutuhkan anti psikotik dosis tinggi karena rokok meningkatkan ke-
cepatan metabolisme obat tetapi juga menurunkan parkinsonisme. Skizofrenia terjadi pada 15-
20/100.000 inidividu per tahun, degan risiko morbiditas selama hidup 0,85% (pria/wanita) dan
kejadian puncak pada akhir masa remaja atau awal dewasa. Beberapa laporan mengatakan ski-
zofrenia lebih banyak dijumpai pada orang orang yang tidak menikah tetapi penelitian tidak da-
pat membuktikan bahwa menikah memberikan proteksi terhadap Skizofrenia.1,4,5
Manifestasi klinik
Skizofrenia merupakan penyakit kronik. Sebagian kecil dari kehidupan mereka berada
dalam kondisi akut dan sebagian besar penderita berada lebih lama (bertahun-tahun) dalam fase
residual yaitu fase yang memperlihatkan gambaran penyakit yang “ringan”. Selama periode
residual, pasien lebih menarik diri atau mengisolasi diri, dan “aneh”. Gejala-gejala penyakit
biasanya terlihat jelas oleh orang lain.1
Pasien dapat kehilangan pekerjaan dan teman karena ia tidak berminat dan tidak mampu
berbuat sesuatu atau karena sikapnya yang aneh. Pemikiran dan pembicaraan mereka samar-
samar sehingga kadang-kadang tidak dapat di mengerti. Mereka mungkin mempunyai keyakinan
yang salah yang tidak dapat dikoreksi. Misalnya, mereka meyakinin bahwa mereka mmpunyai
suatu kekuatan dan sensitivitas khusus dan mempunyai pengalaman “mistik”.
Penampilan dan kebiasaan-kebiasaan mereka mengalami kemunduran serta afek mereka
terlhihat tumpul. Meskipun mereka dapat mempertahankan intelegensia yang mendekati normal,
sebagian besar performa uji kognitifnya buruk.1
Pasien dapat mengalami anhedonia yaitu ketidakmampuan merasakan rasa senang, pasien
juga mengalami deteriorasi yaitu perburukan yang terjadi secara berangsur-angsur. Episode
pertama psikotik sering didahului oleh suatu periode misalnya perilaku dan pikiran eksentrik
(fase prodromal).1
Kepribadian prepsikotik dapat ditemui pada beberapa pasien skizofrenia yang ditandai
dengan penarikan diri dan terlalu kaku secara social, dsangat malu, dan sering mengalami
kesulitan sekolah meskipun I.Q-nya normal. Suatu pola yang sering ditemui yaitu keterlibatan
dalam aktivitas antisosial ringan dalam satu atau dua tahun sebelum episode psikotik. Beberapa
pasien, sebelum didiagnosis skizofrenia, mempunyai gangguan kepribadian schizoid, ambang,
antisosial, atau skizotipal. Skizofrenia sering memperlihatkan berbagai campuran gejala-gejala
12
dibawah ini:1,7
1. Gangguan pikiran
a. Gangguan proses pikir
Pasien biasanya mengalami gangguan proses piker. Pikiran mereka sering tidak dapat
dimengerti oleh orang lain dan terlihat tidak logis. Tanda-tandanya adalah:
Asosiasi longgar: ide pasien sering tidak nyambung (terjadi keseimbangan
penyampaian dari satu ke ide yang lain). Ide tersebut seolah dapat melompat dari
satu topik ke topik lain yang tak berhubungan sehingga membingungkan
pendengar. Gangguan ini sering terjadi misalnya di pertengahan kalimat sehingga
pembicaraan sering tidak koheren.
Pemasukan berlebihan: arus pikiran pasien secara terus-menerus mengalami
gangguan karena pikirannya sering dimasuki informasi yang tidak relevan.
Neologisme: pasien menciptakan kata-kata baru (yang bagi mereka mungkin
mengandung arti simbolik).
Terhambat: pembicaraan tiba-tiba berhenti (sering pada pertengahan kalimat) dan
disambung kembali beberapa saat (atau beberapa menit) kemudian, biasanya
dengan topic yang lain. Ini dapat menunjukkan bawa ada interpsi. Biasanya
pikiran-pikiran lain masuk ke dalam ide pasien. Perhatian pasien sering sangat
mudah teralih dan jangka waktu atensinya singkat.
Klang asosiasi: pasien memilih kata-kata berikut mereka berdasarkan bunyi kata-
kata yang baru saja diucapkan oleh seseorang.
Ekolalia: pasien mengulang kata-kata atau kalimat-kalimat yang baru saja
diucapkan oleh seseorang.
Kontritisasi: pasien dengan IQ rata-rata normal atau lebih tinggi, sangat buruk
kemampuan berpikir abstraknya.
Alogia: pasien berbicara sangat sedikit tetapi bukan disebabkan oleh resistensi
yang disengaja (miskin pembicaraan) atau dapat berbicara dalam jumlah normal
tetapi sangat sedikit ide yang disampaikan (miskin isi pembicaraan)
b. Gangguan isi pikir
Waham
Waham adalah suatu kepercayaa palsu yang menetap yang tidak sesuai dengan
fakta dan kepercayaan tersebut mungkin “aneh” (misalnya; mata saya adalah
computer yang dapat mengontrol dunia) atau bisa pula “tidak aneh” (hanya sangat
tidak mungkin misalnya; “FBI mengikuti saya”) dan tetap dipertahankan 13
meskipun telah diperlihatkan bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya.
Waham sering ditemui pada gangguan juwa berat dan beberapa bentuk waham
yang spesifik sering ditemukan pada skizofrenia semakin sering ditemui waham
disorganisasi atau waham tidak sistematis:
Waham kejar
Waham kebesaran
WAham rujukan, yaitu pasien meyakini ada “arti” di balik peristiwa-
peristiwa dan meyakini bahwa peristiwa-peristiwa atau perbuatan orang
lain tersebut seolah-seolah diarahkan kepada mereka.
Waham penyiaran pikiran yaitu kepercayaan bahwa orang lain dapat
membaca pikiran mereka.
Waham penyisipan pikiran yaitu kepercayaan bahwa pikiran orang lain
dimasukan ke dalam benak pasien.
Tilikan
Kebanyakan pasien skizofrenia mengalami pengurangan tilikan yaitu pasien tidak
meyadari penyakit serta kebutuhannya terhadap pengobatan, meskipun gangguan
yang ada pada didirinya dapat dilihat orang lain.
2. Gamgguan persepsi
a. Halusinasi
Halusinasi paling sering ditemui, biasanya berbentuk pendengaran tetapi bias juga
penglihatan, penciuman, dan perabaan. Halusinasi penderangan (paling sering
suara, satu atau beberapa orang) dapat pula berupa komentar tentang pasien atau
peristiwa-peristiwa sekitar pasien. Komentar-komentar tersebtu dapat bebentuk
ancaman atau perintah-perintah yang langsung ditujukan kepada pasien
(halusinasi komando). Suara-suara sering diterima pasien sebagai sesuatu yang
berasal dari luar kepala pasien dan kadang-kadang pasien dapat mendengar
pikiran-pikiran mereka sendiri berbicara keras (sering memalukannya atau suara
yang memalukan). Suara-suara cukup nyata menurut pasien kecuali pada fase
awal skizofrenia.
b. Ilusi dan depersonalisasi
Pasien juga dapat mengalami ilusi atau depersonalisasi. Ilusi yaitu adanya
misinterpretasi panca indra terhadap objek. Depersonalisasi yaitu adanya
perasaan asing terhadap lingkungan sekitarnya misalnya dunia terlihat idak nyata.
3. Gangguan emosi14
Pasien skizofrenia dapat memperliahtkan berbagai emosi dan dapat berpindah dari satu
emosi ke emosi lain dalam jangka waktu singkat. Ada tiga afek dasar yang sering (tetapi
tidak patognomonik):
Afek tumpul atau datar: ekspresi emosi pasien sangat sedikit bahkan ketika afek
tersebut harusnya diekspresikan. Pasien tidak menunjukkan kehangatan.
Afek tak serasi: afeknya mungkin bersemangat atau kuat tetapi tidak sesuai
dengan pikiran dan pembicaraan pasien.
Afek labil: dalam jangka pendek terjadi perubahan afek yang jelas.
4. Gangguan perilaku
Berbagai perilaku tak sesuai atau aneh dapat telrihat seperti gerakan tubuh yang aneh.
Wajah dan menyeringai, perilaku ritual, sangat ketolol-tololan, agresif, dan perilaku
seksual yang tidak pantas. Skizofrenia dapat berlangsung beberapa bulan atau bertahun-
tahun (lebih sering). Kebanyakan pasien mengalami kekambuhan, dalam bentuk episode
aktif, secara periodic, dalam heidupannya, secara khas dengan jarak beberapa bulan atau
tahun. Selama masa pengobatan pasien biasanya memperlihatkan gejala residual (sering
dengan derajat keparahan yang meningkat setelah beberapa tahun). Walaupun demikian,
ada sebagian kecil yang mengalami remisi.
Sebagian besar pasien-pasien skizofrenia yang dalam keadaaan remisi dapat
memperlihatkan tanda-tanda awal kekambuhan. Tanda-tanda awal tersebut meliputi
peningkatan kegelisahan dan ketegangan, penurunan nafsu makan, depresi ringan, dan
anhedonia, tidak bias tidur, dan konsentrasi terganggu.
Klasifikasi
Untuk menegakkan diagnosis skizofrenia, pasien harus memenuhi kriteria DSM-IV atau
ICD X.1 berdasarkan DSM-IV
1. Berlangsung paling sedikit enam bulan
2. Penurunana fungsi yang cukup bermakna yaitu dalam bidang pekerjaan, hubungan
interpersonal, dan fungsi kehidupan pribadi.
3. Pernah mengalami psikotik aktif dalam bentuk khas selama periode tersebut.
4. Tidak ditemui gejala-gejala yang sesuai dengan skizoafektif, gangguan mood mayor,
autisme, atau gangguan organik.
Semua pasien skizofrenia sebaliknya digolongkan ke dalam salah satu dari subtipe yang 15
telah disebutkan di atas. Subtipe ditegakkan berdasarkan atas manifestasi perilaku yang paling
menonjol. Subtipe skizofrenia terdiri dari:1,7
Skizofrenia paranoid: merupakan subtipe yang paling umum, dimana waham dan
halusinasi auditorik terlihat jelas. Tipe ini paling stabil dan paling sering. Awitan subtipe
ini biasanya terjadi lebih belakangan bila dibandingkan dengan bentuk-bentuk
skizofrenia lain. Gejala terlihat sangat konsisten, sering paranoid, pasien dapat atau tidak
bertindak sesuai dengan wahamnya. Waham dan halusinasi menonjol sedangkan afek dan
pembicaraan hampir tidak terpengaruh.
Skizofrenia katatonik: lebih jarang ditemui, pasien mempunyai paling sedikit satu dari
(atau kombinasi) dari beberapa bentuk katatonia. Gangguan psikomotor terlihat
menonjol, sering kali muncul bergantian antara imobilitasi motorik (contohnya stupor)
dan aktivitas berlebihan (kegembiraan). Kekakuan, postur tubuh (waxy flexibility –
memperlihatkan postur yang aneh), echolalioa (menirukan pembicaraan), dan echopraxia
(meniru gerakan (dapat terjadi).
Skizofrenia hebefrenik (tak teroganisasi): onsetnya dini dan memiliki prognosis buruk.
Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat ditebak; mood yang tidak sesuai ,
dan afek yang tidak wajar, mungkin dengan tertawa cecikikan, mannerisme, dan kelakar
yang tidak pantas; pikiran yang tidak selaras dan waham dan halusinasi yang tidak
menonjol dapat muncul.
Skizofrenia residual (kronis): adanya riwayat satu episode atau lebih yang memenuhi
kriteria skizofrenia yang disebutkan di atas, tetapi pada penyakit sekarang didominasi
gejala “negatif” dan seringkali kognitif. Dalam klasifikasi ini pasien memiliki halusinasi,
waham, dan gejala psikosis aktif yang menonjol (misalnya kebingungan, inkoheren), atau
memenuhi kriteria skizofrenia tetapi tidak dapat digolongkan ke dalam tipe paranoid,
katatonik, hebefrenik, residual, dan depresi pasca skizofrenia.
Skizofrenia tak terinci (simpleks): tidak umum dijumpai; skizofrenia simpleks adalah
suatu diagnosis yang sulit dibuat secara meyakinkan karena bergantung pada pemastian
perkembangan yang berlangsung perlahan, gejala negatif berkembang tanpa didahului
gejala psikotik yang jelas.
Sistem klasifikasi alternatif telah diusulkan sebagai berikut yang dimana tipe dibagi
menjadi dua tipe. Tipe I (onset akut, gejala positif [halusinasi, waham], ukuran ventrikular otak
normal, prognosis dan respons terhadap neuroleptik baik, gangguan dopamin), dan tipe II
(kronis, gejala negatif, ventrikel membesar, prognosis dan respons terhadap neuroleptik buruk,
kehilangan neuron).8
16
Etiologi
Belum ditemukan etiologi yang pasti mengenai skizofrenia, ada beberapa hal dasar yang
dapat menyebabkan skizofrenia, seperti secara genetik, biologis, biokimiawi, dan faktor
keluarga. Secara genetik ada beberapa hasil penelitian yang dilaporkan saat ini. Terdapat bukti
yang kuat adanya komponen genetik, dengan meningkatnya jumlah penderita skizofrenia dan
psikosis afektif pada keluarga penderita skizofrenia. Risiko berkembang menjadi penderita
skizofrenia diperkirakan sebesar 50% pada seseorang yang memiliki saudara kembar monozigot
yang menderita skizofrenia dan 15% pada kembar dizigot. Kajian adoptif menunjukkan bahwa
keturunan penderita skizofrenia yang diadopsi keluarga lain memiliki peluang yang meningkat
sekitar 12% menderita penyakit tersebut. Diperkirakan bahwa sejumlah gen yang mempengaruhi
perkembangan otak memperbesar kerentanan menderita skizofrenia.1,9
Secara biologis, tidak ada gangguna fungsional dan struktur yang patofnomonik ditemukan
pada penderita skizofrenia. Meskipun demikian beberapa gangguan organik dapat terlihat pada
subpopulasi pasien. Gangguan yang paling banyak dijumpai yaitu pelebaran ventrikel tiga dan
lateral yang stabil yang kadang-kadang sudah terlihat sebelum awitan penyakit, atropi bilateral
lobus temporal medial, dan lebih spesifik yaitu girus parahipokampus, hipokampus dan
amigdala, disorientasi spasia lsel piramid hipokampus, dan penurunan volume korteks prefrontal
dorsolateral. Beberapa penelitian melaporkan bahwa semua perubahan ini tampaknya statis dan
telah dibawa sejak lahir, dan pada beberapa kasus perjalanannya progresif.9
Secara biokimiawi skizofrenia belum diketahui. Hipotesis yang paling banyak yaitu
adanya gangguan neurotransmiter sentral yaitu terjadinya peningkatan aktivitas dopamin sentral.
Selain itu terdapat juga faktor keluarga. Kekacauan dan dinamika keluarga memegang peranan
penting dalam menimbulkan kekambuhan dan mempertahankan remisi. Pasien yang pulang ke
rumah sering relaps pada tahun berikutnya bila dibandingkan dengan pasien yang ditempatkan di
panti penitipan. Pasien yang berisiko adalah pasien yang tinggal bersama keluarga yang hostil,
memperlihatkan kecemasan yang berlebihan, sangant protektif terhadap pasien, terlalu ikut
campur, sangant pengeritik. Pasien skizofrenia sering tidak “dibebaskan” oleh keluarganya. Jadi
dalam kasus ini belum dapat ditemukan etiologi yang pasti mengenai skizofrenia.9
Terapi Famakologi
Antipsikotik merupakan penatalaksanaan utama. Antipsikotik efektif mengobati “gejala
positif” pada episode akut (misalnya halusinasi, waham, fenomena passivity) dan mencegah
kekambuhan. Antispikotik tipikal dan atipikal sama-sama efektif dalam mengobati gejala positif, 17
tetapi mempunyai riwayat efek samping yang berbeda. Antipsikotik atipikal menyebabkan efek
samping motorik yang lebih ringan, tetapi beberapa berhubungan dengan pernambahan berat
badan dan diabetes. Hanya klozapin, protopie obat psikotik atipikal, yang telah terbukti efektif
dalam mengobati psikosis yang tidak merespons obat antipsikotik lainnya. Antipsikotik efektif
mengobati gejala negatif, meskipun bukti tentang hal ini kurang jelas untuk obat selain klozapin.
Pasien yang tidak tenang, overaktif, atau kasar memerlukan penenang dengan antipsikotik tipikal
atau atipikal atau dengan benzodiazepin. Pasien yang menggunakan klozapin diperlukan
pemantauan hematologi secara rutin dan teratur.9
Pengobatan dapat dilakuka nsecara oral, intramuskular, atau dengan injeksi depot jangka
panjang. Sediaan depot memberikan profilaksis jangka panjang, meningkatkan kepatuhan,
memungkinkan kontak secara teratur dengan perawat psikiatri komunitas atau klinik, dan
menghindari metabolisme tahap awal. Namun demikian, sebagian besar pasien lebih menyukai
pengobatan oral. Penatalaksanaan harus dilakukan sesegera mungkin setelah didiagnosis,
sebagaimana terbukti bahwa waktu yang panjang antara onset gejala dan penatalaksanaan yang
efektif, dapat berdampak lebih buruk. Penderita skizofrenia dapat menjadi tertekan dan
memerlukan obat antidepresan.1
Penatalaksanaanya adalah dengan dosis tererndah yang secara efektif mengendalikan gejala
dan meminimalkan efek samping, sebagian teknik ini berkaitan dengan kepautuhan yang rendah.
Apabila pasien mengalami efek samping ekstrapiramidal, obat antikolinergik harus diberikan
segera, bila perlu secara intramuskular. Pengaturan Dosis Dalam pengaturan dosis perlu
mempertimbangkan:1.9
1. Onset efek primer (efek klinis) : 2-4ininggu Onset efek sekunder (efek samping) : 2-6
jam
2. Waktu paruh : 12-24 jam (pemberian 1-2 x/hr)
3. Dosis pagi dan malam dapat berbeda (pagi kecil, malam besar) sehingga tidak meng-
ganggu kualitas hidup penderita.
4. Obat antipsikosis long acting : fluphenazine decanoate 25 mg/cc atau haloperidol de-
canoas 50 mg/cc, IM untuk 2-4ininggu. Berguna untuk pasien yang tidak/sulitininum
obat, dan untuk terapi pemeliharaan.
Cara / Lama pemberian mulai dengan dosis awal sesuai dengan dosis anjuran dinaikkan
setiap 2-3 hari sampai mencapai dosis efektif (sindrom psikosis reda), dievaluasi setiap 2 minggu
bila pertu dinaikkan sampai dosis optimal kemudian dipertahankan 8-12 minggu. (stabilisasi).
Diturunkan setiap 2 minggu (dosis maintenance) lalu dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun
( diselingi drug holiday 1-2/hari/minggu) setelah itu tapering off (dosis diturunkan 2-4 minggu) 18
lalu stop.Untuk pasien dengan serangan sindrom psikosis multiepisode, terapi pemeliharaan
paling sedikit 5 tahun (ini dapat menurunkan derajat kekambuhan 2,5 sampai 5 kali). Pada
umumnya pemberian obat antipsikosis sebaiknya dipertahankan selama 3 bulan sampai 1 tahun
setelah semua gejala psikosis reda sama sekali. Pada penghentian mendadak dapat timbul gejala
cholinergic rebound gangguan lambung, mual, muntah, diare, pusing dan gemetar. Keadaan ini
dapat diatasi dengan pemberian anticholmnergic agent seperti injeksi sulfas atropin 0,25 mg IM,
tablet trhexyphenidyl 3x2 mg/hari.1,5,9
Terapi non farmako
Psikoterapi
Terapi perilaku kognitif seringkali bermanfaat dalam membantu pasien mengatasi waham
dan halusinasi yang menetap. Tujuannya adalah untuk mengurangi penderitaan dan
ketidakmampuan, dan tidak secara langsung menghilangkan gejala. Dukungan psikologis
penting bagi penderita skizofrenia dan keluarganya. Terapi keluarga dapat membantuk mereka
mengurangi ekspresi emosi yang berlebihan, dan terbukti mencegah kekambuhan. Bantuan
mandiri dapat membantu penderita psikosis untuk berbagi pengalaman dan cara untuk
menghadapi gejalanya.1 Psikoanalisis jarang berguna.9
Dukungan sosial
Membantu penderitau ntuk kembali bekerja atau sekolah sangat penting dalam menjaga
kepercayaan diri dan kualitas hidupnya. Bila hal ini tidak dapat dilakukan, pusat rehabilitasi
dapat membantu merestrukturisasi kegiatan mereka. Tempat tinggal yang layak sangat penting.
Penderita dengan gejala sisa (contoh gejala negatif dan kognitif) mungkin tidak dapat hidup
mandiri. Rawat inap dan layanan rehabilitasi masyarakat bertujuan untuk memaksimalkan
kemandirian pasien. Berbagai layanan untuk hidup sehari-hari, mulai dari tempat
penampungan/rumah singgah dengan staf yang bekerja 24 jam hingga perumahan khusus dengan
pekerja pendukung yang datan seminggu sekali, tersedia untuk memenuhi kebutuhan.
Penderita psikosis tidak dirawat di rumah sakit tetapi di dalam komunitasnya bila
memungkinkan, walaupun rawat inap diperlukan bila terdapat ririko tinggi pasien diterlantarkan,
bunuh diri, atau melukai orang lain. Bila pasien menolak untuk diobati, penahanan pasien unutk
dirawat berdasarkan UU kesehatan jiwa mungkin diperlakukan. Memberikan perawatan yang
positif dan tanpa stigma diperlukan bagi pasien yang akan kembali berhubungan dengan tim
perawat agar mematuhi perawatan. Dengan hal ini diharapkan dapat meningkatkan hasil dari
pengobatan yang dijalani oleh pasien tersebut.19
Perventif
Dalam studi di Norwegia dan Amerika Utara, para peneliti telah menemukan bukti awal
bahwa perlakuan terhadap prodromal dari skizofrenia (fase subklinis yang merupakan pendahulu
untuk psikosis akut) dapat menunda onset psikosis atau mengurangi keparahan penyakit.4
Prognosis
Sebanyak 90% pasien yang mengalami episode psikotik yang pertama akan sembuh dalam
waktu 1 tahun, tetapi sekitar 80% akan mengalami episode berikutnya dalam 5 tahun. Penelitian
baru-baru ini menemukan bahwa 75% pasien akan menghentikan pengobatannya dalam waktu
18 bulan pertama, dan mereka yang menghentikan pengobatan antipsikotik tersebut memiliki
peluang 5 kali lebih besar untuk kambuh. Selain menjalani pengobatan, menghindari
penggunaan zat terlarang (khususnya ganja) dan stress yang berlebihan dapat mengurangi risiko
kambuh.9
Penelitian secara kohor menemnukan bahwa setelah 10 tahun sejak pasien didiagnosis
menderita skizofrenia, sebagian kecil pasien (sekitar 15%) sembuh sepenuhnya, sekitar 50%
mengalami kekambuhan tanpa atau dengan disabilitas ringan yang relatif di antara periode-
periode kambuh; dan 25% menderita penyakit kronis dengan gejala yang menetap dan disabilitas
yang signifikan. Prognosis yang lebih baik dijumpai di negara berkembang; hal ini mungkin
karena struktur sosial, dukungan keluarga, dan/atau kecilnya stigma. Faktor prognosis yang baik
mencakup onset yang akut, gehala positif, komponen afektif yang kuat (misalnya tertekan),
subtipe paranoid, kepribadian pramorbid yang baik, trauma lahir, kecerdasan lebih tinggi, dan
hasil pemeriksaan CT scan/MRI yang normal.9
Faktor prognosis yang buruk mencakup jenis kelamin pria, onset pada saat usia muda,
lajang, isolasi sosial, penggunaan obat terlarang, onset awal yang tersembunyi, gejala negatif,
kelas sosial-ekonomi rendah, kepribadian pramorbid abnormal, dan riwayat keluarga positif
skizofrenia.4,9
Risiko bunuh diri selama hidup adalah 10%. Risiko ini lebih tinggi pada pria muda dengan
halusinasi atau waham yang menetap dan pada penderita dengan riwayat penggunaan obat-
obatan terlarang dan percobaan bunuh diri sebelumnnya, khususnya sebelum/selama 3 bulan
pertama setelah selesai perawatan.9
20
Penutup
Berdasarkan pembahasan diatas, pemuda 25 tahun tersebut menderita gangguan psikosis,
yaitu skizofrenia paranoid. Hal ini nampak dari gejala pasien yang menonjol yaitu gangguan
waham dan halusinasi. Dengan intervensi dini yang komprehensif, yang antara lain meliputi
pemberian antipsikotik secara optimal, terapi kognitif perilaku, pelibatan keluarga, perawatan
dimasyarakat dan manajemen kasus yang baik, kesembuhan skizofrena dapat ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Amir N. Skizofrenia. Dalam: Elvira SD, Hadisukanto G, penyunting. Buku ajar psikiatri.
Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010.h.170-94.
2. Gleadle J. At a galance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit Erlangga;
2007.h.11;58.
3. Hibber Aison, Godwin Alice, Dear Frances. Rujukan cepat psikiatri. Dalam: Husny
Muttagin. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008.h.3-9;94-101.
4. Sadock BJ, Sadock WA. Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Edisi 2. Jakarta:
EGC, 2010.h.147-68.
21
5. Frankenburg FR, Dunayevich E. Schizophrenia, December 4th 2012. Medscape
Reference. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com , 15 Desember 2013 .
6. Lumbantobing SM. Neurologi klinik pemeriksaan fisik dan mental. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia; 2010.h.152-3.
7. David AT. Buku saku paikiatri. 6th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2004.h.24-42.
8. Longo DL, Fauci SA, Hasper DL, Hauser SL, Jameson SL, Joseph L, editors. Harrison’s
manual book of medicine. 18th ed. USA: Mc Graw Hill; 2013.p.1319.
9. Cornelius K, Claudia C, Mary R. At a glance psikiatri. 4 th ed. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2012.h.18-21.
22