pbl blok 7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
pbl blok 7TRANSCRIPT

Saluran Pernapasan Bagian Bawah dan Mekanisme Pernapasan
Erlin Efrina Winata
102013117/E8
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510
Telephone: (021) 5694-2061 (hunting), Fax: (021) 563-1731
Email: [email protected]
Pendahuluan
Manusia membutuhkan suplay oksigen secara terus-menerus untuk proses respirasi
sel, dan membuang kelebihan karbondioksida sebagai limbah beracun produk dari proses
tersebut.1
Pertukaran gas antara oksigen dengan karbondioksida dilakukan agar proses respirasi
sel terus berlangsung. Oksigen yang dibutuhkan untuk proses respirasi sel ini berasal dari
atmosfer, yang menyediakan kandungan gas oksigen sebanyak 21% dari seluruh gas yang
ada. Oksigen masuk kedalam tubuh melalui perantaraan alat pernapasan yang berada di luar.
Pada manusia, alveolus yang terdapat di paru-paru berfungsi sebagai permukaan untuk
tempat pertukaran gas.1
Jalannya udara pernapasan udara masuk melalui lubang hidung kemudian melewati
nasofaring, melewati oralfarink, melewati glottis, masuk ke trakea, masuk ke percabangan
trakea yang disebut bronchus, masuk ke percabangan bronchus yang disebut bronchioles dan
udara berakhir pada ujung bronchus berupa gelembung yang disebut alveolus (jamak:
alveoli).1
Pembahasan
Struktur Anatomi dan Histologi Saluran Pernapasan Bawah
Anatomi saluran pernapasan terdiri atas saluran pernapasan bagian atas (rongga
hidung, sinus paranasal, dan faring), saluran pernapasan bagian bawah (trachea, bronchus,
dan alveoli), sirkulasi pulmonal (ventrikel kanan, arteri pulmonary, arteriola pulmonary,
kapiler pulmonary, venula pulmonary, vena pulmonary, dan atrium kirir), paru (paru kanan 3
lobus dan paru kiri 2 lobus), rongga pleura, dan otot-otot pernapasan.2
Trakea

Trakea berbentuk tabung dengan panjang 12 cm dan berdiameter 2 cm, mulai dari
tulang rawan krikoid di laring dan berakhir ketika bercabang dua menjadi bronkus primer.
Dinding trakea diperkuat oleh 10 - 12 cincin tulang rawan hialin berbentuk C. Ujung-ujung
cincin tersebut terbuka ke arah posterior dan satu sama lain dihubungkan oleh otot polos,
muskulus trakealis. Dengan susunan C yang demikian, trakea membulat di bagian anterior
dan datar di bagian posterior.3-5
Gambar 2. Trakea2
Bronkus Primer (Ekstrapulmonal)
Struktur bronkus primer identik dengan trakea, hanya saja diameternya lebih kecil dan
dindingnya lebih tipis. Setiap bronkus primer akan didampingi oleh arteri pulmonalis, vena
dan pembuluh limf, menembus akar paru. Bronkus kanan lebih lurus daripada bronkus kiri.
Bronkus kanan bercabang tiga mengarah ke tiga lobus paru kanan, dan bronkus kiri
bercabang dua dan memberi cabangnya ke dua lobus paru kiri. Cabang bronkus selanjutnya
masuk ke cabang substansi paru sebagai bronkus intrapulmonal.5,6
Bronkus Sekunder dan Tersier (Intrapulmonal)
Setiap bronkus intrapulmonal merupakan saluran udara ke sebuah lobus paru. Saluran
udara ini mirip dengan bronkus primer dengan beberapa pengecualian. Tulang rawan bentuk
cincin C diganti oleh lempeng ireguler tulang rawan hialin yang secara lengkap mengelilingi
lamina bronki intrapulmonal, dengan demikian saluran napas ini tidak memiliki daerah yang
datar, tapi melingkar secara lengkap. Otot polos terletak di lamina propia dan submukosa

bercampur dengan jaringan fibroelastin, membentuk dua lapisan otot polos yang jelas dan
berjalan spiral berlawanan arah.
Bronki sekunder adalah cabang langsung bronki primer yang akan menuju ke lobus
paru dan dikenal sebagai bronki lobaris. Paru kiri memiliki dua lobus sehingga memiliki dua
bronki sekunder, dan paru kanan mempunyai tiga lobus dengan tiga bronki sekunder. Saat
bronki sekunder memasuki paru, bronki bercabang menjadi cabang yang lebih kecil disebut
sebagai bronki tersier atau segmental. Dengan makin kecilnya diameter bronki intrapulmonal,
saluran ini akhirnya menjadi bronkiolus.5,6
Bronkiolus
Tiap bronkiolus menyalurkan udara ke lobulus paru. Lapisan epitel bronkiolus mulai
dari sel silindris selapis bersilia dan terkadang bersel goblet pada bronkiolus yang lebih besar
sampai sel kuboid selapis (beberapa bersilia) terkadang dengan sel Clara, pada bronkiolus
kecil tidak ada sel goblet. Sel Clara merupakan sel silindris dengan bagian puncak berbentuk
kubah, mempunyai mikrovili pendek tumpul. Sel Clara dipercaya dapat melindungi epitel
brionkiolus melalui hasil sekretnya juga dapat memusnahkan toksin yang ikut terhirup
melalui enzim sitokrom P-450 yang terdapat di retikulum endoplasmik halus (SER).
Beberapa peneliti menduga sel Clara menghasilkan materi mirip surfaktan yang dapat
mengurangi tegangan permukaan bronkiolus serta dapat membelah diri untuk regenerasi
epitel bronkiolus. Selama inhalasi, saat volume paru mengembang, serat elastin di dinding
bronkus meregang melalui tarikan yang serentak ke segala arah, serat elastin turut menjaga
akan bronkiolus tetap terbuka.5,6
Bronkiolus Terminalis
Tiap bronkiolus membagi diri membentuk beberapa bronkiolus terminalis yang lebih
kecil dengan diameter kurang dari 0,5 mm dan membuat bagian akhir konduksi sistem
pernapasan. Struktur ini menyalurkan udara ke dalam asinus paru, bagian lobulus paru.
Lamina propia yang sempit terdiri dari jaringan fibroalastis dan dikelilingi oleh satu atau dua
lapisan sel otot polos. Bronkiolus terminalis bercabang menjadi bronkiolus respiratorius.5,6
Bronkiolus Respiratorius
Struktur bronkiolus respiratorius mirip bronkiolus terminalis, namun dindingnya
diselingi oleh bangunan seperti kantong berdinding tipis dikenal sebagai alveolus, dimana

terjadi pertukaran gas. Setelah bercabang lagi, tiap bronkiolus respiratorius berakhir ke
duktus alveolaris.3-5
Duktus Alveolaris dan Sakus Alveolaris
Duktus alveolaris tidak mempunyai dinding sendiri dan disusun oleh alveolus saja.
Sebuah duktus alveolaris berakhir sebagai kantong buntu yang terdiri dari dua atau lebih
kelompok kecil alveolus disebut sebagai sakus alveolaris. Unsur jaringan penyambung tipis
antara alveolus, septa interalveolaris, memperkuat duktus alveolaris dan menstabilkannya.
Muara tiap alveolus ke duktus alveolaris dikendalikan oleh sebuah sel otot polos tunggal,
tebenam di dalam kolagen tipe III, yang membentuk sfinkter yang halus mengatur diameter
pembukaan.5,6
Alveolus
Alveolus merupakan pengantongan keluar yang kecil, berdiameter sekitar 200 m
dari dinding bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris dan sakus alveolaris. Alveolus
membentuk struktur primer dan unit fungsional sistem pernapasan, karena dinding tipisnya
memungkinkan pertukaran O2 dengan CO2 di antara udara di lumen dan darah dalam kapiler
di sekitarnya. Karena jumlahnya yang banyak, alveolus sering terdesak satu sama lain,
menggeser jaringan penyambung intersisial di antaranya. Pada tempat terjadinya kontak,
ruang udara antara dua alveolus mungkin berhubungan satu sama lain melalui porus
alveolaris (porus Kohn). Porus ini diduga berfungsi sebagai keseimbangan tekanan udara
dalam segmen paru. Karena elveolus dan kapiler disusun oleh sel epitel, keduanya ditopang
oleh lamina basalis yang jelas. Muara alveolus pada sakus alveolaris tidak mempunyai sel
otot polos. Di sekitar muara alveolus tersebut, dikelilingi serat elastin, terutama serat
retikulin. Dinding alveolus disusun oleh dua jenis sel pneumosit tipe I (sel alveolar gepeng)
dan pneumosit tipe II (sel alveolar besar).5,6
Paru
Paru merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut dan terletak dalam rongga
thoraks. Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa
pembuluh darah besar. Paru kanan lebih besar dari paru kiri. Selain itu, paru juga dibagi
menjadi tiga lobus pada paru kanan dan dua lobus pada paru kiri. Lobus-lobus tersebut dibagi
menjadi beberapa segmen, yaitu 10 segmen pada paru kanan dan 9 segmen pada paru kiri.2,3

Pleura
Pleura merupakan kantung tertutup yang terbuat dari membrane serosa (masing-
masing untuk setiap paru) yang di dalamnya mengandung cairan serosa. Paru terinvaginasi
(tertekan dan masuk ke dalam) lapisan ini, sehingga membentuk dua lapisan penutup. Satu
bagian melekat kuat pada paru dan bagian lainnya pada dinding rongga thoraks. Bagian
pleura yang melekat kuat pada paru disebut plura visceralis dan lapisan paru yang membatasi
rongga thoraks disebut pleura parietalis.2,3
Pleura visceralis adalah pleura yang menempel pada paru, menutup masing-masing
lobus paru, dan melewati fissura yang memisahkan keduanya. Pleura parietalis melekat pada
dinding dada dan permukaan thoraks diafragma. Pleura parietalis juga melekat pada
mediastinum dan bersambungan dengan pleura visceralis di sekeliling perbatasan hilum.
Kavitas pleural adalah sebuah ruang potensial. Dua lapisan pleura dipisahkan oleh lapisan
film tipis cairan serosa. Cairan pleura ini berfungsi sebagai pelumas untuk mengurangi
gesekan antara dua lapisan pleura selama pergerakan pernapasan berlangsung. Cairan pleura
disekresikan oleh sel epitel mebran serosa. Pada orang normal, cairan di rongga pleura
sebanyak 1-20ml.2,3
Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfer. Perbedaan tekanan
ini berguna untuk mencegah terjadinya kolaps. Bila terserang penyakit, pleura mungkin
meradang, selain itu udara atau cairan dapat masuk ke dalam rongga pleura sehingga
menyebabkan paru tertekan atau kolaps.3
Recessus pleura (relung selaput dada)
Paru-paru tidak mengisi cavum pleura dengan sempurna. Ini menimbulkan recessus/
sinus di sepanjang garis lipatan pleura,dimana lapisan-lapisan pleura parietalis menjadi saling
berhadapan dan terpisah. Pada inspirasi dangkal, tepi inferior paru tidak mencapai refleksi
pleura (batas recessus) tersebut; paru berada 5 cm di sebelah dalam batas recessus tersebut.
Biasanya ekspansi paru ke dalam ruang-ruang ini hanya terjadi sewaktu inspirasi paksaan;
tetapi, tetap memberikan ruang potensial yang ke dalam recessus ini cairan patologik dapat
berkumpul dan dalam ruang ini dapat disedot cairan tersebut.2
Dikenal dua recessus, yakni pertama Recessus costormediastinalis, recessus ini
terdapat di sebelah anterior ( di dorsal sternum dan tulang-tulang rawan iga); terdapat pada
masing-masing sisi cavum pleurae, dimana pleura costalis berhadapan dengan pleura

mediastinalis.recessus costomediastinalis terbesar berada pada sisi medial cavum pleura kiri
yang menutupi jantung.2
Dan yang kedua yaitu recessus costodiaphragmaticus merupakan recessus terbesar
dan secara klinik paling penting. Recessus ini terdapat pada masing-masing cavum pleura,
dibatasi oleh pleura costalis dan pleura diaphragmaticus, pada daerah antara margo inferior
dan tepi inferior cavum pleurae. Recessus ini paling dalam setelah ekspirasi paksaan dan
menjadi paling dangkal setelah inspirasi paksaan.2
Pendarahan dan persarafan
Pleura parietalis memperoleh darah dari Aa. Intercostales, A. pericardiophrenica dan
A. musculophrenica. Dua pembuluh darah terakhir ini berasal dari A. thoracica interna. Vena-
venanya bergabung dengan vena-vena sistemik pada dinding dada. Persarafannya berasal dari
Nn. Intercostales dan N. Phrenicus.2
Pleura visceralis memperoleh darah dari pembuluh-pembuluh bronchialis. Pembuluh-
pembuluh limfatinya bergabung dengan pembuluh getah bening paru.persarafannya disuplai
oleh saraf-saraf otonom.2
Jika cavum pleura berhubungan dengan udara luar, udara akan memasuki cavum
pleura/ pneumothorax; rongga pleura menjadi rongga yang nyata dan akibatnya paru
mengalami atelectasis/ kolaps.2
Otot-otot Pernapasan
Otot-otot pernapasan merupakan sumber kekuatan untuk menghembuskan udara.
Diafragma (dibantu oleh otot-otot yang dapat mengangkat tulang rusuk dan tulang dada)
merupakan otot utama yang ikut berperan meningkatkan volume paru. Pada saat istirahat,
otot-otot pernapasan mengalami relaksasi.3
Saat inspirasi, M. sternocleidomastoideus, M. Scalenus, M. Pectoralis major, M.
serratus anterior, M. intercostales Externus mengalami kontraksi sehingga menekan
diafragma ke bawah dan mengangkat rongga dada untuk membantu udara masuk ke dalam
paru.3
Pada fase ekspirasi, otot-otot transversal dada, otot-otot interkostalis dalam, dan otot
abdominal mengalami kontraksi, sehingga mengangkat diafragma dan menarik rongga dada
untuk mengeluarkan udara dari paru.3
Pembuluh Darah Paru

A. dan Vv. Pulmonales yang berhubungan dengan faal pernafasan. Dan Aa. Dan Vv.
Bronchiales, yang berhubungan dengan pertukaran zat di jaringan paru.3
Paru-paru mempunyai sumber suplay darah dari Arteria Bronkialis dan Arteria
pulmonalis. Arteria Bronkialis berasal dari Aorta thorakalis dan berjalan sepanjang dinding
posterior bronkus. Vena bronchialis yang besar mengalirkan darahnya ke dalam sistem
azigos, yang kemudian bermuara ke vena cava superior dan mengembalikan darah ke atrium
kanan. Vena brochialis yang lebih kecil akan mengalirkan darah vena pulmonalis, karena
sirkulasi bronchial tidak berperanan pada pertukaran gas, darah yang tidak teroksigenasi
mengalami pirau sekitar 2-3% curah jantung. Sirkulasi bronchial menyediakan darah
teroksigenisasi dari sirkulasi sistemik dan berfungsi memenuhi kebutuhan metabolisme
jaringan paru-paru.3
Arteri Pulmonalis yang berasal dari ventrikel kanan mengalirkan darah vena
campuran ke paru-paru dimana darah tersebut mengambil bagian dalam pertukaran gas.
Jalinan kapiler paru-paru yang halus mengitari dan menutup alveolus, merupakan kontak erat
yang diperlukan untuk proses pertukaran gas antara alveolus dan darah. Darah yang
teroksigenasi kemudian dikembalikan melalui vena pulmonalis ke ventrikel kiri yang
selanjutnya membagikannya kepada sel-sel melalui sirkulasi sistemik.3
Persarafan Paru
Yang pertama serabut symphaticus, yang berasal dari truncus symphaticus (Th.III, IV,
V) dan yang kedua serabut parasymphaticus dari N vagus.3
Mekanisme Pernapasan
Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung
oksigen ke dalam tubuh (inspirasi) serta mengeluarkan udara yang mengandung
karbondioksida sisa oksidasi ke luar tubuh (ekspirasi). Proses respirasi terjadi karena adanya
perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru. System saraf pusat memberikan dorongan
ritmis dari dalam untuk bernapas dan secara refleks merangsang otot diafragma dan otot dada
yang akan memberikan tenaga pendorong bagi gerakan udara.3,7
Udara mengalir masuk dan keluar paru selama tindakan bernapas ketika berpindah
mengikuti gradian tekanan antara alveolus dan atmosfer yang berbalik arah secara bergantian
dan ditimbulkan oleh aktivitas siklik otot pernapasan. Terdapat tiga tekanan penting yang
berperan dalam ventilasi. Yang pertama tekanan atmosfer (barometric) adalah tekanan yang
ditimbulkan oleh berat udara di atmosfer pada benda di permukaan bumi. Pada ketinggain
permukaan laut tekanan ini sama dengan 760 mmHg. Tekanan atmosfer berkurang seiring

dengan penambahan ketinggian di atas pemukaan laut karena lapisan-lapisan udara di atas
permukaan bumi juga semakin menipis.3,7
Yang kedua tekanan intra-alveolus (tekanan intraparu)
Adalah tekanan di dalam alveolus. Karena alveolus berhubungan dengan atmosfer melalui
saluran napas penghantar, udara cepat mengalir menuruni gradien tekanannya setiap tekanan
intra-alveolus berbeda dari tekanan atmosfer, udara terus mengalir sampai kedua tekanan
seimbang (ekuilibrium).3,7
Dan yang ketiga tekanan intrapleura (tekanan intrathoraks) adalah tekanan yang
ditimbulkan di luar paru di dalam Rongga thoraks = Tekanan intrapleura biasanya lebih
rendah daripada tekanan atmosfer, rerata 756 mmHg saat istirahat.3,7
Karena udara mengalir mengikuti penurunan gradient tekanan, maka tekanan intra-
alveolus harus lebih kecil dari tekanan atmosfer agar udara mengalir masuk ke dalam paru
sewaktu inspirasi. Demikian juga, tekanan intra-alveolus harus lebih besar daripada tekanan
atmosfer agar udara mengalir keluar paru sewaktu ekspirasi. Tekanan intra-alveolus dapat
diubah dengan mengubah volume paru. Perubahan volume paru dan karenanya tekanan intra-
alveolus, ditimbulkan secara tak langsung oleh aktivitas otot pernapasan. Otot-otot
pernapasan yang melakukan gerakan bernapas tidak bekerja langsung pada paru untuk
mengubah volumenya. Otot-otot ini mengubah volume rongga thoraks, menyebabkan
perubahan serupa pada volume paru.3
Volume normal pada paru dapat diukur melalui penilaian fungsi paru (lihat tabel 1).
Sebagian dari pengukuran ini dapat direkam dengan Spirometer dimana parameter yang
diukur adalah volume udara yang memasuki atau meninggalkan paru. Bervariasi nilai normal
paru bergantung pada beberapa keadaan seperti adanya kehamilan,latihan, obesitas, atau
kondisi-kondisi mengenai penyakit obstruktif dan restriktif. Faktor-faktor seperti jumlah
surfakan, komplians, dan kelumpuhan pada otot pernapasan dapat mempengaruhi tekanan
volume paru. Fungsi utama dari sirkulasi pulmonal adalah mengalirkan darah dari dan ke
paru agar dapat terjadi pertukaran gas.3
Fungsi anatomi yang cukup baik dari semua system ini penting untuk respirasi sel.
Malfungsi dari setiap komponen dapat mengganggu pertukaran dan pengangkutan gas serat
dapat sangat membahayakan proses kehidupan. Proses pernapasan tersebut terdiri atas tiga
bagian, yaitu ventilasi, difusi gas, dan transportasi gas.3,7
Tabel 1. Volume Normal Paru3
Singkatan Volume Pengertian Nilai Normal
VC Vital capacity (kapasitas vital) Volume udara maksimal setelah 4800 ml

inspirasi maksimal
IC Inspiratory capacity (kapasitas
inspirasi)
Volume udara maksimal setelah
ekspirasi normal
3600 ml
IRV Inspiratory reserve volume
(volume cadangan inspirasi)
Volume udara maksimal setelah
inspirasi maksimal
3300 ml
ERV Expiratory reserve volume
(volume cadangan ekspirasi)
Volume udara maksimal setelah
ekspirasi normal
1000 ml
FRC Functional residual capacity
(volume residu fungsional)
Volume gas dalam paru pada
tahap ekspirasi istirahat
2400 ml
RV Residual volume (volume
residu)
Volume udara yang tersisa
setelah ekspirasi maksimal
1200 ml
TLC Total Lung capacity (kapasitas
paru total)
Volume udara dalam paru
setelah inspirasi maksimal
6000 ml
VT Tidal volume (volume alun
napas)
Volume udara yang dihirup dan
dihembuskan pada setiap kali
bernapas
500 ml
Inspirasi
Inspirasi terjadi bila tekanan intrapulmonal (intra-alveoli) lebih rendah dari tekanan
udara luat. Pada inspirasi biasa tekanan ini berkisar antara -1 mmHg sampai -3 mmHg. Pada
inspirasi dalam, tekanan intra-alveoli mencapai -30 mmHg.
Proses inspirasi yaitu (1) Kontraksi otot diafragma dan interkostalis, (2) Volume thoraks
membesar, (3) Tekanan intrapleura menurun, (4) Paru mengembang, (5) Tekanan intra-
alveoli menurun, (6) Udara masuk ke dalam paru3
Ekspirasi
Ekspirasi berlangsung bila tekanan intrapulmonal lebih tinggi daripada tekanan udara
luar, sehingga udara bergerak ke luar paru. Meningkatnya tekanan dalam rongga paru terjadi
apabila volume rongga paru mengecil akibat proses penguncupan yang disebabkan daya
elastisitas jaringan paru. Penguncupan paru terjadi sekitar +1 cmHg sampai +3cmHg.
Proses ekspirasi yaitu (1) Otot inspirasi relaksasi, (2) Volume thoraks mengecil, (3) Tekanan
intrapleura meningkat, (4) Volume paru mengecil, (5) Tekanan intra-alveoli meningkat, (6)
Udara bergerak ke luar paru3

Difusi Gas
Untuk memenuhi kebutuhan oksigen di jaringan, proses difusi gas pada saat respirasi
haruslah optimal. Difusi gas adalah bergeraknya O2 dan CO2 atau partikel lain dari area yang
bertekanan tinggi kearah yang bertekanan rendah. Di dalam alveoli, O2 melintasi membrane
alveoli-kapiler dari alveoli ke darah karena adanya perbedaan tekanan PO2 yang tinggi di
alveoli (100 mmHg) dan tekanan pada kapiler yang lebih rendah (PO2 40 mmHg), CO2
berdifusi dengan arah berlawanan akibat perbedaan tekanan PCO2 darah 45 mmHg dan di
alveoli 40 mmHg.
Proses difusi dipengaruhi oleh faktor ketebalan, luas permukaan, dan komposisi
membran; koefisien difusi O2 dan CO2; serta perbedaan tekanan gas O2 dan CO2. Dalam
difusi gas ini,organ pernapasan yang berperan penting adalah alveoli dan darah. Adanya
perbedaan tekanan parsial dan difusi pada system kapiler dan cairan intertisial akan
menyebabkan pergerakan O2 dan CO2 yang kemudian akan masuk pada zona respirasi untuk
melakukan difusi respirasi.3
Transport Gas
Transportasi gas adalah perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari jaringan ke
paru dengan bantuan darah (aliran darah). Masuknya O2 ke dalam sel darah yang bergabung
dengan hemoglobin yang kemudian membentuk oksihemoglobin sebanyak 97% dan sisanya
3% ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan sel.
Agar oksigen dapat disuplai ke sel-sel tubuh secara optimal maka diperlukan
hemoglobin dalam jumlah dan fungsi yang optimal untuk mengangkut dari sirkulasi yang
efektif ke jaringan tubuh. Jumlah O2 yang dikirim setiap menitnya sama dengan jumlah curah
jantung per liter dalam satu menit dikalikan dengan jumlah militer O2 yang terkandung
dalam 1 liter darah arteri. Dalam keadaan istirahat sekitar 5 x 200 atau 1000 mlO2/menit,
sekitar ¼ digunakan jaringan dan ¾ sisanya bercampur kembali dengan darah vena. Selama
melakukan latihan fisik, jumlah O2 dalam arteri tetap, tetapi curah jantung akan meningkat.
Dengan curah jantung sebesar 24l/menit, oksigen yang diangkut adalah 24 x 200 atau 4900
ml/ menit akan digunakan jaringan sebesar ¾ dari total darah yang tersirkulasi dan ¼ sisanya
akan kembali ke jantung dan bercampur dengan darah vena.2
Kontrol Sistem Pernapasan

Tidak seperti jantung, paru tidak mempunyai irama spontan. Ventilasi bergantung
pada irama kerja pusat batang otak dan keutuhan jalan dari pusat tersebut ke otot pernapasan.
Ada dua pusat pernapasan di medulla obonglata, yaitu pusat yang merangsang inspirasi
dengan kontraksi diafragma (dengan kerja N. Phrenicus) dan pusat lain yang mempersarafi
mekanisme inspirasi dan ekspirasi intercostal serta otot aksesori.
Diketahui bahwa N. Phrenicus dan Intercostal keluar dari medulla spinalis C6,
sedangkan saraf motorik yang menyuplai otot aksesoris keluar dan nomor saraf yang lebih
tinggi. Hal ini berimplikasi pada terjadinya kontrol pernapasan dan kepatenannya pada orang
yang mengalami cedera medulla spinalis. Di dalam pons terdapat dua pusat yang disebut
pusat pneumotaksis dan pusat apneustik. Kedua pusat ini sangat dipengaruhi oleh pengaturan
korteks serebral, system limbic, dan hypothalamus. Kontrol volunter dan kontrol involunter
dilakukan oleh serat descendens dari pusat otak lain. Pengaturan kontrol tersebut
mempermudah perubahan dalam mekanisme pernapasan yang terlihat seperti pada saat
menelan, batuk, berteriak, dan tindakan yang dikehendaki.
Neuron mempersarafi otot inspirasi dengan cara memberikan impuls ke otot ini
sehingga menimbulkan inspirasi. Selain itu, neuron juga merangsang pusat pneumotaksis.
Sebaliknya, pusat pneumotaksik menghambat impuls kembali ke neuron inspirasi, sehingga
menyebabkan penghentian inspirasi.
Ekspirasi terjadi secara pasif. Setelah ekspirasi, neuron inspirasi kembali terangsang
secara otomatis. Selama olahraga atau aktivitas lainnya, kadang-kadang bila ventilasi kuat
terjadi, neuron ekspirasi medulla obonglata secara teoritis akan berpartisipasi dan
menyebabkan terjadinya ekshalasi aktif. Pusat pernapasan di medulla obonglata, pons, dan
jaringan sensorik khusus dalam aorta dan carotid disebut sebagai badan aortic dan badan
carotid. Kedua badan ini berfungsi mengatur frekuensi dan volume pernapasan. Perubahan
pada PO2, PCO2, dan pH merangsang semua aktivitas pernapasan. Penurunan tekanan parsial
O2 dalam arteri dapat merangsang ventilasi. Kemoreseptor perifer yang terdapat dalam badan
carotid dan badan aorta yang peka terhadap penurunan PO2 berperan dalam proses
homeostatis.3
Keseimbangan Asam-Basa
Sumber H+ di tubuh
Dalam keadaan normal, H+ secara terus-menerus ditambahkan ke dalam cairan tubuh
dari tiga sumber. Pembentukan asam karbonat, sumber utama H+ adalah melalui
pembentukan asam H2CO3 dan CO2 yang diproduksi secara metabolis. Asam inorganik yang

diproduksi selama penguraian nutrien, secara umum lebih banyak asam daripada basa yang
diproduksi selama penguraian makanan sehingga terjadi kelebihan asam. Asam organik yang
berasal dari metabolisme antara, asam-asam ini mengalami disosiasi parsial untuk
menghasilkan H+ bebas. Terdapat tiga lini pertahanan terhadap perubahan [H+] yang bekerja
untuk mempertahankan [H+] di cairan tubuh pada kadar yang hampir tetap meskipun
pemasukan tidak diatur, yaitu sistem dapar (penyangga) kimiawi, mekanisme pernapasan
untuk mengontrol pH dan mekanisme ginjal untuk mengontrol pH.
Sistem dapar kimiawi adalah campuran larutan dua senyawa kimia yang
meminimalkan perubahan pH ketika asam atau basa ditambahkan atau dikeluarkan dari
larutan tersebut. Tubuh memiliki empat sistem dapar, yaitu sistem dapar H2CO3 dan HCO3-,
sistem dapar protein, sistem dapar hemoglobin dan sistem dapar fosfat. Pasangan dapar
H2CO3 dan HCO3- adalah sistem dapar terpenting di cairan ekstrasel untuk menyangga
perubahan pH yang ditimbulkan oleh penyebab di luar fluktuasi H2CO3 penghasil CO2. Ini
adalah sistem penyangga cairan ekstra sel yang paling efektif, karena H2CO3 dan HCO3-
banyak ditemukan di cairan ekstra sel sehingga sistem ini cepat menahan perubahan pH juga
karena setiap komponen dari pasangan dapar ini diatur secara ketat, ginjal mengatur HCO3-
dan sistem pernapasan mengatur CO2 yang menghasilkan H2CO3. Sistem dapar hemoglobin
menyangga H+ yang dihasilkan dari asam karbonat. Hb menyangga H+ yang dihasilkan dari
CO2 yang diproduksi secara metabolis dalam ransit antara jaringan dan paru. Sebagian besar
H+ yang dihasilkan dari CO2 di tingkat jaringan akan terikat ke Hb tereduksi dan tidak lagi
berkontribusi untuk keasaman cairan tubuh. Sistem dapar fosfat penting sebagai penyangga di
urin. Sistem dapar fosfat terdiri dari garam fosfat (NAH2PO4) yang asam yang dapat
mendonasikan H+ bebas ketika [H+] turun dan garam fosfat basa (NA2HPO4) yang dapat
menerima H+ bebas ketika [H+] meningkat. Meskipun pasangan fosfat adalah dapar yang
baik namun konsentrasinya di cairan ekstrasel agak rendah sehingga kurang penting sebagai
penyangga.7
Ketidakseimbangan Asam-Basa
Penyimpangan dari status normal asam-basa dibagi menjadi empat kategori,
bergantung pada sumber dan arah perubahan abnormal [H+]. Kategori-kategori tersebut
adalah asidosis respiratorik, alkalosis respiratorik, asidosis metabolic, dan alkalosis
metabolic.
Dengan menggunakan persamaan Henderson-Hasselbalch dengan pK 6,1 serta log 20
adalah 1,3, pH normal= 6,1 + 1,3 = 7,4. (1) Asidosis respiratorik memiliki rasio kurang dari

20/1 yang berasal dari peningkatan [CO2], (2) Alkalosis respiratorik memiliki rasio lebih dari
20/1 karena berkurangnya [CO2], (3) Asidosis metabolic memiliki rasio kurang dari 20/1
yang berkaitan dengan penurunan [HCO3-], (4) Alkalosis metabolic memiliki rasio lebih dari
20/1 yang berasal dari peningkatan[HCO3-]
Asidosis respiratorik adalah akibat dari retensi abnormal CO2 karena hipoventilasi.
Karena CO2 yang keluar dari paru lebih sedikit daripada normal maka peningkatan dan
penguraian H2CO3 yang menyababkan peningkatan H+. Kemungkinan penyebab mencakup
penyakit paru, depresi pusat pernapasan oleh obat atau penyakit, gangguan saraf atau otot
yang mengurangi kemampuan bernapas, atau (secara sementara) menahan napas.
Tindakan kompensasi asidosis respiratorik yaitu dapar kimiawi segera menyerap
kelebihan H+ dan ginjal menjadi sangat penting dalam tindakan kompensasi terhadap asidosis
respiratorik. Organ ini menahan HCO3- baru ke plasma sembari secara bersamaan mensekresi
banyak H+.
Alkalosis respiratorik adalah pengeluaran berlebihan CO2 dari tubuh akibat
hiperventilasi. Jika ventilasi paru meningkat melebihi laju produksi CO2 maka CO2 yang
keluar akan terlalu banyak, akibatnya H2CO3 yang terbentuk berkurang dan [H+] menurun.
Kemungkinan penyebabnya mencakup demam, rasa cemas, keracunan aspirin, mekanisme
fisiologik di tempat tinggi.
Tindakan kompensasi alkalosis respiratorik yaitu (1) System dapar kimiawi membebaskan H+
untuk mengurangi keparahan alkalosis, (2) Jika situasi berlanjut selama beberapa hari maka
ginjal melakukan kompensasi dengan menahan H+ dan mensekresi HCO3- lebih banyak.
Asidosis metabolic mencakup semua jenis asidosis selain disebabkan oleh kelebihan
CO2 di cairan tubuh. Pada keadaan tak terkompensasi,asidosis metabolic selalu ditandai
dengan penurunan [HCO3-] plasma, sementara [CO2] normal. Penyebabnya adalah diare
berat, diabetes mellitus, olahraga berat, dan asidosis urenik pada gagal ginjal berat.
Tindakan kompensasi asidosis metabolik yaitu (1) Penyangga menyerap kelebihan H+, (2)
Paru mengeluarkan lebih banyak CO2 penghasil H+ dan (3) Ginjal mensekresikan H+ lebih
banyak dan menahan HCO3- lebih banyak
Alkalosis metabolic adalah penurunan [H+] plasma akibat defisiensi relative asam-asam
nonkarbonat. Gangguan asam-basa ini berkaitan dengan peningkatan [HCO3-] yang pada
keadaan tidak terkompensasi tidak disertai oleh perubahan [CO2]. Penyebabnya adalah
muntah, dan ingesti obat alkali.
Kompensasi alkalosis metabolic yaitu (1) System dapar kimiawi segera membebaskan H+,
(2) Ventilasi berkurang sehingga CO2 penghasil H+ tertahan di cairan tubuh, (3) jika keadaan

menetap dalam beberapa hari maka ginjal akan menahan H+ dan mensekresikan lebih banyak
HCO3- di urin.7-9
Kesimpulan
Berdasarkan skenario 7, anak perempuan tersebut mengalami demam dan sesak napas
karena mengalami gangguan pernapasan bawah.
Daftar Pustaka
1. Pusat Biologi. Sistem pernapasan manusia. Diunduh dari
http://www.pusatbiologi.com/2013/01/sistem-pernafasan-manusia.html. 16 Mei 2014
2. Sloane E. Anatomy and physiology: an easy learner. Jakarta: EGC; 2004.h.266-273.
3. Mutaqin F. Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan system pernapasan. Jakarta: Salemba medika; 2008.h.1-24.
4. Faiz O, Moffat D. At a glance anatomy. Jakarta: Erlangga; 2004.h.13.
5. Cambridge. Anatomy fisiologi: system pernapasan dan kardiovaskular. Jakarta: EGC; 2002.h.1-13.
6. Pearce EC. Anatomy and physiology for nurse. Jakarta: Gramedia; 2009.h.264.
7. Sherwood L. Fisiologi manusia ed-6. Jakarta: EGC; 2014.h.502-522.
8. Horne MM, Swearingen PL. Keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa. Jakarta: EGC; 2001.h.141-171.
9. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi ed-3. Jakarta: EGC; 2009.h.753-762.