pbl blok 22 (neuroscience 2)

29
Skizofrenia dengan Halusinasi Pendengaran Pendahuluan Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering, hampir 1% penduduk di dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka. Dewasa ini dengan tuntutan kehidupan yang semakin hari semakin meningkat mengakibatkan tingkat gangguan psikotik pada manusia di seluruh dunia juga meningkat. Hal ini bisa terjadi karena mereka tidak mampu mencari pemecahan dari masalah tersebut ataupun masalah demi masalah yang bertubi-tubi menimpa mereka memberikan suatu stress ataupun depresi berat. Dalam menyembuhkan penderita seperti ini dibutuhkan keterlibatan semua pihak. Tidak hanya dibutuhkan dokter ataupun psikiater tapi dibutuhkan juga keterlibatan keluarga, kerabat, ataupun temen-temen dekat. Yang menjadi masalah disini adalah banyaknya penyalahtafsiran akan gangguan ini sehingga banyak juga terjadi diskriminasi terhadap orang-orang yang mengalami gangguan kejiwaan baik dari masyarakat maupun keluarga pasien sendiri. Salah satu gangguan psikotik yang sering adalah skizofrenia paranoid. Pada makalah ini akan dibahas lebih jauh mengenai gangguan, apa penyebab serta bagaimana cara mengatasinya. Anamnesis Dalam anamnesis hal yang pertama dilakukan adalah menanyakan identitas dari pasien tersebut, kemudian dilanjutkan dengan menanyakan keluhan utama pasien, keluhan penyerta, riwayat obat, riwayat penyakit sebelumnya, riwayat penyakit dalam keluarga, riwayat sosialnya. Data identitas memberikan 1

Upload: ineke-pania-mexi

Post on 19-Feb-2016

41 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kedokteran

TRANSCRIPT

Page 1: Pbl Blok 22 (Neuroscience 2)

Skizofrenia dengan Halusinasi PendengaranPendahuluan

Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering, hampir 1% penduduk di

dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka. Dewasa ini dengan tuntutan kehidupan

yang semakin hari semakin meningkat mengakibatkan tingkat gangguan psikotik pada

manusia di seluruh dunia juga meningkat. Hal ini bisa terjadi karena mereka tidak mampu

mencari pemecahan dari masalah tersebut ataupun masalah demi masalah yang bertubi-tubi

menimpa mereka memberikan suatu stress ataupun depresi berat. Dalam menyembuhkan

penderita seperti ini dibutuhkan keterlibatan semua pihak. Tidak hanya dibutuhkan dokter

ataupun psikiater tapi dibutuhkan juga keterlibatan keluarga, kerabat, ataupun temen-temen

dekat. Yang menjadi masalah disini adalah banyaknya penyalahtafsiran akan gangguan ini

sehingga banyak juga terjadi diskriminasi terhadap orang-orang yang mengalami gangguan

kejiwaan baik dari masyarakat maupun keluarga pasien sendiri. Salah satu gangguan psikotik

yang sering adalah skizofrenia paranoid. Pada makalah ini akan dibahas lebih jauh mengenai

gangguan, apa penyebab serta bagaimana cara mengatasinya.

AnamnesisDalam anamnesis hal yang pertama dilakukan adalah menanyakan identitas dari pasien

tersebut, kemudian dilanjutkan dengan menanyakan keluhan utama pasien, keluhan penyerta,

riwayat obat, riwayat penyakit sebelumnya, riwayat penyakit dalam keluarga, riwayat

sosialnya. Data identitas memberikan rangkuman demografik yang memadai mengenai

pasien. Psikiater harus mengetahui apakah pasien datang atas kemauannya sendiri, dirujuk

oleh orang lain atau diantar oleh orang lain. Data identitas dimaksudkan untuk memberikan

gambaran kasar mengenai karakteristik pasien. Keluhan utama dalam bahasa pasien sendiri,

menyatakan mengapa ia datang atau dibawa untuk memperoleh bantuan. Keluhan ini harus

dicatat bahkan apabila pasien tidak dapat berbicara, dan deskripsi mengenai orang yang

memberikan informasi harus disertakan. Penjelasan pasien, tak peduli betapa aneh dan tidak

relevan harus dicatat menggunakan kata-kata pasien pada bagian keluhan utama. Individu

lain yang hadir sebagai sumber informasi nantinya dapat menceritakan versi mereka tentang

kejadian saat itu pada bagian riwayat penyakit sekarang.1

Riwayat psikiatri adalah catatan mengenai kehidupan pasien, catatan ini memungkinkan

seorang psikiater memahami siapa diri pasien, darimana ia berasal dan ke arah mana

kecenderungan pasien di masa depan. Riwayat tersebut merupakan kisah hidup pasien yang

1

Page 2: Pbl Blok 22 (Neuroscience 2)

diceritakan ke psikiater dalam bahasa pasien sendiri dari sudut pandangnya sendiri. Sering

kali, riwayat juga mencantumkan informasi mengenai pasien yang diperoleh dari sumber lain,

seperti keluarga. Riwayat psikiatri dapat digunakan untuk memformulasikan rencana terapi.

Teknik terpenting untuk memperoleh riwayat psikiatri adalah dengan kata-kata mereka

sendiri dalam urutan yang mereka rasa paling penting. Saat pasien menghubung-hubungkan

ceritanya, pewawancara harus mengenali intinya.1

Riwayat penyakit sekarang memberikan gambaran komprehensif dan kronologis mengenai

kejadian yang mengarahkan ke peristiwa terkini dalam kehidupan pasien. Kapan awitan

episode sekarang, dan apa kejadian pencetus atau pemicu terdekat yang menimbulkannya?

Pemahaman mengenai riwayat penyakit sekarang membantu menjawab pertanyaan,

“Mengapa sekarang?” Mengapa pasien datang ke dokter saat ini? Seperti apa situasi dalam

kehidupan pasien saat awitan gejala atau perubahan perilaku, dan bagaimana situasi tersebut

memengaruhi pasien sehingga timbul manifestasi gangguan yang terjadi saat ini? Mengetahui

kepribadian pasien yang sebelumnya sehat juga membantu memberikan perspektif mengenai

pasien yang kini sakit.1

Evolusi gejala pasien harus ditentukan dan dirangkum dalam susunan yang teratur dan

sistematik. Gejala yang tidak muncul harus disebutkan. Pemicu apa di masa lalu yang

menjadi bagian rantai peristiwa yang mengarahkan ke kejadian yang baru terjadi. Bagaimana

penyakit pasien memengaruhi aktivitas kehidupannya, misalnya pekerjaan, hubungan yang

penting, dan lainnya. Bagaimana sifat disfungsi, misalnya detail mengenai perubahan faktor

seperti pasien tidak bisa tidur dan bicara melantur. Adakah gejala psikofisiologis, bila ada

harus dijelaskan lokasi, intensitas dan fluktuasinya. Adanya hubungan gejala fisik dengan

psikologis harus dicatat. Deskripsi mengenai ansietas pasien saat ini, baik menyeluruh dan

nonspesifik atau secara spesifik berkaitan dengan situasi tertentu. Bagaimana pasien

mengatasi ansietas ini juga perlu dijelaskan.1

Pernyataan singkat tentang adanya penyakit, rawat inap, dan tatalaksana psikiatri pada

anggota keluarga dekat pasien harus dituliskan pada bagian ini. Adakah riwayat

penyalahgunaan alkohol atau zat lain atau perilaku antisosial dalam keluarga, selain itu,

riwayat keluarga harus mencakup deskripsi kepribadian dan tingkat intelegensi berbagai

orang yang tinggal serumah dengan pasien. Psikiater juga harus mendefinisikan peran tiap

anggota keluarga dalam pembentukan karakter pasien. Psikiater juga perlu mengetahui

bagaimana pemahaman keluarga terhadap penyakit pasien, apakah keluarga memberikan

support, acuh atau destruktif terhadap pasien. Pertanyaan lain yang dapat memberikan

informasi yang berguna adalah mengenai sikap pasien terhadap keluarga.1 Psikiater juga perlu

2

Page 3: Pbl Blok 22 (Neuroscience 2)

memahami secara menyeluruh masa lalu pasien dan hubungannya dengan masalah emosional

yang ada sekarang. Psikiater juga perlu menggetahui riwayat pendidikan pasien.1

Pemeriksaan Status MentalHindari melaporkan gambaran-gambaran yang terdahulu pada status mental, laporan

merupakan suatu potret keadaan pasien saat itu juga.2 Berikut ini hal-hal yang harus

diperhatikan dalam pemeriksaan status mental:

1. Penampilan dan perilaku2

Pakaian, perawatan diri, misalnya pemakaian warna-warna dan riasan yang cerah dapat

terlihat pada pasien mania, pengabaian terlihat pada pasien depresi. Perilaku selama

wawancara: kegelisahan, kesedihan, kontak mata, mudah marah, kesesuaian, mudah

teralihkan. Psikomotor: kemiskinan, stereotipe, ritual, gerakan-gerakan abnormal lainnya.3

2. Bicara2

Kecepatan: lambat/terbelakang, atau tertahan/tidak dapatdiinterupsi. Irama: normal,

intonasi datar atau berlebihan. Volume: berbisik, tenang, keras. Isi: mempermainkan kata-

kata yang berlebihan, asosiasi bunyi (clang association), berbicara satu-satu suku kata

(monosyllabic), spontan atau hanya menjawab pertanyaan. Periksa juga adanya disfasia

maupun disartria.3

3. Mood2

Amati mood pasien selama wawancara dan tanyakan juga bagaimana perasaan mereka: (1)

secara objektif/afek: kesan Anda (sesuai/tidak sesuai)—depresi, elasi, eutimia, tumpul atau

datar, cemas. (2) Secara subjektif: bagaimana pasien melaporkan mood yang dominan,

depresi, elasi

NB: Di sini Anda dapat merekam gambaran-gambaran biologis dari depresi jika tidak

terdapat dalam riwayat penyakit. Cari juga apakah ada kemungkinan untuk bunuh diri.3

4. Isi Pikiran2

a. Gangguan isi pikiran formal (bentuk pikiran abnormal)

Pasien tidak mengikuti susunan yang umum dalam komunikasi dan akibatnya

pembicaraan menjadi kurang berarti. Biasanya pada skizofrenia.

Derailment (gerakan Knight): terdapat kekacauan kata-kala secara tiba-tiba dari waktu

ke waktu, yang seharusnya sesuai, namun tidak dalam konteks ini (jalannya isi pikiran

menjadi keluar jalur).

3

Page 4: Pbl Blok 22 (Neuroscience 2)

Circumstantiality (asosiasi ionggar): isi pikiran menjadi somar-samar dan tampak

campur aduk.

Bloking isi pikiran: sensasi-sensasi isi pikiran tiba-tiba berhenti.2

b. Tempo isi pikiran abnormal

Akselerasi (isi pikiran ditekan, Sight of ideas dapat timbul tanpa penekanan untuk

bicara) atau retordasi.

c. Kepemilikan isi pikiran abnormal

Pasien merasa pikirannya dikendalikan oleh sesuatu dari luar—penarikan isi pikiran,

insersi, penyiaran (merasa pikiran seseorang ditarik oleh orang lain).

d. Isi pikiran abnormal

Preokupasi/ide yang berlebihan (ide-ide ini sangat kuat dan dominan dan tidak selalu

tidak logis atau tidak layak secara budaya). Obsesi, kompulsi, ruminasi. Trias kognitif

Beck, pandangan negatif terhadap diri, dunia dan masa depan.2

5. Waham-waham (delusi)

Waham adalah kepercayaan yang salah, tidak mudah digoyahkan, di luar sistem

kepercayaan sosial dan budaya normal seorang individu.2 Tipe-tipe waham:

Grandiose (kebesaran): percaya bahwa mereka memiliki kemampuan dan misi khusus.

Poverty (kemiskinan): percaya bahwa mereka telah dibuat miskin.

Guilt (rasa bersalah): percaya bahwa mereka telah melakukan kejahatan dan pantos

dihukum.

Nihilistic (ketidakberadaan): percaya bahwa mereka tidak berarti atau tidak ada.

Hypochondriacal: percaya bahwa mereka mengidap suatu penyakit fistk.

Persecutory (penganiayaan): percaya bahwa semua orang berkonspirasi melawan

mereka.

Reference (referensi): percaya bahwa mereka dipengaruhi oleh maja-lah/televisi.

Jealousy (kecemburuan): percaya bahwa pasangan mereka tidak setia meskipun tidak

ada buktinya.

Amorous (penuh cinta): percaya bahwa orang lain sedang jatuh cinta dengan mereka.

Infestation (serbuan): percaya bahwa mereka diserbu oleh serangga atau parasit.

Passivity experiences: percaya bahwa mereka disuruh melakukan se-suatu, atau

merasakan emosi-emosi, atau dikendalikan dari luar; somatic passivity—merasa seolah-

olah mereka dipindahkan dari luar.2

4

Page 5: Pbl Blok 22 (Neuroscience 2)

Waham kemungkinan sesuai dengan mood, misalnya waham kebesaran, penganiayaan

dalam moodelasi; waham hipokondrik, kemiskinan, bersalah, dan nihilistic dalam mood

depresi. Waham dapatdiklasifikasikan menjadi primer dan sekunder:

Waham primer timbul 'entah dari mana' tanpa ada contoh yang dapat diidentifikasi.

Waham sekunder timbul dari mood yang mendasari, fenomena psikosis atau kerusakan

kognisi dan dapat dipahami dalam konteks tersebut. Waham ini timbul ketika berusaha

memahami kejadian penyakit primernya.2

6. Persepsi2,4

Gangguan sensorik: sensitivitas terhadap suara atau warna meningkat.

Ilusi: salah menginterpretasikan stimuli yang normal.

Halusinasi: persepsi yang salah tanpa adanya stimulus apapun; merasa hal itu berasal

dari luar dirinya.

Pendengaran: suara-suara orang kedua langsung diarahkan kepada

pasien. Tanyakan waktu terjadi, pemicu, jumlah suara, orang pertama atau kedua,

misalnya suara tersebut mungkin mengatakan "saya tidak berguna".

Penglihatan

Penciuman: biasanya bau yang tidak sedap

Pengecapan: biasanya suatu perasaan bahwa sesuatu terasa berbeda dan ini

diinterpretasikan sebagai akibat peracunan.

Sensasi somatik: misalnya, sensasi adanya serangga di bawah kulitatau gerakan sendi-

sendi.

Pemeriksaan Penunjang5

1. Brain imaging

a. CT-scan - atrofi kortikal pada 10-35% pasien; pembesaran ventrikel III dan lateral pada

10-50% pasien; atrofi vermis serebelar dan turunnya radiodensitas parenkim otak.

Mungkin ada korelasi antara CT abnormal dan adanya gejala negatif (misal, afek datar,

withdrawal sosial, retardasi psikomotor, kurang motivasi), gangguan neuropsikiatrik,

naiknya frekuensi gejala ekstrapiramid akibat obat antipsikotik, dan riwayat premorbid

lebih buruk.

b. Positron emission tomography (PET) -- pada sebagian penderita dapat ditemukan

turunnya metabolism lobus frontal dan parietal, metabolisme posterior relatif tinggi, dan

lateralitas abnormal.

5

Page 6: Pbl Blok 22 (Neuroscience 2)

c. Aliran darah serebral (CBF = cerebral blood flow) - pada sebagian penderita, dapat

ditemukan kadar istirahat aliran frontal turun, aliran darah parietal naik, dan aliran

darah otak keseluruhan turun. Bila studi PET dan CBF digabungkan dengan CT-scan,

disfungsi lobus frontal paling jelas terlibat. Disfungsi lobus frontal mungkin sekunder

terhadap patologi tempat lain di otak.

2. EEG (Electroencephalography)

Umumnya pasien skizofren memiliki EEG normal tapi sebagian menunjukkan turunnya

aktivitas alfa dan naiknya aktivitas teta dan delta; gangguan paroksismal; dan naiknya

kepekaan terhadap prosedur aktivasi, misal deprivasi tidur.

3. Laboratorium

Tidak ada hasil laboratorium karakteristik ditemukan dalam skizofrenia. Seperti pada

pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium ini dapat digunakan untuk menyingkirkan

dugaan-dugaan kelainan yang berhubungan dengan sistem tubuh pasien sendiri.

Pemeriksaan rutin berikut yang harus dilakukan pada semua pasien, pada awal penyakit

dan secara berkala setelah itu, pemeriksaan itu antara lain:

Hitung darah lengkap

Hati, tiroid, dan tes fungsi ginjal

Elektrolit, glukosa, B12, folat, dan kalsium.

Jika sejarah pasien memberikan alasan untuk mencurigai, memeriksa HIV; RPR,

ceruloplasmin, ANA, urin untuk kultur dan sensitivitas dan / atau obat-obatan dari

penyiksaan; am kortisol, dan koleksi urin 24 jam untuk porfirin, tembaga, atau logam

berat.

Jika pasien adalah wanita usia subur, tes kehamilan itu penting.

Jika kecurigaan kuat neurosifilis ada, tes treponemal tertentu dapat membantu.

Diagnosis kerjaDiagnosis skizofrenia mencakup evaluasi multiaksial disertai dengan kriteria tertentu yang

sesuai dengan diagnosis suatu gangguan, dalam hal ini dipakai pedoman dari Klasifikasi

Gangguan Mood PPDGJ.

Evaluasi multiaksial

6

Page 7: Pbl Blok 22 (Neuroscience 2)

Diagnosis multiaksial terdiri dari 5 aksis:6

Aksis I : *Gangguan klinis

*Kondisi lain yang menajdi fokus perhatian klinis

Aksis II : *Gangguan kepribadian

*Retardasi mental

Aksis III : *Kondisi medik umum

Aksis IV : *Masalah psikososial dan lingkugan

Aksis V : *Penilaian fungsi secara global

Antara aksis I, II, III tidak selalu harus ada hubungan etiologik atau patogenesis. Hubungan

antara “Aksis I-II-III” dan “Aksis IV” dapat timbal balik saling mempengaruhi.6

Ada beberapa subtipe skizofrenia yang diidentifikasi berdasarkan variabel klinik, antara lain:7

F 20.0 Skizofernia paranoid

F 20.1 Skizofrenia disorganisasi (herbefrenik)

F 20.2 Skizofrenia katatonik

F 20.3 Skizofrenia tak terinci

F 20.4 Depresi pasca skizofrenia

F 20.5 Skizofrenia redisual

F 20.6 Skizofrenia simpleks

F 20.7 Skizofrenia lainnya

F 20.8 Skizofrenia yang tak tergolongkan

Skizofrenia

Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang bersifat kronis atau kambuh ditandai dengan

terdapatnva perpecahan (schism) antara pikiran, emosi dan perilaku pasien yang terkena.

Perpecahan pada pasien digambarkan dengan adanya gejala fundamental (atau primer)

spesifìk, yaitu gangguan pikiran yang ditandai dengan gangguan asosiasi, khususnya

kelonggaran asosiasi. Gejala fundamental lainnya adalah gangguan afektif autisme, dan

ambivalensi, Sedangkan gejala sekundernya adalah waham dan halusinasi. Berdasarkan

DSM-IV, skizofrenia merupakan gangguan yang terjadi dalam durasi paling sedikit selarna 6

bulan, dengan I bulan fase aktif gejala (atau lebih) yang diikuti munculnya delusi, halusinasi,

pembicaraan yang tidak terorganisir, dan adanva perilaku yang katatonik serta adanya gejala

negatif.5 Berdasarkan definisi dan kriteria diagnostic tersebut, skizofrenia di dalam DSM-IV

dapat dikelompokkan menjadi beberapa subtype, yaitu:1

7

Page 8: Pbl Blok 22 (Neuroscience 2)

Tipe paranoid. Tipe ini paling stabil dan paling sering. Awitan subtipe ini biasanya terjadi

lebih belakangan bila dibandingkan dengan bentuk-bentuk skizofrenia lain. Gejala terlihat

sangat konsisten, sering paranoid, pasien dapat atau tidak bertindak sesuai dengan wahamnya.

Pasien sering tak kooperatif dan sulit untuk mengadakan kerjasama, dan mungkin agresif,

marah, atau ketakutan, tetapi pasien jarang sekali memperlihatkan perilaku inkoheren atau

disorganisasi. Waham dan halusinasi menonjol sedangkan afek dan pembicaran hampir tidak

terpengaruh. Beberapa contoh gejala paranoid yang sering ditemui, antara lain:7,8

1. Waham kejar, rujukan, kebesaran, waham dikendalikan, dipengaruhi, dan cemburu.

2. Halusinasi akustik berupa ancaman, perintah, atau menghina.

Tipe Katatonik. Pasien mempunyai paling sedikit satu dari beberapa bentuk katatonia,

yaitu stupor katatonik atau mutisme yaitu pasien tidak berespons terhadap lingkungan atau

orang. Pasien menyadari hal-hal yang sedang berlangsung di sekitarnya. Negativisme

katatonik yaitu pasien melawan semua perintah-perintah atau usaha-usaha untuk

menggerakkan fisiknya. Rigiditas katatonik yaitu pasien secara fisik sangat kaku atau rigit.

Postur katatonik yaitu pasien mempertahankan posisi yang tak biasa atau aneh. Kegembiraan

katatonik yaitu pasien sangat aktif dan gembira. Mungkin dapat mengancam jiwanya,

misalnya, karena kelelahan.7

Skizofrenia Hebefrenik (Tak Terorganisasi). Onsetnya dini dan memiliki prognosis buruk.

Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat ditebak, mood yang tidak sesuai, dan

afek yang tidak wajar, mungkin dengan tertawa cekikikan, mannerisme, dan kelakar yang

tidak pantas; pikiran yang tidak selaras dan waham dan halusinasi yang tidak menonjol dapat

muncul.8

Tipe Tak Terinci. Pasien mempunyai halusinasi, waham, dan gejala-gejala psikosis aktif

yang menonjol, misalnya, kebingungan, inkoheren, atau memenuhi kriteria skizofrenia tetapi

tidak dapat digolongkan pada tipe paranoid, katatonik, hebefrenik, residual, dan depresi pasca

skizofrenia.7

Tipe Residual. Pasien dalam keadaan remisi dari keadaan akut tetapi masih

memperlihatkan gejala-gejala residual seperti penarikan diri secara sosial, afek datar atau tak

serasi, perilaku eksentrik, asosiasi melonggar, atau pikiran tak logis.7

Depresi Pasca Skizofrenia. Suatu episode depresif yang mungkin berlangsung lama dan

timbul sesudah suatu serangan penyakit skizofrenia. Beberapa gejala skizofrenia masih tetap

ada tetapi tidak mendominasi gambaran klinisnya. Gejala-gejala yang menetap tersebut dapat

berupa gejala positif (tingkah laku katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi disertai

gangguan afek) atau negatif (seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respon

8

Page 9: Pbl Blok 22 (Neuroscience 2)

emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri

dari pergaulan sosial dan mennurunnya kinerja sosial), biasanya lebih sering gejala negatif.

Sebagai pedoman diagnostik adalah:7

a. Pasien telah menderita skizofrenia selama 12 bulan terakhir.

b. Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada.

c. Gejala-gejala depresif menonjol dan mengganggu, memenuhi sedikitnya kriteria untuk

suatu episode depresif dan telah ada paling sedikit dua minggu.

Kriteria Diagnostik SkizofreniaMenurut Kaplan & Sadock, terdapat beberapa kriteria diagnostik skizofrenia di dalam

DSM-IV antara lain:5

a. Karakteristik gejala

Terdapat dua (atau lebih) dan kriteria di bawah ini, masing-masing ditemukan secara

signitìkan selama periode satu bulan (atau kurang bila berhasil ditangani):

1) Delusi (waham)

2) Halusinasi

3) Pernbicaraan yang tidak terorganisasi (misalnya, topiknya sering menyimpang atau

tidak berhubungan).

4) Perilaku yang tidak terorganisasi secara luas atau munculnya perilaku katatonik yang

jelas.

5) Gejala negatif yaitu adanya afek yang datar, alogia atau avolisi (tidak adanva

kemauan).

Catatan: Hanya diperlukan satu gejala dan kriteria A, jika delusi yang muncul bersifat

kacau (bizzare) atau halusinasi terdiri dan beberapa suara yang terus menerus

mengornentari perilaku atau pikiran pasien, atau dua atau lebih suara yang saling

berbincang antara satu dengan yang Iainnya.5,9

b. Disfungsi sosial atau pekerjaan

Untuk kurun waktu yang signifikan sejak rnunculnya onset gangguan, ketidakberfungsian

ini meliputi satu atau lebih fungsi utama; seperti pekerjaan, hubungan interpersonal, atau

perawatan dini, yang jelas di bawah tingkat yang dicapai sebelum onset (atau jika onset

pada masa anak-anak atau remaja, adanya kegagalan untuk mencapai beberapa tingkatan

hubungan interpersonal, prestasi akademik, atau pekerjaan yang diharapkan).5

c. Durasi

9

Page 10: Pbl Blok 22 (Neuroscience 2)

Adanya tanda-tanda gangguan yang terus-menerus menetap selama sekurangnya enam

bulan. Pada periode enam bulan ini, harus termasuk sekurangnya satu bulan gejala (atau

kurang, bila berhasil ditangani) yang memenuhi kriteria A (yaitu fase aktif gejala) dan

mungkin termasuk pula periode gejala prodromal atau residual. Selama periode prodrornal

atau residual ini, tanda-tanda dan gangguan mungkin hanya dimanifestasikan oleh gejala

negatif atau dua atau Iebih gejala yang dituliskan dalam kriteria A dalam bentuk yang

lemah.5,10

d. Di luar gangguan Skizoafektifdan gangguan Mood5

Gangguan-gangguan lain dengan ciri psikotik tidak dimasukkan, karena:

1) Tidak ada episode depresif mayor, manik atau episode campuran yang terjadi secara

bersamaan yang terjadi bersama dengan gejala fase aktif.

2) Jika episode mood terjadi selarna gejala fase aktif maka durasi totalnya akan relatif

lebih singkat bila dibandingkan dengan durasi periode aktif atau residualnya.

e. Di luar kondisi di bawah pengaruh zat atau kondisi medis umurn

Gangguan tidak disebabkan oleh efek fìsiologis langsung dan suatu zat (penyalahgunaan

obat, pengaruh medikasi) atau kondisi medis urnum.

f. Hubungan dengan perkembangan pervasive5

Jika ada riwayat gangguan autistik atau gangguan perkembangan pervasive lainnya,

diagnosis tambahan skizofrenia dibuat hanya jika muncul delusi atau halusinasi secara

menonjol untuk sekurang kurangnya selama satu bulan (atau kurangjika berhasil

ditangani).

Skizofrenia ParanoidPerjalanan penyakit pada skizofrenia tipe paranoid agak konstan. Jarang terjadi hendaya

dalam kemampuan fungsi sehari-hari apabila isi waham tidak disentuh. Biasanya fungsi

intelektual dan pekerjaan dapat dipertahankan walaupun gangguan tersebut bersifat kronik.

Fungsi sosial dan kehidupan perkawinannya pada umumnya cukup terganggu.11

Pada skizofrenia paranoid gambaran utama yang menonjol adalah:5

Waham kejar atau waham kebesaran, misalnya kelahiran luar biasa (excited birth),

urusan penyelamat bangsa, dunia dan agama, seperti misalnya kenabian atau mesias,

perubahan tubuh atau halusinasi yang mengandung isi kerajaan/kebesaran.

Sebagai tambahan, waham cemburu dapat pula ditemukan.

Gambaran penyertanya meliputi:11

10

Page 11: Pbl Blok 22 (Neuroscience 2)

Kecemasan tak berfokus.

Kemarahan.

Suka bertengkar/berdebat.

Melakukan kekerasan.

Kadang ditemukan kebingungan tentang identitas jenis atau ketakutan bahwa dirinya

diduga oleh orang lain sebagai orang-orang homoseksual.

Onset tipe ini cenderung timbul dalam usia yang lebih lanjut dibandingkan dengan tipe

lainnya, dan ciri-cirinya lebih stabil dalam jangka panjang. Apabila seseorang penderita

skizofrenia tipe paranoid mempunyai keluarga yang menderita skizofrenia biasanya anggota

keluarganya menderita skizofrenia tipe paranoid.

Kriteria Diagnostik Skizofrenia Paranoid

a. Waham kejar.

b. Waham besar.

c. Waham cemburu.

d. Halusinasi yang berisi kejaran atau kebesaran.

Diagnosis skizofrenia paranoid diberikan kepada sejumlah besar pasien yang akhir-akhir

ini dirawat di rumah sakit jiwa. Kunci diagnosis ini adalah adanya waham. Waham kejaran

adalah yang paling umum, namun pasien dapat mengalami waham kebesaran, di mana

mereka memiliki rasa yang berlebihan mengenai pentingnya, kekuasaan, pengetahuan, atau

identitas diri mereka. Beberapa pasien terjangkit waham cemburu, suatu keyakinan yang

tidak herdasar bahwa pasangan seksual mereka tidak setia. Waham lain yang disebutkan

terdahulu, seperti merasa dikejar atau dimata-matai, juga dapat terlihat jelas.12

Halusinasi pendengaran yang jelas dan nyata dapat rnenyertai waham. Para pasien yang

menderita skizofrenia paranoid sering kali mengalami ideas of reference; mereka

memasukkan berbagai peristiwa yang tidak penting ke dalam kerangka waham dan

mengalihkan kepentingan pribadi mereka ke dalam aktivitas tidak berarti yang dilakukan

orang lain. Contohnya, mereka mengira bahwa potongan percakapan yang tidak sengaja

mereka dengar adalah percakapan tentang diri mereka, bahwa sering munculnya orang yang

sama di suatu jalan yang biasa mereka lalui berarti mereka sedang diawasi, dan bahwa apa

yang mereka lihat di televisi atau baca di majalah dengan satu atau lain cara merujuk pada

mereka. Para individu yang mengalami skizofrenia paranoid selalu cemas„.argumentatif,

marah, dan kadang kasar. Secara emosional mereka responsive, meskipun mereka kaku,

formal, dan intens kepada oranglain. Mereka juga lebih sadar dan verbal disbanding para

pasien skizofrenia tipe lain. Bahasa yang mereka gunakan meskipun penuh rujukan pada

11

Page 12: Pbl Blok 22 (Neuroscience 2)

delusi, tidak mengalamai disorganisasi. Bila ada pasien skizofrenia yang mengalami masalah

hukum, biasanya mereka dari kelompok yang menderita subtipe paranoid.12

EtiologiFaktor biologis dikenal suatu hipotesis dopamin yang menyatakan bahwa skizofrenia

disebabkan oleh aktivitas dopaminergik yang berlebihan di bagian kortikal otak, dan

berkaitan dengan gejala positif dan skizofrenia. Penelitian terbaru juga menunjukkan

pentingnya neurotransmiter lain termasuk serotonin, norepinefrin, glutamat dan GABA.

Selain perubahan yang sifatnya neurokimiawi, penelitian menggunakan CT Scan ternyata

ditemukan perubahan anatorni otak seperti pelebaran lateral rentrikel, atropi koteks atau

atropi otak kecil (cerebellum), terutama pada penderita kronis skizofrenia.5 Faktor keluarga.

Kekacauan dan dinamika keluarga memegang peranan penting dalam menimbulkan

kekambuhan dan mempertahankan remisi. Pasien yang pulang ke rumah sering relaps pada

tahun berikutnya bila dibandingkan dengan pasien yang ditempatkan di panti penitipan.

Pasien yang berisiko adalah pasien yang tinggal bersama keluarga yang hostil,

memperlihatkan kecemasan yang berlebihan, sangat protektif terhadap pasien, terlalu ikut

campur, sangat pengeritik, disebut Ekspresi Emosi tinggi. Pasien skizofrenia sering tidak

“dibebaskan” oleh keluarganya.11

Faktor Sosial. Skizofrenia juga berhubungan dengan penurunan sosio-ekonomi dan

kejadian hidup yang berlebihan pada tiga minggu sebelum onset gejala akut. Penderita

skizofrenia pada keluarga dengan ekspresi emosi tinggi (expressed emotion [EE]) memiliki

peluang lebih besar untuk kambuh.13

EpidemiologiHampir 1% penduduk di dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka. Gejala

skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa muda. Awitan pada laki-laki

biasanya antara 15-25 tahun dan pada perempuan antara 25-35 tahun. Awitan setelah umur 40

tahun jarang terjadi.7 Studi epidemiologi menyebutkan bahwa perkiraan angka prevalensi

skizofrenia secara umum berkisar antara 0,2 % hingga 2 % tergantung di daerah atau negara

mana studi dilakukan. Selanjutnya dikemukakan bahwa lifetime prevalensi skizofrenia

diperkirakan antara 0,5 % dan 1 %. Di Indonesia sendiri angka penderita skizofrenia 25 tahun

yang lalu diperkirakan 1/1000 penduduk dan proyeksi 25 tahun mendatang mencapai 3/1000

penduduk.1 Di Amerika serikat terutama di kalangan penduduk perkotaan menunjukkan

12

Page 13: Pbl Blok 22 (Neuroscience 2)

angka yang lebih tinggi hingga 2 %. Di Indonesia angka yang tercatat di departemen

kesehatan berdasarkan survei di Rumah Sakit (1983) adalah antara 0,05 % sampai 0,15 %.1,5

Skizofrenia terjadi dengan frekuensi yang sama antara laki-laki dan perempuan, tetapi

laki-laki memiliki onset lebih awal daripada perempuan. Puncak insidensi antara usia 15-24

tahun pada laki-laki dan pada perempuan lebih terlambat.

Manifestasi Klinis SkizofreniaBerdasarkan DSM-IV, ciri yang terpenting dan skizofrenia adalah adanya campuran dan

dua karakteristik (baik gejala positif maupun gejala negatif). Secara urnum, karakteristik

gejala skizofrenia (kritenia A), dapat digolongkan dalarn tiga kelompok:5,11

a. gejala positif

b. gejala negatif

c. gejala lainnya

Gejala positif adalah tanda yang biasanya pada orang kebanyakan tidak ada. namun pada

pasien Skizofrenia justru muncul. Gejala positif adalah gejala yang bersifat aneh, antara lain

berupa delusi, halusinasi, ketidakteraturan pembicaraan, dan perubahan perilaku.5

Gejala negatif adalah menurunnya atau tidak adanya perilaku tertentu. seperti perasaan

yang datar, tidak adanva perasaan yang bahagia dan gembira, menarik diri, ketiadaan

pembicaraan yang berisi, mengalami gangguan sosil serta kurangnya motivasi untuk

beraktivitas.5

Kategori gejala yang ketiga adalah disorganisasi. antara lain perilaku yang aneh (misalnya

katatonia, dimana pasien menampilkan perilaku tertentu berulang-ulang, menampilkan pose

tubuh yang aneh; atau waxy flexibility, yaitu orang lain dapat memutar atau membentuk

posisi tertentu dan anggota badan pasien, yang akan dipertahankan dalam waktu yang lama)

dan disorganisasi pembicaraan. Adapun disorganisasi pembicaraan adalah masalah dalam

mengorganisasikan ide dan E pembicaraan, sehingga orang lain mengerti (dikenal dengan

gangguan berpikir formal). Misalnya asosiasi longgar, inkoherensi. dan sebagainya.11

PenatalaksanaanAntipsikotik merupakan penatalaksanaan yang utama. Antipsikotik efektif mengobati

“gejala positif’ pada episode akut, misalnya halusinasi, waham, fenomena passivity, dan

mencegah kekambuhan. Obat psikofarmaka yang akan diberikan ditujukan untuk

menghilangkan gejala skizofrenia. Golongan obat psikofarmaka yang sering digunakan di

13

Page 14: Pbl Blok 22 (Neuroscience 2)

Indonesia (2001) terbagi dua: golongan generasi pertama (typical) dan generasi kedua

(atypical), yang termasuk golongan typical antara lain Chlorpromazine HCl, Trifluoperazine,

dan Haloperidol. Sedangkan golongan atypical antara lain: Risperidone, Clozapine,

Quetiapine, Olanzapine, Zotetine dan Aripriprazmidol. Obat atypical memiliki kelebihan,

yaitu dapat menghilangkan gejala positif dan negatif, efek samping Extra Piramidal

Symptoms (EPS) sangat minimal atau boleh dikatakan tidak ada, dan memulihkan fungsi

kognitif. Sedangkan pemakaian obat golongan typical 30% penderita tidak memperlihatkan

perbaikan klinis bermakna, diakui bahwa golongan obat typical hanya mampu mengatasi

gejala positif tetapi kurang efektif untuk mengatasi gejala negatif.1,13 Penatalaksanaannya

adalah dengan dosis terendah yang secara efektif mengendalikan gejala dan meminimalkan

efek samping, sebagian teknik ini berkaitan dengan kepatuhan yang rendah. Apabila pasien

mengalami efek samping ekstrapiramidal (misalnya distonia), obat antikolinergik, misalnya

prosiklidin, benztropin, harus diberikan segera, bila perlu secara intramuskular. Obat

antiparkinson yang teratur harus dihindari karena obat tersebut mengakibatkan efek samping

yang tidak diinginkan, misalnya penglihatan rabun, mulut kering, yang dapat menyiksa dan

dapat memperburuk atau mencetuskan diskinesia tardif (tardive dyskinesia, TD). TD dapat

merespons terhadap pengurangan/penghentian antipsikotik atau tetrabenazin, tetapi kondisi

ini ireversibel pada 50% kasus. Seiring dengan peningkatan berat badan, aritmia jantung, dan

diabetes dapat menjadi masalah saat pengobatan dengan antipsikotik atipikal, pasien

memerlukan pemantauan teratur berat badan, profil lipid, dan glukosa, serta ECG. Penderita

skizofrenia dapat menjadi tertekan dan memerlukan obat antidepresan. Jarang ditemui,

electroconvulsive therapy (ECT) yang berguna, misalnya pada stupor katatonik, kegembiraan

berlebihan.8

Penatalaksanaan Psikologis. Terapi perilaku kognitif (cognitive behavioural therapy,

CBT) seringkali bermanfaat dalam membantu pasien mengatasi waham dan halusinasi yang

menetap. Tujuannya adalah untuk mengurangi penderitaan dan ketidakmampuan, dan tidak

secara langsung menghilangkan gejala. Dukungan psikologis penting bagi penderita

skizofrenia dan keluarganya. Terapi keluarga dapat membantu mereka mengurangi ekspresi

emosi yang berlebihan, dan terbukti efektif mencegah kekambuhan. Bantuan mandiri,

contohmya organisasi Hearing Voices, dapat membantu penderita psikosis untuk berbagi

pengalaman dan cara untuk menghadapi gejalanya. Psikoanalisis jarang berguna.8

Dukungan Sosial. Membantu penderita untuk kembali bekerja atau sekolah sangat penting

dalam menjaga kepercayaan diri dan kualitas hidupnya. Bila hal ini tidak dapat dilakukan,

pusat rehabilitasi dapat membantu merestrukturisasi kegiatan mereka. Tempat tinggal yang

14

Page 15: Pbl Blok 22 (Neuroscience 2)

layak sangat penting. Penderita dengan gejala sisa, contohnya gejala negatif dan kognitif,

mungkin tidak dapat hidup mandiri. Rawat inap dan layanan rehabilitasi masyarakat

bertujuan untuk memaksimalkan kemandirian pasien, contohnya dengan melatih

keterampilan hidup sehari-hari. Berbagai layanan untuk hidup sehari-hari, mulai dari tempat

penampungan/rumah singgah dengan staf yang bekerja 24 jam hingga perumahan khusus

dengan pekerja pendukung yang datang seminggu sekali, tersedia untuk memenuhi

kebutuhan.8

Rehabilitasi. Program rehabilitasi penting dilakukan sebagai persiapan penempatan

kembali penderita ke keluarga dan masyarakat. Program ini biasanya dilakukan di lembaga

(institusi) rehabilitasi misalnya di rumah sakit jiwa. Dalam program rehabilitasi dilakukan

berbagai kegiatan antara lain: terapi kelompok, menjalankan ibadah keagamaan bersama,

kegiatan kesenian, terapi fisik seperti olah raga, keterampilan khusus/kursus, bercocok tanam,

rekreasi dan lain – lain. Pada umumnya program rehabilitasi ini berlangsung 3-6 bulan.

Secara berkala dilakukan evaluasi paling sedikit dua kali yaitu sebelum dan sesudah program

rehabilitasi atau sebelum penderita dikembalikan ke keluarga dan masyarakat.1

PrognosisSebanyak 90% pasien yang mengalami episode psikotik yang pertama akan sembuh dalam

waktu 1 tahun, tetapi sekitar 80% akan mengalami episode berikutnya dalam 5 tahun.

Penelitian baru-baru ini menemukan bahwa 75% pasien akan menghentikan pengobatannya

dalam waktu 18 bulan pertama, dan mereka yang menghentikan pengobatan antipsikotik

tersebut memiliki peluang 5 kali lebih besar untuk kambuh. Selain menjalani pengobatan,

menghindari penggunaan zat terlarang khususnya ganja dan stres yang berlebihan dapat

mengurangi risiko kambuh.8

Faktor prognosis yang buruk mencakup jenis kelamin pria, onset pada saat usia muda,

lajang, isolasi sosial, penggunaan obat terlarang, onset awal yang tersembunyi, gejala negatif,

kelas sosio-ekonomi rendah, kepribadian pramorbid abnormal, dan riwayat keluarga positif

skizofrenia. Risiko bunuh diri selama hidup adalah 10%. Risiko ini lebih tinggi pada pria

muda dengan halusinasi atau waham yang menetap dan pada penderita dengan riwayat

penggunaan obat-obatan terlarang dan percobaan bunuh diri sebelumnya, khususnya

sebelum/selama 3 bulan pertama setelah selesai perawatan.8

Diagnosis banding

15

Page 16: Pbl Blok 22 (Neuroscience 2)

Psikotik Akut

Gangguan psikotik singkat/akut didefinisikan sebagai suatu gangguan kejiwaan yang

terjadi selama 1 hari hingga kurang dari 1 bulan, dengan gejala psikosis, dan dapat kembali

ke tingkat fungsional premorbid.5 Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tapi sebagian

besar di jumpai pada pasien dengan gangguan kepribadian mungkin memiliki kerentanan

biologis atau psikologis terhadap perkembangan gejala psikotik. Satu atau lebih faktor stres

berat, seperti peristiwa traumatis, konflik keluarga, masalah pekerjaan, kecelakaan, sakit

parah, kematian orang yang dicintai, dan status imigrasi tidak pasti, dapat memicu psikosis

reaktif singkat.5 Gambaran utama perilaku yang pasien rasakan atau perilaku yang

diperlihatkan oleh pasien yaitu :5

• Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya

• Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal

• Kebingungan atau disorientasi

• Perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri, kecurigaan

berlebihan, mengancam diri sendiri, orang lain atau lingkungan, bicara dan tertawa serta

marah-marah atau memukul tanpa alasan. Gejala gangguan psikotik singkat selalu termasuk

sekurang kurangnya satu gejala psikosis utama, biasanya dengan onset yang tiba-tiba, tetapi

tidak selalu memasukkan keseluruhan pola gejala yang ditemukan pada skizofrenia. Beberapa

klinisi telah mengamati bahwa gejala afektif, konfusi, dan gangguan pemusatan perhatian

mungkin lebih sering ditemukan pada gangguan psikotik singkat daripada gangguan psikotik

kronis. Gejala karakteristik untuk gangguan psikotik singkat adalah perubahan emosional,

pakaian atau perilaku yang aneh, berteriak teriak atau diam membisu dan gangguan daya

ingat untuk peristiwa yang belum lama terjadi.5

Pemeriksaan status mental biasanya hadir dengan agitasi psikotik parah yang mungkin

terkait dengan perilaku aneh, tidak kooperatif, agresif fisik atau verbal, tidak teratur

berbicara, berteriak atau kebisuan, suasana hati labil atau depresi, bunuh diri, membunuh

pikiran atau perilaku, kegelisahan, halusinasi, delusi, disorientasi, perhatian terganggu,

konsentrasi terganggu, gangguan memori, dan wawasan miskin.5 Seperti pada pasien

psikiatrik akut, riwayat yang diperlukan untuk membuat diagnosis mungkin tidak dapat

diperoleh hanya dari pasien. Walaupun adanya gejala psikotik mungkin jelas, informasi

mengenai gejala prodromal, episode suatu gangguan mood sebelumnya, dan riwayat ingesti

zat psikotomimetik yang belum lama mungkin tidak dapat diperoleh dari wawancara klinis

saja. Disamping itu, klinis mungkin tidak mampu memperoleh informasi yang akurat tentang

ada atau tidaknya stressor pencetus.5

16

Page 17: Pbl Blok 22 (Neuroscience 2)

Gangguan Waham

Gangguan waham merupakan salah satu gangguan psikiatri yang didominasi oleh gejala-

gejala waham. Waham pada gangguan waham bisa berbentuk: kebesaran, penganiayaan,

cemburu, somatic, atau campuran. Waham merupakan suatu keyakinan atau pikiran yang

salah karena bertentangan dengan kenyataan (dunia realitas), serta dibangun atas unsur-unsur

yang tak berdasarkan logika, namun individu tidak mau melepaskan wahamnya walaupun ada

bukti tentang ketidakbenaran atas keyakinan itu. Keyakinan dalam bidang agama dan budaya

tidak dianggap sebagai waham.5 Pedoman untuk melakukan diagnosis pada gangguan waham

adalah sebagai berikut:5

• Waham merupakan satu-satunya ciri khas klinik atau gejala yang paling mencolok.

Waham tersebut bisa tunggal maupun sebagai suatu sistem waham, sekurangnya sudah 3

bulan lamanya, dan harus bersifat khas pribadi dan bukan budaya setempat.

• Gejala-gejala depresif atau bahkan suatu episode depresif yang lengkap mungkin terjadi

secara intermitten, dengan syarat bahwa waham-waham tersebut menetap pada saat-saat

tidak terdapat gangguan afektif itu.

• Tidak boleh ada bukti-bukti tentang adanya penyakit otak.

• Tidak boleh ada halusinasi auditorik atau hanya kadang-kadang saja ada dan bersifat

sementata.

• Tidak ada riwayat gejala-gejala skizofrenia (waham dikendalikan, siaran pikiran,

penumpulan afektif, dan sebagainya.

Kesimpulan Skizofrenia adalah suatu gangguan psikotik yang ditandai dengan distorsi proses pikir,

persepsi, emosi dan perilaku. Gangguan ini mempunyai 2 gejala khas yaitu gejala positif dan

gejala negatif. Gejala positif berupa peningkatan atau distorsi dari fungsi yang normal

sedangkan gejala negatif berupa pengurangan atau kehilangan dari fungsi normal. Kita dapat

melakukan 2 penanganan dalam skizofrenia yaitu penanganan biologis dan penanganan

psikologis atau psikososial. Penanganan farmakoterapi dan penanganan psikologis berupa

psikoterapi, terapi kognitif-behavioral, dukungan sosial, rehabilitasi. Dalam proses

penyembuhannya diperlukan keterlibatan semua pihak tidak hanya pihak dokter, suster

ataupun psikiater tapi dibutuhkan juga keterlibatan anggota keluarga, kerabat ataupun temen

dekat pasien.

17

Page 18: Pbl Blok 22 (Neuroscience 2)

Daftar Pustaka1. Hawari. Pendekatan holistik pada gangguan jiwa skizofrenia. Jakarta: Balai Penerbit

FKUI; 2006.h.1-11.

2. Hibber Aison, Godwin Alice, Dear Frances. Rujukan cepat psikiatri. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC; 2008.h.3-9;94-101.

3. Gleadle J. At a galance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit Erlangga;

2007.h.11;58.

4. Lumbantobing SM. Neurologi klinik pemeriksaan fisik dan mental. Jakarta: Balai

Penerbit Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia; 2010.h.152-3.

5. Sadock BJ, Sadock WA. Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Edisi 2. Jakarta:

EGC;2010.h.147-68.

6. Maslim R. Buku saku diagnosis gangguan jiwa, rujukan ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta:

PT Nuh jaya; 2001. h.11,12, 46, 47, 58, 59 60-3.

7. Amir N. Skizofrenia. Dalam: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku Ajar

Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;

2010.h.170-85.

8. Katona C, Cooper C, Robertson M. At a glance psikiatri. Edisi ke-4. Jakarta: Penerbit

Erlangga;2012.h.18-21.

9. Kaplan HI, Sadock BJ. Ilmu kedokteran jiwa darurat. Jakarta: Widya

Medika.;2003.h.407-13.

10. Davidson, Gerald C. Psikologi abnormal. Edisi ke-9. Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada;2006.h.134-47.

11. Nolen, Susan, Hoeksoma. Abnormal Psychology. Ed.4th. Philadelphia: McGraw-Hill

Higher Education;2006.h.1019-1087.

12. Semiun Y. Kesehatan mental. Edisi ke-3. Yogyakarta: Kanisius;2006.h.20-87.

13. Barnes TRE. Evidence-based guidelines for the pharmacological treatment of

schizophrenia: recommendations from the british association for psychopharmacology.

Journal of Psychopharmacology 2011; 0(0): 1-54.

18