skenario a
TRANSCRIPT
SKENARIO A
Ny. Dina 25 tahun dan Tn. Sahid 27 tahun berasal dari suku Melayu memiliki seorang anak bernama Nina usia 5 tahun yang didiagnosis oleh dokter spesialis anak menderita thalasemia berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah tepi dan analisis hemoglobin dan setiap 20 hari sekali harus menjalani transfusi darah. Atas anjuran bagian Obgyn (obstetri dan ginekologi) RSMH mereka datang ke Klinik Genetika FK Unsri untuk konsultasi karena ingin mempunyai anak lagi yang diharapkan tidak menderita thalasemia.
Di klinik Genetika, dilakukan pengambilan darah vena Ny. Dina dan Tn. Sahid serta darah vena Nina. Hasil pemeriksaan mikroskopik dan DNA didapatkan:
1. Ny. Dina
- Morfologi RBC: hipokrom mikrositik, anisopoikilositosis, cukup sering ditemukan Sel Target, tear drops dan sferosit.
- Analisis DNA: heterozigot HbE yaitu mutasi Gen Globin Beta Kodon 26 dari GAG (glutamat) menjadi AAG (lisin).
2. Tn. Sahid
- Morfologi RBC: sangat anisopoikilositosis, cukup sering ditemukan Sel Target, tear drops dan ovalocytosis dan stomatocyte.
- Analisis DNA: heterozigot mutasi Gen Globin Beta Kodon 41-42 berupa delesi TTCT dan heterozigot mutasi Southeast Asian Ovalocytosis berupa delesi 27 bp gen AE-1.
3. Nina
- Morfologi RBC: sebagian hipokrom mikrositik, anisopoikilositosis, cukup sering ditemukan Sel Target dan stomatocytes.
- Analisis DNA: Heterozigot HbE yaitu mutasi Gen Globin Beta Kodon 26 dari GAG (glutamat) menjadi AAG (lisin) dan Heterozigot mutasi Gen Globin Beta Kodon 41-42 berupa delesi TTCT.
I. KLARIFIKASI ISTILAH.
Talasemia : penyakit yang diturunkan secara autosomal resesif karena berkurangnya salah satu dari rantai asam amino yang membentuk Hb.
Hemoglobin : pigmen pembawa oksigen eritrosit dibentuk oleh parasit yang berkembang dalam sum-sum tulang.
Klinik genetika : tempat pemeriksaan penyakit genetika.
Transfuse darah : pemasukan darah lengkap(komponen darah secara langsungke dalam aliran darah)
Pemeriksaan mikroskopik :pengamatan dengan menggunakan mikroskop.
Pemeriksaan fisik : proses untuk menguji struktur atau bentuk fisik.
Morfologi RBC : Bentuk sel darah merah.
Anisopoikilositosis : Eritrosit yang ukurannya berbda-beda dan bentuknya abnormal dalam darah .
Sel target : eritrosit abnormal yang menampakan suatu mikrositik (kecil), Pylocitic ( lonjong) dan banyak menggumpal.
Hipokrom mikrositik : eritrosit pucat yang kecil secara abnormal berdiameter 5 mikron atau lebih.
Anamnesis : sejarah masa lalu mengenai pasien dan masa lalunya.
Pemeriksaan darah tepi : proses untuk menguji struktur atau permukaan darah di luar sentral.
Analisis DNA : menunjukkan adanya kondisi kelainan pada Hb karena terjadinya mutasi pada gen globin beta kodon 26. Ini menunjukkan bahwa Ny. D menderita penyakit heterozigot Hb E, jadi bila terdapat symptom hanya akan menunjukkan symptom yang ringan saja
Tear drops : menunjukkan adanya tanda-tanda menderita Thalasemia
Ovalocytosis : eritrosit abnormal yang berbentuk lonjong atau elips (ellipsitosis)
Stomatocyte : eritrosit abnormal dengan daerah bercelah atau seperti mulut, menggantikan lingkaran pucat yang normal, biasanya akibat edema
Gen globin beta kodon : gen yang mengatur pembentukan hemoglobin pada sel darah merah dalam tubuh manusia.
II. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Ny Dina dan tuan Sahid berasal dari suku melayu memiliki seorang anak yang menderita thalasemia.
2. Setiap 20 hari sekali Nina harus menjalani transfuse darah.
3. diagnosis thalasemia berdasarkan anamnesis pemeriksaan fisik , pemeriksaan darah tepid an analisis hemoglobin .
4. Ny Dina dan tuan Sahid berkonsultasi ke klinik genetic karena ingin mempunyai anak lagi dan diharapkan tidak menderita thalasemia.
5. di klinik genetika , dilakukan pengambilan darah vena ny Dina, tuan Sahid , dan Nina untuk mendapatkan hasil mikroskopik (morfologi RBC) dan analisis DNA.
III. ANALISIS
1. a. Apa yang dimaksud dengan thalasemia?
Jawab : Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang ditandai dengan kondisi sel
darah merah mudah rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal (120
hari). Akibatnya penderita thalasemia akan mengalami gejala anemia
diantaranya pusing, muka pucat, badan sering lemas, sukar tidur, nafsu makan
hilang, dan infeksi berulang. Thalasemia terjadi akibat ketidakmampuan
sumsum tulang membentuk protein yang dibutuhkan untuk memproduksi
hemoglobin sebagaimanamestinya. Hemoglobin merupakan protein kaya zat
besi yang berada di dalam sel darah merah dan berfungsi sangat penting untuk
mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh yang
membutuhkannya sebagai energi. Apabila produksi hemoglobin berkurang atau
tidak ada, maka pasokan energi yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi
tubuh tidak dapat terpenuhi, sehingga fungsi tubuh pun terganggu dan tidak
mampu lagi menjalankan aktivitasnya secara normal.Thalasemia adalah
sekelompok penyakit keturunan yang merupakan akibat dari ketidakseimbangan
pembuatan salah satu dari keempat rantai asam amino yang membentuk
hemoglobin. Thalasemia adalah penyakit yang sifatnya diturunkan. Penyakit ini,
merupakan penyakit kelainan pembentukan sel darah merah.
b. Bagaimanakah hubungan thalasemia dengan suku Melayu?
Jawaban : Thalassemia beta mempunyai distribusi yang luas di dunia ini.
Sering ditemukan di daerah sekitar Mediterania dan beberapa
bagian dari Timur Tengah, India, Pakistan dan Asia Tenggara di
daerah daerah ini frekuensi pembawa gen thalassemia bervariasi
antara 2 dan 30%
2. a. Apa saja yang ditanyakan kepada penderita thalasemia?
Jawaban:
- Identitas ( nama, usia, jenis kelamin, suku bangsa )
- Keluhan Utama
- Riwayat kesehatan sekarang
- Riwayat kesehatan masa lalu
- Riwayat kesehatan keluarga
- Riwayat pertumbuhan
- Riwayat penyakit yang pernah diderita
b. Apa saja yang dilakukan pada saat pemeriksaan fisik?
Jawaban :
1.Melihat apakah pasien pucat
Warna merah dari darah manusia disebabkan oleh hemoglobin yang terdapat di dalam darah merah. Hemoglobin terdiri atas zat besi dan protein yang dibentuk oleh rantai globin alfa dan rantai globin beta. Pada penderita thalassemia beta, produksi rantai globin beta tidak ada atau berkurang. Sehingga hemoglobin yang dibentuk berkurang. Selain itu berkurangnya produksi rantai globin beta mengakibatkan rantai globin alfa relatif berlebihan dan akan saling mengikat membentuk suatu benda yang menyebabkan sel darah merah mudah rusak. Berkurangnya produksi hemoglobin dan mudah rusaknya sel darah merah mengakibatkan penderita menjadi pucat atau anemia atau kadar Hbnya rendah.
2. adanya pembesaran limfa
Limpa berfungsi membersihkan sel darah yang sudah rusak. Selain itu limpa juga berfungsi membentuk sel darah pada masa janin. Pada penderita thalassemia, sel darah merah yang rusak sangat berlebihan sehingga kerja limpa sangat berat. Akibatnya limpa menjadi membengkak. Selain itu tugas limpa lebih diperberat untuk memproduksi sel darah merah lebih banyak.
3. Adanya perubahan bentuk tulang muka
Sumsum tulang pipih adalah tempat memproduksi sel darah. Tulang muka adalah salah satu tulang pipih, Pada thalassemia karena tubuh selalu kekurangan darah, maka pabrik sel darah daiam hal ini sumsum tulang pipih akan berusaha memproduksi sel darah merah sebanyak-banyaknya. Karena pekerjaannya yang meningkat maka sumsum tulang ini akan membesar, pada tulang muka pembesaran ini dapat dilihat dengan jelas dengan adanya penonjolan dahi, jarak antara kedua mata menjadi jauh, tulang pipi menonjol.
4. perut buncit karena hepatomegali dan splenomegali
keduanya terjadi akibat penumpukan Fe karena bekerja terlalu keras dalam membersihkan sel darah yang rusak.
5. jantung berdebar-debar (bekerja terlalu keras), gagal jantung (disebabkan penumpukan Fe di otot jantung)
6. pada anak penderita thalasemia akan tumbuh lebih lambat dan mencapai masa pubertas lebih lambat dibandingkan anak lainnya yang normal. Karena penyerapan zat besi yang meningkat.
c. Apa saja yang ditemukan pada saat pemeriksaan darah tepi pada penderita thalasemia?
Jawaban:
- Anysositosis (ukuran RBC banyak variasi)
- Poikylositosis (bentuk RBC banyak variasi)
- Hipokrom ( RBC tampak lebih pucat)
- Target cell (RBC daerah sentral lebih terang)
d. Apa yang ditemukan pada analisis hemoglobin?
Jawaban:
analisis hemoglobin berguna untuk mendiagnosis dan menentukan jenis thalassemia. Pemeriksaan analisis Hb ini juga dapat memberikan kesimpulan apakah seseorang menderita thalassemia atau tidak namun itu harus disesuaikan dengan nilai MCV dan MCH. Pada penderita thalassemia, nilai MCV < 80 Fl dan MCH < 26 pg. pada Hb nya terdapat HbA2 sekitar > 3,5 % dari Hb total dan HbF = 20-90%
3. a. Mengapa penderita thalasemia harus menjalani transfuse darah?
Jawab:
Penyebab anemia pada thalassemia bersifat primer dan sekunder. Primer adalah berkurangnya sintesis HbA dan eritropoesis yang tidak efektif disertai penghancuran sel-sel eritrosit intramedular. Sedangkan yang sekunder ialah karena defisiensi asam folat, bertambahnya volume plasma intravaskular yang mengakibatkan hemodilusi, dan destruksi eritrosit oleh sistem retikuloendotelial dalam limpa dan hati.
Penelitian biomolekular menunjukkan adanya mutasi DNA pada gen sehingga produksi rantai alfa atau beta dari hemoglobin berkurang.Terjadinya hemosiderosis merupakan hasil kombinasi antara transfusi berulang, peningkatan absorbsi besi dalam usus karena eritropoesis yang tidak efektif, anemia kronis, serta proses hemolisis.
ATAU
Karena pada penderita thalassemia terjadi perubahan atau mutasi gen, yaitu pembawa kode genetic untuk pembuatan hemoglobin. Akibatnya kualitas sel darah merah tidak baik dan tidak dapat bertahan hidup lama. Tidak bias bertahan sepanjang hidup sel darah merah normal. Sehingga harus mendapat transfusi darah seumur hidup untuk mengatasi anemia mempertahankan kadar hemoglobin 9-10%.
b. Mengapa setiap 20 hari sekali , nina harus menjalani transfuse darah?
Jawaban:
Thalasemia adalah salah satu epidemi kelainan darah, dikarenakan Sumsum belakang si pasien tidak bisa memproduksi Darah Merah (Hemoglobin) . Kekurangan darah merah (HB/Hemoglobin) pada penderita thalasemia akan meneyebabkan anemia berat /pusing/lemas dan bisa berakibat kematian. Karena Hemoglobin tidak bisa di produksi Sumsum tulang belakang maka harus dimasukan ke tubuh pasien melalui tranfusi darah 20-30 hari sekali (sebulan sekali), untuk rata-rata penderita thalasemi Mayor karena pada penderita thalassemia mayor, tubuh pasien tidak bias memproduksi rantai globin beta sama sekali untuk membuat hemoglobin.
4. a. Mengapa ny Nina dan tuan Sahid di klinik genetika?
Jawaban :
Ny. Dina dan tn. Sahid melakukan konsultasi diklinik genetika, karena ny. Dina dan tn. Sahid ingin memiliki keturunan lagi yang normal.
Genetika klinik memiliki peranan untuk menangani masalah penyakit genetika termasuk kelainan bawaan. Bidang yang termasuk genetika klinik :
1. diagnosis prenatal
Diagnosis prenatal melalui beberapa tahap. Tahap pertama adalah pemeriksaan ibu janin yang meliputi pemeriksaan darah tepi lengkap dan analisis hemoglobin. Bila ibu dinyatakan pembawa sifat thalassemia beta maka pemeriksaan dilanjutkan ke tahap kedua yaitu suami diperiksa darah tepi lengkap dan analisis hemoglobin. Bila suami juga membawa sifat thalassemia maka suami-isteri ini diperiksa DNAnya
untuk menentukan jenis kelainann pada gen globin beta. Selanjutnya diambil jaringan janin (villi choriales atau jaringan ari-ari) pada saat janin berumur 10-12 minggu untuk diperiksa DNAnya. Bila janin ternyata hanya mebawa satu belah gen globin beta yang mengalami kelainan (gen thalassemia beta) atau sama sekali tidak membawa gen thalassemia beta maka kehamilan dapat diteruskan dengan aman. Tetapi bila janin ternyata membawa kedua belah gen thalassemia yang artinya janin akan menderita thalassemia beta maka penghentian kehamilan dapat menjadi pilihan.
2. diagnosis post natal
Diagnosis post natal disebut uji tapis pada bayi baru lahir dilakukan pada penyakit-penyakit tertentu yang sulit didiagnosis karena asymptomatis tetapi dapat disembuhkan bila dilakukan deteksi dini.
3. diagnostik presimptomatik
- Anamnesis dan pemeriksaan fisik
- riwayat keluarga = pedigree
4. konseling genetika
Merupakan suatu bentuk konsultasi yang diberikan oleh orang yang memiliki kompetensi dibidang genetika kepada orang lain yang membutuhkan informasi genetika. Konseling genetika meliputi :
- informasi tentang diagnosis, prognosis, dan perawatan
- informasi tentang genetik dan kemungkinan resiko
- informasi tentang pilihan untuk masalah kemungkinan resiko
- menentukan untuk menentukan pilihan tindak lanjutan
- membantu untuk penyesuaian terhadap adanya kelainan genetik
b. Seberapa besar kemungkinan ny Dina dan tuan Sahid mempunyai anak normal?
Jawaban:
Setiap sifat dan fungsi fisik pada tubuh kita dikontrol oleh gen, yang
bekerja sejak masa embrio. Gen terdapat di dalam setiap sel tubuh kita.
Setiap gen selalu berpasangan. Satu belah gen berasal dari ibu, dan yang
lainnya dari ayah. Diantara banyak gen dalam tubuh kita, terdapat
sepasang gen yang mengontrol pembentukan hemoglobin pada setiap
sel darah merah. Gen tersebut dinamakan gen globin.
Gen-gen tersebut terdapat di dalam kromosom.Penyakit thalassemia
diturunkan melalui gen yang disebut sebagai gen globin beta yang
terletak pada kromosom 11. Pada manusia kromosom selalu ditemukan
berpasangan. Gen globin beta ini yang mengatur pembentukan salah
satu komponen pembentuk hemoglobin. Bila hanya sebelah gen globin
beta yang mengalami kelainan disebut pembawa sifat thalassemia-beta.
Seorang pembawa sifat thalassemia tampak normal/sehat, sebab masih
mempunyai 1 belah gen dalam keadaan normal (dapat berfungsi dengan
baik). Seorang pembawa sifat thalassemia jarang memerlukan
pengobatan. Bila kelainan gen globin terjadi pada kedua kromosom,
dinamakan penderita thalassemia (Homosigot/Mayor). Kedua belah gen
yang sakit tersebut berasal dari kedua orang tua yang masing-masing
membawa sifat thalassemia.
Th : Gen Thalasemia
th : Gen normal
ThTh : thalasemia mayor
Thth : thalasemia minor
Thth : normal
Tn Sahid (Thth) >< Ny Dina (Thth)
G : Th Th
th th
ThTh : Thth : Thth : thth
25% : 50% : 25%
5. a. Bagaimana mekanisme terjadinya mutasi gen globin β?
Jawaban :
mekanisme mutasi gen globin beta
Mutasi adalah perubahan yang terjadi pada bahan genetik (DNA maupun RNA), baik pada taraf urutan gen (disebut mutasi titik) maupun pada taraf kromosom. Mutasi gen globin beta adalah bentuk perubahan kodon pada gen globin beta yang mengakibatkan berubahnya urutan asam amino yang akan disandikan. Mutasi delesi adalah penghilangan/pengurangan kodon/salah satu basa nuklieotida pada urutan kromosom yang mengalami mutasi.
Penyakit thalasemia mengalami keabnormalan pada kromosom 11 dimana kromosom11 memiliki 146 asam amino. Pada skenario, ny. Dina mengalami mutasi gen globin beta kodon 26 dari GAG (glutamat) menjadi AAG (lisin). Hal ini menunjukkan bahwa secara normal kodon yang digunakan untuk menyandi asam amino adalah GAG (glutamat), sedangkan dengan terjadinya mutasi pada gen globin beta kodon 26 dari GAG (glutamat) berubah menjadi AAG (lisin) sehingga jelas mengakibatkan perubahan sandi asam amino yang seharusnya GAG (glutamat) justru menjadi AAG (lisin).
Contoh : mutasi gen globin beta kodon 26
Sense : CTC tidak terjadinya mutas
mRNA : GAG (glutamat)
sense : CTC terjadinya mutasi transversi, sehingga mengakibatkan perubahan penyandian asam amino
mRNA : AAG (lisin)
Pada tn. Sahid mengalami mutasi gen globin beta kodon 41- 42 berupa delesi TTCT yang juga dapat mengakibatkan perubahan penyandian kodon menjadi asam amino. dan mutasi southeast asian ovalocytosis berupa delesi 27 bp gen AE-1
Contoh: mutasi gen globin beta kodon 41-42 (delesi TTCT)
Arginin serin leusin sistein
CGC AGT CTT TGT T… CGC AGT GTT …
Mengalami delesi arginin serin valin
b. Bagaimana mekanisme pemeriksaan DNA ?
jawaban :
- Isolasi DNA kromosom.
Prinsipnya adalah memisahkan DNA kromosom atau DNA genom dari komponen-komponen sel lain. Sumber DNA bisa dari tanaman, kultur mikroorganise, atau sel manusia. Membran sel dilisis dengan menambahkan detergen untuk membebaskan isinya, kemudian pada ekstrak sel tersebut ditambahkan protease (yang berfungsi mendegradasi protein) dan RNase (yang berfungsi untuk mendegradasi RNA), sehingga yang tinggal adalah DNA. Selanjutnya ekstrak tersebut dipanaskan sampai suhu 90 oC untuk menginaktifasi enzim yang mendegradasi DNA (DNase). Larutan DNA kemudian di presipitasi dengan etanol dan bisa dilarutkan lagi dengan air.
- Isolasi DNA plasmid
DNA plasmid merupakan wadah yang digunakan untuk kloning gen, sehingga DNA plasmid harus di pisahkan dari DNA kromosom. DNA plasmid mempunyai ukuran yang jauh lebih kecil daripada DNA kromosom. Untuk memisahkan DNA plasmid, maka memerlukan perlakuan yang sedikit berbeda dengan prosedur di atas. Pertama, membran sel dilisis dengan penambahan detergen. Proses ini membebaskan DNA kromosom, DNA plasmid, RNA, protein dan komponen lain. DNA kromosom dan protein diendapkan dengan penambahan potasium. DNA + protein + potasium yang mengendap dipisahkan dengan cara sentrifugasi. Supernatan yang mengandung DNA plasmid, RNA dan
protein yang tersisa dipisahkan. Kemudian ditambahkan RNase dan protease untuk mendegradasi RNA dan protein. Akhirnya DNA plasmid dapat dipresipitasi menggunakan etanol.
c. Apa maksud hasil pemeriksaan mikroskopik ( morfologi RBC) dan DNA?
Jawaban:
Gambaran morfologi eritrosit : mikrositik hipokromik, sel target, anisositosis
berat dengan makroovalositosis, mikrosferosit, polikromasi, basophilic
stippling, benda Howell-Jolly, poikilositosis dan sel target.
Sedimen Darah Tepi dari Penderita Thalassemia Trait dan Orang Normal
Variasi bentuk eritrosit (sel darah merah) pada sedimen darah tepi
dilihat dengan mikroskop dari penderita thalassemia: a = hipokrom,
b = teardrop, c = target cell, d = basophilic stipling dengan pewarnaan giemsa
Bentuk eritrosit (sel darah merah) pada orang normal dengan pewarnaan giemsa
IV. kerangka konsep
Perkawinan sesama carrier
Mutasi gen (orang tua Nina )
(Ny. Dina) mutasi gen globin beta kodon 26
(Tuan Sahid ) mutasi gen globin beta kodon 41-42 delesi TTCT
Rekombinasi gen pada Nina
Keabnormalan hemoglobin rantai β
RBC rusak
1. ketidak efektifan erithropoiesis
2. hemolysis
Thalasemia β mayor
Hipokrom mikrositik
Tear drops
Sel target
V. HIPOTESIS
Nina berusia 5 tahun menderita thalasemia
Orang tua Nina mempunyai kemungkinan 25% untuk mendapatkan anak normal.
VI. SINTESIS
THALASEMIAA. DEFINISI
Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang ditandai dengan kondisi sel darah merah mudah rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal (120 hari). Akibatnya penderita thalasemia akan mengalami gejala anemia diantaranya pusing, muka pucat, badan sering lemas, sukar tidur, nafsu makan hilang, dan infeksi berulang. Thalasemia terjadi akibat ketidakmampuan sumsum tulang membentuk protein yang dibutuhkan untuk memproduksi hemoglobin sebagaimana mestinya. Thalasemia adalah sekelompok penyakit keturunan yang merupakan akibat dari ketidakseimbangan pembuatan salah satu dari keempat rantai asam amino yang membentuk hemoglobin. Thalasemia adalah penyakit yang sifatnya diturunkan. Penyakit ini, merupakan penyakit kelainan pembentukan sel darah merah.
Hemoglobin merupakan protein kaya zat besi yang berada di dalam sel darah merah dan berfungsi sangat penting untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh yang membutuhkannya sebagai energi. Apabila produksi hemoglobin berkurang atau tidak ada, maka pasokan energi yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi tubuh tidak dapat terpenuhi, sehingga fungsi tubuh pun terganggu dan tidak mampu lagi menjalankan aktivitasnya secara normal. Hemoglobin adalah suatu zat di dalam sel darah merah yang berfungsi mengangkut zat asam dari paru-paru ke seluruh tubuh, selain itu yang memberikan warna merah sel darah merah. Hemoglobin terdiri dari 4 molekul zat besi (heme), 2 molekul rantai globin alpha dan 2 molekul rantai globin beta. Rantai globin alpha dan beta adalah protein yang produksinya disandi oleh gen globin alpha dan beta. Hemoglobin terdiri dari 4 rantai asam amino (2 rantai amino alpha dan 2
rantai amino beta) yang bekerja bersama-sama untuk mengikat dan mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Rantai asam amino inilah yang gagal dibentuk sehingga menyebabkan timbulnya thalassemia.
Pada masuia dewasa hemoglobin terdiri dari Hb A (mayor) yang terdiri dari α2β2 dan Hb A2 (minor) yang terdiri dari α2δ2. Pada bayi dan embrio terdapat bentuk hemoglobin lain yaitu Hb F (α2γ2) dan hemoglobin embrional : Hb Gowers 1 (ζ2ε2), Hb Gowers 2 (α2ε2), dan Hb Portland (ζ2γ2). Hemoglobin abnormal antara lain Hb H (β4) dan Hb Bart’s (γ4) (Suryohudoyo. 2007). Sedangkan globin tersusun atas α helix (terdiri atas 141 asam amino) dan β sheets (terdiri atas 146 asam amino) (Medicastore). α helix (kelompok α) terdiri dari rantai alfa dan rantai zeta. Terletak pada kromosom 16. β sheets (kelompok β) terdiri dari rantai beta, gamma, delta, dan epsilon. Terletak pada kromosom 11.
B. PENYEBABKetidakseimbangan dalam rantai protein globin alfa dan beta, yang diperlukan
dalam pembentukan hemoglobin, disebabkan oleh sebuah gen cacat yang diturunkan. Untuk menderita penyakit ini, seseorang harus memiliki 2 gen dari kedua orang tuanya. Jika hanya 1 gen yang diturunkan, maka orang tersebut hanya menjadi pembawa tetapi tidak menunjukkan gejala-gejala dari penyakit ini.Thalasemia digolongkan bedasarkan rantai asam amino yang terkena 2jenis yang utama adalah :
1. Alfa – Thalasemia (melibatkan rantai alfa)
Alfa – Thalasemia paling sering ditemukan pada orang kulit hitam (25% minimal membawa 1 gen).
Thalassemia alpha dibagi menjadi :
• Silent Carrier State (gangguan pada 1 rantai globin alpha). Pada keadaan ini mungkin tidak timbul gejala sama sekali pada penderita, atau hanya terjadi sedikit kelainan berupa sel darah merah yang tampak lebih pucat (hipokrom).
• Alpha Thalassemia Trait (gangguan pada 2 rantai globin alpha). Penderita mungkin hanya mengalami anemia kronis yang ringan dengan sel darah merah yang tampak pucat (hipokrom) dan lebih kecil dari normal (mikrositer).
• Hb H Disease (gangguan pada 3 rantai globin alpha). Gambaran klinis penderita dapat bervariasi dari tidak ada gejala sama sekali, hingga anemia yang berat yang disertai dengan perbesaran limpa (splenomegali).
• Alpha Thalassemia Major (gangguan pada 4 rantai globin alpha). Thalassemia tipe ini merupakan kondisi yang paling berbahaya pada thalassemia tipe alpha. Pada kondisi ini tidak ada rantai globin yang dibentuk sehingga tidak ada HbA atau HbF yang diproduksi. Biasanya fetus yang menderita alpha thalassemia mayor mengalami anemia pada awal kehamilan, membengkak karena kelebihan cairan (hydrops fetalis), perbesaran hati dan limpa. Fetus yang menderita kelainan ini biasanya mengalami keguguran atau meninggal tidak lama setelah dilahirkan.
2. Beta – Thalasemia (melibatkan rantai beta)Beta – Thalasemia pada orang di daerah Mediterania dan Asia Tenggara.
Thalassemia beta dibagi menjadi :
• Beta Thalassemia Trait. Pada jenis ini penderita memiliki satu gen normal dan satu gen yang bermutasi. Penderita mungkin mengalami anemia ringan yang ditandai dengan sel darah merah yang mengecil (mikrositer).
• Thalassemia Intermedia. Pada kondisi ini kedua gen mengalami mutasi tetapi masih
bisa memproduksi sedikit rantai beta globin. Penderita biasanya mengalami anemia yang derajatnya tergantung dari derajat mutasi gen yang terjadi.
• Thalassemia Major (Cooley’s Anemia). Pada kondisi ini kedua gen mengalami mutasi sehingga tidak dapat memproduksi rantai beta globin. Biasanya gejala muncul pada bayi ketika berumur 3 bulan berupa anemia yang berat.
Berbeda dengan thalassemia minor (thalassemia trait/bawaan), penderita thalassemia mayor tidak dapat membentuk haemoglobin yang cukup di dalam darah mereka, sehingga hampir tidak ada oksigen yang dapat disalurkan ke seluruh tubuh, yang lama-lama akan menyebabkan asfiksia jaringan (kekurangan O2), edema, gagal jantung kongestif, maupun kematian. Oleh karena itu, penderita thalassemia mayor memerlukan transfusi darah yang sering dan perawatan medis demi kelangsungan hidupnya.
Secara umum, terdapat 2 (dua) jenis thalasemia yaitu :1. Thalasemia Mayor, karena sifat sifat gen dominan. Thalasemia mayor merupakan penyakit yang ditandai
dengan kurangnya kadar hemoglobin dalam darah. Akibatnya, penderita kekurangan darah merah yang bisa menyebabkan anemia. Dampak lebih lanjut, sel-sel darah merahnya jadi cepat rusak dan umurnya pun sangat pendek, hingga yang bersangkutan memerlukan transfusi darah untuk memperpanjang hidupnya.
Penderita thalasemia mayor akan tampak normal saat lahir, namun di usia 3-18 bulan akan mulai terlihat adanya gejala anemia. Selain itu, juga bisa muncul gejala lain seperti jantung berdetak lebih kencang dan facies cooley. Faies cooley adalah ciri khas thalasemia mayor, yakni batang hidung masuk ke dalam dan tulang pipi menonjol akibat sumsum tulang yang bekerja terlalu keras untuk mengatasi kekurangan hemoglobin.
Penderita thalasemia mayor akan tampak memerlukan perhatian lebih khusus. Pada umumnya, penderita thalasemia mayor harus menjalani transfusi darah dan pengobatan seumur hidup. Tanpa perawatan yang baik, hidup penderita thalasemia mayor hanya dapat bertahan sekitar 1-8 bulan. Seberapa sering transfusi darah ini harus dilakukan lagi-lagi tergantung dari berat ringannya penyakit. Yang pasti, semakin berat penyakitnya, kian sering pula si penderita harus menjalani transfusi darah.
2. Thalasemia Minor, si individu hanya membawa gen penyakit thalasemia, namun individu hidup normal, tanda-tanda penyakit thalasemia tidak muncul. Walau thalasemia minor tak bermasalah, namun bila ia menikah dengan thalasemia minor juga akan terjadi masalah. Kemungkinan 25% anak mereka menerita thalasemia mayor. Pada garis keturunan pasangan ini akan muncul penyakit thalasemia mayor dengan berbagai ragam keluhan. Seperti anak menjadi anemia, lemas, loyo dan sering mengalami pendarahan.
Thalasemia minor sudah ada sejak lahir dan akan tetap ada di sepanjang hidup penderitanya, tapi tidak memerlukan transfusi darah di sepanjang hidupnya.
C. GEJALA
Thalassemia bukan penyakit menular melainkan penyakit yang diturunkan secara genetik dan resesif. Penyakit ini diturunkan melalui gen yang disebut sebagai gen globin beta yang terletak pada kromosom 11. Pada manusia kromosom selalu ditemukan berpasangan. Gen globin beta ini yang mengatur pembentukan salah satu komponen pembentuk hemoglobin. Bila hanya sebelah gen globin beta yang mengalami kelainan disebut pembawa sifat thalassemia-beta. Seorang pembawa sifat thalassemia tampak normal/sehat, sebab masih mempunyai 1 belah gen dalam keadaan normal (dapat berfungsi dengan baik). Seorang pembawa sifat thalassemia jarang memerlukan pengobatan. Bila kelainan gen globin terjadi pada kedua kromosom, dinamakan penderita thalassemia (Homozigot/Mayor). Kedua belah gen yang sakit tersebut berasal dari kedua orang tua yang masing-masing membawa sifat thalassemia. Pada proses pembuahan, anak hanya mendapat sebelah gen globin beta dari ibunya dan sebelah lagi dari ayahnya. Bila kedua orang tuanya masing-masing pembawa sifat thalassemia maka pada setiap pembuahan akan terdapat beberapa kemungkinan. Kemungkinan pertama si anak mendapatkan gen globin beta yang berubah (gen thalassemia) dari bapak dan ibunya maka anak akan menderita thalassemia. Sedangkan bila anak hanya mendapat sebelah gen thalassemia dari ibu atau ayah maka anak hanya membawa penyakit ini. Kemungkinan lain adalah anak mendapatkan gen globin beta normal dari kedua orang tuanya.
Mekanisme penurunan penyakit thalassemia :
Jika kedua orang tua tidak menderita Thalassemia trait/bawaan, maka tidak mungkin mereka menurunkan Thalassemia trait/bawaan atau Thalassemia mayor kepada anak-anak meraka. Semua anak-anak mereka akan mempunyai darah yang normal.
Apabila salah seorang dari orang tua
menderita Thalassemia trait/bawaan, sedangkan yang lainnya tidak maka satu dibanding dua (50%) kemungkinannya bahwa setiap anak-anak mereka akan menderita Thalassemia trait/bawaan, tetapi tidak seseorang diantara anak-anak mereka Thalassemia mayor.
Dari skema diatas dapat dilihat bahwa kemungkinan anak dari pasangan pembawa sifat thalassemia beta adalah 25% normal, 50% pembawa sifat thalassemia beta, dan 25% thalassemia beta mayor (anemia berat).
Semua thalasemia memiliki gejala yang mirip, tetapi beratnya bervariasi. Sebagian besar penderita mengalami anemia yang ringan. Pada bentuk yang lebih berat, misalnya beta-thalasemia mayor, bisa terjadi sakit kuning (jaundice), luka terbuka di kulit (ulkus, borok), batu empedu dan pembesaran limpa. Sumsum tulang yang terlalu aktif bisa menyebabkan penebalan dan pembesaran tulang, terutama tulang kepala dan wajah.
Tulang-tulang panjang menjadi lemah dan mudah patah. Anak-anak yang menderita thalasemia akan tumbuh lebih lambat dan mencapai masa pubertas lebih lambat dibandingkan anak lainnya yang normal. Karena penyerapan zat besi meningkat dan seringnya menjalani transfusi, maka kelebihan zat besi bisa terkumpul dan mengendap dalam otot jantung, yang pada akhirnya bisa menyebabkan gagal jantung.
Gejala-gejala thalassemia antara lain pucat (dikarenakan kekurangan hemoglobin yang menyebabkan kurangnya eritrosit), perut buncit karena hepatomegali dan splenomegali (keduanya akibat terjadinya penumpukan Fe karena bekerja terlalu keras dalam membersihkan sel darah yang rusak), deformitas tulang muka, jantung berdebar-debar (bekerja terlalu keras), urin keruh, anemia, kehitaman pada kulit (akibat dari meningkatnya produksi Fe), ikhterus (akibat dari produksi bilirubin yang meningkat), retardasi pertumbuhan dan penuaan dini, gagal jantung (disebabkan penumpukan Fe di otot jantung), dan penyakit kuning.
Oleh karena itu, untuk memastikan seseorang mengalami thalasemia atau tidak, dilakukan dengan pemeriksaan darah. Gejala thalasemia dapat dilihat pada banyak usia 3 bulan hingga 18 bulan. Bila tidak dirawat dengan baik, anak-anak penderita thalasemia mayor ini hidup hingga 8 tahun saja. Satu-satunya perawatan dengan tranfusi darah seumur hidup. Jika tidak diberikan tranfusi darah, penderita akan lemas, lalu meninggal.
D. DIAGNOSA
Thalasemia lebih sulit didiagnosis dibandingkan penyakit hemoglobin lainnya. Hitung jenis darah komplit menunjukkan adanya anemia dan rendahnya MCV (mean corpuscular volume). Elektroforesa bisa membantu, tetapi tidak pasti, terutama untuk
alfathalasemia. Karena itu diagnosis biasanya berdasarkan kepada pola herediter dan pemeriksaan hemoglobin khusus.
Tes laboratorium untuk thalassemia meliputi : hematologi rutin (untuk mengetahui kadar Hb tidak normal (3-9 g/dL),ukuran sel darah (<8 )), gambaran darah perifer (mengetahui bentuk yang abnormal (serupa cakram tembak), warna (blackness), dan usia (<120 hari)), feritin test (mengetahui status Fe), analisis Hb (menentukan jenis thalassemia), foto rontgen cranial (melihat ada/tidaknya deformitas tulang pipih), full blood count (menghitung darah secara lengkap), sediaan darah apus (menghitung bentuk dan jumlah sel darah putih serta platelet), iron studies (membedakan anemia biasa atau thalassemia herediter), molecular diagnosis yang meilputi : PCR (menggandakkan gen globin), DNA sequencing (mengetahui urutan nukleotida), Southern Blotting (elektroforesis DNA mrnggunakan nitroselulosa), dot blotting (penetesan DNA, RNA, atau protein secara langsung pada membran penyangga), DGGE (Denaturating Gradient Gel Electrophoresis) yang prinsipnya pemeriksaan pembukaan heliks ganda yang terjadi pada kadar denaturan yang berbeda pada saat terjadi mutasi.
E. PENGOBATAN
Pada thalasemia yang berat diperlukan transfusi darah rutin dan pemberian tambahan asam folat. Penderita yang menjalani transfusi, harus menghindari tambahan zat besi dan obat-obat yang bersifat oksidatif (misalnya sulfonamid), karena zat besi yang berlebihan bisa menyebabkan keracunan. Efek samping transfusi darah adalah kelebihan zat besi dan terkena penyakit yang ditularkan melalui darah yang ditransfusikan. Setiap 250 ml darah yang ditransfusikan selalu membawa kira-kira 250 mg zat besi. Sedangkan kebutuhan normal manusia akan zat besi hanya 1-2 mg perhari. Pada penderita yang sudah sering mendapatkan transfusi kelebihan zat besi ini akan ditumpuk di jaringan-jaringan tubuh seperti hati, jantung, paru, otak, kulit dll. Penumpukan zat besi ini akan mengganggu fungsi organ tubuh tersebut dan bahkan dapat menyebabkan kematian akibat kegagalan fungsi jantung atau hati.
Pada bentuk yang sangat berat, mungkin diperlukan pencangkokan sumsum tulang. Terapi genetik masih dalam tahap penelitian.
F. PENCEGAHANPada keluarga dengan riwayat thalasemia perlu dilakukan penyuluhan genetik
untuk menentukan resiko memiliki anak yang menderita thalasemia. Pengidap thalasemia yang mendapat pengobatan secara baik dapat menjalankan hidup layaknya
orang normal di tengah masyarakat. Sementara zat besi yang menumpuk di dalam tubuh bisa dikeluarkan dengan bantuan obat, melalui urine. Penyakit thalasemia dapat dideteksi sejak bayi masih di dalam kandungan, jika suami atau istri merupakan pembawa sifat (carrier) thalasemia, maka anak mereka memiliki kemungkinan sebesar 25 persen untuk menderita thalasemia. Karena itu, ketika sang istri mengandung, disarankan untuk melakukan tes darah di laboratorium untuk memastikan apakah janinnya mengidap thalasemia atau tidak.
Karena penyakit ini belum ada obatnya, maka pencegahan dini menjadi hal yang lebih penting dibanding pengobatan. Program pencegahan thalassemia terdiri dari beberapa strategi, yakni (1) penapisan (skrining) pembawa sifat thalassemia, (2) konsultasi genetik (genetic counseling), dan (3) diagnosis prenatal.
Skrining pembawa sifat dapat dilakukan secara prospektif dan retrospektif. Secara prospektif berarti mencari secara aktif pembawa sifat thalassemia langsung dari populasi diberbagai wilayah, sedangkan secara retrospektif ialah menemukan pembawa sifat melalui penelusuran keluarga penderita thalassemia (family study). Kepada pembawa sifat ini diberikan informasi dan nasehat-nasehat tentang keadaannya dan masa depannya. Suatu program pencegahan yang baik untuk thalassemia seharusnya mencakup kedua pendekatan tersebut. Program yang optimal tidak selalu dapat dilaksanakan dengan baik terutama di negara-negara sedang berkembang, karena pendekatan prospektif memerlukan biaya yang tinggi. Atas dasar itu harus dibedakan antara usaha program pencegahan di negara berkembang dengan negara maju. Program pencegahan retrospektif akan lebih mudah dilaksanakan di negara berkembang daripada program prospektif.Konsultasi genetik meliputi skrining pasangan yang akan kawin atau sudah kawin tetapi belum hamil. Pada pasangan yang berisiko tinggi diberikan informasi dan nasehat tentang keadaannya dan kemungkinan bila mempunyai anak.
Diagnosis prenatal meliputi pendekatan retrospektif dan prospektif. Pendekatan retrospektif, berarti melakukan diagnosis prenatal pada pasangan yang telah mempunyai anak thalssemia, dan sekarang sementara hamil. Pendekatan prospektif ditujukan kepada pasangan yang berisiko tinggi yaitu mereka keduanya pembawa sifat dan sementara baru hamil. Diagnosis prenatal ini dilakukan pada masa kehamilan 8-10 minggu, dengan mengambil sampel darah dari villi khorialis (jaringan ari-ari) untuk keperluan analisis DNA.
Dalam rangka pencegahan penyakit thalassemia, ada beberapa masalah pokok yang
harus disampaikan kepada masyarakat, ialah : (1) bahwa pembawa sifat thalassemia itu tidak merupakan masalah baginya; (2) bentuk thalassemia mayor mempunyai dampak mediko-sosial yang besar, penanganannya sangat mahal dan sering diakhiri kematian; (3) kelahiran bayi thalassemia dapat dihindarkan.
Karena penyakit ini menurun, maka kemungkinan penderitanya akan terus bertambah dari tahun ke tahunnya. Oleh karena itu, pemeriksaan kesehatan sebelum menikah sangat penting dilakukan untuk mencegah bertambahnya penderita thalassemia ini. Sebaiknya semua orang Indonesia dalam masa usia subur diperiksa kemungkinan membawa sifat thalassemia. Pemeriksaaan akan sangat dianjurkan bila terdapat riwayat : (1) ada saudara sedarah yang menderita thalassemia, (2) kadar hemoglobin relatif rendah antara 10-12 g/dl walaupun sudah minum obat penambah darah seperti zat besi, (3) ukuran sel darah merah lebih kecil dari normal walaupun keadaan Hb normal.
Mutasi Genetik
Mutasi adalah perubahan yang terjadi pada bahan genetik (DNA maupun RNA),
baik pada taraf urutan gen (disebut mutasi titik) maupun pada taraf kromosom. Mutasi
pada tingkat kromosomal biasanya disebut aberasi. Mutasi pada gen dapat mengarah
pada munculnya alel baru dan menjadi dasar bagi kalangan pendukung evolusi
mengenai munculnya variasi-variasi baru pada spesies. Perubahan pada sekuens basa
DNA akan menyebabkan perubahan pada protein yang dikode oleh gen.Contohnya, bila
gen yang mengkode suatu enzim mengalami mutasi, maka enzim yang dikode oleh gen
mutan tersebut akan menjadi inaktif atau berkurang keaktifannya akibat perubahan
sekuens asam amino. Namun mutasi dapat pula menjadi menguntungkan bila enzim
yang berubah oleh gen mutan tersebut justru meningkat aktivitasnya dan
menguntungkan bagi sel.
Mayoritas merupakan mutasi tidak nyata atau mutasi netral (silent mutation).
Silent mutation merupakan perubahan sekuens basa yang tidak menyebabkan perubahan
aktivitas pada produk yang dikode oleh gen. Silent mutation umumnya muncul akibat
satu nukleotida diganti oleh nukleotida lain, terutama pada lokasi basa ketiga pada
triplet kodon mRNA. Bila perubahan satu basa nukleotida ini tidak mengubah asam
amino, maka fungsi dari protein tidak berubah. Bila asam amino yang dikode berubah,
fungsi protein dapat tidak terganggu bila asam amino yang berubah tersebut bukan
merupakan bagian vital dari protein, atau secara kimia sangat mirip dengan asam amino
aslinya.
TACAACGTCACCATT
Untai sense mRNA
AUGUUGCAGUGGUAA
Metionin-fenilalanin-glisin-triptofan
Silent Mutation
TACAAgTCACCATT
Untai sense mRNA
AUGUUcCAGUGGUAA
Metionin-fenilalanin-glisin-triptofan
1. Mutasi gen
Pasangan basa nitrogen pada DNA, antara timin dan adenine atau antara guanine
dan sitosin dihubungkan oleh ikatan hydrogen yang lemah. Atom-atom hydrogen
dapat berpindah dari satu posisi ke posisi lain pada purin atau pirimidin. Perubahan
kimia sedemikian disebut perubahan tautomer. Misalnya secara tidak normal,
adenine berpasangan dengan sitosin dan timin dengan guanine. Peristiwa perubahan
genetic seperti ini disebut mutasi gen karena hanya terjadi di dalam gen. Mutasi gen
disebut juga dengan mutasi titik (point mutation). Mutasi gen dapat terjadi karena
substitusi basa N. Macam macam mutasi gen antara lain:
1. Mutasi tak bermakna (nonsense mutation) : tejadi perubahan kodon (triplet) dari kode
basa N asam amino tetapi tidak mengakibatkan kesalahan pembentukan protein,
misalnya UUU diganti UUS yang sama-sama kode dari fenilalamin.
2. Mutasi ganda tiga (triplet mutation) : terjadi karena adanya penambahan atau
pengurangan tiga basa secara bersama-sama.
3. Mutasi bingkai (frameshift mutation) : terjadi karena adanya penambahan sekaligus
pengurangan satu atau beberapa pasangan basa secara bersama-sama.
Mutasi titik (point mutation) merupakan mutasi yang melibatkan penggantian satu pasang basa (substitusi basa), di mana satu basa pada satu sekuens DNA diganti dengan basa yang berbeda. Bila DNA direplikasi maka hasilnya adalah substitusi pasangan basa.
Contoh mutasi titik
AGCGT GGCGT
TCGCA CCGCA
Mutasi ini dapat menyebabkan beberapa hal tergantung dari letak mutasinya pada
gen.Bila penggantian basa berlangsung di dalam gen yang mengkode protein, maka
mRNA yang ditranskripsi dari gen akan membawa basa yang salah. Bila mRNA
tersebut ditranslasi menjadi protein, maka kesalahan basa tersebut dapat menyebabkan
tidak terjadinya pembentukan protein, atau terbentuknya protein abnormal, atau
terbentuknya kodon nonsense (kodon STOP) yang menghentikan sintesis lengkap
protein fungsional, dikenal sebagai nonsense mutation.
Terbentuknya asam amino yang berbeda dari normal pada sintesis asam amino akibat
kesalahan basa pada mutasi titik disebut dengan missense mutation. Misalnya sickle-cell
anemia (anemia sel sabit), merupakan penyakit akibat missense mutation tunggal pada
basa pengkode protein hemoglobin. Protein hemoglobin tersusun atas 147 asam amino.
Pada asam amino ke-6, adenine digantikan dengan timin. Perubahan ini menyebabkan
perubahan asam amino glutamate menjadi valin, sehingga mengubah bentuk molekul
hemoglobin pada kondisi kadar oksigen rendah, dan menyebabkan sel darah merah
menjadi berbentuk bulan sabit. Bentuk bulan sabit menyulitkan transport sel darah
merah melalui pembuluh darah kapiler.
Contoh missense mutation
TACAACGTCACCATT
Untai sense mRNA
AUGUUGCAGUGGUAA
Metionin-fenilalanin-glisin-triptofan
TACAACtTCACCATT
AUGUUGaAGUGGUAA
Metionin-fenilalanin-lisin- triptofan
Mutasi pasangan basa dapat juga menyebabkan perubahan pada DNA yang
disebut dengan frameshift mutation. Mutasi ini berupa delesi (pemotongan) atau insersi
(penyisipan) satu atau beberapa pasang nukleotida pada DNA dan menyebabkan
terjadinya pergeseran pembacaan kerangka sandi (reading frameshift), sehingga akan
menyebabkan perubahan asam amino. Contoh kasus frameshift mutation adalah
penyakit Huntungton (Huntungton disease), suatu penyakit saraf yang disebabkan oleh
adanya penyisipan basa tambahan pada DNA.
Mutasi penggantian (substitusi) basa dan mutasi frameshift dapat terjadi secara
spontan akibat kesalahan pada replikasi DNA. Mutasi spontan ini umumnya muncul
tanpa pengaruh dari bahan – bahan penyebab mutasi (bahan mutagenic atau mutagen)
seperti halnya senyawa kimia atau factor pengaruh radiasi.
Jenis mutasi yang lain adalah mutasi supresor, mutasi yang dapat meniadakan
mutasi yang terjadi sebelumnya sehingga menjadi normal kembali. Mutasi ini disebut
juga mutasi balik (reversed mutation) dan menghasilkan revertan, yaitu gen yang
mengalami mutasi balik dan menjadi normal kembali. contoh mutasi gen adalah reaksi
asam nitrit dengan adenin menjadi zat hipoxanthine. Zat ini akan menempati tempat
adenin asli dan berpasangan dengan sitosin, bukan lagi dengan timin.
2. Mutasi Kromosom (Aberasi)
Istilah mutasi umumnya digunakan untuk perubahan gen, sedangkan perubahan
kromosom yang dapat diamati dikenal sebagai variasi kromosom atau mutasi
besar/gross mutation adalah perubahan jumlah kromosom dan susunan atau urutan
gen dalam kromosom. Mutasi kromosom sering terjadi karena kesalahan meiosis
dan sedikit dalam mitosis. Pada prinsipnya mutasi kromosom dibagi menjadi 2, yaitu
:
1. Mutasi kromosom terjadi karena perubahan jumlah kromosom
Mutasi kromosom yang terjadi karena perubahan jumlah kromosom (ploid)
melibatkan kehilangan atau penambahan perangkat kromosom (genom) disebut euploid,
sedang yang terjadi pada hanya pada salah satu kromosom dari genom disebut
aneuploid.
a. Euploid (Eu = benar; ploid = unit)
Makhluk hidup yang terjadi secara kawin, biasanya bersifat diploid,
memiliki 2 perangkat kromosom atau 2 genom pada sel somatisnya (2n
kromosom). Organisme yang kehilangan 1 set kromosomnya disebut
monoploid. Organisme monoploid memiliki satu genom atau satu perangkat
kromosom (n kromosom) dalam sel somatisnya. Sel kelamin (gamet), yaitu
sel telur (ovum) dan spermatozoa, masing-masing memiliki satu perangkat
kromosom. Satu genom (n kromosom) yang disebut haploid. Sedangkan
organism yang memiliki lebih dari dua genom disebut poliploid, misalnya
triploid (3n kromosom), tetraploid (4n kromosom), heksaploid (6n
kromosom). Poliploid yang terjadi pada tumbuhan misalnya pada apel dan
tebu. Poliploid pada hewan misalnya Daphnia, Rana esculenta, dan ascaris.
Poliploid dibagi menjadi dua, yaitu otopoliploid, terjadi pada kromosom
homolog, misalnya semangka tak berbiji; dan alopoliploid, terjadi pada
kromosom non homolog, misalnya Rhaphanobrassica (akar sepeti kol, daun
mirip lobak).
b. Aneuploid (An = tidak; eu = benar; ploid = unit)
Aneupliodi adalah perubahan jumlah n-nya. Mutasi kromosom ini tidak
melibatkan seluruh genom yang berubah, melainkan hanya terjadi pada salah
satu kromosom dari genom. Biasa disebut juga dengan aneusomik. Macam-
macam aneusomik antara lain :
1. Monosomik (2n-1); mutasi karena kekurangan 1 kromosom
2. Nullisomik (2n-2); mutasi karena kekurangan 2 kromosom
3. Trisomik (2n+1); mutasi karena kelebihan 1 kromosom
4. Tetrasomik (2n+2); mutasi karena kelebihan 2 kromosom
Aneusomi pada manusia dapat menyebabkan:
1. Sindrom Turner, dengan kariotipe (22AA+X0). Jumlah kromosomnya 45 dan
kehilangan 1 kromosom kelamin. Penderita Sindrom Turner berjenis kelamin
wanita, namun ovumnya tidak berkembang (ovaricular disgenesis).
2. Sindrom Klinefelter, kariotipe (22 AA+XXY), mengalami trisomik pada
kromosom gonosom. Penderita Sindrom Klinefelter berjenis kelamin laki-
laki, namun testisnya tidak berkembang (testicular disgenesis) sehingga tidak
bisa menghasilkan sperma (aspermia) dan mandul (gynaecomastis) serta
payudaranya tumbuh.
3. Sindrom Jacobs, kariotipe (22AA+XYY), trisomik pada kromosom gonosom.
Penderita sindrom ini umumnya berwajah kriminal, suka menusuk-nusuk
mata dengan benda tajam, seperti pensil,dll dan juga sering berbuat kriminal.
Penelitian di luar negeri mengatakan bahwa sebagian besar orang-orang yang
masuk penjara adalah orang-orang yang menderita Sindrom Jacobs.
4. Sindrom Patau, kariotipe (45A+XX/XY), trisomik pada kromosom autosom.
kromosom autosomnya mengalami kelainan pada kromosom nomor 13, 14,
atau 15.
5. Sindrom Edward, kariotipe (45A+XX/XY), trisomik pada autosom. Autosom
mengalami kelainan pada kromosom nomor 16,17, atau 18. Penderita
sindrom ini mempunyai tengkorak lonjong, bahu lebar pendek, telinga agak
ke bawah dan tidak wajar.
2. Mutasi kromosom yang terjadi karena perubahan struktur kromosom
Mutasi karena perubahan struktur kromosom atau kerusakan bentuk kromosom
disebut juga dengan istilah aberasi. Macam-macam aberasi dapat dijelaskan sebagi
berikut :
a. Delesi atau defisiensi
Mutasi karena kekurangan segmen kromosom. Macam-mcam delesi antara
lain :
1. Delesi terminal; ialah delesi yang kehilangan ujung segmen kromosom.
2. Delesi interstitial; ialah delesi yang kehilangan bagian tengah kromosom.
3. Delesi cincin; ialah delesi yang kehilngan segmen kromosom sehingga
berbentuk lingkaran seperti cincin.
4. Delesi loop; ialah delesi cincin yang membentuk lengkungan pada
kromosom lainnya.Hal ini terjadi pada waktu meiosis, sehingga
memungkinkan adanya kromosom lain (homolognya) yang tetap normal.
b. Duplikasi
Mutasi karena kelebihan segmen kromosom.
c. Translokasi
Translokasi adalah mutasi yang mengalami pertukaran segmen
kromosom ke kromosom non homolog . Macam-macam translokasi antara
lain :
1. Translokasi homozigot (resiprok); ialah translokasi yang mengalami
pertukaran segmen kedua kromosom homolog dengan segmen kedua
kromosom non homolog.
2. Translokasi Heterozigot (non resiprok); ialah translokasi yang hanya
mengalami pertukaran satu segmen kromosom ke satu segmen kromosom
non homolog.
3. Translokasi Robertson (fusion)
d. Inversi
Inversi adalah mutasi yang mengalami letak gen-gen, karena selama
meiosis kromosom terpilin dan terjadi kiasma. Macam-macam inverse antara
lain :
1. Inversi parasentrik; terjadi pada kromosom tidak bersentromer
2. Inversi perisentrik; terjadi pada kromosom bersentromer.
e. Isokromosom
Isokromosom adalah mutasi kromosom yang terjadi pada waktu
menduplikasikan diri, pembelahan sentromernya mengalami perubahan arah
pembelahan sehingga terbentuklah dua kromosom yang masing-masing
berlengan identik (sama). Jika dilihat dari pembelahan sentromernya maka
isokromosom disebut juga fision, jadi peristiwanya berlawanan dengan
translokasi Robertson (fusion) yang mengalami penggabungan
f. Katenasi
Katenasi adalah mutasi kromosom yang terjadi pada dua kromosom non
homolog yang pada waktu membelah menjadi empat kromosom, saling
bertemu ujung-ujungnya sehingga membentuk lingkaran.
Mutasi Dapat Terjadi Secara Alami dan Buatan
a. Menurut tipe sel atau macam sel yang mengalami mutasi:
1. Mutasi somatic, yaitu mutasi yang terjadi pada sel tubuh atau sel soma. Mutasi
somatis kurang memiliki arti genesis (mutasi ini tidak akan diwariskan pada
keturunannya)
2. Mutasi germina, yaitu mutasi yang terjadi pada sel kelamin (gamet), sehingga
dapat diturunkan.
b. Menurut sifat genetiknya:
1. Mutasi dominan, terlihat pengaruhnya dalam keadaan heterozigot
2. Mutasi resesif, pada organisme diploid tidak akan diketahui selama dalam
keadaan heterozigot, kecuali resesif pautan seks. Namun pada organisme
haploid (monoploid) seperti virus dan bakteri, pengaruh mutasi dominan dan
juga resesif dapat dilihat pada fenotipe virus dan bakteri tersebut.
c. Menurut arah mutasinya:
1. Mutasi maju atau forward mutations, yaitu mutasi dari fenotipe normal
menjadi abnormal.
2. Mutasi balik atau back mutations, yaitu mutasi yang dapat mengembalikan
dari fenotipe tidak normal menjadi fenotipe normal.
d. Menurut kejadiannya:
1. Mutasi alam atau mutasi spontan, yaitu mutasi yang penyebabnya tidak
diketahui. Mutasi ini terjadi di alam secara alami (spontan), secara kebetulan
dan jarang terjadi. Contoh mutagen alam adalah sinar kosmis, radio fektif
alam, dan sinar ultraviolet.
2. Mutasi buatan, yaitu mutasi yang terjadi dengan adanya campur tangan
manusia. Proses perubahan gen atau kromosom secara sengaja diusahakan
oleh manusia dengan zat kimia, sinar X, radiasi dan sebagainya. Maka sering
disebut juga mutasi induksi.
Mutasi buatan dengan sinar X dipelopori oleh Herman Yoseph Muller
(murid morgan) yang berkebangsaan Amerika Serikat ( 1890-1945 ). Muller
berpendapat bahwa tidak membawa perubahan, sedangkan mutasi pada sel-
sel generative atau gamet dan membawa kematian sebelum atau segera
sesudah lahir. Selanjutnya pada tahun 1927 dapat diketahui bahwa sinar X
dapat menyebabkan gen mengalami ionosasi sehinggga sifatny menjadi labil.
Dan akhirnya mutasi buatan dilaksanakan pula dengan pemotongan daun/
penyisipan DNA pada organisme-organisme yang kita inginkan. Mutan-
mutan buatan yang telah kita peroleh antara lain: anggur tanpa biji, tomat
tanpa biji, hewan atau tumbuhan poliploidi (misal: kol poliploidi), pamato
raphanobrassica (akar seperti kol, daun seperti lobak).
3. Mutagen Zat Kimia atau Faktor Fisik.
Secara garis besar, macam-macam mutagen dapat dibagi 3 , sebagai berikut:
a. Radiasi
Radiasi (penyinaran dengan sinar radio aktif); misalnya: sinar alfa, beta,
gamma, ultraviolet, dan sinar x. Radiasi ultra ungu merupakan mutagen
penting untuk organisme uniseluler. Radiasi alamiah berasal dari sinar
cosmis dari angkasa, benda-benda radioaktif dari kerak bumi, dan lain-
lain, gen-gen yang terkena radiasi, ikatannya putus dan susunan kimianya
berubah dan terjadilah mutasi.
b. Mutasi Kimia
Mutasi kimia yang pertama kali ditemukan ialah gas mustard (belerang
mustard) oleh C. Averbach dan kawan-kawan. Beberapa mutagen kimia
penting lainnya ialah: gas metan, asam nitrat, kolkisin, digitonin,
hidroksil amim dan lain-lain. Zat-zat kimia tersebut dapat menyebabkan
replikasi yang dilakukan oleh kromosom yang mengalami kesalahan
sehingga menyebabkan susunan kimianya berubah juga.
c. Temperatur
Kecapatan mutasi akan bertambah karena adanya kenaikan suhu. Setiap
kenaikan suhu sebasar 100C, kecepatan mutasi bertambah 2-3 kali lipat.
Tetapi temperature adalah merupakan mutagen, hal ini masih merupakan
penelitian para ahli.
Mutagen
Bahan-bahan yang menyebabkan terjadinya mutasi disebut mutagen. Mutagen
dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Mutagen bahan Kimia, contohnya adalah kolkisin dan zat digitonin. Kolkisin adalah zat
yang dapat menghalangi terbentuknya benang-benang spindel pada proses anafase dan
dapat menghambat pembelahan sel pada anafase.
2. Mutagen bahan fisika, contohnya sinar ultraviolet, sinar radioaktif,dll. Sinar ultraviolet
dapat menyebabkan kanker kulit.
3. Mutagen bahan biologi, diduga virus dan bakeri dapat menyebabkan terjadinya mutasi.
Bagian virus yang dapat menyebabkan terjadinya mutasi adalah DNA-nya.
Asam nitrat (HNO2) merupakan bahan kimia mutagenic yang menyebabkan
adenine (A) tidak lagi dapat berikatan dengan timin (T) melainkan dengan sitosin (C).
Hal ini disebabkan karena asam nitrat bekerja dengan cara menghapus atau
menhilangkan gugus amino, sehingga sitosin akan berubah menjadi urasil, sedangkan
adenine akan berubah menjadi hiposantin.
Hiposantin memiliki ikatan hydrogen serupa dengan guanine, sedangkan urasil
memiliki ikatan hydrogen serupa dengan timin. Akibatnya, pada saat replikasi DNA,
adenine (A) berubah menjadi hiposantin yang akan berikatan dengan sitosin (C),
sedangkan sitosin (C) akan berubah menjadi urasil dan akan berpasangan dengan
adenine (A). Perubahan ini berlangsung pada lokasi yang acak pada DNA.
Bahan mutagenic yang lain adalah analog basa nukleotida. Molekul – molekul
ini memilki struktur serupa dengan basa nitrogen normal, namun berbeda pada ikatan
hidrogennya. Misalnya molekul 2-aminopurin merupakan analog adenine (A), sehingga
kedudukan adenine (A) adalah timin (T), namun karena struktur 2-aminopurin, maka 2-
aminopurin berpasangan dengan sitosin (C). Hal yang sama juga terjadi pada 5-
bromourasil.
Molekul 5-bromourasil merupakan analog timin (T), sehingga kedudukan timin
(T) dapat digantikan oleh 5-bromourasil. Pasangan timin (T) adalah sitosin (C), namun
karena struktur 5-bromourasil, maka 5-bromourasil berpasangan dengan guanine (G).
Bila analog basa nukleotida diberikan pada sel yang sedang tumbuh, maka analog basa
nukleotida tersebut akan secara acak tergabung dalam DNA, sehingga pada saat
replikasi DNA dapat menyebabkan kesalahan pasangan basa.
Beberapa senyawa kimia mutagenik dapat menyebabkan mutasi frameshift
(pergeseran pembacaan basa) dan bersifat karsinogen, contohnya benzpiren, aflatoksin
dan pewarna akridin.
Radiasi sinar X dan sinar gamma merupakan bahan mutagenic akibat
kemampuannya dalam mengionisasi atom dan molekul. Ion – ion radiasi bergabung
dengan basa DNA dan menyebabkan kesalahan pada replikasi DNA. Hasil lainnya
adalah putusnya ikatan kovalen pada tulang punggung gula-fosfat DNA, dan
menyebabkan patahnya kromosom.
Radiasi mutagenic lainnya adalah sinar ultraviolet (UV). Sinar UV dapat
menyebabkan terbentuknya ikatan kovalen antara dua molekul timin, menghasilkan
timin dimer. Timin dimer ini menyebabkan kerusakan serius dan kematian sel karena
DNA dengan timin dimer tidak dapat direplikasi dan ditranskripsi. Komponen sinar UV
yang bersifat paling mutagenic adalah pada panjang gelombang 260nm. Paparan sinar
UV pada manusia dapat menyebabkan terbentuknya banyak timin dimer pada sel kulit
dan menimbulkan kanker kulit. Bakteri dan organisme lain memiliki mekanisme
perbaikan (repair) terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh radiasi sinar UV. Ada dua
macam mekanisme perbaikan, yaitu perbaikan dengan cahaya (light repair) dan
perbaikan tanpa cahaya (dark repair).
Pada perbaikan dengan cahaya (light repair), bakteri memiliki enzim fotoliase
yang menggunakan energi cahaya visible untuk memisahkan ikatan dimer timin.
Manusia dengan penyakit xeroderma pigmentosum sangat sensitive terhadap paparan
sinar matahari dan tidak memiliki mekanisme perbaikan terhadap efek mutagenic radiasi
sinar UV, sehingga sangat berisiko mengidap kanker kulit.
Pada perbaikan tanpa cahaya (dark repair), cahaya tidak diperlukan dalam
mekanisme perbaikan. Mekanisme perbaikan ini disebut juga sebagai nucleotide
excision repair, dan tidak terbatas hanya pada kerusakan akibat bahan mutagenic yang
lain. Pada mekanisme ini, enzim bakteri dapat memotong bagian timin DNA yang rusak
dan menghasilkan bagian yang terbuka. Enzim yang lain akan mengisi gap (bagian yang
terbuka) ini dengan DNA baru yang komplementer dengan rantai DNA yang tidak
rusak. Langkah terakhir adalah reaksi penyegelan (sealing) oleh enzim DNA ligase.
Salah satu mutagen yang banyak dimanfaatkan manusia dalam berbagai
keperluan adalah radiasi. Perbuatan manusia yang menimbulkan radiasi dapat
menyebabkan terjadinya mutasi misalnya:
1. penggunaan zat-zat kimia yang radioaktif atau radioisotope
2. penggunaan bahan kimia dalam minuman dan makanan
3. penggunaan sinar x dalam penelitian dan pengobatan
4. kebocoran radiasi dari pembuangan sampah-sampah industri, reaktor atom, roket, dan
lain sebagainya.
5. penggunaan bom radioaktif ( peledakan bom di Hirosima dan Nagasaki menyebabkan
terbentuknya kelapa poliploid).
Meski sifat mutasi adalah merugikan namun dalam beberapa hal berguna pula
pada manusia dalam kehidupannya, misalnya:
1. Meningkatkan hasil panen produksi pangan, seperti gandum, tomat kacang tanah,
kelapa poliploidi, kol poloploidi dengan mutasi induksi.
2. Meningkatkan hasil antibiotika, seperti mutan penicillium.
3. Untuk pemeriksaan proses biologi melalui mutasi, misalnya transport electron pada
fotosintesis, fiksasi nitrogen pada bakteri.
4. Sebagai proses penting untuk evolusi dan variasi genetik.
Frekuensi Mutasi
Kecepatan mutasi adalah kemungkinan gen mengalami mutasi pada setiap pembelahan
sel. Kecepatan mutasi dinyatakan sebagai kelipatan 10, dan karena mutasi sangat jarang
terjadi maka eksponen selalu dalam bentuk negative. Misalnya, bila terdapat satu
kemungkinan mutasi dalam 104 sel yang membelah diri, maka laju (rate) mutasi adalah
sebesar 1/10.000 yang diekspresikan sebagai 10-4 per pembelahan sel. Mutasi spontan
sangat jarang terjadi, umunya muncul sekali dalam 109 pasangan basa yang bereplikasi
(laju mutasi 10-9). Karena rata-rata mutasi spontan terjadi satu kali setiap 106 gen yang
direplikasi. Suatu bahan mutagenic umumnya mempercepat terjadinya mutasi spontan.
Dengan adanya senyawa mutagenic, kecepatan normal mutasi spontan (10-6 mutasi per
gen yang bereplikasi) dapat dipercepat menjadi berkisar antara 10-5 hingga 10-3 mutasi
per gen yang bereplikasi.
PEMERIKSAAN THALASEMMIA
BATASAN
Thalassemia adalah suatu kelompok anemia hemolitik kongenital herediter yang diturunkan secara autosomal, disebabkan oleh kekurangan sintesis rantai polipeptid yang menyusun molekul globin dalam hemoglobin.
PATOFISIOLOGI
Molekul globin terdiri atas sepasang rantai- dan sepasang rantai lain yang menentukan jenis Hb. Pada orang normal terdapat 3 jenis Hb, yaitu Hb A (merupakan > 96% dari Hb total, tersusun dari 2 rantai- dan 2 rantai- = 22), Hb F (< 2% = 22) dan HbA2 (< 3% =22). Kelainan produksi dapat terjadi pada ranta- (-thalassemia), rantai- (-thalassemia), rantai- (-thalassemia), rantai- (-thalassemia), maupun kombinasi kelainan rantai- dan rantai- (-thalassemia).
Pada thalassemia-, kekurangan produksi rantai beta menyebabkan kekurangan pembentukan22 (Hb A); kelebihan rantai- akan berikatan dengan rantai- yang secara kompensatoir Hb F meningkat; sisanya dalam jumlah besar diendapkan pada membran eritrosit sebagai Heinz bodies dengan akibat eritrosit mudah rusak (ineffective erythropoesis).
EPIDEMIOLOGI
Frekuensi gen thalassemia di Indonesia berkisar 3-10%. Berdasarkan angka ini, diperkirakan lebih 2000 penderita baru dilahirkan setiap tahunnya di Indonesia.
DIAGNOSIS
I. Anamnesis
Keluhan timbul karena anemia: pucat, gangguan nafsu makan, gangguan tumbuh kembang dan perut membesar karena pembesaran lien dan hati. Pada umumnya keluh kesah ini mulai timbul pada usia 6 bulan.
II. Pemeriksaan fisis
Pucat
Bentuk muka mongoloid (facies Cooley)
Dapat ditemukan ikterus
Gangguan pertumbuhan
Splenomegali dan hepatomegali yang menyebabkan perut membesar
III. Pemeriksaan penunjang
1. Darah tepi :
Hb rendah dapat sampai 2-3 g%
Gambaran morfologi eritrosit : mikrositik hipokromik, sel target, anisositosis berat dengan makroovalositosis, mikrosferosit, polikromasi, basophilic stippling, benda Howell-Jolly, poikilositosis dan sel target. Gambaran ini lebih kurang khas.
Retikulosit meningkat.
2. Sumsum tulang (tidak menentukan diagnosis) :
Hiperplasi sistem eritropoesis dengan normoblas terbanyak dari jenis asidofil.
Granula Fe (dengan pengecatan Prussian biru) meningkat.
3. Pemeriksaan khusus :
Hb F meningkat : 20%-90% Hb total
Elektroforesis Hb : hemoglobinopati lain dan mengukur kadar Hb F.
Pemeriksaan pedigree: kedua orangtua pasien thalassemia mayor merupakan trait(carrier) dengan Hb A2 meningkat (> 3,5% dari Hb total).
4. Pemeriksaan lain :
Foto Ro tulang kepala : gambaran hair on end, korteks menipis, diploe melebar dengan trabekula tegak lurus pada korteks.
Foto tulang pipih dan ujung tulang panjang : perluasan sumsum tulang sehingga trabekula tampak jelas.
DIAGNOSIS BANDING
Thalasemia minor :
anemia kurang besi
anemia karena infeksi menahun
anemia pada keracunan timah hitam (Pb)
anemia sideroblastik
PENATALAKSANAAN
I. Medikamentosa
Pemberian iron chelating agent (desferoxamine): diberikan setelah kadar feritin serum sudah mencapai 1000 g/l atau saturasi transferin lebih 50%, atau sekitar 10-20 kali transfusi darah.
Desferoxamine, dosis 25-50 mg/kg berat badan/hari subkutan melalui pompa infus dalam waktu 8-12 jam dengan minimal selama 5 hari berturut setiap selesai transfusi darah.
Vitamin C 100-250 mg/hari selama pemberian kelasi besi, untuk meningkatkan efek kelasi besi.
Asam folat 2-5 mg/hari untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat.
Vitamin E 200-400 IU setiap hari sebagai antioksidan dapat memperpanjang umur sel darah merah.
II. Bedah
Splenektomi, dengan indikasi:
limpa yang terlalu besar, sehingga membatasi gerak penderita, menimbulkan peningkatan tekanan intraabdominal dan bahaya terjadinya ruptur
hipersplenisme ditandai dengan peningkatan kebutuhan transfusi darah atau kebutuhan suspensi eritrosit (PRC) melebihi 250 ml/kg berat badan dalam satu tahun.
III. Suportif
Transfusi darah :
Hb penderita dipertahankan antara 8 g/dl sampai 9,5 g/dl. Dengan kedaan ini akan memberikan supresi sumsum tualang yang adekuat, menurunkan tingkat akumulasi besi, dan dapat mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan penderita. Pemberian darah dalam bentuk PRC (packed red cell), 3 ml/kg BB untuk setiap kenaikan Hb 1 g/dl.
IV. Lain-lain (rujukan subspesialis, rujukan spesialisasi lainnya dll)
Tumbuh kembang, kardiologi, Gizi, endokrinologi, radiologi, Gigi
PEMANTAUAN
I. Terapi
Pemeriksaan kadar feritin setiap 1-3 bulan, karena kecenderungan kelebihan besi sebagai akibat absorbsi besi meningkat dan transfusi darah berulang.
Efek samping kelasi besi yang dipantau: demam, sakit perut, sakit kepala, gatal, sukar bernapas. Bila hal ini terjadi kelasi besi dihentikan.
II. Tumbuh Kembang
Anemia kronis memberikan dampak pada proses tumbuh kembang, karenanya diperlukan perhatian dan pemantauan tumbuh kembang penderita.
III. Gangguan jantung, hepar dan endokrin
Anemia kronis dan kelebihan zat besi dapat menimbulkan gangguan fungsi jantung (gagal jantung), hepar (gagal hepar), gangguan endokrin (diabetes melitus, hipoparatiroid) dan fraktur patologis.
Peran Konseling Genetik
Konseling genetik merupakan proses komunikasi yang berhubungan dengan kejadian
atau risiko kejadian kelainan genetik pada keluarga. Dengan adanya konseling genetik,
maka keluarga memperoleh manfaat terkait masalah genetik, khususnya dalam
mencegah munculnya kelainan-kelainan genetik pada keluarga. Manfaat ini dapat
diperoleh dengan melaksanakan tindakan-tindakan yang dianjurkan oleh konselor,
termasuk di dalamnya tindakan untuk melakukan uji terkait pencegahan kelainan
genetik.
Tindakan-tindakan yang disarankan dapat disarankan oleh konselor dapat meliputi tes
sebagai berikut:
Prenatal diagnosis
Prenatal diagnosis merupakan tindakan untuk melihat kondisi kesehatan fetus yang
belum dilahirkan. Metode yang digunakan meliputi ultrasonografi, amniocentesis,
maternal serum, dan chorionic virus sampling.
Carrier testing
Carrier testing merupakan tes untuk mengetahui apakah seseorang menyimpan gen yang
membawa kelainan genetik. Metode yang digunakan untuk melaksanakan tes tersebut
adalah uji darah sederhana untuk melihat kadar enzim terkait kelainan genetik tertentu,
atau dengan mengecek DNA, apakah mengandung kelainan tertentu.
Preimplantasi diagnosis
Preimplantasi diagnosis merupakan uji yang melibatkan pembuahan in vitro untuk
mengetahui kadar kelainan genetik embrio preimplantasi. Biasanya seorang wanita yang
akan melakukan uji akan diberi obat tertentu untuk merangsang produksi sel telur
berlebihan. Sel telur akan diambil dan diletakkan di cawan untuk dibuahi oleh sperma
donor. Setelah pembuahan maka sel embrio yang terbentuk akan dianalisa terkait
dengan kelainan genetik.
Newborn screening
Newnborn screening merupakan pemeriksaan bayi pada masa kelahiran baru.
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan genetik, endokrinologi, metabolik, dan
hematologi. Diharapkan dari pemeriksaan ini dapat ditentukan prognosis ke depannya,
sehingga perawatan (treatment) yang berkenaan dapat diupayakan.
Predictive testing
Predictive testing merupakan tes yang digunakan untuk menguji apabila seseorang
menderita kelainan genetik dengan melihat riwayat genetik keluarga sebelumnya. Tes
ini dilakukan setelah kelahiran, dan biasa juga disebut sebagai presymptomatic testing
Apabila hasil diagnosis menunjukkan adanya kelainan genetik maka konselor dapat
menyarankan pilihan-pilihan berikut:
Agar tidak memiliki anak
Keputusan untuk tidak memiliki anak merupakan keputusan yang berat bagi orang tua,
karena memiliki anak merupakan dambaan bagi setiap orangtua. Oleh karena itu
konselor harus menerangkan secara terperinci mengenai indikasi tidak memiliki anak,
termasuk di antaranya kemungkinan untuk terpapar kelainan genetik, sehingga orang tua
dapat mempertimbangkan keputusan tersebut.
Mengadopsi
Apabila pilihan untuk tidak memiliki anak tidak dapat diterima oleh orang tua, salah
satu jalan keluarnya berupa pilihan untuk mengadopsi anak. Anak yang diadopsi dapat
merupakan anak saudara sendiri (keponakan) atau anak orang lain yang tidak memiliki
hubungan darah. Dalam hal ini mengadopsi anak saudara sendiri memiliki risiko
kelainan genetik lebih besar daripada mengadopsi anak orang lain yang tidak memiliki
hubungan darah. Konselor harus mengetahui terlebih dahulu pedigree keluarga tersebut,
dan memprediksi apakah di antara saudara-saudara terdapat (kemungkinan) menderita
kelainan genetik, dengan demikian keluarga dapat mengambil keputusan yang terbaik
menurutnya.
Kehamilan dengan donor sperma atau ovum
Kehamilan dengan donor sperma atau ovum merupakan salah satu solusi, di mana sel
sperma dan sel telur dipertemukan di luar rahim. Dalam hal ini akan diperiksa apakah
sel sperma atau sel ovum yang mengandung kelainan genetik. Sel yang mengandung
kelainan genetik akan digantikan dengan sel dari donor, sehingga tetap terjadi
pembuahan dan diharapkan anak yang dilahirkan dapat hidup sehat dengan risiko
terpapar kelainan genetika yang minim.
Keputusan untuk tidak mempunyai anak lagi
Keputusan untuk tidak mempunyai anak lagi merupakan solusi yang dapat diambil
untuk orangtua yang telah memiliki anak sebelumnya namun menderita kelainan
genetik, sehingga dengan demikian kehadiran anak berikutnya yang diprediksi bakal
menderita kelainan genetik dapat dihindari.
Tindakan operasi
Tindakan operasi dapat diterapkan untuk kelainan genetik tertentu seperti spina bifida
atau congenital diaphragmatic hernia (suatu kondisi di mana terdapat lubang pada
diafragma sehingga membuat paru menjadi tidak berkembang). Pilihan ini dapat
dilakukan pada masa sebelum kelahiran. Namun kebanyakan penyakit genetik tidak
dapat diobati dengan tindakan operasi.
Menterminasi kehamilan
Terminasi kehamilan/ aborsi merupakan solusi yang paling memberatkan bagi orangtua,
terlebih bagi orangtua muda yang belum mempunyai anak sebelumnya. Konselor harus
mempu menjelaskan dengan baik dan mudah mudah dimengerti oleh orangtua mengenai
indikasi dan kontraindikasi medis pelaksanaan aborsi. Konselor juga harus memahami
aspek etis yang menyertainya serta melakukan pendekatan holistik. Dengan demikian
orangtua tersebut dapat berpikir jernih dalam mengambil keputusan yang terbaik.
Membiarkan anak lahir
Orangtua juga dapat ditawarkan pilihan untuk meneruskan kehamilannya, dengan risiko
bahwa anak yang dilahirkan menderita kelainan genetik dan umurnya hanya sebentar.
Pilihan ini memungkinkan orangtua untuk melihat anaknya sebelum meninggal
walaupun hanya sesaat.
Namun pilihan apapun yang disarankan oleh konselor harus didiskusikan dulu dengan
pasien, dalam artian bahwa pasien diberikan kebebasan untuk berpikir jernih dan
memilih keputusan apa yang harus diambil. Konselor wajib memberikan semua
informasi, termasuk baik-buruk mengenai tindakan yang dapat diambil tanpa ada kesan
menutup-nutupi.
Daftar Pustaka:
Burke W. Genetic testing. N Engl J Med 2002 Dec 5; 23: 1867-75.
Diagnosis Genetik Prenatal
1. Amniocentesis
Pada usia kehamilan 16-20 minggu, pada ibu hamil akan diambil cairan amnionnya dengan
menggunakan jarum yang melewati abdomen. Sel-sel pada cairan amnion tersebut dapat
dianalisa untuk mencari adanya kromosom abnormal.
2. Chorionic Villus Sampling (CVS) yang dapat dilakukan setelah 10-14 minggu kehamilan
Sebelum CVS, pemeriksaan USG diperlukan untuk mengidentifikasi lokasi janin,
rahim, dan plasenta. CVS dapat berusaha baik melalui atau transabdominal rute
transcervical. Teknik yg dilakukan akan tergantung pada lokasi plasenta serta dokter
dan keinginan pasien.
Untuk prosedur CVS transcervical, pasien diminta untuk beristirahat di
punggung dalam posisi yang sama dengan digunakan untuk pemeriksaan ginekologi.
Sebuah spekulum steril dimasukkan ke dalam vagina untuk memungkinkan leher rahim
akan divisualisasikan. Vagina dibersihkan dengan larutan antiseptik dan kateter plastik
tipis dengan Pedoman kawat ditekuk dimasukkan melalui pembukaan serviks ke dalam
rongga rahim. Di bawah USG, kateter digunakan untuk menghapus sebagian kecil dari
vili chorionic. Kebanyakan wanita menggambarkan tes sebagai perasaan mirip dengan
pap smear.
Sebuah CVS transabdominal seringkali menjadi jalan pilihan ketika plasenta
terletak lebih tinggi di dalam rahim.
Di bawah bimbingan USG, jarum tipis dimasukkan melalui dinding perut ke
dalam rahim. Jarum dipandu ke plasenta untuk menghapus villi chorionic. Metode yang
digunakan untuk prosedur ini lebih mirip amniosentesis, wanita paling
membandingkan perasaan ini dengan darah yang diambil dari lengan.
3. Percutaneous Umbilical Blood Sampling (PUBS),
Ultrasound imaging canggih menentukan lokasi dimana memasukkan tali pusat
ke plasenta. Panduan USG jarum tipis melalui perut dan dinding rahim untuk tali pusat.
Jarum dimasukkan ke dalam tali pusat untuk mengambil sampel kecil dari darah janin.
Sampel dikirim ke laboratorium untuk analisis, dan hasil biasanya tersedia dalam waktu
72 jam.
Percutaneous umbilical blood sampling biasanya dilakukan ketika informasi
diagnostik ini tidak dapat diperoleh melalui amniosentesis, CVS, USG atau hasil
pengujian ini meyakinkan. Percutaneous umbilical Darah Pengambilan sampel
dilakukan pada 18 minggu atau setelah.
Rekombinasi Gen
Pengertian dan arti definisi rekombinasi gen adalah penggabungan beberapa gen induk
jantan dan betina ketika pembuahan ovum oleh sperma yang menyebabkan adanya
susunan pasangan gen yang berbeda dari induknya. Akibatnya adalah lahirnya varian
spesies baru.
rekombinasi gen yaitu penyatuan gen-gen yang dibawa oleh urutan DNA. rekombinasi
gen ini sama halnya bila dikatakan rekombinasi dna yang mana peristiwa ini dpat terjadi
melalui beberapa cara yang biasa dikatakan 1.Transformasi (masuknya DNA dari
lingkungan luar kedalam sel sehingga terbentuk rekombinasi), 2. konjugasi (penyatuan
DNA dalam hal ini makro nukleid dan mikro nukleid dari cell itu sehingga didapatkan
dna rekombinan) 3. dengan cara transduksi (peristiwa rekombinanini melalui peran virus
(bakteriofage) yang membawa sifat tertentu dan memasukkannya kedalam cell lain).
Secara alami, rekombinasi gen terjadi saat pembelahan meiosis terjadi, (jadi bukan saat
fertilisasi), yaitu ketika fase yang disebut sebagai "pindah silang" atau crossing over,
pada profase I (silahkan lihat tahapan pembelahan meiosis untuk lebih jelasnya). Pada
fase itu, gen-gen dari pasangan kromosom homolog saling bertukaran. Seperti kita
ketahui, manusia memiliki 2 set kromosom yang saling berpasangan, satu set kromosom
yang membawa sifat-sifat ayah, dan satu set kromosom yang membawa sifat-sifat ibu.
Pada pembelahan mitosis (perbanyakan sel), kedua set kromosom tersebut akan
diperbanyak apa adanya, jadi tidak ada perubahan susunan gen. Namun, pada saat
pembelahan meiosis, yaitu pada pembentukan sel gamet (yang nota bene hanya punya
satu set kromosom),mterjadi pndah silang, sehingga satu set kromosom hasil dari
pembelahan meiosis akan membawa kombinasi sifat ayah da sifat ibu.
Secara buatan, rekombinasi gen merupakan salah satu alat bioteknologi untuk membuat
GMO ( Genetically Modified Organism), yaitu organisme yang telah dimodifikasi
genetik nya. Para ahli telah berhasil menghilangkan, menambahkan, atau menukar gen-
gen tertentu sehingga didapat sifat-sifat baru yang disukai. Umumnya organisme yang
dimodifikasi adalah bakteri, karena struktur genetisnya lebih sederhana dibandingkan
organisme yang lebih tinggi. Salah satu contoh yang paling populer adalah penyisipan
gen pembuat insulin ke dalam genom bakteri Escherichia coli, sehingga bakteri tersebut
dapat memproduksi hormon insulin untuk para penderita diabetes.
DAFTAR PUSTAKA :
1. Brozovic M, Henthorn J. Investigation of abnormal hemoglobins and thalassemia. In: Dacie JV, Lewis SM, eds. Practical Hematology. 8th ed. Churchill Livingstone Edinburgh, 1995 : 249.
2. Cappellini N, Cohen A, Eleftheriou A, Piga A, Porter J. Guidelines for the Clinical Management of Thalassaemia. Thalassaemia International Federation, April 2000.
3. Eleftheriou A. Clinical Management of Thalassaemia. In : Compliance to Iron Chelation Therapy With Desferrioxamine. Thalassaemia International Federation 2000 : 14-6.
4. Miller DR. Baehner RL, Mc. Millan CW, Miller LP. Blood Disease of Infancy and Childhood. 5th ed. St. Louis : Mosby Co., 1997 : 619.
5. Nathan DB, Oski FA. Hematology of Infancy and Childhood. 2nd ed.Philadelphia : WB Saunders, 2000 : 979.
6. Wahidiyat I, Thalassemia dan Permasalahannya di Indonesia. Naskah lengkap Kongres Nasional Ilmu Kesehatan Anak (KONIKA) Jakarta, 1999 : 293-6.