skenario a

71
SKENARIO A Ny. Dina 25 tahun dan Tn. Sahid 27 tahun berasal dari suku Melayu memiliki seorang anak bernama Nina usia 5 tahun yang didiagnosis oleh dokter spesialis anak menderita thalasemia berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah tepi dan analisis hemoglobin dan setiap 20 hari sekali harus menjalani transfusi darah. Atas anjuran bagian Obgyn (obstetri dan ginekologi) RSMH mereka datang ke Klinik Genetika FK Unsri untuk konsultasi karena ingin mempunyai anak lagi yang diharapkan tidak menderita thalasemia. Di klinik Genetika, dilakukan pengambilan darah vena Ny. Dina dan Tn. Sahid serta darah vena Nina. Hasil pemeriksaan mikroskopik dan DNA didapatkan: 1. Ny. Dina - Morfologi RBC: hipokrom mikrositik, anisopoikilositosis, cukup sering ditemukan Sel Target, tear drops dan sferosit. - Analisis DNA: heterozigot HbE yaitu mutasi Gen Globin Beta Kodon 26 dari GAG (glutamat) menjadi AAG (lisin). 2. Tn. Sahid - Morfologi RBC: sangat anisopoikilositosis, cukup sering ditemukan Sel Target, tear drops dan ovalocytosis dan stomatocyte. - Analisis DNA: heterozigot mutasi Gen Globin Beta Kodon 41-42 berupa delesi TTCT dan heterozigot mutasi Southeast Asian Ovalocytosis berupa delesi 27 bp gen AE- 1. 3. Nina

Upload: ariana-deviana

Post on 01-Jul-2015

6.053 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKENARIO A

SKENARIO A

Ny. Dina 25 tahun dan Tn. Sahid 27 tahun berasal dari suku Melayu memiliki seorang anak bernama Nina usia 5 tahun yang didiagnosis oleh dokter spesialis anak menderita thalasemia berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah tepi dan analisis hemoglobin dan setiap 20 hari sekali harus menjalani transfusi darah. Atas anjuran bagian Obgyn (obstetri dan ginekologi) RSMH mereka datang ke Klinik Genetika FK Unsri untuk konsultasi karena ingin mempunyai anak lagi yang diharapkan tidak menderita thalasemia.

Di klinik Genetika, dilakukan pengambilan darah vena Ny. Dina dan Tn. Sahid serta darah vena Nina. Hasil pemeriksaan mikroskopik dan DNA didapatkan:

1. Ny. Dina

- Morfologi RBC: hipokrom mikrositik, anisopoikilositosis, cukup sering ditemukan Sel Target, tear drops dan sferosit.

- Analisis DNA: heterozigot HbE yaitu mutasi Gen Globin Beta Kodon 26 dari GAG (glutamat) menjadi AAG (lisin).

2. Tn. Sahid

- Morfologi RBC: sangat anisopoikilositosis, cukup sering ditemukan Sel Target, tear drops dan ovalocytosis dan stomatocyte.

- Analisis DNA: heterozigot mutasi Gen Globin Beta Kodon 41-42 berupa delesi TTCT dan heterozigot mutasi Southeast Asian Ovalocytosis berupa delesi 27 bp gen AE-1.

3. Nina

- Morfologi RBC: sebagian hipokrom mikrositik, anisopoikilositosis, cukup sering ditemukan Sel Target dan stomatocytes.

- Analisis DNA: Heterozigot HbE yaitu mutasi Gen Globin Beta Kodon 26 dari GAG (glutamat) menjadi AAG (lisin) dan Heterozigot mutasi Gen Globin Beta Kodon 41-42 berupa delesi TTCT.

Page 2: SKENARIO A

I. KLARIFIKASI ISTILAH.

Talasemia : penyakit yang diturunkan secara autosomal resesif karena berkurangnya salah satu dari rantai asam amino yang membentuk Hb.

Hemoglobin : pigmen pembawa oksigen eritrosit dibentuk oleh parasit yang berkembang dalam sum-sum tulang.

Klinik genetika : tempat pemeriksaan penyakit genetika.

Transfuse darah : pemasukan darah lengkap(komponen darah secara langsungke dalam aliran darah)

Pemeriksaan mikroskopik :pengamatan dengan menggunakan mikroskop.

Pemeriksaan fisik : proses untuk menguji struktur atau bentuk fisik.

Morfologi RBC : Bentuk sel darah merah.

Anisopoikilositosis : Eritrosit yang ukurannya berbda-beda dan bentuknya abnormal dalam darah .

Sel target : eritrosit abnormal yang menampakan suatu mikrositik (kecil), Pylocitic ( lonjong) dan banyak menggumpal.

Hipokrom mikrositik : eritrosit pucat yang kecil secara abnormal berdiameter 5 mikron atau lebih.

Anamnesis : sejarah masa lalu mengenai pasien dan masa lalunya.

Pemeriksaan darah tepi : proses untuk menguji struktur atau permukaan darah di luar sentral.

Analisis DNA : menunjukkan adanya kondisi kelainan pada Hb karena terjadinya mutasi pada gen globin beta kodon 26. Ini menunjukkan bahwa Ny. D menderita penyakit heterozigot Hb E, jadi bila terdapat symptom hanya akan menunjukkan symptom yang ringan saja

Tear drops : menunjukkan adanya tanda-tanda menderita Thalasemia

Ovalocytosis : eritrosit abnormal yang berbentuk lonjong atau elips (ellipsitosis)

Page 3: SKENARIO A

Stomatocyte : eritrosit abnormal dengan daerah bercelah atau seperti mulut, menggantikan lingkaran pucat yang normal, biasanya akibat edema

Gen globin beta kodon : gen yang mengatur pembentukan hemoglobin pada sel darah merah dalam tubuh manusia.

II. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Ny Dina dan tuan Sahid berasal dari suku melayu memiliki seorang anak yang menderita thalasemia.

2. Setiap 20 hari sekali Nina harus menjalani transfuse darah.

3. diagnosis thalasemia berdasarkan anamnesis pemeriksaan fisik , pemeriksaan darah tepid an analisis hemoglobin .

4. Ny Dina dan tuan Sahid berkonsultasi ke klinik genetic karena ingin mempunyai anak lagi dan diharapkan tidak menderita thalasemia.

5. di klinik genetika , dilakukan pengambilan darah vena ny Dina, tuan Sahid , dan Nina untuk mendapatkan hasil mikroskopik (morfologi RBC) dan analisis DNA.

III. ANALISIS

1. a. Apa yang dimaksud dengan thalasemia?

Jawab : Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang ditandai dengan kondisi sel

darah merah mudah rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal (120

hari). Akibatnya penderita thalasemia akan mengalami gejala anemia

diantaranya pusing, muka pucat, badan sering lemas, sukar tidur, nafsu makan

hilang, dan infeksi berulang. Thalasemia terjadi akibat ketidakmampuan

sumsum tulang membentuk protein yang dibutuhkan untuk memproduksi

hemoglobin sebagaimanamestinya. Hemoglobin merupakan protein kaya zat

besi yang berada di dalam sel darah merah dan berfungsi sangat penting untuk

mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh yang

Page 4: SKENARIO A

membutuhkannya sebagai energi. Apabila produksi hemoglobin berkurang atau

tidak ada, maka pasokan energi yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi

tubuh tidak dapat terpenuhi, sehingga fungsi tubuh pun terganggu dan tidak

mampu lagi menjalankan aktivitasnya secara normal.Thalasemia adalah

sekelompok penyakit keturunan yang merupakan akibat dari ketidakseimbangan

pembuatan salah satu dari keempat rantai asam amino yang membentuk

hemoglobin. Thalasemia adalah penyakit yang sifatnya diturunkan. Penyakit ini,

merupakan penyakit kelainan pembentukan sel darah merah.

b. Bagaimanakah hubungan thalasemia dengan suku Melayu?

Jawaban : Thalassemia beta mempunyai distribusi yang luas di dunia ini.

Sering ditemukan di daerah sekitar Mediterania dan beberapa

bagian dari Timur Tengah, India, Pakistan dan Asia Tenggara di

daerah daerah ini frekuensi pembawa gen thalassemia bervariasi

antara 2 dan 30%

2. a. Apa saja yang ditanyakan kepada penderita thalasemia?

Jawaban:

- Identitas ( nama, usia, jenis kelamin, suku bangsa )

- Keluhan Utama

- Riwayat kesehatan sekarang

- Riwayat kesehatan masa lalu

- Riwayat kesehatan keluarga

- Riwayat pertumbuhan

- Riwayat penyakit yang pernah diderita

b. Apa saja yang dilakukan pada saat pemeriksaan fisik?

Jawaban :

1.Melihat apakah pasien pucat

Page 5: SKENARIO A

Warna merah dari darah manusia disebabkan oleh hemoglobin yang terdapat di dalam darah merah. Hemoglobin terdiri atas zat besi dan protein yang dibentuk oleh rantai globin alfa dan rantai globin beta. Pada penderita thalassemia beta, produksi rantai globin beta tidak ada atau berkurang. Sehingga hemoglobin yang dibentuk berkurang. Selain itu berkurangnya produksi rantai globin beta mengakibatkan rantai globin alfa relatif berlebihan dan akan saling mengikat membentuk suatu benda yang menyebabkan sel darah merah mudah rusak. Berkurangnya produksi hemoglobin dan mudah rusaknya sel darah merah mengakibatkan penderita menjadi pucat atau anemia atau kadar Hbnya rendah.

2. adanya pembesaran limfa

Limpa berfungsi membersihkan sel darah yang sudah rusak. Selain itu limpa juga berfungsi membentuk sel darah pada masa janin. Pada penderita thalassemia, sel darah merah yang rusak sangat berlebihan sehingga kerja limpa sangat berat. Akibatnya limpa menjadi membengkak. Selain itu tugas limpa lebih diperberat untuk memproduksi sel darah merah lebih banyak.

3. Adanya perubahan bentuk tulang muka

Sumsum tulang pipih adalah tempat memproduksi sel darah. Tulang muka adalah salah satu tulang pipih, Pada thalassemia karena tubuh selalu kekurangan darah, maka pabrik sel darah daiam hal ini sumsum tulang pipih akan berusaha memproduksi sel darah merah sebanyak-banyaknya. Karena pekerjaannya yang meningkat maka sumsum tulang ini akan membesar, pada tulang muka pembesaran ini dapat dilihat dengan jelas dengan adanya penonjolan dahi, jarak antara kedua mata menjadi jauh, tulang pipi menonjol.

4. perut buncit karena hepatomegali dan splenomegali

keduanya terjadi akibat penumpukan Fe karena bekerja terlalu keras dalam membersihkan sel darah yang rusak.

5. jantung berdebar-debar (bekerja terlalu keras), gagal jantung (disebabkan penumpukan Fe di otot jantung)

Page 6: SKENARIO A

6. pada anak penderita thalasemia akan tumbuh lebih lambat dan mencapai masa pubertas lebih lambat dibandingkan anak lainnya yang normal. Karena penyerapan zat besi yang meningkat.

c. Apa saja yang ditemukan pada saat pemeriksaan darah tepi pada penderita thalasemia?

Jawaban:

- Anysositosis (ukuran RBC banyak variasi)

- Poikylositosis (bentuk RBC banyak variasi)

- Hipokrom ( RBC tampak lebih pucat)

- Target cell (RBC daerah sentral lebih terang)

d. Apa yang ditemukan pada analisis hemoglobin?

Jawaban:

analisis hemoglobin berguna untuk mendiagnosis dan menentukan jenis thalassemia. Pemeriksaan analisis Hb ini juga dapat memberikan kesimpulan apakah seseorang menderita thalassemia atau tidak namun itu harus disesuaikan dengan nilai MCV dan MCH. Pada penderita thalassemia, nilai MCV < 80 Fl dan MCH < 26 pg. pada Hb nya terdapat HbA2 sekitar > 3,5 % dari Hb total dan HbF = 20-90%

3. a. Mengapa penderita thalasemia harus menjalani transfuse darah?

Jawab:

Penyebab anemia pada thalassemia bersifat primer dan sekunder. Primer adalah berkurangnya sintesis HbA dan eritropoesis yang tidak efektif disertai penghancuran sel-sel eritrosit intramedular. Sedangkan yang sekunder ialah karena defisiensi asam folat, bertambahnya volume plasma intravaskular yang mengakibatkan hemodilusi, dan destruksi eritrosit oleh sistem retikuloendotelial dalam limpa dan hati.

Penelitian biomolekular menunjukkan adanya mutasi DNA pada gen sehingga produksi rantai alfa atau beta dari hemoglobin berkurang.Terjadinya hemosiderosis merupakan hasil kombinasi antara transfusi berulang, peningkatan absorbsi besi dalam usus karena eritropoesis yang tidak efektif, anemia kronis, serta proses hemolisis.

Page 7: SKENARIO A

ATAU

Karena pada penderita thalassemia terjadi perubahan atau mutasi gen, yaitu pembawa kode genetic untuk pembuatan hemoglobin. Akibatnya kualitas sel darah merah tidak baik dan tidak dapat bertahan hidup lama. Tidak bias bertahan sepanjang hidup sel darah merah normal. Sehingga harus mendapat transfusi darah seumur hidup untuk mengatasi anemia mempertahankan kadar hemoglobin 9-10%.

b. Mengapa setiap 20 hari sekali , nina harus menjalani transfuse darah?

Jawaban:

Thalasemia adalah salah satu epidemi kelainan darah, dikarenakan Sumsum belakang si pasien tidak bisa memproduksi Darah Merah (Hemoglobin) . Kekurangan darah merah (HB/Hemoglobin) pada penderita thalasemia akan meneyebabkan anemia berat /pusing/lemas dan bisa berakibat kematian. Karena Hemoglobin tidak bisa di produksi Sumsum tulang belakang maka harus dimasukan ke tubuh pasien melalui tranfusi darah 20-30 hari sekali (sebulan sekali), untuk rata-rata penderita thalasemi Mayor karena pada penderita thalassemia mayor, tubuh pasien tidak bias memproduksi rantai globin beta sama sekali untuk membuat hemoglobin.

4. a. Mengapa ny Nina dan tuan Sahid di klinik genetika?

Jawaban :

Ny. Dina dan tn. Sahid melakukan konsultasi diklinik genetika, karena ny. Dina dan tn. Sahid ingin memiliki keturunan lagi yang normal.

Genetika klinik memiliki peranan untuk menangani masalah penyakit genetika termasuk kelainan bawaan. Bidang yang termasuk genetika klinik :

1. diagnosis prenatal

Diagnosis prenatal melalui beberapa tahap. Tahap pertama adalah pemeriksaan ibu janin yang meliputi pemeriksaan darah tepi lengkap dan analisis hemoglobin. Bila ibu dinyatakan pembawa sifat thalassemia beta maka pemeriksaan dilanjutkan ke tahap kedua yaitu suami diperiksa darah tepi lengkap dan analisis hemoglobin. Bila suami juga membawa sifat thalassemia maka suami-isteri ini diperiksa DNAnya

Page 8: SKENARIO A

untuk menentukan jenis kelainann pada gen globin beta. Selanjutnya diambil jaringan janin (villi choriales atau jaringan ari-ari) pada saat janin berumur 10-12 minggu untuk diperiksa DNAnya. Bila janin ternyata hanya mebawa satu belah gen globin beta yang mengalami kelainan (gen thalassemia beta) atau sama sekali tidak membawa gen thalassemia beta maka kehamilan dapat diteruskan dengan aman. Tetapi bila janin ternyata membawa kedua belah gen thalassemia yang artinya janin akan menderita thalassemia beta maka penghentian kehamilan dapat menjadi pilihan.

2. diagnosis post natal

Diagnosis post natal disebut uji tapis pada bayi baru lahir dilakukan pada penyakit-penyakit tertentu yang sulit didiagnosis karena asymptomatis tetapi dapat disembuhkan bila dilakukan deteksi dini.

3. diagnostik presimptomatik

- Anamnesis dan pemeriksaan fisik

- riwayat keluarga = pedigree

4. konseling genetika

Merupakan suatu bentuk konsultasi yang diberikan oleh orang yang memiliki kompetensi dibidang genetika kepada orang lain yang membutuhkan informasi genetika. Konseling genetika meliputi :

- informasi tentang diagnosis, prognosis, dan perawatan

- informasi tentang genetik dan kemungkinan resiko

- informasi tentang pilihan untuk masalah kemungkinan resiko

- menentukan untuk menentukan pilihan tindak lanjutan

Page 9: SKENARIO A

- membantu untuk penyesuaian terhadap adanya kelainan genetik

b. Seberapa besar kemungkinan ny Dina dan tuan Sahid mempunyai anak normal?

Jawaban:

Setiap sifat dan fungsi fisik pada tubuh kita dikontrol oleh gen, yang

bekerja sejak masa embrio. Gen terdapat di dalam setiap sel tubuh kita.

Setiap gen selalu berpasangan. Satu belah gen berasal dari ibu, dan yang

lainnya dari ayah. Diantara banyak gen dalam tubuh kita, terdapat

sepasang gen yang mengontrol pembentukan hemoglobin pada setiap

sel darah merah. Gen tersebut dinamakan gen globin.

Gen-gen tersebut terdapat di dalam kromosom.Penyakit thalassemia

diturunkan melalui gen yang disebut sebagai gen globin beta yang

terletak pada kromosom 11. Pada manusia kromosom selalu ditemukan

berpasangan. Gen globin beta ini yang mengatur pembentukan salah

satu komponen pembentuk hemoglobin. Bila hanya sebelah gen globin

beta yang mengalami kelainan disebut pembawa sifat thalassemia-beta.

Seorang pembawa sifat thalassemia tampak normal/sehat, sebab masih

mempunyai 1 belah gen dalam keadaan normal (dapat berfungsi dengan

baik). Seorang pembawa sifat thalassemia jarang memerlukan

pengobatan. Bila kelainan gen globin terjadi pada kedua kromosom,

dinamakan penderita thalassemia (Homosigot/Mayor). Kedua belah gen

yang sakit tersebut berasal dari kedua orang tua yang masing-masing

membawa sifat thalassemia.

Th : Gen Thalasemia

th : Gen normal

ThTh : thalasemia mayor

Thth : thalasemia minor

Thth : normal

Page 10: SKENARIO A

Tn Sahid (Thth) >< Ny Dina (Thth)

G : Th Th

th th

ThTh : Thth : Thth : thth

25% : 50% : 25%

5. a. Bagaimana mekanisme terjadinya mutasi gen globin β?

Jawaban :

mekanisme mutasi gen globin beta

Mutasi adalah perubahan yang terjadi pada bahan genetik (DNA maupun RNA), baik pada taraf urutan gen (disebut mutasi titik) maupun pada taraf kromosom. Mutasi gen globin beta adalah bentuk perubahan kodon pada gen globin beta yang mengakibatkan berubahnya urutan asam amino yang akan disandikan. Mutasi delesi adalah penghilangan/pengurangan kodon/salah satu basa nuklieotida pada urutan kromosom yang mengalami mutasi.

Penyakit thalasemia mengalami keabnormalan pada kromosom 11 dimana kromosom11 memiliki 146 asam amino. Pada skenario, ny. Dina mengalami mutasi gen globin beta kodon 26 dari GAG (glutamat) menjadi AAG (lisin). Hal ini menunjukkan bahwa secara normal kodon yang digunakan untuk menyandi asam amino adalah GAG (glutamat), sedangkan dengan terjadinya mutasi pada gen globin beta kodon 26 dari GAG (glutamat) berubah menjadi AAG (lisin) sehingga jelas mengakibatkan perubahan sandi asam amino yang seharusnya GAG (glutamat) justru menjadi AAG (lisin).

Contoh : mutasi gen globin beta kodon 26

Sense : CTC tidak terjadinya mutas

mRNA : GAG (glutamat)

sense : CTC terjadinya mutasi transversi, sehingga mengakibatkan perubahan penyandian asam amino

Page 11: SKENARIO A

mRNA : AAG (lisin)

Pada tn. Sahid mengalami mutasi gen globin beta kodon 41- 42 berupa delesi TTCT yang juga dapat mengakibatkan perubahan penyandian kodon menjadi asam amino. dan mutasi southeast asian ovalocytosis berupa delesi 27 bp gen AE-1

Contoh: mutasi gen globin beta kodon 41-42 (delesi TTCT)

Arginin serin leusin sistein

CGC AGT CTT TGT T… CGC AGT GTT …

Mengalami delesi arginin serin valin

b. Bagaimana mekanisme pemeriksaan DNA ?

jawaban :

- Isolasi DNA kromosom.

Prinsipnya adalah memisahkan DNA kromosom atau DNA genom dari komponen-komponen sel lain. Sumber DNA bisa dari tanaman, kultur mikroorganise, atau sel manusia. Membran sel dilisis dengan menambahkan detergen untuk membebaskan isinya, kemudian pada ekstrak sel tersebut ditambahkan protease (yang berfungsi mendegradasi protein) dan RNase (yang berfungsi untuk mendegradasi RNA), sehingga yang tinggal adalah DNA. Selanjutnya ekstrak tersebut dipanaskan sampai suhu 90 oC untuk menginaktifasi enzim yang mendegradasi DNA (DNase). Larutan DNA kemudian di presipitasi dengan etanol dan bisa dilarutkan lagi dengan air.

- Isolasi DNA plasmid

DNA plasmid merupakan wadah yang digunakan untuk kloning gen, sehingga DNA plasmid harus di pisahkan dari DNA kromosom. DNA plasmid mempunyai ukuran yang jauh lebih kecil daripada DNA kromosom. Untuk memisahkan DNA plasmid, maka memerlukan perlakuan yang sedikit berbeda dengan prosedur di atas. Pertama, membran sel dilisis dengan penambahan detergen. Proses ini membebaskan DNA kromosom, DNA plasmid, RNA, protein dan komponen lain. DNA kromosom dan protein diendapkan dengan penambahan potasium. DNA + protein + potasium yang mengendap dipisahkan dengan cara sentrifugasi. Supernatan yang mengandung DNA plasmid, RNA dan

Page 12: SKENARIO A

protein yang tersisa dipisahkan. Kemudian ditambahkan RNase dan protease untuk mendegradasi RNA dan protein. Akhirnya DNA plasmid dapat dipresipitasi menggunakan etanol.

c. Apa maksud hasil pemeriksaan mikroskopik ( morfologi RBC) dan DNA?

Jawaban:

Gambaran morfologi eritrosit : mikrositik hipokromik, sel target, anisositosis

berat dengan makroovalositosis, mikrosferosit, polikromasi, basophilic

stippling, benda Howell-Jolly, poikilositosis dan sel target.

Sedimen Darah Tepi dari Penderita Thalassemia Trait dan Orang Normal

Variasi bentuk eritrosit (sel darah merah) pada sedimen darah tepi

dilihat dengan mikroskop dari penderita thalassemia: a = hipokrom,

b = teardrop, c = target cell, d = basophilic stipling dengan pewarnaan giemsa

Page 13: SKENARIO A

Bentuk eritrosit (sel darah merah) pada orang normal dengan pewarnaan giemsa

IV. kerangka konsep

Perkawinan sesama carrier

Mutasi gen (orang tua Nina )

(Ny. Dina) mutasi gen globin beta kodon 26

(Tuan Sahid ) mutasi gen globin beta kodon 41-42 delesi TTCT

Rekombinasi gen pada Nina

Keabnormalan hemoglobin rantai β

RBC rusak

1. ketidak efektifan erithropoiesis

2. hemolysis

Thalasemia β mayor

Hipokrom mikrositik

Tear drops

Sel target

Page 14: SKENARIO A

V. HIPOTESIS

Nina berusia 5 tahun menderita thalasemia

Orang tua Nina mempunyai kemungkinan 25% untuk mendapatkan anak normal.

VI. SINTESIS

THALASEMIAA. DEFINISI

Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang ditandai dengan kondisi sel darah merah mudah rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal (120 hari). Akibatnya penderita thalasemia akan mengalami gejala anemia diantaranya pusing, muka pucat, badan sering lemas, sukar tidur, nafsu makan hilang, dan infeksi berulang. Thalasemia terjadi akibat ketidakmampuan sumsum tulang membentuk protein yang dibutuhkan untuk memproduksi hemoglobin sebagaimana mestinya. Thalasemia adalah sekelompok penyakit keturunan yang merupakan akibat dari ketidakseimbangan pembuatan salah satu dari keempat rantai asam amino yang membentuk hemoglobin. Thalasemia adalah penyakit yang sifatnya diturunkan. Penyakit ini, merupakan penyakit kelainan pembentukan sel darah merah.

Hemoglobin merupakan protein kaya zat besi yang berada di dalam sel darah merah dan berfungsi sangat penting untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh yang membutuhkannya sebagai energi. Apabila produksi hemoglobin berkurang atau tidak ada, maka pasokan energi yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi tubuh tidak dapat terpenuhi, sehingga fungsi tubuh pun terganggu dan tidak mampu lagi menjalankan aktivitasnya secara normal. Hemoglobin adalah suatu zat di dalam sel darah merah yang berfungsi mengangkut zat asam dari paru-paru ke seluruh tubuh, selain itu yang memberikan warna merah sel darah merah. Hemoglobin terdiri dari 4 molekul zat besi (heme), 2 molekul rantai globin alpha dan 2 molekul rantai globin beta. Rantai globin alpha dan beta adalah protein yang produksinya disandi oleh gen globin alpha dan beta. Hemoglobin terdiri dari 4 rantai asam amino (2 rantai amino alpha dan 2

Page 15: SKENARIO A

rantai amino beta) yang bekerja bersama-sama untuk mengikat dan mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Rantai asam amino inilah yang gagal dibentuk sehingga menyebabkan timbulnya thalassemia.

Pada masuia dewasa hemoglobin terdiri dari Hb A (mayor) yang terdiri dari α2β2 dan Hb A2 (minor) yang terdiri dari α2δ2. Pada bayi dan embrio terdapat bentuk hemoglobin lain yaitu Hb F (α2γ2) dan hemoglobin embrional : Hb Gowers 1 (ζ2ε2), Hb Gowers 2 (α2ε2), dan Hb Portland (ζ2γ2). Hemoglobin abnormal antara lain Hb H (β4) dan Hb Bart’s (γ4) (Suryohudoyo. 2007). Sedangkan globin tersusun atas α helix (terdiri atas 141 asam amino) dan β sheets (terdiri atas 146 asam amino) (Medicastore). α helix (kelompok α) terdiri dari rantai alfa dan rantai zeta. Terletak pada kromosom 16. β sheets (kelompok β) terdiri dari rantai beta, gamma, delta, dan epsilon. Terletak pada kromosom 11.

B. PENYEBABKetidakseimbangan dalam rantai protein globin alfa dan beta, yang diperlukan

dalam pembentukan hemoglobin, disebabkan oleh sebuah gen cacat yang diturunkan. Untuk menderita penyakit ini, seseorang harus memiliki 2 gen dari kedua orang tuanya. Jika hanya 1 gen yang diturunkan, maka orang tersebut hanya menjadi pembawa tetapi tidak menunjukkan gejala-gejala dari penyakit ini.Thalasemia digolongkan bedasarkan rantai asam amino yang terkena 2jenis yang utama adalah :

1. Alfa – Thalasemia (melibatkan rantai alfa)

Page 16: SKENARIO A

Alfa – Thalasemia paling sering ditemukan pada orang kulit hitam (25% minimal membawa 1 gen).

Thalassemia alpha dibagi menjadi :

•    Silent Carrier State (gangguan pada 1 rantai globin alpha). Pada keadaan ini mungkin tidak timbul gejala sama sekali pada penderita, atau hanya terjadi sedikit kelainan berupa sel darah merah yang tampak lebih pucat (hipokrom).

•    Alpha Thalassemia Trait (gangguan pada 2 rantai globin alpha). Penderita mungkin hanya mengalami anemia kronis yang ringan dengan sel darah merah yang tampak pucat (hipokrom) dan lebih kecil dari normal (mikrositer).

•    Hb H Disease (gangguan pada 3 rantai globin alpha). Gambaran klinis penderita dapat bervariasi dari tidak ada gejala sama sekali, hingga anemia yang berat yang disertai dengan perbesaran limpa (splenomegali).

•    Alpha Thalassemia Major (gangguan pada 4 rantai globin alpha). Thalassemia tipe ini merupakan kondisi yang paling berbahaya pada thalassemia tipe alpha. Pada kondisi ini tidak ada rantai globin yang dibentuk sehingga tidak ada HbA atau HbF yang diproduksi. Biasanya fetus yang menderita alpha thalassemia mayor mengalami anemia pada awal kehamilan, membengkak karena kelebihan cairan (hydrops fetalis), perbesaran hati dan limpa. Fetus yang menderita kelainan ini biasanya mengalami keguguran atau meninggal tidak lama setelah dilahirkan.

2. Beta – Thalasemia (melibatkan rantai beta)Beta – Thalasemia pada orang di daerah Mediterania dan Asia Tenggara.

Thalassemia beta dibagi menjadi :

•    Beta Thalassemia Trait. Pada jenis ini penderita memiliki satu gen normal dan satu gen yang bermutasi. Penderita mungkin mengalami anemia ringan yang ditandai dengan sel darah merah yang mengecil (mikrositer).

•    Thalassemia Intermedia. Pada kondisi ini kedua gen mengalami mutasi tetapi masih

Page 17: SKENARIO A

bisa memproduksi sedikit rantai beta globin. Penderita biasanya mengalami anemia yang derajatnya tergantung dari derajat mutasi gen yang terjadi.

•    Thalassemia Major (Cooley’s Anemia). Pada kondisi ini kedua gen mengalami mutasi sehingga tidak dapat memproduksi rantai beta globin. Biasanya gejala muncul pada bayi ketika berumur 3 bulan berupa anemia yang berat.  

Berbeda dengan thalassemia minor (thalassemia trait/bawaan), penderita thalassemia mayor tidak dapat membentuk haemoglobin yang cukup di dalam darah mereka, sehingga hampir tidak ada oksigen yang dapat disalurkan ke seluruh tubuh, yang lama-lama akan menyebabkan asfiksia jaringan (kekurangan O2), edema, gagal jantung kongestif, maupun kematian. Oleh karena itu, penderita thalassemia mayor memerlukan transfusi darah yang sering dan perawatan medis demi kelangsungan hidupnya.

  

Secara umum, terdapat 2 (dua) jenis thalasemia yaitu :1. Thalasemia Mayor, karena sifat sifat gen dominan. Thalasemia mayor merupakan penyakit yang ditandai

dengan kurangnya kadar hemoglobin dalam darah. Akibatnya, penderita kekurangan darah merah yang bisa menyebabkan anemia. Dampak lebih lanjut, sel-sel darah merahnya jadi cepat rusak dan umurnya pun sangat pendek, hingga yang bersangkutan memerlukan transfusi darah untuk memperpanjang hidupnya.

Penderita thalasemia mayor akan tampak normal saat lahir, namun di usia 3-18 bulan akan mulai terlihat adanya gejala anemia. Selain itu, juga bisa muncul gejala lain seperti jantung berdetak lebih kencang dan facies cooley. Faies cooley adalah ciri khas thalasemia mayor, yakni batang hidung masuk ke dalam dan tulang pipi menonjol akibat sumsum tulang yang bekerja terlalu keras untuk mengatasi kekurangan hemoglobin.

Page 18: SKENARIO A

Penderita thalasemia mayor akan tampak memerlukan perhatian lebih khusus. Pada umumnya, penderita thalasemia mayor harus menjalani transfusi darah dan pengobatan seumur hidup. Tanpa perawatan yang baik, hidup penderita thalasemia mayor hanya dapat bertahan sekitar 1-8 bulan. Seberapa sering transfusi darah ini harus dilakukan lagi-lagi tergantung dari berat ringannya penyakit. Yang pasti, semakin berat penyakitnya, kian sering pula si penderita harus menjalani transfusi darah.

2. Thalasemia Minor, si individu hanya membawa gen penyakit thalasemia, namun individu hidup normal, tanda-tanda penyakit thalasemia tidak muncul. Walau thalasemia minor tak bermasalah, namun bila ia menikah dengan thalasemia minor juga akan terjadi masalah. Kemungkinan 25% anak mereka menerita thalasemia mayor. Pada garis keturunan pasangan ini akan muncul penyakit thalasemia mayor dengan berbagai ragam keluhan. Seperti anak menjadi anemia, lemas, loyo dan sering mengalami pendarahan.

Thalasemia minor sudah ada sejak lahir dan akan tetap ada di sepanjang hidup penderitanya, tapi tidak memerlukan transfusi darah di sepanjang hidupnya.

C. GEJALA

Thalassemia bukan penyakit menular melainkan penyakit yang diturunkan secara genetik dan resesif. Penyakit ini diturunkan melalui gen yang disebut sebagai gen globin beta yang terletak pada kromosom 11. Pada manusia kromosom selalu ditemukan berpasangan. Gen globin beta ini yang mengatur pembentukan salah satu komponen pembentuk hemoglobin. Bila hanya sebelah gen globin beta yang mengalami kelainan disebut pembawa sifat thalassemia-beta. Seorang pembawa sifat thalassemia tampak normal/sehat, sebab masih mempunyai 1 belah gen dalam keadaan normal (dapat berfungsi dengan baik). Seorang pembawa sifat thalassemia jarang memerlukan pengobatan. Bila kelainan gen globin terjadi pada kedua kromosom, dinamakan penderita thalassemia (Homozigot/Mayor). Kedua belah gen yang sakit tersebut berasal dari kedua orang tua yang masing-masing membawa sifat thalassemia. Pada proses pembuahan, anak hanya mendapat sebelah gen globin beta dari ibunya dan sebelah lagi dari ayahnya. Bila kedua orang tuanya masing-masing pembawa sifat thalassemia maka pada setiap pembuahan akan terdapat beberapa kemungkinan. Kemungkinan pertama si anak mendapatkan gen globin beta yang berubah (gen thalassemia) dari bapak dan ibunya maka anak akan menderita thalassemia. Sedangkan bila anak hanya mendapat sebelah gen thalassemia dari ibu atau ayah maka anak hanya membawa penyakit ini. Kemungkinan lain adalah anak mendapatkan gen globin beta normal dari kedua orang tuanya.

 Mekanisme penurunan penyakit thalassemia :

Page 19: SKENARIO A

Jika kedua orang tua tidak menderita Thalassemia trait/bawaan, maka tidak mungkin mereka menurunkan Thalassemia trait/bawaan atau Thalassemia mayor kepada anak-anak meraka. Semua anak-anak mereka akan mempunyai darah yang normal.

    Apabila salah seorang dari orang tua

menderita Thalassemia trait/bawaan, sedangkan yang lainnya tidak maka satu dibanding dua (50%) kemungkinannya bahwa setiap anak-anak mereka akan menderita Thalassemia trait/bawaan, tetapi tidak seseorang diantara anak-anak mereka Thalassemia mayor.

    

Dari skema diatas dapat dilihat bahwa kemungkinan anak dari pasangan pembawa sifat thalassemia beta adalah 25% normal, 50% pembawa sifat thalassemia beta, dan 25% thalassemia beta mayor (anemia berat).

Semua thalasemia memiliki gejala yang mirip, tetapi beratnya bervariasi. Sebagian besar penderita mengalami anemia yang ringan. Pada bentuk yang lebih berat, misalnya beta-thalasemia mayor, bisa terjadi sakit kuning (jaundice), luka terbuka di kulit (ulkus, borok), batu empedu dan pembesaran limpa. Sumsum tulang yang terlalu aktif bisa menyebabkan penebalan dan pembesaran tulang, terutama tulang kepala dan wajah.

Page 20: SKENARIO A

Tulang-tulang panjang menjadi lemah dan mudah patah. Anak-anak yang menderita thalasemia akan tumbuh lebih lambat dan mencapai masa pubertas lebih lambat dibandingkan anak lainnya yang normal. Karena penyerapan zat besi meningkat dan seringnya menjalani transfusi, maka kelebihan zat besi bisa terkumpul dan mengendap dalam otot jantung, yang pada akhirnya bisa menyebabkan gagal jantung.

Gejala-gejala thalassemia antara lain pucat (dikarenakan kekurangan hemoglobin yang menyebabkan kurangnya eritrosit), perut buncit karena hepatomegali dan splenomegali (keduanya akibat terjadinya penumpukan Fe karena bekerja terlalu keras dalam membersihkan sel darah yang rusak), deformitas tulang muka, jantung berdebar-debar (bekerja terlalu keras), urin keruh, anemia, kehitaman pada kulit (akibat dari meningkatnya produksi Fe), ikhterus (akibat dari produksi bilirubin yang meningkat), retardasi pertumbuhan dan penuaan dini, gagal jantung (disebabkan penumpukan Fe di otot jantung), dan penyakit kuning.

Oleh karena itu, untuk memastikan seseorang mengalami thalasemia atau tidak, dilakukan dengan pemeriksaan darah. Gejala thalasemia dapat dilihat pada banyak usia 3 bulan hingga 18 bulan. Bila tidak dirawat dengan baik, anak-anak penderita thalasemia mayor ini hidup hingga 8 tahun saja. Satu-satunya perawatan dengan tranfusi darah seumur hidup. Jika tidak diberikan tranfusi darah, penderita akan lemas, lalu meninggal.

D. DIAGNOSA

Thalasemia lebih sulit didiagnosis dibandingkan penyakit hemoglobin lainnya. Hitung jenis darah komplit menunjukkan adanya anemia dan rendahnya MCV (mean corpuscular volume). Elektroforesa bisa membantu, tetapi tidak pasti, terutama untuk

Page 21: SKENARIO A

alfathalasemia. Karena itu diagnosis biasanya berdasarkan kepada pola herediter dan pemeriksaan hemoglobin khusus.

Tes laboratorium untuk thalassemia meliputi : hematologi rutin (untuk mengetahui kadar Hb tidak normal (3-9 g/dL),ukuran sel darah (<8 )), gambaran darah perifer (mengetahui bentuk yang abnormal (serupa cakram tembak), warna (blackness), dan usia (<120 hari)), feritin test (mengetahui status Fe), analisis Hb (menentukan jenis thalassemia), foto rontgen cranial (melihat ada/tidaknya deformitas tulang pipih), full blood count (menghitung darah secara lengkap), sediaan darah apus (menghitung bentuk dan jumlah sel darah putih serta platelet), iron studies (membedakan anemia biasa atau thalassemia herediter), molecular diagnosis yang meilputi : PCR (menggandakkan gen globin), DNA sequencing (mengetahui urutan nukleotida), Southern Blotting (elektroforesis DNA mrnggunakan nitroselulosa), dot blotting (penetesan DNA, RNA, atau protein secara langsung pada membran penyangga), DGGE (Denaturating Gradient Gel Electrophoresis) yang prinsipnya pemeriksaan pembukaan heliks ganda yang terjadi pada kadar denaturan yang berbeda pada saat terjadi mutasi.

E. PENGOBATAN

Pada thalasemia yang berat diperlukan transfusi darah rutin dan pemberian tambahan asam folat. Penderita yang menjalani transfusi, harus menghindari tambahan zat besi dan obat-obat yang bersifat oksidatif (misalnya sulfonamid), karena zat besi yang berlebihan bisa menyebabkan keracunan. Efek samping transfusi darah adalah kelebihan zat besi dan terkena penyakit yang ditularkan melalui darah yang ditransfusikan. Setiap 250 ml darah yang ditransfusikan selalu membawa kira-kira 250 mg zat besi. Sedangkan kebutuhan normal manusia akan zat besi hanya 1-2 mg perhari. Pada penderita yang sudah sering mendapatkan transfusi kelebihan zat besi ini akan ditumpuk di jaringan-jaringan tubuh seperti hati, jantung, paru, otak, kulit dll. Penumpukan zat besi ini akan mengganggu fungsi organ tubuh tersebut dan bahkan dapat menyebabkan kematian akibat kegagalan fungsi jantung atau hati.

Pada bentuk yang sangat berat, mungkin diperlukan pencangkokan sumsum tulang. Terapi genetik masih dalam tahap penelitian.

F. PENCEGAHANPada keluarga dengan riwayat thalasemia perlu dilakukan penyuluhan genetik

untuk menentukan resiko memiliki anak yang menderita thalasemia. Pengidap thalasemia yang mendapat pengobatan secara baik dapat menjalankan hidup layaknya

Page 22: SKENARIO A

orang normal di tengah masyarakat. Sementara zat besi yang menumpuk di dalam tubuh bisa dikeluarkan dengan bantuan obat, melalui urine. Penyakit thalasemia dapat dideteksi sejak bayi masih di dalam kandungan, jika suami atau istri merupakan pembawa sifat (carrier) thalasemia, maka anak mereka memiliki kemungkinan sebesar 25 persen untuk menderita thalasemia. Karena itu, ketika sang istri mengandung, disarankan untuk melakukan tes darah di laboratorium untuk memastikan apakah janinnya mengidap thalasemia atau tidak.

Karena penyakit ini belum ada obatnya, maka pencegahan dini menjadi hal yang lebih penting dibanding pengobatan. Program pencegahan thalassemia terdiri dari beberapa strategi, yakni (1) penapisan (skrining) pembawa sifat thalassemia, (2) konsultasi genetik (genetic counseling), dan (3) diagnosis prenatal.

Skrining pembawa sifat dapat dilakukan secara prospektif dan retrospektif. Secara prospektif berarti mencari secara aktif pembawa sifat thalassemia langsung dari populasi diberbagai wilayah, sedangkan secara retrospektif ialah menemukan pembawa sifat melalui penelusuran keluarga penderita thalassemia (family study). Kepada pembawa sifat ini diberikan informasi dan nasehat-nasehat tentang keadaannya dan masa depannya. Suatu program pencegahan  yang baik untuk thalassemia seharusnya mencakup kedua pendekatan tersebut. Program yang optimal tidak selalu dapat dilaksanakan dengan baik terutama di negara-negara sedang berkembang, karena pendekatan prospektif memerlukan biaya yang tinggi. Atas dasar itu harus dibedakan antara usaha program pencegahan di negara berkembang dengan negara maju. Program pencegahan retrospektif akan lebih mudah dilaksanakan di negara berkembang daripada program prospektif.Konsultasi genetik meliputi skrining pasangan yang akan kawin atau sudah kawin tetapi belum hamil. Pada pasangan yang berisiko tinggi diberikan informasi dan nasehat tentang keadaannya dan kemungkinan bila mempunyai anak.

Diagnosis prenatal meliputi pendekatan retrospektif dan prospektif. Pendekatan retrospektif, berarti melakukan diagnosis prenatal pada pasangan yang telah mempunyai anak thalssemia, dan sekarang sementara hamil. Pendekatan prospektif ditujukan kepada pasangan yang berisiko tinggi yaitu mereka keduanya pembawa sifat dan sementara baru hamil. Diagnosis prenatal ini dilakukan pada masa kehamilan 8-10 minggu, dengan mengambil sampel darah dari villi khorialis (jaringan ari-ari) untuk keperluan analisis DNA.

Dalam rangka pencegahan penyakit thalassemia, ada beberapa masalah pokok yang

Page 23: SKENARIO A

harus disampaikan kepada masyarakat, ialah : (1) bahwa pembawa sifat thalassemia itu tidak merupakan masalah baginya; (2) bentuk thalassemia mayor mempunyai dampak mediko-sosial yang besar, penanganannya sangat mahal dan sering diakhiri kematian; (3) kelahiran bayi thalassemia dapat dihindarkan.

Karena penyakit ini menurun, maka kemungkinan penderitanya akan terus bertambah dari tahun ke tahunnya. Oleh karena itu, pemeriksaan kesehatan sebelum menikah sangat penting dilakukan untuk mencegah bertambahnya penderita thalassemia ini. Sebaiknya semua orang Indonesia dalam masa usia subur diperiksa kemungkinan membawa sifat thalassemia. Pemeriksaaan akan sangat dianjurkan bila terdapat riwayat : (1) ada saudara sedarah yang menderita thalassemia, (2) kadar hemoglobin relatif rendah antara 10-12 g/dl walaupun sudah minum obat penambah darah seperti zat besi, (3) ukuran sel darah merah lebih kecil dari normal walaupun keadaan Hb normal.

Mutasi Genetik

Mutasi adalah perubahan yang terjadi pada bahan genetik (DNA maupun RNA),

baik pada taraf urutan gen (disebut mutasi titik) maupun pada taraf kromosom. Mutasi

pada tingkat kromosomal biasanya disebut aberasi. Mutasi pada gen dapat mengarah

pada munculnya alel baru dan menjadi dasar bagi kalangan pendukung evolusi

mengenai munculnya variasi-variasi baru pada spesies. Perubahan pada sekuens basa

DNA akan menyebabkan perubahan pada protein yang dikode oleh gen.Contohnya, bila

gen yang mengkode suatu enzim mengalami mutasi, maka enzim yang dikode oleh gen

mutan tersebut akan menjadi inaktif atau berkurang keaktifannya akibat perubahan

sekuens asam amino. Namun mutasi dapat pula menjadi menguntungkan bila enzim

Page 24: SKENARIO A

yang berubah oleh gen mutan tersebut justru meningkat aktivitasnya dan

menguntungkan bagi sel.

Mayoritas merupakan mutasi tidak nyata atau mutasi netral (silent mutation).

Silent mutation merupakan perubahan sekuens basa yang tidak menyebabkan perubahan

aktivitas pada produk yang dikode oleh gen. Silent mutation umumnya muncul akibat

satu nukleotida diganti oleh nukleotida lain, terutama pada lokasi basa ketiga pada

triplet kodon mRNA. Bila perubahan satu basa nukleotida ini tidak mengubah asam

amino, maka fungsi dari protein tidak berubah. Bila asam amino yang dikode berubah,

fungsi protein dapat tidak terganggu bila asam amino yang berubah tersebut bukan

merupakan bagian vital dari protein, atau secara kimia sangat mirip dengan asam amino

aslinya.

TACAACGTCACCATT

Untai sense mRNA

AUGUUGCAGUGGUAA

Metionin-fenilalanin-glisin-triptofan

Silent Mutation

TACAAgTCACCATT

Untai sense mRNA

AUGUUcCAGUGGUAA

Metionin-fenilalanin-glisin-triptofan

1. Mutasi gen

Pasangan basa nitrogen pada DNA, antara timin dan adenine atau antara guanine

dan sitosin dihubungkan oleh ikatan hydrogen yang lemah. Atom-atom hydrogen

dapat berpindah dari satu posisi ke posisi lain pada purin atau pirimidin. Perubahan

kimia sedemikian disebut perubahan tautomer. Misalnya secara tidak normal,

adenine berpasangan dengan sitosin dan timin dengan guanine. Peristiwa perubahan

Page 25: SKENARIO A

genetic seperti ini disebut mutasi gen karena hanya terjadi di dalam gen. Mutasi gen

disebut juga dengan mutasi titik (point mutation). Mutasi gen dapat terjadi karena

substitusi basa N. Macam macam mutasi gen antara lain:

1. Mutasi tak bermakna (nonsense mutation) : tejadi perubahan kodon (triplet) dari kode

basa N asam amino tetapi tidak mengakibatkan kesalahan pembentukan protein,

misalnya UUU diganti UUS yang sama-sama kode dari fenilalamin.

2. Mutasi ganda tiga (triplet mutation) : terjadi karena adanya penambahan atau

pengurangan tiga basa secara bersama-sama.

3. Mutasi bingkai (frameshift mutation) : terjadi karena adanya penambahan sekaligus

pengurangan satu atau beberapa pasangan basa secara bersama-sama.

Mutasi titik (point mutation) merupakan mutasi yang melibatkan penggantian satu pasang basa (substitusi basa), di mana satu basa pada satu sekuens DNA diganti dengan basa yang berbeda. Bila DNA direplikasi maka hasilnya adalah substitusi pasangan basa.

Contoh mutasi titik

AGCGT GGCGT

TCGCA CCGCA

Mutasi ini dapat menyebabkan beberapa hal tergantung dari letak mutasinya pada

gen.Bila penggantian basa berlangsung di dalam gen yang mengkode protein, maka

mRNA yang ditranskripsi dari gen akan membawa basa yang salah. Bila mRNA

tersebut ditranslasi menjadi protein, maka kesalahan basa tersebut dapat menyebabkan

tidak terjadinya pembentukan protein, atau terbentuknya protein abnormal, atau

terbentuknya kodon nonsense (kodon STOP) yang menghentikan sintesis lengkap

protein fungsional, dikenal sebagai nonsense mutation.

Terbentuknya asam amino yang berbeda dari normal pada sintesis asam amino akibat

kesalahan basa pada mutasi titik disebut dengan missense mutation. Misalnya sickle-cell

Page 26: SKENARIO A

anemia (anemia sel sabit), merupakan penyakit akibat missense mutation tunggal pada

basa pengkode protein hemoglobin. Protein hemoglobin tersusun atas 147 asam amino.

Pada asam amino ke-6, adenine digantikan dengan timin. Perubahan ini menyebabkan

perubahan asam amino glutamate menjadi valin, sehingga mengubah bentuk molekul

hemoglobin pada kondisi kadar oksigen rendah, dan menyebabkan sel darah merah

menjadi berbentuk bulan sabit. Bentuk bulan sabit menyulitkan transport sel darah

merah melalui pembuluh darah kapiler.

Contoh missense mutation

TACAACGTCACCATT

Untai sense mRNA

AUGUUGCAGUGGUAA

Metionin-fenilalanin-glisin-triptofan

TACAACtTCACCATT

AUGUUGaAGUGGUAA

Metionin-fenilalanin-lisin- triptofan

Mutasi pasangan basa dapat juga menyebabkan perubahan pada DNA yang

disebut dengan frameshift mutation. Mutasi ini berupa delesi (pemotongan) atau insersi

(penyisipan) satu atau beberapa pasang nukleotida pada DNA dan menyebabkan

terjadinya pergeseran pembacaan kerangka sandi (reading frameshift), sehingga akan

menyebabkan perubahan asam amino. Contoh kasus frameshift mutation adalah

penyakit Huntungton (Huntungton disease), suatu penyakit saraf yang disebabkan oleh

adanya penyisipan basa tambahan pada DNA.

Mutasi penggantian (substitusi) basa dan mutasi frameshift dapat terjadi secara

spontan akibat kesalahan pada replikasi DNA. Mutasi spontan ini umumnya muncul

tanpa pengaruh dari bahan – bahan penyebab mutasi (bahan mutagenic atau mutagen)

seperti halnya senyawa kimia atau factor pengaruh radiasi.

Page 27: SKENARIO A

Jenis mutasi yang lain adalah mutasi supresor, mutasi yang dapat meniadakan

mutasi yang terjadi sebelumnya sehingga menjadi normal kembali. Mutasi ini disebut

juga mutasi balik (reversed mutation) dan menghasilkan revertan, yaitu gen yang

mengalami mutasi balik dan menjadi normal kembali. contoh mutasi gen adalah reaksi

asam nitrit dengan adenin menjadi zat hipoxanthine. Zat ini akan menempati tempat

adenin asli dan berpasangan dengan sitosin, bukan lagi dengan timin.

2. Mutasi Kromosom (Aberasi)

Istilah mutasi umumnya digunakan untuk perubahan gen, sedangkan perubahan

kromosom yang dapat diamati dikenal sebagai variasi kromosom atau mutasi

besar/gross mutation adalah perubahan jumlah kromosom dan susunan atau urutan

gen dalam kromosom. Mutasi kromosom sering terjadi karena kesalahan meiosis

dan sedikit dalam mitosis. Pada prinsipnya mutasi kromosom dibagi menjadi 2, yaitu

:

1. Mutasi kromosom terjadi karena perubahan jumlah kromosom

Mutasi kromosom yang terjadi karena perubahan jumlah kromosom (ploid)

melibatkan kehilangan atau penambahan perangkat kromosom (genom) disebut euploid,

sedang yang terjadi pada hanya pada salah satu kromosom dari genom disebut

aneuploid.

a. Euploid (Eu = benar; ploid = unit)

Makhluk hidup yang terjadi secara kawin, biasanya bersifat diploid,

memiliki 2 perangkat kromosom atau 2 genom pada sel somatisnya (2n

kromosom). Organisme yang kehilangan 1 set kromosomnya disebut

monoploid. Organisme monoploid memiliki satu genom atau satu perangkat

kromosom (n kromosom) dalam sel somatisnya. Sel kelamin (gamet), yaitu

sel telur (ovum) dan spermatozoa, masing-masing memiliki satu perangkat

kromosom. Satu genom (n kromosom) yang disebut haploid. Sedangkan

organism yang memiliki lebih dari dua genom disebut poliploid, misalnya

Page 28: SKENARIO A

triploid (3n kromosom), tetraploid (4n kromosom), heksaploid (6n

kromosom). Poliploid yang terjadi pada tumbuhan misalnya pada apel dan

tebu. Poliploid pada hewan misalnya Daphnia, Rana esculenta, dan ascaris.

Poliploid dibagi menjadi dua, yaitu otopoliploid, terjadi pada kromosom

homolog, misalnya semangka tak berbiji; dan alopoliploid, terjadi pada

kromosom non homolog, misalnya Rhaphanobrassica (akar sepeti kol, daun

mirip lobak).

b. Aneuploid (An = tidak; eu = benar; ploid = unit)

Aneupliodi adalah perubahan jumlah n-nya. Mutasi kromosom ini tidak

melibatkan seluruh genom yang berubah, melainkan hanya terjadi pada salah

satu kromosom dari genom. Biasa disebut juga dengan aneusomik. Macam-

macam aneusomik antara lain :

1. Monosomik (2n-1); mutasi karena kekurangan 1 kromosom

2. Nullisomik (2n-2); mutasi karena kekurangan 2 kromosom

3. Trisomik (2n+1); mutasi karena kelebihan 1 kromosom

4. Tetrasomik (2n+2); mutasi karena kelebihan 2 kromosom

Aneusomi pada manusia dapat menyebabkan:

1. Sindrom Turner, dengan kariotipe (22AA+X0). Jumlah kromosomnya 45 dan

kehilangan 1 kromosom kelamin. Penderita Sindrom Turner berjenis kelamin

wanita, namun ovumnya tidak berkembang (ovaricular disgenesis).

2. Sindrom Klinefelter, kariotipe (22 AA+XXY), mengalami trisomik pada

kromosom gonosom. Penderita Sindrom Klinefelter berjenis kelamin laki-

laki, namun testisnya tidak berkembang (testicular disgenesis) sehingga tidak

bisa menghasilkan sperma (aspermia) dan mandul (gynaecomastis) serta

payudaranya tumbuh.

Page 29: SKENARIO A

3. Sindrom Jacobs, kariotipe (22AA+XYY), trisomik pada kromosom gonosom.

Penderita sindrom ini umumnya berwajah kriminal, suka menusuk-nusuk

mata dengan benda tajam, seperti pensil,dll dan juga sering berbuat kriminal.

Penelitian di luar negeri mengatakan bahwa sebagian besar orang-orang yang

masuk penjara adalah orang-orang yang menderita Sindrom Jacobs.

4. Sindrom Patau, kariotipe (45A+XX/XY), trisomik pada kromosom autosom.

kromosom autosomnya mengalami kelainan pada kromosom nomor 13, 14,

atau 15.

5. Sindrom Edward, kariotipe (45A+XX/XY), trisomik pada autosom. Autosom

mengalami kelainan pada kromosom nomor 16,17, atau 18. Penderita

sindrom ini mempunyai tengkorak lonjong, bahu lebar pendek, telinga agak

ke bawah dan tidak wajar.

2. Mutasi kromosom yang terjadi karena perubahan struktur kromosom

Mutasi karena perubahan struktur kromosom atau kerusakan bentuk kromosom

disebut juga dengan istilah aberasi. Macam-macam aberasi dapat dijelaskan sebagi

berikut :

a. Delesi atau defisiensi

Mutasi karena kekurangan segmen kromosom. Macam-mcam delesi antara

lain :

1. Delesi terminal; ialah delesi yang kehilangan ujung segmen kromosom.

2. Delesi interstitial; ialah delesi yang kehilangan bagian tengah kromosom.

3. Delesi cincin; ialah delesi yang kehilngan segmen kromosom sehingga

berbentuk lingkaran seperti cincin.

Page 30: SKENARIO A

4. Delesi loop; ialah delesi cincin yang membentuk lengkungan pada

kromosom lainnya.Hal ini terjadi pada waktu meiosis, sehingga

memungkinkan adanya kromosom lain (homolognya) yang tetap normal.

b. Duplikasi

Mutasi karena kelebihan segmen kromosom.

c. Translokasi

Translokasi adalah mutasi yang mengalami pertukaran segmen

kromosom ke kromosom non homolog . Macam-macam translokasi antara

lain :

1. Translokasi homozigot (resiprok); ialah translokasi yang mengalami

pertukaran segmen kedua kromosom homolog dengan segmen kedua

kromosom non homolog.

2. Translokasi Heterozigot (non resiprok); ialah translokasi yang hanya

mengalami pertukaran satu segmen kromosom ke satu segmen kromosom

non homolog.

3. Translokasi Robertson (fusion)

d. Inversi

Inversi adalah mutasi yang mengalami letak gen-gen, karena selama

meiosis kromosom terpilin dan terjadi kiasma. Macam-macam inverse antara

lain :

1. Inversi parasentrik; terjadi pada kromosom tidak bersentromer

2. Inversi perisentrik; terjadi pada kromosom bersentromer.

e. Isokromosom

Page 31: SKENARIO A

Isokromosom adalah mutasi kromosom yang terjadi pada waktu

menduplikasikan diri, pembelahan sentromernya mengalami perubahan arah

pembelahan sehingga terbentuklah dua kromosom yang masing-masing

berlengan identik (sama). Jika dilihat dari pembelahan sentromernya maka

isokromosom disebut juga fision, jadi peristiwanya berlawanan dengan

translokasi Robertson (fusion) yang mengalami penggabungan

f. Katenasi

Katenasi adalah mutasi kromosom yang terjadi pada dua kromosom non

homolog yang pada waktu membelah menjadi empat kromosom, saling

bertemu ujung-ujungnya sehingga membentuk lingkaran.

Mutasi Dapat Terjadi Secara Alami dan Buatan

a. Menurut tipe sel atau macam sel yang mengalami mutasi:

1. Mutasi somatic, yaitu mutasi yang terjadi pada sel tubuh atau sel soma. Mutasi

somatis kurang memiliki arti genesis (mutasi ini tidak akan diwariskan pada

keturunannya)

2. Mutasi germina, yaitu mutasi yang terjadi pada sel kelamin (gamet), sehingga

dapat diturunkan.

b. Menurut sifat genetiknya:

1. Mutasi dominan, terlihat pengaruhnya dalam keadaan heterozigot

2. Mutasi resesif, pada organisme diploid tidak akan diketahui selama dalam

keadaan heterozigot, kecuali resesif pautan seks. Namun pada organisme

haploid (monoploid) seperti virus dan bakteri, pengaruh mutasi dominan dan

juga resesif dapat dilihat pada fenotipe virus dan bakteri tersebut.

c. Menurut arah mutasinya:

Page 32: SKENARIO A

1. Mutasi maju atau forward mutations, yaitu mutasi dari fenotipe normal

menjadi abnormal.

2. Mutasi balik atau back mutations, yaitu mutasi yang dapat mengembalikan

dari fenotipe tidak normal menjadi fenotipe normal.

d. Menurut kejadiannya:

1. Mutasi alam atau mutasi spontan, yaitu mutasi yang penyebabnya tidak

diketahui. Mutasi ini terjadi di alam secara alami (spontan), secara kebetulan

dan jarang terjadi. Contoh mutagen alam adalah sinar kosmis, radio fektif

alam, dan sinar ultraviolet.

2. Mutasi buatan, yaitu mutasi yang terjadi dengan adanya campur tangan

manusia. Proses perubahan gen atau kromosom secara sengaja diusahakan

oleh manusia dengan zat kimia, sinar X, radiasi dan sebagainya. Maka sering

disebut juga mutasi induksi.

Mutasi buatan dengan sinar X dipelopori oleh Herman Yoseph Muller

(murid morgan) yang berkebangsaan Amerika Serikat ( 1890-1945 ). Muller

berpendapat bahwa tidak membawa perubahan, sedangkan mutasi pada sel-

sel generative atau gamet dan membawa kematian sebelum atau segera

sesudah lahir. Selanjutnya pada tahun 1927 dapat diketahui bahwa sinar X

dapat menyebabkan gen mengalami ionosasi sehinggga sifatny menjadi labil.

Dan akhirnya mutasi buatan dilaksanakan pula dengan pemotongan daun/

penyisipan DNA pada organisme-organisme yang kita inginkan. Mutan-

mutan buatan yang telah kita peroleh antara lain: anggur tanpa biji, tomat

tanpa biji, hewan atau tumbuhan poliploidi (misal: kol poliploidi), pamato

raphanobrassica (akar seperti kol, daun seperti lobak).

3. Mutagen Zat Kimia atau Faktor Fisik.

Secara garis besar, macam-macam mutagen dapat dibagi 3 , sebagai berikut:

Page 33: SKENARIO A

a. Radiasi

Radiasi (penyinaran dengan sinar radio aktif); misalnya: sinar alfa, beta,

gamma, ultraviolet, dan sinar x. Radiasi ultra ungu merupakan mutagen

penting untuk organisme uniseluler. Radiasi alamiah berasal dari sinar

cosmis dari angkasa, benda-benda radioaktif dari kerak bumi, dan lain-

lain, gen-gen yang terkena radiasi, ikatannya putus dan susunan kimianya

berubah dan terjadilah mutasi.

b. Mutasi Kimia

Mutasi kimia yang pertama kali ditemukan ialah gas mustard (belerang

mustard) oleh C. Averbach dan kawan-kawan. Beberapa mutagen kimia

penting lainnya ialah: gas metan, asam nitrat, kolkisin, digitonin,

hidroksil amim dan lain-lain. Zat-zat kimia tersebut dapat menyebabkan

replikasi yang dilakukan oleh kromosom yang mengalami kesalahan

sehingga menyebabkan susunan kimianya berubah juga.

c. Temperatur

Kecapatan mutasi akan bertambah karena adanya kenaikan suhu. Setiap

kenaikan suhu sebasar 100C, kecepatan mutasi bertambah 2-3 kali lipat.

Tetapi temperature adalah merupakan mutagen, hal ini masih merupakan

penelitian para ahli.

Mutagen

Bahan-bahan yang menyebabkan terjadinya mutasi disebut mutagen. Mutagen

dibagi menjadi 3, yaitu:

1. Mutagen bahan Kimia, contohnya adalah kolkisin dan zat digitonin. Kolkisin adalah zat

yang dapat menghalangi terbentuknya benang-benang spindel pada proses anafase dan

dapat menghambat pembelahan sel pada anafase.

Page 34: SKENARIO A

2. Mutagen bahan fisika, contohnya sinar ultraviolet, sinar radioaktif,dll. Sinar ultraviolet

dapat menyebabkan kanker kulit.

3. Mutagen bahan biologi, diduga virus dan bakeri dapat menyebabkan terjadinya mutasi.

Bagian virus yang dapat menyebabkan terjadinya mutasi adalah DNA-nya.

Asam nitrat (HNO2) merupakan bahan kimia mutagenic yang menyebabkan

adenine (A) tidak lagi dapat berikatan dengan timin (T) melainkan dengan sitosin (C).

Hal ini disebabkan karena asam nitrat bekerja dengan cara menghapus atau

menhilangkan gugus amino, sehingga sitosin akan berubah menjadi urasil, sedangkan

adenine akan berubah menjadi hiposantin.

Hiposantin memiliki ikatan hydrogen serupa dengan guanine, sedangkan urasil

memiliki ikatan hydrogen serupa dengan timin. Akibatnya, pada saat replikasi DNA,

adenine (A) berubah menjadi hiposantin yang akan berikatan dengan sitosin (C),

sedangkan sitosin (C) akan berubah menjadi urasil dan akan berpasangan dengan

adenine (A). Perubahan ini berlangsung pada lokasi yang acak pada DNA.

Bahan mutagenic yang lain adalah analog basa nukleotida. Molekul – molekul

ini memilki struktur serupa dengan basa nitrogen normal, namun berbeda pada ikatan

hidrogennya. Misalnya molekul 2-aminopurin merupakan analog adenine (A), sehingga

kedudukan adenine (A) adalah timin (T), namun karena struktur 2-aminopurin, maka 2-

aminopurin berpasangan dengan sitosin (C). Hal yang sama juga terjadi pada 5-

bromourasil.

Molekul 5-bromourasil merupakan analog timin (T), sehingga kedudukan timin

(T) dapat digantikan oleh 5-bromourasil. Pasangan timin (T) adalah sitosin (C), namun

karena struktur 5-bromourasil, maka 5-bromourasil berpasangan dengan guanine (G).

Bila analog basa nukleotida diberikan pada sel yang sedang tumbuh, maka analog basa

nukleotida tersebut akan secara acak tergabung dalam DNA, sehingga pada saat

replikasi DNA dapat menyebabkan kesalahan pasangan basa.

Page 35: SKENARIO A

Beberapa senyawa kimia mutagenik dapat menyebabkan mutasi frameshift

(pergeseran pembacaan basa) dan bersifat karsinogen, contohnya benzpiren, aflatoksin

dan pewarna akridin.

Radiasi sinar X dan sinar gamma merupakan bahan mutagenic akibat

kemampuannya dalam mengionisasi atom dan molekul. Ion – ion radiasi bergabung

dengan basa DNA dan menyebabkan kesalahan pada replikasi DNA. Hasil lainnya

adalah putusnya ikatan kovalen pada tulang punggung gula-fosfat DNA, dan

menyebabkan patahnya kromosom.

Radiasi mutagenic lainnya adalah sinar ultraviolet (UV). Sinar UV dapat

menyebabkan terbentuknya ikatan kovalen antara dua molekul timin, menghasilkan

timin dimer. Timin dimer ini menyebabkan kerusakan serius dan kematian sel karena

DNA dengan timin dimer tidak dapat direplikasi dan ditranskripsi. Komponen sinar UV

yang bersifat paling mutagenic adalah pada panjang gelombang 260nm. Paparan sinar

UV pada manusia dapat menyebabkan terbentuknya banyak timin dimer pada sel kulit

dan menimbulkan kanker kulit. Bakteri dan organisme lain memiliki mekanisme

perbaikan (repair) terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh radiasi sinar UV. Ada dua

macam mekanisme perbaikan, yaitu perbaikan dengan cahaya (light repair) dan

perbaikan tanpa cahaya (dark repair).

Pada perbaikan dengan cahaya (light repair), bakteri memiliki enzim fotoliase

yang menggunakan energi cahaya visible untuk memisahkan ikatan dimer timin.

Manusia dengan penyakit xeroderma pigmentosum sangat sensitive terhadap paparan

sinar matahari dan tidak memiliki mekanisme perbaikan terhadap efek mutagenic radiasi

sinar UV, sehingga sangat berisiko mengidap kanker kulit.

Pada perbaikan tanpa cahaya (dark repair), cahaya tidak diperlukan dalam

mekanisme perbaikan. Mekanisme perbaikan ini disebut juga sebagai nucleotide

excision repair, dan tidak terbatas hanya pada kerusakan akibat bahan mutagenic yang

lain. Pada mekanisme ini, enzim bakteri dapat memotong bagian timin DNA yang rusak

dan menghasilkan bagian yang terbuka. Enzim yang lain akan mengisi gap (bagian yang

Page 36: SKENARIO A

terbuka) ini dengan DNA baru yang komplementer dengan rantai DNA yang tidak

rusak. Langkah terakhir adalah reaksi penyegelan (sealing) oleh enzim DNA ligase.

Salah satu mutagen yang banyak dimanfaatkan manusia dalam berbagai

keperluan adalah radiasi. Perbuatan manusia yang menimbulkan radiasi dapat

menyebabkan terjadinya mutasi misalnya:

1. penggunaan zat-zat kimia yang radioaktif atau radioisotope

2. penggunaan bahan kimia dalam minuman dan makanan

3. penggunaan sinar x dalam penelitian dan pengobatan

4. kebocoran radiasi dari pembuangan sampah-sampah industri, reaktor atom, roket, dan

lain sebagainya.

5. penggunaan bom radioaktif ( peledakan bom di Hirosima dan Nagasaki menyebabkan

terbentuknya kelapa poliploid).

Meski sifat mutasi adalah merugikan namun dalam beberapa hal berguna pula

pada manusia dalam kehidupannya, misalnya:

1. Meningkatkan hasil panen produksi pangan, seperti gandum, tomat kacang tanah,

kelapa poliploidi, kol poloploidi dengan mutasi induksi.

2. Meningkatkan hasil antibiotika, seperti mutan penicillium.

Page 37: SKENARIO A

3. Untuk pemeriksaan proses biologi melalui mutasi, misalnya transport electron pada

fotosintesis, fiksasi nitrogen pada bakteri.

4. Sebagai proses penting untuk evolusi dan variasi genetik.

Frekuensi Mutasi

Kecepatan mutasi adalah kemungkinan gen mengalami mutasi pada setiap pembelahan

sel. Kecepatan mutasi dinyatakan sebagai kelipatan 10, dan karena mutasi sangat jarang

terjadi maka eksponen selalu dalam bentuk negative. Misalnya, bila terdapat satu

kemungkinan mutasi dalam 104 sel yang membelah diri, maka laju (rate) mutasi adalah

sebesar 1/10.000 yang diekspresikan sebagai 10-4 per pembelahan sel. Mutasi spontan

sangat jarang terjadi, umunya muncul sekali dalam 109 pasangan basa yang bereplikasi

(laju mutasi 10-9). Karena rata-rata mutasi spontan terjadi satu kali setiap 106 gen yang

direplikasi. Suatu bahan mutagenic umumnya mempercepat terjadinya mutasi spontan.

Dengan adanya senyawa mutagenic, kecepatan normal mutasi spontan (10-6 mutasi per

Page 38: SKENARIO A

gen yang bereplikasi) dapat dipercepat menjadi berkisar antara 10-5 hingga 10-3 mutasi

per gen yang bereplikasi.

PEMERIKSAAN THALASEMMIA

BATASAN

Thalassemia adalah suatu kelompok anemia hemolitik kongenital herediter yang diturunkan secara autosomal, disebabkan oleh kekurangan sintesis rantai polipeptid yang menyusun molekul globin dalam hemoglobin.

PATOFISIOLOGI 

      Molekul globin terdiri atas sepasang rantai- dan sepasang rantai lain yang menentukan jenis Hb. Pada orang normal terdapat 3 jenis Hb, yaitu Hb A (merupakan  > 96% dari Hb total, tersusun dari 2 rantai- dan 2 rantai- = 22), Hb F (< 2% = 22) dan HbA2       (< 3% =22). Kelainan produksi dapat terjadi pada ranta- (-thalassemia), rantai-    (-thalassemia), rantai- (-thalassemia), rantai- (-thalassemia), maupun kombinasi kelainan rantai- dan rantai- (-thalassemia).

      Pada thalassemia-, kekurangan produksi rantai beta menyebabkan kekurangan pembentukan22 (Hb A); kelebihan rantai- akan berikatan dengan rantai- yang secara kompensatoir Hb F meningkat; sisanya dalam jumlah besar diendapkan pada membran eritrosit sebagai Heinz bodies dengan akibat eritrosit mudah rusak (ineffective erythropoesis).

EPIDEMIOLOGI

Frekuensi gen thalassemia di Indonesia berkisar 3-10%. Berdasarkan angka ini, diperkirakan lebih 2000 penderita baru dilahirkan setiap tahunnya di Indonesia.

 DIAGNOSIS

I.       Anamnesis

Keluhan timbul karena anemia: pucat, gangguan nafsu makan, gangguan tumbuh kembang dan perut membesar karena pembesaran lien dan hati. Pada umumnya keluh kesah ini mulai timbul pada usia 6 bulan.

II.    Pemeriksaan fisis

Page 39: SKENARIO A

      Pucat

      Bentuk muka mongoloid (facies Cooley)

      Dapat ditemukan ikterus

      Gangguan pertumbuhan

      Splenomegali dan hepatomegali yang menyebabkan perut membesar

 

III.  Pemeriksaan penunjang

1.      Darah tepi :

      Hb rendah dapat sampai 2-3 g%

      Gambaran morfologi eritrosit : mikrositik hipokromik, sel target, anisositosis berat dengan makroovalositosis, mikrosferosit, polikromasi, basophilic stippling, benda Howell-Jolly, poikilositosis dan sel target. Gambaran ini lebih kurang khas.

      Retikulosit meningkat.

2.      Sumsum tulang (tidak menentukan diagnosis) :

      Hiperplasi sistem eritropoesis dengan normoblas terbanyak dari jenis asidofil.

      Granula Fe (dengan pengecatan Prussian biru) meningkat.

3.      Pemeriksaan khusus :

      Hb F meningkat : 20%-90% Hb total

      Elektroforesis Hb : hemoglobinopati lain dan mengukur kadar Hb F.

      Pemeriksaan pedigree: kedua orangtua pasien thalassemia mayor merupakan trait(carrier) dengan Hb A2 meningkat (> 3,5% dari Hb total).

4.      Pemeriksaan lain :

Page 40: SKENARIO A

      Foto Ro tulang kepala : gambaran hair on end, korteks menipis, diploe melebar dengan trabekula tegak lurus pada korteks.

      Foto tulang pipih dan ujung tulang panjang : perluasan sumsum tulang sehingga trabekula tampak jelas.

DIAGNOSIS BANDING 

Thalasemia minor :

      anemia kurang besi

      anemia karena infeksi menahun

      anemia pada keracunan timah hitam (Pb)

      anemia sideroblastik

PENATALAKSANAAN

I.       Medikamentosa

      Pemberian iron chelating agent (desferoxamine): diberikan setelah kadar feritin serum sudah mencapai 1000 g/l atau saturasi transferin lebih 50%, atau sekitar 10-20 kali transfusi darah.

Desferoxamine, dosis 25-50 mg/kg berat badan/hari subkutan melalui pompa infus dalam waktu 8-12 jam dengan minimal selama 5 hari berturut setiap selesai transfusi darah.

      Vitamin C 100-250 mg/hari selama pemberian kelasi besi, untuk meningkatkan efek kelasi besi.

      Asam folat 2-5 mg/hari untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat.

      Vitamin E 200-400 IU setiap hari sebagai antioksidan dapat memperpanjang umur sel darah merah.

Page 41: SKENARIO A

 

II.    Bedah

Splenektomi, dengan indikasi:

      limpa yang terlalu besar, sehingga membatasi gerak penderita, menimbulkan peningkatan tekanan intraabdominal dan bahaya terjadinya ruptur

      hipersplenisme ditandai dengan peningkatan kebutuhan transfusi darah atau kebutuhan suspensi eritrosit (PRC) melebihi 250 ml/kg berat badan dalam satu tahun.

    III.      Suportif

Transfusi darah :

Hb penderita dipertahankan antara 8 g/dl sampai 9,5 g/dl. Dengan kedaan ini akan memberikan supresi sumsum tualang yang adekuat, menurunkan tingkat akumulasi besi,  dan dapat mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan penderita. Pemberian darah dalam bentuk PRC (packed red cell), 3 ml/kg BB untuk setiap kenaikan Hb 1 g/dl.

 

    IV.      Lain-lain (rujukan subspesialis, rujukan spesialisasi lainnya dll)

Tumbuh kembang, kardiologi, Gizi, endokrinologi, radiologi, Gigi

 PEMANTAUAN

I.       Terapi

      Pemeriksaan kadar feritin setiap 1-3 bulan, karena kecenderungan kelebihan besi sebagai akibat  absorbsi besi meningkat  dan transfusi darah berulang.

      Efek samping kelasi besi yang dipantau: demam, sakit perut, sakit kepala, gatal, sukar bernapas. Bila hal ini terjadi kelasi besi dihentikan.

Page 42: SKENARIO A

 

II.      Tumbuh Kembang

Anemia kronis memberikan dampak pada proses tumbuh kembang, karenanya diperlukan perhatian dan pemantauan tumbuh kembang penderita.

 

III. Gangguan jantung, hepar dan endokrin

Anemia kronis dan kelebihan zat besi dapat menimbulkan gangguan fungsi jantung (gagal jantung), hepar (gagal hepar), gangguan endokrin (diabetes melitus, hipoparatiroid) dan fraktur patologis.

Peran Konseling Genetik

Konseling genetik merupakan proses komunikasi yang berhubungan dengan kejadian

atau risiko kejadian kelainan genetik pada keluarga. Dengan adanya konseling genetik,

maka keluarga memperoleh manfaat terkait masalah genetik, khususnya dalam

mencegah munculnya kelainan-kelainan genetik pada keluarga. Manfaat ini dapat

diperoleh dengan melaksanakan tindakan-tindakan yang dianjurkan oleh konselor,

termasuk di dalamnya tindakan untuk melakukan uji terkait pencegahan kelainan

genetik.

Tindakan-tindakan yang disarankan dapat disarankan oleh konselor dapat meliputi tes

sebagai berikut:

Prenatal diagnosis

Prenatal diagnosis merupakan tindakan untuk melihat kondisi kesehatan fetus yang

belum dilahirkan. Metode yang digunakan meliputi ultrasonografi, amniocentesis,

maternal serum, dan chorionic virus sampling.

Page 43: SKENARIO A

Carrier testing

Carrier testing merupakan tes untuk mengetahui apakah seseorang menyimpan gen yang

membawa kelainan genetik. Metode yang digunakan untuk melaksanakan tes tersebut

adalah uji darah sederhana untuk melihat kadar enzim terkait kelainan genetik tertentu,

atau dengan mengecek DNA, apakah mengandung kelainan tertentu.

Preimplantasi diagnosis

Preimplantasi diagnosis merupakan uji yang melibatkan pembuahan in vitro untuk

mengetahui kadar kelainan genetik embrio preimplantasi. Biasanya seorang wanita yang

akan melakukan uji akan diberi obat tertentu untuk merangsang produksi sel telur

berlebihan. Sel telur akan diambil dan diletakkan di cawan untuk dibuahi oleh sperma

donor. Setelah pembuahan maka sel embrio yang terbentuk akan dianalisa terkait

dengan kelainan genetik.

Newborn screening

Newnborn screening merupakan pemeriksaan bayi pada masa kelahiran baru.

Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan genetik, endokrinologi, metabolik, dan

hematologi. Diharapkan dari pemeriksaan ini dapat ditentukan prognosis ke depannya,

sehingga perawatan (treatment) yang berkenaan dapat diupayakan.

Predictive testing

Predictive testing merupakan tes yang digunakan untuk menguji apabila seseorang

menderita kelainan genetik dengan melihat riwayat genetik keluarga sebelumnya. Tes

ini dilakukan setelah kelahiran, dan biasa juga disebut sebagai presymptomatic testing

Apabila hasil diagnosis menunjukkan  adanya kelainan genetik maka konselor dapat

menyarankan pilihan-pilihan berikut:

Agar tidak memiliki anak

Page 44: SKENARIO A

Keputusan untuk tidak memiliki anak merupakan keputusan yang berat bagi orang tua,

karena memiliki anak merupakan dambaan bagi setiap orangtua. Oleh karena itu

konselor harus menerangkan secara terperinci mengenai indikasi tidak memiliki anak,

termasuk di antaranya kemungkinan untuk terpapar kelainan genetik, sehingga orang tua

dapat mempertimbangkan keputusan tersebut.

Mengadopsi

Apabila pilihan untuk tidak memiliki anak tidak dapat diterima oleh orang tua, salah

satu jalan keluarnya berupa pilihan untuk mengadopsi anak. Anak yang diadopsi dapat

merupakan anak saudara sendiri (keponakan) atau anak orang lain yang tidak memiliki

hubungan darah. Dalam hal ini mengadopsi anak saudara sendiri memiliki risiko

kelainan genetik lebih besar daripada mengadopsi anak orang lain yang tidak memiliki

hubungan darah. Konselor harus mengetahui terlebih dahulu pedigree keluarga tersebut,

dan memprediksi apakah di antara saudara-saudara terdapat (kemungkinan) menderita

kelainan genetik, dengan demikian keluarga dapat mengambil keputusan yang terbaik

menurutnya.

Kehamilan dengan donor sperma atau ovum

Kehamilan dengan donor sperma atau ovum merupakan salah satu solusi, di mana sel

sperma dan sel telur dipertemukan di luar rahim. Dalam hal ini akan diperiksa apakah

sel sperma atau sel ovum yang mengandung kelainan genetik. Sel yang mengandung

kelainan genetik akan digantikan dengan sel dari donor, sehingga tetap terjadi

pembuahan dan diharapkan anak yang dilahirkan dapat hidup sehat dengan risiko

terpapar kelainan genetika yang minim.

Keputusan untuk tidak mempunyai anak lagi

Keputusan untuk tidak mempunyai anak lagi merupakan solusi yang dapat diambil

untuk orangtua yang telah memiliki anak sebelumnya namun menderita kelainan

genetik, sehingga dengan demikian  kehadiran anak berikutnya yang diprediksi bakal

menderita kelainan genetik dapat dihindari.

Page 45: SKENARIO A

Tindakan operasi

Tindakan operasi dapat diterapkan untuk kelainan genetik tertentu seperti spina bifida

atau congenital diaphragmatic hernia (suatu kondisi di mana terdapat lubang pada

diafragma sehingga membuat paru menjadi tidak berkembang). Pilihan ini dapat

dilakukan pada masa sebelum kelahiran. Namun kebanyakan penyakit genetik tidak

dapat diobati dengan tindakan operasi.

Menterminasi kehamilan

Terminasi kehamilan/ aborsi merupakan solusi yang paling memberatkan bagi orangtua,

terlebih bagi orangtua muda yang belum mempunyai anak sebelumnya. Konselor harus

mempu menjelaskan dengan baik dan mudah mudah dimengerti oleh orangtua mengenai

indikasi dan kontraindikasi medis pelaksanaan aborsi. Konselor juga harus memahami

aspek etis yang menyertainya serta melakukan pendekatan holistik. Dengan demikian

orangtua tersebut dapat berpikir jernih dalam mengambil keputusan yang terbaik.

Membiarkan anak lahir

Orangtua juga dapat ditawarkan pilihan untuk meneruskan kehamilannya, dengan risiko

bahwa anak yang dilahirkan menderita kelainan genetik dan umurnya hanya sebentar.

Pilihan ini memungkinkan orangtua untuk melihat anaknya sebelum meninggal

walaupun hanya sesaat.

Namun pilihan apapun yang disarankan oleh konselor harus didiskusikan dulu dengan

pasien, dalam artian bahwa pasien diberikan kebebasan untuk berpikir jernih dan

memilih keputusan apa yang harus diambil. Konselor wajib memberikan semua

informasi, termasuk baik-buruk mengenai tindakan yang dapat diambil tanpa ada kesan

menutup-nutupi.

Daftar Pustaka:

Burke W. Genetic testing. N Engl J Med 2002 Dec 5; 23: 1867-75.

Page 46: SKENARIO A

Diagnosis Genetik Prenatal

1. Amniocentesis

Pada usia kehamilan 16-20 minggu, pada ibu hamil akan diambil cairan amnionnya dengan

menggunakan jarum yang melewati abdomen. Sel-sel pada cairan amnion tersebut dapat

dianalisa untuk mencari adanya kromosom abnormal.

2. Chorionic Villus Sampling (CVS) yang dapat dilakukan setelah 10-14 minggu kehamilan

Sebelum CVS, pemeriksaan USG diperlukan untuk mengidentifikasi lokasi janin,

rahim, dan plasenta. CVS dapat berusaha baik melalui atau transabdominal rute

transcervical. Teknik yg dilakukan akan tergantung pada lokasi plasenta serta dokter

dan keinginan pasien.

Untuk prosedur CVS transcervical, pasien diminta untuk beristirahat di

punggung dalam posisi yang sama dengan digunakan untuk pemeriksaan ginekologi.

Page 47: SKENARIO A

Sebuah spekulum steril dimasukkan ke dalam vagina untuk memungkinkan leher rahim

akan divisualisasikan. Vagina dibersihkan dengan larutan antiseptik dan kateter plastik

tipis dengan Pedoman kawat ditekuk dimasukkan melalui pembukaan serviks ke dalam

rongga rahim. Di bawah USG, kateter digunakan untuk menghapus sebagian kecil dari

vili chorionic. Kebanyakan wanita menggambarkan tes sebagai perasaan mirip dengan

pap smear.

Sebuah CVS transabdominal seringkali menjadi jalan pilihan ketika plasenta

terletak lebih tinggi di dalam rahim.

Di bawah bimbingan USG, jarum tipis dimasukkan melalui dinding perut ke

dalam rahim. Jarum dipandu ke plasenta untuk menghapus villi chorionic. Metode yang

digunakan untuk prosedur ini lebih mirip amniosentesis, wanita paling

membandingkan perasaan ini dengan darah yang diambil dari lengan.

3. Percutaneous Umbilical Blood Sampling (PUBS),

Ultrasound imaging canggih menentukan lokasi dimana memasukkan tali pusat

ke plasenta. Panduan USG jarum tipis melalui perut dan dinding rahim untuk tali pusat.

Jarum dimasukkan ke dalam tali pusat untuk mengambil sampel kecil dari darah janin.

Sampel dikirim ke laboratorium untuk analisis, dan hasil biasanya tersedia dalam waktu

72 jam.

Percutaneous umbilical blood sampling biasanya dilakukan ketika informasi

diagnostik ini tidak dapat diperoleh melalui amniosentesis, CVS, USG atau hasil

pengujian ini meyakinkan. Percutaneous umbilical Darah Pengambilan sampel

dilakukan pada 18 minggu atau setelah.

Rekombinasi Gen

Page 48: SKENARIO A

Pengertian dan arti definisi rekombinasi gen adalah penggabungan beberapa gen induk

jantan dan betina ketika pembuahan ovum oleh sperma yang menyebabkan adanya

susunan pasangan gen yang berbeda dari induknya. Akibatnya adalah lahirnya varian

spesies baru.

rekombinasi gen yaitu penyatuan gen-gen yang dibawa oleh urutan DNA. rekombinasi

gen ini sama halnya bila dikatakan rekombinasi dna yang mana peristiwa ini dpat terjadi

melalui beberapa cara yang biasa dikatakan 1.Transformasi (masuknya DNA dari

lingkungan luar kedalam sel sehingga terbentuk rekombinasi), 2. konjugasi (penyatuan

DNA dalam hal ini makro nukleid dan mikro nukleid dari cell itu sehingga didapatkan

dna rekombinan) 3. dengan cara transduksi (peristiwa rekombinanini melalui peran virus

(bakteriofage) yang membawa sifat tertentu dan memasukkannya kedalam cell lain).

Secara alami, rekombinasi gen terjadi saat pembelahan meiosis terjadi, (jadi bukan saat

fertilisasi), yaitu ketika fase yang disebut sebagai "pindah silang" atau crossing over,

pada profase I (silahkan lihat tahapan pembelahan meiosis untuk lebih jelasnya). Pada

fase itu, gen-gen dari pasangan kromosom homolog saling bertukaran. Seperti kita

ketahui, manusia memiliki 2 set kromosom yang saling berpasangan, satu set kromosom

yang membawa sifat-sifat ayah, dan satu set kromosom yang membawa sifat-sifat ibu.

Pada pembelahan mitosis (perbanyakan sel), kedua set kromosom tersebut akan

diperbanyak apa adanya, jadi tidak ada perubahan susunan gen. Namun, pada saat

pembelahan meiosis, yaitu pada pembentukan sel gamet (yang nota bene hanya punya

satu set kromosom),mterjadi pndah silang, sehingga satu set kromosom hasil dari

pembelahan meiosis akan membawa kombinasi sifat ayah da sifat ibu.

Page 49: SKENARIO A

Secara buatan, rekombinasi gen merupakan salah satu alat bioteknologi untuk membuat

GMO ( Genetically Modified Organism), yaitu organisme yang telah dimodifikasi

genetik nya. Para ahli telah berhasil menghilangkan, menambahkan, atau menukar gen-

gen tertentu sehingga didapat sifat-sifat baru yang disukai. Umumnya organisme yang

dimodifikasi adalah bakteri, karena struktur genetisnya lebih sederhana dibandingkan

organisme yang lebih tinggi. Salah satu contoh yang paling populer adalah penyisipan

gen pembuat insulin ke dalam genom bakteri Escherichia coli, sehingga bakteri tersebut

dapat memproduksi hormon insulin untuk para penderita diabetes.

DAFTAR PUSTAKA :

Page 50: SKENARIO A

1.  Brozovic M, Henthorn J.  Investigation of abnormal hemoglobins and thalassemia. In: Dacie JV, Lewis SM, eds. Practical Hematology. 8th ed. Churchill Livingstone Edinburgh, 1995 : 249.

2.      Cappellini N, Cohen A, Eleftheriou A, Piga A, Porter J. Guidelines for the Clinical Management of Thalassaemia. Thalassaemia International Federation, April 2000.

3.      Eleftheriou A. Clinical Management of Thalassaemia. In : Compliance to Iron Chelation Therapy With Desferrioxamine. Thalassaemia International Federation 2000 : 14-6.

4.      Miller DR. Baehner RL, Mc. Millan CW, Miller LP. Blood Disease of Infancy and Childhood. 5th ed. St. Louis : Mosby Co., 1997 : 619.

5.      Nathan DB, Oski FA. Hematology of Infancy and Childhood. 2nd ed.Philadelphia : WB Saunders, 2000 : 979.

6.      Wahidiyat I, Thalassemia dan Permasalahannya di Indonesia. Naskah lengkap Kongres Nasional Ilmu Kesehatan Anak (KONIKA) Jakarta, 1999 : 293-6.

Page 51: SKENARIO A