skenario a fix (2)

Upload: flavia-angel-satopoh

Post on 13-Oct-2015

56 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

tutorial

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan tutorial skenario A blok 20 sebagai tugas kompetensi kelompok. Shalawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan kita, Nabi Besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.Penulis menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa mendatang. Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :1. Allah SWT.2. Kedua orang tua yang memberi dukungan materil maupun spiritual.3. Dr. Azhari selaku tutor.4. Teman-teman sejawat dan seperjuangan.5. Semua pihak yang membantu penulis.Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan kepada semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga laporan tutorial ini bermanfaat tidak hanya untuk penulis tetapi juga untuk orang lain dalam perkembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang.

Palembang, September 2013

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................1

Daftar Isi .....................................................................................................2

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1.2 Maksud dan Tujuan ...................................................................33

BAB II Pembahasan 2.1 Data Praktikum ........................................................................ 2.2 Skenario ................................................................................... 2.3 Paparan I. Klarifikasi Istilah ............................................................... II. Identifikasi Masalah .......................................................... III. Analisis Masalah ............................................................... IV. Kerangka Konsep V. Hipotesis ............................................................................ VI. Learning Issues dan Keterbatasan Pengetahuan ...............44

566111212

BAB III Sintesis 3.1 Jenis Penelitian ....................................................................... 3.2 Desain Penelitian..................................................................... 3.3 Tehnik Sampling.....................................................................

131518

Daftar Pustaka..............................................................................................22

BAB IPENDAHULUAN

1. 1 Latar BelakangBlok Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah blok 20 pada semester 7 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran untuk menghadapi tutorial yang sebenarnya pada waktu yang akan datang. Penulis memaparkan kasus yang diberikan mengenai Dokter Gafur yang ingin melakukan penelitian setelah mengamati bahwa anak bayi yang mendapatkan ASI sampai menginjak usia 2 tahun jarang menderita ISPA dibandingkan dengan anak yang sudah disapih sebelum berusia 1 tahun atau yang non ASI.

1.2 Maksud dan TujuanAdapun maksud dan tujuan dari materi praktikum tutorial ini, yaitu :1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari skenario ini.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Data PraktikumTutorial A Blok XXTutor: dr. AzhariModerator: Anugrah Manggala YudhaNotulis: Rizka ApresiaSekretaris: Rizka ApresiaWaktu: Senin, 2 September 2013 Jumat, 6 September 2013Peraturan tutorial: 1. Alat komunikasi dinonaktifkan.2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat dengan cara mengacungkan tangan terlebih dahulu dan apabila telah dipersilahkan oleh moderator.3. Tidak diperkenankan meninggalkan ruangan selama proses tutorial berlangsung.4. Tidak diperbolehkan makan dan minum.

2.2 Skenario A Blok 20Dokter Gafur yang bertugas di Puskesmas A mengamati bahwa anak bayi yang mendapatkan ASI sampai menginjak usia 2 tahun jarang menderita ISPA dibandingkan dengan anak yang sudah disapih sebelum berusia 1 tahun atau yang non ASI.Dr. Gafur berasumsi bahwa ASI sangat baik untuk memberikan daya tahan tubuh anak terhadap ISPA setelah mereka berusia 2 tahun ke atas. Dr. Gafur tertarik membuat penelitian untuk membuktikan asumsinya tersebut.Dr. Gafur mulai mengambil sampel anak balita mulai dari usia 2 tahun yang datang ke Puskesmas, untuk mendapatkan anak yang masuk kriteria sering menderita ISPA, kemudian didata mengenai riwayat ASI. Kemudian dipilih lagi anak dengan kriteria usia yang sama yang jarang menderita ISPA, dan didata juga mengenai riwayat ASInya. Subyek yang masuk kriteria dipadankan dengan subyek yang sudah ditetapkan sebagai kasus.Terpilih sebanyak 100 anak yang tergolong kasus, dimana tercatat 20 anak yang memiliki riwayat ASI sampai usia 2 tahun. Pada 100 subyek yang tergolong kontrol terdapat 70 anak yang memiliki riwayat ASI sampai usia 2 tahun.

Pertanyaan:1. Apakah jenis rancangan penelitian yang cocok?2. Hitunglah berapa besar risiko untuk kejadian ISPA akibat ASI yang disapih dibawah usia 1 tahun?3. Buatlah uji hipotesis statistiknya untuk melihat apakah hasilnya bermakna?

2.3 PaparanI. Klarifikasi Istilah1. Puskesmas : UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah) Kesehatan kabupaten atau kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan program kesehatan di suatu daerah kerja.(? berdasarkan UU)2. ISPA : Penyakit infeksi akut di organ saluran pernafasan mulai dari sinus, laring hingga alveoli.3. ASI : Susu yang diproduksi Ibu untuk konsumsi bayi dan merupakan sumber gizi utama bayi yang belum dapat mencerna makanan padat.4. Disapih : Proses berhentinya masa menyusui secara berangsur-angsur atau sekaligus.5. Penelitian : Cara ilmiah mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.6. Sampel : Bagian populasi penelitian yang dipilih sebagai wakil representative dari keseluruhan untuk diteliti.7. Kontrol : Kelompok individu yang sehat atau tidak menderita penyakit yang akan diteliti tetapi memiliki peluang yang sama dengan kelompok kasus untuk terpajan dengan faktor risiko.8. Subyek : Individu yang dijadikan sumber informasi dalam pengumpulan data penelitian.9. Kasus : Kelompom individu yang menderita penyakit yang akan diteliti dan ikut dalam penelitian sebagai subjek studi.II. Identifikasi Masalah 1. Dr. Gafur yang bertugas di Puskesmas A mengamati bahwa anak yang mendapat ASI sampai usia 2 tahun jarang menderita ISPA dibandingkan anak yang disapih sebelum berusia 1 tahun atau non ASI.2. Hipotesis : ASI sangat baik untuk daya tahan tubuh anak terhadap ISPA setelah berusia 2 tahun ke atas.3. Sampel penelitian Dr. Gafur adalah anak balita mulai dari usia 2 tahun yang datang ke Puskesmas, masuk kriteria sering menderita ISPA dan jarang menderita ISPA, kemudan didata tentang riwayat ASI.4. Kasus : Dari 100 anak terdapat 20 anak yang memiliki riwayat ASI sampai usia 2 tahunKontrol : Dari 100 subyek terdapat 70 anak yang memiliki riwayat ASI sampai usia 2 tahun.

III. Analisis Masalah1. Bagaimana batasan (kriteria) yang dimaksud dengan jarang dan sering menderita ISPA?Batasan atau definisi operasional untuk jarang menderita ISPA ialah setiap balita yang menderita ISPA 1 kali, sementara sering menderita ISPA ialah setiap balita yang menderita ISPA 2-4 kali.2. Apa masalah (latar belakang) yang membuat Dr Gafur tertarik untuk melakukan penelitian ini?Latar belakang yang membuat Dr Gafur tertarik untuk melakukan penelitian ini adalah adanya kesenjangan yang diamati Dr. Gafur saat ia bertugas di Puskesmas bahwa anak bayi yang mendapat ASI sampai menginjak usia 2 tahun jarang menderita ISPA dibandingkan dengan anak yang sudah disapih sebelum berusia 1 tahun atau tidak mendapat ASI sehingga Dr. Gafur berasumsi bahwa ASI sangat baik untuk memberikan daya tahan tubuh anak terhadap ISPA setelah mereka berusia 2 tahun ke atas.3. Bagaimana rumusan masalah dalam penelitian Dr. Gafur ini? Bagaimana hubungan riwayat pemberian ASI dengan kejadian ISPA setelah anak berusia 2 tahun ke atas?4. Apa hipotesis penelitian Dr. Gafur?H0 : Tidak terdapat hubungan antara pemberian ASI sampai anak menginjak usia 2 tahun dengan kejadian ISPA di Puskesmas A.Ha : Terdapat hubungan antara pemberian ASI sampai anak menginjak usia 2 tahun dengan kejadian ISPA di Puskesmas A.5. Apa tujuan penelitian Dr.Gafur? Mengetahui karakteristik penderita ISPA pada anak yang diberi ASI sampai usia 2 tahun. Mengetahui karakteristik penderita ISPA pada anak yang disapih sebelum berusia 1 tahun atau non ASI. Mengetahui insidensi ISPA pada anak usia 2 tahun ke atas. Mengetahui hubungan riwayat pemberian ASI dengan kejadian ISPA.6. Apa manfaat penelitian Dr. Gafur? Sebagai acuan tindakan preventif dan promotif kepada Ibu mengenai manfaat pemberian ASI pada anak sampai usia 2 tahun. Sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.7. Apa jenis dan desain penelitian yang cocok digunakan pada penelitian Dr. Gafur?Jenis penelitian : Analitik observasional Desain penelitian : Case-control 8. Apa populasi pada penelitian Dr. Gafur?Semua anak balita usia 2 tahun ke atas yang menderita ISPA yang berobat ke Puskesmas A pada periode Januari 2012 Desember 2012.9. Bagaimana cara pengambilan sampel penelitian ini? (jumlah sampel minimal)Menentukan jumlah sampel minimal dapat menggunakan rumus :

Pada skenario, didapatkan hasil sebesar 200 sampel. Terpilih sebanyak 100 anak yang tergolong kasus, dimana tercatat 20 anak yang memiliki riwayat ASI sampai usia 2 tahun. Pada 100 subyek yang tergolong kontrol terdapat 70 anak yang memiliki riwayat ASI sampai usia 2 tahun.10. Bagaimana tehnik pengambilan sampel?Pengambilan sampel menggunakan tehnik random sampling. Data rekam medik diambil kemudian disortir menggunakan kriteria inklusi dan ekslusi. Data yang akan dijadikan sampel penelitian diambil secara acak dan selanjutnya dianalisis.

11. Bagaimana cara pengambilan data pada penelitian ini? Data yang digunakan pada penelitian ini ialah data sekunder periode Januari 2012 Desember 2012 yang didapat dari rekam medik Puskesmas A.12. Apa saja kriteria inklusi dan ekslusi?Kriteria Inklusi : Balita berusia 2 tahun ke atas. Diketahui data riwayat ASI. Menderita ISPA dan berobat ke puskesmas A pada periode Januari 2012-Desember 2012.Kriteria Ekslusi : Balita berusia 2 tahun ke atas yang memiliki data rekam medik mengenai riwayat pemberian ASI yang tidak lengkap.13. Apa saja variabel (bebas dan terikat) pada penelitian ini? Variabel bebas : riwayat pemberian ASI. Variabel terikat : kejadian ISPA.14. Berdasarkan hasil penelitian yang dicantumkan pada identifikasi masalah no 4, berapa besar risiko untuk kejadian ISPA akibat ASI yang disapih dibawah usia 1 tahun?Menentukan besar risiko untuk kejadian ISPA akibat ASI yang disapih di bawah usia 1 tahun :Perhitungan Odd Ratio (OR)KasusKontrolTotal

Paparan (+) aba+b

Paparan (-)cdc+d

Totala+c b+d a+b+c+d (n)

ISPATidak ISPATotal

Non- ASI 8030110

ASI207090

Total100 100 200

OR = = = 9,3Bila OR = 1, artinya: tidak ada hubungan antara faktor risiko dengan penyakitBila OR < 1, artinya:faktor risiko dapat menurunkan risiko terkena penyakit (efek protektif)Bila OR > 1, artinya faktor risiko dapat meningkatkan risiko terkena penyakitPada kasus ini, OR >1 yang artinya anak yang sudah disapih sebelum berusia 1 tahun atau yang non ASI dapat meningkatkan risiko terkena ISPA.15. Bagaimana hasil uji hipotesis statistik pada penelitian ini?Pada penelitian ini, uji hipotesis statistik yang digunakan adalah statistik nonparametris berupa uji Chi Kuadrat (X2). Chi kuadrat digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel bila datanya berbentuk nominal dan sampelnya besar. Dengan memperhatikan koreksi Yates, rumus yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah sebagai berikut :

Hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut :H0 : Tidak terdapat hubungan antara pemberian ASI sampai anak menginjak usia 2 tahun dengan kejadian ISPA di Puskesmas A.Ha : Terdapat hubungan antara pemberian ASI sampai anak menginjak usia 2 tahun dengan kejadian ISPA di Puskesmas A.Ketentuan pengujian adalah sebagai berikut : tolak H0 bila harga Chi Kuadrat hitung lebih besar atau sama dengan harga Chi Kuadrat tabel, dengan dk = 1 dan taraf kesalahan tertentu. Pada penelitian ini, diambil taraf kesalahan 5%, dan dk = 1, maka harga X2 tabel = 3,841 dan untuk 1% = 6,635. Ternyata harga X2 hitung lebih besar dari harga X2 tabel baik untuk taraf kesalahan 5% maupun 1%. Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pemberian ASI sampai anak menginjak usia 2 tahun dengan kejadian ISPA di Puskesmas A.

IV. Kerangka Konsep

Dr. Gafur mengamati bahwa anak bayi yang mendapatkan ASI sampai menginjak usia 2 tahun jarang menderita ISPA dibandingkan dengan anak yang sudah disapih sebelum berusia 1 tahun atau yang non ASI.

Asumsi bahwa ASI sangat baik untuk memberikan daya tahan tubuh anak terhadap ISPA setelah mereka berusia 2 tahun ke atas.

Dr. Gafur tertarik melakukan penelitian

Menentukan bahwa jenis penelitian yang tepat adalah penelitian analitik dengan desain penelitian case control

Menentukan sampel penelitian

Terpilih sebanyak 100 anak yang tergolong kasus, dimana tercatat 20 anak yang memiliki riwayat ASI sampai usia 2 tahun. Pada 100 subyek yang tergolong kontrol terdapat 70 anak yang memiliki riwayat ASI sampai usia 2 tahun.

Dilakukan pengumpulan data

Menganalisis data dan melakukan uji hipotesis dengan menghitung OR, OR didapatkan 9,3. OR>1 = faktor resiko

Dilakukan uji hipotesis dengan taraf kesalahan 5%, dan dk = 1, maka harga X2 tabel = 3,841 dan untuk 1% = 6,635. Ternyata harga X2 hitung lebih besar dari harga X2 tabel baik untuk taraf kesalahan 5% maupun 1%. Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima.

Kesimpulan penelitian Dr. Gafur : terdapat hubungan antara pemberian ASI sampai anak menginjak usia 2 tahun dengan kejadian ISPA di Puskesmas A.

V. HipotesisDr. Gafur melakukan penelitian analitik dengan desain case control untuk melihat bahwa ASI sampai usia 2 tahun meningkatkan daya tahan tubuh balita terhadap ISPA.

VI. Learning Issues dan Keterbatasan PengetahuanPokok bahasanWhat I knowWhat I dont knowWhat I have to proveHow will I learn

Jenis dan desain penelitian macam-macam perbedaan antara tiap-tiap jenis dan desain penelitian menentukan jenis dan desain penelitian yang tepat digunakanJurnal dan internet

Tehnik sampling macam-macam perbedaan antara tiap-tiap tehnik sampling menentukan tehnik sampling yang tepat untuk penelitian case controlJurnal dan internet

Uji hipotesis macam-macam interpretasi menentukan uji hipotesis yang tepat digunakan pada penelitian case control Memahami interpretasi hasil uji hipotesisJurnal dan internet

BAB IIISINTESIS

JENIS PENELITIANBerdasarkan prosesnya jenis penelitian kedokteran dibagi menjadi :1. Penelitian EksperimentalPenelitian eksperimental ialah penelitian yang observasinya dilakukan terhadap efek dari manipulasi peneliti terhadap satu atau sejumlah variabel subyek penelitian. Manipulasi yang dimaksud ialah setiap tindakan terhadap subyek penelitian yang dengan tindakan tersebut menimbulkan efek dan efek inilah yang kemudian dipelajari.2. Penelitian Non EksperimentalPenelitian non eksperimental ialah penelitian yang observasinya dilakukan terhadap sejumlah variabel subyek menurut keadaan apa adanya (in nature), tanpa ada manipulasi atau intervensi peneliti.

Dalam bidang kedokteran terdapat beberapa mecam penelitian yang terpilah secara tumpang tindih yaitu penelitian epidemiologik, penelitian evaluatif, penelitian laboratorium, penelitian klinik dan sebagainya.

1. Penelitian EpidemiologikJenis penelitian kedokteran yang mengkaji problema kesehatan dengan menggunakan pendekatan komunitas yang menjadi ciri utama penelitian epidemiologik. Dengan penelitian epidemiologik dapat diungkapkan (a) kejadian, distribusi, dan determinan suatu penyakit atau status kesehatan tertentu dalam masyarakat dan (b) faktor-faktor risiko yang berperan pada suatu status kesehatan atau penyakit tertentu.Penelitian epidemiologik memiliki 3 kegunaan: Untuk kepentingan diagnosis, yaitu untuk menyusun diagnosis komunitas atau diagnosis kelompok. Untuk kepentingan aspek patogenesis penyakit. Untuk kepentingan evaluasi program.

Pembagian penelitian epidemiologik:

Penelitian Epidemiologik

Penelitian Epidemiologik Intervensi Survei Epidemiologik Survei Deskriptif Survei Analitik

Cross Sectional Case Control Cohort

Penelitian epidemiologik intervensi ialah penelitian dimana peneliti memberikan perlakuan atau manipulasi pada masyarakat, kemudian efek perlakuan tersebut diobservasi, baik secara individual maupun kelompok. Penelitian intervensi mempunyai potensi mengungkap mekanisme sebab-akibat antara faktor risiko penyebab penyakit dengan efek. Survei epidemiologik ialah penelitian observasi yang dilakukan pada fenomena kesehatan (faktor risiko dan efek) tanpa manipulasi. Survei deskritif ialah suatu penelitian yang tujuan utamanya melakukan eksplorasi deskriptif terhadap fenomena kesehatan masyarakat tanpa menganalisis bagaimana dan mengapa fenomena tersebut terjadi. Survei analitik ialah suatu penelitian yang menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan masyarakat terjadi.

2. Penelitian Evaluatif Reviu program : menilai kelengkapan sarana atau upaya peningkatan kesehatan dalam masyarakat. Trial : suatu penelitian eksperimental yang bertujuan untuk menilai derajat keamanan dan kemanjuran suatu obat.

3. Penelitian LaboratoriumPenelitian yang dilakukan di laboratorium, dapat berupa eksperimen, survei atau trial asal observasi utamanya dilakukan dengan menggunakan peralatan dan metode dalam laboratorium.DESAIN PENELITIAN 1. Cross-SectionalSurvey cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika kolerasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Penelitian cross sectional ini sering disebut juga penelitian transversal, dan sering digunakan dalam penelitian-penelitian epidemiologi.Kelebihan Relatif cepat dan murah untuk mendeteksi adanya kejadian luar biasa. Mudah dilaksanakan karena pengukuran variabel-variabel hanya dilakukan satu kali, pada satu saat (tidak ada follow-up). Menghasilkan hipotesis spesifik untuk penelitian analitis. Dapat digunakan untuk mengetahui prevalensi penyakit dan masalah kesehatan lainnya pada masyarakat.Kelemahan Subyek penelitian besar bila variabelnya banyak. Kesimpulan korelasi faktor risiko dengan efek lemah. Hubungan waktu tidak bisa ditentukan sehingga peran logika dan teori penting. Tidak dapat menggambarkan perkembangan penyakit secara akurat. Tidak valid untuk meramalkan suatu kecenderungan (nilai prognostiknya lemah). Tidak tepat untuk meneliti penyakit yang durasinya pendek

2. Case ControlRancangan epidemiologis yang mempelajari hubungan antara paparan (amatan penelitian) dan penyakit, dengan cara membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status paparannya. Mempelajari seberapa jauh faktor risiko mempengaruhi terjadinya efek. Faktor risiko dipelajari melalui pendekatan retrospektif efek diidentifikasi saat ini, faktor risiko diidentifikasi masa lalu.

Langkah-langkah Case Control : Menetapkan pertanyaan penelitian dan hipotesis yang sesuai. Menetapkan variabel penelitian. Menetapkan subjek penelitian. Melakukan pengukuran variabel. Analisis hasil.

Ciri-ciri Penelitian Case Control :Pemilihan subyek berdasarkan status penyakitnya, untuk kemudian dilakukan amatan apakah subyek mempunyai riwayat terpapar atau tidak. Subyek yang didiagnosis menderita penyakit disebut Kasus, berupa insidensi yang muncul dan populasi, sedangkan subyek yang tidak menderita disebut Kontrol. Jenis penelitian ini dapat saja berupa penelitian restrospektif bila peneliti melihat ke belakang dengan menggunakan data yang berasal dari masa lalu atau bersifat prospektif bila pengumpulan data berlangsung secara berkesinambungan sering dengan berjalannya waktu. Idealnya penelitian kasus kontrol itu menggunakan kasus (insiden) baru untuk mencegah adanya kesulitan dalam menguraikan faktor yang berhubungan dengan penyebab dan kelangsungan hidup.

Karakteristik Penelitian Case Control: Merupakan penelitian observasional yang bersifat retrospektif. Penelitian diawali dengan kelompok kasus dan kelompok kontrol. Kelompok kontrol digunakan untuk memperkuat ada tidaknya hubungan sebab-akibat. Terdapat hipotesis spesifik yang akan diuji secara statistik

Kelebihan : Cocok untuk mempelajari penyakit yang jarang ditemukan. Hasil cepat, ekonomis. Subyek penelitian bisa lebih sedikit. Memungkinkan mengetahui sejumlah faktor risiko yang mungkin berhubungan dengan penyakit. Kesimpulan korelasi lebih baik, karena ada pembatasan dan pengendalian faktor risiko. Tidak mengalami kendala etik.

Kelemahan : Bias. Tidak diketahui pengaruh variabel luar yang tak terkendali dengan teknik matching. Pemilihan kontrol dgn mathcing akan sulit bila faktor risiko yg di matchingkan banyak. Kelompok kasus dan kontrol tidak random.

3. CohortPenelitian kohort sering disebut penelitian prospektif adalah suatu penelitian survei (non eksperimen) yang paling baik dalam mengkaji hubungan antara faktor risiko dengan efek (penyakit). Artinya, faktor risiko yang akan dipelajari diidentifikasi dahulu, kemudian diikuti ke depan secara prospektif timbulnya efek, yaitu penyakit atau salah satu indikator status kesehatan.

Kelebihan : Studi kohort merupakan desain yang terbaik dalam menentukan insidens dan perjalanan penyakit atau efek yang diteliti. Dapat dipakai untuk mengetahui ada tidaknya asosiasi antara faktor risiko dan penyakit. Dapat memberi keterangan yang lebih lengkap mengenai faktor risiko yang dialami oleh indvidu dan riwayat alamiah perjalanan penyakit. Dapat sangat mereduksi bias informasi. Tidak akan terjadi masalah recall atau memori. Masalah etika lebih sedikit dibandingkan dengan study eksperimental. Dapat dipakai langsung untuk menghitung insidens rate dari penyakit dan risiko relatif dari faktor risiko yang sedang diteliti. Informasi mengenai studi mudah dimengerti oleh orang yang bukan ahli epidemiologi. Karena pengamatan dilakukan secara kontinu dan longitudinal, maka studi kohort memiliki kekuatan yang andal untuk meneliti berbagai masalah kesehatan yang semakin meningkat.

Kelemahan : Memerlukan ukuran sampel yang besar, terutama untuk jenis penyakit yang sedikit dijumpai di masyarakat. Hendaklah dihindari dengan memilih kasus yang sering terjadi, atau penyakit yang tidak kompleks. Memerlukan waktu follow up yang cukup lama. Untuk itu perlu dipilih penyakit- penyakit yang mempunyai masa inkubasi yang singkat. Biaya yang diperlukan selama studi cukup besar dan mahal. Follow up kadang-kadang sulit dilaksanakan dan loss follow up dapat mempengaruhi hasil penelitian. Studi kohort seringkali rumit. Untuk menghindarinya pilihlah populasi yang stabil, dan tidak berpindah-pindah tempat. Kurang efisien segi waktu maupun biaya untuk meneliti kasus yang jarang terjadi. Terancam terjadinya drop out atau terjadinya perubahan intensitas paparan atau faktor risiko akan dapat mengganggu analisis. Dapat menimbulkan masalah etika oleh karena peneliti membiarkan subyek terkena paparan yang dicurigai atau dianggap dapat merugikan subyek. Hendaknya memilih faktor risiko atau exposure yang tidak berbahaya.

TEHNIK PENGAMBILAN SAMPEL1. Teknik Random Sampling.Teknik Random sampling ialah teknik pengambilan sampel dimana semua individu dalam populasi, baik secara individual atau berkelompok diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.Random sampling yang juga diberi istilah pengambilan sampel secara rambang atau acak yaitu pengambilan sampel yang tanpa pilih-pilih dan didasarkan atas prinsip-prinsip matematis yang telah diuji dalam praktek. Sebab dipandang sebagai teknik sampling paling baik dalam sebuah penelitian. Sampel yang diperoleh secara rambang lebih mantap bila dibandingkan dengan incidental sampel yang diperoleh secara insidental. Sebab cara ini kurang menggunakan prinsip ilmiah yang baik.Dalam praktek produser Random sampling meliputi : a. Cara undian.b. Cara ordinal : Cara ini dilakukan dengan memilih nomor-nomor genap, gasal, atau kelipatan tertentu. c. Cara randomisasi dari tabel bilangan Random.

2. Teknik Non Random Sampling.Teknik Non Random sampling ialah cara pengambilan sampel yang tidak semua anggota populasi diberi kesempatan untuk dipilih menjadi sampel. Semua teknik sampling yang tidak tergolong dalam random sampling adalah tergolong dalam jenis teknik sampling non random. Macam-macam sampling dalam non random sampling ialah :a. Teknik proporsional sampling.Teknik ini menghendaki cara pengambilan sampel dari setiap sub populasi dengan memperhitungkan besar kecilnya sub populasi tersebut. Cara ini dapat memberi landasan generalisasi yang lebih dapat dipertanggung jawabkan dari pada apabila tanpa memperhitungkan besar kecilnya sub populasi dan setiap sub populasi.b. Teknik Stratifiet Sampling.Teknik ini biasa digunakan apabila populasi terdiri dari susunan kelompok yang bertingkat-tingkat.c. Teknik purposive sampling.Teknik ini berdasarkan pada ciri-ciri atau sifat tertentu yang diperkirakan mempunyai sangkut paut era dengan ciri-ciri atau sifat yang terdapat pada populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Jadi ciri-ciri atau sifat yang spesifik yang ada atau dilihat dalam populasi dijadikan kunci untuk pengambilan sampel. d. Teknik Quota Sampling.Teknik ini menghendaki pengambilan sampel berdasarkan pada Quotum (di Indonesia = kotum). Peneliti harus terlebih dahulu menetapkan jumlah subyek yang akan diselidiki. Subyek populasi harus ditetapkan kriterianya untuk menetapkan kriteria sampel. Ciri pokok dalam quota sampling ialah jumlah subyek yang telah ditetapkan akan terpenuhi. Kelemahan utama teknik ini ialah para petugas pengambil sampel kurang terawasi apakah kriteria-kriteria dalam populasi sudah tercermin dalam sampel sehingga teknik ini kurang disukai.

e. Teknik double samplingTeknik doubel sampling ialah pengambilan sampel yang mengusahakan adanya sampel kembar, yaitu sampel yang diperoleh secara angket (terutama angket yang diperoleh melalui pos). Dari cara itulah terdapat angket yang kembali dan tidak kembali. Masing-masing kelompok dicatat, kemudian bagi angket yang tidak kembali dipertegas dengan interviu. Jadi sampling kedua ini berfungsi menceksampling pertama (yang angketnya kembali). f. Teknik area probability sampling.Teknik ini menghendaki cara pengambilan sampel yang mendasarkan pada pembagian area (daerah-daerah) yang ada pada populasi. Yaitu daerah yang ada pada populasi di bagi-bagi menjadi beberapa daerah yang lebih kecil. g. Teknik cluster sampling.Teknik ini menghendaki adanya kelompok dalam pengambilan sampel berdasarkan atas kelompok yang ada pada populasi. Jadi populasi sengaja dipandang berkelompok, kemudian dicerminkan dalam sampel. Perlu digaris bawahi bahwa dalam suatu penelitian seseorang boleh menggunakan teknik area probability sampling sedang dalam menentukan obyeknya digunakan teknik random. Maka teknik samplingnya ialah area probability random sampling.

Kesimpulan: Jenis dan rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian dr. Gafur adalah penelitian analitik dengan desain case-control. Odds ratio pada kasus ini diperlukan untuk menentukan besar risiko untuk kejadian ISPA akibat ASI yang disapih di bawah usia 1 tahun. OR didapatkan 9,3. OR>1 merupakan faktor risiko yang artinya anak yang sudah disapih sebelum berusia 1 tahun atau yang non ASI dapat meningkatkan risiko terkena ISPA. Uji hipotesis yang tepat untuk kasus ini adalah uji hipotesis statistik nonparametris berupa uji Chi Kuadrat (X2). Chi kuadrat digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel bila datanya berbentuk nominal dan sampelnya besar. Pada penelitian ini, diambil taraf kesalahan 5%, dan dk = 1, maka harga X2 tabel = 3,841 dan untuk 1% = 6,635. Ternyata harga X2 hitung lebih besar dari harga X2 tabel baik untuk taraf kesalahan 5% maupun 1%. Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pemberian ASI sampai anak menginjak usia 2 tahun dengan kejadian ISPA di Puskesmas A.

DAFTAR PUSTAKA

Kamus saku kedokteran Dorland. 1998. Alih bahasa, Poppy Kumala; copy editor edisi bahasa Indonesia, Dyah Nuswantari. Ed.25 Jakarta: EGC.Pratiknya, Ahmad Watik. 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Ed.1 Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.Dahlan, Sopiyudin. 2012. Langkah-langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan. Ed. 2 Jakarta: Agung Seto.

22