skenario b blok 28 fix

103
LAPORAN TUTORIAL A BLOK 28 Disusun oleh: KELOMPOK L5 Anggota Kelompok: Indri Pratiwi 04111001034 Tiara Eka Mayasari 04111001035 Wira Dharma Utama 04111001048 M. Hadley Aulia 04111001052 Nyimas Inas M 04111001067 Vhandy Ramahadan 04111001070 Dipika Awinda 04111001074 Billy Peter 04111001078 Meuthia Alamsyah 04111001088 Birgitta Fajarai 04111001090 Fadhli Aufar Kasyfi 04111001091 Hanifah Shahab 04111001121 Pratiwi Raissa W 04111001122 Fatimah Shellya S 04111001123 Robiokta Alfi Mona 04111001125 Randa D.P 04111001141 Anggun Nurul Fitria 04111001143 Tutor: dr. Swanny, M.Sc.

Upload: mohammad-riedho-cahya-atazsu

Post on 11-Nov-2015

93 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

Skenario B Blok 28 Fix

TRANSCRIPT

LAPORANTUTORIAL A BLOK 28

Disusun oleh:

KELOMPOK L5Anggota Kelompok:Indri Pratiwi

04111001034Tiara Eka Mayasari

04111001035Wira Dharma Utama

04111001048M. Hadley Aulia

04111001052Nyimas Inas M

04111001067Vhandy Ramahadan

04111001070Dipika Awinda

04111001074Billy Peter

04111001078Meuthia Alamsyah

04111001088Birgitta Fajarai

04111001090Fadhli Aufar Kasyfi

04111001091Hanifah Shahab

04111001121Pratiwi Raissa W

04111001122Fatimah Shellya S

04111001123Robiokta Alfi Mona

04111001125Randa D.P

04111001141Anggun Nurul Fitria

04111001143Tutor: dr. Swanny, M.Sc.PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

TAHUN 2014KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas ridho dan karunia-Nya, laporan tutorial Skenario B Blok 28 ini dapat terselesaikan dengan baik.

Adapun laporan ini bertujuan untuk memenuhi rasa ingin tahu akan penyelesaian dari skenario yang diberikan, sekaligus sebagai tugas tutorial yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.

Tim Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan laporan ini.

Tak ada gading yang tak retak. Tim Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik pembaca akan sangat bermanfaat bagi revisi yang senantiasa akan penyusun lakukan.

Tim Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

2

DAFTAR ISI

3

I. SKENARIO

4

II. KLARIFIKASI ISTILAH

5III. IDENTIFIKASI MASALAH

6IV. ANALISIS MASALAH

7V. SINTESIS 46VI. KERANGKA KONSEP 91VII. KESIMPULAN 91VIII. DAFTAR PUSTAKA 92I. Skenario B Blok 28Dr. Gudman merupakan seorang dokter praktek umum yang bertugas di sebuah kecamatan yang penduduknya kebanyakan bekerja sebagai petani dan buruh kerja di perkebunan. Dr. Gudman juga telah melakukan kontrak dengan BPJS.

Hari ini ia kembali dikunjungi oleh Pak Kasti yang sudah lama menjadi langganannya. Dulu setiap 1 bulan sekali Pak Kasti datang berobat ke Dokter Gudman. Kalau bukan karena darah tingginya yang kumat maka penyakit gastritisnya yang kambuh. Tapi akhir-akhir ini Pak Kasti makin sering datang dan penyakitnya cenderung lebih berat. Namun Dr. Gudman selalu menerima Pak Kasti dengan ramah dan meresepkan obat-obatan yang bisa diberikannya.

Tapi kali ini Pak Kasti tidak langsung pulang sehabis menerima resep tersebut. Ia menanyakan kepada dokter tentang istrinya yang sejak lama sering mengalami sakit kepala. Setiap kali minum obat sakit kepala penyakitnya tersebut sembuh, tapi tidak beberapa lama kemudian sakit kepalanya terasa kembali. Sekarang ia juga sering merasa sakit diperut seperti saya. Tapi karena tidak separah yang saya alami ia tidak mau diajak berobat kesini. Bagaimana menurut Dokter? Mendengar itu Dr. Gudman menasihatkan kepada Pak Kasti agar kalau ada waktu membawa istrinya untuk datang berobat.

Sebagai salah seorang dokter praktek umum yang telah mendapatkan pelatihan tentang prinsip-prinsip dokter keluarga dan dokter layanan primer yang telah dikontrak oleh BPJS, anda diminta untuk mengevaluasi dan mengkritisi penatalaksanaan pasien yang telah dilakukan Dr. Gudman dalam menangani pasien tersebut dengan menerapkan secara lengkap dan benar semua prinsip-prinsip kedokteran keluarga dan dokter layanan primer tersebut.II. Klarifikasi Istilah1. Dokter praktek umum: Dokter yang memiliki kemampuan mengobati berbagai penyakit dan melakukan praktik medis untuk umum dan memiliki SIP dan STR

2. BPJS Ksehatan

: Badan hukum publik yang bertanggung jawab kepada presiden dan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk indonesia termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 bulan diindonesia.

3. Buruh Kerja

: Manusia yang menggunakan tenaga dan kemampuannya untuk mendapatkan balasan berupa pendapatan baik berupa uang maupun bentuk lainnya kepada pemberi kerja kepada pemberi kerja atau pengusaha atau majikan.

4. Petani

: Seseorang yang bergerak di bidang pertanian utamanya dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman seperti padi, bunga, bunga dan lain-lain.

5. Gastritis

: Suatu kondisi medis ditandai dengan peradangan pada lapisan tubuh.

6. Darah tinggi

: Kondisi medis kronik dengan tekanan darah di arteri meningkat diatas 140/90mmHg atau lebih.

7. Resep

: Permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter gigi atau dokter hewan kepada apoteker untuk membuat dan menyerahkan obat kepada pasien.

8. Dokter keluarga

: Dokter praktek yang memberi pelayanan kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat pada keluarga, yang memandang pasien sebagai individu dan bagian dari keluarga dengan pelayanan bersifat aktif dan pasif.

9. Dokter layanan primer: Dokter setelah dokter sarjana yang mengikuti pendidika kembali 2 tahun yang setara dengan dokter spesialis dan memberikan pelayanan kesehatan di tingkat pertama.

10. Evaluasi

: Suatu proses untuk menyediakan informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu tercapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu sandar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih diantara keduanya, serta bagaimana manfaat yang telah dikerjaan itu bila dibandingkan dengan harapan yang ingin diperoleh.

11. Kritisi

: Mengungkapkan suatu pandangan terhadap sesuatu dari sisi yang berbeda

III. Identifikasi Masalah

1. Dr. gudman merupakan seorang dokter praktek umum yang bertugas di sebuah kecamatan yang penduduknya kebanyakan bekerja sebagai petani dan buruh kerja di perkebunan dan telah melakukan kontrak dengan BPJS.

2. Dr. Gudman mempunyai pasien yang bernama Pak Kasti yang setiap 1 bulan sekali datang karena darah tinggi dan gastritisnya. Akhir-akhir ini Pak Kasti makin sering datang dan penyakitnya cenderung lebih berat. Dr. Gudman selalu menerima Pak Kasti dengan ramah dan meresepkan obat-obatan yang diberikannya.

3. Sekarang Pak Kasti mengkonsultasikan kepada dokter tentang istrinya yang sejak lama mengalami sakit kepala yang sembuh setelah minum obat yang kembali kambuh setelah beberapa saat. Sekarang istri Pak Kasti juga sering merasa sakit di perut seperti Pak Kasti namun karena tidak separah Pak Kasti, Istri Pak Kasti tidak mau diajak berobat. Dr. Gudman menasihatkan kepada Pak Kasti agar membawa istrinya jika berobat.

IV. Analisis Masalah

1) Bagaimana tugas dan kompetensi dari ?

Dokter praktek umum

A. AREA KOMPETENSI

Kompetensi dibangun dengan pondasi yang terdiri atas profesionalitas yang luhur,

mawas diri dan pengembangan diri, serta komunikasi efektif, dan ditunjang oleh pilar

berupa pengelolaan informasi, landasan ilmiah ilmu kedokteran, keterampilan klinis,

dan pengelolaan masalah kesehatan.

Area Profesionalitas yang Luhur

1. Berke-Tuhanan Yang Maha Esa/Yang Maha Kuasa

2. Bermoral, beretika dan disiplin

3. Sadar dan taat hukum

4. Berwawasan sosial budaya

5. Berperilaku profesional

Area Mawas Diri dan Pengembangan Diri

6. Menerapkan mawas diri

7. Mempraktikkan belajar sepanjang hayat

8. Mengembangkan pengetahuan

Area Komunikasi Efektif

9. Berkomunikasi dengan pasien dan keluarga

10. Berkomunikasi dengan mitra kerja

11. Berkomunikasi dengan masyarakat

Area Pengelolaan Informasi

12. Mengakses dan menilai informasi dan pengetahuan

13. Mendiseminasikan informasi dan pengetahuan secara efektif kepada profesional kesehatan, pasien, masyarakat dan pihak terkait untuk peningkatan mutu pelayanan kesehatan

Area Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran

14. Menerapkan ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran Klinik, dan ilmu Kesehatan Masyarakat/ Kedokteran Pencegahan/Kedokteran Komunitas yang terkini untuk mengelola masalah kesehatan secara holistik dan komprehensif.

Area Keterampilan Klinis

15. Melakukan prosedur diagnosis

16. Melakukan prosedur penatalaksanaan yang holistik dan komprehensif

Area Pengelolaan Masalah Kesehatan

17. Melaksanakan promosi kesehatan pada individu, keluarga dan masyarakat

18. Melaksanakan pencegahan dan deteksi dini terjadinya masalah kesehatan pada individu, keluarga dan masyarakat

19. Melakukan penatalaksanaan masalah kesehatan individu, keluarga dan masyarakat

20. Memberdayakan dan berkolaborasi dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan

21. Mengelola sumber daya secara efektif, efisien dan berkesinambungan dalam penyelesaian masalah kesehatan

22. Mengakses dan menganalisis serta menerapkan kebijakan kesehatan spesifik yang merupakan prioritas daerah masing-masing di Indonesia

Kompetensi dokter layanan kedokteran primer termuat dalam dokumen Konsil Kedokteran Indonesia tahun 2006 berjudul STANDAR KOMPETENSI DOKTER yang menjabarkannya dalam 7 area kompetensi.

1. Area Komunikasi Efektif: mampu menggali dan bertukar informasi secara verbal dan nonverbal dengan pasien semua usia, anggota keluarga, masyarakat, kolega, dan profesi lain.

2. Area Keterampilan Klinis: melakukan prosedur klisnis dalam menghadapi masalah kedokteran sesuai dengan kebutuhan pasien dan kewenangannya.

3. Area landasan ilmiah ilmu kedokteran: mengidentifikasi, menjelaskan, dan merancang

penyelesaian masalah kesehatan secara ilmiah menurut ilmu kedokteran-kesehatan mutakhir untuk mendapat hasil yang optimum.

4. Area Pengelolaan Masalah Kesehatan: mengelola masalah kesehatan individu, keluarga, maupun masyarakat secara komprehensif, holistik, bersinambung, koordinatif, dan kolaboratif dalam konteks pelayanan kesehatan tingkat primer.

5. Area Pengelolaan Informasi: mengakses, mengelola, menilai secara kritis kesahihan dan

kemamputerapan informasi untuk menjelaskan dan menyelesaikan masalah, atau mengambil

keputusan dalam kaitan dengan pelayanan kesehatan di tingkat primer.

6. Area Mawas Diri dan Pengembangan Diri: melakukan praktik kedokteran dengan penuh

kesadaran atas kemampuan dan keterbatasannya; mengatasi masalah emosional, personal,

kesehatan, dan kesejahteraan yang dapat mempengaruhi kemampuan profesinya; belajar sepanjang hayat; merencanakan, menerapkan, dan memantau perkembangan profesi secara sinambung.

7. Area Etika, Moral, Medikolegal dan Profesionalisme serta Keselamatan Pasien: berperilaku profesional dalam praktik kedokteran serta mendukung kebijakan kesehatan; bermoral dan beretika serta memahami isu etik maupun aspek medikolegal dalam praktik kedokteran; menerapkan program keselamatan pasien.

Tingkat Kemampuan Dokter Umum

Tingkat Kemampuan 1: mengenali dan menjelaskanLulusan dokter mampu mengenali dan menjelaskan gambaran klinik penyakit, dan mengetahui cara yang paling tepat untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai penyakit tersebut, selanjutnya menentukan rujukan yang paling tepat bagi pasien. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.

Tingkat Kemampuan 2: mendiagnosis dan merujukLulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut dan menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.

Tingkat Kemampuan 3: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan awal, dan merujuk3A. Bukan gawat daruratLulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat darurat. Lulusan dokter mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.

3B. Gawat daruratLulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi menyelamatkan nyawa atau mencegah keparahan dan/atau kecacatan pada pasien. Lulusan dokter mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.

Tingkat Kemampuan 4: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara mandiri dan tuntasLulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan

penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.

4A. Kompetensi yang dicapai pada saat lulus dokter4B. Profisiensi (kemahiran) yang dicapai setelah selesai internsip dan/atau Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB) Dokter Keluarga Tugas dokter keluarga:

Berusaha mengatasi masalah kesehatan keluarga secara menyeluruh ,anatar lain:

Menilai perkembangan sebuah oenyakit yang dialami pasien dalam sebuah keluarga serta peran keluarga dalam pencegahan dan perawatan pasien,

Melihat pola penyakit tertentu dalam keluarga terkait kebiasaan keluarga tersebut

Melihat pengaruh faktor social, ekonomi, dan pendidikan keluarga terhadap perilaku kesehatannya.

Menilai peran dokter keluarga sebagai Pembina keluarga dalam mengubah perilaku kesehatan keluarga.

kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap Dokter Keluarga secara garis besarnya ialah :a. Menguasai dan mampu menerapkan konsep operasional kedokteran keluarga

b. Menguasai pengetahuan dan mampu menerapkan ketrampilan klinik dalam pelayanan kedokteran keluargac. Menguasai ketrampilan berkomunikasi

Dan diharapkan dapat menyelenggarakan hubungan profesional dokter-pasien untuk :

a. Secara efektif berkomunikasi dengan pasien dan semua anggota keluarga dengan perhatian khusus terhadap peran dan risiko kesehatan keluarga

b. Secara efektif memanfaatkan kemampuan keluarga untuk berkerjasana menyelesaikan masalah kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit, serta pengawasan dan pemantauan risiko kesehatan keluarga

c. Dapat bekerjasama secara profesional secara harmonis dalam satu tim pada penyelenggaraan pelayanan kedokteran/kesehatan.

KOMPETENSI DOKTER KELUARGA:Dokter keluarga harus mempunyai kompetensi khusus yang lebih dari pada seoranglulusan fakultas kedokteran pada umumnya. Kompetensi khusus inilah yang perlu dilatihkanmelalui program perlatihan ini. Yang dicantumkan disini hanyalah kompetensi yang harusdimiliki oleh setiap Dokter Keluarga secara garis besar. Rincian memgenai kompetensi ini, yangdijabarkan dalam bentuk tujuan pelatihan, akan tercantum dibawah judul setiap modul pelatihanyang terpisah dalam berkas tersendiri karena akan lebih sering disesuaikan denganperkembangan ilmu dan teknologi kedokteran.

a. Menguasai dan mampu menerapkan konsep operasional kedokteran keluarga

b. Menguasai pengetahuan dan mampu menerapkan ketrampilan klinik dalam pelayanankedokteran keluarga,

c. Menguasai ketrampilan berkomunikasi,

menyelenggarakan hubungan profesional dokter- pasien untuk :

a. Secara efektif berkomunikasi dengan pasien dan semua anggota keluarga dengan perhatiankhusus terhadap peran dan risiko kesehatan keluarga,

b. Secara efektif memanfaatkan kemampuan keluarga untuk berkerjasana menyelesaikanmasalah kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit, sertapengawasan dan pemantauan risiko kesehatan keluarga

c. Dapat bekerjasama secara profesional secara harmonis dalam satu tim pada penyelenggaraanpelayanan kedokteran/kesehatan

Memiliki keterampilan manajemen pelayanan kliniks.a. Dapat memanfaatkan sumber pelayanan primer dengan memperhitungkan potensi yangdimiliki pengguna jasa pelayanan untuk menyelesaikan. masalahnya,

b. Menyelenggarakanpelayan kedokteran keluarga yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan.B. Memberikan pelayanan kedokteran berdasarkan etika moral dan spritual.

c. Memiliki pengetahuan dan ketrampilan di bidang pengelolaan pelayanan kesehatan termasuksistem pembiayaan (Asuransi Kesehatan/JPKM).\

Dokter layanan primer

Fungsi dokter layanan primer adalah sebagai gate keeper bagi masyarakat yang berobat sehingga tidak langsung ke layanan sekunder dan tersier. Dokter layanan primer merupakan kelanjutan dari program profesi dokter dan internship yang setara spesialis. Sebagai gate keeper, dokter layanan primer memiliki 4 fungsi pokok, yaitu:

First Contact. Merupakan dokter layanan tingkat pertama yang dikunjungi setiap masyarakat yang mendapat masalah kesehatan.

Continuity. Hubungan dokter layanan primer dengan pasien berlangsung kontinyu sehingga penanganan penyakit dapat berjalan optimal.

Comprehensiveness. Dokter layanan primer melakukan pelayanan yang komprehensif, terutama untuk promotif dan preventif.

Coordination. Dokter layanan primer berperan sebagai koordinator pelayanan bagi peserta untuk mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhan.

2) Bagaimana prinsip dokter praktek umum ?

Dokter praktek umum 1. Menyelenggarakan pelayanan komprehensif dengan pendekatan holistik

2. Menyelengarakan pelayanan yang bersinambung (kontinu)

3. Menyelenggarakan pelayanan yang mengutamakan pencegahan

4. Menyelenggarakan pelayanan yang bersifat koordinatif dan kolaboratif

5. Menyelenggarakan pelayanan personal (individual) sebagai bagian integral dari keluarganya

6. Mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan

7. Menjunjung tinggi etika, moral dan hukum

8. Menyelenggarakan pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu

9. Menyelenggarakan pelayanan yang dapat diaudit dan dipertangungjawabkan

Secara logis dokter praktik umum (DPU) yang telah menyelenggarakan prinsip di atas patut mendapat sebutan DK walaupun sebutan itu mungkin hanya datang dari komunitas pasien yang dilayaninya. Kenyataannya sebagian besar DPU di Indonesia terutama yang sukses dalam praktiknya sehari-hari sebenarnya telah menjalankan prinsip tersebut secara naluriah. Dokter Keluarga Prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga di Indonesia mengikuti anjuran WHO dan WONCA yang mencantumkan prinsip-prinsip ini dalam banyak terbitannya. Prinsip-prinsip ini juga merupakan simpulan untuk dapat meningkatkan kualitas layanan dokter primer dalam melaksanakan pelayanan kedokteran. Prinsip-prinsip pelayanan/pendekatan kedokteran keluarga adalah memberikan/mewujudkan:

1. Pelayanan yang holistik dan komprehensif

2. Pelayanan yang kontinu

3. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan

4. Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif

5. Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari keluarganya

6. Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan tempat tinggalnya

7. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum

8. Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertanggungjawabkan

9. Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu Dokter layanan primer

Ciri dokter layanan primer adalah: (Goroll, 2006)

1. Menjadi kontak pertama dengan pasien dan memberi pembinaan berkelanjutan(continuing care)2. Membuat diagnosis medis dan penangannnya3. Membuat diagnosis psikologis dan penangannya4. Memberi dukungan personal bagi setiap pasien dengan berbagai latar belakang dan berbagai stadium penyakit5. Mengkomunikasikan informasi tentang pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan prognosis, dan6. Melakukan pencegahan danpengendalian penyakit kronikdan kecacatan melalui penilaian risiko, pendidikan kesehatan, deteksi dini penyakit, terapi preventif, dan perubahan perilaku.

3) Bagaimana menjalin kerja sama dengan BPJS ? (kontrak) Syarat Fasilitas

Fasilitas kesehatan tingkat pertama yang ingin bekerja sama dengan BPJS Kesehatan harus dapat melayani:

pelayanan kesehatan promotif,

pelayanan kesehatan preventif,

pelayanan kesehatan kuratif,

pelayanan kesehatan rehabilitatif,

pelayanan kebidanan,

pelayanan kesehatan darurat medis,

pelayanan penunjang (laboratorium sederhana dan farmasi). Jika faskes tidak memiliki layanan penunjang, maka wajib membangun jejaring dengn sarana penunjang tersebut.

Kelengkapan dokumen

a. Praktik dokter atau dokter gigi:

Surat Ijin Praktik (SIP);

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

Perjanjian kerja sama dengan laboratorium, apotek, dan jejaring lainnya; dan

Surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait dengan Jaminan Kesehatan Nasional.

a. Puskesmas atau yang setara:

Surat Ijin Operasional;

Surat Ijin Praktik (SIP) bagi dokter/dokter gigi, Surat Ijin Praktik Apoteker (SIPA) bagi Apoteker, dan Surat Ijin Praktik atau Surat Ijin Kerja (SIP/SIK) bagi tenaga kesehatan lain;

Perjanjian kerja sama dengan jejaring, jika diperlukan; dan

Surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait dengan Jaminan Kesehatan Nasional.

a. Klinik Praktek atau yang setara:

Surat Ijin Operasional;

Surat Ijin Praktik (SIP) bagi dokter/dokter gigi dan Surat Ijin Praktik atau Surat Ijin Kerja (SIP/SIK) bagi tenaga kesehatan lain;

Surat Ijin Praktik Apoteker (SIPA) bagi Apoteker dalam hal klinik menyelenggarakan pelayanan kefarmasian;

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) badan;

Perjanjian kerja sama dengan jejaring, jika diperlukan; dan

Surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait dengan Jaminan Kesehatan Nasional.

a. Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang setara:

Surat Ijin Operasional;

Surat Ijin Praktik (SIP) tenaga kesehatan yang berpraktik;

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) badan;

Perjanjian kerja sama dengan jejaring, jika diperlukan; dan

Surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait dengan Jaminan Kesehatan Nasional.

a. Persyaratan bagi praktik bidan dan/atau praktik perawat pada wilayah yang tidak terdapat dokter:

Surat Ijin Praktik (SIP);

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

Perjanjian kerja sama dengan dokter atau puskesmas pembinanya; dan

Surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait dengan Jaminan Kesehatan Nasional.

Prosedur Kerja Sama Faskes dengan BPJS Kesehatan*Kredensialing adalah penilaian kelayakan.

Cara Pembayaran

BPJS Kesehatan membayar pelayanan kesehatan yang dikontrak dengan tarif Kapitasi dan non Kapitasi.

Tarif Kapitasi adalah besaran pembayaran per-bulan yang dibayar dimuka oleh BPJS Kesehatan kepada fasilitas kesehatan tingkat pertama berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa menghitung jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan. (Permenkes No.69 Tahun 2013)

Tarif non Kapitasi adalah besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama berdasarkan jenis dan jumlah layanan yang diberikan. (Permenkes No.69 Tahun 2013). Tarif non Kapitasi hanya diberikan untuk beberapa pelayanan yang telah ditentukan

Tarif KapitasiFaskesTarif (Rp)

Puskesmas3.000 6.000

Praktek Dokter Umum8.000 10.000

Klinik Umum8.000 10.000

RS Kelas D Pratama8.000 10.000

Praktik Dokter Gigi2.000

Tarif non KapitasiJenis LayananTarif (Rp)

Paket Rawat Inap per hari100.000

Pemeriksaan ANC*25.000

Persalinan pervaginam normal600.000

Penanganan perdarahan paska keguguran, persalinan pervaginam dengan tindakan emergensi dasar750.000

Pemeriksaan PNC/neonates*25.000

Pelayanan tindakan paska persalinan (mis. placenta manual)175.000

Pelayanan pra rujukan pada komplikasi kebidanan dan neonatal125.000

Pelayanan KB pemasangan*:

- IUD/Implant

- Suntik100.000

15.000

Penanganan komplikasi KB paska persalinan125.000

* berlaku untuk pelayanan kesehatan kebidanan dan neonatal di luar faskes tingkat pertama yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan

4) Apa keuntungan dan kerugian menjalin kerjasama dengan BPJS ? (Kapitasi) Keuntungan menjadi dokter yang menjalin kerjasama dengan BPJS adalah:

Menerima pembayaran klaim atas pelayanan yang diberikan..

Mendapat informasi tentang cara pemberian pelayanan kesehatan kepada peserta.

Mendapat informasi tentang ruang lingkup dan prosedur pelayanan kesehatan yang disediakan bagi pasien

Sistem kapitasi adalah suatu sistem yang digunakan untuk pembayaran klain terhadap fasilitas kesehatan. Bagi seorang dokter praktek perorangan, nilai kapitasi yang diberikan adalah Rp 8.000,00 dengan peserta 500-3000 orang.

Kerugian:

Bila tidak melakukan managed care yang optimal, maka seorang dokter akan mengalami kerugian.

Tidak semua pasien dapat ditangani sampai tuntas, dan harus melakukan sistem rujukan yang akan menyulitkan pasien, sehingga dapat mengurangi rasa percaya pasien.

5) Bagaimana Hak dan kewajiban dokter umum yang bekerjasama dengan BPJS ? Hak dan Kewajiban dr/drg

UU 29/2004 PK, psl 50 -51

Hak Dokter

Memperoleh perlindungan hukum

Memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan prosedur operasional

Memperoleh informasi lengkap dan jujur dari pasien dan keluarga pasien

Menerima imbalan jasa

Mekanisme pembayaran klaim terhadap fasilitas kesehatan di tingkat pertama seperti klinik, dokter keluarga, Puskesmas adalah tarif kapitasi. Dan untuk fasilitas kesehatan rujukan seperti Rumah Sakit (RS) menggunakan Ina CBGs.

Tarif kapitasi diberikan kepada fasilitas kesehatan primer berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar dalam suatu wilayah tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan. Kapitasi yang dibayar BPJS Kesehatan mengacu beberapa hal seperti berapa banyak dokter yang bertugas pada satu fasilitas kesehatan primer. Kemudian bentuknya apakah klinik atau Puskesmas. Tarif ini terdiri atas Rp. 3 ribu Rp. 6 ribu untuk puskesmas, Rp. 8 ribu Rp. 10 ribu untuk klinik pratama, praktek dokter, atau dokter praktek beserta jaringannya, dan Rp 2 ribu untuk praktik dokter gigi mandiri untuk satu satu orang peserta dalam satu bulan. Perbedaan didasarkan atas kelengkapan fasilitas dan kapasitas pasien pada tiap layanan kesehatan. Lewat sistem kapitasi, fasilitas kesehatan primer dituntut bukan hanya mengobati peserta BPJS Kesehatan tapi juga memberikan pelayanan promotif dan preventif atau pencegahan. Jadi pemasukan fasilitas kesehatan primer tidak tergantung dari banyaknya pasien yang datang setiap bulannya, tetapi pada jumlah peserta terdaftar yang menjadi tanggungan di wilayahnya. Pendapatan dokter layanan primer, akan bergantung pada sisa biaya kapitasi. Makin sedikit masyarakat yang sakit, maka biaya kapitasi yang digunakan untuk mengobati penyakit semakin kecil. Sehingga sisa biaya, yang salah satunya digunakan untuk membayar jasa medik dokter, bisa semakin besar. Untuk dokter yang bekerja di puskesmas mungkin akan mendapat jasa medik. yang besar karena banyaknya pasien BPJS yang berasal dari askes dan jamkesmas. Akan tetapi besarnya jasa medik yang diterima dokter di puskesmas tergantung dari status puskemas itu sendiri apakah berstatus Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) atau bukan. Kalau berstatus BLUD, maka dananya dikelola secara mandiri oleh puskesmas yang bersangkutan. Sedangkan yang bukan BLUD, dananya akan melalui pemerintah daerah dulu. Untuk dokter keluarga dan dokter praktek yang ikut BPJS, mereka harus berjuang untuk mendapatkan pasien BPJS yang terdaftar atas namanya. Sehingga mereka dituntut untuk menjalin jejaring sekaligus mempromosikan BPJS ini.

Pada sistem Ina CBGs, tarifnya sesuai dengan diagnosis penyakit dan tipe rumah sakit. Jadi semakin tinggi tipe rumah sakitnya, semakin besar tarif yang dikeluarkan sesuai dengan diagnosis penyakit.Tarif rumah sakit A, B, C, dan D berbeda bergantung pada fasilitas dan kapasitas di rumah sakit tersebut.Pemasukan dokter tergantung pada RS yang bersangkutan. Pembayaran dokter tidak lagi menggunakan mekanismefee for serviceatau pola PPE (Paket Pelayanan Esensial)- menggunakan sistem reimburse, melainkan renumerasi. Maksudnya, gaji bulanan berbasis pada kinerja.Tarif ini nantinya mirip gaji bulanan dan diterima dalam jumlah tetap. Sistem renumerasi merupakan kesepakatan antara dokter dan manajemen rumah sakit maupun pemerintah. Tarif renumerasi tersebut dibayar dengan harga paket yang ada dalam INA-CBGs, termasuk penggunaan obat dan fasilitas lainnya. Yang menjadi kendala pada sistem renumerasi adalah bagaimana mendapatkan nilai yang adil sesuai dengan beban kerja dokter yang bersangkutan. Kalau menggunakan tariff yang dulu yaitu tariffee for service, tampak jelas jumlah jasa medik yang didapat sesuai dengan pelayanan yang diberikan pada masing-masing dokter.

Kewajiban Dokter

Memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur operasional

Merujuk pasien ke dr/drg lain yang punya keahlian lebih baik

Merahasiakn segala sesuatu ttg pasien, bahkan setelah pasien meninggal dunia.

Melakukan pertolongan darurat atas dasar kemanusiaan

Menambah dan mengikuti iptek

6) Bagaimana pemasaran sosial yang harus dilakukan Dr. Gudman pada daerah yang penduduknya kebanyakan petani dan buruh kerja ? Pemasaran Sosial (Social marketing) pada dokter keluarga adalah:

Upaya memuaskan konsumen Suatu proses manajemen Suatu proses pertukaran Kegiatan yang terintegrasi Persaingan dan keunggulan daya saing Dalam social marketing dibutuhkan segmentasi, yaitu proses membagi pasar menjadi bagian-bagian konsumen yang khas yang mempunyai kebutuhan atau sifat yang sama dan kemudian memilih satu atau lebih segmen yang akan dijadikan sasaran bauran pemasaran yang berbeda. Segmentasi dapat dilakukan berdasarkan demografi, psikografik, geografi, benefit, loyalitas, respon promosi.Dalam social marketing dokter keluarga harus melakukan promosi yang meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut.

Periklanan Penjualan tatap muka Promosi penjualan Hubungan masyarakat Publisitas Pemasaran langsungFungsi Promosi:

Informing (Memberikan Informasi) Persuading (Membujuk) Reminding (Mengingatkan) Adding Value (Menambah nilai) Assisting(Mendampingi upaya-upaya lain dari perusahaan) Pada kasus ini, perencanaa promosi kesehatan yang harus dilakukan dr. Gudman adalah:

a. Menetapkan permasalahan dengan melakukan tinjau lokasi

b. Menetapkan sasaran

Berdasarkan pentahapan upaya promosi kesehatan, maka sasaran dibagi dalam tiga kelompok sasaran, yaitu :

1. Sasaran Primer (primary target)

Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi, kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, Ibu hamil dan menyusui anak untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) serta anak sekolah untuk kesehatan remaja dan lain sebagianya. Sasaran promosi ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat (empowerment). Sesuai misi pemberdayaan. Pada kasus ini sasaran primernya adalah: kepala keluarga, petani, buruh kerja.2. Sasaran Sekunder (secondary target)

Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, serta orang-orang yang memiliki kaitan serta berpengaruh penting dalam kegiatan promosi kesehatan, dengan harapan setelah diberikan promosi kesehatan maka masyarakat tersebut akan dapat kembali memberikan atau kembali menyampaikan promosi kesehatan pada lingkungan masyarakat sekitarnya. Tokoh masyarakat (tokoh adat, tokoh agama) yang telah mendapatkan promosi kesehatan diharapkan pula agar dapat menjadi model dalam perilaku hidup sehat untuk masyarakat sekitarnya.

3. Sasaran Tersier (tertiary target)

Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah pembuat keputusan (decission maker) atau penentu kebijakan (policy maker). Hal ini dilakukan dengan suatu harapan agar kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok tersebut akan memiliki efek/dampak serta pengaruh bagi sasaran sekunder maupun sasaran primer dan usaha ini sejalan dengan strategi advokasi (advocacy). Misal : Pembuat kebijakan mulai dari pusat sampai ke daerah

c. Menentukan target dan tujuan

a. Tujuan intruksional umum

1. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga, dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal dan diharapkan Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan masyarakat yang dalam kasus ini sebagian besar bekerja sebagai petani dan buruh kerja dapat merubah perilaku dalam membina dan memelihara kesehatan menjadi lebih baik lagi.

2. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, dan kelompok dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental, dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu hamil3. Menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah perilaku perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan.d. Menentukan isi

i. Advokasi

Dr. gudman sebaiknya harus melakukan advokasi kepada pejabat kecamatan, puskesmas, maupun instansi-instansi terkait penetapan peraturan-peraturan di wilayah kecamatan. Dimana tujuan akhir dari pertemuan tersebut bersama-sama membuat kesepakatan antara pejabat kepala puskesmas dan masyarakat untuk melaksanakan kegiatan contohnya kegiatan penyuluhan, posyandu, dan lain-lain

ii. Pemberdayaan Masyarakat

Dr. Gudman sebaiknya melakukan berbagai upaya untuk memperkenalkan kepada masyarakat mengenai PHBS untuk meningkatkan kualitas kesehatan keluarga dan keselamatan kerja bagi petani dan buruh kerja di perkebunan baik dalam bentuk penyuluhan ataupun dengan membentuk kader/delegasi agar nantinya bias mendatangi rumah warga satu persatu.

e. Menentukan media

Desain media promosi harus menarik dan menggunakan warna-warna yang menarik. Ukuran media promosi dapat membacanya dengan jelas dari kejauhan dan enempatan media promosi yang strategis.

Pemanfaatan media seperti billboard di halaman, poster di dinding ruangan, pertunjukan filem, pemuatan makalah/berita di majalah dinding, serta penyelenggaraan diskusi, mengundang pakar atau alim-ulama atau figur publik untuk berceramah, pemanfaatan halaman untuk taman obat/taman gizi dan lain-lain.

Pemanfaatan media seperti pemasangan spanduk dan atau billboard di jalan-jalan desa / kelurahan , penempelan poster di tempat-tempat strategis dan spanduk di tempat-tempat keramaian yang sesuai dengan kelompok sasaran (balai desa, Posyandu, Poskesdes, Puskesmas, dll)., pembuatan dan pemeliharaan taman obat/taman gizi percontohan di beberapa lokasi, serta pemanfaatan media tradisional.

Pengembangan kemitraan dan pemanfaatan media-media komunikasi berjangkauan luas , seperti radio, televisi, koran, majalah, situs internet dan lain-lain, sehingga dapat tercipta pendapat umum. Dalam kategori ini media-media massa tersebut peduli dan mendukung perilaku yang sedang diperkenalkan.

Dengan demikian, maka media-media massa tersebut lalu menjadi mitra dalam rangka menyebarluaskan informasi tentang perilaku yang sedang diperkenalkan dan menciptakan pendapat umum atau opini publik yang positif tentang perilaku tersebut

f. Metode

Melakukan penyuluhan langsung kepada semua masyarakat di wilayah kerja dr. Gudman

Penyuluhan dilakukan dalam bentuk pertemuan umum

Melakukan demonstrasi, baik dengan menggunakan alat peraga asli, alat peraga tiruan, maupun dengan pemutaran film.

Membuat poster atau stiker yang menarik dan mudah dimengerti semua orang (beserta gambar dan penjelasan singkat)

7) Bagaimana interpretasi dari pelayanan yang diberikan Dr. Gudman ?

Sebagai dokter umum yang telah mengetahui dan mendapat pelatihan prinsip-prinsip mengenai dokter keluarga dan dokter layanan primer, dokter Gudman belum melakukan tindakan preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif dengan benar.

Dapat kita lihat dari pelayanan dokter Gudman, walaupun berpilar kokoh, namun pondasinya belum baik. Dr. gudman belum melakukan komunikasi yang efektif dan dokter gudman tidak berinisiatif untuk mengetahui keadaan pasiennya lebih lanjut di mana tidak dilakukannya follow up dari hasil pengobatan dan konsultasi sebelumnya. Beberapa kemungkinan yang dilakukan dalam pelayanan dr. Gudman adalah:

1. Pak Kasti adalah langganan Dr.Gudman, sering datang satu bulan sekali karena penyakit yang kumat dan kambuh. Hal ini menunjukkan penatalaksanaan yang diberikan dr.Gudman belum baik karena penyakit yang dikeluhkan masih sama, bukan penyakit baru. Bisa saja dari segi obat yang memang tidak sesuai, ataupun edukasi yang kurang baik sehingga mungkin saja pasien meminum obat secara tidak teratur dan pola makan yang masih buruk.

2. Pak Kasti semakin sering datang dan dr.Gudman memberikan obat-obatan yang biasa diberikannya. Hal ini menunjukkan bahwa dr.Gudman juga masih belum memberikan tatalaksana yang baik, dan tidak mencoba melakukan evaluasi dan monitoring ketat terhadap kesehatan Pak Kasti. Dr.Gudman bersikap ramah dan mungkin tidak tegas dalam memberikan edukasi terhadap pak Kasti sehingga penyakit terus berulang dan bertambah berat.

8) Bagaimana tindakan yang seharusnya dilakukan dr. Gudman terhadap penyakit Pak Kasti ? a. Tinjau kembali diagnosis, apakah sudah benar: anamnesis lebih dalam, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

b. Tinjau kembali keefektifitasan jenis dan dosis obat, bentuk sediaan, waktu pengonsumsian obat, efek samping, serta interaksinya dengan obat/makanan/penyakit lain. Diperlukan edukasi yang baik, pertimbangkan kepatuhan pasien dalam mengonsumsi obat. c. Edukasi juga pola hidup, seperti pola makan, aktifitas, emosi, dan lain-lain, yang memungkinkan akan memperburuk darah tingginya juga gastrititis yang dimiliki Pak Kasti. Jalin hubungan interaktif, sehingga Pak Kasti juga turut andil dalam pengobatannya.d. Minta Pak Kasti datang kembali untuk memonitor perkembangan kesehatannya.Dokter harus berkomunikasi dengan pasien memiliki beberapa tujuan. Ong et al. (1995) menyankan ada tiga tujuan dasar dari komunikasi dokter pasien: membuat hubungan yang baik antara mereka, saling tukar menukar informasi dan membuat keputusan medik.

Membuat hubungan yang baik

Merupakan langkah paling awal agar dapat secara optimal dalam melakukan perawatan kesehatan. Suksesnya hubungan dan komunikasi antara dokter dan pasien dapat memberikan efek yang positif dalam kepuasan pasien, pengetahuan serta pengertian dan keinginan untuk melakuakan perawatan dalam meraih kesembuhan.

Saling bertukar informasi.

Dari sisi medik informasi yang jelas dari pasien sangat di perlukan untuk membuat diagnosa, kondisi yang tepat, serta langkah berikutnya dari data yang diterima.. Bagi pasien diperlukan komunikasi yang jelas dan lengkap tentang apa yang terjadi pada dirinya dan apa yang harus di lakukan untuk kesembuhannya. Dokter harus mampu menggali informasi dengan memberikan pertanyaan yang tepat isi dan saat penyampaiannya. Pasien memberikan penjelasan dengan selengkapnya sesuai pertanyaannya, juga menyampaikan segalanya yang terlewat di tanyakan.

Ketrampilan berkomunikasi dengan memperhatikan rasa empati merupakan dasar yang penting dalam menerapkan etika kedokteran dalam hubungan pasien dokter dan keluarga seperti dalam bagan berikut ini : Hubungan etika profesi, empati dan Komunikasi (Samsuridjal Djauzi: 5)Alur Samsuridjal Djauzi menjelaskan dalam bukunya:

penyelesaian masalah memerlukan keterampilan komunikasi, keterampilan praktis (P) dan keterampilan intelektual.Pada wawancara keterampilan komunikasi digabung dengan keterampilan intelektual (kognitif), yaitu pemahaman patofisiologi; hipotosis penyebab masalah melandasi jalannya wawancara. Keterampilan kognitif juga digunakan untuk memilih tes dan melakukan interprestasi tes. Berbagai tes (invasif maupun noninvasif) memerlukan keterampilan praktis (P).

Alur utama penyelesaian masalah : Wawancara ---) Pertimbangan klinis ditunjang oleh keterampilan intelektual dan komunikasi (---). Keterampilan komunikasi merupakan awal dari perjenjangan Komunikasi Empati Etik Profesi. Keterampilan komunikasi dan empati dipengaruhi juga oleh nurani dokter.

Hasil wawancara, pemeriksaan jasmani dan interpretasi tes akan dianalisis dan disintesis melalui penalaran klinis (clinical reasoning) sedangkan penyelesaian masalah untuk menetapkan asuhan maupun tindakan memerlukan pertimbangan klinis (clinical judgment) yang dilandasi etik profesi.

Membuat keputusan medik

Ini adalah tujuan terakhir dari komunikasi yang dilakukan bagi pasien dan dokter.Dari saling berbagi informasi didapat keputusan yang tepat tentang status pengobatan, perawatan bagi pasien guna meraih kesembuhan dan kepuasan pasien.

Komunikasi dokter-keluarga

Dalam kondisi sakit biasanya pasien jarang eksis, hal ini menjadikan keluarga pasien, teman ataupun kerabat memegang peranan penting dalam mendukung pasien dan meningkatkan perbaikan kondisi pasien.. Hal ini sangat terasa pada kasus pasien yang depressi, stress dan memiliki penyakit yang serius. Keluarga dapat mendukung agar pasien menjalankan segala saran pengobatan. Setiap anggota keluarga dapat memberikan dukungan yang berbeda kepada pasien tergantung kedekatan dang pengaruhnya dalam keluarga.Berkomunikasi dengan anggota keluarga pasien yang berbeda tingkat pengetahuan dan tingkat emosinya dapat memberikan kejelasan bagi dokter, atau petugas kesehatan. Tetapi memiliki tingkat kesulitan yang berbeda bergantung dengan kedudukan dalam keluarga, dalam mencapai informasi yang benar, juga dalam memberikan informasi sebenarnya mengenai situasi pasien, apalagi ada informasi yang tidak dapat disampaikan kepada pasien.

Northouse and Northouse (1998)menunjukan, Jika terlalu banyak perhatian yang harus diberikan kepada keluarga pasien dan temannya, sebaiknya menjadi kekuatan untuk bersama-sama mendukung dan memberi kekuatan pada pasien untuk perolehan kesehatannya. Jika keluarga memegang peranan penting dalam hal tersebut mereka memerlukan komunikasi yang efektif dari dan dengan petugas kesehatan. Hal ini untuk menghindarkan didapati informasi yang disampaikan pasien ke keluarga sudah disaring oleh keluarga dalam penyampaian ke dokter, atau penjaga ketenangan pasien dengan hanya memberikan informmasi yang tidak menyeluruh pada pasien.

Dalam kasus kasus tersebut, komunikasi yang baik dengan keluarga pasien tidak dapat di hindari, dan harus menjadi perhatian serius bagi dokter atau tenaga kesehatan. Perlu di lihat dan di perhatikan juga berbagai bentuk keterikatan keluarga dalam proses berkomunikasi, antara lain 1. Orangtua paling utama, dimana posisi orang tua sangat berkuasa mutlak terhadap anggota keluarganya, terutama pada si pasien 2. Saling menyalahkan, dimana setiap anggota keluarga selalu saling menyalahkan anggota keluarga lainnya 3. Keluarga yang berantakan, dan 4.partisipasi dalam wawancara, terutama dalam situasi pasien yang tidak berdaya.

Mengkomunikasikan informasi ketidakpastian dan beresiko

Informasi medik terkadang kompleks dan sulit untuk disampaikan, terutama pada situasi keadaan pasien yang kritis ataupun menjelaskan situasi sebenarnya dari bahasa medik kepada bahasa keseharian. Di bawah ini ada beberapa hal yang dapat diperhatikan dalam komunikasi dalam situasi tersebut di bawah:

Verbal versus numerical descriptions of risk likelihood, membantu menjelaskan angka-angka sebagai informasi yang dapat dipahami oleh pasien atau keluarganya

Framing effects, ketika informasi tersebut terbingkai sebagai informasi positif atau negatif.

Absolute and relative risk, penyampaian informasi mengenai resiko yang akan di hadapi oleh pasien .

The order of information, yang harus diperhatikan bukan saja isi dari pesan yang akan di perhatikan tetapi juga bentuk atau cara penyampaiannya.

Ethik isu dalam komunikasi kesehatan.

Dalam upaya mencapai komunikasi yang efektif tentunya juga harus memperhatikan cara komunikasi yang sesuai nilai etika yang berlaku. Ada empat hal yang harus di ingat dan diperhatikan dalam etika medik:

1 Respect for patient autonomy. Menghargai keinginan pasien dan membantunya untuk mengambil keputusannya sendiri

2 Beneficence. Memberikan keuntungan bagi pasien

3 Non-maleficence. Dokter tidak boleh merugikan pasiennya

4 Justice. Memperlakukan dengan wajar, adil bagi pasien-pasiennya.

Menyampaikan kebenaran dengan tepat kepada pasien sesuai tujuan yang akan disampaikannya.Kemampuan komunikasi ini dapat menimbulkan kepuasan bagi pasien juga keberhasilan bagi dokter. Oleh karena itu perlunya peningkatan kemampuan berkomunikasi bagi kedua belah pihak. Dalam meningkatkan kemampuan berkomunikasi bagi dokter ada beberapa dasar yang perlu di perhatikan. Dianne Berry dalam bukunya menegaskan kemampuan yang harus di latih bagi dokter yaitu: bertanya, menjelaskan dan menyampaikan informasi, memberi perhatian dan mendengarkan, penguatan, perefleksian, membuka dan menutup interaksi serta mengatasi/mengatur konflik.

9) Apa yang harus dilakukan dr. Gudman menyikapi istri Pak kasti yang tidak mau datang berobat ? Pemasaran Sosial

Pemasaran Sosial (Social marketing) berupa :

Upaya memuaskan konsumen Suatu proses manajemen

Suatu proses pertukaran Kegiatan yang terintegrasi Persaingan dan keunggulan daya saing Dalam social marketing dokter harus melakukan promosi yang meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut.

Periklanan Penjualan tatap muka Promosi penjualan

Hubungan masyarakat Publisitas

Pemasaran langsungFungsi Promosi:

Informing (Memberikan Informasi) Persuading (Membujuk) Reminding (Mengingatkan) Adding Value (Menambah nilai)

Assisting(Mendampingi upaya-upaya lain dari perusahaan)

Komunikasi Antara Dokter dan Pasien yang Efektif

Komunikasi kesehatan melibatkan dokter, pasien, dan keluarga adalah komunikasi yang tidak dapat dihindari dalam kegiatan kesehatan atau klinikal. Pasien datang merobat menyampaikan keluhannya, didengar, dan ditanggapi oleh dokter sebagai respon dari keluhan tersebut. Seorang pasien yang datang berobat memiliki harapan akan kesembuhan penyakitnya, sedangkan seorang dokter mempunyai kewajiban memberikan pengobatan sebaik mungkin. Komunikasi kesehatan antara dokter dan pasien yang dulu menganut pola paternalistik dengan dokter pada posisi yang lebih dominan sudah saatnya diubah menjadi setara antara dokter dan pasien. Efektifitas komuniksi yang baik antara keduabelah pihak akan berdampak pada kesehatan yang lebih baik, kenyamanan, kepuasan pada pasien, dan penurunan resiko malpraktik, serta perselisihan atau sengketa yang terjadi antara dokter dan pasien. Seorang dokter yang memegang prinsip kedokteran keluarga harus membina hubungan dokter-pasien secara terus-menerus dan berkesinambungan untuk hasil pelayanan yang optimal dan menyeluruh. Hubungan ini didasarkan pada tanggung jawab dan kewajiban profesi. Seorang dokter dianjurkan dapat membina komunikasi dengan pasiennya, tidak hanya pada waktu sakit, tetapi juga pada waktu sehat. Jika keadaan memungkinkan, seorang dokter dianjurkan untuk dapat berkunjung ke rumah pasien (home visit) dan melakukan perawatan pasien di rumah (home care) terhadap keluarga yang membutuhkan. Mencoba mengenal kehidupan pasien selengkapnya, keadaan sosial ekonomi pasien, sosial budaya pasien, lingkungan perumahan pasien, dan lingkungan pergaulan pasien. Sehingga dokter memiliki pengetahuan yang cukup lengkap tentang keadaan keluarga serta dinamika hubungan antaranggota keluarga yang menjadi pasiennya.

Jadi pada kasus ini, dalam menyikapi istri Pak Kasti yang tidak mau datang berobat, dr Gudman dianjurkan untuk inisiatif berkunjung ke rumah (home visit) Pak Kasti agar dapat melihat kondisi istri Pak Kasti dan memberikan pertolongan kedokteran dan memberikan promosi kesehatan dalam rangka pelayanan preventif dan deteksi penyakit secara dini, serta sebagai motivator dan pemberi semangat pada keluarga Pak Kasti untuk memerhatikan kesehatan sebagai keadaan yang diinginkan, yang harus dipertahankan dengan jalan melakukan kegiatan yang menyehatkan. V. Sintesisa. BPJS Kesehatan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (UU BPJS), secara tegas menyatakan bahwa BPJS yang dibentuk dengan UU BPJS adalah badan hukum publik. BPJS yang dibentuk dengan UU BPJS adalah BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Kedua BPJS tersebut pada dasarnya mengemban misi negara untuk memenuhi hak konstitusional setiap orang atas jaminan sosial dengan menyelenggarakan program jaminan yang bertujuan memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Penyelenggaraan jamianan sosial yang adekuat dan berkelanjutan merupakan salah satu pilar Negara kesejahteraan, disamping pilar lainnya, yaitu pendidikan bagi semua, lapangan pekerjaan yang terbuka luas dan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan berkeadilan. Mengingat pentingnya peranan BPJS dalam menyelenggarakan program jaminan sosial dengan cakupan seluruh penduduk Indonesia, maka UU BPJS memberikan batasan fungsi, tugas dan wewenang yang jelas kepada BPJS. Dengan demikian dapat diketahui secara pasti batas-batas tanggung jawabnya dan sekaligus dapat dijadikan sarana untuk mengukur kinerja kedua BPJS tersebut secara transparan.

Semua penduduk indonesia wajib menjadi peserta jaminan kesehatan yang dikelola oleh BPJS termasuk orang asing yang telah bekerja paling singkat enam bulan di Indonesia dan telah membayar iuran, meliputi:

1. Penerima Bantuan Iuran(PBI): fakir miskin dan orang tidak mampu, dengan penetapan peserta sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Non PBI), terdiri dari :

- Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya

a. Pegawai Negeri Sipil;

b. Anggota TNI;

c. Anggota Polri;

d. Pejabat Negara;

e. Pegawai Pemerintah non Pegawai Negeri;

f. Pegawai Swasta; dan

g. Pekerja yang tidak termasuk huruf a sd f yang menerima Upah.

Termasuk WNA yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan

- Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya

a. Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri; dan

b. Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima Upah.

Termasuk WNA yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.

- Bukan pekerja dan anggota keluarganya

a. Investor;

b. Pemberi Kerja;

c. Penerima Pensiun, terdiri dari :

- Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun;

- Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak pensiun;

- Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun;

- Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun yang mendapat hak pensiun;

- Penerima pensiun lain; dan

- Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun lain yang mendapat hak pensiun.

d. Veteran;

e. Perintis Kemerdekaan;

f. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis Kemerdekaan; dan

g. Bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sd e yang mampu membayar iuran.

ANGGOTA KELUARGA YANG DITANGGUNG

1. Pekerja Penerima Upah :

Keluarga inti meliputi istri/suami dan anak yang sah (anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat), sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang.

Anak kandung, anak tiri dari perkawinan yang sah, dan anak angkat yang sah, dengan kriteria:

a. Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan sendiri;

b. Belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25 (dua puluh lima) tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal.

2. Pekerja Bukan Penerima Upah dan Bukan Pekerja :

Peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga yang diinginkan (tidak terbatas).

3. Peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga tambahan, yang meliputi anak ke-4 dan seterusnya, ayah, ibu dan mertua.

4. Peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga tambahan, yang meliputi kerabat lain seperti Saudara kandung/ipar, asisten rumah tangga, dll.

Hak Peserta

1. Mendapatkan kartu peserta sebagai bukti sah untuk memperoleh pelayanan kesehatan;

2. Memperoleh manfaat dan informasi tentang hak dan kewajiban serta prosedur pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

3. Mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan; dan

4. Menyampaikan keluhan/pengaduan, kritik dan saran secara lisan atau tertulis ke Kantor BPJS Kesehatan

Kewajiban Peserta

1. Mendaftarkan dirinya sebagai peserta serta membayar iuran yang besarannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku ;

2. Melaporkan perubahan data peserta, baik karena pernikahan, perceraian, kematian, kelahiran, pindah alamat atau pindah fasilitas kesehatan tingkat I;

3. Menjaga Kartu Peserta agar tidak rusak, hilang atau dimanfaatkan oleh orang yang tidak berhak;

4. Mentaati semua ketentuan dan tata cara pelayanan kesehatanFASILITAS KESEHATAN BAGI PESERTA

Fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan terdiri dari:

1. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama :

a. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Non Perawatan dan Puskesmas Perawatan (Puskesmas dengan Tempat Tidur).

b. Fasilitas Kesehatan milik Tentara Nasional Indonesia (TNI)

TNI Angkatan Darat : Poliklinik kesehatan dan Pos Kesehatan.

TNI Angkatan Laut : Balai kesehatan A dan D, Balai Pengobatan A, B, dan C, Lembaga Kesehatan Kelautan dan Lembaga Kedokteran Gigi.

TNI Angkatan Udara : Seksi kesehatan TNI AU, Lembaga Kesehatan Penerbangan dan Antariksa (Laksepra) dan Lembaga Kesehatan Gigi & Mulut (Lakesgilut).

c. Fasilitas Kesehatan milik Polisi Republik Indonesia (POLRI), terdiri dari Poliklinik Induk POLRI, Poliklinik Umum POLRI, Poliklinik Lain milik POLRI dan Tempat Perawatan Sementara (TPS) POLRI.

d. Praktek Dokter Umum / Klinik Umum, terdiri dari Praktek Dokter Umum Perseorangan, Praktek Dokter Umum Bersama, Klinik Dokter Umum / Klinik 24 Jam, Praktek Dokter Gigi, Klinik Pratama, RS Pratama.

2. Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan :

a. Rumah Sakit, terdiri dari RS Umum (RSU), RS Umum Pemerintah Pusat (RSUP), RS Umum Pemerintah Daerah (RSUD), RS Umum TNI, RS Umum Bhayangkara (POLRI), RS Umum Swasta, RS Khusus, RS Khusus Jantung (Kardiovaskular), RS Khusus Kanker (Onkologi), RS Khusus Paru, RS Khusus Mata, RS Khusus Bersalin, RS Khusus Kusta, RS Khusus Jiwa, RS Khusus Lain yang telah terakreditasi, RS Bergerak dan RS Lapangan.

b. Balai Kesehatan, terdiri dari : Balai Kesehatan Paru Masyarakat, Balai Kesehatan Mata Masyarakat, Balai Kesehatan Ibu dan Anak dan Balai Kesehatan Jiwa

3. Fasilitas kesehatan penunjang yang tidak bekerjasama secara langsung dengan BPJS Kesehatan namun merupakan jejaring dari fasilitas kesehatan tingkat pertama maupun fasilitas kesehatan tingkat lanjutan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, meliputi :

a. Laboratorium Kesehatan

b. Apotek

c. Unit Transfusi Darah

d. Optik

PELAYANAN KESEHATAN YANG DIJAMIN

1. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

Pelayanan kesehatan tingkat pertama, meliputi pelayanan kesehatan non spesialistik yang mencakup:

a. Administrasi pelayanan;

b. Pelayanan promotif dan preventif;

c. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;

d. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif;

e. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;

f. Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis;

g. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pratama; dan

h.Rawat Inap Tingkat Pertama sesuai dengan indikasi medis.

2. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, meliputi pelayanan kesehatan rawat jalan dan rawat inap, yang mencakup:

a. Administrasi pelayanan;

b. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan subspesialis;

c. Tindakan medis spesialistik, baik bedah maupun non bedah sesuai dengan indikasi medis;

d. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;

e. Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis;

f. Rehabilitasi medis;

g. Pelayanan darah;

h. Pelayanan kedokteran forensik klinik;

i. Pelayanan jenazah pada pasien yang meninggal setelah dirawat inap di fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan bpjs kesehatan, berupa pemulasaran jenazah tidak termasuk peti mati dan mobil jenazah;

j. Perawatan inap non intensif; dan k. Perawatan inap di ruang intensif.3. Persalinan. Persalinan yang ditanggung BPJS Kesehatan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama maupun Tingkat Lanjutan adalah persalinan sampai dengan anak ketiga, tanpa melihat anak hidup/meninggal.

4. Ambulan. Ambulan hanya diberikan untuk pasien rujukan dari Fasilitas Kesehatan satu ke fasilitas kesehatan lainnya, dengan tujuan menyelamatkan nyawa pasien.

PELAYANAN KESEHATAN YANG TIDAK DIJAMIN

1. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur sebagaimana diatur dalam peraturan yang berlaku;

2. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di fasilitas kesehatan yang tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, kecuali dalam keadaan darurat;

3.Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan kerja terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan kerja sampai nilai yang ditanggung oleh program jaminan kecelakaan kerja;

4. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan lalu lintas yang bersifat wajib sampai nilai yang ditanggung oleh program jaminan kecelakaan lalu lintas;

5. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri;

6. Pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik;

7. Pelayanan untuk mengatasi infertilitas;

8. Pelayanan meratakan gigi (ortodonsi);

9. Gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/atau alkohol;

10.Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri;

11.Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk akupuntur, shin she, chiropractic, yang belum dinyatakan efektif berdasarkan penilaian teknologi kesehatan (health technology assessment);

12.Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai percobaan (eksperimen);

13.Alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan susu;

14.Perbekalan kesehatan rumah tangga;

15.Pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap darurat, kejadian luar biasa/wabah; dan

16.Biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan manfaat jaminan kesehatan yang diberikan.

17.Klaim perorangan.

b. Dokter Keluarga A. DEFINISI

Dokter keluarga adalah setiap dokter yang mengabdikan dirinya dalam bidang profesi kedokteran maupun kesehatan yang memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan khusus di bidang kedokteran keluarga yang mempunyai wewenang untuk menjalankan praktek dokter keluarga.

Definisi Dokter Keluarga menurut Olesen F, Dickinson J dan Hjortdahl P.dalam jurnal General Practice Time for A New Definition, BMJ; 320:3547. 2000, Dokter Keluarga adalah:

Dokter yang dididik secara khusus untuk bertugas di lini terdepan sistem pelayanan kesehatan; bertugas mengambil langkah awal penyelesaian semua masalah yang mungkin dimiliki pasien.

Melayani individu dalam masyarakat, tanpa memandang jenis penyakitnya ataupun karakter personal dan sosialnya, dan memanfaatkan semua sumber daya yang tersedia dalam sistem pelayanan kesehatan untuk semaksimal mungkin kepentingan pasien.

Berwenang secara mandiri melakukan tindak medis mulai dari pencegahan, diagnosis, pengobatan, perawatan dan asuhan paliatif, menggunakan dan memadukan ilmu-ilmu biomedis, psikologi medis dan sosiologi medis.

Secara singkat dapat didefinisikan sebagai Dokter yang berprofesi khusus sebagai Dokter Praktik Umum yang menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Tingkat Primer dengan menerapkan prinsip-prinsip Kedokteran keluarga. B. SEJARAH & PERKEMBAGAN

Kegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1981 yakni dengan didirikannya Kelompok Studi Dokter Keluarga. Pada Tahun 1990 melalui kongres yang kedua di Bogor, nama organisasi dirubah menjadi Kolese Dokter Keluarga Indonesia (KDKI). Sekalipun organisasi ini sejak tahun 1988 telah menjadi anggota IDI, tapi pelayanan dokter keluarga di Indonesia belum secara resmi mendapat pengakuan baik dari profesi kedokteran ataupun dari pemerintah.

Untuk lebih meningkatkan program kerja, terutama pada tingkat internasional, maka pada tahun 1972 didirikanlah organisasi internasional dokter keluarga yang dikenal dengan nama World of National College and Academic Association of General Practitioners / Family Physicians (WONCA). Indonesia adalah anggota dari WONCA yang diwakili oleh Kolese Dokter Keluarga Indonesia.

Untuk Indonesia, manfaat pelayanan kedokteran keluarga tidak hanya untuk mengendalikan biaya dan atau meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, akan tetapi juga dalam rangka turut mengatasi paling tidak 3 (tiga) masalah pokok pelayanan kesehatan lain yakni:

Pendayagunaan dokter pasca PTT

Pengembangan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat

Menghadapi era globalisasi

Di Indonesia kebijaksanaan pengembangan pelayanan kedokteran keluarga dilakukan melalui berbagai cara. Dalam beberapa tahun terakhir pada beberapa fakultas kedokteran dari beberapa universitas terkemuka telah dilakukan upaya-upaya untuk mengintegrasikan pelayanan kedokteran keluarga dalam kurikulum pendidikan dokter yakni sesuai dengan anjuran WHO bahwa "family medicine" selayaknya diintegrasikan dalam pendidikan "community medicine" karena kedekatannya. Akan masih diperlukan waktu untuk mendapatkan tetapi produk dari sistem pendidikan kedokteran ini yakni dokter umum lulusan fakultas kedokteran yang mempunya wawasan kedokteran keluarga karena kebijakan ini baru dikembangkan.

Sementara itu bagi dokter umum lulusan fakultas kedokteran sebelumnya yang saat ini ada di masyarakat, untuk mendapatkan kompetensi khusus selaku dokter keluargaharus dilakukan dengan cara mengikuti pelatihan secara terprogram dan bekesinambungan. Dalam beberapa tahun terakhir telah banyak dilakukan program dan upaya konversi dari dokter umum menjadi dokter keluarga yang bersertifikat dan diakui melalui pelatihan-pelatihan. Kurikulum yang telah disepakati dari hasil rumusan kerjasama tripartid pengembangan dokter keluarga (IDI / KDKI-FK-Depkes) meliputi empat paket, yaitu :

Paket A: pengenalan konsep kedokteran keluarga,

Paket B: manajemen pelayanan kedokteran keluarga,

Paket C: ketrampilan klinik praktis,

Paket D: pengetahuan klinik mutakhir yang disusun berdasarkan golongan usia.

C. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pelayanan dokter keluarga mencakup bidang amat luas sekali. Jika disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas dua macam : Kegiatan yang dilaksanakan

Pelayanan yang diselenggarakan oleh dokter keluarga harus memenuhi syarat pokok yaitu pelayanan kedokteran menyeluruh CMC (comprehensive medical services). Karakteristik CMC :1. Jenis pelayanan yang diselenggarakan mencakup semua jenis pelayanan kedokteran yang dikenal di masyarakat.

2. Tata cara pelayanan tidak diselenggarakan secara terkotak-kotak ataupun terputus-putus melainkan diselenggarakan secara terpadu (integrated) dan berkesinambungan (continu).

3. Pusat perhatian pada waktu menyelenggarakan pelayanan kedokteran tidak memusatkan perhatiannya hanya pada keluhan dan masalah kesehatan yang disampaikan penderita saja, melainkan pada penderita sebagai manusia seutuhnya.

4. Pendekatan pada penyelenggaraan pelayanan tidak didekati hanya dari satu sisi saja, melainkan dari semua sisi yang terkait (comprehensive approach) yaitu sisi fisik, mental dan sosial (secara holistik).

Sasaran pelayanan

Sasaran pelayanan dokter keluarga adalah kelurga sebagai suatu unit. Pelayanan dokter keluarga harus memperhatikan kebutuhan dan tuntutan kesehatan keluarga sebagai satu kesatuan, harus memperhatikan pengaruhmasalah kesehatan yang dihadapi terhadap keluarga dan harus memperhatikan pengaruh keluarga terhadap masalah kesehatan yang dihadapi oleh setiap anggota keluarga. Batasan pelayanan kedokteran keluarga

Batasan pelayanan kedokteran keluarga ada banyak macamnya. Dua diantaranya yang dipandang cukup penting adalah:1. Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh yang memusatkan pelayanannya kepada keluarga sebagai satu unit, dimana tanggung jawab dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau jenis kelamin, tidak juga oleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu saja.

2. Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan spesialis yang luas yang bertitik tolak dari suatu pokok ilmu yang dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu lainnya terutama ilmu penyakit dalam, ilmu kesehatan anak, ilmu kebidanan dan kendungan, ilmu bedah serta ilmu kedokteran jiwa yang secara keseluruhan membentuk satu kesatuan yang terpadu, diperkaya dengan ilmu perilaku, biologi dan ilmu-ilmu klinik, dan karenanya mampu mempersiapkan setiap dokter agar mempunyai peranan unik dalam menyelenggarakan penatalaksanaan pasien, penyelesaian masalah, pelayanan konseling serta dapat bertindak sebagai dokter pribadi yang menkoordinasikan seluruh pelayanan kesehatan.

I. MENJELASKAN PRINSIP DAN STANDAR PELAYANANDOKTER KELUARGA

A. PRINSIP PELAYANANPrinsip dalam pelayanan atau pendekatan kedokteran keluarga yaitu memberikan :1. Pelayanan yang holistik dan komprehensif.2. Pelayanan yang kontinu.3. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan.4. Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif.5. Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari keluarganya.6. Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan tempat tinggalnya.7. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum.8. Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu.9. Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertangungjawabkanPelayanan kedokteran yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga pada umumnya :

1. lebih aktif dan bertanggung jawab

Karena pelayanan kedokteran yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga mengenal pelayanan kunjungan dan atau perawatan pasien di rumah, bertanggung jawab mengatur pelayanan rujukan dan konsultasi, dan bahkan, apabila memungkinkan, turut menangani pasien yang memerlukan pelayanan rawat inap di rumah sakit, maka pelayanan kedokteran yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga umunya lebih aktif dan bertanggung jawab dari pada dokter umum.

2. Lebih lengkap dan bervariasi

Karena praktek dokter keluarga menangani semua masalah kesehatan yang ditemukan pada semua anggota keluarga, maka pelayanan dokter keluarga pada umumnya lebih lengkap dan bervariasi dari pada dokter umum. Tidak mengherankan jika dengan pelayanan yang seperti ini, seperti yang ditemukan di Amerika Serikat misalnya, praktek dokter keluarga dapat menyelesaikan tidak kurang dari 95 % masalah kesehatan yang ditemukan pada pasien yang datang berobat.

3. Menangani penyakit pada stadium awal

Sekalipun praktek dokter keluarga dapat menangani pasien yang telah membutuhkan pelayanan rawat inap, bukan selalu berarti praktek dokter keluarga sarna dengan dokter spesialis. Praktek dokter keluarga hanya sesuai untuk penyakit -penyakit pada stadium awal saja. Sedangkan untuk kasus yang telah lanjut atau yang telah terlalu spesialistik, karena memang telah berada diluar wewenang dan tanggung jawab dokter keluarga, tetap dan harus dikonsultasikan dan atau dirujuk kedokter spesialis. Seperti yang dikatakan oleh Malerich (1970), praktek dokter keluarga memang sesuai untuk penyakit-penyakit yang masih dalam stadium dini atau yang bersifat umum saja. The family doctor cannot be expected to treat all problems as best possible, but he can be expected to treat all common diseases as best possible.

B. STANDAR PELAYANAN

Secara ringkas, yang dimaksud dengan dokter keluarga ialah dokter yang memberikan pelayanan kesehatan dengan ciri-ciri utama sebagai berikut:

1. Pelayanan kesehatan lini pertama Artinya memberikan pelayanan pada strata primer, yaitu ditengah-tengah pemukiman masyarakat sehingga mudah dicapai. Setiap keluarga sebaiknya mempunyai dokter keluarga yang dapat mereka hubungi bila memerlukan pertolongan kesehatan.

2. Pelayanan kesehatan/medis yang bersifat umum Artinya memberikan pelayanan untuk masalah kesehatan atau penyakit yang tergolong umum dan bukan spesialistik. Pelayanan dokter yang bersifat umum juga dikenal dengan istilah berobat jalan walaupun kadang- kadang dapat pula diberikan di rumah untuk kasus tertentu misalnya pasien yang sulit berjalan.

3. Bersifat holistik dan komprehensif Holistik artinya tidak dibatasi pada masalah biomedis pasien saja, tetapi juga dengan melihat latar belakang sosial-budaya pasien yang mungkin berkaitan dengan penyakitnya. Misalnya, banyak penyakit didapat dari pekerjaannya seperti nyeri otot dan tulang, radang saluran napas, radang kulit atau kelelahan. Jika penyakit tersebut tidak ditangani secara holistik dan hanya terfokus pada gejala atau penyakitnya saja, maka tidak akan benar- benar berhasil disembuhkan.

Komprehensif artinya tidak hanya terbatas pada pelayanan pengobatan atau kuratif saja, tetapi meliputi aspek lainnya mulai dari promotif-preventif hingga rehabilitatif. Misalnya, konseling, edukasi kesehatan, imunisasi, KB, medical check-up, perawatan pasca RS dan rehabilitasi medik.

4. Pemeliharaan kesehatan yang berkesinambungan Artinya, pelayanan kesehatan dilakukan terus menerus kepada pasien maupun keluarganya guna memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka. Dengan kata lain, hubungan dokter-pasien yang lebih kontinu atau sebagai dokter langganan. Hubungan yang berke- sinambungan itu menguntungkan karena menjadi lebih saling kenal dan lebih akrab sehingga memudahkan dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan pasien/keluarga tersebut.

5. Pendekatan Keluarga Artinya, lebih menekankan keluarga sebagai unit sasaran pelayanan kesehatan daripada perorangan. Pasien umumnya merupakan anggota sebuah keluarga yaitu sebagai suami, isteri atau anak. Pendekatan keluarga. mempunyai berbagai keuntungan terutama untuk dukungan yang diperlukan guna mengatasi masalah kesehatan. Misalnya seorang anak akan banyak memerlukan pengertian dan dukungan orang tuanya. Suami yang menderita hipertensi perlu dukungan isteri dan anaknya. Isteri yang sedang hamil, perlu dukungan suaminya dan banyak lagi contoh lain.

Pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga banyak macamnya. Secara umum dapat dibedakan atas tiga macam : 1. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan

Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga hanya pelayanan rawat jalan saja. Dokter yang menyelenggarakan praktek dokter keluarga tersebut tidak melakukan pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di rumah atau pelayanan rawat inap di rumah sakit. Semua pasien yang membutuhkan pertolongan diharuskan datang ke tempat praktek dokter keluarga. Jika kebetulan pasien tersebut memerlukan pelayanan rawat inap, pasien tersebut dirujuk ke rumah sakit.

2. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien dirumah.

Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga mencakup pelayanan rawat jalan serta pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di rumah. Pelayanan bentuk ini lazimnya dilaksanakan oleh dokter keluarga yang tidak mempunyai akses dengan rumah sakit.

3. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien di rumah, serta pelayanan rawat inap di rumah sakit.

Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga telah mencakup pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien di rumah, serta perawatan rawat inap di rumah sakit. Pelayanan bentuk ini lazimnya diselenggarakan oleh dokter keluarga yang telah berhasil menjalin kerja sama dengan rumah sakit terdekat dan rumah sakit tersebut memberi kesempatan kepada dokter keluarga untuk merawat sendiri pasiennya di rumah sakit.

Menurut Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI), standar pelayanan dokter keluarga meliputi:A. Standar pemeliharaan kesehatan di klinik

1. Standar pelayanan paripurna

Sifat paripurna pada kedokteran keluarga yaitu termasuk pemiliharaan dan peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan kesehatan (curative), pencegahan kecacatan (disability limitation), dan rehabilitasi setelah sakit (rehabilitation)dengan

memperlihatkan kemampuan sosial serta sesuai dengan mediko legal etika kedokteran

Pelayanan medis strata pertama untuk semua orang

Memiliki izin pelayanan dokter keluarga dan surat persetujuan tempat praktik

Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan pasien dan keluarganya

Pencegahan penyakit dan proteksi khusus

Deteksi dini terhadap penyakit dan melakukan pentalaksanaan yang tepat terhadap pasien dan keluarganya

Kuratif medik

Melaksanakan pemulihan kesehatan dan pencegahan kecacatan pada strata pelayanan tingkat pertama, termasuk kegawatdaruratan medik, atau perujukan

Rehabilitasi medik dan sosial pada pasien dana atau keluarganya

Setelah mengalami masalah kesehatan baik dari segi fisik, jiwa maupun sosial

Kemampuan sosial keluarga

Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk memeprhatikan kondisi sosial pasien dan keluarganya

2. Standar pelayanan medis (standard of medical care)Pelayanan sebuah dokter keluarga harus sesuai dengan lege artis

Anamnesis

Dengan pendekatan patient centered approach dalam rangka memperoleh keluhan utama pasien, kekhawatiran dan harapan pasien mengenai keluhannya tersebut, serta memperoleh keterangan untuk dapat menegakkan diagnosis

Pemeriksaan fisik, penunjang serta diagnosis dan diagnosis banding

Melakukan secara diagnosis holistik

Konseling

Untuk membantu pasien dan keluarga menentukan pilihan terbaik penatalaksanaan untuk pasien

Konsultasi

Saat diperlukan, dokter keluarga melakukan konsultasi ke dokter yang dianggap lebih piawai dan atau berpengalaman.

3. Standar pelayanan bersinambung (standard of continuum care)Pelayanan yang diberikan dokter keluarga merupakan pelayanan bersinambung yang melaksanakan pelayanan kedokteran secara efektif efisien, proaktif dan terus menerus demi kesehatan pasien

Rekam medik berkesinambung

Informasi riwayat kesehatan pasien sebelumnya pada saat datang sigunakan untuk memaastikan bahwa penatalaksanaan yang diterapkan telah sesuai

Pelayanan efektif efisien

Pelayanan dokter keluarga menyelenggarakan pelayanan rawat jalan efektif efisien bagi pasien, menjaga kualitas, sadar mutu dan biaya

Pendampingan

Saat dilaksanakan konsultasi dana atau rujukan, dokter keluarga menawarkan kemudian melakasanakan pendampingan pasien, demi kepentingan pasien

Pelayanan proaktif

Pelayanan dokter keluarga menjaga kesinambungan

4. Standar pelayanan menyeluruh (standard of holistic of care)Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat menyeluruh, yaiut peduli nahwa pasien adalah seorang manusia seutuhnya yang terdiri dari fisik, mental, social dan spiritual, serta berkehidupan di tengah lingkungan fisik dan sosialnya

Pasien adalah manusia seutuhnya

Pelayanan dokter keluarga memiliki system untuk memandang pasien sebagai manusia yang seutuhnya

Pasien adalah bagian dari keluarga dan lingkungannya

Pelyanan dokter keluarga memiliki sistem untuk memandang pasien sebagai bagian dari keluarga pasien, dan memperhatikan bahwa keluarga pasien dapat mempengaruhi dan/atau dipengaruhi oleh situasi dan kondisi kesehatan pasien.

Pelayanan menggunakan segala sumber di sekitarnya

Pelayanan dokter keluarga mendayagunakan segala sumber di sekitar kehidupan pasien untuk meningkatkan keadaan kesehatan pasien dan keluarganya.

5. Standar pelayanan terpadu (standard of integration of care)Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat terpadu, selain merupkan kemitraan antara dokter dengan pasien pada saat proses penatalaksanaan medis, juga merupakan kemitraan lintas program dengan berbagai institusi yang menunjang pelayanan kedokteran baik dari formal maupun informal.

koordinator penatalaksanaan pasien ( kerja sama dengan dokter pasien - keluarga, maupun bersama antara dokter pasien dokter spesialis / rumah sakit.

Mitra dokter pasien saat proses pentalaksanaan medis

Mitra lintas sektoral medik

Dokter keluarga bekerja sebahai mitra penyedia pelayanan kesehatan dengan berbagai sektor pelayanan kesehatan formal di sekitarnya.

Mitra lintas sektoral alternatif dan komplimenter medik

Dokter keluarga memperdulikan dan memperhatikan kebutuhan dan perliaku pasien dan kelaurganya sebagai masyarakat yang menggunakan berbagai pelayanan kesehatan nonformal di sekitarnya.

B. Standar perilaku dalam praktik (standard of behaviour in practice)1. Standar perilaku terhadap pasien

Dokter keluarga menyediakan kesempatan bagi pasien untuk menyampaikan kekhawatiran dan masalah kesehatannya, serta memberikan kesempatan kepada pasien untuk memperoleh penjelasan yang dibutuhkan guna dapat memutuskan pemilihan penatalaksanaan yang akan dilaksanakannya.

Informasi memperoleh pelayanan

Dokter keluarga memberikan keterangan yang adekuat mengenai cara untuk memperoleh pelayanan yang diinginkan

Masa konsultasi

Menyediakan waktu konsultasi untuk menjelaskan keluhan dan keinginanannya

Informasi medik menyeluruhDokter keluarga memberikan informasi yang jelas kepada pasien mengenai keadaan dan tindakan terhadap pasien, sehingga memungkin pasien dapat memutuhkan tindakan yang akan dilakukan terhadapnya

Menghormati hak dan kewajiban pasien dan dokter

2. Standar perilaku dengan mitra kerja di klinik (standard of partners relationship in practive) Baik dengan klinik, tim, sejawat, pegawai klinik, pemimpin klinik

II. MENJELASKAN KOMPETENSI DAN PERANAN DOKTER KELUARGA PADA PELAYANAN PRIMER

A. KOMPETENSI Dokter keluarga harus mempunyai kompetensi khusus yang lebih dari pada seorang lulusan fakultas kedokteran pada umumnya. Kompetensi khusus inilah yang perlu dilatihkan melalui program perlatihan ini. Yang dicantumkan disini hanyalah kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap Dokter Keluarga secara garis besar. Rincian memgenai kompetensi ini, yang dijabarkan dalam bentuk tujuan pelatihan,

1. Menguasai dan mampu menerapkan konsep operasional kedokteran keluarga,

2. Menguasai pengetahuan dan mampu menerapkan ketrampilan klinik dalam pelayanan kedokteran keluarga,

3. Menguasai ketrampilan berkomunikasi, menyelenggarakan hubungan profesional dokter- pasien untuk :a) Secara efektif berkomunikasi dengan pasien dan semua anggota keluarga dengan perhatian khusus terhadap peran dan risiko kesehatan keluarga,b) Secara efektif memanfaatkan kemampuan keluarga untuk berkerjasana menyelesaikan masalah kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit, serta pengawasan dan pemantauan risiko kesehatan keluarga,c) Dapat bekerjasama secara profesional secara harmonis dalam satu tim pada penyelenggaraan pelayanan kedokteran/kesehatan.4. Memiliki keterampilan manajemen pelayanan kliniks.

a) Dapat memanfaatkan sumber pelayanan primer dengan memperhitungkan potensi yang dimiliki pengguna jasa pelayanan untuk menyelesaikan masalahnya.

b) Menyelenggarakan pelayan kedokteran keluarga yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan.

5. Memberikan pelayanan kedokteran berdasarkan etika moral dan spritual.

6. Memiliki pengetahuan dan ketrampilan di bidang pengelolaan pelayanan kesehatan termasuk sistem pembiayaan (Asuransi Kesehatan/JPKM).

Kompetensi dokter keluarga yang tercantum dalam Standar Kompetensi Dokter Keluarga yang disusun oleh Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia tahun 2006 adalah (Danasari, 2008) :

a. Keterampilan komunikasi efektif

b. Keterampilan klinik dasar

c. Keterampilan menerapkan dasar ilmu biomedik, ilmu klinik, ilmu perilaku dan epidemiologi dalam praktek kedokteran keluarga

d. Keterampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga ataupun masyarakat dengan cara yang komprehensif, holistik, berkesinambungan, terkoordinir dan bekerja sama dalam konteks Pelayanan Kesehatan Primer

e. Memanfaatkan, menilai secara kritis dan mengelola informasi

f. Mawas diri dan pengembangan diri atau belajar sepanjang hayat

g. Etika moral dan profesionalisme dalam praktekPada dasarnya kompetensi yang harus dimiliki oleh dokter keluarga selain harus memiliki kompetensi dokter menurut Konsil Kedokteran Indonesia, juga harus memiliki tambahan kompetensi untuk dokter keluarga, diantaranya :

A. Area komunikasi efektif

1) Berkomunikasi dengan pasien serta anggota keluarganya

Menempatkan diri sebagai mitra keluarga dalam penatalaksaan masalah kesehatan pasien dan keluarga

Mampu melaksanakan anamnesis dengan pendekatan pasien (patient centered approach) dalam rangka memperoleh keluhan utama pasien, kekhawatiran dan harapan pasien mengenai keluhannya tersebut serta memperoleh keterangan untuk dapat menegakkan diagnosis

Memahami masalah yang sebenarnya terjadi dengan menggali dan menganalisa faktor-faktor keluarga pasien yang berhubungan dengan masalah kesehatan pasien

Mampu memberikan informasi yang jelas kepada pasien mengenai seluruh tujuan, kepentingan, keuntungan, resiko yang berhubungan dalam hal pemeriksaan, konsultasi, rujukan pengobatan, tindakan dan sebagainya seingga memungkinkan pasien untuk dapat memutuskan segala yang akan dilakukan terhadapnya secara puas dan terinformasi

Mampu menggali, menganalisa dan menganjurkan sumber daya yang ada pada keluarga dan lingkungan untuk kepentingan pentalaksanaan kesehatan pasien dan keluarganya

Mampu melakukan konseling perorangan dan konseling kelompok (keluarga maupun kelompok lain)

2) Berkomunikasi dengan masyarakat

Mampu merencanakan dan menerapkan pendidikan kesehatan yang sesuai bagi pasien, keluarga dan komunitas yang ada dihadapannya dengan media yang tepat guna

B. Area keteampilan klinis

1) Mampu menganalisa informasi dalam rekam medik dan rekam keluarga utuk menegakkan diagnostik holistik dan perencanaan komprehensif bagi pasien dan keluarganya

2) Mampu elaksanakan pendampingan pasien secara profesional demi kepentingan pasien pada saat dibutuhkan dalam layanan konsultasi dan/atau rujukan

3) Mampu secara trampil melakukan prosedur tunjangan hidup dasar (basic life support) dan ACLS dimanapun berada

C. Area pengelolaan masalah kesehatan1) Mampu menyelenggarakan pelayanan rawat jalan efektif efisien bagi pasien, menjaga kualitas, sadar mutu, dan sadar biaya

2) Mampu menyelenggarakan pelyanan yang peduli dan perhatian pada kebutuhan dan perilaku pasien dan keluarganya sebgai masyarakat

3) Mampu mengidentifikasi, mmberi alas an, menerapkan dan merencanakan strategi pencegahan primer, sekunder dan tersier bagi seluruh anggota keluarga pasien seta komunikasi sekitar pasien

4) Mampu menempatkan diri untuk berpartisipasi dalam program pendidikan kesehatan bagi komunitas sesuai dengan kebutuhan

5) Mampu menempatkan diri untuk berpartisipasi dalam pergerakkan masyarakat dalam penanggulangan bencana dan rehabilitasi komunitas pasca bencana

6) Mampu menyusun system untuk memandang pasien sebagai bagian keluarga pasien dan memperhatikan bahwa keluarga pasien dapat mempengaruhi dan atau dipengaruhhi oleh situasi dan kondisi kesehatan pasien

7) Mampu mendayagunakan sumber di sekitar kehidupan pasien untuk mengingkatkan keadaan kesehatan pasien dan keluarganya

8) Mampu memperhatikan latar belakang social, budaya, ekonomi pasien dalam berkomunikasi dan menawarkan pilihan tindakan

D. Area pengelolaan informasi1) Mampu mengaplikasikan EBM dan appraisal kritis suatu informasi baru dalam praktik keseharian

2) Mampu merencakan dan menerapkan teknologi informasi dan komunikasi guna memberi pelayanan yang memuaskan bagi pasein dan keluarganya

E. Area mawas diri dan pengembangan diri

Mampu menginisiasi dan melaksanakan Program Pendidikan Keprofesian Kedokteran Berkelanjutan (P2KB) untuk diri dan perkumpulan profesinya

F. Area etika, moral, medikolegal, dan profesionalisme serta keselamatan pasien

1) Mampu menempatkan diri sebagai mitra penyedia pelyanan kesehatan dengan berbagai sektor pelyanan kesehatan formal di sekitarnya

2) Mampu melakukan program jaga mutu (quality assurance) secara mandiri dan atau bersama-sama dengan dokter keluarga lainnya

3) Mampu menjadi pimpinan professional pada suau pusat pelayanan kedokteran kesehatan primer

4) Mampu menganalisa persamaan dan perbedaaan karate individu, keluarga, hingga factor social budaya yang berpengaruh pada kesehatan pasien dan keluarga

B. PERANAN Dokter keluarga memiliki 5 fungsi yang dimiliki, yaitu (Azrul Azwar, dkk. 2004) :

a. Care Provider (Penyelenggara Pelayanan Kesehatan)

Yang mempertimbangkan pasien secara holistik sebagai seorang individu dan sebagai bagian integral (tak terpisahkan) dari keluarga, komunitas, lingkungannya, dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi, komprehensif, kontinu, dan personal dalam jangka waktu panjang dalam wujud hubungan profesional dokter-pasien yang saling menghargai dan mempercayai. Juga sebagai pelayanan komprehensif yang manusiawi namun tetap dapat dapat diaudit dan dipertangungjawabkan

b. Comunicator (Penghubung atau Penyampai Pesan)Yang mampu memperkenalkan pola hidup sehat melalui penjelasan yang efektif sehingga memberdayakan pasien dan keluarganya untuk meningkatkan dan memelihara kesehatannya sendiri serta memicu perubahan cara berpikir menuju sehat dan mandiri kepada pasien dan komunitasnya

c. Decision Maker (Pembuat Keputusan)

Yang melakukan pemeriksaan pasien, pengobatan, dan pemanfaatan teknologi kedokteran berdasarkan kaidah ilmiah yang mapan dengan mempertimbangkan harapan pasien, nilai etika, cost effectiveness untuk kepentingan pasien sepenuhnya dan membuat keputusan klinis yang ilmiah dan empatik

d. ManagerYang dapat berkerja secara harmonis dengan individu dan organisasi di dalam maupun di luar sistem kesehatan agar dapat memenuhi kebutuhan pasien dan komunitasnya berdasarkan data kesehatan yang ada. Menjadi dokter yang cakap memimpin klinik, sehat, sejahtera, dan bijaksana

e. Community Leader (Pemimpin Masyarakat)

Yang memperoleh kepercayaan dari komunitas pasien yang dilayaninya, menyearahkan kebutuhan kesehatan individu dan komunitasnya, memberikan nasihat kepada kelompok penduduk dan melakukan kegaiatan atas nama masyarakat dan menjadi panutan masyarakat

Selain fungsi, ada pula tugas dokter keluarga, yaitu :

Menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna menyuruh, dan bermutu guna penapisan untuk pelayanan spesialistik yang diperlukan,

Mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat,

Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat sehat dan sakit

Memberikan pelayanan kedokteran kepada individu dan keluarganya,

Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan taraf kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi,

Menangani penyakit akut dan kronik, Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke rumah sakit,

Tetap bertanggung-jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter Spesialis atau dirawat di RS,

Memantau pasien yang telah dirujuk atau di konsultasikan,

Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya,

Mengkordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan pasien,

Menyelenggarakan rekam Medis yang memenuhi standar,

Melakukan penelitian untuk mengembang ilmu kedokteran secara umum dan ilmu kedokteran keluarga secara khusus.

Kewajiban dokter keluarga :

Menjunjung tinggi profesionalisme

Menerapkan prinsip kedokteran keluarga dalam praktek

Bekerja dalam tim kesehatan

Menjadi sumber daya kesehatan

Melakukan riset untuk pengembangan layanan primer

C. KARATERISTIK

Karakteristik Dokter Keluarga1. Lynn P. Carmichael (1973)

Mencegah penyakit dan memelihara kesehatan Pasien sebagai bagian dari keluarga dan masyarakat Pelayanan menyeluruh, mempertimbangkan pasien dan keluarganya Andal mendiagnosis, tanggap epidemiologi dan terampil menangani penyakit Tanggap saling-aruh faktor biologik-emosi-sosial, dan mewaspadai kemiripan penyakit.2. Debra P. Hymovic & Martha Underwood Barnards (1973)

Pelayanan responsif dan bertanggung jawab Pelayanan primer dan lanjut Diagnosis dini, capai taraf kesehatan tinggi Memandang pasien dan keluarga Melayani secara maksimal3. IDI (1982) Memandang pasien