skenario a blok 24

23
KATA PENGANTAR Pertama-tama marilah kita mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya lah kami dapat meyusun laporan tutorial skenario A blok 24 ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Laporan ini merupakan tugas hasil kegiatan tutorial pendidikan dokter umum fakultas kedokteran Universitas Sriwijaya tahun 2013. Di sini kami membahas sebuah kasus kemudian dipecahkan secara kelompok berdasarkan sistematikanya mulai dari klarifikasi istilah, identifikasi masalah, menganalisis, meninjau ulang dan menyusun keterkaitan antar masalah, serta mengidentifikasi topik pembelajaran. Bahan laporan ini kami dapatkan dari hasil diskusi antar anggota kelompok, teks book, internet, serta bahan ajar dari dosen-dosen pembimbing. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih setulus- tulusnya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, orang tua, tutor , dan para anggota kelompok yang telah mendukung baik moril maupun materil dalam pembuatan laporan ini. Kami mengakui dalam penulisan laporan ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami memohon maaf dan mengharapkan kritik serta saran dari pembaca demi kesempurnaan laporan kami di kesempatan mendatang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Terima kasih.

Upload: birgitta-fajarai

Post on 21-May-2017

222 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Skenario a Blok 24

KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha

Kuasa karena atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya lah kami dapat meyusun laporan tutorial

skenario A blok 24 ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Laporan ini merupakan tugas hasil kegiatan tutorial pendidikan dokter umum fakultas

kedokteran Universitas Sriwijaya tahun 2013. Di sini kami membahas sebuah kasus kemudian

dipecahkan secara kelompok berdasarkan sistematikanya mulai dari klarifikasi istilah,

identifikasi masalah, menganalisis, meninjau ulang dan menyusun keterkaitan antar masalah,

serta mengidentifikasi topik pembelajaran.

Bahan laporan ini kami dapatkan dari hasil diskusi antar anggota kelompok, teks book,

internet, serta bahan ajar dari dosen-dosen pembimbing.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih setulus-tulusnya kepada Tuhan Yang

Maha Kuasa, orang tua, tutor , dan para anggota kelompok yang telah mendukung baik moril

maupun materil dalam pembuatan laporan ini. Kami mengakui dalam penulisan laporan ini

terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami memohon maaf dan mengharapkan kritik

serta saran dari pembaca demi kesempurnaan laporan kami di kesempatan mendatang.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Terima kasih.

Palembang,1 April 2014

Penulis

Page 2: Skenario a Blok 24

DAFTAR ISI

Halaman Judul dan Nama Anggota

Kata Pengantar ……………………………………………………………………. 1

Daftar Isi ……………………………………………….………………………….. 2

1. Skenario ……………………………………………………………………... 3

2. Klarifikasi Istilah ……………………………………………………………. 3

3. Identifikasi Masalah ………………………………………………………… 4

4. Analisis Masalah ……………………………………………………………. 4

5. Hipotesis ……………………………………………………………………. 28

6. Sintesis ……………………………...……………………………………… 28

7. Kerangka Konsep ………………………………………………………… 52

8. Kesimpulan ………………………………………………………………. 53

Daftar Pustaka ……………………………………………………………………. 53

Skenario A Blok 24 Tahun 2014

Page 3: Skenario a Blok 24

Reygen,anak laki-laki usia 11 bulan,dibawa ibunya ke klinik karena BB cair selama 3 hari 4-5x/hari @ 1-2 sendok makan,kuning,tidak ada lendir dan tidak ada darah.Tidak ada muntah.Sebelumnya,ia juga pernah mengalami diare pada usia 3 bulan,8 bulan,dan 10 bulan.Reygen lahir normal,spontan,cukup bulan ditolong bidan dengan berat badan lahir 2800 gram,panjang badan lahir 47 cm,lingkar kepala lahir tidak diukur.Reygen saat ini mengalami keterlambatan perkembangan,baru bisa merangkak dan duduk pada umur 9 bulan,tapi sejak sakit duduk harus dibantu.Riwayat nutrisi sebelum sakit : ASI eksklusif dari lahir sampai umur 3 bulan.lalu usia setelah 3 bulan sampai dengan sekarang: susu formula standar merek S 6 kali sehari @ 2 ½ sendok takar dicampur dengan air panas sampai 90 ml,dan bubur bayi beras merah merek C 3 kali 1 sachet sehari @ 20 gram ( 80 kalori).Menurut ibunya,cara membuat campuran susu formula sudah benar.Ibu tidak pernah membuat bubur bayi rumahan dan lebih suka memakai bubur bayi pabrikan.Reygen sudah pernah mendapat imunisasi BCG,DPT 2x,hepatitis B 2x,dan polio 1x.Reygen dilahirkan dari keluarga : ayah usia 35 tahun,tidak tamat SD dan tukang becak,ibu usia 32 tahun,tidak tamat SD ibu rumah tangga,jumlah saudara 3 orang (usia 7 tahun,5 tahun, dan 3 tahun).Rumah masih menyewa ,3 m x 7 m,ventilasi jendela cukup,lantai semen,sumber air minum sumur gali,jarak sumur dengan MCK 6 meter.Pemeriksaan Fisik : Kelihatan sangat kurus,kesadaran kompos mentis,denyut nadi 124 x/ menit,isi dan tegangan cukup,pernapasan 30x/menit,suhu 36,8 C.Setelah dilakukan pengukuran antropometri,hasil pengukuran: berat badan 5150 gram, panjang badan 70 cm,lingkar kepala 46 cm, wajah seperti orang tua,tidak ada dismorfik,mata tidak ada tanda-tanda defisiensi vitamin A,tidak ada edema,iga gambang,perut cekung,lengan dan tungkai kurus,dan terdapat baggy pants.

KLARIFIKASI ISTILAH

1. Edema :Pengumpulan cairan secara abnormal dalam

ruang jaringan interseluler tubuh.

2. Imunisasi hepatitis B :Pemeberian vaksin hepatitis B

secara serial sebanyak tiga kali secara intramuskular pada dosis

pertama dosis 2,satu bulan berikutnya dosis 3 dan sekitar 5

bulan selanjutnya diberikan lagi.

3. Susu formula :Susu yang dibuat dari bahan susu sapi

atau susu kedelai yang kandungannya dibuat mendekati nutrisi

yang terdapat dalam ASI.

4. Baggy pants :Kulit keriput dan jarungan subkutis sangat

sedikit sampai tidk ada pada daerah bokong seperti memakai

celana longgar khas pada marasmus.

Page 4: Skenario a Blok 24

5. Pengukuran Antroprometri : Pengukuran berat,berat

dan proporsi badan manusia. foto yang dihasilkan oleh

radiograpi

6. Dismorfik : Kelainan pada perkembangan pada bentuk atau

struktur organisme atay bagian tertentu.

7. BCG :Vaksin untuk TBC yang dibuat dari Basil TBC atau

Mycobacterium Bovis yang dilemahkan dan dikulturkan di

media buatan.

8. ASI Eksklusif :Air susu ibu yang diberikan pda 6 bulan

pertama bayi baru lahir tanpa adanya makanan pendamping

lain.

9. Iga Gambang : Tulang rusuk menonjol terlihat seperti

alat music gambang atau dikenal piano sign.

10. DPT : Preparat basil bordettela pertussis yang dimatikan digunakan

sebagai imunisasi terhadap batuk pertussis umumnya

digunakan bentuk kombinasi dengan toksoit difteri dan tetanus.

11. Polio : Suspensi virus polio yang diinaktivasi oleh formalin dan

digunakan sebagai imunisasi terhadap penyakit poliomyelitis.

IDENTIFIKASI MASALAH

1. Reygen,anak laki-laki usia 11 bulan,dibawa ibunya ke klinik karena BB cair selama 3

hari 4-5x/hari @ 1-2 sendok makan,kuning,tidak ada lendir dan tidak ada darah.Tidak

ada muntah.

2. Sebelumnya,ia juga pernah mengalami diare pada usia 3 bulan,8 bulan,dan 10 bulan.

3. Reygen lahir normal,spontan,cukup bulan ditolong bidan dengan berat badan lahir

2800 gram,panjang badan lahir 47 cm,lingkar kepala lahir tidak diukur.

4. Reygen saat ini mengalami keterlambatan perkembangan,baru bisa merangkak dan

duduk pada umur 9 bulan,tapi sejak sakit duduk harus dibantu.

5. Riwayat nutrisi sebelum sakit : ASI eksklusif dari lahir sampai umur 3 bulan.lalu usia setelah 3 bulan sampai dengan sekarang: susu formula standar merek S 6 kali sehari @ 2 ½ sendok takar dicampur dengan air panas sampai 90 ml,dan bubur bayi

Page 5: Skenario a Blok 24

beras merah merek C 3 kali 1 sachet sehari @ 20 gram ( 80 kalori).Menurut ibunya,cara membuat campuran susu formula sudah benar.Ibu tidak pernah membuat bubur bayi rumahan dan lebih suka memakai bubur bayi pabrikan.

6. Reygen sudah pernah mendapat imunisasi BCG,DPT 2x,hepatitis B 2x,dan polio 1x.

7. Reygen dilahirkan dari keluarga : ayah usia 35 tahun,tidak tamat SD dan tukang becak,ibu usia 32 tahun,tidak tamat SD ibu rumah tangga,jumlah saudara 3 orang (usia 7 tahun,5 tahun, dan 3 tahun).Rumah masih menyewa ,3 m x 7 m,ventilasi jendela cukup,lantai semen,sumber air minum sumur gali,jarak sumur dengan MCK 6 meter.

8. Pemeriksaan Fisik : Kelihatan sangat kurus,kesadaran kompos mentis,denyut nadi 124 x/ menit,isi dan tegangan cukup,pernapasan 30x/menit,suhu 36,8 C.Setelah dilakukan pengukuran antropometri,hasil pengukuran: berat badan 5150 gram, panjang badan 70 cm,lingkar kepala 46 cm, wajah seperti orang tua,tidak ada dismorfik,mata tidak ada tanda-tanda defisiensi vitamin A,tidak ada edema,iga gambang,perut cekung,lengan dan tungkai kurus,dan terdapat baggy pants.

ANALISIS MASALAH

1. a. Bagaimana keadaan feses normal dan frekuensi normal dalam sehari pada anak usia 11

bulan? 1

b. Bagaimana makna klinis dari BAB kuning,tidak ada lendir tidak ada darah dan tidak

ada muntah,frekuensi 4-5 x sehari? 2

c. Bagaimana etiologi dan mekanisme BAB cair? (pada kasus ini tidak ada lendir,tidak

ada darah dll) 3

d. Apa dampak diare terhadap kondisi pasien? 4

Diare pada pasien belum menimbulkan tanda-tanda dehidrasi, namun diare yang terus

berulang, dan kurangnya asupan nutrisi dapat memberatkan status gizi dari pasien.

Selain itu, status gizi yang semakin memburuk akibat adanya diare yang persisten juga dapat

menyebabkan gangguan tumbuh kembang pada anak karena terjadi gangguan absorpsi

nutrisi.

2. a. Bagaimana hubungan riwayat penyakit sebelumnya dengan penyakit sekarang?

(mengapa diarenya berulang) 5

b. Apa dampak diare terhadap tumbuh kembang bayi? 7

3. a. Bagaimana makna klinis riwayat kelahiran,nilai normal dan intrepretasi? 1

b. Bagaimana hubungan riwayat kelahiran dengan penyakit sekarang? 2

4. a. Bagaimana intrepretasi dan mekanisme abnormal dari perkembangan anak usia 11

bulan? 3

Page 6: Skenario a Blok 24

b. Bagaimana etiologi keterlambatan perkembangan pada anak usia 11 bulan? 4

Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Secara

garis besar faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu faktor dalam

(internal) dan faktor luar (eksternal/lingkungan). Pertumbuhan dan perkembangan

merupakan hasil interaksi dua faktor tersebut.

Faktor internal terdiri dari perbedaan ras/etnik atau bangsa, keluarga, umur, jenis

kelamin, kelainan genetik, dan kelainan kromosom. Anak yang terlahir dari suatu ras

tertentu, misalnya ras Eropa mempunyai ukuran tungkai yang lebih panjang daripada ras

Mongol. Wanita lebih cepat dewasa dibanding laki-laki. Pada masa pubertas wanita

umumnya tumbuh lebih cepat daripada laki-laki, kemudian setelah melewati masa pubertas

sebalinya laki-laki akan tumbuh lebih cepat. Adanya suatu kelainan genetik dan kromosom

dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, seperti yang terlihat pada

anak yang menderita Sindroma Down.

Selain faktor internal, faktor eksternal/lingkungan juga mempengaruhi pertumbuhan

dan perkembangan anak. Contoh faktor lingkungan yang banyak mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan anak adalah gizi, stimulasi, psikologis, dan sosial ekonomi

Gizi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang

anak. Sebelum lahir, anak tergantung pada zat gizi yang terdapat dalam darah ibu. Setelah

lahir, anak tergantung pada tersedianya bahan makanan dan kemampuan saluran cerna.

Hasil penelitian tentang pertumbuhan anak Indonesia (Sunawang, 2002) menunjukkan

bahwa kegagalan pertumbuhan paling gawat terjadi pada usia 6-18 bulan. Penyebab gagal

tumbuh tersebut adalah keadaan gizi ibu selama hamil, pola makan bayi yang salah, dan

penyakit infeksi.

Perkembangan anak juga dipengaruhi oleh stimulasi dan psikologis.

Rangsangan/stimulasi khususnya dalam keluarga, misalnya dengan penyediaan alat

mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain akan mempengaruhi

anak dlam mencapai perkembangan yang optimal. Seorang anak yang keberadaannya tidak

dikehendaki oleh orang tua atau yang selalu merasa tertekan akan mengalami hambatan di

dalam pertumbuhan dan perkembangan.

Faktor lain yang tidak dapat dilepaskan dari pertumbuhan dan perkembangan anak

adalah faktor sosial ekonomi. Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan,

kesehatan lingkungan yang jelek, serta kurangnya pengetahuan. (Tanuwijaya, 2003).

c. Mengapa sejak sakit Reygen duduk harus dibantu? 5

5. Riwayat nutrisi

Page 7: Skenario a Blok 24

a. Bagaimana cara pemberian nutrisi yang baik pada bayi dan total kebutuhan kalori dari

usia 0 - 11 bulan? 6

b. Apa dampak pemberian makanan tambahan pada usia setelah 3 bulan? 7

c. Bagaimana cara membuat bubur dan susu formula yang benar ? 1

d. Bagaimana intrepretasi pemenuhan nutrisi pada usia ini dan hubungannya dengan total

kebutuhan kalori ? 2

e. Bagaimana hubungan status gizi dengan penyakit yang diderita? 3

6. Imunisasi

a. Bagaimana jadwal dan jenis imunisasi yang dibutuhkan sampai usia 11 bulan?

( tampilkan jadwal imunisasi lengkap) 4

b. Bagaimana intrepretasi riwayat imunisasi ? 5

c. Bagaimana dampak tidak dibveri imunisasi ? 6

d. Bagaimana cara pemberian imunisasi ? 7

7. Riwayat Keluarga

Page 8: Skenario a Blok 24

a. Bagaimana hubungan keadaan sosial ekonomi keluarga dan penyakit yang diderita ? 1

b. Bagaimana kondisi tempat tinggal yang ideal dan sehat ? 2

c. Bagaimana asah,asih,asuh pada kasus ini ? 3

8. Pemeriksaan Fisik

a. Bagaimana intrepretasi,mekanisme abnormal dari Kelihatan sangat kurus,kesadaran

kompos mentis,denyut nadi 124 x/ menit,isi dan tegangan cukup,pernapasan 30x/menit,suhu

36,8 C ? 4

Kesadaran compos mentis normal

Denyut nadi 124x/menit, isi dan tegangan cukup normal

Pernapasan 30x/menit normal

Suhu 36,8 normal

Kelihatan kurus akibat gizi buruk (nutrisi kurang)

Jadi tanda vital dari Reygen normal, sehingga bisa dikatakan Reygen tidak mengalami

dehidrasi akibat diarenya tersebut. Namun status gizi Reygen buruk karena kurangnya asupan

yang diberikan (pemberian nutrisi tidak adekuat)

b. Bagaimana intrepretasi,mekanisme abnormal dari hasil pengukuran antropometri,hasil

pengukuran: berat badan 5150 gram, panjang badan 70 cm,lingkar kepala 46 cm ? 5

c. Bagaimana intrepretasi,mekanism abnormal dari wajah seperti orang tua,tidak ada

dismorfik,mata tidak ada tanda-tanda defisiensi vitamin A? 6

d. Bagaimana intrepretasi,mekanisme abnormal dari ada edema,iga gambang,perut

cekung,lengan dan tungkai kurus,dan terdapat baggy pants ? 7

9. Bagaimana cara penegakan diagnosis dan pemeriksaan penunjang ? 1

10. Bagaimana DD dan WD ? 2

11. Bagaimana epidemiologi kasus ini? 3

12. Bagaimana etiologi kasus ini? 4

Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena :

diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan

dengan orangtua-anak terganggu,karena kelainan metabolik, atau malformasi

kongenital.

Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi

yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering

diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti

infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan

metabolik, penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada saraf pusat.

Page 9: Skenario a Blok 24

Keadaan ini merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan

penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan, ada beberapa faktor lain pada diri anak

sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya marasmus.

Secara langsung keadaan gizi dipengaruhi oleh ketidakcukupan asupan makanan dan

penyakit infeksi. Secara tidak langsung dipengaruhi oleh ketersediaan pangan tingkat

rumah tangga, ketersediaan pelayanan kesehatan, pola asuh yang tidak memadai.

Lebih lanjut masalah gizi disebabkan oleh kemiskinan, pendidikan rendah,

kesempatan kerja. Oleh karena itu keadaan gizi masyarakat merupakan manifestasi

keadaan kesejahteraan rakyat. Asupan gizi yang kurang yang disebabkan oleh banyak

faktor antara lain :

1. Pola Pemberian ASI dan MP-ASI.

Makanan alamiah terbaik bagi bayi yaitu Air Susu Ibu (ASI), dan sesudah usia 6

bulan anak yang tidak mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat,

baik jumlah dan kualitasnya akan berkonsekuensi terhadap status gizi bayi. MP-

ASI yang baik tidak hanya cukup mengandung energi dan protein, tetapi juga

mengandung zat besi, vitamin A, asam folat, vitamin B serta vitamin dan mineral

lainnya. MP-ASI yang tepat dan baik dapat disiapkan sendiri di rumah. Pada

keluarga dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah seringkali

anaknya harus puas dengan makanan seadanya yang tidak memenuhi kebutuhan

gizi balita karena ketidaktahuan. Terbukti dengan hasil penelitian yang

memaparkan bahwa bayi yang mendapat ASI Eksklusif masih rendah. Tidak

semua ibu memberikan ASI segera setelah bayi lahir. Hanya sepertiga ibu

memberikan ASI pada hari pertama setelah melahirkan. Bayi sudah diperkenalkan

dengan makanan lain selain ASI pada minggu pertama setelah kelahiran.

2. Ketersediaan Pangan di Tingkat Rumah Tangga

Status gizi dipengaruhi oleh ketersediaan pangan di tingkat keluarga dan jika tidak

cukup dapat dipastikan konsumsi setiap anggota keluarga tidak terpenuhi. Tidak

tersedianya makanan yang adekuat terkait langsung dengan kondisi sosial

ekonomi. Kadang kadang bencana alam, perang, maupun kebijaksanaan politik

maupun ekonomi yang memberatkan rakyat akan menyebabkan hal ini.

Kemiskinan sangat identik dengan tidak tersedianya makan yang adekuat. Data

Indonesia dan negara lain menunjukkan bahwa adanya hubungan timbal balik

antara kurang gizi dan kemiskinan. Kemiskinan merupakan penyebab pokok atau

akar masalah gizi buruk. Proporsi anak malnutrisi berbanding terbalik dengan

Page 10: Skenario a Blok 24

pendapatan. Makin kecil pendapatan penduduk, makin tinggi persentasi anak yang

kekurangan gizi.

3. Pola makan yang salah.

Suatu studi “positive deviance” mempelajari mengapa dari sekian banyak bayi dan

balita di suatu desa miskin hanya sebagian kecil yang gizi buruk, padahal orang

tua mereka semuanya petani miskin. Dari studi ini diketahui pola pengasuhan anak

berpengaruh pada timbulnya gizi buruk. Anak yang diasuh ibunya sendiri dengan

kasih sayang, apalagi ibunya berpendidikan, mengerti soal pentingnya ASI,

manfaat posyandu dan kebersihan, meskipun sama-sama miskin, ternyata anaknya

lebih sehat. Unsur pendidikan perempuan berpengaruh pada kualitas pengasuhan

anak. Sebaliknya sebagian anak yang gizi buruk ternyata diasuh oleh nenek atau

pengasuh yang juga miskin dan tidak berpendidikan. Banyaknya perempuan yang

meninggalkan desa untuk mencari kerja di kota bahkan menjadi TKI,

kemungkinan juga dapat menyebabkan anak menderita gizi buruk. Kebiasaan,

mitos ataupun kepercayaan/adat istiadat masyarakat tertentu yang tidak benar

dalam pemberian makan akan sangat merugikan anak. Misalnya kebiasaan

memberi minum bayi hanya dengan air putih, memberikan makanan padat terlalu

dini, berpantang pada makanan tertentu (misalnya tidak memberikan anak anak

daging, telur, santan dll), hal ini menghilangkan kesempatan anak untuk mendapat

asupan lemak, protein maupun kalori yang cukup. Interaksi antara ibu dengan anak

berhubungan positif dengan keadaan gizi anak. Anak yang mendapatkan perhatian

lebih baik secara fisik maupun emosional misalnya selalu mendapatkan senyuman,

mendapat respon ketika berceloteh dan mendapatkan makanan yang seimbang,

maka keadaan gizinya lebih baik dibandingkan dengan teman sebayanya yang

kurang mendapat perhatian orang tua

Sering sakit (frequent infection)

Sering sakit menjadi penyebab terpenting kedua kekurangan gizi, apalagi di negara negara

terbelakang dan yang sedang berkembang seperti Indonesia, dimana kesadaran akan

kebersihan / personal hygine yang masih kurang, serta ancaman endemisitas penyakit

tertentu, khususnya infeksi kronik seperti misalnya tuberculosis (TBC) masih sangat

tinggi. Kaitan infeksi dan kurang gizi seperti layaknya lingkaran setan yang sukar

diputuskan, karena keduanya saling terkait dan saling memperberat. Kondisi infeksi

kronik akan meyebabkan kurang gizi dan kondisi malnutrisi sendiri akan memberikan

dampak buruk pada sistem pertahanan sehingga memudahkan terjadinya infeksi.

Page 11: Skenario a Blok 24

Kurangnya Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Pemantauan pertumbuhan yang diikuti dengan tindak lanjut berupa konseling terutama

oleh petugas kesehatan berpengaruh pada status pertumbuhan anak seperti ;

1. Pemantauan berat badan balita di Posyandu

2. Pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi bulan Februari dan Agustus.

3. Kunjungan Neonatal

4. Imunisasi pada bayi

Kelainan struktur bawaan, Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus, gangguan

metabolik dan lain-lain.

  Faktor –faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang

a.       Faktor interen (heredokontitusional)

Gen yang terdapat di dalam nucleus dari telur yang dibuahi pada masa embrio mempunyai

sifat tersendiri pada setiap individu. Manifestasi hasil perbedaan antara gen ini deikenal

sebagai hereditas. Timbulnya kelainan familial, kelainan khusus tertentu, tipe tertentu dari

dwarfisme adalah akibat transmisi gen yang abnormal. Haruslah diingat bahwa beberapa anak

bertubuh kecil karna konstitusi genetiknya dan bukan karena gangguan endokrin atau gizi.

Sedangkan peranan genetic pada sifat perkembangan mental masih merupakan hal yang masih

diperdebatkan.

b.      Ekstrinsik

•      Faktor prenatal

1.      Gizi (devisiensi vitamin, jodium dan lain). Dengan menghilangkan vitamin tertentu dari

dalam makanan binatang yang sedang hamil, Warkany menemukan kelainan pada anak

binatang tersebut. Jenis kelainan tersebut dapat diduga sebelumnya dengan menghilangkan

vitamin tertentu. Telah dibuktikan pula bahwa kurang makanan selama kehamilan dapat

meningkatkan angka kelahiran mati dan kematian neonatal. Diketahui pula bahwa pada ibu

dengan keadaan gizi jelek tidak dapat terjadi konsepsi. Hal ini disinggung pula oleh Warkany

dengan mengatakan ‘The most serious congenital malformation is never to be conceived at

all”.

2.      Mekanis (pita amniotic, ektopia, posisi fetus yang abnormal, trauma, oligohidramnion).

Faktor mekanis seperti posisi fetus yang abnormal dan oligohidroamnion dapat menyebabkan

kelainan kongenital seperti clubfoot, mikrognatia dan kaki bengkok. Kelainan ini tidak terlalu

berat karena mungkin terjadi pada masa kehidupan intrauterine akhir. Implantasi ovum yang

Page 12: Skenario a Blok 24

salah, yang juga dianggap faktor mekanis dapat mengganggu gizi embrio dan berakibat

gangguan pertumbuhan

3.      Toksin kimia. Telah lama diketahui bahwa obat-obatan tersebut dapat menimbulkan kelainan

seperti misalnya palatoskizis, hidrosefalus, distosis kranial

4.      Endokrin (diabetes mellitus pada ibu, hormon yang dimakan, umur tua dan lain-lain).Bayi

yang lahir dari ibu yang menderita diabetes mellitus sering menunjukkan kelainan berupa

makrosomia, kardiomegali dan hiperplasia adrenal. Hiperplasi pulau Langherhans akan

mengakibatkan hipoglikemia. Umur rata-rata ibu yang melahirkan anak mongoloid dan

kelainan lain umumnya lebih tinggi dibandingkan umur ibu yang melahirkan anak normal. Ini

mungkin disebabkan oleh kelainan beberapa endokrin dalam tubuh ibu yang meningkat pada

umur lanjut, walaupun faktor lain yang bukan endokrin juga ikut berperan

5.      Radiasi (sinar Rontgen, radium dan lain-lain).Pemakaian radium dan sinar Rontgen yang

tidak mengikuti aturan dapat mengakibatkan kelainan pada fetus. Contoh kelainan yang

pernah dilaporkan ialah mikrosefali. Spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota

gerak. Kelainan yang ditemukan akibat radiasi bom atom di Hiroshima pada fetus ialah

mikrosefali, retardsai mental, kelainan kongenital mata dan jantung

6.      Infeksi. Rubela (German measles) dan mungkin pula infeksi virus atau bakteri lainnya yang

diderita oleh ibu pada waktu hamil muda dapat mengakibatkan kelainan pada fetus seperti

katarak, bisu-tuli, mikrosefali, retardasi mental dan kelainan kongenital jantung. Kongenital

merupakan contoh infeksi yang dapat menyerang fetus intrauterin hingga terjadi gangguan

pertumbuhan fisik dan mental. Toksoplasmosis pranatal dapat mengakibatkan makrosefali

kongenital atau mikrosefali dan retinitis

7.      Imunitas (eritroblastosis fetalis, kernicterus). Keadaan ini timbul atas dasar adanya perbedaan

golongan darah antara fetus dan ibu, sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah

merah bayi yang kemudian melalui plasenta masuk ke dalam peredaran darah bayi yang akan

mengakibatkan hemolisis. Akibat penghancuran sel darah merah bayi akan timbul anemia dan

hiperbilirubinemia. Jaringan otak sangat peka terhadap hiperbilirubinemia ini dan dapat

terjadi kerusakan

8.      Anoksia embrio (gangguan fungsu plasenta). Keadaan anoksia pada embrio dapat

mengakibatkan pertumbuhannya terganggu

•      Faktor pascanatal

1.      Gizi (masukan makanan kualitatif dan kuantitatif). Termasuk dalam hal ini bahan pembangun

tubuh yaitu protein, karbohidrat, lemak, mineral dan vitamin.

Page 13: Skenario a Blok 24

2.      Penyakit (penyakit kronis dan kelainan kongenital). Beberapa penyakit kronis seperti

glumerulonefritis kronik, tuberkulosis paru dan penyakit sesak dapat mengakibatkan retardasi

pertumbuhan jasmani. Hal yang sama juga dapat terjadi pada penderita kelainan jantung

bawaan.

3.      Keadaan sosial-ekonomi. Hal ini memegang peranan penting dalam pertumbuhan anak, jelas

dapat terlihat ukuran bayi yang lahir dari golongan orang tua dengan keadaan sosial-ekonomi

yang kurang, yang lebih rendah dibandingkan dengan bayi dari keluarga dengan sosial-

ekonomi yang cukup.

4.      Musim. Di negeri yang mempunyai 4 musim terdapat perbedaan kecepatan tumbuh berat

badan dan tinggi. Pertambahan tinggi terbesar pada musim semi dan paling rendah pada

musim gugur. Sebaliknya penambahan berat badan terbesar terjadi pada musim gugur dan

terkecil pada musim semi.

5.      Lain-lain. Banyak faktor lain yang ikut berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

perkembangan anak, antara lain pengawasan medis, perbaikan sanitasi, pendidikan, faktor

psikologis dan lain-lain.

Dalam kasus disebutkan beberapa fkctor yang mungkin dapat mempengaruhi perkembangan

bayi yang dapat dijadikan acuan dalam pemecahan masalah namun setelah dicermati, semua

informasi mengarah pada faktor-faktor pascanatal karena saat lahir berat badan, panjang

badan, serta lingkar kepala bayi dalam kondisi normal, Yang dititikberatkan pada kasus

adalah masalah pemenuhan gizi bayi yang tidak adekuat, diare yang berulang dan imunisasi

yang tidak lengkap.

13. Bagaimana faktor resiko pada kasus ini? 5

14. Bagaimana manifestasi klinis pada kasus in? 6

15. Bagaimana patofisiologi gizi buruk dan patogenesis diare pada kasus ini? 7

16. Bagaimana tatalaksana dan edukasi pada kasus ini? 1

17. Bagaimana komplikasi pada kasus ini? 2

18. Bagaimana pencegahan pada kasus ini? 3

19. Bagaimana prognosis pada kasus ini? 4

20. Bagaimana SKDI pada kasus ini? 5

KELOMPOK :

1. Maghfiroh,Sellita Seplana

2. Hadley Aulia,Tri Febriani Siregar

3. Fitri Nurrahmi,Ravenia Dirgantari

Page 14: Skenario a Blok 24

4. Lidya Kartika,Birgita Fajarai

5. Diva Zuniar Ritonga,Randina Dwi Megasari

6. Lina Wahyuni Harahap,Rullis Dwi Istighfaroh

7. Liliana Surya Fatimah, Billy Peter Manawan

Mohon dikumpulkan besok tgl 2 APRIL 2014 YA..

1. Format font: Times New Roman 12

2. Daftar Pustaka

Mohon kerjasamnya Ok sip sip....SELAMAT MENGERJAKAN.

Daftar PustakaCameron, N. 2002. Human Growth and Development. California: Academic Press.

Narendra, M. B. 2003. Penilaian Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Jakarta: EGC.

Meadow, R dan Newll, S. 2002. Lecture Notes Pediatrica. Jakarta: Erlangga.

Soetjiningsih. 2003. Perkembangan Anak dan Permasalahannya. Jakarta: EGC.

Soepardi, E. A. dan Iskandar, N (ed). 2000. Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorok. Edisi ke-4. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Subbagian Tumbuh Kembang. 2004. Pemantauan Perkembangan Denver II. Yogyakarta:Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUGM/RS Sardjito.

Suyitno, H, dan Narendra, M. B. 2003. Pertumbuhan Fisik Anak. Jakarta: EGC.

Tanuwijaya, S. 2003. Konsep Umum Tumbuh dan Kembang. Jakarta: EGC

Widyastuti, D, dan Widyani, R. 2001. Panduan Perkembangan Anak 0 Sampai 1 Tahun. Jakarta: Puspa Swara