skenario a blok 24
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Pertama-tama marilah kita mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa karena atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya lah kami dapat meyusun laporan tutorial
skenario A blok 24 ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Laporan ini merupakan tugas hasil kegiatan tutorial pendidikan dokter umum fakultas
kedokteran Universitas Sriwijaya tahun 2013. Di sini kami membahas sebuah kasus kemudian
dipecahkan secara kelompok berdasarkan sistematikanya mulai dari klarifikasi istilah,
identifikasi masalah, menganalisis, meninjau ulang dan menyusun keterkaitan antar masalah,
serta mengidentifikasi topik pembelajaran.
Bahan laporan ini kami dapatkan dari hasil diskusi antar anggota kelompok, teks book,
internet, serta bahan ajar dari dosen-dosen pembimbing.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih setulus-tulusnya kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa, orang tua, tutor , dan para anggota kelompok yang telah mendukung baik moril
maupun materil dalam pembuatan laporan ini. Kami mengakui dalam penulisan laporan ini
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami memohon maaf dan mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca demi kesempurnaan laporan kami di kesempatan mendatang.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Terima kasih.
Palembang,1 April 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul dan Nama Anggota
Kata Pengantar ……………………………………………………………………. 1
Daftar Isi ……………………………………………….………………………….. 2
1. Skenario ……………………………………………………………………... 3
2. Klarifikasi Istilah ……………………………………………………………. 3
3. Identifikasi Masalah ………………………………………………………… 4
4. Analisis Masalah ……………………………………………………………. 4
5. Hipotesis ……………………………………………………………………. 28
6. Sintesis ……………………………...……………………………………… 28
7. Kerangka Konsep ………………………………………………………… 52
8. Kesimpulan ………………………………………………………………. 53
Daftar Pustaka ……………………………………………………………………. 53
Skenario A Blok 24 Tahun 2014
Reygen,anak laki-laki usia 11 bulan,dibawa ibunya ke klinik karena BB cair selama 3 hari 4-5x/hari @ 1-2 sendok makan,kuning,tidak ada lendir dan tidak ada darah.Tidak ada muntah.Sebelumnya,ia juga pernah mengalami diare pada usia 3 bulan,8 bulan,dan 10 bulan.Reygen lahir normal,spontan,cukup bulan ditolong bidan dengan berat badan lahir 2800 gram,panjang badan lahir 47 cm,lingkar kepala lahir tidak diukur.Reygen saat ini mengalami keterlambatan perkembangan,baru bisa merangkak dan duduk pada umur 9 bulan,tapi sejak sakit duduk harus dibantu.Riwayat nutrisi sebelum sakit : ASI eksklusif dari lahir sampai umur 3 bulan.lalu usia setelah 3 bulan sampai dengan sekarang: susu formula standar merek S 6 kali sehari @ 2 ½ sendok takar dicampur dengan air panas sampai 90 ml,dan bubur bayi beras merah merek C 3 kali 1 sachet sehari @ 20 gram ( 80 kalori).Menurut ibunya,cara membuat campuran susu formula sudah benar.Ibu tidak pernah membuat bubur bayi rumahan dan lebih suka memakai bubur bayi pabrikan.Reygen sudah pernah mendapat imunisasi BCG,DPT 2x,hepatitis B 2x,dan polio 1x.Reygen dilahirkan dari keluarga : ayah usia 35 tahun,tidak tamat SD dan tukang becak,ibu usia 32 tahun,tidak tamat SD ibu rumah tangga,jumlah saudara 3 orang (usia 7 tahun,5 tahun, dan 3 tahun).Rumah masih menyewa ,3 m x 7 m,ventilasi jendela cukup,lantai semen,sumber air minum sumur gali,jarak sumur dengan MCK 6 meter.Pemeriksaan Fisik : Kelihatan sangat kurus,kesadaran kompos mentis,denyut nadi 124 x/ menit,isi dan tegangan cukup,pernapasan 30x/menit,suhu 36,8 C.Setelah dilakukan pengukuran antropometri,hasil pengukuran: berat badan 5150 gram, panjang badan 70 cm,lingkar kepala 46 cm, wajah seperti orang tua,tidak ada dismorfik,mata tidak ada tanda-tanda defisiensi vitamin A,tidak ada edema,iga gambang,perut cekung,lengan dan tungkai kurus,dan terdapat baggy pants.
KLARIFIKASI ISTILAH
1. Edema :Pengumpulan cairan secara abnormal dalam
ruang jaringan interseluler tubuh.
2. Imunisasi hepatitis B :Pemeberian vaksin hepatitis B
secara serial sebanyak tiga kali secara intramuskular pada dosis
pertama dosis 2,satu bulan berikutnya dosis 3 dan sekitar 5
bulan selanjutnya diberikan lagi.
3. Susu formula :Susu yang dibuat dari bahan susu sapi
atau susu kedelai yang kandungannya dibuat mendekati nutrisi
yang terdapat dalam ASI.
4. Baggy pants :Kulit keriput dan jarungan subkutis sangat
sedikit sampai tidk ada pada daerah bokong seperti memakai
celana longgar khas pada marasmus.
5. Pengukuran Antroprometri : Pengukuran berat,berat
dan proporsi badan manusia. foto yang dihasilkan oleh
radiograpi
6. Dismorfik : Kelainan pada perkembangan pada bentuk atau
struktur organisme atay bagian tertentu.
7. BCG :Vaksin untuk TBC yang dibuat dari Basil TBC atau
Mycobacterium Bovis yang dilemahkan dan dikulturkan di
media buatan.
8. ASI Eksklusif :Air susu ibu yang diberikan pda 6 bulan
pertama bayi baru lahir tanpa adanya makanan pendamping
lain.
9. Iga Gambang : Tulang rusuk menonjol terlihat seperti
alat music gambang atau dikenal piano sign.
10. DPT : Preparat basil bordettela pertussis yang dimatikan digunakan
sebagai imunisasi terhadap batuk pertussis umumnya
digunakan bentuk kombinasi dengan toksoit difteri dan tetanus.
11. Polio : Suspensi virus polio yang diinaktivasi oleh formalin dan
digunakan sebagai imunisasi terhadap penyakit poliomyelitis.
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Reygen,anak laki-laki usia 11 bulan,dibawa ibunya ke klinik karena BB cair selama 3
hari 4-5x/hari @ 1-2 sendok makan,kuning,tidak ada lendir dan tidak ada darah.Tidak
ada muntah.
2. Sebelumnya,ia juga pernah mengalami diare pada usia 3 bulan,8 bulan,dan 10 bulan.
3. Reygen lahir normal,spontan,cukup bulan ditolong bidan dengan berat badan lahir
2800 gram,panjang badan lahir 47 cm,lingkar kepala lahir tidak diukur.
4. Reygen saat ini mengalami keterlambatan perkembangan,baru bisa merangkak dan
duduk pada umur 9 bulan,tapi sejak sakit duduk harus dibantu.
5. Riwayat nutrisi sebelum sakit : ASI eksklusif dari lahir sampai umur 3 bulan.lalu usia setelah 3 bulan sampai dengan sekarang: susu formula standar merek S 6 kali sehari @ 2 ½ sendok takar dicampur dengan air panas sampai 90 ml,dan bubur bayi
beras merah merek C 3 kali 1 sachet sehari @ 20 gram ( 80 kalori).Menurut ibunya,cara membuat campuran susu formula sudah benar.Ibu tidak pernah membuat bubur bayi rumahan dan lebih suka memakai bubur bayi pabrikan.
6. Reygen sudah pernah mendapat imunisasi BCG,DPT 2x,hepatitis B 2x,dan polio 1x.
7. Reygen dilahirkan dari keluarga : ayah usia 35 tahun,tidak tamat SD dan tukang becak,ibu usia 32 tahun,tidak tamat SD ibu rumah tangga,jumlah saudara 3 orang (usia 7 tahun,5 tahun, dan 3 tahun).Rumah masih menyewa ,3 m x 7 m,ventilasi jendela cukup,lantai semen,sumber air minum sumur gali,jarak sumur dengan MCK 6 meter.
8. Pemeriksaan Fisik : Kelihatan sangat kurus,kesadaran kompos mentis,denyut nadi 124 x/ menit,isi dan tegangan cukup,pernapasan 30x/menit,suhu 36,8 C.Setelah dilakukan pengukuran antropometri,hasil pengukuran: berat badan 5150 gram, panjang badan 70 cm,lingkar kepala 46 cm, wajah seperti orang tua,tidak ada dismorfik,mata tidak ada tanda-tanda defisiensi vitamin A,tidak ada edema,iga gambang,perut cekung,lengan dan tungkai kurus,dan terdapat baggy pants.
ANALISIS MASALAH
1. a. Bagaimana keadaan feses normal dan frekuensi normal dalam sehari pada anak usia 11
bulan? 1
b. Bagaimana makna klinis dari BAB kuning,tidak ada lendir tidak ada darah dan tidak
ada muntah,frekuensi 4-5 x sehari? 2
c. Bagaimana etiologi dan mekanisme BAB cair? (pada kasus ini tidak ada lendir,tidak
ada darah dll) 3
d. Apa dampak diare terhadap kondisi pasien? 4
Diare pada pasien belum menimbulkan tanda-tanda dehidrasi, namun diare yang terus
berulang, dan kurangnya asupan nutrisi dapat memberatkan status gizi dari pasien.
Selain itu, status gizi yang semakin memburuk akibat adanya diare yang persisten juga dapat
menyebabkan gangguan tumbuh kembang pada anak karena terjadi gangguan absorpsi
nutrisi.
2. a. Bagaimana hubungan riwayat penyakit sebelumnya dengan penyakit sekarang?
(mengapa diarenya berulang) 5
b. Apa dampak diare terhadap tumbuh kembang bayi? 7
3. a. Bagaimana makna klinis riwayat kelahiran,nilai normal dan intrepretasi? 1
b. Bagaimana hubungan riwayat kelahiran dengan penyakit sekarang? 2
4. a. Bagaimana intrepretasi dan mekanisme abnormal dari perkembangan anak usia 11
bulan? 3
b. Bagaimana etiologi keterlambatan perkembangan pada anak usia 11 bulan? 4
Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Secara
garis besar faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu faktor dalam
(internal) dan faktor luar (eksternal/lingkungan). Pertumbuhan dan perkembangan
merupakan hasil interaksi dua faktor tersebut.
Faktor internal terdiri dari perbedaan ras/etnik atau bangsa, keluarga, umur, jenis
kelamin, kelainan genetik, dan kelainan kromosom. Anak yang terlahir dari suatu ras
tertentu, misalnya ras Eropa mempunyai ukuran tungkai yang lebih panjang daripada ras
Mongol. Wanita lebih cepat dewasa dibanding laki-laki. Pada masa pubertas wanita
umumnya tumbuh lebih cepat daripada laki-laki, kemudian setelah melewati masa pubertas
sebalinya laki-laki akan tumbuh lebih cepat. Adanya suatu kelainan genetik dan kromosom
dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, seperti yang terlihat pada
anak yang menderita Sindroma Down.
Selain faktor internal, faktor eksternal/lingkungan juga mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan anak. Contoh faktor lingkungan yang banyak mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak adalah gizi, stimulasi, psikologis, dan sosial ekonomi
Gizi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang
anak. Sebelum lahir, anak tergantung pada zat gizi yang terdapat dalam darah ibu. Setelah
lahir, anak tergantung pada tersedianya bahan makanan dan kemampuan saluran cerna.
Hasil penelitian tentang pertumbuhan anak Indonesia (Sunawang, 2002) menunjukkan
bahwa kegagalan pertumbuhan paling gawat terjadi pada usia 6-18 bulan. Penyebab gagal
tumbuh tersebut adalah keadaan gizi ibu selama hamil, pola makan bayi yang salah, dan
penyakit infeksi.
Perkembangan anak juga dipengaruhi oleh stimulasi dan psikologis.
Rangsangan/stimulasi khususnya dalam keluarga, misalnya dengan penyediaan alat
mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain akan mempengaruhi
anak dlam mencapai perkembangan yang optimal. Seorang anak yang keberadaannya tidak
dikehendaki oleh orang tua atau yang selalu merasa tertekan akan mengalami hambatan di
dalam pertumbuhan dan perkembangan.
Faktor lain yang tidak dapat dilepaskan dari pertumbuhan dan perkembangan anak
adalah faktor sosial ekonomi. Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan,
kesehatan lingkungan yang jelek, serta kurangnya pengetahuan. (Tanuwijaya, 2003).
c. Mengapa sejak sakit Reygen duduk harus dibantu? 5
5. Riwayat nutrisi
a. Bagaimana cara pemberian nutrisi yang baik pada bayi dan total kebutuhan kalori dari
usia 0 - 11 bulan? 6
b. Apa dampak pemberian makanan tambahan pada usia setelah 3 bulan? 7
c. Bagaimana cara membuat bubur dan susu formula yang benar ? 1
d. Bagaimana intrepretasi pemenuhan nutrisi pada usia ini dan hubungannya dengan total
kebutuhan kalori ? 2
e. Bagaimana hubungan status gizi dengan penyakit yang diderita? 3
6. Imunisasi
a. Bagaimana jadwal dan jenis imunisasi yang dibutuhkan sampai usia 11 bulan?
( tampilkan jadwal imunisasi lengkap) 4
b. Bagaimana intrepretasi riwayat imunisasi ? 5
c. Bagaimana dampak tidak dibveri imunisasi ? 6
d. Bagaimana cara pemberian imunisasi ? 7
7. Riwayat Keluarga
a. Bagaimana hubungan keadaan sosial ekonomi keluarga dan penyakit yang diderita ? 1
b. Bagaimana kondisi tempat tinggal yang ideal dan sehat ? 2
c. Bagaimana asah,asih,asuh pada kasus ini ? 3
8. Pemeriksaan Fisik
a. Bagaimana intrepretasi,mekanisme abnormal dari Kelihatan sangat kurus,kesadaran
kompos mentis,denyut nadi 124 x/ menit,isi dan tegangan cukup,pernapasan 30x/menit,suhu
36,8 C ? 4
Kesadaran compos mentis normal
Denyut nadi 124x/menit, isi dan tegangan cukup normal
Pernapasan 30x/menit normal
Suhu 36,8 normal
Kelihatan kurus akibat gizi buruk (nutrisi kurang)
Jadi tanda vital dari Reygen normal, sehingga bisa dikatakan Reygen tidak mengalami
dehidrasi akibat diarenya tersebut. Namun status gizi Reygen buruk karena kurangnya asupan
yang diberikan (pemberian nutrisi tidak adekuat)
b. Bagaimana intrepretasi,mekanisme abnormal dari hasil pengukuran antropometri,hasil
pengukuran: berat badan 5150 gram, panjang badan 70 cm,lingkar kepala 46 cm ? 5
c. Bagaimana intrepretasi,mekanism abnormal dari wajah seperti orang tua,tidak ada
dismorfik,mata tidak ada tanda-tanda defisiensi vitamin A? 6
d. Bagaimana intrepretasi,mekanisme abnormal dari ada edema,iga gambang,perut
cekung,lengan dan tungkai kurus,dan terdapat baggy pants ? 7
9. Bagaimana cara penegakan diagnosis dan pemeriksaan penunjang ? 1
10. Bagaimana DD dan WD ? 2
11. Bagaimana epidemiologi kasus ini? 3
12. Bagaimana etiologi kasus ini? 4
Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena :
diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan
dengan orangtua-anak terganggu,karena kelainan metabolik, atau malformasi
kongenital.
Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi
yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering
diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti
infeksi, kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan
metabolik, penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada saraf pusat.
Keadaan ini merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan
penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan, ada beberapa faktor lain pada diri anak
sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya marasmus.
Secara langsung keadaan gizi dipengaruhi oleh ketidakcukupan asupan makanan dan
penyakit infeksi. Secara tidak langsung dipengaruhi oleh ketersediaan pangan tingkat
rumah tangga, ketersediaan pelayanan kesehatan, pola asuh yang tidak memadai.
Lebih lanjut masalah gizi disebabkan oleh kemiskinan, pendidikan rendah,
kesempatan kerja. Oleh karena itu keadaan gizi masyarakat merupakan manifestasi
keadaan kesejahteraan rakyat. Asupan gizi yang kurang yang disebabkan oleh banyak
faktor antara lain :
1. Pola Pemberian ASI dan MP-ASI.
Makanan alamiah terbaik bagi bayi yaitu Air Susu Ibu (ASI), dan sesudah usia 6
bulan anak yang tidak mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat,
baik jumlah dan kualitasnya akan berkonsekuensi terhadap status gizi bayi. MP-
ASI yang baik tidak hanya cukup mengandung energi dan protein, tetapi juga
mengandung zat besi, vitamin A, asam folat, vitamin B serta vitamin dan mineral
lainnya. MP-ASI yang tepat dan baik dapat disiapkan sendiri di rumah. Pada
keluarga dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah seringkali
anaknya harus puas dengan makanan seadanya yang tidak memenuhi kebutuhan
gizi balita karena ketidaktahuan. Terbukti dengan hasil penelitian yang
memaparkan bahwa bayi yang mendapat ASI Eksklusif masih rendah. Tidak
semua ibu memberikan ASI segera setelah bayi lahir. Hanya sepertiga ibu
memberikan ASI pada hari pertama setelah melahirkan. Bayi sudah diperkenalkan
dengan makanan lain selain ASI pada minggu pertama setelah kelahiran.
2. Ketersediaan Pangan di Tingkat Rumah Tangga
Status gizi dipengaruhi oleh ketersediaan pangan di tingkat keluarga dan jika tidak
cukup dapat dipastikan konsumsi setiap anggota keluarga tidak terpenuhi. Tidak
tersedianya makanan yang adekuat terkait langsung dengan kondisi sosial
ekonomi. Kadang kadang bencana alam, perang, maupun kebijaksanaan politik
maupun ekonomi yang memberatkan rakyat akan menyebabkan hal ini.
Kemiskinan sangat identik dengan tidak tersedianya makan yang adekuat. Data
Indonesia dan negara lain menunjukkan bahwa adanya hubungan timbal balik
antara kurang gizi dan kemiskinan. Kemiskinan merupakan penyebab pokok atau
akar masalah gizi buruk. Proporsi anak malnutrisi berbanding terbalik dengan
pendapatan. Makin kecil pendapatan penduduk, makin tinggi persentasi anak yang
kekurangan gizi.
3. Pola makan yang salah.
Suatu studi “positive deviance” mempelajari mengapa dari sekian banyak bayi dan
balita di suatu desa miskin hanya sebagian kecil yang gizi buruk, padahal orang
tua mereka semuanya petani miskin. Dari studi ini diketahui pola pengasuhan anak
berpengaruh pada timbulnya gizi buruk. Anak yang diasuh ibunya sendiri dengan
kasih sayang, apalagi ibunya berpendidikan, mengerti soal pentingnya ASI,
manfaat posyandu dan kebersihan, meskipun sama-sama miskin, ternyata anaknya
lebih sehat. Unsur pendidikan perempuan berpengaruh pada kualitas pengasuhan
anak. Sebaliknya sebagian anak yang gizi buruk ternyata diasuh oleh nenek atau
pengasuh yang juga miskin dan tidak berpendidikan. Banyaknya perempuan yang
meninggalkan desa untuk mencari kerja di kota bahkan menjadi TKI,
kemungkinan juga dapat menyebabkan anak menderita gizi buruk. Kebiasaan,
mitos ataupun kepercayaan/adat istiadat masyarakat tertentu yang tidak benar
dalam pemberian makan akan sangat merugikan anak. Misalnya kebiasaan
memberi minum bayi hanya dengan air putih, memberikan makanan padat terlalu
dini, berpantang pada makanan tertentu (misalnya tidak memberikan anak anak
daging, telur, santan dll), hal ini menghilangkan kesempatan anak untuk mendapat
asupan lemak, protein maupun kalori yang cukup. Interaksi antara ibu dengan anak
berhubungan positif dengan keadaan gizi anak. Anak yang mendapatkan perhatian
lebih baik secara fisik maupun emosional misalnya selalu mendapatkan senyuman,
mendapat respon ketika berceloteh dan mendapatkan makanan yang seimbang,
maka keadaan gizinya lebih baik dibandingkan dengan teman sebayanya yang
kurang mendapat perhatian orang tua
Sering sakit (frequent infection)
Sering sakit menjadi penyebab terpenting kedua kekurangan gizi, apalagi di negara negara
terbelakang dan yang sedang berkembang seperti Indonesia, dimana kesadaran akan
kebersihan / personal hygine yang masih kurang, serta ancaman endemisitas penyakit
tertentu, khususnya infeksi kronik seperti misalnya tuberculosis (TBC) masih sangat
tinggi. Kaitan infeksi dan kurang gizi seperti layaknya lingkaran setan yang sukar
diputuskan, karena keduanya saling terkait dan saling memperberat. Kondisi infeksi
kronik akan meyebabkan kurang gizi dan kondisi malnutrisi sendiri akan memberikan
dampak buruk pada sistem pertahanan sehingga memudahkan terjadinya infeksi.
Kurangnya Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pemantauan pertumbuhan yang diikuti dengan tindak lanjut berupa konseling terutama
oleh petugas kesehatan berpengaruh pada status pertumbuhan anak seperti ;
1. Pemantauan berat badan balita di Posyandu
2. Pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi bulan Februari dan Agustus.
3. Kunjungan Neonatal
4. Imunisasi pada bayi
Kelainan struktur bawaan, Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus, gangguan
metabolik dan lain-lain.
Faktor –faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang
a. Faktor interen (heredokontitusional)
Gen yang terdapat di dalam nucleus dari telur yang dibuahi pada masa embrio mempunyai
sifat tersendiri pada setiap individu. Manifestasi hasil perbedaan antara gen ini deikenal
sebagai hereditas. Timbulnya kelainan familial, kelainan khusus tertentu, tipe tertentu dari
dwarfisme adalah akibat transmisi gen yang abnormal. Haruslah diingat bahwa beberapa anak
bertubuh kecil karna konstitusi genetiknya dan bukan karena gangguan endokrin atau gizi.
Sedangkan peranan genetic pada sifat perkembangan mental masih merupakan hal yang masih
diperdebatkan.
b. Ekstrinsik
• Faktor prenatal
1. Gizi (devisiensi vitamin, jodium dan lain). Dengan menghilangkan vitamin tertentu dari
dalam makanan binatang yang sedang hamil, Warkany menemukan kelainan pada anak
binatang tersebut. Jenis kelainan tersebut dapat diduga sebelumnya dengan menghilangkan
vitamin tertentu. Telah dibuktikan pula bahwa kurang makanan selama kehamilan dapat
meningkatkan angka kelahiran mati dan kematian neonatal. Diketahui pula bahwa pada ibu
dengan keadaan gizi jelek tidak dapat terjadi konsepsi. Hal ini disinggung pula oleh Warkany
dengan mengatakan ‘The most serious congenital malformation is never to be conceived at
all”.
2. Mekanis (pita amniotic, ektopia, posisi fetus yang abnormal, trauma, oligohidramnion).
Faktor mekanis seperti posisi fetus yang abnormal dan oligohidroamnion dapat menyebabkan
kelainan kongenital seperti clubfoot, mikrognatia dan kaki bengkok. Kelainan ini tidak terlalu
berat karena mungkin terjadi pada masa kehidupan intrauterine akhir. Implantasi ovum yang
salah, yang juga dianggap faktor mekanis dapat mengganggu gizi embrio dan berakibat
gangguan pertumbuhan
3. Toksin kimia. Telah lama diketahui bahwa obat-obatan tersebut dapat menimbulkan kelainan
seperti misalnya palatoskizis, hidrosefalus, distosis kranial
4. Endokrin (diabetes mellitus pada ibu, hormon yang dimakan, umur tua dan lain-lain).Bayi
yang lahir dari ibu yang menderita diabetes mellitus sering menunjukkan kelainan berupa
makrosomia, kardiomegali dan hiperplasia adrenal. Hiperplasi pulau Langherhans akan
mengakibatkan hipoglikemia. Umur rata-rata ibu yang melahirkan anak mongoloid dan
kelainan lain umumnya lebih tinggi dibandingkan umur ibu yang melahirkan anak normal. Ini
mungkin disebabkan oleh kelainan beberapa endokrin dalam tubuh ibu yang meningkat pada
umur lanjut, walaupun faktor lain yang bukan endokrin juga ikut berperan
5. Radiasi (sinar Rontgen, radium dan lain-lain).Pemakaian radium dan sinar Rontgen yang
tidak mengikuti aturan dapat mengakibatkan kelainan pada fetus. Contoh kelainan yang
pernah dilaporkan ialah mikrosefali. Spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota
gerak. Kelainan yang ditemukan akibat radiasi bom atom di Hiroshima pada fetus ialah
mikrosefali, retardsai mental, kelainan kongenital mata dan jantung
6. Infeksi. Rubela (German measles) dan mungkin pula infeksi virus atau bakteri lainnya yang
diderita oleh ibu pada waktu hamil muda dapat mengakibatkan kelainan pada fetus seperti
katarak, bisu-tuli, mikrosefali, retardasi mental dan kelainan kongenital jantung. Kongenital
merupakan contoh infeksi yang dapat menyerang fetus intrauterin hingga terjadi gangguan
pertumbuhan fisik dan mental. Toksoplasmosis pranatal dapat mengakibatkan makrosefali
kongenital atau mikrosefali dan retinitis
7. Imunitas (eritroblastosis fetalis, kernicterus). Keadaan ini timbul atas dasar adanya perbedaan
golongan darah antara fetus dan ibu, sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah
merah bayi yang kemudian melalui plasenta masuk ke dalam peredaran darah bayi yang akan
mengakibatkan hemolisis. Akibat penghancuran sel darah merah bayi akan timbul anemia dan
hiperbilirubinemia. Jaringan otak sangat peka terhadap hiperbilirubinemia ini dan dapat
terjadi kerusakan
8. Anoksia embrio (gangguan fungsu plasenta). Keadaan anoksia pada embrio dapat
mengakibatkan pertumbuhannya terganggu
• Faktor pascanatal
1. Gizi (masukan makanan kualitatif dan kuantitatif). Termasuk dalam hal ini bahan pembangun
tubuh yaitu protein, karbohidrat, lemak, mineral dan vitamin.
2. Penyakit (penyakit kronis dan kelainan kongenital). Beberapa penyakit kronis seperti
glumerulonefritis kronik, tuberkulosis paru dan penyakit sesak dapat mengakibatkan retardasi
pertumbuhan jasmani. Hal yang sama juga dapat terjadi pada penderita kelainan jantung
bawaan.
3. Keadaan sosial-ekonomi. Hal ini memegang peranan penting dalam pertumbuhan anak, jelas
dapat terlihat ukuran bayi yang lahir dari golongan orang tua dengan keadaan sosial-ekonomi
yang kurang, yang lebih rendah dibandingkan dengan bayi dari keluarga dengan sosial-
ekonomi yang cukup.
4. Musim. Di negeri yang mempunyai 4 musim terdapat perbedaan kecepatan tumbuh berat
badan dan tinggi. Pertambahan tinggi terbesar pada musim semi dan paling rendah pada
musim gugur. Sebaliknya penambahan berat badan terbesar terjadi pada musim gugur dan
terkecil pada musim semi.
5. Lain-lain. Banyak faktor lain yang ikut berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak, antara lain pengawasan medis, perbaikan sanitasi, pendidikan, faktor
psikologis dan lain-lain.
Dalam kasus disebutkan beberapa fkctor yang mungkin dapat mempengaruhi perkembangan
bayi yang dapat dijadikan acuan dalam pemecahan masalah namun setelah dicermati, semua
informasi mengarah pada faktor-faktor pascanatal karena saat lahir berat badan, panjang
badan, serta lingkar kepala bayi dalam kondisi normal, Yang dititikberatkan pada kasus
adalah masalah pemenuhan gizi bayi yang tidak adekuat, diare yang berulang dan imunisasi
yang tidak lengkap.
13. Bagaimana faktor resiko pada kasus ini? 5
14. Bagaimana manifestasi klinis pada kasus in? 6
15. Bagaimana patofisiologi gizi buruk dan patogenesis diare pada kasus ini? 7
16. Bagaimana tatalaksana dan edukasi pada kasus ini? 1
17. Bagaimana komplikasi pada kasus ini? 2
18. Bagaimana pencegahan pada kasus ini? 3
19. Bagaimana prognosis pada kasus ini? 4
20. Bagaimana SKDI pada kasus ini? 5
KELOMPOK :
1. Maghfiroh,Sellita Seplana
2. Hadley Aulia,Tri Febriani Siregar
3. Fitri Nurrahmi,Ravenia Dirgantari
4. Lidya Kartika,Birgita Fajarai
5. Diva Zuniar Ritonga,Randina Dwi Megasari
6. Lina Wahyuni Harahap,Rullis Dwi Istighfaroh
7. Liliana Surya Fatimah, Billy Peter Manawan
Mohon dikumpulkan besok tgl 2 APRIL 2014 YA..
1. Format font: Times New Roman 12
2. Daftar Pustaka
Mohon kerjasamnya Ok sip sip....SELAMAT MENGERJAKAN.
Daftar PustakaCameron, N. 2002. Human Growth and Development. California: Academic Press.
Narendra, M. B. 2003. Penilaian Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Jakarta: EGC.
Meadow, R dan Newll, S. 2002. Lecture Notes Pediatrica. Jakarta: Erlangga.
Soetjiningsih. 2003. Perkembangan Anak dan Permasalahannya. Jakarta: EGC.
Soepardi, E. A. dan Iskandar, N (ed). 2000. Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorok. Edisi ke-4. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Subbagian Tumbuh Kembang. 2004. Pemantauan Perkembangan Denver II. Yogyakarta:Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUGM/RS Sardjito.
Suyitno, H, dan Narendra, M. B. 2003. Pertumbuhan Fisik Anak. Jakarta: EGC.
Tanuwijaya, S. 2003. Konsep Umum Tumbuh dan Kembang. Jakarta: EGC
Widyastuti, D, dan Widyani, R. 2001. Panduan Perkembangan Anak 0 Sampai 1 Tahun. Jakarta: Puspa Swara