skenario a 27 (edo)
DESCRIPTION
aTRANSCRIPT
Interpretasi dan mekanisme dari pemeriksaan sekilas dan pemeriksaan fisik:
Keadaan Nilai Normal Interpretasi dan Mekanisme Abnormal
Pasien sadar tapi terlihat
bingung, cemas, dan
kesulitan bernafas
- Takikardi, syok, dan GCS 13 akibat multiple trauma.
Laju respirasi: 40x/menit 16-24x/menit Takipneu. Terganggunya mekanisme respirasi akibat tension pneumothorax kanan sesak nafas RR meningkat
Nadi 110x/menit, lemah 80-100x/menit, denyut jantung teraba
Takikardi adanya kompensasi jantung akibat pneumothorax dan disfungsi organ multipel akibat trauma
TD 90/50 mmHg 120-135/80-85 mmHg Hipotensi tanda terjadinya syok
Wajah dan bibir terlihat kebiruan
- Sianosis kurangnya konsentrasi oksigen di dalam darah
Kulit pucat, dingin, keringat dingin
- Pasokan darah ke jaringan perifer menurun karena efek simpatis (vasokontriksi) pada pembuluh darah perifer
Terlihat deformitas di paha kiri
Tidak ada deformitas Adanya fraktur tulang panjang pada region femoralis sinistra yang menyebabkan terjadinya deformitas
GCS 13 Skor GCS < 9: Cedera beratSkor GCS 9 – 13: Cedera sedang
Cedera sedang. Tension
pneumothorax
Disebabkan oleh syok dan
Skor GCS 14 – 15: Cedera ringan
terjadinya cedera kepala ->
Suplai O2 ke otak
berkurang -> penurunan
kesadaran
Data tambahan:
Kepala
Terdapat luka lecet di dahi dan pelipis kanan diamater 2-4 cm
Interpretasi: Laserasi jaringan lunak, menunjukkan luka ringan di kepala akibat
benturan.
Mekanisme: Luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan
benda yang memiliki permukaan kasar atau runcing misalnya pada kejadian
kecelakaan lalu lintas, tubuh terbentur aspal jalan, atau sebaliknya benda tersebut
yang bergerak dan bersentuhan dengan kulit.
Leher
Trakea bergeser ke kiri dan vena jugularis distensi
Interpretasi: Abnormal, Posisi normal trakea adalah lurus dari atas ke bawah melewati
bagian depan kerongkongan. Vena Jugular Distensi juga mengindikasikan adanya
peningkatan volume dan tekanan pengisian pada sisi kanan jantung.
Mekanisme: Trakea yang bergeser ke kiri pada kasus ini merupakan tanda klinis dari
terjadinya tension pneumothorax. Udara di dalam paru-paru yang mengalami kolaps
pada pneumothoraks akan mendorong trakea ke arah paru paru yang normal sehingga
dalam pemeriksaan terlihat trakea akan bergeser ke arah sebaliknya dari paru-paru
yang mengalami gangguan. Dalam kasus ini, trakea bergeser ke arah kiri.
Trauma tumpul di thorax fraktur kosta tension pneumothorax kanan distensi
vena jugularis peningkatan tekanan intra pleural trakea bergeser ke kiri
Torax
Inspeksi :
- Gerakan di dinding dada asimeterris, kanan tertinggal, frekuensi nafas 40X/menit
Interpretasi: Abnormal. Normalnya gerakan dinding dada simetris, tidak ada yang
tertinggal.
Mekanisme: Dinding dada yang asimetris dapat menunjukkan adanya perbedaan
volume kedua paru. Hal ini dapat disebabkan adanya pneumothorax dan hemothoraks.
Trauma tumpul pada thorax fraktur kosta 9, 10, 11 kosta menusuk pleura dan
parenkim paru gangguan ekspansi paru kanan gerakan dinding dada asimetris.
- Tampak memar disekitar dada kanan bawah sampai ke samping
Interpretasi: Abnormal. Adanya hematoma di daerah sekitar dada kanan bawah
sampai ke samping.
Mekanisme: Memar kemungkinan berasal dari trauma tumpul dari tabrakan minibus
dengan pohon beringin yang mengakibatkan costae 9,10, 11 fraktur -> adanya
ekstravasasi sel darah -> memar.
Auskultasi:
- Bunyi nafas kanan melemah, bising nafas kiri terdengar jelas
Interpretasi: Abnormal.
Mekanisme: Bunyi nafas kanan melemah akibat tension pneumothorax dan distensi
vena jugularis sehingga bunyi nafas kanan terdengar lemah dan hipersonor karena
adanya peningkatan volume udara.
- Bunyi jantung terdengar jelas, cepat, frekuensi 110x/menit
Mekanisme: Kompensasi akibat multiple trauma.
Palpasi:
- Nyeri tekan dada kanan bawah ke samping (lokasi memar)
Mekanisme: Ekstravasasi sel darah pada bagian dada kanan menyebabkan nyeri tekan
- Krepitasi pada costae 9, 10,11 kanan depan
Mekanisme: Fraktur kosta 9, 10, 11
Perkusi :
- Kanan hipersonor, kiri sonor
Mekanisme: Tension Pneuomothorax pada paru-paru kanan
Abdomen
Inspeksi : dinding perut datar
Auskultasi : bising usus normal
Palpasi : nyeri tekan (-)
Interpretasi: Normal
Ektremitas
Paha kiri :
Inspeksi : tampak deformitas, memar, hematom pada paha tengah kanan
Mekanisme: fraktur os femur sinistra -> ekstravasasi sel darah -> memar
Palpasi : nyeri tekan, krepitasi (tidak boleh diperiksa)
Mekanisme: fraktur os femur sinistra -> nyeri tekan dan krepitasi
ROM:
Pasif : limitasi gerakan
Aktif : limitasi gerakan
Interpretasi: ROM tidak normal, dikarenakan adanya pergeseran atau fraktur tulang di sekitar paha sehingga ekstremitas tidak dapat digerakanMekanisme: Secara umum mekanisme gangguan disability dapat disebabkan oleh fraktur femur yang menyebabkan adanya pemisahan antara bagian/batang femur sehingga ujung patahan menekan otot disekitarnya sehingga terjadi deformitas dan nyeri ketika ditekan. Ketika femur patah, maka pembuluh darah disekitarnya juga akan pecah sehingga terjadilah memar/hematom (darah yang membeku). Pada fraktur femur (pada kasus dikatakan fraktur pada paha tengah), terjadi pemisahan antara bagian femur yang bersendi femoro-iliak dengan bagian femur yang berhubungan dengan articulatio genu, sehingga apabila kita meminta pasien menggerakan/mengangkat paha, ada batasan pergerakan, begitu juga saat dokter memeriksa ROM secara pasif, akan ada batasan pergerakan.
Pada kondisi apa sajakah pemeriksaan merupakan kontraindikasi dan mengapa
tidak boleh diperiksa?
Pada kondisi terjadinya fraktur tulang panjang, pemeriksaan lebih lanjut
dikontraindikasikan untuk mencegah terjadinya trauma yang lebih berat dari kondisi
fraktur tulang panjang karena dapat memperparah kondisi.
LUKA DAN MANAJEMENNYA
a. Definisi
Luka merupakan suatu kerusakan integritas kulit yang dapat terjadi ketika kulit terpapar suhu
atau pH, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan radiasi. Respon tubuh terhadap berbagai
cedera dengan proses pemulihan yang kompleks dan dinamis yang menghasilkan pemulihan
anatomi dan fungsi secara terus menerus disebut dengan penyembuhan luka (Joyce M. Black,
2001)
b. Etiologi
Secara alamiah penyebab kerusakan harus diidentifikasi dan dihentikan sebelum memulai
perawatan luka, serta mengidentifikasi, mengontrol penyebab dan faktor-faktor yang
mempengaruhi penyembuhan sebelum mulai proses penyembuhan. Berikut ini akan
dijelaskan penyebab dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka :
Trauma
Panas dan terbakar baik fisik maupun kimia
Gigitan binatang atau serangga
Tekanan
Gangguan vaskular, arterial, vena atau gabungan arterial dan vena
Immunodefisiensi
Malignansi
Kerusakan jaringan ikat
Penyakit metabolik, seperti diabetes
Defisiensi nutrisi
Kerusakan psikososial
Efek obat-obatan
Pada banyak kasus ditemukan penyebab dan faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka
dengan multifaktor.
c. Klasifikasi Luka
Berdasarkan Kategori
1. Luka Accidental
Adalah cedera yang tidak disengaja, seperti kena pisau, luka tembak, luka bakar; tepi
luka bergerigi; berdarah; tidak steril
Gambar. Luka bakar
2. Luka Bedah
Merupakan terapi yang direncanakan, seperti insisi bedah, needle introduction; tepi
luka bersih; perdarahan terkontrol; dikendalikan dengan asepsis bedah
Gambar. Luka post op skin graft
Berdasarkan integritas kulit
1. Luka terbuka
Kerusakan melibatkan kulit atau membran mukosa; kemungkinan perdarahan disertai
kerusakan jaringan; risiko infeksi
2. Luka tertutup
Tidak terjadi kerusakan pada integritas kulit, tetapi terdapat kerusakan jaringan lunak;
mungkin cedera internal dan perdarahan
Berdasarkan Descriptors
1. Aberasi
Luka akibat gesekan kulit; superficial; terjadi akibat prosedur dermatologik untuk
pengangkatan jaringan skar
2. Puncture
Trauma penetrasi yang terjadi secara disengaja atau tidak disengaja oleh akibat alat-
alat yang tajam yang menusuk kulit dan jaringan di bawah kulit
3. Laserasi
Tepi luka kasar disertai sobekan jaringan, objek mungkin terkontaminasi; risiko
infeksi
4. Kontusio
Luka tertutup; perdarahan di bawah jaringan akibat pukulan tumpul; memar
Klasifikasi Luka Bedah
1. Luka bersih
Luka bedah tertutup yang tidak mengenai system gastrointestinal, , pernafasan atau
system genitourinary, risiko infeksi rendah
2. Bersih terkontaminasi
Luka melibatkan system gastrointestinal, pernafasan atau system genitourinary, risiko
infeksi
3. Kontaminasi
Luka terbuka, luka traumatic, luka bedah dengan asepsis yang buruk; risiko tinggi
infeksi
4. Infeksi
Area luka terdapat patogen; disertai tanda-tanda infeksi
Berdasarkan penyebab
1) Luka pembedahan atau bukan pembedahan
2) Akut atau kronik
Gambar 3. Luka Kronik
Kedalaman jaringan yang terlibat
1) Superficial
Hanya jaringan epidermis
2) Partial thickness
Luka yang meluas sampai ke dalam dermis
3) Full thickness
Lapisan yang paling dalam dari jaringan yang destruksi. Melibatkan jaringan
subkutan dan kadang-kadang meluas sampai ke fascia dan struktur yang
dibawahnya seperti otot, tendon atau tulang
d. Fisiologi Luka
Fisiologi dari penyembuhan luka yang normal adalah melalui fase hemostasis, inflamasi,
granulasi dan maturasi yang merupakan suatu kerangka untuk memahami prinsip dasar
perawatan luka. Melalui pemahaman ini profesional keperawatan dapat mengembangkan
ketrampilan yang dibutuhkan untuk merawat luka dan dapat membantu perbaikan jaringan.
Luka kronik mendorong para profesional keperawatan untuk mencari cara mengatasi masalah
ini. Penyembuhan luka kronik membutuhkan perawatan yang berpusat pada pasien ”patient
centered”, holistik, interdisiplin, cost efektif dan eviden based yang kuat.
Penelitian pada luka akut dengan model binatang menunjukkan ada empat fase penyembuhan
luka. Sehingga diyakini bahwa luka kronik harus juga melalui fase yang sama. Fase tersebut
adalah sebagai berikut:
Hemostasis
Inflamasi
Proliferasi atau granulasi
Remodeling atau maturasi
Hemostasis
Pada penyembuhan luka kerusakan pembuluh darah harus ditutup. Pada proses penyembuhan
luka platelet akan bekerja untuk menutup kerusakan pembuluh darah tersebut. Pembuluh
darah sendiri akan konstriksi dalam berespon terhadap injuri tetapi spasme ini biasanya rilek.
Platelet mensekresi substansi vasokonstriktif untuk membantu proses tersebut.
Dibawah pengaruh adenosin diphosphat (ADP) kebocoran dari kerusakan jaringan akan
menimbulkan agregasi platelet untuk merekatkan kolagen. ADP juga mensekresi faktor yang
berinteraksi dengan dan merangsang pembekuan intrinsik melalui produksi trombin, yang
akan membentuk fibrin dari fibrinogen. Hubungan fibrin diperkuat oleh agregasi platelet
menjadi hemostatik yang stabil. Akhirnya platelet juga mensekresi sitokin seperti ”platelet-
derived growth factor”. Hemostatis terjadi dalam waktu beberapa menit setelah injuri kecuali
ada gangguan faktor pembekuan.
Inflamasi
Secara klinik, inflamasi adalah fase ke dua dari proses penyembuhan yang menampilkan
eritema, pembengkakan dan peningkatan suhu/hangat yang sering dihubungkan dengan nyeri,
secara klasik ”rubor et tumor cum calore et dolore”. Tahap ini biasanya berlangsung hingga 4
hari sesudah injuri. Pada proses penyembuhan ini biasanya terjadi proses pembersihan
debris/sisa-sisa. Ini adalah pekerjaan dari PMN’s (polymorphonucleocytes). Respon inflamasi
menyebabkan pembuluh darah menjadi bocor mengeluarkan plasma dan PMN’s ke sekitar
jaringan. Neutropil memfagositosis sisa-sisa dan mikroorganisme dan merupakan pertahanan
awal terhadap infeksi. Mereka dibantu sel-sel mast lokal. Fibrin kemudian pecah sebagai
bagian dari pembersihan ini.
Tugas selanjutnya membangun kembali kompleksitas yang membutuhkan kontraktor. Sel
yang berperan sebagai kontraktor pada penyembuhan luka ini adalah makrofag. Makrofag
mampu memfagosit bakteri dan merupakan garis pertahan kedua. Makrofag juga mensekresi
komotaktik yang bervariasi dan faktor pertumbuhan seperti faktor pertumbuhan fibrobalas
(FGF), faktor pertumbuhan epidermal (EGF), faktor pertumbuhan beta trasformasi (tgf) dan
interleukin-1 (IL-1).
Proliferasi (proliferasi, granulasi dan kontraksi)
Fase granulasi berawal dari hari ke empat sesudah perlukaan dan biasanya berlangsung
hingga hari ke 21 pada luka akut tergangung pada ukuran luka. Secara klinis ditandai oleh
adanya jaringan yang berwarna merah pada dasar luka dan mengganti jaringan dermal dan
kadang-kadang subdermal pada luka yang lebih dalam yang baik untuk kontraksi luka. Pada
penyembuhan luka secara analoginya satu kali pembersihan debris, dibawah kontraktur
langsung terbentuk jaringan baru.
Kerangka dipenuhi oleh fibroblas yang mensekresi kolagen pada dermal yang kemudian akan
terjadi regenerasi. Peran fibroblas disini adalah untuk kontraksi. Serat-serat halus merupakan
sel-sel perisit yang beregenerasi ke lapisan luar dari kapiler dan sel endotelial yang akan
membentuk garis. Proses ini disebut angiogenesis. Sel-sel ”roofer” dan ”sider” adalah
keratinosit yang bertanggungjawab untuk epitelisasi. Pada tahap akhir epitelisasi, terjadi
kontraktur dimana keratinosit berdifrensiasi untuk membentuk lapisan protektif luar atau
stratum korneum.
Remodeling atau maturasi
Setelah struktur dasar komplit mulailah finishing interior. Pada proses penyembuhan luka
jaringan dermal mengalami peningkatan tension/kekuatan, peran ini dilakukan oleh
fibroblast. Remodeling dapat membutuhkan waktu 2 tahun sesudah perlukaan.
Tabel. Fase penyembuhan luka
Pada beberapa literatur dijelaskan juga bahwa proses penyembuhan luka meliputi dua
komponen utama yaitu regenerasi dan perbaikan (repair). Regenerasi adalah pergantian sel-
sel yang hilang dan jaringan dengan sel-sel yang bertipe sama, sedangkan repair adalah tipe
penyembuhan yang biasanya menghasilkan terbentuknya scar. Repair merupakan proses yang
lebih kompleks daripada regenerasi. Penyembuhan repair terjadi oleh intention primer,
sekunder dan tersier.
Intension primer
Fase-fase dalam penyembuhan Intension primer :
1. Fase Inisial (3-5 hari)
2. Sudut insisi merapat, migrasi sel-sel epitel, mulai pertumbuhan sel
3. Fase granulasi (5 hari – 4 minggu)
Fibroblas bermigrasi ke dalam bagian luka dan mensekresi kolagen. Selama fase
granulasi luka berwarna merah muda dan mengandung pembuluh darah. Tampak
granula-granula merah. Luka berisiko dehiscence dan resisten terhadap infeksi.
Epitelium permukaan pada tepi luka mulai terlihat. Dalam beberapa hari lapisan
epitelium yang tipis bermigrasi menyebrangi permukaan luka. Epitel menebal dan
mulai matur dan luka merapat. Pada luka superficial, reepitelisasi terjadi selama 3 – 5
hari.
4. Fase kontraktur scar ( 7 hari – beberapa bulan )
Serabut-serabut kolagen terbentuk dan terjadi proses remodeling. Pergerakan
miofibroblast yang aktif menyebabkan kontraksi area penyembuhan, membentu
menutup defek dan membawa ujung kulit tertutup bersama-sama. Skar yang matur
selanjutnya terbentuk. Skar yang matur tidak mengandung pembuluh darah dan pucat
dan lebih terasa nyeri daripada fase granulasi
Intension sekunder
Adalah luka yang terjadi dari trauma, elserasi dan infeksi dan memiliki sejumlah besar
eksudat dan luas, batas luka ireguler dengan kehilangan jaringan yang cukup luas
menyebabkan tepi luka tidak merapat. Reaksi inflamasi dapat lebih besar daripada
penyembuhan primer.
Intension Tersier
Adalah intension primer yang tertunda. Terjadi karena dua lapisan jaringa granulasi dijahit
bersama-sama. Ini terjadi ketika luka yang terkontaminasi terbuka dan dijahit rapat setelah
infeksi dikendalikan. Ini juga dapat terjadi ketika luka primer mengalami infeksi, terbuka dan
dibiarkan tumbuh jaringan granulasi dan kemudian dijahit. Intension tersier biasanya
mengakibatkan skar yang lebih luas dan lebih dalam daripada intension primer atau sekunder
e. Tatalaksana Luka
Prinsip tatalaksana luka adalah untuk mempertahankan kelembaban yang salah satunya
berfungsi untuk meningkatkan proses epitelisasi. Prinsip Dasar Perawatan Luka
Ada tiga prinsip dasar penyembuhan luka.
1. Identifikasi dan kontrol penyebab sebaik mungkin
2. Konsen dengan dukungan ”patient centered”
3. Optimalisasi perawatan pada luka
Optimalisasi perawatan pada luka
Mengurangi dehidrasi dan kematian sel. Seperti telah dijelaskan pada fase penyembuhan
luka bahwa sel-sel seperti neutropil dan magrofag membentuk fibroblast dan perisit. Dan sel-
sel ini tidak dapat berfungsi pada lingkungan yang kering.
Meningkatkan angiogenesis. Tidak hanya sel-sel yang dibutuhkan untuk angiogenesis juga
dibutuhkan lingkungan yang lembab tetapi juga angiogenesis terjadi pada tekanan oksigen
rendah, balutan ”occlusive” dapat merangsang proses angiogenesis ini.
Meningkatkan debridement autolisis. Dengan mempertahankan lingkungan lembab sel
neutropil dapat hidup dan enzim proteolitik dibawa ke dasar luka yang memungkinkan
mengurangi/menghilangkan rasa nyeri saat debridemen. Proses ini dilanjutkan dengan
degradasi fibrin yang memproduksi faktor yang merangsang makrofag untuk mengeluarkan
faktor pertumbuhan ke dasar luka.
Meningkatkan re-epitelisasi. Pada luka yang lebih besar, lebih dalam sel epidermal harus
menyebar diatas permukaan luka dari pinggir luka serta harus mendapatkan suplai darah dan
nutrisi. Krusta yang kering pada luka menekan/menghalangi suplai tersebut dan memberikan
barier untuk migrasi dengan epitelisasi yang lambat.
Barier bakteri dan mengurangi kejadian infeksi. Balutan oklusif membalut dengan baik
dapat memberikan barier terhadap migrasi mikroorganisme ke dalam luka. Bakteri dapat
menembus kasa setebal 64 lapisan pada penggunaan kasa lembab. Luka yang dibalut dengan
pembalut oklusif menunjukkan kejadian infeksi lebih jarang daripada kasa pembalut
konvensional tersebut.
Mengurangi nyeri. Diyakini luka yang lembab melindungi ujung saraf sehingga mengurangi
nyeri.
Balutan luka yang moist seperti ”foam/busa, alginate, hydrocolloid, hydrogel, dan film
transparant.” hydrocolloid merupakan balutan yang tahan terhadap air yang membantu
pencegah kontaminasi bakteri. Hydroclloid menyerap eksudat dan melindungi lingkungan
dasar luka secara alami.
Hydrogel merupakan gel hydropilik yang meningkatkan kelembaban pada area luka.
Hydrogel rehidrasi dasar luka dan melunakkan jaringan nekrotik.
Film transparan merupakan balutan yang tahan terhadap air yang semi oklusive, berarti air
dan gas dapat melalui permukaan balutan film transparan ini dan termasuk juga dapat
mempertahankan lingkungan luka yang tetap lembab.
Pada luka tekan balutan luka sangat berperan penting dengan fungsi sebagai berikut:
Membantu melindungi luka dari injuri yang berulang
Membantu melindungi luka dari kuman penyakit dan mencegah luka terinfeksi
Membantu menciptakan kondisi lingkungan yang mendukung penyembuhan luka
Menambal bagian luka terutama bagian yang mati
Balutan luka yang tersedia sangat bervariasi. Tidak seperti balutan atau pembalut kasa yang
biasa, balutan luka khusus karena mereka membantu menciptakan tingkat kelembaban pada
luka. Pada masa kini hasil-hasil dari penelitian menyatakan bahwa tingkat kelembaban
mendukung kesehatan kulit, kelembaban memberi kesempatan yang lebih baik untuk proses
penyembuhan. Konsep inilah yang disebut dengan ”moist wound healing.”
f. Prognosis
Bonam
g. Komplikasi
Infeksi, terbentuknya scar (jaringan parut)
h. SKDI
4A
DAFTAR PUSTAKA
Tarigan, Rosina dan Uke Pemila. 2007. Perawatan Luka: Moist Wound Healing. Jakarta:
FIKUI