skenario a blok 12

80
LAPORAN TUTORIAL BLOK 12 Disusun Oleh: KELOMPOK 3 Anggota Kelompok: Fitri Heriyati Pratiwi 04111001003 Inne Fia Mariety 04111001005 Rabecca Beluta Ambarita 04111001007 Rizky Permata Sari 04111001013 Ayu Risky Fitriawan 04111001018 Clara Adelia Wijaya 04111001020 Johanes Lie 04111001038 Dwi Novia Putri 04111001053 M.Rizki 04111001061 Fitri Nurrahmi 04111001077 Khumaisiyah 04111001094 Arief Tri Wibowo 04111001119

Upload: rabecca-beluta-ambarita

Post on 08-Aug-2015

83 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Skenario a Blok 12

LAPORAN

TUTORIAL BLOK 12

Disusun Oleh:

KELOMPOK 3

Anggota Kelompok:

Fitri Heriyati Pratiwi 04111001003

Inne Fia Mariety 04111001005

Rabecca Beluta Ambarita 04111001007

Rizky Permata Sari 04111001013

Ayu Risky Fitriawan 04111001018

Clara Adelia Wijaya 04111001020

Johanes Lie 04111001038

Dwi Novia Putri 04111001053

M.Rizki 04111001061

Fitri Nurrahmi 04111001077

Khumaisiyah 04111001094

Arief Tri Wibowo 04111001119

Tutor: dr.Delilah

PENDIDIKAN DOKTER UMUM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2012

Page 2: Skenario a Blok 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun haturkan kepada Allah SWT karena atas ridho dan

karunia-Nya laporan tutorial skenario A blok 12 ini dapat terselesaikan dengan

baik.

Laporan ini bertujuan untuk memaparkan hasil yang didapat dari proses

belajar tutorial, yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di

Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.

Penyusun tak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak- pihak yang

terlibat dalam pembuatan laporan ini, mulai dari tutor pembimbing, anggota

kelompok 12 tutorial, dan juga teman- teman lain yang sudah ikut membantu

dalam menyelesaikan laporan ini.

Tak ada gading yang tak retak. Penyusun menyadari bahwa dalam

pembuatan laporan ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, saran dan

kritik akan sangat bermanfaat bagi revisi yang senantiasa akan penyusun lakukan.

Penyusun

2

Page 3: Skenario a Blok 12

DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................................1

Kata Pengantar........................................................................................................2

Daftar Isi.................................................................................................................3

I. Klarifikasi Istilah....................................................................................4

II. Identifikasi Masalah...............................................................................5

III. Analisis Masalah....................................................................................6

IV.Keterkaitan Antar Masalah...................................................................21

V. Learning Issue.......................................................................................22

VI. Sintesis.................................................................................................23

VII. Kerangka Konsep................................................................................51

VIII. Kesimpulan........................................................................................52

Daftar Pustaka..…………………………………………………………………..53

3

Page 4: Skenario a Blok 12

SKENARIO A BLOK 12 :

Seorang lelaki gendut (mild obesity) berusia 35 tahun ,sudah satu tahun mengalami disfungsi

ereksi (DE).Penyuka makanan terolah sejak sekolah dasar ini terdiagnosis hipertensi ketika

berumur 33 tahun . Mulai saat itu, dia secara rutin mengkonsumsi bukan hanya preparat

antihipertensi (atenolol), tetapi juga diuretika(furosemide) serta obat pereduksi lemak darah

(statin). Sebelum ketiga jenis obat itu dimakan ,kehidupan seksual bersama istrinya baik-baik

saja . sementara ,pengganggu berlatar masalah psikososial bisa diabaikan.

Riwayat pangan (makanan yang biasa disantap selama 3 bulan terakhir)

Pagi:mie instan 2 bungkus dan kopi 1 gelas

Snack pukul 10.00:crackers 2 porsi

Makan siang; nasi dan ayam goring KFC 2 porsi, soft drink dua kaleng

Snack pukul 16.00:dunkin donat dan 1 kaleng soft drink

Makan malam:pizza (ukuran medium) ,satu kaleng soft drink.

Tugas:

Lakukan eksplorasi untuk mencari pelatar belakang DE ini.

I. KLARIFIKASI ISTILAH

Mild obesity :peningkatan berat badan melebihi batas kebutuhan rangka dan fisik yang masih bersifat ringan.

Disfungsi ereksi :kekurangan tenaga,terutama tidak ada kekuatan bersenggama pada pria akibat kegagalan memulai ereksi.

Hipertensi :tekanan darah yang tinggi lebih dari 120/80 mmHg

Makanan terolah :makanan yang dolah dari bahan baku ditambah atau tidak dengan tambahan makanan atau penolong bisa disebut juga makanan kemasan.

Atenolol :obat yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah.

Furosemide :diuretika yang dipakai dalam pengobatan edema yang berkaitan dengan gagal jantung kongestif ,atau penyakit hati atau ginjal atau juga pada pengobatan hipertensi.

Statin :obat yang digunakan untuk mengurangi lemak di darah.

Psikososial :berkenaan dengan baik psikis maupun sosial.

4

Page 5: Skenario a Blok 12

II.DENTIFIKASI MASALAH

kenyataan kesesuian konsen

Seorang lelaki gendut (mild obesity) berusia 35 tahun ,sudah satu tahun mengalami disfungsi ereksi (DE).

Tidak sesuai harapan VVV

Penyuka makanan terolah sejak sekolah dasar ini terdiagnosis hipertensi ketika berumur 33 tahun .

Tidak sesuai harapan V

Mulai saat itu, dia secara rutin mengkonsumsi bukan hanya preparat antihipertensi (atenolol), tetapi juga diuretika(furosemide) serta obat pereduksi lemak darah (statin).

Tidak sesuai harapan VV

Sebelum ketiga jenis obat itu dimakan ,kehidupan seksual bersama istrinya baik-baik saja . sementara ,pengganggu berlatar masalah psikososial bisa diabaikan.

sesuai harapan -

Riwayat pangan (makanan yang

biasa disantap selama 3 bulan

terakhir)

Pagi:mie instan 2 bungkus dan kopi 1 gelasSnack pukul 10.00:crackers 2 porsiMakan siang; nasi dan ayam goring KFC 2 porsi, soft drink dua kalengSnack pukul 16.00:dunkun donat dan 1 kaleng soft drinkMakan malam:pizza (ukuran medium) ,satu kaleng soft drink.

Tidak sesuai harapan VVVV

5

Page 6: Skenario a Blok 12

III . ANALISIS MASALAH

Masalah 1

Seorang lelaki gendut (mild obesity) berusia 35 tahun ,sudah satu tahun mengalami disfungsi

ereksi (DE)

1. Apa saja klasifikasi obesitas?

Klasifikasi berat badan lebih dengan obesitas berdasarkan IMT menurut WHO

KLASIFIKASI IMT(kg/m2) KATEGORI

berat badan kurang

Kisaran normal

Berat badan lebih

Pre-obese

Obese I

Obese II

Obese III

<18,5

18,5-24,9

>25

25.0 – 29.9

30.0 – 34.9

35.0 – 39.9

> 40.0

Meningkat

Sedang

Berbahaya

Sangat Berbahaya

Klasifikasi berat badan lebih dan obeitas berdasarkan IMT dan lingkar perut menurut

kriteria Asia Pasifik

Klasifikasi IMT(kg/m2)

Resiko ko-morbiditas

Lingkar perut

<90 cm( laki-laki)

<80 cm

(perempuan)

≥90 cm (laki-

laki)

≥80 cm

(perempuan)

Berat badan

lebih

*beresiko

Obese I

Obese II

≥23,0

23,0-24,9

25,0-29,9

≥30,0

Meningkat

Moderate

Berat

Moderate

Berat

Sangat berat

Obesitas dapat dibagi menjadi beberapa derajat berdasarkan persen kelebihan lemak

(Misnadiarly, 2007). Antara lain :

6

Page 7: Skenario a Blok 12

a. Mild obesity

dikatakan mild obesity bila berat badan individu antara 20-30% di atas berat badan

ideal.

b. Moderate obesity

Apabila berat badan individu antara 30-60% di atas berat badan ideal.

c. Morbid

Penderita-penderita obesitas yang berat badannya 60% atau lebih di atas berat

badan ideal. Pada derajat ini risiko mengalami gangguan respirasi, gagal jantung,

dan kematian mendadak meningkat dengan tajam.

2. Apa Penyebab disfungi ereksi?

Disfungsi ereksi (DE) adalah bentuk gangguan fungsi seksual laki-laki yang

sangat umum. Seorang pria yang mengalami disfungsi ereksi kesulitan menjaga ereksi

penisnya pada setiap tahap hubungan seksual. Seorang pria dapat sesekali mengalami

kesulitan mempertahankan ereksi. Bila dia secara konsisten mengalaminya sampai

enam bulan atau lebih, barulah disebut memiliki DE.

faktor penyebabnya dibagi menjadi penyebab psikogenik dan organik, tetapi belum

tentu salah satu faktor tersebut menjadi penyebab tunggal DE.Yang termasuk

penyebab organik adalah

1. penyakit kronik (misalnya aterosklerosis, diabetes dan penyakit jantung),

gangguan aliran darah ke penis salah satunya penyakit peyronie(terbentuknya jaringan

parut pada penis)

2. Gangguan persarafan dapat menyebabkan masalah ereksi, keadaan yang dapat

mengurangi atau menghambat hantaran saraf ke penis antara lain

diabetes,stroke,cedera tulang belakang,pembedahan daerah panggul,dan kecanduan

alkohol.

3. Gangguan hormonal merupakan penyebab lainnya dari impotensi. Keadaan

yang dapat menggangu keseimbangan hormon-hormon tubuh meliputi disfungsi testis

(gangguan fungsi buah zakar),penyakit ginjal,liver,dan kecanduan alcohol.

4. obat-obatan, contoh antihipertensi (terutama diuretik thiazid dan penghambat

beta), antiaritmia (digoksin),antidepresan dan antipsikotik (terutama neuroleptik),

antiandrogen, antihistamin II(simetidin), (alkohol atau heroin);

7

Page 8: Skenario a Blok 12

5. Trauma pada daerah pelvis dan spinal cord dapat mengenai vena dan saraf untuk

ereksi. Operasi colon, prostat, blader, atau rectum dapat mengenai saraf dan pembuluh darah

yang terlibat dalam proses ereksi. Operasi prostat dan kanker blader terkadang disertai dengan

pengangkatan jaringan dan saraf sekitar tumor, sehingga meningkatkan angka kejadian DE.

Radical cystectomy (for bladder cancer) dan prostatectomy (for prostate cancer) memerlukan

pemotongan saraf yang mengontrol aliran darah. Saraf tersebut tidak mengontrol sensasi pada

penis dan tidak bertanggung jawab terhadap organisme; tetapi mempengaruhi proses ereksi.

6. Kelemahan vena

Jika vena pada penis tidak dapat mencegah aliran darah meninggalkan penis selama

ereksi, ereksi tidak dapat dipertahankan. Vena yang lemah dapat diakibatkan oleh

trauma atau penyakit yang mengenai vena pada penis.

7. Radio terapi pelvis.Diantara sekian banyak penyebab organik, gangguan

vascular adalah penyebab yang paling umum dijumpai.

8. Pola makan yang tidak baik hingga menyebabkan hiperglikemia dan berakibat

pada suasana glucotoxicity. Pada kasus di atas, dapat diketahui bahwa lelaki ini

memiliki pola diet yang tidak sehat sejak dia masih SD , Perilaku makan yang tidak

baik, sepeti makan makanan terolah terlalu banyak akan mengakibatkan gendut yang

bila dilakukan pengukuran akan menunjukkan keadaan hiperglikemia. Keadaan

hiperglikemia yang berlangsung lama ,akan menyebabkan terjadinya suasana

glucotoxocity(keracunan gula) yang akan merusak sel-sel endotel pembuluh darah.

Kerusakan endotel akan membuka pelunag kolesterol untuk membentuk plaque,

menurunkan produksi nitrit oxide(NO) , dimana NO ini merupakan vasodilator

endogen yang dihasilkan oleh endotel pembuluh darah yang berfungsi mendilatasi

endotel pembuluh darah salah satunya penis(corpus cavernosum), sehingga

memungkinkan terjadinya ereksi. sedangkan faktor psikogenik meliputi depresi,

stress.

3. Bagaimana Mekanisme disfungi ereksi?

Ereksi penis terjadi bila aliran darah ke dalam korpus kavernosus dan

spongiosus penis meningkat sebagai akibat vasodilatasi arteri uretral, arteri di dalam

bulbus penis, dan arteri dorsalis penis sebagai akibat stimulasi psikogenik dan sensorik

yang diteruskan ke sistem limbik. Stimulasi tersebut kemudian dikembalikan melalui

saraf otonom torakolumbal dan sacral sehingga terjadi pelepasan asetilkolin, peptida

8

Page 9: Skenario a Blok 12

intestinal vasoaktif, dan endothelial cell-derived nitric oxide, yang mengaktifkan

guanilil siklase dan mengakibatkan relaksasi otot-otot arteri dan sinusoid trabekula

kavernosal. Setelah sinusoid terisi penuh, maka pleksus venosus subtunika akan

tertekan oleh tunika albugenia, sehingga mencegah aliran darah balik dari penis.

Kontraksi otot bulbokavernosus akan merangsang saraf pudendal sehingga tekanan

intrakavernosal makin meningkat, sehingga penis semakin tehang dan kaku.

4. Hubungan antara usia dengan disfungsi ereksi, dan obesitas?

Usia dan disfungsi ereksi 

Sekitar 40% pria mengalami beberapa gangguan DE pada usia

40 dibandingkan dengan 70% pria yang juga mengalami masalah

yang sama pada usia 70. Persentase kenaikan DE berkisar antara

5% sampai 15% seiring dengan meningkatnya usia dari 40 sampai

70 tahun. Tapi ini tidak berarti menjadi tua adalah akhir dari

kehidupan seks Anda. DE bisa diobati pada usia berapa pun.

Testoteron total terdiri dari 60% testoteron terikat globulin (SHBG) 38% testoteron

terikat albumin 2% testoteron bebas.Seiring bertambahnya usia terjadi penurunan

sistem reproduksi pria yang menyebabkan penurunan jumlah testoteron bebas dan

availabilitasnya serta peningkatanan SHBG sehingga pembentukan DNA, mRNA dan

protein juga menurun.Menurunnya testoteron bebas menjadi salah satu penyebab

Disfungsi Ereksi.

Disfungsi ereksi dengan obesitas

Pria dengan berat badan berlebihan, memiliki risiko lebih tinggi mengalami

disfungsi ereksi.Ini biasanya disebabkan oleh aterosklerosis yang ada kaitannya

dengan hipertensi dan gangguan kardiovaskular.Berkembangnya

plak aterosklerotik pada arteri pria yang mengalami obesitas, dapat merusak dinding

arteri.Ini bisa memberikan kontribusi terhadap peningkatan tekanan darah.

Selain aterosklerosis, perubahan hormonal yang menyertai obesitas, termasuk

testosteron yang lebih rendah, telah meningkatkan pula risiko disfungsi ereksi

9

Page 10: Skenario a Blok 12

Masalah 2

Penyukai makanan terolah sejak sekolah dasar ini terdiagnosis hipertensi ketika berumur 33

tahun

1. Apa saja jenis-jenis makanan terolah ?

Makanan terolah adalah makanan yang diolah dari bahan baku ditambah atau

tidak dengan bahan tambahan makanan dan/atau bahan enolong.

Menurut Depkes RI (2011) ada 2 (dua) jenis bahan makanan, yaitu bahan makanan

mentah dan bahan makanan terolah (olahan pabrik).

1. Bahan makanan mentah (segar) yaitu makanan yang perlu pengolahan sebelum

dihidangkan seperti :

a) Daging, susu, telor, ikan/udang, buah dan sayuran harus dalam keadaan baik,

segar dan tidak rusak atau berubah bentuk, warna dan rasa, serta sebaiknya

berasal dari tempat resmi yang diawasi.

b) Jenis tepung dan biji-bijian harus dalam keadaan baik, tidak berubah warna,

tidak bernoda dan tidak berjamur.

c) Makanan fermentasi yaitu makanan yang diolah dengan bantuan mikroba

seperti ragi atau cendawan, harus dalam keadaan baik, tercium aroma

fermentasi, tidak berubah warna, aroma, rasa serta tidak bernoda dan tidak

berjamur.

2. Makanan olahan pabrik yaitu makanan yang dapat langsung dimakan tetapi

digunakan untuk proses pengolahan makanan lebih lanjut yaitu :

1) Makanan dikemas

a. Mempunyai label dan merk

b. Terdaftar dan mempunyai nomor daftar

c. Kemasan tidak rusak/pecah atau kembung

d. Belum kadaluwarsa

e. Kemasan digunakan hanya untuk satu kali penggunaan

2) Makanan tidak dikemas

a. Baru dan segar

b. Tidak basi, busuk, rusak atau berjamur

c. Tidak mengandung bahan berbahaya

10

Page 11: Skenario a Blok 12

2. Bagaimana hubungan makanan terolah dengan hipertensi?

Makanan terolah dan minuman ringan yang dikonsumsi terus –menerus akan

menyebabkan seseorang mengalami obesitas. Orang yang kelebihan berat badan atau

obesitas, tubuhnya bekerja keras untuk membakar kelebihan kalori yang masuk.

Pembakaran kalori ini memerlukan suplai oksigen dalam darah yang cukup. Semakin

banyak kalori yang dibakar, semakin banyak pula pasokan oksigen dalam darah.

Banyaknya pasokan darah tentu menjadikan jantung bekerja lebih keras. Dampaknya

tekanan darah orang yang obesitas cenderung tinggi. (Widharto, 2007)

3. Mekanisme terjadinya hipertensi dikaitkan dengan skenario?

Obesitas dapat menyebabkan pengakumulasian lemak pada sel-sel jantung

yang dalam jumlah besar dapat memicu kerusakan sel-sel jantung serta mengganggu

fungsi pemompaan darah oleh jantung. Kondisi ini berlanjut menjadi penurunan

tekanan darah arteri yang merangsang sel-sel jukstaglomerulus ginjal mensintesis dan

mensekresikan enzim renin.

Renin bekerja secara enzimatik pada protein plasma lain, yaitu suatu globulin yang

disebut bahan renin (atau angiotensinogen), untuk melepaskan peptida asam amino-10,

yaitu angiotensin I. Angiotensin I memiliki sifat vasokonstriktor yang ringan tetapi

tidak cukup untuk menyebabkan perubahan fungsional yang bermakna dalam fungsi

sirkulasi. Renin menetap dalam darah selama 30 menit sampai 1 jam dan terus

menyebabkan pembentukan angiotensin I selama sepanjang waktu tersebut (Guyton

dan Hall, 1997).

Dalam beberapa detik setelah pembentukan angiotensin I, terdapat dua asam amino

tambahan yang memecah dari angiotensin untuk membentuk angiotensin II peptida

asam amino-8. Perubahan ini hampir seluruhnya terjadi selama beberapa detik

sementara darah mengalir melalui pembuluh kecil pada paru-paru, yang dikatalisis

oleh suatu enzim, yaitu enzim pengubah, yang terdapat di endotelium pembuluh paru

yang disebut Angiotensin Converting Enzyme (ACE). Angiotensin II adalah

vasokonstriktor yang sangat kuat, dan memiliki efek-efek lain yang juga

mempengaruhi sirkulasi. Angiotensin II menetap dalam darah hanya selama 1 atau 2

menit karena angiotensin II secara cepat akan diinaktivasi oleh berbagai enzim darah

dan jaringan yang secara bersama-sama disebut angiotensinase (Guyton dan Hall,

1997).

11

Page 12: Skenario a Blok 12

Selama angiotensin II ada dalam darah, maka angiotensin II mempunyai dua pengaruh

utama yang dapat meningkatkan tekanan arteri. Pengaruh yang pertama, yaitu

vasokontriksi, timbul dengan cepat. Vasokonstriksi terjadi terutama pada arteriol dan

sedikit lebih lemah pada vena. Konstriksi pada arteriol akan meningkatkan tahanan

perifer, akibatnya akan meningkatkan tekanan arteri. Konstriksi ringan pada vena-vena

juga akan meningkatkan aliran balik darah vena ke jantung, sehingga membantu

pompa jantung untuk melawan kenaikan tekanan (Guyton dan Hall, 1997).

Cara utama kedua dimana angiotensin meningkatkan tekanan arteri adalah dengan

bekerja pada ginjal untuk menurunkan eksresi garam dan air. Ketika tekanan darah

atau volume darah dalam arteriola eferen turun ( kadang-kadang sebagai akibat dari

penurunan asupan garam), enzim renin mengawali reaksi kimia yang mengubah

protein plasma yang disebut angiotensinogen menjadi peptida yang disebut

angiotensin II. Angiotensin II berfungsi sebagai hormon yang meningkatkan tekanan

darah dan volume darah dalam beberapa cara. Sebagai contoh, angiotensin II

menaikan tekanan dengan cara menyempitkan arteriola, menurunkan aliran darah ke

banyak kapiler, termasuk kapiler ginjal. Angiotensin II merangsang tubula proksimal

nefron untuk menyerap kembali NaCl dan air. Hal tersebut akan mengurangi jumlah

garam dan air yang diekskresikan dalam urin dan akibatnya adalah peningkatan

volume darah dan tekanan darah (Campbell, et al. 2004).

Pengaruh lain angiotensin II adalah perangsangan kelenjar adrenal, yaitu organ yang

terletak diatas ginjal, yang membebaskan hormon aldosteron. Hormon aldosteron

bekerja pada tubula distal nefron, yang membuat tubula tersebut menyerap kembali

lebih banyak ion natrium (Na+) dan air, serta meningkatkan volume dan tekanan darah

(Campbell, et al. 2004). Hal tersebut akan memperlambat kenaikan volume cairan

ekstraseluler yang kemudian meningkatkan tekanan arteri selama berjam-jam dan

berhari-hari.

4. Adakah hubungan makan makanan terolah dengan disfungsi ereksi?

Makanan yang kaya akan sodium seperti pada pizza dan mie instan dapat

menyebabkan impotensi. Selain itu, makanan yang kaya akan natrium bisa

meningkatkan tekanan darah yang kemudian dapat menyebabkan penyakit

kardiovaskular,natrium mengurangi aliran darah pada organ yang menyebabkan

disfungsi ereksi. Makanan berminyak seperti pada KFC dapat meningkatkan risiko

12

Page 13: Skenario a Blok 12

kolesterol jahat yang tinggi sehingga dapat menyebabkan aterosklerosis. Jumlah

kolesterol mempengaruhi aliran darah yang dapat menyebabkan disfungsi ereksi

Lemak jenuh ini dapat menyebabkan arteri tersumbat dan secara bertahap

menyebabkan penyakit jantung dan disfungsi ereksi.

Masalah 3

Lelaki ini secara rutin mengkonsumsi bukan hanya preparat antihipertensi (atenolol), tetapi

juga diuretika(furosemide) serta obat pereduksi lemak darah (statin).

1. Bagaimana hubungan obat anti hipertensi(atenolol) dengan DE?

Obat antihipertensi memang berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah

dan sebagian besar obat antihipertensi juga menyebabkan DE . obat yg menyebabkan

disfungsi ereksi adalah ACE Inhibitor, alpha blocker, calcium channel blockers, dan

Angiotensin receptor blockers. Tetapi pada kasus ini, obat antihipertensi yang

digunakan adalah atenolol(Beta Blocker) jadi obat ini bekerja pada reseptor di jantung

tidak pada pembuluh darah sehingga tidak berpengaruh pada DE. Obat-obatan

antihipertensi yang bersifat Alpha Blockerlah yang langsung berhubungan dengan

disfungsi ereksi karena bekerja pada pembuluh darah yang mempengaruhi supplai

darah ke penis untuk terjadinya ereksi.

2. Bagaimana hubungan obat diuretika( furosemide) dengan DE?

Obat hipertensi Diuretik bekerja dengan cara mengurangi dan

mempertahankan tekanan darah tetap rendah ketika darah mengalir

ke penis. Hipertensi dapat menyebabkan stres dan kerusakan pada

pembuluh darah kecil pada penis. Setelah diobati pembuluh darah

tersebut menjadi lebih tebal dan lebih lambat untuk melebar ketika

menanggapi rangsangan seksual yang terjadi.Obat hipertensi

golongan diuretik dapat menyebabkan terjadinya disfungsi ereksi

karena dapat menurunkan aliran darah termasuk ke penis. Obat

hipertensi golongan ini juga dapat menyebabkan penurunan jumlah

zink dalam tubuh, sedangkan zink diperlukan tubuh untuk

pembentukan hormon testosteron.

13

Page 14: Skenario a Blok 12

3. Bagaiman hubungan statin dengan DE?

Kerja obat statin (HMG CoA reduktase inhibitor) pada umumnya menghambat

konversi HMG CoA menjadi asam mevalonat pada biosintesa kolesterol dengan cara

menghambat aktifitas enzim HMG CoA reduktase yaitu menurunkan sintesa

kolesterol total dan LDL dihati serta meningkatkan bersihan receptor mediated LDL

cholesterol. Dalam scenario sudah jelas bahwa Tuan ini kadar kolesterolnya sangat

tinggi. Hal ini juga sudah mempengaruhi disfungsi ereksi karena kolesterol tersebut

menumpuk di dalam pembuluh darah (aterosklerosis) dan menyebabkan kacaunya

arteri dan terbatasnya aliran darah atau pengisian darah ke korpus kavernosum. efek

samping dari terapi statin ini bisa terjadi pada sistem reproduksi seperti libido

berkurang dan disfungsi ereksi.

4. Mekanisme dan efek samping obat:

a.antihipertensi(atenolol)

Mekanisme kerja : terutama memblok reseptor adrenergik ß1. Menurunkan frekuensi

jantung dan curah jantung dan penurunan pelepasan rennin. Efek bronkokonstriksi

kurang dibandng zat-zat yang berikatan dengan reseptor ß2.

Indikasi : terapi awal yang baik untuk hipertensi ringan sampai sedang.

Efek tak diinginkan : lebih jauh menekan gagal jantung, depresi dan sedasi SSP.

b.diuretika(furosemide)

Mekanisme Kerja : menghambat reabsorpsi klorida dalam pars asendens ansa henle

tebal yang mengakibatkan ion kalium banyak hilang kedalam urin. Selain itu pada

membran luminal dari jerat henle bagian asenden, furosemid akan menghambat suatu

protein transpor spesifik seperti natrium, kalium dan klorida yang mengakibatkan

absorpsi ion-ion tersebut akan berkurang. Hal ini tentunya akan mengganggu

keseimbangan elektrolit yang beredar di dalam tubuh. (Hadyanto 2009)

Indikasi : Diuretik yang dipilih untuk pasien dengan GFR rendah dan kedaruratan

hipertensi. Juga edema, edema paru dan untuk mengeluarkan banyak cairan.

Kadangkala digunakan untuk menurunkan kadar kalium serum.

Efek tak diinginkan : Hiponatremia, hipokalemia, dehidrasi, hipotensi,hiperglikemia,

14

Page 15: Skenario a Blok 12

hiperurisemia, hipokalsemia, ototoksisitas, alergi sulfonamide, hipomagnesemia,

alkalosis hipokloremik, hipovolemia.

b. obat pereduksi lemak darah ( statin )

Mekanisme: Statin mengurangi produksi kolesterol oleh hati dengan memblokir

enzim yang bertanggung jawab untuk membuat kolesterol. Enzim ini disebut hydroxy-

methylglutaryl-coenzyme A reductase (HMG-CoA reductase)

Statin bekerja terutama terhadap lipoprotein LDL. Inhibisi terhadap enzim HMG-koA

reduktase akan menghambat langkah pertama dalam jalur mevalonat pada sintesis

kolesterol. Statin juga dapat menurunkan trigliserida (melalui penghambatan sintesis

trigliserida di hepar) serta menaikkan lipoprotein HDL (diduga melalui aktivasi

PPAR, peroxisome proliferator-activated receptor); namun efeknya tidak terlalu

menonjol dibandingkan penurunan LDL.

Efek samping: Miopati, gangguan hati dan ginjal.

5. Bagaimana hubungan antar ketiga obat?

Hubungan antara beta-blocker dengan diuretika (aldactone, spirolactone,

aldazide, blopress, co-diovan, lasix, hct, letonal, hygroton), dimana dalam scenario ini

beta-blocker yang dipakai adalah atenolol dan diuretika yang digunakan adalah lasix

(ferusamid):

Diuretika sering digunakan untuk terapi hipertensi. Tetapi kalau diuretika saja, tanpa

dikombinasikan dengan obat jenis lain, maka hasil terapinya terbatas. Untuk mencapai

hasil yang lebih baik maka sebaiknya dikombinasikan dengan antihipertensi lain.

Percobaan di klinik menunjukan bahwa dengan mengombinasikan beta-blocker

dengan diuretika diperoleh kerja antihipertensi yang lebih baik. Dalam hal ini

peninggian plasma renin akibat pemberian diuretika akan dikurangi oleh beta-blocker.

6. Bagaimana pemberian dosis optimal untuk penderita obesitas?

Bila seseorang yang gemuk atau sakit dan memerlukan

pengobatan maka menentukan dosis obat untuk penderita yang

obesitas itu kadang-kadang menjadi problem, oleh karena adanya

deviasi yang besar dari komposisi tubuh dibanding dengan orang

yang berat badannya normal. Problem yang ditimbulkan terutama

15

Page 16: Skenario a Blok 12

disebabkan oleh adanya perbedaan antar obat dalam hal daya larut

dalam lemak atau distribusi obat antar jaringan lemak dan air tubuh.

Untuk obat-obat dengan daya larut dalam lemak kecil (antara lain

digitoxin, gentamicin, kanamycin, streptomycin) dianjurkan untuk

orang gemuk perhitungan dosis obat didasarkan pada lean body

mass atau berat badan tanpa lemak (BBTL). Sebaliknya untuk obat-

obat yang daya larutnya dalam lemak besar (antara lain thiopental)

maka perhitungan dosis hendaknya didasarkan pada berat badan

nyata (BBN) dari penderita.

Kesulitan dapat timbul bila harus diberikan obat dengan daya larut

dalam lemak kira-kira menengah, maka dosis obat ini ialah antara

dua keadaan ekstrem di atas. Yang dapat dilihat ialah diberikan

suatu dosis percobaan, kemudian diadakan penyesuaian dosis

regimen dengan memantau konsentrasi obat dalam plasma pada

penderita.

Untuk obat-obat dengan daya larut kecil dalam lemak, maka BBTL

diperhitungkan dalam tigatahap :

Tahap pertama : kepadatan tubuh ditentukan

Perhitungan BBTL dilakukan tiga tahap:

.Tahap pertama, penentuan kepadatan tubuh dengan rumus:

DB=1,02415-0,00169.BSF+0,00444.H-0,0013.ASF (g/ml)

Tahap kedua, perhitungan prosentase lemak dengan rumus:

Tahap ketiga : barat badan tanpa lemak (BBTL) dihitung dengan

rumus :

BBTL = BBN.(100-% lemak) Kg

Keterangan:

DB = Densitas (kepadatan) tubuh (g/ml)

BSF = Skinfold thickness on back (subscapular) (mm)

ASF = Abdominal skinfold thickness (mm)

BBTL = berat badan tanpa lemak

16

Page 17: Skenario a Blok 12

BBN = berat badan nyata

Masalah 4

Riwayat pangan (makanan yang biasa disantap selama 3 bulan terakhir)

Pagi:mie instan 2 bungkus dan kopi 1 gelas

Snack pukul 10.00:crackers 2 porsi

Makan siang; nasi dan ayam goring KFC 2 porsi, soft drink dua kaleng

Snack pukul 16.00:dunkun donat dan 1 kaleng soft drink

Makan malam:pizza (ukuran medium) ,satu kaleng soft drink.

1. Bagaimana asupan gizi dan jumlah kalori satu hari pada tuan ini?

Asupan gizi tuan ini sangat tidak sehat, karena tuan ini selama 3 bulan terakhir

diketahui mengkonsumsi makanan olahan, sedangkan makanan olahan itu memiliki

banyak dampak negative, antara lain :

a. Biasanya tinggi kadar gula dapat menyebabkan fluktuasi kadar gula dalam

darah dan ketidakstabilan pasokan energy ke otak.

b. Kaya pemanis buatan dapat dikaitakan dengan masalah perilaku.

c. Biasanya sarat lemak jenuh terlalu banyak lemak jenuh dapat menghambat

aliran darah yang mengedarkan sari makanan ke otak.

d. Cenderung miskin vitamin dan mineral.

e. Minuman ringan umumnya kaya fosfor penghambat penyerapan kalsium, yang

sangat diperlukan oleh neurotransmitter di otak.

f. Biasanya kaya zat tambahan pewarna, aroma, dan pengawet.

g.  Yang tinggi lemak, sodium dan gula, dapat menyebabkan obesitas dan berbagai

masalah kesehatan, termasuk diabetes, penyakit jantung dan arthritis.

pada kasus ini dimana tuan ini sedang mengonsumsi obat-obat antihipertensi, sangat

diperlukan asupan tambahan beberapa elemen kelumit yang terdeplesi akibat

penggunaan obat-obat tersebut, seperti fitonutrien CoeQ10, vitamin B6, magnesium,

zink, kalium, kalsium, selenium, dan tembaga. Dan elemen-elemen ini dapat

ditemukan dalam buah-buahan dan sayur-sayuran.

Kalori direkomendasikan 

- untuk wanita dewasa dapat berkisar dari 1500 - 2300 kalori.17

Page 18: Skenario a Blok 12

- untuk pria dewasa dapat berkisar dari 1800 – 2500 kalori.

Jumlah kalori yang dimakan Tuan gendut ini

Mie instan 460 kalori x2 = 920 kalori

Kopi 1 gelas = 75 kalori

Cracker 100 kalori x 2 = 200 kalori

Nasi putih = 242 kalori x 2 = 484 kalori

Ayam goreng KFC = 338 kalori x 2 = 676 kalori

Softdrink = 120 kalori

Dunkin donat = 120 kalori

Pizza = 300 kalori

Total kalori Tuan ini perhari adalah 2895 kalori berlebihan

2. Bagaimana pola diet yang baik dan benar dan asupan gizi yang benar?

Dalam ilmu gizi ada dua yaitu bahan makanan dan zat makanan seperti zat gizi

dan nutrient. Bahan makanan itu bahan yang kita beli,masak atau kita hidangkan

sedanhkan zat makanan adalah satuan yang menyusun bahan makanan tersebut.

Zat makanan dibedakan 3 k3lompok :

- Zat makanan penghasil tenaga (kalori,karbohidrat,lemak,protein)

- Zat makanan pembangun sel dan jaringan,yaitu protein

- Zat makanan pengatur vitamin,mineral,air

Disarankan 55-65% karbohidrat, 10-15% protein, 25-35% lemak. Golongan

karbohidrat seperti nnasi,roti,jagung dan mie bihun. Protein ada 2 macam yaitu nabati

seperti tahu,tempe dan kacang-kacangan. Sedangkan hewani yaitu daging,telur,dan

susu. Selain mmikronutrient dan makronutrient kebutuhan serat yang dianjurkan per

hari 25 gr atau 13gr/100 kalori makanan yang dikonsumsi. Kalori normal pada pria

dewasa sekitar 1800-2500 sedangkan pada wanita sekitar 1500-2300.

Tips Diet Sehat

1. Mengkonsumsi 5 porsi buah dan sayuran setiap hari..Buah dan sayur

dapat dikonsumsi sebagai snack, di sela-sela makan pagi, makan

siang, dan makan malam.Buah dapat dikonsumsi 2X dan sayur 3X

18

Page 19: Skenario a Blok 12

2. Makan 2 sampai 4 porsi makanan protein setiap hari.Makanan

sumber protein: hewani (ikan, produk dairy: susu dan telor) dan

nabati (produk soya, kacang-kacangan)

3. Makan paling sedikit 2 porsi ikan kaya omega 3

4. Kurangi konsumsi lemak, teristimewa lemak jenuh bersumber pada

daging binatang

a) Gantikan dengan pemakaian minyak zaitun (olive)b) Pakai minyak olive sebagai salad dressing, pengganti mayonesc) Pilih daging atau ayam tanpa lemak

5. Kurangi konsumsi gula secara berlebihan

6. Pilih bahan karbohidrat kaya serat, seperti roti wholemeal dan sereal

whole grain

7. Minum banyak air (1,75 liter sehari).sebanyak 6 sampai 8 gelas

sehari (1,75 liter)

8. Konsumsi 2 porsi makanan produk dairy (susu & telor) dan yoghurt

rendah lemak.

9. Kurangi pemakaian garam; hindari penggunaan garam meja

10. Kurangi konsumsi makanan cepat saji/ fast food sampai

kurang dari seminggu sekali.Fast food mengandung banyak lemak

jenuh dan hanya terdapat sedikit nutrisi penting, seperti serat,

vitamin, dan mineral (terutama kalsium)

3. Bagimana kandungan dan dampak pola makan yang dikonsumsi setiap hari?

Kopi: mengandung kafein,

Selain kafein, kopi juga mengandung senyawa antioksidan dalam jumlah

yang cukup banyak. Adanya antioksidan dapat membantu tubuh dalam menangkal

efek dari senyawa radikal bebas, seperti kanker, diabetes, dan penurunan respon imun.

Beberapa contoh senyawa antioksidan yang terdapat di dalam kopi adalah polifenol,

flavonoid, proantosianidin, kumarin, asam klorogenat, dan tokoferol.

Mie instan :

Kandungan MSG dapat mengakibatkan : penyumbatan pada otak, saraf &

pembuluh darah sehingga berpotesi menimbulkan penyakit sepertiAlzheimer, Multiple

19

Page 20: Skenario a Blok 12

Sclerosis, Stroke, Parkinson, kanker, rambut sering rontok, kanker usus, batu ginjal,

gagal ginjal, dsb.kandungan natriumnya yang tinggi, mengakibatkan : maag dan

hipertensi.pewarna kuning (tartrazin) menyebabkan asthma, kanker dan penyakit

lambung .beberapa bahan aditif seperti natrium polifosfat (berfungsi sebagai

pengemulsi/penstabil), natrium karbonat dan kalium karbonat yang berfungsi sebagai

pengatur asam.

Soft drink:

1. Air : komponen utama softdrink.

2. CO2 : sama dengan gas buang pernafasan kita. Berguna untuk memperbaiki

flavor minuman. Menghasilkan rasa masam yang enak dan rasa “krenyes-

krenyes” dan “menggelitik” di kerongkongan.

3. Gula/pemanis :

Softdrink reguler : sukrosa (gula tebu), high fructose corn syrup.

Softdrink diet : pemanis sintetis aspartam, sakarin atau siklamat.

4. Kafein (terutama pada jenis cola dan coffee cream) : kadarnya cukup tinggi,

membantu seseorang tetap terjaga / tidak mengantuk, jantung dapat berdegub

kencang, sehingga tidak direkomendasikan bagi mereka yang hipertensi,

berpotensi serangan jantung koroner atau stroke

5. Zat pengawet : Umumnya softdrink diawetkan dengan sodium-benzoat, suatu

bahan pengawet sintetis. Aman untuk bahan pangan namun ada batas

maksimal yang harus diperhatikan.

6. Zat pewarna : Ditemukan pada beberapa jenis softdrink, tidak terdapat pada

softdrink jernih. Ada zat pewarna alamiah seperti karamel (pada softdrink

cola) tetapi yang banyak digunakan adalah zat pewarna sintetis seperti :

karmoisin dan tartrazin.

7. Flavor buatan : seperti rasa jeruk, rasa strawberry, rasa nanas dan sebagainya,

merupakan flavor sintetik, bukan hasil ekstraksi buah-buahan.

Dampak bagi tubuh yaitu Kadar gula yang tinggi akan meningkatkan penyakit

kardiometabolik dan yang paling sering adalah diabetes mellitus, cardiovascular,

selain itu juga menyebabkan asam urat. Asam urat yang berkepanjangan lama-lama

akan merusak ginjal.

Pizza:

20

Page 21: Skenario a Blok 12

Mineral yang banyak terkandung pada pizza adalah kalsium, besi, magnesium, fosfor,

kalium, natrlum,seng,tembaga,dan mangan. Sementara vitamin yang cukup banyak

terkandung pada pizza adalah vitamin A, C, B1, B2, B6, B12, niacin, dan asam folat.

IV.KETERKAITAN ANTAR MASALAH

21

Pola makan yang tidak sehat

obesitas

Hipertensi

Mengkonsumsi obat antihipertensi(atenolol)

Obat diuretika(furose

mide)

Obat pereduksi lemak darah(statin)

Disfungsi ereksi

Page 22: Skenario a Blok 12

V.LEARNING ISSUE

Pokok Bahasan What I know What I don’t know What I have

to prove

How will I

learn

Disfungsi ereksi Definisi Penyebab,mekanisme

.

Internet,

textbook,

jurnal

obesitas Definisi dan

gambaran

umum

Klasifikasi,Tipe-tipe

obesitas

Hubungan

obesitas

dengan DE

Hipertensi Definisi Patofisiologi,

gejala,klasifikasi

hipertensi

Hubungan

hipertensi

dengan DE

Farmakodinamik Definisi

22

Page 23: Skenario a Blok 12

Farmakokinetik Definisi

Atenolol Efek

samping,mekanisme

kerja,kontra indikasi

Hubungan

atenolol

dengan DE

Furosemide - Efek samping,

mekanisme kerja,

kontra indikasi

Hubungan

furosemide

dengan DE

Statin - Efek

samping,mekanisme

kerja,kontra indikasi

Hubungan

statin dengan

DE

VI. SINTESIS

DISFUNGSI EREKSI

A. Definisi

Disfungsi Ereksi (DE) atau erectile dysfunction adalah disfungsi sexual yang ditandai

dengan ketidak mampuan mencapai dan mempertahankan ereksi untuk memenuhi kebutuhan

seksual dirinya sendiri maupun pasangannya dalam waktu 6 bulan. 

Kebanyakan pria mengalami disfungsi ereksi pada usia 40 tahun.Yang dimaksud

“kemampuan”, meliputi: lamanya waktu yang diperlukan untuk bisa ereksi, lebih banyaknya

stimulasi (rangsangan) langsung untuk ereksi, kurang mantapnya (kurang keras) ereksi,

kurang bisa mencapai puncak orgasme, sedikitnya jumlah ejakulasi, lebih lamanya waktu

tenggat antar ereksi (waktu yang diperlukan dari ereksi pertama ke ereksi berikutnya lebih

lama).

B. Prevalensi DE & Kesadaran Berobat 

Sungguh tidak mudah mengetahui jumlah penderita DE. Suatu survei epidemilogi

yang pertama dilakukan dengan melibatkan sekitar 1700 responden (Massachusetts Male

23

Page 24: Skenario a Blok 12

Aging Study) menunjukkan 48 persen pria berumur 50 tahun menderita DE komplit. Angka

tersebut meningkat dengan pesat dengan pria berumur 60 tahun mengalami DE komplit.

Kekurangan survei ini adalah sebagian besar responden berkulit putih. Tahun 1999 dilakukan

suatu survei yang sama di Malaysia. Ternyata angka yang didapat tidak jauh berbeda, 18

persen pria berumur 40-70 tahun mengalami DE komplit. Faktor risiko yang bermakna adalah

diabetes dan merokok. Berdasarkan data National Institutes of Health, pada tahun 2002

diperkirakan 15 juta sampai dengan 30 juta pria di Amerika mengalami DE yang kronis.

Sedangkan menurut National Ambulatory Medical care Survey (NAMCS) pada tahun

1999, hampir 22 pria dari 1000 pria di USA mengalami DE . 

Insidensi DE meningkat seiring dengan peningkatan usia. Sekitar 5 % dari pria usia 40

tahunan mengalami DE kronik dan 15-25%nya pada usia 65 tahun. Sedangkan DE transiens

dan ereksi yang tidak adekuat dialami 50 % pria usia 40 dan 70 tahun. Di klinik Endokrin

Penyakit Dalam FKUI, terdapat 42-52 persen penderita diabetes yang menderita DE dan

terjadi pada umur yang lebih muda. Sedangkan 40-60 persen penderita hipertensi menderita

DE yang disebabkan selain oleh kerusakan pembuluh darah juga karena obat penurun tekanan

darah yang digunakan. Rata-rata umur 1500 penderita yang datang ke Klinik Impotensi

RSUPN Cipto Mangunkusumo selama 3 tahun terakhir adalah 55 tahun. Prevalensi DE yang

didapat dari survei masyarakat jauh lebih banyak dibanding dengan jumlah penderita yang

mencari pertolongan dokter. Bahkan di Amerika Serikat sekalipun diperkirakan hanya 5-9

persen penderita DE yang datang ke dokter. Bandingkan dengan penyakit kronis lain yang

mencapai angka 60-90 persen. 

C. Anatomi Penis

Gambar 1. Anatomi Penis

24

Page 25: Skenario a Blok 12

Gambar 2. Anatomi Penampang Penis

Penis memiliki 2 ruang/chambers yang disebut dengan corpora cavernosa (berisi jaringan

spons/spongy tissue), yang berjalan sepanjang penis. Ruang ini dikelilingi sebuah membrane,

yakni tunica albuginea. Spongy tissuemengandung otot polos, jaringan fibrous, spaces, vena,

dan arteri. Urethra, yakni saluran untuk urin dan ejakulat, berjalan sepanjang sebelah bawah

daricorpora cavernosa dan dikelilingi oleh corpus spongiosum. Bagian terpanjang penis

adalah batang penis, yang pada ujungnya adalah kepala atau glans penis. Pada ujung glans

terdapat meatus yang jika membuka memungkinkan keluarnya urin dan ejakulat.

D. Fisiologi Ereksi

Penis mendapatkan aliran darah dari arteri pudenda yang kemudian menjadi arteri penis

komunis. Selanjutnya arteri ini bercabang menjadi arteri kavernosa atau arteri sentralis, arteri

dorsalis penis, dan arteri bulbo-uretralis. Arteri penis komunis ini melewati kanal dari alcock

yang berdekatan dengan os pubis dan mudah mengalami cedera jika terjadi fraktur pelvis.

Arteri sentralis memasuki rongga kavernosa kemudian bercabang menjadi arteriole helisin

yang mengisi darah ke dalam sinusoid. Sedangkan darah vena dari sinusoid dialirkan melalui

anyaman/pleksus yang terletak dibawah tunika albuginea. Anyaman ini bergabung

membentuk venule emisaria dan menembus tunika albuginea ke vena dorsalis penis.

Proses fisiologis ereksi dimulai rangsangan seksual yang menimbulkan peningkatan

aktivis saraf parasimpatis yang mengakibatkan terjadinya dilatasi arteriole dan kontriksi

venule sehingga inflow meningkat dan outflow menurun hal ini menyebabkan peningkatan

volume darah dan ketegangan pada corpora sehingga penis ereksi. Persaraf penis terdiri atas

sistem saraf otonomik dan somatic yang berpusat di nucleus intermediolateralis medulla

spinalis pada segmen S2-4 dan Th12 - L2. Saraf ini memacu neurotransmiter untuk memulai

proses ereksi serta mengakhirinya pada proses detumesensi.

25

Page 26: Skenario a Blok 12

Gambar 3. Fisiologi Ereksi Pada Laki-laki 

Rangsangan seksual menyebabkan neuroefektor yang terdapat didalam korpus

kavernosum (NANC) non adrenergic non kolinergik menyebabkan terlepasnya NO (nitrit

oksida) yang selanjutnya mempengaruhi enzimguanilat siklase untuk merubah GTP ( guanil

tri fosfat) menjadi siklik guanil mono fosfat (cGMP) hal ini menyebabkan kadar kalsium di

dalam sel otot polos berkurang sehingga terjadi relaksasi otot polos kavernosum sehingga

timbul ereksi sebaliknya jika cGMP dipecah oleh enzim fosfodiesterase 5 (PDE 5) menjadi

GMP maka terjadi fase relaksasi (flaksiad)

Secara garis besar ereksi terjadi melalui 2 mekanisme:

I. refleks ereksi oleh sentuhan pada penis (ujung, batang dan sekitarnya).

II. ereksi psikogenik karena rangsangan erotis.

Keduanya menstimulir sekresi nitric oxide yang memicu relaksasi otot polos batang penis

(corpora cavernosa), sehingga aliran darah ke area tersebut meningkat dan terjadilah ereksi.

Disamping itu, produksi testosteron (dari testis) yang memadai dan fungsi hipofise (pituitary

gland) yang bagus, diperlukan untuk proses ereksi. Karenanya dapat dimengerti bahwa

disfungsi ereksi berhubungan erat dengan faktor: hormonal, sistem saraf, aliran darah dan

psikologis. Gangguan pada salah satu atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut dapat

menyebabkan terjadinya disfungsi ereksi.

26

Page 27: Skenario a Blok 12

Gambar 5. Arteri (atas) dan vena (bawah) penetrasi sepanjang, mengisi cavitas sepanjang

penis corpora cavernosa and the corpus spongiosum. Ereksi terjadi ketika terjadi relaksasi otot

sehingga corpora cavernosa terisi darah dari arteri, sementara aliran balik ke vena terblok.

E. Disfungsi Ereksi

Dalam keadaan normal, ereksi biasanya terjadi saat tidur malam atau bangun pagi. Pada

disfungsi ereksi, tanda-tandanya adalah sebagai berikut:

o Tidak mampu ereksi sama sekali atau tidak mampu mempertahankan ereksi secara

berulang ( paling tidak selama 6 bulan )

o Tidak mampu mencapai ereksi yang konsisten

o Mampu ereksi hanya sesaat ( dalam referensi tidak disebutkan lamanya )

F. Etiologi Disfungsi Ereksi

Disfungsi ereksi (DE) dapat disebabkan oleh karena faktor fisik dan psikologis.

Penurunan aliran darah ke penis dan kerusakan saraf merupakan faktor fisik yang terbanyak.

DE biasanya juga diasosiasikan dengan hal-hal sebagai berikut:

1. Vascular disease Diabetes

Arteriosklerosis menyebabkan pengerasan dan penyempitan arteri sehingga aliran

darah menurun yang dapat menyebakan impotensi. Hal ini terkait dengan faktor usia, 50-60%

DE terjadi pada pria di atas 60 tahun.

Faktor resiko arteriosklerosis meliputi:

· Diabetes mellitus

· Tekanan darah tinggi

· Kolesterol tinggi

Merokok, dikaitkan faktor-faktor tersebut, mungkin merupakan faktor resiko yang paling

penting untuk terjadinya arteriosklerosis.

27

Page 28: Skenario a Blok 12

Kadar gula darah tinggi yang kronis pada penderita diabetes mellitus dapat merusak

pembuluh darah kecil dan saraf, sehingga terjadi gangguan saraf dan aliran darah yang

menghambat proses ereksi, sekitar 60% pria dengan diabetes mellitus menderita DE.

2. Obat-obatan

Lebih dari 200 obat-obatan dapat menyebabkan DE, termasuk obat anti hipertensi, obat

jantung, antidepresan, tranquilizer, sedatif, antihistamines, appetite suppressants, dan

cimetidine. Pemakaian alkohol yang lama juga dapat mengakibatkan gangguan vaskular and

system saraf sehingga terjadi DE.

3. Gangguan Hormon

Sekitar 5% dari DE disebabkan oleh gangguan hormon. Defisiensi testoteron, walaupun

jarang terjadi, dapat menyebabkan penurunan libido dan gangguan ereksi. Pada kasus lain,

peningkatan hormon prolaktin, yang disebabkan tumor glandula pituitary juga dapat

menurunkan kadar testoteron. Gangguan hormon dapat pula dikarenakan penyakit ginjal atau

liver.

4. Neurologis

Trauma pada spinal dan otak (paraplegi, stroke) dapat menyebabkan DE dikarenakan

adanya gangguan transfer impuls saraf dari otak ke penis. Gangguan saraf yang dapat

menyebabkan DE, di antaranya adalah : multiple sclerosis (MS), Parkinson's disease, dan

penyakitAlzheimer.

5. Trauma pelvic, operasi, terapi radiasi

Trauma pada daerah pelvis dan spinal cord dapat mengenai vena dan saraf untuk ereksi.

Operasi colon, prostat, blader, atau rectum dapat mengenai saraf dan pembuluh darah yang

terlibat dalam proses ereksi. Operasi prostat dan kanker blader terkadang disertai dengan

pengangkatan jaringan dan saraf sekitar tumor, sehingga meningkatkan angka kejadian DE.

Radical cystectomy (for bladder cancer) dan prostatectomy (for prostate cancer) memerlukan

pemotongan saraf yang mengontrol aliran darah. Saraf tersebut tidak mengontrol sensasi pada

penis dan tidak bertanggung jawab terhadap organisme; tetapi mempengaruhi proses ereksi.

6. Penyakit Peyronie

Penyakit Peyronie merupakan suatu proses inflamasi yang mengakibatkan jaringan parut

pada erectile tissue.

7. Kelemahan vena

28

Page 29: Skenario a Blok 12

Jika vena pada penis tidak dapat mencegah aliran darah meninggalkan penis selama

ereksi, ereksi tidak dapat dipertahankan. Vena yang lemah dapat diakibatkan oleh trauma atau

penyakit yang mengenai vena pada penis.

8. Kondisi psikologis

Depresi, rasa bersalah, kegundahan, stress dan anxietas dapat menyebabkan penurunan

libido dan DE. Jika seorang pria pernah mengalami gangguan ereksi, dapat menimbulkan

kecemasan akan terulangnya kembali gangguan tersebut. Hal ini dapat menimbulkan ansietas

yang berhubungan dengan performa dan menimbulkan gangguan ereksi yang kronis. Faktor

psikologis sering merupakan faktor yang memperparah kelainan fisik yang telah ada.

G. Diagnosis Disfungsi Ereksi

Diagnosis DE meliputi anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang lainnya. Pemeriksaan

darah, urin, radiologi dan pemeriksaan prostat dapat mungkin bermanfaat demikian pula

pemeriksaan fungsi penis. Untuk membantu indentifikasi kemungkinan disfungsi ereksi atau

bukan dibuatkan indeks fungsi ereksi salah satunya adalah Indeks Internasional untuk fungsi

ereksi ke 5 atau IIEF-5 (International indexs of erectile function-5). Indeks ini terdiri atas lima

pertanyaan dan tiap pertanyaan diberi nilai dari 0 sampai 5, jika hasil jumlah dari 5

pertanyaan hasilnya kurang atau sama denga 21 menunjukkan adanya gejala disfungsi ereksi.

OBESITAS

Obesitas dapat didefinisikan sebagai kelebihan lemak tubuh. Penentu yang digunakan

adalah indeks massa tubuh (IMT). Sedangkan Overweight adalah tahap sebelum dikatakan

obesitas secara klinis (Guyton, 2007). Obesitas dikatakan terjadi kalau terdapat kelebihan

berat badan 20% karena lemak para pria dan 25% pada wanita (Ganong,2002).

Etiologi

Faktor penyebab obesitas sangat kompleks. Kita tidak bisa hanya memandang dari

satu sisi. Gaya hidup tidak aktif dapat dikatakan sebagai penyebab utama obesitas. Hal ini

didasari oleh aktivitas fisik dan latihan fisik yang teratur dapat meningkatkan massa otot dan

mengurangi massa lemak tubuh, sedangkan aktivitas fisik yang tidak adekuat dapat

menyebabkan pengurangan massa otot dan peningkatan adipositas. Oleh karena itu pada

orang obese, peningkatan aktivitas fisik dipercaya dapat meningkatkan pengeluaran energi

melebihi asupan makanan, yang berimbas penurunan berat badan (Guyton, 2007).

Faktor lain penyebab obesitas adalah perilaku makan yang tidak baik. Perilaku makan

yang tidak baik disebabkan oleh beberapa sebab, diantaranya adalah karena lingkungan dan

29

Page 30: Skenario a Blok 12

sosial. Hal ini terbukti dengan meningkatnya prevalensi obesitas di negara maju. Sebab lain

yang menyebabkan perilaku makan tidak baik adalah psikologis, dimana perilaku makan

agaknya dijadikan sebagai sarana penyaluran stress. Perilaku makan yang tidak baik pada

masa kanak-kanak sehingga terjadi kelebihan nutrisi juga memiliki kontribusi dalam obesitas,

hal ini didasarkan karena kecepatan pembentukan sel-sel lemak yang baru terutama

meningkat pada tahun-tahun pertama kehidupan, dan makin besar kecepatan penyimpanan

lemak, makin besar pula jumlah sel lemak. Oleh karena itu, obesitas pada kanak-kanak

cenderung mengakibatkan obesitas pada dewasanya nanti (Guyton, 2007).

Dari segi neurogenik, dibuktikan bahwa lesi pada hipotalamus bagian ventromedial

dapat menyebabkan seekor binatang makan secara berlebihan dan obese, serta terjadi

perubahan yang nyata pada neurotransmiter di hipotalamus berupa peningkatan oreksigenik

seperti NPY dan penurunan pembentukan zat anoreksigenik seperti leptin dan α-MSH pada

hewan obese yang dibatasi makannya (Guyton, 2007) . Input dari vagal juga terhitung

penting, membawa informasi dari viseral, seperti peregangan dari usus (Flier et al, 2005).

Faktor genetik obesitas dipercaya berperan menyebabkan kelainan satu atau lebih jaras

yang mengatur pusat makan dan pengeluaran energi dan penyimpanan lemak serta defek

monogenik seperti mutasi MCR-4, defisiensi leptin kogenital, dan mutasi reseptor leptin

(Guyton, 2007).

Dari segi hormonal terdapat leptin, insulin, kortisol, dan peptida usus. Leptin adalah

sitokin yang menyerupai polipeptida yang dihasilkan oleh adiposit yang bekerja melalui

aktifasi reseptor hipotalamus. Injeksi leptin akan mengakibatkan penurunan jumlah makanan

yang dikonsumsi. Insulin adalah anabolik hormon, insulin diketahui berhubungan langsung

dalam penyimpanan dan penggunaan energi pada sel adiposa. Kortisol adalah glukokortikoid

bekerja dalam mobilisasi asam lemak yang tersimpan pada trigiserida, hepatic

glukoneogenesis, dan proteolisis (Wilborn et al, 2005). Peptida usus seperti ghrelin, peptida

YY, dan kolesistokinin yang dibuat di usus halus dan memberi sinyal ke otak secara langsung

ke pusat pengatura hipotalamus dan/atau melalui nervus vagus (Flier et al, 2005).

Faktor metabolit juga berperan dalam obesitas. Metabolit, termasuk glukosa, dapat

mempengaruhi nafsu makan, yang mengakibatkan hipoglikemi yang akan menyebabkan rasa

lapar. Akan tetapi, glukosa bukanlah pengatur utama nafsu makan (Flier et al, 2005).

Semua faktor hormonal, metabolit, dan neurogenik yang tadi disebutkan diatas bekerja

melalui ekspresi an pelepasan berbagai peptida hipotalamus seperti NPY, AgRP, alpha-MSH,

30

Page 31: Skenario a Blok 12

an MCH yang terintegrasi dengan serotonergik, kotekolaminergik, endokannabinoid, dan jalur

singnal opioid (Flier et al, 2005).

Faktor terakhir penyebab obesitas adalah karena dampak/sindroma dari penyakit lain.

Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan obesitas adalah hypogonadism, Cushing

syndrome, hypothyroidism, insulinoma, craniophryngioma, gangguan lain pada hipotalamus

(Flier et al, 2005).

Beberapa anggapan menyatakan bahwa berat badan seseorang diregulasi baik oleh

endokrin dan komponenen neural. Berdasarkan anggapan itu maka disedikit saja kekacauan

pada regulasi ini akan mempunyai efek pada berat badan (Flier et al, 2005).

Pengukuran Antropometri sebagai Skreening Obesitas

Menentukan lemak tubuh dapat digunakan berbagai cara seperti CT, MRI, Electrical

inpedance densitometry, skin-flod thickenes, waist-to-hip ratio, IMT, dan Waist

Circumference (Flier et al, 2005). Akan tetapi tak semua pengukuran tersebut mudah dan

murah dilakukan. Oleh karena itu pengukuran IMT, waist-to-hip ratio, dan Waist

Circumference yang lebih lazim dilakukan.

1.IMT

IMT tidak mengukur lemak tubuh secara langsung, tapi hasil riset telah menunjukan

bahwa IMT berkorelasi dengan pengukuran lemak tubuh secara langsung. IMT adalah metode

yang tidak mahal dan gampang untuk dilakukan untuk memberikan indikator atas lemak

tubuh dan digunakan untuk screening berat badan yang bisa mengakibatkan problema

kesehatan.

Indeks massa tubuh (IMT) merupakan kalkulasi angka dari berat dan tinggi badan

seseorang. Nilai IMT didapatkan dari berat dalam kilogram dibagi dengan kuardrat dari tinggi

dalam meter (kg/m2). Nilai dari IMT pada orang dewasa tidak bergantung pada umur maupun

jenis kelamin. Tetapi, IMT mungkin tidak berkorenspondensi untuk derajat kegemukan pada

populasi yang berbeda, pada sebagian, dikarenakan perbedaan proporsi tubuh pada mereka

(WHO, 2000).

Menurut WHO (2000) dalam Sugondo (2006) berat badan dan Obesitas dapat diklasifikasikan

berdasarkan IMT, yaitu :

Tabel 2.1 Klasifikasi Berat Badan Lebih dan

Obesitas Berdasarkan IMT Menurut Kriteria Asia

Pasifik Klasifikasi obesitas

Klasifikasi IMT

31

Page 32: Skenario a Blok 12

Berat badan kurang

Kisaran normal

Berat badan lebih

Beresiko

Obese I

Obese II

<18,5

18,5-22,9

>23,0

23,0-24,9

25,0-29,9

>30,0

Hubungan Obesitas dengan Tekanan Darah.

Penyebab hipertensi pada obesitas adalah kompleks. Peningkatan tonus vascular dan

garam serta air ginjal adalah penyebab utama hipertensi pada obesitas. Mekanisme yang

mendasarinya termasuk hiperleptinemia, meningkatnya asam lemak bebas (FFA),

hiperinsulinemia, dan insulin resisten, kesemuanya ini akan menyebabkan stimulasi dari saraf

simpatis, meningkatnya tonus vascular, disfungsi endothelial, dan retensi sodium ginjal.

Sebagai tambahan, meningkatnya aktivitas rennin-angiotensin-system (RAS), sebagai efek

dari aktivasi simpatis dan bertambahnya sintesis jaringan adiposa, mengakibatkan

meningkatnya retensi garam dan air ginjal (M. Wahba, 2007).

TIPEOBESITAS

1.TipeObesitasBerdasarkanBentukTubuh

a.TipeBuahApel(android)

Pada pria obesitas umumnya menyimpan lemak di bawah kulit dinding perut dan di rongga

perut sehingga gemuk diperut dan mempunyai bentuk tubuh seperti buah apel (apple type).

Karena lemak banyak berkumpul dirongga perut, obesitas tipe buah apel disebut juga obesitas

sentral, karena banyak terdapat pada laki-laki disebut juga sebagai obesitas tipe android.

Resiko kesehatan pada tipe ini lebih tinggi dibandingkan dengan tipe Gynoid, karena sel-sel

lemak di sekitar perut lebih siap melepaskan lemaknya ke dalam pembuluh darah

dibandingkan dengan sel-sel lemak di tempat lain. Lemak yang masuk ke dalam pembuluh

darah dapat menyebabkan penyempitan arteri (hipertensi), diabetes, penyakit gallbladder,

stroke, dan jenis kanker tertentu (payudara dan endometrium).

b.ObesitasTipeBuahPear(gynoid)

Kelebihan lemak pada wanita disimpan dibawah kulit bagian daerah pinggul dan paha,

sehingga tubuh berbentuk seperti buah pear (pear type). Karena lemak berkumpul dipinggir

tubuh yaitu dipinggul dan paha, obesitas tipe buah pear disebut juga sebagai obesitas perifer

dan karena banyak terdapat pada wanita disebut juga sebagai obesitas tipe perempuan atau

32

Page 33: Skenario a Blok 12

obesitas tipe gynoid. Resiko terhadap penyakit pada tipe gynoid umumnya kecil, kecuali

resiko terhadap penyakit arthritis dan varises vena (varicose veins).

c.BentukKotakBuah(ovid)

Ciri dari tipe ini adalah “besar di seluruh bagian badan”. Tipe Ovid umumnya terdapat pada

orang-orang yang gemuk secara genetic

TipeObesitasBerdasarkanKeadaanSelLemak

a.TipeHyperplastik

Obesitas terjadi karena jumlah sel lemak yang lebih banyak dibandingkan keadaan normal,

tetapi ukuran sel-selnya tidak bertambah besar. Obesitas ini biasa terjadi pada masaanak-anak.

b.TipeHypertropik

Obesitas terjadi karena ukuran sel lemak menjadi lebih besar dibandingkan keadaan

normal,tetapi jumlah sel tidak bertambah banyak dari normal. Obesitas tipe ini terjadi pada

usia dewasa, Upaya untuk menurunkan berat badan lebih mudah dibandingkan tipe

hyperplastik.

c.TipeHyperplastikDanHypertropik

Obesitas terjadi karena jumlah dan ukuran sel lemak melebihi normal. Pembentukan sel lemak

baru terjadi segera setelah derajat hypertropi mencapai maksimal dengan perantaraan suatu

sinyal yang dikeluarkan oleh sel lemak yang mengalami hypertropik, obesitas ini dimulai

pada anak-anak dan berlangsung terus sampai dewasa, upaya untuk menurunkan berat badan

paling sulit dan resiko tinggi untuk terjadi komplikasi penyakit.

Terapi Farmakologi Obesitas

Obat anti obesitas umumnya anoreksan atau penekan nafsu makan golongan simpatomimetik

dan pemberiannya sementara. Obat ini dapat menimbulkan toleransi dan lama-lama efek obat

ini akan berkurang. Umumnya obat-obat ini merangsang SSP sehingga akan menyebabkan

adiksi. Obat ini sering bekerja dengan meningkatkan neurotransmitter anoreksigenik seperti

NE, serotonin, dan dopamin.

 

Obat Antiobesitas

Obat antiobesitas dapat dibagi menjadi golongan-golongan berikut:

Golongan nonadrenergik: amfetamin (tidak diizinkan), fentermin (meningkatkan

pelepasan NE saja), dietilpropion, dan mazindol.

33

Page 34: Skenario a Blok 12

Golongan serotonergik: fenfluramin (meningkatkan pelepasan serotonin dan

menginhibisi reuptake-nya) dan fluoksetin.

Campuran noradrenergik dan serotonergik: sibutramin

(menginhibisi reuptake serotonin dan NE).

Gastrointestinal lipase inhibitor: orlistat (menginhibisi lipase lambung dan pankreas).

 

Obat-obat antiobesitas yang dapat digunakan dan disetujui oleh FDA hanyalah yang

memenuhi DEA schedule III dan IV. DEA schedule ialah penggolongan obat berdasarkan

potensinya untuk menimbulkan ketergantungan. Semakin rendah nilainya maka semakin

bahaya untuk disalahgunakan.

Orlistat adalah yang paling aman digunakan karena tidak bekerja pada SSP, sedangkan

sibutramin, dietilpropion, dan fentermin termasuk golongan IV yang berarti kemungkinan

penyalahgunaannya lebih rendah. Sibutramin dapat digunakan untuk jangka panjang (lebih

dari 6 bulan) karena kecenderungan penyalahgunaannya lebih kecil dan efek kerjanya akan

hilang setelah 1 tahun.

Berikut ini merupakan obat-obat antiobesitas yang dapat digunakan dan disetujui oleh FDA:

 

Nama Generik Nama Dagang DEA Schedule Lama

Penggunaan

Disetujui

Orlistat Xenical Tidak ada Jangka panjang 1999

Sibutramin Meridia IV Jangka panjang 1997

Dietilpropion Tenuate IV Jangka pendek 1973

Fentermin Adipex, Ionamin IV Jangka pendek 1973

Fendimetrazin Bontril, Prelu-2 III Jangka pendek 1961

Benzfetamin DIldrex III Jangka pendek 1960

 Sedangkan di bawah ini adalah merk dagang dari masing-masing obat antiobesitas yang

beredar di Indonesia, antara lain:

Sibutramin: ReductilR, RedufastR

Orlistat: XenicalR

Dietilpropion: ApisateR

Fenfluramin:  PonderalR

Mazindol: TeronacR

34

Page 35: Skenario a Blok 12

Fentermin: MiraprontR

HIPERTENSI

Pengertian Hipertensi

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di

atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut usia, hipertensi

didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg

(Sheps,2005).

Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus menerus sehingga

melebihi batas normal. Tekanan darah normal adalah 110/90 mmHg. Hipertensi merupakan

produk dari resistensi pembuluh darah perifer dan kardiak output (Wexler, 2002)

Etiologi hipertensi

Corwin (2000) menjelaskan bahwa hipertensi tergantung pada kecepatan denyut

jantung, volume sekuncup dan Total Peripheral Resistance (TPR). Maka peningkatan salah

satu dari ketiga variabel yang tidak dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi. Peningkatan

kecepatan denyut jantung dapat terjadi akibat rangsangan abnormal saraf atau hormon pada

nodus SA. Peningkatan kecepatan denyut jantung yang berlangsung kronik sering menyertai

keadaan hipertiroidisme. Namun, peningkatan kecepatan denyut jantung biasanya

dikompensasi oleh penurunan volume sekuncup atau TPR, sehingga tidak meninbulkan

hipertensi (Astawan,2002)

Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi apabila terdapat

peningkatan volume plasma yang berkepanjangan, akibat gangguan penanganan garam dan

air oleh ginjal atau konsumsi garam yang berlebihan. Peningkatan pelepasan renin atau

aldosteron maupun penurunan aliran darah ke ginjal dapat mengubah penanganan air dan

garam oleh ginjal. Peningkatan volume plasma akan menyebabkan peningkatan volume

diastolik akhir sehingga terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah. Peningkatan

preload biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan sistolik ( Amir,2002)

Peningkatan Total Periperial Resistence yang berlangsung lama dapat terjadi pada

peningkatan rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau responsivitas yang berlebihan

dari arteriol terdapat rangsangan normal. Kedua hal tersebut akan menyebabkan penyempitan

pembuluh darah. Pada peningkatan Total Periperial Resistence, jantung harus memompa

secara lebih kuat dan dengan demikian menghasilkan tekanan yang lebih besar, untuk

mendorong darah melintas pembuluh darah yang menyempit. Hal ini disebut peningkatan

35

Page 36: Skenario a Blok 12

dalam afterload jantung dan biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolik.

Apabila peningkatan afterload berlangsung lama, maka ventrikel kiri mungkin mulai

mengalami hipertrifi (membesar). Dengan hipertrofi, kebutuhan ventrikel akan oksigen

semakin meningkat sehingga ventrikel harus mampu memompa darah secara lebih keras lagi

untuk memenuhi kebutuhan tesebut. Pada hipertrofi, serat-serat otot jantung juga mulai tegang

melebihi panjang normalnya yang pada akhirnya menyebabkan penurunan kontraktilitas dan

volume sekuncup.( Hayens, 2003 )

Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi Hipertensi menurut WHO

Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)Optimal < 120 < 80Normal < 130 < 85

Tingkat 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99Sub grup : perbatasan 140-149 90-94

Tingkat 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥ 180 ≥ 110Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90

Sub grup : perbatasan 140-149 < 90

Patofisiologi hipertensi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat

vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang

berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia

simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk

impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,

neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca

ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan

konstriksi pembuluh darah.

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon

pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif

terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa

terjadi (Corwin,2001)

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah

sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan

aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan

36

Page 37: Skenario a Blok 12

vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapt

memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan

penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang

pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu

vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks

adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan

peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetus keadaan

hipertensi ( Dekker, 1996 )

Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung

jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut

meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot

polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya

regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya

dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),

mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Corwin,2001).

Tanda dan Gejala Hipertensi

Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang

tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat

(kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema

pada diskus optikus). Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala

sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan

manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah

bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia

(peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma [peningkatan nitrogen urea darah (BUN)

dan kreatinin]. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan

iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia)

atau gangguan tajam penglihatan (Wijayakusuma,2000 ).

Crowin (2000: 359) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah

mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa :Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang

disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial, penglihatan kabur

akibat kerusakan retina akibat hipertensi,Ayunan langkah yang tidak mantap karena

kerusakan susunan saraf pusat,Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi

glomerolus,Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler. Gejala

37

Page 38: Skenario a Blok 12

lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala,

keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain

(Wiryowidagdo,2002).

Faktor-faktor Resiko Hipertensi

Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya umur

maka semakin tinggi mendapat resiko hipertensi. Insiden hipertensi makin meningkat dengan

meningkatnya usia. Ini sering disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang

mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada yang berusia kurang

dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur

(Julianti, 2005).

Perbandingan antara pria dan wanita, ternyata wanita lebih banyak menderita

hipertensi. Dari laporan sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi 6% dari pria dan

11% pada wanita. Laporan dari Sumatra Barat menunjukan 18,6% pada pria dan 17,4%

wanita. Di daerah perkotaan Semarang didapatkan 7,5% pada pria dan 10,9% pada wanita.

Sedangkan di daerah perkotaan Jakarta didapatkan 14,6 pada pria dan 13,7% pada wanita

(Gunawan, 2001).

Riwayat keluarga juga merupakan masalah yang memicu masalah terjadinya

hipertensi hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika seorang dari orang tua

kita memiliki riwayat hipertensi maka sepanjang hidup kita memiliki kemungkinan 25%

terkena hipertensi ( Astawan,2002 )

Garam dapur merupakan faktor yang sangat dalam patogenesis hipertensi. Hipertensi

hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam yang minimal.

Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan hipertensi yang rendah jika asupan

garam antara 5-15 gram perhari, prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-20%. Pengaruh

asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadai melalui peningkatan volume plasma,

curah jantung dan tekanan darah (Basha, 2004).

Garam mengandung 40% sodium dan 60% klorida. Orang-orang peka sodium lebih

mudah meningkat sodium, yang menimbulkan retensi cairan dan peningkatan tekanan darah

(Sheps, 2000).

Garam berhubungan erat dengan terjadinya tekanan darah tinggi gangguan pembuluh

darah ini hampir tidak ditemui pada suku pedalaman yang asupan garamnya rendah. Jika

asupan garam kurang dari 3 gram sehari prevalensi hipertensi presentasinya rendah, tetapi jika

38

Page 39: Skenario a Blok 12

asupan garam 5-15 gram perhari, akan meningkat prevalensinya 15-20% (Wiryowidagdo,

2004).

Garam mempunyai sifat menahan air. Mengkonsumsi garam lebih atau makan-

makanan yang diasinkan dengan sendirinya akan menaikan tekanan darah. Hindari pemakaian

garam yang berkebih atau makanan yang diasinkan. Hal ini tidak berarti menghentikan

pemakaian garam sama sekali dalan makanan. Sebaliknya jumlah garam yang dikonsumsi

batasi (Wijayakusuma, 2000).

Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat diubah, adapun hubungan merokok

dengan hipertensi adalah nikotin akan menyebabkan peningkatan tekanan darah karena

nikotin akan diserap pembulu darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan oleh pembuluh

darah hingga ke otak, otak akan bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada

kelenjar adrenal untuk melepas efinefrin (Adrenalin). Hormon yang kuat ini akan

menyempitkan pembulu darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan

yang lebih tinggi.Selain itu, karbon monoksida dalam asap rokok menggantikan oksigen

dalam darah. Hal ini akan menagakibatkan tekana darah karena jantung dipaksa memompa

untuk memasukkan oksigen yang cukup kedalam orga dan jaringan tubuh ( Astawan, 2002 ).

Aktivitas sangat mempengaruhiterjadinya hipertensi, dimana pada orang yang kurang aktvitas

akan cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tingi sehingga otot jantung

akan harus bekerja lebih keras pada tiap kontraksi.Makin keras dan sering otot jantung

memompa maka makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri ( Amir, 2002 ).

Stress juga sangat erat merupakan masalah yang memicu dimana hubungan antara

stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat

menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu). Stress yang berkepanjangan dapat

mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi

angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal

ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang

tinggal di kota (Dunitz, 2001).

Perawatan Penderita Hipertensi di Rumah

Perawatan penderita hipertensi pada umumnya dilakukan oleh keluarga dengan

memperhatikan pola hidup dan menjaga psikis dari anggota keluarga yang menderita

hipertensi. Pengaturan pola hidup sehat sangat penting pada klien hipertensi guna untuk

mengurangai efek buruk dari pada hipertensi. Adapun cakupan pola hidup antara lain berhenti

39

Page 40: Skenario a Blok 12

merokok, mengurangi kelebihan berat badan, menghindari alkohol, modifikasi diet. Dan yang

mencakup psikis antara lain mengurangi sres, olahraga, dan istirahat (Amir, 2002 )

Merokok sangat besar perananya meningkatkan tekanan darah, hal ini disebabkan oleh

nikotin yag terdapat didalam rokok yang memicu hormon adrenalin yang menyebabkan

tekana darah meningkat. Nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh darah di dalam paru dan

diedarkan keseluruh aliran darah lainnya sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah. Hal

ini menyebabkan kerja jantung semakin meningkat untuk memompa darah keseluruh tubuh

melalui pembuluh darah yang sempit. Dengan berhenti merokok tekanan darah akan turun

secara perlahan , di samping itu jika masih merokok maka obat yang dikonsumsi tidak akan

bekerja secar optimal dan dengan berhenti merokok efektifitas obat akan meningkat ( Santoso,

2001 ).

Mengurangi berat badan juga menurunkan resiko diabetes, penyakit kardiovaskular,

dan kanker .Secara umum, semakin berat tubuh semakin tinggi tekanan darah, jika

menerapkan pola makan seimbang maka dapat mengurangi berat badan dan menurunkan

tekanan darah dengan cara yang terkontrol . Alkohol dalam darah merangsang adrenalin dan

hormone –hormon lain yang membuat pembuluh darah menyempit atau menyebabkan

penumpukan natrium dan air. Minum-minuman yang beralkohol yang berlebih juga dapat

menyebabkan kekurangan gizi yaitu penurunan kadar kalsium Mengurangi alkohol dapat

menurunkan tekanan sistolik 10 mmhg dan diastolik 7 mmhg.

Modifikasi diet atau pengaturan diet sangat penting pada klien hipertensi, tujuan

utama dari pengaturan diet hipertensi adalah mengatur tentang makanan sehat yang dapat

mengontrol tekanan darah tinggi dan mengurangi penyakiit kardiovaskuler. Secara garis

besar, ada empat macam diet untuk menanggulangi atau minimal mempertahankan keadaan

tekana darah , yakni : diet rendah garam , diet rendah kolestrol, lemak terbatas serta tinggi

serat, dan rendah kalori bila kelebihan berat baadan ( Astawan,2002 ).

Diet rendah garam diberikan kepada pasien dengan edema atau asites serta hipertensi.

Tujuan diet rendah garam adalah untuk menurunkan tekanan darah dan untuk mencegah

edema dan penyakit jantung ( lemah jantung ). Adapun yang disebut rendah garam bukan

hanya membatasi konsumsi garam dapur tetapi mengkonsumsi makanan rendah sodium atau

natrium ( Na).Oleh karena itu yang sangat penting untuk diperhatikan dalam melakukan diet

rendah garam adalah komposisi makanan yang harus mengandung cukup zat – zat gizi, baik

kalori, protein, mineral maupun vitamin dan rendah sodium dan natrium ( Gunawan, 2001).

40

Page 41: Skenario a Blok 12

Sumber sodium antara lain makanan yang mengandung soda kue, baking

powder,MSG( Mono Sodium Glutamat ), pengawet makanan atau natrium benzoat (Biasanya

terdapat didalam saos, kecap, selai, jelly ), makanan yang dibuat dari mentega serta obat yang

mengandung natrium ( obat sakit kepala ). Bagi penderita hipertensi, biasakan dengan dokter

terlebih dahulu. ( Hayens, 2003 ).

Diet rendah kolestrol dan lemak terbatas. Di dalam tubuh terdapat tiga bagian lemak

yaitu : kolestrol, trigeserida, dan pospolipid.Tubuh memperoleh kolestrol dari makanan sehari

– hari dan dari hasil sintesis dalam hati. Kolestrol dapat berbahaya jika dikonsumsi lebih

banyak dari pada yang dibutuhkan oleh tubuh, peningkatan kolestrol dapat terjadi karena

terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung kolestrol tinggi dan tubuh akan

mengkonsumsi sekitar 25 – 50 % dari setiap makanan ( Amir, 2002 ).

Diet tinggi serat sangat penting pada penderita hipertensi, serat terdiri dari dua jenis

yaitu serat kasar ( Crude fiber ) dan serat kasar banyak terdapat pada sayuran dan buah –

buahan, sedangkan serat makanan terdapat pada makanan karbohidrat yaitu : kentang, beras,

singkong dan kacang hijau. Serat kasar dapat berfungsi mencegah penyakit tekanan darah

tinggi karena serat kasar mampu mengikat kolestrol maupun asam empedu dan selanjutnya

membuang bersama kotoran. Keadaan ini dapat dicapai jika makanan yang dikonsumsi

mengandung serat kasar yang cukup tinggi ( Mayo, 2005 ).

Diet rendah kalori dianjurkan bagi orang yang kelebihan berat badan.Kelebihan berat

badan atau obesitas akan berisiko tinggi terkena hipertensi. Demikian juga dengan orang yang

berusia 40 tahun mudah terkena hipertensi. Dalam perencanaan diet, perlu diperhatikan hal –

hal berikut :

1. Asupan kalori dikurangi sekitar 25% dari kebutuhan energi atau 500 kalori untuk

penurunan 500 gram atau 0.5 kg berat badan per minggu.

2. Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi.

3. Perlu dilakukan aktifitas olah raga ringan.

Stres tidak menyebabkan hipertensi yang menetap, tetapi stress berat dapat

menyebabkan kenaikan tekanan darah yang nersifat sementara yang sangat tinggi. Jika

periode stress sering terjadi maka akan mengalami kerusakan pada pembuluh darah, jantung

dan ginjal sama halnya seperti yang menetap ( Amir,2002).

Manfaat olah raga yang sering di sebut olah raga isotonik seperti jalan kaki, jogging,

berenang dan bersepeda sangat mampu meredam hipertensi. Pada olah raga isotonic mampu

menyusutkan hormone noradrenalin dan hormone – hormone lain penyebab naiknya tekanan

41

Page 42: Skenario a Blok 12

darah. Hindari olah raga Isometrik seperti angkat beban, karena justru dapat menaikkan

tekanan darah ( Mayer,1980).

Istirahat merupakan suatu kesempatan untuk memperoleh energi sel dalam

tubuh,istirahat dapat dilakukan dengan meluangkan waktu. Meluangkan waktu tidak berarti

minta istirahat lebih banyak dari pada bekerja produktif samapai melebihi

kepatuhan.Meluangkan waku istiraha itu perlu dilakukan secara rutin diantara ketegangan jam

sibuk bekerja sehari – hari. Bersantai juga bukan berarti melakukan rekreasi yang

melelahkan,tetapi yang dimaksudkan dengan istirahat adalah usaha untuk mengembalikan

stamina tubuh dan mengembalikan keseimbangan hormon dan dalam tubuh ( Amir,2002).

Interaksi obat dengan makanan

 Kafein dapat menimbulkan ancaman kesehatan yang serius jika diminum dengan stimulan.

Hindari meminum secangkir kopi saat sedang mengonsumsi efedrin (penekan nafsu

makan), obat asma dan amfetamin. Beri jarak 2-3 jam setelah minum obat, baru minum

kopi. Minuman isotonik Kalium dalam minuman ini dapat berbahaya bila digabungkan

dengan obat untuk penyakit gagal jantung atau obat-obatan hipertensi. Hindari pisang juga,

karena pisang juga sangat kaya akan kalium.

Banyak orang mengetahui jika kafein biasa terdapat dalam kopi atau minuman berenergi.

Padahal tidak hanya disitu, zat kafein juga banyak ditemukan dalam kandungan teh,

khususnya teh hijau. Makanya agar tidak salah , hindarilah minum kopi atau teh ketika

meminum obat. Menurut pakar kesihatan, kafein berbahaya jika diminum dengan obat

yang mengandung stimulah. Biasakan untuk tidak meminum minuman berkafein saat

memakn pil penekan nafsu makan atau diet, obat asma atau amfetamin. Jika seorang

penggila kafein, tunggu 2 hingga 3 jam setelah meminum obat.

Interaksi obat dengan makanan tertentu yang dimakan dapat mempengaruhi fungsi obat

yang diminum sehingga obat tidak bekerja sebagaimana mestinya.

Interaksi ini dapat menyebabkan efek yang berbeda-beda, dari mulai peningkatan atau

penurunan efektivitas obat sampai efek samping.

Jenis makanan atau minuman tertentu juga dapat menunda, mengurangi atau meningkatkan

penyerapan obat.

42

Page 43: Skenario a Blok 12

Itulah sebabnya mengapa beberapa obat harus diminum pada waktu perut kosong (1 jam

sebelum makan atau 2 jam setelah makan) dan beberapa obat lain sebaiknya diambil

bersamaan dengan makanan.

Sebagai contoh, kafein –seperti yang terkandung di kopi—dapat meningkatkan risiko

overdosis antibiotik tertentu (enoxacin, ciprofloxacin, norfloksasin).

Maka, untuk menghindari keluhan palpitasi, tremor, berkeringat atau halusinasi, yang

terbaik adalah, menghindari minum kopi, teh atau soda pada masa pengobatan.

Obat oral harus diserap dari saluran pencernaan hingga bisa masuk ke dalam aliran darah lalu

dikirim ke daerah yang sakit atau mengalami infeksi untuk pengobatan.

Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi kemampuan tubuh untuk menyerap obat

dengan baik, termasuk keasaman relatif di perut, ada atau tidaknya nutrisi lemak atau nutrisi

lainnya, serta apakah ada unsur-unsur tertentu di dalam tubuh seperti kalsium.

Minum obat sebaiknya juga tidak menggunakan susu, karena beberapa obat seperti keluarga

antibiotik yang mengandung tetrasiklik akan bereaksi dengan susu. Kalsium yang terdapat

dalam susu akan mengikat obat atau antibiotik sehingga mencegah penyerapan obat tersebut

di dalam tubuh.

Minuman lainnya seperti kopi, teh atau jus umumnya mengandung berbagai senyawa seperti

kafein yang kemungkinan bisa bereaksi dengan obat yang dikonsumsi sehingga

mempengaruhi penyerapannya.

FARMAKODINAMIK

Farmakodinamik adalah ilmu yang mempelajari efek biokimiawi dan fisiologi obat serta

mekanisme kerjanya. Selanjutnya akan kita bicarakan lebih mendalam tentang

farmakodinamik obat.

Tujuan mempelajari mekanisme kerja obat adalah:

1. Meneliti efek utama obat

2. Mengetahui interaksi obat dengan sel

3. Mengetahui urutan peristiwa serta spektrum efek dan respon yang terjadi

43

Page 44: Skenario a Blok 12

Efek obat umumnya timbul karena interaksi obat dengan reseptor pada sel suatu organisme.

Interaksi obat dengan reseptornya ini mencetuskan perubahan biokimia dan fisiologi yang

merupakan respons yang khas untuk obat tersebut.

Reseptor Obat

Reseptor adalah makromolekul ((biopolimer)khas atau bagiannya dalam organisme yakni

tempat aktif obat terikat.

Komponen yang paling penting dalam reseptor obat adalah protein. struktur kimia suatu obat

berhubungan erat dengan affinitasnya terhadap reseptor dan aktivitas intrinsiknya, sehingga

perubahan kecil dalam molekul obat dapat menimbulkan perubahan yang besar

Interaksi Obat - Reseptor

persyaratan untuk obat - reseptor adalah pembentukan kompleks obat reseptor. apakah

kompleks ini terbentuk dan seberapa besar terbentuknya tergantung pada affinitas obat

terhadap reseptor. kemampuan obat untuk menimbulkan suatu rangsang dan membentuk

kompleks dengan reseptor disebut aktivitas intrinsik. Agonis adalah obat yang memilki baik

afinitas dan aktivitas intrinsik. Pada teori reseptor obat sering dikemukakan bahwa efek obat

hanya dapat terjadi bila terjadi interaksi molekul obat dengan reseptornya. Lebih mudahnya

dirumuskan seperti ini.

Obat (O) + Reseptor (R) --> Kompleks obat reseptor (OR) ---> Efek

Efek Terapeutik

Tidak semua obat bersifat betul-betul menyembuhkan penyakit, beberapa obat memang dibuat

hanya untuk meniadakan atau meringankan gejala suatu penyakit. Berikut ini adalah tiga jenis

terapi obat:

Terapi Kausal, obat yang berfungsi untuk memusnahkan penyebab penyakit, obat

inilah yang digunakan untuk menyembuhkan penderita dari penyakit. contoh obat

dengan terapi kausal adalah antibiotik, anti malaria dan lain-lain.

Terapi simptomatis, obat ini berguna untuk meringankan gejala dari suatu penyakit.

contoh obat jenis ini adalah analgesik, antipiritik, anti emetik dan sebagainya.

Terapi subtitusi, obat yang digunakan untuk mengantikan zat yang lazim diproduksi

oleh tubuh.

FARMAKOKINETIK

44

Page 45: Skenario a Blok 12

Farmakokinetik adalah proses pergerakan obat untuk mencapai kerja obat ataunasib

obat dalam tubuh. Empat proses yang termasuk di dalamnya adalah: absorpsi,distribusi,

metabolisme (atau biotransformasi), dan ekskresi (atau eliminasi).

Absorpsi adalah pergerakan partikel-partikel obat dari saluran gastrointestinalke dalam

cairan tubuh melalui absorpsi pasif, absorpsi aktif, atau pinositosis.Kebanyakan obat oral

diabsorpsi di usus halus melalui kerja permukaan vili mukosayang luas. Jika sebagain dari vili

ini berkurang, karena pengangkatan sebagian dariusus halus, maka absorpsi juga berkurang.

Obat-obat yang mempunyai dasar protein,seperti insulin dan hormon pertumbuhan, dirusak di

dalam usus halus oleh enzim-enzim pencernaan.

Absorpsi pasif umumnya terjadi melalui difusi (pergerakan darikonsentrasi tinggi ke

konsentrasi rendah). Dengan proses difusi, obat tidak memerlukan energi untuk menembus

membran.

Absorpsi aktif membutuhkan karier (pembawa) untuk bergerak melawan perbedaan

konsentrasi. Sebuah enzim atau protein dapat membawa obat-obat menembus membran.

Pinositosis berarti membawaobat menembus membran dengan proses menelanMembran

gastrointestinal terutama terdiri dari lipid (lemak) dan protein,sehingga obat-obat yang larut

dalam lemak cepat menembus membrangastrointestinal. Obat-obat yang larut dalam air

membutuhkan karier, baik berupaenzim maupun protein, untuk melalui membran. Partikel-

partikel besar menembusmembran jika telah menjadi tidak bermuatan (nonionized, tidak

bermuatan positif atau negatif). Obat-obat asam lemah, seperti aspirin, menjadi kurang

bermuatan didalam lambung, dan aspirin melewati lambung dengan mudah dan cepat.

Asamhidroklorida merusak beberapa obat, seperti penisilin G; oleh karena itu, penisilin oral

diperlukan dalam dosis besar karena sebagian hilang akibat cairan lambung.

Absorpsi obat dipengaruhi oleh aliran darah, rasa nyeri, stres, kelaparan,makanan dan

pH. Sirkulasi yang buruk akibat syok, obat-obat vasokonstriktor, atau penyakit yang

merintangi absorpsi. Rasa nyeri, stres, dan makanan yang padat, pedas,dan berlemak dapat

memperlambat masa pengosongan lambung, sehingga obat lebihlama berada di dalam

lambung. Latihan dapat mengurangi aliran darah denganmengalihkan darah lebih banyak

mengalir ke otot, sehingga menurunkan sirkulasi kesaluran gastrointestinal.Obat-obat yang

diberikan secara intramuskular dapat diabsorpsi lebih cepat diotot-otot yang memiliki lebih

banyak pembuluh darah, seperti deltoid, daripada otot-otot yang memiliki lebih sedikit

pembuluh darah, sehingga absorpsi lebih lambat pada jaringan yang demikian. Beberapa obat

45

Page 46: Skenario a Blok 12

tidak langsung masuk ke dalam sirkulasisistemik setelah absorpsi tetapi melewati lumen usus

masuk ke dalam hati, melaluivena porta. Di dalam hati, kebanyakan obat dimetabolisasi

menjadi bentuk yang tidak aktif untuk diekskresikan, sehingga mengurangi jumlah obat yang

aktif Proses ini dimana obat melewati hati terlebih dahulu disebut sebagai efek first-pass, atau

first- pass hepatik. Contoh-contoh obat-obat dengan metabolisme first-pass adalahwarfarin

(Coumadin) dan morfm. Lidokain dan nitrogliserin tidak diberikan secaraoral, karena kedua

obat ini mengalami metabolisme first-pass yang luas, sehinggasebagian besar dar dosis yang

diberikan akan dihancurkan.

Distribusi adalah proses di mana obat menjadi berada dalam cairan tubuh dan jaringan

tubuh. Distribusi obat dipengaruhi oleh aliran darah, afinitas (kekuatan penggabungan)

terhadap jaringan,dan efek pengikatan dengan protein.Ketika obat didistribusi di dalam

plasma, kebanyakan berikatan dengan protein (terutama albumin) dalam derajat (persentase)

yang berbeda-beda. Obat-Obatyang lebih besar dari 80% berikatan dengan protein dikenal

sebagai obat-obat yang berikatan dengan tinggi protein. Salah satu contoh obat yang berikatan

tinggi dengan protein adalah diazepam (Valium): yaitu 98% berikatan dengan protein. Aspirin

49%  berikatan dengan protein clan termasuk obat yang berikatan sedang dengan

protein.Bagian obat yang berikatan bersifat inaktif, dan bagian obat selebihnya yang

tidak  berikatan dapat bekerja bebas. Hanya obat-obat yang bebas atau yang tidak

berikatandengan protein yang bersifat aktif dan dapat menimbulkan respons farmakologik.

Dengan menurunnya kadar obat bebas dalam jaringan, maka lebih banyak obat

yang berada dalam ikatan dibebaskan dari ikatannya dengan protein untuk

menjagakeseimbangan dari obat yang dalam bentuk bebas.Jika ada dua obat yang berikatan

tinggi dengan protein diberikan bersama-sama maka terjadi persaingan untuk mendapatkan

tempat pengikatan dengan protein,sehingga lebih banyak obat bebas yang dilepaskan ke

dalam sirkulasi. Demikian pula, kadar protein yang rendah menurunkan jumlah tempat

pengikatan dengan protein, sehingga meningkatkan jumlah obat bebas dalam plasma. Dengan

demikiandalam hal ini dapat terjadi kelebihan dosis, karena dosis obat yang diresepkan

dibuat berdasarkan persentase di mana obat itu berikatan dengan protein.Jadi penting sekah

untuk memeriksa persentase pengikatan dengan protein darisemua obat-obat yang diberikan

kepada klien untuk menghindari kemungkinantoksisitas obat. Seorang perawat juga harus

memeriksa kadar protein plasma danalbumin plasma klien karena penurunan protein

(albumin) plasma akan menurunkantempat pengikatan dengan protein, sehingga

46

Page 47: Skenario a Blok 12

memungkinkan lebih banyak obat bebasdalam sirkulasi. Tergantung dari obat (obat-obat)

yang diberikan, akibat dari hal inidapat mengancam nyawa.Abses, eksudat, kelenjar dan

tumor juga mengganggu distribusi obat.Antibiotika tidak dapat didistribusi dengan baik pada

tempat abses dan eksudat.Selain itu, beberapa obat dapat menumpuk dalam jaringan tertentu,

seperti lemak,tulang, hati, mata, dan otot.

Ekskresi, atau Eliminasi, Rute utama dari eliminasi obat adalah melalui ginjal, rute-

rute lain meliputiempedu, feses, paru-paru, saliva, keringat, dan air susu ibu. Obat bebas, yang

tidak berikatan, yang larut dalam air, dan obat-obat yang tidak diubah, difiltrasi oleh

ginjal.Obat-obat yang berikatan dengan protein tidak dapat difiltrasi oleh ginjal. Sekali

obatdilepaskan ikatannya dengan protein, maka obat menjadi bebas dan akhirnya

akandiekskresikan melalui urin. pH urin mempengaruhi ekskresi obat. pH urin bervariasi dari

4,5 sampai 8.Urin yang asam meningkatkan eliminasi obat-obat yang bersifat basa lemah.

Aspirin,suatu asam lemah, dieksresi dengan cepat dalam urin yang basa. Jika

seseorangmeminum aspirin dalam dosis berlebih, natrium bikarbonat dapat diberikan

untuk mengubah pH urin menjadi basa. Juice cranberry dalam jumlah yang banyak

dapatmenurunkan pH urin, sehingga terbentuk urin yang asam.

OBAT DIURETIKA(FUROSEMIDE)

Furosemide digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi. Menurunkan tekanan darah tinggi membantu mencegah stroke, serangan jantung, dan ginjal. Obat ini juga mengurangi bengkak / retensi cairan (edema) yang dapat disebabkan oleh kondisi seperti gagal jantung kongestif, penyakit hati, atau penyakit ginjal. Hal ini dapat membantu meningkatkan gejala seperti sesak napas.

Furosemide memiliki beberapa efek samping diantaranya:

a) Ototoksisitas : Pendengaran dapat terganggu oleh loop duretik terutama bila

digunakan bersama-sama dengan antibiotika aminoglikosida. Kerusakan permanen

dapat terjadi bila terapi dilanjutkan. Fungsi vestibular nampaknya kurang dipengaruhi,

tetapi dapat juga terganggu oleh terapi kombinasi

b) Hiperurisemia : Furosemide dan asam etakrinat bersaing dengan asam urat untuk

sistem sekresi renal dan empedu, jadi menghambat sekresinya dan dengan demikian

menyebabkan munculnya serangan piral.

c) Hipovolemia akut : Loop diuretic dapat menyebabkan pengurangan volume darah

yang cepat dan parah, dengan kemungkinan hipotensi, syok dan aritmia jantung.

47

Page 48: Skenario a Blok 12

d) Kekurangan Kalium : Muatan Na+ besar yang terjadi di tubulus renalis rektus

menyebabkan pertukaran Na+ di tubulus dengan K+ dari sel dengan kemungkinan

menyebabkan hipokalemia. Hilangnya K+ dari sel dalam pertukaran H+ menyebabkan

alkalosis hipokalemia. Pengurangan kalium dapat dicegah dengan menggunakan

diuretic hemat kalium diet dengan tambahan K+.

e) Dehidrasi : Mengkonsumsi furosemide berlebihan dapat menyebabkan tubuh

kehilangan air dan mineral (termasuk kalium), kejang otot atau kelemahan,

kebingungan, pusing berat, mengantuk, mulut kering yang tidak biasa atau haus, mual

atau muntah, cepat / tidak beraturan detak jantung, penurunan jumlah urin yang tidak

biasa, pingsan, kejang-kejang.

Kontraindikasi :-     Anuria

-     Hipersensitif terhadap furosemid

-     Terapi bersamaan dengan sefaloridin

-     Sirosis hati

Dosis:

-     Dewasa : Sehari  1 - 2 kali, 1 - 2 tablet        

Dosis pemeliharaan, sehari 1 tablet

Dosis maksimum, sehari 5 tablet

Bila hasilnya belum memuaskan, dosis dapat ditingkatkan 20 mg (1 ampul) tiap

interval waktu 2 jam sampai diperoleh hasil yang memuaskan.

-     Anak-anak : Sehari 1 - 3 mg/kg BB

STATIN

Efek-efek sampingan yang paling umum adalah:

sakit kepala

mual

muntah

sembelit

diare

rash

kelemahan, dan

nyeri otot

48

Page 49: Skenario a Blok 12

Efek-efek sampingan yang paling serius (namun untungnya jarang) adalah kegagalan hati dan

rhabdomyolysis. Rhabdomyolysis adalah suatu efek sampingan dimana ada kerusakkan pada

otot-otot. Rhabdomyolysis seringkali mulai sebagai nyeri otot dan dapat berlanjut pada

kehilangan sel-sel otot, kegagalan ginjal, dan kematian

Waktu yang paling baik untuk meminum obat jenis Statin adalah malam hari.

Ini dikarenakan tubuh mulai mensintesis kolesterol saat asupan dari luar berkurang, yaitu

malam hari sebelum tidur. Semua obat dalam kelas statin harus dikonsumsi malam hari

kecuali Atorvastatin(Lipitor) dan Rosuvastatin(Crestor). Kedua obat ini mempunyai efek

kerja yang lebih lama sehingga bisa dikonsumsi kapan saja. Obat lainnya (Simvastatin

(Zocor), Pravastain (Pravachol), dan Fluvastatin (Lescol)) memiliki efek kerja yang lebih

singkat. Alhasil bila dikonsumsi pada pagi atau siang hari maka obat tersebut telah berhenti

bekerja saat tubuh mulai memproduksi kolesterol.

Interaksi Obat-Obat Statin dengn Obat-Obat lain

Statin-statin mempunyai beberapa interaksi-interaksi obat yang penting. Tipe pertama dari interaksi melibatkan enzim-enzim yang bertanggung jawab untuk eliminasi statin-statin oleh hati. Enzim-enzim hati (terutama, enzim-enzim hati cytochrome P-450) adalah bertanggung jawab pada eliminasi semua statin-statin dari tubuh dengan pengecualian dari pravastatin dan rosuvastatin. Oleh karenanya, obat-obat yang menghalangi/memblokir aksi dari enzim-enzim hati ini meningkatkan tingkat-tingkat simvastatin, lovastatin, fluvastatin, dan atorvastatin (namun tidak pravastatin atau rosuvastatin) didalam darah dan dapat menjurus pada perkembangan dari rhabdomyolysis. Obat-obat atau agen-agen yang menghalangi/memblokir enzim-enzim ini termasuk:

protease inhibitors (digunakan dalam merawat AIDS),

erythromycin,

itraconazole, (Sporanox)

clarithromycin, (Biaxin)

diltiazem, (Cardizem, Dilacor, Tiazac)

verapamli (Calan, Verelan, Verelan PM, Isoptin, Isoptin SR, Covera-HS), dan

grapefruit juice (sari buah dari semacam jeruk besar).

OBAT ANTI HIPERTENSI(ATENOLOL)

Cara Kerja Obat:

49

Page 50: Skenario a Blok 12

Atenolol adalah adalah obat yang disebut beta-blocker. Beta-blocker mempengaruhi jantung dan peredaran darah (darah mengalir melalui arteri dan vena). 

Indikasi:

-     Hipertensi

-     Angina pectoris

-     Mengatasi atau mencegah serangan jantung

Kontraindikasi:

-     Terdapat blok jantung derajat II atau III, syok kardiogenik.

-     Bradikardia, hipotensi, asidosis metabolik, gangguan sirkulasi perifer berat, "sick sinus syndrome", feokromositoma yang tidak diobati, gagal jantung tidak terkontrol.

Dosis:

-     Hipertensi: 50 atau 100 mg sekali sehari.

-     Angina pektoris: 100 mg sekali sehari atau 50 mg 2 kali sehari.

-     Intervensi infark miokard: 100 mg sehari.

Peringatan dan Perhatian:

-   Kapasitas jantung buruk, gagal jantung tidak terkontrol, penyakit penyumbatan paru kronis atau asma.

-    Penghentian β-bloker harus bertahap pada pasien dengan penyakit jantung iskemik.

-    Dapat memperparah kelainan sirkulasi arterial perifer.

-    Pasien dengan riwayat reaksi anafilaksis.

-    Hamil & menyusui.

-    Memodifikasi takhikardia pada hipoglikemia.

-    Blok jantung derajat I, angina Prinzmetal, tirotoksikosis, hipoglikemia.

-    Bisa mengganggu kemampuan untuk mengendarai atau mengoperasikan mesin.

50

Page 51: Skenario a Blok 12

Efek Samping :                    

-   Anggota gerak dingin, lelah, gangguan saluran pencernaan, bradikardia.

-   Kadang-kadang : sakit kepala, perubahan suasana hati, pusing, & kemunduran gagal jantung.

-   Jarang : gangguan tidur, kebotakan, trombositopenia, purpura, reksi kulit bentuk psoriasis, eksaserbasi (kambuhnya penyakit atau gejala penyakit secara mendadak) psoriasis, gangguan penglihatan, psikosis, halusinasi, blok jantung, hipotensi postural yang mungkin berhubungan dengan sinkope (kehilangan kesadaran sementara karena berkurangnya aliran darah ke otak).

-   Klaudikasi intermiten (kompleks gejala terdiri atas rasa nyeri pada kaki atau tungkai sewaktu berjalan dan sembuh sehabis beristirahat).

-    Fenomena Raynaud.

-    Bronkhospasme. 

-  Ruam dan mata kering, parestesi (gangguan perasaan kulit seperti kesemutan).

VII. KERANGKA KONSEP

51

Pria 35 tahun (obesitas)

Lemak pada pembuluh darah (aterosklerosis)

Makanan terolah

Hiperglikemia

NO

Page 52: Skenario a Blok 12

VIII. KESIMPULAN

Lelaki ini mengalami mild obesity dikarenakan pola diet yang tidak sehat,

menyebabkan ia mengalami disfungsi ereksi .Penggunaan obat anti hipertensi(atenolol), obat

diuretika(furosemide), dan obat pereduksi lemak darah (statin) juga merupakan faktor

terjadinya disfungsi ereksi pada lelaki ini.

52

Tekanan darah

Konsumsi Obat

Diuretic(furosemide)

Diuresis(deplesi ion,vitamin,mineral penting seperti Mg,B6,Zn)

Statin

Produksi kolesterol

Testoteron

Co Q 10

Β bloker(atenolol

)

Disfungsi ereksi

Page 53: Skenario a Blok 12

DAFTAR PUSTAKA

Basis&Clinical Pharmacology. Betram G.Katzung 8th 10 ed.McGraw-Hill Companies

Inc.2001

Drug-Induced Nutrient Supplement Handbook.

Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedoktern Edisi II. Jakarta: EGC

Henwood J. Sildenafil for erectile dysfunction.Medical Progress 1999;26:37-9.53

Page 54: Skenario a Blok 12

MIMS Petunjuk Konsultasi Edisi 7, 2007/2008

Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia Edisi V. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: InternaPublishing.

Staf Pengajar Departemen Farmakologi UNSRI.2008.Kumpulan Kuliah Farmakologi.Jakarta:EGC

Sunita . 2004. Penuntun Diet Almatsier, Farmacia Ethical Digest Vol II no. 1 A

54