sk2 neop 09 abs

12
IBNU ABBAS 1102007137 PBL SKENARIO 2 BLOK NEOPLASIA 1. HCC (Hepato Carcinoma Cellular) Definisi dan epidemiologi Merupakan jenis yang paling umum dari kanker hati . Sebagian besar kasus kanker hati sekunder adalah ke salah satu virus hepatitis infeksi ( hepatitis B atau C ) atau sirosis ( alkoholisme menjad i pen yeb ab pal ing umum dar i sirosis hati). Kar ena mer upakan salah satu kanker yang paling umum ditemukan diseluruh dunia, diperkirakan terjadi 500- 600 ribu kematian setiap tahunnya karena KHS. Karena karsinoma hepatoselular merupakan tumor ganas yang berasal dari sel hepatosit dan mer upa kan tumor hati pr imer den gan angka kemati an yan g mas ih tin ggi . Umumnya pasi en meni ng gal tidak lama setelah di agnosis di tega kkan, ini disebabkan karena penderita biasanya datang berobat sudah dalam keadaan lanjut dan sampai saat ini belum ada satu pengobatan pun yang memuaskan. Di Amerika Serikat sekitar 80%-90% dari tumor ganas hati primer adalahhepatoma. Angka kejadian tumor ini di Amerika Serika t hanya sekitar 2% dari sel ur uhk ar sin oma yan g ada . Seb al ikn ya di Afr ika dan Asi a hepat oma ada lah karsin oma yan g pal ing ser ing ditemukan denga n ang ka kej adian 100/100.000 populasi. Setiap tahun muncul 350.000 kasus bar u di Asia, 1/3nya ter jad i di Republik Rakyat China. Di Eropa kasus baru berjumlah sekitar 30.000 per tahun, di  Jepang23.000 per tahun, d i Amerika Serika t 7000 per tahu n dan kasus b aru di Afr ika 6x lipatdari kasus di Amerika Serikat.Pria lebih banyak daripada wanita. Lebih dari 80% pasien hepat oma menderitasirosis hati Hepatoma biasa dan sering terjadi pada pasien dengan sirosis hati yangmerupakan komplikasi hepatitis virus kronik. Etiologi dan faktor risiko Karsinoma hepatoselular disebabkan oleh beberapa faktor, faktor yang berperan penting adalah infeksi virus hepatitis B (VHB), virus hepatitis C (VHC) kronis dan afl ato ksi n seb aga i zat kar sin oge nik . Fakto r gen eti k, imu nol ogi , makanan dan ling kung an turut berperan dalam terja dinya KHS. Beber apa peny ebab lain yang di hubungka n den gan KHS antara lain : hemokr omatos is, pemap aran oleh vin il klorida, infestasi Schistosoma japonica, defisiensi alfa 1 antitripsin, tirosinosis dan metotreksat yang menginduksi sel hati.

Upload: rio-bp-wijaya

Post on 03-Apr-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7/28/2019 Sk2 Neop 09 ABS

http://slidepdf.com/reader/full/sk2-neop-09-abs 1/12

IBNU ABBAS

1102007137

PBL SKENARIO 2 BLOK NEOPLASIA

1. HCC (Hepato Carcinoma Cellular)

Definisi dan epidemiologi

Merupakan jenis yang paling umum dari kanker hati . Sebagian besar kasus kanker

hati sekunder adalah ke salah satu virus hepatitis infeksi ( hepatitis B atau C ) atau

sirosis ( alkoholisme menjadi penyebab paling umum dari sirosis hati). Karena

merupakan salah satu kanker yang paling umum ditemukan diseluruh dunia,

diperkirakan terjadi 500- 600 ribu kematian setiap tahunnya karena KHS. Karena

karsinoma hepatoselular merupakan tumor ganas yang berasal dari sel hepatosit

dan merupakan tumor hati primer dengan angka kematian yang masih tinggi.

Umumnya pasien meninggal tidak lama setelah diagnosis ditegakkan, ini

disebabkan karena penderita biasanya datang berobat sudah dalam keadaan lanjut

dan sampai saat ini belum ada satu pengobatan pun yang memuaskan.

Di Amerika Serikat sekitar 80%-90% dari tumor ganas hati primer adalahhepatoma.

Angka kejadian tumor ini di Amerika Serikat hanya sekitar 2% dari

seluruhkarsinoma yang ada. Sebaliknya di Afrika dan Asia hepatoma adalah

karsinoma yang paling sering ditemukan dengan angka kejadian 100/100.000populasi. Setiap tahun muncul 350.000 kasus baru di Asia, 1/3nya terjadi di

Republik Rakyat China. Di Eropa kasus baru berjumlah sekitar 30.000 per tahun, di

 Jepang23.000 per tahun, di Amerika Serikat 7000 per tahun dan kasus baru di Afrika

6x lipatdari kasus di Amerika Serikat.Pria lebih banyak daripada wanita. Lebih dari

80% pasien hepatoma menderitasirosis hati Hepatoma biasa dan sering terjadi

pada pasien dengan sirosis hati yangmerupakan komplikasi hepatitis virus kronik.

Etiologi dan faktor risiko

Karsinoma hepatoselular disebabkan oleh beberapa faktor, faktor yang berperan

penting adalah infeksi virus hepatitis B (VHB), virus hepatitis C (VHC) kronis dan

aflatoksin sebagai zat karsinogenik. Faktor genetik, imunologi, makanan dan

lingkungan turut berperan dalam terjadinya KHS. Beberapa penyebab lain yang

dihubungkan dengan KHS antara lain : hemokromatosis, pemaparan oleh vinil

klorida, infestasi Schistosoma japonica, defisiensi alfa 1 antitripsin, tirosinosis dan

metotreksat yang menginduksi sel hati.

7/28/2019 Sk2 Neop 09 ABS

http://slidepdf.com/reader/full/sk2-neop-09-abs 2/12

Faktor risiko utama untuk karsinoma hepatoseluler adalah:

a. Alkoholisme

b. Hepatitis B

c. Hepatitis C (25% dari penyebab global)

d. Aflatoksin

e. Sirosis hati

f. Hemochromatosis

Faktor risiko yang paling penting sangat bervariasi dari negara ke negara. Di negara

mana Hepatitis B endemik, seperti Cina, Hepatitis B akan menjadi penyebab utama

dari Karsinoma hepatoselular. Sedangkan di negara-negara, seperti Amerika

Serikat, di mana Hepatitis B jarang terjadi karena tingkat vaksinasi yang tinggi,

penyebab utama HCC adalah Sirosis (sering karena penyalahgunaan alkohol).

Ketika hepatoseluler adenoma tumbuh ke ukuran lebih dari 6-8 cm, mereka

dianggap kanker dan dengan demikian menjadi risiko karsinoma hepatoseluler.

Meskipun karsinoma hepatoseluler paling sering mempengaruhi orang dewasa,

anak-anak yang terpengaruh dengan atresia bilier , infantil kolestasis , glikogen

penyimpanan penyakit, dan penyakit lain sirosis hati yang cenderung untuk

mengembangkan kanker hati. Anak-anak dan remaja tidak mungkin memiliki

penyakit hati kronis, namun, jika mereka menderita gangguan hati bawaan, fakta

ini meningkatkan kemungkinan terkena karsinoma hepatoseluler.

Patofisiologi

Karsinoma hepatoseluler, seperti kanker lainnya, terjadi ketika ada mutasi untuk

mesin seluler yang menyebabkan sel untuk mereplikasi pada tingkat yang lebih

tinggi dan/ atau hasil dalam sel menghindari apoptosis . Secara khusus, infeksi

kronis hepatitis B dan/ atau C dapat membantu pengembangan karsinoma

hepatoseluler dengan berulang kali menyebabkan sistem kekebalan tubuh untuk

menyerang sel-sel hati , beberapa di antaranya terinfeksi oleh virus, yang lain

hanya pengamat. Sementara ini siklus konstan kerusakan diikuti dengan perbaikan

dapat menyebabkan kesalahan selama perbaikan yang pada gilirannya

menyebabkan karsinogenesis, hipotesis ini lebih berlaku, saat ini, untuk hepatitis C

kronis hepatitis C menyebabkan HCC melalui tahap sirosis . Pada hepatitis B kronis,

bagaimanapun, integrasi dari genom virus ke dalam sel yang terinfeksi secara

langsung dapat menyebabkan hati non-sirosis untuk mengembangkan HCC. Atau,

diulang konsumsi dalam jumlah besar etanol dapat memiliki efek yang sama. Selain

itu, sirosis biasanya disebabkan oleh kecanduan alkohol kronis, hepatitis B kronis

7/28/2019 Sk2 Neop 09 ABS

http://slidepdf.com/reader/full/sk2-neop-09-abs 3/12

dan hepatitis C . Racun aflatoksin dari pasti Aspergillus spesies jamur karsinogen

dan bantuan karsinogenesis kanker hepatoseluler dengan membangun di hati.

 Tingginya prevalensi gabungan dari tingkat aflatoksin dan hepatitis B dalam

pengaturan seperti China dan Afrika Barat telah menyebabkan tingkat yang relatif 

tinggi karsinoma heptatocellular di wilayah ini. Hepatitides virus lain seperti

hepatitis A tidak memiliki potensi untuk menjadi infeksi kronis dan dengan demikiantidak berhubungan dengan karsinoma hepatoseluler.

Manifestasi Klinis

Pada permulaannya penyakit ini berjalan perlahan, dan banyak tanpa keluhan.Lebih

dari 75% tidak memberikan gejala-gejala khas. Ada penderita yang sudah

adakanker yang besar sampai 10 cm pun tidak merasakan apa-apa. Keluhan utama

yangsering adalah keluhan sakit perut atau rasa penuh ataupun ada rasa bengkak

di perutkanan atas dan nafsu makan berkurang, berat badan menurun, dan rasa

lemas.Keluhan lain terjadinya perut membesar karena ascites (penimbunan cairan

dalamrongga perut), mual, tidak bisa tidur, nyeri otot, berak hitam, demam,

bengkak kaki,kuning, muntah, gatal, muntah darah, perdarahan dari dubur, dan

lain-lain.

Klasifikasi (Derajat Keganasan)

Stadium I: Satu fokal tumor berdiametes < 3cm yang terbatas hanya padasalahsatu segment tetapi bukan di segment I hati.

Stadium II: Satu fokal tumor berdiameter > 3 cm. Tumor terbatas pada segement

Iatau multi-fokal terbatas pada lobus kanan/ kiri.

Stadium III: Tumor pada segment I meluas ke lobus kiri (segment IV) atas kelobus

kanan segment V dan VIII atau tumor dengan invasi peripheralke sistem

pembuluh darah (vascular) atau pembuluh empedu (billiaryduct) tetapi

hanya terbatas pada lobus kanan atau lobus kiri hati.

Stadium IV: Multi-fokal atau diffuse tumor yang mengenai lobus kanan dan lobuskiri

hati.

• atau tumor dengan invasi ke dalam pembuluh darah hati (intrahepaticvaskuler)

ataupun pembuluh empedu (biliary duct)

• atau tumor dengan invasi ke pembuluh darah di luar hati (extrahepatic vessel)

seperti pembuluh darah vena limpa (venalienalis)

7/28/2019 Sk2 Neop 09 ABS

http://slidepdf.com/reader/full/sk2-neop-09-abs 4/12

• atau vena cava inferior

• atau adanya metastase keluar dari hati (extra hepaticmetastase)

Diagnosis

Dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih dan majupesat, maka

berkembang pula cara-cara diagnosis dan terapi yang lebih menjanjikan dewasa ini.

Kanker hati selular yang kecil pun sudah bisa dideteksi lebih awal

terutamanyadengan pendekatan radiologi yang akurasinya 70 – 95%1,4,8 dan

pendekatan laboratorium alphafetoprotein yang akurasinya 60 – 70%.

Kriteria diagnosa Kanker Hati Selular (KHS) menurut PPHI (Perhimpunan PenelitiHati

Indonesia), yaitu:

1. Hati membesar berbenjol-benjol dengan/tanpa disertai bising arteri.

2. AFP(Alphafetoprotein)yang meningkat lebih dari 500 mg per ml.

3. Ultrasonography (USG), Nuclear Medicine, Computed Tomography Scann (CT

Scann), Magnetic Resonance Imaging (MRI), Angiography, ataupun Positron

Emission Tomography (PET) yang menunjukkan adanya KHS.

4. Peritoneoscopy dan biopsi menunjukkan adanya KHS.

5. Hasil biopsi atau aspirasi biopsi jarum halus menunjukkan KHS.

Diagnosa KHS didapatkan bila ada dua atau lebih dari lima kriteria atau hanyasatuyaitu kriteria empat atau lima.

Pemeriksaan Penunjang

a. Alphafetoprotein, Sensitivitas Alphafetoprotein (AFP) untuk mendiagnosa KHS

60% – 70%,artinya hanya pada 60% – 70% saja dari penderita kanker hati ini

menunjukkan peninggian nilai AFP, sedangkan pada 30% – 40% penderita nilai

AFP nyanormal. Spesifitas AFP hanya berkisar 60% artinya bila ada pasien yang

diperiksadarahnya dijumpai AFP yang tinggi, belum bisa dipastikan hanya

mempunyaikanker hati ini sebab AFP juga dapat meninggi pada keadaan bukan

kanker hatiseperti pada sirrhosis hati dan hepatitis kronik, kanker testis, dan

terratoma.

b. AJH (aspirasi jarum halus), Biopsi aspirasi dengan jarum halus (fine needle

aspiration biopsy) terutama ditujukan untuk menilai apakah suatu lesi yang

ditemukan pada pemeriksaan radiologi imaging dan laboratorium AFP itu benar

7/28/2019 Sk2 Neop 09 ABS

http://slidepdf.com/reader/full/sk2-neop-09-abs 5/12

pasti suatuhepatoma. Tindakan biopsi aspirasi yang dilakukan oleh ahli patologi

anatomi ini hendaknya dipandu oleh seorang ahli radiologi dengan menggunakan

peralatan ultrasonografi atau CT scan fluoroscopy sehingga hasil yang diperoleh

akurat.Cara melakukan biopsi dengan dituntun oleh USG ataupun CT scan

mudah,aman, dan dapat ditolerir oleh pasien dan tumor yang akan dibiopsi dapat

terlihat jelas pada layar televisi berikut dengan jarum biopsi yang berjalan persismenujutumor, sehingga jelaslah hasil yang diperoleh mempunyai nilai diagnostik

danakurasi yang tinggi karena benar jaringan tumor ini yang diambil oleh jarum

biopsi itu dan bukanlah jaringan sehat di sekitar tumor.

c. Gambaran Radiologi, Pesatnya kemajuan teknologi dan komputer membawa

serta juga kemajuandalam bidang radiologi baik peralatannya maupun

teknologinya dan memaksa dokter spesialis radiologi untuk mengikuti training

dan workshop baik di dalamataupun di luar negeri sehingga dengan demikian

menghantarkan radiologi beradadi barisan depan dalam penanggulangan

penyakit kanker hati ini dan membuktikan pula dirinya berperan sangat penting

untuk mendeteksi kanker hati.Kanker hepato selular ini bisa dijumpai di dalam

hati berupa benjolan berbentuk kebulatan (nodule) satu buah, dua buah atau

lebih atau bisa sangat banyak dan diffuse (merata) pada seluruh hati atau

berkelompok di dalam hati kanan atau kirimembentuk benjolan besar yang bisa

berkapsul.

Diagnosis Banding dan Komplikasi

Diagnosis banding HCC adalah kolangiokarsinoma, sirosis, dan

adenomahepatoseluler. Sedangkan komplikasi HCC antara lain gagal hati, kematian

akibat cachexia, perdarahan cariceal, hingga ruptur tumor yang menyebabkan

perdarahan ke peritoneum.

Penatalaksanaan

Pemilihan terapi kanker hati ini sangat tergantung pada hasil pemeriksaanradiologi. Sebelum ditentukan pilihan terapi hendaklah dipastikan besarnya ukuran

kanker, lokasi kanker di bagian hati yang mana, apakah lesinya tunggal (soliter)

atau banyak (multiple), atau merupakan satu kanker yang sangat besar berkapsul,

ataukanker sudah merata pada seluruh hati, serta ada tidaknya metastasis

(penyebaran) ketempat lain di dalam tubuh penderita ataukah sudah ada tumor

thrombus di dalamvena porta dan apakah sudah ada sirohosis hati. Tahap tindakan

7/28/2019 Sk2 Neop 09 ABS

http://slidepdf.com/reader/full/sk2-neop-09-abs 6/12

pengobatan terbagi tiga, yaitu tindakan bedah hati digabung dengan tindakan

radiologi dan tindakan non-bedah dan tindakan transplantasi hati.

1. Tindakan Bedah Hati Digabung dengan Tindakan Radiologi

 Terapi yang paling ideal untuk kanker hati stadium dini adalah tindakan bedah

yaitu reseksi (pemotongan) bahagian hati yang terkena kanker dan juga reseksi

daerah sekitarnya. Pada prinsipnya dokter ahli bedah akan membuang seluruh

kanker dan tidak akan menyisakan lagi jaringan kanker pada penderita, karena

bila tersisa tentu kankernya akan tumbuh lagi jadi besar, untuk itu sebelum

menyayat kanker dokter ini harus tahu pasti batas antara kanker dan jaringan

yang sehat. Radiologilah satu-satunya cara untuk menentukan perkiraan pasti

batas itu yaitu dengan pemeriksaan CT angiography yang dapat memperjelas

batas kanker dan jaringan sehat sehinggaahli bedah tahu menentukan di mana

harus dibuat sayatan. Maka harus dilakukan CT angiography terlebih dahulu

sebelum dioperasi. Dilakukan CT angiography sekaligus membuat peta pembuluh

darah kanker sehingga jelas terlihat pembuluh darah mana yang bertanggung jawab memberikan makanan (feeding artery) yang diperlukan kanker untuk

dapat tumbuh subur. Sesudahitu barulah dilakukan tindakan radiologi Trans

Arterial Embolisasi (TAE) yaitu suatutindakan memasukkan suatu zat yang dapat

menyumbat pembuluh darah (feeding artery) itu sehingga menyetop suplai

makanan ke sel-sel kanker dan dengan demikian kemampuan hidup (viability)

dari sel-sel kanker akan sangat menurun sampai menghilang. Sebelum dilakukan

 TAE dilakukan dulu tindakan Trans Arterial Chemotherapy (TAC) dengan tujuan

sebelum ditutup feeding artery lebih dahulukanker-nya disirami racun

(chemotherapy) sehingga sel-sel kanker yang sudah kenaracun dan ditutup lagi

suplai makanannya maka sel-sel kanker benar-benar akan matidan tak dapat

berkembang lagi dan bila selsel ini nanti terlepas pun saat operasi tak perlu

dikhawatirkan, karena sudah tak mampu lagi bertumbuh. Tindakan TAE digabung

dengan tindakan TAC yang dilakukan oleh dokter spesialis radiologi disebut

tindakan Trans Arterial Chemoembolisation (TACE). Selain itu TAE ini juga untuk

tujuan supportif yaitu mengurangi perdarahan pada saat operasi dan juga untuk

mengecilkan ukuran kanker dengan demikian memudahkan dokter ahli bedah.

Setelah kanker disayat, seluruh jaringan kanker itu harus diperiksakan pada

dokter ahli patologi yaitu satu-satunya dokter yang berkompentensi dan yang

dapat menentukan dan memberikan kata pasti apakah benar pinggir sayatan

sudah bebas kanker. Bila benar pinggir sayatan bebas kanker artinya sudahlah

pasti tidak ada lagi jaringan kanker yang masih tertinggal di dalam hatipenderita. Kemudian diberikan chemotherapy (kemoterapi) yang bertujuan

meracuni sel-sel kanker agar tak mampu lagi tumbuh berkembang biak.

Pemberian Kemoterapi dilakukan oleh dokter spesialis penyakit dalam bagian

onkologi (medical oncologist) ini secara intra venous (disuntikkan melalui

pembuluh darah vena) yaitu epirubucin/dexorubicin 80 mgdigabung dengan

7/28/2019 Sk2 Neop 09 ABS

http://slidepdf.com/reader/full/sk2-neop-09-abs 7/12

mitomycine C 10 mg. Dengan cara pengobatan seperti ini usia harapan hidup

penderita per lima tahun 90% dan per 10 tahun 80%.

2. Tindakan Non-bedah Hati

 Tindakan non-bedah merupakan pilihan untuk pasien yang datang padastadium

lanjut. Tindakan non-bedah dilakukan oleh dokter ahli radiologi. Termasuk dalam

tindakan non-bedah ini adalah:

a. Embolisasi Arteri Hepatika (Trans Arterial Embolisasi= TAE) Pada prinsipnya

sel yang hidup membutuhkan makanan dan oksigen yangdatangnya bersama

aliran darah yang menyuplai sel tersebut. Pada kanker timbul banyak sel-sel

baru sehingga diperlukan banyak makanan dan oksigen, dengan demikian

terjadi banyak pembuluh darah baru (neovascularisasi) yang merupakan

cabang-cabang dari pembuluh darah yang sudah ada disebut pembuluh darah

pemberi makanan (feeding artery). Tindakan TAE ini menyumbat feeding

artery. Caranya dimasukkan kateter melalui pembuluh darah di paha (arteri

femoralis) yang seterusnya masuk ke pembuluh nadi besar di perut (aorta

abdominalis) dan seterusnya dimasukkan ke pembuluh darah hati (artery

hepatica) dan seterusnyamasuk ke dalam feeding artery. Lalu feeding artery

ini disumbat (diembolisasi) dengan suatu bahan seperti gel foam sehingga

aliran darah ke kanker dihentikan dan dengan demikian suplai makanan dan

oksigen ke sel-sel kanker akan terhenti dan sel-sel kanker ini akan mati.

Apalagi sebelum dilakukan embolisasi dilakukan tindakan trans arterial

chemotherapy yaitu memberikan obat kemoterapi melalui feeding artery itu

maka sel-sel kanker jadi diracuni dengan obat yang mematikan. Bila keduacara ini digabung maka sel-sel kanker benar-benar terjamin mati dan tak

berkembang lagi.Dengan dasar inilah embolisasi dan injeksi kemoterapi intra-

arterial dikembangkan dan nampaknya memberi harapan yang lebih cerah

pada penderita yang terancam maut ini. Angka harapan hidup penderita

dengan cara ini perlima tahunnya bisa mencapai sampai 70% dan per sepuluh

tahunnya bisa mencapai 50%.

b. Infus Sitostatika Intra-arterial. Menurut literatur 70% nutrisi dan oksigenasi

sel-sel hati yang normal berasal dari vena porta dan 30% dari arteri hepatika,sehingga sel-sel ganas mendapat nutrisidan oksigenasi terutama dari sistem

arteri hepatika. Bila Vena porta tertutup olehtumor maka makanan dan

oksigen ke sel-sel hati normal akan terhenti dan sel-sel tersebut akan mati.

Dapatlah dimengerti kenapa pasien cepat meninggal bila sudah ada

penyumbatan vena porta ini. Infus sitostatika intra-arterial ini dikerjakan bila

vena porta sampai ke cabang besar tertutup oleh sel-sel tumor di dalamnya

dan pada pasien tidak dapat dilakukan tindakan transplantasi hati oleh karena

7/28/2019 Sk2 Neop 09 ABS

http://slidepdf.com/reader/full/sk2-neop-09-abs 8/12

ketiadaan donor, atau karena pasien menolak atau karena ketidakmampuan

pasien. Sitostatika yang dipakai adalah mitomycin C 10 – 20 Mg kombinasi

denganadriblastina 10-20 Mg dicampur dengan NaCl (saline) 100 – 200 cc.

Atau dapat juga cisplatin dan 5FU (5 Fluoro Uracil). Metoda ballon occluded

intra arterial infusion adalah modifikasi infuse sitostatika intra-arterial, hanya

kateter yang dipakai adalah double lumen ballon catheter yang di-insert(dimasukkan) ke dalam arteri hepatika. Setelah ballon dikembangkan terjadi

sumbatan aliran darah, sitostatika diinjeksikan dalam keadaan ballon

mengembang selama 10 – 30 menit, tujuannya adalah memperlama kontak

sitostatika dengan tumor. Dengan cara ini maka harapan hidup pasien perlima

tahunnya menjadi 40% dan per sepuluh tahunnya 30% dibandingkandengan

tanpa pengobatan adalah 20% dan 10%.c. Injeksi Etanol Perkutan

(Percutaneus Etanol Injeksi = PEI) Pada kasus-kasus yang menolak untuk

dibedah dan juga menolak semua tindakan atau pasien tidak mampu

membiayai pembedahan dan tak mampu membiayai tindakan lainnya maka

tindakan PEI-lah yang menjadi pilihan satu-satunya. Tindakan injeksi etanol

perkutan ini mudah dikerjakan, aman, efek samping ringan, biaya murah, dan

hasilnya pun cukup memberikan harapan. PEI hanyadikerjakan pada pasien

stadium dini saja dan tidak pada stadium lanjut. Sebagian besar peneliti

melakukan pengobatan dengan cara ini untuk kanker bergaris tengahsampai

5 cm, walaupun pengobatan paling optimal dikerjakan pada garis tengah

kurang dari 3 cm.Pemeriksaan histopatologi setelah tindakan membuktikan

bahwa tumor mengalami nekrosis yang lengkap. Sebagian besar peneliti

menyuntikkan etanol perkutan pada kasus kanker ini dengan jumlah lesi tidak

lebih dari 3 buah nodule, meskipun dilaporkan bahwa lesi tunggal merupakan

kasus yang paling optimal dalam pengobatan. Walaupun kelihatannya cara ini

mugkin dapat menolong tetapi tidak banyak penelitian yang memadaidilakukan sehingga hanya dikatakan membawa tindakan ini memberi hasil

yang cukup menggembirakan.

c. Terapi Non-bedah Lainnya Terapi non-bedah lainnya saat ini sudah

dikembangkan dan hanya dilakukan bila terapi bedah reseksi dan Trans

Arterial Embolisasi (TAE) ataupun Trans Arterial Chemoembolisation ataupun

 Trans Arterial Chemotherapy tak mungkin dilakukanlagi. Di antaranya yaitu

terapi Radio Frequency Ablation Therapy (RFA), Proton Beam Therapy, Three

Dimentional Conformal Radiotherapy (3DCRT), Cryosurgery yang kesemuanyaini bersifat palliative (membantu) bukan kuratif  

(menyembuhkan)keseluruhannya.

3. Tindakan Transplantasi Hati

7/28/2019 Sk2 Neop 09 ABS

http://slidepdf.com/reader/full/sk2-neop-09-abs 9/12

Bila kanker hati ini ditemukan pada pasien yang sudah ada sirrhosis hati

danditemukan kerusakan hati yang berkelanjutan atau sudah hampir seluruh hati

terkenakanker atau sudah ada sel-sel kanker yang masuk ke vena porta

(thrombus vena porta)maka tidak ada jalan terapi yang lebih baik lagi dari

transplantasi hati. Transplantasihati adalah tindakan pemasangan organ hati dari

orang lain ke dalam tubuh seseorang. Langkah ini ditempuh bila langkah lainseperti operasi dan tindakan radiologi seperti yang disebut di atas tidak mampu

lagi menolong pasien.

Prognosis

Pada umumnya prognosis adalah jelek. Tanpa pengobatan biasanya terjadi

kematian kurang dari 1 tahun sejak keluhan pertama. Pada KHS stadium dini yang

dilakukan pembedahan dan sitostatik, umur pasien dapat diperpanjang 4-6 tahun.

Pencegahan

Karena hepatitis B atau C adalah salah satu penyebab utama karsinoma

hepatoseluler, pencegahan infeksi ini adalah kunci untuk kemudian mencegah

karsinoma hepatoseluler. Dengan demikian, anak vaksinasi terhadap hepatitis B

dapat mengurangi risiko kanker hati di masa depan. Dalam kasus pasien dengan

sirosis, konsumsi alkohol harus dihindari. Juga, penyaringan untuk hemochromatosis

mungkin bermanfaat bagi beberapa pasien.

2. Hukum Transplantasi Organ Menurut Pandangan Agama Islam

Sebagaimana dijelaskan ada tiga keadaan transplantasi dilakukan, yaitu pada saat

donor masih hidup sehat, donor ketika sakit (koma) dan didiuga kuat akan

meninggal dan donor dalam keadaan sudah meninggal. Berikut hukum

transplantasi sesuai keadaannya masing-masing.

Pertama, apabila pencangkokan tersebut dilakukan, di mana donor dalam keadaan

sehat wal afiat, maka hukumnya menurut Prof Drs. Masyfuk Zuhdi, dilarang (haram)

berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut:

a. Firman Allah dalam surat Al-Baqaroah: 195, Artinya:”Dan janganlah kamu

menjatuhkan dirimu ke dalam kebinasaan”

Dalam kasus ini, orang yang menyumbangkan sebuah mata atau ginjalnya kepada

orang lain yang buta atau tidak mempunyai ginjal… ia (mungkin) akan

7/28/2019 Sk2 Neop 09 ABS

http://slidepdf.com/reader/full/sk2-neop-09-abs 10/12

menghadapi resiko sewaktu-waktu mengalami tidak normalnya atau tidak

berfungsinya mata atau ginjalnya yang tinggal sebuah itu (Ibid, 88).

b. Kaidah hukum Islam: Artinya:”Menolak kerusakan harus didahulukan atas

meraih kemaslahatan”

Dalam kasus ini, pendonor mengorbankan dirinya dengan cara melepas organ

tubuhnya untuk diberikan kepada dan demi kemaslahatan orang lain, yakni

resipien.

c. Kaidah Hukum Islam: Artinya” Bahaya tidak boleh dihilangkan dengan

bahaya lainnya.”

Dalam kasus ini bahaya yang mengancam seorang resipien tidak boleh diatasi

dengan cara membuat bahaya dari orang lain, yakni pendonor.

Kedua, apabila transplantasi dilakukan terhadap donor yang dalam keadaan sakit

(koma) atau hampir meninggal, maka hukum Islam pun tidak membolehkan (Ibid,

89), berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut:

a. Hadits Rasulullah: Artinya:”Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak

boleh membayakan diri orang lain.” (HR. Ibnu Majah).

Dalam kasus ini adalah membuat madaharat pada diri orang lain, yakni pendonor

yang dalam keadaan sakit (koma).

b. Orang tidak boleh menyebabkan matinya orang lain. Dalam kasus ini orang

yang sedang sakit (koma) akan meninggal dengan diambil organ tubuhnya

tersebut. Sekalipun tujuan dari pencangkokan tersebut adalah mulia, yakni untuk

menyembuhkan sakitnya orang lain (resipien).

Ketiga, apabila pencangkokan dilakukan ketika pendonor telah meninggal, baik

secara medis maupun yuridis, maka menurut hukum Islam ada yang membolehkan

dan ada yang mengharamkan. Yang membolehkan menggantungkan pada dua

syarat sebagai berikut:

a. Resipien dalam keadaan darurat, yang dapat mengancam jiwanya dan ia

sudah menempuh pengobatan secara medis dan non medis, tapi tidak berhasil.

(ibi, 89).

b. Pencangkokan tidak menimbulkan komplikasi penyakit yang lebih berat bagi

repisien dibandingkan dengan keadaan sebelum pencangkokan.

Adapun alasan membolehkannya adalah sebagai berikut:

7/28/2019 Sk2 Neop 09 ABS

http://slidepdf.com/reader/full/sk2-neop-09-abs 11/12

Al-Qur’an Surat Al-Baqarah 195 di atas.

Ayat tersebut secara analogis dapat difahami, bahwa Islam tidak membenarkan

pula orang membiarkan dirinya dalam keadaan bahaya atau tidak berfungsi organ

tubuhnya yang sangat vital, tanpa ausaha-usaha penyembuhan termasuk

pencangkokan di dalamnya.

Surat Al-Maidah: 32, Artinya;”Dan barang siapa yang memelihara kehidupan

seorang manusia, maka seolah-olah ia memelihara kehidupan manusia

seluruhnya.”

Ayat ini sangat menghargai tindakan kemanusiaan yang dapat menyelematkan jiwa

manusia.

Dalam kasus ini seseorang yang dengan ikhlas menyumbangkan organ tubuhnya

setelah meninggal, maka Islam membolehkan. Bahkan memandangnya sebagai

amal perbuatan kemanusiaan yang tinggi nilainya, lantaran menolong jiwa sesama

manuysia atau membanatu berfungsinya kembali organ tubuh sesamanya yang

tidak berfungsi. (Keputusan Fatwa MUI tentang wasiat menghibahkan kornea mata).

Hadits, Artinya:”Berobatlah wahai hamba Allah, karen sesungguhnya Allah tidak

meletakkan penyakit kecuali Dia meletakkan jua obatnya, kecuali satu penyakit

yang tidak ada obatnya, yaitu penyakit tua.”

Dalam kasus ini, pengobatannya adalah dengan cara transplantasi organ tubuh.

a. Kaidah hukum Islam

Artinya:”Kemadharatan harus dihilangkan”

Dalam kasus ini bahaya (penyakit) harus dihilangkan dengan cara transplantasi.

b. Menurut hukum wasiat, keluarga atau ahli waris harus melaksanakan wasiat

orang yang meninggal.

Dalam kasus ini adalah wasiat untuk donor organ tubuh. Sebaliknya, apabila tidak

ada wasiat, maka ahli waris tidak boleh melaksanakan transplantasi organ tubuhmayat tersebut.

Pendapat yang tidak membolehkan kornea mata adalah seperti Keputusan

Majelis Tarjih Muhammadiyah. Apabila transplantasi organ tubuh diperbolehkan,

lalu bagaimana apabila organ tubuh tersebut dipakai oleh resipien melakukan

tindakan dosa atau tindakan yang berpahala? Dengan kata lain, apakah pemilik

organ tubuh asal akan mendapat pahala, jika organ tubuh tersebut dipakai

7/28/2019 Sk2 Neop 09 ABS

http://slidepdf.com/reader/full/sk2-neop-09-abs 12/12

repisien untuk melakukan perbuatan yang baik. Sebaliknya, apakah pendonor

akan mendapat dosa apabila organ tubuh tersebut dipakai repisien melakukan

dosa?

Pendonor tidak akan mendapat pahala dan dosa akibat perbuatan repisien,

berdasarkn dalil-dalil berikut ini:

Firman Allah: Artinya:”Dan sesungguhnya, tidaklah bagi manusia itu kecuali

berdasarkan perbuatannya. Dan perbuatannya itu akan dilihat. Kemudian akan

dibalas dengan balasan yang sempurna”.

Firman Allah: Artinya:”Tidaklah seseorang disiksa karena dosa orang lain.”

Hadits Rasulullah: Artinya:”Apabila seseorang meninggal, maka terputuslah

semua amalnya, kecuali tiga perkara, yaitu: shadaqah jariyah, ilmu yang berguna

dan anak yang shaleh yang mendoakan kepadanya.”

c. Kesimpulan

Dari uaraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Transplantasi organ taubuh yang dilakukan ketika pendonor hidup sehat

maka hukumnya haram.

2. Transplantasi organ tubuh yang dilakukan ketika pendonor sakit (koma),

hukumnya haram.

3. Transplantasi organ tubuh yang dilakukan ketika pendonor telah meninggal,ada yang berpendapat boleh dan ada yang berpendapat haram.