sk2 neop 09 abs
TRANSCRIPT
7/28/2019 Sk2 Neop 09 ABS
http://slidepdf.com/reader/full/sk2-neop-09-abs 1/12
IBNU ABBAS
1102007137
PBL SKENARIO 2 BLOK NEOPLASIA
1. HCC (Hepato Carcinoma Cellular)
Definisi dan epidemiologi
Merupakan jenis yang paling umum dari kanker hati . Sebagian besar kasus kanker
hati sekunder adalah ke salah satu virus hepatitis infeksi ( hepatitis B atau C ) atau
sirosis ( alkoholisme menjadi penyebab paling umum dari sirosis hati). Karena
merupakan salah satu kanker yang paling umum ditemukan diseluruh dunia,
diperkirakan terjadi 500- 600 ribu kematian setiap tahunnya karena KHS. Karena
karsinoma hepatoselular merupakan tumor ganas yang berasal dari sel hepatosit
dan merupakan tumor hati primer dengan angka kematian yang masih tinggi.
Umumnya pasien meninggal tidak lama setelah diagnosis ditegakkan, ini
disebabkan karena penderita biasanya datang berobat sudah dalam keadaan lanjut
dan sampai saat ini belum ada satu pengobatan pun yang memuaskan.
Di Amerika Serikat sekitar 80%-90% dari tumor ganas hati primer adalahhepatoma.
Angka kejadian tumor ini di Amerika Serikat hanya sekitar 2% dari
seluruhkarsinoma yang ada. Sebaliknya di Afrika dan Asia hepatoma adalah
karsinoma yang paling sering ditemukan dengan angka kejadian 100/100.000populasi. Setiap tahun muncul 350.000 kasus baru di Asia, 1/3nya terjadi di
Republik Rakyat China. Di Eropa kasus baru berjumlah sekitar 30.000 per tahun, di
Jepang23.000 per tahun, di Amerika Serikat 7000 per tahun dan kasus baru di Afrika
6x lipatdari kasus di Amerika Serikat.Pria lebih banyak daripada wanita. Lebih dari
80% pasien hepatoma menderitasirosis hati Hepatoma biasa dan sering terjadi
pada pasien dengan sirosis hati yangmerupakan komplikasi hepatitis virus kronik.
Etiologi dan faktor risiko
Karsinoma hepatoselular disebabkan oleh beberapa faktor, faktor yang berperan
penting adalah infeksi virus hepatitis B (VHB), virus hepatitis C (VHC) kronis dan
aflatoksin sebagai zat karsinogenik. Faktor genetik, imunologi, makanan dan
lingkungan turut berperan dalam terjadinya KHS. Beberapa penyebab lain yang
dihubungkan dengan KHS antara lain : hemokromatosis, pemaparan oleh vinil
klorida, infestasi Schistosoma japonica, defisiensi alfa 1 antitripsin, tirosinosis dan
metotreksat yang menginduksi sel hati.
7/28/2019 Sk2 Neop 09 ABS
http://slidepdf.com/reader/full/sk2-neop-09-abs 2/12
Faktor risiko utama untuk karsinoma hepatoseluler adalah:
a. Alkoholisme
b. Hepatitis B
c. Hepatitis C (25% dari penyebab global)
d. Aflatoksin
e. Sirosis hati
f. Hemochromatosis
Faktor risiko yang paling penting sangat bervariasi dari negara ke negara. Di negara
mana Hepatitis B endemik, seperti Cina, Hepatitis B akan menjadi penyebab utama
dari Karsinoma hepatoselular. Sedangkan di negara-negara, seperti Amerika
Serikat, di mana Hepatitis B jarang terjadi karena tingkat vaksinasi yang tinggi,
penyebab utama HCC adalah Sirosis (sering karena penyalahgunaan alkohol).
Ketika hepatoseluler adenoma tumbuh ke ukuran lebih dari 6-8 cm, mereka
dianggap kanker dan dengan demikian menjadi risiko karsinoma hepatoseluler.
Meskipun karsinoma hepatoseluler paling sering mempengaruhi orang dewasa,
anak-anak yang terpengaruh dengan atresia bilier , infantil kolestasis , glikogen
penyimpanan penyakit, dan penyakit lain sirosis hati yang cenderung untuk
mengembangkan kanker hati. Anak-anak dan remaja tidak mungkin memiliki
penyakit hati kronis, namun, jika mereka menderita gangguan hati bawaan, fakta
ini meningkatkan kemungkinan terkena karsinoma hepatoseluler.
Patofisiologi
Karsinoma hepatoseluler, seperti kanker lainnya, terjadi ketika ada mutasi untuk
mesin seluler yang menyebabkan sel untuk mereplikasi pada tingkat yang lebih
tinggi dan/ atau hasil dalam sel menghindari apoptosis . Secara khusus, infeksi
kronis hepatitis B dan/ atau C dapat membantu pengembangan karsinoma
hepatoseluler dengan berulang kali menyebabkan sistem kekebalan tubuh untuk
menyerang sel-sel hati , beberapa di antaranya terinfeksi oleh virus, yang lain
hanya pengamat. Sementara ini siklus konstan kerusakan diikuti dengan perbaikan
dapat menyebabkan kesalahan selama perbaikan yang pada gilirannya
menyebabkan karsinogenesis, hipotesis ini lebih berlaku, saat ini, untuk hepatitis C
kronis hepatitis C menyebabkan HCC melalui tahap sirosis . Pada hepatitis B kronis,
bagaimanapun, integrasi dari genom virus ke dalam sel yang terinfeksi secara
langsung dapat menyebabkan hati non-sirosis untuk mengembangkan HCC. Atau,
diulang konsumsi dalam jumlah besar etanol dapat memiliki efek yang sama. Selain
itu, sirosis biasanya disebabkan oleh kecanduan alkohol kronis, hepatitis B kronis
7/28/2019 Sk2 Neop 09 ABS
http://slidepdf.com/reader/full/sk2-neop-09-abs 3/12
dan hepatitis C . Racun aflatoksin dari pasti Aspergillus spesies jamur karsinogen
dan bantuan karsinogenesis kanker hepatoseluler dengan membangun di hati.
Tingginya prevalensi gabungan dari tingkat aflatoksin dan hepatitis B dalam
pengaturan seperti China dan Afrika Barat telah menyebabkan tingkat yang relatif
tinggi karsinoma heptatocellular di wilayah ini. Hepatitides virus lain seperti
hepatitis A tidak memiliki potensi untuk menjadi infeksi kronis dan dengan demikiantidak berhubungan dengan karsinoma hepatoseluler.
Manifestasi Klinis
Pada permulaannya penyakit ini berjalan perlahan, dan banyak tanpa keluhan.Lebih
dari 75% tidak memberikan gejala-gejala khas. Ada penderita yang sudah
adakanker yang besar sampai 10 cm pun tidak merasakan apa-apa. Keluhan utama
yangsering adalah keluhan sakit perut atau rasa penuh ataupun ada rasa bengkak
di perutkanan atas dan nafsu makan berkurang, berat badan menurun, dan rasa
lemas.Keluhan lain terjadinya perut membesar karena ascites (penimbunan cairan
dalamrongga perut), mual, tidak bisa tidur, nyeri otot, berak hitam, demam,
bengkak kaki,kuning, muntah, gatal, muntah darah, perdarahan dari dubur, dan
lain-lain.
Klasifikasi (Derajat Keganasan)
Stadium I: Satu fokal tumor berdiametes < 3cm yang terbatas hanya padasalahsatu segment tetapi bukan di segment I hati.
Stadium II: Satu fokal tumor berdiameter > 3 cm. Tumor terbatas pada segement
Iatau multi-fokal terbatas pada lobus kanan/ kiri.
Stadium III: Tumor pada segment I meluas ke lobus kiri (segment IV) atas kelobus
kanan segment V dan VIII atau tumor dengan invasi peripheralke sistem
pembuluh darah (vascular) atau pembuluh empedu (billiaryduct) tetapi
hanya terbatas pada lobus kanan atau lobus kiri hati.
Stadium IV: Multi-fokal atau diffuse tumor yang mengenai lobus kanan dan lobuskiri
hati.
• atau tumor dengan invasi ke dalam pembuluh darah hati (intrahepaticvaskuler)
ataupun pembuluh empedu (biliary duct)
• atau tumor dengan invasi ke pembuluh darah di luar hati (extrahepatic vessel)
seperti pembuluh darah vena limpa (venalienalis)
7/28/2019 Sk2 Neop 09 ABS
http://slidepdf.com/reader/full/sk2-neop-09-abs 4/12
• atau vena cava inferior
• atau adanya metastase keluar dari hati (extra hepaticmetastase)
Diagnosis
Dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih dan majupesat, maka
berkembang pula cara-cara diagnosis dan terapi yang lebih menjanjikan dewasa ini.
Kanker hati selular yang kecil pun sudah bisa dideteksi lebih awal
terutamanyadengan pendekatan radiologi yang akurasinya 70 – 95%1,4,8 dan
pendekatan laboratorium alphafetoprotein yang akurasinya 60 – 70%.
Kriteria diagnosa Kanker Hati Selular (KHS) menurut PPHI (Perhimpunan PenelitiHati
Indonesia), yaitu:
1. Hati membesar berbenjol-benjol dengan/tanpa disertai bising arteri.
2. AFP(Alphafetoprotein)yang meningkat lebih dari 500 mg per ml.
3. Ultrasonography (USG), Nuclear Medicine, Computed Tomography Scann (CT
Scann), Magnetic Resonance Imaging (MRI), Angiography, ataupun Positron
Emission Tomography (PET) yang menunjukkan adanya KHS.
4. Peritoneoscopy dan biopsi menunjukkan adanya KHS.
5. Hasil biopsi atau aspirasi biopsi jarum halus menunjukkan KHS.
Diagnosa KHS didapatkan bila ada dua atau lebih dari lima kriteria atau hanyasatuyaitu kriteria empat atau lima.
Pemeriksaan Penunjang
a. Alphafetoprotein, Sensitivitas Alphafetoprotein (AFP) untuk mendiagnosa KHS
60% – 70%,artinya hanya pada 60% – 70% saja dari penderita kanker hati ini
menunjukkan peninggian nilai AFP, sedangkan pada 30% – 40% penderita nilai
AFP nyanormal. Spesifitas AFP hanya berkisar 60% artinya bila ada pasien yang
diperiksadarahnya dijumpai AFP yang tinggi, belum bisa dipastikan hanya
mempunyaikanker hati ini sebab AFP juga dapat meninggi pada keadaan bukan
kanker hatiseperti pada sirrhosis hati dan hepatitis kronik, kanker testis, dan
terratoma.
b. AJH (aspirasi jarum halus), Biopsi aspirasi dengan jarum halus (fine needle
aspiration biopsy) terutama ditujukan untuk menilai apakah suatu lesi yang
ditemukan pada pemeriksaan radiologi imaging dan laboratorium AFP itu benar
7/28/2019 Sk2 Neop 09 ABS
http://slidepdf.com/reader/full/sk2-neop-09-abs 5/12
pasti suatuhepatoma. Tindakan biopsi aspirasi yang dilakukan oleh ahli patologi
anatomi ini hendaknya dipandu oleh seorang ahli radiologi dengan menggunakan
peralatan ultrasonografi atau CT scan fluoroscopy sehingga hasil yang diperoleh
akurat.Cara melakukan biopsi dengan dituntun oleh USG ataupun CT scan
mudah,aman, dan dapat ditolerir oleh pasien dan tumor yang akan dibiopsi dapat
terlihat jelas pada layar televisi berikut dengan jarum biopsi yang berjalan persismenujutumor, sehingga jelaslah hasil yang diperoleh mempunyai nilai diagnostik
danakurasi yang tinggi karena benar jaringan tumor ini yang diambil oleh jarum
biopsi itu dan bukanlah jaringan sehat di sekitar tumor.
c. Gambaran Radiologi, Pesatnya kemajuan teknologi dan komputer membawa
serta juga kemajuandalam bidang radiologi baik peralatannya maupun
teknologinya dan memaksa dokter spesialis radiologi untuk mengikuti training
dan workshop baik di dalamataupun di luar negeri sehingga dengan demikian
menghantarkan radiologi beradadi barisan depan dalam penanggulangan
penyakit kanker hati ini dan membuktikan pula dirinya berperan sangat penting
untuk mendeteksi kanker hati.Kanker hepato selular ini bisa dijumpai di dalam
hati berupa benjolan berbentuk kebulatan (nodule) satu buah, dua buah atau
lebih atau bisa sangat banyak dan diffuse (merata) pada seluruh hati atau
berkelompok di dalam hati kanan atau kirimembentuk benjolan besar yang bisa
berkapsul.
Diagnosis Banding dan Komplikasi
Diagnosis banding HCC adalah kolangiokarsinoma, sirosis, dan
adenomahepatoseluler. Sedangkan komplikasi HCC antara lain gagal hati, kematian
akibat cachexia, perdarahan cariceal, hingga ruptur tumor yang menyebabkan
perdarahan ke peritoneum.
Penatalaksanaan
Pemilihan terapi kanker hati ini sangat tergantung pada hasil pemeriksaanradiologi. Sebelum ditentukan pilihan terapi hendaklah dipastikan besarnya ukuran
kanker, lokasi kanker di bagian hati yang mana, apakah lesinya tunggal (soliter)
atau banyak (multiple), atau merupakan satu kanker yang sangat besar berkapsul,
ataukanker sudah merata pada seluruh hati, serta ada tidaknya metastasis
(penyebaran) ketempat lain di dalam tubuh penderita ataukah sudah ada tumor
thrombus di dalamvena porta dan apakah sudah ada sirohosis hati. Tahap tindakan
7/28/2019 Sk2 Neop 09 ABS
http://slidepdf.com/reader/full/sk2-neop-09-abs 6/12
pengobatan terbagi tiga, yaitu tindakan bedah hati digabung dengan tindakan
radiologi dan tindakan non-bedah dan tindakan transplantasi hati.
1. Tindakan Bedah Hati Digabung dengan Tindakan Radiologi
Terapi yang paling ideal untuk kanker hati stadium dini adalah tindakan bedah
yaitu reseksi (pemotongan) bahagian hati yang terkena kanker dan juga reseksi
daerah sekitarnya. Pada prinsipnya dokter ahli bedah akan membuang seluruh
kanker dan tidak akan menyisakan lagi jaringan kanker pada penderita, karena
bila tersisa tentu kankernya akan tumbuh lagi jadi besar, untuk itu sebelum
menyayat kanker dokter ini harus tahu pasti batas antara kanker dan jaringan
yang sehat. Radiologilah satu-satunya cara untuk menentukan perkiraan pasti
batas itu yaitu dengan pemeriksaan CT angiography yang dapat memperjelas
batas kanker dan jaringan sehat sehinggaahli bedah tahu menentukan di mana
harus dibuat sayatan. Maka harus dilakukan CT angiography terlebih dahulu
sebelum dioperasi. Dilakukan CT angiography sekaligus membuat peta pembuluh
darah kanker sehingga jelas terlihat pembuluh darah mana yang bertanggung jawab memberikan makanan (feeding artery) yang diperlukan kanker untuk
dapat tumbuh subur. Sesudahitu barulah dilakukan tindakan radiologi Trans
Arterial Embolisasi (TAE) yaitu suatutindakan memasukkan suatu zat yang dapat
menyumbat pembuluh darah (feeding artery) itu sehingga menyetop suplai
makanan ke sel-sel kanker dan dengan demikian kemampuan hidup (viability)
dari sel-sel kanker akan sangat menurun sampai menghilang. Sebelum dilakukan
TAE dilakukan dulu tindakan Trans Arterial Chemotherapy (TAC) dengan tujuan
sebelum ditutup feeding artery lebih dahulukanker-nya disirami racun
(chemotherapy) sehingga sel-sel kanker yang sudah kenaracun dan ditutup lagi
suplai makanannya maka sel-sel kanker benar-benar akan matidan tak dapat
berkembang lagi dan bila selsel ini nanti terlepas pun saat operasi tak perlu
dikhawatirkan, karena sudah tak mampu lagi bertumbuh. Tindakan TAE digabung
dengan tindakan TAC yang dilakukan oleh dokter spesialis radiologi disebut
tindakan Trans Arterial Chemoembolisation (TACE). Selain itu TAE ini juga untuk
tujuan supportif yaitu mengurangi perdarahan pada saat operasi dan juga untuk
mengecilkan ukuran kanker dengan demikian memudahkan dokter ahli bedah.
Setelah kanker disayat, seluruh jaringan kanker itu harus diperiksakan pada
dokter ahli patologi yaitu satu-satunya dokter yang berkompentensi dan yang
dapat menentukan dan memberikan kata pasti apakah benar pinggir sayatan
sudah bebas kanker. Bila benar pinggir sayatan bebas kanker artinya sudahlah
pasti tidak ada lagi jaringan kanker yang masih tertinggal di dalam hatipenderita. Kemudian diberikan chemotherapy (kemoterapi) yang bertujuan
meracuni sel-sel kanker agar tak mampu lagi tumbuh berkembang biak.
Pemberian Kemoterapi dilakukan oleh dokter spesialis penyakit dalam bagian
onkologi (medical oncologist) ini secara intra venous (disuntikkan melalui
pembuluh darah vena) yaitu epirubucin/dexorubicin 80 mgdigabung dengan
7/28/2019 Sk2 Neop 09 ABS
http://slidepdf.com/reader/full/sk2-neop-09-abs 7/12
mitomycine C 10 mg. Dengan cara pengobatan seperti ini usia harapan hidup
penderita per lima tahun 90% dan per 10 tahun 80%.
2. Tindakan Non-bedah Hati
Tindakan non-bedah merupakan pilihan untuk pasien yang datang padastadium
lanjut. Tindakan non-bedah dilakukan oleh dokter ahli radiologi. Termasuk dalam
tindakan non-bedah ini adalah:
a. Embolisasi Arteri Hepatika (Trans Arterial Embolisasi= TAE) Pada prinsipnya
sel yang hidup membutuhkan makanan dan oksigen yangdatangnya bersama
aliran darah yang menyuplai sel tersebut. Pada kanker timbul banyak sel-sel
baru sehingga diperlukan banyak makanan dan oksigen, dengan demikian
terjadi banyak pembuluh darah baru (neovascularisasi) yang merupakan
cabang-cabang dari pembuluh darah yang sudah ada disebut pembuluh darah
pemberi makanan (feeding artery). Tindakan TAE ini menyumbat feeding
artery. Caranya dimasukkan kateter melalui pembuluh darah di paha (arteri
femoralis) yang seterusnya masuk ke pembuluh nadi besar di perut (aorta
abdominalis) dan seterusnya dimasukkan ke pembuluh darah hati (artery
hepatica) dan seterusnyamasuk ke dalam feeding artery. Lalu feeding artery
ini disumbat (diembolisasi) dengan suatu bahan seperti gel foam sehingga
aliran darah ke kanker dihentikan dan dengan demikian suplai makanan dan
oksigen ke sel-sel kanker akan terhenti dan sel-sel kanker ini akan mati.
Apalagi sebelum dilakukan embolisasi dilakukan tindakan trans arterial
chemotherapy yaitu memberikan obat kemoterapi melalui feeding artery itu
maka sel-sel kanker jadi diracuni dengan obat yang mematikan. Bila keduacara ini digabung maka sel-sel kanker benar-benar terjamin mati dan tak
berkembang lagi.Dengan dasar inilah embolisasi dan injeksi kemoterapi intra-
arterial dikembangkan dan nampaknya memberi harapan yang lebih cerah
pada penderita yang terancam maut ini. Angka harapan hidup penderita
dengan cara ini perlima tahunnya bisa mencapai sampai 70% dan per sepuluh
tahunnya bisa mencapai 50%.
b. Infus Sitostatika Intra-arterial. Menurut literatur 70% nutrisi dan oksigenasi
sel-sel hati yang normal berasal dari vena porta dan 30% dari arteri hepatika,sehingga sel-sel ganas mendapat nutrisidan oksigenasi terutama dari sistem
arteri hepatika. Bila Vena porta tertutup olehtumor maka makanan dan
oksigen ke sel-sel hati normal akan terhenti dan sel-sel tersebut akan mati.
Dapatlah dimengerti kenapa pasien cepat meninggal bila sudah ada
penyumbatan vena porta ini. Infus sitostatika intra-arterial ini dikerjakan bila
vena porta sampai ke cabang besar tertutup oleh sel-sel tumor di dalamnya
dan pada pasien tidak dapat dilakukan tindakan transplantasi hati oleh karena
7/28/2019 Sk2 Neop 09 ABS
http://slidepdf.com/reader/full/sk2-neop-09-abs 8/12
ketiadaan donor, atau karena pasien menolak atau karena ketidakmampuan
pasien. Sitostatika yang dipakai adalah mitomycin C 10 – 20 Mg kombinasi
denganadriblastina 10-20 Mg dicampur dengan NaCl (saline) 100 – 200 cc.
Atau dapat juga cisplatin dan 5FU (5 Fluoro Uracil). Metoda ballon occluded
intra arterial infusion adalah modifikasi infuse sitostatika intra-arterial, hanya
kateter yang dipakai adalah double lumen ballon catheter yang di-insert(dimasukkan) ke dalam arteri hepatika. Setelah ballon dikembangkan terjadi
sumbatan aliran darah, sitostatika diinjeksikan dalam keadaan ballon
mengembang selama 10 – 30 menit, tujuannya adalah memperlama kontak
sitostatika dengan tumor. Dengan cara ini maka harapan hidup pasien perlima
tahunnya menjadi 40% dan per sepuluh tahunnya 30% dibandingkandengan
tanpa pengobatan adalah 20% dan 10%.c. Injeksi Etanol Perkutan
(Percutaneus Etanol Injeksi = PEI) Pada kasus-kasus yang menolak untuk
dibedah dan juga menolak semua tindakan atau pasien tidak mampu
membiayai pembedahan dan tak mampu membiayai tindakan lainnya maka
tindakan PEI-lah yang menjadi pilihan satu-satunya. Tindakan injeksi etanol
perkutan ini mudah dikerjakan, aman, efek samping ringan, biaya murah, dan
hasilnya pun cukup memberikan harapan. PEI hanyadikerjakan pada pasien
stadium dini saja dan tidak pada stadium lanjut. Sebagian besar peneliti
melakukan pengobatan dengan cara ini untuk kanker bergaris tengahsampai
5 cm, walaupun pengobatan paling optimal dikerjakan pada garis tengah
kurang dari 3 cm.Pemeriksaan histopatologi setelah tindakan membuktikan
bahwa tumor mengalami nekrosis yang lengkap. Sebagian besar peneliti
menyuntikkan etanol perkutan pada kasus kanker ini dengan jumlah lesi tidak
lebih dari 3 buah nodule, meskipun dilaporkan bahwa lesi tunggal merupakan
kasus yang paling optimal dalam pengobatan. Walaupun kelihatannya cara ini
mugkin dapat menolong tetapi tidak banyak penelitian yang memadaidilakukan sehingga hanya dikatakan membawa tindakan ini memberi hasil
yang cukup menggembirakan.
c. Terapi Non-bedah Lainnya Terapi non-bedah lainnya saat ini sudah
dikembangkan dan hanya dilakukan bila terapi bedah reseksi dan Trans
Arterial Embolisasi (TAE) ataupun Trans Arterial Chemoembolisation ataupun
Trans Arterial Chemotherapy tak mungkin dilakukanlagi. Di antaranya yaitu
terapi Radio Frequency Ablation Therapy (RFA), Proton Beam Therapy, Three
Dimentional Conformal Radiotherapy (3DCRT), Cryosurgery yang kesemuanyaini bersifat palliative (membantu) bukan kuratif
(menyembuhkan)keseluruhannya.
3. Tindakan Transplantasi Hati
7/28/2019 Sk2 Neop 09 ABS
http://slidepdf.com/reader/full/sk2-neop-09-abs 9/12
Bila kanker hati ini ditemukan pada pasien yang sudah ada sirrhosis hati
danditemukan kerusakan hati yang berkelanjutan atau sudah hampir seluruh hati
terkenakanker atau sudah ada sel-sel kanker yang masuk ke vena porta
(thrombus vena porta)maka tidak ada jalan terapi yang lebih baik lagi dari
transplantasi hati. Transplantasihati adalah tindakan pemasangan organ hati dari
orang lain ke dalam tubuh seseorang. Langkah ini ditempuh bila langkah lainseperti operasi dan tindakan radiologi seperti yang disebut di atas tidak mampu
lagi menolong pasien.
Prognosis
Pada umumnya prognosis adalah jelek. Tanpa pengobatan biasanya terjadi
kematian kurang dari 1 tahun sejak keluhan pertama. Pada KHS stadium dini yang
dilakukan pembedahan dan sitostatik, umur pasien dapat diperpanjang 4-6 tahun.
Pencegahan
Karena hepatitis B atau C adalah salah satu penyebab utama karsinoma
hepatoseluler, pencegahan infeksi ini adalah kunci untuk kemudian mencegah
karsinoma hepatoseluler. Dengan demikian, anak vaksinasi terhadap hepatitis B
dapat mengurangi risiko kanker hati di masa depan. Dalam kasus pasien dengan
sirosis, konsumsi alkohol harus dihindari. Juga, penyaringan untuk hemochromatosis
mungkin bermanfaat bagi beberapa pasien.
2. Hukum Transplantasi Organ Menurut Pandangan Agama Islam
Sebagaimana dijelaskan ada tiga keadaan transplantasi dilakukan, yaitu pada saat
donor masih hidup sehat, donor ketika sakit (koma) dan didiuga kuat akan
meninggal dan donor dalam keadaan sudah meninggal. Berikut hukum
transplantasi sesuai keadaannya masing-masing.
Pertama, apabila pencangkokan tersebut dilakukan, di mana donor dalam keadaan
sehat wal afiat, maka hukumnya menurut Prof Drs. Masyfuk Zuhdi, dilarang (haram)
berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut:
a. Firman Allah dalam surat Al-Baqaroah: 195, Artinya:”Dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu ke dalam kebinasaan”
Dalam kasus ini, orang yang menyumbangkan sebuah mata atau ginjalnya kepada
orang lain yang buta atau tidak mempunyai ginjal… ia (mungkin) akan
7/28/2019 Sk2 Neop 09 ABS
http://slidepdf.com/reader/full/sk2-neop-09-abs 10/12
menghadapi resiko sewaktu-waktu mengalami tidak normalnya atau tidak
berfungsinya mata atau ginjalnya yang tinggal sebuah itu (Ibid, 88).
b. Kaidah hukum Islam: Artinya:”Menolak kerusakan harus didahulukan atas
meraih kemaslahatan”
Dalam kasus ini, pendonor mengorbankan dirinya dengan cara melepas organ
tubuhnya untuk diberikan kepada dan demi kemaslahatan orang lain, yakni
resipien.
c. Kaidah Hukum Islam: Artinya” Bahaya tidak boleh dihilangkan dengan
bahaya lainnya.”
Dalam kasus ini bahaya yang mengancam seorang resipien tidak boleh diatasi
dengan cara membuat bahaya dari orang lain, yakni pendonor.
Kedua, apabila transplantasi dilakukan terhadap donor yang dalam keadaan sakit
(koma) atau hampir meninggal, maka hukum Islam pun tidak membolehkan (Ibid,
89), berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut:
a. Hadits Rasulullah: Artinya:”Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak
boleh membayakan diri orang lain.” (HR. Ibnu Majah).
Dalam kasus ini adalah membuat madaharat pada diri orang lain, yakni pendonor
yang dalam keadaan sakit (koma).
b. Orang tidak boleh menyebabkan matinya orang lain. Dalam kasus ini orang
yang sedang sakit (koma) akan meninggal dengan diambil organ tubuhnya
tersebut. Sekalipun tujuan dari pencangkokan tersebut adalah mulia, yakni untuk
menyembuhkan sakitnya orang lain (resipien).
Ketiga, apabila pencangkokan dilakukan ketika pendonor telah meninggal, baik
secara medis maupun yuridis, maka menurut hukum Islam ada yang membolehkan
dan ada yang mengharamkan. Yang membolehkan menggantungkan pada dua
syarat sebagai berikut:
a. Resipien dalam keadaan darurat, yang dapat mengancam jiwanya dan ia
sudah menempuh pengobatan secara medis dan non medis, tapi tidak berhasil.
(ibi, 89).
b. Pencangkokan tidak menimbulkan komplikasi penyakit yang lebih berat bagi
repisien dibandingkan dengan keadaan sebelum pencangkokan.
Adapun alasan membolehkannya adalah sebagai berikut:
7/28/2019 Sk2 Neop 09 ABS
http://slidepdf.com/reader/full/sk2-neop-09-abs 11/12
Al-Qur’an Surat Al-Baqarah 195 di atas.
Ayat tersebut secara analogis dapat difahami, bahwa Islam tidak membenarkan
pula orang membiarkan dirinya dalam keadaan bahaya atau tidak berfungsi organ
tubuhnya yang sangat vital, tanpa ausaha-usaha penyembuhan termasuk
pencangkokan di dalamnya.
Surat Al-Maidah: 32, Artinya;”Dan barang siapa yang memelihara kehidupan
seorang manusia, maka seolah-olah ia memelihara kehidupan manusia
seluruhnya.”
Ayat ini sangat menghargai tindakan kemanusiaan yang dapat menyelematkan jiwa
manusia.
Dalam kasus ini seseorang yang dengan ikhlas menyumbangkan organ tubuhnya
setelah meninggal, maka Islam membolehkan. Bahkan memandangnya sebagai
amal perbuatan kemanusiaan yang tinggi nilainya, lantaran menolong jiwa sesama
manuysia atau membanatu berfungsinya kembali organ tubuh sesamanya yang
tidak berfungsi. (Keputusan Fatwa MUI tentang wasiat menghibahkan kornea mata).
Hadits, Artinya:”Berobatlah wahai hamba Allah, karen sesungguhnya Allah tidak
meletakkan penyakit kecuali Dia meletakkan jua obatnya, kecuali satu penyakit
yang tidak ada obatnya, yaitu penyakit tua.”
Dalam kasus ini, pengobatannya adalah dengan cara transplantasi organ tubuh.
a. Kaidah hukum Islam
Artinya:”Kemadharatan harus dihilangkan”
Dalam kasus ini bahaya (penyakit) harus dihilangkan dengan cara transplantasi.
b. Menurut hukum wasiat, keluarga atau ahli waris harus melaksanakan wasiat
orang yang meninggal.
Dalam kasus ini adalah wasiat untuk donor organ tubuh. Sebaliknya, apabila tidak
ada wasiat, maka ahli waris tidak boleh melaksanakan transplantasi organ tubuhmayat tersebut.
Pendapat yang tidak membolehkan kornea mata adalah seperti Keputusan
Majelis Tarjih Muhammadiyah. Apabila transplantasi organ tubuh diperbolehkan,
lalu bagaimana apabila organ tubuh tersebut dipakai oleh resipien melakukan
tindakan dosa atau tindakan yang berpahala? Dengan kata lain, apakah pemilik
organ tubuh asal akan mendapat pahala, jika organ tubuh tersebut dipakai
7/28/2019 Sk2 Neop 09 ABS
http://slidepdf.com/reader/full/sk2-neop-09-abs 12/12
repisien untuk melakukan perbuatan yang baik. Sebaliknya, apakah pendonor
akan mendapat dosa apabila organ tubuh tersebut dipakai repisien melakukan
dosa?
Pendonor tidak akan mendapat pahala dan dosa akibat perbuatan repisien,
berdasarkn dalil-dalil berikut ini:
Firman Allah: Artinya:”Dan sesungguhnya, tidaklah bagi manusia itu kecuali
berdasarkan perbuatannya. Dan perbuatannya itu akan dilihat. Kemudian akan
dibalas dengan balasan yang sempurna”.
Firman Allah: Artinya:”Tidaklah seseorang disiksa karena dosa orang lain.”
Hadits Rasulullah: Artinya:”Apabila seseorang meninggal, maka terputuslah
semua amalnya, kecuali tiga perkara, yaitu: shadaqah jariyah, ilmu yang berguna
dan anak yang shaleh yang mendoakan kepadanya.”
c. Kesimpulan
Dari uaraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Transplantasi organ taubuh yang dilakukan ketika pendonor hidup sehat
maka hukumnya haram.
2. Transplantasi organ tubuh yang dilakukan ketika pendonor sakit (koma),
hukumnya haram.
3. Transplantasi organ tubuh yang dilakukan ketika pendonor telah meninggal,ada yang berpendapat boleh dan ada yang berpendapat haram.