sulastri 1102012286 sk2

Upload: tommy-widjaya

Post on 08-Jan-2016

19 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

mmm

TRANSCRIPT

SULASTRI 1102012286 KLBLI. 1 Memahami dan Menjelaskan KLB

LO.1.1 Definisi KLBKejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu dan daerah tertentu (Kep. Dirjen PPM&PLP No.451-I/PD.03.04/1991 Kejadian Luar Biasa (KLB) merupakan salah satu istilah yang sering digunakan dalam epidemiologi.Menurut UU : 4 Tahun 1984, kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.

Kejadian Luar Biasa (adalah ) Timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004.

Wabah adalah berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Menteri menetapkan dan, mencabut daerah tertentu dalam wilayah Indonesia yang terjangkit wabah sebagai daerah wabah

Perbedaan definisi antara Wabah dan KLB : Wabah harus mencakup: Jumlah kasus yang besar. Daerah yang luas Waktu yang lebih lama. Dampak yang timbulkan lebih berat.

Ketentuan KLB untuk DBD : Jumlah kasus bulan ini >2 X dari kasus bulan yang sama tahun lalu Jumlah kasus bulan ini > 2X dari rata-rata tahun lalu Jumlah kasus bulan ini > dari jumlah kasus tertinggi tahun lalu 1 kasus kematian 1 kasus DSS

Tujuan Umum KLB : Mencegah meluasnya (penanggulangan) Mencegah terulangnya KLB di masa yang akan datang (pengendalian)

Tujuan khusus : Diagnosis kasus yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab penyakit Memastikan bahwa keadaan tersebut merupakan KLB Mengidentifikasikan sumber dan cara penularan Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB Mengidentifikasikan populasi yang rentan atau daerah yang beresiko akan terjadi KLB

LO.1.2 Penyebab KLB

1. Herd Immunity yang rendah Yang mempengaruhi rendahnya faktor itu, sebagian masyarakat sudah tidak kebal lagi, atau antara yang kebal dan tidak mengelompok tersendiri.

2. Patogenesiti Kemampuan bibit penyakit untuk menimbulkan reaksi pada pejamu sehingga timbul sakit.

3. Lingkungan Yang Buruk Seluruh kondisi yang terdapat di sekitar organisme tetapi mempengaruhi kehidupan ataupun perkembangan organisme tersebut. Penyakit yang terindikasi mengalami peningkatan kasus secara cepat. Merupakan penyakit menular dan termasuk juga kejadian keracunan. Mempunyai masa inkubasi yang cepat. Terjadi di daerah dengan padat hunian.

Jenis penyakit yang menimbulkan KLB : Penyakit menular : Diare, Campak, Malaria, DHF Penyakit tidak menular : Keracunan, Gizi buruk Kejadian bencana alam yang disertai dengan wabah penyakit

LO.1.3 Klasifikasi KLBKarakteristik Penyakit yang berpotensi KLB : Penyakit yang terindikasi mengalami peningkatan kasus secara cepat. Merupakan penyakit menular dan termasuk juga kejadian keracunan. Mempunyai masa inkubasi yang cepat. Terjadi di daerah dengan padat hunian.

Klasifikasi KLB menurut Penyebab: 1. Toksin a. Entero toxin, misal yang dihasilkan oleh Staphylococus aureus, Vibrio, Kholera, Eschorichia, Shigella.b. Exotoxin (bakteri), misal yang dihasilkan oleh Clostridium botulinum, Clostridium perfringens.c. Endotoxin.2. Infeksi : Virus, Bacteri, Protozoa, Cacing. 3. Toksin Biologis : Racun jamur, Alfatoxin, Plankton, Racun ikan, Racun tumbuh-tumbuhan 4. Toksin Kimia Zat kimia organik: logam berat (seperti air raksa, timah), logam-logam lain cyanida. Zat kimia organik: nitrit, pestisida. Gas-gas beracun: CO, CO2, HCN, dan sebagainya

Klasifikasi menurut Sumber KLB :1. Manusia, ex: jalan napas, tenggorokan, tangan, tinja, air seni, muntahan, seperti Salmonella, Shigella, Staphylococus, Streptoccocus, Protozoa, Virus Hepatitis. 2. Kegiatan manusia, ex : Toxin biologis dan kimia (pembuangan tempe bongkrek, penyemprotan, pencemaran lingkungan, penangkapan ikan dengan racun). 3. Binatang, ex : binatang piaraan, ikan, binatang mengerat, contoh : Leptospira, Salmonella, Vibrio, Cacing dan parasit lainnya, keracunan ikan/plankton 4. Serangga (lalat, kecoa, dan sebagainya), ex : Salmonella, Staphylokok, Streptokok. 5. Udara, ex : Staphyloccoccus, Streptococcus, Virus, pencemaran udara. 6. Permukaan benda-benda/alat-alat, ex : Salmonella. 7. Air, ex : Vibrio Cholerae, Salmonella. 8. Makanan/minuman, misal : keracunan singkong, jamur, makanan dalam kaleng.

LO.1.4 Kriteria KLBStatus Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.

Kriteria tentang Kejadian Luar Biasa mengacu pada Keputusan Dirjen No. 451/91, tentang Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa. Menurut aturan itu, suatu kejadian dinyatakan luar biasa jika ada unsur:

1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal 2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu) 3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya. 4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya. 5. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibanding dengan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya. 6. Case Fatality Rate dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukan kenaikan 50% atau lebih, dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya. 7. Propotional Rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding periode yang sama dan kurun waktu/tahun sebelumnya. 8. Beberapa penyakit khusus : Kholera, "DHF/DSS": a). Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis). b) Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan. 9. Beberapa penyakit yg dialami 1 atau lebih penderita: Keracunan makanan, Keracunan pestisida.

LO.1.5 Metodologi Penyelidikan KLB Tingkat atau pola dalam penyelidikan KLB ini sangat sulit ditentukan, sehingga metoda yang dipakai pada penyelidikan KLB sangat bervariasi. Menurut Kelsey et al., 1986; Goodman et al., 1990 dan Pranowo, 1991, variasi tersebut meliputi : 1. Rancangan penelitian, dapat merupakan suatu penelitian prospektif atau retrospektif tergantung dari waktu dilaksanakannya penyelidikan. Dapat merupakan suatu penelitian deskriptif, analitik atau keduanya. 2. Materi (manusia, mikroorganisme, bahan kimia, masalah administratif), 3. Sasaran pemantauan, berbagai kelompok menurut sifat dan tempatnya (Rumah sakit, klinik, laboratorium dan lapangan). 4. Setiap penyelidikan KLB selalu mempunyai tujuan utama yang sama yaitu mencegah meluasnya (penanggulangan) dan terulangnya KLB di masa yang akan datang (pengendalian), dengan tujuan khusus : a. Diagnose kasus-kasus yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab penyakit b. Memastikan keadaan tersebut merupakan KLB c. Mengidentifikasikan sumber dan cara penularan d. Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB e. Mengidentifikasikan populasi yang rentan atau daerah yang berisiko akan terjadi KLB

Langkah-langkah Penyelidikan KLB 1. Persiapan penelitian lapangan 2. Menetapkan apakah kejadian tersebut suatu KLB 3. Memastikan Diagnose Etiologis 4. Mengidentifikasikan dan menghitung kasus atau paparan 5. Mendeskripsikan kasus berdasarkan orang, waktu, dan tempat 6. Membuat cara penanggulangan sementara dengan segera (jika diperlukan) 7. Mengidentifikasi sumber dan cara penyebaran 8. Mengidentikasi keadaan penyebab KLB 9. Merencanakan penelitian lain yang sistematis 10. Menetapkan saran cara pencegahan atau penanggulangan 11. Menetapkan sistim penemuan kasus baru atau kasus dengan komplikasi 12. Melaporkan hasil penyelidikan kepada Instansi kesehatan setempat dan kepada sistim pelayanan kesehatan yang lebih tinggi

LO.1.6 Penanggulangan KLBPenanggulangan KLB dikenal dengan nama Sistem Kewaspadaan Dini (SKD-KLB), yang dapat diartikan sebagai suatu upaya pencegahan dan penanggulangan KLB secara dini dengan melakukan kegiatan untuk mengantisipasi KLB. Kegiatan yang dilakukan berupa pengamatan yang sistematis dan terus-menerus yang mendukung sikap tanggap/waspada yang cepat dan tepat terhadap adanya suatu perubahan status kesehatan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data kasus baru dari penyakit-penyakit yang berpotensi terjadi KLB secara mingguan sebagai upaya SKD-KLB. Data-data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis data untuk penyusunan rumusan kegiatan perbaikan oleh tim epidemiologi (Dinkes Kota Surabaya, 2002).

Berdasarkan Undang-undang No. 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular serta Peraturan Menteri Kesehatan No. 560 tahun 1989, maka penyakit DBD harus dilaporkan segera dalam waktu kurang dari 24 jam. Undang-undang No. 4 tahun 1984 juga menyebutkan bahwa wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat, yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Dalam rangka mengantisipasi wabah secara dini, dikembangkan istilah kejadian luar biasa (KLB) sebagai pemantauan lebih dini terhadap kejadian wabah. Tetapi kelemahan dari sistem ini adalah penentuan penyakit didasarkan atas hasil pemeriksaan klinik laboratorium sehingga seringkali KLB terlambat diantisipasi (Sidemen A., 2003).

Badan Litbangkes berkerja sama dengan Namru 2 telah mengembangkan suatu sistem surveilans dengan menggunakan teknologi informasi (computerize) yang disebut dengan Early Warning Outbreak Recognition System (EWORS). EWORS adalah suatu sistem jaringan informasi yang menggunakan internet yang bertujuan untuk menyampaikan berita adanya kejadian luar biasa pada suatu daerah di seluruh Indonesia ke pusat EWORS secara cepat (Badan Litbangkes, Depkes RI). Melalui sistem ini peningkatan dan penyebaran kasus dapat diketahui dengan cepat, sehingga tindakan penanggulangan penyakit dapat dilakukan sedini mungkin. Dalam masalah DBD kali ini EWORS telah berperan dalam hal menginformasikan data kasus DBD dari segi jumlah, gejala/karakteristik penyakit, tempat/lokasi, dan waktu kejadian dari seluruh rumah sakit DATI II di Indonesia (Sidemen A., 2003)

Penaggulangan KLB Adalah kegiatan yg dilaksanakan utk menangani penderita, mencegah perluasan KLB, mencegah timbulnya penderita atau kematian baru pada suatu KLB yg sedang terjadi

Tujuan penanggulangan KLB : Mengenal dan mendeteksi sedini mungkin terjadinya klb Melalukan penyelidikan klb Memberikan petunjuk dalam mencari penyebab dan diagnose klb Memberikan petunjuk pengiriman dan penanggulangan klb Mengembangkan sistem pengamatan yang baik dan menyeluruh, dan menyusun perencanaan yang mantap untuk penanggulangan klb

Upaya Penanggulangan KLB : Penyelidikan epidemiologis Pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan isolasi penderita termasuk tindakan karantina Pencegahan dan pengendalian Pemusnahan penyebab penyakit Penanganan jenazah akibat wabah Penyuluhan kepada masyarakat

Indikator Program penanggulangan KLB adalah : Terselenggaranya system kewaspadaan dini KLB di unit-unit pelayanan wilayan puskesmas, kabupaten/kota, propinsi dan nasional. Deteksi dan respon dini KLB Tidak terjadi KLB besar.

Indikator Keberhasilan Penanggulangan KLB : Menurunnya frek KLB Menurunnya jumlah kasus pada setiap KLB Menurunnya jumlah kematian pada setiap KLB Memendeknya periode KLB Menyempitnya penyebarluasan wilayah KLB

Penanggulangan pasien saat KLB :

1. Jangka pendek Menemukan dan mengobati pasien Melakukan rujukan dengan cepat Malakukan kaporasi sumber air dan disinfeksi kotoran yang tercemar Memberi penyuluhan tentang hygiene dan sanitasi lingkungan Melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektoral 2. Jangka panjang Memperbaiki faktor lingkungan Mengubah kebiasaan tidak sehat menjadi sehat Pelatihan petugas

Upaya penaggulangan KLB DBD : Pengobatan/ perawatan penderita Penyelidikan epidemiologi Pemberantasan vector Penyuluhan kepada mayarakat Evaluasi/ penilaian penanggulangan KLB

Sistem Rujukan Kesehatan MasyarakatSistem Rujukan adalah system yang dikelola secara strategis, pragmatis, merata proaktif dan koordinatif untuk menjamin pemerataan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang paripurna dan komprehensif bagi masyarakat yang membutuhkannya terutama bagi ibu dan bayi baru lahir, dimanapun mereka berada dan berasal dari golongan ekonomi manapun, agar dapat dicapai peningkatan derajat kesehatan ibu hamil dan bayi melalui peningkatan mutu dan keterjangkauan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal di wilayah mereka berada.Sesuai SK Menteri Kesehatan Nomor 23 tahun 1972 tentang system rujukan adalah suatu system penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertical dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam arti unit-unit yang setingkat kemampuannya. Tujuan DepkesMeningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta meningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakat melalui peningkatan dan mekanisme rujukan berjenjang antar puskesmas dengan RS Dati II, RS Dati I dan RS tingkat pusat dan labkes dalam suatu system rujukan, sehingga dapat mendukung upaya mengurangi kematian ibu hamil dan melahirkan dan angka kematian bayi.Tugas Sistem RujukanMemeratakan pelayanan kesehatan melalui system jaringan pelayanan kesehatan mulai dari Dati II sampai pusat karena keterbatasan sumber daya daerah yang seyogyanya bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di wilayahnyaSyarat Rujukan Adanya unit yang mempunyai tanggung jawab baik yang merujuk maupun yang menerima rujukan . Adanya pencatatan tertentu : Surat rujukan Kartu Sehat bagi klien yang tidak mampu Pencatatan yang tepat dan benar Kartu monitoring rujukan ibu bersalin dan bayi (KMRIBB) Adanya pengertian timbal balik antar yang merujuk dan yang menerima rujukan Adanya pengertian tugas tentang system rujuikan Sifat rujukan horizontal dan vertical (kearah yang lebih mampu dan lengkap).

Jenis Rujukan Rujukan medis Rujukan pasien Rujukan pengetahuan Rujukan laboratorium atau bahan pemeriksaan Rujukan kesehatan Rujukan ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan, misalnya : pengiriman dokter ahli terutama ahli bedah, kebidanan dan kandungan, penyakit dalam dan dokter anak dari RSU Provinsi ke RSU Kabupaten. Pengiriman asisten ahli senior ke RS Kabupaten yang belum ada dokter ahli dalam jangka waktu tertentu. Pengiriman tenaga kesehatan dari puskesmas RSU Kabupaten ke RS Provinsi. Alih pengetahuan dan keterampilan di bidang klinik, manajemen dan pengoperasian peralatan. Rujukan manajemen Pengiriman informasi Obat, biaya, tenaga, peralatan Permintaan bantuan : survei epidemiologi, mengatasi wabah (KLB)

Alur Rujukan

Manfaat RujukanDari sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan :1) Membantu penghematan dana karena tidak perlu menyediakan berbagai macam alat kedokteran pada setiap sarana kesehatan.2) Memperjelas sistem pelayanan kesehatan, kemudian terdapat hubungan antara kerja berbagai sarana kesehatan yang tersedia.3) Memudahkan pekerjaan administrasi, terutama aspek perencanaan.

Dari sudut masyarakat sebagai jasa pelayanan :1) Meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama secara berulang-ulang.2) Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena telah diketahui dengan jelas fungsi dan wewenang setiap sarana pelayanan kesehatan.

Dari sudut tenaga kesehatan :1) Memperjelas jenjang karir tenaga kesehatan dengan berbagai akibat positif, semangat kerja, ketekunan dan dedikasi.2) Membantu peningkatan pengetahuan dan keterampilan melalui jalinan kerjasama.3) Memudahkan/meringankan beban tugas, karena setiap sarana kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban tertentu.

LI.2 Memahami dan Menjelaskan Penyelidikan EpidemiologiLO.2.1 Definisi Penyelidikan Epidemiologi (PE) Penyelidikan Epidemiologi adalah rangkaian kegiatan untuk mengetahui suatu kejadian baik sedang berlangsung maupun yang telah terjadi, sifatnya penelitian, melalui pengumpulan data primer dan sekunder, pengolahan dan analisa data, membuat kesimpulan dan rekomendasi dalam bentuk laporan.

LO.2.2 Tujuan dan Manfaat Epidemiologi Manfaat Epidemiologi antara lain: 1. Membantu pekerjaan Administrasi Kesehatan 2. Dapat menerangkan penyebab masalah kesehatan 3. Dapat menerangkan perkembangan alamiah penyakit 4. Dapat menerangkan keadaan suatu masalah kesehatan a. Epidemi (singkat dan tinggi) b. Pandemi (peningkatan yang sangat tinggi dan telah amat luas) c. Endemi (frekuansi tetap dalam waktu yang lama) d. Sporadik (berubah-ubah menurut perubahan waktu)

Tujuan Penyelidikan Epidemiologi (PE) Mendapatkan besaran masalah yang sesunguhnya, Mendapatkan gambaran klinis dari suatu penyakit, Mendapatkan gambaran kasus menurut variabel Epidemiology, Mendapatkan informasi tentang faktor risiko (lingkungan, vektor, perilaku, dll) dan etiologi, Dari ke empat tujuan di tersebut dapat dianalisis sehingga dapat memberikan suatu penanggulangan atau pencegahan dari penyakit itu.

LO.2.3 Langkah Kegiatan Penyelidikan Epidemiologi (PE) 1. Tahap survey pendahuluan : a. Memastikan adanya KLB b. Menegakan diagnosa c. Buat hypotesa sementara ( penyebab, cara penularan, faktor yg mempengaruhi)

2. Tahap Pengumpulan Data : a. Identifikasi kasus kedalam variabel epid (orang, tempat, waktu) b. Uji hipotesis c. Menentukan kelompok yg rentan

3. Tahap pengolahan data : a. Lakukan pengolahan menurut variable epid, menurut ukuran epid, menurut nilai statstik. b. Lakukan analisa data menurut variable epid, ukuran epid,dan nilai statistik. Bandingkan dg nilai yang sudah ada c. Buat intepretasi hasil analisa d. Buat laporan hasil penanggulangan

4. Tentukan tindakan penanggulangan dan pencegahan : a. Tindakan penanggulangan : 1. Pengobatan penderita 2. Isolasi kasus b. Tindakan pencegahan : 1. Surveilans yg ketat 2. Perbaikan mutu lingkungan 3. Perbaikan status kesehatan masyarakat

LO.2.4 Indikasi Penyelidikan Epidemiologi (PE) Pencegahan & Penanggulangan Laporan masyarakat, politik, serta kepentingan legal aspek On the Job Traning Penelitian Masalah Program Pemberantasan

LO.2.5 Ukuran Ukuran Dalam Epidemiologi

Proporsi adalah perbandingan yang pembilangnya merupakan bagian dari penyebut. Proporsi digunakan untuk melihat komposisi suatu variabel dalam populasi

Ratio adalah perbandingan dua bilangan yang tidak saling tergantung. Ratio digunakan untuk menyatakan besarnya kejadian

Contoh: Jumlah Mahasiswa Stikes = 100, ratio pria : wanita = 2 : 3. Berapa jumlah masing2 mahasiswa?Rate adalah perbandingan suatu kejadian dengan jumlah penduduk yang mempunyai risiko kejadian tersebut. Rate digunakan untuk menyatakan dinamika dan kecepatan kejadian tertentu dalam masyarakat

Contoh: Campak berisiko pada balita Diare berisiko pada semua penduduk Ca servik berisiko pada wanita

PENGUKURAN ANGKA KESAKITAN/ MORBIDITAS

INCIDENCE RATE Incidence rate adalah frekuensi penyakit baru yang berjangkit dalam masyarakat di suatu tempat / wilayah / negara pada waktu tertentu

PREVALENCE RATE Prevalence rate adalah frekuensi penyakit lama dan baru yang berjangkit dalam masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu. PR yang ditentukan pada waktu tertentu (misal pada Juli 2000) disebut Point Prevalence Rate. PR yang ditentukan pada periode tertentu (misal 1 Januari 2000 s/d 31 Desember 2000) disebut Periode Prevalence Rate.

ATTACK RATE Attack Rate adalah jumlah kasus baru penyakit dalam waktu wabah yang berjangkit dalam masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu

PENGUKURAN MORTALITY RATE

CRUDE DEATH RATE CDR adalah angka kematian kasar atau jumlah seluruh kematian selama satu tahun dibagi jumlah penduduk pada pertengahan tahun

SPECIFIC DEATH RATE SDR adalah jumlah seluruh kematian akibat penyakit tertentu selama satu tahun dibagi jumlah penduduk pada pertengahan tahun

CASE FATALITY RATE CFR adalah persentase angka kematian oleh sebab penyakit tertentu, untuk menentukan kegawatan/ keganasan penyakit tersebut

MATERNAL MORTALITY RATE MMR = AKI = Angka kematian Ibu adalah jumlah kematian ibu oleh sebab kehamilan/ melahirkan/ nifas (sampai 42 hari post partum) per 100.000 kelahiran hidup

INFANT MORTALITY RATE IMR = AKB = angka kematian bayi adalah jumlah kematian bayi (umur