pbl 30 cila sk2

32
Pembunuhan Anak Sendiri Priscila Ratna Suprapto* NIM : 102010262 6 Desember 2013 Mahasiswa Fakultas kedokteran UKRIDA Pendahuluan Sesosok mayat bayi lahir ditemukan di suatu tempat sampah. Masyarakat melaporkannya kepada polisi. Mereka juga melaporkan bahwa semalam melihat seorang perempuan yang menghentikan mobilnya didekat tempat sampah tersebut dan berada disana cukup lama. Seorang dari anggota masyarakat sempat mencatat nomor mobil perempuan tersebut. Polisi mengambil mayat bayi tersebut dan menyerahkannya kepada anda sebagai dokter direktur rumah sakit. Polisi juga mengatakan bahwa sebentar lagi si perempuan yang dicurigai sebagai pelakunya akan dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa. Anda harus mengatur segalanya agar semua pemeriksaan dapat berjalan dengan baik dan akan membriefing para dokter yang akan menjadi pemeriksa.

Upload: priscila-ratna-suprapto

Post on 22-Dec-2015

42 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

nvgyhbjk

TRANSCRIPT

Pembunuhan Anak Sendiri

Priscila Ratna Suprapto*

NIM : 102010262

6 Desember 2013

Mahasiswa Fakultas kedokteran UKRIDA

Pendahuluan

Sesosok mayat bayi lahir ditemukan di suatu tempat sampah. Masyarakat

melaporkannya kepada polisi. Mereka juga melaporkan bahwa semalam melihat seorang

perempuan yang menghentikan mobilnya didekat tempat sampah tersebut dan berada disana

cukup lama. Seorang dari anggota masyarakat sempat mencatat nomor mobil perempuan

tersebut.

Polisi mengambil mayat bayi tersebut dan menyerahkannya kepada anda sebagai

dokter direktur rumah sakit. Polisi juga mengatakan bahwa sebentar lagi si perempuan yang

dicurigai sebagai pelakunya akan dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa. Anda harus

mengatur segalanya agar semua pemeriksaan dapat berjalan dengan baik dan akan

membriefing para dokter yang akan menjadi pemeriksa.

*Alamat Korespodensi

Priscila Ratna Suprapto

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510.

No. Telp (021-8476756) email: [email protected]

Aspek Hukum

Pasal 341 KUHP

Seorang ibu yang dengan sengaja menghilangkan jiwa anaknya pada ketika dilahirkan

atau tidak berapa lama sesudah dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia sudah

melahirkan anak, dihukum, karena makar mati terhadap anak, dengan hukuman

penjara selama-lamanya 7 tahun.

Pasal 342 KUHP

Seorang ibu yang dengan sengaja akan menjalankan keputusan yang diambilnya

sebab takut ketahuan bahwa ia tidak lama lagi akan melahirkan anak, menghilangkan

jiwa anaknya itu pada ketika dilahirkan atau tidak lama kemudian daripada itu,

dihukum karena pembunuhan anak yang direncanakan dengan hukuman penjara

selama-lamanya 9 tahun.

Pasal 343 KUHP

Bagi orang lain yang turut campur dalam kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341

dan 342 dianggap kejahatan itu sebagai makat mati atau pembunuhan.

Pasal 181 KUHP

Barang siapa mengubur, menyembunyikan, mengangkut, atau menghilangkan mayat

dengan maksud hendak menyembunyikan kematian atau kelahiran orang itu, dihukum

penjara selama-lamanya 9 bulan atau denda sebanyak-banyaknya 4500 rupiah.

Pasal 304 KUHP

Barang siapa dengan sengaja menyebabkan atau membiarkan orang dalam

kesengsaraan, sedang ia wajib memberi kehidupan perawatan atau pemeliharaan pada

orang itu karena hukum yang berlaku atasnya atau karena menurut perjanjian,

dihukum penjara selama 2 tahun 8 bulan atau denda sebanyak-banyaknya empat ribu

lima ratus rupiah.

Pasal 305 KUHP

Barang siapa menaruhkan anak yang dibawah umur 7 tahun di suatu tempat supaya

dipungut oleh orang lain, atau dengan maksud akan terbebas dari pada pemeliharaan

anak itu, meninggalkannya, dihukum penjara sebanyak-banyaknya 5 tahun 6 bulan.

Pasal 306 KUHP

(1) Kalau salah satu perbuatan yang diterangkan dalam pasal 304 dan 305 itu

menyebabkan luka berat, maka di tersalah dihukum penjara selama-lamanya 7

tahun 6 bulan

(2) Kalau salah satu perbuatan ini menyebabkan orang lain mati, si tersalah itu

dihukum penjara selama-lamanya 9 tahun.

Pasal 307 KUHP

Kalau si tersalah karena kejahatan yang diterangkan dalam pasal 305 adalah bapak

atau ibu dari anak itu, maka baginya hukuman yang ditentukan dalam pasal 305 dan

306 dapat ditambah dengan sepertiganya

Pasal 308 KUHP

Kalau ibu menaruh anaknya di suatu tempat supaya dipungut oleh orang lain tidak

lama sesudah anak itu dilahirkan oleh karena takut akan diketahui orang ia melahirkan

anak atau dengan maksud akan terbebas dari pemeliharaan anak itu,

meninggalkannya, maka hukuman maksimum yang tersebut dalam pasal 305 dan 306

dikurangi seperduanya.1

Prosedur medikolegal

Kewajiban dokter dalam membantu peradilan tercantum dalam Pasal 133 KUHAP:

(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang

korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa

yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan

keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli

lainnya.

(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas

untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan

bedah mayat.

(3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehamikan atau dokter pada

rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan

terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat,

dilak dengan diberi cap jabatan yang diletakkan pada ibu jari kaki atau

bagian lain badan mayat.1,2

Tempat Kejadian Perkara (TKP)

Tempat kejadian perkara (TKP) adalah tempat ditemukannya benda bukti dan/atau

tempat terjadinya peristiwa kejahatan atau yang diduga kejahatan menurut suatu kesaksian.

Meskipun kelak terbukti bahwa di tempat tersebut tidak pernah terjadi suatu tindak pidana,

tempat tersebut tetap disebut sebagai TKP. Disini hanya akan dibicarakan TKP yang

berhubungan dengan manusia sebagai korban, seperti kasus penganiayaan, pembunuhan dan

kasus kematian mendadak (dengan kecurigaan).

Diperlukan atau tidaknya kehadiran dokter di TKP oleh penyidik sangat bergantung

pada kasusnya, yang pertimbangannya dapat dilihat dari sudut korbannya, tempat

kejadiannya, kejadiannya atau tersangka pelakunya. Peranan dokter di TKP adalah membantu

penyidik dalam mengungkap kasus dari sudut kedokteran forensik. Pada dasarnya semua

dokter dapat bertindak sebagai pemeriksa di TKP, namun lebih baik bila dokter ahli forensik

atau dokter kepolisian.

Dasar pemeriksaan adalah hexameter, yaitu menjawab 6 pertanyaan: apa yang terjadi,

siapa yang tersangkut, dimana dan kapan terjadi, bagaimana terjadinya dan dengan apa

melakukannya, serta mengapa terjadi peristiwa tersebut.

Pemeriksaan kedokteran forensik di TKP harus mengikuti ketentuan yang berlaku

umum pada penyidikan di TKP, yaitu menjaga agar tidak mengubah keadaan TKP. Semua

benda bukti yang ditemukan agar dikirim ke laboratorium setelah sebelumnya diamankan

sesuai prosedur.

Selanjutnya dokter dapat memberikan pendapatnya dan mendiskusikannya dengan

penyidik untuk memperkirakan terjadinya peristiwa dan merencanakan langkah penyidikan

lebih lanjut. Bila korban masih hidup maka tindakan yang utama bagi dokter adalah

menyelamatkan korban dengan tetap menjaga keutuhan TKP.

Bila korban telah mati, tugas dokter adalah menegakkan diagnosis kematian,

memperkirakan saat kematian, sebab kematian, cara kematian, menemukan dan

mengamankan benda bukti biologis dan medis. Bila perlu dokter dapat melakukan anamnesa

dengan saksi-saksi untuk mendapatkan gambaran riwayat medis korban. Beberapa tindakan

dapat mempersulit penyidikan, seperti memegang setiap benda di TKP tanpa sarung tangan,

mengganggu bercak darah, membuat jejak baru, atau memeriksa sambil merokok.

Saat kematian diperkirakan pada saat itu teori tanatologi. Cara kematian memang tidak

selalu mudah diperkirakan, sehingga dalam hal ini penyidik menganut azas bahwa segala

yang diragukan harus dianggap mengarah adanya tindak pidana lebih dahulu sebelum dapat

dibuktikan ketidakbenarannya.

Pemeriksaan dimulai dengan membuat foto dan sketsa TKP, termasuk penjelasan

mengenai letak dan posisi korban, benda bukti dan interaksi lingkungan. Mayat yang

ditemukan dibungkus dengan kantung plastik khusus untuk mayat setelah sebelumnya kedua

tangannya di bungkus plastik sebatas pergelangan tangan. Pemeriksaan sidik jari oleh

penyidik dapat dilakukan sebelumnya.

Bercak darah yang ditemukan di lantai atau di dinding diperiksa dan dinilai apakah

berasal dari nadi atau dari vena, jatuh dengan kecepatan (dari tubuh yang bergerak) atau jatuh

bebas, kapan saat perlukaannya, dan dihubungkan dengan perkiraan terjadinya peristiwa. 1

Benda bukti yang ditemukan dapat berupa pakaian, bercak mani, bercak darah, rambut

obat, anak peluru, selongsong peluru, benda yang diduga senjata diamankan dengan

memperlakukannya sesuai prosedur, yaitu di'pegang' dengan hati-hati serta dimasukkan ke

dalam kantong plastik tanpa meninggalkan jejak sidik jari baru. Benda bukti yang bersifat

cair dimasukkan ke dalam tabung reaksi kering.

Benda bukti yang berupa bercak kering di atas dasar keras harus dikerok dan

dimasukkan ke dalam amplop atau kantong plastik, bercak pada kain diambil seluruhnya atau

bila bendanya besar digunting dan dimasukkan ke dalam amplop atau kantung plastik.

Benda-benda keras diambil seluruhnya dan dimasukkan ke dalam kantung plastik. Semua

benda bukti di atas harus diberi label dengan keterangan tentang jenis benda, lokasi

penemuan, saat penemuan dan keterangan lain yang diperlukan.

Mayat dan benda bukti biologis/medis, termasuk obat atau racun, dikirim ke Instalasi

Kedokteran Forensik atau ke Rumah Sakit Umum setempat untuk pemeriksaan lanjutan.

Apabila tidak tersedia sarana pemeriksaan laboratorium forensik, benda bukti dapat dikirim

ke Laboratorium Kepolisian atau ke Bagian Kedokteran Forensik. Benda bukti bukan

biologis dapat langsung dikirim ke Laboratorium Krimini/Forensik Kepolisian Daerah

setempat.

Perlengkapan yang sebaiknya dibawa pada saat pemeriksaan di TKP adalah kamera,

film berwarna dan hitam-putih (untuk ruangan gelap), lampu kilat, lampu senter, lampu ultra

violet, alat tulis, tempat menyimpan benda bukti berupa amplop atau kantong plastik, pinset,

skalpel, jarum, tang, kaca pembesar, termometer rektal, termometer ruangan, sarung tangan,

kapas, kertas saring serta alat tulis (spidol) untuk memberi label pada benda bukti. 3

Pembunuhan Anak Sendiri

Yang dimaksud dengan pembunuhan anak sendiri menurut undang-undang di

Indonesia adalah pembunuhan yang dilakukan atau tidak berapa lama setelah dilahirkan,

karena takut ketahuan bahwa ia melahirkan anak. 3

Terdapat 3 faktor penting pada tindak pidana pembunuhan anak sendiri

Ibu

Hanya ibu kandung yang dapat dihukum karena melakukan pembunuhan anak sendiri.

Tidak dipersoalkan apakah ia kawin atau tidak. Sedangkan bagi orang lain yang

melakukan atau turut membunuh anak tersebut dihukum karena pembunuhan atau

pembunuhan berencana, dengan hukuman yang lebih berat, yaitu penjara 15 tahun (ps.

338: tanpa rencana), atau 20 tahun, seumur hidup/hukuman mati (ps. 339 dan 340,

dengan rencana).

Waktu

Dalam undang-undang tidak disebutkan batasan waktu yang tepat, tetapi hanya

dinyatakan “pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian”. Sehingga boleh dianggap

pada saat belum timbul rasa kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya. Bila rasa kasih

sayang sudah timbul maka ibu tersebut akan merawat dan bukan membunuh anaknya.

Psikis

Ibu membunuh anaknya karena terdorong oleh rasa ketakutan akan diketahui orang telah

melahirkan anak itu, biasanya anak yang dibunuh tersebut didapat dari hubungan yang

tidak sah.

Untuk memenuhi kriteria pembunuhan anak sendiri yang telah dijelaskan sebelumnya,

dengan sendirinya bayi atau anak tersebut harus dilahirkan hidup setelah seluruh tubuhnya

keluar dari tubuh ibu (separate existence). Bila bayi lahir mati kemudian dilakukan tindakan

“membunuh”, maka hal ini bukanlah pembunuhan anak sendiri ataupun pembunuhan. Juga

tidak dipersoalkan apakah bayi yang dilahirkan merupakan bayi yang cukup bulan atau belum

cukup bulan, maupun viable atau non-viable. Untuk kepentingan hukum, pada hakekatnya

yang perlu dijawab adalah : 3

1. Apakah bayi tersebut dilahirkan mati atau hidup?

2. Berapakah umur bayi tersebut (intra dan ekstrauterin)?

3. Apakah bayi tersebut sudah dirawat?

4. Apakah penyebab kematian bayi tersebut?

Langkah Pemeriksaan Pada Bayi

a Pemeriksaan Mayat Bayi

Pemeriksaan luar TandaKulit - Sudah dibersihkan atau belum

- Keadaan verniks kaseosa- Warna- Berkeriput atau tidak

Mulut - Kehadiran benda asingTali pusat - Sudah terputus atau masih melekat pada uri

- Potongan rata atau tidak- Tanda sudah diberi antiseptic atau belum- Tanda-tanda kekerasan pada tali pusat hematoma tau Wharton ‘s

Jelly berpindah tempat.Kepala - Apakah terdapat kaput suksedaneum atau molase tulang-tulang

tengkorak.Tanda-tanda Kekerasan

- Ada atau tidak tanda pembekapan di sekitar mulut dan hidung.- Tanda memar pada mukosa bibir dan pipi.- Tanda pencekikan atau jerat pada leher- Memar atau lecet pada tengkuk

Mulut - Apakah terdapat benda asing- Perhatikan palatum mole tedapat robekan atau tidak

Tanda asfiksia - Tardieu’s Spot pada permukaan paru,jantung,thymus dan epiglottis

Tulang belakang - Apakah terdapat kelainan congenital dan tanda-tanda kekerasan.Kepala - Perhatikan apakah terdapat perdarahan subdural atau

subaraknoid.- Perhatikan keadaan falks serebri dan tentorium cerebri.

b Untuk menentukan bayi lahir sudah dirawat atau belum dilihat dari :

1. Pakaian. Perawatan terhadap bayi antara lain adalah memberi pakaian atau penutup

tubuh bayi.

2. Verniks kaseosa (lemak bayi) telah dibersihkan, demikian pula bekas-bekas darah.

Pada bayi yang dibuang ke dalam air, verniks tidak akan hilang seluruhnya dan

masih dapat ditemukan di daerah lipatan kulit; ketiak, belakang telinga, lipat paha

dan lipat leher.

3. Tali pusat. Tali pusat telah terikat, diputuskan dengan gunting atau pisau lebih

kurang 5 cm dari pusat bayi dan diberi obat antiseptik. Bila tali pusat dimasukkan ke

dalam air, akan terlihat ujungnya terpotong rata.

c Untuk menentukan umur bayi intra dan ekstra-uterin

Penentuan umur janin atau embrio dalam kandungan rumus De Haas adalah

untuk 5 bulan pertama, panjang kepala tumit(cm)=kuadrat umur gestasi (bulan) dan

selanjutnya = umur gestasi(bulan) x 5.

Umur Panjang Badan (kepala-tumit)1 bulan 1 x 1 = 1 (cm)2 bulan 2 x 2 = 4 (cm)3 bulan 3 x 3 = 9 (cm)4 bulan 4 x 4 = 16 (cm)5 bulan 5 x 5 = 25 (cm)6 bulan 6 x 5 = 30 (cm)7 bulan 7 x 5 = 35 (cm)8 bulan 8 x 5 = 40 (cm)9 bulan 9 x 5 = 45 (cm)

Tabel 1. Penentuan umur janjin dengan rumus De Haas

Perkiraan umur janin dapat pula dilakukan dengan melihat pusat penulangan

(ossification centers) sebagai berikut1:

Pusat penulangan pada Umur (bulan)Klavikula 1.5Tulang panjang 2Iskium 3Pubis 4Kalkaneum 5-6Manubrium sterni 6Talus Akhir 7Sternum bawah Akhir 8Distal femur Akhir 9/ setelah lahirProksimal tibia Akhir 9/ setelah lahirKuboid Akhir 9/ setelah lahir (bayi wanita lebih

cepat)Tabel 2. Perkiraan umur janin dengan melihat proses penulangan

Untuk menentukan viable

Viable ialah keadaan bayi/janin yang dapat hidup di luar kandungan lepas dari

ibunya. Kriteria untuk itu adalah umur kehamilan lebih dari 28 minggu dengan

panjang badan (kepala-tumit) lebih dari 35 cm, panjang badan (kepala-tungging) lebih

dari 23 cm, berat badan lebih dari 1000 gram, lingkar kepala lebih dari 32 cm dan

tidak ada cacat bawaan yang fatal.

Untuk menentukan bayi cukup bulan atau tidak

1. Bayi cukup bulan bila umur kehamilan > 36 minggu dengan panjang badan

kepala-tumit lebih dari 48 cm, panjang badan kepala-tungging 30-33 cm, berat

badan 2500-3000 gram dan lingkar kepala 33 cm.

2. Ciri-ciri lain bayi cukup bulan adalah

a. Lanugo sedikit, terdapat pada dahi, punggung dan bahu

b. Pembentukan tulang rawan telinga telah sempurna

c. Diameter tonjolan susu 7 mm atau lebih

d. Kuku-kuku jari telah melewati ujung-ujung jari

e. Garis-garis telapak kaki telah terdapat melebihi 2/3 bagian depan kaki

f. Testis sudah turun ke dalam skrotum; labia minora sudah tertutup oleh labia

mayora yang telah berkembang sempurna

g. Kulit berwarna merah muda (pada kulit putih) atau merah kebiru-biruan (pada

kulit berwarna), yang setelah 1-2 minggu berubah menjadi lebih pucat atau

coklat kehitam-hitaman

h. Lemak bawah kulit cukup merata sehingga kulit tidak berkeriput

d Lahir Mati atau Lahir Hidup

Lahir Mati (still birth) adalah kematian hasil konsepsi sebelum keluar atau

dikeluarkan dari ibunya, tanpa mempersoalkan usia kehamilan (baik sebelum ataupun

setelah kehamilan berumur 28 minggu dalam kandungan). Kematian ditandai oleh janin

yang tidak bernapas atau tidak menunjukkan tanda kehidupan lain, seperti denyut

jantung, denyut nadi tali pusat atau gerakan otot rangka.

Tanda maserasi adalah proses pembusukan intrauterin yang berlangsung dari luar ke

dalam dan baru terlihat setelah 8-10 hari kematian inutero. Bila kematian baru 3 atau

4 hari, hanya terlihat perubahan kulit saja, berupa vesikel atau bula yang berisi cairan

kemerahan.

Dada belum mengembang. Iga masih datar dan diafragma setinggi iga ke -4. Sukar

dinilai bila mayat telah membusuk.

Pemeriksaan makroskopik paru

Paru-paru mungkin masih tersembunyi di belakang kandung jantung atau telah

mengisi rongga dada. Paru-paru berwarna kelabu ungu merata seperti hati, konsistensi

padat, tidak teraba derik udara dan pleura longgar (slack pleura). Berat paru kira-kira

1/70 x berat badan.

Uji apung paru

Uji ini harus dilakukan dengan teknik tanpa sentuh (no touch technique), paru-paru

tidak disentuh untuk menghindari kemungkinan timbulnya artefak pada sediaan

histopatologik jaringan paru akibat manipulasi berlebihan. Paru bayi yang lahir mati

masih dapat mengapung oleh karena kemungkinan adanya gas pembusukan. Bila pada

potongan kecil paru tetap mengapung, letakkan di antara 2 karton dan ditekan untuk

mengeluarkan gas pembusukan yang terdapat pada jaringan interstisial paru, lalu

masukkan kembali ke dalam air. Bila masih mengapung berarti masih berisi udara

residu yang tidak akan keluar. Pada bayi lahir mati akan memberikan hasil uji apung

paru negatif (tenggelam)

Mikroskopik paru-paru

Setelah paru-paru dikeluarkan dengan teknik tanpa sentuh, dilakukan fiksasi dengan

larutan formalin 10%. Sesudah 12 jam, dibuat irisan-irisan melintang untuk

memungkinkan cairan fiksatif meresap dengan baik ke dalam paru. Setelah di fiksasi

selama 48 jam, kemudian dibuat sediaan histopatologik. Biasanya digunakan

pewarnaan HE dan bila paru telah membusuk digunakan pewarnaan Gomori atau

Ladewig. Tanda khas untuk paru bayi belum bernapas adalah adanya tonjolan

(projection), yang berbentuk seperti bantal (cushion-like) yang kemudian akan

bertambah tinggi dengan dasar menipis sehingga tampak seperti gada (club-like). Pada

permukaan ujung bebas projection tampak kapiler yang berisi banyak darah.

Lahir Hidup (live birth) adalah keluar atau dikeluarkannya hasil konsepsi yang lengkap,

yang setelah pemisahan, bernapas atau menunjukkan tanda kehidupan lain, tanpa

mempersoalkan usia gestasi, sudah atau belumnya tali pusat dipotong dan uri dilahirkan.

Dada sudah mengembang dan diafragma sudah turun sampai sela iga 4-5, terutama

pada bayi yang telah lama hidup.

Pemeriksaan makroskopik paru

Paru sudah mengisi rongga dada dan menutupi sebagian kandung jantung. Paru

berwarna merah muda tidak merata dengan pleura yang tegang (taut pleura), dan

menunjukkan gambaran mozaik karena alveoli sudah terisi udara. Apeks paru kanan

paling dulu atau jelas terisi karena halang-an paling minimal. Konsistensi seperti

spons, teraba derik udara. Berat paru bertambah hingga dua kali atau kira-kira 1/35 x

berat badan karena berfungsinya sirkulasi darah jantung-paru.

Uji apung paru memberikan hasil positif (Hasil negatif harus dilanjutkan dengan

pemeriksaan mikroskopik paru).

Pemeriksaan mikroskopik paru menunjukkan alveoli paru yang mengembang

sempurna dengan atau tanpa emfisema obstruktif, serta tidak terlihat adanya

projection. Pada pewarnaan Gomori atau Ladewig, serabut retikulin akan tampak

tegang.

Adanya udara dalam saluran cerna dapat dilijat dengan foto rontgen.3

Penentuan Sebab Kematian

Penyebab kematian tersering pada pembunuhan anak sendiri adalah mati lemas

(asfiksia). Kematian dapat pula diakibatkan oleh proses persalian (trauma lahir), kecelakaan,

pembunuhan atau alamiah.

Trauma lahir

- Kaput subsedaneum

- Sefal hematom

- Perdarahan intracranial

- Perdarahan subaraknoid atau interventrikuler

- Perdarahan epidural

Pembunuhan

- Cara tersering dijadikan adalah yang menimbulkan asfiksia: pembekapan,

penyumbatan jalan nafas, penjeratan, pencekikkan dan penenggelaman

- Pembunuhan dengan kekerasan tumpul jarang dijumpai sekiranya ada menyebabkan

patah atau retak tulang tengkorak dan memar jaringan otak.

- Pembunuhan dengan senjata tajam jarang ditemukan. Sekiranya ada, akan ditemukan

tusukan didaerah palatum mole melalui foramen magnum dan merusak medulla

oblongata.

- Pembunuhan dengan jalan membakar menyiramkan cairan panas, memberikan racun

dan memuntir kepala sangat jarang terjadi.3

Asfiksia Mekanik

Asfiksia mekanik adalah mati lemas yang terjadi bila udara pernapasan terhalang

memasuki saluran pernapasan oleh berbagai kekerasan (yang bersifat mekanik), misalnya : 3

Penutupan lubang saluran pernapasan bagian atas :

o Pembekapan (smothering)

o Penyumbatan (Gagging dan choking)

Penekanan dinding saluran pernapasan :

o Penjeratan (strangulation)

o Pencekikan (manual strangulation, throttling)

o Gantung (hanging)

Penekanan dinding dada dari luar (asfiksia traumatik)

Saluran pernapasan terisi air (tenggelam, drowning)

Karena mekanisme kematian pada kasus tenggelam bukan murni disebabkan oleh

asfiksia, maka ada sementara ahli yang tidak lagi memasukkan tenggelam ke dalam

kelompok asfiksia mekanik, tetapi dibicarakan tersendiri.

Pada orang yang mengalami asfiksia akan timbul gejala yang dapat dibedakan dalam 4

fase, yaitu :

1. Fase dispnea

Penurunan kadar oksigen sel darah merah dan penimbunan CO2 dalam plasma akan

merangsang pusat pernapasan di medula oblongata, sehingga amplitudo dan frekuensi

pernapasan akan meningkat, nadi cepat, tekanan darah meninggi dan mulai tampak

tanda-tanda sianosis terutama pada muka dan tangan.

2. Fase konvulsi

Akibat kadar CO2 yang naik maka akan timbul rangsangan terhadap susunan saraf pusat

sehingga terjadi konvulsi (kejang), yang mula-mula berupa kejang klonik tetapi

kemudian menjadi kejang tonik, dan akhirnya timbul spasme opistotonik. Pupil

mengalami dilatasi, denyut jantung menurun, tekanan darah juga menurun. Efek ini

berkaitan dengan paralisis pusat yang lebih tinggi dalam otak akibat kekurangan O2.

3. Fase apnea

Depresi pusat pernapasan menjadi lebih hebat, pernapasan melemah dan dapat berhenti.

Kesadaran menurun dan akibat relaksasi sfingter dapat terjadi pengeluaran cairan

sperma, urin dan tinja.

4. Fase akhir

Terjadi paralisis pusat pernapasan yang lengkap. Pernapasan berhenti setelah kontraksi

otomatis otot pernapasan kecil pada leher. Jantung masih berdenyut beberapa saat setelah

pernapasan berhenti.

Masa dari saat asfiksia timbul sampai terjadinya kematian sangat bervariasi.

Umumnya berkisar antara 4-5 menit. Fase 1 dan 2 berlangsung lebih kurang 3-4 menit,

tergantung dari tingkat penghalangan oksigen, bila tidak 100% maka waktu kematian akan

lebih lama dan tanda-tanda asfiksia akan lebih jelas dan lengkap. 3

Autopsi pada mayat bayi baru lahir

Pada pemeriksaan mayat bayi yang baru dilahirkan, perlu pertama-tama ditentukan

apakah bayi lahir hidup atau lahir mati.

Seorang bayi dinyatakan lahir hidup apabila pada pemeriksaan mayatnya dapat

dibuktikan bahwa bayi telah bernafas.

Bayi yang telah bernafas akan memberikan ciri di bawah ini:4

a. Rongga dada yang telah mengembang

Pada pemeriksaan didapati diafragma yang letaknya rendah, setinggi iga ke 5 atau 6.

b. Paru telah mengembang

Pada bayi yang belum bernafas, kedua paru masih menguncup dan terletak tinggi

dalam rongga dada.

Pada bayi yang telah bernafas, paru tampak mengembang dan telah mengisi sebagian

besar rongga dada. Pada permukaan paru dapat ditemukan gambaran mozaic dan

gambaran marmer.

c. Uji apung paru memberikan hasil positif

Uji apung paru dilakukan untuk membuktikan telah terdapat udara dalam alveoli paru.

Setelah alat leher diangkat, lakukanlah pengikatan setinggi trachea. Hindari sebanyak

mungkin manipulasi terhadap jaringan paru. Alat rongga dada kemudian dikeluarkan

seluruhnya untuk selanjutnya dimasukkan ke dalam air. Perhatikan apakah kedua paru

terapung.

Pemeriksaan kemudian dilanjutkan dengan mengapungkan paru kanan dan kiri secara

tersendiri. Lakukanlah pemisahkan lobus paru, apungkan kembali dalam air. Selanjutnya

buatlah 5 potongan kecil (5mm x 10mm x 10mm) dari masing-masing lobus dan

apungkan kembali.

Pada paru yang telah mengalami pembusukan, potongan kecil dari paru dapat

mengapung sekalipun paru tersebut belum pernah bernafas.

Mengapungnya potongan kecil paru yang telah mengalami pembusukan ini

disebabkan oleh pengumpulan gas pembusukan pada jaringan interstitial paru, yang

dengan menekan potongan paru yang bersangkutan antara 2 karton, gas pembusukan

tersebut dapat didesak keluar.

Potongan kecil paru yang telah bernafas, terapung karena adanya udara dalam alveoli,

yang dengan penekanan antara 2 karton tidak akan terdesak keluar.

Uji apung paru dinyatakan positif bila setelah dilakukan pemeriksaan pengapungan,

potongan paru yang telah ditekan antara dua karton sebagian terbesar masih tetap

mengapung.

d. Pemeriksaan mikroskopik memberikan gambaran paru yang telah bernafas

Pada pemeriksaan mikroskopis akan tampak jaringan paru dengan alveoli yang telah

terbuka dengan dinding alveoli yang tipis.

Pada pemeriksaan bayi baru lahir, perlu pula dilakukan pemeriksaan teliti terhadap

kepala, mengingat kepala bayi yang dapat mengalami moulage pada saat kelahiran, mungkin

dapat menimbulkan cedera pada sinus di kepala. Untuk meneliti hal ini, kepala bayi harus

dibuka dengan tehnik khusus yang menghindari terpotongnya sinus tersebut sehingga dapat

dinilai dengan sebaik-baiknya.

Kulit kepala dibuka dan dikupas seperti pada mayat dewasa. Tulang tengkorak bayi

baru lahir masih lunak sehingga pembukaan tengkorak dapat dilakukan dengan gunting.

Dengan menarik bagian otak besar ke arah lateral, sinus sagitalis superior, falx

serebri, dan sinus sagitalis inferior dapat dieriksa akan adanya robekan, resapan darah,

maupun perdarahan. Dengan menarik baga occipitalis ke arah kranio lateral, tentorium

cerebelli serta sinus lateralis, sinus occipitalis dapat diperiksa.

Otak bayi kemudian dikeluarkan dengan cara seperti pada mayat dewasa atau

dikeluarkan terpisah, baga kanan dan kiri.

Jaringan otak bayi baru lahir biasanya lebih lunak dari jaringan otak dewasa. Untuk

dapat melakukan pengirisan dengan baik, kadang perlu dilakukan fiksasi dengan formalin

10% baik dengan merendam otak tersebut atau melakukan penyuntikan imbibisi.

Untuk menentukan usia dalam kandungan (gestational age) mayat bayi, dapat

dilakukan pemeriksaan terhadap pusat penulangan.

Pusat penulangan pada distal femur dan proksimal tibia

Buat irisan melintang pada kulit daerah lutut sampai tempurung lutut. Dengan

guntung ligamentum patellae dipotong dan patella disingkirkan. Dengan pisau, lakukan

pengirisan distal femur atau proksimal tibia mulai dari ujung, lapis demi lapis ke arah

metafisis. Pusat penulangan akan tampak sebagai bercak berwarna merah homogen dengan

diameter lebih dari 5mm di daerah epifisis tulang.

Pemeriksaa pusat penulangan pada tallus dan calcaneus

Untuk mencapai tallus dan calcaneus, telapak kaki bayi dipotong mulai tumir ke arah

deoan sampai sela jari ke 3 dan 4. dengan melebarkan potongan pada kulit, tallus dan

calcaneus dapat dipotong longitudinal untuk memeriksa adanya pusat penulangan.4

Pemeriksaan Pada Ibu

Pemeriksaan untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan antara mayat bayi dengan si

perempuan tersebut:

o Tes DNA mitokondria

Mitokondria memiliki molekul DNA sendiri yang disebut sebagai DNA

mitokondria. Pada manusia genom mitokondria DNA mengandung sekitar 16.000 pasang

basa DNA, dimana ini hanya mewakili sebagian dari total pasang basa DNA yang

terdapat pada inti sel. Yang membuat DNA ini istimewa, tidak seperti DNA nukleus

yang diwarisi secara seimbang dari ayah dan ibu, DNA ini diwarisi hanya dari sang ibu,

karena semua mitokondria manusia diturunkan dari mitokondria sel telur ibu. Sehingga,

kita bisa melakukan tes untuk membandingkan mitokondria anak dan ibu untuk

menentukan hubungan mereka.(adanya kemiripan)Karena mitokondria merupakan

struktur yang kuat dan melindungi DNA yang dikandungnya, DNA mitokondria sangat

berguna juga untuk mengidentifikasi korban-korban bencana alam dimana DNA nukleus

sudah terdegradasi ataupun rusak. Sebagian besar sel di tubuh kita mengandung antara

500 sampai 1000 copy dari molekul DNA mitokondria yang membuatnya lebih mudah

untuk ditemukan dan diekstrak daripada DNA nukleus.

Cara pengambilan sampel: Sampel darah diambil sebanyak 2 ml dengan

menggunakan tabung EDTA kemudian diberi label yang jelas, dan tanggal pengambilan

sampel. Sampel disimpan pada suhu 4°C.3

o Tes golongan darah

Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya

perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Dua

jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus

(faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO

dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang tidak

kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia

hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian.

Cara yang biasa dilakukan adalah absorpsi elusi dengan prosedur sebagai berikut :

- 2-3 helai benang mengandung bercak darah kering difiksasi dengan metil alkohol

selama 15 menit. Benang diangkat dan dibiarkan mengering. Selanjutnya dilakukan

penguraian benang tersebut menjadi serat-serat halus dengan mengguakan dua buah

jarum.

- Lakukan juga pada darah yang tidak mengandung bercak darah sebagai kontrol

negatif.

- Serat benang dimasukkan ke dalam dua tabung reaksi. Ke dalam tabung pertama yang

mengandung golongan darah A diteteskan serum anti-A dan pada tabung kedua yang

mengandung golongan darah B diberi serum anti-B hingga serabut benang terendam

seluruhnya. Kemudian tabung-tabung disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu

4˚C selama satu malam.

- Kemudian dilakukan pencucian dengan menggunakan larutan garam faal dingin (4˚C)

sebanyak 5 - 6 kali, lalu tambahkan 2 tetes suspensi 2% sel indikator, pusing dengan

kecepatan 1000 RPM selama 1 menit. Bila tidak terjadi aglutinasi, cuci sekali lagi dan

kemudian tambahkan 1-2 tetes garam faal. Panaskan pada suhu 56˚C selama 10 menit

dn pindahkan pada tabung lain. Tambahkan 1 tetes suspensi sel indikator ke dalam

masing-masing tabung, biarkan selama 5 menit pada kecepatan 1000 RPM.

- Pembacaan hasil dilakukan secara makroskopik. Bila terjadi aglutinasi bererti darah

mengandung antigen yang sesuai dengan antigen sel indikator.3

Dari tes bisa diketemukan kemungkinan adanya hubungan ibu dan anak, sehinga

hasilnya tidak mutlak menunjukkan si pelaku.

Pemeriksaan terhadap tersangka ibu:

- Tes DNA mitokondria

- Tes golongan darah

- Pemeriksaan kejiwaan

Dilakukan untuk mengetahui keadaan psikis sang ibu saat melakukan kejahatan. Pasal

44 ayat 1 KUHP berbunyi : Barangsiapa melakukan perbuatan yang tidak dapat

dipertanggungjawabkan padanya disebabkan karena jiwanya cacat dalam tumbuhnya

(gebrekkige ontwikkeling) atau terganggu karena penyakit (ziekelijke storing), tidak

dipidana. Apabila psikosis ditemukan, maka harus dibuktikan apakah penyakit itu telah ada

sewaktu tindak pidana dilakukan.

- Tanda-tanda baru melahirkan:5

1. Perlukaan pada vagina oleh karena proses kelahiran

2. Kadar prolaktin yang tinggi

3. Tubuh yang gemuk

4. Perubahan Pada Vulva, Vagina dan Perineum.

Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan,

setelah beberapa hari persalinan kedua organ ini kembali dalam keadaan kendor.

Rugae timbul kembali pada minggu ke tiga. Himen tampak sebagai tonjolan kecil

dan dalam proses pembentukan berubah menjadi karankulae mitiformis yang khas

bagi wanita multipara. Ukuran vagina akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan

saat sebelum persalinan pertama.Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi

pada saat perineum mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara

spontan ataupun dilakukan episiotomi dengan indikasi tertentu. Meskipun demikian,

latihan otot perineum dapat mengembalikan tonus tersebut dan dapat

mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat dilakukan pada akhir

puerperium dengan latihan harian.

5. Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum hamil. Perubahan-

perubahan normal pada uterus selama postpartum adalah sebagai berikut:

Involusi Uteri Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus Diameter Uterus

Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm

7 hari (minggu 1) Pertengahan pusat dan

simpisis

500 gram 7,5 cm

14 hari (minggu 2) Tidak teraba 350 gram 5 cm

6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm

Gambar. Tinggi fundus uteri pada masa nifas

Visum et Repertum

Bagian Ilmu Kedokteran Forensik

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6

Nomor: 3456-SK III/2345/2-95 Jakarta, 5 Desember 2013

Lamp.: satu sampul tersegel------------------------------------------------------------------------

Perihal: Hasil pemeriksaan Pembedahan----------------------------------------------------------

Atas jenazah-----------------------------------------------------------------------------

PROJUSTITIA

Visum Et Repertum

Yang bertanda tangan di bawah ini, Priscila Ratna Suprapto,dokter ahli kedokteran forensic

pada Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta,

menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari kepolisian Resort polisi Jakarta Selatan

No.Pol.:B/789/VR/XII/95/Serse teretanggal 4 Desember 2013, maka pada tanggal lima

Desember tahun dua ribu tiga belas, pukul delapan lewat tiga puluh menit Waktu Indonesia

bagian Barat, bertempat di ruang bedah jenazah Bagian Forensik Fakultas Kedokteran

Universitas Kristen Krida Wacana telah melakukan pemeriksaan atas jenazah yang menurut

surat permintaan tersebut adalah:

Nama: --------------------------------------------------------------------------------------------------------

Jenis kelamin: laki-laki------------------------------------------------------------------------------------

Umur:--------------------------------------------------------------------------------------------------------

-

Kebangsaan:-------------------------------------------------------------------------------------------------

Agama;-------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pekerjaan:---------------------------------------------------------------------------------------------------

Alamat:-------------------------------------------------------------------------------------------------------

HASIL PEMERIKSAAN

I. PEMERIKSAAN LUAR :

1. Organ genetalia yang ditemukan pada bayi ini menunjukkan bayi ini seorang laki-laki

2. Tali pusat masih melekat pada plasenta--------------------------------------------------------

3. Tanda sianosis di ujung jari, kuku dan mulut-------------------------------------------------

4. Tardieu’s spot pada konjungtiva bulbi,palpebra dan kulit wajah---------------------------

5. Pada mulut tidak ditemukan benda asing------------------------------------------------------

6. Permukaan dalam bibir ditemukan luka memar----------------------------------------------

II. PEMERIKSAAN DALAM :

1. Tardieu’s spot pada jantung dan paru----------------------------------------------------------

2. Diafragama pada bayi ini sudah turun sampai sela iga 4-5----------------------------------

3. Paru berwarna merah muda, tidak merata dengan pleura yang tegang---------------------

4. Uji apung paru memberikan hasil positif-------------------------------------------------------

KESIMPULAN :

Pada mayat bayi laki-laki ini ditemukan luka memar pada permukaan dalam bibir

yang dapat disebabkan oleh pembekapan bahan lunak dengan sebab kematian asfiksia

mekanik.-----------------------------------------------------------------------------------------------------

Pada mayat bayi laki-lai ini juga ditemukan Tardieu’s spot pada pada konjungtiva

bulbi,palpebra, paru, jantung dan kulit wajah kerana pecahnya pembuluh darah kapiler yang

disebabkan poleh asfiksia.---------------------------------------------------------------------------------

Demikian saya uraikan dengan sebenar-benarnya berdasarkan keilmuan saya yang

sebaik-baiknya mengingat sumpah sesuai dengan KUHAP.-----------------------------------------

Dokter yang memeriksa,

dr. Priscila R. Suprapto

NIP 17

Kesimpulan

Pembunuhan anak sendiri merupakan tindak pidana yang khusus, yaitu pembunuhan

yang dilakukan oleh seorang ibu terhadap anak kandungnya, pada saat dilahirkan atau

beberapa saat setelah itu, karena takut diketahui orang bahwa ia telah melahirkan.

Daftar pustaka

1. Bagian kedokteran forensik FKUI. Peraturan perundang-undangan bidang kedokteran.

Jakarta: FKUI; 1994.h.40

2. Idries AM, Tjiptomartono AL. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Proses

Penyidikan. Jakarta : CV.Sagung Seto. 2008. pg: 168-71

3. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Mun’im TWA, Sidhi, Hertian S, et all. Ilmu

Kedokteran Forensik. 1st ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 1997. p. 1, 8-11, 165-76, 177-

84, 203-5

4. Bagian kedokteran forensik FKUI. Teknik autopsi forensik. Jakarta: FKUI; 2000.h.52-4

5. Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sisitem Endokrin. February 28, 2010. Diunduh

dari http://www.lusa.web.id/perubahan-fisiologis-masa-nifas-pada-sistem-endokrin/

#more-725, 5 Desember 2013