proposal 1.docx

53
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA AMAN NYAMAN: NYERI PADA PASIEN DENGAN FRAKTUR DI RUANG ANGGREK RS NU MANGIR BANYUWANGI TAHUN 2015 PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH Oleh: Abdl F!""!h R#$!% 1&'&01'12'00( AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN 201& ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA AMAN NYAMAN: NYERI PADA PASIEN

Upload: fatah

Post on 03-Nov-2015

120 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHANRASA AMAN NYAMAN: NYERI PADA PASIEN DENGAN FRAKTUR DI RUANG ANGGREK RS NU MANGIR BANYUWANGITAHUN 2015

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:Abdul Fattah Rozaq14.401.12.003

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDAPROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN2014

ii

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHANRASA AMAN NYAMAN: NYERI PADA PASIENDENGAN FRAKTUR DI RUANG ANGGREKRS NU MANGIR BANYUWANGITAHUN 2015

Diajukan kepadaProgram Studi Diploma III KeperawatanAkademi Kesehatan RustidaUntuk memenuhi salah satu persyaratanDalam menyelesaikan Program Ahli Madya Keperawatan

Oleh:

Abdul Fattah Rozaq14.401.12.003

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDAPROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

2014LEMBAR PERSETUJUANProposal Karya tulis oleh:Abdul Fattah RozaqJudul:ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA AMAN NYAMAN: NYERI PADA PASIEN DENGAN FRAKTUR DI RUANG ANGGREK RS NU MANGIR BANYUWANGI TAHUN 2015.Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Proposal Karya Tulis Ilmiah pada tanggal :. 2015.Oleh :

Pembimbing II,Maulida Nur Fajriah O. S.Kep., NsNIK. 201403.45Pembimbing I,Anis Yuliastutik S. Kep., Ns., M. Kes.NIK. 2006.03.01

Mengetahui,AKADEMI KESEHATAN RUSTIDADirektur,

Anis Yuliastutik S. Kep., Ns., M. Kes.NIK. 2006.03.01HALAMAN PENGESAHAN

Telah di Uji dan disetujui oleh Tim penguji pada Ujian Sidang Proposal Karya Tulis Ilmiah di Program Studi Diploma III Keperawatan Akademi Kesehatan RustidaTanggal, .2015.

TIM PENGUJI

Tanda Tangan

Ketua : ...

Anggota :1.

2.

Mengetahui,AKADEMI KESEHATAN RUSTIDADirektur,

Anis Yuliastutik S. Kep., Ns., M. Kes.NIK. 2006.03.01PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:Proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA AMAN NYAMAN: NYERI PADA PASIEN DENGAN FRAKTUR DI RUANG ANGGREK RS NU MANGIR BANYUWANGI ini adalah proposal karya tulis ilmiah saya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat proposal karya tulis ilmiah yang pernah diajukan orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya tulis ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas No 17 tahun 2010).

Krikilan,...2015Yang menyatakan,

Abdul Fattah Rozaq NIM : 14.401.12.003Mengetahui,

Pembimbing II:Maulida Nur Fajriah O. S. Kep., Ns.NIK. 201403.45Pembimbing I:Anis Yuliastutik S.Kep., Ns., M. Kes.NIK. 2006.03.01

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT karena dengan Rahmat, Taufik dan hidayah-nya, sehingga dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA AMAN NYAMAN: NYERI PADA PASIEN DENGAN FRAKTUR DI RUANG ANGGREK RS NU MANGIR BANYUWANGI TAHUN 2015.Penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik materi, moral maupun spiritual. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:1. Anis Yuliastutik S. Kep., Ns., M. Kes., selaku Direktur Akademi Kesehatan Rustida sekaligus selaku Pembimbing 1 Proposal Karya Tulis Ilmiah yang telah memberikan bimbungan dan pengarahan dengan tekun dan sabar dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini;2. Aripin S. Kep., Ns., selaku Kepala Program Studi Diploma III Keperawatan Akademi Kesehatan Rustida;3. Maulida Nur Fajriah S. Kep., Ns., selaku Pembimbing 2 Proposal Karya Tulis Ilmiah yang telah memberikan bimbungan dan pengarahan dengan tekun dan sabar dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini;4. Semua Dosen Program Studi Diploma III Keperawatan Akademi Kesehatan Rustida yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis sebagai bekal dalam pembuatan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini;5. Kedua orang tua dan seluruh keluarga yang telah memberikan dorongan dan doa untuk keberhasilan ini;6. Rekan-rekan Mahasiswa Program Studi Diploma III Keperawatan Akademi Kesehatan Rustida yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis;7. Sahabat-sahabat dan semua pihak yang telah membantu penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu kami ucapkan terima kasih.Penulis menyadari bahwa penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik demi perbaikan sangat penulis harapkan. Dan semoga Proposal Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca serta perkembangan ilmu keperawatan pada umumnya.

Krikilan,.....Juni 2015Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPULiHALAMAN JUDUL iiHALAMAN PERSETUJUAN iiiHALAMAN PENGESAHAN ivPERNYATAAN ORISINALITASvKATA PENGANTAR viDAFTAR ISI viiiDAFTAR LAMPIRAN ix

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1B. Rumusan Masalah 3C. Tujuan1. Tujuan Umum 32. Tujuan Khusus 3D. Sistematika Penulisan 4E. Pengumpulan Data 5BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAA. Konsep Fraktur1. Definisi Fraktur 62. Etiologi Fraktur 63. Patofisiologi Fraktur 74. Pathway 85. Manifestasi Klinik Fraktur 96. Klasifikasi Fraktur 97. Komplikasi Fraktur 138. Pemeriksaan Penunjang 159. Penatalaksanaan 16B. Konsep Asuhan Keperawatan Fraktur1. Pengkajian 232. Analisa data 313. Diagnosa keperawatan 334. Intervensi keperawatan 34DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar PermohonanLampiran 2: Surat PersetujuanLampiran 3 : Format asuhan keperawatan Lampiran 4 : Lembar Konsultasi

ix

BAB 1PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGKemajuan teknologi dalam bidang transportasi selain berdampak positif juga negatif antara lain peningkatan angka kecelakaan lalu lintas yang menimbulkan terjadinya trauma dan kecacatan fisik (Ata, 2010). Trauma seringkali menyebabkan fraktur dan berdampak pada gerakan fragmen patahan tulang dan kerusakan jaringan lunak yang menstimulasi sistem saraf primer yaitu nosiseptor memicu pelepasan mediator biokimia prostaglandin, bradikinin, histamin, dan substansi P sehingga terjadi proses nosisepsi yang menimbulkan persepsi nyeri (Lukman dan Ningsih, 2013).Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat tahun 2011 terdapat lebih dari 5,6 juta orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 1,3 juta orang mengalami kecacatan fisik. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKERDAS) tahun 2011, di Indonesia dari 45,987 peristiwa terjatuh yang mengalami fraktur sebanyak 1,775 orang, dari 20.829 kasus kecelakaan lalu lintas yang mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang, dari 14.127 trauma benda tajam/tumpul, yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang (Woro, 2013). Pada tahun 2013, Jawa Timur memiliki angka kejadian fraktur yaitu sejumlah 421 kasus.Trauma langsung pada tulang yang menyebabkan periosteum dan pembuluh darah serta saraf korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan bisa terjadi di sekitar tempat patah dan muncul reaksi peradangan, penekanan serabut saraf dan pembengkakan yang mengakibatkan kerusakan saraf perifer maupun jaringan otot dan terjadi penurunan aktivitas fisik. Ketika tulang patah, terjadi diskontinuitas jaringan pada daerah tersebut dan terjadi spasme otot yang menimbulkan nyeri (Black & Hawks, 2014).Penanganan fraktur sangat bervariasi sesuai dengan jenis fraktur, mencakup reduksi terbuka, traksi, gips dan penempatan pen logam untuk mengembalikan fragmen fraktur kembali sejajar secara anatomis (Brunner & suddarth, 2014). Permasalahan ketidak nyamanan yang disebabkan oleh nyeri dapat dikurangi dengan cepat, ada dua terapi yang bisa dilakukan yaitu dengan terapi farmakologi dengan pemberian obat golongan analgetika dan terapi non-farmakologi (Andarmoyo, 2013). Berdasarkan hasil penelitian Dian Novita 2012 menunjukkan terapi musik sebagai intervensi mandiri karena bersifat audioanalgesia, audioanxiolytic, dan atau audiorelaxtation, sehingga menstimulasi endorphin untuk menginhibisi nyeri, efek lain yang dihasilkan berupa relaksasi, ketenangan emosional, denyut nadi, dan tekanan darah sistolik sehingga pasien dapat mengontrol diri ketika terjadi respon tidak nyaman yang menyebabkan respon nyeri berkurang (Novita Dian, 2012)

B. RUMUSAN MASALAHBerdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah adalah bagaimana asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman; nyeri akut pada pasien dengan fraktur di ruang Anggrek RSNU Mangir Banyuwangi 2015 ?C. TUJUAN1. Tujuan Umum Mampu menerapkan asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman: nyeri akut pada pasien dengan fraktur di ruang Anggrek RSNU Mangir Banyuwangi tahun 2015.2. Tujuan Khususa. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman: nyeri akut pada psien dengan fraktur di ruang Anggrek RSNU Mangir Banyuwangi tahun 2015.b. Mampu merumuskan diagnosa pada pasien dengan asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman: nyeri akut pada pasien dengan fraktur di ruang Anggrek RSNU Mangir Banyuwangi tahun 2015.c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan asuhan keperawatan pada pasien dengan asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman: nyeri akut pada pasien dengan fraktur di ruang Anggrek RSNU Mangir Banyuwangi tahun 2015.d. Mampu mengimplementasikan rencana tindakan pada pasien dengan asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman: nyeri akut pada pasien dengan fraktur di ruang Anggrek RSNU Mangir Banyuwangi tahun 2015.e. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada pasien dengan asuhan keperawatan dengan asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman: nyeri akut pada pasien dengan fraktur di ruang Anggrek RSNU Mangir Banyuwangi tahun 2015.D. METODE PENULISANSistematika penulisan pada proposal ini meliputi:1. Bagian awal terdiri: halaman sampul, halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan.2. Bab I Pendahuluan: pada bab ini membahas latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat, sistematika penulisan, pengumpulan data.3. Bab II Tinjauan Kepustakaan: pada bab ini membahas konsep dasar fraktur, konsep asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan rasa aman nyaman: nyeri pada pasien dengan fraktur di ruang anggrek RS NU Mangir Banyuwangi .

E. PENGUMPULAN DATA1. ObservasiYaitu dengan cara mengamati langsung keadaan klien melalui pemeriksaan fisik secara inspeksi, perkusi, palpasi, dan auskultasi pada pasien dengan fraktur untuk mendapatkan data objektif.2. WawancaraYaitu pengumpulan data dengan melakukan komunikasi lisan yang didapat secara langsung dari klien (autonamnesa) dan keluarga (alloanamnesa) untuk mendapatkan data subjektif.3. Studi dokumentasiYaitu pengumpulakan data yang didapatkan dari buku status kesehatan klien yaitu meliputi catatan medik yang berhungan dengan klien.4. Studi kepustakaanDilakukan dengan cara penggunaan buku-buku sumber untuk mendapatkan landasan teori yang berkaitan dengan kasus yang dihadapi, sehingga dapat membandingakan teori dengan fakta di lahan praktik.

2

1

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP FRAKTUR1. DEFINISIFraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu tulang. Jika terjadi fraktur, maka jaringan lunak disekitarnya juga sering kali terganggu (Joyce dan Hawks, 2014).2. ETIOLOGIPenyebab fraktur menurut Andra (2013) ada tiga macam, yaitu: a. Kekerasan langsungKekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring.b. Kekerasan tidak langsungKekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.

c. Kekerasan akibat tarikan ototPatah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan,penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.3. PATOFISIOLOGITulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang maka terjadilah taruma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan inflamasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya (Rosyidi, 2013).

Pathway

(Kusuma, 2015)

4. MANIFSESTASI KLINIKTanda dan gelaja pada fraktur menurut Bararah (2013), yaitu:a. Nyeri b. Deformitas c. Krepitasid. Bengkake. Peningkatan temperatur lokalf. Pergerakan abnormalg. Echymosish. Kehilangan fungsii. Kemungkinan lain5. KLASIFIKASI FRAKTURKlasifikasi fraktur dapat sangat bervariasi menurut Padila (2012). Klasifikasi fraktur dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu:a. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang di timbulkan)1) Fraktur tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karenakulit masih utuh) tanpa komplikasi.2) Fraktur terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara frangmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.b. Berdasarkan komplit atau ketidak komplitan fraktur.1) Fraktur komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang.2) Fraktur inkomplit, bila gari patah tidak melalui seluruh penampang tulang saperti:a) Hair Line Fraktur (patah retak rambut)b) Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulang spongiosa dibawahnya.c) Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang. c. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekasinme trauma.1) Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat trauma angukasi atau langsung2) Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan merupakan akibat trauma angulasi juga3) Fraktur Spiral: Fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi4) Fraktur Kompresi: Fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang kearah permukaan lain5) Fraktur Avulsi: Fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau gtraksi otot pada insersinya pada tulangd. Berdasarkan jumlah garis patah1) Fraktur Komunitif: Fraktur dimana garis patah lebuh dari satu dan saling berhubungan2) Fraktur Segmental: Fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan3) Fraktur Multiple: Fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang samae. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang1) Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): Garis patah lengkap tetapi kedua fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh2) Fraktur Displaced (bergeser): Terjadi pergesera fragmen tulang yang juga disebut lokasi fragmen, trbagi atas:a) Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran saerah sumbu)b) Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut)c) Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh)

f. Berdasarkan posisi frakturSatu batang tulang terbagi menjadi tiga bagian:1) 1/3 proksimal2) 1/3 medial3) 1/3 distalg. Fraktur kelelahan: fraktur akibat tekanan yang berulang-ulangh. Fraktur Patologis: fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang.Pada Fraktur Tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:a. Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak sekitarnyab. Tingkat 1: Fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutanc. Tingkat 2: Fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam dan pembengkakand. Tingkat 3: Cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan ancaman sindroma kompartement

6. KOMPLIKASIKomplikasi menurut Rosyidi (2013) adalah:a. Komplikasi awal1) Kerusakan Arteri Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT menurun, sianosis bagian distal,hematoma yang lebar, dan dingin pada ektrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.2) Kompartement SindromKompartemen Sindrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karen terjebaknya otot, tulang saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Hal Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips dan pembebatan yang terlalu kuat. 3) Fat Embolism SyndromFat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang di hasilkan bone marrow kuning masuk kedalam aliran darah dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan pernafasan, tachykardi, hypertensi, tachypnea, demam. 4) InfeksiSistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma othopedic infeksi dimulai pada kulit (superfisial) dan masuk ke dalam. Hal ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.5) Avaskuler NekrosisAvaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkmans Ischemia.6) ShockShock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi.b. Komplikasi dalam waktu lama1) Delayed UnionDelayed Union merupakan fraktur berkonsolidasi (bergabung) sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Hal ini disebabkan karena penurunan suplai darah ke tulang (Rosyidi, 2013). 2) NonunionNonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion di tandai dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis. Hal ini juga di sebabkan karena aliran darah berkurang (Padila, 2012).3) MalunionMalunion merupakan keadaan saat fragmen fraktur sembuh dalam kondisi kelurusan tulang yang tidak tepat sebagai akibat dari tarikan otot yang tidak seimbang serta gravitasi dengan manifestasi awal alah deformitas pada lokasi fraktur (Black & Hawks, 2014). 7. PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan penunjang menurut Margareth (2013):a. Pemeriksaan Rontgen: menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma, dan jenis fraktur.b. Scan tulang, tomogram, CT Scan/MRI: memperlihatkan tingkat keparahan fraktur, juga dapat untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.c. Arteriogram: dilakukan bila dicurigai adanya keruskan vaskular.d. Hitung darah lengkap: Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada multipel trauma). Peningkatan jumlah SDP adalah proses stres normal stelah traumae. Kreatinin: trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.f. Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi multiple atau cedera hati.8. PENATALAKSANAANa. Penatalaksanaan medisPenatalaksanaan awal pada fraktur menurut Lukman (2013), bila dicurigai adanya fraktur penting untuk melakukan imobilisai bagian tubuh segera sebelum klien dipindahkan. Bila klien mengalami cidera, sebelum dapat dilakukan pembidaian, ekstremitas harus disangga di atas sampai di bawah tempat patahan untuk mencegah gerakan rotasi maupun angulasi. Pembidaian sangat penting untuk mencegah kerusakan jaringan lunak oleh fragmen tulang.Penanganan fraktur terbuka menurut Rosyidi (2013) merupakan kasus emergensi karena dapat terjadi kontaminasi oleh bakteri dan disertai perdarahan yang hebat dalam waktu 6-8 jam (golden period). Kuman belum terlalu jauh meresap sehingga dilakukan:1) Pembersihan luka2) Exici3) Hecting situasi4) Antibiotik Sedangkan menurut Pusponegoro dalam Lukman (2013), penatalaksanaan fraktur terbuka secara klinis dibagi menjadi tiga derajat, yaitu:1) Derajat ITerdapat lika tembus kecil seujung jarum, luka ini didapat dari tusukan fragmen-fragmen tulang dari dalam.2) Derajat IILuka lebih besar disertai dengan kerusakan kulit subkutis. Kadang-kadang ditemukan adanya benda-benda asing di sekitar luka. 3) Derajat IIILuka lebih besar dibandingkan dengan luka pada derajat II. Kerusakan lebih hebat karena sampai mengenai tendon dan otot-otot saraf tepi.

Empat R pada fraktur:a) Rekognisis / penganalanRiwayat kejadian harus jelas untuk menentukan diagnosa dan tindakan selanjutnya (Rosyidi, 2013).b) ReduksiUpaya untuk memanipulasi fragmen tulang sehingga kembali spserti semula secara optimun. Dapat juga diartikan Reduksi fraktur (setting tulang) adalah mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasfanatomis (Rosyidi, 2013). Reduksi tertutup, traksi, atau reduksi terbuka dapat dilakukan untuk mereduksi fraktur. Metode tertentu yang di pilih bergantung sifat fraktur, namun prinsip yang mendasarinya tetap, sama. Biasanya dokter melakukan reduksi fraktur sesegera mungkin untuk mencegah jaringan lunak kehilangan elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema dan perdarahan. Pada kebanyakan kasus, reduksi fraktur menjadi semakin sulit bila bila cedera sudah mulai mengalamin penyembuhan. Sebelum reduksi dan imbobilisasi fraktur, pasien harus di persiapkan untuk menjalani prosedur; memperoleh izin untuk melakukan prosedur, dan analgetika di berikan sesuai ketentuan. Mungkin perlu dilakukan anastesia. Ekstremitas yang akan di manipulasi harus ditangani dengan lembut untuk mencegah kerusakan lebih lanjut (Rosyidi, 2013).Reduksi tertutup. Pada kebanyakan kasus, reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang keposisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual. Ekstremitas dipertahankan dalam posisi yang di inginkan, sementara gips, bidai dan alat lain di pasang oleh dokter. Alat immobilisasi akan menjaga reduksi dan menstabilkan ekstremitas untuk penyembuhan tulang. Sinar-X harus dilakukan untuk mengetahui apakah fragmen tulang telah dalam kesejajaran yang benar (Margareth, 2013).Traksi. Traksi dapat dilakukan untuk mendapatkan efek reduksi dan immobilisasi. Beratnya traksi di sesuaikan dengan spasme otot yang terjadi. Sinar-X digunakan untuk memantau reduksi fraktur dan aproksimasi fragmen tulang. Ketika tulang sembuh, akan terlihat pembentukan kalus pada sinar-X. Ketika kalus telah kuat dapat dipasang gips atau bidai utnuk melanjutkan immobilisasi (Padila, 2012).Reduksi terbuka. Pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka. Dengan pendekatan bedah, fragmen tulang di reduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, skrup, plat paku, atau batangan logam di gunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid (Rosyidi, 2013).c) Retensi / ImmobilisasiSebagai aturan umum, maka gips yang dipasang untuk mepertahankan reduksi harus melewati sendi di atas fraktur dan di bawah fraktur. Bila kedua sendi posisinya membentuk sudut dengan sumbu longitudinal tulang patah, maka koreksi angulasi dan oposisi dapat dipertahankan sekaligus mencegah perubahan letak rasional (Lukman, 2013). d) RehabilitasiMenghindari atropi dan kontaktur dengan fisioterapi. Segala upaya diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak. Reduksi dan imobilisasi harus di pertahankan sesuai kebutuhan (Rosyidi, 2013).b. Penatalaksanaan Keperawatan 1) Penatalaksanaan nyeri secara farmakologisAnalgesik merupakan metode yang paling umum untuk mengatasi nyeri. Walaupun analgesik dapat menghilangkan nyeri dengan efektif, perawat dan dokter masih cenderung tidak melakukan upaya analgesik dalam penanganan nyeri karena informasi obat yang tidak benar, karena adanya kekhawatiran klien akan ketagihan obat, cemas akan melakukan kesehatan dalam menggunakan analgesik narkotik dan pemberian obat yang kurang dari yang diresepkan (Andarmoyo, 2013).2) Penatalaksanaan nyeri secara non-farmakologisPenggunaan musik sebagai terapi non-farmakologik pada abad ke-19 musik telah dipraktikkan sebagai bagian dari intervensi keperawatan oleh Florence Nihgtingale dimana telah ditemukan bahwa bunyi-bunyian bisa membantu sebagai milieu therapy dalam menyembuhkan karena meningkatkan relaksasi. Pada tahun 2006 di Rumah Sakit Orebro University Swedia juga menerapkan terapi musik sebagai intervensi keperawatan. Dalam konteks keperawatan, musik bersifat audioanalgesia, audioanxiolytic, dan audiorelaxtation sehingga menstimulasi endorphin untuk menginhibisi nyeri, efek terapi yang dihasilkan berupa relaksasi, ketenangan emosional, denyut nadi, dan tekanan darah sistolik sehingga pasien dapat mengontrol diri ketika terjadi respon tidak nyaman yang menyebabkan respon nyeri berkurang. Jenis musik yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri dalam terapi musik adalah yang memiliki tempo 60-80 ketukan permenit dengan frekuensi 40-52 Hz dengan asumsi dasar bahwa frekuensi tersebut sama dengan frekuensi dasar di talamus. Tempo musik yang lambat akan menurunkan respiratory rate dan denyut nadi memiliki kesesuaian dengan rhytm dari musik. Sementara untuk mengurangi nyeri pada trauma muskuloskeletas akut, seperti fraktur dan post operasi disarankan menggunakan frekuensi 40-60 Hz yang telah tebukti mengurangi nyeri, menurunkan kecemasan, ketegangan otot, dan menimbulkan efek tenang. Waktu pelaksanaan terapi dapat dimulai sesegera mungkin, yaitu dalam 2 jam post operasi. Musik harus diperdengarkan dengan volume 40-60 dB minimal selama 15 menit dalam sekali sesi untuk memperoleh efek terapi yang maksimum dengan sesi terapi minimal dua kali sehari (Novita Dian, 2012).

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA AMAN NYAMAN: NYERI PADA PASIEN DENGAN FRAKTUR DI RUANG ANGGREK RS NU MANGIR BANYUWANGI1. Pengkajiana. Identitas Biasanya terjadi pada laki-laki daripada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan, atau kecelakaan (Lukman, 2013). b. Keluhan utamaKeluhan utama fraktur biasanya nyeri (Padila, 2012). Keluhan lain yang muncul yaitu bengkak, ekimosis (memar), krepitasi, penurunan status neurovaskular, atrofi distal, dan keterbatasan gerak (Bararah & Jauhar, 2013).c. Riwayat Kesehatan1) Riwayat Penyakit SekarangP:pada kondisi nyeri otot, tulang, dan sendi biasanya disebabkan adanya kerusakan jaringan saraf akibat suatu trauma atau merupakan respons dari inflamasi lokal (Helmi, 2012).Q:biasanya pasien mengeluh nyeri yang tajam dan menusuk (Rosyidi, 2013).R: biasanya nyeri dapat menyebar pada keadaan yang menyebabkan tekanan serabut saraf (Padila, 2012).S:biasanya pasien mengeluh nyeri yang dirasakan terus menerus (Black & Hawks, 2014).T:biasanya pasien mengeluh nyeri bertambah berat jika digerakkan namun hilang dengan beristirahat.2) Riwayat Kesehatan Dahulu Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung. Penyakit-penyakit seperti kanker tulang, diabetes mellitus dengan luka di kaki sangat beresiko terjadinya ostyeomelitis akut maupun kronik dan juga diabetes menghambat proses penyembuhan tulang (Rosyidi, 2013).3) Riwayat Kesehatan Keluarga Pada umumnya, penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik (Rosyidi, 2013).d. Pola-pola Fungsi KesehatanMenurut Padila (2012), pola fungsi kesehatan pada fraktur ada 11, yaitu:1) Pola Persepsi Dan Tata Laksana Hidup SehatPada kasus fraktur akan timbul ketakutan akan terjadinya kecacatan pada dirinya dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhan tulangnya selain itu, pengakjian juga meliputi kebiasaan hidup pasien seperti penggunaan obat steroid (anti inflamasi) yang dapat mengganggu metabolisme kalsium, pengkonsumsian alkohol yang bisa mengganggu keseimbangannya dan apakah pasien melakukan olahraga atau tidak.2) Pola Nutrisi dan MetabolismePada pasien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan tulang. 3) Pola EliminasiUntuk kasus fraktur tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tetapi walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces. 4) Pola Tidur dan IstirahatPada umumnya semua pasien fraktur mengalami keterbatasan gerak/kehilangan fungsi motorik pada bagian yang terkena. Adanya kesulitan tidur dan istirahat pada pasien fraktur dikarenakan rasa nyeri.

5) Pola AktivitasKarena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan pasien menjadi berkurang dan kebutuhan pasien perlu banyak dibantu oleh orang lain.6) Pola Hubungan dan PeranPada umumnya pasien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. Karena pasien harus menjalani rawat inap.7) Pola Persepsi dan Konsep DiriDampak yang timbul pada pasien fraktur yaitu timbul ketakukan akan kecacatan akibat frakturnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah.8) Pola Sensori dan Kognitif Pada pasien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal fraktur, sedang pada indera yang lain tidak timbul gangguan. Begitu juga pada kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu, timbul rasa nyeri akibat fraktur.9) Pola Reproduksi SeksualDampak pada pasien fraktur yaitu, pasien tidak bisa melakukan hubungan seksual karena harus menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang dialami pasien.10) Pola Penanganan StressPada pasien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu ketakutan timbul kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya.11) Pola Tata Nilai dan KeyakinanUntuk pasien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena nyeri.e. Pemeriksaan Fisik1) Keadaan Umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-tanda, seperti:a) Kesadaran penderita: Apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis, tergantung pada keadaan klienb) Kesakitan, keadaan penyakit: Akut, kronik, ringa, sedang, berat dan kasus fraktur biasanya akut.c) Tanda-tanda vital tidak normal karena gangguan baik fungsi maupun bentuk (Rosyidi, 2013).2) Pemeriksaan Head to Toea) KepalaTerdapat pembengkakan lokal, laserasi kulit, dan perdarahan akibat terjadinya trauma (Padila, 2012).

b) Leher Reflek menelan lemah, laserasi kulit, dan pembengkakan lokal (Lukman, 2013).c) Muka Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi maupun bentuk. Tidak ada lesi, simetris (Padila, 2012).d) Mata Terdapat gangguan seperti konjungtiva anemis karena adanya perdarahan (Rosyidi, 2013).e) Telinga Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan (Padila, 2012).f) HidungAdanya sumbatan/obstrukti jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk (Musliha, 2010).g) Mulut dan FaringTidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan. Mukosa mulut tidak pucat (Padila, 2012).h) ThoraksTidak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris (Rosyidi, 2013).i) ParuInspeksi:pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paruPalpasi:pergerakan sama atau simetris, fremitus teraba samaPerkusi:suara ketok sonor, tidak ada redup atau suara nafas tambahanAuskultasi: suara nafas nornal, tidak ada wheezing, atau suara nafas tambahan lainnya sperti stridor dan ronchi (Rosyidi, 2013).j) JantungInspeksi:tidak nampak ictus cordisPalpasi: nadi meningkat, ictus cordis teraba pada ICS 4-5 Mid Clavikula SinistraAuskultasi: suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada mur-mur (Lukman, 2013).k) Abdomen Inspeksi: Bentuk dasar, simetris, tidak ada herniaAuskultasi: peristaltik usus normal + 20 kali/menitPalpasi:turgor baik, tidak ada defans muskuler (nyeri tekan pada seluruh lapang abdomen), hepar tidak terabaPerkusi:suara timpani, ada pantulan gelombang cairan (Rosyidi, 2013).l) KulitInspeksi: terdapat eritema, suhu sekitar daerah trauma meningkat, bengkak, odemaPalpasi: nyeri tekan (Padila, 2012).m) Inguinal-Genitalia-AnusTidak ada kesulitan BAB (Rosyidi, 2013).n) ExtremitasTerdapat luka terbuka/tertutup, ketidaksejajaran pada tulang, pembengkakan, deformitas, perdarahan, terdapat nyeri tekan, terdapat kerusakan arteri (pada fraktur terbuka) (Muttaqin, 2013).f. Pemeriksaan penunjang:1) Pemeriksaan Rontgen: hasil foto menunjukkan adanya diskontinulitas tulang, lokasi fraktur/trauma, dan jenis fraktur (Lukman, 2013).2) Pemeriksaan darah (Lukman, 2013):Nilai normala) Hemoglobin: < 9Pr:11,5-16,5. Lk:13-18,0gr/dlb) Leukosit: > 11.0004000-11.000 /mm3c) Eritrosit: < 4,0Pr: 4,0-5,0. Lk:4,5-5,0/mm3d) Hematokrit: < 37Pr: 37-43. Lk: 40-50 %e) Trombosit: > 400.000150.000-400.000 /mm3f) LED 1 jam: > 15Pr: 0-10. Lk: 0-15 Mm/jam2. Analisa DataNo.Kelompok DataEtiologiMasalah

1.Ds: Menyatakan secara verbal atau melaporkan nyeri dengan isyarat

Do: Wajah menyeringai Terdapat nyeri tekan Terdapat luka terbuka/tertutup Skala nyeri (0-10) Hasil rontgen abnormal

Trauma

Fraktur

Cedera sel

Pelepasan mediator kimia

Nociceptor

Medulla spinali

Korteks serebri

Nyeri

Nyeri Akut

2.Ds: Menyatakan secara verba terjadi perubahan sensasiDo: Pengisian kapiler (>3) detik Akral dingin Terdapat perdarahan Terdapat kerusakan arteri Sianosis Lab. Hb: < 9 gr/dl

Trauma

Fraktur

Diskontinuitas tulang

Kerusakan fragmen tulang

Tek. Sumsum tulang lebihTinggi dari kapiler

Melepaskan katekolamin

Metabolisme asam lemak

Bergabung dengan trombosit

Emboli

Menyumbat pembuluh darah

Ketidak efektifan perfusi jaringan periferKetidakefektifan perfusi jaringan perifer

3.Ds: Menyatakan secara verbal terdapat luka terbukaDo: Terdapat luka terbuka Terdapat eritema Laserasi kulitTrauma

Fraktur

Diskontinuitas tulang

Perubahan jaringan sekitar

Laserasi kulit

Kerusakan Integritas kulitKerusakan Integritas kulit

4.Ds: Menyatakan secara verbal tidak bisa melakukan aktivitasDo: Keterbatasan gerak Aktivitas klien dibantu oleh orang lain Terdapat deformitas Trauma

Fraktur

Diskontinuitas tulang

Perubahan jaringan sekitar

Pergeseran fragmen tulang

Deformitas

Gangguan fungsi ektremitas

Keterbatasan gerak

Hambatan mobilitasHambatan mobilitas fisik

5.Ds: -Do: Terdapat luka Terdapat peningkatan suhu lokal Bengkak Hasil Laboratorium Terjadi peningkatan leukosit (> 11.000 gr/dl)LED 1 jam: > 15 Mm/jamTrauma

Fraktur

Diskontinuitas tulang

Perubahan jaringan sekitar

Laserasi kulit

Resiko infeksi

Resiko infeksi

6.Ds: -Do: Penurunan tekanan darah Perdarahan Nadi lemah

Trauma

Fraktur

Diskontinuitas tulang

Perubahan jaringan sekitar

Laserasi kulit

Putus vena/arteri

Perdarahan

Kehilangan volume cairan

Resiko syokResiko syok (hipovolemik)

3. Diagnosa Keperawatana. Nyeri akut b/d agen-agen penyebab cedera (misalnya, biologis, kimia, fisik, dan psikologis) (NANDA NIC-NOC, 2013).b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d penurunan suplai darah kejaringan (NANDA NIC-NOC, 2013).c. Kerusakan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat, sekrup) (Kusuma, 2015).d. Hambatan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuscular, nyeri, terapi restriktif (imobilisasi) (NANDA NIC-NOC, 2013).e. Resiko infeksi b/d trauma, imunitas tubuh primer menurun, prosedur invasive (pemasangan traksi) (NANDA NIC-NOC, 2013).f. Resiko syok (hipovolemik) b/d kehilangan volume darah akibat trauma (fraktur) (Kusuma, 2015).

4. Intervensi Keperawatan a. Nyeri akut b/d agen injuri fisik, spasme otot, gerakan fagmen tulang, edema, cedera jaringan lunak, pemasangan traksi (NANDA NIC-NOC, 2013).Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan klien memperlihatkan pengendalian nyeri (NANDA NIC-NOC, 2013).Kriteria Hasil (NANDA NIC-NOC, 2013):1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan manajemen nyeri3) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)4) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurangIntervensi (NANDA NIC-NOC, 2013): 1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor prespitasi (NANDA NIC-NOC 2013).R: Mempengaruhi efektivitas intervensi. Tingkat ansietas dapat mempengaruhi persepsi reaksi nyeri (Lukman, 2013).2) Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, bebat, dan traksi (Rosyidi, 2013).R:Mengurangi nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang/tengangan jaringan yang cedera (Lukman, 2013).3) Ganti linen tempat tidur bila diperlukan (NANDA NIC-NOC, 2013).R: Meningkatkan kenyamanan karena peningkatan produksi panas dalam gips yang kering (Lukman, 2013).4) Berikan alternatif tindakan kenyamanan, seperti pijatan punggung, perubahan posisi (NANDA NIC-NOC, 2013).R: Meningkatkan sirkulasi untuk menurunkan area tekanan lokasi dan kelelahan otot (Rosyidi, 2013).5) Anjurkan penggunaan manajemen nyeri seperti relaksasi progresif, latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan terapeutik (NANDA NIC-NOC, 2013).R:Memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol dan dapat meningkatkan kemampuan koping dalam manajemen nyeri, yang mungkin menetap untuk periode yang lama (Lukman, 2013).6) Lakukan kompres dingin selama fase akut (24-48 jam pertama) sesuai kebutuhan (NANDA NIC-NOC, 2013). R:Menurunkan edema atau pembetukan hematom, menurunkan sensasi nyeri dengan menkonstriksikan pembuluh darah yang melebar (pecah) (Lukman, 2013).7) Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi (NANDA NIC-NOC, 2013).R:Untuk menurunkan nyeri dan spasme otot (Lukman & Ningsih, 2013).b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d penurunan suplai darah kejaringan (Kusuma, 2015).Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam diharapkan tidak ada gangguan perfusi jaringan perifer (NANDA NIC-NOC, 2013).Kriteria Hasil (NANDA NIC-NOC, 2013): 1) Pengisian kapiler ( 3 detikIntervensi (Kusuma, 2015):1) Monitor tanda awal syok (Kusuma, 2015).R: Parameter penting dalam menentukan intervensi sesuai dengan kondisi klinik individu. Pada pasien dengan perubahan akut, TTV dan dehidrasi berat, maka pemulihan hidrasi menjadi parameter utama dalam melakukan tindakan (Muttaqin & Kumala sari, 2013).2) Kolaborasi skor dehidrasiR:Pasien yang mengalami dehidrasi berat ditandai dengan skor dehidrasi 7-12 dan mempunyai risiko tinggi terjadinya syok hipovolemik (Muttaqin & Kumala sari, 2013).3) Berikan cairan iv dan atau oral yang tepat (Kusuma, 2015).R: Pemasangan IVFD secara dua jalur harus dapat dilakukan untuk mencegah syok yang bersifat irreversible (Muttaqin & Kumala sari 2013).4) Monitor status cairan, input output (Kusuma, 2015).R: Rehidrasi cairan harus diperhatikan dan diberikan sampai didapatkannya perbaikan status mental dan tanda perfusi jaringan sudah membaik untuk menghindari komplikasi lain (Muttaqin & Kumala sari, 2013).

DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, S. (2013). Konsep & Proses Keperawatan Nyeri. Jogjakarta: Arruz MediaBararah, T, & Jauhar M. (2013). Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi Perawat Profesianal Jilid 2. Jakarta: Prestasi Pustaka RayaBlack, Joyce M, & Jane Hokanson Hawks. (2014). Keperawatan medikal bedah: manajemen klinis untuk hasil yang diharapkan, edisi 8-buku 1. Ed. Aklia suslia, Peni puji lestari. Indonesia: Salemba MedikaHelmi, Zairin N. (2012). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika Lukman, & Ningsih, N, (2013). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba MedikaNovita, Dian. (2012). Pengaruh terapi musik terhadap nyeri post operasi open reduction and interna fixation (orif) di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek propinsi lampung. Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. http://lib.ui.ac.id. diunduh pada tanggal 7 april 2015, jam 08.53 WIB Nurarif, Amin Huda, & Kusuma Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta: Mediaction Padila. (2012). Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha MedikaRendi, M. Clevo, & Margareth TH. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit Dalam. Nuha Medika: YogyakartaRosyidi, Kholid. (2013). Muskuloskeletal. Jakarta: TIM Saryono, Widianti AT, (2010). Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.Wijaya, Andra Saferi, & Yessie Mariza Putri. (2013). Kmb 2 Keperewatan Medikal Bedah Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha MedikaWilkinson J & Ahern NR. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta: EGC

6Trauma langsung

Trauma tidak langsung

Kondisi patologis

Pergeseran fragmen tulang

fraktur

Diskotinuitas tulang

Tek. sumsum tulang lebih tinggi dari kapiller

Perubahan jaringan sekitar

Pergeseran fragmen tulang

Deformitas

Gangguan fungsi ekstremitas

Hambatan mobilitas fisik

Spasme otot

Peningkatan tek. kapiler

Pelepasan histamin

Protein plasma hilang

Edema

Penekanan pembuluh darah

Laserasi kulit

Putus vena/arteri

Perdarahan

Kehilangan volume cairan

Resiko syok (hipovolemik)

Nyeri akut

Kerusakan fragmen tulang

Melepaskan ketokolamin

Metabolisme asam lemak

Bergabung dg trombosit

Emboli

Menyumbat pembuluh darah

Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

Kerusakan integritas kulit

Resiko infeksi