bab i-ii-iii (proposal).docx
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Hidrosefalus adalah suatu gangguan pembentukan, aliran, atau penyerapan dari cairan
serebrospinal sehingga menyebabkan peningkatan dari volume cairan serebrospinal pada
susunan saraf pusat. Kondisi ini juga dapat disebut sebagai gangguan hidrodinamik dari cairan
serebrospinal (Rekate, 2009)
Jumlah kasus hidrosefalus di dunia cukup tinggi. Di Negara Amerika kejadian
hidrosefalus dijumpai sekitar 0,5-4 per 1000 kelahiran hidup (Piatt, 2004). Thanman (1984)
melaporkan insidensi hidrosefalus antara 0,2- 4 setiap 1000 kelahiran. Di Jepang kejadian
hidrosefalus 0,2 per 1000 kelahiran. Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur. Hidrosefalus
infantil; 46% diantaranya adalah akibat abnormalitas perkembangan otak, 50% karena
perdarahan subaraknoid dan meningitis, dan kurang dari 4% akibat tumor fossa posterior. Di
Indonesia kasus hidrosefalus mencapai kurang lebih 2 kasus dalam 1000 kelahiran (Harsono,
1996).
Kebanyakan pasien hidrosefalus diterapi dengan shunt. Hanya sekitar 25% dari pasien
dengan hidrosefalus yang berhasil diterapi tanpa pemasangan shunt. Prinsip dari shunting adalah
untuk membentuk suatu hubungan antara cairan serebrospinal (ventrikel atau lumbal) dan rongga
tempat drainase (peritoneum, atrium kanan, pleura).
Dilaporkan sekitar 25%-40% malfungsi shunt terjadi pada 1 tahun pertama pemasangan
(Weprin, 2002). Dari penelitian yang lain didapatkan data bahwa sekitar 30%-40% malfungsi
shunt terjadi akibat proses mekanis atau proses infeksi pada tahun pertama pemasangan, dan
sekitar 15% kegagalan terjadi pada tahun kedua. Setelah tahun kedua, tingkat kegagalan turun
menjadi 1%-7%. Hal ini menyebabkan naiknya tingkat mortalitas pasien hidrosefalus menjadi
0,1%. Mortalitas terkait malfungsi shunt dijumpai sekitar 1%-4% dari total populasi.(Piatt, 2004)
Agarwwal et al melaporkan,dari 16% malfungsi shunt dilaporkan sebanyak 14%
disebabkan oleh infeksi shunt. Sebanyak 5-8% shunt yang baru ditempatkan dapat menjadi
terinfeksi (Kestle et al, 2011).
1
Infeksi yang terjadi pada shunt dapat menyebabkan timbulnya respon peradangan berupa
meningkatnya kadar leukosit, protein, fibrin dan sel pada VP shunt. Brydon, dalam
penelitiannya melaporkan bahwa fibrin, protein, dan leukosit yang meninggi dapat menyebabkan
terjadinya obstruksi pada shunt sehingga terjadi malfungsi shunt.
Gambaran klinis malfungsi shunt sama seperti gambaran klinis hidrosefalus. Disamping
itu, dapat dijumpai fluktuasi/akumulasi cairan di bawah kulit disepanjang tract VP-shunt,
demam, kulit disepanjang tract yang hiperemis, atau pompa flushing device yang tidak segera
kembali.
Kadar sel dan protein cairan serebrospinal sangat menentukan keberhasilan
penatalaksanaan hidrosefalus menggunakan VP-Shunt. Sebuah statistik analisis memperlihatkan
bahwa kegagalan akibat pemasangan shunt berhubungan dengan jumlah sel atau kadar protein
( Foltz and Surtleff, 1963 ; Lorber and Bath, 1974; Wise and Ballard, 1976; Taylor and Petter,
2001).
Akan tetapi beberapa penelitian lain menunjukkan hal sebaliknya, bahwa tidak ada
hubungan kadar protein cairan serebrospinal dengan resiko peningkatan malfungsi shunt
(Brydon and Hayward et al 1996). Ramos dan Kang pada tahun 2008 menemukan malfungsi
shunt yang terjadi tidak berhubungan dengan kadar protein cairan serebrospinal.
Oleh karena itu peneliti bermaksud untuk melihat apakah kadar protein cairan
serebrospinal dan jumlah sel cairan serebrospinal berhubungan dengan tingkat kejadian
malfungsi VP-Shunt, khususnya pada pasien bedah saraf Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada pengaruh antara peningkatan kadar protein cairan serebrospinal dan jumlah
cairan serebrospinal peningkatan kejadian malfungsi VP-Shunt pada pasien hidrosefalus di
Rumah Sakit Haji Adam Malik
1.3 Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh antara peningkatan kadar protein cairan serebrospinal dan jumlah sel
cairan serebrospinal dengan angka kejadian Malfungsi VP-Shunt pada pasien hidrosefalus di
Rumah Sakit Haji Adam Malik.
2
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh kadar protein dan jumlah sel pada cairan serebrospinal dengan
angka kejadian malfungsi VP-Shunt pada penderita hidrosefalus Di Rumah Sakit Haji Adam
Malik
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui angka kejadian malfungsi VP-Shunt pada penderita hidrosefalus di
Rumah Sakit Haji Adam Malik
2. Mengetahui pengaruh kadar protein cairan serebrospinal dengan kejadian malfungsi
VP-Shunt pada penderita hidrosefalus Di Rumah Sakit Haji Adam Malik
3. Mengetahui pengaruh jumlah sel pada cairan serebrospinal dengan angka kejadian
malfungsi VP-Shunt pada penderita hidrosefalus Di Rumah Sakit Haji Adam Malik
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bidang Akademik/Ilmiah
Angka kejadian malfungsi VP-Shunt banyak dijumpai pada usia anak dan
dewasa .Analisis lebih lanjut mengenai hal ini dapat memberikan petunjuk penting
mengenai hubungan kadar protein dan jumlah sel cairan serebrospinal pada hidrosefalus
terhadap malfungsi VP-Shunt
1.5.2 Bidang Pelayanan Masyarakat
1. Sebagai bahan informasi berkaitan dengan faktor-faktor yang berkaitan dengan
kejadian malfungsi VP-Shunt Sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
2. Sebagai tambahan informasi berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
malfungsi VP-Shunt, sehingga dapat dilakukan upaya mengurangi angka kejadian
malfungsi VP-Shunt
3
1.5.3. Bidang Pengembangan Penelitian
Dengan penelitian ini,diharapkan adanya intervensi baru untuk pencegahan terjadinya
malfungsi VP-Shunt
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pendahuluan
Hidrosefalus didefinisikan sebagai suatu gangguan pembentukan,aliran, atau penyerapan
cairan serebrospinal yang mengarah ke peningkatan volume cairan di dalam susunan saraf pusat.
Kondisi ini juga bisa disebut sebagai gangguan hidrodinamik dari cairan cairan serebrospinal 1.
Akut hidrosefalus terjadi selama beberapa hari, hidrosefalus subakut terjadi selama beberapa
minggu dan hidrosefalus kronis terjadi selama bulan atau tahun. Kondisi seperti atrofi otak dan
lesi destruktif fokus juga mengakibatkan peningkatan abnormal cairan serebrospinal dalam
susunan saraf pusat.11 Hidrosefalus juga didefenisikan sebagai peningkatan cairan serebrospinal
dengan kompartemen intracranial termasuk edema dan hidrosefalus ex vakum1,24
Hidrosefalus komunikan terjadi karena kelebihan produksi cairan serebrospinal (jarang),
gangguan penyerapan dari cairan serebrospinal (paling sering)12. Hidrosefalus non kommunikan
terjadi ketika aliran cairan serebrospinal terhalang dalam sistem ventrikel atau dalam outlet untuk
ruang arakhnoid, mengakibatkan penurunan cairan serebrospinal dari ventrikel ke ruang
subarachnoid. Bentuk yang paling umum adalah hidrosefalus obstruktif dan disebabkan oleh lesi
massa-menduduki intraventricular atau extraventricular yang mengganggu anatomi ventrikel13.
Ada tiga prinsip pengobatan hidrosefalus, yaitu; Mengurangi produksi cairan
serebrospinal, memperbaiki hubungan antara tempat produksi cairan serebrospinal, Pengeluaran
cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial 15.
Anatomi dan Fisiologi
Ruangan cairan serebrospinal mulai terbentuk pada minggu kelima masa embrio, terdiri
dari sistem ventrikel, sisterna magna pada dasar otak dan ruangan subaraknoid yang meliputi
seluruh susunan saraf. Cairan serebrospinal yang dibentuk di dalam sistem ventrikel oleh pleksus
koroidalis kembali ke peredaran darah melalui kapiler dalam piamater dan arakhnoid yang
meliputi seluruh susunan saraf pusat. Hubungan antara sistem ventrikel dan ruang subarachnoid
adalah melalui foramen Magendie di median dan foramen Luschka di sebelah lateral ventrikel
IV15.
5
Sebagian besar cairan serebrospinalis yang
dihasilkan oleh pleksus koroidalis di dalam
ventrikel otak akan mengalir ke foramen
Monro ke ventrikel III, kemudian melalui
akuaduktus Sylvius ke ventrikel IV. Dari
sana likuor mengalir melalui foramen
Magendi dan Luschka ke sisterna magna
dan rongga subarachnoid di bagian cranial
maupun spinal. Penyerapan terjadi melalui
vilus arakhnoid yang berhubungan dengan
sistem vena seperti sinus venosus
serebral8praothdwynaaym oicf sC rSeFp
frleoswe natnedd caesr ae bcriracl ubilto
doidag Gggggg frloamw
Gambar I : Intracranial hydrodynamics represented as a circuit diagramwith a parallel pathway of CSF flow and cerebral blood flow.With permission from Barrow Neurological Institute.1
Meskipun mekanisme absorbsi cairan liquor terganggu, tingkat penyerapan tidak akan
mengalami peningkatan, ini merupakan mekanisme hidrosefalus progresif. Papilloma pleksus
khoroideus yang merupakan kondisi patologis dimana terjadi gangguan pada proses absorbsi
sehingga terjadi akumulasi cairan liqour.8 Ketika penyerapan terganggu, upaya untuk
mengurangi pembentukan cairan serebrospinal tidak cenderung memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap volume16.
Epidemiologi
Insidensi kongenital hidrosefalus pada United States adalah 0.9 per 1.000 kelahiran
hidup21. .Insiden hidrosefalus yang didapat tidak diketahui secara pasti karena berbagai gangguan
yang dapat menyebabkan kondisi tersebut. sekitar 100,000 shunt digunakan setiap tahunnya di
beberapa Negara, namun sedikit informasi yang tersedia untuk Negara lainnya. Jika hidrosefalus
tidak ditatalaksana, kematian dapat terjadi akibat sekunder tonsilar herniasi akibat kompresi sel
otak dan menyebabkan respiratory arrest.
6
Ketergantungan shunt terjadi pada 75% dari semua kasus hidrosefalus yang ditatalaksana
dan 50% pada anak-anak dengan hydrocephalus tipe komunikan. Pasien tersebut sering datang
ke rumah sakit untuk revisi shunt atau untuk pengobatan komplikasi shunt atau kegagalan shunt.
Gangguan pengembangan fungsi kognitif pada bayi dan anak-anak, atau hilangnya fungsi
kognitif pada orang dewasa, merupakan komplikasi pada hidrosefalus yang tidak di obati. Hal ini
dapat menetap setelah pengobatan. Kehilangan visual juga merupakan penyulit dari hidrosefalus
yang tidak diobati dan dapat menetap setelah pengobatan1.
Patofisiologi Hidrosefalus
Secara teoritis hidrosefalus terjadi sebagai akibat dari tiga mekanisme yaitu; produksi
liquor yang berlebihan, peningkatan resistensi aliran liquor, peningkatan tekanan sinus venosa.
Sebagai konsekuensi dari tiga mekanisme diatas adalah peningkatan tekanan intrakranial sebagai
upaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan absorbsi. Mekanisme terjadinya dilatasi
ventrikel masih belum dipahami dengan jelas, namun hal ini bukanlah hal yang sederhana
sebagaimana akumulasi akibat dari ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi.8
Produksi liquor yang berlebihan hampir semua disebabkan oleh tumor pleksus khoroid
(papiloma dan karsinoma). Adanya produksi yang berlebihan akan menyebabkan tekanan
intrakranial meningkat dalam mempertahankan keseimbangan antara sekresi dan absorbsi liquor,
sehingga akhirnya ventrikel akan membesar. Adapula beberapa laporan mengenai produksi
liquor yang berlebihan tanpa adanya tumor pada pleksus khoroid 8,11,17
Gangguan aliran liquor merupakan awal dari kebanyakan dari kasus hidrosefalus.
Peningkatan resistensi yang disebabkan oleh gangguan aliran akan meningkatkan tekanan liquor
secara proporsional dalam upaya mempertahankan resorbsi yang seimbang. Derajat peningkatan
resistensi aliran cairan liquor ada kecepatan perkembangan gangguan hidrodinamik berpengaruh
pada penampilan klinis17.
Perjalanan Cairan serebrospinal Pada Sistem Ventrikel
Perjalanan normal dari aliran cairan serebrospinal adalah dari pleksus koroideus cairan
serebrospinal mengalir ke ventrikel lateralis lalu ke foramen monro memasuki ventrikel ketiga,
kemudian melalui aquaduktus silvii menuju ventrikel keempat, lalu memasuki foramen luschka
7
dan foramen magendi hingga masuk ke rongga subarachnoid, granulasi arachnoidalis, dural
sinus, dan pada akhirnya memasuki sistem vena.
Gambar 2. Ilustrasi sistem ventrikel. Dikutip dari: The brain and cranial nerves. In:
Principles of anatomy and physiology 12:500. John Wiley & Sons, 2009
Secara embriologinya, sistem ventrikel mulai terbentuk pada waktu terjadi penutupan neural
groove menjadi neural tube. Cairan sudah dapat dijumpai dalam neural tube ini bahkan sebelum
cikal bakal pleksus koroideus terbentuk. Cairan ini menjadi sarana difusi metabolit-metabolit di
jaringan sekitarnya sebelum pembuluh darah terbentuk.
Cairan serebrospinal di dalam ventrikel mengandung hormon, proteoglikan dan ion-ion
yang komposisinya selalu berubah-ubah setiap waktu. Dilatasi ventrikel dapat dijumpai pada
minggu-minggu awal proses pertumbuhan janin dan akan segera kembali normal pada usia
kehamilan 30 minggu.
Jaringan mesenkim disekitar permukaan otak akan terorganisasi membentuk membran
pia-arachnoid, sisterna dan rongga subarachnoid. Sisa-sisa mesenkim nantinya akan membentuk
anyaman-anyaman trabekular arachnoid.
Pleksus Koroideus
Pleksus koroideus yang berada di ventrikel tiga dan ventrikel empat berasal dari
invaginasi roof plate, sedangkan pleksus koroideus yang berada di ventrikel lateral berasal dari
fisura koroidalis dari telencephalon yang sedang berkembang. Pleksus koroideus terdiri dari
lapisan epitel yang membungkus jaringan stroma. Inti stroma tersebut yang dikenal dengan tela
8
choroidea berasal dari sel mesenkim, sedangkan lapisan epitel yang membungkusnya berasal dari
spongioblast neural tube yang melapisi permukaan dinding ventrikel. Lapisan epitel pada
awalnya bersifat pseudostratified yang kemudian akan berubah menjadi selapis sel kuboid.
Dalam perkembangannya, pleksus koroideus akan membentuk lobulus yang nantinya akan
dilapisi oleh mikrovili. Mikrovili ini semakin lama semakin berkonvolusi dan melakukan fungsi
sekresinya. Pleksus koroideus pertama kali tumbuh di ventrikel empat. Sambil berjalannya
waktu, sebagian besar pleksus koroideus berada di ventrikel lateral terutama pada dinding medial
ventrikel. Pleksus koroideus di ventrikel lateral ini mendapat vaskularisasi dari arteri koroidalis
anterior dan posterior. Sisa pleksus koroideus yang lain berada di atap ventrikel tiga dan
ventrikel empat yang mendapat vaskularisasi dari medial posterior choroidal artery, anterior
inferior cerebellar artery (AICA) dan posterior inferior cerebellar artery (PICA). Vena-vena
koroidalis akan mengalir ke vena serebri interna yang merupakan bagian dari vena profunda
(vein of Galen).
Pembentukan CSF dipengaruhi oleh beberapa transporter dan enzim (carbonic
anhydrase, sodium-potassioum adenosine triphosphatase/ Na+ K+ ATPase dan aquaporin-1).
Semakin sempurna sistem enzim dan transporter ini bekerja, semakin banyak CSF yang
dihasilkan. Pada pleksus koroideus papiloma, terjadi produksi cairan serebrospinal yang
berlebihan sehingga terjadi hidrosefalus.8
Sebagian besar cairan sererbrospinal memang diproduksi di dalam sistem ventrikel.
Tetapi disamping pleksus koroideus, cairan serebrospinal juga dihasilkan oleh sel ependim serta
di jaringan otak itu sendiri. Mekanisme tentang bagaimana sel ependim dan jaringan otak dapat
menghasilkan cairan serebrospinal belum sepenuhnya diketahui. Sekitar 70-80% cairan
serebrospinal dihasilkan oleh pleksus koroideus, dan sisanya bukan dari pleksus koroideus8,20
Cairan serebrospinal diproduksi sekitar 500 cc per hari (0.35 ml/ menit). Volume total
cairan serebrospinal pada orang dewasa adalah 100-150 cc. 15-25 cc dari jumlah tersebut berada
didalam ventrikel. 1,2,8,24
Tabel 1. Kandungan nilai normal dari CSF.
9
Presentasi KlinisClinical features of hydrocephalus
Manifestasi klinis hidrosefalus pada anak tergantung dari usia. Pada bayi yang suturanya
belum menutup, manifestasi klinis yang menonjol adalah lingkar kepala yang membesar. Pada
anak yang suturanya telah menutup, manifestasi klinis yang muncul disebabkan oleh peningkatan
tekanan intrakranial.8
Adapun gejala pada orang dewasa ialah: pusing, muntah, penglihatan berkunang-kunang,
kepala terasa berat, lelah. Tanda yang dapat dijumpai: papiledem, pembesaran titik buta pada
lapangan pandang yang menyebabkan berkurangnya tajam penglihatan, lenggang dyspraxia,
pembesaran kepala, dan perasaan canggung.
Sedangkan gejala pada orang tua: simptomnya ialah: perlambatan mental, sering jatuh,
inkontinensia, pandangan berkabut, dispraksia (lambat berjalan, lenggang mengayun), dementia,
dan terkadang papiledem 8,24
Tabel 2. Ukuran rata-rata lingkar kepala. 4 Dikutip dari: Neurosurgery 62[SHC Suppl 2]:SHC643–SHC660,
2008
Lahir
Umur 3 bulan
Umur 6 bulan
Umur 9 bulan
Umur 12 bulan
Umur 18 bulan
35 cm
41 cm
44 cm
46 cm
47 cm
48,5 cm
10
Gejala klinis bervariasi sesuai dengan umur penderita17. Gejala yang tampak berupa
gejala akibat tekanan intracranial yang meninggi15. Pada pasien hidrosefalus berusia di bawah 2
tahun gejala yang paling umum tampak adalah pembesaran abnormal yang progresif dari ukuran
kepala. Makrokrani mengesankan sebagai salah satu tanda bila ukuran lingkar kepala lebih besar
dari dua deviasi standart di atas ukuran normal, atau persentil 98 dari kelompok usianya 8,17.
Selain itu menentukan telah terjadinya makrokrania juga dapat dipastikan dengan mengukur
lingkaran kepala suboksipito-bregmatikus dibandingkan dengan lingkaran dada dan angka
normal pada usia yang sama.Lebih penting lagi ialah pengukuran berkala lingkaran kepala yaitu
untuk melihat pembesaran kepala yang progresif dan lebih cepat dari normal15
Kerusakan saraf yang memberi gejala kelainan neurologis berupa gangguan kesadaran,
motoris atau kejang, kadang-kadang gangguan pusat vital, bergantung kepada kemampuan
kepala untuk membesar dalam mengatasi tekanan intracranial yang meninggi. Bila proses
berlangsung lambat, maka mungkin tidak terdapat gejala neurologis walaupun telah terdapat
pelebaran ventrikel yang belum begitu melebar15.
Gejala lainnya yang dapat terjadi ialah spastisistas yang biasanya melibatkan ekstremitas
inferior (sebagai konsekuensi peregangan traktus pyramidal sekitar ventrikel lateral yang
dilatasi) dan berlanjut sebagai gangguan berjalan, gangguan endoktrin (karena distraksi
hipotalamus dan ‘pituitari stalk’ oleh dilatasi ventrikel III)17
Pemeriksaan Fisik
Pengukuran dan pemantauan lingkar kepala anak dapat diukur melalui grafik lingkar
kepala standar pada anak. Grafik lingkar kepala khusus telah tersedia untuk mengukur lingkar
kepala pada anak yang prematur dan yang menderita achondroplasia. Penilaian lingkar kepala
pada grafik tersebut menggunakan satuan persentil.
Disamping lingkar kepala, keluhan yang sering dikatakan oleh orang tua adalah anaknya
menjadi lebih rewel (irritable), matanya cenderung melirik kebawah (sunsetting) atau menjadi
juling (akibat paresis nervus abdusens).
Pada anak-anak yang suturanya telah menyatu, lingkar kepala yang terukur bisa saja
normal, tetapi keluhan yang menonjol berupa nyeri kepala, mual dan muntah. Bila proses
peningkatan tekanan intrakranial terus berlanjut, maka akan dijumpai edema papil pada
11
pemeriksaan funduskopi24. Edema papil ini mungkin tidak terdeteksi pada anak yang suturanya
masih terbuka, kecuali telah mencapai lingkar kepala yang sangat besar. Keluhan-keluhan
tersebut yang terjadi pada beberapa tahun pertama dari anak yang mengalami hidrosefalus,
merupakan petunjuk bahwa hidrosefalus tersebut diakibatkan oleh proses patologi sekunder
seperti akibat tumor, cedera kepala atau meningitis.
Keputusan untuk memasang shunt pada anak yang menunjukan gambaran
ventrikulomegali sangat sulit. Sekali alat shunt dipasang pada anak tersebut, akan sangat sulit
untuk memutuskan kapan shunt tersebut dapat dilepas. Dibeberapa pusat pelayanan bedah saraf
diluar negeri digunakan alat bantu berupa ICP monitoring,3 MR Spectroscopy4 dan magnetic
resonance measurement of cerebral blood flow5 pada beberapa kasus yang dinilai sulit apakah
perlu dipasang shunt atau tidak. Pada umumnya, keputusan untuk mengambil intervensi pada
penderita hidrosefalus didasarkan pada kecenderungan pertambahan lingkar kepala dari waktu ke
waktu, ventrikel yang melebar, dan perburukan dari gejala klinis.4
Kriteria Radiologis
CT atau MRI dapat memperlihatkan suatu hidrosefalus, ada beberapa keriteria pada CT
atau MRI yang menunjukkan adanya gambaran hidrosefalus. Yang pertama ukuran dari setiap
temporal horn dari ujung ke ujung (TH) ≥ 2 mm (jika tidak ada hidrosefalus maka temporal horn
sulit terlihat). Atau TH ≥ 2 mm, dan ratio dari (FH/ID) > 0,5 (FH adalah jarak antara pinggiran
terlebar dari frontal horn dan ID adalah jarak antara tabula interna pada level FH). Dapat juga
dijumpai frontal horn dari ventrikel lateral balooning, disebut dengan ‘Mickey Mouse Ventrikel’.
Gambaran periventrikular yang hiperintens yang tampak pada T2 menandakan transependymal
absorption dari cairan serebrospinal.
Evans ratio juga dapat menentukan gambaran hidrosefalus. Evans Ratio adalah perbandingan
dari FH dengan jarak maksimal dari diameter biparietal. Dikatakan hidosefalus jika evans ratio >
30%. perbandingan (FH/ID) saja juga dapat menetukan gambaran hidrosefus. Ada beberapa
kriteria, yaitu jika (FH/ID) < 40 % maka disebut normal, jika 40-50% disebut borderline, dan
jika > 50% disangkakan hidrosefalus.8,9
12
Gambar 1. Kriteria radiologis untuk menilai hidrosefalus berdasarkan potongan aksial CT scan kepala. 8
Dikutip dari: Le May M, Hochberg FH.Ventricular differences between hydrostatic hydrocephalus and hydrocephalus ex vacuo by CT. Neuroradiology 1979;17(4);191-195
Pada foto Rontgen kepala polos lateral, tampak kepala yang membesar dengan
disproporsi kraniofasial, tulang yang menipis dan sutura melebar3, yang menjadi alat diagnostic
terpilih pada kasus ini adalah CT scan kepala dimana sistem ventrikel dan seluruh isi intrakranial
dapat tampak lebih terperinci, serta dalam memperkirakan prognosa kasus. MRI sebenarnya juga
merupakan pemeriksaan diagnostic terpilih untuk kasus kasus yang efektif. Namun, mengingat
waktu pemeriksaan yang cukup lama sehingga pada bayi perlu dilakukan pembiusan17.
Pemeriksaan cairan serebrospinal dengan punksi ventrikel melalui fontanel mayor, dapat
menunjukkan tanda peradangan, dan perdarahan baru atau lama. Punksi juga dilakukan untuk
menentukan tekanan ventrikel 11,14.
Ultrasonografi (USG) adalah pemeriksaan penunjang yang mempunyai peran penting
dalam mendeteksi adanya hidrosefalus pada periode perinatal dan pascanatal selama fontanelnya
tidak menutup sehingga dapat ditentukan adanya pelebaran ventrikel atau perdarahan dalam
ventrikel17.
CT-scan/MRI kriteria untuk akut hidrosefalus berupa11,12 :
Ukuran kedua temporal horns lebih besar dari 2 mm, jelas terlihat. Dengan tidak adanya
hydrocephalus, temporal horns nyaris tak terlihat, Rasio terlebar dari frontal horns untuk
diameter biparietal maksimal (yaitu, Evans ratio) lebih besar dari 30% pada hidrosefalus,
Eksudat Transependymal yang diterjemahkan pada gambar sebagai hypoattenuation
13
periventricular (CT) atau hyperintensity (MRI T2-weighted and fluid-attenuated inversion
recovery [FLAIR] sequences), Tanda pada frontal horn dari ventrikel lateral dan ventrikel ketiga
(misalnya, "Mickey mouse"ventrikel) dapat mengindikasikan obstruksi aqueductal.
CT-scan/MRI criteria untuk kronik hidrosefalus berupa11,12:
Temporal horns tidak begitu menonjol dari pada kasus akut, ventrikel ketiga dapat
mengalami herniasi ke dalam sella tursica, macrocrania (misalnya, occipitofrontal circumference
>98th percentile) dapat di jumpai, corpus callosum dapat mengalami atrofi (tampilan terbaik
pada potongan sagittal MRI).
Klasifikasi
Hidrosefalus adalah suatu kondisi yang ditandai oleh volume intrakranial cairan
cerebrospinal fuild yang berlebihan. Dapat berupa komunikan dan non komunikan, tergantung
pada apakah atau tidak hubungan cairan cerebrospinal antara sistem ventrikel dan subarachnoid
space 1,8,14,15,16
1. Hidrosefalus Obstruktif (Non-komunikans)
Terjadi peningkatan tekanan cairan serebrospinal yang disebabkan obstruksi pada salah satu
tempat pembentukan likuor, antara pleksus koroidalis sampai tempat keluarnya dari ventrikel
IV melalui foramen Magendi dan Luschka.
2. Hidrosefalus Komunikans
Terjadi peningkatan tekanan cairan serebrospinal tanpa disertai penyumbatan sistem ventrikel.
14
Tabel 3 : Classification of Hydrocephalus.9 Dikutip dari: Classification of Hydrocephalus.
Dikutip dari: Thompson D. Hydrocephalus. In: Moore JA, Newell DW. Neurosurgery.
Springer, 2009, p427
Obstructive hydrocephalus Communicating hydrocephalus
CongenitalAqueduct stenosisDandy Walker cystBenign intracranial cysts (e.g. arachnoid cyst)Vascular malformations (e.g. vein of Galen aneurysms)AcquiredTumours (e.g. third ventricle, pineal region, posterior fossa)Other mass lesions (e.g. giant aneurysms, abscessesVentricular scrarring
Congenital Arnold Chiari malformation (type II, less commonly type I)EncephalocelesSkull base deformityAcquired Infection (intrauterine, e.g. CMV, toxoplasma, post-bacterial meningitis)Haemorrhage (IVH of infancy, sub-arachnoid haemorrhage)Venous hypertension (e.g. venous sinus thrombosis, arterio-venous shunts)Meningeal carcinomatosisOversecretion of CSF (pleksus koroideus papillomas)
HIDROSEFALUS KONGENITAL
Sebagian besar anak mengalami hidrosefalus sejak atau segera setelah lahir. Pada anak-
anak tersebut, hidrosefalus terutama disebabkan oleh aqueduct stenosis, Dandy-Walker
malformation (DWM), holoprosencephaly, dan kelainan kongenital lainnya. Aqueduct stenosis
pada anak laki-laki patut dicurigai sebagai akibat adanya kelainan kromosom X yang
diturunkan.11 Hidrosefalus pada kelainan kromosom ini pada umumnya sangat berat dan sering
disertai tanda klinis berupa ibu jari yang teraduksi (adducted thumbs). Apabila diselidiki,
mungkin terdapat riwayat anggota keluarga kandung laki-laki yang juga mengalami hidrosefalus
juga dan riwayat abortus spontan pada ibu kandungnya.
HIDROSEFALUS DAN MYELOMENINGOCELE
Pada anak yang telah dilakukan penutupan defek tulang belakang karena kelainan
myelomeningocele, diperlukan pemantauan untuk menilai terjadinya hidrosefalus dikemudian
hari. Dahulu dikatakan bahwa 80% dari anak-anak tersebut diperkirakan akan mengalami
hidrosefalus dan memerlukan pemasangan VP-shunt, tetapi beberapa laporan terakhir
menunjukan berkurangnya angka pemasangan VP-shunt pada kelompok anak tersebut.12 Pada
beberapa anak yang telah dilakukan operasi penutupan defek tersebut, beberapa diantaranya
15
mengalami komplikasi pseudomeningocele dan kebocoran cairan serebrospinal serta gejala-
gejala hidrosefalus lainnya seperti fontanela yang menonjol dan peningkatan lingkar kepala.
Komplikasi ini menjadi pertimbangan ahli bedah saraf untuk melakukan pemasangan VP-shunt.
HIDROSEFALUS DAN KISTA ARACHNOID
Kista arachnoid yang berlokasi di garis tengah fossa posterior dapat menyebabkan
hidrosefalus obstruktif. Kista arachnoid yang berlokasi di regio suprasellar, sisterna
quadrigeminal dan cerebellopontine angle juga dapat menyebabkan hidrosefalus. Pengobatan
dalam kasus ini adalah fenestrasi kista dengan endoskopi dan bukan melalui pemasangan shunt.
HIDROSEFALUS PASCA PERDARAHAN
Pada bayi baru lahir terutama yang lahir prematur dan dengan berat badan lahir rendah,
memiliki risiko mengalami perdarahan intraventrikel (IVH) spontan. Empat puluh persen dari
bayi-bayi tersebut akan mengalami ventrikulomegali dikemudian hari dan insidens ini meningkat
menjadi 70% pada bayi-bayi yang mengalami IVH grade IV. Pada bayi-bayi ini tidak mudah
untuk dilakukan pemasangan VP-shunt dan seringkali terjadi komplikasi. Tindakan lumbal
pungksi serial atau pengobatan dengan furosemid (Lasix) dan asetazolamid (Diamox) digunakan
untuk menunda tindakan operasi pemasangan shunt, tetapi tidak ada satupun dari modalitas
pengobatan tersebut terbukti mengurangi insidens terjadinya hidrosefalus dikemudian hari. Oleh
sebab itu, beberapa pusat pelayanan bedah saraf diluar negeri melakukan pemasangan subgaleal
shunt atau ventricular reservoir sebagai pengganti VP-shunt hingga berat anak mencapai 1500
hingga 2000 g. Teknik lain seperti drainase dan irigasi dengan obat-obat fibrinolitik sudah tidak
digunakan lagi karena menimbulkan komplikasi perdarahan ulang.
Tabel 4. Papile’s Classification of Preterm Intraventricular Hemorrhage on Ultrasonography.13 Dikutip dari: Hu YC, Chowdhry
SA, Robinson S. Infantile posthemorragic hydrocephalus. in: Winn HR, ed. Youmans Neurological Surgery. 6th edn. Vol 2.
Philadelphia : Elsevier Saunders 2011.p.1987-1992
GRADE DESCRIPTION
I
II
III
IV
Isolated germinal matrix hemorrhage
Intraventricular hemorrhage without ventricular dilation
Intraventricular hemorrhage with ventricular dilation
Intraparenchymal plus intraventricular hemorrhage
16
Gambar 2. Dari kiri ke kanan: Coronal ultrasound scan demonstrating an intermediate grade 1/ grade 2, grade 3, and grade 4 intraventricular hemorrhage (IVH). Dikutip dari: Watts P, Adams GGW, Thomas RM, Bunce C. Intraventricular haemorrhage and stage 3 retinopathy of prematurity. Br J Ophthalmol 2000;84:596-599
HIDROSEFALUS DAN TUMOR OTAK
Tumor otak pada anak memiliki predileksi di garis tengah dan fossa posterior sering
menyebabkan hidrosefalus obstruktif. Pemasangan VP-shunt sebelum tindakan pengangkatan
tumor sudah tidak dianut lagi. Kini para ahli bedah saraf lebih memilih untuk melakukan
pengangkatan tumor terlebih dahulu dan melakukan pemantauan lebih lanjut akan terjadinya
gejala-gejala hidrosefalus. Akhir-akhir ini tindakan endoscopic third ventriculostomy (ETV)
lebih banyak dilakukan sebelum tindakan pengangkatan tumor. Dengan cara seperti ini risiko
terjadinya hidrosefalus pasca operasi dilaporkan lebih rendah. Tindakan ETV menjelang operasi
pengangkatan tumor masih mengundang kontroversi. Bertolak dari kontroversi ini, maka
diciptakan sistem skoring untuk menilai kemungkinan terjadinya hidrosefalus pasca operasi.
Sistem skoring ini menggunakan variabel usia, edema papil pada pemeriksaan funduskopi, berat
ringannya hidrosefalus, adanya bukti-bukti metastasis, sangkaan jenis tumor pre-operasi, dan
peluang untuk terjadinya hidrosefalus. Pemasangan external ventricular drainage (EVD) pada
waktu dilakukan pengangkatan tumor juga sering dilakukan oleh ahli bedah saraf, khususnya
pada tumor yang berada didalam ventrikel IV. Tetapi tindakan pemasangan EVD ini harus
dihindari pada tumor yang berlokasi di dalam serebelum.
17
Tabel 5. Canadian Preoperative Prediction Rule for Hydrocephalus in Children with Posterior Fossa Neoplasms. 15 Dikutip dari: Riva-Cambrin J, Lamberti-Pasculli M, Armstrong D, et al. The validation of a perioperative prediction score for chronic hydrocephalus in pediatric patients with posterior fossa tumours. J Neurosurg. 2005;102:A798
Predictor Score
Age < 2 yr 3
Papilledema 1
Moderate to severe hydrocephalus 2
Cerebral metastases 3
Preoperatively estimated tumor diagnosis
Medulloblastoma
Ependymoma
Dorsally exophytic brainstem gliom
1
1
1
Total possible score 10
Tabel 6. Predicted Probability of Hydrocephalus Based on Canadian Preoperative Prediction Rule for Hydrocephalus Score 15
Dikutip dari: Riva-Cambrin J, Lamberti-Pasculli M, Armstrong D, et al. The validation of a perioperative prediction score for chronic hydrocephalus in pediatric patients with posterior fossa tumours. J Neurosurg. 2005;102:A798
Patient Score Hydrocephalus at 6 months0123456789
10
0.0710.1180.1910.2930.4220.5620.6930.7990.8750.9250.956
HIDROSEFALUS DAN MENINGITIS
Hidrosefalus dapat terjadi akibat proses infeksi atau inflamasi. Efek inflamasi kronis
menyebabkan organisasi eksudat inflamasi untuk membentuk jaringan fibrotik dan gliosis.
Fibrosis dan gliosis ini menyebabkan obstruksi dari perjalanan cairan serebrospinal di dalam
sistem ventrikel dan di ruang subarachnoid (misalnya di sisterna basal) dan ruang subarachnoid
di permukaan korteks. Infeksi bakteri, parasit, dan infeksi granulomatosa lebih sering
menyebabkan hidrosefalus dibandingkan infeksi virus.
18
ARRESTED HYDROCEPHALUS
Hidrosefalus dapat berkembang menjadi kondisi kronis, dimana dilatasi ventrikel tetap
ada, tetapi tekanan cairan serebrospinal kembali normal. Kondisi seperti ini lebih cocok disebut
compensated hydrocephalus. Karena tekanan intrakranial pada kasus ini normal, tindakan
pemasangan shunt justru mengundang bahaya, karena tekanan akan menjadi rendah dan
terjadinya perdarahan subdural.
HIDROSEFALUS DAN VENTRIKULOMEGALI
Istilah hidrosefalus sebaiknya digunakan untuk menyampaikan suatu kondisi dimana
terjadi gangguan pada produksi, absorpsi cairan serebrospinal beserta kelainan disepanjang
perjalanan cairan serebrospinal dalam sistem ventrikel.
Peningkatan ukuran ventrikel lebih cocok disebut ventrikulomegali yang tidak lagi
memerlukan tindakan operatif
HIDROSEFALUS EKSTERNAL
Hidrosefalus eksternal terjadi pada anak yang memiliki jumlah cairan ekstra aksial yang
berlebihan. Hidrosefalus eksternal juga dikenal dengan istilah lain seperti hidrosefalus
komunikan, benign extracerebral fluid collections, benign extra-axial fluid of infancy dan
subdural effusion. Sebagian besar istilah-istilah ini berasal dari tampilan pada CT scan, sehingga
sulit dipastikan apakah cairan tersebut berada di ruang subdural atau di ruang subarachnoid.
Dengan pemeriksaan MRI, kini dapat ditentukan lokasi pasti dari cairan tersebut. Pada gambaran
MRI, cairan berlebihan yang berada di ruang subarachnoid akan memberikan gambaran
pembuluh-pembuluh darah yang melintasi ruang tersebut. Sedangkan pada cairan yang berada
pada ruang subdural, akan memberikan gambaran penekanan terhadap pembuluh-pembuluh
darah yang berada di ruang subrachnoid. Cairan yang berada di dalam ruang subdural ini sulit
dibedakan dengan darah, dan menjadi pertimbangan bagi ahli bedah saraf bahwa ada
kemungkinan child abuse pada anak tersebut.
Etiologi
Hidrosefalus terjadi karena gangguan sirkulasi likuor di dalam sistem ventrikel atau oleh
produksi likuor yang berlebihan. Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran likuor
19
pada salah satu tempat, antara tempat pembentukan likuor dalam sistem ventrikel dan tempat
absorpsi dalam ruang subarachnoid. Akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan cairan
serebrospinal di bagian proksimal sumbatan. Tempat yang sering tersumbat dan terdapat dalam
klinis adalah foramen Monro, foramen Luschka dan Magendi, sisterna magna dan sisterna
basalis14,15.
Secara teoritis, pembentukan cairan serebrospinal yang terlalu banyak dengan kecepatan
absorpsi yang normal akan menyebabkan terjadinya hidrosefalus, namun dalam klinik sangat
jarang terjadi, misalnya terlihat pelebaran ventrikel tanpa penyumbatan pada adenomata pleksus
koroidalis. Penyebab penyumbatan aliran cairan serebrospinal yang sering terdapat pada bayi dan
anak yaitu kelainan bawaan, infeksi, neoplasma dan perdarahan14,15,24
1. Kelainan Bawaaan15
a. Stenosis Akuaduktus Sylvius, merupakan penyebab terbanyak pada hidrosefalus bayi dan
anak ( 60-90% ). Akuaduktus dapat merupakan saluran buntu atau abnormal lebih sempit
dari biasa. Umumnya gejala hidrosefalus terlihat sejak lahir atau progresif dengan cepat
pada bulan-bulan pertama setelah lahir.
b. Spina bifida dan cranium bifida, hidrosefalus pada kelainan ini biasanya berhubungan
dengan sindroma Arnord-Chiari akibat tertariknya medulla spinalis, dengan medulla
oblongata dan serebelum letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum sehingga
terjadi penyumbatan sebagian atau total.
c. Sindrom Dandy-Walker,merupakan atresia kongenital foramen Luschka dan Magendi
dengan akibat hidrosefalus obstruktif dengan pelebaran system ventrikel, terutama
ventrikel IV yang dapat sedemikian besarnya hingga merupakan suatu kista yang besar di
daerah fossa posterior.
d. Kista arakhnoid,dapat terjadi kongenital maupun didapat akibat trauma sekunder suatu
hematoma.
e. Anomaly pembuluh darah, dalam kepustakaan dilaporkan terjadi hidrosefalus akibat
aneurisma arterio-vena yang mengenai arteria serebralis posterior dengan vena Galeni atau
sinus tranversus dengan akibat obstruksi akuaduktus.
2. Infeksi, akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen sehingga terjadi obliterasi ruang
subarachnoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut meningitis purulenta terjadi bila aliran
20
cairan serebrospinal terganggu oleh obstruksi mekanik eksudat purulen di akuaduktus
Sylvius atau sisterna basalis. Pembesaran kepala dapat terjadi beberapa minggu sampai
beberapa bulan sesudah sembuh dari meningitisnya. Secara patologis terlihat penebalan
jaringan piamater dan arakhnoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain. Pada meningitis
serosa tuberkulosa, perlekatan meningen terutama terdapat di daerah basal sekitar sisterna
kiasmatika dan interpendunkularis, sedangkan pada meningitis purulenta lokasinya lebih
tersebar.
3. Neoplasma, hidrosefalus oleh obstruksi mekanis yang dapat terjadi di setiap tempat aliran
cairan serebrospinal. Pengobatan dalam hal ini ditujukan kepada penyebabnya dan apabila
tumor tidak bisa dioperasi,maka dapat dilakukan tindakan paliatif dengan mengalirkan cairan
serebrospinal melalui saluran buatan atau pirau. Pada anak, kasus terbanyak yang
menyebabkan penyumbatan ventrikel IV dan akuaduktus Sylvius bagian terakhir biasanya
suatu glioma yang berasal dari serebelum, sedangkan penyumbatan bagian depan ventrikel
III biasanya disebabkan suatu kraniofaringioma.
4. Perdarahan, telah banyak dibuktikan bahwa perdarahn sebelum dan sesudah lahir dalam otak
dapat menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain
penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri.20,24
Penatalaksanaan11
Non Bedah
Terapi obat-obatan pada hidrosefalus digunakan untuk menunda intervensi bedah. Terapi
obat-obatan dapat digunakan pada hidrosefalus paska perdarahan (tanpa adanya hidrosefalus
akut). Terapi obat-obatan tidaklah efektif untuk pengobatan jangka panjang dari hidrosefalus
kronis. Terapi ini dapat memicu perubahan metabolik dan dengan demikian penggunaannya
hanya sebagai usaha sementara saja.
Obat-obatan dapat mempengaruhi dinamika dari cairan serebrospinal dengan beberapa
mekanisme. Obat-obatan seperti asetazolamide dan furosemid mempengaruhi cairan
serebrospinal dengan cara menurunkan sekresi cairan serebrospinal oleh pleksus koroideus.
Isosorbide (walaupun keefektifannya dipertanyakan) dikatakan dapat meningkatkan reabsorpsi
dari cairan serebrospinal.8
21
Bedah
Tindakan pembedahan adalah pilhan terapi yang lebih disukai. Salah satu tindakan
intervensi yang dapat dilakukan adalah lumbal pungsi. Lumbal pungsi serial dapat dilakukan
untuk kasus hidrosefalus setelah perdarahan intraventrikuler, karena pada kondisi seperti ini
hidrosefalus dapat hilang dengan spontan. Jika reabsorpsi tidak terjadi ketika kandungan protein
di dalam cairan serebrospinal dibawah 100 mg/dL, reabsorpsi spontan tidak mungkin terjadi.
Lumbal pungsi serial hanya dapat dilakukan pada kasus hidrosefalus komunikan.
Kebanyakan pasien diterapi dengan shunt. Hanya sekitar 25% dari pasien dengan
hidrosefalus yang berhasil diterapi tanpa pemasangan shunt. Prinsip dari shunting adalah untuk
membentuk suatu hubungan antara cairan serebrospnal (ventrikel atau lumbal) dan rongga
tempat drainase (peritoneum, atrium kanan, pleura).
Pada dasarnya alat shunt terdiri dari tiga komponen yaitu; kateter proksimal, katub
(dengan/tanpa reservior), dan kateter distal.19 Komponen bahan dasarnya adalah elastomer
silicon. Pemilihan pemakaian didasarkan atas pertimbangan mengenai penyembuhan kulit yang
dalam hal ini sesuai dengan usia penderita, berat badan, ketebalan kulit dan ukuran kepala.
Sistem hidrodinamik shunt tetap berfungsi pada tekanan yang tinggi, sedang dan rendah, dan
pilihan ditetapkan sesuai dengan ukuran ventrikel, status pasien (vegetative, normal)
pathogenesis hidrosefalus, dan proses evolusi penyakit11,17.
Berikut ini adalah beberapa pilihan dari pemasangan shunt :
Ventrikuloperitoneal (VP) Shunt adalah yang paling sering digunakan. Keuntungan dari
shunt ini adalah tidak terganggunya fungsi dari shunt akibat pertambahan dari panjang
badan pasien, hal ini dapat dihindari dengan penggunaan kateter peritoneal yang panjang
Ventriculoatrial (VA) shunt yang juga disebut sebagai “vascular shunt”. Dari ventrikel
serebri melewati vena jugularis dan vena cava superior memasuki atrium kanan. Pilihan
terapi ini dilakukan jika pasien memiliki kelainan abdominal (misalnya peritonitis,
morbid obesity, atau setelah operasi abdomen yang luas). Shunt jenis ini memerlukan
pengulangan akibat pertumbuhan dari anak
Lumboperitoneal shunt digunakan hanya untuk hidrosefalus komunikan, cairan
serebrospinal fistula, atau pseudotumor serebri
22
Torkildsen shunt jarang dilakukan, mengalirkan cairan cairan serebrospinal dari ventrikel
ke dalam ruang sisterna dan hanya efektif pada kasus acquired obstructive
hydrocephalus.
Ventriculopleural shunt dianggap sebagai terapi lini kedua. Shunt ini hanya digunakan
jika terdapat kontraindikasi pada shunt tipe lainnya
Komplikasi Ventriculo Peritoneal Shunt 4
Komplikasi shunt dikategorikan menjadi tiga komplikasi yaitu; infeksi, kegagalan
mekanis, dan kegagalan fungsional, yang disebabkan jumlah aliran yang tidak adekuat19,21.
Infeksi meningkatkan resiko akan kerusakan intelektual, lokulasi ventrikel dan bahkan kematian.
Kegagalan mekanis mencakup komplikasi komplikasi seperti; oklusi aliran di dalam shunt
(proksimal katub atau distal), diskoneksi atau putusnya shunt, migrasi dari tempat semula,
tempat pemasangan yang tidak tepat. Kegagalan fungsional dapat berupa drainase yang
berlebihan atau malah kurang lancarnya drainase. Drainase yang terlalu banyak dapat
menimbulkan komplikasi lanjutan seperti terjadinya efusi subdural, kraniosinostosis, lokulasi
ventrikel, hipotensi ortostatik 8,12,17
Pada beberapa kasus dapat terjadi komplikasi akibat dari pemasangan VP Shunt
diantaranya adalah 8:
Terdapat insidensi sebesar 17% dimana terjadi hernia inguinal,perlu pemanjangan kateter shunt
akibat dari pertumbuhan dari panjang badan pasien. Hal ini dapat dicegah dengan
memperpanjang kateter peritoneal, obstruksi dari kateter peritoneal, peritonitis akibat infeksi
shunt, hidrokel, asites, migrasi tip shunt (migrasi ke dalam skrotum, perforasi dari viskus:
lambung dan kandung kemih, shunt melewati diafragma), obstruksi intestinal, volvulus,
strangulasi intestinal, overshunting
Komplikasi lain yang bisa terjadi dari pemasangan shunt berhubungan dengan
progresifitas hidrosefalus yaitu: Perubahan Visual, oklusi dari arteri cerebral posterior akibat
proses skunder dari transtentorial herniasi,kronik papil udema akibat kerusakan nervus optikus,
dilatasi dari ventrikel ke tiga dengan kompresi area kiasma optikum, disfungsi cognitive dan
inkontunensia
Berhubungan dengan pengobatan yaitu elektrolit imbalance dan metabolik asidosis
23
Berhubungan dengan terapi bedah yaitu Tanda dan gejala dari peningkatan tekanan
intracranial dapat disebabkan oleh gangguan pada shunt, subdural hematoma atau subdural
hygroma akibat skunder dari overshunting, nyeri kepala dan tanda neurologis fokal dapat
dijumpai, tatalaksana kejang dengan dengan obat antiepilepsi, okkasional Infeksi pada shunt
dapat asimtomatik. pada neonates, dapat bermanifestasi sebagai perubahan pola makan,
irritabilitas, vomiting, febris, letargi, somnolen, dan ubun ubun menonjol. Anak-anak yang lebih
tua dan orang dewasa biasa dengan gejala dengan sakit kepala, febris, vomitus, dan
meningismus. Dengan ventriculoperitoneal shunts, sakit perut dapat terjadi, shunts dapat
bertindak sebagai saluran untuk metastasis extraneural tumor tertentu (misalnya
medulloblastoma), komplikasi dari ventriculoperitoneal shunt termasuk; peritonitis, hernia
inguinal, perforasi organ abdomen, obtruksi usus, volvulus, dan cairan serebrospinal asites11,24
Malfungsi Shunt
Insidens malfungsi shunt mencapai 40% pada tahun pertama setelah pemasangan shunt21
Gambaran klinis malfungsi shunt sama seperti gambaran klinis hidrosefalus, ditandai dengan
peningkatan tekanan intracranial seperti nyeri kepala,mual,muntah dan atau perubahan mental
Disamping itu, dapat dijumpai fluktuasi/akumulasi cairan di bawah kulit disepanjang tract VP-
shunt, demam, kulit disepanjang tract yang hiperemis, atau pompa flushing device yang tidak
segera kembali. Apabila ada kecurigaan malfungsi shunt, harus dilakukan pemeriksaan kultur
cairan serebrospinal meskipun tidak dijumpai demam ataupun gejala lain pada pasien20
Malfungsi shunt dikarenakan oklusi atau impedansi pada aliran disepanjang alat
shunting,tempat paling sering untuk terjadi malfungsi shunt pada dekat kateter ventricular dan
dalam plexus choroid atau debris lain pada kateter, dan ini terjadi pada anak-anak dan dewasa,
fungsi katup dapat menurun oleh karena zat-zat partikulat atau protein pada cairan serebrospinal
dan memerlukan pergantian katup. Oklusi distal kateter dapat terjadi oleh karena pertumbuhan
jaringan ke shunt distal.Pada situasi ini ahli bedah harus melakukan tes pada komponen shunt
dan mengganti bagian yang malfugsi.
Anamnesis pasien dan pemeriksaan fisik paling sering mengarah pada tanda- tanda
peningkatan tekanan intracranial. Peningkatan tekanan cairan serebrospinal dapat diperiksa
24
dengan punksi lumbal pada hidrosefalus obstruktif atau dengan tapping shunt langsung. Sekali
terdiagnosis malfungsi shunt pasien memerlukan operasi untuk eksplorasi.18
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian cohort retrospektif.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Bedah Saraf Rumah Sakit Haji Adam Malik
Medan, dengan mencatat data dari Rekam Medik selama kurun waktu Januari 2010 sampai
Desember 2012
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
25
3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita hidrosefalus yang diterapi dengan
VP-Shunt di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan pada kurun waktu januari 2010 sampai
dengan desember 2012 yang memenuhi kriteria penerimaan dan penolakan.
3.3.2 Sampel Penelitian
Pengambilan sampel yang dilakukan dalam periode waktu tertentu tersebut dimana
semua penderita yang datang kerumah sakit dan memenuhi kriteria penerimaan dan penolakan
diambil sebagai sampel.
3.3.3. Kriteria Penerimaan dan Penolakan
1. Kriteria Penerimaan:
Penderita hidrosefalus, baik obstruktif maupun nonobstruktif, yang mendapat terapi VP
Shunt merk Fuji medium pressure.
Penderita dengan data analisis cairan serebrospinal (jumlah sel dan protein) saat
dilakukan operasi
Usia anak ( 0-18 tahun) dan dewasa ( >19 tahun)
Sampel yang ada dalam rekam medik
2. Kriteria Penolakan:
Penderita arrested hydrocephalus
Penderita hidrosefalus ex vacuo
Penderita normopressure hidrosefalus
Penderita hidrocephalus dengan ICH spontan
Malnutrisi
Penderita HIV-AIDS
Hidransefali
3.4 Analisa data
Data yang sudah dikumpulkan, diolah dan disajikan secara deskriptif serta kemudian
dilakukan analisa secara statistik dengan menggunakan Chi Square.Penelitian ini menggunakan
26
derajat kepercayaan 95 % sehingga nilai p<0,05 dianggap sebagai hubungan yang bermakna
secara statistik. Pengolahan data dilakukan dengan mengguanakan SPSS 21 Inc
3.5 Pertimbangan Etik
Karena peneliti menggunakan manusia sebagai subjek penelitian, maka sebagai manusia
harus dilindungi dengan memperhatikan prinsip-prinsip dalam pertimbangan etik yaitu:
responden mempunyai hak untuk memutuskan apakah ia bersedia untuk menjadi subjek atau
tidak tanpa sanksi apapun, Responden juga mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang
diberikan harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya nama (anonimity) dan confidentiality.
3.6 Cara Kerja
27
Penderita Hidrosefalus
Kriteria Inklusi dan Eklusi
Anak Dewasa
3.7 Identifikasi Variabel
Variabel Bebas
o Jumlah sel cairan serebrospinal
o Kadar Protein cairan serebrospinal
Variabel Tergantung
o Malfungsi VP Shunt
3.8 Defenisi Operasional
1. Usia adalah usia kronologis seseorang yang didata berdasarkan Kartu Tanda Penduduk (KTP),
Surat Izin Mengemudi (SIM), atau kartu keluarga
28
Mencatat Rekam Medik
Mencatat data berdasarkan status di
Rekam Medik
Mencatat Jumlah sel
Mencatat Kadar Protein
2. Jenis kelamin ditetapkan dengan menilai langsung jenis kelamin penderita dan melihat tanda
pengenal
3. Hydrocephalus adalah penumpukan cairan dalam sistem ventrikel. Diagnosis hydrocephalus
ditegakkan dengan CT Scan kepala. CT Scan dilakukan di Instalasi Radiologi Diagnostik
RSUP.HAM. Diagnosis hydrocephalus ditegakkan dengan Evan’s ratio > 50% atau temporal
horn yang dominan. Evan’s ratio adalah perbandingan jarak frontal horn dibandingkan diameter
biparietal pada level Foramen Monroe. Penilaian CT Scan dilakukan oleh ahli radiologi yang
berpengalaman atau ahli bedah saraf yang berpengalaman.
4. VP shunt adalah pemasangan pirau ventrikel menuju peritoneum dengan menggunakan kateter
berbahan silicon, dengan merk Fuji, alat VP shunt (flat bottom atau burr hole type). Pemasangan
VP shunt dilakukan di Instalasi Bedah Pusat RSUP H. Adam Malik Medan oleh ahli bedah saraf
yang berpengalaman atau peserta pendidikan dokter spesialis Departemen Ilmu Bedah Saraf FK
USU/RSUP H. Adam Malik Medan yang dinyatakan sudah berkompeten.
5. Malfungsi VP shunt didefenisikan bila terjadi salah satu keadaan di bawah ini
a. recoil pompa yang terlambat (> 30 detik) pada dua kali percobaan
b. ubun-ubun menonjol (pada keadaan ubun-ubun masih terbuka)
c. ditemui tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial (nyeri kepala persisten, muntah
proyektil, dan papil edema).
6. Sel cairan sererbrospinal adalah jumlah sel berinti pada cairan serebrospinal. Dikatakan
normal bila sel < 5 / cc. Pemeriksaan sel dilakukan di Departemen Patologi Klinik RSUP HAM.
7. Protein adalah kadar protein pada cairan serebrospinal. Nilai normal protein adalah 15-60
mg/Dl. Pemeriksaan protein dilakukan di Departemen Patologi Klinik RSUP HAM.
8. Arrested hydrocephalus adalah hidrosefalus dapat berkembang menjadi kondisi kronis, dimana
dilatasi ventrikel tetap ada, tetapi tekanan cairan serebrospinal kembali normal,karena tekanan
intrakranial pada kasus ini normal, tindakan pemasangan shunt justru mengundang bahaya,
karena tekanan akan menjadi rendah dan terjadinya perdarahan subdural.
29
9. ICH Spontan adalah Perdarahan pada parenkim otak yang disebabkan oleh trauma,dapat
dibagi atas primer dan sekunder. ICH primer diakibatkan oleh proses penyakit struktural
sedangkan ICH sekunder adalah berhubungan dngan lesi kongenital atau didapat.
10. Penderita dinyatakan malnutrisi jika Indeks Massa Tubuh < 16,5 ; kadar albumin serum < 3
gr/dl
11. Penderita dinyatakan menderita HIV AIDS jika pada pemeriksaan screening tiga metode
menunjukkan hasil positif.. Screening dengan tiga metode ini dilakukan di Departemen Patologi
Klinik RSUP/HAM.
3.9 Kerangka Kerja
30
Analisis Cairan serebrospinal :
- protein CSF- Jumlah sel CSF
VP-Shunt
Hidrosefalus
3.10 Kerangka Teori
31
Fungsi baik Malfungsi
Shunt
Pencatatan dari rekam medis
Hidrosefalus
Protein CSF Jumlah Sel CSF
3.11 Rencana Pengolahan dan Analisis Data
Data yang terkumpul akan diolah dan dianalisis serta disajikan dengan menggunakan
program komputer (SPSS dan microsof Excel).Interval kepercayaan 95% dan p<0.05 dinyatakan
secara statistic bermakna
32
Obstruksi Shunt
Malfungsi Shunt
Pembentukan lapisan cobweb – like atau biofilm pada selang
shunt