proposal fix (autosaved).docx

21
1.1 Latar Belakang Menurut undang-undang nomor 23 tahun 1992 yang dimaksud dengan kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Kesehatan jiwa dijelaskan lebih lanjut oleh kelliat (1999) yaitu suatu kondisi yang memfasilitasi perkembangan seseorang baik secara fisik, internal dan emosional yang optimal dan selaras dengan orang lain, sehingga dapat tercapai kemampuan menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat dan lingkungan. Pada saat ini penderita dengan gangguan jiwa jumlahnya mengalami peningkatan, mulai dari kondisi perekonomian yang memburuk, kondisi keluarga atau latar belakang pola asuh anak yang tidak baik, sampai bencana alam yang melanda negara kita. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan berbagai macam masalah-masalah psikososial maupun ekonomi, misalnya suatu kondisi keluarga atau pola asuh anak pada waktu kecil yang tidak baik, maka akan ada kecenderungan anak untuk mengalami skizofrenia. Jika seseorang telah mengalami skizofrenia, berarti kesehatan jiwanya telah terganggu, padahal kesehatan jiwa adalah salah 1

Upload: muzdalifah-assegap

Post on 05-Nov-2015

234 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

1.1 Latar Belakang Menurut undang-undang nomor 23 tahun 1992 yang dimaksud dengan kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Kesehatan jiwa dijelaskan lebih lanjut oleh kelliat (1999) yaitu suatu kondisi yang memfasilitasi perkembangan seseorang baik secara fisik, internal dan emosional yang optimal dan selaras dengan orang lain, sehingga dapat tercapai kemampuan menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat dan lingkungan. Pada saat ini penderita dengan gangguan jiwa jumlahnya mengalami peningkatan, mulai dari kondisi perekonomian yang memburuk, kondisi keluarga atau latar belakang pola asuh anak yang tidak baik, sampai bencana alam yang melanda negara kita. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan berbagai macam masalah-masalah psikososial maupun ekonomi, misalnya suatu kondisi keluarga atau pola asuh anak pada waktu kecil yang tidak baik, maka akan ada kecenderungan anak untuk mengalami skizofrenia. Jika seseorang telah mengalami skizofrenia, berarti kesehatan jiwanya telah terganggu, padahal kesehatan jiwa adalah salah satu unsur kehidupan yang terpenting (Maramis, 2004). Skizofrenia adalah suatu kelompok gangguan psikosis yang dikarakterisasikan dengan adanya gangguan pikiran, emosi dan tingkah laku, pikiran yang tidak terhubungkan, persepsi dan perhatian yang keliru, hambatan dalam mobilitas motorik, emosi yang datar dan tidak sesuai, serta kurangnya toleransi terhadap stress dalam hubungan interpersonal. Gangguan ini diikuti dengan gejala penarikan diri terhadap lingkungan dan realitas menuju sebuah kehidupan delusi dan halusinasi.Menurut laporan WHO pada tahun 2004 prevalensi skizofrenia yang ada didunia sebesar 26,3 juta orang, skizofrenia ini banyak ditemukan didaerah pasifik barat yaitu sekitar 7,9 juta orang. Sementara itu di Asia tenggara terdapat 6,2 juta orang penderita skizofrenia. Namun, laporan terbaru yaitu tahun 2009, WHO menyebutkan bahwa 50 juta orang didunia menderita skizofrenia dan penderita skizofrenia di Asia tenggara mencapai 6,5 juta orang. Di Amerika Serikat, prevalensi skizofrenia seumur hidup dilaporkan secara bervariasi terentang dari 1-1,5%. Penelitian Epidemiological Cacthment Area (ECA) yang disponsori oleh National Institude of Mental Health (NIMH) melaporkan prevalensi skizofrenia seumur hidup sebesar 1,3%, kira-kira 0,025-0,05% dari populasi total dapat diobati dalam waktu 1 tahun. Walaupun dua pertiga dari pasien yang diobati tersebut membutuhkan perawatan dirumah sakit, kira-kira hanya setengah dari pasien skizofrenia yang mendapat pengobatan, dan hal ini juga tidak tergantung pada keparahan penyakit pasien. Di Kanada, skizofrenia berpengaruh terhadap 1% populasi atau 1 pada tiap 100 orang dengan poin yang sama dalam setiap waktu kehidupan. Menurut Setiadi (2006), prevalensi penderita skizofrenia di Indonesia adalah 0,3-1% dan biasanya timbul pada usia sekitar 18-45 tahun, namun ada juga yang baru berusia 11-12 tahun sudah menderita skizofrenia. Apabila penduduk Indonesia sekitar 200 juta jiwa, maka diperkirakan ada sekitar 2 juta jiwa yang menderita skizofrenia (Widodo, 2006).Resiko skizofrenia menurut Copper (1978), memiliki karakteristik sosiodemografi, faktor predisposisi dan faktor presipitasi. Kaplan et al (2010) menuliskan karakteristik skizofrenia berupa laki-laki dan perempuan memiliki 2 angka kejadian yang hampir sama, yaitu 1,4 : 1 dengan usia onset puncak pada pria 15-25 tahun, sedangkan pada wanita 25-35 tahun. Kelahiran pada musim tertentu (musim dingin atau awal musim semi) juga lebih tinggi angka kejadian skizofrenia daripada musim lainnya, hipotesis tentang musim ini berkaitan dengan faktor resiko lain, yaitu distribusi geografis. Penderita skizofrenia lebih banyak menderita kecelakaan dan tingkat bunuh diri yang tinggi. Lebih dari sepertiga pasien skizofrenia menghisap rokok dan 30-50% pasien skizofrenia memenuhi kriteria diagnostik untuk penyalah gunaan alkohol dan penyalah gunaan zat. Kepadatan populasi kota terhadap jumlah prevalensi skizofrenia; pada negara industri pasien skizofrenia pada sosioekonomi rendah. Sumber lain menyatakan bahwa kelompok usia 16-20 tahun laki-laki lebih tinggi kejadian skizofrenianya dibanding wanita, sebaliknya ketika masuk dalam kelompok umur 20-30 tahun wanita lebih banyak menderita skizofrenia daripada laki-laki. Bahkan dalam sebuah studi case-control yang dilaksanakan di Denmark disebutkan bahwa umur ayah dan ibupun dapat berpengaruh terhadap kejadian skizofrenia, disamping itu mereka juga mengalanisis tentang riwayat psikiatrik keluarga, sosioekonomi, demografi, dan musim saat lahir, yang ternyata berhubungan dengan skizofrenia itu sendiri. Angka kejadian skizofrenia mungkin tidak terlalu besar, namun jumlah penderita skizofrenia didunia terus bertambah setiap tahun. Masalahnya masih banyak keluarga yang belum mengetahui tentang skizofrenia dan ketidaktahuan inilah yang melahirkan jalan pintas. Rata-rata orang memasukkan keluarganya yang menderita skizofrenia kerumah sakit jiwa, padahal penyakit ini masih dapat dikendalikan. Dengan kemauan diri yang keras dan dukungan keluarga, penderita skizofrenia dapat hidup normal (Maramis, 2004) Salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi perilaku anak adalah sikap orang tua terhadap anak. Sikap orang tua atau pola-pola pengasuhan orang tua terhadap anak merupakan faktor yang sangat menentukan perkembangan kepribadian anak. Pola asuh adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu, pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak baik dari segi negatif maupun positif. Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dimana anak dapat berinteraksi didalamnya, pengaruh keluarga dalam pembentukan dan perkembangan kepribadian sangatlah besar, banyak faktor dalam keluarga yang ikut berpengaruh dalam proses perkembangan anak. Salah satu faktor dalam keluarga yang mempunyai peranan penting dalam pembentukan kepribadian adalah tipe pola asuh keluarga. Hal tersebut dikuatkan oleh pendapat Nurdiana (2007) yang mengatakan bahwa keluarga adalah lingkungan yang pertama kali menerima kehadiran anak.Lidz, Fleck, dan Cornelison (1965, h. 81) juga menyatakan bahwa kondisi keluarga yang cenderung tidak sehat dapat memunculkan gejala skizofrenia pada anggota keluarga, terutama pada anak. Kondisi patologis di sini disebabkan oleh beberapa keadaan, seperti jalinan hubungan antara ibu dengan anak yang tidak baik, pola komunikasi keluarga yang tidak tepat, serta pola pengasuhan orang tua yang tidak sesuai. Berbagai keadaan tersebut akan menyebabkan perkembangan kepribadian anak menjadi tidak sehat. Keluarga mempunyai peran yang sangat penting bagi perkembangan kepribadian seseorang sejak kecil sampai dewasa. Pernyataan ini selaras dengan pendapat Lidz, Fleck, dan Cornelison (1965, h. 78) yang menyatakan bahwa keluarga memberikan dasar yang sangat penting dalam proses pembentukan kepribadian anak, melalui pemberian contoh dan pembelajaran yang terus menerus ataupun melalui pola interaksi dengan anggota keluarga lainnya. Oleh karena itu, segala bentuk komunikasi, karakteristik orang tua, dan situasi di dalam keluarga akan sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian seluruh anggota keluarga. Didalam keluarga, khususnya orang tua mempunyai berbagai macam fungsi yang salah satu di antaranya ialah mengasuh putra-putrinya. Dalam mengasuh anaknya orang tua diwarnai oleh sikap-sikap tertentu dalam memelihara, membimbing, dan mengarahkan putra-putrinya. Sikap tersebut tercermin dalam pola pengasuhan orang tua kepada anaknya yang berbeda-beda, karena setiap orang tua mempunyai tipe pola asuh tertentu. Sebagai pengasuh dan pembimbing dalam keluarga, orang tua sangat berperan dalam meletakan dasar-dasar perilaku bagi anak-anaknya. Penggunaan tipe pola asuh tertentu memberikan sumbangan dalam mewarnai perkembangan psikologis anak. Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan, serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma. Friedman (1998) menyatakan bahwa pola asuh merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap orang tua ini meliputi cara orang tua memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritasnya, dan cara orang tua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anaknya. Jumlah pasien skizofrenia diberbagai Negara ternyata cukup banyak, seperti yang disebutkan diatas juga karakteristiknya yang dapat ditinjau, begitu pula jumlah kejadiannya di Indonesia. Terdapat penderita skizofrenia juga dikalimantan barat, tetapi peneliti belum mendapatkan penelitian yang membahas tentang skizofrenia yang ada di Kalimantan Barat. Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan pelenitian untuk mengetahui penyebab umum penderita skizofrenia yang ada di Kalimantan Barat, secara khusus di kota Pontianak.

1.2 Rumusan Masalah1. Berapa prevalensi skizofrenia di Rumah Sakit Khusus Alianyang Pontianak ? 2. Bagaimana gambaran pola asuh keluarga terhadap kejadian skizofrenia di Rumah Sakit Khusus Alianyang Pontianak ?3. Bagaimana dinamika hubungan antar anggota keluarga dari remaja yang mengalami Skizofrenia?

1.3 Tujuan 1.3.1. Tujuan UmumMengetahui hubungan antara pola asuh keluarga dengan kejadianskizofrenia di Rumah Sakit Khusus Alianyang Pontianak

1.3.2. Tujuan Khusus1. Mengetahui prevalensi skizofrenia di Rumah Sakit Khusus Alianyang Pontianak.2. Mengetahui gambaran pola asuh keluarga terhadap kejadian skizofrenia di Rumah Sakit Khusus Alianyang Pontianak. 3. Mengetahui dinamika hubungan antar anggota keluarga dari remaja yang mengalami skizofrenia.

1.4 Manfaat 1.4.1. Untuk Peneliti 1. Menambah dan memperluas ilmu pengetahuan serta pengalaman dalam melaksanakan suatu penelitian.2. Menambah dan memperluas ilmu pengetahuan dalam bidang kejiwaan khususnya skizofrenia. 3. Menambah dan memperluas ilmu pengetahuan tentang hubungan antara pola asuh keluarga dengan penyakit skizofrenia yang dialami klien di Rumah Sakit Khusus Alianyang Pontianak. 1.4.2. Untuk Institusi Pendidikan Sebagai masukan informasi bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk menambah wawasan dalam pengadaan penelitian selanjutnya. 1.4.3. Untuk Masyarakat 1. Mendapat informasi dan pengetahuan mengenai prevalensi skizofrenia di Rumah Sakit Khusus Alianyang Pontianak. 2. Mendapat informasi dan pengetahuan mengenai pola asuh keluarga terhadap kejadian skizofrenia di Rumah Sakit Khusus Alianyang Pontianak 1.4.4. Untuk Rumah Sakit Hasil penelitian dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran dalam upaya evaluasi dan pemantauan tentang pola asuh keluarga terhadap kejadian skizofrenia di Rumah Sakit tersebut.

1.5. Ruang Lingkup Seperti telah diuraikan sebelumnya, fokus penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data tentang hubungan antara pola asuh keluarga dengan penyakit skizofrenia yang dialami klien di Rumah Sakit Khusus Alianyang Pontianak. Adapun beberapa ringkasan materi yang mencangkup hal ini, yaitu :

1.5.1. Skizofrenia pada Anak Pengertian Skizofrenia Skizofrenia adalah gangguan mental atau sekelompok gangguan mental yang ditandai dengan kekacauan dalam bentuk dan isi pikiran (contohnya delusi dan halusinasi), dalam mood (contohnya afek yang tidak sesuai), dalam perasaan dirinya dan hubungannya dengan dunia luar (contohnya kehilangan batas-batas ego, withdrawal), dan dalam tingkah laku (contohnya tingkah laku yang aneh dan tampaknya tanpa tujuan). Menurut Jeffery, Spencer, dan Beverly (2003) skizofrenia adalah suatu gangguan psikotik menetap yang mencangkup gangguan pada prilaku, emosi, dan persepsi. Sedangkan menurut Durant dan David (2007) skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang merusak dan dapat melibatkan gangguan yang khas dalam berfikir (delusi), persepsi (halusinasi), pembicaraan, emosi, dan perilaku.

Etiologi Skizofrenia pada AnakBerikut ini adalah beberapa faktor-faktor penyebab skizofrenia, yaitu :a. Faktor Biologis Skizofrenia cenderung menurun dalam keluarga, karena keluarga merupakan tingkat pertama dari orang-orang yang mengalami skizofrenia dan memiliki resiko sekitar sepuluh kali lipat lebih besar untuk mengalami skizofrenia (Erlenmeyer, dkk dalam Jeffery, Spencer dan Beverly, 2003). b. Faktor PsikososialIman (2006) menyatakan bahwa anak yang berkembang dalam ruang lingkup psikologis yang tidak memadai bagi perkembangan pribadi yang sehat dapat menyebabkan gangguan didalam keluarga. Stressor lingkungan keluarga mencangkup faktor psikologis, seperti konflik keluarga, perlakuan yang salah terhadap anak, lingkungan keluarga yang kasar dan mengkritik, situasi kehidupan yang penuh stress, deprivasi emosi, serta kehilangan figur yang memberikan dukungan (Jeffery, Spencer, dan Beverly, 2003). Durannt dan David (2007) menjelaskan bahwa pola-pola interaksi dan komunikasi emosional yang terganggu dalam keluarga menunjukkan suatu sumber stress potensial yang mungkin meningkatkan resiko berkembangnya skizofrenia pada orang-orang yang memiliki predisposisi genetis untuk menderita skizofrenia. c. Faktor sosiokultural Jeffery, Spencer, dan Beverly (2003) menjelaskan bahwa penyebab sosial dari skizofrenia disetiap kultur berbeda, tergantug dari bagaimana penyakit mental diterima didalam kultur, sifat peranan pasien, tersedianya sistem pendukung sosial keluarga dan kompleksitas komunikasi sosial, serta cara pengasuhan orang tua dalam membesarkan anak

Tipe-tipe SkizofreniaMaramis (2009) menunjukkan beberapa tipe skizofrenia secara umum yang dapat didiagnosis pada anak-anak, remaja, dan dewasa, antara lain :a. Skizofrenia Tipe Paranoid Ciri utama skizofrenia tipe ini adalah adanya waham yang mencolok atau halusinasi audiotorik dalam konteks terdapatnya fungsi kognitif dan afek yang relatif masih terjaga. b. Skizofrenia Tipe DisorganizedCiri utama skizofrenia disorganized adalah pembicaraan kacau, tingkah laku kacau dan afek yang datar. c. Skizofrenia Tipe Kataktonik Ciri utama pada skizofrenia tipe kataktonik adalah gangguan pada psikomotor (Iman, 2006)d. Skizofrenia Tipe Undifferentiated Sejenis skizofrenia dimana gejala-gejala yang muncul sulit untuk digolongkan pada tipe skizofrenia tertentu

1.5.2. Perilaku Pengasuhan Orang Tua PerilakuPrilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan seseorang yang dapat diamati dan dapat dipelajari (Robert Kwick dalam Notoatmodojo). Prilaku adalah suatu tindakan atau aktifitas dari manusia itu sendiri dan mempunyai bentengan yang sangat luas. Notoatmodojo (2007) menjelaskan bahwa ada tiga unsur utama dalam perilaku yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.

Perilaku Pengasuhan Orang Tuaa. Pengertian Perilaku Pengasuhan Orang Tua Pengasuhan adalah pengalaman, keterampilan, kualitas, dan tanggung jawab sebagai orang tua dalam mendidik dan merawat anak (Santrock, 1995). Hoghuni (2004) menjelaskan bahwa pengasuhan tidak menekankan pada siapa atau pelakunya, namun lebih menekankan pada aktifitas dari perkembangan dan pendidikan anak. Oleh karena itu, pengasuhan meliputi pengasuhan fisik, pengasuhan emosi dan pengasuhan sosial. Pengasuhan fisik mencangkup semua aktifitas yang bertujuan agar anak dapat bertahan hidup dengan baik dan dengan menyediakan kebutuhan dasarnya (Hughoghi, 2004). Pengasuhan emosi mencangkup pendampingan ketika anak mengalami kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan dan pola pengasuhan agar anak merasa dihargai sebagai seorang individu serta memperoleh kesempatan untuk menentukan pilihan. Sementara itu, pengasuhan sosial bertujuan agar anak tidak merasa tersaingi dari lingkungan sosialnya yang akan berpengaruh terhadap perkembangan anak pada masa-masa selanjutnya (Hughoghi, 2004).Dapat disimpulkan bahwa perilaku pengasuhan orang tua merupakan segala kegiatan dalam mendidik, membimbing dan mendisiplinkan serta melindungi anak sebagai respon yang dapat diamati pada anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan kapasitas diri anak. b. Aspek-aspek Pola Asuh Orang Tua(Timomor, 2002) menyebutkan bahwa aspek-aspek pola asuh orang tua meliputi peraturan, hukuman, hadiah, perhatian dan tanggapan. Sedangkan Baumrind (2001) Menyebutkan aspek-aspek pola asuh orang tua meliputi kontrol, tuntutan, kedewasaan, komunikasi anak pada orang tua dan kasih saying.

1.6. Metode dan Langkah KerjaMetode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan data rekam medis pasien skizofrenia di Rumah Sakit Khusus Alianyang Pontianak. Secara khusus, metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah studi kasus, karena studi kasus merupakan cara yang paling tepat untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang suatu kejadian atau fenomena yang terjadi. Penelitian ini difokuskan pada bagaimana perilaku pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua pada anak yang memiliki riwayat gangguan skizofrenia. Anak dengan riwayat gangguan skizofrenia yang dimaksud dalam penelitian ini adalah anak yang pernah didiagnosis gangguan skizofrenia dan anak yang pernah menjalani rawat inap lebih dari satu kali sehingga terlihat tingkat kekambuhannya. Perilaku pengasuhan yang diamati meliputi pengasuhan secara fisik, emosi, dan sosial.Subyek pada penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu subyek kasus dan subyek informan. Adapun karakteristik subyek kasus dalam penelitian ini adalah :1. Orang tua yang memiliki anak dengan kriteria sebagai berikut :a. Memiliki riwayat gangguan skizofrenia dengan tipe skizofrenia paranoid, disorganized, undifferentiated.b. Memiliki riwayat gangguan skizofrenia yang sudah pernah dirawat inap lebih dari satu kali. 2. Orang tua dari anak, sehingga mengetahui bagaimana pola pengasuhan anak sejak lahir. 3. Orang tua lengkap, yaitu ayah dan ibu dari anak masih hidup.

Subyek informan dalam penelitian ini mempunyai syarat sebagai berikut :1. Perawat atau tenaga medis yang menangani, mengenal kehidupan keseharian anak tersebut. 2. Teman yang mengenal kegiatan anak baik ketika anak berada disekolah maupun dirumah. Cara pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah, dengan metode riwayat hidup, interview (wawancara), dan observasi (pengamatan). Metode riwayat hidup ini digunakan sebagai informasi awal untuk mengetahui perkembangan anak. Subyek penelitian pada anak yang mengalami skizofrenia mencangkup riwayat kehamilan, kelahiran, penyakit, persalinan, perkembangan kondisi fisiknya, dan perkembangan gangguannya. Peneliti menggunakan teknik wawancara untuk menggali data dari subyek dan memilih menggunakan wawancara semi terstuktur. Dan observasi dalam penelitian ini dilakukan pada anak yang memiliki riwayat gangguan skizofrenia dengan dua setting, yaitu :1. Pada saat wawancara, peneliti memperhatikan gerakan tubuh, ekspresi wajah, dan intonasi suara selama wawancara berlangsung.2. Peneliti memperhatikan keseharian subyek dan anak dilingkungan tempat tinggal atau melakukan control di Rumah Sakit Khusus Alianyang Pontianak. Sebelum melakukan proses observasi dilapangan, peneliti membuat checklist perilaku-perilaku pengasuhan.

1.7. Populasi dan Sampel1.7.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah :a. Populasi Target Populasi target pada penelitian ini adalah anak yang telah didiagnosis skizofrenia oleh dokter spesialis kejiwaan di Kota Pontianak

b. Populasi Terjangkau Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah semua anak yang telah didiagnosis skizofrenia oleh dokter spesialis kejiwaan di Rumah Sakit Khusus Alianyang Pontianak.

1.7.2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah rekam medik pasien yang didiagnosis skizofrenia oleh dokter spesialis kejiwaan di Rumah Sakit Khusus Alianyang Pontianak. 1.8. Sistematika Penulisan Dari penulisan rancangan proposal diatas, didapatkan sistematika penulisan sebagai berikut : 1.8.1. pembahasan pertama mengenai Latar Belakang 1.8.2. Pembahasan kedua mengenai Rumusan Masalah 1.8.3. Pembahasan ketiga mengenai Tujuan1.8.4. Pembahasan keempat mengenai Manfaat 1.8.5. Pembahasan kelima mengenai Ruang Lingkup1.8.6. Pembahasan kedua mengenai Metode dan Langkah Kerja1.8.7. Pembahasan ketujuh mengenai Populasi dan Sampel 1.8.8. Pembahasan kedelapan mengenai Sistematika Penulisan 13