hemostasis lah (autosaved).docx
TRANSCRIPT
Daftar isi :1. Blooding time
2. Golongan darah
3. Laju endap darah (led)
4. Cross matching
5. Protrombin time
6. Thromboplastin time
Blooding Time
Bab i
Latar belakang dan Tujuan
Dalam segala aktivitas, terkadang Kita secara tidak sengaja mengalami trauma fisik, entah ketika kita sedang berkendara motor kemudian terjatuh, atau ketika sedang mengiris bawang didapur kemudian tangan kita teriris, trauma ini tentunya Menimbulkan luka, dan jika luka sampai pada Pembuluh darah Kapiler, maka tentunya juga Kita akan mengalami perdarahan.
Perdarahan adalah keadaan dimana darah keluar dari tempat sirkulasinya, yaitu pembuluh darah, ketika mengalami perdarahan memang kita terus mengeluarkan darah namun dalam beberapa Menit kemudian darah terlihat membeku dan membentuk seperti lapisan tipis berwarna putih kemerah-merahan, sehingga darah berhenti, Mengapa terjadi demikian, jawabannya adalah Mekanisme Hemostasis dan Koagulasi.
Telah kita ketahui, dalam darah yang ada pada tubuh kita, terdiri dari plasma dan sel-sel darah, dan keping megakariosit atau yang kita sebut Trombosit, Trombositlah yang memegang peranan Penting dalam kejadian berhentinya darah tadi, jadi Trobosit merupakan salah satu bagian dari darah yang Memiliki fungsi utama dalam kendali Hemostasis dan koagulasi, Proses pembekuan Darah.
Dalam praktikum kali ini, kita akan mengukur Berapa lama proses koagulasi Darah, dari saat perlukaan hingga darah berhenti Mengalir Keluar tubuh, dengan demikian Kita dapat mengetahui kisaran waktu yang diperlukan trombosit untuk aktif dalam menghentikan perdarahan.
Tujuan :
a. Mahasiswa mengerti dan memahami prosedur Pelaksanaan Pengukuran Blooding time
b. Mahasiswa mengetahui kisaran waktu Perhentian darah
Bab ii
Dasar teori
Waktu perdarahan (bleeding time, BT) adalah uji laboratorium untuk menentukan
lamanya tubuh menghentikan perdarahan akibat trauma yang dibuat secara laboratoris.
Pemeriksaan ini mengukur hemostasis dan koagulasi. Masa perdarahan tergantung atas :
ketepatgunaan cairan jaringan dalam memacu koagulasi, fungsi pembuluh darah kapiler dan
trombosit. Pemeriksaan ini terutama mengenai trombosit, yaitu jumlah dan kemampuan
untuk adhesi pada jaringan subendotel dan membentuk agregasi. Bila trombosit
Prinsip pemeriksaan ini adalah menghitung lamanya perdarahan sejak terjadi luka kecil
pada permukaan kulit dan dilakukan dalam kondisi yang standard. Ada 2 teknik yang dapat
digunakan, yaitu teknik Ivy dan Duke. Kepekaan teknik Ivy lebih baik dengan nilai normal 1-6
menit. Teknik Duke nilai normal 1-8 menit. Teknik Ivy menggunakan lengan bawah untuk
insisi merupakan teknik yang paling terkenal. Aspirin dan antiinflamasi dapat memperlama
waktu perdarahan.Uji ini tidak boleh dilakukan jika penderita sedang mengkonsumsi
antikoagulan atau aspirin; pengobatan harus ditangguhkan dulu selama 3 – 7 hari.
Bab iii
Metodologi
A. Alat dan Bahan
Alat : Tensi meter
Lancet steril
Stopwatch
Kapas alkohol
Kertas saring bulat
B. Cara kerja
Memasang Tensimeter, manset dibebatkan pada lengan atas, tepat diatas lipatan siku
Memberi tekanan sebesar 40 mmHg selama dilakukan Pemeriksaan
Membersihkan daerah volar lengan bawah dengan kapas alkohol, memilih tempat yang tidak ada vena superficial, sekitar 3 jari dibawah lipatan siku
Regangkan kulit, buat perlukaan sedalam 3 mm dengan autoclick
Jalankan stopwatch tepat saat terjadi perdarahan
Setiap 30 detik darah yang keluar di Hapus dengan kapas tapi tidak sampai menyentuh Permukaan kulit
Mematikan stopwatch ketika Perdarahan berhenti, Melepaskan manset, dan merapikan kembali tensimeter pada tempatnya
Mencatat hasil waktu yang diperlukan dari saat terjadi Perdarahan sampai perdarahan tersebut berhenti
Bab iv
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
B. Pembahasan
Telah kita ketahui bahwa blooding time adalah untuk mengetahui kinerja trombosit sebagai salah satu agen pembekuan darah, prosedur pengerjaan yang telah kita lakukan menggunakan metode ivy, yaitu memasang alat tensi meter pada lengan probandus kemudian membuat sedikit perlukaan di area 3 jari dibawah siku, kemudian mulai menghitung dengan stopwatch sampai darah berhenti, dan jika perdarahan terjadi lebih dari 10 menit, maka pemeriksaan di berhentikan, karena hal tersebut telah mengindisikan bahwa telah terjadi suatu kelainan pada kinerja trombosit.
Pada praktikum, kali ini kita telah mengukur waktu perdarahan pada 2 orang dari probandus kelompok, dari probandus Pertama didapatkan hasil pengukuran waktu yaitu 3 menit 21 detik, hal ini masih dalam batas normal, tidak ada kelainan pada kinerja trombosit, karena waktu 3 menit masih dalam batas ambang normal.
Pada hasil probandus 2 di dapat waktu yang lebih singkat, yaitu 2 menit, ini juga masih dalam ambang batas normal, karena darah berhenti dengan cepat, sesuai dengan keadaan normal.
Dari kedua pemeriksaan didapatkan hasil yang normal, maka dapat kita simpulkan bahwa pada pemeriksaan kinerja trombosit dari dua (2) probandus didapatkan dalam keadaan normal dan tidak mengindikasikan kelainan klinis.
Pemeriksaan golongan darah
Bab I
Pemeriksaan Blooding Timeno Percobaan Waktu1 Probandus 1 3 menit 21 detik 2 Probandus 2 2 menit
Latar Belakang dan Tujuan
Sistem penggolongan darah manusia dikategorikan dengan beberapa sistem, yang kita gunakan ada Penggolongan Gol.darah dengan sistem ABO, dalam sistem ABO, Golongan darah Manusi terdiri atas 4, yaitu Gol.darah A, B, O, dan AB.
Fungsi Utama golongan darah Yaitu pengenal dalam keluarga, dan sebagai suatu patokan dalam melakukan transfusi (namun hal ini juga belum bisa dipastikan dengan cross match, bagian ----).
Dalam setiap aktivitas, pekerjaan, kita selalu ditanyakan Mengenai golongan darah, dalam kartu Penduduk Juga tertera Gol darah, gol.darah Bersifat sebagai pengenal dan lebih Memastikan kebenaran identitas, Gol. Darah juga sebagai Bukti, Dalam pengadilan, dan pada insiden tertukarnya bayi di Rumah sakit.
Dengan demikian diperlukannya tes Gol.darah Untuk Mengetahui Jenis golongan darah untuk kepentingan-kepentingan tersebut
Tujuan : Mahasiswa mengerti dan memahami serta melakukan pemeriksaan Golongan darah
Bab II
Dasar Teori
Meskipun ratusan jenis antigen golongan darah dalam eritrosit telah ditemukan
namun dalam praktek keseharian hanya sistim golongan darah ABO dan Rh yang penting
digunakan. Ada empat (4) jenis golongan darah dalam sistim golongan darah ABO yakni
golongan darah A, golongan darah B, golongan darah O dan golongan darah AB. Sistim
golongan darah ABO mempergunakan dasar ada tidaknya antigen A dan antigen B pada
permukaan eritrosit. Golongan A mempunyai dua subgrup yaitu sub grup A1&A1B serta
A2&A2B.
Jikalau pada permukaan eritrosit ditemukan antigennya maka dalam serum tidak
mengandung anbodinya. Orang dengan golongan darah A pada permukaan eritrositnya
terdapat antigen A dan dalam serumnya mengandung antibodi B (anti-B), sedangkan pada
golongan darah B pada permukaan eritrositnya terdapat antigen B , serumnya mengandung
antibodi A (anti-A). Golongan AB serumnya tidak mengandung antibodi sama sekali (nihil),
sedangkan golongan O serumnya mengandung baik antibodi A (anti-A) maupun antibodi B
(anti-B).
Penggunaan penggolongan darah sistim Rh dalam praktik klinik keseharian
mepergunakan antisera yang dikenal dengan anti-D. Ada dua jenis golongan darah Rh yaitu
golongan Rh-positif dan golongan Rh-negatif.
Hasil reaksi yang terjadi antara antigen-antibodi pada peristiwa ini adalah aglutinasi, oleh
karenanya antigen (Ag) disebut juga aglutinogen, dan antibodi (Ab) disebut aglutinin.
Bab III
Metodologi
A. Alat dan bahan
Alat : Auto clift, Kapas alkohol, lancet steril.
Bahan : Reagen anti A, anti B, anti AB , dan anti D untuk (Rh), kartu gol.darah
B. Cara kerja
Pengambilan Darah
Periksa Alat-alat khususnya autoclick yang berfungsi untuk membuat perlukaan kecil, pastikan baru dan steril, Ukuran kedalaman pada autoclick adalah 0,5 mm
Melakukan penjelasan, tentang prsedur pemeriksaan Kepada probandus, serta meminta kesediaan untuk dilakukan pemeriksaan
Memilih jari Manis yang relatif lebih nyaman dan kurang beresiko (jari-jari lain memiliki banyak ujung saraf bebas pada ujungnya, dan rasa sakit akan lebih lama, boleh digunakan
namun dalam keadaan terpaksa)
Pijat jari dari bawah hingga ke ujung, bertujuan untuk mengumpulkan darah
Gosokan dengan alkohol, tunggu sampai agak kering
Tusuk jari, sedikit lateral (menyamping) dari jari, pada bagian yang terlihat agak Menonjol
Kumpulkan darah hingga menyerupai tetesan, teteskan langsung pada kertas golongan darah
Berikan kapas yang diberi alkohol pada perlukaan dijari akibat tusukan
Pemeriksaan Golongan darah
Kertas Golongan darah yang sudah ditetesi darah dipersiapkan
Tetesi reagen anti A pada darah Yang telah Ditetesi pada tempat Golongan darah A
Tetesi reagen anti B Pada darah yang telah ditetesi pada tempat golongan darah B
Tetesi Reagen anti AB pada darah Yang telah ditetesi pada tempat Golongan darah O
Tetesi reagen anti D pada darah yang telah Ditetesi pada tempat Golongan darah Rhesus
Amati jika terjadi penjendalan/tidak (jika terjadi penjendalan pada daerah yang Di tetesi Reagen, maka itulah golongan darah orang, tersebut co: darah di beri anti A, terjadi
penjendalan, maka orang tersebut memiliki Gol. Darah A)
Catat hasil
Bab IV
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
Pemeriksaan Golongan darahNo Nama Probandus Nama praktikan Golongan darah1 Haryo dimastio Hendi Wicaksono O2 Sindya wasundari Oktavianta F B3 Johan budiman Kadek S.G A4 Andhika Brilian kharisma Raymond E.N O5 Adi nugraha Andreas Geovani A B
B. Pembahasan
Dalam praktikum kali ini, kita telah melakukan pemeriksaan penentuan golongan darah, dari lima probandus dari kelompok, dan lima orang praktikan dari kelompok juga yang akan Melakukan Perlukaan kecil dengan autoclick.
Prosedur Pemeriksaan Ini Memang sedikit beresiko, karena kita akan melakukan perlukaan walaupun kecil, Untuk itu kita telah perlu mengetahui prosedur pemeriksaan, seperti yang telah kita ketahui, pembuatan Perlukaan di lakukan pada daerah jari, dan jari yang di anjurkan dalam Pemeriksaan adalah jari manis, ini dikarnakan jari tengah secara anatomis sedikit terdapat serabut ujung saraf bebas dibanding jari-jari lainnya, sebenarnya kita boleh mengambil pada daerah jari mana saja, namun hal tersebut dilakukan jika dalam keadaan darurat, dengan demikian Pemilihan Perlukaan pada jari manis, tidak membuat probandus merasa sakit berlebih dan lebih lama.
Setelah melakukan perlukaan, kita meneteskan darah dari probandus, ke kartu Golongan darah, saya secara pribadi, melakukan percobaan bersama probandus kelompok sdr. Andika brilyan kharisma, setelah meneteskan darah sdr.andika pada kartu golongan darah, saya meneteskan reagen anti A, anti B, anti AB, dan Anti D, setelah meneteskan reagen, saya mengamati darah, dan ketiga reagen tidak bereaksi hanya anti D yang bereaksi sehingga terjadi Penjendalan. Dengan demikian kita dapat mengetahui Golongan darah sdr.andhika adalah O demikian juga dengan sdr. Haryo dimastio, tidak terjadi penjendalan.
Begitu juga demikian pada percobaan-percobaan yang lain, yang dilakukan pada probandus kelompok lainnya, berbeda pada probandus kelompok sdr.sindya wasundari, sdr johan budiman, sdr adi Nugraha. Pada sdr. Sindya wasundari dan sdr. Adi nugraha, setelah
ditetesi reagen, terjadi penjendalan khususnya setelah ditetesi regen anti B, dengan demikian kita bisa mengetahui, bahwa Golongan darah sdr.sindya dan sdr. Adi nugraha adalah B.
Pada sdr.johan setelah ditetesi reagen khususnya reagen anti A, darah dari probandus bereaksi dan terjadi penjendalan, sehingga kita ketahui bahwa golongan darah sdr.johan adalah bergolongan darah A.
Pemeriksaan laju endap darah (led)
Bab i
Latar belakang dan tujuan
Laju endap darah adalah suatu pengukuran kecepatan turun darah dalam 1 jam,
Kecepatan turun ini begitu beragam, akan terlihat lambat, Ataupun cepat. Masing - masing
Kecepatan tersebut memiliki arti klinis masing-masing, laju endap darah dilambangkan
dengan satuan mm/jam. Kriteria normal untuk laju endap darah, Pada pria ukuran normal 0-
15 mm/jam dan untuk wanita adalah 0-20 mm/jam.
Dalam lingkungan klinis, pemeriksaan laju endap darah, sangat lah penting, karena
seperti yang telah dikatakan, tiap laju kecepatan, Cepat atau Lambat dari ukuran kriteria
normal yang telah disebutkan diatas, Merupakan suatu indikator dari adanya kelainan
patologis.
Dalam Praktikum kali ini, kita akan Melakukan pengukuran laju endap darah, Pada
salah Satu probandus kelompok, pengukuran laju endap darah memiliki 2 Metode
pemeriksaan, yaitu metode Wertergen dan metode wintrobe, namun untuk sekarang,
metode yang digunakan sesuai rekomendasi Internatiolnal Committee for Standardization in
Haematology (ICSH) adalah menggunakan metode Westergren.
Tujuan :
Mahasiswa mengerti dan memahami Prosedur pengerjaan laju endap darah dengan Menggunakan metode westergen
Bab ii
Dasar teori
Laju endap darah (erithrocyte sedimentation rate, ESR) yang juga disebut kecepatan
endap darah (KED) atau laju sedimentasi eritrosit adalah kecepatan sedimentasi eritrosit
dalam darah yang belum membeku, dengan satuan mm/jam, Nilai normal laki-laki
0-15mm/jam, perempuan 0-20mm/jam. LED merupakan uji yang tidak spesifik.
LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi akut, infeksi akut dan kronis,
kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress
fisiologis (misalnya kehamilan).
Sebagian ahli hematologi, LED tidak andal karena tidak spesifik, dan dipengaruhi oleh
faktor fisiologis yang menyebabkan temuan tidak akurat. Pemeriksaan CRP dipertimbangkan
lebih berguna daripada LED karena kenaikan kadar CRP terjadi lebih cepat selama proses
inflamasi akut, dan lebih cepat juga kembali ke kadar normal daripada LED. Namun,
beberapa dokter masih mengharuskan uji LED bila ingin membuat perhitungan kasar
mengenai proses penyakit, dan bermanfaat untuk mengikuti perjalanan penyakit. Jika nilai
LED meningkat, maka uji laboratorium lain harus dilakukan untuk mengidentifikasi masalah
klinis muncul.
Metode yang digunakan untuk pemeriksaan LED ada dua, yaitu metode Wintrobe
dan Westergreen. Hasil pemeriksaan LED dengan menggunakan kedua metode tersebut
sebenarnya tidak seberapa selisihnya jika nilai LED masih dalam batas normal. Tetapi jika
nilai LED meningkat, maka hasil pemeriksaan dengan metode Wintrobe kurang
menyakinkan. Dengan metode Westergreen bisa didapat nilai yang lebih tinggi, hal itu
disebabkan panjang pipet Westergreen yang dua kali panjang pipet Wintrobe. Kenyataan
inilah yang menyebabkan para klinisi lebih menyukai metode Westergreen daribada metode
Wintrobe. Selain itu, International Commitee for Standardization in Hematology (ICSH)
merekomendasikan untuk menggunakan metode Westergreen. LED berlangsung 3 tahap,
tahap ke-1 penyusunan letak eritrosit (rouleaux formation) dimana kecepatan sedimentasi
sangat sedikit, tahap ke-2 kecepatan sedimentasi agak cepat, dan tahap ke-3 kecepatan
sedimentasi sangat rendah.
Bab iii
Metodologi
A. Alat dan Bahan
Alat : Pipet Westergen beserta rak-nya
Lemari pendingin
Bahan : Darah vena dengan antikoagulan
Larutan Natrium Sitrat 0,109M;
Air suling
B. Cara kerja
Darah yang sudah diencerkan diisikan ke dalam pipet Westergren sampai garis/ tanda 0 (nol).
Letakkan pipet pada rak, pastikan posisinya sudah benar tegak lurus.
Diamkan dalam suhu kamar, jauhkan dari sinar matahari dan getaran.
Sesudah satu (1) jam tepat, baca berapa panjang penurunan eritrosit (laju eritroseit).
mencatat hasilnya, dan laporkan dengan satuan mm/jam
Bab iv
Hasil dan pembahasan
A. Hasil
B. Pembahasan
Pada percobaan kali ini bertujuan untuk mengetahui kecepatan mengendap eritrosit ke dalam plasma darah yang belum membeku dengan satuan mm/jam.dari percobaan kali ini kita dapat mengetahui kondisi fisiologis seseorang karena LED sangat terpengaruh kondisi fisiologis seseorang.
Metode dalam percobaan kali ini ada 2 yaitu metode westergreen dan metode wintrobe tetapi pada percobaan kali ini menggunakan metode westergreen karena menurut ICSH metodeini mendapat hasil lebih akurat karena menggunakan tabung yang 2 kali lebih panjang.prinsipnya adalah darah yang telah diisi di tabung westergreen didiamkan 1 jam di rak kemudian dicatat hasil skala pengendapan
Dari percobaan didapat data hasil probandus pertama 5mm/jam dan probandus kedua 7mm/jam, hasil tersebut termasuk normal karena ukuran nilai normal laki-laki 0-15mm/jam dan perempuan 0-20mm/jam.
Banyak hal yang mempengengaruhi LED yaitu:
Penurunan kadar : polisitemia vera, CHF, anemia sel sabit, mononukleus infeksiosa, defisiensi faktor V, artritis degeneratif, angina pectoris
Peningkatan kadar : artirits reumatoid, demam rematik, MCI akut, kanker (lambung, kolon, payudara, hati, ginjal), penyakit Hodgkin, mieloma multipel, limfosarkoma, endokarditis bakterial, gout, hepatitis, sirosis hati, inflamasi panggul akut, sifilis, tuberkulosis, glomerulonefritis, penyakit hemolitik pada bayi baru lahir (eritroblastosis fetalis), SLE, kehamilan (trimester kedua dan ketiga).
Adapun nilai LED juga dapat berunah akibat kesalah pada laboratorium pemeriksaan misalnya kelebihan antikoagulan,dan kemiringan tabung
Pemeriksaan Cross match
Bab I
Latar belakang dan tujuan
Pemeriksaan laju endap darahNo Percobaan Waktu1 Probandus 1 5 mm/jam 2 Probandus 2 7 mm/jam
Kita tentunya pernah mendengar tentang kejadian penggumpalan darah pada saat dilakukannya transfusi darah, satu hal yang mungkin terjadi darah Yang di transfusikan tidak cocok untuk recepient dengan kata lain darah tersebut berbeda golongan sehingga terjadi penggumpalan atau aglutinasi, namun ada pula beberapa kejadian, saat dilakukannya kegiatan transfusi, Pada orang memiliki golongan darah yang sama tetap terjadi Penggumpalan, Mengapa demikian?
Kesalahan transfusi Bila berbeda golongan bisa dapat Berakibat fatal pada recepient (pasien yang didonor) untuk itu harus dilakukan suatu tes, Tes Cross match, yaitu tes yang dilakukan sebelum dilakukannya Pemberian transfusi darah, tes ini bertujuan untuk menghindari terjadinya penggumpalan darah yang terjadi pada saat transfusi berlangsung.
Tes ini memiliki tiga (3) fase, namun pada praktikum kali ini hanya akan dilakukan fase pertama (1), Fase pertama (1) yaitu untuk pemeriksaan darah, apakah darah yang akan ditransfusikan tersebut akan mengalami aglutinasi atau tidak, sedangkan tahap 2 dan 3 dilakukan untuk darah yang memiliki golongan darah yang sama namun terjadi Aglutinasi.
Secara singkat, prosedur pengerjaan metode 1 relatif lebih mudah, Dimana akan diambil beberapa tabung darah pendonor dan recipient akan dicampur dan dilihat apakah terjadi penggumpalan.
Jika bernilai negatif, maka darah dari pendonor dapat di transfusikan sedangkan jika hasil pemeriksaan bernilai positif maka darah otomatis tidak dapat ditransfusikan, hal Ini biasanya di akibatkan Oleh Perbedaan gol darah, namun jika gol darah sama namun tetap terjadi aglutinasi, maka akan dilanjutkan tes cross match berikutnya, yaitu dengan metode yang 2 dan 3.
Tujuan :
1. Mahasiswa mengerti dan memahami prosedur pemeriksaan darah Cross match2. Mahasiswa dapat melakukan Pemeriksaan dan menganalisa hasil yang didapatkan
dari Praktikum
Bab II
DASar teori
Pemeriksaan crossmatching (uji cocok serasi) adalah pemeriksaan kecocokan darah
antara darah pasien dengan darah penyumbang darah yang sesuai golongan ABO dan
Rhesusnya, darah yang diberikan pada penderita adalah darah yang cocok serasi
(compatible. Pemeriksaan ini terutama dilakukan jika ingin melakukan transfusi darah
(Fatma, 2009).
Transfusi darah hanya merupakan satu elemen dari penanganan kasus secara
keseluruhan. Bila terjadi kehilangan darah dalam jumlah banyak dan waktu singkat akibat
perdarahan, pembedahan ataupun komplikasi dari melahirkan, yang paling urgen adalah
mengganti cairan yang hilang dengan segera. Transfusi sel darah merah dapat menjadi
penting karena akan mengembalikan kapasitas pengangkutan oleh darah (Anonim, 2010).
Prinsip-prinsip dalam melakukan transfusi darah adalah:
Transfusi hanya merupakan satu bagian dalam penatalaksanaan seorang pasien.
Keputusan untuk memberikan transfusi harus didasarkan pada petunjuk nasional
mengenai penggunaan klinis dari darah, dengan mempertimbangkan kebutuhan pasien itu
sendiri.
Kehilangan darah harus diminimalkan untuk mengurangi kebutuhan pasien akan
transfusi.
Pasien yang kehilangan darah akut sebaiknya menerima resusitasi efektif (eairan
pengganti intravena, oksigen, dan lain-lain) sementara kebutuhan transfusi
dipertimbangkan. Kadar hemoglobin pasien, meskipun penting, sebaiknya tidak menjadi
faktor penentu untuk memulai transfusi. Keputusan untuk melakukan transfusi haruslah
didukung oleh kebutuhan untuk menghilangkan gejala dan tanda serta menghindari
morbiditas dan mortalitas.
Bab III
Metodologi
A. Alat dan Bahan
Alat : Tensi meter, Lancet steril, Stopwatch, Kapas alkohol, Kertas saring bulat
B. Cara kerja
Darah dimasukkan ke dalam Tabung sebanyak ml, tabung berlabel ganjil adalah Darah milik Recipient (tabung 1, 3, 5) dan Darah pendonor Bernilai genap (2, 4, 6) sehingga Total 6
Tabung
6 Tabung Berisi darah, disentrifuse dengan kecepatan ppm
Tabung yang telah disentrifuse, di atur berpasang 1 dan 2, 3 dan 4, 5 dan 6,
Mengambil dan mempersiapkan 3 tabung kosong (sebagai media untuk dilakukan pencampuran)
Melakukan Pemeriksaan mayor, yaitu dengan mencampurkan Plasma dari Resepien dengan eritrosit dari Pendonor didalam tabung Kosong
Pada Pemeriksaan minor, sebaliknya, mencampurkan eritrosit resepien dengan plasma pendonor
Pengerjaan Pemeriksaan Mayor dan minor dilakukan pada semua tabung (1 dan 2, 3 dan 4, 5 dan 6)
Dilakukan pengamatan, melihat apakah yang terjadi, terjadi penjendalan atau tidak
Mencatat hasil Yang Ditemukan
Bab IV
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
Pemeriksaan Cross Match
No Resepien DonorPemeriksaan
mayorPemeriksaan
Minor1 Tabung 1 Tabung 2 ( + ) ( - )2 Tabung 3 Tabung 4 ( + ) ( - )3 Tabung 5 Tabung 6 ( - ) ( - )
B. Pembahasan
Telah kita ketahui bahwa pemeriksaan cross match Yang telah kita lakukan Ini merupakan fase 1, pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan mayor dan minor, Pemeriksaan mayor adalah Pemeriksaan dengan mencampurkan Plasma Resepient dengan eritrosit Pendonor, dan pemeriksaan minor sebaliknya.
Dari hasil yang telah didapat dengan Melakukan 3 Pemeriksaan, Terjadi Penjendalan (koagulasi) pada 2 Pemeriksaan yang dilakukan, yaitu Pada tabung 1 dan 3, kemudian pada tabung 3 dan 4 Hal ini ditandai dengan nilai (+) Ini berarti adanya penjendalan, inilah merupakan tujuan utama dari pemeriksaan ini, untuk mengetahui adanya koagulasi. Dalam lingkup klinis, Hal inilah yang ditakutkan pada saat proses transfusi oleh karena Itu dilakukan Pemeriksaan tersebut, jika Bernilai (+) maka darah pendonor tidak di perbolehkan mendonorkan darah kepada recepien (pasien) sebaliknya jika pemeriksaan didapatkan hasil (-) Maka boleh dilakukan proses transfusi.
Ada beberapa faktor terjadinya penjendalan (koagulasi) namun faktor yang paling menentukan adalah perbedaan Golongan darah, kita telah Mengetahui sifat-sifat Golongan darah, yaitu akan terjadi penjendalan apabila tidak sama, hal demikian lah yang terjadi saat pemeriksaan Pada tabung no 1 dan 2 serta 3 dan 4., Namun ada pula saat keadaan dimana tubuh pasien tidak mau menerima darah yang memiliki golongan yang sama, biasa hal Ini merupakan manifestasi dari Penyakit yang didertita (biasanya terkait Imunologis), hal ini butuh pemeriksaan cross match lanjutan yaitu dengan fase 2 dan fase 3.
Kembali pada hasil Pemeriksaan, kita melihat hasil Pemeriksaan Pada tabung no 5 dan 6 dimana semua pemeriksaan, yaitu pemeriksaan mayor dan minor Yang dilakukan kesemuanya bernilai (-), keadaan tersebut dapat menunjukan bahwa darah dari pendonor dan resepien tidak mengindikasikan adanya penjendalan (koagulasi), dengan demikian pendonor dapat mendonorkan darahnya.
Dengan demikian pemeriksaan cross match Merupakan suatu hal yang Penting dilakukan sebelum dilakukannya proses transfusi, hal ini lebih di haruskan apa bila pendonor tidak Mengetahui secara pasti golongan darahnya atau tau melalui silsilah keluarga tanpa adanya Tes penentuan Golongan darah sendiri.
Pemeriksaan plasma prothrombin time (ppt)
Bab I
Latar belakang dan tujuan
Plasma prothrombin time, Merupakan pemeriksaan yang dilakukan Untuk Mengetahui pengaruh-pengaruh faktor ekstrinsik dalam Koagulasi Darah. Prothrombin di sintesis dalam organ hati.
Prothrombin merupakan salah satu faktor pembekuan darah, prothrombin Di ubah oleh thromboplastin menjadi thrombin, dan thrombin inilah yang akan membantu proses pembekuan darah.
Kita telah mengetahui bahwa proses terjadi Koagulasi di pengaruhi oleh tiga faktor, yaitu Vaskuler, faktor-faktor, dan Trombosit yang kesemuanya berperan dan saling terkait dalam proses perhentian luka. Dengan demikian kelainan/kerusakan pada salah satu faktor, pasti akan Mempengaruhi Koagulasi
Dengan demikian kita mengetahui bahwa pemeriksaan yang akan Kita lakukan adalah untuk Mengetahui kelainan/tidak pada proses koagulasi yang terinterpretasi dari pemeriksaan Plasma Prothrombin time (PPT)
Tujuan : Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara-cara dalam melakukan pemeriksaan yang berkaitan untuk menilai adanya defisiensi faktor ekstrinsik
Bab ii
Dasar teori
Protrombin disintesis oleh hati dan merupakan prekursor tidak aktif dalam proses
pembekuan. Protrombin dikonversi menjadi thrombin oleh tromboplastin yang diperlukan
untuk membentuk bekuan darah.
Uji masa protrombin (prothrombin time, PT) untuk menilai kemampuan faktor
koagulasi jalur ekstrinsik dan jalur bersama, yaitu : faktor I (fibrinogen), faktor II
(prothrombin), faktor V (proakselerin), faktor VII (prokonvertin), dan faktor X (faktor Stuart).
Perubahan faktor V dan VII akan memperpanjang PT selama 2 detik atau 10% dari nilai
normal.
Pada penyakit hati PT memanjang karena sel hati tidak dapat mensintesis
protrombin.PT memanjang karena defisiensi faktor koagulasi ekstrinsik dan bersama jika
kadarnya <30% style="font-style: italic;">International Committee for Standardization in
Hematology (ICSH) menganjurkan tromboplastin jaringan yang digunakan harus
distandardisasi dengan tromboplastin rujukan dari WHO untuk mendapatkan International
Sensitivity Index (ISI).
International Normalized Ratio (INR) adalah satuan yang lazim digunakan untuk
pemantauan pemakaian antikoagulan oral.
INR didadapatkan dengan membagi nilai PT yang didapat dengan nilai PT normal
kemudian dipangkatkan dengan ISI. INR merupakan rancangan untuk memperbaiki proses
pemantauan terhadap terapi warfarin sehingga INR digunakan sebagai uji terstandardisasi
internasional untuk PT. INR dirancang untuk pemberian terapi warfarin jangka panjang dan
hanya boleh digunakan setelah respons klien stabil terhadap warfarin. Stabilisasi
memerlukan waktu sedikitnya seminggu. Standar INR tidak boleh digunakan jika klien baru
memulai terapi warfarin guna menghindari hasil yang salah pada uji.
Bab iii
Metodologi
A. Alat dan Bahan
Alat : Penangas air 37˚C
Tabung reaksi 13x100 mm
Mikropipet 0,1 % 0,2 µL
Bahan : Darah dengan antikoagulansia Natrium Sitrat 9:1
Campuran larutan thromboplastin-calsium chloride
Kontrol plasma normal
Reagen-reagen neoplastin
Melakukan pemusingan darah- sitrat selama 10menit pada kecepatan 3000ppm , segera
mengambil sesudah darah
Memisahkan plasma dari endapan eritrosit dan menaruh dalam tabung tersendiri. Segera
melakukan pemeriksaan
Mengambil tabung reaksi lain, masukkan 0,2mLcampuran tromboplastin-calsium dan
Menaruh dalam penangas air pada suhu 37°C selama 1menit (suhu tabung sama dengan
suhu air dalam penangas)
Menginkubasikan plasma yang diperoleh pada penangas 37°C selama 2-3menit sampai
suhunya sama (jangan lebih dari 5menit)
Menambahkan 0,1mL plasma ke dalam tabung berisi campuran tromboplastin-calsium
kemudian mencampurkan dan pada saat bersamaan menjalankan stopwatch
Mengeluarkan tabung berisi campuran plasma & tromboplastin-calsium dari penangas
Mengeringkan dinding luar tabung dengan lap bersih dan mengggoyangkan tabung ke
depan-belakang, sampai terlihat bentukan benang fibrin.
Mematikan stopwatch tepat saat bentukan benang fibrin terlihat. Mencatat waktunya
Dengan prosedur yang sama juga melakukan pemeriksaan PPT pada plasma kontrol normal
(plasma pasien diganti plasma kontrol normal).
Mengulangi pemeriksaan diatas dengan prosedur yang sama, menghitung rata rata waktu
yang diperoleh dan melaporkan hasilnya sebagai waktu PPT dengan satuan detik
Bab iv
Hasil dan pembahasan
A. Hasil
Waktu : 15,37
B. Pembahasan
Pada percobaan kali ini bertujuan untuk dapat mengetahui dan memahami cara-cara dalam
melakukan pemeriksaan yang berkaitan untuk menilai adanya defisiensi faktor ekstrinsik.
Pemeriksaan waktu protrombin ini berkaitan dengan faktor-faktor ekstrinsik, karena waktu
protrombin ini berhubungan dengan terjadinya trauma pada dinding pembuluh dan jaringan
disekitarnya yang kemudian diikuti dengan pelepasan faktor jaringan, aktivasi faktor X dan
adanya efek dari faktor X yang teraktivasi itu sendiri.
Pada percobaan kali ini didapat hasil 15,37 detik ini merupakan kondisi normal
karena standar normaluntuk uji ini adalah 10-15 detik.dari hasil diatas kita dapat
mengetahui bahwa probandus tidak defisiansi terhadap factor ekstrinsik yaitu : faktor I
(fibrinogen), faktor II (prothrombin), faktor V (proakselerin), faktor VII (prokonvertin), dan
faktor X (faktor Stuart) dan kadar protrombin dalam darah yang cukup karena kadar
protrombin berpengaruh dalam proses pembekuan darah.
Perubahan faktor V dan VII akan memperpanjang PT selama 2 detik atau 10% dari
nilai normal.ada beberapa hal yang mempengaruhi nilai PT yaitu:
Hasil memanjang ditemukan pada kondisi klinis seperti Penyakit hati (sirosis
hati, hepatitis, abses hati, kanker hati, jaundice), afibrinogenemia, defisiensi
faktor koagulasi (II, V, VII, X), disseminated intravascular coagulation (DIC),
fibrinolisis, hemorrhagic disease of the newborn (HDN), gangguan reabsorbsi
usus.
Hasil memendek biasanya ditemukan pada kondisi klinis seperti
tromboflebitis, infark miokardial, embolisme pulmonal.
Pemeriksaan activated partial thromboplastin time (Aptt)
Bab i
Latar belakang dan tujuan
Di dalam darah, kita mengenal adanya trombosit atau yang dikenal pula dengan
nama keping-keping darah atau platelet. Trombosit sangat berperan penting didalam proses
penyembuhan luka, dimana trombosit ini akan dibantu oleh tromboplastin, trombokinase,
protrombin, trombin, fibrinogen dan bennag-benang fibrin dalam melakukan mekanisme
pembekuan darah.
Namun, pada percobaan ini kita tidak akan membahas semua itu, tetapi hanya fokus
pada tromboplastin saja. Tromboplastin merupakan aktivator dari protrombin. Dimana
nantinya protrombin yang telah diaktivasi oleh tromboplastin ini akan mampu untuk
menghasilkan trombin yang akan mengubah fibrinogen menjadi benang-benang fibrin yang
akan mampu untuk menutup luka.
Pada percoban ini, kita lebih memfokuskan pada waktu aktivasi tromboplastinnya
saja. Dimana waktu aktivasi dari tromboplastin ini akan menggambarkan tentang kadar
trombopalstin didalam darah.
Kita harus mampu melakukan pemeriksaan terhadap waktu aktivasi dari
tromboplastin parsial itu, karena apabila jumlah tromboplastin parsial didalam darah itu
diketahui tidak mencukupi, maka dapat dipastikan akan terjadi gangguan terhadap
mekanisme pembekuan itu sendiri dan tentunya akan berdampak pada terjadinya kelainan-
kelainan. Gangguan itu terutama terjadi pada kegagalan tromboplastin dalam mengaktivasi
protrombin sehingga akhirnya protrombin tidak akan mampu melaksankan fungsinya
dengan baik. Sedangkan kelainan-kelainan yang terjadi itu, dalam hal ini terkait dengan
adanya defisiensi faktor intrinsik yang nantinyaa berperan penting dalam proses pembekuan
itu sendiri.
A. Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara-cara dalam melakukan pemeriksaan
yang sangat berguna untuk penyaring rutin kelainan pembekuan pada faktor intrinsik.
Bab ii
Dasar teori
Tromboplastin parsial adalah fosfolipid yang berfungsi sebagai pengganti platelet
factor 3 (PF3), dapat berasal dari manusia, tumbuhan dan hewan, dengan aktivator seperti
kaolin, ellagic acid, micronized silica atau celite. Reagen komersil yang dipakai misalnya CK
Prest 2 yang berasal dari jaringan otak kelinci dengan kaolin sebagai aktivator. Reagen
Patrhrombin SL menggunakan fosfolipid dari tumbuhan dengan aktivator micronized silica.
Masa tromboplastin parsial teraktivasi (activated partial thromboplastin time, APTT)
adalah uji laboratorium untuk menilai aktifitas faktor koagulasi jalur intrinsik dan jalur
bersama, yaitu faktor XII (faktor Hagemen), pre-kalikrein, kininogen, faktor XI (plasma
tromboplastin antecendent, PTA), faktor IX (factor Christmas), faktor VIII (antihemophilic
factor, AHF), faktor X (faktor Stuart), faktor V (proakselerin), faktor II (protrombin) dan
faktor I (fibrinogen). Tes ini untuk monitoring terapi heparin atau adanya circulating
anticoagulant. APTT memanjang karena defisiensi faktor koagulasi instrinsik dan bersama
jika kadarnya <> 7 detik dari nilai normal, maka hasil pemeriksaan itu dianggap abnormal.
APTT memanjang dijumpai pada :
1. Defisiensi bawaan
o Jika PPT normal kemungkinan kekurangan :
Faktor VIII
Faktor IX
Faktor XI
Faktor XII
o Jika faktor-faktor koagulasi tersebut normal, kemungkinan kekurangan HMW
kininogen (Fitzgerald factor)
o Defisiensi vitamin K, defisiensi protrombin, hipofibrinogenemia.
2. Defisiensi didapat dan kondisi abnormal seperti :
o Penyakit hati (sirosis hati)
o Leukemia (mielositik, monositik)
o Penyakit von Willebrand (hemophilia vaskular)
o Malaria
o Koagulopati konsumtif, seperti pada disseminated intravascular coagulation
(DIC)
o Circulating anticoagulant (antiprothrombinase atau circulating anticoagulant
terhadap suatu faktor koagulasi)
o Selama terapi antikoagulan oral atau heparin
Nilai normal uji APTT adalah 20 – 35 detik, namun hasil ini bisa bervariasi untuk tiap
laboratorium tergantung pada peralatan dan reagen yang digunakan.
Bab iii
Metodologi
A. Alat dan bahan
Alat : Tabung reaksi ukuran 13x100 mm
Stopwatch
Mikropipet 0,1 mL (dispenser 100µL)
Bahan : Darah dengan antikoagulansia Natrium Sitrat 9:1
Calcium chlorida 0,025M (calcium chlorida anhidrid1,38gr dan aquades 500mL)
Natrium-chlorid 0,85%
Kontrol normal plasma
B. Cara kerja
Melakukan pemusingan darah- sitrat selama 10menit pada kecepatan 3000ppm , segera
sesudah darah diambil
Memisahkan plasma dari endapan eritrosit dan menaruh dalam tabung tersendiri. Letakkan
dalam es
Menginkubasikan larutan calcium chlorida 0,025M (secukupnya sesuai kebutuhan) di dalam
penangas air pada suhu 37°C
Mengambil tabung reaksi ukuran 13x100mm dan diisi dengan 0,1mL plasma pasien
Menambahkan 0,1mL partial thromboplastin (yang mengandung suatu aktivator) pada
tabung berisi plasma pasien, Mencampurkan baik baik. Mengembalikan lagi ke dalam
penangas
Menginkubasikan dengan suhu 37°C selama 5 menit (jangan lebih)
Menambahkan 0,2mL larutan calcuim chlorida (yang sudah disiapkan)Saat tepat 5menit,
pada tabung item 6. Menghidupkan stopwatch pada saat yang bersamaan
Mencampur baik baik (dengan mengocok pada posisi tabung tetap dalam penangas)
Mengangkat tabung dari penangasSetelah detik ke duapuluh, Mengeringkan dan
membersihkan bagian luar tabung, menggoyangkan ke depan – belakang. Mengamati
benang fibrin yang terbentu
Menghentikan stopwatch saat tampak benang fibrin terjadi, catat waktu yang diperlukan
Melakukan prosedur pemeriksaan diatas untuk memeriksa plasma kontrol
Mengulangi pemeriksaan sekali lagi untuk masing masing jenis plasma (plasma pasien dan
plasma kontrol)
Menghitung rata rata waktu. Melaporkan hasil dalam detik
Bab iv
Hasil dan pembahasan
A. Hasil
Waktu : 32, 47 detik
B. Pembahasan
Activated Partial Thromboplastin Time (aPTT) merupakan waktu yang diperlukan untuk
membentuk bekuan yang stabil dalam plasma darah setelah terpapar dengan komponen
dari platelet. Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai fungsi koagulasi jalur intrinsic dan
umum
Pemeriksaan waktu aktivasi tromboplastin parsial ini berkaitan dengan faktor-faktor
intrinsik, karena terjadi didalam darah sendiri, dimana nantinya tromboplastin akan
mengaktifkan protrombin guna melakukan mekanisme pembekuan yang disertai peristiwa
seperti: pengaktifan faktor XII dan pelepasan fosfolipid trombosit oleh darah yang terkena
trauma, pengaktifan faktor XI, pengaktifan faktor IX oleh faktor XI yang teraktivasi,
pengaktifan faktor X-peranan faktor VIII dan kerja faktor X teraktivasi dalam pembentukkan
aktivator protrombin-peranan faktor V.
Dari percobaankali ini didapat pemeriksaan APTT 32,47 detik,hasil tersebut normal karena
kriteria normalnya adalah 25-35 detik.hasil ini dikatakan normal karena tidak melebihi atau
kurang dari standar normal. Dapat disimpulkan bahwa, tidak terjadi gangguan berupa
kelainan pembekuan pada faktor instrinsik dan dapat pula disimpulkan, bahwa tidak terjadi
kelainan berupa terbentuknya inhibitor yang dapat menghambat pembentukkan benang-
benang fibrin.
Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium seperti pembekuan sampel
darah,sampel darah hemolisis atau berbusa akibat digojok-gojok, pengambilan sampel
darah pada intravena-lines (mis. Pada infus heparin).
Bab v
Kesimpulan
Laju endap darah (erithrocyte sedimentation rate, ESR) yang juga disebut kecepatan endap darah (KED) atau laju sedimentasi eritrosit adalah kecepatan sedimentasi eritrosit dalam darah yang belum membeku, dengan satuan mm/jam.Metode yang
digunakan untuk pemeriksaan LED ada dua, yaitu metode Wintrobe dan Westergreen.
Bleeding Time (TT) adalah uji laboratorium untuk menentukan lamanya tubuh menghentikan perdarahan akibat trauma yang dibuat secara laboratoris. Pemeriksaan ini mengukur hemostasis dan koagulasi
Prothrombin Time (PTT) merupakan waktu yang diperlukan plasma untuk membentuk bekuan bekuan setelah penambahan faktor jaringan. Protrombin disintesis oleh hati dan merupakan prekursor tidak aktif dalam proses pembekuan
Activated Partial Thromboplastin Time (aPTT) merupakan waktu yang diperlukan untuk membentuk bekuan yang stabil dalam plasma darah setelah terpapar dengan komponen dari platelet. Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai fungsi koagulasi jalur intrinsic dan umum.
Berdasarkan sistem ABO, darah terbagi atas empat golongan, yaitu golongan darah A,B, AB,dan O.Golongan darah A mengandung antigen dan zat anti B, golongan darah B mengandung antigen dan zat anti A, golongan darah AB mengandung zat anti A + B dan golongan darah O mengandung antigen maupun .Pengetahuan tentang golongan darah sangat penting untuk kebutuhan transfusi darah.
Cross Match ada 2 metode yang digunakan yaitu mayor dan minor.Pemeriksaan antara serum segar dari orang sakit (OS) dengan eritrosit dari donor dan ini disebut Mayor Test; dan pemeriksaan serum/plasma dari donor dengan eritrosit dari OS ini disebut Minor Test.
Daftar pustaka
:
Campbell, Reece and Mitchell, 2000, Biologi, edisi 5 jilid 3, Erlangga: Jakarta
Fatma Vriastuti, 2009, Studi Deskriptif Implementasi ISO 900 1:2000 dalam
Pemeriksaan Cross Matching (UJI Cocok Serasi) di Unit Transfusi Darah
Cabang PMI Kota Surakarta, diakses dari www.fk.uwks.ac.id pada 31
Juli 2010
Guyton, Arthur C, 1993, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi 7, bagian 1, EGC:
Jakarta
Guyton, Arthur C dan Hall, John E, 2007, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi
11, EGC: Jakarta
R. Gandasoebrata, 2007, Penuntun Laboratorium Klinik, Dian Rakyat: Jakarta