bab ii proposal 1.docx

92
1 BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan salah satu komponen yang dibutuhkan dalam mengatur dan menggerakan roda organisasi yang harus mendapat perhatian penuh. Pemerintah kini mengadakan perubahan yang mendorong pada sikap dan perilaku pegawai kearah yang lebih baik. Perhatian pemerintah tersebut ditopang dengan penciptaan kinerja pegawai secara rasional, efektif dan efisien guna terwujudnya suatu organisasi. Sebagai seorang individu, pegawai mempunyai sesuatu yang utama mengenai perilaku, sikap tabiat, dan kebiasaan yang tumbuh dan berkembang yang dibentuk oleh kondisi lingkungan dan pengalaman ditempat kerjanya. Oleh karena itu pegawai sebagai sumber tenaga kerja dalam suatu unit organisasi sangat dibutuhkan untuk menghasilkan produk yang berkualitas baik berupa materi ataupun produk berupa jasa. Produktifitas pegawai tersebut, saat ini menjadi pusat perhatian dalam upaya untuk meningkatkan kinerja yang mempengaruhi efisiensi dan efektifitas organisasi. Motivasi kerja pegawai sangat dibutuhkan bagi setiap organisasi, motivasi akan mendorong pegawai

Upload: nita-tsuyoi-josei

Post on 28-Dec-2015

216 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II Proposal 1.docx

1

BAB I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Sumber daya manusia merupakan salah satu komponen yang dibutuhkan

dalam mengatur dan menggerakan roda organisasi yang harus mendapat

perhatian penuh. Pemerintah kini mengadakan perubahan yang mendorong

pada sikap dan perilaku pegawai kearah yang lebih baik. Perhatian

pemerintah tersebut ditopang dengan penciptaan kinerja pegawai secara

rasional, efektif dan efisien guna terwujudnya suatu organisasi.

Sebagai seorang individu, pegawai mempunyai sesuatu yang utama

mengenai perilaku, sikap tabiat, dan kebiasaan yang tumbuh dan berkembang

yang dibentuk oleh kondisi lingkungan dan pengalaman ditempat kerjanya.

Oleh karena itu pegawai sebagai sumber tenaga kerja dalam suatu unit

organisasi sangat dibutuhkan untuk menghasilkan produk yang berkualitas

baik berupa materi ataupun produk berupa jasa. Produktifitas pegawai

tersebut, saat ini menjadi pusat perhatian dalam upaya untuk meningkatkan

kinerja yang mempengaruhi efisiensi dan efektifitas organisasi.

Motivasi kerja pegawai sangat dibutuhkan bagi setiap organisasi, motivasi

akan mendorong pegawai untuk lebih berprestasi dan produktif melalui

perbaikan sikap dan tingkah laku pegawai dengan kata lain, pemberian

motivasi oleh organisasi adalah agar pegawai tetap bekerja dengan baik dan

selalu memberikan prestasi yang terbaik bagi organisasi, tanpa adanya

motivasi para pegawai akan melaksanakan tugas-tugasnya dengan biasa-biasa

saja tanpa ada semangat kerja.

Hubungan pemberian motivasi merupakan hal yang sangat penting ,

karena motivasi merupakan hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan

mendukung perilaku manusia supaya bekerja melakukan sesuatu dengan giat,

ulet dan antusias mencapai hasil yang optimal. Motivasi kerja pegawai Dinas

Pengelolaan Sumber Daya Air Pertambangan dan Energi Kabupaten

Indramayu secara keseluruhan sudah baik. Hal ini bisa di lihat dengan adanya

Page 2: BAB II Proposal 1.docx

2

tanggung jawab terhadap kewajiban yang dikerjakan oleh pegawai. Walau

demikian masih ada sebagian kecil pegawai Dinas PSDA Tamben memiliki

motivasi kerja yang kurang sesuai dengan harapan seperti beberapa pegawai

yang kurang memlihara perilaku yaitu ngobrol disaat jam kerja, sering datang

terlambat dan meninggalkan tempat kerja tanpa alasan yang jelas di saat jam

kerja. Oleh karena itu perlu adanya upaya untuk menciptakan motivasi agar

pegawai mau bekerja secara efektif dengan segala daya upaya mencapai

kinerja yang baik, disamping itu pegawai harus bertanggung jawab penuh

terhadap tugasnya masing-masing dan mampu bekerja secara efektif dengan

hasil yang efisien.

Kompetensi menjadi sangat berguna untuk membantu organisasi dalam

meningkatkan kinerjanya, karena organisasi akan berkembang dan mampu

bertahan apa bila didukung pegawai-pegawai yang berkompeten dibidangnya.

Berdasarkan hasil pengamatan kompetensi pegawai di Dinas Pengelolaan

Sumber Daya Air Pertambangan dan Energi Kabupaten Indramayu sudah

baik, hal ini ditunjukkan dengan meningkatanya penilaian pelaksanaan

pekerjaan yang dilakukan pegawai, namun ada sebagian pegawai yang belum

optimal menguasai kompetensi yang dimilikinya seperti pegawai yang

mendapat teguran akibat menurunnya nilai kemampuan, keterampilan dan

pengetahuan saat melakukan pekerjaan. Untuk itu pegawai diharapkan bisa

menyalurkan segala pengetahuan, kemampuan,dan keterampilannya untuk

kepentingan organisasi karena hal ini akan mempercepat proses pencapaian

tujuan organisasi yang telah direncanakan dan ditentukan.

Kinerja pada dasarnya merupakan hal yang sangat penting bagi setiap

organisasi karena kinerja menunjukkan hasil kerja yang dihasilkan oleh

pegawai atau perilaku nyata yang ditampilkan sesuai perannya. Menurut hasil

pengamatan, kinerja pegawai di Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air

Pertambangan dan Energi Kabupaten Indramayu secara umum memiliki

kinerja yang baik. Hal ini dibuktikan dengan pegawai yang bertanggung jawab

terhadap tugas dan kewajiban yang dilakukan oleh pegawai. Namun demikian

ada beberapa pegawai yang terkadang melakukan kesalahan dan kelalaian saat

Page 3: BAB II Proposal 1.docx

3

bekerja, hal ini ditandai oleh pemanfaatan waktu kerja seperti pegawai

menyelesaikan pekerjaan tidak sesuai dengan batas waktu yang ditentukan,

pegawai terlambat dalam menyelesaikan pekerjaanya, kendala lain masih ada

sebagian pegawai yang kurang bisa meluangkan waktu dengan sebaik-

baiknya, artinya pegawai yang harusnya bekerja malah melakukan hal-hal

yang tidak berkaitan dengan pekerjaan. Untuk itu perlu adanya perbaikan

kinerja pegawai, karena kinerja pegawai yang baik sangat dibutuhkan

organisasi dalam meningkatkan daya saing organisasi supaya dapat tetap

bertahan dalam menghadapi berbagai tantangan untuk mencapai tujuan

organisasi.

Dari uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang

berkenaan dengan motivasi , kompetensi dan kinerja yang berjudul Pengaruh

Motivasi terhadap Kinerja Pegawai Melalui Kompetensi Kerja Pegawai

(Studi Kasus Pada Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Pertambangan

dan Energi Kabupaten Indramayu)

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti menentukan identifikasi

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Motivasi pegawai pada Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air

Pertambangan dan Energi Kabupaten Indramayu?

2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi pegawai pada Dinas

Pengelolaan Sumber Daya Air Pertambangan dan Energi Kabupaten

Indramayu?

3. Bagaimana upaya pegawai untuk meningkatkan Motivasi pada Dinas

Pengelolaan Sumber Daya Air Pertambangan dan Energi Kabupaten

Indramayu?

4. Bagaimana Kompetensi kerja pegawai pada Dinas Pengelolaan Sumber

Daya Air Pertambangan dan Energi Kabupaten Indramayu?

Page 4: BAB II Proposal 1.docx

4

5. Faktor apa saja yang mempengaruhi Kompetensi kerja pegawai pada

Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Pertambangan dan Energi Kabupaten

Indramayu?

6. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk meningkatkan Kompetensi kerja

pegawai pada Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Pertambangan dan

Energi Kabupaten Indramayu?

7. Bagaimana penilaian Kinerja pegawai pada Dinas Pengelolaan Sumber

Daya Air Pertambangan dan Energi Kabupaten Indramayu?

8. Faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja pegawai pada Dinas Dinas

Pengelolaan Sumber Daya Air Pertambangan dan Energi Kabupaten

Indramayu?

9. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pada Dinas

Pengelolaan Sumber Daya Air Pertambangan dan Energi Kabupaten

Indramayu?

10. Bagaimana Pengaruh Motivasi terhadap Kompetensi kerja pegawai pada

Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Pertambangan dan Energi Kabupaten

Indramayu?

11. Bagaimana pengaruh Kompetensi kerja pegawai terhadap Kinerja pegawai

pada Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Pertambangan dan Energi

Kabupaten Indramayu?

12. Bagaimana pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Pegawai melalui

Kompetensi kerja pegawai pada Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air

Pertambangan dan Energi Kabupaten Indramayu?

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penulis menetapkan

batasan masalah sebagai berikut :

Page 5: BAB II Proposal 1.docx

5

1. Untuk mengetahui bagaimana Motivasi pada Dinas Pengelolaan Sumber

Daya Air Pertambangan dan Energi Kabupaten Indramayu?

2. Untuk mengetahui bagaimana Kompetensi Kerja Pegawai pada Dinas

Pengelolaan Sumber Daya Air Pertambangan dan Energi Kabupaten

Indramayu?

3. Untuk mengetahui bagaimana Kinerja pegawai pada Dinas Pengelolaan

Sumber Daya Air Pertambangan dan Energi Kabupaten Indramayu?

4. Untuk mengetahui bagaimana Motivasi terhadap Kompetensi kerja

Pegawai pada Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Pertambangan dan

Energi Kabupaten Indramayu?

5. Untuk mengetahui bagaimana Kompetensi kerja pegawai terhadap Kinerja

pegawai pada Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Pertambangan dan

Energi Kabupaten Indramayu?

6. Untuk mengetahui bagaimana Motivasi terhadap Kinerja pegawai melalui

Kompetensi kerja pegawai pada Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air

Pertambangan dan Energi Kabupaten Indramayu?

7. Bagaimana Pengaruh total Motivasi pegawai terhadap Kinerja pegawai

melalui Kompetensi kerja pegawai pada Dinas Pengelolaan Sumber Daya

Air Pertambangan dan Energi Kabupaten Indramayu?

1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data

dan informasi tentang bagaimana pengaruh Motivasi terhadap Kinerja pegawai

Page 6: BAB II Proposal 1.docx

6

melalui Kompetensi kerja pegawai. Adapun tujuan penelitian ini agar peneliti

dapat menjawab permasalahan-permasalahan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Motivasi pada Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air

Pertambangan dan Energi Kabupaten Indramayu?

2. Untuk mengetahui Kompetensi kerja pada Dinas Pengelolaan Sumber

Daya Air Pertambangan dan Energi Kabupaten Indramayu?

3. Untuk mengetahui Kinerja pegawai pada Dinas Pengelolaan Sumber Daya

Air Pertambangan dan Energi Kabupaten Indramayu?

4. Untuk mengetahui pengaruh Motivasi terhadap Kompetensi kerja pada

Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Pertambangan dan Energi Kabupaten

Indramayu?

5. Untuk mengetahui pengaruh Motivasi kerja terhadap Kinerja pegawai pada

Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Pertambangan dan Energi Kabupaten

Indramayu?

6. Untuk mengetahui pengaruh Motivasi terhadap Kinerja pegawai melalui

Kompetensi kerja pada Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air

Pertambangan dan Energi Kabupaten Indramayu?

7. Untuk mengetahui pengaruh total Motivasi terhadap kinerja pegawai

melalui Kompetensi kerja pada Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air

Pertambangan dan Energi Kabupaten Indramayu?

1.5 Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna bagi

penulis, organisasi, dan pembaca.

Page 7: BAB II Proposal 1.docx

7

1. Bagi Penulis

Kegunaan penelitian ini, bagi penulis untul menambah wawasan ilmu

pengetahuan yang penulis peroleh dan melatih kemampuan penulis

menganalisa dan berfikir secara sistematis.

2. Bagi Organisasi

Diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi

pengembangan organisasi dalam mengelola sumber daya manusianya.

3. Bagi Pembaca

Sebagai sumbangan pemikiran guna menambah wawasan pengetahuan

dan menjadi bahan referensi dan masukan bagi peneliti selanjutnya

sehingga akan lebih baik untuk kedepannya.

1.6. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian

2. Tempat penelitian yang akan diteliti adalah Dinas Pengelolaan Sumber

Daya Air Pertambangan dan Energi Kabupaten Indramayu yang beralamat

di Jl. Mayor Dasuki No. 1 Indramayu.

3. Waktu Penelitan

Untuk memperoleh data peneliti dan mengadakan penelitian ini dari bulan

Agustus 2014. Adapun uraian kegiatan tertera pada table dibawah ini :

Pengumpulan data informasi yang akan peneliti peroleh dari Instansi Dinas

PSDA Tamben Kabupaten Indramayu dengan uraian kegiatan sebagai berikut :

Page 8: BAB II Proposal 1.docx

8

Tabel. 1

Waktu Penelitian

No. Uraian Kegiatan Waktu Perencanaan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7

Penentuan judul dan pengajuan

Penyusunan proposal

Seminar Proposal

Penulisan outline

Penelitian

Penulisan dan Bimbingan Skripsi

Sidang Skripsi

Page 9: BAB II Proposal 1.docx

9

BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1. Motivasi

2.1.1 Pengertian Motivasi

Pemberian motivasi merupakan sebuah konsep studi tenaga kerja individual.

Dengan demikian motivasi berarti pemberian motiv, penimbulan motiv atau hal

yang menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan. Dapat

juga di katakan motivasi adalah faktor yang mendorong seseorang untuk bertindak

dengan cara tertentu.

Berkenaan dengan motivasi kerja berikut ini akan dikemukakan pendapat

beberapa para ahli

Menurut Veithzal Rivai (2009:839) menyatakan bahwa motivasi adalah:

“Sebagai kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan, dan

memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja.’’

Menurut Mallayu S.P Hasibuan (2006:141) menyatakan bahwa motivasi

adalah:

“ Mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi

bawahan, agar mau bekerja sama secara produktif berhasil mencapai dan

mewujudkan tujuan yang telah ditentukan.’’

Dari uraian diatas dapat disimpullkan bahwa yang dimaksud motivasi

adalah suatu kondisi yang mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya

potensi bawahan, membangkitkan dan memelihara perilku yang berhubungan

dengan lingkungan kerja agar mau bekerja sama secara produktif berhasil

menapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan.

Page 10: BAB II Proposal 1.docx

10

2.1.2 Indikator Motivasi

Untuk menentukan indikator motivasi kerja, peneliti mengambil

berdasarkan pengertian Veithzal Rivai (2009:839) yang menyatakan bahwa:

Motivasi kerja didefinisikan Sebagai kondisi yang berpengaruh

membangkitkan, mengarahkan, dan memelihara perilaku yang

berhubungan dengan lingkungan kerja.

Dari pengertian diatas bahwa indikator motivasi kerja adalah sebagi berikut :

1. Kondisi yang berpengaruh membangkitkan perilaku yang berhubungan

dengan lingkungan kerja.

2. Kondisi yang berpengaruh mengarahkan perilaku yang berhubungan dengan

lingkungan kerja.

3. Kondisi yang berpengaruh memelihara perilku yang berhubungan dengan

lingkungan kerja.

Secara singkat indikator motivasi terdiri dari :

Ad.1. Membangkitkan

Adalah membangunkan, menghidupkan kembali, mengangkat dan

menaikkan.

(http://kamusbahasaindonesia.org/membangkitkan)

Ad.1. Mengarahkan

Adalah menujukan, membimbing,(memberi petunjuk), memaksudkan.

(http://kamusbahasaindonesia.org/mengarahkan)

Page 11: BAB II Proposal 1.docx

11

Ad.1. Memelihara

Adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya

kerusakan atau terjadinya penurunan kinerja suatu peralatan atau

fasilitas dan melakukan perbaikan apabila terjadi suatu kerusakan

pada fasilitas peralatan.

(http://resthoe.blogspot.com/2013/01/pengertian-pemeliharaan.html)

2.2.3 Teori Motivasi Kerja

Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2011:94-100) mengemukakan

bahwa:

1. Teori Kebutuhan

2. Teori ERG

3. Teori Insting

4. Teori Drive

5. Teori Lapangan

Hal diatas diuraikan sebagai berikut :

Ad.1. Teori Kebutuhan

Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai suatu kesenjangan atau

pertentangan yang dialami antara suatu kenyataan dengan dorongan

yang ada dalam diri. Menurut Abraham Maslow yang dikutip oleh

Anwar Prabu bahwa hierarki kebutuhan manusia adalah:

a. Kebutuhan fisiologis

b. Kebutuhan rasa aman

c. Kebutuhan untuk merasa memiliki

d. Kebutuhan akan harga diri

e. Kebutuhan aktualisasi diri

Ad.2. Teori ERG ( Exsistence, Relatedness, Growth) dari Alfender

Page 12: BAB II Proposal 1.docx

12

Teori ERG Merupakan refleksi dari nama tiga dasar kebutuhan :

a. Exsistence needs, kebutuhan ini berhubungan dengan fisik dari

exsistensi pegawai,seperti makan, minum, pakaian, bernapas, gaji,

keamanan kondisi kerja, fringe benefits

b. Relatedness needs, kebutuhan interpersonal, yaitu kepuasan dalam

berinteraksi dalam lingkungan kerja.

c. Gowth needs, kebutuhan untuk mengembangkan dan meningkatkan

pribadi. Hal ini berhubungan dengan kemampuan dan kecakapan

pegawai.

Ad.3. Teori Insting

Teori motivasi insting timbulnya berdasarkan dari teori evaluasi

Charles Darwin. Darwin berpendapat bahwa tindakan yang intellegent

merupakan refleks dan instingtif yang diwarisakan. Oleh karena itu,

tidak semua tingkah laku dapat direncanakan sebelumnya dan dikontrol

oleh pikiran.

Ad. 4. Teori Drive

Konsep drive menjadi konsep yang tersohor dalam bidang motivasi

sampai tahun 1918. Woodworth menggunakan konsep tersebut sebagai

energi yang mendorong organisasi untuk melakukan suatu tindakan.

Kata drive dijelaskan sebagai aspek motivasi dari tubuh yang tidak

seimbang misalnya, kekurangan makanan mengakibatkan berjuang

untuk memuaskan kebutuhanya agar kembali menjadi seimbang.

Motivasi didefinisikan sebagai suatu dorongan yang membangkitkan

untuk keluar dari ketidakseimbangan atau tekanan.

Ad.5. Teori Lapangan

Teori lapangan merupakan suatu konsep dari Kurt Lewin. Teori ini

merupakan pendekatan kognitif untuk mempelajari perilaku dan

Page 13: BAB II Proposal 1.docx

13

motivasi. Teori lapangan lebih memfokuskan pada pikiran nyata

seorang pegawai ketimbang pada insting atau habit. Kurt Levwin

berpendapat bahwa perilaku merupakan suatu fungsi dari lapangan pada

moment waktu. Kurt Lewin juga percaya pada pendapat para ahli

psikologi Gestalt yang mengemukakan bahwa perilaku itu merupakan

fungsi dari seorang pegawai dengan lingkungannya.

2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja

Menurut Edy Sutrisno (2011: 116) menyebutkan bahwa faktor faktor yang

mempengaruhi motivasi sebagai berikut :

1. Faktor Intern

2. Faktor Ekstern

Ad.1. Faktor Intern

Faktor intern yang dapat memprngaruhi pemberian motivasi pada

seseorang antara lain:

a. Keinginan untuk hidup

Keinginan untuk dapat hidup merupakan kebutuhan setiap manusia

yang hidup di muka bumi ini. Untuk mempertahankan hidup ini

orang mau mengrjakan apa saja, apakah pekerjaan itu baik atau

jelek, apakah halal atau haram. Keinginan untuk dapat hidup

meliputi kebutuhan untuk:

Memperoleh kompensasi yang memadai

Pekerjaan yang tetap walaupun penghasilan tidak begitu

memadai, dan

Kondisi kerja yang aman dan nyaman

b. Keinginan untuk dapat memiliki

Keinginan untuk dapat memiliki benda dapat mendorong seseorang

untuk melakukan pekerjaan. Hal ini banyak kita alami dalam

Page 14: BAB II Proposal 1.docx

14

kehidupan sehari-sehari, bahwa keinginan yang keras untuk dapat

memiliki itu dapat mendorong orang untuk mau bekerja.

c. Keinginan untuk memperoleh penghargaan

Seseorang mau bekerja disebabkan adanya keinginan untuk diakui,

dihormati oleh orang lain. Untuk memperoleh status social yang

lebih tinggi, orang mau mengeluarkan uangnya, untuk memperoleh

uang itu pun ia harus bekerja keras. Jadi harga diri, nama baik,

kehormatan yang ingin dimiliki harus diperankan sendiri mungkin

dengan bekerja keras memperbaiki nasib, mencari rezeki sebab

status untuk diakui sebagai orang yang terhormat tidak mungkin

diperoleh bila yang bersangkutan termasuk pemalas tidak mau

bekerja dan sebagainya.

d. Keinginan untuk memeperoleh pengakuan

Bila kita perinci, maka keinginan untuk memperoleh pengakuan itu

dapat meliputi hal-hal:

Adanya penghargaan terhadap prestasi

Adanya hubungan kerja yang harmonis dan kompak

Pimpinan yang dan bijaksana, dan

Perusahaan tempat bekerja dihargai oleh masyarakat

e. Keinginan untuk berkuasa

Keinginan untuk berkuasa akan mendorong seseorang untuk

bekerja. Kadang-kadang keinginan untuk berkuasa ini dipenuhi

dengan cara-cara tidak terpuji, namun cara-cara yang dilakukannya

itu masih termasuk bekerja juga.

Ad.2. Faktor Ekstern

Faktor ekstern juga tidak kalah peranannya dalam melemahkan

motivasi kerja seseorang. Faktor-faktor ekstern itu adalah:

a. Kondisi Lingkungan Kerja

Page 15: BAB II Proposal 1.docx

15

Lingkungan pekerjaan adalah keseluruhan sarana dan prasarana

kerja yang ada disekitar karyawan yang sedang melakukan

pekerjaan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan.

Lingkungan kerja ini meliputi tempat bekerja, fasilitas dan alat

bantu pekerjaan, kebersihan, pencahayaan ketenangan, termasuk

juga hubungan kerja antara orang-orang yang ada di tempat

tersebut. Lingkungan kerja yang baik dan bersih, mendapat cahaya

yang cukup, bebas dari kebisingan dan gangguan, jelas akan

memotivasi tersendiri bagi karyawan dalam melakukan pekerjaan

dengan baik. Namun lingkungan kerja yang buruk, kotor, gelap.

Pengap, lembab dan sebagainya akan menimbulkan cepat lelah dan

menurunkan kreativitas.

b. Kompensasi yang memadai

Kompensasi merupakan sumber penghasilan utama bagi para

karyawan untuk menghidupi diri beserta keluarganya, kompensasi

yang memadai merupakan alat motivasi yang paling ampuh bagi

perusahaan untuk mendorong para karyawan bekerja dengan baik.

Adapun kompensasi yang kurang memadai akan membuat mereka

kurang tertarik untuk bekerja keras, dan memungkinkan mereka

bekerja tidak tenang, dari sini jelaslah bahwa besar kecilnya

kompensasi sangat mempengaruhi motivasi kerja para karyawan.

c. Supervisi yang baik

Fungsi supervise dalam suatu pekerjaan adalah memberikan

pengarahaan, membimbing kerja para karyawan, agar dapat

melaksanakan kerja dengan baik tanpa membuat kesalahan. Dengan

demikian posisi supervisi sangat dekat dengan para karyawan dan

selaulu dekat selalu menghadapi para karyawan dalam

melaksanakan tugas sehari-hari. Dengan demikian, peranan

supervisior yang melakukan pekerjaan supervisor yang melakukan

pekerjaan supervisi amat mempengaruhi motivasi kerja para

karyawan.

Page 16: BAB II Proposal 1.docx

16

d. Adanya jaminan pekerjaan

Setiap orang akan mau bekerja mati-matian mengorbankan apa yang

ada pada dirinya untuk perusahaan, kalau yang bersangkutan merasa

ada jaminan karier yang jelas dalam melakukan pekerjaan. Hal ini

akan dapat terwujud bila perusahaan dapat memberikan jaminan

karier untuk masa depan, baik jaminan akan adanya promosi

jabatan, pangkat, maupun jaminan pemberian kesempatan untuk

mengembangkan potensi diri.

e. Status dan tanggung jawab

Status atau kedudukan dalam jabatan tertentu merupakan dambaan

setiap karyawan dalam bekerja. Dengan menduduki jabatan, orang

merasa dirinya akan dipercaya, diberi tanggung jawab, dan

wewenang yang besar untuk melakukan kegiatan-kegiatan, Jadi

status dan kedudukan merupakan dorongan untuk memenuhi

kebutuhan sense of achievement dalam tugas sehari-hari

f. Peraturan yang fleksibel

Bagi perusahaan besar, biasanya sudah ditempatkan system dan

prosedur kerja yang harus dipatuhi oleh seorang karyawan. Sistem

dan prosedur kerja ini dapat kita sebut dengan peraturan yang

berlaku dan bersifat mengatur dan melindungi para karyawan. Oleh

karena itu, biasanya peraturan yang bersifat melindungi dan dapat

memberikan motivasi para karyawan untuk bekerja lebih baik.

2.2.5 Jenis – Jenis motivasi Kerja

Dalam hal pemberian Motivasi terdapat pilihan yang bisa dilakukan,

tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi.

Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2006:150), ada dua jenis motivasi yaitu :

1. Motivasi positif2. Motivasi negatif

Page 17: BAB II Proposal 1.docx

17

Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

Ad.1. Motivasi Positif

Dalam motivasi positif, manajer memotivasi (merangsang) bawahan dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi diatas prestasi standar, dengan motivasi positif, semangat kerja bawahan akan meningkat. Karena umumnya manusia senang menerima yang baik-baik saja.

Ad.2. Motivasi Negatif

Dalam motivasi negatif, manajer memotivasi dengan standar mereka akan mendapat hukuman. Dengan motivasi negative ini semangat bekerja bawahan dalam jangka waktu pendek akan meningkat karena mereka takut dihukum, tetapi untuk jangka waktu yang panjang dapat berakibat kurang baik.

2.2.6 Tujuan Motivasi Kerja

Menurut M. Kadarisman (2012:291) mengemukakan bahwa pemberian

motivasi bertujuan antara lain :

1. Mengubah perilaku karyawan sesuai dengan keinginan perusahaan.

2. Menigkat gairah dan semangat kerja.

3. Meningkat disiplin kerja.

4. Meningkatkan prestasi kerja

5. Meningkatkan rasa tanggung jawab

6. Meningkatkan produktivitas dan efisiensi, dan

7. Menumbuhkan loyalitas karyawan pada perusahaan.

2.2.7 Tekhnik Motivasi Kerja

Page 18: BAB II Proposal 1.docx

18

Agar pemberian motivasi bisa optimal, maka sebaiknya memperhatikan

teknik atau cara memotivasi :

Menurut A.A Anwar Prabu Mangkunegara (2011:101-102) menyatakan

beberapa teknik memotivasi kerja pegawai, antara lain sebagai berikut :

1. Teknik pemenuhan kebutuhan pegawai

2. Teknik komunikasi persuasif

Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

Ad.1. Teknik perubahan kebutuhan pegawai

Pemenuhan kebutuhan pegawai merupakan fundamen yang mendasari

perilaku kerja. Kita tidak mungkin dapat memotivasi kerja pegawai

tanpa memperhatikan apa yang dibutuhkan.

Ad.2. Teknik komunikasi persuasif

Merupakan salah satu teknik momotivasi kerja pegawai yang dilakukan

dengan cara mempengaruhi pegawai secara ekstralogis. Teknik ini

dirumuskan “AIDDAS”

A = Attention (perhatian)

I = Interes (minat)

D = Desire (hasrat)

D = Decision (keputusan)

A = Action (aksi/tindakan)

S = Satisfaction (kepuasan)

Pebggunannya pertama kali pimpinan harus memberikan perhatian kepada

pegawai tentang pentingnya tujuan dari suatu pekerjaan agar timbul minat

pegawai terhadap pelaksanaan kerja, jika telah timbul minatnya maka hasratnya

Page 19: BAB II Proposal 1.docx

19

menjadi kuat untuk mengambil keputusan dan melakukan tindakan kerja dalam

mencapai tujuan yang diharapkanoleh pemimpin. Dengan demikian, pegawai akan

bekerja dengan motivasi tinggi dan merasa puas terhadap hasil kerjanya.

2.2.8 Prinsip Motivasi Kerja

A.A. Anwar Prabu Mangkunegara (2011:100-101) mengemukakan prinsip

– prinsip motivasi kerja sebagai berikut :

1. Prinsip partisipasi2. Prinsip komunikasi3. Prinsip mengakui andil bawahan4. Prinsip pendelegasian wewenang5. Prinsip memberi perhatian

Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

Ad.1. Prinsip partisipasi

Dalam upaya memotivasi kerja, pegawai perlu diberikan kesempatan ikut berpastisipasi dalam menentukan tujuan yang akan dicapai oleh pemimpin.

Ad.2. Prinsip komunikasi

Pemimpin mengkomunikasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan usaha  pencapaian tugas, dengan informasi yang jelas, pegawai akan lebih mudah dimotivasi kerjanya.

Ad.3. prinsip mengakui andil bawahan

Pemimpin mengakui bahwa bawahan(pegawai) mempunyai andil didalam upaya mencapai tujuan. Dengan pengakuan tersebut, pegawai akan lebih mudah dimotivasi kerjanya.

Ad.4. Prinsip pendelegasian wewenang

Pemimpin yang memberikan otoritas atau wewenang kepada pegawai bawahan untuk sewaktu-waktu untuk mengambil keputusan terhadap pekerjaan yang dilakukannya, akan membuat pegawai yang

Page 20: BAB II Proposal 1.docx

20

bersangkutan menjadi termotivasi untuk mencapai tujuan yang diharapkanoleh pemimpin.

Ad.5. prinsip memberikan perhatian

Pemimpin memberikan perhatian terhadap apa yang diinginkan pegawai bawahan, akan memotivasi pegawai agar bekerja sesuai dengan yang diharapkan oleh pemimpin.

2.2 Kompetensi

2.2.1 Pengertian Kompetensi

Kompetensi mencakup berbagai faktor teknis dan non teknis, kepribadian

dan tingkah laku, kemudian banyak digunakan sebagai aspek yang dinilai banyak

perusahaan untuk merekrut karyawan kedalam organisasi. Kompetensi yang

dimiliki karyawan secara individual harus mampu mendukung pelaksanaan

strategi organisasidan mampu mendukung setiap perubahan yang dilakukan

manajemen. Dengan kata lain, kompetensi yannng dimiliki individu dapat

mendukung system kerja berdasarkan tim.

Berkenaan dengan Kompetensi berikut ini akan dikemukakan pendapat

beberapa para ahli

Menurut Wibowo (2009:110), menyatakan bahwa :

“Kompetensi adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan atau

melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan

dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang ditutut oleh

pekerjaan tersebut.”

Menurut Edy Sutrisno (2011:203), mengemukakan bahwa:

“Kompetensi adalah suatu kemampuan yang dilandasi oleh

keterampilan dan pengetahuan yang didukung oleh sikap kerja, serta

Page 21: BAB II Proposal 1.docx

21

penerapannya dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan ditempat kerja

yang mengacu pada persyaratan kerja yang ditetapkan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud kompetensi

adalah suatu kemampuan yang dilandasi oleh keterampilan dan pengetahuan yang

didukung oleh sikap kerja, serta penerapannya dalam melaksanakan tugas dan

pekerjaan ditempat kerja yang mengacu pada persyaratan kerja yang ditetapkan.

2.2.2 Indikator Kompetensi Kerja

Untuk indikator kompetensi, peneliti menentukan berdasarkan pengertian

kompetensi menurut Wibowo (2009:110), menyatakan bahwa :

Kompetensi kerja adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan atau

melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan

pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang ditutut oleh pekerjaan tersebut.”

Dari uraian diatas secara singkat indikator kompetensi adalah sebagai

berikut :

Ad.1. Kemampuan

kecakapan atau potensi seseorang individu untuk menguasai keahlian

dalam melakukan atau mengerrjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan

atau suatu penilaian atas tindakan seseorang.

(http://milmanyusdi.blogspot.com/2011/07/pengertian-kemampuan.html)

Ad.2. Keterampilan

kemampuan untuk menggunakan akal, fikiran, ide dan kreatifitas dalam

mengerjakan, mengubah ataupun membuat sesuatu menjadi lebih

bermakna sehngga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut.

Page 22: BAB II Proposal 1.docx

22

(http://www.guruketerampilan.blogspot.com/2013/05/pengertian-

keterampilan.html)

Ad.3. Pengetahuan

sesuatu yang hadir dan terwujud dalam jiwa dan pikiran seseorang

dikarenakan adanya reaksi, persentuhan, dan hubungan dengan lingkungan

dan alam sekitarnya yang meliputi emosi,  tradisi, keterampilan, informasi,

akidah, dan pikiran-pikiran.

(http://www.alhassanain.com/indonesian/articles/articles/

Philosophy_and_gratitude_library/definisi_pengetahuan/001.html)

Ad.4. Sikap Kerja

Sikap : tokoh atau bentuk tubuh: -- nya tegap;

(http://kamusbahasaindonesia.org/sikap)

Kerja : kegiatan melakukan sesuatu; yg dilakukan (diperbuat)

(http://kamusbahasaindonesia.org/kerja)

Dapat diartikan:

Sikap Kerja adalah sikap tubuh seseorang saat melakukan setiap pekerjaan

dapat menentukan atau berpengaruh terhadap keberhasilan suatu

pekerjaan.

2.2.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi kompetensi

Menurut Wibowo (2009 : 126) menyebutkan bahwa faktor faktor yang

mempengaruhi kompetensi sebagai berikut:

1) Keyakinan dan Nilai-nilai

2) Keterampilan

3) Pengalaman

4) Kataristik Kepribadian

5) Motivasi

Page 23: BAB II Proposal 1.docx

23

6) Isu Emosional

7) Kemampuan Intelektual

8) Budaya Organisasi

Penjelasanya yaitu sebagai berikut :

Ad.1. Keyakinan dan Nilai-nilai

Keyakinan orang tentang dirinya maupun terhadap orang lain akan sangat

mempengaruhi perilaku. Apabila orang percaya bahwa mereka tidak

kreatif dan inovatif, mereka tidak akan berusaha berpikir tentang cara

baru atau berbeda dalam melakukan sesuatu.

Ad.2. Keterampilan

Dengan memperbaiki keterampilan berbicara didepan umum dan

menulis, individu akan meningkat kecakapan dalam kompetensi tentang

perhatian terhadap komunikasi. Pengembangan keterampilan yang secara

spesifik berkaitan dengan kompetensi dapat berdampak baik pada

organisasi dan kompetensi individual;

Ad.3. Pengalaman

Keahlian dari banyak kompetensi memerlukan pengalaman organisasi

orang, komunikasi dihadapan kelompok, menyelesaikan masalah, dan

sebagainya. Pengalaman merupakan elemen kompetensi yang perlu,

tetapi untuk menjadi ahli tidak cukup dengan pengalaman. Namun

demikian, pengalaman merupakan aspek lain kompetensi yang dapat

berubah dengan perjalan waktu dan perubahan lingkungan.

Ad.4. Kataresitik Kepribadian

Kepribadian dapat mempengaruhi keahlian manajer dan pekerja dalam

sejumlah kompetensi, termasuk dalam penyelesaian konflik,

menunjukkan kepedulian interpersonal, kemampuan bekerja dalam tim,

memberikan pengaruh dan membengun hubungan. Walaupun dapat

Page 24: BAB II Proposal 1.docx

24

berubah, kepribadian tidak cenderung berubah dengan mudah. Tidaklah

bijaksana untuk mengharapkan orang memperbaiki kompetensinya

dengan mengubah kepribadiannya.

Ad.5. Motivasi

Motivasi merupakan factor dalam kompetensi yang dapat berubah,

Dengan memberikan dorongan, apresiasi terhadap pekerjaan bawahan,

memberikan pengakuan dan perhatian individual dari atasan dapata

mempunyai pengaruh positif terhadap motivasi seorang bawahan.

Apabila manajer dapat mendorong motivasi pribadi seorang pekerja,

kemudian menyelaraskan dengan kebutuhan bisnis, mereka akan sering

menemukan peningkatan penguasaan sejumlah kompetensi yang

memengaruhi kinerja

Ad.6. Isu Emosional

Hambatan emosianal dapat membatasi penguasaan kompetensi. Takut

membuat kesalahan, menjadi malu, merasa tidak disukai atau tidak

menjadi bagian, semuanya cenderung membatasi motivasi dan inisiatif.

Mengatasi pengalaman yang tidak menyenagkan akan memperbaiki

penguasaan dalam banyak kompetensi. Akan tetapi, tidak veralasan

mengharapkan pekerja mengatasi hambatan emosional tanpa bantuan

banyak diantaranya dianggap tabu dalam lingkungan kerja.

Ad.7. Kemampuan Intelektual

Kemampuan tergantung pada pemikiran kognitif seperti pemikiran

konseptual dan pemikiran analitis. Tidak mungkin memperbaiki melalui

setiap inervensi yang diwujudkan suatu organisasi. Sudah tentu faktir

seperti pengalaman dapat menigkatkan kecakapan dalam komptensi ini

Ad.8. Budaya Organisasi

Page 25: BAB II Proposal 1.docx

25

Budaya organisasi memengaruhi kompetensi sumber daya manusia

dalam kegiatan sebagai berikut.

a. Praktik rekrutment dan seleksi karyawan mempertimbangkan siapa

diantara pekerja yang dimasukkan dalam organisasi dan tingkat

keahliannya tentang kompetensi

b. Sistem penghargaan megkomunikasikan pada pekerja bagaimana

organisasi menghargai kompetensi

c. Praktik pengambilan keputusan mempengaruhi kompetensi dalam

memberdayakan orang lain, inisiatif, dan memotivasi orang lain.

d. Filosofi organisasi-misi,visi dan nilai-nilai berhubungan dengan

semua kompetensi

e. Kebiasaan dan prosedur member informasi kepada pekerja tentang

berapa banyak kompetensi yang diharapkan.

f. Komitmen pada pelatihan dan pengembangan mengkonunikasikan

pada pekerja tentang pentingnya kompetensi tentang pembangunan

berkelanjutan.

g. Proses organisasional yang mengembangkan pemimpin secara

langsung mempengaruhi kompetensi kepemimpinan.

2.2.4 Tipe Karakteristik Kompetensi

Menurut Veitzal Rivai (2009 : 306) menyebutkan tipe karakteristik

kompetensi sebagai berikut:

1) Motif

2) Sifat

3) Konsep diri

4) content knowledge

5) Keterampilan kognitif dan behavioural (perilaku)

Penjelasanya yaitu sebagai berikut :

Ad.1. Motif

Page 26: BAB II Proposal 1.docx

26

Kebutuhan dasar atau pola pikir yang menggerakan, mengarahkan dan

menyeleksi perilaku individual, misalnya kebutuhan untuk berprestasi.

Ad.2. Sifat

Bawaan umum untuk beperilaku atau merespons dengan cara tertentu.

Misalnya dengan kepercayaan diri, kontrol diri, resistensi stress atau

‘kekerasan’.

Ad.3. Konsep diri

Sikap atau nilai yang diukur oleh tes responden yang menanyakan

kepada orang apa yang mereka nilai, apa yang harus mereka lakukan,

atau mengapa mereka tertarik dalam melakukan pekerjaan mereka

Ad.4. content knowledge

Ini berhubungan dengan fakta atau prosedur, baik secara teknis (misalnya

bagaimana mengatasi computer yang rusak) atau interpersonal (misalnya

teknik untuk umpan umpan balik yang efektif). Content knowledge

diukur oleh tes responden. Kebanyakan penemuan memperlihatkan

content knowledge itu sendiri jarang membedakan pengunjuk kerja

tebaik dengan yang rata-rata.

Ad.5. Keterampilan kognitif dan behavioural (perilaku)

Apakah terselubung, (misalnya berpikir deduktif atau induktif) atau dapat

diamati (misalnya keterampilan mendengarkan secara aktif).

2.2.5 Tipe Kompetensi

Menurut Wibowo (2013:328) ada beberapa tipe kompetensi yang dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Planing competency, dikaitkan dengan tindakan tertentu. Seperti

menetapkan tujuan, menialai resikodan mengembangkan urutan tindakan

untuk mencapai tujuan.

Page 27: BAB II Proposal 1.docx

27

2. Influence competency, dikaitkan dengan tindakan seperti mempunyai

dampak pada orang lain, memaksa melakukan tindakan tertentu atau

membuat keputusan tertentu, dan member inspirasi untuk bekerja menuju

tujuan organisasional.

3. Communication competency, dalam bentuk kemampuan berbicara,

mendengarkan orang lain, komunikasi tertulis dan nonverbal.

4. Interpersonal competency, meliputi empati, membangun consensus,

networking, persuasi, negoisasi, diplomasi, manajemen konflik,

menghargai orang lain dan menjadi team player.

5. Thinking competency, berkenaan dengan: berpikir straregis, berpikir

analitis, komitmen terhadap tindakan, memerlukan kemampuan kognitif,

mengidentifikasi mata rantai dan membangkitkan gagasan kreatif.

6. Organizational competency, meliputi kemampuan merencanakan

pekerjaan, mengorganisasi sumber daya, mendapatkan pekerjaan

dilakukan, mengukur kemajuan, dan mengambil risiko yang

diperhitungkan.

7. Human resource management competency, merupakan kemampuan dalam

bidang team building, mendorong partisipasi, mengembangkan bakat,

mengusahakan umpan balik kinerja, dan menghargai keberagaman.

8. Leadership competency, merupakan kompetensi meliputi kecakapan,

memosisikan diri, pengembangan organisasional, mengelola transisi,

orientasi strategi, membangun visi, merencanakan masa depan, menguasai

perubahan dan mempelopori kesehatan tempat kerja.

9. Client service competency, merupakan kompetensi berupa mngidentifikasi

dan menganalisis pelanggan orientasi pelayanan dan pengiriman, bekerja

dengan pelanggan tindak lanjut dengan pelanggan, membangun

partnership dan berkomitmen terhadap kualitas.

10. Bussines competency, merupakan kompetensi yang meliputi manajemen

financial, keterampilan pengambilan keputusan bisnis, bekerja dalam

system, menggunakan ketajaman bisnis, membuat keputusan bisnis, dan

membangkitkan pendapatan.

Page 28: BAB II Proposal 1.docx

28

11. Self management competency, kompetensi yang berkaitan dengan menjadi

motivasi diri, bertindak dengan percaya diri, mengelola pembelajaran

sendiri, mendemonstrasikan fleksibilitas, dan berinisiatif.

12. Technical/operational competency, kompetensi berkaitan dengan

mengerjakan tugas kantor, bekerja dengan teknologi kompeter,

menggunakan peralatan lain, mendemonstrasikan keahlian teknis dan

profesioanal, dan membiasakan bekerja dengan data dan angka.

2.2.6 Aspek Kompetensi

Menurut Gordon (1988), yang dikutip oleh Edy Sutrisno (2009:204)

menjelaskan beberapa aspek yang terkandung dalam konsep kompetensi sebagai

berikut:

1. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan (Knowledge) yaitu kesadaran dalam bidang kognitif.

Misalnya, seorang karyawan mengetahui cara melakukan identifikasi

belajar, dan bagaimana melakukan pembelajaran yang baik sesuai dengan

kebutuhan yang ada diperusahaan.

2. Pemahaman (Understanding)

Pemahaman (Understanding) yaitu kedalaman kognitif, dan afektif yang

dimiliki oleh individu. Misalnya seorang karyawan dalam melaksanakan

pembelajaran harus mempunyai pemahaman yang baik tentang

karakteristik dan kondisi kerja secara efektif dan efesien.

3. Kemampuan (Skill)

Kemampuan (Skill) adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk

melaksanakan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanaya.

Misalnya, kemampuan karyawan dalam memilih metode kerja yang

dianggap lebih efektif dan efisien.

4. Sikap (Attitude)

Sikap (Attitude) yaitu perasaan (senang- tidak senang, suka-tidak suka)

atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang dating dari luar. Misalnya,

Page 29: BAB II Proposal 1.docx

29

reaksi terhadap krisi ekonomi, perasaan terhadap kenaikan gaji, dan

sebagainya.

5. Minat (Interst)

Minat (Interst) adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan

seseorang untuk melakukan suatu perbuatan. Misalnya, melakukan suatu

aktivitas kerja.

2.2.7 Kategori Kompetensi

Menurit Micheal Zwell yang dikutip oleh Wibowo (2013:330)

memberiakan berberapa kategori kompetensi antara lain:

1. Task achievement

2. Relationship

3. Personal attribute

4. Managerial

5. Leadership

Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

Ad.1. Task achievement

Merupakan kategori kompetensi yang berhubungan dengan kinerja

baik ditunjukkan oleh: orientasi pada hasil, mengelola kinerja,

mempengaruhi inisiatif, efisiensi produksi, fleksibilitas, inofasi, peduli

pada kualitas, perbaikan berkelanjutan, dan keahlian teknis.

Ad.2. Relationship

Merupakan kategori kompetensi yang berhubungan dengan

komunikasi dan bekerja baik dengan orang lain dan memuaskan

kebutuhannya.

Ad.3. Persnal attribute

Merupakan kompetensi instrinsik individu dan menghubungkan

bagaimana berpikir, merasa, belajar, dan berkembang.

Page 30: BAB II Proposal 1.docx

30

Ad.4. Managerial

Merupakan kompetensi yang secara spesifik berkaitan dengan

pengelolaan, pengawasan dan mengembangkan orang. Kompetensi

managerial berupa memotivasi, memberdayakan, dan

mengembangkan orang lain.

Ad.5. Leadership

Merupakan kompetensi yang berhubungan dengan memimpin

organisasi dan orang untuk mencapai maksud, visi dan tujuan

organisasi.

2.2.8 Manfaat Kompetensi

Menurut Sedarmayanti (2013:129) mengemukakan bahwa manfaat

kompetensi adalah sebagai berikut:

1. Menghindari kesalahan perekrutan dan biaya terkait yang sia-sia.

2. Proses belajar yang lebih cepat dari karyawana baru.

3. Dasar pengambilan keputusan (untuk merekrut) yang kuat . terkait

jelas dengan dengan persyaratan jabatan.

4. Karyawan potensial dapat secara tepat diidentifikasi untuk

dikembangkan.

5. Dapat lebih menigkatkan motivasi karyawan (karena “arah” yang jelas

dalam kariernya).

6. Menghemat biaya dengan melakukan pelatihan yang sudah terfokus

pada peningkatan kompetensi

7. Fokus pada pengembangan kompetensi yang jelas berpengaruh pada

peningkatan kinerja.

2.3. Kinerja Pegawai

2.3.1. Pengertian Kinerja

Page 31: BAB II Proposal 1.docx

31

Pengertian Kinerja yaitu suatu hasil kerja yang dihasilkan oleh seorang

pegawai diartikan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Adapun pendapat para ahli mengenai pengertian kinerja, antara lain sebagai

berikut :

Menurut Sedarmayanti (2013:260), menyatakan bahwa :

“Kinerja adalah hasil seorang pekerja. Sebuah proses manajemen atau

suatu organisasi secara keseluruhan, dimana hasil kerja tersebut harus

dapat di tunjukan buktinya secara konkrit dan dapat diukur”

Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2011:67), Mengemukakan

bahwa :

”Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang

dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai

dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”

Dari  pendapat-pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa kinerja

adalah hasil kerja suatu organisasi secara keseluruhan yang dapat

ditunjukan dan dapat diukur secara kualitas dan kuantitas yang dicapai

oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai tanggung

jawab yang diberikannya.

Page 32: BAB II Proposal 1.docx

32

2.3.2. Indikator Kinerja

Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2011:67) terdapat indikator

tentang Kinerja adalah sebagai berikut :

1. Hasil kerja seseorang secara kualitas

2. Hasil kerja seseorang secara kuantitas

3. Melaksanakan Tugas

4. Tanggung Jawab

Secara singkat indikator kinerja terdiri dari :

A.d.1. Hasil Kerja

Hasil :  sesuatu yg diadakan (dibuat, dijadikan, dsb) 

(http://kamusbahasaindonesia.org/hasil)

Kerja : kegiatan melakukan sesuatu; yg dilakukan (diperbuat)

(http://kamusbahasaindonesia.org/kerja)

Dapat diartikan :

Hasil Kerja adalah sesuatu yang dikeluarkan oleh seseorang sebagai profesi,

sengaja dilakukan untuk mendapatkan penghasilan dan untuk mencapai

yujuan tertentu.

A.d.2. Kualitas

Mutu hasil kerja yang didasarkan pada standar yang ditetapkan. Biasanya diukur melalui ketepatan, ketelitian, ketrampilan, kebersihan hasil kerja.

(http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/07/prestasi-kerja-penegertian-penilaian.html)

A.d.3. Kuantitas

Banyaknya hasil kerja sesuai dengan waktu kerja yang ada, yang perlu diperhatikan bukan hasil rutin tetapi seberapa cepat pekerjaan dapat diselesaikan.

Page 33: BAB II Proposal 1.docx

33

(http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/07/prestasi-kerja-penegertian-penilaian.html)

A.d.4. melaksanaan tugas

Kewajiban karyawan melakukan aktivitas atau kegiatan yang

berhubungan dengan pekerjaan yang ditugaskan perusahaan.

(http://kamusbahasaindonesia.org/pelaksanaan)

A.d.5. Tanggung jawab

Keharusan untuk melakukan semua kewajiban/tugas-tugas yang dibebankan

kepadanya sebagai akibat dari wewenang yang diterima atau dimilikinya.

( http://sinikesini.blogspot.com/2011/01/wewenang-tanggung-jawab-

dan.html )

2.3.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai

Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor

kemampuan dan faktor motivasi. Hal ini sesuain dengan pendapat keith

Davis, yang dikutip oleh Anwar Prabu Mangkunegara (2011:67) :

- Human performace = Ability + Motivation

- Motivation = Attitude + Situation

- Ability = Knowledge + Skill

a. Faktor Kemampuan, Secara psikologis, kemampuan (ability) pegawai

terdiri dari kemampuan potensi dan kemampuan reality (knowledge +

skill). Artinya pegawai yang memiliki IQ diatas rata-rata dengan

pendidikannya yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam

mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah

Page 34: BAB II Proposal 1.docx

34

mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu pegawai perlu

ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya.

b. Faktor motivasi, Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang

pegawai menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang

menggerakan diri pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan

organisasi (tujuan kerja). Sikap mental merupakan kondisi mental yang

mendorong diri pegawai untuk berusaha mencapai prestasi kerja secara

maksimal. Sikap mental seorang pegawai harus sikap mental yang siap

secara psikofisiik (siap secara mental, fisik, tujuan dan situasi) Artinya

seorang pegawai harus siap mental, mampu secara fisik, memahami

tujuan utama dan target kerja yang akan dicapai, mampu

memanfaatkan, dan menciptakan situasi kerja. Menurut David C.

McClelland yang dikutip oleh Anwar Prabu Mangkunegara

(2009;68), bahwa ”ada hubungan yang positif antara motif yang

berprestasi dengan pencapaian kinerja”. Motif berprestasi adalah suatu

dorongan dalam diri pegawai untuk melakukan suatu kegiatan atau

tugas dengan sebaik-baiknya agar mampu mencapai kerja (kinerja)

dengan predikat terpuji. Berdasarkan pendapat Mc Callend tersebut,

pegawai akan mampu mencapai kinerja maksimal jika ia memiliki

motif berprestasi tinggi. motif berprestasi yang perlu dimiliki pegawai

harus ditumbuhkan dari dalam diri sendiri selain dari lingkungan kerja.

hal ini karena motif berprestasi yang ditumbuhkan dari dalam diri

sendiri akan membentuk suatu kekuatan diri dan jika situasi

Page 35: BAB II Proposal 1.docx

35

lingkungan kerja turut menunjang maka pencapaian kinerja akan lebih

mudah. Oleh karena itu, kembangkan motif berperestasi dalam diri dan

manfaatkan serta ciptakan situasi yang ada pada lingkungan kerja guna

mencapai kinerja yang maksimal.

2.3.4 Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja merupakan faktor kunci dalam mengembangkan

perusahaan secara efektif dan efisien karena adanya kebijakan atau program yang

lebih baik atas sumberdaya manusia yang ada dalam perusahaan.Penilaian kinerja

individu sangat bermanfaat bagi pertumbuhan perusahaan secara keseluruhan.

Menurut Bernardin dan Russel yang diterjemahkan oleh Khaerul Umam

(2010:190-191), mengemukakan bahwa:

“Penilaian kinerja adalah cara mengukur kontribusi individu

(karyawan) pada organisasi tempat mereka bekerja”.

Menurut Bambang Wahyudi yang dikutip oleh Khaerul Umam (2010:191)

mengemukakan bahwa:

“Penilaian kinerja adalah suatu evaluasi yang dilakukan secara

periodik dan sistematis tentang prestasi kerja (jabatan) seorang

karyawan, termasuk potensi pengembanganya.”

Menurut Henry Simamora yang dikutip oleh Khaerul Umam (2010:191)

mengemukakan bahwa:

Page 36: BAB II Proposal 1.docx

36

“Penilaian kinerja diartikan sebagai proses yang dipakai oleh

organisasi untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja individu

karyawan”

2.3.5 Mengukur dan Menilai Kinerja

Menurut Syafarudin Alwi yang dikutip oleh Khaerul Umam (2010:191),

mengemukakan bahwa:

Secara teoritis, tujuan penilaian kinerja dikategorikan sebagai suatu yang

bersifat evaluation dan development.

Suatu yang bersifat evaluation harus menyelesaikan:

a) Hasil penilaian digunakan sebagai dasar pemberian kompensasi

b) hasilpenilaian digunakan sebagai staffing decision

c) Hasil penilaian digunakan sebagai dasar mengevaluasi sistem

seleksi

Sedangkan yang bersifat development Penilai harus menyelesaikan:

a) Prestasi real yang dicapai individu

b) Kelemahan-kelemahan individu yang menghambat kinerja

c) Prestasi-prestasi yang dikembangkan

2.3.6 Manfaat penilaian kinerja

Menurut Khaerul Umam (2010:101), mengemukakan bahwa kontribusi

hasil penilaian merupakan suatu yang sangat bermanfaat bagi perencanaan

kebijakan organisasi.secara terperinci, penilaian kinerja bagi organisasi adalah:

a) Penyesuaian-penyesuaian kompensasib) Perbaikan kinerja

Page 37: BAB II Proposal 1.docx

37

c) Kebutuhan latihan dan pengembangand) pengambilan keputusan dalam hal penempatan promosi, mutasi,

pemecatan, pemberhentian, dan perencanaan tenaga kerjae) Untuk kepentingan penelitian pegawaif) Membantu diagnosis terhadap kesalahan desain pegawai.

2.3.7 Sasaran Kinerja

Menurut Wibowo ( 2010 : 63-64 ), Sasaran kinerja merupakan suatu

pernyataan secara spesifik yang menjelaskan hasil yang harus dicapai, kapan, dan

oleh siapa sasaran yang ingin di capai tersebut diselesaikan suatu kinerja

mencakup unsur – unsur diantaranya :

a) the performers, yaitu oraang yang menjalankan kinerja;

b) the action atau performance, yaitu tentang tindakan atau kinerja yang

dilakukan oleh performer;

c) a time element, menunjukan waktu kapan pekerjaan dilakukan;

d) an evaluation menthod, tentang cara penilaian bagaimana hasil pekerjaan

dapat dicapai; dan

e) the place, menunjukan tempat dimana pekerjaan dilakukan.

2.4 Penjelasan Antar Variabel

2.4.1 Pengaruh Motivasi Terhadap Kompetensi Kerja

Pengolahan pegawai yang efektif melalui cara pemberian motivasi dan

peningkatan keterampilan dan keahlian karyawan atau peningkatan

kompetensi juga memberikan kesempatan pada pegawai untuk dapat

meningkatkan prestasi kerja dan berkembang lebih maju apabila motivasi dan

kompetensi diberikan secara tepat dan peningkatan kompetensi disesuaikan

dengan pendidikan yang dimiliki oleh pegawai diharapkan pegawai dapat

Page 38: BAB II Proposal 1.docx

38

melakukan pekerjaannya dengan baik, dan ini merupakan wujud perhatian dan

pengakuan pimpinan kepada pegawainya yang menunjukan kemampuan kerja,

kerajinan, dan kepatuhan serta disiplin kerja.

Menurut Mitchell yang dikutip dalam buku Lijan Poltak Sinambela

(2012:9) :

“ Kinerja yang baik akan dipengaruhi oleh dua hal yaitu tingkat

kemampuan dan motivasi kerja yang baik. Kemampauan seseorang

dipengaruhi pemahamannya atas jenis pekerjaan dan keterampilan

melakukannya, oleh karenanya seseorang harus dapat meningkatkan

kemampuan dan keterampilannya.”

2.4.2 Pengaruh Kompetensi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai

Kompetensi berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Semakin tinggi

kompetensi yang diberikan oleh pegawai dan sesuai tuntutan peran pekerjaan

maka kinerja pegawai akan meningkat. Pegawai yang kompeten biasanya

memiliki karakter sikap dan perilaku atau kemamuan dan kemampuan kerja yang

relatif stabil ketika menghadapi suatu situasi ditempat kerja, sehingga ia dengan

cepat menghadapi permasalahan kerja yang dihadapi, dan akan memberikan

dorongan yang kuat kepada pegawai untuk memberikan tugas-tugas yang

diberikan kepadanya secara efektif dan efisien.

Menurut Edy Sutrisno (2011:203) :

Page 39: BAB II Proposal 1.docx

39

“Kompetensi sebagai karakterististik yang mendasari seseorang dan

berkaitan dengan evektivitas kinerja individu dalam pekerjaannya.”

2.4.3 Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai Melalui Kompetensi

Kerja

Apabila motivasi tinggi yang didukung oleh kemampuan yang tinggi maka

kinerja pegawai juga tinggi, motivasi yang tinggi juga harus didukung dengan

kemampuan yang cukup. Hal ini akan mempertimbangkan adanya kecenderungan

semangat kerja yang tinggi  dan juga meningkatkan loyalitas kinerja pegawai

kepada organisasi, maka akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan.

2.5 Hasil Penelitian Terdahulu

Tabel 2

Hasil Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian

1. Ely Hermawati

NIM

2010206066

Fakultas

Ekonomi

UNIVERSITAS

WIRALODRA

2010

Pengaruh

Pemberian

Motvasi

Terhadap

Kinerja

Karyawan

Motivasi (X1),

Kinerja (Y),

Uji Hipotesis

dengan menggunaka

n Thitung diperoleh

T hitung = 49,8%

dan dari Ttabel =

2.064

ternyata harga t hitun

g lebih tinggi dari

Page 40: BAB II Proposal 1.docx

40

Ttabel, maka Ho

diterima artinya ada

pengaruh antara

pemberian motivasi 

terhadap kinerja

karyawan

2. Arie Pratama

Fakultas

Ekonomi

UNIVERSITAS

MULAWARM

AN 2012

http://

journal.feunmul.

in/ojs/

index.php/

publikasi_ilmiah

/article/

download/

59/54:

Pengaruh

Kompetensi

dan Motivasi

Terhadap

Kinerja

Karyawan

Kompetensi

(X1), Motivasi

(Y), Kinerja

Karyawan (X2)

Pengujian hipotesis dilakukan uji F dan uji t dengan α = 0,05 berdasarkan uji F taraf signifikansebesar 0,000 < 0,05, maka disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Hα diterima artinya secara bersama-samavariabel X1, X2, X3, dan X4 mempunyai pengaruh terhadap Y.Berdasarkan hasil perhitungan dan pengujian hipotesis diperoleh kesimpulan bahwa variabel Keahliandan Sikap berpengaruh secara signifikan, sedangkan variabel Pengetahuan dan Situasi tidak berpengaruh secarasignifikan terhadap

kinerja karyawan.

Page 41: BAB II Proposal 1.docx

41

3 Ismail

NIM

612010109159

Fakultas

Ekonomi

UNIVERSITAS

WIRALODRA

2013

Pengaruh

Kinerja

Pegawai

Terhadap

Semangat

kerja Melalui

Kepuasan

kerja

Kinerja

Pegawai (X1),

Semangat kerja

(Y), Kepuasan

Kerja (X2)

Uji Hipotesis dengan

menggunakan T

untuk pengaruh

kinerja terhadap

semangat kerja

melalui kepuasan

kerja diperoleh

Thitung = 18,798

dan dari Ttabel

=1,684. Maka

terdapat thitung >

ttabel (18,798 >

1,684), maka Ha

diterima dan Ho

ditolak, artinya

terdapat pengaruh

antara kinerja

terhadap semangat

kerja pegawai

melalui kepuasan

kerja pegawai

Page 42: BAB II Proposal 1.docx

42

2.6 Kerangka Pemikiran

Pada saat ini perkembangan bisnis sangat pesat sehingga dengan

sendirinya muncul tingkat persaingan yang semakin tajam diantara perusahaan.

Hal ini menyebabkan para pengusaha meningkatkan kemampuan sumber daya

manusia. Oleh karena itu suatu organisasi untuk dapat meningkatkan kinerja

sumber daya manusia perlu adanya motivasi dan kompetensi kerja.

Dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya setiap organisasi

berupaya meningkatkan kinerja para pegawainya, untuk mencapai produktivitas

tersebut tentunya pegawai harus mempunyai kemampuan dan motivasi yang

tinggi dalam bekerja, untuk itu pegawai harus berperan aktif dalam menetapkan,

mendukung serta melaksanakan rencana proses, sistem dan penetuan terwujudnya

tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Motivasi merupakan salah satu konsep

yang menggambarkan dorongan-dorongan yang timbul pada atau didalam

dirisendiri seorang individu yang menggerakan perilaku.

Suatu motivasi yang timbul sebagai energi untuk membangkitkan

dorongan diri ssesorang. Dorongan ini timbul dikarenakan adanya kebutuhan

seseorang terhadap sesuatu yang belum terpenuhi yang akan menyebabkan

terjadinya sesuatu aktivitas untuk memenuhi kebutuhannya tersebut.

Menurut Mallayu S.P Hasibuan (2000:141)

“Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya dan

potensi bawahan, agar mau bekerja sama secara produktif berhasil

mencapai dan mewujudkan yang telah ditentukan.”

Page 43: BAB II Proposal 1.docx

43

Pada dasarnya motivasi dapat memicu pegawai untuk bekerja keras

sehingga dapat mencapai tujuan pokok organisasi pegawai yang memilki motivasi

kerja yang tinggi senatiasa mempunyai semangat atau dorongan untuk bekerja

keras sebagai guna membangkitkan dorongan dalam diri untuk mencapai prestasi.

Pentingnya motivasi dan kompetensi yang dimiliki oleh pegawai memiliki

hubungan yang sangat erat dengan mengarahkan organisasi itu kearah yang telah

ditentukan. Karena itu lah melalui motivasi, kompetensi, pelatihan merupakan

salah satu alternatif yang sangat tepat sebagai upaya meningkatkan kualitas kerja.

Apa bila pemimpin dapat mendorong motivasi pribadi seseorang bekerja,

kemudian menyelaraskannya dengan kebutuhan bisnis, mereka akan sering

menemukan peningkatan kepuasan dalam sejumlah kompetensi yang berpengaruh

terhadap kinerja.

Menurut Wibowo (2009:110) mengemukakan bahwa :

“Kompetensi sebagai kemampuan seseorang untuk menghasilkan pada

tingkat memuaskan ditempat kerja, termasuk diantaranya kemapuan

seseorang untuk mentransfer dan mengaplikasikan keterampilan dan

pengetahuan tersebut dalam situasi baru danmeningkatkan manfaat yang

telah disepakati.”

Pegawai yang kompeten biasanya memiliki sikap dan perilaku atau

kemauan dan kemampuan kerja yang relatif stabil ketika menghadapi suatu situasi

di tempat kerja yang berbentuk dari sinergi antara watak, konsep diri, motivasi

internal sehingga ia dengan cepat dapat mengatasi permasalahan kerja yang

Page 44: BAB II Proposal 1.docx

44

dihadapi. Hal ini akan memberikan dorongan yang kuat kepada pegawai untuk

mengerjakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan efisien dan efektif.

Pemahan terhadap kompetensi akan sangat penting kaitannya dengan

pencapaian tujuan yaitu kinerja dan efisiensi dengan mengikuti apa yang sudah

ditetapkan dalam suatu organisasi yang baik diharapkan kinerja pegawai akan

meningkat.

Dalam hal ini A.A.Anwar Prabu Mangkunegara(2011:67) menyatakan

bahwa :

“Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai

oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya secara kualitas

dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan

tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.”

Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat

dengan tujuan strategi organisasi. Dengan kata lain kinerja merupakan pekerjaan

dan tanggung jawab yang diberikan untuk pegawai yang dikerjakan untuk

kepentingan organisasi yang dapat tercapai.

Oleh karena itu, kinerja pegawai merupakan hal yang terpenting yang

harus diprthatikan oleh organisasi, karena dengan kinerja yang baik yang

dihasilkan pegawai maka akan berdampak positif bagi pencapaian tujuan suatu

organisasi.

Gambar 1

Page 45: BAB II Proposal 1.docx

45

Kerangka Pemikiran

(H3)

(H1)

(H2)

Penjelasan dari kerangaka pemikiran diatas adalah :

1. H1 Pengaruh motivasi terhadap kompetensi

2. H2 Pengaruh kompetensi terhadap kinerja pegawai

3. H3 Pengaruh motivasi terhadap kinerja pegawai melalui kompetensi

2.7 HipotesisBerdasarkan uraian kerangka pemikiran diatas, maka penulis dapat

mengambil hipotesis sebagai berikut :

1. Terdapat pengaruh motivasi terhadap kompetensi

2. Terdapat pengaruh kompetensi terhadap kinerja pegawi

3. Terdapat pengaruh motivasi terhadap kinerja pegawai melalui kompetensi

Secara Statistik hipotesisi tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut :

Hox1,.x2; r = o Tidak ada pengaruh antara motivasi terhadap kompetensi

kerja

Hax1.x2 r ≠ o Ada pengaruh antara Motivasi terhadap Kompetensi

Motivasi

(X1)Kinerja Pegawai

(Y)

Kompetensi

(X2)

Page 46: BAB II Proposal 1.docx

46

Ho.x2.y ; r = o Tidak ada pengaruh antara Kompetensi terhadap Kinerja

Pegawai

Ha.x2.y ; r ≠ o Ada pengaruh antara Kompetensi terhadap kinerja Pegawai

Ho.x1,x2.y ; p = o Tidak ada pengaruh antara Motivasi terhadap kinerja

Pegawai melalui Kompetensi

BAB III

Objek dan Metodologi Penelitian

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian yang diteliti yaitu pegawai Dinas Pengelolaan Sumber

Daya Air Pertambangan dan Energi Kabupaten Indramayu yang berposisi

pegawai tetap. Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Pertambangan dan Energi

Kabupaten Indramayu yang beralamat di Jl. Mayor Dasuki No. 1 Indramayu, dan

masalah yang diteliti adalah Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai

Melalui Kompetensi Kerja.

3.2 Metodologi Penelitian

Untuk menetapkan suatu teori terhadap permasalahan, memerlukan

pemecahan masalah. Metode yang dipakai dalam penelitin ini adalah metode

deskriptif analysis, yaitu suatu metode penelitian yang memberikan gambaran

Page 47: BAB II Proposal 1.docx

47

mengenai suatu masalah yang terjadi pada saat penelitian berlangsung, meliputi

data yang dikumpulkan, diolah dan dianalisis sehingga dapat dicari cara

pemecahannya dan dipertanggungjawabkan. Dengan menggunakan metode ini

diharapkan akan memperoleh penelitian yang baik dan sesuai dengan gambaran

tentang Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai Melalui Kompetensi Kerja

pada Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Pertambangan dan Energi Kabupaten

Indramayu

3.2.1 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini pegawai Pengelolaan Sumber Daya Air

Pertambangan dan Energi Kabupaten Indramayu, yaitu 304 orang. Menurut

Sugiyono ( 2011 : 61 ) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Sampel menurut Sugiyono ( 2011 : 62 ) adalah bagian dari jumlah

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti

tidak dapat mempelajari semua yang ada pada populasi, maka untuk mengetahui

berapa sampel yang akan diambil penulis, yaitu dengan menggunakan rumus

Slovin yang dikutip dari Husen Umar ( 2013 : 78) yaitu sebagai berikut :

n= N

1+N . e2

Dimana:

n = Ukuran sampel

Page 48: BAB II Proposal 1.docx

48

N = Ukuran Populasi

E = Proses kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan

sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan misalnya 2%.

Ukuran sampel yang dapat diterima berdasarkan pada desain penelitian

yang digunakan, yaitu sebagai berikut:

Metode deskriptif minimal 10% populasi, dan untuk populasi relatif kecil

minimal 20% populasi.

Jumlah karyawan tetap yaitu orang dan di ambil sampel 15%, jadi

304

n =

1 + 304 (15%)²

304

=

1 + 304 (0.0225)

304

=

1 + 6,84

304

=

7,84

Page 49: BAB II Proposal 1.docx

49

= 38,77 jadi sampel yang akan diambil adalah dibulatkan menjadi 39 orang

3.2.2. Operasional Variabel

Sesuai dengan judul yang dipilih, yaitu Pengaruh Motivasi (X1) terhadap

Kinerja Pegawai (Y) melalui Kompetensi (X2).

Berdasarkan variabel-variabel tersebut penulis menentukan indikator -

indikator dari masing – masing variabel, lalu penulis membuat angket/qusioner

sesuai dengan indikator-indikator yang telah ditentukan Data yang diperoleh dari

hasil angket lalu diukur secara ordinal dengan menggunakan skala likert, menurut

Husein Umar ( 2005 : 132-133), Yaitu :

Setuju/selalu/sangat positif bobot 5

Setuju/sering/positif bobot 4

Ragu-ragu/kadang-kadang/netral bobot 3

Tidak setuju/hampir tidak pernah/negatif bobot 2

Sangat tidak setuju/tidak pernah bobot 1

Dari hasil pengukuran tersebut lalu penulis analisis kemudian baru di

ketahui hasilnya. Indikator dari variabel yang akan dikaji dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1

Operaasional Variabel

Variabel Indikator Pengukuran Item Angket

Page 50: BAB II Proposal 1.docx

50

Motivasi

(X1)

1. Dorongan

2. Mengarahkan Daya Potensi

3. Kerja Sama

4. Melakukan Sesuatu

5. Mencapai Tujuan

Ordinal

1,2

3,4

5,6

7,8

9,10

Kompetensi

(X2)

1. Kemampuan

2. Keterampilan

3. Pengetahuan

4. Melaksanakan Tugas

5. Sikap Kerja

6. Persyaratan Kerja

Ordinal

1,2

3,4

5,6

7,8

9,10

11,12

Kinerja (Y)

1. Hasil Kerja

2. Kualitas

3. Kuantitas

4. Wewenang

5. Tanggung Jawab

6. Melaksanakan Tugas

7. Moral

8. Etika

Ordinal

1,2

3,4

5,6

7,8

9,8

10.11

11.12

13.14

3.2.3 Metode Pengumpulan Data

1. Study Kepustakaan (Library Research)

Page 51: BAB II Proposal 1.docx

51

Dalam hal ini penulis mengumpulkan dan mempelajari bahan-bahan

bacaan serta media tulis lainnya yang erat kaitannya dengan produk

bahasan dengan maksud memperoleh gambaran serta menambah

penguasaan ilmu pengetahuan serta teoritis yang diberikan dengan topik

yang dibahas.

2. Study Lapangan (Field Research)

Penulis mengadakan kegiatan penelitian langsung dilapangan

memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini penulis

menggunakan teknik yang ditempuh meliputi:

a. Observasi

Observasi yaitu suatu teknik pengumpulan data berdasarkan

pengamatan langsung ke lokasi tempat penelitian yang diteliti

penulis.

b. Wawancara

Wawancara yaitu proses memperoleh keterangan dengan cara tanya

jawab penulis terhadap sumber-sumber yang terpercaya dalam hal

ini pihak –pihak yang terlibat langsung.

c. Angket

Page 52: BAB II Proposal 1.docx

52

Angket adalah proses memperoleh jawaban atau keterangan dengan

cara menyebarkan angket atau sejumlah pertanyaan dari indikator-

indikator dari masing-masing variabel.

3.2.4. Sumber Data

Jenis data ada dua macam, yaitu :

1. Data primer

2. Data Sekunder

Ad.1. Data primer yaitu data yang langsung dikumpulkan dikumpulkan

oleh peneliti (atau petugas-petugasnya) dari sumber pertamanya.

Ad.2. Data sekunder biasanya tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen

misalnya data mengenai keadaan demografis suatu daerah, data

mengenai produktifitas perguruan tinggi, data mengenai

persediaan pangan disuatu daerah dan sebagainya.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data primer dan data sekunder

dengan melakukan survey langsung ke tempat penelitian dan memperoleh dari

pihak kedua.

3.2.5. Skala Pengukuran

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur data yaitu menggunakan skala

likert (Sugiyono 2013: 94)

1. Setuju/selalu/sangat positif score 5

Page 53: BAB II Proposal 1.docx

53

2. Setuju/sering/positif score 4

3. Ragu-ragu/kadang-kadang/netral score 3

4. Tidak setuju/hampir tidak pernah/negatif score 2

5. Sangat tidak setuju/tidak pernah score 1

Pengukuran data menurut skala kategori, adalah sebagai berikut :

81% - 100% = Sangat Baik / Sangat Setuju / Sangat Sesuai61% - 80% = Baik / Setuju / Sesuai41% - 60% = Sedang / Cukup setuju / Cukup Sesuai21% - 40% = Kurang / Tidak Setuju / Tidak Sesuai1% - 20% = Tidak Baik / Sangat tidak setuju / Sangat tidak sesuai

3.2.6. Kategori Jumlah Per Indikator, Variabel X1 , X2 , Y

Kategori jumlah skor per indikator pada variable X1, X2, dan Y

ditentukan terlebih dahulu menentukan rentang skala kategori , adapun rumus

yang di gunakan untuk menentukan rentang skala kategori menurut

Husein Umar (2013:164) ), adalah sebagai berikut :

RS= n(m−1)

m

Dimana :

RS = rentang skala

n = jumlah sampel

m = jumlah alternatif jawaban tiap item pertanyaan

Untuk menentukan rentang skala kategori jumlah skor variabel X1, X2,

dan Y, digunakan rumus sama dengan rumus yang digunakan pada penentuan

Page 54: BAB II Proposal 1.docx

54

kategori jumlah skor per indikator tetapi pada kategori jumlah skor variabel X1,

X2, dan Y ini jumlah respondenya dikalikan dengan jumlah pertanyaan atau

jumlah indikator masing-masing variabel.

3.2.7 Teknik Analisis Instrumen Penelitian

3.2.7.1. Uji Validitas Instrumen Penelitian

Validitas dalam penelitian menurut Sugiyono (2011 ; 267),

adalah :

“Derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek

penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti”.

Dengan demikian data yang valid adalah “data yang tidak berbeda’’ atau

terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya

terjadi pada obyek yang diteliti.

Untuk menguji validitas instrument, menurut Sugiyono (2011 ; 352-354)

ada tiga komponen yang harus dilakukan, yaitu :

1. Pengujian validitas konstrak (Contruct Validity)Setelah instrument dikontruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur

berlandasan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan para ahli, jumlah para ahli yang digunakan minimal 3 orang, dan uji coba instrument dengan sampel dimana populasi akan dipakai kurang lebih sekitar 30 orang. Setelah data ditabulasikan maka uji validitas konstruksi dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor item instrument dengan menggunakan analisis faktor.

2. Pengujian validitas isi

Page 55: BAB II Proposal 1.docx

55

Untuk instrument yang berbentuk test, penguji validitas ini dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrument dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Untuk instrumrn dalam bentuk nontest, dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrument dengan rencana atau program yang telah disiapkan. Pada setiap instrument terdapat butir-butir pernyataan maupun pertanyaan.

3. Pengujian validitas eksternalValiditas eksternal dilakukan dengan cara membandingkan antara

kriteria yang ada pada instrument dan fakta-fakta empiris yang terjadi dilapangan.

Menurut Husein Umar (2013 ; 131) pengujian validitas instrument

dapat dilakukan dengan rumus Korelasi Product Moment Person sebagai

berikut :

r=n∑ xy−¿¿¿

Dimana:

r = Korelasi Product Moment Person

n = Jumlah data

x = Variabel X

y = Variabel Y

3.2.7.2. Reliabilitas Instrumen penelitian

Page 56: BAB II Proposal 1.docx

56

Reliabilitas menurut Husein Umar (2013;168) adalah istilah yang dipakai

untuk menetapkan apakah instrumen yang dalam hal ini kuesionern dapat

digunakan lebih darinsatu kali, paling tidak oleh responden yang sama.

Secara eksternal menurut Sugiyono (2011 ; 354) pengujian dapat

dilakukan dengan :

1. Test-retestInstrument penelitian yang reliabilitasnya diuji dengan test-retest dilakukan dengan cara mencobakan instrument beberpa kali pada responden. Jika dalam hal ini instrumennya sama, dan waktunya berbeda. Reliabilitas diukur dengan koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrument tersebut sudah dinyatakan reliable, Pengujian ini sering disebut stability.

2. EquivalenInstrument yang equivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda, tetapi maksudnya sama. Sebagai contoh (untuk satu butir saja). Sudah berapa tahun anda menggunakan produk ini? Pertanyaan tersebut dapat equivalen dengan pertanyaan berikut.tahun berapa anda membeli produk ini? Penguji reliabilitas instrument dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi instrumennya dua, pada responden yang sama, waktu yang sama, instrument berbeda. Reliabilitas instrument dihitung dengan cara mengkorelasi antara dua data instrument yang satu dengandata instrument yang dijadikan equivalen. Bila korelasi positif dan signifikan, maka instrument dapat dinyatakan reliable.

3. GabunganPengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua instrument yang equivalen itu beberapa kali keresponden yang sama. Jadi cara ini merupakan gabungan pertama dan kedua. Reliabilitas instrument dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrument, setelah itudikorelasikan pada penguji kedua, dan selanjutnya dikorelasikan secara silang.

4. Internal Consistency

Page 57: BAB II Proposal 1.docx

57

Pengujian reliabilitas dengan internalconsistency, dilakukan dengan cara mencobakan instrument sekali saja, kemudian yang diperolehdianalisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrument.

Menurut Sugiyono (2011 ; 359) pengujian reliabilitas dapat dilakukan

dengan teknik belah dua dari instrument spearman brown (split half), yaitu :

ri=2. rb

1+rb

Dimana :

ri = Reliabilitas internal seluruhinstrumen

rb = Korelasi Product Moment antara belahan pertama dan kedua

Tabel 3.2

Tabel Koefisiensi Korelasi

Koefisien Korelasi Interprestasi

0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

3.2.7. Teknik Analsisis Data

Page 58: BAB II Proposal 1.docx

58

3.2.7.1 Persamaan Regresi

Untuk garis regresi linear dengan satu variabel prediktor persamaannya

adalah:

Υ = a + bΧ

Untuk garis regresi linear dengan dua variabel prediktor persamaannya

adalah

Y= a+b1 X1 + b2 X2 (Sugiyono, 2011 : 275)

Keterangan :

Y = Variabel Dependent

a = koefisien prediktor

b1 b2 = Koefisien Regresi variabel independent

X1 X2 = Subjek pada variabel independent yang mempunyai nilai

tertentu

k = Bilangan konstan

3.2.7.2 Uji Linieritas

Dari asumsi analisis regresi diantaranya linieritas, maksudnya apakah garis

regresi antara X dan Y membentuk garis linier atau tidak. Kalau tidak linier maka

analisis regresi tidak dapat dilanjutkan.

Uji linieritas menggunakan uji F

Page 59: BAB II Proposal 1.docx

59

Ket :

n = banyak anggota sampel (responden)

m = banyak prediktor

R = Korelasi

3.2.7.3 Analisis Jalur

Analisis Jalur (Path Analysis) merupakan pengembangan dari analisis

regresi, sehingga analisis regresi dapat dikatakan sebagai bentuk khusus dari

analisis jalur (regression is special case of path analysis). Analisis Jalur digunakan

untuk melukiskan dan menguji model hubungan antar variable yang berbentuk

sebab akibat (bukan bentuk hubungan interaktif / reciprocal). Melalui analisis

jalur ini akan dapat ditemukan jalur mana yang paling tepat dan singkat suatu

variable independen menuju variable independen yang terakhir.

Untuk mencari koefisien jalur diperoleh dari persamaan

( Sugiyono, 2011 : 297 ) :

r21 = p12

ry1 = p1y + p2y . r21

ry2 = p1y . r21 + p2y

ket :

r21 = korelasi X2 dengan X1

p12 = nilai koefisien jalur X2 dan X1

Page 60: BAB II Proposal 1.docx

60

ry1 = korelasi Y dengan X1

p1y = nilai koefisien jalur Y dan X1

p2y = nilai koefisien jalur Y dan X2

ry2 = korelasi Y dengan X2

3.2.7.4 Analisis Korelasi

Dalam menganalisis data peneliti ini menggunakan Rank Spearman untuk

mengukur seberapa besar pengaruh kompensasi terhadap kinerja karyawan

melalui motivasi kerja.

Jika sebaran data dalam penelitian tidak normal dan rank atau peringkat

data tidak ada data yang sama menggunakan rumus Rank Spearman.

Menurut Sugiyono (2011 ; 245) rumus Rank Spearman sebagai berikut :

r s=1−6∑ d i2

n(n2−1)

Dimana :

rs = Koefisien korelasi Rank Spearman

di = Selisih peringkat

n = Jumlah responden

Jika tidak normal dan rank atau peringkat data yang sama lebih dari 20%,

maka mempergunakan rumus Rank Order Spearman Berganda.

Menurut Husein Umar (2013:139) rumus Rank Order Spearman

Berganda sebagai berikut :

Page 61: BAB II Proposal 1.docx

61

Dimana :

r = Koefisien korelasi

∑ x2 = Jumlah rangking yang sama pada variable X

∑ y2 = Jumlah rangking yang sama pdaa Variabel Y

∑ d i2 = Jumlah hasil pengurangan antara rangking yang terdapat

pada variabel X dan variabel Y.

3.2.7.5 Analisis Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar kontribusi

variable X1 ( motivasi) terhadap Y (kinerja pegawai) Melalui dan X2

(kompetensi kerja) Biasanya dinyatakan dalam persen (%).

rumus Koefisien Determinasi sebagai berikut :

Dimana :

Kd = Nilai koefisien determinasi

r = Nilai koefisien korelasi

3.2.7.6 Uji Hipotesis

Kd = r 2 x 100%

r=n∑ x2+∑ y2−∑ d i

2

2√¿¿¿

Page 62: BAB II Proposal 1.docx

62

Pengujian hipotesis dimaksudkan sebagai cara untuk menentukan suatu

hipotesis apakah suatu hipotesis tersebut sebaliknya diterima atau ditolak.

Menurut Sugiyono (2011 ; 230) rumus Uji Hipotesis sebagai berikut.

Dimana :

th = t hitung

rs = Korelasi momen person

n = Indikator

t h=r s√ n−21−rs

2

Page 63: BAB II Proposal 1.docx

63