proposal bab 1 2 3 .docx

23
Proposal Seminar Geologi 2015 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia, diidentifikasi memiliki 5 peristiwa tabrakan lempeng yang membentuk atau mempengaruhi sejarah tektonik Indonesia sepanjang Kenozoikum (Satyana, 2007, geologi.iagi.or.id). Benturan pertama adalah benturan India ke Eurasia yang terjadi mulai 50 atau 45 Ma (Eosen awal-tengah). Benturan ini telah menghasilkan Jalur Lipatan dan Sesar Pegunungan Himalaya yang juga merupakan suture Indus. Benturan ini segera diikuti oleh gerakan lateral Daratan Sunda (Sundaland) ke arah tenggara, sebagai wujud escape tectonics, diakomodasi dan dimanifestasikan oleh sesar-sesar mendatar besar di wilayah Indocina dan Daratan Sunda, pembukaan Laut Cina Selatan, pembentukan cekungan-cekungan sedimen di Malaya, Indocina, dan Sumatra, dan saat ini oleh pembukaan Laut Andaman. Sesar-sesar ini terbentuk di atas dan menggiatkan Pranjono Aji Nugroho 410012310 1

Upload: pranjono-aji-nugroho

Post on 31-Jan-2016

54 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROPOSAL BAB 1 2 3 .docx

Proposal Seminar Geologi 2015

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Indonesia, diidentifikasi memiliki 5 peristiwa tabrakan lempeng yang

membentuk atau mempengaruhi sejarah tektonik Indonesia sepanjang

Kenozoikum (Satyana, 2007, geologi.iagi.or.id). Benturan pertama adalah

benturan India ke Eurasia yang terjadi mulai 50 atau 45 Ma (Eosen awal-tengah).

Benturan ini telah menghasilkan Jalur Lipatan dan Sesar Pegunungan

Himalaya yang juga merupakan suture Indus. Benturan ini segera diikuti oleh

gerakan lateral Daratan Sunda (Sundaland) ke arah tenggara, sebagai wujud

escape tectonics, diakomodasi dan dimanifestasikan oleh sesar-sesar mendatar

besar di wilayah Indocina dan Daratan Sunda, pembukaan Laut Cina Selatan,

pembentukan cekungan-cekungan sedimen di Malaya, Indocina, dan Sumatra, dan

saat ini oleh pembukaan Laut Andaman. Sesar-sesar ini terbentuk di atas dan

menggiatkan kembali garis-garis suture akresi batuandasar berumur Mesozoikum

di Daratan Sunda. Sesar-sesar besar hasil escape tectonics ini adalah : Sesar Red

River-Sabah, Sesar Tonle-Sap-Mekong (Mae Ping), Sesar Three Pagoda-Malaya-

Natuna-Lupar-Adang, dan Sesar Sumatra (Gambar I.1.1).

Pranjono Aji Nugroho410012310 1

Page 2: PROPOSAL BAB 1 2 3 .docx

Proposal Seminar Geologi 2015

Gambar I.1.1. Tectonic escape di Indonesia Barat pada 45 Ma dicirikan oleh benturan India dan

Eurasia dan bergeraknya massa daratan Asia Timur, Indocina dan Indonesia Barat ke arah timur

dan tenggara. Sesar-sesarmendatar besar di Asia (misalnya Altyn Tagh), pembukaan Laut Jepang

dan Laut Cina Selatan adalah juga manifestasi tectonic escape akibat benturan India-Eurasia

(dimodifikasi dari Tapponnier dkk., 1982;Satyana, 2006)

Pada awalnya subkontinen India itu masih terpisah dari Eurasia, dan

tumbukan atau ”collision” antara India dan Eurasia itu mulai terjadi sekitar 50 juta

tahun yang lalu. Tumbukan itu menyebabkan rotasi kepulauan wilayah Sunda

berputar dengan arah jarum jam, dan rotasi itu diperkirakan melahirkan

pensesaran-pensesaran bersifat ”wrenching” secara besar-besaran di daerah

Kontinen Asia Timur, Asia Tenggara dan Sumatra diikuti oleh pembentukan-

pembentukan cekungan-cekungan ”pull apart” di Sumatra (Katili, 1989; Molnar

Pranjono Aji Nugroho410012310 2

Page 3: PROPOSAL BAB 1 2 3 .docx

Proposal Seminar Geologi 2015

et al, 1980; Hamblin and Christiansen, 2001) dalam Buku Mengelola Resiko

Bencana di Negara Maritim Indonesia, ITB, 2009.

Murphy (2002b) dalam Satyana, 2006 menyampaikan bahwa pada 45 Ma

dimulainya dari tabrakan India-Eurasia. Tabrakan menghancurkan sisa-sisa

terakhir dari Samudra Tethys. Pada 40 Ma (Gambar I.1.2), pergerakan Sunda

barat mengubah arah gerak searah jarum jam rotasi dengan elemen tepi dibawa

oleh bagian utara India menjadi tabrakan yang keras dengan Eurasia. Tersier

internal ini sebagai awal pembentukan cekungan Sunda berlangsung di Sumatera

dan Jawa Barat.

Berkaitan dengan pergerakan lempeng diatas maka akan terkait dengan

kelompok cekungan wilayah Indonesia itu sendiri, cekungan-cekungan busur

muka terbentuk sepanjang batas tumbukan lempeng-lempeng, yang

keterdapatannya dekat zona penunjaman, dan letaknya antara busur luar non

vulkanik dan busur dalam vulkanik (Godmar Baringring, 2012).

Cekungan-cekungan tersebut merupakan daerah pengendapan yang

berbentuk asimetrik, dengan poros panjangnya terletak dekat dengan busur dalam

vulkanik dan ke arah ini biasanya dibatasi oleh sesar-sesar fleksure. Batuan dasar

cekungan ini pada umumnya terdiri dari batuan beku dan batuan malihamn yang

secara struktural telah mengalami deformasi dan umumnya diinterpetasikan

sebagai kompleks-kompleks melang yang berumur Pratersier.

Beberapa cekungan-cekungan yang termasuk ke dalam sistem cekungan

busur belakang di Mandala Indonesia Bagian Barat adalah :

1. Cekungan Aceh Utara (merupakan penerusan dari cekungan Sumatera

Utara)

Pranjono Aji Nugroho410012310 3

Page 4: PROPOSAL BAB 1 2 3 .docx

Proposal Seminar Geologi 2015

2. Cekungan Sumatera Utara dan Cekungan Sumatera Tengah

3. Cekungan Sumatera Selatan

4. Cekungan Sunda

5. Cekungan Jawa Barat Laut

6. Cekungan Jawa Timur

7. Cekungan Asem-asem

8. Cekungan Barito

9. Cekungan Kutai dan Cekungan Tarakan

Apabila penjelasan diatas dihubungkan dengan pemahaman ilmuawan

yang lain, dimana kondisi tektonik lempeng Indonesia bagian Barat menurut,

Katili, 1973 yang telah menyusun sebuah model tektonik lempeng mengikuti

Hamilton (1970) dan Dickinson (1971). Model Hamilton (1970) dan Dickinson

(1971) memperlihatkan sejumlah unsur struktur seperti tunjaman, busur volkanik-

tektonik, cekungan busur belakang, dan kraton (Gambar I.1.2.).

Model tersebut kemudian disempumakan dengan memanfaatkan model

pengendapan pada lereng palung-busur menurut Moore (1980). Model tersebut

mengacu kepada lajur Nias di lepas pantai barat Sumatera (Gambar I.1.3.). Juga

telah dibuat model dasar melibatkan dua jalur penunjaman (Gambar I.1.4.) (Katili,

1973; 1981). Yang menjadi dasar di sini ialah pembentukan sistem gunung api

berupa busur yang terentang di seputar tepi benua. Para geologiwan perusahaan

minyak bumi Continental Oil Co. telah menerapkan model konveksi ganda itu

untuk melukiskan penampang yang memotong Asia Tenggara bagian barat

(Gambar I.1.5.).

Pranjono Aji Nugroho410012310 4

Page 5: PROPOSAL BAB 1 2 3 .docx

Proposal Seminar Geologi 2015

Gambar I.1.2. Model Tektonik Lempeng Indonesia Bagian Barat (Katili, 1973)

Gambar I.1.3. Model Tektonik Indonesia Bagian Barat menurut model palung-busur (Katili, 1973)

Pranjono Aji Nugroho410012310 5

Page 6: PROPOSAL BAB 1 2 3 .docx

Proposal Seminar Geologi 2015

Dua buah pusat pemekaran menjadi penyebab mengapa terjadi bangun

yang kurang lebih sepusat itu. Sementara ini busur Sunda dan busur Kalimantan

Barat (sejarah sebenarnya belum dipelajari secara rinci) dapat dikaitkan dengan

baik dengan sesar transform mengiri dari busur ke busur. Tidak mustahil jika

sesar Patemoster (Katili, 1978) merupakan sesar transform yang mula-mula yang

menghubungkan busur Sunda dengan busur Kalimantan Barat di Lupar, Serawak

(Katili, 1986).

Gambar I.1.4. Model dasar dua jalur penunjaman yang berhadapan, Indonesia bagian Barat

(Katili, 1981)

Pranjono Aji Nugroho410012310 6

Page 7: PROPOSAL BAB 1 2 3 .docx

Proposal Seminar Geologi 2015

Gambar I.1.5. Model konveksi ganda penampang Asia Tenggara bagian barat

(Katili, 1989, modifikasi dari Conoco)

I.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penyusunan proposal ini adalah untuk mengidentifikasi

tatanan tektonik di Indonesia bagian Barat dan bertujuan untuk mengetahui

hubungan sebab akibat dari interaksi lempeng beserta produk yang dihasilkannya.

I.3 Batasan Masalah

Berdasarkan judul seminar ini, maka permasalahan dibatasi hanya pada tatanan

tektonik di Indonesia bagian barat dan produknya. Keterkaitan tektonik Himalaya dengan

Pranjono Aji Nugroho410012310 7

Page 8: PROPOSAL BAB 1 2 3 .docx

Proposal Seminar Geologi 2015

tatanan tektonik disekitar Sumatra (Indonesia bagian barat) dan dampaknya serta

hubungannya dengan keberadaan mineral bijih ataupun cebakan hidrokarbon yang ada.

1.4 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terdapat di daerah pulau Sumatra dan di daerah

Pegunungan Himalaya. (Gambar I.4)

Gambar 1.4 Peta Lokasi Penelitian

I.5 Penyelidikan Terdahulu

1. Alfred Wegener, 1966. The Origin of Continents and Oceans. Courier Dover.

hlm. 246.ISBN 0486617084.

2. Clements, B. and Hall, R., 2007, Cretaceous to Late Miocene Stratigraphic

and Tectonic Evolution of West Java, in Proceedings 31st Indonesian

Petroleum Association.

Pranjono Aji Nugroho410012310 8

Page 9: PROPOSAL BAB 1 2 3 .docx

Proposal Seminar Geologi 2015

3. Hall, R. 2002. Kenozoikum evolusi tektonik geologi dan sepiring Asia

Tenggara dan Pasifik SW: rekonstruksi berbasis komputer dan animasi.

Journal of Asian Ilmu Bumi, 20 (4), 353-434.

4. Hall, R. 1997. Cenozoic plate tectonic reconstructions of SE Asia. In:

Fraser, A.J., Matthews, S.J. and Murphy R.W. (eds). Petroleum Geology

of Southeast Asia. Geological Society of London Special Publication, 126,

11-23.

5. Katili, J. A & Mark, 1963. Geology: Departemen Urusan Research Nasional.

Djakarta: Penerbit Kilatmadju Bandung - Indonesia.

6. Katili, J.A., 1971. A review of the geotectonic theories and tectonic maps

of Indonesia. Earth-Science Reviews 7.

7. Katili, J.A., 1973. Geochronology of west Indonesia and its implication on

plate tectonics. Tectonophysics 19.

8. Murphy, R.W., 2002b, Southeast Asia reconstruction with a non-rotating

Cenozoic Borneo, Indonesian Petroleum Association Newsletter, June 2002, pp.

22-29.

9. U.S.G.S (United State Geology Survey). Publikasi Melalui

http://pubs.usgs.gov/gip/dynamic/understanding.html [Last Update

01/03/2009]

Pranjono Aji Nugroho410012310 9

Page 10: PROPOSAL BAB 1 2 3 .docx

Proposal Seminar Geologi 2015

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Tektonik Indonesia

Gambar II.1 Peta Tektonik Indonesia

Kepulauan Indonesia adalah salah satu wilayah yang memiliki kondisi

geologi yang menarik karena gugusan kepulauannya dibentuk oleh tumbukan

lempeng-lempeng tektonik besar. Tumbukan Lempeng Eurasia dan Lempeng

India-Australia mempengaruhi Indonesia bagian barat, sedangkan pada Indonesia

bagian timur, dua lempeng tektonik ini tertabrak lagi oleh Lempeng Samudra

Pasifik dari arah timur.

Tataan tektonik Indonesia di bagian barat menunjukkan pola tektonik yang

relative lebih sederhana dibandingkan Indonesia bagian timur. Kesederhanaan

Pranjono Aji Nugroho410012310 10

Page 11: PROPOSAL BAB 1 2 3 .docx

Proposal Seminar Geologi 2015

tataan tektonik tersebut dipengaruhi oleh keberadaan Paparan Sunda yang relative

stabil. Pergerakan dinamis mencolok hanya terjadi pada perputaran Kalimantan

serta peregangan selat makassar. Hal ini terlihat pada pola sebaran jalur subduksi

Indonesia Barat. Sementara keberadaan benua mikro yang dinamis karena

dipisahkan oleh banyak sistem sasar sangat mempengaruhi bentuk kerumitan

tektonik Indonesia bagian timur. Berdasarkan konsep ini pula, Indonesia terbentuk

tujuh jalur orogenesa, yaitu: jalur orogenesa Sunda, Barisan, Taulud, Sulawesi,

Banda, Malanisia, dan Dayak. Kondisi struktur geologi wilayah Indonesia timur

sangat rumit juga karena disebabkan Indonesia timur merupakan tempat

terbentuknya sistem busur kepulauan yang unik dengan asosiasi palung samudera,

zona akresi, busur gunung api, dan cekungan busur belakang. Selain itu yang

membuat rumit juga adalah busur-busur kepulauan nya yang dibatasi oleh lautan

dengan kedalaman mencapai ribuan meter dengan palung-palung dalam yang

terdapat diantara busur lengkung yang tajam dan beda relief yang sangat tajam.

Secara tektonis, wilayah Indonesia Timur merupakan lokasi pertemuan

tiga lempeng tektonik, yaitu Lempeng Pasifik yang bergerak dari arah timur ke

barat, Lempeng Australia yang bergerak dari arah tenggara ke barat laut dan

Lempeng Eurasia yang bergerak dari arah barat laut ke tenggara. Pertumbukan

ketiga lempeng ini menghasilkan pola tektonik rumit yang menyebar dari Pulau

Sulawesi, Maluku sampai Irian Jaya. Pergerakan Lempeng Pasifik dari timur ke

arah barat mengakibatkan terbentuknya Patahan Sorong yang berupa patahan

geser memanjang sepanjang pantai utara Irian Jaya, utara Serui dan Biak,

bercabang di wilayah Kepala Burung, Irian Jaya kemudian bercabang lagi di

sekitar Kepulauan Banggai dan Sula di Maluku. Semua hal ini berpengaruh pada

Pranjono Aji Nugroho410012310 11

Page 12: PROPOSAL BAB 1 2 3 .docx

Proposal Seminar Geologi 2015

kondisi geologinya. Pulau di wilayah Indonesia bagian timur relative berukuran

lebih kecil dibandingkan di wilayah Indonesia bagian barat

Menurut teori tektonik lempeng, wilayah Indonesia bagian Timur

diketahui sebagai zona interaksi antara lempeng Eurasia – Hindia, Australia, dan

Pasifik. Lempeng-lempeng ini memperagakan zona-zona penunjaman aktif

dengan arah gerak agak membujur dibagian utara, seperti misalnya palung-palung

di Filipina, Halmahera dan Minahasa serta Timor di selatan yang agak melintang.

Wilayah Indonesia timur juga tersusun oleh lempeng-lempeng mikro yang

sifatnya lemah terhadap akumulasi energi dan mudah melepaskan energi dalam

wujud gempa.

Pada bagian utara wilayah Indonesia timur, lempeng pasifik menabrak sisi

timur dan utara Indonesia. Tekanan dahsyat karena pergerakan tiga lempeng besar

bumi: Lempeng Eurasia, Lempeng Hindia-Australia, dan lempeng Pasifik ini

menyebabkan interior lempeng bumi dari kepulauan Indonesia ini terpecah-pecah

menjadi bagian-bagian kecil kerak bumi yang bergerak antara satu terhadap

lainnya yang dibatasi oleh patahan-patahan aktif. Lempeng- lempeng kecil itu

diantaranya adalah lempeng laut Maluku, Lempeng Halmahera, Lempeng Sangihe

yang akan dibahas lebih lanjut dalam pembahasan seminar ini. Sedangkan wilayah

Indonesia bagian barat, daerahnya relative stabil dibandingkan wilayah Indonesia

bagian timur, maka dari itu pulau-pulaunya berukuran lebih besar daripada yang

berada di wilayah bagian Indonesia timur.

Pranjono Aji Nugroho410012310 12

Page 13: PROPOSAL BAB 1 2 3 .docx

Proposal Seminar Geologi 2015

II.2 Interaksi Lempeng

Gambar II.2 Peta Interaksi Lempeng

Pranjono Aji Nugroho410012310 13

Page 14: PROPOSAL BAB 1 2 3 .docx

Proposal Seminar Geologi 2015

BAB III

METODE PENELITIAN, JADWAL PENYUSUNAN SEMINAR

DAN HASIL SEMINAR YANG DIHARAPKAN

III.1 Metode Penelitian

III.1.1 Persiapan

Meliputi studi pustaka dan pengumpulan data-data dari literatur, buku, maupun

jurnal yang ada kaitannya dengan pokok permasalahan yang akan di bahas. Hal ini

bertujuan untuk mengetahui gambaran secara umum kondisi geologi daerah penelitian.

III.1.2 Analisa

Analisis data lieratur, buku, maupun jurnal untuk mengetahui sistem seting

tektonik yang berkembang di daerah penelitian serta produknya.

III.1.3 Penyusunan Laporan

Meliputi penulisan akhir laporan dengan memasukkan data-data yang sudah

diolah dan dianalisa ke dalam bentuk laporan resmi atau akhir.

III.2 Jadwal Penyusunan Seminar

Jadwal Rencana Seminar tertuang didalam tabel berikut :

Tabel 3.2 Jadwal Penyusunan Seminar

No. Macam KegiatanOktober November

III IV I II

1. Pengajuan Proposal

2. Pengurusan SK pembimbing

3. Penyusunan Draf & Revisi

Pranjono Aji Nugroho410012310 14

Page 15: PROPOSAL BAB 1 2 3 .docx

Proposal Seminar Geologi 2015

4. Seminar

5. Revisi

III.3 Hasil Seminar Yang Diharapkan

a. Mengetahui tatanan tektonik di Indonesia bagian barat serta hubungannya

dengan Himalaya

b. Mengetahui produk dari interaksi lempeng berupa jalur subduksi dan jalur

gunung api.

c. Mengetahui faktor penyebab dari struktur Indonesia bagian barat

d. Mengetahui keberadaan endapan mineral bijih atau cebakan hidrokarbon

dengan pendekatan interpretasi data tektonik yang ada.

Pranjono Aji Nugroho410012310 15

Page 16: PROPOSAL BAB 1 2 3 .docx

Proposal Seminar Geologi 2015

DAFTAR PUSTAKA

Alfred Wegener, 1966. The Origin of Continents and Oceans. Courier Dover. hlm. 246.

ISBN 0486617084.

Clements, B. and Hall, R., 2007, Cretaceous to Late Miocene Stratigraphic and

Tectonic Evolution of West Java, in Proceedings 31st Indonesian Petroleum

Association.

Hall, R. 2002. Kenozoikum evolusi tektonik geologi dan sepiring Asia Tenggara

dan Pasifik SW: rekonstruksi berbasis komputer dan animasi. Journal of Asian

Ilmu Bumi, 20 (4), 353-434.

Hall, R. 1997. Cenozoic plate tectonic reconstructions of SE Asia. In: Fraser, A.J.,

Matthews, S.J. and Murphy R.W. (eds). Petroleum Geology of Southeast Asia.

Geological Society of London Special Publication, 126, 11-23.

Katili, J. A & Mark, 1963. Geology: Departemen Urusan Research Nasional. Djakarta:

Penerbit Kilatmadju Bandung - Indonesia.

Katili, J.A., 1971. A review of the geotectonic theories and tectonic maps of

Indonesia. Earth-Science Reviews 7.

Katili, J.A., 1973. Geochronology of west Indonesia and its implication on plate

tectonics. Tectonophysics 19.

Murphy, R.W., 2002b, Southeast Asia reconstruction with a non-rotating Cenozoic

Borneo, Indonesian Petroleum Association Newsletter, June 2002, pp. 22-29.

U.S.G.S (United State Geology Survey). Publikasi Melalui

http://pubs.usgs.gov/gip/dynamic/understanding.html [Last Update 01/03/2009]

Pranjono Aji Nugroho410012310 16

Page 17: PROPOSAL BAB 1 2 3 .docx

Proposal Seminar Geologi 2015

http://elearning.upnjatim.ac.id/courses/GEOLOGITEKNIK/document/

3_Bumi_dan_Teori_Tektonik_Lempeng.pdf?cidReq=GEOLOGITEKNIK

[01/10/2013]

Pranjono Aji Nugroho410012310 17