portofolio.doc hernia
TRANSCRIPT
Kasus 4Topik: Akut Abdomen et. cause Hernia Scrotalis Incarserata
Tanggal (kasus): 19 Maret 2013
Presenter : dr. Diana
Pendamping : dr. Syamsidar Sp. S
dr. Nazirah, MPH
Obyektif Presentasi:
Keilmuan Keterampilan Penyegaran √ Tinjauan Pustaka
√ Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi
Anak
Remaja √ Dewasa
Lansia Bumil
Deskripsi : laki-laki, 56 tahun, nyeri perut, mual, muntah, tidak BAB selama 4 hari, flatus (-) selama 4 hari, peristaltik usus (-),
benjolan di scrotum, akut abdomen, hernia scrotalis incarserata
Tujuan: mendiagnosa dan penanganan awal akut abdomen
Bahan bahasan: Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara membahas: Diskusi Presentasi dan diskusi Email Pos
Data pasien: Nama: Ismail Nomor Registrasi: 253670/13
Nama klinik: RSUD dr.Fauziah
BireunTelp: - Terdaftar sejak: 19 Maret 2013
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/Gambaran Klinis :
Akut abdomen et causa hernia scrotalis inkeserata, keadaan umum sedang, nyeri perut, tidak flatus dan BAB sejak 4 hari SMRS, mual
dan muntah 5 x dalam sehari, benjolan di buah zakar sebelah kanan.
2. Riwayat Pengobatan: -
3. Riwayat kesehatan/penyakit: benjolan di lipat paha sejak 3 tahun yang lalu, awalnya hilang timbul dan semakin lama benjolan tersebut
menetap dan sejak 5 SMRS benjolan tersebut terdapat di kantung buah zakar sebelah kanan.
4. Riwayat keluarga: -
5. Riwayat pekerjaan: seorang kuli bangunan
Daftar Pustaka:
a. Evers BM. Small intestine. In: Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM, Mttox KL, editors. Sabiston textbook of surgery. The
biological basis of modern surgical practice. 17th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders;2004. p. 1323 -1342.
b. Smeltzer, Suzzanne C. 2008. Keperawatan Medical Bedah. Jakarta : EGC.
c. Sjamsuhidrajat, R; De Jong, Wim. 2008. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC
d. Mana, Niko M; Kartadinata, H. 2003. Obstruksi Ileus di Cermin Dunia Kedokteran. Jakarta: EGC
Hasil pembelajaran:
1. Mengenal tanda-tanda akut abdomen
2. Hernia incaserata salah satu penyebab akut abdomen
3. Mengetahui penatalaksanaan awal pada kegawatdaruratan akut abdomen
4. Mengetahui jenis-jenis hernia dan penanganannya
Rangkuman
1. Subjektif:
Pasien laki-laki usia 56 tahun datang dengan keluhan nyeri seluruh lapangan perut, tidak BAB dan flatus sejak 4 hari SMRS. Sejak 1 hari
SMRS pasien mengeluh perutnya terasa kembung, mual dan muntah 5 x dalam sehari, berwarna hijau dan sebanyak 1/4 gelas belimbing
setiap kali muntah. Riwayat penyakit dahulu benjolan di lipat paha sejak 3 tahun yang lalu, awalnya hilang timbul dan sejak 5 hari SMRS
benjolan tersebut terdapat di kantung buah zakar sebelah kanan dan menetap.
2. Objektif:
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan:
Keadaan umum: sedang
Kesadaran compos mentis
Vital sign: Tekanan darah 140/90 mmhg, Nadi 100 x/menit, respirasi: 20 x / menit, suhu: 37,2 C,
Status Generalisata:
- Abdomen:
◦ Inspeksi; tampak tegang
◦ Palpasi: nyeri tekan diseluruh lapangan perut
◦ Perkusi: timpani
◦ Auskultasi: peristaltik -
- Regio scrotalis dekstra
◦ Inspeksi: tampak benjolan sebesar telur ayam, tidak merah, tidak tegang
◦ Palpasi: benjolan terpisah dari testis, nyeri tekan -, kenyal
◦ Auskultasi: bising usus -
Foto abdomen 3 posisi: dilatasi usus halus dengan gambaran air fluid level
3. Ases s men t (penalaran klinis):
Akut abdomen adalah suatu keadaan klinis akibat kegawatan di rongga perut, timbul mendadak, dengan nyeri sebagai keluhan
utama. Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera berupa tindakan bedah. Keadaan darurat dalam abdomen dapat disebabkan karena
perdarahan, peradangan, perforasi atau obstruksi pada alat pencemaan. Pada akut abdomen, apapun penyebabnya, gejala utama yang
menonjol adalah nyeri akut pada daerah abdomen.
Terkait kasus diatas dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami akut abdomen yang di tandai dengan adanya keluhan berupa nyeri
seluruh lapangan perut, tidak BAB dan flatus sejak 4 hari SMRS, perutnya terasa kembung dan muntah 5 x dalam sehari. Dari hasil
pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan seluruh lapangan perut dan peristaltik (-) serta pemeriksaan radiologi dengan foto abdomen
menunjukkan dilatasi usus dengan gambaran air fluid level. Penyebab akut abdomen pada pasien ini bisa disebabkan karena hernia scrotalis
incarserata yang menyebabkan gangguan pasase usus. Diagnosa hernia scrotalis incaserata ditegakkan dari adanya benjolan di regio scrotalis
dekstra sebesar telur ayam, tidak merah, tidak tegang, benjolan terpisah dari testis.
Hernia merupakan penonjolan (protrusi) sebagian atau seluruh viscus dari posisi normalnya melalui suatu celah (defek atau bukaan)
dimana organ dalam itu berada. Semua hernia terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang potensial pada dinding abdomen yang
dicetuskan oleh peningkatan tekanan intraabdomen yang berulang atau berkelanjutan. Penyebab hernia antara lain:
1. Defek congenital
Kantong peritoneal kongenital merupakan factor predisposisi terjadinya hernia pada awal kehidupan, dapat berupa:
- Prosesus vaginalis persisten yang dapat menyebabkan terbentuknya hernia inguinal indirek
- Obliterasi inkomplit dari umbilicus yang mnyebabkan terjadinya hernia umbilical
2. Defek aquisita
Kelemahan pada dinding abdomen anterior yang dapat disebabkan oleh:
- Insisi pembedahan yang menyebabkan hernia insisional
- Kelemahan otot seperti pada usia tua, kurang aktifitas fisik, multipara, starvasi diet dan obesitas
Herniasi terjadi ketika Peninggian tekanan intraabdomen yang terus menerus karena beberapa faktor seperti:
- batuk kronik
- mengedan
- obesitas
Berdasarkan keadaaan klinisnya, hernia dibagi menjadi:
1. Hernia reponibel
Bila isi hernia dapat keluar masuk, tetapi kantung menetap. Isi tidak serta merta muncul secara spontan, namun terjadi bila
disokonggaya gravitasi atau tekanan intrabdominal yang meningkat. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring
atau didorong masuk perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
2. Hernia ireponibel
Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke rongga abdomen. Ini biasanya disebabkan oleh perlengketan isi kantong pada
peritonium kantong hernia. Hernia ini disebut hernia akreta. Dapat juga terjadi karena leher yang sempit dengan tepi yang kaku (misalnya
pada femoral, umbilical). Tidak ada keluhanrasa nyeri ataupun sumbatan usus. Hernia ireponibel mempunyai resikoyang lebih besar untuk
terjadi obstruksi dan strangulasi daripada hernia reponible.
3. Hernia Incarserata (hernia obstruksi)
Hernia obstruksi berisi usus, dimana lumennya tertutup. Biasanya obstruksi terjadi pada leher kantong hernia. Jika obstruksi terjadi
pada kedua tepi usus, cairan akan berakumulasi didalamnya dan terjadi distensi (close loop obstruction). Biasanya suplai darah masih baik,
tetapi lama kelamaan dapat terjadi strangulasi. Istilah inkarserata terkadang digunakan untuk menggambarkan hernia ireponibel tetapi tidak
terjadi strangulasi. Oleh sebab itu, hernia ireponibel yang mengalami obstruksi dapat juga disebut dengan inkaserata
4. Hernia Strangulasi
Suplai darah untuk hernia terputus. Kejadian patologis selanjutnya adalah oklusi vena dan limfe; akumulasi cairan, jaringan (edema)
menyebabkan pembengkakan lebih lanjut; dan sebagai konsekuensinya peningkatan tekanan vena. Terjadi perdarahan vena dan
berkembang menjadi lingkaran setan, dengan pembengkakan akhirnya mengganggu aliran arteri. Jaringannya mengalami iskemik dan
nekrosis. Jika isi hernia bukan usus misalnya omentu, nekrosis terjadi bersifat steril, tetapi strangulasi usus yang paling sering terjadi dan
menyebabkan nekrosis yang terinfeksi(ganggren). Mukosa usus terlibat dan dinding usus permeabel terhadap bakteri, yang bertranslokasi
dan masuk ke dalam kantong dan dari sana menuju rongga peritoneal menyebabkan peritonitis. Terjadi syok sepsis dengan gagal sirkulasi
dan kematian. Bila strangulasi hanya menjepit sebagian dinding usus, hernia di sebut hernia Richter. Ileus obstruksi mungkin parsial atau
total, sedangkan benjolan hernia tidak ditemukan dan bau terdiagnosa pada waktu laparotomi. Komplikasi hernia Richter adalah stragulasi
sehingga terjadi perforasi usus dan pada hernia femoralis tampak seperti abses di daerah inguinal.
Berdasarkan keluhan, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang didapatkan adanya tanda-tanda gangguan pasase usus, sehingga
dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami hernia scrotalis dextra incarserata yang menyebabkan terjadinya akut abdomen.
4. Plan:
Diagnosis: Acute Abdominal et causa Hernia Scrotalis Dextra Incaserata
Pengobatan:
- NGT decompresi
- IVFD RL 16 tetes/ menit (makro)
- Inj. Cefotaxime 1 gr/12 jam
- Inj. Ranitidine 1 amp/12 jam
- Inj. Keterolac 30% 1 amp/8 jam
Dasar pengobatan pada ileus adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan cairan, menghilangkan peregangan abdomen dengan
pemasangan NGT dekompresi, mengatasi tanda-tanda infeksi dan syok bila ada dan menghilangkan ileus untuk memperbaiki
kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.
Pengobatan opertaif merupakan satu-satunya pengobatan raisonal hernia. Indikasi operasi sudah begitu diagnosa ditegakkan. Prinsip
dasar operasi hernia terdiri atas herniotomi dan hernioplastik. Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke
lehernya, kantung dibuka dan isis hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit ikat setinggi
mungkin lalu dipotong. Pada hernioplastik dilakukan tindakan memperkecil annulus inguinalis internus dan memperkuat dinding
belakang kanalis inguinalis. Hernioplastik lebih penting dalam mencegah terjadi residif dibandingkan dengan herniotomi.
Tindakan bedah yang dilakukan sesuai dengan kelainan patologisnya. Pada pasien ini direncanakan akan dilakukan laparotomi tanpa
reseksi usus karena usus masih viable yang dilajutkan dengan herniopalsty.
Pendidikan:
Diberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya agar dapat mencegah terjadinya hernia scrotalis yang berulang, diantaranya:
- Menjaga berat badan ideal
- Konsumsi makanan berserat tinggi
- Mengangkat benda berat denga hati-hati atau menghindari dari mengangkat benda berat
Konsultasi:
Sangat dianjurkan kepada pasien untuk berkonsultasi kepada ahli bedah untuk melakukan pengobatan lanjutan seperti laparotomi dan
hernioplasty.