hernia umbilikaliss

29
BAB I PENDAHULUAN Kelainan umbilikus seringkali ditemukan oleh bedah anak. Pada neonates, korda umbilikalis biasanya mongering dan terpisah dalam waktu 3 minggu, kemudian mengering, bekas luka di tengah perut yang berbentuk seperti bintang yang akan membentuk umbilikus. Kegagalan cincin umbilikus untuk menutup secara sempurna dapat menyebabkan terjadinya hernia umbilikalis, yang merupakan kelainan umbilikus tersering. Adanya cairan ataupun jaringan yang abnormal dari umbilikus sering disebabkan oleh granuloma umbilikal, tetapi juga dapat merupakan hasil dari involusi tidak sempurna dari urachus ataupun duktus omfalomesenterikus. Berbagai cairan, massa, ataupun adanya lubang merupakan suatu keadaan patologis dan harus dievaluasi dengan tepat dan dilakukan pengobatan. 1,2 1

Upload: rustina

Post on 03-Jan-2016

71 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hernia Umbilikaliss

BAB I

PENDAHULUAN

Kelainan umbilikus seringkali ditemukan oleh bedah anak. Pada

neonates, korda umbilikalis biasanya mongering dan terpisah dalam

waktu 3 minggu, kemudian mengering, bekas luka di tengah perut

yang berbentuk seperti bintang yang akan membentuk umbilikus.

Kegagalan cincin umbilikus untuk menutup secara sempurna dapat

menyebabkan terjadinya hernia umbilikalis, yang merupakan kelainan

umbilikus tersering. Adanya cairan ataupun jaringan yang abnormal

dari umbilikus sering disebabkan oleh granuloma umbilikal, tetapi

juga dapat merupakan hasil dari involusi tidak sempurna dari urachus

ataupun duktus omfalomesenterikus. Berbagai cairan, massa, ataupun

adanya lubang merupakan suatu keadaan patologis dan harus

dievaluasi dengan tepat dan dilakukan pengobatan.1,2

1

Page 2: Hernia Umbilikaliss

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Embriologi Umbilikus

Korda umbilikalis terbentuk ketika body stalk dan duktus

omfalomesenterikus yang merupakan coelom umbilikus diselubungi oleh

penyebaran cairan pada minggu keempat dan kedelapan. Kemudian ketika

membran rongga amnion berkontak dengan rongga korion dan 2 lapisan

mesoderm ekstra-embrionik yang menutupi kedua membrane tersebut akhirnya

menyatu. Dengan pergerakan embrio, amnion mengelilingi body stalk, duktus

omfalomesenterikus dan pembuluh darah umbilikus, kemudian membatasi bagian-

bagian dari korda umbilikalis.3

Gambar 1a: body stalk3 Gambar 1b: pembentukan korda umbilikalis3

2

Page 3: Hernia Umbilikaliss

Gambar 2a: korda umbilikalis3 Gambar 2b: gelembung umbilikus

pada rongga korion3

Gambar 3a: perkembangan korda umbilikalis pada minggu ke delapan3

Gambar 3b: potongan transversal dari korda umbilikalis dengan adanya

hernia fisiologis pada bulan ketiga3

Pada tahap awal (sekitar minggu kedelapan), korda umbilikalis berada

dalam bentuk yang sangat tebal dan pendek dengan struktur berikut ini:3

3

Page 4: Hernia Umbilikaliss

a. Duktus omfalomesenterikus yang mana menghubungkan usus primitive

dengan kantung umbilikus dan 2 pembuluh darah vitelinus (vasa

omfalomesenterika, 2 arteri dan 2 vena). Kantung umbilikus berada di

cavitas korion

b. Body stalk dengan alantois, pembuluh darah (arteri dan 1 vena). Selama

perkembangan akan bergeser ke depan supaya akhirnya bersatu dengan

bakal kantung umbilikal

c. Coelom umbilikal yang menghubungkan coelom ekstra embrionik

dengna coelom intra embrionik.

Korda umbilikalis merupakan portal utama untuk masuk dan keluarnya

darah dari plasenta ke janin selama masa hidup intrauterine. Selain adanya arteri

dan vena umbilikal, umbilikal cord juga berisi vitelline atau duktus

omfalomesenterikus (yang menghubungkan kantong kuning telur ke usus tengah)

dan allantois (bagian yang menghubungakan umbilikus ke kandung kemih dan

menjadi urachus). Biasanya duktus vitelinus hilang pada minggu kelima sampai

kesembilan dari kehamilan, dan urachus menghilang menjadi ligamentum

umbilikal median pada bulan keempat sampai kelima. Setelah lahir, korda

umbilikalis melemah dan terpisah, dan tidak meninggalkan sisa. Kelainan

umbilikal dapat terjadi ketika sisa embrional masih ada atau gagal untuk

menghilang secara lengkap.1

2.2 Klasifikasi kelainan umbilikal

Kelainan umbilikal dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi

kelainannya:1

a. Infeksi: omfalitis

b. Didapat: delayed umbilikal separation, granuloma umbilikal

c. Congenital: omphalomesenteric duct remnant, umbilikal polyp, patent

urachus, umbilikal hernia, dermoid cyst

4

Page 5: Hernia Umbilikaliss

2.2.1 Omfalitis

a. Definisi

Omfalitis adalah infeksi pada tali pusat bayi baru lahir yang ditandai dengan

kulit kemerahan disertai pus. Penyebab terjadinya omfalitis pada kasus ini adalah

akibat kurangnya aseptik antiseptik saat pengguntingan dan perawatan tali pusat

oleh bidan penolong persalinan. Hasil apus pus omfalitis adalah bakteri batang

Gram negatif, sesuai dengan pola kuman yang sering menginfeksi bayi baru lahir.4

Tali pusat biasanya puput satu minggu setelah lahir dan luka sembuh dalam

15 hari. Sebelum luka sembuh merupakan jalan masuk untuk kuman dan infeksi

yang dapat menyebabkan sepsis. Pengenalan secara dini infeksi tali pusat sangat

penting untuk mencegah sepsis.4

Tali pusat  merupakan bagian yang penting untuk diperhatikan pada bayi

yang baru lahir. Bayi yang baru lahir kurang lebih dua menit akan segera di

potong tali pusatnya kira-kira dua sampai tiga cm yang hanya tinggal pada

pangkal pusat (umbilikus), dan sisa potongan inilah  yang sering

terinfeksi Staphylococcus  aereus. Pada ujung tali pusat akan  mengeluarkan

nanah dan pada sekitar pangkal tali pusat akan  memerah  dan  disertai  edema.4  

Pada  keadaan infeksi  berat,  infeksi dapat  menjalar  hingga  ke  hati

(hepar)  melalui ligamentum falsiforme  dan  menyebabkan abses yang berlipat

ganda. Pada   keadaan   menahun   dapat   terjadi   granuloma   pada   umbilikus.5

b. Etiologi

Infeksi  tali  pusat  adalah  suatu  penyakit  toksemik  akut  yang disebabkan

olehClostridium tetani dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa disertai

gangguan kesadaran.

Faktor-faktor  yang  menyebabkan  terjadinya  infeksi  tali  pusat pada bayi

baru lahir adalah sebagai berikut :6

Faktor kuman

Staphylococcus  aereus  ada  dimana-mana  dan  didapat  pada masa  awal

kehidupan hampir  semua  bayi,  saat  lahir  atau  selama masa perawatan.

Biasanya Staphylococcus aereus sering dijumpai pada  kulit,  saluran  pernafasan,

5

Page 6: Hernia Umbilikaliss

dan  saluran  cerna  terkolonisasi. Untuk pencegahan terjadinya  infeksi tali pusat

sebaiknya tali pusat tetap  dijaga kebersihannya,  upayakan tali  pusat  agar tetap

kering dan  bersih, pada saat  memandikan  di minggu  pertama  sebaiknya jangan

merendam bayi langsung ke dalam air mandinya karena akan

menyebabkan      basahnya tali   pusat    dan memperlambat proses pengeringan

tali pusat.

Dan masih banyak penyebab lain yang dapat memperbesar  peluang

terjadinya  infeksi pada tali  pusat   seperti penolong persalinan yang kurang

menjaga kebersihan terutama pada alat-alat   yang   digunakan   pada   saat  

menolong   persalinan   dan khususnya  pada  saat pemotongan  tali  pusat.  

Faktor Maternal

Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang mempengaruhi

kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui sepenuhnya.

Ibu yang berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat

tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi kulit hitam lebih banyak mengalami

infeksi dari pada bayi berkulit putih.

Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu

(kurang dari 20 tahun atua lebih dari 30 tahun.

1.      Kurangnya perawatan prenatal.

2.      Ketuban pecah dini (KPD)

3.      Prosedur selama persalinan.

Faktor Neonatatal

1. Prematuri ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor

resiko terjadinya infeksi. Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah

dari pada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta

terutama terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah lahir,

konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan

hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan

kulit.

6

Page 7: Hernia Umbilikaliss

Kerentanan neonatus terhadap infeksi dipengaruhi oleh berbagai faktor,

antara lain kulit dan selaput lendir yang tipis dan mudah rusak, kemampuan

fagositosis dan leukosit immunitas masih rendah.

2. Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik,

khususnya terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA

tidak melewati plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat.

Dengan adanya hal tersebut, aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan C3

serta faktor B tidak diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida.

Kombinasi antara defisiensi imun dan penurunan antibodi total dan spesifik,

bersama dengan penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian besar

penurunan aktivitas opsonisasi.

3. Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens infeksi pada bayi laki- laki empat

kali lebih besar dari pada bayi perempuan.

Faktor Lingkungan

1.    Ada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering memerlukan

prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah sakit lebih

lama. Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral

merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi

juga mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.

2.    Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bisa menimbulkan resiko

pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas,

sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan

resisten berlipat ganda.

3.    Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran

mikroorganisme yang berasal dari petugas (infeksi nosokomial), paling sering

akibat kontak tangan. Infeksi pada neonatus lebih sering di temukan pada

BBLR. Infeksi lebih sering ditemukan pada bayi yang lahir di rumah sakit

dibandingkan dengan bayi yang lahir di luar rumah sakit. Dalam hal ini tidak

7

Page 8: Hernia Umbilikaliss

termasuk bayi yang lahir di luar rumah sakit dengan cara septik. Segala

bentuk infeksi yang terjadi pada bayi merupakan hal yang lebih berbahaya

dibandingkan dengan infeksi yang terjadi pada anak atau dewasa. Ini

merupakan alasan mengapa bayi harus dirawat dengan ketat bila dicurigai

mengalami infeksi.

4.    Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli ditemukan dalam

tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi oleh

E.colli.

5.    Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus

melalui beberapa cara, yaitu :

a.     Pada masa antenatal atau sebelum lahir. Pada masa antenatal kuman dari

ibu setelah melewati plasenta dan umbilikus masuk dalam tubuh bayi

melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman

yang dapat menembus plasenta antara lain virus rubella, herpes,

sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat

melalui jalur ini, antara lain malaria, sipilis, dan toksoplasma.

b.     Pada masa intranatal atau saat persalinan. Infeksi saat persalinan terjadi

karena yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan

amnion. Akibatnya, terjadi amniotis dan korionitis, selanjutnya kuman

melalui umbilikus masuk dalam tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat

persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi akan terinhalasi oleh

bayi dan masuk dan masuk ke traktus digestivus dan traktus respiratorius,

kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain cara tersebut

di atas infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau port de

entre lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman.

Beberapa kuman yang melalui jalan lahir ini adalah Herpes genetalis,

Candida albican dan N.gonorrea.

c.     Infeksi paska atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah

kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan di

luar rahim (misal melalui alat- alat : penghisap lendir, selang

endotrakhea, infus, selang nasogastrik, botol minuman atau dot). Perawat

8

Page 9: Hernia Umbilikaliss

atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya

infeksi nosokomil. Infeksi juga dapat terjadi melalui luka umbilikus.

Proses persalinan

Persalinan  yang  tidak  sehat  atau  yang  dibantu  oleh  tenaga  non medis,

terjadi   pada saat memotong tali pusat menggunakan  alat yang tidak steril dan

tidak diberikan obat antiseptik. Untuk  perawatan  tali  pusat  juga  tidak  lepas

dari  masih  adanya tradisi   yang   berlaku  di masyarakat.

Faktor tradisi

Sebagian  masyarakat  misalnya  dengan memberikan   berbagai   ramuan-

ramuan atau   serbuk-serbuk   yang dipercaya bisa membantu mempercepat kering

dan lepasnya potongan tali pusat.  Ada yang mengatakan tali pusat bayi itu harus

diberi abu-abu pandangan seperti inilah yang seharusnya tidak boleh dilakukan

karena   justru  dengan  diberikannya berbagai  ramuan tersebut  kemungkinan

terjangkitnya  tetanus  lebih  besar  biasanya penyakit   tetanus   neonatorum  ini  

cepat   menyerang   bayi,   pada keadaan infeksi berat hanya beberapa hari  setelah

persalinan  jika tidak  ditangani  biasa  mengakibatkan meninggal   dunia.

c. Manifestasi klinis6

Manifestasi kebanyakan  infeksi Staphylococcus  pada  neonatus adalah

tidak  spesifik, bakteremia  tanpa  kerusakan  jaringan  setempat dikaitkan  dengan

berbagai  tanda, berkisar dari  yang  ringan  sampai dengan  keadaan  yang  berat.

Distress  pernafasan, apnea, bradikardia, abnormalitas saluran cerna, masalah

termoregulasi, adanya perfusi yang buruk, dan disfungsi serebral  merupakan  hal

umum.  Infeksi spesifik yang disebabkan oleh Staphylococcus aereus meliputi

pneumonia, efusi pleural,  meningitis,  endokarditis, omfalitis,  abses,  dan

osteomielitis.

Bayi yang terinfeksi tali pusatnya, pada tempat tersebut biasanya akan

mengeluarkan nanah dan pada bagian sekitar pangkal tali pusat akan terlihat

merah dan  dapat  disertai dengan  edema.  Pada keadaan yang berat infeksi dapat

9

Page 10: Hernia Umbilikaliss

menjalar ke hati (hepar) melalui ligamentum falsiforme dan menyebabkan abses

yang berlipat ganda. Pada keadaan menahun dapat  terjadi  granuloma  pada

umbilikus.5

Gambar 4: Omfalitis

d. Penanganan

Jika tali pusat bayi terinfeksi oleh Staphylococcus aereus, sebagai

pengobatan lokal dapat diberikan salep yang mengandung neomisin dan

basitrasin. Selain itu juga dapat diberikan salep gentamisin. Jika terdapat

granuloma, dapat pula dioleskan dengan larutan nitras argenti 3%.

1) Infeksi tali pusat lokal atau terbatas

Jika tali pusat bengkak, mengeluarkan nanah, atau berbau busuk, dan di sekitar

tali pusat kemerahan dan pembengkakan terbatas pada daerah ≤ 1 cm di sekitar

pangkal tali pusat lokal atau terbatas. Cara penanganannya :

a) Biasakan untuk selalu mencuci tangan sebelum memegang atau

membersihkan tali pusat, untuk mencegah berpindahnya kuman dari

tangan.

b) Bersihkan tali pusat menggunakan larutan antiseptik (misalnya

klorheksidin atau iodium povidon 2,5%) dengan kain kassa yang bersih.

c) Olesi tali pusat pada daerah sekitarnya dengan larutan antiseptik (misalnya

gentian violet 0,5% atau iodium povidon 2,5%) delapan kali sehari

10

Page 11: Hernia Umbilikaliss

sampai tidak ada nanah lagi pada tali pusat. Anjurkan bayi melakukan ini

kapan saja bila memungkinkan.

d) Jika kemerahan atau bengkak pada tali pusat meluas melebihi area 1 cm,

obati seperti infeksi tali pusat berat atau meluas.

2) Infeksi tali pusat berat atau meluas

Jika kulit di sekitar tali pusat merah dan mengeras atau bayi mengalami distensi

abdomen, obati sebagai tali pusat berat atau meluas. Cara penanganannya :

a) Ambil sampel darah dan kirim ke laboratorium untuk pemeriksaan kultur

dan sensivitasi.

b) Beri kloksasilin per oral selama 5 hari.

c) Jika terdapat pustule / lepuh kulit dan selaput lendir.

d) Cari tanda-tanda sepsis.

e) Lakukan perawatan umum seperti dijelaskan untuk infeksi tali pusat lokal

atau terbatas.

2.2.2 Delayed Umbilikal Separation

a. Definisi

Waktu pemisahan corda umbilikalis berbeda-beda, tergantung dari latar

belakang etnis, lokasi geografis, dan metode penanganan korda. Pemisahan korda

biasanya pada minggu pertama setelah lahir dan jika persistent selama 3 minggu

dikategorikan terlambat. Perbedaan dalam hal antiseptic corda umbilikalis dapat

memperpanjang waktu pemisahan, sebagai contoh, triple dye akan

memperpanjang pemisahan korda sampai 8 minggu. Perawatan korda yang kering

lebih efektif pada Negara-negara berkembang7. Bagaimanapun, di Negara

berkembang, perawatan antiseptic korda sanga tdianjurkan, dan dikatakan dapat

menurunkan angka kejadian dan mortalitas dari omfalitis8.

Di samping berbagai alat ataupun perawatan yang digunakan dalam

perawatan korda, factor lain yang dapat menghambat pelepasan korda umbilikalis

termasuk infeksi, kelainan yang didasari system imun, (seperti leukocyte adhesion

deficiency) atau abnormalitas urachus9-11.

11

Page 12: Hernia Umbilikaliss

b. Manifestasi klinis

Pada pemeriksaan, kulit di sekeliling korda umbilikalis yang tersisa secara

hati-hati diperiksa untuk melihat apakah adanya sisa urachus atau untuk mencari

adanya tanda infeksi seperti omfalitis yang dapat berkembang secara progresif dan

merupakan suatu infeksi yang mengancam jiwa pada neonates3.

Pemeriksaan darah dan diferensial dapat digunakan sebagai skrining awal

adanya leukocyte adhesion deficiency. Meskipun tidak ada infeksi, leukositosis

dan neutrofilia bisa saja terjadi pada pasien-pasien leukocyte adhesion

deficiency12.

c. Penanganan

Jika ada pasien dengan delayed cord separation, penanganannya adalah

dengan cara membuang korda secara manual atau dibagi secara persis bagian

bawah dari kulit normal dengan gunting atau pisau bedah. Setelah dibuang, sisi

ujung harus dibersihkan dengan antiseptic dan dibiarkan terkena udara3.

2.2.3 Granuloma Umbilikus

a. Definisi

Granuloma umbilikal merupakan lempengan kecil perwarna merah terang,

lukanya basah yang berada di umbilikus setelah korda lepas ketika proses

penyembuhan seharusnya sudah terjadi. Granuloma umbilikal merupakan

lempengan kecil dari jaringan bekas luka, biasanya pada stalk, yang tidak tertutup

oleh sel kulit secara normal. Umbilikal grauloma tidak dipersarafi sehingga tidak

terasa12.

Granuloma umbilikalis merupakan kelainan umbilikal yang paling umum

ditemukan dalam praktikneonatal. Granuloma umbilikalis bukan suatu kelainan

kongenital sejati, tetapi menandakan suatu inflamasi dan pembentukan jaringan

granulasi yang sedang berlangsung dari umbilikus yang belum mengalami

epitelialisasi. Setelah pemisahan tali pusat, sebuah massa kecil dari jaringan

granulasi dapat terbentuk pada dasar umbilikus12.

12

Page 13: Hernia Umbilikaliss

b. Etiologi

Penyebab granuloma umbilikal berhubungan dengan bagaimana

penyembuhan jaringan selama proses pengeringan dari korda umbilikalis, tetapi

penyebab pasti tidak diketahui12.

c. Manifestasi klinis

Granuloma ini terdiri dari jaringan granulasi sejati dengan fibroblas dan

kapiler. Secara klasik berupa massa bundar, lembab, erythematous, bertangkai, dan

biasanya berdiameter 3-10mm. kolonisasi bakteri dan infeksi memegang peranan

dalam pathogenesis12.

Gambar 5: Granuloma Umbilikalis

d. Tatalaksana

Penanganan yang paling umum dilakukan adalah kauterisasi dengan

menggunakan Silver Nitrate 75% (AgNO3) hingga areagranuloma mengalami

epitelialisasi, biasanya diulangi dua hingga tiga kali. Jarang sekali

granulomaumbilikalis persisten membutuhkan tindakan operasi. Adapun

penanganansecara operatif dilakukan dengan melakukan excise dan selanjutnya

mengaplikasikan Silver Nitrate atau materi hemostatik yang dapat diserap

(absorbable) lainnya. Apabila pada suspek granuloma umbilikalis tidak

memberikan respon terhadap kauterisasi, alternatif diagnosis perlu

dipertimbangkan12.

13

Page 14: Hernia Umbilikaliss

2.2.4 Hernia Umbilikalis

a. Definisi

Hernia umbilikalis merupakan defek dinding abdomen persis di pusat

umbilikus, berupa herniasi utuh yang hanya tertutup peritoneum dan kulit yang

terdapat waktu lahir. Omentum dan usus dapat mesuk ke dalam kantong hernia,

khususnya bila bayi menangis1,13.

Kulit kantong hernia tidak pernah ruptur dan sangat jarang terjadi

inkarserasi. Umumnya hernia umbilikalis dapat menutup spontan tanpa

pembedahan setelah bayi berumur 2-3 tahun. Hernia yang tetap ada sampai umur

5 tahun umumnya memerlukan tindakan bedah, meskipun jarang ditemukan

terjadinya komplikasi pada hernia umbilikalis14.

b. Etiologi

Hernia umbilikalis pada bayi dan anak terjadi karena defek fasia di daerah

umbilikus dan manifestasinya terjadi setelah lahir. Waktu lahir pada fasia terdapat

celah yang hanya dilalui tali pusat. Setelah pengikatan, puntung tali pusat sembuh

dengan granulasi dan epitelisasi terjadi dari pinggir kulit sekitarnya.Waktu lahir

banyak bayi dengan hernia umbilikalis karena defek yang tidak menutup

sempurna dan linea alba tetap terpisah. Pada bayi prematur defek ini lebih sering

ditemukan. Defek ini cukup besar untuk dilalui peritoneum; bila tekanan

intraabdomen meninggi, peritoneum dan kulit akan menonjol dan berdekatan.

Penampang defek kurang 1 cm, 95% dapat sembuh spontan, bila defek lebih 1,5

cm jarang menutup spontan. Defek kurang 1 cm waktu lahir dapat menutup

spontan pada umur 1–2 tahun. Pada kebanyakan kasus, cincin hernia mengecil

setelah umur beberapa tahun, hernia hilang spontan dan jarang sekali residif.

Penutupan defek terjadi perlahan-lahan kira-kira 18% setiap bulan. Bila defek

lebih besar, penutupan lebih lama dan beberapa hernia tidak hilang spontan.

Hernia yang besar sekali menimbulkan gangguan pada anak dan ibu sehingga

perlu operasi lebih cepat15.

14

Page 15: Hernia Umbilikaliss

c. Epidemiologi

Hernia ini terdapat pada kira-kira 20% bayi dan angka ini berbeda lebih

tinggi lagi pada bayi prematur. Tidak ada perbedaan angka kejadian pada bayi

laki-laki dan perempuan. Di amerika, insiden hernia umbilikalis 8 kali lebih sering

pada bayi kulit hitam dibanding bayi kulit putih14.

d. Gejala Klinis

Hernia umbilikalis merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga

perut yang masuk melalui cincin umbilikus akibat peninggian tekanan

intraabdomen, biasanya ketika bayi menangis. Hernia umumnya tidak

menimbulkan nyeri dan sangat jarang terjadi inkaserasi. Diagnosis tidak sukar

yaitu dengan adanya defek pada umbilikus. Diagnosis banding bila ada defek

supraumbilikus dekat dengan defek umbilikus dengan penonjolan lernak

preperitonial yang dirasakan tidak enak13,14.

Gambar 6: Hernia Umbilikalis

e. Tatalaksana

Strepping dengan plester di atas hernia dengan ataupun tanpa uang logam

yang dipertahankan selama 10-20 hari dan di ulang sampai sampai 6 bulan sampai

1 tahun, hal ini dapat mempercepat penyembuhan namun masih kontroversi

15

Page 16: Hernia Umbilikaliss

Indikasi dilakukan tindakan bedah:13

1. Bila diameter cincin hernia < 1 cm pada umur 1 tahun, hernia mungkin

sekali akan menutup spontan. Sebaiknya ditunggu sampai pasien

berumur 3 tahun.

2. Bila diameter cincin hernia > 1 cm pada umur 1 tahun, kemungkinan

menutup spontan kurang, tetapi tidak ada salahnya bila ditunggu hingga

umur 3 tahun

3. Bila diameter cincin hernia 2 cm atau lebih, penutupan spontan hampir

pasti tidak akan terjadi, pembedahan dapat dilakukan pada setiap saat

dalam tahun ke 2 atau ke 3

f. Komplikasi

Hernia umbilikalis jarang mengalami inkarserasi. Kalau terjadi, kerusakan

usus lebih cepat dibanding pada hernia inguinal karena cincin umbilikus kurang

elastis dibanding hernia inguinal. Reposisi spontan seperti hernia inguinal tidak

dianjurkan. Pada beberapa kasus yang mengalami inkarserasi, dalam kantong

terdapat usus tidak mengalami nekrosis, hanya ada satu kasus dengan nekrosis

omentum15.

2.2.5 Sisa Duktus Omfalomesenterikus atau Duktus Vitelinus

Selama masa awal perkembangan janin, duktus vitelinus ataupun duktus

omfalomesenterikus berfungsi sebagai saluran dari kantung telur ke usus tengah.

Normalnya menghilang secara komplit pada minggu ke sembilan dari kehidupan

janin. Sebagian atau keseluruhan duktus yang gagal menghilang menjadi beberapa

struktur berikut ini:1,16

a. Polip umbilikal

b. Divertikulum Meckel, dimana hanya divertikulum yang melekat di ileum

yang gagal menghilang. Divertikulum Meckel merupakan kelainan sisa

vitelinus yang tersering; dan sering bermanifestasi sebagai perdarahan

gastrointestinal bawah yang disebabkan kelainan mukosa gaster, tetapi

16

Page 17: Hernia Umbilikaliss

jarang yang bermanifestasi seperti diverticulitis atau bisa saja berfungsi

sebagai tempat awal intususepsi

c. Pita congenital yang persistent, yang mana dapat berfungsi sebagai fixed

point yang dapat menyebabkan vlovulus usus.

d. Sisa duktus omfalomesenterikus komplit dengan saluran yang

menghubungkan umbilikus ke ileum; biasanya bermanifestasi sebagai

mukosa pink yang menonjol dari umbilikus dan biasanya minimal tetapi

berisi cairan usus yang menetap ataupun feses

e. Kista duktus omfalomesenterikus, dimana proksimal dan distal hilang tetapi

sisanya masih di atara dua struktur it, hal ini akan menyebabkan suatu

infeski atau obstruksi, tetapi agak jarang.

Keterangan

a. Divertikulum Meckelb. Divertikulum Meckel yang

melekat pada permukaan belakang dari dinding abdomen depan oleh tali fibrosa

c. Tali fibrosa melekatkan ileum pada dinding abdomen

d. Fistula intestinal-umbilikuse. Kista omfalomesenterikus

yang bersala dari tali fibrosaf. Sinus umbilikus yang

berakhir pada tali fibrosa yang melekat ke ileum

g. Kista omfalomesenterikus dan sinus tanpa perlekatan usus

Gambar 7: Sisa Duktus Omfalomesenterikus17

Semua sisa duktus omfalomesenterkus harus diseresksi secara bedah.

Divertikulum Meckel harus dibuang dari dasar, usus ditutup secara melintang dan

arteri vitelinus diligasi. Divertikulum Mekel yang luas mungkin memerlukan

reseksi formal dengan anastomosis primer. Divertikulum Meckel secara histology

dapat berisi mukosa gaster ataupun jaringan pancreas.

17

Page 18: Hernia Umbilikaliss

2.2.6 Kelainan Urachus

Pada fetus, urachus merupakan duktus embrional yang menghubungkan

antara puncak kandung kemih dan cincin umbilikus, dan secara normal

menghilang saat lahir, membentuk ligamentum umbilikal medialis. Ligamentum

umbilikal medialis terbentuk di ruang pre-peritoneal antara fasia transversalis dan

peritoneum. Tidak adanya penutupan seluruh traktus akan menyebabkan urachus,

meskipun penutupan pada sisi kandung kemih membentuk suatu sinus

umbilikalis.

Baik patent urachus maupun sinus urachus bisa saja didapati dengan

adanya cairan dari umbilikus. Patent urachus mengeluarkan urin dan menjadi

factor predisposisi terhadap sistitis ataupun infeksi traktus urinarius yang

berulang. Kista urachus biasanya terjadi ketika terinfeksi, yang memperlihatkan

pembengkakan di bawah umbilikus, nyeri perut dan eritema. Gejala bisa saja

menyerupai apendisitis. Pasien dengan pemisahan korda umbilikalis yang

terlambat bisa saja mempunyai kelainan urachus.

USG biasanya berguna dalam diagnosis kista urachus, dan akan

memperlihatkan kista hipoekogenik pada ruang pre-peritoneal. Adanya garis

rangkap longitudinal dari puncak kandung kemih ke umbilikus mengindikasikan

adanya sisa urachus. Sonogram dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya

patent urachus ataupun sinus urachus. Untuk patent urachus, sebuah VCUG harus

dipastikan untuk mengeksklusi adanya katup uretra posterior.

18

Page 19: Hernia Umbilikaliss

Gambar 7: Berbagai bentuk kelainan urachus

Tatalaksana mencakup reseksi lengkap dari traktus yang gagal menghilang

secara komplit. Penting untuk membuang cuff of baldder ketika eksisi urachus

untuk mencegah resiko berkembangnya adenokarsinoma urachus di kemudian

hari.

2.2.7 Kista dermoid umbilikus

Kista dermoid umbilikus merupakan suatu massa di umbilikus yang jarang

didapati dan disebabkan oleh masuknya epitel kulit di bawah atau di dalam kulit

umbilikus normal. Pada pemeriksaan, umbilikus terlihat lebih lebar, dan warnanya

lebih gelap. Tidak ada peradangan kecuali jika kista terinfeksi. Diagnosis dibuat

pada saat pembedahan dan ditemukan adanya karakteristik material sebasea

seperti sikatgigi pada massa umbilikus. Penanganan kista dermoid umbilikus

adalah eksisi kista1.

2.2.8 Polip umbilikal

Polip umbilikal merupakan massa bulat, kemerahan di dasar umbilikus yang

terdiri atas sisa embriologi duktus omfalomesenterikus atau urachus. Biasanya

lebih merah terang dan sedikit lebih besar dari granuloma umbilikalis. Tidak

seperti granuloma, polip umbilikal tidak merespon terhadap silver nitrat dan harus

di eksisi bedah dan dievaluasi secara histology untuk konfirmasi diagnosis. Jika

19

Page 20: Hernia Umbilikaliss

suatu polip umbilikal didiagnosis,tindak lanjut untuk duktus omfalomesenterikus

yang mendasari atau sisa urachus harus dilakukan. Berdasarkan laporan sekitar

30-60% kemungkinan didapatkan adanya anomaly duktus omfalomesenterikus

yang mendasari pada polip umbilikal yang diidentifikasi1.

Gambar 8: Polip umbilikus

2.2.9 Absent umbilikus

Malposisi ataupun tidak adanya umbilikus merupakan suatu temuan yang

sering dijumpai pada pasien dengan ekstrofi kandung kemih. Ketika umbilikus

tidak ada, terbentuk suatu omfaloplasty. Penelitian sudah sering dilakukan untuk

membantu penempatan umbilikus sesuai lokasinya dan didasarkan juga atas dasar

kosmetik.

20