pengaruh karakteristik corporate governance...
TRANSCRIPT
i
i
PENGARUH KARAKTERISTIK CORPORATE
GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN
PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA
(PERIODE 2012-2016)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh GelarSarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh
IKA SRI WULANDARI
NIM 21313031
PROGRAM STUDIS1 PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2017
ii
ii
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
JalanTentaraPelajar No. 02 Salatiga 50721 Telepon (0298) 323706 Faksimili(0298) 323433
Website : www.iainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected]
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya, maka
skripsi Saudara:
Nama : Ika Sri Wulandari
NIM : 21313031
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
Program Studi : Perbankan Syariah (S1)
Judul : PENGARUH KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNANCE
TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA BANK UMUM
SYARIAH DI INDONESIA (PERIODE 2012-2016)
Dapat diajukan dalam sidang munaqosah Skripsi. Demikian surat ini dibuat untuk
dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Salatiga, 14 September 2017
iii
iii
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
JalanTentaraPelajar No. 02 Salatiga 50721 Telepon (0298) 323706 Faksimili(0298) 323433
Website : www.iainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected]
PENGESAHAN
PENGARUH KARAKTERISTIK CORPORATE GOVERNENANCE
TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA BANK UMUM SYARIAH DI
INDONESIA
(PERIODE 2012-2016)
DISUSUN OLEH
IKA SRI WULANDARI
NIM: 213 13 031
Telah dipertahankan di depanPanitiaDewanPengujiSkripsiFakultas
EkonomidanBisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada
Tanggal 22September 2017 dantelahdinyatakanmemenuhisyaratguna
memperolehgelarSarjana S1 Ekonomi
iv
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ika Sri Wulandari
NIM : 213 12 031
Program Studi : S1 Perbankan Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
Judul Skripsi : Pengaruh Karakteristik Corporate Governance
Terhadap Kinerja Keuangan pada Bank Umum
Syariah di Indonesia (Periode 2012-2016)
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi ini benar-benarkarya saya sendiri.
Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau
diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata
penulisan karya ilmiah yang telah
lazim.
v
v
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ika Sri Wulandari
NIM : 213 13 031
Program Studi : Perbankan Syariah S1
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
Dengan ini menyatakan bahwa judul skripsi “Pengaruh Karakteristik
Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Pada Bank Umum Syariah di
Indonesia (Periode 2012-2016)” benar-benar bebas dari plagiat, dan apabila
pernyataan ini terbukti tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai
ketentuan yang berlaku.
Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.
vi
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Hidup ini seperti sepeda. Agar tetap seimbang, kau harus tetap bergerak (Albert
Einstein)”
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
Kedua orang tua tercinta saya (Gatot dan Sri), adik saya (Briatma
Kresna Wijaya), Bapak Dr. Ahmad Mifdlol M.Lc, M.Si. dan Ibu Dr.
Hikmah Endraswati, SE, M.Si.yang telah sabar dalam membimbing
saya hingga skripsi saya selesai, semua dosen saya, serta seluruh
teman-teman yang telah membantu saya khususnya untuk (Nike, Eva,
Mita, Shidiq, Ammar), dan semua mahasiswa Perbankan Syariah S1
khususnya angkatan 2013.
vii
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat
dan hidayahNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul: “Pengaruh Karakteristik Corporate Governance
Terhadap Kinerja Keuangan pada Bank Umum Syariah di Indonesia
(Periode 2012-2016)” dengan lancar tanpa kendala yang berarti. Shalawat
serta salam semoga selalu tercurahkan kepada nabi agung baginda
Rasulullah SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya yang senantiasa
membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman yang penuh ilmu dan iman.
Skripsi ini diajukan gun amemenuhi tugas dan syarat untuk
memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) dalam jurusan Program Studi
Perbankan Syariah. Ucapan terimakasih sebesar-besarnya penulis ucapkan
kepada semua pihak yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dan
bantuan dalam berbagai bentuk. Ucapan terimakasih terutama penulis
sampaikan kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. Anton Bawono, M. Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam IAIN Salatiga
3. Ibu Fetria EkaYudiana, M.Si. selaku Ketua Program Studi S1 Perbankan
Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga.
viii
viii
4. Bapak Dr. Ahmad Mifdlol M.Lc, M.SI. selaku dosen pembimbing
yangtelah membimbing penulis dengan sabar dan ikhlas dalam
menyelesaikan Skripsi ini.
5. Ibu Dr. Hikmah Endraswati, M.Si. selaku dosen pembimbing pengganti
yang telah membimbing penulis dengan sabar dan ikhlas dalam
menyelesaikan Skripsi ini.
6. Segenap Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga yang
telah memberikan bekal berbagai teori, ilmu pengetahuan dan
pengalaman yang sangat bermanfaat bagi penulis.
7. Kedua Orangtuaku tercinta, yang telah memberikan dorongan do’a,
moril, dan materil, serta yang senantiasa menjadi inspirasi bagi penulis.
8. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2013 Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam jurusan S1 Perbankan Syariah.
ix
ix
ABSTRAK
Wulandari, Ika Sri. 2017. Pengaruh Karakteristik Corporate Govenance
Terhadap Kinerja Keuangan pada Bank Umum Syariah di Indonesia
(Periode 2012-2016). Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Program Studi S1-Perbankan Syariah IAIN Salatiga. Pembimbing: Dr.
Ahmad Mifdlol M.Lc, M.Si.
Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi kinerja keuangan pada Bank Umum Syariah. Penelitian ini
menguji beberapa variabel yang diduga dapat mempengaruhi kinerja keuangan
pada Bank Umum Syariah, yaitu jumlah rapat Dewan Komisaris, ukuran Dewan
Direksi, proporsi Dewan Komisaris Independen, jumlah rapat Dewan Pengawas
Syariah, dan ukuran Komite Audit.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh Bank Umum Syariah di Indonesia. Teknik
Pemilihan sampel dengan menggunakan metode purposive samplingdan kriteria
yang memenuhi ada 10 bank. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis regresi berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel jumlah rapat Dewan
Komisaris berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan, variabel
ukuran Dewan Direksi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kinerja
keuangan (ROA), variabel proporsi Dewan Komisaris Independen berpengaruh
positif dan tidak signifikan terhadap kinerja keungan (ROA), variabel jumlah
rapat Dewan Pengawas Syariah berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
kinerja keuangan (ROA), dan variabel ukuran Komite Audit berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap kinerja keuangan (ROA). Kemampuan prediksi kelima
variabel independen terhadap ROA sebesar 38,9% yang di tunjukkan dari
besarnya R² sisanya 61,1% dijelaskan oleh variabel diluar model penelitian.
Kata Kunci : Karakteristik Corporate Governance, Dewan Komisaris, Dewan
Direksi, Dewan Komisaris Independen, Dewan Pengawas
Syariah, Komite Audit, Return On Asset (ROA).
x
x
DAFTAR ISI
JUDUL ...................................................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... ii
PENGESAHAN ..................................................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .............................................................. iv
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ....................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
ABSTRAK .............................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiv
BAB IPENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 11
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 12
D. Kegunaan Penelitian................................................................................... 12
E. Sistematika Penulisan ................................................................................ 13
BAB IILANDASAN TEORI ................................................................................. 16
A. Telaah Pustaka ........................................................................................... 16
B. Kerangka Teori........................................................................................... 27
1. Teori Keagenan (Agency Theory) ........................................................ 27
2. Karateristik Corporate Governance .................................................... 30
3. Kinerja Keuangan ................................................................................ 49
C. Kerangka Penelitian ................................................................................... 51
D. Hipotesis ..................................................................................................... 52
BAB IIIMETODE PENELITIAN.......................................................................... 60
A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 60
xi
xi
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 60
C. Populasi dan Sampel .................................................................................. 60
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 61
E. Definisi Konsep dan Operasional .............................................................. 61
F. Metode Analisis ......................................................................................... 66
1. Uji Stasioneritas ................................................................................... 66
2. Uji Asumsi Klasik ................................................................................ 66
3. Uji Ketepatan Model ............................................................................ 71
4. Analisis Regresi Berganda ................................................................... 73
G. Alat Analisis ............................................................................................... 74
BAB IVANALISIS DATA .................................................................................... 75
A. Statistik Deskriptif ..................................................................................... 75
B. Analisis Data .............................................................................................. 78
1. Uji Stasioneritas ................................................................................... 78
2. Uji Asumsi Klasik ................................................................................ 79
3. Uji Ketepatan Model ............................................................................ 87
4. Uji Regresi Linier Berganda ................................................................ 90
C. Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................................... 96
1. Pengaruh Jumlah Rapat Dewan Komisaris Terhadap ROA ................ 97
2. Pengaruh Ukuran Dewan Direksi Terhadap ROA ............................... 98
3. Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen Terhadap ROA ..... 99
4. Pengaruh Jumlah Rapat Dewan Pengawas Syariah Terhadap ROA 100
5. Pengaruh Ukuran Komite Audit Terhadap ROA ............................... 102
BAB VPENUTUP ................................................................................................ 103
A. Kesimpulan .............................................................................................. 103
B. Saran ......................................................................................................... 104
Daftar Pustaka ...................................................................................................... 105
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................... 112
xii
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Rasio Keuangan ROA BUK dan BUS.................................................3
Tabel 1.2 Tabel Penelitian Terdahulu..................................................................9
Tabel 2.1 Penelitian Research GAP...................................................................21
Tabel 4.1 Descriptive Statistic...........................................................................75
Tabel 4.2 Uji Stasioneritas.................................................................................78
Tabel 4.4 Uji Kolmogrov-Smirnov.....................................................................81
Tabel 4.5 Uji VIF...............................................................................................82
Tabel 4.6Uji Run Test........................................................................................84
Tabel 4.7Hasil Uji White....................................................................................86
Tabel 4.8 Hasi Uji Linieritas..............................................................................87
Tabel 4.9 Hasil Uji Determinasi........................................................................88
Tabel 4.10 Hasil Uji F.......................................................................................89
Tabel 4.11 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda.........................................90
Tabel 4.12 Ringkasan Pengujian Hipotesis.......................................................97
xiii
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian...........................................................................52
Gambar 4.1 Uji P-Plot...........................................................................................80
Gambar 4.2 Uji Scatter Plot..................................................................................85
xiv
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
A. Hasil Uji Penelitian
1. Uji Stasioneritas
2. Uji Asumsi Klasik
3. Uji Ketepatan Model
4. Uji Analisis Regresi Linier Berganda
B. Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kinerja merupakan suatu gambaran dari pencapaian pelakasanaan
suatu kegiatan dalam perusahaan. Dimana salah satu tujuan penting
didirikannya perusahaan adalah memaksimalkan kekayaan pemegang
saham melalui peningkatan nilai perusahaan (Brigham dan Houston,
2001). Menurut Ermayanti (2009) kinerja keuangan perusahaan adalah
suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang
dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui
mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang
mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu.
Di Indonesia, bank syariah mengalami pertumbuhan yang cukup
pesat, hal ini terlihat dari data yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia.
Pada Desember 2003 hanya terdapat 2 Bank Umum Syariah (BUS) dan 8
Unit Usaha Syariah (UUS). Sedangkan pada Desember 2016 di Indonesia
terdapat 13 Bank Umum Syariah (BUS) dan 22 Unit Usaha Syariah (UUS)
Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa industri perbankan syariah di
Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk berkembang (Statistik
Bank Syariah,Desember 2003 dan Desember 2016).
Semakin ketatnya persaingan antar bank syariah maupun dengan
bank konvensional, bank syariah dituntut untuk memiliki kinerja yang
baik, agar dapat bersaing dalam pasar perbankan nasional di Indonesia.
1
2
Sistem perbankan yang sehat dinilai dari kinerja keuangan bank yang baik.
Kinerja keuanganbank yang sehat dapat menimbulkan kepercayaan
masyarakat begitu pula sebaliknya,penurunan kinerja keuangan bank dapat
menurunkan kepercayaan masyarakat. Perbankan diIndonesia terdapat
duajenis, yaitu bank yang melakukan usaha secara konvensional dan
bankyang melakukan usaha secara syariah. Kegiatan usaha bank
konvensional berdasarkan padapembayaran bunga, sedangkan bank
syariah menjalankan usahanya berdasarkan prinsip syariah (UU No. 21
Tahun 2008).
Sebagaimana disebutkan oleh Syofyan dalam Andreani dan David
(2011) bahwa kinerja keuangan merupakan indikator yang paling tepat
untuk mengukur kinerja suatu bank. Adapun ukuran kinerja keuangan pada
perbankan yang digunakan pada umumnya adalah Return on Asset (ROA)
dan Return on Equity (ROE). ROA memfokuskan kemampuan perusahaan
untuk memperoleh earning dalam operasinya, sedangkan ROE mengukur
return yang diperoleh dari investasi pemilik perusahaan dalam suatu bisnis
oleh Siamat dalam Andreani dan David (2011). Penelitian ini
menggunakan ROA sebagai ukuran dari kinerja suatu perbankan. Kinerja
perusahaan yang baik, stabil dan cenderung meningkat akan senantiasa
disenangi oleh para investor. Sedangkan perusahaan yang memiliki kinerja
buruk, tidak stabil serta profit yang cenderung menurun tidak akan dilirik
oleh investor (Nugroho, 2014).
3
Alasan dipilihnya Return On Asset (ROA) sebagai ukuran kinerja
adalah karena ROAdigunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Sebagaimana
disebutkan oleh Dendawijaya (2009) menambahkan semakin besar ROA
bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut
dan semakin baik pula posisi bank tersebut dan segi penggunaan aset. Di
bawah ini adalah tabel mengenai perbandingan ROA bank konvensional
dan ROA bank syariah periode 2012 sampai 2016 :
Tabel 1.1
Rasio Keuangan ROA Bank Umum Konvensional dan
ROA Bank Umum Syariah (dalam persen)
Rasio 2012 2013 2014 2015 2016
ROA BUK 3,11 3,08 1,78 1,25 1,41
ROA BUS 2,14 2,00 0,41 0,49 0,63
Sumber : www.bi.go.id
Pada tabel 1.1, data tahun 2012 hingga 2016 ROA Bank Umum
Syariah (BUS) mengalami perubahan yang fluktuatif. ROA Bank Umum
Syariah (BUS) cenderung menurun di tahun 2013 sebesar 2,00%
sedangkan pada tahun 2014 hanya sebesar 0,41%, dan prosentase ROA
juga belum memenuhi standar rasio yang ditetapkan oleh Bank Indonesia,
menurut SE No. 6/ 73/ INTERN 24 Desember 2004 yaitu minimal 0,5%.
Keadaan yang sama juga terjadi di tahun 2015, meskipun naik sebesar 0,08
prosentase ROA pada tahun 2015 juga belum memenuhi standar rasio.
Dari tabel 1.1 rata-rata ROA Bank Umum Syariah (BUS) juga
lebih rendah daripada ROA Bank Umum Konvensional (BUK). Ini
menunjukkan bahwa kemampuan Bank Umum Syariah (BUS) dalam
4
menghasilkan laba operasional dari penggunaan asetnya, masih jauh
tertinggal dengan Bank Umum Konvensional (BUK).
Berdasarkan fenomena di atas, tingkat ROA Bank Umum Syariah
(BUS) harus diberi perhatian lebih, karena tingkat ROA yang tinggi dapat
merefleksikan pertumbuhan perbankan yang baik pula. Sebagaimana
disebutkan oleh Dendawijaya (2009) menambahkan semakin besar ROA
bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut
dan semakin baik pula posisi bank tersebut dan segi penggunaan aset.
Dan juga tugas utama bank syariah sebagaimana bank umum
lainnya adalah mengoptimalkan laba, meminimalkan resiko, dan menjamin
tersedianya likuiditas yang cukup. Potensi resiko yang dihadapi bank
syariah sama halnya yang dialami oleh bank konvensional, kecuali resiko
tingkat bunga dalam memperoleh imbal jasa atas usaha operasionalnya.
Kinerja keuangan atauprofitabilitas dalam bahasa arab mempunyai makna
pertumbuhan dalam dagang. Rasio yang biasa dipakai untuk mengukur
kinerja bank adalah ROA karena ROA merupakan perbandingan antara
perndapatan bersih (income) dengan rata-rata aktiva (average assets) atau
perbandingan laba sebelum pajak dan zakat terhadap total aset (Arifin,
2005).
Salah satu kasus masih lemahnya penerapan Corporate
Governance di Indonesia yaitu munculnya berbagai skandal akuntansi
yang terjadi pada perusahaan-perusahaan telah mengakibatkan turunnya
kepercayaan publik terutama investor terhadap pelaporan keuangan yang
5
disajikan oleh perusahaan. Good Corporate Governance merupakan salah
satu elemen kunci dalam meningkatkan efesiensi ekonomis yang dapat
membantu terciptanya hubungan yang kondusif dan dapat
dipertanggungjawabkan diantara elemen dalam perusahaan (Dewan
komisaris, Dewan Direksi dan para pemegang saham) dalam rangka
meningkatkan kinerja perusahaan. Dalam paradigma ini, Dewan Komisaris
berada pada posisi untuk memastikan bahwa manajemen telah bekerja
dengan benar demi kepentingan perusahaan sesuai strategi yang telah
ditetapkan serta menjaga kepentingan para pemegang saham yaitu untuk
meningkatkan nilai ekonomis perusahaan. Demikian juga komite audit
mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam hal memelihara
kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan seperti halnya menjaga
terciptanya sistem pengawasan perusahaan yang memadai serta
dilaksanakannya Good Corporate Governance (Lestari, 2011).Ini
menunjukan bahwa penerapan Good Corporate Governance tidak hanya
berakibat positif bagi pemegang saham, tetapi juga kepada masyarakat.
Penerapan Good Corporate Governancepada bank syariah menjadi
sangat penting. Ini dikarenakan bank syariah memiliki perbedaan yang
mendasar dengan bank konvensional, salah satunya adalah penerapan
shariah compliance. Penerapan shariah compliance inilah yang menjadi
pilar penting keberlangsungan entitas bank syariah. Salah satu turunan dari
penerapan shariah complianceini adalah adanya Dewan Pengawas Syariah
(Takarini,2014). Keberadaan Dewan Pengawas Syariah dalam struktur
6
perbankan syariah mempunyai tugas utama untuk mengawasi jalannya
operasional bank syariah sehari-hari agar sesuai dengan petunjuk dan
ketentuan-ketentuan syariat islam. Atau dengan kata lain DPS bertindak
sebagai penyaring pertama atas produk yang telah di fatwakan oleh Dewan
Syariah Nasional (Antonio, 2001). Oleh karena itu, perbankan syariah
sebagai salah satu lembaga keuangan yang berlandaskan syariat islam
diharapkan menjadi uswah hasanah dalam penerapan Good Corporate
Governance. Bank-bank syariah harus berada di garis terdepan dalam
implementasi Good Corporate Governance (Wibowo, 2014).
Didalam Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah, ditentukan bahwa dalam melaksanakan usahanya, Bank Syariah
dan Unit Usaha Syariah wajib memenuhi tata kelola perusahaan yang baik
(good corporate governance), prinsip kehati-hatian dan pengelolaan risiko.
Selain itu Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah diwajibkan pula untuk
mengenal perlindungan nasabah termasuk menjelaskan kepada nasabah
mengenai kemungkinan timbulnya risiko kerugian sehubungan dengan
transaksi nasabah yang dilakukan melalui Bank Syariah. Penerapan Good
Corporate Governance dalam perbankan syariah dapat meingkatkan nilai
tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders).
Bukti keseriusan pemerintah untuk meningkatkan penerapan Good
CorporateGovernancedalam dunia perbankan juga dilakukan dengan
menetapkan kebijakan melalui Bank Indonesia yang tercantum dalam
Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 8/4/PBI/2006 dan disempurnakan
7
dalam Peraturan Bank Indonesia No. 8/14/PBI/2006 tentang Pelaksanaan
Good CorporateGovernance bagi Bank Umum. Didalam Undang-Undang
No 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, ditentukan bahwa dalam
melaksanakan usahanya, Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah wajib
memenuhi tata kelola perusahaan yang baik (good corporategovernance),
prinsip kehati-hatian dan pengelolaan risiko. Selain itu Bank Syariah
diwajibkan pula untuk menerapkan prinsip mengenal nasabah dan
perlindungan nasabah termasuk kewajiban untuk menjelaskan kepada
Nasabah mengenai kemungkinan timbulnya risiko kerugian sehubungan
dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui Bank Syariah.
Penerapan Good Corporate Governancedalam perbankan syariah
diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah bagi semua pihak yang
berkepentingan (stakeholders).
Sistem corporate governance memberikan perlindungan efektif
bagi pemegang saham dan kreditor sehingga mereka yakin akan
memperoleh return atas investasinya dengan benar. Corporate governance
juga membantu menciptakan lingkungan yang kondusif dan terciptanya
pertumbuhan yang efisien dan sustainable di sektor corporate. Corporate
governance dapat didefinisikan sebagai susunan aturan yang menentukan
hubungan antara pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah,
karyawan dan stakeholder internal dan eksternal yang lain sesuai dengan
hak dan tanggung jawabnya (Wibisana, 2014).
8
Tata kelola perusahaan juga mencakup hubungan antara para
pemangku kepentingan (stakeholder) yang terlibat serta tujuan
pengelolaan perusahaan. Pelaksanaan Good Corporate Governance pada
industri perbankan syariah harus berlandaskan kepada lima prinsip
dasaryaitu transparansi (transparancy), akuntabilitas (accountability),
pertanggungjawaban (responsibility), profesional (proffesional), kewajaran
(fairness). Selain itu, khusus dalam perbankan syariah dikenal juga adanya
prinsip-prinsip syariah yang mendukung bagi terlaksananya prinsip GCG
yang dimaksud, yakni keharusan bagi subjek hukum termasuk bank untuk
menerapkan prinsip kejujuran (shiddiq), edukasi kepada masyarakat
(tabligh), kepercayaan (amanah), dan pengelolaan secara professional
(fathanah) (Rifka, 2010).
Penelitian ini meneliti tentang pengaruh karakteristik corporate
governance melalui strukturnyaterhadap kinerja keuangan. Struktur
Corporate Governance yang dimakasud dalam penelitian ini merujuk pada
Dewan Komisaris, Komite Audit, dan Dewan Pengawas Syariah dalam
menjalankan tugasnya pada bank syariah. Ketiga bagian board ini
menjalankan fungsi pengawasan pada perusahaan. Fungsi pengawasan ini
bertujuan agar apa yang dilakukan perusahaan sesuai dengan kepentingan
pemilik. Struktur Corporate Governance dalam penelitian ini meliputi
jumlah rapat Dewan Komisaris, ukuran Dewan Direksi, proporsi Dewan
Komisaris Independe, jumlah rapat Dewan Pengawas Syariah, dan ukuran
Komite Audit (Endraswati, 2017).
9
Penelitian terdahulu atau research gap mengenai variabel kinerja
keuangan adalah sebagai berikut :
Tabel 1.2 Penelitian Terdahulu
No
.
Peneliti Tempat Variabel Penelitian
Terdahulu
Hasil
1. Like Monisa
Wati (2012)
Perusahaan
di Bursa
Efek
Indonesia
Good Corporate
Governance
(Corporate
Governance
Perception Index)
terhadap kinerja
keuangan (ROE dan
NIM)
Positif dan
signifikan
2. Bambang
Sudiyatno
(2010)
Perbankan
yang Go
Public di
Bursa Efek
Indonesia
Dana pihak ketiga,
BOPO, CAR, dan
LDR terhadap kinerja
keuangan
Tidak
berpengaruh
signifikan
3. Azzara
Muhibbai
dan Hasan
Basri (2017)
Bank Umum
Syariah di
Indonesia
Pengungkapan
Identitas Etis Islam,
Agency Cost, dan
Modal Intelektual
terhadap kinerja
keuangan
Berpengaruh
signifikan
4. Abdul Aziz
(2017)
Perusahaan
Pada Sektor
Pertambang
an yang
terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia
Good Corporate
Governance, Struktur
Modal, dan Leverage
terhadap kinerja
keuangan
Tidak
berpengaruh
signifikan
5. Cherrya Dhia
Wenny
(2012)
Pemerintah
Kabupaten
dan Kota di
Propinsi
Sumatera
Selatan
Pendapatan Asli
Daerah (Rasio
Kemandirin, Rasio
Upaya Fsikal, Rasio
Desentralisasi Fiskal)
terhadap kinerja
keuangan
Berpengaruh
signifikan
6. Achmad
Komara, Sri
Hartoyo, dan
Trias Andati
(2016)
Perusahaan
pembiayaan
yang tercatat
di BEI
Struktur Modal
terhadap kinerja
keuangan
Berpengaruh
negatif dan
signifikan
10
7. Wikan Budi
Utami dan
Sri Laksmi
Pardanawati
(2016)
Perusahaan
Go Public
yang
Terdaftar
dalam
Kompas 100
di Indonesia
Lukuiditas,
Solvabilitas, dan
Manjemen Aset
terhadap kinerja
keuangan
Berpengaruh
signifikan
8. Maria
Fransisca
Widyati
(2013)
Perusahaan
Property
dan Real
Estate yang
terdaftar di
BEI
Dewan Direksi,
Komisaris
Independen, Komite
Audit, Kepemilikan
Manajerial, dan
Kepemilikan
Institusional terhadap
kinerja keuangan
Berpengaruh
signifikan
9. Nandhya
Marfiana dan
Lulus
Kurniasih
(2013)
Pemerintah
Daerah
Kabupaten/
Kota Pulau
Jawa
Karakteristik
Pemerintah Daerah
dan Hasil
Pemeriksaan Audit
BPK terhadap kinerja
keuangan
Tidak
berpengaruh
signifikan
10. Ayu Yanita
Sahara
(2013)
Bank
Syariah di
Indonesia
Inflasi, Suku Bunga
BI, Produk Domestik
Bruto terhadap
kinerja keuangan
Berpengaruh
signifikan
11. Anis Fitriani
(2013)
Perusahaan
BUMN
yang
terdaftar di
BEI
Kinerja Lingkungan
dan Biaya
Lingkungan terhadap
kinerjakeuangan
Tidak
berpengaruh
signifikan
Dari penelitian tersebut, ditemukan hasil yang berbeda-beda dari
tiap pengaruh variabel terhadap kineja keuangan. Adanya inkonsistensi
hasil penelitian-penelitian tersebut, masih menunjukkan terbuka secara
luas terhadap penelitian yang akan dilakukan.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan
inkonsistensi hasil, maka penelitian ini menggunakan variabel karakteristik
corpoarate governance yaitu jumlah aktivitas (rapat) dewan komisaris,
11
jumlah dewan direksi, dewan komisaris independen, jumlah rapat dewan
pengawas syariah, dan jumlah komite audit.
Oleh karena itu, merujuk pada penelitian-penelitain tersebut,
peneliti tertarik untuk untuk melakukan penelitian kembali yang pernah
dilakukan peneliti sebelumnya dengan tahun yang berbeda dan sampel
yang berbeda. Yaitu tahun yang lebih up to date yaitu tahun 2012-2016
yang digunakan pada penelitian ini.
Maka berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian tentang Pengaruh Karakteristik Corporate
Governance Terhadap Kinerja Keuangan pada Bank Umum Syariah
di Indonesia (Periode 2012-2016).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah
penelitian adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh jumlah rapat Dewan Komisaristerhadap kinerja
keuangan pada bank umum syariah di Indonesia ?
2. Bagaimana pengaruh ukuran Dewan Direksi terhadap kinerja keuangan
pada bank umum syariah di Indonesia ?
3. Bagaimana pengaruh proporsi Dewan Komisaris Independen terhadap
kinerja keuangan pada bank umum syariah di Indonesia ?
4. Bagimana pengaruh rapat Dewan Pengawas Syariah terhadap kinerja
keungan pada bank umum syariah di Indonesia
12
5. Bagaimana pengaruh ukuran Komite Audit terhadap kinerja keuangan
pada bank umum syariah di Indonesia ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis pengaruh jumlah rapat Dewan Komisaristerhadap
kinerja keuangan pada bank umum syariah di Indonesia.
2. Untuk menganalisis pengaruh ukuran Dewan Direksi terhadap kinerja
keuangan pada bank umum syariah di Indonesia.
3. Untuk menganalisis pengaruh proporsi Dewan Komisaris Independen
terhadap kinerja keuangan pada bank umum syariah di Indonesia.
4. Untuk menganalisis pengaruh rapat Dewan Pengawas Syariah terhadap
kinerja keuangan pada bank umum syariah di Indonesia.
5. Untuk menganalisis pengaruh ukuran Komite Audit terhadap kinerja
keuangan pada bank umum syariah di Indonesia.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi
perusahaan maupun bagi pihak yang terlibat didalamnya. Diantaranya
adalah:
1. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan
masukan bagi ilmu pengetahuan pada umumnya, khususnya
mengenai Return on Asset (ROA). Sebagai pengembangan teori yang
sudah diperoleh selama kuliah dan menambah pengetahuan serta
wawasan.Hasil penelitian juga dapat dijadikan referensi bagi
13
mahasiswa jurusan perbankan syariah untuk menambah wawasan dan
pengetahuan serta dapat digunakan sebagai tinjauan pustaka untuk
penelitian lebih lanjut. Menambah masukan agar penelitianya bisa
lebih di fokuskan, mendalam, dan luas.
2. Bagi Institusi
Diharapkan dapat menjadi referensi dan menambah rujukan
untuk pembaca yang ingin meneliti tentang kinerja keuangan bank
syariah yang dilihat dari rasio Return on Asset (ROA).
3. Bagi praktisi
Hasil penelitian mengenai ini diharapkan dapat dijadikan
bahan pertimbangan dalam peningkatan kinerja manajemen
operasional perbankan syariah, khususnya dalam pengoptimalan
rentabilitas/ profitabilitas yang tertuang dalam rasio utama yaitu
Return on Asset (ROA).
E. Sistematika Penulisan
Sistematika pembahasan ini bertujuan untuk menggambarkan alur pemikiran
penulis dari awal hingga kesimpulan akhir. Adapun rencana sistematika
pembahasan dari awal hingga akhir kesimpulan adalah sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini berisi mengenai latar belakang masalah, yang menampilkan landasan
pemikiran secara garis besar baik dalam teori maupun fakta yang ada, yang
menjadi alasan dibuatnya penelitian ini. Perumusan masalah berisi mengenai
pernyataan tentang keadaan, fenomena dan atau konsep yang memerlukan
14
jawaban melalui penelitian. Tujuan dan kegunaan penelitian yang merupakan
hal yang diharapkan dapat dicapai mengacu pada latar belakang masalah,
perumusan masalah dan hipotesis yang diajukan. Pada bagian terakhir dari bab
ini yaitu sistem penulisan, diuraikan mengenai ringkasan materi yang akan
dibahas pada setiap bab yang ada dalam skripsi.
BAB II: LANDASAN TEORI
Bab ini menguraikan tinjauan teori, yang berisi jabaran teori-teori dan menjadi
dasar dalam perumusan hipotesis serta membantu dalam analisis hasil
penelitian. Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti-peneliti sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
Hipotesis adalah pernyataan yang disimpulkan dari tinjauan pustaka, serta
merupakan jawaban sementara atas masalah penelitian.
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini akan menguraikan variabel penelitian dan efisiensi operasional
dimana skripsi terhadap variabel yang digunakan dalam penelitian akan
dibahas sekaligus melakukan pendefinisian secara operasional. Penentuan
sampel berisi mengenai masalah yang berkaitan dengan jumlah populis,
jumlah sampel yang diambil dan metode pengambilan sampel. Jenis dan
sumber data gambaran tentang jenis data yang digunakan untuk variabel
penelitian. Metode analisis data mengungkapkan bagaimana gambaran model
analisis yang digunakan dalam penelitian.
BAB IV: ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
15
Dalam bagian ini menjelaskan tentang diskripsi objek penelitian yang berisi
penjelasan singkat objek yang digunakan dalam penelitian. Analisis data dan
pembahasan hasil penelitian merupakan bentuk yang sederhana yang mudah
dibaca dan yang mudah diintrepretasikan melipuuti diskripsi objek penelitian,
analisis penelitian, serta analisis data dan pembahasan. Hasil penelitian
mengungkapkan intrepretasi untuk memaknai implikasi penelitian.
BAB V: PENUTUP
Pada bab ini merupakan bagian akhir dari penulisan ini. Seluruh hasil
penelitian akan dirangkum dalam bab ini. Pada bab ini berisikan tentang
kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
16
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka
Penelitian mengenai pengaruh karakterisiktik Corporate
Governance terhadap kinerja keuangan telah dilakukan oleh beberapa
peneliti. Adapun penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini
antara lain:
Jumlah rapat dewan komisaris terhadap kinerja keuangan.
Penelitian ini menggunakan jumlah rapat dewan komisaris untuk
mengukur kinerja keuangan. Penelitian dari Wijayanti dan Mutmainah
(2012) dengan variabel kepemilikan institusional, ukuran dewan direksi,
aktivitas (rapat) dewan komisaris, proporsi komisaris independen, jumlah
komite audit, dan ukuran perusahaan meniliti pada perusahaan perbankan
yang terdaftar di Bursa Efek Indoensia menunjukkan hasil bahwa aktivitas
(rapat) dewan komisaris berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja keuangan perusahaan. Hal yang sama dikemukakan oleh Lestari
dan Muid (2011) dimana studi kasus pada perusahaan perbankan yang
terdaftar di BEI dengan variabel aktivitas (rapat) dewan komisaris, ukuran
dewan direksi, ukuran dewan komisaris independen, keberadaan komite
audiut yang menunjukkan hasil bahwa aktivitas (rapat) dewan komisaris
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan.
Hal berbeda dikemukakan oleh Handayani (2013) studi kasus di
Perusahaan BUMN (Persero) di Indonesia dengan variabel aktivitas (rapat)
16
17
dewan komisaris, ukuran dewan direksi, dewan komisaris independen,
keberadaan komite audit menyatakan bahwa aktivitas (rapat) dewan
komisaris tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
Ukuran dewan direksi terhadap kinerja keuangan. Penelitian ini
menggunakan jumlah dewan direksi untuk mengukur kinerja keuangan.
Penelitian dari Sukandar (2014) studi kasus perusahaan manufaktur sektor
consumer good yang terdaftar di BEI dengan variabel jumlah dewan
direksi dan dewan komisarismenunjukkan hasil bahwa jumlah dewan
direksi tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Hal tersebut juga
dibuktikan oleh Syafiqurrahman, Andiarsyah, dan Sucingsih (2014) studi
kasus perusahaan perbankan di Indonesia dengan variabel proporsi dewan
komisaris independen, jumlah rapat dewan komisaris, jumlah dewan
direksi, KAP Big Four, proporsi komite audit independen, kompetensi
komite audit, Debt to Assets Ratio, dan Long Term Debt to Equity
Ratiomenunjukkan hasil bahwa jumlah dewan direksi tidak ada pengaruh
terhadap kinerja keuangan. Penelitian ini didukung juga oleh Adestian
(2015) studi kasus perusahaan perbankan yang listing di BEI dengan
variabel dewan komisaris, dewan direksi, dewan komisaris independen,
komite audit, dan ukuran perusahaan yang menunjukkan hasil bahwa
dewan direksi tidak berpengaruh terhap kinerja perusahaan. Dan Widyati
(2013) studi kasus pada perusahaan properti dan real estate yang terdaftar
di BEI menunjukkan hasil bahwa dewan direksi tidak berpengaruh
signifikan terhadap kinerja keuangan.
18
Hal yang berbeda dikemukakan oleh Laksana (2015) studi kasus
pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI dengan variabel dewan
direksi, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen,
dan kepemilikan institusioanal yang menunjukkan hasil bahwa jumlah
dewan direksi berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Proporsi dewan komisaris independen terhadap kinerja keuangan.
Penelitian ini menggunakan jumlah dewan komisaris independen untuk
mengukur kinerja keuangan. Penelitian dari Syafiqurrahman, Andiarsyah,
dan Sucingsih (2014) studi kasus perusahaan perbankan di Indonesia
dengan variabel proporsi dewan komisaris independen, jumlah rapat
dewan komisaris, jumlah dewan direksi, KAP Big Four, proporsi komite
audit independen, kompetensi komite audit, Debt to Assets Ratio, dan
Long Term Debt to Equity Ratio menunjukkan hasil bahwa proporsi dewan
komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja
keuangan (ROA). Penelitian Raja (2016) studi kasus perusahaan sektor
Property dan Ral Estate yang terdaftar di BEI dengan variabel dewan
komisari, komisaris independen, dan komite audit menunjukkan hasil
bahwa dewan komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas atau kinerja keuangan. Dan juga penelitian dari Nathania
(2014) studi kasus pada seluruh perusahaa yang listing di BEI dengan
variabel independent comissioner, board size, dan female directors
menunjukkan hasil bahwa dewan komisaris independen tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap ROA.
19
Hal yang berbeda dikemukakan oleh peneliti Candradewi dan
Sedana (2016) studi kasus pada perusahaan otomotif dan komponen di
BEI dengan variabel kepemilikan manjerial, kepemilikan institusional, dan
dewan komsaris independen yang menunjukkan hasil bahwa dewan
komisaris independen berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
kinerja keuangan. Dan peneliti Putra (2016) studi kasus perusahaan
manufaktur dengan variabel dewan komisaris dan proporsi komisaris
independen menunjukkan hasil bahwa dewan komisaris independen
mempunyai pengaruh yang positif signifikan terhadap kinerja keuangan
(ROA).
Jumlah rapat dewan pengawas syariah terhadap kinerja keuangan.
Penelitian ini menggunakan jumlah rapat dewan pengawas syariah untuk
mengukur kinerja keuangan. Penelitian menurut Fauzi (2015) studi kasus
pada perbankan syariah di Indonesia dengan variabel ukuran dewan
komisaris, ukuran dewan direksi, ukuran komite auidit, dan ukuran dewan
pengaawas syariah yang menunjukkan hasil bahwa rapat dewan pangawas
syariah tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. Dan juga
penelitian dari Kartika (2014) studi kasus bank umum syariah di Indonesia
dengan variabel dewan komisaris, dewan direksi, komite-komite, dan
dewan pengawas syariah menunjukkan hasil bahwa dewan pengawas
syariah tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan.
Peneliti Novitasari (2017) studi kasus di Bank Umum Syariah yang
terdaftar di BEI dengan variabel independensi dewan komisaris, dewan
20
direksi, dewan komisaris independen, komite audit, dan dewan pengawas
syariahmenunjukkan hasil bahwa dewan pengawas syariah tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan.
Hal yang berbeda dikemukakan oleh peneliti Sunarwan (2015)
studi kasus pada bank umum syariah dan unit usaha syariah dengan
variabel dewan komisaris, dewan direksi, dewan komisaris independen,
komite audit, dan dewan pengawas syariah yang menunjukkan hasil bahwa
dewan pengawas syariah berpengaruh signifikan terhadap kinerja
keuangan.
Ukuran komite audit terhadap kinerja keuangan. Penelitian ini
menggunakan jumlah komite audit untuk mengukur kinerja keuangan.
Penelitian menurut Hermiyetti dan Katlanis (2017) studi kasus pada
perusahaan manufaktur di BEI dengan variabel kepemilkan manajerial,
kepemilikan institusioanal, kepemilikan asing, dan komite audi
tmenunjukkan hasil bahwa komite audit berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja keuangan. Penelitian menurut Gunawan (2016) studi
kasus pada perusahaan di indeks LQ 45 dengan variabel dewan direksi,
komisaris independen, dan komite audit dengan hasil ukuran komite audit
berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. Peneliti Riniati (2015)
studi kasus pada perusahan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI
dengan variabel komisaris independen dan komite audit menunjukkan
hasil bahwa komite audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja keuangan. Penelitian dari Dewi (2016) studi kasus pada perusahaan
21
manufaktru yang terdaftar di BEI dengan variabel kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen, komite
audit, ukuran perusahaan, dan leverage menunjukkan hasil bahwa komite
auidit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba dampaknya pada
kinerja keuangan.
Hal yang berbeda dikemukakan oleh Penelitian menurut
Rimardhani, Hidayat, dan Dwiatmanto (2016) studi kasus pada perusahaan
BUMN di BEI dengan variabel kepemilikan institusioanal, dewan
komisaris independen, dewan direksi, dan komite audit menunjukkan hasil
bahwa komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja
keuangan.
Berdasarkan uraian di atas, maka disajikan dala tabel 2.1 berikut
ini:
Tabel 2.1 Research GAP
No Peneliti Judul Sumber Hasil
Penelittian
Pengaruh Jumlah Rapat Dewan Komisaris Terhadap Kinerja Keuangan
1 Sri
Wijayanti
dan Siti
Mutmainah
(2012)
“Pengaruh
Penerapan
Corporate
Governance
Terhaddap
Kinerja Keuangan
Pada Perussahaan
Perbankan yang
Terdaftar di Bursa
Efek Indonsesia
(BEI) Tahun
2009-2011”
Jurnal Akuntansi
Volume. 1,
Nomor. 1, Tahun
2012
Variabel
aktivitas (rapat)
dewan
komisaris
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap kinerja
keuangan
perusahaan.
2 Ekowati
Dyah
“Pengaruh Good
Corporate
Skripsi Ekonomi,
2011
Variabel
aktivitas (rapat)
22
Lestari dan
Dul Muid
(2011)
Governance
Terhadap Kinerja
Keuangan (Studi
Kasus pada
Perusahaan
Perbankan yang
Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
Tahun 2007-
2009)”
dewan
komisaris
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap kinerja
keuangan.
3 Susi
Handayani
(2013)
“Pengaruh
Corporate
Governance
Terhadap Kinerja
Keuangan Pada
Perusahaan
BUMN (Persero)
di Indonesia”
Jurnal Akuntansi
Akrual 4 (2)
(2013): 183-198
e-ISSN: 2502-
6380
Variabel
aktivitas (rapat)
dewan
komisaris tidak
berpengaruh
terhadap kinerja
keuangan.
Pengaruh Ukuran Dewan Direksiterhadap Kinerja Keuangan
1 Panky
Pradana
Sukandar
(2014)
“Pengaruh Dewan
Direksi dan
Dewan Komisaris
serta Ukuran
Perusahaan
Terhadap Kinerja
Keuangan
Perusahaan (Studi
Empiris pada
Perusahaan
Manufaktur
Sektor Consumer
Good yang
Terdaftar di BEI
Tahun 2010-
2012”
Skrisi Ekonomi,
2014
Variabel jumlah
dewan direksi
tidak
berpengaruh
terhadap kinerja
perusahaan.
2 M.
Syafiqurrah
man,
Wahyu
Andiarsyah,
dan Wahyu
Suciningsih
“Analisis
Pengaruh
Corporate
Governance dan
Pengaruh
Keputusan
Pendanaan
Jurnal Akuntansi
Vol. XVIII, No.
1, Januari 2014
Variabel jumlah
dewan direksi
tidak ada
pengaruh
terhadap kinerja
keuangan.
23
(2014) Terhadap Kinerja
Perusahaan
Perbankan
Indonesia”
3 Yuda
Adestian
(2015)
“Pegaruh Dewan
Komisaris,
Dewan Direksi,
Dewan Komisaris
Independen,
Komite Audit,
dan Ukuran
Perusahaan Pada
Kinerja
Perusahaan
Perbankan yang
Listing di BEI
Pada Tahun 2012-
2014”
Jurnal
Ekonomi,Vol. 5
No. 6, Juni 2015
Variabel dewan
direksi tidak
berpengaruh
terhap kinerja
perusahaan.
4 Maria
Fransisca
Widyati
(2013)
“Pengaruh Dewan
Direksi,
Komisaris
Independen,
Komite Audit,
Kepemilikan
Manajerial, dan
Kepemilikan
Institusional
Terhadap Kinerja
Keuangan”
Jurnal Ilmu
Manajemen
Volume. 1, No. 1
Januari 2013
Variabel dewan
direksi tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap kinerja
keuangan.
5 Jaya
Laksana
(2015)
“Corporate
Governance dan
Kinerja Keuangan
(Studi Kasus Pada
Perusahaan
Perbankan yang
Terdaftar di BEI
Tahun 2008-
2012)”
E-Jurnal
Akuntansi
Volume 11, No.
1, 2015
Variabel jumlah
dewan direksi
berpengaruh
positif terhadap
kinerja
keuangan
perusahaan
Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen Terhadap Kinerja
Keuangan
1 M.
Syafiqurrah
man,
Wahyu
Andiarsyah,
dan Wahyu
“Analisis
Pengaruh
Corporate
Governance dan
Pengaruh
Keputusan
Jurnal Akuntansi
Vol. XVIII, No.
1, Januari 2014
Variabel dewan
komisaris
independen
tidak
berpengaruh
signifikan
24
Suciningsih
(2014)
Pendanaan
Terhadap Kinerja
Perusahaan
Perbankan
Indonesia”
terhadap kinerja
keuangan
(ROA).
2 Desy
Helena
Lumban
Raja (2016)
“Pengaruh Dewan
Komisaris,
Komisaris
Independen
Komite Audit
Terhadap
Profitabilitas
Pada Perusahaan
Sektor Property
dan Real Estate
yang Terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia (BEI)
Tahun 2009-
2014”
Jurnal
Manajemen Vol.
4 No. 2, 2016
Variabel dewan
komisaris
independen
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
profitabilitas
atau kinerja
keuangan.
3 Adhita
Nathania,
(2014)
“Pengaruh
Komposisi
Dewan
Perusahaan
Terhadap
Profitabilitas
Perusahaan”
Jurnal
Manajemen
Volume 2, Nomor
1, 2014
Variabel dewan
komisaris
independen
tidak
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap ROA.
4 Intan
Candradewi
dan Ida
Bagus Panji
Sedana
(2016)
“Pengaruh
Kepemilikan
Manajerial,
Kepemilikan
Institusional, dan
Dewan Komisaris
Independen
Terhadap Return
Of Asset”
E-Jurnal
Manajemen,
Volume 5, Nomor
5, 2016
Variabel dewan
komisaris
independen
berpengaruh
positif dan tidak
signifikan
terhadap kinerja
keuangan.
5 Brayen
Prastika
Dwi Putra
(2015)
“Pengaruh Dewan
Komisaris,
Proporsi
Komisaris
Inddependen,
Terhadap Kinerja
Perusahaan”
Jurnal
Manajemen Teori
dan Terapan
Volume 8, No. 2,
Agustus 2015
Variabel dewan
komisaris
independen
mempunyai
pengaruh yang
positif
signifikan
terhadap kinerja
keuangan
25
(ROA).
Pengaruh Rapat Dewan Pengawas Syariah Terhadap Kinerja Keuangan
1 Achmad
Noor Fauzi
(2016)
“Pengaruh Good
Corporate
Governance
Terhadap Kinerja
Keuangan (Studi
Pada Bank Umum
Syariah Indonesia
Tahun 2011-
2015)”
Tesis Manajemen,
2016
Variabel dewan
pangawas
syariah tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap kinerja
keuangan.
2 Ika Kartika
(2014)
“Pengaruh
Penerapan Good
Corporate
Governance Oleh
Dewan
Komisaris,
Dewan Direksi,
Komite-Komite
dan Dewan
Pengawas Syariah
Terhadap Kinerja
Perbankan Pada
Bank Umum
Syariah di
Indonesia
Tahun2010-2013”
Skripsi Ekonomi,
2014
Variabel dewan
pengawas
syariah tidak
memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap kinerja
perusahaan.
3 Dyah Putri
Novitasari
(2017)
“Pengaruh
Mekanisme Good
Corporate
Governance
Terhadap Kinerja
Keuangan”
Jurnal Riset
Akuntansi,
Volume 6 No. 4,
2017
Variabel dewan
pengawas
syariah
berpengaruh
negatif dan
tidak signifikan
terhadap kinerja
keuangan.
4 Eko
Sunarwan
(2015)
“Pengaruh Good
Corporate
Governance
(GCG) Terhadap
Kinerja Keuangan
Perbankan
Syariah (Studi
Kasus Pada Bank
Umum Syariah
dan Unit Usaha
Skripsi Ekonomi,
2015
Variabel dewan
pengawas
syariah
berpengaruh
signifikan
terhadap kinerja
keuangan.
26
Syariah di
Indonesia Periode
2010-2013)”
Pengaruh Ukuran Komite Audit Terhadap Kinerja Keuangan
1 Hermiyetti
dan Erlinda
Katlanis
(2014)
“Analisis
Pengaruh
Kepemilikan
Manajerial,
Kepemilikan
Institusional,
Kepemilikan
Asing, dan
Komite Audit
Terhadap Kinerja
Keuangan
Perusahaan
Jurnal Akuntansi,
Volume 4 No. 2,
2014
Variabel komite
audit
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap kinerja
keuangan.
2 Yeda
Gunawan
(2016)
“Pengaruh
Ukuran Dewan
Direksi, Dewan
Komisaris
Independen, dan
Komite Audit
Terhadap Kinerja
Keuangan Pada
Perusahaan yang
Terdapat di
Indeks LQ 45”
Jurnal
Manajemen dan
Bisnis Volume. 1,
No. 2, 2016
Variabel komite
audit dengan
hasil ukuran
komite audit
berpengaruh
signifikan
terhadap kinerja
keuangan.
3 Kuslinah
Riniati
(2015)
“Pengaruh
Komisaris
Independen dan
Komite Audit
Terhadap Kinerja
Perusahaan”
Skripsi Ekonomi,
2015
Variabel komite
audit
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap kinerja
keuangan.
4 Cyntia
Septian
Dewi (2016)
“Pengaruh
Mekanisme
Internal
Corporate
Governance
Terhadap
Manajemen Laba
Dampaknya
Terhadap Kinerja
Keuangan”
Jurnal Ilmu Riset
dan Akuntansi,
Volume 5, No. 9,
September 2016
Variabel komite
auidit
berpengaruh
negatif terhadap
manajemen laba
dampaknya
pada kinerja
keuangan.
5. Helfina
Rimardhani,
“Pengaruh
Mekanisme Good
Jurnal
Administrasi
Variabel komite
audit tidak
27
R. Rustam
Hidayat,
Dwitmanto
(2016)
Corporate
Governance
Terhadap
Profitabilitas
Perusahaan (Studi
Pada Perusahaan
BUMN yang
Teradaftar di BEI
Tahun 2012-
2014)”
Bisnis, Volume
31 Nomor 1,
Februari 2016
berpengaruh
signifikan
terhadap kinerja
keuangan
(ROA).
B. Kerangka Teori
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan merupakan hal dasar yang digunakan untuk
memahami konsep Corporate Governance.Teori agen ini
dikembangkan oleh Jensen dan Meckling (1976) , yang memandang
bahwa manjemen perusahaan (agents) akan bertindak dengan penuh
kesadaran bagi kepentingannya sendiri, bukan sebagai pihak yang
bijaksana serta adil terhadap pemegang saham. Teori agen dipandang
lebih luas karena teori ini dianggap lebih mencerminkan kenyataan
yang ada. Berbagai pemikiran mengenai Corporate Governance
berkembang dengan bertumpu pada teori agen dimana pengelolaan
perusahaan harus diawasi dan dikendalikan untuk memastikan bahwa
pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada berbagai
peraturan dan ketentuan yang berlaku (Wolfensohn, 1999).
Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan
untuk memahami corporate governance. Jensen dan Meckling
menyatakan bahwa teori keagenan ini muncul ketika terjadi sebuah
28
kontrak antara manajer (agent) dengan pemilik (principal). Seorang
manajer (agent) akan lebih mengetahui mengenai keadaan
perusahaannya dibandingkan dengan pemilik (principal). Manajer
(agent) berkewajiban untuk memberikan informasi kepada pemilik
(principal). Akan tetapi informasi yang disampaikan terkadang tidak
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya di perusahaan. Konflik
kepentingan antar manajer (agent) dengan pemilik (principal) akan
menimbulkan adanya biaya keagenan (agency cost). Timbulnya
manajemen laba dapat dijelaskan dengan teori agensi. Sebagai agen,
manajer secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan
keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai imbalannya akan
memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Dengan demikian
terdapat dua kepentingan yang berbeda didalam perusahaan dimana
masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan
tingkat kemakmuran yang dikehendaki. Eisenhardt (1989)
menyatakan bahwa teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat
manusia yaitu: (1) manusia pada umumya mementingkan diri sendiri
(self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai
persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia
selalu menghindari resiko (risk averse). Berdasarkan asumsi sifat
dasar manusia tersebut manajer sebagai manusia akan bertindak
opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya.
29
Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan agency cost sebagai
jumlah dari biaya yang dikeluarkan prinsipal untuk melakukan
pengawasan terhadap agen. Hampir mustahil bagi perusahaan untuk
memiliki zero agency cost dalam rangka menjamin manajer akan
mengambil keputusan yang optimal dari pandangan shareholders
karena adanya perbedaan kepentigan yang besar diantara mereka.
Tujuan utama dengan adanya teori agency tersebut adalah untuk
menjelaskan bagaimana pihak-pihak yang melakukan hubungan
kontrak dapat mendesain kontrak yang tujuannya untuk meminimalisir
cost sebagai dampak adanya informasi yang tidak simetris dan kondisi
yang mengalami ketidakpastian. Teori agen juga berusaha untuk
menjawab masalah keagenan yang disebabkan karena pihak-pihak
yang menjalin kerja sama dalam suatu perusahaan mempunyai tujuan
yang berbeda, dalam menjalankan tanggung jawabnya dalam
mengelola suatu perusahaan.
Corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan
pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk
memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan
menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Corporate
Governance berkaitan dengan bagaimana para investor yakin bahwa
manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa
manajer tidak akan mencuri/menggelapkan atau menginvestasikan ke
dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan
30
dana/kapital yang telah ditanamkan oleh investor, dan berka itan
dengan bagaimana para investor mengontrol para manajer. Dengan
kata lain Corporate Governance diharapkan dapat berfungsi untuk
menekan atau menurunkan biaya keagenan (agency cost).
2. Karateristik Corporate Governance
Istilah “Corporate Governance” pertama kali diperkenalkan
oleh Cadbury Committee tahun 1992 dalam laporan yang dikenal
dengan Cadbury Report, laporan ini menandakan pula sebagai titik
balik yang menentukan bagi praktik Corporate Governance di seluruh
dunia. Dalam Cadbury Report yang dimaksud dengan Corporate
Governance adalah suatu sistem yang berfungsi untuk mengarahkan
dan mengendalikan organisasi. Corporate governance merupakan
seperangkat aturan yang merumuskan hubungan antara para pemegang
saham, manager, kreditor, pemerintah, karyawan dan pihak-pihak
yang berkepentingan lainnya baik internal maupun eksternal
sehubungan dengan hak-hak dan tanggungjawab mereka.
GCG (Good Corporate Governance) pertama kali dikenalkan di
Indonesia oleh IMF (International Monetary Funds) dalam rangka
pemulihan ekonomi pasca krisis. Krisis yang melanda Asia Timur
pada waktu itu juga berdampak besar pada Indonesia, salah satu
penyebabnya adalah tidak adanya good corporate governance di
dalam pengelolaan perusahaan, dalam kajian yang dilakukan oleh
Booz-Allen & Hamilton pada tahun 1998, index good corporate
31
governance Indonesia adalah yang paling rendah dibandingkan
dengan negara lain di kawasan tersebut. Kajian tersebut didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh McKinsey tahun 1999 yang meneliti
tentang praktek good corporate governance pada perusahaan-
perusahaan di Indonesia.
Di Indonesia, konsep good corporate governance mulai
diperkenalkan pada tahun 1999 setelah pemerintah membentuk
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). KNKG
mengeluarkan Pedoman Umum Good Corporate Governance
Indonesia pada tahun 2000 yang kemudian direvisi pada tahun 2006.
Isi dari pedoman tersebut adalah setiap perusahaan harus membuat
pernyataan tentang kesesuaian penerapan good corporate governance
dengan pedoman yang telah dikeluarkan oleh KNKG dalam laporan
tahunannya. Hal ini berarti setiap perusahaan telah menerapkan
prinsip good corporate governance.
Menurut Sidharta dan Cynthia (dalam Oktapiyani, 2009) istilah
Good Corporate Governance secara umum dikenal sebagai suatu
sistem dan struktur yang baik untuk mengelola perusahaan dengan
tujuan meningkatkan nilai pemegang saham serta mengakomodasi
berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan
(stakeholders), seperti kreditur, pemasok, asosiasi bisnis, konsumen,
pekerja, pemerintah, dan masyarakat luas. Prinsip good corporate
governance ini dapat digunakan untuk melindungi pihak-pihak
32
minoritas dari pengambil alih yang dilakukan oleh para manajer dan
pemegang saham dengan mekanisme legal.
Good corporate governance didefinisikan sebagai sistem yang
mengatur pengelolaan dan pengawasan bisnis korporasi, mengatur hak
dan kewajiban pihak terkait, yang mana memuat peraturan dan
prosedur yang harus dilaksanakan dalammembuat keputusan yang
terkait dengan keputusan perusahaan, merumuskan mekanisme
penetapan-penentapan keputusan yang objektif dan cara-cara yang
ditempuh untuk mencapai keobjektifitasan serta pemantauan kerja
(Daniri, 2005).
Dan definisi good corporate governance yang tercantum dalam
Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 11/33/PBI/2009 adalah suatu tata
kelola bank yang menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan
(transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggung jawaban
(responsibility), profesional (professional), dan kewajaran (fairness).
Keempat prinsip tersebut penting karena penerapan prinsip good
corporate governance secara konsisten terbukti dapat meningkatkan
kualitas laporan keuangan dan juga dapat menjadi penghambat
aktivitas rekayasa kinerja yang mengakibatkan laporan keuangan tidak
menggambarkan nilai fundamental perusahaan (Khaihatu, 2006).
a. Fairness (Keadilan)
Prinsip keadilan merupakan kesetaraan yang harus menjamin
adanya perlakuan adil di dalam memenuhi hak dan kewajibannya
33
terhadap stakeholderyang timbul berdasarkan perjanjian dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perlakuan yang sama
terhadap pemegang saham, terutama pemegang saham yang hanya
memiliki sejumlah kecil saham di dalam perusahaan (pemegang
saham minoritas) dan pemegang saham asing yang secara otomatis
memiliki akses dan kekuatan yang lebih kecil dibandingkan dengan
kelompok yang mayoritas. Dengan perlakuan yang adil tersebut
diharapkan semua peraturan yang ada ditaati guna melindungi
semua pihak yang mempunyai kepentingan terhadap
keberlangsungan bisnis.
b. Disclosure/Transparency(Transparasi)
Keputusan Menteri Negara BUMN tahun 2002 mengartikan
transparansi merupakan keterbukaan dalam melaksanakan proses
pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan
informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. Jadi dalam
prinsip ini, para pemegang saham haruslah diberi kesempatan
untuk berperan dalam pengambilan keputusan atas perubahan-
perubahan mendasar dalam perusahaan dan dapat memperoleh
informasi yang benar, akurat, dan tepat waktu mengenai
perusahaan.
c. Accountability (Akuntabilitas)
Yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggungjawaban
dalam perusahaan, sehingga pengelolaan perusahaan dapat
34
terlaksana secara efektif dan efisien. Manajemen harus membuat
job description yang jelas kepada semua karyawan dan
menegaskan fungsi- fungsi dasar setiap bagian. Dari sini
perusahaan akan menjadi jelas hak dan kewajibannya, fungsi dan
tanggungjawabnya serta kewenangannya dalam setiap kebijakan
perusahaan. Corporate Governance harus menjamin perlindungan
kepada pemegang saham khususnya pemegang saham minoritas
dan asing serta pembatasan kekuasaan yang jelas di jajaran direksi.
Jika accountability ini diterapkan secara efektif, maka ada
kejelasan fungsi, hak, kewajiban, wewenang dan tanggungjawab
antara pemegang saham, dewan komisaris serta direksi. Dengan
adanya kejelasan maka perusahaan akan terhindar dari kondisi
agency problem (benturaan kepentingan peran).
d. Responsibility (Responsibilitas)
Organization for Economic Cooperation and Development
(OECD) menyatakan bahwa prinsip tanggung jawab ini
menekankan pada adanya sistem yang jelas untuk mengatur
mekanisme pertanggungjawaban perusahaan kepada shareholder
dan stakeholder. Hal ini dimaksudkan agar tujuan yang hendak
dicapai dalam good corporate governance dapat direalisasikan,
yaitu untuk mengakomodasikan kepentingan dari berbagai pihak
yang berkaitan dengan perusahaan seperti masyarakat, pemerintah,
asosiasi bisnis, dan sebagainya. Prinsip tanggung jawab ini juga
35
berhubungan dengan kewajiban perusahaan untuk mematuhi semua
peraturan dan hukum yang berlaku, termasuk juga prinsip-prinsip
yang mengatur tentang penyus unan dan penyampaian laporan
keuangan perusahaan. Setiap peraturan dan ketentuan hukum yang
berlaku tentu akan diikuti dengan sanksi yang jelas dan tegas. Oleh
karena itu kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku akan dapat
menghindarkan perusahaan dari sanksi hukum sebagaimana diatur
dalam peraturan terkait, dan juga sanksi moral dari masyarakat.
Tata kelola perusahaan yang baik, yang dalam terminologi
modern disebut sebagai Good Corporate Governance berkaitan
dengan hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Aisyah r.a
yang artinya “Sesungguhnya Allah menyukai apabila seseorang
melalukan sesuatu pekerjaan dilakukan dengan baik”. Indonesia
sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam,
haruslah memahami dan mengetahui prinsip-prinsip Good Corporate
Governance dalam konteks keislaman. Prinsip-prinsip Good
Corporate Governance dalam konteks keIslaman bukanlah sesuatu
yang baru. Prinsip-prinsip ini telah ada sejak ratusan tahun yang lalu
dalam wujud manajemen Islami. Namun dengan berkembangnya
prinsip kapitalisme dunia barat, prinsip-prinsip tersebut kemudian
ditinggalkan oleh umat Islam. prinsip Good Corporate Governance
dalam Islam menurut Muqorobin (2011) meliputi tauhid, taqwa dan
ridha, equilibrium (keseimbangan dan keadilan), dan kemaslahatan.
36
Prinsip-prinsip Corporate Governance dalam perspektif Islam
diwujudkan melalui kerangka syariah dalam pelaksanaan bisnis,
keadilan dan kesetaraan demi kemaslahatan serta berorientasi pada
Allah SWT sebagai pemilik dan otoritas tunggal di dunia.
Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG),
Good Corporate Governance mempunyai enam macam tujuan utama.
Keenam tujuan utama tersebut adalah sebagai berikut:
a. Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui
pengelolaan yang berdasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas,
responsibilitas serta kewajaran dan kesetaraan.
b. Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing- masing
organ perusahaan yaitu de wan komisaris, direksi dan rapat umum
pemegang saham (RUPS).
c. Mendorong pemegang saham, anggota dewan komisaris dan
anggota direksi agar dapat membuat keputusan dan menjalankan
tindakannya dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan.
d. Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial
perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama
disekitar perusahaan.
e. Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan
memperhatikan pemangku kepentingan lainnya.
37
f. Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun
internasional sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat
mendorong arus investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional dan
berkesinambungan.
Berbagai manfaat yang diperoleh dengan penerapan Corporate
Governance antara lain (Maksum, 2005):
a. Dengan Good Corporate Governance proses pengambilan
keputusan akan berlangsung secara lebih baik sehingga akan
menghasilkan keputusan yang optimal, dapat meningkatkan efisiensi
setra terciptanya budaya kerja yang lebih sehat. Ketiga hal ini jelas
akan sangat berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan, sehingga
kinerja perusahaan akan mengalami peningkatan.
b. Good Corporate Governance akan memungkinkan dihindarinya
atau sekurang-kurangnya dapat meminimalkan tindakan
penyalagunaan wewenang oleh pihak direksi dalam mengelola
perusahaan. Hal ini tentu akan menekan kemungkinan kerugian bagi
perusahaan maupun pihak berkepentingan lainnya sebagai akibat dari
tindakan tersebut.
c. Nilai perusahaan di mata investor akan meningkat sebagai akibat
dari meningkatnya kepercayaan mereka kepada pengelola perusahaan
tempat mereka berinvestasi. Peningkatan kepercayaan investor kepada
perusahaan akan dapat memudahkan perusahaan mengakses tambahan
38
dana yang diperlukan untuk berbagai keperluan perusahaan terutama
untuk tujuan ekspansi.
d. Bagi para pemegang saham, dengan peningkatan kinerja
perusahaan dengan sendirinya juga akan menaikkan nilai saham
mereka dan juga nilai deviden yang akan mereka terima. Bagi negara,
hal ini juga akan menaikkan jumlah pajak yang akan dibayarkan oleh
perusahaan yang berarti meningkatkan pendapatan negara dari sektor
pajak.
e. Karena dalam praktik Good Corporate Governance, karyawan
ditempatkan sebagai salah satu stakeholder yang seharusnya dikelola
dengan baik oleh perusahaan, maka motivasi dan kepuasan kerja
karyawan juga diperkirakan akan meningkat. Peningkatan ini dalam
tahapan selanjutnya tentu akan dapat pula meningkatkan produktivitas
dan rasa memiliki (sense of belonging) terhadap perusahaan.
f. Penerapan Corporate Governance yang konsisten juga akan
meningkatkan kualitas laporan keuangan perusahaan. Manajemen
akan cenderung untuk tidak melakukan rekayasa terhadap laporan
keuangan, karena adanya kewajiban untuk mematuhi aturan dan
prinsip akuntansi yang berlaku dan penyajian informasi secara
transparan.
Corporate Governance pada perbankan syariah yaitu khususnya
di Indonesia antara lain di tandai dengan semakin beragamnya produk
perbankan syariah dan bertambahnya sekmen pasar pelayanan
39
perbankan syariah, maka penerapan Good Corporate Governance di
lembaga perbankan syariah menjadi sebuah keharusan yang tak
terbantahkan. Bahkan bank-bank syariah harus tampil sebagai pionir
terdepan dalam mengimplementasikan Good Corporate Governance
tersebut.
Dalam kerangka itulah IFSB (Islamic Financial Service Board),
sebuah Badan Penetapan Standar Internasional untuk regulasi lembaga
keuangan Islam yang berpusat di Kuala Lumpur, pada tahun 2009
mengekspose draft Good Corporate Governance untuk Lembaga
Keuangan Syariah yang merupakan pedoman pelaksanaan tata kelola
perusahaan lembaga keuangan syariah di semua negara atau yang
lebih dikenal dengan istilah Sharia Governance. Keharusan tampilnya
bank syariah sebagai pionir penegakan Good Corporate Governance
dibanding konvensional, menurut Algaoud dan Lewis (2001) karena
permasalahan governance dalam perbankan syariah ternyata sangat
berbeda dengan bank konvensional, yaitu:
a. Bank syariah memiliki kewajiban untuk mematuhi prinsip-prinsip
syariah (shariah compliance) dalam menjalankan bisnisnya.
Karenanya, Dewan Pengawas Syariah (DPS) memainkan peran yang
penting dalam governance structure perbankan syariah.
b. Karena potensi terjadinya information asymmetry sangat tinggi
bagi perbankan syariah maka permasalahan agency theory menjadi
sangat relevan. Hal ini terkait dengan permasalahan tingkat
40
akuntabilitas dan transparansi penggunaan dana nasabah dan
pemegang saham. Karenanya, permasalahan keterwakilan investment
account holders dalam mekanisme Good Corporate Governance
menjadi masalah strategis yang harus pula mendapat perhatian bank
syariah.
c. Dari perspektif budaya korporasi, perbankan syariah semestinya
melakukan transformasi budaya di mana nilai-nilai etika bisnis Islami
menjadi karakter yang inheren dalam praktik bisnis perbankan
syariah.
Struktur dan proses yang harus dilakukan agar pemenuhan
syariah dalam sistem Shari’ah Governance terlaksana dengan baik
dalam sebuah institusi menurut IFSB adalah sebagai berikut:
a. Pengeluaran pernyataan atau resolusi (fatwa) yang releven
pernyataan atau resolusi syariah mengacu pada opini yang berkenaan
dengan hukum yang menyinggung isu- isu mengenai keuangan islam
yang diberikan oleh dewan syariah yang telah diberikan mandat.
Dewan syariah juga memastikan pelaksanaan pernyataan atau resolusi
syariah tersebut kepada indutri jasa keuangan syariah.
b. Penyebaran informasi mengenai pernyataan atau resolusi (fatwa)
yang telah diterbitkan kepada personil operasi Lembaga Keuangan
Syariah untuk memantau kesesuaian terhadap fatwa pada setiap
tingkat operasional dan transaksi sehari-hari.
41
c. Adanya review/audit kepatuhan syariah internal, dimana berfungsi
untuk memverifikasi kepatuhan syariah telah dilaksanakan secara
maksimal, serta segala bentuk kejadian atas ketidakpatuhan akan
dicatat dan dilaporkan sejauh dapat diatasi dan diperbaiki.
d. Melakukan review/audit terhadap kepatuhan syariah setiap tahun
yang berfungsi untuk verifikasi bahwa kepatuhan syariah internal
telah dilakukan secara tepat dan dan temuan yang didapat sepatutnya
dicatat oleh Dewan Pengawas Syariah.
Pelaksanaan Good Corporate Governancepada Bank Umum
Syariah paling kurang harus diwujudkan dalam:
a. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris dan
direksi,
b. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite dan fungsi
yang menjalankan pengendalian intern BUS,
c. Pelaksanaan tugas dan tanggungjawab dewan pengawas syariah,
d. Penerapan fungsi kepatuhan, audit intern dan audit ekstern,
e. Batas maksimum penyaluran dana, dan
f. Transparansi kondisi keuangan dan non keua ngan BUS.
Yang merupakan struktur atau mekanisme dari Good Corporate
Governance (Endraswati, 2017):
42
a. Jumlah Rapat Dewan Komisaris
Sesuai Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah dan Peraturan Bank Indonesia No.
11/33/PBI/2009 tentang pelaksanaan GCG bagi Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah, Dewan Komisaris senantiasa
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara profesional dan
independen dengan berpedoman pada tata kelola perusahaan yang
baik.
Dewan komisaris sebagai puncak dari sistem pengelolaan
internal perusahaan, memilki pernanan terhadap aktivitas
pengawasan. Vafeas mengatakan bahwa selain kepemilikin
manajerial, pernanan dewan komisaris juga diharapkan dapat
meningkatkan kualitas laba dengan membatasi tingkat manajemen
laba melalui fungsi monitoring atas pelaporan keuangan. Fungsi
monitoring yang dilakukan oleh dewan komisaris dipengaruhi oleh
jumlah atau ukuran dewan komisaris. Rapat Dewan Komisaris
merupakan media komunikasi dan koordinasi antar anggota dewan
komisaris menjalankan tugasnya sebagai pengawas manajemen.
Dalam rapat tersebut akan dibahas masalah mengenai arah dan
strategi perusahaan, evaluasi kebijakan yang telah diambil
dilakukan oleh manajemen, dan mengatasi masalah benturan
kepentingan.
43
b. Ukuran Dewan Direksi
Dewan direksi dalam suatu perusahaan akan menentukan
kebijakan yang akan diambil atau starategi perusahaan tersebut
secara jangka pendek maupun jangka panjang. Jumlah dewan yang
besar menguntungkan perusahaan dari sudut pandang resources
dependence (Goodstein, Gautarn, Boeker, 1994). Maksud dari
pandangan resources dependence adalah bahwa perusahaan akan
tergantung dengan dewannya untuk dapat mengelola sumber
dayanya secara lebih baik.
Agar tercipta corporate governance yang efektif pada
perbankan syariah maka, angota Dewan Direksi harus memiliki
reputasi moral yang baik dan kompetensi teknis yang mendukung.
Selain itu mereka juga harus memiliki kesadaran yang penuh
terhadap segala risiko, memiliki kemampuan untuk mengelola
resiko seiring dengan kompleksitas bisnis perbankan. Dewan
Direksi bertanggung jawab atas beberapa fungsi manajemen tanpa
harus terlibat secara langsung dalam operasionalisasi manajemen
bank, sehingga ia harus memiliki agenda pertemuan rutin dengan
seluruh komponen perusahaan, serta memiliki fungsi kontrol yang
efektif. Dewan Direksi memiliki fungsi utama dalam manajemen,
yakni menetapkan tujuan strategik dan prinsip-prinsip yang akan
dijadikan sebagai acuan operasional bank. Selain itu ia juga
44
berperan dalam menetapkan kode etik bagi senior manajemen dan
standar operasional yang akan menjadi budaya kerja perusahaan.
Kerugian dari jumlah dewan yang besar berkaitan dengan
dua hal, yaitu: meningkatnya permasalahan dalam hal komunikasi
dan koordinasi dengan semakin meningkatnya jumlah dewan dan
turunnya kemampuan dewan untuk mengendalikan manajemen,
sehingga menimbulkan permasalahan agensi yang muncul dari
pemisahan antara manajemen dan kontrol (Yenmack, 1996).
c. Proporsi Dewan Komisaris Independen
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Tentang Pelaksanaan
Good Corporate Governance Bagi Bank Umum Syariah Dan Unit
Usaha Syariah yang dimaksud Komisaris Independen adalah
anggota Dewan Komisaris yang tidak memiliki:
1) Hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham
dan/atau hubungan keluarga dengan pemegang saham
pengendali, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota
Direksi; atau
2) Hubungan keuangan dan/atau hubungan kepemilikan saham
dengan Bank, sehingga dapat menduk ung kemampuannya
untuk bertindak independen.
Fama dan Jensen (1983) menyatakan bahwa non-executive
director (komisaris independen) dapat bertindak sebagai penengah
dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal dan
45
mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan nasihat kepada
manajemen. Komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk
melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang
good corporate governance.
d. Jumlah Rapat Dewan Pengawas Syariah
Dewan Pengawas Syariah adalah lembaga independen atau
hakim khusus dalam fiqh muamalat. Namun, DPS bisa juga
anggota diluar ahli fiqh tetapi ahli juga dalam bidang lembaga
keuangan islam dan fiqh muamalat. Dewan Pengawas Syariah
lembaga yang berkewajiban mengarahkan, meriview dan
mengawasi aktivitas lembaga keuangan agar dapat diyakinkan
bahwa mereka mematuhi aturan dan prinsip syariat islam.
Tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah (DPS)
mengacu pada Peraturan Bank Indonesia No.11/33/PBI/2009
tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum Syariah. Pelaksanaan
tugas dan tanggung jawab DPS diwujudkan dalam bentuk
pengawasan terhadap pemenuhan prinsip syariah Bank Umum
Syariah.
Didalam pelaksanaan GCG pada bank syariah terdapat
Dewan Pengawas Syariah yang memiliki fungsi sebagai berikut:
1) Dewan Pengawas Syariah wajib melaksanakan tugas dan
tanggung jawab sesuai dengan prinsip-prinsip GCG.
46
2) Memberikan nasihat dan saran kepada Direksi serta mengawasi
kegiatan Bank agar sesuai dengan Prinsip Syariah.
3) Menilai dan memastikan pemenuhan Prinsip Syariah atas
pedoman operasional dan produk yang dikeluarkan Bank;
4) Melakukan review secara berkala atas pemenuhan Prinsip
Syariah terhadap mekanisme penghimpunan dana dan
penyaluran dana serta pelayanan jasa Bank;
5) Meminta data dan informasi terkait dengan aspek syariah dari
satuan kerja Bank dalam rangka pelaksanaan tugasnya.
6) Mengawasi proses pengembangan produk baru Bank agar
sesuai dengan fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama
Indonesia;
Sebagaimana diatur dalam PBI No. 6/24/PBI/2004,
mekanisme kerja Dewan Pengawas Syariah dijelaskan sebagai
berikut:
1) Melakukan pengawasan secara periodik pada lembaga
keuangan syariah yang berada dibawah pengawasannya.
2) Berkewajiban mengajukan usul-usul pengembangan lembaga
keuangan syariah kepada pimpinan lembaga yang bersangkutan
kepada Dewan Syariah Nasional.
3) Melaporkan perkembangan produk dan operasional lembaga
keuangan syariah yang diawasi kepada Dewan Syariah
47
Nasional sekurangkurangnya dua kali dalam satu tahun
anggaran.
4) Merumuskan permasalahan-permasalahan yang memerlukan
pembahasan Dewan Syariah Nasional.
Dalam perbankan syariah, kedudukan Dewan Pengawas
Syariah sejajar dengan Dewan Komisaris. Tujuan dari peletakan
sejajar dengan Dewan Komisaris adalah dengan maksud untuk
menjamin efektifitas dari setiap opini yang diberikan oleh Dewan
Pengawas Syariah kepada bank yang bersangkutan. Dewan
Komisaris bertugas untuk melakukan pengawasan internal bank
agar Dewan Direksi tetap mengikuti kebijakan perseroan dan
ketentuan yang berlaku. Sedangkan Dewan Pengawas Syariah
bertugas melakukan pengawasan internal bank agar operasional
bank syariah yang berasangkutan sesuai dengan nilai-nilai syariah.
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 11/33/PB1/2009
pasal 49 tentang pelaksanaan Good Corporate Governance bagi
Bank Umum Syariah, rapat Dewan Pengawas Syariah wajib
diselenggarakan paling kurang satu kali dalam satu bulan dan
pengambilan keputusan rapat Dewan Pengawas Syariah dilakukan
berdasarkan musyawarah mufakat.
e. Ukuran Komite Audit
Komite Audit harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan
dalam Peraturan Bank Indonesia nomor 8/4/PBI/2006 tanggal 30
48
Januari 2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance
bagi Bank Umum sebagaimana telah diubah berdasarkan Peraturan
Bank Indonesia No.8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 dan
diubah terakhir berdasarkan Peraturan Bank Indonesia nomor
11/33/PBI/2009 tanggal 7 Desember 2009 tentang Pelaksanaan
Good Corporate Governance Bagi Bank Umum Syariah dan Unit
Usaha Syariah. Persyaratan tersebut adalah anggota Komite Audit
paling kurang terdiri dari seorang Komisaris Independen, seorang
pihak independen yang memiliki keahlian di bidang akuntansi
keuangan dan seorang dari pihak independen yang memiliki
keahlian di bidang perbankan syariah.
Pada umumnya, komite audit mempunyai tanggung jawab
pada tiga bidang, yaitu (Indradan Surya, 2008) :
1) Laporan keuangan (financial reporting), yaitu untuk
memastikan bahwa laporan keuangan yang dibuat oleh
manajemen telah memberikan gambaran yang sebenarnya
tentang kondisi keuangan, hasil usahanya serta rencana dan
komitmen jangka panjang.
2) Tata kelola perusahaan (corporate governance), adalah untuk
memastikan bahwa perusahaan telah dijalankan sesuai dengan
undang-undang dan peraturan yang berlaku, melaksanakan
tugasnya dengan beretika, melaksanakan pengawasannya secara
49
efektif terhadap benturan kepentingan dan kesurangan yang
dilakukan oleh karyawan perusahaan.
3) Pengawasan perusahaan (corporate control). Tanggung jawab
komite audit untuk pengawasan perusahaan termasuk
didalamnya pemahaman tentang masalah serta hal-hal yang
berpotensi mengandung risiko dan sistem pengendalian intern
serta memonitor proses pengawasan yang dilakukan oleh
auditor internal. Ruang lingkup audit internal harus meliputi
pemerikasaan dan penilaian tentang kecukupan dan efektifitas
sistem pengawasan intern.
3. Kinerja Keuangan
Kinerja (performance) dalam kamus istilah akuntansi adalah
kuantifikasi dari keefektifan dalam pengoperasian bisnis selama
periode tertentu. Kinerja bank secara umum merupakan gamabaran
prestasi yang dicapai oleh bank dalam operasionalnya. Kinerja
keuangan bank meruapakan gambaran kondisi keuangan bank pada
suatu periode tertentu baik mencakup aspek penghimpunan dana
maupun penyaluran dananya.
Kinerja perusahaan dapat diukur dengan menganalisa dan
mengevaluasi laporan keuangan. Informasi posisi keuangan dan
kinerja keuangan di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar
untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja keuangan di masa
depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai
50
seperti deviden, upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo.
Dalam hubungannya dengan kinerja, laporan keuangan
sering dijadikan dasar untuk penilaian kinerja perusahaan. Salah
satu jenis laporan keuangan yang mengukur keberhasilan operasi
perusahaan untuk suatu periode tertentu adalah laporan laba rugi.
Akan tetapi angka laba yang dihasilkan dalam laporan laba rugi
seringkali dipengaruhi oleh metode akuntansi yang digunakan
(Keiso dan Weygandt, 1995), sehingga laba yang tinggi belum
tentu mencerminkan kas yang besar. Dalam hal ini arus kas
mempunyai nilai lebih untuk menjamin kinerja perusahaan di masa
mendatang. Arus kas (Cash Flow) menunjukkan hasil operasi yang
dananya telah diterima tunai oleh perusahaan serta dibebani dengan
beban yang bersifat tunai dan benar-benar sudah dikeluarkan oleh
perusahaan. Cash flow return on assets (CFROA) merupakan salah
satu pengukuran kinerja perusahaan yang menunjukkan
kemampuan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba operasi.
CFROA lebih memfokuskan pada pengukuran kinerja perusahaan
saat ini dan CFROA tidak terikat dengan harga saham. Laporan
keuangan sebagai produk informasi yang dihasilkan perusahaan,
tidak terlepas dari proses penyusunannya. Kebijakan dan keputusan
yang diambil dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan
akan mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan.
51
Dalam penelitian ini menggunakan alat ukur rasio Return On
Assets (ROA) sebagai dasar pengukuran kinerja finansial keuangan.
Return On Assets adalah rasio laba setelah pajak dalam satu tahun
terakhir terhadap rata-rata volume usaha dalam periode yang sama.
Return On Assets menggambarkan perputaran aktiva yang diukur
dengan rasio perbandingan antara laba setelah pajak dengan total
aset. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank
memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Rumus ROA adalah
sebagai berikut (Dendawijaya, 2009).
ROA= Laba sebelum pajak
Total aset
C. Kerangka Penelitian
Dari telaah pustaka yang diperoleh inilah hubungan antar variabel
dan variabel penelitian yang tertuang dalam kerangka berfikir dengan
skema hubungan variabel dapat dilihat pada gambar berikut:
52
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian
Pada gambar 2.1 kerangka pemikiran menunjukan hubungan
diantara setiap variabel independen (x yaitu jumlah rapat dewan komisaris,
ukuran dewan direksi, proporsi dewan komisaris independen, jumlah rapat
dewan pengawas syariah, dan ukuran komite audit) terhadap variabel
dependen (y yaitu Kinerja Keuangan).
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu persoalan yang
masih perlu dibuktikan kebenarannya dan harus bersifat logis, jelas dan
dapat diuji. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
Ukuran Komite
Audit
(x5)
Rapat Dewan
Pengawas Syariah
(x4)
Ukuran Dewan
Direksi
(x2)
Jumlah Rapat
Dewan Komisaris
(x1)
Proporsi Dewan
Komisaris
Independen
(x3)
Kinerja Keuangan
(ROA)
(y)
53
1. Pengaruh Jumlah Rapat Dewan Komisaris Terhadap Kinerja
Keuangan
Dewan komisaris sebagai puncak dari sistem pengelolaan
internal perusahaan, memilki pernanan terhadap aktivitas pengawasan.
Dewan komisaris sebagai puncak dari sistem pengelolaan internal
perusahaan, memiliki peranan terhadap aktivitas pengawasan. Vafeas
(1998) mengatakan bahwa selain kepemilikan manajerial, peranan
dewan komisaris juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas laba
dengan membatasi tingkat manajemen laba melalui fungsi monitoring
atas pelaporan keuangan. Fungsi monitoring yang dilakukan oleh
dewan komisaris dipengaruhi oleh jumlah atau ukuran dewan
komisaris.
Menurut Boone et al.,(2007) juga menemukan dukungan
empiris yang kuat yang menunjukan adanya hubungan positif antara
frekuensi jumlah rapat dewan komisaris yang tinggi dengan corporate
governance perusahaan. Menurut Sunarwan (2015) juga terdapat
pengaruh positif menegani rapat Dewan Komisaris dengan kinerja
keuangan. Jadi hipotesis yang dapat dirumuskan adalah:
H1 : Jumlah Rapat Dewan Komisaris berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja keuanganbank syariah.
2. Pengaruh Ukuran Dewan Direksi Terhadap Kinerja Keuangan
Dewan direksi dalam suatu perusahaan akan menentukan
kebijakan yang akan diambil atau starategi perusahaan tersebut secara
54
jangka pendek maupun jangka panjang. Jumlah dewan yang besar
menguntungkan perusahaan dari sudut pandang resources dependence
(Goodstein, Gautarn, Boeker, 1994). Maksud dari pandangan
resources dependence adalah bahwa perusahaan akan tergantung
dengan dewannya untuk dapat mengelola sumber dayanya secara lebih
baik.
Kerugian dari jumlah dewan yang besar berkaitan dengan dua
hal, yaitu: meningkatnya permasalahan dalam hal komunikasi dan
koordinasi dengan semakin meningkatnya jumlah dewan dan turunnya
kemampuan dewan untuk mengendalikan manajemen, sehingga
menimbulkan permasalahan agensi yang muncul dari pemisahan
antara manajemen dan kontrol (Yenmack, 1996).
Dalton et al. (1999) menyatakan adanya hubungan positif antara
ukuran dewan dengan kinerja perusahaan. Jadi, dewan merupakan
salah satu mekanisme yang sangat penting dalam Corporate
Governance,dimana keberadaannya menentukan kinerja perusahaan.
Bukti yang menyatakan efektifitas ukuran dewan masih berbaur. Dari
hasil yang masih belum konklusif tersebut dapat dikatakan bahwa
pengaruh ukuran direksi terhadap kinerja perusahaan akan tergantung
dari karakteristik dari masing- masing perusahaan terkait. Kaitan
tersebut terutama dengan karakteristik perusahaan secara keuangan.
Efektifitas direksi dalam mengahasilkan kinerja akan berbeda bagi
perusahaan yang sehat secara keuangan dibandingkan dengan
55
perusahaan yang sedang dalam masalah keuangan. Mengingat fungsi
dewan direksi, maka penelitian ini merumuskan hipotesis yang
diajukan sebagai berikut:
H2 : Ukuran Dewan Direksi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja keuanganbank syariah.
3. Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen Terhadap Kinerja
Keuangan
Fama dan Jensen (1983) menyatakan bahwa non-executive
director(komisaris independen) dapat bertindak sebagai penengah
dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal dan
mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan nasihat kepada
manajemen. Komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk
melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang good
corporate governance.
Sari (2010) mengemukakan bahwa jumlah dewan yang semakin
besar maka mekanisme monitoring manajemen perusahaan akan
semakin baik. MenurutWeir et al.,(2000) dengan adanya dewan
komisaris yang independen akan lebih mudah dalam memonitor
tindakan dewan. Hal ini berarti dapat meningkatkan kinerja
keuangan.Jadi hipotesis yang dapat dirumuskan adalah:
H3 : Proporsi Dewan Komisaris Independen berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja keuanganbank syariah.
56
4. Pengaruh Rapat Dewan Pengawas Syariah Terhadap Kinerja
Keuangan
Dewan Pengawas Syariah (DPS) merupakan istilah umum yang
digunakan di Indonesia untuk menyebut institusi pengawasan internal
syariah di bank syariah. Beberapa negara menyebut DPS sebagai
Shari’a Supersory Board (SSB), atau Shari’a Committee, atau Shari’a
Council.
Takarini (2014) menyatakan bahwa penerapan Good Corporate
Governancepada bank syariah menjadi sangat penting. Ini
dikarenakan bank syariah memiliki perbedaan yang mendasar dengan
bank konvensional, salah satunya adalah penerapan shariah
compliance. Penerapan shariah compliance inilah yang menjadi pilar
penting keberlangsungan entitas bank syariah. Salah satu turunan dari
penerapan shariah compliance ini adalah adanya Dewan Pengawas
Syariah (DPS).
Dewan Pengawas Syariah adalah lembaga independen atau
hakim khusus dalam fiqh muamalat. Namun, DPS bisa juga anggota
diluar ahli fiqh tetapi ahli juga dalam bidang lembaga keuangan islam
dan fiqh muamalat. Dewan Pengawas Syariah lembaga yang
berkewajiban mengarahkan, meriview dan mengawasi aktivitas
lembaga keuangan agar dapat diyakinkan bahwa mereka mematuhi
aturan dan prinsip syariat Islam (Harahap, 2002).
57
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 11/33/PB1/2009
pasal 49 tentang pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, rapat Dewan Pengawas
Syariah wajib diselenggarakan paling kurang satu kali dalam satu
bulan dan pengambilan keputusan rapat Dewan Pengawas Syariah
dilakukan berdasarkan musyawarah mufakat.
Dalam penelitian ini rumusan hipotesis yang diajukan sebagai
berikut:
H4 : Jumlah Rapat Dewan Pengawas Syariah berpengaruh positif
signifikan terhadap kinerja keuanganbank syariah.
5. Pengaruh Ukuran Komite Audit Terhadap Kinerja Keuangan
Komite audit merupakan salah satu unsur kelembagaan dalam
konsep Good Corporate Governance yang diharapkan mampu
memberikan kontribusi tinggi dalam level penerapannya.
Keberadaannya diharapkan mampu meningkatkan kualitas
pengawasan internal perusahaan, serta mampu mengoptimalkan
mekanisme checks and balances, yang pada akhirnya ditujukan untuk
memberikan perlindungan yang optimum kepada para pemegang
saham dan stakeholder lainnya Ikatan Komite Audit Indonesia (IKAI)
2010.
Komite audit bertugas membantu dewan komisaris untuk
memonitor proses pelaporan keuangan oleh manajemen untuk
meningkatkan kredibilitas laporan keuangan. Tugas komite audit
58
meliputi menelaah kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh
perusahaan, menilai pengendalian internal, menelaah sistem pelaporan
eksternal dan kepatuhan terhadap peraturan. Di dalam pelaksanaan
tugasnya komite menyediakan komunikasi formal antara dewan,
manajemen, auditor eksternal, dan auditor internal (Bradbury,
2004).Adanya komunikasi formal antara komite audit, auditor
internal, dan auditor eksternal akan menjamin proses audit internal
dan eksternal dilakukan dengan baik. Proses audit internal dan
eksternal yang baik akan meningkatkan akurasi laporan keuangan dan
kemudian meningkatkan kepercayaan terhadap laporan keuangan
(Anderson, 2003).
Davidson et al.,(2003)menguji efektivitas komite audit dalam
mengurangi manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini berupa kesimpulan bahwa
komite audit yang berasal dari luar mampu melindungi kepentingan
pemegang saham dari tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh
pihak manajemen. Pengaruh terhadap akrual kelolaan ditunjukkan
oleh makin seringnya komite audit bertemu dan pengaruh tersebut
ditunjukkan dengan koefisien negatif yang signifikan.
Sam’ani (2008) mengatakan bahwa komite audit mempunyai
peran yang penting dan strategis dalam hal memelihara kredibilitas
proses penyusunan laporan keuangan seperti halnya menjaga
terciptanya sistem pengawasan perusahaan yang memadai serta
59
dilaksanakannya Good Corporate Governance. Dengan berjalannya
fungsi komite audit secara efektif, maka control terhadap perusahaan
akan lebih baik, sehingga konflik keagenan yang terjadi akibat
keinginan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraannya sendiri
dapat diminimalisasi.Menurut Romano, et al (2012) dengan jumlah
komite audit yang lebih sedikit pengendalaian internal akan lebih baik,
meningkatkan kewaspadaan atas kegiatan dan keputusan dewan yang
pada akhrinya akan meningkatkan kinerja keuangan/ profitabilitas
perusahaan.Jadi hipotesis yang dapat dirumuskan adalah:
H5 : Ukuran Komite Audit berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kinerja keuangan bank syariah.
60
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini data kuantitatif yang digunakan adalah berupa
angka-angka yang terdapat dalam laporan keuangan publikasi tahunan
Bank Umum Syariah (BUS), yang diterbitkan melalui website resmi yaitu
www.bi.go.id
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada seluruh Bank Umum Syariah yang
ada di Indonesia.Waktu penelitian dilaksanakan pada akhirbulan Mei
sampai dengan akhir Agustus2017.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah suatu kesatuan individu atau subyek pada wilayah
dan waktu serta dengan kualitas tertentu yang akan diamati atau diteliti
(Supardi, 2005:101). Menurut Sugiyono (2009:80) populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/ subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan
syariah yang berjumlah 12 bank yang terdaftar dalam Bank Indonesia
selama periode 2012-2016. Pengambilan sampel menggunakan teknik
Purposive sampling (purposive sampling adalah teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu) dengan kriteria sampel sebagai berikut:
60
61
1. Bank Syariah yang terdaftar di Bank Indonesia.
2. Mempublikasikan laporan keuangan dan laporan Good Corporate
Governance selama periode 2012-2016.
3. Data tersedia lengkap (data mengenai Corporate Governance
perusahaan maupun data untuk kinerja keuangan perbankan
syariah).
Berdassarkan kriteria tersebut ada 10 bank yang menjadi sampel
dalam penelitian ini.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengumpulan
data melalui observasi tidak langsung, yaitu dengan mengumpulkan
laporan Good Corporate GovernanceBank Umum Syariah tahun 2012-
2016 dari laman tiap-tiap bank yang telah dipublikasikan. Penulis
memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti
melalui buku, artikel, jurnal, laporan penelitian, tesis, internet dan
perangkat lain yang berkaitan dengan penelitian ini. Penulis juga
mengumpulkan data lewat laman resmi dari Bank Indonesia maupun
website resmi bank yang bersangkutan.
E. Definisi Konsep dan Operasional
Menurut Sarwono (2006:38-39), definisi operasional adalah
penjelasan tentang variabel yang akan digunakan dalam penelitian,
terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel independen dan
variabel dependen.Berikut penjelasan dari kedua variabel tersebut:
62
1. Variabel Independen
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Jumlah Rapat Dewan Komisaris
Jumlah rapat Dewan Komisaris adalah jumlah rapat yang
dilakukan oleh anggota Dewan Komisaris dalam perusahaan
selama satu tahun. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini
adalah jumlah rapat yang dilakukan oleh Dewan Komisaris dalam
waktu satu tahun seperti yang digunakan oleh Brick dan
Chindambaran (2007); Suhardjanto dan Anggitarani (2010);
Allegrini dan Greco (2011) dalam Endraswati(2017).
JRDK = ∑ Rapat Komisaris dalam setahun
b. Ukuran Dewan Direksi
Direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan
bertanggungjawab secara kolegial dalam mengelola perusahaan.
Board size atau ukuran dewan direksi adalah jumlah dewan direksi
dalam perusahaan, semakin banyak dewan dalam perusahaan akan
memberikan suatu bentuk pengawasan terhadap kinerja
perusahaan yang semakin lebih baik, dengan kinerja perusahaan
yang baik dan terkontrol, maka akan menghasilkan profitabilitas
yang baik dan nantinya akan dapat meningkatkan harga saham
perusahaan dan kinerja perusahaan pun juga akan ikut meningkat
(Kusumawati dan Riyanto, 2005).
63
Indikator yang digunakan dalam penelitian ini ukuran
dewan direksi dalam waktu satu tahun seperti yang digunakan oleh
Machfoedz (2003); Loderer dan Peyer (2002); Hermalin dan
Weisbach (2003); dalam Wulandari (2006).
UDD = ∑ Jumlah Dewan Direksi dalam setahun
c. Proporsi Dewan Komisaris Independen
Dewan Komisaris Independen adalah anggota dewan
komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota
komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas
dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat
mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak inde penden atau
bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan
(Herwidayatmo, 2000). Indikator yang digunakan mengacu pada
penelitian Suhardjanto dan Dewi (2010); Yatim (2011); Htay et al.
(2011); Ismail dan Rahman (2011) dalam Endraswati(2017)
adalah sebagai berikut:
PDKI= jumlah komisaris independen
jumlah komisaris
d. Jumlah Rapat Dewan Pengawas Syariah
Fungsi pengawasan Dewan Pengawas Syariah dalam
bentuk rapat karena melalui rapat dapat diambil keputusan
penting Cotter & Silvester (2003) dalam Li et al., (2008).
Frekuensi rapat Dewan Pengawas Syariah dalam setahun dapat
64
mencerminkan seberapa jauh Dewan Pengawas Syariah terlibat
dalam mengawasi manajemen (Ma & Tian, 2009).
Peraturan mengenai rapat Dewan Pengawas Syariah juga
diatur dalam PBI Nomor 11/33/PBI/2009 Pasal 49 yang
menyatakan bahwa rapat Dewan Pengawas Syariah wajib
diselenggarakan paling kurang satu (1) kali dalam satu (1) bulan.
Variabel frekuensi rapat Dewan Pengawas Syariah dalam
penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Vafeas
(1999) dan didukung oleh penelitian Li et al. (2008), Taliang dan
Jusop (2011); Haji dan Ghazali (2013) yang mengukur frekuensi
rapat Komisaris dengan total jumlah rapat Komisaris yang
dilakukan dalam satu tahun. Penelitian ini merujuk pada peneliti
sebelumnya tentang frekuensi rapat Dewan Pengawas Syariah yaitu
(Endraswati, 2017).
JRDPS = ∑ Rapat Dewan Pengawas Syariah dalam setahun
e. Ukuran Komite Audit
Ukuran Komite Audit merupakan jumlah seluruh anggota
Komite Audit yang terdapat di perusahaan (Felo et al., 2003). PBI
Nomor: 11/33/PBI/2009 mengatur bahwa keanggotaan Komite
Audit sekurang-kurangnya terdiri dari 3 (tiga) orang anggota,
seorang diantaranya merupakan Komisaris Independen perusahaan
yang sekaligus merangkap sebagai ketua Komite Audit, sedangkan
dua anggota lainnya merupakan pihak ekstern yang independen di
65
mana satu diantaranya memiliki keahlian di bidang keuangan atau
perbankan. Selain itu Peraturan Bank Indonesia Nomor:
11/33/PBI/2009 mengatur bahwa keanggotaan Komite Audit
sekurang-kurangnya berjumlah 3 orang.
Variabel ukuran Komite Audit penelitian ini mengacu pada
penelitian (Felo et al., 2003) yang diukur dengan menjumlahkan
anggota Komite Audit yang terdapat di bank. Pengukuran yang
dilakukan oleh Felo et al (2003). juga digunakan dalam penelitian
yang dilakukan oleh Gan et al(2008); Siagallan (2006); Li et al
(2008); dan Li et al (2012); Endraswati (2017). Ukuran Komite
Audit dalam penelitian ini diukur dengan rumus Felo et al., (2003)
dalam Endraswati(2017):
UKA = ∑ Anggota Komite Audit dalam setahun
2. Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan variabel yang menjadi
perhatian utama peneliti. Variabel dependen adalah tipe variabel
yang dijelaskan atau dipengaruhi variabel independen. Varibel
dependen dari penelitian ini adalah kinerja keuangan. Kinerja
keuangan merefleksikan kinerja fundamental perusahaan. Dalam
hubungannya dengan kinerja, laporan keuangan sering dijadikan
dasar untuk penilaian kinerja keuangan perusahaan. Kinerja
keuangan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan
Return on Asset (ROA). Rasio ini digunakan untuk mengukur
66
kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan (laba)
secara keseluruhan. Semakin besar ROA, semakin besar pula
tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan tersebut dan
semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan
aset. Menurut Lestari dan Sugiharto, ROA adalah rasio yang
digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari
penggunaan aktiva. Menurut Dendawijaya, 2009 rumus ROA
yaitu:
ROA= Laba setelah pajak
Total Aktiva x 100%
F. Metode Analisis
1. Uji Stasioneritas
Uji stasioneritas digunakan untuk menguji data time series agar
data yang digunakan bersifat flat, tidak mengandung komponen trend,
dengan keragaman konstan dan tidak terjadi fluktuasi periodik (Ariyoso,
2009). Uji yang digunakan adalah uji Unit Root dengan uji Augmented-
Dickey-Fuller.
Hasil output akan menunjukkan data stasioner jika nilai t-statistic
lebih besar dari nilai t-statistic MacKinnon pada tingkat kepercayaan 1%,
5% dan 10%, serta nilai probabilitasnya sebesar kurang dari 0,05 (< 0,05).
2. Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan analisis regresi terlebih dahulu dilakukan uji
asumsi klasik terlebih dahulu. Pengujian dilakukan atas model penelitian
67
supaya bisa dinyatakan bebas dari penyimpangan asumsi klasik yaitu
normalitas, multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Dari
uji asumsi klasik tersebut dapat dinyatakan bahwa data penelitian ini
memenuhi asumsi klasik.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dapat dilihat melalui grafik probability plot.
Apabila titik-titik telah mengikuti garis lurus, maka dapat dikatakan
residual telah mengikuti distribusi normal. Apabila titi-titik tersebar
atau jauh dari garis lurus, maka dikatakan residual mengikuti
distribusi tidak normal (Astuti, 2013:52).
Uji normalitas pada model regresi digunakan untuk menguji
apakah nilai residual terdistribusi secara normal atau tidak. Model
regresi yang baik adalah yang memiliki nilai residual yang
terdistribusi secara normal. Metode pengujian uji normalitas yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji grafik probability
plot.
Cara mendeteksinya adalah dengan melihat penyebaran data pada
sumber diagonal pada grafik normal P-P plot of regression
standardizedresidual sebagai dasar pengambilan keputusan. Jika
menyebar sekitar garis dan mengikuti garis diagonal maka residual
pada model regresi tersebut terdistribusi secara normal (Priyatno,
2011:289).
68
Dari grafik normal probability plot dapat dilihat, jika titik-titik
plot yang menyebar mengikuti garis diagonal, berarti data
berdistribusi secara normal. Namun demikian dengan melihat grafik
normal probability plot saja tidaklah cukup dan kadang menyesatkan.
Untuk itu kita perlu melalukan uji statistik one-samplekolmogorov-
smirnov test untuk memastikan apakah data kita normal atau tidak.
Jika nilai output Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05, maka
data berdistribusi normal (Latan dan Temalagi, 2013: 61-63).
b. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas (kolinearitas ganda) yaitu adanya hubungan
linear yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel
independen dari model regresi ganda (Setiawan dan Kusrini, 2010:82).
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas yaitu adanya hubungan
linear antar variabel independen dalam model regresi.Penyimpangan
asumsi model klasik adalah multikoleniaritas dalam model regresi
yang dihasilkan. Artinya antar variabel independen yang terdapat
dalam model memiliki hubungan yang sempurna atau mendekati
sempurna (koefisien korelasinya tinggi atau bahkan 1).
Penelitian ini menggunakan output nilai tollerance value atau
Variance Inflation Factor (VIF). Variabel independen mengalami
multikolinearitas jika ɑ hitung < ɑ dan VIF hitung > VIF. Nilai ɑ
adalah 5% atau 0,05 dan nilai VIF adalah 5.
69
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (Astuti, 2013: 57).
Autokorelasi dalam konsep regresi linear berarti komponen error
berkorelasi berdasarkan urutan waktu (pada data berkala) atau urutan
ruang (pada data tampang lintang), atau korelasi pada dirinya sendiri
(Setiawan dan Kusrini, 2010:136).
Penyimpangan asumsi ini biasanya muncul pada observasi yang
menggunakan data time series. Konsekuensi dari adanya autokorelasi
dalam suatu model regresi adalah varians sampel tidak dapat
menggambarkan varians populasinya (Algifari, 2013:90). Ada
beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya
problem autokorelasi pada model regresi yaitu dengan melakukan uji
statistik durbin-watson, uji runs test dan uji box-ljung. Penelitian ini
menggunakan uji run test.
Run test adalah bagian dari uji statistik non parametrik
yangdigunakan untuk menguji apakah antar residual ada korelasi yang
tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi, maka
dikatakan bahwa residual terjadi secara random atau tidak sistematis
(Ghozali, 2011: 87).
70
d. Uji Heteroskedastisitas
Salah satu asumsi regresi linear yang harus dipenuhi adalah
homogenitas variansi dari error. Homoskesdatisitas berarti bahwa
variansi dari error bersifat konstan (tetap) atau disebut juga identik.
Kebalikanya dalah Heteroskesdatisitas, yaitu jika kondisi variansi
error atau variabel Y tidak identik (Setiawan dan Kusrini, 2010:103).
Konsekuensi adanya heterokedastisitas dala model regresi adalah
penaksir yang diperoleh tidak efisien, baik dalam sampel kecil
maupun sampel besar, walaupun penaksir yang diperoleh
menggambarkan populasinya tidak bisa dan bertambahnya sampel
yang digunakan akan mendekati nilai sebenarnya (konsisten). Ini
disebabkan oleh varians yang tidak minimum (tidak efisien).
Diagnosis adanya heteroskedastisitas secara kuantitatuf dalam suatu
regresi dapat dilakukan dengan melalukan pengujian korelasi rangking
sperman (Algifari, 2013:92).
Uji dalam penelitian ini menggunakan uji scatter plot dan uji
white. Suatu model uji scatter plot dinyatakan tidak terjadi masalah
heteroskedastisitas apabila titik-titik menyebar dengan pola tidak jelas
di atas atau di bawah angka nol pada suatu sumbu Y (Priyatno,
2011:288). Selain uji scatter plotdigunakan uji white untuk melihat
apakah data terjadi heteroskedastisitas atau tidak. Secara manual uji
ini dilakukan dengan meregres residual kuadrat (U2i) dengan variabel
bebas dan perkalian variabel bebas. Pengujiaannya adalah jika 𝑥2-
71
hitung <𝑥2-tabel, menghitung 𝑥2 yaitu 𝑥2=n*R2. Maka hipotesis
adanya heteroscedasticy dalam model ditolak.
e. Uji Linieritas
Menurut Ghozali (2013: 166) uji linearitas digunakan untuk
melihat apakah spesifikasi model yang digunakan sudah benar atau
tidak. Dengan uji linearitas akan diperoleh informasi apakah model
empiris sebaiknya berbentuk linear, kuadrat, atau kubik.
Pengujian linearitas dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan uji lagrange-multiplier. Uji lagrange-multiplier
merupakan uji alternatif dari Ramsey test dan dikembangkan oleh
Engle tahun 1982. Estimasi dengan uji ini bertujuan untuk
mendapatkan nilai c2 hitung atau (n x R2). Apabila nilai c2 hitung
lebih kecil dari c2 tabel maka hipotesis yang menyatakan model linear
diterima. Sebaliknya, apabila nilai c2 hitung lebih besar dari c2 tabel,
maka hipotesis yang menyatakan model linear ditolak.
3. Uji Ketepatan Model
a. Uji Determinasi (AdjustedRSquare)
Koefisien determinasi (AdjustedRSquare)pada intinya
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan
variasi variabel terikat (Kuncoro, 2009:246). Adjusted R Squaredipilih
untuk menggeneralisasikan R2pada populasi, karena ada unsur
estimasi populasi di dalamnya (mengarah pada penelitian populasi).
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui sampai sejauh
72
mana ketepatan atau kecocokan garis regresi yang terbentuk dalam
mewakili kelompok data hasil observasi.
Koefisien determinasi menggambarkan bagian dari variasi
total yang dapat diterangkan oleh model. Semakin besar nilai Adjusted
R square mendekati 1, maka ketepatannya dikatakan semakin baik.
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui sampai sejauh
mana variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat (Suharjo,
2008:79).
b. Uji F Statistik
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel terikat dan mengetahui apakah
model regresi yang digunakan sudah tepat (Kuncoro, 2013: 245).
Koefisien regresi diuji secara serentak dengan menggunakan
ANOVA, untuk mengetahui apakah keserempakan tersebut
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap model. Uji ini
dilakukan untuk membandingkan pada nilai signifikansi (α = 5%)
pada tingkat derajat 5%. (Setiawan dan Kusrini, 2010:63).
Uji F statistik ini menentukan model linear berganda dapat
digunakan atau tidak sebagai model analisis dengan menggunakan
kriteria ini, jika Ho ditolak maka model dapat digunakan karena, baik
besaran maupun tanda (+/-) koefisien regresi dapat digunakan untuk
73
memprediksi perubahan variabel terikat akibat perubahan variabel
bebas.
4. Analisis Regresi Berganda
Regresi linier berganda yaitu suatu model linier regresi yang
variabel dependennya merupakan fungsi linier dari beberapa variabel
bebas. Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui keakuratan
hubungan antara ROA (variabel dependen) dengan Karakteristik
Corporate Governance(Jumlah Rapat Dewan Komisaris, Ukuran Dewan
Direksi, Proporsi Dewan Komisaris Independen, Jumlah Rapat Dewan
Pengawas Syariah, dan Ukuran Komite Auidt,) sebagai variabel yang
mempengaruhi (variabel independen) dengan persamaan (Bawono, 2006):
Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + b5x5 + + e
Keterangan:
Y = variable independen (ROA)
a = Konstanta
b1− b5 = Koefisien regresi variabel independen
x1 = Jumlah Rapat Dewan Komisaris
x2 = Ukuran Dewan Direksi
x3 = Proporsi Dewan Komisaris Independen
x4 = Jumlah Rapat Dewan Pengawas Syariah
x5 = Ukuran Komite Audit
e = Random error
74
G. Alat Analisis
Alat analisis dalam penelitiah ini adalah analisis regresi linier
berganda. Tahap analisa data merupakan tahapan yang penting dan rawan,
oleh karena itu dalam tahapan ini akan dilakukan secara hati – hati dan
cermat, salah satu pendukungnya adalah teknologi komputer menggunakan
aplikasi SPSS for windows 23.0. SPSS (Statistical Product and Service
Solution) dan EVIEWS merupakan sebuah program aplikasi komputer
yang berfungsi untuk membantu dalam mengolah data statistik dengan
hasil output sesuai dengan yang dikehendaki oleh penggunanya. Program
SPSS dan EVIEWS ini sangat membantu para penggunanya dalam
memproses data-data statistik secara tepat dan cepat, serta menghasilkan
berbagai output yang dikehendaki oleh para pengambil keputusan. Statistik
dapat di artikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan data, meringkas atau menyajikan data, kemudian
menganalisis data dengan menggunakan metode tertentu, dan
menginterprestasikan hasil dari analisa tersebut.
75
BAB IV
ANALISISDATA
A. Statistik Deskriptif
Hasil olah data statistik yang akan dibahas meliputi jumlah data (N),
rata-rata sampel (mean), nilai maksimum, nilai minimum, serta standar
deviasi untuk masing-masing variabel ROA, jumlah rapat dewan
komisaris, jumlah dewan direksi, dewan komisaris independen, jumlah
rapat dewan pengawas syariah, dan jumlah komite auditpada bank syariah
seperti yang terlihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.1 Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
JRDK 50 3.00 30.00 12.0200 6.47598
UDD 50 3.00 6.00 4.0400 .92494
PDKI 50 .50 1.00 .6983 .15530
JRDPS 50 7.00 30.00 14.3600 3.70747
UKA 50 2.00 7.00 3.7200 1.17872
ROA 50 -.20 .04 .0025 .03708
Valid N (listwise) 50
Sumber: Data sekunder diolah, 2017.
Berdasarkan Tabel 4.1, dapat diketahui bahwa dalam penelitian ini
menggunakan data sejumlah 50, yang diambil dari laporan keuangan
tahunan masing-masing Bank Umum Syariah (BUS) periode 2012 sampai
2016. Secara rinci deskripsi masing-masing variabel dapat dijelaskan
sebagai berikut:
75
76
1. Return on Asset (ROA)
Data variabel ROA terendah (minimum) adalah -0,20(20%)
terdapat di pada tahun 2015 pada Bank Maybank Syariah. Nilai
tertinggi (maximum) adalah 0,04(4%) terdapat pada tahun 2012 pada
Bank Panin Syariah. Sedangkan nilai rata-ratanya (mean) adalah 0,025
(0,25%). Secara statistik, rata-rata rasio ROA berada pada peringkat 4
(0% < ROA ≤ 0,5%) yang artinya Bank Umum Syariah (BUS)
tergolong kurang baik.
2. Jumlah Rapat Dewan Komisaris
Data variabel jumlah rapat dewan komisaris terendah
(minimum) adalah 3 terdapat di pada tahun 2012 pada Bank Muamalat
Indonesia. Nilai tertinggi (maximum) adalah 30 terdapat pada tahun
2012 pada Bank Rakyat Indonesia Syariah. Sedangkan nilai rata-
ratanya (mean) adalah 12,0200.
3. Ukuran Dewan Direksi
Data variabel jumlah dewan direksi terendah (minimum)
adalah 3 terdapat di pada tahun 2013 dan 2014 pada Bank Mega
Syariah kemudian 2012 pada Bank Victoria Syariah kemudian Bank
Central Asia Syariah selama 2012 hingga 2016. Nilai tertinggi
(maximum) adalah 6 terdapat pada tahun 2012, 2013 dan 2016 pada
Bank Mandiri Syariah dan 2012 pada bank Mega Syariah. Sedangkan
nilai rata-ratanya (mean) adalah 4,04.
77
4. Proporsi Dewan Komisaris Independen
Data variabel dewan komisaris independen terendah
(minimum) adalah 0,5 terdapat di pada tahun 2012, 2013, 2014 pada
Bank Muamalat Indonesia dan 2016 pada bank BNI Syariah. Nilai
tertinggi (maximum) adalah 1 terdapat pada tahun 2012, 2014, 2015,
2016 pada Bank Mega Syariah kemudian 2013, 2014, 2015 pada Bank
Victoria Syariah kemudia pada tahun 2014 terdapat di Bank Maybank
Syariah. Sedangkan nilai rata-ratanya (mean) adalah 0,6983.
5. Jumlah Rapat Dewan Pengawas Syariah
Data variabel jumlah rapat dewan pengawas syariah terendah
(minimum) adalah 7 terdapat di pada tahun 2012 pada Bank Mandiri
Syariah. Nilai tertinggi (maximum) adalah 30 terdapat pada tahun
2014 pada Bank Victoria Syariah. Sedangkan nilai rata-ratanya
(mean) adalah 14,36.
6. Ukuran Komite Audit
Data variabel jumlah komite audit terendah (minimum) adalah
2 terdapat di pada tahun 2012 dan 2013 pada Bank Bukopin Syariah.
Nilai tertinggi (maximum) adalah 7 terdapat pada tahun 2015 dan 2016
pada bank Mandiri Syariah. Sedangkan nilai rata-ratanya (mean)
adalah 3,72.
78
B. Analisis Data
1. Uji Stasioneritas
Uji stasioneritas digunakan untuk menguji data time series agar
data yang digunakan bersifat flat, tidak mengandung komponen trend,
dengan keragaman konstan dan tidak terjadi fluktuasi periodik. Uji yang
digunakan adalah uji Unit Root dengan uji Augmented-Dickey-Fuller
(Ariyoso, 2009). Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan good
corporate governance tahunan Bank Umum Syariah periode 2012-2016,
maka hasil uji stasioneritas data adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Hasil uji stasioner tiap variabel
No. Variabel Prob.* Keterangan
1 JRDK 0.0184 Data Tidak Stasioner
2 UDD 0.1412 Data Tidak Stasioner
3 PDKI 0.0086 Data Stasioner
4 JRDPS 0.0000 Data Stasioner
5 UKA 0.0412 Data Stasioner
6 ROA 0.0019 Data Stasioner
Sumber: Data sekunder diolah, 2017
Karena variabel Jumlah Rapat Dewan Komisaris dan variabel
Ukuran Dewan Direksi belum stasioner maka peneliti melakukan 1st
difference, hasilnya menjadi:
79
Tabel 4.3 Hasil uji stasioner 1st difference
No. Variabel Prob.* Keterangan
1 JRDK 0.0000 Data Stasioner
2 UDD 0.0000 DataStasioner
Sumber: Data sekunder diolah, 2017
Hasil output yang dihasilkan, terlihat bahwa nilai Prob*<0,05.
Dengan demikian semua variabel menunjukkan data stasioner.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas pada model regresi digunakan untuk
menguji apakah nilai residual terdistribusi secara normal atau tidak
(Priyatno, 2011:277). Jadi yang terjadi dalam hal ini yang diuji
normalitas bukan masing-masing variabel independen dan
dependen tetapi nilai residual yang dihasilkan dari model regresi.
Model regresi yang baik adalah yang memiliki nilai residual yang
berdistribusi normal.
Jika nilai residualnya teristribusi normal maka nilai sebaran
datanya akan terletak disekitar garis lurus diagonal. Namun jika
data tersebut menjauhi garis lurus diagonal, maka data dapat
dipastikan bahwa pendistribusian data tidak normal. Berikut ini
disajikan hasil normal p-plot dari data yang telah diolah.
80
Gambar 4.1 Uji normal p-plot
Sumber: data sekunder diolah, 2017.
Dari hasil olahan data, dapat dilihat hasil normal p-plot
pada gambar 4.1 menunjukkan titik-titik secara keseluruhan
mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa
dalam penelitian ini memenuhi asumsi normalitas.Sedangkan
untuk mengetahui nilai signifikansinya apakah data berdistribusi
normal atau tidak maka menggunakan uji kolmogorov-smirnov test.
Data dinyatakan berdistribusi normal jika nilai Asymp. Sig. (2-
tailed) dari hasil perhitungan kolmogorov-smirnov lebih besar dari
0,05 (Latan dan Temalagi, 2013:73).
81
Sumber: data sekunder diolah, 2017.
Dari tabel di atas, menunjukkan hasil ouput dari uji
normalitas yang dapat dilihat dari nilai Asymp. Sig. (2-tailed)
sebesar 0,820 lebih dari 0,05. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa
data dari penelitian ini berdistribusi secara normal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel independen. Adanya multikolinearitas
dapat dilihat pada Variance Inflation Factor (VIF) atau nilai
tollerance.
Nilai tollerance adalah besarnya kesalahan yang dibenarkan
secara statistik (ɑ), sedangkan nilai Variance Inflation Factor
Tabel 4.4 Tabel Uji Kolmogrov Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 44
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .00857532
Most Extreme Differences Absolute .095
Positive .065
Negative -.095
Kolmogorov-Smirnov Z .632
Asymp. Sig. (2-tailed) .820
a. Test distribution is Normal.
82
(VIF) adalah faktor inflasi penyimpangan baku kuadrat. Variabel
bebas mengalami multikolinearitas jika: ɑ hitung <ɑ dan VIF
hitung > VIF. Sedangkan variabel bebas tidak mengalami
multikolinearitas jika: ɑ hitung >ɑ dan VIF hitung < VIF. Nilai ɑ
adalah 5% atau 0,05 dan nilai VIF adalah 5.
Sumber: data sekunder diolah, 2017.
Hasil uji multikolinearitas pada tabel di atas menunjukkan
bahwa jika menggunakan tolerance = 0,05 dan VIF = 5. Dari
output nilai tolerance variabel independen (Jumlah Rapat Dewan
Komisaris = 0,689, Ukuran Dewan Direksi = 0,768, Proporsi
Dewan Komisaris Independen = 0,831, Jumlah Rapat Dewan
Pengawas Syariah= 0,879 dan Ukuran Komite Audit = 0,599) lebih
dari 0,05. Hasil output dari nilai VIF hitung (Jumlah Rapat Dewan
Komisaris = 1,432, Ukuran Dewan Direksi = 1,301,
Tabel 4.5 Hasil Uji VIF
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -.005 .014 -.327 .746
JRDK .002 .000 .768 5.387 .000 .698 1.432
UDD .002 .002 .185 1.363 .181 .768 1.301
PDKI .002 .010 .027 .209 .835 .831 1.204
JRDPS -3.700E-5 .000 -.010 -.077 .939 .879 1.137
UKA -.004 .002 -.329 -2.140 .039 .599 1.669
a. Dependent Variable: ROA
83
ProporsiDewan Komisaris Independen = 1,204, Jumlah Rapat
Dewan Pengawas Syariah = 1,327, dan Ukuran Komite Audit=
1,699) juga kurang dari 5. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak ada
multikolinearitas antar variabel independen.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (Astuti,
2013: 57). Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak memiliki
autokorelasi, jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut
menjadi tidak baik.
Run test adalah bagian dari uji statistik non parametrik yang
digunakan untuk menguji apakah antar residual ada korelasi yang
tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi, maka
dikatakan bahwa residual terjadi secara random atau tidak
sistematis (Ghozali, 2011: 87).
84
Sumber: data sekunder diolah, 2017.
Hasil uji run testmenunjukkan nilai test -1,678 dengan
probabilitas 0,093. Dengan demikian hasil run test lebih besar dari
0,05, maka data yang digunakan cukup random sehingga tidak
terdapat autokorelasi pada data yang diuji (Ghozali, 2011).
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskesdatisitas. Jika
tidak ada pola yang jelas (titik-titik menyebar) maka tidak terjadi
heteroskedastisitas(Astuti, 2014:66).
Uji dalam penelitian ini menggunakan uji scatter plot.
Suatu model dinyatakan tidak terjadi masalah heteroskedastisitas
Tabel 4.6 Uji Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea .00036
Cases < Test Value 22
Cases >= Test Value 22
Total Cases 44
Number of Runs 17
Z -1.678
Asymp. Sig. (2-tailed) .093
a. Median
85
apabila titik-titik menyebar dengan pola tidak jelas di atas atau di
bawah angka nol pada suatu sumbu Y (Priyatno, 2011: 288).
Gambar 4.2 Uji Scatterplot Sumber: data sekunder diolah, 2017.
Kemudian dilakukan uji whit dengan meregres residual
kuadrat (U2i) dengan variabel bebas dan perkalian variabel bebas.
Pengujiaannya adalah jika 𝑥2-hitung <𝑥2-tabel, menghitung 𝑥2
yaitu 𝑥2= n*R2 (Bawono, 2006). Maka hipotesis adanya
heteroscedasticy dalam model ditolak. Hasil uji white sebagai
berikut:
86
Tabel 4.7
Berdasarkan tabel 4.7 bisa dilihat nilai R² 0,196 untuk
mengetahui X² yakni
X² = n*R²
X² = 44*0,196
X² = 8,624
Nilai X² hitung = 8,624 sedangkan X² tabel = 9,4877. Jika
nilai X² hitung <X² tabel maka data tidak ada heteroskedastisitas.
e. Uji Linearitas
Menurut Ghozali (2013: 166) uji linearitas digunakan untuk
melihat apakah spesifikasi model yang digunakan sudah benar
atau tidak. Pengujian linearitas dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan uji lagrange-multiplier. Uji ini merupakan uji
alternatif dari Ramsey test dan dikembangkan oleh Engle tahun
1982. Estimasi dengan uji ini bertujuan untuk mendapatkan nilai
c2 hitung atau (n x R2). Apabila nilai c2 hitung lebih kecil dari c2
tabel maka hipotesis yang menyatakan model linear diterima.
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .544a .196 .190 .00559
a. Predictors: (Constant), X4X5, X22, X1X3, X3X4, X3X5, X1X2,
X2X4, X12, X2X3, X42, X52, X32, X1X4, X1X5, JDD, JKA, JRDK,
X2X5, JRDPS, DKI
Sumber: data sekunder diolah, 2017.
87
Tabel 4.8 Uji Linieritas
Sumber: Data SPSS yang diolah, 2017
Hasil tampilan output menunjukkan nilai R2 sebesar 0.004 dengan
jumlah n observasi 44, maka besarnya c2 hitung adalah sebagai berikut:
c2 = n x R2
c2 = 44 x 0.004
c2 = 0.176
Nilai ini apabila dibandingkan dengan c2 tabel dengan df=40 dan
tingkat signifikansi 0.05 didapat nilai c2 sebesar 55.75848. Oleh karena
nilai c2 hitung lebih kecil dari c2 tabel maka dapat disimpulkan bahwa
model yang benar adalah model linear.
3. Uji Ketepatan Model
a. Uji Determinasi (Adjusted R Square)
Koefisien determinasi (Adjusted R Square) adalah untuk
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan
variasi variabel terikat. (Kuncoro, 2009:240). Koefisien
determinasi menggambarkan bagian dari variasi total yang dapat
diterangkan oleh model. Semakin besar nilai R2 (mendekati 1),
maka ketepatanya dikatakan semakin baik. Koefisien determinasi
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .066a .004 -.127 .00910238
a. Predictors: (Constant), X52, X42, X32, X22, X12
88
(R2) digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana variabel
bebas dapat menjelaskan variabel terikat (Suharjo, 2008:79).
Adjusted R Square dipilih untuk menggeneralisasikan R2
pada populasi, karena ada unsur estimasi populasi di dalamnya
(mengarah pada penelitian populasi). Adjusted R Square dapat
dilihat pada output SPSS dalam tabel model summary hasil output
koefisien determinasi (Adjusted R Square) adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9Hasil Uji Determinasi (Adjusted R Square)
Sumber : data sekunder diolah, 2017.
Pada tabel model summary diatas menunjukkan nilai
Adjusted R Square dalam penelitian ini adalah 0,389, yang berarti
bahwa variabel Jumlah Rapat Dewan Komisaris, Ukuran Dewan
Direksi, Proporsi Dewan Komisaris Independen, Jumlah Rapat
Dewan Pengawas Syariah dan,Ukuran Komite Audit
mempengaruhi ROA sebesar 38,9%. Sedangkan sisanya 61,1%
dijelaskan oleh variabel lain di luar penelitian.
b. Uji F Statistik
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat (Kuncoro,
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .679a .460 .389 .00912
a. Predictors: (Constant), UKA, JRDPS, PDKI, UDD, JRDK
89
2013:239). Koefisien regresi diuji secara serentak dengan
menggunakan ANOVA, untuk mengetahui apakah keserempakan
tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap model. Uji
ini dilakukan untuk membandingkan pada nilai signifikansi (α =
5%) pada tingkat derajat 5%. (Setiawan dan Kusrini, 2010:63). Uji
F dijelaskan sebagai berikut.
S
u
mS
umber : data sekunder diolah, 2017.
Berdasarkan tabel ANOVA di atas diperoleh nilai Fhitung
6,485 dan nilai Ftabel sebesar 2,17. Nilai probabilitas yang
ditunjukkan oleh nilai Sig sebesar 0,000 dan nilai alfa (α) 0,05
(5%). Sehingga Fhitung (6,485) > Ftabel (2,17) dan nilai Sig. (0,001)
< α (0,05), artinya secara statistik model regresi yang digunakan
sudah tepat.
Tabel 4.10 Uji F
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .003 5 .001 6.485 .000a
Residual .003 38 .000
Total .006 43
a. Predictors: (Constant), UKA, JRDPS, PDKI, UDD,
JRDK
b. Dependent Variable: ROA
90
4. Uji Regresi Linier Berganda
Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
besarnya pengaruh dari variabel-variabel independen terhadap variabel
dependen. Berikut ini adalah hasil regresi linier berganda variabel
independenJumlah Rapat Dewan Komisaris, Ukuran Dewan Direksi,
Proporsi Dewan Komisaris Independen, Jumlah Rapat Dewan
Pengawas Syariah dan Ukuran Komite Audit terhadap Return on Asset
(ROA).
Untuk menguji hipotesis penelitian ini digunakan alat analisis
regresi linear berganda, karena dalam modelnya terdapat lebih dari satu
variabel independen. Di bawah ini adalah hasil pengujian data dengan
menggunakan regresi linier berganda dengan bantuan program SPSS
versi 20.
Tabel 4.11 Hasil Analisis Regresi Linear
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.005 .014 -.327 .746
JRDK .002 .000 .768 5.387 .000
UDD .002 .002 .185 1.363 .181
PDKI .002 .010 .027 .209 .835
JRDPS -3.700E-5 .000 -.010 -.077 .939
UKA -.004 .002 -.329 -2.140 .039
a. Dependent Variable: ROA
Sumber : data sekunder diolah, 2017.
91
Dari hasil analisis regresi diatas diperoleh persamaan model regresi
sebagai berikut:
ROA = - 0,005 + 0,002 Jumlah Rapat Dewan Komisaris + 0,002 Ukuran
Dewan Direksi + 0,002 Proporsi Dewan Komisaris Independen – 3,7
Jumlah Rapat Dewan Pengawas Syariah – 0,04 Ukuran Komite Audit + e
Persamaan regresi diatas dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Konstanta sebesar -0,005 menyatakan bahwa jika ada jumlah rapat
Dewan Komisaris (X1), ukuran Dewan Direksi (X2), proporsi Dewan
Komisaris Independen (X3), jumlah Rapat Dewan Pengawas Syariah
(X4), dan ukuran Komite Audit (X5) konstan atau tidak ada atau 0,
maka rasio ROA akan mengalami penurunan sebesar -0,005.
b. Koefisien regresi Jumlah Rapat Dewan Komisaris (X1) sebesar 0,002
menyatakan bahwa setiap penambahan 1 satuan nilai jumlah rapat
dewan direksi maka akan menaikkan ROA sebesar 0,002 satuan.
Artinya apabila jumlah rapat dewan direksi meningkat 1 satuan, maka
akan mengakibatkan rasio ROA juga naik sebesar 0,002. Maka tingkat
laba yang dihasilkan Bank Umum Syariah (BUS) juga akan naik.
c. Koefisien regresi Ukuran Dewan Direksi (X2) sebesar 0,002
menyatakan bahwa setiap penambahan 1 satuan nilai jumlah dewan
direksi maka akan menaikkan ROA sebesar 0,002 satuan. Artinya
apabila jumlah dewan direksi meningkat 1 satuan, maka akan
mengakibatkan rasio ROA juga naik sebesar 0,002. Maka tingkat laba
yang dihasilkan Bank Umum Syariah (BUS) juga akan naik.
92
d. Koefisien regresi Proporsi Dewan Komisaris Independen sebesar 0,002
menyatakan bahwa setiap penambahan 1 satuan nilai jumlah dewan
komite independent maka akan menaikkan ROA sebesar 0,002 satuan.
Artinya apabila dewan komite independent meningkat 1 satuan, maka
akan mengakibatkan rasio ROA juga naik sebesar 0,002. Maka tingkat
laba yang dihasilkan Bank Umum Syariah (BUS) juga akan naik.
e. Koefisien regresi Jumlah Rapat Dewan Pengawas Syariah adalah
sebesar -3,7 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 satuan nilai
jumlah rapat DPS maka akan menurunkan ROA sebesar 3,7 satuan.
Artinya apabila jumlah rapat Dewan Pengawas Syariah meningkat 1
satuan, maka akan mengakibatkan rasio ROA juga turun sebesar 3,7.
Maka tingkat laba yang dihasilkan Bank Umum Syariah (BUS) juga
akan turun.
f. Koefisien regresi Ukuran Komite Audit sebesar -0,04 menyatakan
bahwa setiap penambahan 1 satuan nilai jumlah komiite audit maka
akan menurunkan ROA sebesar 0,04 satuan. Artinya apabila jumlah
komite audit meningkat 1 satuan, maka akan mengakibatkan rasio
ROA juga turun sebesar 0,04. Maka tingkat laba yang dihasilkan Bank
Umum Syariah (BUS) juga akan turun.
Berdasarkan hasil uji analisis berganda, peneliti juga
mendapatkan nilai t hitung masing-masing untuk variabel jumlah rapat
Dewan Komisaris (X1), ukuran Dewan Direksi (X2), proporsi Dewan
93
Komisaris Independen (X3), jumlah rapat Dewan Pengawas Syariah,
dan ukuran Komite Audit (X5), yaitu:
a. Variabeljumlah rapat Dewan Komisaris (X1) dengan t hitung 5.387
dan nilai sig. (0,000) < α (0,05) makaH1 diterima,dapat dikatakan
jumlah rapat Dewan Komisaris (X1) secara statistik berpengaruh
positif dan signifkan terhadap ROA (Y). Hal ini berarti semakin
sering Dewan Komisaris mengadakan rapat maka dapat
meningkatkan kinerja keuagan (ROA).
Hal ini menunjukkan bahwa sesuai dengan fungsinya,
menurut Vafeas (2000) dalam Sam’ani (2008) menilai fungsi
monitoring yang dilakukan oleh dewan komisaris dipengaruhi oleh
aktivitas dewan komisaris. Peran dewan komisaris ini diharpkan
dapat meminimalisir permasalahan agensi yang timbul antara
dewan direksi dengan pemegang saham, yaitu dapat meningkatkan
kualitas laba dengan membatasi kecurangan dalam bentuk tingkat
manajemen laba melalui fungsi monitoring atas pelaporan
keuangan tersebut. Fungsi monitoring yang dilakukan dewan
komisaris dipengaruhi oleh aktivitas dewan komisaris. Dengan
menekankan pada fungsi aktivitas dewan komisaris, peran keahlian
atau konseling yang diberikan oleh dewan komisaris merupakan
suatu jasa yang berkualitas bagi manajemen dan perusahaan yang
tidak dapat diberika oleh pasar.
94
b. Variabel ukuran Dewan Direksi (X2) dengan t hitung 1.363dan nilai
sig. (0,181) > α (0,05) maka H2ditolak, sehingga variabel Jumlah
Dewan Direksi (X2) berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap ROA (Y). Hal ini berarti ukuran/ jumlah Dewan Direksi
pada suatu perusahaan tidak mampu meningkatkan kinerja keuagan
(ROA) tersebut.
Menurut Wulandari (2006)jumlah dewan direksi yang
optimal tergantung masing-masing perusahaan. Hal ini
menunjukkan bahwa jumlah dewan direksi tidak menjamin
keefektifan dalam menjalankan tanggung jawabnya mengelola
perusahaan
c. Variabel proporsiDewan Komisaris Independen (X3) dengan t
hitung 0,209 dan nilai sig. (0,835) > α (0,05) maka H3 ditolak,
sehingga variabel Dewan Komite Independen (X3) berpengaruh
positif dantidak signifikan terhadap ROA (Y). Hal ini berarti
proporsi Dewan Komisaris Independen pada suatu perusahaan tidak
mampu meningkatkan kinerja keuangan (ROA).
Menurut Syafiqurrahman, dkk (2014) dewan komisaris
independen adalah orang yang berasal dari luar perusahaan, ini
memungkinkan pengetahuan dewan komisaris independen tentang
keadaan perusahaan juga relatif terbatas. Hal ini menyebabkan
kurang efektifnya peran dewan komisaris independen di dalam
peningkatan kinerja perusahaan, karena mungkin dewan direksi
95
dan dewan komisaris tidak terlalu mempertimbangkan masukan-
masukan yang diberikan oleh dewan komisaris independen. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi proporsi dewan komisaris
independen maka kemampuan proporsi dewan komisaris
independen semakin objektif. Pengambilan keputusan yang
objektif ini tidak dapat meningkatkan kinerja keuangan (ROA).
d. Variabel jumlah rapat Dewan Pengawas Syariah (X4) dengan t
hitung -0,077 dan nilai sig. (0,939) > α (0,05) maka H4 ditolak,
sehingga variabel Jumlah Rapat Dewan Pengawas Syariah (X4)
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROA (Y). Hal ini
berarti dilihat dari jumlah rapat Dewan Pengawas Syariah pada
suatu perusahaan tidak dapat meningkatkan kinerja keuangan
(ROA).
Sesuai dengan Undang-undang No. 21, 2008Dewan
Pengawas Syariah tugasnya yaitu menilai dan memastikan
pemenuhan Prinsip Syariah atas pedoman operasional dan produk
yang dikeluarkan Bank, mengawasi proses pengembangan produk
baru Bank agar sesuai dengan fatwa Dewan Syariah Nasional –
Majelis Ulama Indonesia, meminta fatwa kepada Dewan Syariah
Nasional – Majelis Ulama Indonesia untuk produk baru Bank yang
belum ada fatwanya, melakukan review secara berkala atas
pemenuhan Prinsip Syariah terhadap mekanisme penghimpunan
dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa Bank, dan meminta
96
data dan informasi terkait dengan aspek syariah dari satuan kerja
Bank dalam rangka pelaksanaan tugasnya.Dewan Pengawas
Syariah tidak berfokus memonitoring tentang kinerja keuangan
pada Bank Umum Syariah. Jadi tidak berpengaruh dalam hal
pengingkatan kinerja keuangan Bank Umum Syariah.
e. Variabel ukuran Komite Audit (X5) dengan t hitung -2,140 dan
nilai sig. (0,039) > α (0,05) maka H5 diterima, sehingga variabel
Jumlah Komite Audit (X5) berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap ROA (Y). Hal ini berarti jumlah komite audit yang
semakin besar akan menurunkan kinerja keuangan (ROA).
Menurut Romano, et al (2012) dengan jumlah komite audit
yang lebih sedikit pengendalaian internal akan lebih baik,
meningkatkan kewaspadaan atas kegiatan dan keputusan dewan
yang pada akhrinya akan meningkatkan kinerja keuangan
perusahaan.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan perhitungan statistik yang telah dilakukan, dapat dilihat
hasil uji hipotesis dari masing-masing variabel yang dijelaskan dalam tabel
berikut:
97
Tabel 4.12 Ringkasan Pengujian Hipotesis
No Hipotesis Hasil
1 Jumlah Rapat Dewan Komisaris berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja keuangan (ROA) Diterima
2 Ukuran Dewan Direksi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja keuangan (ROA) Ditolak
3
Proporsi Dewan Komisaris Independen berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja
keuangan(ROA)
Ditolak
4 Jumlah Rapat DPS berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja keuangan (ROA) Ditolak
5 Ukuran Komite Audit berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap kinerja keuangan (ROA) Diterima
Pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel
dependen dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengaruh Jumlah Rapat Dewan Komisaris Terhadap ROA
Berdasarkan hasil penelitian pengaruh variabel jumlah rapat
dewan komisaris terhadap ROA pada Bank Umum Syariah (BUS)
dapat diketahui bahwa, peningkatan atau penurunan jumlah rapat
dewan direksi selama periode 2012-2016 berpengaruh signifikan
terhadap ROA pada Bank Umum Syariah (BUS). Hal ini ditunjukkan
nilai probabilitas sebesar (0,000) < α (0,05). Sehingga H1 diterima.
Hal ini menunjukkan bahwa sesuai dengan fungsinya, menurut
Vafeas (2000) dalam Sam’ani (2008) menilai fungsi monitoring yang
dilakukan oleh dewan komisaris dipengaruhi oleh aktivitas dewan
komisaris.Peran dewan komisaris ini diharpkan dapat meminimalisir
permasalahan agensi yang timbul antara dewan direksi dengan
pemegang saham, yaitu dapat meningkatkan kualitas laba dengan
98
membatasi kecurangan dalam bentuk tingkat manajemen laba melalui
fungsi monitoring atas pelaporan keuangan tersebut. Fungsi monitoring
yang dilakukan dewan komisaris dipengaruhi oleh aktivitas dewan
komisaris. Dengan menekankan pada fungsi aktivitas dewan komisaris,
peran keahlian atau konseling yang diberikan oleh dewan komisaris
merupakan suatu jasa yang berkualitas bagi manajemen dan
perusahaan yang tidak dapat diberika oleh pasar.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian dari Wijayanti dan
Mutmainah (2012) menunjukkan aktivitas (rapat) dewan komisaris
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan
perusahaan. Hal yang sama dikemukakan oleh Lestari (2011) yang
menyatakan bahwa aktivitas (rapat) dewan komisaris berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan.
2. Pengaruh Ukuran Dewan Direksi Terhadap ROA
Berdasarkan hasil penelitian variabel pengaruh variabel Jumlah
Dewan Direksi terhadap ROA pada Bank Umum Syariah (BUS) dapat
diketahui bahwa, peningkatan atau penurunan jumlah dewan direksi
selama periode 2012-2016 berpengaruh positif tidak signifikan
terhadap ROA pada Bank Umum Syariah (BUS). Hal ini ditunjukkan
nilai probabilitas sebesar (0,181) > α (0,05) dan koefisiennya 1,363.
Sehingga H2 ditolak.
Alasan yang mendasari hasil penelitian ini adalah jumlah
dewan direksi yang optimal tergantung masing-masing perusahaan.
99
Hal ini menunjukkan bahwa jumlah dewan direksi tidak menjamin
keefektifan dalam menjalankan tanggung jawabnya mengelola
perusahaan (Wulandari, 2006).
Hasil Penelitian ini mendukung penelitian dariWulandari
(2006) menyatakan bahwa jumlah dewan direksi tidak berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan. Hal tersebut juga dibuktikan oleh
Syafiqurrahman, Andiarsyah, dan Sucingsih (2014) menyatakan bahwa
jumlah dewan direksi tidak ada pengaruh terhadap kinerja keuangan.
Penelitian ini didukung juga oleh Adestian (2015) yang menunjukkan
bahwa dewan direksi tidak berpengaruh terhap kinerja perusahaan.
Peneliti Widyati (2013) menunjukkan bahwa dewan direksi tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan.
3. Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen Terhadap ROA
Berdasarkan hasil penelitian variabel pengaruh variabel Dewan
Komisaris Independen terhadap ROA pada Bank Umum Syariah
(BUS) dapat diketahui bahwa, peningkatan atau penurunan dewan
komisaris independen selama periode 2012-2016 berpengaruh positif
tidak signifikan terhadap ROA pada Bank Umum Syariah (BUS). Hal
ini ditunjukkan nilai probabilitas sebesar (0,835) > α (0,05) dan
koefisiennya 0,209. Sehingga H3 ditolak.
Alasan yang mendasari hasil penelitian ini adalah dewan
komisaris independen adalah orang yang berasal dari luar perusahaan,
ini memungkinkan pengetahuan dewan komisaris independen tentang
100
keadaan perusahaan juga relatif terbatas. Hal ini menyebabkan kurang
efektifnya peran dewan komisaris independen di dalam peningkatan
kinerja perusahaan, karena mungkin dewan direksi dan dewan
komisaris tidak terlalu mempertimbangkan masukan-masukan yang
diberikan oleh dewan komisaris independen (Syafiqurrahman,
Andiarsyah, dan Suciningsih; 2014).
Hasil penelitian ini mendukung penelitian dariSyafiqurrahman,
Andiarsyah, dan Sucingsih (2014) menunjukkan bahwa proporsi
dewan komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap
kinerja keuangan (ROA). Penelitian Raja (2016) menunjukkan hasil
bahwa dewan komisaris independen tidak berpengaruh signifikan
terhadap profitabilitas atau kinerja keuangan. Penelitian dari Nathania
(2014) menyatakan bahwa dewan komisaris independen tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap ROA.
4. Pengaruh Jumlah Rapat Dewan Pengawas Syariah Terhadap
ROA
Berdasarkan hasil penelitian variabel pengaruh variabel Jumlah
Rapat DPS terhadap ROA pada Bank Umum Syariah (BUS) dapat
diketahui bahwa, peningkatan atau penurunan jumlah rapat DPS
selama periode 2012-2016 berpengaruh negatif tidak signifikan
terhadap ROA pada Bank Umum Syariah (BUS). Hal ini ditunjukkan
nilai probabilitas sebesar (0,939) > α (0,05) dan koefisiennya -0,077.
Sehingga H4 ditolak.
101
Alasan yang mendasari hasil penelitian ini adalah bahwa
Dewan Pengawas Syariah tugasnya yaitu menilai dan memastikan
pemenuhan Prinsip Syariah atas pedoman operasional dan produk yang
dikeluarkan Bank, mengawasi proses pengembangan produk baru
Bank agar sesuai dengan fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis
Ulama Indonesia, meminta fatwa kepada Dewan Syariah Nasional –
Majelis Ulama Indonesia untuk produk baru Bank yang belum ada
fatwanya, melakukan review secara berkala atas pemenuhan Prinsip
Syariah terhadap mekanisme penghimpunan dana dan penyaluran dana
serta pelayanan jasa Bank, dan meminta data dan informasi terkait
dengan aspek syariah dari satuan kerja Bank dalam rangka pelaksanaan
tugasnya.Dewan Pengawas Syariah tidak berfokus memonitoring
tentang kinerja keuangan pada Bank Umum Syariah. Jadi tidak
berpengaruh dalam hal pengingkatan kinerja keuangan Bank Umum
Syariah (Undang-undang No. 21, 2008).
Hasil penelitian ini mendukung penelitian dariFauzi (2015)
rapat dewan pangawas syariah tidak berpengaruh signifikan terhadap
kinerja keuangan. Penelitian dari Kartika (2014) menunjukkan bahwa
dewan pengawas syariah tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
kinerja perusahaan. Peneliti Prasetyoningrum (2010) menyatakan
bahwa dewan pengawas syariah tidak berpengaruh signifikan terhadap
kinerja perusahaan.
102
5. Pengaruh Ukuran Komite Audit Terhadap ROA
Berdasarkan hasil penelitian pengaruh variabel ukuranKomite
Audit terhadap ROA pada Bank Umum Syariah (BUS) dapat diketahui
bahwa, peningkatan atau penurunan jumlah komite audit selama
periode 2012-2016 berpengaruh negatifdan signifikan terhadap ROA
pada Bank Umum Syariah (BUS). Hal ini ditunjukkan nilai
probabilitas sebesar (0,039) > α (0,05) dan koefisiennya -2,140.
Sehingga H5 diterima.
Menurut Romano, et al (2012) dengan jumlah komite audit
yang lebih sedikit pengendalaian internal akan lebih baik,
meningkatkan kewaspadaan atas kegiatan dan keputusan dewan yang
pada akhrinya akan meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian penelitian Dewi
(2016) menunjukkan hasil bahwa komite audit berpengaruh negatif
terhadap manajamen laba dampaknya terhadap kinerja keuangan.
103
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan data yang telah
diuraikan pada bab sebelumnya tentang Jumlah Rapat Dewan Direksi,
Ukuran Dewan Direksi, Proporsi Dewan Komisaris Independen, Jumlah
Rapat Dewan Pengawas Syariah, dan Ukuran Komite Audit terhadap
kinerja keuangan (ROA) pada Bank Umum Syariah (BUS) dari 2012
sampai dengan 2016, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Hasil penelitian menunjukkan variabel Jumlah Rapat Dewan
Komisaris (X1) berpengaruh secara signifikan terhadap ROA (Y).
2. Hasil penelitian menunjukkan variabel Ukuran Dewan Direksi (X2)
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROA (Y).
3. Hasil penelitian menunjukkan variabel Proporsi Dewan Komisaris
Independen (X3) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROA
(Y).
4. Hasil penelitian menunjukkan variabel Ukuran Dewan Direksi (X4)
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROA (Y).
5. Hasil penelitian menunjukkan variabel Ukuran Komite Audit (X5)
berpengaruh secara signifikan terhadap ROA (Y).
103
104
B. Saran
Peneliti menyarankan beberapa hal terkait dengan penelitian ini,
dimana dalam penelitian ini yang masih memiliki banyak kelemahan
dalam hasil penelitian dan pembahasanya, antara lain:
1. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan sampel atau
jenis perusahaan yang berbeda sebagai pembanding, seperti
memasukkan atau menambahkan Bank Perkreditan Rakyat Syariah
(BPRS) sebagai salah satu sampel dalam penelitian.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk menggunakan indikator lain
dalam hal pengukuran karakteristik corporate governancedan kinerja
keuangan perbankan syariah.
3. Menambah periode penelitian menjadi lebih panjang agar efek dari
mekanisme karakteristik Corporate Governance dapat lebih dirasakan
dalam mempengaruhi kinerja keuangan pada Bank Umum Syariah.
4. Penelitian selanjutnya disarankan untuk memasukkan atau menambah
variabel- variabel baru yang diidentifikasi sebagai variabel Good
Corporate Governance dan kinerja keuangan perbankan syariah.
5. Penulis berharap penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk meneliti
lebih jauh dan lebih dalam tentang masalah yang berkaitan dengan
karakteristik Corporate Governance.
105
Daftar Pustaka
Buku
Antonio, M.S. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani
Press. h. 25.
Bawono, Anton. 2006. Multivariate Anlysis dengan SPSS. Salatiga : STAIN
Salatiga Press.
Brigham dan Houston. 2010. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Buku 1 (Edisi
11). Jakarta : Salemba Empat.
Daniri, MasAchmad. 2005. Good Corporate Governance: Konsep dan
Penerapannya dalam Konteks Indonesia. Jakarta: Ray Indonesia.
Effendi, Muh. Arief. 2009. The Power of Good Corporate Governance: Teori dan
Implementasi. Jakarta: Salemba Empat. hal. 7.
Endraswati, Hikmah. 2017. Struktur Islamik Corporate Governance dan Kualitas
Pengungkapan Laporan Keuangan pada Bank Syariah di Indonesia
Perspektif Governance dan Finance. Salatiga: LP2M-Press. Diunduh dari
www.repository.perpus.iainsalatiga.ac.id
Forum for Corporate governance in Indonesia (FCGI). 2002. Tata Kelola
Perusahaan (Corporate governance). The Essence of Good Corporate
governance: Konsep dan Implementasi Perusahaan Publik dan Korporasi
Indonesia. Jakarta : Yayasan Pendidikan Pasar Modal Indonesia dan
Sinergy Communication.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS
Cetakan Keempat. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Indra Surya dan Ivan Yustiavandana. 2008. Penerapan Good Corporate
Governance Mengesampingkan Hak-hak Istimewa dan Kelangsungan
Usaha. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Husnan, Suad. 1998. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi
Kedua. Yogyakarta: UPP-AMP YKPN.
Lewis, Mervin K. dan Latifa M. Algaud. 2001. “Perbankan Syariah Prinsip
Praktek Prospek”. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta. hal. 100.
Lukman, Dendawijaya. 2009. Manajemen Perbankan, Edisi kedua. Jakarta :
Ghalia Indonesia.
106
Maksum, Azhar. 2005. Tinjauan atas Good Corporate Governance di Indonesia.
Medan: Gelanggang Mahasiswa, Kampus USU. hal. 13.
Masyudi, Muqorobin. 2011. Fikih Tata Kelola Organisasi Laba. Purwekerto:
Sebuah Pengantar Universitas Muhammadiyah.
Sudarwanto. 2009. Kinerja dan pengembangan Kompetensi SDM: Teori, Dimensi
Pengukuran dan Implementasi Dalam Organisasi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Sutedi, Andrian. 2011. Good Corporate Governance. Jakarta: Sinar Grafika. hal.
68.
Syafri Harahap, Sofyan, 2002. Auditing dalam Perspektif Islam. Jakarta: Pustaka
Quantum h. 207.
Jurnal, Skripsi, dan Tesis
A.A. Yogi Prasanjaya, I Wayan Ramantha. 2013. Analisis Pengaruh Rasio CAR,
BOPO, LDR dan Ukuran Perusahaan terhadap Profitabilitas Bank yang
Terdaftar Di BEI. E-Jurnal Akuntansi, (ISSN: 2302-8556) 4.1 (2013): 230-
245.
Addiyah, Alina. 2014. “Pengaruh Penerapan Corporate Governance terhadap
Kinerja Keuangan Perbankan (Studi pada Perusahaan Perbankan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012)”.(Skripsi). Semarang
Universitas Diponegoro.
Adestian, Yuda. 2015. Pengaruh Dewan Komisari, Dewan Direksi, Dewan
Komisaris Independen, Komite Audit, Dan Ukuran Perusahan Pada Kinerja
Perusahaan Perbankan yang Listing Di BEI Pada Tahun 2012-2014. Jurnal
Ekonomi. Vol:5(6).
Anderson, K.L., De li, D.N., dan Gillan, S.T. 2003.Board of Directors, Audit
Committees, and the Information Content of Earnings. Working Papers.
Azis, Abdul. 2017. Pengaruh Good Corporate Governance, Struktur Modal, dan
Leverage Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan pada Sektor
Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015.
Jurnal Ilmu Manajemen. Vol: 5(3).
Bradbury, M. E., Mak, Y. T . dan Tan, S. M. 2004. “Board Characteristics, Audit
Committee Characteristics and Abnormal Accruals”.Working Paper. Unitec
New Zealand dan National University of Singapore.
107
Candradewi, Intan dan Ida Bagus Panji Sedana. 2016. Pengaruh Kepemilikan
Manajerial, Kepemilikan Institusional Dan Dewan Komisaris Independen
Terhadap Return On Asset. E-jurnal Manajemen. Vol:5(5):3163-3190.
Darwis, Herman. 2009. Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan.
Jurnal Keuangan dan Perbankan. Vol:13(3):418-430.
Dewi, Chyntia Septian. 2016. Pengaruh Mekanisme Internal Corporate
Governance Terhadap Manajemen Laba Dampaknya Terhadap Kinerja
Keuangan. Jurnal Ilmu Riset dan Akuntansi. Vol:5(9).
Fama, E. F. and M. Jensen . 1983. “Separation of Ownership and Control”.
Journal of Law and Economics. Vol 26(2):301-326.
Fitriani, Anis. 2013. Pengaruh Kinerja Lingkungan dan Biaya Lingkungan
Terhadap Kinerja Keuangan pada BUMN. Jurnal Manajemen. Vol:1(1).
Fauzi, Achmad Noor. 2016. “Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap
Kinerja Keuangan (Studi Pada Bank Umum Syariah Indonesia Tahun 2011-
2015)”.(Thesis). Surakarta: Institut Agama Islan Negeri Surakarta.
Handayani, Susi. 2013. Pengaruh Corporate GovernanceTerhadap Kinerja
Keuangan Pada Perusahaan BUMN (Persero) Di Indonesia. Jurnal
Akuntansi. Vol:4(2):183-198.
Hisammudin, Nur dan Yayang Kartika. 2012. Pengaruh Good Corporate
Governance Terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah. Jurnal
Akuntansi. Vol.2(2).
Jensen, Michael C. dan W.H. Mec kling. 1976. Theory of The Firm: Managerial
Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial
Economics. Vol:3:305-360.
Katlanis, Erlinda dan Hermiyetti. 2010. Analisis Pengaruh Kepemilikan
Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Asing, dan Komite
Audit Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan. Jurnal Ekonomi. Vol:14(2).
Khaihatu, Thomas S. 2006. Good Corporate Governance dan Penerapannya di
Indonesia. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Vol:8(1):2.
Komara, Achmad, dkk. 2016. Analisi Pengaruh Struktur Modal Terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan. Jurnal Keuangan dan Perbankan. Vol: 20(1):10-21.
Kusumawati, Dwi Novi dan Bambang Riyanto LS. 2005. Corporate Governance
dan Kinerja: Analisis Compliance Reporting dan Struktur Dewan terhadap
Kinerja. Simposium Nasional Akuntansi (SNA). Solo: VIII.
108
Kartika, Ika. 2014. “Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Oleh
Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Komite-Komite, Dan Dewan pengawas
SyariahTerhadap Kinerja Perbankan Pada Bank Umum Syariah di Indonesia
Tahun 2010-2013”.(Skripsi). Jakarta Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.
Laksana, Jaya. 2015. Corporate Governance Dan Kinerja Keuangan (Studi Kasus
Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar Di BEI Periode 2008-2012). E-
jurnal Akuntansi. Vol:11(1):269-288.
Marfiana, Nandhya dan Lulus Kurniasih. 2013. Pengaruh Karakteristik
Pemerintah Daerah dan Hasil Pemeriksaan Audit BPK TerhadapKinerja
Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota. Jurnal Ekonomi. Vol. 3 (1).
Muhibbai, Azhara dan Hasan Basri. 2017. Pengaruh Pengungkapan Identitas Etis
Islam, Agency Cost, dan Modal Intelektual Terhadap Kinerja Keuangan
(Studi pada Bank Umum Syariah Periode 2010-2014). Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Ekonomi Akuntansi. Vol: 2(1).
Nasser, Etty M dan Titik Aryati. 2000. Model Analisis CAMEL untuk
Memprediksi Financial Distress Pada Sektor Perbankan yang Go Pulic.
Jurnal Auditing dan Akuntansi Indonesia, Vol .4 (2).
Nathania, Aditha. 2014. Pengaruh Komposisi Dewan Persahaan Terhadap
Profitabilitas Perusahaan. Jurnal Ekonomi. Vol:2(1):76-81.
Novitasari, Dyah Putri. 2017. Pengaruh Mekanisme Good Corpoarate Governance
Terhadap Kinerja Keuangan. Jurnal Riset Akuntansi. Vol:6(4).
Oktapiyani, Desi. 2009. “Pengaruh Penerapan Corporate Governance Terhadap
Likuiditas Perbankan Nasional”.(Skripsi). Semarang Universitas
Diponegoro.
Prastyoningrum, Ari Kristin. 2010. Analisis Pengaruh Independensi Dan
Profesionalisme Dewan Pengawas Syariah Terhadap Kinerja Bank
Perkreditan Rakyat Syariah Di Jawa Tengah. Jurnal Ekonomi Islam.
Vol:12(1):27-36.
Puspitasari, Filia dan Endang Ermawati. 2010. Pengaruh Mekanisme Corporate
Governance Terhadap Kinerja Keuangan Badan Usaha. Jurnal Manajemen
Teori dan Terapan. Vol: 3(2).
Putra, Brayen Prastika Dwi. 2015. Pengaruh Dewan Komisaris, Proporsi
Komisaris Independen Terhadap Kinerja Perusahaan. Jurnal Manajemen
Teori dan Terapan. Vol:8(2).
109
Sahara, AyuYanita. 2013. Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga BI, dan Produk
Domestik Bruto Terhadap Return On Asset (ROA) Bank Syariah di
Indonesia. Jurnal Manajemen. Vol:1(1).
Sunarwan, Eko. 2015. “Pengaruh Good Corpoate Governance (GCG) Terhadap
Kinerja Keuangan Perbankan Syariah (Studi Kasus Pada Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia Periode 2010-2013)”.(Skripsi).
Jakarta Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Raja, Desi Helena Lumban. 2016. Pengaruh Dewan Komisaris, Komisaris
Independen, Komite Audit Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Sektor
Property Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Tahun 2009-2014. Jurnal Manajemen. Vol:4(2).
Rimardhani, Helfina, R. Rustam Hidayat, dan Dwiatmanto. 2016. Pengaruh
Mekanisme Good Corporate GovernanceTerhadap Profitabilitas Perusahaan
(Studi Pada Perusahaan BUMN yang Terdaftar Di BEI Tahun 2012-2014).
Jurnal Administrasi Bisnis. Vol:31(1):167-175.
Rofiyana, Maria dan Maswar Patuh Priyadi. 2013. Pengaruh Penerapan Good
Corpoarte Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan di BEI.
Jurnal Ilmu Riset dan Akuntansi. Vol.2(1).
Shleifer, A. dan R.W. Vishny. 1997. A Survey of Corporate Governance. Journal
of Finance. Vol:.52(2):737-783.
Suciningsih, Wahyu, M. Syafiqurrahman, dan Wahyu Andiarsyah. 2014. Analisis
Pengaruh Corporate GovernanceDan Pengaruh Keputusan Pendanaan
Terhadap Kinerja Perusahaan Perbankan Di Indonesia. Jurnal Akuntansi.
Vol:18(1):21-44.
Sudiyatno, Bambang dan Suroso Jati. 2010. Pengaruh Karakteristik Analisis
Pengaruh Dana Pihak Ketiga, BOPO, CAR DAN LDR TerhadapKinerja
Keuanganpada Sektor PerbankanyangGo Public di Bursa efek Indonesia
(BEI) (Periode 2005-2008). Dinamika Keuangan dan Perbankan. Vol:2(2).
Sukamulja, Sukmawati. 2014. Good Corporate Governance di Sektor Keuangan:
Dampak GCG Terhadap Kinerja Perusahaan. Jurnal Ekonomi. Vol:8(1):1-
25.
Takarini, Agustin. 2014. “Pengaruh Intelectual Capital, Kualitas Penerapan Good
Corporate Governance dan Struk tur Modal terhadap Kinerja Keuangan
Perbankan Syariah Periode 2010-2012”.(Skripsi). Jakarta UIN Syarif
Hidayatullah.
110
Tertius, Melia Agustina dan Christiawan. 2015. Pengaruh Good Corporate
GovernanceTerhadap Kinerja Perusahaan Pada Sektor Keuangan. Bussines
Accounting Review. Vol.3(1): 223-232.
Usman, Bactiar. 2003. Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan
Laba Pada Bank-Bank di Indonesia. Jurnal Media Riset Bisnis dan
Manajemen. Vol:3(1):59-74.
Utami, Wikan Budi dan Sri Laksmi Pardanawati. 2016. Pengaruh Lukuiditas,
Solvabilitas, dan Manajemen Aset Terhadap Kinerja Keuangan pada
Perusahaan Go Public yang Terdaftar Dalam Kompas 100 di Indonesia.
Jurnal Akuntansi dan Pajak. Vol:17(1).
Vafeas, N. and Afxentiou, Z. 1998. The Association Between the SEC’s 1992
Compensation Disclosure Rule and Executive Compensation Policy
Changes. Journal of Accounting and Public Policy . Vol 17(1):27-54.
Wati, LikeMonisa. 2012. Pengaruh Praktek Good Corporate Governance
Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Manajemen. Vol:1(1):1-7.
Wenny, CherryaDhia. 2012. Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Terhadap Kinerja Keuangan pada Pemerintah Kabupaten dan Kota di
Propinsi Sumatera Selatan. Jurnal Ilmiah. Vol:2(1):39-51.
Widyati, Maria Fransisca. 2013. Pengaruh Dewan Direksi Komisaris Independen,
Komite Audit, Kepemilikan Manajerial, Dan Kepemilikan Institusional
Terhadap Kinerja Keuangan. Jurnal Ilmu Manajemen. Vol:1(1).
Widagdo, Dominikus Octavianto Kresno. 2014. “Pengaruh Good Corporate
Governance Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan
Non-Financial yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)”.(Skripsi).
Semarang : Universitas Diponegoro.
Wijayanti, Sri dan Siti Mutmainah. 2012. Pengaruh Penerapan Corporate
Governance Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Perbankan yang
Terdapat Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2009-2011. Jurnal
Akuntansi. Vol.1(2):1-15.
Wulandari, Ndaruningpuri. 2006. Peengaruh Indikator Mekanisme Corporate
Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Publik Di Indonesia. Jurnal
Ekonomi. Vol:1(2):120-136.
Web
bankvictoriasyariah.co.id/page/sub/gcg
111
http://papers.ssrn.com/.Cornett M. M, J. Marcuss, Saunders dan Tehranian H.
“Earnings Management,Corporate Governance, and True Financial
Performance”.
http://tulisanwinahmengenaibep-winah.blogspot.com/2010/12/penerapan-good-
corporate-governance-di.html?m=1.
http://www.duniaislam.org/20/02/2016/sebaik-baik-manusia-adalah-yang-paling-
bermanfaat-bagi-orang-lain/.
http//www.pesantren.uii.ac.id, h. 7. Ari Wibowo,Membangun Perbankan Syariah
Menuju Good Corporate Governance.
maybanksyariah.co.id/reportgcg
www.bankmuamalat.co.id/laporan-gcg
www.bcasyariah.co.id/laporangcg
www.bi.go.id
www.bnisyariah.co.id/laporan-pelaksanaan-gcg
www.brisyariah.co.id/laporangcg
www.megasyariah.co.id/files/reports/gcg
www.paninbanksyariah.co.id/laporanpelaksanaangcg
www.syariahbukopon.co.id
www.syariahmandiri.co.id/laporan-pelaksanaan-gcg
112
LAMPIRAN-LAMPIRAN
113
Lampiran 1 : Daftar Sampel Bank Umum Syariah
No. Bank Umum Syariah
1. Bank Muamalat Indonesia
2. Bank Syariah Mandiri
3. Bank Mega Syariah
4. Bank BNI Syariah
5. Bank BRI Syariah
6. Bank Bukopin Syariah
7. Bank Panin Syariah
8. Bank Victoria Syariah
9. Bank BCA Syariah
10. Bank Maybank Syariah
Lampiran 2 : Data Sampel Penelitian Bank Umum Syariah
Data Sampel Penelitian Bank Umum Syariah Tahun 2012
No. BUS JRDK UDD PDKI JRDPS UKA ROA
1. Muamalat
Indonesia
3 5 0,5 12 3 0,002
2. Syariah
Mandiri
13 6 0,6 7 4 0,0225
3. Mega
Syariah
12 6 1 12 3 0,0274
4. BNI
Syariah
19 3 0,6667 20 4 0,0148
5. BRI
Syariah
21 5 0,6 18 5 0,0119
6. Bukopin
Syariah
12 4 0,6667 14 2 0,0055
7. Panin
Syariah
19 4 0,6667 13 3 0,0348
8. Victoria
Syariah
7 3 0,6667 12 3 0,0143
9. BCA
Syariah
7 3 0,6667 19 3 0,008
10 Maybank
Syariah
19 3 1 11 3 0,0288
114
Data Sampel Penelitian Bank Umum Syariah Tahun 2013
No. BUS JRDK UDD PDKI JRDPS UKA ROA
1. Muamalat
Indonesia
6 5 0,5 12 3 0,0027
2. Syariah
Mandiri
13 6 0,6 17 5 0,0229
3. Mega
Syariah
15 5 1 12 3 0,0114
4. BNI
Syariah
19 4 0,75 17 6 0,0123
5. BRI
Syariah
30 5 0,6 13 4 0,0115
6. Bukopin
Syariah
10 4 0,6667 13 2 0,0069
7. Panin
Syariah
6 4 0,6667 17 3 0,0103
8. Victoria
Syariah
6 3 1 21 3 0,005
9. BCA
Syariah
14 3 0,6667 17 3 0,01
10 Maybank
Syariah
19 3 0,6667 12 3 0,0287
Data Sampel Penelitian Bank Umum Syariah Tahun 2014
No. BUS JRDK UDD PDKI JRDPS UKA ROA
1. Muamalat
Indonesia
4 5 0,5 12 3 0,0017
2. Syariah
Mandiri
15 5 0,6 14 6 0,012
3. Mega
Syariah
15 4 1 12 3 0,0116
4. BNI
Syariah
19 4 0,6667 19 5 0,0143
5. BRI
Syariah
5 4 0,6 12 4 0,0008
6. Bukopin
Syariah
12 4 0,6667 13 3 0,0027
7. Panin
Syariah
9 4 0,6667 16 3 0,0199
8. Victoria
Syariah
3 3 1 30 3 -0,0187
115
9. BCA
Syariah
11 3 0,6667 17 3 0,008
10 Maybank
Syariah
21 3 0,6667 11 3 0,0361
Data Sampel Penelitian Bank Umum Syariah Tahun 2015
No. BUS JRDK UDD PDKI JRDPS UKA ROA
1. Muamalat
Indonesia
4 5 0,5 12 4 0,002
2. Syariah
Mandiri
5 5 0,6 15 7 0,0016
3. Mega
Syariah
12 3 1 13 3 0,0197
4. BNI
Syariah
21 4 0,75 15 5 0,0143
5. BRI
Syariah
19 4 0,6 14 5 0,0076
6. Bukopin
Syariah
12 4 0,6667 16 3 0,0079
7. Panin
Syariah
6 4 0,6667 16 3 0,0114
8. Victoria
Syariah
3 3 1 12 3 -0,0236
9. BCA
Syariah
14 3 0,6667 15 4 0,01
10 Maybank
Syariah
4 4 0,6667 12 4 -0,2013
Data Sampel Penelitian Bank Umum Syariah Tahun 2016
No. BUS JRDK UDD PDKI JRDPS UKA ROA
1. Muamalat
Indonesia
12 5 0,75 12 4 0,0022
2. Syariah
Mandiri
5 6 0,6 12 7 0,0019
3. Mega
Syariah
12 3 1 12 3 0,0263
4. BNI
Syariah
22 4 0,5 12 6 0,0145
5. BRI
Syariah
12 4 0,6 12 5 0,0095
6. Bukopin
Syariah
18 4 0,6667 12 3 0,0076
116
7. Panin
Syariah
6 4 0,5 22 3 0,0037
8. Victoria
Syariah
3 3 0,6667 13 3 -0,0219
9. BCA
Syariah
8 3 0,6667 14 3 0,011
10 Maybank
Syariah
19 4 0,6667 12 4 -0,0951
Keterangan :
JRDK : Jumlah Rapat Dewan Komisaris
UDD : Ukuran Dewan Direksi
PDKI : Proporsi Dewan Komisaris Independen
JRDPS : Jumlah Dewan Pengawas Syariah
UKA : Ukuran Komite Audit
ROA : Return On Asset
Lampiran 3 : Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
JRDK 50 3.00 30.00 12.0200 6.47598
UDD 50 3.00 6.00 4.0400 .92494
PDKI 50 .50 1.00 .6983 .15530
JRDPS 50 7.00 30.00 14.3600 3.70747
UKA 50 2.00 7.00 3.7200 1.17872
ROA 50 -.20 .04 .0025 .03708
Valid N (listwise) 50
117
Lampiran 4 : Uji Stasioneritas
Jumlah rapat dewan komisaris (X1) Null Hypothesis: JUMLAH_RAPAT_DEWAN_KOMIS has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.683736 0.0842
Test critical values: 1% level -3.574446
5% level -2.923780
10% level -2.599925 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Setelah 1st difference
Null Hypothesis: D(JUMLAH_RAPAT_DEWAN_KOMIS) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -11.68602 0.0000
Test critical values: 1% level -3.574446
5% level -2.923780
10% level -2.599925 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Ukuran dewan direksi (x2) Null Hypothesis: JUMLAH_DEWAN_DIREKSI has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.422157 0.1412
Test critical values: 1% level -3.574446
5% level -2.923780
10% level -2.599925 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
118
Setelah 1st difference Null Hypothesis: D(JUMLAH_DEWAN_DIREKSI) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.652305 0.0000
Test critical values: 1% level -3.574446
5% level -2.923780
10% level -2.599925 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Proporsi dewan komisaris independen (X3) Null Hypothesis: DKI has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.627507 0.0086
Test critical values: 1% level -3.571310
5% level -2.922449
10% level -2.599224 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(DKI)
Method: Least Squares
Date: 09/26/17 Time: 15:16
Sample (adjusted): 2 50
Included observations: 49 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. DKI(-1) -0.420222 0.115843 -3.627507 0.0007
C 0.297135 0.082946 3.582249 0.0008 R-squared 0.218735 Mean dependent var 0.003402
Adjusted R-squared 0.202112 S.D. dependent var 0.140921
S.E. of regression 0.125877 Akaike info criterion -1.267060
Sum squared resid 0.744718 Schwarz criterion -1.189843
Log likelihood 33.04296 Hannan-Quinn criter. -1.237764
F-statistic 13.15881 Durbin-Watson stat 2.035551
Prob(F-statistic) 0.000703
119
Jumlah rapata dewan pengawas syariah (X4) Null Hypothesis: JUMLAH_RAPAT_DEWAN_PENGA has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.499735 0.0000
Test critical values: 1% level -3.571310
5% level -2.922449
10% level -2.599224 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(JUMLAH_RAPAT_DEWAN_PENGA)
Method: Least Squares
Date: 09/26/17 Time: 15:16
Sample (adjusted): 2 50
Included observations: 49 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. JUMLAH_RAPAT_DEWAN_PENGA(-
1) -0.783126 0.142393 -5.499735 0.0000
C 11.28340 2.117904 5.327626 0.0000 R-squared 0.391563 Mean dependent var 0.000000
Adjusted R-squared 0.378617 S.D. dependent var 4.668155
S.E. of regression 3.679805 Akaike info criterion 5.483557
Sum squared resid 636.4253 Schwarz criterion 5.560774
Log likelihood -132.3471 Hannan-Quinn criter. 5.512853
F-statistic 30.24708 Durbin-Watson stat 2.025507
Prob(F-statistic) 0.000002
Ukuran komite audit (X5) Null Hypothesis: JUMLAH_KOMITE_AUDIT has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.006864 0.0412
Test critical values: 1% level -3.571310
5% level -2.922449
10% level -2.599224 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(JUMLAH_KOMITE_AUDIT)
Method: Least Squares
Date: 09/26/17 Time: 15:17
120
Sample (adjusted): 2 50
Included observations: 49 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. JUMLAH_KOMITE_AUDIT(-1) -0.319328 0.106200 -3.006864 0.0042
C 1.206483 0.413820 2.915478 0.0054 R-squared 0.161332 Mean dependent var 0.020408
Adjusted R-squared 0.143488 S.D. dependent var 0.946260
S.E. of regression 0.875744 Akaike info criterion 2.612475
Sum squared resid 36.04562 Schwarz criterion 2.689692
Log likelihood -62.00563 Hannan-Quinn criter. 2.641771
F-statistic 9.041231 Durbin-Watson stat 1.707869
Prob(F-statistic) 0.004229
Uji Asumsi Klasik
Lampiran 5 : Uji Normalitas
121
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 44
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .00857532
Most Extreme Differences Absolute .095
Positive .065
Negative -.095
Kolmogorov-Smirnov Z .632
Asymp. Sig. (2-tailed) .820
a. Test distribution is Normal.
Lampiran 6 : Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -.005 .014 -.327 .746
JRDK .002 .000 .768 5.387 .000 .698 1.432
uDD .002 .002 .185 1.363 .181 .768 1.301
PDKI .002 .010 .027 .209 .835 .831 1.204
JRDPS -3.700E-5 .000 -.010 -.077 .939 .879 1.137
UKA -.004 .002 -.329 -2.140 .039 .599 1.669
a. Dependent Variable: ROA
122
Lampiran 7 : Uji Auotokorelasi
Lampiran 8 : Uji Heteroskedastisitas
Scatter Plot
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea .00036
Cases < Test Value 22
Cases >= Test Value 22
Total Cases 44
Number of Runs 17
Z -1.678
Asymp. Sig. (2-tailed) .093
a. Median
123
Hasil Uji White test
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 X4X5, X22,
X1X3, X3X4,
X3X5, X1X2,
X2X4, X12,
X2X3, X42, X52,
X32, X1X4,
X1X5, JDD, JKA,
JRDK, X2X5,
JRDPS, PDKIa
. Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: U2I
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .544a .196 .190 .00559
a. Predictors: (Constant), X4X5, X22, X1X3, X3X4, X3X5, X1X2,
X2X4, X12, X2X3, X42, X52, X32, X1X4, X1X5, UDD, UKA, JRDK,
X2X5, JRDPS, PDKI
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .000 20 .000 .609 .874a
Residual .000 23 .000
Total .000 43
a. Predictors: (Constant), X4X5, X22, X1X3, X3X4, X3X5, X1X2, X2X4, X12, X2X3, X42, X52,
X32, X1X4, X1X5, UDD, UKA, JRDK, X2X5, JRDPS, PDKI
b. Dependent Variable: U2I
124
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.001 .002 -.823 .419
JRDK -8.518E-6 .000 -.540 -.296 .770
UDD -4.823E-5 .000 -.477 -.259 .798
PDKI .003 .002 5.773 1.490 .150
JRDPS 3.925E-5 .000 1.325 .534 .598
UKA 1.585E-5 .000 .177 .071 .944
X12 1.277E-6 .000 2.025 2.716 .012
X22 1.813E-5 .000 1.534 .934 .360
X32 .000 .001 -2.217 -.891 .382
X42 -7.621E-7 .000 -.787 -.533 .599
X52 9.002E-6 .000 .834 .615 .544
X1X2 8.775E-6 .000 2.396 2.099 .047
X1X3 -5.151E-5 .000 -2.523 -2.975 .007
X1X4 -2.209E-7 .000 -.220 -.193 .849
X1X5 -6.028E-6 .000 -2.082 -1.444 .162
X2X3 .000 .000 -1.609 -1.490 .150
X2X4 3.225E-6 .000 .538 .434 .669
X2X5 -3.091E-5 .000 -2.069 -.827 .417
X3X4 -6.892E-5 .000 -2.172 -2.529 .019
X3X5 7.792E-5 .000 .606 .415 .682
X4X5 3.447E-6 .000 .742 .337 .740
a. Dependent Variable: U2i
125
Lampiran 9 : Uji Linieritas
Uji Ketepatan Model
Lampiran 10 : Uji Determinasi (Adjusted R Square)
Lampiran 11 : Uji F Statistik
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .003 5 .001 6.485 .000a
Residual .003 38 .000
Total .006 43
a. Predictors: (Constant), UKA, JRDPS, PDKI, UDD, JRDK
b. Dependent Variable: ROA
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .066a .004 -.127 .00910238
a. Predictors: (Constant), X52, X42, X32, X22, X12
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .679a .460 .389 .00912
a. Predictors: (Constant), UKA, JRDPS, PDKI, UDD, JRDK
b. Dependent Variable: ROA
126
Uji Analisis Regresi Linier Berganda
Lampiran 12 : Uji Regresi Linier Berganda
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 UKA, JRDPS,
PDKI, UDD,
JRDKa
. Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: ROA
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .679a .460 .389 .00912
a. Predictors: (Constant), UKA, JRDPS, PDKI, UDD, JRDK
b. Dependent Variable: ROA
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .003 5 .001 6.485 .000a
Residual .003 38 .000
Total .006 43
a. Predictors: (Constant), UKA, JRDPS, PDKI, UDD, JRDK
b. Dependent Variable: ROA
127
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.005 .014 -.327 .746
JRDK .002 .000 .768 5.387 .000
UDD .002 .002 .185 1.363 .181
PDKI .002 .010 .027 .209 .835
JRDPS -3.700E-5 .000 -.010 -.077 .939
UKA -.004 .002 -.329 -2.140 .039
a. Dependent Variable: ROA
128
DECLARATION
In the name of Allah the most graciouse and mereiful.
Here by writer fully declares that the graduating paper is made by writer
herself, and it is not contained the materials writen are has been published by
other people an other’s people ideas except the information from the referance.
The writer is capable to account for this graduating paper if in the future it
can be proved of containing other’s ideas or fact the writer imitates the other’s
graduating paper.
Like wise the declaration made by writer and hope than this declaration
can be understood.
129
PERNYATAAN PUBLIKASI SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ika Sri Wulandari
NIM : 213 13 031
Program Studi : Perbankan Syariah S1
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
Judul : Pengaruh Karakteristik Corporate Governance Terhadap Kinerja
Keuangan Pada Bank Umum Syariah di Indonesia (Periode 2012-
2016)
Menyatakan bahwa ini benar-benar karya saya sendiri dan tidak
berkeberatan untuk dipublikasikan oleh pihak IAIN Salatiga tanpa membuat
konsekuensi apapun.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dan jika pada kemudian hari
terbukti karya saya ini bukan karya sendiri, maka saya sanggup untuk
menanggung semua konsekuensinya.
130
Daftar Riwayat Hidup
Nama : Ika Sri Wulandari
Tempat, Tanggal lahir : Klaten, 15 September 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Dsn. Kutan Desa Randugunting RT 01 RW 02
Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang
Kewarganegaraan : Indonesia
E-mail : [email protected]
Telp./ HP : 089652047445
Latar Belakang Pendidikan
Pendidikan Formal
SDN Randugunting : Tahun 2001-2007
SMPN 1 Bawen : Tahun 2007-2010
SMAN 1 Bergas : Tahun 2010-2013
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.
Salatiga, 14 September 2017
Ika Sri Wulandari
131
132