hubungan antara intensitas mengikuti shalat dzuhur...
TRANSCRIPT
i
HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS
MENGIKUTI SHALAT DZUHUR BERJAMA’AH
DENGAN TINGKAT KEDISIPLINAN SISWA
SMP NEGERI 2 AMPEL TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
EKA NURCAHYANI
NIM. 114-14-026
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2018
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
Artinya: ”Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar
Rahman 13)
Artinya: ”Karena sesungguhnya bersama setiap kesulitan itu ada kemudahan.
Sseungguhnya bersama kesulitan setiap kesulitan ada kemudahan”. (QS. Al
Insyirah 5-6)
vii
PERSEMBAHAN
Bismillahirahmanirrahim. Puji syukur alhamdulillah atas karunia Allah
SWT, karya ini kupersembahkan kepada:
1. Kedua orangtuaku tercinta (Bp. Rohadi dan Ibu Rochimah) yang selalu
mendukung dalam belajar baik lahir maupun batin, mengorbankan
segala-galanya, mendoakan dan mencurahkan perhatian serta kasih
sayang kepada penulis.
2. Suamiku tercinta, Ali Ashadi yang senantiasa mendukung memberikan
semangat dan membantu dan memotivasi sampai penulisan skripsi ini
selesai.
3. Bapak dan Ibu mertua ( Bp. Mundayin dan Ibu Maryati atas segala doa
dan dukungannya.
4. Pranaditya Maulana dan Ervinia Mega Prastica atas doa dan
dukungannya.
5. Sahabat SMA (Armi, Sari, Handa, Erlina, Ning, Zuni, Lusi, Wiwit dan
Yuli)
6. Teman-teman senasib seperjuangan PAI Ekstensi angkatan 2014.
7. Dan semua pihak yang membantu dalam terselesainya skripsi ini.
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat kepada semua hamba-Nya
sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam senantiasa
tetap terlimpahkan kepangkuan beliau Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat-
sahabatnya dan orang-orang mukmin yang senantiasa mengikutinya.
Dengan segala kerendahan hati, penulis sampaikan bahwa skripsi ini tidak
mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan dari semua pihak,
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Skripsi yang berjudul “HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS
MENGIKUTI SHALAT BERJAMA’AH DENGAN TINGKAT
KEDISIPLINAN SISWA TAHUN PELAJARAN 2017/2018” ini disusun
untuk melengkapi syarat-syarat mencapai gelar Sarjana (S1) Pendidikan Agama
Islam pada Jurusan Tarbiyah di IAIN Salatiga, meskipun bentuknya masih
sederhana serta banyak kekurangan.
Di samping itu ucapan terimakasih yang setulus-tulusnya dari hati sanubari
yang paling dalam kepada Yth:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan IAIN Salatiga.
ix
3. Ibu Hj. Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Agama Islam IAIN Salatiga yang telah memberikan ijin untuk
melaksanakan penelitian dan kemudahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Winarno, S.Si., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi
yang telah dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan kepada
penulis dalam penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Peni Susapti, M.Si., selaku ketua penguji yang telah membantu
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan
skripsi ini.
6. Bapak Mufiq, S.Ag., M.Phil selaku pengguji 1 dan Bapak Drs.
Bahroni, M.Pd., selaku penguji 2 yang telah membantu memberikan
bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
7. Kepala sekolah SMPN 2 Ampel beserta guru dan siswa-siswi yang
telah membantu pencapaian keberhasilan penelitian ini.
8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Akhirnya ucap semoga amal baik saudara diberikan yang berlipat ganda
serta mendapat Ridho-Nya, hanya kepada Allah jualah kita berserah diri, sambil
kulantunkan do’a semoga skripsi ini ada manfa’atnya bagi semua orang. Aamiin
Ya Rabbal’alamin
x
xi
ABSTRAK
Nurcahyani Eka, 2015. Hubungan Antara Intensitas Mengikuti Shalat Berjama‟ah
dengan Tingkat Kedisiplinan Siswa SMPN 2 Ampel Tahun Ajaran
2017/2018. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama
Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr.
Winarno, S.Si., M.Pd
Kata Kunci: intensitas shalat berjama’ah, tingkat kedisiplinan
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui tingkat intensitas shalat
berjama’ah dengan tingkat kedisiplinan siswa SMP Negeri 2 Ampel tahun
pelajaran 2017/2018. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini
adalah: Pertama, bagaimana intensitas siswa SMP Negeri 1 Ampel dalam
mengikuti shalat berjama’ah. Kedua, bagaimana deskripsi tingkat kedisiplinan
siswa SMP Negeri 2 Ampel tahun 2017/2018. Ketiga, adakah hubungan antara
intensitas mengikuti shalat berjama’ah dengan tingkat kedisiplinan siswa SMP
Negeri 2 Ampel tahun pelajaran 2017/2018.
Metode pengumpulan data pada skripsi ini menggunakan metode angket
dan metode dokumentasi. Subjek penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 2
Ampel kelas VII yang berjumlah 100.
Temuan riset ini adalah: Pertama, tingkat intensitas mengikuti shalat
berjama’ah siswa SMP Negeri 1 Ampel sebagian besar tergolong tinggi sebanyak
87 (87%). Kedua, tingkat kedisiplinan siswa SMP Negeri 2 Ampel sebagian
besar tergolong sedang sebanyak 65 (65%). Ketiga, setelah dianalisis
menggunakan formula product moment. Penulis menemukan korelasi yang
signifikan sebesar 0,256. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif
antara intensitas mengikuti shalat berjama’ah dengan tingkat kedisiplinan siswa
SMP Negeri 2 Ampel tahun pelajaran 2017/2018.
xii
DAFTAR ISI
SAMPUL ............................................................................................................. i
LEMBAR BERLOGO ......................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................................... iii
SAMPUL ............................................................................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................................ v
MOTTO ................................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii
ABSTRAK ............................................................................................................ ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 6
D. Hipotesis Penelitian .............................................................................. 7
E. Manfaat Penelitian ................................................................................ 7
F. Definisi Operasional ............................................................................. 8
G. Metode Penelitian ................................................................................. 10
H. Sistematika Penulisan Skripsi ............................................................... 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 18
A. Intensitas Shalat Berjama’ah ............................................................... 18
1. Pengertian Shalat Berjama’ah .......................................................... 19
2. Dasar Hukum Shalat Berjama’ah .................................................... 20
3. Hukum Shalat Berjama’ah ............................................................... 21
4. Syarat Shalat Berjama’ah................................................................. 22
5. Anjuran dalam Shalat Berjama’ah ................................................... 26
6. Keutamaan Shalat Berjama’ah......................................................... 29
xiii
7. Indikator Shalat Berjamaah………………………………….…….30
B. Tingkat Kedisiplinan ............................................................................ 31
1. Pengertian Kedisiplinan ................................................................... 31
2. Penanaman atau Penegakan Kedisiplinan........................................ 32
3. Membangun Tradisi Didiplin yang Kuat ......................................... 35
4. Macam-macam Disiplin... …………………………………………37
5. Pembinaan Disiplin Peserta Didik…………………………………39
6. Indikator Tingkat Kedisiplinan………………………………...…..44
C. Hubungan Intensitas Shalat Berjamaah dengan Keisiplinan……...…44
BAB III HASIL PENELITIAN ............................................................................ 48
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................... 48
1. Identitas Sekolah .............................................................................. 48
2. Letak Geografis................................................................................ 48
3. Visi dan Misi .................................................................................... 48
4. Organisasi Sekolah .......................................................................... 54
5. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan ........................................ 58
6. Data Kesiswaan................................................................................ 60
7. Data Sarana dan Prasarana ............................................................... 61
8. Daftar Responden ............................................................................ 64
B. Penyajian Data ..................................................................................... 66
BAB IV ANALISIS DATA .................................................................................. 77
A. Analisis Pendahuluan ........................................................................... 77
B. Pengujian Hipotesis .............................................................................. 79
C. Pembahasan .......................................................................................... 85
BAB V PENUTUP................................................................................................ 85
A. Kesimpulan ........................................................................................... 86
B. Saran-saran ........................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiv
DAFTAR TABEL
TABEL 3.1 Data Pendidik SMPN 2 Ampel ......................................................... 56
TABEL 3.2 Data TenagaPendidik SMPN 2 Ampel ............................................. 59
TABEL 3.3 Data Siswa SMPN 2 AmpelTahunPelajaran 2017/2018 ................... 60
TABEL 3.4 Data Prasarana SMPN 2 Ampel ........................................................ 61
TABEL 3.5 Data Sarana SMPN 2 Ampel............................................................. 63
TABEL 3.6 Daftar Responden SMPN 2 Ampel ................................................... 63
TABEL 3.7 Data Jumlah Nilai Intensitas Shalat Berjama’ah Total ..................... 69
TABEL 3.8 Data Jumlah Nilai Tingkat Kedisiplinan Total ................................ 74
TABEL 4.1 Interval IntensitasShalatBerjama’ah ................................................. 78
TABEL 4.2 Interval Tingkat Kedisiplinan ........................................................... 79
TABEL 4.3 Koefisien Hubungan Antara kedua Variabel…. ............................... 79
TABEL 4.4Nilai Product Moment ........................................................................ 84
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemerintahan Indonesia mempunyai Undang-undang RI No. 20
tahun 2003 yang khusus dibuat guna mengatur sistem pendidikan nasional.
Undan-undang tersebut mendefinisikan pendidikan sebagai usaha dasar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan Negara (Umbara, 2009:60).
Selain itu, Muhibbin Syah menjelaskan bahwa pendidikan
merupakan sendi kehidupan. Melalui pendidikan, kecerdasan dan
keterampilan manusia lebih terasah dan teruji dalam menghadapi dinamika
kehidupan yang semakin kompleks. Tanpa pendidikan manusia tidak dapat
berkembang dengan baik. Pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah
proses dengan metode – metode tertentu sehingga seseorang memperoleh
pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku sesuai dengan
kebutuhan (Syah, 2005:10).
Pendidikan yang ada di sekolah tidak hanya bertujuan untuk
mencetak manusia yang cerdas melainkan juga melahirkan manusia yang
cerdas yang sanggup mengendalikan diri dan mempunya karakter mulia.
Hal ini sejalan dengan misi yang diemban oleh Rasulullah SAW, bahwa
2
beliau diutus di dunia ini tidak lain hanya untuk menciptakan manusia
dengan budi pekertinya.
Martin Luther King juga mengatakan bahwa kecerdasan dan
karakter adalah tujuan yang sebenarnya dari sebuah pendidikan (Majid
Handayani, 2012:30). Pendidikan yang bertujuan untuk membentuk
karakter bisa dikenal dengan sebutan pendidikan karakter. Pendidikan
karakter dapat dilakukan dengan berbagai model, salah satunya dengan
cara pembiasaan, keteladanan dan pembinaan disiplin. Pembiasaan adalah
suatu yang sengaja dilakukan secara berulang – ulang agar sesuatu itu
dapat menjadi kebiasaan. Pembiasaan sebenarnya berintikan pada
pengalaman, yang dibiasakan itu adalah sesuatu yang diamalkan
(Mulyasa, 2012:60).
Selain pembiasaan untuk berperilaku baik, pendidikan karakter di
sekolah juga harus ditunjang dengan keteladanan guru dan kepala sekolah.
Oleh karena itu, di mana ada pembiasaan di sana ada keteladanan.
Selanjutnya adalah proses pembinaan disiplin, menurut Toto Tsamara
disiplin adalah perbuatan atau perilaku untuk mentaati peraturan. Disiplin
juga merupakan latihan batin dan watak yang erat kaitannya dengan
pemerkayaan mentalis individu serta pembentukan sikap dan perilakunya.
Disiplin bukanlah sebuah latihan tetapi disiplin merupakan hasil dari
latihan dan kebiasaan-kebiasaan (Tsamara, 2010:216).
Dalam rangka mensukseskan pendidikan, guru harus mampu
menumbuhkan sikap disiplin pada siswa, terutama disiplin diri.
3
Tumbuhnya sikap disiplin bukanlah peristiwa mendadak. Kedisiplinan
pada siswa tidak dapat tumbuh tanpa adanya dorongan dari pendidik.
Kebiasaan yang ditanamkan oleh orang tua dan orang-orang dewasa di
sekitarnya, akan terbawa oleh anak dan akan memberi warna terhadap
kedisiplinannya kelak. Latihan-latihan sederhana seperti melaksanakan
shalat berjamaah tepat pada waktunya dan sesuai dengan tuntunan yang
ada akan membawa dampak positif bagi sikap disiplin siswa.
Setiap bentuk ibadah yang disyariatkan oleh Islam mengandung
makna yang sangat dalam, baik sebagai upaya meningkatkan kualitas
kehidupan individu maupun sebagai usaha mewujudkan kehidupan sosial
yang lebih baik. Shalat berjama’ah tidak semata-mata wujud bakti seorang
hamba kepada Allah, tetapi juga mempunyai makna persatuan untuk
meningkatkan solidaritas dan persaudaraan sesama muslim. Oleh karena
itu, Rasulullah SAW sangat menganjurkan umatnya untuk melakukan
shalat berjama’ah. Allah memberi kedudukan kepada orang yang shalat
berjama’ah sebanyak 27 derajat lebih tinggi daripada shalat munfarid
(shalat sendirian)
Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW:
Riwayat hadits yang berasal dari Abdullah bin Umar, bahwasanya
Rasulullah SAW pernah bersabda: “Shalat berjama’ah nilainya lebih
4
tinggi 27 derajat (tingkatan) ketimbang shalat sendirian”. (HR. Bukhari
dan Muslim no. 650 dan no. 249)
Inti perintah untuk menjalankan ibadah bagi umat Islam salah
satunya adalah untuk melatih kedisiplinan. Dalam sebuah berita yang
dimuat di situs online www.tribunnews.com menyebutkan bahwa 25
pelajar dikirim ke Disdikpora Minsel untuk mengikuti pembinaan lantaran
mereka kedapatan membolos saat jam pelajaran. Kejadian ini terjadi pada
hari senin, tanggal 3 Februari 2006 yang lalu. Razia yang dilakukan tanpa
adanya pemberitahuan terlebih dahulu tersebut berhasil menjaring 3 siswa
SMP dan 22 siswa SMA, mereka didapati sedang asyik bermain di luar
lingkungan sekolah, seperti di warnet, di jalan – jalan pasar dan di pantai.
Kemuadian mereka diberi pembinaan dan teguran serta dikirim kembali ke
sekolah, pihak Satpol PP juga memberi peringatan kepada pihak sekolah
terkait. Agar lebih tanggung jawan dan waspada terhadap siswa – siswi
mereka.
Dalam penelitian sebelumnya, yang dilakukan oleh Heru Sutrisno
disebutkan bahwa perilaku yang sering dilakukan siswa disekolah adalah
membolos, datang terlambat, melalaikan tugas, catatan tidak lengkap,
malas mengikuti pelajaran, acuh tak acuh pada waktu pelajaran, merokok,
tidak sopan, mempengaruhi teman untuk melanggar, nongkrong di warung
dekat sekolah dan hiperaktif di kelas (Sutrisno, 2009:65). Semua perilaku
tersebut adalah perilaku yang melanggar peraturan. Banyaknya kasus
pelanggaran yang terjadi di sekolahan menunjukan bahwa kesadaran siswa
5
akan kedisiplinan masih sangat kurang. Banyaknya tugas sekolah dan
berbagai macam peraturan yang menurut mereka mengekang, serta kurang
perhatiannya orang tua dan orang-orang dewasa di sekitarnya adalah salah
satu faktor penyebab siswa tidak disiplin. Pembinaan disiplin, pembiasaan
dan keteladanan yang disebut sebagai cara menumbuhkan karakter mulia
tidak pernah mereka dapatkan. Semua orang dewasa yang ada di
sekitarnya tidak pernah mengingatkan atau mengajarkan tentang
pentingnya hidup teratur dan sejalan dengan ajaran yang dianutnya.
Akhirnya, adalah kewajiban guru dan pihak sekolah menciptakan siswa-
siswi yang cerdas dan berkarakter dengan cara melakukan pembiasaan
disiplin, baik disiplin waktu, disiplin ibadah maupun disiplin diri.
Sekolah SMP Negeri 2 Ampel berada pada daerah pedesaan, hal
ini secara tidak langsung lingkungannya dapat mempengaruhi
pengendalian diri siswa. Oleh karena itu sekolah perlu mengadakan
kegiatan yang bisa berpengaruh pada tingkat kedisiplinan siswa dengan
mengaktifkan shalat berjama’ah di sekolah maupun di luar sekolah.
Berangkat dari pemikiran tersebut penulis tertarik untuk meneliti
masalah tersebut ke dalam sebuah judul skripsi yang berjudul:
“Hubungan Antara Intensitas Shalat Dzuhur Berjama’ah
Dengan Tingkat Kedisiplinan Siswa SMP Negeri 2 Ampel Tahun
Pelajaran 2017/201”8
6
B. Rumusan Masalah
Bertolak dari hal diatas, suatu pokok permasalahan berkaitan
dengan judul tersebut adalah:
1. Bagaimana variasi data intensitas shalat dzuhur berjamaah siswa di
SMP Negeri 2 Ampel tahun pelajaran 2017/2018?
2. Bagaimana variasi data tingkat kedisiplinan siswa di SMP Negeri 2
Ampel tahun pelajaran 2017/2018
3. Adakah hubungan antara intensitas mengikuti shalat dzuhur
berjama’ah dengan tingkat kedisiplinan siswa SMP Negeri 2
Ampel tahun pelajaran 2017/2018?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui variasi data intensitas mengikuti shalat dzuhur
berjama’ah siswa SMP Negeri 2 Ampel tahun pelajaran
2017/2018.
2. Untuk mengetahui variasi data tingkat kedisiplinan siswa SMP
Negeri 2 Ampel tahun pelajaran 2017/2108.
3. Untuk mengetahui hubungan antara intesitas mengikuti shalat
dzuhur berjama’ah dengan tingkat kedisiplinan siswa SMP Negeri
2 Ampel tahun pelajaran 2017/2018.
7
D. Hipotesis Penelitian
Untuk memperoleh jawaban sementara terhadap masalah yang
diteliti, maka perlu dirumuskan hipotesis. Hipotesis adalah jawaban atau
pemecahan masalah sementara yang masih merupakan dugaan yang
dihasilkan (Saraswati, 2011: 13).
Berdasarkan telaah kepustakaan awal, maka penulis mengajukan
hipotesis sebagai berikut: Ada hubungan positif antara intensitas
mengikuti shalat berjama’ah dengan tingkat kedisiplinan siswa SMP
Negeri 2 Ampel tahun pelajaran 2017/2018.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan baik bagi pihak
peneliti sendiri maupun bagi pengembangan ilmu dan pengetahuan
(secara akademik). Secara lebih rinci kegunaan peneliti ini dapat memberi
manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian
tentang pendidikan akhlak dan pendidikan keagamaan Islam pada
sekolah umum dalam kajian shalat berjama’ah. Dan menjadikan
motivasi bagi kalangan akademis yang akan mengadakan
penelitian dalam meningkatkan shalat berjama’ah.
2. Manfaat Praktis
8
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh lembaga
pendidikan sebagai pijakan untuk pengembangan program
pembelajaran Pendidikan Agama Islam diharapkan digunakan
dalam pendekatan keagamaan untuk meningkatkan mutu
pendidikan di lembaga masing-masing.
F. Definisi Operasional Variabel dan Indikator Keperilaku
Agar tidak terjadi salah paham dari pembaca, penulis perlu
menjelaskan beberapa istilah yang berkaitan dengan judul diatas, yakni:
1. Intensitas Mengikuti Shalat Berjama’ah
Intensitas adalah keadaan atau tingkatan atau ukuran intens.
Intens itu sendiri adalah bergelora, penuh semangat, berapi-api,
berkobar-kobar (Depdiknas, 2000: 438).
Shalat Berjama’ah adalah shalat yang dikerjakan bersama-
sama, dipimpin oleh imam shalat dan pengikutnya disebut
makmum.
Jadi, intensitas mengikuti shalat berjama’ah menurut
penulis adalah tingkat rutinnya siswa dalam melaksanakan /
menjalankan shalat berjama’ah di sekolah, masjid maupun di
rumah.
Adapun indikator intensitas shalat berjama’ah adalah
sebagai berikut:
a. Keteraturan dalam melaksanakan shalat berjama’ah
9
b. Perasaan terhadap mengikuti shalat berjama’ah
(Ismiyatun, 2012:9).
2. Tingkat Kedisiplinan
Kedisiplinan adalah perbuatan atau perilaku untuk mentaati
peraturan. Disiplin juga merupakan latihan batin dan watak yang erat
kaitannya dengan pemerkayaan mentalis individu serta pembentukan
sikap dan perilakunya. Disiplin bukanlah sebuah latihan tetapi disiplin
merupakan hasil dari latihan dan kebiasaan-kebiasaan.
Adapun indikator kedisiplinan menurut Toto Tasmara
(2001:216) adalah sebagai berikut:
a. Disiplin Diri
b. Disiplin Beribadah
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian
cenderung menggunakan statistik atau data yang berbentuk angka, atau
data kualitatif yang di angka atau (scoring) (Sugiono, 2007:23).
Sedangkan rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian
studi korelasional, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menunjukkan
apakah ada hubungan antara variabel intensitas mengikuti shalat
berjama’ah dengan tingkat kedisiplinan siswa SMP Negeri 2 Ampel
tahun pelajaran 2017/2018.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
10
Lokasi waktu penelitian dilakukan di SMP Negeri 2 Ampel yang
beralamat: Desa Candi, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 Oktober 2017 sampai
tanggal 20 Oktober 2017 yang terbagi menjadi beberapa teknis dari
proses pengumpulan data hingga proses penulisan laporan.
3. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto,
1996:115). Berdasarkan pendapat diatas, populasi dalam penelitian
ini mencakup seluruh siswa kelas VII, VIII SMP Negeri 2 Ampel
tahun pelajaran 2017/2018 yang beragama Islam. Jumlah
keseluruhan siswa kelas VII, VIII, IX SMP Negeri 2 Ampel adalah
671 siswa.
Tabel 1.1
Daftar Populasi Penelitian
No. KELAS JUMLAH SISWA
1 VII 224
2 VIII 225
3 IX 222
JUMLAH 671
11
b. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti
(Arikunto, 1996:117). Penulis akan melakukan penelitian di
lapangan, dengan menggunakan teknik purposive sample yaitu
teknik dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata,
random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu
(Arikunto, 1996:127).
Peneliti bisa menenukan sampel berdasarkan tujuan
tertentu, tetapi ada syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu:
a. Yang akan dijadikan sampel yaitu kelas VIII, karena
dianggap paling bisa mewakili perkembangan siswa
SMP.
b. Beragama Islam.
c. Jenis kelamin proposional antara putra dan putri.
Tabel 1.2
Data Sampel Penelitian
No Kelas Jumlah Siswa yang
beragama Islam
1. VII A 26
2. VII B 24
3. VII C 25
4. VII D 25
Jumlah total 100
12
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini
baik mengenai intensitas mengikuti shalat berjama’ah maupun
mengenai sikap pengendalian diri siswa, maka penulis menggunakan
metode-metode pengumpulan data:
a. Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
pribadi atau hal-hal yang diketahui (Arikunto, 1996:139).
Metode angket dalam penelitian ini digunakan untuk
mendapatkan dana tentang intensitas mengikuti shalat berjama’ah
terhadap sikap pengendalian diri siswa.
b. Metode Dokumentasi
Dokumentasi, dari kata asal katanya dokumen yang artinya
barang-barang tertulis. Dalam melaksanakan metode dokumentasi,
peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku,
majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan
harian dan sebagainya (Arikunto, 1996:148).
5. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data.
13
Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa
angket yang terdapat dalam lampiran. Angket terdiri dari dua yaitu
yang pertama tentang intensitas mengikuti shalat berjama’ah dan yang
kedua angket tentang tingkat kedisiplinan siswa.
Angket shalat berjama’ah digunakan untuk mengetahui
intensitas shalat berjama’ah siswa. Indikator keperilakuan yang
digunakan adalah keteraturan dalam melaksanakan shalat lima waktu
dan perasaan terhadap mengikuti shalat berjama’ah.
Angket tingkat kedisiplinan digunakan untuk mengetahui
kedisiplinan siswa. Indikator keperilakuan yang digunakan adalah
disiplin waktu, disiplin beribadah dan disiplin diri.
6. Analisis Data
a. Analisis Awal
Analisis awal ini untuk mengetahui intensitas shalat
berjama’ah dan deskripsi tingkat kedisiplinan siswa. Teknik
analisisnya menggunakan teknik analisis statistik deskriptif adalah
sebagai berikut:
Dalam pengumpulan data tentang intensitas shalat
berjama’ah, penulis mendistribusikan angket yang berisi 5 item
pertanyaan. Setiap soal terdiri dari tiga alternatif jawaban dengan
bobot nilai sebagai berikut:
a. Alternatif jawaban A memiliki nilai 1
b. Alternatif jawaban B memiliki nilai 2
14
c. Alternatif jawaban C memiliki nilai 3
Pada tahap yang kedua yaitu tentang tingkat kedisiplinan
siswa data yang ada penulis kelompokkan menurut variabel
masing-masing kemudian penulis mencacat hasil angket ke dalam
table. Perolehan jawaban angket tersebut kemudian dijumlah dan
penulis memperoleh total dari jawaban tersebut sesuai kelompok
variabelnya. Pengelompokan data tersebut dilakukan dengan
menyusun tabel distribusi frekuensi untuk setiap variabel yang
terdapat dalam penelitian.
Perlu disampaikan di sini bahwa untuk merubah data yang
bersifat kualitatif menjadi kuantitatif penulis menggunakan standar
skor tertentu (scoring). Angket ini menggunakan item favorable,
yaitu dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Jawaban responden SS diberi skor 4
b. Jawaban responden Sr diberi skor 3
c. Jawaban responden Kdg diberi skor 2
d. Jawaban responden Hmp Tdk Pnh diberi skor 1
b. Analisis Lanjutan
Teknik analisisnya memakai Product Moment sebagai berikut:
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
15
Keterangan:
Koefisien korelasi X dan Y
Perkalian X dan Y
X : Variabel Intensitas Shalat Berjama’ah
Y : Jumlah kuadrat variable y
Jumlah responden
Ʃ : Sigma (Jumlah)
Analisis ini digunakan untuk mengecek diterima tidaknya
hipotesis yang telah diajukan berdasarkan analisis hipotesis.
Setelah diperoleh hasil koefisien korelasi antara variabel X dan Y
atau diperoleh nilai ha (hipotesis alternatif) dikonsultasikan pada
tabel pada taraf 5 % atau 1 %.
H. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyusun sistematikanya
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan masalah,
hipotesis penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional dan metode
penelitian.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ini berisi deskripsi pengertian shalat berjama’ah, dasar hokum
shalat berjama’ah, hokum shalat berjama’ah, syarat shalat berjama’ah,
16
anjuran shalat berjama’ah, keutamaan shalat berjama’ah, indikator shalat
berjama’ah, pengertian kedisiplinan, penanaman atau penegakan
kedisiplinan, membangun tradisi disiplin yang kuat, macam-macam
disiplin, pembinaan disiplin peserta didik, indikator tingkat kedisiplinan
serta hubungan intensitas mengikuti shalat berjama’ah dengan tingkat
kedisiplinan.
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
Bab ini menjelaskan data dan gambaran lokasi penelitian dan hasil dari
penelitian
BAB IV ANALISI DATA
Bab ini berisi analisis dekriptif, pengujian hipotesis dan pembahasan
data dari hasil penelitian.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisikan beberapa kesimpulan dari penelitian dan saran.
17
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Intensitas Shalat Berjama’ah
Kata intens berasal dari Bahasa Inggris yaitu intense yang berarti
semangat, giat (Echols, 1993). Sedangkan menurut Hazim, intensitas
adalah kebulatan tenaga yang dikerahkan untuk suatu usaha. Jadi
intensitas secara sederhana dapat dirumuskan sebagai usaha yang
dilakukan seseorang dengan penuh semangat untuk mencapai tujuan.
Shalat memiliki kedudukan yang sangat tinggi di sisi Allah.
Barang siapa yang melakukan ibadah shalat, berarti dia telah memelihara
dan mendirikan agamanya. Barang siapa yang meninggalkan shalat, berarti
dia telah meruntuhkan agamanya (Fadlun, 2013:15).
Begitu pentingnya kedudukan ibadah shalat ini sehingga menjadi
kewajiban bagi setiap muslim dan muslimat yang tidak sedang haid dan
nifas, baik dalam keadaan di tempat sendiri maupun sedang dalam
perjalanan baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Hanya ada dua alasan
mengapa seorang boleh meninggalkan shalat, yakni ketika terlupa atau
tertidur. Seseorang wajib melakukan shalat yang tertinggal tadi ketika
sudah teringat atau sudah terbangun (Fadlun, 2013:17).
Setiap bentuk ibadah yang disyariatkan oleh Islam mengandung
makna yang sangat dalam, baik sebagai upaya meningkatkan kualitas
kehidupan individu maupun sebagai upaya mewujudkan kehidupan sosial
18
yang lebih baik. Shalat berjama’ah tidak semata-mata wujud bakti seorang
hamba kepada Allah, tetapi juga mempunyai makna persatuan untuk
meningkatkan solidaritas dan persaudaraan sesama muslim. Oleh karena
itu, Rasulullah Saw sangat menganjurkan umatnya untuk melakukan shalat
berjama’ah. Allah memberi kedudukan kepada orang yang shalat
berjama’ah sebanyak 27 derajat lebih tinggi daripada shalat munfarid
(shalat sendirian) (Fadlun, 2013:84).
1. Pengertian Shalat Berjama’ah
Secara bahasa shalat adalah do’a atau pujian. Sedang
menurut definisi shalat adalah upacara ritual menghadap Allah Swt
Yang Maha Suci, yang harus berlangsung secara hikmat dengan
penghayatan penuh dan bermodalkan ikhlas (semata-mata hanya
dipersembahkan kepada Allah Swt dan demi mengarapkan Ridha-
Nya) dan shalatbukan sekedar gerakan-gerakan dan ucapan lahiriah
semata melainkan gerakan dan ucapan lahir dan batin secara
serempak (Khalil, 2004:29)
Menurut Fadlun (2013:84-85) shalat berjama’ah ialah
shalat yang dikerjakan secara bersama-sama. Shalat berjama’ah
paling sedikit dikerjakan dua orang, seorang berlaku sebagai imam
dan seorang lagi menjadi makmumnya. Pelaksanaannya yaitu bagi
yang mengikuti imam wajib berniat menjadi makmum, sedangkan
imam tidak wajib (sunnah) berniat menjadi imam.
19
Sedangkan menurut Fachrozzy (2001:69) yang dimaksud
shalat berjama’ah ialah shalat yang dilakukan oleh orang banyak
bersama-sama sekurangnya dua orang, yang fasih bacaannya dan
lebih mengerti tentang hukum Islam di pilih menjadi imam. Dia di
depan dan lainnya berdiri di belakangnya sebagai makmum.
2. Dasar Hukum Shalat Berjama’ah
a. Al-Qur’an
Firman Allah Swt dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 102:
Artinya: “Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka
(sahabatmu) lalu mau hendak mendirikan shalat
bersama-sama mereka, Maka hendaklah segolongan
dari mereka berdiri (Salat) besertamu dan
menyandang senjata, kemudian apabila mereka
(yang salat besertamu) sujud (telah
menyempurnakan serekaat, Maka hendaklah mereka
pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh)
dan hendaklah datang golongan yang kedua yang
beum bersembahyang, lalu bersembahyanglah
mereka denganmu, dan hendaklah mereka bersiap
siaga dan menyandang senjata. orang-orang kafir
ingin supaya kamu lengah terhadap senjatamu dan
harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan
sekaligus. Dan tidak ada dosa atas meletakkan
20
senjata-senjatamu, jika kamu mendapat sesuatu
kesusahan karena hujan atau karena kamu memang
sakit; dan siap siagalah kamu. Sesungguhnya Allah
telah menyediakan azab yang menghinakan bagi
orang-orang kafir itu.” (Depag RI, 2005:95)
Menurut para ahli tafsir dan fikih, ayat ini
mengandung perintah untuk mendirikan shalat berjama’ah
dalam keadaan takut di medan perang. Kalau dalam keadaan
perang diperintahkan untuk mendirikan shalat berjama’ah,
tentu lebih diperintahkan lagi mendirikannya dalam keadaan
aman.
Dengan demikian, seorang muslim tidak boleh
meninggalkan shalat berjama’ah kecuali ada uzur atau
halangan.
b. Hadits
Artinya: “Dari Abdullah bin Umar, bahwasanya Rasulullah
Saw pernah bersabda: “Shalat berjama‟ah itu lebih
utama daripada shalat sendirian dengan 27
derajat” (HR. Bukhari dan Muslim no. 650 dan no.
249)
Hadits di atas menerangkan bahwa shalat
berjama’ah lebih utama 27 derajat daripada shalat sendirian.
Berdasarkan ayat dan hadits di atas, ulama sepakat mengatakan
21
bahwa shalat berjama’ah disyariatkan dan lebih utama dari
shalat sendirian.
3. Hukum Shalat Berjama’ah
Mengenai hukum shalat berjama’ah, terjadi ikhtilaf diantara
para ulama. Khusus mengenai shalat jum’at, semua ulama sepakat
bahwa berjama’ah hukumnya adalah fardhu „ain. Yang
diperselisihkan adalah jama’ah dalam shalat-shalat fardhu lainnya
(Aunullah, 2008:191).
Ulama madzhab Hanafi dan madzhab Maliki berpandangan
bahwa hukum shalat berjama’ah dalam shalat fardhu selain shalat
jum’at adalah sunnah muakkad bagi laki-laki yang balig, berakal,
merdeka, dan mampu menghadirinya tanpa kesulitan yang sangat.
Adapun madzhab Syafi’i menyatakan bahwa shalat berjama’ah
adalah fardhu kifayah bagi laki-laki yang balig, merdeka dan bukan
musafir. Dengan demikian, dalam suatu kawasan harus didirikan
setidaknya satu shalat berjama’ah di tempat umum seperti masjid
sehingga tampak adanya syiar (tanda aktivitas keagamaan) Islam.
Sementara itu, Mazhab Hambali berpendapat bahwa berjama’ah
dalam shalat fardhu hukumnya adalah fardhu „ain bagi orang yang
tidak memiliki uzur. Namun demikian, berjama’ah bukanlah syarat
sahnya shalat (Aunulah, 2008:192).
4. Syarat Shalat Berjama’ah
22
Shalat berjama’ah dapat dilakukan untuk laki-laki dengan
laki-laki, perempuan dengan perempuan atau laki-laki dengan
perempuan. Untuk menertibkan jama’ah, harus diusahakan
meluruskan shafnya karena kelurusan shaf menjadi kesempurnaan
shalat berjama’ah. Shaf di belakang imam hendaknya diisi oleh
orang dewasa (bukan anak kecil) agar lebih tertib (Fadlun,
2013:85).
Imam dan makmum adalah sebutan bagi orang mukmin
yang mengerjakan shalat secara berjama’ah. Shalat yang dilakukan
secara bersama-sama membutuhkan tata aturan, supaya
pelaksanaan sesuai dengan ajaran Islam. Umat Islam wajib
mengambil hukum ibadah sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits
yang shahih. Sabda Rasulullah Saw “Shalatlah kalian sebagaimana
kalian melihat aku shalat” (Zainu, 1998:66).
Amal ibadah menjadi sah dan tertib jika didasarkan pada
perintah ajaran dalam Islam dan sesuai tata tertib, sehingga di
harapkan tujuan dan makna ibadah tersebut dapat dicapai, maka
tata tertib mendirikan jama’ah harus diketahui, baik tata tertib
sebagai imam dan makmum. Tata tertib shalat jama’ah
menyangkut sifat imam, adab imam dan sikap makmum.
a. Syarat-syarat Imam
Seseorang boleh dijadikan imam jika memiliki syarat-
syarat sebagi berikut:
23
1) Islam
Orang kafir tidak sah menjadi imam, karena shalatnya tidak
sah.
2) Berakal
Orang gila tidak sah menjadi imam, karena shalatnya
sendiri tidak sah.
3) Baligh
Jumhur ulama’ berpendapat bahwa anak kecil termasuk
yang sudah mumazis tidak sah menjadi imam bagi orang
yang telah baligh.
4) Laki-laki sejati bagi makmum laki-laki dan banci
Wanita tidak sah menjadi imam bagi makmum laki-laki dan
banci.
5) Suci dari hadas dan najis
Orang yang berhadas atau terkena najis tidak boleh menjadi
imam.
6) Menguasai rukun dan bacaan shalat dengan baik
Jumhur ulama’ berpendapat bahwa orang yang tidak pandai
membaca al-fatihah dan rukun bacaan lainnya tidak sah
menjadi imam
7) Orang yang adil (Nurkholis, 1995:27).
b. Syarat-syarat makmum
24
Makmum adalah orang yang mengikuti imam dalam
shalat. Makmum dalam shalat berjama’ah hendaknya
memiliki perasaan senang dan ikhlas kepada imam (Fadlun,
2013:86).
Makmum terbagi menjadi dua, yaitu makmum
muwaffiq dan makmum masbuq. Makmum muwaffiq yaitu
orang yang cukup untuk membaca Al-Fatihah bersama
imam, sedangkan makmum masbuq yaitu orang yang tidak
mendapatkan waktu yang cukup untuk membaca Al-
Fatihah beserta imam (Abdurrahman & Bakhri, 2006:148).
Berikut ini adalah beberapa syarat sah menjadi
makmum dan mendapatkan pahala saat shalat berjama’ah,
yaitu:
1) Niat mengikuti imam.
2) Mengikuti gerakan imam.
3) Mengetahui segala yang dikerjakan imam baik melihat
langsung maupun sebagian shaf yang melihat imam,
mendengar suara imam, atau suara pengeras suara
imam.
4) Shalat makmum yang sesuai dengan dengan shalat
imam.
5) Imam dan makmum harus berada di satu tempat.
25
6) Makmum tidak boleh bertentangan dengan imam dalam
aktifitas sunnah, seperti bila imam mengerjakan sujud
tilawah, maka makmum wajib mengerjakannya.
7) Posisi makmum tidak lebih ke depan dari posisi imam.
8) Shalatnya imam sah menurut keyakinan makmum.
9) Tidak bermakmum kepada orang yang berkewajiban
mengulangi sahalat, seperti orang yang bertayamum
karena dingin, atau bertayamum karena tidak ada air di
tempat yang biasa ada air.
10) Imam bukan orang yang ikut (makmum).
11) Orang laki-laki tidak boleh bermakmum kepada
perempuan atau orang banci. Orang banci juga tidak
boleh bermakmum kepada orang perempuan. (Syaiful
& Bakhri, 2006:145-146).
5. Anjuran dalam Shalat Berjama’ah
Berikut ini adalah beberapa anjuran dalam melaksanakan
shalat berjama’ah:
a. Mandi
Mandi adalah salah satu hal yang dianjurkan
sebelum melaksanakan shalat berjama’ah. Hal ini bertujuan
agar shalat yang dikerjakan bisa khusyuk dan tidak
menganggu jama’ah yang lainnya akibat bau keringat dari
tubuh kita. Selain itu, mandi juga bisa membuat tubuh
26
menjadi bersih dari berbagai kotoran dan najis (Musbikin,
2007:100).
b. Menggosok gigi
Menggosok gigi atau membersihkan mulut adalah
anjuran bagi siapa saja yang hendak melaksanakan shalat
berjama’ah, sebab bila mulut tidak dibersihkan dan berbau
menyengat, maka dapat menganggu konsentrasi shalat, baik
dirinya sendiri maupun jama’ah yang lainnya (Musbikin,
2007:115).
c. Memakai pakaian yang sebaik-baiknya
Allah Swt memerintahkan kepada setiap orang yang
ingin melaksanakan shalat agar memakai pakaian yang
sebaik-baiknya. Tujuan utama orang yang akan
melaksanakan shalat adalah untuk menghadap Allah Swt.
Oleh sebab itu, tidaklah pantas bila seseorang menghadap
Allah Swt dengan menggunakan pakaian yang tidak baik
atau tidak bersih (Musbikin, 2007:137).
d. Memakai harum-haruman
Memakai harum-haruman dalam shalat berjama’ah
diharapkan bisa mempengaruhi jiwa, sehingga
menghantarkan seorang untuk menggapai kekhusyukan.
Sebab dengan bau harum, akan bisa menghilangkan bau
27
keringat yang tak jarang bisa menganggu jama’ah lain
(Musbikin, 2007:139).
e. Menjaga kesopanan
Shalat berjama’a adalah shalat yang dilakukan lebih
dari satu orang. Karena itu agar yang dilakukan bisa
menghantarkan pada kesempurnaan dan kekhusyukan,
maka antara jama’ah yang satu dengan yang lain harus
terjalin hubungan yang baik, salah satu caranya adalah
dengan menjaga kesopanan (Musbikin, 2007:153).
f. Melaksanakan shalat berjama’ah di awal waktu
Mengerjakan shalat di awal waktu merupakan amal
kebaikan yang paling utama, mendirikan bukti keimanan
kepada Allah. Sementara itu, mengabaikan shalat akan
mengundang kemurkaan Allah (Salim, 2007:97). Maka
setelah kita mendengar azan, kita harus menuju masjid atau
mushala untuk segera melaksanakan shalat berjama’ah.
g. Melaksanakan shalat berjama’ah di masjid
Salah satu keutamaan shalat berjama’ah adalah
dengan melaksanakannya di masjid. Sebab, shalat
berjama’ah merupakan ibadah yang di dalamnya
terkandung unsur kebersamaan yang sangat kuat. Di
dalamnya terkandung suatu peluang yang besar untuk
28
saling berkenalan dan bersatu di antara muslim (Musbikin,
2007:12).
h. Berdoa setelah shalat berjama’ah
Hal yang kita lakukan setelah shalat berjama’ah
adalah berdoa. Duduklah meskipun sejenak untuk berzikir
dan berdoa sebagai tanda gembira dan bersenang hati atas
kesempatan bermunajat kepada Allah Swt (Shiddieqy,
2001:69).
6. Keutamaan Shalat Berjama’ah
a. Hati yang tergantung di masjid berada di bawah naungan
Allah ta’ala
Imam Nawawi menjelaskan bahwa hadits “Seorang
yang hatinya terlambat dengan masjid” artinya dia sangat
mencintai masjid dan sangat konsisten melakukan shalat
berjama’ah dan yang dimaksud disitu adalah bukan
konsisten duduk di masjid.
b. Keutamaan berjalan ke masjid untuk menunaikan shalat
berjama’ah
Orang yang melangkahkan kaki menuju ke masjid
dalam keadaan suci untuk menunaikan shalat berjama’ah
29
akan mendapat pahala ibadah haji, berada dalam jaminan
Allah, mendapatkan jamuan dari surga setiap kali ia pergi
pada pagi dan petang hari.
c. Keutamaan shaf yang pertama dan sebelah kanan
Shaf pertama seperti shaf para malaikat, sholawat
Allah dan para malaikat untuk shaf pertama, sholawat Nabi
pada shaf pertama dan kedua.
d. Keutamaan shalat berjama’ah dibanding shalat sendirian
Allah akan meninggikan derajatnya berlipat ganda
dari pada shalat sendirian, dua puluh tujuh derajat.
e. Bertambahnya keutamaan shalat berjama’ah seiring dengan
bertambahnya bilangan orang yang shalat.
f. Keutamaan berjama’ah pada shalat isya’, subuh, dan ashar
Melaksanakan shalat isya’ berjama’ah sama
nilainya dengan shalat setengah malam dan shalat fajar
berjama’ah sama halnya seperti shalat semalam suntuk, dan
malaikat yang berkumpul di waktu ashar beristighfar untuk
yang berjama’ah asyar (Ilahi, 2004:8-9).
7. Indikator Intensitas Shalat Berjamaah
a. Mengikuti shalat jamaah dimasjid
b. Melaksanakan shalat fardhu berjamaah
c. Tidak pernah terpaksa melaksanakan shalat jamaah
d. Shalat berjmaah karenakeinginan diri sendiri
30
e. Orang tua selalu memerikan dorongan untuk selalu
shalat berjamaah
f.
B. Tingkat Kedisiplinan
Kata disiplin berasal dari Bahasa Latin “discipulus” yang berarti
“pembelajaran”. Jadi, disiplin it sebenarnya difokuskan pada pengajaran.
1. Pengertian Kedisiplinan
Menurut Ariesandi arti disiplin sesungguhnya adalah proses
melatih pikiran dan karakter anak secara bertahap sehingga menjadi
seseorang yang memiliki kontrol diri dan berguna bagi masyarakat
(Ariesandi, 2008:230).
The Liang Gie (1972) mendefinisikan disiplin adalah suatu
keadaan tertib di mana orang-orang yang tergabung dalam suatu
organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan
rasa senang hati.
Good‟s (1959) dalam Dictionary Of Education mengartikan disiplin
sebagai berikut.
a. Proses atau hasil pengarahan atau pengendalian keinginan,
dorongan atau kepentingan guna mencapai maksud atau untuk
mencapai tindakan yang lebih efektif.
b. Mencari tindakan terpilih dengan ulet, aktif dan diarahkan
sendiri, meskipun menghadapi rintangan.
31
c. Pengendalian perilaku secara langsung dan otoriter dengan
hukuman atau hadiah.
d. Pengekangan dorongan dengan cara yang tak nyaman dan bahkan
menyakitkan.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan,
bahwa disiplin adalah suatu keadaan di mana sesuatu itu berada dalam
keadaan tertib, teratur dan semestinya, serta ada suatu pelanggaran-
pelanggaran baik secara langsung maupun tidak langsung.
Adapun pengertian disiplin peserta didik adalah suatu keadaan
tertib dan teratur yang dimiliki oleh peserta didik di sekolah, tanpa ada
pelanggaran-pelanggaran yang merugikan baik secara langsung
maupun tidak langsung terhadap peserta didik sendiri dan terhadap
sekolah secara keseluruhan (Imron, 2010:172).
Menurut Musrofi cara yang dilakukan untuk meningkatkan
prestasi akademik peserta didik diantaranya adalah meningkatkan
kedisiplinan anak (Musrofi, 2010:3).
2. Penanaman atau Penegakan Kedisiplinan
Kedisiplinan menjadi alat yang ampuh dalam mendidik
karakter. Banyak orang sukses karena menegakkan kedisiplinan.
Sebaliknya, banyak upaya membangun sesuatu tidak berhasil karena
kurang atau tidak disiplin. Banyak agenda yang telah ditetapkan tidak
dapat berjalan karena kurang disiplin. Menanamkan prinsip agar
peserta didik memiliki pendidrian yang kokoh merupakan bagian yang
32
sangat penting dari strategi menegakkan disiplin. Penegakan disiplin
antara lain dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:
g. Peningkatan motivasi
Motivasi merupakan latar belakang yang menggerakkan
atau mendorong orang untuk melakukan sesuatu. Ada dua jenis
motivasi, yaitu yang pertama motivasi ekstrinsik adalah motivasi
yang berasal dari luar diri kita. Kedua motivasi intrinsik dalah
motivasi yang berasal dari dalam diri kita. Dalam penegakan
disiplin, mungkin berasal dar motivasi ekstrinsik. Orang
melakukan sesuatu karena paksaan, pengaruh orang lain, atau
karena keinginan tertentu. Akan tetapi setelah berproses, orang
tersebut dapat saja berubah kearah motivasi intrinsik. Setelah
merasakan dampak positif bagi dirinya kemuadian orang tersebut
melakukan sesuatu dilandasi dengan kesadaran dirinya sendiri.
Idealnya menegakkan disiplin itu sebaiknya dilandasi oleh sebuah
kesadaran.
h. Pendidikan dan Latihan
Pendidikan dan latihan merupakan salah satu faktor penting
dalam membentuk dan menempa disiplin. Pendidikan dan latihan
merupakan suatu proses yang didalamnya ada beberapa aturan
atau prosedur yang harus diikuti oleh peserta didik. Misalnya,
gerakan-gerakan latihan, mematuhi atau mentaati ketentuan-
ketentuan atau peraturan-peraturan, mendidik orang untuk
33
membiasakan hidup dalam kelompok, menumbuhkan rasa setia
kawan, kerjasama yang erat dan sebagainya.
Peraturan-peraturan tersebut merupakan faktor-faktor
penting dalam sukesnya mencapai tujuan. Dan dalam kehidupan
sehari-hari nilai-nilai tersebut juga sangat penting.
i. Kepemimpinan
Kualitas kepemimpinan dari seorang pemimpin, guru, atau
orangtua terhadap anggota, peserta didik ataupun anaknya turut
menentukan berhasil atau tidaknya dalam pembinaan disiplin.
Karena pemimpin merupakan panutan, maka faktor keteladanan
juga sangat berpengaruh dalam pembinaan disiplin bagi yang
dipimpinnya.
j. Penegakan Aturan
Penegakan disiplin biasanya dikaitkan penerapan aturan
(rule enforcement). Idealnya dalam menegakkan aturan
hendaknya diarahkan pada “takut pada aturan bukan takut pada
orang”. Orang melakukan sesuatu karena taat pada aturan bukan
karena taat pada orang yang memerintah. Jika hal ini tumbuh
menjadi suatu kesadaran maka menciptakan kondisi yang nyaman
dan aman.
34
Pada dasarnya penegakan disiplin adalah mendidik agar
seseorang taat pada aturan dan tidak melanggar larangan yang
dilandasi oleh sebuah kesadaran.
k. Penerapan Reward and Punishment
Reward and punishment atau penghargaan dan hukuman
merupakan dua kesatuan yang tidak terpisahkan. Jika
penerapannya secara terpisah maka tidak akan berjalan efektif,
terutama dalam rangka penegakan disiplin (Furqoh. M, 2010:45)
3. Membangun Tradisi Disiplin yang Kuat
Untuk membangun tradidi disilpin yang baik, ada beberapa hal
yang perlu dlakukan, diantaranya:
a. Mengingat Manfaat dan Kerugiannya
Selalu mengingat manfaat besar disiplin akan mendorong
seseorang untuk disiplin. Sebagai seorang guru dan murid, disiplin
manfaatnya sangat besar, antara lain pembelajaran dapat berjalan
secaraefektif dan baik.
b. Mengingat Cita-Cita
Cita-cita yang besar selalu membutuhkan kerja keras,
semangat pantang menyerah, dan prinsip maju tanpa mengenal
mundur. Sekali maju, sebesar apapun halangan dan rintangan yang
menghadang, harus dihadapi dengan sikap ksatria, penuh
keberanian. Namun, untuk menggapai semua itu perlu kedisiplinan.
Cita-cita besar tidak akan terwujud kalau seseorang tidak disiplin
35
melakukan pekerjaan yang berpengaruh besar dalam hidupnya
jangka panjang. Sebelum mendisplinkan muridnya, seorang guru
harus disiplin terlebih dahulu sehingga murid-muridnya segan dan
mengikuti perintahnya.
c. Memiliki Tanggung Jawab
Tanggung jawab besar yang ada di pundak guru harus
dilaksanakan sebagai amanat dari negara, masyarakat, dan nurani
sendiri. Tanggung jawab mendidik dan mempersiapkan masa
depan anak bangsa membutuhkan keseriusan dan kerja keras
seorang guru dan seorang siswa harus belajar dengan rajin untuk
masa depan.
d. Pandai Mengatur Waktu
Disiplin melaksanakan kegiatan membutuhkan kemampuan
mengatur waktu dengan baik. Dari manajemen waktu tersebut bisa
diketahui mana yang menjadi prioritas. Istilahnya, mana yang
masuk kategori pekerjaan wajib (harus dilaksanakan), sunah (baik
dilakukan), makruh (banyak negatifnya), dan haram (larangan)
dilakukan.
e. Meninggalkan Sesuatu yang Tidak Bermanfaat
Hal-hal yang tidak manfaat, misalnya begadang malam,
nonton televisi sampai malam, ngobrol larut malam, dan
sejenisnya, seharusnya ditinggalkan. Seorang guru harus
36
memberikan contoh yang baik dan konstruktif kepada anak didik
dan masyarakatnya (Jamal, (2010:88).
Membangun tradisi disiplin pada anak dilakukan mulai dari
kecil karena perilaku dan sikap disiplin seseorang terbentuk tidak
secara otomatis, namun melalui proses yang panjang dan tidak
dibentuk dalam waktu yang singkat. Disiplin dalam Islam sangat
dianjurkan untuk selalu diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-
hari.
4. Macam-Macam Disiplin
Didalam bukunya Jamal Ma’mur Asmani yang berjudul “Tips
Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, Inovatif “, macam-macam disiplin
dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Disiplin Waktu
Disiplin waktu menajdikan sorotan utama bagi seorang guru dan
murid. Waktu masuk sekolah biasanya menajdi parameter utama
kedisiplinan guru dan murid. Kalau guru dan murid masuk sebelum
bel dibunyikan, berarti disebut orang yang disiplin. Kalau masuk
pas dibunyikan, bisa dikatakan kurang disiplin, dan kalau masuk
setelah bel dibunyikan, maka dinilai tidak disiplin, menyalahi
aturan sekolah yang ditentukan. Karena itu jangan menyepelekan
disiplin waktu ini, usahakan tepat waktu ketika datang pada jam
masuk sekolah. Begitu juga dengan jam mengajar, kapan masuk,
37
kapan keluar, harus sesuai dengan alokasi waktu yang ditentukan
agar tidak mengganggu jam guru lain.
b. Disiplin Menegakkan Aturan
Disiplin menegakkan aturan sangat berpengaruh terhadap
kewibawaan guru. Model pemberian sanksi yang diskriminatif
harus ditinggalkan. Murid sekarang ini cerdas dan kritis, sehingga
kalau diperlakukan semena-mena dan pilih kasih, mereka akan
memakai cara mereka sendiri untuk menjatuhkan harga diri guru.
Selain itu, pilih kasih dalam memberikan sanksi sangat dibenci
dalam agama. Keadilan harus ditegakkan dalam keadaan apapun.
Karena, keadilan itulah yang akan mengantarkan kehidupan ke
arah kemajuan, kebahagiaan, dan kedamaian.
c. Disiplin Sikap
Disiplin mengontrol perbuatan diri sendiri menjadi starting point
untuk menata perilaku orang lain. Misalnya, disiplin tidak tergesa-
gesa, dan gegabah dalam bertindak. Disiplin dalam sikap ini
membutuhkan latihan dan perjuangan, karena setiap saat banyak
hal yang menggoda kita untuk melanggarnya. Dalam
melaksanakan disiplin sikap ini, tidak boleh mudah tersinggung
dan cepat menghakimi seseorang hanya karena persoalan sepele.
Selain itu, juga harus mempunyai keyakinan kuat bahwa tidak ada
yang bisa menjatuhkan diri sendiri kecuali orang tersebut. Kalau
38
disiplin memegang prinsip dan perilaku dalam kehidupan ini,
niscaya kesuksesan akan menghampiri. (Asmani, 2010:24).
Menurut Ali Imron disiplin Dibedakan menjadi tiga
macam. Pertama, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep
otoritarian. Menurut konsep ini, peserta didik di sekolah dikatakan
mempunyai disiplin tinggi apabila peserta didik ingin duduk tenang
sambil memperhatikan uraian guru ketika sedang mengajar. Kedua,
disiplin yang dibangun berdasarkan konsep permissive. Menurut
konsep ini, peerta didik seharusnya diberi kebebasan seluas-
luasnya di dalam kelas dan sekolah. Peraturan-peraturan di sekolah
tidak selalu mengikat perbuatan peserta didik yang menurutnya
baik. Ketiga, disiplin yang dibangun berdasarkan konsep
kebebasan yang terkendali atau kebebasan yang bertanggung
jawab. Disiplin demikian, memberikan kebebasan seluas-luasnya
kepada peserta didik untuk berbuat apa saja, tetapi konsekuensi
dari perbuatan itu, haruslah ia tanggung jawab.
Menurut konsep kebebasan terkendali ini, peserta didik
memang diberi kebebasan, asal yang bersangkutan tidak
menyalahgunakan kebebsan yang diberikan, sebab tidak ada
kebebasan mutlak di dunia ini dan ada batasan-batasan tertentu
dalam kehidupan bermasyarakat ataupun di lingkungan sekolah
(Imron, 2013:173).
39
5. Pembinaan Disiplin Peserta Didik
Penciptaan suasana kondusif dengan peraturan-peraturan sekolah
dapat menumbuhkan sikap disiplin, serta pembinaan disiplin akan
lebih mudah. Dalam mempelajari pembinaan disiplin peserta didik,
kita dapat menganalisis: disiplin kelas, tahapan untuk membantu
mengembangkan disiplin yang baik di kelas, penanggulangan
pelanggaran disiplin, membentuk disiplin sekolah.
a. Disiplin Kelas
Disiplin kelas adalah keadaan tertib dalam suatu kelas yang
didalamnya tergabung guru dan siswa taat kepada tata tertib yang
telah ditetapkan. Dengan disiplin para siswa bersedia untuk tunduk
dan mengikuti peraturan tertentu dan menjauhi larangan tertentu.
Kesediaan semacam ini harus dipelajari dan harus secara sabar
diterima dalam rangka memelihara kepentingan bersama atau
memelihara kepentingan bersama atau memelihara kelancaran
tugas-tugas sekolah. Satu keuntungan lain dari adanya disiplin
adalah siswa belajar hidup dengan pembiasaan yang baik, positif,
dan bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya.
Pengelolaan kelas yang baik akan menciptakan disiplin kelas yang
baik. Kelas dinyatakan disiplin apabila setiap siswanya patuh pada
aturan main/tata tertib yang ada, sehingga dapat terlibat secara
optimal dalam kegiatan belajar.
40
b. Tahapan untuk Membantu Mengembangkan Disiplin yang Baik di
Kelas
Ada beberapa langkah untuk membantu mengembangkan disiplin
yang baik di kelas, yaitu sebagai berikut:
1) Perencanaan
Perencanaan ini meliputi membuat aturan dan prosedur, dan
menentukan konsekuen untuk aturan yang dilanggar.
2) Mengajar Siswa Bagaimana Mengikuti Aturan
Pekerjaan ini dimulai pada hari pertama masuk kelas. Dalam
rangkaian sistem pengelolaan kelas yang sukses, guru harus
mempertahankan disiplin dan komunikasi yang baik. Salah
satu cara yang terbaik adalah mencegah masalah dari semua
kejadian.
3) Merespon Secara Tepat dan Konstruktif Ketika Masalah
Timbul (seperti yang selalu guru lakukan).
Contoh, apa yang guru lakukan ketika siswa menantang guru
secara terbuka di depan kelas, ketika seorang siswa
menanyakan guru bagaimana menyelesaikan masalah yang
sulit, dan ketika guru menangkap seseorang yang menyontek,
dan ketika seorang siswa hilang dan tidak mau berpartisipasi.
Hal seperti inilah guru harus dengan segera merespon secara
tepatr dan konstruktif, agar masalahnya bisa terselesaikan
dengan baik.
41
c. Penanggulangan Pelanggaran Disiplin
Cara-cara penanggulangan pelanggaran disiplin dilaksanakan
secara bertahap dengan tetap memperhatikan jenis gangguan yang
ada dan siapa pelakunya, apakah dilakukan oleh individu atau
kelompok. Langkah tersebut mulai dari tahapan pencegahan
sampai pada tahap penyembuhan, dengan tetap bertumpu
penekanan substansinya bukan pada pribadi peserta didik.
Disamping itu juga garus tetap menjaga perasaaan kecintaan
terhadap peserta didik bukan karena benci atau emosional.
Berikut ini dikemukakan tiga jenis teknik pembinaan disiplin kelas,
yaitu:
1) Teknik Inner Control
Teknik ini sangat disarankan untuk digunakan guru-guru dalam
membina disiplin peserta didiknya. Teknik menumbuhkan
kepekaan/penyadaran akan tata tertib pada akhirnya disiplin
bisa tumbuh dan berkembang dari dalam pesreta didik itu
sendiri (self discipline). Dengan kata lain peserta didik
diharapkan dapat mengendalikan dirinya sendiri.
42
2) Teknik Cooperative Control
Dengan teknik ini, pembinaan disiplin kelas dilakukan dengan
bekerjasama guru dengan peserta didik dalam mengendalikan
situasi kelas ke arah terwujudnya tujuan kelas yang
bersangkutan. Dimana guru dengan peserta didik saling
mengontrol satu sama lain terhadap pelanggaran tata tertib.
Yang perlu diperhatikan oleh guru dalam proses pembinaan
disiplin kelas adalah pembedaan-pembedaan individual peserta
didik dalam kesanggupan mengadakan mawas diri (instropeksi
diri) dan pengendalian dirinya (self control). Karena itu teknik
cooperative control sangat dianjurkan untuk menetralisir teknik
inner control (yang menuntut kedewasaan), eksternel control
(yang menganggap serta didik belum dewasa).
d. Membentuk Disiplin Sekolah
Sekolah yang tertib, aman dan teratur merupakan persyaratan agar
siswa dapat belajar secara optimal. Kondisi semacam ini bisa
terjadi jika disiplin di sekolah berjalan dengan baik. Kedisiplinan
peserta didik dapat ditumbuhkan jika iklim sekolah menunjukkan
kedisiplinan. Siswa baru akan segera menyesuaikan diri dengan
situasi di sekolah. Jika situasi sekolah disiplin, siswa akan ikut
disiplin. (Eka Prihati, 2011:93).
43
6. Indikator Kedisiplinan Peserta Didik
a. Masuk sekolah tepat waktu pada jam yang telah ditentukan oleh
peraturan di sekolah.
b. Mengakhiri kegiatan belajar dan pulang sesuai jadwal yang
ditentukan.
c. Menggunakan kelengkapan seragam sekolah sesuai peraturan.
d. Bersungguh –sungguh dalammengikuti shalat berjamaah.
e. Apabila berhalangan hadir ke sekolah (tidak masuk sekolah), maka
harus menyertakan surat pemberitahuan ke sekolah.(Agus
Wibowo, 2012:85)
f. Mengikuti keseluruhan proses pembelajaran dengan baik dan aktif.
g. Mengikuti kegiatan shalat berjamaah disekolahan.
h. Mengerjakan tugas yang diberikan guru.
i. Melaksanakan tugas piket kelas sesuai jadal yang ditentukan.
j. Mengikuti waktu belajar. (Sulistyorini, 2009:109).
k. Tidak pernah melanggar peraturan sekolah.
l. Mengikuti kegiatan Upacara Bendera.
m. Mengikuti pelajaran dari awal sampai akhir.
n. Bersungguh – sungguh melakukan shalat di sekolah.
o. Tidak membawa Handphone sesuai denganperaturan di sekolah.
44
C. Kajian Tentang Hubungan Intensitas Shalat Berjama’ah dengan
Tingkat Kedisiplinan Siswa
Sholat merupakan ibadah yang paling utama, maka sangat perlu
bagi setiap orang untuk berulang-ulang memahaminya, dengan mengikuti
petunjuk dari kitab Allah Yang Maha Agung (Ibrahim, 2007:61). Shalat
yang paling dianjurkan dalam Islam adalah shalat berjama’ah. Karena
banyaknya manfaat yang diperoleh dalam shalat berjama’ah itulah
sehingga Rasulullah Saw sangat menekankan agar setiap kita selalu
menggelakkan dalam melakukan shalat jama’ah di kelima waktu shalat
fardhu sekalipun jama’ah hanya dua orang saja, namun lebih banyak
jumlahnya orang yang berjama’ah akan lebih baik pula faidahnya.
Tidak sedikit remaja yang saat ini melakukan shalat berjama’ah.
Bahkan banyak sekolah-sekolah yang membuat peraturan shalat
berjama’ah. Yang tujuannya adalah untuk melatih diri siswa melakukan
kebiasaan disiplin shalat berjama’ah tepat waktu di masjid atau mushala.
Shalat berjama’ah yang dilakukan secara rutin dapat memberikan manfaat
yang banyak bagi jasmani dan rohani para pelakunya.
Keikhlasan merupakan suatu yang niscaya dilibatkan dalam setiap
amal ibadah kita. Salat yang benar adalah salat yang didalamnya tidak
sedikit pun memberikan ruang bagi tumbuhnya ketidakikhlasan. Salat
yang jauh dari sikap-sikap lalai (sahun) dan keinginan rendah mengharap
penghargaan manusia (yura‟un an-nas) (Muhyiddin Salahudin, 2006:132).
Shalat yang dilakukan dengan ikhlas, yaitu shalat yang dilakukan semata-
mata karena Allah mengharapkan keridlaan-Nya, tdan tanpa disertai denga
45
perasaan riya’ atau ingin dipuji orang (Musbikin, 2007:268). Shalat yang
dilakukan dengan khusyu’ dan ikhlas juga memiliki pengaruh penting
dalam menyembuhkan perasaan bersalah yang menimbulkan perasaan
gelisah dan stress yang dianggap sebagai biang keladi munculnya penyakit
jiwa. Hal itu karena shalat dapat menghapus dosa dan membersihkan jiwa
dari kotoran-kotoran kesalahan serta membangkitkan harapan meraih
ampunan dan ridha Allah. (Musbikin, 2007:119)
Masa remaja adalah masa yang penuh gejolak di mana ia rentan
pada hal-hal yang tidak baik. Keinginan untuk mengetahui,
mempraktekkan segala sesuatu itu sangat kuat. Maka dari itu apabila
didikan moral dan agama tidak kuat, si remaja mudah terjerumus ke hal-
hal negatif, seperti seks bebas, minum-minuman alkhohol bahkan narkoba.
Kecenderungan hawa nafsu itu banyak jenisnya, sulit
mengendalikannya dan jarang sekali orang yang selamat darinya. Asal
dari bencana-bencana kecenderungan hawa nafsu hanya satu, yaitu
kecintaan pada dunia secara berlebihan, yang juga menjadi pokok dari
setiap kejahatan, segala perbuatan tercela, dan sumber dari segala
kerusakkan, yaitu dunia yang terbiarkan merasuk ke dalam sendi-sendi
kejiawaan hingga mengalihkan jalan kehidupan agama tauhid pada alur
yang tidak semestinya (Ibrahim, 2007:30). Jika sampai terjadi hawa nafsu
yang menguasai diri kita dalam kehidupan ini dan mengalahkan kehendak
nafsunya, maka sifat-sifat sombong, congkak, riya, dan sering berbuat
maksiat. Hal ini terbukti pada seseorang yang menuruti kehendak
46
nafsunya, maka sifat-sifat tersebut akan muncul ke permukaan, dan akan
menjadikan ibadahnya sia-sia. Bagi seseorang yang hatinya bening lagi
jernih, ia akan dapat mengontrol anggota badan serta segenap jiwanya
untuk tetap disiplin, ucapannya akan sesuai dengan perbuatannya, dan
lahirnya akan sesuai dengan batinnya (Ibrahim, 2007:17).
Orang-orang yang tenggelam hatinya dalam mengingat Allah,
sehingga tidak teracuhkan lagi unsur-unsur keduniaan, selain sekedar
untuk menutupi kebutuhan yang penting saja. Orang-orang ini masuk
golongan ahli kebenaran (siddiqin). Tingkat ini hanya bisa dicapai dengan
latihan yang lama dan pengendalian hawa nafsu dalam masa yang panjang
(Ibrahim, 2007:132). Alhasil, panggilan untuk menunaikan salat sejatinya
adalah sebuah panggilan agar manusia lekas tersadar akan hakikat
kemanusiaannya. Agar manusia paham akan dirinya. Paham kepada
Tuhannya. Tidak sekali-kali menjadi tawanan nafsu, terkerangkeng
syahwatnya (Muhyiddin Salahuddin, 2006:327-328).
Hikmah dari shalat berjama’ah adalah untuk belajar berdisiplin dan
mengendalikan jiwa. Caranya adalah dengan selalu mengikuti imam dalam
semua takbir atau gerakannya dalam salat, dan tidak mendahuluinya,
memperlambambat diri darinya, bersamaan dengannya atau berlomba-
lomba dengannya (Musbikin, 2007:51).
Dengan demikian, penulis dapat jelaskan bahwa intensitas shalat
berjama’ah dapat menjadi salah satu untuk mendisiplinkan diri
47
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Identitas Sekolah
Data pokok satuan pendidikan dasar
1) NSS : 201030902017
2) Nama sekolah : SMP Negeri 2 Ampel
3) Jenjang sekolah : SMP
4) Status sekolah : Negeri
5) Alamat sekolah : Jl. Candi Ampel
6) Telp/Fax : (0276) 331004
7) Email : [email protected]
8) Website sekolah :
9) Kelurahan : Candi
10) Kecamatan : Ampel
11) Kab/Kota : Boyolali
12) Provinsi : Jawa Tengah
13) Nama Kepala Sekolah : Mulyono, M.Pd.
2. Letak Geografis
SMP Negeri 2 Ampel terletak di Jalan Candi Kecamatan Ampel
Kabupaten Boyolali. SMP Negeri 2 Ampel ini terletak di Desa Candi.
48
3. Visi dan Misi
a. Visi
SMP Negeri 2 Ampel berusaha meningkatkan kualitas,
kuantitas dan kinerja dengan harapan menghasilkan lulusan yang
berpotensi. Hal ini akan dapat menarik simpati masyarakat sekitar
sehingga mempercayakan pendidikan anaknya ke SMP Negeri 2
Ampel.
Untuk mewujudkan tujuan diatas dan sekaligus merespon
kebijakan pemerintah, maka SMP Negeri 2 Ampel menetapkan visi
sekolah sebagai berikut: Menjadikan Manusia Seutuhnya yang
“Beriman, Berprestasi, Terampil, dan Berbudaya “.
Semua warga sekolah diharapkan memiliki arah dan
motivasi yang jelas serta kuat untuk mendukung tercapainya visi
tersebut.
Indikator visi tersebut antara lain:
1) Terwujudnya sikap positif, disiplin, dan taat menjalankan
ibadah agama sehingga menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Allah SWT.
2) Terwujudnya hubungan antar warga sekolah yang dijiwai oleh
akhlak, sehingga tercipta hubungan keluarga yang harmonis,
selaras, serasi, dan seimbang.
3) Terwujudnya efisiensi dan efektivitas pembelajaran dan
layanan BP/BK.
49
4) Terwujudnya lulusan yang cakap dan terampil sehingga dapat
melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi dan memiliki
life skill.
5) Terwujudnya sikap positif warga sekolah terhadap alam sekitar
sehingga dengan penuh kesadaran untuk merawat dan
melestarikannya.
6) Terwujudnya pembinaan bakat dan minat siswa secara optimal
sehingga dapat berprestasi di tingkat lokal maupun nasional.
7) Terwujudnya tenaga pendidik dan kependidikan yang
profesional.
8) Terwujudnya lulusan yang berbudaya membaca untuk
mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
b. Misi
Dalam rangka mewujudkan visi dengan indikator-indikator
tersebut, agar segenap warga SMP Negeri 2 Ampel memiliki
gambara jelas tentag masa depan yang diharapkan serta tumbuhnya
peningkatan partisipasi, loyalitas, dedikasi, dan kerjasama yang
harmonis diantara warga sekolah dan masyarakat maka ditetapkan
misi sekolah sebagai berikut:
1) Menumbuhkembangkan sikap positif, disiplin, dan taat
menjalankan ibadah agama sehingga menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.
50
2) Terbentuknya sikap positif dalam berbagai hal permasalahan
yang dihadapai sebagai wujud menerima dan mengembangkan
segala sesuatu yang sudah ada.
3) Terbentuknya sikap taat beragama dengan melaksanakan segala
ajaran agama menurut kepercayaan masing-masing sehingga
ada kepercayaan terhadap kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.
4) Menumbuhkembangkan suasana kehidupan beragama,
berbudaya, dan berbudi pekerti luhur.
a. Terbentuknya sikap takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
saling menghormati dan menjalankan kewajibannya
masing-masing.
b. Terbentuknya sikap peduli budaya daerah dan melestarikan
dengan cara mengikuti kegiatan budaya daerah yang masih
tumbuh dan berkembang.
c. Terbentuknya sikap budi pekerti luhur, norma kehidupan
agama dan masyarakat setempat.
5) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif dan
efisien agar potensi yang dimiliki setiap siswa dapat
berkembang secara optimal.
a. Terwujudnya pembelajaran dan bimbingan yang
dilaksanakan secara efektif dan efisien untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki pada setiap siswa.
51
b. Terlaksananya program pembelajaran intra dan
ekstrakurikuler yang diselenggarakan pihak sekolah secara
tertib dan berkelanjutan.
6) Membentuk manusia yang bermasa depan mandiri, terampil,
dan berkepribadian.
a. Terbentuknya konseling yang dapat memberikan pengertian
tentang profesi/pekerjaan, sekolah lanjutan dan cara meraih
prestasinya.
b. Tertanamnya sikap terampil dalam berbagai hal termasuk
cara-cara belajar yang baik.
7) Menumbuhkembangkan sikap positif warga sekolah terhadap
alam sekitarnya sehingga dengan penuh kesadaran untuk
merawat dan melestarikannya.
a. Terbentuknya sikap peduli terhadap segala permasalahan
yang timbul baik di lingkungan sekolah maupun di
lingkungan masyarakat tempat siswa tinggal.
b. Terbentuknya sikap peduli terhadap kelestarian alam
sekitar (penghijauan, menanam tanaman hias, membuang
sampah pada tempatnya, membersihkan saluran air dan
menjaga kebersihan lingkungan).
8) Terwujudnya pembinaan bakat dan minat siswa secara optimal
sehingga dapat berprestasi di tingkat lokal maupun nasional.
52
a. Terlaksananya kegiatan ekstrakurikuler dalam bidang
olahraga dan kesenian.
b. Terlaksananya kegiatan ekstrakurikuler secara rutin dan
berkala untuk menggali dan mengembangkan potensi dan
bakat siswa.
c. Terlaksananya kegiatan perlombaan tingkat sekolah.
d. Terlaksananya kegiatan perlombaan tingkat kecamatan,
kabupaten, dan provinsi, atau perlombaan yang diadakan
oleh sekolah/instansi lain.
9) Mengusahakan terwujudnya tenaga pendidik dan kependidikan
yang memenuhi standar nasional pendidikan dan beretos kerja
tinggi.
a. Terlaksananya kegiatan MGMP tingkat sekolah, kelompok
kerja, dan kabupaten.
b. Adanya kegiatan pendidikan dan pelatihan yang relevan
dengan tugasnya.
c. Terlaksananya kegiatan seminar pendidikan.
d. Terbentuknya kelompok diskusi antara pendidik.
10) Mengusahakan terwujudnya budaya membaca bagi semua
warga sekolah.
a. Terlaksananya program perpustakaan dalam meningkatkan
budaya baca secara terjadwal.
53
b. Tercapainya target administrasiu perpustakaan dalam
pengisian buku kunjungan.
c. Terlaksananya kegiatan budaya baca secara terjadwal di
hari Jum’at pekan kedua.
4. Organisasi Sekolah
Adapun organisasi sekolah yang tersusun pada tahun ajaran 2014/2015
adalah sebagai berikut:
Kepala Sekolah : mulyono, S.Pd. M.Pd
Wakil Kepala Sekolah : Umi Sukristyani, S.Pd
Drs. Jumari, M.Pd.I
Kaur Kurikulum : Kartomo, S.Pd
Retno Susilowati, S.Pd
Kaur Kesiswaan : Santoso, S.Pd
Anna Prihatingsih, S.Si
Kaur Humas : Drs. Bambang. T
Arny Masrutti
Kaur Sarpras : Drs. Jumari, M.Pd.I
Heri Purwanto, SH
Ka. Lab IPA : Partinem, S.Pd
Ka. Lab BAHASA : Drs. Esroq Heru Prasetyo. M.HUM
Ka. R. Komputer : Erni Stiyani, S.PAK
Pengelola Perpustakaan : Sri Wahyuni, S.Pd
Tata Usaha : Retno Wulandari
54
Sumini
Triningsih Sri W.
Sri Suwarni
Sri Rahayu
Muhtar
Sumini
Reti
5. Data Pendidik dan Tenanga Kependidikan
Pendidik dan tenaga pendidikan memiliki bagian penting dalam
sebuah institusi pendidikan. Keberadaannya juga merupakan salah satu
penunjang untuk mewujudkan berjalannya kegiatan belajar mengajar
dengan baik. Sekolah ini memiliki 36 pendidik. Secara umum kondisi
pendidik sudah berstatus sebagai PNS yaitu sejumlah 35 orang dengan
jumlah laki-laki sebanyak 16 orang dan perempuan sebanyak 19 orang,
sedang 1 orang lainnya masih menyandang status GTT (Guru Tidak
Tetap) dengan jumlah perempuan 1 orang. Untuk tenaga kependidikan,
sekolah ini memiliki 7 orang laki-laki dan 3 orang perempuan atau
sejumlah 10 orang.
Tabel 3.1
Data Pendidik SMP Negeri 2 Ampel
No
. Nama NIP L/P Gol
Tugas Mulai Alamat
Mengajar Tugas Rumah
Disini
55
1 Mulyono, S.Pd.M.Pd
19611108 1986031012
L IVa 2/27/2017
Jl.Boncis
No.3
Pulisen
Boyolali
2 Dra. Nurhayati 19650816
1993032005 P IVb B.Inggris 11/10/2005
Kebonan
Kr.gede
Boyolali
3
19591228 1986031012
L IVa Penjasorkes 3/1/1986
Ngrancah
Drs. Bambang Pusporengg
o
Tristiyono Musuk
Boyolali
4
19620719
1989031003 L IVa IPS 3/1/1989
Legundi
Drs. Laksito Bambang
Cepoko
Setiawan Sawit
Boyolali
5
Drs. Esroq
Heru 19651120
1988031009 L IVa B.Indonesia 7/10/2013
Dawung
Prasetyo,
M.Hum Pulisen
Boyolali
6 Sri Pujiati, S.Pd
19600420 1981032006
P IVa PPKn 2/1/1984
Perum
Griyo
Pulisen
Boyolali
7
Arny Masrutti, 19590602
P IVa B.Inggris 1/1/1982
Tukangan
A.Ma.Pd 1979032001 Candi
Ampel
Boyolali
8 Supomo, S.Pd 19600830
1984031005 L IVa Penjasorkes 3/1/1986
Karangmojo
Kebon
Bimo
Boyolali
9 Kartomo, S.Pd 19650807
1988031017 L IVa Matematika 3/1/1988
Cermo
Sambi
Boyolali
10 Partinem, S.Pd 19620215 1985122001
P IVa IPA 1/1/1989
Tegalrejo
Kembang
Ampel
Boyolali
11 Uning
Widiyani, S.Pd
19650316
1987032008 P IVa B.Indonesia 7/11/2006
Nyamplung
Kidul
56
Urutsewu
Ampel
Boyolali
12 Sri Sunarsih,
S.Pd
19630612
1984032003 P IVa B.Indonesia 6/22/1992
Daleman
Sidomulyo
Ampel
Boyolali
13
Umi
Sukristiyani, S.Pd
19650223 1988032005
P IVa B.Indonesia 3/1/1988
Jl.Arjuna
Mapagan
Ungaran
14 Retno Prihatmi
Suryandari, SE
19620618
1984032008 P IVa B.Jawa 3/1/1986
Candi
Ampel
Boyolali
15 Dra. Umi
Latifah
19660616
1998022002 P IVa PKn 7/31/2017
Susukan
Kab.Semarang
16 Retno Susilowati,
S.Pd
19720201 1998022002
P IVa IPS/TIK 12/2/2004
Sudimoro
Teras
Boyolali
17 Sri Wahyuni,
S.Pd
19690510
1998022004 P IVa B.Indonesia 7/11/2006
Kembangsar
i
Kembang
Ampel
Boyolali
18 Dra. Sri
Supriani
19661108
1998022004 P IVa BK 2/1/1998
Klatak
Kembang
Ampel
Boyolali
19 Purwoko, S.Pd 19610918 1986011001
L IVa B.Inggris 12/1/2000
Kradenan
Kaliwungu
Semarang
20 Suratman 19590603
1984031008 L IVa Matematika 11/1/1999
Sawahan
Jogoprayan
Gantiwarno
Klaten
21 Wahyuni
Agustina
19580817
1987102001 P IVa
Agama
10/1/1987
Kadirejo
Katolik Candi
Ampel
Boyolali
22 Sri Sumarti, 19610705 P IVa B.Jawa 7/1/1987 Tukangan
57
S.Pd 1989032003 Candi
Ampel
Boyolali
23 Timin, S.Pd 19630627 1992031005
L IVa BK 9/1/1998
Mekarsari
Kaligentong
Ampel
Boyolali
24 Drs. Jumari, M.PdI
19680921 2000031005
L IVa
Pend.
12/31/2013
Dawung
Agama Islam Ngenden
Ampel
Boyolali
25
Anna
Prihatingsih, S.Si
19780413 2005012010
P IIId Matematika 1/1/2005
Petet
Gladagsari
Ampel
Boyolali
26 Sri Purwanti, S.Pd
19690912 2006052009
P IIIc Kerumahtanggaan 4/1/2006
Kebaan
Metuk
Mojosongo
Boyolali
27 Budi Waluyo, S.Sn
19781115 2006041010
L IIIc Seni Budaya 7/31/2017
Kebongulo
Musuk
Boyolali
28 Sri Atmini,
S.Pd
19750626
2007012011 P IIIc IPA 2/11/2014
Candi
Ampel
Boyolali
29 Heri Purwanto,
S.Pd
19680818
2007011027 L IIIc Matematika 1/1/2008
Langkap
Papringan
Kaliwungu
Semarang
30 Santoso, S.Pd 19761007 200801107
L IIIc Seni Budaya 1/1/2008
Kenteng
Penggung
Boyolali
31 Agung
Widodo, S.Pd
19671112
2008011006 L IIIb IPS/TIK 1/1/2008
Nglayut
Dlingo
Mojosongo
Boyolali
32 Erni Stiyanti,
S.PAK
19830306
2009032006 P IIIb
Pend.
3/1/2009
Kalimangli
Agama Kristen Karangtenga
h
58
Tuntang
Semarang
33 Neti Herawati, S.Pd
19680313 2008012006
P IIIa IPA 1/1/2008
Petet
Gladagsari
Ampel
Boyolali
Tabel 3.2
Data Tenaga Pendidikan SMP Negeri 2 Ampel
No.
L/P
TMT
Nama Tempat Kawin/ Maker sbg
NIP Tanggal Lahir Belum Seluruhnya PTT
1 Sri Rahayu
P Janda
1/2/1986
Boyolali, 20 tahun
4/20/1964 08 bulan
2 Sumini Boyolali,
P Kawin 24 tahun
4/1/1990 10/17/1967 05 bulan
3 Sri Suwarni Boyolali,
P Kawin 24 tahun
4/1/1990 12/2/1969 05 bulan
4 Triningsih Sri
Wulandari
Magetan, P
Belum 24 tahun 4/1/1990
4/29/1970 Kawin 05 bulan
5 Muhtar Boyolali,
L Kawin 20 tahun
12/1/1993 3/30/1966 09 bulan
6 Mundakir Boyolali,
L Kawin 10 tahun
10/1/2003 4/4/1968 11 bulan
6. Data Kesiswaan
Data siswa SMP Negeri 2 Ampel tahun ajaran 2017/2018 berjumlah
662 siswa yang terdiri dari 3 kelas, 21 rombel. Kelas VII dengan
59
jumlah rombel 7, 224 siswa. Kelas VIII dengan jumlah rombel 7, 225
siswa. Kelas IX dengan jumlah rombel 7, 222 siswa.
Tabel 3.3
Data Siswa SMP Negeri 2 Ampel Tahun Ajaran 2017/2018
7. Data Sarana dan Prasarana
Tabel 3.4
Data Prasarana SMP Negeri 2 Ampel
N
O
NAMA
RUANG
JM
L
KONDISI RUANG
BAI
K
RUSAK
RINGA
N
RUSAK
SEDAN
G
RUSA
K
BERAT
1
Ruang
Kepala
Sekolah
1 √
2
Ruang
Wakil
Kepala
Sekolah
- -
3 Ruang Tata
Usaha 1 √
Kelas
VII VIII IX
Jumlah rombel 7 7 7
Junlah siswa 224 225 222
Jml total 671
60
4 Ruang Guru 1 √
5 Ruang Staff 1 √
6 Ruang
BP/BK 1 √
7
Ruang
KM/WC
Guru
1 √
8
Ruang
KM/WC
Siswa
2 √
9 Ruang Lab
IPA 1 √
10 Ruang Lab.
Bahasa 1 √
11 Ruang Lab
Media
1 √
12 Ruang
Perpustakaa
n
1 √
13 Ruang
Kesehatan
(UKS)
2 √
14 Kantin
Sekolah
3 √
15 Ruang
Koperasi
1 √
16 Ruang
Komputer
1 √
17 Ruang
Agama
2 √
61
18 Ruang
Sanggar
Pramuka
- -
19 Ruang OSIS - -
20 Ruang Kelas 21 √
21 Ruang
Ketrampilan
1 √
22 Ruang BK 1 √
23 Ruang
Aula/Serba
Guna
1 √
24 Mushola 1 √
25 Gudang 1 √
Tabel 3.5
Data Sarana SMP Negeri 1 Ampel
N
O JENIS SARANA JML
DAYA/
LUAS/
PANJANG
KONDISI KE
T BAIK RUSAK
1 Listrik 1 √
2
Telpon
PSTN/Faximili/PAB
X
1
√
3 Jaringan Internet
Sekolah
1 √
4 SIM Perpustakaan 1 √
5 Jaringan Air Bersih
PDAM
1 √
6 Paving Halaman 1 √
7 Jalan Lingkungan 1 √
62
Sekolah
8 Pagar Keliling 1 √
9 Lapangan Upacara 1 √
10 Lapangan Olahraga 1 √
11 Lahan Parkir 2 √
8. Data Responden
Berikut ini penulis lampirkan data responden dari hasil penelitian
di SMP Negeri 2 Ampel tahun pelajaran 2017/2018:
Tabel 3.6
Daftar Nama Responde Siswa SMP Negeri 2 Ampel
No. Nama Jenis
Kelamin Kelas
1 Siswa 1 L VII-A
2 Siswa 2 P VII-A
3 Siswa 3 L VII-A
4 Siswa 4 L VII-A
5 Siswa 5 L VII-A
6 Siswa 6 P VII-A
7 Siswa 7 P VII-A
8 Siswa 8 L VII-A
9 Siswa 9 L VII-A
10 Siswa 10 L VII-A
11 Siswa 11 P VII-A
12 Siswa 12 P VII-A
13 Siswa 13 P VII-A
14 Siswa 14 P VII-A
15 Siswa 15 P VII-A
63
No. Nama Jenis
Kelamin Kelas
1 Siswa 1 L VII-B
2 Siswa 2 L VII-B
3 Siswa 3 L VII-B
4 Siswa 4 L VII-B
5 Siswa 5 P VII-B
6 Siswa 6 P VII-B
7 Siswa 7 P VII-B
8 Siswa 8 P VII-B
9 Siswa 9 L VII-B
10 Siswa 10 L VII-B
11 Siswa 11 L VII-B
12 Siswa 12 L VII-B
13 Siswa 13 P VII-B
14 Siswa 14 P VII-B
15 Siswa 15 P VII-B
16 Siswa 16 P VII-B
17 Siswa 17 P VII-B
18 Siswa 18 P VII-B
19 Siswa 19 P VII-B
16 Siswa 16 P VII-A
17 Siswa 17 P VII-A
18 Siswa 18 L VII-A
19 Siswa 19 L VII-A
20 Siswa 20 L VII-A
21 Siswa 21 P VII-A
22 Siswa 22 P VII-A
23 Siswa 23 P VII-A
24 Siswa 24 P VII-A
64
20 Siswa 20 L VII-B
21 Siswa 21 L VII-B
22 Siswa 22 L VII-B
23 Siswa 23 L VII-B
24 Siswa 24 L VII-B
25 Siswa 25 L VII-B
26 Siswa 26 P VII-B
No. Nama Jenis
Kelamin Kelas
1 Siswa 1 L VII-C
2 Siswa 2 L VII-C
3 Siswa 3 L VII-C
4 Siswa 4 L VII-C
5 Siswa 5 P VII-C
6 Siswa 6 P VII-C
7 Siswa 7 L VII-C
8 Siswa 8 L VII-C
9 Siswa 9 P VII-C
10 Siswa 10 P VII-C
11 Siswa 11 L VII-C
12 Siswa 12 L VII-C
13 Siswa 13 L VII-C
14 Siswa 14 P VII-C
15 Siswa 15 L VII-C
16 Siswa 16 L VII-C
17 Siswa 17 L VII-C
18 Siswa 18 L VII-C
19 Siswa 19 L VII-C
20 Siswa 20 L VII-C
21 Siswa 21 P VII-C
65
22 Siswa 22 P VII-C
23 Siswa 23 L VII-C
24 Siswa 24 P VII-C
25 Siswa 25 L VII-C
No. Nama Jenis
Kelamin Kelas
1 Siswa 1 L VII-D
2 Siswa 2 L VII-D
3 Siswa 3 L VII-D
4 Siswa 4 L VII-D
5 Siswa 5 P VII-D
6 Siswa 6 L VII-D
7 Siswa 7 P VII-D
8 Siswa 8 P VII-D
9 Siswa 9 P VII-D
10 Siswa 10 P VII-D
11 Siswa 11 P VII-D
12 Siswa 12 L VII-D
13 Siswa 13 L VII-D
14 Siswa 14 P VII-D
15 Siswa 15 L VII-D
16 Siswa 16 L VII-D
17 Siswa 17 L VII-D
18 Siswa 18 L VII-D
19 Siswa 19 P VII-D
20 Siswa 20 P VII-D
21 Siswa 21 P VII-D
22 Siswa 22 P VII-D
23 Siswa 23 L VII-D
24 Siswa 24 L VII-D
66
25 Siswa 25 L VII-D
B. Penyajian Data
1. Data Tentang Jawaban Angket Intensitas Shalat Berjama’ah
Dalam pengumpulan data tentang intensitas shalat berjama’ah,
penulis mendistribusikan angket yang berisi 5 item pertanyaan. Setiap
soal terdiri dari tiga alternatif jawaban dengan bobot nilai sebagai
berikut:
a. Alternatif jawaban A memiliki nilai 1
b. Alternatif jawaban B memiliki nilai 2
c. Alternatif jawaban C memiliki nilai 3
Adapun hasil penyebaran angket intensitas shalat berjama’ah
dapat dilihat dari tabel sebagai berikut:
Tabel 3.7
Daftar Jawaban Intensitas Mengikuti Shalat Berjama’ah Siswa
SMP Negeri 2 Ampel
NO.
RESP
ITEM JML
1 2 3 4 5
1 2 1 1 3 3 10
2 2 1 1 3 3 10
3 3 2 3 2 3 13
4 2 2 2 3 3 12
5 3 3 2 3 3 14
6 3 2 3 3 2 13
7 3 3 2 3 3 14
8 2 2 2 3 3 12
9 3 3 3 3 3 15
67
10 2 2 2 2 2 10
11 2 3 3 3 3 14
12 2 2 3 3 3 13
13 1 1 2 3 3 10
14 3 3 3 2 3 14
15 2 1 1 3 3 10
16 3 2 3 2 3 13
17 3 2 2 3 3 13
18 3 3 3 3 3 15
19 2 1 1 3 3 10
20 2 1 2 3 3 11
21 3 2 3 3 2 13
22 2 2 3 3 3 13
23 3 2 3 3 1 12
24 3 3 3 3 3 15
25 2 2 2 3 3 12
26 3 3 2 3 3 14
27 2 2 3 3 1 11
28 2 2 3 3 1 11
29 2 2 3 3 3 13
30 2 1 1 3 3 10
31 2 1 2 3 3 11
32 2 2 3 2 3 12
33 2 2 2 2 3 14
34 2 1 3 2 3 11
35 2 2 2 3 3 12
36 2 1 1 3 3 10
37 2 2 2 3 3 12
38 3 1 1 3 3 11
39 2 2 2 2 3 11
40 2 2 2 3 3 12
41 2 2 2 3 3 12
42 2 2 2 3 3 12
43 2 2 3 2 1 10
44 3 1 3 2 3 12
45 2 2 2 3 3 12
46 2 2 3 3 3 13
47 1 1 2 3 3 10
48 2 2 3 3 3 13
49 2 2 3 3 3 13
50 3 2 3 3 3 14
68
51 3 2 3 2 3 13
52 3 2 3 3 3 14
53 2 2 2 3 3 12
54 3 2 2 3 3 13
55 3 1 3 3 3 13
56 2 2 2 3 3 12
57 2 2 2 3 3 12
58 3 1 3 3 1 11
59 2 1 2 2 3 10
60 3 2 3 3 1 12
61 3 2 3 3 3 14
62 2 2 1 3 3 11
63 2 2 3 3 3 13
64 2 2 2 3 3 12
65 3 2 2 3 1 11
66 2 2 3 3 3 13
67 3 2 2 3 3 13
68 2 2 2 2 2 10
69 2 2 3 3 3 13
70 3 2 2 3 1 11
71 2 2 3 3 1 11
72 2 2 2 3 3 12
73 2 1 2 2 3 10
74 3 2 2 2 3 12
75 2 2 3 3 3 13
76 3 3 2 3 3 14
77 2 2 3 3 3 13
78 3 3 3 3 3 15
79 3 3 2 3 3 14
80 2 2 3 3 3 13
81 3 2 3 2 3 13
82 2 3 3 3 2 13
83 3 2 1 3 3 12
84 2 3 3 3 3 14
85 2 3 3 2 3 13
86 2 2 2 3 3 12
87 2 2 2 3 3 12
88 3 2 3 2 3 13
89 3 3 3 2 3 14
90 3 3 3 3 3 15
91 3 3 3 3 3 15
69
92 3 3 3 3 3 15
93 3 3 3 3 3 15
94 2 2 3 3 3 13
95 3 2 3 3 3 14
96 3 3 3 3 3 15
97 2 3 3 3 3 14
98 3 3 3 2 3 14
99 3 3 3 3 3 15
100 3 3 3 3 3 15
2. Data Tentang Jawaban Angket Tingkat Kedisiplinan
Dalam pengumpulan data tentang intensitas shalat berjama’ah,
penulis mendistribusikan angket yang berisi 15 item pertanyaan. Setiap
soal terdiri dari empat alternatif jawaban dengan bobot nilai sebagai
berikut:
a. Jawaban responden SS (Sangat Sering) diberi skor 4
b. Jawaban responden Sr (Sering) diberi skor 3
c. Jawaban responden Kdg (Kadang-kadang) diberi skor 2
d. Jawaban responden Hmp Tdk Pnh (Hampir Tidak Pernah) diberi
skor 1
Adapun hasil penyebaran angket tingkat kedisiplinan dapat dilihat
dari tabel sebagai berikut:
Tabel 3.8
Daftar Jawaban Tingkat Kedisiplinan Siswa SMP Negeri 2 Ampel
NO
RES
ITEM JML
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 3 2 2 2 4 3 3 3 3 3 2 1 2 3 3 39
70
2 3 3 2 2 3 1 4 3 3 3 3 3 3 4 3 43
3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 2 50
4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 54
5 4 4 2 2 4 3 4 2 4 2 3 2 2 2 2 42
6 4 2 3 2 3 4 4 3 3 3 4 4 2 3 4 48
7 2 3 2 4 4 4 4 4 2 3 4 4 4 3 3 50
8 3 3 2 2 3 4 4 4 2 3 3 2 3 4 2 44
9 3 3 3 2 2 4 4 2 2 4 4 1 3 3 2 42
10 3 3 2 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 40
11 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 2 4 3 47
12 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 50
13 3 3 2 2 4 3 4 2 2 3 3 3 2 3 3 42
14 3 4 2 1 4 3 4 3 3 3 3 2 4 2 4 45
15 3 2 2 2 3 3 4 3 2 4 3 2 2 2 3 40
16 3 3 2 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 51
17 4 3 2 2 4 4 4 3 2 3 4 3 3 4 3 48
18 4 3 2 2 4 4 4 3 2 4 4 3 3 4 3 49
19 3 3 3 2 3 3 4 3 2 4 3 2 2 2 3 42
20 3 4 3 3 2 4 4 4 2 4 2 4 2 4 2 47
21 3 4 2 4 2 3 4 2 2 2 3 4 4 3 3 45
22 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 53
23 2 2 2 2 2 3 4 4 2 2 4 4 2 2 2 38
24 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 51
25 2 3 2 2 4 3 3 4 3 3 4 3 2 4 3 45
26 4 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 52
27 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 32
28 4 2 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 2 47
29 3 2 3 2 4 3 4 3 2 2 3 2 2 2 2 39
30 2 2 2 3 4 4 4 4 3 3 3 2 3 4 2 45
31 3 4 2 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 3 52
32 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 31
33 3 4 2 3 4 3 4 2 3 3 3 2 3 3 4 46
34 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 31
35 3 4 2 3 3 4 4 3 2 4 3 2 3 3 3 46
36 3 3 3 2 4 4 4 3 2 4 4 3 3 2 3 47
37 4 3 2 3 3 3 4 2 2 3 3 4 3 3 2 44
38 2 3 2 2 4 4 4 3 2 3 4 3 3 3 3 45
39 3 3 2 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 2 46
40 3 3 3 2 2 4 4 3 2 3 3 3 3 3 3 44
41 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 57
42 3 3 2 2 2 4 4 3 2 3 3 3 3 3 3 43
71
43 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 54
44 2 2 2 2 1 4 4 2 2 2 4 2 2 2 2 35
45 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 58
46 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 55
47 3 3 3 2 2 4 4 4 3 4 3 2 2 3 2 44
48 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 2 3 4 52
49 2 4 2 3 4 4 4 3 3 4 2 3 1 4 2 45
50 3 4 3 2 2 4 4 4 3 3 3 2 3 3 2 45
51 3 2 4 2 2 4 3 3 3 3 2 4 1 3 2 41
52 4 3 2 3 2 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 50
53 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 51
54 4 3 2 3 2 3 4 2 2 3 3 2 2 2 3 40
55 4 4 2 2 1 4 4 3 2 2 3 2 2 2 3 40
56 3 4 4 2 2 4 4 3 4 3 4 2 3 3 4 49
57 4 3 2 2 4 4 4 3 2 3 3 2 3 4 3 46
58 1 2 2 2 4 3 3 2 2 4 4 2 2 3 3 39
59 1 2 1 1 1 1 4 2 2 1 1 1 2 2 2 24
60 1 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 42
61 1 2 2 4 2 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 47
62 3 2 2 3 3 3 4 3 3 4 4 2 2 3 2 43
63 3 3 3 2 4 4 4 2 2 4 4 3 3 3 2 46
64 1 3 2 3 3 3 4 3 2 3 3 3 2 3 3 41
65 2 4 2 3 2 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 47
66 3 4 2 2 2 2 4 2 2 2 3 2 4 2 3 39
67 2 3 2 2 3 2 4 3 2 2 3 3 2 2 2 37
68 2 2 2 2 3 2 4 3 2 2 3 3 2 2 2 36
69 2 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 45
70 3 3 3 3 4 4 4 3 2 4 3 3 2 2 3 46
71 2 4 2 4 4 4 4 2 2 4 2 2 2 4 2 44
72 2 3 2 2 3 2 4 3 2 2 3 2 2 2 2 36
73 3 4 3 2 4 4 4 2 3 3 3 3 2 3 3 46
74 3 2 2 3 4 4 4 4 3 2 3 4 3 3 4 48
75 2 2 2 2 2 2 4 4 2 2 4 2 2 2 3 37
76 2 4 2 4 1 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 35
77 4 4 2 3 2 4 4 2 3 4 2 3 2 3 4 46
78 4 4 3 3 2 4 4 3 2 4 3 2 2 4 3 47
79 3 3 3 3 4 3 4 2 2 3 2 3 3 2 3 43
80 3 3 3 3 3 3 4 3 1 3 4 4 2 2 3 44
81 3 4 3 4 4 2 4 3 2 4 4 2 2 3 3 47
82 3 3 2 2 4 4 4 3 2 3 2 4 3 3 3 45
83 1 2 2 4 2 4 4 4 3 2 2 2 2 3 2 42
72
84 2 4 2 4 3 3 4 2 2 3 3 3 3 2 4 42
85 3 3 2 2 3 2 4 2 2 4 4 4 2 2 2 41
86 2 2 3 4 4 2 4 3 3 2 3 1 3 2 4 42
87 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 2 3 3 49
88 2 2 3 3 4 3 4 4 2 4 3 3 2 4 4 47
89 4 3 2 1 4 2 4 2 1 2 2 1 1 2 1 32
90 1 3 2 1 4 3 4 3 3 2 3 4 2 3 1 40
91 4 3 2 3 2 4 4 4 3 3 2 2 4 3 3 46
92 4 3 4 4 2 4 4 3 2 3 3 2 3 2 2 45
93 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 52
94 3 3 4 3 4 2 4 3 2 3 4 4 4 3 4 50
95 3 3 4 2 2 4 4 4 4 4 4 3 2 3 2 48
96 3 3 3 3 2 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 47
97 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2 4 4 3 4 56
98 4 4 4 4 4 4 4 3 2 2 4 4 4 4 4 55
99 4 4 3 4 3 4 4 4 2 4 3 3 3 2 3 50
100 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 2 2 4 50
BAB IV
ANALISIS DATA
Analisis data bertujuan untuk membuktikan hipotesis mengenai variabel
penelitian yang ditetapkan sebelumnya yaitu menguji apakah ada hubungan
intensitas shalat berjama’ah dengan pengendalian diri siswa SMP Negeri 2 Ampel
tahun pelajran 2017/2018.
Perolehan data angket yang penulis sebarkan pada 100 orang responden.
Dari sejumlah responden tersebut diperoleh data mengenai variabel intensitas
shalat berjama’ah dan pengendalian diri siswa. Data mengenai intensitas shalat
berjama’ah merupakan variabel X, sedangkan data tingkat kedisiplinan siswa
merupakan variabel Y. Pengolahan data dilaksanakan setelah data terkumpul.
Penulis menggunakan analisis kuantitatif atau analisis data yang bersifat statistik
73
dengan melalui tiga tahap yaitu tahap analisis pendahuluan, analisis uji hipotesis,
dan analisis lanjut.
A. Analisis Pendahuluan
1. Analisis Data Intensitas Shalat Berjama’ah
Dari paparan data jawaban dan pengskoran, dapat diketahui bahwa nilai
tertinggi adalah 15 dan nilai terendah 10. Kemudian untuk mengetahui
intervalnya, penulis menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
I = interval
Xt = nilai tertinggi
Xr = nilai terendah
Ki = kelas interval
Jadi,
Hasil tersebut kemudian dibulatkan menjadi 4 dan dimasukkan
dalam tabel untuk mengetahui berapa banyak siswa yang memiliki
intenstitas shalat berjama’ah.
Tabel 4.1
Interval Tingkat Intensitas Shalat Berjama’ah
No Kategori Interval Jml. Subjek Persentase
1. Rendah 1-5 0 0%
2. Sedang 6-10 13 13%
74
3. Tinggi 11-15 87 87%
Jumlah 100 100%
2. Analisis Data Tingkat Kedisiplinan
Dari paparan data jawaban dan pengskoran, dapat diketahui bahwa
nilai tertinggi adalah 58 dan nilai terendah 24. Kemudian untuk mengetahui
intervalnya, penulis menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
I = interval
Xt = nilai tertinggi
Xr = nilai terendah
Ki = kelas interval
Jadi,
Hasil tersebut kemudian dibulatkan menjadi 12 dan dimasukkan
dalam tabel untuk mengetahui berapa banyak siswa yang memiliki
pengendalian diri.
Tabel 4.2
Interval Tingkat Kedisiplinan Siswa
No Kategori Interval Jml. Subjek Persentase
1 Rendah 24-36 9 9%
2 Sedang 37-48 65 65%
3 Tinggi 49> 26 26%
Jumlah 100 100%
75
B. Pengujian Hipotesis
Tabel 4.3
Koefisien Hubungan Intensitas Shalat Berjama’ah (X) dengan
Tingkat Kedisiplinan (Y)
No. Resp X Y X2
Y2
X.Y
1 10 39 100 1521 390
2 10 43 100 1849 430
3 13 50 169 2500 650
4 12 54 144 2916 648
5 14 42 196 1764 588
6 13 48 169 2304 624
7 14 50 196 2500 700
8 12 44 144 1936 528
9 15 42 225 1764 630
10 10 40 100 1600 400
11 14 47 196 2209 658
12 13 50 169 2500 650
13 10 42 100 1764 420
14 14 45 196 2025 630
15 10 40 100 1600 400
16 13 51 169 2601 663
17 13 48 169 2304 624
18 15 49 225 2401 735
19 10 42 100 1764 420
20 11 47 121 2209 517
21 13 45 169 2025 585
22 13 53 169 2809 689
23 12 38 144 1444 456
24 15 51 225 2601 765
25 12 45 144 2025 540
26 14 52 196 2704 728
27 11 32 121 1024 352
28 11 47 121 2209 517
29 13 39 169 1521 507
30 10 45 100 2025 450
31 11 52 121 2704 572
32 12 31 144 961 372
33 14 46 196 2116 644
34 11 31 121 961 341
35 12 46 144 2116 552
76
36 10 47 100 2209 470
37 12 44 144 1936 528
38 11 45 121 2025 495
39 11 46 121 2116 506
40 12 44 144 1936 528
41 12 57 144 3249 684
42 12 43 144 1849 516
43 10 54 100 2916 540
44 12 35 144 1225 420
45 12 58 144 3364 696
46 13 55 169 3025 715
47 10 44 100 1936 440
48 13 52 169 2704 676
49 13 45 169 2025 585
50 14 45 196 2025 630
51 13 41 169 1681 533
52 14 50 196 2500 700
53 12 51 144 2601 612
54 13 40 169 1600 520
55 13 40 169 1600 520
56 12 49 144 2401 588
57 12 46 144 2116 552
58 11 39 121 1521 429
59 10 24 100 576 240
60 12 42 144 1764 504
61 14 47 196 2209 658
62 11 43 121 1849 473
63 13 46 169 2116 598
64 12 41 144 1681 492
65 11 47 121 2209 517
66 13 39 169 1521 507
67 13 37 169 1369 481
68 10 36 100 1296 360
69 13 45 169 2025 585
70 11 46 121 2116 506
71 11 44 121 1936 484
72 12 36 144 1296 432
73 10 46 100 2116 460
74 12 48 144 2304 576
75 13 37 169 1369 481
76 14 35 196 1225 490
77
77 13 46 169 2116 598
78 15 47 225 2209 705
79 14 43 196 1849 602
80 13 44 169 1936 572
81 13 47 169 2209 611
82 13 45 169 2025 585
83 12 42 144 1764 504
84 14 42 196 1764 588
85 13 41 169 1681 533
86 12 42 144 1764 504
87 12 49 144 2401 588
88 13 47 169 2209 611
89 14 32 196 1024 448
90 15 40 225 1600 600
91 15 46 225 2116 690
92 15 45 225 2025 675
93 15 52 225 2704 780
94 13 50 169 2500 650
95 14 48 196 2304 672
96 15 47 225 2209 705
97 14 56 196 3136 784
98 14 55 196 3025 770
99 15 50 225 2500 750
100 15 50 225 2500 750
JUMLAH 1253 4481 15925 204383 56377
Dari tabel di atas diketahui:
Ʃ X : 1253 Ʃ Y2 :
204383
Ʃ Y : 4481 Ʃ XY : 56377
Ʃ X2 :
15925
Untuk mengetahui hubungan antara variabel X (intensitas shalat
berjama’ah) dengan variabel Y (tingkat kedisiplinan), maka varibel X dan Y
dimasukkan dalam rumus product moment sebagai berikut:
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
78
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
√
√
Untuk lebih meyakinkan, berikut ditampilkan nilai-nilai product moment
dalam tabel taraf signifikansi 1%
Tabel 4.4 Nilai Product Moment
N Tafar Signifikansi
1% 5%
100 0,256 0,195
C. Pembahasan
Berdasarkan analisis diatas yang telah dilakukan pada tanel r,
diketahui bahwa dengan N (jumlah responden) sebanyak 100, hasil r = 1%
adalah signifikan pada taraf 1%. Untuk menguji apakah harga = 0,256
tersebut signifikan atau tidak, kita konsultasikan dengan tabel product
moment (r tabel). Pada harga tabel r-kritik pada taraf signifikasi 1%=
79
0,256 dan 5%= 0,195. Jadi, kesimpulannya “ada hubungan positif dan
nilai koefisien korelasi intensitas melakukan shalat berjama’ah dengan
tingkat kedisiplinan siswa sebesar 0,256”.
Jika dilihat dari subjek penelitian yaitu siswa SMP mereka
memiliki rutinitas yang baik untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari, meskipun mereka berada usia remaja, di mana masa remaja adalah
masa yang penuh gejolak, mereka sudah membiasakan mengikuti shalat
berjama’ah di sekolah, rumah, masjid atau di mana saja untuk mengatasi
berbagai macam persoalan hidup. Dengan mengikuti shalat berjama’ah,
mereka berlatih untuk mendisiplinkan diri. dengan adanya penelitian ini
ternyata mengikuti shalat berjama’ah terbukti ada hubungan positif
terhadap tingkat kedisiplinan.
80
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, penulis memperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Intensitas mengikuti shalat dzuhur berjama’ah yang dilakukan oleh
siswa SMP Negeri 2 Ampel tahun pelajaran 2017/2018
menunjukkan bahwa siswa mempunyai tingkat intensitas
mengikuti shalat berjama’ah yang tinggi. Hal ini terbukti dari
persentase jawaban siswa yang menjadi responden mengenai
intensitas mengikuti shalat berjama’ah adalah: rendah tidak ada,
sedang sebanyak 13 siswa, dan tinngi sebanyak 87 siswa.
2. Tingkat kedisiplinan yang dimiliki siswa SMP Negeri 2 Ampel
tahun pelajaran 2017/2018 dapat dikualifikasikan pada tingkat
sedang. Hal ini terbukti dari persentase tertinggi jawaban siswa
yang menjadi responden mengenai tingkat kedisiplinan adalah:
rendah sebanyak 9 siswa, sedang sebanyak 65 siswa dan tinggi
sebanyak 26 siswa.
3. Intensitas mengikuti shalat dzuhur berjama’ah mempunyai
hubungan positif terhadap tingkat kedisiplinan siswa. Shalat
berjma’ah merupakan salah satu sarana untuk mendisiplinkan diri.
Hal ini terbukti berdasarkan analisis diatas yang telah dilakukan
pada tanel r, diketahui bahwa dengan N (jumlah responden)
81
sebanyak 100, hasil r = 1% adalah signifikan pada taraf 1%. Untuk
menguji apakah harga = 0,256 tersebut signifikan atau tidak,
kita konsultasikan dengan tabel product moment (r tabel). Pada
harga tabel r-kritik pada taraf signifikasi 1%= 0,256 dan 5%=
0,195. Hal ini terbukti dari analisis uji hipotesis dengan
mengkosultasikan nilai r 0,256 adalah signifikan pada taraf 1%.
B. Saran
Mengingat ada interkaitan antara intensitas shalat berjama’ah
dengan pengendalian diri siswa, maka disarankan bagi pihak-pihak terkait
berikut ini:
1. Bagi sekolah atau madrasah, berupaya meningkatkan kesadaran
dan partisipasi siswa agar lebih aktif dalam kegiatan shalat
berjama’ah, yang dimulai dari pembiasaan di sekolah atau
madrasah.
2. Bagi orangtua, memperhatikan dan membentuk pembiasaan shalat
berjama’ah dimulai sejak dini di rumah agar anak selalu terbiasa
shalat berjama’ah dengan baik.
82
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, H.M Masykuri & Mokh. Syaiful Bakhri. 2006. Kupas Tuntas
Salat, Tata Cara Dan Hikmahnya. Jakarta: Erlangga.
Al-Azhar, Mushaf. 2010. Al Qur‟an dan Terjemah. Bandung: Hilal.
Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Aunullah, Indi. 2008. Ensiklopedi Fikih Untuk Remaja Jilid I. Yogyakarta: Insan
Madani.
Departemen, Agama RI. 2005. Al-Qur‟an Dan Terjemahanya. Bandung: PT
Syaamil Cipta Media.
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Fachrozzy, Moh. 1999. Kunci Ibadah. Jakarta: Pustaka Imani.
Fadlun, Muhammad. 2013. Keistimewaan & Keagungan Shalat Berjama‟ah.
Pustaka Media.
Ibrahim, Rizal. 2007. Rahasia Sholat Khusuk. Jogjakarta: Diva Press.
Ilahi, Fadhla. 2004. Menggugat Kesunatan Shalat Berjama‟ah. Yogyakarta:
Pustaka Fathima.
Ismiyatun, Sri. 2012. Hubungan Intensitas Shalat Berjama‟ah dengan Kehidupan
Sosial Masyarakat Dusun Gupit Kebonsan Borobudur Magelang Tahun
2012. Skirpsi pada STAIN Salatiga (Tidak Diterbitkan).
M S Khalil. 2006. Tata Cara Shalat Nabi. Bantul: Izzan Pustaka.
Muhyidin dan Salahudin. 2006. Salat Bukan Sekedar Ritual. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Musbikin, Imam. 2007. Rahasia Shalat Khusuk. Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Nurkholis, Mujiyo. 1995. Meraih Pahala 27 Derajat. Bandung: Al-Bayan.
83
Salim, Abu Malik Kamal Bin Syayid. Fiqh Sunnah untuk Wanita. Surabaya: Al
I’tishom Cahaya Umat.
Shiddieqy, Teuku Muhammad Hasbi Ash. 2001. Pedoman Shalat Edisi Ringkas.
Semarang: PT Pustaka Rizki Putra.
Sugiono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.
Suryabrata, Sumadi. 2003. Metodologi Penelitian. PT Raja Grafindo Persada.
Sylvia, Saraswati. 2011. Cara Mudah Menyusun Proposal Skripsi Tesis Disertasi.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Zainu, Jamil bin Muhammad. 1998. Jalan Golongan Yang Selamat. Jakarta: Darul
Haq.
Agus, Wibowo. 2012. Pendidikan Karakter, Strategi membangun Karakter
Bangsa Berperadapan. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
Ali Imron. 2011. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Bumi Aksara.
Ariesandi. 2008. Rahasia Mendidik Anak Agar Sukses dan Bahagia, Tips dan
Teruji Melejitkan Potensi Optimal Anak. Jakarta: PT Gramedia Pusaka
Utama.
Eka, Prihatin. 2011. Manajemen Peserta Didik. Bandung: Alfabeta.
Jamal, Ma’mur Asmani. 2010. Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, Inovatif.
Yogjakarta: DIVA Press.
M. Musrofi. 2010. Melesatkan Prestasi Akademik Siswa, Cara Praktis
Meningkatkan Prestasi Akademik Siswa Tanpa Kekerasan dan Tanpa
Harus Menambah Jam Belajar. Yogjakarta: PT Pustaka Intan Madani.
Sulistyorini. 2009. Manajemen Pendidikan Islam Konsep, Strategi dan Aplikasi.
Yogjakarta: Teras.
84
LAMPIRAN
85
ANGKET PENELITIAN
INDENTITAS SISWA
NAMA LENGKAP :
KELAS :
JENIS KELAMIN :
A. Angket Intensitas Shalat Berjama’ah
Berilah tanda silang (X) pada jawaban pertanyaan menurut pendapat
Anda masing-masing!
1. Dimana Anda sering melakukan shalat berjama’ah?
a. Hanya di sekolah saja
b. Selain di sekolah, kadang-kadang di rumah
c. Baik di sekolah, di rumah, di masjid atau dimana saja
2. Berapa kali Anda melakukan shalat jama’ah dalam sehari?
a. Setidaknya satu kali
b. Antara 2-3 kali
c. 4-5 kali
3. Kapan atau waktu shalat apa Anda melakukan berjama’ah?
a. Hanya shalat Dhuhur saja
b. Shalat Dhuhur dan Maghrib
c. Shalat Dhuhur, Maghrib, Isya’
4. Bagaimana perasaan Anda ketika mengikuti shalat berjama’ah?
a. Agak terpaksa
b. Biasa saja
c. Senang
5. Siapa yang meminta Anda melaksanakan salat berjama’ah?
a. Guru dan Orang tua
b. Ikut-ikutan teman
c. Keinginan sendiri
86
B. Angket Kedisiplinan
Keterangan
S : Selalu
SR : Sering
Kk : Kadang-kadang
TP : Tidak pernah
No. Pertanyaan S SR K
K
TP
1. Saya datang ke sekolah tepat waktu.
2. Saya tidak membolos di saat jam pelajaran.
3. Saya mengerjakan tugas dari guru tepat waktu.
4. Saya memakai seragam dengan lengkap.
5. Saya melaksanakan tugas piket dengan tanggung jawab.
6. Saya meminta ijin guru piket ketika meninggalkan
sekolahan.
7. Saya mengikuti keseluruhan proses pembelajaran
dengan baik.
8. Saya bersungguh- sungguh ketika shalat.
9. Saya tidak pernah meninggalkan shalat ketika sekolah.
10. Saya pulang sekolah sesuai dengan jadwal.
11. Saya mengerjakan pekerjaan rumah.
12. Saya tidak pernahdiam-diam jajan dikantin saat jam
pelajaran.
13. Saya mengikuti kegiatan Upacara Bendera dari awal
sampai akhir.
14. Saya tidak membawa Handphone ke sekolah.
15. Saya belum pernah dipanggil oleh guru Bimbingan
Konseling
87
88
89
90
91
Suasana pengambilan data di kelas VII D
Suasana setelah pengambilan data di kelas VII B
92
Suasana pengambilan data di kelas VII C
Suasana pengambilan data dikelas VII A
93