intensitas ibadah shalat fardu bagi aktifis rohis smk...
TRANSCRIPT
INTENSITAS IBADAH SHALAT FARDU
BAGI AKTIFIS ROHIS SMK MUHAMMADIYAH SALATIGA
TAHUN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
DESIYANA BHENIKAWATI
NIM. 11111078
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUS AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
TAHUN 2017
i
INTENSITAS IBADAH SHALAT FARDU
BAGI AKTIFIS ROHIS SMK MUHAMMADIYAH SALATIGA
TAHUN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
DESIYANA BHENIKAWATI
NIM. 11111078
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUS AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
TAHUN 2017
ii
iii
INTENSITAS IBADAH SHALAT FARDU
BAGI AKTIFIS ROHIS SMK MUHAMMADIYAH SALATIGA
TAHUN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
DESIYANA BHENIKAWATI
NIM. 11111078
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUS AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
TAHUN 2017
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
- MAN JADDA WAJADA
- MAN SHABARA ZHAFIRA
PERSEMBAHAN
Dengan Setulus hati skripsi ini penulis persembahkan kepada:
Bapak Eko Susilo & Ibu Suwarni orang tuaku tercintadan mertuaku
tercinta (Bapak Slamet Hartopo dan Alm. Ibu Sri Rahayu) yang selalu
menyayangiku, mendukung, dan menyemangatiku. Terima
kasihatasuntaian doa yang tiada henti terucap dan dorongan untuk
mengerjakanskripsiini.
SemogainimenjadilangkahawaluntukmembuatBapakdanIbubanggaterha
dapku. TerimakasihBapak, terimakasihIbu
Suamiku tercinta (Agung Dwi Irawan) dan calon buah hatiku
yang selalu ku sayangi sepanjang hidupku. Terima kasih atas
semangat dan dukungan yang selalu engkau berikan untukku
Kakakku (Danang, Isnuriayah, Eko, Nur), adikku (Desiyani,
Setiawan, Iik), serta keponakanku (Arsyad, Airin) dan seluruh
keluarga yang selalu memberi semangat dan doa untukku
Bapak Ibu Guru SDN Bakalrejo 02 yang telah menjadi patner
kerja yang baik, terimakasih untuk semangat yang selalu kalian
berikan.
Teman-teman semua yang tidak dapat saya sebut satu-persatu.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir skripsi dengan judul “Intensitas Ibadah Shalat Fardu Bagi Aktifis Rohis
SMK Muhammadiyah Salatiga Tahun 2016/2017”. Skripsi ini disusun untuk
memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan S1 Jurusan
Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam NegeriSalatiga.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak,
tidak akan mungkin penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan
lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. H.Rahmat Hariyadi, M. Pd selaku Rektor IAIN Salatiga
yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di SMK
Muhammadiyah Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M. Pd selaku Dekan FTKI IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku Kepala Jurusan Pendidikan Agama
Islam IAIN Salatiga
4. Bapak Dr.Imam Sutomo, M.Ag selaku Dosen Pembimbing yang telah
membimbing, memberikan nasehat, arahan, serta masukan-masukan
yang sangat membangun dalam penyelesaian tugas akhirini.
5. Kedua orangtuaku tercinta, Ibu Suwarni dan Bapak Eko Susilo atas
segala limpahan kasih sayang dan cinta yang tak pernah putus, atas
segala dukungan baik moral maupun materiil. Keikhlasan dan
ketulusan doa yang selalu menyertai langkah penulis tidak akan bias
terbalaskan. You’re the best I everhad.
6. Suamiku Agung Dwi Irawan terimakasih atas dukungan dan kasih
sayang darimu yang menjadi semangatku, yang selalu mengingatkanku
ix
untuk mengerjakan skripsni ini. Always Love You.
7. Segenap keluarga besar kakak- kakak ku Danang Nugroho Jati/
Isnurriyah dan ponakanku Arsyad Muhammad Akhdan dan
kembaranku Desiyani Bhenikawati beserta suami terimakasih buat
do’a tulus kalian semua,semngat kalian begitu berharga buatku.
8. Seluruh dosen dan petugas admin JurusanPendidikan Agama Islam
IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah dan
penelitian berlangsung.
9. Segenap keluarga besar SMK Muhammadiyah Salatiga yang telah
membantu penulis dalam penelitian.
10. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharap kritikdan saran yang bersifat membangun dari
berbagai pihak demi kesempurnaan tugas-tugas penulis selanjutnya.Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan pada umumnya.
Amin yarobbal’alamin
Salatiga, 20Maret 2017
Penulis
x
ABSTRAK
Bhenikawati, Desiyana. 2017. Intensitas Ibadah Shalat Fardu Bagi Aktifis Rohis
SMK Muhammadiyah Salatiga Tahun 2016/2017. Skripsi. Jurusan
Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dosen
Pembimbing : Dr. Imam Sutomo, M.Ag
Kata Kunci: Intensitas Ibadah Shalat Fardu, Rohis
Rohis adalah sebuah organisasi untuk memperdalam ilmu keislaman yang
biasanya dikemas dalam bentuk ekstrakurikuler di SMP maupun SMA yang
kepengurusanya diatur layaknya seperti OSIS. Mengikuti organisasi sekolah dapat
meningkatkan skillyang dimiliki siswa. Penelitian ini merupakan upaya untuk
mengetahui pengaruh keaktifan mengikuti kegiatan Rohis terhadap peningkatan
intensitas ibadah shalat fardu siswa SMK Muhammadiyah Salatiga. Pertanyaan
utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana intensitas
pelaksanaan shalat fardu siswa sehari-hari? (2) Bagaimana keaktifan siswa dalam
mengikuti kegiatan Rohis? (3)Adakah relefansi antara siswa yang aktif di Rohis
dengan Intensitas ibadah shalat fardunya?
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui pelaksanaan ibadah
shalat fardu siswa SMK Muhammadiyah Salatiga (2) untuk mengetahui keaktifan
siswa dalam mengikuti kegiatan Rohis di SMK Muhammadiyah Salatiga (3)
untuk mengetahui relefansi antara siswa yang aktif mengikuti Rohis dengan inten
sitas ibadah shalat fardunya di SMK Muhammadiyah Salatiga. Adapun jemis
penelitian adalah kualitatif karena data yang digunakan adalah data diskriptif
sesuai kondisi objek yang alamiah dan penelitian ini menggunakan metode
pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan dokumentasi. Objek dalam
penelitian ini adalah siswa SMK Muhammadiyah Salatiga yang aktif mengikuti
kegiatan Rohis sebanyak 9 orang dari kelas X-XII.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa keaktifan siswa dalam
mengikuti kegiatan Rohis tergolong dalam kategori aktif, serta menunjukkan
adanya peningkatan intensitas dalam menjalankan ibadah shalat fardu siswa. Baik
data yang berasal dari hasil wawancara maupun observasi. Setelah dilakukan
analisis data penelitian terdapat kesimpulan bahwa intensitas ibadah shalat fardu
siswa menjadi meningkat setelah mereka aktif mengikuti kegiatan Rohis. Karena
siswa menjadi termotivasi dan menjadi sadar akan kewajiban melaksanakan
ibadah shalat fardu, dan merasa bahwa ibadah shalat fardu itu adalah sebagai
suatu kebutuhan yang tidak bisa ditinggalkan.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .............................................................................. ..........i
LEMBAR BERLOGO ............................................................................... .........ii
HALAMAN JUDUL ................................................................................... .........iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. .........iv
PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................. ..........v
DEKLARASI ............................................................................................. .........vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................. ........vii
KATA PENGANTAR ................................................................................ .......viii
ABSTRAK ................................................................................................. ..........x
DAFTAR ISI .............................................................................................. .........xi
DAFTAR TABEL ...................................................................................... .......xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. ........xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... .......xvi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... ..........1
A. LatarBelakangMasalah .............................................................. ......... 1
B. RumusanMasalah ...................................................................... .........4
C. TujuanPenelitian ....................................................................... .........4
D. Manfaat Penelitian .................................................................... .........5
E. Penegasan Istilah........................................................................ ..........6
F. Metodologi Penelitian ............................................................... .........7
G. Sistematika penulisan ................................................................ .......13
xii
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...................................................................... .......15
A. Ibadah Shalat Fardu................................................................... .......15
1. Pengerian Ibadah Salat Fardu ............................................ .......15
2. Dasar kewajiban Shalat Fardu ............................................. .......17
3. Keistimewaan shalat Fardu ................................................ .......18
4. Syarat-syarat shalat......................................................................19
5. Rukun Shalat................................................................................22
6. Shalat Jama’ dan Qoshar..............................................................23
B. Aktif Mengikuti RohaniI Islam ................................................. ......24
1. Organisasi Rohani Islam ..................................................... . .....24
2. Dasar dan Program Kerja Rohis .......................................... .......25
3. Fungsi Rohis.................................................................................27
4. Faktor-faktor penunjang keberhasilan Rohis................................27
5. Proses Sosialisasi..........................................................................30
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan rohis........................33
C. Intensitas Ibadah Shalat Fardu Siswa Setelah Aktif Mengikuti Rohani
Islam (Rohis) ............................................................................. .......34
1. Keaktifan dalam berorganisasi ............................................ .......34
2. Intensitas Ibadah Shalat Fardu Siswa setalah Aktif mengikuti
Rohani Islam (Rohis) .......................................................... ........37
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN........................................................39
A. Profil SMK Muhammadiyah Salatiga................................................39
xiii
1. Sejarah singkat SMK Muhammadiyah Salatiga ................. ........39
2. Visi dan Misi.................................................................................40
3. Tujuan Sekolah..............................................................................41
4. Data Guru dan Pegawai.................................................................41
B. Keadaan Organisasi Rohis ........................................................ .......42
1. Susunan pengurus Rohis .................................................... .......42
2. Bentuk aktivitas Rohis SMK Muhammadiyah Salatiga ..... .......43
C. Hasil Wawancara dan Observasi........................................................46
1. Wawancara ..................................................................................63
2. Observasi......................................................................................62
BAB IV ANALISIS DATA ........................................................................ ........65
A. Intensitas Ibadah Shalat Fardu Siswa ........................................ .......65
B. Keaktifan Mengikuti Rohis ....................................................... .......69
C. Intensitas Ibadah Shalat Fardu Siswa setelah Aktif mengikuti Rohani
Islam (Rohis).......................................................................................81
BAB V PENUTUP ...................................................................................... .......83
A. Kesimpulan ............................................................................... .......83
B. Saran-Saran ............................................................................... .......84
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. .......86
LAMPIRAN – LAMPIRAN ....................................................................... ........88
xiv
DAFTAR TABEL
Tebel 3.1: Data Guru SMK Muhammadiyah Salatiga ...........................41
Tabel 3.2: Data Pegawai SMK Muhammadiyah Salatiga.......................42
Tabel 3.3: Data siswa yang menjadi sampel penelitian..........................55
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lamp. 1: Pedoman wawancara..............................................................89
Lamp. 2: Transkip wawancara...............................................................92
Lamp. 3: Dokumentasi.........................................................................100
Lamp. 4: Profil SMK Muhammadiyah Salatiga...................................102
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini pendidikan agama menjadi sorotan tajam masyarakat.
Banyaknya perilaku menyimpang peserta didik dan remaja pada umumnya
yang tidak sesuai dengan norma agama akhir-akhir ini mendorong berbagai
pihak mempertanyakan efektivitas pelaksanaan pendidikan agama di sekolah.
Rendahnya kualitas Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah bukan
merupakan satu-satunya faktor penyebab terjadinya penyimpangan perilaku
peserta didik, namun peran PAI harus menjadi agent of change dalam
mengubah perilaku peserta didik ke arah yang lebih baik.
Proses pembelajran PAI dirasa belumlah efektif, sebagian siswa lebih
terfokus pada pengembangan kemampuan kognitif dan minim dalam
pembentukan sikap (afektif), pembiasaan dan pengamalan ajaran agama
dalam kehidupan (psikomotor). Selain itu, indikasi adanya perilaku peserta
didik yang mengarah pada religious culture dan kontras dengan deskripsi
remaja umumnya di kota Salatiga. Realitas sikap keberagamaan siswa di
SMK mengalami kemunduran, ini dapat terlihat dari sikap siswa yang tidak
sesuai dengan nilai-nilai agama antara lain: siswa sering lalai melaksanakan
kewajibannya kepada Allah swt terutama shalat fardu1, oleh karenanya,
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah tidak hanya diberikan
1 Penulisan kata Fardu berasal dari bahasa arab ض ر .sehingga translatenya menjadi fardlu ف
Dalam pembahaan bahasa Indonesia sering ditulis Fardu. Untuk penelitian ini maka ditulis fardu.
2
berupa materi-materi saja tetapi juga mengadakan praktik jika ada keterkaitan
dengan perbuatan ibadah, seperti shalat, puasa, mengaji, dan hal-hal lain yang
berhubungan dengan perbuatan dalam Pendidikan Agama Islam.
Hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) bersama Goethe Institute
yang menunjukkan bahwa kaum muda muslim cukup rendah dalam
menjalankan kewajiban shalat 5 waktu dan juga membaca Al Qur‟an, namun
mereka menjunjung tinggi nilai- nilai konservatif. Survei juga menunjukkan
kaum muda Islam yang selalu menunaikan shalat 5 waktu (28,7 persen), yang
sering menunaikan shalat 5 waktu (30,2 persen), yang kadang-kadang
menunaikan shalat 5 waktu (39,7 persen), dan yang tidak pernah shalat 5
waktu (1,2 persen). Dari hasil data tersebut untuk yang selalu menjalankan
shalat 5 waktu ternyata cukup rendah, papar Burhanudin (detikNews, 4-6-
2011).
Menurut Depdiknas (2003) berhubungan dengan hal tersebut, dalam
standar kompetensi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang berisi
kemampuan minimal yang harus dikuasai siswa selama menempuh
Pendidikan Agama Islam di SMK adalah mampu mempraktikan shalat.
Kemampuan ini berorientasi pada perilaku afektif dan psikomotorik dengan
dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat keimanan dan
ketakwaan kepada Allah SWT.
Meskipun pada kenyataannya Pendidikan Agama Islam di SMK
Muhammadiyah Salatiga waktu yang disediakan sudah 8 jam pelajaran untuk
dapat mencapai tiga aspek muatan materi yaitu kognitif, afektif, psikomotor,
3
masih dianggap belum mampu untuk meningkatkan sikap keberagamaan
siswa. Sehingga usaha yang dilakukan pihak sekolah untuk mengatasi hal
tersebut adalah dengan membentuk suatu wadah kerohanian yaitu kegiatan
Rohani Islam (ROHIS) yang diharap mampu membantu siswa dalam
meningkatkan Pendidikan Agama Islam. Rohis merupakan salah satu dari
kegiatan yang berbasiskan agama. Dalam kegiatan ini terdapat program-
program yang diusahakan dapat menciptakan dan membangun sikap
keberagamaan siswa di antaranya adalah pengajian, bakti sosial, pesantren
kilat, peringatan hari besar Islam (PHBI), seni baca al-Qur‟an, praktik
pengamalan ibadah dan kreasi remaja muslim (krem). Kegiatan keagamaan
pun berjalan dengan didasari sikap toleransi antar umat beragama. Bahkan
menurut Muhaimin (2009), diperlukan pula kerjasama yang harmonis dan
interaktif di antara para warga sekolah dan para tenaga kependidikan yang
ada di dalamnya.
Dengan adanya kerjasama seluruh komponen di sekolah, diharapkan
akan melahirkan suatu budaya sekolah yang kuat dan bermutu. Rohis sebagai
suatu wadah keagamaan yang bergerak secara independen dimana wadah
tersebut dikelola dan dikembangkan oleh siswa serta pembina Rohis,
sehingga secara struktural dan operasionalnya sudah dapat dikatakan sebagai
suatu lembaga yang mempunyai kepengurusan, tujuan yang hendak dicapai
secara jelas dan dapat memberikan dukungan terhadap pelajaran agama
Islam. Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, PAI harus dijadikan
tolak ukur dalam membentuk watak dan pribadi peserta didik, serta
4
membangun moral bangsa (nation character building), terlebih dalam hal
peningkatan ibadah shalat.
Dari latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “INTENSITAS IBADAH SHALAT FARDU BAGI
AKTIFIS ROHIS SMK MUHAMMADIYAH SALATIGA Tahun
2016/2017”.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana intensitas pelaksanaan shalat fardu siswa sehari-hari?
2. Bagaimana keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan Rohis
3. Apakah ada peningkatan intensitas ibadah shalat fardu siswa setelah siswa
mengikuti kegiatan Rohis?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pelaksanaan ibadah shalat siswa SMK Muhammadiyah
Salatiga.
2. Mengetahui keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan ROHIS di SMK
Muhammadiyah Salatiga.
3. Mengetahui ada atau tidaknya peningkatan ibadah shalat fardu siswa
setelah siswa aktif mengikuti Rohis di SMK Muhammadiyah Salatiga
5
D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan mampu memberikan
informasi yang bermanfaat, diantaranya :
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis, penelitian ini akan bermanfaaat bagi lembaga
pendidikan, terutama pembina dan pengurus ROHIS Hal ini dikarenakan
pembina dan pengurus akan lebih kreatif lagi dalam menggunakan teknik
yang tepat agar bisa memfasilitasi para siswa yang ingin memperdalam
ilmu agamanya. Selain itu juga memberikan wacana sekaligus inspirasi
dalam program pengembangan ROHIS siswa dalam kegiatan ibadah shalat
siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti: dapat memperoleh pengalaman danpengetahuan secara
langsung tentang kegiatan ROHIS dan pengalaman ibadah shalat siswa.
b. Bagi guru: hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan guru lebih
berfikir kreatif dalam penanaman nilai-nilai keagamaan sehingga dapat
memotivasi kedisiplinan siswa dalam mengerjakan shalat.
c. Bagi siswa: dapat menumbuhkan ide-ide positif terhadap ROHIS yang
diadakan sekolah, dan menumbuhkan sikap disiplin dalam menjalankan
ibadah shalat.
6
E. Penegasan Istilah
1. Intensitas Ibadah Shalat Fardu
Ibadah adalah hal memperhambakan diri kepada Allah dengan taat
melaksanakan perintah dan anjuranNya serta menjauhi larangannya karena
Allah semata.
Shalat secara bahasa adalah do‟a, sedangkan menurut isltilah adalah
menghadap hati (jiwa) kepada Allah, yang menimbulkan rasa takut akan
Allah dan menimbulkan rasa kebesaran dan kekuasaan Allah dalam jiwa,
yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam (Tengku
Muhammad, 2005: 50).
Indikator intensitas shalat fardu adalah
a. Pemahaman bacaan shalat fardu
b. Kelancaran bacaan shalat fardu
c. Ketepatan pelaksanaan shalat fardu
d. Kedisiplinan pelaksanaan shalat fardu
2. Keaktifan mengikuti Rohani Islam (Rohis)
Keaktifan merupakan suatu kegiatan atau kesibukan (Departemen
Pendidikan Nasional, 2007: 23). Dari pengertian tersebut maka penulis
dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan keaktifan mengikuti
kegiatan Rohis adalah aktif mengikuti kegiatan Rohis di sekolah.
7
Rohis adalah sebuah organisasi untuk memperdalam keislaman yang
biasanya dikemas dalam bentuk ekstrakurikuler di SMP maupun di SMA
yang kepengurusannya diatur layaknya OSIS.
Sedangkan Rohis menurut penulis adalah kegiatan ekstrakrikuler yang
sangat membantu dalam pengembangan agama Islam yang di dalam
pelajaran sekolah sangatlah terbatas serta menjadikan siswa lebih
termotivasi untuk belajar Pendidikan Agama Islam (PAI).
F. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian berupa
studi kasus. Studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup
pengkajian suatu unit penelitian secara intensif. Teknik yang digunakan
peneliti adalah teknik penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah
metode penelitian yang berlandaskan filsafat postpositivisme, digunakan
untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (Sugiyono, 2009:7).
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrument sekaligus
pengumpul data. Peneliti datang dan secara langsung berinteraksi di
tengah-tengah objek penelitian dan melakukan pengamatan, wawancara
mendalam dan aktivitas-aktivitas lainnya demi memperoleh data yang
diperlukan dalam penelitian ini. Peneliti turun secara langsung ke kancah
penelitian, tanpa mewakilkan pada orang lain, agar kegiatan yang
berkaitan dalam menggali, mengidentifikasi data informasi dan fenomena
8
yang muncul di lapangan dapat diperoleh secara akurat.
3. Lokasi penelitian
Sesuai judul penelitian, lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMK
Muhammadiyah Salatiga
4. Sumber Data
Sebelum penelitian dilaksanakan, maka perlu ditentukan sumber data
yaitu subjek dari mana data diperoleh, sehingga peneliti memperoleh
sumber data yang dipandang paling mengetahui dan berhubungan
langsung dengan masalah yang diteliti.
Responden adalah orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-
pertanyaan peneliti baik pertanyaan tertulis maupun lisan (Arikunto,
2010:107). Sedangkan informan adalah orang yang menjadi sumber data
dalam penelitian (Alwi, 2007:794).
Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode
observasi, wawancara dan dokumentasi dalam mengumpulkan data, maka
yang menjadi sumber data adalah:
a. Kepala SMK Muhammadiyah Salatiga untuk mendapatkan data tentang
efektivitas penyelenggaraan program pembinaan akhlak siswa di SMK
Muhammadiyah Salatiga.
b. Pembina Rohis untuk mendapatkan data tentang perencanaan dan
proses penyelenggaraan program kegiatan Rohis.
9
c. Guru bidang studi PAI untuk mendapatkan data tentang bagaimana
intensitas ibadah shalat fardu siswa melalui hasil nilai praktik shalat
ataupun pengamatan guru terhadap pelaksanaan shalat siswa
5. Prosedur Pengumpulan Data
Untuk mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian ini, maka
digunakan teknik dalam pengumpulan data, yaitu:
1. Observasi
Observasi atau yang dikenal dengan nama pengamatan meliputi
kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan
menggunakan seluruh alat indra (Arikunto, 2008:128). Pengamatan
yang terdapat dalam penelitian ini dilakukan di SMK Muhammadiyah
Salatiga, dan dilakukan pada tahun 2017. Metode ini digunakan penulis
dalam proses pengamatan secara langsung di SMK Muhammadiyah
Salatiga
2. Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data penelitian dengan
tanya jawab secara lisan antara dua orang atau lebih secara face to face
(Hadi, 2000:75). Selain tanya jawab, bisa juga alam bentuk diskusi
dengan objek penelitian. Objek penelitian disini yaitu guru dan siswa
SMK Muhammadiyah Salatiga.
10
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen, ladger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 1998:236).
Dokumentasiini digunakan penulis guna memperoleh gambaran umum
dari keadaan SMK Muhammadiyah Salatiga sesuai apa yang
dibutuhkan peneliti.
6. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain
sehingga mudah difahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada
orang lain (Noeng Muhajir, 2002:142). Menyusun hasil data penelitian di
lapangan dapat dianalisis sesuai yang dibutuhkan untuk penelitian oleh
peneliti.
Dalam penelitian ini analisis data dengan menggunakan data melalui
bentuk kata-kata atau kalimat dan dipisahkan menurut kategori yang jelas
dan terperinci. Adapun langkah-langkah analisis yang penulis lakukan
selama di lapangan adalah:
a. Reduksi Data (Data Reduction)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk
itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Makin lama peneliti ke
lapangan, maka jumlah data akan makin banyak, kompleks dan rumit.
11
Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya (Sugiyono,
2012: 338).
Dalam hal ini peneliti mereduksi data dengan membuat kategori
sesuai dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya
dengan membuat pedoman observasi dan pedoman wawancara.
Kemudian dari hasil data-data wawancara, observasi dan dokumentasi
yang terkumpul, peneliti memilih yang pokok saja.
b. Penyajian Data (Data Display)
Dengan men-display data, maka akan memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut (Sugiyono, 2012: 341).
Dalam penelitian kualitatif penyajian adata adalah usaha
mengorganisasian dan memaparkan data secara menyeluruh guna
memperoleh gambaran secara lengkap dan utuh. Peneliti mencatat
informasi dari informan spada saat wawancara, dan atau gambar
dokumentasi, dan menyajikan nya dalam lampiran.
12
c. Verifikasi Data (Data Verification)
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan
kesimpulan data verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukaan masih
bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti
yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
Dalam hal ini peneliti menggunakan metode diskriptif kualitatif yang
bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai obyek penelitian
berdasarkan data dari variabel yang diperoleh dari kelompok subyek
yang diteliti dan tidak dimaksudkan untuk pengujian hipotesis. Setelah
semua data terkumpul maka peneliti berusaha menjelaskan suatu objek
permasalahan secara sistematis serta memberikan analisis secara
cermat dan tepat terhadap pbjek kajian tersebut. Adapun teknik
penarikan kesimpulan, peneliti menggunakan teknik induksi yaitu dari
pengetahuan dan hasil penelitian mulai bab satu, dua, tiga, dan empat
kemudian menuju pada kesimpulan yang bersifat umum pada bab lima.
Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian ini terkait dengan tela‟ah
pustaka terdahulu yang berusaha mengupas pembahasan tentang:
Imroatul Husna, tahun 2003, yang berjudul: Peranan Aktifitas
Kerohanian Islam ”Al-Kausar” dalam menanamkan nilai-nilai agama
pada siswa SMU Negeri 1 Ponorogo. Menghasilkan temuan tentang
nilai-nilai agama Islam di Sekolah, meliputi sholat dhuha, sholat
jama‟ah dan membaca Al- qur‟an melalui kegiatan ekstrakurikuler
keagamaan lainnya di bawah naungan kerohanian Islam ” Al-Kausar.”
13
Berdasarkan judul skripsi yang mereka angkat, maka penulis akan
mengadakan penelitian, sehingga sampai saat ini gagasan penelitian
muncul dan belum ditemukan penelitian yang membahas tentang:
Intensitas Ibadah Sahalat Fardu Siswa SMK Muhammadiyah Salatiga
yang Aktif mengikuti Rohani Islam (Rohis) hal ini sebagai bentuk
betapa pentingnya Rohis bagi anak SMK dalam meningkatkan
intensitas ibadah mereka.
G. Sistematika Penelitian
Sistematika penulisan skripsi merupakan garis besar penyusunan skripsi
untuk mempermudah jalan pikiran dalam memahami secara keseluruhan isi
skripsi.
Skripsi ini disusun dalam lima bab yang secara sistematis dapat
dijabarkan sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitia, penegasan istilah,
metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : Kajian Pustaka
Pada bab ini akan diuraikan pembahasan teori yang berkaitan
dengan intensitas ibadah shalat fardu dan keaktifan mengikuti
Rohis.
14
BAB III : Hail Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan tentang profil sekolah, keadaan
organisasi Rohis, serta hasil wawancara dan observasi.
BAB IV : Analisis Data
Pada bab ini akan diuraikan tentang analisis dari hasil
wawancara dan obervasi yang sudah dilakukan oleh peneliti.
BAB V : Penutup
15
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Ibadah Shalat Fardu
1. Pengertian Ibadah Shalat Fardu
Ibadah berasal dari bahasa Arab berasal dari kata
عبادة-عبدا-يعبد-عبد yang berartitaat, tunduk, patuh, merendahkan diri
dan hina. Kesemua pengertian itu mempunyai makna yang berdekatan.
Seseorang yang tunduk, patuh, merendahkan diri, dan hina diri di hadapan
yang disembah disebut „abid (yang beribadah). Budak disebut dengan
يد ب karena dia harus tunduk dan patuh serta merendahkan diri terhadap ع
majikannya (tauhid.blogspot.com, 2005).
Dalam istilah syara‟ pengertian ibadah dijelaskan oleh para ulama
sebagai berikut:
a. Al-Jurjânî mengatakan:
Ibadah ialah perbuatan yang dilakukan oleh mukallaf, tidak
menurut hawa nafsunya, untuk memuliakan Tuhannya.
b. Menurut Ibnu Katsîr:
Himpunan cinta, ketundukan, dan rasa takut yang sempurna
c. Menurut Yusuf Qardhawi sebagaimana yang dikutip Zurinal dan
Aminuddin ( 2008: 27) dalam bukunya Fiqih Ibadah, bahwa ibadah
adalah ketaatan terhadap sesuatu yang maha besar, yang objeknya tidak
16
dapat ditangkap oleh panca indra. Maka ketaatan itu kepada objekyang
abstrak (yaitu Allah), sedangkan ketundukan kepada objek yang
kongkrit yang dapat ditangkap oleh pancaindra, seperti kepada
penguasa (manusia, atau makhluk lain) tidak termasuk pengertian
ibadah. Menurut kamus istilah fiqih, ibadah yaitu memperhambakan
diri kepada Allah dengan taat melaksanakan segala perintah-Nya dan
anjuran-Nya, serta menjauhi segala larangan-Nya karena Allah semata,
baik dalam bentuk kepercayaan, perkataan maupun perbuatan. Orang
beribadah berusaha melengkapi dirinya dengan perasaan cinta, tunduk
dan patuh kepada Allah swt (M. Abdul Majieb, 1994 : 109).
Shalat dalam bahasa berarti do‟a, sedangkan menurut istilah adalah
beberapa ucapan dan beberapa perbuatan yang dimulai dengan takbir di
akhiri dengan salam yang dengannya kita beribadat dengan Allah menurut
syariat yang telah ditentukan .
Shalat adalah berhadap hati kepada Allah sebagai ibadat, dalam
bentuk beberapa perkataan dan perbuatan, yang dimulai dengan takbir dan
diakhiri dengan salam serta menurut syarat-syarat yang telah ditentukan
syara (Tengku Muhammad, 2005: 50).
Menurut Alith (2009:5) shalat adalah ibadah utama umat islam
sekaligus bentuk aktual dari penghambaan total yang pertamakaliwajib
untuk dilaksanakan olehsetiap muslim yang telahmengucapkan dua
kalimat syahadat, baligh dan sehat secara jasmani dan rohani.
Fardu dengan wajib sama artinya yaitu apabila dilaksanakan
17
mendapat pahala dan apabila ditinggalkan mendapat dosa. Dapat di
simpulkan ibadah shalat fardhu secara harfiah adalah tingkat keseringan
melakukan doa kepada Allah SWT. Sedangkan menurut istilah ibadah
shalat fardu adalah tingkat keseringan dalam melakukan amal ibdah
(perkataan dan perbuatan) yang diawali dengan takbirotul ikhrom dan
diakhiri dengan salam.
2. Dasar Kewajiban Shalat Fardu
Dalil yang mewajibkan shalat sangat banyak baik dalam Al Qur‟an
maupun Hadis Nabi Muhammad SAW.
Dalil Al Qur‟an yang mewajibkan shalat antara lain:
a. Q.S Al Baqoroh: 43:
Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-
orang yang ruku' [Al Baqoroh (2) ayat 43].
b. Q.S Al Ankabut: 45
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al
Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat
Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang
lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan (Al Ankabut : 45).
18
c. Q.S Al Hajj: 77
Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu,
sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat
kemenangan ( Al Hajj: 77).
Ayat-ayat Allah SWT ini yang memerintahkan umat manusia
mendirikan shalat, menyuruh mengerjakan shalat bersama-sama,
menyatakan bahwa shalat menghalangi manusia dari rusak dan keji,
memerintahkan agar melakukan shalat dengan cara yang sempurna dan
menegaakan shalat diwaktu-waktu yang telah ditentukan.
3. Keistimewaan Ibadah Shalat
Shalat adalah penghubung antara hamba dengan tuhannya. Yang
memiliki beberapa keistimewaan, antara lain:
a. Shalat adalah fardu yang mula-mula difardukan dari ibadat-ibadat
badaniah.
b. Shalat adalah tiang agama
Shalat adalah tiang agama. Barang siapa mendirikan shalat
sesungguhnya ia telah mendirikan agama, dan barang siapa meruntuhkn
shalat, sesungguhnya ia telah meruntuhkan agama (H.R Al Baihaqy dari
Umar R.A, Al Ihya 2:9).
c. Shalat lima waktu difardukan dimalam mi‟roj, dilangit.
Shalat lima waktu difardukan dilangit, pada malam nabi
Muhammad SAW ber isro‟ (berjalan malam) dan bermi‟roj (naik ke
19
alam tinggi). Hanya shalat fardulah yang diperintahkan secara langsung
oleh Allah kepada nabi Muhammad, berbeda dengan ibadah yang lain
yang disampaikan melalui malaikat Jibril dahulu.
Diperintahkan shalat fardu itu yang sebelumnya nabi terlebih
dahulu dibersihkan dhohir dan batin dengan air zam-zam. Dan Allah
SWT memerintahkan shalat kepada nabi Muhammad ketika beliau
menghadap Allah menegaskan bahwa shalat itu ibadah yang luar biasa,
suatu perbuatan yang sangat terhormat.
d. Shalat akhir wasiat nabi kita Muhammad SAW dan nabi-nabi yang lain.
Dalam wasiatnya yang terakhir nabi mengatakan: ingatlah akan
Allah, terhadap Shalat dan terhadap budak-budak sahaya yang kamu
miliki (H.R. Ahmad, Risalah Ash Shalah:8).
e. Shalat permulaan amal yang dihisap diakhirat dan diakhir ibadah yang
ditinggalkan umat didunia.
f. Shalat seutama-utama syair Islam, dan sekuat kuat tali perhubungan
antara hamba dengan Allah (AshSidiqy,1951:20).
4. Syarat-syarat Shalat
Syarat-syarat wajib shalat yaitu:
a. Islam
Shalat fardu diwajibkan atas setiap muslim laki-laki dan
perempuan yang telah mengaku dan menyatakan dirinya seorang islam
dengan membaca dua syahadad. Dengan demikian orang kafir tidak
wajib untuk melakukan shalat.
20
b. Balagh
Orang yang sudah balagh diwajibkan untuk melakukan shalat.
Yang dimaksud dengan balagh ialah orang yang telah mencapai umur
tertentu dan telah sampai umurnnya untuk melakukan kewajiban
agama, laki-laki yang sudah mencapai balagh ditandai dengan mimpi,
sedangkan perempuan ditandai dengan datangnya menstruasi. Batasan
balagh ini menandakan bahwa anak balita yang belum mencapai balagh
tidak memiliki kewajiban shalat.
c. Berakal
Orang yang berkal diwajibkan untuk shalat, yaitu orang yang
sudah mumaziz dan memiliki akal yang sehat dan waras.
d. Suci dari hadas dan najis
Menghilangkan hadas kecil dengan berwudlu dan menghilangkan
hadas besar dengan mandi besar. Menghilangkan najis yang berada di
tiga tempat yaitu badan, pakaian, dan tempat shalat.
e. Menutup aurot
Batas aurot laki-laki adalah dari pusar sampai lutut sedangkan
wanita adalah seluruh anggota badan kecuali muka dan telapak tangan.
f. Masuk waktu
Waktu shalat ada lima waktu yaitu :
Waktu shalat dhuhur berawal ketika matahari condong ke arah barat
sampai saat bayangan segala sesuatu sudah sama dengan
21
panjangnya.
Waktu shalat ashar, dimulai sejak keluarnya waktu dhuhur hingga
matahari menguning atau sampai bayangan mempunyai panjang dua
kali lipat.
Waktu shalat manghrib, dimulai sejak matahari terbenam sampai
terbenamnya mega merah.
Waktu shalat isya‟, dimulai dari terbenamnya mega merah sampai
pertengahan malam, sedangkan waktu darurat sampai terbit fajar.
Waktu shalat subuh, dimulai dari terbit fajar shadiq putih, sampai
terbit matahari (Sa‟id, 2006:204-207).
g. Menghadap kiblat
Menghadap ke baitul haram merupakan syarat sahnya shalat.
h. Niat
Niat dalam hati. Menurut bahasa, niat berarti tujuan yakni
keeguhan hati untuk melakukan sesuatu(Sa‟id, 2006:257).
i. Telah sampai dakwah
Orang yang belum menerima perintah tidak dituntut dengan
hukum. Firman Allah Q.S. AnNisa: 165
(mereka Kami utus) selaku Rasul-rasul pembawa berita gembira dan
pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia
membantah Allah sesudah diutusnya Rasul-rasul itu. dan adalah Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
22
j. Jaga
Orang yang tidur tidur tidak wajib shalat, begitu pula orang yang
lupa. Hal ini sebagaimana sabda Rosulullah SAW yang artinya :
“yang terlepas dari hukum ada tiga macam : kanak-kanak hingga
ia dewasa, orang tidur hingga ia bangun, orang gila hingga ia
sembuh”(H.R. Abu daut dan ibnu majah).
5. Rukun Shalat
Rukun-rukun shalat diantaranya yaitu:
a. Niat
b. Takbirotul ikhrom
c. Berdiri tegak bagi yang berkuasa ketika shalat fardhu. Boleh sambil
duduk atau berbaring bagi yang sedang sakit
d. Membaca surat Al Fatikhah pada tiap-tiap rokaat
e. Ruku‟ dengan tumakninah
f. I‟tidal dengan tumakninah
g. Sujud dua kali dengan tumakninah
h. Duduk diantara dua sujud dengan tumakninah
i. Duduk tasyahut akhir dengan tumakninah
j. Membaca tasahud akhir
k. Membaca shalawat nabi pada tasahud akhir
l. Membaca salam yang pertama
m. Tertib yaitu berurutan mengerjakan rukun-rukun tersebut (Sa‟id Ali,
23
2008 :238).
6. Shalat Jama‟ dan Qashar
a. Shalat jama‟ berarti menggabungkan shalat, yaitu mengumpulkan dua
shalat fardu yang dilakasanakan dalam satu waktu. Misalnya shalat
dhuhur dan ashar dikerjakan pada waktu dhuhur atau pada waktu ashar.
Shalat jama‟ ini boleh dilaksanakan karena beberapa alasan (halangan)
berikut:
1) dalam perjalanan yang bukan untuk maksiat
2) apabila turun hujan lebat
3) karena sakit dan takut
4) jarak yang ditempuh cukup jauh yakni kurang lebihnya 81 km
b. Shalat Qashar adalah shalat yang diringkas, yaitu shalat fardu yang 4
(empat) rakaat (dhuhur,asar,isya‟) dijadikan 2 rakaat, masing-masing
dilaksanakan tetap pada waktunya. Sebagaimana menjamak shalat,
meng-qashar shalat hukumnya sunnah. Dan ini merupakan rushah
(keringan) dari Allah SWT bagi orang-orang yang memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1) bepergian yang bukan untuk maksiat
2) jauh perjalanan niminal 88,5 km
3) shalat yang di qashar adalah ada‟ (bukan qadla‟) yang empat rakaat
4) tidak boleh bermakmum pada orang yang shalat sempurna (tidak di
qashar)
24
B. Aktif Mengikuti Rohani Islam (Rohis)
1. Organisasi Rohani Islam (Rohis)
Pradjudi Armosudiro mengatakan “organisasi adalah struktur
pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok
orang pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-
sama mencapai tujuan tertentu (http://duniabaca.com: 2011).
Rohis adalah singkatan dari “ Rohani Islam” yang berarti sebuah
organisasi yang ada di sekolah-sekolah menengah dan atas. Rohis biasanya
dikemas dalam bentuk ekstrakurikuler, yang di dalamnya terdapat struktur
kepengurusan dan devisi-devisi yang bertugas pada bagiannya masing-
masing. Menurut Koesmarwanti, kata kerohanian Islam ini sering disebut
dengan istilah “rohis” yang berarti suatu wadah besar yang dimiliki oleh
siswa untuk menjalankan aktivitas dakwah di sekolah (Kowsmarwanti
dkk. 2000:52).
Pada mulanya, rohis berdiri karena berawal dari sebuah upaya dan
keinginan untuk memberikan solusi kepada pelajar muslim untuk
menambah wawasan keislaman karena jam pelajaran di sekolah sangat
terbatas sehingga rohis inilah wadah untuk memperdalam agama Islam.
Seiring dengan berkembangnya zaman, saat ini rohis menjadi salah satu
program kegiatan ekstrakurikuler yang terfokus pada peningkatan
pengetahuan, keterampilan dan sikap berbasis keislaman yang pada
akhirnya dapat mengantarkan siswa menjadi generasi mandiri yang
berakhlak mulia.
25
Dari uraian di atas dapat dapat penulis simpulkan pengertian
kerohanian Islam adalah kegiatan ekstrakurikuler keagamaan yang diikuti
oleh peserta didik di sebuah sekolah. Kegiatan ini dilakukan di luar jam
pelajaran dan merupakan suatu wadah besar yang dimiliki siswa untuk
menjalankan aktivitas dakwah di sekolah sebagai perwujudan pendidikan
di luar sekolah dengan program pembinaan dan sarana yang tersedia untuk
mencapai satu tujuan tertentu.
2. Dasar dan Program Kerja Rohis
Manusia meruapakan makhluk yang paling mulia di muka bumi ini,
selain itu manusia dituntut untuk menjadi pemimpin baik bagi diri
sendiri, keluarga maupun untuk orang lain. Hal ini ditegaskan dalam
firman-Nya:
...
Artinya: ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:
"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi..." (QS. Al Baqarah: 30).
Berangkat dari pemikiran mengenai filosofis tugas manusia di atas
maka mempersiapkan generasi muda yang beriman dan bertaqwa
sangatlah penting dilakukan melalui berbagai kegiatan pelatihan,
pendidikan, organisasi dan kegiatan-kegiatan lainnya yang berlandaskan
pada nilai-nilai ajarn Islam.
26
Adapun program kerja yang terdapat di Rohis meliputi:
a. Mentoring
Mentoring merupakan aktifitas yang bisa dilakukan di luar sekolah
bersama seorang guru. Aktivitas mentoring berupa transformasi ilmu
dari seorang guru kepada para anggota Rohis.
b. Cerhat (Cermin Hati)
Meruapakan kegiatan pemebelajaran rutin yang diadakan tiap minggu.
Kegiatan ini merupakan pertemuan rutin yang berbentuk kajian
masalah sosial Islam, budaya Islam, akhlak remaja dan lain-lain.
Biasanya kegiatan ini dilakuakan secara outbond.
c. Mading Rohis
Merupakan majalah dinding sekolah yang berisi pengetahuan tentang
keislaman.
d. Tahsin
Merupakan kegiatan yang diadakan oleh Rohis untuk memperbaiki
bacaan Al Qur‟an dengan tajwid aplikatif.
e. Tahfidz
Merupakan kegiatan menghafal Qur‟an dengan sistem One Day One
Ayat.
f. Training Motivasi
Merupakan kegiatan yang diadakan Rohis untuk mengembangkan IQ
(Intelektual Quastion), SQ (Spiritual Quastion) dan EQ (Emotional
Quastion).
27
3. Fungsi Rohis
Fungsi Rohis yang sebenarnya adalah sebagai forum , mentoring,
dakwah dan berbagi. Susunan dalam Rohis layaknya OSIS, di dalamnya
terdapat ketua, wakil, bendahara, sekretaris, dan devisi-devisi yang
bertugas pada bagiannya masing-masing. Fungsi dan peran Rohis
digariskan dalam dwi-fungsi Rohis, yaitu:
a. Pembinaan Syakhsiyah Islamiyah
Syakhsiyah Islamiyah adalah pribadi-pribadi yang Islami. Jadi
Rohis berfungsi untuk membina muslim teladan untuk menjadi pribadi-
pribadi yang unggul, baik dalam kapasitas keilmuan maupun keimanan.
b. Pembentukan Jamiatul Muslimin
Pembentukan Jamiatul Muslimin berfungsi sebagai “basecamp”
dari siswa-siswi muslim, untuk menjadikan pribadi maupun komunitas
yang islami. Dari sini maka tekad untuk membumisasikan Islam akan
mudah tercapai.
4. Faktor-faktor penunjang keberhasilan Kerohanian Islam (Rohis)
Adapun faktor-faktor penunjang keberhasilan Rohis adalah sebagai
berikut:
a. Resmi menjadi organisasi intra sekolah yang sejajar dengan OSIS.
Organisasi ini merupakan wadah untuk mengasah dan
memperdalam ilmu agama pelajar muslim. Kemudian organisasi ini, di
masukkan dalam seksi kerohanian Islam yang merupakan bagian dari
28
bidang ketaqwaan terhadap ketuhanan yang Maha Esa OSIS SMK
Muhammaddiyah Salatiga. Sehingga memudahkan seksi kerohanian
Islam dalam bergerak dan mewujudkan visi-misinya.
b. Dukungan guru yang baik dalam setiap kegiatan.
Guru merupakan faktor yang sangat mendukung gerak dan langkah
dari seksi kerohanian Islam, karena guru memiliki peran yang besar
dalam dakwah ini. Guru memiliki posisi sebagai pemimpin dalam
aktivitas belajar mengajar. Beliau adalah orang yang mendidik, mengajar
dan membimbing para siswanya. Kedudukan guru dalam hal ini akan
menjadikannya sebagai sosok yang memiliki nilai tambah di mata siswa,
apalagi jika ia memiliki kelebihan-kelebihan dan menjadi teladan yang
baik. Dengan demikian, arahan dari guru akan banyak didengar oleh
siswa. Sehingga kehadiran guru sebagai Pembina Kerohaniam Islam
sangat mendukung setiap kegiatan yang diselenggarakan. Khususnya
guru agama Islam yang memberi nilai tambah untuk anak yang aktif
dalam seksi kerohanian Islam. Misalnya, keaktifan siswa dalam kegiatan
kajian rutin yang di dalamnya ada presensi, kemudian presensi tersebut
diserahkan kepada guru agama Islam untuk dijadikan nilai tambah bagi
siswa khususnya pelajaran agama Islam.
c. Eksistensi Pengurus diakui sebagai kekuatan dakwah sekolah.
Adanya Kerohanian Islam (Rohis) yang mensosialisasikan nilai-
nilai Islam kepada seluruh elemen sekolah dalam bentuk kegiatan-
kegiatan yang riil, diantaranya memanfaatkan sarana dan prasarana
29
sekolah seperti mading, masjid untuk sarana informasi sebagai corong
dakwah dan pembentukan opini keIslaman. Pengembangan kreatifitas
melalui seni- seni Islami. Dengan begitu, eksistensi pengurus Rohis
diakui sebagai kekuatan dakwah sekolah, karena memberikan nilai
tambah yang positif, yaitu meningkatkannya moralitas sekaligus sikap
keagamaan pengurus Rohis di sekolah.
d. Adanya alumni yang memberikan kontribusi cukup tinggi.
Adanya alumni yang masih aktif dalam mendorong dan membantu
perkembangan Rohis memberikan kontribusi yang cukup tinggi. Karena
alumni adalah sumber daya yang sangat vital bagi perkembangan dakwah
sekolah. Selain diandalkan sebagai murabbi atau Pembina, mereka juga
bisa menjadi konsultan dan nara sumber dari berbagai kegiatan seiring
dengan meluasnya pengalaman mereka. Seorang alumni pernah berkata
bahawa seorang ketua Rohis tidak hanya jadi pemimpin tapi juga bisa
jadi ulama. Perkataan itu sudah jelas bahwa pemimpin tidak hanya
sekedar pemimpin, akan tetapi dia juga harus bisa berdakwah seperti
halnya ulama. Dengan kontribusi dari alumni ini, diharapkan bisa
memberikan semangat bagi aktifis dakwah dan menyebarkan nilai-nilai
Islam dalam kehidupan sehari-hari.
e. Adanya masjid di sekolah
Dengan adanya masjid di sekolah, banyak sekali manfaatnya dalam
proses dakwah (menyiarkan agama Islam), adapun manfaatnya yaitu
sebagai pusat koordinasi dan konsolidasi bagi pengurus Rohis, dalam
30
hal yang lain masjid dapat digunakan sebagai tempat untuk menyembah
kepada Allah, dengan cara melaksanakan shalat dhuhur berjama‟ah,
dan yang menjadi Imam adalah ketua Rohis itu sendiri, bukan dari guru.
Dengan adanya rutinitas shalat berjamaah yang dilaksanakan setiap hari
akan berdampak positif bagi semua guru dan siswa, karena dapat
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.
5. Proses Sosialisasi
Sosialisasi adalah suatu proses yang membantu individu melalui
belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana bertindak dan berfikir agar ia
dapat berperan dan berfungsi baik sebagai individu maupun sebagai
anggota masyarakat (Wahyu, 1986: 65).
Guna menopang setiap kegiatan yang dilaksanakan Rohis, selain
dalam rangka mencetak aktivitas dakwah (pengkaderan) juga untuk
menyiarkan Islam, maka diperlukan sosialisasi akan keberadaan seksi
kerohanian Islam tersebut.
Adapun proses sosialisasi dan seksi kerohanian Islam, meliputi:
a. Ta‟aruf melalui Masa Orientasi Siswa (MOS)
MOS merupakan wahana bagi siswa baru dalam rangka
pengenalan terhadap situasi dan kondisi di SMK Muhammadiyah
Salatiga secara umum, baik itu meliputi keadaan guru, karyawan,
sarana dan prasarana, ataupun organisasi-organisasi yang ada di
sekolah. Sehingga dengan adanya MOS, seksi kerohanian Islam
mempunyai kesempatan untuk ta‟aruf dengan siswa baru. Adapun acara
31
ta‟aruf yaitu dibuka atau diawali dengan tausiyah atau nasihat dari
Pembina kerohanian Islam (Rohis).
Kemudian pengurus seksi kerohanian Islam memperkenalkan diri
diteruskan denan mensosialisasikan keberadaan Rohis itu sendiri, baik
dari Visi, Misi, tujuan sampai program kerja yang telah dilaksanakan.
b. Temu siswa baru
Temu siswa baru serangkaian kegiatan yang diselenggarakan seksi
kerohanian Islam dalam rangka pengkaderan. Ini merupakan langkah
awal bagi siswa masuk sebagai anggota Rohis. Dalam proses
pengkaderan itu, pengurus menilai beberapa anggota, yang nantinya
akan dipilih menjadi pengurus Rohis yang baru. Dalam proses
pengkaderan ini, pengurus Rohis berharap, pengurus Rohis yang baru
dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawab dengan baik, sehingga
kegiatan Rohis terus berjalan lancar dan dapat mengajarkan Islam.
c. Kajian rutin
Kajian rutin adalah kajian yang sifatnya rutin, yang diadakan seksi
kerohanian Islam dengan pemateri dari alumni atau guru pembina.
Adapun materi kajian berupa materi-materi keIslaman dan materi
kontemporer.
d. Pembinaan muslimah
Pembinaan muslimah berupa kajian muslimah yang ditujukan
khusus untuk pelajar muslimah. Dalam kajian ini, banyak dikupas
mengenai seputar wanita, baik itu berkenaan dengan fiqih wanita
32
ataupun yang lainya. Sehingga dengan kajian ini, diharapkan para
muslimah bisa memahami tentang hakikat sebagai muslimah.
e. Buletin
Merupakan salah satu wadah dalam rangka menyiarkan Islam yaitu
berupa materi keIslaman yang terkandung dalam Al-Qur‟an. Karena
buletin ini memiliki fungsi-fungsi yang kurang lebih sama dengan
fungsi- fungsi yang dimiliki oleh media cetak lainnya. Yakni anatara
lain fungsi informasi , fungsi mendidik, fungsi kritik, fungsi
pengawasan sosial dan fungsi menyalurkan aspirasi masyarakat dan
fungsi menjaga lingkungan. Fungsi yang disebut terakhir adalah media
massa senantiasa membuat masyarakat memperoleh informasi tentang
keadaan sekitar, baik itu dalam lingkungan sendiri maupun lingkungan
mereka (Muis, 2001:9).
Selain itu sosialisasi adanya buletin juga merupakan wadah untuk
menyalurkan bakat pelajar dalam menulis. Setiap hasil karya atau
kretifitas bisa diespos dalam buletin walaupun harus melalui
penjaringan dahulu. Sehingga dengan adanya buletin ini, selain
menambah wawasan bagi pelajar, juga dapat memberikan semangat
bagi pelajar dalam memunculkan kreatifitas dalam bentukl tulisan.
f. Majalah dinding
Mading merupakan salah satu sarana dari sekolah dalam rangka
untuk memberikan layanan kepada siswa yang berbentuk informasi,
pengetahuan maupun info terkini. Seksi kerohanian Islam
33
memanfaatkan mading untuk memberikan informasi keIslaman,
pengetahuan maupun info dunia Islam. Jadi, mading selain untuk
sosialisasi keberadaan Rohis juga memberikan opini yang positif bagi
siswa dalam berkreatifitas dan pewacanaan keIslaman.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi mengikuti kegiatan Rohis
Adapun beberapa faktor yang menjadikan siswa mengikuti kegiatan
Rohis menurut Esa Nur Wahyuni (2009: 56) adalah sebagai berikut:
a. Kurang ilmu keagamaan, sehingga mendorong siswa untuk mengikuti
kegiatan Rohis yang bertujuan agar dapat memperdalam ilmu
keagamaan.
b. Banyaknya problem yang dihadapi oleh siswa, hal ini mendorong
siswa untuk mengikuti kegiatan Rohis agar para siswa mendapat
pengetahuan/ penyuluhan tentang peoblematika remaja pada zaman
modern ini.
c. Adanya keinginan untuk menyalurkan kreativitas diri dalam bidang
keagamaan. Salah satu cara untuk menyalurkan kreativitas diri adalah
dengan dakwah. Dengan berdakwah siswa dapat membentuk pribadi
yang religi.
d. Mengisi waktu luang, karena dengan mengikuti kegiatan Rohis akan
menambah pengalaman seseorang dalam berorganisasi yang dapat
memberikan dampak positif ketika terjun kemasyarakat
Faktor-faktor di atas merupakan alasan beberapa siswa karena
mereka mengikuti ornganisasi Rohis. Dengan hal ini maka dapat
34
disimpulkan bahwa para pelajar sangat membutuhkan organisasi untuk
mengatasi beberapa problematika yang dialami oleh para pelajar pada
umumnya. Hal ini juga menunjukkan bahwa organisasi rohis sangat
penting adanya untuk menunjang kreastivitas para pelajar.
C. Intensitas Ibadah Shalat Fardu Siswa Setelah Aktif Mengikuti Rohani
Islam.
1. Keaktifan dalam Berorganisasi Rohis
Adapun beberapa hal penting yang menentukan dalam berorganisasi
yaitu:
a. Mempunyai peran dalam organisasi
Di dalam organisasi yang efektif, manajemen membantu suatu
proses keseluruhan secara positif, yaitu suatu keseluruhan yang lebih
besar dari sekedar penjumlahan dari bagian-bagian yang ada (Suwarto,
1999: 2). Maka dari itu, manajemen yang telah diterapkan bagaimana
sekumpulan orang tersebut bisa memunculkan keefektifan individu,
kelompok,dan organisasi.
b. Berinisiatif demi kemampuan organisasi
Organisasi harus memiliki kemajuan dalam bidang pemasaran
(sosialisasi) atau sebaliknya akan mati karena digebrak persaingan.
Dengan demikian, semua anggota harus mengubah diri untuk untuk
maju sebagian besar dari mereka harus selalu memeperbaiki dan
meningkatkan diri, tumbuh dan berkembang demi kesinambungan
gerak maju organisasi (Gordon, 1986: 284).
35
Jadi, semua sumbangan pikiran ataupun tenaga dari semua unsur
organisasi sangat berpengaruh sekali terhadap kemajuan organisasi
tersebut.
c. Disiplin dengan kode etik organisasi
Organisasi dengan manajemennya, akan terlaksana dengan baik,
dapat dilihat dari tampilan individu atau kelompok dalam
mengembangkan disiplin terhadap kode etik organisasi. Setiap jenis
kelompok akan berfungsi baik apabila mampu mengembangkan
kebanggaan dan identitas yang kuat (Peel, 1993: 59).
Karena disiplin memang sangat diharapkan dalam setiap hal dan
kehidupan, baik secara individu maupun bermasyarakat, baik dalam
hubungan manusia dengan sang kholiq, maupun hubungan antar
manusia.
d. Bertanggung jawab pada tugas organisasi
Tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan adalah
merupakan bagian dari tugas atau pekerjaan sesuai dengan peran
individu dalam suatu organisasi yang bersangkutan. Tim manajemen
tidak akan pernah berfungsi seefektif bila semua anggota tidak
melaksankan fungsi- fungsi tertentu dengan penuh tanggung jawab
(Gordon, 1986: 166).
Setiap anggota harus tahu kepada siapa ia harus bertanggung
jawab dan melapor kepadanya karena proses ini mempermudah
berlangsungnya proses koordinasi, pelaporan dan pengendalian
36
(Soedjadi, 1990: 49).
e. Mempunyai daya kreativitas yang tinggi dalam berorganisasi
Seorang anak menunjukkan kreativitas dalam kegiatan-kegiatan
tertentu, misalnya dalam melukis, menggambar, olahraga, organisasi,
kesenian dan dalam kegiatan kurikuler lainnya. Mereka selalu ingin
memecahkan masalah, berani menanggung resiko yang sulit, lebih
senang bekerja sendiri dan percaya diri sendiri.
Jadi, dalam kegiatan berorganisasi anak golongan kreatif lebih
mampu menemukan masalah-masalah dan mampu menyelesaikan
masalah-masalah.
f. Kemampuan membedakan yang urgen dan yang kurang urgen.
Titik tolak yang biasanya digunakan untuk menentukan kategori
kegiatan organisasional menjadi urgen dan penting ialah bahwa sesuatu
yang urgen harus diselesaikan segera untuk mana kecepatan bertindak
merupakan criteria utama. Biasanya, sesuatu yang urgen telah jelas
prosedur dan mekanisme kerja yang digunakan dan oleh
karenanya, pelaksanaannyapun dapat diserahkan kepada orang lain.
Artinya, keterlibatan langsung pimpinan yang bersangkutan mungkin
tidak diperlukan.
Sebaliknya, sesuatu yang kategorikan sebagai hal penting,
mungkin mempunyai sifat-sifat seperti:
1) Merupakan hal baru bagi organisasi
2) Memerlukan pendekatan khusus
37
3) Tidak ditampung oleh struktur yang ada
Sifat-sifat demikian berarti bahwa untuk pelaksanaan sesuatu hal
yang dipandang penting, faktor kecepatan bukan merupakan faktor
yang menentukan, yang lebih diperlukan adalah ketelitian dan
pemikiran yang matang.
g. Keteladanan
Seorang pimpinan harus mampu memproyeksikan kepribadian
yang tercermin antara lain dalam bentuk: kesetiaan organisasi, kesetiaan
kepada bawahan, dedikasi pada tugas, disiplin kerja, landasan moral
dan etika yang digunakan, kejujuran perhatian kepada kepentingan dan
kebutuhan bawahan dan berbagai nilai-nilai hidup lainnya yang bersifat
positif.
Efektifitas kepemimpinan seseorang akan lebih besar lagi apabila
keteladanannya tidak hanya tercermin dalam kehidupan organisasional,
akan tetapi juga dalam kehidupan pribadinya, seperti kehidupan
keluarga yang harmonis, gaya hidup yang sesuai dengan kemampuan
dengan memperhatikan keadaan lingkungan, dan kepekaan terhadap
kondisi sosial sekitarnya.
2. Intensitas Ibadah Shalat Fardu Siswa setelah aktif mengikuti Rohis.
Telah diuraikan diatas, mengenai masalah bimbingan keagamaan
guru terhadap siswanya melalui Rohis, berbagai pembinaan guru didalam
mengarahkan dan mengajarkan siswanya terhadap pelaksanaan ajaran
38
Islam. Guru membimbing siswa dalam ibadahnya sejak dini supaya siswa
tersebut taat kepada Allah, selalu mengerjakan segala perintah-perintah
Allah dan menjahui segala larangan Nya.
Dengan kajian-kajian dari kegiatan Rohis, seorang anak akan lebih
mengetahui arti pentingnya melakukan shalat fardu. Shalat menjadikan
anak rajin dan disiplin. Disiplin dan rajin akan tumbuh melalui kebiasaan,
nasehat dan latihan yang dibimbing dan diarahkan oleh seorang guru atau
seseorang yang lebih dewasa. Dengan demikian ada pengaruh yang erat
antara keaktifan mengikuti Rohis terhadap ibadah shalat fardhu siswa yaitu
kegaiatan Rohis dapat membantu anak memahami arti penting dan
manfaat shalat fardhu serta siswa memiliki kebiasaan yang baik yang telah
ditanamkan oleh guru di sekolah dan orang tuanya.
Keaktifan berorganisasi Rohis ini ada hubungan dengan ibadah
Shalat Fardu siswa. Di mana seseorang yang aktif dalam berorganisasi
Islam maka akan lebih banyak pengalaman- pengalaman yang didapat
dalam ajaran agama Islam, sehingga mampu untuk menumbuhkan
kebiasaan serta ketaatan dalam melaksakan ibadah shalat fardu baik
dirumah maupun disekolah.
39
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Profil SMK Muhammadiyah Salatiga
1. Sejarah Berdirinya SMK Muhammadiyah Salatiga
Seiring perkembangan zaman yang semakin maju dan menuntut
untuk menciptakan tenaga yang terampil dan cekatan,dengan tuntutan itu
maka Pimpinan Daerah Muhammadiyah Salatiga yang telah memiliki
Lembaga Pendidikan dari TK, SD, SMP, dan SMA Muhammadiyah
berkeinginan mendirikan STM Muhammadiyah di Salatiga. Pada tahun
1990 STM Muhammadiyah resmi didirikan bertempat di Jl, KH Ahmad
Dahlan dengan SK DEPDIKBUD, KANWIL PROP JAWA TENGAH No.
348/103/I/1991 dan NSS: 32 2 0362 04 004.
Pada saat itu baru memiliki 3 lokal yang terdiri dari Jurusan Listrik
dan 2 Jurusan Mesin. Kepala Sekolah pada saat itu di jabat oleh Bapak
Drs. Agung Wibowo. Lima tahun kemudian pada tahun 1995 STM
Muhammadiyah berkembang dengan cepat dan memiliki 12 lokal dan 4
bengkel serta melaksanakan Akreditasi dengan hasil TERDAFTAR
menjadi DIAKUI untuk semua jurusan.
Pada tahun 2008 STM/SMK Muhammadiyah Salatiga telah
mempunyai 25 lokal dan 5 bengkel, 2 laboratorium Bahasa, 1 laboratorium
Komputer serta telah melaksanakan Akreditasi dengan hasil
40
TERAKREDITASI “B” untuk semua jurusan. Sejalan dengan
perkembangan zaman sampai sekarang STM Muhammadiyah masih exis
dengan berkembang lebih maju di wilayah Salatiga dan Kabupaten
Semarangs serta disekitarnya. Pada tahun 2009 sampai sekarang STM
Muhammadiyah telah mempunyai 26 lokal terdiri dari 2 jurusan Garmen,
dan 3 jurusan Listrik 12 jurusan Teknik Permesinan dan 9 jurusan Teknik
Otomotif. Kepala Sekolah pada saat ini dijabat oleh Bapak Drs.
Muhammad Busri. M. Pd.
Pada tahun 2008 STM/SMK Muhammaiyah Salatiga menerapkan
Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:2000 dan pada tahun 2009
sampai sekarang menerapkan SMM ISO 9001:2008.
2. Visi dan Misi
Visi: Menciptakan Tamatan Unggulan yang berkwalitas, Inovatif,
Islami, Terampil dan Mampu Menjawab Tuntutan Zaman.
Misi:
a. Meningkatkan Keimanan dan Ketaqwaan serta Profesionalisme
seluruh Personil Sekolah sesuai dengan Profesinya.
b. Menyelenggarakan Pendidikan dan Pembelajaran yang bekualitas,
Inovasi dan Islami.
c. Mewujudkan IPTEK dan Sumberdaya Manusia yang berakhakul
Kharimah , Terampil dan Kompetitif dalam Bidang Keahlianya.
41
d. Menghasilkan tamatan yang berpotensi, handal dan bersifat
professional serta mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan
kebutuhyan kerja.
e. Membimbing Peserta Didik dan Alumni dalam Berwirausaha yang
Kompetitif.
3. Tujuan Sekolah
a. Menghasilkan Outcome yang berkepribadian, bertaqwa dan berakhlakul
kharimah.
b. Mengasilkan tamatan yang memiliki keunggulan dalam mengembangan
konsep Teori dan Praktek sesuai dengan Program keahlian .
c. Menghasilkan tamatan yang siap memasuki dunia kerja serta mampu
mengebangkan sikap professional .
d. Terciptanya jaringan kerja yang harmonis dengan instansi terkait dan
DUDI .
e. Terciptanya tamatan yang terampil, kompetitif mandiri dan berjiwa
wirausaha.
4. Data Guru dan Pegawai
a. Data Guru
Tabel 3.1
N
O STATUS
JENIS
KELAMIN JUMLAH KETERANGAN
L P
1. PNS 1 2 3
2. GTY 18 9 27
3. GTT 11 8 19
JUMLAH 30 19 49
42
b. Data Pegawai
Tabel 3.2
NO STATUS
JENIS
KELAMIN JUMLAH
KETERAN
GAN L P
1. PTY 6 3 9
2. PTT 5 - 5
JUMLAH 11 3 14
Adapun jumlah keseluruhan antara Guru dan pegawai adalah 63
orang.
B. Keadaan Organisasi Kerohanian Islam (Rohis)
1. Susunan Pengurus Rohis
SUSUNAN KEPENGURUSAN ROHIS
SMK MUHAMMADIYAH SALATIGA
TAHUN 2016/2017
Penasehat : Drs. Muhammad Busri, M.Pd
Pembina Rohis : Drs. Muh Khudlori
KetuUmum : Agus D
Sekretaris : 1. Dinda
2. Isti
Bendahara I :1. M. Hasan
2. M. Rofik
43
Seksi Dakwah : 1. Agung
2. Afif
Seksi Bakat Minat: 1. Eko
2. Andi
Seksi Humas : 1.Bagus
2. Taufik
Seksi Koordinasi : 1. Budi
2. Rina
2. Bentuk aktivitas Rohis di SMK Muhammadiyah Salatiga
Pada dasarnya kegiatan ekstrakurikuler Rohis di koordinir oleh
sebuah wadah di bawah OSIS. Hal ini diungkapkan oleh salah seorang
pembina Rohis sekaligus sebagai guru PAI di SMK Muhammadiyah
Salatiga, Ia mengatakan bahwa sekalipun Rohis berada di bawah OSIS,
namun pembina tetap mengikuti setiap kegiatan untuk membimbing dan
mengawasi serta memberikan evaluasi setiap kegiatan (Khudlori, 2017).
Bentuk aktivitas Rohis di SMK Muhammadiyah Salatiga antara lain:
a. Latihan Dasar Kepemimpinan
Kegiatan untuk menambah pengetahuan keagamaan sebagai
penunjang mata pelajaran PAI di SMK Muhammadiyah Salatiga
tentunya tidak lepas dari sebuah organisasi khusus yang mengkoordinir
teknis pelaksanaan kegiatan agar berjalan dengan baik. Organisasi ini
bernama Rohis di SMK Muhammadiyah Salatiga yang pengurusnya
44
adalah siswa SMK dan pembinanya adalah guru PAI yang di bantu oleh
guru lainnya. Guna menambah wawasan peserta didik Muslim dalam
berorganisasi, maka dibuat program LDK ini. Latihan Dasar
Kepemimpinan (LDK) di SMK Muhammadiyah Salatiga dilaksanakan
untuk melatih peserta didik dalam menumbuhkan jiwa kepemimpinan.
Di samping itu juga untuk mempersiapkan regenerasi kepemimpinan
Rohis. Teknis dalam pelaksanaan LDK adalah dengan menyaring
peserta didik yang duduk di kelas XI dan menyiapkan mereka sebagai
generasi pelanjut dalam kepengurusan Rohis.
b. Pesantren kilat pada waktu bulan Ramadhan
Dalam pelaksanaan pesantren kilat, siswa SMK Muhammadiyah
Salatiga berada di Aula karena jumlah siswanya banyak. Kegiatan ini
dilaksanakan sesuai jadwal per program studi dan per kelas agar
memudahkan dalam absensi siswa. Adapun panitianya adalah
pengurus Rohis. Sebagai pemateri pada kegiatan ini adalah guru
pendidikan agama Islam selaku pembina Rohis dan pemateri dari luar
salah satunya adalah Mahasiswa IAIN Salatiga.
Beberapa nilai yang diharapkan dari pelaksanaan pesantren kilat
yaitu: Pertama, adanya penanaman nilai moral, keimanan dan
ketaqwaan serta akhlakul karimah. Kedua, penerapan disiplin dan
mengembangkan kreativitas diarahkan pada kemandirian peserta didik.
Ketiga, mengembangkan solidaritas sosial dan kesetiakawanan. Selain
45
itu, juga diharapkan adanya hubungan kekerabatan antara Pembina
dan siswa.
c. Pengajian rutin yang dilakukan dalam bentuk mingguan, bulanan dan
seminar.
Kegiatan ini dilaksanakan secara rutin sebagai suatu bentuk
silaturrahim dan komunikasi antar peserta didik muslim di luar sekolah,
juga antara peserta didik dengan Pembina Rohis bahkan antara pembina
dengan orang tua. Bentuk kegiatan yang dilaksanakan sangat variatif,
mulai dari pengajian biasa dengan mengundang penceramah dari
berbagai kalangan, nonton bareng film-film bernilai edukatif dan Islami
hingga kegiatan outbond dan games yang tidak lepas dari materi-materi
keislaman.
d. Baca Tulis al-Qur‟an (BTA)
Kondisi siswa di SMK Muhammadiyah Salatiga dalam hal
kemampuan membaca al-Qur‟an sangat beragam. Jika dikelompokkan
tingkat kemampuannya maka terdapat tiga kelompok besar yaitu ada
yang sangat mampu, mampu, dan tidak mampu dalam membaca al-
Qur‟an. Sehingga kegaiatn BTA sangat dibutuhkan para siswa untuk
membantu mereka dalam belajar membaca al Qur‟an.
e. PHBI (Peringatan Hari Besar Islam)
Peringatan Hari Besar Islam di antaranya adalah memperingati
Maulid Nabi Muhammad saw, Isra‟ Mi‟raj, Tahun Baru Hijriyah, dan
46
lainnya. Ada yang dilaksanakan di sekolah dengan melibatkan semua
unsur sekolah (Kepala Sekolah, guru-guru, pegawai), ada juga yang
dilaksanakan di lingkungan siswa masing-masing atau digabungkan di
tingkat Kecamatan atau Kota.
Pelaksanaan Hari Besar Islam di lingkungan sekolah bisa menjadi
ajang dakwah sekolah. Inilah waktu yang tepat bagi siswa Muslim
menunjukkan bahwa mereka mampu untuk berkarya dan menampilkan
kreasinya.
f. Pendalaman Ilmu tentang Fiqih Ibadah
Kegiatan ini dilakuakan dua minggu sekali dimana dalam
kegiatan ini berisi kajian-kajian tentang dasar-dasar hukum syar‟i
khususnya dalam ibadah khas seperti thaharah, shalat, zakat, shaum,
haji, kurban, aqiqah, dan sebagainya yang semuanya itu ditujukan
sebagai rasa bentuk ketundukan dan harapan untuk mencapai ridha
Allah. Selain kajian dalam kegiatan ini juga dibarengi dengan praktek
ibadah secara lansung dan berkelanjutan.
C. Hasil Wawancara dan Observasi
1. Wawancara
Sesuai dengan paparan diatas, peneliti menggunakan teknik
wawancara untuk mendapatkan hasil yang sesuai. Interview ini dilakukan
terhadap beberapa sumber objek, yaitu Pembina Rohis, Guru PAI dan juga
siswa anggota Rohis yang di ambil beberapa sampel. Berikut ini adalah
data hasil wawancara.
47
Wawancara dengan Pembina Rohis dan Guru PAI (19 Januari
2017, pukul 10.30 WIB)
a. Keaktifan Mengikuti Rohis
1) Sejak kapankah di sekolahan ini ada kegiatan Rohis? Dan apa yang
melatarbelakangi sehingga bisa terbentuk kegiatan tersebut?
Jawaban:
Pembina Rohis (M. Khudlori) : Rohis atau kerohanian islam
awalnya terbentuk bersamaan dengan terbentuknya OSIS SMK
Muhammadiyah yaitu sekitar tahun 2001. Dulu kerohanian islam ini
hanya sebagai bagian dari struktur OSIS yang membidangi sie
keagamaan. Kegiatan yang dilakukanpun belum sepenuhnya
terorganisasi seperti sekarang ini. Setelah beberapa tahun melihat
perkembangan sekolah juga perkembangan kurikulum yang ada
terutama kurikulum mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
yang hanya berkisar 2-4 jam sekali dalam seminggu, kami selaku
guru PAI sangat merasa terkendala dalam memberikan pelajaran,
sehingga pada tahun 2010, kami guru-guru PAI berbarengan
dengan kesiswaan dan juga guru akhlak berinisiatif untuk
menjadikan Rohis sebagai organisasi siswa yang ke dua setelah
OSIS yang bertujuan untuk dapat membantu penambahan materi
agama baik materi tentang keislaman maupun tentang materi ibadah
melalui keajian-kajian dilakukan di luar jam pelajaran di sekolah.
48
2) Lalu bagaimanakah keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan Rohis
ini, apabila kegiatan ini dilakukan di luar jam pelajaran sekolah?
Jawaban:
Pembina Rohis: keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan ini bisa
dikategorikan semua siswa aktif. Baik yang menjadi pengurus
maupun yang hanya menjadi anggota.
Nurul Aeni (Guru PAI): menambahkan yang disampaikan oleh
bapak Pembina Rohis, bahwa untuk membuat siswa bisa aktif dan
mau mengikuti kegiatan ini, kami dari guru PAI selalu
mengingatkan dan cenderung mewajiban siswa untuk aktif mengikuti
kegiatan Rohis. Bahkan untuk siswa kelas X, kegiatan ini merupakan
kegiatan ekstrakurikuler ke dua setelah ekstrakurikuler pramuka
yang wajib diikutioleh seluruh siswa kelas X. Sehingga siswa bisa
mendapat ilmu tambahan yang akan membantu siswa di dalam
mengikuti pelajaran PAI selanjutnya.
3) Jika diprosentase berapakah jumlah siswa dari kelas X, XI, dan XII
yang aktif maupun yang pasif dalam mengikuti kegiatan Rohis?
Jawab:
Pembina Rohis : seperti yang sudah diterangkan oleh bapak Amir
diatas, jika diprosentase siswa kelas X yang aktif mengikuti kegiatan
Rohis berkisar 80-90%, dan yang pasif berkisar 10-20% karena
siswa kelas X masih diwajibkan untuk mengikuti kegiatan ini secara
rutin selama dua semester. Sedang untuk yang siswa kelas XI dan
49
kelas XII keaktifannya sekitar 60-75% saja dan yang pasif sekitar
25-40%. Hal ini karena siswa kelas XI dan XII yang mengikuti
kegiatan ini adalah hanya para pengurus dan hanya beberapa
anggota lama.
4) Apa saja bentuk kegiatan Rohis yang ada di SMK ini?
Jawaban:
Pembina Rohis: kegiatan Rohis di sekolah ini sangatlah beragam
dimulai dari LDK pada awal pertemuan dan perekrutan anggota
baru, kemudian ada pengajian mingguan, seminar, persantren kilat
bulan ramadhan, latihan membaca Al Quran melalui BTA,
peringantan hari-hari besar dalam islam (PHBI), pendalaman ilmu
fiqih ibadah, seperti pendalaman tatacara wudhu, shalat, zakat,
puasa, haji, serta latihan qurban, dan latihan menjadi panitia zakat.
5) Melihat dari beberapa kegiatan Rohis yang ada disekolah ini, apa
saja wujud hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan
Rohis?
Jawab:
Amir (Guru PAI): setelah ada kegiatan Rohis tentu ada manfaat
yang didapat siswa khususnya serta sekolah pada umumnya yaitu:
siswa jadi lebih mudah untuk memahami pelajaran PAI ketika
dikelas, selain itu siswa secara psikologi menjadi lebih termotivasi
atas tanggung jawab sebagai pelajar untuk belajar dengan sungguh-
sungguh melalui pengajian rutin minggun, siswa jadi lebih terbantu
50
dengan tambahan materi yang tadinya hanya dari 4 jam pelajaran
PAI seminggu sekarang bisa mendapat materi tambahan dari
kegiatan Rohis.
Pembina Rohis: menguatkan, selain itu nilai agama siswa setiap
semester juga mengalami peningkatan, angka kenakalan siswa juga
mengalami penurunan.
b. Intensitas shalat fardu siswa
6) Menurut pandangan bapak/ ibu bagaimanakah intensitas siswa dalam
menjalankan shalat fardu sehari-hari?
Nurul Aeni: dari hasil tes lisan tentang penguasaan bacaan shalat
yang pernah saya lakukan kepada siswa kelas X beberapa waktu
lalu saya dapat mengambil kesimpulan bahwa hanya 60 persen saja
siswa yang mampu mencapai ketuntasan minimal. Hal ini
menandakan bahwa intensitas siswa dalam menjalankan ibadah
shalat fardu masih sangat rendah.
Amir : menambahkan dari yang disampaikan bu Nurul, untuk siswa
kelas XI intensitas shalat fardunya dari awal semester gasal sudah
mengalami peningkatan. Hal tersebut terlihat dari hasil pengamatan
kami selama beberapa pekan terakhir ini sudah banyak siswa yang
segera bergegas ke masjid ketika adazan sudah berkumandang
untuk segera melaksanakan shalat tepat waktu. Juga dalam
berbagai kegiatan ketika mereka sedang ada kegiatan diluar ketika
selalu menghentikan aktifitas mereka saat masuk waktu shalat dan
51
segera melaksanakan shalat.
7) Lalu bagaimanakah cara bapak/ ibu untuk terus meningkatkan
intensitas siswa dalam melaksanakan shalat fardu?
M Khudlori: kami selaku GPAI terus beruapaya semaksimal
mungkin agar bisa menumbuhkan kesadaran siswa akan kewajiban
menjalankan ibdah shalat. Bekerjasama dengan Rohis untuk terus
memberikan kajian yang dapat memotivasi siswa agar tergugah
hatinya sehingga kesadaran akan kewajiban ibadah shalat lahir dari
hati nurani tanpa paksaan.
Nurul Aeni: selain bekerjasama dengan Rohis kami juga sering
melakukan kontroling dengan orang tua siswa dirumah dengan
menayakan perkembangan siswa saat dirumah atau berdiskusi saat
terjadi pertemuan dengan wali siswa serta pengisian angket oleh
orang tua siswa.
8) Ketika sedang berpergian misalnya sedang melaksanakan study tour
atau kunjungan industri pastilah jarak yang ditempuh lumayan jauh
dan juga memakan waktu yang cukup lama. Lantas bagaimana cara
guru memberikan solusi serta arahan kepada siswa aga tetap
konsisten dalam menjalankan ibadah shalat meski sedang
dipejalanan.
Jawaban
Nurul Aeni: dalam pembelajaran PAI ada yang namanya
mengenalkan shalat jama’ dan qasahar kepada siswa. Meskipun
52
tidak terlalu detail tetapi pelajaran tersebut sangat bermanfaat
ketika kita sedang melaksanakan perjalanan jauh. Dan saat sekolah
sedang mengadakan kegiatan study tour saat itulah kita bisa menilai
bagaimana siswa dapat mempraktikkan materi shalat jama’ dan
qashar. Selain tetap bisa menjalankan kewajiban shalat juga bisa
menambah nilai praktik mereka dalam melaksanakan shalat jama’
atau qashar.
M Khudlori: yang jelas kita tetap memantau siswa dalam
melaksankan shalat meski sedang dalam perjalanan. Setiap masuk
waktu shalat ketika ada tempat yang memungkinkan pasti kita
berhenti untuk melaksanakan shalat terlebih dahulu. Jika tempat
tidak tersedia kita pasti berupaya untuk tetap melaksanakan shalat
meski dengan menjama’ ataupun meng-qasaharnya.
c. Intensitas Ibadah Shalat Fardu Siswa setelah aktif mengikuti Rohis
9) Dari beberapa manfaat yang diperoleh siswa, adakah pengaruh
kegiatan Rohis dengan ibadah Shalat fardu siswa baik di sekolah
maupun di rumah?
Jawab :
Amir (Guru PAI): tentu saja kegiatan Rohis sangat berpengaruh
terhadap ibadah shalat fardu siswa. Terbukti dengan nilai praktik
shalat siswa beberapa minggu yang lalu yang dilakukan saat
ulangan mata pelajaran PAI bab praktik shalat hasilnya hampir
semua siswa kelas X berhasil mencapai nilai di atas KKM meskipun
53
ada beberapa siswa yang masih berada di bawah KKM. Tetapi hal
ini sangat membanggakan buat kami guru PAI khususnya yang
tadinya kami hanya mampu memberikan materi shalat kurang dari 4
jam pelajaran, padahal efektifnya materi shalat haruslah diberikan
minimal 16 jam pelajaran agar siswa mampu menguasai materi
tersebut.
Pembina Rohis: Kegiatan Rohis melalui kajian-kajiannya memang
sangat membantu guru-guru PAI di SMK ini. Dan juga sangat
berpengaruh terhadap siswa terutama pada kegiatan shalat
fardunya. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya jamaah shalat dzuhur
yang setiap hari dilakukan di masjid SMK Muhammadiyah ini.
Hampir semua siswa dari kelas X-XII melaksanakan shalat dzuhur
berjamaah tanpa harus diperintah atau diingatkan oleh guru.
Nurul Aeni: saya sendiri pun merasakan antusias siswa yang
mengikuti Rohis menjadi lebih bersemangat dalam menjalankan
ibadah shalat dzuhur dan shalat Jumat berjamaah disekolah ini.
10) Melihat manfaat Rohis terhadap perubahan sikap siswa dalam
menjalankan shalat fardu, menurut Bapak kegiatan Rohis yang
seperti apa yang mampu memotivasi siswa untuk terbiasa
menjalankan shalat fardu sebagai kewajiban mereka?
Jawaban
Pembina Rohis: pada dasarnya semua kegiatan Rohis berpengaruh
terhadap perubahan sikap beribadah siswa. Namun jika dilihat dari
54
segi manfaat yang paling berpengaruh terhadap kebiasaan siswa
menjalankan shalat fardu adalah dalam kegiatan pendalaman ilmu
fiqih ibadah. Karena pada kegiatan ini siswa benar-benar mendapat
materi tambahan terkain tentang ibadah ibadah wajib terutama
shalat fardu. Karena tidak hanaya pendalaman teori saja yang
diberikan tetapi juga praktik menjalankan shalat secara langsung
sehingga pemateri bisa mengetahui sejauh mana pengetahuan serta
kesulitan siswa dalam menjalankan shalat. Melalui kegiatan ini
sedikit demi sedikit para pemateri memberi motivasi terhadap siswa
bahawasanya ibadah shalat fardu adalah ibadah orang islam yang
paling utama. Sehingga dengan berlahansiswa menjadi tergugah
hati nya untuk selalu terbiasa menjalankan shalat fardu sebagai
suatu kewajiban orang islam terhadap Allah SWT.
Wawancara dengan anggota Rohis SMK Muhammadiyah
Salatiga (26 Januari 2017, Pukul 10.00 WIB)
Dalam interview ini, peneliti mengambil 9 orang sampel, terdiri
dari 4 orang siswa kelas X, 3 orang siswa kelas XI, dan 2 orang siswa
kelas XII. Data sampel sebagai berikut :
55
Tabel 3.3
No Nama Kelas
1 Andi X
2 Isti X
3 Muhammad X
4 Agus X
5 Agung XI
6 Rina XI
7 Prabowo XI
8 Ari XII
9 Faza XII
Berikut data interviewnya:
a. Keaktifan Mengikuti Rohis
1) Apa yang membuat anda tertarik untuk mengikuti kegiatan Rohis di
sekolah ini? Dan bagaimana proses masuk menjadi anggota?
Jawaban
Agung: pertama kali melihat perkenalan Rohis saat MOS siswa
baru, saya tertarik untuk ikut kegiatan Rohis ini. Cara masuknya
cukup mudah yaitu aktif mengikuti pengajian rutin yang diadakan
setiap minggu dan mengikuti Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK).
Andi dan Isti: ikut kegiatan Rohis selain karena diwajibkan oleh
guru agama, juga untuk menambah wawasan keagamaan kita.
56
Sehingga dapat membantu kita dalam pelajaran agama di kelas.
Faza: tertarik mengikuti Rohis karena bisa membantu kita saat kita
sedang kesulitan dalam memahami pelajaran agama. Dan juga bisa
menambah pengetahuan, wawasan serta kita bisa bertukar pikiran
dan pendapat dengan oang lain.
2) Apakah kalian semua aktif sebagai pengurus Rohis?
Jawaban
Andi dan Isti: pada semester awal kelas X karena kami termasuk
siswa baru jadi kami baru aktif untuk menjadi anggota belum
menjadi pengurus.
Muhammad dan Agus: barulah setelah kami mengikuti LDK pada
akhir semester gasal kemarin dan terjadi reorganisasi Rohis ketika
kami terpilih menjadi salah satu pengurus kami baru aktif bereperan
sebagai pengurus.
Rina dan Agung: keaktifan siswa SMK sebagai pengurus Rohis
biasanya akan terlihat ketika sudah masuk kelas XI, biasanya rasa
tanggung jawab akan tugas yang diberikan sebagi pengurus sudah
mulai tertanam sehingga kewajiban untuk aktif sebagai pengurus
sudah ada.
Faza: untuk siswa kelas XII karena sudah banyak yang purna tugas
jadi keaktifan sebagai pengurus sudah tidak ada lagi. Tetapi
keaktifan sebagai anggota masih tetap berjalan.
57
3) Apakah semua pengurus dan anggota selalu aktif dalam mengikuti
rapat dan juga aktif menjadi panitia kegiatan Rohis?
Jawaban:
Prabowo: ketika kita mengadakan rapat pasti kita mencari hari dan
waktu yang tepat sehingga sebgaian besar para pengurus dan
anggota bisa menghadiri kegiatan rapat tersebut. Biasanya rapat
dilakukan rutin tiap bulan dan jika ada kegiatan atau keadaan yang
mendesak.
Agus : meskipun tidak semua anggota dan para pengurus bisa hadir
dalam rapat, tetapi keaktifan para anggota dan pengurus dalam
menghadiri rapat tergolong baik karna hampir 75 persen lebih bisa
menghadirinya.
Rina: biasanya yang tidak bisa menghadiri rapat pun selalu
memberi kabar terlebih dahulu dan menanyakan hasil dari rapat
sebagai bukti kepedulian para anggota terhadap Rohis.
4) Menurut anda apakah semua siswa aktif mengikuti kegiatan Rohis?
Jawaban
Rina dan Prabowo: untuk siswa kelas X 80% aktif, karena dari pihak
sekolah mewajibkan siswa untuk mengikuti Rohis sebagai kegiatan
ekstra wajib selain pramuka. Untuk siswa kelas XI yang aktif hanya
pengurus dan beberapa anggota saja. Sedang anggota yang sudah
kelas XII sudah jarang yang aktif mungkin hanya beberapa kali saja
dalam sebulan mengikuti pengajian rutin.
58
Ari: menambahkan yang disampaikan oleh Rina, untuk kelas XII
karena sudah banyaknya jam pelajaran tambahan untuk
menghadapi ujian tentu keaktifan kami dalam mengikuti Rohis
menjadi berkurang. Tetapi kami sebagai anggota tetap berusaha
menyempatkan diri untuk mengikuti kajaian-kajian Rohis jika kami
memiliki waktu yang senggang.
Muhammad dan Agus: ya, kalau kelas X sudah pasti aktif mengikuti
kegiatan ini, karena diwajibkan dari sekolahan. Meskipun ada
beberapa dari teman kita yangkadang tidak berangkat mengikuti
kegiatan ini karena ada kepentingan yang lain atau seperti sakit dan
tidak berangkat sekolah.
5) Apakah kalian juga aktif dalam mensosialisasikan kegiatan Rohis?
Jawaban
Muhammad: dalam mensosialisasikan kegiatan Rohis kebayakan
kami lebih memanfaatkan majalah dinding untuk menempel
pengumuman-pengumman tentang kegiatan Rohis.
Isti dan Rina: selain itu kita juga selalu memberikan pengumuman
lewat seksi humas tiap masing-masing kelas agar disampaikan
kepada siswa yang lain yang belum menjadi pengurus. Kita juga
bekerjasama dengan guru PAI untuk membantu memberikan
informasi atau mengingatkan tentang kegiatan Rohis yang akan
dilaksanakan.
59
6) Apa yang paling berkesan menurut anda dari semua kegiatan yang
diadakan Rohis yang sudah berlangsung dan anda terima?
Jawaban
Andi: yang paling berkesan adalah kajian tentang shalat.
Isti: pengajian rutin mingguan, LDK, out bond dan juga praktik
ibadah.
Muhammad: kajian tentang ilmu peribadatan terutama praktik
shalat dan zakat.
Agung: pengajian dan kajian tematik tentang ilmu fiqih ibadah.
Agus: peringatan hari besar Islam, karena disitu bisa benar-benar
mempraktikkan pelajaran yang sudah di ajarkan.
Faza dan Ari: kegiatan yang paling berkesan yaw adalah pengajian
rutin karena dapat bertukar fikiran dan juga dapat menambah
wawasan ilmu keagamaan.
Prabowo dan Rina: kajian tematik tentang ibadah shalat, karena
ternyata isinya luas sekali. Bisa langsung bertukar pendapat dengan
pemateri jika kita belum paham tentang tuntunan atau bacaan, atau
hukum tentang shalat.
b. Intensitas Ibadah Shalat Fardu
7) Ketika anda awal masuk sekolah di SMK ini dalam sehari berapa
kali anda melaksanakan shalat fardu?
Jawaban:
Andi: saya hanya mampu melaksanakan 3- 4 kali shalat fardu dalam
60
sehari
Isti dan Agus: kadang-kadang bisa melaksanakan 5 waktu kadang-
kadang hanya 4 waktu
Muhammad dan Agung: awal masuk ke sekolah ini hanya mampu
mengerjakan shalat 3 kali dalam sehari
Prabowo dan Ari: kadang ya mampu rutin mengerjakan shalat,
kadang ya bolong-bolong, kadang juga sehari tidak melaksanakan
shalat.
8) Apakah anda sudah hafal bacaan dalam shalat fardu?
Agus dan Andi: Hafal bacaan shalat tetapi belum semuanya
Isti, Rina dan Faza: sudah hafal semua bacaan shalat tetapi belum
memahami arti dari bacaan shalat tersebut
Agung, Prabowo, Muhammad: hanya pada bagian takhiat akhir dan
doa iftitah yang belum hafal.
9) Setelah sekarang menginjak kelas X, XI, dan juga XII tentu anda
merasakan perubahan pada diri kalian baik secara fisik maupun
secara psikis. Apakah sekarang anda sudah tepat waktu
melaksanakan shalat fardu?
Jawaban
Andi: setelah beberapa waktu menerima pembelajaran PAI dan juga
Rohis disini sekarang saya sudah lebih rutin menjalankan shalat
fardu, meskipun belum tepat pada waktunya
Isti: allhammdulilah sekarang saya lebih konsisten menjalankan
61
ibdah shalat fardunya
Muhammad: sekarang ada peningkatan yang saya rasakan dalam
menjalankan shalat fardu. Ketika mendengar adzan seperti hati ini
ditarik untuk segera melaksanakan shalat. Meskipun kadang juga
lupa tapi setidaknya sekarang sudah bisa berubah dari sebelumnya.
Agus: saya sudah mulai menyadari kalau shalat itu kewajiban
utama sehingga saya selalu berusaha untuk menjalaknannya meski
kadang tidak tepat waktu
Agung: sekarang lebih rutin menjalakan shalat fardunya
Rina: ya sudah lebih rutin dan juga lebih berusaha tepat waktu
dalam menjalankan shalat fardunya
Prabowo: saya sudah mulai konsisten menjalakan shalat fardu
Ari: sudah mulai bisa merasakan bahwa shalat itu kewajiban saya
sehingga saya harus segera melaksanakannya ketika sudah mulai
masuk waktunya
Faza: sudah merasa kalau shalat itu kewajiban dan tanggung jawab
yang harus saya kerjakan setiap hari
c. Intensitas Ibadah Shalat Fardu siswa setelah aktif mengikuti Rohis
10) Apakah ada hubungannya antara keaktifan mengikuti Rohis
dengan ibadah shalat fardu siswa?
Jawaban
Kelas X: ada, hal ini terlihat ketika hampir semua kelas X
menjalankan shalat dzuhur dan shalat jumat secara berjamaah.
62
Selain itu nilai praktik shalat dalam pelajaran PAI juga bagus-
bagus.
Kelas XI: ada, bukan hanya dalam shalat dzuhur dan jumat
berjamaah. Saat kegiatan lain seperti saat kemah, atau saat ikut
kegiatan lain diluar jam sekolah pun ketika sudah masuk waktu
shalat siswa SMK Muhammadiyah pasti segera bergegas untuk
melaksanakan shalat.
Kelas XII: Sangat ada, karena saat sudah kelas XII kewajiban untuk
menjalankan shalat menjadi hal yang pokok, hal itu karena sudah
banyaknya motivasi yang di dapat dari kajian Rohis tentang
pentingnya shalat untuk kehidupan.
11) Adakah pengaruh bagi anda, setelah proses tranformasi ilmu dari
kajian Rohis terhadap peningkatan intensitas ibadah shalat fardu?
Jawaban
Andi: hati sudah semakin mantap bahwasannya shalat adalah
kewajiban yang tidak bisa ditinggalkan.
Isti: sudah lebih sadar akan kewajiban untuk segera melaksanakan
shalat ketika sudah masuk waktu shalat.
Agus dan Rina: lebih memantapkan hati dan bisa memotivasi diri
sendiri akan kewajiban tentang shalat.
Muhammad dan Ari: sangat membantu pemahaman kita tentang
shalat menjadi lebih luas dan lebih mendalam lagi.
Prabowo: pengaruhnya sekarang menjadi lebih aktif dalam
63
menjalankan shalat baik disekolah maupun dirumah.dan mengerti
bahwa shalat sebagai kewajiban utama yang tidak boleh dilupakan.
12) Adakah perbedaan yang paling mendasar atau yang paling terlihat
antara siswa yang aktif mengikuti Rohis dengan siswa yang tidak
aktif dalam menjalankan shalat fardu.
Jawaban
Faza: bagi yang aktif, cara berfikir sudah jauh berubah dan sudah
menyadari bahwa shalat adalah kewajiban dan juga pola
berfikirpun lebih dewasa yang mengikuti Rohis dari pada yang
tidak.
Agung: siswa yang tidak aktif kesadaan akan kewajiban shalat
masih belum meningkat, sehingga masih belum menyadari bahwa
shalat itu adalah suatu kebutuhan wajib dari seorang muslim.
Prabowo dan Muhammad: sebagian besar yang tidak mengikuti
Rohis kalau mendengar waktu adzan tidak segera bergegas ke
masjid utuk menjalankan shalat malah justru ke kantin untuk jajan.
Kalaupun mau melaksanakan shalat ketika nanti sudah mau habis
waktu shalatnya.
Isti: yang aktif mengikuti Rohis lebih tepat waktu dalam
menjalankan shalat.
2. Observasi
Dalam melakuakan pengamatan, peneliti sedikit diuntungkan. Hal
ini dikarenakan tidak hanya melakukan pengamatan selama sehari atau dua
64
hari saja, tetapi selama hampir dua bulan.
Peneliti sendiri dulu pernah mengajar pramuka di SMK
Muhammadiyah Salatiga sehingga peneliti bisa melakuakn penelitian
secara terang-terangan tanpa harus sembunyi-sembunyi.
Dari hasil pengamatan dan juga pengalaman yang diperoleh peeliti,
hasilnya tidak jauh berbeda dengan penjelasan dari hasil wawancara di
atas. Banyaknya pengaruh dari kegiatan Rohis terhadap perubahan sikap
beribadah siswa terutama dalam menjalankan shalat fardu.
Dari hasil pengamatan kegiatan Rohis yang paling menonjol yang
mampu memotivasi siswa untuk sadar akan kewajiban shalat adalah
pengajian rutin mingguan dan juga pendalaman ilmu tentang fiqih ibadah.
Terbukti saat kegiatan kajian ini diadakan banyak siswa yang dengan
semangat mengikuti kegiatan ini. Ketika ada maslah atau ada hal yang
belum jelas dengan tidak malu-malu siswa bertanya kepada pemateri saat
sesi tanya jawab. Sehingga terjadi interakti yang positif antara pemateri
dengan siswa yang mengikuti kegiatan.
Dari apa yang ditemukan oleh peneliti, perubahan-perubahan sikap
beribadah siswa lebih banyak didapat dari proses belajar selama mengikuti
Rohis. Salah satunya adalah pengaruh terhadap proses pemotivasian hati
siswa tentang kesadaran akan kewajiaban menjalankan shalat fardu. Hal
tersebut juga bisa dirasakan oleh para guru PAI di mana nilai agama
menjadi meningkat terutama saat mengadakan ujian praktik shalat hasilnya
pun cukup memuaskan hati bapak ibu Guru PAI.
65
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Intensitas Ibadah Shalat Fardu Siswa
Shalat merupakan kegiatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri
dengan salam. Kegiatan ini meliputi gerakan dan bacaan yang harus
dilaksanakan sebagaimna mestinya. Seorang remaja sudah seharusnya
mengetahui hukum shalat yang ia peroleh baik dari orang tua, sekolah
maupun buku literatur.
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap beberapa
responden yang masih berada di kelas X, mereka mengatakan “saya hanya
mampu melaksanakan 3-4 kali shalatfardu dalam sehari”(Andi, 2017). Isti,
Agus (2017) “ kadang-kadang bisa melaksanakan 5 waktu kadang-kadang
hanya 4 waktu”. Muhammad “ awal masuk ke sekolah ini hanya mampu
mengerjakan shalat 3 kali dalam sehari”.
Dari situ dapat dilihat bahwa intensitas dalam melaksanakan ibadah
shalat fardu siswa SMK Muhammadiyah yang masih kelas X pada awal
masuk di sekolah masih sangat rendah. Terbukti masih banyak siswa yang
hanya mampu mengerjakan shalat 3-4 waktu dalam sehari. Selain itu hafalan
mereka terhadap bacaan shalat juga masih banyak yang belum hafal. Terbukti
dari jawaban para siswa ketika ditanya oleh peneliti, ” hafal baccan shalat
tetapi belum semuanya” (Agus, Andi), “ hanaya pada bagian takhiat akhir
dan doa iftitah yang belum hafal” (Agung, Prabowo).
Sementara untuk siswa kelas XI dan XII sudah mulai ada peningkatan
66
dalam menjalankan ibdah shalat fardu, tergambar oleh hasil pengamatan guru
PAI kalau sudah banyak siswa kelas XI dan XII yang segera bergegas ke
masjid ketika adzan sudah berkumandang. Selain itu ketika dalam perjalanan
jauh saat study tour para siswa dan guru juga tetap melaksanakan shalat
meski dengan cara menjama‟ ataupun meng-qashar shalatnya. Meski
demikian intensitas shalat siswa mengalami peningkatan setiap semesternya.
Dalam meningkatkan intensitas siswa dalam menjalankan ibdah shalat
tentu saja para guru memiliki strategi-strategi untuk hal tersebut, seperti yang
disampaikan oleh M. Khudlori “ kami selaku guru PAI terus berupaya
semaksimal mungkin agar bisa mengembangkan kesadaran siswa akan
kewajiban menjalankan ibadah shalat. Bekerjasama dengan Rohis untuk
terus memberikan kajian yang dapat memotivasi siswa agar tergugah hatinya
sehingga kesadaran akan kewajiban ibadah shalat lahir dari hati nurani
tanpa paksaan”. “selain bekerjasama dengan Rohis kami juga sering
melakukan kontroling dengan orang tua siswa di rumah dengan menanyakan
perkembangan siswa saat di rumah. Atau dengan berdiskusi saat terjadi
pertemuan dengan wali siswa serta pengisian angket oleh orang tua siswa”
(Nurul Aeni).
Upaya peningkatan intensitas ibadah shalat fardu siswa memang sangat
perlu dilakukan oleh semua komponen baik sekolah, orang tua maupun siswa
itu sendiri. Dari gambaran di atas, bahwa pihak sekolah telah melakukan
berbagai upaya untuk meningkatkan intensitas ibadah shalat fardu siswa
diantaranya dengan cara:
67
1. Berkoordinasi dengan Rohis agar terus memberikan kajian-kajian tentang
shalat
2. Berkoordinasi dengan orang tua siswa agar tetap mengkontrol patra
putrinya ketika di rumah,
3. Memberikan contoh nyata dengan cara mengerjakan shalat dhuhur
berjamaah di sekolah.
4. Selalu berusaha untuk tetap mengajak siswa menjalankan shalat meskipun
dalam perjalanan dengan mempraktikkan shalat jama‟ dan qashar.
5. Menyediakan sarana prasarana yang memadai
6. Membiasakan siswamelafalkan bacaan shalat dalam praktik pembelajaran
PAI
7. Melakukan evaluasi terhadap pengalaman ibadah siswa secara rutin
Demikian tadi adalah upaya- upaya yang telah dilakukan oleh pihak
sekolah dalam meningkatkan intensitas ibadah shalat fardu siswa.
Dalam melaksanakan ibadah shalat tentu juga ada faktor-faktor yang
mempengaruhi siswa untuk menjalankan ibadah shalat. Adapun faktor-faktor
tersebut adalah
1. Fakor internal
Faktor internal adalah indikator yang datang dari diri manusia itu
sendiri. Yang termasuk dalam faktor internal adalah seperti minat. Minat
adalah kecendrungan jiwa pada sesuatu dan biasanya disertai perasaan
senang akan sesuatu. Dengan kata lain minat adalah rasa lebih suka dan
rasa keterkaitan dengan sesuatu tanpa ada yang menyuruh. Dengan
68
demikian merupakan bagian yang sangat relevan jika masalah minat ini
digunakan untuk melihat sejauh mana minat remaja dalam melaksanakan
ibadah shalat.
2. Faktor eksternal
Yang dianggap sebagai faktor eksternal yang dapat mempengaruhi
seseorang adalah:
a. Lingkungan dalam keluarga:
Perhatian orang tua terhadap anak juga cukup penting untuk
dijadikan dasar dalam melihat keterlibatan orang tua terhadap anak-
anaknya. Suatu perhatian berarti pemusatan atau kosentrasi dan seluruh
aktivitas tertuju pada suatu objek. Karena itu sejauh mana orang tua
memberikan perhatian tentang masalah pendidikan shalat bagi anak
remaja merupakan hal yang sangat penting.
b. Faktor pendidikan
Pendidikan juga memiliki pengaruh besar terhadap tindakan
seseorang. Kemampuan orang tua untuk mendidik para remaja sangat
ditentuan sejauh mana pengetahuan orang tuanya. Karena itu semakin
tinggi pengetahuan keagamaan seseorang akan semakin baik pula
dalam memberikan didikan kepada anak-anaknya. Sebaliknya semakin
rendah pendidikan agama seseorang berarti akan rendah pula
kemampuan mereka untuk mendidik anak-anaknya.
69
B. Keaktifan Mengikuti Rohani Islam (Rohis)
Dalam melakukan pembinaan moral pada siswa yang sudah menginjak
usia remaja bukan suatu hal yang mudah. Karena dalam diri siswa sendiri
sedang mengalami berbagai macam perubahan baik perubahan eksternal
maupun perubahan internal, yang keduanya akan memberi pengaruh pada
perkembangan moral siswa.
Perubahan eksternal pada siswa dipengaruhi oleh berbagai macam
perubahan yang ada di lingkungan, khususnya lingkungan masyarakat. Salah
satu dampak nyata modernisasi dalam era globalisasi untuk siswa adalah
menigkatnya rasa keingin yang tinggi terhadap sesuatu. Siswa dari berbagai
status sosial ekonomi, dan di berbagai macam daerah, tanpa kecuali terkena
oleh “virus” informasi yang membawa berita baru, tawaran baru, iming-iming
baru yang tampaknya menarik itu akan memberikan motivasi pada siswa
dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan dalam hidupnya.
Keinginan serta kebutuhan yang semakin meningkat sebenarnya adalah
sesuatu hal yang wajar dan baik asalkan tidak bertentangan dengan nilai-nilai
moral dan sosial yang diterima oleh masyarakat, serta sesuai dengan
kemampuan siswa yang bersangkutan (kemampuan fisik, mental, keuangan)
dan peraturan yang berlaku. Di pihak lain, keinginan dan kebutuhan yang
terus meningkat itu dikwatirkan akan menimbulkan akibat-akibat yang tidak
enak bagi siswa yang tidak memiliki kemampuan yang seimbang dengan
tuntutan keinginan yang semakin meningkat itu akan merasa kurang
beruntung dalam menghadapi berbagai kesulitan yang dapat bermuara pada
70
frustasi ataupun rasa keterasingan. Seperti uang pemberian orang tua yang
seharusnya di buat untuk membayar SPP dipergunakan untuk membeli barang
yang diidam-idamkan, telpon genggam misalnya.
Sedangkan perubahan internal dipengaruhi oleh diri siswa sendiri yang
sedang berada pada masa yang disebut dengan masa kegoncangan (strees and
strom period). Hal ini disebabkan karena perkembangan kognitif siswa yang
sudah mencapai tahap berpikir abstrak, dan tugas perkembangan yang harus
dicapai adalah kemampuan menyesuaikan prilakunya sesuai dengan tuntutan
dan harapan masyarakat.
Dalam kondisi jiwa yang seperti itu dan adanya dampak modernisasi
yang terus menuntut kebutuhan dan keinginan, maka salah satu kebutuhan
siswa yang harus dipenuhi oleh pihak sekolah adalah kebutuhan peningkatan
kesadaran untuk lebih dekat dengan Sang Pencipta.
Pendekatan diri kepada Sang Pencipta pada usia remaja sudah tidak
lagi memerlukan anjuran dari luar (seperti orang tua ataupun guru) seperti
pada waktu masa anak-anak. Akan tetapi siswa lebih menggunakan
kesadaran dari dalam yakni suara hatinya dalam hal pendekatan terhadap
Allah melalui ibadah.
Untuk mengolah kesadaran eksternal yang di berikan pada masa anak-
anak menuju kesadaran internal yang harus dipenuhi oleh siswa yang
menginjak masa remaja tidak semudah membalik telapak tangan. Oleh karena
itu membantu siswa menumbuhkan pengendalian diri agar memperoleh
kesadaran hati yang lebih matang dalam menjalankan ibadah terutama ibadah
71
shalat membututuhkan berbagai metode/ strategi.
Ada dua cara yang diterapkan oleh pihak SMK Muhammadiyah
Salatiga dalam mengupayakan peningkatan kesadaran dalam menjalankan
ibadah shalat melalui:
1. Melalui Pembelajaran Intrakulikuler
Pembelajaran Intrakulikuler adalah proses belajar mengajar yang
berlangsung di dalam kelas dengan waktu dua jam pelajaran dan
berlangsung selama satu Minggu secara bergantian antara pelajaran
Agama dan umum atau di sebut juga pembelajaran dengan sistem blok.
Seorang guru harus menjadi contoh figur yang baik bagi siswanya,
sehingga setiap pembelajaran yang berlangsung baik itu dalam pelajaran
Agama ataupun umum seorang guru selalu mengawali pelajaran dengan
berdo‟a dan mengakhiri pelajaran dengan berdo‟a juga.
Hal ini dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai Aqidah/ keimanan
kepada siswa agar siswa senantiasa ingat keapa Allah dan dapat
menambah keyakinan terhadap kebenaran ajaran Agamanya.
Dalam proses belajar mengajar intrakulikuler tidak lupa bagi guru
pendidikan agama Islam untuk memberikan pendidikan moral langsung
yaitu dengan memberikan penanganan secara langsung siswa yang
berperilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang di ajarkan oleh
Agama.
72
2. Melalui Pembelajaran Ekstrakurikuler.
Pembelajaran ekstrakurikuler adalah pembelajaran yang dilakukan di
luar jam pelajaran, salah satu pembelajaran ekstrakurikuler yang dilakukan
di SMK Muhammadiyah Salatiga adalah ekstrakurikuler keagamaan, yang
bertujuan untuk menciptakan lingkungan sekolah yang religius dan melatih
anak-anak SMK yang kebanyakan belum bisa ngaji dan sholat.
Kegiatan ekstrakurikuler keagamaan ini berupa kegiatan-kegiatan
keagamaan dan praktik-praktik keagamaan yang diprogram secara rutin
(istiqomah) oleh sekolah melalui organisasi ke-Islamana yaitu Rohis SMK
Muhammadiyah Salatiga.
Pengaktifan kegiatan Rohis ini dilatarbelakangi karena bapak, ibu
guru merasa terkendala dengan kurangnya jam pelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) yang hanya 2-8 jam perminggu sehingga mereka
merasa kurang optimal dalam memberikan materi pelajaran kepada siswa.
Hal itu juga ditegaskan oleh oleh pembina Rohis berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan peneliti pada hari Senin, 19 Januari 2017,
pukul 10.30 di ruang guru, “Rohis atau kerohanian islam awalnya
terbentuk bersamaan dengan terbentuknya OSIS SMK Muhammadiyah
yaitu sekitar tahun 2001. Dulu kerohanian islam ini hanya sebagai bagian
dari struktur OSIS yang membidangi sie keagamaan. Kegiatan yang
dilakukanpun belum sepenuhnya terorganisasi seperti sekarang ini.
Setelah beberapa tahun melihat perkembangan sekolah juga
perkembangan kurikulum yang ada terutama kurikulum mata pelajaran
73
Pendidikan Agama Islam (PAI) yang hanya berkisar 2-4 jam sekali dalam
seminggu, kami selaku guru PAI sangat merasa terkendala dalam
memberikan pelajaran, sehingga pada tahun 2010, kami guru-guru PAI
berbarengan dengan kesiswaan dan juga guru akhlak berinisiatif untuk
menjadikan Rohis sebagai organisasi siswa yang ke dua setelah OSIS
yang bertujuan untuk dapat membantu penambahan materi agama baik
materi tentang keislaman maupun tentang materi ibadah melalui keajian-
kajian dilakukan di luar jam pelajaran di sekolah”.
Dari yang disampaikan oleh bapak Khudlori selaku pembina Rohis
diatas Rohis terbentuk untuk membantu guru dan memberikan materi
tambahan tentang agama baik materi keislaman maupun tentang materi
ibadah melalui kajian-kajian yang dilakukan diluar jam pelajaran.
Karena kegiatan ini dilakukan di luar jam pelajaran pastilah banyak
kendala, seperti keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan ini. Akan
tetapi keaktifan para siswa SMK Muhammadiyah Salatiga dalam
mengikuti Rohis tergolong baik. Seperti yang dikatakan pembina Rohis
dan juga salah satu guru PAI pada saat wawancara, ” keaktifan siswa
dalam mengikuti kegiatan ini bisa dikategorikan semua siswa aktif. Baik
yang menjadi pengurus maupun yang hanya menjadi anggota”.
“menambahkan yang disampaikan oleh bapak Pembina Rohis, bahwa
untuk membuat siswa bisa aktif dan mau mengikuti kegiatan ini, kami
dari guru PAI selalu mengingatkan dan cenderung mewajiban siswa
untuk aktif mengikuti kegiatan Rohis. Bahkan untuk siswa kelas X,
74
kegiatan ini merupakan kegiatan ekstrakulikuler ke dua setelah
ekstrakulikuler pramuka yang wajib diikutioleh seluruh siswa kelas X.
Sehingga siswa bisa mendapat ilmu tambahan yang akan membantu
siswa di dalam mengikuti pelajaran PAI selanjutnya” (Nurul Aeni,2017).
Untuk memberi solusi pada siswa yang tidak mau mengikuti
kegiatan Rohis, para guru PAI beserta para guru selalu mengingatkan
para siswa dan cenderung mewajibkan siswa untuk mengikuti kegiatan
Rohis tersebut agar semua siswa bisa mendapat ilmu tambahan dari
kegiatan tersebut sehingga dapat menunjang siswa dalam mengikuti mata
pelajaran PAI.
Keaktifan siswa SMK Muhammadiyah Salatiga dalam mengikuti
Rohis jika diprosentase adalah 90 persen siswa kelas X aktif mengikuti
kegiatan tersebut. Hal tersebut dikarenakan guru PAI dan juga bidang
kesiswaan mewajibkan seluruh siswa kelas X untuk mengikuti Rohis
sebagai ekstrakulikuler wajib kedua setelah pramuka. Meskipun keaktifan
para siswa kelas X baru hanya sebagai anggota.
Sedangkan untuk siswa kelas XI dan XII tingkat keaktifan mereka 75
persen. Karena kebayakan dari pengurus adalah siswa kelas XI jadi tingkat
keaktifan siswa kelas XI juga bisa dikatakan masih sangat tinggi meskipun
tidak seaktif siswa kelas X. Dan untuk siswa kelas XII keaktifannya dalam
mengikuti Rohis sudah mulai menurun karena banyakknya kegiatan lain yang
menyita waktu mereka.
Hal tersebut juga dapat disimpulkan dari hasil wawancara dengan
75
beberapa siswa pada hari Senin tanggal 26 Januari 2017. Rina dan Prabowo
(siswa kelas XI) mengatakan “untuk siswa kelas X 90% aktif, karena dari
pihak sekolah mewajibkan siswa untuk mengikuti Rohis sebagai kegiatan
ekstra wajib selain pramuka. Untuk siswa kelas XI yang aktif hanya pengurus
dan beberapa anggota saja. Sedang anggota yang sudah kelas XII sudah
jarang yang aktif mungkin hanya beberapa kali saja dalam sebulan
mengikuti pengajian rutin”.
Ari (ssiswa kelas XII) “menambahkan yang disampaikan oleh Rina,
untuk kelas XII karena sudah banyaknya jam pelajaran tambahan untuk
menghadapi ujian tentu keaktifan kami dalam mengikuti Rohis menjadi
berkurang. Tetapi kami sebagai anggota tetap berusaha menyempatkan diri
untuk mengikuti kajaian-kajian Rohis jika kami memiliki waktu yang
senggang”.
Muhammad dan Agus (siswa kelas X): ya, kalau kelas X sudah pasti
aktif mengikuti kegiatan ini, karena diwajibkan dari sekolahan. Meskipun
ada beberapa dari teman kita yangkadang tidak berangkat mengikuti
kegiatan ini karena ada kepentingan yang lain atau seperti sakit dan tidak
berangkat sekolah.
Siswa dapat dikatakan aktif mengikuti Rohis apabila siswa tersebut
telah memenuhi indikator-indikator yang ada. Adapun indikator aktif dalam
Kerohanian Islam (Rohis) adalah:
1. Aktif menjadi pengurus Rohis
2. Aktif menghadiri rapat-rapat Rohis
76
3. Aktif menjadi panitia kegiatan Rohis
4. Aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan Rohis
5. Aktif mensosialisasikan kegiatan Rohis.
Dari beberapa indikator keaktifan di atas, siswa SMK Muhammadiyah
Salatiga sudah mampu memenuhi indikator tersebut. Terbukti dari hasil
wawancara yaitu:
Untuk indikator nomer 1 hasilnya:
Andi dan Isti: “pada semester awal kelas X karena kami termasuk
siswa baru jadi kami baru aktif untuk menjadi anggota belum menjadi
pengurus”.
Muhammad dan Agus: “barulah setelah kami mengikuti LDK pada
akhir semester gasal kemarin dan terjadi reorganisasi Rohis ketika kami
terpilih menjadi salah satu pengurus kami baru aktif bereperan sebagai
pengurus”.
Rina dan Agung: “keaktifan siswa SMK sebagai pengurus Rohis
biasanya akan terlihat ketika sudah masuk kelas XI, biasanya rasa tanggung
jawab akan tugas yang diberikan sebagi pengurus sudah mulai tertanam
sehingga kewajiban untuk aktif sebagai pengurus sudah ada”. Faza: “untuk
siswa kelas XII karena sudah banyak yang purna tugas jadi keaktifan sebagai
pengurus sudah tidak ada lagi. Tetapi keaktifan sebagai anggota masih tetap
berjalan”.
Menjadi pengurus Rohis adalah indikator yang paling utama, karena
jika seorang siswa mampu menjadi pengurus sebuah organisasi maka di situ
77
siswa bisa berlatih untuk menjadi pemimpin, dan berlatih bertanggung jawab.
Awalnya siswa akan terbebani oleh tugas yang sedang diterimanya. Akan
tetapi lama kelamaan siswa tersebut akan menikmati tugas yang ada dan juga
jiwa kepemimpinan serta tanggung jawabpun akan tumbuh dengan
sendirinya. Jika jiwa kepemimpinan serta tanggung jawab itu sudah ada pada
diri seseorang maka dia akan mampu untuk memimpin dirinya sendiri serta
akan mampu bertanggung jawab pada setiap pekerjaan yang dihadapinya.
Untuk indikator nomer 2 dan 3:
Prabowo: “ketika kita mengadakan rapat pasti kita mencari hari dan
waktu yang tepat sehingga sebgaian besar para pengurus dan anggota bisa
menghadiri kegiatan rapat tersebut. Biasanya rapat dilakukan rutin tiap
bulan dan jika ada kegiatan atau keadaan yang mendesak”.
Agus : “meskipun tidak semua anggota dan para pengurus bisa hadir
dalam rapat, tetapi keaktifan para anggota dan pengurus dalam menghadiri
rapat tergolong baik karna hampir 75 persen lebih bisa menghadirinya”.
Rina: “biasanya yang tidak bisa menghadiri rapat pun selalu memberi
kabar terlebih dahulu dan menanyakan hasil dari rapat sebagai bukti
kepedulian para anggota terhadap Rohis”.
Dengan mengikuti rapat-rapat Rohis serta menjadi panita tentulah akan
memberikan pengalaman serta wawasan yang lebih untuk setiap anggota.
Dengan mengikuti rapat Rohis siswa jadi lebih mengerti tentang
perkembangan Rohis, tau masalah-masalah yang perlu diselesaikan dengan
bersama-sama. Ini juga melatih siswa untuk berani bermusyawarah dan
78
berani mengeluarkan pendapat. Serta dapat meningkatkan sikap saling
menghargai antar sesama, dan juga dapat melatih sikap berlapang dada jika
usulan atau pendapat yang disampaikan tidak digunakan.
Sedangkan untuk indikator nomer 5:
Muhammad”: dalam mensosialisasikan kegiatan Rohis kebayakan kami
lebih memanfaatkan majalah dinding untuk menempel pengumuman-
pengumman tentang kegiatan Rohis”.
Isti dan Rina: “selain itu kita juga selalu memberikan pengumuman
lewat seksi humas tiap masing-masing kelas agar disampaikan kepada siswa
yang lain yang belum menjadi pengurus. Kita juga bekerjasama dengan guru
PAI untuk membantu memberikan informasi atau mengingatkan tentang
kegiatan Rohis yang akan dilaksanakan”.
Pemanfaatan majalah dinding dalam mensosialisasikan kegiatan Rohis
adalah suatu hal yang merupakan pengembang daya kreatifitas siswa. Karena
siswa pasti akan berlomba-lomba dalam mendisain model pengumuman atau
pun buletin-buletin yang akan ditempel di mading. Selain itu daya kreatifitas
juga akan dituangkan dalam mengelola mading agar diminati oleh siswa lain
dalam membacanya.
Bekoordinasi dengan guru PAI dan juga pembina setiap akan
mengadakan acara adalah salah satu membangun ukuwah islamiah yang baik
antara guru dan siswa. Dari interaksi-interaksi yang terjadi antara aktifis rohis
dan guru pendidikan agama Islam, maka akan tumbuh pada diri siswa:
79
1) Dengan adanya dukungan dari guru dan niat yang sungguh-sungguh
karena Allah swt, maka rasa percaya diri yang tinggi akan muncul pada
diri pribadi aktifis rohis. Sehingga aktifis rohis akan selalu bisa
mengarahkan perilakunya pada konsekuensi positif dan mereka akan
semakin mampu dalam mengendalikan diri.
2) Saat guru memberikan motivasi untuk selalu mempertahankan aktifitas-
aktifitas keagamaan dengan penuh kesabaran, karena suatu hari akan
mendapat ganjaran dan barakah dari Allah swt. Sehingga akan timbul
pada diri aktifis rohis tentang keikhlasan hati dalam menjalankan setiap
amanah yang diberi.
3) Himbauan bapak Khudlori setiap rohis ada masalah untuk selalu berpikir
dulu sebelum bertindak. Maka kemampuan untuk berfikir jernih dalam
bertindak dan memutuskan sesuatu akan terlatih di sini.
Penumbuhan rasa tanggung jawab para siswa untuk aktif dalam
kegiatan Rohis dimulai sejak mereka baru menjadi anggota dan terus
berkembang ketika mereka sudah menjadi pengurus. Aktif dalam mengikuti
rapat, aktif dalam mensosialisasikan kegiatan serta aktif dalam mengikuti
kajian-kajian yang diadakan oleh Rohis adalah cara para anggota pengurus
untuk tetap memakmurkan Rohis.
Keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan Rohis merupakan proses
penunjang pembelajaran mereka dalam memperoleh suatu perubahan tingkah
laku secara keseluruhan, dan sebagai pengalaman diri sendiri.
Keaktifan para siswa dalam mengikuti Rohis tentunya tidak lepas dari
80
arahan serta motivasi-motivasi yang diberikan oleh pembina serta guru agama
lainnya. Dimana melalui motivasi tersebut akan terjadi interaksi- interaksi
antara aktifis Rohis dan guru pendidikan agama islam.
Adapun aktivitas Rohis yang sudah diprogram oleh sekolah meliputi:
1. Latihan Dasar Kepemimpinan
Kegiatan ini diselenggarakan setahun sekali untuk merekrut anggota baru.
Kegiatan ini juga bertujuan untuk menumbuhkan jiwa kepemimpinan.
2. Pesantren kilat pada waktu bulan Ramadhan
Tujuan dari kegiatan ini adalah penanaman nilai moral, keimanan dan
ketaqwaan serta akhlakul karimah. Selain itu penerapan kedisiplinan,
kemandirian, pengembangan rasa solidaritas serta hubungan keakraban
antara pembina dan siswa juga menjadi tujuan dari kegiatan ini.
3. Kajian rujian yang dilakukan dalam bentuk mingguan, bulanan dan
seminar
Bertujuan untuk membentuk silahturahmi dan komunikasi antar peserta
didik serta menambah wawasan peserta didik tentang keislaman karena
kegiatan ini lakukan dengan sangat variatif.
4. Baca Tulis al-Qur‟an
Karena kondisi siswa yang masih sangat beragam dalam kemampuan
membaca al Qur‟an, maka kegiatan ini dilakukan untuk menambah
pengetahua serta mampu membantu siswa dalam belajar membaca al
Qur‟an.
5. PHBI (Peringatan Hari Besar Agama Islam)
81
Kegiatan ini menjadi ajang dakwah di sekolah, dengan berbagai kreasi
yang dan karya yang ditampilkan oleh siswa dalam menyeru ajaran islam.
6. Pendalam Ilmu tentang Fiqih Ibadah
Kegiatan ini dlaksanakan dua minggu sekali dengan pemberian materi
tentang dasar-dasar hukum syar‟i khususnya ibadah khas, yang semua itu
ditujukkan sebagai rasa bentuk ketundukan kepada Allah.
C. Relefansi antara keaktifan siswa dalam mengikuti Rohis dengan
intensitas shalat fardu
Keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan Rohis sangatlah berpengaruh
terhadap peningkatan shalat fardu siswa. Yang awalnya siswa belum begitu
menyadari kewajiban untuk melaksanakan ibadah shalat fardu, setelah aktif
mengikuti kajian tentang pendalam ilmu fiqih ibadah yang diselenggarakan oleh
Rohis kesadaran siswa akan kewajiban menjalankan ibdah shalat fardu menjadi
meningkat. Perubahan tersebut tentu sangat bermanfaat bagi para siswa juga
pastinya para guru PAI kerana secara tidak langsung para guru merasa terbantu
oleh pengaruh postif yang dihasilkan oleh Rohis terutama dalam peningkatan
ibadah shalat fardu yang setiap sekolah menjadi tanggung jawab utama para
guru Agama untuk meningkatkan.
Meskipun proses peningkatan tersebut tidak lah terjadi secara instan dan
secara langsung, akan tetapi hasil data di atas tergambar bahwa keaktifan siswa
dalam mengikuti Rohis berpengaruh terhadap shalat fardu siswa baik di sekolah
maupun di rumah.
Dari hasil penjabaran di atas, dapat dilihat bahwa data yang tersedia
82
saling berkaitan, baik dari wawancara (interview) dan juga observasi
lapangan. Tidak hanya dalam satu hal saja tetapi banyak terdapat kesamaan.
Dalam hal ini, fokus dari penelitian ini adalah membahas tentang
keaktifan siswa yang mengikuti Rohis dengan intensitas ibadah shalat fardu.
Hal itu juga terbukti dari sajian data di atas dalam semua metode penelitian
menunjukkan adanya peningkatan intensitas shalat fardu siswa setelah siswa
mengikuti kegiatan Rohis. Semua berjalan seimbang, selaras, dan juga saling
berhubungan dan saling mendukung satu sama lainnya.
Peningkatan kesadaran siswa akan kewajiban menjalakan shalat fardu
sangat jelas disini. Bagaimana proses pembelajaran dalam kegiatan Rohis itu
baik secara langsung maupun tidak langsung sangat berpengaruh terhadap
peningkatan intensitas siswa dalam menjalankan kewajiban shalat fardu.
Meskipun bagi sebagian siswa menganggap sebelah mata kegiatan ini, akan
tetapi setelah mereka mendalaminya dan ikut masuk kedalam kegiatan ini
akan tau dan akan merasakan besarnya pengaruh kegiatan Rohis ini terhadap
perubahan sikap beibadah siswa terutama ibadah shalat, serta penambahan
ilmu pengetahuan tentang agama yang akan menunjang keberhasilan mereka
saat mengikuti pelajaran PAI di kelas.
83
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, memasuki tahap
selanjutnya yaitu penarikan kesimpulan. Dari paparan atau penjelasan di atas,
terdapat beberapa kesimpulan yang dapat diambil oleh peneliti yaitu sebagai
berikut:
1. Intensitas ibadah shalat fardhu siswa SMK Muhammadiyah secara umum
termasuk mengalami peningkatan setiap semesternya, hal itu dapat dilihat
dari semakin meningkatnya nilai praktik shalat siswa. Selain itu juga
semakin banyaknya siswa yang tepat waktu dalam melaksanakan shalat
ketika di sekolah maupun di rumah
2. Keaktifan siswa SMK Muhammadiyah Salatiga dalam mengikuti Rohis
secara umum termasuk dalam kategori aktif. Karena untuk siswa kelas X
diwajibkan oleh guru PAI yang sekaligus merupakan pembina Rohis
untuk dapat membantu siswa menambah pengetahuan agama di luar jam
pelajaran sekolah. Sehingga mampu menunjang pembelajaran Agama
selanjutnya di kelas. Dengan berbagai macam variasi kegiatan yang telah
diprogram oleh para pengurus dan juga pihak sekolah, tentu saja
menambah antusias siswa untuk lebih aktif mengikuti kegiatan Rohis.
Selain bertambah ilmu siswa juga bisa menambah pengalaman mereka di
luar jam sekolah.
3. Adanya pningktan intensitas ibadah shalat fardu siswa setelah mengikuti
84
kegiatan Rohis. Dimana setelah siswa aktif mengikuti Rohis siswa
menjadi termotivasi dan menjadi sadar akan kewajiban melaksanakan
ibadah shalat fardu, dan merasa bahwa ibadah shalat fardu itu adalah
sebagai suatu kebutuhan yang tidak bisa ditinggalkan.
B. Saran
1. Bagi guru-pembina Rohis
Guru sebagai pemotivasi siswa-siswanya dalam melangkah untuk
maju, siswa tidak akan bisa bergerak dengan sendirinya tanpa ada
dukungan dari guru. Rohis tidak akan mampu hidup bila guru dan siswa
tidak ada hubungan sama sekali. Jadi, guru adalah faktor utama dalam
mengembangkan kemajuan Kerohanian Islam (Rohis) SMK
Muhammadiyah Saalatiga.
2. Pengurus Rohis
Dalam setiap organisasi pasti ada yang mengurusi orgaisasi itu yang
disebut sebagai pengurus Kerohanian Islam (Rohis). Pengurus adalah
pilihan dari semua siswa SMK Muhammadiyah Salatiga, yang dianggap
mampu melaksanakan tugas serta dapat bertanggungjawab dengan tugas
masing-masing. Siswa yang menjadi pengurus harus mampu menjadi
teladan yang baik bagi siswa yang tidak aktif mengikuti Rohis. Sekaligus
harus mampu memberi arahan serta mampu mengajak siswa untuk selalu
meningkatkan intensitas beribadah terutama dalam menjalankan ibadah
shalat.
85
3. Aktifis Rohis
Setiap aktifis Rohis harus menjadi teladan bagi siswa lain. Selain itu
aktifis rohis juga harus mempunyai persuasi bagi siswa lain agar tau
bahwa ada manfaat mengikuti Rohis dalam peningkatan Ibadah shalat.
86
DAFTAR PUSTAKA
A.Muis, Komunikasi Islam, 2001, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Alith, Sayyid Ibrahim. 2009. Buku Pintar Panduan Shalat Lengkap. Jakarta:
Alita Media.
Al Fauzan Saleh. 2006. Fiqih Sehari-hari. Jakarta: Gema Insani
Ardani, Mohammad. 2005. Akhlak Tasawuf, Nilai-nilai Akhlak / Budi Pekerti
Dalam Ibadat dan Tasawuf . Edisi kedua. Jakarta: CV. Karya Mulia.
Arikunto, Suharsimi 2010. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT Rineke Cipta.
Ash Shidiqi, Hasbi Tengku Muhammad. 2005. Al Islam, Semarang: Pustaka
Rizki Putra.
Baidhawy, Zakiyuddin. 2011. Studi Islam Pendekatan dan Metode. Yogyakarta:
PT. Bintang Pustaka Abadi (BiPA).
Darajat, Zakiyah. 2010. Problema Remaja di Indonesia Jakarta: Bulan Bintang.
Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidika Agama Islam
SMA/K dan MA, Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas.
Depag RI. 2001. Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Direktorat
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam.
Hasyimi, A, Muhammad, Apakah anda Berkepribadian Muslim?, 1990.
Jakarta: Gema Insani Press.
Http://Dunia Baca.com, Pengertian Organisasi, 2011.html, Senin 3 Oktober 2016
Mulyadi. 2014. Panduan Pelaksanaan Ekstrakurikuler Rohani Islam
(Rohis/KMM) SMA: Jakarta
Koesmarwanti, Nugraha Widiyantoro. 2000. Dakwah Sekolah di Era Baru, Solo:
Era Inter Media.
Mar‟at. 1982. Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukurannya. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Muhaimin. 2009. Perkembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di
Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi. Jakarta: PT.Raja Grafindo.
Mujieb, Abdul. 1994. Kamus Istilah Fiqih. Jakarta: PT. Pustaka Firdaus.
87
Nawawi, Rif‟at Syauqi. 2001. Shalat Ilmiah dan Amaliah, Jakarta: PT
Fikahati Aneske.
Ramayulis. 2002 Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia.
Rasjid, Sulaiman.2007. Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap), Cet Ke 40.
Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Rifa‟I Moh, 1976. Tuntunan Shalat Lengkap. Semarang: Toha Putra.
Sa‟id, bin „Ali bin Wahf al Qahthani. 2006. Ensiklopedi Shalat. Jakarta: Pustaka
Imam Asy Syafi‟i.
W. J. S. Poerwa Darminta. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Zahri, Mustofa, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, 1991. Surabaya: PT. Bina Ilmu.
88
LAMPIRAN
89
Lampiran 1
Pedoman Wawancara
A. Identitas Informan
Responden :
Pekerjaan :
Hari/tanggal :
Waktu :
B. Butir-butir Pertanyaan
Daftar pertanyaan wawancara dengan Staf TU
1. Sejarah perkembangan SMK Muhammadiyah Salatiga?
a. Siapa pendiri dan kapan berdirinya?
b.Bagaimana dinamika perkembangan sejak berdiri hingga sekarang?
2. Bagaimana visi misi dan tujuan SMK Muhammadiyah Salatiga?
3. Bagaimana struktur organisasi SMK Muhammaiyah Salatiga?
4. Sarana dan prasarana apa saja yang dimiliki untuk menunjang proses
pendidikan?
5. Berapa jumlah guru, pegawai dan siswa SMK Muhammadiyah
Salatiga?
Daftar pertanyaan wawancara dengan Pembina Rohis dan
Guru PAI
1. Sejak kapankah di sekolahan ini ada kegiatan Rohis? Dan apa yang
melatarbelakangi sehingga bisa terbentuk kegiatan tersebut?
2. Bagaimanakah keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan Rohis ?
90
3. Jika diprosentase berapakah jumlah siswa dari kelas X,XI dan XII
yang aktif mengikuti Rohis?
4. Apa saja bentuk kegiatan Rohis yang ada di SMK ini?
5. Apa saja hasil yang akan diperoleh siswa setelah mengikuti
kegiatan Rohis?
6. Bagaimanakah intensitas siswa dalam menjalankan shalat fardu
sehari-hari?
7. Bagaimanakah cara bapak/ibu guru untuk meningkatkan intensitas
siswa dalam melaksanakan shalat?
8. Bagaimana cara guru memberikan solusi seta arahan kepada siswa
agar tetapmenjalankan ibadah shalat meski sedang dalam
perjalanan?
9. Adakah relefansi kegiatan Rohis dengan ibadah shalat fardu siswa?
10. Kegiatan Rohis yang sepeti apa yang mampu memotivasi siswa
untuk terbiasa menjalankan shalat fardu?
Daftar pertanyaan wawancara dengan Siswa SMK Muhammadiyah
Salatiga
1. Apa yang membuat anda tertarik mengikuti Rohis?
2. Apakah kalian aktif sebagai pengurus Rohis?
3. Apakah semua pengurus dan anggota selalu aktif dalam mengikuti
rapat dan juga aktif menjadi panitia kegiatan Rohis?
4. Apakah semua siswa aktif mengikuti kegiatan Rohis?
5. Apakah kalian juga aktif dalam mensosialisasikan kegiatan Rohis?
91
6. Kegiatan Rohis yang seperti apa yang paling berkesan untuk
kalian?
7. Dalam sehari berapa kali anda melaksanakan ibadah shalat Fardu?
8. Apakah anda sudah hafal bacaan dalam shalat?
9. Setelah sekarang bertambah dewasa apakah anda sudah tepat waktu
dalam melaksanakan shalat?
10. Apakah ada hubungan antara keaktifan kalian mengikuti Rohis
dengan ibadah shalat fardu anda?
11. Adakah relefansi bagi anda setelah proses transformasi ilmu dari
kajian Rohis terhadap peningkatan intensitas shalat fardu anda?
12. Adakah perbedaan antara siswayang mengikuti Rohis dengan
siswa yang tidak mengikuti Rohis dalam menjalankan shalat.
92
Lampiran 2
Transkip Wawancara
Identitas Informan
Nama Responden : M Khudlori (Pembina Rohis)
Nurul Aeni (Guru PAI)
Amir (Guru PAI)
Hari/tanggal : Kamis, 19 Januari 2017
Waktu : 10.300 WIB-selesai
Peneliti : Sejak kapankah di sekolahan ini ada kegiatan Rohis? Dan apa
yang melatarbelakangi sehingga bisa terbentuk kegiatan tersebut?
Pembina Rohis (M. Khudlori) : Rohis atau kerohanian islam awalnya
terbentuk bersamaan dengan terbentuknya OSIS SMK
Muhammadiyah yaitu sekitar tahun 2001. Dulu kerohanian islam
ini hanya sebagai bagian dari struktur OSIS yang membidangi sie
keagamaan. Kegiatan yang dilakukanpun belum sepenuhnya
terorganisasi seperti sekarang ini. Setelah beberapa tahun
melihat perkembangan sekolah juga perkembangan kurikulum
yang ada terutama kurikulum mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam (PAI) yang hanya berkisar 2-4 jam sekali dalam seminggu,
kami selaku guru PAI sangat merasa terkendala dalam
93
memberikan pelajaran, sehingga pada tahun 2010, kami guru-
guru PAI berbarengan dengan kesiswaan dan juga guru akhlak
berinisiatif untuk menjadikan Rohis sebagai organisasi siswa
yang ke dua setelah OSIS yang bertujuan untuk dapat membantu
penambahan materi agama baik materi tentang keislaman
maupun tentang materi ibadah melalui keajian-kajian dilakukan
di luar jam pelajaran di sekolah.
Peneliti : Lalu bagaimanakah keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan
Rohis ini, apabila kegiatan ini dilakukan di luar jam pelajaran
sekolah?
Pembina Rohis: keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan ini bisa
dikategorikan semua siswa aktif. Baik yang menjadi pengurus
maupun yang hanya menjadi anggota.
Nurul Aeni (Guru PAI): menambahkan yang disampaikan oleh bapak
Pembina Rohis, bahwa untuk membuat siswa bisa aktif dan mau
mengikuti kegiatan ini, kami dari guru PAI selalu mengingatkan
dan cenderung mewajiban siswa untuk aktif mengikuti kegiatan
Rohis. Bahkan untuk siswa kelas X, kegiatan ini merupakan
kegiatan ekstrakurikuler ke dua setelah ekstrakurikuler pramuka
yang wajib diikutioleh seluruh siswa kelas X. Sehingga siswa bisa
mendapat ilmu tambahan yang akan membantu siswa di dalam
mengikuti pelajaran PAI selanjutnya.
Peneliti: Jika diprosentase berapakah jumlah siswa dari kelas X, XI, dan XII
94
yang aktif maupun yang pasif dalam mengikuti kegiatan Rohis?
Pembina Rohis : seperti yang sudah diterangkan oleh bapak Amir diatas,
jika diprosentase siswa kelas X yang aktif mengikuti kegiatan Rohis
berkisar 80-90%, dan yang pasif berkisar 10-20% karena siswa
kelas X masih diwajibkan untuk mengikuti kegiatan ini secara rutin
selama dua semester. Sedang untuk yang siswa kelas XI dan kelas
XII keaktifannya sekitar 60-75% saja dan yang pasif sekitar 25-
40%. Hal ini karena siswa kelas XI dan XII yang mengikuti
kegiatan ini adalah hanya para pengurus dan hanya beberapa
anggota lama.
Peneliti: Apa saja bentuk kegiatan Rohis yang ada di SMK ini?
Pembina Rohis: kegiatan Rohis di sekolah ini sangatlah beragam dimulai
dari LDK pada awal pertemuan dan perekrutan anggota baru,
kemudian ada pengajian mingguan, seminar, persantren kilat
bulan ramadhan, latihan membaca Al Quran melalui BTA,
peringantan hari-hari besar dalam islam (PHBI), pendalaman ilmu
fiqih ibadah, seperti pendalaman tatacara wudhu, shalat, zakat,
puasa, haji, serta latihan qurban, dan latihan menjadi panitia
zakat.
Peneliti: Melihat dari beberapa kegiatan Rohis yang ada disekolah ini, apa
saja wujud hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan
Rohis?
Amir (Guru PAI): setelah ada kegiatan Rohis tentu ada manfaat yang
95
didapat siswa khususnya serta sekolah pada umumnya yaitu: siswa
jadi lebih mudah untuk memahami pelajaran PAI ketika dikelas,
selain itu siswa secara psikologi menjadi lebih termotivasi atas
tanggung jawab sebagai pelajar untuk belajar dengan sungguh-
sungguh melalui pengajian rutin minggun, siswa jadi lebih terbantu
dengan tambahan materi yang tadinya hanya dari 4 jam pelajaran
PAI seminggu sekarang bisa mendapat materi tambahan dari
kegiatan Rohis.
Pembina Rohis: menguatkan, selain itu nilai agama siswa setiap semester
juga mengalami peningkatan, angka kenakalan siswa juga
mengalami penurunan.
Peneliti: Menurut pandangan bapak/ ibu bagaimanakah intensitas siswa
dalam menjalankan shalat fardu sehari-hari?
Nurul Aeni: dari hasil tes lisan tentang penguasaan bacaan shalat yang
pernah saya lakukan kepada siswa kelas X beberapa waktu lalu saya
dapat mengambil kesimpulan bahwa hanya 60 persen saja siswa
yang mampu mencapai ketuntasan minimal. Hal ini menandakan
bahwa intensitas siswa dalam menjalankan ibadah shalat fardu
masih sangat rendah.
Amir : menambahkan dari yang disampaikan bu Nurul, untuk siswa kelas
XI intensitas shalat fardunya dari awal semester gasal sudah
mengalami peningkatan. Hal tersebut terlihat dari hasil pengamatan
kami selama beberapa pekan terakhir ini sudah banyak siswa yang
96
segera bergegas ke masjid ketika adazan sudah berkumandang
untuk segera melaksanakan shalat tepat waktu. Juga dalam
berbagai kegiatan ketika mereka sedang ada kegiatan diluar ketika
selalu menghentikan aktifitas mereka saat masuk waktu shalat dan
segera melaksanakan shalat.
Peneliti :Lalu bagaimanakah cara bapak/ ibu untuk terus meningkatkan
intensitas siswa dalam melaksanakan shalat fardu?
M Khudlori: kami selaku GPAI terus beruapaya semaksimal mungkin agar
bisa menumbuhkan kesadaran siswa akan kewajiban menjalankan
ibdah shalat. Bekerjasama dengan Rohis untuk terus memberikan
kajian yang dapat memotivasi siswa agar tergugah hatinya
sehingga kesadaran akan kewajiban ibadah shalat lahir dari hati
nurani tanpa paksaan.
Nurul Aeni: selain bekerjasama dengan Rohis kami juga sering melakukan
kontroling dengan orang tua siswa dirumah dengan menayakan
perkembangan siswa saat dirumah atau berdiskusi saat terjadi
pertemuan dengan wali siswa serta pengisian angket oleh orang tua
siswa.
Peneliti: Ketika sedang berpergian misalnya sedang melaksanakan study
tour atau kunjungan industri pastilah jarak yang ditempuh lumayan
jauh dan juga memakan waktu yang cukup lama. Lantas bagaimana
cara guru memberikan solusi serta arahan kepada siswa aga tetap
konsisten dalam menjalankan ibadah shalat meski sedang
97
dipejalanan.
Nurul Aeni: dalam pembelajaran PAI ada yang namanya mengenalkan
shalat jama’ dan qasahar kepada siswa. Meskipun tidak terlalu
detail tetapi pelajaran tersebut sangat bermanfaat ketika kita sedang
melaksanakan perjalanan jauh. Dan saat sekolah sedang
mengadakan kegiatan study tour saat itulah kita bisa menilai
bagaimana siswa dapat mempraktikkan materi shalat jama’ dan
qashar. Selain tetap bisa menjalankan kewajiban shalat juga bisa
menambah nilai praktik mereka dalam melaksanakan shalat jama’
atau qashar.
M Khudlori: yang jelas kita tetap memantau siswa dalam melaksankan
shalat meski sedang dalam perjalanan. Setiap masuk waktu shalat
ketika ada tempat yang memungkinkan pasti kita berhenti untuk
melaksanakan shalat terlebih dahulu. Jika tempat tidak tersedia kita
pasti berupaya untuk tetap melaksanakan shalat meski dengan
menjama’ ataupun meng-qasaharnya.
Peneliti: Dari beberapa manfaat yang diperoleh siswa, adakah pengaruh
kegiatan Rohis dengan ibadah Shalat fardu siswa baik di sekolah
maupun di rumah?
Amir (Guru PAI): tentu saja kegiatan Rohis sangat berpengaruh terhadap
ibadah shalat fardu siswa. Terbukti dengan nilai praktik shalat
siswa beberapa minggu yang lalu yang dilakukan saat ulangan mata
pelajaran PAI bab praktik shalat hasilnya hampir semua siswa
98
kelas X berhasil mencapai nilai di atas KKM meskipun ada
beberapa siswa yang masih berada di bawah KKM. Tetapi hal ini
sangat membanggakan buat kami guru PAI khususnya yang tadinya
kami hanya mampu memberikan materi shalat kurang dari 4 jam
pelajaran, padahal efektifnya materi shalat haruslah diberikan
minimal 16 jam pelajaran agar siswa mampu menguasai materi
tersebut.
Pembina Rohis: Kegiatan Rohis melalui kajian-kajiannya memang sangat
membantu guru-guru PAI di SMK ini. Dan juga sangat berpengaruh
terhadap siswa terutama pada kegiatan shalat fardunya. Hal ini bisa
dilihat dari banyaknya jamaah shalat dzuhur yang setiap hari
dilakukan di masjid SMK Muhammadiyah ini. Hampir semua siswa
dari kelas X-XII melaksanakan shalat dzuhur berjamaah tanpa
harus diperintah atau diingatkan oleh guru.
Nurul Aeni: saya sendiri pun merasakan antusias siswa yang
mengikuti Rohis menjadi lebih bersemangat dalam menjalankan
ibadah shalat dzuhur dan shalat Jumat berjamaah disekolah ini.
Peneliti: Melihat manfaat Rohis terhadap perubahan sikap siswa dalam
menjalankan shalat fardu, menurut Bapak kegiatan Rohis yang
seperti apa yang mampu memotivasi siswa untuk terbiasa
menjalankan shalat fardu sebagai kewajiban mereka?
Pembina Rohis: pada dasarnya semua kegiatan Rohis berpengaruh
terhadap perubahan sikap beribadah siswa. Namun jika dilihat dari
99
segi manfaat yang paling berpengaruh terhadap kebiasaan siswa
menjalankan shalat fardu adalah dalam kegiatan pendalaman ilmu
fiqih ibadah. Karena pada kegiatan ini siswa benar-benar mendapat
materi tambahan terkain tentang ibadah ibadah wajib terutama
shalat fardu. Karena tidak hanaya pendalaman teori saja yang
diberikan tetapi juga praktik menjalankan shalat secara langsung
sehingga pemateri bisa mengetahui sejauh mana pengetahuan serta
kesulitan siswa dalam menjalankan shalat. Melalui kegiatan ini
sedikit demi sedikit para pemateri memberi motivasi terhadap siswa
bahawasanya ibadah shalat fardu adalah ibadah orang islam yang
paling utama. Sehingga dengan berlahansiswa menjadi tergugah
hati nya untuk selalu terbiasa menjalankan shalat fardu sebagai
suatu kewajiban orang islam terhadap Allah SWT.
100
Lampiran 3
Dokumentasi
Wawancara dengan GPAI
Wawancara dengan siswa
101
Wawancara dengan siswa
Wawancara dengan ketua TU
102
Lampiran 4
PIMPINAN DAERAH MUHAMMADIYAH MAJLIS PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KOTA SALATIGA
SMK MUHAMMADIYAH SALATIGA
KELOMPOK TEKNOLOGI INDUSTRI
TERAKRIDITASI B JL. KH. ACHMAD DAHLAN TELP./ FAX. (0298) 323645 / 311144 SALATIGA 50714
PROFIL SEKOLAH
SMK MUHAMMADIYAH SALATIGA
TAHUN PELAJARAN : 2016- 2017
INDENTITAS SEKOLAH :
Nomor Statistik Sekolah /Madrasah (NSSM) : 322036204004
NPSN : 20328458
1. a. Nama Sekolah/Madrasah : SMK MUHAMMADIYAH SALATIGA
b. Kelompok ( Khusus SMK ) : TEKNOLOGI INDUSTRI
2. Alamat
a. Jalan : KH. AHMAD DAHLAN SALATIGA
b. Kelurahan : SIDOREJOLOR.
c. Klasifikasi geografis : PERKOTAAN
d. Kecamatan : SIDOREJO
e. Kota : SALATIGA
f. Propinsi : JAWA TENGAH
g. Kode Pos : 50714
Kode Area/ No. Telp. : 0298 – 323645
h.Kode Area/Akses Internet : Ada
Provider : Jardiknas
103
E-mail : [email protected]
Website : smkmuhsala3.blogspot.com
3. Ijin Operasional
a. No. Surat Keputusan : 348/103/1/91
b. Tgl, bln, tahun : 22-03-1991
4. Status Sekolah : Swasta
5. a. Akreditasi Sekolah : 1. Prog. Komp.Keahl. Tek. Pemesinan “A”
2.Prog. Komp,Keahl. Tek. Otomotif “B”
3.Prog. Komp.K.Tek.Pem. Teng.Listrik“B”
4.Prog. Komp. Keahl. Tek. Garmen “B “
b.SK Akreditasi Terakhir ( Tgl. SK ) : 24 Oktober 2012
6. Nama Yayasan/Penyelenggara Sekolah : PERSYARIKATAN
MUHAMMADIYAH
a. Alamat
1. Jalan : KAUMAN NO. 32 SALATIGA
2. Desa / Kelurahan : SIDOREJOLOR
3. Kecamatan : SIDOREJO
4. Kabupaten / Kota : SALATIGA
5. Propinsi : JAWA TENGAH
6. Nomor Telpon : 0298 – 313552
104
DATA PEGAWAI
SMK MUHAMMADIYAH SALATIGA
TAHUN PELAJARAN : 2016 - 2017
GURU
NO STATUS
JENIS
KELAMIN JUMLAH KETERANG
AN
L P
1. PNS 1 2 3
2. GTY 18 9 27
3. GTT 11 8 19
JUMLAH 30 19 49
KARYAWAN
NO STATUS
JENIS
KELAMIN JUMLAH KETERANG
AN
L P
1. PTY 6 3 9
2. PTT 5 - 5
JUMLAH 11 3 14
JUMLAH TOTAL PEGAWAI ( GURU DAN KARYAWAN ) : 63
105
DATA SISWA
TAHUN PELAJARAN 2016 - 2017
Kelas ( Rombongan Belajar ) dan Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin
tiap
Bidang Keahlian
DATA SISWA
Kopmpet
ens
Keahlian
Tingkat . I Tingkat. II Tingkat. III Jumlah
Rom
Bel
Siswa Ro
m
bel
Siswa Rom
bel
Siswa Rom
bel
Siswa
L P L P L P L P
1 2 3 4 2 3 4 5 6 7 8 9 1
0
T.
Garmen
1 - 2
3
1 - 1
9
1 - 8 3 - 6
0
T. PTL 1
40
4 1 41 4 1 35 4 3 11
6
1
2
TP 3 12
5
1 3 11
5
1 3 11
5
2 9 35
5
4
TKR 4
14
4
4 3 10
3
2 3 94 1 10 34
1
7
Jumlah 9 30
9
3
2
8 25
9
2
6
8 24
4
1
5
25 81
2
8
3
Jumlah Total 25
106
FASILITAS
1. Keliling Tanah seluruhnya 8373 m yang sudah di pagar permanen
(Temasuk pagar hidup ) 120 m
2. Luas tanah / Persil yang diakui Sekolah menurut status Pemilikan dan
Penggunaan.
LOKASI UTAMA ( ATAS )
Status
Pemilikan
Luas Tanah
Seluruhnya
Penggunaan
Bangunan Hal/Tamn Lap.
OR
Kebun Lain2
1 2 3 4 5 6 7
Sertifikat 8,373 m2 3,339 m2 800 m2 400
m2
M2
3,834
m2
Blm
Setifkt
- - - - - -
Bukan
Milik
- - - - - -
LOKASI KE DUA ( BAWAH )
Status
Pemilikan
Luas Tanah
Seluruhnya
Penggunaan
Bangunan Hal/Tamn Lap.
OR
Kebun Lain2
1 2 3 4 5 6 7
Sertifikat 8,373 m2 3,339 m2 800 m2 400
m2
M2
3,834
m2
107
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Desiyana Bhenikawati
Tempat/ Tanggal lahir : Kab. Semarang, 25 Desember 1993
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Dusun Ketapang 01/01, Desa Ketapang, Kec.
Susukan, Kab. Semarang 50777
Jenjang pendidikan : 1. SDN Ketapang 02, lulus tahun 2005
2. SMP N 1 Susukan, lulus tahun 2008
3. MAN 2 Boyolai, lulus tahun 2011
4. S1 IAIN Salatiga , lulus tahun 2017
Salatiga, 20 Maret 2017
Penulis
Desiyana Bhenikawati
NIM. 11111078