penguatan karakter tolong menolonge-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4341/1/skripsi.pdf ·...
TRANSCRIPT
PENGUATAN KARAKTER TOLONG MENOLONG
(TA’AWUN) SISWA MELALUI PROGRAM
EKSTRAKURIKULER PALANG MERAH REMAJA
DI SMK AL FALAH SALATIGA TAHUN AJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Oleh:
Fatikatul Malikah
NIM : 111-14-054
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2018
ii
HALAMAN JUDUL
iii
PENGUATAN KARAKTER TOLONG MENOLONG
(TA’AWUN) SISWA MELALUI PROGRAM
EKSTRAKURIKULER PALANG MERAH REMAJA
DI SMK AL FALAH SALATIGA TAHUN AJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Oleh:
Fatikatul Malikah
NIM : 111-14-054
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2018HALAMAN BERLOG
iv
Dr. Miftahuddin, M.Ag.
Dosen IAIN Salatiga
Nota Pembimbing
Lampiran : 4 Eksemplar
Hal : Naskah Skripsi
Saudara : Fatikatul Malikah
Kepada:
Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga
di Salatiga
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka naskah
skripsi saudara:
Nama : Fatikatul Malikah
NIM : 111-14-054
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Judul : PENGUATAN KARAKTER TOLONG MENOLONG
(TA’AWUN) SISWA MELALUI PROGRAM
EKSTRAKURIKULER PALANG MERAH REMAJA (PMR) DI
SMK AL FALAH SALATIGA TAHUN AJARAN 2017/2018
Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera
dimunaqosahkan.Demikian agar menjadi perhatian.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Salatiga, 20 Agustus 2018
Pembimbing
Dr. Miftahuddin, M.Ag.
NIP. 197000922 199403 1002
v
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
Penguatan Karakter Tolong Menolong (Ta’awun) Siswa
Melalui Program Ekstrakurikuler Palang Merah Remaja
di SMK Al Falah Salatiga Tahun Ajaran 2017/2018
Disusun oleh:
Fatikatul Malikah
NIM : 111-14-054
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama
Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga, pada tanggal 26 September 2018 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Suwardi, M.Pd
Sekretaris : Dr. Miftahuddin, M.Ag
Penguji I : Siti Rukhayati, M.Ag
Penguji II : Dr. Imam Sutomo, M.Ag
Salatiga, 26 September 2018
Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan
Suwardi, M.Pd.
NIP.19670121 199903 1002
KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
Jalan Lingkar Salatiga Km. 2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716
Website: tarbiyah.iainsalatiga.ac.id Email: [email protected]
vi
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DA KESEDIAAN PUBLIKASI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Fatikatul Malikah
NIM : 111-14-054
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain
yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Skripsi ini diperkenankan untuk dipublikasikan pada e-respository IAIN Salatiga.
Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 19 Agustus 2018
Yang Menyatakan,
Fatikatul Malikah
NIM: 111-14-054
vii
MOTTO
“Selalu ada harapan bagi mereka yang selalu berdoa, dan selalu
ada jalan bagi mereka yang mau berusaha”
حس اناس أفعى نهاس
“sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi
manusia lain”
ا عه الإث لا حعا انخق ا عه انبس حعا ا انعد ى
شدد انعقاب الل إ احقا الل
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya
(Qs. Al-Maidah ayat 2).
viii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat serta karuniaNya,
skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Bapak dan ibuku tersayang, Sugiman dan Nur Asiyah yang selalu membimbingku,
memberikan doa, nasihat, kasih sayang, semangat dan motivasi dalam kehidupanku.
2. Saudara kandungku adik Ida Futiha dan Muhammah Ali Hasan atas motivasi yang tak
ada hentinya kepadaku sehingga proses penempuhan gelar sarjana ini bisa tercapai.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillahi robbil’alamin, penulis panjatkan atas kehadirat
Allah SWT yang selalu memberikan nikmat, rahmat, karunia, taufik, serta hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Penguatan
Nilai-nilai Kaarakter Siswa Melalui Program Ekstrakurikuler Palang Merah
Remaja (PMR) di SMK Al Falah Salatiga tahun ajaran 2017/2018, ini dengan baik
dan lancar.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi agung
Muhammad SAW, semoga kelak dapat berjumpa dan mendapat syafa‟atnya di
yaumul akhir. aamiin.
Penulisan skripsi ini tidak akan pernah terselesaikan tanpa bantuan dari
berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Rektor IAIN Salatiga, bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd.
2. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, BapakSuwardi, M.Pd..
3. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam, Siti Rukhayati, M.Ag.
4. Dr. Miftahuddin, M.Ag. selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan
saran, arahan dan bimbingan dengan ikhlas dan kebijaksanaan meluangkan
waktunya untuk penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.
5. Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Pembimbing Akademik yang senantiasa
membimbing dan mengarahkan dalam proses bimbingan akademik selama
kuliah.
6. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta
karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang
pendidikan S1.
7. Ibu nyai H. Latifah Zoemri dan keluarga, yang telah membekali berbagai ilmu
pengetahuan, semoga bermanfaat dan berkah dalam kehidupanku mendatang.
8. Seluruh Asatidz PPTI Al Falah yang telah membekali berbagai ilmu
pengetahuan, semoga bermanfaat dan berkah dalam kehidupanku mendatang.
x
9. Keluarga besar SMK Al Falah Salatiga yang memberikan ijin penelitian kepada
penulis.
10. Ayah, ibu dan adikku
11. Sahabat-sahabat PPTI Al Falah Salatiga, yang selalu memberikan motivasi dan
semangat kepadaku.
12. Sahabat-sahabat seperjuanganku kamar B6 (Aini, Rodziyah, Ruli, Isti, Epo,
Ummah, Nia, Liana, Luluk, April, Nurul, Nikmah, Miladil, Herli, Erika, Mpit,
Uswatun, Tyas, Ella, Hanifah, Afratun, Lina, Kuni, Ulfah, dek Sari).
13. Sahabat-sahabat seperjuanganku mb fina, gus alip, fauzil, nabila, elfa, mb umi
fajriyah, fitri, iis, muza, hana, tatu yang selalu memberikan motivasi dan
semangat kepadaku, serta seseorang yang telah memberikan warna dalam
kehidupanku, juga sebagai penyemangat keseharianku, M. Nurul Burhanuddin.
14. Kakak-kakaku Khoirotun Nisak, Evi Yuniyanti, Uswatun Khasanah, yang selalu
memberi motivasi dan semangat kepadaku.
15. Calon imamku dimanapun berada
16. Sahabat-sahabat PMII Komisariat Djoko Tingkir Kota Salatiga yang selalu
memberikan motivasi kepadaku dan membantu menyelesaikan skripsi ini.
17. Sahabat-sahabat seperjuanganku di Dewan Mahasiswa Institut
18. Sahabat-sahabat seperjuanganku Posko 29 KKN IAIN Salatiga tahun 2018
DesaTampir Wetan, Kec. Candi Mulyo, Kab Magelang.
19. Sahabat-sahabat PPL SMP Negeri 3 Getasan.
20. Keluarga besar PAI IAIN Salatiga angkatan 2014.
21. Seluruh pihak yang sudah mendukung dan memberikan semangat yang tidak bisa
disebutkan satu persatu
xi
Terselesaikannya tulisan ini selain sebagai bentuk tanggung jawab
pengenyam perguruan tinggi yang tentunya kelak akan menjadi salah satu
referensi. Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya,
serta para pembaca pada umumnya. Aamiin.
Salatiga, 19 Agustus 2018
Fatikatul Malikah
NIM: 111-14-054
xii
ABSTRAK
Malikah, Fatikatul. 2018. Penguatan karakter tolong menolong (ta’awun) siswa melalui
program ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR) di SMK Al Falah
Salatiga tahun ajaran 2017/2018. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama
Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam
Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Miftahuddin, M.Ag.
Kata Kunci: pendidikan Karakter, Tolong menolong, Palang Merah Remaja
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penguatan nilai-nilai karakter
siswa melalui program ekstrakurikuler palang merah remaja di SMK Al Falah Salatiga
tahun ajaran 2017/2018. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: (1)
Bentuk-bentuk karakter tolong menolong (ta‟awun) siswa apa yang muncul dalam
kegiatan PMR? (2) Bagaimana cara yang ditempuh dalam penguatan karakter tolong
menolong (ta‟awun) siswa melalui program ekstrakurikuler palang merah remaja di SMK
Al Falah Salatiga tahun ajaran 2017/2018? (3) Faktor-faktor apa saja yang menjadi
pendukung dan penghambat dalam kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja?
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data
menggunakan mssetode observasi, metode wawancara, metode dokumentasi. Dengan
menggunakan trianggulasi teknik dan sumber. Sumber data dalam penelitian ini meliputi
sumber primer yakni hasil wawancara dengan pembina dan peserta didik yang mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja di SMK Al Falah Salatiga tahun ajaran
2017/2018, dan sumber sekunder yang yang berupa foto-foto kegiatan terkait kegiatan
ekstrakurikuler Palang Merah Remaja.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) bentuk-bentuk karakter tolong
menolong (ta‟awun) siswa yang muncul yaitu, peduli sosial, kerjasama, gotong royong
dan tanggung jawab. (2) cara yang ditempuh dalam penguatan karakter tolong menolong
(ta‟awun) siswa melalui kegiatan PMR di SMK Al Falah yaitu dilaksanakan dengan cara
diajarkan, dibiasakan, dilatih konsisten, menjadi kebiasaan, menjadi karakter dan akan
menjadi budaya. (3) Faktor pendukung dalam kegiatan PMR yaitu PMR sangat
dibutuhkan di Sekolah, semangatnya para anggota PMR, adanya kerjasama dan
kekompakan anggota PMR dan keinginan untuk selalu hidup sehat. Adapun faktor
penghambat dalam kegiatan PMR yaitu: terbatasnya dana, kurangnya sarana dan
prasarana, kurangnya anggota PMR, dan kurang efektifnya waktu.
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL LUAR......................................................................... ii
LEMBAR BERLOGO IAIN ii
HALAMAN SAMPUL DALAM..................................................................... .iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN...................................................v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN PUBLIKASI.. vii
MOTTO viii
PERSEMBAHAN viii
KATA PENGANTAR ix
ABSTRAK..........................................................................................................x
DAFTAR ISI xi
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ................................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 7
E. Penegasan Istilah ............................................................................... 8
F. Sistematika Penulisan..................................................................................10
BAB II KAJIAN PUSTAKA 13
A. LANDASAN TEORI ....................................................................... 13
xiv
1. Pendidikan Karakter ......... ........ ................................................13
a. pengertian Pendidikan Karakter......................................................12
b. Nilai-nilai Karakter.........................................................................17
c. Nilai Karakter Tolong Menolong (ta'awun)....................................19
c. Metode Pendidikan Karakter...........................................................24
d. Tujuan Pendidikan Karakter............................................................26
2. Program Ekstrakurikuler ............................................................ 30
a. Pengertian Ekstrakurikuler..............................................................30
b. Tujuan Ekstrakurikuler....................................................................31
c. Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler........................................................32
3. Palang Merah Remaja..........................................................................33
a. Pengertian Palang Merah Remaja...................................................33
b. Sejarah Palang Merah Remaja........................................................34
c. Visi Misi dan Tujuan Palang Merah Remaja..................................35
d. Ruang Lingkup Palang Merah Remaja...........................................36
e. Prinsip-prinsip Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit
Internasional...................................................................................36
f. Mnajemen Palang Merah Remaja....................................................39
B. Kajian Penelitian Terdahulu ............................................................. 43
BAB III METODE PENELITIAN 46
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ..................................................... 46
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 47
C. Sumber Data ............................................................................................ 47
D. Prosedur Pengumpulan Data ………….....................................................48
E. Analisis Data..............................................................................................50
xv
F. Pengecekan Keabsahan Data.....................................................................50
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA....................................52
A. PAPARAN DATA...........................................................................52
1. Profil Sekolah ............................................................................52
a. Sejarah Berdirinya SMK Al Falah Salatiga....................................52
b. Lokasi Sekolah................................................................................53
c. Visi dan Misi Sekolah.....................................................................53
d. Tujuan Sekolah...............................................................................53
e. Program Keahlian...........................................................................54
f. Data Guru dan Karyawan................................................................55
g. Keadaan Peserta Didik...................................................................53
h. Sarana dan Prasarana.....................................................................53
2. Data Karakter ....................................................................... ... ..59
a. Bentuk-bentuk Karakter Tolong Menolong (ta'awun) siswa melalui
kegiatan ekstrakurikuler PMR........................................................59
b. Pelaksanaan Penguatan Nilai-nilai Karakter...................................60
c. Faktor Pendukung dan Penghambat................................................62
B. ANALISIS DATA........................................................................................64
BAB V PENUTUP 80
A. Kesimpulan ...................................................................................... 80
B. Saran ................................................................................................ 81
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 83
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... 86
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pedoman Wawancara
Lampiran 2. Verbatim Wawancara
Lampiran 3. Surat Pembimbing dan Asisten Pembimbing
Lampiran 4. Surat Keterangan Bukti Penelitian
Lampiran 5. Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 6. Daftar Nilai SKK
Lampiran 7. Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 8. Daftar Gambar
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini banyak ditemui remaja yang tidak mempunyai kepedulian
sosial atau sikap tolong menolong, remaja hanya mementingkan dirinya sendiri
tanpa melihat sekitarnya yang membutuhkan bantuan. Remaja yang seperti ini
harus dibimbing agar mempunyai kepribadian yang baik. Salah satu dari
beberapa konsekuensi para remaja yang paling penting adalah pengaruh jangka
panjang terhadap sikap, perilaku, sosial, minat dan kepribadian (Hartinah,
2010:78)
Sejak dini, anak harus mulai mendapat pelajaran mengenai pentingnya
besikap tolong menolong. Agar kelak nanti mereka para generasi muda yang
dapat menjadikan negara kita menjadi negara yang bermoral dan dapat menjadi
panutan bagi bangsa lain. Dalam kegiatan tolong menolong tidak diharapkan
membeda-bedakan siapa yang akan ditolong, tanpa memandang status sosial,
pangkat, golongan, ras, agama, gender, dan usia. Tolong menolong sehari-hari
baik di rumah, sekolah, maupun di masyarakat. Adapun manfaat sikap tolong
menolong yang amat besar perananya dalam kehidupan bermasyarakat ataupun
bernegara ialah dapat mempererat persaudaraan, memperkokoh kesatuan dan
terjaganya kebersamaan antar sesama.
Pendidikan karakter merupakan kunci yang sangat penting di dalam
membentuk kepribadian anak. Selain di rumah, pendidikan karakter juga perlu
diterapkan di sekolah dan lingkungan sosial. Pada hakekatnya, pendidikan
2
memiliki tujuan untuk membantu manusia menjadi cerdas dan tumbuh menjadi
insan yang baik.
UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal
13 Ayat 1 menyebutkan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal,
nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi satu sama lainnya.
Pendidikan formal merupakan jalur pendidikan di sekolah umum, sementara
pendidikan informal adalah jalur pendidikan di lingkungan keluarga dan
masyarakat sekitarnya (Wibowo, 2012: 52).
Sekolah merupakan salah satu lingkungan pendidikan yang sangat
berpotensi membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuan yang
dimilikinya. Siswa dididik untuk mengembangkan aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik. Proses pembelajaran di sekolah terjadi interaksi antara siswa
dengan guru atas dasar hubsungan timbal balik yang berlangsung dalam suasana
yang edukatif guna mencapai tujuan pendidikan yang hasilnya dapat dilihat
dalam bentuk peningkatan kuantitas dan kualitas tingkah laku seperti
peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, pemahaman, daya pikir,
keterampilan dan kemampuan-kemampuan lain.
Salah satu kewenangan sekolah adalah mengembangkan kurikulum.
Kurikulum dianggap penting karena merupakan bagian dari program pendidikan
yang ada di sekolah. Tujuan utamanya yaitu untuk meningkatkan mutu
pendidikan. Kurikulum sekolah pada saat ini mengacu pada Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan KTSP yang meliputi sejumlah mata pelajaran yang harus
ditempuh di sekolah, selain itu materi muatan lokal dan pengembangan diri juga
3
menjadi bagian dari muatan kurikulum tersebut, sehingga di sekolah siswa
melaksanakan kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler.
Ekstrakurikuler di sekolah, salah satunya terdapat berbagai macam
kegiatan salah satunya adalah Palang Merah Remaja (PMR). Pendidikan Palang
Merah Remaja atau PMR adalah salah satu ekstrakurikuler yang bergerak di
bidang kepalangmerahan yang merupakan wadah pembinaan dan pengembangan
anggota remaja dengan tujuan membangun dan mengembangkan karakter
anggota PMR yang berpedoman pada Tribakti PMR dan 7 prinsip
kepalangmerahan untuk menjadi relawan masa depan (Mahkfudho, 2014:4).
Firman Allah surat Al-Maidah ayat 2:
ا عه انبس حعا ا انعد ا عه الإثى لا حعا انخق
احقا الل شدد انعقاب الل إ
Artinya : “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat
siksa-Nya.
Dalil yang dituliskan di atas memuat kewajiban saling membantu diantara
kaum mukminin untuk menegakkan agama dan larangan bagi mereka untuk
bekerjasama dalam menodainya. Bukan sebaliknya yaitu melemahkan semangat
beramal orang, mengejek orang yang berusaha konsisten dengan syariat maupun
menjadi dalang tersebarnya perbuatan maksiat ditengah masyarakat.
Palang Merah Indonesia (PMI) menghendaki agar anggota PMR kelak
menjadi manusia yang Indonesia yang berperikemanusiaan, berbudi luhur dan
sukarela membantu sesama, dengan dibekali ilmu pengetahuan dan keterampilan
yang disesuaikan dengan jenjang usianya baik itu calon pembina PMR, pelatih
4
PMR, dan calon anggota PMR. Hal ini sesuai dengan Pedoman Palang Merah
tahun 1995.
Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR disekolah terdapat Pendidikan
dan Pelatihan untuk lebih mengenal menenai PMR. Pelatihan diklat terdapat dua
bentuk kegiatan yaitu teori dan praktik. Kegiatan teori terdapat beberapa materi
yaitu materi anatomi tubuh manusia, materi kesehatan reproduksi, materi
kepemimpinan dan pengorganisasian dalam PMR setelah itu teori yang sudah
diajarkan kemudian dipraktikkan langsung di lapangan.
Dengan meletakkan kegiatan ekstrakurikuler sebagai penguatan
pendidikan karakter, diharapkan masalah menurunnya moral bangsa dapat diatasi.
Oleh sebab penguatan pendidikan karakter dalam konteks sekarang sangat relavan
untuk mengatasi krisis moral yang sedang melanda di negara Indonesia
(Dahliyana, 2017: 55).
Karena pentingnya penguatan karakter pada siswa, maka dari itu
penguatan nilai karakter di sekolah tidak hanya melalui kegiatan belajar mengajar
tetapi juga melalui kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler sebagai
wadah potensi serta bakat peserta didik masing-masing memiliki tujuan untuk
mengembangkan dan menguatkan karakter yang dimiliki siswa. Adapun tujuan
penguatan pendidikan karakter yaitu mengembalikan pendidikan karakter sebagai
ruh dan fondasi pendidikan dengan harmonisasi oleh hati (etik), olah rasa
(estetik), olah pikir (literasi), dan olah raga (kinestetik) melalui integrasi kegiatan
intrakurikuler, ko-kurikuler, ekstrakurikuler, dan nonkurikuler. Salah satu
5
kegiatan yang bertujuan untuk menguatkan nilai-nilai karakter dalam diri peserta
didik adalah ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR).
SMK Al Falah Salatiga berdiri pada tahun 2005 , diatas naungan yayasan
AL Falah, antara lain dibidang pendidikan meliputi pondok pesantren AL Falah
dan SMK Al Falah. Konsentrasi pada jurusan Teknik Otomotif dan Tata Busana.
Adapun letak SMK Al Falah di jl Bima No. 2 Dukuh Ngemplak Sidomukti
Salatiga terletak di ujung barat kota Salatiga yang berdekatan dengan kabupaten
Semarang.
Melalui pendidikan karakter dan kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah
Remaja (PMR) maka diharapkan kualitas karakter generasi muda akan mengalami
peningkatan kearah yang lebih baik. Dengan demikian, penulis mengadakan
penelitian yang berjudul “Pengutan Bentuk-bentuk Karakter Tolong Menolong
(Ta‟awun) Siswa Melalui Program Ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR)
di SMK Al Falah Salatiga tahun ajaran 2017/2018”.
B. Fokus Penelitian
Ada beberapa fokus penelitian yang peneliti bahas yaitu:
1. Bentuk-bentuk karakter tolong menolong (ta‟awun) siswa apa yang
muncul melalui program ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR) di
SMK Al Falah Salatiga Tahun ajaran 2017/2018?
2. Bagaimana cara yang ditempuh dalam penguatan karakter tolong
menolong (ta‟awun) siswa melalui program ekstrakurikuler Palang Merah
Remaja (PMR) di SMK AL Falah Salatiga tahun ajaran 2017/2018?
6
3. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan penguatan
bentuk-bentuk karakter tolong menolong (ta‟awun) siswa melalui program
ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR) di SMK Al Falah Salatiga
tahun ajaran 2017/2018?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus peneliti di atas, maka dapat diketahui bahwa tujuan ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk karakter tolong menolong (ta‟awun)
yang muncul melalui program ekstrakurikuler Palang Merah Remaja
(PMR) di SMK Al Falah Salatiga Tahun ajaran 2017/2018.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara yang ditempuh dalam penguatan
bentuk karakter tolong menolong (ta‟awun) siswa melalui program
ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR) di SMK Al Falah Salatiga
tahun ajaran 2017/2018.
3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan
penguatan karakter tolong menolong (ta‟awun) siswa melalui program
ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR) di SMK Al Falah Salatiga
tahun ajaran 2017/2018.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari hasil penelitian ini sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
7
a. Hasil penelitian ini diharapkan memberi sumbangan ilmu dan pengetahuan
bagi dunia pendidikan, khususnya memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan di bidang pendidikan karakter.
b. Untuk memberikan gambaran atau pandangan kepada sekolah lain tentang
pelaksanaan penguatan bentuk karakter tolong menolong (ta‟awun) siswa
melalui program ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR) di SMK Al
Falah Salatiga Tahun ajaran 2017/2018.
2. Manfaat praktis
Bagi pihak peneliti
1) Peneliti dapat mempelajari bagaimana penguatan bentuk karakter
tolong menolong (ta‟awun) siswa melalui program ekstrakurikuler
Palang Merah Remaja (PMR) di SMK Al Falah Salatiga tahun
ajaran 2017/2018 melalui pengamatan secara ilmiah.
2) Peneliti dapat mengetahui faktor pedukung dan hambatan apa saja
yang dialami dalam penguatan bentuk karakter tolong menolong
(ta‟awun) dalam pendidikan karakter melalui program
ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR) di SMK Al Falah
Salatiga tahun ajaran 2017/2018 yang dapat penulis jadikan teladan
dalam mengajar ke depannya.
3. Bagi pihak yang diteliti
Memberikan gambaran keberhasilan rekomendasi perbaikan dalam
penguatan pendidikan karakter di sekolah SMK Al Falah Salatiga tahun
ajaran 2017/2018.
8
4. Bagi SMK Al Falah Salatiga
Agar bisa menerapkan visi, misi, dan tata tertib yang sudah
disepakati bersama dan Mengembangkan pola pendidikan karakter
Sekolah Menengah Kejuruan ke arah yang lebih baik.
E. Penegasan Ilmiah
1. Penguatan
Penguatan adalah proses, cara, perbuatan menguati atau menguatkan
(KBBI, 2007: 1180).
2. Pendidikan
a. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara,
perbuatan mendidik (KBBI, 2007: 263)
b. Pendidikan atau pedagogie, berarti bimbingan atau pertolongan
dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa.
Selanjutnya pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan
seseorang atau kelompok lain agar menjadi dewasa untuk
mencapai tingkat hidup atau penghidupan lebih tinggi dalam arti
mental. (Sudirman, 1992: 4).
3. Karakter
a. Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
menjadi ciri khas seseorang (KBBI, 2007: 423)
9
b. Karakter adalah pola, baik pikiran, sikap maupun tindakan yang
melekat pada diri seseorang dengan sangat kuat dan sulit
dihilangkan (Munir, 2010: 3).
4. Tolong Menolong (Ta‟awun)
Tolong menolong dalam bahasa Arabnya adalah Ta’awun.
Sedangkan menurut istilah, pengertian Ta’awun adalah sifat tolong
menolong di antara sesama manusia dalam hal kebaikan dan takwa. Dalam
ajaran Islam, tolong menolong merupakan kewajiba muslim. Sudah
semestiya konsep tolong menolong ini dikemas sesuai dengan syariat
Islam, dalam artian tolong menolong hanya diperbolehkan dalam kebikan
dan takwa, dan tidak diperbolehkan tolong menolong dalam hal dosa atau
permusuhan (Ismail, 2017: 2)
5. Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler adalah wahana pengembangan pribadi
peserta didik melalui berbagai aktivitas, baik yang terkait langsung maupun
tidak langsung dengan materi kurikulum, sebagai bagian tak terpisahkan
dari tujuan kelembagaan. Disamping itu, kegiatan ekstrakurikuler
merupakan kegiatan yang bernilai tambah yang diberikan secara
intrakulikuler, dan tidak hanya sebagai pelengkap suatu proses kegiatan
belajar mengajar, tetapi juga sebagai sarana siswa memiliki nilai plus, selain
pelajaran akademis yang bermanfaat bagi kehidupan bermasyarakat
(Sopiatin, 2010: 99).
10
6. Palang Merah Remaja (PMR)
Palang Merah Remaja (PMR) merupakan wadah atau tempat untuk
membina siswa dalam pengembangan kepalangmerahan. Hal ini
bertujuan untuk mendidik siswa agar menjadi manusia yang
berprikemanusiaan dan mampu melaksanakan tugasnya dalam
kepalangmerahan. Anggota Palang Merah Remaja harus memiliki jiwa
dan semangat kemanusiaan yang perlu di tanamkan kepada siswa sejak
dini. Pembinaan tersebut harus dilakukan secara terus menerus agar
siswa selalu siap siaga dan sebagai tanggung jawabnya sebagai anggota
Palang Merah Remaja.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyusun serta
mempermudah pemahaman terhadap penulisan skripsi ini, penulisan skripsi ini
dikelompokkan menjadi 5 bab. Dimana antara bab satu dengan yang lainnya
saling berhubungan.
BAB I PENDAHULUAN
Bagian ini merupakan pendahuluan, yang dikemukakan dalam bagian
pertama ini akan dibahas beberapa sub bahasan, yaitu: latar belakang masalah,
fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan
sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Kajian Pustaka yang berisi :
A. Landasan Teori
11
Berisi tentang tinjauan umum tentang pendidikan karakter yang
terdiri dari sub bab, diantaranya yaitu pengertian pendidikan karakter,
nilai-nilai karakter, karakter tolong menolong (ta‟awun), bentuk-bentuk
tolong menolong, metode pendidikan karakter, hakikat, tujuan pendidikan
karakter. Sedangkan tentang ekstrakulikuler meliputi, pengertian
ekstrakurikuler, tujuan ekstrakurikuler, jenis-jenis ekstrakurikuler, fungsi
ekstrakurikuler, dan manfaat ekstrakurikuler, pengertian Palang Merah
Remaja (PMR), visi dan misi PMR, ruang lingkup PMR, dan prinsip-
prinsip gerakan PMR dan bulan merah internasional.
B. Kajian Penelitian Terdahulu
Berisi tentang dasar atau acuan berupa teori-teori atau temuan-
temuan dari berbagai hasil penelitian sebelumnya merupakan hal yang
kiranya perlu untuk dijadikan sebagai data acuan atau pendukung bagi
peneliti.
BAB III METODE PENELITIAN
Bagian ini berisi tentang pendekatan dan jenis penelitian, lokasi dan waktu
penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, dan
pengecekan keabsahan data.
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA
Bagian ini berisi uraian data-data yang didapat atas lapangan yaitu
gambaran umum SMK Al Falah Salatiga, yang berupa:
A. Paparan Data
12
a. Profil Sekolah, yang berisi tentang sejarah, letak geografis, Visi dan
Misi, tujuan sekolah, program keahlian, data guru dan karyawan,
keadaan peserta didik dan sarana prasarana. kegiatan PMR di SMK Al
Falah, pendidikan karakter apa saja yang muncul dari kegiatan PMR
tersebut, dan cara penguatan pendidikan karekter dalam kegiatan PMR
tersebut.
b. Data Karakter, yang berisi tentang bentuk-bentuk karakter tolong
menolong (ta‟awun) dalam kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah
Remaja (PMR), cara yang ditempuh dalam penguatan karakter
ta‟awun, dan faktor pendukung, penghambat yang dialami dalam
penguatan bentuk karakter tolong menolong (ta‟awun) tersebut.
B. Analisis Data
Berisi tentang penulis menguraikan gagasan peneliti, berdasarkan
temuan peneliti sebagaimana telah diuraikan pada bagian sebelumnya.
Analisis ini mencangkup bentuk-bentuk karakter tolong enolong (ta‟awun)
siswa dalam kegiatan PMR, cara yang ditempuh dalam penguatan karakter
tolong menolong (ta‟awun) tersebut, dan tentang faktor pendukung dan
penghambat yang dialami selama kegiatan PMR berlangsung.
BAB V PENUTUP
Merupakan kajian paling akhir dari skripsi ini, yang mana pada bagian ini
berisi kesimpulan penulis dari seluruh pembahasan yang telah dikemukakan
dalam skripsi dan saran peneliti.
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Pendidikan Karakter
a. Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik
(KBBI, 2007: 263).
Pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman
belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup.
Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan
individu (Mudyahardjo, 2010: 3).
Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha
manusia unutk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam
masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan
atau pedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan
sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Selanjutnya,
pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau
kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup
atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental (Hasbullah, 2009: 1).
Jadi pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga,
masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau
14
latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat,
untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam
berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang.
Istilah “character” berasal dari bahasa Yunani charassein yang
berarti to engrave (melukis, menggambar), seperti orang yang melukis
kertas, memahat batu atau metal. Berakar dari pengertian tersebut diartikan
sebagai tanda atau ciri yang khusus, dan karenanya melahirkan satu
pandangan bahwa karakter adalah perilaku yang bersifat individual
(Daryanto, 2013: 63-64).
Karakter dimaknai sebagai cara berfikir dan berperilaku yang khas
tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga,
masyarakat, bangsa dan bernegara. Individu yang berkarakter baik adalah
individu yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggung
jawabkan setiap akibat dari keputusannya (Muchlas, 2014: 41-42).
Menurut (Muslich, 2011: 4) menjelaskan bahwa karakter
merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan
Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan
yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan
berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat
istiadat.
Sebagai identitas atau jati diri suatu bangsa, karakter merupakan
nilai dasar perilaku yang menjadi acuan tata nilai interaksi antar manusia.
Secara universal berbagai karakter dirumuskan sebagai nilai hidup
15
bersama berdasarkan atas pilar. Kedamaian (peace), menghargai (respect),
karja sama (cooperation), kebebasan (freedom), kebahagiaan (happiness),
kejujuran (honesty), kerendahan hati (humility), kasih sayang (love),
tanggung jawab (responsibility), kesederhanaan (simplicity), toleransi
(tolerance), dan persatuan (unity).
Karakter dipengaruhi oleh hereditas. Perilaku seorang anak sering
kali tidak jauh dari perilaku ayah atau ibunya. Dalam bahasa jawa dikenal
istilah “kacang ora ninggal lanjaran” (pohon kacang panjang tidak pernah
meninggalkan kayu atau bambu tempatnya melitit atau menjalar). Kecuali
itu lingkungan, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam ikut
membentuk karakter. Disekitar lingkungan sosial yang keras seperti di
Harlem New York, para remaja cenderung berperilaku antisosial, keras,
tega, suka bermusuhan, dan sebagainya. Sementara itu di lingkungan yang
gersang, panas, dan tandus, penduduknya cenderung bersifat keras dan
berani mati (Muchlas, 2014:43).
Dari berbagai penjelasan yang telah dikemukakan beberapa ahli di
atas dapat ditarik kesimpulan bahwa karakter merupakan nilai-nilai, sikap,
pikiran, perilaku, watak, akhlak yang melekat pada diri seseorang sejak
lahir dan memiliki perbedaan peserta didik satu dengan lainnya. Karakter
yang dimiliki oleh seseorang dapat terlihat dari tingkah laku atau cara
bertindak di kehidupan sehari-harinya. Dari mengetahui keseharian orang
tersebut maka akan diketahui bagaimana karakter atau watak yang dimiliki
16
orang tersebut, dan baik buruknya karakter seseorang tergantung pada pola
kebiasaan nilai yang dipilih dalam kehidupannya.
Pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-
anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan
mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari sehinga mereka dapat
memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya (Kesuma,
2011: 4).
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai
karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan,
kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai
tersebut. Dalam pendidikan karakter disekolah, semua komponen
(pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen
itu sendiri yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilain,
penanganan atau pengolahan mata pelajaran, pengelola sekolah,
pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana
prasarana, pembiayaan, etos kerja dimaknai seluruh warga sekolah atau
lingkungan (Amri, 2011:4)
Dari pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
pendidikan karakter adalah usaha untuk mendidik anak agar memahami,
peduli akan, dan bertindak atas dasar nilai-nilai etis, individu yang
memiliki kepribadian khusus deperti kekuatan mental dan budi pekeri
serta dapat mengambil keputusan dengan bijak serta mempraktekkannya
17
dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka dapat memberikan
kontribusi yang positif kepada lingkungannya.
b. Nilai-nilai Pendidikan Karakter
Badan Penelitian dan Pengembangan, Pusat Kurikulum
Kementerian Pendidikan Nasional (2011:11) telah merumuskan materi
pendidikan karakter yang mencakup aspek-aspek sebagai berikut:
1. Religius : sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain,
serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur : perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan
pekerjaan.
3. Toleransi : sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,
susku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari
dirinya.
4. Disiplin : tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dab patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras : perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh
dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta
menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif : berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasikan cara atau
hasil baru dari apa yang telah dimiliki.
18
7. Mandiri : sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang
lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis : cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama
hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu : sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih dalam dan meluasdari apa yang dipelajarinya, dilihat,
dan didengar.
10. Semangat Kebangsaan : cara berfikir, bertindak, dan wawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri
dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air : cara berfikir, bersikap dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan perhargaan yang tinggi
tehadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik
bangsanya.
12. Menghargai Prestasi : sikap dan tindakan yang mendorong dirinya
untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat atau Komunikatif : tindakan yang memperlihatkan rasa
senang berbicara, bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain.
14. Cinta Damai : sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan
orang lain merasa senang dan aman atas kehadirannya.
15. Gemar Membaca : kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca
berbagai bacaan yang memberikan kebajikan baginya.
19
16. Peduli Lingkungan : sikap dan tindakan yang selalu berupaya
mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam
yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial : sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan
bagi orang lain dan masyarakat yang selalu ingin memberi bantuan
bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung Jawab : sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan
tugas dan kewajibannya terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan
(alam, sosial, dan budaya), negara, dan Tuhan Yang Maha Esa
(Zuchdi, 2011 : 168-170).
c. Nilai karakter tolong menolong (ta‟awun)
Perilaku tolong menolong adalah suatu hal yang lazim. Tolong
menolong disebut juga altruisme. Dengan adanya tolong menolong
dapat memberikan manfaat bagi manusia berupa kerukunan, dan
kemaslahatan antar pribadi satu dengan pribadi lain. Perilaku tolong-
menolong adalah suatu hal yang lazim. Tolong-menolong disebut juga
altruisme. Dengan adanya tolong-menolong dapat memberikan manfaat
bagi manusia berupa kerukunan, dan kemaslahatan antar pribadi satu
dengan pribadi lain. Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak
bisa hidup sendiri. Tidak ada satu pun manusia di dunia ini yang dapat
memenuhi kebutuhan hidup sendiri (Supardan, 2011: 25)
20
Tolong menolong merupakan kecenderungan alamiah kita
sebagai manusia. Kita mempunyai kebutuhan dasar untuk meminta dan
memberikan pertolongan pada orang lain. Perilaku tolong-menolong
sangat disukai dan dianjurkan. Pada umumnya masyarakat di belahan
dunia mana pun sangat menyukai orang-orang yang memiliki
kepribadian dermawan, suka menolong, solidaritas, dan mau berkorban
untuk orang lain. Sebaliknya orang yang bersifat kikir, egois atau
individualis, sangat tidak disukai oleh orang lain. Dalam agama Islam,
perilaku menolong merupakan perilaku yang sangat dianjurkan dan
dihargai oleh para penganutnya (Rahman, 2013: 218).
Al-qur‟an menyebutkan bahwa ta‟awun merupakan hal yang
esensial bagi setiap muslim. Untuk islam diperintahkan untuk saling
tolong menolong dalam perbuatan yang terpuji. Seperti yang tercantum
dalam surat al maidah ayat 2 yang berbunyi:
ا انعد ا عه الإثى لا حعا انخق ا عه انبس حعا
شدد انعقاب الل إ احقا الل
Artinya : “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu
kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.
Dalam ayat tersebut dapat diketahui bahwa Islam menganjurkan
untuk menolong sesama yang mengarah pada suatu hal yang posistif
dan baik yang dalam ayat diatas disebut dengan al-birr yang berarti
kebajikan. Ayat diatas mengandung isi anjuran untuk saling tolong
menolong terhadap sesama, namun yang perlu digaris bawahi adalah
21
tolong menolong dalam hal kebaikan dan taqwa, seperti memberi
sedekah kepada orang yang membutuhkan itu merupakan salah satu
bentuk dari perilaku tolong menolong yaitu donation, dan dalam islam
pun menganjurkan pula hal yang merugikan orang lain, seperti mencuri.
Islam hanya menganjurkan untuk menolong orang lain yang mengarah
pada kebaikan, dan sebaliknya Islam sangat tidak menganjurkan untuk
menolong pada hal yang merugikan orang lain. Meskipun diri kita
sendiri yang dirugikan tapi tetap harus membalas dengan kebaikan,
karena segala sesuatu yang kita lakukan akan mendapat balasannya,
seperti dalam firman Allah pada surat Ar-rahman ayat 60 :
إلا الإحضا (66) م جزاء الإحضا
Artinya: Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).
Manusia ditakdirkan Allah sebagai makhluk sosial yang
membutuhkan hubungan dan interaksi sosial dengan manusia. Sebagai
makhluk sosial. Manusia juga memerlukan bantuan dan kerjasama
dengan orang lain dalam memenuhi hidupnya, baik kebutuhan material
maupun spiritual. Dengan kerjasama dan tolong menolong tersebut
diharapkan manusia bisa hidup rukun dan damai dengan sesamanya.
Sesuai dengan hadits nabi:
صهى قال : صه الل عه انب ، ع سة زض الل ع أب س فش ع ي
ي و انقايت، كسب كسبت ي ا فش الل ع كسب اند كسبت ي يؤي ع
صخس يضها صخس الل ف ضس عه يعضس ض ي اخسة، ا ف اند س الل عه
22
قا صهك طس ي . أخ انعبد ف ع انعبد يا كا الل ف ع اخسة ا اند
طس عها صم الل ب ش ف ث هخ ب ج ي و ف ب ع ق يا اجخ قا إن انجت،
ح غشخى انس كت ى انض بى إلا زنج عه خدازص كخاب الل ت، الل خه
ذكسى الل ف لائكت، حفخى ان بطأ ي د، ع ضب ف ع نى ضسع ب ه
(زا يضهى)
Artinya: Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu, dari Rasulullah Shallallahu‟alaihi
wasallam bersabda : Siapa yang menyelesaikan kesulitan seorang mu‟min
dari berbagai kesulitan-kesulitan dunia, niscaya Allah akan memudahkan
kesulitan-kesulitannya hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang
yang sedang kesulitan niscaya akan Allah mudahkan baginya di dunia dan
akhirat dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim Allah akan
tutupkan aibnya di dunia dan akhirat. Allah selalu menolong hambanya
selama hambanya menolong saudaranya. Siapa yang menempuh jalan
untuk mendapatkan ilmu, akan Allah mudahkan baginya jalan ke syurga.
Sebuah kaum yang berkumpul di salah satu rumah Allah membaca kitab-
kitab Allah dan mempelajarinya di antara mereka, niscaya akan diturunkan
kepada mereka ketenangan dan dilimpahkan kepada mereka rahmat, dan
mereka dikelilingi malaikat serta Allah sebut-sebut mereka kepada
makhluk disisi-Nya. Dan siapa yang lambat amalnya, hal itu tidak akan
dipercepat oleh nasabnya. (Nawawi, 2011: 77)
Hadits diatas menjelaskan bahwa dalam tolong menolong itu
berlaku bagi siapa saja tanpa melihat adanya perbedaan jenis kelamin.
Perilaku menolong berlaku bagi laki-laki yang dalam ayat diatas disebut
dengan al-mukmin maupun perempuan al-mukminat. Sebagian kaum
mukminin, baik laki-laki maupun perempuan adalah penolong bagi
sebagian yang lain. Mereka saling menyongkong karena kesamaan agama
dan keimanan kepada Allah. Mereka menyuruh yang ma‟ruf (segala amal
shaleh yang diperintahkan agama, seperti ibadah), mencegah yang munkar
(segala ucapan dan perbuatan yang dilarang agama, seperti berbuat
mendholomi orang lain).
23
Adapaun bentuk-bentuk perilaku tolong menolong (ta‟awun)
menurut Wrighasman dan Desux (1981 dalam skripsi Doris Evalina,
2010:13) dibedakan berdasarkan tingkat pengorbanan perilaku ke dalam
tiga tindakan, yaitu favor, donation, dan intervention in emergency.
1) Favor
Favor dapat diartikan sebagai tindakan membantu orang
lain, dimana usaha membantu tersebut tidak banyak membutuhkan
pengorbanan (pengorbanan yang kecil) pengorbanan yang
dimaksud disini berupa pengorbanan tenaga atau usaha dan waktu.
Walaupun pengorbanan yang diberikan pelaku kecil, namun
dampak dari tindakan ini menguntungkan bagi orang lain. Jadi, cost
yang harus diberikan oleh mereka yang melakukan perilaku ini
tindakan begitu besar, dalam arti tidak melibatkan pengorbanan
yang membedakan pelakunya.
2) Donation
Perilaku ini disebut juga dengan perilaku menyumbang
terhadap seseorangatau organisasi yang memerlukan. Tindakan ini
membutuhkan pengorbanan materi berupa uang atau barang.
3) Intervention In Emergency
Intervention In Emergency merupakan perilaku
memberikan bantuan kepada orang lain yang dilakukan dalam
24
kondisi stressfulatau pada situasi gawat darurat, dengan
kemungkinan keuntungan yang sangat kecil bagi yang melakukan.
Dalam melakukan tindakan ini dapat mengundang ancaman
keselamatan diri dari penolong. oleh Karena itu, penolong
berkorban besar dan kemungkinan mendapatkan keuntungan yang
sangat kecil dari tindakan ini. contoh: membantu menyelamatkan
orang yang terjebak di lokasi kebakaran.
d. Metode Pendidikan Karakter
Pendidikan Karakter menurut Zuchdi, dkk (2010: 3)
menyatakan bahwa pendidikan karakter secara akademis dimaknai
sebagai pendidikan nilai, budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan
watak, atau pendidikan akhlak yang tujuannya mengembangkan
kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk,
memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam
kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.
Adapun mengenai metode, pendidikan karakter memiliki
metode tersendiri. Metode pendidikan karakter menurut Koesoema
(2011: 212-216), metode pendidikan karakter adalah sebagai berikut:
pengajaran, keteladanan, menentukan prioritas, praksis prioritas, dan
refleksi. Dengan penjelasan sebagai berikut :
25
a. Pengajaran
Mengajarkan pendidikan karakter dalam rangka
memperkenalkan pengetahuan teoritis tentang konsep-konsep nilai.
Pemahaman konsep ini mesti menjadi bagian dari pemahaman
pendidikan karakter itu sendiri. Sebab, anak-anak akan banyak belajar
dari pemahaman dan pengertian tentang nilai-nilai yang dipahami oleh
para guru dan pendidik dalam setiap perjumpaan mereka.
a. Keteladanan
Keteladanan menjadi salah satu hal klasik bagi berhasilnya
sebuah tujuan pendidikan karakter. Tumpuan pendidikan karakter ada
pada pundak guru. Konsistensi dalam mengajarkan pendidikan karakter
tidak sekedar melalui sesuatu yang dikatakan melalui pembelajaran di
kelas, melainkan nilai itu juga tampil dalam diri sang guru, dalam
kehidupannya yang nyata di luar kelas. Karakter guru (meskipun tidak
selalu) menentukan warna kepribadian anak didik.
b. Menentukan Prioritas
Lembaga pendidikan memiliki prioritas dan tuntutan dasar atas
karakter yang ingin diterapkan di lingkungan mereka. Pendidikan
karakter menghimpun banyak kumpulan nilai yang dianggap penting
bagi pelaksanaan dan realisasi atas visi lembaga pendidikan. Oleh
karena itu, lembaga pendidikan mesti menentukan tuntutan standar atas
karakter yang akan ditawarkan kepada peserta didik sebagai bagian dai
kinerja kelembagaan mereka.
26
c. Praktis Prioritas
Unsur lain yang sangat penting bagi pendidikan karakter adalah
bukti dilaksanakannya prioritas nilai pendidikan karakter tersebut.
Berkaitan dengan tuntutan lembaga pendidikan atas prioritas nilai yang
menjadi visi kinerja pendidikannya, lembaga pendidikan mesti mampu
membuat verifikasi sejauh mana visi sekolah telah dapat direalisasikan
dalam lingkup pendidikan skolastik melalui berbagai macam unsur
yang ada di dalam lembaga pendidikan itu sendiri.
d. Refleksi
Karakter yang ingin dibentuk oleh lembaga pendidikan melalui
berbagai macam program dan kebajikan senantiasa perlu dievaluasi dan
direfleksikan secara berkesinambungan dan kritis. Sebab, sebagaimana
dikatakan Socrates, “Hidup yang tidak direfleksikan merupakan hidup
yang tidak layak dihayati.” Tanpa usaha untuk melihat kembali sejauh
mana proses pendidikan karakter ini direfksikan dan dievaluasi, tidak
akan pernah ada kemajuan. Refleksi merupakan kemampuan sadar khas
manusiawi. Dengan kemampuan sadar ini, manusia mampu mengatasi
diri dan meningkatkan kualitas hidupnya dengan lebih baik. Jadi,
setelah tindakan dan praktis pendidikan karakter itu terjadi, perlulah
diadakan semacam pendalaman dan refleksi untuk melihat sejauh mana
lembaga pendidikan telah berhasil atau gagal dalam melaksanakan
pendidikan karakter.
e. Tujuan Pendidikan Karakter
27
Tujuan pendidikan nasional dalam UU RI nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional menjadi dasar dalam
mengembangkan pendidikan di Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas
menyebutkan, “ Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis dan tanggung jawab” (Zubaedi, 2012:73-74). Sesuai tujuan
pendidikan nasional tersebut pada intinya pendidikan karakter bertujuan
membentuk bangsa yang berakhlak mulia, tangguh, toleran, berilmu
pengetahuan, kompetitif, berkembang dinamis dan lainnya dengan penuh
keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
pancasila.
Tujuan pendidikan karakter adalah:
1. Memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu
sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah
maupun setelah proses sekolah (setelah lulus dari sekolah)
2. Mengoreksi perilaku anak yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
pendidikan karakter yang diajarkan
28
3. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan
masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan
karakter secara bersama (Narwanti, 2011: 17)
Pendidikan karakter dimaksudkan untuk menjadi salah satu
jawaban terhadap beragam persoalan bangsa. Persoalan yang muncul
diidentifikasikan bersumber dari gagalnya pendidikan dalam
menginternalisasikan nilai-nilai moral terhadap peserta didik. Penguatan
pendidikan karakter dalam konteks sekarang sangat relavan untuk
mengatasi krisis yang sedang melanda di bangsa ini. Keterpurukan bangsa
Indonesia dari segi karakter yang kemudian dimunculkan pendidikan
karakter untuk memperbaiki karakter luhur bangsanya tidak lain memiliki
tujuan yang baik.
Pendidikan karakter bertujuan meningkatkan mutu
penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada
pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara
utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan standar kompetensi kelulusan.
Melalui pendidikan karakter, diharapkan peserta didik mampu secara
mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan
menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak
mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari hari (Ma‟mur, 2013: 43).
Zubaedi (2012: 18), menjelaskan tujuan dari diadakannya
pendidikan karakter menjadi:
29
1. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/efektif pesasmani, Jamal
Maerta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki
nilai-nilai karakter bangsa.
2. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji
dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bnagsa
yang religius.
3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggungjawab peserta didik
sebagai generasi penerus bangsa.
4. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang
mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan.
5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai
lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan
persahabatan, dan dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh
kekuatan (dignity)
Sedangkan tujuan pendidikan karakter menurut tinjauan Islam
adalah agar manusia berada dalam kebenaran dan senantiasa berada di
jalan yang lurus, jalan yang digariskan oleh Allah SWT. Inilah yang akan
mengantarkan manusia kebahagiaan manusia kepada kebahagiaan dunia
dan akhirat. Karakter seseorang dianggap mulia jika perbuatannya
mnecerminkan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Qur‟an
(Fathurrohman, 2013: 98).
30
2. Program Ekstrakulikuler
a. Pengertian Ekstrakulikuler
Menurut Sopiatun (2010: 99) menyatakan dalam bukunya bahwa
tugas utama sekolah tidak semata-mata menjadikan siswa pintar dan
terampil, tetapi juga harus mampu menumbuh kembangkannya menjadi
pribadi yang sehat jasmani dan rohani, sadar dan bertanggung jawab akan
keberadaan dirinya, baik sebagai pribadi dan makhluk Tuhan, maupun
sebagai makhluk sosial yang merupakan bagian tak terpisahkan dari
lingkungan.
Pengertian ekstrakulikuler menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2002:291) yaitu: “suatu kegiatan yang berada di luar program
yang tertulis di dalam kurikulum seperti latihan kepemimpinan dan
pembinaan siswa”.
Kegiatan ekstrakurikuler adalah wahana pengembangan pribadi
peserta didik melalui berbagai aktivitas, baik yang terkait langsung
maupun tidak langsung dengan materi kurikulum, sebagai bagian tak
terpisahkan dari tujuan kelembagaan. Disamping itu, kegiatan
ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang bernilai tambah yang diberikan
secara intrakurikuler, dan tidak hanya sebagai pelengkap suatu proses
kegiatan belajar mengajar, tetapi juga sebagai sarana siswa memiliki nilai
plus, selain pelajaran akademis yang bermanfaat bagi kehidupan
bermasyarakat. Dalam praktiknya, pelajaran ekstrakurikuler sering laki
menjadi ciri khas suatu sekolah. Hal ini dikarenakan dalam menyediakan
31
jenis kegiatannya disesuaikan dengan visi dan misi serta kondisi sekolah,
terutama sekali dengan sarana dan prasarana yang tersedia, dengan
demikian setiap sekolah akan mempunyai jenis kegiatan ekstrakurikuler
yang berbeda (Sopiatun, 2010: 99).
b. Tujuan Ekstrakurikuler
Dalam setiap kegiatan yang dilakukan, pasti tidak lepas dari
aspek tujuan. Karena suatu kegiatan yang dilakukan tanpa jelas
tujuannya, maka kegiatan itu akan sia-sia. Begitu pula dengan kegiatan
ekstrakulikuler tentu memiliki tujuan tertentu. Adapun tujuan dari
ekstrakurikuler diantaranya yaitu:
a) Menumbuhkembangkan pribadi siswa yang sehat jasmani dan
rohani
b) Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
c) Memiliki kepedulian dan tanggung jawab terhadap lingkungan
sosial
d) Budaya dan alam sekitarnya
e) Dan menanamkan sikap sebagai warga negara yang baik dan
bertanggung jawab melalui berbagai kegiatan positif dibawah
tanggung jawab sekolah (Sopiatun, 2010: 100).
Kegiatan ekstrakurikuler bagi siswa diharapkan untuk
menghasilkan hasil individual, sosial, civic, dan etis. Hasil individual
adalah hasil yang berhubungan dengan peningkatan pengetahuan dan
keterampilan, serta pengembangan potensi yang dimiliki siswa. Hasil
32
sosial adalah hasil yang berhubungan dengan hubungan sosial dan
kemasyarakatan untuk dapat hidup bersama dengan orang lain, sedangkan
hasil civic dan etis merupakan hasil yang berhubungan dengan adanya
persamaan dan kewajiban, tanpa diskriminasi. Selain itu, kegiatan
ekstrakurikuler memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat
mengembangkan minat dan belajar lebih banyak mengenai diri mereka
sendiri dan orang lain. Program kegiatan ekstrakurikuler sekolah
dipengaruhi oleh misi dan filosofi dan menumbuhkan lingkungan belajar,
di mana siswa dapat berkembang, belajar dan mengekspresikan dirinya
(Sopiatun, 2010: 100).
c. Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler bersifat langsung dan tidak langsung
berhubungan dengan pelajaran di kelas. Kegiatan yang langsung
berhubungan dengan pelajaran di kelas disediakan oleh sekolah, antara
lain adalah:
a) Olahraga
b) Seni
c) Bimbingan Belajar
d) Karya Ilmiah Remaja
e) Baca Tulis Al- Qur‟an
Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler yang tidak langsung behubungan
dengan pelajaran di kelas adalah:
a) Paskibra
33
b) OSIS
c) Pramuka
d) PMR (Palang Merah Remaja)
Kegiatan ini dibimbing oleh pelatih atau pembimbing yang berasal
dari guru atau dari luar sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler yang tidak
langsung berhubungan dengan pelajaran di kelas berfungsi untuk
penyesuaian diri dengan kehidupan, integratif, dan memberikan
kesempatan untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan-tujuan bersama,
sedangkan yang langsung berhubungan dengan pelajaran di kelas
ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa
(Sopiatun, 2010: 100).
Meskipun tidak semua program ekstrakurikuler sedang di
laksanakan di SMK Al Falah Salatiga, namun kenyataannya program
ekstrakurikuler yang dilaksanakan ini terbukti dapat mempengaruhi
pembentukan karakter peserta didik.
3. Palang Merah Remaja
a. Pengertian Palang Merah Remaja
Palang Merah Remaja (PMR) adalah wadah pembinaan dan
pengembangan anggota remaja PMI, yang selanjutnya disebut PMR.
Terdapat di PMI cabang diseluruh Indonesia, dengan anggota lebih dari 3
juta orang, anggota PMR merupakan salah satu kekuatan PMI dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan kemanusiaan dibidang kesehatan dan
siaga bencana, mempromosikan. Prinsip-prinsip Dasar Gerakan Palang
34
Merah Remaja dan Bulan Sabit Merah Internasional, serta
mengembangkan kapasitas organisasi PMI (Susilo dkk, 2008: 1).
b. Sejarah Palang Merah Remaja
Tebentuknya Palang Merah Remaja dilatar belakangi oleh
terjadinya perang dunia 1 (1914-1918) pada waktu itu Australia sedang
mengalami peprangan. Karena Palang Merah Australia kekurangan tenaga
untuk memberikan bantuan, akhirnya mengerahkan anak-anak sekolah
supaya turut membantu sesuai dengan kemampuannya. Mereka diberikan
tugas-tugas ringan seperti mengumpulkan pakaian-pakaian bekas dan
majalah-majalah serta koran bekas. Anak-anak tersebut tehimpun dalam
suatu badan yang disebut Palang Merah Pemuda (PMP) kemudian menjadi
Palang Merah Remaja (PMR).
Pada tahun 1919 didalam sidang Liga Perhimpunan Palang Merah
Internasional diputuskan bahwa gerakan Palang Merah Remaja menjadi
satu bagian dari perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.
Kemudian usaha tersebut diikuti oleh negara-negara lain. Pada tahun 1960,
dari 145 perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah sebagian
besar sudah memiliki Palang Merah Remaja. Di Indonesia pada kongres
PMI ke-IV tepatnya bulan Januari 1950 di Jakarta, PMI membentuk
Palang Merah Remaja yang dipimpin oleh Ny. Siti Dasimah dan Paramita
Abdurahman. Pada tanggal 1 Maret 1950 berdirilah Palang Merah Remaja
secara resmi di Indonesia (Muktie, 2011)
35
c. Visi Misi dan Tujuan Palang Merah Remaja (PMR)
Visi dan Misi PMR yang tercantum di dalam manajemen PMR
yaitu sebagai berikut:
a. Visi PMR
PMR sebagai generasi muda kader PMI mampu dan siap
menjalankan kegiatan sosial kemanusiaan sesuai dengan prinsip-
prinsip Dasar Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional.
b. Misi PMR
1) Membangun karakter kader muda PMI sesuai dengan
Prinsip Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah
Internasional serta Tri Bakti PMR
2) Menanamkan jiwa sosial kemanusiaan
3) Menanamkan rasa kesukarelaan
Tujuan Palang Merah Remaja secara umum adalah PMI memiliki
struktur, sistem dan kapasitas PMR dan Relawan yang mem adai
untuk meningkatkan kualitas pembinaan generasi muda dan memberikan
pelayanan sosial kemanusiaan yang bermutu.
Adapun tujuan secara khusus adalah sebagai berikut:
a) memberikan arah bimbingan dan pengembangan PMR dan
Relawan secara konsisten serta berkesinambungan
b) menjamin eksistensi PMR dan Relawan PMI sebagai bagian
integral dari Palang Merah Indonesia.
36
d. Ruang Lingkup Palang Merah Remaja (PMR)
Ruang lingkup kegiatan Palang Merah Remaja (PMR) dikenal
dengan sebutan Tri Bakti PMR, adapun ruang lingkup tersebut
mengandung arti sebagai berikut:
1) Meningkatkan keterampilan hidup sehat
Pelatihan yang dibutuhkan adalah sanitasi dan kesehatan,
pertolongan pertama, kesehatan remaja, dan kesiapsiagaan bencana.
Sehingga menguatkan nilai karakter bersih dan sehat.
2) Berkarya dan berbakti di masyarakat
Pelatihan yang dibutuhkan adalah kepemimpinan, gerakan
kepalangmerahan, sanitasi dan kesehatan, pertolongan pertama,
kesehatan remaja. Dengan kegiatan tersebut dapat menguatkan nilai
karakter kepemimpinan, peduli, kreatif, dan kerjasama.
3) Mempererat persahabatan nasional dan internasional
Pelatihan yang dibutuhkan adalah kepemimpinan dan gerakan
kepalangmerahan. Sehingga dapat menguatkan nilai karakter
bersahabat dan ceria.
Berdasarkan penjelasan tersebut, kegiatan Palang Merah
Remaja sangat membantu orang lain dan masyarakat dalam bidang
sosial maupun kesehatan (Susilo, 2008: 24).
e. Prinsip-prinsip Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Internasional
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah mempunyai
dasar dan tujuan yang sama dalam pengabdiannya. Dalam
37
menjalankan misinya gerakan tidak boleh terpengaruh oleh
kepentingan apapun. Oleh karena itu sangat diperlukan adanya prinsip
dasar yang dapat dijadikan pedoma dan landasan moril bagi
kehidupan organisasi yang diakui dan dihormati secara internasional.
Pada tahun 1921, komite internasional Palang Merah atau ICRC
mencoba menyusun Prinsip Dasar yang dirasa perlu sebagai dasar
dalam setiap tindakan gerakan. Teks inilah yang menjelma menjadi
prinsip-prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah
Internasional yang diproklamirkan dalam konferensi internasional
Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Unternasional di Wina Austria
tahun 1965, yaitu:
1) Kemanusiaan
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah gerakan lahir
dari keinginan untuk memberikan pertolongan kepada korban yang
terluka dalam pertempuran tanpa membeda-bedakan mereka dan
untuk menceagah serta megatasi penderitaan sesama manusia yang
terjadi di mana pun. Tujuannya adalah melindungi jiwa dan kesehatan
serta menjamin penghormatan terhadap umat manusia. Gerakan
menumbuhkan saling pengertian, persahabatan, kerjasama dan
perdamaian abadi antar sesama manusia.
2) Kesamaan
Gerakan memberi bantuan kepada orang yang menderita tanpa
membeda-bedakan mereka berdasarkan kebangsaan, ras, aama, tingkat
38
sosial atau pandangan politik. Tujuannya semata-mata adalah
mengurangi penderitaan orang per orang sesuai dengan kebutuhannya
dengan mendahulukan keadaan yang paling parah.
3) Kenetralan
Gerakan tidak memihak atau melibatkan diri dalam
pertentangan politik, ras, agama atau ideologi.
4) Kemandirian
Gerakan bersifat mandiri. Setiap perhimpunan nasional
sekalipun merupakan pendukung bagi pemerintah di bidang
kemanusiaan dan harus menaati peraturan hukum yang berlaku di
negara masing-masing, namun gerakan bersifat otonom dan harus
menjaga tindakannya agar sejalan dengan prinsip dasar gerakan.
5) Kesukarelaan
Gerakan memberi bantuan atas dasar sukarela tanpa unsur
keinginan untuk mencari keuntungan apapun.
6) Kesatuan
Didalam satu negara hanya boleh ada satu perhimpunan
nasional dan hanya boleh memilih salah satu lambang yang
digunakan. Palang Merah atau Bulan Sabit Merah. Gerakan bersifat
terbuka dan melaksanakan tugas kemanusiaan di seluruh wilayah
negara yang bersangkutan.
7) Kesemestaan
39
Gerakan bersifat semesta. Artinya, gerakan hadir di seluruh
dunia. Setiap perhimpunan nasional mempunyai status yang sederajat,
serta memiliki hak dan tangung jawab yang sama dalam membantu
satu sama lain (Susilo, 2008: 18-19)
f. Manajemen Palang Merah Remaja
Manajemen PMR merupakan proses pembinaan dan
pengembangan anggota remaja PMI agar dapat mendukung
peningkatan kapasitas organisasi dan pelayanan PMI. Adapun
tujuannya adalah membangun dan mengembangkan karakter PMR
yang berpedoman pada prinsip kepalangmerahan untuk menjadi
relawan masa depan. Proses manajemen PMR dapat digambarkan
sebagai berikut: (Susilo, 2014:2-30)
a) Perekrutan
Perekrutan adalah peningkatan jumlah anggota dan kelompok
PMR. Melalui proses promosi, pendaftaran, dan wawancara, maka
perekrutaf. n memberitahukan remaja bahwa dengan bergabung dengan
PMI, mereka dapat melakukan sesuatu yang memang mereka ingin
lakukan. Perekrutan dilakukan minimal setahun sekali pada bulan Juli-
Agustus, sebagai bulan perekrutan nasional sekaligus memperingati
hari Remaja Internasional dan hari PMR (12 Agustus).
Adapun sasaran perekrutan adalah yaitu:
Sekolah (SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA atau sederajat) dan
luar sekolah
40
Remaja berusia 10-17 tahun
Adapun anggota PMR yaitu:
Anggota Remaja Pmi berusia 10-12 tahun atau setingkat SD/MI/
sederajat dapat bergabung sebagai anggota PMR Mula
Anggota Remaja PMI berusia 12-15 tahun atau setingkat
SMP/MTs/sederajat dapat bergabung sebagai anggota PMR Madya
Anggota Remaja PMI berusia 15-17 tahun atau setingkat
SMU/SMK/MA/sederajat dapat bergabung sebagai anggota PMR Wira.
b) Proses Pelatihan
pelatihan merupakan proses pembekalan pengetahuan,
keterampilan dan sikap untuk dapat melaksanakan tugas-tugas
kepalangmerahan sesuai dengan prinsip dasar gerakan Palang Merah
dan Bulan Sabit Merah Internasional.
Pelatihan bertujuan menguatkan karakter (kualitas positif)
anggota PMR untuk meningkatkan ketrampilan hidup sehat dan
menjadi calon relawan, anggota PMR tidak hanya tahu dan trampil,
tetapi juga perlu memahami dan menerapkan yang telah mereka
pelajari, dalam proses pelatihan.
Proses pelatihan dapat dilakukan oleh PMI cabang maupun
Unit PMR, sesuai kurikulum yang telah ditetapkan. Waktu
pelaksanaan menyesuaikan dengan kalender pendidikan, berintegrasi
41
dengan kegiatan-kegiatan tertentu, maupun waktu-waktu yang telah
disepakati bersama antara PMI cabang, fasilitator/pelatih, dan anggota
PMR.
Pada awal pelatihan seluruh anggota PMR akan mendapatkan
informasi mengenai cakupan materi dan tujuan yang akan dicapai.
Pada tahap ini pelatih maupun fasilitator mengidentifikasi anggota
yang baru pertama bergabung dengan PMR, dan anggota yang
melanjutkan keanggotaannya (misalnya dari anggota PMR mula
melanjutkan ke PMR Madya). Anggota yang baru berabung akan akan
mengikuti proses pelatihan sejak awal, sedangkan yang melanjutkan
keanggotannya maka dapat dilibatkan sebagai asisten untuk
membentu teman-temannya memahami materi. Suatu sistem
penghargaan, pengakuan, pemantauan, dan evaluasi tingkat
pengetahuan, keterampilan, pemahaman, dan sikap dirancang dalam
bentuk syarat kecakapan PMR.
Materi-materi yang diberikan dalam kegiatan pelatihan
tercantum di dalam kurikulum pelatihan PMR. Isi dari kurikulum
PMR yaitu, sebagai berikut:
c) Tri bakti PMR
Pelatihan yang dibutuhkan agar menguatkan karakter untuk
melaksanakan Tri Bakti PMR antara lain: (Susilo, 2008: 23)
42
Meningkatkan keterampilan hidup sehat dengan pelatihan sanitasi
dan kesehatan, pertolongan pertama, kesehatan remaja, dan
kesiapsiagaan bencana.
Berkarya dan berbakti di masyarakat dengan pelatihan
kepemimpinan, gerakan kepalangmerahan, sanitasi dan kesehatan,
pertolongan pertama, kesehatan remaja
Mempererat persahabatan nasional dan internasional dengan
kepemimpinan dan gerakan kepalangmerahan.
d) Pengakuan dan Penghargaan
Pengakuan dan penghargaan bertujuan memotivasi PMR agar
tetap bersama dengan PMI, memberikan rasa bangga dan kesadaran akan
kualitasnya bahwa meskipun masih remaja mereka dapat berperan untuk
kemanusiaan, meningkatkan kepercayaan diri dan komitmen, dan
meningkatkan kualitas kegiatan kepalangmerahan.
e) Pemantauan dan Evaluasi
Pemantauan dan evaluasi bertujuan untuk mengukur pencapaian
dalam proses pembinaan dan pengembangan PMR, sehingga
menghasilkan usulan untuk perubahan atau perbaikan. (Susilo, 2008: 31)
PMI harus mengetahui apakah anggota PMR telah melaksanakan
hak dan kewajibannya dengan tepat, sedangkan anggota PMR juga perlu
mengetahui apakah mereka telah melaksanakan tugas dengan baik.
Pemantauan dan evaluasi adalah proses berkelanjutan dan melekat
dikeseluruhan siklus.
43
Memerlukan waktu untuk memantau bagaimana mereka
melakukan kegiatan, apa yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas
dan menjawab kebutuhan mereka, merupakan sebagian dari tahapan
pemantauan dan evaluasi, yang jika tidak dilakukan menunjukkan
ketidakpedulian PMI terhadap kualitas anggota, kegiatan, dan Tri Bakti
yang sedang dan telah dilakukan.
Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan secara berjenjang dari
PMI pusat ke daerah minimal setahun sekali, PMI daerah ke cabang
minimal 2x pertahun, dan PMI cabang ke unit PMR minimal 1x perbulan
(Susilo, 2008: 30).
B. Kajian Penelitian Terdahulu
Dasar atau acuan berupa teori-teori atau temuan-temuan dari
berbagai hasil penelitian sebelumnya merupakan hal yang kiranya perlu
untuk dijadikan sebagai data acuan atau pendukung bagi penelitian ini.
hasil penelitian terdahulu yang hampir memiliki kesamaan topik dengan
penelitian yang dilakukan peneliti diantaranya yaitu:
1. Penelitian yang dilakukan Vina Oktaviani, Slamet Subagya, M.H. Sukarno
yang berjudul Penanaman nilai-nilai Pendidikan Karakter Dalam
Kegiatan Ekstrakulikuler Palang Merah Remaja (PMR) pada Siswa kelas
VII SMP Negeri 1 Surakarta tahun ajaran 2015-2016. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa cara yang dilakukan oleh PMR SMP Negeri 1
Surakarta dalam menanamkan nilai-nilai karakter pada siswa adalah
melalui: (1) cara yang dipraktekkan terlebih dahulu oleh pembina atau
44
pelatih (2) pembiasaan melalui kegiatan sehari-hari dan (3) kegiatan
lapangan yang melibatkan siswa secara langsung. Nilai karakter yang
ditanamkan dalam kegiatan ekstrakulikuler PMR adalah peduli
lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab, kemandirian, religius, disiplin,
toleransi. Kendala yang dihadapi dalam menanamkan nilai-nilai karakter
melalui kegiatan ekstrakulikuler PMR adalah tingkat kebosanan siswa
dalam kegiatan pemberian materi sehingga diatasi dengan memperbanyak
kegiatan lapangan.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Rika Mawar Hastuti, yang berjudul
Implementasi Penanaman Nilai-Nilai Moral Sosial Melalui Kegiatan
Ekstrakulikuler Palang Merah Remaja (PMR) di SMP Negeri 6 Surakarta
tahun ajaran 2012/2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
implementasi penanaman nilai-nilai moral sosial melalui ekstrakurikuler
Palang Merah Remaja di SMP 6 Surakarta sudah dilakukan. Pembelajaran
di kelas diberikan dalam bentuk penyampaian materi menggunakan
pengajaran yang menarik dengan memberi contoh nyata melalui
penggunaan media visual maupun audiovisual. Pembelajaran praktek yaitu
melalui kegiatan kegiatan penugasan seperti, pemberian pertolongan
pertama di lingkungan sekolah, merawat teman yang sakit di Unit
Kesehatan Sekolah dan membantu dokter sekolah setiap hari rabu.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Yunarsih yang berjudul Implementasi
Kegiatan Eksrakurikuler Palang Merah Remaja dalam Pembentukan
Karakter peserta didik MTs Negeri Model Makassar. Hasil penelitian
45
menunjukkan bahwa karakter peserta didik yang mengikuti kegiatan PMR
mayoritas positif, diantaranya pelayanan kesehatan sekolah, pengadaan
piket kebersihan, latihan 1 kali pekan, mengadakan bakti sosial, dan
mengadakan kunjungan sosial. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
dalam pembentukan karakter peserta didik adalah dimulai dari dalam diri
sendiri dan kebijakan dari pihak madrasah,
4. Penelitian yang dilakukan oleh Dani Pratomo yang berjudul Pelaksanaan
Kegiatan Ekstrakurikuler Palang Merah Remaja Unit 74 SD Negeri
Bhayangkara Yogyakarta. Hasil penelitian ini adalah menunjukkan bahwa
perencanaan kegiatan ekstrakurikuler dilakukan oleh pelatih
ekstrakurikuler Palang merah Remaja kemudian diseleksi dalam rapat
sekolah dan hasilnya dijabarkan dalam program kegiatan. Pelaksanaan
kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja diikuti oleh sebagian siswa
kelas V SD Negeri Bhayangkara, siswa dilibatkan secara aktif dalam
program kegiatan yang dapat membantu perkembangan sosial dan
emosiaonal siswa.
Berdasarkan beberapa kajian pustaka diatas, dapat disimpulkan
bahwa ke empat penelitian tersebut saling berkaitan dalam penanaman
nilai karakter dalam kegiatan ekstrakulikuler Palang Merah Remaja,
sedangkan peneliti lebih khusus pada penguatan nilai-nilai karakter pada
kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja pada tingkat Wira atau
SMA sederajat.
46
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dari segi pelaksanaan pengumpulan data, penelitian ini
termasuk penelitian lapangan (field research) yang berlokasi di SMK
Al Falah Salatiga. Penelitian lapangan adalah suatu penelitian yang
dilakukan dilapangan atau di lokasi penelitan, suatu tempat yang
dipilih sebagai lokasi untuk menyelidiki gejala obyektif yang terjadi di
lokasi tersebut (Fathoni, 2011:96).
Selanjutnya, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
karena sifatnya deskriptif-analitis yang mana data yang diperoleh
seperti hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil pemotretan, anlisis
dokumen, catatan lapangan, tidak dituangkan dalam bentuk dan angka-
angka (Asmani, 2017: 75).
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode
penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena
yang ada, yang berlangsung saat ini atau saat yang lampau. Penelitian
ini tidak mengadakan manipulasi atau perubahan pada variabel-
variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya.
Penggambaran kondisi bisa individual atau menggunakan angka-angka
(Sukmadinata, 2006: 5).
47
Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif
deskriptif, karena penelitian ini tidak mengadakan manipulasi atau
perubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu
kondisi apa adanya. Kondisi bisa diteliti melalui kepala sekolah, guru,
pembina, pengurus serta peserta PMR atau melalui data-data, untuk
mengetahui penguatan nilai-nilai karakter siswa dalam kegiatan
ekstrakurikuler PMR.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lembaga pendidikan, yaitu SMK Al
Falah Salatiga yang beralamat di Jalan Bima no 2 Dukuh Ngemplak
Sidomukti Salatiga.
Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juli- Agustus
kedepan.
C. Sumber Data
Yang dimaksud sumber dengan sumber data dalam penelitian
adalah subyek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2014: 172).
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah data yang dibuat oleh peneliti
dengan maksud khusus untuk menyelesaikan permasalahan yang
sedang ditanganinya. Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti
langsung dari sumber pertama atau tempat obyek peneliti yang
dilakukan.
48
Sumber data primer ini diperoleh dari informan. Informan utama
dalam penelitian ini adalah pembina dan peserta PMR. Adapun
objek penelitian ini adalah tentang penguatan nilai karakter
ta‟awun siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah
Remaja.
b. Sumber Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat dari sumber bacaan
dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari dokumen-
dokumen berupa catatan, laporan, foto-foto dan lainnya. Peneliti
menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat hasil temuan
dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui
wawancara dan pengamatan.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah berbagai cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data, menhimpun, megambil, atau menjaring data
penelitian (Suwartono, 2014:41).
Untuk mengatahui data-data di lapangan, maka digunakanlah
bebrapa teknik pengumpulan data, yaitu wawancara, observasi dan
dokumentasi.
a. Observasi
Metode observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan
pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki
(Hadi, 2002: 136). Dalam observasi ini peneliti melakukan
49
pengamatan langsung dalam pelaksanaan kegiatan ektrakurikuler
PMR dan cara penguatan nilai-nilai karakter dalam kegiatan
tersebut.
b. Wawancara
Dari penjelasan buku karangan Suharsini Arikunto dapat
diambil kesimpulan bahwa wawancara adalah sebuah dialog yang
dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari
terwawancara. Disini penulis menggunakan pedoman wawancara
dalam bentuk “semi structured” dalam hal ini mula-mula
menanyakan serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur,
kemudian satu persatu diperdalam dalam mengorek keterangan
lebih lanjut (Arikunto, 2014: 270). Dalam penelitian ini peneliti
akan melakukan wawancara kepada pembina ekstrakurikuler PMR,
pelatih atau pengajar ekstrakurikuler PMR, dan peserta
ekstrakurikuler PMR.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, legger,agenda dan sebagainya
(Arikunto, 2014: 274). Penelitian ini peneliti meggunakan
dokumentasi foto dan dokumentasi adminitrasi. Dokumentasi foto
berupa foto-foto kegiatan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler
PMR. Dokumentasi administratif berupa pengumpulan dokumen-
50
dokumen administratif yang berhubungan dengan pelaksanaan
kegiatan ekstrakurikuler PMR dan juga gambaran umum SMK Al
Falah Salatiga. Metode ini digunakan sebagai salah satu pelengkap
dalam memperoleh data.
E. Analisis Data
Analisis data kualitatif (Bogdan & Biklen, 1982) adalah upaya
yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan
data, memilah milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa
yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain. Analisis data kualitatif (Seiddel, 1998)
prosesnya sebagai berikut:
a. Mencatat peristiwa yang ada di lapangan berupa catatan, kemudian
diberi kode sehingga sumber data dapat ditelusuri
b. Mengumpulkan, memilah-milah, melakukan klasifikasi, membuat
ikhtisar, mensintesiskan, dan memberi indeks
c. Berfikir untuk memperjelas kategori data sehingga data yang ada
bermakna dengan mencari dan menemukan pola serta hubungan-
hubungan dan membuat temuan-temuan umum (Suwandi, 2008:
193).
F. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam penelitian ini untuk mendapatkan keabsahan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi. Triangulasi adalah
51
teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
data itu sebagai pembanding terhadap data data itu ( Moleong, 2009:
330). Dalam penelitian ini teknik triangulasi akan digunakan pada
sumber-sumber yang diasumsi banyak informasi yang akan didapat.
Triangulasi yang akan digunakan adalah triangulasi teknik. Triangulasi
teknik dilakukan dengan memakai beberapa metode penelitian dalam
menggali data sejenis, misalnya wawancara, observasi, dan angket
(Cahyo, 2018: 13).
Dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi.
Triangulasi yang digunakan, yaitu triangulasi teknik dan triangulasi
sumber.
a. Triangulasi teknik adalah cara yang digunakan untuk mengecek
kebenaran data yang dilakukan dengan cara wawancara, kemudian
hasil wawancara bisa di cross check dengan bukti data-data
ataupun observasi. Wawancara tersebut antara lain, bagaimana
penguatan nilai-nilai karakter siswa melalui kegiatan
ekstrakurikuler PMR?
b. Triangulasi sumber adalah membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu
dan sumber yang berbeda. Sumber yang dimaksud adalah kepala
sekolah, pembina PMR, dan pelatih dengan pertanyaan yang sama.
52
BAB IV
PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. PAPARAN DATA
1. Profil Sekolah
a. Sejarah Berdirinya SMK Al Falah Salatiga
SMK Al Falah SMK Al Falah Salatiga berdiri pada tahun 2005,
diatas naungan yayasan AL Falah, antara lain dibidang pendidikan
meliputi pondok pesantren AL Falah dan SMK Al Falah. Yang didirikan
oleh pemimpin pondok pesantren Al Falah, KH Muhammad Zoemri RWS.
Konsentrasi pada jurusan Teknik Otomotif dan Tata Busana. Pada
mulanya, KH Zoemri menerima siswa dalam lingkungannya dan diikiti
oleh mahasiswa dari daerah lain. Yayasan Al Falah bergerak dibidang
pendidikan pondok pesantren Al Falah dan SMK Al Falah. Konsentrasi
pada jurusan tehnik penguatan dibidang agama, sehingga lulusan yang
dihasilkan akan memiliki kemampuan serta tehnis berkompeten diikuti
kematangan mental keagamaan yang kuat. Diharapkan setiap lulusan akan
lebih siap menghadapi kehidupan dunia kerja yang nyata dengan
dihadapkan pada persaingan yang rapat. Sekolah ini sangat mengalami
perkembangan yang sangat pesat baik mengenai tenga pengajar, jumlah
murid, maupun sarana dan prasarana.
53
b. Lokasi Sekolah
SMK Al Falah berlokasi di jl Bima No. 2 kel. Dukuh Ngemplak
kec. Sidomukti kota Salatiga terletak di ujung barat kota Salatiga yang
berdekatan dengan kabupaten Semarang. Telp (0298) 321685.
c. Visi dan Misi Sekolah
Visi: Visi SMK Al Falah yaitu “Menyiapkan tamatan yang
berkompeten dan berakhlak mulia”
Misi:
Adapun misi yang diharapkan dapat mendukung visi
tersebut adalah:
1) Menyiapkan tamatan yang menguasai IPTEK dan beragamis
2) Menyiapkan tamatan yang mandiri, cerdas, dan jujur
3) Menyiapkan tamatan yang berjiwa kewirausahaan
4) Menyiapkan tamatan yang berkompeten di bidang
keahliannya.
5) Menyelenggarakan sekolah berkarakter
d. Tujuan Sekolah
Tujuan sekolah dari SMK Al Falah adalah:
a. Menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta
mengembangkan sikap profesionalitas
b. Menyiapkan siswa agar mampu memilih karier, kompetisi dan
mengembangkan kemampuan diri
54
c. Menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi
kebutuhan usaha dan industri pada saat ini maupun masa
mendatang
d. Menyiapkan tamatan agar menjadi warga Indonesia yang
produktif, adaptif dan kreatif
e. Menambah kelengkapan dan media pembelajaran sesuai
dengan perkembangan teknologi yang mengacu pada standar
kompetensi
f. Meningkatkan keterampilan guru dan siswa dalam mengikuti
perkembangan teknologi
g. Menambah peralatan praktik atau sarana pendukung yang
belum dimiliki sekolah
h. Meningkatka keimanan dan ketaqwaan peserta didik
i. Mengajarkan peserta didik agar menjadi warga negara yang
bertanggung jawab
j. Melatih peserta didik agar dapat menerapkan pola hidup sehat,
memiliki wawasan pengetahuan dan seni.
e. Program keahlian
Beberapa program keahlian yang diajarkan di SMK Al Falah
Salatiga antara lain sebagai berikut:
a. Teknik Otomotif (TO)
b. Tata Busana (TB)
55
f. Data Guru dan Karyawan
a. Data Guru
Tenaga pendidik (guru) SMK Al Falah Salatiga tahun 2017/2018
adalah sebagai berikut:
No Nama Mata Pelajaran Tugas Tambahan
1. Samsidi, S.Pd. Kim.,
M.Pd
Kimia Kepala Sekolah
2. Dra. Tri Fatichah. H B. Inggris dan
B. Jawa
3. Meyla Kurniawati,
S.Pd
matematika Pembina OSIS
4. Eka Candra Satria,
M.Pd
PJOK dan KKPI Waka Kurikulum
5. Sri Widyaningsih,
S.Pd.I
Bahasa Inggris
dan seni budaya
6. Sutoyo, S.Pd PAI dan Aswaja
7. Nikmah, S. Pd Produktif TB KAPRODI TB
8. Umi Anisah, S. Pd PKN
56
b. D
a
t
a
K
k
k
b. karyawan (Karyawan Tata Usaha)
Adapun karyawan tata usaha SMK Al Falah Salatiga adalah
sebagai berikut:
No Nama Jabatan
1. Tri Juniarti, S.E Ketua TU
2. Edi Pramono Bendahara TU
9. Sri Wahyuni, S. Pd Bahasa
indonesia
10. Ika Kurniawati, S. Pd BK
11. M. Samsuri Produktif TO
12. Nazillatur Rohmiyati,
M.Pd
IPA dan Fisika
13. Rinta Sari, S. Pd IPS dan
Kewirausahaan
14. Naela Fadlil, S. Pd Produktif TO KAPRODI TO
15. Aris Hidayati, S.Pd Produktif TB
57
g. Keadaan Peserta Didik
Keadaan peserta didik yang ada di SMK Al Falah pada
umumnya mempunyai prestasi yang baik dan mempunyai berbagai
macam bakat yang telah dikembangkan secara terprogram. Adapun
jumlah daftar peserta didik adalah sebagai berikut:
No. Kelas L P Jumlah
1. X 54 17 71
2. XI 28 19 47
3. XII 25 28 53
Jumlah siswa 171
h. Sarana dan prasarana
Sarana prasarana merupakan fasilitas pendidikan yang
sangat menunjang berlangsungnya proses belajar mengajar.
Adapun sarana prasarana SMK Al Falah Salatiga dapat dikatakan
cukup lengkap, karnea dari hasil penelitian dapat diketahui
hasilnya sebagai berikut:
No Ruang Jumlah
1. Ruang Kepala Sekolah 1
58
2. Ruang Kantor Guru 1
3. Ruang Tata Usaha 1
4. Ruang Osis 1
5. Ruang kelas 6
6. Aula 1
7. Ruang UKS 1
8. Ruang Perpustakaan 1
9. Masjid 1
10. Ruang Koperasi 1
11. Ruang Lab. Komputer 1
12. Ruang Multimedia 1
13. Ruang Lab. Bahasa 1
14. Wifi 1
15. Kamar Mandi/ WC Guru 2
16. Kamar Mandi/ WC siswa 2
59
2. Data Karakter
a. Bentuk-bentuk karakter tolong menolong (ta’awun) siswa apa saja
yang muncul melalui kegiatan ekstrakurikuler PMR di SMK Al
Falah Tahun ajaran 2017/2018?
Berdasarkan pendapat MK selaku pembina PMR di SMK Al
Falah mengungkapkan bahwa:
“bentuk karakter tolong menolong (ta‟awun) yang muncul
dalam kegiatan PMR itu banyak mb, diantaranya peduli sosial,
karena peduli sosial sangat dibutuhkan dalam kehidupan
bermasyarakat. Kemudian gotong royong dan kerjasama yaitu
bekerja secara bersama-sama saling membantu untuk mencapai
tujuan bersama”(MK/23-07-2018/09.10 WIB).
Senada dengan hal di atas MH Selaku ketua PMR menyatakan bahwa:
“bentuk karakter tolong menolong (ta‟awun) yang muncul
dalam kegiatan PMR diantaranya yaitu: yang pertama yaitu,
anak PMR harus mempunyai jiwa penolong yang tinggi,
kemudian kerjasama antar tim, karena disini dalam PMR
tidaklah bekerja sendiri melainkan bersama tim, peduli sosial
mengajarkan kita untuk selalu peduli terhadap sesama karena
kita hidup di dunia tidak sendiri, jadi kita di PMR harus
memiliki jiwa soaialis yang tinggi terhadap sesama”(MH/23-
07-2018/10.02 WIB).
Sedangkan menurut MD selaku wakil PMR menuturkan bahwa:
“menurut saya, bentuk karakter tolong menolong (ta‟awun)
yang muncul dalam ekstrakurikuler PMR diantaranya karakter
peduli sesama, kerja keras, gotong royong, peduli sosial dan
suka rela. (MD/28-07-2018/14.30 WIB).
Kemudian dari DN salah satu peserta menuturkan bahwa:
“bentuk karakter tolong menolong (ta‟awun) yang muncul saat
PMR itu tolong menolong, misalnya saat upacara ada yang
sakit kemudian di tolong dan di bawa ke UKS, tolong
menolong saat kemah juga, peduli sosial saat ada bancana,
bekerjasama atau gotong royong dalam melaksanakan tugas
60
dalam ekstrakurikuler PMR di sekolah maupun di luar
sekolah” (DN/28-07-2018/14.44 WIB).
b. Pelaksanaan penguatan nilai karakter tolong menolong (ta’awun)
siswa melalui program ekstrarulikuler PMR di SMK Al Falah
Berdasarkan data yang ada maka diantara pelaksanaan
penguatan nilai karakter tolong menolong (ta‟awun) siswa melalui
kegiatan PMR adalah sebagai berikut,
Menurut MK selaku pembina PMR di SMK Al Falah menuturkan:
”Tolong menolong yang dilakukan di PMR disini yaitu:
pertolongan pertama, karena pertolongan pertama merupakan
pemberian pertolongan segera kepada korban sakit atau cidera
yang memerlukan penanganan medis dasar. Contohnya pada
setiap hari senin saat upacara bendera, terkadang banyak
ditemui siswa yang pingsan atau pusing karena terlalu lama di
bawah terik matahari, maka tugas anggota PMR adalah
berjaga-jaga dibelakang barisan. Pertolongan pertama apabila
kejadian itu terjadi yaitu membawa siswa ke UKS serta
memberikan atau mengoleskan minyak kayu putih dibagian
leher, perut serta aroma minyak kayu putih pada hidung siswa.
Karena pada materi PMR sudah di ajarkan tentang mengenal
obat-obatan dan cara menanggulangi sakit ringan. Jadi kalau
penguatannya disini yang pertama itu anak-anak diajarkan
bagaimana cara tersebut diatas dilakukan, kemudian dibiasakan
dan dilatih konsisten untuk terlaksananya kegiatan tersebut,
maka akan muncul menjadi kebiasaan seolah-olah itu menjadi
pekerjaan anak PMR gitu, lalu menjadi karakter dan menjadi
budaya yang akan melekat pada diri seorang PMR. (MK/23-07-
2018/ 09.15 WIB).
MD adalah siswi kelas XII TB yang mengikuti PMR sejak
kelas X, MD termotivasi ikut PMR karena dia memiliki keinginan
menjadi jiwa penolong, MD sendiri merupakan salah satu pengurus
61
PMR disekolahnya, berikut penjelasan dari MD mengenai penguatan
nilai karakternya:
“saya termotivasi ingin memiliki rasa jiwa penolong, dengan
berjalannya waktu mengikuti kegiatan PMR dan berproses
didalamnya, saya telah banyak mendapatkan pengalaman,
diantaranya saya menemukan sikap tolong menolong untuk
sesama contohnya yaitu pertolongan pertama atau melakukan
penanganan atau cara dasar pada siswa yang mengalami
pusing, pingsan, dan luka pada saat sekolah. Kemudian dalam
melakukan penolongan tersebut dibutuhkan suka rela untuk
menolong, jadi kita sebagai PMR dibutuhkan suka rela juga,
karena jika tidak ada suka rela masa kita menolong orang lain
mengharapkan imbalan, yaa dalam PMR sendiri harus memiliki
rasa suka rela dimanapun berada” (MD/23-07-2018/ 09.40
WIB).
Kemudian MH melanjutkan:
“seorang PMR menurut saya harus meningkatkan jiwa sosialis
atau tolong menolong yang tinggi, karena setelah mereka lulus
sekolah nanti mereka akan berhadapan langsung dengan
masyarakat sehingga mereka harus belajar bagaimana cara
menyikapi dan mengambil sikap terhadap masyarakat sendiri,
disini diajarkan dulu, kemudian akan menjadi kebiasaan
anggota maka akan tumbuh karakter tolong menolong itu
sendiri, kemudian karakter peduli sosial juga muncul dalam
kegiatan ini seperti bakti sosial mengumpulkan pakaian-
pakaian bekas atau melakukan penggalangan dana untuk di
beriakn bantuan kepada korabn bencana.” (MH/23-07-10.30
WIB ).
Sedangkan menurut WRP menuturkan bahwa
“Dalam kegiatan PMR yang pertama kita dilatih untuk
menerapkan materi pertolongan pertama pada pasien, yaitu
dengan cara kita melakukan siap jaga pertolongan pertama
pada saat upacara bendera hari senin, para anggota PMR
berjaga-jaga dibelakang peserta upacara, agar apabila ada
peserta yang mengalami pusing atau pingsan, yang kita
lakukan adalah membawa pasien ke UKS dan mengoleskan
minyak kayu putih untuk mereleksikan kondisi tubuh”
(WRP/26-07-2018/15.45 WIB).
62
Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat MT yang dituturkan
sebagai berikut:
“Tugas utama kita dalam PMR yaitu melakukan pertolongan,
pertolongan yang dilakukan di sekolah kita yaitu pertolongan
pertama pada saat upacara apabila ada siswa yang pingsan atau
pusing dan penanganan medis dasar. Dengan tujuan agar siswa
dapat membentuk karakter jiwa penolong dan memotivasi bagi
teman-teman agar berperilaku hidup sehat dan membentuk
siswa menjadi calon relawan masa depan, jadi saya sangat
senang di PMR sendiri, gotong royong disini juga diajarkan
oleh PMR yaitu dengan cara melaksanakan tugas dimanapun
secara kompak untuk mancapai tujuan bersama” (MT/26-07-
2018/14.45 WIB)
c. Faktor pendukung dan penghambat dalam penguatan karakter
tolong menolong (ta’awun) siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler
PMR di SMK Al Falah Salatiga
Hasil wawancara dengan beberapa responden menyimpulkan
beberapa faktor pendukung dan penghambat dalam kegiatan PMR,
sebagaimana uraian dibawah ini:
1) Faktor Pendukung
a) PMR sangat dibutuhkan sekolah
“faktor yang mendukung kegiatan itu adalah kita memang
sangat membutuhkan mereka (PMR). Karena kita sangat
membutuhkan saat kegiatan upacara hari senin dan saat
kemah di luar apabila ada yang sakit, maka anak PMR yang
mengatasinya” (MK/23-07-2018/ 09.15 WIB).
b) Semangat para anggota PMR
“faktor yang mendukung dalam kegiatan PMR menurut
saya adalah semangat dan keinginannya anggota PMR
untuk mengetahui atau mempelajari lebih dalam tentang
PMR” (RA/26-07-2018/15.23 WIB).
63
c) Adanya Kerjasama dan kekompakan anggota PMR
“faktor yang mendukung menurut saya yaitu adanya
kerjasama anggota PMR untuk menyelesaikan suatu
masalah atau mengatasi suatu hal, karena dalam suatu
organisasi sangat dibutuhkan kerjasama dan kekompakan
dimanapun berada” (MH/23-07-2018/11.05 WIB).
d) Keinginan untuk memiliki jiwa penolong
“Karena saya ingin menolong orang lain baik itu siapapun
dan hidup sehat karena kalau sakit tidak enak, hidup sehat
yang dimulai dari dalam diri sendiri kemudian baru ke
teman-teman dengan cara memotivasi teman agar
berkeinginan sehat terus” (WRP/26-07/2018/15.00 WIB).
2) Faktor Penghambat
a) Terbatasnya dana
“menurut saya hambatan yang biasa dialami disini yaitu
masalah dana, apabila kita mau mengadakan acara praktik,
otomatis kita mencari bahan untuk praktik itu sendiri, tapi
kita biasanya kalau mau praktik kita iuran bareng-bareng
untuk membeli bahan paktik tersebut. Yang kedua sarana
dan prasarananya, yaa dari awal aja dananya nggak ada yaa
kita nggak bisa untuk menambah sarana juga, yaa terpaksa
kita seadanya saja dan dari anggota sendiri kadang
semangatnya kendor”(MH/23-07-2018/11.05 WIB).
Selain masalah pendanaan, hambatan dalam kegiatan
PMR sendiri menurut MT sebagai anggota menuturkan,
b) Kurangnya Anggota PMR
“kalau hambatannya menurut saya itu kurangnya anggota
PMR di SMK Al Falah, jadinya yang ikut PMR sedikit,
maka cara mengatasinya dengan mempromosikannya
dengan baik sehingga yang tertarik untuk mengikuti PMR
banyak. Yang kedua kurangnya perhatian dari pihak guru
atau pembina, jadi seolah olah pembina langsung melempar
tanggungan kepada pengurusnya” (MT/26-07-2018/15.05
WIB).
64
MK melanjutkan hambatan yang dialami selama
kegiatan PMR yaitu:
c) Siswa kurang semangat
“kalau hambatannya menurut saya yaitu, dari siswa sendiri
kadang-kadang kurang adanya semangat, kadang siswa
semangatnya kendor gitu, yang kedua itu keterbatasan
waktu dalam ekstrakurikuler PMR, kegiatan PMR hanya 1
jam tiap pertemuan atau seminggu sekali, jadi kurang
efektifnya waktu, padahal setelah pemberian materi
langsung dilanjutkan praktik, pemberian materi saja sudah
memerlukan waktu lama untuk mencatat, belum nanti
praktiknya juga, jadi kurangnya waktu itu merupakan
hambatan yang dialami saat ekstrakurikuler PMR” (MK,
23-07-2018/09.18 WIB).
Kemudian MI menambahkan:
“tidak ada guru yang mendampinginya dan kita belajar
PMR dengan kaka senior, seharusnya ada guru yang
membimbing dan mendampinginya. Dan juga anggotanya
jarang berangkat”(MI/26-07-2018/15.32 WIB).
d) Kurang efektifnya waktu
“yang kedua itu keterbatasan waktu dalam ekstrakurikuler
PMR, soalnya juga di kalangan pondok, pondok kalau sore
juga ngaji jadi pulangnya tidak boleh sore-sore, kegiatan
PMR hanya 1 jam tiap pertemuan atau seminggu sekali,
jadi kurang efektifnya waktu, padahal setelah pemberian
materi langsung dilanjutkan praktik, pemberian materi saja
sudah memerlukan waktu lama untuk mencatat, belum
nanti praktiknya juga, jadi kurangnya waktu itu merupakan
hambatan yang dialami saat ekstrakurikuler PMR” (MK,
23-07-2018/09.18 WIB).
B. ANALISIS DATA
Pada bagian ini penulis akan menguraikan gagasan peneliti,
berdasarkan temuan peneliti sebagaimana telah diuraikan pada bagian
65
sebelumnya. Analisis ini mencangkup bentuk karakter tolong menolong
(ta‟awun) siswa yang muncul dalam kegiatan PMR, cara penguatan nilai
karakter tersebut, dan juga tentang hambatan yang di alami selama
kegiatan PMR berlangsung sebagaimana uraian tersebut di bawah ini:
1. Hasil wawancara dengan beberapa responden menyimpulkan bahwa
bentuk karakter tolong menolong (ta‟awun) siswa yang muncul pada
kegiatan PMR di SMK Al Falah Salatiga adalah sebagai berikut:
a. Sikap Peduli Sosial, merupakan sikap dan tindakan yang selali ingin
memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
Dalam kegiatan Palang Merah Remaja (PMR) dilatih untuk bersikap
Peduli sosial dikarenakan sikap ini sangat dibutuhkan dalam
kehidupan bermasyarakat. Sebagai makhluk sosial, manusia
bergantung pada orang lain untuk melanjutkan hidupnya. Oleh karena
itu, anggota Palang Merah Remaja (PMR) di SMK Al Falah Salatiga
dilatih untuk mempunyai sikap kepedulian sosial. Hal ini ditunjukkan
dari kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan melalui ekstrakurikuler
Palang Merah Remaja (PMR), seperti memberikan pertolongan
pertama untuk menangani siswa yang sakit dalam berbagai kegiatan di
sekolah, elakukan bakti sosial, dan membantu kegiatan-kegiatan sosial
lainnya yang dilakukan di sekolah.
b. Gotong royong, merupakan kemampuan bekerjasama untuk
memperjuangkan kebaikan bersama bagi masyarakat luas, terutama
yang sangat membutuhkan, marginal dan terabaikan di dalam
66
masyarakat. Dalam kegiatan ekstrakuriler Palang Merah Remaja
(PMR) dilatih untuk memiliki jiwa yang suka membantu sama lain
atau gotong royong dalam melaksanakan suatu tugas secara bersama-
sama dengan penuh suka rela. Kaena dengan gotong royong maka
akan timbul kebersamaan dalam dalam keikhlasan, tanpa saling
memanfaatkan tetapi saling memberi dukungan, membantu dan
menolong, dalam menciptakan kebaikan demi bakti kepada
lingkungan masyarakat sekitar.
c. Kerjasama, merupakan kerja bareng antar sesama atau lembaga untuk
melakukan suatu kegiatan yang saling menguntungkan bagi pihak satu
dengan yang lainnya. Contoh Kegiatan ini di dalam ekstrakurikuler
Palang Merah Remaja adalah bekerjasama dengan sekolah lain yaitu
latihan gabungan antar sekolah se salatiga, dengan tujuan bertukar
pengalaman atau wawasan tentang Palang Merah Remaja supaya
sekolah yang belum maju ekstrakurikulernya bisa menjadi pelajaran
dan membuat temotivasi sekolah tersebut untuk lebih maju atau lebih
baik ekstrakurikulernya.
d. Tanggung jawab, merupakan adalah sikap dan perilaku yang penting
dalam kehidupan karena dengan adanya tanggung jawab seseorang
akan berhati-hati dalam melakukan suatu perbuatan, sehingga
perbuatan yang dilakukannya akan bernilai positif baik bagi dirinya
maupun orang lain. Di dalam kegiatan Palang Merah Remaja, melatih
siswa yang kurang memiliki rasa tanggung jawab, dapat dijadikan
67
wadah penanaman nilai tanggung jawab seperti yang tercantum dalam
prinsip dasar gerakan palang merah.
Dengan mengikuti kegiatan PMR dapat memberikan banyak
pengetahuan dan keterampilan yang selalu dibutuhkan kapan saja, adapun
bentuk karakter tolong menolong (ta‟awun) siswa yang muncul dalam
kegiatan ektrakurikuler PMR diantaranya adalah sebagaimana yang
dijelaskan diatas, bentuk karakter tolong menolong (ta‟awun) dapat
dikembangkan melalui kegiatan PMR itu sendiri yaitu dari beberapa
karakter tolong menolong (ta‟awun) diatas. Adapun bentuk karakter tolong
menolong (ta‟awun) siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah
Remaja (PMR) di SMK Al Falah Salatiga yaitu sebagai berikut: Sikap
peduli sosial, gotong royong, kerjasama, dan tanggung jawab.
Penguatan Pendidikan Karakter adalah program pendidikan di
sekolah untuk memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi hati (etika),
olah rasa (estetika), olah pikir (literasi), dan olah raga (kinestetik) dengan
dukungan pelibatan publik dan kerjasama antara sekolah, keluarga, dan
masyarakat. Dalam hal ini jika kita mengacu pada penguatan pendidikan
karakter berarti kita sedang mempertegas pencapaian terbentuknya
karakter peserta didik sesuai dengan nilai-nilai moral, berbangsa dan
bernegara serta etika dan budaya. Diperlukannya penguatan pendidikan
karakter karena saat ini banyak sekali terjadinya kemerosotan nilai-nilai
karakter pada generasi bangsa. Oleh karena itu sangat diperlukan usaha
68
yang lebih tegas demi menumbuhkan karakter tersebut lebih kuat. Adapun
cara tersebut sebagaimana dijelakan sebagai berikut:
2. Bagaimana cara yang ditempuh dalam penguatan bentuk karakter tolong
menolong (ta‟awun) siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler PMR di SMK
Al Falah Salatiga.
Peran Palang Merah Remaja bagi siswa adalah membentuk
karakter siswa agar menjadi seorang calon generasi bangsa yang peduli
sosial serta peka terhadap keadaan lingkungan sekitar, Palang Merah
Remaja mempunyai peran penting dalam menumbuhkan sikap tolong
menolong (ta‟awun) siswa. Seperti kegiatan pertolongan pertama saat
upacara atau kegiatan di luar sekolah, bakti sosial, dan menolong saat ada
bencana, bertanngung jawab atas apa yang telah dilakukan dll.
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri.
Tidak ada satu pun manusia di dunia ini yang dapat memenuhi kebutuhan
hidup sendiri. Perilaku sosial tidak akan lepas dari kehidupan manusia
dalam interaksinya di masyarakat. Proses interaksi manusia ini tidak lepas
dari perbuatan tolong menolong. Jadi dalam ekstrakurikuler Palang Merah
Remaja membentuk karakter siswa untuk berjiwa sosial untuk menjadi
relawan di masa depan.
a. Karakter peduli sosial atau disebut juga dengan tolong menolong
(ta‟awun) adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi
bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
69
Sebagaimana yang telah dituturkan oleh MK selaku pembina PMR
di SMK Al Falah Salatiga:
”Tolong menolong yang dilakukan di PMR disini yaitu:
pertolongan pertama, karena pertolongan pertama merupakan
pemberian pertolongan segera kepada korban sakit atau cidera yang
memerlukan penanganan medis dasar. Contohnya pada setiap hari
senin saat upacara bendera, terkadang banyak ditemui siswa yang
pingsan atau pusing karena terlalu lama di bawah terik matahari,
maka tugas anggota PMR adalah berjaga-jaga dibelakang barisan.
Jadi kalau penguatannya disini yang pertama itu anak-anak
diajarkan bagaimana cara tersebut diatas dilakukan, kemudian
dibiasakan dan dilatih konsisten untuk terlaksananya kegiatan
tersebut, maka akan muncul menjadi kebiasaan seolah-olah itu
menjadi pekerjaan anak PMR gitu, lalu menjadi karakter dan
menjadi budaya yang akan melekat pada diri seorang PMR.
(MK/23-07-2018/ 09.15 WIB).
MK menjelaskan bahwa dalam kegiatan PMR dapat membentuk
sikap serta karakter siswa merupakan tujuan utama yang ingin dicapai.
Karakter siswa harus terbentuk sejak dini, agar kelak dewasa menjadi
panutan atau contoh yang baik di lingkungan masyarakat. Siswa dituntut
untuk mampu memberikan pertolongan pertama atau medis dasar pada
seseorang yang membutuhkan bantuan, sehingga dapat menjadi contoh
perilaku yang baik baik bagi teman sebayanya serta peka tehadap
lingkungan.
Sebagaimana yang telah di tuturkan oleh MD:
“Disekolah juga pernah melakukan bakti sosial dengan cara
mengumpulkan dana dari siswa serta meminta pakaian yang layak
pakai untuk disumbangkan kepada korban bencana alam melalui
Palang Merah Indonesia, jadi kita mengumpulkan dana dan pakaian
70
kemudian pengurus mengumpulkan ke PMI ”(MD/23-07-2018/
09.40 WIB).
MD menjelaskan bahwa dalam kegiatan PMR juga diajarkan untuk
peduli sosial, seperti kegiatan melakukan bakti sosial dengan cara
mengumpulkan dana dari siswa serta meminta pakaian yang masih layak
pakai untuk disumbangkan kepada korban bencana alam melalui PMI, jadi
anak PMR yang mengumpulkan dan di setorkan ke PMI untuk diberikan
kepada korban bencana tersebut. Disini siswa diajarkan untuk memiliki
rasa peduli dan rasa prihatin terhadap sesama manusia yang mengalami
musibah. Dengan kegiatan ini maka siswa dapat meningkatkan rasa
kepedulian dan berbakti terhadap sesama. jadi penulis menyimpulkan
bahwa dalam tolong menolong dan peduli sosial sesama ini merupakan
amanat atau tugas anggota PMR yang terkandung dalam Tri Bakti PMR
yang kedua, yaitu berbakti kepada masyarakat.
Sikap peduli sosial sangat dianjurkan dalam Islam, karena dnegan
peduli sosial maka akan timbul persaudaraan antar umat manusia. Peduli
terhadap orang lain berarti sama saja membantu orang lain dalam hal
kebajikan. Sebagaimana yang tercantum dalam Al Qur‟an surat Al-Maun
ayat 1-7 yang berkaitan dengan kepedulian sosial. Allah berfirman:
( ب باند ج انر كر لا حض 2انر دع انخى ) ( فرنك 1أزأ )
( ضك )3عه طعاو ان صه م نه 4( ف ى صا صلاح ى ع ( انر
(5 ى ساء )6)( انر اع ان ع )7)
71
Artinya:
1) Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
2) Itulah orang yang menghardik anak yatim,
3) dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.
4) Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat,
5) (yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya,
6) orang-orang yang berbuat ria.
7) dan enggan (menolong dengan) barang berguna.
Berdasarkan kandungan ayat di atas, dijelaskan bahwa
sesungguhnya orang yang mendustakan agama adalah orang yang lalai
dalam melaksanakan kewajibannya yaitu sholat, orang yang tidak
menghargai orang lain, orang yang tidak mau membantu orang lain yang
membutuhkan, dan orang yang tidak memberi makan anak yatim dan fakir
miskin. Artinya orang yang mendustakan agama itu tidak percaya adanya
kebenaran agama, mereka yang mementingkan dirinya sendiri tanpa peduli
oranng lain. Oleh karena itu, dalam ayat tersebut dianjurkan kepada umat
manusia untuk saling peduli terhadap sesama. sesungguhnya sebagai
manusia harus saling tolong menolong karena pada dasarnya manusia
tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.
MD adalah siswi kelas XII TB yang mengikuti PMR sejak kelas X,
MD termotivasi ikut PMR karena dia memiliki keinginan menjadi jiwa
penolong, MD sendiri merupakan salah satu pengurus PMR disekolahnya,
berikut penjelasan dari MD mengenai penguatan bentuk karakter tolong
menolong (ta‟awun) siswa yaitu sebagai berikut:
72
“saya termotivasi ingin memiliki rasa jiwa penolong, dengan
berjalannya waktu mengikuti kegiatan PMR dan berproses
didalamnya, saya telah banyak mendapatkan pengalaman,
diantaranya saya menemukan sikap tolong menolong untuk sesama
contohnya yaitu pertolongan pertama atau melakukan penanganan
atau cara dasar pada siswa yang mengalami pusing, pingsan, dan
luka pada saat sekolah. Kemudian dalam melakukan penolongan
tersebut dibutuhkan suka rela untuk menolong, jadi kita sebagai
PMR dibutuhkan suka rela juga, karena jika tidak ada suka rela
masa kita menolong orang lain mengharapkan imbalan, yaa dalam
PMR sendiri harus memiliki rasa suka rela dimanapun berada”
(MD/23-07-2018/ 09.40 WIB).
Dari penjelasan MD tersebut diambil keksimpulan bahwa:
Karakter yang pertama muncul dalam kegiatan ekstrakurikuler
PMR yaitu karakter tolong menolong (ta‟awun) atau disebut juga peduli
sosial, karena disini sangat mengedepankan karekter tolong menolong
supaya menjadi penerus bangsa yang berjiwa sosial dan relawan di masa
depan. Kemudian dalam melakukan pertolongan kepada siapa pun sangat
dibutuhkan kesekarelaan dimanapun terhadap seorang yang telah ditolong
dan tidak boleh mengharapkan imbalan apapun. Jadi anak PMR akan
memiliki jiwa atau rasa penolong dan rasa suka rela, karena semua itu
merupakan kewajiban dan tugas anak PMR yang harus dijalankannya.
b. Gotong Royong, merupakan kemampuan bekerjasama untuk
memperjuangkan kebaikan bersama bagi masyarakat luas, terutama
yang sangat membutuhkan, marginal dan terabaikan di dalam
masyarakat. Dalam kegiatan ekstrakuriler Palang Merah Remaja
(PMR) dilatih untuk memiliki jiwa yang suka membantu sama lain
73
atau gotong royong dalam melaksanakan suatu tugas secara
bersama-sama dengan penuh suka rela.
seperti paparan:
“Gotong royong yang dilakukan dalam kegiatan Palang Merah
disini yaitu seperti kegitan kerja bakti membersihkan ruangan
UKS, dan membersihkan sekitar lingkungan sekolah” (RA/26-07-
2018/15.23 WIB).
Karena dengan gotong royong maka akan timbul kebersamaan
dalam dalam keikhlasan, tanpa saling memanfaatkan tetapi saling memberi
dukungan, membantu dan menolong, dalam menciptakan kebaikan demi
bakti kepada lingkungan masyarakat sekitar.
c. Kerjasama, merupakan kerja bareng antar sesama atau lembaga
untuk melakukan suatu kegiatan yang saling menguntungkan bagi
pihak satu dengan yang lainnya. Contoh Kegiatan ini di dalam
ekstrakurikuler Palang Merah Remaja adalah bekerjasama dengan
sekolah lain yaitu latihan gabungan antar sekolah se salatiga,
dengan tujuan bertukar pengalaman atau wawasan tentang Palang
Merah Remaja (PMR) supaya sekolah yang belum maju
ekstrakurikulernya bisa menjadi pelajaran dan membuat temotivasi
sekolah tersebut untuk lebih maju atau lebih baik
ekstrakurikulernya merupakan. Adapun dalam kerjasama dalam
kegiatan seperti paparan MH yaitu:
“kerjasama anggota PMR untuk menyelesaikan suatu masalah atau
mengatasi suatu hal, karena dalam suatu organisasi sangat
dibutuhkan kerjasama dan kekompakan dimanapun berada. Seperti
74
melaksanakan tugas secara bersama, dan tidak individual”
(MH/23-07-2018/11.05 WIB).
Kerjasama di latih dalam kegiatan PMR dengan cara selalu
melaksanakan tugas kegiatan selalu bersama tim untuk mencapai tujuan
bersama tidak secara individual. Dan siswa dilatih agar lebih aktif dalam
kegiatan Palang Merah Remaja (PMR).
d. Tanggung Jawab merupakan adalah sikap dan perilaku yang
penting dalam kehidupan karena dengan adanya tanggung jawab
seseorang akan berhati-hati dalam melakukan suatu perbuatan,
sehingga perbuatan yang dilakukannya akan bernilai positif baik
bagi dirinya maupun orang lain. Di dalam kegiatan Palang Merah
Remaja, melatih siswa yang kurang memiliki rasa tanggung jawab,
dapat dijadikan wadah penanaman nilai tanggung jawab seperti
yang tercantum dalam prinsip dasar gerakan palang merah.
”Belajar bertanggung jawab, dengan cara melaksanakan tugas piket
penjagaan UKS, membuat laporan setiap kegiatan yang dilakukan
dalam bentuk tulisan, melakukan tugas tanpa disuruh, jadi mereka
diajarkan untuk sadar melaksanakan tugasnya sesuai
kewajibannya, dan berperan aktif dalam sekolah” (MK/23-07-
2018/ 09.15 WIB).
Dari paparan MK selaku pembina PMR di SMK Al Falah, penulis
menyimpulkan bahwa dalam kegiatan PMR di latih untuk bertanggung
jawab atas segala amanat yang telah diberikan kepada anggota maupun
pengurusnya, yang dimulai dari dalam diri sendiri, masyarakat, bangsa dan
negara.
75
Berikut ini paparan MK mengenai cara penguatan nilai karakter
tolong menolong (ta‟awun) yaitu:
”Jadi kalau penguatannya disini yang pertama itu anak-anak
diajarkan bagaimana cara tersebut diatas dilakukan, kemudian
dibiasakan dan dilatih konsisten untuk terlaksananya kegiatan
tersebut, maka akan muncul menjadi kebiasaan seolah-olah itu
menjadi pekerjaan anak PMR gitu, lalu menjadi karakter dan
menjadi budaya yang akan melekat pada diri seorang PMR”
(MK/23-07-2018/ 09.15 WIB).
Jadi disini penulis dapat menyimpulkan dari paparan data diatas
bahwa dalam penguatan karakter siswa dilakukan dengan cara diajarkan
terlebih dahulu bagaimana caranya atau penerapannya, kemudian semua
itu akan dibiasakan melaksanakan tugas seperti itu, lalu dilatih untuk
konsisten melaksanakan tugas tersebut, maka akan tumbuh menjadi
kebiasaan anak PMR, yang nantinya akan tumbuh menjadi karakter siswa
dan menjdi budaya bagi siswa yang mengikuti ekstrakurikuler PMR
tersebut.
3. Faktor Pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan bentuk penguatan
karakter tolong menolong (ta‟awun) siswa melalui program ekstrakulikuler
Palang Merah Remaja (PMR) di SMK Al Falah Salatiga tahun ajaran
2017/2018?
a. Faktor Pendukung
1) PMR sangat dibutuhkan sekolah
“faktor yang mendukung kegiatan itu adalah kita memang sangat
membutuhkan mereka (PMR). Karena kita sangat mebutuhkan saat
kegiatan upacara hari senin dan saat kemah di luar apabila ada yang
sakit, maka anak PMR yang mengatasinya” (MK/23-07-2018/ 09.15
WIB).
76
Karena sekolah sangat membutuhkan PMR di sekolahan maka
PMR harus ada dan berkembang di setiap sekolah termasuk di SMK Al
Falah sendiri. Dengan adanya dukungan seperti ini maka menambah
semangat anggota PMR untuk berjuang di sekolahan dengan organisasi
PMR tersebut.
2) Semangat para anggota PMR
“faktor yang mendukung dalam kegiatan PMR menurut saya adalah
semangat dan keinginannya anggota PMR untuk mengetahui atau
mempelajari lebih dalam tentang PMR” (RA/26-07-2018/15.23
WIB).
Dengan dukungan dan dorongan dari pihak sekolah maka dapat
menumbuhkan jiwa semangat para anggota PMR dan keinginan untuk
mengetahui lebih dalam tentang PMR.
3) Adanya Kerjasama dan kekompakan anggota PMR
“faktor yang mendukung menurut saya yaitu adanya kerjasama
anggota PMR untuk menyelsaikan suatu masalah atau mengatasi
suatu hal, karena dalam suatu organisasi sangat dibutuhkan
kerjasama dan kekompakan dimanapun berada” (MH/23-07-
2018/11.05 WIB).
Adanya kerjasama dalam sebuah organisasi itu sangat penting,
karena jika tidak ada kerjasama maka organisasi tersebut tidak akan
berjalan. Jadi dalam kegiatan PMR ini kerjasama dan kekompakan
anggota dan pengurus PMR sangat berperan penting untuk memperlancar
perjalanan PMR kedepannya.
4) Keinginan untuk hidup sehat
77
“Karena saya ingin hidup sehat karena kalau sakit tidak enak,
hidup sehat yang dimulai dari dalam diri sendiri kemudian baru ke
teman-teman dengan cara memotivasi teman agar berkeinginan
sehat terus” (WRP/26-07/2018/15.00 WIB).
Dari paparan diatas penulis menyimpulkan bahwa keinginan hidup
sehat itu menjadi faktor pendukung dalam kegiatan PMR di SMK Al Falah
sendiri, karena hidup sehat merupakan keinginan semua manusia, di sini
hidup sehat di mulai dari dalam diri sendiri dengan cara memotivasi diri
sendiri supaya menjaga kebersihan dan kesehatan, melatih diri sendiri
untuk berhati-hati dalam jajan, dalam PMR juga sudah diajarkan tentang
pertolongan pertama, jadi apabila pasiennya diri sendiri sebelum terjadi
apa-apa dia sudah mengetahui cara mencegahnya kejadian tersebut, atau
apabila mengalami sakit dia sudah mengetahui obatnya dulu, kemudian
setelah diri sendiri baru memotivasi teman-teman untk selalu hidup sehat
dan tetap menjaga kebersihan lingkungan.
b. Faktor Penghambat
1) Terbatasnya dana
“menurut saya hambatan yang biasa dialami disini yaitu masalah
dana, apabila kita mau mengadakan acara praktik, otomatis kita
mencari bahan untuk praktik itu sendiri, tapi kita biasanya kalau
mau praktik kita iuran bareng-bareng untuk membeli bahan paktik
tersebut” ”(MH/23-07-2018/11.05 WIB).
Keterbatasan atau kurangnya dana menjadi faktor penghambat
dalam kegiatan ekstrakulikuler PMR di SMK Al Falah Salatiga. Karena
dana merupakan peran utama dalam mengadakan sebuah acara, misalnya
saat kegiatan praktik. Dalam masalah ini pengurus menutup kekurangan
78
dana dengan mengadakan iuran semua anggota dan pengurus untuk
membeli barang atau peralatan yang di butuhkan saat pektik atau kegiatan.
2) Kurangnya sarana dan prasarana
“Yang kedua sarana dan prasarananya dari sekolah, yaa dari awal
aja dananya nggak ada yaa kita nggak bisa untuk menambah sarana
juga, yaa terpaksa kita seadanya saja dan dari anggota sendiri
kadang semangatnya kendor”(MH/23-07-2018/11.05 WIB).
Hambatan lainnya yaitu, kurangnya sarana dan prasarana. Dari
awal pengurus menjelaskan bahwa kurangnya dana juga mengakibatkan
kurangnya prasarana, karena ketika kita akan menambah sarana maka
membutuhkan dana terlebih dahulu. Jadi pengurus menutup kekurangan
tersebut dengan menggunakan sarana prasarana seadanya.
3) Kurangnya anggota PMR
“kalau hambatannya menurut saya itu kurangnya anggota PMR di
SMK Al Falah, jadinya yang ikut PMR sedikit, maka cara
mengatasinya dengan mempromosikannya dengan baik sehingga
yang tertarik untuk mengikuti PMR banyak” (MT/26-07-
2018/15.05 WIB).
Selain dana dan sarana prasarana, kurangnya anggota PMR juga
menjadi penghambat dalam kegiatan, karena semua itu akan menjadi tolak
ukur semangatnya siswa saat kegiatan PMR berlangsung. Adapun cara
mengatasinya dengan mempromosikan PMR dengan baik sehingga yang
tertarik untuk mengikuti PMR banyak dan membuat tambah semangat
siswa PMR.
4) Kurang efektifnya waktu
79
“yang kedua itu keterbatasan waktu dalam ekstrakurikuler PMR,
soalnya juga di kalangan pondok, pondok kalau sore juga ngaji jadi
pulangnya tidak boleh sore-sore, kegiatan PMR hanya 1 jam tiap
pertemuan atau seminggu sekali, jadi kurang efektifnya waktu,
padahal setelah pemberian materi langsung dilanjutkan praktik,
pemberian materi saja sudah memerlukan waktu lama untuk
mencatat, belum nanti praktiknya juga, jadi kurangnya waktu itu
merupakan hambatan yang dialami saat ekstrakurikuler PMR”
(MK, 23-07-2018/09.18 WIB).
Kurang efektifnya waktu juga menjadi hambatan kegiatan PMR di
SMK Al Falah, banyak siswa yang berpendapat bahwa kurangnya waktu
untuk belajar tentang PMR. Di SMK Al Falah sendiri merupakan sekolah
di kalangan pesantren jadi waktunya sangat terbatas untuk kegiatan
ekstrakurikuler, karena sore hari di pesantren juga ada kegiatan mengaji
jadi waktunya sangat sedikit untuk ekstrakurikuler. Tapi hal tersebut tidak
menurunkan semangat siswa PMR untuk mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler PMR di SMK Al Falah, salah satu cara untuk mengatasi
hambatan ini adalah dengan mendisiplinkan siswa untuk tetap berangkat
terus supaya materi dapat terlaksana sesuai harapan dan siswa dapat
meguasainya sedikit demi sedikit besoknya akan menambah banyak.
Karena pepatah juga mengatakan bahwa sedikit demi sedikit lama-lama
akan menjadi bukit.
Hambatan-hambatan diatas tidak menurunkan semangat anggota
PMR dalam mengikuti ekstrakurikuler PMR di SMK Al Falah, khususnya
kepada pengurus PMR untuk tetap sabar membimbing anggotanya dengan
baik.
80
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan pembahasan dan analisis, mulai dari bab I
sampai bab IV, guna menjawab pokok permasalahan dalam penelitian
yang dilakukan, maka ada beberapa hal yang menjadi titik tekan sebagai
kesimpulan dalam skripsi ini, yaitu:
Bentuk-bentuk karakter tolong menolong (ta‟awun) melalui
kegiatan PMR di SMK Al Falah antara lain: Peduli Sosial, Gotong
Royong, Kerjasama dan Tanggung Jawab.
Pelaksanaan penguatan bentuk-bentuk karakter tolong menolong
(ta‟awun) siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler PMR di SMK Al Falah
yaitu dengan cara diajarkan, dibiasakan, dilatih konsisten, menjadi
kebiasaan, menjadi karakter dan akan tumbuh menjadi budaya.
Faktor-faktor pendukung dalam kegiatan ekstrakurikuler PMR di
SMK Al Falah yaitu: PMR sangat dibutuhkan dalam sekolah itu sendiri,
semangat para anggota PMR, adanya kerjasama dan kekompakan anggota
PMR, dan keinginan untuk selalu hidup sehat. adapun faktor penghambat
dalam kegiatan ekstrakurikuler PMR yaitu: terbatasnya dana, kurangnya
sarana dan prasarana, kurangnya anggota PMR, dan kurang efektifnya
swaktu.
81
B. Saran
Setelah peneliti mengetahui dan melakukan observasi, yang
kaitannya dengan penguatan bentuk-bentuk karakter tolong menolong
(ta‟awun) siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja
tahun ajaran 2017/2018, menurut penulis masih ada hambatan dan kendala
yang sekiranya perlu dibenahi atau diperbaiki. Karena dengan adanya
saran dari penulis ini, bertujuan untuk menciptakan dan menumbuhkan
karakter siswa melalui kegiatan Palang Merah Remaja.
1. Kepada pengurus
a. Lebih menggiatkan dalam sosialisasi dan menginformasikan
tentang kegiatan PMR supaya siswa yang mengikuti PMR banyak
b. Pengurus harus bisa membagi waktu dalam pemberian materi dan
paktik berlangsung
c. Menjalin keharmonisan pengurus dengan pengurus, pengurus
dengan anggota, dan pengurus dengan pembina supaya terciptanya
keluarga yang erat dalam suatu organisasi di sekolah
2. Kepada anggota
a. Anggota PMR supaya selalu aktif dan rutin untuk mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler PMR, karena merupakan salah satu wadah
untuk mengembangkan bakat, potensi, prestasi dan kepedulian
terhadap sesama manusia sehingga dapat menjadi pribadi yang
baik.
82
b. Anggota PMR supaya selalu semangat dan ikhlas untuk mengikuti
kegiatan PMR karena dapat membentuk karakter siswa dan
kepribadian siswa diri siswa.
3. Pembina PMR
a. Pelatih seharusnya lebih efektif dalam penerapan materi yang
berkaitan dengan pendidikan karakter, agar dapat menumbuhkan
karakter dalam diri siswa
b. Pembina dan pelatih hendaknya berusaha untuk menemukan
metode-metode lain yang dapat digunakan dalam menanamkan dan
meguatkan nilai karakter siswa.
4. Sekolah
a. Ekstrakurikuler PMR dapat diikuti oleh semua siswa tidak hanya
sebagai ekstrakurikuler pilihan.
b. Anggran biaya ekstrakurikuler dapat tercukupi melalui anggran
sekolah sehingga tidak memberatkan siswa
c. Sarana dan pasarana dalam kegiatan PMR bisa ditambah, karena
itu menjadi pelengkap dan menjadi kelancaran saat kegiatan
ekstrakurikuler PMR berlangsung.
83
DAFTAR PUSTAKA
Amri, Sofan dkk. 2011. Implementasi Pendidikan Karakter Dalam
Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustakarya.
Arikunto, Suharsini. 2014. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prkatik.
Jakarta: PT Rineka Cipta
Asmani, Jamal Ma‟mur. 2013. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan
Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Diva Press
Basrowi, Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Biyantoro Andri, Cahyo Nur. 2018. Upaya Pembinaan Keagamaan SMP
Negeri 3 Getasan. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam.
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam
Negeri Salatiga.
Dahliyana, Asep. 2017. Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan
Ekstrakurikuler Di Sekolah, Jurnal Sosioreligi, (Online). Vol. 15,
No. 1, (http://ejournal.upi.edu./index.php.SosioReligi/article), di
akses diakses tanggal 10 Juli 2018, pukul 20.18 WIB
Daryanto, dkk. 2013. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah.
Yogyakarta: Gava Media
Fathoni, Abdurrahmat. 2005. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan
Skripsi. Jakarta: PT Rineka Cipta
Fathurrohman, Pupuh. 2013. Pengembangan Pendidikan Karakter.
Bandung: PT Refika Aditama
Hadi, Sutrisno. 2002. Metodologi Research. Yogyakarta: Yayasan
Penerbitan Fakultas Psikologi UGM Yogyakarta
Hartinah, Siti. 2008. Pengembangan Peserta Didik. Bandung: Refika
Aditama
Hasbullah. 2009. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
84
Ismail6033. http://blogspot. Com/2017/10/makalah-tolong-menolong-dan-
kerjasama_30.html. diakses tanggal 27 September 2018, pukul
21.40 WIB.
Kementerian Agama RI. 2012. Al Qur’an dan Terjemah New Cordova.
Bandung: Syaamil Qur‟an
Kesuma, Dharma dkk. 2011. Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan
Praktik di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Koesoema A, Doni. 2011. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di
Zaman Global. Jakarta; Grasindo
Makhfudho, Ismakhil. 2014. Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Palang
Merah Remaja (PMR) dalam Menumbuhkan Kepedulian Sosial
Siswa SMA Negeri 1 Malang. http://artikel.net/pdf, diskses
tanggal 27 Setember 2018, pukul 20.15 WIB
Mudyaharjo, Redja. 2010. Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal
tentang Dasar-dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan
di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Muktie. 2011. Buku Panduan Palang Merah Remaja.
http://muktie.blogspot.com/2011/03/buku-panduan-pmr-palang-
merah-remaja.html; diakses tanggal 12 Juli 2018, pukul 21.12
WIB
Moleong, Lexy. J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Munir, Abdullah. 2010. Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Pedagogie
Muslich, Mansur. 2011. Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis
Multidimensional. Jakarta: PT Bumi Aksara
Narwati, Sri. 2011. Pendidikan Karakter: Pengintegrasian 18 Nilai
Pembentuk Karakter dalam Mata Pelajaran. Yogyakarta: Familia
Nawawi, Imam. 2011. Terjemah Hadits Arba‟in an nawawiyah Jawa Pegon
dan Terjemah Indonesia. Surabaya: Al Miftah.
Prahesty, Eko Reren. 2016. Peran Ekstrakurikuler Palng Merah Remaja
Dalam Membentuk Tolong Menolong Siswa di SMPN 5 Sidoarjo.
(Online). Vol. 01, No 4, (http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id), di
akses tanggal 27 September 2018, pukul 20.30 WIB.
85
Samani, Muchlas & Hariyanto. 2014. Konsep dan Model Pendidikan
Karakter. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Sudirman. 1992. Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Sopiatin, Popi. 2010. Manajemen Belajar Berbasis Kepuasan Siswa.
Penerbit Ghalia Indonesia
Sukmadinata, Nana S. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Rosdakarya
Susilo, Julianto dkk. 2008. Manajemen Palang Merah Remaja. Jakarta:
Kantor Pusat Palang Merah Remaja
Suwartono. 2014. Dasar-dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: ANDI
Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Karakter
Bangsa Berperadaban. Yogyakarta: Puataka Pelajar
Zuchdi, Darmiyati. 2011. Pendidikan Karakter: dalam Perspektif Teori dan
Praktik. Yogyakarta: UNY Press
Zubaedi. 2012. Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan aplikasinya
dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group
PEDOMAN WAWANCARA
Untuk Pembina PMR SMK Al Falah Salatiga
Identitas Informan :
Nama :
Usia :
Pekerjaan :
Hari/tanggal wawancara :
Waktu :
Butir-butir pertanyaan
1. Sejak kapan diadakannya kegiatan PMR di SMK Al Falah ?
2. Apa tujuan dari kegiatan ektrakurikuler PMR ?
3. Siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR
di SMK Al Falah?
4. Kapan waktu pelaksanaan ekstrakurikuler PMR di SMK Al Falah ?
5. Apa saja jenis-jenis kegiatannya? Untuk apa kegiatan tersebut ?
6. Faktor apa saja yang mendukung dalam kegiatan tersebut?
7. Bentuk karakter tolong menolong apa yang muncul dalam kegiatan
ekstrakurikuler PMR tersebut?
8. Bagaimana cara yang ditempuh dalam penguatan karakter tolong
menolong (ta‟awun) siswa melalui kegiatan PMR?
9. Apa hambatan pelaksanaan penguatan karakter tolong menolong (ta‟awun)
siswa melalui kegiatan PMR? Bagaimana cara mengatasinya?
PEDOMAN WAWANCARA
Untuk Pengurus PMR SMK Al Falah
Identitas Informan :
Nama :
Usia :
Pekerjaan :
Hari/tanggal wawancara :
Waktu :
Butir-butir pertanyaan
1. Sejak kapan diadakannya kegiatan PMR di SMK Al Falah ?
2. Apa tujuan dari kegiatan ektrakurikuler PMR ?
3. Siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR
di SMK Al Falah?
4. Kapan waktu pelaksanaan ekstrakurikuler PMR di SMK Al Falah ?
5. Apa saja jenis-jenis kegiatannya? Untuk apa kegiatan tersebut ?
6. Faktor apa saja yang mendukung dalam kegiatan tersebut?
7. Bentuk karakter tolong menolong apa yang muncul dalam kegiatan
ekstrakurikuler PMR tersebut?
8. Bagaimana cara yang ditempuh dalam penguatan karakter tolong
menolong (ta‟awun) siswa melalui kegiatan PMR?
9. Apa hambatan pelaksanaan penguatan karakter tolong menolong (ta‟awun)
siswa melalui kegiatan PMR? Bagaimana cara mengatasinya?
PEDOMAN WAWANCARA
Untuk Anggota PMR
Identitas Informan :
Nama :
Usia :
Pekerjaan :
Hari/tanggal wawancara :
Waktu :
Butir-butir pertanyaan
1. Sejak kapan diadakannya kegiatan PMR di SMK Al Falah ?
2. Apa tujuan dari kegiatan ektrakurikuler PMR ?
3. Siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler PMR
di SMK Al Falah?
4. Kapan waktu pelaksanaan ekstrakurikuler PMR di SMK Al Falah ?
5. Apa saja jenis-jenis kegiatannya? Untuk apa kegiatan tersebut ?
6. Faktor apa saja yang mendukung dalam kegiatan tersebut?
7. Bentuk karakter tolong menolong apa yang muncul dalam kegiatan
ekstrakurikuler PMR tersebut?
8. Bagaimana cara yang ditempuh dalam penguatan karakter tolong
menolong (ta‟awun) siswa melalui kegiatan PMR?
9. Apa hambatan pelaksanaan penguatan karakter tolong menolong (ta‟awun)
siswa melalui kegiatan PMR? Bagaimana cara mengatasinya?
VERBATIM WAWANCARA
Identitas Informan :
Nama : Meyla Kurniawati, S. Pd
Usia : 34 tahun
Pekerjaan : Guru (Pembina PMR)
Hari/tanggal wawancara : Senin, 23 Juli 2018
Waktu : 09.00 WIB
No Pertanyaan Hasil Wawancara
1. Sejak kapan diadakannya
kegiatan PMR di SMK Al
Falah Salatiga ?
Sejak tahun 2008 tapi masih UKS hanya
sekedar membantu saat upacara, dan
berkembang aktif pada saat tahun 2015
dan sampai sekarang baru 3 periode
2. Apa tujuan dari kegiatan
ektrakurikuler PMR ?
Tujuannya sama seperti umum, untuk
membantu kesiapan atau kejadian apa
yang terjadi tentang kesehatan
3. Siapa saja yang terlibat dalam
pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler PMR di SMK
Al Falah?
Pembimbing dari kesiswaan, anggota
PMR dan pengurus PMR sendiri
4. Kapan waktu pelaksanaan
ekstrakurikuler PMR di SMK
Al Falah ?
Semua ekstra itu jumat, karena
pondoknya libur jadi mempunyai waktu
lama, tapi untuk tahun ini dilaksanakan
5. Apa saja jenis-jenis
kegiatannya? Untuk apa
kegiatan tersebut
Kegiatannya kalau kemarin itu seperti
teori, praktek untuk mengatasi kegiatan
kecelakaan atau masalah kesehatan,
supaya siswa dapat mempraktekkannya
dengan benar saat terjun di lapangan,
piket kerja saat upacara sehingga anak
PMR selalu siap siaga untuk menagani
dan pelantikan pengurus, pelantikan
pengurus biasanya bareng sama
pelantikan pramuka
6. Faktor apa saja yang
mendukung dalam kegiatan
tersebut?
Faktor yang mendukung kegiatan itu
karena kita sangat membutuhkan PMR
dalam sekolah untuk menangani kejadian
tentang kesehatan
7. Bentuk karakter tolong
menolong apa yang muncul
dalam kegiatan ekstrakurikuler
PMR tersebut?
Bentuk karakter tolong menolong dalam
Palang Merah Remaja (PMR) yaitu
peduli sosial terhadap sesama, kerjasama,
gotong royong dalam melakukan
kegiatan baik kegiatan di dalam sekolah
maupun di luar sekolah dan tanggung
jawab atas segala amanat yang telah
diberikan.
8. Bagaimana cara yang ditempuh
dalam penguatan karakter
tolong menolong (ta‟awun)
siswa melalui kegiatan PMR?
Tolong menolong yang dilakukan di
PMR disini yaitu: pertolongan pertama,
karena pertolongan pertama merupakan
pemberian pertolongan segera kepada
korban sakit atau cidera yang
memerlukan penanganan medis dasar.
Contohnya pada setiap hari senin saat
upacara bendera, terkadang banyak
ditemui siswa yang pingsan atau pusing
karena terlalu lama di bawah terik
matahari, maka tugas anggota PMR
adalah berjaga-jaga dibelakang barisan.
Pertolongan pertama apabila kejadian itu
terjadi yaitu membawa siswa ke UKS
serta memberikan atau mengoleskan
minyak kayu putih dibagian leher, perut
serta aroma minyak kayu putih pada
hidung siswa. Karena pada materi PMR
sudah di ajarkan tentang mengenal obat-
obatan dan cara menanggulangi sakit
ringan. Jadi kalau penguatannya disini
yang pertama itu anak-anak diajarkan
bagaimana cara tersebut diatas dilakukan,
kemudian dibiasakan dan dilatih
konsisten untuk terlaksananya kegiatan
tersebut, maka akan muncul menjadi
kebiasaan seolah-olah itu menjadi
pekerjaan anak PMR gitu, lalu menjadi
karakter dan menjadi budaya yang akan
melekat pada diri seorang PMR
9. Apa hambatan pelaksanaan
penguatan karakter tolong
menolong (ta‟awun) siswa
melalui kegiatan PMR?
Bagaimana cara mengatasinya?
Kalau hambatanya mungkin pada
kepribadian anak masing-masing yaa,
karena karakter akan muncul pada saat
sudah mengikuti kegiatan PMR, kalau
belum mengikuti PMR yaa belum muncul
karakter tersebut, jadi hambatannya siswa
yang belum mengikuti kegiatan tidak akan
menumbuhkan karakter tersebut.
VERBATIM WAWANCARA
Identitas Informan :
Nama : Mukhammad Khasanudin
Usia : 17 tahun
Pekerjaan : Siswa (Ketua PMR)
Hari/tanggal wawancara : Senin, 23 Juli 2018
Waktu : 10.00 WIB
No Pertanyaan Hasil Wawancara
1. Sejak kapan diadakannya
kegiatan PMR di SMK Al
Falah Salatiga ?
PMR aktif disini sejak tahun 2015, jadi baru
3 tahun ini
2. Apa tujuan dari kegiatan
ektrakurikuler PMR ?
Yang pertama itu, pengembangan yaitu
mengembangkan kreatifitas dan
kemampuan peserta didik sesuai potendi
yang dimiliki, yang kedua sosial yaitu
mengembangkan kepemimpinan dan
tanggung jawab sosial dan pembekalan
kepada masing-masing peserta didik dalam
dunia industri.
3. Siapa saja yang terlibat
dalam pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler PMR di
SMK Al Falah?
Yaa otomatis anggota PMR, kemudian
pengurus, dan pembina PMR
4. Kapan waktu pelaksanaan
ekstrakurikuler PMR di
SMK Al Falah ?
Tahun kemarin hari sabtu pulang sekolah,
tapi untuk tahun ini diganti hari kamis
sepulang sekolah dari jam 14.30 sampai
16.0 WIB.
5. Apa saja jenis-jenis
kegiatannya? Untuk apa
kegiatan tersebut
Yang pertama pemberian materi terlebih
dahulu, karena itu merupakan cara pertama
melangkah untuk menambah pemahaman
kemudian dilanjutkan dengan praktik,
supaya anggota kalau disuruh terjun ke
lapangan bisa bertanggung jawab
mengamalkan ilmunya, kemudian latihan
gabungan antar sekolah se salatiga untuk
memnambah dan memperdalam
pengetahuan tentang PMR, dan pelantikan
pengurus PMR biasanya dilaksanakan
bareng dengan pelantikan anak bantara.
6. Faktor apa saja yang
mendukung dalam kegiatan
tersebut?
Kalau faktor menurut saya, perlunya peserta
didik mengetahui berbagai tindakan medis
dasar, karena jika peserta didik mampu
menguasai hal tersebut yang diharapkan
adalah mampu menjaga kesehatan terutama
untuk diri sendiri, dan untuk orang
disekitarnya, mengambil tindakan yan tepat
saat menemui korban kecelakaan apapun itu
7. Bentuk karakter tolong
menolong apa yang muncul
dalam kegiatan
ekstrakurikuler PMR
tersebut?
bentuk karakter tolong menolong (ta‟awun)
yang muncul dalam kegiatan PMR
diantaranya yaitu: yang pertama yaitu, anak
PMR harus mempunyai jiwa penolong yang
tinggi, kemudian kerjasama antar tim,
karena disini dalam PMR tidaklah bekerja
sendiri melainkan bersama tim, peduli
sosial mengajarkan kita untuk selalu peduli
terhadap sesama karena kita hidup di dunia
tidak sendiri, jadi kita di PMR harus
memiliki jiwa soaialis yang tinggi terhadap
sesama
8. Bagaimana cara yang
ditempuh dalam penguatan
karakter tolong menolong
(ta‟awun) siswa melalui
kegiatan PMR?
seorang PMR menurut saya harus
meningkatkan jiwa sosialis atau tolong
menolong yang tinggi, karena setelah
mereka lulus sekolah nanti mereka akan
berhadapan langsung dengan masyarakat
sehingga mereka harus belajar bagaimana
cara menyikapi dan mengambil sikap
terhadap masyarakat sendiri, disini
diajarkan dulu, kemudian akan menjadi
kebiasaan anggota maka akan tumbuh
karakter tolong menolong itu sendiri,
kemudian karakter peduli sosial juga
muncul dalam kegiatan ini seperti bakti
sosial mengumpulkan pakaian-pakaian
bekas atau melakukan penggalangan dana
untuk di beriakn bantuan kepada korabn
bencana
9. Apa hambatan pelaksanaan
penguatan karakter tolong
menolong (ta‟awun) siswa
melalui kegiatan PMR?
Bagaimana cara
mengatasinya?
Hambatannya yang pertama itu dana,
sumber dana kurang maka kesusahan saat
mau melakukan kegiatan, yang kedua
sarana dan prasarananya kurang memadai,
jadi semangatnya jadi berkurang.
VERBATIM WAWANCARA
Identitas Informan :
Nama : Madiyah
Usia : 16 tahun
Pekerjaan : siswa (Wakil ketua PMR)
Hari/tanggal wawancara : Sabtu, 26 Juli 2018
Waktu : 14.30 WIB
No Pertanyaan Hasil Wawancara
1. Sejak kapan diadakannya
kegiatan PMR di SMK Al
Falah Salatiga ?
Kurang lebih 2 tahun 3 tahun yang lalu,
jadinya pada tahun 2015
2. Apa tujuan dari kegiatan
ektrakurikuler PMR ?
Untuk melatih siswa agar tanggap pada
lingkungan, seumpamanya pada saat ada
yang sakit agar tanggap, memberikan
pertolongan pertamnya, dan juga pada saat
kegiatan jika ada siswa yang sakit maka
anak PMR langsung tanggap
3. Siapa saja yang terlibat
dalam pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler PMR di
SMK Al Falah?
Ada siswa, pembimbing, pengurus PMR
4. Kapan waktu pelaksanaan
ekstrakurikuler PMR di
SMK Al Falah ?
Hari sabtu sepulang sekolah, tapi tahun ini
menjadi hari kamis sepulang sekolah dari
jam 14.30 sampai jam 16.00 WIB
5. Apa saja jenis-jenis
kegiatannya? Untuk apa
kegiatan tersebut ?
Kadang kita itu memberi materi, kemudian
praktik, dan juga evaluasi
6. Faktor apa saja yang
mendukung dalam kegiatan
tersebut?
Faktor yang mendukung disini karena
disekolah sangat membutuhkan PMR karena
untuk menangani siswa yang sakit,
semangatnya anak PMR untuk mengetahui
lebih dalam tentang PMR terutama untuk di
praktekkan dalam SMK Al Falah sendiri
7. Bentuk karakter tolong
menolong apa yang muncul
dalam kegiatan
ekstrakurikuler PMR
tersebut?
menurut saya, bentuk karakter tolong
menolong (ta‟awun) yang muncul dalam
ekstrakurikuler PMR diantaranya karakter
peduli sesama, kerja keras, gotong royong,
peduli sosial dan suka rela
8. Bagaimana cara yang
ditempuh dalam penguatan
karakter tolong menolong
(ta‟awun) siswa melalui
kegiatan PMR?
saya termotivasi ingin memiliki rasa jiwa
penolong, dengan berjalannya waktu
mengikuti kegiatan PMR dan berproses
didalamnya, saya telah banyak mendapatkan
pengalaman, diantaranya saya menemukan
sikap tolong menolong untuk sesama
contohnya yaitu pertolongan pertama atau
melakukan penanganan atau cara dasar pada
siswa yang mengalami pusing, pingsan, dan
luka pada saat sekolah. Kemudian dalam
melakukan penolongan tersebut dibutuhkan
suka rela untuk menolong, jadi kita sebagai
PMR dibutuhkan suka rela juga, karena jika
tidak ada suka rela masa kita menolong
orang lain mengharapkan imbalan, yaa
dalam PMR sendiri harus memiliki rasa suka
rela dimanapun berada
9. Apa hambatan pelaksanaan
penguatan karakter tolong
menolong (ta‟awun) siswa
melalui kegiatan PMR?
Bagaimana cara
mengatasinya?
Hambatannya terkadang anggotanya kurang
peduli, banyak yang cuek,
VERBATIM WAWANCARA
Identitas Informan :
Nama : Muhammad Taufik
Usia : 17 tahun
Pekerjaan : Siswa ( Pengurus)
Hari/tanggal wawancara : Kamis, 26 Juli 2018
Waktu : 14. 45 WIB
No Pertanyaan Hasil Wawancara
1. Sejak kapan diadakannya
kegiatan PMR di SMK Al
Falah Salatiga ?
PMR aktif disini sejak tahun 2015
2. Apa tujuan dari kegiatan
ektrakurikuler PMR ?
Untuk saling membantu dalam kegiatan
pengobatan dan penanganan orang sakit,
Untuk menciptakan generasi anti narkoba di
SMK Al Falah Salatiga, Untuk menciptakan
generasi yang sehat dan bersih di SMK Al
Falah
3. Siapa saja yang terlibat
dalam pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler PMR di
SMK Al Falah?
Yang terlibat dalam PMR itu yaa, anggota
dan Pengurus PMR, guru dan pembina
jarang-jarang.
4. Kapan waktu pelaksanaan
ekstrakurikuler PMR di
SMK Al Falah ?
Pada hari kamis sepulang sekolah dari jam
14.30-16.00 WIB
5. Apa saja jenis-jenis
kegiatannya?
Biasanya materi dulu untuk menambah
wawasan dalam kegiatan PMR di SMK Al
Falah Salatiga, kemudian praktik untuk
melatih pemahaman, dalam praktik
menangani korban di SMK Al Falah,
Kesimpulan rutin untuk melatih
kedisiplinan PMR di SMK Al Falah
6. Faktor apa saja yang
mendukung dalam kegiatan
tersebut?
Hmm, itu mb, semangat para anggotanya,
Banyak yang sudah faham tentang cara
menangani korban, Kerjasama antar
anggota PMR dan ingin hidup sehat yang
dimulai dari diri sendiri dahulu.
7. Bentuk karakter tolong
menolong apa yang muncul
dalam kegiatan
ekstrakurikuler PMR
tersebut?
Menurut saya itu, Kerjasama, tolong
menolong, peduli sosial karena nanti
menumbuhkan rasa saling menyayangi,
mandiri
8. Bagaimana cara yang
ditempuh dalam penguatan
karakter tolong menolong
(ta‟awun) siswa melalui
kegiatan PMR?
Tugas utama kita dalam PMR yaitu
melakukan pertolongan, pertolongan yang
dilakukan di sekolah kita yaitu pertolongan
pertama pada saat upacara apabila ada siswa
yang pingsan atau pusing dan penanganan
medis dasar. Dengan tujuan agar siswa
dapat membentuk karakter jiwa penolong
dan memotivasi bagi teman-teman agar
berperilaku hidup sehat dan membentuk
siswa menjadi calon relawan masa depan,
jadi saya sangat senang di PMR sendiri,
gotong royong disini juga diajarkan oleh
PMR yaitu dengan cara melaksanakan tugas
dimanapun secara kompak untuk mancapai
tujuan bersama
9. Apa hambatan pelaksanaan
penguatan karakter tolong
menolong (ta‟awun) siswa
Sedikitnya anggota PMR di SMK Al Falah,
jadi kekurangan anggota dalam PMR di
melalui kegiatan PMR?
Bagaimana cara
mengatasinya?
SMK Al Falah Salatiga
VERBATIM WAWANCARA
Identitas Informan :
Nama : Wahyu Roby Prihanto
Usia : 16 tahun
Pekerjaan : Siswa (Anggota)
Hari/tanggal wawancara : Kamis, 26 Juli 2018
Waktu : 15.00 WIB
No Pertanyaan Hasil Wawancara
1. Sejak kapan diadakannya
kegiatan PMR di SMK Al Falah
Salatiga ?
Sejak tahun 2015 mb,
2. Apa tujuan dari kegiatan
ektrakurikuler PMR ?
Yaa agar kita bisa mengenal macam-
macam obat yang ada di sekolah, dan
kita bisa mengobati luka kita sendiri dan
luka orang lain paling tidak mencegah
penyakit agar tidak parah,
3. Siapa saja yang terlibat dalam
pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler PMR di SMK Al
Falah?
Kelas X dua semester, kelas XI dua
semester, kelas XII satu semester, dan
guru kesiswaan yang ikut PMR.
4. Kapan waktu pelaksanaan
ekstrakurikuler PMR di SMK Al
Falah ?
Hari Kamis pulang sekolah
5. Apa saja jenis-jenis
kegiatannya? Untuk apa
kegiatan tersebut?
Yang pertama seperti pertolongan
pertama (PP) dan kegiatan ini bisa kita
simpan materinya dan kita bisa
mempraktikkannya diluar untuk
menolong orang yang sedang sakit atau
setelah kecelakaan, yang kedua
mengenali penyakit-penyakit luka yang
ada dan juga cara mengobatinya, jadi
materi ini bisa kita gunakanuntuk
mengobati luka-luka yang dirasakan
oleh kita dari teman dengan
menggunakan materi tersebut.
6. Faktor apa saja yang mendukung
dalam kegiatan tersebut?
Kegiatannya seru, karena pasti ada
selingan praktek jadi tidak
membosankan, ingin hidup sehat karena
kalau sakit tidak enak, hidup sehat yang
dimulai dari dalam diri sendiri
kemudian baru ke teman-teman dengan
cara memotivasi teman agar
berkeinginan sehat terus.
7. Bentuk karakter tolong
menolong apa yang muncul
dalam kegiatan ekstrakurikuler
PMR tersebut?
Menurut saya bentuk karakter tolong
menolong setelah saya mengikuti PMR
yaitu hidup sehat, kerjasama, peduli
sosial.
8. Bagaimana cara yang ditempuh
dalam penguatan karakter tolong
menolong (ta‟awun) siswa
melalui kegiatan PMR?
Dalam kegiatan PMR yang pertama kita
dilatih untuk menerapkan materi
pertolongan pertama pada pasien, yaitu
dengan cara kita melakukan siap jaga
pertolongan pertama pada saat upacara
bendera hari senin, para anggota PMR
berjaga-jaga dibelakang peserta
upacara, agar apabila ada peserta yang
mengalami pusing atau pingsan, yang
kita lakukan adalah membawa pasien ke
UKS dan mengoleskan minyak kayu
putih untuk mereleksikan kondisi
tubuh”
9. Apa hambatan pelaksanaan
penguatan karakter tolong
menolong (ta‟awun) siswa
melalui kegiatan PMR?
Bagaimana cara mengatasinya?
Siswa hanya beberapa orang yang
berangkat, kadang-kadang semangatnya
kurang,
VERBATIM WAWANCARA
Identitas Informan :
Nama : Musrifatu „Izzah
Usia : 16 tahun
Pekerjaan : siswa (Anggota)
Hari/tanggal wawancara : Kamis, 26 Juli 2018
Waktu : 15.13 WIB
No Pertanyaan Hasil Wawancara
1. Sejak kapan diadakannya
kegiatan PMR di SMK Al
Falah Salatiga ?
Di sini PMR aktif sejak tahun 2015.
2. Apa tujuan dari kegiatan
ektrakurikuler PMR ?
Untuk meningkatkan dan menumbuhkan
rasa tolong menolong tanpa membeda-
bedakan
3. Siapa saja yang terlibat dalam
pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler PMR di SMK
Al Falah?
Yang terlibat di PMR itu, anggota,
pembina, dan pengurus PMR,
4. Kapan waktu pelaksanaan
ekstrakurikuler PMR di SMK
Al Falah ?
Hari kamis pukul 14.30 sampai 16.00 WIB
5. Apa saja jenis-jenis
kegiatannya? Untuk apa
kegiatan tersebut
Diberikan materi kemudian
mempraktekkannya sehingga pada saat
terjun ke lapangan bisa dilakukan dengan
baik
6. Faktor apa saja yang
mendukung dalam kegiatan
tersebut?
Semangat para anggota PMR dan
berkeinginan untuk mengetahui lebih
dalam tentang PMR
7. Bentuk karakter tolong
menolong apa yang muncul
dalam kegiatan
Menimbulkan rasa peduli terhadap
sesama, tanggung jawab, tolong menolong
terhadap sesama, karena kita tidak hidup
ekstrakurikuler PMR
tersebut?
sendiri, jadi saling membutuhkan satu
sama lain.
8. Bagaimana cara yang
ditempuh dalam penguatan
karakter tolong menolong
(ta‟awun) siswa melalui
kegiatan PMR?
Menolong dengan cara saat upacara itu
anak PMR jaga di belakang barisan,
kemudian apabila ada siswa yang pingsan
atau sakit maka anak PMR yang
mengatasinya, dan peduli terhadap sesama
misalnya ada bencana maka anak PMR
mencarikan bantuan dan dikasihkan PMI
lalu di sumbangkan kepada bencana yang
telah terjadi.
9. Apa hambatan pelaksanaan
penguatan karakter tolong
menolong (ta‟awun) siswa
melalui kegiatan PMR?
Bagaimana cara
mengatasinya?
Anggota kadang-kadang semangatnya
berkurang, kehabisan waktu saat
pemberian materi,
VERBATIM WAWANCARA
Identitas Informan :
Nama : Rizki Ambarwati
Usia : 16 tahun
Pekerjaan : Siswa (Anggota)
Hari/tanggal wawancara : Kamis, 26 Juli 2018
Waktu : 15.20 WIB
No Pertanyaan Hasil Wawancara
1. Sejak kapan diadakannya
kegiatan PMR di SMK Al
Falah Salatiga ?
Pada tahun 2015
2. Apa tujuan dari kegiatan
ektrakurikuler PMR ?
Menumbuhkan rasa tolong menolong,
3. Siapa saja yang terlibat dalam
pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler PMR di SMK
Al Falah?
Anggota dan pengurus PMR SMK Al
Falah Salatiga
4. Kapan waktu pelaksanaan
ekstrakurikuler PMR di SMK
Al Falah ?
Hari kamis pulang sekolah
5. Apa saja jenis-jenis
kegiatannya? Untuk apa
kegiatan tersebut
Diberikan materi, kemudian
dipraktekkannya guna untuk pada saat
turun ke lapangan bisa mempraktekkannya
dengan benar
6. Faktor apa saja yang
mendukung dalam kegiatan
tersebut?
Semangatnya para anggota dan pengurus
lebih kompak dan menaati tata tertib yang
ada
7. Bentuk karakter tolong
menolong apa yang muncul
dalam kegiatan
ekstrakurikuler PMR
Menimbulkan peduli sesama, bersahabat,
tolong menolong, kerjasama, terhadap
sesama
tersebut?
8. Bagaimana cara yang
ditempuh dalam penguatan
karakter tolong menolong
(ta‟awun) siswa melalui
kegiatan PMR?
Tolong menolong dengan cara menolong
orang yang sakit, saat terjadi kecelakaan
dimana pun, peduli sasama dengan cara
memberi nasehat pada teman yang
merokok, memberi nasehat kepada orang
saat membuang sampah sembarangan,
tanggung jawab terhadap apa yang telah
diberikan amanat.
9. Apa hambatan pelaksanaan
penguatan karakter tolong
menolong (ta‟awun) siswa
melalui kegiatan PMR?
Bagaimana cara
mengatasinya?
Kurangnya anggota PMR di SMK Al
Falah, sarana dan prasarananya kurang
memadai
VERBATIM WAWANCARA
Identitas Informan :
Nama : Dewi Sriyani
Usia : 16 tahun
Pekerjaan : siswa (Anggota)
Hari/tanggal wawancara : Kamis, 26 Juli 2018
Waktu : 15.35 WIB
No Pertanyaan Hasil Wawancara
1. Sejak kapan diadakannya
kegiatan PMR di SMK Al
Falah Salatiga ?
Tahun 2015, jadi ini baru 3 periode
2. Apa tujuan dari kegiatan
ektrakurikuler PMR ?
Untuk menambah wawasan kita tentang
macam-macam obat, dan cara
mengatasinya
3. Siapa saja yang terlibat dalam
pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler PMR di SMK
Al Falah?
Kelas X dan XI dua semester, kelas XII
satu semester, pengurua PMR dan guru
kesiswaan yang membina PMR
4. Kapan waktu pelaksanaan
ekstrakurikuler PMR di SMK
Al Falah ?
Hari kamis pulang sekolah, dari jam
14.30 dan pulang jam 16.00
5. Apa saja jenis-jenis
kegiatannya? Untuk apa
kegiatan tersebut
Mencatat hal-hal yang berhubungan
dengan kesehatan, merawat tanaman
yang bisa dijadikan obat, praktik
kesehatan yang sudah di berikan saat
materi sehingga pada saat terjun ke
lapangan bisa benar dan baik
mengatasinya, dan latihan gabungan
dengan sekolah lain
6. Faktor apa saja yang
mendukung dalam kegiatan
tersebut?
Karena saya Ingin hidup sehat dan tidak
ingin sakit, semangat para anggota dan
pengurus PMR di SMK Al Falah
7. Bentuk karakter tolong
menolong apa yang muncul
Menurut saya pada saat kegiatan PMR
akan memunculkan motivasi hidup sehat,
dalam kegiatan ekstrakurikuler
PMR tersebut?
mandiri, kerja keras, bersahabat, tolong
menolong
8. Bagaimana cara yang
ditempuh dalam penguatan
karakter tolong menolong
(ta‟awun) siswa melalui
kegiatan PMR?
Pelatih dan pembina PMR sering
memberikan motivasi hidup sehat dan
rasa tolong menolong tumbuh saat kita
sudah terjun ke PMR sendiri, kerjasama
antar anggota dan pengurusnya
9. Apa hambatan pelaksanaan
penguatan karakter tolong
menolong (ta‟awun) siswa
melalui kegiatan PMR?
Bagaimana cara
mengatasinya?
Kurangnya anggota PMR di SMK Al
Falah, sehingga untuk memajukan PMR
di SMK Al Falah susah, menjaga
kebersihan dan kesehatan terutama pda
diri sendiri kemudian orang lain.
VERBATIM WAWANCARA
Identitas Informan :
Nama : Amanda Berlianingrum
Usia : 16 tahun
Pekerjaan : Siswa (Anggota)
Hari/tanggal wawancara : Kamis, 26 Juli 2018
Waktu : 15.45 WIB
No Pertanyaan Hasil Wawancara
1. Sejak kapan diadakannya
kegiatan PMR di SMK Al
Falah Salatiga ?
Pada tahun 2015
2. Apa tujuan dari kegiatan
ektrakurikuler PMR ?
Untuk mengenal obat-obat yang ada
disekolah, sehingga bisa membantu
siswa yang sakit ringan seperti pusing,
pingsan dan bisa mengatasinya, untuk
mengajarkan hidup bersih dan sehat pada
teman dan keluarga
3. Siapa saja yang terlibat dalam
pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler PMR di SMK
Al Falah?
Kelas X, XI, XII, pengurus PMR dan
guru kesiswaan yang ikut membina PMR
di SMK Al Falah
4. Kapan waktu pelaksanaan
ekstrakurikuler PMR di SMK
Al Falah ?
Hari kamis, jam 14.30 sampai jam 16.00
5. Apa saja jenis-jenis
kegiatannya? Untuk apa
kegiatan tersebut
Diberikan materi dulu saat ekstra PMR,
misalnya pas pemberian materi tentang
obat, maka siswa disuruh mencari
Mencari tanaman obat agar bisa dirawat,
pemberian materi saat kegiatan
berkangsung dan mempraktekkannya
supaya biasa faham lebih dalam
6. Faktor apa saja yang
mendukung dalam kegiatan
tersebut?
Menumbuhkan Kerjasama dengan
anggota atau pengurusnya, semangatnya
anggota untuk mengetahui lebih dalam
tentang PMR
7. Bentuk karakter tolong
menolong apa yang muncul
dalam kegiatan ekstrakurikuler
PMR tersebut?
Peduli sosial, suka rela, kerjasama,
menumbuhkan semangat dan tangung
jawab melaksanakan tugas masing-
masing
8. Bagaimana cara yang
ditempuh dalam penguatan
karakter tolong menolong
(ta‟awun) siswa melalui
kegiatan PMR?
Kerjasama, peduli sosial, tanggung jawab
9. Apa hambatan pelaksanaan
penguatan karakter tolong
menolong (ta‟awun) siswa
melalui kegiatan PMR?
Bagaimana cara
mengatasinya?
Dananya kurang, jadi saat mau
mengadakan kegiatan apa saja susah cari
uangnya, anggotanya PMR sedikit
DAFTAR GAMBAR
Pengurus dan sebagian Anggota PMR di SMK Al Falah Salaiga
Pemberian materi di dalam kelas
Praktik pembalutan luka pada pasien patah tulang
Pertolongan Pertama pada pasien
Praktik penggunaan tandu yang benar untuk pertolongan pertama pada korban
Pembelajaran di luar kelas supaya tidak bosen
Wawancara dengan pembina PMR SMK Al Falah
Wawancara dengan pengurus PMR SMK Al Falah
Wawancara dengan anggota PMR SMK Al Falah
Evaluasi Pengurus PMR SMK Al Falah Salatiga