pbl 9

45
BAB I PENDAHULUAN A. Skenario Seorang anak berusia 3 tahun dibawa ibunya ke dokter karena sudah lebih dari 1 minggu tidak BAB. Keluhan tersebut diderita sejak ia masih bayi, walaupun ibunya telah memberikan asupan makanan buah-buahan & sayuran yang cukup. B. Identifikasi istilah yang tidak diketahui - C. Rumusan masalah 1. Lebih dari 1 minggu tidak BAB ( cukup serat ) 2. Keluhan sudah di derita sejak ia masih bayi ( sering ) D. Hipotesis 1. BAB tidak lancar disebabkan oleh gangguan pencernaan.

Upload: azriianti-massau

Post on 03-Oct-2015

229 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

free

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Skenario

Seorang anak berusia 3 tahun dibawa ibunya ke dokter karena sudah lebih dari 1 minggu tidak BAB. Keluhan tersebut diderita sejak ia masih bayi, walaupun ibunya telah memberikan asupan makanan buah-buahan & sayuran yang cukup.

B. Identifikasi istilah yang tidak diketahui

-

C. Rumusan masalah

1. Lebih dari 1 minggu tidak BAB ( cukup serat )2. Keluhan sudah di derita sejak ia masih bayi ( sering )

D. Hipotesis

1. BAB tidak lancar disebabkan oleh gangguan pencernaan.

BAB II

PEMBAHASAN

1. Struktur Makro dan Mikro Sistem Pencernaan

Struktur Makro

Struktur anatomi

Mulai dar bibir sampai anus dan mancakup:

1. cavum oris

mulai dari rima oris terakhir di isthmus faucium. Selain merupakan permulaan sistem pencernaan, rongga mulut juga berfungsi sebagai rongga yang dilalui udara pernapasan dan juga penting untuk pembentukan suara.

Rongga mulut dibagi dalam vestibulum oris dan cavum oris propium

a. vestibulum oris

daerah antara bibir dan pipi di sebelah luar dan gigi geligi dan prosesus alveolarisnya di sebelah dalam.

b. cavum oris propium

batas-batas:

depan dan samping: arcus dentalis dengan prosesus alveolarisnya

atas: pallatum durum et molle

bawah: diafragma oris

belakang: isthmus faucium

isi: lidah

Gigi geligi

terletak pada prosessus alveolaris yang dilapisi oleh selaput lendir (gingiva). Setiap orang memiliki 16 gigi rahang atas maupun rahang bawah yang terdiri atas: 2 gigi seri (debs incisivus), 1 gigi taring (dens caninus), 2 geraham depan (dens premolar), 3 geraham belakang (dens molaris).

Pada gigi dapat dibedakan:

corona (tajuk)

collum (leher)

radix (akar)

Di dalam gigi terdapat suatu rongga yang melalui canalis radicis berhubungan dengan dunia luar. Permukaan gigi dinamakan sesuai arah yang dihadapinya:

ke arah bibir

: facies labialis

ke arah lateral/pipi: facies buccalis

ke arah lidah

: facies lingualis

gigi sebelah depannya/proximal: facies mesialis (contacta)

gigi sebelah belakangnya/distal: facies distalis (contacta)

gigi-geligi rahang yang berlawanan: facies masticatoria

Lidah

Lidah adalal suatu organ yang sangat lentur, terutama berfungsi bila berbicara. Lidah mengisi cavum oris hampir seluruhnya dan melekat pada dasar mulut. Padanya dapat dibedakan bagian oral (apex dan corpus) dan pharyngeal (radix). Di antara corpus dan radix linguae terdapat alur berbentuk V yang dinamakan sulcus terminalis. Pada ujung alur tersebut di garis tengah terdapat suatu lekuk kecil yaitu foramen caecum linguae (morgagnii) yang merupakan muara ductus thyreoglossus sewaktu embrional.

2. Pharynx

Pharynx adalah suatu pipa musculo-fascial yang contractil. Ia terbentang di antara basis cranii sebelah kranial dan berakhir pada oesophagus di sebelah kaudal setinggi vertebra cervicalis ke-6.

Pada sisi lateral, pharynx berbatasan dengan aa. Carotides communis et internae, vv. Jugulares internae, cornu majus os hyoid dan lamina cartilago thyreoidea. Fungsinya sebagai tempat yang dialui oleh aliran udara pernapasan dan makanan.

Sesuai dengan ruang-ruang yang terletak di depannya, pharinx dibagi dalam 3 bagian:

Nasophayinx (pars nasalis pharyngis): dorsal tehadap cavum nasi

Nasopharyngis berfungsi untuk pernapasan

Oropharynx (pars oralis pharyngis)

: dorsal terhadap cavum oris

Berfungsi untuk pencernaan, terletak di belakang cavum oris, di antara palatum molle, dan epiglotis. Pada dinding depan ada hubungan antara cavum oris dan oropharynx, ialah isthmus faucium.

Laryngopharynx (pars laryngis pharyngis): dorsal terhadap larynx

3. oesophagus

oesophagus adalah suatu pipa musculair sepanjang 25 cm, yang merupakan lanjutan pharynx dan mulai di tepi bawah cartilago cricoidea setinggi vertebra C6, dan berakhir di cardia venrticuli setinggi vertebra Th X-XI. Selama perjalanannya ke distal, ia mengikuti lengkung-lengkung columna vertebralis, yang terletak tepat di belakangnya. Pada oesophagus dapat dibedakan 3 bagian: pars cervicalis, pars thoracalis, dan pars abdominalis.

Persarafan

simpatis: cabang-cabang truncus symphaticus pars thoracalis atas

parasimpatis: cabang-cabang N. vagus dan n. recurrens dan di bawah hilus pulmonis, nn. Vagi membentuk plexus pada dinding oesophagus; yang kiri ke sisi depannya dan yang kanan ke sisi belakangnya.

4. Gaster

nama lain gaster: ventrikulus atau lambung

Bentuk: seperti huruf J pada projeksi supine dan lambung setengah terisi.

Struktur anatomis gaster:

Mempunyai 2 muara:

cardia: oesophagus-gaster

pylorus: gaster- duodenum

Mempunyai 2 tepi:

curvatura minor: cekung ke kanan atas

curvatura minor: cekung ke kiri

Mempunyai 2 permukaan:

facies anterior

facies posterior

Mempunyai 2 lekukan:

incisura cardiaca: peralihan oesophagus pada curvatura major

incisura angularis: batas bagian vertikal dan horizontal pada curvatura minor.

Bagian-bagian gaster:

1. fundus

fundus mengisi kubah diafragma sebelah kiri merupakan bagian lambung yang berbatasan dengan diphragma. Puncak fundus terletak di sela iga 5 di bawah apex cordis.

2. corpus

3. pylorus (pars pylorica ventrikuli) dibedakan menjadi: anthrum pyloricum dan canalis pylorus

pylorus merupakan muara distal lambung ke dalam duodenum. Projeksi pylorus terletak setinggi vertebra L1 dan terletak dalam bidang transpyloric.

Lapisan dinding lambung

Dinding lambung dibedakan menjadi:

1. tunica mukosa

merupakan selaput lendir yang berlipat-lipat disebut plicae gastricae, sedangkan lipatan magenstrase waldeyer.

2. tunica submukosa

merupakan jaringan ikat yang kuat pada tunika mukosa dapat dijumapi pembuluh darah.

3. tunika muscularis

a. tunica muscularis obliqua (bagian dalam)

b. tunica muscularis longitudinalis (bagian luar)

c. tunica muscularis circularis (bagian tengah)

5. intestinum tenue (usus kecil)

intestinum tenue memiliki panjang 6-8 m, dan terdiri dari:

2/5 jejenum

3/5 ileum

Intestinum tenue terletak intraperitoneal dan berkrlok-krlok. Jejenum mengisi rongga perut kiri atas sedangkan ileum mengisi rongga perut kanan bawah. Kelokan ileum mengisi sampai ke pelvis minor untuk kemudian bermuara pada coecum. Intestinum tenue berhubungan dengan dinding belakang perut melalu lipatan peritoneum yang disebut mesostenium; mulai dari flexura duodenojejunalis setinggi vertebta L2 berjalan ke arah kanan miring ke bawah, menyilang garis tengah stinggi vertebra L3 di depan pars inferior duodeni dan v. cava inferior, berakhir ke bawah pada fossa illiaca dextra di depan cartilago sacroilica.

Duodenum

bentuk seperti tapal kuda, berjalan dari pylorus ke arah belakang

bagian-bagian duodenum:

pars superior duodeni

terletak pada bidang transpyloric. Pars superior duodeni dimulai dari pylorus menuju ke belakang dan berakhir pada flexura dudenalis superior.

Batas-batas:

Atas:berbatsan dengan foramen epiploicum winslowi

Bawah: berbatsan dengan caput pancreas, collum pancreas, a.v mesenterica superior

Depan: lobus quadratus hepatis dan vesica fellea

Belakang berbatasan dengan: ductus choledichus, v. porta, a. gasrtodudenalis, v. cava inferior, dan caput pancreas.

pars descendens duodeni

bermula dari flexura duodeni superior beralih ke bawah, kemudian membelok ke kiri, disebut flexura duodeni inferior. Kemudian bagian tersebut berjalam mendatar dan disebut pars inferior duodeni. Pars descendens duodeni terletak setinggi vertebra L2.

Batas-batas:

Depan: lobus dexter hepatis, colon transversum, dan sebagian jejnum

Belakang: ren dexter dan ureter dexter

Medial: caput pancreas

Lateral: flexura colo dextra.

pars inferior (horizontal) duodeni

terletak setinggi vertebra L3. pars inferior duodeni berjalan ke kiri menyilang garis tengah, kemudian berjalan ke arah atas menjadi pars ascendens duodeni.

Batas-batas:

Depan: jejenum, a.v. mesenterica superior

Belakang: . psoas, v. cava inferior, aorta abdominalis

Atas: caput pancreas

Bawah: jejenum

pars ascendens duodeni

terletak setinggi vertebra L2. setelah sampai di belakang lambung, pars ascendens duodeni membelok ke bawah, disebut flexura duodenojejunalis.

Batas-batas:

Depan: jejenum, radix mesenterii

Belakang: m. psoas kiri, aorta abdominalis

Kanan: pancreas, columna vertebalis

Kiri: jejenum

6. intestinum crassum (usus besar)

berbentuk seperti huruf U terbalik yang terdiri atas:

coecum

terletak pada fossa iliaca dextra dan diproteksikan pada dinding abdomen pada pertengahan SIAS kanan symphysis pubis.

Pada caecum bermuara:

1. ileum

pada muara terdapat katup yang disebut valvula coli bauhinik. Katup tersebut mempunyai labium superior dan inferior.

2. appendix vermiformis

muara appendix vermiformis ke dalam coecum sesuia titik LANZ.

Batas-batas:

Depan dinding perut- coecum beriri banyak gas sehingga pada perkusi terdengar timpani.

Belakang: m. psoas.

colon ascendens

dimulai dari junctura ilecoecalis sampai flexura coli dextra.

Batas-batas:

Depan: intestinum tenue

Belakang: m. iliacus, m. psoas, m. quadratus luborum, m. transversum abdominalis, ren dexter (bagian caudal), dan n. iliohypogastricus dan n. ilioinguinalis.

flexura coli dextra/hepatica

batas-batas:

depan: lobus dexter hepatis

belakang: ren dexter (1/3 caudal)

colon transversum

letak:

di bawah bidang transpyloric. Menyilang pars duodeni, melengkung di antara flexura coli dextra dan flexura coli sinistra.

Batas-batas:

Depan: dinding depan perut

Belakang: pars descendens duodeni dan pancreas

Atas: curvatura major ventrikuli melalui lig. Gastrocolicum

Bawah: jejenum dan ileum

flexura coli sinistra/lienalis, letaknya lebih cranial pada fluxra coli dextra yaitu sesuai iga 11.

Batas-batas:

Depan: dinding depan perut

Belakang: ren sinistra, caudo pancreastis

Lien.

Colon descendens

Batas-batas:

Depan: jejenum

Belakang:

Atas: M. transversus abdominalis dan M. quadratus limborum

Bawah: M. psoas, M. iliacas, dan N. ilio inguinalis dan N. ilio hypogastricus.

Colon sigmoideum

Bentuknya menyerupai huruf S dan memanjang dari crista iliaca sampai vertebrae S2-3.

Batas-batas:

Depan: vesica urinaria, uterus, ileum

Belakang: vasa iliaca externa, M. pyritormis sinistra.

Rektum

Rectum merupakan lanjutan colon sigmoideum yang memanjang dari vertebra S3 sampai anus. Panjang rectum 12-15 cm. setinggi vertebra S# colon sigmoideum berubah menjadi lapisan otot polos longitudinal appendice epiploicae menghilang.

Bagian-bagian rectum berdasarkan bentunknya:

Pars ampularis recti (bagian yang melebar)

Pars analis recti (bagian yang menyempit)

Berbeda dengan colon, rectum tidak mempunyai haustra, taenia, appendices, epipliicae, mesocolon

Otot yang melingkari anus adalah M. sphincter ani subcutaneus sedangkan M. sphincter ani profundus dan M. sphincter ani superficialis melingkari rectum.Struktur Mikro (Mulut - anus)

Labium Oris

Bagian luar bibir diliputi kulit biasa,terdiri atas epidermis dan dermis,jadi di sini terdapat epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk dengan lapisan dermis dibawahnya yang merupakan jaringan ikat agak padat. Di bawah derimis terdapat jaringan subkutan, berupa jaringan ikat longgar dengan semua unsurnya. Pada permukaan luar ini juga terdapat rambut juga folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat.

Bagian merah bibir dilapisi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Sel-sel yang dekat permukaan bentuknya agak khas yaitu gepeng, terlihat besar, jernih dan intinya relatif kecil. Jaringan dibawahnya yaitu lamina propia, membentuk papil-papil yang menonjol ke dalam epitel di atasnya. Di dalam papil ini terdapat banyak kapiler darah. Karena kapiler darah yang dekat permukaan dan epitelnya jernih maka bagian ini tampak merah.

Bagian dalam bibir merupakan epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Jaringan ikat longgar dibawahnya disebut lamina propia juga membentuk papil menonjol ke dalam epitel, tetapi tidak sedalam pada merah bibir, dalam lamina propria terdapat kelenjar labialis yang merupakan kelenjar mukoserosa.

Ditengah organ ini terdapat muskulus orbikularis oris, berupa jaringan otot skelet dan cabang-cabang A. labialis.

Lingua (Lidah)

Papila sirkumvalata,ukuran papil besar dan hanya terdapat pada pangkal lidah berderet sepanjang linea terminalis. Bangunan papil ini terbenam dan dikelilingi parit sehingga puncaknya sama tinggi dengan garis permukaan lidah, jadi papil ini tidak menonjol ke permukaan lidah. Dasar parit merupakan tempat muara kelenjar ebner, suatu kelenjar serosa. Permukaan lateral papil, yang terbenam dalam parit, terdapat banyak taste buds (kuncup kecap), yang merupakan badan akhir saraf sensoris, sebagai indera pengecap.

Papila filiformis, bentuknya mirip lembaran benang dengan ujung runcing. Hampir seluruh permukaan atas lidah dipenuhi papilla jenis ini. Epitel yang melapisinya yaitu epitel berlapis gepeng yang ujungnya membentuk lapisan tanduk. Papil ini terletak diatas garis sini.

Papila fungiformis, bentuknya mirip jamur, terdapat diantara papila filiformis. Papil ini juga menonjol di atas permukaan lidah. Epitel permukaannya yaitu epitel berlapis gepeng dan sering mempunyai banyak lapisan tanduk. Pada papil ini kadang ditemukan adanya taste buds. Baik papila filiformis maupun papila fungiformis mempunyai papil sekunder.

Papila foliata,tidak terdapat pada lidah manusia dan banyak terdapat pada lidah kelinci. Bentuknya khas seperti daun, seragan berjajar menonjol diatas lapisan permukaan lidah. Permukaannya diliputi epitel berlapis gepeng dan biasanya mempunyai lapisan tanduk. Taste buds banyak terdapat pada sisi-sisinya. Juga terdapat papil sekunder yang dalam.

Taste buds (kuncup kecap) merupakan badan akhir serat sensoris, bentuknya mirip bawang sehingga pada sajian tampak sebagai sebuah bangunan yang terdiri atas sel-sel yang tersusun mirip lapis-lapis bawang yang dibelah tegak lurus melalui dasarnya. Bangunan ini terdiri atas dua macam sel yaitu sel pengecap dan sel penyokong yang g keduan berbentuk gelendong langsing.Lidah

Sebagian besar lidah terdiri dari serat-serat otot skelet (Mm. intrinsik lidah), saling menyilang dalam tiga bidang yaitu 1. m. horizontalis (m. transversalis), 2. m. vertikalis dan 3. longitudinalis linguae. Otot-otot ini ber origo dan ber insersio pada septum linguae yaitu jaringan ikat fibrosa yang terletak di tengah lidah.Glandula parotis

Berdasarkan sifat sekretnya, kelenjar parotis termasuk kelenjar serosa. Pada sajian, bentuk sel yang menyusun asinus mirip segitiga dengan puncaknya menghadap lumen dan dasarnya melekat pada membran basal. Intinya bulat, biru dan terletak dekat sel basal. Sitoplasma merah kebiruan dan granula pada daerah apikalnya.

Duktus interkalaris merupakan saluran keluar yang terkecil, dindingnya terdiri atas epitel selapis kubis rendah. Sitoplasmanya merah dengan inti bulat.

Duktus sekretorius dapat dilihat di dalam setiap lobulus. Dindingnya merupakan epitel selapis kubis tinggi atau selapis torak. Pada bagian basal kadang-kadang tampak bergurat tegak. Di bagian apical di atas inti, banyak vesikel-vesikel k cil dekat lumen. Nama lain disebut duktus intralobulularis dan jumlahnya sedemikian banyak sehingga dapat dibedakan dari kelenjar pankreas.

Duktus eksekretorius atau duktus interlobularis, merupakan saluran yang lebih besar, mula-mula berupa epitel selapis torak, makin besar saluran epitelnya menjadi berlapis kubis atau torak.

Glandula submandibularis

Berdasarkan sifat sekretnya, kelenjar submandibularis tergolong kelenjar campur mukoserosa. Sebagian besar pars terminalisnya bersifat serosa dan sebagian kecil mukosa. Pada kelenjar ini duktus interkalaris pendek sehingga jarang terpotong pada sajian. Saluran lainnya sama dengan kelenjar parotis.

Glandula sublingualis

Kelenjar ini gambaran histologinya mirip kelenjar submandibularis, bedanya kelenjar ini sebagian besar asinusnya bersifat mukosa sehingga disebut kelenjar seromukosa.

Pembentukan gigi

Setiap gigi mempunyai komponen yang berasal dari mesoderm dan ektoderm, ysng ektoderm membentuk email. Pada sajian pembentukan gigi dipelajari organ email dalam bentuk menyerupai genta (bell stage), yang kadang-kadang masih terlihat hubungannya dengan lamina dentis. Pada beberapa sajian terlihat lamina dentis mempunyai tonjolan bakal gigi permanen.

Permukaan luar organ email diliputi epitel email luar yang selnya kuboid. Di bawahnya terdapat sel-sel berbentuk bintang membentuk lapisan retikulum stellata (stratum stellatum / pulpa email). Di bawah lapisan ini terdapat stratum intermedium yang sel-selnya berbentuk gepeng dan kalau diikuti lapisan ini akan menyatu dengan epitel email luar di tepi, ujung bawah oragn email. Di bawah lapisan ini terdapat epitel email dalam yang terdiri atas ameloblas dengan sel berbentuk silindris. Pada beberapa sajian sudah terlihat lapisan email yang merupakan lapisan homogen gelap di bawah deretan ameloblas. Lebih ke bawah lagi terdapat lapisan homogen berwarna merah yaitu dentin dan dibawahnya berwarna lebih pucat yaitu predentin. Di bawah lapisan ini terdapat deretan odontoblas yang juga merupakan sel berbentuk silindris. Deretan odontoblas melapisi cekungan di bawah organ email. Cekungan ini berisi jaringan mesenkim yang membentuk papila dentis yang nantinya akan menjadi pulpa dentis.

Pada tempat pertemuan antara epitel email luar dan stratum intermedium pada ujung bawah organ email serta epitel email luar, sel-sel di sini membentuk sarung ke bawah yang disebut sarung Hertwig.

Jaringan ikat disekitar organ email, yang membungkus organ ini disebut sakus dentis. Jaringan tulang kanan-kirinya merupakan bagian dari prosesus tempat terpancangnya gigi (alveolus gigi).

Oesofagus

Dalam mempelajari saluran cerna mulai dari oesofagus sampai anus,sebaiknya sajian selalu dipasang sedemikian rupa sehingga tunika mukosa selalu terlihat di atas,kemudian pelajari lapis demi lapis berturut-turut mulai dari arah lumen :

1. Tunika mukosa :- epitel

- lamina propia

- t. muskularis mukosa

2. Tunika submukosa

3. Tunika muskularis : - sirkularis

- longitudinalis

4. Tunika adventisia/serosa

Tunika mukosa oesefagus dilapisi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Di bawah epitel terdapat lamina propia yang terdiri atas jaringan ikat jarang, di bawah lamina propia terdapat tunika muskularis mukosa yang terdiri atas berkas otot polos yang tersusun memanjang.

Tunika submukosa berupa jaringan ikat jarang, di dalamnya terdapat kelenjar oesofagus bersifat mukosa atau mukoserosa. Pada beberapa sajian dalam lapisan ini dapat ditemukan pleksus submukosa meissneri yang biasanya terdiri atas sel ganglion otonom dab serat saraf.

Tunika muskularis terduru dari 2 lapisan, yang sebelah dalam tunika muskularis sirkularis berupa berkas otot polos melingkar, sedangkan yang sebelah luar tunika muskularis longitudinalis berupa berkas serat otot polos memanjang. Antara ke-2 lapis otot ini kadang-kadang dapat ditemukan pleksus mienterikus auerbachi.

Tunika adventisia terdiri atas jaringan ikat jarang, di sini disebut tunika adventisia karena tidak diliputi peritoneum.

Oesofagus Kardia Gaster

Pada sajian peralihan oesofagus ke kardia gaster, perhatikan perubahan pada tiap lapisnya.

Tunika mukosa : epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk menjadi epitel selapis torak. Mukosa kardia tampak berlipat-lipat kartena ada foveola gastrika. Dalam lamina propia terdapat kelenjar kardia yang umunya terpotong melintang, karena kelenjar ini merupakan kelenjar tubulosa berkelok-kelok. Epitel yang melapisi kelenjar ini juga selapis torak. Kadang-kadang kelenjar kardia meluas dan menjorok ke dalam lamina propia oesofagus.

Tunika muskularis mukosa, merupakan lanjutan lapisan yang ada di oesofagus ke kardia. Di kardia berjalan agak berkelok-kelok karena adanya kelenjar kardia. Kadang limfonodulus dapat ditemukan pada lapisan ini, kadang meluas ke tunika submukosa.

Tunika submukosa, setelah mencapai kardia tidak terdapat lagi kelenjar oesofagus, sehingga hanya terdiri atas jaringan ikat jarang saja. Juga dapat ditemukan pleksus meissneri di sini.

Tunika muskularis sirkularis, terlihat menebal membentuk otot sfingter.

Tunika muskularis longitudinalis , lapisan otot memanjang dinding oesofagus membentuk lapisan yang sama di sini.

Tunika adventisia, berupa jaringan ikat jarang.

Fundus gaster

Tunika mukosa fundis gaster dilapisi epitel selapis torak. Foveola gastrika berupa sumuran kecil antara tonjolan mukosa. Yang terlihat sebagai tonjolan ini sebenarnya mukosa di antara dua sumuran, mirip girus pada otak. Di dasar foveola terdapat muara kelenjar fundus yang merupakan kelenjar tubulosa simpleks,yang biasanya tedak berkelok-kelok. Sel-sel penyusun kelenjar fundus

1. Sel mukus leher (mucous neck cell), bentuk sel torak,mirip sel epitel mukosa,terdapat di leher kelenjar. Inti sel lonjong terletak di dasar sel. Sitoplasma bagian apikal kadang-kadang mengandung granula.

2. Sel HCL atau sel parietal (oxyntic cell), bentuk mirip segitiga atau bulat. Sitoplasmanya merah dengan inti bulat, biru di tengah, kromatinnya padat, terdapat terutama pada bagian ismus kelenjar.

3. Sel zimogen atau sel prinsipal (chief cell), bentuknya mirip HCL, sering tidak teratur. Antara sel-sel ini ada sel HCL. Sitoplasma sel zimogen tampak agak basofil fan di bagian apikal terlihat ada granula. Sel ini sering sulit dibedakan dengan sel HCL. Perhatikan warnanya untuk membedakan, inti sel bulat dan dekat ke basal. Sel ini banyak terdapat di bagian dasar kelenjar.

Pilorus gaster

Tunika mukosa pilorus juga mempunyai foveola gastrika, dilapisi epitel selapis torak. Foveola gastrika pilorus di sini dalam, meliputi kurang lebih 2/3 ketebalan mukosa, 1/3 bagian ditempati kelenjar pilorus. Kelenjar pilorus tampak homogen karena hampir semuanya sel adalah sel mukus. Kelenjar ini sering tampak berkelok-kelok. Dalam lamina propia kadang-kadang terdapat nodulus limfatikus yang dapat meluas sampai ke tunika submukosa.

Tunika muskularis mukosa merupakan lanjutan dari yang ada di fundus. Gambarannya sama dengan yang ada di fundus gaster. Tunika muskularis yang sirkuler amat tebal dan membentuk sfingter pilori.

Duodenum

Tunika mukosa diliputi selapis torak yang mempunyai mikrovili (brush borders). Di antara sel epitel ada sel goblet yamg jumlahnya di sini belum begitu banyak. Tunika mukosa membentuk vilus intestinalis yang gemuk-gemuk. Lamina propria terdapat di bawah epitel vilus intestinalis maupun sekitar kriptus lieberkuhn. Di dasar kriptus dapat ditemukan sel paneth, suatu sel berbentuk kerucut dengan puncaknya menghadap lumen. Di dalam sitoplasmanya terdapat granula kasar berwarna merah. Tunika muskularis mukosa tidak ikut membentuk vilus intestinal. Lapisan ini sering terlihat terpemggal-penggal karena ditembusi perluasan massa kelenjar Brunner.

Tunika submukosa dipenuhi kelenjar Brunner. Tunika mukosa dan submukosa bersama-sama membentuk plika sirkularis Kerckringi. Artinya, pada setiap plika sirkularis terdapat banyak vilus intestinal. Pleksus submukosa meissneri juga dapat ditemukan di sini.

Tunika muskularis sirkularis dan longitudinalis, diantaranya terdapat pleksus mienterikus auerbachi.

Tunika adventisia berupa jaringan ikat jarang.

Jejenum

Tunika mukosa jejenum gambarannya mirip duodenum tetapi vilus intestinalisnya lebih langsing dan sel gobletnya lebih banyak. Sel paneth lebih mudah dikenali pada sajian ini.

Tunika submukosa di sini tidak mengandung kelenjar. Hanya terdiri atas jaringan ikat jarang dengan pleksus meisseneri di dalamnya. Lapisan ini juga ikut membentuk plika sirkularis Kerckringi.

Tunika muskularis susunannya sama seperti pada duodenum.

Tunika serosa beruap jaringan ikat.

Ileum

Tunika mukosa mirip dengan jejenum, tetapi sel goblet jauh lebih banyak. Di dalam lamina propria terdapat kelompokan nodulus limfatikus ini sering terlihat meluas ke dalam tunika submukosa sehingga sering menjadikan tunika muskularis mukosa terpenggal-penggal.

Tunika submukosa terdiri atas jaringan ikat jarang dengan pleksus meisneri di dalmnya. Di sini juga tidak terdapat kelenjar. Plika sirkularis Kerckringi tampak lebih pendek dibanding yang terdapat pada duodenum maupun jejenum.

Tunika muskularis, gambarannya sama seperti duodenum dan jejenum.

Tunika serosa juga terdiri atas jaringan ikat jarang.

Appendix vermiformis (umbai cacing)

Tunika mukosa seperti juga usus lainnya, epitel mukosanya adalah eptel selapis torak yang mempunyai sel goblet sangat banyak. Bagian usus ini tidak mempunyai vilus, yang ada hanya kriptus Leiberkuhn saja. Di dalam lamina propria terdapat banyak nodulus limfatikus, memenuhi sekeliling dindingnya. Tunika muskularis mukosa juga dapat dikenali di sini.

Tunika submukosa berupa jaringan ikat jarang tanpa kelenjar dan terdapat banyak sebukan limfosit yang berasal dari lamina propria.

Tunika muskularis tetap tampak membentuk dua lapisan seperti usus lainnya, sekalipun garis tengah appendix lebih kecil.

Tunika adventisia/serosa organ ini juga sepadan dengan yang lainnya.

Kolon rectum

Tunika mukosa bagian usus besar ini saperti juga usus lainnya dilapisi epitel selapis torak. Usus besar tidak mempunyai vilus. Epitel sebagian besar terdiri atas sel goblet. Kadang-kadang dpat ditemukan nodulus limfatikus di dalam lamina proprianya. Tunika muskularis mukosa lebih dikenali sebagai pembatas dengan tunika submukosa.

Tunika submukosa rectum terdiri atas jaringan ikat jarang yang di dalamnya juga dapat ditemuka pleksus meissneri.

Tunika muskularis yang sirkular mempunyai susunan seperti biasa. Yang longitudinal tidak mempunyai ketebalan yang sama seputar lingkar dindingnya. Pada satu sajian mungkin terlihat tipis dan pada sajian lainnya tampak tebal. Penebalan tunika muskularis longitudinal di sebut tenia koli.

Peralihan rectum anus

Tunika mukosa. Perhatikan perubahan epitel, dari epitel selapis torak dengan sel goblet menjadi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk, yang semakin ke distal dapat dijumpai adanya lapisan tanduk. Kriptus tidakb terlihat lagi di daerah anus. Noduli limfatisi dapat ditemukan dalam lapisan ini.

Tunika muskularis mukosa tidak terlihat lagi setelah masuk daerah anus. Lamina propria digantikan oleh dermis.

Tunika submukosa berupa jaringan ikat jarang yang menjadi satu dengan jaringan ikat jarang lamina propria pada tempat pertemuannya dengan anus dan akhirnya digantikan oleh dermis dan hypodermis.

Tunika muskularis yang melingkar pada daerah rectum menebal membentuk otot sirkular yaitu m. sfingter ani internus. Lapis otot longitudinal tidak mengalami perubahan. Pada bebrapa sajian dapat dikenali m. sfingter ani eksternus yang terdiri atas jaringan otot skelet.

Tunika adventisia terdiri atas jaringan ikat jarang.

2. Enzim dan Hormon Pencernaan

Enzim-enzim pencernaan utama.Nutrient Enzim untuk mencerna-kanSumber EnzimTempat kerja EnzimKerja EnzimSatuan nutrient yang dapat diserap

KarbohidratAmilase

Kelenjar liur

Pankreas eksokrinMulut dan korpus lambung

Lumen usus halus

Menghidrolisi polisakarida menjadi disakarida

Disakaridase (sukrase, maltase, laktase)Sel epitel usu halusBrush borderMenghidro-lisis disakaridase menjadi mono sakaridaMono sakarida, terutama glukosa

ProteinPepsinSel utama lambung/ chief cellAntrum lambungMenghidrolisi protein menjadi fragmen peptida

Tripsin, Kimotripsin, karboksipept-idasePankreas eksokrinLumen usus halusMenyerang fragmen peptida yang berbeda

Amino peptidaseSel epitel usus halusBrush border usus halusMenghidro-lisis protein menjadi fragmen peptidaAsam amino dan beberapa peptida kecil

LemakLipasePankreas eksokrinLumen usus halusMenghidro-lisis fragmen peptida menjadi asam aminoAsam amino dan beberapa peptida kecil

Garam empedu (bukan suatu enzim)HatiLumen usus halusMengelmusifi-kasikaan globulus lemak besarAsam lemak dan monogliserida

Sumber, Kontrol, dan Fungsi Hormon Pencernaana. Hormon Gastrin Sumber : sel sel G di daerah kelenjar pilorus lambung

Stimulus utama untuk sekresi : Protein di lambung

Fungsi : Merangsang sekresi sel parietal dan sel utama, meningkat motilitas lambung.

b. Hormon Sekretin

Sumber : sel-sel endokrin di mukosa duodenum

Stimulus utama untuk sekresi : Asam di lumen duodenum

Fungsi : Merangsang motilitas ileum, melemaskan sfingter ileosekum, menginduksi gerakan massa di kolon, bersifat trofik bagi mukosa lambung dan usus halus, menghambat pengosongan lambung.

c. Hormon Kolesistokinin

sumber : sel-sel endokrin di mukosa duodenum

Stimulus utama untuk sekresi : nutrien di lumen duodenum, terutama produk lemak dan dengan tingkat yang lebih rendah, produk protein

Fungsi : Menghambat sekresi lambung, Merangsang sekresi empedu kaya NaHCO3 encer oleh sel-sel duktus pankreas, bersifat trofik bagi pankreas eksokrin, menghambat pengosongan lambung, menghambat sekresi lambung, merangsang sekresi enzim-enzim pencernaan oleh sel-sel asinus pankreas, menyebabkan kontraksi kandung empedu.

d. Hormon Gastric inhibitory peptide

Sumber : sel-sel endokrin di mukosa duodenum

Stimulus utama untuk sekresi : Lemak, endokrinasam, hipertonisitas, glukosa dan peregangan di duodenum

Fungsi : Menyebabkan relaksasi sfingter oddi, bersifat trofik bagi pankreas eksokrin, dapat menimbulkan perubahan-perubahan adaptif jangka panjang proporsi enzim-enzim pencernaan pankreas, berperan dalam rasa kenyang, menghambat pengosongan lambung, menghambat sekresi lambung, merangsang sekresi insulin oleh pankreas.

3. Fungsi Sistem pencernaan

Fungsi utama sistem pencernaan (sistem alimeter) adalah untuk memindahkan zat gizi atau nutrient (setelah memodifikasinya), air, dan elektrolit dari makanan yang kita makan ke dalam lingkungan internal tubuh. Makanan yang dimakan penting sebagai sumber energi yang kemudian digunakan oleh sel dalam menghasilkan ATP untuk menjalankan berbagai aktivitas bergantung energi, misalnya transport aktif, kontraksi, sintesis, dan sekresi. Makanan juga merupakan sumber bahan untuk perbaikan, pembaharuan, dan penambahan jaringan tubuh.

Berikut fungsi komponen sistem pencernaan :

Organ PencernaanMotilitasSekresiPencernaanPenyerapan

Mulut dan kelenjar liurMengunyahSaliva

amilase

mukus

lisozimPencernaan karbohidrat dimulaiMakanan tidak, beberapa obat misalnya nitrogliserine

Faring dan esofagusMenelanMukusTidak adaTidak ada

LambungRelaksasi

Reseptif; peristaltisGetah lambung

HCL

Pepsin

Mukus

Faktor intrinsikPencernaan karbohidrat berlanjut dibadann lambung; pencernaan protein di mulai di antrum lambungMakanan tidak, beberapa zat yang larut-lemak, misalnya alkohol dan aspirin

Pankreas eksokrinTidak adaEnzim pencernaan pankreas: Tripsin, kimotripsin, karboksi peptidase, amilase, dan lipase

Sekresi NaHCO3 encer pankreas

Enzim-enzim pankreas ini menyelesaikan pencernaan di lumen duodenumTidak ada

HatiTidak ada Empedu: garam empedu, sekresi alkali, bilirubin

Empedu tidak mencernakan apapun, tetapi garam-garam empedu mempermudah pencernaan dan penyerapan lemak di lumen duodenumTidak ada

Usus halus Segmentasi;

Kompleks motilitaf imigratifSukus enterikus : Mukus, garam (Enzim intra sel tidak disekresikan tetapi berfungsi intrasel di brush border-disakaridase dan aminopeptidase)Dalam lumen, dibawah pengaruh enzim pankreas dan empedu, pencernaan karbohidrat dan protein berlanjut dan pencernaan lemak selesai. di brush border , pencernaan karbohidrat dan protein selesaiSemua nutrient, sebagian besar lektrolit dan air

Usus besarHaustrasi; pergerakkan massaMukusTidak ada Garam dan air, mengubah isi menjadi feses

4. Mekanisme Pencernaan

Sistem pencernaan melaksanakan empat proses pencernaan dasar : motilitas, sekresi, pencernaan dan penyerapan.

Motilitas mengacu pada kontraksi otot yang mencampur dan mendorong isi saluran pencernaan aeperti otot polos vaskuler , otot polos di dinding saluran pencernaan terus-menerus berkontraksi dengan kekuatan randah yang dikenal sebagai tonus, Tonus penting untuk mempertahankan agar tekanan pada isi saluran pencernaan tetap serta untuk mencegah dinding saluran pencernaan melebar secara permanen setelah mengalami distensi (peregangan). Terdapat aktivitas tonik yang terus-menerus tersebut terjadi dua jenis dasar motilitas pencernaan yaitu gerakan propulsif (mendorong) dan gerakan mencampur. Gerakan propulsif mendorong atau memajukan isi saluran pencernaan ke depan dengan kecepatan yang berbeda-beda, dengan laju propulsi bergantung pada fungsi yang dilaksanakan oleh setiap regio saluran pencernaan, yaitu makanan bergerak maju dalam suatu segmen tersebut melaksanakan tugasnya. Gerakan mencampur memiliki fungsi ganda. Pertama dengan mencampur makanan dengan getah pencernaan, gerakan tersebut membantu pencernaan makanan. Kedua gerakan tersebut mempermudah penyerapan dengan memajankan semua bagian isi usus ke permukaan penyerapan saluran pencernaan.Sekresi sejumlah getah pencernaan disekresikan ke dalam lumen saluran pencernaan oleh kelnjar-kelenjar eksokrin. Setiap sekresi pencernaan terdiri dari air, elektrolit, dan konstituen organik spesifik yang penting dalam proses pencernaan seperti enzim, garam empedu, atau mukus

Pencernaan mengacu pada proses penguraian makanan dari yang strukturnya kompleks diubah menjadi satuan-satuan yang lebih kecil yang dapat diserap oleh enzim-enzim pencernaan yang diproduksi di dalam sistem pencernaan. Manusia mengkonsumsi tiga kategori biokimia makanan kaya energi : karbohidrat, protein, dan lemak. Molekul- molekul tersebut tidak mampu membran plasma utuh untuk diserap dari lumen saluran pencernaan ke dalam darah atau limfe. Proses pencernaan menguarikan molekul makanan besar menjadi molekul nutrient yang lebih kecil yang dapat diserap. Bentuk Karbohidrat paling sederhana adalah monosakarida (glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Bentuk Protein akan dipecah menjadi asam amino serta beberapa polipeptida kecil. Bentuk Lemak sebagian besar dalam makanan berbentuk trigliseride yaitu lemak netral, produk akhir pencernaan lemak adalah monogliserida dan asam lemak. Pencernaan dilakukan melalui proses hidrolisis (penguraian oleh air) enzimatik. Denagan menambahkan H2O di tempat ikatan, enzim dalam sekresi pencernaan memutuskan ikatan-ikatan yang menyatukan subunit-subunit molekul kecil di dalam molekul nutrient, sehingga molekul-molekul kecil tersebut menjadi bebas. Subunit-subunit tersebut semula disatukan untuk membentuk molekul nutrien melalui proses pengeluaran H2O di tempat pengikatan. Hidrolisis mengantikan H2O dan membebaskan unit-unit kecil yang dapat diserap tersebut. Enzim-enzim pencernaan bersifat spesifik terhadap ikatan yang dapat mereka hidrolisis. Sewaktu bergerak melintasi saluran pencernaan, makanan terpajan ke berbagai enzim, yang masing-masing menguraikan molekul makanan lebih lanjut. Dengan cara ini molekul makanan yang besar diubah menjadi satuan-satuan kecil yang dapat diserap melalui cara yang progresif dan bertahap seiring dengan bergeraknya isi saluran pencernaan kedepan.Penyerapan , pencernaan diselesaikan dan sebagian besar penyerapan terjadi di usus halus. Melalui penyerapan satuan-satuan kecil yang dapat diserap yang dihasilkan dari proses pencernaan tersebut bersama dengan air, vitamin, dan lektrolit, dipindahkan dari lumen saluran pencernaan ke dalam darah atau limfe.Mekanisme Sistem pencernaan Sistem pencernaan dibagi menjadi dua yaitu saluran pencernaan dan organ-organ tambahan. Saluran makanan bermula dari mulut dan berakhir pada anus, saluran ini terdiri dari cavum oris, faring (tenggorokan), esofagus, gaster, intestinum tenue (duodenum, jejunum,ileum), colon, rektum, dan anus. sedangkan organ pencernaan tambahan adalah kelenjar air liur, pankreas eksokrin, dan sistem empedu, yang terdiri dari hati dan kandung empedu.a. Mulut, Faring, Esofagus Makanan memasuki sistem pencernaan melalui mulut atau rongga oral. Lubang berbentuk bibir berotot, yang membantu memperoleh, mengarahkan, dan menampung makanan di mulut. Langit-langit (palatum) yang membentuk atap lengkung rongga mulut, memisahkan mulut dari saluran hidung. Keberadaannya memungkinkan bernapas dan mengunyah berlangsung bersamaan. Dibagian belakang dekat tenggorokan terdapat suatu tonjolan menggantung dari palatum mole, yakni uvula (anak lidah) yang berperan penting untuk menutup saluran hidung ketika kita menelan. Sedangkan lidah yang membentuk dasar rongga mulut terdiri dari otot rangka yang dikontrol secara volunter. pergerakan lidah tidak saja penting untuk memandu makanan di dalam mulut sewaktu kita mengunyah dan menelan tetapi juga untuk berbicara. Di lidah tertanam papil-papil pengecap. Gigi bertanggung jawab untuk mengunyah, yang menguraikan makanan, mencampurkannya dengan air liur, dan merangsang sekresi pencernaan. Langka pertama adalah proses pencernaan adalah mastikasi atau mengunyah, motilitas mulut yang melibatkan pemotongan, perobekan, penggilingan, dan pencampuran makanan yang masuk oleh gigi. Ketika makan gigi atas dan bawah dikatupkan. Oklusi tersebut memungkinkan makanan digiling dan dihancurkan di antara kedua permukaan. Enzim liur, amilase, memulai pencernaan polisakarida, suatu proses yang berlanjut di lambung setelah makanan ditelan sampai akhirnya di inaktifkan oleh getah lambung yang asam. Dibandingkan dengan fungsi pencernaannya yang sekedarnya, air liur lebih penting untuk mempermudah kita berbicara dan berperan kunci dalam kesehatan gigi. Sekresi air liur dikontrol oleh pusat saliva di medula, diperantarai oleh persarafan otonom kelenjar liur. Setelah dikunyah, bolus makanan di dorong oleh lidah ke bagian belakang tenggorokan yang memicu refleks menelan. Pusat menelan di medula mengkoordinasikan sekelompok aktivitas yang menyebabkan penutupan saluran pernapasan dan motilitas yang berhubungan dengan faring dan esofagus yaitu terdorongnya makanan melalui faring dan esofagus, mukus, bersifat protektif. Di mulut, faring, dan esofagus tidak terjadi penyerapan zat gizi .b. Lambung

Lambung suatu struktur berbentuk seperti kantung yang terletak antara esofagus dan usus halus, menyimpan makanan yang masuk dalam waktu yang bervariasi sampai usus halus siap mengolahnya lebih lamjut untuk kemudian diserap. Empat aspek pada motilitas lambung adalah pengisian, penyimpanan, pencampuran, dan pengosongan lambung. Pengisian lambung dipermudah oleh relaksasi reseptif otot lambung yang diperantarai oleh saraf vagus. Penyimpanan makanan di lambung berlangsung di daerah korpus, tempat kontraksi peristaltik yang sedemikian lemah untuk mencampur makanan karena tipisnya lapisan otot. Pencampuran makanan berlangsung di antrum yang berotot tebal akibat kontraksi peristaltik yang kuat. Pengosongan lambung dipengaruhi oleh faktor-faktor di lambung maupun duodenum. Peningkatan volume dan fluiditas kimus dalam lambung cenderung mempercepat pengosongan lambung. Faktor duodenum, yaitu faktor dominan yang mengontrol pengosongan lambung, cenderung menunda pengosongan isi lambung sampai duodenum siap untuk menerima dan mengolah kimus. Faktor-faktor spesifik di duodenum yang menunda pengosongan lambung dengan menghambat aktivitas peristaltik lambung adalah lemak, asam, hipertonisitas, dan pereganganPencernaan karbohidrat berlanjut di korpus lambung di bawah pengaruh amilase liur yang ikut tertelan, pencernaan protein di mulai di antrum lambung, tempat persitaltik yang kuat mencampur aduk makanan dengan getah lambung. Campuran makanan dan getah lambung tersebut berupa cairan kental yang disebut kimus. Sekresi lambung ke dalam lumen lambung mencakup:

HCL, yang mengaktifkan pepsinogen, menyebabkan denaturasi protein, dan mematikan bakteri

Pepsinogen, yang jika telah diaktifkan, memulai pencernaan protein

Mukus, yang membentuk lapisan pelindung untuk membantu sawar mukosa lambung, sehingga lambung mampu menampung isi lumennya yang keras tanpa ia sendiri ikut tercerna

Faktor intrinsik yang berperan penting dalam penyerapan vitamin B12, suatu konstituin esensial untuk membentuk sel darah merah. Lambung juga mengeluarkan hormon gastrin ke dalam darah, yang berperan dominan dalam mengatur sekresi lambung. Histamin, suatu stimulan lambung yang kuat dan secara normal tidak disekresikan, dilepaskan ke dalam lambung sewaktu terjadi pembentukan ulkus.

Baik motilitas maupun sekresi lambung berada dibawah mekanisme kontrol yang kompleks, yang melibatkan tidak saja gastrin tetapi juga respon vagus dan saraf intrisik serta hormon enterogastron (sekretin, kolesistokinin, dan gastric inhibitory peptide) yang disekresikan oleh mukosa usus halus. Pengaturan lambung ditujukan untuk menyeimbangkan aktivitas lambung yang asam dan penuh lemak.Di lambung tidak terjadi penyerapan zat gizi apapun.

c. Sekresi Pankreas dan Empedu

Baik sekresi pankreas esokrin maupun empedu dari hati masuk ke lumen duodenum. Sekresi pankreas terdiri dari

Enzim-enzim pencernaan poten dari sel-sel asinus, yang mencerna ketiga golongan makanan

Larutan NaHCO3 encer dari sel-sel duktus yang menetralkan cairan asam yang datang dari lambung. Netralisasi ini penting untuk melindungi duodenum dari kerusakan oleh asam dan agar enzim-enzim pankreas, yang akan menjadi inaktif bila ada asam, melaksanakan tugas pencernaan mereka .

Sekresi pankreas terutama berada di bawah kontrol hormon, yang mencocokan komposisi getah pankreas dengan kebutuhan lumen di duodenum

Hati, organ metabolik terbesar dan terpenting di tubuh, melaksanakan berbagai macam fungsi. Konstribusinya untuk pencernaan adalah sekresi empedu, yang mengandung garam-garam empedu. Garam empedu membantu pencernaan lemak melalui efek deterjen mereka dan mempermudah penyerapan lemak melalui pembentukan misel yang larut air yang dapat mengangkut produk pencernaan lemak ke tempat penyerapan. Diantara waktu makan, empedu disimpan dan dipekatkan di kandung empedu, yang selama pencernaan makanan dirangsang secara hormonal untuk berkontraksi dan mengalirkan empedu ke duodenum. Setelah berpartispasi dalam pencernaan dan penyerapan lemak, garam-garam empedu direabsorbsi dan di kembalikan melalui sistem porta hepatis ke hati, tempat mereka tidak saja disekresikan kembali, tetapi juga berfungsi sebagai koleretik kuat untuk merangsang sekresi lebih banyak empedu. Empedu juga mengandung bilirubin, suatu turunan hasil penguraian (degradasi) hemoglobin, yang merupakan produk ekskretorik utama dalam feses.d. Usus Halus

Usus halus adalah tempat utama pencernaan dan penyerapan. Segmentasi, motilitas usus halus yang utama, secara merata mencampur makanan dengan getah pankreas, empedu, dan usus halus untuk mempermudah pencernaan, motilitas tersebut juga memajankan produk pencernaan ke permukaan absortif. Diantara waktu makan terjadi kompleks motilitas migratif yang menyapu lumen menjadi bersih. Getah yang dikeluarkan oleh usus halus tidak mengandung enzim pencernaan apapun. Enzim-enzim yang disintesis oleh usus halus bekerja secara intrasel di dalam membran brush border sel epitel. Enzim-enzim ini menyelesaikan pencernaan karbohidrat dan protein sebelum kedua jenis zat gizi tersebut masuk ke dalam darah. Proses penyerapan Na+ yang bergantung pada energi menghasilkan gaya yang mendorong penyerapan Cl-, air, glukosa, dan asam amino. Pencernaan lemak seluruhnya dilaksanakan di lumen usus halus oleh lipase pankreas. Karena tidak larut air , produk-produk pencernaan lemak harus menjalani serangkaian transformasi yang memungkinkan mereka diserap secara pasif dan akhirnya masuk ke dalam limfe. Usus halus menyerap hampir semua yang disajikan kepadanya, dari makanan yang masuk ke sekresi pencernaan sampai sel-sel epitel yang terlepas. Hanya sejumlah kecil cairan dan residu makanan yang tidak dapat dicerna yang mengalir ke usus besar.Lapisan dalam usus halus memiliki adapatasi tinggi terhadap fungsi pencernaan dan penyerapan. Lapisan ini membentuk lipatan-lipatan yang mengandung banyak tonjolan berbentu jari, villus, yang juga dilengkapi oleh sejumlah besar tonjolan berbentuk rambut yang lebih halus, mikrovillus. Secara keseluruhan, modifikasi-modifikasi permukaan ini sangat meningkatkan luas permukaan yang tersedia untuk menyimpan enzim-enzim dan untuk melaksanakan penyerapan aktif dan pasif. Lapisan dalam yang luar biasa ini diganti setiap sekitar tiga hari untuk memastikan adanya sel-sel epitel yang sehat dan fungsional walaupun kondisi di dalam lumen sangat keras.

e. Usus Besar

Colon terutama berfungsi untuk memkatkan dan menyimpan residu makanan yang tidak dicerna dan produk sisa empedu sampai mereka dapat dieliminasi dari tubuh sebagai feses. Di colon tidak terjadi sekresi enzim pencernaan atau penyerapan zat gizi; pencernaan dan penyerapan zat gizi sudah selesai di usus halus. Kontraksi haustra secara lambat mengaduk-aduk isi colon maju mundur untuk menyelesaikan penyerapan sisa cairan dan elektrolit . Gerakan massa terjadi beberapa kali sehari, biasanya setelah makan, yang mendorong feses dalam jarak jauh. Datangnya feses ke dalam rektum memicu refleks defekasi, yang dapat secara sengaja dihentikan dengan kontraksi sfingter anus eksternus apabila saat untuk mengeluarkan feses tidak memungkinkan. Sekresi mukus yang bersifat basa dari usus besar terutama berfungsi sebagai pelindung alamiah.FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DEFEKASI 1. Umur 7. Obat-obatan (medikasi)

2. Diet 8. Prosedur diagnostik

3. Cairan (fluid) 9. Anastesi dan pembedahan

4. Tonus otot 10. Nyeri

5. Faktor psikologi 11. Iritan

6. Gaya hidup motorik12. Gangguan syaraf sensorik dan

1. UMUR Umur tidak hanya mempengaruhi karakteristik feses, tapi juga pengontrolannya. Anak-anak tidak mampu mengontrol eliminasinya sampai sistem neuromuskular berkembang, biasanya antara umur 2 3 tahun. Orang dewasa juga mengalami perubahan pengalaman yang dapat mempengaruhi proses pengosongan lambung. Di antaranya adalah atony (berkurangnya tonus otot yang normal) dari otot-otot polos colon yang dapat berakibat pada melambatnya peristaltik dan mengerasnya (mengering) feses, dan menurunnya tonus dari otot-otot perut yagn juga menurunkan tekanan selama proses pengosongan lambung. Beberapa orang dewasa juga mengalami penurunan kontrol terhadap muskulus spinkter ani yang dapat berdampak pada proses defekasi.

2. DIET Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi feses. Cukupnya selulosa, serat pada makanan, penting untuk memperbesar volume feses. Makanan tertentu pada beberapa orang sulit atau tidak bisa dicerna. Ketidakmampuan ini berdampak pada gangguan pencernaan, di beberapa bagian jalur dari pengairan feses. Makan yang teratur mempengaruhi defekasi. Makan yang tidak teratur dapat mengganggu keteraturan pola defekasi. Individu yang makan pada waktu yang sama setiap hari mempunyai suatu keteraturan waktu, respon fisiologi pada pemasukan makanan dan keteraturan pola aktivitas peristaltik di colon.

3. CAIRAN Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika pemasukan cairan yang adekuat ataupun pengeluaran (cth: urine, muntah) yang berlebihan untuk beberapa alasan, tubuh melanjutkan untuk mereabsorbsi air dari chyme ketika ia lewat di sepanjang colon. Dampaknya chyme menjadi lebih kering dari normal, menghasilkan feses yang keras. Ditambah lagi berkurangnya pemasukan cairan memperlambat perjalanan chyme di sepanjang intestinal, sehingga meningkatkan reabsorbsi cairan dari chyme.

4. TONUS OTOT Tonus perut, otot pelvik dan diafragma yang baik penting untuk defekasi. Aktivitasnya juga merangsang peristaltik yang memfasilitasi pergerakan chyme sepanjang colon. Otot-otot yang lemah sering tidak efektif pada peningkatan tekanan intraabdominal selama proses defekasi atau pada pengontrolan defekasi. Otot-otot yang lemah merupakan akibat dari berkurangnya latihan (exercise), imobilitas atau gangguan fungsi syaraf.

5. FAKTOR PSIKOLOGI Dapat dilihat bahwa stres dapat mempengaruhi defekasi. Penyakit-penyakit tertentu termasuk diare kronik, seperti ulcus pada collitis, bisa jadi mempunyai komponen psikologi. Diketahui juga bahwa beberapa orang yagn cemas atau marah dapat meningkatkan aktivitas peristaltik dan frekuensi diare. Ditambah lagi orang yagn depresi bisa memperlambat motilitas intestinal, yang berdampak pada konstipasi.

6. GAYA HIDUP Gaya hidup mempengaruhi eliminasi feses pada beberapa cara. Pelathan buang air besar pada waktu dini dapat memupuk kebiasaan defekasi pada waktu yang teratur, seperti setiap hari setelah sarapan, atau bisa juga digunakan pada pola defekasi yang ireguler. Ketersediaan dari fasilitas toilet, kegelisahan tentang bau, dan kebutuhan akan privacy juga mempengaruhi pola eliminasi feses. Klien yang berbagi satu ruangan dengan orang lain pada suatu rumah sakit mungkin tidak ingin menggunakan bedpan karena privacy dan kegelisahan akan baunya.

7. OBAT-OBATAN Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat berpengeruh terhadap eliminasi yang normal. Beberapa menyebabkan diare; yang lain seperti dosis yang besar dari tranquilizer tertentu dan diikuti dengan prosedur pemberian morphin dan codein, menyebabkan konstipasi.

Beberapa obat secara langsung mempengaruhi eliminasi. Laxative adalah obat yang merangsang aktivitas usus dan memudahkan eliminasi feses. Obat-obatan ini melunakkan feses, mempermudah defekasi. Obat-obatan tertentu seperti dicyclomine hydrochloride (Bentyl), menekan aktivitas peristaltik dan kadang-kadang digunakan untuk mengobati diare.

8. PROSEDUR DIAGNOSTIK Prosedur diagnostik tertentu, seperti sigmoidoscopy, membutuhkan agar tidak ada makanan dan cairan setelah tengah malam sebagai persiapan pada pemeriksaan, dan sering melibatkan enema sebelum pemeriksaan. Pada tindakan ini klien biasanya tidak akan defekasi secara normal sampai ia diizinkan makan.

Barium (digunakan pada pemeriksaan radiologi) menghasilkan masalah yagn lebih jauh. Barium mengeraskan feses jika tetap berada di colon, akan mengakibatkan konstipasi dan kadang-kadang suatu impaksi.

9. ANASTESI DAN PEMBEDAHAN Anastesi umum menyebabkan pergerakan colon yang normal menurun dengan penghambatan stimulus parasimpatik pada otot colon. Klien yang mendapat anastesi lokal akan mengalami hal seperti itu juga.

Pembedahan yang langsung melibatkan intestinal dapat menyebabkan penghentian dari pergerakan intestinal sementara. Hal ini disebut paralytic ileus, suatu kondisi yang biasanya berakhir 24 48 jam. Mendengar suara usus yang mencerminkan otilitas intestinal adalah suatu hal yang penting pada manajemen keperawatan pasca bedah.

10. NYERI Klien yang mengalami ketidaknyamanan defekasi seperti pasca bedah hemorhoid biasanya sering menekan keinginan untuk defekasi guna menghindari nyeri. Klien seperti ini akan mengalami konstipasi sebagai akibatnya.

11. IRITAN Zat seperti makanan pedas, toxin baklteri dan racun dapat mengiritasi saluran intestinal dan menyebabkan diare dan sering menyebabkan flatus

12. GANGGUAN SYARAF SENSORIK DAN MOTORIK Cedera pada sumsum tulang belakan dan kepala dapat menurunkan stimulus sensori untuk defekasi. Gangguan mobilitas bisamembatasi kemampuan klien untuk merespon terhadap keinginan defekasi ketika dia tidak dapat menemukan toilet atau mendapat bantuan. Akibatnya, klien bisa mengalami konstipasi. Atau seorang klien bisa mengalami fecal inkontinentia karena sangat berkurangnya fungsi dari spinkter ani.

MASALAH-MASALAH UMUM PADA ELIMINASI FESES 1. Konstipasi

2. Impaksi feses

3. Diare

4. Fecal inkontinentia

5. Flatulence

6. Hemorhoid

KONSTIPASI Konstipasi berhubungan dengan jalan yagn kecil, kering, kotoran yang keras, atau tidak ada lewatnya kotoran di usus untuk beberapa waktu. Ini terjadi ketika pergerakan feses melalui usus besar lambat, hal ini ditambah lagi dengan reabsorbsi cairan di usus besar. Konstipasi berhubungan dengan pengosongan kotoran yang sulit dan meningkatnya usaha atau tegangan dari otot-otot volunter pada proses defekasi.

Ada banyak penyebab konstipasi :

1. Kebiasaan buang air besar (b.a.b) yang tidak teratur

Salah satu penyebab yang paling sering menyebabkan konstipasi adalah kebiasaan b.a.b yang tidak teratur. Refleks defekasi yagn normal dihambat atau diabaikan, refleks-refleks ini terkondisi untuk menjadi semakin melemah. Ketika kebiasaan diabaikan, keinginan untuk defekasi habis.

Anak pada masa bermain bisa mengabaikan refleks-refleks ini ; orang dewasa mengabaikannya karena tekanan waktu dan pekerjaan.

Klien yang dirawat inap bisa menekan keinginan buang air besar karena malu menggunakan bedpan atau karena proses defekasi yang sangat tidak nyaman. Perubahan rutinitas dan diet juga dapat berperan dalam konstipasi. Jalan terbaik untuk menghindari konstipasi adalah membiasakan b.a.b teratur dalam kehidupan.

2. Penggunaan laxative yang berlebihan

Laxative sering digunakan untuk menghilangkan ketidakteraturan buang air besar. Penggunaan laxative yang berlebihan mempunyai efek yang sama dengan mengabaikan keinginan b.a.b refleks pada proses defekasi yang alami dihambat. Kebiasaan pengguna laxative bahkan memerlukan dosis yang lebih besar dan kuat, sejak mereka mengalami efek yang semakin berkurang dengan penggunaan yang terus-menerus (toleransi obat).

3. Peningkatan stres psikologi

Emosi yang kuat diperkirakan menyebabkan konstipasi dengan menghambat gerak peristaltik usus melalui kerja dari epinefrin dan sistem syaraf simpatis. Stres juga dapat menyebabkan usus spastik (spastik/konstipasi hipertonik atau iritasi colon ). Yang berhubungan dengan konstipasi tipe ini adalah kram pada abdominal, meningkatnya jumlah mukus dan periode bertukar-tukarnya antara diare dan konstipasi.

4. Ketidaksesuaian diet

Makanan lunak dan rendah serat yang berkurang pada feses sehingga menghasilkan produk sisa yang tidak cukup untuk merangsang refleks pada proses defekasi. Makan rendah serat seperti; beras, telur dan daging segar bergerak lebih lambat di saluran cerna. Meningkatnya asupan cairan dengan makanan seperti itu meningkatkan pergerakan makanan tersebut.

5. Obat-obatan

Banya obat menyebabkan efek samping kponstipasi. Beberapa di antaranya seperti ; morfiin, codein, sama halnya dengan obat-obatan adrenergik dan antikolinergik, melambatkan pergerakan dari colon melalui kerja mereka pada sistem syaraf pusat. Kemudian, menyebabkan konstipasi yang lainnya seperti: zat besi, mempunyai efek menciutkan dan kerja yang lebih secara lokal pada mukosa usus untuk menyebabkan konstipasi. Zat besi juga mempunyai efek mengiritasi dan dapat menyebabkan diare pada sebagian orang.

6. Latihan yang tidak cukup

Pada klien yang pada waktu yang lama otot secara umum melemah, termasuk otot abdomen, diafragma, dasar pelvik, yang digunakan pada proses defekasi. Secara tidak langsung kurangnya latihan dihubungkan dengan kurangnya nafsu makan dan kemungkinan kurangnya jumlah serat, yang penting untuk merangsang refleks pada proses defekasi.

7. Umur

Otot semakin melemah dan melemahnya tonus spinkter yang terjadi pada orang tua turut berperan menyebabkan defekasi.

8. Proses penyakit

Beberapa penyakit pada usus dapat menyebabkan konstipasi, beberapa di antaranya obstruksi usus, nyeri ketika defekasi berhubungan dengan hemorhoid, yang membuat orang menghindari defekasi; paralisis, yang menghambat kemapuan klien untuk buang air besar; terjadinya peradangan pelvik yang menghasilkan paralisis atau atoni pada usus.

Konstipasi bisa jadi beresiko pada klien, regangan ketika b.a.b dapat menyebabkan stres pada abdomen atau luka pada perineum (post operasi). Ruptur merusak mereka jika tekanan cukup besar. Ditambah lagi peregangan sering bersamaan dengan tertahannya napas. Gerakan ini dapat menciptakan masalah yagn serius pada orang dengan sakit jantung, trauma otak, atau penyakit pada pernapasan. Tertahannya napas meningkatkan tekanan intratorakan dan intrakranial. Pada beberapa tingkatan, tingkatan ini dapat dikurangi jika seseorang mengeluarkan napas melalui mulut ketika regangan terjadi. Bagaimanapun, menghindari regangan merupakan pencegahan yang terbaik.

IMPAKSI FESES (tertahannya feses) Impaksi feses dapat didefenisikan sebagai suatu massa atau kumpulan yang mengeras, feses seperti dempul pada lipatan rektum. Impaksi terjadi pada retensi yang lama dan akumulasi dari bahan-bahan feses. Pada impaksi yagn gawat feses terkumpul dan ada di dalam colon sigmoid. Impaksi feses ditandai dengan adanya diare dan kotoran yagn tidak normal. Cairan merembes keluar feses sekeliling dari massa yang tertahan. Impaksi dapat juga dinilai dengan pemeriksaan digital pada rektum, selama impaksi massa yang mengeras sering juga dapat dipalpasi.

Diare yan gbersama dengan konstipasi, termasuk gejala yang sering tetapi tidak ada keinginan untuk defekasi dan nyeri pada rektum. Hadirnya tanda-tanda umum dari terjadinya penyakit ; klien menjadi anoreksia, abdomen menjadi regang dan bisa juga terjadi muntah.

Penyebab dari impaksi feses biasanya kebiasaan buan gair besar yang jarang dan konstipasi. Obat-obat tertentu juga berperan serta pada impaksi. Barium digunakan pada pemeriksaan radiologi pada saluran gastrointestinal bagian atas dan bawah dapat menjadi faktor penyebab, sehingga setelah pemeriksaan ini hasil pengukuran diperoleh untuk memastikan pergerakan barium.

Pada orang yang lebih tua faktor-faktor yang beragam dapat menyebabkan impaksi ; asupan cairan yang kurang, diet yang kurang serat, rendahnya aktivitas, melemahnya tonus otot.

Pemeriksaan digital harus dilakukan dengan lembut dan hati-hati karena perangsangan pada nervus vagus di dinding rektum dapat memperlambat kerja jantung pasien.

DIARE Diare berhubungan dengan pengeluaran feses yang cair dan meningkatnya frekuensi dari proses defekasi. Ini adalah lawan dari konstipasi dan dampak dari cepatnya perjalanan feses melalui usus besar. Cepatnya perjalanan chyme mengurangi waktu untuk usus besar mereabsorbsi air dan elektrolit. Sebagian orang mengeluarkan kotoran dengan frekuensi yang meningkat, tetapi bukan diare, dikatakan diare jika kotoran tidak berbentuk dan cair sekali. Pada orang dengan diare dijumpai kesulitan dan ketidakmungkinan untuk mengontrol keinginan defekasi dalam waktu yang lama.

Diare dengan ancaman tidak terkontrolnya buang air besar merupakan sumber dari perhatian dan rasa malu. Sering, spasmodik dan kram abdomen yang sangat sakit berhubungan dengan diare. Kadang-kadang klien mengeluarkan darah dan lendir yang banyak ; mual dan muntah juga bisa terjadi. Pada diare persisten,secara umum bisa terjadi perluasan iritasi pada daerah anus ke daerah perineum dan bokong. Fatique, kelemahan, malaise dan berat badan yang berkuran gmerupakan dampak dari diare yang berkepanjangan.

Ketika penyebab diare adalah iritasi pada saluran intestinal, diare diperkirakan sebagai mekanisme pembilasan sebagai perlindungan. Itu bisa menyebabkan hilangnya cairan dan elektrolit dalam tubuh, bagaimanapun, itu bisa berkembang menjadi sesuatu yang menakutkan dalam waktu yang singkat, terutama pada bayi dan anak kecil. BAB IIIPENUTUP

Kesimpulan

Daftar Pustakahttp://www.docstoc.com/docs/7098950/Sistem-Pencernaan-manusia