makalah pbl blok 9 - eva
TRANSCRIPT
Pengaruh Batu Empedu pada Gangguan Pencernaan
Eva Yuliana Choandra ( 102012333 )
Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta
Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021)
563-1731
Pendahuluan
Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan (alimentar), yaitu tuba muskular
panjang yang merentang dari mulut sampai anus, dan organ-organ aksesoris, seperti gigi,
lidah, kelenjar saliva, hati, kandung erapedu, dan pankreas. Saluran pencernaan yang
terletak di bawah area diafragma disebut saluran gastrointestinal (GI)
Fungsi utama sistem pencernaan (sistem alimenter) adalah untuk memindahkan zat
gizi atau nutrien (setelah memodifikasinya), air, dan elektrolit dari makanan yang kita
makan ke dalam lingkungan internal tubuh. Makanan yang dimakan penting sebagai
sumber energi yang kemudian digunakan oleh sel dalam menghasilkan ATP untuk
menjalankan berbagai aktivitas bergantung-energi, misalnya transportasi aktif, kontraksi,
sintesis, dan sekresi. Makanan juga merupakan sumber bahan untuk perbaikan,
pembaruan, dan penambahan jaringan tubuh.
Tindakan makan tidak secara otomatis menyebabkan molekul organik yang terdapat
di makanan tersedia bagi sel untuk digunakan sebagai sumber bahan bakar atau sebagai
bahan pembangun. Mula-mula makanan harus dicerna atau diuraikan menjadi molekul-
molekul kecil-ringkas yang dapat diserap dari saluran pencernaan ke dalam sistem
sirkulasi untuk didistribusikan ke sel-sel. Dalam keadaan normal, sekitar 95% dari
makanan yang masuk tersedia untuk digunakan oleh tubuh.
Mula-mula kita akan membahas secara singkat sistem pencernaan, menelaah ciri-ciri
umum berbagai komponen sistem, sebelum memulai perjalanan rinci menelusuri saluran
tersebut dari awal hingga akhir.1
1
a. Skenario
Bapak B, 56 tahun, dengan perawakan gemuk sering mengalami nyeri perut kanan
atas dan mual. Kemudian ia berobat ke dokter. Setelah dilakukan serangkaian
pemeriksaan, dokter menyatakan bahwa bapak tersebut menderita batu empedu dan harus
menjalani pengangkatan kandung empedu.
b. Mind Mapping
c. Hipotesis
Batu empedu disebabkan karena pengendapan lemak di kandung empedu.
d. Identifikasi Istilah
Batu Empedu timbunan kristal di dalam kandung empedu atau di dalam saluran
empedu.
e. Pembahasan
A. Struktur hepar dan empedu
a. Struktur makroskopis
1. Pankreas
a. Anatomi
(1) Pankreas adalah kelenjar terelongasi berukuran besar di balik
kurvatur besar lambung. Sel-sel endokrin (pulau-pulau Langer-
hans) pankreas mensekresi hormon insulin dan glukagon. Sel-sel
2
Gangguan Pencernaan(Batu Empedu)
Struktur Hepar dan Empedu
Struktur Makroskopis
Struktur Mikroskopis
Fungsi organ pencernaan
Mekanisme Pencernaan lemak
Enzim-enzim Pencernaan
eksokrin (asinar) mensekresi enzim-enzim pencernaan dan
larutan berair yang mengandung ion bikarbonat dalam
konsentrasi tinggi.
(2) Produk gabungan sel-sel asinar mengalir melalui duktus
pankreas, yang menyatu dengan duktus empedu komunis dan
masuk ke duodenum di titik ampula hepatopankreas, walaupun
duktus pankreas dan duktus empedu komunis membuka secara
terpisah pada duodenum. Sfingter Oddi secara normal
mempertahankah keadaan mulut duktus agar tetap tertutup.
b. Kendali pada sekresi pankreas. Sekresi eksokrin pancreas
dipengaruhi oleh aktivitas refleks saraf selama tahap sefalik dan
lambung pada sekresi lambung. Walaupun demikian, kendali utama
terletak pada hormon duodenum yang diabsorbsi ke dalam aliran
darah untuk mencapai pankreas.
( 1 ) diabsorpsi ke dalam darah untuk mencapai pankreas. Sekretin
akan dilepas jika kimus asam memasuki usus dan mengeluarkan
sejumlah besar cairan berair yang mengandung natrium
bikarbonat. Bikarbonat menetralisir asam dan membentuk
lingkungan basa untuk kerja enzim pankreas dan usus.
(2) CCK diproduksi oleh sel-sel mukosa duodenum sebagai respons
terhadap lemak dan protein separuh tercerna yang masuk dari
lambung. CCK ini menstimulasi sekresi sejumlah besar enzim
pankreas.
c. Komposisi cairan pankreas. Cairan pankreas mengandung enzim-
enzim untuk mencerna protein, karbohidrat, dan lemak.
(1) Enzim proteolitik pankreas (protease)
(a) Tripsinogen yang disekresi pankreas diaktivasi menjadi
tripsin oleh enterokinase yang diproduksi usus halus. Tripsin
mencerna protein dan polipeptida besar untuk embentuk
polipeptida dan peptida yang lebih kecil.
(b) Kimotripsin teraktivasi dari kimotripsinogen oleh tripsin.
Kimotripsin memiliki fungsi yang sama seperti tripsin terhadap
protein.
3
(c) Karboksipeptidase, aminopeptidase, dan dipeptidase adalah
enzim yang melanjutkan proses pencernaan protein untuk
menghasilkan asam-asam amino bebas.
(2) Lipase pankreas menghidrolisis lemak menjadi asam lemak dan
gliserol setelah lemak diemulsi oleh garam-garam empedu.
(3) Amilase pankreas menghidrolisis zat tepung yang tidak tercema
oleh amilase saliva menjadi disakarida (maltosa, sukrosa, dan
laktosa).
(4) Ribonuklease dan deoksiribonuklease menghidrolisis RNA dan
DNA menjadi blok-blok pembentuk nukleotidanya.2
2. Hati dan sekresi empedu
a. Anatomi hati. Hati adalah organ viseral terbesar dan terletak di
bawah kerangka iga. Beratnya 1,500 g (3 lbs) dan pada kondisi hidup
berwarna merah tua karena kaya akan persediaan darah. Hati
menerima darah teroksigenasi dari arteri hepatika dan darah yang
tidak teroksigenasi tetapi kaya akan nutrien dari vena portal hepatika.
Hati terbagi menjadi lobus kanan dan kiri.
(1) Lobus kanan hati lebih besar dari lobus kirinya dan memiliki
tiga bagian utama: lobus kanan atas, lobus kaudatu's, dan lobus
kuadratus.
(2) Ligamen falsiform memisahkan lobus kanan dari lobus kiri. Di
antara kedua lobus terdapat porta hepatis. jalur masuk dan keluar
pembuluh darah, saraf dan duktus.
(3) Dalam lobus lempengan sel-sel hati bercabang dan
beranastomosis untuk membentuk jaringan tiga dimensi. Ruang-
ruang darah sinusoid terletak di antara lempeng-lempeng sel.
Saluran portal, masing-masing berisi sebuah cabang vena portal,
arteri hepatika, dan duktus empedu, membentuk sebuah lobulus
portal.
b. Fungsi utama hati
(1) Sekresi. Hati memproduksi bang berperan dalam emul-sifikasi
dan absorpsi lemak.
4
(2) Metabolisme. Hati memetabolis protein, lemak, dan karbo-
hidrat tercerna.
(a)Hati berperan penting dalam mempertahankan homeostatik
gula darah. Hati menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen
dan mengubahnya kembali menjadi glukosa jika diperlukan
tubuh.
(b)Hati mengurai protein dari sel-sel tubuh dan sel darah merah
yang rusak. Organ ini membentuk urea dari asam amino
berlebih dan sisa nitrogen.
(c)Hati menyintesis lemak dari karbohidrat dan protein, dan
terlibat dalam penyimpanan dan pemakaian lemak.
(d)Hati menyintesis unsur-unsur pokok membran sel (lipopro-
tein, kolesterol dan fosfolipid).
(e)Hati menyintesis protein plasma dan faktor-faktor pembekuan
darah. Organ ini juga menyintesis bilirubin dari produk pe-
nguraian hemoglobin dan mensekresinya ke dalam empedu.
(3) Penyimpanan. Hati menyimpan mineral, seperti zat besi dan
tembaga, serta vitamin larut lemak (A. D. E, dan K), dan hati
menyimpan toksin tertentu (contohnya pestisida) serta obat yang
tidak dapat diuraikan dan diekskresikan.
(4) Detoksifikasi. Hati melakukan inaktivasi hormon dan dekto-
sifikasi toksin dan obat. Hati memfagosit eritrosit dan zat a ing
yang terdistintegrasi dalam darah.
(5) Produksi panas. Berbagai aktivitas kimia dalam hati
menjadikan hati sebagai sumfaer utama panas tubuh, terutama
saat tidur.
(6) Penyimpanan darah. Hati merupakan reservoar untuk sekitar
30% curah jantung dan, bersama dengan limpa, mengatur volume
darah yang diperlukan tubuh. 2
c. Empedu
(1)Anatomi sekresi empedu
5
a. Empedu yang diproduksi oleh sel-sel hati memasuki
kanalikuli empedu yang kemudian menjadi duktus
hepatika kanan dan kiri.
b. Duktus hepatika menyatu untuk membentuk duktus
hepatik komunis yang kemudian menyatu dengan duktus
sistikus dari kandung empedu dan keluar dari hati
sebagai duktus
c. Duktus empedu komunis, bersama dengan duktus
pankreas bermuara di duodenum atau dialihkan untuk
penyimpanah di kandung empedu.
(2)Komposisi empedu. Empedu adalah larutan berwarna kuning
kehijauan terdiri dari 97% air. pigmen empedu, dan garam-
garam empedu.
a. Pigmen empedu terdiri dari biliverdin (hijau) dan
bilirubin (kuning). Pigmen ini merupakan hasil
penguraian hemoglobin yang dilepas dari sel darah
merah terdisintegrasi.
i. Pigmen utamanya adalah bilirubin yang
memberikan warna kuning pada urine dan feses.
ii. Jaundice, atau warna kekuningan pada jaringan,
merupakan akibat dari peningkatan kadar
bilirubin darah. Ini merupakan indikasi kerusakan
fungsi hati dan dapat disebabkan oleh kerusakan
sel hati (hepatitis), peningkatan dekstruksi sel
darah merah, atau obstruksi duktus empedu oleh
batu empedu.
b. Garam-garam empedu terbentuk dari asam empedu yang
berikatan dengan kolesterol dan asam amino. Setelah
disekresi ke dalam usus, garam tersebut direabsorpsi dari
ileum bagian bawah kembali ke hati dan di daur ulang
kembali. Peristiwa ini dikenal sebagai sirkulasi
enterohepatika garam empedu.
c. Fungsi garam empedu dalam usus halus.
6
i. Emulsifikasi lemak. Garam empedu mengemulsi
globulus lemak besar dalam usus halus yang
kemudian menghasilkan globulus lemak lebih
kecil dan area permukaan yang lebih luas untuk
kerja enzim.
ii. Absorpsi lemak. Garam empedu membantu
absorpsi zat terlarut lemak dengan cara
memfasilitasi jalurnya menembus membran sel.
iii. Pengeluaran kolesterol dari tubuh. Garam
empedu berikatan dengan kolesterol dan lesitin
untuk membentuk agregasi kecil disebut micelle
yang akan dibuang melalui feses.
d. Kendali pada sekresi dan aliran empedu. Sekresi empedu
diatur oleh faktor saraf (impuls parasimpatis) dan
hormon (sekretin dan CCK) yang sama dengan yang
mengatur sekresi cairan pankreas. Saat asam lemak dan
asam amino mencapai usus halus, CCK dilepas untuk
mengkontraksi otot kandung empedu dan me- relaksasi
sfingter Oddi. Cairan empedu kemudian didorong ke
dalam duodenum. 2
(3). Kandung empedu
a. Anatomi. Kandung empedu adalah kantong muskular hijau
me-nyerupai pir dengan panjang 10 cm. Organ ini terletak
di lekukan dibawah lobus kanan hati. Kapasitas total
kandung empedu kuranglebih 30 ml sampai 60 ml.
b. Fungsi
(1) Kandung empedu menyimpan cairan empedu
yang secara terus-menerus disekresi oleh sel-sel hati.
sampai diperlukan dalam duodenum. Di antara waktu
makan, sfingter Oddi menutup dan cairan empedu
mengalir ke dalam kandung empedu yang relaks.
Pelepasan cairan ini dirangsang oleh CCK.
7
(2) Kandung empedu mengkonsentrasi cairannya
dengan cara mereabsorpsi air dan elektrolit. Dengan
demikian, kandung ini mampu menampung hasil 12
jam sekresi empedu hati. 2
Vesica Vellea
Vesica fellea diliputi peritoneum,
kecuali bagian yang melekat pada
hepar. Bagian-bagian:
• fundus vesica fellea
• corpus vesica fellea
• collum vesica fellea
Saluran empedu: ductus cysticus
Mucosa ductus cysticus mempunyai lipatan berbentuk spiral =
valvula spiralis Heisteri
Ductus cysticus bersama-sama saluran empedu intrahepatal
membentuk ductus choledochus. Ductus
choledochus berjalan dalam lig. hepatoduodenale bersama-
sama v. porta dan a. hepatica propia. 2
Pendarahan
• a. cystica, sebuah end artery yang merupakan cabang a.
hepatica dextra2
8
b. Struktur Mikroskopis
i. Hati
Yang di pelajari di sini adalah lobulus klasik hati yang biasanya
pada sajian histologi berbentuk bidang persegi banyak (poligonal).
Sisi bidang ini merupakan batas lobulus yang dibentuk oleh
jaringan ikat jarang (jaringan interlobularis), yang pada hati babi
jaringan ini sangat jelas terlihat tetapi pada hati manusia batas atau
jaringan ini tidak begitu jelas.3
Di luar vena sentralis ini terdapat deretan sel-sel hati yang
tersusun bak jari-jari mengarah ke jaringan interlobularis. Diantara
deretan sel hati tersebut terdapat sinusoid hati yang bermuara
kedalam vena sentralis tadi. Muara ini tidak selalu terlihat jelas
karena selalu terpotong. Dinding sinusoid berupa selapis sel
endotel yang terlihat melekat pada deretan sel-sel hati. Sel endotel
ini berbentuk gepeng dengan inti yang gepeng pula dan
mempunyai kromatin padat. Pada beberapa sajian di lihat adanya
suatu sel dengan inti yang berkromatin tidak terlalu padat, bila
terlihat, tampak sitoplasmanya bercabang-cabang dan menempel
pada dinding sinusoid yang berseberangan. Di dalam
sitoplasmanya dapat dilihat benda-benda asing yang telah
dilahapnya (fagositosis). Sel ini disebut sel Kuppfer. Tanpa
adanya benda asing ini sulit untuk memastikan adanya sel Kuppfer.
Sel hati berbentuk poligonal dengan inti bulat atau sedikit
lonjong dan kromatin agak padat. Kadang dapat dilihat sel hati
dengan inti ganda. Dengan pembesaran kuat (45 x) kadang dapat
dilihat kanalikuli biliaris di antara dua dinding sel hati yang
berhimpitan, yang terlihat sebagai bintik atau lubang kecil saja.
Saluran Herring merupakan duktus biliaris intralobular.
Letaknya ditepi lobulus. Dindingnya sebagian di batasi oleh sel hati
dan sebagian lagi oleh epitel selapis kubis. Saluran ini pendek
sehingga agak sulit dicari.
Di dalam jaringan interlobular dapat ditemukan duktus biliaris
yang dindingnya dilapisi epitel selapis atau berlapis kubis
tergantung dari besarnya saluran. Pada salah satu sudut jaringan
9
Gb 110 . Hepar-sus. Carilah : 11. Segitiga kiernan 2. Duktus biliaris 3. Arteri hepatika 4. Cabang vena porta 5. Hepatosit £■ fewbuloh
interlobularis biasanya dapat ditemukan duktus biliaris, A rteriol
cabang A.hepatika, venul cabang V.porta Daerah ini disebut
segitiga Kiernan. Di sini kadang-kadang dapat pula ditemukan
pembuluh limf kecil. Pada beberapa sajian dapat ditemukan vena
yang lebih besar yang disebut V.sublobularis.
ii.
Vesica Fellea
Lapis mukosa. Dilapisi epitel silindris yang biasanya tidak
mempunyai sel piala. Epitel bersama lamina propia membentuk
lipatan mirip vilus intestinalis. Di dalam lamina propia terdapat
bangunan-bangunan bulat atau lonjong yang dilapisi epitel sama
10
dengan epitel mukosa. Ini sebenarnya potongan lipatan mukosa dan
disebut sinus Rokitansky Ashoff.
Tidak di jumpai lapis otot mukosa. Lapis otot. Terdiri atas
berkas-berkas otot polos yang tidak seteratur pada dinding usus.
Lapis serosa. Terdiri atas jaringan penyambung jarang. Pada daerah
yang berhadapan dengan jaringan hati kadang-kadang dapat di
jumpai sisa-sisa saluran keluar empedu yang rudimenter dan
disebut duktus aberans Luschka. 3
iii. Kelenjar pankreas
Kelenjar pankreas merupakan kelenjar ganda, terdiri atas
bagian eksokrin dan endokrin.
Bagian eksokrin. Bagian ini mirip dengan kelenjar parotis.
Memang pars terminalis kelenjar berupa asinus. Di dalam asinus
sering dapat dijumpai sel sentroasineryang membatasi lumen
asinus. Sel ini tidak ada pada kelenjar parotis. Sel ini sebenarnya
merupakan awal duktus interkalaris, yaitu saluran keluar kelenjar
yang terkecil yang dilapisi oleh epitel selapis kubis atau kubis
rendah. Duktus sekretorius (intralobularis) jarang atau sedikit
jumlahnya walaupun selalu ada.
Bagian Endokrin. Disebut juga pulau-pulau Langerhans yang
terdiri atas sekelompok sel-sel yang berwarna lebih pucat di
bandingkan sel-sel asinus di sekitarnya (bagian eksokrin). Sel-sel
disini juga lebih kecil— kecil dan batasnya tidak jelas satu sama
lain. Kelompokan sel inipun tidak mempunyai simpai jaringan ikat
yang jelas. Dengan pulasan H.E sulit membedakan adanya sel alfa
dan beta yang ada didalamnya. 3
11
B. Fungsi Organ Pencernaan
a. Mulut
Mulut adalah jalan masuk menuju sistem pencernaan dan berisi organ
aksesori yang berfungsi dalam proses awal pencernaan. Rongga
vestibulum (bukal) terletak di antara gigi dan, bibir dan pipi sebagai batas
luarnya. Rongga oral utama dibatasi gigi dan gusi di bagian depan,
palatum lunak dan keras di bagian atas, lidah di bagian bawah, dan
orofaring di bagian belakang. 4
b. Lambung
Fungsi lambung
1. Penyimpanan makanan. Kapasitas lambung normal
memungkinkan adanya interval waktu yang panjang antara saat
makan dan kemampuan menyimpan makanan dalam jumlah besar
sampai makanan ini dapat terakomodasi di bagian bawah saluran.
Lambung tidak memiliki peran mendasar dalam kehidupan dan
dapat diangkat, asalkan makanan yang dimakan sedikit dan sering.
2. Produksi kimus. Aktivitas lambung mengakibatkan terbentuknya
kimus (massa homogen setengah cair, berkadar asam tinggi yang
berasal dari bolus) dan mendorongnya ke dalam duodenom.
3. Digesti protein. Lambung memulai digesti protein melalui sekresi
tripsin dan asam kiorida.
12
4. Produksi mukus. Mukus yang dihasilkan dari kelenjar
membentuk barier setebal 1 mm untuk melindungi lambung
terhadap aksi pencernaan dari sekresinya sendiri.
5. Absorpsi. Absorpsi nutrien yang berlangsung -dalam lambung
hanya sedikit. Beberapa obat larut lemak (aspirin) dan alkohol
diabsorpsi pada dinding lambung. Zat terlarut dalam air terabsorpsi
dalam jumlah yang tidak jelas. 4
6. Produksi faktor intrinsic
a. Faktor intrinsik adalah glikoprotein yang disekresi sel
parietal.
b. Vitamin B12, didapat dari makanan yang dicerna di
lambung, terikat
pada faktor intrinsik. Kompleks faktor intrinsik vitamin B12
dibawa ke ileum usus halus. tempat vitamin B12 diabsorbsi.4
c. Fungsi usus halus
i. Usus halus mengakhiri proses pencernaan makanan yang dimulai
di mulut dan di lambung. Proses ini diselesaikan oleh enzim usus
dan enzim pankreas serta dibantu empedu dalam hati.
ii. Usus halus secara selektif mengabsorbsi produk digesti. 4
d. Fungsi hati dapat dibagi menjadi dua kategori umum. Pertama, hati
terlibat dalam proses zat-zat yang diabsorpsi, baik nutrien maupun toksin.
Dengan kata lain, hati bertanggung jawab terhadap metabolisme berbagai
zat yang dihasilkan dari pencernaan dan absorpsi makanan dari usus.
Kedua, hati memiliki fungsi eksokrin penting yang terlibat dalam:
1. Produksi asam empedu dan cairan alkali yang digunakan untuk
pencernaan dan absorpsi lemak dan untuk netralisasi asam lambung di
usus
2. Pemecahan dan produksi produk buangan metabolisme setelah
pencernaan; (iii) detoksifikasi zat-zat beracun/berbahaya
3. Ekskresi produk buangan dan detoksifikasi zat-zat di empedu4
13
C. Mekanisme Kerja
Proses sistem pencernaan dalam tubuh manusia terjadi dalam saluran
pencernaan dimulai dari mulut tempat makanan dan minuman masuk sampai pada
usus besar. Secara umum proses dalam saluran pencernnan terbagi atas motilitas,
sekresi, pencernaan itu sendiri dan penyerapan yang terjadi sesuai dengan
mekanisme yang akan dijalankan bagian saluran. Motilitas mengacu pada
kontrkasi otot yang mencampur dan mendorong isi saluran pencernaan. Sekresi
berhubungan dengan pelepasan sejumlah getah pencernaan yang dilepaskan oleh
kelenjar eksokrin sepanjang rute, masing-masing dengan produk sekretoriknya
sendiri. Pencernaan mengacu pada proses penguraian makanan dari yang
strukturnya kompleks diubah menjadi satuan-satuan lebih kecil yang dapat diserap
enzim–enzim dalam saluran pencernaan. Dan penyerapan adalah proses
diserapnya satuan kecil hasil pencernaan bersama ait, vitamin dan elektrolit lalu
dipindahkan dari lumen pencernaan ke dalam darah atau limfe2. 1
1. Mulut
Adalah pintu masuk ke saluran pencernaan. Dalam rongga mulut terdapat alat
seperti lidah yang berfungsi membantu melalui pergerakannya dalam mengunyah
dan menelan makanan, serta melalui papil-papil pengecapnya menghantarkan
rangsang berupa rasa makanan yang dimakan. Gigi bertanggung jawab unutk
mengunyah (mastikasi) menghancurkan makanan dan mencampurnya dengan air
liur. Di mulut saliva diproduksi oleh tiga pasangan kelenjar saliva utama: kelenjar
sublingual, submandibula, dan parotis yang terletak di luar rongga mulut, dan
menyalurkan air liur melalui duktus-duktus pendek ke dalam mulut. Selain itu
terdapat kelenjar air liur minior, yakni kelenjar bukal dilapisan mukosa pipi.
Saliva terdiri 95% H2O serta 0,5% protein dan elektrolit. Protein air liur
terpenting: amilase, mukus, dan lizosim. Air liur memulai penernaan karbohidrat
di mulut melalui kerja amilase liur, suatu enzim yang memecah polisakarida
menjadi disakarida. Air liur mempermudah proses menelan dengan membasahi
partikel makanan sehingga mereka menyatu serta dengan menghasilkan
pelumasan karena adanya mukus yang kental dan licin
Air liur juga memiliki efek antibakteri melalui efek ganda pertama oleh
lizozim, suatu enzim yang melisiskan atau menghancurkan bakteri tertentu dan
14
kedua dengan membilas bahan yang mungkin digunakan bakteri sebagai sumber
makanan. 1
2. Esofagus
Makanan yang telah hancur dan bercampur dengan saliva atau disebut bolus
selanjutnnya akan menuju faring, sebagai saluran bersama pernapasan dan
pencernaan kemudian akan menuju esofagus. Di esofagus terjadi proses menelan
(deglutition) yang melibatkan pusat menelan di medula. Menelan dimulai secara
volunter tetapi prose tersebut tidak dapat dihentikan setelah dimulai. Pusat
menelan memulai gelombang peristaltik primer yang mengalir dari pangkal ke
ujung esofagus, mendorong bolus di depannya melewati esofagus ke lambung.
Peristaltis mengacu kepada kontraksi berbentuk cincin otot polos sirkuler yang
bergerak secara progresif ke depan dengan gerakan mengosongkan, mendorong
bolus di depan kontraksi. Dengan demikian, pendorongan makanan melalui
esofagus adalah proses aktif yang tidak mengandalkan gravitasi. Makanan dapat
terdorong ke lambung bahkan dalam posisi kepala di bawah. Gelombang
peristaltik berlangsung sekitar 5-9 detik mencapai ujung bawah esofagus.
Kemajuan gelombang tersebut dikontrol oleh pusat menelan, melaui persarafan
vagus. Cairan, yang tidak tertahan oelh friksi dinding esofagus, dengan cepat
turun ke sfingter esofagus bawah akibat gravitasi, dan kemudian harus menunggu
sekitar 5 detik sampai gelombang peristalsis primer akhirnya sampai sebelum
cairan tersebut dapat melalui sfringter gastroesofagus. Apabila bolus berukuran
besar atau lengket tertelan dan tidak dapat terdorong ke lambung oleh gelombang
peristaltik primer, bolus tertahan tersebut akan merengkan esofagus dan memicu
reseptor tekanan di dalam dinding esofagus, menimbulkan gelombang peristaltik
kedua yang lebih kuat yang diperantarai oleh pleksus saraf intrinsik di tempat
peregangan. Gelombang peristaltik sekunder ini tidak melibatkan pusat menelan,
dan orang yang bersangkutan juga tidak menyadari keberadaannya. Peregangan
esofagus juga secara refleks meningkatkan sekresi air liur. Bolus yang
terperangkap tersebut akhirnya di lepaskan dan digerakan ke depan melalui
kombinasi lubrikasi air liur tambahan dan gelombang peristaltik sekunder yang
kuat. 1
15
3. Lambung
Lambung melakukan beberapa fungsi dimana yang terpenting adalah
menyimpan makanan yang masuk sampai disalurkan ke usus halus dengan
kecepatan yang sesuai dengan pencernaan dan penyerapan yang optimal. Karena
usus halus adalah tempat utama perncernaan dan penyerapan, lambung perlu
menyimpan makanan dan menyalurkan sedikit demi sedikit ke duodenum dengan
kecepatan yang tidak melebihi kapasitas usus, fungsi lainya adalah unutk
mensekresikan asam hidroklorida (HCl) dan enzim-enzim yang memulai
pencernaan protein. Akhirnya, melalui gerakan mencampur lambung dengan
sekresi lambung, makanan yang masuk dihaluskan dan dicampur dengan sekresi
lambung unutk menghasilkan campuran kental yang dikenal sebagai kimus.
Terdapat 4 aspek motilitas lambung: 1) pengisian, 2) penyimpanan, 3)
pencampuran, dan 4) pengosongan lambung.1
Pengisian lambung.
Jika kosong, lambung memiliki volume sekitar 50 ml, tetapi organ ini dapat
mengembang hingga kapasitasnya mencapai sekitar 1 liter (1000 ml) ketika
makan. Akomodasi perubahan volume yang besarnya hingga 20 kali lipat
menimbulkan ketegangan pada dinding lambung dan sangat meningkatkan
tekanan intralambung dan sangat meningkatkan tekanan intralambung jika tidak
terdapat plastisitas otot polos lambung dan relaksasi reseptif lambung pada saat ia
terisi. Plastisitas mengacu pada kemampuan otot polos mempertahankan
ketegangan konstan dalam rentang panjang yang lebar, tidak seperti otot rangka
dan otot jantung, yang memperlihatkan hubungan panjang ketegangan. Dengan
demikian pada saat serat otot polos lambung teregang pada pengisian lambung,
serat-serat itu melemas tanpa menyebabkan peningkatan ketegangan otot. Namun,
peregangan yang melebihi batas tertentu akan memicu kontraksi yang dapat
menutupi perilaku plastisitas yang pasif tersebut. Peregangan dalam tingkat
tertentu menyebabkan depolarisasi sel-sel pemacu, sehingga sel-sel itu mendekati
potensial istirahat yang membuat potensial gelombang lambat mampu mencapai
ambang dan mencetuskan aktivitas kontraktil. Sifat dasar otot polos itu diperkuat
relaksasi refleks lambung saat terisi. Interior lambung membentuk lipatan yang
disebut rugae yang selama makan akan mengecil dan mendatar saat lambung
16
perlahan melemas terisi, disebut relaksasi reseptif, dimana relaksasi ini
meningkatkan kemampuan lambung mengakomodasi volume makanan tambahan
dengan sedikit saja penaikan tekanan. Bila makanan yang masuk lebih dari 1 liter
maka seseorang akan tidak nyaman, relaksasi reseptif diperantarai saraf vagus. 1
Penyimpanan lambung.
Sebagian sel otot polos lambung dapat mengalami depolarisasi parsial yang
otonom dan berirama, sel ini terletak di fundus bagian atas dari gaster. Sel-sel ini
menghasilkan potensial gelombang lambat yang menyapu ke bawah sepanjang
lambung menuju sfingter pilorus dengan kecepatan 3 gelombang per menit. Pola
depolarisasi ini atau BER (basic electrical rhythm) lambung, berlangsung secara
terus menerus dan mungkin disertai kontraksi lapisan otot polossirkuler lambung.
Bergantung pada tingkat eksitabilitas otot polos, BER dapat dibawa ke ambang
oleh aliran arus dan mengambil potensial aksi, yang kemudian memulai kontraksi
otot yang dikenal sebagai gelombang peristaltik yang menyapu isi lambung
dengan kecepatan BER, 3 kali per menit. Gelombang peristaltik kemudian
menyebar ke seluruh fundus dan korpus melalui anthrum dan sfingter pilorus.
Karena lapisan otot lapisan otot di fundus dan korpus tipis, kontraksi peristaltik di
kedua daerah tersebut lemah. Saat sampai di anthrum gelombang menjadi jauh
lebih tebal. Karena di fundus dan korpus gerakan mencampur yang terjadi kurang
kuat, makanan yang masuk ke lambung tersimpan tenang tanpa mengalami
pencampuran. Daerah fundus biasanya tidak menyimpan makanan tapi hanya
berisi sejumlah gas. Makanan secara bertahap disalurkan dari korpus ke anthrum
tempat berlangsung pencampuran makanan. 1
Pencampuran lambung.
Kontraksi peristaltik lambung yang kuat merupakan penyebab makanan
bercampur dengan sekresi lambung dan menghasilkan kimus. Setiap gelombang
peristaltik antrum mendorong kimus ke depan ke arah sfingter pilorus. Kontraksi
tonik sfingter polirus dalam keadaan normal menjaga sfingter hampir tertutup
rapat. Lubang sisa yang tersedia cukup unutk air dan cairan lain lewat, tetapi
terlalu kecil unutk kimus yang kental, kecuali kimus terdorong oleh gerakan
peristaltik yang kuat. Walupun demikian dari 30 ml kimus yang ditampung
17
antrum hanya beberapa mililiter isi yang akan terdorong ke duodenum setiap
gelombang peristaltik.
Sebelum lebih banyak kimus dapat diperas diperas keluar, gelombang sudah
mencapai sfingter pilorus mengakibatkan kontraksi kuat sfingter menutup pintu
dan menghambat aliran kimus. Bagian terbesar kimus antrum yang terdorong ke
depan dan tertolak kembali saat gelombang baru datang disebut gerakan retropulsi
menyebabkan kimus bercampur merata di antrum. 1
Pengosongan lambung.
Kontraksi peristaltik antrum selain menyebabkan pencampuran lambung juga
menghasilkan gaya pendorong unutk mengosongkan lambung. Jumlah kimus yang
lolos ke duodenum pada setiap gelombang peristaltik sebelum sfingter tertutup
erat terutama bergantung pada kekuatan peristalsis. Intensitas peristaltis antrum
dapat sangat bervariasi di bawah pengaruh berbagai sinyal dari lambung dan
duodenum; sehingga pengosongan lambung diatur oleh faktor lambung dan
duodenum. Dengan sedikit menimbulkan depolarisasi atau hiperpolaisasi otot
polos lambung, faktor-faktor tersebut mempengaruhi ekstabilitas, semakin sering
BER menghasilkan potensial aksi, semakin besar aktivitas peristaltik di antrum,
dan semakin cepat pengosongan lambung.
Kantung lambung merupakan sumber eksresi getah lambung. Setiap hari
lambung mengeluarkan sekitar 2 liter getah lambung. Sel-sel yang bertanggung
jawab untuk mensekresinya adalah mukosa oksintik yang melapisi kospus dan
fundun, daerah kelenjar pilorik (PGA: pyloric gland area) melapisi antrum.
dalam dilapisi oleh sel-sel utama (chief cell), pada bagian luar kantung lambung
tidak berkontak dengan lumen terdapat sel parietal. Sel leher mukosa cepat
membelah dan berfungsii sebagai sel induk bagi semua sel baru mukosa lambung.
Sel baru yang dihasilkan dari pembelahan akan bermigrasi ke luar lambung
menjadi sel epitel permukaan atau ke bawah berdifernsiasi menjadi sel utama atau
sel parietal. 1
Motilitas
18
Motilitas mengacu pada kontraksi otot yang mencampur dan mendorong isi
saluran pencernaan. Seperti otot polos vaskuler, otot polos di dinding saluran
pencernaan terus menerus berkontraksi dengan kekuatan rendah yang dikenal
sebagai tonus. Tonus penting untuk mempertahankan agar tekanan pada isi
saluran pencernaan tetap serta untuk mencegah dinding saluran pencernaan
melebar secara permanen setelah mengalami distensi (peregangan). bahwa
motilitas di kedua ujung saluran—mulut sampai bagian awal esofagus dan sfingter
anus eksternus di-akhir—melibatkan aktivitas otot rangka dan bukan otot polos.
Dengan demikian, tindakan mengunyah, menelan, dan defekasi memiliki
komponen volunter karena otot-otot rangka berada di bawah kontrol kesadaran,
sedang-kan motilitas yang dilakukan oleh otot polos di bagian saluran pencernaan
lainnya dikontrol oleh mekanisme involunter yang kompleks. 1
Sekresi
Sejumlah getah pencernaan disekresikan ke dalam lumen saluran pencernaan
oleh kelenjar-kelenjar eksokrin yang terletak di sepanjang rute, masing-masing
dengan produk sekretorik spesifiknya sendiri. Setiap sekresi pencernaan terdiri
dari air, elektrolit, dan konstituen organik spesifik yang penting dalam proses
pencernaan, seperti enzim, garam empedu. atau mukus. Sel-sel sekretorik
mengekstraksi dari plasma sejumlah besar air dan bahan-bahan mentah yang
penting untuk menghasilkan produk sekretorik mereka. Sekresi semua getah
pencernaan memerlu-kan energi, baik untuk transportasi aktif sebagian bahan
mentah ke dalam sel (sebagian berdifusi secara pasif) maupun untuk sintesis
produk sekretorik oleh retikulum endoplasma. Sel-sel eksokrin ini memiliki
banyak mito-kondria untuk menunjang tingginya kebutuhan energi yang
diperlukan dalam proses sekresi. Sekresi tersebut dikeluarkan ke dalam lumen
saluran pencernaan karena adanya rangsangan saraf atau hormon yang sesuai.
Dalam keadaan normal, sekresi pencernaan direabsorpsi dalam satu bentuk atau
bentuk lain untuk dikembalikan ke darah setelah produk sekresi tersebut ikut serta
dalam proses pencernaan. Kegagalan proses reabsorpsi ini (misalnya akibat diare
atau muntah) menyebabkan hilangnya cairan yang "dipinjam" dari plasma
tersebut. 1
Pencernaan
19
Pencernaan mengacu pada proses peng-uraian makanan dari yang strukturnya
kompleks diubah menjadi satuan-satuan lebih kecil yang dapat diserap oleh
enzim-enzim yang diproduksi di dalam sistem pencernaan. Manusia
mengkonsumsi tiga kategori bio-kimiawi makanan kaya-energi; karbohidrat,
protein, dan lemak. Molekul-molekul besar tersebut tidak mampu menembus
membran plasma utuh untuk diserap dari lumen saluran pencernaan ke dalam
darah atau limfe. Proses pencernaan menguraikan molekul-molekul makanan
besar ini menjadi molekul nutrien yang lebih kecil yang dapat diserap
Bentuk karbohidrat paling sederhana adalah gula sederhana atau monosakarida
(molekul "satu gula"), misalnya glukosa, fruktosa, dan galaktosa, yang dalam
keadaan normal jumlahnya sangat sedikit dalam makanan. Sebagian besar
karbohidrat yang dimakan adalah dalam bentuk polisakarida (molekul "banyak
gula"), yang terdiri dari rantai-rantai molekul glukosa yang saling berhubungan.
Polisakarida yang paling banyak dikonsumsi adalah tepung kanji (starch) yang
berasal dari makanan nabati. Selain itu, daging mengan-dung glikogen, bentuk
simpanan glukosa di dalam otot. Selulosa, polisakarida makanan lain yang
ditemukan pada dinding tumbuhan, tidak dapat dicerna menjadi konstituen-
konstituen monosakaridanya oleh getah pencernaan yang disekresi oleh manusia;
dengan demikian, bahan ini membentuk serat yang tidak tercerna atau "bulk"
dalam makanan kita. Selain polisakarida, sumber karbohidrat makanan lainnya
dalam jumlah yang lebih sedikit adalah karbohidrat dalam bentuk disakarida
(molekul "dua gula"), termasuk sukrosa (gula pasir, yang terdiri dari satu molekul
glukosa dan satu molekul fruktosa) dan laktosa (gula susu yang terdiri dari satu
molekul glukosa dan satu molekul galaktosa). 5
Kanji, glikogen, dan disakarida diubah melalui proses pencernaan menjadi
konstituen-konstituen monosakarida mereka, terutama glukosa dengan sedikit
fruktosa dan galaktosa. Berbagai monosakarida ini merupakan satuan (unit)
karbohidrat yang dapat diserap. 1
Kategori kedua makanan adalah protein, yang terdiri dari berbagai kombinasi
asam amino yang disatukan oleh ikatan peptida. Melalui proses pencernaan,
protein diuraikan terutama menjadi konstituen mereka, yaitu asam amino-serta
beberapa polipeptida kecil (beberapa asam amino yang disatukan oleh ikatan
peptida), keduanya merupakan satuan protein yang dapat diserap.
20
Lemak merupakan kategori ketiga makanan. Sebagian besar lemak dalam
makanan berada dalam bentuk trigli-serida, yaitu lemak netral, yang masing-
masing terdiri dari kombinasi gliserol dengan tiga (trt berarti "tiga") molekul
asam lemak melekat padanya. Selama pencernaan, dua molekul asam lemak
dipisahkan, me-ninggalkan sebuah monogliserol, satu molekul gliserol dengan
satu (mono berarti "satu") molekul asam lemak melekat padanya. Dengan
demikian, produk akhir pencernaan lemak adalah monogliserida dan asam lemak,
yang merupakan satuan lemak yang dapat diserap.
Pencernaan dilakukan melalui proses hidrolisis ("penguraian oleh air")
enzimatik. Dengan menambahkan H20 di tempat ikatan, enzim dalam sekresi
pencernaan1
Penyerapan
Pencernaan diselesaikan dan sebagian besar penyerapan terjadi di usus halus.
Melalui proses penyerapan (absorpsi), satuan-satuan kecil yang dapat diserap yang
dihasilkan dari proses pencernaan tersebut, bersama dengan air, vitamin, dan
elektrolit, dipindahkan dari lumen saluran pencernaan ke dalam darah atau limfe. 5
Absorpsi dalam usus halus
1. Digesti oleh enzim usus. Enzim-enzim usus melengkapi proses pencernaan
kimus sehingga produk tersebut dapat langsung dan dengan mudah
terserap. Enzim-enzim usus cara kerjanya antara lain
a. Enterokinase mengaktivasi tripsinogen pankreas menjadi tripsin,
yang kemudian mengurai protein dan peptida menjadi peptida yang
lebih kecil.
b. Aminopeptidase, tetrapeptidase, tripeptidase. dan dipeptidase
mengurai peptida menjadi asam amino bebas. Amilase usus
menghidrolisis zat tepung menjadi disakarida (maltosa,
sukrosa, dan laktosa).
c. Maltase, isomaltase, laktase, dan sukrase memecah disakarida
maltosa, laktosa, dan sukrosa, menjadi monosakarida (gula
sederhana).
21
d. Lipase usus memecah monogliserida menjadi asam lemak dan
gliserol.
2. Jalur absorbtif. Produk-produk digesti (monosakarida, asam amino, asam
lemak, dan gliserdlt juga air, elektrolit, vitamin, dan cairan pencernaan
diabsorpsi menembus membran sel epitel duodenum dan yeyunum. Hanya
sedikit absorpsi yang berlangsung daJam ileum kecuali untuk garam-
garam empedu dan vitamin B12.
3. Mekanisme transpor absoi"psi meliputi difusi, difusi terfasilitasi, transport
aktif, dan pinositosis. Mekanisme utama adalah transpor aktif. Zat-zat
yang ditranspor dari lumen usus ke darah atau limfe harus menembus
sel-sel dan cairan interselular berikut:
a. Membran plasma sel epitelial kolumnar pada vilus, sitoplasmanya,
dan membran dasarnya.
b. Jaringan ikat di antara sel epitel dan kapilar atau lakteal dalam
vilus.
c. Dinding kapilar atau lakteal yang terletak dalam inti vilus.
4. Absorpsi karbohidrat. Setiap gula sederhana dipercaya memiliki
mekanisme transpornya sendiri. Gula bergerak dari usus menuju jaring-
jaring kapilar vilus dan dibawa menuju hati oleh vena portal hepatika.
a. Absorpsi glukosa terjadi bersamaan dengan transpor aktif ion
natrium (ko-transpor).
b. Fruktosa ditranspor melalui difusi terfasilitasi yang diperantarai
carrier.
c. Monosakarida lain dapat diabsorpsi melalui difusi sederhana.
5. Absorpsi protein. Transpor aktif asam amino ke dalam sel-sel usus Juga
berlangsung bersamaan dengan transpor aktif natrium, dengan system
carrier yang terpisah untuk asam amino berbeda. Dari kapilar vilus, asam
amino dibawa ke hati.
22
6. Absorpsi lemak. Asam lemak larut lipid dan gKserol-diabsorpsi dalam
bentuk micelle, yaitu suatu globulus sferikal garam empedu yang
mengelilingi bagian berlemak. Micelle membawa asam lemak dan
monoglikoserida menuju sel epitelial, tempatnya dilepas dan diabsorpsi
melalui difusi pasif menuju membran sel usus.
a. Asam lemak berantai karbon pendek (kurang dari 10 sampai 12
atom karbon) merupakan molekul kecil yang bergerak ke dalam
kapilar vilus bersama asam amino dan monosakarida.
b. Asam lemak berantai karbon panjang (mencapai 90% lebih dari
asam lemak yang ada) dan molekul gliserol bergerak ke reticulum
endoplasma, kemudian disintesis ulang menjadi trigliserida,
berikatan dengan lipoprotein, fosfolipid, dan kolesterol, serta
terbebas sebagai kilomikron dari tepi lateral sel usus
c. Kilomikron menembus lakteal sentral vilus menuju sistem limfatik
dan sirkulasi sistemik, sebelumnya melintasi [bypassing) hati.
7. Absorpsi air, elektrolit, dan vitamin
a. Hanya 0,5 L dari 5 L sampai 10 L cairan yang ada dalam usus
halus yang mencapai usus besar. Air diabsorpsi secara pasif
melalui hukum osmosis setelah absorpsi elektrolit dan makanan
tercerna.
b. Ion dan zat renik diabsorpsi melalui difusi atau transpor aktif.
i. Absorpsi kalsium bervariasi sesuai dengan asupan
makanan. kadar plasma, dan kebutuhan tubuh serta diatur
oleh hormon paratiroid dan ingesti vitamin D.
ii. Absorpsi zat besi ditentukan sesuai kebutuhan metabolik.
Zat besi terikat pada globulin (transferin) dalam darah dan
tersimpan pada tubuh dalam bentuk feritin yang akan
dilepas jika dibutuhkan.
iii. Vitamin larut air (C dan B) diabsorpsi melalui difusi.
Vitamin larut lemak (A, D, E dan K) diabsorpsi bersama
23
lemak. Absorpsi vitamin B12 bergantung pada faktor
intrinsik lambung dan berlangsung dalam ileum. 5
D. Enzim Pencernaan
Enzim adalah substansi dengan dasar protein yang terdapat pada manusia,
hewan, maupun tumbuhan. Enzim membantu proses metabolisme tubuh yang
memungkinkan proses kehidupan dapat berjalan. Salah satu jenis enzim yang
mempunyai peranan penting adalah enzim pencernaan.
Enzim ini merupakan bagian integral dari proses pencernaan. Enzim
pencernaan sudah mulai bekerja dari saat makanan masuk ke dalam mulut sampai
makanan masuk ke dalam lambung, usus halus dan usus besar. Enzim berguna
untuk memecah makanan menjadi bagian yang lebih kecil. Bagian yang lebih
kecil inilah yang akan diserap melalui dinding usus.
Enzim pencernaan berasal dari 2 sumber, yaitu : enzim dari makanan & enzim
yang dihasilkan oleh tubuh sendiri. Kebanyakan enzim dalam makanan akan
dirusak oleh suhu saat memasak & proses memasaknya, akibatnya dapat
menimbulkan gangguan pencernaan, sehingga makanan menjadi sulit untuk
diserap.Konsekuensi dari gangguan penyerapan berupa: gangguan imunitas
(sistem kekebalan tubuh), reaksi alergi, gangguan penyembuhan luka, gangguan
kulit & gangguan mood.Salah satu cara untuk memperbaiki fungsi pencernaan
adalah mengkonsumsi suplemen enzim yang mengandung enzim proteolitik
(untuk menghancurkan protein), karbohidrolitik (untuk menghancurkan
karbohidrat), & lipolitik (untuk menghancurkan lemak), ditambah dengan
enzim cellulosa yang membantu pencernaan serat.
Secara umum enzim memiliki sifat : bekerja pada substrat tertentu,
memerlukan suhu tertentu dan keasaman (pH) tertentu pula. Suatu enzim tidak
dapat bekerja pada substrat lain. Molekul enzim juga akan rusak oleh suhu yang
terlalu rendah atau terlalu tinggi. Demikian pula enzim yang bekerja pada keadaan
asam tidak akan bekerja pada suasana basa dan sebaliknya.
Macam-macam enzim pencernaan yaitu 8:
1. Enzim ptialin
Enzim ptialin terdapat di dalam air ludah, dihasilkan oleh kelenjar
ludah. Fungsi enzim ptialin untuk mengubah amilum (zat tepung)
menjadi glukosa.
2. Enzim amilase
24
Enzim amilase dihasilkan oleh kelenjar ludah (parotis) di mulut dan
kelenjar pankreas. Kerja enzim amilase yaitu : Amilum sering dikenal
dengan sebutan zat tepung atau pati. Amilum merupakan karbohidrat
atau sakarida yang memiliki molekul kompleks. Enzim amilase
memecah molekul amilum ini menjadi sakarida dengan molekul yang
lebih sederhana yaitu maltosa.
3. Enzim maltase
Enzim maltase terdapat di usus dua belas jari, berfungsi memecah
molekul maltosa menjadi molekul glukosa. Glukosa merupakan
sakarida sederhana (monosakarida). Molekul glukosa berukuran kecil
dan lebih ringan dari pada maltosa, sehingga darah dapat mengangkut
glukosa untuk dibawa ke seluruh sel yang membutuhkan.
4. Enzim pepsin
Enzim pepsin dihasilkan oleh kelenjar di lambung berupa pepsinogen.
Selanjutnya pepsinogen bereaksi dengan asam lambung menjadi
pepsin. Cara kerja enzim pepsin yaitu : Enzim pepsin memecah
molekul protein yang kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana
yaitu pepton. Molekul pepton perlu dipecah lagi agar dapat diangkut
oleh darah.
5. Enzim tripsin
Enzim tripsin dihasilkan oleh kelenjar pancreas dan dialirkan ke dalam
usus dua belas jari (duodenum). Cara kerja enzim tripsin yaitu :
Asam amino memiliki molekul yang lebih sederhana jika dibanding
molekul pepton. Molekul asam amino inilah yang diangkut darah dan
dibawa ke seluruh sel yang membutuhkan. Selanjutnya sel akan
merakit kembali asam amino-asam amino membentuk protein untuk
berbagai kebutuhan sel.
6. Enzim renin
Enzim renin dihasilkan oleh kelenjar di dinding lambung. Fungsi
enzim renin untuk mengendapkan kasein dari air susu. Kasein
merupakan protein susu, sering disebut keju. Setelah kasein
diendapkan dari air susu maka zat dalam air susu dapat dicerna.
7. Asam khlorida (HCl)
25
Asam khlorida (HCl) sering dikenal dengan sebutan asam lambung,
dihasilkan oleh kelenjar didalam dinding lambung. Asam khlorida
berfungsi untuk membunuh mikroorganisme tertentu yang masuk
bersama-sama makanan. Produksi asam khlorida yang tidak stabil dan
cenderung berlebih, dapat menyebabkan radang lambung yang sering
disebut penyakit ”mag”.
8. Cairan empedu
Cairan empedu dihasilkan oleh hati dan ditampung dalam kantong
empedu. Empedu mengandung zat warna bilirubin dan biliverdin yang
menyebabkan kotoran sisa pencernaan berwarna kekuningan. Empedu
berasal dari rombakan sel darah merah (erithrosit) yang tua atau telah
rusak dan tidak digunakan untuk membentuk sel darah merah yang
baru. Fungsi empedu yaitu memecah molekul lemak menjadi butiran-
butiran yang lebih halus sehingga membentuk suatu emulsi. Lemak
yang sudah berwujud emulsi ini selanjutnya akan dicerna menjadi
molekul-molekul yang lebih sederhana lagi.
9. Enzim lipase
Enzim lipase dihasilkan oleh kelenjar pankreas dan kemudian dialirkan
ke dalam usus dua belas jari (duodenum). Enzim lipase juga dihasilkan
oleh lambung, tetapi jumlahnya sangat sedikit. Cara kerja enzim lipase
yaitu :
Lipid (seperti lemak dan minyak) merupakan senyawa dengan molekul
kompleks yang berukuran besar. Molekul lipid tidak dapat diangkut
oleh cairan getah bening, sehingga perlu dipecah lebih dahulu menjadi
molekul yang lebih kecil. Enzim lipase memecah molekul lipid
menjadi asam lemak dan gliserol yang memiliki molekul lebih
sederhana dan lebih kecil. Asam lemak dan gliserol tidak larut dalam
air, maka pengangkutannya dilakukan oleh cairan getah bening (limfe). 5
II. Mual dan Muntah
a. Mual
26
Mual adalah perasaan tidak enak di dalam perut yang sering berakhir dengan
muntah.Mual dan muntah disebabkan oleh pengaktivan pusat muntah di otak. Penyebab
mual yang sering adalah peregangan atau iritasi duodenum dan usus halus bagian bawah.
Bila hal ini terjadi, usus halus berkontraksi dengan kuat, sedangkan lambung relaksasi,
jadi memungkinkan isi usus halus refluks(mengalir kembali) masuk lambung. Ini
merupakan pendahulu muntah yang sering menyertainya.6
b. Muntah dan mekanismenya
Muntah /emesis yaitu ekspulsi secara paksa isi lambung keluar melalui mulut.Gaya
utama yang mendorong keluar isi lambung,secara mengejutkan,dating dari kontraksi
otot-otot pernapasan yaitu diafragma (otot inspirasi utama) dan otot abdomen (otot
ekspirasi aktif). Muntah diawali oleh inspirasi dalam dan penutupan glottis. Diafragma
yang berkontraksi turun menekan lambung sementara kontraksi otot-otot abdomen secara
simultan menekan rongga abdomen,sehingga tekanan intra abdomen meningkat dan isi
abdomen terdorong ke atas. Karena lambung yang lunak itu tertekan antara diafragma
dari atas dan tekanan rongga abdomen dari bawah,isi lambung terdorong kedalam
esofagus dan keluar mulut. Glotis tertutup, sehingga muntahan tidak masuk ke saluran
pernapasan.uvula juga terangkat untuk menutup rongga hidung. 6
Kadang-kadang pada waktu isi muntah pertama kali memasuki esofagus, sfingter
faringesofagus sering masih tertutup, sehingga tidak ada isi lambung yang masuk ke
mulut. Peregangan esofagus oleh vomitus menginduksi gelombang peristaltic sekunder
yang mendorong isi lambung ke dalam lambung.Silus tersebut berulang-ulang sendiri
pada saat isi lambung kembali terperas naik ke dalam esofagus. Rangkaian keadaan ini
adalah tindakan retching atau dorongan (heaves). Setelah serangkaian dorongan,pada saat
tekanan sudah cukup besar,yang bersangkutan menyorongkan rahangnya mebuka sfingter
faringesofagus.Isi lambung kemudian terdorong melalui esofagus,melewati sfingter
faringesofagus,dan keluar melalui mulut.Selama waktu tersebut,duodenum berkontraksi
secara kuat,yang mungkin mendorong sebagian isi usus ke dalam lambung dan keluar
bersama muntah.
Dengan demikian, bahan yang dimuntahkan dapat berwarna kekuningan akibat
adanya empedu yang masuk ke usus halus dari hati dan kantung empedu. Tindakan
muntah yang kompleks tersebut dikoordinasikan oleh pusat muntah di medula. Mual,
retching dan muntah dapat dimulai oleh masukan aferen ke pusat muntah dari sejumlah
resptor di seluruh tubuh. Pada muntah yang berlebihan,tubuh mengalami pengeluaran
27
berlebihan cairan dan asam yang dalam keadaan normak direabsorpsi. Penurunan volume
plasma yang terjadi dapat menimbulkan dehidrasi dan masalah sirkulasi, sementara
keluarnya asam dari tubuh dapat menyebabkan alkalosis metabolik. 6
III. Kesimpulan
Sistem digestif atau pencernaan adalah sistem yang penting dalam tubuh. Sistem ini
melakukan proses mekanisme kerjanya sepanjang saluran pencernaan dari mulut sampai
pada usus besar, dan sisa proses yang tidak terpakai dikeluarkan melalui rektum-anus. Di
sepanjang saluran pencernaan proses motilitas, sekresi, pencernaan dan penyerapan
berlangsung sesuai dengan bagian organ masing-masing. Sistem pencernaan satiap
tahapan dan prosesnya saling berkesimanbungan, sehingga apabila terjadi gangguan pada
suatu bagian atau proses maka akan mengganggu bagian lain yang satu sama lain saling
berhubungan.
Pada skenario 5, Batu empedu menyebabkan gangguan pencernaan yang dimungkin
kan karena pengendapan kolestrol yang berlebih sehingga dapat menimbulkan rasa nyeri
pada perut kanan atas dan mual.
IV. Daftar Pustaka
28
1. Sherwood L. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Ed.6. Jakarta: EGC, 2011.
2. Snell R.S. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Ed. 6. Jakarta:EGC,
2006.h.83-115
3. Unqueira, Luiz Carlos. Histologi dasar : teks dan atlas. Jakarta : EGC, 2007.
4. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC, 2003.
5. Hall, John E. Buku saku fisiologi kedokteran Guyton & Hall. Edisi 11. Jakarta :
EGC, 2009.
6. Mual dan Muntah. 2008. Diunduh dari: http://www.klikdokter.com/p3k/detail/10. 26
Juli 2010.
29