makalah pbl blok 9 (a)
DESCRIPTION
makalah ini berisi tentang pembahasan kasus yang terjadi dalam skenario A dalam tutorial PBLTRANSCRIPT
Pendahuluan
Manusia merupakan makhluk hidup dengan kompleksitas yang menyusunnya. Manusia
memiliki sistim sirkulasi, sistim pernafasan, sistim pencernaan dan banyak sistim lainnya dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Pada makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai
sistim pencernaan pada tubuh manusia. Sistim pencernaan sangat penting dalam kelangsungan
hidup terutama untuk menghasilkan energi agar manusia dapat beraktivitas sebagaimana mestinya.
Dalam sekali sirkulasi, sistim pencernaan dapat memakan waktu satu hari mulai dari makanan yang
kita makan sampai akhirnya kita keluarkan sisa-sisa pencernaan tersebut.
Organ-organ yang termasuk kedalam sistim pencernaan ini antara lain ialah gaster, hepar,
vesica fellea, pankreas, usus kecil, usus besar sampai anus yang merupakan tahap akhir dalam
rangkaian sistim pencernaan kita yang kontinuitas. Tubuh akan merasakan hal-hal yang tidak
nyaman bila terjadi gangguan pada sistim dalam saluran pencernaannya baik itu akut ataupun
kronis. Gangguan tersebut dapat berupa adanya penekanan, penambahan massa, penyempitan,
kebocoran, luka sampai kelainan dari struktur anatomi.
Dengan kemajuan dibidang kedokteran saat ini, kita dapat menentukan dengan pasti
penyakit yang diderita dan lokasi terjadinya serta bagaimana kita harus mengobatinya. Pemeriksaan
dibidang laboratorium pun semakin berkembang seiring bertambahnya keanekaragaman penyakit
hari-hari ini.
Penyakit Empedu
*Levina Septembera
Struktur
Makroskopis
Organ-Organ Pencernaan
Gaster
Lambung merupakan organ yang berbentuk seperti huruf J pada proyeksi supine
(terlentang) dan setengah terisi yang terdiri dari fundus, korpus dan antrum. Pada kedua
ujung gaster terdapat sfingter yang mampu membuka dan menutup agar isi dari gaster
tersebut tidak keluar.1 Gaster di perdarahi oleh A. Gastrica sinistra dan dextra, A. Gastrica
gastroepiploica, A. Gastrica breves dan di persarafi oleh persyarafan parasimpatis dari vagus
dan persyarafan simpatis dari pleksus seliaka.1-2 Dalam lambung, makanan biasanya tertahan
2 – 6 jam dengan pH 1-2.2-4
Duodenum, Jejunum dan Ileum
Duodenum adalah organ yang panjangnya + 25 cm dan merupakan usus halus
terpendek di kelasnya.1,4 Duodenum sangat berperan penting dalam proses penyerapan.2-3
duodenum diperdarahi oleh A. Gastroduodenalis, A. Pancreatico duodenalis superior
anterior dan posterior dan A. Pancreatico duodenalis inferior anterior dan posterior.1
Jejunum dan merupakan organ lanjutan yang merupakan kelanjutan dari duodenum
yang secara keseluruhannya tidak jauh berbeda dengan duodenum. Panjang gabungan
jejunum dan ileum pada manusia hidup ialah 285 cm sedangkan pada orang yang sudah
meninggal, jika diotopsi panjangnya bisa mencapai 700 cm.2-3 keseluruhan usus halus ini
dipersyarafi oleh persyarafan parasimpatis dari vagus dan persyarafan simpatis dari N.
Splanchnicus major dan minor.1 Pada usus halus ini terdapat vili-vili yang fungsinya untuk
memperluas area penyerapan agar penyerapan dapat berlangsung optimum.2-3
Colon
Colon adalah organ dalam sistim pencernaan yang pada manusia hidup mempunyai
panjang 100 cm dan pada orang yang sudah meninggal, jika diotopsi mempunyai panjang
150 cm.2-3 Colon diperdarahi oleh A. Colica dextra dan sinistra dan A. Colica media dan
dipersyarafi oleh N. Illio inguinalis dan N. Illio hypogastricus.1
Rectum dan Anus
Rectum merupakan bagian akhir dari sistim pencernaan manusia yang pada akhirnya
akan dikeluarkan melalui anus. Rectum di perdarahi oleh A. Rectalis superior, media dan
inferior dan dipersyarafi oleh persyarafan simpatis dari N. Splanchnicus lumbales dan
persyarafan parasimpatis oleh N. Splanchnicus pelvicus.1 Pada anus terdapat M. Sphinter ani
yang pada bagian internusnya terdiri dari otot polos sehingga tidak dapat dikendalikan
sedangkan pada bagian eksternusnya terdiri dari otot lurik yang dapat dikendalikan.5
Organ-Organ Pencernaan Tambahan
A. Hepar dan Vesica Fellea
Hepar atau yang biasa disebut hati tersusun dalam lobulus-lobulus yang di dalamnya
mengandung darah dari cabang-cabang vena porta mengalir melewati sel-sel hati melalui
sinusoid ke vena sentral setiap lobulus.2-3 Hepar mendapat perdarahan dari A. Hepatica
communis, A. Hepatica propia dan A. Hepatica dextra dan sinistra dengan pembuluh darah
balik V. Porta sedangkan vesica fellea mendapat perdarahan dari A. Cystica.1 Empedu
adalah hasil dari perombakan sebagian kolesterol dari hepar yang akan disalurkan menuju
duodenum yang jika tidak digunakan akan di simpan dan dipekatkan di vesica fellea.2-3
B. Pankreas
Pankreas merupakan bagian dari sistim pencernaan yang nantinya akan
menghasilkan secretin dan enzim-enzim pencernaan untuk disalurkan ke duodenum.
Pancreas merupakan kelenjar campuran pada system digestive yang tarbesar setelah hepar.
Terdiri atas dua bagian, yaitu:
- Kelenjar eksokrin
- Kelenjar endokrin
Pankreas terdapat retro peritoneal yang melintang dari bagian kanan menyerong ke kiri atas
diantara duodenum. Ujung kiri yang disebut cauda pankreatis menempel pada lien.
Ukuran pada prang dewasa yaitu:
· Panjang 20—30 cm
· Berat 60—160 cm
Bagian-bagiannya yaitu:
· Caput pankreatis
· Corpus pankreatis
· Caudal pankreatis
Pada akhirnya pankreas bersama dengan saluran dari vesica fellea, saluran yang menuju
duodenum ini akan diatur oleh sfingter oddi.2-3
Mikroskopis
2.1 Organ-Organ Pencernaan
Gaster
Gaster memiliki ciri-ciri sebagai berikut:1-3,5
Terdiri dari epitel selapis toraks tanpa sel goblet.
Pada lamina propianya terdapat kelenjar baik di kardia, fundus maupun pilorus yang penamaannya
sama seperti nama bagian dari gaster yaitu kelenjar kardia, kelenjar fundus dan kelenjar pilorus
Chief sel nya menghasilkan pepsinogen dan sel parietalnya menghasilkan HCl dan faktor intrinsik
Duodenum, Jejunum dan Ileum
Small intestine ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:1-3,5
Terdiri dari epitel selapis toraks dengan sel goblet yang semakin banyak jumlahnya ke arah distal
Terdapat vili dan microvili pada tunika mukosanya
Terdapat cryptus lieberkuhn pada tunika mukosanya
Pada duodenum terdapat kelenjar brunner pada tunika submukosanya
Pada ileum terdapat plaque peyerri pada tunika submukosanya
Pada jejunum tidak terdapat kelenjar brunner maupun plaque peyerri
Colon
Colon memiliki ciri-ciri sebagai berikut:1-3,5
Terdiri dari epitel selapis toraks dengan banyak sel goblet
Tunika mukosanya tidak terdapat vili
Terdapat cryptus lieberkuhn pada tunika mukosanya
Rectum dan Anus
Rectum dan anus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:1-3,5
Pada rektum terdiri dari epitel selapis toraks dengan banyak sel goblet dan pada anus terdiri atas
epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk
Tunika submukosa banyak mengandung pembuluh darah dan saraf
2.2 Organ-Organ Pencernaan Tambahan
A. Hepar dan Vesica Fellea
Hepar memiliki ciri-ciri sebagai berikut:1-3,5
Bentuk poligonal
Sel-sel hepar tersusun radier
Terdapat segitiga kiernan yang berisi cabang A. Hepatika, cabang V. Porta, ductus biliaris dan
pembuluh limfe
Vesica fellea memiliki ciri-ciri sebagai berikut:1-3,5
Terdiri dari epitel selapis toraks tanpa sel goblet
Tidak terdapat tunika muskularis mukosa
Tunika adventisia berupa membran serosa
B. Pankreas
Pankreas memiliki ciri-ciri sebagai berikut:1-3,5
Terdiri dari kelenjar eksokrin dan endokrin
Epitel ductus ekskretoriusnya torak rendah bersel goblet sampai kubus
Epitel ductus interkalarisnya terdiri dari epitel selapis gepeng
Pada dasarnya, struktur mikroskopis dari organ-organ pencernaan terdiri atas: 1-3,5
Tunika Mukosa
Lapisan paling dalam. Tersusun atas epitel mukosa, lamina propia dan tunika muskularis
mukosa yang membatasinya dengan tunika submukosa
Tunika Submukosa
Merupakan jaringan ikat padat yang terdapat pembuluh darah, limfe dan saraf. Pada tunika
ini terdapat plexus submukosa Meissner
Tunika Muskularis Eksterna
Terdiri dua otot, sirkuler dan longitudinal. Diantara kedua otot ini terdapat plexus
myenterikus Aurbach
Tunika Adventisia
Lapisan paling luar. Merupakan jaringan ikat longgar dan banyak terdapat jaringan lemak.
Merupakan tunika serosa jika terdiri dari epitel selapis gepeng
Fungsi sistim pencernaan
Organ-Organ Pencernaan
Gaster
Terdapat beberapa aspek pada gaster, antara lain:2-4
Motilitas : Pengisian, penyimpanan, pencampuran dan pengosongan
Sekresi : Mukus, HCl, lipase, pepsinogen dan renin pada bayi
Digesti : Mencerna protein dengan pepsinogen yang telah di ubah oleh
HCl menjadi pepsin
Absorpsi : Alkohol dan aspirin
Duodenum, Jejunum dan Ileum
Terdapat beberapa aspek pada usus halus ini, antara lain:2-4
Motilitas : Segmentasi dan peristaltik
Sekresi : Mukus, enterokinase, disakaridase dan aminopeptidase
Digesti : lemak, protein, karbohidrat kecuali selulosa
Absorpsi : Semua bahan makanan
Colon
Terdapat beberapa aspek pada usus halus ini, antara lain:2-4
Motilitas : Houstrasi, mass movement
Sekresi : Mukus
Digesti : -
Absorpsi : Air dan elektrolit
Rectum dan Anus
Rectum merupakan bagian terakhir dari sistim perncernaan manusia untuk di bawa keluar
melalui anus. Aspek yang ada disini hanyalah gerakan peristaltik untuk mendorong feses
keluar.2
Organ-Organ Pencernaan tambahan
A. Hepar dan Vesica Fellea
Hepar merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh yang memiliki banyak fungsi
kompleks.2
Berikut adalah berbagai macam fungsi hepar antara lain:2-3
Sekresi garam empedu yang berperan dalam menetralkan asam lambung yang masuk
ke duodenum
Sintetis berbagai protein plasma seperti; fibrinogen, haptoglobin, hemopeksin,
transferin dan asih banyak lagi yang lainnya
Detoksifikasi obat maupun makanan yang masuk ke dalam tubuh kita
Pengaktifan vitamin D
Perombakan sel darah merah
Pengolahan bahan-bahan makanan dan ion-ion yang telah diserap oleh duodenum
Ekskresi kolesterol yang merupakan 75 % bahan dari garam empedu
Imunitas, dalam hal ini ialah sel kupffer yang bertindak sebagai makrofag terhadap
benda-benda asing
B. Pankreas
Pankreas merupakan kelenjar yang terdiri dari bagian yang menghasilkan enzim dan
hormon. Hormon yang di hasilkan antara lain insulin dan glukagon yang fungsinya dalam
mengatur kadar gula dalam darah.2-3
Bagian eksokrinnya menghasilkan enzim-enzim pencernaan antara lain:2-3
Tripsin : memecah ikatan peptida pada sisi karboksil
asam amino basa (arginin atau lisin)
Kimoripsin : memecah ikatan peptida pada sisi karboksil
asam amino aromatik
Karboksipeptidase : memecah asam amino aromatik dan alifatik
Lipase pankreas : memecah lemak menjadi asam lemak dan
monogliserida
Amilase pankreas : memecah karbohidrat
Faktor yang mempengaruhi aktivitas saluran penernaan
Aktivitas pencernaan diatur secara cermat oleh mekasnisme-mekanisme hormone dan saraf otonom
(baik intrinsic maupun ekstrinsik) yang sinergistik. Pengaturan ini untuk memastikan bahwa
makanan yang masuk disajikan secara maksimal pada tubuh untuk digunakan sebagai bahan baku
atau untuk menghasilkan energi.
a. Fungsi otonom otot polos
Jenis aktivitas listrik spontan yang paling menonjol pada otot polos pencernaan adalah
potensial gelombang lambat atau irama listrik dasar (BER). Gelombang lambat bukan potensial aksi
dan tidak secara langsung menginduksi kontraksi otot. Gelombang tersebut bersifat ritmik,
berfluktuasi seperti gelombang potensial membrane yang secara berkala membawa membrane
mendekati atau menjauhi ambang. Diyakini, osilasi gelombang tersebut disebabkan oleh variasi
berkala kecepatan pompa Na memindahkan Na keluar dari sel pemacu tersebut. Jika gelombang
tersebut mencapai ambang pada puncak depolarisasi, suatu lonjakan potensial aksi akan terpicu,
menimbulkan siklus ritmis kontraksi otot yang berulang-ulang.
Apabila titik awal dekat dengan ambang, seperti pada saat makanan ada di saluran pencernaan,
depolarisasi puncak gelombang lambat akan mencapai ambang, sehingga frekuensi potensial aksi
dan aktivitas kontraktil yang menyertainya meningkat. Sebaliknya, apabila titik awalnya jauh dari
ambang, seperti pada saat tidak ada makanan, kecil kemungkinannya ambang tercapai, sehingga
frekuensi potensial aksi dan aktivitas kontraktil menurun.
b. Pleksus Saraf Intrinsik
Dua jaringan saraf yang membentuk pleksus :
Pleksus Mienterikus (Auerbach) : antara lapisan otot polos longitudinal dan sirkuler.
Pleksus Submukosa (Meissner) : di submukosa.
Kedua-duanya : Sistem saraf enterik. Bertanggungjawab terutama mengkoordinasikan aktivitas
local di dalam saluran pencernaan. Contohnya apabila sebuah potongan besar makanan tersangkut
di esophagus, respons kontraktil local yang dikoordinasikan oleh pleksus intrinsic dimulai untuk
mendorong maju makanan. Aktivitasnya juga dapat dipengaruhi oleh pleksus ekstrinsik.
c. Pleksus Saraf Ekstrinsik
Saraf yang berasal dari luar saluran pencernaan dan mempersarafi berbagai organ
perncernaan, yaitu serat saraf dari kedua cabang sistem saraf otonom. Saraf otonom mempengaruhi
motilitas dan sekresi saluran pencernaan melalui modifikasi aktivitas yang sedang berjalan di
pleksus intrinsic, sehingga mengubah tingkat sekresi hormone saluran pencernaan, atau pada
beberapa keadaan, melalui efek langsung pada otot polos dan kelenjar.
d. Hormon pencernaan
Dalam mukosa bagian tertentu terdapat kelenjar endokrin yang mengeluarkan hormone-
hormon ke dalam darah jika mendapat rangsangan sesuai. Hormon ini disekresi sebagai respons
terhadap perubahan local spesifik di isi lumen (misalnya ada protein, lemak atau asam).
Pengaktifan reseptor
Tiga jenis reseptor sensorik pada dinding slauran pencernaan :
Kemoreseptor : Peka terhadap komponen kimia dalam lumen
Mekanoreseptor : Peka terhadap regangan atau tegangan dalam lumen
Osmoreseptor : Peka terhadap osmolaritas isi lumen
Pengaktifan reseptor dapat mencetuskan dua jenis refleks saraf :
Refleks pendek : Jaringan saraf intrinsic mempengaruhi sekresi atau motilitas local sebagai respons
terhadap rangsangan local spesifik.
Refleks panjang : Refleks otonom yang melibatkan jalur-jalur panjang antara susunan saraf pusat
dan sistem pencernaan.
Mekanisme Pencernaan
Saluran pencernaan 236
Saluran pencernaan terdiri dari mulut sampai anus, dengan modifikasi local yang
mencerminkan spesialisasi regional untuk menjalankan fungsi pencernaan. Lumen saluran
pencernaan berhubungan langsung dengan lingkungan eksternal, sehingga isinya secara teknis
berada di luar tubuh; susunan semcam ini memungkinkan tubuh mencerna makanan tanpa mencerna
dirinya sendiri.
a. Mulut, faring dan esophagus.
Makanan memasuki sistem pencernaan melalui mulut, tempat makanan dikunyah dan
dicampur dengan air liur untuk memudahkan proses menelan. Saliva disekresi oleh kelenjar parotis,
submandibularis dan sublingualis. Kelenjar bukal adalah kelenjar minor yang terdapat di lapisan
mukosa pipi.
Sekresi air liur dikontrol oleh pusat saliva di medulla, diperantarai oleh persarafan otonom
ke kelenjar liur.
Fungsi liur dalam pencernaan :
Enzim liur, amilase, memulai pencernaan polisakarida, suatu proses yang berlanjut di lambung
setelah makanan ditelan sampai amilase akhirnya diinaktifkan oleh getah lambung yang asam.
Mempermudah proses menelan dengan adanya mucus.
Efek antibakteri lisozim dan membilas bahan yang mungkin digunakan bakteri sebagai sumber
makanan.
Pelarut untuk molekul yang merangsang papilla pengecap.
Setelah dikunyah, bolus makanan didorong oleh lidah ke bagian belakang tenggorokan,
yang memicu refleks menelan. Pusat menelan di medulla mengkoordinasikan sekelompok aktivitas
yang menyebabkan penutupan saluran pernapasan dan terdorongnya makanan melalui faring (tahap
orofaring) dan esophagus ke lambung (tahap esophagus) melalui proses peristalsis. Proses
peristalsis ialah kontraksi berbentuk cincin otot polos sirkuler yang bergerak secara progresif ke
depan dengan gerakan mengosongkan, mendorong bolus di depan kontraksi. Sfingter esophagus
tetap berkontraksi untuk mempertahankan sawar antara esophagus dan lambung, mengurangi
kemungkinan refluks isi lambung yang asam ke esophagus. Sekresi esophagus, mucus, bersifat
protektif.
Di mulut, faring dan esophagus tidak terjadi penyerapan zat gizi.
b. Lambung
Lambung, suatu struktur berbentuk seperti kantung yang terletak antara esophagus dan usus
halus, menyimpan makanan yang masuk dalam waktu bervariasi sampai usus halus siap
mengolahnya lebih lanjut untuk kemudian diserap. Empat aspek pada motilitas lambung :
Pengisian lambung dipermudah oleh relaksasi reseptif otot lambung yang diperantarai oleh saraf
vagus.
Penyimpanan makanan di lambung berlangsung di daerah korpus, tempat kontraksi peristaltic
yang sedemikian lemah untuk mencampur makanan karena tipisnya lapisan otot.
Pencampuran berlangsung di antrum yang berotot tebal akibat kontraksi peristaltic yang kuat.
Pengosongan lambung dipengaruhi oleh faktor-faktor di lambung maupun duodenum. Peningkatan
volume dan fluiditas kimus dalam lambung cenderung mempercepat pengosongan isi lambung.
Faktor duodenum, yaitu faktor dominant yang mengontrol pengosongan lambung, cenderung
menunda pengosongan lambung sampai duodenum siap menerima dan mengolah kimus. Faktor-
faktor spesifik di duodenum yang menunda pengosongan lambung dengan menghambat aktivitas
peristaltic lambung adalah lemak, asam, hipertonisitas dan peregangan.
Pencernaan karbohidrat berlanjut di korpus lambung di bawah pengaruh amylase liur yang
ikut tertelan; pencernaan protein dimulai di antrum lambung. Sekresi lambung ke dalam lumen :
HCl : mengaktifkan pepsinogen, menyebabkan denaturasi protein dan mematikan bakteri.
Pepsinogen : Diaktifkan oleh HCl menjadi pepsin, memulai pencernaan protein. Juga bekerja pada
pepsinogen lain untuk menghasilkan lebih banyak pepsinogen (proses otokatalitik). Disimpan
dalam bentuk inaktif supaya tidak mencerna sendiri sel tempat ia terbentuk karena paling aktif
dalam lingkungan asam.
Mukus : membentuk lapisan pelindung untuk membantu sawar mukosa lambung sehingga lambung
mampu menampung isi lumennya tanpa ia sendiri ikut tercerna.
Faktor intrinsic : berperan penting dalam penyerapan vitamin B12, suatu konstituen esensial untuk
membentuk sel darah merah.
Hormone gastrin (disekresi oleh sel G ke dalam darah) : berperan untuk merangsang sel utama dan
sel parietal, sehingga terjadi peningkatan sekresi getah lambung yang sangat asam dan bersifat
trofik (mendorong pertumbuhan) mukosa lambung dan usus halus hingga keduanya dapat
mempertahankan kemampuan sekresi mereka.
Histamin, suatu stimulant lambung yang kuat dan secara normal tidak disekresikan, dilepaskan ke
dalam lambung apabila terjadi pebentukan ulkus.
Baik motilitas maupun sekresi lambung berada berada di bawah mekanisme control yang
kompleks, yang melibatkan tidak saja gastrin tetapi juga respon vagus dan saraf intrinsic serta
hormone enterogastron (sekretin, kolesistokinin, dan gastric inhibitory peptide) yang disekresikan
oleh mukosa usus halus.
Tiga fase sekresi lambung :
Fase sefalik : peningkatan sekresi HCl dan pepsinogen yang terjadi secara feedforward sebagai
respons terhadap rangsangan yang bekerja pada kepala.
Fase lambung : Sewaktu makanan berada di lambung. Rangsang protein, pregangan, kafein atau
alcohol.
Fase Usus : Terdiri dari komponen eksitatorik (usus halus meningkatkan sekresi gastrin) dan
inhibitorik (membantu menghentikan aliran getah lambung sewaktu kimus mulai mengalir ke usus
halus)
Pengaturan lambung ditujukan untuk menyeimbangkan aktivitas lambung dengan kemampuan usus
halus dalam mengatasi datangnya isi lambung yang asam dan penuh lemak. Di lambung tidak
terjadi penyerapan zat gizi.
c. Sekresi Pankreas dan Empedu
Kedua-dua sekresi pancreas eksokrin maupun empedu dari hati masuk ke duodenum.
Sekresi pancreas terdiri dari :
Enzim-enzim pencernaan dari sel-sel asinus, yang mencerna ketiga-tiga golongan makanan, yaitu
enzim proteolitik, amylase dan lipase (pencernaan lemak menjadi monogliserol dan asam lemak).
Enzim proteolitik
Tiga macam enzim proteolitik :
Tripsinogen : diaktifkan menjadi tripsin oleh enterokinase, menjalankan aktivitas otokatalitik.
Kimotripsinogen : diaktifkan menjadi kimotripsin.
Prokarboksipeptidase : diaktifkan menjadi karboksipeptidase.
Larutan NaHCO3 encer dari sel-sel duktus yang menetralkan cairan asam yang datang dari
lambung.
Netralisasi ini penting untuk melindungi duodenum dari kerusakan oleh asam dan agar enzim-enzim
pancreas tidak menjadi inaktif akibat adanya asam. Sekresi pancreas berada di bawah control
hormone, yang mencocokkan komposisi getah pancreas dengan kebutuhan di lumen duodenum.
Pengeluaran sekretin dan kolesistokinin (CCK) sebagai respons terhadap keberadaan kimus di
duodenum berperan penting dalam control sekresi pancreas.CCK dan sekretin mempunyai sifat
trofik untuk mempertahankan integritas bagian tersebut.
Hati melaksanakan berbagai fungsi:
Pengolahan metabolic kategori nutrient utama setelah penyerapan.
Detoksifikasi atau degradasi zat-zat sisa dan hormone serta ubat dan senyawa asing.
Sintesis berbagai protein plasma.
Penyimpanan glikogen, lemak, besi, tembaga dan banyak vitamin.
Pengaktifan vitamin D yang dilaksanakan oleh hati bersama dengan ginjal.
Pengeluaran bakteri dan sel darah merah usang.
Ekskresi kolesterol dan bilirubin.
Hati mensekresi empedu yang mengandung garam empedu. Garam empedu membantu
pencernaan lemak melalui efek deterjen mereka dan mempermudah penyerapan lemak melalui
pembentukan misel yang larut air yang dapat mengangkut produk pencernaan lemak ke tempat
penyerapan. Efek deterjen adalah kemampuan garam empedu mengubah globulus lemak berukuran
besar menjadi emulsi lemak yang meningkatkan luas permukaan untuk aktivitas lipase pancreas.
Di antara waktu makan, empedu disimpan dan dipekatkan di kantung empedu, yang selama
pencernaan makanan dirangsang secara hormonal untuk berkontraksi dan mengalirkan empedu ke
duodenum. Setelah berpartisipasi dalam pencernaan dan penyerapan lemak, garam-garam empedu
direabsorpsi dan dikembalikan melalui sistem porta hepatic ke hati, tempat mereka disekresi
kembali dan berfungsi sebagai koleretik kuat untuk merangsang sekresi lebih banyak empedu.
Empedu juga mengandung bilirubin suatu turunan hasil penguraian hemoglobin, yang merupakan
produk ekskretorik utama dalam feses.
d. Usus Halus
Usus halus adalah tempat utama pencernaan dan penyerapan. Terbagi kepada 3 bagian, yaitu
duodenum, jejunum dan ileum. Segmentasi, motilitas usus halus yang utama, secara merata
mencampur makanan dengan getah pancreas, empedu, dan usus halus untuk mempermudah
pencernaan; motilitas tersebut juga memajankan produk pencernaan ke permukaan absorptif.. Di
antara waktu makan, terjadi kompleks motilitas migratif yang menyapu lumen menjadi bersih.
Getah yang dikeluarkan oleh usus halus tidak mengandung enzim pencernaan apapun.
Enzim-enzim yang disintesis oleh usus halus yaitu disakaridase dan aminopeptidase bekerja secara
intrasel di dalam membrane brush border sel epitel. Enzim-enzim ini menyelesaikan pencernaan
karbohidrat dan protein sebelum kedua jenis zat gizi tersebut masuk ke dalam darah. Enzim
amilase, preteolitik dan lipase yang dihasilkan oleh pancreas juga bekerja di lumen usus halus.
Proses penyerapan Na yang bergantung pada energi menghasilkan gaya yang mendorong
penyerapan Cl, air, glukosa, dan asam amino. Pencernaan lemak seluruhnya dilaksanakan di lumen
usus halus oleh lipase pancreas. Karena tidak larut air, produk pencernaan lemak harus menjalani
serangkaian transformasi yang memungkinkan mereka diserap secara pasif dan akhirnya masuk ke
limfe. Usus halus menyerap hampir semua yang disajikan padanya, dari makanan yang masuk ke
sekresi pencernaan sampai sel-sel epitel yang terlepas. Hanya sejumlah kecil cairan dan residu
makanan yang tidak dapat dicerna yang mengalir ke usus besar.
Lapisan dalam usus halus memiliki adaptasi tinggi terhadap fungsi pencernaan dan
penyerapan. Lapisan ini membentuk lipatan-lipatan yang mengandung banyak tonjolan berbentuk
jari, vilus yang juga dilengkapi oleh sejumlah besar tonjolan berbentuk rambut yang lebih halus,
mikrovilus. Seara keseluruhan, modifikasi-modifikasi permukaan ini sangat meningkatkan luas
permukaan yang tersedia untuk menyimpan enzim-enzim dan untuk melaksanakan penyerapan aktif
dan pasif. Lapisan dalam ini diganti setiap sekitar 3 hari untuk memastikan adanya sel-sel epitel
yang sehat dan fungsional.
e. Usus besar
Kolon terutama berfungsi untuk memekatkan dan menyimpan residu makanan yang tidak
dicerna dan produk sisa empedu sampai mereka dapat dieliminasi dari tubuh sebagai feses. Di kolon
tidak terjadi sekresi enzim pencernaan atau penyerapan zat gizi; pencernaan dan penyerapan zat gizi
sudah selesai di usus halus. Kontraksi haustra secara lambat mengaduk-aduk isi kolon maju-
mundur untuk menyelesaikan penyerapan sisa cairan atau elektrolit. Gerakan massa terjadi beberapa
kali sehari, biasanya setelah makan, yang mendorong deses dalam jarak jauh. Datangnya feses ke
dalam rectum memicu refleks defekasi, yang dapat secara sengaja dihentikan dengan kontraksi
sfingter anus eksternus apabila saat untuk mengeluarkan feses tidak memungkinkan. Sekresi mucus
yang bersifat basa dari usus besar berfungsi sebagai pelindung alamiah.
Mekanisme nyeri
Nyeri pada daerah abdomen dapat disebabkan oleh banyak faktor. Nyeri dapat berasal dari
organ dalam abdomen termasuk peritonium viseral (nyeri viseral) atau peritoneum parietal atau
dari otot, lapisan dari dinding perut (nyeri somatik). Nyeri yang timbul bisa disebabkan
bermacam-macam faktor seperti apendiksitis, gastritis dan masih banyak lagi berupa adanya
penekanan, peradangan, pendarahan, atau penyumbatan pada organ maupun bagian abdomen
yang bersangkutan.7
Pemeriksaan
Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Pemeriksaan dimulai dengan melihat dan mengamati bagian-bagian di daerah
abdomen seperti apakah ada bekas luka pada kulitnya atau apakah ada penonjolan atau
penambahan massa di regio abdomen tersebut. Selain itu, perhatikan pula apakah
bentuk abdomen simetris atau tidak dan amatilah apakah ada gerakkan peristaltik pada
bagian dimana usus berada. Biasanya hal seperti terlihat pada orang yang kurus
walaupun masih tetap normal pada semua orang jika gerakkan tersebut tidak terlihat.8
Palpasi
Mulailah dengan melakukan palpasi ringan dengan tujuan untuk
mengidentifkasi kekakuan dinding abdomen, resistensi otot dan beberapa organ dan
massa yang terletak superficial, serta membuat pasien tenang dan relaks. Buatlah
tangan dan lengan bawah horizontal dengan jari-jari tertutup di atas permukaan
abdomen, rabalah dengan hati-hati.
Kemudian lakukanlah palpasi dalam untuk mengetahui apakah adanya
penambahan massa seperti tumor dan adanya nyeri tekan pada organ-organ di regio
abdomen. Mulailah melakukannya dengan 4 (ke 2-5) jari tangan kanan, rabalah secara
acak pada keempat kuadran.8
Perkusi
Pemeriksaan perkusi dapat membantu adanya udara yang berlebihan didalam
rongga abdomen dan untuk mengetahui adanya massa yang solid atau cair. Perkusilah
abdomen pada keempat kuadran untuk mengetahui distribusi daerah timpani, biasanya
disebabkan adanya udara dan dullness yang tersebar karena adanya cairan atau feses
cair.
Bila anda melakukan perkusi dibagian bawah rongga dada, antara paru-paru
di atas dan arkus aorta bagian bawah, maka pada sisi kanan biasanya terdengar dull
karena adanya hati dan sisi kiri timpani karena adanya udara dalam lambung dan
fleksura limpa dari kolon. Tetapi pada keadaan yang sangat jarang dijumpai yaitu situs
inversus, letak organ tubuh pasien terbalik sehingga anda akan menemukan sura
impani disebelah kanan dan dull disebelah kiri.8
Auskultasi
Pada pemeriksaan ini, kita dapat mengetahui motilitas usus tersebut. Baik itu
dalam keadaan normal maupun abdormal. Caranya ialah dengan menempelkan
stetoskop pada permukaan abdomen dan meletakannya sesuai regio masing-masing.
Pada kasus diare, bunyi pada usus akan terdengar seperti air mengalir dan agak berisik
pada daerah colon akibat dari penyerapan air yang kurang maksimal didaerah tersebut.
Pemeriksaan Penunjang
Radiologi konvensional
Sebagian besar penyakit, gangguan maupun kelainan herediter organ-organ di dalam
tractus gastrointestinal dapat diketahui dengan memakai teknologi radiografi
konvensional. Mudah, cepat dan akuratnya modalitas pemeriksaan ini menjadi kelebihan
dokter untuk mempercepat penanganan dan penegakkan diagnosa. Sebelum di foto
rontgen, pasien harus puasa terlebih dahulu.
Kemudian, pasien diberi kontras seperti barium dan iodium agar pada film dapat
diketahui bagian mana yang terganggu atau adanya resiko penyakit gastrointestinal
lainnya. Dengan metode ini, dapat kita ketahui adanya penekanan, penambahan massa,
penyempitan, kebocoran, luka sampai kelainan anatomi yang diderita oleh pasien pada
bagian tubuhnya dalam hal ini bagian tractus gastointestinalis.9
Pemeriksaan laboratorium
Analisa getah lambung
Yang dinilai dari tes ini ialah kemampuan sekresi lambung dari orang yang
diperiksa apakah kadarnya normal atau cenderung di atas dan dibawah dari batas
normal. Pemeriksaan yang di lakukan dapat dengan cara langsung dan tidak langsung.
Hanya saja, pemeriksaan dengan cara langsung ini tidak diperkenankan untuk
penderita dengan lambung berdarah, penyempitan oesophagus dan adanya kanker pada
tractus gastrointestinal karena pemakaiannya dengan memasukkan alat yang di
ujungnya terdapat penyedot untuk dimasukkan kedalam lambung.
Analisa getah pankreas
Pemeriksaan ini tidak jauh berbeda dengan pemeriksaan lambung dari segi
pengambilan spesimen daln kontraindikasinya. Hanya saja, pada pemeriksaan ini lebih
diamati kadar dan kemampuan pankreas dalam mensekresikan enzim dan kemampuan
enzim tersebut dalam mencerna bahan-bahan makanan.
Analisa tinja
Pada pemeriksaan ini bahan yang di ambil haruslah tinja segar dan belum
terkontaminasi dengan air. Pemeriksaan yang dilakukan ialah melihat konsistensi, bau,
warna dan apakah dalam tinja tersebut ada pus, darah, lendir dan berbagai
mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit gangguan pencernaan
Daftar Pustaka
1. Sloane E. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : EKG:2003
2. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Alih bahasa, Widjajakusumah MD, Irawati D,
Siagian S, Moeloek D, Pendit BU. Edisi ke-20. Jakarta: EGC; 2002.h.450-93.
3. Sherwood L. Fisiologi; dari sel ke sistem. Edisi ke-2. Jakarta: EGC; 2001.h.537-85.
4. Sudjadi B, Laila S. Biologi. Sains dalam kehidupan 2A. Jakarta: Yudhistira; 2004.h.114-36.
5. Fawcett, DW. Buku ajar histologi. Edisi ke-12. Jakarta: EGC; 2002.h.536-624
6. Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. Biokimia harper. Edisi ke-24. Jakarta:
EGC; 1999.h.655-667.
7. Doldiyono, Syam AF. Nyeri abdomen akut. Dalam: Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi
ke-4. Jakarta: Pusat penerbitan departemen ilmu penyakit dalam fakultas kedokteran
universitas indonesia: 2006.h.303-4.
8. Kurnia Y, Santoso M, Wati WW, Sunmdikarya IK. Buku panduan
ketrampilan medik. Jakarta:2009.
9. Rasad S. Radiologi diagnostik. Edisi ke-2. Jakarta: Balai penerbit FKUI; 2005.
Mekanisme Saluran Pencernaan dari
Lambung Hingga Organ Tambahan
Nama : Levina Septembera
Nim : 102010044
Kelompok : A5
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
Jakarta
2011
Kesimpulan
Sistem empedu yaitu hati dan kantung empedu. Hati berfungsi untuk memproduksi
garam empedu. Garam empedu digunakan untuk mengubah globulus-globulus lemak
yang besar menjadi lebih kecil. Jika penyerapan lemak tidak berjalan dengan baik,
maka akan terjadi penumpukan lemak pada kantung empedu yang disebut dengan
batu empedu.