nevy - makalah pbl blok 9

38
Mekanisme Pencernaan dan Organ Pencernaan yang Berperan Nevy Olianovi (102013101) Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510 Telephone: (021) 5694-2061, fax: (021) 563-1731 [email protected] Abstrak Kita memerlukan energi untuk melakukan aktivitas. Energi tersebut berasal dari bahan makanan yang dicerna oleh tubuh. Bagian tubuh yang berfungsi mencerna bahan makanan disebut sistem pencernaan. Sistem pencernaan terdiri atas beberapa organ dan saluran pencernaan. Saluran pencernaan memanjang mulai dari mulut, faring, esofagus, lambung, usus halus, usus besar, rektum, dan anus. Pada pencernaan lambung, terdapat 2 jenis pencernaan, yaitu pencernaan mekanik dan kimiawi. Pencernaan mekanik terdiri dari pengisian, penyimpanan, pencampuran, dan pengosongan. Pencernaan kimiawi dibantu getah lambung yang terdiri dari HCl dan pepsin. Kata kunci: lambung, pencernaan mekanik, pencernaan kimiawi Abstract We need energy to do activities. Energy comes from food being digested by the body. Body parts are functioning digesting foodstuff called the digestive system. The digestive system consists of several organs and digestive tract. Digestive tract extending from the mouth, pharynx, esophagus, gastric, small intestine, large intestine, rectum, and anus. In gastric digestion, there are 2 types of digestion, namely mechanical and chemical digestion. Mechanical digestion consists of filling, storage, mixing, and emptying. Chemically assisted gastric digestion consisting of HCl and pepsin. Keywords: gastric, mechanical digestion, chemical digestion PBL Blok 9 – Universitas Kristen Krida Wacana 1

Upload: nevy-olianovi

Post on 26-Sep-2015

42 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Mekanisme Pencernaan dan Organ Pencernaan yang Berperan

Nevy Olianovi (102013101)

Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

Telephone: (021) 5694-2061, fax: (021) 563-1731

[email protected]

Abstrak

Kita memerlukan energi untuk melakukan aktivitas. Energi tersebut berasaldari bahan makanan yang dicerna oleh tubuh. Bagian tubuh yang berfungsimencerna bahan makanan disebut sistem pencernaan. Sistem pencernaan terdiriatas beberapa organ dan saluran pencernaan. Saluran pencernaan memanjang mulai dari mulut, faring, esofagus, lambung, usus halus, usus besar, rektum, dan anus. Pada pencernaan lambung, terdapat 2 jenis pencernaan, yaitu pencernaan mekanik dan kimiawi. Pencernaan mekanik terdiri dari pengisian, penyimpanan, pencampuran, dan pengosongan. Pencernaan kimiawi dibantu getah lambung yang terdiri dari HCl dan pepsin.

Kata kunci: lambung, pencernaan mekanik, pencernaan kimiawi

Abstract

We need energy to do activities. Energy comes from food being digested by the body. Body parts are functioning digesting foodstuff called the digestive system. The digestive system consists of several organs and digestive tract. Digestive tract extending from the mouth, pharynx, esophagus, gastric, small intestine, large intestine, rectum, and anus. In gastric digestion, there are 2 types of digestion, namely mechanical and chemical digestion. Mechanical digestion consists of filling, storage, mixing, and emptying. Chemically assisted gastric digestion consisting of HCl and pepsin.

Keywords: gastric, mechanical digestion, chemical digestion

Pendahuluan

Sistem pencernaan merupakan urutan pencernaan makanan yang terdiri dari saluran pencernaan, yaitu tuba muskular panjang yang merentang dari mulut sampai anus, dan organ-organ aksesoris, seperti gigi, lidah, kelenjar saliva, hati, kantung empedu, dan pankreas. Fungsi utama saluran pencernaan adalah memindahkan nutrien, air, dan elektrolit makanan yang telah kita telan ke dalam lingkungan internal tubuh. Makanan yang telah ditelan merupakan sumber energi atau bahan bakar yang esensial. Bahan bakar tersebut digunakan oleh sel untuk menghasilkan ATP untuk melaksanakan berbagai aktivitas yang memerlukan energi, misalnya transpor aktif, kontraksi, sintesis, dan sekresi. Makanan juga merupakan sumber bahan baku untuk memperbarui dan menambah jaringan tubuh.1

Lambung adalah bagian saluran pencernaan yang dapat meregang paling besar, yang terletak di daerah epigastrik dan sebagian di sebelah kiri daerah hipokhondrica dan umbilikal.Lambung terdiri dari bagian atas yang disebut fundus, korpus, dan bagian bawah yang horizontal yaitu atrium pilorik. Kelenjar dalam lapisan mukosa lambung mengeluarkan cairan pencerna penting yaitu getah lambung. Getah ini berupa cairan asam bening tak berwarna, yang mengandung 0,4% asam klorida (HCl), yang mengasamkan semua makanan dan bekerja sebagai zat antiseptik dan desinfektan, menghasilkan organisme, dan memberi protein. Dalam getah lambung ini terdapat beberapa enzim pencernaan. Penyakit lambung, sering dikaitkan waktu makan tidak teratur dan jenis serta mutu makanan yang kurang baik. Radang pada dinding lambung berupa iritasi atau infeksi membuat dinding lambung menjadi merah, bengkak, berdarah, dan terparut. Penyebab iritasi pada lambung antara lain: alkohol dan kopi.1

Gambar 1. Struktur makroskopis umum digestivus manusia2

Struktur makroskopis

Gaster

Gaster terletak di bagian atas abdomen, terbentang dari permukaan bawah arcus costalis sinistra sampai regio epigastrica dan umbilicalis. Sebagian besar gaster terletak di bawah costae bagian bawah. Secara kasar gaster berbentuk huruf J dan mempunyai dua lubang, ostium cardiacum dan ostium pyloricum; dua curvatura, curvatura major dan curvatura minor; dan dua dinding, paries anterior dan paries posterior.3

Gaster relatif terfiksasi pada kedua ujungnya, tetapi di antara ujung-ujung tersebut gaster sangat mudah bergerak. Gaster cenderung terletak tinggi dan transversal pada orang pendek dan gemuk dan memanjang vertikal pada orang yang tinggi dan kurus (gaster berbentuk huruf J). Bentuk gaster sangat berbeda-beda pada orang yang sama dan tergantung pada isi, posisi tubuh, dan fase pernapasan.3

Gaster dibagi menjadi bagian-bagian berikut: Fundus gastricum berbentuk kubah, menonjol ke atas dan terletak di sebelah kiri ostium cardiacum. Biasanya fundus berisi penuh udara. Corpus gastricum terbentang dari ostium cardiacum sampai incisura angularis, suatu lekukan yang selalu ada pada bagian bawah curvatura minor. Anthrum pyloricum terbentang dari incisura angularis sampai pylorus. Pylorus merupakan bagian gaster yang berbentuk tubular. Dinding otot pylorus yang tebal membentuk musculus sphincter pyloricus. Rongga pylorus dinamakan canalis pyloricus.3

Gambar 2. Struktur makroskopis gaster4

Curvatura minor membentuk pinggir kanan gaster dan terbentang dari ostium cardiacum sampai pylorus. Curvatura minor digantung pada hepar oleh omentum minus. Curvatura major jauh lebih panjang dibandingkan curvatura minor dan terbentang dari sisi kiri ostium cardiacum, melalui kubah fundus, dan sepanjang pinggir kiri gaster sampai ke pylorus. Ligamentum gastrolienale terbentang dari bagian atas curvatura major sampai ke lien, dan omentum majus terbentang dari bagian bawah curvatura major sampai ke colon transversum.3

Ostium pyloricum dibentuk oleh canalis pyloricus yang panjangnya sekitar 2,5 cm. Tunica muscularis stratum circulare yang meliputi gaster jauh lebih tebal di daerah ini dan membentuk musculus sphincter pyloricus secara anatomis dan fisiologis. Pylorus terletak pada planum transpyloricum, dan posisinya dapat dikenali dengan adanya sedikit kontriksi pada permukaan lambung. Musculus sphincter pyloricus mengatur kecepatan pengeluaran isi gaster ke duodenum.3

Gambar 3. Pendarahan gaster5

Pendarahan gaster; arteria berasal dari cabang truncus coeliacus. Arteri gastrica sinistra berasal dari truncus coeliacus. Arteri ini berjalan ke atas dan kiri untuk mencapai oesophagus dan kemudian berjalan turun sepanjang curvatura minor gaster. Arteri gastrica sinisrta mendarahi sepertiga bawah oesophagus dan dan kemudian berjalan turun sepanjang curvatura minor gaster. Mendarahi sepertiga bawah oesophagus dan bagian kanan atas gaster. Arteri gastrica dextra berasal dari arteri hepatica communis pada pinggir atas pylorus dan berjalan kekiri sepanjang curvatura minor. Arteri ini mendarahi bagian kanan bawah gaster. Arteri gastrica breves berasl dari arteria lienalis pada hilum lienale dan berjalan ke depan di dalam ligamentum gastrosplenicum untuk mendarahi fundus. Arteri gastroepiploica sinistra berasal dari arteria splenica pada hilum lienale dan berjalan ke depan di dalam ligamentum gastrolienale untuk mendarahi gaster sepanjang bagian atas curvature major. Arteriae gastroepiploica dextra berasal dari arteri gastroduodenalis yang merupakan cabang arteri hepatica communis. Arteri ini berjalan ke kiri dan mendarahi gaster sepanjang bagian bawah curvatura major. Perdarahan vena, mengalirkan darah ke dalam sirkulasi portal. Vena gastrica sinistra dan dextra bermuara langsung ke vena portae hepatis. Vena gastrica breves dan vena gastroepiploica sinistra bermuara ke dalam vena mesenterica superior.3

Duodenum

Duodenum merupakan saluran berbentuk huruf C dengan panjang sekitar 25 cm yang merupakan organ penghubung gaster dengan jejunum. Duodenum adalah organ penting karena merupakan tempat muara dari ductus choledochus dan ductus pancreaticus. Duodeneum melengkung di sekitar caput pancreatis. Satu inci (2,5 cm) pertama duodenum menyerupai gaster, yang permukaan anterior dan posteriornya diliputi oleh peritoneum dan mempunyai omentum minus yang melekat pada pinggir atasnya dan omentum majus yang melekat pada pinggir bawahnya. Bursa omentalis terletak di belakang segmen yang pendek ini. Sisa duodenum yang lain terletak retroperitoneal, hanya sebagian saja yang diliputi oleh peritoneum.3

Duodenum terletak pada regio epigastrica dan umbilicalis dan untuk tujuan deskripsi dibagi menjadi empat bagian:3

1. Pars Superior Duodenum panjangnya 5 cm, mulai dari pylorus dan berjalan ke atas dan belakang pada sisi kanan vertebra lumbalis l. Jadi bagian ini terletak pada planum transpyloricum.

2. Pars Descendens Duodenum, bagian kedua duodenum panjangnya 8 cm dan berjalan vertikal ke bawah di depan hilum renale dextra, di sebelah kanan vertebrae lumbales II dan III. Kira-kira pertengahan arah ke bawah, pada margo medialis, ductus choledochus dan ductus pancreaticus menembus dinding duodenum.

3. Pars Horizontalis Duodenum panjangnya 8 cm dan berjalan horizontal ke kiri pada planum subcostale, berjalan di depan columna vertebralis dan mengikuti pinggir bawah caput pancreatis.

4. Pars Ascendens Duodenum panjangnya 5 cm dan berjalan ke atas dan ke kiri ke flexura duodenojejunalis. Flexura ini difiksasi oleh lipatan peritoneum, ligamentum Treitz, yang melekat pada crus dextrum diaphragma.

Gambar 4. Struktur makroskopis duodenum6

Pendarahan, arteri; setengah bagian atas duodenum diperdarahi oleh arteri pancreaticoduodenalis superior, cabang dari arteri gastroduodenalis. Setengah bagian bawah diperdarahi oleh arteri pancreaticoduodenalis inferior, cabang dari arteri mesenterica superior. Vena; vena pancreaticoduodenalis superior bermuara ke vena portae hepatic; vena pancreaticoduodenalis inferior bermuara ke vena mesenterica superior.3

Hepar

Gambar 5. Hepar tampak anterior7

Gambar 6. Hepar tampak posterior7

Hepar merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh dan mempunyai banyak fungsi. Hepar bertekstur lunak, lentur, dan terletak di bagian atas cavitas abdominalis tepat di bawah diaphragma. Sebagian besar hepar terletak di profunda arcus costalis dextra, dan hemidiaphragma dextra memisahkan hepar dari pleura, pulmo, pericardium, dan cor. Hepar terbentang ke sebelah kiri untuk mencapai hemidiaphragma sinistra. Permukaan atas hepar yang cembung melengkung di bawah kubah diaphragma. Facies visceralis, atau posteroinferior, membentuk cetakan visera yang letaknya berdekatan sehingga bentuknya menjadi tidak beraturan. Permukaan ini berhubungan dengan pars abdominalis oesophagus, gaster, duodenum, flexura coli dextra, ren dextra dan glandula suprarenalis dextra, serta vesica biliaris.3

Hepar dapat dibagi menjadi lobus hepatis dexter yang besar dan lobus hepatis sinister yang kecil oleh periekatan ligamentum peritoneale, ligamentum falciforme. Lobus hepatis dexter terbagi lagi nenjadi lobus quadratus dan lobus caudatus oleh adanya vesica biliaris, fissura ligamenti teretis, vena cava inferior, dan fissura ligamenti venosi.3

Ligamentum faiciforme, yang merupakan lipatan ganda peritoneum, berjalan ke atas dari umbilicus ke hepar. Ligamentum ini mempunyai pinggir bebas berbentuk bulan sabit dan mengandung ligamentum teres hepatis yang merupakan sisa vena umbilicalis. Ligamentum faiciforme berjalan ke permulaan anterior dan kemudian ke permukaan superior hepar dan akhirnya membelah menjadi dua lapis. Lapisan kanan membentuk lapisan atas ligamentum coronarium; lapisan kiri membentuk lapisan atas ligamentum triangulare sinistrum. Bagian kanan ligamentum coronarium dikenal sebagai ligamentum triangulare dextrum. Perlu diketahui bahwa lapisan peritoneum yang membentuk ligamentum coronarium terpisah satu dengan yang lain, meninggalkan sebuah daerah yang tidak diliputi peritoneum. Daerah ini disebut area nuda.3

Pembuluh-pembuluh darah yang mengalirkan darah ke hepar adalah arteria hepatica propria (30%) dan vena portae hepatis (70%). Arteria hepatica propria membawa darah yang kaya oksigen ke hepar, dan vena porta membawa darah yang kaya akan hasil metabolisme pencernaan yang diabsorbsi dari tractus gastrointestinalis. Darah arteria dan vena dialirkan ke vena centralis masing-masing lobuli hepatis melalui sinusoid hepar. Venae centrales mengalirkan darah ke vena hepatica dextra dan sinistra, dan vena- vena ini meninggalkan pars posterior hepar dan bermuara langsung ke dalam vena cava inferior.3

Vesica fellea

Gambar 7. Vesica fellea7

Vesica fellea adalah sebuah kantong berbentuk buah pir yang terletak pada permukaan bawah (facies visceralis) hepar. Vesica fellea dibagi menjadi fundus, corpus, dan collum. Fundus vesicae biliaris berbentuk bulat dan biasanya menonjol di bawah margo inferior hepar, penonjolan ini merupakan tempat fundus bersentuhan dengan dinding anterior abdomen setinggi ujung cartilago costalis IX dextra. Corpus vesicae felea terletak dan berhubungan dengan facies visceralis hepar dan arahnya ke atas, belakang, dan kiri. Collum vesicae felea melanjutkan diri sebagai ductus cysticus, yang berbelok ke dalam omentum minus dan bergabung dengan sisi kanan ductus hepaticus communis untuk membentuk ductus choledochus.3

Pancreas

Pancreas merupakan kelenjar eksokrin dan endokrin. Bagian eksokrin kelenjar menghasilkan sekret yang mengandung enzim-enzim yang dapat menghidrolisis protein, lemak, dan karbohidrat.3

Gambar 8. Berbagai bagian pancreas.8

Pancreas merupakan organ yang memanjang dan terletak pada epigastrium dan kuadran kiri atas. Strukturnya lunak, berlobulus, dan terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum. Pancreas menyilang planum transpyloricum. Pancreas dapat dibagi dalam caput, collum, corpus, dan cauda.3

Caput pancreatis berbentuk seperti cakram dan terletak di dalam bagian cekung duodenum. Sebagian caput meluas ke kiri di belakang arteria dan vena mesenterica superior serta dinamakan processus uncinatus. Collum pancreatis merupakan bagian pancreas yang mengecil dan menghubungkan caput dan corpus pancreatis. Collum pancreatis terletak di depan pangkal vena portae hepatis dan tempat dipercabangkannya arteria mesenterica superior dari aorta. Corpus pancreatis berjalan ke atas dan kiri, menyilang garis tengah. Pada potongan melintang sedikit berbentuk segitiga. Cauda pancreatis berjalan ke depan menuju ligamentum lienorenale dan mengadakan hubungan dengan hilum lienale.3

Perdarahan arteri: arteria lienalis serta arteria pancreaticoduodenalis superior dan inferior. Pendaraghan vena: sesuai dengan arterianya mengalirkan darah ke vena lienalis dan vena mesenterica superior. Persarafan pancreas berasal dari serabut-serabut saraf simpatis dan parasimpatis (vagus).3

Gambar 9. Vaskularisasi pancreas9

Struktur mikroskopis

Gaster

Tunika mukosa gaster dilapisi epitel selapis torak. Foveola gastrika berupa sumuran kecil di antara tonjolan mukosa. Yang terlihat sebagai tonjolan sebenarnya adalah mukosa di antara dua sumuran. Di dasar foveola terdapat muara kelenjar fundus yang merupakan kelenjar tubolosa simpleks, yang biasanya tidak berkelok. Foveola gastrika di fundus meliputi 1/3 bagian ketebaalan mukosa, sedangkan kelenjar mencapai 2/3 bagiannya kelenjar fundus memenuhi lamina propia. Macam-macam sel yang menyusun kelenjar fundus:10

Sel mukus leher (mucous neck cell) bentuk sel torak, mirip sel epitel mukosa, terdapat di leher kelenjar. Inti sel lonjong terletak di dasar sel. Sitoplasma bagian apikal kadang mengandung granula.

Sel HCL atau pariental (oxyntic cell) bentuknya mirip segitiga atau bulat. Sitoplamanya merah dengan inti bulat, biru ditengah kromatin padat terutama pada istmus kelenjar.

Sel zimogen (chief cell) bentuknya mirip sel HCl, di antara selnya terdapat HCl, selnya agak basofil dengan granula pada apikalnya, inti selnya bulat dan dekat ke basal.

Gambar 10. Sel-sel pada gaster11

Tunika muskulais mukosa terdapat dibawah lamina propia yang kadang terdesak oleh kelenjar fundus. Tunika submukosanya merupakan jaringan ikat jarang dimana terdapat pleksus Meissneri. Tunika muskularis sirkularis lebih tebal daripada yang longitudinal, daerah ini juga terdapat pleksus Auerbach antara keduanya.10

Tunika mukosa pada pilorus juga mempunyai foveola gastrica dilapisi epitel selapis torak, foveola ini dalam meliputi 2/3 ketebalan mukosa dan 1/3 ditempati kelenjar pilorus yang tampak homogen karena semua selnya adalah sel mukus tunika muskilaris mukosa, submukosa, dan serosa merupakan kelanjutan dari daerah fundus. Pada tunika muskularis bagian sirkulernya menebal membentuk sfingter pilori.10

Gambar 11. Lapisan pada gaster11

Hepar

Pada struktur histologi hati, dapat dikenali vena sentralis yang biasanya terletak di tengah lobulus. Di luar vena sentralis terdapat deretan sel-sel hati yang tersusun baik jari-hari mengarah ke jaringan interlobularis. Dianatara deretan sel hati tersebut terdapat sinusoid hati yang bermura ke dalam vena sentralis tadi. Saluran herring merupakan duktus biliaris intralobular, letaknya di tepi lobulus.10

Di dalam jaringan interlobular dapat ditemukan duktus biliaris yang dindingnya dilapisi epitel selapis atau berlapis kubis. Pada salah satu sudut jaringan interlobularis biasanya dapat ditemukan duktur biliaris, arteriol cabang A.hepatika, cenul cabang V.porta. daerah ini disebut degan segitiga Kiernan.10

Gambar 12. Histologi hepar12

Vesica fellea

Empedu yang dihasilkan hepatosit mengalir melalui kanalikuli biliaris, duktulus biliaris, dan duktus biliaris. Struktur ini secara berangsur bergabung membentuk anyaman yang berkonvergensi membentuk duktus hepatik. Duktus hepatik, setelah bergabung dengan duktus sistikus dari kandung empedu, berlanjut ke duodenum sebagai duktus koledokus.10

Duktus hepatikus, duktus sistikus, dan duktus koledokus dilapisi membran mukosa dengan epitel selapis silindris kolangiosit. Lamina propria dan submukosanya relatif tipis, dengan kelenjar mukosa di sejumlah area duktus sistikus, dan dikelilingi muscularis yang tipis. Lapisan otot ini bertambah tebal dekat duodenum dan akhirnya, pada bagian intramural, membentuk sfingter yang mengatur aliran empedu.10

Dinding kandung empedu terdiri atas mukosa yang terdiri atas epitel selapis silindris dan lamina propria, muscularis tipis dengan berkas serabut otot yang tersusun dalam beberapa arah, dan lapisan adventisia eksternal atau serosa. Mukosa memiliki banyak sekali lipatan yang sangat jelas ketika kandung empedu kosong.10

Sel epitel pelapis memiliki banyak mitokondria, mikrovili, dan ruang antarsel, yang kesemuanya mengindikasikan sel absorptif aktif. Fungsi utama kandung empedu adalah menyimpan empedu, memekatkan dengan menyerap airnya dan melepaskan bila diperlukan ke dalam saluran cerna. Proses tersebut bergantung pada mekanisme transpor aktif natrium pada epitel kandung empedu dengan penyerapan air dari empedu, suatu konsekuensi osmotik pompa natrium. Kontraksi otot polos kandung empedu diinduksi oleh kolesitokinin (CKK) yang dilepaskan dari sel enteroendokrin usu halus. Pelepasan CCK selanjutnya dirangsang oleh keberadaan lemak dalam diet di usus halus. Pengangkatan kandung empedu akibat obstruksi atau peradangan kronis menyebabkan aliran langsung empedu dari hati ke usus, dengan sedikit pengaruh bermakna terhadap pencernaan.10

Gambar 13. Histologi vesica fellea10

Duodenum

Tunika mukosa diliputi oleh epitel selapis torak yang mempunyai mikrovili (brush borders). Di antara sel epitel ada sel goblet yang jumlahnya di sini belum begitu banyak. Tunika mukosa membentuk vilus intestinalis yang genuk- gemuk. Lamina propia terdapat di bawah epitel vilus intestinalis maupun di sekitar kriptus liberkhun. Di dasar kriptus dapat ditemukan sel Paneth, suatu sel berbentuk kerucut dan puncaknya menghadap lumen di dalam sitloplasmanya terdapat garnula kasar berwarna merah. Tunika mukosa dipenuhi kelenjar brunner. Tunika mukosa dan tunika submukosa bersama- sama membentuk pila sirkularis kerckringi, artinya pada setiap plika sirkularis terdapat banyak vilus instestinalis.10

Gambar 14. Lapisan duodenum13

Pankreas

Pankreas merupakan kelenjar eksokrin dan endokrin. Bagian eksokrin kelenjar menghasilkan sekret yang mengandung enzim-enzim yang dapat menghidrolisis protein,lemak, dan karbohidrat. Pankreas merupakan organ yang memanjang dan terletak padaepigastrium dan kuadran kiri atas. Strukturnya lunak, berlobulus, dan terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum. Pankreas menyilang planum transpyloricum. Pankreas dapat dibagi dalam caput, collum, corpus, dan cauda.14

Pankreas memiliki unsur eksokrin maupun endokrin yang menempati sebagian besar kelenjar. Pankreas eksokrin yang merupakan bagian terbesar dari kelenjar, terdiri atas asiniserosa yang berhimpitan, tersusun dalam banyak lobulus kecil. Lobuli dikelilingi septa intra-dan interlobular, dengan pembuluh darah, duktus, saraf, dan kadang-kadang badan Pacini. Didalam massa asini serosa, terdapat pulau Langerhans yang terisolasi. Pulau ini adalah bagian endokrin pankreas dan merupakan ciri khas pankreas.15

Gambar 15. Histologi pankreas16

Sebuah asinus pankreas terdiri atas sel-sel zimogen penghasil-protein berbentuk piramid mengelilingi sebuah lumen sentral yang kecil. Duktus ekskretorius meluas ke dalamsetiap asinus dan tampak sebagai sel sentroasinar yang terpulas pucat di dalam lumennya. Produk sekresi asini dikeluarkan melalui duktus interkalaris (intralobular) yang sempit. Duktus ini memiliki lumen kecil dengan epitel kuboid rendah. Sel sentroasinar berlanjut sebagai epitel duktus interkalaris. Duktus interkalaris kemudian berlanjut sebagai duktusinterlobular yang terdapat di dalam septa jaringan ikat yang terdapajsdi antara lobuli. Duktus interlobular dilapisi epitel selapis kuboid yang makin tinggi dan menjadi berlapis pada duktus yang lebih besar.15

Gambar 16. Histologi pankreas16

Fisiologi lambung

Lambung merupakan bagian dari saluran pencernaan yang berbentuk seperti kantung, dapat berdilatasi, dan berfungsi mencerna makanan dibantu oleh asam klorida (HCl) dan enzim-enzim seperti pepsin, renin, dan lipase. Lambung memiliki fungsi fungsi utama, yaitu fungsi pencernaan dan fungsi motorik.Sebagai fungsi pencernaan dan sekresi, yaitu pencernaan protein oleh pepsin dan HCl, sintesis dan pelepasan gastrin yang dipengaruhi oleh protein yang dimakan, sekresi mukus yang membentuk selubung dan melindungi lambung serta sebagai pelumas sehingga makanan lebih mudah diangkut, sekresi bikarbonat bersama dengan sekresi mukus yang berperan sebagai barier (proteksi) dari asam lumen dan pepsin.Fungsi motorik lambung terdiri atas penyimpanan makanan sampai makanan dapat diproses dalam duodenum, pencampuran makanan dengan asam lambung, hingga membentuk suatu kimus, dan pengosongan makanan dari lambung ke dalam usus dengan kecepatan yang sesuai untuk pencernaan dan absorbsi dalam usus halus.1

Lambung memiliki 4 dasar motilitas khusus untuk gerakan pencampuran makanan yang dicerna dan cairan lambung,untuk membentuk cairan padat yang dinamakan kimus, kemudian dikosongkan ke duodenum. Motilitas lambung terdiri dari:

1. Pengisian

Ketika kosong, lambung memiliki volume sekitar 50 ml, tetapi volume lambung dapat bertambah hingga 1L saat makan. Lambung dapat menampung peningkatan volume tanpa banyak mengalami perubahan tegangan didindinginya dan peningkatan tekanan intralambung.1,17

Bagian interior lambung membentuk lipatan-lipatan dalam. Sewaktu makan, lipatannya menjadi lebih kecil dan nyaris mendatar sewaktu lambung sedikit melemas akibat makanan masuk. Relaksasi refleks lambung sewaktu menerima makanan disebut relaksasi reseptif. Relaksasi ini meningkatkan kemampuan lambung menampung tambahan volume makanan dengan hanya menyebabkan sedikit peningkatan tekanan lambung. Namun apabila lambung meregang berlebihan dan tekanannya meningkat , maka yang bersangkutan akan merasa tidak nyaman. Relaksasi reseptif dipicu oleh tindakan makan dan diperantarai oleh saraf vagus.1,17

2. Penyimpanan

Sekelompok sel pemicu yang terletak di regio fundus bagian atas lambung menghasilkan potensial gelombang lambat yang menyapu ke bawah sepanjang lambung menuju sfingter pilorus dengan frekuensi 3 kali/menit. Pola ritmis depolarisasi spontan ini atau disebut irama listrik dasar (BER) terjadi terus menerus dan mungkin disertai oleh kontraksi lapisan otot polos sirkular.1,17

Sekali dimulai, gelombang peristaltik menyebar melalui fundus dan korpus ke antrum dan sfingter pilorus. Karena lapisan otot di fundus dan korpus tipis maka kontraksi dibagian ini lemah. Ketika mencapai antrum, gelombang kontraksi menjadi lebih kuat karena ototnya lebih tebal. Karena di fundus dan korpus gerakan mencampur berlangsung lemah maka makanan yang disalurkan ke lambung dari esofagus disimpan dibagian korpus yang relatif tenang tanpa mengalami pencampuran. Makanan secara bertahap makanan disalurkan dari korpus menuju antrum , tempat terjadi pencampuran makanan.1,17

3. Pencampuran

Kontraksi peristaltik antrum yang kuat mencampur makanan dengan sekresi lambung untuk menghasilkan kimus. Setiap gelombang peristaltik antrum mendorong kimus maju menuju sfingter pilorus. Kontraksi tonik sfingter pilorus normalnya menyebabkan sfingter ini nyaris tertutup. Lubang yang terbentuk cukup untuk dilewati air dan cairan lain, tapi terlalu kecil untuk dilalui kimus kental, kecuali terjadi kontraksi peristaltik antrum yang lebih kuat lagi.1

Sebelum lebih banyak kimus yang terperas keluar, gelombang peristaltik mencapai sfingter pilorus dan menyebabkan sfingter ini berkontraksi lebih kuat , menutup dan mencegah kimus masuk ke duodenum. Massa kimus yang sedang terdorong maju tapi tak bisa masuk ke duodenum tertahan mendadak di sfingter yang tertutup dan memantul balik kedalam antrum. Gerakan maju mundur ini mencampur kimus secara merata di antrum.1,17

4. Pengosongan

Selain mencampur isi lambung, kontraksi peristaltik antrum juga merupakan gaya dorong untuk mengosongkan isi lambung. Intensitas peristaltik antrum dapat sangat bervariasi dibawah pengaruh berbagai sinyal dari lambung dan duodenum, karena itu pengosongan lambung diatur baik oleh faktor lambung maupun duodenum.1

Gambar 17. Pencampuran dan pengosongan lambung18

Faktor di lambung yang mempengaruhi kecepatan pengosongan lambung terutama dari jumlah kimus di lambung. Selain itu, derajat fluiditas kimus di lambung mempengaruhi pengosongan lambung. Isi lambung harus diubah menjadi bentuk cair kental merata sebelum disalurkan ke duodenum. Semakin cepat tingkat keenceran yang sesuai tercapai, semakin cepat isi lambung siap dievakuasi.1

Faktor-faktor di duodenum sangat penting dalam mengontrol kecepatan pengosongan lambung. Duodenum harus siap menerima kimus dan dapat menunda pengosongan lambung dengan mengurangi aktivitas peristaltik di lambung sampai duodenum siap menampung lebih banyak kimus. Bahkan jika lambung teregang dan isinya berada dalam bentuk cair, lambung tidak dapat mengosongkan isinya sampai duodenum siap mengolah kimus.1

Empat faktor duodenum terpenting yang mempengaruhi pengosongan lambung adalah lemak, asam, hipertonisitas, dan peregangan. Adanya satu atau lebih rangsangan ini di duodenum mengaktifkan reseptor duodenum yang sesuai, memicu respons saraf atau hormon yang mengerem motilitas lambung dengan mengurangi eksitabilitas otot polos lambung.1

Hal yang menyebabkan mengapa berbagai rangsang di duodenum ini perlu menunda pengosongan lambung:

a. Lemak

Lemak dicerna dan diserap lebih lambat daripada nutrien lain. Selain itu, pencernaan dan penyerapan lemak berlangsung hanya di dalam lumen usus halus. Karena itu, ketika lemak sudah ada di duodenum, pengosongan lambung lebih lanjut ke dalam duodenum terhenti sampai usus halus selesai memproses lemak yang ada di dalamnya. Lemak adalah perangsang paling kuat untuk menghambat motiiitas lambung.1,17

b. Asam

Karena lambung mengeluarkan asam hidroklorida (HCl), maka kimus yang masuk ke duodenum sangat asam. Kimus ini dinetralkan oleh natrium bikarbonat yang disekresikan ke dalam lumen duodenum terutama dari pankreas. Asam yang belum ternetralkan akan mengiritasi mukosa duodenum dan menginaktifkan enzim-enzim pencernaan pankreas yang disekresikan ke dalam lumen duodenum. Karena itu, jika asam yang belum ternetralkan di duodenum akan menghambat pengosongan lebih lanjut isi lambung yang asam sampai netralisasi selesai.1,17

c. Hipertonisitas

Sewaktu molekul-molekul protein dan tepung dicerna di lumen duodenum terjadi pembebasan sejumlah besar molekul asam amino dan glukosa. Jika penyerapan molekul asam amino dan glukosa ini tidak mengimbangi kecepatan pencernaan protein dan karbohidrat maka sejumlah besar molekul akan tetap berada di kimus dan meningkatkan osmolaritas isi duodenum. Osmolaritas bergantung pada jumlah molekul yang ada, bukan ukurannya, dan satu molekul protein dapat diuraikan menjadi beberapa ratus molekul asam amino, yang masing-masing memiliki aktivitas osmotik setara dengan molekul protein semula. Hal yang sama berlaku untuk satu molekul besar tepung, yang menghasilkan banyak molekul glukosa berukuran kecil namun dengan aktivitas osmotik setara. Karena dapat berdifusi bebas menembus dinding duodenum maka air masuk ke lumen duodenum dari plasma jika osmolaritas duodenum meningkat. Air dalam jumlah besar yang masuk ke usus dari plasma akan menyebabkan peregangan usus dan gangguan sirkulasi karena berkurangnya volume plasma. Untuk mencegah efek-efek ini, pengosongan lambung secara refleks dihambat jika osmolaritas isi duodenum mulai meningkat. Karena itu, jumlah makanan yang masuk ke duodenum untuk dicerna lebih lanjut menjadi partikel- partikel yang lebih kecil dan aktif osmotis berkurang sampai proses penyerapan memiliki kesempatan untuk menyusul.1,17

d. Peregangan

Kimus yang terlalu banyak di duodenum akan menghambat pengosongan isi lambung lebih lanjut agar duodenum memiliki waktu untuk memproses kelebihan volume kimus yang sedang ditampungnya sebelum duodenum menerima kimus tambahan.1,17

Sel-sel yang mengeluarkan getah lambung berada di lapisan dalam lambung, mukosa lambung, yang dibagi menjadi dua daerah berbeda: mukosa oksintik, yang melapisi korpus dan fundus; dan daerah kelenjar pilorus (pyloric gland area, PGA), yang melapisi antrum. Permukaan luminal lambung berisi lubang-lubang kecil (foveola) dengan kantung dalam yang terbentuk oleh pelipatan masuk mukosa lambung. Bagian pertama dari invaginasi ini disebut foveola gastrica, yang di dasarnya terletak kelenjar lambung. Berbagai sel sekretorik melapisi bagian dalam invaginasi ini, sebagian eksokrin dan sebagian endokrin atau parakrin.1

Di dinding foveola gastrica dan kelenjar mukosa oksintik ditemukan tiga jenis sel sekretorik eksokrin lambung:

Sel mukus melapisi foveola gastrica dan pintu masuk kelenjar. Sel-sel ini mengeluarkan mukus encer.

Bagian lebih dalam di kelenjar lambung dilapisi oleh chief cell dan sel parietal. Chief cell yang jumlahnya lebih banyak menghasilkan prekursor enzim pepsinogen.

Sel parietal (atau oksintik) mengeluarkan HCl dan faktor intrinsik.

Sekresi eksokrin ini semuanya dibebaskan ke dalam lumen lambung. Secara kolektif, berbagai sekresi ini membentuk getah lambung. Meskipun HCl sebenarnya tidak mencerna apapun, namun zat ini melakukan fungsi-fungsi spesifik yang membantu pencernaan:

1. Mengaktifkan prekursor enzim pepsinogen menjadi enzim aktif, pepsin, dan membentuk medium asam yang optimal bagi aktivitas pepsin.

1. Membantu memecahkan jaringan ikat dan serat otot, mengurangi ukuran partikel makanan besar menjadi lebih kecil.

1. Menyebabkan denaturasi protein; yaitu, menguraikan bentuk final protein yang berupa gulungan (pelipatan) sehingga ikatan peptida lebih terpajan ke enzim.

1. Bersama lisozim liur, mematikan sebagian besar mikroorganisme yang tertelan bersama makanan, meskipun sebagian tetap lolos dan terus tumbuh dan berkembang di usus besar

Konstituen pencernaan utama sekresi lambung adalah pepsinogen, suatu molekul enzim inaktif yang diproduksi oleh chief cell. Dari granula ini enzim tersebut dibebaskan secara eksositosis dengan stimulasi yang sesuai. Ketika pepsinogen disekresikan ke dalam lumen lambung, HC1 memutuskan sepotong kecil molekul, mengubahnya menjadi bentuk aktif enzim, pepsin. Setelah terbentuk, pepsin bekerja pada molekul pepsinogen lain untuk menghasilkan lebih banyak pepsin.1

Pepsin memulai pencernaan protein dengan memutuskan ikatan-ikatan asam amino tertentu untuk menghasilkan fragmen-fragmen peptida; enzim ini bekerja paling efektif dalam lingkungan asam yang dihasilkan oleh HC1. Karena dapat mencena protein maka pepsin harus disimpan dan disekresikan dalam bentuk inaktif. Karena itu, pepsin dipertahankan dalam bentuk inaktif pepsinogen sampai zat ini mencapai lumen lambung, tempat ia diaktifkan oleh HCl yang disekresikan ke dalam lumen oleh jenis sel lain.1

Permukaan mukosa lambung ditutupi oleh suatu lapisan mukus yang berasal dari sel epitel permukaan dan sel mukus. Mukus ini berfungsi sebagai sawar protektif terhadap beberapa bentuk cedera yang dapat mengenai mukosa lambung:

Berkat sifat pelumasannya, mukus melindungi mukosa lambung dari cedera mekanis.

Mukus membantu mencegah dinding lambung mencerna dirinya sendiri, karena pepsin terhambat jika berkontak dengan lapisan mukus yang menutupi bagian dalam lambung.

Karena bersifat basa, mukus membantu melindungi lambung dari cedera asam karena menetralkan HCl di dekat lapisan dalam lambung, tetapi tidak mengganggu fungsi HCl di lumen. Lapisan mukus di permukaan sel mukosa memiliki pH sekitar 7.

Sekresi asam lambung dipengaruhi oleh kerja saraf dan hormon. Sistem saraf yang bekerja yatu saraf pusat dan saraf otonom, yakni saraf simpatis dan parasimpatis. Adapun hormon yang bekerja antara lain adalah hormon gastrin, asetilkolin, dan histamin.19

Laju sekresi lambung dibagi menjadi tiga fase-fase: sefalik, lambung, dan usus. Fase sefalik sekresi lambung merujuk kepada peningkatan sekresi HC1 dan pepsinogen yang terjadi melalui mekanisme umpan sebagai respons terhadap rangsangan yang bekerja di kepala bahkan sebelum makanan mencapai lambung. Memikirkan, mencicipi, mencium, mengunyah, dan menelan makanan meningkatkan sekresi lambung oleh aktivitas vagus melalui dua cara. Pertama, stimulasi vagus terhadap pleksus intrinsik mendorong peningkatan sekresi ACh, yang pada gilirannya menyebabkan peningkatan sekresi HC1 dan pepsinogen oleh sel sekretorik. Kedua, stimulasi vagus pada sel G di dalam PGA menyebabkan pembebasan gastrin, yang pada gilirannya semakin meningkatkan sekresi HC1 dan pepsinogen, dengan efek HC1 mengalami potensiasi oleh pelepasan histamin yang dipicu gastrin.1,19

Fase lambung sekresi lambung berawal ketika makanan benar-benar mencapai lambung. Rangsangan yang bekerja di lambung meningkatkan sekresi lambung melalui jalur-jalur eferen yang tumpang tindih. Sebagai contoh, protein di lambung, perangsang paling kuat, merangsang kemoreseptor yang mengaktifkan pleksus saraf intrinsik, yang selanjutnya merangsang sel sekretorik.19 Selain itu, protein menyebabkan pengaktifan serat vagus ekstrinsik ke lambung. Aktivitas vagus semakin meningkatkan stimulasi saraf intrinsik pada sel sekretorik dan memicu pelepasan gastrin. Protein juga secara langsung merangsang pengeluaran gastrin. Gastrin adalah perangsang kuat bagi sekresi HC1 dan pepsinogen lebih lanjut serta juga menyebabkan pengeluaran histamin, yang semakin meningkatkan sekresi HC1. Melalui jalur-jalur ini, protein menginduksi sekresi getah lambung yang sangat asam dan kaya pepsin, melanjutkan pencernaan protein yang menjadi pemicu proses ini.1,19

Fase sekresi usus mencakup faktor-faktor yang berasal dari usus halus yang mempengaruhi sekresi lambung. Sementara fase-fase lain bersifat eksitatorik, fase ini inhibitorik. Fase usus penting untuk menghentikan aliran getah lambung sewaktu kimus mulai mengalir ke dalam usus halus. Produksi asam lambung akan tetap berlangsung meskipun dalam kondisi tidur. Kebiasaan makan yang teratur sangat penting bagi sekresi asam lambung karena kondisi tersebut memudahkan lambung mengenali waktu makan sehingga produksi lambung terkontrol.1

Mekanisme pencernaan

1. Karbohidrat

Karbohidrat diserap dalam bentuk disakarida maltosa, sukrosa, dan laktosa. Disakaridase yang ada di brush border menguraikan disakarida ini menjadimonosakarida yang dapat diserap yaitu glukosa, galaktosa dan fruktosa. Glukosa dangalaktosa diserap oleh transportasi aktif sekunder sedangkan fruktosa diserap melaluidifusi terfasilitasi.20

Gambar 18. Mekanisme pencernaan karbohidrat21

2. Lemak

Lemak diabsorpsi dalam bentuk monogliserida dan asam lemak bebas,keduanya akan larut dalam gugus pusat lipid dari misel empedu, dan zat-zat ini dapatlarut dalam kimus. Dalam bentuk ini, monogliserida dan asam lemak bebas ditranspor ke permukaan mikrovili brush border sel usus dan kemudian menembus ke dalamceruk diantara mikrovili yang bergerak. Dari sini keduanya segera berdifusi keluar misel dan masuk ke bagian dalam sel epitel. Proses ini meninggalkan misel empedutetap di dalam kimus, yang selanjutnya akan melakukan fungsinya berkali-kalimembantu absorpsi monogliserida dan asam lemak.20

Gambar 19. Mekanisme pencernaan lemak21

3. Protein

Protein diserap di usus halus dalam bentuk asam amino dan peptida, asamamino diserap menembus sel usus halus melalui transpor aktif sekunder, peptidamasuk melalui bantuan pembawa lain dan diuraikan menjadi konstituen asamaminonya oleh aminopeptidase di brush border atau oleh peptidase intrasel, dan masuk ke jaringan kapiler yang ada di dalam vilus. Dengan demikian proses penyerapankarbohidrat dan protein melibatkan sistem transportasi khusus yang diperantarai oleh pembawa dan memerlukan pengeluaran energi serta kotransportasi Na.20

Gambar 20. Mekanisme pencernaan protein21

Enzim sistem pencernaan

Enzim merupkan katalis organik dan termasuk protein globular. Enzim bekerja melalui penggabungan dengan substrat pada suatu tempat aktif yang spesifik untuk membentuk suatu zat antara berupa kompleks enzim-substrat yang kemudian berdisosiasi menjadi enzim bebas dan produk (hasil reaksi).1

Dalam sistem pencernaan, terdapat sejumlah enzim yang digunakan untuk mengkatalis molekul-molekul makanan besar menjadi molekul-molekul kecil. Enzim-enzim tersebut digunakan untuk mencerna tiga bahan makanan utama yaitu karbohidrat, protein, dan lemak. Secara sederhana, enzim-enzim tersebut akan dipaparkan melalui table berikut ini.1

Enzim

Sumber Sekresi

Reaksi

Karbohidrat

Amilase saliva (ptialin)

Kelenjar saliva

Zat tepung maltosa

Amilase pankreas

Pankreas

Zat tepung disakarida dan maltosa

Maltase

Usus halus

Maltosa glukosa

Sukrase

Usus halus

Sukrosa glukosa dan fruktosa

Laktase

Usus halus

Laktosa glukosa dan galaktosa

Protein

Pepsin

Lambung

Protein Polipeptida

Tripsin

Pankreas

Protein dan peptida peptida yang lebih kecil

Kimotripsin

Pankreas

Protein dan peptida peptida yang lebih kecil

Peptidase

Usus halus

Dipeptida asam amino

Lemak

Lipase pankreas

Pankreas (dengan garam empedu)

Trigiserida monogliserida dan asam lemak

Lipase usus halus

Usus halus (dengan garam empedu)

Monogliserida asam lemak dan gliserol

Tabel 1. Enzim sistem pencernaan1

Pembahasan skenario

Penyakit lambung yang dialami mahasiswa tersebut dikarenakan gangguan keseimbangan mekanisme kerja enzim di lambung. Kebiasaan makan yang teratur sangat penting bagi sekresi asam lambung karena kondisi tersebut memudahkan lambung mengenali waktu makan sehingga produksi lambung terkontrol. Kopi diketahui merangsang lambung untuk memproduksi asam lambung sehingga menciptakan lingkungan yang lebih asam dan dapat mengiritasi lambung. Ada dua unsur dari kopi yang bisa mempengaruhi kesehatan perut dan lapisan lambung, yaitu kafein dan asam chlorogenic. Kafein dapat menyebabkan stimulasi sistem saraf pusat sehingga dapat meningkatkan aktivitas lambung dan sekresi hormon gastrin pada lambung dan pepsin. Hormon gastrin yang dikeluarkan oleh lambung mempunyai efek sekresi getah lambung yang sangat asam dari bagian fundus lambung. Sekresi asam yang meningkat dapat menyebabkan iritasi pada mukosa lambung.

Kesimpulan

Setiap organ pencernaan memiliki fungsinya masing-masing dan saling bekerja sama satu sama lain agar sistem pencernaan dalam tubuh dapat berjalan dengan baik. Beberapa faktor yang mempengaruhi kerja organ pencernaan adalah bahan makanan yang kita konsumsi dan teratur tidaknya pola makan.

Daftar pustaka

1. Sherwood, Lauralee. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Jakarta: EGC; 2011. h. 654-87.

2. Gambar 1. diunduh dari:

http://sham-diyah.blogspot.com/2011/12/sariawan-berulang-di-rongga-mulut.html

3. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Jakarta: EGC; 2006. h. 101-12.

4. Gambar 2. diunduh dari:

http://1.bp.blogspot.com/-fQ_dNu9R-qk/T1nxA06sXjI/AAAAAAAAAOU/S4enPjdD9pc/s1600/gbr5.png

5. Gambar 3. diunduh dari:

http://elsafitria444.blogspot.com/2013/11/v-behaviorurldefaultvmlo_5434.html

6. Gambar 4. diunduh dari:

http://www.izmirproktoloji.com/ic-hastalik.i92.mide-ve-bagirsak-hastaliklari

7. Gambar 5., 6., dan 7. diunduh dari:

http://medicina-islamica-lg.blogspot.com/2012/02/anatomi-fisiologi-apparatus-biliaris.html

8. Gambar 8. diunduh dari:

http://sistemendokrindina.blogspot.com/2011/05/anatomi-fisiologi-sistem-endokrin.html

9. Gambar 9. diunduh dari:

http://anfis-mariapoppy.blogspot.com/2010/12/hati-dan-pankreas.html

10. Junqueira LC. Histologi dasar: teks dan atlas. Edisi 12. Jakarta: EGC; 2011. h. 280-91.

11. Gambar 10. dan 11. diunduh dari:

http://dokteraneh.blogspot.com/2011/11/histologi-gaster.html

12. Gambar 12. diunduh dari:

http://jamilatunhidayah-duniakuhidupmu.blogspot.com/2012/01/histologi-hati-hepar.html

13. Gambar 14. diunduh dari:

http://eleshmeraa.blogspot.com/2013/06/histologi-usus.html

14. EroschenkoVP.Atlashistologidifioredengankorelasifungsional.Edisi9. Jakarta: EGC; 2003. h.148.

15. Pearce EC. Anatomi & fisiologi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2005. h. 144.

16. Gambar 15. dan 16. diunduh dari:

http://nenisusilaningsih.blog.undip.ac.id/

17. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2003. h. 281.

18. Gambar 17. diunduh dari:

http://greenworldalami.web.id/obat-asam-lambung-alami/

19. Ganong WF. Buku ajar fisiologi. Jakarta: EGC; 2008. h. 142.

20. Sumardjo D. Pengantar kimia. Jakarta: EGC; 2006. h. 20-5.

21. Gambar 18., 19., dan 20. diunduh dari:

http://blog-awebio.blogspot.com/2012/03/proses-pencernaan-lemak-karbohidrat-dan.html

PBL Blok 9 Universitas Kristen Krida Wacana 1