makalah pribadi pbl 9

Upload: nies-pastries-party

Post on 17-Oct-2015

89 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar belakang masalah

Dewasa ini semakin banyak masalah masalah dalam kehidupan bermasyarakat yang berpotensi untuk mengganggu sistem repirasi, misalnya merokok. Semakin meningkatnya jumlah perokok dapat mengakibatkan wabah penyakit yang berhubungan dengan sistem respirasi.

Kandungan zat zat dalam rokok sangat berbahaya bagi alat alat dalam sistem respirasi. Sebagai contoh, seseorang yang merokok dapat terkena batuk berdahak dan sesak napas. Hal ini (batuk berdahak dan sesak napas) merupakan respon tubuh untuk mengeluarkan zat zat yang dianggap asing dan berbahaya bagi kesehatan. Oleh karena itu, penulis merasa perlu untuk membahas lebih lanjut mengenai sistem respirasi pada bagian berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembacanya. Terima kasih. Selamat membaca.

1.2 Tujuan Penulisan

Berdasar pada kenyataan tersebut, makalah ini dibuat untuk memberikan pengertian dan penjelasan mengenai system respirasi. Hal ini dimaksudkan agar para pelajar dapat dengan mudah mengetahui serta memahami mengenai system respirasi.

BAB II

ISI

Batuk Berdahak dan SesakBatuk berdahak dan sesak dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah merokok. Kandungan dalam rokok sangat berbahaya bagi tubuh terutama sistem respirasi.2.1 Penyebab2.1.1 RokokRokok adalah benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa lebih jantan. Di balik kegunaan atau manfaat rokok yang secuil itu terkandung bahaya yang sangat besar bagi orang yang merokok maupun orang di sekitar perokok yang bukan perokok. Asap rokok mengandung kurang lebih 4000 bahan kimia yang 200 diantaranya beracun dan 43 jenis lainnya dapat menyebabkan kanker bagi tubuh. Beberapa zat yang sangat berbahaya yaitu tar, nikotin, karbon monoksida, dsb. Selain itu, Asap rokok yang baru mati di asbak mengandung tiga kali lipat bahan pemicu kanker di udara dan 50 kali mengandung bahan pengeiritasi mata dan pernapasan. Semakin pendek rokok semakin tinggi kadar racun yang siap melayang ke udara. Suatu tempat yang dipenuhi polusi asap rokok adalah tempat yang lebih berbahaya daripada polusi di jalanan raya yang macet.1Bahan bahan yang terkandung dalam rokok, antara lain:2 TarMengandung bahan kimia yang beracun, sebagainya merusak sel paru-paru dan meyebabkan kanker. Karbonmonoksida(CO)Gas beracun yang dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen. NikotinSalah satu jenis obat perangsang yang dapat merusak jantung dan sirkulasi darah, nikotin membuat pemakainya kecanduan.Rokok juga dapat menyebabkan beberapa penyakit, seperti:2 AnginaNyeri dada akibat penyempitan pembuluh darah pada jantung.

AsmaMengalami kesulitan bernafas.

AlergiIritasi akibat asap rokok.

Adapun gejala-gejala gangguan kesehatan, antara lain:2iritasi mata, sakit kepala, pusing, sakit tenggorokan, batuk dan sesak nafas.

Wanita hamil yang merokok atau menjadi perokok pasif, meyalurkan zat-zat beracun dari asap rokok kepada janin yang dikandungnya melalui peredaran darah. Nikotin rokok menyebabkan denyut jantung janin bertambah cepat, karbon monoksida menyebabkan berkurangya oksigen yang diterima janin. 2Anak-anak yang orangtuanya merokok menghadapi kemungkinan lebih besar untuk menderita sakit dada, infeksi telinga, hidung dan tenggorokan. Dan mereka punya kemungkinan dua kali lipat untuk dirawat di rumah sakit pada tahun pertama kehidupan mereka.2

Berikut dibawah ini adalah gambar rokok: 3

2.2 Sistem Respirasi2.2.1 Struktur MakroskopisSistem pernapasan melibatkan rongga hidung, naso faring, oro faring, bagian atas laryngo faring, laring, trachea, bronchi, dan cabang cabang pulmonal bronchi tersebut. Jaringan paru sebagai kumpulan seluruh cabang pulmonal branchi, berada dalam rongga potensial, yakni cavum pleurae, dan terlindungi oleh dinding thorak.42.2.1.1 HidungHidung bagian luar berbentuk pyramid dengan pangkalnya berkesinambungan dengan dahi dan ujung bebasnya disebut puncak hidung. Ke arah inferior hidung memiliki dua pintu masuk berbentuk bulat panjang, yakni nares nasi yang dipisahkan oleh septum nasi. Penyangga hidung terdiri atas tulang dan tulang rawan hialin.4Pada rongga hidung, secara sagital dibagi oleh sekat hidung. Kedua belah rongga hidung terbuka kea rah wajah melalui nares dank e arah posterior berkesinambungan dengan nasofaring melalui aperture nasi posterior ( choana ). Masing masing rongga hidung mempunyai dasar, atap, diding lateral, dan dinding medial ( sekat hidung ). Rongga hidung terdiri dari tiga bagian yakni, vestibulum, penghidu dan pernapasan.4Vestibulum hidunag merupakan sebuah pelebaran yang letaknya tepat disebelah dalam nares. Vestibulum berguna untuk menahan aliran partikel yang terkandung didalam udara yang terhisap. Regio penghidu berada disebelah cranial yang dimulai dari atap rongga hidung daerah ini meluas sampai setinggi concha nasalis superior dan bagian septum nasi yang ada dihadapan concha tersebut dan region pernapasan adalah rongga hidung sisanya.42.2.1.2 Sinus Paranasalis

Terdiri atas sinus frontalis, sinus ethmoidalis, sinus sphenoidalis, dan sinus maxillaries.4 Sinus frontalis

Letak kedua sinus frontalis disebelah posterior dari arcus supercilliaris. Sinus ini berkembang baik pada usia 7 dan 8 tahun dan mencapai ukuran yang sempurna sesudah pubertas.

Sinus ethmoidalis

Sinus ini tersusun sebagai rongga kecil yang tidak beraturan, sehingga disebut juga sellulae ethmoidales. Pada masing-masing hidung jumlah rongga kecil ini bervariasi dari tiga rongga besar hingga 18 rongga kecil. Celluale ini membentuk kelompok anterior, medius dan posterior. Masing masing kelompok ini tidak mempunyai batas yang jelas.Sinus ini berkembang pada usia 6 8 tahun dan sesudah pubertas.

Sinus sphenoidalis

Kedua sinus ini terletak disebelah posterior terhadap bagian atas rongga hidung.

Sinus maxillariesSebagian besar sinus ini menempati tulang maxilla. Berbentuk pyramid, berbatasan dengan dinding lateral rongga hidung.sinus maxillaries mencapai ukuran maxiumum setelah erupsi semua gigi tetap.

2.2.1.3 Faring (tekak)

Faring membentang dari basis crania sampai setinggi vertebra cervical 6 atau tepi bawah cartilage cricoidea. Daerah apling lebar dari faring adalah daerah superior dan disebelah caudal berbatasan dengan oesophagus(kerongkongan).4Faring ini dibagi menjadi tiga bagian:4 Nasofaring (epifaring)

Nasofaring berada disebelah dorsal hidung dan sebelah cranial palatum molle. Nasofaring ini berdinding static kecuali palatum molle. Rongga nasofaring ini tidak pernah tertutup, berbeda dari orofaring dan laringofaring. Kearah ventral nasofaring berhubungan dengan rongga hidung melalui choanae yang masing masing terpisah oleh septum nasi. Selain itu juga terdapat jaringan limfoid yaitu tonsilla pharyngeal / adenoid. Orofaring (mesofaring)

Orofaring terbentang mulai dari palatum molle sampat tepi atas epiglottis atau setinggi corpus vertebra cervical 2 dan 3 bagian atas. Selain itu juga terdapat jaringan limfoid yaitu tonsilla palatine.

Laringofaring (hipofaring)

Laringofaring membentang dari tepi cranial epiglottis sampai tepi inferior cartilage cricoidea atau mulai setinggi bagian bawah corpus vertebra cervical 3 sampai bagian atas vertebra cervical 6. Kearah caudal laringofaring berlanjut menjadi oesophagus.

2.2.1.4 Laring (pangkal tenggorok)Laring merupakan saluran udara dan juga organ pembentuk suara. Laring membentang anatara lidah samapai trachea atau pada laki laki dewasa setinggi vertebra cervical 3 sampai vertebra cervical 6, tetapi sedikit lebih tinggi pada anak dan perempuan dewasa. Kearah atas laring terbuka ke dalam laringofaring. Ke arah bawah laring dilanjutkan sebagai trakea. Laring laki laki dewasa berukuran lebih besar, oleh karena pertumbuhan yang pesat menjelang pubertas. Selain itu juga cartilage thyreoideanya berproyeksi lebih nyata kearah anterior di garis tengah yang membentuk prominentia laryngea (adams apple).42.2.1.5 Trakea (tenggorok)Trakea merupakan sebuah piipa udara yang terbentuk dari tulang rawan dan selaput fibro muscular dan merupakan kelanjutan dari laring, membentang mulai dari cervical 6 samapati tepi atas vertebra torakal 5. Trakea terletak hampir di bidang sagital, tetapi biasanya bifurkasi trakea sedikit terdesak kea rah kanan oleh arcus aortae. Selama inspirasi dalam, mungkin bofurkasi ini turun sampai setinggi torakal 6. Bentuk trakea sedikit kurang silindrik, karena datar disebelah posterior.42.2.1.6 Bronkus

Bronkus memiliki gambaran yang menyerupai trakea, namun diameternya lebih kecil. Brokus dibagi menjadi dua bagian yakni:4 Bronkus ekstrapulmonal

Bronkus yang terletak diluar paru.

Bronkus intrapulmonal

Bronkus yang terletak didalam paru.

2.2.1.7 Bronkiolus

Bronkiolus dibagi menjadi dua bagian,yakni:4 Bronkiolus terminalis

Merupakan batas akhir dari bagian konduksi (saluran pernapasan).

Bronkiolus alveolaris

Merupakan batas awal dari bagian respiratorius (pertukaran gas).

2.2.1.8 Paru

Paru terdapat sepasang, yakni:4,5 Paru dextra

Terdiri dari 3 lobus : lobus superior, lobus medius dan lobus inferior.

Paru sinistra

Terdiri dari 2 lobus : lobus superior dan lobus inferior.

2.2.1.9 Pleura

Pleura dibagi menjadi dua bagian, yakni:4,5 Pleura viseralis

Merupakan pleura yang melekat pada paru.

Pleura parietalis

Meupakan pleura yang lebih melekat pada cavum thoracis.

Diantara kedua pleura terdapat rongga yang berisi cairan serosa yang disebut dengan cavum pleura.4,52.2.2 Struktur Mikroskopis

Struktur mikroskopis darialat alat yang termsuk dalam sistem respirasi dapat dilihat baik menggunakan mikroskop cahaya maupun menggunakan mikroskop electron. Terdiri dari: Hidung / nasalKulit luar terdiri dari :6,7 Epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk

Rambut rambut halus

Kelenjar sebasea san kelenjar keringat

Vestibulum nasi terdiri dari :6,7 Epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk dan berubah menjadi epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet sebelum masuk ke fossa nasalis. Silia ini berperan untuk mendorong lender kearah belakang yaitu nasofaring kemudian tertelan dan dibatukkan.

Terdapat vibrissae atau rambut rambut kasar.

Terdapat kelenjar sebasea dan kelenjar keringat.

Pada lamina propia terdapat glandula nasalis yang merupakan kelenjar campur. Selain itu juga terdapat nodule limfatisi. Terkadang lamina propia ini menjadi satu dengan periosteum / perikondrium ( dinding concha nasalis). Oleh karena itu membrane mucosa di hidung sering disebut dengan mukoperiosteum . mukoperikondrium . membrane Schneider. Lapisan mukosa ini berwarna coklat kekuningan. Selain itu, pada lamina propia juga terdapat kelenjar bowman. Kelenjar bowman akan mengeluarkan secret yang berperan agar epitel olfaktorius lembab dan juga sebagi pelarut zat kimia yang dalam bentuk bau.6,7Dalam epitel olfaktorius yang merupakan epitel bertingkat torak, terdapat tiga macam sel, yaitu:6,7 Sel olfaktorius

Sel ini terletak diantara sel casal dan sel penyokong. Sel ini merupakan neuron bipolar dengan dendrite pada bagian apical dan ujung dendrite akan menggelembung sehingga membentuk vesikula olfaktorius, dan akson ke lamina propia. Akson tak bermyelin akan bergabung dengan akson reseptor lain di lamina propia dan membentuk nervus olfaktorius.

Sel sustentakuler / sel penyokongMerupakan sel silindris stinggi dengan bagian apex lebar dan bagian basal menyempit. Inti sel terletak ditengah dan berbentuk lonjong. Selain itu pada permukaan terdapt mikrovili dan sitoplasma mempunyai granul pigmen kuning kecoklatan.

Sel basal

Sel ini terdapat pada bagian basal dekat dengan lamina propia. Sel berbentuk segitiga dengan inti lonjong. Sel ini merupakan reserve sel / sel cadangan yang kemudian akan membentuk sel penyokong dan mungkin menjadi sel olfaktorius.

Sinus ParanasalisPada sinus paranasalis, merupakan epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet. Lamina propia pada sinus paranasalis lebih tipis daripada cavum nasi dan melekat pada periosteum dibawahnya. Selain itu, kelenjar kelenjar dalam lamina propia memproduksi mucosa yang kemudian akan dialirkan ke cavum nasi oleh gerakan silia silia.6,7 Faring

Nasofaring

Epitel yang terdapat pada nasofaring merupakan epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet. Pada bagian bawah dari membrane basalis, yakni pada lamina propia terdapat kelenjar campur.6,7 Orofaring

Epitel yang terdapat pada orofaring merupakan epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Orofaring dilanjutkan kebgaian atas menjadi epitel mulur dan kebawah menjadi epitel oesofagus.6,7 Laringofaring

Epitel yang terdapat pada laringofaring merupakan epitel bervariasi yang sebagian besar epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.6,7 Laring

Epitel yang terdapat pada laring merupakan epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet kecuali pada ujing plica vokalis yang memiliki epitel berlapis gepeng.6,7Pada dinding laring terdapat :6,7 Tulang rawan hialinm

Tulang rawan elastin

Jaringan ikat

Otot skelet

Kelenjar campur

Epiglottis

Epiglottis memiliki 2 permukaan, yakni:6,7 Permukaan lingual

Permukaan ini menghadap ke arah lidah. Epitel yang terdapat pada permukaan lingual merupakan epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tandung. Pada lapisan lamina propia dibawahnya langsung melekat pada perikondrium. Selain itu juga terdapat kelenjar campus dan jaringan limfoid.

Permukaan laryngeal

Permukaan ini menghadap ke arah laring. Epitel yang terdapat pada permukaan laryngeal merupakan epitel berlapis gepeng yang tipis dari permukaan lingual menjadi epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet. Lamina propia dibawahnya mempunyai kelenjar campur (lebih banyak daripada permukaan lingual).Dibawah epiglottis terdapat 2 lipatan mukosa yang menonjol ke lulmen laring, yakni :6,7 Lipatan bagian atas disebut pita suara palsu / plica ventrikularis

Epitel yang terdapat pada plica ventrikularis adalah epitel bertingkat torak bersilia. Lamina propia tipi dan terdiri dari jaringan penyambung jarang dan juga terdapat kelenjar campur. Sebagian dari lamina propia melekat pada perikondrium dan tulang rawan tiroidea. Diantara kedua plica ventrikularis terdapat rima vestibule. Lipatan bagian bawah disebut pita suara sejati / plica vocalis.Epitel yang terdapat pada plica vocalis adalah epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Pada lamina propia terdapat serat serat elastin yang tersusun sejajar membentuk ligamentum vocalis, dan sejajar dengan ligamentum vocalis terdapat otot skelet yang disebut dengan Muskulus vocalis. Diantara kedau plica vocalis terdapat daerah yang disebut rima vocalis / rima glotidis.

Trakea

Rangka trakea terdiri atas tulang rawan hialin berbentuk C yang berjumlah 16 20 buah. Cincin tulang rawan satu dengan yang lain dihubungkan oleh jaringan penyambung padat fibroelastis dan retikulin disebut ligamentum annulare, sedangkan otot polos berperan untuk mendekatkan kedua tulang rawan. Bagian trakea yang mengandung tulang rawan disebut pars kartilagenia dan bagian trakea yang mengandung jaringan otot disebut para membranasea.6,7 Mukosa trakea

Epitel dari lapisan ini adalah epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet. Mukosa trakea memiliki lapisan basalin agak tebal dan jelas. Selain itu, lamina propia mempunyai serat serat elastin yang berjalan longitudinal dan membentuk membrane elatika interna. Pada lapisan ini juga terdapat kelenjar campur.6,7 Tunika submukosa

Lapisan ini terdiri dari jaringan ikat jarang, lemak, kelenjar campur atau yang sering disebut glandula trakealis yang banyak terdapat pada lapisan posterior. Pada pars membranasea terdapat serat oto polos yang berjalan secara transversal, longitudinal, oblique yang disebut dengan Muskulus Trakealis.6,7 Tunika adventisia

Pada lapisan ini juga terdapat kelenjar campur. Lapisan ini merupakan jaringan fibroelastis yang berhubungan dengan perikondrium sebelarh luar pars kartilagenia.6,7 Bronkus

Brokus merupakan saluran kelanjutan dari trachea. Saluran ini memiliki struktur yang mirip dengan trakea. Namun, tulang rawan pada bronkus ini tersusun tidak beraturan dan juga susunan muskulus seperti spiral serta memiliki bentuk sferis. Bronkus dibagi menjadi dua bagian, yakni:6,7 Bronkus ekstrapulmonal

Bronkus ekstrapulmonal memiliki struktur yang sama dengan trachea. Namun bronkus ekstrapulmonal memiliki diameter yang lebih kecil daripada trachea.

Bronkus intrapulmonal

Lapisan mukosa dari bronkus intrapulmonal membentuk lipatan longitudinal. Epitel dari bronkus intrapulmonal adalah epitel bertingkat torak bersel goblet. Pada bronkus intrapulmonal, lamina basali terlihat jelas. Pada lapisan lamina propia terdapat jaringan ikat jarang, serat elastic dan muskulus polos spiral, nodule limfatisi, dan juga kelenjar campur yang disebut dengan kelenjar bronkialis.

Selain brokus ekstrapulmonal dan bronkus intrapulmonal jug aterdapat bronkus

Kecil. Bronkus kecil ini memiliki epitel bertingkat torak bersili bersel goblet.

Kelanjutan dari bronkus ini adalah bronkus terkecil yang memiliki epitel selapis

Torak bersilia bersel goblet.6,7 Bronkiolus

Saluran ini memiliki diameter kurang lebih 1 mm. Pada bronkiolus sudah tidak ditemukan lagi tulang rawan. Saluran ini memiliki epitel selapis torak bersilia dan bersel goblet. Pada bronkiolus. Lamina propia tipis dan tidak terdapat kelenjar. Pada lamina propia juga tidak terdapt nodule limfatisi. Selain itu, otot polos relative lebih banyak daripada jaringan ikat dan juga mengandung serat elastin.6,7Bronkiolus dibagi menjadi dua bagian, yakni:6,7 Bronkiolus terminalis

Bronkiolus terminalis memiliki epitel selapis torak bersilia tanpa sel goblet. Diantara sel epitel terdapat sel clara yang memiliki mikrovili dan bergranul kasar. Pada lapisan lamina propia terdapat serat elastin, oto polos. Namun pada lapisan lamina propia yang tipis ini tidak terdapat kelenjar. Pada lapisan luarnya terdapat serat kolagen, serat elastin, pembuluh darah, pembuluh limfe, dan saraf. Bronkiolus respiratorius

Saliran ini merupakan saluran yang terdapat diantara bagian konduksi dan bagian respirasi. Saluran ini memliki epitel torak rendah atau epitel selapis kubis dengan atau tanpa silia. Pada lapisan epitel ini tidak terdapat sel goblet. Diantara sel epitel terdapat sel clara. Pada lamina propia terdapat serat kolagen, serat elastin, dam juga otot polos yang terputus putus. Ductus alveolaris

Ductus alveolaris merupakan saluran yang memiliki dinding tipis dan sebagian besar terdiri dari alveoli. Ductus alveolaris ini dikelilingi oleh sacus alveolaris. Pada bagian mulut alveolus, terdapat epitel selapis gepeng yang merupakan sel alveolar tipe 1. Pada ductus alveolaris ini juga mengandung jaringan ikat, serat elastin, serat kolagen, otot polos (otot polos terdapat sebagi titik titik kecil).6,7 Sacus alveolaris

Sacus alveolaris merupakan kantong yang dibentuk oleh beberapa alveoli. Pada sacus alveolaris ini terdapar serat elstindan serat retikulin yang melingkari muara sacus alveolaris. Saccus alveolaris ini tidak memiliki otot polos.6,7 Alveolus

Alveolus merupakan kantong kecil terdiri dari selapis sel. Pada alveolus ini terjadi pertukaran gas antara udara dengan darah. Disekitar alveolus terdapat serat elastin dan serat kolagen. Serat elastin ini pada saat inspirasi akan melebar dan pada saat ekspirasi akan menciut. Setar kolagen berfungsi untuk mencegah peregangan berlebihan sehingga kapiler dan septum intraelveolaris tidak rusak.6,7Alveolus itu sendiri memiliki epitel selapis gepeng. Pada dinding alveolus terdapat lubang kecil beebentuk bulat yang disebut poros / stigma alveolaris. Stigma alveolaris penting apabila terjadi sumbatan di salah satu cabang bronkus / bronkiolus sehingga udara dapar mengalir dari satu alveolus ke alveolus lain atau yang sering disebut dengan ventilasi kolateral.6,72.2.3 MekanismeSecara umum pernafasan atau yang biasa disebut respirasi dibagi menjadi 2 jenis , yaitu respiratory eksternal dan respiratory internal. Respirasi internal atau seluler mengacu kepada proses metabolisme intrasel yang berlangsung di dalam mitokondria yang menggunakan o2 dan menghasilkan co2 selama penyerapan energy dari molekul nutrient.5,8,9Respirasi eksternal mengacu kepada keseluruhan rangkaian kejadian yang terlibat dalam pertukaran 02 dan co2 antara lingkungan dengan tubuh. Pada bagian ini akan lebih di bahas mengenai respirasi eksternal.5,8,9Respirasi eksternal meliputi empat langkah :5,8,9 Udara secara bergantian bergerak masuk-keluar paru, sehingga dapat terjadi pertukaran udara antara atmosfer (lingkungan eksternal) dan kantung udara ( alveolus) paru. Pertukaran ini dilaksanakan oleh kerja mekanis pernapasan atau ventilasi. Kecepatan ventilasi diatur sedemikian rupa, sehingga aliran udara antara atmosfer dan alveolus disesuaikan dengan kebutuhan metabolic tubuh untuk menyerap 02 dan mengeluarkan co2.

Oksigen dan co2 dipertukaran antara udara di alveolus dan darah di dalam kapiler pulmonalis melalui proses difusi.

Oksigen dan co2 diangkut oleh darah antara paru dan jaringan

Pertukaran o2 dan co2 terjadi antara jaringan dan darah melalui proses difusi melintasi kapiler sistemik ( jaringan ).2.2.3.1 Ventilasi Pada tahap ini udara keluar masuk secara bergantian. Proses masuknya udara ke dalam paru disebut inspirasi (enhalasi) dan proses keluarnya udara dari paru disebut ekspirasi (ekshalasi). Sebelum proses Inspirasi dimulai, tekanan udara atmosfer (sekitar 760 mmHg) sama dengan tekanan udara dalam alveoli yang disebut sebagai tekanan intra-alveolar (intrapulmonary). Inspirasi dimulai ketika otot-otot inspirasi memperbesar rongga toraks dan meningkatkan volumenya. Otot-otot inspirasi tersebut antara lain :5,8,9 Diafragma, yaitu otot berbentuk kubah yang jika sedang relaks akan memipih saat berkontraksi dan memperbesar rongga torak kearah inferior. Otot interkostal eksternal mengangkat iga ke atas dan ke depan saat berkontraksi sehingga memperbesar rongga toraks kearah anterior dan superior. Dalam pernafasan aktif atau pernafasan dalam, otot-otot sternokleidomastoid, pektoralis mayor, serratus anterior dan otot skalena juga akan memperbesar rongga toraks.5,8,9Volume rongga toraks yang melebar ini berpengaruh pada penurunan tekanan intrapleura. Tekanan intrapleura adalah tekanan dalam rongga pleura. Tekanan intrapleura ini lebih rendah dari tekanan atmosfer sehingga disebut tekanan sub-atmosfer. Turunnya tekanan intrapleura menyebabkan paru mengembang. Penurunan tekanan intrapleura selain disebabkan oleh pelebaran rongga torak, dapat juga disebabkan oleh sekresi cairan surfaktan. Surfaktan adalah sejenis lipoprotein yang disekresi oleh sel-sel epitel dalam alveoli pari matur. Lapisan surfaktan terletak antara lapisan lembap dan udara dalam alveolus. Surfaktan mengurangi tekanan permukaan cairan yang menurunkan kecenderungan pengempisan alveoli dan memungkinkan alveoli untuk berinfalsi dalam tekanan yang lebih rendah. Surfaktan lebih banyak mengurangi tegangan permukaan dalam alveoli kecil dibandingkan dalam alveoli besar. Karena surfaktan tidak diproduksi sampai masa akhir perkembangan janin, bayi premature mungkin lahir dengan insufisien surfaktan, pengempisan alveoli dan kesulitan bernafas. Kondisi ini disebut sindrom distress respiratorik (penyakit membrane hialin), diatasi dengan penggunaan mesin ventilasi mekanik sampai bayi tersebut cukup umur untuk memproduksi cukup surfaktan.5,8,9Pertambahan volume paru ini mengakibatkan tekanan di dalam paru lebih kecil dair tekanan di atmosfer, sehingga udara mengalir masuk ke dalam paru. Jalur udara masuk dapat dari hidung kemudian menuju faring, lalu ke laring dan trakea. Dari trakea udara di salurkan ke bronkus. Perlu diketahui bahwa bronkus terdapat pada paru sebelah kiri dan kanan, sehingga di sini udara sudah mulai dicabangkan.5,8,9Dari bronkus udara disalurkan ke bronkiolus terminalis. Di bronkiolus terminalis inilah saluran udara berakhir. Udara mulai memasuki bronkiolus respiratorius setelah melalui bronkiolus terminalis. Di sini sudah mulai terdapat gelembung udara atau alveoli.5,8,9Kemudian udara diteruskan ke duktus alveolari dan berkahir di sakus alveolaris yang merupakan kumpulan dari alveolus-alveolus. Pada alveolus inilah terjadi pertukaran antara gas o2 yang didapat dari udara inspirasi dengan co2 yang berasal dari jaringan. Udara terus masuk ke dalam paru hingga tekanan antara udara atmosfir dan udara dalam paru sama.5,8,9Setelah tekanan udara antara paru dan atmosfer sama, kemudian otot inspirasi mengalami relaksasi dan rongga toraks mulai mengecil. Rongga toraks yang mengecil menyebabkan tekanan intrapleura naik sehinggga tekanan lebih tinggi dari tekanan atmosfer. Kondisi ini menyebabkan udara mengalir ke luar paru.5,8,9Pengeluaran udara dari paru di kenal dengan sebutan ekspirasi. Ekspirasi pada pernafasan yang tenang dipengaruhi oleh relaksasi otot dan disebut proses pasif. Pada ekspirasi dalam, otot interkostal internal menarik kerangka iga ke bawah dan otot abdomen berkontraksi sehingga mendorong isi abdomen menekan diafragma.5,8,9Berikut dibawah ini gambar mekanisme respirasi:10

2.2.3.2 Pengendalian Respirasi Pengendalian respirasi oleh sarafOtot pernafasan merupakan otot rangka. Otot-otot ini perlu saraf yang mempersarafi agar dapat melakukan kerjanya. Pola pernafasan spontan berirama dihasilkan lepas muatan dari pusat pernafasan di batang otak, hingga batas tertentu aktifitas pernafasan dapat dimodifikasi (berbicara,bernyanyi,dsb).5,8,9Sedangkan pola pernafasan yang volunter melibatkan korteks cerebri. Impulsnya disalurkan melalui traktus kortikospinalis ke motor neuron saraf pernafasan. Bila hubungan pusat dengan perifer terputus pernafasan spontan terhenti tetapi pernafasan yang disengaja masih dapat di lakukan.5,8,9Disamping itu, pusat pernafasan spontan terdiri dari 3 bagian :5,8,9 Pusat respirasiPusat respirasi berada di formation retikularis medulla oblongata lepas muatan beirama menghasilkan pernafasan spontan. Berdasarkan anatominya pusat pernapasan atau pusat respirasi terdiri dari dua kelompok neuron, yakni:5,8,9 Kelompok dorsal ( dorsal respiratory group = DRG) Kelompok ventral ( Ventral Respiratory Group = VRG)Kelompok dorsal terutama terdiri dari neuron I. Neuron I secara periodic melepaskan impuls dengan frekuensi 12-15 / menit. Serat-serat saraf yang keluar dari neuron I sebagian besar berakhir di motor neuron medulla spinalis akan mempersarafi otot-otot inspirasi. Lepas muatan neuron I akan menyebabkan inspirasi. Sebagian kecil lain dari serat saraf dari kelompok dorsal menuju kelompok ventral.5,8,9Serat-serat saraf pada kelompok dorsal bekerja untuk pernafasan pasif atau dalam pernafasan tenang. Kelompok ventral terdiri dari neuron I dan neuron E. kedua saraf ini baru aktif apabila kebutuhan ventilasi meningkat.5,8,9Neuron I ventral diaktifkan melalui rangsangan dari kelompok dorsal. Impuls melalui serat saraf yang keluar dari neuron I kelompok ventral akan merangsang motor neuron yang mempersarafi otot-otot inspirasi tambahan melalui N IX dan N X. Sedangkan neuron E akan dirangsang I dorsal untuk mengeluarkan impulse yang menyebabkan kontraksi otot-otot ekspirasi (terjadi ekspirasi aktif).5,8,9Disamping itu, terdapat mekanisme umpan balik negative antara neuron I dorsal dan neuron E ventral. Impulse dari neuron I dorsal selain merangsang motor neuron otot inspirasi juga merangsang neuron E ventral. Neuron E ventral sebaliknya mengeluarkan impuls yang menghambat neuron I dorsal. I dorsal menghentikan akfitasnya sendiri melalui rangsang hambatan. Pusat respirasi mampu melepaskan impuls spontan berirama tetapi dipengaruhi oleh impuls dari berbagai bagian, antara lain:5,8,9 Impuls aferen dari jaringan parenkim paru melalui NX Korteks serebri Pusat apneustik Pusat pneumotaksik Pusat apneustik (pons bagian bawah)Pusat apneustik ini berpengaruh dalam menguatkan inspirasi. Pusat ini dihambat impulse eferen melalui NX Pusat pneumotaksik (pons bagian atas)Impuls dari pusat pneumostatik ini berpengaruh dalam menghambat aktifitas neuron I (rangsang inspirasi dihentikan).Disamping itu juga perlu diketahui bahwa pusat pengendalian pneumotaksik lebih dominan daripada pusat apneustik. Bila pengaruh pusat pneumotaksik dan nervus vagus dihilangkan, maka pengaruh tonik pusat apneustik terhadap pusat respirasi dominan sehingga akan mengakibatkan apneusis (berhenti nafas pada fase inspirasi).5,8,9Dalam pengaruh hambatan melalui Nervus vagus masih ada terjadi irama pernafasan yang lebih lambat dan dalam. Peranan pasti pusat di pons mungkin mengatur pernafasan jadi lebih halus dan teratur inspirasi dan ekspirasi berjalan lancar.5,8,9 Pengendalian respirasi oleh kimiawi.Kemoreseptor mendeteksi perubahan kadar oksigen, karbon dioksida dan ion hydrogen dalam darah arteri dan cairan serebrospinalis serta menyebabkan penyesuaian yang tepat antara frekuensi dan kedalaman respirasi. Peningkatan kadar co2 dalam darah arteri dan cairan serebrospinalis merangsang peningkatan frekuensi dan kedalaman respirasi. Kemoreseptor sentral adalah neuron yang terletak di permuakan ventral lateral medulla.5,8,9Stimulus primer untuk kemoreseptor sentral yaitu peningkatan konsentrasi ion hydrogen (penurunan pH) di dalam neuron. Akan tetapi, membrane sel neuron tidak terlalu permeable untuk difusi ion hydrogen ke arah dalam. Karbon dioksida berdifusi dengan cepat ke dalam neuron, bereaksi dengan air dan membentuk asam karbonat. Asam ini kemudian berubah menjadi bikarbonat dan ion hydrogen yang akan menstimulasi kemoreseptor sentral. Penurunan kadar oksigen hanya sedikit berpengaruh pada kemoreseptor sentral.5,8,9Peningkatan konsentrasi ion hydrogen (penurunan pH) langsung merangsang kemoreseptor perifer. Peningkatan karbon dioksida juga dapat menstimulasinya, tetapi efek utama karbondioksida adalah pada kemoreseptor sentral.5,8,9Kemoreseptor perifer terletak di badan aorta dan carotid pada sistem arteri. Kemoreseptor ini merespons terhadap perubahan kosentrasi ion oksigen, karbon dioksida, dan ion hydrogen. Reseptor perifer sensitif terutama terhadap penurunan kadar oksigen. Badan aorta merespons terhadap perubahan oksigen yang terikat dengan hemoglobin; badan karotid merespons terhadap perubahan oksigen terlarut dalam plasma.5,8,92.3 Pemeriksaan

Pada pemeriksaan paru, hal hal yang perlu diperhatikan seperti kecepatan nafas, ritme nafas, dalamnya nafas dan usaha pasien dalam bernafas. Selain itu, juga perlu untuk diperhatikan tanda tanda umum lainnya yang menyangkut proses pernapasan. Pemeriksaan fisik paru secara sistematis mengikuti pola yang sama, yaitu inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.112.3.1 Inspeksi

Inspeksi dilakukan dengan memperhatikan dengan seksama bentuk thoraks, jenis pernapasan, pergerakan thorack, keadaan sela iga, dan juga mendengarkan adanya suara pernapasan lain.112.3.2 Palpasi

Palpasi dilakukan untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya daerah yang nyeri. Palpasi dilakukan dengan merasakan keadaan sela iga, merasakan gerakan thorak dan juga dengan melakukan pemeriksaan fremitus.11Pemeriksaan fremitus atau tactile fremitus dilakukan pada kedua sisi dada dan bandingkan kanan dan kiri. Pemeriksaan ini dilakukan dengan meletakan kedua tangan pada bagian thorack dan kemudian meminta pasien untuk mengatakan tujuh puluh tujuh. Getaran yang terjadi pada bagian thorack kemudian dibandingkan apakah simetris atau tidak.11Berikut dibawan ini adalah gambar cara palpasi:12

2.3.3 PerkusiPerkusi dilakukan dengan memeriksa suara yang dihasilkan oleh rongga yang bersangkutan. Pemeriksaan ini dilakukan dengan meletakan jari ke 2,3,4 dari tangan kiri di bagian yang akan diperiksa, kemudian dengan menggunakan jari ke 3 dari tangan kanan mengetuk jari ke 3 dari tangan kiri yang telah diletakan pada bagian yang diperiksa. Normalnya akan terdengar suara sonor pada seluruh lapangan paru, kecuali pada bagian kiri akan terdengar suara pekak pada sela iga 2 sampai sela iga 5 pada tepi kiri sternum yang merupakan daerah jantung.112.3.4 Auskultasi

Auskultasi dilakukan dengan menggunakan stetoskop membrane dan merupakan pemeriksaan terpenting untuk melihat aliran udara pada cabang cabang trakheo bronchial. Pemeriksaan auskultasi dilakukan dengan mendengarkan suara yang dihasilkan selama pernapasan dan juga mendengarkan suara tambahan yang terjadi.11Berikut dibawah ini gambar cara auskultasi : 13

BAB IIIPenutup

3.1 Kesimpulan

Demikianlah makalah yang berisi mengenai penjelasan mengenai pengertian dan penjelasan mengenai sistem respirasi. Pengetahuan akan sistem respirasi ini sangat penting. Hal ini sangat diperlukan agar manusia semakin menyadari pentingnya sistem respirasi dan dapat menjaga alat alat pernapasan agar tetap dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Oleh karena itu, hal ini sangat perlu diperhatikan.

3.2 Kritik dan Saran

Penulis berharap dengan adanya makalah ini, para pembaca dapat lebih baik dalam memahami mengenai sistem respirasi, sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

Demikianlah makalah yang berisi tentang sistem respirasi. Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan yang terdapat didalamnya. Oleh karena itu penulis bersedia menerima kritik dan saran yang membangun, agar kedepannya menjadi lebih baik. Terima kasih.

Daftar pustaka

1. Komunitas dan Perpustakaan online Indonesia. Efek Bahaya Asap Rokok Bagi Kesehatan Tubuh Manusia-Akibat Sebatang Rokok Racum, Ketagihan, Candu, Buang Uang dan Dosa. 7 Mei 2007. Diunduh dari http://organisasi.org/efek-bahaya-asap-rokok-bagi-kesehatan-tubuh-manusia-akibat-sebatang-rokok-racun-ketagihan-candu-buang-uang-dan-dosa, 28 Mei 2010.2. The Scottish Health Education Group. Kandungan Rokok. 31 Agustus 2009. Diunduh dari http://stop-merokok.uni.cc/category/kandungan-rokok/ , 28 Mei 2010.3. Yudha I. Rokok. 2010. Diunduh dari http://www.google.co.id/imglanding?q=rokok&imgurl=http://ogikloavailable.files.wordpress.com/2010/01/rokok.jpg&imgrefurl=http://ogikloavailable.wordpress.com/2010/01/31/kalo-nggak-ngrokok-nggak-cowo/&h=700&w=342&sz=63&tbnid=J5C5EkiOiMdfyM:&tbnh=140&tbnw=68&prev=/images%3Fq%3Drokok&hl=id&usg=__MbZojtX_1pINq1W8usboqbiXaSA=&ei=II__S9TVI9C0rAeSruzgDg&sa=X&oi=image_result&resnum=6&ct=image&ved=0CCoQ9QEwBQ&start=0#tbnid=DXY1Uz9ibxlpXM&start=30, 28 Mei 2010.4. Gunardi S. Anatomi Sistem Pernapasan. Jakarta : Fakultas kedokteran Universitas Indonesia; 2003.5. Sherwood L. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. 2nd ed. Jakarta:EGC; 2001.

6. Eroschenko V P. Atlas Histologi di Fiore Dengan Korelasi Fungsional. 9th ed. Jakarta:EGC; 2003.

7. GUnawijaya F A, Kartawiguna E. Penuntun Praktikum Kumpulan Foto Mikroskopik histology. Jakarta: Universitas trisakti Jakarta; 2009.

8. Guytan A C, Hall J E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 9thed. Jakarta:EGC; 2003.

9. Ganong W F. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 22nd ed. Jakarta: EGC; 2008.10. Sigit. Mekanisme Pernapasan Manusia. 2010. Diunduh dari http://www.google.co.id/imglanding?q=mekanisme%20pernapasan&imgurl=http://mrsigitblog.files.wordpress.com/2009/04/inspirasi.jpg&imgrefurl=http://mrsigitblog.wordpress.com/2009/04/09/3/&usg=___N0qYpgVIjCte49ahPLE7CQ1xRM=&h=283&w=494&sz=31&hl=id&itbs=1&tbnid=SUuVaxIN8JY_uM:&tbnh=74&tbnw=130&prev=/images%3Fq%3Dmekanisme%2Bpernapasan%26hl%3Did%26gbv%3D2%26tbs%3Disch:1&gbv=2&tbs=isch:1&start=0#tbnid=SUuVaxIN8JY_uM&start=0, 28 Mei 2010.11. Kurnia Y N, Santoso M, Winami W W, Sumadikarya I K. Buku Paduan Keterampilan Medik (Skill-Lab) Semester 2. Jakarta: Fakultas Kedokteran Uneversitas Kristen Krida Wacana;2010.12. Palpasi. 2010. Diunduh dari http://www.google.co.id/imglanding?q=palpasi&imgurl=http://webstar1.tripod.com/Respiratory/palpation.jpg&imgrefurl=http://webstar1.tripod.com/Respiratory/Respiratory.htm&usg=__fZbpcKCjx1V91jVkCYJXDyaotw8=&h=320&w=400&sz=15&hl=id&itbs=1&tbnid=zhr6ytfNVvK07M:&tbnh=99&tbnw=124&prev=/images%3Fq%3Dpalpasi%26hl%3Did%26sa%3DG%26gbv%3D2%26tbs%3Disch:1&sa=G&gbv=2&tbs=isch:1&start=2#tbnid=zhr6ytfNVvK07M&start=6, 28 Mei 2010.

13. Auskultasi, 2010. Diunduh dari http://www.google.co.id/imglanding?q=auskultasi&imgurl=http://medinfo.ufl.edu/year1/bcs/slides/abdomen/images/auscult.gif&imgrefurl=http://medinfo.ufl.edu/year1/bcs/slides/abdomen/abdomen.html&usg=__rDdt-_jk81_GQ2r6xvMPmMKNido=&h=300&w=250&sz=45&hl=id&itbs=1&tbnid=ZnSpf1BSe7Tl7M:&tbnh=116&tbnw=97&prev=/images%3Fq%3Dauskultasi%26hl%3Did%26gbv%3D2%26tbs%3Disch:1&gbv=2&tbs=isch:1&start=3#tbnid=ZnSpf1BSe7Tl7M&start=7, 28 Mei 2010.

18