makalah pribadi
TRANSCRIPT
BAB IPENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Sebagai negara berkembang, Indonesia menghadapi beban ganda dalam
pelayanan kesehatan, yaitu penyakit menular dan penyakit tidak menular. Penyakit-penyakit
menular yang baru dan yang lama (re-emerging dan new emerging diseases) timbul, sementara
penyakit tidak menular atau degeneratif mulai meningkat (non communicable disease). Masalah
penyakit menular, yaitu belum tertanggulanginya beberapa penyakit menular tertentu, re-
emerging disease, serta munculnya penyakit-penyakit baru,seperti HIV/AIDS, flu babi,
dan lain-lain. Di sisi lain, penyakit tidak menular menunjukkan adanya
kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini disebabkan
oleh perubahan gaya hidup dan pola makan yang meningkatkan kejadian penyakit
degeneratif seperti hipertensi, DM, dan penyakit jantung koroner.
Penyakit menular pada manusia merupakan masalah penting yang dapat terjadi
setiap saat terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Lingkungan hidup di
Indonesia menjadi jelek akibat urbanisasi besar-besaran dari desa ke kota, tumpukan
sampah, dan meningkatnya polusi udara. Penyakit menular seperti DBD sudah
merebak hampir di setiap daerah. Penyakit flu burung yang ditularkan melalui unggas
dan dinyatakan sebagai KLB juga sempat merenggut jiwa manusia.
Proporsi angka kematian akibat PTM meningkat dari 41,7% pada tahun 1995
menjadi 49,9% pada tahun 2001 dan 59,5% pada tahun 2007. Penyebab kematian
tertinggi dari seluruh penyebab kematian adalah stroke (15,4%), disusul hipertensi,
diabetes, kanker, dan penyakit paru obstruktif kronis. Kematian akibat PTM terjadi
baik di perkotaan maupun pedesaan. Data Riskesdas 2007 menunjukkan di perkotaan,
kematian akibat stroke pada kelompok usia 45-54 tahun sebesar 15,9%, sedangkan di
pedesaan sebesar 11,5%. Hal tersebut menunjukkan PTM (terutama stroke)
menyerang usia produktif. Sementara itu prevalensi PTM lainnya cukup tinggi, yaitu:
hipertensi (31,7%), arthritis (30.3%), penyakit jantung (7.2%), dan cedera (7,5%).
PTM dipicu berbagai faktor risiko antara lain merokok, diet yang tidak sehat,
kurang aktivitas fisik, dan gaya hidup tidak sehat. Riskesdas 2007 melaporkan,
34,7% penduduk usia 15 tahun ke atas merokok setiap hari, 93,6% kurang konsumsi
buah dan sayur serta 48,2% kurang aktivitas fisik.
Namun baik penyakit menular maupun penyakit tidak menular, keduanya sama-
sama memberikan dampak negatif yang luas terhadap masyarakat. Pengobatan
penyakit menular dan penyakit tidak menular seringkali memakan waktu lama dan
memerlukan biaya besar. Beberapa jenis PTM adalah penyakit kronik yang dapat
mengganggu ekonomi penderita dan keluarganya. Selain itu, salah satu dampak PTM
adalah terjadinya kecacatan termasuk kecacatan permanen.
Pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat merupakan fungsi pemerintah
dalam memberikan dan mengurus kebutuhan dasar masyarakat untuk meningkatkan
taraf kesehatan. Dalam prakteknya, pencapaian standar kesehatan di Kabupaten/Kota
tersebut direalisasikan melalui suatu unit pelayanan kesehatan lini pertama yaitu
puskesmas. Puskesmas Andalas sebagai salah satu puskesmas yang berada di Kota
Padang berperan sebagai ujung tombak dalam pelayanan kesehatan lini pertama di
Kecamatan Padang Timur, terutama dalam hal pencegahan dan pengendalian. Salah
satu dari 6 program pokok puskesmas adalah pencegahan dan pengendalian penyakit
menular dan tidak menular. Untuk mengevaluasi sejauh mana penerapan standar
pelayanan minimal (SPM) dan capaian pelayanan di bidang kesehatan di Puskesmas
Andalas, perlu dilakukan analisis dengan judul “Pengelolaan Penyakit Menular dan
Penyakit tidak Menular pada Puskesmas Andalas Tahun 2012”.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan penyakit menular dan
tidak menular dalam program puskesmas di wilayah kerja Puskesmas Andalas.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Membahas pengelolaan penyakit menular dan tidak menular di
Puskesmas Andalas.
2. Mengetahui masalah-masalah yang ditemukan dalam pengelolaan
penyakit menular dan tidak menular di Puskesmas Andalas
1.3 Batasan Masalah
Makalah ini membahas mengenai pengelolaan penyakit menular dan penyakit tidak menular
dalam program puskesmas di wilayah kerja Puskesmas Andalas.
1.4 Manfaat Penulisan
Melalui makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya, mengenai pengelolaan penyakit menular dan penyakit tidak menular
dalam program puskesmas di wilayah kerja Puskesmas Andalas.
1.5 Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk dari berbagai literatur,
laporan tahunan dan pengelolaannya di wilayah kerja Puskesmas Andalas tahun 2012, dan diskusi.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
Penyakit Menular
BakteriVirusProtozoaCacingLeptospiraJamur
Cara Penularan
Epidemiologi
Etiologi
VektorPermukaan KulitUdaraAir/MakananBinatang
ZoonosisSporadisEndemisEpidemisPandemis
2.1 Penyakit Menular
Penyakit menular adalah jenis penyakit yang disebabkan oleh agen penyakit
spesifik atau racun yang dihasilkannya dan ditularkan melalui reservoir atau kontak
tidak langsung melalui vektor kepada manusia.
2.1.1 Klasifikasi Penyakit Menular
Secara umum penyakit menular dapat dibagi berdasarkan etiologi, cara
penularan dan aspek epidemiologi seperti melihat pada diagram dibawah ini:
Diagram 1 : Klasifikasi penyakit menular
2.1.2 Dinamika Penularan Penyakit
a. Reservoar pada Manusia
Pada penyakit menular, sumber infeksi berasal dari orang yang sedang
mengalami infeksi dapat berupa kasus atau karier. Kasus dapat berbentuk
subklinis dan klinis. Pada kasus subklinis, tidak diketemukan gejala penyakit
atau bersifat asimtomatis tetapi berpotensi untuk menularkan infeksi kepada
orang lain, seperti pada penyakit poliomyelitis dan demam tifoid.
b. Reservoar hewan
Sumber infeksi dapat berasal dari hewan atau burung dan berupa kasus
atau karier seperti pada manusia.
2.1.3 Cara Penyebaran Penyakit Menular
1. Media Langsung dari Orang ke Orang (Permukaan Kulit)
Jenis Penyakit yang ditularkan antara lain:
Penyakit kelamin
Skabies
HIV (AIDS)
Rabies
Pada penyakit kelamin seperti GO, sifilis, dan HIV, agen penyakit
ditularkan langsung dari seseorang yang infeksius ke orang lain melalui
hubungan intim. Cara memutuskan rantai penularannya adalah dengan
mengobati penderita dan tidak melakukan hubungan intim dengan
pasangan bukan suami atau istri. Khusus untuk HIV, jangan
mempergunakan alat suntik bekas dan menggunakan darah donor
penderita HIV.
2. Melalui Media Udara
Penyakit yang dapat ditularkan dan menyebar secara langsung
maupun tidak langsung melalui udara pernapasan disebut sebagai air
borne disease.
Jenis Penyakit yang ditularkan antara lain:
TBC Paru
Varicella
Difteri
Influenza
Pertusis
Cara pencegahan penularan penyakit antara lain memakai masker,
menjauhi kontak serta mengobati penderita TBC yang sputum BTA-nya
positif.
3. Melalui Media Air
Penyakit dapat menular dan menyebar secara langsung maupun
tidak langsung melalui air. Penyakit-penyakit yang ditularkan melalui
air disebut sebagai water borne disease atau water related disease.
Agen Penyakit :
1. Virus : Hepatitis virus, poliomyelitis
2. Bakteri : Kolera, disentri, tifoid, diare
3. Protozoa : Amubiasis, giardiasis
4. Helmintik : Askariasis, Penyakit cacing cambuk
5. Leptospira : Penyakit Weil
Penyakit – penyakit yang berhubungan dengan air, dapat dibagi
dalam empat kelompok menurut cara penularannya:
Water borne mechanism
Kuman pathogen yang berada dalam air dapat menyebabkan
penyakit pada manusia, ditularkan melalui mulut atau system
pencernaan. Contoh : kolera, tifoid, hepatitis virus, disentri basiler dan
poliomyelitis.
Water washed mechanism
Jenis penyakit water washed mechanism yang berkaitan dengan
kebersihan individu dan umum dapat berupa:
a. Infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare pada anak-anak
b. infeksi melalui kulit dan mata, seperti scabies dan trakoma
Water based mechanism
- Jenis penyakit dengan agen penyakit yang menjalani sebagian
siklus hidupnya di dalam tubuh vector atau sebagai pejamu
intermediate yang hidup di dalam air. Contoh : skistosomiasis,
Dracunculus medinensis.
- Jenis penyakit yang ditularkan melalui gigitan serangga yang
berkembang biak di dalam air. Contoh : filariasis, dengue,
malaria, demam kuning.
Cara pencegahan penularan penyakit melalui media air atau
makanan dapat dilakukan antara lain dengan cara :
- Penyakit infeksi melalui saluran pencernaan, dapat dilakukan
dengan cara sanitation barier yaitu memutus rantai penularan,
seperti menyediakan air bersih, menutup makanan agar tidak
terkontaminasi oleh debu dan lalat, buang air besar dan
membuang sampah tidak di sembarang tempat.
- Penyakit infeksi yang ditularkan melalui kulit dan mata, dapat
dicegah dengan hygiene personal yang baik dan tidak memakai
peralatan orang lain seperti sapu tangan, handuk dan lainnya,
secara sembarangan.
- Penyakit infeksi lain yang berhubungan dengan air melalui
vector seperti malaria dan demam berdarah dengue (DBD) dapat
dicegah dengan pengendalian vector.
Melalui media vector penyakit
Arthropod-borne disease atau sering juga disebut sebagai vector-
borne diseases merupakan penyakit penting yang seringkali bersifat
endemis maupun epidemis dan sering menimbulkan bahaya kematian.
Di Indonesia, penyakit-penyakit yang ditularkan melalui serangga
merupakan penyakit endemis pada daerah tertentu, seperti demam
berdarah dengue (DBD), malaria, kaki gajah dan penyakit virus
Chikungunya yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.
Selain itu, penyakit saluran pencernaan seperti disentri, kolera, demam
tifoid dan paratifoid ditularkan secara mekanis oleh lalat rumah.
2.1.4 Prinsip Umum Pengelolaan Penyakit Menular
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pemberantasanpenyakit menular :
Mengumpulkan dan menganalisis data tentang penyakit
Melaporkan penyakit
Menyelidiki di lapangan
Melakukan tindakan permulaan untuk menahan penjalarannya
Vaksinasi untuk meningkatkan daya tahan tubuh
Usaha-usaha pencegahan dan tindakan efektif terhadap penyebaran
penyakit menular dapat dilakukan antara lain:
1. Kontrol terhadap sumber atau reservoir infeksi
Kasus atau karier penyakit yang merupakan sumber utama infeksi
dapat dikontrol dengan cara :
a. Diagnosis dini
Mendeteksi secara dini penyakit yang terjadi di masyarakat agar
cepat diobati dan tidak menjadi kronis dan menular.
b. Notifikasi
Setiap kasus penyakit menular yang telah dideteksi perlu segera
dilaporkan pada dinas kesehatan setempat agar dapat ditanggulangi dan
melakukan persiapan lain yang diperlukan untuk penanganan medis lebih
lanjut.
c. Isolasi
Isolasi penderita bertujuan membatasi penyebaran penyakit ke
masyarakat seperti avian influenza dan lainnya.
d. Terapi
Merupakan bagian dari tindakan preventif yang bertujuan
mengurangi periode masa penularan dan hari kesakitan.
e. Karantina
Berupa isolasi orang sehat atau binatang yang berasal dari daerah
yang diduga menderita penyakit infeksi, lama waktu isolasi biasanya
sesuai dengan masa inkubasi penyakit yang ada.
f. Surveilans epidemiologi
Berupa penelitian atau survey di lapangan terhadap segala sesuatu
yang diduga penyebab terjadinya penyakit.
g. Desinfeksi
Melakukan suci hama pada tinja, urin, muntahan pasien serta
peralatan yang telah dipakai oleh penderita
2. Memutus rantai penularan
Penularan penyakit dari orang sakit kepada orang lain dapat melalui
beberapa jalan. Untuk mencegah terjadinya penularan dapat dengan cara
melakukan blockade atau memutus rantai penularan.
a. Vehicle transmission
Penularan terjadi melalui media seperti air, makanan, sayuran,
susu dan lainnya. Usaha pencegahan yang dapat dilakukan berupa barier
sanitasi yaitu mencegah sumber air, makanan, susu dan lainnya
terkontaminasi dengan tinja penderita.
b. Vector transmission
Penularan terjadi melalui vector penyakit atau arthropoda. Usaha
yang dapat dilakukan berupa kontrol vector dan manipulasi lingkungan.
c. Airborne transmission
Penularan terjadi melalui udara pernapasan. Usaha yang dapat
dilakukan adalah dengan memakai masker, menjauhi atau isolasi
penderita.
d. Contact transmission
Penularan terjadi melalui kontak intim. Usaha yang dapat
dilakukan adalah dengan tidak berganti-ganti pasangan dan
menggunakan kondom.
3. Proteksi pada kelompok penduduk yang rentan
a. Imunisasi aktif
Pemberian imunisasi aktif pada bayi yang sensitif terhadap
penyakit menular seperti TBC, campak, difteri, pertusis dan tetanus.
b. Imunisasi pasif
Pemberian gamma globulin dan antisera yang bertujuan untuk
merangsang pembentukan antibodi.
c. Kemoprofilaksis
Pemberian obat-obat untuk pencegahan agar orang tidak menjadi
sakit, seperti obat anti malaria, TBC dan lainnya.
d. Pendidikan kesehatan
Higiene pribadi, sadar lingkungan dan lainnya.
Pengendalian penyakit menularmenjadi salah satu pencapaian dalam
Millenium Development Goals (MDGs) poin 6 : Memerangi HIV/AIDS,
malaria serta penyakit lainnya.
2.2 Penyakit Tidak Menular
Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang bukan disebabkan
oleh proses infeksi (tidak infeksius). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada
umumnya, keberadaan faktor risiko PTM pada seseorang tidak memberikan gejala
sehingga mereka tidak merasa perlu mengatasi faktor risiko dan mengubah gaya
hidupnya. Penelitian juga menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang jenis
PTM cukup baik, dan sebagian besar masyarakat mengetahui bagaimana penderitaan
pasien PTM seperti jantung koroner, kanker, stroke dan diabetes melitus, gangguan
akibat kecelakaan dan cedera. Namun mereka umumnya belum memahami pengaruh
faktor risiko PTM terhadap kejadian PTM serta komplikasi yang dapat
ditimbulkannya. Pada umumnya mereka menganggap bahwa PTM disebabkan faktor
genetik, penyakit orang tua atau penyakit orang kaya.
Peran promosi kesehatan dalam pencegahan maupun pengendalian penyakit
tidak menular cukup besar terutama dalam upaya memberdayakan masyarakat untuk
berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang terkait dengan faktor risiko
penyebab PTM. Dari 10 indikator PHBS di rumah tangga, tiga di antaranya
merupakan pencegahan faktor risiko bersama PTM yaitu aktivitas fisik, konsumsi
sayur dan buah serta tidak merokok. Dalam Renstra Kementerian Kesehatan 2014
diharapkan rumah tangga di Indonesia melaksanakan PHBS di rumah tangga sebesar
70%.
2.2.3 Faktor Risiko PTM
Faktor risiko PTM adalah suatu kondisi yang secara potensial berbahaya
dan dapat memicu terjadinya PTM pada seseorang atau kelompok tertentu.
Faktor risiko yang dimaksud antara lain kurang aktivitas fisik, diet yang tidak
sehat dan tidak seimbang, merokok, konsumsi alkohol, obesitas, Hyperglikemia,
Hipertensi, Hiperkolesterol, dan perilaku yang berkaitan dengan kecelakaan dan
cedera, misalnya perilaku berlalu lintas yang tidak benar.
2.2 4 Upaya yang Dapat Dilakukan
Dengan cara menghilangkan atau mengurangi faktor resiko PTM dan
memperhatikan faktor lain yang dapat mempengaruhi kesehatan. Departemen
kesehatan, melalui Pusat promosi kesehatan memfokuskan pada :
Meningkatkan upaya kesehatan melalui promotif dan preventif baik Pusat
maupun Propinsi dan Kabupaten.
Melakukan intervensi secara terpadu pada 3 faktor resiko yang utama yaitu :
rokok, aktifitas fisik dan diet seimbang.
Melakukan jejaring pencegahan dan penanggulangan PTM.
Mencoba mempersiapkan strategi penanganan secara nasional dan daerah
terhadap diet, aktivitas fisik, dan rokok.
Mengembangkan Sistem Surveilans Perilaku Beresiko Terpadu (SSPBT)
PTM.
Kampanye pencegahan dan penanggulangan PTM tingkat nasional maupun
lokal spesifik.
Untuk di masa datang upaya pencegahan PTM akan sangat penting
karena hal ini dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu dokok, diet seimbang dan
aktivitas fisik. Pencegahan PTM perlu didukung oleh para semua pihak terutama
para penentu kebijakan baik nasional maupun local. Tanpa itu semua akan
menjadi sia-sia saja.
2.2.5 Indikator
Untuk mengetahui sampai seberapa jauh keberhasilan pelaksanaan
strategi penanggulangan PTM, ada beberapa patokan yang dapat dipergunakan
untuk monitoring dan evaluasi melalui system pencatatan dan pelaporan kegiatan
pencegahan dan penanggulangan PTM.
Indikator keberhasilan strategi promosi dan pencegahan PTM yaitu :
a. Indikator Umum
Menurunnya angka kematian (mortalitas) penderita PTM utama.
Menurunnya angka kesakitan (morbiditas) penderita PTM utama.
Menurunnya angka kecacatan (disabilitas) penderita PTM utama.
Menurunnya angka faktor risiko bersama PTM utama.
b. Indikator Khusus
Penurunan 3 faktor risiko utama PTM (merokok, kurang aktifitas fisik
dan konsumsi rendah serat).
Penurunan proporsi penduduk yang mengalami obesitas,
penyalahgunaan alcohol dan BBLR.
Peningkatan kebijakan dan regulasi lintas sector yang mendukung
penanggulangan PTM.
Peningkatan bina suasana melalui kemitraan dalam pemberdayaan
potensi masyarakat.
Tersedianya model-model intervensi yang efektif dalam promosi dan
pencegahan PTM.
Peningkatan pelaksanaan promosi dan pencegahan di institusi
pelayanan.
Pemantauan Rencana Operasional Promosi Kesehatan dalam
Pengendalian PTM dilakukan secara berjenjang dan berkesinambungan setiap
tahun dalam kurun waktu 5 tahun (2010-2014). Pemantauan merupakan upaya
untuk mengamati seberapa jauh kegiatan yang direncanakan sudah dilaksanakan.
Evaluasi dilaksanakan untuk melihat kemajuan dan keberhasilan pelaksanaan
kegiatan promosi kesehatan dalam Pengendalian PTM. Pemantauan rencana dan
pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan untuk pengendalian PTM dilaksanakan
oleh pengelola program pengendalian PTM, pengelola program promosi
kesehatan dan mitra terkait pada masing-masing jenjang administrasi mulai dari
pusat, provinsi sampai kabupaten/kota.
BAB IIIANALISIS SITUASI
3.1 Gambaran Umum
3.1.1. Keadaan Geografis
Puskesmas Andalas terletak di kelurahan Andalas dengan wilayah kerja
meliputi 10 kelurahan dengan luas 8.15 Km2dengan batas-batas sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kecamatan Padang Utara,Kuranji
Sebelah Selatan : Kecamatan Padang Selatan
Sebelah Barat : Kecamatan Padang Barat
Sebelah Timur : Kecamatan Lubuk Begalung, Pauh
3.1.2. Keadaan Demografi
a. Jumlah Penduduk
Tabel 3.1 : Distribusi Penduduk Menurut Kelurahan
NO KELURAHAN JUMLAH1 Kelurahan Sawahan 63872 Kelurahan Jati Baru 67073 Kelurahan Jati 101344 Kelurahan Sawahan Timur 58355 Kelurahan Simpang Haru 89806 Kelurahan Andalas 101347 Kelurahan Kubu Marapalam 75948 Kelurahan Kubu Dalam Parak Karakah 101329 Kelurahan Parak Gadang Timur 759410 Kelurahan Ganting Parak Gadang 10132
Jumlah 775723.1.3. Sarana Dan Prasarana Pelayanan Kesehatan
3.1.3.1 Sarana Kesehatan
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk makin meningkatkan
kualitas dan pemerataan jangkauan pelayanan kesehatan. Dalam upaya
mencapai tujuan tersebut penyediaan sarana dan prasarana kesehatan yang
bermutu merupakan hal yang penting.
Wilayah Kerja Puskesmas Andalas sangat luas, oleh karena itu untuk
melayani masyarakat, Puskesmas Andalas memiliki 1 buah Puskesmas
induk, dan 8 buah Puskesmas pembantu dan 3 buah Poskeskel yang tersebar
di wilayah kerja Puskesmas Andalas, yaitu :
1. Puskesmas Pembantu Andalas Barat
2. Puskesmas Pembantu Parak Karakah
3. Puskesmas Pembantu Tarandam
4. Puskesmas Pembantu Ganting Selatan
5. Puskesmas Pembantu Jati Gaung
6. Puskesmas Pembantu Sarang Gagak
7. Puskesmas Pembantu Kubu Dalam
8. Puskesmas Pembantu Kampung Durian
9. Poskeskel Kubu Marapalam
10. Poskeskel Sawahan Timur
11. Poskeskel Kubu Dalam Parak Karakah
Untuk kelancaran tugas pelayanan terhadap masyarakat, Puskesmas
Andalas mempunyai :
1 buah kendaraan roda empat (Puskel)
5 buah kendaraan roda dua
Sarana kesehatan lain yang ada di wilayah kerja Puskesmas Andalas
yaitu :
Rumah Sakit Pemerintah : 3
Rumah Sakit Swasta : 6
Klinik Swasta : 6
Dokter Praktek Umum : 51 Orang
Dokter Praktek Spesialis : 15 Orang
Bidan Praktek Swasta : 30 Orang
Dukun Terlatih : 2 Orang
Kader aktif : 352 Orang
Pos KB : 12 Pos
Posyandu Balita : 88
Posyandu Lansia : 11
3.1.3.2. Sarana dan Prasarana Umum
Taman Kanak-kanak : 34
SD Negeri : 35
SD Swasta : 14
SMP : 13
SMU/SMK : 16
Perguruan inggi : 8
Tempat Ibadah : 112
Salon/Pangkas Rambut : 34
Pasar : 2
Tabel 3.2 Distribusi Sarana Pendidikan Berdasarkan Kelurahan
3.1.3.3 Ketenagaan
NO KELURAHAN TK SD/MIN
SMP/ SMA/
PT MTS MA
1 SAWAHAN 3 8 2 4 1
2 JATI BARU 5 6 1 2
3 JATI 2 2 1 2 3
4 SAWAHAN TIMUR 2 4 1 -
5 SIMPANG HARU 2 8 4 5 3
6 KUBU MARAPALAM 3 2 1 - -
7 ANDALAS 6 3 1 2 -
8 PARAK KERAKAH 3 3 1 1 1
9 PARAK GADANG TIMUR 4 7 1 - -
10 GANTING PARAK GADANG 3 6 - - -
11 PUSKESMAS 33 49 13 16 8
Tabel 3. 3 Distribusi Tenaga kesehatan di Puskesmas Andalas Tahun 2012 :
3.1.4 Pencapaian Indikator PHBS
Tabel 3.4 Pencapaian Indikator PHBS Berdasarkan Kelurahan
3.1.5 Struktur Organisasi Puskesmas Andalas
Gambar 1 : Struktur Organisasi Puskesmas Andalas
3.1.5.1 Uraian Tugas Pokok Dan Fungsi Koordinator P2P (Program Pemberantasan Penyakit) Puskesmas Andalas
1. Mengkoordinir kegiatan pemberantasan penyalit menular dan tidak
menular, yang meliputi kegiatan P2TB, P2 Malaria, P2DBD, P2 Diare,
P2 ISPA, P2 Kusta, P2TM, serta penyakit potensial wabah lainnya.
2. Mengumpulkan data kegiatan pemberantasan penyakit menular dan
tidak menular.
3. Mengkoordinir kegiatan surveilans pemberantasan penyalit dan
mendeteksi adanya KLB (Kejadian Luar Biasa).
4. Mengkoordinir kegiatan PE (Penyelidikan Epidemologi).
5. Melakukan koordinasi dengan petugas PKM dan petugas Lintas
Program yang lain dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan,
terutama dalam hal pencegahan dan penanggulangan penyakit menular
dan tidak menular.
6. Mengkoordinir laporan kegiatan pemberantasan penyakit menular dan
tidak menular, laporan adanya KLB (W1), laporan PE dan laporan W2
(Laporan Penyakit Potensial Wabah).
BAB IVANALISIS PENGELOLAAN PENYAKIT MENULAR DAN TIDAK
MENULAR DALAM PROGRAM PUSKESMAS
4.1 Analisis Pengelolaan Penyakit Menular dalam program Puskesmas Andalas
4.1.1 Kejadian ISPA di Puskesmas Andalas
Jan-uari
Februari
Maret
April Mei Juni Juli Agustus
Sep-tem-ber
Ok-tober
No-vem-ber
De-sem-ber
ISPA
956 861 1115 794 1401 959 977 744 931 643 1111 1089
100
300
500
700
900
1100
1300
1500
956 8611115
794
1401
959 977744
931643
1111 1089
ISPA
ISPA
Grafik 1. Data Penderita ISPA Bulan Januari – Desember 2012 di Puskesmas Andalas
Penyakit ISPA sampai saat ini masih menempati urutan tertinggi dalam 10
penyakit terbanyak. Penanganan kasus ISPA di Puskesmas juga sesuai dengan
protap dan pengobatan yang rasional.
Kegiatan Promotif yang sudah dilakukan:
Penyuluhan didalam gedung mengenai ISPA sebanyak 8 kali serta
penyuluhan diluar gedung sebanyak 5 kali.
Bekerja sama dengan Klinik Sanitasi yang terdapat di Puskesmas Andalas
untuk melakukan kegiatan survey lingkungan sehat untuk mendeteksi faktor
resiko ISPA.
Kegiatan kuratif yang sudah dilakukan:
Mengobati ISPA sesuai dengan pengobatan yang rasional di balai pengobatan.
4.1.2 Kejadian Demam Berdarah Dengue di Puskesmas Andalas
jan-uari
februari
maret
april mei juni juli agus-tus
sep-tem-ber
ok-tober
no-vem-ber
de-sem-ber
total
2011
3 5 5 3 8 13 9 11 16 13 31 23 140
2012
18 16 13 16 14 20 3 3 8 7 3 5 126
10
30
50
70
90
110
130
150
Axis Title
Grafik 2 : Jumlah Kasus Baru DBD di Puskesmas Andalas berdasarkan bulan
Dari grafik 2 di atas terlihat bahwa terjadi penurunan kasus DBD dari
tahun 2011 sebanyak 140 kasus menjadi 126 kasus pada tahun 2012. Kejadian
DBD tertinggi di tahun 2012 terjadi pada bulan Juni yaitu sebanyak 20 kasus, dan
terendah pada bulan Juli, Agustus dan November yaitu sebanyak 3 kasus.
Terjadinya penurunan jumlah kasus DBD pada tahun 2012 dibandingkan
tahun 2011, dikarenakan sudah banyaknya kegiatan promotif dan preventif yang
dilakukan oleh Puskesmas Andalas di wilayah kerjanya, yaitu :
Pemeriksaan jentik berkala oleh kader yang dilaksanankan 2 minggu sekali.
Abatisasi, yaitu memberikan bubuk abate kepada masyarakat secara gratis
untuk ditaburkan ke tempat-tempat penampungan air, hal ini dilakukan
bersamaan dengan penyuluhan mengenai DBD kepada masyarakat.
Penyuluhan kepada masyarakat mengenai DBD, pencegahannya,
penularannya, dan pengobatannya, didalam gedung 4 kali, diluar gedung 97
kali.
Fogging Fokus, dilakukan untuk mencegah dan mengantisipasi penyebaran
DBD lebih lanjut pada,fogging dilakukan disekitar rumah penderita dengan
radius 200 meter,tujuannya adalah untuk memutus rantai penularan dan
membunuh nyamuk dewasa yang telah terinfeksi.pada tahun 2012 ini telah
dilaksanakan 7 kali fogging fokus.
Kegiatan kuratif yang sudah dilakukan :
Melakukan rujukan pasien
sawahan
jati baru
jati sawahan
timur
sim-pang haru
gant-ing prk gdg
an-dalas
kb marapalam
kb dlm prk
karakah
parak gdg
timur
puskes-mas
jum-lah
9 20 12 6 3 8 22 4 26 11 126
10
30
50
70
90
110
130
Axis Title
Grafik 3 : Jumlah Kasus Baru DBD di Puskesmas Andalas berdasarkan kelurahan
Gambar 2 : Peta persebaran kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Andalas
Dari grafik 2 dan gambar 2 di atas terlihat bahwa kejadian DBD tertinggi
berada di Kelurahan Kubu Dalam Parak Karakah dan terendah di Kelurahan
Simpang Haru.
4.1.3 Kejadian Diare di Puskesmas Andalas
JANUARI
FEBRUARI
MARET
APRIL
MEI JUNI
JULI AGUS-TUS
SEPTEMBER
OKTOBER
NOPEMBER
DE-SE
MBER
PUSKESMA
S
Umur > 1 Thn
2 1 4 1 2 2 2 2 3 1 5 4 29
Umur 1 - 4 Thn
4 4 3 4 9 5 15 3 11 6 6 7 77
Umur <5 Thn
4 21 16 20 14 7 12 6 9 10 18 9 146
Total
10 26 23 25 25 14 29 11 23 17 29 20 252
50150250350450550
2 1 4 1 2 2 2 2 3 1 5 4 29 4 4 3 4 9 5 15 3 11 6 6 777
4 21 16 20 14 7 12 6 9 10 18 9
146
10 26 23 25 25 14 29 11 23 17 29 20
252
TREND KASUS DIARE 2012
Axis Title
Grafik 4 : Angka kejadian diare di Puskesmas Andalas berdasarkan bulan dan usia pada tahun 2012
Dari grafik 4 diatas dapat dilihat bahwa kejadian diare tertinggi pada
tahun 2012 terdapat pada bulan Juli dan November yaitu sebanyak 29 kasus
dan terendah pada bulan Januari yaitu sebanyak 10 kasus. Dari data diatas
terlihat bahwa penyakit diare tetap muncul dalam setiap bulannya hal ini
disebabkan oleh masih kurangnya perhatian terhadap bahaya penyakit diare,
serta perilaku hidup bersih dan sehat.
Kegiatan promotif yang sudah dilakukan :
Melakukan penyuluhan mengenai diare di dalam gedung sebanyak 4 kali
dan diluar gedung sebanyak 54 kali selama tahun 2012
Kegiatan Kuratif yang sudah dilakukan :
Melakukan pemberian oralit kepada semua penderita diare yang datang ke
Balai Pengobatan.
jati
jati baru
sawah
an
sawah
an timur
andala
s
kb dlm
parker
kb m
arapala
m
prk gd
g timur
gtg prk
gadan
g
sp haru
luar wila
yah
puskesm
as
40
10 155
73
44
516 14 19 11
252
DISTRIBUSI DIARE BERDASARKAN KELURAHAN TAHUN 2012
Grafik 5 : Angka kejadian diare di Puskesmas Andalas berdasarkan kelurahan tahun 2012
Dari grafik 5 di atas dapat dilihat bahwa kasus diare terbanyak di wilayah
kerja Puskesmas Andalas terjadi pada Kelurahan Andalas yaitu sebanyak 73
kasus dan terendah pada Kelurahan Sawahan Timur dan Kelurahan Marapalam.
Gambar 3 : Peta persebaran kasus diare di wilayah kerja Puskesmas Andalas
4.1.4 Kejadian TB di Puskesmas Andalas
Tabel 3.4 Jumlah Peneman Kasus Baru TB di Puskesmas Andalas Berdasarkan Triwulan
NO
TRIWULAN TB PARUBTA (+)
TB PARUBTA (+) KAMBUH
TB PARUBTA (- ) /RO ( + )
TB EKSTRAPARU
TBANAK
1 I 12 1 1 3 0
2 II 17 1 0 0 1
3 III 18 2 1 0 3
4 IV 24 1 19 1 7
5 Total 71 5 21 4 11
Dari tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa jumlah penemuan kasus baru TB
tertinggi di Puskesmas Andalas adalah pada triwulan ke IV.
Kegiatan promotif dan preventif yang sudah dilakukan :
1. Peningkatan pengetahuan dengan melaksanakan penyuluhan kesehatan
dengan tema TBC kepada masyarakat yang dilakukan di dalam gedung
sebanyak 5 kali dan di luar gedung sebanyak 30 kali.
2. Pembagian leaflet berisi informasi tentang TBC
3. Bekerja sama dengan Klinik Sanitasi yang terdapat di Puskesmas Andalas
untuk melakukan kegiatan survey lingkungan sehat untuk mendeteksi faktor
resiko TBC
Kegiatan kuratif yang sudah dilakukan :
1. Pemberian obat anti tuberkulosis di balai pengobatan
4.1.5 Masalah secara umum pengelolaan penyakit menular dalam program puskesmas
Program penanggulangan Penyakit menular yang telah dijalankan di
Puskesmas Andalas sampai saat ini lebih berorientasi pengobatan dan pemulihan
sementara kegiatan pencegahan dan peningkatan masih relatif belum berjalan dengan
baik. Hal ini disebabkan koordinasi dengan lintas sektor yang masih kurang.
Penegasan dan dukungan lintas program masih terasa lemah, juga masih lemahnya
masalah pendanaan. Hal ini semestinya cepat ditangani mengingat urutan penyakit
terbanyak di Puskesmas Andalas masih diduduki oleh penyakit menular.
Solusi
Masalah yang ditemui pada bidang pencegahan Penyakit dan upaya yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
1. Pada wilayah kerja Puskesmas Andalas ditemukan banyak kasus ISPA yang
sering mengalami peningkatan setiap bulannya.cHasil penelitian menunjukkan
bahwa ada 8 faktor kondisi kesehatan lingkungan rumah yang mempunyai
hubungan dengan kejadian ISPA antara lain: jenis dinding, luas antai,Ventilasi,
Pencahayaan siang hari, kamar tidur dengan jendela, kepadatan hunian rumah,
kepadatan hunian kamar, bahan bakar memasak, kelembaban udara dalam
rumah,pengelolaan sampah di rumah tangga. Maka dari itu program kesehatan
lingkungan yang ada di Puskesmas andalas yang diwujudkan dalam klinik sanitasi
yang bertujuan untuk menurunkan/mencegah penyakit yang berbasis lingkungan
seperti ISPA ini, namun program ini di puskesmas andalas belum dapat
dilaksanakan secara efektif karena kurangnya tenaga kesehatan yang ada dan
kurang aktifnya partisipasi dari masyarakat. Oleh karena itu setiap
penanggulangan dan pencegahan setiap penyakit dan kasus kesehatan yang ada di
wilayah kerja puskesmas Andalas tidak dapat ditangani oleh sektor kesehatan
saja melainkan perlu juga dukungan yang komprehensif dari berbagai sektor
baik sektor pemerintahan, swasta, maupun dunia usaha.
2. Dengan ditemukannya kasus DBD, maka perlu ditingkatkan penyuluhan untuk
pencegahan penyakit DBD, dan pemberantasan sarang nyamuk serta pemeriksaan
jentik berkala. Perlu juga diberikan informasi dalam setiap penyuluhan kepada
masyarakat mengenai fogging fokus, dimana warga masyarakat yaang terkena
DBD dapat meminta puskesmas untuk melakukan fogging dengan membawa surat
keterangan dari rumah sakit.
3. Dari total kasus diare diatas yang ditemukan di wilayah kerja Puskesmas Andalas
kebanyakan diderita oleh anak-anak, untuk itu kedepannya diperlukan pemberian
penyuluhan kepada masyarakat yang ada di wilayah kerja Puskesmas Andalas
terutama kepada para ibu mengenai pencegahan penyakit diare dan pertolongan
pertama pada kasus diare di rumah.
4. Cakupan penemuan penderita TB Paru BTA Positif masih rendah ,cakupan ini
masih dibawah target/sasaran yang diharapkan pada tahun 2012 sebesar 56,7 %.
Hal ini disebabkan oleh karena kurangnya fasilitas yang terdapat di Puskesmas
Andalas untuk pemeriksaan sputum dan kurangnya penjelasan dari petugas
mengenai cara mengeluarkan sputum, sehingga sering spesimen yang di periksa
tidak menunjukan apa-apa, serta kurangnya kerjasama dengan rumah sakit dan
praktek dokter swasta untuk pencatatan dan pelaporan kasus TB . Oleh karena itu,
diperlukan kerjasama dengan rumah sakit dan dokter praktek swasta yang
dilaporkan. Untuk kedepan penjaringan kasus TBC ini lebih ditingkatkan dengan
menjalin kerjasama dengan dokter praktek swasta, juga menambah fasilitas untuk
pemeriksaan sputum, dan penjelasan oleh tenaga kesehatan terkait mengenai cara
mengeluarkan sputum,sehingga penemuan kasus TBC dengan BTA Positif akan
lebih banyak,yang pada akhirnya dapat ditatalaksana dengan baik.Dari hasil
pemantauan dilapangan, penyakit TBC Paru banyak menyerang masyarakat
dengan keadaan ekonomi menengah kebawah, yang rata-rata memiliki kasus gizi
yang kurang baik, untuk itu dalam rangka membantu meningkatkan status gizi
penderita TBC Paru serta untuk menunjang kesembuhan penderita, perlu adanya
pemberian makanan tambahan disamping memberikan pengobatan dengan OAT
yang dananya sudah diusulkan dari APBD.
4.2 Analisis Pengelolaan Penyakit Tidak Menular Berdasarkan Jenis Penyakit
HIPERTENSIRHEUMATIK
ARTRITIS DMASMA
PJK
4,078
2,771
797 764 499
Grafik 6 : Jumlah Kasus Penyakit Tidak Menular di Puskesmas Andalas Tahun 2012
Dari grafik 6 di atas dapat dilihat bahwa penyakit tidak menular yang tertinggi di
wilayah kerja Puskesmas Andalas adalah hipertensi sebanyak 4078 kasus.
4.2.1 Kejadian Hipertensi di Puskesmas Andalas
Januari
Febru
ari
Maret
April MeiJuni
Juli
Agustu
s
Septem
ber
Oktober
November
Desember
02468
101214161820
10
7
17
11
19
1112
1615
13
8
13
Hipertensi
Hipertensi
Grafik 7 : Penemuan Kasus Baru Hipertensi di Puskesmas Andalas Berdasarkan Bulan Tahun 2012
Dari grafik 6 di atas dapat dilihat bahwa jumlah penemuan kasus baru hipertensi
tertinggi di Puskesmas Andalas adalah pada bulan Mei.
Kegiatan promotif dan preventif yang sudah dilakukan :
1. Peningkatan pengetahuan dengan melaksanakan penyuluhan kesehatan
dengan tema hipertensi kepada masyarakat
2. Promosi kesehatan tentang hipertensi dilakukan sebanyak 2 kali selama tahun
2012.
3. Pembagian leaflet berisi informasi tentang hipertensi.
4. Pengukuran tekanan darah dalam program lansia.
5. Konsultasi pojok gizi.
6. Melakukan kegiatan kesehatan olahraga satu kali seminggu berupa senam
diabetes, senam jantung, jalan sehat dan senam aerobic.
KELURAHAN JUMLAH KELOMPOK KESORGA
PARAK GADANG TIMUR 2
JATI 2
KUBU MARAPALAM 2
JATI BARU 2
KB DLM PARAK KERAKAH 2
GANTING PARAK GADANG 5
SAWAHAN 3
SIMPANG HARU 2
ANDALAS 2
SAWAHAN TIMUR 2
TOTAL 24
Kegiatan kuratif yang sudah dilakukan :
1. Pemberian obat anti hipertensi di balai pengobatan dan di lapangan
4.2.2 Kejadian Arthritis Reumatoid di Puskesmas Andalas
Januari
Febru
ari
Maret
AprilMei
JuniJuli
Agustu
s
Septem
ber
Oktober
November
Desember
0
50
100
150
200
250208
164
200
145
204182
135
10789 89
147 154
Artritis Rheumatoid
Artritis Rheumatoid
Grafik 8 : Penemuan Kasus Baru Artritis Rheumatoid di Puskesmas Andalas Berdasarkan Bulan Tahun 2012
Dari grafik 8 di atas dapat dilihat bahwa jumlah penemuan kasus baru artritis
rheumatoid tertinggi di Puskesmas Andalas adalah pada bulan Januari.
Kegiatan promotif dan preventif yang sudah dilakukan :
1. Peningkatan pengetahuan dengan melaksanakan penyuluhan kesehatan
dengan tema penyakit rheumatic kepada masyarakat
2. Penyuluhan tentang rheumatic telah dilaksanakan sebanyak 1x selama tahun
2012
Kegiatan kuratif yang sudah dilakukan :
1. Pemberian obat untuk penyakit rheumatic artritis di balai pengobatan dan di
lapangan
4.2.3 Kejadian Diabetes Mellitus di Puskesmas Andalas
JanuariFebruari
MaretAprilMeiJuniJuli
AgustusSeptember
OktoberNovemberDesember
0 1 2 3 4 5 6
12
44
23
53
42
13
Diabetes Melitus
Diabetes Melitus
Grafik 9 : Penemuan Kasus Baru Diabetes Melitis di Puskesmas Andalas Berdasarkan Bulan Tahun 2012
Dari grafik 9 di atas dapat dilihat bahwa jumlah penemuan kasus baru diabetes
melitus tertinggi di Puskesmas Andalas adalah pada bulan Juli
Kegiatan promotif dan preventif yang sudah dilakukan :
1. Peningkatan pengetahuan dengan melaksanakan penyuluhan kesehatan
dengan tema diabetes mellitus kepada masyarakat
2. Penyuluhan DM sebanyak 7 kali di dalam gedung dan 7 kali di luar gedung
selama tahun 2012.
3. Konsultasi pojok gizi
4. Melakukan kegiatan kesehatan olahraga satu kali seminggu berupa senam
diabetes, senam jantung, jalan sehat dan senam aerobic.
Kegiatan kuratif yang sudah dilakukan :
1. Pemberian obat diabetes di balai pengobatan dan di lapangan
4.2.3 Kejadian Diabetes Mellitus di Puskesmas Andalas
Januari
Febru
ari
Maret
April MeiJuni
Juli
Agustu
s
Septem
ber
Oktober
November
Desember
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0
2
7
2
4
8
7
0
7
4
5
4
ASMA
ASMA
Grafik 10 : Penemuan Kasus Baru Asma di Puskesmas Andalas berdasarkan Bulan Tahun 2012
Dari grafik 10 di atas dapat dilihat bahwa jumlah penemuan kasus baru Asma
tertinggi di Puskesmas Andalas adalah pada bulan Juni dan tidak ditemukan kasus
baru pada bulan Januari dan Agustus 2012.
Kegiatan promotif dan preventif yang sudah dilakukan :
1. Peningkatan pengetahuan dengan melaksanakan penyuluhan kesehatan
dengan tema penyakit asma kepada masyarakat
2. Penyuluhan tentang penyakit asma 2 kali selama tahun 2012
Kegiatan kuratif yang sudah dilakukan :
1. Pemberian obat anti asma di balai pengobatan dan di lapangan
4.2.4 Masalah Secara Umum Pengelolaan Penyakit Tidak Menular Dalam Program Puskesmas
a. Posbindu PTM
Program yang digalakkan Puskesmas Andalas dalam Pengelolaan
Penyakit Tidak Menular adalah Program Posbindu PTM. Posbindu PTM
adalah Pos Pembinaan terpadu faktor risiko PTM Utama (Obesitas,
hiperkolesterol, hipertensi, hiperglikemi, diet tidak sehat, kurang aktifitas ,dan
merokok), berupa bentuk peran serta kelompok masyarakat yang aktif dalam
upaya promotif-preventif untuk mendeteksi secara dini keberadaan faktor
risiko PTM utama sekaligus peningkatan pengetahuan untuk pencegahan dan
pengendalian PTM yang di mulai sejak usia 18 tahun sampai usia lanjut.
Kegiatan Posbindu :
1. Monitoring faktor risiko secara terintegrasi, rutin dan periodik
* Mencakup masalah konsumsi sayur, buah dan lemak, aktifitas fisik
* Pengukuran IMT, tekanan darah
* Memantau kadar gula darah dan kolesterol darah
2. Tindak lanjut dini
Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang tata cara mencegah dan
mengendalikan faktor risiko PTM dilakukan melalui penyuluhan dialog
interaktif secara masal/konseling sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Tujuan Utama dan Manfaat Posbindu :
1. Membudayakan gaya hidup sehat dalam lingkungan yang kondusif
Mengontrol kondisi kesehatan meskipun tidak sedang sakit, tapi untuk tukar
pengalaman dan informasi masalah kesehatan.
2. Mawas diri
Masyarakat dapat selalu waspada dan siaga untuk mencegah dan
mengendalikan faktor risilko PTM.
3. Menetapkan metode metode yang bermakna secara klinis
Monitoring faktor risiko PTM dilakukan dengan menerapkan metode
pemeriksaan,kriteria faktor risiko, kriteria diagnosis sesuai dengan standar
profesi medis.
4. Mudah dijangkau
Kegiatan Posbindu PTM di lakukan dengan cara terpadu dan praktis dan
dilakukan dengan jadwal yang sudah ditetapkan sendiri oleh masyarakat
5. Murah terlaksana
Monitoring dan tindak lanjut PTM dilakukan secara terintegrasi pada satu
kesempatan dengan biaya pemeriksaan yang ditanggung secara kolektif,
dengan biaya yang sudah disepakati bersama berdasarkan azas gotong royong
dan kekeluargaan serta sesuai dengan batas kemampuan masyarakat.
Sasaran Posbindu :
1. Sasaran Utama
Individu yang perlu dicegah dan dikendalikan paktor risikonya seperti penyakit
kardiovaskuler, stroke, diabetes melitus, kanker, dan penyakit paru kronik.
2. Sasaran Antara
Petugas kesehatan, tenaga paramedis di masyarakat, ketua perkumpulan,
organisasi masyarakat, tokoh panutan masyarakat, anggota perkumpulan yang
aktif, komunikatif, cerdas, dan berperilaku hidup sehat.
3. Sasaran Penunjang
Individu, kelompok/organisasi lembaga masyarakat, dan profesi, lembaga
pendidikan,dan lembaga pemerintah yang diharapkan dapat memberikan
dukungan kebijakan, tekhnologi dan ilmu pengetahuan, material maupun dana
untuk terwujudnya posbindu PTM dan keberlangsungan aktivitasnya.
Jenis Kegiatan yang Dilakukan di Posbindu :
1. Pengukuran IMT dan tekanan darah sebaiknya dilakukan 1 bulan sekali
2. Pemeriksaan glukosa darah dan kolesterol darah bagi individu sehat minimal
enam bulan sekali. Bagi yang sudah mempunyai faktor risiko PTM /penderita
minimal 3 bulan sekali.
3. Kegiatan konseling dan penyuluhan harus dilakukan setiap posbindu di
selenggarakan guna untuk monitoring faktor risiko kurang bermanfaat bila
masyarakat tidak tahu cara pengendaliannya.
4. Kegiatan fisik olah raga bersama perlu dilakukan setiap minggu.
Peralatan dan Sarana yang Dibutuhkan :
1.Tempat berkumpul
2. Lima set meja kursi
3. Pengukuran tinggi badan
4. Timbangan berat badan
5. Pita pengukur badan
6. Tensi meter digital
8.buku identitas peserta
9. Kartu monitoring faktor risiko PTM
10. Buku monitoring faktor risiko PTM
11. Formulir pencatatan pelaporan kepuskesmas.
Penyelenggaraan :
1. Diselenggarakan oleh masyarakat
2. Dilegitimasi kelurahan setempat
3. Integrasi dengan desa/kelurahan sehat
4. Bermitra dengan LPM, PKK, Koperasi, Klinik swasta, dewan mesjid dan lain-
lain.
5. Difasilitasi oleh puskesmas dan dinas kesehatan, sektor dan unsur terkait
6. Manajemen dan pembiayaan berdasarkan kesepakatan ”Rembug Warga”.
7. Jadwal diatur berdasarkan kesepakatan dengan memperhatikan anjuran jangka
waktu monitoring yang bermamfaat secara klinis
Masalah yang ditemukan :
Walaupun bangunan untuk posbindu sudah ada dan tenaga kesehatan yang diperlukan
sudah ada, kegiatan posbindu tidak berjalan sesuai yang diharapkan karena kurangnya
koordinasi dengan pemerintah kecamatan / kelurahan mengenai pendanaan. Untuk
kegiatan posbindu dibutuhkan dana yang cukup besar untuk pemeriksaan
laboratorium yang dibutuhkan pasien PTM, tetapi tidak ada dana yang diberikan
pemerintah, pemerintah hanya memberikan 10 sampel untuk setiap pemeriksaan labor
di posbindu.
Solusi :
1. Melakukan advokasi mengenai pendanaan posbindu kepada pemerintah,ataupun
swasta.
2. Bekerja sama dengan tokoh masyarakat setempat.
b. Pengobatan Khusus Lansia
Program pengobatan khusus lansia sudah dilaksanakan oleh Puskesmas
Andalas yang juga bertujuan untuk pengelolaan penyakit tidak menular. Kegiatan
ini dilakukan rutin setiap bulan pada setiap kelurahan di wilayah kerja Puskesmas
Andalas. Sasaran untuk program pengobatan khusus lansia ini adalah seluruh
lansia di wilayah kerja Puskesmas Andalas yang berusia lebih dari 65 tahun.
Kegiatan yang dilakukan pada program ini meliputi pemeriksaan fisik dan
pengobatan gratis dilaksanakan oleh tenaga kesehatan dari Puskesmas Andalas.
Masalah yang terjadi :
1. Ketidaktahuan masyarakat akan adanya kegiatan ini.
Solusi:
1. Lebih aktif melakukan sosialisasi terutama dengan tokoh-tokoh masyarakat
setempat
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pengelolaan penyakit menular dalam program puskesmas Andalas
Pengelolaan penyakit menular secara promotif di Puskesmas Andalas dilakukan
dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui penyuluhan.
Pengelolaan penyakit menular secara preventif di Puskesmas Andalas
dilakukan dengan melakukan pemantauan berkala terhadap hal-hal yang
memicu terjadinya penularan penyakit seperti misalnya pemantauan jentik
berkala.
Pengelolaan penyakit menular secara kuratif di Puskesmas Andalas
dilakukan dengan melakukan pengobatan yang rasional terhadap penyakit
menular tersebut.
Secara umum, progam pengelolaan penyakit menular ini masih
menghadapi berbagai masalah.
Masalah yang dihadapi pada program penanggulangan penyakit menular
ini mencakup masalah sarana prasarana, pendanaan, dan kurangnya kerja
sama lintas sektoral.
Solusi dari masalah program penanggulangan penyakit menular adalah
puskesmas lebih meningkatkan kerjasama dengan pihak-pihak tokoh
masyarakat agar masyarakat lebih aktif dalam pencegahan penyakit
menular dengan aktif melakukan sosialisi kegiatan kepada tokoh-tokoh
masyarakat.
Pengelolaan penyakit tidak menular dalam program puskesmas
Pengelolaan PTM secara promotif di Puskesmas Andalas dilakukan dengan
meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui penyuluhan dan penyebaran
leaflet tentang PTM.
Pengelolaan PTM secara preventif yang telah dilakukan di Puskesmas
Andalas adalah pengukuran tekanan darah untuk pasien lansia dan usia muda.
Pengelolaan PTM secara kuratif di Puskesmas Andalas adalah dengan
pemberian obat yang sesuai dengan penyakit dan tersedia di apotik
puskesmas. Apabila pasien membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut, maka
pasien akan dirujuk ke RSUD dr. Rasidin / RSUP M.Djamil Padang.
Puskesmas Andalas telah menggalakkan program posbindu PTM, tetapi
program tidak berjalan karena masalah dana.
Puskesmas Andalas telah melaksanakan program pengobatan khusus lansia
yang rutin diadakan setiap bulan disetiap kelurahan di wilayah kerja
Puskesmas Andalas.
Masalah yang terjadi dalam pengelolaan program penyakit tidak menular ini
adalah masalah pendanaan dan kurangnya kerjasama lintas sektoral.
Solusi dari masalah yang terjadi ini adalah dengan melakukan advokasi
kepada pemerintah oleh pihak puskesmas mengenai masalah pendanaan.
5.2 Saran
Dilakukan advokasi mengenai pendanaan posbindu dan pendanaan yang
terkait dengan pengelolaan penaykit menular dan tidak menular kepada
pemerintah oleh pihak puskesmas.
Dilakukan pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat setempat oleh para pemegang program di puskesmas agar masyarakat lebih berpartisipasi dalam setiap program yang dilakukan puskesmas
Daftar Pustaka
(Gondodiputro, S. Perencanaan promosi kesehatan pencegahan penyakit tidak
menular di puskesmas. Bandung : FK Unpad. 2007).