partai dan etika politik -...

100
PARTAI DAN ETIKA POLITIK (Studi atas Pencalonan Yansen Akun Effendy sebagai Calon Bupati Sanggau dalam Pilkada Kabupaten Sanggau 2018) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelas Sarjana Sosial (S.sos) Oleh: Muhammad Aprizal NIM. 11141120000031 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2019 M

Upload: others

Post on 30-Dec-2019

30 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PARTAI DAN ETIKA POLITIK

(Studi atas Pencalonan Yansen Akun Effendy sebagai Calon Bupati Sanggau

dalam Pilkada Kabupaten Sanggau 2018)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi

Persyaratan Mendapatkan Gelas Sarjana Sosial (S.sos)

Oleh:

Muhammad Aprizal

NIM. 11141120000031

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2019 M

iv

ABSTRAK

Skripsi ini menganalisis proses pencalonan Yansen Akun Effendy sebagai

calon Bupati Sanggau 2018 dengan perspektif etika politik. Tujuan penelitian ini

adalah untuk melihat korelasi antara partai politik dan etika politik dalam

pencalonan Yansen Akun Effendy sebagai calon Bupati Sanggau 2018. Penelitian

ini dilakukan dengan studi pustaka dan wawancara. Peneliti melihat bahwa

pencalonan Yansen Akun Effendy mempunyai masalah etika politik karena

Yansen Akun Effendy merupakan mantan narapidana kasus korupsi. Tentu saja

hal ini tidak baik bagi jalannya demokrasi di Indonesia dan bagi masyarakat

Sanggau tepatnya. Permasalahan mantan narapidana korupsi ikut dalam pilkada

bukanlah suatu hal yang baru tetapi permasalahan ini tetap menjadi perdebatan

dimasyarakat. Hal ini karena tidak aturan hukum yang melarang mantan

narapidana korupsi ikut dalam pilkada. Argumen ini dirumuskan melalui tahapan

analisa, yaitu melihat peran partai politik khususnya partai Golkar dan PKB dalam

mencalonkan Yansen Akun Effendy sebagai Calon Bupati Sanggau 2018.

Selanjutnya dianalisa dengan menggunakan kerangka teoritis.

Kerangka teoretis yang digunakan dalam skripsi ini adalah teori partai

politik, etika politik, dan pilkada. Teori etika politik mempunyai tiga dimensi,

yaitu dimensi tujuan, dimensi sarana, dan dimensi aksi politik. Dari hasil analisa

dengan menggunakan tiga teori tersebut dapat disimpulkan bahwa pencalonan

Yansen Akun Effendy sebagai calon Bupati Sanggau 2018 melanggar etika politik

dari segi dimensi aksi politik. Sedangkan untuk dimensi tujuan dan dimensi sarana

tidak melaggar etika politik karena tidak ada yang dilanggar dari dua dimensi

tersebut.

Kata kunci: partai politik, etika politik, pilkada, mantan narapidana korupsi.

v

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Alhamdulillah penulis panjatkan syukur kehadirat

Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan kemudahan kepada penulis

sehingga skripsi ini dengan judul “Partai Politik dan Etika Politik: Studi Kasus

atas Pencalonan Yansen Akun Effendy sebagai calon Bupati Sanggau dalam

Pilkada Sanggau Provinsi Kalimantan Barat 2018” dapat terselesaikan. Shalawat

serta salam tidak lupa penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW yang

menjadi tauladan bagi seluruh umat islam. Hambatan yang dialami dalam

penulisan skripsi ini bisa terlewati karena doa yang senantiasa dipanjatkan oleh

kedua orang tua dan keluarga. Rampungnya skripsi ini melibatkan begitu banyak

orang. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada

1. Prof. Dr. Amany Lubis, M.A, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Dr. Ali Munhanif, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik (FISIP).

3. Dr. Haniah Hanafie, M.Si, selaku dosen pembimbing yang dengan baik

dan sabar meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing

penulis sampai bisa menyelesaikan skripsi ini.

4. Dr. Iding Rosyidin, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Politik yang

telah membantu dan memudahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

vi

5. Suryani, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Politik yang telah

memberikan inspirasi sehingga permasalahan gender penulis jadikan

judul dalam skrispi ini.

6. Para dosen tercinta selama penulis menuntut ilmu di FISIP UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.

Terima kasih telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat.

7. Utin Sri Ayu Supadmi, selaku ketua DPC PKB Sanggau Periode 2016-

2021 yang telah bersedia menjadi narasumber dan memberikan banyak

informasi.

8. Slamet Riyandi, selaku kepala secretariat DPC PKB Sanggau Periode

2016-2021 yang telah bersedia menjadi narasumber dan memberikan

banyak informasi.

9. Adi Subrata, selaku sekretaris DPD II Golkar Sanggau yang telah

bersedia menjadi narasumber dan memberikan banyak informasi.

10. Ade Imran, selaku sekretaris DPC Hanura Sanggau yang telah bersedia

menjadi narasumber dan memberikan banyak informasi.

11. Fransiskus Kicun, selaku anggota DPRD Sanggau Periode 2014-2019

yang telah bersedia menjadi narasumber dan memberikan banyak

informasi.

vii

12. Rani Rahmawati, selaku anggota DPRD Sanggau Periode 2014-2019

yang telah bersedia menjadi narasumber dan memberikan banyak

informasi.

13. H. Abdullah, selaku anggota DPRD Sanggau Periode 2014-2019 yang

telah bersedia menjadi narasumber dan memberikan banyak informasi.

14. Konggo Tjintalong Tjindro, selaku anggota DPRD Sanggau Periode

2014-2019 yang telah bersedia menjadi narasumber dan memberikan

banyak informasi.

15. Gusti Darmuddin, selaku anggota DPRD Sanggau Periode 2014-2019

yang telah bersedia menjadi narasumber dan memberikan banyak

informasi.

16. Teman-teman seperjuangan, Nadya Nurul Milla, Anita Aprilia Sari,

Hisyam Jauhari, Muhammad Mardhiyulloh, serta Hammardan Gazalba

Harahap dan kawan-kawanku tercinta Ilmu Politik B 2014, Alvin Esa

Priatna, Harumbi Prasetya, Fitra Aditya, Reno Meidi, Nafiah, Wofa

Triansah, Randy Andita, Barri Zilhaq Vindia, Nur Najmawan,

Aufarmario, Igman Yudha, Rizki Syahputra (Kyai), Yasser Pratama

Hutabarat, Fahmil Rozi, Indra, Deni Rachmat, Yodi Tri Hutomo.

Terima kasih telah menjadi teman sekaligus keluarga.

17. Teman-teman KKN ESTAR 70 yang telah banyak membantu selama

proses penulisan skripsi.

viii

Penulis berharap segala dukungan dan doa ini mendapatkan balasan yang

setimpal dari Allah SWT. Rasa hormat dan terimakasih bagi semua yang telah

berkontribusi dalam penulisan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu-

persatu. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat baik dalam segi akademik maupun

praktis.

Jakarta, 27 Maret 2019

Muhammad Aprizal

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ........................... iii

ABSTRAKSI .................................................................................................. iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xiv

BAB I ............................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

A. Pernyataan Masalah .............................................................................. 1

B. Pertanyaan Masalah .............................................................................. 6

C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 6

D. Manfaat Penelitian…………………………………………………… 7

E. Tinjauan Pustaka ................................................................................... 7

F. Metodologi Penelitian ........................................................................... 13

G. Sistematika Penulisan ........................................................................... 17

BAB II ............................................................................................................. 20

KERANGKA TEORETIS ............................................................................. 20

A. Teori Partai Politik ................................................................................ 20

A. 1. Sejarah Partai Politik .................................................................... 20

A. 2. Pengertian Partai Politik ............................................................... 22

A. 3. Fungsi Partai Politik ..................................................................... 25

a. Sosialisai Politik ....................................................................... 26

b. Rekrutmen Politik .................................................................... 26

c. Partisipasi Politik ..................................................................... 27

d. Pemadu Kepentingan ............................................................... 28

e. Komunikasi Politik ................................................................... 28

f. Pengendali Konflik ................................................................... 29

g. Kontrol Politik ......................................................................... 29

x

B. Teori Etika Politik ................................................................................. 30

B. 1. Pengertian Etika ........................................................................... 30

B. 2. Pengertian Politik ......................................................................... 32

B. 3. Pengertian Etika Politik ................................................................ 34

B. 4. Urgensi dan Dimensi Etika Politik ............................................... 36

C. Pemilihan Kepala Daerah...................................................................... 38

BAB III ............................................................................................................ 42

GAMBARAN UMUM KABUPATEN SANGGAU DAN PROFIL YANSEN

AKUN EFFENDY ........................................................................................... 42

A. Profil Kabupaten Sanggau .................................................................... 42

A.1. Kependudukan ............................................................................. 45

A.2. Pendidikan ..................................................................................... 48

A.3. Sosial Politik ................................................................................. 49

B. Profil Yansen Akun Effendy ................................................................. 51

BAB IV ............................................................................................................ 52

PENCALONAN YANSEN AKUN EFFENDY SEBAGAI CALON BUPATI

SANGGAU 2018 PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERSPEKTIF

ETIKA POLITIK ........................................................................................... 52

A. Proses Pencalonan Yansen Akun Effendy sebagai Calon Bupati Sanggau

2018 ....................................................................................................... 54

A. 1. Penjaringan …………………………………………………….. 54

a. Dari Partai Golongan Karya ..................................................... 54

b. Dari Partai Kebangkitan Bangsa .............................................. 57

A. 2. Pendaftaran di Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sanggau ... 60

a. Pengumuman Pendaftaran ........................................................ 60

b. Pendaftaran .............................................................................. 61

c. Pemeriksaan Kesehatan ............................................................ 64

d. Penelitian Syarat Pencalonam, Syarat Calon, dan Hasil

Pemeriksaan Kesehatan ........................................................... 64

e. Penetapan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Sanggau 67

xi

B. Faktor Pendukung Pencalonan Yansen Akun Effendy .......................... 67

B.1. Dari Partai Golongan Karya ........................................................... 68

B. 2. Dari Partai Kebangkitan Bangsa ................................................... 69

C. Pencalonan Yansen Akun Effendy sebagai Calon Bupati Sanggau 2018

Perspektif Etika Politik ......................................................................... 70

C. 1. Dimensi Tujuan ............................................................................ 70

C. 2. Dimensi Sarana ............................................................................ 72

C. 3. Dimensi Aksi Politik .................................................................... 74

BAB V ............................................................................................................. 78

PENUTUP ....................................................................................................... 78

A. Kesimpulan ........................................................................................... 78

B. Saran ..................................................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 80

xii

DAFTAR TABEL

Tabel III.A.1.1 Penduduk Kabupaten Sanggau Menurut Kecamatan

2017………………………………………………………. 46

Tabel III.A.1.2 Penduduk Kabupaten Sanggau Berdasarkan Jenis Kelamin

2017 .……………………………………………………… 47

Tabel III.A.2.1 Jumlah Sekolah Di Kabupaten Sanggau 2017 …………... 48

Tabel III.A.3.1 Bupati/Wakil Bupati Sanggau 2008-2018 ………………. 49

Tabel III.A.3.2 Hasil Perolehan Suara Partai Politik Pemilu Legislatif 2014

di Kabupaten Sanggau …………………………………… 50

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar III.A.1 Peta Kabupaten Sanggau …………..…………………… 44

xiv

DAFTAR SINGKATAN

AD/ART : Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga

Bapilu : Badan Pemenangan Pemilu

BNN : Badan Narkotika Nasional

Demokrat : Demokrasi Rakyat

DPC : Dewan Pimpinan Cabang

DPD : Dewan Pimpinan Daerah

DPP : Dewan Pimpinan Pusat

DPR : Dewan Perwakilan Rakyat

DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

DPW : Dewan Pimpinan Wilayah

Gerindra : Gerakan Indonesia Raya

Golkar : Golongan Karya

Hanura : Hati Nurani Rakyat

HIMPSI : Himpunan Psikologi Indonesia

IDI : Ikatan Dokter Indonesia

Kapolres : Kepala Polisi Resor

KPU : Komisi Pemilihan Umum

LO : Liaison Officer

MPR : Majelis Permusyawaratan Rakyat

Nasdem : Nasional Demokrat

PAN : Partai Amanat Nasional

Panwaslu : Panitian Pengawas Pemilu

PDIP : Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

Pilkada : Pemilihan Kepala Daerah

PKB : Partai Kebangkitan Bangsa

xv

PKPI : Partai Keadilan Persatuan Indonesia

PKPU : Peraturan Komisi Pemilihan Umum

PKS : Partai Keadilan Sejahtera

PPP : Partai Persatuan Pembangunan

RSJ : Rumah Sakit Jiwa

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

Satpol PP : Satuan Polisi Pamong Praja

Sekda : Sekretaris Daerah

THT : Telinga Hidung Tenggorokan

TPA : Tempat Pembuangan Akhir

USG : Ultrasonografi

UU : Undang-Undang

UUD : Undang-Undang Dasar

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Pasca Orde Baru, partai politik memiliki peranan yang sangat penting

dalam proses demokrasi yang berjalan di Indonesia. Keberadaan partai politik

semakin besar peranannya semenjak Indonesia menerapkan sistem pemilihan

langsung. Fungsi partai politik adalah mencari dan mempertahankan kekuasaan

untuk mewujudkan program–program yang disusun berdasarkan ideologi tertentu,

yang kemudian apabila dijalankan akan menjalankan tiga tugas sebagai berikut

yaitu seleksi calon–calon, kampanye, dan melaksanakan fungsi pemerintahan

(legislatif ataupun eksekutif).1 Dalam menyeleksi calon–calon, peran partai politik

sebagai wadah rekrutmen politik sangat diperlukan.

Menurut Almond dan Coleman, fungsi partai politik yang ideal adalah

berpartisipasi dalam sektor pemerintahan yang dilakukan dengan menempatkan

orang-orangnya menjadi pejabat pemerintah sehingga dapat turut serta dalam

menentukan keputusan politik.2 Menciptakan sosok pemimpin yang baik adalah

kunci partai politik dalam memenangkan pemilihan umum. Partai politik

memainkan peranan yang sangat penting sebagai penghubung yang sangat

strategis antara proses–proses pemerintahan dengan warga negara. Partai politik

1 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana

Indonesia, 2010), hal. 149. 2 Rusadi Kantraprawira, Sistem Politik Indonesia (Bandung: Sinar Baru Algesindo,

2004), hal. 91.

2

merupakan jembatan bagi seseorang untuk menempati posisi jabatan publik.3

Jabatan publik tersebut seperti posisi kepala daerah (Gubernur, Bupati, Walikota).

Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dinyatakan bahwa kepala

daerah adalah kepala pemerintah yang dipilih secara demokratis, di mana

pemilihan secara demokratis ini dilaksanakan dengan cara dipilih langsung oleh

rakyat. Dijelaskan pula di dalam undang-undang tersebut bahwa peserta pemilihan

kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah pasangan calon yang diusulkan

secara berpasangan oleh partai politik ataupun gabungan dari partai politik. 4 Hal

ini dapat diartikan bahwa peran partai politik sangat vital dalam melakukan

penjaringan calon–calon kepala daerah.

Indonesia menganut sistem kedaulatan rakyat yang mencakup aspek

demokrasi politik dan aspek. demokrasi ekonomi. Aspek demokrasi politik

memastikan bahwa setiap warga negara, baik itu mantan narapidana memiliki hak

yang sama untuk dipilih dan memilih secara demokratis. Pencabutan hak politik

seorang mantan narapidana hanya dapat dilakukan oleh putusan hakim sedangkan

dalam undang-undang tidak ada pasal yang menjelaskan pencabutan hak pilih

ssesorang tetapi hanya membuat batasan-batasan tertentu yang tidak bertentangan

dengan UUD1945.5

Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 7 Ayat 2 Huruf g

dinyatakan bahwa pasangan calon kepala daerah harus “tidak pernah sebagai

3 Surbakti, Memahami Ilmu Politik, hal. 154. 4 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. 5 Wahyu Nugroho, “Konstruksi Hukum Pemilu dan Pemilukada dalam Putusan-Putusan

Mahkmah Konstitusi,“ Etika dan Pemilu Vol. 2, No. 4 tahun 2016, hal. 17-19.

3

terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan

hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara terbuka dan jujur

mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan mantan terpidana”.6

Secara hukum dapat dipastikan bahwa bagi mantan terpidana yang ingin maju

dalam pemilihan umum diperbolehkan tetapi harus secara terbuka mengaku

sebagai seorang mantan terpidana. Dalam Peraturan KPU (PKPU) Nomor 3

Tahun 2017 tentang pencalonan kepala daerah, bahwa yang dilarang ikut

berpartisipasi adalah mantan terpidana bandar narkotika dan kejahatan seksual

terhadap anak.7

Pada tahun 2015 dan 2018 pemerintah Indonesia melaksanakan Pilkada

(Pemilihan Kepala Daerah) serentak yaitu pemilihan kepala daerah secara

serentak di seluruh Indonesia. Kabupaten Sanggau salah satu daerah yang ikut

dalam pilkada serentak tersebut. Salah satu pasangan calon Kepala Daerah

Kabupaten Sanggau adalah Yansen Akun Effendy dan Fransiskus Ason. Dalam

rekam jejaknya, Yansen Akun Effendy merupakan mantan bupati Sanggau

periode 2003-2008, sementara Fransiskus Ason adalah wakil ketua DPRD

Sanggau dan ketua DPD II Golkar Sanggau. Kepastian majunya pasangan Yansen

Akun Effendy dan Fransiskus Ason dipastikan setelah diadakannya rapat pleno

KPU Sanggau dalam penetapan pasangan calon bupati Sanggau 2018 di aula

kantor KPU Sanggau. Pasangan Yansen Akun Effendy dan Fransiskus Ason akan

berhadapan dengan pasangan petahana yaitu Paolus Hadi dan Yohanes Ontot yang

6 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016. 7 Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 3 Tahun 2017.

4

didukung oleh PAN, Demokrat, PDIP, PPP, Gerindra, Nasdem, PKS, PKPI, dan

Hanura.

Permasalahannya adalah pemilihan Yansen Akun Effendy sebagai calon

Bupati Sanggau yang diusung oleh partai Golkar dan PKB patut untuk

dipertanyakan. Dalam rekam jejaknya, Yansen Akun Efendy pernah ditetapkan

sebagai tersangka kasus korupsi pengadaan Tempat Pembuangan Sampah (TPA)

di Kecamatan Meliau, Kabupaten Sanggau yang merugikan negara Rp 1,8 miliar

sehingga dihukum satu tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Sanggau.8 Selain itu

juga, Yansen Akun Effendy merupakan kader partai Hanura yang menempati

posisi sebagai Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) DPD partai Hanura

Kalimantan Barat 2018. Dalam kasus ini, partai Hanura lebih memilih mendukung

koalisi pasangan petahana yang merupakan lawan dari Yansen Akun Effendy-

Fransiskus Ason. Selain itu, Yansen Akun Effendy juga pernah mencalonkan diri

sebagai calon Bupati Sintang 2010 dan calon Bupati Sekadau 2015 tetapi kalah.

Di dalam Undang–Undang memang tidak mempermasalahkan seorang mantan

narapidana korupsi untuk maju dalam pemilu tetapi secara etika dan moral

menjadi masalah.

Etika politik merupakan salah satu cabang ilmu filsafat yang

mempertanyakan tanggung jawab manusia sebagai manusia dan sebagai warga

negara yang nantinya akan dipandang baik dan buruk.9 Etika politik seharusnya

8 http://www.logikanews.com/memilih-mantan-napi-di-pilkada-2018/ diakses 25 Februari

2018, pukul 21.09 WIB. 9 Frans Magnis Suseno, Etika Politik: Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern

(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2016), h. 10.

5

dijadikan tuntunan bagi pemimpin dalam menata masyarakat dan

dipertanggungjawabkan dengan prinsip moral. Partai politik sebagai salah satu

institusi yang merekrut calon–calon pemimpin seharusnya mampu menciptakan

pemimpin yang bermoral dan berintegritas. Bagaimana bisa partai politik

mencalonkan calon pemimpin yang cacat hukum dan melanggar moral

masyarakat. Etika politik seharusnya menjadi pedoman bagi setiap individu

maupun institusi dalam menjalankan politik yang baik dan santun.

Menurut Prihatin Dwihantoro10 dalam jurnal Politika, etika politik

memiliki tujuan agar setiap pejabat atau elit politik dapat bersikap jujur, amanah,

sportif, siap melayani, berjiwa besar, memiliki keteladanan, rendah diri, dan siap

mundur dari jabatan publik apabila terbukti melakukan kesalahan dan secara

moral kebijakannya bertentangan dengan hukum dan rasa keadilan masyarakat.

Etika harus dilakukan dalam bentuk sikap yang bertatakrama dalam perilaku

politik yang toleran, tidak berpura-pura, tidak arogan, jauh dari sikap tindakan

yang terpuji lainnya. Etika politik seharusnya menjadi pedoman bagi setiap

individu maupun institusi dalam menjalankan politik yang baik dan santun.

Persoalan mantan narapidana khususnya mantan narapidana korupsi dalam

keikusertaannya di pilkada memang masih menjadi perdebatan yang panjang.

Pelarangan hak politik seseorang tidak boleh terjadi sesuai dengan amanat UUD

1945 kecuali ada putusan hakim. Menurut Adiyanto, dkk dalam jurnal Mimbar

Yustitia, seseorang yang telah keluar dari penjara pada dasarnya dianggap orang

10 Prihatin Dwihantoro, “Etika Politik dan Kejujuran dalam Berpolitik,” Politika Vol.4,

No. 2 Tahun 2013, hal. 13.

6

yang telah menyesali perbuatanya, telah bertaubat, dan berjanji untuk tidak

mengulangi lagi perbuatannya sehingga dianggap sudah bisa menyatu kembali

dengan masyarakat.11 Tetapi tetap saja, seorang calon pemimpin seharusnya

memiliki etika politik yang baik sehingga nantinya mampu menjadi suri tauladan

bagi masyarakat. Oleh karena itu, permasalahan etika politik memang sudah

seharusnya mendapat perhatian yang lebih lagi.

B. Pertanyaan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa

masalah agar penelitian ini berjalan dengan terukur dan sistematis.

1. Bagaimana proses pencalonan yang dilakukan oleh partai Golkar dan

PKB dalam memilih Yansen Akun Effendy sebagai calon bupati

Sanggau 2018?

2. Bagaimana standar pencalonan kepala daerah yang ditetapkan oleh

partai Golkar dan PKB sesuai dengan etika politik?

3. Mengapa partai Golkar dan PKB mendukung Yansen Akun Effendy

sebagai calon Bupati Sanggau 2018?

C. Tujuan Penelitian

Dari pokok-pokok permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan tujuan

penelitian berikut ini:

11 Muhammad Luthfi Adiyanto, dkk, “Hak Politik Mantan Narapidana Untuk

Mencalonkan Diri Sebagai Kepala Daearh (Analisis terhadap Putusan MK No. 42/PUU-

XIII/2015),” Mimbar Yustitia Vol.1, No.2 tahun 2017, hal. 117.

7

a. Menjelaskan proses pencalonan Yansen Akun Effendy sebagai calon

Bupati Sanggau 2018.

b. Menjelaskani faktor-faktor pertimbangan pencalonan Yansen Akun

Effendy sebagai calon Bupati Sanggau 2018 oleh partai Golkar dan

PKB.

c. Menjelaskan standar pencalonan kepala daerah oleh partai Golkar dan

PKB yang sesuai dengan etika politik.

D. Manfaat Penelitian

Dari pokok-pokok permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan manfaat

penelitian berikut ini:

a. Sebagai Pemahaman masyarakat bahwa etika politik penting bagi

proses pilkada.

b. Dapat memahami peran partai politik sebagai poros utama pilkada

dalam proses pemilihan calon kepala daerah.

c. Dapat menambah wawasan bagi pembaca dan penulis serta untuk

pengembangan ilmu politik khususnya pembahasan tentang etika

politik.

E. Tinjauan Pustaka

Ada beberapa literatur kepustakaan yang dapat dijadikan acuan untuk

memastikan urgensi penelitian dari skripsi ini sekaligus sebagai pembanding titik

temu sekaligus pembeda dengan penelitian lainnya.

8

Pertama adalah jurnal yang berjudul “Partai Politik dan Pembangungan

Politik Tahun 2012” yang ditulis oleh Ellya Rosana.12 Di dalam jurnal ini

menjelasakan bagaimana kaitannya antara keberadaan partai politik dengan

pembangunan politik. Partai politik merupakan salah satu komponen yang penting

dalam perpolitikan sebuah bangsa. Salah satu fungsi partai politik adalah sebagai

sarana pendidikan politik. Di sini partai politik akan berperan penting dalam

proses pembangunan politik yang terjadi. Hal yang berkaitan adalah sistem nilai

politik, struktur kekuasaan, strategi penanganan permasalahan kebijakan umum

dan lingkungan masyarakat yang ke dalam sistem politik. Partai politik di sini

berperan dalam memberikan pengetahuan tentang sistem politik sehingga

masyarakat paham dengan kondisi politik yang ada. Perubahan politik dapat

terjadi dalam dua hal yaitu konflik kepentingan dan gagasan atau nilai-nilai.

Faktor lain yang mampu mempengaruhi perubahan politik adalah berbagai

kebijakan yang secara sengaja, terencana, dan terorganisir dibuat dan

dilaksanakan oleh pemerintah. Dalam hal ini partai politik diharapkan mampu

melakukan perubahan yang bersifat positif sehingga nantinya akan berefek positif

juga dalam pembangunan politik.

Kedua adalah jurnal yang berjudul “Kritik Konsep Politik Machiavelli

dalam Perspektif Etika Politik Islam (Perbandingan dengan Teori Etika Politik Al-

Mawardi),” yang ditulis oleh Fuad Muhammad Zein.13 Dijelasakn dalam jurnal ini

12 Ellya Rosana, “Partai Politik dan Pembangunan Politik,” Jurnal TAPIs Vol.8, No.1

tahun 2012. 13 Fuad Muhammad Zein, “Kritik Konsep Politik Machiavelli dalam Perspektif Etika

Politik Islam (Perbandingan dengan Teori Etika Politik Al-Mawardi,” Mahkamah Vol.1, No.2

tahun 2016.

9

adalah perbedaan yang kontras antara apa yang dirumuskan oleh Machiavelli dan

Al-Mawardi. Hal ini terjadi karena keyakinan dasar dari keduanya yang sangat

berbeda. Machiavelli beranggapan bahwa etika tidak diperlukan apabila kondisi

masyarakat juga tidak beretika, sedangkan menurut Al-Mawardi, etika itu perlu

untuk diterapkan sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah sehingga mampu

memberikan solusi dalam permasalahan masyarakat yang kacau. Menurut Suseno,

Machiavelli melupakan 2 hal yaitu pertama adalah bahwa kekuasaan yang

berdasarkan kelicikan dan kebrutalan dengan sendirinya akan rapuh. Kekuatan

yang hanya berdasarkan faktor-faktor tersebut sepenuhnya berasal dari kekuatan

pribadi raja sementara faktor-faktor lain di luar raja selalu bersiap untuk

menyerang jika keadaan memungkinkan. Kekuasaan yang hanya berdasarkan

intrik pasti tidak akan stabil. Kedua adalah Machiavelli tidak melihat bahwa

stabilitas kekuasaan tergantung dari apakah kekuasaan dipandang sah atau tidak

oleh masyarakat.

Bagi Al-Mawardi, Etika politik itu sangat penting apalagi dalam berkuasa,

diperlukan moralitas dan akhlak dalam melakukannya. Menurut Al-Mawardi, asas

kekuasaan adalah selalu berpegang teguh pada akhlak yang mulia. Dalam hal ini

Al-Mawardi berharap bahwa penguasa selalu tetap istiqomah dalam berbuat

karena hal tersebut memberikan kemuliaan baginya, rakyat, dan negaranya. Selain

itu, penguasa harus terbebas dari sifat sombong karena seorang penguasa diukur

berdasarkan hasil kerjanya bukan atas kesombongannya.

10

Ketiga adalah Jurnal yang berjudul “Peran Partai Politik dalam

Mensukseskan Pilkada Serentak di Indonesia Tahun 2015”, yang ditulis oleh

Angga Natalia.14 Dalam pilkada, posisi partai politik sangat vital karena partai

politik lah yang mengusung calon-calon kepala daerah. Sebagaimana yang kita

tahu, pasangan calon kepala daerah merupakan calon yang didukung oleh partai

politik maupun gabungan dari partai politik. Partai politik yang baik akan

mencoba untuk mensukseskan pilkada karena bukan hanya partai politik saja yang

diuntungkan dari hasil pilkada tersebut tetapi rakyat juga ikut terlibat di dalamnya.

Partai politik dalam hal ini mempunyai tanggungjawab yang besar untuk

menghadirkan kandidat-kandidat pemimpin yang berkualitas. Maka dari itu partai

politik harus mempunyai struktural partai yang baik dan kodusif, tidak sedang

dalam sebuah konflik internal.

Keempat adalah Tesis yang berjudul “Konsep Etika Politik Menurut

Pemikiran Nurcholish Madjid tahun 2015”, ditulis oleh Eka Zuliana.15 Bagi

Nurcholish Madjid, landasan moral etika politik masih sangat diperlukan hingga

saat ini. Dalam kehidupan berpolitik tidak boleh meninggalkan nilai-nilai

keagamaan. Prinsip moral kemanusiaan dan keadilan merupakan hal yang

terpenting karena merupaka landasan ketahanan suatu bangsa dalam menghadapi

perubahan kehidupan yang semakin kompleks. Selain itu, konsep etika politik

yang dipaparkan oleh Nurcholish Madjid adalah demokrasi. Sistem demokrasi

14 Angga Natalia, “Peran Partai Politik dalam Mensukseskan Pilkada Serentak di

Indonesia Tahun 2015,” Jurnal TAPIs No.11. Vol.1 tahun 2015. 15 Eka Zuliana, Konsep Etika Politik Menurut Pemikiran Nurcholis Madjid [Tesis]

(Medan: Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, 2015).

11

merupakan sistem yang paling sesuai dengan keadaan Indonesia. Demokrasi

menjadi jalan untuk terciptanya sebuah negara demokratis yang beretika.

Kelima adalah Buku “Etika Politik Tahun 2016”, yang ditulis oleh Eko

Handoyono, Martin Herna Susanti, dan Aris Munandar.16 Etika politik tidak

hanya mengatur tentang perilaku individu dalam berpolitik tetapi juga mengatur

praktik institusi sosial, budaya, hukum, politik, dan ekonomi. Dapat disimpulkan

etika politik mengatur seluruh aspek kehidupan bermasyarakat. Etika politik

mempunyai tiga dimensi yaitu tujuan, sarana, dan aksi politik. Dimensi tujuan

mengandaikan pada pencapaian kesejahteraan masyarakat dan hidup damai.

Dalam sebuah negara demokratis, dimensi tujuan mewajibkan kepada pemerintah

untuk menfokuskan kebijakan pada kesejahteraan masyarakat dan hidup damai.

Aspek moral dalam dimensi tujuan dapat dilihat dari kemampuan menentukan

arah yang jelas dari kebijakan umum dan akuntabilitasnya.

Dimensi sarana memungkinkan pencapaian tujuan. Dimensi ini meliputi

sistem dan prinsip-prinsip dasar pengorganisasian praktik penyelenggaraan negara

dan juga mendasari institusi-institusi sosial. Dimensi sarana mengandung dua pola

normatif, yaitu tatanan politik dan kekuatan politik. Aspek moral dari dimensi ini

adalah pada peran etika dalam menguji dan mengkritisi legitimasi keputusan-

keputusan, institusi-institusi, dan praktik-praktik politik. Dalam dimensi aksi

politik, pelaku memegang perang dalam menentukan rasionalitas politik.

16 Eko Handoyono, Martina Herna Susanti, dan Aris Munandar, Etika Politik (Semarang:

Widya Karya Press, 2016).

12

Rasionalitas politik terdiri dari rasionalitas tindakan dan keutamaantau kualitas

moral pelaku.

Keenam adalah jurnal yang berjudul “Konstruksi Hukum Pemilu dan

Pemilukada dalam Putusan-Putusan Mahkmah Konstitusi Tahun 2016” yang

ditulis oleh Wahyu Nugroho.17 Konstruksi hukum erat kaitannya dengan

pembentukan hukum, baik pada saat proses pembahasan suatu Rancangan

Undang-Undang, peraturan-peraturan teknis sebagai penjabaran dari Undang-

Undang, maupun berbagai putusan Mahkamah Konstitusi yang turut membentuk

konstruksi hukum pemilu dan pemilukada di Indonesia. Konstruksi hukum

tersebut yakni Undang-Undang No. 42 Tahun 2008, undang-undang No. 8 Tahun

2015 serta putusan-putusan Mahkamah Konstitusi. Harapannya adalah konsistensi

penegakan hukum (penyelenggara pemilu dan penegak hukum pemilu) untuk taat

terhadap sejumlah perangkat hukum pelaksanaan, prosedur dan sanksi dalam

penyelenggaraan pemilu. Aspek kepastian hukum dan aspek budaya hukum

sangat penting dipenuhi agar tujuan pemilu dan pemilukada dapat mencapai

sasaran yang diidealkan. Selain itu, penyelenggara pemilu di tingkat pusat

maupun daerah, juga peserta pemilu dan pemilukada wajib mematuhi peraturan

perundangan, mulai dari Peraturan KPU, undang-undang, maupun ketaatan dalam

menjalankan putusan Mahkamah Konstitusi.

Ketujuh adalah jurnal yang berjudul “Hak Politik Mantan Narapidana

Untuk Mencalonkan Diri Sebagai Kepala Daearh (Analisis terhadap Putusan MK

No. 42/PUU-XIII/2015) Tahun 2017” yang ditulis Muhammad Luthfi Adiyanto,

17 Wahyu Nugroho, Etika dan Pemilu Vol. 2, No. 4 tahun 2016.

13

Shahaludin Serba Bagus, dan Ahmad Munir.18 Hak politik seseorang hanya bisa

dicabut oleh putusan hakim sehingga mantan narapidana tetap bisa mencalonkan

diri sebagai kepala daerah. Pertimbangan ini dilakukan karena tidak ada undang-

undang yang melarang seorang mantan narapidana mencalonkan diri sebagai

kepala daerah dan seorang yang telah keluar penjara dianggap sebagai manusia

yang baru dan sudah menebus kesalahannya.

Banyak literatur yang membahas tentang hak mantan narapidana korupsi

untuk ikut dalam pilkada. Perbedaan yang membedakan literatur di atas dengan

skripsi yang akan penulis bahas adalah dari segi teori dan kasus yang berbeda.

Penulis menggunakan teori partai politik dan etika politik yang dilihat dari segi

dimensi etika politik untuk melihat pencalonan Yansen Akun Effendy sebagai

calon Bupati Sanggau 2018 melanggar etika politik atau tidak.

F. Metodologi Penelitian

Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan dalan proses penelitian ini

adalah menentukan pendekatan penelitian, sumber data, lokasi penelitian, teknik

pengumpulan data, dan metode analisis data.

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan

dan Taylor, penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan

18 Muhammad Luthfi Adiyanto, dkk, Mimbar Yustitia Vol.1, No.2 tahun 2017.

14

data deskriptif berupa ucapan, tulisan, maupun perilaku orang yang diamati.19

Penelitian kualitatif bersifat deskriptif yang tujuannya adalah untuk memberikan

pemahaman lebih serta menguraikan situasi yang terjadi.20Data kualitatif

mencakup sebagai berikut:21 1) Deskripsi yang mendetail, 2) pendapat langsung

dari orang-orang yang terkait, 3) dokumen, laporan, arsip, dan sejarahnya, serta 4)

deskrpsi detail tentang sikap dan tingkah laku seseorang. Dalam penelitian ini

menggunakan studi kasus untuk memperjelas gambaran dari judul besar yang ada

dalam penelitian. Sehingga penelitian kasus akan dipilih dalam mempersempit

ruang lingkup penelitian kualitatif ini. Penelitian kasus adalah proses

pengumpulan data dan informasi secara mendalam, mendetail, intensif holistik,

dan sistematis tentang orang, kejadian, latar sosial, atau kelompok dengan

menggunakan berbagai metode dan banyak informasi untuk memahami secara

efektif bagaimana kejadian itu berjalan sesuai dengan konteksnya.22

Dengan metode penelitian kualitatif, data yang didapatkan akan lebih

akurat dan kredibel karena dapat melakukan wawancara yang mendalam, fokus,

dan teliti terhadap subjek penelitian. Selain melalui wawancara mendalam, data

dapat diperoleh dengan melakukan observasi dan studi dokumentasi.

19 Sukidin dan Basrowi, Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro (Surabaya: Insan

Cendikia, 2002), hal. 2. 20 Timotius, Pengantar Metodologi Penelitian, hal. 11. 21 A. Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan

(Jakarta: Kencana, 2017), hal. 331. 22 Yusuf, Metode Penelitian, hal. 339.

15

2. Sumber Data dan Lokasi Penelitian

Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

Data primer dalam penelitian ini adalah dengan melakukan wawancara langsung

dan dengan adanya dokumen terkait. sedangkan data sekunder diperoleh dari

berbagai dokumen penunjang yang berkaitan langsung dengan fokus penelitian,

diantaranya adalah jurnal, buku, artikel, serta pemberitaan media cetak maupun

elektronik yang berkaitan langsung dengan fokus penelitian.

Penelitian ini mengambil lokasi di Kabupaten Sanggau Provinsi

Kalimantan Barat tahun 2018, lebih tepatnya lagi berada di Kecamatan Kapuas.

Berfokus di Kecamatan Kapuas karena lokasi kantor DPC PKB Sanggau dan

kantor DPD Golkar berada di Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau. Sehingga

para narasumber yang berkaitan langsung dengan fokus penelitian berada di

Kecamatan Kapuas.

3. Teknik Pengumpulan Data

Ada dua cara yang digunakan dalam mengumpulkan data sesuai dengan

fokus penelitian yaitu dengan melakukan wawancara dan dokumen terkait.

Wawancara adalah suatu kejadian atau proses interaksi antara pewawancara

dengan sumber informasi atau orang yang diwawancarai melalui komunikasi

langsung, yang biasanya berupa percakapan tatap muka dengan fokus

pewawancara bertanya langsung mengenai masalah dalam penelitian.23

Sedangkan menurut Surakhmad, wawancara adalah teknik komunikasi langsung,

23 Yusuf, Metode Penelitian, hal. 372.

16

di mana peneliti mengumpulkan data dengan mengadakan komunikasi langsung

dengan subjek penelitian baik dalam secara langsung maupun tidak langsung.24

Dari segi pertanyaan, wawancara dapat dibagi dalam tiga bentuk, yaitu:25

a. Wawancara terencana-terstruktur, wawancara dibuat secara terperinci

dan sistematis.

b. Wawancara terencana-tidak terstruktur, menyusun wawancara dengan

rencana yang baik tetapi tidak menggunakan format dan tidak baku.

c. Wawancara bebas, berlangsung secara alami tidak bergantung terhadap

format dan tidak baku

Adapun orang yang akan diwawancarai adalah orang yang terkait dalam

fokus penelitian ini, yaitu Utin Sri Ayu Supadmi (Ketua DPC PKB Sanggau),

Slamet Riyandi (Kepala Sekretariat DPC PKB Sanggau), Adi Subrata (Sekretaris

DPD II Partai Golkar Sanggau), Ade Imran (Sekretaris DPC Partai Hanura

Sanggau), Konggo Tjintalong Tjondro (Anggota DPRD Sanggau Partai Golkar),

Rani Rahmawati (Anggota DPRD Sanggau Partai Nasdem), H. Abdullah

(Anggota DPRD Sanggau PAN), Fransiskus Kicun (Anggota DPRD Sanggau

Partai Hanura, dan Gusti Darmuddin (Anggota KPU Kabupaten Sanggau). Selain

itu, wawancara akan dilakukan dengan sopan dengan menyampaikan maksud dari

tujuan penelitian sehingga nantinya tidak ada kesalahpahaman yang menyebabkan

data yang didapatkan tidak sesuai yang diinginkan. Dalam proses wawancara akan

24 Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah (Bandung: Tarsito, 1994), hal. 162. 25 Yusuf, Metode Penelitian, hal. 376.

17

menggunakan alat perekam sehingga nanti hasilnya akan lebih tepat dibandingkan

hanya dengan catatan.

Dokumen adalah catatan atau karya tenang seseorang atau sekelompok

orang, peristiwa atau kejaadian yang sesuai dan terkait dengan fokus penelitian.

Biasanya berupa teks tertulis, artefak, gambar ataupun foto.26 Selain dokumen

utama, terdapat juga dokumen penunjang seperti jurnal, buku, artikel, serta berita

media cetak maupun media elektronik.

4. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif. Analisis data

merupakan kegiatan mengolah data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan, dan dokumentasi menjadi informasi yang dapat dengan mudah

dipahami dan dapat menjawab permasalahan dari penelitian ini.27 Berikut ini

beberapa langkah dalam menganalisis data:28

1) Reduksi Data, yaitu merangkum, memilih hal-hal pokok, menfokuskan

pada hal-hal yang penting, serta mencari tema dan polanya.

2) Penyajian Data, hal ini dapat mempermudah dan memaahami apa yang

terjadi dan dapat merencanakan langkah selanjutnya sesuai dengan apa

yang dimengerti berupa teks naratif.

26 Yusuf, Metode Penelitian, hal. 391. 27 Hengky Wijaya, Analisis Data Kualitatif Ilmu Pendidikan Teologi (Sulawesi Selatan:

STTJFFRAY, 2018), hal. 52. 28 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: Rajawaali Press, 2013), hal. 75-78.

18

3) Penarikan Kesimpulan, yaitu inti dari apa yang telah didapatkan selama

proses penelitian berdasarkan teori-teori yang digunakan.

Langkah-langkah tersebut akan digunakan untuk menganalisis keterkaitan antara

partai politik dan etika politik yang mengacu pada proses pencalonan Yansen

Akun Effendy sebagai calon Bupati Sanggau 2018 melalui teori partai politik,

etika politik, dan pemilihan umum kepala daerah.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman mengenai hasil penelitian ini, maka

penulisannya diuraikan dalam beberapa bab sebagai berikut:

Bab I menjelaskan mengenai latar belakang, identifikasi masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka

teoritis,metodologi penelitian, dan sistematika penulisan terkait proses pemilihan

Yansen Akun Effendy sebagai calon Bupati Sanggau 2018.

Bab II menjelaskan konsep dan teori yang dipakai dalam penelitian ini,

yaitu teori partai politik, teori etika politik, teori pemilihan kepala daerah.

Bab III menjelaskan profil Kabupaten Sanggau dan Yansen Akun Effendy.

Bab IV menjelaskan pokok permasalahan penelitian, yaitu mengenai

proses pemilihan Yansen Akun Effendy sebagai calon Bupati Sanggau 2018 dan

etika politik sebagai salah satu pertimbangan dalam pemilihannya.

19

Bab V merupakan bagian penutup yang menjelaskan mengenai

kesimpulan dari semua pembahasan yang telah disampaikan dalam bab-bab

sebelumnya.

20

BAB II

KERANGKA TEORETIS

Skripsi ini menggunakan 3 teori yaitu teori partai politik, teori etika

politik, dan teori pemilihan kepala daerah untuk menjelaskan proses pencalonan

Yansen Akun Effendy sebagai calon Bupati Sanggau 2018.

A. Teori Partai Politik

A.1. Sejarah Partai Politik

Partai politik pertama kali lahir di negara-negara Eropa Barat, dengan

munculnya gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang patut diperhitungkan

dan diikutsertakan dalam politik. Maka lahirlah partai politik yang kemudian

berkembang menjadi penghubung antara rakyat dan pemerintah.1 Terdapat tiga

teori yang menjelaskan tentang munculnya partai politik yaitu pertama, teori

kelembagaan yang melihat adanya hubungan antara parlemen awal dan timbulnya

partai politik. Kedua, teori situasi historik yang mencoba melihat munculnya

partai politik sebagai suatu upaya dari sistem politik untuk mengatasi krisis yang

ditimbulkan dengan perubahan masyarakat yang luas. Ketiga, teori pembangunan

yang melihat partai politik sebagai produk modernisasi sosial ekonomi.2

Pertama, teori ini menjelaskan bahwa partai politik terbentuk dari

kalangan legislatif dan eksekutif yang melihat bahwa anggota parlemen yang

ditentukan secara pengangkatan perlu menjalin hubungan yang baik dengan

1 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,

2008), hal. 398. 2 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana

Indonesia, 2010), hal. 144.

21

masyarakat sehingga mendapatkan dukungan dari masyarakat. Latar belakang

terbentuknya partai politik ini disebabkan kebutuhan untuk mengakomodasi

kepentingan tiap-tiap daerah. Di Versailles, perwakilan-perwakilan provisnsi pada

General State mengadakan pertemuan untuk memperjuangkan kepentingan daerah

mereka masing-masing.3 Selain itu terdapat juga partai politik yang terbentuk dari

pemimpin masyarakat yang sadar politik dan melihat bahwa partai politik yang

dibentuk oleh pemerintah tidak mampu menampung dan meperjuangkan

kepentingan mereka. Hal tersebut tidak hanya terjadi di negara yang terjajah saja

tetapi juga dapat terjadi di negara – negara maju seperti terbentuknya Partai Buruh

di Inggris dan Australia, serta Partai Hijau di Jerman.4

Kedua, teori ini mengatakan bahwa krisis situasi historis terjadi manakala

suatu sistem politik mengalami masa transisi karena perubahan masyarakat dari

bentuk tradisional yang berstruktur sederhana menjadi masyarakat modern yang

bestruktur kompleks.5 Perubahan-perubahan yang terjadi meliputi pertambahan

penduduk karena perbaikan fasilitas kesehatan, perluasan pendidikan, mobilitas

okupasi, perubahan pola pertanian dan industri, partisipasi media, urbanisasi,

ekonomi berorientasi pasar, peningkatan aspirasi dan harapan-harapan baru, dan

munculnya gerakan-gerakan populis.6 Partai politik dibentuk untuk mengatasi tiga

permasalahan yang diakibatkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi, yaitu

legitimasi, integrasi, dan partisipasi.

3 Muhadam Labolo dan Teguh Ilham, Partai Politik dan Sistem Pemilihan Umum di

Indonesia: Teori, Konsep dan Isu Strategis (Jakarta: Rajawali Press, 2015), hal. 5. 4 Surbakti, Memahami Ilmu Politik, hal. 145. 5 Surbakti, Memahami Ilmu Politik, hal. 145. 6 Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, hal. 402.

22

Dalam hal ini, perubahan-perubahan mengakibatkan masyarakat

mempertanyakan prinsip-prinsip yang mendasari legitimasi kewenangan yang

memerintah, menimbulkan masalah dalam identitas yang menyatukan masyarakat

sebagai suatu bangsa, dan mengakibatkan timbulnya tuntutan yang semakin besar

untuk ikut serta dalam urusan politik.7 Diharapkan bahwa partai politik yang

terbuka bagi setiap anggota masyarakat dalam hal sosial dan ekonomi dapat

berperan sebagai pengintegrasi umum yang berfungsi sebagai sarana

konstitusional untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan. Selain itu,

partai politik juga diharapkan dapat berperan sebagai saluran partisipasi politik

masyarakat.8

Ketiga, teori ini melihat bahwa modernisasi sosial ekonomi memaksa

lahirnya suatu organisasi politik yang mampu memadukan dan memperjuangkan

berbagai aspirasi. Aspirasi ini berkaitan dengan pembangunan teknologi

komunikasi berupa media massa dan transportasi, perluasan dan peningkatan

pendidikan, industrialisasi, urbanisasi, perluasan kekuasaan negara seperti

birokratisasi, pembentukan berbagai kelompok kepentingan dan organisasi

profesi, dan peningkatan kemampuan individu yang mempengaruhi lingkungan.9

A.2. Pengertian Partai Politik

Dapat diartikan bahwa Partai politik dibuat untuk mewujudkan suatu

gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu diikut sertakan dalam proses

7 Surbakti, Memahami Ilmu Politik, 146. 8 Labolo dan Ilham, Partai Politik dan Sistem Pemilihan Umum di Indonesia, hal. 6. 9 Surbakti, Memahami Ilmu Politik, hal. 145-146.

23

politik. Melalui partai politik inilah rakyat turut berpartisipasi dalam hal

memperjuangkan dan menyalurkan aspirasi-aspirasinya atau kepentingan-

kepentingannya. Dengan demikian, proses artikulasi kepentingan tersalurkan

melalui partai politik.10 Partai politik sering dikatakan sebagai perwujudan atau

lambing negara modern, hal tersebut terjadi karena hampir disemua negara

demokrasi maupun komunis ataupun negara maju dan negara berkembang

memiliki partai politik.11Definisi partai politik telah dikemukakan oleh beberapa

ahli politik, diantaranya menurut ahli politik Carl J. Friedrich adalah sebagai

berikut:

“Partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan

tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi

pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini, memberikan kepada anggota

partainya kemanfaatan yang bersifat idiil serta materiil. (a political party is a

group of human beings, stably organized with the objective of securing or

maintaning for its leader the control of a goverment, with the futher objective of

giving to member of the party, through such control ideal and material benefits

and advantages)”.12

Berbeda dengan definisi yang dijabarkan oleh Friedrich, Down memaknai

partai politik sebagai sekelompok orang yang berusaha mengontrol aparatur

pemerintah untuk memperoleh jabatan publik melalui pemilihan umum.13

Berbeda lagi dengan Smith, ia menambahkan ideologi dalam

terbentuknya partai politik. Sehingga menurut Smith, partai politik adalah:

“Partai politik adalah organisasi politik yang menganut ideologi tertentu atau

mewakili sejumlah kepentingan atau nilai-nilai tertentu dan mencoba

menggunakan kekuasaan politik untuk memperoleh jabatan publik. (a political

10 Labolo dan Ilham, Partai Politik dan Sistem Pemilihan Umum di Indonesia, hal. 9. 11 Surbakti, Memahami Ilmu Politik, hal 147. 12 Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, hal. 404. 13 Eko Handoyono, Herna Susanti, dan Aris Munandar, Etika Politik ( Semarang: Widya

Karya, 2016), hal. 149.

24

organisation that subscribes toa certain ideology, or represents a particular set of

interest orvalues and tries to exercise political power by gaining public office)”.14

Neumann berpendapat bahwa persaingan partai politik didasarkan pada

pandangan-pandangan yang berbeda. Berikut pengertian lengkap partai politik

menurut Neumann:

“Partai politik adalah organisasi dari aktifitas-aktifitas politik yang berusaha

untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat melalui

persaingan dengan suatu golongan atau golongan-golongan lain yang mempunyai

pandangan yang berbeda (a political party is the articulate organization of

society’s active political agent; those who are concerned with the control of

govermental policy power, and who complete for popular support with other

group or groups holding divergent view)”.15

Sementara itu, Chibber and Ken Kollman mengartikan partai politik

adalah sekelompok kandidat yang berusaha masuk dalam pemilihan umum di

bawah label yang sama (a group of can didates running for election under

the,same label)”.16 Berbeda dengan Chibber dan Kollman yang mengartikan partai

politik sebagai orang-orang yang ikut dalam pemilihan umum dengan tujuan yang

sama yaitu untuk menang, Soltau memberikan definisi partai politik sebagai

berikut:

“Partai politik adalah sekelompok warga negara yang terorganisasi yang

bertindak sebagai suatu kesatuan politik dengan memanfaatkan kekuasaannya

untuk memilih, bertujuan menguasai pemerintahan dan melakukan kebijakan

mereka sendiri (a group of citizen more or les organized, who act as a political

unit and who, by the use of their voting power, aim to control the government and

carry out their general policies)”.17

Selanjutnya menurut Miriam Budiardjo definisi partai politik adalah:

“Partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisasi yang anggota-

anggotanya mempunyai orientasi nilai-nilai dan cita-cita yang sama, tujuan

14 Handoyono, dkk, Etika Politik, hal. 148. 15 Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, hal. 404. 16 Handoyono, dkk, Etika Politik, hal 148. 17 Inu Kencana Syafiie, Ilmu Politik (Jakarta: Rineke Cipta, 2010), hal. 325.

25

kelompok ini adalah untuk memperoleh kekuasaan politik dan berebut kedudukan

politik (biasanya) dengan cara konstitusional untuk melaksanakan kebijaksanaan-

kebijaksanaan mereka”.18

Hampir sama dengan apa yang di sampaikan oleh Miriam Budiardjo,

Menurut Ramlan Surbakti partai politik adalah:

“Partai politik adalah sekelompok orang yang terorganisir secara rapi yang

dipersatukan oleh persamaan ideologi yang bertujuan untuk mencari dan

mempertahankan kekuasaan dalam pemilihan umum guna melaksanakan

alternative kebijakan yang telah mereka susun”. Alternatif kebijakan umum yang

disusun ini merupakan hasil pemanduan berbagai kepentingan yang hidup dalam

masyarakat, sedangkan cara mencari dan mempertahankan kekuasaan guna

melaksanakan kebijakan umum dapat melalui pemilihan umum dan cara-cara lain

yang sah”.19

Menurut Lapalombara dan Weiner, partai politik bukanlah organisasi

politik yang mempunyai hubungan terbatas namun mempunyai kegiatan yang

berkesinambungan. Dalam hal ini partai politik berawal dari masyarakat lokal

yang melakukan kegiatan serta berusaha memperoleh dan mempertahankan

kekuasaan dan ikiut serta dalam pemilihan umum.20 Jadi partai politik adalah

sebuah organisasi yang dibentuk dari sekumpulan orang yang mempunyai tujuan

untuk memperoleh kekuasaan dalam pemerintahan dan menjadi penyampung

aspirasi masyarakat sipil dengan pemerintah.

A.3. Fungsi Partai Politik

Partai politik mempunyai fungsi utama yaitu mencari dan

mempertahankan kekuasaan untuk mewujudkan program-program yang disusun

berdasarkan ideologi tertentu. Dalam sistem demokrasi, hal tersebut dapat

dipraktekkan dengan ikut serta dalam pemilihan umum. Caranya adalah dengan

18 Syafiie, Ilmu Politik, hal. 326. 19 Surbakti, Memahami Ilmu Politik, hal 148-149. 20 Surbakti, Memahami Ilmu Politik, hal. 146.

26

menyeleksi calon-calon, kampanye, dan melaksanakan fungsi pemerintahan

(eksekutif atau legsilatif).21 Berikut ini fungsi lain dari partai politik:

a. Sosialisasi Politik

Sosialisasi politik adalah proses memperkenalkan, tanggapan, dan reaksi

dari seseorang terhadap suatu peristiwa politik.22 Prosesnya berlangsung seumur

hidup yang diperoleh secara sengaja maupun scara tidak sengaja melalui kontak

dan pengalaman sehari-hari.23 Gabriel Almond mengartikan sosialisasi politik

sebagai cara membentuk, mempertahankan dan mentransmisikan kebudayaan

politik suatu bangsa, sehingga kebudayaan politik suatu bangsa dapat disampaikan

dari generasi tua kepada yang lebih muda.24 Dalam hal ini partai politik berfungsi

untuk menyalurankan nilai, norma, aturan, atau kebiasaan politik yang baik pada

ruang lingkupnya, kemudian disalurkan kepada masyarakat umum karena nilai,

aturan, dan kebiasaan dalam bentuk perilaku dan tingkah laku politik hanya dapat

dilakukan oleh partai politik.25

b. Rekrutmen Politik

Sebagaimana yang kita tahu, tujuan utama dari partai politik adalah turut

terilbat dalam politik praktis kepemerintahan, maka dari itu, partai melakukan

21 Surbakti, Memahami Ilmu Politik, hal 149. 22 Micheal Rush dan Philip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik ( Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2003), hal. 25. 23 Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, hal. 406. 24 Mohtar Mas’oed, Perbandingan Sistem Politik (Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press, 2008), hal. 40. 25 Leo Agustino, Perihal Ilmu Politik: Sebuah Bahasan Memahami Ilmu Politik

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), hal. 104.

27

rekrutmen untuk mengisi posisi-posisi yang dibutuhkan dalam lembaga negara.26

Rekrutmen Politik itu menyeleksi, memilih atau pengangkatan seseorang atau

sekelompok orang untuk menjalankan tugas atau peranan dalam sistem politik.27

fungsinya agar dapat mempersiapkan kepemimpinan yang berkualitas dari kader-

kader yang telah dipersiapkan sehingga partai dapat terus berjalan dengan baik.

Rekrutmen politik menjamin keberlangsungan hidup partai, sekaligus merupakan

salah satu cara untuk menjaring dan melatih calon-calon pemimpin.28

c. Partisipasi Politik

Partisipasi politik adalah keikutsertaan warga negara biasa dalam proses

pembuatan dan pelaksanaan kebijaksanaan umum dan juga ikut menentukan

pemimpin pemerintahan. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan mengikuti setiap

proses politik yang terjadi seperti mengajukan tuntutan, membayar pajak,

melaksanakan keputusan, mengajukn kitik terhadap suatu kebijakan, mendudkung

atau menentang calon pemimpin tertentu, mengajukn opsi pemimpin yang lain,

dan ikut berpartisipasi dalam pemilihan umum.29

Dalam partisipasi politik, masyarakat dapat dikategorikan dalam beberapa

tipe yaitu: (1) tipe aktif dan mau terlibat langsung. (2) Aktif dan tidak mau terlibat

langsung. (3) Pasif, dalam kategori ini biasanya orang tidak peduli dan tidak mau

memberikan suaranya dalam pemilu.30

26 Agustino, Perihal Ilmu Politik, hal. 105. 27 Surbakti, Memahami Ilmu Politik, hal. 151. 28 Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, hal. 407. 29 Surbakti, Memahami Ilmu Politik, hal. 151. 30 Handoyono, dkk, Etika Politik, hal. 142.

28

d. Pemadu Kepentingan

Setiap masyarakat memiliki kepentingan-kepentingan yang berbeda. Maka

dari itu dibentuklah partai politik untuk memadukannya. Partai politik berkegiatan

untuk menampung, menganalisis dan memadukan berbagai kepentingan yang

berbeda bahkan bertentangan untuk dijadikan alternatif kebijakan umum yang

nantinya akan diperjuangkan dalam proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan

politik. Sebenarnya fungsi utama dari partai politik adalah memadukan berbagai

kepentingan sehingga mampu menjadi titik kumpul sebelum sebuah kebijakan

resmi diputuskan.31

e. Komunikasi Politik

Komunikasi politik merupakan proses penyampaian informasi politik dari

pemerintah kepada masyarakat ataupun dari masyarakat kepada pemerintah.

Dalam hal ini partai politik berperan sebagai komunikator politik yang menjadi

narahubung anatara pemerintah dan masyarakat.32 Sehingga mampu menyalurkan

berbagai macam pendapat dan aspirasi masyarakat ditengah keberagaman

pendapat masyarakat yang terus berkembang. Fungsi ini mengantisipasi hilangnya

aspirasi masyarakat karena apabila tidak ditampung dalam suatu wadah

organisasi, kemungkinan besar aspirasi-aspirasi masyarakat akan hilang atau

menguap.33

31 Surbakti, Memahami Ilmu Politik, hal. 152. 32 Surbakti, Memahami Ilmu Politik, hal. 153. 33 Hardoyono, dkk, Etika Politik, hal. 143.

29

f. Pengendalian Konflik

partai politik dalam fungsi ini diharapkan dapat menjadi penengah apabila

terjadi pertikaian atau perkelahian dalam suatu masyarakat. Caranya dengan

berdialog dengan pihak-pihak yang berkonflik, kemudian menampung dan

memadukan berbagai aspirasi dan kepentingan dari pihak-pihak yang berkonflik

dan akan dibawa kepada badan permusyawaratan rakyat untuk diselsaikan

masalahnya.34 Penyelsaian masalah dapat terjadi apabila wakil rakyat yang berasal

dari partai politik mau melakukan kompromi. Apabila konflik tidak teratasi maka

partai politik dianggap tidak mampu mengendalikan konflik, melainkan justru

menciptakan konflik dalam masyarakat.35

g. Kontrol Politik

Kontrol politik ini biasanya dihasilkan dari kesepakatan bersama sehingga

nantinya menjadi pengangan bersama yang menjadi tolak ukur.36 Tugas utama

dari partai politik adalah untuk memaksimalkan keikutsertaan anggota masyarakat

dalam proses-proses politik, yang mengharuskan partai politik memperluas

hubungannya dengan anggota-anggota masyarakat dan memperhatikan

kepentingan-kepentingan mereka.37 Keberhasilan suatu partai politik bergantung

pada tingkat dukungan rakyat, sehingga partai harus selalu dekat dengan opini

masyarakat.38 Fungsi-fungsi partai politik akan lebih baik lagi apabila pendirian

34 Surbakti, Memahami Ilmu Politik, hal. 154. 35 Hndoyono, dkk, Etika Politik, hal. 144. 36 Surbakti, Memahami Ilmu Politik, hal. 154. 37 Syarial Syarbaini, Rusdiyanta, Doddy Wihardy, Pengetahuan Dasar Ilmu Politik

(Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), hal. 134. 38 Syarbaini, dkk, Pengetahuan Dasar Ilmu Politik, hal. 136.

30

suatu partai politik didasarkan pada kesadaran masyarakat terhadap hak-hak

politikya, yang mana masyarakat hidup dalam kondisi waktu yang selalu berubah-

ubah.39

B. Teori Etika Politik

B.1. Pengertian Etika

Segala perbuatan pasti dinilai dengan “baik atau buruk”, “benar atau

salah”, hal ini berlaku bagi seluruh manusia yang kedudukannya tinggi maupun

yang rendah.40 Etika memandang kehidupan manusia merupakan suatu hal yang

penting masyarakat yang baik ditentukan oleh etika masyarakat tersebut, apabila

etikanya buruk maka akan buruk juga dampaknya.41 Menurut Bahasa etika berasal

dari Bahasa Yunani ethos yang berarti adat istiadat atau kebiasaan, perasaan batin,

kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan.42

Dalam Bahasa Indonesia, ethos banyak dipakai serta dikombinasikan,

seperti etos kerja, etos profesi, etos imajinasi, etos dedikasi, etos kinerja. Etika

termasuk ilmu pengetahuan tentang asas-asas tingkah laku.43 Bertens mengartikan

etika ke dalam tiga hal, yaitu: 1) Etika merupakan nilai-nilai dan norma-norma

moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam

39 Syarbaini, dkk, Pengetahuan Dasar Ilmu Politik, hal. 135. 40 Ahmad Amin, Etika Ilmu Akhlak (Jakarta: Bulan Bintan, 1995), hal. 2. 41 M. Yatimin Abdullah, Pengantar Studi Etika (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2006), hal.

1-2. 42 Abdullah, Pengantar Studi Etika, hal. 4. 43K. Bertens, Etika (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007), hal. 5.

31

mengatur tingkah lakunya. 2). Etika merupakan kumpulan asas atau nilai moral

(kode etik). 3) Etika merupakan ilmu tentang yang baik atau buruk.44

Menurut Bertens45, etika adalah ilmu yang membahas tentang moralitas

atau tentang manusia sejauh berkaitan dengan moralitas. Dalam hal ini Bertens

membagi etika ke dalam tiga pendekatan, yaitu 1) Etika Deskriptif, melihat dari

adat istiadat atau kebiasaan sehingga dapat dilihat perbuatan tersebut dilarang atau

tidak. Etika deskriptif tidak memberikan penilaian terhadap moralitas individu

atau kebudayaan-kebudayaan tetapi hanya mempelajarinya saja. 2) Etika

Normatif, berbeda dengan etika deskriptif yang hanya mempelajari dan tidak

memberikan nilai, etika normatif bersifat perspektif yaitu langsung menentukan

benar tidaknya tingkah laku atau anggapan moral. Etika normatif dibagi lagi ke

dalam dua bagian yaitu etika umum dan etika khusus. 3) Metaetika, tidak

mempelajari moralitas secara langsung tetapi mempelajari ucapan-ucapan di

bidang moralitas.46

Jadi etika adalah ilmu tentang tingkah laku manusia yang dapat dinilai

baik buruknya dengan melihat perbuatan manusia selama hidupnya. Etika tidak

hanya soal mempelajarinya tetapi juga harus dipraktekkan agar dapat bermanfaat

sehingga menjadi orang-orang yang baik.47 Etika memberikan tuntutan kepada

44 Handoyono, Etika Politik, hal. 2. 45 Bertens, Etika, hal. 15. 46 Bertens, Etika, hal. 16-19. 47 Abdullah, Pengantar Studi Etika, hal. 10.

32

manusia tentang tingkah laku dan perbuatan yang dilakukan sengaja serta baik

buruknya.48

B.2. Pengertian Politik

Kata politik berasal dari kata polis, yang berarti negara kota. Secara istilah,

polis ini kemudian diartikan sebagai politik yang digunakan sebagai konsep

pengaturan masyarakat. Konsep ini menjelaskan bagaimana pemerintahan

dijalankan untuk mewujudkan sebuah masyarakat politik atau negara yang paling

baik, dibantu dengan unsur-unsur yang melengkapi seperti lembaga pemerintahan,

masyarakat yang mempunyai kepentingan, kebijakan serta hukum-hukum yang

mengatur masyarakat, dan cita-cita yang hendak dicapai. Tujuannya adalah

membuat warga negaranya memiliki kehidupan yang baik.49.

Politik dari aspek pengertian kehidupan sehari-hari memiliki beberapa

pengertian yang positif, seperti kekuasaan, partai, pemerintahan negara, kebijakan

pemerintahan, dan parlemen.50 Selain itu, politik juga banyak memiliki artian

yang negatif, seperti korupsi, kolusi, nepotisme, kelicikan, curang, dan

kemunafikan. Maka dari itu, diperlukan sebuah pengertian yang jelas dan

sistematis mengenai realitas politik.51

Politik dapat berarti suatu disiplin ilmu pengetahuan dan seni. Politik

sebagai ilmu, memilikisubjek, objek, terminologi, teori, ciri, filosofis, dan cara

penelitian yang khas dan spesifik serta dapat diterima secara menyeluruh, selain

48 Abdullah, Pengantar Studi Etika, hal. 13. 49 Beddy Iriawan, Sistem Politik Indonesia (Jakarta: Rajawali Press, 2013), hal. 10. 50 Iriawan, Sistem Politik Indonesia, hal. 11. 51 Iriawan, Sistem Politik Indonesia, hal. 12.

33

itu dapat diajarkan dan dipelajari oleh setiap orang. Politik juga disebut sebuah

seni, karena banyak dijumpai politisi yang tanpa pendidikan ilmu politik, tetapi

mampu menjalankan roda politik praktis. Dalam arti luas, politik membahas

secara rasional berbagai aspek negara dan kehidupan politik.52

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, politik diartikan segala urusan

dan tindakan (kebijakan, siasat, dan sebagainya) mengenai pemerintahan sesuatu

negara atau terhadap negara lain, tipu muslihat atau kelicikan, dan juga

dipergunakan sebagai nama bagi sebuah disiplin ilmu pengetahuan, yaitu ilmu

politik. Kemudian menurut Miriam Budiardjo, politik adalah bermacam-macam

kegaiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses

menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu.53

Sedangkan menurut Kartini Kartono, politik berarti sesuatu yang berhubungan

dengan pemerintahan, seperti peraturan, undang-undang, hukum, kebijakan, dan

lain-lain.54

. Dalam pandangan Laswell tersebut, politik dimaknai sebagai suatu

kegiatan di mana seseorang mendapat apa (barang dan jasa), kapan

memperolehnya, dan dengan cara bagaimana ia mendapatkannya.55 Crick

mengartikan politik sebagai aktivitas di mana kepentingan-kepentingan yang

berbeda diterima dalam sebuah aturan yang dapat diterima dengan berbagai

kekuasaan secara baik guna mewujudkan kesejahteraan dan kelangsungan hidup

52 Handoyono, Etika Politik, hal . 35. 53 Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, hal. 54 Iriawan, Sistem Politik Indonesia, hal. 12. 55 Handoyono, Etika Politik, hal. 36.

34

seluruh komunitas. Politik menurut pemahaman Crick tersebut fokus pada

bagaimana kepentingan yang berbeda di satukan melalui pembagian kekuasaan

dengan tujuan untuk mewujudkan kesejahteraan bersama.56 Dapat disimpulkan

bahwa politik merupakan proses pembuatan kebijakan, pengambilan keputusan,

dan pendistibusian nilai yang melibatkan masyarakat dan pemerintah untuk

mewujudkan kesejahteraan dan kelangsungan hidup masyarakat, bangsa, dan

negara.57

Pengertian politik dari berbagai ahli politik memiliki pengertian yang

berbeda-beda, menurut Miriam Budiardjo, hal tersebut disebabkan karena para

ahli cenderung hanya melihat dari salah satu aspek atau unsur politik. Intinya

adalah politik membahas mengenai konsep negara, kekuasaan, pengambilan

keputusan, kebijakan, pembagian, atau lokasi.58

B.3. Pengertian Etika Politik

Etika politik berbicara tentang tanggung jawab dan kewajiban manusia

sebagai manusia.59 Dalam hal ini, negara berperan sangat penting untuk

menciptakan manusia dan warga negara yang baik karena manusia yang baik dan

warga negara yang baik hanya bisa terwujud apabila negaranya juga baik. Hal ini

berbanding lurus dengan kondisi sebuah negara, apabila negara buruk maka warga

negaranya juga akan buruk. Jika negara baik maka warga negaranya juga akan

baik, hal ini disebabkan karena apabila ada warga negara baik hidup di sebuah

56 Handoyono, Etika Politik, hal. 37. 57 Handoyono, Etika Politik, hal. 36. 58 Iriawan, Sistem Politik Indonesia, hal.13-14. 59 Handoyono, Etika Politik, hal, 54.

35

negara yang buruk maka warga negara tersebut akan ikut buruk juga.60 Negara

yang ideal dengan warga negara yang ideal adalah suatu negara yang dapat

membahagiakan rakyatnya, didukung oleh individu warga negara yang secara

moral dan etis baik.61

Dalam perspektif etika politik, manusia memiliki dimensi politis. Dimensi

politis manusia, dapat dikaji dari tiga hal. Pertama, manusia sebagai makhluk

sosial. Kedua, manusia dengan dimensi kesosialannya. Ketiga, dimensi politis

kehidupan manusia. Dimensi politis manusia berfungsi dalam kerangka kehidupan

masyarakat. Untuk ini, perilaku manusia dalam masyarakat perlu ditata, baik

secara normatif maupun efektif. Tindakan manusia dalam masyarakat ditata

secara normatif melalui tiga cara, yaitu melalui rintangan-rintangan fisik, melalui

kondisionasi psikis, dan secara normatif.62

Menurut Thompson, etika politik adalah cara untuk menilai tindakan

politik dalam perbuatan etis. Politik dan etika seperti dua hal yang berbeda tetapi

tidak dapat dipisahkan. Politik adalah kekuasaan yang diatur dengan aturan-aturan

kebijakan, sedangkan etika sebagai prinsip yang berkaitan dengan moralitas.

Tujuan etika politik adalah untuk membuat manusia hidup baik dan membangun

institusi-institusi yang adil.63

60 Handoyono, Etika Politik, hal. 55. 61 Handoyono, Etika Politik, hal. 56. 62 Handoyono, Etika Politik, hal. 58. 63 Abdullah, Pengantar Studi Etika, hal. 30.

36

B.4. Urgensi dan Dimensi Etika Politik

Dalam situasi apapun, baik normal, aman, tertib, dan terkendali, maupun

tidak tertib atau kacau, kehadiran etika politik sangat diperlukan. Dalam situasi

kacau, etika politik semakin relevan. Pertama, etika politik berbicara tentang

otoritas, yaitu betapapun kasar dan tidak santunnya suatu politik, tindakannya

membutuhkan legitimasi. Legitimasi tersebut berasal dari norma, moral, nilai-

nilai, hukum atau undang-undang. Kedua, politik yang tidak adil dan kasar

menyebabkan jatuhnya korban, dari korban tersebut akan membangkitkan simpati

dan protes terhadap ketidakadilan. Ketiga, konflik dan pertarungan kepentingan

yang terus menerus terjadi memerlukan penyelesaian yang baik dan adil.64

Etika politik tidak hanya berkaitan dengan perilaku para politisi,tetapi juga

berkaitan dengan praktik institusi sosial, budaya, hukum, politik, dan ekonomi.

Bisa dikatakan, etika politik berkaitan dengan seluruh aspek kehidupan

masyarakat. Perilaku politisi hanyalah salah satu dimensi dari etika politik.65 Etika

politik memiliki tiga dimensi yaitu tujuan, sarana, dan aksi politik. Dimensi tujuan

mengutamakan pada pencapaian kesejahteraan masyarakat dan hidup damai

didasarkan pada kebebasan dan keadilan. Dalam negara demokratis, dimensi

tujuan dari etika politik, mewajibkan pemerintah dalam menyelenggarakan negara

dengan memusatkan perhatian pada kesejahteraan masyarakat dan hidup damai.

64 Handoyono, Etika Politik, hal. 58. 65 Handoyono, Etika Politik, hal. 59.

37

Aspek moral dari dimensi tujuan terletak pada kemampuan menentukan arah yang

jelas dari kebijakan umum dan akuntabilitasnya.66

Dimensi sarana berbicara mengenai sistem dan prinsip-prinsip dasar

pengorganisasian dan cara penyelenggaraan negara yang mendasari institusi-

institusi sosial. Dimensi sarana mengandung dua pola normatif, (1) tatanan politik

(hukum dan institusi) harus mengikuti prinsip solidaritas dan subsidiaritas,

penerimaan pluralitas, dan struktur sosial ditata secara politik menurut prinsip

keadilan, (2) kekuatan-kekuatan politik ditata menurut prinsip timbal balik. Aspek

moral dari dimensi sarana ini terletak pada peran etika dalam melihat serta

menguji dan mengkritisi keputusan-keputusan, institusi-institusi, dan praktik-

praktik politik.67

Dimensi aksi politik, etika politik dilihat dari rasionalitas politik yang

dilakukan oleh pelaku politik. Rasionalitas politik terdiri dari rasionalitas tindakan

dan kualitas moral pelaku. Rasionalitas tindakan dilihat dari cara memahami dan

mengatasi permasalahan yang terjadi dalam mengatasi memanajemen konflik.

Dalam hal kualitas moral, pelaku politik dilihat berdasarkan kemampuan

menguasai diri dalam memutuskan apa yang dianggap baik dan buruk serta siap

menghadapi resikonya.68

66 Handoyono, Etika Politik, hal. 60. 67 Handoyono, Etika Politik, hal, 61. 68 Handoyono, Etika Politik, hal. 62.

38

C. Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)

Pilkada merupakan proses pergantian kepemimpian daerah, baik bupati,

walikota, atau gubernur yang mengandung nilai-nilai yang substantif serta

mempunyai sasaran fungsional yang strategis dalam memantapkan konsolidasi

demokrasi untuk membangun sistem politik nasional yang kokoh.69 Tercantum di

dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dinyatakan bahwa

kepala daerah yang berakhir masa jabatannya pada tahun 2004 sampai dengan

bulan Juni 2005 akan diselenggarakan pemilihan kepala daerah secara langsung

pada bulan juli 2005.70 Pada saat itulah, pilkada secara langsung pertama kali

diselenggarakan.

Berikut asas-asas pemilihan umum:71

a. Langsung, yaitu warga negara yang sudah berhak memilih dapat secara

langsung memilih partai atau kelompok peserta pemilihan umum tanpa

perantara.

b. Umum, artinya pemyerahan hak yang disimbolkan dengan menusuk

atau mengundi harus dilandasi oleh pemikiran dan segala

konsekuensinya, mengerti apa dan untuk apa pemilihan umum.

c. Bebas, yaitu agar pilihan seseorang itu benar-benar sesuai dengan

keinginannya.

69 Chozin Chumaidy, Etika Politik dan Esensi Demokrasi (Jakarta: Pustaka Indonesia

Satu, 2006), hal. 2006), hal. 38. 70 Chumaidy, Etika Politik dan Esensi Demokrasi, hal. 30. 71 Syarbaini, Pengetahuan Dasar Ilmu Politik, hal. 145-146.

39

d. Rahasia, pemilihan menyangkut hak-hak yang sangat pribadi, untuk itu

pilihan seseorang menjadi rahasia dan tidak diketahui oleh orang lain.

e. Jujur dan adil, yaitu pihak-pihak yang terlibat dalam pemilihan umum,

seperti petugas pemilihan umum harus jujur dan bersikap adil kepada

semua peserta pemilihan umum.

Pilkada secara langsung oleh rakyat merupakan konsekuensi logis dari

amandemen UUD 1945 yang mengamanatkan agar pemilihan kepala daerah

dilaksanakan secara demokratis, dan juga adanya ketentuan UU Nomor 22 Tahun

2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR dan DPRD yang tidak lagi

memberikan wewenang kepa DPRD untuk memilih kepala daerah, dengan kata

lain kepala daerah harus dipilih secara langsung.72 Ada beberapa aspek positif

yang dapat diperoleh dari proses pemilihan kepala daerah secara langsung, yaitu

pertama, legitimasi kepala daerah lebih kuat: kedua, kepala daerah mempunyai

tanggung jawab politik dan moral terhadap masyarakat yang memilihnya secara

langsung; ketiga,memperkecil kemungkinan terjadinya politik uang; keempat,

kepala daerah tidak mudah dijatuhkan oleh DPRD sehingga pemerintahan dapat

berjalan lebih stabil; kelima, mekanisme pemilihan secara langsung lebih

demokratis dan aspiratif.73

Pilkada secara langsung mempunyai beberapa tujuan utama, yaitu:74

72 Chumaidy, Etika Politik dan Esensi Demokrasi, hal. 24. 73 Chumaidy, Etika Politik dan Esensi Demokrasi, hal. 25. 74 Chumaidy, Etika Politik dan Esensi Demokrasi, hal. 41-42.

40

a. Pertama, Pilkada sebagai wujud amanat konstitusi. Sesuai dengan yang

diamanatkan di dalam UUD Pasal 18 ayat 4 bahwa Gubernur, Bupati

dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintah daerah

provinsi, kabupaten dan kota, dipilih secara demokratis.

b. Kedua, Pilkada sebagai proses pembelajaran demokratisasi. Demokrasi

dapat diartikan sebagai pemberian hak dan kewajiban kepada rakyat

untuk menentukan pilihan-pilihan politiknya secara bebas. Pada

hakikatnya, pemilihan kepala daerah merupakan wujud nyata

demokrasi karena rakyat diberikan kewenangan dan hak untuk secara

bebas melakukan pilihan terhadap pemimpin di daerahnya.

c. Ketiga, Pilkada sebagai spirit untuk berotonomi. Otonomi daerah bisa

dikatakan merupakan solusi dari ketidakadilan ekonomi dan

ketidakadilan politik yang dialami daerah pada rezim pemerintahan

Orde Baru. Dengan adanya pilkada secara langsung maka daerah dapat

menentukan dan memilih kepala daerahnya secara langsung dan lebih

otonom.

d. Keempat, Pilkada sebagai proses pendidikan kepemimpinan bangsa.

Pada hakekatnya, pemilihan kepala daerah merupakan proses rekrutmen

kepemimpinan bangsa di tingkat daerah atau lokal. Sistem

kepemimpinan bangsa ingin diciptakan dalam proses pilkada ini.

Seorang yang terpilih sebagai bupati dan mampu menjalankan dengan

baik amanatnya maka pantas untuk dicalonkan menjadi gubernur,

41

begitu juga dengan gubernur yang berhasil menjalankan amanatnya

maka berhak untuk dicalonkan sebagai kandidat presiden.

Peran, fungsi, dan tanggung jawab partai politik sangat besar untuk

mensukseskan pilkada langsung. Partai politik tidak hanya sebatas mengusung

pasangan calon kepala daerah saja, tetapi juga membantu aspek positif dan tujuan

pilkada agar dapat tercapai. Sehingga nantinya pilkada langsung dapat melahirkan

kepemimpinan daerah yang amanah, jujur, dan memiliki kemampuan manajerial

yang mampu melahirkan kemajuan daerah, kemandirian daerah dan kesejahteraan

rakyat di daerah.75

75 Chumaidy, Etika Politik dan Esensi Demokrasi, hal. 43-44.

42

BAB III

GAMBARAN UMUM KABUPATEN SANGGAU DAN PROFIL

YANSEN AKUN EFFENDY

Pada bab tiga ini akan dijelaskan mengenai profil Kabupaten Sanggau dan

profil Yansen Akun Effendy.

A. Profil Kabupaten Sanggau

Kabupaten Sanggau memiliki luas wilayah 12.857, 70 km2 dengan

kepadatan penduduk rata-rata 35 km2. Kabupaten Sanggau berbatasan langsung

dengan Serawak di sebelah Utara, Kabupaten Sekadau di sebelah Timur,

Kabupaten Ketapang di sebelah Selatan, dan berbatasan dengan Kabupaten

Landak di sebelah Barat.1

Dilihat dari kondisi geografis, kabupaten Sanggau mempunyai posisi

strategis yaitu terletak di tengah-tengah provinsi Kalimantan Barat, berada pada

jalur lalulintas sektor timur menuju kabupaten Sekadau, Melawi, Sintang dan

Kapuas Hulu, serta terletak pada jalur Sungai Kapuas, sungai terpanjang di

Indonesia, dan ada di posisi jalur trans Kalimantan (Kalimantan Tengah,

Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur). Selain itu, berada pada jalur Trans-

Borneo (Sarawak dan Brunei Darussalam), berbatasan langsung dengan negara

bagian Sarawak Malaysia (Malaysia Timur), serta memiliki PPLB Entikong

1 Sri Astuti Buchari, Kebangkitan Etnis Menuju Politik Identitas (Jakarta: Yayasan

Pustaka Obor, 2014), hal. 111.

43

sebagai pintu keluar masuk barang dan manusia antar negara melalui jalur darat

resmi pertama di Indonesia.2

Pada awalnya Kabupaten Sanggau memiliki luas wilayah 18.302 km2

berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 1959. Kemudian luas itu

berkurang menjadi 12.857,70 km2 setelah adanya pemekaran sebagian wilayah

Kabupaten Sanggau menjadi Kabupaten Sekadau, pada tanggal 18 Desember

2003 berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2003. Banyaknya kecamatan

di Kabupaten Sanggau berjumlah 15 kecamatan, yaitu Kecamatan Toba,

Kecamatan Meliau, Kecamatan Kapuas, Kecamatan Mukok, Kecamatan

Jangkang, Kecamatan Bonti, Kecamatan Parindu, Kecamatan Tayan Hilir,

Kecamatan Balai, Kecamatan Tayan Hulu, Kecamatan Kembayan, Kecamatan

Beduai, Kecamatan Noyan, Kecamatan Sekayam, dan Kecamatan Entikong.

Jumlah desa di Kabupaten Sanggau pada tahun 2017 berjumlah 169 desa.3

Pada umumnya Kabupaten Sanggau merupakan daerah dataran tinggi yang

berbukit dan berawa-rawa. Selain itu, Kabupaten Sanggau dialiri oleh beberapa

sungai yaitu Sungai Kapuas, Sungai Kambing, dan Sungai Tayan. Sungai Kapuas

merupakan sungai terpanjang di Kalimnatan Barat yang mengalir dari Kabupaten

Kapuas Hulu, Kabupaten Sintang, Kabupaten Sanggau, dan bermuara di

Kabupaten Pontianak. Sedangkan sungai kecil lainnya merupakan cabang atau

anak sungai dari Sungai Kapuas.4 Berikut ini peta kabupaten Sanggau:

2 BPS Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sanggau Dalam Angka 2018 (Sanggau:CV.

Bhakti, 2018), hal. 4. 3 BPS Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sanggau Dalam Angka 2018, hal. 7. 4 BPS Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sanggau Dalam Angka 2018, hal. 4.

44

GAMBAR III.A.1. PETA KABUPATEN SANGGAU5

Sumber: Kabupaten Sanggau Dalam Angka, 2018

5 BPS Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sanggau Dalam Angka 2018.

45

A.1. Kependudukan

Berdasarkan hasil proyeksi penduduk tahun 2017, Kabupaten

Sanggau memiliki jumlah penduduk berjumlah 457.701 jiwa, dengan

rincian, penduduk laki-laki sebanyak 236.384 jiwa dan penduduk

perempuan sebanyak 221.317 jiwa menyebar di 15 Kecamatan.Persebaran

penduduk Kabupaten Sanggau tidak merata antar kecamatan,apabila dilihat

dari tingkat kepadatan penduduknya, Kecamatan Parindu memiliki jumlah

penduduk terpadat dengan 66 jiwa per km2. Sedangkan rata-rata kepadatan

penduduk Kabupaten Sanggau adalah 36 jiwa per km2. Kecamatan dengan

kepadatan penduduk terkecil adalah Kecamatan Toba dengan 11 j iwa per

km2.6

Kecamatan Kapuas memiliki jumlah penduduk terbesar dibandingkan

dengan kecamatan lainnya dengan jumlah penduduk 87.577 jiwa.

Sedangkan Kecamatan Noyan memiliki jumlah penduduk paling sedikiy

yaitu 10.464 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk pada 2010-2017 sekitar

1,59%, lebih rendah dibandingkan pada 2000-2010 yang berkisar 1,65%.

Adapun untuk perbandingan antara penduduk laki terhadap penduduk

perempuan sebesar 107.7

Pada tahun 2017 di Kabupaten Sanggau, terdapat 225.202 jiwa

penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja. Terdiri dari 143.847 jiwa

laki-laki dan 81.355 jiwa perempuan. Lapangan usaha yang paling bayak

6 BPS Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sanggau Dalam Angka 2018, hal. 22. 7 BPS Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sanggau Dalam Angka 2018, hal. 23.

46

digeluti adalah pertanian yang mencapai 69,33%, kemudian disusul

perdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasi sebesar 11,92%. Berikut

ini akan dilampirkan tabel jumlah penduduk Kabupaten Sanggau

berdasarkan kecamatan 2017 dan jenis kelamin dari 2000-2017.8

TABEL.111.A.1.1 PENDUDUK KABUPATEN SANGGAU

MENURUT KECAMATAN 20179

KECAMATAN JUMLAH/JIWA

TOBA 12.740

MELIAU 49.673

KAPUAS 89.577

MUKOK 19.703

JANGKANG 29.079

BONTI 22.518

PARINDU 39.004

TAYAN HILIR 34.389

BALAI 23.634

TAYAN HULU 36.618

KEMBAYAN 28.286

BEDUAI 11.362

NOYAN 10.464

SEKAYAM 34.488

ENTIKONG 18.166

JUMLAH 457.701

Sumber: Kabupaten Sanggau Dalam Angka, 2018

8 BPS Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sanggau Dalam Angka 2018, hal. 56. 9 BPS Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sanggau Dalam Angka 2018, hal. 58.

47

TABEL.III.A.1.2. PENDUDUK KABUPATEN SANGGAU

BERDASARKAN JENIS KELAMIN 2000-201710

TAHUN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

2000 262.078 246.242 508.320

2001 265.067 255.087 520.154

2002 268.761 256.208 524.969

2003 273.002 256.471 529.473

2004 191.368 178.728 370.096

2005 189.115 183.013 372.128

2006 191.757 185.442 372.199

2007 194.503 188.091 382.594

2008 198.071 190.838 388.909

2009 200.895 194.277 395.172

2010 211.859 196.609 408.468

2011 215.930 201.060 416.990

2012 219.464 204.604 424.068

2013 223.105 208.070 431.175

2014 227.506 211.488 438.994

2015 229.799 214.797 444.596

2016 233.128 218.083 451.211

2017 236.384 221.317 457.701

Sumber: Kabupaten Sanggau Dalam Angka, 2018

10 BPS Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sanggau Dalam Angka 2018, hal. 60.

48

A.2. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu indikator majunya suatu daerah

dalam melakukan pembagunan. Menurut data dari Dinas Pendidikan

Kabupaten Sanggau, jumlah sekolah yang terdapat di Kabupaten Sanggau

adalah sebagai berikut:

TABEL.III.A.3.1. JUMLAH SEKOLAH DI KABUPATEN SANGGAU

201711

SEKOLAH UNIT

TK 57

SD/SEDERAJAT 484

SMP/SEDERAJAT 128

SMA/SEDERAJAT 29

SMK/SEDERAJAT 15

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Sanggau

Kemajuan pendidikan mempunyai hubungan yang positif dengan

bidang lainya. Hal tersebut tercermin dengan baik karena apabila tingkat

pendidikan seseorang semakin tinggi maka semakin besar peluang untuk

mendapatkan pekerjaan yang baik dan memperoleh gaji yang layak.12

11 BPS Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sanggau Dalam Angka 2018, hal. 81. 12 BPS Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sanggau Dalam Angka 2018, hal. 81.

49

A.3. Sosial Politik

Penduduk Kabupaten Sanggau mayoritas merupakan etnis Dayak dan

etnis Melayu. Menurut data penelitian tahun 2010, etnis Dayak memiliki

presentase 69%, etnis Melayu 25%, dan sisanya 6% adalah etnis Tionghoa,

Jawa, Sunda, Bugis, dan lain-lain.13 Secara politik, kepemimpinan di

Kabupaten Sanggau tidak bisa terlepas dalam kemayoritasan penduduk yang

ada. Berikut ini tabel kepemimpinan di Kabupaten Sanggau sejak

diadakannya pilkada langsung 2008-2018:

TABEL.III.A.4.1. BUPATI/WAKIL BUPATI SANGGAU 2008-201814

PERIODE BUPATI/WAKIL

BUPATI

ETNIS

2008-2013 H. SETIMAN-

PAOLUS HADI

MELAYU-DAYAK

2013-2018 PAOLUS HADI-

YOHANES ONTOT

DAYAK-DAYAK

2018-2023 PAOLUS HADI-

YOHANES OTOT

DAYAK-DAYAK

Sumber: Kabupaten Sanggau Dalam Angka, 2018

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa etnis Dayak sangat

mendominasi kepemimpinan yang ada di Sanggau, terkhusus sejak

13 Buchari, Politik Identitas, hal. 112. 14 BPS Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sanggau Dalam Angka 2018, hal. 82.

50

diadakannya pilkada langsung. Sejak adanya pilkada langsung, etnis Dayak

dapat menyalurkan aspirasinya, apalagi kenyataannya sebelum adanya

pilkada langsung etnis Dayak dalam hal politik merasa termarjinalkan.

Menurut hasil pemilu legislatif 2014, partai politik yang memperoleh

suara tertinggi di Kabupaten Sanggau adalah Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan (PDIP) dengan suara 40.860 suara. Berikut ini hasil perolehan

suara sah partai politik dalam pemilu legislatif 2014 Kabupaten Sanggau:

TABEL.III.A.3.1. HASIL PEROLEHAN SUARA PARTAI POLITIK

PEMILU LEGISLATIF 2014 DI KABUPATEN SANGGAU15

PARTAI POLITIK SUARA

PDIP 40.860

Partai Golkar 33.447

Partai Demokrat 29.398

Partai Gerindra 28.992

Partai Hanura 23.926

Partai Nasdem 22.421

PKPI 16.927

PKB 15.595

PAN 15.271

PPP 11.980

PKS 3.731

PBB 232

JUMLAH SUARA 242.780

Sumber: KPU Kabupaten Sanggau

15 http://pontianak.tribunnews.com/2014/04/23/pdip-kantongi-suara-tertinggi-di-sanggau/

diakses 10 April 2019, pukul 22.12 WIB.

51

PDIP memang mendominasi politik yang ada di Kabupaten Sanggau,

hal ini terlihat dari terpilihnya Paolus Hadi yang merupakan kader PDIP

sebagai Bupati Sanggau selama dua periode yaitu periode 2013-2018 dan

2018-2023. Pada 2014-2019, jumlah kursi di DPRD Kabupaten Sanggau

adalah 40 kursi. Partai politik dengan kursi terbanyak adalah PDIP yaitu 7

kursi, kemudian partai Golkar dengan 5 kursi, partai Demokrat 5 kursi,

partai Gerindra 5 kursi, partai Hanura dengan 5 kursi, partai Nasdem

dengan 4 kursi, PKB 3 dengan kursi, PAN 3 dengan kursi, PKPI 2 dengan

kursi, dan PPP dengan 1 kursi. 16

Pada bidang agama, penduduk yang beragama Islam berjumlah

121.141 orang, Khatolik berjumlah 205.548 orang, Kristen berjumlah

80.192 orang, Hindu 454 orang, Budha berjumlah 1.115 oramg, dan

kepercayaan lainnya berjumlah 2.852 orang.17

B. Profil Yansen Akun Effendy

Yansen Akun Effendy lahir di Sanggau, 9 Februari 1954. Agama

yang dianut adalah Kristen Protestan dan sudah menikah dengan Dewi.

Hasil pernikahan tersebut Yansen memiliki tiga orang anak, yaitu Daniel

Rovie Effendy, Apriyandrini, Hosea Bobby Ferdinand. Bertempat tinggal di

Jalan P. Dara Hitam, Gang Abadi No. 34 RT.5/RW.19, Kelurahan Sei.

Bangkong, Kecamatan Pontianak Kota.18

16 http://pontianak.tribunnews.com/2014/05/14/berikut-nama-nama-caleg-terpilih-di-

dprd-kabupaten-sanggau/ diakses 10 April 2019, pukul 22.30 WIB. 17 Buchari, Politik Identitas, hal. 113. 18 Dokumen Visi Misi dan Program Aksi Calon Bupati Sanggau Periode 2018-2023.

52

Yansen Akun Effendy pernah bersekolah di SDN Kembayan tahun

1967, SMP Bantuan Kembayan tahun 1970, SMEA Sanggau tahun 1973.

Setelah itu, ia melanjutkan kuliah SI di Universitas Panca Bhakti Pontianak

jurusan ilmu hukum tahun 1999. Ia kemudian melanjutkan S2 di Universitas

Tanjungpura Pontianak jurusan ilmu politik tahun 2004, serta juga

mengambil S2 ilmu hukum di Universitas Tanjungpura Pontianak tahun

2007.19

Pengalaman pekerjaan Yansen Akun Effendy berkutat di banyak

perusahaan. Yansen Akun Effendy pernah bekerja di CV. Sinar Timur

Pontianak, PT. Budi Raya Utama Batu Ampar dan Palembang, PT. Tti Eka

Sari Ketapang, PT. Batasan Pontianak, dan pernah menjabat sebagai Bupati

Sanggau periode 2003-2008.20

Yansen sangat hobi bermain sepakbola, dalam pengalaman

organisasinya banyak berkutat di bidang olahraga yaitu pernah menjabat

sebagai bendahara Persipon, ketua KONI Kabupaten Sanggau, ketua PS

Sanggau, dan menjadi Manager tim kontingen sepakbola Kalimantan Baran

pada PON XVII tahun 2008 di Kalimantan Timur.21

Selama menjabat sebagai Bupati Sanggau periode 2003-2008,

Yansen Akun Effendy banyak mendapatkan penghargaan, yaitu Media

Executive Award 2005, Local Government Financial Statement Award

2006, Tanda Kehormatan Satya Lencana Pembangunan 2007, Tanda

19 Dokumen Visi Misi dan Program Aksi Calon Bupati Sanggau Periode 2018-2023. 20 Dokumen Visi Misi dan Program Aksi Calon Bupati Sanggau Periode 2018-2023. 21 Dokumen Visi Misi dan Program Aksi Calon Bupati Sanggau Periode 2018-2023.

53

Penghargaan Ksatria Bhakti Husada Aratula, Piagam Anugrah PATRI

Award, dan Piagam Perhargaan Forum Komunikasi Nusantara Indonesia. 22

22 Dokumen Visi Misi dan Program Aksi Calon Bupati Sanggau Periode 2018-2023.

54

BAB IV

PENCALONAN YANSEN AKUN EFFENDY SEBAGAI CALON BUPATI

SANGGAU 2018 PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERSPEKTIF

ETIKA POLITIK

A. Proses Pencalonan Yansen Akun Effendy dan Faktor Pendukungnya

Pada bagian ini akan dijelaskan bagaimana proses pencalonan Yansen

Akun Effendy sebagai calon Bupati Sanggau 2018. Dari mulai tahap penjaringan,

faktor pendukungnya, dan tahapan pendaftaran di Komisi Pemilihan Umum

(KPU) Kabupaten Sanggau sehingga menjadi calon Bupati Sanggau dalam

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Sanggau 2018.

A.1. Penjaringan

Penjaringan merupakan proses yang dilakukan untuk mencari bakal calon

kepala daerah yang memiliki integritas, kompetensi, dan kredibilitas, yang

berpeluang memenangkan pemilihan kepala deraah. Berikut ini akan dijelaskan

bagaimana proses penjaringan yang terjadi di partai Golkar dan PKB.

a. Dari Partai Golkar

Partai Golkar mempunyai persyaratan dalam menentukan calon kepala

daerah yang akan maju dalam pemilihan umum. Persyaratannya melingkupi

persyaratan umum dan persyaratan khusus. Hal ini diungkapkan oleh sekretaris

DPD II Golkar Sanggau, Adi:

55

“Awalnya setiap calon harus memenuhi persyaratan umum dan khusus yang telah

ditetapkan oleh partai Golkar. Persyaratan khusus itu banyak sekali sedangkan

persyaratan khusus itu berlaku untuk kader partai Golkar saja. Contohnya aktif

sebagai anggota partai Golkar, prestasinya bagus, dan banyak lagi lah.”1

Dalam internal Partai Golkar proses penjaringan Bakal Calon Bupati

Sanggau mempunyai beberapa tahapan yaitu penjaringan pada tingkat Dewan

Pimpinan Daerah (DPD) Kabupaten/Kota, penjaringan pada tingkat Dewan

Pimpinan Daerah (DPD) Provinsi, dan penjaringan dan penetapan pada tim

Pilkada Pusat.2

Pada tingkat DPD Kabupaten/Kota, pertama dilakukan pendaftaran bagi

calon-calon yang berminat maju dari partai Golkar. Dari dibukanya pendaftaran

dan sampai berakhirnya pendaftaran terdapat empat orang yang mendaftar sebagai

calon bupati dan empat orang yang mendaftar sebagai calon wakil bupati. Nama-

namanya adalah Yansen Akun Effendy, Paolus Hadi, H. Munawar, H. Nanang

sebagai calon bupati dan untuk wakil bupati ada Fransiskus Ason, Yohanes Ontot,

Nasri Alisan, dan Susana Herpena. Dalam Proses selanjutnya, nama-nama

tersebut diserahkan kepada tim penjaringan DPD Provinsi.3

Selanjutnya dalam rapat internal yang dilakukan pada tingkat DPD

Provinsi. Nama-nama yang sudah diserahkan oleh tim penjaringan DPD

Kabupaten/Kota kemudian diseleksi oleh tim penjaringan DPD Provinsi. Nama-

1 Wawancara Langsung dengan Adi Subrata sebagai Sekretaris DPD II Golkar Sanggau,

tanggal 26 Desember 2018, di Rumah Adi Subrata. 2 Petunjuk Pelaksana Penetapan Pasangan Calon Gubernur, Bupati, dan Walikota dari

Partai Golongan Karya, Nomor: JUKLAK-6/DPP/GOLKAR/I/2016. 3 Wawancara langsung dengan Adi Subrata sebagai Sekretaris DPD II Golkar Sanggau,

tanggal 26 Desember 2018, di Rumah Adi Subrata.

56

nama tersebut kemudian melakukan wawancara mengenai visi misi sebagai Calon

Bupati dan Wakil Bupati Sanggau yang akan diusung oleh partai Golkar.

Pada proses jalannya wawancara, ada 2 calon yang mengundurkan diri

yaitu H. Munawar dan H. Nanang. Dari hasil rapat internal tersebut kemudian

keluarlah 4 (empat) nama untuk diserahkan kepada tim penjaringan pilkada pusat

yaitu Yansen Akun Effendy, Paolus Hadi, Fransiskus Ason, dan Yohanes Ontot.

Pada tingkat tim pilkada pusat kemudian dirapatkan lagi nama-nama yang

sudah direkomendasikan dan akhirnya keluarlah nama pasangan Yansen Akun

Effendy dan Fransiskus Ason sebagai pasangan calon yang akan diusung oleh

Partai Golkar. Hal ini terlampir dalam Surat Keputusan Nomor R-

531/Golkar/XI/2017 tentang surat dukungan terhadap pasangan Yansen Akun

Effendy-Fransiskus Ason.

Pro dan kontra dalam menentukan Yansen Akun Effendy sebagai calon

Bupati Sanggau 2018 yang akan diusung oleh partai Golkar sempat menjadi

perdebatan. Pada rapat internal tingkat provinsi maupun pusat, permasalahan

Yansen ini selalu dibahas. Hal tersebut terjadi karena status Yansen Akun Effendy

yang pernah terjerat kasus korupsi, tetapi permasalahan ini bisa terselesaikan

dengan baik karena partai Golkar berpandangan nasionalis dan tidak membeda-

bedakan.4

Dalam pertimbangan lainnya, partai Golkar ingin tetap mengusung kader

partainya yaitu Fransiskus Ason untuk maju menjadi calon Bupati Sanggau tetapi

4 Wawancara Langsung dengan Adi Subrata sebagai Sekretaris DPD II Golkar Sanggau,

tanggal 26 Desember 2018, di Rumah Adi Subrata.

57

karena faktor penentu yang sudah disebutkan di atas membuat Golkar legowo

untuk mengusung Yansen Akun Effendy. Hal ini perkuat dengan pernyataan Adi:

“Partai Golkar mempunyai prinsip untuk tetap mendukung kadernya dalam

pilkada nanti tetapi dalam tubuh partai Golkar sendiri mempunyai prinsip bahwa

dalam mekanisme rekrutmen pasangan calon harus tetap memiliki kompetensi,

kredibilitas, dan elektabilitas yang tinggi sehingga memberikan peluang yang

besar bagi Golkar untuk menang”.5

Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa meskipun partai Golkar

mempunyai aturan untuk mengusung kadernya tetapi hal tersebut harus tetap

melalui mekanisme yang sudah ditetapkan karena kemenangan partai Golkar tetap

menjadi prioritas utama.

b. Dari Partai Kebangkitan Bangsa

Tidak jauh berbeda dengan mekanisme yang dilakukan oleh Partai Golkar,

PKB juga melakukan hal yang hampir sama. Awalnya dibuka dengan pendaftaran

calon-calon yang ingin maju dari PKB. Ada beberapa nama yang mendaftarkan

diri untuk maju sebagai Calon Bupati dan Wakil Bupati Sanggau 2018, hal ini

disampaiakan oleh Slamet:

“Pada saat itu ada H. Ahmad Rohansah, Pak Ason, Pak Yansen, Ibu Susana, Pak

Paolus Hadi dan pak Ontot yang mendaftar.Untuk Calon Bupati ada Rohansah,

Ason, Yansen, dan Polus Hadi. Sedangkan untuk wakil ada ibu Susana dan

Yohanes Ontot.”6

Kemudian dari nama-nama yang sudah mendaftar tersebut dirapatkan

kembali dalam rapat pimpinan cabang partai DPC PKB Sanggau. Peran para

calon-calon sangat penting dalam penentuan tahap selanjutnya ini, meskipun akan

5 Wawancara Langsung dengan Adi Subrata sebagai Sekretaris DPD II Golkar Sanggau.

Tanggal 26 Desember 2018, Di Rumah Adi Subrata. 6 Wawancara Langsung dengan Slamet Riyandi sebagai Ketua Sekretariat DPC PKB

Sanggau. Tanggal 26 Desember 2018, Di Kantor DPC PKB Sanggau.

58

diputuskan oleh para petinggi DPC PKB Sanggau tetapi usaha para calon-calon

yang sudah mendaftar dapat menjadi faktor penting terpilhnya mereka sehinggga

nanti akan direkomendasikan dalam penjaringan tahap selanjutnya. Hal ini

disampaikan oleh Slamet:

“Dalam tahap ini sangat penting lobi-lobi yang dilakukan para calon-calon yang

sudah mendaftar. Faktor penentu utama siapa yang bakal diusung oleh kami tidak

hanya dari kami sendiri tetapi dari mereka juga Kami disini hanya sekedar

merekomendasikan nama-nama yang pantas untuk diajukan dari survei-survei

yang telah kami lakukan, keputusan terakhir memang ada ditangan pimpinan

pusat.”7

Dalam tahap selanjutnya yaitu penjaringan pada tingkat Dewan Pimpinan

Wilayah (DPW) PKB Kalimantan Barat, nama-nama yang direkomdasikan

mengerucut pada Yansen Akun Effendy, Fransiskus Ason, Paolus Hadi, dan

Yohanes Ontot. Dari nama-nama yang muncul tersebut memiliki eletabilitas yang

paling kuat dimasyarakat. Pada akhirnya pilihan terletak pada pasangan Yansen

Akun Effendy-Fransiskus Ason untuk dibawa kepada tim Pilkada Pusat karena

dianggap mampu untuk membawa Sanggau lebih baik kedepannya dan pasangan

yang paling ideal.

Menurut Utin Sri Ayu8, dalam tahap akhir yaitu pengajuan kepada tim

pilkada pusat tidak ada lagi masalah yang berarti karena memang PKB sudah

mantap untuk mengusung Yansen Akun Effendy-Fransiskus Ason. Apalagi

keputusan ini juga cepat diambil karena Fransiskus Ason yang menjadi calon

wakil bupati merupakan ketua DPD II Golkar Sanggau sehingga lebih

7 Wawancara Langsung dengan Slamet Riyandi sebagai Kepala Sekretariat DPC PKB

Sanggau, tanggal 26 Desember 2018, di Kantor DPC PKB Sanggau. 8 Wawancara Langsung dengan Utin Ayu Sri Supadmi sebagai Ketua DPC PKB

Sanggau, tanggal 8 November 2018, di Kantor DPC PKB Sanggau.

59

mempermudah komunikasi dengan partai Golkar dalam menentukan koalisi.

Keputusan mencalonkan pasangan Yansen Akun Effendy-Fransiskus Ason

disahkan dengan keluarnya Surat Keputusan yang telat disetujui oleh Ketua

Umum PKB dan Sekretaris Jenderal PKB Nomor Surat 24626/DPP-

03/I/A.1/X/2017.

Dalam dinamika terpilihnya pasangan Yansen Akun Effendy-Fransiskus

Ason memang memiliki beberapa pilihan lain, diantaranya adalah pilihan untuk

mendukung pasangan Paolus Hadi-Yohanes Ontot. Tetapi opsi tersebut ditolak

oleh PKB karena dianggap tidak memajukan proses demokrasi yang ada di

Indonesia khususnya di Sanggau. Hal ini diutarakan oleh Kepala Sekretariat DPC

PKB Sanggau, Slamet:

“Opsi untuk mendukung pasangan petahana sempat menguat dalam rapat-rapat

yang berlangsung kemarin tetapi di sini kami tetap berkomitmen memajukan

demokrasi yang ada di Indonesia. Apabila kami mendukung pasangan petahan

maka kemungkinan besar saat itu akan terjadi pilkada dengan calon tunggal.

Pilkada ini sangat tidak diinginkan oleh kami.”9

Dari awal memang sudah diprediksi bahwa yang akan maju dalam Pilkada

Sanggau 2018 hanya dua pasangan. Menurut Slamet10, selain Paolus Hadi-

Yohanes Ontot yang pasti akan maju kembali, hanya tersisa satu pasangan lagi

yang akan ikut berkompetisi. Hal tersebut karena hampir seluruh dukungan partai

politik mendukung pasangan Paolus Hadi-Yohanes Ontot sedangkan yang tersisa

pada saat itu hanya PKB, partai Golkar, dan partai Gerindra.

9 Wawancara Langsung dengan Slamet Riyandi sebagai Kepala Sekretariat DPC PKB

Sanggau, tanggal 8 November 2018, di Kantor DPC PKB Sanggau. 10 Wawancara Langsung dengan Slamet Riyandi sebagai Kepala Sekretariat DPC PKB

Sanggau, tanggal 26 Desember 2018, di Kantor DPC PKB Sanggau.

60

A.2. Pendaftaran di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Sanggau

Tahapan ini sangat penting dalam proses pemilihan Bupati dan Wakil

Bupati Sanggau 2018. Dalam tahapan ini akan ditentukan siapa saja calon yang

akan maju dalam pemilihan. Pada tahapan ini juga akan diuji track record para

bakal calon, serta diverifikasi dan diteliti keabsahannya. Terdapat beberapa

tahapan dalam pendaftaran bakal calon Bupati dan Wakil Bupati Sanggau 2018,

yaitu pengumuman pendaftaran, pendaftaran pasangan calon, pemeriksaan

kesehatan, pemberitahuan hasil penelitian syarat pencalonan yang diajukan partai

politik dan perseorangan serta hasil pemeriksaan kesehatan, dan penetapan

pasangan calon.

a. Pengumuman Pendaftaran

Pendaftaran pasangan calon dimulai sejak 8 Januari 2018 sampai dengan

10 Januari 2018, bertempat di kantor KPU Kabupaten Sanggau. Tepatnya pada 8

Januari 2018-9 Januari 2018 pendaftaran dimulai dari 08.00 WIB sampai 16.00

WIB sedangkan untuk 10 Januari 2018 pendaftaran dibuka dari 08.00 WIB

sampai 24.00 WIB. Pengumuman pendaftaran diumumkan melalui papan

pengumuman, media cetak lokal, media sosial, dan website KPU Kabupaten

Sanggau sesuai dengan ketentuan Pasal 38 PKPU Nomor 3 Tahun 2107 tentang

Pencalonan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati,

61

dan/atau Walikota dan Wakil Walikota yang kemudian diubah ke dalam Peraturan

Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2017.11

Dalam tahap ini diumumkan persyaratan penting bagi partai politik atau

gabungan partai politik yang akan mendaftarkan para calonnya, yaitu penetapan

jumlah kursi atau akumulasi perolehan suara sah pemilu terakhir sebagai syarat

pencalonan yang diajukan partai politik atau gabungan partai politik. Hal ini

sesuai dengan keputusan KPU Kabupaten Sanggau Nomor: 13/HK.03.1-

Kpt/6103/KPU-Kab/IX/2017, di mana partai politik atau gabungan partai politik

wajib memenuhi persyaratan berikut ini:12

1. Jumlah paling sedikit perolehan kursi partai politik atau gabungan partai

politik hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD) Kabupaten Sanggau Tahun 2014, yaitu sebanyak 8 (delapan) kursi.

2. Jumlah paling sedikit perolehan suara sah partai politik atau gabungan

partai politik Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD) Kabupaten Sanggau Tahun 2014 sebanyak 60.695 (enam puluh ribu

enam ratus sembilan puluh lima) suara sah.

b. Pendaftaran

Sampai dengan penutupan pendaftaran bakal pasangan calon Bupati dan

Wakil Bupati Sanggau pada Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Sanggau 2018,

11 Dokumen Tahapan Pendaftaran Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Sanggau

2018. 12 Dokumen Tahapan Pendaftaran Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Sanggau

2018.

62

Rabu, 10 Januari 2018 pukul 24.00 WIB hanya dua bakal pasangan calon yang

mendaftar di KPU Kabupaten Sanggau, bakal pasangan calon tersebut adalah

pasangan Paolus Hadi dan Yohanes Ontot serta pasangan Yansen Akun Effendy

dan Fransiskus Ason

Bakal pasangan calon pertama yang mendaftar adalah pasangan Paolus

Hadi dan Yohanes Ontot yang datang sekitar pukul 13.35 WIB pada hari pertama

pendaftaran tanggal 8 Januari 2018. Pasangan ini diusung oleh 8 (delapan) partai

politik dengan jumlah 32 (tiga puluh dua) kursi dari 40 kursi DPRD Kabupaten

Sanggau. Kedelapan partai politik pengusung tersebut adalah PDIP, partai

Nasdem, partai Demokrat, partai Gerindra, partai Hanura, PAN, PKPI dan PPP.13

Bakal pasangan calon kedua yang mendaftar adalah pasangan Yansen

Akun Effendy dan Fransiskus Ason yang datang sekitar pukul 11.00 WIB pada

hari kedua pendaftaran 9 Januari 2018. Pasangan ini diusung oleh 2 (dua) partai

politik dengan jumlah 8 (delapan) kursi dari 40 kursi DPRD Kabupaten Sanggau,

kedua partai politik pengusung tersebut adalah partai Golkar dan PKB.14

Pada tahap ini juga setiap pasangan calon yang mendaftar harus

melengkapi syarat pencalonan dan syarat calon. Syarat calon meliputi dokumen

B-KWK Parpol (Surat Pencalonan), dokumen B1-KWK Parpol (keputusan DPP

partai politik tentang persetujuan pasangan calon), dokumen B2-KWK (surat

13 Dokumen Tahapan Pendaftaran Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Sanggau

Tahun 2018. 14 Dokumen Tahapan Pendaftaran Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Sanggau

Tahun 2018.

63

pernyataan kesepakatan partai politik dalam pencalonan), dan dokumen B3-KWK

(surat pernyataan antara partai politik dengan pasangan calon).15

Sedangkan untuk syarat calon, meliputi formulir BB2-KWK yang didapat

dari bakal calon, keputusan pemberhentian dari pejabat berwenang jika yang

bersangkutan anggota KPU dan anggota KIP. Selain itu, dokumen lainnya adalah

surat keterangan tidak pernah menjadi terpidana, surat keterangan sedang tidak

menjalani pidana di dalam penjara, surat keterangan tidak pernah melakukan

perbuatan tercela dari kepolisian, surat tanda penyerahan Laporan Harta Kekayaan

Pejabat Negara (LHKPN), surat keterangan sedang tidak dalam kondisi pailit,

dokumen wajib pajak, surat keterangan berhenti sebagai pejabat negara, fotokopi

e-ktp, ijazah yang sudah dilegalisir, daftar nama tim kampanye tingkat

provinsi/kabupaten/kota atau kecamatan, dan pas foto terbaru.

Menurut Gusti Darmuddin16, bakal calon Bupati Sanggau yaitu Yansen

Akun Effendy sudah memenuhi semua syarat pencalonan tetapi untuk syarat calon

ada yang tidak dilengkapi yaitu surat LHKPN. Yansen Akun Effendy

menganggap seharusnya hal tersebut tidak dilampirkan karena ia bukanlah pejabat

negara. Tetapi hal ini tidak menjadi masalah karena nanti Yansen Akun Effendy

dapat melengkapinya lebih lanjut dalam tahap perbaikan syarat pencalonan dan

syarat calon.

15 https://www.republika.co.id/berita/nasional/pilkada/18/01/04/p211jc409-ini-syarat-

pendaftaran-paslon-pilkada-yang-ditetapkan-KPU/ diakses 19 Januari 2019, pukul 19.50 WIB. 16 Wawancara Langsung dengan Gusti Darmuddin sebagai Anggota KPU Kabupaten

Sanggau, tanggal 26 Desember 2018, di Kantor KPU Kabupaten Sanggau.

64

Setelah semua syarat pencalonan dan syarat calon dinyatakan lengkap,

KPU Kabupaten Sanggau memberikan tanda terima dan berita acara penerimaan

yang diserahkan oleh Ketua KPU Kabupaten Sanggau kepada Liaison Officer

(LO) masing-masing bakal pasangan calon.17

c. Pemeriksaan Kesehatan

Pasangan bakal calon Bupati Dan Wakil Bupati Sanggau tahun 2018,

Yansen Akun Effendi- Fransiskus Ason (YAS) mengikuti tes kesehatan fisik

pertama di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Soedarso Pontianak, didampingi

LO atau petugas penghubung antara partai politik dan KPU Kabupaten Sanggau

serta langsung mengikuti medical check up di ruang medis sentral. Tes yang

diikuti di antaranya adalah poli umum, syaraf, USG, narkoba, poli bedah tulang,

poli penyakit dalam, rontgen, tredmill, poli THT, mata dan gigi. Usai menjalani

tes kesehatan fisik di RSUD Soedarso Pontianak, bakal pasangan calon akan

mengikuti tes kejiwaan di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Sungai Bangkong Pontianak.

Sama seperti pasangan Yansen Akun Effendy-Fransiskus Ason, pasangan lainnya

yaitu Paolus Hadi-Yohanes Ontot juga melakukan tahapan yang sama dalam

melakukan tes pemeriksaan kesehatan.18

d. Penelitian Syarat Pencalonan dan Syarat Calon

Sebagaiamana ketentuan PKPU Nomor 1 Tahun 2017 tentang Tahapan,

Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,

17 Dokumen Tahapan Pendaftaran Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Sanggau

Tahun 2018. 18 Dokumen Tahapan Pendaftaran Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Sanggau

Tahun 2018.

65

Bupati dan Wakil Bupati dan/atau Walikota dan Wakil Walikota, telah diubah

dengan PKPU Nomor 2 Tahun 2018 ,serta PKPU Nomor 3 Tahun 2017 tentang

Pencalonan dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil

Bupati dan/atau Walikota dan Wakil Walikota Tahun 2018 dalam Tahapan

Penelitian Hasil Perbaikan Persyaratan Pencalonan dan Persyaratan Calon, KPU

Kabupaten Sanggau melakukan verifikasi atas keabsahan surat rekomendasi dari

pimpinan pusat partai politik serta keabsahan ijazah para pasangan calon maupun

persyaratan calon lainnya.19

KPU Kabupaten Sanggau melaksanakan penelitian berkas calon pasangan

bupati dan wakil bupati pada 10 Januari 2018-27 Januari 2018. Penelitian syarat

pencalonan dan syarat calon yang mencakup keabsahan ijazah serta rekomendasi

dari DPP partai politik, telah dilaksanakan oleh tim verikasi berkas pasangan

calon Bupati dan Wakil Bupati Sanggau 2018, yang dibuktikan dengan

penandatangan lembar berita acara verifikasi oleh pihak yang dikunjungi oleh tim

verifikasi.20

Kemudian KPU Kabupaten Sanggau menggelar rapat pleno penyampaian

hasil penelitian administrasi dokumen persyaratan pencalonan dan persyaratan

calon pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Sanggau 2018 pada Rabu 17 Januari

2018 , secara terbuka untuk umum. Rapat pleno yang dimulai pukul 19.00 WIB-

21.00 WIB dibuka dan ditutup secara resmi oleh Ketua KPU Kabupaten Sanggau,

19 Dokumen Tahapan Pendaftaran Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Sanggau

Tahun 2018. 20 Dokumen Tahapan Pendaftaran Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Sanggau

Tahun 2018.

66

Sekundus Ritih lengkap dengan Anggota KPU Kabupaten Sanggau disaksikan

oleh 2 orang Staf Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Sanggau dan dihadiri oleh

LO masing-masing pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Sanggau. Rapat

pleno terbuka, Pertama Penyerahan hasil pemeriksaan kedua pasangan calon dan

keduanya penyampaian hasil penelitian, setelah penandatangan berita acara

penyampaian hasil penelitian admimistrasi dokumen persyaratan pencalonan dan

syarat calon, tahap selanjutnya adalah perbaikan dokumen.21

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang ditandatangani oleh tim pemeriksaan

kesehatan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Sanggau. Kedua pasangan calon

yaitu Yansen Akun Effendy-Fransiskus Ason dan Paolus Hadi-Yohanes Ontot

dinyatakan memenuhi syarat pencalonan dan syarat calon. Hasil Pemeriksaan

kesehatan kedua pasangan calon tersebut memenuhi syarat pencalonan sesuai

surat yang ditandatangani oleh Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) wilayah

Kalimantan Barat, Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Kalimantan Barat,

Kepala Biro Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat, Ketua Tim Pemeriksa

dan Ketua Humas HIMPSI (Himpunan Psikologi Indonesia) Wilayah Kalimantan

Barat.22

Rapat pleno diakhiri dengan penyerahan penandatangan berita acara dan

penyerahan berita acara dari pasangan Paolus Hadi-Yohanes Ontot diterima

21 Dokumen Tahapan Pendaftaran Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Sanggau

Tahun 2018. 22 Dokumen Tahapan Pendaftaran Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Sanggau

Tahun 2018.

67

langsung oleh LO Rosdianto Lihay dan untuk pasangan Yansen Akun Effendy

diterima oleh LO Slamet Riyandi.

e. Penetapan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Sanggau 2018

KPU Kabuapten Sanggau menetapkan dua pasangan calon pemilihan

Bupati dan Wakil Bupati Sanggau Tahun 2018. Hal tersebut disampaikan Ketua

KPU Sanggau, Sekundus Ritih dalam rapat pleno terbuka yang dilaksanakan di

Aula KPU Sanggau, Senin 12 Februari 2018 pukul 14.40 WIB. Hadir dalam rapat

pleno tersebut seluruh Anggota KPU Kabupaten Sanggau, Ketua Panwaslu

Kabupaten Sanggau, Inosensius dan Anggota, Kepala Polisi Resor (Kapolres)

AKBP Rachmat Kurniawan, Dandim Letkol Inf. Heri Purwanto, Pasangan calon

bupati Yansen Akun Effendi dan wakilnya Fransiskus Ason, pasangan calon

bupati Paolus Hadi dan wakilnya Yohanes Ontot, Sekretaris Daerah (Sekda)

Kabupaten Sanggau Al Leysandri, para staf ahli bupati, Kepala Kesbangpolinmas

Antonius, perwakilan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan 20 perwakilan

tim sukses masing-masing pasangan calon.23

Penetapan dalam rapat pleno terbuka ini didasari kelengkapan syarat yang

diajukan saat pendaftaran bakal calon dan dilakukan verifikasi. Dua pasangan

calon dinyatakan lolos tahap administrasi dan verifikasi berkas persyaratan.

23 Dokumen Tahapan Pendaftaran Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Sanggau

Tahun 2018.

68

B. Faktor Pendukung Pencalonan Yansen Akun Effendy

Dalam menentukan Yansen Akun Effendy sebagai calon Bupati Sanggau

2018, partai Golkar dan PKB mempunyai beberapa pertimbangan. Berikut ini

akan dijelaskan alasan mengapa partai Golkar dan PKB memilih Yansen Akun

Effendy.

B.1. Dari Partai Golongan Karya (Golkar)

Faktor pertimbangan yang dilakukan dalam menentukan Yansen Akun

Effendy sebagai calon Bupati Sanggau 2018 adalah karena elektabilitas yang

tinggi di masyarakat Sanggau dan image yang baik, meskipun Yansen merupakan

mantan narapidana, bukan menjadi penghalang turunnya popularitas Yansen.

Selain itu, faktor pendukung lain dipilihnya Yansen sebagai calon Bupati Sanggau

2018 karena dianggap sukses memimpin Sanggau 2003-2008.24

Ketokohan Yansen yang terkenal dekat dengan masyarakat, memang

sangat mempengaruhi pengambilan keputusan yang diambil oleh partai Golkar.

Menurut Konggo25, partai Golkar melihat potensi kemenangan ada pada diri

Yansen Akun Effendy sehingga keputusan memilihnya adalah keputusan yang

terbaik, karena tujuan utama partai politik adalah kemenangan.

Faktor lain yang menyebabkan Yansen Akun Effendy dipilih sebagai

calon Bupati Sanggau 2018 adalah karena adanya kesapakatan antara partai

24 Wawancara Langsung dengan Adi Subrata sebagai Sekretaris DPD II Golkar Sanggau,

tanggal 9 November 2018, di Rumah Adi Subrata. 25 Wawancara Langsung dengan Konggo Tjintalong Tjondro sebagai Anggota DPRD

Sanggau Partai Golkar, tanggal 26 Desember 2018, di Rumah Makan Padang.

69

Golkar dan PKB mengenai majunya Fransiskus Ason sebagai calon Bupati

Sanggau pada pilkada selanjutnya. Hal ini dianggap partai Golkar merupakan

kesempatan yang bagus untuk masa depan partainya apabila menang dalam

Pilkada Sanggau 2018. Deal politik lainnya belum sempat dibicarakan lagi karena

kekalahan pasangan Yansen Akun Effendy-Fransiskus Ason pada Pilkada

Sanggau 2018.

B.2. Dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)

Terpilihnya Yansen Akun Effendy sebagai calon Bupati Sanggau 2018

yang diusung oleh PKB tentu saja mempertimbangkan beberapa aspek penting

seperti pengalaman dan popularitas. Dari segi pengalaman, Yansen Akun Effendy

tidak perlu diragukan lagi kapasitasnya karena ia pernah menjabat sebagai Bupati

Sanggau 2003-2008. Hal ini menjadi nilai tambah, apalagi pada saat itu Yansen

Akun Effendi dianggap mampu memimpin Sanggau dengan sangat baik. Dari segi

popularitas, Yansen Akun Effendy sangat digemari oleh masyarakat Sanggau

sehingga masih sangat diinginkan untuk maju dalam Pilkada Sanggau 2018.

Status mantan narapidana korupsi tidak membuat popularitas Yansen

Akun Effendy menurun. Menurut Utin Sri Ayu26, masyarakat Sanggau tidak

terlalu mempermasalahkan status mantan narapidana korupsi yang melekat pada

Yansen Akun Effendy. Hal ini karena masyarakat Sanggau tahu bahwa kasus

tersebut merupakan kasus korupsi administratif bukan memperkaya diri sendiri.

26 Wawancara Langsung dengan Utin Sri Ayu Supadmi sebagai Ketua DPC PKB

Sanggau, tanggal 8 November 2018, di Kantor DPC PKB Sanggau.

70

Jadi Yansen Akun Effendy dianggap tidak bersalah karena hanya menandatangani

saja sebagai kepala daerah yang berwenang.

Mendukung Yansen Akun Effendy dianggap sebagai sesuatu yang

menguntungkan bagi PKB, karena dengan mengusung Yansen Akun Effendy

diharapkan dapat meningkatkan suara PKB di Sanggau pada pemilu legislatif

nanti. Selain itu, mengusung Yansen merupakan bentuk eksistensi PKB sebagai

partai besar karena mampu mengusung seorang calon Bupati dari partainya.

C. Pencalonan Yansen Akun Effendy sebagai Calon Bupati Sanggau 2018

Perspektif Etika Politik

Persoalan politik tidak dapat dipisahkan dari segi etika karena etika

melihat perilaku baik atau buruknya indvidu atau institusi, dalam hal ini partai

politik. Pada bagian ini dijelaskan tentang pencalonan Yansen Akun Effendy

sebagai calon Bupati Sanggau 2018 perspektif etika politik yang terdiri dari

dimensi tujuan, dimensi sarana, dan dimensi aksi politik. Karena ketiga dimensi

itu merupakan bagian dari etika politik sebagaimana yang dikutip dari buku

Handoyono27 bahwa etika politik berkaitan dengan seluruh aspek kehidupan,

perilaku individu dalam institusi (partai politik) hanya salah satu dimensi dari

etika politik yang terdiri dari dimensi tujuan, dimensi sarana, dan dimensi aksi

politik.

27 Eko Handoyono, Herna Susanti, Aris Munandar, Etika Politik (Semarang: Widya

Karya, 2016), hal. 59.

71

C.1. Dimensi Tujuan

Dalam dimensi ini, etika politik berperan melihat keputusan partai politik

dalam mengusung Yansen Akun Effendy sebagai calon Bupati Sanggau 2018.

Tujuan partai politik adalah memenangkan pemilihan umum dan menempatkan

para anggotanya untuk jabatan-jabatan publik, baik disektor legislatif atau

eksekutif. Keputusan partai Golkar dan PKB untuk mengusung Yansen Akun

Effendy sebagai calon Bupati Sanggau cukup menimbulkan tanda tanya. Status

mantan narapidana korupsi menjadi pertimbangan yang sangat penting dalam

menentukan Yansen Akun Effendy sebagai calon Bupati Sanggau 2018 yang akan

ikut bersaing dalam pilkada serentak 2018.

Berbasis pada dimensi tujuan, pencalonan Yansen Akun Effendy bertujuan

untuk menciptakan kesejahteraan umum dan keadilan. Terpilihnya Yansen Akun

Effendy sudah sesuai dengan dengan keinginan untuk menciptakan kesejahteraan

umum. Hal tersebut seperti yang tertuang dalam visi misi Yansen Akun Effendy

yang ingin mewujudkan Kabupaten Sanggau yang lebih sejahtera.28

Berkaitan dengan membangun kesejahteraan umum dan keadilan,

keputusan partai Golkar dan PKB sudah sesuai dengan keinginan untuk

membangun kesejahteraan umum dan keadilan. Hal ini disampaikan oleh Kepala

Sekretariat DPC PKB Sanggau, Slamet Riyandi:

28 Visi, Misi, dan Program Aksi Calon Bupati Sanggau 2018-2023, Misi Nomor empat

menyatakan mewujudkan Kabupaten Sanggau yang lebih sejahtera yang ditandai dengan semakin

terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat Kabupaten Sanggau, seperti pemenuhan bidang

pendidikan, kesehatan sandang, pangan, papan, jalan, jembatan, air bersih, penerangan, dan

lapangan kerja.

72

“Mencalonkan pak Yansen sebenarnya adalah keputusan terbaik yang diambil

oleh PKB sendiri. Dari sisi masyarakat, pak Yansen adalah calon yang paling

popular dan diinginkan oleh masyarakat Sanggau untuk ikut kembali dalam

pertarungan pilkada Sanggau nanti. Selain itu, pak Yansen juga dianggap sangat

dekat dengan masyarakat Sanggau dan selalu diingat sampai saat ini. Sehingga

tidak salah kami dari pihak PKB kembali mengusung pak Yansen untuk maju

dalam pilkada Sanggau nanti. Intinya keinginan masyarakatlah yang menjadi

salah satu unsur penting kami mengusung pak Yansen.”29

Dari aspek keadilan, sebenarnya pemilihan Yansen Akun Effendy sebagai

calon Bupati Sanggau 2018 sudah dapat dikatakan berkeadilan. Pendapat ini

disampaikan oleh Sekretaris DPD II Golkar Sanggau, Adi:

“Dari aspek etika, kami dari pihak Partai Golkar sebenarnya melihat etika adalah

saling menghormati dan tidak menjelekkan. Iya memang benar pak Yansen

pernah terjerat kasus korupsi tetapi hal tersebut kan sudah berlalu dan pak Yansen

pun sudah menjalankan hukumannya. Sehingga kami di sini harus bersikap saling

menghormati dan adil. Dari awal pendaftaran kami menerima pak Yansen sama

dengan yang lainnya, tidak membeda-bedakan. Akhirnya kan memang pak

Yansen yang pantas untuk maju dalam pilkada Sanggau serentak nanti.30

Dari aspek-aspek yang telah dijelaskan di atas, keputusan partai Golkar

dan PKB dalam mengusung Yansen Akun Effendy sebagai calon Bupati Sanggau

2018 dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini berarti keputusan tersebut tidak

melanggar etika politik dari dimensi tujuan karena kedua partai tersebut bertujuan

untuk membangun kesejahteraan umum dan keadilan.

C.2. Dimensi Sarana

Dimesi sarana menjelaskan etika politik dikaitkan dengan aturan-aturan

hukum yang berlaku. Sebagaimana yang sudah dijelaskan dibagian latar belakang

masalah, Yansen Akun Effendy sebagai calon Bupati Sanggau 2018 yang diusung

29 Wawancara Langsung dengan Slamet sebagai Kepala Sekretariat DPC PKB Sanggau,

tanggal 8 November 2018, di Kantor DPC PKB Sanggau. 30 Wawancara Langsung dengan Adi Subrata sebagai Sekretaris DPD II Golkar Sanggau,

tanggal 9 November 2018, di Rumah Adi Subrata.

73

oleh partai Golkar dan PKB merupakan mantan narapidan kasus korupsi. Tentu

saja hal tersebut banyak dipertanyakan oleh orang-orang, termasuk saya sebagai

penulis.

Dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang pemilu tidak ada

larangan bagi mantan narapidana korupsi untuk ikut dalam Pilkada Serentak 2018.

Hal ini diperjelas dalam Peraturan KPU Nomor 3 Tahun 2017, dinyatakan bahwa

mantan narapida yang tidak boleh ikut dalam pilkada adalah mantan narapidana

narkoba dan mantan narapidana pelecahan seksual. Bagi mantan narapida korupsi

apabila ikut dalam pilkada harus menyatakan secara terbuka dan jujur kepada

publik bahwa statusnya adalah mantan narapida.

Secara kepartaian tidak ada juga aturan yang melarang mantan narapidana

korupsi untuk ikut dalam pilkada serentak 2018. Dalam Anggaran Dasar dan

Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) partai Hanura dan PKB sama sekali tidak

ada juga larangan mantan narapidan korupsi tidak boleh ikut pemilu. Selama hak

politiknya tidak dicabut oleh pengadilan, mantan narapidana tetap berhak untuk

ikut pilkada serentak 2018.

Permasalahan hukum sebenarnya bukan hal yang patut untuk

diperdebatkan. Yansen Akun Effendy telah selesai menjalankan hukumannya dan

sudah kembali bermasyarakat Hal ini disampaikan oleh Ketua DPC PKB

Sanggau, Utin Sri Ayu:

“Status pak Yansen sebagai mantan narapidana tidak menjadi permasalahan,

tidak perlu diributkan sebenarnya. Kan sudah menjalani hukuman jadi ya

sebenarnya tidak ada masalah, dan juga statusnya kan tidak dilarang untuk ikut

74

dalam pemilihan jadi tidak masalah. Kami tentu saja tidak akan mengusung

seseorang apabila permasalahannya belum clear.”31

Dari segi hukum yang berlaku, majunya Yansen Akun Effendy sebagai

calon Bupati Sanggau 2018 tidak melanggar etika politik dari segi dimensi sarana.

C.3. Dimensi Aksi Politik

Dimensi Aksi Politik melihat aksi politik Yansen Akun Effendi sebelum

menjadi calon Bupati Sanggau 2018. Ada beberapa masalah yang menyebabkan

Yansen Akun Effendy dianggap melanggar etika politik aspek dimensi aksi

politik, yaitu permasalahan mantan narapidana kasus korupsi, banyak

mencalonkan diri sebagai calon kepala daerah di daerah lain seperti di Kabupaten

Sekadau dan Kabupaten Sintang, serta menjabat sebagai Ketua Badan

Pemenangan Pemilu (Bapilu) partai Hanura Kalimantan Barat 2018 tetapi malah

mencalonkan diri sebagai calon Bupati Sanggau dari PKB.

Permasalahan mantan narapidana korupsi secara konstitusi tidak

mempunyai masalah hukum dan tidak melanggar aturan yang berlaku, tetapi tetap

saja hal tersebut melangggar etika karena menyangkut pertanggungjawaban moral

seseorang. Menurut H. Abdullah, permasalahan mantan narapidana kasus korupsi

ini sebenarnya sudah selesai tetapi tetap saja mengganggu pemikiran masyarakat

Sanggau tentang pilkada Sanggau 2018. Berikut pernyataan lengkapnya:

“Mengenai status narapidana yang ada pada pak Yansen, sebenarnya tidak ada

masalah dalam aspek hukum tetapi hal ini dapat dimanfaatkan pihak lawan.

Sebenarnya kalau mau jujur, status pak Yansen itu rame saat pilkada saja,

sebelumnya tidak ada masalah. Tetapi karena banyak pemilih milenial yang

31 Wawancara Langsung dengan Utin Ayu Sri Supadmi sebagai Ketua DPC PKB

Sanggau, tanggal 8 November 2018, di Kantor DPC PKB Sanggau.

75

mencoblos tetap saja hal itu sangat berpengaruh. Tentu hal ini ini tidak baik untuk

dicontoh oleh pemilih milenial.”32

Rani Rahmawati berbeda pendapat dengan H. Abdullah. Menurutnya

masalah status mantan narapidana korupsi Yansen Akun Effendy tidak menjadi

masalah. Berikut kutipan lengkapnya:

“Selama dia berpotensi dan mampu mengangkat Sanggau sebenarnya tidak ada

masalah. Sebab tidak semuanya orang yang dihukum itu bersalah, apalagi sebagai

mantan kepala daerah pada saat itu, pak Yansen memiliki tanggung jawab yang

besar. Intinya apabila dia mampu merubah Sanggau menjadi lebih baik itu tidak

masalah.”33

Hal yang hampir sama disampaikan oleh anggota DPRD Sanggau partai

Golkar Konggo, menurutnya:

“Mengenai status hukum tidak ada permasalahan, kami sudah menjalankan

mekanisme pemilihan sesuai dengan aturan berlaku baik aturan partai maupun

hukum yang terkait. sama sekali tidak ada masalah, berarti Yansen boleh kami

calonkan. Kalo secara personal tentu kami tidak bisa menilai lebih jauh, kita kan

juga tahu bahwa orang yang terkena kasus korupsi juga biasanya dijebak. Pak

Yansen itu hanya masalah administrasi tidak memperkaya diri sendiri.”34

Dari berbagai pendapat di atas tidak ada yang mengatakan bahwa

pencalonan Yansen Akun Effendy sebagai calon Bupati Sanggau 2018 melanggar

etika politik, padahal sudah terlihat jelas bagaimana Yansen Akun Effendy

seharusnya dianggap melanggar etika politik. Terjerat kasus korupsi pada saat

memimpin Sanggau periode 2003-2008 menandakan bahwa Yansen Akun

Effendy sepatutnya tidak boleh dicalonkan lagi sebagai calon Bupati Sanggau

2018 karena pemimpin adalah panutan bagi masyarakatnya sedangkan Yansen

32 Wawancara Langsung dengan H. Abdullah sebagai Anggota DPRD Sanggau Partai

PAN, tanggal 26 Desember 2018, di Kantor KPU Kabupaten Sanggau. 33 Wawancara Langsung dengan Rani Rahmawati sebagai Anggota DPRD Sanggau Partai

Nasdem, tanggal 26 Desember 2018, di Rumah Rani Rahmawati. 34 Wawancara Langsung dengan Konggo Tjintalong Tjondro sebagai Anggota DPRD

Sanggau Partai Golkar.,tanggal 26 Desember 2018, di Rumah Makan Padang.

76

Akun Effendy tidak pantas untuk dijadikan panutan karena pernah tersangkut

kasus korupsi.

Yansen Akun Effendy pernah beberapa kali mencalonkan diri sebagai

calon kepala daerah di daerah lain, seperti mencalonkan diri sebagai calon Bupati

Sekadau dan calon Bupati Sintang. Dari kejadian tersebut Yansen Akun Effendy

terlihat sebagai seseorang yang haus akan kekuasaan, gagal di suatu tempat

mencoba di tempat lain. Menurut Kicun35, hal ini tidak patut dicontoh oleh

masyarakat, seakan-akan menjadi pemimpin itu hanya untuk coba-coba. Tanpa

meragukan kapasitasnya yang pernah menjabat sebagai Bupati Sanggau periode

2003-2008, Yansen Akun Effendy seperti tidak mempunyai pijakan yang pasti

sebagai seorang aktor politik.

Selain dua permasalahan di atas, Yansen juga mempunyai permasalahan

dengan partainya yaitu partai Hanura. Posisi yang cukup penting pernah diisinya

yaitu sebagai Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) Kalimatan Barat partai

Hanura 2018. Dengan posisi tersebut dapat terlihat begitu pentingnya peran

Yansen Akun Effendy sebagai kader partai Hanura. Tetapi yang terjadi malah

sebaliknya, Yansen Akun Effendy menyeberang dan pindah ke PKB dalam

pilkada Sanggau 2018.

Kejadian tersebut jelas melanggar etika dari seorang kader partai politik.

Penjelasan ini disampaikan oleh anggota DPRD Sanggau partai Hanura, Kicun:

35 Wawancara Langsung dengan Fransiskus Kicun sebagai Anggota DPRD Sanggau

Partai Hanura, tanggal 26 Desember 2018, di Rumah Fransiskus Kicun.

77

“Pak Yansen itu adalah kader partai Hanura dan statusnya ketika itu cukup

penting. Tapi kita pada saat itu tidak tau alasannya sampai pak Yansen

menyeberang. Sebenarnya kami ingin sekali mengusung pak Yansen sebagai

calon bupati tetapi saat kami mencoba menghubunginya, pak Yansen sangat

susah untuk dihubungi. Seakan-akan kami sebagai partai yang menaunginya

statusnya tidak jelas.”36

Dari PKB sendiri tidak terlalu mempersalahkan status Yansen Akun

Effendy yang menjabat sebagai Bapilu partai Hanura Kalimantan Barat. Hal ini

disampaikan langsung oleh kepala sekretariat DPC PKB Sanggau, Slamet:

“Setelah pak Yansen mendaftar kepada partai kami dan mau diusung oleh kami

sebenarnya itu sudah selesai masalahnya. Pak Yansen juga mau kami buatkan

kartu tanda anggota dari kami dan itu memperjelas posisinya. Mengenai

permasalahan dari partai sebelumnya, itu biarkan saja menjadi permasalahan

internal mereka. Yang jelas pak Yansen mau diusung oleh kami dan telah

mendapat kartu tanda anggota PKB.”37

Menurut Imran38, dengan pindahnya Yansen Akun Effendy dari partai

Hanura ke PKB, status keanggotaannya sudah tidak lagi menjadi anggota partai

Hanura dan jabatannya sebagai ketua Bapilu partai Hanura Kalimantan Barat pun

juga gugur. Dari aspek ini sebenarnya Yansen Akun Effendy menyalahi aturan

dan dianggap melanggar etika sebagai seorang anggota partai karena tidak

berkonsultasi dahulu sebelum memutuskan maju sebagai calon Bupati Sanggau

2018 dari PKB.

36 Wawancara Langsung dengan Fransiskus Kicun sebagai Anggota DPRD Sanggau

Partai Hanura, tanggal 26 Desember 2018, di Rumah Fransiskus Kicun. 37 Wawancara Langsung dengan Slmaet Riyandi sebagai Kepala Sekretariat DPC PKB

Sanggau, tanggal 26 Desember 2018, di Kantor DPC PKB Sanggau. 38 Wawancara Langsung dengan Ade Imran sebagai Sekretaris DPC Partai Hanura

Sanggau, tanggal 26 Desember 2018, di Rumah Ade Imran.

78

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan pada bab-bab

sebelumnya mengenai masalah pencalonan Yansen Akun Effendy sebagai calon

Bupati Sanggau 2018. Pada bab terakhir ini akan djelaskan kesimpulan dari

permasalahan tersebut. Pertama, partai politik sebagai agen penting dalam

jalannya pemilihan umum telah menjalankan perannya dengan baik. Pemilihan

Yansen Akun Effendy sebagai calon Bupati Sanggau 2018 dilakukan sesuai

dengan aturan partai yang berlaku, yaitu melalui tahap penjaringan

kabupaten/kota, tahap penjaringan provinsi, dan tahan penjaringan pilkada pusat.

Setelah melalui tahap penjaringan yang dilakukan partai Golkar dan PKB.

Tahap selanjutnya adalah pendaftaran di KPU Kabupaten Sanggau, pada tahap ini

Yansen Akun Effendy telah melalui mekanisme pendaftaran yang berlaku dan

dinyatakan lolos sebagai calon Bupati Sanggau 2018.

Kedua, faktor pendukung dipilihnya Yansen Akun Effendy sebagai calon

Bupati Sanggau 2018 karena popularitas, elektabilitas, dan ketokohannya. Selain

itu, deal politik yaitu kesepakatan antara partai Golkar dan PKB tentang majunya

Fransiskus Ason sebagai calon Bupati Sanggau dalam pilkada selanjutnya juga

membuat partai Golkar berani untuk mengusung Yansen Akun Effendy. Untuk

PKB, mendukung Yansen Akun Effendy sama dengan menunjukkan

eksistensinya sebagai partai politik besar di Indonesia.

79

Ketiga, dari tiga dimensi etika politik yang digunakan, yaitu dimensi

tujuan, dimensi sarana, dan dimensi aksi politik. Dimensi tujuan dan dimensi

sarana tidak melanggar etika politik, sedangkan untuk dimensi aksi politik

dianggap melanggar etika politik. Hal ini karena Yansen dalam perjalanan

politiknya cukup kontroversial, selain mantan narapidana korupsi, ia juga sering

mencalonkan diri sebagai calon kepala daerah di tempat lain, dan ia juga

berpindah partai secara tiba-tiba tanpa berdiskusi dulu dengan partai terdahulunya

yaitu partai Hanura. Yansen Akun Effendy tidak terpilih sebagai Bupati Sanggau

2018, hal ini menandakan bahwa masyarakat Sanggau telah melek politik dan

bijak dalam melakukan pilihannya.

B. Saran

Partai politik harus mempunyai peran yang lebih besar untuk mengatasi

permasalahan ini. Meskipun tidak ada pelarangan mantan narapidan korupsi untuk

ikut dalam pemilihan umum, baik itu dalam Undang-Undang maupun PKPU.

Partai politik harus berkomitmen untuk tidak mengusung calon pemimpin yang

tidak bersih. Itulah sebenarnya solusi terbaik karena memang apabila larangan

tersebut hadir hanya dari PKPU masih tetap bisa diperdebatkan dan tidak

mengikat. Karena memang di dalam Undang-Undang Dasar 1945 telah dijamin

hak-hak yang setara bagi setiap warga negara Indonesia. Jadi apabila ada PKPU

yang melarang mantan narapida kasus korupsi untuk ikut dalam pemilihan umum

maka dianggap melanggar UUD 1945 dan hak asasi manusia.

80

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abdullah, M. Yatimin. 2006. Pengantar Studi Etika. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Agustino, Leo. 2007. Perihal Ilmu Politik: Sebuah Bahasan Memahami Ilmu

Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Amin, Ahmad. 1995. Etika Ilmu Akhlak. Jakarta: Bulan Bintan.

Bertens, K. 2007. Etika. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Buchari, Sri Astuti. 2014. Kebangkitan Menuju Politik Identitas. Yayasan Pustaka

Obor Indonesia.

Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama.

Chumaidy, Chozin. 2006. Etika Politik dan Esensi Demokrasi. Jakarta: Pustaka

Indonesia.

Handoyono, Eko, Martina Herna Susanti, dan Aris Munandar. 2016. Etika Politik.

Semarang: Widya Karya Press.

Iriawan, Beddy. 2013. Sistem Politik Indonesia. Jakarta: Rajawali Press.

Kantraprawira, Rusadi. 2004. Sistem Politik Indonesia. Bandung: Sinar Baru

Algesindo.

Labolo, Muhadam dan Teguh Ilham. 2015. Partai Politik dan Sistem Pemilihan

Umum di Indonesia: Teori, Konsep, dan Isu Strategis. Jakarta: Rajawali

Press.

Mas’oed Mohtar. 2008. Perbandingan Sistem Politik. Yogyakarta: Gajah Mada

Uniersity Press.

Rodee, Charlton Clymer, dkk. 2013. Pengantar Ilmu Politik. Jakarta: Rajawali

Press.

Sukidin dan Basrowi. 2002. Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro.

Surabaya: Insan Cendekia.

Surakhmad, Winarno. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.

Surbakti, Ramlan. 2010. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo.

Suryabrata, Sumadi. 2013. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Press.

81

Suseno, Frans Magnis. 2016. Etika Politik: Prinsip-Prinsip Moral Dasar

Kenegaraan Modern. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Syafiie, Inu Kencana. 2010. Ilmu Politik. Jakarta: Rineke Cipta.

Timotius, Kris. H. 2017. Pengantar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: ANDI.

Wijaya, Hengki. 2018. Analisis Data Kualitatif Ilmu Pendidikan Teologi.

Sulawesi Selatan: STTJFFRAY.

Yusuf, A. Muri. 2017. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian

Gabungan. Jakarta: Kencana.

Dokumen Resmi

Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 3 Tahun 2017.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2015.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.

Petunjuk Pelaksana Dewan Pimpinan Pusat Partai Golongan Karya Nomor:

JUKLAK-6/DPP/GOLKAR/VI/2016 Tentang Penetapan Pasngan Calon

Gubernur, Bupati, Dan Walikota Dari Partai Golongan Karya.

Tahapan Pendaftaran Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Sanggau Tahun

2018.

Visi, Misi, dan Program Aksi Calon Bupati Sanggau Periode 2018-2023.

Jurnal

Ardiyanto, dkk. 2017. “Hak Politik Mantan Narapidana Untuk Mencalonkan Diri

Sebagai Kepala Daerah (Analisis terhadap Putusan MK No. 42/PUU-

XIII/2015)”. Mimbar Yustitia Vol.11, No.2.

Dwihantoro, Prihatin. 2013. “Etika Dan Kejujuran Dalam Berpolitik”, Politika

Vol.4, No.2.

Natalia, Angga. 2015. “Peran Partai Politik Dalam Mensukseskan Pilkada

Serentak Di Indonesia”, Jurnal TAPIs ol.11, No.1.

Nugroho, Wahyu. 2016. “Konstruksi Hukum Pemilu dan Pemilukada Dalam

Putusan-Putusan Mahkamah Konstitusi”, Etika dan Pemilu Vol.2, No.4.

Rosana, Ellya. 2012. “Partai Politik Dan Pembangunan Politik”, Jurnal TAPIs

Vol.8, No.1.

Zein, Fuad Muhammad. 2016. “Kritik Terhadap Konsep Maachiaelli”, Mahkamah

Vol.1, No.2.

82

Tesis

Zuliana, Eka. 2015. Tesis: “Etika Politik Menurut Pemikiran Nurcholish Madjid”,

Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.

Media Online

http://www.logikanews.com/memilih-mantan-napi-di-pilkada-2018. Diakses 25

februari 2018, pukul 19.35 WIB.

https://www.republika.co.id/berita/nasional/pilkada/18/01/04/p211jc409-ini-

syarat-pendaftaran-paslon-pilkada-yang-ditetapkan-KPU. Diakses 19

Januari 2019, pukul 19.50 WIB.

http://pontianak.tribunnews.com/2014/04/23/pdip-kantongi-suara-tertinggi-di-

sanggau. Diakses 10 April 2019, pukul 22.12 WIB.

http://pontianak.tribunnews.com/2014/05/14/berikut-nama-nama-caleg-terpilih-di-

dprd-kabuapten-sanggau. Diakses 10 April 2019, pukul 22.30 WIB.

Wawancara

Wawancara dengan Utin Sri Ayu Supadmi, Ketua DPC PKB Sanggau Periode

2016-2021, pada tanggal 8 November 2018, pukul 15.00 WIB, Sanggau:

Kediaman Utin Sri Ayu Supadmi.

Wawancara dengan Slamet Riyandi, Kepala Sekretariat DPC PKB Sanggau

Periode 2016-2021, pada tanggal 8 November 2018, pukul 15.30 WIB,

Sanggau: Kantor DPC PKB Sanggau.

Wawancara dengan Adi Subrata, Sekretaris DPD II Golkar Sanggau, pada tanggal

9 November 2018, pukul 19.00 WIB, Sanggau: Kediaman Adi Subrata.

Wawancara dengan Ade Imran, Sekretaris DPC Partai Hanura Sanggau, pada

tanggal 26 Desember 2018, pukul 15.00 WIB, Sanggau: Kediaman Ade

Imran.

Wawancara dengan Fransiskus Kicun, Anggota DPRD Kabupaten Sanggau

Periode 2014-2019 Partai Hanura, pada tanggal 26 Desember 2018, pukul

11.00 WIB, Sanggau: Kediaman Fransiskus Kicun.

Wawancara dengan Rani Rahmawati, Anggota DPRD Kabupaten Sanggau Partai

Nasdem Periode 2014-2019, pada tanggal 26 Desember 2018, pukul 14.00

WIB, Sanggau: Kediaman Rani Rahmawati.

Wawancara dengan H. Abdullah, Anggota DPRD Kabupaten Sanggau PAN

Periode 2014-2019, pada tanggal 26 Desember 2018, pukul 10.00 WIB,

Kantor KPU Kabupaten Sanggau.

83

Wawancara dengan Konggo Tjintalong Tjondro, Anggota DPRD Kabupaten

Sanggau Partai Golkar, pada tanggal 26 Desember 2018, pukul 14.30

WIB, Sanggau: Rumah Makan Padang.

Wawancara dengan Gusti Darmuddin, Anggota KPU Kabupaten Sanggau, pada

tanggal 26 Desember 2018, pukul 12.30 WIB, Kantor KPU Kabupaten

Sanggau.