partai dan etika politik -...
TRANSCRIPT
PARTAI DAN ETIKA POLITIK
(Studi atas Pencalonan Yansen Akun Effendy sebagai Calon Bupati Sanggau
dalam Pilkada Kabupaten Sanggau 2018)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi
Persyaratan Mendapatkan Gelas Sarjana Sosial (S.sos)
Oleh:
Muhammad Aprizal
NIM. 11141120000031
PROGRAM STUDI ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
iv
ABSTRAK
Skripsi ini menganalisis proses pencalonan Yansen Akun Effendy sebagai
calon Bupati Sanggau 2018 dengan perspektif etika politik. Tujuan penelitian ini
adalah untuk melihat korelasi antara partai politik dan etika politik dalam
pencalonan Yansen Akun Effendy sebagai calon Bupati Sanggau 2018. Penelitian
ini dilakukan dengan studi pustaka dan wawancara. Peneliti melihat bahwa
pencalonan Yansen Akun Effendy mempunyai masalah etika politik karena
Yansen Akun Effendy merupakan mantan narapidana kasus korupsi. Tentu saja
hal ini tidak baik bagi jalannya demokrasi di Indonesia dan bagi masyarakat
Sanggau tepatnya. Permasalahan mantan narapidana korupsi ikut dalam pilkada
bukanlah suatu hal yang baru tetapi permasalahan ini tetap menjadi perdebatan
dimasyarakat. Hal ini karena tidak aturan hukum yang melarang mantan
narapidana korupsi ikut dalam pilkada. Argumen ini dirumuskan melalui tahapan
analisa, yaitu melihat peran partai politik khususnya partai Golkar dan PKB dalam
mencalonkan Yansen Akun Effendy sebagai Calon Bupati Sanggau 2018.
Selanjutnya dianalisa dengan menggunakan kerangka teoritis.
Kerangka teoretis yang digunakan dalam skripsi ini adalah teori partai
politik, etika politik, dan pilkada. Teori etika politik mempunyai tiga dimensi,
yaitu dimensi tujuan, dimensi sarana, dan dimensi aksi politik. Dari hasil analisa
dengan menggunakan tiga teori tersebut dapat disimpulkan bahwa pencalonan
Yansen Akun Effendy sebagai calon Bupati Sanggau 2018 melanggar etika politik
dari segi dimensi aksi politik. Sedangkan untuk dimensi tujuan dan dimensi sarana
tidak melaggar etika politik karena tidak ada yang dilanggar dari dua dimensi
tersebut.
Kata kunci: partai politik, etika politik, pilkada, mantan narapidana korupsi.
v
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Alhamdulillah penulis panjatkan syukur kehadirat
Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan kemudahan kepada penulis
sehingga skripsi ini dengan judul “Partai Politik dan Etika Politik: Studi Kasus
atas Pencalonan Yansen Akun Effendy sebagai calon Bupati Sanggau dalam
Pilkada Sanggau Provinsi Kalimantan Barat 2018” dapat terselesaikan. Shalawat
serta salam tidak lupa penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
menjadi tauladan bagi seluruh umat islam. Hambatan yang dialami dalam
penulisan skripsi ini bisa terlewati karena doa yang senantiasa dipanjatkan oleh
kedua orang tua dan keluarga. Rampungnya skripsi ini melibatkan begitu banyak
orang. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada
1. Prof. Dr. Amany Lubis, M.A, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Dr. Ali Munhanif, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik (FISIP).
3. Dr. Haniah Hanafie, M.Si, selaku dosen pembimbing yang dengan baik
dan sabar meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing
penulis sampai bisa menyelesaikan skripsi ini.
4. Dr. Iding Rosyidin, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Politik yang
telah membantu dan memudahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
vi
5. Suryani, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Politik yang telah
memberikan inspirasi sehingga permasalahan gender penulis jadikan
judul dalam skrispi ini.
6. Para dosen tercinta selama penulis menuntut ilmu di FISIP UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.
Terima kasih telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat.
7. Utin Sri Ayu Supadmi, selaku ketua DPC PKB Sanggau Periode 2016-
2021 yang telah bersedia menjadi narasumber dan memberikan banyak
informasi.
8. Slamet Riyandi, selaku kepala secretariat DPC PKB Sanggau Periode
2016-2021 yang telah bersedia menjadi narasumber dan memberikan
banyak informasi.
9. Adi Subrata, selaku sekretaris DPD II Golkar Sanggau yang telah
bersedia menjadi narasumber dan memberikan banyak informasi.
10. Ade Imran, selaku sekretaris DPC Hanura Sanggau yang telah bersedia
menjadi narasumber dan memberikan banyak informasi.
11. Fransiskus Kicun, selaku anggota DPRD Sanggau Periode 2014-2019
yang telah bersedia menjadi narasumber dan memberikan banyak
informasi.
vii
12. Rani Rahmawati, selaku anggota DPRD Sanggau Periode 2014-2019
yang telah bersedia menjadi narasumber dan memberikan banyak
informasi.
13. H. Abdullah, selaku anggota DPRD Sanggau Periode 2014-2019 yang
telah bersedia menjadi narasumber dan memberikan banyak informasi.
14. Konggo Tjintalong Tjindro, selaku anggota DPRD Sanggau Periode
2014-2019 yang telah bersedia menjadi narasumber dan memberikan
banyak informasi.
15. Gusti Darmuddin, selaku anggota DPRD Sanggau Periode 2014-2019
yang telah bersedia menjadi narasumber dan memberikan banyak
informasi.
16. Teman-teman seperjuangan, Nadya Nurul Milla, Anita Aprilia Sari,
Hisyam Jauhari, Muhammad Mardhiyulloh, serta Hammardan Gazalba
Harahap dan kawan-kawanku tercinta Ilmu Politik B 2014, Alvin Esa
Priatna, Harumbi Prasetya, Fitra Aditya, Reno Meidi, Nafiah, Wofa
Triansah, Randy Andita, Barri Zilhaq Vindia, Nur Najmawan,
Aufarmario, Igman Yudha, Rizki Syahputra (Kyai), Yasser Pratama
Hutabarat, Fahmil Rozi, Indra, Deni Rachmat, Yodi Tri Hutomo.
Terima kasih telah menjadi teman sekaligus keluarga.
17. Teman-teman KKN ESTAR 70 yang telah banyak membantu selama
proses penulisan skripsi.
viii
Penulis berharap segala dukungan dan doa ini mendapatkan balasan yang
setimpal dari Allah SWT. Rasa hormat dan terimakasih bagi semua yang telah
berkontribusi dalam penulisan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu-
persatu. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat baik dalam segi akademik maupun
praktis.
Jakarta, 27 Maret 2019
Muhammad Aprizal
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ........................... iii
ABSTRAKSI .................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xiv
BAB I ............................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Pernyataan Masalah .............................................................................. 1
B. Pertanyaan Masalah .............................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian…………………………………………………… 7
E. Tinjauan Pustaka ................................................................................... 7
F. Metodologi Penelitian ........................................................................... 13
G. Sistematika Penulisan ........................................................................... 17
BAB II ............................................................................................................. 20
KERANGKA TEORETIS ............................................................................. 20
A. Teori Partai Politik ................................................................................ 20
A. 1. Sejarah Partai Politik .................................................................... 20
A. 2. Pengertian Partai Politik ............................................................... 22
A. 3. Fungsi Partai Politik ..................................................................... 25
a. Sosialisai Politik ....................................................................... 26
b. Rekrutmen Politik .................................................................... 26
c. Partisipasi Politik ..................................................................... 27
d. Pemadu Kepentingan ............................................................... 28
e. Komunikasi Politik ................................................................... 28
f. Pengendali Konflik ................................................................... 29
g. Kontrol Politik ......................................................................... 29
x
B. Teori Etika Politik ................................................................................. 30
B. 1. Pengertian Etika ........................................................................... 30
B. 2. Pengertian Politik ......................................................................... 32
B. 3. Pengertian Etika Politik ................................................................ 34
B. 4. Urgensi dan Dimensi Etika Politik ............................................... 36
C. Pemilihan Kepala Daerah...................................................................... 38
BAB III ............................................................................................................ 42
GAMBARAN UMUM KABUPATEN SANGGAU DAN PROFIL YANSEN
AKUN EFFENDY ........................................................................................... 42
A. Profil Kabupaten Sanggau .................................................................... 42
A.1. Kependudukan ............................................................................. 45
A.2. Pendidikan ..................................................................................... 48
A.3. Sosial Politik ................................................................................. 49
B. Profil Yansen Akun Effendy ................................................................. 51
BAB IV ............................................................................................................ 52
PENCALONAN YANSEN AKUN EFFENDY SEBAGAI CALON BUPATI
SANGGAU 2018 PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERSPEKTIF
ETIKA POLITIK ........................................................................................... 52
A. Proses Pencalonan Yansen Akun Effendy sebagai Calon Bupati Sanggau
2018 ....................................................................................................... 54
A. 1. Penjaringan …………………………………………………….. 54
a. Dari Partai Golongan Karya ..................................................... 54
b. Dari Partai Kebangkitan Bangsa .............................................. 57
A. 2. Pendaftaran di Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sanggau ... 60
a. Pengumuman Pendaftaran ........................................................ 60
b. Pendaftaran .............................................................................. 61
c. Pemeriksaan Kesehatan ............................................................ 64
d. Penelitian Syarat Pencalonam, Syarat Calon, dan Hasil
Pemeriksaan Kesehatan ........................................................... 64
e. Penetapan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Sanggau 67
xi
B. Faktor Pendukung Pencalonan Yansen Akun Effendy .......................... 67
B.1. Dari Partai Golongan Karya ........................................................... 68
B. 2. Dari Partai Kebangkitan Bangsa ................................................... 69
C. Pencalonan Yansen Akun Effendy sebagai Calon Bupati Sanggau 2018
Perspektif Etika Politik ......................................................................... 70
C. 1. Dimensi Tujuan ............................................................................ 70
C. 2. Dimensi Sarana ............................................................................ 72
C. 3. Dimensi Aksi Politik .................................................................... 74
BAB V ............................................................................................................. 78
PENUTUP ....................................................................................................... 78
A. Kesimpulan ........................................................................................... 78
B. Saran ..................................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 80
xii
DAFTAR TABEL
Tabel III.A.1.1 Penduduk Kabupaten Sanggau Menurut Kecamatan
2017………………………………………………………. 46
Tabel III.A.1.2 Penduduk Kabupaten Sanggau Berdasarkan Jenis Kelamin
2017 .……………………………………………………… 47
Tabel III.A.2.1 Jumlah Sekolah Di Kabupaten Sanggau 2017 …………... 48
Tabel III.A.3.1 Bupati/Wakil Bupati Sanggau 2008-2018 ………………. 49
Tabel III.A.3.2 Hasil Perolehan Suara Partai Politik Pemilu Legislatif 2014
di Kabupaten Sanggau …………………………………… 50
xiv
DAFTAR SINGKATAN
AD/ART : Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga
Bapilu : Badan Pemenangan Pemilu
BNN : Badan Narkotika Nasional
Demokrat : Demokrasi Rakyat
DPC : Dewan Pimpinan Cabang
DPD : Dewan Pimpinan Daerah
DPP : Dewan Pimpinan Pusat
DPR : Dewan Perwakilan Rakyat
DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
DPW : Dewan Pimpinan Wilayah
Gerindra : Gerakan Indonesia Raya
Golkar : Golongan Karya
Hanura : Hati Nurani Rakyat
HIMPSI : Himpunan Psikologi Indonesia
IDI : Ikatan Dokter Indonesia
Kapolres : Kepala Polisi Resor
KPU : Komisi Pemilihan Umum
LO : Liaison Officer
MPR : Majelis Permusyawaratan Rakyat
Nasdem : Nasional Demokrat
PAN : Partai Amanat Nasional
Panwaslu : Panitian Pengawas Pemilu
PDIP : Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
Pilkada : Pemilihan Kepala Daerah
PKB : Partai Kebangkitan Bangsa
xv
PKPI : Partai Keadilan Persatuan Indonesia
PKPU : Peraturan Komisi Pemilihan Umum
PKS : Partai Keadilan Sejahtera
PPP : Partai Persatuan Pembangunan
RSJ : Rumah Sakit Jiwa
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
Satpol PP : Satuan Polisi Pamong Praja
Sekda : Sekretaris Daerah
THT : Telinga Hidung Tenggorokan
TPA : Tempat Pembuangan Akhir
USG : Ultrasonografi
UU : Undang-Undang
UUD : Undang-Undang Dasar
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Pasca Orde Baru, partai politik memiliki peranan yang sangat penting
dalam proses demokrasi yang berjalan di Indonesia. Keberadaan partai politik
semakin besar peranannya semenjak Indonesia menerapkan sistem pemilihan
langsung. Fungsi partai politik adalah mencari dan mempertahankan kekuasaan
untuk mewujudkan program–program yang disusun berdasarkan ideologi tertentu,
yang kemudian apabila dijalankan akan menjalankan tiga tugas sebagai berikut
yaitu seleksi calon–calon, kampanye, dan melaksanakan fungsi pemerintahan
(legislatif ataupun eksekutif).1 Dalam menyeleksi calon–calon, peran partai politik
sebagai wadah rekrutmen politik sangat diperlukan.
Menurut Almond dan Coleman, fungsi partai politik yang ideal adalah
berpartisipasi dalam sektor pemerintahan yang dilakukan dengan menempatkan
orang-orangnya menjadi pejabat pemerintah sehingga dapat turut serta dalam
menentukan keputusan politik.2 Menciptakan sosok pemimpin yang baik adalah
kunci partai politik dalam memenangkan pemilihan umum. Partai politik
memainkan peranan yang sangat penting sebagai penghubung yang sangat
strategis antara proses–proses pemerintahan dengan warga negara. Partai politik
1 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia, 2010), hal. 149. 2 Rusadi Kantraprawira, Sistem Politik Indonesia (Bandung: Sinar Baru Algesindo,
2004), hal. 91.
2
merupakan jembatan bagi seseorang untuk menempati posisi jabatan publik.3
Jabatan publik tersebut seperti posisi kepala daerah (Gubernur, Bupati, Walikota).
Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dinyatakan bahwa kepala
daerah adalah kepala pemerintah yang dipilih secara demokratis, di mana
pemilihan secara demokratis ini dilaksanakan dengan cara dipilih langsung oleh
rakyat. Dijelaskan pula di dalam undang-undang tersebut bahwa peserta pemilihan
kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah pasangan calon yang diusulkan
secara berpasangan oleh partai politik ataupun gabungan dari partai politik. 4 Hal
ini dapat diartikan bahwa peran partai politik sangat vital dalam melakukan
penjaringan calon–calon kepala daerah.
Indonesia menganut sistem kedaulatan rakyat yang mencakup aspek
demokrasi politik dan aspek. demokrasi ekonomi. Aspek demokrasi politik
memastikan bahwa setiap warga negara, baik itu mantan narapidana memiliki hak
yang sama untuk dipilih dan memilih secara demokratis. Pencabutan hak politik
seorang mantan narapidana hanya dapat dilakukan oleh putusan hakim sedangkan
dalam undang-undang tidak ada pasal yang menjelaskan pencabutan hak pilih
ssesorang tetapi hanya membuat batasan-batasan tertentu yang tidak bertentangan
dengan UUD1945.5
Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 7 Ayat 2 Huruf g
dinyatakan bahwa pasangan calon kepala daerah harus “tidak pernah sebagai
3 Surbakti, Memahami Ilmu Politik, hal. 154. 4 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. 5 Wahyu Nugroho, “Konstruksi Hukum Pemilu dan Pemilukada dalam Putusan-Putusan
Mahkmah Konstitusi,“ Etika dan Pemilu Vol. 2, No. 4 tahun 2016, hal. 17-19.
3
terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara terbuka dan jujur
mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan mantan terpidana”.6
Secara hukum dapat dipastikan bahwa bagi mantan terpidana yang ingin maju
dalam pemilihan umum diperbolehkan tetapi harus secara terbuka mengaku
sebagai seorang mantan terpidana. Dalam Peraturan KPU (PKPU) Nomor 3
Tahun 2017 tentang pencalonan kepala daerah, bahwa yang dilarang ikut
berpartisipasi adalah mantan terpidana bandar narkotika dan kejahatan seksual
terhadap anak.7
Pada tahun 2015 dan 2018 pemerintah Indonesia melaksanakan Pilkada
(Pemilihan Kepala Daerah) serentak yaitu pemilihan kepala daerah secara
serentak di seluruh Indonesia. Kabupaten Sanggau salah satu daerah yang ikut
dalam pilkada serentak tersebut. Salah satu pasangan calon Kepala Daerah
Kabupaten Sanggau adalah Yansen Akun Effendy dan Fransiskus Ason. Dalam
rekam jejaknya, Yansen Akun Effendy merupakan mantan bupati Sanggau
periode 2003-2008, sementara Fransiskus Ason adalah wakil ketua DPRD
Sanggau dan ketua DPD II Golkar Sanggau. Kepastian majunya pasangan Yansen
Akun Effendy dan Fransiskus Ason dipastikan setelah diadakannya rapat pleno
KPU Sanggau dalam penetapan pasangan calon bupati Sanggau 2018 di aula
kantor KPU Sanggau. Pasangan Yansen Akun Effendy dan Fransiskus Ason akan
berhadapan dengan pasangan petahana yaitu Paolus Hadi dan Yohanes Ontot yang
6 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016. 7 Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 3 Tahun 2017.
4
didukung oleh PAN, Demokrat, PDIP, PPP, Gerindra, Nasdem, PKS, PKPI, dan
Hanura.
Permasalahannya adalah pemilihan Yansen Akun Effendy sebagai calon
Bupati Sanggau yang diusung oleh partai Golkar dan PKB patut untuk
dipertanyakan. Dalam rekam jejaknya, Yansen Akun Efendy pernah ditetapkan
sebagai tersangka kasus korupsi pengadaan Tempat Pembuangan Sampah (TPA)
di Kecamatan Meliau, Kabupaten Sanggau yang merugikan negara Rp 1,8 miliar
sehingga dihukum satu tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Sanggau.8 Selain itu
juga, Yansen Akun Effendy merupakan kader partai Hanura yang menempati
posisi sebagai Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) DPD partai Hanura
Kalimantan Barat 2018. Dalam kasus ini, partai Hanura lebih memilih mendukung
koalisi pasangan petahana yang merupakan lawan dari Yansen Akun Effendy-
Fransiskus Ason. Selain itu, Yansen Akun Effendy juga pernah mencalonkan diri
sebagai calon Bupati Sintang 2010 dan calon Bupati Sekadau 2015 tetapi kalah.
Di dalam Undang–Undang memang tidak mempermasalahkan seorang mantan
narapidana korupsi untuk maju dalam pemilu tetapi secara etika dan moral
menjadi masalah.
Etika politik merupakan salah satu cabang ilmu filsafat yang
mempertanyakan tanggung jawab manusia sebagai manusia dan sebagai warga
negara yang nantinya akan dipandang baik dan buruk.9 Etika politik seharusnya
8 http://www.logikanews.com/memilih-mantan-napi-di-pilkada-2018/ diakses 25 Februari
2018, pukul 21.09 WIB. 9 Frans Magnis Suseno, Etika Politik: Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2016), h. 10.
5
dijadikan tuntunan bagi pemimpin dalam menata masyarakat dan
dipertanggungjawabkan dengan prinsip moral. Partai politik sebagai salah satu
institusi yang merekrut calon–calon pemimpin seharusnya mampu menciptakan
pemimpin yang bermoral dan berintegritas. Bagaimana bisa partai politik
mencalonkan calon pemimpin yang cacat hukum dan melanggar moral
masyarakat. Etika politik seharusnya menjadi pedoman bagi setiap individu
maupun institusi dalam menjalankan politik yang baik dan santun.
Menurut Prihatin Dwihantoro10 dalam jurnal Politika, etika politik
memiliki tujuan agar setiap pejabat atau elit politik dapat bersikap jujur, amanah,
sportif, siap melayani, berjiwa besar, memiliki keteladanan, rendah diri, dan siap
mundur dari jabatan publik apabila terbukti melakukan kesalahan dan secara
moral kebijakannya bertentangan dengan hukum dan rasa keadilan masyarakat.
Etika harus dilakukan dalam bentuk sikap yang bertatakrama dalam perilaku
politik yang toleran, tidak berpura-pura, tidak arogan, jauh dari sikap tindakan
yang terpuji lainnya. Etika politik seharusnya menjadi pedoman bagi setiap
individu maupun institusi dalam menjalankan politik yang baik dan santun.
Persoalan mantan narapidana khususnya mantan narapidana korupsi dalam
keikusertaannya di pilkada memang masih menjadi perdebatan yang panjang.
Pelarangan hak politik seseorang tidak boleh terjadi sesuai dengan amanat UUD
1945 kecuali ada putusan hakim. Menurut Adiyanto, dkk dalam jurnal Mimbar
Yustitia, seseorang yang telah keluar dari penjara pada dasarnya dianggap orang
10 Prihatin Dwihantoro, “Etika Politik dan Kejujuran dalam Berpolitik,” Politika Vol.4,
No. 2 Tahun 2013, hal. 13.
6
yang telah menyesali perbuatanya, telah bertaubat, dan berjanji untuk tidak
mengulangi lagi perbuatannya sehingga dianggap sudah bisa menyatu kembali
dengan masyarakat.11 Tetapi tetap saja, seorang calon pemimpin seharusnya
memiliki etika politik yang baik sehingga nantinya mampu menjadi suri tauladan
bagi masyarakat. Oleh karena itu, permasalahan etika politik memang sudah
seharusnya mendapat perhatian yang lebih lagi.
B. Pertanyaan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
masalah agar penelitian ini berjalan dengan terukur dan sistematis.
1. Bagaimana proses pencalonan yang dilakukan oleh partai Golkar dan
PKB dalam memilih Yansen Akun Effendy sebagai calon bupati
Sanggau 2018?
2. Bagaimana standar pencalonan kepala daerah yang ditetapkan oleh
partai Golkar dan PKB sesuai dengan etika politik?
3. Mengapa partai Golkar dan PKB mendukung Yansen Akun Effendy
sebagai calon Bupati Sanggau 2018?
C. Tujuan Penelitian
Dari pokok-pokok permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan tujuan
penelitian berikut ini:
11 Muhammad Luthfi Adiyanto, dkk, “Hak Politik Mantan Narapidana Untuk
Mencalonkan Diri Sebagai Kepala Daearh (Analisis terhadap Putusan MK No. 42/PUU-
XIII/2015),” Mimbar Yustitia Vol.1, No.2 tahun 2017, hal. 117.
7
a. Menjelaskan proses pencalonan Yansen Akun Effendy sebagai calon
Bupati Sanggau 2018.
b. Menjelaskani faktor-faktor pertimbangan pencalonan Yansen Akun
Effendy sebagai calon Bupati Sanggau 2018 oleh partai Golkar dan
PKB.
c. Menjelaskan standar pencalonan kepala daerah oleh partai Golkar dan
PKB yang sesuai dengan etika politik.
D. Manfaat Penelitian
Dari pokok-pokok permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan manfaat
penelitian berikut ini:
a. Sebagai Pemahaman masyarakat bahwa etika politik penting bagi
proses pilkada.
b. Dapat memahami peran partai politik sebagai poros utama pilkada
dalam proses pemilihan calon kepala daerah.
c. Dapat menambah wawasan bagi pembaca dan penulis serta untuk
pengembangan ilmu politik khususnya pembahasan tentang etika
politik.
E. Tinjauan Pustaka
Ada beberapa literatur kepustakaan yang dapat dijadikan acuan untuk
memastikan urgensi penelitian dari skripsi ini sekaligus sebagai pembanding titik
temu sekaligus pembeda dengan penelitian lainnya.
8
Pertama adalah jurnal yang berjudul “Partai Politik dan Pembangungan
Politik Tahun 2012” yang ditulis oleh Ellya Rosana.12 Di dalam jurnal ini
menjelasakan bagaimana kaitannya antara keberadaan partai politik dengan
pembangunan politik. Partai politik merupakan salah satu komponen yang penting
dalam perpolitikan sebuah bangsa. Salah satu fungsi partai politik adalah sebagai
sarana pendidikan politik. Di sini partai politik akan berperan penting dalam
proses pembangunan politik yang terjadi. Hal yang berkaitan adalah sistem nilai
politik, struktur kekuasaan, strategi penanganan permasalahan kebijakan umum
dan lingkungan masyarakat yang ke dalam sistem politik. Partai politik di sini
berperan dalam memberikan pengetahuan tentang sistem politik sehingga
masyarakat paham dengan kondisi politik yang ada. Perubahan politik dapat
terjadi dalam dua hal yaitu konflik kepentingan dan gagasan atau nilai-nilai.
Faktor lain yang mampu mempengaruhi perubahan politik adalah berbagai
kebijakan yang secara sengaja, terencana, dan terorganisir dibuat dan
dilaksanakan oleh pemerintah. Dalam hal ini partai politik diharapkan mampu
melakukan perubahan yang bersifat positif sehingga nantinya akan berefek positif
juga dalam pembangunan politik.
Kedua adalah jurnal yang berjudul “Kritik Konsep Politik Machiavelli
dalam Perspektif Etika Politik Islam (Perbandingan dengan Teori Etika Politik Al-
Mawardi),” yang ditulis oleh Fuad Muhammad Zein.13 Dijelasakn dalam jurnal ini
12 Ellya Rosana, “Partai Politik dan Pembangunan Politik,” Jurnal TAPIs Vol.8, No.1
tahun 2012. 13 Fuad Muhammad Zein, “Kritik Konsep Politik Machiavelli dalam Perspektif Etika
Politik Islam (Perbandingan dengan Teori Etika Politik Al-Mawardi,” Mahkamah Vol.1, No.2
tahun 2016.
9
adalah perbedaan yang kontras antara apa yang dirumuskan oleh Machiavelli dan
Al-Mawardi. Hal ini terjadi karena keyakinan dasar dari keduanya yang sangat
berbeda. Machiavelli beranggapan bahwa etika tidak diperlukan apabila kondisi
masyarakat juga tidak beretika, sedangkan menurut Al-Mawardi, etika itu perlu
untuk diterapkan sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah sehingga mampu
memberikan solusi dalam permasalahan masyarakat yang kacau. Menurut Suseno,
Machiavelli melupakan 2 hal yaitu pertama adalah bahwa kekuasaan yang
berdasarkan kelicikan dan kebrutalan dengan sendirinya akan rapuh. Kekuatan
yang hanya berdasarkan faktor-faktor tersebut sepenuhnya berasal dari kekuatan
pribadi raja sementara faktor-faktor lain di luar raja selalu bersiap untuk
menyerang jika keadaan memungkinkan. Kekuasaan yang hanya berdasarkan
intrik pasti tidak akan stabil. Kedua adalah Machiavelli tidak melihat bahwa
stabilitas kekuasaan tergantung dari apakah kekuasaan dipandang sah atau tidak
oleh masyarakat.
Bagi Al-Mawardi, Etika politik itu sangat penting apalagi dalam berkuasa,
diperlukan moralitas dan akhlak dalam melakukannya. Menurut Al-Mawardi, asas
kekuasaan adalah selalu berpegang teguh pada akhlak yang mulia. Dalam hal ini
Al-Mawardi berharap bahwa penguasa selalu tetap istiqomah dalam berbuat
karena hal tersebut memberikan kemuliaan baginya, rakyat, dan negaranya. Selain
itu, penguasa harus terbebas dari sifat sombong karena seorang penguasa diukur
berdasarkan hasil kerjanya bukan atas kesombongannya.
10
Ketiga adalah Jurnal yang berjudul “Peran Partai Politik dalam
Mensukseskan Pilkada Serentak di Indonesia Tahun 2015”, yang ditulis oleh
Angga Natalia.14 Dalam pilkada, posisi partai politik sangat vital karena partai
politik lah yang mengusung calon-calon kepala daerah. Sebagaimana yang kita
tahu, pasangan calon kepala daerah merupakan calon yang didukung oleh partai
politik maupun gabungan dari partai politik. Partai politik yang baik akan
mencoba untuk mensukseskan pilkada karena bukan hanya partai politik saja yang
diuntungkan dari hasil pilkada tersebut tetapi rakyat juga ikut terlibat di dalamnya.
Partai politik dalam hal ini mempunyai tanggungjawab yang besar untuk
menghadirkan kandidat-kandidat pemimpin yang berkualitas. Maka dari itu partai
politik harus mempunyai struktural partai yang baik dan kodusif, tidak sedang
dalam sebuah konflik internal.
Keempat adalah Tesis yang berjudul “Konsep Etika Politik Menurut
Pemikiran Nurcholish Madjid tahun 2015”, ditulis oleh Eka Zuliana.15 Bagi
Nurcholish Madjid, landasan moral etika politik masih sangat diperlukan hingga
saat ini. Dalam kehidupan berpolitik tidak boleh meninggalkan nilai-nilai
keagamaan. Prinsip moral kemanusiaan dan keadilan merupakan hal yang
terpenting karena merupaka landasan ketahanan suatu bangsa dalam menghadapi
perubahan kehidupan yang semakin kompleks. Selain itu, konsep etika politik
yang dipaparkan oleh Nurcholish Madjid adalah demokrasi. Sistem demokrasi
14 Angga Natalia, “Peran Partai Politik dalam Mensukseskan Pilkada Serentak di
Indonesia Tahun 2015,” Jurnal TAPIs No.11. Vol.1 tahun 2015. 15 Eka Zuliana, Konsep Etika Politik Menurut Pemikiran Nurcholis Madjid [Tesis]
(Medan: Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, 2015).
11
merupakan sistem yang paling sesuai dengan keadaan Indonesia. Demokrasi
menjadi jalan untuk terciptanya sebuah negara demokratis yang beretika.
Kelima adalah Buku “Etika Politik Tahun 2016”, yang ditulis oleh Eko
Handoyono, Martin Herna Susanti, dan Aris Munandar.16 Etika politik tidak
hanya mengatur tentang perilaku individu dalam berpolitik tetapi juga mengatur
praktik institusi sosial, budaya, hukum, politik, dan ekonomi. Dapat disimpulkan
etika politik mengatur seluruh aspek kehidupan bermasyarakat. Etika politik
mempunyai tiga dimensi yaitu tujuan, sarana, dan aksi politik. Dimensi tujuan
mengandaikan pada pencapaian kesejahteraan masyarakat dan hidup damai.
Dalam sebuah negara demokratis, dimensi tujuan mewajibkan kepada pemerintah
untuk menfokuskan kebijakan pada kesejahteraan masyarakat dan hidup damai.
Aspek moral dalam dimensi tujuan dapat dilihat dari kemampuan menentukan
arah yang jelas dari kebijakan umum dan akuntabilitasnya.
Dimensi sarana memungkinkan pencapaian tujuan. Dimensi ini meliputi
sistem dan prinsip-prinsip dasar pengorganisasian praktik penyelenggaraan negara
dan juga mendasari institusi-institusi sosial. Dimensi sarana mengandung dua pola
normatif, yaitu tatanan politik dan kekuatan politik. Aspek moral dari dimensi ini
adalah pada peran etika dalam menguji dan mengkritisi legitimasi keputusan-
keputusan, institusi-institusi, dan praktik-praktik politik. Dalam dimensi aksi
politik, pelaku memegang perang dalam menentukan rasionalitas politik.
16 Eko Handoyono, Martina Herna Susanti, dan Aris Munandar, Etika Politik (Semarang:
Widya Karya Press, 2016).
12
Rasionalitas politik terdiri dari rasionalitas tindakan dan keutamaantau kualitas
moral pelaku.
Keenam adalah jurnal yang berjudul “Konstruksi Hukum Pemilu dan
Pemilukada dalam Putusan-Putusan Mahkmah Konstitusi Tahun 2016” yang
ditulis oleh Wahyu Nugroho.17 Konstruksi hukum erat kaitannya dengan
pembentukan hukum, baik pada saat proses pembahasan suatu Rancangan
Undang-Undang, peraturan-peraturan teknis sebagai penjabaran dari Undang-
Undang, maupun berbagai putusan Mahkamah Konstitusi yang turut membentuk
konstruksi hukum pemilu dan pemilukada di Indonesia. Konstruksi hukum
tersebut yakni Undang-Undang No. 42 Tahun 2008, undang-undang No. 8 Tahun
2015 serta putusan-putusan Mahkamah Konstitusi. Harapannya adalah konsistensi
penegakan hukum (penyelenggara pemilu dan penegak hukum pemilu) untuk taat
terhadap sejumlah perangkat hukum pelaksanaan, prosedur dan sanksi dalam
penyelenggaraan pemilu. Aspek kepastian hukum dan aspek budaya hukum
sangat penting dipenuhi agar tujuan pemilu dan pemilukada dapat mencapai
sasaran yang diidealkan. Selain itu, penyelenggara pemilu di tingkat pusat
maupun daerah, juga peserta pemilu dan pemilukada wajib mematuhi peraturan
perundangan, mulai dari Peraturan KPU, undang-undang, maupun ketaatan dalam
menjalankan putusan Mahkamah Konstitusi.
Ketujuh adalah jurnal yang berjudul “Hak Politik Mantan Narapidana
Untuk Mencalonkan Diri Sebagai Kepala Daearh (Analisis terhadap Putusan MK
No. 42/PUU-XIII/2015) Tahun 2017” yang ditulis Muhammad Luthfi Adiyanto,
17 Wahyu Nugroho, Etika dan Pemilu Vol. 2, No. 4 tahun 2016.
13
Shahaludin Serba Bagus, dan Ahmad Munir.18 Hak politik seseorang hanya bisa
dicabut oleh putusan hakim sehingga mantan narapidana tetap bisa mencalonkan
diri sebagai kepala daerah. Pertimbangan ini dilakukan karena tidak ada undang-
undang yang melarang seorang mantan narapidana mencalonkan diri sebagai
kepala daerah dan seorang yang telah keluar penjara dianggap sebagai manusia
yang baru dan sudah menebus kesalahannya.
Banyak literatur yang membahas tentang hak mantan narapidana korupsi
untuk ikut dalam pilkada. Perbedaan yang membedakan literatur di atas dengan
skripsi yang akan penulis bahas adalah dari segi teori dan kasus yang berbeda.
Penulis menggunakan teori partai politik dan etika politik yang dilihat dari segi
dimensi etika politik untuk melihat pencalonan Yansen Akun Effendy sebagai
calon Bupati Sanggau 2018 melanggar etika politik atau tidak.
F. Metodologi Penelitian
Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan dalan proses penelitian ini
adalah menentukan pendekatan penelitian, sumber data, lokasi penelitian, teknik
pengumpulan data, dan metode analisis data.
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan
dan Taylor, penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan
18 Muhammad Luthfi Adiyanto, dkk, Mimbar Yustitia Vol.1, No.2 tahun 2017.
14
data deskriptif berupa ucapan, tulisan, maupun perilaku orang yang diamati.19
Penelitian kualitatif bersifat deskriptif yang tujuannya adalah untuk memberikan
pemahaman lebih serta menguraikan situasi yang terjadi.20Data kualitatif
mencakup sebagai berikut:21 1) Deskripsi yang mendetail, 2) pendapat langsung
dari orang-orang yang terkait, 3) dokumen, laporan, arsip, dan sejarahnya, serta 4)
deskrpsi detail tentang sikap dan tingkah laku seseorang. Dalam penelitian ini
menggunakan studi kasus untuk memperjelas gambaran dari judul besar yang ada
dalam penelitian. Sehingga penelitian kasus akan dipilih dalam mempersempit
ruang lingkup penelitian kualitatif ini. Penelitian kasus adalah proses
pengumpulan data dan informasi secara mendalam, mendetail, intensif holistik,
dan sistematis tentang orang, kejadian, latar sosial, atau kelompok dengan
menggunakan berbagai metode dan banyak informasi untuk memahami secara
efektif bagaimana kejadian itu berjalan sesuai dengan konteksnya.22
Dengan metode penelitian kualitatif, data yang didapatkan akan lebih
akurat dan kredibel karena dapat melakukan wawancara yang mendalam, fokus,
dan teliti terhadap subjek penelitian. Selain melalui wawancara mendalam, data
dapat diperoleh dengan melakukan observasi dan studi dokumentasi.
19 Sukidin dan Basrowi, Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro (Surabaya: Insan
Cendikia, 2002), hal. 2. 20 Timotius, Pengantar Metodologi Penelitian, hal. 11. 21 A. Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan
(Jakarta: Kencana, 2017), hal. 331. 22 Yusuf, Metode Penelitian, hal. 339.
15
2. Sumber Data dan Lokasi Penelitian
Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Data primer dalam penelitian ini adalah dengan melakukan wawancara langsung
dan dengan adanya dokumen terkait. sedangkan data sekunder diperoleh dari
berbagai dokumen penunjang yang berkaitan langsung dengan fokus penelitian,
diantaranya adalah jurnal, buku, artikel, serta pemberitaan media cetak maupun
elektronik yang berkaitan langsung dengan fokus penelitian.
Penelitian ini mengambil lokasi di Kabupaten Sanggau Provinsi
Kalimantan Barat tahun 2018, lebih tepatnya lagi berada di Kecamatan Kapuas.
Berfokus di Kecamatan Kapuas karena lokasi kantor DPC PKB Sanggau dan
kantor DPD Golkar berada di Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau. Sehingga
para narasumber yang berkaitan langsung dengan fokus penelitian berada di
Kecamatan Kapuas.
3. Teknik Pengumpulan Data
Ada dua cara yang digunakan dalam mengumpulkan data sesuai dengan
fokus penelitian yaitu dengan melakukan wawancara dan dokumen terkait.
Wawancara adalah suatu kejadian atau proses interaksi antara pewawancara
dengan sumber informasi atau orang yang diwawancarai melalui komunikasi
langsung, yang biasanya berupa percakapan tatap muka dengan fokus
pewawancara bertanya langsung mengenai masalah dalam penelitian.23
Sedangkan menurut Surakhmad, wawancara adalah teknik komunikasi langsung,
23 Yusuf, Metode Penelitian, hal. 372.
16
di mana peneliti mengumpulkan data dengan mengadakan komunikasi langsung
dengan subjek penelitian baik dalam secara langsung maupun tidak langsung.24
Dari segi pertanyaan, wawancara dapat dibagi dalam tiga bentuk, yaitu:25
a. Wawancara terencana-terstruktur, wawancara dibuat secara terperinci
dan sistematis.
b. Wawancara terencana-tidak terstruktur, menyusun wawancara dengan
rencana yang baik tetapi tidak menggunakan format dan tidak baku.
c. Wawancara bebas, berlangsung secara alami tidak bergantung terhadap
format dan tidak baku
Adapun orang yang akan diwawancarai adalah orang yang terkait dalam
fokus penelitian ini, yaitu Utin Sri Ayu Supadmi (Ketua DPC PKB Sanggau),
Slamet Riyandi (Kepala Sekretariat DPC PKB Sanggau), Adi Subrata (Sekretaris
DPD II Partai Golkar Sanggau), Ade Imran (Sekretaris DPC Partai Hanura
Sanggau), Konggo Tjintalong Tjondro (Anggota DPRD Sanggau Partai Golkar),
Rani Rahmawati (Anggota DPRD Sanggau Partai Nasdem), H. Abdullah
(Anggota DPRD Sanggau PAN), Fransiskus Kicun (Anggota DPRD Sanggau
Partai Hanura, dan Gusti Darmuddin (Anggota KPU Kabupaten Sanggau). Selain
itu, wawancara akan dilakukan dengan sopan dengan menyampaikan maksud dari
tujuan penelitian sehingga nantinya tidak ada kesalahpahaman yang menyebabkan
data yang didapatkan tidak sesuai yang diinginkan. Dalam proses wawancara akan
24 Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah (Bandung: Tarsito, 1994), hal. 162. 25 Yusuf, Metode Penelitian, hal. 376.
17
menggunakan alat perekam sehingga nanti hasilnya akan lebih tepat dibandingkan
hanya dengan catatan.
Dokumen adalah catatan atau karya tenang seseorang atau sekelompok
orang, peristiwa atau kejaadian yang sesuai dan terkait dengan fokus penelitian.
Biasanya berupa teks tertulis, artefak, gambar ataupun foto.26 Selain dokumen
utama, terdapat juga dokumen penunjang seperti jurnal, buku, artikel, serta berita
media cetak maupun media elektronik.
4. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif. Analisis data
merupakan kegiatan mengolah data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi menjadi informasi yang dapat dengan mudah
dipahami dan dapat menjawab permasalahan dari penelitian ini.27 Berikut ini
beberapa langkah dalam menganalisis data:28
1) Reduksi Data, yaitu merangkum, memilih hal-hal pokok, menfokuskan
pada hal-hal yang penting, serta mencari tema dan polanya.
2) Penyajian Data, hal ini dapat mempermudah dan memaahami apa yang
terjadi dan dapat merencanakan langkah selanjutnya sesuai dengan apa
yang dimengerti berupa teks naratif.
26 Yusuf, Metode Penelitian, hal. 391. 27 Hengky Wijaya, Analisis Data Kualitatif Ilmu Pendidikan Teologi (Sulawesi Selatan:
STTJFFRAY, 2018), hal. 52. 28 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: Rajawaali Press, 2013), hal. 75-78.
18
3) Penarikan Kesimpulan, yaitu inti dari apa yang telah didapatkan selama
proses penelitian berdasarkan teori-teori yang digunakan.
Langkah-langkah tersebut akan digunakan untuk menganalisis keterkaitan antara
partai politik dan etika politik yang mengacu pada proses pencalonan Yansen
Akun Effendy sebagai calon Bupati Sanggau 2018 melalui teori partai politik,
etika politik, dan pemilihan umum kepala daerah.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pemahaman mengenai hasil penelitian ini, maka
penulisannya diuraikan dalam beberapa bab sebagai berikut:
Bab I menjelaskan mengenai latar belakang, identifikasi masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka
teoritis,metodologi penelitian, dan sistematika penulisan terkait proses pemilihan
Yansen Akun Effendy sebagai calon Bupati Sanggau 2018.
Bab II menjelaskan konsep dan teori yang dipakai dalam penelitian ini,
yaitu teori partai politik, teori etika politik, teori pemilihan kepala daerah.
Bab III menjelaskan profil Kabupaten Sanggau dan Yansen Akun Effendy.
Bab IV menjelaskan pokok permasalahan penelitian, yaitu mengenai
proses pemilihan Yansen Akun Effendy sebagai calon Bupati Sanggau 2018 dan
etika politik sebagai salah satu pertimbangan dalam pemilihannya.
19
Bab V merupakan bagian penutup yang menjelaskan mengenai
kesimpulan dari semua pembahasan yang telah disampaikan dalam bab-bab
sebelumnya.
20
BAB II
KERANGKA TEORETIS
Skripsi ini menggunakan 3 teori yaitu teori partai politik, teori etika
politik, dan teori pemilihan kepala daerah untuk menjelaskan proses pencalonan
Yansen Akun Effendy sebagai calon Bupati Sanggau 2018.
A. Teori Partai Politik
A.1. Sejarah Partai Politik
Partai politik pertama kali lahir di negara-negara Eropa Barat, dengan
munculnya gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang patut diperhitungkan
dan diikutsertakan dalam politik. Maka lahirlah partai politik yang kemudian
berkembang menjadi penghubung antara rakyat dan pemerintah.1 Terdapat tiga
teori yang menjelaskan tentang munculnya partai politik yaitu pertama, teori
kelembagaan yang melihat adanya hubungan antara parlemen awal dan timbulnya
partai politik. Kedua, teori situasi historik yang mencoba melihat munculnya
partai politik sebagai suatu upaya dari sistem politik untuk mengatasi krisis yang
ditimbulkan dengan perubahan masyarakat yang luas. Ketiga, teori pembangunan
yang melihat partai politik sebagai produk modernisasi sosial ekonomi.2
Pertama, teori ini menjelaskan bahwa partai politik terbentuk dari
kalangan legislatif dan eksekutif yang melihat bahwa anggota parlemen yang
ditentukan secara pengangkatan perlu menjalin hubungan yang baik dengan
1 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2008), hal. 398. 2 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia, 2010), hal. 144.
21
masyarakat sehingga mendapatkan dukungan dari masyarakat. Latar belakang
terbentuknya partai politik ini disebabkan kebutuhan untuk mengakomodasi
kepentingan tiap-tiap daerah. Di Versailles, perwakilan-perwakilan provisnsi pada
General State mengadakan pertemuan untuk memperjuangkan kepentingan daerah
mereka masing-masing.3 Selain itu terdapat juga partai politik yang terbentuk dari
pemimpin masyarakat yang sadar politik dan melihat bahwa partai politik yang
dibentuk oleh pemerintah tidak mampu menampung dan meperjuangkan
kepentingan mereka. Hal tersebut tidak hanya terjadi di negara yang terjajah saja
tetapi juga dapat terjadi di negara – negara maju seperti terbentuknya Partai Buruh
di Inggris dan Australia, serta Partai Hijau di Jerman.4
Kedua, teori ini mengatakan bahwa krisis situasi historis terjadi manakala
suatu sistem politik mengalami masa transisi karena perubahan masyarakat dari
bentuk tradisional yang berstruktur sederhana menjadi masyarakat modern yang
bestruktur kompleks.5 Perubahan-perubahan yang terjadi meliputi pertambahan
penduduk karena perbaikan fasilitas kesehatan, perluasan pendidikan, mobilitas
okupasi, perubahan pola pertanian dan industri, partisipasi media, urbanisasi,
ekonomi berorientasi pasar, peningkatan aspirasi dan harapan-harapan baru, dan
munculnya gerakan-gerakan populis.6 Partai politik dibentuk untuk mengatasi tiga
permasalahan yang diakibatkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi, yaitu
legitimasi, integrasi, dan partisipasi.
3 Muhadam Labolo dan Teguh Ilham, Partai Politik dan Sistem Pemilihan Umum di
Indonesia: Teori, Konsep dan Isu Strategis (Jakarta: Rajawali Press, 2015), hal. 5. 4 Surbakti, Memahami Ilmu Politik, hal. 145. 5 Surbakti, Memahami Ilmu Politik, hal. 145. 6 Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, hal. 402.
22
Dalam hal ini, perubahan-perubahan mengakibatkan masyarakat
mempertanyakan prinsip-prinsip yang mendasari legitimasi kewenangan yang
memerintah, menimbulkan masalah dalam identitas yang menyatukan masyarakat
sebagai suatu bangsa, dan mengakibatkan timbulnya tuntutan yang semakin besar
untuk ikut serta dalam urusan politik.7 Diharapkan bahwa partai politik yang
terbuka bagi setiap anggota masyarakat dalam hal sosial dan ekonomi dapat
berperan sebagai pengintegrasi umum yang berfungsi sebagai sarana
konstitusional untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan. Selain itu,
partai politik juga diharapkan dapat berperan sebagai saluran partisipasi politik
masyarakat.8
Ketiga, teori ini melihat bahwa modernisasi sosial ekonomi memaksa
lahirnya suatu organisasi politik yang mampu memadukan dan memperjuangkan
berbagai aspirasi. Aspirasi ini berkaitan dengan pembangunan teknologi
komunikasi berupa media massa dan transportasi, perluasan dan peningkatan
pendidikan, industrialisasi, urbanisasi, perluasan kekuasaan negara seperti
birokratisasi, pembentukan berbagai kelompok kepentingan dan organisasi
profesi, dan peningkatan kemampuan individu yang mempengaruhi lingkungan.9
A.2. Pengertian Partai Politik
Dapat diartikan bahwa Partai politik dibuat untuk mewujudkan suatu
gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu diikut sertakan dalam proses
7 Surbakti, Memahami Ilmu Politik, 146. 8 Labolo dan Ilham, Partai Politik dan Sistem Pemilihan Umum di Indonesia, hal. 6. 9 Surbakti, Memahami Ilmu Politik, hal. 145-146.
23
politik. Melalui partai politik inilah rakyat turut berpartisipasi dalam hal
memperjuangkan dan menyalurkan aspirasi-aspirasinya atau kepentingan-
kepentingannya. Dengan demikian, proses artikulasi kepentingan tersalurkan
melalui partai politik.10 Partai politik sering dikatakan sebagai perwujudan atau
lambing negara modern, hal tersebut terjadi karena hampir disemua negara
demokrasi maupun komunis ataupun negara maju dan negara berkembang
memiliki partai politik.11Definisi partai politik telah dikemukakan oleh beberapa
ahli politik, diantaranya menurut ahli politik Carl J. Friedrich adalah sebagai
berikut:
“Partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan
tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi
pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini, memberikan kepada anggota
partainya kemanfaatan yang bersifat idiil serta materiil. (a political party is a
group of human beings, stably organized with the objective of securing or
maintaning for its leader the control of a goverment, with the futher objective of
giving to member of the party, through such control ideal and material benefits
and advantages)”.12
Berbeda dengan definisi yang dijabarkan oleh Friedrich, Down memaknai
partai politik sebagai sekelompok orang yang berusaha mengontrol aparatur
pemerintah untuk memperoleh jabatan publik melalui pemilihan umum.13
Berbeda lagi dengan Smith, ia menambahkan ideologi dalam
terbentuknya partai politik. Sehingga menurut Smith, partai politik adalah:
“Partai politik adalah organisasi politik yang menganut ideologi tertentu atau
mewakili sejumlah kepentingan atau nilai-nilai tertentu dan mencoba
menggunakan kekuasaan politik untuk memperoleh jabatan publik. (a political
10 Labolo dan Ilham, Partai Politik dan Sistem Pemilihan Umum di Indonesia, hal. 9. 11 Surbakti, Memahami Ilmu Politik, hal 147. 12 Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, hal. 404. 13 Eko Handoyono, Herna Susanti, dan Aris Munandar, Etika Politik ( Semarang: Widya
Karya, 2016), hal. 149.
24
organisation that subscribes toa certain ideology, or represents a particular set of
interest orvalues and tries to exercise political power by gaining public office)”.14
Neumann berpendapat bahwa persaingan partai politik didasarkan pada
pandangan-pandangan yang berbeda. Berikut pengertian lengkap partai politik
menurut Neumann:
“Partai politik adalah organisasi dari aktifitas-aktifitas politik yang berusaha
untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat melalui
persaingan dengan suatu golongan atau golongan-golongan lain yang mempunyai
pandangan yang berbeda (a political party is the articulate organization of
society’s active political agent; those who are concerned with the control of
govermental policy power, and who complete for popular support with other
group or groups holding divergent view)”.15
Sementara itu, Chibber and Ken Kollman mengartikan partai politik
adalah sekelompok kandidat yang berusaha masuk dalam pemilihan umum di
bawah label yang sama (a group of can didates running for election under
the,same label)”.16 Berbeda dengan Chibber dan Kollman yang mengartikan partai
politik sebagai orang-orang yang ikut dalam pemilihan umum dengan tujuan yang
sama yaitu untuk menang, Soltau memberikan definisi partai politik sebagai
berikut:
“Partai politik adalah sekelompok warga negara yang terorganisasi yang
bertindak sebagai suatu kesatuan politik dengan memanfaatkan kekuasaannya
untuk memilih, bertujuan menguasai pemerintahan dan melakukan kebijakan
mereka sendiri (a group of citizen more or les organized, who act as a political
unit and who, by the use of their voting power, aim to control the government and
carry out their general policies)”.17
Selanjutnya menurut Miriam Budiardjo definisi partai politik adalah:
“Partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisasi yang anggota-
anggotanya mempunyai orientasi nilai-nilai dan cita-cita yang sama, tujuan
14 Handoyono, dkk, Etika Politik, hal. 148. 15 Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, hal. 404. 16 Handoyono, dkk, Etika Politik, hal 148. 17 Inu Kencana Syafiie, Ilmu Politik (Jakarta: Rineke Cipta, 2010), hal. 325.
25
kelompok ini adalah untuk memperoleh kekuasaan politik dan berebut kedudukan
politik (biasanya) dengan cara konstitusional untuk melaksanakan kebijaksanaan-
kebijaksanaan mereka”.18
Hampir sama dengan apa yang di sampaikan oleh Miriam Budiardjo,
Menurut Ramlan Surbakti partai politik adalah:
“Partai politik adalah sekelompok orang yang terorganisir secara rapi yang
dipersatukan oleh persamaan ideologi yang bertujuan untuk mencari dan
mempertahankan kekuasaan dalam pemilihan umum guna melaksanakan
alternative kebijakan yang telah mereka susun”. Alternatif kebijakan umum yang
disusun ini merupakan hasil pemanduan berbagai kepentingan yang hidup dalam
masyarakat, sedangkan cara mencari dan mempertahankan kekuasaan guna
melaksanakan kebijakan umum dapat melalui pemilihan umum dan cara-cara lain
yang sah”.19
Menurut Lapalombara dan Weiner, partai politik bukanlah organisasi
politik yang mempunyai hubungan terbatas namun mempunyai kegiatan yang
berkesinambungan. Dalam hal ini partai politik berawal dari masyarakat lokal
yang melakukan kegiatan serta berusaha memperoleh dan mempertahankan
kekuasaan dan ikiut serta dalam pemilihan umum.20 Jadi partai politik adalah
sebuah organisasi yang dibentuk dari sekumpulan orang yang mempunyai tujuan
untuk memperoleh kekuasaan dalam pemerintahan dan menjadi penyampung
aspirasi masyarakat sipil dengan pemerintah.
A.3. Fungsi Partai Politik
Partai politik mempunyai fungsi utama yaitu mencari dan
mempertahankan kekuasaan untuk mewujudkan program-program yang disusun
berdasarkan ideologi tertentu. Dalam sistem demokrasi, hal tersebut dapat
dipraktekkan dengan ikut serta dalam pemilihan umum. Caranya adalah dengan
18 Syafiie, Ilmu Politik, hal. 326. 19 Surbakti, Memahami Ilmu Politik, hal 148-149. 20 Surbakti, Memahami Ilmu Politik, hal. 146.
26
menyeleksi calon-calon, kampanye, dan melaksanakan fungsi pemerintahan
(eksekutif atau legsilatif).21 Berikut ini fungsi lain dari partai politik:
a. Sosialisasi Politik
Sosialisasi politik adalah proses memperkenalkan, tanggapan, dan reaksi
dari seseorang terhadap suatu peristiwa politik.22 Prosesnya berlangsung seumur
hidup yang diperoleh secara sengaja maupun scara tidak sengaja melalui kontak
dan pengalaman sehari-hari.23 Gabriel Almond mengartikan sosialisasi politik
sebagai cara membentuk, mempertahankan dan mentransmisikan kebudayaan
politik suatu bangsa, sehingga kebudayaan politik suatu bangsa dapat disampaikan
dari generasi tua kepada yang lebih muda.24 Dalam hal ini partai politik berfungsi
untuk menyalurankan nilai, norma, aturan, atau kebiasaan politik yang baik pada
ruang lingkupnya, kemudian disalurkan kepada masyarakat umum karena nilai,
aturan, dan kebiasaan dalam bentuk perilaku dan tingkah laku politik hanya dapat
dilakukan oleh partai politik.25
b. Rekrutmen Politik
Sebagaimana yang kita tahu, tujuan utama dari partai politik adalah turut
terilbat dalam politik praktis kepemerintahan, maka dari itu, partai melakukan
21 Surbakti, Memahami Ilmu Politik, hal 149. 22 Micheal Rush dan Philip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik ( Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2003), hal. 25. 23 Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, hal. 406. 24 Mohtar Mas’oed, Perbandingan Sistem Politik (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2008), hal. 40. 25 Leo Agustino, Perihal Ilmu Politik: Sebuah Bahasan Memahami Ilmu Politik
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), hal. 104.
27
rekrutmen untuk mengisi posisi-posisi yang dibutuhkan dalam lembaga negara.26
Rekrutmen Politik itu menyeleksi, memilih atau pengangkatan seseorang atau
sekelompok orang untuk menjalankan tugas atau peranan dalam sistem politik.27
fungsinya agar dapat mempersiapkan kepemimpinan yang berkualitas dari kader-
kader yang telah dipersiapkan sehingga partai dapat terus berjalan dengan baik.
Rekrutmen politik menjamin keberlangsungan hidup partai, sekaligus merupakan
salah satu cara untuk menjaring dan melatih calon-calon pemimpin.28
c. Partisipasi Politik
Partisipasi politik adalah keikutsertaan warga negara biasa dalam proses
pembuatan dan pelaksanaan kebijaksanaan umum dan juga ikut menentukan
pemimpin pemerintahan. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan mengikuti setiap
proses politik yang terjadi seperti mengajukan tuntutan, membayar pajak,
melaksanakan keputusan, mengajukn kitik terhadap suatu kebijakan, mendudkung
atau menentang calon pemimpin tertentu, mengajukn opsi pemimpin yang lain,
dan ikut berpartisipasi dalam pemilihan umum.29
Dalam partisipasi politik, masyarakat dapat dikategorikan dalam beberapa
tipe yaitu: (1) tipe aktif dan mau terlibat langsung. (2) Aktif dan tidak mau terlibat
langsung. (3) Pasif, dalam kategori ini biasanya orang tidak peduli dan tidak mau
memberikan suaranya dalam pemilu.30
26 Agustino, Perihal Ilmu Politik, hal. 105. 27 Surbakti, Memahami Ilmu Politik, hal. 151. 28 Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, hal. 407. 29 Surbakti, Memahami Ilmu Politik, hal. 151. 30 Handoyono, dkk, Etika Politik, hal. 142.
28
d. Pemadu Kepentingan
Setiap masyarakat memiliki kepentingan-kepentingan yang berbeda. Maka
dari itu dibentuklah partai politik untuk memadukannya. Partai politik berkegiatan
untuk menampung, menganalisis dan memadukan berbagai kepentingan yang
berbeda bahkan bertentangan untuk dijadikan alternatif kebijakan umum yang
nantinya akan diperjuangkan dalam proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan
politik. Sebenarnya fungsi utama dari partai politik adalah memadukan berbagai
kepentingan sehingga mampu menjadi titik kumpul sebelum sebuah kebijakan
resmi diputuskan.31
e. Komunikasi Politik
Komunikasi politik merupakan proses penyampaian informasi politik dari
pemerintah kepada masyarakat ataupun dari masyarakat kepada pemerintah.
Dalam hal ini partai politik berperan sebagai komunikator politik yang menjadi
narahubung anatara pemerintah dan masyarakat.32 Sehingga mampu menyalurkan
berbagai macam pendapat dan aspirasi masyarakat ditengah keberagaman
pendapat masyarakat yang terus berkembang. Fungsi ini mengantisipasi hilangnya
aspirasi masyarakat karena apabila tidak ditampung dalam suatu wadah
organisasi, kemungkinan besar aspirasi-aspirasi masyarakat akan hilang atau
menguap.33
31 Surbakti, Memahami Ilmu Politik, hal. 152. 32 Surbakti, Memahami Ilmu Politik, hal. 153. 33 Hardoyono, dkk, Etika Politik, hal. 143.
29
f. Pengendalian Konflik
partai politik dalam fungsi ini diharapkan dapat menjadi penengah apabila
terjadi pertikaian atau perkelahian dalam suatu masyarakat. Caranya dengan
berdialog dengan pihak-pihak yang berkonflik, kemudian menampung dan
memadukan berbagai aspirasi dan kepentingan dari pihak-pihak yang berkonflik
dan akan dibawa kepada badan permusyawaratan rakyat untuk diselsaikan
masalahnya.34 Penyelsaian masalah dapat terjadi apabila wakil rakyat yang berasal
dari partai politik mau melakukan kompromi. Apabila konflik tidak teratasi maka
partai politik dianggap tidak mampu mengendalikan konflik, melainkan justru
menciptakan konflik dalam masyarakat.35
g. Kontrol Politik
Kontrol politik ini biasanya dihasilkan dari kesepakatan bersama sehingga
nantinya menjadi pengangan bersama yang menjadi tolak ukur.36 Tugas utama
dari partai politik adalah untuk memaksimalkan keikutsertaan anggota masyarakat
dalam proses-proses politik, yang mengharuskan partai politik memperluas
hubungannya dengan anggota-anggota masyarakat dan memperhatikan
kepentingan-kepentingan mereka.37 Keberhasilan suatu partai politik bergantung
pada tingkat dukungan rakyat, sehingga partai harus selalu dekat dengan opini
masyarakat.38 Fungsi-fungsi partai politik akan lebih baik lagi apabila pendirian
34 Surbakti, Memahami Ilmu Politik, hal. 154. 35 Hndoyono, dkk, Etika Politik, hal. 144. 36 Surbakti, Memahami Ilmu Politik, hal. 154. 37 Syarial Syarbaini, Rusdiyanta, Doddy Wihardy, Pengetahuan Dasar Ilmu Politik
(Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), hal. 134. 38 Syarbaini, dkk, Pengetahuan Dasar Ilmu Politik, hal. 136.
30
suatu partai politik didasarkan pada kesadaran masyarakat terhadap hak-hak
politikya, yang mana masyarakat hidup dalam kondisi waktu yang selalu berubah-
ubah.39
B. Teori Etika Politik
B.1. Pengertian Etika
Segala perbuatan pasti dinilai dengan “baik atau buruk”, “benar atau
salah”, hal ini berlaku bagi seluruh manusia yang kedudukannya tinggi maupun
yang rendah.40 Etika memandang kehidupan manusia merupakan suatu hal yang
penting masyarakat yang baik ditentukan oleh etika masyarakat tersebut, apabila
etikanya buruk maka akan buruk juga dampaknya.41 Menurut Bahasa etika berasal
dari Bahasa Yunani ethos yang berarti adat istiadat atau kebiasaan, perasaan batin,
kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan.42
Dalam Bahasa Indonesia, ethos banyak dipakai serta dikombinasikan,
seperti etos kerja, etos profesi, etos imajinasi, etos dedikasi, etos kinerja. Etika
termasuk ilmu pengetahuan tentang asas-asas tingkah laku.43 Bertens mengartikan
etika ke dalam tiga hal, yaitu: 1) Etika merupakan nilai-nilai dan norma-norma
moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam
39 Syarbaini, dkk, Pengetahuan Dasar Ilmu Politik, hal. 135. 40 Ahmad Amin, Etika Ilmu Akhlak (Jakarta: Bulan Bintan, 1995), hal. 2. 41 M. Yatimin Abdullah, Pengantar Studi Etika (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2006), hal.
1-2. 42 Abdullah, Pengantar Studi Etika, hal. 4. 43K. Bertens, Etika (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007), hal. 5.
31
mengatur tingkah lakunya. 2). Etika merupakan kumpulan asas atau nilai moral
(kode etik). 3) Etika merupakan ilmu tentang yang baik atau buruk.44
Menurut Bertens45, etika adalah ilmu yang membahas tentang moralitas
atau tentang manusia sejauh berkaitan dengan moralitas. Dalam hal ini Bertens
membagi etika ke dalam tiga pendekatan, yaitu 1) Etika Deskriptif, melihat dari
adat istiadat atau kebiasaan sehingga dapat dilihat perbuatan tersebut dilarang atau
tidak. Etika deskriptif tidak memberikan penilaian terhadap moralitas individu
atau kebudayaan-kebudayaan tetapi hanya mempelajarinya saja. 2) Etika
Normatif, berbeda dengan etika deskriptif yang hanya mempelajari dan tidak
memberikan nilai, etika normatif bersifat perspektif yaitu langsung menentukan
benar tidaknya tingkah laku atau anggapan moral. Etika normatif dibagi lagi ke
dalam dua bagian yaitu etika umum dan etika khusus. 3) Metaetika, tidak
mempelajari moralitas secara langsung tetapi mempelajari ucapan-ucapan di
bidang moralitas.46
Jadi etika adalah ilmu tentang tingkah laku manusia yang dapat dinilai
baik buruknya dengan melihat perbuatan manusia selama hidupnya. Etika tidak
hanya soal mempelajarinya tetapi juga harus dipraktekkan agar dapat bermanfaat
sehingga menjadi orang-orang yang baik.47 Etika memberikan tuntutan kepada
44 Handoyono, Etika Politik, hal. 2. 45 Bertens, Etika, hal. 15. 46 Bertens, Etika, hal. 16-19. 47 Abdullah, Pengantar Studi Etika, hal. 10.
32
manusia tentang tingkah laku dan perbuatan yang dilakukan sengaja serta baik
buruknya.48
B.2. Pengertian Politik
Kata politik berasal dari kata polis, yang berarti negara kota. Secara istilah,
polis ini kemudian diartikan sebagai politik yang digunakan sebagai konsep
pengaturan masyarakat. Konsep ini menjelaskan bagaimana pemerintahan
dijalankan untuk mewujudkan sebuah masyarakat politik atau negara yang paling
baik, dibantu dengan unsur-unsur yang melengkapi seperti lembaga pemerintahan,
masyarakat yang mempunyai kepentingan, kebijakan serta hukum-hukum yang
mengatur masyarakat, dan cita-cita yang hendak dicapai. Tujuannya adalah
membuat warga negaranya memiliki kehidupan yang baik.49.
Politik dari aspek pengertian kehidupan sehari-hari memiliki beberapa
pengertian yang positif, seperti kekuasaan, partai, pemerintahan negara, kebijakan
pemerintahan, dan parlemen.50 Selain itu, politik juga banyak memiliki artian
yang negatif, seperti korupsi, kolusi, nepotisme, kelicikan, curang, dan
kemunafikan. Maka dari itu, diperlukan sebuah pengertian yang jelas dan
sistematis mengenai realitas politik.51
Politik dapat berarti suatu disiplin ilmu pengetahuan dan seni. Politik
sebagai ilmu, memilikisubjek, objek, terminologi, teori, ciri, filosofis, dan cara
penelitian yang khas dan spesifik serta dapat diterima secara menyeluruh, selain
48 Abdullah, Pengantar Studi Etika, hal. 13. 49 Beddy Iriawan, Sistem Politik Indonesia (Jakarta: Rajawali Press, 2013), hal. 10. 50 Iriawan, Sistem Politik Indonesia, hal. 11. 51 Iriawan, Sistem Politik Indonesia, hal. 12.
33
itu dapat diajarkan dan dipelajari oleh setiap orang. Politik juga disebut sebuah
seni, karena banyak dijumpai politisi yang tanpa pendidikan ilmu politik, tetapi
mampu menjalankan roda politik praktis. Dalam arti luas, politik membahas
secara rasional berbagai aspek negara dan kehidupan politik.52
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, politik diartikan segala urusan
dan tindakan (kebijakan, siasat, dan sebagainya) mengenai pemerintahan sesuatu
negara atau terhadap negara lain, tipu muslihat atau kelicikan, dan juga
dipergunakan sebagai nama bagi sebuah disiplin ilmu pengetahuan, yaitu ilmu
politik. Kemudian menurut Miriam Budiardjo, politik adalah bermacam-macam
kegaiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses
menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu.53
Sedangkan menurut Kartini Kartono, politik berarti sesuatu yang berhubungan
dengan pemerintahan, seperti peraturan, undang-undang, hukum, kebijakan, dan
lain-lain.54
. Dalam pandangan Laswell tersebut, politik dimaknai sebagai suatu
kegiatan di mana seseorang mendapat apa (barang dan jasa), kapan
memperolehnya, dan dengan cara bagaimana ia mendapatkannya.55 Crick
mengartikan politik sebagai aktivitas di mana kepentingan-kepentingan yang
berbeda diterima dalam sebuah aturan yang dapat diterima dengan berbagai
kekuasaan secara baik guna mewujudkan kesejahteraan dan kelangsungan hidup
52 Handoyono, Etika Politik, hal . 35. 53 Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, hal. 54 Iriawan, Sistem Politik Indonesia, hal. 12. 55 Handoyono, Etika Politik, hal. 36.
34
seluruh komunitas. Politik menurut pemahaman Crick tersebut fokus pada
bagaimana kepentingan yang berbeda di satukan melalui pembagian kekuasaan
dengan tujuan untuk mewujudkan kesejahteraan bersama.56 Dapat disimpulkan
bahwa politik merupakan proses pembuatan kebijakan, pengambilan keputusan,
dan pendistibusian nilai yang melibatkan masyarakat dan pemerintah untuk
mewujudkan kesejahteraan dan kelangsungan hidup masyarakat, bangsa, dan
negara.57
Pengertian politik dari berbagai ahli politik memiliki pengertian yang
berbeda-beda, menurut Miriam Budiardjo, hal tersebut disebabkan karena para
ahli cenderung hanya melihat dari salah satu aspek atau unsur politik. Intinya
adalah politik membahas mengenai konsep negara, kekuasaan, pengambilan
keputusan, kebijakan, pembagian, atau lokasi.58
B.3. Pengertian Etika Politik
Etika politik berbicara tentang tanggung jawab dan kewajiban manusia
sebagai manusia.59 Dalam hal ini, negara berperan sangat penting untuk
menciptakan manusia dan warga negara yang baik karena manusia yang baik dan
warga negara yang baik hanya bisa terwujud apabila negaranya juga baik. Hal ini
berbanding lurus dengan kondisi sebuah negara, apabila negara buruk maka warga
negaranya juga akan buruk. Jika negara baik maka warga negaranya juga akan
baik, hal ini disebabkan karena apabila ada warga negara baik hidup di sebuah
56 Handoyono, Etika Politik, hal. 37. 57 Handoyono, Etika Politik, hal. 36. 58 Iriawan, Sistem Politik Indonesia, hal.13-14. 59 Handoyono, Etika Politik, hal, 54.
35
negara yang buruk maka warga negara tersebut akan ikut buruk juga.60 Negara
yang ideal dengan warga negara yang ideal adalah suatu negara yang dapat
membahagiakan rakyatnya, didukung oleh individu warga negara yang secara
moral dan etis baik.61
Dalam perspektif etika politik, manusia memiliki dimensi politis. Dimensi
politis manusia, dapat dikaji dari tiga hal. Pertama, manusia sebagai makhluk
sosial. Kedua, manusia dengan dimensi kesosialannya. Ketiga, dimensi politis
kehidupan manusia. Dimensi politis manusia berfungsi dalam kerangka kehidupan
masyarakat. Untuk ini, perilaku manusia dalam masyarakat perlu ditata, baik
secara normatif maupun efektif. Tindakan manusia dalam masyarakat ditata
secara normatif melalui tiga cara, yaitu melalui rintangan-rintangan fisik, melalui
kondisionasi psikis, dan secara normatif.62
Menurut Thompson, etika politik adalah cara untuk menilai tindakan
politik dalam perbuatan etis. Politik dan etika seperti dua hal yang berbeda tetapi
tidak dapat dipisahkan. Politik adalah kekuasaan yang diatur dengan aturan-aturan
kebijakan, sedangkan etika sebagai prinsip yang berkaitan dengan moralitas.
Tujuan etika politik adalah untuk membuat manusia hidup baik dan membangun
institusi-institusi yang adil.63
60 Handoyono, Etika Politik, hal. 55. 61 Handoyono, Etika Politik, hal. 56. 62 Handoyono, Etika Politik, hal. 58. 63 Abdullah, Pengantar Studi Etika, hal. 30.
36
B.4. Urgensi dan Dimensi Etika Politik
Dalam situasi apapun, baik normal, aman, tertib, dan terkendali, maupun
tidak tertib atau kacau, kehadiran etika politik sangat diperlukan. Dalam situasi
kacau, etika politik semakin relevan. Pertama, etika politik berbicara tentang
otoritas, yaitu betapapun kasar dan tidak santunnya suatu politik, tindakannya
membutuhkan legitimasi. Legitimasi tersebut berasal dari norma, moral, nilai-
nilai, hukum atau undang-undang. Kedua, politik yang tidak adil dan kasar
menyebabkan jatuhnya korban, dari korban tersebut akan membangkitkan simpati
dan protes terhadap ketidakadilan. Ketiga, konflik dan pertarungan kepentingan
yang terus menerus terjadi memerlukan penyelesaian yang baik dan adil.64
Etika politik tidak hanya berkaitan dengan perilaku para politisi,tetapi juga
berkaitan dengan praktik institusi sosial, budaya, hukum, politik, dan ekonomi.
Bisa dikatakan, etika politik berkaitan dengan seluruh aspek kehidupan
masyarakat. Perilaku politisi hanyalah salah satu dimensi dari etika politik.65 Etika
politik memiliki tiga dimensi yaitu tujuan, sarana, dan aksi politik. Dimensi tujuan
mengutamakan pada pencapaian kesejahteraan masyarakat dan hidup damai
didasarkan pada kebebasan dan keadilan. Dalam negara demokratis, dimensi
tujuan dari etika politik, mewajibkan pemerintah dalam menyelenggarakan negara
dengan memusatkan perhatian pada kesejahteraan masyarakat dan hidup damai.
64 Handoyono, Etika Politik, hal. 58. 65 Handoyono, Etika Politik, hal. 59.
37
Aspek moral dari dimensi tujuan terletak pada kemampuan menentukan arah yang
jelas dari kebijakan umum dan akuntabilitasnya.66
Dimensi sarana berbicara mengenai sistem dan prinsip-prinsip dasar
pengorganisasian dan cara penyelenggaraan negara yang mendasari institusi-
institusi sosial. Dimensi sarana mengandung dua pola normatif, (1) tatanan politik
(hukum dan institusi) harus mengikuti prinsip solidaritas dan subsidiaritas,
penerimaan pluralitas, dan struktur sosial ditata secara politik menurut prinsip
keadilan, (2) kekuatan-kekuatan politik ditata menurut prinsip timbal balik. Aspek
moral dari dimensi sarana ini terletak pada peran etika dalam melihat serta
menguji dan mengkritisi keputusan-keputusan, institusi-institusi, dan praktik-
praktik politik.67
Dimensi aksi politik, etika politik dilihat dari rasionalitas politik yang
dilakukan oleh pelaku politik. Rasionalitas politik terdiri dari rasionalitas tindakan
dan kualitas moral pelaku. Rasionalitas tindakan dilihat dari cara memahami dan
mengatasi permasalahan yang terjadi dalam mengatasi memanajemen konflik.
Dalam hal kualitas moral, pelaku politik dilihat berdasarkan kemampuan
menguasai diri dalam memutuskan apa yang dianggap baik dan buruk serta siap
menghadapi resikonya.68
66 Handoyono, Etika Politik, hal. 60. 67 Handoyono, Etika Politik, hal, 61. 68 Handoyono, Etika Politik, hal. 62.
38
C. Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)
Pilkada merupakan proses pergantian kepemimpian daerah, baik bupati,
walikota, atau gubernur yang mengandung nilai-nilai yang substantif serta
mempunyai sasaran fungsional yang strategis dalam memantapkan konsolidasi
demokrasi untuk membangun sistem politik nasional yang kokoh.69 Tercantum di
dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dinyatakan bahwa
kepala daerah yang berakhir masa jabatannya pada tahun 2004 sampai dengan
bulan Juni 2005 akan diselenggarakan pemilihan kepala daerah secara langsung
pada bulan juli 2005.70 Pada saat itulah, pilkada secara langsung pertama kali
diselenggarakan.
Berikut asas-asas pemilihan umum:71
a. Langsung, yaitu warga negara yang sudah berhak memilih dapat secara
langsung memilih partai atau kelompok peserta pemilihan umum tanpa
perantara.
b. Umum, artinya pemyerahan hak yang disimbolkan dengan menusuk
atau mengundi harus dilandasi oleh pemikiran dan segala
konsekuensinya, mengerti apa dan untuk apa pemilihan umum.
c. Bebas, yaitu agar pilihan seseorang itu benar-benar sesuai dengan
keinginannya.
69 Chozin Chumaidy, Etika Politik dan Esensi Demokrasi (Jakarta: Pustaka Indonesia
Satu, 2006), hal. 2006), hal. 38. 70 Chumaidy, Etika Politik dan Esensi Demokrasi, hal. 30. 71 Syarbaini, Pengetahuan Dasar Ilmu Politik, hal. 145-146.
39
d. Rahasia, pemilihan menyangkut hak-hak yang sangat pribadi, untuk itu
pilihan seseorang menjadi rahasia dan tidak diketahui oleh orang lain.
e. Jujur dan adil, yaitu pihak-pihak yang terlibat dalam pemilihan umum,
seperti petugas pemilihan umum harus jujur dan bersikap adil kepada
semua peserta pemilihan umum.
Pilkada secara langsung oleh rakyat merupakan konsekuensi logis dari
amandemen UUD 1945 yang mengamanatkan agar pemilihan kepala daerah
dilaksanakan secara demokratis, dan juga adanya ketentuan UU Nomor 22 Tahun
2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR dan DPRD yang tidak lagi
memberikan wewenang kepa DPRD untuk memilih kepala daerah, dengan kata
lain kepala daerah harus dipilih secara langsung.72 Ada beberapa aspek positif
yang dapat diperoleh dari proses pemilihan kepala daerah secara langsung, yaitu
pertama, legitimasi kepala daerah lebih kuat: kedua, kepala daerah mempunyai
tanggung jawab politik dan moral terhadap masyarakat yang memilihnya secara
langsung; ketiga,memperkecil kemungkinan terjadinya politik uang; keempat,
kepala daerah tidak mudah dijatuhkan oleh DPRD sehingga pemerintahan dapat
berjalan lebih stabil; kelima, mekanisme pemilihan secara langsung lebih
demokratis dan aspiratif.73
Pilkada secara langsung mempunyai beberapa tujuan utama, yaitu:74
72 Chumaidy, Etika Politik dan Esensi Demokrasi, hal. 24. 73 Chumaidy, Etika Politik dan Esensi Demokrasi, hal. 25. 74 Chumaidy, Etika Politik dan Esensi Demokrasi, hal. 41-42.
40
a. Pertama, Pilkada sebagai wujud amanat konstitusi. Sesuai dengan yang
diamanatkan di dalam UUD Pasal 18 ayat 4 bahwa Gubernur, Bupati
dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintah daerah
provinsi, kabupaten dan kota, dipilih secara demokratis.
b. Kedua, Pilkada sebagai proses pembelajaran demokratisasi. Demokrasi
dapat diartikan sebagai pemberian hak dan kewajiban kepada rakyat
untuk menentukan pilihan-pilihan politiknya secara bebas. Pada
hakikatnya, pemilihan kepala daerah merupakan wujud nyata
demokrasi karena rakyat diberikan kewenangan dan hak untuk secara
bebas melakukan pilihan terhadap pemimpin di daerahnya.
c. Ketiga, Pilkada sebagai spirit untuk berotonomi. Otonomi daerah bisa
dikatakan merupakan solusi dari ketidakadilan ekonomi dan
ketidakadilan politik yang dialami daerah pada rezim pemerintahan
Orde Baru. Dengan adanya pilkada secara langsung maka daerah dapat
menentukan dan memilih kepala daerahnya secara langsung dan lebih
otonom.
d. Keempat, Pilkada sebagai proses pendidikan kepemimpinan bangsa.
Pada hakekatnya, pemilihan kepala daerah merupakan proses rekrutmen
kepemimpinan bangsa di tingkat daerah atau lokal. Sistem
kepemimpinan bangsa ingin diciptakan dalam proses pilkada ini.
Seorang yang terpilih sebagai bupati dan mampu menjalankan dengan
baik amanatnya maka pantas untuk dicalonkan menjadi gubernur,
41
begitu juga dengan gubernur yang berhasil menjalankan amanatnya
maka berhak untuk dicalonkan sebagai kandidat presiden.
Peran, fungsi, dan tanggung jawab partai politik sangat besar untuk
mensukseskan pilkada langsung. Partai politik tidak hanya sebatas mengusung
pasangan calon kepala daerah saja, tetapi juga membantu aspek positif dan tujuan
pilkada agar dapat tercapai. Sehingga nantinya pilkada langsung dapat melahirkan
kepemimpinan daerah yang amanah, jujur, dan memiliki kemampuan manajerial
yang mampu melahirkan kemajuan daerah, kemandirian daerah dan kesejahteraan
rakyat di daerah.75
75 Chumaidy, Etika Politik dan Esensi Demokrasi, hal. 43-44.
42
BAB III
GAMBARAN UMUM KABUPATEN SANGGAU DAN PROFIL
YANSEN AKUN EFFENDY
Pada bab tiga ini akan dijelaskan mengenai profil Kabupaten Sanggau dan
profil Yansen Akun Effendy.
A. Profil Kabupaten Sanggau
Kabupaten Sanggau memiliki luas wilayah 12.857, 70 km2 dengan
kepadatan penduduk rata-rata 35 km2. Kabupaten Sanggau berbatasan langsung
dengan Serawak di sebelah Utara, Kabupaten Sekadau di sebelah Timur,
Kabupaten Ketapang di sebelah Selatan, dan berbatasan dengan Kabupaten
Landak di sebelah Barat.1
Dilihat dari kondisi geografis, kabupaten Sanggau mempunyai posisi
strategis yaitu terletak di tengah-tengah provinsi Kalimantan Barat, berada pada
jalur lalulintas sektor timur menuju kabupaten Sekadau, Melawi, Sintang dan
Kapuas Hulu, serta terletak pada jalur Sungai Kapuas, sungai terpanjang di
Indonesia, dan ada di posisi jalur trans Kalimantan (Kalimantan Tengah,
Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur). Selain itu, berada pada jalur Trans-
Borneo (Sarawak dan Brunei Darussalam), berbatasan langsung dengan negara
bagian Sarawak Malaysia (Malaysia Timur), serta memiliki PPLB Entikong
1 Sri Astuti Buchari, Kebangkitan Etnis Menuju Politik Identitas (Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor, 2014), hal. 111.
43
sebagai pintu keluar masuk barang dan manusia antar negara melalui jalur darat
resmi pertama di Indonesia.2
Pada awalnya Kabupaten Sanggau memiliki luas wilayah 18.302 km2
berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 1959. Kemudian luas itu
berkurang menjadi 12.857,70 km2 setelah adanya pemekaran sebagian wilayah
Kabupaten Sanggau menjadi Kabupaten Sekadau, pada tanggal 18 Desember
2003 berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2003. Banyaknya kecamatan
di Kabupaten Sanggau berjumlah 15 kecamatan, yaitu Kecamatan Toba,
Kecamatan Meliau, Kecamatan Kapuas, Kecamatan Mukok, Kecamatan
Jangkang, Kecamatan Bonti, Kecamatan Parindu, Kecamatan Tayan Hilir,
Kecamatan Balai, Kecamatan Tayan Hulu, Kecamatan Kembayan, Kecamatan
Beduai, Kecamatan Noyan, Kecamatan Sekayam, dan Kecamatan Entikong.
Jumlah desa di Kabupaten Sanggau pada tahun 2017 berjumlah 169 desa.3
Pada umumnya Kabupaten Sanggau merupakan daerah dataran tinggi yang
berbukit dan berawa-rawa. Selain itu, Kabupaten Sanggau dialiri oleh beberapa
sungai yaitu Sungai Kapuas, Sungai Kambing, dan Sungai Tayan. Sungai Kapuas
merupakan sungai terpanjang di Kalimnatan Barat yang mengalir dari Kabupaten
Kapuas Hulu, Kabupaten Sintang, Kabupaten Sanggau, dan bermuara di
Kabupaten Pontianak. Sedangkan sungai kecil lainnya merupakan cabang atau
anak sungai dari Sungai Kapuas.4 Berikut ini peta kabupaten Sanggau:
2 BPS Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sanggau Dalam Angka 2018 (Sanggau:CV.
Bhakti, 2018), hal. 4. 3 BPS Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sanggau Dalam Angka 2018, hal. 7. 4 BPS Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sanggau Dalam Angka 2018, hal. 4.
44
GAMBAR III.A.1. PETA KABUPATEN SANGGAU5
Sumber: Kabupaten Sanggau Dalam Angka, 2018
5 BPS Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sanggau Dalam Angka 2018.
45
A.1. Kependudukan
Berdasarkan hasil proyeksi penduduk tahun 2017, Kabupaten
Sanggau memiliki jumlah penduduk berjumlah 457.701 jiwa, dengan
rincian, penduduk laki-laki sebanyak 236.384 jiwa dan penduduk
perempuan sebanyak 221.317 jiwa menyebar di 15 Kecamatan.Persebaran
penduduk Kabupaten Sanggau tidak merata antar kecamatan,apabila dilihat
dari tingkat kepadatan penduduknya, Kecamatan Parindu memiliki jumlah
penduduk terpadat dengan 66 jiwa per km2. Sedangkan rata-rata kepadatan
penduduk Kabupaten Sanggau adalah 36 jiwa per km2. Kecamatan dengan
kepadatan penduduk terkecil adalah Kecamatan Toba dengan 11 j iwa per
km2.6
Kecamatan Kapuas memiliki jumlah penduduk terbesar dibandingkan
dengan kecamatan lainnya dengan jumlah penduduk 87.577 jiwa.
Sedangkan Kecamatan Noyan memiliki jumlah penduduk paling sedikiy
yaitu 10.464 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk pada 2010-2017 sekitar
1,59%, lebih rendah dibandingkan pada 2000-2010 yang berkisar 1,65%.
Adapun untuk perbandingan antara penduduk laki terhadap penduduk
perempuan sebesar 107.7
Pada tahun 2017 di Kabupaten Sanggau, terdapat 225.202 jiwa
penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja. Terdiri dari 143.847 jiwa
laki-laki dan 81.355 jiwa perempuan. Lapangan usaha yang paling bayak
6 BPS Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sanggau Dalam Angka 2018, hal. 22. 7 BPS Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sanggau Dalam Angka 2018, hal. 23.
46
digeluti adalah pertanian yang mencapai 69,33%, kemudian disusul
perdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasi sebesar 11,92%. Berikut
ini akan dilampirkan tabel jumlah penduduk Kabupaten Sanggau
berdasarkan kecamatan 2017 dan jenis kelamin dari 2000-2017.8
TABEL.111.A.1.1 PENDUDUK KABUPATEN SANGGAU
MENURUT KECAMATAN 20179
KECAMATAN JUMLAH/JIWA
TOBA 12.740
MELIAU 49.673
KAPUAS 89.577
MUKOK 19.703
JANGKANG 29.079
BONTI 22.518
PARINDU 39.004
TAYAN HILIR 34.389
BALAI 23.634
TAYAN HULU 36.618
KEMBAYAN 28.286
BEDUAI 11.362
NOYAN 10.464
SEKAYAM 34.488
ENTIKONG 18.166
JUMLAH 457.701
Sumber: Kabupaten Sanggau Dalam Angka, 2018
8 BPS Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sanggau Dalam Angka 2018, hal. 56. 9 BPS Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sanggau Dalam Angka 2018, hal. 58.
47
TABEL.III.A.1.2. PENDUDUK KABUPATEN SANGGAU
BERDASARKAN JENIS KELAMIN 2000-201710
TAHUN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
2000 262.078 246.242 508.320
2001 265.067 255.087 520.154
2002 268.761 256.208 524.969
2003 273.002 256.471 529.473
2004 191.368 178.728 370.096
2005 189.115 183.013 372.128
2006 191.757 185.442 372.199
2007 194.503 188.091 382.594
2008 198.071 190.838 388.909
2009 200.895 194.277 395.172
2010 211.859 196.609 408.468
2011 215.930 201.060 416.990
2012 219.464 204.604 424.068
2013 223.105 208.070 431.175
2014 227.506 211.488 438.994
2015 229.799 214.797 444.596
2016 233.128 218.083 451.211
2017 236.384 221.317 457.701
Sumber: Kabupaten Sanggau Dalam Angka, 2018
10 BPS Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sanggau Dalam Angka 2018, hal. 60.
48
A.2. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu indikator majunya suatu daerah
dalam melakukan pembagunan. Menurut data dari Dinas Pendidikan
Kabupaten Sanggau, jumlah sekolah yang terdapat di Kabupaten Sanggau
adalah sebagai berikut:
TABEL.III.A.3.1. JUMLAH SEKOLAH DI KABUPATEN SANGGAU
201711
SEKOLAH UNIT
TK 57
SD/SEDERAJAT 484
SMP/SEDERAJAT 128
SMA/SEDERAJAT 29
SMK/SEDERAJAT 15
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Sanggau
Kemajuan pendidikan mempunyai hubungan yang positif dengan
bidang lainya. Hal tersebut tercermin dengan baik karena apabila tingkat
pendidikan seseorang semakin tinggi maka semakin besar peluang untuk
mendapatkan pekerjaan yang baik dan memperoleh gaji yang layak.12
11 BPS Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sanggau Dalam Angka 2018, hal. 81. 12 BPS Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sanggau Dalam Angka 2018, hal. 81.
49
A.3. Sosial Politik
Penduduk Kabupaten Sanggau mayoritas merupakan etnis Dayak dan
etnis Melayu. Menurut data penelitian tahun 2010, etnis Dayak memiliki
presentase 69%, etnis Melayu 25%, dan sisanya 6% adalah etnis Tionghoa,
Jawa, Sunda, Bugis, dan lain-lain.13 Secara politik, kepemimpinan di
Kabupaten Sanggau tidak bisa terlepas dalam kemayoritasan penduduk yang
ada. Berikut ini tabel kepemimpinan di Kabupaten Sanggau sejak
diadakannya pilkada langsung 2008-2018:
TABEL.III.A.4.1. BUPATI/WAKIL BUPATI SANGGAU 2008-201814
PERIODE BUPATI/WAKIL
BUPATI
ETNIS
2008-2013 H. SETIMAN-
PAOLUS HADI
MELAYU-DAYAK
2013-2018 PAOLUS HADI-
YOHANES ONTOT
DAYAK-DAYAK
2018-2023 PAOLUS HADI-
YOHANES OTOT
DAYAK-DAYAK
Sumber: Kabupaten Sanggau Dalam Angka, 2018
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa etnis Dayak sangat
mendominasi kepemimpinan yang ada di Sanggau, terkhusus sejak
13 Buchari, Politik Identitas, hal. 112. 14 BPS Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sanggau Dalam Angka 2018, hal. 82.
50
diadakannya pilkada langsung. Sejak adanya pilkada langsung, etnis Dayak
dapat menyalurkan aspirasinya, apalagi kenyataannya sebelum adanya
pilkada langsung etnis Dayak dalam hal politik merasa termarjinalkan.
Menurut hasil pemilu legislatif 2014, partai politik yang memperoleh
suara tertinggi di Kabupaten Sanggau adalah Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDIP) dengan suara 40.860 suara. Berikut ini hasil perolehan
suara sah partai politik dalam pemilu legislatif 2014 Kabupaten Sanggau:
TABEL.III.A.3.1. HASIL PEROLEHAN SUARA PARTAI POLITIK
PEMILU LEGISLATIF 2014 DI KABUPATEN SANGGAU15
PARTAI POLITIK SUARA
PDIP 40.860
Partai Golkar 33.447
Partai Demokrat 29.398
Partai Gerindra 28.992
Partai Hanura 23.926
Partai Nasdem 22.421
PKPI 16.927
PKB 15.595
PAN 15.271
PPP 11.980
PKS 3.731
PBB 232
JUMLAH SUARA 242.780
Sumber: KPU Kabupaten Sanggau
15 http://pontianak.tribunnews.com/2014/04/23/pdip-kantongi-suara-tertinggi-di-sanggau/
diakses 10 April 2019, pukul 22.12 WIB.
51
PDIP memang mendominasi politik yang ada di Kabupaten Sanggau,
hal ini terlihat dari terpilihnya Paolus Hadi yang merupakan kader PDIP
sebagai Bupati Sanggau selama dua periode yaitu periode 2013-2018 dan
2018-2023. Pada 2014-2019, jumlah kursi di DPRD Kabupaten Sanggau
adalah 40 kursi. Partai politik dengan kursi terbanyak adalah PDIP yaitu 7
kursi, kemudian partai Golkar dengan 5 kursi, partai Demokrat 5 kursi,
partai Gerindra 5 kursi, partai Hanura dengan 5 kursi, partai Nasdem
dengan 4 kursi, PKB 3 dengan kursi, PAN 3 dengan kursi, PKPI 2 dengan
kursi, dan PPP dengan 1 kursi. 16
Pada bidang agama, penduduk yang beragama Islam berjumlah
121.141 orang, Khatolik berjumlah 205.548 orang, Kristen berjumlah
80.192 orang, Hindu 454 orang, Budha berjumlah 1.115 oramg, dan
kepercayaan lainnya berjumlah 2.852 orang.17
B. Profil Yansen Akun Effendy
Yansen Akun Effendy lahir di Sanggau, 9 Februari 1954. Agama
yang dianut adalah Kristen Protestan dan sudah menikah dengan Dewi.
Hasil pernikahan tersebut Yansen memiliki tiga orang anak, yaitu Daniel
Rovie Effendy, Apriyandrini, Hosea Bobby Ferdinand. Bertempat tinggal di
Jalan P. Dara Hitam, Gang Abadi No. 34 RT.5/RW.19, Kelurahan Sei.
Bangkong, Kecamatan Pontianak Kota.18
16 http://pontianak.tribunnews.com/2014/05/14/berikut-nama-nama-caleg-terpilih-di-
dprd-kabupaten-sanggau/ diakses 10 April 2019, pukul 22.30 WIB. 17 Buchari, Politik Identitas, hal. 113. 18 Dokumen Visi Misi dan Program Aksi Calon Bupati Sanggau Periode 2018-2023.
52
Yansen Akun Effendy pernah bersekolah di SDN Kembayan tahun
1967, SMP Bantuan Kembayan tahun 1970, SMEA Sanggau tahun 1973.
Setelah itu, ia melanjutkan kuliah SI di Universitas Panca Bhakti Pontianak
jurusan ilmu hukum tahun 1999. Ia kemudian melanjutkan S2 di Universitas
Tanjungpura Pontianak jurusan ilmu politik tahun 2004, serta juga
mengambil S2 ilmu hukum di Universitas Tanjungpura Pontianak tahun
2007.19
Pengalaman pekerjaan Yansen Akun Effendy berkutat di banyak
perusahaan. Yansen Akun Effendy pernah bekerja di CV. Sinar Timur
Pontianak, PT. Budi Raya Utama Batu Ampar dan Palembang, PT. Tti Eka
Sari Ketapang, PT. Batasan Pontianak, dan pernah menjabat sebagai Bupati
Sanggau periode 2003-2008.20
Yansen sangat hobi bermain sepakbola, dalam pengalaman
organisasinya banyak berkutat di bidang olahraga yaitu pernah menjabat
sebagai bendahara Persipon, ketua KONI Kabupaten Sanggau, ketua PS
Sanggau, dan menjadi Manager tim kontingen sepakbola Kalimantan Baran
pada PON XVII tahun 2008 di Kalimantan Timur.21
Selama menjabat sebagai Bupati Sanggau periode 2003-2008,
Yansen Akun Effendy banyak mendapatkan penghargaan, yaitu Media
Executive Award 2005, Local Government Financial Statement Award
2006, Tanda Kehormatan Satya Lencana Pembangunan 2007, Tanda
19 Dokumen Visi Misi dan Program Aksi Calon Bupati Sanggau Periode 2018-2023. 20 Dokumen Visi Misi dan Program Aksi Calon Bupati Sanggau Periode 2018-2023. 21 Dokumen Visi Misi dan Program Aksi Calon Bupati Sanggau Periode 2018-2023.
53
Penghargaan Ksatria Bhakti Husada Aratula, Piagam Anugrah PATRI
Award, dan Piagam Perhargaan Forum Komunikasi Nusantara Indonesia. 22
22 Dokumen Visi Misi dan Program Aksi Calon Bupati Sanggau Periode 2018-2023.
54
BAB IV
PENCALONAN YANSEN AKUN EFFENDY SEBAGAI CALON BUPATI
SANGGAU 2018 PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERSPEKTIF
ETIKA POLITIK
A. Proses Pencalonan Yansen Akun Effendy dan Faktor Pendukungnya
Pada bagian ini akan dijelaskan bagaimana proses pencalonan Yansen
Akun Effendy sebagai calon Bupati Sanggau 2018. Dari mulai tahap penjaringan,
faktor pendukungnya, dan tahapan pendaftaran di Komisi Pemilihan Umum
(KPU) Kabupaten Sanggau sehingga menjadi calon Bupati Sanggau dalam
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Sanggau 2018.
A.1. Penjaringan
Penjaringan merupakan proses yang dilakukan untuk mencari bakal calon
kepala daerah yang memiliki integritas, kompetensi, dan kredibilitas, yang
berpeluang memenangkan pemilihan kepala deraah. Berikut ini akan dijelaskan
bagaimana proses penjaringan yang terjadi di partai Golkar dan PKB.
a. Dari Partai Golkar
Partai Golkar mempunyai persyaratan dalam menentukan calon kepala
daerah yang akan maju dalam pemilihan umum. Persyaratannya melingkupi
persyaratan umum dan persyaratan khusus. Hal ini diungkapkan oleh sekretaris
DPD II Golkar Sanggau, Adi:
55
“Awalnya setiap calon harus memenuhi persyaratan umum dan khusus yang telah
ditetapkan oleh partai Golkar. Persyaratan khusus itu banyak sekali sedangkan
persyaratan khusus itu berlaku untuk kader partai Golkar saja. Contohnya aktif
sebagai anggota partai Golkar, prestasinya bagus, dan banyak lagi lah.”1
Dalam internal Partai Golkar proses penjaringan Bakal Calon Bupati
Sanggau mempunyai beberapa tahapan yaitu penjaringan pada tingkat Dewan
Pimpinan Daerah (DPD) Kabupaten/Kota, penjaringan pada tingkat Dewan
Pimpinan Daerah (DPD) Provinsi, dan penjaringan dan penetapan pada tim
Pilkada Pusat.2
Pada tingkat DPD Kabupaten/Kota, pertama dilakukan pendaftaran bagi
calon-calon yang berminat maju dari partai Golkar. Dari dibukanya pendaftaran
dan sampai berakhirnya pendaftaran terdapat empat orang yang mendaftar sebagai
calon bupati dan empat orang yang mendaftar sebagai calon wakil bupati. Nama-
namanya adalah Yansen Akun Effendy, Paolus Hadi, H. Munawar, H. Nanang
sebagai calon bupati dan untuk wakil bupati ada Fransiskus Ason, Yohanes Ontot,
Nasri Alisan, dan Susana Herpena. Dalam Proses selanjutnya, nama-nama
tersebut diserahkan kepada tim penjaringan DPD Provinsi.3
Selanjutnya dalam rapat internal yang dilakukan pada tingkat DPD
Provinsi. Nama-nama yang sudah diserahkan oleh tim penjaringan DPD
Kabupaten/Kota kemudian diseleksi oleh tim penjaringan DPD Provinsi. Nama-
1 Wawancara Langsung dengan Adi Subrata sebagai Sekretaris DPD II Golkar Sanggau,
tanggal 26 Desember 2018, di Rumah Adi Subrata. 2 Petunjuk Pelaksana Penetapan Pasangan Calon Gubernur, Bupati, dan Walikota dari
Partai Golongan Karya, Nomor: JUKLAK-6/DPP/GOLKAR/I/2016. 3 Wawancara langsung dengan Adi Subrata sebagai Sekretaris DPD II Golkar Sanggau,
tanggal 26 Desember 2018, di Rumah Adi Subrata.
56
nama tersebut kemudian melakukan wawancara mengenai visi misi sebagai Calon
Bupati dan Wakil Bupati Sanggau yang akan diusung oleh partai Golkar.
Pada proses jalannya wawancara, ada 2 calon yang mengundurkan diri
yaitu H. Munawar dan H. Nanang. Dari hasil rapat internal tersebut kemudian
keluarlah 4 (empat) nama untuk diserahkan kepada tim penjaringan pilkada pusat
yaitu Yansen Akun Effendy, Paolus Hadi, Fransiskus Ason, dan Yohanes Ontot.
Pada tingkat tim pilkada pusat kemudian dirapatkan lagi nama-nama yang
sudah direkomendasikan dan akhirnya keluarlah nama pasangan Yansen Akun
Effendy dan Fransiskus Ason sebagai pasangan calon yang akan diusung oleh
Partai Golkar. Hal ini terlampir dalam Surat Keputusan Nomor R-
531/Golkar/XI/2017 tentang surat dukungan terhadap pasangan Yansen Akun
Effendy-Fransiskus Ason.
Pro dan kontra dalam menentukan Yansen Akun Effendy sebagai calon
Bupati Sanggau 2018 yang akan diusung oleh partai Golkar sempat menjadi
perdebatan. Pada rapat internal tingkat provinsi maupun pusat, permasalahan
Yansen ini selalu dibahas. Hal tersebut terjadi karena status Yansen Akun Effendy
yang pernah terjerat kasus korupsi, tetapi permasalahan ini bisa terselesaikan
dengan baik karena partai Golkar berpandangan nasionalis dan tidak membeda-
bedakan.4
Dalam pertimbangan lainnya, partai Golkar ingin tetap mengusung kader
partainya yaitu Fransiskus Ason untuk maju menjadi calon Bupati Sanggau tetapi
4 Wawancara Langsung dengan Adi Subrata sebagai Sekretaris DPD II Golkar Sanggau,
tanggal 26 Desember 2018, di Rumah Adi Subrata.
57
karena faktor penentu yang sudah disebutkan di atas membuat Golkar legowo
untuk mengusung Yansen Akun Effendy. Hal ini perkuat dengan pernyataan Adi:
“Partai Golkar mempunyai prinsip untuk tetap mendukung kadernya dalam
pilkada nanti tetapi dalam tubuh partai Golkar sendiri mempunyai prinsip bahwa
dalam mekanisme rekrutmen pasangan calon harus tetap memiliki kompetensi,
kredibilitas, dan elektabilitas yang tinggi sehingga memberikan peluang yang
besar bagi Golkar untuk menang”.5
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa meskipun partai Golkar
mempunyai aturan untuk mengusung kadernya tetapi hal tersebut harus tetap
melalui mekanisme yang sudah ditetapkan karena kemenangan partai Golkar tetap
menjadi prioritas utama.
b. Dari Partai Kebangkitan Bangsa
Tidak jauh berbeda dengan mekanisme yang dilakukan oleh Partai Golkar,
PKB juga melakukan hal yang hampir sama. Awalnya dibuka dengan pendaftaran
calon-calon yang ingin maju dari PKB. Ada beberapa nama yang mendaftarkan
diri untuk maju sebagai Calon Bupati dan Wakil Bupati Sanggau 2018, hal ini
disampaiakan oleh Slamet:
“Pada saat itu ada H. Ahmad Rohansah, Pak Ason, Pak Yansen, Ibu Susana, Pak
Paolus Hadi dan pak Ontot yang mendaftar.Untuk Calon Bupati ada Rohansah,
Ason, Yansen, dan Polus Hadi. Sedangkan untuk wakil ada ibu Susana dan
Yohanes Ontot.”6
Kemudian dari nama-nama yang sudah mendaftar tersebut dirapatkan
kembali dalam rapat pimpinan cabang partai DPC PKB Sanggau. Peran para
calon-calon sangat penting dalam penentuan tahap selanjutnya ini, meskipun akan
5 Wawancara Langsung dengan Adi Subrata sebagai Sekretaris DPD II Golkar Sanggau.
Tanggal 26 Desember 2018, Di Rumah Adi Subrata. 6 Wawancara Langsung dengan Slamet Riyandi sebagai Ketua Sekretariat DPC PKB
Sanggau. Tanggal 26 Desember 2018, Di Kantor DPC PKB Sanggau.
58
diputuskan oleh para petinggi DPC PKB Sanggau tetapi usaha para calon-calon
yang sudah mendaftar dapat menjadi faktor penting terpilhnya mereka sehinggga
nanti akan direkomendasikan dalam penjaringan tahap selanjutnya. Hal ini
disampaikan oleh Slamet:
“Dalam tahap ini sangat penting lobi-lobi yang dilakukan para calon-calon yang
sudah mendaftar. Faktor penentu utama siapa yang bakal diusung oleh kami tidak
hanya dari kami sendiri tetapi dari mereka juga Kami disini hanya sekedar
merekomendasikan nama-nama yang pantas untuk diajukan dari survei-survei
yang telah kami lakukan, keputusan terakhir memang ada ditangan pimpinan
pusat.”7
Dalam tahap selanjutnya yaitu penjaringan pada tingkat Dewan Pimpinan
Wilayah (DPW) PKB Kalimantan Barat, nama-nama yang direkomdasikan
mengerucut pada Yansen Akun Effendy, Fransiskus Ason, Paolus Hadi, dan
Yohanes Ontot. Dari nama-nama yang muncul tersebut memiliki eletabilitas yang
paling kuat dimasyarakat. Pada akhirnya pilihan terletak pada pasangan Yansen
Akun Effendy-Fransiskus Ason untuk dibawa kepada tim Pilkada Pusat karena
dianggap mampu untuk membawa Sanggau lebih baik kedepannya dan pasangan
yang paling ideal.
Menurut Utin Sri Ayu8, dalam tahap akhir yaitu pengajuan kepada tim
pilkada pusat tidak ada lagi masalah yang berarti karena memang PKB sudah
mantap untuk mengusung Yansen Akun Effendy-Fransiskus Ason. Apalagi
keputusan ini juga cepat diambil karena Fransiskus Ason yang menjadi calon
wakil bupati merupakan ketua DPD II Golkar Sanggau sehingga lebih
7 Wawancara Langsung dengan Slamet Riyandi sebagai Kepala Sekretariat DPC PKB
Sanggau, tanggal 26 Desember 2018, di Kantor DPC PKB Sanggau. 8 Wawancara Langsung dengan Utin Ayu Sri Supadmi sebagai Ketua DPC PKB
Sanggau, tanggal 8 November 2018, di Kantor DPC PKB Sanggau.
59
mempermudah komunikasi dengan partai Golkar dalam menentukan koalisi.
Keputusan mencalonkan pasangan Yansen Akun Effendy-Fransiskus Ason
disahkan dengan keluarnya Surat Keputusan yang telat disetujui oleh Ketua
Umum PKB dan Sekretaris Jenderal PKB Nomor Surat 24626/DPP-
03/I/A.1/X/2017.
Dalam dinamika terpilihnya pasangan Yansen Akun Effendy-Fransiskus
Ason memang memiliki beberapa pilihan lain, diantaranya adalah pilihan untuk
mendukung pasangan Paolus Hadi-Yohanes Ontot. Tetapi opsi tersebut ditolak
oleh PKB karena dianggap tidak memajukan proses demokrasi yang ada di
Indonesia khususnya di Sanggau. Hal ini diutarakan oleh Kepala Sekretariat DPC
PKB Sanggau, Slamet:
“Opsi untuk mendukung pasangan petahana sempat menguat dalam rapat-rapat
yang berlangsung kemarin tetapi di sini kami tetap berkomitmen memajukan
demokrasi yang ada di Indonesia. Apabila kami mendukung pasangan petahan
maka kemungkinan besar saat itu akan terjadi pilkada dengan calon tunggal.
Pilkada ini sangat tidak diinginkan oleh kami.”9
Dari awal memang sudah diprediksi bahwa yang akan maju dalam Pilkada
Sanggau 2018 hanya dua pasangan. Menurut Slamet10, selain Paolus Hadi-
Yohanes Ontot yang pasti akan maju kembali, hanya tersisa satu pasangan lagi
yang akan ikut berkompetisi. Hal tersebut karena hampir seluruh dukungan partai
politik mendukung pasangan Paolus Hadi-Yohanes Ontot sedangkan yang tersisa
pada saat itu hanya PKB, partai Golkar, dan partai Gerindra.
9 Wawancara Langsung dengan Slamet Riyandi sebagai Kepala Sekretariat DPC PKB
Sanggau, tanggal 8 November 2018, di Kantor DPC PKB Sanggau. 10 Wawancara Langsung dengan Slamet Riyandi sebagai Kepala Sekretariat DPC PKB
Sanggau, tanggal 26 Desember 2018, di Kantor DPC PKB Sanggau.
60
A.2. Pendaftaran di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Sanggau
Tahapan ini sangat penting dalam proses pemilihan Bupati dan Wakil
Bupati Sanggau 2018. Dalam tahapan ini akan ditentukan siapa saja calon yang
akan maju dalam pemilihan. Pada tahapan ini juga akan diuji track record para
bakal calon, serta diverifikasi dan diteliti keabsahannya. Terdapat beberapa
tahapan dalam pendaftaran bakal calon Bupati dan Wakil Bupati Sanggau 2018,
yaitu pengumuman pendaftaran, pendaftaran pasangan calon, pemeriksaan
kesehatan, pemberitahuan hasil penelitian syarat pencalonan yang diajukan partai
politik dan perseorangan serta hasil pemeriksaan kesehatan, dan penetapan
pasangan calon.
a. Pengumuman Pendaftaran
Pendaftaran pasangan calon dimulai sejak 8 Januari 2018 sampai dengan
10 Januari 2018, bertempat di kantor KPU Kabupaten Sanggau. Tepatnya pada 8
Januari 2018-9 Januari 2018 pendaftaran dimulai dari 08.00 WIB sampai 16.00
WIB sedangkan untuk 10 Januari 2018 pendaftaran dibuka dari 08.00 WIB
sampai 24.00 WIB. Pengumuman pendaftaran diumumkan melalui papan
pengumuman, media cetak lokal, media sosial, dan website KPU Kabupaten
Sanggau sesuai dengan ketentuan Pasal 38 PKPU Nomor 3 Tahun 2107 tentang
Pencalonan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati,
61
dan/atau Walikota dan Wakil Walikota yang kemudian diubah ke dalam Peraturan
Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2017.11
Dalam tahap ini diumumkan persyaratan penting bagi partai politik atau
gabungan partai politik yang akan mendaftarkan para calonnya, yaitu penetapan
jumlah kursi atau akumulasi perolehan suara sah pemilu terakhir sebagai syarat
pencalonan yang diajukan partai politik atau gabungan partai politik. Hal ini
sesuai dengan keputusan KPU Kabupaten Sanggau Nomor: 13/HK.03.1-
Kpt/6103/KPU-Kab/IX/2017, di mana partai politik atau gabungan partai politik
wajib memenuhi persyaratan berikut ini:12
1. Jumlah paling sedikit perolehan kursi partai politik atau gabungan partai
politik hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) Kabupaten Sanggau Tahun 2014, yaitu sebanyak 8 (delapan) kursi.
2. Jumlah paling sedikit perolehan suara sah partai politik atau gabungan
partai politik Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) Kabupaten Sanggau Tahun 2014 sebanyak 60.695 (enam puluh ribu
enam ratus sembilan puluh lima) suara sah.
b. Pendaftaran
Sampai dengan penutupan pendaftaran bakal pasangan calon Bupati dan
Wakil Bupati Sanggau pada Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Sanggau 2018,
11 Dokumen Tahapan Pendaftaran Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Sanggau
2018. 12 Dokumen Tahapan Pendaftaran Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Sanggau
2018.
62
Rabu, 10 Januari 2018 pukul 24.00 WIB hanya dua bakal pasangan calon yang
mendaftar di KPU Kabupaten Sanggau, bakal pasangan calon tersebut adalah
pasangan Paolus Hadi dan Yohanes Ontot serta pasangan Yansen Akun Effendy
dan Fransiskus Ason
Bakal pasangan calon pertama yang mendaftar adalah pasangan Paolus
Hadi dan Yohanes Ontot yang datang sekitar pukul 13.35 WIB pada hari pertama
pendaftaran tanggal 8 Januari 2018. Pasangan ini diusung oleh 8 (delapan) partai
politik dengan jumlah 32 (tiga puluh dua) kursi dari 40 kursi DPRD Kabupaten
Sanggau. Kedelapan partai politik pengusung tersebut adalah PDIP, partai
Nasdem, partai Demokrat, partai Gerindra, partai Hanura, PAN, PKPI dan PPP.13
Bakal pasangan calon kedua yang mendaftar adalah pasangan Yansen
Akun Effendy dan Fransiskus Ason yang datang sekitar pukul 11.00 WIB pada
hari kedua pendaftaran 9 Januari 2018. Pasangan ini diusung oleh 2 (dua) partai
politik dengan jumlah 8 (delapan) kursi dari 40 kursi DPRD Kabupaten Sanggau,
kedua partai politik pengusung tersebut adalah partai Golkar dan PKB.14
Pada tahap ini juga setiap pasangan calon yang mendaftar harus
melengkapi syarat pencalonan dan syarat calon. Syarat calon meliputi dokumen
B-KWK Parpol (Surat Pencalonan), dokumen B1-KWK Parpol (keputusan DPP
partai politik tentang persetujuan pasangan calon), dokumen B2-KWK (surat
13 Dokumen Tahapan Pendaftaran Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Sanggau
Tahun 2018. 14 Dokumen Tahapan Pendaftaran Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Sanggau
Tahun 2018.
63
pernyataan kesepakatan partai politik dalam pencalonan), dan dokumen B3-KWK
(surat pernyataan antara partai politik dengan pasangan calon).15
Sedangkan untuk syarat calon, meliputi formulir BB2-KWK yang didapat
dari bakal calon, keputusan pemberhentian dari pejabat berwenang jika yang
bersangkutan anggota KPU dan anggota KIP. Selain itu, dokumen lainnya adalah
surat keterangan tidak pernah menjadi terpidana, surat keterangan sedang tidak
menjalani pidana di dalam penjara, surat keterangan tidak pernah melakukan
perbuatan tercela dari kepolisian, surat tanda penyerahan Laporan Harta Kekayaan
Pejabat Negara (LHKPN), surat keterangan sedang tidak dalam kondisi pailit,
dokumen wajib pajak, surat keterangan berhenti sebagai pejabat negara, fotokopi
e-ktp, ijazah yang sudah dilegalisir, daftar nama tim kampanye tingkat
provinsi/kabupaten/kota atau kecamatan, dan pas foto terbaru.
Menurut Gusti Darmuddin16, bakal calon Bupati Sanggau yaitu Yansen
Akun Effendy sudah memenuhi semua syarat pencalonan tetapi untuk syarat calon
ada yang tidak dilengkapi yaitu surat LHKPN. Yansen Akun Effendy
menganggap seharusnya hal tersebut tidak dilampirkan karena ia bukanlah pejabat
negara. Tetapi hal ini tidak menjadi masalah karena nanti Yansen Akun Effendy
dapat melengkapinya lebih lanjut dalam tahap perbaikan syarat pencalonan dan
syarat calon.
15 https://www.republika.co.id/berita/nasional/pilkada/18/01/04/p211jc409-ini-syarat-
pendaftaran-paslon-pilkada-yang-ditetapkan-KPU/ diakses 19 Januari 2019, pukul 19.50 WIB. 16 Wawancara Langsung dengan Gusti Darmuddin sebagai Anggota KPU Kabupaten
Sanggau, tanggal 26 Desember 2018, di Kantor KPU Kabupaten Sanggau.
64
Setelah semua syarat pencalonan dan syarat calon dinyatakan lengkap,
KPU Kabupaten Sanggau memberikan tanda terima dan berita acara penerimaan
yang diserahkan oleh Ketua KPU Kabupaten Sanggau kepada Liaison Officer
(LO) masing-masing bakal pasangan calon.17
c. Pemeriksaan Kesehatan
Pasangan bakal calon Bupati Dan Wakil Bupati Sanggau tahun 2018,
Yansen Akun Effendi- Fransiskus Ason (YAS) mengikuti tes kesehatan fisik
pertama di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Soedarso Pontianak, didampingi
LO atau petugas penghubung antara partai politik dan KPU Kabupaten Sanggau
serta langsung mengikuti medical check up di ruang medis sentral. Tes yang
diikuti di antaranya adalah poli umum, syaraf, USG, narkoba, poli bedah tulang,
poli penyakit dalam, rontgen, tredmill, poli THT, mata dan gigi. Usai menjalani
tes kesehatan fisik di RSUD Soedarso Pontianak, bakal pasangan calon akan
mengikuti tes kejiwaan di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Sungai Bangkong Pontianak.
Sama seperti pasangan Yansen Akun Effendy-Fransiskus Ason, pasangan lainnya
yaitu Paolus Hadi-Yohanes Ontot juga melakukan tahapan yang sama dalam
melakukan tes pemeriksaan kesehatan.18
d. Penelitian Syarat Pencalonan dan Syarat Calon
Sebagaiamana ketentuan PKPU Nomor 1 Tahun 2017 tentang Tahapan,
Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,
17 Dokumen Tahapan Pendaftaran Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Sanggau
Tahun 2018. 18 Dokumen Tahapan Pendaftaran Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Sanggau
Tahun 2018.
65
Bupati dan Wakil Bupati dan/atau Walikota dan Wakil Walikota, telah diubah
dengan PKPU Nomor 2 Tahun 2018 ,serta PKPU Nomor 3 Tahun 2017 tentang
Pencalonan dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil
Bupati dan/atau Walikota dan Wakil Walikota Tahun 2018 dalam Tahapan
Penelitian Hasil Perbaikan Persyaratan Pencalonan dan Persyaratan Calon, KPU
Kabupaten Sanggau melakukan verifikasi atas keabsahan surat rekomendasi dari
pimpinan pusat partai politik serta keabsahan ijazah para pasangan calon maupun
persyaratan calon lainnya.19
KPU Kabupaten Sanggau melaksanakan penelitian berkas calon pasangan
bupati dan wakil bupati pada 10 Januari 2018-27 Januari 2018. Penelitian syarat
pencalonan dan syarat calon yang mencakup keabsahan ijazah serta rekomendasi
dari DPP partai politik, telah dilaksanakan oleh tim verikasi berkas pasangan
calon Bupati dan Wakil Bupati Sanggau 2018, yang dibuktikan dengan
penandatangan lembar berita acara verifikasi oleh pihak yang dikunjungi oleh tim
verifikasi.20
Kemudian KPU Kabupaten Sanggau menggelar rapat pleno penyampaian
hasil penelitian administrasi dokumen persyaratan pencalonan dan persyaratan
calon pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Sanggau 2018 pada Rabu 17 Januari
2018 , secara terbuka untuk umum. Rapat pleno yang dimulai pukul 19.00 WIB-
21.00 WIB dibuka dan ditutup secara resmi oleh Ketua KPU Kabupaten Sanggau,
19 Dokumen Tahapan Pendaftaran Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Sanggau
Tahun 2018. 20 Dokumen Tahapan Pendaftaran Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Sanggau
Tahun 2018.
66
Sekundus Ritih lengkap dengan Anggota KPU Kabupaten Sanggau disaksikan
oleh 2 orang Staf Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Sanggau dan dihadiri oleh
LO masing-masing pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Sanggau. Rapat
pleno terbuka, Pertama Penyerahan hasil pemeriksaan kedua pasangan calon dan
keduanya penyampaian hasil penelitian, setelah penandatangan berita acara
penyampaian hasil penelitian admimistrasi dokumen persyaratan pencalonan dan
syarat calon, tahap selanjutnya adalah perbaikan dokumen.21
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang ditandatangani oleh tim pemeriksaan
kesehatan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Sanggau. Kedua pasangan calon
yaitu Yansen Akun Effendy-Fransiskus Ason dan Paolus Hadi-Yohanes Ontot
dinyatakan memenuhi syarat pencalonan dan syarat calon. Hasil Pemeriksaan
kesehatan kedua pasangan calon tersebut memenuhi syarat pencalonan sesuai
surat yang ditandatangani oleh Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) wilayah
Kalimantan Barat, Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Kalimantan Barat,
Kepala Biro Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat, Ketua Tim Pemeriksa
dan Ketua Humas HIMPSI (Himpunan Psikologi Indonesia) Wilayah Kalimantan
Barat.22
Rapat pleno diakhiri dengan penyerahan penandatangan berita acara dan
penyerahan berita acara dari pasangan Paolus Hadi-Yohanes Ontot diterima
21 Dokumen Tahapan Pendaftaran Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Sanggau
Tahun 2018. 22 Dokumen Tahapan Pendaftaran Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Sanggau
Tahun 2018.
67
langsung oleh LO Rosdianto Lihay dan untuk pasangan Yansen Akun Effendy
diterima oleh LO Slamet Riyandi.
e. Penetapan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Sanggau 2018
KPU Kabuapten Sanggau menetapkan dua pasangan calon pemilihan
Bupati dan Wakil Bupati Sanggau Tahun 2018. Hal tersebut disampaikan Ketua
KPU Sanggau, Sekundus Ritih dalam rapat pleno terbuka yang dilaksanakan di
Aula KPU Sanggau, Senin 12 Februari 2018 pukul 14.40 WIB. Hadir dalam rapat
pleno tersebut seluruh Anggota KPU Kabupaten Sanggau, Ketua Panwaslu
Kabupaten Sanggau, Inosensius dan Anggota, Kepala Polisi Resor (Kapolres)
AKBP Rachmat Kurniawan, Dandim Letkol Inf. Heri Purwanto, Pasangan calon
bupati Yansen Akun Effendi dan wakilnya Fransiskus Ason, pasangan calon
bupati Paolus Hadi dan wakilnya Yohanes Ontot, Sekretaris Daerah (Sekda)
Kabupaten Sanggau Al Leysandri, para staf ahli bupati, Kepala Kesbangpolinmas
Antonius, perwakilan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan 20 perwakilan
tim sukses masing-masing pasangan calon.23
Penetapan dalam rapat pleno terbuka ini didasari kelengkapan syarat yang
diajukan saat pendaftaran bakal calon dan dilakukan verifikasi. Dua pasangan
calon dinyatakan lolos tahap administrasi dan verifikasi berkas persyaratan.
23 Dokumen Tahapan Pendaftaran Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Sanggau
Tahun 2018.
68
B. Faktor Pendukung Pencalonan Yansen Akun Effendy
Dalam menentukan Yansen Akun Effendy sebagai calon Bupati Sanggau
2018, partai Golkar dan PKB mempunyai beberapa pertimbangan. Berikut ini
akan dijelaskan alasan mengapa partai Golkar dan PKB memilih Yansen Akun
Effendy.
B.1. Dari Partai Golongan Karya (Golkar)
Faktor pertimbangan yang dilakukan dalam menentukan Yansen Akun
Effendy sebagai calon Bupati Sanggau 2018 adalah karena elektabilitas yang
tinggi di masyarakat Sanggau dan image yang baik, meskipun Yansen merupakan
mantan narapidana, bukan menjadi penghalang turunnya popularitas Yansen.
Selain itu, faktor pendukung lain dipilihnya Yansen sebagai calon Bupati Sanggau
2018 karena dianggap sukses memimpin Sanggau 2003-2008.24
Ketokohan Yansen yang terkenal dekat dengan masyarakat, memang
sangat mempengaruhi pengambilan keputusan yang diambil oleh partai Golkar.
Menurut Konggo25, partai Golkar melihat potensi kemenangan ada pada diri
Yansen Akun Effendy sehingga keputusan memilihnya adalah keputusan yang
terbaik, karena tujuan utama partai politik adalah kemenangan.
Faktor lain yang menyebabkan Yansen Akun Effendy dipilih sebagai
calon Bupati Sanggau 2018 adalah karena adanya kesapakatan antara partai
24 Wawancara Langsung dengan Adi Subrata sebagai Sekretaris DPD II Golkar Sanggau,
tanggal 9 November 2018, di Rumah Adi Subrata. 25 Wawancara Langsung dengan Konggo Tjintalong Tjondro sebagai Anggota DPRD
Sanggau Partai Golkar, tanggal 26 Desember 2018, di Rumah Makan Padang.
69
Golkar dan PKB mengenai majunya Fransiskus Ason sebagai calon Bupati
Sanggau pada pilkada selanjutnya. Hal ini dianggap partai Golkar merupakan
kesempatan yang bagus untuk masa depan partainya apabila menang dalam
Pilkada Sanggau 2018. Deal politik lainnya belum sempat dibicarakan lagi karena
kekalahan pasangan Yansen Akun Effendy-Fransiskus Ason pada Pilkada
Sanggau 2018.
B.2. Dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
Terpilihnya Yansen Akun Effendy sebagai calon Bupati Sanggau 2018
yang diusung oleh PKB tentu saja mempertimbangkan beberapa aspek penting
seperti pengalaman dan popularitas. Dari segi pengalaman, Yansen Akun Effendy
tidak perlu diragukan lagi kapasitasnya karena ia pernah menjabat sebagai Bupati
Sanggau 2003-2008. Hal ini menjadi nilai tambah, apalagi pada saat itu Yansen
Akun Effendi dianggap mampu memimpin Sanggau dengan sangat baik. Dari segi
popularitas, Yansen Akun Effendy sangat digemari oleh masyarakat Sanggau
sehingga masih sangat diinginkan untuk maju dalam Pilkada Sanggau 2018.
Status mantan narapidana korupsi tidak membuat popularitas Yansen
Akun Effendy menurun. Menurut Utin Sri Ayu26, masyarakat Sanggau tidak
terlalu mempermasalahkan status mantan narapidana korupsi yang melekat pada
Yansen Akun Effendy. Hal ini karena masyarakat Sanggau tahu bahwa kasus
tersebut merupakan kasus korupsi administratif bukan memperkaya diri sendiri.
26 Wawancara Langsung dengan Utin Sri Ayu Supadmi sebagai Ketua DPC PKB
Sanggau, tanggal 8 November 2018, di Kantor DPC PKB Sanggau.
70
Jadi Yansen Akun Effendy dianggap tidak bersalah karena hanya menandatangani
saja sebagai kepala daerah yang berwenang.
Mendukung Yansen Akun Effendy dianggap sebagai sesuatu yang
menguntungkan bagi PKB, karena dengan mengusung Yansen Akun Effendy
diharapkan dapat meningkatkan suara PKB di Sanggau pada pemilu legislatif
nanti. Selain itu, mengusung Yansen merupakan bentuk eksistensi PKB sebagai
partai besar karena mampu mengusung seorang calon Bupati dari partainya.
C. Pencalonan Yansen Akun Effendy sebagai Calon Bupati Sanggau 2018
Perspektif Etika Politik
Persoalan politik tidak dapat dipisahkan dari segi etika karena etika
melihat perilaku baik atau buruknya indvidu atau institusi, dalam hal ini partai
politik. Pada bagian ini dijelaskan tentang pencalonan Yansen Akun Effendy
sebagai calon Bupati Sanggau 2018 perspektif etika politik yang terdiri dari
dimensi tujuan, dimensi sarana, dan dimensi aksi politik. Karena ketiga dimensi
itu merupakan bagian dari etika politik sebagaimana yang dikutip dari buku
Handoyono27 bahwa etika politik berkaitan dengan seluruh aspek kehidupan,
perilaku individu dalam institusi (partai politik) hanya salah satu dimensi dari
etika politik yang terdiri dari dimensi tujuan, dimensi sarana, dan dimensi aksi
politik.
27 Eko Handoyono, Herna Susanti, Aris Munandar, Etika Politik (Semarang: Widya
Karya, 2016), hal. 59.
71
C.1. Dimensi Tujuan
Dalam dimensi ini, etika politik berperan melihat keputusan partai politik
dalam mengusung Yansen Akun Effendy sebagai calon Bupati Sanggau 2018.
Tujuan partai politik adalah memenangkan pemilihan umum dan menempatkan
para anggotanya untuk jabatan-jabatan publik, baik disektor legislatif atau
eksekutif. Keputusan partai Golkar dan PKB untuk mengusung Yansen Akun
Effendy sebagai calon Bupati Sanggau cukup menimbulkan tanda tanya. Status
mantan narapidana korupsi menjadi pertimbangan yang sangat penting dalam
menentukan Yansen Akun Effendy sebagai calon Bupati Sanggau 2018 yang akan
ikut bersaing dalam pilkada serentak 2018.
Berbasis pada dimensi tujuan, pencalonan Yansen Akun Effendy bertujuan
untuk menciptakan kesejahteraan umum dan keadilan. Terpilihnya Yansen Akun
Effendy sudah sesuai dengan dengan keinginan untuk menciptakan kesejahteraan
umum. Hal tersebut seperti yang tertuang dalam visi misi Yansen Akun Effendy
yang ingin mewujudkan Kabupaten Sanggau yang lebih sejahtera.28
Berkaitan dengan membangun kesejahteraan umum dan keadilan,
keputusan partai Golkar dan PKB sudah sesuai dengan keinginan untuk
membangun kesejahteraan umum dan keadilan. Hal ini disampaikan oleh Kepala
Sekretariat DPC PKB Sanggau, Slamet Riyandi:
28 Visi, Misi, dan Program Aksi Calon Bupati Sanggau 2018-2023, Misi Nomor empat
menyatakan mewujudkan Kabupaten Sanggau yang lebih sejahtera yang ditandai dengan semakin
terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat Kabupaten Sanggau, seperti pemenuhan bidang
pendidikan, kesehatan sandang, pangan, papan, jalan, jembatan, air bersih, penerangan, dan
lapangan kerja.
72
“Mencalonkan pak Yansen sebenarnya adalah keputusan terbaik yang diambil
oleh PKB sendiri. Dari sisi masyarakat, pak Yansen adalah calon yang paling
popular dan diinginkan oleh masyarakat Sanggau untuk ikut kembali dalam
pertarungan pilkada Sanggau nanti. Selain itu, pak Yansen juga dianggap sangat
dekat dengan masyarakat Sanggau dan selalu diingat sampai saat ini. Sehingga
tidak salah kami dari pihak PKB kembali mengusung pak Yansen untuk maju
dalam pilkada Sanggau nanti. Intinya keinginan masyarakatlah yang menjadi
salah satu unsur penting kami mengusung pak Yansen.”29
Dari aspek keadilan, sebenarnya pemilihan Yansen Akun Effendy sebagai
calon Bupati Sanggau 2018 sudah dapat dikatakan berkeadilan. Pendapat ini
disampaikan oleh Sekretaris DPD II Golkar Sanggau, Adi:
“Dari aspek etika, kami dari pihak Partai Golkar sebenarnya melihat etika adalah
saling menghormati dan tidak menjelekkan. Iya memang benar pak Yansen
pernah terjerat kasus korupsi tetapi hal tersebut kan sudah berlalu dan pak Yansen
pun sudah menjalankan hukumannya. Sehingga kami di sini harus bersikap saling
menghormati dan adil. Dari awal pendaftaran kami menerima pak Yansen sama
dengan yang lainnya, tidak membeda-bedakan. Akhirnya kan memang pak
Yansen yang pantas untuk maju dalam pilkada Sanggau serentak nanti.30
Dari aspek-aspek yang telah dijelaskan di atas, keputusan partai Golkar
dan PKB dalam mengusung Yansen Akun Effendy sebagai calon Bupati Sanggau
2018 dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini berarti keputusan tersebut tidak
melanggar etika politik dari dimensi tujuan karena kedua partai tersebut bertujuan
untuk membangun kesejahteraan umum dan keadilan.
C.2. Dimensi Sarana
Dimesi sarana menjelaskan etika politik dikaitkan dengan aturan-aturan
hukum yang berlaku. Sebagaimana yang sudah dijelaskan dibagian latar belakang
masalah, Yansen Akun Effendy sebagai calon Bupati Sanggau 2018 yang diusung
29 Wawancara Langsung dengan Slamet sebagai Kepala Sekretariat DPC PKB Sanggau,
tanggal 8 November 2018, di Kantor DPC PKB Sanggau. 30 Wawancara Langsung dengan Adi Subrata sebagai Sekretaris DPD II Golkar Sanggau,
tanggal 9 November 2018, di Rumah Adi Subrata.
73
oleh partai Golkar dan PKB merupakan mantan narapidan kasus korupsi. Tentu
saja hal tersebut banyak dipertanyakan oleh orang-orang, termasuk saya sebagai
penulis.
Dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang pemilu tidak ada
larangan bagi mantan narapidana korupsi untuk ikut dalam Pilkada Serentak 2018.
Hal ini diperjelas dalam Peraturan KPU Nomor 3 Tahun 2017, dinyatakan bahwa
mantan narapida yang tidak boleh ikut dalam pilkada adalah mantan narapidana
narkoba dan mantan narapidana pelecahan seksual. Bagi mantan narapida korupsi
apabila ikut dalam pilkada harus menyatakan secara terbuka dan jujur kepada
publik bahwa statusnya adalah mantan narapida.
Secara kepartaian tidak ada juga aturan yang melarang mantan narapidana
korupsi untuk ikut dalam pilkada serentak 2018. Dalam Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) partai Hanura dan PKB sama sekali tidak
ada juga larangan mantan narapidan korupsi tidak boleh ikut pemilu. Selama hak
politiknya tidak dicabut oleh pengadilan, mantan narapidana tetap berhak untuk
ikut pilkada serentak 2018.
Permasalahan hukum sebenarnya bukan hal yang patut untuk
diperdebatkan. Yansen Akun Effendy telah selesai menjalankan hukumannya dan
sudah kembali bermasyarakat Hal ini disampaikan oleh Ketua DPC PKB
Sanggau, Utin Sri Ayu:
“Status pak Yansen sebagai mantan narapidana tidak menjadi permasalahan,
tidak perlu diributkan sebenarnya. Kan sudah menjalani hukuman jadi ya
sebenarnya tidak ada masalah, dan juga statusnya kan tidak dilarang untuk ikut
74
dalam pemilihan jadi tidak masalah. Kami tentu saja tidak akan mengusung
seseorang apabila permasalahannya belum clear.”31
Dari segi hukum yang berlaku, majunya Yansen Akun Effendy sebagai
calon Bupati Sanggau 2018 tidak melanggar etika politik dari segi dimensi sarana.
C.3. Dimensi Aksi Politik
Dimensi Aksi Politik melihat aksi politik Yansen Akun Effendi sebelum
menjadi calon Bupati Sanggau 2018. Ada beberapa masalah yang menyebabkan
Yansen Akun Effendy dianggap melanggar etika politik aspek dimensi aksi
politik, yaitu permasalahan mantan narapidana kasus korupsi, banyak
mencalonkan diri sebagai calon kepala daerah di daerah lain seperti di Kabupaten
Sekadau dan Kabupaten Sintang, serta menjabat sebagai Ketua Badan
Pemenangan Pemilu (Bapilu) partai Hanura Kalimantan Barat 2018 tetapi malah
mencalonkan diri sebagai calon Bupati Sanggau dari PKB.
Permasalahan mantan narapidana korupsi secara konstitusi tidak
mempunyai masalah hukum dan tidak melanggar aturan yang berlaku, tetapi tetap
saja hal tersebut melangggar etika karena menyangkut pertanggungjawaban moral
seseorang. Menurut H. Abdullah, permasalahan mantan narapidana kasus korupsi
ini sebenarnya sudah selesai tetapi tetap saja mengganggu pemikiran masyarakat
Sanggau tentang pilkada Sanggau 2018. Berikut pernyataan lengkapnya:
“Mengenai status narapidana yang ada pada pak Yansen, sebenarnya tidak ada
masalah dalam aspek hukum tetapi hal ini dapat dimanfaatkan pihak lawan.
Sebenarnya kalau mau jujur, status pak Yansen itu rame saat pilkada saja,
sebelumnya tidak ada masalah. Tetapi karena banyak pemilih milenial yang
31 Wawancara Langsung dengan Utin Ayu Sri Supadmi sebagai Ketua DPC PKB
Sanggau, tanggal 8 November 2018, di Kantor DPC PKB Sanggau.
75
mencoblos tetap saja hal itu sangat berpengaruh. Tentu hal ini ini tidak baik untuk
dicontoh oleh pemilih milenial.”32
Rani Rahmawati berbeda pendapat dengan H. Abdullah. Menurutnya
masalah status mantan narapidana korupsi Yansen Akun Effendy tidak menjadi
masalah. Berikut kutipan lengkapnya:
“Selama dia berpotensi dan mampu mengangkat Sanggau sebenarnya tidak ada
masalah. Sebab tidak semuanya orang yang dihukum itu bersalah, apalagi sebagai
mantan kepala daerah pada saat itu, pak Yansen memiliki tanggung jawab yang
besar. Intinya apabila dia mampu merubah Sanggau menjadi lebih baik itu tidak
masalah.”33
Hal yang hampir sama disampaikan oleh anggota DPRD Sanggau partai
Golkar Konggo, menurutnya:
“Mengenai status hukum tidak ada permasalahan, kami sudah menjalankan
mekanisme pemilihan sesuai dengan aturan berlaku baik aturan partai maupun
hukum yang terkait. sama sekali tidak ada masalah, berarti Yansen boleh kami
calonkan. Kalo secara personal tentu kami tidak bisa menilai lebih jauh, kita kan
juga tahu bahwa orang yang terkena kasus korupsi juga biasanya dijebak. Pak
Yansen itu hanya masalah administrasi tidak memperkaya diri sendiri.”34
Dari berbagai pendapat di atas tidak ada yang mengatakan bahwa
pencalonan Yansen Akun Effendy sebagai calon Bupati Sanggau 2018 melanggar
etika politik, padahal sudah terlihat jelas bagaimana Yansen Akun Effendy
seharusnya dianggap melanggar etika politik. Terjerat kasus korupsi pada saat
memimpin Sanggau periode 2003-2008 menandakan bahwa Yansen Akun
Effendy sepatutnya tidak boleh dicalonkan lagi sebagai calon Bupati Sanggau
2018 karena pemimpin adalah panutan bagi masyarakatnya sedangkan Yansen
32 Wawancara Langsung dengan H. Abdullah sebagai Anggota DPRD Sanggau Partai
PAN, tanggal 26 Desember 2018, di Kantor KPU Kabupaten Sanggau. 33 Wawancara Langsung dengan Rani Rahmawati sebagai Anggota DPRD Sanggau Partai
Nasdem, tanggal 26 Desember 2018, di Rumah Rani Rahmawati. 34 Wawancara Langsung dengan Konggo Tjintalong Tjondro sebagai Anggota DPRD
Sanggau Partai Golkar.,tanggal 26 Desember 2018, di Rumah Makan Padang.
76
Akun Effendy tidak pantas untuk dijadikan panutan karena pernah tersangkut
kasus korupsi.
Yansen Akun Effendy pernah beberapa kali mencalonkan diri sebagai
calon kepala daerah di daerah lain, seperti mencalonkan diri sebagai calon Bupati
Sekadau dan calon Bupati Sintang. Dari kejadian tersebut Yansen Akun Effendy
terlihat sebagai seseorang yang haus akan kekuasaan, gagal di suatu tempat
mencoba di tempat lain. Menurut Kicun35, hal ini tidak patut dicontoh oleh
masyarakat, seakan-akan menjadi pemimpin itu hanya untuk coba-coba. Tanpa
meragukan kapasitasnya yang pernah menjabat sebagai Bupati Sanggau periode
2003-2008, Yansen Akun Effendy seperti tidak mempunyai pijakan yang pasti
sebagai seorang aktor politik.
Selain dua permasalahan di atas, Yansen juga mempunyai permasalahan
dengan partainya yaitu partai Hanura. Posisi yang cukup penting pernah diisinya
yaitu sebagai Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) Kalimatan Barat partai
Hanura 2018. Dengan posisi tersebut dapat terlihat begitu pentingnya peran
Yansen Akun Effendy sebagai kader partai Hanura. Tetapi yang terjadi malah
sebaliknya, Yansen Akun Effendy menyeberang dan pindah ke PKB dalam
pilkada Sanggau 2018.
Kejadian tersebut jelas melanggar etika dari seorang kader partai politik.
Penjelasan ini disampaikan oleh anggota DPRD Sanggau partai Hanura, Kicun:
35 Wawancara Langsung dengan Fransiskus Kicun sebagai Anggota DPRD Sanggau
Partai Hanura, tanggal 26 Desember 2018, di Rumah Fransiskus Kicun.
77
“Pak Yansen itu adalah kader partai Hanura dan statusnya ketika itu cukup
penting. Tapi kita pada saat itu tidak tau alasannya sampai pak Yansen
menyeberang. Sebenarnya kami ingin sekali mengusung pak Yansen sebagai
calon bupati tetapi saat kami mencoba menghubunginya, pak Yansen sangat
susah untuk dihubungi. Seakan-akan kami sebagai partai yang menaunginya
statusnya tidak jelas.”36
Dari PKB sendiri tidak terlalu mempersalahkan status Yansen Akun
Effendy yang menjabat sebagai Bapilu partai Hanura Kalimantan Barat. Hal ini
disampaikan langsung oleh kepala sekretariat DPC PKB Sanggau, Slamet:
“Setelah pak Yansen mendaftar kepada partai kami dan mau diusung oleh kami
sebenarnya itu sudah selesai masalahnya. Pak Yansen juga mau kami buatkan
kartu tanda anggota dari kami dan itu memperjelas posisinya. Mengenai
permasalahan dari partai sebelumnya, itu biarkan saja menjadi permasalahan
internal mereka. Yang jelas pak Yansen mau diusung oleh kami dan telah
mendapat kartu tanda anggota PKB.”37
Menurut Imran38, dengan pindahnya Yansen Akun Effendy dari partai
Hanura ke PKB, status keanggotaannya sudah tidak lagi menjadi anggota partai
Hanura dan jabatannya sebagai ketua Bapilu partai Hanura Kalimantan Barat pun
juga gugur. Dari aspek ini sebenarnya Yansen Akun Effendy menyalahi aturan
dan dianggap melanggar etika sebagai seorang anggota partai karena tidak
berkonsultasi dahulu sebelum memutuskan maju sebagai calon Bupati Sanggau
2018 dari PKB.
36 Wawancara Langsung dengan Fransiskus Kicun sebagai Anggota DPRD Sanggau
Partai Hanura, tanggal 26 Desember 2018, di Rumah Fransiskus Kicun. 37 Wawancara Langsung dengan Slmaet Riyandi sebagai Kepala Sekretariat DPC PKB
Sanggau, tanggal 26 Desember 2018, di Kantor DPC PKB Sanggau. 38 Wawancara Langsung dengan Ade Imran sebagai Sekretaris DPC Partai Hanura
Sanggau, tanggal 26 Desember 2018, di Rumah Ade Imran.
78
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan pada bab-bab
sebelumnya mengenai masalah pencalonan Yansen Akun Effendy sebagai calon
Bupati Sanggau 2018. Pada bab terakhir ini akan djelaskan kesimpulan dari
permasalahan tersebut. Pertama, partai politik sebagai agen penting dalam
jalannya pemilihan umum telah menjalankan perannya dengan baik. Pemilihan
Yansen Akun Effendy sebagai calon Bupati Sanggau 2018 dilakukan sesuai
dengan aturan partai yang berlaku, yaitu melalui tahap penjaringan
kabupaten/kota, tahap penjaringan provinsi, dan tahan penjaringan pilkada pusat.
Setelah melalui tahap penjaringan yang dilakukan partai Golkar dan PKB.
Tahap selanjutnya adalah pendaftaran di KPU Kabupaten Sanggau, pada tahap ini
Yansen Akun Effendy telah melalui mekanisme pendaftaran yang berlaku dan
dinyatakan lolos sebagai calon Bupati Sanggau 2018.
Kedua, faktor pendukung dipilihnya Yansen Akun Effendy sebagai calon
Bupati Sanggau 2018 karena popularitas, elektabilitas, dan ketokohannya. Selain
itu, deal politik yaitu kesepakatan antara partai Golkar dan PKB tentang majunya
Fransiskus Ason sebagai calon Bupati Sanggau dalam pilkada selanjutnya juga
membuat partai Golkar berani untuk mengusung Yansen Akun Effendy. Untuk
PKB, mendukung Yansen Akun Effendy sama dengan menunjukkan
eksistensinya sebagai partai politik besar di Indonesia.
79
Ketiga, dari tiga dimensi etika politik yang digunakan, yaitu dimensi
tujuan, dimensi sarana, dan dimensi aksi politik. Dimensi tujuan dan dimensi
sarana tidak melanggar etika politik, sedangkan untuk dimensi aksi politik
dianggap melanggar etika politik. Hal ini karena Yansen dalam perjalanan
politiknya cukup kontroversial, selain mantan narapidana korupsi, ia juga sering
mencalonkan diri sebagai calon kepala daerah di tempat lain, dan ia juga
berpindah partai secara tiba-tiba tanpa berdiskusi dulu dengan partai terdahulunya
yaitu partai Hanura. Yansen Akun Effendy tidak terpilih sebagai Bupati Sanggau
2018, hal ini menandakan bahwa masyarakat Sanggau telah melek politik dan
bijak dalam melakukan pilihannya.
B. Saran
Partai politik harus mempunyai peran yang lebih besar untuk mengatasi
permasalahan ini. Meskipun tidak ada pelarangan mantan narapidan korupsi untuk
ikut dalam pemilihan umum, baik itu dalam Undang-Undang maupun PKPU.
Partai politik harus berkomitmen untuk tidak mengusung calon pemimpin yang
tidak bersih. Itulah sebenarnya solusi terbaik karena memang apabila larangan
tersebut hadir hanya dari PKPU masih tetap bisa diperdebatkan dan tidak
mengikat. Karena memang di dalam Undang-Undang Dasar 1945 telah dijamin
hak-hak yang setara bagi setiap warga negara Indonesia. Jadi apabila ada PKPU
yang melarang mantan narapida kasus korupsi untuk ikut dalam pemilihan umum
maka dianggap melanggar UUD 1945 dan hak asasi manusia.
80
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdullah, M. Yatimin. 2006. Pengantar Studi Etika. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Agustino, Leo. 2007. Perihal Ilmu Politik: Sebuah Bahasan Memahami Ilmu
Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Amin, Ahmad. 1995. Etika Ilmu Akhlak. Jakarta: Bulan Bintan.
Bertens, K. 2007. Etika. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Buchari, Sri Astuti. 2014. Kebangkitan Menuju Politik Identitas. Yayasan Pustaka
Obor Indonesia.
Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Chumaidy, Chozin. 2006. Etika Politik dan Esensi Demokrasi. Jakarta: Pustaka
Indonesia.
Handoyono, Eko, Martina Herna Susanti, dan Aris Munandar. 2016. Etika Politik.
Semarang: Widya Karya Press.
Iriawan, Beddy. 2013. Sistem Politik Indonesia. Jakarta: Rajawali Press.
Kantraprawira, Rusadi. 2004. Sistem Politik Indonesia. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Labolo, Muhadam dan Teguh Ilham. 2015. Partai Politik dan Sistem Pemilihan
Umum di Indonesia: Teori, Konsep, dan Isu Strategis. Jakarta: Rajawali
Press.
Mas’oed Mohtar. 2008. Perbandingan Sistem Politik. Yogyakarta: Gajah Mada
Uniersity Press.
Rodee, Charlton Clymer, dkk. 2013. Pengantar Ilmu Politik. Jakarta: Rajawali
Press.
Sukidin dan Basrowi. 2002. Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro.
Surabaya: Insan Cendekia.
Surakhmad, Winarno. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.
Surbakti, Ramlan. 2010. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo.
Suryabrata, Sumadi. 2013. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Press.
81
Suseno, Frans Magnis. 2016. Etika Politik: Prinsip-Prinsip Moral Dasar
Kenegaraan Modern. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Syafiie, Inu Kencana. 2010. Ilmu Politik. Jakarta: Rineke Cipta.
Timotius, Kris. H. 2017. Pengantar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: ANDI.
Wijaya, Hengki. 2018. Analisis Data Kualitatif Ilmu Pendidikan Teologi.
Sulawesi Selatan: STTJFFRAY.
Yusuf, A. Muri. 2017. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian
Gabungan. Jakarta: Kencana.
Dokumen Resmi
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 3 Tahun 2017.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2015.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.
Petunjuk Pelaksana Dewan Pimpinan Pusat Partai Golongan Karya Nomor:
JUKLAK-6/DPP/GOLKAR/VI/2016 Tentang Penetapan Pasngan Calon
Gubernur, Bupati, Dan Walikota Dari Partai Golongan Karya.
Tahapan Pendaftaran Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Sanggau Tahun
2018.
Visi, Misi, dan Program Aksi Calon Bupati Sanggau Periode 2018-2023.
Jurnal
Ardiyanto, dkk. 2017. “Hak Politik Mantan Narapidana Untuk Mencalonkan Diri
Sebagai Kepala Daerah (Analisis terhadap Putusan MK No. 42/PUU-
XIII/2015)”. Mimbar Yustitia Vol.11, No.2.
Dwihantoro, Prihatin. 2013. “Etika Dan Kejujuran Dalam Berpolitik”, Politika
Vol.4, No.2.
Natalia, Angga. 2015. “Peran Partai Politik Dalam Mensukseskan Pilkada
Serentak Di Indonesia”, Jurnal TAPIs ol.11, No.1.
Nugroho, Wahyu. 2016. “Konstruksi Hukum Pemilu dan Pemilukada Dalam
Putusan-Putusan Mahkamah Konstitusi”, Etika dan Pemilu Vol.2, No.4.
Rosana, Ellya. 2012. “Partai Politik Dan Pembangunan Politik”, Jurnal TAPIs
Vol.8, No.1.
Zein, Fuad Muhammad. 2016. “Kritik Terhadap Konsep Maachiaelli”, Mahkamah
Vol.1, No.2.
82
Tesis
Zuliana, Eka. 2015. Tesis: “Etika Politik Menurut Pemikiran Nurcholish Madjid”,
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
Media Online
http://www.logikanews.com/memilih-mantan-napi-di-pilkada-2018. Diakses 25
februari 2018, pukul 19.35 WIB.
https://www.republika.co.id/berita/nasional/pilkada/18/01/04/p211jc409-ini-
syarat-pendaftaran-paslon-pilkada-yang-ditetapkan-KPU. Diakses 19
Januari 2019, pukul 19.50 WIB.
http://pontianak.tribunnews.com/2014/04/23/pdip-kantongi-suara-tertinggi-di-
sanggau. Diakses 10 April 2019, pukul 22.12 WIB.
http://pontianak.tribunnews.com/2014/05/14/berikut-nama-nama-caleg-terpilih-di-
dprd-kabuapten-sanggau. Diakses 10 April 2019, pukul 22.30 WIB.
Wawancara
Wawancara dengan Utin Sri Ayu Supadmi, Ketua DPC PKB Sanggau Periode
2016-2021, pada tanggal 8 November 2018, pukul 15.00 WIB, Sanggau:
Kediaman Utin Sri Ayu Supadmi.
Wawancara dengan Slamet Riyandi, Kepala Sekretariat DPC PKB Sanggau
Periode 2016-2021, pada tanggal 8 November 2018, pukul 15.30 WIB,
Sanggau: Kantor DPC PKB Sanggau.
Wawancara dengan Adi Subrata, Sekretaris DPD II Golkar Sanggau, pada tanggal
9 November 2018, pukul 19.00 WIB, Sanggau: Kediaman Adi Subrata.
Wawancara dengan Ade Imran, Sekretaris DPC Partai Hanura Sanggau, pada
tanggal 26 Desember 2018, pukul 15.00 WIB, Sanggau: Kediaman Ade
Imran.
Wawancara dengan Fransiskus Kicun, Anggota DPRD Kabupaten Sanggau
Periode 2014-2019 Partai Hanura, pada tanggal 26 Desember 2018, pukul
11.00 WIB, Sanggau: Kediaman Fransiskus Kicun.
Wawancara dengan Rani Rahmawati, Anggota DPRD Kabupaten Sanggau Partai
Nasdem Periode 2014-2019, pada tanggal 26 Desember 2018, pukul 14.00
WIB, Sanggau: Kediaman Rani Rahmawati.
Wawancara dengan H. Abdullah, Anggota DPRD Kabupaten Sanggau PAN
Periode 2014-2019, pada tanggal 26 Desember 2018, pukul 10.00 WIB,
Kantor KPU Kabupaten Sanggau.
83
Wawancara dengan Konggo Tjintalong Tjondro, Anggota DPRD Kabupaten
Sanggau Partai Golkar, pada tanggal 26 Desember 2018, pukul 14.30
WIB, Sanggau: Rumah Makan Padang.
Wawancara dengan Gusti Darmuddin, Anggota KPU Kabupaten Sanggau, pada
tanggal 26 Desember 2018, pukul 12.30 WIB, Kantor KPU Kabupaten
Sanggau.