repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/reta...

114
KEPENTINGAN DAN PENGARUH RUSIA TERHADAP GERAKAN SEPARATIS TRANSNISTRIA DALAM KONFLIK MOLDOVA-TRANSNISTRIA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sosial Oleh: RETA MARINA PRATIWI NIM. 1111114000015 PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016

Upload: others

Post on 08-Oct-2019

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

KEPENTINGAN DAN PENGARUH RUSIA TERHADAP

GERAKAN SEPARATIS TRANSNISTRIA

DALAM KONFLIK MOLDOVA-TRANSNISTRIA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Sosial

Oleh:

RETA MARINA PRATIWI

NIM. 1111114000015

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2016

Page 2: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id
Page 3: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

i

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul:

KEPENTINGAN DAN PENGARUH RUSIA TERHADAP GERAKAN

SEPARATIS TRANSNISTRIA

DALAM KONFLIK MOLDOVA-TRANSNISTRIA

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukri bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 12 April 2016

Reta

Marina Pratiwi

Page 4: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Reta Marina Pratiwi

NIM : 1111114000015

Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional

Telah menyelesaikan penelitian skripsi dengan judul:

“KEPENTINGAN DAN PENGARUH RUSIA TERHADAP GERAKAN

SEPARATIS TRANSNISTRIA

DALAM KONFLIK MOLDOVA-TRANSNISTRIA”

Dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.

Jakarta, 12 April 2016

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Program Studi Dosen Pembimbing,

Dr. Badrus Sholeh, MA Dr. Badrus Sholeh, MA

NIP: 197102111999031002 NIP: 197102111999031002

Page 5: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

KEPENTINGAN DAN PENGARUH RUSIA TERHADAP GERAKAN

SEPARATIS TRANSNISTRIA

DALAM KONFLIK MOLDOVA-TRANSNISTRIA Oleh:

RETA MARINA PRATIWI

NIM. 1111114000015

Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 12

April 2016. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Hubungan Internasional.

Ketua sidang, Sekretaris sidang,

Dr. Badrus Sholeh, MA Eva Mushoffa, M.HSPs.

NIP. 197102111999031002 NIP.

Penguji I, Penguji II,

Nazaruddin E.Nasution, SH. MA Robi Sugara, M.Sc

NIP. NIP.

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 12 April 2016

Ketua Program Studi,

Dr. Badrus Sholeh, MA

NIP. 197102111999031002

Page 6: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

iv

ABSTRAKSI

Skripsi ini menganalisa tentang pengaruh gerakan separatis Transnistria

terhadap kepentingan Rusia di Moldova. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui kepentingan Rusia mendukung gerakan separatis Transnistria di

Moldova. Dalam penelitiannya, Skripsi ini menggunakan metode kualitatif

dengan mengambil berbagai sumber dan data yang akan diverifikasi.

Skripsi ini berisi tentang awal terbentuknya gerakan separatis

Transnistria hingga penyelesaian masalah yang tak kunjung selesai (frozen

conflict). Dalam konflik tersebut terdapat kepentingan Rusia serta dukungan

untuk mengembangkan gerakan separatis Transnitria. Dengan adanya gerakan

separatis Transnistria yang didukung negara besar seperti Rusia, Moldova mulai

terancam. Hal ini membuat penulis menganalisa menggunakan Konsep Keamanan

pada Negara Moldova dan Kebijakan Luar Negeri yang mengarah pada

Kepentingan Nasional Rusia.

Konsep keamanan dipakai penulis untuk menganalisa ancaman yang

ditimbulkan dari intervensi Rusia terhadap Moldova. Sedangkan pada Konsep

Kebijakan Luar Negeri dipakai penulis untuk menganalisa faktor-faktor yang

mendasari Rusia membuat Kebijakan Luar Negeri di negara bekas Uni Soviet

terutama Moldova dalam pengaruhnya di wilayah Transnistria. Pada konsep

kedua penulis memaparkan bahwa kebijakan luar negeri yang dimiliki Rusia

merupakan cara untuk mendapatkan Kepentingan Nasional Rusia di dalam

gerakan separatis Transnistria.

Kata kunci: Rusia-Transnistria-Moldova, Gerakan Separatis, Konsep Keamanan,

Kebijakan Luar Negeri, Kepentingan Nasional.

Page 7: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Rabb al-Alamin. Segala puji dan syukur kepada Allah SWT

atas segala rahmat, nikmat dan petunjuknya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana pada program

studi Hubungan Internasional. Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini

bukan hanya dari usaha penulis seorang diri, melainkan juga karena dukungan,

saran, semangat dan bantuan dari berbagai pihak yang telah mendukung proses

penyelesaian skripsi ini.

Skripsi ini penulis persembahkan untuk kedua orang tua yaitu ayah Mayor

Eko Subaryono sekaligus komandan yang terbaik dalam hidup penulis dan Mama

Titin Endrawati. Terima kasih yah,mah atas segala perjuangan yang kalian

berikan, apapun yang penulis lakukan tidak pernah membalas segala jerih payah

kalian. Begitu pula kepada Mbah Akung Mayor Purnawirawan Soekardi

Kasidi(alm) dan Mbah Uti Kasmiati(alm), yang jauh di raga namun sangat dekat

dalam ikatan doa. Terima kasih juga kepada adikku tercinta Rayhanna Osha

Claresta yang selalu memberikan keceriaan dan kehangatan yang tak pernah

tergantikan.

Terselesaikannya skripsi ini, tentunya tak lepas dari dorongan dan uluran

tangan berbagai pihak. Oleh karena itu, tak salah kiranya bila penulis

mengungkapkan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Bapak Badrus Sholeh, MA, Kepala Program Studi Hubungan Internasional

sekaligus Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu dan banyak

berkontribusi dalam mengarahkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini

di waktu yang tepat.

2. Ibu Debbie Affianty, MA, yang telah memberikan banyak support serta

menginspirasi dalam penelitian proposal skripsi sebelumnya dan selalu

mendorong penulis untuk segera menyelesaikan Skripsi ini.

3. Bapak Nazarudin Nasution, SH.,MA dan Bapak Robi Sugara, M.Sc selaku

penguji. Terimakasih pak atas informasi dan bimbingan tambahan saat

sidang skripsi berlangsung.

4. Almarhum, Bapak Budi Satari, M.Sc.; Bapak Irfan Hutagalung, S.H, LLM;

Bapak Ahmad Alfajri; Bapak Adian Firnas Msi; Bapak Pribadi, Bapak

Taufiqurrahman, Bapak Teguh Santosa, Ibu Sri Mulyati, Ibu Mutiara

Pertiwi, ibu Dina Afianty, Ph D, ibu Eva Mushoffa,MA yang telah

memberikan sumbangsih ilmunya selama empat tahun masa studi di

program studi HI ini. Semoga ilmu yang penulis terima bisa bermanfaat di

kehidupan selanjutnya.

5. Sahabat seperjuangan penulis dalam merampungkan penelitian ini, HI

kelas Internasional 2011(IRIC): Niken Aulia Febrina, Masmuhah/ocha,

Page 8: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

vi

Selvy, Desica, Hary, Tito, buk Aptiani, Ulfah, Bang Kiki, Bayu, Babeh

Andika, Ical, Bang Hasmar, Rifqi, Adnan, Alif. Tidak akan pernah ada hal

yang menakjubkan selain pernah bersinar bersama kalian, Matur Nuwun

sanget guys.

6. Sahabat terbaik penulis Faisal Abdau, yang telah bersama-sama berjuang

dalam canda dan duka. Terima kasih kak atas dukungannya yang

membawa penulis menyelesaikan Skripsi ini.

7. Sahabat penulis, Dinda Augusti Veranza, Marno, bang Adhy Nugraha dan

Bunga Fitriani, terima kasih kalian selalu ada di hari terburuk penulis.

Dukungan kalian tidak bisa digantikan dengan materi apapun.

8. Teman-teman penulis, teh Puji, Sepinia, Widya, Amy, Shofi, Eska, Rizka,

Zahra, Febriana (dante), Syahria, teh Dede, dek Mutiara, dek Ayu, dek

Qures, mbak Dyah, teman-teman KKN MEDALI 2014, serta teman-teman

karyawan cafe bus, cafe class yang telah memberikan keceriaan dan

persahabatan tanpa memandang perbedaan.

9. Special thanks untuk sahabat jauh penulis, kak Rashidah, Mr. Abemie,

Zhou, Aisyah, dan teman-teman Asean Youth Volunteer lainnya.

Terimakasih sudah selalu mengingatkan untuk terus mengejar cita-cita.

Terimakasih yang tak terhingga untuk seluruh pihak yang dikenal penulis

atas dukungan support, materil, moril serta doanya selama ini. Sehingga fase ini

bisa dilalui penulis dengan kemudahan keindahan dan keberkahan. Semoga semua

kebaikan tercatat dan bisa menjadi amal ibadah sampai akhir hayat.

Jakarta, 12 April 2016

Reta Marina Pratiwi

Page 9: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

vii

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ..................................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ v

DAFTAR ISI...................................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................................ix

DAFTAR SINGKATAN .................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

1.1 Pernyataan Masalah ............................................................................................ 1

1.2 Pertanyaan Penelitian .......................................................................................... 8

1.3 Manfaat dan Tujuan Penelitian ........................................................................... 8

1.4 Tinjauan Pustaka ................................................................................................. 8

1.5 Kerangka Konseptual ........................................................................................ 11

1.6 Metode Penelitian ............................................................................................. 18

1.7 Sistematika Penelitian ....................................................................................... 19

BAB II SEJARAH KONFLIK TRANSNISTRIA-MOLDOVA .................................... 21

2.1 Akar Masalah Separatisme Transnistria ........................................................... 21

2.2 Konflik Senjata Pemerintah Moldova dan Gerakan Separatis Transnistia ....... 25

2.3 Upaya Penyelesaian Konflik Transnistria oleh Moldova ................................. 29

2.4 Respon Moldova terhadap dukungan penyelesaian konflik Transnistria........ 37

BAB III KEPENTINGAN DAN KETERLIBATAN RUSIA MENGHADAPI

KONFLIK MOLDOVA-TRANSNISTRIA ..................................................................... 42

3.1 Keamanan Moldova .......................................................................................... 42

3.1.1 Penempatan Militer Rusia di Transnistria ................................................. 44

3.1.2 Politik Moldova-Transnistria. ................................................................... 47

3.1.3 Ekonomi Moldova-Transnistria ................................................................ 52

3.2 Kebijakan Luar Negeri Rusia di Moldova ........................................................ 57

3.2.1 Faktor Internal Rusia ................................................................................. 58

3.2.2 Faktor Eksternal Rusia .............................................................................. 59

3.3 Kepentingan Nasional Rusia di Moldova-Transnistria ..................................... 60

BAB IV DUKUNGAN KONKRIT RUSIA TERHADAP PEMBENTUKAN NEGARA

TRANSNISTRIA .............................................................................................................. 64

Page 10: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

viii

4.1 Dukungan Rusia dalam Politik Transnistria ..................................................... 64

4.1.1 Politik Internal Transnistria ...................................................................... 64

4.1.2 Peran Rusia dalam Politik Internal Transnistria........................................ 70

4.2 Dukungan Rusia dalam Ekonomi Transnistria ................................................. 76

4.2.1 Dukungan Gasprom dalam meningkatkan perekonomian Transnistria .... 76

4.2.2 Dukungan Industri di Transnistria. ........................................................... 81

BAB V KESIMPULAN .................................................................................................. 86

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 89

Lampiran-lampiran

Page 11: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar I.1 Peta Transnistria ........................................................... 1

Gambar II.2 Peta Penyatuan Daerah Transnistria .......................... 21

Gambar II.3 Peta Security Zone ....................................................... 28

Page 12: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

x

DAFTAR SINGKATAN

AS Amerika Serikat

BOP Balance of Power

CICAM Centre for International Conflict Analysis and Management

CIS Commonwealth of Independent States

CSCE Conference on Securityand Co-operation in Europe

DCFTA Deep and Comprehensive Free Trade Agreement

EAPC Euro Atlantic Partnership Council

ECMI European Centre for Minority Issues

ENP European Neighbourhood Policy

EU European Union

EUBAM Europe Border Assistance Mission to Moldova and Ukraine.

GUAM Georgia, Ukraina, Azerbaijan, Moldova

HAM Hak Asasi Manusia

LSM Lembaga Swadaya Masyarakat

MAP Moldova‟s Action Plan

NATO North Atlantic Treaty Organization

NGO Non Governmental Organization

OSCE Organization for Security and Co-operation in Europe

OSTK Ob‟edinenyi Sovet Trudovykh Kollektivov

(United Council of Work Collectives)

PBB Persatuan Bangsa-Bangsa

TMR Trans-Dniester Moldovan Republic

Page 13: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Wilayah penyatuan Romania dengan Bessarabia

Lampiran 2. Peta Wilayah Moldova setelah kemerdekaan

Lampiran 3. Peta Wilayah Rusia dan sekitarnya

Page 14: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id
Page 15: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pernyataan Masalah

Skripsi ini berfokus untuk menganalisa kepentingan Rusia pada gerakan

separatis Transnistria di Moldova. Gerakan separatis ini bernama Pridnestrovian

Moldavian Soviet Socialist Republic atau Transnistria. Gerakan separatis

Transnistria terletak di wilayah Eropa Timur dan berada di bagian Moldova yang

berbatasan langsung dengan Ukraina. Berikut ini adalah peta letak geografis

wilayah Transnistria. (Lihat gambar I.1)

Gambar I.1 Peta Transnistria

Sumber : http://www.conflicts.rem33.com/images/moldova/nistru_konflik.htm diakses

pada 15 Januari 2014.1

1 Andrew Andersen. “The Conflict in Transnistria. National Consensus is A Long Way Off”.

America journal; tersedia di http://www.conflicts.rem33.com/images/moldova/nistru_konflik.htm

; diunduh pada 15 Januari 2014.

Page 16: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

2

Nama Transnistria diambil dari sungai Dniestr di Moldova yang bernama

Trans-Dniestr (dekat sungai Dniestr).2 Gerakan separatis Transnistria mulai

timbul karena adanya perbedaan etnis, bahasa dan pemikiran secara politik dan

ekonomi dengan Moldova. Perbedaan etnis dan bahasa disebabkan oleh kebijakan

kekaisaran Rusia sebelum Moldova merdeka. Kekaisaran Rusia memindahkan

paksa sebagian penduduk lokal Rusia ke wilayah Transnistria untuk

meminimalisir korban saat terjadinya Perang Dunia I.3 Kebijakan pemindahan

tersebut berpotensi menimbulkan konflik antar etnis terutama saat Rusia kalah

perang dan Moldova memilih merdeka dari Soviet.

Etnis Transnistria memiliki kelompok terkuat yang bernama Edinstvo.4

Pendiri kelompok terkuat tersebut adalah Igor Smirnov yang merupakan Presiden

pertama Transnistria. Kelompok ini menginginkan otonomi secara luas dari

Moldova pada 1990.5 Kekuatan ekonomi serta politik yang lebih baik dari

Moldova juga merupakan alasan Edinstvo menginginkan kemerdekaan.6

Pada 1990, kelompok Edinstvo memproklamasikan kemerdekaan

Transnistria dengan nama resmi Pridnestrovskaia Moldavskaia Respublika

(Transnistria) dan Tiraspol sebagai ibu kotanya.7 Namun proses pembentukannya

penuh dengan kontroversi. Hal ini membuat Transnistria tidak diakui oleh dunia

2Ibid.

3 Stefan Wolff. “A resolvable frozen conflict? Designing a Settlement for Transnistria,” Journal of

European Centre for Minority Issues no.26, (2011). 3. 4Ibid.

5Steven Woehrel, Moldova: Background and U.S policy, (Washington: Congressional Research

Service 2014),5. 6 Ibid, 6.

7 Ibid.

Page 17: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

3

internasional dan hanya mengakui Transnistria sebagai bagian dari negara

Moldova.8

Konflik di Transnistria terjadi pada Maret hingga Juni 1992, dengan

ditandai oleh konflik senjata antara pemerintah Moldova dan gerakan separatis

Transnistia. Rusia membantu Moldova dengan mengirim pasukan kontingen yang

bernama pasukan Cossack dan pasukan 14th

Army9. Konflik ini mengakibatkan

masyarakat terpaksa keluar dari daerah Transnistria dan menjadi pengungsi di

Rusia. Hal ini membuat pemerintah Moldova dan Pemerintah Rusia melakukan

perundingan damai yang hasilnya adalah dengan ditetapkannya Transnistria

sebagai daerah “security zone” yang berada dalam pengawasan Rusia.10

Kehadiran pasukan Cossack dan pasukan 14th

Army di Transnistria tidak

membuat Rusia mendamaikan keadaan Transnistria tetapi Rusia lebih

menginginkan memperluas hegemoninya di Moldova.11

Pasukan militer Rusia

membangun gudang senjata di wilayah Transnistria tanpa ijin dari pemerintahan

Moldova.12

Dalam membangun gudang senjata, gerakan separatis Transnistria

juga belajar menggunakan senjata dari pasukan Cossack Rusia.13

Hingga saat ini pasukan militer Rusia masih bertahan di kawasan

Transnistria. Pasukan ini menjaga sisa peralatan militer yang berkisar 21.000 ton

8 Nicu Popescu dan Leonid Litra, “Transnistria: a bottom-up Solution.” Journal of EU council on

Foreign Relations, (2007). 5. 9Ibid.

10Laura Cummings, “Gorbachev‟s Perestroika and The Collapse of the Soviet Union”,tersedia di

https://www.langrange.edu/resources/pdf/citations/2012/08Cummings_history.pdf; diunduh pada

17 April 2014. 53. 11

Ibid, 56. 12

Ibid, 3. 13

Olga Savceac, “Transnistria-Moldova Conflict”, tersedia di

http://www1.american.edu/ted/ice/Moldova.htm; diunduh 15 Januari 2014.

Page 18: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

4

amunisi dan menjaga perbatasan di Transnistria.14

Adanya pasukan militer Rusia

dalam wilayah kedaulatan Moldova merupakan pelanggaran yang akan

menimbulkan konflik antara kedua negara tersebut.

Keberadaan pasukan Cossack Rusia di Transnistria membuat

permasalahan tidak kunjung selesai dan perundingan menemui deadlock.15

Hal

tersebut juga membuat pemerintah Moldova meminta bantuan Uni Eropa untuk

menyelesaikan konflik separatis dengan mengikuti organisasi internasional di

Eropa. Moldova dan Uni Eropa melakukan kerjasama yang bernama Deep and

Comprehensive Free Trade Agreement (DCFTA), OSCE (Organization for

Security and Co-operation in Europe), EAPC (Euro Atlantic Partnership Council),

dan pencarian keanggotaan NATO (North Atlantic Treaty Organization).16

Tidak berhenti pada kerjasama Eropa, Moldova juga meminta Rusia

menyelesaikan permasalahan Transnistria dengan ikut serta dalam organisasi CIS

(Commonwealth of Independent States); dan GUAM (Georgia, Ukraina,

Azerbaijan, Moldova). Kerjasama Moldova-Rusia masih memiliki pengaruh

warisan politik Uni Soviet.17

Sejak akhir perang dingin, negara bekas Uni Soviet

masih terikat dengan Rusia sebagai negara yang mengatur masalah politik,

ekonomi dan konflik etnis dalam negeri.18

Konflik internal yang terjadi di

Moldova justru membuat Rusia memanfaatkan keanggotaan CIS dan GUAM

untuk berperan di dalamnya.

14

Stefan wolff, TheTransnistria Issue: moving beyond the status-quo, (case study European

parliament, 2012.) 16. 15

Ibid. 16

Steven Woehrel, Moldova: Background and U.S policy, 6. 17

Valery Tishkov. Migration in the countries of the former Soviet Union. (Global Commission on

International Migration, GCIM 2005), 2. 18

Ibid, 1.

Page 19: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

5

Keikutsertaan Moldova dalam NATO dan Organisasi Eropa membuat

Rusia mulai memberlakukan pengurangan sampai pelarangan beberapa barang

untuk diimpor dari Moldova melalui jalur darat Transnistria. Pelarangan ekspor

atas Rusia sebesar 41 % anggur dan daging sebesar 12%, Pelarangan ini terjadi

pada 2011 sampai April 2013.19

Moldova dan Transnistria juga memiliki

ketergantungan pemakaian energi gas sebesar 90% yang datang dari Rusia.

Pemutusan Gazprom pada pasokan gas alam Moldova juga diberlakukan pada

tanggal 1 Januari 2011.20

Pemutusan Gazprom membuat pendapatan industri di Transnistria

menurun hingga 60%. Awalnya pendapatan perkapita Transnistria mencapai

2,300 dollar AS, sedangkan saat penurunan hanya berkisar 1,500 dollar AS.21

Wilayah industri di Transnistria seperti industri anggur, pengolahan daging, dan

banyaknya jalur pipa gas dari Transnistria seharusnya dapat membangkitkan

perekonomian negara Moldova.

Rusia membuat kebijakan dalam menerbitkan paspor untuk 150.000

penduduk di Transnistria.22

Kebijakan ini dibuat karena Rusia melihat warga

Transnistria dibayar dengan upah rendah oleh Moldova karena perbedaan

bahasanya.23

Penduduk Transnistria menggunakan paspor Rusia untuk mencari

pekerjaan di Rusia dan menjalankan kegiatan ekspor – impor.

19

Ibid, 7 20

Ibid, ,8. 21

Amanda Paul. Moldova – Heading into a hot autumn (Belgia: European Policy Centre, 2014). 22

Stefan Wolff. “A resolvable frozen conflict? Designing a Settlement for Transnistria,” Journal of

European Centre for Minority Issues no.26, (2011).5. 23

Nicu Popescu dan Leonid Litra, Transnistria: a bottom-up Solution. (EU council on Foreign

Relations, 2007). 6.

Page 20: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

6

Pada 2011 Pemimpin separatis Transnistria, Igor Sminov menyatakan

adanya hubungan bilateral antara Transnistria dengan Rusia dalam penggunaan

gas di Transnistria.24

Hubungan bilateral tersebut berisi tentang distribusi gas

terutama di sektor industri Transnistria. Terdapat subsidi gas dari Gasprom

dengan pemakaian gas sebesar 75 dollar AS sampai 90 dollar AS per 1000 m3.25

Pada tanggal 15 Februari 2011 Rusia berupaya menyelesaikan masalah

bilateral dengan mengajak Transnistria dan Moldova dalam pertemuan informal di

Wina. Pertemuan informal ini dibuat secara khusus di bawah naungan OSCE

dengan Rusia.26

Pertemuan ini bernama “Format 5+2”. Format 5+2 adalah

format dari lima negara yang memiliki konflik yaitu Moldova, Transnistria, Rusia,

Ukraina sebagai pihak yang berkonflik dan OSCE sebagai perantara, sedangkan

dua diartikan sebagai pengamat atau observers yaitu Amerika Serikat dan Uni

Eropa.27

Dalam Format 5+2 di Wina pada Februari 2012, Rusia membuat

pengakuan kesetaraan antara Transnistria yang beribu kota Tiraspol dan

Moldova.28

Sergey Gubarev sebagai perwakilan Rusia saat itu menyatakan

persamaan antara Tiraspol dan Chisinau karena ketidakmampuan Moldova

menyelesaikan permasalahan Transnistria.29

Padahal dengan jelas kesetaraan

suatu negara tidak dapat disama-ratakan dengan entitas separatis.30

24

Kamil Całus, “An aided economy The characteristics of the Transnistria economic model,”

Journal Centre for Eastern Studies no 108, (2004), 4. 25

Ibid, 5. 26

Stefan Wolff. A resolvable frozen conflict. 27

Ibid, 5. 28

Nicu Popescu dan Leonid Litra, Transnistria: a bottom-up Solution, 3. 29

Ibid. 30

Stefan Wolff, A resolvable frozen conflict, 7.

Page 21: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

7

Pada penyelesaian konflik di Maret 2012, Rusia mengangkat wakil khusus

untuk Transnistria yaitu Dmitry Rogozin. Dmitry Rogozin membuat kebijakan

ofensif yang dirancang untuk meningkatkan kekuasaan Rusia di wilayah

Transnistria. Kehadiran militer Rusia di perbatasan juga merupakan kontrol Rusia

pada wilayah Transnistria. Kehadiran militer ini merupakan kasus yang

menyimpang dari komitmen sebelumnya dalam Format 5+2.31

Rusia sangat berpengaruh dalam membuat kebijakan untuk Transnistria.

Rusia mampu mengontrol Transnistria karena utang-utang dan ketergantungan

Ekspor gas alam.32

Besarnya utang ke Rusia adalah 3,8 miliar dollar AS.33

Utang

ini disebabkan oleh penggunaan gas alam oleh TiraspolGaz. TiraspolGaz

merupakan organisasi yang memiliki monopoli pada penjualan gas dan distribusi

di wilayah Transnistria dan Moldova.34

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk menganalisis

faktor yang melatarbelakangi kepentingan Rusia di Moldova dalam konflik

Transnistria. Isu ini merupakan isu yang menarik karena adanya keterlibatan

ekonomi serta politik dari Rusia di wilayah Transnistria. Hal ini menyebabkan

terancamnya suatu integritas nasional dari suatu negara. Kepentingan nasional

dari Rusia dalam pengaruh gerakan separatis Transnistria yang akan menjadi

fokus pada penelitian ini.

31

Ibid. 32

Ibid, 8. 33

Ibid. 34

Victoria Puiu, “Moldova Struggles to Escape Russian Gas”, September 2014, tersedia di

http://www.eurasianet.org/node/70161; diunduh pada 23 November 2014.

Page 22: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

8

1.2 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, pertanyaan penelitian dapat

dikemukakan sebagai berikut : “Apa kepentingan Rusia dalam mendukung

gerakan separatis Transnistria dan mengapa Rusia mendukung gerakan tersebut ?”

1.3 Manfaat dan Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa kepentingan dan

pengaruh Rusia dalam gerakan separatis Transnistria di Moldova Penelitian ini

juga dikhususkan untuk mengetahui latar belakang dukungan Rusia terhadap

Separatis Transnistria. Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai referensi penelitian

selanjutnya, terutama dalam studi kawasan Rusia dan Eropa Timur.

1.4 Tinjauan Pustaka

Terdapat beberapa penelitian yang pernah membahas keterlibatan Rusia

dalam konflik separatis Transnistria di Moldova sebelumnya, yaitu Master Thesis

oleh Nisha Aslan yang berjudul The Transnistria Conflict and The European

Union’s Foreign Policy Endeavour in Moldova, dari The Centre for International

Conflict Analysis & Management (CICAM) and the Human Geography

department of the Radboud University Nijmegen 2013.35

Dalam tesisnya, Aslan

membahas proses resolusi konflik yang dikeluarkan oleh Uni Eropa dalam

meningkatkan pengamanan antar negara Eropa di Moldova khususnya

Transnistria.

35

Nisha Aslan, The Transnistria Conflict and The European Union’s Foreign Policy (Nijmegen:

Radboud University of Nijmegen), 2013.

Page 23: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

9

Terdapat perbedaan pada penelitiannya terutama dalam menjelaskan

penyelesaian konflik yang dilakukan oleh Uni Eropa. Aslan menjelaskan tentang

resolusi konflik dengan dua cara, satu menggunakan cara langsung dan yang lain

menggunakan cara tidak langsung. Kontribusi secara langsung dengan

menjadikan salah satu pengamat resmi dalam pembicaraan damai dari format

5+2.36

Kontribusi secara tidak langsung, dapat dilihat melalui kemitraan Timur.

Menurut Aslan belum ada solusi secara de facto pada Transnistria. Sejak

Rumania memperoleh keanggotaan Uni Eropa maka Eropa fokus pada

penyelesaian kasus Moldova dengan Transnistria. Uni Eropa menjadi pengamat

resmi dari resolusi konflik dalam Format 5+2 dimana negosiasi teritorial ini

berlangsung. Pada penelitiannya, Aslan membahas tentang peran Uni Eropa

dalam menyelesaikan sengketa Transnistria, sedangkan penelitian ini akan lebih

fokus membahas keterlibatan Rusia dalam resolusi konflik Format 5+2.

Konsep yang digunakan oleh Aslan adalah diplomasi dari pihak Uni Eropa

dalam resolusi konflik Format 5+2. Perbedaan yang terdapat pada penelitian

skripsi ini adalah kepentingan nasional dan kebijakan luar negeri Rusia dalam

gerakan separatis Transnistria, sedangkan Aslan lebih menunjukan bahwa Uni

Eropa lebih berpengaruh dalam diplomasi di Moldova dan Transnistria

Selanjutnya skripsi yang ditulis oleh Ivan Ene pada 2006 yang berjudul

Republic of Moldova and The Transnistria Conflict : The Impact of NATO and

The European Union Enlargements on The Dispute Resolution Process,

36

Ibid, 67.

Page 24: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

10

dikeluarkan oleh Naval Postgraduate School, Monterey California.37

Pada

penelitiannya, Ene menjelaskan tentang evaluasi dampak dari NATO dan Uni

Eropa pada resolusi konflik Transnistria. Menurut penelitian ini perubahan dari

lingkungan geopolitik di Eropa bisa mendorong untuk proses penyelesaian konflik

Transnistria. Ene menjelaskan bahwa negara kecil seperti Moldova tidak

mempunyai kemampuan untuk menahan kekuatan besar, mereka cenderung

bergantung pada berbagai jenis rezim „organisasi internasional, blok, aliansi dll'

untuk mengawasi dan mendesak, jika diperlukan, kebiasaan dari negara tetangga

dan hegemoni regional. Rezim muncul jika terdapat pemimpin oleh negara yang

kuat. Tiga aktor yang dibicarakan disini- NATO, Uni Eropa, dan Rusia- secara

teori mempunyai kapabilitas/kemampuan untuk menciptakan rezim internasional

di sekitar negara Moldova. 38

Konsep teori pada penelitian Ene adalah teori dari soft power. Ene

menggunakan teori dari soft power, seperti nilai, norma dan pengetahuan,

akumulasi selama bertahun-tahun dan pembagian oleh negara anggota dalam

kedua aliansi. Perbedaan pada penelitian ini adalah konsep teori dalam

menganalisa, jika Ene menggunakan soft power dalam menganalisa penyelesaian

konflik dalam Transnistria, sedangkan pada penelitian ini lebih memfokuskan

keterlibatan Rusia dengan mengunakan konsep kepentingan nasional.

Jurnal berikutnya berjudul The Transnistria Issue: Moving Beyond The

Status-Quo oleh Stefan Wolff, University of Birmingham United Kingdom tahun

37

Ivan Ene, Republic of Moldova and The Transnistria Conflict : The Impact of NATO and The

European Union Enlargements on The Dispute Resolution Process, (Monterey: Naval

Postgraduate School, Monterey California, 2006). 38

Ibid, 92.

Page 25: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

11

2012.39

Diterbitkan di jurnal European Centre for Minority Issues (ECMI) 2011.

Stefan Wolff menjelaskan tentang masalah di wilayah Transnistria yang didukung

oleh Uni Eropa. Dengan dimulainya kembali pembicaraan resmi dalam Format

5+2 sebagai penyelesaian konflik, isu yang diteliti oleh Stefan menempatkannya

aktor Uni Eropa dalam konteks regional dan melihat posisi aktor sebagai kunci

dalam proses penyelesaian konflik Transnistria.

Dengan adanya penelitian sebelumnya, penulis akan menekankan

pengaruh yang diberikan oleh gerakan separatis Transnistria dalam kepentingan

Rusia. Dalam menganalisa tidak dapat menutup kemungkinan data yang diberikan

penulis sebelumnya dapat membantu penelitian ini.

1.5 Kerangka Konseptual

Untuk membantu menganalisa penelitian ini, penulis menggunakan tiga

konsep, yaitu konsep Keamanan, Kebijakan Luar Negeri, dan Kepentingan

Nasional. Ketiga konsep ini dibutuhkan untuk mencapai kepentingan nasional

Rusia di Moldova yang dipengaruhi oleh gerakan separatis Transnistria.

1. Konsep Keamanan

Untuk menganalisa gerakan separatis Transnistria dibutuhkan penjelasan

dari Konsep Keamanan. Neo-realis memandang keamanan sebagai kewajiban

pemerintah yang harus diutamakan agar negara dapat bertahan dalam sistem

internasional yang anarkis. Pengutamaan negara dalam keamanan membuat setiap

penduduk didalamnya juga terlibat dalam mencapai keamanan nasional. Hal ini

39

Stefan Wolff, The Transnistria Issue: Moving Beyond The Status-Quo(Birmingham: ECMI

Press, 2011)

Page 26: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

12

yang didasari sebagai penekanan Neo-realis pada keamanan nasional harus

diprioritaskan.40

Menurut Barry Buzan dalam bukunya yang berjudul New Patterns of

Global Security in The Twenty-First Century mengatakan bahwa keamanan

militer menyangkut interaksi dua tingkat yang saling berkaitan antara kapabilitas

penyerangan dan pertahanan suatu negara, serta negara-negara menyatakan

persepsi niat masing-masing. Keamanan politik menyangkut stabilitas negara,

sistem pemerintahan dan ideologi-ideologi yang memberikannya legitimasi.

Keamanan ekonomi menyangkut akses kepada sumber daya, keuangan dan pasar

yang penting bagi keberlangsungan suatu negara dan tingkat kemakmuran yang

bisa diterima. Keamanan sosial menyangkut kemampuan masyarakat untuk

mepertahankan pola tradisional mereka baik bahasa, budaya, persatuan, identitas

agama dan nasional serta adat tanpa menutupi kondisi yang dapat diterima untuk

perkembangan. 41

Sedangkan dalam People, States and Fear: an Agenda for International

Security Studies in the Post Cold War Era oleh Barry Buzan bahwa strategi

keamanan suatu negara selalu memperhitungkan aspek threat (ancaman) dan

vulnerability (kelemahan) dalam negara tersebut.42

Suatu ancaman terhadap

keamanan nasional dapat dicegah atau akan mengurangi suatu kerentanan pada

40

Anak Agung Banyu Perwita dan Yantan Mochamad Yani. Pengantar Ilmu Hubungan

Internasional, (Jakarta: PT Remaja Rosda Karya, 2006 ). 41

Barry Buzan. “New Patterns of Global Security in the Twenty-First Century.” Royal Institute of

International Affairs Vol. 67, No. 3, (1994), 433. 42

Barry Buzan. People, States and Fear: an Agenda for International Security Studies in the Post

Cold War Era, (Brighton: ECPR Press) 2008. 104

Page 27: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

13

keamanan nasionalnya. Kedua aspek tersebut sangat mempengaruhi kapabilitas

yang dimiliki negara tersebut.

Sementara itu, menurut Simon Dalby, dimensi keamanan dalam studi

Hubungan Internasional telah mengalami pergeseran dari perspektif tradisional

yang terbatas pada perang dan perdamaian untuk menuju perspektif nontradisional

yang lebih mengedepankan human security dan mengandung lebih banyak aspek

lainnya. Keamanan tidak lagi terfokus pada interstate relations, tetapi juga pada

keamanan untuk masyarakat.43

Konsep keamanan akan digunakan dalam menganalisis kepentingan Rusia

pada gerakan separatis Transnistria di Moldova. Konsep ini akan dijadikan

sebagai alat analisis untuk menganalisa ancaman internal serta eksternal

Transnistria. Terutama Transnistria termasuk ke dalam gerakan separatis yang

menginginkan otoritas secara penuh dari Moldova.44

Sehingga akan ada konflik

dari Moldova dengan Transnistria yang akan mengancam keamanan negara.

2. Konsep Kebijakan Luar Negeri

Kebijakan luar negeri didefinisikan oleh Rosenau sebagai upaya suatu

negara melalui keseluruhan sikap dan aktivitasnya untuk mengatasi dan

memperoleh keuntungan dari lingkungan eksternal suatu negaranya.45

Bentuk

implementasi dari politik luar negeri yaitu kebijakan luar negeri yang menunjukan

43

Simon Dalby. “Calling 911: Geopolitics, Security and America‟s New War.” A Frank Cass

Journal, (2003), 102-103. 44

András Rácz dan Arkady Moshes, Not Another Transnistria: How Sustainable is separatism in

Eastern Ukraine?, Journal of The Finnish Institute of International Affairs, (2014), 8. 45

DR. Anak Agung Banyu Perwita dan DR. Yantan Mochamad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan

Internasional (Jakarta: PT Remaja Rosda Karya, 2006 ), 49.

Page 28: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

14

dasar umum yang dipakai pemerintah untuk bereaksi terhadap lingkungan

internasional.

Menurut George Modelski, kebijakan luar negeri merupakan konsentrasi

dari sumber daya berupa ideologi yang berefek pada kepentingan negara lain.

Modelski berpendapat bahwa teori kebijakan luar negeri terlahir dari budaya suatu

bangsa dan campuran budaya dari bangsa lain lalu dianalisa. 46

Keputusan dan tindakan dalam menentukan kebijakan luar negeri

dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari lingkungan eksternal maupun

internal yang nantinya akan menjadi kepentingan nasionalnya.47

Seperti yang

dijelaskan oleh K.J Holsti bahwa Kebijakan Luar negeri dirancang untuk

mempertahankan atau mengubah objek, kondisi, atau praktek saat ini di

lingkungan eksternal/luar. Sementara beberapa kebijakan dirancang untuk

mengubah kondisi di luar negeri untuk kepentingan mereka sendiri.48

Holsti mengklarifikasikannya sebagai berikut: pertama, yaitu faktor

internal antara lain mencakup: kebutuhan keamanan dan kondisi sosial ekonomi

suatu negara; karakteristik geografis dan topografis wilayah; atribut nasional

seperti jumlah populasi dan luas wilayah, sistem ekonomi, prestasi negara, tingkat

pertumbuhan dan pembangunan ekonomi; struktur pemerintahan dan ideologi

yang dianut atau filosofi negara; isu yang berkembang di dalam negara; birokrasi;

dan pertimbangan etik.49

46

George Modelski, A Theory of Foreign Policy (New York: Frederick A. Praeger, 1962), 152. 47

K.J Holsti, International Politics: A Framework for Analysis, (New Jersey: Prentice Hall, 1992),

269. 48

Ibid. 49

Ibid, 271-287.

Page 29: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

15

Dari struktur kedekatan geografis wilayah Timur Moldova dengan Rusia

mendukung adanya geopolitik Rusia. Geopolitik Rusia sebagian besar meliputi

warisan Uni Soviet dimana Rusia pernah menjadi negara hegemoni. Rusia melihat

kawasan Eropa Timur khususnya Moldova memiliki disintegrasi dan upaya untuk

menciptakan imajinasi geopolitik yang mendukung konstruksi identitas tunggal.

Pembentukan identitas tunggal ini telah menjadi inti arah kebijakan luar negeri

yang dikampanyekan oleh Putin sejak tahun 1991. Di luar kepentingan untuk

menjaga keamanan pipa gas dan minyak yang menjadi komoditas perekonomian

Rusia. Geopolitik Rusia selalu ditujukan untuk mendukung identitas tunggal dari

persamaan sejarah dengan Soviet. Implementasinya ialah Rusia menginisiasi

pembangungan pemukiman Rusia dalam wilayah yang memiliki etnis Rusia.

Kedua, faktor eksternal antara lain mencakup: struktur sistem internasional

yang berlaku apabila bersifat unipolar, bipolar, dan multipolar sehingga

mempengaruhi proses kebijakan luar negeri suatu negara; struktur ekonomi

internasional; tanggapan aktor negara lain mengenai kebijakan yang dirumuskan

oleh suatu negara; masalah regional yang disebabkan oleh non governmental

organization (NGO); hukum internasional dan opini publik. Manfaat

penggambaran kondisi lingkungan eksternal tersebut yaitu agar dapat

melatarbelakangi munculnya peristiwa dalam politik luar negeri, serta membantu

penulis memunculkan faktor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam

interaksi antar negara.50

50

Ibid, 287.

Page 30: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

16

Skripsi ini menganalisa faktor yang melatarbelakangi kebijakan luar negeri

Rusia untuk memperoleh kepentingan nasionalnya terhadap separatis Transnistria.

Oleh karena itu, penelitian ini memfokuskan beberapa faktor internal dan

eksternal. Faktor internal tersebut adalah stuktur pemerintahan, ideologi,

persamaan sejarah dan kedekatan geografis yang dianut suatu negara. Kemudian

pada faktor eksternal adalah struktur sistem internasional saat ini. Melalui faktor-

faktor tersebut penulis memaparkan politik luar negeri Rusia yang kemudian

menjadi acuan untuk mencapai kepentingan nasional. Rusia memiliki tujuan

untuk menyeimbangkan kekuatannya dengan negara lain di kawasan bekas Uni

Soviet.

3. Konsep Kepentingan Nasional

Untuk menganalisis kepentingan Rusia terhadap Moldova yang melandasi

kebijakan Rusia pada penelitian ini digunakan konsep kepentingan nasional.

Tujuan utama dari kebijakan luar negeri Rusia adalah untuk mencapai

kepentingan nasional negara tersebut. Daniel S. Papp menyatakan bahwa

kepentingan nasional dapat bersifat objektif maupun subjektif karena kepentingan

nasional tersebut tidak hanya bersifat materi namun juga bersifat non materi51

seperti value. Contohnya adalah ideologi yang merupakan tujuan dasar dan faktor

yang menentukan dalam proses perumusan kebijakan luar negeri suatu negara

yang kemudian dipahami sebagai konsep dasar dalam politik luar negeri.

51

Daniel S.Papp, Cotemporary International Relations; Framework for understanding 5th

Editions,

(London: Macmillan Publishing Company, 1988), 43.

Page 31: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

17

Keputusan dan tindakan politik luar negeri dapat didasari pada pertimbangan

ideologis.52

Kepentingan nasional menurut Scott Burchill merupakan tradisi yang

mengkhususkan imperative suatu negara untuk mendapatkan kekuasaan sesuai

dengan kepentingan nasional.53

Menurut Morgenthau, kepentingan nasional

merupakan kemampuan minimum negara untuk melindungi dan mempertahankan

indentitas fisik, politik dan kultur dari gangguan negara lain.54

Daniel S. Papp juga menerangkan aspek kepentingan nasional suatu

negara. Pertama, kriteria ekonomi dimana kepentingan nasional suatu negara

adalah untuk meningkatkan kemampuan ekonomi suatu negara tersebut. Kedua,

ideologi yang dianut oleh suatu negara akan mempengaruhi kebijakannya. Ketiga,

penambahan power pada kepentingan nasional suatu negara.55

Berbeda dengan Morton A. Kaplan yang menjelaskan bahwa kepentingan

nasional merupakan kebutuhan nasional, Kaplan juga menjelaskan bahwa

Kepentingan dari sebuah sistem untuk mendapatkan sesuatu yang berharga.

Kepentingan dari suatu bangsa adalah untuk memenuhi kebutuhan nasional.

Dengan demikian kepentingan nasional bersifat objektif, dan terdapat banyak

kepentingan nasional sebagai kebutuhan nasional. 56

Perilaku suatu negara juga harus melakukan perimbangan kekuatan, dalam

hubungan internasional. Kekuatan ini disebut dengan Balance of Power. Balance

52

Ibid. 53

Scott Burchill, The National Interest in International Relations Theory, (New York: Palgrave

Macmillan, 2005), 11. 54

James N.Rosenau, International Politis and foreign policy. (New York: The Free Press of

Glencoe, 1961), 174. 55

Daniel S.Papp, Cotemporary International Relations, 44. 56

James N.Rosenau, International Politis, 164.

Page 32: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

18

of Power (BoP) merupakan suatu penyusunan hubungan sehingga tidak akan ada

negara yang berada pada posisi lebih kuat atau setara dengan negara lainnya.57

Strategi ini diterapkan untuk mencegah timbulnya kekuatan yang akan menyaingi

atau intervensi dari negara lainnya.

1.6 Metode Penelitian

Penulis menggunakan metode kualitatif atau dikenal sebagai penelitian

yang menganalisis secara deskriptif.58

Tujuan ini membawa pandangan sistematis,

faktual dan berdasarkan fakta dari variabel.59

Metode kualitatif relevan untuk

masalah sosial yang menjelaskan lebih dalam dan menemukan hipotesis serta

teori.60

Penulis akan melakukan pengumpulan data sekunder yang berupa sumber

tidak langsung dari data dokumen, buku, jurnal, majalah, surat kabar dan internet

atau studi pustaka. Pada data sekunder tersebut didapat dari beberapa sumber,

antara lain: Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN), Perpustakaan Fakultas

Ilmu Sosial Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah, Perpustakaan Freedom

Institute, Perpustakaan Pusat Budaya Rusia, Perpustakaan Kementerian Luar

Negeri, serta situs internet seperti JSTOR, International Relations and Security

Network (ISN), serta Europe journal yang akan dipertanggung jawabkan sumber-

sumbernya.

57

Kenneth Waltz, Theory of International Politics,( New York: Colombia University, 1979), 88. 58

Sanapiah Faisal, format-format penelitian Sosial, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), 20. 59

Ibid, 32. 60

Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1999),

112-114.

Page 33: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

19

Setelah data terkumpul, data akan diverifikasi dan direduksi kembali oleh

penulis. Pada proses tersebut data mulai dipahami, diolah dan dianalisa dengan

konsep kepentingan nasional, kebijakan luar negeri dan konsep keamanan.

Selanjutnya data akan digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang diteliti

dengan menggunakan teori yang relevan.

1.7 Sistematika Penelitian

Penelitian dalam skripsi ini dibagai menjadi lima bab dan pada beberapa

bab mempunyai sub-bab tertentu untuk memperjelas bab sebelumnya.

BAB I Pendahuluan. Bab ini berisikan pernyataan masalah tentang topik

yang dibahas dalam skripsi ini. Kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan

penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian dan sistematika penelitian.

BAB II Sejarah Konflik Transnistria – Moldova. Pada bab ini membahas

tentang sejarah atau akar masalah terjadinya konflik diantara dua wilayah yaitu

Transnistria dengan Moldova. Lalu dilanjutkan dengan upaya penyelesaian

konflik Transnistria oleh Moldova dan Respon Moldova terhadap dukungan

penyelesaian konflik Transnistria.

BAB III Kepentingan dan Keterlibatan Rusia terhadap Separatis

Transnistria. Bab ini berisikan analisa yang menggunakan konsep-konsep

Hubungan Internasional yang relavan diantaranya Keamanan Moldova yang berisi

tentang Penempatan Militer Rusia di Transnistria, Politik Moldova-Transnistria

dan Ekonomi Moldova-Transnistria. Konsep berikutnya berisi tentang Kebijakan

Luar Negeri Rusia pada Faktor Internal serta Eksternal Rusia, dan di konsep

terakhir berisikan tentang Kepentingan Nasional Rusia di Moldova-Transnistria.

Page 34: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

20

BAB IV Dukungan Konkrit Rusia terhadap Pembentukan Negara

Transnistria. Pembentukan negara tersebut di dukung Rusia dalam politik

Transnistria, pada bab ini terdapat sub bab tentang politik internal Transnistria

dan peran Rusia dalam Politik internal tersebut. Dukungan Rusia tidak berhenti

pada dukungan politik saja namun dukungan Rusia didapat dari faktor ekonomi di

Transnistria. Dalam dukungan faktor ekonomi terdapat dua sub bab yaitu

Dukungan Gasprom dalam meningkatkan Perekonomian Transnistria dan

Dukungan Industri di Transnistria

BAB V Kesimpulan. Pada bab ini terdapat kesimpulan dari seluruh

pembahasan yang telah dijelaskan di bab-bab sebelumnya.

Page 35: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

21

BAB II

SEJARAH KONFLIK TRANSNISTRIA-MOLDOVA

2.1 Akar Masalah Separatisme Transnistria

Pada 1980-an, Presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev membuat

kebijakan penyatuan daerah Bessarabia yang berada di wilayah timur Rumania.

Penyatuan tersebut diberi nama dengan “Moldavian Soviet Socialist Republic”.61

Jatuhnya Uni Soviet membuat perbedaan yang signifikan terhadap wilayah

chisinau dan Transnistria. Chisinau yang didominasi dengan warga keturunan

Rumania sebesar 60% dan Transnistria sendiri memiliki komposisi sebesar 20%

keturunan Ukraina dan 20% Rusia.62

Gambar II.2 Peta Penyatuan Daerah Transnistria

Sumber : http://www.conflicts.rem33.com/images/moldova/nistru_konflik.htm diakses

pada 17 April 2014.63

61

Laura Cummings, “Gorbachev‟s Perestroika”. 62

Pal Kolsto, Andrei Edemsky dan Nataly Kalashnikova. The Dniester conflict: Between

Irredentism and Separatism, Europe-Asia Studies vol. 45 no.6, (2014), 978. 63

Andrew Andersen. “The Conflict in Transnistria”.

Page 36: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

22

Nama Transnistria berasal dari ungkapan bahasa Rumania, Rusia, dan

Ukraina yang berarti daerah di sekitar sungai Dniester. Hal ini disebabkan oleh

jatuhnya Uni Soviet yang membuat perbedaan terhadap wilayah Chisinau dan

Tiraspol. Selama keberadaan Uni Soviet dan sampai akhir tahun 1991 banyak

perbedaan dari indentitas nasional dan represi etnis. Faktor lain dari keberagaman

etnis di bagian negara baru bekas Uni Soviet adalah otoritas negara yaitu rasa

nasionalisme, dan tumbuhnya kesenjangan ekonomi. Sebelumnya perbedaan

bahasa yang dialami oleh Moldova dan Transnistria didapat dari Revolusi

Rumania 1989.64

Dari revolusi kekaisaran Rumania terlahir penyatuan daerah Besaribia

dengan Rumania. Besaribia merupakan daerah yang dianeksasi oleh kekaisaran

Rusia yang sekarang berubah nama menjadi Moldova.65

Penyatuan daerah ini

membuat perbedaan bahasa antar kedua wilayah tersebut.66

Pada tepi kiri yaitu

wilayah Balti, dan Chisinau berbahasa Rumania, sedangkan perbatasan Bender

dan wilayah Tiraspol berbahasa Rusia.

Pada tepi kiri yang berbahasa Rumania sangat menjunjung tinggi etnis

yang mereka miliki. Pemerintahan pusat Moldova yang terletak di tepi kiri

membuat Tiraspol khawatir akan adanya kesenjangan pada wilayah kanan

Moldova. Pada 1989 Moldova lebih mendekatkan diri ke wilayah Rumania

dengan alasan lebih dari 65% warga beretnis Rumania.67

64

Ibid, 906. 65

Ibid, 908. 66

Natalia Cojocaru. “Nationalism and Indentity in Transnistria”, The European Journal of Social

Science Research, England.(2006), 263. 67

VG Baleaunu, In The Shadow of Russia: Romania’s Relations with Moldova and Ukraine,

(Shrivenham : Conflict Studies Research Centre. 2000),8.

Page 37: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

23

Parlemen Moldova mengapdosi hukum tentang penggunaan bahasa pada

Agustus dan September 1989.68

Hukum tersebut memberikan diskriminasi bahasa

terhadap kaum minoritas di Transnistria. Diskriminasi langsung dirasakan oleh

para pekerja dan pelajar yang berada di Transnistria.69

Para pekerja tidak dapat

mengajukan pekerjaan di ibu kota Chisinau karena keterbatasan bahasa dan para

pelajar tidak dapat masuk ke perguruan tinggi di ibu kota.

Alasan Transnistria mempertahankan bahasa cyrillic adalah untuk menolak

bergabungnya Moldova dengan Rumania.70

Alasan lainnya adalah

mempertahankan siswa internasional di Tiraspol.71

Terdapat 10.000 mahasiswa

dan 2.000 pengajar di berbagai universitas di Tiraspol yang berbahasa Rusia.72

Pada 11 Agustus 1989, Tiraspol membuat anggota dewan untuk menolak

hukum diskriminasi di Moldova.73

Dewan tersebut bernama “United Council of

Work Collectives” (OSTK- Ob’edinennyi Sovet Trudovykh Kollektivov).74

Anggota dewan ini menuntut perjanjian khusus tentang bahasa dan otonomi

daerah terutama dalam kawasan industri di Transnistria. Tidak hanya OSTK yang

menuntut perjanjian khusus, namun warga Transnistria melakukan aksi demo dan

mogok bekerja pada akhir tahun 1989.75

68

Natalia Cojocaru. Nationalism and Indentity in Transnistria. 264. 69

Ibid, 266. 70

VG Baleaunu, In The Shadow of Russia. 9. 71

Ibid. 72

Charles King. “Moldovan Indentity and The Politics of Pan-Romanism”, Slavic Review: Jstor

vol 53 no.2. (1994), 349. 73

Pal Kolsto,dan Andrei Malgin. “The Transnistria Republic: A case of Politicized Regionalism”,

Nationalities Papers, Vol.26, No. 1, (1998), 107. 74

International Crisis Group. “Moldova: No Quick Fix”, ICG Europe Report, No.147, (2003), 3. 75

Ibid.

Page 38: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

24

Tahun 1990 OSTK memenangkan perjanjian khusus tentang otonomi

daerah Transnistria, dengan perolehan suara lebih dari 80%.76

Dengan besarnya

perolehan suara ini, para pemimpin Transnistria membuat perjanjian bahasa dan

daerah economic zone yang berdampak pada wilayah industri Moldova.77

Wilayah

industri itu sendiri sebagian besar terdapat di wilayah Transnistria.

Economic zone membuat pemerintahan Transnistria mengatur keuangan

daerah secara khusus, dimana pemasukan dari industri di Transnistria hanya

masuk ke dalam pemerintahan Transnistria.78

Pemasukan keuangan oleh kegiatan

industri di Transnistria membuat ekspor-impor naik sebesar 10%.79

Hal ini

membuat Igor Smirnov menaikkan anggaran untuk angkatan bersenjata di

Transnistria.80

Otonomi khusus oleh Transnistria membuat pemerintahan Tiraspol

memiliki pemerintahan komunis yang berbeda dengan Moldova. 81

Sedangkan

Moldova lebih condong antikomunis dengan mendekatkan diri kepada Eropa.

Pemerintahan komunis Transnistria menunjukkan indentitas yang berbeda dengan

mengubah atonomi politik didalamnya.

Pada pemilu Presiden Moldova 1991, Transnistria mengajukan calon dari

pihak Pridnestrovskaia Moldavskaia Respublika dan mengajukan pemilu dengan

waktu yang lebih awal dibandingkan wilayah lainnya. 8 Desember 1991 Moldova

tetap melakukan pemilu dengan dua kandidat yaitu dari Chisinau Grigole

76

Pal Kolsto,dan Andrei Malgin. The Transnistria Republic, 107. 77

Pal Kolsto, Andrei Edemsky dan Nataly Kalashnikova. The Dniester conflict, 979. 78

Ibid. 79

Pal Kolsto,dan Andrei Malgin. The Transnistria Republic. 80

Ibid,108. 81

Pal Kolsto, Andrei Edemsky dan Nataly Kalashnikova. The Dniester conflict.

Page 39: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

25

Maracula dan pihak Transnistria yaitu Igor Smirnov. Presentase yang didapat oleh

Maracula yaitu 30,9 % dan Smirnov 65,5%.82

Namun perolehan suara saat itu

dinyatakan tidak valid karena banyak ditemukan kecurangan oleh pihak

Transnistria. Pemerintah daerah Dubosari dan Bendery juga menolak perolehan

suara pemilu tersebut.

Walaupun Smirnov gagal menjadi Presiden Moldova, Smirnov tetap

bertahan menjadi pemimpin Transnistria dengan mengubah gaya berpolitik dari

1989-1991.83

Pengubahan atonomi politik oleh Igor Smirnov didasari pada faktor

geografi, bahasa, sejarah, dan sosio-ekonomi.84

Smirnov dan Pridnestrovskaia

Moldavskaia Respublika melihat Transnistria memiliki perbedaan yang signifikan

dari Moldova.

2.2 Konflik Senjata antara Pemerintah Moldova dan Gerakan Separatis

Transnistia

Kemenangan United Council of Work Collectives (OSTK) atas pemilihan

suara tentang otonomi khusus disambut oleh gerakan separatis Transnistria

sebagai jalan untuk memerdekakan diri dari Moldova. Tidak puas dengan otonomi

khususnya, Smirnov memproklamasikan kemerdekaannya tanggal 19 Agustus

1990.85

Beberapa kota di Transnistria menaikkan Bendera Soviet dengan warna

merah dan palu dan arit sebagai simbolnya.86

82

Pal Kolsto, dan Andrei Malgin. The Transnistria Republic, 104. 83

Ibid. 84

Ibid, 105. 85

Steven Woehrel, Moldova: Background and U.S policy, 5. 86

Ibid, 7.

Page 40: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

26

Sebelumnya kelompok separatis mengubah pemimpin regional wilayah

Transnistria dengan kebebasan berpolitik dibawah hukum internasional.87

Smirnov mengubah pemimpin yang pro-Moldova dengan para pemimpin dari

Pridnestrovskaia Moldavskaia Respublika. Melihat aksi ini, Moldova menolak

deklarasi sebagian wilayahnya dan mengancam kudeta terhadap pihak

Transnistria pada 27 Agustus tahun 1991.

Dari 1990 sampai dengan 1992 konsolidasi politik dilakukan untuk

meredam wilayah antar kedua belah pihak. 88

Namun konflik ini memanas ketika

tentara Moldova datang ke bagian perbatasan Transnistria yaitu sungai Dniestr

pada tahun 1992.89

Pada saat itu juga pemerintah Moldova mengumumkan

keadaan darurat dan memerintahkan serangan militer ke Transnistria.90

Sebelumnya Moldova dapat mengambil alih kekuatan militer di Tiraspol

dengan menghilangkan pengaruh Pridnestrovskaia Moldavskaia Respublika pada

rakyat Tiraspol. 3 Desember 1991 Transnistria mengangkat panglima tertinggi

Mayor Jenderal Gennadi Yakovlev menjadi kepala pertahanan Pridnestrovskaia

Moldavskaia Respublika.91

Mayor Jenderal Yakovlev merupakan panglima Uni

Soviet yang memimpin taktik senjata nuklir saat Perang Dingin terjadi.92

Dengan

Yakovlev, Pridnestrovskaia Moldavskaia Respublika memiliki wewenang untuk

mengontrol divisi infantri pada kegiatan militer di Transnistria.93

87

Pal Kolsto, Andrei Edemsky dan Nataly Kalashnikova. The Dniester conflict, 983. 88

Natalia Cojocaru. Nationalism and Indentity in Transnistria, 267. 89

Ibid, 266. 90

Andrew Andersen. “The Conflict in Transnistria”. 91

Pal Kolsto, Andrei Edemsky dan Nataly Kalashnikova. The Dniester conflict, 984. 92

Nicole J.Jackson, Russian Foreign Policy and the CIS- theories, debates and actions, (New

York: Routledge, 2003). 82. 93

Pal Kolsto, Andrei Edemsky dan Nataly Kalashnikova. The Dniester conflic, 984.

Page 41: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

27

Setelah Uni Soviet mengalami keruntuhan, kegiatan militer di Transnistria

dipimpin oleh Lurii Netkachev.94

Netkachev menyetujui 14th

Army dan pasukan

Transnistria berada dalam pengaruh Rusia. Pasukan Transnistria mampu

menaikan kuantitas dari unit militer, amunisi dan senjata yang mereka miliki.

Januari 1993 kepemimpinan Netkachev digantikan oleh Jenderal

Alexander Lebed.95

Alexander Lebed merupakan pemimpin Rusia yang

mendukung Pridnestrovskaia Moldavskaia Respublika di Transnistria. Lebed

diduga melakukan penyelundupan senjata dan korupsi saat pengadaan senjata di

Trasnistria.96

Kasus ini ditemukan oleh Kolonel Michael Bergman. Pada masa

jabatannya Bergman merupakan kolonel yang tidak menyetujui adanya kelompok

separatis di Transnistria termasuk Pridnestrovskaia Moldavskaia Respublika.

Bergman mengajukan tuntutan kasus Lebed pada Transnistria Security Service.

Namun tuntutan tersebut diabaikan karena Transnistria mengalami perkembangan

serta penambahan alutsista oleh Lebed.

Rusia mengirim pasukan kontingen yang bernama pasukan Cossack dan

pasukan 14th

Army ketika konflik perbatasan memanas.97

Penempatan pasukan ini

adalah wilayah Security zone. Pengiriman pasukan oleh Rusia bukanlah untuk

menjadi pihak penengah, namun mendukung etnis Rusia di Transnistria. Dengan

dibantu Rusia, Transnistria memiiliki 9.000 pasukan yang dipersenjatai dan dilatih

oleh instruktur dari 14th

Army.98

Adanya tentara bayaran dari Rusia juga

94

Ibid, 985. 95

Ibid, 986. 96

Ibid, 985. 97

Andrew Andersen, “The Conflict in Transnistria”. 98

Olga Savceac, “Transnistria-Moldova Conflict”.

Page 42: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

28

memperkuat pasukan yang dilatih oleh 14th

Army.99

Pasukan yang berjumlah

11.000 orang ini di bawah komando Kolonel Stefan Citac.100

Gambar II.3 Peta Security Zone

Sumber : Nisha Aslan, The Transnistria Conflict and The European Union’s Foreign

Policy (Nijmegen School of Management), 2013.101

Konflik bersenjata mulai diperlihatkan oleh Moldova saat pengambil alih

wilayah Tighinia. Transnistria membalas serangan Moldova dengan

menghancurkan jembatan strategis di Dubosari dan Coshnitia.102

Aksi militer ini

terjadi di daerah padat penduduk. Hal ini menyebabkan banyak korban dan

kerusakan bangunan di daerah perbatasan. 280 orang meninggal, 300 orang

menghilang dan 532 orang luka parah.103

Kedua belah pihak tidak menemukan solusi yang tepat untuk

menyelesaikan konflik yang sudah terjadi sebelumnya. Setelah banyaknya korban,

99

Andrew Andersen“The Conflict in Transnistria”. 100

Pal Kolsto, Andrei Edemsky dan Nataly Kalashnikova. The Dniester conflic, 986. 101

Nisha Aslan, The Transnistria Conflict and The European Union’s Foreign Policy (Nijmegen:

Radboud University, 2013), 2. 102

Ibid, 986. 103

Pal Kolsto,dan Andrei Malgin. The Transnistria Republic, 975.

Page 43: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

29

pihak Transnistria yang diwakilkan oleh Presiden Rusia Boris Yeltsin membuat

kesepakatan gencatan senjata dan perjanjian perdamaian pada 21 Juli 1992.104

Namun Moldova hanya menyetujui gencatan senjata antar kedua belah pihak.

Beberapa anggota dewan dan aktivis Moldova menolak meratifikasi perjanjian

damai yang diajukan oleh perwakilan Transnistria tersebut.105

2.3 Upaya Penyelesaian Konflik Transnistria oleh Moldova

Penolakan penyelesaian konflik oleh anggota dewan didukung oleh

pemerintahan Moldova diawali dengan mendaftarkan diri ke dalam keanggotaan

CIS (Commonwealth of Independent States).106

Moldova masuk ke dalam

keanggotaan CIS pada tahun 1994.107

CIS dibentuk pada 1991 atas dasar

persamaan kedaulatan, dan penguatan persahabatan antar etnis dari negara bekas

Uni Soviet. Masuknya Moldova ke dalam CIS bertujuan untuk meningkatkan

kerjasama di bidang keamanan dan ekonomi.

CIS sendiri bertujuan untuk menghilangkan pengaruh warisan politik Uni

Soviet seperti adanya disintegrasi kelompok minoritas, konflik etnis, dan perang

sipil.108

Masuknya Moldova ke dalam anggota CIS, Moldova dapat meningkatkan

104

Priit Järve. “Comunism of Moldova and The Future of The Country‟s Ethnopolitical

Conflicts”, Jurnal ECMI Brief, (Maret 2001), 2. 105

Pal Kolsto, Andrei Edemsky dan Nataly Kalashnikova. The Dniester conflict, 987. 106

CIS merupakan persemakmuran negara bekas Uni Soviet. CIS beranggotakan 12 negara yaitu :

Armenia, Azerbaijan, Belarus, Georgia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Moldova, Tajikistan,

Turkmenistan,Ukraina,Uzbekistan,danRusia. Cisstat.com, tersedia di:

http://www.cisstat.com/eng/cis.htm; diunduh pada 31 Juli 2015. 107

globalsecurity.org, “Operations Group of Russian Forces in Moldova”. Tersedia di :

http://www.globalsecurity.org/military/world/russia/ogrv-moldova.htm; diunduh pada 31 Juli

2015. 108

Valery Tishkov. Migration in the countries of the former Soviet Union. (Global Commission on

International Migration, GCIM 2005), 2.

Page 44: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

30

keamanan dan ekonomi di wilayahnya.109

Politik dalam negeri Moldova

merupakan bagian penting dari politik internal Rusia. Sejak akhir perang dingin,

negara bekas Uni Soviet masih terikat dengan Rusia sebagai negara yang

mengatur masalah politik, ekonomi dan konflik etnis dalam negeri.110

Konflik

internal yang terjadi di Moldova justru membuat Rusia memanfaatkan

keanggotaan CIS untuk berperan di dalamnya.

Dalam CIS, Rusia memiliki kebijakan ekonomi untuk berinteraksi secara

parelel dengan arti negara persemakmuran CIS menjalankan komunitas ekonomi

dalam kawasan.111

Hal ini membuat Rusia mengajukan kesepakatan damai dengan

menempatkan 14th Army di perbatasan dengan alasan menjaga keamanan

perekonomian CIS.112

Terbukti penempatan pasukan oleh Rusia, membuat Rusia membangun

gudang amunisi di Transnistria.113

Sebanyak 20% pemasukan daerah pada

kegiatan economic zone oleh Transnistria masuk ke dalam anggaran industri

militer.114

Hal ini membuat persemakmuran CIS tidak mampu mengatasi masalah

yang dihadapi oleh Moldova.

Tahun 1992, Moldova ikut bergabung dengan North Atlantic Cooperation

Council, yang berubah nama menjadi Euro Atlantic Partnership Council (EAPC)

109

Ibid, 12. 110

Ibid, 1. 111

GlobalSecurity.org, “Organization for Democracy and Economic Development – GUAM”

tersedia di http://www.globalsecurity.org/military/world/int/guuam.htm. diunduh 18 September

2015. 112

Priit Järve. Comunism of Moldova, 4. 113

Laura Cummings, “Gorbachev‟s Perestroika”, 56. 114

Bruno Coppieters, Michel Huysseune dan Michael Emerson, “European Institutional Models

as Instruments of Conflict Resolution in The Divided States of The European Periphery”, Ceps

Working Document no. 195, (2003). 6.

Page 45: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

31

pada 1997.115

Moldova memperluas hubungan kemitraan dengan negara Eropa

khusunya dalam bidang perdamaian. Pencarian keanggotaan NATO (North

Atlantic Treaty Organization) oleh Moldova sangatlah sulit.116

Hal tersebut

dikarenakan Moldova adalah negara dengan pendapatan terendah di Eropa.

Masuknya Moldova ke dalam keanggotaan yang dibuat oleh Eropa, Moldova

dapat menyeimbangkan dominasi Rusia dan dapat menyelesaikan masalah di

Transnistria.

Moldova sangat menginginkan keanggotaan NATO untuk memperoleh

nama di kawasan Eropa. Pada KTT NATO di Madrid, Moldova mengangkat

wakil pertama yang mengajukan bantuan untuk menyelesaikan konflik perbatasan

di Transnistria. Moldova meminta NATO menyerukan penarikan pasukan Rusia

di negara merdeka.117

Belum ada status berakhirnya konflik Transnistria, pemerintahan Tiraspol

mengeluarkan kebijakan kepada masyarakat untuk mematuhi peraturan yang

dibuat oleh pemerintahan Tiraspol.118

Kebijakan tersebut berisi tentang

penggunaan aksara latin di sekolah dibatasi; batasan kebebasan berkumpul;

batasan media melaporkan media; dan hukuman untuk warga pro-Moldova di

Transnistria.

November 1996 Petru Lucinschi terpilih menjadi Presiden Moldova.

Lucinshi merupakan presiden yang terpilih untuk mewakili Moldova dalam

penyelesaian masalah penjualan senjata ilegal yang dilakukan oleh pihak

115

Ibid. 116

Pal Kolsto, Andrei Edemsky dan Nataly Kalashnikova. The Dniester conflict, 987. 117

Ibid, 988. 118

Pal Kolsto,dan Andrei Malgin. The Transnistria Republic, 977.

Page 46: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

32

Pridnestrovskaia Moldavskaia Respublika.119

Lucinshi mampu bekerja sama

dengan Transnistria dalam perekonomian industri. Walaupun status ekonomi

Transnistria meningkat, Pridnestrovskaia Moldavskaia Respublika tidak

mengakui adanya program kerja sama dengan Presiden Moldova.120

Presiden Lucinschi mampu membuat Eropa menyepakati kebijakan

minoritas di Moldova. Ratifikasi kebijakan ini dilakukan pada tahun 1996 tentang

perlindungan minoritas nasional. Namun tidak secara keseluruhan berdampak

positif pada kebijakan minoritas tersebut. Banyak persyaratan masuknya pelajar

dan karyawan tetap di Chisinau yang harus fasih berbahasa Rumania.121

Pada Oktober 1997 Moldova masuk ke dalam kelompok GUAM122

(Georgia, Ukraina, Azerbaijan dan Moldova).123

GUAM membuat kesepakatan

untuk memperkuat dan meningkatkan keamanan antar wilayah negara anggota.

Kelompok tersebut didukung oleh Amerika Serikat dan Eropa.124

Dukungan AS

dan Eropa dalam GUAM adalah untuk memerangi kejahatan yang terorganisir,

seperti anti-terorisme dan separatisme.125

Negara GUAM sepakat untuk memperkuat dan meningkatkan mekanisme

keaamanan dan koordinasi tindakan dalam organisasi internasional. Meskipun

perjanjian GUAM termasuk deklarasi pertahanan bersama, Moldova menyatakan

119

Ibid,978. 120

Ibid. 121

VG Baleaunu. In The Shadow of Russia. 9. 122

GUAM merupakan Kelompok aliansi politik, ekonomi dan strategis yang dirancang untuk

memperkuat kedaulatan sebuah wilayah. Pada tahun 1998 GUAM berubah nama menjadi

GUUAM karena masuknya Uzbekistan. GUUAM memiliki kepentingan untuk menaikkan

kerjasama dengan Eropa. GlobalSecurity.org, “Organization for Democracy and Economic

Development – GUAM” tersedia di http://www.globalsecurity.org/military/world/int/guuam.htm.

diunduh 18 September 2015. 123

ICG. Moldova Regional Tensions Over Trasndniestria. ICG Europe Report no.157, (2004). 4. 124

Ibid, 5. 125

Ibid.

Page 47: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

33

sangat berpartisipasi dalam inisiatif pertahanan dalam negeri berbasis GUAM.126

Moldova telah terlibat dalam pertukaran informasi, perdagangan dan transportasi,

pengawasan perbatasan, dan isu proyek energi dalam kesepakatan regional.

Tugas utama Moldova dalam keanggotaan GUAM adalah

mempromosikan nilai-nilai demokrasi, memastikan aturan hukum, dan

menghormati hak asasi manusia; memperkuat keamanan dan stabilitas

internasional dan regional; memperdalam integrasi Eropa untuk pembentukan

ruang keamanan bersama, dan perluasan kerjasama di bidang ekonomi dan

kemanusiaan. Dalam penyelesaian konflik yang di hadapi oleh Moldova, GUAM

belum mampu menghilangkan pengaruh dari Rusia. Walaupun Moldova

mengalami perkembangan yang signifikan dalam hubungan Moldova dengan

Eropa.127

Adanya wilayah Industri Transnistria, Chisinau memilih menyatukan

kembali pihak yang berkonflik dengan membangun infrastruktur industri.128

Pemerintah Moldova membuat kebijakan bisnis di Transnistria dengan menerima

bantuan kesehatan dan pengembangan bisnis dari Uni Eropa.129

Smirnov

menerima kebijakan tersebut karena tidak adanya hubungan politik antar

Transnistria dengan Uni Eropa.130

126

Taras Kuzio, GUAM asaRegionalandSecurityOrganisation,

NationalSecurityandForeignPolicyofAzerbaijanconference, (Toronto: St.Michael‟s

College, University, 2008.) 4. 127

ICG. Moldova Regional Tensions. 5. 128

Ibid. 129

Marcin Kosienkowski. Is internationally recognised independence the goal of quasi-states?

The Case of Transnistria. (Lublin: The John Paul II Catholic University 2013), 63. 130

Ibid, 64.

Page 48: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

34

Pemerintahan Moldova mengajukan penyelesaian konflik secara domestik

dengan pihak Transnistria. Pada akhir tahun 1997 Transnistria menyetujui

Moldova dengan syarat adanya campur tangan Rusia dalam penyelesaian konflik

tersebut.131

Transnistria menginginkan Rusia tetap menyediakan tentara untuk

menjaga perdamaian di kawasan Tiraspol.

Salah satu misi utama dari pasukan ini adalah mencegah konflik antara

Transnistria dan Moldova. Adapun gencatan senjata yang diprakarsai oleh

Pemerintah Rusia tidak terlalu disenangi oleh kedua belah pihak karena tidak

dapat memenuhi tuntutan yang ada.132

Namun baik Pemerintah Moldova dan

Transnistria berusaha menghargai kehadiran pasukan Rusia untuk kepentingan

masing-masing pihak.133

Bagi pihak Transnistria, pasukan penjaga perdamaian yang diturunkan

oleh Rusia akan mengamankan Transnistria dari serangan Moldova. Sedangkan

Pemerintah Moldova percaya bahwa Rusia akan membantu untuk mengembalikan

wilayah Transnistria kepada mereka bila Pemerintah Moldova mau bekerja sama

dengan Pemerintah Rusia. Bagi Rusia sendiri, keberadaan pasukannya disana juga

bertujuan untuk menjaga dan memindahkan sebagian besar persenjataan artileri

peninggalan era Uni Soviet.

Hubungan perdagangan antara Uni Eropa dan Republik Moldova

merupakan faktor penting dalam penyelesaian masalah dan pertumbuhan ekonomi

131

Bruno Coppieters, Michel Huysseune dan Michael Emerson. European Institutional Models, 7. 132

Ibid. 133

Ibid.

Page 49: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

35

dari Moldova. Sejak 2008, Uni Eropa telah semakin menjadi mitra dagang utama

Moldova untuk impor dan ekspor.134

Hasil pertumbuhan ekonomi mendekati

setengah dari total perdagangan luar negeri tahunan Moldova sebesar 46,4%.135

Kerjasama ini akan terus berlanjut dengan diadakannya Perjanjian

Asosiasi yaitu Deep and Comprehensive Free Trade Agreement (DCFTA)136

antara Uni Eropa dan Republik Moldova. Perjanjian, yang telah menciptakan

hubungan baru dan lebih dekat politik dan ekonomi antara Uni Eropa dan

Republik Moldova sejak 1 September 2010.

Berakhirnya konflik yang terjadi antara gerakan separatis dan Moldova,

ditandai dengan adanya negosiasi dalam penyelesaikan konflik. Negosiasi ini

menciptakan Konferensi Keamanan dan Kerjasama dalam kawasan Eropa yaitu

OSCE (Organization for Security and Co-operation in Europe).137

OSCE

merupakan pendekatan komprehensif untuk keamanan yang mencakup politik-

militer, ekonomi, lingkungan, dan aspek manusia. OSCE membahas berbagai

masalah keamanan, termasuk pengawasan senjata, tindakan confidence dan

keamanan pembangunan, hak asasi manusia, minoritas nasional, demokratisasi,

strategi kepolisian, kontra-terorisme dan kegiatan ekonomi dan lingkungan.138

Oleh karena itu, keputusan OSCE diambil dari konsensus politik, tapi tidak

mengikat secara hukum dasar.

134

Republic of Moldova & the EU –Trade tersedia di http://ec.europa.eu/trade/policy/countries-

and-regions/countries/moldova/ ; diakses pada 20 Agustus 2015. 135

Steven Woehrel, Moldova: Background and U.S policy, 6. 136

Ibid. 137

Igor Munteanu, “Political Review and Parties Recomendations Legislation for Reform in

Moldova”, OSCE/ODIHR, (2010), 49. 138

Ibid.

Page 50: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

36

Sebelumnya OSCE merupakan pergantian nama dari Conference on

Security and Co-operation in Europe (CSCE) yang didirikan pada tahun 1973.

CSCE dibuka di Helsinki pada tanggal 3 Juli 1973, namun pada saat itu Moldova

belum menjadi negara anggota.139

OSCE menggunakan cara diplomasi,

keamanan, perdagangan dan bidang keuangan yang mempengaruhi lingkungan

internasional khususnya Rusia dan Uni Eropa.

OSCE membuat pertemuan informal antara negara yang berkonflik

khususnya Moldova-Transnistria untuk menyelesaikan masalah. Pertemuan ini

bernama “Format 5+2”. Format 5+2 adalah format dari lima negara yang

memiliki konflik yaitu Moldova-Transnistria, Rusia, Ukraina sebagai pihak yang

berkonflik dan OSCE sebagai perantara, sedangkan dua diartikan sebagai

pengamat atau observers yaitu Amerika Serikat dan Uni Eropa.140

Pada 2002 Eropa dalam OSCE mengeluarkan kebijakan penyelesaian

konflik dengan menggunakan kerjasama negara anggota dalam Format 5+2.141

Uni Eropa menempati peran pengamat dalam pembicaraan damai di bawah

naungan Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa. Selain sebagai

peran pengamat, Eropa menjadi mediator dalam negosiasi antara Moldova dan

Transnistria.

Masuknya Amerika dalam Format 5+2 pada 2005 menjadi penguat

negosiasi yang diadakan oleh OSCE.142

Amerika dan Eropa mendukung

penyelesaian masalah dengan mendanai program pembangunan bangsa dan

139

Ibid. 50. 140

Stefan Wolff, The Transnistria Issue, 5. 141

Ibid. 142

Ibid.

Page 51: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

37

mempromosikan kerjasama di tingkat masyarakat khususnya kesehatan, sosial

serta lingkungan di Moldova.

Sejak adanya negosiasi 5+2, penyelesaian konflik mengalami kemajuan

dengan mempertemukan negara dan kelompok yang terlibat. Proses yang dicapai

dari format 5+2 adalah untuk meningkatkan hubungan Chisinau dan Tiraspol

dalam perbaikan kerjasama penyelesaian masalah. Kerjasama tersebut merupakan

perbaikan jalur kereta api yang sebelumnya terputus di dua wilayah tersebut. Pada

tahun 2012, pembukaan kembali jalur kereta api wilayah Chisinau-Tiraspol

menjadi langkah nyata dalam menyelesaikan masalah. Meskipun penyelesaian

masalah pada konflik Transnistria mengalami kemajuan, perbedaan sejarah,

bahasa dan politik tidak mengubah pandangan Transnistria terhadap Moldova.

Transnistria tetap menginginkan kebebasan secara de facto untuk mencapai

kekuasaan tertinggi sebagai negara.

2.4 Respon Moldova terhadap dukungan penyelesaian konflik

Transnistria

Isu Transnistria dan penyelesaian konfliknya telah menjadi prioritas utama

dalam membuat kebijakan di Moldova. Secara khusus Perdana Menteri Moldova

yaitu Vlad Filat, mengharapkan penyatuan Moldova pada integrasi Eropa agar

dapat menyelesaikan masalah internal Transnistria dengan Chisinau.143

Namun

penyelesaian masalah yang diadakan oleh OSCE tentang proposal Format 5+2

143

Stefan Wolff, The Transnistria Issue, 7.

Page 52: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

38

telah berlangsung lama bahkan sebelum Filat mengambil inisiatif bergabungnya

Moldova dengan Eropa.144

Tahun 2005 terdapat perkembangan mengenai konflik Transnistria dari

Moldova yaitu adanya Moldova’s Action Plan (MAP).145

MAP merupakan aksi

mediator dalam proses negosiasi yang dipimpin oleh OSCE untuk mencapai

kesepakatan bersama.146

MAP mengharuskan masyarakat sipil terlibat langsung

dalam menghormati perbedaan oleh Transnistria. Dalam MAP, Moldova

bergantung pada penyelesaian masalah yang dilakukan oleh OSCE dan

menunjukan penyelesaian yang dilakukan oleh Rusia dan Transnistria.

Tidak hanya penyelesaian yang dilakukan oleh Rusia, Moldova dan

Transnistria. Dalam Format 5+2 dibutuhkan dukungan dari Uni Eropa yang

bertanggung jawab pada implementasi yang dilakukan di daerah perbatasan.147

Misi bantuan yang dilakukan Uni Eropa terhadap konflik tersebut adalah

pembangunan asrama Europe Border Assistance Mission to Moldova and Ukraine

(EUBAM).148

Misi yang dilakukan oleh Eropa tidak membuat Moldova menemukan

penyelesaian konflik. Hal ini juga disebabkan oleh ketidakstabilan politik di

Moldova, termasuk koalisi pemerintahan dan pemilihan presiden di Moldova.149

144

Ibid. 145

Anna Lungu. Peaceful Conflict Transformation, Anna Lungu, Peaceful Conflict

Transformation in Transnistria. (Austria: European University Centre for Peace Studies 2007), 21. 146

Ibid. 147

Ibid, 8. 148

Stefan Wolff. Guarantee Options for a Settlement of the Conflict over Transnistria ,12. 149

Ibid.

Page 53: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

39

ketidakstabilan politik ini membuat negosiasi yang dilakukan oleh pihak OSCE

dengan Transnistria dianggap tidak menemukan hasil akhir.150

Pada 2010 Tiraspol banyak mengeluarkan undang-undang tentang otonomi

khusus berupa perluasan perbatasan dan pendekatan hukum dengan Rusia melalui

perubahan konstitusi dalam wilayah. Tiraspol juga mengeluarkan tekanan pada

sekolah yang berbahasa Rumania dengan menghilangkan dana pendidikan dan

akses pembelajaran.151

Sebelumnya keberadaan pasukan Rusia merupakan kendala utama bagi

upaya perdamaian antara kedua belah pihak. Keberadaan pasukan ini membuat

para investor dari Eropa takut untuk berinvestasi di Transnistria.152

Smirnov pada

Maret 2006 mengeluarkan dekrit tentang pelarangan pendanaan LSM yang

terlibat secara politik di Tiraspol.153

Hal ini disebabkan oleh banyaknya lembaga

yang menjadi tangan dari Chisinau untuk mengetahui politik internal Tiraspol.

Rezim Smirnov banyak membuat kebijakan yang lebih mendekatkan diri

kepada Rusia dibandingkan dengan Moldova.154

Seperti penerimaan dukungan

ekonomi dari Rusia, dan penanaman modal para investor dari Rusia. Sementara

Moldova memiliki strategi untuk mendekatkan diri kepada komunitas pembisnis

di Transnistria.155

Negosiasi yang dilakukan oleh Moldova untuk memperkuat

150

Stefan Wolff. A resolvable frozen conflict?, 7. 151

Anita Sobjak. “Is Transnistria The Next Crimea?” Polski Institut Spraw Miedzynarodowych

The Polish Institute of International Affairs (2014), 2. 152

Ibid. 153

International Crisis Group. “Moldova‟s Uncertain Future”, ICG Europe Report No.175

(2006),3. 154

Ibid. 155

Ibid, 4.

Page 54: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

40

jaringan komunitas pembisnis berhasil dengan membuat komunitas tersebut

menjauh dan menolak rezim Smirnov.156

Pada dasarnya strategi yang dijalankan oleh Moldova merupakan tekanan

untuk membuat Smirnov jatuh dari kekuasaannya. Strategi ini membutuhkan

bantuan dari Uni Eropa untuk menawarkan perdagangan yang lebih besar. Namun

Moldova memiliki hambatan dalam membangun dukungan untuk reunifikasi dari

wilayah tersebut. Hambatan tersebut tidak jauh dari keterpurukan ekonomi serta

masalah korupsi yang belum selesai. Keterpurukan ekonomi yang dialami oleh

Moldova membuat banyak masyarakat Moldova lebih memilih untuk bekerja di

luar negeri. Sejak 2005, Organisasi Internasional untuk Migrasi mengungkapkan

bahwa lebih dari 600.000 orang hidup dan bekerja di luar negeri.157

Terdapat kekhawatiran dari masyarakat Transnistria yang mendukung

kemerdekaan akan menjadi korban jika Transnistria bergabung kembali dengan

Moldova. Permasalahan yang dialami oleh Moldova terdapat pada perdagangan

manusia dengan negara tujuan seperti Turki, Israel, Arab dan Rusia.158

Perdagangan manusia tersebut banyak melibatkan korban perempuan untuk

eksploitasi seksual.159

Penyelesaian oleh pemerintah Moldova kurang maksimal

156

Ibid. 157

Maria Cristina Pantiru, Richard Black, and Rachel Sabates. Migration and Poverty Reduction

in Moldova (Brighton: Development Research Centre on Migration, Globalisation and Poverty,

2007), 8. 158

Ibid. 10. 159

Ibid. 12

Page 55: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

41

karena Moldova banyak melibatkan LSM, dan pihak Eropa terutama dalam

pendanaan penyelesaian kasus tersebut.160

Pemberian pasport Rusia sebanyak 150.000 kepada masyarakat

Transnistria membuat warga Transnistria lebih mempercayai Rusia dibandingkan

dengan Moldova.161

Pada 2003 terdapat kesepakatan bahwa Moldova memegang

mayoritas dan Transnistria menjadi bagian minoritas dari federasi. Hal ini dikenal

dengan Kozak Plan162

, posisi Transnistria disini adalah untuk menerima dan

menandatangani perubahan di masa depan nantinya.

Moldova memiliki berbagai masalah internal negara seperti jatuhnya

pemerintahan pada 2013.163

permasalahan ini terjadi karena banyaknya skandal

korupsi dalam pemerintahannya. Hal ini diikuti oleh perubahan kebijakan oleh

konstitusi Moldova bahwa Uni Eropa dan OSCE dianggap sebagai ancaman

karena tidak cepat dalam menyelesaikan kasus Transnistria.164

Tidak ada kontribusi nyata dalam pemerintahan Moldova untuk

menyelesaikan kasus Transnistria. Jika Transnistria tidak berhasil masuk kembali

ke wilayah Moldova, Moldova tidak hanya kehilangan sebagian wilayahnya

namun Moldova juga kehilangan sumber pendapatan terbesar. 20% wilayah

industri Transnistria merupakan saham terbesar di Moldova.

160

Ibid.13 161

Stefan Wolff. Guarantee Options, 5. 162

Kozak Plan merupakan memorandum resmi Rusia dan Moldova pada tahun 2003. Hal ini

ditunjukan untuk menyelesaikan sengketa masalah antara Moldova dengan Transnistria. ECHR,

Case of Catan and Others v. Moldova and Russia Judgment (Strasbourg: European Court of

Human Rights, 2012), 9. 163

Igor Munteanu, “Political Review and Parties Recomendations Legislation for Reform in

Moldova”, OSCE/ODIHR, (2010), 263. 164

Nicu Popescu dan Leonid Litra. Transnistria: a bottom-up Solution, 6.

Page 56: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

42

BAB III

KEPENTINGAN DAN KETERLIBATAN RUSIA

MENGHADAPI KONFLIK MOLDOVA-TRANSNISTRIA

Rusia adalah salah satu mitra ekonomi dan politik yang paling

berpengaruh di Moldova terutama Transnistria. Dengan adanya gerakan separatis

Transnistria, hubungan Moldova - Rusia menjadi tidak stabil. Ketidakpastian

permasalah konflik wilayah antara Transnistria dengan Moldova menjadi sumber

permasalahan antara Moldova - Rusia.

Sejak runtuhnya Uni Soviet banyak persamaan indentitas antara Rusia

dengan Transnistria terutama komposisi penduduk yang didominasi oleh

keturunan Rusia. Konflik perbedaan terbesar yang dirasakan Moldova dengan

Transnistria ditandai dengan deklarasi kemerdekaan Transnistria. Hal tersebut

menimbulkan konflik senjata dan pengiriman pasukan militer oleh Rusia.

3.1 Keamanan Moldova

Konflik yang terjadi di Moldova disebabkan oleh lahirnya gerakan

separatis di wilayah timur sungai Dnistr yaitu Transnistria. Transnistria termasuk

ke dalam gerakan separatis yang menginginkan otoritas secara penuh dari

Moldova.165

Hal ini juga dijelaskan oleh Michael S. Bobick, bahwa Transnistria

termasuk ke dalam gerakan separatis karena menginginkan kemerdekaan dari

165

András Rácz dan Arkady Moshes, “Not Another Transnistria: How Sustainable is separatism in

Eastern Ukraine?”, The Finnish Institute of International Affairs, (2014), 8.

Page 57: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

43

Moldova.166

Gerakan ini disebabkan oleh perbedaan etnis, bahasa dan pemikiran

secara politik dan ekonomi. Intervensi Rusia juga mendukung gerakan separatis

ini menjadi berkembang.

Dampak negatif timbulnya gerakan separatis ini adalah adanya disintegrasi

bangsa dan terganggunya keamanan suatu negara. Seperti yang terjadi di Moldova

saat timbulnya perpecahan antara Chisinau dan Tiraspol. Terganggunya keamanan

menyangkut keamanan berpolitik, keamanan ekonomi, dan keamanan lingkungan

seperti yang dijelaskan pada Bab satu oleh Barry Buzan dalam bukunya yang

berjudul New Patterns of Global Security in The Twenty-First Century.167

Sedangkan dalam People, States and Fear: an Agenda for International

Security Studies in the Post Cold War Era oleh Barry Buzan bahwa strategi

keamanan suatu negara selalu memperhitungkan aspek threat (ancaman) dan

vulnerability (kelemahan) dalam negara tersebut.168

Suatu ancaman terhadap

keamanan nasional dapat dicegah atau akan mengurangi suatu kerentanan pada

keamanan nasionalnya. Kedua aspek tersebut sangat mempengaruhi kapabilitas

yang dimiliki negara tersebut.

Menurut Barry Buzan, terdapat lima tipe dari ancaman yaitu militer,

politik, societal, ekonomi dan ekologi.169

Lima tipe tersebut adalah: Pertama,

ancaman militer adanya tindakan militer yang biasanya mengancam segala

komponen suatu negara. Kedua ancaman politik, lebih mengarah kepada stabilitas

166

Michael Bobick, “Separatism redux: Crimea, Transnistria, and Eurasia's de facto states”, 2 Juni

2014, Tersedia di

https://www.academia.edu/7234299/Separatism_redux_Crimea_Transnistria_and_Eurasias_de_fa

cto_states; diunduh 2 Desember 2015. 167

Barry Buzan, New Patterns of Global, 433. 168

Barry Buzan, People, States and Fear, 73-83. 169

Ibid,107-117.

Page 58: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

44

organisasi pemerintah atau menekan pemerintah yang berkuasa dalam kebijakan,

menggulingkan pemerintahan, atau menciptakan intrik politik yang mampu

menganggu jalannya pemerintahan sehingga pula melemahkan kekuatan

militernya. Ketiga sosial, ancaman sosial biasanya terjadi sebagai imbas dari

ancaman militer dan politik. Keempat ancaman ekonomi, merupakan ancaman

yang paling sulit diatasi dalam kaitannya dengan keamanan nasional. Kelemahan

dalam bidang ekonomi, dapat menjadi jalan bagi Rusia untuk mengontrol jalannya

pemerintahan melalui bantuan ekonomi.

Kelima ekologi, ancaman ekologi bagi keamanan nasional merupakan

ancaman militer dan ekonomi yang dapat menghancurkan bentuk dasar suatu

negara seperti gempa bumi, angin topan, banjir, gelombang air pasang, dan musim

kemarau. Namun dalam analisa konsep keamanan dari keterlibatan Rusia di

Moldova faktor kelima bukanlah faktor Rusia terlibat di Transnistria. Penulis akan

menganalisa tiga ancaman yang terdapat di Transnistria. Tiga ancaman tersebut

adalah militer, politik dan ekonomi.

3.1.1 Penempatan Militer Rusia di Transnistria

Kehadiran kelompok ilegal menimbulkan ancaman kedaulatan, integritas

teritorial dan keamanan nasional Republik Moldova. Kurangnya kontrol

pemerintahan Moldova pada keamanan bernegara di wilayah timur melahirkan

lintas batas kejahatan yang terorganisir, lalu lintas perdagangan ilegal seperti

senjata; obat-obatan terlarang; dan manusia.

Rusia campur tangan dalam penempatan pasukan perdamaian di wilayah

Transnistria. Kehadiran pasukan tersebut tidak membuat Rusia mendamaikan

Page 59: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

45

keadaan antar kedua belah pihak. Namun pasukan tersebut berhasil membangun

industri gudang senjata dan membangun aliansi dengan Transnistria.

Pengiriman pasukan militer yang berujung pada penempatan serta

pembangunan pabrik senjata di kawasan Transnistria menjadi awal kedekatan

Rusia dengan Transnistria. Cossack dan 14th Army memainkan peran dengan

cara mengendalikan Transnistria agar lebih pro terhadap Rusia. Seperti yang

diperintahkan oleh Jenderal Rusia Netkachev, yaitu: “Given that Transnistrian is

Russian territory and that the situation there has deteriorated, we must defend it

by all means possible.”170

(Mengingat bahwa Transnistria adalah wilayah Rusia

dan bahwa situasi disana telah memburuk, maka kita harus memnpertahankannya

dengan segala cara.Terjemahan penulis)

Netkachev menunjukan bahwa posisi Transnistria merupakan wilayah

Rusia yang harus dipertahankan wilayahnya. Secara tidak langsung Rusia

memiliki kemampuan untuk mempengaruhi militer hingga politik Transnistria.

Tidak berhenti pada pengiriman pasukan, Rusia melihat beberapa faktor positif

terhadap sifat Transnistria yang pro-Rusia. Mayoritas ideologi, dan etnis yang

memiliki banyak persamaan terhadap Rusia merupakan sifat pro-Rusia yang

ditunjukan oleh Transnistria. Melihat letak geografis wilayah Transnistria yang

mudah terlibat dalam kegiatan ilegal seperti penyelundupan senjata, ilegal ekspor-

170

Anna Lungu, Peaceful Conflict Transformation, 5.

Page 60: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

46

impor barang menjadi faktor tambahan Rusia tampil sebagai pembela dan

pelindungnya.171

Beberapa perjanjian yang dibuat oleh DCFTA, OSCE, dan organisasi

Eropa lainnya tentang penarikan kembali pasukan tersebut tidak membuat Rusia

menarik pasukannya. Keberadaan pasukan tersebut membuat permasalahan yang

tidak kunjung selesai dan menemui deadlock. Adanya pasukan militer Rusia

dalam wilayah kedaulatan Moldova merupakan pelanggaran hukum internasional

kecuali pasukan tersebut merupakan pasukan perdamaian (peacekeeping). Namun

dalam Piagam PBB “peacekeeping” dilibatkan dalam perang hanya untuk

menjamin perdamaian dan keamanan internasional, dan terlibatnya peacekeeping

hanya bisa dibawah komando PBB bukan negara pembantu agar terciptanya

perjanjian perdamaian.172

Sedangkan prinsip kedaulatan negara dan non-

interference dalam permasalahan negara lain, secara keras dilarang oleh PBB

untuk melakukan intervensi antar negara.173

Mendukung adanya penempatan pasukan dijelaskan pada kasus Ilascu

Eropean Court of Human Rights (ECHR) artikel 14 bahwa pada masa deklarasi

kemerdekaan Moldova, mereka tidak mempunyai tentaranya sendiri. Pasukan

Soviet keempatbelas yang bermarkas di Chisinau sejak 1956 tetap berada di

wilayah Moldova meski sejak 1990 sebagian personel dan peralatan militernya

mulai ditarik. Pada 1991, pasukan keempatbelas di Moldova terdiri dari beberapa

171

Ibid, 6. 172

Stephen M. Hill dan Shanin P. Malik, Peacekeeping and The United Nations (London:

Dartmouth Publishing Company Limited, 1996), 14. 173

Piagam PBB, Bab 1, pasal 2, ayat 7. Tersedia di

https://treaties.un.org/doc/publication/ctc/uncharter.pdf; diunduh 11 Maret 2016.

Page 61: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

47

ribu tentara, unit infanteri dan artilleri (terutama sistem misil penangkis serangan

pesawat), kendaraan bersenjata dan pesawat. Mereka mempunyai banyak

simpanan amunisi yang dianggap sebagai salah satu yang terbesar di Colbaşna,

Transdniestria. 174

Kehadiran pasukan Rusia dan persenjataan di wilayah Republik Moldova

bertentangan dengan Konstitusi Republik Moldova, komitmen internasional dan

kehendak warga Moldova, sehingga menjadi alat tekanan politik dan ancaman

besar bagi keamanan nasional negara. Kehadiran militer asing di wilayah

Moldova alat konsolidasi rezim separatis di Transnistria.

Kejahatan terorganisir, termasuk lintas batas kejahatan terorganisir, yang

mengikuti kecenderungan untuk berbaur dengan aktivitas kelompok separatis.

Faktor tersebut menciptakan tempat untuk kegiatan separatis dan pertumbuhan

senjata ilegal. Tanpa kontrol pemerintahan, fenomena kejahatan terorganisir

merupakan ancaman terhadap keamanan nasional Republik Moldova. Risiko ini

juga dapat menghasilkan efek negatif pada hubungan bernegara.

3.1.2 Politik Moldova-Transnistria.

Transnistria masih belum bisa menentukan Demokrasi atau Dominasi

dalam menjalankan pemerintahannya. Kembali pada pengertian awal Demokrasi

yang diambil dari bahasa Yunani “demos” rakyat dan “kratos” kekuasaan, maka

demokrasi itu sendiri bermakna kekuasaan yang berasal dari rakyat. Namun hal

itu diartikan sebagai cara mencapai kekuasaan oleh kelompok Sheriff terutama

174

ECHR. Case of Catan and Others v. Moldova and Russia Judgment (Strasbourg: European

Court of Human Rights, 2012), 4.

Page 62: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

48

oleh Smirnov. Walaupun Transnistria mempunyai semangat sosial kesetaraan

tentang persamaan ideologi rakyatnya.

Sheriff dalam menjalankan pengaruhnya dengan memanipulasi pemilu dan

memonopoli pasar Transnistria. Sama halnya dengan Smirnov yang mencalonkan

diri sebagai Presiden Transnistria 2006. Jelas bahwa pada saat itu posisi Smirnov

lebih defensif daripada berorientasi untuk solusi peyelesaikan konflik. Sheriff dan

Smirnov lebih menunjukkan sikap permusuhan oleh wilayah tetangganya

Moldova. Hal ini terbukti pada strategi yang dikemukakan Smirnov untuk

program pencalonan presiden, yaitu Tugas utama bagi TMR (Trans-Dniester

Moldovan) untuk lima tahun kedepan adalah membawa ide kebebasan, kesetaraan

dan kemerdekaan. Membuahkan hasil atas referendum dari 17 September 2006,

mengenai hubungan dan penggabungan pokok dengan Rusia; sebuah kesuksesan

bagi implementasi proyek Rusia; akomodasi, bantuan kesehatan, pendidikan dll;

merealisasikan hubungan politik dan ekonomi utamanya dengan negara-negara

Slavik; menguatkan angkatan bersenjata sebagai penjamin keamanan dan

ketertiban nasional; perkembangan global dan penyebaran ideologi patriotisme

dari TMR. 175

Sheriff juga menjadi beban bagi rakyat Transnistria dalam melaksanakan

peningkatan standar kehidupan masyarakat. Secara bertahap Sheriff berwenang

memegang beberapa perusahaan besar dan usaha informal yang mendapatkan

pendapatan lebih besar dibandingkan usaha lainnya. Untuk melindungi posisi

ekonomi istimewa terutama pada kepemilikan perusahaaan, Sheriff masuk ke

175

Anna Lungu. Peaceful Conflict Transformation, 8.

Page 63: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

49

dalam partai politik (Obnovlenie) dan bekerja sama dengan para pemimpin

Transnistria.176

Masuknya Sheriff pada pemerintahan membuat peraturan yang

menciptakan kepentingannya untuk mencapai suatu tujuan. Namun fokus rakyat

Transnistria lebih membutuhkan peningkatan standar hidup, pendidikan untuk

semua kelompok etnis, bantuan kesehatan dan hubungan dengan semua negara

dan pergerakan yang bebas barang dan jasa yang mereka produksi.

Sejak Februari 1992 Obnovlenie berkoalisi dalam membangun partai dan

industri besar di Moldova-Transnistria.177

Koalisi tersebut memiliki perhatian

besar terhadap kekuatan Rusia dan melindungi basis industri Rusia.178

Rusia juga

menyediakan pemimpin politik dari Tiraspol dengan dukungan yang cukup besar.

Hingga 2010 Smirnov menikmati dukungan Rusia selama pemilihan Presiden

2011 yang dibantu oleh Anatoly Kaminski, pemimpin Obnovlenie saat itu.179

Rusia memiliki banyak keuntungan dengan mendukung rezim separatis

dan menghindari penyelesaian konflik yang dilaksanakan oleh OSCE. Terutama

dalam memenuhi kepentingan geo-politik Rusia dalam kontrol politik dan militer

Transnistria. Anggota dari asosiasi penulis internasional PEN, Vitalie Ciobanu

juga berpendapat bahwa Moldova hingga saat ini menyisakan bayang-bayang

Rusia, itu merupakan alasan kami tidak benar-benar memiliki partai politik

Moldova. Lebih tepatnya memanggil partai yang ada dengan sebutan partai

176

Stefan Wolff, Guarantee Options, 11. 177

Ibid. 178

Michael McFaul dan Sergei Markov. The Troubled Birth of Russian Democracy: Parties,

Personalities, and Programs (San Francisco: Hoover Institution Press, 1993), 68. 179

Svante Cornell dan Michael Jonsson. Conflict, Crime, and the State in Postcommunist Eurasia

(Philadelphia: Pennsylvania Press, 2014), 135.

Page 64: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

50

geopolitik. Itulah alasan mengapa pemisahan dari spektrum antara kiri dan kanan

hanya bersifat konvensional.180

Seperti yang dikatakan oleh Ciobanu, Moldova belum memiliki partai

politik yang kuat untuk menjalankan pemerintahan secara tegas. Ciobanu juga

menjelaskan bahwa pemisahan ideologi dari kiri dan kanan merupakan konsep

lama yang terjadi saat perang dingin dimulai, itu merupakan alasan Rusia masih

berusaha mengintervensi Moldova. Padahal jika dilihat dari sistem politik

modern, hal itu sudah tidak berlaku, hal itu sekarang berganti pada partai

geopolitik dimana banyak campur tangan yang terjadi di salah satu partai tersebut.

Dengan cara inilah Rusia dapat mengembangkan kekuasaannya dalam

menjalankan politik di Transnistria. Dalam Format 5+2 yang dibuat oleh OSCE,

peran Rusia tidak menunjukan penyelesaian konflik yang setuju bahwa

Transnistria merupakan bagian dari Moldova. Nicu dan Leonid dalam jurnal

European Council on Foreign Relation mengatakan bahwa Sergey mengakui

kesetaraan Chisinau sebagai ibukota dari Moldova dan Tiraspol sebagai ibukota

dari Transnistria.181

Socor selaku calon kandidat presiden juga berpendapat bahwa

Rusia memiliki rencana rahasia diluar rencana resmi 5+2, salah satunya yaitu

Rusia mengajukan untuk membubarkan parlemen yang ada dan hanya warga lokal

yang dapat memilih parlemen yang baru. Dalam konteks ini, menimbang bahwa

di Transnistria kebanyakan penduduknya mempunyai paspor Rusia, maka mereka

180

Alianta.md, “Centrist Union signs cooperation agreement with ruling party in Russia” Tersedia

di

http://www.alianta.md/uploads/docs/1238016992_03.04_Centrist_Union_signs_cooperation_agree

ment_with_ruling_party_in_Russia.pdf ; diunduh 26 Januari 2016. 181

Nicu Popescu dan Leonid Litra. Transnistria: a bottom-up Solution.

Page 65: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

51

pasti akan menjadi nominasi/calon kandidat Tiraspol (V. Socor) di parlemen.

Kepentingan Rusia bisa dipastikan akan diwakili oleh parlemen Moldovan/

Transnistrian yang baru.182

Adanya usulan Rusia, tentang pembubaran parlemen dan hanya warga

Transnistria yang terpilih mengisi anggota parlemen. Hal ini membuat Rusia

melihat peluang banyaknya pemegang paspor Rusia oleh warga Transnistria dan

akan menjadi jaminan bahwa kepentingan Rusia akan diwakilkan pada parlemen

selanjutnya. Hal ini diperjelas dengan klaim Socor calon kandidat Presiden

Transnistria, yaitu:“Moldova would become a “dysfunctional state,” while Russia

would be able to manipulate through its proxies.”183

(Moldova akan menjadi

“negara yang tidak berfungsi secara normal” sedangkan Rusia akan mampu

memanipulasi melalui pihak ketiga.)

Alasan utama Rusia masih mempertahankan pengaruhnya di Transnistria

adalah untuk memblokir Romanisasi dan Eropanisasi yang terjadi di Moldova,

seperti yang dikatakan oleh Rodkiewicz, bahwa Transnistria merupakan hal

bernilai bagi Moskow karena ia merupakan salah satu alat utamanya dalam

menghambat Romanisasi dan mungkin juga Eropanisasi Moldova. Hal ini juga

yang membuat Moskow menolak permintaan pemimpin Transnistria untuk

mengakui kemerdekaan wilayahnya.184

Rusia tidak menginginkan adanya campur

tangan Amerika dan Eropa terutama saat Moldova mulai bergabung pada

182

Anna Lungu. Peaceful Conflict Transformation, 23. 183

Ibid. 184

Rodkiewicz, W. Transnistrian Conflict after 20 Years. (Chisinau: OSW Centre for Eastern

Studies, 2011), 19.

Page 66: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

52

keanggotaan DCFTA dan kerjasama lainnya dalam peningkatan hubungan

ekonomi antar negara Eropa.

3.1.3 Ekonomi Moldova-Transnistria

Sebelumnya, Moldova merupakan negara miskin di Eropa yang

bergantung pada subsidi dan utang yang diberikan oleh Rusia. Bahan makanan,

anggur, dan produk pertanian adalah ekspor utama dari Moldova. Meskipun

sektor teknologi dalam industri berkembang perlahan, Moldova tetap dinilai

sebagai negara miskin di Eropa.

Perkembangan GDP Moldova secara berlahan dirasakan naik dari 2000 –

2002 karena perkembangan ekpor impor dalam bidang pengolahan bahan

makanan.185

Moldova memiliki surplus perdagangan dengan negara-negara CIS,

hal ini terjadi pada peningkatan impor dari Ukraina. Namun, 2002-2005 neraca

perdagangan negara CIS menjadi negatif dan Moldova lebih beralih berkerja sama

dengan Uni Eropa.186

2004, Uni Eropa bekerja sama dengan pemerintah Moldova

menerapkan kebijakan double-checking system untuk baja yang diekspor dari

Moldova tanpa ada pembatasan jumlah ekspor.187

Hal ini diterapkan untuk

meningkatkan transparansi ekspor baja yang dilakukan oleh Transnistria ke Uni

Eropa di mana mereka harus memiliki sertifikat dari pemerintah Moldova yang

mengonfirmasi asal ekspor tersebut. Secara tidak langsung kebijakan tersebut

185

Marek Dabrowski, Moldova: Major Economic Problems and Challenges. (Chisinau : Center for

Social and Economic Research, 2003), 8 186

Ibid, 10. 187

Nicu Popescu, “The EU and Transnistria: From Deadlock to Sustainable Development”. IPF

Policy Brief , Tersedia di :

http://www.policy.hu/npopescu/ipf%20info/IPF%201%20transnistria.pdf, diakses 6 Maret 2016,

7.

Page 67: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

53

mengharuskan adanya kesepakatan antara Moldova dan Transnistria yang

memungkinkan untuk membuka jalan bagi penyelesaian konflik antar kedua belah

pihak.

Pada 2006 Uni Eropa mempromosikan pembangunan berkelanjutan pada

negara yang memiliki GDP rendah dalam kawasannya.188

Uni Eropa menjadikan

Moldova sebagai mitra ekonomi untuk meningkatkan perkembangan hubungan

antar negara Eropa Timur, walaupun dalam pelaksanaanya tidak membuahkan

hasil yang maksimal. Ekonomi Moldova tetap dinilai rendah dibatas

perekonomian negara Uni Eropa lainnya.

Tingkat korupsi pada pemerintahan membuat masyarakat kurang percaya

terhadap pemerintah. Korupsi yang dialami pemerintah Moldova didapat dari

tidak efisiennya pemerintahan dalam menangani posisi istimewa pasar seperti

monopoli pasar yang dimiliki oleh kelompok Sheriff dan peraturan pajak yang

tidak dijalankan secara adil.189

Faktor lain juga terdapat pada sistem pendapatan

publik yang digunakan untuk pembiayaan partai dan posisi masyarakat yang tidak

faham terhadap aliran dana pemerintah. Uni Eropa juga memperluas larangan

bepergian bagi 10 pejabat Transnistria yang dianggap telah melakukan

peanggaran korupsi dan HAM karena menutup sekolah yang mengajarkan tulisan-

tulisan Latin. Namun kebijakan tersebut tidak berjalan dengan efektif salah

satunya dikarenakan pihak Ukraina yang menganggap sebagai pihak netral tidak

188

Alexandu Fala, Economic Cooperation With The EU – A Prerequisite for Development of The

Republic Moldova. (Chisinau: Moldova‟s Foreign Policy Statewatch, 2011), 4. 189

Lilia Carasciuc, Corruption and Quality of Governance:

The Case of Moldova (Chisinau: Report Transparency International - Moldova, 2012),

Page 68: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

54

seharusnya menekan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik sehingga

memudahkan pejabat Transnitria bepergian di Ukraina maupun Rusia.190

Kebijakan ekonomi Rusia di Moldova mencakup tindakan investasi,

kegiatan ekspor-impor dan alokasi keterbatasan sumber daya. Dalam hubungan

perdagangan yang dimiliki kedua negara ini berpengaruh pada kegiatan ekspor

dari hasil pertanian Moldova dan impor energi gas alam Rusia. Terutama dalam

wilayah negara bekas Uni Soviet keamanan energi sangat bergantung pada Rusia.

Perekonomian Moldova dinilai tidak stabil jika dinilai sebagai negara.

Kehadiran ekonomi Rusia dalam perekonomian Moldova terdapat pada subsidi

gas alam, dan penanaman modal di berbagai perusahaan Moldova dan

Transnistria. Namun subsidi gas alam yang dikirim dari Rusia dan penanaman

modal tersebut terhitung sebagai utang negara Moldova.

Melihat perekonomian Moldova yang selalu mengalami defisit negara,

tahun 2003 banyak industri Transnistria memilih untuk memprivatisasi

perusahaan. Privatisasi yang dilakukan beberapa industri besar Transnistria

membuat Moldova tidak dapat mengatur sistem ekonomi industri Transnistria.

Kepemilikan perusahaan industri oleh Smirnov dan kelompok Sheriff Transnistria

membuat Rusia mudah bekerjasama dalam menjalankan kegiatan ekonomi seperti

penerapan harga bahan baku barang.

Jaringan pipa gas yang dikirim melalui Transnistria ke Moldova mencapai

90% sumber gas yang dibutuhkan oleh Moldova.191

Jaringan pipa gas ini rentan

190

Nicu Popescu, “The EU and Transnistria”, 10.

Page 69: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

55

menjadi masalah kepemilikan antara Moldova dengan Rusia, walaupun Moldova

telah memiliki MoldovaGaz namun sumber dari gas tersebut masih dalam status

impor dari Rusia terutama Gasprom.

Dalam resolusi no. 1334 IGD 17 November, yang dinyatakan oleh Duma

Federasi Rusia bahwa Transnistria merupakan zona kepentingan strategis untuk

Rusia.192

Salah satu kepentingan strategis Rusia adalah industri senjata.

perusahaan Rusia menyediakan teknologi dan peralatan yang diperlukan untuk

pembuatan persenjataan modern dan perlengkapan militer kepada perusahaan

Transnistria. Selain itu, Transnistria juga membuat komponen-komponen bagi

para pembuat senjata Rusia. Contohnya perusahaan Elektrommash yang

menerima pesanan komponen bagi pistol dengan peredam dan berbagai sistem

persenjataan lain yang nantinya akan dirakit di Rusia. 193

Hal ini membuktikan adanya ketergantungannya Transnistria yang

dimanfaatkan Rusia sebagai tempat untuk mendirikan industri senjata di luar

negara Rusia. Dibawah kendali Rusia industri senjata dijalankan hingga

penerapan privatisasi kepemilikan perusahaan besar di Transnistria. Privatisasi

yang dilakukan beberapa industri besar Transnistria membuat Moldova tidak

dapat mengatur sistem ekonomi industri di Transnistria.

Interaksi ekonomi Transnistria tergolong sangat membutuhkan Rusia.

Pasar terbesar dari kegiatan ekspor-impor Transnistria adalah Rusia. Tidak hanya

191

Kamil Calus. An aided economy, 1. 192

Anna Lungu. Peaceful Conflict Transformation, 7. 193

Ibid.

Page 70: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

56

pasar perdagangan yang dikelola oleh Rusia, namun keuangan terutama dalam

privatisasi dan investasi oleh unit ekonomi Rusia di dalam industri Transnistria.

Seperti yang disebutkan oleh Center for Strategic Studies and Reforms bahwa

Transnistria, dengan segala kerumitannya (statusnya yang tidak diakui dan

ketidakjelasan status hukumnya) telah mencoba berbagai cara yang tak biasa

termasuk dengan keikutsertaan kementerian perdagangan dan Industri Rusia untuk

mencari format yang efisien untuk perdagangan asing dan mitranya; dimulai dari

otonomisasi finansial dan kepengurusan pada infrastruktur daerah seperti rel

kereta api, sistem penyedia bensin dan listrik, TI dan jaringan telepon.194

Hal

inilah yang menjadi faktor Rusia memanfaatkan kondisi kebutuhan Transnistria.

Bukan hanya kegiatan ekspor-impor, industri bahkan kondisi ekonomi

internal Transnistria. Perusahaan gas dan pengelolaannya juga merupakan

prioritas tinggi dari perusahaan besar seperti Gasprom. Pemisahaan perusahaan

gas oleh Transnistria tahun 2005 membuat saham pipa gas di kelola sebagian

besar oleh Rusia.

Center for Strategic Studies and Reforms juga menyebutkan lima bukti

bahwa Rusia akan tetap menjadi negara penjamin di Transnistria.195

Pertama,

Dalam negosiasi 5+2 adanya kontingen pasukan perdamaian membuat

infrastruktur pasukan tersebut masih berada di wilayah Transnistria. Kedua,

Sistem kewarganegaraan ganda yang dimiliki oleh mayoritas populasi memiliki

konsekuensi hukum Rusia begitu juga dengan sistem pendidikan yang berorientasi

194

CISR. Transnistrian Market and its Impact, 11. 195

CISR. Transnistrian Market and its Impact, 19.

Page 71: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

57

pada hukum Rusia. Keempat, Interaksi ekonomi yang ketat dengan Rusia

menunjukan keberlanjutan investor untuk tetap berinvestasi di Transnistria. Lalu

yang terakhir adalah pasar tenaga kerja Rusia mempekerjakan 20% populasi yang

aktif dari Transnistria.

3.2 Kebijakan Luar Negeri Rusia di Moldova

Terdapat lima prinsip kebijakan luar negeri Rusia yang didapat dari hasil

wawancara Dmitry A. Medvedev Presiden ketiga Rusia dalam televisi pusat

Rusia: pertama, Rusia mengakui adanya dasar hukum internasional yang nantinya

akan memajukan hubungan dengan negara lain; kedua, penerapan multipolar di

dunia internasional; ketiga, tidak adanya konfrontasi antara Rusia dengan negara

lain; keempat, perlindungan Rusia terhadap kepentingan pengusaha di luar negeri;

kelima, penentuan kawasan istimewa. Di kawasan tersebut, seperti adanya ikatan

sejarah, dan hubungan dekat menjadi kawasan yang sangat diperhatikan oleh

Rusia.196

Pada point kelima prinsip tersebut membuktikan bahwa Rusia masih

menginginkan keterlibatannya di negara kecil yang masih memiliki ikatan

hubungan seperti di negara bekas Uni Soviet. Tidak hanya Medvedev, Presiden

Vladimir Putin menjelaskan bahwa kepentingan rakyat Rusia di negara bekas Uni

Soviet juga merupakan kepentingan Rusia.197

196

Artikel wawancara Dmitry A. Medvedev terhadap pers televisi pusat Rusia. Kedutaan Besar

Federasi Rusia, “Lima Prinsip Kebijakan Luar Negeri Rusia”, tersedia di

http://indonesia.mid.ru/documents/3046611/9269502/mfa_ind_02i.pdf; diunduh pada 11 Maret

2016. 197

Gevorg Mirzayan, “Era Baru Kebijakan Luar Negeri Rusia Setelah Perang Dingin”, 3 April

2014. Tersedia di

Page 72: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

58

Dalam menganalisa kepentingan Rusia terhadap gerakan separatis

Transnistria dibutuhkan kebijakan luar negeri Rusia yang menggunakan kerangka

Teori Kebijakan Luar Negeri K.J Holsti yaitu faktor internal/domestik berupa

kedekatan secara Ideologi, Geografis, dan persamaan sejarah diantara keduanya.

Dalam faktor eksternal yang berupa Struktur sistem pemerintahan Moldova yang

tergolong lemah (weak power) dengan kapabilitas politik dan ekonomi yang

lemah. Melalui faktor eksternal dan internal, penulis memaparkan politik luar

negeri Rusia. Dan kemudian menjadi acuan untuk mencapai kepentingan nasional

Rusia dan untuk menyeimbangkan kekuatannya dengan negara lain di kawasan

bekas Uni Soviet.

3.2.1 Faktor Internal Rusia

Karakteristik kedekatan secara ideologi, geografis dan persamaan sejarah

antara Transnistria dengan Rusia membuat perkembangan kedekatan secara

politik dan ekonomi di Transnistria. Hal ini didukung oleh perbedaan yang

dirasakan oleh Transnistria dengan Moldova. Kedekatan geografis wilayah Timur

Moldova mendukung adanya geopolitik Rusia. Geopolitik yang terhubung dari

konflik Transnistria berawal pada jatuhnya Uni Soviet dan munculnya negara-

negara baru yang membuat Rusia kehilangan banyak wilayahnya. Seperti yang

dikatakan oleh Oazu Nantoi perdana menteri Moldova, bahwa Rusia melakukan

aksi tersebut secara sadar karena sudah menjadi pengetahuan umum bahwa

Moldova mempunyai beberapa kewajiban kepada Uni Eropa mengenai rezim

http://indonesia.rbth.com/politics/2014/04/03/era_baru_kebijakan_luar_negeri_rusia_setelah_pera

ng_dingin_23511; diunduh pada 12 Maret 2016.

Page 73: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

59

liberalisasi visa. Rusia memanfaatkan kebuntuan keadaan politik sekarang di

Chisinau.198

Secara sadar Rusia mengambil banyak keuntungan dari permasalahan

Moldova yang tidak menemukan jalan akhir dengan cara memberi bantuan politik

yang dibutuhkan Transnistria dan Moldova. Rusia memiliki peluang dalam

intervensi unilateral seperti mempertahankan infrastruktur senjata, pangkalan

militer dan amunisi lainnya. Hal ini didukung oleh permintaan Transnistria yang

tidak menginginkan panarikan infrastruktur tersebut oleh Rusia. Peluang ini

menjadikan Rusia bertindak sebagai negara penjamin di wilayah Moldova-

Transnistria.

Rusia masih melihat peluang untuk menjadi poros di kawasan timur Eropa

dari kesamaan ideologi. Persamaan tersebut timbul karena adanya penyatuan

daerah Besarabia yang sebelumnya berada di bawah pengaruh Uni Soviet.

Penyatuan daerah dengan bahasa berbeda membuat Transnistria lebih dekat

dengan Rusia. Perbedaan pendapat oleh rakyat minoritas dan mayoritas membuat

banyak kebutuhan yang tidak bisa diberikan oleh Moldova kepada kedua belah

pihak. Kebutuhan seperti budaya, persamaan hak berbahasa, ekonomi serta

pendidikan membuat konflik yang tidak kunjung selesai hingga saat ini.

3.2.2 Faktor Eksternal Rusia

Tidak sebanyak faktor internal, keterlibatan Rusia di Moldova dalam

faktor eksternal adalah adanya kekuatan yang lemah di Moldova (Small states)

198

Nisha Aslan, The Transnistria Conflict and The European Union’s Foreign Policy (Nijmegen:

Radboud University Nijmegen, 2013), 29.

Page 74: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

60

dalam menghadapi pengaruh Rusia di Transnistria. Small states umumnya

merupakan weak power, dimana kekuatan yang dimiliki negara kecil memiliki

kriteria dengan kapabilitas politik dan ekonomi yang lemah. Seperti yang

diungkapkan oleh Buzan bahwa: “Weak states, whether or not they are also weak

power”.199

(Negara-negara lemah, apakah ya atau tidak mereka juga mempunyai

kekuatan yang lemah. Terjemahan penulis)

Ketidakmampuan Moldova sebagai negara kecil dalam menghadapi

pengaruh Rusia dalam sistem pemerintahan yang terlibat di Transnistria dan

sistem ekonomi Transnistria. Pengaruh tersebut menimbulkan adanya hegemon di

negara bekas Uni Soviet. Rusia lebih menekankan pada penggunaan soft power

seperti pemberian bantuan berupa dana pendidikan, transportasi dan dalam

menjalankan industri di Transnistria. Ketakutan Rusia jika negara bekas Uni

Soviet lebih berpihak kepada Barat merupakan misi Rusia.200

Misi ini didukung

dengan beberapa kebijakan dan organisasi seperti CIS dan GUAM. Dengan

bantuan yang diberikan oleh Rusia kepada Moldova, Rusia mampu masuk ke

dalam sistem pemerintahan Transnistria dan membangun kerjasama yang lebih

menguntungkan untuk Rusia.

3.3 Kepentingan Nasional Rusia di Moldova-Transnistria

Sebelum menganalisa faktor-faktor kepentingan Rusia dalam kegiatan

politik serta ekonomi Transnistria dibutuhkan pengertian dari kepentingan

nasional itu sendiri. Menurut Morgenthau yang dikutip dari Rosenau, Kepentingan

199

Barry Buzan. People, States and Fear. 74. 200

Allen C. Lynch, The Realism of Russia's Foreign Policy, (London: Taylor & Francis, Ltd.

2001), 8.

Page 75: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

61

nasional merupakan kemampuan minimum negara untuk melindungi dan

mempertahankan indentitas fisik, politik, dan budaya dari gangguan negara

lain.201

Sedangkan menurut Daniel S papp, konsep Kepentingan terdapat pada

beberapa aspek, seperti ekonomi, ideologi, kekuatan dan keamanan militer,

moralitas dan legalitas.

Keputusan dan tindakan politik luar negeri dapat didasari pada

pertimbangan ideologi suatu negara.202

Contohnya terdapat pada ideologi

Transnistria yang memiliki persamaan dengan Rusia. Hal ini merupakan cara

yang di pakai oleh Rusia untuk membuat perumusan kebijakan luar negeri

terhadap Transnistria. Menurut Daniel S. Papp salah satu aspek ideologi

merupakan tujuan dasar dan faktor yang menentukan dalam proses perumusan

kebijakan luar negeri suatu negara.203

Tidak hanya ideologi, kriteria ekonomi dapat dipertimbangkan dari

kepentingan nasional suatu negara. Hal ini untuk meningkatkan kemampuan

ekonomi suatu negara tersebut. Penambahan power juga menjadi pengaruh pada

kepentingan nasional tersebut.204

Setelah jatuhnya Uni Soviet, pemerintahan Rusia menunjukan banyak

intervensi terhadap republik bekas Uni Soviet termasuk Moldova. Terbukti dari

penempatan pasukan militer di 1992 dan dukungan dari presiden Rusia Yeltsin

yang secara resmi membuat dokumen kebijakan luar negeri untuk mengelola

hubungan Rusia dengan bekas Uni Soviet. Seperti yang dikatakan oleh wakil

201

James N.Rosenau, International Politis and foreign policy. (New York: The Free Press of

Glencoe, 1961), 171. 202

Daniel S.Papp. Cotemporary International Relations, 43. 203

Ibid. 204

Ibid, 44.

Page 76: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

62

menteri luar negeri Rusia, Shelov Kovedyaev bahwa: “Russia should seek

international recognition as a leader [in terms] of stability and military security

on the entire territory of the former USSR, and that it should be acknowledged (as

having quite special interests in the region).”205

(Rusia harus mencari pengakuan

internasional sebagai pemimpin [dalam] stabilitas dan keamanan militer dalam

seluruh wilayah bekas Uni Soviet, dan hal tersebut merupakan pengetahuan

(sebagai negara yang memiliki kepentingan istimewa di wilayah tersebut).

Terjemahan penulis)

Yeltsin selaku Presiden Rusia pertama juga menegaskan dalam pidatonya

di forum Civic Union tentang dukungan integrasi dari persemakmuran negara baru

bekas Uni Soviet. Penegasan tersebut berisi tentang penyatuan negara-negara

persatuan yang berada di sekitar Uni Soviet yang memiliki ketergantungan pada

Rusia. Yeltsin mengungkapkan bahwa Negara-negara bekas Uni Soviet, yang

hingga saat ini yang didasari pada satu negara,merasa sangat yakin khususnya hari

ini betapa besarnya saling ketergantungan mereka dan secara konsisten dalam

berbagai kesempatan Rusia telah menyetujui adanya penggabungan dalam

kerangka persemakmuran.206

Hubungan Rusia yang di tegaskan oleh kedua belah pihak tidak menutup

kemungkinan adanya intervensi berkelanjutan oleh Rusia di negara bekas Uni

Soviet, termasuk Moldova-Transnistria. Awalnya rencana Rusia di Moldova

205

Fiona Hill dan Pamela Jewett. Russia's Intervention in the Internal Affairs Of the Former Soviet

Republics and the Implications for United States Policy Toward Russia (Cambridge: Harvard

University,1994), 4. 206

Ibid, 5.

Page 77: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

63

hanya untuk mencegah reunifikasi Moldova dengan Rumania. Namun terdapat

pengaruh strategis yaitu adanya konflik yang berkepanjangan oleh Transnistria

dengan Moldova. Perilaku ini juga bisa dikatakan sebagai perimbangan kekuatan,

yang disebut dengan Balance of Power. 207

Strategi ini diterapkan untuk

mencegah timbulnya kekuatan yang akan menyaingi atau intervensi dari negara

lainnya.

207

Kenneth Waltz, Theory of International Politics,( New York: Colombia University, 1979), 88.

Page 78: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

64

BAB IV

DUKUNGAN KONKRIT RUSIA TERHADAP

PEMBENTUKAN NEGARA TRANSNISTRIA

4.1 Dukungan Rusia dalam Politik Transnistria

4.1.1 Politik Internal Transnistria

Transnistria menjalankan pemerintahannya sendiri sejak Moldova

mengizinkan Transnistria memiliki wilayah otonomi dari perbatasan sungai

Dniestr sampai perbatasan Ukraina. Transnistria memiliki pluralisme politik

dalam menjalankan pemerintahannya.208

Pluralisme politik diadopsi oleh

Transnistria dari perpaduan politik Moldova dan Rusia.209

Sistem politik yang

diadopsi oleh Moldova lebih dekat dengan Rumania dan Eropa sedangkan

Transnistria masih memiliki sistem politik dari Uni Soviet.

Hampir sepenuhnya politik dikuasai oleh Igor Smirnov dengan sistem

otoriter yang berkuasa selama 20 tahun.210

Tertutupnya sistem politik ditandai

dengan fakta yang tidak diungkapkan oleh media dan tidak adanya keterbukaan

politik, hal ini membuat Moldova tidak dapat menguasai wilayah tersebut. Sistem

otonomi yang tertutup ini memperkuat politik serta ekonomi Transnistria yang

dijalankan oleh Smirnov.

208

Andrey Devyatkov dan Marcin Kosienkowski, Testing Pluralism: Transnistria in the Light of

The 2011 Presidential Elections. (The German Institute for International and Security Policy,

2012), 304. 209

Ibid, 305. 210

Ibid,304.

Page 79: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

65

Smirnov merupakan politisi dan pemimpin dari gerakan separatis

Transnistria yang membela etnis minoritas di Transnistria. Etnis minoritas

tersebut adalah etnis Rusia yang memiliki perbedaan secara historis dari Moldova.

Etnis tersebut merasa tidak diperhatikan oleh Moldova dan mendukung Smirnov

menjadi Presiden. Saat Smirnov mendeklarasikan dirinya sebagai Presiden

Transnistria, Smirnov ditangkap dan diadili di Chisinau.

Penahanan Smirnov oleh Chisinau dibalas dengan protes keras dari

masyarakat Transnistria terutama Kelompok wanita muda yang dipimpin oleh

Galina Andreeva.211

Andreeva memblokir jalan kereta api utama di jalur

Chisinau-Tiraspol–Odessa dan Chisinau-Tiraspol-Moskow.212

Protes ini

menyebabkan kebebasan Smirnov dan kemenangan kembali oleh Transnistria.

Rezim Igor Smirnov yang didukung oleh banyak kelompok di Transnistria

telah berkuasa selama 20 tahun berhasil membangun otoriter terhadap

Transnistria.213

Smirnov mampu membangun konsolidasi politik antara Rusia

dengan Transnistria. Smirnov menyesuaikan undang-undang lokal Rusia terhadap

penerapan undang-undang Transnistria.214

Alasan Smirnov menyesuaikan undang-undang lokal adalah demokrasi

yang lemah oleh Moldova seperti proses politik Transnistria yang tidak diketahui

211

Anna Lungu, Peaceful Conflict Transformation. 6. 212

Victor Barsan, “The Ilascu Trial”, 19 Maret 2016, tersedia di

http://Transnistria.ro/index.php/represiunea-ruseasca/eroii-de-pe-nistru/46-the-ilascu-trial; diunduh

pada 17 September 2015. 213

Andrey Devyatkov dan Marcin Kosienkowski, Testing Pluralism: Transnistria in the Light of

the 2011 Presidential Elections . (Russian and Romanian foreign policies towards Moldova ). 304 214

Ibid.

Page 80: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

66

oleh Moldova.215

Hal ini disebabkan juga oleh otoritas Smirnov di Transnistria

melebihi Presiden Moldova membuat masyarakat tidak memiliki sifat nasionalis

pada Moldova.

Smirnov memiliki kekuatan politik dari kelompok terkuat Edinstvo yang

merupakan kelompok warga beretnis Rusia.216

Salah satu pendiri kelompok

terkuat tersebut ialah Igor smirnov. Smirnov sendiri merupakan kepala

Electromash Factory217

dan pabrik Rybnitsa218

yang berdiri di Transnistria.

Kekuasaan politik yang dimilikinya terdapat pada kesempatan memiliki kontrol

secara penuh dari pabrik baja Rybnitsa.219

Kegiatan ekonomi atau pendapatan

pabrik tersebut dimonopoli oleh Presiden Transnistria Igor Smirnov.220

Hal ini

merupakan sumber anggaran dengan jaminan jika ekonomi melemah maka para

pekerja tidak akan ada yang di keluarkan. Bahkan banyak ahli yang menilai

Transnistria mampu berdiri sendiri dengan industri yang di kelola tanpa bantuan

Moldova.221

Saat berpolitik, masyarakat Transnistria tidak dapat berpartisipasi secara

bebas dalam memilih pemimpin mereka di pemilihan umum yang

diselenggarakan Moldova. Masyarakat hanya mengetahui bahwa kursi parlemen

di Transnistria diduduki oleh gerakan separatis Transnistria walaupun secara de 215

Andrey Devyatkov dan Marcin Kosienkowski, Testing Pluralism, 311. 216

Nisha Aslan, The Transnistria Conflict, 29. 217

Christian Walter,Antje von Ungern-Sternberg, dan Ka

vus Abushov, Self-Determination and Secession in International Law, (Oxford University Press,

2014). 168. 218

Ibid, 169. 219

Ibid. 220

Kamil Całus, “Transnistria‟s Economy Going from Bad to Worse”, 28 Januari 2015, tersedia di

http://www.neweasterneurope.eu/articles-and-commentary/1462-Transnistria-s-economy-going-

from-bad-to-worse; diunduh 18 September 2015. 221

Ibid.

Page 81: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

67

facto Transnistria belum sepenuhnya merdeka. Bahkan calon kandidat presiden

Moldova tidak diketahui secara jelas oleh masyarakat Moldova.

Peningkatan standar hidup, pendidikan untuk semua kalangan etnis sampai

bantuan kesehatan secara gratis tidak membuat masyarakat Transnistria kecewa

atas ketidaktahuan mereka tentang pemilu Moldova. Terdapat bukti kuat bahwa

Transnistria lebih mampu menaikkan taraf hidup masyarakatnya dibandingkan

dengan Moldova.222

Bukti tersebut berupa pembangunan wilayah industri

Transnistria, otoritas Smirnov juga tidak menghalangi etnis tertentu

dimasyarakatnya.223

Hal ini meningkatkan ide baru dalam menjalankan

pemerintahan yang akan memenuhi kebutuhan semua kelompok etnis.

Sejak 2009 kondisi politik di Moldova telah berubah secara signifikan

terhadap struktur yang lebih demokratis, akuntabel, dan lebih pro-Eropa terhadap

pemerintah.224

Wilayah Transnistria juga sekarang terdapat tingkat yang lebih

besar dari pluralisme politik. Hal ini dilihat dari terpilihnya Yevgeni Shevchuk

menjadi presiden dengan menggunakan pemilu langsung. Kelas politik yang

relatif lebih terbuka telah menggantikan rezim lama penguasa Igor Smirnov.225

Akibatnya, hubungan antara Moldova dan wilayah Transnistria, pada tingkat

pimpinan atas telah jauh lebih baik dan menjadi lebih konstruktif.226

222

Ibid. 223

Ibid. 224

Andrey Devyatkov, dan Marcin Kosienkowski, Testing Pluralism: Transnistria in the Light

of the 2011 Presidential Elections. (Russian and Romanian foreign policies towards

Moldova),307. 225

Ibid. 226

Ibid, 309.

Page 82: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

68

Terdapat partai oposisi yang menolak kepemimpinan Smirnov pada 2005-

2009.227

Partai tersebut bernama Obnovlenie yang menuntut keterbukaan politik

serta liberalisasi ekonomi di kawasan Transnistria.228

Namun hal ini tidak

membuat Smirnov mengubah sifat kepemimpinanannya, justru Smirnov bekerja

sama dengan Ilya Kazmaly dan Victor Gushan.229

Ilya Kazmaly dan Victor Gushan merupakan pemegang kelompok Sheriff

atau perusahaan swasta yang secara signifikan terlibat dalam kegiatan politik

Smirnov. Smirnov mampu memonopoli semua kegiatan ekonomi seperti

pengurangan pajak dan bea masuk melalui Sheriff. Sheriff juga telah

menggunakan kekuatan ekonomi untuk mempengaruhi pemilu.

Pada 2008, Sheriff mampu mengejar kebijakan pemulihan hubungan

dengan Chisinau, kebijakan ini ada saat Uni Eropa memberikan preferensi

otonomi perdagangan. Hal tersebut juga mengubah Sheriff dalam berpolitik.

Sheriff mendukung Obnolvenie dalam pemilihan parlemen pada 2005 dengan

memenangkan kursi sebanyak 23 dari 43 kursi parlemen Transnistria.230

Obnolvenie kemudian terdaftar sebagai partai politik 2006 dan masuk di kursi

pemilu pada 2010.231

Namun, Obnovlenie tidak berhasil memenangkan kursi kepresidenan.232

Diungguli oleh mantan anggota sesama partainya Yevgeny Shevchuk yang maju

227

Stefan Wolff, Guarantee Options, 11. 228

Ibid. 229

Andrey Devyatkov, dan Marcin Kosienkowski, Testing Pluralism. 308. 230

Ibid. 231

Stefan Wolff, Guarantee Options, 12 232

Ibid.

Page 83: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

69

secara independen, memenangkan sejumlah orang di babak pertama 38,5% dan

mayoritas di babak kedua 73,9%.233

Shevchuk menjadi ketua Obnovlenie dan

ketua parlemen Transnistria antara 2005 dan 2009.234

Namun terpaksa

mengundurkan diri selama konfrontasi antara Obnovlenie dan Smirnov yang lebih

reformasi konstitusi. Hal ini bertujuan untuk membatasi kekuasaan presiden dan

mengubah sistem politik untuk satu semi-presidensial 2009.235

Smirnov digantikan dengan Yevgeniy Shevchuk pada pemilihan presiden

2011.236

Sebelumnya Shevchuk merupakan pelopor perubahan sistem pemilihan

di Transnistria. Perubahan ini dilakukan pada saat Shevchuk menjadi ketua

parlemen tahun 2005. Shevchuk melarang berbagai media seperti Radio, Televisi,

Koran dan media lainnya untuk menerbitkan jajak pendapat atau perkiraan

persentasi dari calon kandidat.237

Kebijakan yang diterapkan oleh Shevchuk tentang pelarangan media

membuat Amerika dan Uni Eropa semakin mendukung Moldova untuk

membubarkan gerakan separatis Transnistria.238

Nyatanya kekuatan politik

Moldova tidak sanggup untuk menghilangkan pengaruh gerakan separatis pada

masyarakat Transnistria. Sementara itu pihak Shevchuk didukung oleh Rusia

dengan melakukan voting pada pasukan dan etnis Rusia di Transnistria.239

Voting

233

Ibid, 13 234

Stefan Wolff, A resolvable frozen conflict?. 235

Ibid. 236

Stefan Wolff, The Transnistria Issue, 14 237

Ibid. 238

Anna Lungu, Peaceful Conflict Transformation in Transnistria. (Austria: European University

Centre for Peace Studies 2007) , 16. 239

Ibid.

Page 84: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

70

yang dilakukan Rusia memenangkan putaran kedua dengan 26% suara dari

Rusia.240

Pada 2006 Shevchuk mengikuti keputusan rakyat dalam referendum 2006

untuk mendapatkan kemerdekaan bagi Transnistria dan bergabung ke Rusia.241

Namun pada 2011, Shevchuk menunda status merdeka karena Transnistria tidak

memiliki pengakuan secara internasional. Hal ini dikatakan oleh Shevchuk pada

wawancara oleh pihak Rusia yaitu Voyennoye obozreniye.242

Tidak hanya status

yang dikatakan oleh Shevchuk, pengakuan kemerdekaan dilakukan oleh Shevchuk

untuk menyelesaikan konflik Transnistria saat itu.

4.1.2 Peran Rusia dalam Politik Internal Transnistria

Pada konflik 1992, pihak Trannsitria meminta Rusia memasok pasukan

penjaga di daerah perbatasan Moldova-Transnistria. Walaupun dibenarkan

pasukan yang dikirim oleh Rusia merupakan pasukan perdamaian, namun Eropa

melihat Rusia memakai taktik ini untuk mengintervensi Transnistria.243

Terdapat

hasil wawancara dari Direktur Akademi Institut Ilmu Politik dan Hubungan

Internasional, Dungaciu mengatakan bahwa Perang yang meletus tahun 1992

terjadi untuk mencegah kemungkinan adanya penyatuan antara Romania dengan

Transnistria sebagai bagian dari Republik Moldova. Hal ini kemudian menjadi

jelas ketika penyatuan terjadi setelah Moldova memutuskan lagu kebangsaan dan

mata uang Romania, alfabet latin serta meloloskan hukum Romania. Ketika

240

Stefan Wolff, Guarantee Options. 13. 241

Ibid.14. 242

Ibid. 243

Ibid.

Page 85: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

71

Soviet mengetahui hal tersebut, mereka segera bertindak dengan menyulut perang

Transnistia untuk menjaga agar tidak terjadi penyatuan antara wilayah yang saling

melepaskan diri dengan Romania.244

Dniester merupakan sebuah garis perang

dimana tak ada seorangpun yang dapat mengontrol Transnistria, baik Uni Eropa,

OSCE maupun Amerika dan hal ini merupakan apa yang masyarakat Rusia

katakan kepada kami. Bahkan Ambasador Uni Eropa di Chisinau menghubungi

Rusia untuk menekan Transninstria jika ia memiliki masalah terkait Transnistria.

Perang yang menyebabkan ratusan orang menjadi korban membuat

masyarakat meminta Rusia menerbitkan paspor di Tiraspol.245

Sebelumnya warga

Transnistria harus melakukan perjalanan ke Kishinev untuk membuat paspor,

namun Rusia menerima permintaan mereka dengan membuat kantor Konsulat

Rusia di Tiraspol.246

Peran politik Rusia pada kelompok Transnistria dimulai dari hubungan

etnis dan bahasa antar kedua wilayah. Banyak warga Transnistria memiliki

kewarganegaraan Rusia, dan memiliki keluarga di Rusia.247

Perkembangan

hubungan bilateral antara kedua wilayah tersebut membuat Rusia menerbitkan

paspor yang lebih banyak yaitu 150.000 paspor untuk penduduk Transnistria.248

244

Paul Ciocoiu, “Russia‟s basic strategy in Transnistria is the control of the part over the whole”,

8 Juni 2015, Tersedia di http://fumn.eu/russias-basic-strategy-in-Transnistria-is-the-control-of-the-

part-over-the-whole/; diunduh 25 September 2015. 245

Ibid. 246

Halya Coynash, “Russian passports handed out in Transnistria as “tension rises”, 15 Juni 2015

Tersedia di http://khpg.org/en/index.php?id=1434310866; diunduh 23 September 2015. 247

Ibid. 248

Stefan Wolff, A resolvable frozen conflict?. 5

Page 86: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

72

Pembangunan gudang senjata yang tersisa dari konflik Transnistria tidak

hanya menjadi perhatian bagi pihak Rusia, namun kegiatannya memiliki dampak

potensi internasional pada bidang keamanan dunia.249

Produksi persenjataan

diduga telah dipasok ke daerah Chech, Balkan, dan Afrika. Senjata stockpile

terbesar masih tersisa di daerah Transnistria.250

Adanya informasi bahwa pasukan

Rusia masih memiliki 21.000 ton peralatan dari stock tersebut.251

Industri senjata di Transnistria merupakan dalih Rusia dalam menjaga

keamanan dan melindungi etnis Rusia. Hal ini dibuktikan dalam argumen yang

dijelaskan oleh Iurie Pintea, bahwa Sejak 1993 sampai sekarang, angkatan

bersenjata Transnistria mulai menggalakkan produksi senjata bertekhnologi

tinggi, dengan bantuan dana dan pesanan dari berbagai perusahaan di Rusia

termasuk produsen senjata Rusia Росвооружение(Rosvooruzhenie). Perusahaan

Rusia menyediakan teknologi dan peralatan yang diperlukan untuk pembuatan

persenjataan modern dan perlengkapan militer kepada perusahaan Transnistria.

Selain itu, Transnistria juga membuat komponen-komponen bagi para pembuat

senjata Rusia. Contohnya perusahaan Elektrommash yang menerima pesanan

komponen bagi pistol dengan peredam dan berbagai sistem persenjataan lain yang

nantinya akan dirakit di Rusia.252

249

Ibid. 250

Ibid. 6. 251

Offiziere.ch, “Transnistria: Russia‟s pawn in the game for security”, 2 Juni 2015, Tersedia di

http://www.offiziere.ch/?p=18980; 23 September 2015. 252

Anna Lungu, Peaceful Conflict Transformation. 7.

Page 87: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

73

Hal tersebut mempengaruhi hubungan antar negara sekitarnya seperti

Rumania, Bulgaria, dan keanggotaan lainnya dalam Eropa.253

Namun kebijakan

Transnistria tidak mudah dipengaruhi oleh Moldova karena Rusia telah banyak

berkontribusi dalam pembentukan Rezim Smirnov dan membantu Smirnov

membangun struktur negara paralel dan lembaganya.254

Hal ini membuat

Transnitria mempunyai loyalitas pada Rusia.

Dukungan Rusia tersebut beroperasi dalam kegiatan politik, militer serta

ekonomi. Sebagai imbalannya, Transnistria mempunyai loyalitas mengadopsi

hukum Rusia, dan kurikulum pendidikan Rusia termasuk mempertahankan

Bahasa Rusia.255

Dukungan yang diberikan oleh Rusia dengan menciptakan rezim

yang lebih terbuka diakui dari wawancara Yeltsin di saluran TV Rusia. Yeltsin

mengatakan bahwa: “Russia has lent, is lending and will continue to lend its

economic and political support to the Transnistria region”.256

(Rusia telah, sedang

dan akan terus memberikan dukungan baik ekonomi maupun politik ke wilayah

Transnistria. Terjemahan penulis)

Presiden Moldova Vladimir Voronin mengakui bahwa Smirnov telah

melawan rezim demokrasi di Chisinau. Terdapat bukti pendukung yaitu beberapa

kepentingan umum yang terletak di bidang ekonomi seperti peningkatan

perdagangan Transnistria-Rusia.257

Adanya peningkatan perdagangan

Transnistria, Rezim Otoriter dengan bantuan Rusia mempererat kontrol kehidupan

253

Ibid. 6. 254

Offiziere.ch, “Transnistria: Russia‟s pawn”. 255

Ibid. 256

Anna Lungu, Peaceful Conflict Transformation. 7. 257

Ibid.

Page 88: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

74

ekonomi dan politik antar kedua wilayah.258

2006 Transnistria menyatakan 97%

dari populasinya mendukung aksesi ke Rusia.259

Dukungan aksesi merupakan

keinginan masyarakat untuk kembali bersatu dengan Rusia. Hal ini menyebabkan

otoritas Transnistria resmi meminta bergabung dengan Federasi Rusia 2011.260

Dalam negosiasi penyelesaian 5+2, banyak pihak internasional lebih

mementingkan ambisi mereka. Terutama Rusia yang sering dianggap menjadi

masalah dan pemegang veto dalam pertemuan tersebut.261

Dalam Format 5+2

yang dibuat oleh OSCE, Rusia merupakan pihak yang penting dalam

menyelesaikan konflik di Transnistria. Namun peran Rusia tidak menunjukan

penyelesaian konflik yang setuju bahwa Transnistria merupakan bagian dari

Moldova. Sebuah bukti diungkapkan oleh Nicu Popescu yang mengatakan bahwa

Moldova dan Transnistria sepakat untuk melakukan kompromi yang terdiri dari

kesetaraan antara seluruh peserta dalam proses negosiasi. Kesepakatan ini

menunjukan bahwa Chisinau mengakui kesetaraannya dengan Tiraspol dalam

konteks pembicaraan yang berarti pengakuan formal akan kenyataan bahwa

Transnistria selalu melakukan veto formal di dalam pembicaraan.262

Hal ini

menyebabkan ketidaksetujuan dari pihak Rusia dimana ia menginginkan

kesetaraan antara Tiraspol dan Chisinau namun tidak mengharapkan adanya

258

Ibid. 259

Arthur de Liedekerke, “Putin's Foot in the Door: Why Transnistria Matters”, 15 Mei 2015,

Tersedia di http://www.iar-gwu.org/content/putins-foot-door-why-Transnistria-matters; diunduh

24 September 2015. 260

Offiziere.ch, “Transnistria: Russia‟s pawn”. 261

Nicu Popescu dan Leonid Litra, Transnistria: A Bottom-up Solution. (London: European

Council on Foreign Relation, 2012). 3 262

Ibid.5

Page 89: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

75

kesetaraan antara Moskow dengan Washington dan Brussel yang hanya berstatus

sebagai pengamat dan bukan mediator.

Nicu dan Leonid dalam jurnal European Council on Foreign Relation

mengatakan bahwa Sergey mengakui kesetaraan Chisinau sebagai ibukota dari

Moldova dan Tiraspol sebagai ibukota dari Transnistria.263

Namun pengakuan

kesetaraan ini hanya dalam konteks informal karena dalam pertemuan Format

5+2, Sergey Gubarev tidak menegaskan kalimat kesetaraan yang sebenarnya.

Sergey Gubarev merupakan negosiator yang berasal dari Rusia untuk

menyelesaikan konflik Transnistria dalam pertemuan Format 5+2.264

Bukan hanya

Sergey, namun Wakil Perdana Menteri Rusia, Dmitry Rogozin mengatakan :“If

Moldova, where most judges of the Constitutional Court are citizens of Romania,

chooses Romania, Transnistria will undoubtedly reject it and become a fully

independent state.”265

(Jika Moldova, yang mayoritas hakim Pengadilan

Konstitusinya adalah warga Rumania, memilih Rumania, Transnistria pastinya

akan menolak hal tersebut dan menjadi negara yang merdeka secara sempurna.

Terjemahan penulis)

Rogozin menegaskan bahwa jika Moldova lebih memilih dekat dengan

Rumania, Transnistria pasti akan menolak dan menjadi negara yang merdeka. Hal

263

Ibid. 264

Ibid. 265

Eadaily.com, “Rogozin: Transnistria may become a fully independent state”,13 Juli 2015,

Tersedia di https://en.eadaily.com/news/2015/07/13/rogozin-Transnistria-may-become-a-fully-

independent-state; diunduh 29 September 2015.

Page 90: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

76

ini dikatakannya karena Rogozin melihat Moldova melakukan perubahan dalam

kebijakan dan kegiatan pemerintahan yang lebih pro-Eropa dan Rumania.266

Sejak permasalahan dari konflik Transnistria 1992 hingga sekarang,

konflik ini sering disebut dengan Frozen Conflict.267

2003 memorandum Kozak

yang dibuat oleh Rusia untuk Transnistria ditolak oleh Moldova.268

memorandum

tersebut berisi tentang proposal yang menempatkan pasukan Rusia dan

memberikan bantuan untuk memungkinkan memveto semua undang-undang

federal sampai tahun 2015.269

4.2 Dukungan Rusia dalam Ekonomi Transnistria

4.2.1 Dukungan Gasprom dalam meningkatkan perekonomian

Transnistria

Gazprom merupakan perusahaan gas alam yang berperan besar dalam

menghasilkan gas alam di Rusia. Produksi Gazprom menyumbang lebih dari 20%

produksi global dan menguasai 60% cadangan gas domestik di wilayah Timur

Eropa dan Rusia.270

pada 2008 hingga 2012, produksi gas alam mencapai 18.000

keatas dan tidak pernah dibawah 17.000 miliar meter kubik per tahunnya.271

266

Ibid. 267

Matthew Crandall, “Hierarchy in Moldova-Russia Relations:the Transnistria Effect.” Studies of

Transition States and Societies vol.4 Issue 1, (2004) 7. 268

Ibid. 269

Ibid. 270

Agata Łoskot Strachota. Gazprom’s expansion in the EU: co-operation or domination?

(Chisinau: OSW Centre for Eastern Studies, 2009), 2. 271

Ibid. 12.

Page 91: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

77

Moldova hampir tidak memiliki sumber gas alami. 90% sumber gas alam

dikirim ke Moldova melalui pipa di Transnistria.272

Namun pada 1999, Moldova

meluncurkan proyek Shale Gas dan minyak mentah dalam negeri.273

Perusahaan

gas alam di Moldova dikelola oleh jaringan Moldova-Gaz.274

Meskipun Moldova-

Gaz memiliki status secara nasional namun, masih dikendalikan oleh Gazprom

milik Rusia.275

Moldova adalah negara transit utama bagi gas Rusia untuk Turki,

Rumania, Bulgaria dan Yunani. Namun, jumlah gas yang diangkut melalui

Moldova telah menurun dari 25,3 bcm pada 2005, turun menjadi 19,9 bcm di

2012.276

Hal ini mewakili sekitar 11% dari ekspor gas total Rusia, dan

menghasilkan sekitar 50-60 juta dollar dalam pendapatan tahunan untuk

Moldova.277

20% Tenaga Moldova-Gaz dimanfaatkan menjadi pembangkit listrik dan

sisanya 80% terletak di Transnistria sebagai perusahaan Ukraina yaitu DTEK.278

DTEK dimiliki oleh kelompok energi negara Rusia RAO UES (RAO Sistem

Energi Unified Rusia).279

Gazprom menguasai saham sekitar 63,4% di Moldova-

272

Ibid. 14. 273

Anita Sobjak. “Is Transnistria The Next Crimea?”, 2. 274

Ibid. 275

Agata Łoskot Strachota. Gazprom’s expansion, 8. 276

Amanda Paul. “Moldova – Heading into a hot autumn” European Policy Centre, (2014). 277

Ibid. 278

Martin Jirusek and Tomas Vlcek. Energy Security in Central and Eastern Europe and the

Operations of Russian State-Owned Energy Enterprises (Brno,Czech Republic :Masaryk

University, 2015), 198 279

Ibid.

Page 92: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

78

Gaz dan Moldova hanya memiliki 35% saham, sedangkan Tiraspoltrans-Gaz

memiliki 13,4%.280

Pada 2005, pemerintahan Tiraspol mengumumkan pemisahan saham yang

dimiliki oleh Moldova dan Transnistria, dan sahamnya akan di kelola oleh

Gazprom Rusia.281

Namun pada 2010 Chisinau bergabung pada komunitas energi

Uni Eropa dengan tujuan untuk meningkatkan keamanan pasokan energi.

Chisinau menginginkan Moldova-Gaz memiliki pasar di kawasan Eropa dan

mendukung integrasi pasar energi di seluruh Eropa.

Moskow berusaha untuk membujuk Moldova untuk meninggalkan

komunitas Eropa dan bergabung pada komunitas energi yang diusung oleh

Rusia.282

Pelaksanaan peraturan baru membuat Moldova memiliki hukum sendiri

atas pembangunan sistem transmisi di Gazprom.283

Dalam hal ini Rusia mencoba

memajukan kepentingan politik dalam potensi penarikan kembali Chisinau dan

menjauhkan Moldova dari Uni Eropa.284

Subsidi gas termasuk pendapatan yang diterima oleh Tiraspol atas

penjualan domestik gas Rusia yang dipasok ke perusahaan Transnistria

TiraspolTransGaz-Pridnestrovye oleh operator Moldova MoldovaGaz.285

Transnistria mengkonsumsi lebih dari dua-pertiga dari gas yang dipasok oleh

Gazprom ke Moldova, yang berjumlah sekitar 2 miliar m3 per tahun. Hak bank

280

Amanda Paul. Moldova – Heading. 281

Martin Jirusek and Tomas Vlcek. Energy Security in Central, 202. 282

Ibid, 623 283

Ibid. 284

Ibid, 625. 285

Kamil Całus. An aided economy, 2

Page 93: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

79

bagian dari negara menggunakan satu miliar m3 gas per tahun. Bisnis ini

menghasilkan pendapatan yang sangat tinggi, karena Transnistria belum

membayar kewajiban sejak 2009 untuk perusahaan Moldova dan menjaga 100%

dari keuntungan untuk dirinya sendiri.286

TiraspolTransGaz menjual gas di pasar domestik dengan harga yang

beberapa kali lebih rendah dari nilai yang disepakati. Harga gas saat ini ditetapkan

untuk Moldova (termasuk Transnistria) di bawah kesepakatan yaitu Gazprom

sebesar 391 Dollar AS per 1.000 m3.287

Namun, tingkat untuk penerima individu

dalam Transnistria berkisar antara 75 Dollar AS dan 90 Dollar AS per 1.000 m3,

dan untuk penerima perusahaan adalah sekitar 163 Dollar AS per 1.000 m3

(sampai akhir 2012, bahkan lebih rendah, pada 137 Dollar AS).288

MoldovaGaz mentolerir utang Transnistria tumbuh karena Gazprom yang

mengendalikan saham. Keberadaan utang bagi Rusia membuat Rusia

menempatkan tekanan politik di Moldova. Sejak Moskow belum secara resmi

diakui Transnistria, Chisinau mendapatkan beban utang Transnistria yang besar.

Nilai estimasi utang Transnistria untuk Gazprom adalah sekitar 3,7 miliar Dollar

AS.289

Dapat diperkirakan bahwa mereka mencapai sekitar 272.000.000 Dollar

AS pada 2012.290

Jumlah ini tidak diperhitungkan dalam anggaran pemerintahan

Transnistria. Namun sebaliknya jumlah ini disimpan dalam rekening khusus salah

286

Ibid, 3. 287

Nicu Popescu dan Leonid Litra. Transnistria: a bottom-up Solution, 5. 288

Ibid. 289

Kamil Całus. An aided economy, 27. 290

Ibid, 30.

Page 94: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

80

satu bank Transnistria, dan digunakan untuk mengisi kesenjangan dalam

anggaran.

Tahun 2008-2010, Tiraspol tidak dapat melunasi utang karena rubel

Transnistria tidak dapat dikonversi ke dalam dollar. Namun, pada 2011, pemimpin

Transnistria, Igor Smirnov, secara resmi menyangkal utang, dan bersikeras bahwa

tidak ada perjanjian bilateral untuk memaksakan kewajiban pada Tiraspol untuk

membayar gas.291

Sistem subsidi gas juga perlu dilihat dari segi politik,

perusahaan yang setia kepada pemerintah dapat mengandalkan harga yang lebih

rendah. Sementara perusahaan lain mungkin akan dipaksa untuk membayar

tagihan energi mereka.

Dana yang ditawarkan untuk Transnistria sebagai bagian dari bantuan

kemanusiaan Rusia. Moskow telah konsisten mendukung kawasan finansial sejak

pemisahan wilayah Transnistria. Namun, bantuan ini telah meningkat secara

signifikan sejak 2008. Rusia menawarkan 110 juta Dollar AS kepada pemerintah

Tiraspol atau sekitar 27 juta Dollar AS per tahun, yang akan dihabiskan untuk

meningkatkan dana pensiun dan persediaan makanan.292

Selain bantuan dana tetap, Rusia juga menawarkan Transnistria subsidi

tertentu; pada 2011, Rusia memberi 10 juta Dollar AS untuk mendukung dan

mengembangkan usaha kecil, dan pada 2012 Moskow menawarkan 30 juta Dollar

AS untuk menstabilkan mata uang Transnistria.293

Rusia mungkin juga

291

Ibid, 32. 292

Victor Chirila. “Why a Strategic Partnership between Moldova and Russia Is Not a Realistic

Option?”, Foreign Policy Association, Republic of Moldova (2015), 5. 293

Ibid.6.

Page 95: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

81

mensubsidi lembaga penegak hukum Transnistria, terutama tentara penjaga

perbatasan.

4.2.2 Dukungan Industri di Transnistria.

Model ekonomi Transnistria sangat tidak stabil jika dinilai sebagai negara.

Akibatnya, ekonomi Transnistria mengalami defisit anggaran dan membutuhkan

dana eksternal untuk menjalankan suatu pemerintahan. Defisit yang dialami

Transnistria memburuk sejak 2008.294

Dengan cara ini Rusia masuk melalui

penjualan gas Rusia dan pengiriman uang sebagai utang negara.

Sumber bahan baku yang dimiliki oleh Transnistria dinilai sangatlah

kurang dan berdampak pada pembuatan di kawasan industri Transnistria.295

Perekonomian Transnistria didasarkan pada empat industri besar yaitu JSC

Moldova Steel Works di Ribnita (MSW Ribnita), Tirotex, Pabrik Semen Ribnita

dan pembangkit listrik Moldavskaya Gres.296

MSW Ribnita pabrik baja diprivatisasi pada 2003.297

Pabrik baja ini

merupakan penyumbang pajak terbesar kedua, tetapi juga fluktuasi di pasar global

dan mengalami kenaikan harga energi tahun 2005.298

Situasi perusahaan secara

bertahap telah memburuk sejak krisis ekonomi pada 2007. Industri ini sering

dipaksa untuk menghentikan produksinya karena kekurangan order.

294

Ibid, 6. 295

CISR. Transnistrian Market and its Impact on Policy and Economy of the Republic of

Moldova, (Chisinau: Center for Strategic Studies and Reforms), 3. 296

Anna Popa. Foreign direct investments, 11. 297

Kamil Calus. An aided economy, 1. 298

Ibid, 2.

Page 96: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

82

Tirotex termasuk produsen tekstil terbesar di Eropa. Pemegang saham

utama perusahaan ini adalah kelompok Sheriff Transnistria. Pada 2011 produksi

ini dijual seharga 163 juta Dollar AS kepada pasar eksternal.299

Ekspor 70% dari

produksi pendapatan untuk 2011 dapat diperkirakan sekitar 230 juta Dollar AS.

Produksi ini dijual ke Austria, Jerman, Italia dan Yunani.300

Privatisasi Pabrik Semen Ribnita terjadi di tahun 2004. Saat ini, pemegang

saham mayoritas adalah Metalloinvest, seperti halnya dengan pabrik baja Ribnita.

Sebagian besar output produksi di ekspor ke Rusia. Seperti MSW

Ribnita,produksi ini harus menghadapi masalah serius karena perlambatan di

pasar konstruksi. Hal ini terkait dengan krisis ekonomi global dan kenaikan harga

gas dunia.

Pembangkit listrik Moldavskaya Gres diprivatisasi pada 2004-2005.301

Saham pengendali dipegang oleh Inter RAO UES, kelompok energi yang dimiliki

oleh Rusia. Produksi memenuhi kebutuhan energi sekitar 20% di Moldova dan

80% ke Transnistria.302

Produksi juga diekspor sebagian kecil ke Rumania.

Privatisasi ekonomi Transnistria mulai diadakan di tahun 2001 merupakan

pengisian pendapatan anggaran daerah dan mampu merekonstruksi perusahaan

dalam wilayah Transnistria. Program yang dilakukan oleh banyak perusahaan ini

di privatisasi oleh kepemilikan Rusia. Nilai total pendapatan yang melakukan

299

Ibid, 3. 300

Ibid, 5. 301

Ana Popa. “Foreign direct investments in economy of republic of moldova and perspectives for

their grow in the framework of neighboring with EU”. Tersedia di http://expert-

grup.org/ro/biblioteca/item/download/717_b5d57491d1e613a59580b4e5c77fee44; diunduh pada 2

Desember 2015, 12. 302

Kamil Calus. An aided economy, 3.

Page 97: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

83

privatisasi berubah menjadi 60 juta dollar AS termasuk Tiraspol tekstil kompleks

industri AO Tirotex.303

Privatisasi ini dilakukan bukan hanya untuk memajukan

perekonomian namun dengan maksud melakukan perlindungan hukum terhadap

hak pemilik suatu perusahaannya.

Kegiatan ekspor Transnistria didominasi oleh Tekstil, Metalurgi, pertanian

dan listrik. Pada akhir 2013, 996 agen ekonomi dari wilayah Transnistria terdaftar

dengan negara Chamber Republik Moldova.304

1000 agen ekonomi Transnistria

terdaftar di Chisinau, namun hanya 96 perusahaan melakukan ekspor.305

Industri

ringan, tekstil, account untuk 38% dari total ekspor, dan meningkat sebesar

11,5%.306

Metalurgi produksi merupakan terbesar kedua yang di ekspor sebesar

22,9%.307

Metalurgi produksi dan listrik mengalami penurunan ekspor secara drastis

pada 2012 dengan angka pada produksi 55,4% dan listrik 75,2% . Produksi

pertanian mengalami peningkatan yang di ekspor sebesar 43,9%, sedangkan

volume ekspor minuman beralkohol tumbuh sebesar 99,5%. Ekspor utama yang

terdiri dari produksi industri ringan sebesar (38%) dan produksi metalurgi

(22,9%), yang sama-sama mencapai sekitar 60,6%. Data ini menunjukkan bahwa

ekspor kawasan Transnistria tergantung pada aktivitas komersial 5-6 perusahaan

dan pada 2-3 kategori memonopoli suatu barang.

303

Ibid. 304

CISR. Transnistrian Market and its Impact, 3. 305

Mikhail Burla and Anatol Gudim. Transnistrian Market and its Impact on Policy and Economy

of the Republic of Moldova (Chisinau: Friedrich Ebert Foundation, 2005 ), 12. 306

Ibid, 14. 307

Ibid, 15.

Page 98: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

84

Pada awal 2013 situasi keuangan Transnistria memburuk, hal ini ditambah

dengan 70 persen kenaikan harga gas dunia. Situasi ini dialami saat Presiden

Shevchuk memproduksi baja terbesar di perusahaan MSW di Ribnita, hal tersebut

membuat kehilangan daya saing dan menutupi permintaan produksi lainnya.

MSW termasuk tulang punggung perekonomian Transnistria. Pendapatan dari

perusahaan utama industri lainnya juga turun. Pabrik semen Ribnita dan juga

mengalami yang penurunan produksi. Akibatnya, barang produksi industri

Transnistria yang diekspor menurun sebanyak 30 persen, pada 2013.308

Penghentian produksi oleh industri Transnistria dengan cepat

mempengaruhi situasi keuangan yaitu terjadinya defisit anggaran pemerintahan.

Di satu sisi, perusahaan besar tidak bisa membayar pajak penghasilan; di sisi lain

mereka terpaksa berhenti mengonsumsi gas. Hal ini membuat Transnistria

menerima gas yang diberikan Rusia. Harga jual gas Rusia untuk Transnistria

sebesar 270 juta dolar AS per tahun. Dengan demikian, hal ini merupakan ujian

menyakitkan bagi perekonomian Transnistria.309

Pada akhir 2013, situasi ekonomi tampaknya telah stabil. MSW kembali

meluncurkan produksi bersama dengan perusahaan lain. Akibatnya, ekspor

Transnistria mencatat peningkatan 42 persen di 2014.310

Namun, peningkatan itu

tidak berlangsung lama. Konflik Rusia-Ukraina membawa konsekuensi yang

sangat negatif bagi perekonomian Transnistria. Situasi ekonomi Ukraina yang

308

Ilie Blaj. “Reindustrialization of the National Economy within Republic of Moldova” Technical

University of Moldova vol.3,(2007) , 2. 309

Ibid, 5. 310

Ibid.

Page 99: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

85

memburuk, sebagai mitra dagang Transnistria. Arus perdagangan antara

Transnistria dan Ukraina mengalami penurunan 25 persen (dibandingkan dengan

tahun sebelumnya).311

Pada saat yang sama, dua mata uang penting lainnya

mencatat penurunan nilai: Rubel Rusia dan Leu Moldova. Dalam empat bulan

terakhir, ekspor Transnistria turun sebesar 21 persen.

311

Ibid,6.

Page 100: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

86

BAB V

KESIMPULAN

Kepentingan dan pengaruh Rusia terhadap gerakan separatis Transnistria

disebabkan oleh persamaan sejarah, kedekatan ideologi dan geografis. Hal

tersebut juga membuat perkembangan kedekatan secara politik dan ekonomi

Transnistria dengan Rusia. Kedekatan di wilayah Timur Moldova tersebut

mendukung adanya geopolitik Rusia. Pengiriman pasukan militer yang berujung

pada penempatan serta pembangunan pabrik senjata di kawasan Transnistria juga

menambah kedekatan Rusia dengan Transnistria.

Keinginan Transnistria yang membutuhkan teritorial pemerintahan dan

pengaturan kelembagaan secara independen dari Moldova membuat dinamika

hubungan Rusia dengan Moldova mengalami pasang surut terutama dalam

bernegosiasi untuk menyelesaikan konflik Transnistria. Keberadaan Rusia di

Transnistria dinilai akan tetap menjadi actor yang penting, walaupun secara de

facto Transnistria belum merdeka. Keterikatan yang kuat antara ideologi

Transnistria dengan Rusia membuat Rusia secara continue melakukan bantuan

melalui investasi dan pembangunan di Transnistria. Cara ini juga dilakukan Rusia

untuk memperebutkan dukungan Transnistria-Moldova dalam perkembangan

Eropanisasi yang mengarah pada integrasi regional dalam mempertahankan status

quo di kawasan Eropa Timur.

Page 101: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

87

Selain kepentingan politik dan keamanan strategis, Rusia juga memiliki

kepentingan ekonomi yang cukup besar di kawasan Transnistrian. Di satu sisi,

perlu jaminan untuk keamanan investasi Rusia. Di sisi lain, wilayah Transnistrian

telah mengakumulasi utang gas yang diperkirakan sekitar 3 milyar Dollar oleh

Gazprom. Sejalan dengan posisi resmi Rusia bahwa wilayah Transnistrian tetap

menjadi bagian dari negara Moldova. Namun, Rusia menganggap utang ini

menjadi utang Moldova yang pengaturan pembayaran harus dilakukan.

Kekuatan yang lemah di miliki Moldova membuat Rusia masuk ke dalam

pemerintahan Transnistria. Hal ini juga dinilai sebagai intervensi politik yang

dilakukan Rusia. Koalisi yang dibangun antara Rusia dengan partai besar

memiliki keuntungan dalam segi geopolitik dan ekonomi. Pertahanan kekuatan

Rusia pada pengaruhnya di Transnistria adalah untuk memblokir Eropanisasi

yang terjadi di Moldova.

Keterlibatan Rusia pada militer, politik serta ekonomi merupakan ancaman

keamanan Moldova yang berpengaruh pada kapabilitas suatu negara. Keterlibatan

tersebut menjadi ancaman di wilayah kedaulatan Moldova. Kehadiran pasukan

yang hingga saat ini belum ditarik oleh pihak Rusia bertentangan dengan

konstitusi suatu negara dan komitmen internasional.

Ancaman-ancaman tersebut membuktikan adanya kepentingan nasional

Rusia di Transnistria. Seperti yang disebutkan pada analisa di bab ke-empat

bahwa Rusia masih mencari pengakuan internasional sebagai pemimpin dalam

stabilitas dan keamanan di seluruh wilayah yang pernah menjadi Uni Soviet.

Page 102: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

88

Dalam mencapai kepentingan nasionalnya, Rusia menciptakan strategi untuk

mencegah adanya romanisasi dan Eropanisasi di Moldova. Kepentingan nasional

tersebut tidak lepas dari kebijakan luar negeri oleh Rusia terhadap negara bekas

Uni Soviet. Kawasan bekas Uni Soviet yang memiliki hubungan dekat dengan

Rusia menjadi kawasan istimewa dan perlindungan utama bagi Rusia.

Penulis menyimpulkan bahwa kepentingan utama Rusia adalah untuk

menjaga keamanan demi mencapai stabilitas power di kawasan Eropa Timur

khususnya Moldova. Rusia juga akan memanfaatkan pengaruh gerakan separatis

Transnistria dalam stabilitas keamanan wilayah, ekonomi serta politik dan

memanfaatkan bantuannya agar Transnistria masih dalam pengaruh Rusia dan

membangun kerjasama bersama yang lebih menguntungkan untuk Rusia.

Page 103: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

89

DAFTAR PUSTAKA

Buku, Jurnal, Publikasi

Aslan, Nisha. The Transnistria Conflict and The European Union’s Foreign

Policy. Nijmegen: Radboud University, 2013.

Aslan, Nisha. The Transnistria Conflict and The European Union’s Foreign

Policy. Nijmegen: Radboud University Nijmegen, 2013.

Baleaunu , VG. In The Shadow of Russia: Romania’s Relations with Moldova

and Ukraine. Shrivenham: Conflict Studies Research Centre. 2000.

Berktay, Halil dan Bogdan Murgescu. Workbook I Ottoman Empire.

Thessaloniki: Center for Democracy and Reconciliation in Southeast

Europe, 2009.

Blaj, Ilie. “Reindustrialization of the National Economy within Republic of

Moldova” Technical University of Moldova vol.3, 2007.

Burchill, Scott. The National Interest in International Relations Theory. New

York: Palgrave Macmillan, 2005.

Burla, Mikhail dan Anatol Gudim. Transnistrian Market and its Impact on

Policy and Economy of the Republic of Moldova. Chisinau: Friedrich Ebert

Foundation, 2005.

Buzan, Barry. “New Patterns of Global Security in the Twenty-First Century.”

Royal Institute of International Affairs Vol. 67, No. 3, 1994.

Buzan, Barry. People, States and Fear: an Agenda for International Security

Studies in the Post Cold War Era. Brighton: ECPR Press, 2008.

Całus , Kamil. “An aided economy The characteristics of the Transnistria

economic model,” Journal Centre for Eastern Studies no 108, 2004.

Carasciuc, Lilia. Corruption and Quality of Governance:The Case of Moldova.

Report Transparency International - Moldova, 2012.

Chirila, Victor. “Why a Strategic Partnership between Moldova and Russia Is

Not a Realistic Option?”, Foreign Policy Association, Republic of

Moldova, 2015.

Page 104: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

90

CISR. Transnistrian Market and its Impact on Policy and Economy of the

Republic of Moldova. Chisinau: Center for Strategic Studies and Reforms,

2005.

Cojocaru, Natalia. “Nationalism and Indentity in Transnistria”, The European

Journal of Social Science Research, England, 2006.

Coppieters, Bruno, Michel Huysseune dan Michael Emerson, “European

Institutional Models as Instruments of Conflict Resolution in The Divided

States of The European Periphery”, Ceps Working Document no. 195,

2003.

Cornell, Svante dan Michael Jonsson. Conflict, Crime, and the State in

Postcommunist Eurasia Philadelphia: Pennsylvania Press, 2014.

Crandall, Matthew. “Hierarchy in Moldova-Russia Relations:the Transnistria

Effect.” Studies of Transition States and Societies vol.4 Issue 1, 2004.

Dabrowski, Marek. “Moldova: Major Economic Problems and Challenges”.

Center for Social and Economic Research, 2003.

Dalby, Simon. “Calling 911: Geopolitics, Security and America‟s New War.” A

Frank Cass Journal, 2003.

Devyatkov, Andrey dan Marcin Kosienkowski, “Testing Pluralism: Transnistria

in the Light of The 2011 Presidential Elections”. The German Institute for

International and Security Policy, 2012.

ECHR. Case of Catan and Others v. Moldova and Russia Judgment. Strasbourg:

European Court of Human Rights, 2012.

Ene , Ivan. Republic of Moldova and The Transnistria Conflict : The Impact of

NATO and The European Union Enlargements on The Dispute Resolution

Process. Monterey: Naval Postgraduate School, Monterey California,

2006.

Faisal, Sanapiah. format-format penelitian Sosial. Jakarta: Rajawali Pers, 2010.

Fala, Alexandu. “Economic Cooperation With The EU – A Prerequisite for

Development of The Republic Moldova”. Moldova’s Foreign Policy

Statewatch, 2011.

Page 105: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

91

Hill, Fiona dan Pamela Jewett. Russia's Intervention in the Internal Affairs Of

the Former Soviet Republics and the Implications for United States Policy

Toward Russia. Cambridge: Harvard University,1994.

Hill, Stephen M, dan Shanin P. Malik, Peacekeeping and The United Nations.

London: Dartmouth Publishing Company Limited, 1996.

Holsti, Kalevi .J, International Politics: A Framework for Analysis. New Jersey:

Prentice Hall, 1992.

ICG. Moldova Regional Tensions Over Trasndniestria. ICG Europe Report

no.157, 2004.

International Crisis Group. “Moldova: No Quick Fix”, ICG Europe Report,

No.147, 2003.

International Crisis Group. “Moldova‟s Uncertain Future”, ICG Europe Report

No.175, 2006.

Jackson, Nicole J. Russian Foreign Policy and the CIS- theories, debates and

actions. New York: Routledge, 2003.

Järve, Priit. “Comunism of Moldova and The Future of The Country‟s

Ethnopolitical Conflicts”, Jurnal ECMI Brief, Maret, 2001.

Jirusek, Martin dan Tomas Vlcek. Energy Security in Central and Eastern

Europe and the Operations of Russian State-Owned Energy Enterprises.

Brno,Czech Republic: Masaryk University, 2015.

Kenneth Waltz, Theory of International Politics. New York: Colombia

University, 1979.

King , Charles. “Moldovan Indentity and The Politics of Pan-Romanism”,

Slavic Review: Jstor vol 53 no.2. 1994.

Kolsto, Pal dan Andrei Malgin. “The Transnistria Republic: A case of

Politicized Regionalism”, Nationalities Papers, Vol.26, No. 1, 1998.

Kolsto, Pal, Andrei Edemsky dan Nataly Kalashnikova. “The Dniester conflict:

Between Irredentism and Separatism”, Europe-Asia Studies vol. 45 no.6,

2014.

Page 106: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

92

Kosienkowski, Marcin. Is internationally recognised independence the goal of

quasi-states ? The Case of Transnistria. Lublin: The John Paul II Catholic

University, 2013.

Kuzio, Taras. GUAM asaRegionalandSecurityOrganisation,

NationalSecurityandForeignPolicyofAzerbaijanconference.

Toronto: St.Michael‟s College, University, 2008.

Lungu, Anna. Peaceful Conflict Transformation in Transnistria. Austria:

European University Centre for Peace Studies, 2007.

Lynch, Allen C. The Realism of Russia's Foreign Policy. London: Taylor &

Francis, Ltd. 2001.

McFaul, Michael dan Sergei Markov. The Troubled Birth of Russian

Democracy: Parties, Personalities, and Programs. San Francisco: Hoover

Institution Press, 1993.

Modelsk , George A Theory of Foreign Policy. New York: Frederick A. Praeger,

1962.

Moleong, Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT

Remaja Rosda Karya, 1999.

Munteanu, Igor Munteanu, “Political Review and Parties Recomendations

Legislation for Reform in Moldova”, OSCE/ODIHR, 2010.

Munteanu, Igor. “Political Review and Parties Recomendations Legislation for

Reform in Moldova”, OSCE/ODIHR, 2010.

Nisha Aslan, The Transnistria Conflict and The European Union’s Foreign

Policy. Nijmegen: Radboud University of Nijmegen, 2013.

Pantiru , Maria Cristina, Richard Black, and Rachel Sabates. Migration and

Poverty Reduction in Moldova. Brighton: Development Research Centre

on Migration, Globalisation and Poverty, 2007.

Papp , Daniel S. Cotemporary International Relations; Framework for

understanding 5th

Editions. London: Macmillan Publishing Company,

1988.

Paul, Amanda. Moldova – Heading into a hot autumn. Belgia: European Policy

Centre, 2014.

Page 107: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

93

Paul, Amanda.“Moldova – Heading into a hot autumn” European Policy Centre,

2014.

Perwita , Anak Agung Banyu dan Yantan Mochamad Yani. Pengantar Ilmu

Hubungan Internasional. Jakarta: PT Remaja Rosda Karya, 2006.

Perwita , Anak Agung Banyu Perwita dan Yantan Mochamad Yani, Pengantar

Ilmu Hubungan Internasional. Jakarta: PT Remaja Rosda Karya, 2006 .

Popescu, Nicu dan Leonid Litra, Transnistria: A Bottom-up Solution. London:

European Council on Foreign Relation, 2012.

Rácz , András dan Arkady Moshes. Not Another Transnistria: How Sustainable

is separatism in Eastern Ukraine?, Journal of The Finnish Institute of

International Affairs, 2014.

Rácz, András dan Arkady Moshes, “Not Another Transnistria: How Sustainable

is separatism in Eastern Ukraine?”, The Finnish Institute of International

Affairs, 2014.

Rosenau , James N. International Politis and foreign policy. New York: The

Free Press of Glencoe, 1961.

Rosenau , James N. International Politis and foreign policy. New York: The

Free Press of Glencoe, 1961.

Sobjak , Anita. “Is Transnistria The Next Crimea?” Polski Institut Spraw

Miedzynarodowych The Polish Institute of International Affairs, 2014.

Strachota, Agata Łoskot. Gazprom’s expansion in the EU: co-operation or

domination?, Chisinau: OSW Centre for Eastern Studies, 2009.

Tishkov, Valery. “Migration in the countries of the former Soviet Union”.

Global Commission on International Migration, GCIM , 2005.

W, Rodkiewicz. Transnistrian Conflict after 20 Years. Chisinau: OSW Centre

for Eastern Studies, 2011.

Walter, Christian, Antje von Ungern-Sternberg, dan Kavus Abushov, Self-

Determination and Secession in International Law. Oxford University

Press, 2014.

Waltz, Kenneth. Theory of International Politics. New York: Colombia

University, 1979.

Page 108: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

94

Woehrel, Steven. Moldova: Background and U.S policy, Congressional

Research Service, 2014.

Wolff , Stefan. “A resolvable frozen conflict? Designing a Settlement for

Transnistria,” Journal of European Centre for Minority Issues no.26, 2011.

Wolff, Stefan. The Transnistria Issue: Moving Beyond The Status-Quo.

Birmingham: ECMI Press, 2011.

Artikel Online dan Portal Berita Online

Alianta.md, “Centrist Union signs cooperation agreement with ruling party in

Russia” Tersedia di

http://www.alianta.md/uploads/docs/1238016992_03.04_Centrist_Union_s

igns_cooperation_agreement_with_ruling_party_in_Russia.pdf ; diunduh

26 Januari 2016.

Andersen, Andrew Andersen. “The Conflict in Transnistria. National Consensus

is A Long Way Off”. America journal; tersedia di

http://www.conflicts.rem33.com/images/moldova/nistru_konflik.htm;

diunduh pada 15 Januari 2014.

Barsan, Victor. “The Ilascu Trial”, 19 Maret 2016, tersedia di

http://Transnistria.ro/index.php/represiunea-ruseasca/eroii-de-pe-nistru/46-

the-ilascu-trial; diunduh pada 17 September 2015.

Bobick, Michael. “Separatism redux: Crimea, Transnistria, and Eurasia's de

facto states”, 2 Juni 2014, Tersedia di

https://www.academia.edu/7234299/Separatism_redux_Crimea_Transnistr

ia_and_Eurasias_de_facto_states; diunduh 2 Desember 2015.

Całus, Kamil, “Transnistria‟s Economy Going from Bad to Worse”, 28 Januari

2015, tersedia di http://www.neweasterneurope.eu/articles-and-

commentary/1462-Transnistria-s-economy-going-from-bad-to-worse;

diunduh 18 September 2015.

Ciocoiu, Paul. “Russia‟s basic strategy in Transnistria is the control of the part

over the whole”, 8 Juni 2015, Tersedia di http://fumn.eu/russias-basic-

Page 109: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

95

strategy-in-Transnistria-is-the-control-of-the-part-over-the-whole/;

diunduh 25 September 2015.

Cisstat.com, tersedia di: http://www.cisstat.com/eng/cis.htm; diunduh pada 31

Juli 2015.

Coynash , Halya. “Russian passports handed out in Transnistria as „tension

rises‟,” 15 Juni 2015 Tersedia di

http://khpg.org/en/index.php?id=1434310866; diunduh 23 September

2015.

Cummings, Laura. “Gorbachev‟s Perestroika and The Collapse of the Soviet

Union”, tersedia di

https://www.langrange.edu/resources/pdf/citations/2012/08Cummings_hist

ory.pdf; diunduh pada 17 April 2014.

Eadaily.com, “Rogozin: Transnistria may become a fully independent state”,13

Juli 2015, Tersedia di https://en.eadaily.com/news/2015/07/13/rogozin-

Transnistria-may-become-a-fully-independent-state; diunduh 29

September 2015.

Europa.eu. “Republic of Moldova & the EU –Trade” tersedia di

http://ec.europa.eu/trade/policy/countries-and-regions/countries/moldova/;

diunduh pada 20 Agustus 2015.

Gevorg Mirzayan, “Era Baru Kebijakan Luar Negeri Rusia Setelah Perang

Dingin”, 3 April 2014. Tersedia di

http://indonesia.rbth.com/politics/2014/04/03/era_baru_kebijakan_luar_ne

geri_rusia_setelah_perang_dingin_23511; diunduh pada 12 Maret 2016.

Globalsecurity.org, “Operations Group of Russian Forces in Moldova”. Tersedia

di: http://www.globalsecurity.org/military/world/russia/ogrv-moldova.htm;

diunduh pada 31 Juli 2015.

GlobalSecurity.org, “Organization for Democracy and Economic Development

– GUAM” tersedia di

http://www.globalsecurity.org/military/world/int/guuam.htm. diunduh 18

September 2015.

Page 110: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

96

Kedutaan Besar Federasi Rusia, “Lima Prinsip Kebijakan Luar Negeri Rusia”,

tersedia di

http://indonesia.mid.ru/documents/3046611/9269502/mfa_ind_02i.pdf;

diunduh pada 11 Maret 2016.

Liedekerke , Arthur de, “Putin's Foot in the Door: Why Transnistria Matters”, 15

Mei 2015, Tersedia di http://www.iar-gwu.org/content/putins-foot-door-

why-Transnistria-matters; diunduh 24 September 2015.

Mirzayan, Gevorg. “Era Baru Kebijakan Luar Negeri Rusia Setelah Perang

Dingin”, 3 April 2014. Tersedia di

http://indonesia.rbth.com/politics/2014/04/03/era_baru_kebijakan_luar_neg

eri_rusia_setelah_perang_dingin_23511; diunduh pada 12 Maret 2016.

Offiziere.ch, “Transnistria: Russia‟s pawn in the game for security”, 2 Juni

2015, Tersedia di http://www.offiziere.ch/?p=18980; 23 September 2015.

Piagam PBB. Tersedia di

https://treaties.un.org/doc/publication/ctc/uncharter.pdf; diunduh 11 Maret

2016.

Popa, Ana. “Foreign direct investments in economy of republic of moldova and

perspectives for their grow in the framework of neighboring with EU”.

Tersedia di http://expert-

grup.org/ro/biblioteca/item/download/717_b5d57491d1e613a59580b4e5c7

7fee44; diunduh pada 2 Desember 2015.

Popescu, Nicu “The EU and Transnistria: From Deadlock to Sustainable

Development”. IPF Policy Brief , Tersedia di :

http://www.policy.hu/nPopescu/ipf%20info/IPF%201%20transnistria.pdf,

diunduh 6 Maret 2016.

Puiu, Victoria. “Moldova Struggles to Escape Russian Gas”, September 2014,

tersedia di http://www.eurasianet.org/node/70161; diunduh pada 23

November 2014.

Page 111: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

97

Savceac , Olga. “Transnistria-Moldova Conflict”, tersedia di

http://www1.american.edu/ted/ice/Moldova.htm; diunduh pada 15 Januari

2014.

Page 112: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

xii

Lampiran 1

Peta wilayah penyatuan Romania dengan Bessarabia

Sumber : http://www.conflicts.rem33.com/images/moldova/nistru_konflik.htm

Page 113: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

xiii

Lampiran 2

Peta Wilayah Moldova setelah kemerdekaan

Sumber: Sumber : http://www.conflicts.rem33.com/images/moldova/nistru_konflik.htm

Page 114: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/RETA MARINA...repository.uinjkt.ac.id

xiv

Lampiran 3

Peta Wilayah Rusia dan Sekitarnya.

Sumber: www.Washingtonpost.com