repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40798/2/reta...
TRANSCRIPT
KEPENTINGAN DAN PENGARUH RUSIA TERHADAP
GERAKAN SEPARATIS TRANSNISTRIA
DALAM KONFLIK MOLDOVA-TRANSNISTRIA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Sosial
Oleh:
RETA MARINA PRATIWI
NIM. 1111114000015
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2016
i
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul:
KEPENTINGAN DAN PENGARUH RUSIA TERHADAP GERAKAN
SEPARATIS TRANSNISTRIA
DALAM KONFLIK MOLDOVA-TRANSNISTRIA
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukri bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 12 April 2016
Reta
Marina Pratiwi
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama : Reta Marina Pratiwi
NIM : 1111114000015
Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional
Telah menyelesaikan penelitian skripsi dengan judul:
“KEPENTINGAN DAN PENGARUH RUSIA TERHADAP GERAKAN
SEPARATIS TRANSNISTRIA
DALAM KONFLIK MOLDOVA-TRANSNISTRIA”
Dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.
Jakarta, 12 April 2016
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Studi Dosen Pembimbing,
Dr. Badrus Sholeh, MA Dr. Badrus Sholeh, MA
NIP: 197102111999031002 NIP: 197102111999031002
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
KEPENTINGAN DAN PENGARUH RUSIA TERHADAP GERAKAN
SEPARATIS TRANSNISTRIA
DALAM KONFLIK MOLDOVA-TRANSNISTRIA Oleh:
RETA MARINA PRATIWI
NIM. 1111114000015
Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 12
April 2016. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Hubungan Internasional.
Ketua sidang, Sekretaris sidang,
Dr. Badrus Sholeh, MA Eva Mushoffa, M.HSPs.
NIP. 197102111999031002 NIP.
Penguji I, Penguji II,
Nazaruddin E.Nasution, SH. MA Robi Sugara, M.Sc
NIP. NIP.
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 12 April 2016
Ketua Program Studi,
Dr. Badrus Sholeh, MA
NIP. 197102111999031002
iv
ABSTRAKSI
Skripsi ini menganalisa tentang pengaruh gerakan separatis Transnistria
terhadap kepentingan Rusia di Moldova. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui kepentingan Rusia mendukung gerakan separatis Transnistria di
Moldova. Dalam penelitiannya, Skripsi ini menggunakan metode kualitatif
dengan mengambil berbagai sumber dan data yang akan diverifikasi.
Skripsi ini berisi tentang awal terbentuknya gerakan separatis
Transnistria hingga penyelesaian masalah yang tak kunjung selesai (frozen
conflict). Dalam konflik tersebut terdapat kepentingan Rusia serta dukungan
untuk mengembangkan gerakan separatis Transnitria. Dengan adanya gerakan
separatis Transnistria yang didukung negara besar seperti Rusia, Moldova mulai
terancam. Hal ini membuat penulis menganalisa menggunakan Konsep Keamanan
pada Negara Moldova dan Kebijakan Luar Negeri yang mengarah pada
Kepentingan Nasional Rusia.
Konsep keamanan dipakai penulis untuk menganalisa ancaman yang
ditimbulkan dari intervensi Rusia terhadap Moldova. Sedangkan pada Konsep
Kebijakan Luar Negeri dipakai penulis untuk menganalisa faktor-faktor yang
mendasari Rusia membuat Kebijakan Luar Negeri di negara bekas Uni Soviet
terutama Moldova dalam pengaruhnya di wilayah Transnistria. Pada konsep
kedua penulis memaparkan bahwa kebijakan luar negeri yang dimiliki Rusia
merupakan cara untuk mendapatkan Kepentingan Nasional Rusia di dalam
gerakan separatis Transnistria.
Kata kunci: Rusia-Transnistria-Moldova, Gerakan Separatis, Konsep Keamanan,
Kebijakan Luar Negeri, Kepentingan Nasional.
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Rabb al-Alamin. Segala puji dan syukur kepada Allah SWT
atas segala rahmat, nikmat dan petunjuknya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana pada program
studi Hubungan Internasional. Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini
bukan hanya dari usaha penulis seorang diri, melainkan juga karena dukungan,
saran, semangat dan bantuan dari berbagai pihak yang telah mendukung proses
penyelesaian skripsi ini.
Skripsi ini penulis persembahkan untuk kedua orang tua yaitu ayah Mayor
Eko Subaryono sekaligus komandan yang terbaik dalam hidup penulis dan Mama
Titin Endrawati. Terima kasih yah,mah atas segala perjuangan yang kalian
berikan, apapun yang penulis lakukan tidak pernah membalas segala jerih payah
kalian. Begitu pula kepada Mbah Akung Mayor Purnawirawan Soekardi
Kasidi(alm) dan Mbah Uti Kasmiati(alm), yang jauh di raga namun sangat dekat
dalam ikatan doa. Terima kasih juga kepada adikku tercinta Rayhanna Osha
Claresta yang selalu memberikan keceriaan dan kehangatan yang tak pernah
tergantikan.
Terselesaikannya skripsi ini, tentunya tak lepas dari dorongan dan uluran
tangan berbagai pihak. Oleh karena itu, tak salah kiranya bila penulis
mengungkapkan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Bapak Badrus Sholeh, MA, Kepala Program Studi Hubungan Internasional
sekaligus Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu dan banyak
berkontribusi dalam mengarahkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini
di waktu yang tepat.
2. Ibu Debbie Affianty, MA, yang telah memberikan banyak support serta
menginspirasi dalam penelitian proposal skripsi sebelumnya dan selalu
mendorong penulis untuk segera menyelesaikan Skripsi ini.
3. Bapak Nazarudin Nasution, SH.,MA dan Bapak Robi Sugara, M.Sc selaku
penguji. Terimakasih pak atas informasi dan bimbingan tambahan saat
sidang skripsi berlangsung.
4. Almarhum, Bapak Budi Satari, M.Sc.; Bapak Irfan Hutagalung, S.H, LLM;
Bapak Ahmad Alfajri; Bapak Adian Firnas Msi; Bapak Pribadi, Bapak
Taufiqurrahman, Bapak Teguh Santosa, Ibu Sri Mulyati, Ibu Mutiara
Pertiwi, ibu Dina Afianty, Ph D, ibu Eva Mushoffa,MA yang telah
memberikan sumbangsih ilmunya selama empat tahun masa studi di
program studi HI ini. Semoga ilmu yang penulis terima bisa bermanfaat di
kehidupan selanjutnya.
5. Sahabat seperjuangan penulis dalam merampungkan penelitian ini, HI
kelas Internasional 2011(IRIC): Niken Aulia Febrina, Masmuhah/ocha,
vi
Selvy, Desica, Hary, Tito, buk Aptiani, Ulfah, Bang Kiki, Bayu, Babeh
Andika, Ical, Bang Hasmar, Rifqi, Adnan, Alif. Tidak akan pernah ada hal
yang menakjubkan selain pernah bersinar bersama kalian, Matur Nuwun
sanget guys.
6. Sahabat terbaik penulis Faisal Abdau, yang telah bersama-sama berjuang
dalam canda dan duka. Terima kasih kak atas dukungannya yang
membawa penulis menyelesaikan Skripsi ini.
7. Sahabat penulis, Dinda Augusti Veranza, Marno, bang Adhy Nugraha dan
Bunga Fitriani, terima kasih kalian selalu ada di hari terburuk penulis.
Dukungan kalian tidak bisa digantikan dengan materi apapun.
8. Teman-teman penulis, teh Puji, Sepinia, Widya, Amy, Shofi, Eska, Rizka,
Zahra, Febriana (dante), Syahria, teh Dede, dek Mutiara, dek Ayu, dek
Qures, mbak Dyah, teman-teman KKN MEDALI 2014, serta teman-teman
karyawan cafe bus, cafe class yang telah memberikan keceriaan dan
persahabatan tanpa memandang perbedaan.
9. Special thanks untuk sahabat jauh penulis, kak Rashidah, Mr. Abemie,
Zhou, Aisyah, dan teman-teman Asean Youth Volunteer lainnya.
Terimakasih sudah selalu mengingatkan untuk terus mengejar cita-cita.
Terimakasih yang tak terhingga untuk seluruh pihak yang dikenal penulis
atas dukungan support, materil, moril serta doanya selama ini. Sehingga fase ini
bisa dilalui penulis dengan kemudahan keindahan dan keberkahan. Semoga semua
kebaikan tercatat dan bisa menjadi amal ibadah sampai akhir hayat.
Jakarta, 12 April 2016
Reta Marina Pratiwi
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI ..................................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ v
DAFTAR ISI...................................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................................ix
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1 Pernyataan Masalah ............................................................................................ 1
1.2 Pertanyaan Penelitian .......................................................................................... 8
1.3 Manfaat dan Tujuan Penelitian ........................................................................... 8
1.4 Tinjauan Pustaka ................................................................................................. 8
1.5 Kerangka Konseptual ........................................................................................ 11
1.6 Metode Penelitian ............................................................................................. 18
1.7 Sistematika Penelitian ....................................................................................... 19
BAB II SEJARAH KONFLIK TRANSNISTRIA-MOLDOVA .................................... 21
2.1 Akar Masalah Separatisme Transnistria ........................................................... 21
2.2 Konflik Senjata Pemerintah Moldova dan Gerakan Separatis Transnistia ....... 25
2.3 Upaya Penyelesaian Konflik Transnistria oleh Moldova ................................. 29
2.4 Respon Moldova terhadap dukungan penyelesaian konflik Transnistria........ 37
BAB III KEPENTINGAN DAN KETERLIBATAN RUSIA MENGHADAPI
KONFLIK MOLDOVA-TRANSNISTRIA ..................................................................... 42
3.1 Keamanan Moldova .......................................................................................... 42
3.1.1 Penempatan Militer Rusia di Transnistria ................................................. 44
3.1.2 Politik Moldova-Transnistria. ................................................................... 47
3.1.3 Ekonomi Moldova-Transnistria ................................................................ 52
3.2 Kebijakan Luar Negeri Rusia di Moldova ........................................................ 57
3.2.1 Faktor Internal Rusia ................................................................................. 58
3.2.2 Faktor Eksternal Rusia .............................................................................. 59
3.3 Kepentingan Nasional Rusia di Moldova-Transnistria ..................................... 60
BAB IV DUKUNGAN KONKRIT RUSIA TERHADAP PEMBENTUKAN NEGARA
TRANSNISTRIA .............................................................................................................. 64
viii
4.1 Dukungan Rusia dalam Politik Transnistria ..................................................... 64
4.1.1 Politik Internal Transnistria ...................................................................... 64
4.1.2 Peran Rusia dalam Politik Internal Transnistria........................................ 70
4.2 Dukungan Rusia dalam Ekonomi Transnistria ................................................. 76
4.2.1 Dukungan Gasprom dalam meningkatkan perekonomian Transnistria .... 76
4.2.2 Dukungan Industri di Transnistria. ........................................................... 81
BAB V KESIMPULAN .................................................................................................. 86
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 89
Lampiran-lampiran
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.1 Peta Transnistria ........................................................... 1
Gambar II.2 Peta Penyatuan Daerah Transnistria .......................... 21
Gambar II.3 Peta Security Zone ....................................................... 28
x
DAFTAR SINGKATAN
AS Amerika Serikat
BOP Balance of Power
CICAM Centre for International Conflict Analysis and Management
CIS Commonwealth of Independent States
CSCE Conference on Securityand Co-operation in Europe
DCFTA Deep and Comprehensive Free Trade Agreement
EAPC Euro Atlantic Partnership Council
ECMI European Centre for Minority Issues
ENP European Neighbourhood Policy
EU European Union
EUBAM Europe Border Assistance Mission to Moldova and Ukraine.
GUAM Georgia, Ukraina, Azerbaijan, Moldova
HAM Hak Asasi Manusia
LSM Lembaga Swadaya Masyarakat
MAP Moldova‟s Action Plan
NATO North Atlantic Treaty Organization
NGO Non Governmental Organization
OSCE Organization for Security and Co-operation in Europe
OSTK Ob‟edinenyi Sovet Trudovykh Kollektivov
(United Council of Work Collectives)
PBB Persatuan Bangsa-Bangsa
TMR Trans-Dniester Moldovan Republic
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Wilayah penyatuan Romania dengan Bessarabia
Lampiran 2. Peta Wilayah Moldova setelah kemerdekaan
Lampiran 3. Peta Wilayah Rusia dan sekitarnya
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pernyataan Masalah
Skripsi ini berfokus untuk menganalisa kepentingan Rusia pada gerakan
separatis Transnistria di Moldova. Gerakan separatis ini bernama Pridnestrovian
Moldavian Soviet Socialist Republic atau Transnistria. Gerakan separatis
Transnistria terletak di wilayah Eropa Timur dan berada di bagian Moldova yang
berbatasan langsung dengan Ukraina. Berikut ini adalah peta letak geografis
wilayah Transnistria. (Lihat gambar I.1)
Gambar I.1 Peta Transnistria
Sumber : http://www.conflicts.rem33.com/images/moldova/nistru_konflik.htm diakses
pada 15 Januari 2014.1
1 Andrew Andersen. “The Conflict in Transnistria. National Consensus is A Long Way Off”.
America journal; tersedia di http://www.conflicts.rem33.com/images/moldova/nistru_konflik.htm
; diunduh pada 15 Januari 2014.
2
Nama Transnistria diambil dari sungai Dniestr di Moldova yang bernama
Trans-Dniestr (dekat sungai Dniestr).2 Gerakan separatis Transnistria mulai
timbul karena adanya perbedaan etnis, bahasa dan pemikiran secara politik dan
ekonomi dengan Moldova. Perbedaan etnis dan bahasa disebabkan oleh kebijakan
kekaisaran Rusia sebelum Moldova merdeka. Kekaisaran Rusia memindahkan
paksa sebagian penduduk lokal Rusia ke wilayah Transnistria untuk
meminimalisir korban saat terjadinya Perang Dunia I.3 Kebijakan pemindahan
tersebut berpotensi menimbulkan konflik antar etnis terutama saat Rusia kalah
perang dan Moldova memilih merdeka dari Soviet.
Etnis Transnistria memiliki kelompok terkuat yang bernama Edinstvo.4
Pendiri kelompok terkuat tersebut adalah Igor Smirnov yang merupakan Presiden
pertama Transnistria. Kelompok ini menginginkan otonomi secara luas dari
Moldova pada 1990.5 Kekuatan ekonomi serta politik yang lebih baik dari
Moldova juga merupakan alasan Edinstvo menginginkan kemerdekaan.6
Pada 1990, kelompok Edinstvo memproklamasikan kemerdekaan
Transnistria dengan nama resmi Pridnestrovskaia Moldavskaia Respublika
(Transnistria) dan Tiraspol sebagai ibu kotanya.7 Namun proses pembentukannya
penuh dengan kontroversi. Hal ini membuat Transnistria tidak diakui oleh dunia
2Ibid.
3 Stefan Wolff. “A resolvable frozen conflict? Designing a Settlement for Transnistria,” Journal of
European Centre for Minority Issues no.26, (2011). 3. 4Ibid.
5Steven Woehrel, Moldova: Background and U.S policy, (Washington: Congressional Research
Service 2014),5. 6 Ibid, 6.
7 Ibid.
3
internasional dan hanya mengakui Transnistria sebagai bagian dari negara
Moldova.8
Konflik di Transnistria terjadi pada Maret hingga Juni 1992, dengan
ditandai oleh konflik senjata antara pemerintah Moldova dan gerakan separatis
Transnistia. Rusia membantu Moldova dengan mengirim pasukan kontingen yang
bernama pasukan Cossack dan pasukan 14th
Army9. Konflik ini mengakibatkan
masyarakat terpaksa keluar dari daerah Transnistria dan menjadi pengungsi di
Rusia. Hal ini membuat pemerintah Moldova dan Pemerintah Rusia melakukan
perundingan damai yang hasilnya adalah dengan ditetapkannya Transnistria
sebagai daerah “security zone” yang berada dalam pengawasan Rusia.10
Kehadiran pasukan Cossack dan pasukan 14th
Army di Transnistria tidak
membuat Rusia mendamaikan keadaan Transnistria tetapi Rusia lebih
menginginkan memperluas hegemoninya di Moldova.11
Pasukan militer Rusia
membangun gudang senjata di wilayah Transnistria tanpa ijin dari pemerintahan
Moldova.12
Dalam membangun gudang senjata, gerakan separatis Transnistria
juga belajar menggunakan senjata dari pasukan Cossack Rusia.13
Hingga saat ini pasukan militer Rusia masih bertahan di kawasan
Transnistria. Pasukan ini menjaga sisa peralatan militer yang berkisar 21.000 ton
8 Nicu Popescu dan Leonid Litra, “Transnistria: a bottom-up Solution.” Journal of EU council on
Foreign Relations, (2007). 5. 9Ibid.
10Laura Cummings, “Gorbachev‟s Perestroika and The Collapse of the Soviet Union”,tersedia di
https://www.langrange.edu/resources/pdf/citations/2012/08Cummings_history.pdf; diunduh pada
17 April 2014. 53. 11
Ibid, 56. 12
Ibid, 3. 13
Olga Savceac, “Transnistria-Moldova Conflict”, tersedia di
http://www1.american.edu/ted/ice/Moldova.htm; diunduh 15 Januari 2014.
4
amunisi dan menjaga perbatasan di Transnistria.14
Adanya pasukan militer Rusia
dalam wilayah kedaulatan Moldova merupakan pelanggaran yang akan
menimbulkan konflik antara kedua negara tersebut.
Keberadaan pasukan Cossack Rusia di Transnistria membuat
permasalahan tidak kunjung selesai dan perundingan menemui deadlock.15
Hal
tersebut juga membuat pemerintah Moldova meminta bantuan Uni Eropa untuk
menyelesaikan konflik separatis dengan mengikuti organisasi internasional di
Eropa. Moldova dan Uni Eropa melakukan kerjasama yang bernama Deep and
Comprehensive Free Trade Agreement (DCFTA), OSCE (Organization for
Security and Co-operation in Europe), EAPC (Euro Atlantic Partnership Council),
dan pencarian keanggotaan NATO (North Atlantic Treaty Organization).16
Tidak berhenti pada kerjasama Eropa, Moldova juga meminta Rusia
menyelesaikan permasalahan Transnistria dengan ikut serta dalam organisasi CIS
(Commonwealth of Independent States); dan GUAM (Georgia, Ukraina,
Azerbaijan, Moldova). Kerjasama Moldova-Rusia masih memiliki pengaruh
warisan politik Uni Soviet.17
Sejak akhir perang dingin, negara bekas Uni Soviet
masih terikat dengan Rusia sebagai negara yang mengatur masalah politik,
ekonomi dan konflik etnis dalam negeri.18
Konflik internal yang terjadi di
Moldova justru membuat Rusia memanfaatkan keanggotaan CIS dan GUAM
untuk berperan di dalamnya.
14
Stefan wolff, TheTransnistria Issue: moving beyond the status-quo, (case study European
parliament, 2012.) 16. 15
Ibid. 16
Steven Woehrel, Moldova: Background and U.S policy, 6. 17
Valery Tishkov. Migration in the countries of the former Soviet Union. (Global Commission on
International Migration, GCIM 2005), 2. 18
Ibid, 1.
5
Keikutsertaan Moldova dalam NATO dan Organisasi Eropa membuat
Rusia mulai memberlakukan pengurangan sampai pelarangan beberapa barang
untuk diimpor dari Moldova melalui jalur darat Transnistria. Pelarangan ekspor
atas Rusia sebesar 41 % anggur dan daging sebesar 12%, Pelarangan ini terjadi
pada 2011 sampai April 2013.19
Moldova dan Transnistria juga memiliki
ketergantungan pemakaian energi gas sebesar 90% yang datang dari Rusia.
Pemutusan Gazprom pada pasokan gas alam Moldova juga diberlakukan pada
tanggal 1 Januari 2011.20
Pemutusan Gazprom membuat pendapatan industri di Transnistria
menurun hingga 60%. Awalnya pendapatan perkapita Transnistria mencapai
2,300 dollar AS, sedangkan saat penurunan hanya berkisar 1,500 dollar AS.21
Wilayah industri di Transnistria seperti industri anggur, pengolahan daging, dan
banyaknya jalur pipa gas dari Transnistria seharusnya dapat membangkitkan
perekonomian negara Moldova.
Rusia membuat kebijakan dalam menerbitkan paspor untuk 150.000
penduduk di Transnistria.22
Kebijakan ini dibuat karena Rusia melihat warga
Transnistria dibayar dengan upah rendah oleh Moldova karena perbedaan
bahasanya.23
Penduduk Transnistria menggunakan paspor Rusia untuk mencari
pekerjaan di Rusia dan menjalankan kegiatan ekspor – impor.
19
Ibid, 7 20
Ibid, ,8. 21
Amanda Paul. Moldova – Heading into a hot autumn (Belgia: European Policy Centre, 2014). 22
Stefan Wolff. “A resolvable frozen conflict? Designing a Settlement for Transnistria,” Journal of
European Centre for Minority Issues no.26, (2011).5. 23
Nicu Popescu dan Leonid Litra, Transnistria: a bottom-up Solution. (EU council on Foreign
Relations, 2007). 6.
6
Pada 2011 Pemimpin separatis Transnistria, Igor Sminov menyatakan
adanya hubungan bilateral antara Transnistria dengan Rusia dalam penggunaan
gas di Transnistria.24
Hubungan bilateral tersebut berisi tentang distribusi gas
terutama di sektor industri Transnistria. Terdapat subsidi gas dari Gasprom
dengan pemakaian gas sebesar 75 dollar AS sampai 90 dollar AS per 1000 m3.25
Pada tanggal 15 Februari 2011 Rusia berupaya menyelesaikan masalah
bilateral dengan mengajak Transnistria dan Moldova dalam pertemuan informal di
Wina. Pertemuan informal ini dibuat secara khusus di bawah naungan OSCE
dengan Rusia.26
Pertemuan ini bernama “Format 5+2”. Format 5+2 adalah
format dari lima negara yang memiliki konflik yaitu Moldova, Transnistria, Rusia,
Ukraina sebagai pihak yang berkonflik dan OSCE sebagai perantara, sedangkan
dua diartikan sebagai pengamat atau observers yaitu Amerika Serikat dan Uni
Eropa.27
Dalam Format 5+2 di Wina pada Februari 2012, Rusia membuat
pengakuan kesetaraan antara Transnistria yang beribu kota Tiraspol dan
Moldova.28
Sergey Gubarev sebagai perwakilan Rusia saat itu menyatakan
persamaan antara Tiraspol dan Chisinau karena ketidakmampuan Moldova
menyelesaikan permasalahan Transnistria.29
Padahal dengan jelas kesetaraan
suatu negara tidak dapat disama-ratakan dengan entitas separatis.30
24
Kamil Całus, “An aided economy The characteristics of the Transnistria economic model,”
Journal Centre for Eastern Studies no 108, (2004), 4. 25
Ibid, 5. 26
Stefan Wolff. A resolvable frozen conflict. 27
Ibid, 5. 28
Nicu Popescu dan Leonid Litra, Transnistria: a bottom-up Solution, 3. 29
Ibid. 30
Stefan Wolff, A resolvable frozen conflict, 7.
7
Pada penyelesaian konflik di Maret 2012, Rusia mengangkat wakil khusus
untuk Transnistria yaitu Dmitry Rogozin. Dmitry Rogozin membuat kebijakan
ofensif yang dirancang untuk meningkatkan kekuasaan Rusia di wilayah
Transnistria. Kehadiran militer Rusia di perbatasan juga merupakan kontrol Rusia
pada wilayah Transnistria. Kehadiran militer ini merupakan kasus yang
menyimpang dari komitmen sebelumnya dalam Format 5+2.31
Rusia sangat berpengaruh dalam membuat kebijakan untuk Transnistria.
Rusia mampu mengontrol Transnistria karena utang-utang dan ketergantungan
Ekspor gas alam.32
Besarnya utang ke Rusia adalah 3,8 miliar dollar AS.33
Utang
ini disebabkan oleh penggunaan gas alam oleh TiraspolGaz. TiraspolGaz
merupakan organisasi yang memiliki monopoli pada penjualan gas dan distribusi
di wilayah Transnistria dan Moldova.34
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk menganalisis
faktor yang melatarbelakangi kepentingan Rusia di Moldova dalam konflik
Transnistria. Isu ini merupakan isu yang menarik karena adanya keterlibatan
ekonomi serta politik dari Rusia di wilayah Transnistria. Hal ini menyebabkan
terancamnya suatu integritas nasional dari suatu negara. Kepentingan nasional
dari Rusia dalam pengaruh gerakan separatis Transnistria yang akan menjadi
fokus pada penelitian ini.
31
Ibid. 32
Ibid, 8. 33
Ibid. 34
Victoria Puiu, “Moldova Struggles to Escape Russian Gas”, September 2014, tersedia di
http://www.eurasianet.org/node/70161; diunduh pada 23 November 2014.
8
1.2 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, pertanyaan penelitian dapat
dikemukakan sebagai berikut : “Apa kepentingan Rusia dalam mendukung
gerakan separatis Transnistria dan mengapa Rusia mendukung gerakan tersebut ?”
1.3 Manfaat dan Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa kepentingan dan
pengaruh Rusia dalam gerakan separatis Transnistria di Moldova Penelitian ini
juga dikhususkan untuk mengetahui latar belakang dukungan Rusia terhadap
Separatis Transnistria. Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai referensi penelitian
selanjutnya, terutama dalam studi kawasan Rusia dan Eropa Timur.
1.4 Tinjauan Pustaka
Terdapat beberapa penelitian yang pernah membahas keterlibatan Rusia
dalam konflik separatis Transnistria di Moldova sebelumnya, yaitu Master Thesis
oleh Nisha Aslan yang berjudul The Transnistria Conflict and The European
Union’s Foreign Policy Endeavour in Moldova, dari The Centre for International
Conflict Analysis & Management (CICAM) and the Human Geography
department of the Radboud University Nijmegen 2013.35
Dalam tesisnya, Aslan
membahas proses resolusi konflik yang dikeluarkan oleh Uni Eropa dalam
meningkatkan pengamanan antar negara Eropa di Moldova khususnya
Transnistria.
35
Nisha Aslan, The Transnistria Conflict and The European Union’s Foreign Policy (Nijmegen:
Radboud University of Nijmegen), 2013.
9
Terdapat perbedaan pada penelitiannya terutama dalam menjelaskan
penyelesaian konflik yang dilakukan oleh Uni Eropa. Aslan menjelaskan tentang
resolusi konflik dengan dua cara, satu menggunakan cara langsung dan yang lain
menggunakan cara tidak langsung. Kontribusi secara langsung dengan
menjadikan salah satu pengamat resmi dalam pembicaraan damai dari format
5+2.36
Kontribusi secara tidak langsung, dapat dilihat melalui kemitraan Timur.
Menurut Aslan belum ada solusi secara de facto pada Transnistria. Sejak
Rumania memperoleh keanggotaan Uni Eropa maka Eropa fokus pada
penyelesaian kasus Moldova dengan Transnistria. Uni Eropa menjadi pengamat
resmi dari resolusi konflik dalam Format 5+2 dimana negosiasi teritorial ini
berlangsung. Pada penelitiannya, Aslan membahas tentang peran Uni Eropa
dalam menyelesaikan sengketa Transnistria, sedangkan penelitian ini akan lebih
fokus membahas keterlibatan Rusia dalam resolusi konflik Format 5+2.
Konsep yang digunakan oleh Aslan adalah diplomasi dari pihak Uni Eropa
dalam resolusi konflik Format 5+2. Perbedaan yang terdapat pada penelitian
skripsi ini adalah kepentingan nasional dan kebijakan luar negeri Rusia dalam
gerakan separatis Transnistria, sedangkan Aslan lebih menunjukan bahwa Uni
Eropa lebih berpengaruh dalam diplomasi di Moldova dan Transnistria
Selanjutnya skripsi yang ditulis oleh Ivan Ene pada 2006 yang berjudul
Republic of Moldova and The Transnistria Conflict : The Impact of NATO and
The European Union Enlargements on The Dispute Resolution Process,
36
Ibid, 67.
10
dikeluarkan oleh Naval Postgraduate School, Monterey California.37
Pada
penelitiannya, Ene menjelaskan tentang evaluasi dampak dari NATO dan Uni
Eropa pada resolusi konflik Transnistria. Menurut penelitian ini perubahan dari
lingkungan geopolitik di Eropa bisa mendorong untuk proses penyelesaian konflik
Transnistria. Ene menjelaskan bahwa negara kecil seperti Moldova tidak
mempunyai kemampuan untuk menahan kekuatan besar, mereka cenderung
bergantung pada berbagai jenis rezim „organisasi internasional, blok, aliansi dll'
untuk mengawasi dan mendesak, jika diperlukan, kebiasaan dari negara tetangga
dan hegemoni regional. Rezim muncul jika terdapat pemimpin oleh negara yang
kuat. Tiga aktor yang dibicarakan disini- NATO, Uni Eropa, dan Rusia- secara
teori mempunyai kapabilitas/kemampuan untuk menciptakan rezim internasional
di sekitar negara Moldova. 38
Konsep teori pada penelitian Ene adalah teori dari soft power. Ene
menggunakan teori dari soft power, seperti nilai, norma dan pengetahuan,
akumulasi selama bertahun-tahun dan pembagian oleh negara anggota dalam
kedua aliansi. Perbedaan pada penelitian ini adalah konsep teori dalam
menganalisa, jika Ene menggunakan soft power dalam menganalisa penyelesaian
konflik dalam Transnistria, sedangkan pada penelitian ini lebih memfokuskan
keterlibatan Rusia dengan mengunakan konsep kepentingan nasional.
Jurnal berikutnya berjudul The Transnistria Issue: Moving Beyond The
Status-Quo oleh Stefan Wolff, University of Birmingham United Kingdom tahun
37
Ivan Ene, Republic of Moldova and The Transnistria Conflict : The Impact of NATO and The
European Union Enlargements on The Dispute Resolution Process, (Monterey: Naval
Postgraduate School, Monterey California, 2006). 38
Ibid, 92.
11
2012.39
Diterbitkan di jurnal European Centre for Minority Issues (ECMI) 2011.
Stefan Wolff menjelaskan tentang masalah di wilayah Transnistria yang didukung
oleh Uni Eropa. Dengan dimulainya kembali pembicaraan resmi dalam Format
5+2 sebagai penyelesaian konflik, isu yang diteliti oleh Stefan menempatkannya
aktor Uni Eropa dalam konteks regional dan melihat posisi aktor sebagai kunci
dalam proses penyelesaian konflik Transnistria.
Dengan adanya penelitian sebelumnya, penulis akan menekankan
pengaruh yang diberikan oleh gerakan separatis Transnistria dalam kepentingan
Rusia. Dalam menganalisa tidak dapat menutup kemungkinan data yang diberikan
penulis sebelumnya dapat membantu penelitian ini.
1.5 Kerangka Konseptual
Untuk membantu menganalisa penelitian ini, penulis menggunakan tiga
konsep, yaitu konsep Keamanan, Kebijakan Luar Negeri, dan Kepentingan
Nasional. Ketiga konsep ini dibutuhkan untuk mencapai kepentingan nasional
Rusia di Moldova yang dipengaruhi oleh gerakan separatis Transnistria.
1. Konsep Keamanan
Untuk menganalisa gerakan separatis Transnistria dibutuhkan penjelasan
dari Konsep Keamanan. Neo-realis memandang keamanan sebagai kewajiban
pemerintah yang harus diutamakan agar negara dapat bertahan dalam sistem
internasional yang anarkis. Pengutamaan negara dalam keamanan membuat setiap
penduduk didalamnya juga terlibat dalam mencapai keamanan nasional. Hal ini
39
Stefan Wolff, The Transnistria Issue: Moving Beyond The Status-Quo(Birmingham: ECMI
Press, 2011)
12
yang didasari sebagai penekanan Neo-realis pada keamanan nasional harus
diprioritaskan.40
Menurut Barry Buzan dalam bukunya yang berjudul New Patterns of
Global Security in The Twenty-First Century mengatakan bahwa keamanan
militer menyangkut interaksi dua tingkat yang saling berkaitan antara kapabilitas
penyerangan dan pertahanan suatu negara, serta negara-negara menyatakan
persepsi niat masing-masing. Keamanan politik menyangkut stabilitas negara,
sistem pemerintahan dan ideologi-ideologi yang memberikannya legitimasi.
Keamanan ekonomi menyangkut akses kepada sumber daya, keuangan dan pasar
yang penting bagi keberlangsungan suatu negara dan tingkat kemakmuran yang
bisa diterima. Keamanan sosial menyangkut kemampuan masyarakat untuk
mepertahankan pola tradisional mereka baik bahasa, budaya, persatuan, identitas
agama dan nasional serta adat tanpa menutupi kondisi yang dapat diterima untuk
perkembangan. 41
Sedangkan dalam People, States and Fear: an Agenda for International
Security Studies in the Post Cold War Era oleh Barry Buzan bahwa strategi
keamanan suatu negara selalu memperhitungkan aspek threat (ancaman) dan
vulnerability (kelemahan) dalam negara tersebut.42
Suatu ancaman terhadap
keamanan nasional dapat dicegah atau akan mengurangi suatu kerentanan pada
40
Anak Agung Banyu Perwita dan Yantan Mochamad Yani. Pengantar Ilmu Hubungan
Internasional, (Jakarta: PT Remaja Rosda Karya, 2006 ). 41
Barry Buzan. “New Patterns of Global Security in the Twenty-First Century.” Royal Institute of
International Affairs Vol. 67, No. 3, (1994), 433. 42
Barry Buzan. People, States and Fear: an Agenda for International Security Studies in the Post
Cold War Era, (Brighton: ECPR Press) 2008. 104
13
keamanan nasionalnya. Kedua aspek tersebut sangat mempengaruhi kapabilitas
yang dimiliki negara tersebut.
Sementara itu, menurut Simon Dalby, dimensi keamanan dalam studi
Hubungan Internasional telah mengalami pergeseran dari perspektif tradisional
yang terbatas pada perang dan perdamaian untuk menuju perspektif nontradisional
yang lebih mengedepankan human security dan mengandung lebih banyak aspek
lainnya. Keamanan tidak lagi terfokus pada interstate relations, tetapi juga pada
keamanan untuk masyarakat.43
Konsep keamanan akan digunakan dalam menganalisis kepentingan Rusia
pada gerakan separatis Transnistria di Moldova. Konsep ini akan dijadikan
sebagai alat analisis untuk menganalisa ancaman internal serta eksternal
Transnistria. Terutama Transnistria termasuk ke dalam gerakan separatis yang
menginginkan otoritas secara penuh dari Moldova.44
Sehingga akan ada konflik
dari Moldova dengan Transnistria yang akan mengancam keamanan negara.
2. Konsep Kebijakan Luar Negeri
Kebijakan luar negeri didefinisikan oleh Rosenau sebagai upaya suatu
negara melalui keseluruhan sikap dan aktivitasnya untuk mengatasi dan
memperoleh keuntungan dari lingkungan eksternal suatu negaranya.45
Bentuk
implementasi dari politik luar negeri yaitu kebijakan luar negeri yang menunjukan
43
Simon Dalby. “Calling 911: Geopolitics, Security and America‟s New War.” A Frank Cass
Journal, (2003), 102-103. 44
András Rácz dan Arkady Moshes, Not Another Transnistria: How Sustainable is separatism in
Eastern Ukraine?, Journal of The Finnish Institute of International Affairs, (2014), 8. 45
DR. Anak Agung Banyu Perwita dan DR. Yantan Mochamad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan
Internasional (Jakarta: PT Remaja Rosda Karya, 2006 ), 49.
14
dasar umum yang dipakai pemerintah untuk bereaksi terhadap lingkungan
internasional.
Menurut George Modelski, kebijakan luar negeri merupakan konsentrasi
dari sumber daya berupa ideologi yang berefek pada kepentingan negara lain.
Modelski berpendapat bahwa teori kebijakan luar negeri terlahir dari budaya suatu
bangsa dan campuran budaya dari bangsa lain lalu dianalisa. 46
Keputusan dan tindakan dalam menentukan kebijakan luar negeri
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari lingkungan eksternal maupun
internal yang nantinya akan menjadi kepentingan nasionalnya.47
Seperti yang
dijelaskan oleh K.J Holsti bahwa Kebijakan Luar negeri dirancang untuk
mempertahankan atau mengubah objek, kondisi, atau praktek saat ini di
lingkungan eksternal/luar. Sementara beberapa kebijakan dirancang untuk
mengubah kondisi di luar negeri untuk kepentingan mereka sendiri.48
Holsti mengklarifikasikannya sebagai berikut: pertama, yaitu faktor
internal antara lain mencakup: kebutuhan keamanan dan kondisi sosial ekonomi
suatu negara; karakteristik geografis dan topografis wilayah; atribut nasional
seperti jumlah populasi dan luas wilayah, sistem ekonomi, prestasi negara, tingkat
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi; struktur pemerintahan dan ideologi
yang dianut atau filosofi negara; isu yang berkembang di dalam negara; birokrasi;
dan pertimbangan etik.49
46
George Modelski, A Theory of Foreign Policy (New York: Frederick A. Praeger, 1962), 152. 47
K.J Holsti, International Politics: A Framework for Analysis, (New Jersey: Prentice Hall, 1992),
269. 48
Ibid. 49
Ibid, 271-287.
15
Dari struktur kedekatan geografis wilayah Timur Moldova dengan Rusia
mendukung adanya geopolitik Rusia. Geopolitik Rusia sebagian besar meliputi
warisan Uni Soviet dimana Rusia pernah menjadi negara hegemoni. Rusia melihat
kawasan Eropa Timur khususnya Moldova memiliki disintegrasi dan upaya untuk
menciptakan imajinasi geopolitik yang mendukung konstruksi identitas tunggal.
Pembentukan identitas tunggal ini telah menjadi inti arah kebijakan luar negeri
yang dikampanyekan oleh Putin sejak tahun 1991. Di luar kepentingan untuk
menjaga keamanan pipa gas dan minyak yang menjadi komoditas perekonomian
Rusia. Geopolitik Rusia selalu ditujukan untuk mendukung identitas tunggal dari
persamaan sejarah dengan Soviet. Implementasinya ialah Rusia menginisiasi
pembangungan pemukiman Rusia dalam wilayah yang memiliki etnis Rusia.
Kedua, faktor eksternal antara lain mencakup: struktur sistem internasional
yang berlaku apabila bersifat unipolar, bipolar, dan multipolar sehingga
mempengaruhi proses kebijakan luar negeri suatu negara; struktur ekonomi
internasional; tanggapan aktor negara lain mengenai kebijakan yang dirumuskan
oleh suatu negara; masalah regional yang disebabkan oleh non governmental
organization (NGO); hukum internasional dan opini publik. Manfaat
penggambaran kondisi lingkungan eksternal tersebut yaitu agar dapat
melatarbelakangi munculnya peristiwa dalam politik luar negeri, serta membantu
penulis memunculkan faktor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam
interaksi antar negara.50
50
Ibid, 287.
16
Skripsi ini menganalisa faktor yang melatarbelakangi kebijakan luar negeri
Rusia untuk memperoleh kepentingan nasionalnya terhadap separatis Transnistria.
Oleh karena itu, penelitian ini memfokuskan beberapa faktor internal dan
eksternal. Faktor internal tersebut adalah stuktur pemerintahan, ideologi,
persamaan sejarah dan kedekatan geografis yang dianut suatu negara. Kemudian
pada faktor eksternal adalah struktur sistem internasional saat ini. Melalui faktor-
faktor tersebut penulis memaparkan politik luar negeri Rusia yang kemudian
menjadi acuan untuk mencapai kepentingan nasional. Rusia memiliki tujuan
untuk menyeimbangkan kekuatannya dengan negara lain di kawasan bekas Uni
Soviet.
3. Konsep Kepentingan Nasional
Untuk menganalisis kepentingan Rusia terhadap Moldova yang melandasi
kebijakan Rusia pada penelitian ini digunakan konsep kepentingan nasional.
Tujuan utama dari kebijakan luar negeri Rusia adalah untuk mencapai
kepentingan nasional negara tersebut. Daniel S. Papp menyatakan bahwa
kepentingan nasional dapat bersifat objektif maupun subjektif karena kepentingan
nasional tersebut tidak hanya bersifat materi namun juga bersifat non materi51
seperti value. Contohnya adalah ideologi yang merupakan tujuan dasar dan faktor
yang menentukan dalam proses perumusan kebijakan luar negeri suatu negara
yang kemudian dipahami sebagai konsep dasar dalam politik luar negeri.
51
Daniel S.Papp, Cotemporary International Relations; Framework for understanding 5th
Editions,
(London: Macmillan Publishing Company, 1988), 43.
17
Keputusan dan tindakan politik luar negeri dapat didasari pada pertimbangan
ideologis.52
Kepentingan nasional menurut Scott Burchill merupakan tradisi yang
mengkhususkan imperative suatu negara untuk mendapatkan kekuasaan sesuai
dengan kepentingan nasional.53
Menurut Morgenthau, kepentingan nasional
merupakan kemampuan minimum negara untuk melindungi dan mempertahankan
indentitas fisik, politik dan kultur dari gangguan negara lain.54
Daniel S. Papp juga menerangkan aspek kepentingan nasional suatu
negara. Pertama, kriteria ekonomi dimana kepentingan nasional suatu negara
adalah untuk meningkatkan kemampuan ekonomi suatu negara tersebut. Kedua,
ideologi yang dianut oleh suatu negara akan mempengaruhi kebijakannya. Ketiga,
penambahan power pada kepentingan nasional suatu negara.55
Berbeda dengan Morton A. Kaplan yang menjelaskan bahwa kepentingan
nasional merupakan kebutuhan nasional, Kaplan juga menjelaskan bahwa
Kepentingan dari sebuah sistem untuk mendapatkan sesuatu yang berharga.
Kepentingan dari suatu bangsa adalah untuk memenuhi kebutuhan nasional.
Dengan demikian kepentingan nasional bersifat objektif, dan terdapat banyak
kepentingan nasional sebagai kebutuhan nasional. 56
Perilaku suatu negara juga harus melakukan perimbangan kekuatan, dalam
hubungan internasional. Kekuatan ini disebut dengan Balance of Power. Balance
52
Ibid. 53
Scott Burchill, The National Interest in International Relations Theory, (New York: Palgrave
Macmillan, 2005), 11. 54
James N.Rosenau, International Politis and foreign policy. (New York: The Free Press of
Glencoe, 1961), 174. 55
Daniel S.Papp, Cotemporary International Relations, 44. 56
James N.Rosenau, International Politis, 164.
18
of Power (BoP) merupakan suatu penyusunan hubungan sehingga tidak akan ada
negara yang berada pada posisi lebih kuat atau setara dengan negara lainnya.57
Strategi ini diterapkan untuk mencegah timbulnya kekuatan yang akan menyaingi
atau intervensi dari negara lainnya.
1.6 Metode Penelitian
Penulis menggunakan metode kualitatif atau dikenal sebagai penelitian
yang menganalisis secara deskriptif.58
Tujuan ini membawa pandangan sistematis,
faktual dan berdasarkan fakta dari variabel.59
Metode kualitatif relevan untuk
masalah sosial yang menjelaskan lebih dalam dan menemukan hipotesis serta
teori.60
Penulis akan melakukan pengumpulan data sekunder yang berupa sumber
tidak langsung dari data dokumen, buku, jurnal, majalah, surat kabar dan internet
atau studi pustaka. Pada data sekunder tersebut didapat dari beberapa sumber,
antara lain: Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN), Perpustakaan Fakultas
Ilmu Sosial Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah, Perpustakaan Freedom
Institute, Perpustakaan Pusat Budaya Rusia, Perpustakaan Kementerian Luar
Negeri, serta situs internet seperti JSTOR, International Relations and Security
Network (ISN), serta Europe journal yang akan dipertanggung jawabkan sumber-
sumbernya.
57
Kenneth Waltz, Theory of International Politics,( New York: Colombia University, 1979), 88. 58
Sanapiah Faisal, format-format penelitian Sosial, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), 20. 59
Ibid, 32. 60
Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1999),
112-114.
19
Setelah data terkumpul, data akan diverifikasi dan direduksi kembali oleh
penulis. Pada proses tersebut data mulai dipahami, diolah dan dianalisa dengan
konsep kepentingan nasional, kebijakan luar negeri dan konsep keamanan.
Selanjutnya data akan digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang diteliti
dengan menggunakan teori yang relevan.
1.7 Sistematika Penelitian
Penelitian dalam skripsi ini dibagai menjadi lima bab dan pada beberapa
bab mempunyai sub-bab tertentu untuk memperjelas bab sebelumnya.
BAB I Pendahuluan. Bab ini berisikan pernyataan masalah tentang topik
yang dibahas dalam skripsi ini. Kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan
penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian dan sistematika penelitian.
BAB II Sejarah Konflik Transnistria – Moldova. Pada bab ini membahas
tentang sejarah atau akar masalah terjadinya konflik diantara dua wilayah yaitu
Transnistria dengan Moldova. Lalu dilanjutkan dengan upaya penyelesaian
konflik Transnistria oleh Moldova dan Respon Moldova terhadap dukungan
penyelesaian konflik Transnistria.
BAB III Kepentingan dan Keterlibatan Rusia terhadap Separatis
Transnistria. Bab ini berisikan analisa yang menggunakan konsep-konsep
Hubungan Internasional yang relavan diantaranya Keamanan Moldova yang berisi
tentang Penempatan Militer Rusia di Transnistria, Politik Moldova-Transnistria
dan Ekonomi Moldova-Transnistria. Konsep berikutnya berisi tentang Kebijakan
Luar Negeri Rusia pada Faktor Internal serta Eksternal Rusia, dan di konsep
terakhir berisikan tentang Kepentingan Nasional Rusia di Moldova-Transnistria.
20
BAB IV Dukungan Konkrit Rusia terhadap Pembentukan Negara
Transnistria. Pembentukan negara tersebut di dukung Rusia dalam politik
Transnistria, pada bab ini terdapat sub bab tentang politik internal Transnistria
dan peran Rusia dalam Politik internal tersebut. Dukungan Rusia tidak berhenti
pada dukungan politik saja namun dukungan Rusia didapat dari faktor ekonomi di
Transnistria. Dalam dukungan faktor ekonomi terdapat dua sub bab yaitu
Dukungan Gasprom dalam meningkatkan Perekonomian Transnistria dan
Dukungan Industri di Transnistria
BAB V Kesimpulan. Pada bab ini terdapat kesimpulan dari seluruh
pembahasan yang telah dijelaskan di bab-bab sebelumnya.
21
BAB II
SEJARAH KONFLIK TRANSNISTRIA-MOLDOVA
2.1 Akar Masalah Separatisme Transnistria
Pada 1980-an, Presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev membuat
kebijakan penyatuan daerah Bessarabia yang berada di wilayah timur Rumania.
Penyatuan tersebut diberi nama dengan “Moldavian Soviet Socialist Republic”.61
Jatuhnya Uni Soviet membuat perbedaan yang signifikan terhadap wilayah
chisinau dan Transnistria. Chisinau yang didominasi dengan warga keturunan
Rumania sebesar 60% dan Transnistria sendiri memiliki komposisi sebesar 20%
keturunan Ukraina dan 20% Rusia.62
Gambar II.2 Peta Penyatuan Daerah Transnistria
Sumber : http://www.conflicts.rem33.com/images/moldova/nistru_konflik.htm diakses
pada 17 April 2014.63
61
Laura Cummings, “Gorbachev‟s Perestroika”. 62
Pal Kolsto, Andrei Edemsky dan Nataly Kalashnikova. The Dniester conflict: Between
Irredentism and Separatism, Europe-Asia Studies vol. 45 no.6, (2014), 978. 63
Andrew Andersen. “The Conflict in Transnistria”.
22
Nama Transnistria berasal dari ungkapan bahasa Rumania, Rusia, dan
Ukraina yang berarti daerah di sekitar sungai Dniester. Hal ini disebabkan oleh
jatuhnya Uni Soviet yang membuat perbedaan terhadap wilayah Chisinau dan
Tiraspol. Selama keberadaan Uni Soviet dan sampai akhir tahun 1991 banyak
perbedaan dari indentitas nasional dan represi etnis. Faktor lain dari keberagaman
etnis di bagian negara baru bekas Uni Soviet adalah otoritas negara yaitu rasa
nasionalisme, dan tumbuhnya kesenjangan ekonomi. Sebelumnya perbedaan
bahasa yang dialami oleh Moldova dan Transnistria didapat dari Revolusi
Rumania 1989.64
Dari revolusi kekaisaran Rumania terlahir penyatuan daerah Besaribia
dengan Rumania. Besaribia merupakan daerah yang dianeksasi oleh kekaisaran
Rusia yang sekarang berubah nama menjadi Moldova.65
Penyatuan daerah ini
membuat perbedaan bahasa antar kedua wilayah tersebut.66
Pada tepi kiri yaitu
wilayah Balti, dan Chisinau berbahasa Rumania, sedangkan perbatasan Bender
dan wilayah Tiraspol berbahasa Rusia.
Pada tepi kiri yang berbahasa Rumania sangat menjunjung tinggi etnis
yang mereka miliki. Pemerintahan pusat Moldova yang terletak di tepi kiri
membuat Tiraspol khawatir akan adanya kesenjangan pada wilayah kanan
Moldova. Pada 1989 Moldova lebih mendekatkan diri ke wilayah Rumania
dengan alasan lebih dari 65% warga beretnis Rumania.67
64
Ibid, 906. 65
Ibid, 908. 66
Natalia Cojocaru. “Nationalism and Indentity in Transnistria”, The European Journal of Social
Science Research, England.(2006), 263. 67
VG Baleaunu, In The Shadow of Russia: Romania’s Relations with Moldova and Ukraine,
(Shrivenham : Conflict Studies Research Centre. 2000),8.
23
Parlemen Moldova mengapdosi hukum tentang penggunaan bahasa pada
Agustus dan September 1989.68
Hukum tersebut memberikan diskriminasi bahasa
terhadap kaum minoritas di Transnistria. Diskriminasi langsung dirasakan oleh
para pekerja dan pelajar yang berada di Transnistria.69
Para pekerja tidak dapat
mengajukan pekerjaan di ibu kota Chisinau karena keterbatasan bahasa dan para
pelajar tidak dapat masuk ke perguruan tinggi di ibu kota.
Alasan Transnistria mempertahankan bahasa cyrillic adalah untuk menolak
bergabungnya Moldova dengan Rumania.70
Alasan lainnya adalah
mempertahankan siswa internasional di Tiraspol.71
Terdapat 10.000 mahasiswa
dan 2.000 pengajar di berbagai universitas di Tiraspol yang berbahasa Rusia.72
Pada 11 Agustus 1989, Tiraspol membuat anggota dewan untuk menolak
hukum diskriminasi di Moldova.73
Dewan tersebut bernama “United Council of
Work Collectives” (OSTK- Ob’edinennyi Sovet Trudovykh Kollektivov).74
Anggota dewan ini menuntut perjanjian khusus tentang bahasa dan otonomi
daerah terutama dalam kawasan industri di Transnistria. Tidak hanya OSTK yang
menuntut perjanjian khusus, namun warga Transnistria melakukan aksi demo dan
mogok bekerja pada akhir tahun 1989.75
68
Natalia Cojocaru. Nationalism and Indentity in Transnistria. 264. 69
Ibid, 266. 70
VG Baleaunu, In The Shadow of Russia. 9. 71
Ibid. 72
Charles King. “Moldovan Indentity and The Politics of Pan-Romanism”, Slavic Review: Jstor
vol 53 no.2. (1994), 349. 73
Pal Kolsto,dan Andrei Malgin. “The Transnistria Republic: A case of Politicized Regionalism”,
Nationalities Papers, Vol.26, No. 1, (1998), 107. 74
International Crisis Group. “Moldova: No Quick Fix”, ICG Europe Report, No.147, (2003), 3. 75
Ibid.
24
Tahun 1990 OSTK memenangkan perjanjian khusus tentang otonomi
daerah Transnistria, dengan perolehan suara lebih dari 80%.76
Dengan besarnya
perolehan suara ini, para pemimpin Transnistria membuat perjanjian bahasa dan
daerah economic zone yang berdampak pada wilayah industri Moldova.77
Wilayah
industri itu sendiri sebagian besar terdapat di wilayah Transnistria.
Economic zone membuat pemerintahan Transnistria mengatur keuangan
daerah secara khusus, dimana pemasukan dari industri di Transnistria hanya
masuk ke dalam pemerintahan Transnistria.78
Pemasukan keuangan oleh kegiatan
industri di Transnistria membuat ekspor-impor naik sebesar 10%.79
Hal ini
membuat Igor Smirnov menaikkan anggaran untuk angkatan bersenjata di
Transnistria.80
Otonomi khusus oleh Transnistria membuat pemerintahan Tiraspol
memiliki pemerintahan komunis yang berbeda dengan Moldova. 81
Sedangkan
Moldova lebih condong antikomunis dengan mendekatkan diri kepada Eropa.
Pemerintahan komunis Transnistria menunjukkan indentitas yang berbeda dengan
mengubah atonomi politik didalamnya.
Pada pemilu Presiden Moldova 1991, Transnistria mengajukan calon dari
pihak Pridnestrovskaia Moldavskaia Respublika dan mengajukan pemilu dengan
waktu yang lebih awal dibandingkan wilayah lainnya. 8 Desember 1991 Moldova
tetap melakukan pemilu dengan dua kandidat yaitu dari Chisinau Grigole
76
Pal Kolsto,dan Andrei Malgin. The Transnistria Republic, 107. 77
Pal Kolsto, Andrei Edemsky dan Nataly Kalashnikova. The Dniester conflict, 979. 78
Ibid. 79
Pal Kolsto,dan Andrei Malgin. The Transnistria Republic. 80
Ibid,108. 81
Pal Kolsto, Andrei Edemsky dan Nataly Kalashnikova. The Dniester conflict.
25
Maracula dan pihak Transnistria yaitu Igor Smirnov. Presentase yang didapat oleh
Maracula yaitu 30,9 % dan Smirnov 65,5%.82
Namun perolehan suara saat itu
dinyatakan tidak valid karena banyak ditemukan kecurangan oleh pihak
Transnistria. Pemerintah daerah Dubosari dan Bendery juga menolak perolehan
suara pemilu tersebut.
Walaupun Smirnov gagal menjadi Presiden Moldova, Smirnov tetap
bertahan menjadi pemimpin Transnistria dengan mengubah gaya berpolitik dari
1989-1991.83
Pengubahan atonomi politik oleh Igor Smirnov didasari pada faktor
geografi, bahasa, sejarah, dan sosio-ekonomi.84
Smirnov dan Pridnestrovskaia
Moldavskaia Respublika melihat Transnistria memiliki perbedaan yang signifikan
dari Moldova.
2.2 Konflik Senjata antara Pemerintah Moldova dan Gerakan Separatis
Transnistia
Kemenangan United Council of Work Collectives (OSTK) atas pemilihan
suara tentang otonomi khusus disambut oleh gerakan separatis Transnistria
sebagai jalan untuk memerdekakan diri dari Moldova. Tidak puas dengan otonomi
khususnya, Smirnov memproklamasikan kemerdekaannya tanggal 19 Agustus
1990.85
Beberapa kota di Transnistria menaikkan Bendera Soviet dengan warna
merah dan palu dan arit sebagai simbolnya.86
82
Pal Kolsto, dan Andrei Malgin. The Transnistria Republic, 104. 83
Ibid. 84
Ibid, 105. 85
Steven Woehrel, Moldova: Background and U.S policy, 5. 86
Ibid, 7.
26
Sebelumnya kelompok separatis mengubah pemimpin regional wilayah
Transnistria dengan kebebasan berpolitik dibawah hukum internasional.87
Smirnov mengubah pemimpin yang pro-Moldova dengan para pemimpin dari
Pridnestrovskaia Moldavskaia Respublika. Melihat aksi ini, Moldova menolak
deklarasi sebagian wilayahnya dan mengancam kudeta terhadap pihak
Transnistria pada 27 Agustus tahun 1991.
Dari 1990 sampai dengan 1992 konsolidasi politik dilakukan untuk
meredam wilayah antar kedua belah pihak. 88
Namun konflik ini memanas ketika
tentara Moldova datang ke bagian perbatasan Transnistria yaitu sungai Dniestr
pada tahun 1992.89
Pada saat itu juga pemerintah Moldova mengumumkan
keadaan darurat dan memerintahkan serangan militer ke Transnistria.90
Sebelumnya Moldova dapat mengambil alih kekuatan militer di Tiraspol
dengan menghilangkan pengaruh Pridnestrovskaia Moldavskaia Respublika pada
rakyat Tiraspol. 3 Desember 1991 Transnistria mengangkat panglima tertinggi
Mayor Jenderal Gennadi Yakovlev menjadi kepala pertahanan Pridnestrovskaia
Moldavskaia Respublika.91
Mayor Jenderal Yakovlev merupakan panglima Uni
Soviet yang memimpin taktik senjata nuklir saat Perang Dingin terjadi.92
Dengan
Yakovlev, Pridnestrovskaia Moldavskaia Respublika memiliki wewenang untuk
mengontrol divisi infantri pada kegiatan militer di Transnistria.93
87
Pal Kolsto, Andrei Edemsky dan Nataly Kalashnikova. The Dniester conflict, 983. 88
Natalia Cojocaru. Nationalism and Indentity in Transnistria, 267. 89
Ibid, 266. 90
Andrew Andersen. “The Conflict in Transnistria”. 91
Pal Kolsto, Andrei Edemsky dan Nataly Kalashnikova. The Dniester conflict, 984. 92
Nicole J.Jackson, Russian Foreign Policy and the CIS- theories, debates and actions, (New
York: Routledge, 2003). 82. 93
Pal Kolsto, Andrei Edemsky dan Nataly Kalashnikova. The Dniester conflic, 984.
27
Setelah Uni Soviet mengalami keruntuhan, kegiatan militer di Transnistria
dipimpin oleh Lurii Netkachev.94
Netkachev menyetujui 14th
Army dan pasukan
Transnistria berada dalam pengaruh Rusia. Pasukan Transnistria mampu
menaikan kuantitas dari unit militer, amunisi dan senjata yang mereka miliki.
Januari 1993 kepemimpinan Netkachev digantikan oleh Jenderal
Alexander Lebed.95
Alexander Lebed merupakan pemimpin Rusia yang
mendukung Pridnestrovskaia Moldavskaia Respublika di Transnistria. Lebed
diduga melakukan penyelundupan senjata dan korupsi saat pengadaan senjata di
Trasnistria.96
Kasus ini ditemukan oleh Kolonel Michael Bergman. Pada masa
jabatannya Bergman merupakan kolonel yang tidak menyetujui adanya kelompok
separatis di Transnistria termasuk Pridnestrovskaia Moldavskaia Respublika.
Bergman mengajukan tuntutan kasus Lebed pada Transnistria Security Service.
Namun tuntutan tersebut diabaikan karena Transnistria mengalami perkembangan
serta penambahan alutsista oleh Lebed.
Rusia mengirim pasukan kontingen yang bernama pasukan Cossack dan
pasukan 14th
Army ketika konflik perbatasan memanas.97
Penempatan pasukan ini
adalah wilayah Security zone. Pengiriman pasukan oleh Rusia bukanlah untuk
menjadi pihak penengah, namun mendukung etnis Rusia di Transnistria. Dengan
dibantu Rusia, Transnistria memiiliki 9.000 pasukan yang dipersenjatai dan dilatih
oleh instruktur dari 14th
Army.98
Adanya tentara bayaran dari Rusia juga
94
Ibid, 985. 95
Ibid, 986. 96
Ibid, 985. 97
Andrew Andersen, “The Conflict in Transnistria”. 98
Olga Savceac, “Transnistria-Moldova Conflict”.
28
memperkuat pasukan yang dilatih oleh 14th
Army.99
Pasukan yang berjumlah
11.000 orang ini di bawah komando Kolonel Stefan Citac.100
Gambar II.3 Peta Security Zone
Sumber : Nisha Aslan, The Transnistria Conflict and The European Union’s Foreign
Policy (Nijmegen School of Management), 2013.101
Konflik bersenjata mulai diperlihatkan oleh Moldova saat pengambil alih
wilayah Tighinia. Transnistria membalas serangan Moldova dengan
menghancurkan jembatan strategis di Dubosari dan Coshnitia.102
Aksi militer ini
terjadi di daerah padat penduduk. Hal ini menyebabkan banyak korban dan
kerusakan bangunan di daerah perbatasan. 280 orang meninggal, 300 orang
menghilang dan 532 orang luka parah.103
Kedua belah pihak tidak menemukan solusi yang tepat untuk
menyelesaikan konflik yang sudah terjadi sebelumnya. Setelah banyaknya korban,
99
Andrew Andersen“The Conflict in Transnistria”. 100
Pal Kolsto, Andrei Edemsky dan Nataly Kalashnikova. The Dniester conflic, 986. 101
Nisha Aslan, The Transnistria Conflict and The European Union’s Foreign Policy (Nijmegen:
Radboud University, 2013), 2. 102
Ibid, 986. 103
Pal Kolsto,dan Andrei Malgin. The Transnistria Republic, 975.
29
pihak Transnistria yang diwakilkan oleh Presiden Rusia Boris Yeltsin membuat
kesepakatan gencatan senjata dan perjanjian perdamaian pada 21 Juli 1992.104
Namun Moldova hanya menyetujui gencatan senjata antar kedua belah pihak.
Beberapa anggota dewan dan aktivis Moldova menolak meratifikasi perjanjian
damai yang diajukan oleh perwakilan Transnistria tersebut.105
2.3 Upaya Penyelesaian Konflik Transnistria oleh Moldova
Penolakan penyelesaian konflik oleh anggota dewan didukung oleh
pemerintahan Moldova diawali dengan mendaftarkan diri ke dalam keanggotaan
CIS (Commonwealth of Independent States).106
Moldova masuk ke dalam
keanggotaan CIS pada tahun 1994.107
CIS dibentuk pada 1991 atas dasar
persamaan kedaulatan, dan penguatan persahabatan antar etnis dari negara bekas
Uni Soviet. Masuknya Moldova ke dalam CIS bertujuan untuk meningkatkan
kerjasama di bidang keamanan dan ekonomi.
CIS sendiri bertujuan untuk menghilangkan pengaruh warisan politik Uni
Soviet seperti adanya disintegrasi kelompok minoritas, konflik etnis, dan perang
sipil.108
Masuknya Moldova ke dalam anggota CIS, Moldova dapat meningkatkan
104
Priit Järve. “Comunism of Moldova and The Future of The Country‟s Ethnopolitical
Conflicts”, Jurnal ECMI Brief, (Maret 2001), 2. 105
Pal Kolsto, Andrei Edemsky dan Nataly Kalashnikova. The Dniester conflict, 987. 106
CIS merupakan persemakmuran negara bekas Uni Soviet. CIS beranggotakan 12 negara yaitu :
Armenia, Azerbaijan, Belarus, Georgia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Moldova, Tajikistan,
Turkmenistan,Ukraina,Uzbekistan,danRusia. Cisstat.com, tersedia di:
http://www.cisstat.com/eng/cis.htm; diunduh pada 31 Juli 2015. 107
globalsecurity.org, “Operations Group of Russian Forces in Moldova”. Tersedia di :
http://www.globalsecurity.org/military/world/russia/ogrv-moldova.htm; diunduh pada 31 Juli
2015. 108
Valery Tishkov. Migration in the countries of the former Soviet Union. (Global Commission on
International Migration, GCIM 2005), 2.
30
keamanan dan ekonomi di wilayahnya.109
Politik dalam negeri Moldova
merupakan bagian penting dari politik internal Rusia. Sejak akhir perang dingin,
negara bekas Uni Soviet masih terikat dengan Rusia sebagai negara yang
mengatur masalah politik, ekonomi dan konflik etnis dalam negeri.110
Konflik
internal yang terjadi di Moldova justru membuat Rusia memanfaatkan
keanggotaan CIS untuk berperan di dalamnya.
Dalam CIS, Rusia memiliki kebijakan ekonomi untuk berinteraksi secara
parelel dengan arti negara persemakmuran CIS menjalankan komunitas ekonomi
dalam kawasan.111
Hal ini membuat Rusia mengajukan kesepakatan damai dengan
menempatkan 14th Army di perbatasan dengan alasan menjaga keamanan
perekonomian CIS.112
Terbukti penempatan pasukan oleh Rusia, membuat Rusia membangun
gudang amunisi di Transnistria.113
Sebanyak 20% pemasukan daerah pada
kegiatan economic zone oleh Transnistria masuk ke dalam anggaran industri
militer.114
Hal ini membuat persemakmuran CIS tidak mampu mengatasi masalah
yang dihadapi oleh Moldova.
Tahun 1992, Moldova ikut bergabung dengan North Atlantic Cooperation
Council, yang berubah nama menjadi Euro Atlantic Partnership Council (EAPC)
109
Ibid, 12. 110
Ibid, 1. 111
GlobalSecurity.org, “Organization for Democracy and Economic Development – GUAM”
tersedia di http://www.globalsecurity.org/military/world/int/guuam.htm. diunduh 18 September
2015. 112
Priit Järve. Comunism of Moldova, 4. 113
Laura Cummings, “Gorbachev‟s Perestroika”, 56. 114
Bruno Coppieters, Michel Huysseune dan Michael Emerson, “European Institutional Models
as Instruments of Conflict Resolution in The Divided States of The European Periphery”, Ceps
Working Document no. 195, (2003). 6.
31
pada 1997.115
Moldova memperluas hubungan kemitraan dengan negara Eropa
khusunya dalam bidang perdamaian. Pencarian keanggotaan NATO (North
Atlantic Treaty Organization) oleh Moldova sangatlah sulit.116
Hal tersebut
dikarenakan Moldova adalah negara dengan pendapatan terendah di Eropa.
Masuknya Moldova ke dalam keanggotaan yang dibuat oleh Eropa, Moldova
dapat menyeimbangkan dominasi Rusia dan dapat menyelesaikan masalah di
Transnistria.
Moldova sangat menginginkan keanggotaan NATO untuk memperoleh
nama di kawasan Eropa. Pada KTT NATO di Madrid, Moldova mengangkat
wakil pertama yang mengajukan bantuan untuk menyelesaikan konflik perbatasan
di Transnistria. Moldova meminta NATO menyerukan penarikan pasukan Rusia
di negara merdeka.117
Belum ada status berakhirnya konflik Transnistria, pemerintahan Tiraspol
mengeluarkan kebijakan kepada masyarakat untuk mematuhi peraturan yang
dibuat oleh pemerintahan Tiraspol.118
Kebijakan tersebut berisi tentang
penggunaan aksara latin di sekolah dibatasi; batasan kebebasan berkumpul;
batasan media melaporkan media; dan hukuman untuk warga pro-Moldova di
Transnistria.
November 1996 Petru Lucinschi terpilih menjadi Presiden Moldova.
Lucinshi merupakan presiden yang terpilih untuk mewakili Moldova dalam
penyelesaian masalah penjualan senjata ilegal yang dilakukan oleh pihak
115
Ibid. 116
Pal Kolsto, Andrei Edemsky dan Nataly Kalashnikova. The Dniester conflict, 987. 117
Ibid, 988. 118
Pal Kolsto,dan Andrei Malgin. The Transnistria Republic, 977.
32
Pridnestrovskaia Moldavskaia Respublika.119
Lucinshi mampu bekerja sama
dengan Transnistria dalam perekonomian industri. Walaupun status ekonomi
Transnistria meningkat, Pridnestrovskaia Moldavskaia Respublika tidak
mengakui adanya program kerja sama dengan Presiden Moldova.120
Presiden Lucinschi mampu membuat Eropa menyepakati kebijakan
minoritas di Moldova. Ratifikasi kebijakan ini dilakukan pada tahun 1996 tentang
perlindungan minoritas nasional. Namun tidak secara keseluruhan berdampak
positif pada kebijakan minoritas tersebut. Banyak persyaratan masuknya pelajar
dan karyawan tetap di Chisinau yang harus fasih berbahasa Rumania.121
Pada Oktober 1997 Moldova masuk ke dalam kelompok GUAM122
(Georgia, Ukraina, Azerbaijan dan Moldova).123
GUAM membuat kesepakatan
untuk memperkuat dan meningkatkan keamanan antar wilayah negara anggota.
Kelompok tersebut didukung oleh Amerika Serikat dan Eropa.124
Dukungan AS
dan Eropa dalam GUAM adalah untuk memerangi kejahatan yang terorganisir,
seperti anti-terorisme dan separatisme.125
Negara GUAM sepakat untuk memperkuat dan meningkatkan mekanisme
keaamanan dan koordinasi tindakan dalam organisasi internasional. Meskipun
perjanjian GUAM termasuk deklarasi pertahanan bersama, Moldova menyatakan
119
Ibid,978. 120
Ibid. 121
VG Baleaunu. In The Shadow of Russia. 9. 122
GUAM merupakan Kelompok aliansi politik, ekonomi dan strategis yang dirancang untuk
memperkuat kedaulatan sebuah wilayah. Pada tahun 1998 GUAM berubah nama menjadi
GUUAM karena masuknya Uzbekistan. GUUAM memiliki kepentingan untuk menaikkan
kerjasama dengan Eropa. GlobalSecurity.org, “Organization for Democracy and Economic
Development – GUAM” tersedia di http://www.globalsecurity.org/military/world/int/guuam.htm.
diunduh 18 September 2015. 123
ICG. Moldova Regional Tensions Over Trasndniestria. ICG Europe Report no.157, (2004). 4. 124
Ibid, 5. 125
Ibid.
33
sangat berpartisipasi dalam inisiatif pertahanan dalam negeri berbasis GUAM.126
Moldova telah terlibat dalam pertukaran informasi, perdagangan dan transportasi,
pengawasan perbatasan, dan isu proyek energi dalam kesepakatan regional.
Tugas utama Moldova dalam keanggotaan GUAM adalah
mempromosikan nilai-nilai demokrasi, memastikan aturan hukum, dan
menghormati hak asasi manusia; memperkuat keamanan dan stabilitas
internasional dan regional; memperdalam integrasi Eropa untuk pembentukan
ruang keamanan bersama, dan perluasan kerjasama di bidang ekonomi dan
kemanusiaan. Dalam penyelesaian konflik yang di hadapi oleh Moldova, GUAM
belum mampu menghilangkan pengaruh dari Rusia. Walaupun Moldova
mengalami perkembangan yang signifikan dalam hubungan Moldova dengan
Eropa.127
Adanya wilayah Industri Transnistria, Chisinau memilih menyatukan
kembali pihak yang berkonflik dengan membangun infrastruktur industri.128
Pemerintah Moldova membuat kebijakan bisnis di Transnistria dengan menerima
bantuan kesehatan dan pengembangan bisnis dari Uni Eropa.129
Smirnov
menerima kebijakan tersebut karena tidak adanya hubungan politik antar
Transnistria dengan Uni Eropa.130
126
Taras Kuzio, GUAM asaRegionalandSecurityOrganisation,
NationalSecurityandForeignPolicyofAzerbaijanconference, (Toronto: St.Michael‟s
College, University, 2008.) 4. 127
ICG. Moldova Regional Tensions. 5. 128
Ibid. 129
Marcin Kosienkowski. Is internationally recognised independence the goal of quasi-states?
The Case of Transnistria. (Lublin: The John Paul II Catholic University 2013), 63. 130
Ibid, 64.
34
Pemerintahan Moldova mengajukan penyelesaian konflik secara domestik
dengan pihak Transnistria. Pada akhir tahun 1997 Transnistria menyetujui
Moldova dengan syarat adanya campur tangan Rusia dalam penyelesaian konflik
tersebut.131
Transnistria menginginkan Rusia tetap menyediakan tentara untuk
menjaga perdamaian di kawasan Tiraspol.
Salah satu misi utama dari pasukan ini adalah mencegah konflik antara
Transnistria dan Moldova. Adapun gencatan senjata yang diprakarsai oleh
Pemerintah Rusia tidak terlalu disenangi oleh kedua belah pihak karena tidak
dapat memenuhi tuntutan yang ada.132
Namun baik Pemerintah Moldova dan
Transnistria berusaha menghargai kehadiran pasukan Rusia untuk kepentingan
masing-masing pihak.133
Bagi pihak Transnistria, pasukan penjaga perdamaian yang diturunkan
oleh Rusia akan mengamankan Transnistria dari serangan Moldova. Sedangkan
Pemerintah Moldova percaya bahwa Rusia akan membantu untuk mengembalikan
wilayah Transnistria kepada mereka bila Pemerintah Moldova mau bekerja sama
dengan Pemerintah Rusia. Bagi Rusia sendiri, keberadaan pasukannya disana juga
bertujuan untuk menjaga dan memindahkan sebagian besar persenjataan artileri
peninggalan era Uni Soviet.
Hubungan perdagangan antara Uni Eropa dan Republik Moldova
merupakan faktor penting dalam penyelesaian masalah dan pertumbuhan ekonomi
131
Bruno Coppieters, Michel Huysseune dan Michael Emerson. European Institutional Models, 7. 132
Ibid. 133
Ibid.
35
dari Moldova. Sejak 2008, Uni Eropa telah semakin menjadi mitra dagang utama
Moldova untuk impor dan ekspor.134
Hasil pertumbuhan ekonomi mendekati
setengah dari total perdagangan luar negeri tahunan Moldova sebesar 46,4%.135
Kerjasama ini akan terus berlanjut dengan diadakannya Perjanjian
Asosiasi yaitu Deep and Comprehensive Free Trade Agreement (DCFTA)136
antara Uni Eropa dan Republik Moldova. Perjanjian, yang telah menciptakan
hubungan baru dan lebih dekat politik dan ekonomi antara Uni Eropa dan
Republik Moldova sejak 1 September 2010.
Berakhirnya konflik yang terjadi antara gerakan separatis dan Moldova,
ditandai dengan adanya negosiasi dalam penyelesaikan konflik. Negosiasi ini
menciptakan Konferensi Keamanan dan Kerjasama dalam kawasan Eropa yaitu
OSCE (Organization for Security and Co-operation in Europe).137
OSCE
merupakan pendekatan komprehensif untuk keamanan yang mencakup politik-
militer, ekonomi, lingkungan, dan aspek manusia. OSCE membahas berbagai
masalah keamanan, termasuk pengawasan senjata, tindakan confidence dan
keamanan pembangunan, hak asasi manusia, minoritas nasional, demokratisasi,
strategi kepolisian, kontra-terorisme dan kegiatan ekonomi dan lingkungan.138
Oleh karena itu, keputusan OSCE diambil dari konsensus politik, tapi tidak
mengikat secara hukum dasar.
134
Republic of Moldova & the EU –Trade tersedia di http://ec.europa.eu/trade/policy/countries-
and-regions/countries/moldova/ ; diakses pada 20 Agustus 2015. 135
Steven Woehrel, Moldova: Background and U.S policy, 6. 136
Ibid. 137
Igor Munteanu, “Political Review and Parties Recomendations Legislation for Reform in
Moldova”, OSCE/ODIHR, (2010), 49. 138
Ibid.
36
Sebelumnya OSCE merupakan pergantian nama dari Conference on
Security and Co-operation in Europe (CSCE) yang didirikan pada tahun 1973.
CSCE dibuka di Helsinki pada tanggal 3 Juli 1973, namun pada saat itu Moldova
belum menjadi negara anggota.139
OSCE menggunakan cara diplomasi,
keamanan, perdagangan dan bidang keuangan yang mempengaruhi lingkungan
internasional khususnya Rusia dan Uni Eropa.
OSCE membuat pertemuan informal antara negara yang berkonflik
khususnya Moldova-Transnistria untuk menyelesaikan masalah. Pertemuan ini
bernama “Format 5+2”. Format 5+2 adalah format dari lima negara yang
memiliki konflik yaitu Moldova-Transnistria, Rusia, Ukraina sebagai pihak yang
berkonflik dan OSCE sebagai perantara, sedangkan dua diartikan sebagai
pengamat atau observers yaitu Amerika Serikat dan Uni Eropa.140
Pada 2002 Eropa dalam OSCE mengeluarkan kebijakan penyelesaian
konflik dengan menggunakan kerjasama negara anggota dalam Format 5+2.141
Uni Eropa menempati peran pengamat dalam pembicaraan damai di bawah
naungan Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa. Selain sebagai
peran pengamat, Eropa menjadi mediator dalam negosiasi antara Moldova dan
Transnistria.
Masuknya Amerika dalam Format 5+2 pada 2005 menjadi penguat
negosiasi yang diadakan oleh OSCE.142
Amerika dan Eropa mendukung
penyelesaian masalah dengan mendanai program pembangunan bangsa dan
139
Ibid. 50. 140
Stefan Wolff, The Transnistria Issue, 5. 141
Ibid. 142
Ibid.
37
mempromosikan kerjasama di tingkat masyarakat khususnya kesehatan, sosial
serta lingkungan di Moldova.
Sejak adanya negosiasi 5+2, penyelesaian konflik mengalami kemajuan
dengan mempertemukan negara dan kelompok yang terlibat. Proses yang dicapai
dari format 5+2 adalah untuk meningkatkan hubungan Chisinau dan Tiraspol
dalam perbaikan kerjasama penyelesaian masalah. Kerjasama tersebut merupakan
perbaikan jalur kereta api yang sebelumnya terputus di dua wilayah tersebut. Pada
tahun 2012, pembukaan kembali jalur kereta api wilayah Chisinau-Tiraspol
menjadi langkah nyata dalam menyelesaikan masalah. Meskipun penyelesaian
masalah pada konflik Transnistria mengalami kemajuan, perbedaan sejarah,
bahasa dan politik tidak mengubah pandangan Transnistria terhadap Moldova.
Transnistria tetap menginginkan kebebasan secara de facto untuk mencapai
kekuasaan tertinggi sebagai negara.
2.4 Respon Moldova terhadap dukungan penyelesaian konflik
Transnistria
Isu Transnistria dan penyelesaian konfliknya telah menjadi prioritas utama
dalam membuat kebijakan di Moldova. Secara khusus Perdana Menteri Moldova
yaitu Vlad Filat, mengharapkan penyatuan Moldova pada integrasi Eropa agar
dapat menyelesaikan masalah internal Transnistria dengan Chisinau.143
Namun
penyelesaian masalah yang diadakan oleh OSCE tentang proposal Format 5+2
143
Stefan Wolff, The Transnistria Issue, 7.
38
telah berlangsung lama bahkan sebelum Filat mengambil inisiatif bergabungnya
Moldova dengan Eropa.144
Tahun 2005 terdapat perkembangan mengenai konflik Transnistria dari
Moldova yaitu adanya Moldova’s Action Plan (MAP).145
MAP merupakan aksi
mediator dalam proses negosiasi yang dipimpin oleh OSCE untuk mencapai
kesepakatan bersama.146
MAP mengharuskan masyarakat sipil terlibat langsung
dalam menghormati perbedaan oleh Transnistria. Dalam MAP, Moldova
bergantung pada penyelesaian masalah yang dilakukan oleh OSCE dan
menunjukan penyelesaian yang dilakukan oleh Rusia dan Transnistria.
Tidak hanya penyelesaian yang dilakukan oleh Rusia, Moldova dan
Transnistria. Dalam Format 5+2 dibutuhkan dukungan dari Uni Eropa yang
bertanggung jawab pada implementasi yang dilakukan di daerah perbatasan.147
Misi bantuan yang dilakukan Uni Eropa terhadap konflik tersebut adalah
pembangunan asrama Europe Border Assistance Mission to Moldova and Ukraine
(EUBAM).148
Misi yang dilakukan oleh Eropa tidak membuat Moldova menemukan
penyelesaian konflik. Hal ini juga disebabkan oleh ketidakstabilan politik di
Moldova, termasuk koalisi pemerintahan dan pemilihan presiden di Moldova.149
144
Ibid. 145
Anna Lungu. Peaceful Conflict Transformation, Anna Lungu, Peaceful Conflict
Transformation in Transnistria. (Austria: European University Centre for Peace Studies 2007), 21. 146
Ibid. 147
Ibid, 8. 148
Stefan Wolff. Guarantee Options for a Settlement of the Conflict over Transnistria ,12. 149
Ibid.
39
ketidakstabilan politik ini membuat negosiasi yang dilakukan oleh pihak OSCE
dengan Transnistria dianggap tidak menemukan hasil akhir.150
Pada 2010 Tiraspol banyak mengeluarkan undang-undang tentang otonomi
khusus berupa perluasan perbatasan dan pendekatan hukum dengan Rusia melalui
perubahan konstitusi dalam wilayah. Tiraspol juga mengeluarkan tekanan pada
sekolah yang berbahasa Rumania dengan menghilangkan dana pendidikan dan
akses pembelajaran.151
Sebelumnya keberadaan pasukan Rusia merupakan kendala utama bagi
upaya perdamaian antara kedua belah pihak. Keberadaan pasukan ini membuat
para investor dari Eropa takut untuk berinvestasi di Transnistria.152
Smirnov pada
Maret 2006 mengeluarkan dekrit tentang pelarangan pendanaan LSM yang
terlibat secara politik di Tiraspol.153
Hal ini disebabkan oleh banyaknya lembaga
yang menjadi tangan dari Chisinau untuk mengetahui politik internal Tiraspol.
Rezim Smirnov banyak membuat kebijakan yang lebih mendekatkan diri
kepada Rusia dibandingkan dengan Moldova.154
Seperti penerimaan dukungan
ekonomi dari Rusia, dan penanaman modal para investor dari Rusia. Sementara
Moldova memiliki strategi untuk mendekatkan diri kepada komunitas pembisnis
di Transnistria.155
Negosiasi yang dilakukan oleh Moldova untuk memperkuat
150
Stefan Wolff. A resolvable frozen conflict?, 7. 151
Anita Sobjak. “Is Transnistria The Next Crimea?” Polski Institut Spraw Miedzynarodowych
The Polish Institute of International Affairs (2014), 2. 152
Ibid. 153
International Crisis Group. “Moldova‟s Uncertain Future”, ICG Europe Report No.175
(2006),3. 154
Ibid. 155
Ibid, 4.
40
jaringan komunitas pembisnis berhasil dengan membuat komunitas tersebut
menjauh dan menolak rezim Smirnov.156
Pada dasarnya strategi yang dijalankan oleh Moldova merupakan tekanan
untuk membuat Smirnov jatuh dari kekuasaannya. Strategi ini membutuhkan
bantuan dari Uni Eropa untuk menawarkan perdagangan yang lebih besar. Namun
Moldova memiliki hambatan dalam membangun dukungan untuk reunifikasi dari
wilayah tersebut. Hambatan tersebut tidak jauh dari keterpurukan ekonomi serta
masalah korupsi yang belum selesai. Keterpurukan ekonomi yang dialami oleh
Moldova membuat banyak masyarakat Moldova lebih memilih untuk bekerja di
luar negeri. Sejak 2005, Organisasi Internasional untuk Migrasi mengungkapkan
bahwa lebih dari 600.000 orang hidup dan bekerja di luar negeri.157
Terdapat kekhawatiran dari masyarakat Transnistria yang mendukung
kemerdekaan akan menjadi korban jika Transnistria bergabung kembali dengan
Moldova. Permasalahan yang dialami oleh Moldova terdapat pada perdagangan
manusia dengan negara tujuan seperti Turki, Israel, Arab dan Rusia.158
Perdagangan manusia tersebut banyak melibatkan korban perempuan untuk
eksploitasi seksual.159
Penyelesaian oleh pemerintah Moldova kurang maksimal
156
Ibid. 157
Maria Cristina Pantiru, Richard Black, and Rachel Sabates. Migration and Poverty Reduction
in Moldova (Brighton: Development Research Centre on Migration, Globalisation and Poverty,
2007), 8. 158
Ibid. 10. 159
Ibid. 12
41
karena Moldova banyak melibatkan LSM, dan pihak Eropa terutama dalam
pendanaan penyelesaian kasus tersebut.160
Pemberian pasport Rusia sebanyak 150.000 kepada masyarakat
Transnistria membuat warga Transnistria lebih mempercayai Rusia dibandingkan
dengan Moldova.161
Pada 2003 terdapat kesepakatan bahwa Moldova memegang
mayoritas dan Transnistria menjadi bagian minoritas dari federasi. Hal ini dikenal
dengan Kozak Plan162
, posisi Transnistria disini adalah untuk menerima dan
menandatangani perubahan di masa depan nantinya.
Moldova memiliki berbagai masalah internal negara seperti jatuhnya
pemerintahan pada 2013.163
permasalahan ini terjadi karena banyaknya skandal
korupsi dalam pemerintahannya. Hal ini diikuti oleh perubahan kebijakan oleh
konstitusi Moldova bahwa Uni Eropa dan OSCE dianggap sebagai ancaman
karena tidak cepat dalam menyelesaikan kasus Transnistria.164
Tidak ada kontribusi nyata dalam pemerintahan Moldova untuk
menyelesaikan kasus Transnistria. Jika Transnistria tidak berhasil masuk kembali
ke wilayah Moldova, Moldova tidak hanya kehilangan sebagian wilayahnya
namun Moldova juga kehilangan sumber pendapatan terbesar. 20% wilayah
industri Transnistria merupakan saham terbesar di Moldova.
160
Ibid.13 161
Stefan Wolff. Guarantee Options, 5. 162
Kozak Plan merupakan memorandum resmi Rusia dan Moldova pada tahun 2003. Hal ini
ditunjukan untuk menyelesaikan sengketa masalah antara Moldova dengan Transnistria. ECHR,
Case of Catan and Others v. Moldova and Russia Judgment (Strasbourg: European Court of
Human Rights, 2012), 9. 163
Igor Munteanu, “Political Review and Parties Recomendations Legislation for Reform in
Moldova”, OSCE/ODIHR, (2010), 263. 164
Nicu Popescu dan Leonid Litra. Transnistria: a bottom-up Solution, 6.
42
BAB III
KEPENTINGAN DAN KETERLIBATAN RUSIA
MENGHADAPI KONFLIK MOLDOVA-TRANSNISTRIA
Rusia adalah salah satu mitra ekonomi dan politik yang paling
berpengaruh di Moldova terutama Transnistria. Dengan adanya gerakan separatis
Transnistria, hubungan Moldova - Rusia menjadi tidak stabil. Ketidakpastian
permasalah konflik wilayah antara Transnistria dengan Moldova menjadi sumber
permasalahan antara Moldova - Rusia.
Sejak runtuhnya Uni Soviet banyak persamaan indentitas antara Rusia
dengan Transnistria terutama komposisi penduduk yang didominasi oleh
keturunan Rusia. Konflik perbedaan terbesar yang dirasakan Moldova dengan
Transnistria ditandai dengan deklarasi kemerdekaan Transnistria. Hal tersebut
menimbulkan konflik senjata dan pengiriman pasukan militer oleh Rusia.
3.1 Keamanan Moldova
Konflik yang terjadi di Moldova disebabkan oleh lahirnya gerakan
separatis di wilayah timur sungai Dnistr yaitu Transnistria. Transnistria termasuk
ke dalam gerakan separatis yang menginginkan otoritas secara penuh dari
Moldova.165
Hal ini juga dijelaskan oleh Michael S. Bobick, bahwa Transnistria
termasuk ke dalam gerakan separatis karena menginginkan kemerdekaan dari
165
András Rácz dan Arkady Moshes, “Not Another Transnistria: How Sustainable is separatism in
Eastern Ukraine?”, The Finnish Institute of International Affairs, (2014), 8.
43
Moldova.166
Gerakan ini disebabkan oleh perbedaan etnis, bahasa dan pemikiran
secara politik dan ekonomi. Intervensi Rusia juga mendukung gerakan separatis
ini menjadi berkembang.
Dampak negatif timbulnya gerakan separatis ini adalah adanya disintegrasi
bangsa dan terganggunya keamanan suatu negara. Seperti yang terjadi di Moldova
saat timbulnya perpecahan antara Chisinau dan Tiraspol. Terganggunya keamanan
menyangkut keamanan berpolitik, keamanan ekonomi, dan keamanan lingkungan
seperti yang dijelaskan pada Bab satu oleh Barry Buzan dalam bukunya yang
berjudul New Patterns of Global Security in The Twenty-First Century.167
Sedangkan dalam People, States and Fear: an Agenda for International
Security Studies in the Post Cold War Era oleh Barry Buzan bahwa strategi
keamanan suatu negara selalu memperhitungkan aspek threat (ancaman) dan
vulnerability (kelemahan) dalam negara tersebut.168
Suatu ancaman terhadap
keamanan nasional dapat dicegah atau akan mengurangi suatu kerentanan pada
keamanan nasionalnya. Kedua aspek tersebut sangat mempengaruhi kapabilitas
yang dimiliki negara tersebut.
Menurut Barry Buzan, terdapat lima tipe dari ancaman yaitu militer,
politik, societal, ekonomi dan ekologi.169
Lima tipe tersebut adalah: Pertama,
ancaman militer adanya tindakan militer yang biasanya mengancam segala
komponen suatu negara. Kedua ancaman politik, lebih mengarah kepada stabilitas
166
Michael Bobick, “Separatism redux: Crimea, Transnistria, and Eurasia's de facto states”, 2 Juni
2014, Tersedia di
https://www.academia.edu/7234299/Separatism_redux_Crimea_Transnistria_and_Eurasias_de_fa
cto_states; diunduh 2 Desember 2015. 167
Barry Buzan, New Patterns of Global, 433. 168
Barry Buzan, People, States and Fear, 73-83. 169
Ibid,107-117.
44
organisasi pemerintah atau menekan pemerintah yang berkuasa dalam kebijakan,
menggulingkan pemerintahan, atau menciptakan intrik politik yang mampu
menganggu jalannya pemerintahan sehingga pula melemahkan kekuatan
militernya. Ketiga sosial, ancaman sosial biasanya terjadi sebagai imbas dari
ancaman militer dan politik. Keempat ancaman ekonomi, merupakan ancaman
yang paling sulit diatasi dalam kaitannya dengan keamanan nasional. Kelemahan
dalam bidang ekonomi, dapat menjadi jalan bagi Rusia untuk mengontrol jalannya
pemerintahan melalui bantuan ekonomi.
Kelima ekologi, ancaman ekologi bagi keamanan nasional merupakan
ancaman militer dan ekonomi yang dapat menghancurkan bentuk dasar suatu
negara seperti gempa bumi, angin topan, banjir, gelombang air pasang, dan musim
kemarau. Namun dalam analisa konsep keamanan dari keterlibatan Rusia di
Moldova faktor kelima bukanlah faktor Rusia terlibat di Transnistria. Penulis akan
menganalisa tiga ancaman yang terdapat di Transnistria. Tiga ancaman tersebut
adalah militer, politik dan ekonomi.
3.1.1 Penempatan Militer Rusia di Transnistria
Kehadiran kelompok ilegal menimbulkan ancaman kedaulatan, integritas
teritorial dan keamanan nasional Republik Moldova. Kurangnya kontrol
pemerintahan Moldova pada keamanan bernegara di wilayah timur melahirkan
lintas batas kejahatan yang terorganisir, lalu lintas perdagangan ilegal seperti
senjata; obat-obatan terlarang; dan manusia.
Rusia campur tangan dalam penempatan pasukan perdamaian di wilayah
Transnistria. Kehadiran pasukan tersebut tidak membuat Rusia mendamaikan
45
keadaan antar kedua belah pihak. Namun pasukan tersebut berhasil membangun
industri gudang senjata dan membangun aliansi dengan Transnistria.
Pengiriman pasukan militer yang berujung pada penempatan serta
pembangunan pabrik senjata di kawasan Transnistria menjadi awal kedekatan
Rusia dengan Transnistria. Cossack dan 14th Army memainkan peran dengan
cara mengendalikan Transnistria agar lebih pro terhadap Rusia. Seperti yang
diperintahkan oleh Jenderal Rusia Netkachev, yaitu: “Given that Transnistrian is
Russian territory and that the situation there has deteriorated, we must defend it
by all means possible.”170
(Mengingat bahwa Transnistria adalah wilayah Rusia
dan bahwa situasi disana telah memburuk, maka kita harus memnpertahankannya
dengan segala cara.Terjemahan penulis)
Netkachev menunjukan bahwa posisi Transnistria merupakan wilayah
Rusia yang harus dipertahankan wilayahnya. Secara tidak langsung Rusia
memiliki kemampuan untuk mempengaruhi militer hingga politik Transnistria.
Tidak berhenti pada pengiriman pasukan, Rusia melihat beberapa faktor positif
terhadap sifat Transnistria yang pro-Rusia. Mayoritas ideologi, dan etnis yang
memiliki banyak persamaan terhadap Rusia merupakan sifat pro-Rusia yang
ditunjukan oleh Transnistria. Melihat letak geografis wilayah Transnistria yang
mudah terlibat dalam kegiatan ilegal seperti penyelundupan senjata, ilegal ekspor-
170
Anna Lungu, Peaceful Conflict Transformation, 5.
46
impor barang menjadi faktor tambahan Rusia tampil sebagai pembela dan
pelindungnya.171
Beberapa perjanjian yang dibuat oleh DCFTA, OSCE, dan organisasi
Eropa lainnya tentang penarikan kembali pasukan tersebut tidak membuat Rusia
menarik pasukannya. Keberadaan pasukan tersebut membuat permasalahan yang
tidak kunjung selesai dan menemui deadlock. Adanya pasukan militer Rusia
dalam wilayah kedaulatan Moldova merupakan pelanggaran hukum internasional
kecuali pasukan tersebut merupakan pasukan perdamaian (peacekeeping). Namun
dalam Piagam PBB “peacekeeping” dilibatkan dalam perang hanya untuk
menjamin perdamaian dan keamanan internasional, dan terlibatnya peacekeeping
hanya bisa dibawah komando PBB bukan negara pembantu agar terciptanya
perjanjian perdamaian.172
Sedangkan prinsip kedaulatan negara dan non-
interference dalam permasalahan negara lain, secara keras dilarang oleh PBB
untuk melakukan intervensi antar negara.173
Mendukung adanya penempatan pasukan dijelaskan pada kasus Ilascu
Eropean Court of Human Rights (ECHR) artikel 14 bahwa pada masa deklarasi
kemerdekaan Moldova, mereka tidak mempunyai tentaranya sendiri. Pasukan
Soviet keempatbelas yang bermarkas di Chisinau sejak 1956 tetap berada di
wilayah Moldova meski sejak 1990 sebagian personel dan peralatan militernya
mulai ditarik. Pada 1991, pasukan keempatbelas di Moldova terdiri dari beberapa
171
Ibid, 6. 172
Stephen M. Hill dan Shanin P. Malik, Peacekeeping and The United Nations (London:
Dartmouth Publishing Company Limited, 1996), 14. 173
Piagam PBB, Bab 1, pasal 2, ayat 7. Tersedia di
https://treaties.un.org/doc/publication/ctc/uncharter.pdf; diunduh 11 Maret 2016.
47
ribu tentara, unit infanteri dan artilleri (terutama sistem misil penangkis serangan
pesawat), kendaraan bersenjata dan pesawat. Mereka mempunyai banyak
simpanan amunisi yang dianggap sebagai salah satu yang terbesar di Colbaşna,
Transdniestria. 174
Kehadiran pasukan Rusia dan persenjataan di wilayah Republik Moldova
bertentangan dengan Konstitusi Republik Moldova, komitmen internasional dan
kehendak warga Moldova, sehingga menjadi alat tekanan politik dan ancaman
besar bagi keamanan nasional negara. Kehadiran militer asing di wilayah
Moldova alat konsolidasi rezim separatis di Transnistria.
Kejahatan terorganisir, termasuk lintas batas kejahatan terorganisir, yang
mengikuti kecenderungan untuk berbaur dengan aktivitas kelompok separatis.
Faktor tersebut menciptakan tempat untuk kegiatan separatis dan pertumbuhan
senjata ilegal. Tanpa kontrol pemerintahan, fenomena kejahatan terorganisir
merupakan ancaman terhadap keamanan nasional Republik Moldova. Risiko ini
juga dapat menghasilkan efek negatif pada hubungan bernegara.
3.1.2 Politik Moldova-Transnistria.
Transnistria masih belum bisa menentukan Demokrasi atau Dominasi
dalam menjalankan pemerintahannya. Kembali pada pengertian awal Demokrasi
yang diambil dari bahasa Yunani “demos” rakyat dan “kratos” kekuasaan, maka
demokrasi itu sendiri bermakna kekuasaan yang berasal dari rakyat. Namun hal
itu diartikan sebagai cara mencapai kekuasaan oleh kelompok Sheriff terutama
174
ECHR. Case of Catan and Others v. Moldova and Russia Judgment (Strasbourg: European
Court of Human Rights, 2012), 4.
48
oleh Smirnov. Walaupun Transnistria mempunyai semangat sosial kesetaraan
tentang persamaan ideologi rakyatnya.
Sheriff dalam menjalankan pengaruhnya dengan memanipulasi pemilu dan
memonopoli pasar Transnistria. Sama halnya dengan Smirnov yang mencalonkan
diri sebagai Presiden Transnistria 2006. Jelas bahwa pada saat itu posisi Smirnov
lebih defensif daripada berorientasi untuk solusi peyelesaikan konflik. Sheriff dan
Smirnov lebih menunjukkan sikap permusuhan oleh wilayah tetangganya
Moldova. Hal ini terbukti pada strategi yang dikemukakan Smirnov untuk
program pencalonan presiden, yaitu Tugas utama bagi TMR (Trans-Dniester
Moldovan) untuk lima tahun kedepan adalah membawa ide kebebasan, kesetaraan
dan kemerdekaan. Membuahkan hasil atas referendum dari 17 September 2006,
mengenai hubungan dan penggabungan pokok dengan Rusia; sebuah kesuksesan
bagi implementasi proyek Rusia; akomodasi, bantuan kesehatan, pendidikan dll;
merealisasikan hubungan politik dan ekonomi utamanya dengan negara-negara
Slavik; menguatkan angkatan bersenjata sebagai penjamin keamanan dan
ketertiban nasional; perkembangan global dan penyebaran ideologi patriotisme
dari TMR. 175
Sheriff juga menjadi beban bagi rakyat Transnistria dalam melaksanakan
peningkatan standar kehidupan masyarakat. Secara bertahap Sheriff berwenang
memegang beberapa perusahaan besar dan usaha informal yang mendapatkan
pendapatan lebih besar dibandingkan usaha lainnya. Untuk melindungi posisi
ekonomi istimewa terutama pada kepemilikan perusahaaan, Sheriff masuk ke
175
Anna Lungu. Peaceful Conflict Transformation, 8.
49
dalam partai politik (Obnovlenie) dan bekerja sama dengan para pemimpin
Transnistria.176
Masuknya Sheriff pada pemerintahan membuat peraturan yang
menciptakan kepentingannya untuk mencapai suatu tujuan. Namun fokus rakyat
Transnistria lebih membutuhkan peningkatan standar hidup, pendidikan untuk
semua kelompok etnis, bantuan kesehatan dan hubungan dengan semua negara
dan pergerakan yang bebas barang dan jasa yang mereka produksi.
Sejak Februari 1992 Obnovlenie berkoalisi dalam membangun partai dan
industri besar di Moldova-Transnistria.177
Koalisi tersebut memiliki perhatian
besar terhadap kekuatan Rusia dan melindungi basis industri Rusia.178
Rusia juga
menyediakan pemimpin politik dari Tiraspol dengan dukungan yang cukup besar.
Hingga 2010 Smirnov menikmati dukungan Rusia selama pemilihan Presiden
2011 yang dibantu oleh Anatoly Kaminski, pemimpin Obnovlenie saat itu.179
Rusia memiliki banyak keuntungan dengan mendukung rezim separatis
dan menghindari penyelesaian konflik yang dilaksanakan oleh OSCE. Terutama
dalam memenuhi kepentingan geo-politik Rusia dalam kontrol politik dan militer
Transnistria. Anggota dari asosiasi penulis internasional PEN, Vitalie Ciobanu
juga berpendapat bahwa Moldova hingga saat ini menyisakan bayang-bayang
Rusia, itu merupakan alasan kami tidak benar-benar memiliki partai politik
Moldova. Lebih tepatnya memanggil partai yang ada dengan sebutan partai
176
Stefan Wolff, Guarantee Options, 11. 177
Ibid. 178
Michael McFaul dan Sergei Markov. The Troubled Birth of Russian Democracy: Parties,
Personalities, and Programs (San Francisco: Hoover Institution Press, 1993), 68. 179
Svante Cornell dan Michael Jonsson. Conflict, Crime, and the State in Postcommunist Eurasia
(Philadelphia: Pennsylvania Press, 2014), 135.
50
geopolitik. Itulah alasan mengapa pemisahan dari spektrum antara kiri dan kanan
hanya bersifat konvensional.180
Seperti yang dikatakan oleh Ciobanu, Moldova belum memiliki partai
politik yang kuat untuk menjalankan pemerintahan secara tegas. Ciobanu juga
menjelaskan bahwa pemisahan ideologi dari kiri dan kanan merupakan konsep
lama yang terjadi saat perang dingin dimulai, itu merupakan alasan Rusia masih
berusaha mengintervensi Moldova. Padahal jika dilihat dari sistem politik
modern, hal itu sudah tidak berlaku, hal itu sekarang berganti pada partai
geopolitik dimana banyak campur tangan yang terjadi di salah satu partai tersebut.
Dengan cara inilah Rusia dapat mengembangkan kekuasaannya dalam
menjalankan politik di Transnistria. Dalam Format 5+2 yang dibuat oleh OSCE,
peran Rusia tidak menunjukan penyelesaian konflik yang setuju bahwa
Transnistria merupakan bagian dari Moldova. Nicu dan Leonid dalam jurnal
European Council on Foreign Relation mengatakan bahwa Sergey mengakui
kesetaraan Chisinau sebagai ibukota dari Moldova dan Tiraspol sebagai ibukota
dari Transnistria.181
Socor selaku calon kandidat presiden juga berpendapat bahwa
Rusia memiliki rencana rahasia diluar rencana resmi 5+2, salah satunya yaitu
Rusia mengajukan untuk membubarkan parlemen yang ada dan hanya warga lokal
yang dapat memilih parlemen yang baru. Dalam konteks ini, menimbang bahwa
di Transnistria kebanyakan penduduknya mempunyai paspor Rusia, maka mereka
180
Alianta.md, “Centrist Union signs cooperation agreement with ruling party in Russia” Tersedia
di
http://www.alianta.md/uploads/docs/1238016992_03.04_Centrist_Union_signs_cooperation_agree
ment_with_ruling_party_in_Russia.pdf ; diunduh 26 Januari 2016. 181
Nicu Popescu dan Leonid Litra. Transnistria: a bottom-up Solution.
51
pasti akan menjadi nominasi/calon kandidat Tiraspol (V. Socor) di parlemen.
Kepentingan Rusia bisa dipastikan akan diwakili oleh parlemen Moldovan/
Transnistrian yang baru.182
Adanya usulan Rusia, tentang pembubaran parlemen dan hanya warga
Transnistria yang terpilih mengisi anggota parlemen. Hal ini membuat Rusia
melihat peluang banyaknya pemegang paspor Rusia oleh warga Transnistria dan
akan menjadi jaminan bahwa kepentingan Rusia akan diwakilkan pada parlemen
selanjutnya. Hal ini diperjelas dengan klaim Socor calon kandidat Presiden
Transnistria, yaitu:“Moldova would become a “dysfunctional state,” while Russia
would be able to manipulate through its proxies.”183
(Moldova akan menjadi
“negara yang tidak berfungsi secara normal” sedangkan Rusia akan mampu
memanipulasi melalui pihak ketiga.)
Alasan utama Rusia masih mempertahankan pengaruhnya di Transnistria
adalah untuk memblokir Romanisasi dan Eropanisasi yang terjadi di Moldova,
seperti yang dikatakan oleh Rodkiewicz, bahwa Transnistria merupakan hal
bernilai bagi Moskow karena ia merupakan salah satu alat utamanya dalam
menghambat Romanisasi dan mungkin juga Eropanisasi Moldova. Hal ini juga
yang membuat Moskow menolak permintaan pemimpin Transnistria untuk
mengakui kemerdekaan wilayahnya.184
Rusia tidak menginginkan adanya campur
tangan Amerika dan Eropa terutama saat Moldova mulai bergabung pada
182
Anna Lungu. Peaceful Conflict Transformation, 23. 183
Ibid. 184
Rodkiewicz, W. Transnistrian Conflict after 20 Years. (Chisinau: OSW Centre for Eastern
Studies, 2011), 19.
52
keanggotaan DCFTA dan kerjasama lainnya dalam peningkatan hubungan
ekonomi antar negara Eropa.
3.1.3 Ekonomi Moldova-Transnistria
Sebelumnya, Moldova merupakan negara miskin di Eropa yang
bergantung pada subsidi dan utang yang diberikan oleh Rusia. Bahan makanan,
anggur, dan produk pertanian adalah ekspor utama dari Moldova. Meskipun
sektor teknologi dalam industri berkembang perlahan, Moldova tetap dinilai
sebagai negara miskin di Eropa.
Perkembangan GDP Moldova secara berlahan dirasakan naik dari 2000 –
2002 karena perkembangan ekpor impor dalam bidang pengolahan bahan
makanan.185
Moldova memiliki surplus perdagangan dengan negara-negara CIS,
hal ini terjadi pada peningkatan impor dari Ukraina. Namun, 2002-2005 neraca
perdagangan negara CIS menjadi negatif dan Moldova lebih beralih berkerja sama
dengan Uni Eropa.186
2004, Uni Eropa bekerja sama dengan pemerintah Moldova
menerapkan kebijakan double-checking system untuk baja yang diekspor dari
Moldova tanpa ada pembatasan jumlah ekspor.187
Hal ini diterapkan untuk
meningkatkan transparansi ekspor baja yang dilakukan oleh Transnistria ke Uni
Eropa di mana mereka harus memiliki sertifikat dari pemerintah Moldova yang
mengonfirmasi asal ekspor tersebut. Secara tidak langsung kebijakan tersebut
185
Marek Dabrowski, Moldova: Major Economic Problems and Challenges. (Chisinau : Center for
Social and Economic Research, 2003), 8 186
Ibid, 10. 187
Nicu Popescu, “The EU and Transnistria: From Deadlock to Sustainable Development”. IPF
Policy Brief , Tersedia di :
http://www.policy.hu/npopescu/ipf%20info/IPF%201%20transnistria.pdf, diakses 6 Maret 2016,
7.
53
mengharuskan adanya kesepakatan antara Moldova dan Transnistria yang
memungkinkan untuk membuka jalan bagi penyelesaian konflik antar kedua belah
pihak.
Pada 2006 Uni Eropa mempromosikan pembangunan berkelanjutan pada
negara yang memiliki GDP rendah dalam kawasannya.188
Uni Eropa menjadikan
Moldova sebagai mitra ekonomi untuk meningkatkan perkembangan hubungan
antar negara Eropa Timur, walaupun dalam pelaksanaanya tidak membuahkan
hasil yang maksimal. Ekonomi Moldova tetap dinilai rendah dibatas
perekonomian negara Uni Eropa lainnya.
Tingkat korupsi pada pemerintahan membuat masyarakat kurang percaya
terhadap pemerintah. Korupsi yang dialami pemerintah Moldova didapat dari
tidak efisiennya pemerintahan dalam menangani posisi istimewa pasar seperti
monopoli pasar yang dimiliki oleh kelompok Sheriff dan peraturan pajak yang
tidak dijalankan secara adil.189
Faktor lain juga terdapat pada sistem pendapatan
publik yang digunakan untuk pembiayaan partai dan posisi masyarakat yang tidak
faham terhadap aliran dana pemerintah. Uni Eropa juga memperluas larangan
bepergian bagi 10 pejabat Transnistria yang dianggap telah melakukan
peanggaran korupsi dan HAM karena menutup sekolah yang mengajarkan tulisan-
tulisan Latin. Namun kebijakan tersebut tidak berjalan dengan efektif salah
satunya dikarenakan pihak Ukraina yang menganggap sebagai pihak netral tidak
188
Alexandu Fala, Economic Cooperation With The EU – A Prerequisite for Development of The
Republic Moldova. (Chisinau: Moldova‟s Foreign Policy Statewatch, 2011), 4. 189
Lilia Carasciuc, Corruption and Quality of Governance:
The Case of Moldova (Chisinau: Report Transparency International - Moldova, 2012),
54
seharusnya menekan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik sehingga
memudahkan pejabat Transnitria bepergian di Ukraina maupun Rusia.190
Kebijakan ekonomi Rusia di Moldova mencakup tindakan investasi,
kegiatan ekspor-impor dan alokasi keterbatasan sumber daya. Dalam hubungan
perdagangan yang dimiliki kedua negara ini berpengaruh pada kegiatan ekspor
dari hasil pertanian Moldova dan impor energi gas alam Rusia. Terutama dalam
wilayah negara bekas Uni Soviet keamanan energi sangat bergantung pada Rusia.
Perekonomian Moldova dinilai tidak stabil jika dinilai sebagai negara.
Kehadiran ekonomi Rusia dalam perekonomian Moldova terdapat pada subsidi
gas alam, dan penanaman modal di berbagai perusahaan Moldova dan
Transnistria. Namun subsidi gas alam yang dikirim dari Rusia dan penanaman
modal tersebut terhitung sebagai utang negara Moldova.
Melihat perekonomian Moldova yang selalu mengalami defisit negara,
tahun 2003 banyak industri Transnistria memilih untuk memprivatisasi
perusahaan. Privatisasi yang dilakukan beberapa industri besar Transnistria
membuat Moldova tidak dapat mengatur sistem ekonomi industri Transnistria.
Kepemilikan perusahaan industri oleh Smirnov dan kelompok Sheriff Transnistria
membuat Rusia mudah bekerjasama dalam menjalankan kegiatan ekonomi seperti
penerapan harga bahan baku barang.
Jaringan pipa gas yang dikirim melalui Transnistria ke Moldova mencapai
90% sumber gas yang dibutuhkan oleh Moldova.191
Jaringan pipa gas ini rentan
190
Nicu Popescu, “The EU and Transnistria”, 10.
55
menjadi masalah kepemilikan antara Moldova dengan Rusia, walaupun Moldova
telah memiliki MoldovaGaz namun sumber dari gas tersebut masih dalam status
impor dari Rusia terutama Gasprom.
Dalam resolusi no. 1334 IGD 17 November, yang dinyatakan oleh Duma
Federasi Rusia bahwa Transnistria merupakan zona kepentingan strategis untuk
Rusia.192
Salah satu kepentingan strategis Rusia adalah industri senjata.
perusahaan Rusia menyediakan teknologi dan peralatan yang diperlukan untuk
pembuatan persenjataan modern dan perlengkapan militer kepada perusahaan
Transnistria. Selain itu, Transnistria juga membuat komponen-komponen bagi
para pembuat senjata Rusia. Contohnya perusahaan Elektrommash yang
menerima pesanan komponen bagi pistol dengan peredam dan berbagai sistem
persenjataan lain yang nantinya akan dirakit di Rusia. 193
Hal ini membuktikan adanya ketergantungannya Transnistria yang
dimanfaatkan Rusia sebagai tempat untuk mendirikan industri senjata di luar
negara Rusia. Dibawah kendali Rusia industri senjata dijalankan hingga
penerapan privatisasi kepemilikan perusahaan besar di Transnistria. Privatisasi
yang dilakukan beberapa industri besar Transnistria membuat Moldova tidak
dapat mengatur sistem ekonomi industri di Transnistria.
Interaksi ekonomi Transnistria tergolong sangat membutuhkan Rusia.
Pasar terbesar dari kegiatan ekspor-impor Transnistria adalah Rusia. Tidak hanya
191
Kamil Calus. An aided economy, 1. 192
Anna Lungu. Peaceful Conflict Transformation, 7. 193
Ibid.
56
pasar perdagangan yang dikelola oleh Rusia, namun keuangan terutama dalam
privatisasi dan investasi oleh unit ekonomi Rusia di dalam industri Transnistria.
Seperti yang disebutkan oleh Center for Strategic Studies and Reforms bahwa
Transnistria, dengan segala kerumitannya (statusnya yang tidak diakui dan
ketidakjelasan status hukumnya) telah mencoba berbagai cara yang tak biasa
termasuk dengan keikutsertaan kementerian perdagangan dan Industri Rusia untuk
mencari format yang efisien untuk perdagangan asing dan mitranya; dimulai dari
otonomisasi finansial dan kepengurusan pada infrastruktur daerah seperti rel
kereta api, sistem penyedia bensin dan listrik, TI dan jaringan telepon.194
Hal
inilah yang menjadi faktor Rusia memanfaatkan kondisi kebutuhan Transnistria.
Bukan hanya kegiatan ekspor-impor, industri bahkan kondisi ekonomi
internal Transnistria. Perusahaan gas dan pengelolaannya juga merupakan
prioritas tinggi dari perusahaan besar seperti Gasprom. Pemisahaan perusahaan
gas oleh Transnistria tahun 2005 membuat saham pipa gas di kelola sebagian
besar oleh Rusia.
Center for Strategic Studies and Reforms juga menyebutkan lima bukti
bahwa Rusia akan tetap menjadi negara penjamin di Transnistria.195
Pertama,
Dalam negosiasi 5+2 adanya kontingen pasukan perdamaian membuat
infrastruktur pasukan tersebut masih berada di wilayah Transnistria. Kedua,
Sistem kewarganegaraan ganda yang dimiliki oleh mayoritas populasi memiliki
konsekuensi hukum Rusia begitu juga dengan sistem pendidikan yang berorientasi
194
CISR. Transnistrian Market and its Impact, 11. 195
CISR. Transnistrian Market and its Impact, 19.
57
pada hukum Rusia. Keempat, Interaksi ekonomi yang ketat dengan Rusia
menunjukan keberlanjutan investor untuk tetap berinvestasi di Transnistria. Lalu
yang terakhir adalah pasar tenaga kerja Rusia mempekerjakan 20% populasi yang
aktif dari Transnistria.
3.2 Kebijakan Luar Negeri Rusia di Moldova
Terdapat lima prinsip kebijakan luar negeri Rusia yang didapat dari hasil
wawancara Dmitry A. Medvedev Presiden ketiga Rusia dalam televisi pusat
Rusia: pertama, Rusia mengakui adanya dasar hukum internasional yang nantinya
akan memajukan hubungan dengan negara lain; kedua, penerapan multipolar di
dunia internasional; ketiga, tidak adanya konfrontasi antara Rusia dengan negara
lain; keempat, perlindungan Rusia terhadap kepentingan pengusaha di luar negeri;
kelima, penentuan kawasan istimewa. Di kawasan tersebut, seperti adanya ikatan
sejarah, dan hubungan dekat menjadi kawasan yang sangat diperhatikan oleh
Rusia.196
Pada point kelima prinsip tersebut membuktikan bahwa Rusia masih
menginginkan keterlibatannya di negara kecil yang masih memiliki ikatan
hubungan seperti di negara bekas Uni Soviet. Tidak hanya Medvedev, Presiden
Vladimir Putin menjelaskan bahwa kepentingan rakyat Rusia di negara bekas Uni
Soviet juga merupakan kepentingan Rusia.197
196
Artikel wawancara Dmitry A. Medvedev terhadap pers televisi pusat Rusia. Kedutaan Besar
Federasi Rusia, “Lima Prinsip Kebijakan Luar Negeri Rusia”, tersedia di
http://indonesia.mid.ru/documents/3046611/9269502/mfa_ind_02i.pdf; diunduh pada 11 Maret
2016. 197
Gevorg Mirzayan, “Era Baru Kebijakan Luar Negeri Rusia Setelah Perang Dingin”, 3 April
2014. Tersedia di
58
Dalam menganalisa kepentingan Rusia terhadap gerakan separatis
Transnistria dibutuhkan kebijakan luar negeri Rusia yang menggunakan kerangka
Teori Kebijakan Luar Negeri K.J Holsti yaitu faktor internal/domestik berupa
kedekatan secara Ideologi, Geografis, dan persamaan sejarah diantara keduanya.
Dalam faktor eksternal yang berupa Struktur sistem pemerintahan Moldova yang
tergolong lemah (weak power) dengan kapabilitas politik dan ekonomi yang
lemah. Melalui faktor eksternal dan internal, penulis memaparkan politik luar
negeri Rusia. Dan kemudian menjadi acuan untuk mencapai kepentingan nasional
Rusia dan untuk menyeimbangkan kekuatannya dengan negara lain di kawasan
bekas Uni Soviet.
3.2.1 Faktor Internal Rusia
Karakteristik kedekatan secara ideologi, geografis dan persamaan sejarah
antara Transnistria dengan Rusia membuat perkembangan kedekatan secara
politik dan ekonomi di Transnistria. Hal ini didukung oleh perbedaan yang
dirasakan oleh Transnistria dengan Moldova. Kedekatan geografis wilayah Timur
Moldova mendukung adanya geopolitik Rusia. Geopolitik yang terhubung dari
konflik Transnistria berawal pada jatuhnya Uni Soviet dan munculnya negara-
negara baru yang membuat Rusia kehilangan banyak wilayahnya. Seperti yang
dikatakan oleh Oazu Nantoi perdana menteri Moldova, bahwa Rusia melakukan
aksi tersebut secara sadar karena sudah menjadi pengetahuan umum bahwa
Moldova mempunyai beberapa kewajiban kepada Uni Eropa mengenai rezim
http://indonesia.rbth.com/politics/2014/04/03/era_baru_kebijakan_luar_negeri_rusia_setelah_pera
ng_dingin_23511; diunduh pada 12 Maret 2016.
59
liberalisasi visa. Rusia memanfaatkan kebuntuan keadaan politik sekarang di
Chisinau.198
Secara sadar Rusia mengambil banyak keuntungan dari permasalahan
Moldova yang tidak menemukan jalan akhir dengan cara memberi bantuan politik
yang dibutuhkan Transnistria dan Moldova. Rusia memiliki peluang dalam
intervensi unilateral seperti mempertahankan infrastruktur senjata, pangkalan
militer dan amunisi lainnya. Hal ini didukung oleh permintaan Transnistria yang
tidak menginginkan panarikan infrastruktur tersebut oleh Rusia. Peluang ini
menjadikan Rusia bertindak sebagai negara penjamin di wilayah Moldova-
Transnistria.
Rusia masih melihat peluang untuk menjadi poros di kawasan timur Eropa
dari kesamaan ideologi. Persamaan tersebut timbul karena adanya penyatuan
daerah Besarabia yang sebelumnya berada di bawah pengaruh Uni Soviet.
Penyatuan daerah dengan bahasa berbeda membuat Transnistria lebih dekat
dengan Rusia. Perbedaan pendapat oleh rakyat minoritas dan mayoritas membuat
banyak kebutuhan yang tidak bisa diberikan oleh Moldova kepada kedua belah
pihak. Kebutuhan seperti budaya, persamaan hak berbahasa, ekonomi serta
pendidikan membuat konflik yang tidak kunjung selesai hingga saat ini.
3.2.2 Faktor Eksternal Rusia
Tidak sebanyak faktor internal, keterlibatan Rusia di Moldova dalam
faktor eksternal adalah adanya kekuatan yang lemah di Moldova (Small states)
198
Nisha Aslan, The Transnistria Conflict and The European Union’s Foreign Policy (Nijmegen:
Radboud University Nijmegen, 2013), 29.
60
dalam menghadapi pengaruh Rusia di Transnistria. Small states umumnya
merupakan weak power, dimana kekuatan yang dimiliki negara kecil memiliki
kriteria dengan kapabilitas politik dan ekonomi yang lemah. Seperti yang
diungkapkan oleh Buzan bahwa: “Weak states, whether or not they are also weak
power”.199
(Negara-negara lemah, apakah ya atau tidak mereka juga mempunyai
kekuatan yang lemah. Terjemahan penulis)
Ketidakmampuan Moldova sebagai negara kecil dalam menghadapi
pengaruh Rusia dalam sistem pemerintahan yang terlibat di Transnistria dan
sistem ekonomi Transnistria. Pengaruh tersebut menimbulkan adanya hegemon di
negara bekas Uni Soviet. Rusia lebih menekankan pada penggunaan soft power
seperti pemberian bantuan berupa dana pendidikan, transportasi dan dalam
menjalankan industri di Transnistria. Ketakutan Rusia jika negara bekas Uni
Soviet lebih berpihak kepada Barat merupakan misi Rusia.200
Misi ini didukung
dengan beberapa kebijakan dan organisasi seperti CIS dan GUAM. Dengan
bantuan yang diberikan oleh Rusia kepada Moldova, Rusia mampu masuk ke
dalam sistem pemerintahan Transnistria dan membangun kerjasama yang lebih
menguntungkan untuk Rusia.
3.3 Kepentingan Nasional Rusia di Moldova-Transnistria
Sebelum menganalisa faktor-faktor kepentingan Rusia dalam kegiatan
politik serta ekonomi Transnistria dibutuhkan pengertian dari kepentingan
nasional itu sendiri. Menurut Morgenthau yang dikutip dari Rosenau, Kepentingan
199
Barry Buzan. People, States and Fear. 74. 200
Allen C. Lynch, The Realism of Russia's Foreign Policy, (London: Taylor & Francis, Ltd.
2001), 8.
61
nasional merupakan kemampuan minimum negara untuk melindungi dan
mempertahankan indentitas fisik, politik, dan budaya dari gangguan negara
lain.201
Sedangkan menurut Daniel S papp, konsep Kepentingan terdapat pada
beberapa aspek, seperti ekonomi, ideologi, kekuatan dan keamanan militer,
moralitas dan legalitas.
Keputusan dan tindakan politik luar negeri dapat didasari pada
pertimbangan ideologi suatu negara.202
Contohnya terdapat pada ideologi
Transnistria yang memiliki persamaan dengan Rusia. Hal ini merupakan cara
yang di pakai oleh Rusia untuk membuat perumusan kebijakan luar negeri
terhadap Transnistria. Menurut Daniel S. Papp salah satu aspek ideologi
merupakan tujuan dasar dan faktor yang menentukan dalam proses perumusan
kebijakan luar negeri suatu negara.203
Tidak hanya ideologi, kriteria ekonomi dapat dipertimbangkan dari
kepentingan nasional suatu negara. Hal ini untuk meningkatkan kemampuan
ekonomi suatu negara tersebut. Penambahan power juga menjadi pengaruh pada
kepentingan nasional tersebut.204
Setelah jatuhnya Uni Soviet, pemerintahan Rusia menunjukan banyak
intervensi terhadap republik bekas Uni Soviet termasuk Moldova. Terbukti dari
penempatan pasukan militer di 1992 dan dukungan dari presiden Rusia Yeltsin
yang secara resmi membuat dokumen kebijakan luar negeri untuk mengelola
hubungan Rusia dengan bekas Uni Soviet. Seperti yang dikatakan oleh wakil
201
James N.Rosenau, International Politis and foreign policy. (New York: The Free Press of
Glencoe, 1961), 171. 202
Daniel S.Papp. Cotemporary International Relations, 43. 203
Ibid. 204
Ibid, 44.
62
menteri luar negeri Rusia, Shelov Kovedyaev bahwa: “Russia should seek
international recognition as a leader [in terms] of stability and military security
on the entire territory of the former USSR, and that it should be acknowledged (as
having quite special interests in the region).”205
(Rusia harus mencari pengakuan
internasional sebagai pemimpin [dalam] stabilitas dan keamanan militer dalam
seluruh wilayah bekas Uni Soviet, dan hal tersebut merupakan pengetahuan
(sebagai negara yang memiliki kepentingan istimewa di wilayah tersebut).
Terjemahan penulis)
Yeltsin selaku Presiden Rusia pertama juga menegaskan dalam pidatonya
di forum Civic Union tentang dukungan integrasi dari persemakmuran negara baru
bekas Uni Soviet. Penegasan tersebut berisi tentang penyatuan negara-negara
persatuan yang berada di sekitar Uni Soviet yang memiliki ketergantungan pada
Rusia. Yeltsin mengungkapkan bahwa Negara-negara bekas Uni Soviet, yang
hingga saat ini yang didasari pada satu negara,merasa sangat yakin khususnya hari
ini betapa besarnya saling ketergantungan mereka dan secara konsisten dalam
berbagai kesempatan Rusia telah menyetujui adanya penggabungan dalam
kerangka persemakmuran.206
Hubungan Rusia yang di tegaskan oleh kedua belah pihak tidak menutup
kemungkinan adanya intervensi berkelanjutan oleh Rusia di negara bekas Uni
Soviet, termasuk Moldova-Transnistria. Awalnya rencana Rusia di Moldova
205
Fiona Hill dan Pamela Jewett. Russia's Intervention in the Internal Affairs Of the Former Soviet
Republics and the Implications for United States Policy Toward Russia (Cambridge: Harvard
University,1994), 4. 206
Ibid, 5.
63
hanya untuk mencegah reunifikasi Moldova dengan Rumania. Namun terdapat
pengaruh strategis yaitu adanya konflik yang berkepanjangan oleh Transnistria
dengan Moldova. Perilaku ini juga bisa dikatakan sebagai perimbangan kekuatan,
yang disebut dengan Balance of Power. 207
Strategi ini diterapkan untuk
mencegah timbulnya kekuatan yang akan menyaingi atau intervensi dari negara
lainnya.
207
Kenneth Waltz, Theory of International Politics,( New York: Colombia University, 1979), 88.
64
BAB IV
DUKUNGAN KONKRIT RUSIA TERHADAP
PEMBENTUKAN NEGARA TRANSNISTRIA
4.1 Dukungan Rusia dalam Politik Transnistria
4.1.1 Politik Internal Transnistria
Transnistria menjalankan pemerintahannya sendiri sejak Moldova
mengizinkan Transnistria memiliki wilayah otonomi dari perbatasan sungai
Dniestr sampai perbatasan Ukraina. Transnistria memiliki pluralisme politik
dalam menjalankan pemerintahannya.208
Pluralisme politik diadopsi oleh
Transnistria dari perpaduan politik Moldova dan Rusia.209
Sistem politik yang
diadopsi oleh Moldova lebih dekat dengan Rumania dan Eropa sedangkan
Transnistria masih memiliki sistem politik dari Uni Soviet.
Hampir sepenuhnya politik dikuasai oleh Igor Smirnov dengan sistem
otoriter yang berkuasa selama 20 tahun.210
Tertutupnya sistem politik ditandai
dengan fakta yang tidak diungkapkan oleh media dan tidak adanya keterbukaan
politik, hal ini membuat Moldova tidak dapat menguasai wilayah tersebut. Sistem
otonomi yang tertutup ini memperkuat politik serta ekonomi Transnistria yang
dijalankan oleh Smirnov.
208
Andrey Devyatkov dan Marcin Kosienkowski, Testing Pluralism: Transnistria in the Light of
The 2011 Presidential Elections. (The German Institute for International and Security Policy,
2012), 304. 209
Ibid, 305. 210
Ibid,304.
65
Smirnov merupakan politisi dan pemimpin dari gerakan separatis
Transnistria yang membela etnis minoritas di Transnistria. Etnis minoritas
tersebut adalah etnis Rusia yang memiliki perbedaan secara historis dari Moldova.
Etnis tersebut merasa tidak diperhatikan oleh Moldova dan mendukung Smirnov
menjadi Presiden. Saat Smirnov mendeklarasikan dirinya sebagai Presiden
Transnistria, Smirnov ditangkap dan diadili di Chisinau.
Penahanan Smirnov oleh Chisinau dibalas dengan protes keras dari
masyarakat Transnistria terutama Kelompok wanita muda yang dipimpin oleh
Galina Andreeva.211
Andreeva memblokir jalan kereta api utama di jalur
Chisinau-Tiraspol–Odessa dan Chisinau-Tiraspol-Moskow.212
Protes ini
menyebabkan kebebasan Smirnov dan kemenangan kembali oleh Transnistria.
Rezim Igor Smirnov yang didukung oleh banyak kelompok di Transnistria
telah berkuasa selama 20 tahun berhasil membangun otoriter terhadap
Transnistria.213
Smirnov mampu membangun konsolidasi politik antara Rusia
dengan Transnistria. Smirnov menyesuaikan undang-undang lokal Rusia terhadap
penerapan undang-undang Transnistria.214
Alasan Smirnov menyesuaikan undang-undang lokal adalah demokrasi
yang lemah oleh Moldova seperti proses politik Transnistria yang tidak diketahui
211
Anna Lungu, Peaceful Conflict Transformation. 6. 212
Victor Barsan, “The Ilascu Trial”, 19 Maret 2016, tersedia di
http://Transnistria.ro/index.php/represiunea-ruseasca/eroii-de-pe-nistru/46-the-ilascu-trial; diunduh
pada 17 September 2015. 213
Andrey Devyatkov dan Marcin Kosienkowski, Testing Pluralism: Transnistria in the Light of
the 2011 Presidential Elections . (Russian and Romanian foreign policies towards Moldova ). 304 214
Ibid.
66
oleh Moldova.215
Hal ini disebabkan juga oleh otoritas Smirnov di Transnistria
melebihi Presiden Moldova membuat masyarakat tidak memiliki sifat nasionalis
pada Moldova.
Smirnov memiliki kekuatan politik dari kelompok terkuat Edinstvo yang
merupakan kelompok warga beretnis Rusia.216
Salah satu pendiri kelompok
terkuat tersebut ialah Igor smirnov. Smirnov sendiri merupakan kepala
Electromash Factory217
dan pabrik Rybnitsa218
yang berdiri di Transnistria.
Kekuasaan politik yang dimilikinya terdapat pada kesempatan memiliki kontrol
secara penuh dari pabrik baja Rybnitsa.219
Kegiatan ekonomi atau pendapatan
pabrik tersebut dimonopoli oleh Presiden Transnistria Igor Smirnov.220
Hal ini
merupakan sumber anggaran dengan jaminan jika ekonomi melemah maka para
pekerja tidak akan ada yang di keluarkan. Bahkan banyak ahli yang menilai
Transnistria mampu berdiri sendiri dengan industri yang di kelola tanpa bantuan
Moldova.221
Saat berpolitik, masyarakat Transnistria tidak dapat berpartisipasi secara
bebas dalam memilih pemimpin mereka di pemilihan umum yang
diselenggarakan Moldova. Masyarakat hanya mengetahui bahwa kursi parlemen
di Transnistria diduduki oleh gerakan separatis Transnistria walaupun secara de 215
Andrey Devyatkov dan Marcin Kosienkowski, Testing Pluralism, 311. 216
Nisha Aslan, The Transnistria Conflict, 29. 217
Christian Walter,Antje von Ungern-Sternberg, dan Ka
vus Abushov, Self-Determination and Secession in International Law, (Oxford University Press,
2014). 168. 218
Ibid, 169. 219
Ibid. 220
Kamil Całus, “Transnistria‟s Economy Going from Bad to Worse”, 28 Januari 2015, tersedia di
http://www.neweasterneurope.eu/articles-and-commentary/1462-Transnistria-s-economy-going-
from-bad-to-worse; diunduh 18 September 2015. 221
Ibid.
67
facto Transnistria belum sepenuhnya merdeka. Bahkan calon kandidat presiden
Moldova tidak diketahui secara jelas oleh masyarakat Moldova.
Peningkatan standar hidup, pendidikan untuk semua kalangan etnis sampai
bantuan kesehatan secara gratis tidak membuat masyarakat Transnistria kecewa
atas ketidaktahuan mereka tentang pemilu Moldova. Terdapat bukti kuat bahwa
Transnistria lebih mampu menaikkan taraf hidup masyarakatnya dibandingkan
dengan Moldova.222
Bukti tersebut berupa pembangunan wilayah industri
Transnistria, otoritas Smirnov juga tidak menghalangi etnis tertentu
dimasyarakatnya.223
Hal ini meningkatkan ide baru dalam menjalankan
pemerintahan yang akan memenuhi kebutuhan semua kelompok etnis.
Sejak 2009 kondisi politik di Moldova telah berubah secara signifikan
terhadap struktur yang lebih demokratis, akuntabel, dan lebih pro-Eropa terhadap
pemerintah.224
Wilayah Transnistria juga sekarang terdapat tingkat yang lebih
besar dari pluralisme politik. Hal ini dilihat dari terpilihnya Yevgeni Shevchuk
menjadi presiden dengan menggunakan pemilu langsung. Kelas politik yang
relatif lebih terbuka telah menggantikan rezim lama penguasa Igor Smirnov.225
Akibatnya, hubungan antara Moldova dan wilayah Transnistria, pada tingkat
pimpinan atas telah jauh lebih baik dan menjadi lebih konstruktif.226
222
Ibid. 223
Ibid. 224
Andrey Devyatkov, dan Marcin Kosienkowski, Testing Pluralism: Transnistria in the Light
of the 2011 Presidential Elections. (Russian and Romanian foreign policies towards
Moldova),307. 225
Ibid. 226
Ibid, 309.
68
Terdapat partai oposisi yang menolak kepemimpinan Smirnov pada 2005-
2009.227
Partai tersebut bernama Obnovlenie yang menuntut keterbukaan politik
serta liberalisasi ekonomi di kawasan Transnistria.228
Namun hal ini tidak
membuat Smirnov mengubah sifat kepemimpinanannya, justru Smirnov bekerja
sama dengan Ilya Kazmaly dan Victor Gushan.229
Ilya Kazmaly dan Victor Gushan merupakan pemegang kelompok Sheriff
atau perusahaan swasta yang secara signifikan terlibat dalam kegiatan politik
Smirnov. Smirnov mampu memonopoli semua kegiatan ekonomi seperti
pengurangan pajak dan bea masuk melalui Sheriff. Sheriff juga telah
menggunakan kekuatan ekonomi untuk mempengaruhi pemilu.
Pada 2008, Sheriff mampu mengejar kebijakan pemulihan hubungan
dengan Chisinau, kebijakan ini ada saat Uni Eropa memberikan preferensi
otonomi perdagangan. Hal tersebut juga mengubah Sheriff dalam berpolitik.
Sheriff mendukung Obnolvenie dalam pemilihan parlemen pada 2005 dengan
memenangkan kursi sebanyak 23 dari 43 kursi parlemen Transnistria.230
Obnolvenie kemudian terdaftar sebagai partai politik 2006 dan masuk di kursi
pemilu pada 2010.231
Namun, Obnovlenie tidak berhasil memenangkan kursi kepresidenan.232
Diungguli oleh mantan anggota sesama partainya Yevgeny Shevchuk yang maju
227
Stefan Wolff, Guarantee Options, 11. 228
Ibid. 229
Andrey Devyatkov, dan Marcin Kosienkowski, Testing Pluralism. 308. 230
Ibid. 231
Stefan Wolff, Guarantee Options, 12 232
Ibid.
69
secara independen, memenangkan sejumlah orang di babak pertama 38,5% dan
mayoritas di babak kedua 73,9%.233
Shevchuk menjadi ketua Obnovlenie dan
ketua parlemen Transnistria antara 2005 dan 2009.234
Namun terpaksa
mengundurkan diri selama konfrontasi antara Obnovlenie dan Smirnov yang lebih
reformasi konstitusi. Hal ini bertujuan untuk membatasi kekuasaan presiden dan
mengubah sistem politik untuk satu semi-presidensial 2009.235
Smirnov digantikan dengan Yevgeniy Shevchuk pada pemilihan presiden
2011.236
Sebelumnya Shevchuk merupakan pelopor perubahan sistem pemilihan
di Transnistria. Perubahan ini dilakukan pada saat Shevchuk menjadi ketua
parlemen tahun 2005. Shevchuk melarang berbagai media seperti Radio, Televisi,
Koran dan media lainnya untuk menerbitkan jajak pendapat atau perkiraan
persentasi dari calon kandidat.237
Kebijakan yang diterapkan oleh Shevchuk tentang pelarangan media
membuat Amerika dan Uni Eropa semakin mendukung Moldova untuk
membubarkan gerakan separatis Transnistria.238
Nyatanya kekuatan politik
Moldova tidak sanggup untuk menghilangkan pengaruh gerakan separatis pada
masyarakat Transnistria. Sementara itu pihak Shevchuk didukung oleh Rusia
dengan melakukan voting pada pasukan dan etnis Rusia di Transnistria.239
Voting
233
Ibid, 13 234
Stefan Wolff, A resolvable frozen conflict?. 235
Ibid. 236
Stefan Wolff, The Transnistria Issue, 14 237
Ibid. 238
Anna Lungu, Peaceful Conflict Transformation in Transnistria. (Austria: European University
Centre for Peace Studies 2007) , 16. 239
Ibid.
70
yang dilakukan Rusia memenangkan putaran kedua dengan 26% suara dari
Rusia.240
Pada 2006 Shevchuk mengikuti keputusan rakyat dalam referendum 2006
untuk mendapatkan kemerdekaan bagi Transnistria dan bergabung ke Rusia.241
Namun pada 2011, Shevchuk menunda status merdeka karena Transnistria tidak
memiliki pengakuan secara internasional. Hal ini dikatakan oleh Shevchuk pada
wawancara oleh pihak Rusia yaitu Voyennoye obozreniye.242
Tidak hanya status
yang dikatakan oleh Shevchuk, pengakuan kemerdekaan dilakukan oleh Shevchuk
untuk menyelesaikan konflik Transnistria saat itu.
4.1.2 Peran Rusia dalam Politik Internal Transnistria
Pada konflik 1992, pihak Trannsitria meminta Rusia memasok pasukan
penjaga di daerah perbatasan Moldova-Transnistria. Walaupun dibenarkan
pasukan yang dikirim oleh Rusia merupakan pasukan perdamaian, namun Eropa
melihat Rusia memakai taktik ini untuk mengintervensi Transnistria.243
Terdapat
hasil wawancara dari Direktur Akademi Institut Ilmu Politik dan Hubungan
Internasional, Dungaciu mengatakan bahwa Perang yang meletus tahun 1992
terjadi untuk mencegah kemungkinan adanya penyatuan antara Romania dengan
Transnistria sebagai bagian dari Republik Moldova. Hal ini kemudian menjadi
jelas ketika penyatuan terjadi setelah Moldova memutuskan lagu kebangsaan dan
mata uang Romania, alfabet latin serta meloloskan hukum Romania. Ketika
240
Stefan Wolff, Guarantee Options. 13. 241
Ibid.14. 242
Ibid. 243
Ibid.
71
Soviet mengetahui hal tersebut, mereka segera bertindak dengan menyulut perang
Transnistia untuk menjaga agar tidak terjadi penyatuan antara wilayah yang saling
melepaskan diri dengan Romania.244
Dniester merupakan sebuah garis perang
dimana tak ada seorangpun yang dapat mengontrol Transnistria, baik Uni Eropa,
OSCE maupun Amerika dan hal ini merupakan apa yang masyarakat Rusia
katakan kepada kami. Bahkan Ambasador Uni Eropa di Chisinau menghubungi
Rusia untuk menekan Transninstria jika ia memiliki masalah terkait Transnistria.
Perang yang menyebabkan ratusan orang menjadi korban membuat
masyarakat meminta Rusia menerbitkan paspor di Tiraspol.245
Sebelumnya warga
Transnistria harus melakukan perjalanan ke Kishinev untuk membuat paspor,
namun Rusia menerima permintaan mereka dengan membuat kantor Konsulat
Rusia di Tiraspol.246
Peran politik Rusia pada kelompok Transnistria dimulai dari hubungan
etnis dan bahasa antar kedua wilayah. Banyak warga Transnistria memiliki
kewarganegaraan Rusia, dan memiliki keluarga di Rusia.247
Perkembangan
hubungan bilateral antara kedua wilayah tersebut membuat Rusia menerbitkan
paspor yang lebih banyak yaitu 150.000 paspor untuk penduduk Transnistria.248
244
Paul Ciocoiu, “Russia‟s basic strategy in Transnistria is the control of the part over the whole”,
8 Juni 2015, Tersedia di http://fumn.eu/russias-basic-strategy-in-Transnistria-is-the-control-of-the-
part-over-the-whole/; diunduh 25 September 2015. 245
Ibid. 246
Halya Coynash, “Russian passports handed out in Transnistria as “tension rises”, 15 Juni 2015
Tersedia di http://khpg.org/en/index.php?id=1434310866; diunduh 23 September 2015. 247
Ibid. 248
Stefan Wolff, A resolvable frozen conflict?. 5
72
Pembangunan gudang senjata yang tersisa dari konflik Transnistria tidak
hanya menjadi perhatian bagi pihak Rusia, namun kegiatannya memiliki dampak
potensi internasional pada bidang keamanan dunia.249
Produksi persenjataan
diduga telah dipasok ke daerah Chech, Balkan, dan Afrika. Senjata stockpile
terbesar masih tersisa di daerah Transnistria.250
Adanya informasi bahwa pasukan
Rusia masih memiliki 21.000 ton peralatan dari stock tersebut.251
Industri senjata di Transnistria merupakan dalih Rusia dalam menjaga
keamanan dan melindungi etnis Rusia. Hal ini dibuktikan dalam argumen yang
dijelaskan oleh Iurie Pintea, bahwa Sejak 1993 sampai sekarang, angkatan
bersenjata Transnistria mulai menggalakkan produksi senjata bertekhnologi
tinggi, dengan bantuan dana dan pesanan dari berbagai perusahaan di Rusia
termasuk produsen senjata Rusia Росвооружение(Rosvooruzhenie). Perusahaan
Rusia menyediakan teknologi dan peralatan yang diperlukan untuk pembuatan
persenjataan modern dan perlengkapan militer kepada perusahaan Transnistria.
Selain itu, Transnistria juga membuat komponen-komponen bagi para pembuat
senjata Rusia. Contohnya perusahaan Elektrommash yang menerima pesanan
komponen bagi pistol dengan peredam dan berbagai sistem persenjataan lain yang
nantinya akan dirakit di Rusia.252
249
Ibid. 250
Ibid. 6. 251
Offiziere.ch, “Transnistria: Russia‟s pawn in the game for security”, 2 Juni 2015, Tersedia di
http://www.offiziere.ch/?p=18980; 23 September 2015. 252
Anna Lungu, Peaceful Conflict Transformation. 7.
73
Hal tersebut mempengaruhi hubungan antar negara sekitarnya seperti
Rumania, Bulgaria, dan keanggotaan lainnya dalam Eropa.253
Namun kebijakan
Transnistria tidak mudah dipengaruhi oleh Moldova karena Rusia telah banyak
berkontribusi dalam pembentukan Rezim Smirnov dan membantu Smirnov
membangun struktur negara paralel dan lembaganya.254
Hal ini membuat
Transnitria mempunyai loyalitas pada Rusia.
Dukungan Rusia tersebut beroperasi dalam kegiatan politik, militer serta
ekonomi. Sebagai imbalannya, Transnistria mempunyai loyalitas mengadopsi
hukum Rusia, dan kurikulum pendidikan Rusia termasuk mempertahankan
Bahasa Rusia.255
Dukungan yang diberikan oleh Rusia dengan menciptakan rezim
yang lebih terbuka diakui dari wawancara Yeltsin di saluran TV Rusia. Yeltsin
mengatakan bahwa: “Russia has lent, is lending and will continue to lend its
economic and political support to the Transnistria region”.256
(Rusia telah, sedang
dan akan terus memberikan dukungan baik ekonomi maupun politik ke wilayah
Transnistria. Terjemahan penulis)
Presiden Moldova Vladimir Voronin mengakui bahwa Smirnov telah
melawan rezim demokrasi di Chisinau. Terdapat bukti pendukung yaitu beberapa
kepentingan umum yang terletak di bidang ekonomi seperti peningkatan
perdagangan Transnistria-Rusia.257
Adanya peningkatan perdagangan
Transnistria, Rezim Otoriter dengan bantuan Rusia mempererat kontrol kehidupan
253
Ibid. 6. 254
Offiziere.ch, “Transnistria: Russia‟s pawn”. 255
Ibid. 256
Anna Lungu, Peaceful Conflict Transformation. 7. 257
Ibid.
74
ekonomi dan politik antar kedua wilayah.258
2006 Transnistria menyatakan 97%
dari populasinya mendukung aksesi ke Rusia.259
Dukungan aksesi merupakan
keinginan masyarakat untuk kembali bersatu dengan Rusia. Hal ini menyebabkan
otoritas Transnistria resmi meminta bergabung dengan Federasi Rusia 2011.260
Dalam negosiasi penyelesaian 5+2, banyak pihak internasional lebih
mementingkan ambisi mereka. Terutama Rusia yang sering dianggap menjadi
masalah dan pemegang veto dalam pertemuan tersebut.261
Dalam Format 5+2
yang dibuat oleh OSCE, Rusia merupakan pihak yang penting dalam
menyelesaikan konflik di Transnistria. Namun peran Rusia tidak menunjukan
penyelesaian konflik yang setuju bahwa Transnistria merupakan bagian dari
Moldova. Sebuah bukti diungkapkan oleh Nicu Popescu yang mengatakan bahwa
Moldova dan Transnistria sepakat untuk melakukan kompromi yang terdiri dari
kesetaraan antara seluruh peserta dalam proses negosiasi. Kesepakatan ini
menunjukan bahwa Chisinau mengakui kesetaraannya dengan Tiraspol dalam
konteks pembicaraan yang berarti pengakuan formal akan kenyataan bahwa
Transnistria selalu melakukan veto formal di dalam pembicaraan.262
Hal ini
menyebabkan ketidaksetujuan dari pihak Rusia dimana ia menginginkan
kesetaraan antara Tiraspol dan Chisinau namun tidak mengharapkan adanya
258
Ibid. 259
Arthur de Liedekerke, “Putin's Foot in the Door: Why Transnistria Matters”, 15 Mei 2015,
Tersedia di http://www.iar-gwu.org/content/putins-foot-door-why-Transnistria-matters; diunduh
24 September 2015. 260
Offiziere.ch, “Transnistria: Russia‟s pawn”. 261
Nicu Popescu dan Leonid Litra, Transnistria: A Bottom-up Solution. (London: European
Council on Foreign Relation, 2012). 3 262
Ibid.5
75
kesetaraan antara Moskow dengan Washington dan Brussel yang hanya berstatus
sebagai pengamat dan bukan mediator.
Nicu dan Leonid dalam jurnal European Council on Foreign Relation
mengatakan bahwa Sergey mengakui kesetaraan Chisinau sebagai ibukota dari
Moldova dan Tiraspol sebagai ibukota dari Transnistria.263
Namun pengakuan
kesetaraan ini hanya dalam konteks informal karena dalam pertemuan Format
5+2, Sergey Gubarev tidak menegaskan kalimat kesetaraan yang sebenarnya.
Sergey Gubarev merupakan negosiator yang berasal dari Rusia untuk
menyelesaikan konflik Transnistria dalam pertemuan Format 5+2.264
Bukan hanya
Sergey, namun Wakil Perdana Menteri Rusia, Dmitry Rogozin mengatakan :“If
Moldova, where most judges of the Constitutional Court are citizens of Romania,
chooses Romania, Transnistria will undoubtedly reject it and become a fully
independent state.”265
(Jika Moldova, yang mayoritas hakim Pengadilan
Konstitusinya adalah warga Rumania, memilih Rumania, Transnistria pastinya
akan menolak hal tersebut dan menjadi negara yang merdeka secara sempurna.
Terjemahan penulis)
Rogozin menegaskan bahwa jika Moldova lebih memilih dekat dengan
Rumania, Transnistria pasti akan menolak dan menjadi negara yang merdeka. Hal
263
Ibid. 264
Ibid. 265
Eadaily.com, “Rogozin: Transnistria may become a fully independent state”,13 Juli 2015,
Tersedia di https://en.eadaily.com/news/2015/07/13/rogozin-Transnistria-may-become-a-fully-
independent-state; diunduh 29 September 2015.
76
ini dikatakannya karena Rogozin melihat Moldova melakukan perubahan dalam
kebijakan dan kegiatan pemerintahan yang lebih pro-Eropa dan Rumania.266
Sejak permasalahan dari konflik Transnistria 1992 hingga sekarang,
konflik ini sering disebut dengan Frozen Conflict.267
2003 memorandum Kozak
yang dibuat oleh Rusia untuk Transnistria ditolak oleh Moldova.268
memorandum
tersebut berisi tentang proposal yang menempatkan pasukan Rusia dan
memberikan bantuan untuk memungkinkan memveto semua undang-undang
federal sampai tahun 2015.269
4.2 Dukungan Rusia dalam Ekonomi Transnistria
4.2.1 Dukungan Gasprom dalam meningkatkan perekonomian
Transnistria
Gazprom merupakan perusahaan gas alam yang berperan besar dalam
menghasilkan gas alam di Rusia. Produksi Gazprom menyumbang lebih dari 20%
produksi global dan menguasai 60% cadangan gas domestik di wilayah Timur
Eropa dan Rusia.270
pada 2008 hingga 2012, produksi gas alam mencapai 18.000
keatas dan tidak pernah dibawah 17.000 miliar meter kubik per tahunnya.271
266
Ibid. 267
Matthew Crandall, “Hierarchy in Moldova-Russia Relations:the Transnistria Effect.” Studies of
Transition States and Societies vol.4 Issue 1, (2004) 7. 268
Ibid. 269
Ibid. 270
Agata Łoskot Strachota. Gazprom’s expansion in the EU: co-operation or domination?
(Chisinau: OSW Centre for Eastern Studies, 2009), 2. 271
Ibid. 12.
77
Moldova hampir tidak memiliki sumber gas alami. 90% sumber gas alam
dikirim ke Moldova melalui pipa di Transnistria.272
Namun pada 1999, Moldova
meluncurkan proyek Shale Gas dan minyak mentah dalam negeri.273
Perusahaan
gas alam di Moldova dikelola oleh jaringan Moldova-Gaz.274
Meskipun Moldova-
Gaz memiliki status secara nasional namun, masih dikendalikan oleh Gazprom
milik Rusia.275
Moldova adalah negara transit utama bagi gas Rusia untuk Turki,
Rumania, Bulgaria dan Yunani. Namun, jumlah gas yang diangkut melalui
Moldova telah menurun dari 25,3 bcm pada 2005, turun menjadi 19,9 bcm di
2012.276
Hal ini mewakili sekitar 11% dari ekspor gas total Rusia, dan
menghasilkan sekitar 50-60 juta dollar dalam pendapatan tahunan untuk
Moldova.277
20% Tenaga Moldova-Gaz dimanfaatkan menjadi pembangkit listrik dan
sisanya 80% terletak di Transnistria sebagai perusahaan Ukraina yaitu DTEK.278
DTEK dimiliki oleh kelompok energi negara Rusia RAO UES (RAO Sistem
Energi Unified Rusia).279
Gazprom menguasai saham sekitar 63,4% di Moldova-
272
Ibid. 14. 273
Anita Sobjak. “Is Transnistria The Next Crimea?”, 2. 274
Ibid. 275
Agata Łoskot Strachota. Gazprom’s expansion, 8. 276
Amanda Paul. “Moldova – Heading into a hot autumn” European Policy Centre, (2014). 277
Ibid. 278
Martin Jirusek and Tomas Vlcek. Energy Security in Central and Eastern Europe and the
Operations of Russian State-Owned Energy Enterprises (Brno,Czech Republic :Masaryk
University, 2015), 198 279
Ibid.
78
Gaz dan Moldova hanya memiliki 35% saham, sedangkan Tiraspoltrans-Gaz
memiliki 13,4%.280
Pada 2005, pemerintahan Tiraspol mengumumkan pemisahan saham yang
dimiliki oleh Moldova dan Transnistria, dan sahamnya akan di kelola oleh
Gazprom Rusia.281
Namun pada 2010 Chisinau bergabung pada komunitas energi
Uni Eropa dengan tujuan untuk meningkatkan keamanan pasokan energi.
Chisinau menginginkan Moldova-Gaz memiliki pasar di kawasan Eropa dan
mendukung integrasi pasar energi di seluruh Eropa.
Moskow berusaha untuk membujuk Moldova untuk meninggalkan
komunitas Eropa dan bergabung pada komunitas energi yang diusung oleh
Rusia.282
Pelaksanaan peraturan baru membuat Moldova memiliki hukum sendiri
atas pembangunan sistem transmisi di Gazprom.283
Dalam hal ini Rusia mencoba
memajukan kepentingan politik dalam potensi penarikan kembali Chisinau dan
menjauhkan Moldova dari Uni Eropa.284
Subsidi gas termasuk pendapatan yang diterima oleh Tiraspol atas
penjualan domestik gas Rusia yang dipasok ke perusahaan Transnistria
TiraspolTransGaz-Pridnestrovye oleh operator Moldova MoldovaGaz.285
Transnistria mengkonsumsi lebih dari dua-pertiga dari gas yang dipasok oleh
Gazprom ke Moldova, yang berjumlah sekitar 2 miliar m3 per tahun. Hak bank
280
Amanda Paul. Moldova – Heading. 281
Martin Jirusek and Tomas Vlcek. Energy Security in Central, 202. 282
Ibid, 623 283
Ibid. 284
Ibid, 625. 285
Kamil Całus. An aided economy, 2
79
bagian dari negara menggunakan satu miliar m3 gas per tahun. Bisnis ini
menghasilkan pendapatan yang sangat tinggi, karena Transnistria belum
membayar kewajiban sejak 2009 untuk perusahaan Moldova dan menjaga 100%
dari keuntungan untuk dirinya sendiri.286
TiraspolTransGaz menjual gas di pasar domestik dengan harga yang
beberapa kali lebih rendah dari nilai yang disepakati. Harga gas saat ini ditetapkan
untuk Moldova (termasuk Transnistria) di bawah kesepakatan yaitu Gazprom
sebesar 391 Dollar AS per 1.000 m3.287
Namun, tingkat untuk penerima individu
dalam Transnistria berkisar antara 75 Dollar AS dan 90 Dollar AS per 1.000 m3,
dan untuk penerima perusahaan adalah sekitar 163 Dollar AS per 1.000 m3
(sampai akhir 2012, bahkan lebih rendah, pada 137 Dollar AS).288
MoldovaGaz mentolerir utang Transnistria tumbuh karena Gazprom yang
mengendalikan saham. Keberadaan utang bagi Rusia membuat Rusia
menempatkan tekanan politik di Moldova. Sejak Moskow belum secara resmi
diakui Transnistria, Chisinau mendapatkan beban utang Transnistria yang besar.
Nilai estimasi utang Transnistria untuk Gazprom adalah sekitar 3,7 miliar Dollar
AS.289
Dapat diperkirakan bahwa mereka mencapai sekitar 272.000.000 Dollar
AS pada 2012.290
Jumlah ini tidak diperhitungkan dalam anggaran pemerintahan
Transnistria. Namun sebaliknya jumlah ini disimpan dalam rekening khusus salah
286
Ibid, 3. 287
Nicu Popescu dan Leonid Litra. Transnistria: a bottom-up Solution, 5. 288
Ibid. 289
Kamil Całus. An aided economy, 27. 290
Ibid, 30.
80
satu bank Transnistria, dan digunakan untuk mengisi kesenjangan dalam
anggaran.
Tahun 2008-2010, Tiraspol tidak dapat melunasi utang karena rubel
Transnistria tidak dapat dikonversi ke dalam dollar. Namun, pada 2011, pemimpin
Transnistria, Igor Smirnov, secara resmi menyangkal utang, dan bersikeras bahwa
tidak ada perjanjian bilateral untuk memaksakan kewajiban pada Tiraspol untuk
membayar gas.291
Sistem subsidi gas juga perlu dilihat dari segi politik,
perusahaan yang setia kepada pemerintah dapat mengandalkan harga yang lebih
rendah. Sementara perusahaan lain mungkin akan dipaksa untuk membayar
tagihan energi mereka.
Dana yang ditawarkan untuk Transnistria sebagai bagian dari bantuan
kemanusiaan Rusia. Moskow telah konsisten mendukung kawasan finansial sejak
pemisahan wilayah Transnistria. Namun, bantuan ini telah meningkat secara
signifikan sejak 2008. Rusia menawarkan 110 juta Dollar AS kepada pemerintah
Tiraspol atau sekitar 27 juta Dollar AS per tahun, yang akan dihabiskan untuk
meningkatkan dana pensiun dan persediaan makanan.292
Selain bantuan dana tetap, Rusia juga menawarkan Transnistria subsidi
tertentu; pada 2011, Rusia memberi 10 juta Dollar AS untuk mendukung dan
mengembangkan usaha kecil, dan pada 2012 Moskow menawarkan 30 juta Dollar
AS untuk menstabilkan mata uang Transnistria.293
Rusia mungkin juga
291
Ibid, 32. 292
Victor Chirila. “Why a Strategic Partnership between Moldova and Russia Is Not a Realistic
Option?”, Foreign Policy Association, Republic of Moldova (2015), 5. 293
Ibid.6.
81
mensubsidi lembaga penegak hukum Transnistria, terutama tentara penjaga
perbatasan.
4.2.2 Dukungan Industri di Transnistria.
Model ekonomi Transnistria sangat tidak stabil jika dinilai sebagai negara.
Akibatnya, ekonomi Transnistria mengalami defisit anggaran dan membutuhkan
dana eksternal untuk menjalankan suatu pemerintahan. Defisit yang dialami
Transnistria memburuk sejak 2008.294
Dengan cara ini Rusia masuk melalui
penjualan gas Rusia dan pengiriman uang sebagai utang negara.
Sumber bahan baku yang dimiliki oleh Transnistria dinilai sangatlah
kurang dan berdampak pada pembuatan di kawasan industri Transnistria.295
Perekonomian Transnistria didasarkan pada empat industri besar yaitu JSC
Moldova Steel Works di Ribnita (MSW Ribnita), Tirotex, Pabrik Semen Ribnita
dan pembangkit listrik Moldavskaya Gres.296
MSW Ribnita pabrik baja diprivatisasi pada 2003.297
Pabrik baja ini
merupakan penyumbang pajak terbesar kedua, tetapi juga fluktuasi di pasar global
dan mengalami kenaikan harga energi tahun 2005.298
Situasi perusahaan secara
bertahap telah memburuk sejak krisis ekonomi pada 2007. Industri ini sering
dipaksa untuk menghentikan produksinya karena kekurangan order.
294
Ibid, 6. 295
CISR. Transnistrian Market and its Impact on Policy and Economy of the Republic of
Moldova, (Chisinau: Center for Strategic Studies and Reforms), 3. 296
Anna Popa. Foreign direct investments, 11. 297
Kamil Calus. An aided economy, 1. 298
Ibid, 2.
82
Tirotex termasuk produsen tekstil terbesar di Eropa. Pemegang saham
utama perusahaan ini adalah kelompok Sheriff Transnistria. Pada 2011 produksi
ini dijual seharga 163 juta Dollar AS kepada pasar eksternal.299
Ekspor 70% dari
produksi pendapatan untuk 2011 dapat diperkirakan sekitar 230 juta Dollar AS.
Produksi ini dijual ke Austria, Jerman, Italia dan Yunani.300
Privatisasi Pabrik Semen Ribnita terjadi di tahun 2004. Saat ini, pemegang
saham mayoritas adalah Metalloinvest, seperti halnya dengan pabrik baja Ribnita.
Sebagian besar output produksi di ekspor ke Rusia. Seperti MSW
Ribnita,produksi ini harus menghadapi masalah serius karena perlambatan di
pasar konstruksi. Hal ini terkait dengan krisis ekonomi global dan kenaikan harga
gas dunia.
Pembangkit listrik Moldavskaya Gres diprivatisasi pada 2004-2005.301
Saham pengendali dipegang oleh Inter RAO UES, kelompok energi yang dimiliki
oleh Rusia. Produksi memenuhi kebutuhan energi sekitar 20% di Moldova dan
80% ke Transnistria.302
Produksi juga diekspor sebagian kecil ke Rumania.
Privatisasi ekonomi Transnistria mulai diadakan di tahun 2001 merupakan
pengisian pendapatan anggaran daerah dan mampu merekonstruksi perusahaan
dalam wilayah Transnistria. Program yang dilakukan oleh banyak perusahaan ini
di privatisasi oleh kepemilikan Rusia. Nilai total pendapatan yang melakukan
299
Ibid, 3. 300
Ibid, 5. 301
Ana Popa. “Foreign direct investments in economy of republic of moldova and perspectives for
their grow in the framework of neighboring with EU”. Tersedia di http://expert-
grup.org/ro/biblioteca/item/download/717_b5d57491d1e613a59580b4e5c77fee44; diunduh pada 2
Desember 2015, 12. 302
Kamil Calus. An aided economy, 3.
83
privatisasi berubah menjadi 60 juta dollar AS termasuk Tiraspol tekstil kompleks
industri AO Tirotex.303
Privatisasi ini dilakukan bukan hanya untuk memajukan
perekonomian namun dengan maksud melakukan perlindungan hukum terhadap
hak pemilik suatu perusahaannya.
Kegiatan ekspor Transnistria didominasi oleh Tekstil, Metalurgi, pertanian
dan listrik. Pada akhir 2013, 996 agen ekonomi dari wilayah Transnistria terdaftar
dengan negara Chamber Republik Moldova.304
1000 agen ekonomi Transnistria
terdaftar di Chisinau, namun hanya 96 perusahaan melakukan ekspor.305
Industri
ringan, tekstil, account untuk 38% dari total ekspor, dan meningkat sebesar
11,5%.306
Metalurgi produksi merupakan terbesar kedua yang di ekspor sebesar
22,9%.307
Metalurgi produksi dan listrik mengalami penurunan ekspor secara drastis
pada 2012 dengan angka pada produksi 55,4% dan listrik 75,2% . Produksi
pertanian mengalami peningkatan yang di ekspor sebesar 43,9%, sedangkan
volume ekspor minuman beralkohol tumbuh sebesar 99,5%. Ekspor utama yang
terdiri dari produksi industri ringan sebesar (38%) dan produksi metalurgi
(22,9%), yang sama-sama mencapai sekitar 60,6%. Data ini menunjukkan bahwa
ekspor kawasan Transnistria tergantung pada aktivitas komersial 5-6 perusahaan
dan pada 2-3 kategori memonopoli suatu barang.
303
Ibid. 304
CISR. Transnistrian Market and its Impact, 3. 305
Mikhail Burla and Anatol Gudim. Transnistrian Market and its Impact on Policy and Economy
of the Republic of Moldova (Chisinau: Friedrich Ebert Foundation, 2005 ), 12. 306
Ibid, 14. 307
Ibid, 15.
84
Pada awal 2013 situasi keuangan Transnistria memburuk, hal ini ditambah
dengan 70 persen kenaikan harga gas dunia. Situasi ini dialami saat Presiden
Shevchuk memproduksi baja terbesar di perusahaan MSW di Ribnita, hal tersebut
membuat kehilangan daya saing dan menutupi permintaan produksi lainnya.
MSW termasuk tulang punggung perekonomian Transnistria. Pendapatan dari
perusahaan utama industri lainnya juga turun. Pabrik semen Ribnita dan juga
mengalami yang penurunan produksi. Akibatnya, barang produksi industri
Transnistria yang diekspor menurun sebanyak 30 persen, pada 2013.308
Penghentian produksi oleh industri Transnistria dengan cepat
mempengaruhi situasi keuangan yaitu terjadinya defisit anggaran pemerintahan.
Di satu sisi, perusahaan besar tidak bisa membayar pajak penghasilan; di sisi lain
mereka terpaksa berhenti mengonsumsi gas. Hal ini membuat Transnistria
menerima gas yang diberikan Rusia. Harga jual gas Rusia untuk Transnistria
sebesar 270 juta dolar AS per tahun. Dengan demikian, hal ini merupakan ujian
menyakitkan bagi perekonomian Transnistria.309
Pada akhir 2013, situasi ekonomi tampaknya telah stabil. MSW kembali
meluncurkan produksi bersama dengan perusahaan lain. Akibatnya, ekspor
Transnistria mencatat peningkatan 42 persen di 2014.310
Namun, peningkatan itu
tidak berlangsung lama. Konflik Rusia-Ukraina membawa konsekuensi yang
sangat negatif bagi perekonomian Transnistria. Situasi ekonomi Ukraina yang
308
Ilie Blaj. “Reindustrialization of the National Economy within Republic of Moldova” Technical
University of Moldova vol.3,(2007) , 2. 309
Ibid, 5. 310
Ibid.
85
memburuk, sebagai mitra dagang Transnistria. Arus perdagangan antara
Transnistria dan Ukraina mengalami penurunan 25 persen (dibandingkan dengan
tahun sebelumnya).311
Pada saat yang sama, dua mata uang penting lainnya
mencatat penurunan nilai: Rubel Rusia dan Leu Moldova. Dalam empat bulan
terakhir, ekspor Transnistria turun sebesar 21 persen.
311
Ibid,6.
86
BAB V
KESIMPULAN
Kepentingan dan pengaruh Rusia terhadap gerakan separatis Transnistria
disebabkan oleh persamaan sejarah, kedekatan ideologi dan geografis. Hal
tersebut juga membuat perkembangan kedekatan secara politik dan ekonomi
Transnistria dengan Rusia. Kedekatan di wilayah Timur Moldova tersebut
mendukung adanya geopolitik Rusia. Pengiriman pasukan militer yang berujung
pada penempatan serta pembangunan pabrik senjata di kawasan Transnistria juga
menambah kedekatan Rusia dengan Transnistria.
Keinginan Transnistria yang membutuhkan teritorial pemerintahan dan
pengaturan kelembagaan secara independen dari Moldova membuat dinamika
hubungan Rusia dengan Moldova mengalami pasang surut terutama dalam
bernegosiasi untuk menyelesaikan konflik Transnistria. Keberadaan Rusia di
Transnistria dinilai akan tetap menjadi actor yang penting, walaupun secara de
facto Transnistria belum merdeka. Keterikatan yang kuat antara ideologi
Transnistria dengan Rusia membuat Rusia secara continue melakukan bantuan
melalui investasi dan pembangunan di Transnistria. Cara ini juga dilakukan Rusia
untuk memperebutkan dukungan Transnistria-Moldova dalam perkembangan
Eropanisasi yang mengarah pada integrasi regional dalam mempertahankan status
quo di kawasan Eropa Timur.
87
Selain kepentingan politik dan keamanan strategis, Rusia juga memiliki
kepentingan ekonomi yang cukup besar di kawasan Transnistrian. Di satu sisi,
perlu jaminan untuk keamanan investasi Rusia. Di sisi lain, wilayah Transnistrian
telah mengakumulasi utang gas yang diperkirakan sekitar 3 milyar Dollar oleh
Gazprom. Sejalan dengan posisi resmi Rusia bahwa wilayah Transnistrian tetap
menjadi bagian dari negara Moldova. Namun, Rusia menganggap utang ini
menjadi utang Moldova yang pengaturan pembayaran harus dilakukan.
Kekuatan yang lemah di miliki Moldova membuat Rusia masuk ke dalam
pemerintahan Transnistria. Hal ini juga dinilai sebagai intervensi politik yang
dilakukan Rusia. Koalisi yang dibangun antara Rusia dengan partai besar
memiliki keuntungan dalam segi geopolitik dan ekonomi. Pertahanan kekuatan
Rusia pada pengaruhnya di Transnistria adalah untuk memblokir Eropanisasi
yang terjadi di Moldova.
Keterlibatan Rusia pada militer, politik serta ekonomi merupakan ancaman
keamanan Moldova yang berpengaruh pada kapabilitas suatu negara. Keterlibatan
tersebut menjadi ancaman di wilayah kedaulatan Moldova. Kehadiran pasukan
yang hingga saat ini belum ditarik oleh pihak Rusia bertentangan dengan
konstitusi suatu negara dan komitmen internasional.
Ancaman-ancaman tersebut membuktikan adanya kepentingan nasional
Rusia di Transnistria. Seperti yang disebutkan pada analisa di bab ke-empat
bahwa Rusia masih mencari pengakuan internasional sebagai pemimpin dalam
stabilitas dan keamanan di seluruh wilayah yang pernah menjadi Uni Soviet.
88
Dalam mencapai kepentingan nasionalnya, Rusia menciptakan strategi untuk
mencegah adanya romanisasi dan Eropanisasi di Moldova. Kepentingan nasional
tersebut tidak lepas dari kebijakan luar negeri oleh Rusia terhadap negara bekas
Uni Soviet. Kawasan bekas Uni Soviet yang memiliki hubungan dekat dengan
Rusia menjadi kawasan istimewa dan perlindungan utama bagi Rusia.
Penulis menyimpulkan bahwa kepentingan utama Rusia adalah untuk
menjaga keamanan demi mencapai stabilitas power di kawasan Eropa Timur
khususnya Moldova. Rusia juga akan memanfaatkan pengaruh gerakan separatis
Transnistria dalam stabilitas keamanan wilayah, ekonomi serta politik dan
memanfaatkan bantuannya agar Transnistria masih dalam pengaruh Rusia dan
membangun kerjasama bersama yang lebih menguntungkan untuk Rusia.
89
DAFTAR PUSTAKA
Buku, Jurnal, Publikasi
Aslan, Nisha. The Transnistria Conflict and The European Union’s Foreign
Policy. Nijmegen: Radboud University, 2013.
Aslan, Nisha. The Transnistria Conflict and The European Union’s Foreign
Policy. Nijmegen: Radboud University Nijmegen, 2013.
Baleaunu , VG. In The Shadow of Russia: Romania’s Relations with Moldova
and Ukraine. Shrivenham: Conflict Studies Research Centre. 2000.
Berktay, Halil dan Bogdan Murgescu. Workbook I Ottoman Empire.
Thessaloniki: Center for Democracy and Reconciliation in Southeast
Europe, 2009.
Blaj, Ilie. “Reindustrialization of the National Economy within Republic of
Moldova” Technical University of Moldova vol.3, 2007.
Burchill, Scott. The National Interest in International Relations Theory. New
York: Palgrave Macmillan, 2005.
Burla, Mikhail dan Anatol Gudim. Transnistrian Market and its Impact on
Policy and Economy of the Republic of Moldova. Chisinau: Friedrich Ebert
Foundation, 2005.
Buzan, Barry. “New Patterns of Global Security in the Twenty-First Century.”
Royal Institute of International Affairs Vol. 67, No. 3, 1994.
Buzan, Barry. People, States and Fear: an Agenda for International Security
Studies in the Post Cold War Era. Brighton: ECPR Press, 2008.
Całus , Kamil. “An aided economy The characteristics of the Transnistria
economic model,” Journal Centre for Eastern Studies no 108, 2004.
Carasciuc, Lilia. Corruption and Quality of Governance:The Case of Moldova.
Report Transparency International - Moldova, 2012.
Chirila, Victor. “Why a Strategic Partnership between Moldova and Russia Is
Not a Realistic Option?”, Foreign Policy Association, Republic of
Moldova, 2015.
90
CISR. Transnistrian Market and its Impact on Policy and Economy of the
Republic of Moldova. Chisinau: Center for Strategic Studies and Reforms,
2005.
Cojocaru, Natalia. “Nationalism and Indentity in Transnistria”, The European
Journal of Social Science Research, England, 2006.
Coppieters, Bruno, Michel Huysseune dan Michael Emerson, “European
Institutional Models as Instruments of Conflict Resolution in The Divided
States of The European Periphery”, Ceps Working Document no. 195,
2003.
Cornell, Svante dan Michael Jonsson. Conflict, Crime, and the State in
Postcommunist Eurasia Philadelphia: Pennsylvania Press, 2014.
Crandall, Matthew. “Hierarchy in Moldova-Russia Relations:the Transnistria
Effect.” Studies of Transition States and Societies vol.4 Issue 1, 2004.
Dabrowski, Marek. “Moldova: Major Economic Problems and Challenges”.
Center for Social and Economic Research, 2003.
Dalby, Simon. “Calling 911: Geopolitics, Security and America‟s New War.” A
Frank Cass Journal, 2003.
Devyatkov, Andrey dan Marcin Kosienkowski, “Testing Pluralism: Transnistria
in the Light of The 2011 Presidential Elections”. The German Institute for
International and Security Policy, 2012.
ECHR. Case of Catan and Others v. Moldova and Russia Judgment. Strasbourg:
European Court of Human Rights, 2012.
Ene , Ivan. Republic of Moldova and The Transnistria Conflict : The Impact of
NATO and The European Union Enlargements on The Dispute Resolution
Process. Monterey: Naval Postgraduate School, Monterey California,
2006.
Faisal, Sanapiah. format-format penelitian Sosial. Jakarta: Rajawali Pers, 2010.
Fala, Alexandu. “Economic Cooperation With The EU – A Prerequisite for
Development of The Republic Moldova”. Moldova’s Foreign Policy
Statewatch, 2011.
91
Hill, Fiona dan Pamela Jewett. Russia's Intervention in the Internal Affairs Of
the Former Soviet Republics and the Implications for United States Policy
Toward Russia. Cambridge: Harvard University,1994.
Hill, Stephen M, dan Shanin P. Malik, Peacekeeping and The United Nations.
London: Dartmouth Publishing Company Limited, 1996.
Holsti, Kalevi .J, International Politics: A Framework for Analysis. New Jersey:
Prentice Hall, 1992.
ICG. Moldova Regional Tensions Over Trasndniestria. ICG Europe Report
no.157, 2004.
International Crisis Group. “Moldova: No Quick Fix”, ICG Europe Report,
No.147, 2003.
International Crisis Group. “Moldova‟s Uncertain Future”, ICG Europe Report
No.175, 2006.
Jackson, Nicole J. Russian Foreign Policy and the CIS- theories, debates and
actions. New York: Routledge, 2003.
Järve, Priit. “Comunism of Moldova and The Future of The Country‟s
Ethnopolitical Conflicts”, Jurnal ECMI Brief, Maret, 2001.
Jirusek, Martin dan Tomas Vlcek. Energy Security in Central and Eastern
Europe and the Operations of Russian State-Owned Energy Enterprises.
Brno,Czech Republic: Masaryk University, 2015.
Kenneth Waltz, Theory of International Politics. New York: Colombia
University, 1979.
King , Charles. “Moldovan Indentity and The Politics of Pan-Romanism”,
Slavic Review: Jstor vol 53 no.2. 1994.
Kolsto, Pal dan Andrei Malgin. “The Transnistria Republic: A case of
Politicized Regionalism”, Nationalities Papers, Vol.26, No. 1, 1998.
Kolsto, Pal, Andrei Edemsky dan Nataly Kalashnikova. “The Dniester conflict:
Between Irredentism and Separatism”, Europe-Asia Studies vol. 45 no.6,
2014.
92
Kosienkowski, Marcin. Is internationally recognised independence the goal of
quasi-states ? The Case of Transnistria. Lublin: The John Paul II Catholic
University, 2013.
Kuzio, Taras. GUAM asaRegionalandSecurityOrganisation,
NationalSecurityandForeignPolicyofAzerbaijanconference.
Toronto: St.Michael‟s College, University, 2008.
Lungu, Anna. Peaceful Conflict Transformation in Transnistria. Austria:
European University Centre for Peace Studies, 2007.
Lynch, Allen C. The Realism of Russia's Foreign Policy. London: Taylor &
Francis, Ltd. 2001.
McFaul, Michael dan Sergei Markov. The Troubled Birth of Russian
Democracy: Parties, Personalities, and Programs. San Francisco: Hoover
Institution Press, 1993.
Modelsk , George A Theory of Foreign Policy. New York: Frederick A. Praeger,
1962.
Moleong, Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 1999.
Munteanu, Igor Munteanu, “Political Review and Parties Recomendations
Legislation for Reform in Moldova”, OSCE/ODIHR, 2010.
Munteanu, Igor. “Political Review and Parties Recomendations Legislation for
Reform in Moldova”, OSCE/ODIHR, 2010.
Nisha Aslan, The Transnistria Conflict and The European Union’s Foreign
Policy. Nijmegen: Radboud University of Nijmegen, 2013.
Pantiru , Maria Cristina, Richard Black, and Rachel Sabates. Migration and
Poverty Reduction in Moldova. Brighton: Development Research Centre
on Migration, Globalisation and Poverty, 2007.
Papp , Daniel S. Cotemporary International Relations; Framework for
understanding 5th
Editions. London: Macmillan Publishing Company,
1988.
Paul, Amanda. Moldova – Heading into a hot autumn. Belgia: European Policy
Centre, 2014.
93
Paul, Amanda.“Moldova – Heading into a hot autumn” European Policy Centre,
2014.
Perwita , Anak Agung Banyu dan Yantan Mochamad Yani. Pengantar Ilmu
Hubungan Internasional. Jakarta: PT Remaja Rosda Karya, 2006.
Perwita , Anak Agung Banyu Perwita dan Yantan Mochamad Yani, Pengantar
Ilmu Hubungan Internasional. Jakarta: PT Remaja Rosda Karya, 2006 .
Popescu, Nicu dan Leonid Litra, Transnistria: A Bottom-up Solution. London:
European Council on Foreign Relation, 2012.
Rácz , András dan Arkady Moshes. Not Another Transnistria: How Sustainable
is separatism in Eastern Ukraine?, Journal of The Finnish Institute of
International Affairs, 2014.
Rácz, András dan Arkady Moshes, “Not Another Transnistria: How Sustainable
is separatism in Eastern Ukraine?”, The Finnish Institute of International
Affairs, 2014.
Rosenau , James N. International Politis and foreign policy. New York: The
Free Press of Glencoe, 1961.
Rosenau , James N. International Politis and foreign policy. New York: The
Free Press of Glencoe, 1961.
Sobjak , Anita. “Is Transnistria The Next Crimea?” Polski Institut Spraw
Miedzynarodowych The Polish Institute of International Affairs, 2014.
Strachota, Agata Łoskot. Gazprom’s expansion in the EU: co-operation or
domination?, Chisinau: OSW Centre for Eastern Studies, 2009.
Tishkov, Valery. “Migration in the countries of the former Soviet Union”.
Global Commission on International Migration, GCIM , 2005.
W, Rodkiewicz. Transnistrian Conflict after 20 Years. Chisinau: OSW Centre
for Eastern Studies, 2011.
Walter, Christian, Antje von Ungern-Sternberg, dan Kavus Abushov, Self-
Determination and Secession in International Law. Oxford University
Press, 2014.
Waltz, Kenneth. Theory of International Politics. New York: Colombia
University, 1979.
94
Woehrel, Steven. Moldova: Background and U.S policy, Congressional
Research Service, 2014.
Wolff , Stefan. “A resolvable frozen conflict? Designing a Settlement for
Transnistria,” Journal of European Centre for Minority Issues no.26, 2011.
Wolff, Stefan. The Transnistria Issue: Moving Beyond The Status-Quo.
Birmingham: ECMI Press, 2011.
Artikel Online dan Portal Berita Online
Alianta.md, “Centrist Union signs cooperation agreement with ruling party in
Russia” Tersedia di
http://www.alianta.md/uploads/docs/1238016992_03.04_Centrist_Union_s
igns_cooperation_agreement_with_ruling_party_in_Russia.pdf ; diunduh
26 Januari 2016.
Andersen, Andrew Andersen. “The Conflict in Transnistria. National Consensus
is A Long Way Off”. America journal; tersedia di
http://www.conflicts.rem33.com/images/moldova/nistru_konflik.htm;
diunduh pada 15 Januari 2014.
Barsan, Victor. “The Ilascu Trial”, 19 Maret 2016, tersedia di
http://Transnistria.ro/index.php/represiunea-ruseasca/eroii-de-pe-nistru/46-
the-ilascu-trial; diunduh pada 17 September 2015.
Bobick, Michael. “Separatism redux: Crimea, Transnistria, and Eurasia's de
facto states”, 2 Juni 2014, Tersedia di
https://www.academia.edu/7234299/Separatism_redux_Crimea_Transnistr
ia_and_Eurasias_de_facto_states; diunduh 2 Desember 2015.
Całus, Kamil, “Transnistria‟s Economy Going from Bad to Worse”, 28 Januari
2015, tersedia di http://www.neweasterneurope.eu/articles-and-
commentary/1462-Transnistria-s-economy-going-from-bad-to-worse;
diunduh 18 September 2015.
Ciocoiu, Paul. “Russia‟s basic strategy in Transnistria is the control of the part
over the whole”, 8 Juni 2015, Tersedia di http://fumn.eu/russias-basic-
95
strategy-in-Transnistria-is-the-control-of-the-part-over-the-whole/;
diunduh 25 September 2015.
Cisstat.com, tersedia di: http://www.cisstat.com/eng/cis.htm; diunduh pada 31
Juli 2015.
Coynash , Halya. “Russian passports handed out in Transnistria as „tension
rises‟,” 15 Juni 2015 Tersedia di
http://khpg.org/en/index.php?id=1434310866; diunduh 23 September
2015.
Cummings, Laura. “Gorbachev‟s Perestroika and The Collapse of the Soviet
Union”, tersedia di
https://www.langrange.edu/resources/pdf/citations/2012/08Cummings_hist
ory.pdf; diunduh pada 17 April 2014.
Eadaily.com, “Rogozin: Transnistria may become a fully independent state”,13
Juli 2015, Tersedia di https://en.eadaily.com/news/2015/07/13/rogozin-
Transnistria-may-become-a-fully-independent-state; diunduh 29
September 2015.
Europa.eu. “Republic of Moldova & the EU –Trade” tersedia di
http://ec.europa.eu/trade/policy/countries-and-regions/countries/moldova/;
diunduh pada 20 Agustus 2015.
Gevorg Mirzayan, “Era Baru Kebijakan Luar Negeri Rusia Setelah Perang
Dingin”, 3 April 2014. Tersedia di
http://indonesia.rbth.com/politics/2014/04/03/era_baru_kebijakan_luar_ne
geri_rusia_setelah_perang_dingin_23511; diunduh pada 12 Maret 2016.
Globalsecurity.org, “Operations Group of Russian Forces in Moldova”. Tersedia
di: http://www.globalsecurity.org/military/world/russia/ogrv-moldova.htm;
diunduh pada 31 Juli 2015.
GlobalSecurity.org, “Organization for Democracy and Economic Development
– GUAM” tersedia di
http://www.globalsecurity.org/military/world/int/guuam.htm. diunduh 18
September 2015.
96
Kedutaan Besar Federasi Rusia, “Lima Prinsip Kebijakan Luar Negeri Rusia”,
tersedia di
http://indonesia.mid.ru/documents/3046611/9269502/mfa_ind_02i.pdf;
diunduh pada 11 Maret 2016.
Liedekerke , Arthur de, “Putin's Foot in the Door: Why Transnistria Matters”, 15
Mei 2015, Tersedia di http://www.iar-gwu.org/content/putins-foot-door-
why-Transnistria-matters; diunduh 24 September 2015.
Mirzayan, Gevorg. “Era Baru Kebijakan Luar Negeri Rusia Setelah Perang
Dingin”, 3 April 2014. Tersedia di
http://indonesia.rbth.com/politics/2014/04/03/era_baru_kebijakan_luar_neg
eri_rusia_setelah_perang_dingin_23511; diunduh pada 12 Maret 2016.
Offiziere.ch, “Transnistria: Russia‟s pawn in the game for security”, 2 Juni
2015, Tersedia di http://www.offiziere.ch/?p=18980; 23 September 2015.
Piagam PBB. Tersedia di
https://treaties.un.org/doc/publication/ctc/uncharter.pdf; diunduh 11 Maret
2016.
Popa, Ana. “Foreign direct investments in economy of republic of moldova and
perspectives for their grow in the framework of neighboring with EU”.
Tersedia di http://expert-
grup.org/ro/biblioteca/item/download/717_b5d57491d1e613a59580b4e5c7
7fee44; diunduh pada 2 Desember 2015.
Popescu, Nicu “The EU and Transnistria: From Deadlock to Sustainable
Development”. IPF Policy Brief , Tersedia di :
http://www.policy.hu/nPopescu/ipf%20info/IPF%201%20transnistria.pdf,
diunduh 6 Maret 2016.
Puiu, Victoria. “Moldova Struggles to Escape Russian Gas”, September 2014,
tersedia di http://www.eurasianet.org/node/70161; diunduh pada 23
November 2014.
97
Savceac , Olga. “Transnistria-Moldova Conflict”, tersedia di
http://www1.american.edu/ted/ice/Moldova.htm; diunduh pada 15 Januari
2014.
xii
Lampiran 1
Peta wilayah penyatuan Romania dengan Bessarabia
Sumber : http://www.conflicts.rem33.com/images/moldova/nistru_konflik.htm
xiii
Lampiran 2
Peta Wilayah Moldova setelah kemerdekaan
Sumber: Sumber : http://www.conflicts.rem33.com/images/moldova/nistru_konflik.htm
xiv
Lampiran 3
Peta Wilayah Rusia dan Sekitarnya.
Sumber: www.Washingtonpost.com