home visite cva marina

86
Klinik Dokter Keluarga FK UWKS No Berkas : Berkas Pembinaan Keluarga No RM : 0308 Puskesmas Trosobo, Sidoarjo Nama KK : Tn. S Tanggal kunjungan pertama kali 07 April 2015 Nama pembina keluarga saat kunjungan : Ibu. Istiqomah Tabel 1. CATATAN KONSULTASI PEMBIMBING (diisi setiap kali selesai satu periode pembinaan ) Tangga l Tingkat Pemahaman Paraf Pembimbing Paraf Keterangan KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA Alamat : Desa Kebon Agung Permai RT RW , Kec. Sukodono Bentuk Keluarga : Nuclear Family Tabel 2. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah No Nama Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerja an Pasie n Klini k Ket 1. S Suami L 50 SD - K Post CVA 1

Upload: eka-oktaviana-hirdaa

Post on 04-Jan-2016

18 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

home visite

TRANSCRIPT

Page 1: Home Visite CVA Marina

Klinik Dokter Keluarga FK UWKS No Berkas :

Berkas Pembinaan Keluarga No RM : 0308

Puskesmas Trosobo, Sidoarjo Nama KK : Tn. S

Tanggal kunjungan pertama kali 07 April 2015

Nama pembina keluarga saat kunjungan : Ibu. Istiqomah

Tabel 1. CATATAN KONSULTASI PEMBIMBING (diisi setiap kali selesai satu periode

pembinaan )

Tanggal Tingkat

Pemahaman

Paraf

Pembimbing

Paraf Keterangan

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Alamat : Desa Kebon Agung Permai RT RW , Kec. Sukodono

Bentuk Keluarga : Nuclear Family

Tabel 2. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah

No Nama Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Pasien

Klinik

Ket

1. S Suami L 50 SD - K Post

CVA

Dextra

2. L Istri P 44 SD Buruh

pabrik

benabg

-

1

Page 2: Home Visite CVA Marina

3. D Anak P 29 Tamat SMK

sederajat

Buruh

Pabrik

Minuman

-

4. B Anak P 14 SMP - -

5. N Anak P 12 SD - -

Sumber : Data Primer, 07 April 2015

2

Page 3: Home Visite CVA Marina

BAB I

STATUS PENDERITA

A. PENDAHULUAN

Laporan ini dibuat berdasarkan kasus poli Balai Pengobatan Puskesmas

Sukodono dengan mengambil pasien lama yang telah menjalani pengobatan di

Puskesmas Sukodono. Pasien tersebut adalah seorang laki-laki berusia 50 tahun yang

menderita CVA.

Berdasarkan anamnesa, pasien telah menderita CVA sejak kurang lebih 10

tahun yang lalu. Pasien telah menjalani pengobatan sejak tahun 2005 dan rutin kontrol

ke Puskesmas. Pembiayaan pengobatan pasien menggunakan biaya sendiri.

Pemilihan kasus home visite CVA ini dikarenakan penyakit tersebut merupakan

kasus yang sering dijumpai di masyarakat dan sering juga menimbulkan komplikasi.

Diharapkan dengan adanya kegiatan home visite ini, kita dapat lebih mengenal

kehidupan pasien seperti mengetahui keadaan lingkungan rumah dan perilaku pasien

beserta keluarga dalam proses terjadinya penyakit dan proses penyembuhannya,

disamping itu juga lebih meningkatkan pemahaman kita terhadap pasien sebagai

dokter. Dengan kegiatan ini juga diharapkan dapat memotivasi pasien untuk

kesembuhannya.

B. IDENTITAS PENDERITA

Nama : Tn. S

Umur : 50 tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Pendidikkan : SD

Alamat : Desa Kebon Agung Permai RT 25/ RW 03

Agama : Islam

Suku : Jawa

Tanggal Pemeriksaan : 07 April 2015

C. ANAMNESIS

3

Page 4: Home Visite CVA Marina

1. Keluhan Utama : Badan terasa lemas

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Tn. S seorang laki-laki umur 50 tahun saat ini mengeluhkan seluruh badan

sebelah kanan terasa lemas, kaki sebelah kanan sering kesemutan. Pasien mengeluh

seluruh badan bagian kanan sulit untuk digerakkan. Kadang terasa nyeri dibagian

leher belakang dan juga mengeluh pusing.

Pasien frekuensi BAK lancar, BAB lancar, dan berat badan pasien lebih

menurun di bandingkan dengan sebelum terkena CVA.

Pasien rutin kontrol ke Puskesmas Sukodono tiap 1 minggu sekali untuk

kontrol hipertensi. Tetapi pasien hanya mengkonsumsi obat juka memiliki biaya

untuk membeli obat , dan sudah 5hari ini pasien tidak minum obat karena tidak ada

biaya dan tidak ada yang mengantar ke Puskesmas.

3. Riwayat Penyakit Dahulu:

- Riwayat Imunisasi : Tidak tahu

- Riwayat batuk lama : Tidak ada

- Riwayat tekanan darah tinggi : Ada, diketahui sejak 10 tahun yang lalu.

- Riwayat anemia : Tidak ada

- Riwayat kelainan jantung : Tidak ada

- Riwayat asma : Tidak ada

- Riwayat diabetes melitus : Tidak ada

- Riwayat kejang : Ada, diketahui 1,5 tahun yang lalu saat

serangan stroke lagi.

- Riwayat alergi obat/ makanan : Tidak ada

4. Riwayat Penyakit Keluarga:

- Riwayat keluarga sakit batuk lama : Tidak ada

- Riwayat sakit gula : Disangkal

- Riwayat sakit sesak nafas : Tidak ada

- Riwayat alergi obat/makanan : Tidak ada

- Riwayat hipertensi : Ada, Ayah pasien

5. Riwayat penyakit jantung : Tidak ada

6. Riwayat Kebiasaan:

- Riwayat merokok : Tidak ada

4

Page 5: Home Visite CVA Marina

- Riwayat ayah/ibu merokok : Ayah pasien merokok

- Riwayat penggunaan obat-obatan maupun alkohol : Tidak ada

- Riwayat olahraga : Saat ini pasien tidak bisa beraktivitas

- Pasien mengaku jarang minum obat untuk CVA dan hipertensi, karena pasien

membeli obat jika memiliki biaya. Pasien sebelum terkena CVA , pasien suka

mengkonsumsi makanan berlemak dan minuman yang manis. namun saat ini

pasien menghindari makanan berlemak dan minuman manis sejak mengetahui

terkena CVA dan juga telah mengurangi konsumsi makanan yang mengandung

garam.

7. Riwayat Gizi:

- Pasien makan 2-3 kali sehari pagi dan siang dengan porsi seperti biasa, dengan

menu nasi dengan lauk pauk tahu, tempe , dan sayur. Kesan status gizi baik.

Pasien malam hari tidak makan.

8. Riwayat Sosial Ekonomi:

Penderita tinggal serumah dengan istri dan ke-3 anak kandung. Pasien

sudah tidak bisa bekerja lagi sejak terkena CVA di karenakan keadaannya sudah

tidak seperti dulu lagi. Pasien kesehariannya hanya di rumah, dari pagi sampai sore

hanya di rumah sendiri. Istri pasien bekerja sebagai buruh pabrik benang. Anak

pertama pasien bekerja sebagai buruh pabrik minuman.

D. ANAMNESIS SISTEM

1. Kulit : warna kulit sawo matang

2. Kepala : rambut botak, sakit kepala (+), pusing (-), rambut botak

3. Mata : pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan kabur (-),

ketajaman baik.

4. Hidung : tersumbat (-), mimisan (-)

5. Telinga : pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar cairan (-)

6. Mulut : sariawan (-), mulut kering (-), lidah tidak terasa pahit

7. Tenggorokan : sakit menelan (-), serak (-)

8. Pernafasan : sesak nafas (-), mengik (-), batuk lama (-)

9. Kardiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-)

10. Gastrointestinal : mual (+), muntah (-), diare (-), nafsu makan menurun (-), nyeri

perut (-)

11. Genitourinaria : BAK lancar, 1 kali/malam, warna kuning jernih

5

Page 6: Home Visite CVA Marina

12. Neuropsikiatri : Neurologik : kejang (-), lumpuh (-)

Psikiatrik : emosi stabil, mudah marah (-)

13. Muskuloskeletal : kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki (+), nyeri otot (+)

14. Ekstremitas : Atas : Kanan : bengkak (-), sakit (-)

Kiri : bengkak (-), sakit (-)

Bawah : Kanan : bengkak (-), sakit (-)

Kiri : bengkak (-), sakit (-)

E. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum:

Cukup, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi kesan baik.

2. Tanda Vital:

TD : 160/100 mmHg

HR : 86 x/ menit

RR : 20 x/menit

Suhu : 36,7°C

3. Perhitungan Status Gizi dengan Body Mass Index (BMI) :

BB : 72 kg

TB : 170 cm = 1,70 meter

= 72

1,702

= 72

2,89

= 24,9 kg/m2

Tabel I.1. BMI

BMI = BB

TB2

6

Nilai BMI Penilaian berat

badan

> 30 Obesitas –

kegemukan

25 – 29,9 Berat badan

berlebihan

18,5 – 24,9 Berat badan ideal

<18,5 Berat badan kurang

Page 7: Home Visite CVA Marina

Berdasarkan tabel BMI di atas maka status gizi penderita masuk dalam kategori

berat badan ideal.

4. Kulit:

Warna : Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-)

Kelembaban : baik

Turgor : baik

5. Kepala:

Bentuk : dalam batas normal

Wajah : edema (-)

6. Mata:

Cekung : (-)

Bulu mata : hitam, rontok(-)

Palpebra : oedem -/-

Conjunctiva : anemis (-/-)

Sklera : ikterik (-/-)

Pupil : Bulat isokor (3mm/3mm)

Reflek cahaya : (+/+)

7. Hidung:

Bentuk : normal

Sekret : (-)

Epistaksis : (-)

8. Mulut:

Bau : tidak didapatkan

Bibir : sianosis (-), pucat (-), kering (-)

Lidah : kotor (-), tepi hiperemis (-), tremor (-), papil atrofi (-)

Mukosa : basah, kandidiasis (-)

9. Telinga:

Bentuk daun telinga : dalam batas normal

Kelainan pada MAE : (-)

Serumen : (-)

Nyeri tekan mastoid : (-)

7

Page 8: Home Visite CVA Marina

Pendengaran berkurang : (-)

10. Leher:

JVP : tidak meningkat

Trakea : ditengah

Pembesaran kel. Tyroid : (-)

Pembesaran kel. Limfe : (-)

11. Tenggorok:

Tonsil : tidak membesar

Pharing : hiperemis (-)

12. Thorak

- Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak.

Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V 1 cm medial midclavicularis line

sinistra.

Perkusi : Kesan batas jantung tidak melebar.

Auskultasi : S1 S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-).

- Paru

Inspeksi : pengembangan dada kanan = kiri, Retraksi ICS (-)

Palpasi : fremitus raba kanan = kiri

Perkusi : sonor seluruh lapang pandang paru

Batas paru hepar : ICS VI Dekstra

Batas paru lambung : ICS VII Sinistra

Redup relatif di : Batas paru hepar

Redup absolut di : hepar

Auskultasi: suara dasar vesikuler (+/+)

- Payudara

Inspeksi : puting susu kesan normal, luka (-)

Palpasi : tumor (-), nyeri tekan (-)

13. Abdomen

Inspeksi : dinding perut sejajar dengan dinding dada.

8

Page 9: Home Visite CVA Marina

Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba.

Perkusi : timpani (+)

Auskultasi : peristaltik usus (+) normal.

14. Collumna Vertebralis:

Inspeksi : deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)

Palpasi : nyeri tekan (-)

15. Urogenital: kesan normal

16. Ekstremitas

Ekstremitas Superior Inferior

Kanan Kiri Kanan Kiri

Bentuk Normal Norma

l

normal normal

Luka - - - -

Eritema - - - -

Oedema - - - -

Akral hangat + + + +

17. Neurologi:

A. Kesan Umum :

Kesadaran : GCS 456, Compos Mentis

B. Pemeriksaan Khusus

1.Rangsangan selaput otak

Kaku tengkuk : (-)

Laseque : (-)

Kerniq : (-)

Brudzinski I : (-)

Brudzinski II : (-)

2. Saraf Otak

Nervus VII Dextra Sinistra

Kerutan dahi Simetris Simetris

Tinggi alis Simetris Simetris

Sudut mata Simetris Simetris

9

Page 10: Home Visite CVA Marina

Pengecapan 2/3 normal

Nervus XII Dextra Sinistra

Kedudukan

lidah waktu

istirahat

tengah

Kedudukan

lidah waktu

gerak

tengah

Atrofi (-) (-)

Fasikular /

tremor

(-) (-)

Kedudukan

lidah menekan

bagian dalam

normal Normal

3.Fungsi motorik :

Kekuatan otot 4 5 Tonus otot N N

4 5 N N

Reflex fisiologis + 2 + Reflex patologis - -

+ 2 + - -

18. Psikiatrik:

Penampilan : sesuai umur, perawatan diri baik

Kesadaran : kualitatif tidak berubah; kuantitatif compos mentis

Afek : appropriate

Psikomotor : normoaktif

Proses pikir : bentuk : realistik

isi : waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)

arus : koheren

Insight : baik

10

Page 11: Home Visite CVA Marina

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak Dilakukan

G. RESUME

Seorang laki-laki umur 50 tahun mengeluh seluruh badan sebelah kanan terasa

lemas, kaki sebelah kanan sering kesemutan. Pasien mengeluh seluruh badan bagian

kanan sulit untuk digerakkan. Kadang terasa nyeri dibagian leher belakang dan juga

mengeluh pusing. Pasien frekuensi BAK lancar, BAB lancar, dan berat badan pasien

lebih menurun di bandingkan dengan sebelum terkena CVA

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum kesan normal, compos mentis, status

gizi kesan cukup. Tanda vital TD: 160/100 mmHg, N: 86 x/menit, RR: 20 x/menit,

S:36,70C, BB:72 kg, TB:170 cm, BMI = 24,91 (status gizi penderita masuk dalam

kategori berat badan ideal).

H. PATIENT CENTERED DIAGNOSIS

1. Diagnosa Biologis:

a. Post CVA

b. Hipertensi Stage II

2. Diagnosa Psikologis: -

3. Diagnosa Sosial Ekonomi dan Budaya:

a. Status ekonomi kurang.

b. Penyakit mengganggu aktifitas sehari-hari.

I. PENATALAKSANAAN

Non Medikamentosa:

1. Pasien dianjurkan untuk menjaga pola makan dengan membatasi konsumsi

makanan berlemak atau minuman manis, mengurangi asupan karbohidrat yang

berlebihan dan membatasi konsumsi garam sebanyak 6 gr/hari, serta

menghindari makanan yang berkolesterol, seperti : gorengan, seafood, daging

kambing dan lain-lain. Selain itu pasien dianjurkan diit tinggi serat dengan

memperbanyak konsumsi sayur dan buah-buahan serta memperbanyak minum

air putih.

11

Page 12: Home Visite CVA Marina

2. Pasien dianjurkan untuk minum obat teratur sesuai dengan aturan, baik obat

untuk hipertensi. Serta pasien disarankan untuk berobat rutin ke Puskesmas.

3. Mengurangi stress tertentu

Diharapkan penderita mendapat motivasi yang adekuat dari keluarga untuk

kesembuhan penderita salah satunya dengan cara lebih banyak meluangkan

waktu lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Medikamentosa :

Brain act 2x500 mg

Ranitidine 2x1

Neurosanbe 2x1

Follow Up

Nama : Tn. S

Diagnosis : Post CVA dan Hipertensi grade II

No. Tanggal TD Nadi RR Keadaan penyakit Penanganan

1. 07/05/2015 160/100 86 20 Pola minum obat

yang tidak teratur

Motivasi

pentingnya minum

obat yang teratur

2. 10/05/2015 150/100 84 18

BAB II

IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI KELUARGA SECARA HOLISTIK

1. Fungsi Biologis

12

Page 13: Home Visite CVA Marina

Dalam satu rumah, Penderita tinggal serumah dengan isrti dan ketiga anak

perempuannya. Pasien sudah tidak bisa bekerja lagi sejak terkena CVA di

karenakan keadaannya sudah tidak seperti dulu lagi. Pasien kesehariannya hanya di

rumah, dari pagi sampai sore hanya di rumah sendiri. Istri pasien bekerja sebagai

buruh pabrik benang. Anak pertama pasien bekerja sebagai buruh pabrik minuman.

Dari wawancara dengan pasien didapatkan informasi bahwa pasien sudah

menyadari sedang menderita penyakit Stroke dan hipertensi, pasien juga

termotivasi untuk sembuh dan menjaga agar tidak berlanjut lebih parah.

2. Fungsi Psikologis

Hubungan penderita dengan keluarganya baik istri, anak. Pasien sudah tidak

bisa bekerja lagi sejak terkena CVA di karenakan keadaannya sudah tidak seperti

dulu lagi. Permasalahan yang timbul dalam keluarga dipecahkan secara

musyawarah dengan istri/anak dan dicari jalan tengah, serta dibiasakan sikap saling

tolong menolong baik fisik, mental, maupun jika terdapat salah satu diantara

mereka yang menderita kesusahan.

2. Fungsi Sosial

Letak kediaman pasien berada di dalam perkampungan. Dalam masyarakat,

penderita hanya sebagai anggota masyarakat biasa, tidak mempunyai kedudukan

sosial tertentu dalam masyarakat. Penderita dan mengaku sering mengikuti kegiatan

yang dilaksanakan di wilayah pemukiman tersebut. Dalam kesehariannya penderita

bergaul akrab dengan beberapa tetangga yang menaruh perhatian pada penderita.

3. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

Pasien sudah tidak bisa bekerja lagi sejak terkena CVA di karenakan

keadaannya sudah tidak seperti dulu lagi. Pasien kesehariannya hanya di rumah,

dari pagi sampai sore hanya di rumah sendiri. Istri pasien bekerja sebagai buruh

pabrik benang. Anak pertama pasien bekerja sebagai buruh pabrik minuman.

Untuk biaya pengobatan ke Puskesmas, pasien menggunakan biaya sendiri.

4. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi

13

Page 14: Home Visite CVA Marina

Semua masalah yang terjadi, terkadang didiskusikan bersama istri, anak dan

sanak saudara untuk mencari pemecahannya.

B. FUNGSI FISIOLOGIS/ APGAR SCORE

Adaptation

Dalam menghadapi masalah selama ini penderita mendapatkan dukungan dari istri,

anak dan sanak saudara. Jika penderita menghadapi suatu masalah terkadang

menceritakan kepada istri. Dukungan dari istri, anak dan saudara serta petugas

kesehatan membuat penderita melakukan kontrol rutin ke puskesmas.

Partnership

Tn. S mengetahui tentang penyakit stroke dan hipertensi yang dideritanya. Sehingga

penderita dan keluarganya terkadang berkomunikasi tentang masalah yang

kemungkinan akan dihadapi sehingga mereka dapat waspada. Komunikasi di dalam

keluarga penderita berjalan cukup baik. Keluarga besar pun terkadang membantu bila

penderita ada masalah.

Growth

Tn. S selalu bersabar menghadapi penyakitnya, meskipun harus kontrol berobat

setiap bulannya. Namun dengan kondisi keluarga yang mendukung proses

kesembuhannya akhirnya Tn. S merasa bebannya menjadi lebih ringan dan saat ini

penderita menjalani hidup dengan bahagia.

Affection

Tn. S merasa hubungan kasih sayang dan interaksi dengan istri anak maupun

saudara-saudaranya berjalan cukup baik, meskipun intensitas pertemuan dengan anak

jarang.

Resolve

Tn. S sudah merasa cukup puas dengan waktu yang diluangkan oleh istri dan anak.

APGAR Tn. S Terhadap Keluarga Ser

ing

Kad

ang-

Jarang/tidak

14

Page 15: Home Visite CVA Marina

/

sel

alu

kada

ng

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke

keluarga saya bila saya menghadapi

masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya

membahas dan membagi masalah dengan

saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya

menerima dan mendukung keinginan saya

untuk melakukan kegiatan baru atau arah

hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan

merespon emosi saya seperti kemarahan,

perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan

saya membagi waktu bersama-sama

Apgar Score nilai : 9, fungsi keluarga baik.

APGAR SCORE keluarga penderita : 9

Kesimpulan : fungsi fisiologis keluarga penderita baik.

C. FUNGSI PATOLOGIS

Fungsi patologis dari keluarga Tn. S dinilai dengan menggunakan SCREEM

sebagai berikut :

Sumber Patologis Ket

Sosial Interaksi sosial yang baik antar anggota

keluarga juga dengan saudara partisipasi

mereka dalam masyarakat cukup meskipun

banyak keterbatasan

+

Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya

terlihat baik, hal ini dapat dilihat dari

15

Page 16: Home Visite CVA Marina

pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga

maupun lingkungan, banyak tradisi dan

budaya yang masih diikuti. Sering mengikuti

acara-acara yang bersifat hajatan, sunatan,

nyadran dll. Menggunakan bahasa jawa, tata

krama dan kesopanan.

+

Religius

Agama

menawar

kan

pengalam

an

spiritual

yang baik

untuk

ketenang

an

individu

yang

tidak

didapatka

n dari

yang lain.

Pemahaman agama cukup serta penerapan

ajaran agama cukup, hal ini dapat dilihat dari

penderita dan suami beserta cucunya sering

kali sholat berjamaah dan saling

mengingatkan bila waktu menjelang sholat

tiba.

+

Economi Ekonomi keluarga ini tergolong menengah ke

bawah. Untuk kebutuhan primer sudah bisa

terpenuhi, namun belum mampu mencukupi

kebutuhan sekunder karena ekonomi tidak

memadai, diperlukan skala prioritas untuk

pemenuhan kebutuhan hidup.

+

Educatio

nal

Pendidikan anggota keluarga kurang

memadai. Tingkat pendidikan dan

pengetahuan orang tua masih rendah.

+

16

Page 17: Home Visite CVA Marina

Kemampuan untuk memperoleh dan

memiliki fasilitas pendidikan seperti buku-

buku, koran terbatas.

Medical Tidak mampu membiayai pelayanan

kesehatan yang lebih baik. Dalam mencari

pelayanan kesehatan, keluarga ini biasanya

pergi ke Puskesmas karena letaknya dekat

sehingga mudah dijangkau.

+

Keterangan: : Keluarga memiliki masalah dalam ekonomi yang masih berkekurangan,

pendidikan dan memiliki masalah dalam pengobatan.

D. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Alamat : Desa Kebon Agung, Kecamatan Sukodono.

Bentuk Keluarga : Nuclear Family

Diagram 1. Genogram Keluaraga Tn. S

Tanggal Pembuatan 07 April 2015

Sumber Data Primer,07 April 2015

Tn. S50th

Ny. L44th

Sdr. D29th

An. B14th

An. N12th

17

Page 18: Home Visite CVA Marina

E. INFORMASI INTERAKSI DALAM KELUARGA

Tn. K, 50 tahun

(Penderita)

Berdasarkan bagan informasi interaksi dalam keluarga Tn. S, dapat disimpulkan

bahwa komunikasi Tn. S dengan anak dan sanak saudaranya tergolong cukup efektif

F. PERTANYAAN SIRKULER DALAM KELUARGA

1. Ketika pasien jatuh sakit apa yang dilakukan istri?

Jawab : menolong

2. Ketika isrti bertindak seperti itu apa yang dilakukan anak-anak ?

Jawab : ikut serta membantu

3. Ketika istri bertindak seperti itu, apa yang dilakukan anggota keluarga lainnya ?

Jawab : memberi pertolongan

4. Kalau pasien membutuhkan perawatan atau operasi, ijin siapa yang diperlukan ?

Jawab : Istri

5. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan pasien ?

Jawab : Istri penderita

6. Selanjutnya siapa yang terdekat ?

Jawab : Anak penderita

7. Siapa yang secara emosional paling jauh dengan pasien ?

Jawab : Tidak ada.

8. Siapa yang selalu tidak setuju dengan pasien ?

Jawab : Tidak ada.

9. Siapa yang biasanya tidak setuju dengan anggota keluarga yang lainnya ?

Jawab : Tidak ada

BAB III

18

Page 19: Home Visite CVA Marina

IDENTIFIKASI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN

A. Faktor Perilaku Keluarga dan Faktor Non Perilaku Keluarga

1. Faktor Perilaku Keluarga

Saat ini penderita memiliki kebiasaan makan teratur dengan frekuensi

makan 2-3x/hari. Sehari-hari pasien tidak bekerja. Saat ini pasien patuh minum

obat cva dan antihipertensi, serta rutin kontrol ke puskesmas tiap 1 bulan sekali

atau jika persediaan obat telah habis.

Penderita ini menyadari pentingnya kesehatan karena apabila sakit. Penderita

mengerti bahwa sakit diabetes mellitus kemungkinan disebabkan oleh pola makan

yang tidak benar, kurang olahraga, serta beberapa faktor lain. Aktifitas sehari-hari yang

berlebihan dan stress juga bisa menjadi pemicu penyakit hipertensi yang juga diderita.

Perabot rumah tertata dengan rapi, keluarga ini berusaha menjaga kebersihan

lingkungan rumahnya misalnya dengan menyapu rumah dan halaman paling tidak

sehari dua kali, pagi dan sore.

2. Faktor Non Perilaku

Dipandang dari segi ekonomi, penderita termasuk keluarga menengah ke

bawah. Dari penghasilan yang didapat dari istri penderita berusaha sekeras

mungkin untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Rumah yang dihuni penderita adalah milik sendiri, namun cukup memadai,

namun masih ada kekurangan dalam pemenuhan standar kesehatan. pencahayaan

ruangan cukup dan ventilasi cukup. Pembuangan limbah keluarga sudah memenuhi

sanitasi lingkungan karena limbah telah dialirkan ke saluran pembuangan. Sampah

keluarga dibuang ditempat pembuangan sampah.

Kamar mandi sudah ada dan sudah dilengkapi dengan jamban jongkok.

Terdapat saluran permanen untuk pembuangan saluran limbah rumah tangga.

Fasilitas kesehatan yang sering dikunjungi oleh penderita jika sakit adalah Puskesmas

Sukodono.

B. Identifikasi Lingkungan Rumah

19

Page 20: Home Visite CVA Marina

1. Gambaran Lingkungan Rumah

Tn. S tinggal ber-empat di sebuah rumah yang sederhana milik sendiri. Rumah

pasien terletak di pemukiman penduduk yang cukup padat, bentuk bangunan 1 lantai,

memiliki halaman rumah. Rumah terdiri dari 1 ruang tamu, 2 kamar tidur, 1 dapur, 1

kamar mandi. Lantai masih beralaskan tanah, dinding terbuat dari tembok, atap rumah

dari genteng. Terdapat beberapa jendela, penerangan di tiap ruangan tergolong cukup.

Udara didalam ruangan terasa sejuk, dan kebersihan dalam dan luar kurang. Secara

keseluruhan kebersihan rumah masih kurang.

2. Denah Rumah

Ruang tamuKamar tidur pasien

Kamar tidur

Ruang TV

Kamar mandi

Dapur

Halaman

Ket :------ : tirai____ : tembok

20

Page 21: Home Visite CVA Marina

BAB IV

DAFTAR PERMASALAHAN

1. Masalah Aktif :

a. Post CVA

b. Hipertensi

c. Kurangnya pengetahuan mengenai CVA dan hipertensi beserta komplikasi yang

mungkin terjadi.

2. Faktor Resiko :

a. Usia

b. Pola makan

DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN

(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada dengan faktor-

faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)

Tn. S

50 th

1. Usia 2. Pola Makan

4.kurangnya

pengetahuan

tentang CVA dan

HT beserta

komplikasinya

21

Page 22: Home Visite CVA Marina

BAB V

MANAJEMEN PASIEN

A. PATIENT CENTERED MANAGEMENT

1. Support Psikologis

Penderita memerlukan dukungan psikologis mengenai faktor-faktor yang dapat

menimbulkan kepercayaan baik pada diri sendiri maupun kepada dokternya. Antara

lain dengan cara :

a. Memberikan perhatian pada berbagai aspek masalah yang dihadapi.

b. Memberikan perhatian pada pemecahan masalah yang ada.

c. Memantau kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan.

d. Timbulnya kepercayaan dari pasien, sehingga timbul pula kesadaran dan

kesungguhan untuk mematuhi nasihat-nasihat dari dokter.

Pendekatan Spiritual, diarahkan untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan

YME, misalnya dengan rajin ibadah, berdoa dan memohon hanya kepada Tuhan

YME.

Dukungan psikososial dari keluarga dan lingkungan merupakan hal yang harus

dilakukan. Bila ada masalah, evaluasi psikologis dan evaluasi kondisi sosial, dapat

dijadikan titik tolak program terapi psikososial.

2. Penentraman Hati

Menentramkan hati diperlukan untuk penderita dengan problem psikologis

antara lain yang disebabkan oleh persepsi yang salah tentang pemasalahannya.

Faktor yang paling penting untuk mengurangi kecemasan adalah ketekunan dalam

menjalani pengobatan dan komunikasi sesuai petunjuk dokter. Selain itu juga

didukung dengan pola makan yang benar, olahraga teratur dan istirahat yang cukup.

Diharapkan penderita bisa berpikir positif sehingga membangun semangat

hidupnya sehingga bisa meningkatkan kualitas hidupnya.

3. Penjelasan, Basic Konseling dan Pendidikan

Pendekatan kepada penderita. Diberikan penjelasan yang benar dan menyeluruh

tentang kondisi penderita saat ini. Penderita perlu tahu tentang kondisi, pengobatannya,

22

Page 23: Home Visite CVA Marina

pencegahan dan komplikasi yang mungkin timbul sehingga dimengerti kemungkinan

berat ringannya resiko. Juga harus dilakukan pendalaman terhadap berbagai masalah

penderita serta pemberian konseling jika dibutuhkan.

4. Menimbulkan rasa percaya diri dan tanggung jawab

Dokter perlu menimbulkan rasa percaya dan keyakinan pada diri penderita bahwa ia

bisa melewati berbagai kesulitan dan penderitaannya. Selain itu juga ditanamkan rasa

tanggung jawab terhadap diri sendiri mengenai kepatuhan dalam jadwal kontrol,

keteraturan vitamin, diet yang dianjurkan dan hal-hal yang perlu dihindari serta yang

perlu dilakukan.

5. Pengobatan

Medikamentosa dan non medikamentosa seperti yang tertera dalam

penatalaksanaan.

6. Pencegahan dan Promosi Kesehatan

Hal yang tidak boleh terlupakan adalah pencegahan dan promosi kesehatan

berupa : penjelasan tentang CVA, komplikasinya, terapi CVA termasuk peragaan

macam-macam diet dengan berbagai jenis kandungan kalorinya.

7. Perbaikan Status Gizi

Dengan memberikan makanan sesuai dengan keadaan penderita.

8. Deteksi terhadap penyakit lain yang mungkin menyertai

Dengan melakukan pemeriksaan penunjang sesuai dengan keluhan pasien,

sehingga dapat diketahui lebih dini kemungkinan komplikasi yang akan terjadi.

B. FAMILY CENTERED MANAGEMENT

1. Psikososial

Dilakukan edukasi terutama mengenai kegawatdaruratan yang mungkin dapat

terjadi. Sehingga keluarga terdekat dapat mengantisipasi komplikasi fatal yang

mungkin akan terjadi. Memberi dukungan kepada penderita, sehingga kecemasan

penderita berkurang.

23

Page 24: Home Visite CVA Marina

2. Managemen Khusus Untuk Penderita

Penderita diharapkan selalu waspada terhadap kemungkinan komplikasi yang

akan terjadi. Apabila ada masalah atau sesuatu yang janggal segera konsultasi

dengan petugas kesehatan terdekat.

24

Page 25: Home Visite CVA Marina

BAB VI

TINJAUAN PUSTAKA

A. LATAR BELAKANG

Stroke adalah istilah umum yang digunakan untuk satu atau sekelompok gangguan

cerebro vascular, termasuk infrak cerebral, perdarahan intracerebral dan perdarahan

subarahnoid. Menurut Caplan, Stroke adalah segala bentuk kelainan otak atau susunan

saraf pusat yang disebabkan kelainan aliran darah, istilah stroke digunakan bila gejala

yang timbul akut.

Klasifikasi stroke dibagi ke dalam stroke iskemik dan stroke hemoragik. Dimana

stroke iskemik memiliki angka kejadian 85% terhadap seluruh stroke dan terdiri dari

80% stroke aterotrombotik dan 20% stroke kardioemboli. Stroke hemoragik memiliki

angka kejadian sebanyak 15% dari seluruh stroke, terbagi merata antara jenis stroke

perdarahan intracerebral dan stroke perdarahan subaraknoid. Stroke adalah salah satu

penyebab kematian tertinggi, yang berdasarkan laporan tahunan tahun 2006 di RS. dr.

Saiful Anwar, Malang, angka kematian ini berkisar antara 16,31% (462/2832) dan

menyebabkan 4,41% (1356/30096) pasien dirawat inapkan. Angka-angka tersebut tidak

membedakan antara stroke iskemik dan hemoragik.

Proses primer yang terjadi mungkin tidak menimbulkan gejala (silent) dan akan

muncul secara klinis jika aliran darah ke otak turun sampai ketingkat melampaui batas

toleransi jaringan otak, yang disebut ambang aktivitas fungsi otak (threshold of brain

function activity).

B. PENGERTIAN

Stroke adalah sindroma klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara

fokal maupun global yang dapat menimbulkan kematian atau kecacatan yang menetap

lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lain kecuali gangguan vaskular (WHO 1983). Stroke

pada prinsipnya terjadi secara tiba-tiba karena gangguan pembuluh darah otak

(perdarahan atau iskemik), bila karena trauma maka tak dimasukkan dalam kategori

stroke, tapi bila gangguan pembuluh darah otak disebabkan karena hipertensi, maka

dapat disebut stroke.

25

Page 26: Home Visite CVA Marina

C. EPIDEMIOLOGI

Usia merupakan faktor risiko yang paling penting bagi semua jenis stroke.

Insiden stroke meningkat secara eksponensial dengan bertambahnya usia. Di

Oxfordshire, selama tahun 1981 – 1986, tingkat insiden (kasus baru per tahun) stroke

pada kelompok usia 45-54 tahun ialah 57 kasus per 100.000 penduduk dibanding 1987

kasus per 100.000 penduduk pada kelompok usia 85 tahun keatas. Sedangkan di

Aucland, Selandia Baru, insiden stroke pada kelompok usia 55 – 64 tahun ialah 20 per

10.000 penduduk dan di Soderhamn, Swedia, insiden stroke pada kelompok usia yang

sama 32 per 10.000 penduduk. Pada kelompok usia diatas 85 tahun dijumpai insiden

stroke dari 184 per 10.000 di Rochester, Minnesota, dan 397 per 10.000 penduduk di

Soderhamn, Swedia.

Berdasarkan jenis kelamin, insidens stroke di Amerika Serikat 270 per 100.000

pada pria dan 201 per 100.000 pada wanita. Di Denmark, insidens stroke 270 per

100.000 pada pria dan 189 per 100.000 pada wanita. Di Inggris insidens stroke 174 per

100.000 pada pria dan 233 per 100.000 pada wanita. Di Swedia, insidens stroke 221

per 100.000 pada pria dan 196 per 100.000 pada wanita.5

Data di Indonesia menunjukkan terjadinya kecendrungan peningkatan insidens

stroke. Di Yogyakarta, dari hasil penelitian morbiditas di 5 rumah sakit dari 1 Januari

1991 sampai dengan 31 Desember 1991 dilaporkan sebagai berikut : (1) angka

insidensi stroke adalah 84,68 per 10.000 penduduk, (2) angka insidensi stroke wantia

adalah 62,10 per 100.000 penduduk, sedangkan laki-laki 110,25 per 100.000 penduduk,

(3) angka insidensi kelompok umur 30 – 50 tahun adalah 27,36 per 100.000 penduduk,

kelompok umur 51 – 70 tahun adalah 142,37 per 100.000 penduduk; kelompok umur

> 70 tahun adalah 182,09 per 100.000 penduduk, (4) proporsi stroke menurut jenis

patologis adalah 74% stroke infark, 24% stroke perdarahan intraserebral, dan 2%

stroke perdarahan subarachnoid.2,3

Sedangkan pada penelitian di 28 rumah sakit di seluruh Indonesia diperoleh

data jumlah penderita stroke akut sebanyak 2065 kasus selama periode awal Oktober

1996 sampai dengan akhir Maret 1997, mengenai usia sebagai berikut : dibawah 45

tahun 12,9% , usia 45 – 65 tahun 50,5%, diatas 65 tahun 35,8% , dengan jumlah pasien

laki-laki 53,8% dan pasien perempuan 46,2%.

26

Page 27: Home Visite CVA Marina

Di Amerika Serikat, perbandingan stroke antara pria dan wanita yakni 1,2 : 1

serta perbandingan stroke antara kulit hitam dan kulit putih yakni 1,8 : 1. Di RSUD Dr.

Soetomo Surabaya, stroke menempati urutan pertama (52,5%) dari semua penderita

yang masuk rumah sakit di Bagian Ilmu Penyakit Saraf, dan angka kematiannya 18,4%

untuk stroke trombotik, serta 56,4% untuk perdarahan intraserebral.4

Sedangkan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, proporsi mortalitas stroke yang

tertinggi adalah stroke perdarahan intra-serebral. Mortalitas untuk stroke jenis ini

sebesar 51,2% dari seluruh penderita stroke jenis ini. Kemudian disusul oleh stroke

perdarahan subarakhnoidal (46,7%) dan stroke iskemik akut atau infark (20,4%) dari

jumlah masing-masing jenis stroke tersebut.

D. ETIOLOGI

Penyebab stroke antara lain adalah aterosklerosis (trombosis), embolisme,

hipertensi yang menimbulkan perdarahan intraserebral dan ruptur aneurisme sakular.

Stroke biasanya disertai satu atau beberapa penyakit lain seperti hipertensi, penyakit

jantung, peningkatan lemak dalam darah, diabetes mellitus atau penyakit vascular

perifer.

E. KLASIFIKASI

Berdasarkan penyebabnya stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu stroke iskemik

maupun stroke hemorragik.

Jenis-Jenis Stroke

27

Page 28: Home Visite CVA Marina

a. stroke iskemik

yaitu penderita dengan gangguan neurologik fokal yang mendadak karena obstruksi

atau penyempitan pembuluh darah arteri otak dan menunjukkan gambaran infark

pada CT-Scan kepala. Aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerosis

(penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah) atau bekuan darah yang

telah menyumbat suatu pembuluh darah ke otak. Hampir sebagian besar pasien atau

sebesar 83% mengalami stroke jenis ini. Penyumbatan bisa terjadi di sepanjang

jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke otak disuplai oleh dua

arteria karotis interna dan dua arteri vertebralis. Arteri-arteri ini merupakan cabang

dari lengkung aorta jantung.

Stroke Iskemik

Penyumbatan ini dapat disebabkan oleh :

Suatu ateroma (endapan lemak) bisa terbentuk di dalam pembuluh darah arteri

karotis sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah. Keadaan ini sangat

serius karena setiap pembuluh darah arteri karotis dalam keadaan normal

memberikan darah ke sebagian besar otak. Endapan lemak juga bisa terlepas

dari dinding arteri dan mengalir di dalam darah, kemudian menyumbat arteri

yang lebih kecil.

Pembuluh darah arteri karotis dan arteri vertebralis beserta percabangannya bisa

juga tersumbat karena adanya bekuan darah yang berasal dari tempat lain,

misalnya dari jantung atau satu katupnya. Stroke semacam ini disebut emboli

serebral (emboli = sumbatan, serebral = pembuluh darah otak) yang paling

sering terjadi pada penderita yang baru menjalani pembedahan jantung dan

penderita kelainan katup jantung atau gangguan irama jantung (terutama

fibrilasi atrium).

28

Page 29: Home Visite CVA Marina

Emboli lemak jarang menyebabkan stroke. Emboli lemak terbentuk jika lemak

dari sumsum tulang yang pecah dilepaskan ke dalam aliran darah dan akhirnya

bergabung di dalam sebuah arteri.

peradangan atau infeksi menyebabkan penyempitan pembuluh darah yang

menuju ke otak.

Obat-obatan (misalnya kokain dan amfetamin) juga bisa mempersempit

pembuluh darah di otak dan menyebabkan stroke.

Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan berkurangnya aliran

darah ke otak, yang biasanya menyebabkan seseorang pingsan. Stroke bisa

terjadi jika tekanan darah rendahnya sangat berat dan menahun. Hal ini terjadi

jika seseorang mengalami kehilangan darah yang banyak karena cedera atau

pembedahan, serangan jantung atau irama jantung yang abnormal.

Macam – macam stroke iskemik :

i. TIA

didefinisikan sebagai episode singkat disfungsi neurologis yang disebabkan

gangguan setempat pada otak atau iskemi retina yang terjadi dalam waktu

kurang dari 24 jam, tanpa adanya infark, serta meningkatkan resiko

terjadinya stroke di masa depan.

ii. RIND

Defisit neurologis lebih dari 24 jam namun kurang dari 72 jam

iii. Progressive stroke

iv. Complete stroke

v. Silent stroke

b. stroke hemorragik

Pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan

darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya contoh perdarahan

intraserebral, perdarahan subarachnoid, perdarahan intrakranial et causa AVM.

Hampir 70 persen kasus stroke hemorrhagik terjadi pada penderita hipertensi.

29

Page 30: Home Visite CVA Marina

Stroke Hemorragic

Berikut ini adalah penjelasan lebih rinci mengenai jenis-jenis stroke hemoragik:

2.1 Intracerebral hemorrhage (perdarahan intraserebral)

Perdarahan intraserebral terjadi karena adanya ekstravasasi darah ke dalam

jaringan parenkim yang disebabkan ruptur arteri perforantes dalam. Stroke jenis ini

berjumlah sekitar 10% dari seluruh stroke tetapi memiliki persentase kematian lebih

tinggi dari yang disebabkan stroke lainnya. Di antara orang yang berusia lebih tua dari

60 tahun, perdarahan intraserebral lebih sering terjadi dibandingkan perdarahan

subarakhnoid.

Perdarahan intraserebral sering terjadi di area vaskularis dalam pada lapisan

hemisfer serebral. Perdarahan yang terjadi kebanyakan pada pembuluh darah

berkaliber kecil dan terdapat lapisan dalam (deep arteries). Perdarahan intraserebral

sangat sering terjadi ketika tekanan darah tinggi kronis (hipertensi) melemahkan arteri

kecil, menyebabkannya menjadi pecah. Korelasi hipertensi sebagai kausatif

perdarahan ini dikuatkan dengan pembesaran vertikel jantung sebelah kiri pada

kebanyakan pasien. Hipertensi yang menahun memberikan resiko terjadinya stroke

hemoragik akibat pecahnya pembuluh darah otak diakibatkan karena adanya proses

degeneratif pada dinding pembuluh darah.

Beberapa orang yang tua memiliki kadar protein yang tidak normal disebut

amyloid yang menumpuk pada arteri otak. Penumpukan ini (disebut amyloid

angiopathy) melemahkan arteri dan bisa menyebabkan perdarahan. Umumnya

penyebabnya tidak banyak, termasuk ketidaknormalan pembuluh darah yang ada

ketika lahir, luka, tumor, peradangan pada pembuluh darah (vaskulitis), gangguan

perdarahan, dan penggunaan antikoagulan dalam dosis yang terlalu tinggi. Gangguan

perdarahan dan penggunaan antikoagulan meningkatkan resiko sekarat dari perdarahan

intraserebral.

30

Page 31: Home Visite CVA Marina

Perdarahan intraserebral ini merupakan jenis stroke yang paling berbahaya. Lebih

dari separuh penderita yang memiliki perdarahan yang luas, meninggal dalam

beberapa hari. Penderita yang selamat biasanya kembali sadar dan sebagian fungsi

otaknya kembali, karena tubuh akan menyerap sisa-sisa darah.

2.2 Subarachnoid hemorrhage (perdarahan subarakhnoid)

Perdarahan subarakhnoid adalah perdarahan ke dalam ruang (ruang subarachnoid)

diantara lapisan dalam (pia mater) dan lapisan tengah (arachnoid mater) para jaringan

yang melindungan otak (meninges). Penyebab yang paling umum adalah pecahnya

tonjolan pada pembuluh (aneurisma). Biasanya, pecah pada pembuluh menyebabkan

tiba-tiba, sakit kepala berat, seringkali diikuti kehilangan singkat pada kesadaran.

Perdarahan subarakhnoid adalah gangguan yang mengancam nyawa yang bisa cepat

menghasilkan cacat permanen yang serius. Hal ini adalah satu-satunya jenis stroke

yang lebih umum terjadi pada wanita.

Perdarahan subarakhnoid biasanya dihasilkan dari luka kepala. Meskipun begitu,

perdarahan mengakibatkan luka kepala yang menyebabkan gejala yang berbeda dan

tidak dipertimbangankan sebagai stroke. Perdarahan subarakhnoid dipertimbangkan

sebagai sebuah stroke hanya ketika hal itu terjadi secara spontan, yaitu ketika

perdarahan tidak diakibatkan dari kekuatan luar, seperti kecelakaan atau jatuh.

Perdarahan spontan biasanya diakibatkan dari pecahnya secara tiba-tiba

aneurisma di dalam arteri cerebral. Aneurisma menonjol pada daerah yang lemah pada

dinding arteri. Aneurisma biasanya terjadi dimana cabang nadi. Aneurisma

kemungkinan hadir ketika lahir (congenital), atau mereka berkembang kemudian,

setelah tahunan tekanan darah tinggi melemahkan dinding arteri. Kebanyakan

perdarahan subarakhnoid diakibatkan dari aneurisma sejak lahir.

Perdarahan subarakhnoid terkadang diakibatkan dari pecahnya jaringan tidak

normal antara arteri dengan pembuluh (arteriovenous malformation) di otak atau

sekitarnya. Arteriovenous malformation kemungkinan ada sejak lahir, tetapi hal ini

biasanya diidentifikasikan hanya jika gejala terjadi. Jarang, penggumpalan darah

terbentuk pada klep jantung yang terinfeksi, mengadakan perjalanan (menjadi

embolus) menuju arteri yang mensuplai otak, dan menyebabkan arteri menjadi

meradang. Arteri tersebut bisa kemudian melemah dan pecah.

31

Page 32: Home Visite CVA Marina

F. FAKTOR RESIKO

Setiap orang selalu mendambakan hidup nyaman, sehat dan bebas dari berbagai

macam tekanan. Namun, keinginan tersebut tidak diimbangi dengan pola hidup yang

memadai. Pola hidup yang tidak baik tersebut dapat menyebabkan masalah kesehatan.

Faktor potensial kejadian stroke dibedakan menjadi 2 kategori besar yakni:

1. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi

Usia

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa semakin tua usia, semakin besar pula

risiko terkena stroke. Hal ini berkaitan dengan adanya proses degenerasi (penuan)

yang terjadi secara alamiah dan pada umumnya pada orang lanjut usia, pembuluh

darahnya lebih kaku oleh sebab adanya plak (atherosklerosis).

Jenis kelamin

Laki-laki memiliki risiko lebih besar untuk terkena stroke dibandingkan dengan

perempuan. Hal ini diduga terkait bahwa laki-laki cenderung merokok. Rokok itu

sendiri ternyata dapat merusak lapisan dari pembuluh darah tubuh yang dapat

mengganggu aliran darah.

Herediter

Hal ini terkait dengan riwayat stroke pada keluarga. Orang dengan riwayat stroke

pada kelurga, memiliki risiko yang lebih besar untuk terkena stroke dibandingkan

dengan orang tanpa riwayat stroke pada keluarganya.

Ras/etnik

Dari berbagai penelitian diyemukan bahwa ras kulit putih memiliki peluang lebih

besar untuk terkena stroke dibandingkan dengan ras kulit hitam.

2. Faktor yang dapat dimodifikasi

Hipertensi (darah tinggi)

Orang yang mempunyai tekanan darah yang tinggi memiliki peluang besar untuk

mengalami stroke. Bahkan hipertensi merupakan penyebab terbesar (etiologi) dari

kejadian stroke itu sendiri. Hal ini dikarenakan pada kasus hipertensi, dapat terjadi

gangguan aliran darah tubuh dimana diameter pembuluh darah akan mengecil

(vasokontriksi) sehingga darah yang mengalir ke otak pun akan berkurang. Dengan

pengurangan aliran darah otak (ADO) maka otak akan akan kekurangan suplai

32

Page 33: Home Visite CVA Marina

oksigen dan juga glukosa (hipoksia), karena suplai berkurang secara terus menerus,

maka jaringan otak lama-lama akan mengalami kematian.

Penyakit jantung

Adanya penyakit jantung seperti penyakit jantung koroner, infak miokard

(kematian otot jantung) juga merupakan faktor terbesar terjadinya stroke. Seperti

kita ketahui, bahwa sentral dari aliran darah di tubuh terletak di jantung. Bilamana

pusat mengaturan aliran darahnya mengalami kerusakan, maka aliran darah tubuh

pun akan mengalami gangguan termasuk aliran darah yang menuju ke otak. Karena

adanya gangguan aliran, jaringan otak pun dapat mengalami kematian secara

mendadak ataupun bertahap.

Diabetes melitus

Diabetes melitus (DM) memiliki risiko untuk mengalami stroke. Hal ini terkait

dengan pembuluh darah penderita DM yang umumnya menjadi lebih kaku (tidak

lentur). Adanya peningkatan ataupun penurunan kadar glukosa darah secara tiba-

tiba juga dapat menyebabkan kematian jaringan otak.

Hiperkolesterolemia

Hiperkolesterolemia merupakan keadaan dimana kadar kolesterol didalam darah

berlebih (hiper = kelebihan). Kolesterol yang berlebih terutama jenis LDL akan

mengakibatkan terbentuknya plak/kerak pada pembuluh darah, yang akan semakin

banyak dan menumpuk sehingga dapat mengganggu aliran darah.

Obesitas

Kegemukan juga merupakan salah satu faktor risiko terjadinya stroke. Hal tersebut

terkait dengan tingginya kadar lemak dan kolesterol dalam darah pada orang

dengan obesitas, dimana biasanya kadar LDL (lemak jahat) lebih tinggi

dibandingkan dengan kadar HDLnya (lemak baik/menguntungkan).

Merokok

Berdasarkan penelitian didapatkan, bahwa orang-orang yang merokok ternyata

memiliki kadar fibrinogen darah yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang

tidak merokok. Peningkatan kadar fibrinogen ini dapat mempermudah terjadinya

penebalan pembuluh darah sehingga pembuluh darah menjadi sempit dan kaku

dengan demikian dapat menyebabkan gangguan aliran darah.

G. PATOFOSIOLOGI

33

Page 34: Home Visite CVA Marina

Trombosis (penyakit trombo – oklusif) merupakan penyebab stroke yang paling

sering. Arteriosclerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebab

utama trombosis selebral. Tanda-tanda trombosis serebral bervariasi, sakit kepala

adalah awitan yang tidak umum. Beberapa pasien mengalami pusing, perubahan

kognitif atau kejang dan beberapa awitan umum lainnya. Secara umum trombosis

serebral tidak terjadi secara tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia atau

parestesia pada setengah tubuh dapat mendahului awitan paralysis berat pada beberapa

jam atau hari.

Proses aterosklerosis ditandai oleh plak berlemak pada pada lapisan intima

arteria besar. Bagian intima arteria sereberi menjadi tipis dan berserabut , sedangkan

sel – sel ototnya menghilang. Lamina elastika interna robek dan berjumbai, sehingga

lumen pembuluh sebagian terisi oleh materi sklerotik tersebut. Plak cenderung

terbentuk pada percabangan atau tempat – tempat yang melengkung. Trombi juga

dikaitkan dengan tempat – tempat khusus tersebut. Pembuluh – pembuluh darah yang

mempunyai resiko dalam urutan yang makin jarang adalah sebagai berikut : arteria

karotis interna, vertebralis bagian atas dan basilaris bawah. Hilangnya intima akan

membuat jaringan ikat terpapar. Trombosit menempel pada permukaan yang terbuka

sehingga permukaan dinding pembuluh darah menjadi kasar. Trombosit akan

melepasakan enzim, adenosin difosfat yang mengawali mekanisme koagulasi. Sumbat

fibrinotrombosit dapat terlepas dan membentuk emboli, atau dapat tetap tinggal di

tempat dan akhirnya seluruh arteria itu akan tersumbat dengan sempurna

1. Embolisme. Penderita embolisme biasanya lebih muda dibanding dengan penderita

trombosis. Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu trombus dalam jantung,

sehingga masalah yang dihadapi sebenarnya adalah perwujudan dari penyakit

jantung.  Setiap bagian otak dapat mengalami embolisme, tetapi embolus biasanya

embolus akan menyumbat bagian – bagian yang sempit.. tempat yang paling sering

terserang embolus sereberi adalah arteria sereberi media, terutama bagian atas.

2. Perdarahan serebri : perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua

penyebab utama kasus GPDO (Gangguan Pembuluh Darah Otak) dan merupakan

sepersepuluh dari semua kasus penyakit ini. Perdarahan intrakranial biasanya

disebabkan oleh ruptura arteri serebri. Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak

dan /atau subaraknoid, sehingga jaringan yang terletak di dekatnya akan tergeser

34

Page 35: Home Visite CVA Marina

dan tertekan. Darah ini mengiritasi jaringan otak, sehingga mengakibatkan

vasospasme pada arteria di sekitar perdarahan. Spasme ini dapat menyebar ke

seluruh hemisper otak dan sirkulus wilisi. Bekuan darah yang semula lunak

menyerupai selai merah akhirnya akan larut dan mengecil. Dipandang dari sudut

histologis otak yang terletak di sekitar tempat bekuan dapat membengkak dan

mengalami nekrosis.

H. GEJALA KLINIS

Pada tingkat awal, masyarakat, keluarga dan setiap orang harus memperoleh

informasi yang jelas dan meyakinkan bahwa stroke adalah serangan otak yang secara

sederhana mempunyai lima tanda-tanda utama yang harus dimengerti dan sangat

dipahami. Hal ini penting agar semua orang mempunyai kewaspadaan yang tinggi

terhadap bahaya serangan stroke. Secara umum gejala stroke antara lain adalah:

Kelemahan atau kelumpuhan dari anggota badan yang dipersarafi.

Kesulitan menelan

Kehilangan kesadaran (Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh)

Nyeri kepala

Hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran

Penglihatan ganda.

Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat.

Pergerakan yang tidak biasa.

Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.

Ketidakseimbangan dan terjatuh.

Pingsan.

Rasa mual, panas dan sangat sering muntah-muntah.

Berdasarkan lokasinya di tubuh, gejala-gejala stroke terbagi menjadi berikut:

1. Bagian sistem saraf pusat : Kelemahan otot (hemiplegia), kaku, menurunnya fungsi

sensorik

2. Batang otak, dimana terdapat 12 saraf kranial: menurun kemampuan membau,

mengecap, mendengar, dan melihat parsial atau keseluruhan, refleks menurun,

ekspresi wajah terganggu, pernafasan dan detak jantung terganggu, lidah lemah.

3. Cerebral cortex: afasia, apraxia, daya ingat menurun, hemineglect, kebingungan.

35

Page 36: Home Visite CVA Marina

Jika tanda-tanda dan gejala tersebut hilang dalam waktu 24 jam, dinyatakan

sebagai Transient Ischemic Attack (TIA), dimana merupakan serangan kecil atau

serangan awal stroke.

I. DIAGNOSIS

Stroke adalah suatu keadaan emergensi medis. Setiap orang yang diduga

mengalami stroke seharusnya segera dibawa ke fasilitas medis untuk evaluasi dan

terapi. Pertama-tama, dokter akan menanyakan riwayat medis pasien jika terdapat

tanda-tanda bahaya sebelumnya dan melakukan pemeriksaan fisik. Jika seseorang telah

diperiksa seorang dokter tertentu, akan menjadi ideal jika dokter tersebut ikut

berpartisipasi dalam penilaian. Pengetahuan sebelumnya tentang pasien tersebut dapat

meningkatkan ketepatan penilaian.

Hanya karena seseorang mempunyai gangguan bicara atau kelemahan pada satu

sisi tubuh tidaklah sinyal kejadian stroke. Terdapat banyak kemungkinan lain yang

mungkin bertanggung jawab untuk gejala ini. Kondisi lain yang dapat serupa stroke

meliputi:

Tumor otak

Abses otak

Sakit kepala migrain

Perdarahan otak baik secara spontan atau karena trauma

Meningitis atau encephalitis

Overdosis karena obat tertentu

Ketidakseimbangan calcium atau glukosa dalam tubuh dapat juga menyebabkan

perubahan sistem saraf yang serupa dengan stroke.

Pada evaluasi stroke akut, banyak hal akan terjadi pada waktu yang sama. Pada

saat dokter mencari informasi riwayat pasien dan melakukan pemeriksaan fisik,

perawat akan mulai memonitor tanda-tanda vital pasien, melakukan tes darah dan

melakukan pemeriksaan EKG (elektrokardiogram).

Bagian dari pemeriksaan fisik yang menjadi standar adalah penggunaan skala

stroke. The American Heart Association telah mempublikasikan suatu pedoman

pemeriksaan sistem saraf untuk membantu penyedia perawatan menentukan berat

ringannya stroke dan apakah intervensi agresif mungkin diperlukan.

36

Page 37: Home Visite CVA Marina

Untuk membedakan stroke tersebut termasuk jenis hemoragis atau non

hemoragis. antara keduanya, dapat ditentukan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

klinis neurologis, algoritma dan penilaian dengan skor stroke, dan pemeriksaan

penunjang.

1. Anamnesis

Bila sudah ditetapkan sebagai penyebabnya adalah stroke, maka langkah

berikutnya adalah menetapkan stroke tersebut termasuk jenis yang mana, stroke

hemoragis atau stroke non hemoragis. Untuk keperluan tersebut, pengambilan

anamnesis harus dilakukan seteliti mungkin.Berdasarkan hasil anamnesis, dapat

ditentukan perbedaan antara keduanya, seperti tertulis pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Perbedaan stroke hemoragik dan stroke infark berdasarkan anamnesis

2. Pemeriksaan klinis neurologis

Pada pemeriksaan ini dicari tanda-tanda (sign) yang muncul, bila dibandingkan

antara keduanya akan didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 2. Perbedaan Stroke Hemoragik dan Stroke Infark berdasarkan tanda-

tandanya.

3. Algoritma dan penilaian dengan skor stroke.

Terdapat beberapa algoritma untuk membedakan stroke antara lain dengan :

37

Page 38: Home Visite CVA Marina

3.a.Penetapan Jenis Stroke berdasarkan Algoritma Stroke Gadjah Mada

Gambar 1. Algoritma Stroke Gadjah Mada

3.b. Penetapan jenis stroke berdasarkan Djoenaedi stroke score

Tabel 3. Djoenaedi Stroke Score

38

Page 39: Home Visite CVA Marina

Bila skor > 20 termasuk stroke hemoragik, skor < 20 termasuk stroke non-

hemoragik. Ketepatan diagnostik dengan sistim skor ini 91.3% untuk stroke

hemoragik, sedangkan pada stroke non-hemoragik 82.4%. Ketepatan diagnostik

seluruhnya 87.5%

39

Page 40: Home Visite CVA Marina

Terdapat batasan  waktu yang sempit untuk menghalangi suatu stroke akut

dengan obat untuk memperbaiki suplai darah yang hilang pada bagian otak. Pasien 

memerlukan evaluasi yang sesuai dan stabilisasi sebelum obat penghancur bekuan

darah apapun dapat digunakan.

3.c. Penetapan jenis stroke berdasarkan Siriraj stroke score

Tabel 4. Siriraj Stroke Score (SSS)

Catatan : 1. SSS> 1 = Stroke hemoragik

2. SSS < -1 = Stroke non hemoragik

4. Pemeriksaan Penunjang

            Computerized tomography (CT scan): untuk membantu menentukan penyebab

seorang terduga stroke, suatu pemeriksaan sinar x khusus yang disebut CT scan otak sering

dilakukan. Suatu CT scan digunakan untuk mencari perdarahan atau massa di dalam otak,

situasi yang sangat berbeda dengan stroke yang memerlukan penanganan yang berbeda

pula. CT  Scan  berguna  untuk  menentukan:

 jenis  patologi

lokasi  lesi

ukuran  lesi

menyingkirkan  lesi  non  vaskuler

40

Page 41: Home Visite CVA Marina

            MRI scan: Magnetic resonance imaging (MRI) menggunakan gelombang magnetik

untuk membuat gambaran otak. Gambar yang dihasilkan MRI jauh lebih detail jika

dibandingkan dengan CT scan, tetapi ini bukanlah pemeriksaan garis depan untuk stroke.

jika CT scan dapat selesai dalam beberapa menit, MRI perlu waktu lebih dari satu jam.

MRI dapat dilakukan kemudian selama perawatan  pasien jika detail yang lebih baik

diperlukan untuk pembuatan keputusan medis lebih lanjut. Orang dengan peralatan medis

tertentu (seperti, pacemaker) atau metal lain di dalam tubuhnya, tidak dapat dijadikan

subyek pada daerah magneti kuat suatu MRI.

            Metode lain teknologi MRI: suatu MRI scan dapat juga digunakan untuk secara

spesifik melihat pembuluh darah secara non invasif (tanpa menggunakan pipa atau injeksi),

suatu prosedur yang disebut MRA (magnetic resonance angiogram). Metode MRI lain

disebut dengan diffusion weighted imaging (DWI) ditawarkan di beberapa pusat

kesehatan. Teknik ini dapat mendeteksi area abnormal beberapa menit setelah aliran darah

ke bagian otak yang berhenti, dimana MRI konvensional tidak dapat mendeteksi stroke

sampai lebih dari 6 jam dari saat terjadinya stroke, dan CT scan kadang-kadang tidak dapat

mendeteksi sampai 12-24 jam. Sekali lagi, ini bukanlah test garis depan untuk

mengevaluasi pasien stroke.

            Computerized tomography dengan angiography: menggunakan zat warna yang

disuntikkan ke dalam vena di lengan, gambaran pembuluh darah di otak dapat memberikan

informasi tentang aneurisma atau arteriovenous malformation. Seperti abnormalitas aliran

darah otak lainnya dapat dievaluasi dengan peningkatan teknologi canggih, CT

angiography menggeser angiogram konvensional.

            Conventional angiogram: suatu angiogram adalah tes lain yang kadang-kadang

digunakan untuk melihat pembuluh darah. Suatu pipa kateter panjang dimasukkan ke

dalam arteri (biasanya di area selangkangan) dan zat warna diinjeksikan sementara foto

sinar-x secara bersamaan diambil. Meskipun angiogram memberikan gambaran anatomi

pembuluh darah yang paling detail, tetapi ini juga merupakan prosedur yang invasif dan

digunakan hanya jika benar-benar diperlukan. Misalnya, angiogram dilakukan setelah

perdarahan jika sumber perdarahan perlu diketahui dengan pasti. Prosedur ini juga kadang-

kadang dilakukan untuk evaluasi yang akurat kondisi arteri carotis ketika pembedahan

untuk membuka sumbatan pembuluh darah dipertimbangkan untuk dilakukan.

            Carotid Doppler ultrasound: adalah suatu metode non-invasif (tanpa injeksi atau

penempatan pipa) yang menggunakan gelombang suara untuk menampakkan penyempitan

41

Page 42: Home Visite CVA Marina

dan penurunan aliran darah pada arteri carotis (arteri utama di leher yang mensuplai darah

ke otak)

            Tes jantung: tes tertentu untuk mengevaluasi fungsi jantung sering dilakukan pada

pasien  stroke untuk mencari sumber emboli. Echocardiogram adalah  tes dengan

gelombang suara yang dilakukan dengan menempatkan peralatan microphone pada dada

atau turun melalui esophagus (transesophageal achocardiogram) untuk melihat bilik

jantung. Monitor Holter  sama dengan electrocardiogram (EKG), tetapi elektrodanya tetap

menempel pada dada selama 24 jam atau lebih lama untuk mengidentifikasi irama jantung

yang abnormal.

            Tes darah: tes darah seperti sedimentation rate dan C-reactive protein yang

dilakukan untuk mencari tanda peradangan yang dapat memberi petunjuk adanya arteri

yang mengalami peradangan. Protein darah tertentu yang dapat meningkatkan peluang

terjadinya stroke karena pengentalan darah  juga diukur. Tes ini dilakukan untuk

mengidentifikasi penyebab stroke yang dapat diterapi atau untuk membantu mencegah

perlukaan lebih lanjut. Tes darah screening mencari infeksi potensial, anemia, fungsi ginjal

dan abnormalitas elektrolit mungkin juga perlu dipertimbangkan.

Tabel 5. Perbedaan jenis stroke dengan menggunakan alat bantu.

Tabel 6. Gambaran CT-Scan Stroke Infark dan Stroke Hemoragik

42

Page 43: Home Visite CVA Marina

Tabel 7. Karakteristik MRI pada stroke hemoragik dan stroke infark

J. PENATALAKSANAAN

Terapi dibedakan pada fase akut dan pasca fase akut.

1. Fase Akut (hari ke 0-14 sesudah onset penyakit)

43

Page 44: Home Visite CVA Marina

Sasaran pengobatan ialah menyelamatkan neuron yang menderita jangan

sampai mati, dan agar proses patologik lainnya yang menyertai tak

mengganggu/mengancam fungsi otak. Tindakan dan obat yang diberikan haruslah

menjamin perfusi darah ke otak tetap cukup, tidak justru berkurang. Sehingga perlu

dipelihara fungsi optimal dari respirasi, jantung, tekanan darah darah dipertahankan

pada tingkat optimal, kontrol kadar gula darah (kadar gula darah yang tinggi tidak

diturunkan dengan derastis), bila gawat balans cairan, elektrolit, dan asam basa harus

terus dipantau.

Pengobatan yang cepat dan tepat diharapkan dapat menekan mortalitas dan

mengurangi kecacatan. Tujuan utama pengobatan adalah untuk memperbaiki aliran

darah ke otak secepat mungkin dan melindungi neuron dengan memotong kaskade

iskemik. Pengelolaan pasien stroke akut pada dasarnya dapat di bagi dalam :

1. Pengelolaan umum, pedoman 5 B

- Breathing

- Blood

- Brain

- Bladder

- Bowel

2. Pengelolaan berdasarkan penyebabnya

• Stroke iskemik

• Memperbaiki aliran darah ke otak (reperfusi)

• Prevensi terjadinya trombosis (antikoagualsi)

• Proteksi neuronal/sitoproteksi

• Stroke Hemoragik

• Pengelolaan konservatif

• Perdarahan intra serebral

• Perdarahan Sub Arachnoid

• Pengelolaan operatif

1. Pengelolaan umum, pedoman 5 B

1.a Breathing : Jalan nafas harus terbuka lega, hisap lendir dan slem untuk

mencegah kekurang oksigen dengan segala akibat buruknya. Dijaga agar

oksigenasi dan ventilasi baik, agar tidak terjadi aspirasi (gigi palsu dibuka).Intubasi

44

Page 45: Home Visite CVA Marina

pada pasien dengan GCS < 8. Pada kira-kira 10% penderita pneumonia (radang

paru) merupakan merupakan penyebab kematian utama pada minggu ke 2 – 4

setelah serangan otak.Penderita sebaiknya berbaring dalam posisi miring kiri-kanan

bergantian setiap 2 jam. Dan bila ada radang atau asma cepat diatasi.

1.b. Blood : Tekanan darah pada tahap awal tidak boleh segera diturunkan, karena

dapat memperburuk keadaan, kecuali pada tekanan darah sistolik > 220 mmHg dan

atau diastolik > 120 mmHg (stroke iskemik), sistolik > 180 mmHg dan atau

diastolik > 100 mmHg (stroke hemoragik). Penurunan tekanan darah maksimal 20

%.

Obat-obat yang dapat dipergunakan Nicardipin (0,5 – 6 mcg/kg/menit infus

kontinyu), Diltiazem (5 – 40 g/Kg/menit drip), nitroprusid (0,25 – 10 g/Kg/menit

infus kontinyu), nitrogliserin (5 – 10 g/menit infus kontinyu), labetolol 20 –80 mg

IV bolus tiap 10 menit, kaptopril 6,25 – 25 mg oral / sub lingual.

Keseimbangan cairan dan elektrolit perlu diawasi

Kadar gula darah (GD) yang terlalu tinggi terbukti memperburuk outcome

pasien stroke, pemberian insulin reguler dengan skala luncur dengan dosis GD >

150 – 200 mg/dL 2 unit, tiap kenaikan 50 mg/dL dinaikkan dosis 2 unit insulin

sampai dengan kadar GD > 400 mg/dL dosis insulin 12 unit.

1.c. Brain : Bila didapatkan kenaikan tekanan intra kranial dengan tanda nyeri

kepala, muntah proyektil dan bradikardi relatif harus di berantas, obat yang biasa

dipakai adalah manitol 20% 1 - 1,5 gr/kgBB dilanjutkan dengan 6 x 100 cc (0,5

gr/Kg BB), dalam 15 – 20 menit dengan pemantauan osmolalitas antara 300 – 320

mOsm, keuntungan lain penggunaan manitol penghancur radikal bebas.

Peningkatan suhu tubuh harus dihindari karena memperbanyak pelepasan

neurotransmiter eksitatorik, radikal bebas, kerusakan BBB dan merusak pemulihan

metabolisme enersi serta memperbesar inhibisi terhadap protein kinase.Hipotermia

ringan 30C atau 33C mempunyai efek neuroprotektif.

Bila terjadi kejang beri antikonvulsan diazepam i.v karena akan memperburuk

perfusi darah kejaringan otak

45

Page 46: Home Visite CVA Marina

1.d. Bladder : Hindari infeksi saluran kemih bila terjadi retensio urine sebaiknya

dipasang kateter intermitten. Bila terjadi inkontinensia urine, pada laki laki pasang

kondom kateter, pada wanita pasang kateter.

1.e. Bowel : Kebutuhan cairan dan kalori perlu diperhatikan, hindari obstipasi, Jaga

supaya defekasi teratur, pasang NGT bila didapatkan kesulitan menelan makanan.

Kekurangan albumin perlu diperhatikan karena dapat memperberat edema otak

2. Pengelolaan berdasarkan penyebabnya

2.a. Stroke iskemik

- Memperbaiki aliran darah ke otak (reperfusi)

Usaha menghilangkan sumbatan penyebab stroke merupakan upaya

yang paling ideal, obat trombolisis yang sudah di setujui oleh FDA adalah

rt-PA (recombinan tissue plasminogen activator) dengan dosis 0,9 mg/kgBB

maksimal 90 mg (10% diberikan bolus & sisanya infus kontinyu dalam 60

menit). Sayangnya bahwa pengobatan dengan obat ini mempunyai

persyaratan pemberian haruslah kurang dari 3 jam, sehingga hanya pasien

yang masuk rumah sakit dengan onset awal dan dapat penyelesaian

pemeriksaan darah, CT Scan kepala dan inform consent yang cepat saja

yang dapat menerima obat ini.

Cara lain memperbaiki aliran darah antara lain dengan memperbaiki

hemorheologi seperti obat pentoxifillin yang yang mengurangi viskositas

darah dengan meningkatkan deformabilitas sel darah merah dengan dosis 15

mg/kgBB/hari. Obat lain yang juga memperbaiki sirkulasi adalah

naftidrofuril dengan memperbaiki aliran darah melalui unsur seluler darah

dosis 600 mg/hari selama 10 hari iv dilanjutkan oral 300 mg/hari.

- Prevensi terjadinya trombosis (antikoagualsi)

Untuk menghindari terjadinya trombus lebih lanjut terdapat dua kelas

pengobatan yang tersedia yaitu anti koagulan dan anti agregasi trombosit.

Anti koagulan diberikan pada pasien stroke yang mempunyai risiko

untuk terjadi emboli otak seperti pasien dengan kelainan jantung fibrilasi

atrium non valvular, thrombus mural dalam ventrikel kiri, infark miokard

baru & katup jantung buatan. Obat yang dapat diberikan adalah heparin

46

Page 47: Home Visite CVA Marina

dengan dosis awal 1.000 u/jam cek APTT 6 jam kemudian sampai dicapai

1,5 – 2,5 kali kontrol hari ke 3 diganti anti koagulan oral, Heparin berat

molekul rendah (LWMH) dosis 2 x 0,4 cc subkutan monitor trombosit hari

ke 1 & 3 (jika jumlah < 100.000 tidak diberikan), Warfarin dengan dosis

hari I = 8 mg, hari II = 6 mg, hari III penyesuaian dosis dengan melihat INR

pasien.

Pasien dengan paresis berat yang berbaring lama yang berrisiko terjadi

trombosis vena dalam dan emboli paru untuk prevensi diberikan heparin 2 x

5.000 unit sub cutan atau LMWH 2 x 0,3 cc selama 7 – 10 hari.

Obat anti agregasi trombosit mempunyai banyak pilihan antara lain

aspirin dosis 80 – 1.200 mg/hari mekanisme kerja dengan menghambat jalur

siklooksigenase, dipiridamol dikombinasi dengan aspirin aspirin 25 mg +

dipiridamol SR 200 mg dua kali sehari dengan menghambat jalur

siklooksigenase, fosfodiesterase dan ambilan kembali adenosin, cilostazol

dosis 2 x 50 mg mekanisme kerja menghambat aktifitas fosfodiesterase III,

ticlopidin dosis 2 x 250 mg dengan menginhibisi reseptor adenosin difosfat

dan thyenopyridine dan clopidogrel dosis 1 x 75 mg dengan menginhibisi

reseptor adenosin difosfat dan thyenopyridine.

- Proteksi neuronal/sitoproteksi

Sangat menarik untuk mengamati obat-obatan pada kelompok ini karena

diharapkan dapat dengan memotong kaskade iskemik sehingga dapat

mencegah kerusakan lebih lanjut neuron. Obat-obatan tersebut antara

lain :

o CDP-Choline bekerja dengan memperbaiki membran sel dengan

cara menambah sintesa phospatidylcholine, menghambat

terbentuknya radikal bebas dan juga menaikkan sintesis asetilkolin

suatu neurotransmiter untuk fungsi kognitif. Meta analisis

Cohcrane Stroke Riview Group Study(Saver 2002) 7 penelitian 1963

pasien stroke iskemik dan perdarahan, dosis 500 – 2.000 mg sehari

selama 14 hari menunjukkan penurunan angka kematian dan

kecacatan yang bermakna. Therapeutic Windows 2 – 14 hari.

47

Page 48: Home Visite CVA Marina

o Piracetam, cara kerja secara pasti didak diketahui, diperkirakan

memperbaiki integritas sel, memperbaiki fluiditas membran dan

menormalkan fungsi membran. Dosis bolus 12 gr IV dilanjutkan 4

x 3 gr iv sampai hari ke empat, hari ke lima dilanjutkan 3 x 4 gr

peroral sampai minggu ke empat, minggu ke lima sampai minggu ke

12 diberikan 2 x 2,4 gr per oral,. Therapeutic Windows 7 – 12 jam.

o Statin, diklinik digunakan untuk anti lipid, mempunyai sifat

neuroprotektif untuk iskemia otak dan stroke. Mempunyai efek anti

oksidan “downstream dan upstream”. Efek downstream adalah

stabilisasi atherosklerosis sehingga mengurangi pelepasan plaque

tromboemboli dari arteri ke arteri. Efek “upstream” adalah

memperbaiki pengaturan eNOS (endothelial Nitric Oxide Synthese,

mempunyai sifat anti trombus, vasodilatasi dan anti inflamasi),

menghambat iNOS (inducible Nitric Oxide Synthese, sifatnya

berlawanan dengan eNOS), anti inflamasi dan anti oksidan.

o Cerebrolisin, suatu protein otak bebas lemak dengan khasiat anti

calpain, penghambat caspase dan sebagai neurotropik dosis 30 – 50

cc selama 21 hari menunjukkan perbaikan fungsi motorik yang

bermakna.

2.b. Stroke Hemoragik

- Pengelolaan konservatif Perdarahan Intra Serebral

Pemberian anti perdarahan : Epsilon aminocaproat 30 - 36 gr/hari,

Asam Traneksamat 6 x 1 gr untuk mencegah lisisnya bekuan darah

yamg sudah terbentuk oleh tissue plasminogen. Evaluasi status

koagulasi seperti pemberian protamin 1 mg pada pasien yang

mendapatkan heparin 100 mg & 10 mg vitamin K intravena pada

pasien yang mendapat warfarin dengan prothrombine time

memanjang.

Untuk mengurangi kerusakan jaringan iskemik disekeliling

hematom dapat diberikan obat-obat yang mempunyai sifat

neuropriteksi.

48

Page 49: Home Visite CVA Marina

- Pengelolaan konservatif Perdarahan Sub Arahnoid

o Bed rest total selama 3 minggu dengan suasana yang tenang, pada

pasien yang sadar, penggunaan morphin 15 mg IM pada umumnya

diperlukan untuk menghilangkan nyeri kepala pada pasien sadar.

o Vasospasme terjadi pada 30% pasien, dapat diberikan Calcium

Channel Blockers dengan dosis 60 – 90 mg oral tiap 4 jam selama

21 hari atau 15 – 30 mg/kg/jam selama 7 hari, kemudian dilanjutkan

per oral 360 mg /hari selama 14 hari, efektif untuk mencegah

terjadinya vasospasme yang biasanya terjadi pada hari ke 7 sesudah

iktus yang berlanjut sampai minggu ke dua setelah iktus. Bila

terjadi vasospasme dapat dilakukan balance positif cairan 1 – 2 Liter

diusahakan tekanan arteri pulmonalis 18 – 20 mmHg dan Central

venous pressure 10 mmHg, bila gagal juga dapat diusahakan

peningkatan tekanan sistolik sampai 180 – 220 mmHg menggunakan

dopamin.

- Pengelolaan operatif

Tujuan pengelolaan operatif adalah : Pengeluaran bekuan darah,

Penyaluran cairan serebrospinal & Pembedahan mikro pada pembuluh

darah.

Yang penting diperhatikan selain hasil CT Scan dan arteriografi adalah

keadaan/kondisi pasien itu sendiri :

Faktor faktor yang mempengaruhi :

1. Usia

Lebih 70 th tidak ada tindakan operasi

60 – 70 th pertimbangan operasi lebih ketat

Kurang 60 th operasi dapat dilakukan lebih aman

2. Tingkat kesadaran

Koma/sopor tak dioperasi

Sadar/somnolen tak dioperasi kecuali kesadaran atau

keadaan neurologiknya menurun

49

Page 50: Home Visite CVA Marina

Perdarahan serebelum : operasi kadang hasilnya memuaskan

walaupun kesadarannya koma

3. Topis lesi

• Hematoma Lobar (kortical dan Subcortical)

Bila TIK tak meninggi tak dioperasi

Bila TIK meninggi disertai tanda tanda herniasi (klinis

menurun) operasi

• Perdarahan putamen

Bila hematoma kecil atau sedang tak dioperasi

Bila hematoma lebih dari 3 cm tak dioperasi,

kecuali kesadaran atau defisit neurologiknya memburuk

• Perdarahan talamus

Pada umumnya tak dioperasi, hanya ditujukan pada

hidrocepalusnya akibat perdarahan dengan VP shunt bila

memungkinkan.

• Perdarahan serebelum

Bila perdarahannya lebih dari 3 cm dalam minggu pertama

maka operasi

Bila perjalanan neurologiknya stabil diobati secara medisinal

dengan pengawasan

Bila hematom kecil tapi disertai tanda tanda penekanan

batang otak operasi

4. Penampang volume hematoma

Bila penampang hematoma lebih 3 cm atau volume lebih dari 50 cc

------------- operasi

Bila penampang kecil, kesadaran makin menurun dan keadaan

neurologiknya menurun ada tanda tanda penekanan batang otak

maka ---------- operasi

5. Waktu yang tepat untuk pembedahan

Dianjurkan untuk operasi secepat mungkin 6 – 7 jam setelah

serangan sebelum timbulnya edema otak , bila tak memungkinkan

sebaiknya ditunda sampai 5 – 15 hari kemudian.

50

Page 51: Home Visite CVA Marina

Indikasi pembedahan pasien PSA adalah pasien dengan grade Hunt

& Hest Scale 1 sampai 3, waktu pembedahan dapat segera (< 72

jam) atau lambat (setelah 14 hari). Pembedahan pasien PSA dengan

Hunt &Hest Scale 4 – 5 menunjukkan angka kematian yang tinggi

(75%).

2. Fase Pasca Akut

Setelah fase akut berlalu, sasaran pengobatan dititik beratkan tindakan rehabilitasi

penderita, dan pencegahan terulangnya stroke.

Terapi Preventif

Tujuannya, untuk mencegah terulangnya atau timbulnya serangan baru stroke,

dengan jalan antara lain mengobati dan menghindari faktor-faktor resiko stroke:

Untuk stroke infark diberikan :

a Obat-obat anti platelet aggregasi

b Obat-obat untuk perbaikan fungsi jantung dari ahlinya

c Faktor resiko dikurangi seminimal mungkin

Menghindari rokok, obesitas, stres

Berolahraga teratur

K. KOMPLIKASI

Komplikasi pada stroke sering terjadi dan menyebabkan gejala klinik stroke

menjadi semakin memburuk. Tanda-tanda komplikasi harus dikenali sejak dini

sehingga dapat dicegah agar tidak semakin buruk dan dapat menentukan terapi yang

sesuai.1 Komplikasi pada stroke yaitu:

1. Komplikasi Dini (0-48 jam pertama):

1. Edema serebri: Merupakan komplikasi yang umum terjadi, dapat

menyebabkan defisit neurologis menjadi lebih berat, terjadi peningkatan

tekanan intrakranial, herniasi dan akhirnya menimbulkan kematian.

2. Abnormalitas jantung: Kelaianan jantung dapat menjadi penyebab, timbul

bersama atau akibat stroke,merupakan penyebab kematian mendadak pada

51

Page 52: Home Visite CVA Marina

stroke stadium awal.sepertiga sampai setengah penderita stroke menderita

gangguan ritme jantung.

3. Kejang: kejang pada fase awal lebih sering terjadi pada stroke hemoragik

dan pada umumnya akan memperberat defisit neurologis.

4. Nyeri kepala

5. Gangguan fungsi menelan dan asprasi

6.

2. Komplikasi jangka pendek (1-14 hari pertama):

1. Pneumonia: Akibat immobilisasi yang lama.2 merupakan salah satu

komplikasi stroke pada pernafasan yang paling sering, terjadi kurang lebih

pada 5% pasien dan sebagian besar terjadi pada pasien yang menggunakan

pipa nasogastrik.

2. Emboli paru: Cenderung terjadi 7-14 hari pasca stroke, seringkali pada saat

penderita mulai mobilisasi.

3. Perdarahan gastrointestinal: Umumnya terjadi pada 3% kasus stroke. Dapat

merupakan komplikasi pemberian kortikosteroid pada pasien stroke.

Dianjurkan untuk memberikan antagonis H2 pada pasien stroke ini.

4. Stroke rekuren

5. Abnormalitas jantung

Stroke dapat menimbulkan beberapa kelainan jantung berupa:

- Edema pulmonal neurogenik

- Penurunan curah jantung

- Aritmia dan gangguan repolarisasi

6. Deep vein Thrombosis (DVT)

7. Infeksi traktus urinarius dan inkontinensia urin

3. Komplikasi jangka panjang

1. Stroke rekuren

2. Abnormalitas jantung

3. Kelainan metabolik dan nutrisi

4. Depresi

52

Page 53: Home Visite CVA Marina

Gangguan vaskuler lain: Penyakit vaskuler perifer

L. PROGNOSIS

Ada sekitar 30%-40% penderita stroke yang masih dapat sembuh secara

sempurna asalkan ditangani dalam jangka waktu 6 jam atau kurang dari itu. Hal ini

penting agar penderita tidak mengalami kecacatan. Kalaupun ada gejala sisa seperti

jalannya pincang atau berbicaranya pelo, namun gejala sisa ini masih bisa

disembuhkan.

Sayangnya, sebagian besar penderita stroke baru datang ke rumah sakit 48-72

jam setelah terjadinya serangan. Bila demikian, tindakan yang perlu dilakukan adalah

pemulihan. Tindakan pemulihan ini penting untuk mengurangi komplikasi akibat

stroke dan berupaya mengembalikan keadaan penderita kembali normal seperti

sebelum serangan stroke.

Upaya untuk memulihkan kondisi kesehatan penderita stroke sebaiknya

dilakukan secepat mungkin, idealnya dimulai 4-5 hari setelah kondisi pasien stabil.

Tiap pasien membutuhkan penanganan yang berbeda-beda, tergantung dari kebutuhan

pasien. Proses ini membutuhkan waktu sekitar 6-12 bulan.

53

Page 54: Home Visite CVA Marina

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Biologis

Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik, didapatkan:

Tn. S (5 0tahun), menderita Stroke dan hipertensi stage II.

Status gizi Tn. S berdasarkan BMI termasuk dalam kategori berat badan ideal

Rumah dan lingkungan sekitar keluarga Tn. S tergolong tidak sehat

2. Psikologis

Keluarga Tn. S memiliki APGAR score 9 menunjukkan fungsi keluarga

yang baik.

Hubungan antara anggota keluarga dan anggota masyarakat terjalin baik,

walaupun intensitas pertemuan dengan anak kandung tidak sering.

Pengetahuan tentang stroke dan hipertensi cukup

3. Sosial

Tn. S dan keluarga tidak mempunyai masalah komunikasi antar anggota

keluarga, sedangkan komunikasi dengan masyarakat sekitar berjalan dengan

lancar.

4. Ekonomi

Fungsi ekonomi keluarga Tn. S masih tergolong kurang, karena saat ini Tn.

S untuk memenuhi kebutuhan seharinya tidak bekerja, penghasilan keluarga

didapatkan dari pekerjaan istri dan anak pertamanya.

B. SARAN

Promotif : Edukasi pada penderita dan keluarga.

Pasien dianjurkan untuk menjaga pola makan dengan membatasi konsumsi

makanan berlemak atau minuman manis, serta menghindari makanan yang

berkolesterol, seperti : gorengan, seafood, daging kambing dan lain-lain. Selain

54

Page 55: Home Visite CVA Marina

itu pasien dianjurkan diit tinggi serat dengan memperbanyak konsumsi sayur

dan buah-buahan serta memperbanyak minum air putih.

Pasien dianjurkan untuk olahraga atau latihan fisik ringan teratur setiap hari

pada saat 1 atau 1,5 jam sesudah makan.

Kontrol gula darah dan tekanan darah secara rutin ke Puskesmas atau sarana

kesehatan terdekat, bila ada kelainan sebaiknya segera diobati karena akan

mempercepat terjadinya komplikasi.

Tidak stres fisik maupun psikologis (banyak pikiran) dalam mengahadapi suatu

masalah.

Penderita DM sebaiknnya kontrol secara teratur dan tidak putus obat. Edukasi

mengenai pengenalan tanda-tanda terjadinya ancaman komplikasi diberikan

selama perawatan dan kontrol berobat.

Kuratif :

Brain act 2x500 mg

Ranitidine 2x1

Neurosanbe 1x1

Rehabilitatif : menyakinkan kepercayaan pasien, sehingga tetap memiliki semangat

untuk sembuh dan beraktifitas seperti biasa lagi.

55

Page 56: Home Visite CVA Marina

DAFTAR PUSTAKA

1. Kelompok studi serebrovaskuler & Neurogeriatri, PERDOSSI : Konsensus Nasional

Pengelolaan Stroke di Indonesia, Jakarta, 1999.

2. Kelompok studi serebrovaskuler & Neurogeriatri, PERDOSSI : Guideline Stroke 2000

Seri Pertama, Jakarta, Mei 2000.

3. National Institute of Neurological Disorders and Stroke: Classification of

cerebrovascular disease III. Stroke 1990, 21: 637-76.

4. Goldszmidt AJ, Caplan LR. Stroke Essentials. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran,

2009.

5. Misbach HJ. Stroke: Aspek Diagnostik, Patofisiologi, Manajemen. Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia, 1999.

6. Gofir A. Manajemen Stroke: Evidence Based Medicine. Jakarta: Pustaka Cendekia

Press, 2009.

7. Brass LM. Stroke. Available at http://www.med.yale.edu/library/heartbk/18.pdf.

Accessed on 10th January 2012.

8. Smith WS, Johnston SC. Cerebrovascular Diseases. In: Harrison’s Neurology in

Clinical Medicine. California: University of California, San Framsisco, 2006: 233-271.

9. Primary Prevention of Stroke, AHA/ASA Guideline, Stroke, June 2006; 1583-1633.

10. Guidelines Stroke 2004. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, Seri Ketiga.

Jakarta, 2004.

11. Rasyid A, Soertidewi L. Unit Stroke: Manajemen Stroke Secara Komprehensif.

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

56

Page 57: Home Visite CVA Marina

LAMPIRAN

FOTO-FOTO RUMAH PASIEN

Rumah tampak depan

Kamar penderita + Ruang TV

Dapur

57

Page 58: Home Visite CVA Marina

Kamar Mandi + Tempat Cuci

Foto bersama Pasien

FOTO PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

58

Page 59: Home Visite CVA Marina

59