marina aprina.pdf

110
HUBUNGAN KUALITAS MIKROBIOLOGIS AIR SUMUR GALI DAN PENGELOLAAN SAMPAH DI RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA KELUARGA DI KELURAHAN TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN TAHUN 2013 SKRIPSI OLEH MARINA APRINA NIM. 081000048 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

Upload: fitradini

Post on 17-Jan-2016

35 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Marina Aprina.pdf

HUBUNGAN KUALITAS MIKROBIOLOGIS AIR SUMUR GALI DAN PENGELOLAAN SAMPAH DI RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE

PADA KELUARGA DI KELURAHAN TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN

TAHUN 2013

SKRIPSI

OLEH

MARINA APRINA NIM. 081000048

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013

Page 2: Marina Aprina.pdf

HUBUNGAN KUALITAS MIKROBIOLOGIS AIR SUMUR GALI DAN PENGELOLAAN SAMPAH DI RUMAH TANGGA

DENGAN KEJADIAN DIARE PADA KELUARGA DI KELURAHAN TERJUN KECAMATAN

MEDAN MARELAN TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh

MARINA APRINA 081000048

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013

Page 3: Marina Aprina.pdf
Page 4: Marina Aprina.pdf

ABSTRAK

Sumber air bersih yang banyak digunakan oleh masyarakat adalah sumur gali. Sumur gali mudah terkontaminasi oleh bakteri dari sumber pencemaran. Hal ini dapat mengakibatkan penyakit seperti diare. Selain itu, sampah juga merupakan sumber penyakit dan tempat berkembangbiaknya vektor penyakit seperti lalat.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kualitas mikrobiologis air sumur gali dan gambaran pengelolaan sampah rumah tangga dengan kejadian diare pada keluarga di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional, untuk mengetahui hubungan kualitas mikrobiologis air sumur gali dengan kejadian diare dan gambaran pengelolaan sampah rumah tangga. Populasi adalah keluarga di Lingkungan 20. Dan dilakukan pemeriksaan air sumur gali yang terdapat pada rumah responden dengan pengambilan sampel secara purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas mikrobiologis air sumur gali, yaitu keberadaan Total coliform tidak memenuhi syarat sebanyak 73,30% sampel air dan keberadaan Escherichia coli tidak memenuhi syarat sebanyak 90% sampel air. Seluruh keluarga (100%) tidak melakukan pemisahan sampah, seluruh keluarga (100%) tidak menyediakan tempat sampah yang memenuhi syarat, metode pemusnahan sampah yang baik sebanyak 83,30% dan tidak baik sebanyak 16,70%. Kejadian diare pada anggota keluarga sebanyak 33,30%. Tidak ada hubungan antara kualitas mikrobiologis air dengan kejadian diare (p=1,000) dan (p=0,251).

Sebaiknya Puskesmas mengadakan sosialisasi terhadap penggunaan saringan air dan sanitasi air. Penduduk dapat menyediakan tempat sampah yang memenuhi syarat, melakukan pemisahan sampah di rumah, dan tetap menjaga perilaku sehat dalam penggunaan air. Kata kunci : kualitas mikrobiologis air, pengelolaan sampah, diare

Page 5: Marina Aprina.pdf

ABSTRACT

The source of clean water which is mostly used by society is dug well. Dug well is easily contaminated by bacterial from the source of pollution. It can cause the disease like diarrhea. Moreover, waste is the source of disease too and the breeding ground of vector like fly.

The purpose of this research was to know correlation between the quality of microbiological water of dug well and description management of domestic waste with the incidence of diarrhea at family in Terjun Village District Marelan.

This research used the cross sectional design, to know how the correlation the quality of microbiological water of dug well with the incidence of diarrhea and description management of domestic waste. This population are family in environment 20. And do the examination of dug well water in respondent’s house with taking sampel by purposive sampling.

The Result showed that the quality of microbiological water of dug well are the Total of uneligible coliform is 73,30% of water samples and the uneligible Escherichia coli is 90% of water samples. All family (100%) do not seperation the waste, all family do not provide the eligible trash, method of waste destruction that good is 83,30% and not good is 16,70%. Diarrhea happened in every member family is 33,30%. There is no corellation between the quality of the microbiological water with the incidence of diarrhea (p=1,000) and (p=0,251).

Puskesmas should be made the socialization to use the water filter and the water sanitation. The society provide the eligible trash, do separation the waste, and keep healthy behavior of use the water.

Keyword : the quality of microbiological water, management of waste, diarrhea

Page 6: Marina Aprina.pdf

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Marina Aprina

Tempat/Tanggal Lahir : Medan / 27 April 1991

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Jumlah Anggota Keluarga : 7 (tujuh) orang

Alamat Rumah : Jl.Karya Darma gg. Ampera No.5 Polonia Medan

RIWAYAT PENDIDIKAN :

1. SD Kemala Bhayangkari I Medan : Tahun 1996-2002

2. SMP Negeri 1 Medan : Tahun 2002-2005

3. SMA Negeri 4 Medan : Tahun 2005-2008

4. FKM USU : Tahun 2008-2013

RIWAYAT ORGANISASI :

1. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat FKM USU

2. Paguyuban KSE USU

3. Ikatan Mahasiswa Kesehatan Lingkungan (IMAKEL) FKM USU

Page 7: Marina Aprina.pdf

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-

Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Kualitas

Mikrobiologis Air Sumur Gali dan Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga

dengan Kejadian Diare pada Keluarga di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan

Marelan Tahun 2013”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada Ayahanda H. Amrin Lubis dan

Ibunda Anisah yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan kasih sayang

serta dukungan dan doa yang tiada pernah henti diberikan kepada penulis dalam

menyelesaikan pendidikan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dosen Pembimbing Ibu Ir.Evi

Naria,M.Kes, Bapak Dr. dr. Wirsal Hasan, MPH yang telah meluangkan waktu dan

pemikirannya dalam memberikan bimbingan, kritikan dan saran kepada penulis

untuk penyempurnaan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak,

untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Page 8: Marina Aprina.pdf

2. Ibu dr. Halinda Sari Lubis, MKKK selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang telah membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Ir. Evi Naria, M.Kes selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Ir. Indra Chahaya S, MSi selaku Dosen Penguji yang telah memberikan

masukan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Seluruh Dosen beserta Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

6. Lurah Kelurahan Terjun dan Kepala Lingkungkan 20 yang telah memberikan

informasi dan data-data terkait dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak Mahyudi, ST, M.Kes selaku Kepala Laboratorium Mikrobiologi

BTKL-PPM Medan beserta staf yang telah memberikan izin penelitian dan

telah membantu dalam menyelesaikan penelitian.

8. Yayasan Karya Salemba Empat dan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk yang

telah memberikan bantuan beasiswa, hal ini sangat membantu dalam

menyelesaikan perkuliahan.

9. Kepada keluargaku Abang Adrian Hilman, STP dan Abang Achmad Luthfi,

SE , Adik Atikah Ramadhani dan Tri Safitri, terima kasih untuk kasih sayang,

dukungan dan doa yang telah diberikan selama ini.

10. Sahabat terbaikku Titan Amaliani, terima kasih untuk semangat, dukungan,

dan doa yang diberikan. Mari bersama kita menggapai impian.

Page 9: Marina Aprina.pdf

11. Sahabat seperjuangan (Budi, Syofia, Yuni, Lista, Rikky, Hilma, Dani, Zul,

Bidah, Rizky, Ari, Vika, Winda, Nona, Heri, Oji) terima kasih untuk

semangat serta warna kehidupan yang telah ditorehkan selama ini.

12. Untuk Kak Ulfa, Kak Irma, Kak Amalia, Kak Putri, Kak Santi terima kasih

untuk semangat dan dukungan yang diberikan selama ini.

13. Teman-teman Peminatan Kesehatan Lingkungan (Sri, Rahmi, Wini, Yenni,

Melisa, Leo, Fiesta, Sarah, Ade, dan lainnya) terima kasih untuk semangat

kebersamaan dan dukungan selama perkuliahan ini.

14. Rekan-rekan, senioren, teman-teman, adik-adik di HMI, teman-teman

Paguyuban KSE USU Terima kasih untuk proses belajar yang telah diberikan.

15. Untuk Aulia Fahrozi Kaloko, terima kasih untuk Semangat dan doanya.

16. Untuk semua pihak yang banyak membantu yang tidak dapat penulis sebutkan

satu-persatu, terima kasih banyak untuk semangat, dukungan, dan doa yang

diberikan.

Akhir kata, semoga Allah senantiasa meringankan langkah dalam setiap

aktivitas kita dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Juli 2013

Penulis

Marina Aprina

Page 10: Marina Aprina.pdf

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... i ABSTRAK ................................................................................................ ii DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... iv KATA PENGANTAR ....................................................................................... v DAFTAR ISI ................................................................................................ viii DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi DAFTAR LAMPIRAN ……….….... ................................................................ xiii BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .................................................................... .... 1 1.2. Perumusan Masalah ................................................................ .... 5 1.3. Tujuan Penelitian .................................................................... .... 5

1.3.1.Tujuan Umum ................................................................ .... 5 1.3 2.Tujuan Khusus ............................................................... .... 6

1.4. Manfaat Penelitian .................................................................. .... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Bersih .................................................................... .... 7 2.2. Sumber Air .................................................................... .... 8

2.2.1. Air Angkasa (Hujan) ........................................................ 8 2.2.2. Air Permukaan .................................................................. 8 2.2.3. Air Tanah ......................................................................... 8 2.2.4. Sumur ................................................................................ 9

2.3. Mikrobiologi Air .................................................................... .... 10 2.3.1. Bakteri Indikator Polusi ................................................ .... 11

2.3.1.1. Jenis-Jenis Bakteri Indikator Polusi .............. .... 12 2.4. Golongan Air .................................................................... .... 14 2.5. Air dan Penyakit .................................................................... .... 15

2.5.1. Waterborne Mechanism................................................ .... 16 2.5.2. Waterwashed Mechanism ................................................. 16

2.5.3. Water-based Mechanism ................................................. 16 2.5.4. Water Related Insect Vektor Mechanism ......................... 16

2.6. Pengertian Sampah ................................................................. .... 16 2.7. Jenis-Jenis Sampah ……………….. ........................................... 17 2.8. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga .......................................... 18

2.8.1. Tahap Pengumpulan dan Penyimpanan di Tempat Sumber ........................................................... 18

2.8.2. Tahap Pengangkutan ........................................................ 19 2.8.3. Tahap Pemusnahan ........................................................... 19

2.9. Pengaruh Pengelolaan Sampah terhadap Masyarakat dan Lingkungan ......................................................................... 21 2.9.1. Pengaruh Positif ............................................................... 21

Page 11: Marina Aprina.pdf

2.9.2. Pengaruh Negatif ............................................................. 22 2.10. Diare ......................................................................................... 23

2.10.1. Pengertian Diare ........................................................... 23 2.10.2. Jenis-Jenis Diare ........................................................... 23 2.10.3. Penyebab Diare ............................................................. 24 2.10.4. Penularan Diare ............................................................. 26 2.10.5. Gejala dan Tanda Diare ................................................. 26 2.10.6. Pencegahan Diare .......................................................... 27

2.11. Landasan Teori ......................................................................... 29 2.12. Kerangka Konsep ...................................................................... 31 2.13. Hipotesa Penelitian .................................................................... 32

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ........................................................................... 33 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 33

3.2.1. Tempat Penelitian ............................................................. 33 3.2.2. Waktu Penelitian ............................................................. 34

3.3. Populasi dan Sampel .................................................................. 34 3.3.1. Populasi ........................................................................... 34 3.3.2. Sampel ............................................................................. 34

3.4. Objek Penelitian ......................................................................... 35 3.5. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 35

3.5.1. Data Primer ...................................................................... 35 3.5.2. Data Sekunder .................................................................. 35

3.6. Variabel Penelitian ...................................................................... 35 3.6.1. Variabel Independen ........................................................ 35 3.6.2. Variabel Dependen ........................................................... 35

3.7. Pelaksanaan Penelitian ............................................................... 36 3.7.1. Pengambilan Sampel dan Pengiriman ke Laboratorium ............................................................... 36 3.7.2. Pemeriksaan Sampel Air di Laboratorium ....................... 36

3.7.2.1. Alat dan Bahan ..................................................... 37 3.7.2.2. Cara Kerja ........................................................... 38

3.8. Defenisi Operasional ........................................................... 41 3.9. Aspek Pengukuran ............................................................... 41 3.10. Analisa Data ...................................................................... 43

3.10.1. Analisa Univariat ............................................ .... 43 3.10.2. Analisa Bivariat.... ................................................. 43

BAB IV HASIL 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .... ................................................. 44 4.1.1. Keadaan Geografi ......................... ................................................. 44

4.1.2. Gambaran Kependudukan ................ ................................................. 44 4.1.3. Keadaan Kesehatan .......................... ................................................. 45 4.1.4. Sarana Air Bersih Penduduk ............ ................................................. 46

Page 12: Marina Aprina.pdf

4.2. Analisa Univariat ....................................... ................................................. 46 4.2.1. Gambaran Karakteristik Responden ................................................. 46 4.2.2. Gambaran Konstruksi Sumur Gali ... ................................................. 47

4.2.3. Kualitas Fisik Air Sumur Gali ......... ................................................. 49 4.2.4. Gambaran Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali……................ .. 49 4.2.5. Gambaran Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga…………….. 51

4.2.6. Gambaran Kejadian Diare pada Keluarga……………………….. 54 4.3. Analisa Bivariat………………………………………………………... 55

4.3.1. Hubungan Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali dengan Kejadian Diare…………………………………………………… 55

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Gambaran Konstruksi Sumur Gali…………………………………….. 57 5.2. Kualitas Fisik Air Sumur Gali………………………………………... 60 5.3. Kualitas Mikrobiologis Air Sumur……………………………………. 61

5.3.1. Hubungan Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali dengan Kejadian Diare pada Keluarga…………………………………… 62

5.4. Gambaran Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga……………………. 64 5.4.1. Pemisahan Sampah……………………………………………… 64 5.4.2. Penyediaan Tempat Pembuangan Sampah………………………. 65 5.4.3. Metode Pemusnahan Sampah……………………………………. 67

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan…………………………………………………………….. 69 6.2. Saran……………………………………………………………………. 70

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 71

Page 13: Marina Aprina.pdf

DAFTAR TABEL

Hal. Tabel 2.1. Perbedaan antara Sumur Dangkal dan Sumur Dalam ........................... 9 Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Kelurahan Terjun Berdasarkan Jenis Kelamin

Tahun 2012…………………………………………………………. 44

Tabel 4.2. Distribusi Pekerjaan di Kelurahan Terjun Tahun 2012………........ 45

Tabel 4.3. Distribusi Penyakit Terbesar di Puskesmas Terjun Tahun 2011….. 45

Tabel 4.4. Distribusi Jumlah Sarana Air Bersih di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun Tahun 2012……………………………………… 46

Tabel 4.5. Distribusi Karakteristik Responden Kelurahan Terjun Tahun 2013…………………………………………………………. 47 Tabel 4.6. Gambaran Konstruksi Sumur Gali di Kelurahan Terjun Tahun 2013………………………………………………………… 47

Tabel 4.7. Kualitas Fisik Air Sumur Gali di Kelurahan Terjun Tahun 2013…. 49 Tabel 4.8. Gambaran Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali

di Kelurahan Terjun Tahun 2013……………………………………. 50 Tabel 4.9. Gambaran Kualitas Mikrobiologis (Total coliform)

Air Sumur Gali di Kelurahan Terjun Tahun 2013…………………… 51 Tabel 4.10. Gambaran Kualitas Mikrobiologis (Escherichia coli)

Air Sumur Gali di Kelurahan Terjun Tahun 2013…………………… 51 Tabel 4.11. Gambaran Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga oleh Keluarga

di Kelurahan Terjun Tahun 2013……………………………………. 52 Tabel 4.12. Gambaran Tabulasi Silang Membersihkan Tempat Pembuangan

Sampah dengan Kejadian Diare pada Keluarga di Kelurahan Terjun Tahun 2013…………………………………………………………... 53

Tabel 4.13. Gambaran Tabulasi Silang Waktu Membersihkan Tempat Pembuangan Sampah dengan Kejadian Diare pada Keluarga di Kelurahan Terjun Tahun 2013………………………………………………………… 53

Page 14: Marina Aprina.pdf

Tabel 4.14. Gambaran Tabulasi Silang Keberadaan Lalat di Tempat Pembuangan Sampah dengan Kejadian Diare pada Keluarga di Kelurahan Terjun Tahun 2013………………………………………………………… 54

Tabel 4.15. Gambaran Kejadian Diare pada Keluarga di Kelurahan Terjun Tahun 2013…………………………………………………………... 54 Tabel 4.16. Hubungan Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali dengan Kejadian Diare pada Keluarga di Kelurahan Terjun Tahun 2013…. 55

Page 15: Marina Aprina.pdf

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Hubungan Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali

dan Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga dengan Kejadian

Diare pada Keluarga di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan

Marelan Tahun 2013

Lampiran 2 Lembar Observasi Hubungan Kualitas Mikrobiologis Air

Sumur Gali dan Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga

dengan Kejadian Diare pada Keluarga di Kelurahan Terjun

Kecamatan Medan Marelan Tahun 2013

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian

Lampiran 4 Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian dari Lurah

Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2013

Lampiran 5 Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian dari BTKL-

PPM Medan Tahun 2013

Lampiran 6 Peta Kelurahan Terjun

Lampiran 7 Data-Data Penelitian (Output Data SPSS)

Lampiran 8 Dokumentasi Penelitian

Page 16: Marina Aprina.pdf

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan lingkungan merupakan suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang

optimal sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang

optimal pula (Notoatmodjo, 2007). Menurut Mulia (2005) keadaan lingkungan dapat

memengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Banyak aspek kesejahteraan manusia

dipengaruhi oleh lingkungan, diantaranya adalah penyakit yang terjadi di masyarakat

dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan.

Seperti halnya masalah kesehatan yang banyak terjadi di dunia, adalah

penyakit dan kematian dini yang disebabkan oleh faktor-faktor biologi di lingkungan

manusia seperti di air, makanan, udara, dan tanah. Penyebab-penyebab tersebut dapat

mengakibatkan kematian dini atas jutaan orang khususnya pada bayi dan anak-anak.

Masalah yang paling dirasakan di negara-negara berkembang, satu diantaranya

yakni empat juta bayi atau anak meninggal setiap tahun akibat diare terutama sebagai

akibat air atau makanan yang tercemar (WHO, 2001).

Kejadian diare juga terjadi pada orang dewasa. Di Amerika Serikat,

diperkirakan 8.000.000 pasien berobat ke dokter dan lebih dari 250.000 pasien

dirawat di rumah sakit setiap tahun (1,5% merupakan pasien dewasa) yang

disebabkan karena diare. Frekuensi kejadian diare pada negara-negara berkembang

termasuk Indonesia lebih banyak dua sampai tiga kali dibandingkan dengan negara

maju (Sudoyo, 2006).

Page 17: Marina Aprina.pdf

Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang

seperti Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Survei

morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare Departemen Kesehatan dari tahun

2000- 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000, IR penyakit

Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun

2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000

penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR

yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah

kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24

Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR

1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah

penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %). KLB diare masih sering

terjadi dengan jumlah penderita dan kematian yang banyak. Rendahnya cakupan

higiene sanitasi dan perilaku kesehatan yang rendah sering menjadi faktor risiko

terjadinya KLB diare (KemKes RI, 2011). Hasil SKRT (2001) menunjukkan angka

kematian diare pada semua umur sebesar 23 per 100.000 penduduk dan pada balita 75

per 100.000. Hal ini menjadikan diare menempati urutan ke-3 penyebab kematian

pada semua umur.

Pada tahun 2010, dari 549.147 perkiraan kasus diare yang ditemukan dan

ditangani sebanyak 243.214 kasus (44,29%) sehingga angka kesakitan (IR) akibat

diare per 1000 penduduk mencapai 18,73%. Angka ini mengalami peningkatan dari

tahun 2009 yaitu 12,98%. Pencapaian IR ini jauh dibawah target program yaitu 220

per 1000 penduduk, rendahnya IR dikhawatirkan bukan merefleksikan menurunnya

Page 18: Marina Aprina.pdf

kejadian penyakit diare pada masyarakat tetapi lebih dikarenakan banyaknya kasus

yang tidak terdata. Di Kota Medan pada tahun 2010, dari 39 puskesmas yang ada

terdapat 88,729 kasus diare dari 2,097,610 penduduk Kota Medan atau sebesar

4,23% kasus yang terjadi (Profil Kesehatan PROVSU, 2010).

Kejadian diare dapat ditularkan melalui air yang merupakan media utama dalam

penularan diare, disamping makanan dan vektor penyakit. Diare dapat terjadi bila

seseorang mengonsumsi air minum yang telah tercemar, baik tercemar dari

sumbernya maupun tercemar selama perjalanan sampai ke rumah (Widjaja, 2011).

Menurut penelitian Putra (2010) bahwa keberadaan bakteri coliform dalam air

sumur gali yang terdapat di Desa Patumbak dimungkinkan oleh keadaan sarana fisik

sumur gali yang tidak memenuhi syarat konstruksi dan dekat dengan sumber

pencemaran seperti sampah, kakus, dan tempat pembuangan air limbah yang

memungkinkan air dapat terkontaminasi oleh bahan-bahan kontaminan yang

mengandung bakteriologi.

Keberadaan sampah juga erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat, karena

pada sampah dapat hidup berbagai mikroorganisme penyebab penyakit (bacteria

pathogen) dan juga binatang sebagai pemindah ataupun penyebar penyakit (vektor)

(Notoatmojo,2007). Penanganan sampah yang tidak memadai, penanganan dan

pengelolaan septic tank yang tidak memenuhi persyaratan menjadi penyebab utama

timbulnya pencemaran mikroorganisme berbahaya pada air terutama Escherichia coli

dan Coliform, apabila dikonsumsi oleh manusia akan mengakibatkan penyakit pada

saluran pencernaan seperti diare.

Page 19: Marina Aprina.pdf

Menurut Junias dan Balelay (2008) bahwa terdapat hubungan antara kondisi

penggunaan tempat sampah sementara dengan kejadian diare. Dimana pengumpulan

dan pembuangan sampah merupakan rangkaian proses pengelolaan sampah rumah

tangga.

Bakteri Escherichia coli merupakan salah satu bakteri indikator polusi yang

digunakan sebagai petunjuk adanya polusi feses atau kotoran manusia maupun

hewan, merupakan organisme komensal yang ada pada saluran pencernaan manusia

maupun hewan. Air yang tercemar oleh kotoran manusia maupun hewan tidak dapat

digunakan untuk keperluan minum, mencuci makanan atau memasak karena

dianggap mengandung mikroorganisme patogen berbahaya bagi kesehatan (Fardiaz,

1992).

Mikroorganisme penyebab penyakit seperti kelompok enterik tersebut dapat

bertahan dalam waktu lama di luar badan. Organisme tersebut dapat ditularkan

secara mekanis oleh lalat yang berkembang biak dalam tumpukan sampah domestik

di sekitar tempat tinggal (WHO , 2001).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Terjun Kecamatan Medan

Marelan menunjukkan bahwa diare merupakan penyakit kedua terbesar setelah ISPA.

Pada tahun 2011 angka insidens rate tertinggi terdapat pada Kelurahan Terjun

sebanyak 757 kasus dengan angka insidens rate 2,90 per 100 penduduk.

Penderita diare yang tercatat dari Bulan Januari sampai Bulan Agustus tahun

2012 sebanyak 939 orang, terdiri dari 450 orang dari kelompok umur balita dan 489

orang dari kelompok umur > 6 tahun (Data Puskesmas Terjun Kecamatan Medan

Marelan, 2012).

Page 20: Marina Aprina.pdf

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan bahwa masyarakat Kelurahan

Terjun memperoleh sumber air bersih yang berasal dari PDAM, sumur gali, ataupun

sumur bor. Pada lingkungan 20 Kelurahan Terjun, sekitar 50% penduduk

mendapatkan air bersih dari sumur gali. Jika dilihat secara fisik kondisi air terihat

keruh dan sebagian sumur gali berada pada jarak < 10 m dari sumber pencemaran.

Selain itu, pada sebagian rumah masih terlihat sampah berserakan di halaman

sehingga dapat menjadi tempat hinggap berbagai vektor penyakit seperti lalat.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang

hubungan kualitas mikrobiologis air sumur gali dan gambaran pengelolaan sampah di

rumah tangga dengan kejadian diare pada keluarga di Kelurahan Terjun Kecamatan

Medan Marelan.

1.2. Perumusan Masalah

Kejadian diare yang cukup tinggi dan kondisi sanitasi yang tidak baik terutama

kondisi sumber air bersih yang dekat dengan sumber pencemaran menjadi resiko air

tercemar oleh bakteri yang dapat menimbulkan masalah kesehatan. Selain itu, pada

beberapa rumah masih terlihat sampah berserakan dan terdapat banyak lalat, sehingga

dikhawatirkan dapat menjadi tempat penularan penyakit seperti diare.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kualitas mikrobiologis

air sumur gali dan gambaran pengelolaan sampah di rumah tangga dengan kejadian

diare pada keluarga di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2013.

Page 21: Marina Aprina.pdf

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui kandungan mikrobiologis air sumur gali pada keluarga di

Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.

2. Untuk mengetahui gambaran pengelolaan sampah di rumah tangga pada

keluarga di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.

3. Untuk mengetahui gambaran kejadian diare pada keluarga di Kelurahan

Terjun Kecamatan Medan Marelan.

4. Untuk mengetahui konstruksi sumur gali penduduk di Kelurahan Terjun

Kecamatan Medan Marelan.

5. Untuk mengetahui kualitas fisik pada air sumur gali penduduk di Kelurahan

Terjun Kecamatan Medan Marelan.

6. Untuk mengetahui hubungan antara kualitas mikrobiologis air sumur gali

dengan kejadian diare pada keluarga di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan

Marelan.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi dan bahan masukan bagi Puskesmas Terjun Kecamatan

Medan Marelan dan Dinas Kesehatan Kota Medan dalam meningkatkan

upaya pencegahan dan penanggulangan kejadian diare khususnya di

Kelurahan Terjun.

2. Sebagai bahan masukan dan informasi yang dapat digunakan untuk

melakukan penelitian lebih lanjut tentang kejadian diare dengan faktor-faktor

lingkungan lainnya.

Page 22: Marina Aprina.pdf

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air Bersih

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan. Sekitar tiga per empat

bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak ada seseorang yang dapat bertahan

hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Air dipergunakan untuk memasak,

mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran yang ada di sekitar rumah. Air juga

dipergunakan untuk keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat

rekreasi, transportasi, dan lainnya. Air dapat menyebarkan dan menularkan penyakit

kepada manusia. Kondisi tersebut tentu dapat menimbulkan wabah penyakit dimana-

mana (Chandra, 2007).

Air sangat diperlukan oleh manusia. Air diperlukan untuk minum, memasak,

mandi, mencuci, membersihkan dan untuk keperluan-keperluan lainnya. Untuk semua

ini diperlukan air yang memenuhi syarat kesehatan baik kwantitas maupun

kwalitasnya (Entjang, 2000).

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang

kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak

(Permenkes No.416 Tahun 1990).

2.2. Sumber Air

Air yang berada di permukaan bumi dapat berasal dari berbagai sumber.

Menurut Chandra (2007) air dapat dibagi sebagai berikut:

Page 23: Marina Aprina.pdf

2.2.1. Air Angkasa (Hujan)

Air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walau pada saat presipitasi

merupakan air yang bersih, namun air tersebut mengalami pencemaran ketika berada

di atmosfer. Pencemaran di atmosfer dapat disebabkan oleh partikel debu,

mikroorganisme, dan gas (karbon dioksida, nitrogen, dan amonia).

2.2.2. Air Permukaan

Air permukaan meliputi badan-badan air seperti sungai, danau, telaga, waduk,

rawa, air terjun, dan sumur permukaan. Air permukaan sebagian besar berasal dari air

hujan. Air hujan tersebut kemudian dapat mengalami pencemaran baik oleh tanah,

sampah, dan lainnya.

Air permukaan merupakan salah satu sumber penting bahan baku air bersih.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan, antara lain:

a. Mutu atau kualitas baku

b. Kuantitas

c. Kontinuitas

Dibandingkan dengan sumber air lain, air permukaan merupakan sumber air

yang paling tercemar akibat kegiatan manusia, fauna, flora, dan zat-zat lain.

2.2.3. Air Tanah

Air tanah merupakan sebagian air hujan yang mencapai permukaan bumi dan

menyerap ke dalam lapisan tanah dan menjadi air tanah. Sebelum mencapai lapisan

tempat air tanah, air hujan akan menembus beberapa lapisan tanah dan menyebabkan

terjadinya kesadahan air. Kesadahan pada air akan menyebabkan air mengandung zat-

zat mineral (kalsium, magnesium, dan logam berat) dalam konsentrasi. Akibatnya,

Page 24: Marina Aprina.pdf

apabila menggunakan air sadah untuk mencuci, sabun yang digunakan tidak akan

berbusa dan bila diendapkan akan terbentuk endapan semacam kerak.

2.2.4. Sumur

Sumur merupakan salah satu sumber air bersih yang masih banyak digunakan

oleh masyarakat pedesaan maupun perkotaan. Sumur terbagi atas dua, yaitu

(Chandra, 2007):

a. Sumur dangkal (shallow well)

Sumur ini memiliki sumber air yang berasal dari resapan air hujan di atas

permukaan bumi terutama di daerah dataran rendah. Jenis sumur ini banyak

terdapat di Indonesia dan mudah sekali terkontaminasi air kotor yang berasal dari

kegiatan mandi-cuci-kakus (MCK) sehingga persyaratan sanitasi yang ada perlu

diperhatikan.

b. Sumur dalam (deep well)

Sumur ini memiliki sumber air yang berasal dari proses purifikasi alami air hujan

oleh lapisan kulit bumi menjadi air tanah. Sumber airnya tidak terkontaminasi

dan memenuhi persyaratan sanitasi.

Tabel 2.1. Perbedaan antara Sumur Dangkal dan Sumur Dalam Sumur dangkal Sumur dalam Sumber air Air permukaan Air tanah Kualitas air Kurang baik Baik Kualitas bakteriologis

Kontaminasi Tidak terkontaminasi

Persediaan Kering pada musim kemarau

Tetap ada sepanjang tahun

Sumber: Pengantar Kesehatan Lingkungan Tahun 2006

2.3. Mikrobiologi Air

Page 25: Marina Aprina.pdf

Mikroorganisme yang terdapat dalam air berasal dari berbagai sumber seperti

udara, tanah, lumpur, tanaman hidup atau mati, hewan hidup atau mati (bangkai),

kotoran manusia atau hewan, bahan organik lain, dan sebagainya. Mikroorganisme

tersebut mungkin tahan lama hidup dalam air karena lingkungan hidupnya yang tidak

cocok. Air merupakan medium pembawa mikroorganisme patogenik yang berbahaya

bagi kesehatan.

Jumlah dan jenis mikroorganisme yang terdapat dalam air bervariasi tergantung

dari berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut (Fardiaz, 1992) :

1. Sumber air

Sumber air dapat memengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme di dalamnya,

misalnya air atmosfer (air hujan, salju), air permukaan (danau, sungai), air tanah

(sumur, mata air), air tergenang, air laut, dan sebagainya.

2. Komponen nutrien dalam air

Air terutama air buangan sering mengandung komponen-komponen yang

dibutuhkan oleh spesies mikroorganisme tertentu. Seperti mikroorganisme saprofit

organotrofik sering tumbuh pada air buangan yang mengandung sampah tanaman

dan bangkai hewan.

3. Komponen beracun

Komponen beracun dalam air memengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme

dalam air tersebut. Seperti Hidrogen Sulfida yang diproduksi oleh mikroorganisme

pembusuk dari sampah-sampah organik bersifat racun terhadap ganggang dan

mikroorganisme lainnya. Selain itu komponen-komponen metalik, asam-asam

Page 26: Marina Aprina.pdf

organik maupun anorganik, khlorin, dan sebagainya dapat membunuh

mikrooganisme dan kehidupan lainnya dalam air.

4. Organisme air

Adanya organisme lain dalam air dapat memengaruhi jumlah dan jenis

mikroorganisme air. Adanya protozoa dan bakteriophage mengurangi jumlah

bakteri dalam air karena kedua organisme tersebut dapat membunuh bakteri.

Selain itu beberapa bakteri air memproduksi antibiotik yang dapat membunuh

bakteri lainnya.

5. Faktor Fisik

Faktor-faktor fisik air seperti suhu, pH, tekanan osmotik, tekanan hidrostatik,

aerasi, dan penetrasi sinar matahari dapat memengaruhi jumlah dan jenis

mikroorganisme. Jumlah dan jenis mikroorganisme dalam air buangan selain

dipengaruhi oleh faktor-faktor di atas juga dipengaruhi oleh jenis polutan air

tersebut. Misalnya, air yang terpolusi oleh kotoran hewan dan manusia

mengandung bakteri-bakteri yang berasal dari kotoran seperti Escherichia coli,

streptokoki fekal, atau Clostridium perfringens.

2.3.1. Bakteri Indikator Polusi

Jenis mikrooorganisme air yang dapat mencemari air dan dapat digunakan

sebagai indikator pencemaran pada air atau indikator sanitasi adalah bakteri yang

berasal dari kotoran manusia atau hewan, karena organisme tersebut adalah

organisme komensal yang terdapat dalam saluran pencernaan manusia maupun

hewan.

Page 27: Marina Aprina.pdf

Air yang tercemar oleh kotoran manusia maupun hewan tidak dapat

digunakan untuk keperluan minum, mencuci makanan atau memasak karena

dianggap mengandung mikroorganisme patogen yang berbahaya bagi kesehatan,

terutama patogen penyebab infeksi saluran pencernaan.

2.3.1.1. Jenis-Jenis Bakteri Indikator Polusi

Ada berbagai jenis bakteri indikator polusi, antara lain yaitu (Fardiaz, 1992):

1. Escherichia coli

Escherichia coli adalah salah satu bakteri yang tergolong koliform dan hidup

secara normal dalam kotoran manusia maupun hewan, oleh karena itu disebut

juga Coliform fecal. Escherichia coli adalah grup koliform yang mempunyai

sifat dapat memfermentasi lactose dan dapat memproduksi asam dan gas pada

suhu 37◦C maupun suhu 44.5+0.5◦C dalam waktu 48 jam. Escherichia coli

adalah bakteri yang termasuk dalam famili Enterobacteriaceae, bersifat gram

negatif, berbentuk batang dan tidak membentuk spora.

Keberadaan Escherichia coli dan fecal coliform diakibatkan oleh pencemaran

tinja, keduanya memiliki risiko lebih besar menjadi patogen dalam air. Bakteri-

bakteri yang mencemari air ini memiliki resiko yang langsung dapat dirasakan

oleh manusia yang mengonsumsinya.

Sedangkan bakteri koliform merupakan golongan mikroorganisme yang lazim

digunakan sebagai indikator, dimana bakteri ini dapat menjadi sinyal untuk

menentukan suatu sumber air telah terkontaminasi oleh patogen atau tidak.

Bakteri koliform dapat digunakan sebagai indikator karena densitasnya

berbanding lurus dengan tingkat pencemaran air. Bakteri ini dapat mendeteksi

Page 28: Marina Aprina.pdf

patogen pada air seperti virus, protozoa, dan parasit. Ciri-ciri bakteri koliform

antara lain bersifat anaerob, termasuk ke dalam bakteri gram negatif, tidak

membentuk spora, dan dapat memfermentasi laktosa untuk menghasilkan asam

dan gas pada suhu 35°C-37°C. Gangguan yang ditimbulkan pada manusia seperti

mual, nyeri perut , muntah, diare, berak darah, demam tinggi bahkan pada

beberapa kasus bisa kejang dan kekurangan cairan atau dehidrasi (Dirgantara,

2010).

Menurut Permenkes No.416 Tahun 1990 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan

Kualitas Air bahwa kadar maksimum mikrobiologi yaitu total coliform yang

diperbolehkan dalam jumlah per 100ml air bersih adalah 50.

2. Streptococcus fekal

Streptococcus adalah suatu bakteri yang bersifat gram positif, berbentuk bulat

atau kokus, atau berbentuk bulat memanjang yang disebut kokobasili.

Streptococcus fekal dapat dibedakan dari streptococcus lainnya karena bakteri ini

hidup dalam saluran pencernaan hewan berdarah panas, tahan terhadap bile, dan

dapat tumbuh pada suhu 45◦C. Streptococcus fekal terdiri dari semua anggota

yang termasuk Streptococci lancefield Grup D, yaitu S.faecalis, S.faecium,

S.durans, S.bovis dan S.equinus. Streptococcus fekal lebih tahan hidup dalam air

dibandingkan dengan Coliform fecal.

3. Clostridium perfringerns

C.perfringerns merupakan bakteri yang bersifat gram positif berbentuk batang

dan membentuk spora. Bakteri ini tersebar luas di dalam tanah, debu, dan

merupakan bagian dari mikroflora normal dalam saluran usus manusia dan

Page 29: Marina Aprina.pdf

hewan. Bakteri ini bersifat anerobik, tetapi masih tahan hidup pada kondisi

aerobik meskipun pertumbuhannya lebih dirangsang pada kondisi anaerobik.

Bakteri ini merupakan bakteri patogen penyebab keracunan.

2.4. Golongan Air

Air secara bakteriologi dapat dibagi menjadi beberapa golongan berdasarkan

jumlah bakteri koliform yang terkandung dalam 100 cc sampel air/MPN. Golongan-

golongan air tersebut, antara lain (Chandra, 2007):

1. Air tanpa pengotoran; mata air (artesis) bebas dari kontaminasi bakteri koliform

dan pathogen atau zat kimia beracun.

2. Air yang sudah mengalami proses desinfeksi; MPN<50/100 cc.

3. Air dengan penjernihan lengkap; MPN <5000/100cc.

4. Air dengan penjernihan tidak lengkap; MPN >5000/100cc.

5. Air dengan penjernihan khusus (water purification); MPN >250.000/100cc.

MPN disini mewakili most probable number (jumlah terkaan terdekat dari

bakteri koliform dalam 100cc air).

Menurut Peraturan Pemerintah no. 20 tahun 1990, air dibagi kedalam empat

golongan berdasarkan peruntukkannya, yaitu sebagai berikut:

1. Golongan A, air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa

pengolahan terlebih dahulu.

2. Golongan B, air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.

3. Golongan C, air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan

peternakan.

Page 30: Marina Aprina.pdf

4. Golongan D, Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat

dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, pembangkit listrik tenaga air.

2.5. Air dan Penyakit

Penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan dan menyebar secara

langsung maupun tidak langsung melalui air. Penyakit yang ditularkan melalui air

disebut waterborne disease atau water-related disease. Terjadinya suatu penyakit

tentunya memerlukan adanya agen dan terkadang vektor. Berikut beberapa contoh

penyakit yang dapat ditularkan melalui air berdasarkan tipe agen penyebabnya yaitu

(Chandra, 2007):

1. Penyakit viral, misalnya hepatitis, viral, poliomyelitis.

2. Penyakit bakterial, misalnya kolera, disentri, tifoid, diare.

3. Penyakit protozoa, misalnya ameabiasis, giardiasis.

4. Penyakit Helmintik, misalnya askariasis, whip worm, hydatid disease.

5. Leptospiral,misalnya Weil’s disease.

Sementara itu, penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air dapat dibagi

dalam kelompok berdasarkan cara penularannya. Mekanisme penularan penyakit

sendiri terbagi menjadi empat macam, yaitu (Chandra, 2007) :

2.5.1. Waterborne Mechanism

Di dalam mekanisme ini, kuman patogen dalam air yang dapat menyebabkan

penyakit pada manusia ditularkan kepada manusia melalui mulut atau sistem

pencernaan. Contoh penyakit yang ditularkan melalui mekanisme ini antara lain

kolera, tifoid, hepatitis, viral, disentri basiler, dan poliomyelitis.

Page 31: Marina Aprina.pdf

2.5.2. Waterwashed Mechanism

Mekanisme penularan semacam ini berkaitan dengan kebersihan umum dan

perseorangan. Pada mekanisme ini terdapat tiga cara penularan yaitu :

a. Infeksi melalui alat pencernaan seperti diare.

b. Infeksi melalui kulit dan mata, seperti scabies dan trachoma.

c. Penularan melalui binatang pengerat seperti pada penyakit leptospirosis.

2.5.3. Water-based Mechanism

Penyakit yang ditularkan dengan mekanisme ini memiliki agen penyebab yang

menjalani sebagian siklus hidupnya di dalam tubuh vektor atau sebagai intermediate

host yang hidup dalam air. Contohnya skistomiasis dan penyakit akibat Dracunculus

medinensis.

2.5.4. Water-related insect vektor Mechanism

Agen penyakit ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembang biak

dalam air. Contoh penyakit dengan mekanisme penularan semacam ini adalah

filariasis, dengue, malaria, dan yellow fever.

2.6. Pengertian Sampah

Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam yang

berbentuk padat. Para Ahli Kesehatan Masyarakat Amerika, membuat batasan,

sampah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi,

atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan

sendirinya.

Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah hasil suatu kegiatan manusia yang

dibuang karena sudah tidak berguna sehingga bukan semua benda padat yang tidak

Page 32: Marina Aprina.pdf

digunakan dan dibuang disebut sampah. Dengan demikian sampah mengandung

prinsip-prinsip sebagai berikut :

a. Adanya sesuatu benda atau benda padat.

b. Adanya hubungan langsung/tidak langsung dengan kegiatan manusia.

c. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi.

Sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari

dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik (UU no. 18 tahun

2008).

2.7. Jenis-Jenis Sampah

Sampah padat dapat dibagi menjadi berbagai jenis, yaitu (Chandra, 2007):

1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya, sampah dibagi menjadi:

a. Sampah anorganik adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk,

misalnya logam/besi, pecahan gelas, plastik, dan sebagainya.

b. Sampah organik adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk,

misalnya, sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan, dan sebagainya.

2. Berdasarkan dapat dan tidaknya dibakar

a. Sampah yang mudah terbakar, misalnya, kertas, karet, kayu, plastik, kain

bekas, dan sebagainya.

b. Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya kaleng-kaleng bekas, besi/

logam bekas, pecahan gelas, kaca, dan sebagainya.

Menurut Widyadmoko (2002), sampah rumah tangga yaitu sampah yang

berasal dari kegiatan rumah tangga yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Sampah basah yang terdiri dari bahan organik yang mudah membusuk,

sebagian besar adalah sisa makanan, potongan hewan, sayuran, dan lainnya.

Page 33: Marina Aprina.pdf

2. Sampah kering yaitu sampah yang terdiri dari logam, besi tua, kaleng bekas,

dan sampah non logam seperti kertas, kaca, keramik, dan sisa kain.

3. Sampah lembut, yaitu seperti debu yang berasal dari penyapuan lantai rumah,

gedung, dan penggergajian kayu.

4. Sampah besar atau sampah yang terdiri dari bangunan rumah tangga yang besar

seperti, meja, kursi, kulkas, radio,dan peralatan dapur.

2.8. Pengelolaan sampah rumah tangga

Sampah harus dikelola dengan baik, pengelolaan sampah dianggap baik jika

sampah tidak menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit serta tidak menjadi

media perantara penyebaran luas suatu penyakit (Azwar, 1996).

Ada tiga tahapan dalam pengelolaan sampah, dalam hal ini adalah sampah

padat. Pengelolaan sampah yang baik melalui tiga tahapan, yaitu sebagai berikut

(Chandra, 2007):

2.8.1. Tahap Pengumpulan dan Penyimpanan di Tempat Sumber

Sampah yang berasal dari rumah tangga terdiri atas sampah organik dan

anorganik. Sampah organik dan anorganik yang dihasilkan sebaiknya dipisahkan dan

dikumpulkan pada tempat sampah yang berbeda (Dwiyatmo, 2007).

Adapun tempat sampah yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai

berikut (Azwar, 1996):

a. Konstruksi harus kuat dan tidak mudah bocor untuk mencegah berserakannya

sampah.

b. Memiliki tutup, untuk mencegah bau busuk dan menjadi tempat hinggap lalat

serta mudah dibuka tanpa mengotori tangan.

Page 34: Marina Aprina.pdf

c. Ukuran sesuai sehingga mudah diangkut oleh satu orang.

Dari tempat penyimpanan sementara, kemudian sampah dikumpulkan dan

dimasukkan ke dalam rumah sampah yang berbentuk bak besar. Pengelolaan rumah

sampah dapat diserahkan pada pemerintah setempat atau masyarakat secara

bergotong-royong.

2.8.2. Tahap Pengangkutan

Dari rumah sampah, sampah diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA)

atau tempat pemusnahan sampah dengan diangkut oleh truk pengangkut sampah

yang disediakan oleh Dinas Kebersihan Kota, untuk selanjutnya dilakukan

pemusnahan terhadap sampah tersebut.

2.8.3. Tahap Pemusnahan

Sampah yang telah dikumpulkan, selanjutnya perlu dibuang dan dimusnahkan.

pembuangan atau pemusnahan sampah biasanya dilakukan di daerah tertentu

sehingga tidak menganggu kesehatan manusia. Lazimnya syarat yang harus dipenuhi

dalam membangun tempat pembuangan sampah akhir, yaitu (Azwar, 1996):

a. Tempat tersebut dibangun tidak dekat dengan sumber air minum atau sumber air

lainnya yang dipergunakan oleh manusia (mencuci, mandi, dan lainnya).

b. Tidak pada tempat yang sering terkena banjir.

c. Di tempat-tempat yang jauh dari tempat tinggal manusia.

Adapun jarak yang sering dipakai sebagai pedoman ialah sekitar 2 km dari

perumahan penduduk, sekitar 15 km dari laut serta sekitar 200 m dari sumber air.

Dalam tahap pembuangan atau pemusnahan sampah, terdapat beberapa metode

yang dapat digunakan antara lain (Chandra, 2007):

Page 35: Marina Aprina.pdf

a. Sanitary landfill

Pembuangan sampah dengan cara menimbun dengan tanah lapis demi lapis,

sehingga sampah tidak berada di alam terbuka, jadi tidak sampai menimbulkan

bau serta tidak menjadi tempat bersarangnya vektor penyakit.

b. Composting

Pemusnahan sampah dengan cara memanfaatkan proses dekomposisi zat organik

oleh kuman-kuman pembusuk, menjadi pupuk. Kompos dapat dibuat untuk

meminimalisasi efek negatif yang ditimbulkan sampah dengan membuatnya

menjadi lebih bermanfaat secara ekologis.

c. Hot feeding

Sampah yang dapat digunakan untuk makanan ternak adalah sampah organik,

seperti sisa sayuran, buah-buahan, dan sisa makanan. Sampah tersebut harus

diolah (dimasak atau direbus) untuk mencegah penularan penyakit cacing dan

trchionosis ke hewan ternak. Metode pemusnahan sampah jenis ini umumnya

dilakukan pada lingkup rumah tangga.

d. Dumping

Cara Pembuangannya dengan diletakkan begitu saja di tanah. Cara ini banyak

dilakukan di negara-negara yang masih berkembang. Hal ini tentu saja banyak segi

negatifnya.

e. Dumping in Water

Cara pembuangannya sama dengan dumping tetapi dibuang ke dalam air (sungai

atau laut). Hal ini akan menimbulkan banyak kerugian, misalnya dapat mengotori

permukaan air, memudahkan berjangkitnya penyakit, dan lain sebagainya.

Page 36: Marina Aprina.pdf

f. Individual inceneration

Pembakaran sampah yang dilakukan perorangan di rumah tangga.

g. Recycling

Pengolahan sampah dengan cara ini bertujuan memakai kembali sampah yang

masih bisa dipakai, misalnya kaleng, kaca, dan sebagainya.

2.9. Pengaruh Pengelolaan Sampah Terhadap Masyarakat dan Lingkungan

Pengelolaan sampah mempunyai pengaruh terhadap masyarakat dan

lingkungan, yaitu sebagai berikut (Mukono, 2006):

2.9.1. Pengaruh Positif

Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh yang positif,

sebagai berikut (Chandra, 2007) :

a. Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan semacam rawa-rawa dan

dataran rendah.

b. Sampah dapat dimanfaatkan untuk pupuk.

c. Sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah menjalani proses

pengelolaan yang telah ditentukan lebih dahulu untuk mencegah pengaruh buruk

sampah terhadap ternak.

d. Pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya tempat untuk berkembang biak

serangga atau binatang pengerat.

e. Menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang erat hubungannya dengan

sampah.

Page 37: Marina Aprina.pdf

2.9.2. Pengaruh Negatif

Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh negatif

bagi kesehatan, lingkungan, maupun bagi kehidupan sosial masyarakat, sebagai

berikut :

a. Pengaruh terhadap kesehatan

1. Sampah dapat menjadi tempat tinggal bagi vektor penyakit seperti lalat yang

dapat menyebabkan kejadian diare.

2. Insidensi penyakit demam berdarah dengue akan meningkat karena vektor

penyakit hidup berkembang biak dalam sampah kaleng ataupun ban bekas

yang berisi air hujan.

b. Pengaruh terhadap lingkungan

1. Estetika lingkungan

2. Penurunan kualitas udara

3. Pembuangan sampah ke badan air akan menyebabkan pencemaran air

c. Pengaruh terhadap Sosial Masyarakat

1. Pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan sosial budaya

masyarakat setempat.

2. Keadaan lingkungan yang kurang baik dan jorok akan menurunkan minat dan

hasrat orang lain (turis) untuk berkunjung ke daerah tersebut.

Page 38: Marina Aprina.pdf

2.10. Diare

2.10.1. Pengertian Diare

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak

dari biasanya (normal 100-200 ml/ jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau

setengah cair dan disertai dengan frekuensi yang meningkat (Mansjoer, 2000).

Menurut Kemenkes RI (2011) diare adalah buang air besar dengan konsistensi

lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari

biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari.

2.10.2. Jenis-Jenis Diare

Diare dibedakan menjadi dua berdasarkan waktu serangan (onset of action),

yaitu (Widoyono, 2008):

1. Diare akut

Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari. Diare akut

gejalanya mulai secara tiba-tiba, tinjanya encer dan cair, dan pemulihan biasanya

terjadi dalam waktu 3-7 hari (Ramaiah, 2000).

Diare akut dapat disebabkan oleh gangguan jasad renik atau bakteri yang masuk

ke dalam usus halus, jasad renik yang berkembang pesat dalam usus halus, racun

yang dikeluarkan oleh bakteri, kelebihan cairan usus akibat racun (Widjaja, 2004).

Diare ini dapat menyebabkan kematian pada seseorang yang disebabkan oleh

hilangnya air dan garam dalam jumlah yang besar dari tubuh yang disebut dehidrasi

(WHO, 1999).

Page 39: Marina Aprina.pdf

2. Diare Kronik

Diare ini ditandai dengan penularan tinja encer dan disertai darah, gejala

berlangsung lebih dari 14 hari, dan disertai dengan penurunan berat badan (Ramaiah,

2007).

Pada diare menetap (kronik), kejadiannya lebih kompleks yang disebabkan

karena adanya gangguan bakteri, jamur, dan parasit, malabsorpsi kalori, dan

malabsorpsi lemak (Widjaja, 2004).

2.10.3. Penyebab Diare

Diare disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah sebagai berikut

(Widjaja, 2004):

1. Faktor Infeksi

Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare pada anak.

Jenis-jenis infeksi yang umumnya menyerang sebagai berikut:

1. Infeksi bakteri oleh kuman E.coli, Salmonella, Vibrio cholera (kolera).

2. Infeksi basil (disentri).

3. Infeksi virus enterovirus dan adenovirus.

4. Infeksi parasit oleh cacing (askaris).

5. Infeksi jamur (candidiasis).

6. Infeksi akibat organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis, dan radang

tenggorokan.

7. Keracunan makanan.

Page 40: Marina Aprina.pdf

2. Faktor Malabsorpsi

a. Malabsorpsi karbohidrat

Pada bayi, kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu formula menyebabkan

diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau sangat asam, sakit di daerah

perut. Jika sering terkena diare ini, pertumbuhan anak akan terganggu.

b. Malabsorpsi lemak

Dalam makanan terdapat lemak yang disebut triglyserida, dengan bantuan

kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorpsi usus.

Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat jadi muncul

karena lemak tidak terserap dengan baik. Gejalanya adalah tinja mengandung

lemak.

3. Faktor Makanan

Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, basi,

beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran), dan kurang matang.

4. Faktor Psikologis

Rasa takut, cemas, dan tegang , jika terjadi pada anak dapat menyebabkan diare

kronis. Menurut Depkes RI (2011) penyebab diare yang sering ditemukan di

lapangan ataupun secara klinis adalah diare yang disebabkan karena infeksi dan

keracunan.

2.10.4. Penularan Diare

Penyakit diare sebagian besar (75%) disebabkan oleh kuman seperti virus dan

bakteri. Penularan penyakit diare melalui orofekal dengan mekanisme seperti berikut

(Widoyono, 2011):

Page 41: Marina Aprina.pdf

1. Melalui air yang merupakan media penularan utama. Diare dapat terjadi bila

seseorang menggunakan air minum yang sudah tercemar, baik tercemar dari

sumbernya, tercemar selama perjalanan sampai ke rumah-rumah, atau tercemar

pada saat disimpan di rumah. Pencemaran di rumah terjadi bila tempat

penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan yang tercemar menyentuh air

pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.

2. Melalui tinja terinfeksi. Tinja yang sudah terinfeksi mengandung virus atau

bakteri dalam jumlah besar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh binatang dan

kemudian binatang tersebut hinggap di makanan, maka makanan itu dapat

menularkan diare kepada orang yang memakannya.

2.10.5. Gejala dan Tanda Diare

Kejadian diare dapat dilihat dari beberapa gejala dan tanda diare, antara

lain (Widoyono, 2011):

1. Gejala umum

a. Berak cair atau lembek dan sering, merupakan gejala khas diare.

b. Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut.

c. Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare.

d. Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun, apatis, bahkan

gelisah.

2. Gejala spesifik

a. Vibrio cholera, ditandai dengan diare hebat, warna tinja sepertian cucian beras

dan berbau amis.

b. Disenteriform, ditandai dengan tinja yang berlendir dan berdarah.

Page 42: Marina Aprina.pdf

2.10.6. Pencegahan Diare

Menurut Kementerian Kesehatan (2011), cara melakukan pencegahan diare

yang benar dan efektif adalah :

a. Perilaku Sehat

Pencegahan pada Bayi

Perilaku yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya diare pada bayi adalah

sebagai berikut:

1. Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai 2 tahun,

ASI merupakan makanan yang paling baik untuk bayi. ASI bersifat steril

sehingga menghindarkan anak dari bahaya dan bakteri lain yang akan

menyebabkan diare. ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik

dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut

memberikan perlindungan terhadap diare.

2. Memberikan makanan pendamping ASI sesuai umur, makanan tambahan

yang bergizi dan bersih, dimulai ketika anak berumur 4-6 bulan.

3. Memberikan imunisasi campak, anak yang sakit campak sering disertai diare,

sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh

karena itu berilah imunisasi campak segera setelah bayi berumur 9 bulan.

Pencegahan pada Anak-Anak dan Orang Dewasa

1. Mencuci tangan, kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan

yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci

tangan dapat menurunkan angka kejadian diare sebesar 47%.

Page 43: Marina Aprina.pdf

2. Menggunakan jamban, keluarga harus buang air besar di jamban. Yang harus

diperhatikan oleh keluarga yaitu, keluarga harus mempunyai jamban yang

berfungsi baik dan dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga, bersihkan

jamban secara teratur, dan gunakan alas kaki bila akan buang air besar.

b. Penyehatan Lingkungan

Selain berperilaku yang sehat, kejadian diare juga dapat dicegah dengan menjaga

lingkungan agar selalu bersih dan sehat, sebagai berikut:

a. Penyediaan air bersih, penyediaan air bersih baik secara kuantitas dan kualitas

mutlak diperlukan dalam memenuhi kebutuhan air sehari-hari termasuk untuk

menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Sumber air juga harus dijaga dari

pencemaran oleh hewan dan sumber air terletak < 10m dari septic tank. Hal ini

dilakukan untuk menghindari terjadinya penyakit yang dapat ditularkan melalui

air antara lain adalah diare, kolera, disentri, dan lainnya.

b. Pengelolaan sampah, pengelolaan sampah sangat penting untuk mencegah

penularan penyakit yang penularannya melalui vektor penyakit seperti lalat,

tikus, dan lainnya . Oleh karena itu, tempat sampah harus disediakan, sampah

harus dikumpulkan setiap hari dan dibuang ke tempat penampungan sementara.

Bila tidak terjangkau oleh pelayanan pembuangan sampah ke tempat

pembuangan akhir dapat dilakukan pemusnahan sampah dengan cara ditimbun

atau dibakar.

c. Sarana pembuangan air limbah, Air limbah baik limbah pabrik atau limbah

rumah tangga harus dikelola dengan baik agar tidak menjadi sumber penularan

Page 44: Marina Aprina.pdf

penyakit. Sarana pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat akan

menimbulkan bau, mengganggu estetika dan dapat menjadi tempat perindukan

nyamuk dan bersarangnya tikus.

2.11. Landasan Teori

Landasan teori pada penelitian ini mengacu pada teori simpul yang

menjelaskan bahwa kejadian penyakit berbasis lingkungan disebabkan oleh empat

simpul, yaitu (Achmadi, 2008) :

a. Simpul 1, Sumber penyakit

Sumber penyakit adalah titik mengeluarkan agent penyakit. Agent penyakit adalah

komponen lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan penyakit melalui

kontak secara langsung atau melalui media perantara (juga komponen lingkungan).

Agent penyakit dikelompokkan dalam 3 kelompok besar yaitu, mikroba, kelompok

fisik (kebisingan, kekuatan cahaya, dan lainnya), kelompok bahan kimia

(cadmium, merkuri, dan lainnya).

b. Simpul 2, Media Transmisi Penyakit

Media transmisi adalah komponen-komponen yang berfungsi dalam memindahkan

agent penyakit kedalam tubuh manusia. Ada lima komponen yang termasuk

sebagai media transmisi penyakit, yaitu : udara, air, tanah/pangan,

binatang/serangga, manusia/langsung.

c. Simpul 3, Perilaku Pemajanan

Perilaku pemajanan adalah jumlah kontak antara manusia dengan komponen

lingkungan yang mengandung potensi bahaya penyakit.

Page 45: Marina Aprina.pdf

d. Simpul 4, Kejadian Penyakit

Kejadian penyakit merupakan outcome hubungan interaktif antara penduduk

dengan lingkungan yang memiliki potensi bahaya gangguan kesehatan. Kejadian

penyakit dapat diidentifikasi melalui diagnosis laboratorium ataupun anamnase.

Page 46: Marina Aprina.pdf

2.12. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali

- Kandungan Total coliform

- Kandungan Escherchia coli

Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

- Pemisahan sampah

- Tempat pembuangan sampah

- Metode pemusnahan sampah

Kejadian Diare pada Keluarga

PERMENKES NO.416 TAHUN 1990

Page 47: Marina Aprina.pdf

2.13. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian maka hipotesis

penelitian adalah sebagai berikut :

a. Ho : Ada hubungan antara kualitas mikrobiologis air sumur gali dengan

kejadian diare pada keluarga di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan

Marelan

b. Ha : Tidak ada hubungan antara kualitas mikrobiologis air sumur gali

dengan kejadian diare pada keluarga di Kelurahan Terjun Kecamatan

Medan Marelan.

Page 48: Marina Aprina.pdf

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survey bersifat analitik dengan desain

cross sectional, dimana dilakukan pengamatan terhadap objek, wawancara dengan

menggunakan kuesioner dalam waktu bersamaan/tertentu untuk mengetahui

hubungan kualitas mikrobiologis air sumur gali dan gambaran pengelolaan sampah di

rumah tangga dengan kejadian diare pada keluarga di Kelurahan Terjun Kecamatan

Medan Marelan.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun Kecamatan Medan

Marelan. Alasan untuk memilih lokasi ini karena:

1. Pada umumnya penduduk di lingkungan 20 yang diobservasi menggunakan

sumber air bersih berasal dari sumur bor dan sumur gali. Dimana air sumur

tersebut rentan terjadi pencemaran mikrobiologis air.

2. Masyarakat lingkungan 20 menggunakan air sumur untuk aktivitas sehari-hari

seperti mandi, mencuci piring, mencuci baju, mencuci sayur, dan lainnya.

3. Pengolahan sampah rumah tangga yang kurang baik dilihat dari sampah yang

masih berserakan pada beberapa rumah dapat menimbulkan datangnya vektor

penyakit.

Page 49: Marina Aprina.pdf

4. Berdasarkan data Puskesmas Terjun, diare menempati urutan kedua dalam 10

penyakit terbesar di Puskesmas tersebut. Kelurahan Terjun merupakan Kelurahan

yang banyak terdapat kejadian diare dibanding dengan kelurahan lainnya.

Pemeriksaan sampel air dilakukan di Laboratorium Balai Besar Teknik

Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BBTKL-PPM), Jl.

KH. Wahid Hasyim no. 15 Medan.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dari bulan Februari - April 2013

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga di lingkungan 20 Kelurahan

Terjun dan sumur gali yang terdapat pada rumah setiap keluarga di lingkungan 20

Kelurahan Terjun.

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil secara purposive sampling berdasarkan

pada kriteria sebagai berikut:

- Keluarga yang menggunakan air sumur gali sebagai sumber air bersih.

- Sumur gali yang berada pada jarak < 10 meter dari sumber pencemaran

yaitu septic tank.

Berdasarkan pada kriteria tersebut, maka jumlah sampel adalah 30 keluarga di

Lingkungan 20 Kelurahan Terjun.

Page 50: Marina Aprina.pdf

3.4. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah sumur gali yang merupakan sumber air bersih

dan pengelolaan sampah di rumah tangga.

3.5. Metode Pengumpulan Data

3.5.1. Data Primer

Data diperoleh langsung dengan melakukan observasi dan wawancara kepada

masyarakat meliputi kejadian diare, pengelolaan sampah di rumah tangga dengan

kuesioner yang telah dipersiapkan. Serta data tentang kualitas mikrobiologis air

sumur gali yang diperoleh dari pemeriksaan laboratorium.

3.5.2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan

tentang kejadian diare, dan Kantor Kelurahan Terjun diperoleh data penduduk

Kelurahan Terjun.

3.6. Variabel Penelitian

3.6.1. Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah kualitas mikrobiologis air

sumur gali (Total coliform dan Escherechia coli), pengelolaan sampah di rumah

tangga yang meliputi tahap pemisahan sampah, tempat pembuangan sampah, dan

metode pemusnahan sampah.

3.6.2. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian diare.

Page 51: Marina Aprina.pdf

3.7. Pelaksanaan Penelitian Pemeriksaan Mikrobiologis Air Sumur Gali

(Total Coliform dan Escherechia coli)

3.7.1. Pengambilan Sampel Air dan Pengiriman ke Laboratorium

1. Dibuka kertas yang ada di botol yang sudah disterilkan secara perlahan.

2. Lalu lilitkan tali yang ada mengelilingi botol ke tangan seperlunya.

3. Buka botolnya yang dilapisi dengan koran, panaskan dengan menggunakan

pinset dan spritus, usahakan jangan sampai terkena sesuatu yang dapat

memengaruhi sterilnya botol.

4. Uraikan tali yang dililitkan pada tangan, dan masukkan botol ke dalam sumur

dengan tenang, teliti dan hati-hati, agar tidak menyentuh dinding sumur

sehingga tidak terkontaminasi, batas mininimal 10cm dalam air (bila tinggi air

memungkinkan).

5. Ambil airnya dgn ¾ air dari botol, krn ¼ untuk bernapas e.coli.

6. Angkat perlahan ke atas, Kemudian sterilkan mulut botol dengan dipanaskan

pada api spritus.

7. Berikan label pada botol, yang terdiri dari nama dan alamat, waktu dan

tanggal pengambilan, tempat sampel air diambil, asal sampel air.

3.7.2. Pemeriksaan Sampel Air di Laboratorium

Untuk menentukan adanya Total coliform dan Escherechia coli di dalam air

dipakai sistem Multiple Tubes. Sistem ini dilengkapi dengan daftar MPN (Most

Probable Number). Pemeriksaan MPN dilakukan terhadap bahan pemeriksaan yang

telah disiapkan dengan menggunakan metode tabung ganda : 5x10 ml, 5x1 ml,

5x0,1ml.

Page 52: Marina Aprina.pdf

3.7.2.1. Alat dan Bahan

Alat :

a. Inkubator 37◦C dan 44,5◦C

b. Inokulum Equipment

c. Kawat ose

d. Petri Disk

e. Pipet ukur 10ml; 1ml

f. Rak tabung reaksi

g. Tabung durham

Bahan :

a. BGLB (Brilian Green Lactosa bile Broth)

b. Larutan pengencer

c. Lauryl Tryptose Broth (LTB)

d. Reagen konvacs

e. Sampel air

f. Trypton water

3.7.2.2. Cara Kerja

Uji kualitas Mikrobiologis air melalui dua tahapan, yaitu sebagai berikut:

a. Pemeriksaan Total Coliform

1. Tes Perkiraan (Presumtive Test)

Media yang biasa digunakan adalah Lauryl Tryptose Broth (LTB)

Page 53: Marina Aprina.pdf

- Cara pemeriksaan:

a. Siapkan 15 tabung reaksi yang masing-masing berisi media Lauryl Tryptose

Broth pada tabung durham.

b. Air ditanam pada 5 tabung masing-masing 10ml, 1 ml, 0,1ml, dan dituliskan

standart portion; 5 x 10ml; 5 x 1ml; 1 x 0,1ml

c. Tabung-tabung ini dieramkan 2 x 24 jam 37◦C. Tabung positif adalah tabung

yang terjadi peragian dan terdapat gas pada tabung durham, dan dilanjutkan

dengan tes penegasan.

2. Tes Penegasan (Confirmation Test)

Media yang dipergunakan adalah Brilian Green Lactosa bile Broth (BGLB 2%).

Tes ini dilakukan untuk menegaskan hasil positif dari hasil perkiraan.

- Cara Pemeriksaan :

a. Tiap-tiap tabung test perkiraan yang positif , dipindahkan 1-2 ose ke dalam

tabung konfirmatif yang berisi 10 ml BGLB 2% dari masing-masing tabung

Presumtif diinokulasikan ke dalam tabung BGLB 2%.

b. Satu seri tabung BGLB 2% diinokulasikan pada suhu 35◦C selama 24-48

jam, untuk memastikan adanya coliform. Pada satu seri yang lain

diinokulasikan pada suhu 44,5◦C selama 24 jam untuk memastikan adanya

koli tinja.

c. Pembacaan dilakukan setelah 48 jam dengan melihat jumlah tabung BGLB

2%yang menunjukkan positif gas.

Hitung MPN Total coliform dengan menggunakan tabel MPN dari jumlah tabung

BGLB yang positif, dari jumlah tabung BGLB yang positif dibaca pada tabel MPN.

Page 54: Marina Aprina.pdf

b. Pemeriksaan Escherechia coli

1. Tes Perkiraan (Presumtive Test)

Media yang biasa digunakan adalah Lauryl Tryptose Broth (LTB)

- Cara Pemeriksaan :

a. Disiapkan 5 porsi tabung untuk setiap volume sampel 10ml; 0,1ml;

1ml atau pengenceran yang lebih tinggi lagi untuk air yang tercemar

atau air pengolahan.

- Dengan konsentrasi media LTB: 71,2 gr/L = 10ml sampel

- Dengan konsentrasi media LTB: 35,6 gr/L = 1;0,1ml sampel

b. Masukkan sampel yang sudah dihomogenkan secara aseptik ke dalam

masing-masing tabung media LTB.

c. Tabung-tabung dalam rak digoyang, supaya sampel air dengan media

bercampur rata.

d. Inkubasikan pada suhu 35◦C±0,5◦C selama 24 jam±2 jam.

- Reaksi dinyatakan positif bila terbentuk asam dan gas dalam tabung

fermentasi. Bila tidak ada reaksi asam atau gas, inkubasikan

kembali sampai 48 jam ±3jam.

e. Bila pada tabung fermentasi tidak terbentuk asam dan gas dalam waktu

48jam ± 3 jam, maka tes perkiraan dinyatakan negatif. Bila pada

tabung fermentasi terbentuk asam dan gas dalam waktu 48 jam ± 3

jam, maka tes perkiraan dinyatakan positif.

f. Kemudian tabung-tabungnya positif dilanjutkan ke tes penegasan.

Page 55: Marina Aprina.pdf

2. Tes Penegasan (Confirmation Test)

- Cara Pemeriksaan :

a. Setiap tabung yang positif pada tes perkiraan dikocok, kemudian

dipindahkan dengan ose ke dalam media tryptone water.

b. Inkubasikan pada incubator suhu 44,5◦C selama 24 jam ± 2 jam.

c. Setelah inkubasi, tambahkan 0,2 – 0,3 ml reagen kovacks ke dalam

masing-masing tabung tryptone water.

- Bila terbentuk cincin merah pada permukaan media, maka tes

penegasan dinyatakan postif.

- Bila tidak terbentuk cincin merah pada permukaan media, maka tes

penegasan dinyatakan negatif.

Hitung MPN Escherichia coli dengan menggunakan tabel MPN dari jumlah

tabung tryptone water yang positif Escherichia coli, jumlah tabung tryptone water

yang positif dibaca pada tabel MPN.

3.8. Defenisi Operasional

1. Kualitas mikrobiologis air sumur gali adalah kualitas air yang memenuhi

persyaratan kualitas mikrobiologis air.

2. Pengelolaan sampah di rumah tangga adalah kegiatan yang terdiri dari:

a. Pemisahan sampah yaitu pemisahan sampah organik dan anorganik yang

dilakukan oleh keluarga di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun Kecamatan

Medan Marelan.

b. Tempat pembuangan sampah yaitu adanya tempat pembuangan sampah di

rumah tangga yang memenuhi syarat.

Page 56: Marina Aprina.pdf

c. Metode pemusnahan sampah yaitu cara yang dilakukan setiap keluarga

untuk meniadakan sampah yang dihasilkan di rumah tangga.

3. Kejadian diare adalah keadaan yang dialami oleh anggota keluarga di

Lingkungan 20 Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan berupa buang

air besar lebih dari tiga kali dalam sehari dan konsistensinya cair dalam 6

bulan terakhir.

3.9. Aspek Pengukuran

1. Pengukuran kualitas mikrobiologis air (Total coliform dan Escherichia coli)

dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium (berdasarkan Permenkes no.416

tahun 1990).

a. Memenuhi persyaratan apabila kandungan coliform dalam air bersih

dalam jumlah per 100ml air adalah 50 dan kandungan Escherechia coli 0.

b. Tidak memenuhi persyaratan apabila kandungan coliform dalam jumlah per

100ml air bersih > 50 dan kandungan Escherechia coli > 0.

2. Pengukuran untuk variabel pengelolaan sampah di rumah tangga yaitu :

a. Pemisahan sampah (Dwiyatmo, 2007)

1. Ya, jika melakukan pemisahan sampah organik dan anorganik.

2. Tidak, jika tidak melakukan pemisahan sampah organik dan anorganik

b. Tempat pembuangan sampah (Azwar, 1996)

1. Memenuhi syarat, jika tempat pembuangan sampah di rumah kuat,

memiliki tutup, dan kedap air.

2. Tidak memenuhi syarat, jika tempat pembuangan sampah di rumah :

a. kuat, tidak memiliki tutup, dan tidak kedap air.

Page 57: Marina Aprina.pdf

b. tidak kuat, tidak memiliki tutup, dan tidak kedap air.

c. Metode pemusnahan sampah

1. Baik, jika sampah rumah tangga diangkut oleh petugas kebersihan.

2. Tidak baik, jika sampah rumah tangga dibakar, dibuang sembarangan

atau dibuang ke sungai.

3. Pengukuran kejadian diare yaitu :

1. Ya, jika ada anggota keluarga menderita diare dalam 6 bulan terakhir.

2. Tidak, jika anggota keluarga tidak menderita diare dalam 6 bulan terakhir.

3.10. Analisa Data

Data yang diperoleh lalu dikumpulkan, diedit untuk memeriksa kelengkapan

data, dan diberi kode untuk memudahkan proses entri data.Selanjutnya dilakukan

analisa data yang meliputi:

3.10.1. Analisa Univariat

Analisa data dengan mendistribusikan variabel-variabel penelitian yaitu

kualitas mikrobiologis air sumur gali (Total coliform dan Escherechia coli) yang

telah diperiksa di laboratorium dan dibandingkan dengan Permenkes No.416 Tahun

1990, data tentang pengelolaan sampah di rumah tangga, serta kejadian diare.

3.10.2. Analisa Bivariat

Variabel Kualitas mikrobiologis air bersih, pengelolaan sampah di rumah

tangga, dan kejadian diare akan dianalisa dengan menggunakan uji chi-square, untuk

melihat hubungan antara variabel. Menggunakan taraf kepercayaan 95% (α = 0,05),

jika syarat uji chi-square tidak terpenuhi maka digunakan uji exact fisher.

Page 58: Marina Aprina.pdf

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Keadaan Geografi

Kelurahan Terjun merupakan salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan

Medan Marelan. Kelurahan Terjun terdiri atas 22 lingkungan dengan luas wilayah

16,05 Km2. Kelurahan Terjun memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : P. Sicanang Medan Labuhan

b. Sebelah Selatan : Kelurahan Tanah 600 Medan Marelan

c. Sebelah Barat : Kecamatan Hamparan Perak Deli Serdang

d. Sebelah Timur : Kelurahan Paya Pasir / Rengas Pulau Medan Marelan.

4.1.2. Gambaran Kependudukan

Kelurahan Terjun memiliki jumlah penduduk sebanyak 26.113 jiwa dengan

jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 6378 KK. Jumlah penduduk perempuan

lebih banyak sebesar 13.451 jiwa (51,51%) dibandingkan jumlah penduduk laki-laki

sebesar 12.662 jiwa (48,49%). Dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut ini.

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Kelurahan Terjun Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2012

No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1. Laki-laki 12.662 48,49 2. Perempuan 13.451 51,51

Jumlah 26.113 100,00 Sumber: Profil Kelurahan Terjun Tahun 2012

Dilihat dari segi pekerjaan, penduduk di Kelurahan Terjun paling banyak

bekerja sebagai wiraswata sebesar 2447 jiwa (30, 49%).

Page 59: Marina Aprina.pdf

Tabel 4.2. Distribusi Pekerjaan di Kelurahan Terjun Tahun 2012 No. Pekerjaan Jumlah Persentase

1. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 250 3,11 2. TNI AD, AU, AL 82 1,02 3. Tenaga Medis 62 0,77 4. POLRI 51 0,63 5. Guru 158 1,97 6. Tani 2.015 25,11 7. Nelayan 1.034 12,88 8. Pegawai BUMN 90 1,12 9. Wiraswasta 2.447 30,49 10. Pedagang 629 7,84 11. Dan lain – lain 1.208 15,05 Jumlah 8.026 100,00

Sumber : Profil Kelurahan Terjun Tahun 2012

4.1.3. Keadaan Kesehatan

a. Keadaan Penyakit Terbesar di Puskesmas

Pada tabel di bawah ini dapat dilihat 10 penyakit terbesar yang diderita

penduduk dalam dua tahun terakhir.

Tabel 4.3. Distribusi Penyakit Terbesar di Puskesmas Terjun Tahun 2011 No. Nama Penyakit Jumlah Persentase

1. ISPA 2.807 33,80 2. DIARE 1.779 21,40 3. GIGI 1.536 18,50 4. GASTERITIS 479 5,80 5. HIPERTENSI 490 5,90 6. P.DM 359 4,30 7. MATA 331 4,00 8. TB PARU 310 3,70 9. SCABIES 117 1,40 10. KECACINGAN 93 1,10 Jumlah 1.257 100,00

Sumber : Data Pusksesmas Terjun Tahun 2011

Page 60: Marina Aprina.pdf

Berdasarkan tabel 4.3. diketahui bahwa diare menempati urutan kedua tertinggi

yaitu sebanyak 1779 penderita (21,40%). Kejadian diare dapat disebabkan

diantaranya karena ketersediaan air bersih bagi penduduk.

4.1.4. Sarana Air Bersih Penduduk

Sarana air bersih yang digunakan oleh penduduk di Kelurahan Terjun pada

Lingkungan 20 adalah sumur gali dan sumur bor.

Tabel 4.4. Distribusi Jumlah Sarana Air Bersih di Kelurahan Terjun Tahun 2012

No. Jenis Sarana Jumlah Persentase

1. Sumur Gali 75 50,00 2. Sumur Bor 75 50,00 Jumlah 150 100,00

Berdasarkan Tabel 4.4. diketahui bahwa penduduk di Lingkungan 20

Kelurahan Terjun menggunakan sumur gali dan sumur bor sebagai sarana air bersih

masing-masing sebanyak 50% penduduk.

4.2. Analisa Univariat

Berdasarkan wawancara dan hasil observasi di Lingkungan 20 Kelurahan

Terjun, hasil yang didapat di lapangan adalah sebagai berikut.

4.2.1. Gambaran Karakteristik Responden

Gambaran karakteristik responden yang meliputi umur dan pekerjaan dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Page 61: Marina Aprina.pdf

Tabel 4.5. Distribusi Karakteristik Responden Kelurahan Terjun Tahun 2013

No. Karakteristik Responden Jumlah Persentase 1. Umur (tahun) a. 15 – 24 4 13,30 b. 25 – 49 16 53,30 c. >50 10 33,30

Jumlah 30 100,00 2. Pekerjaan a. Ibu Rumah Tangga 18 60,00 b. Pedagang 9 30,00 c. Pegawai Swasta 1 3,30 d. Buruh 2 6,70

Jumlah 30 100,00

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 responden, paling banyak

responden berusia antara 25 – 49 tahun yaitu 16 orang (53,30%). Untuk pekerjaan,

paling banyak responden bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu 18 orang (60,00%).

4.2.2. Gambaran Konstruksi Sumur Gali

Hasil observasi di lapangan dapat dijelaskan konstruksi sumur gali di

Lingkungan 20 Kelurahan Terjun sebagai berikut.

Tabel 4.6. Gambaran Konstruksi Sumur Gali di Kelurahan Terjun Tahun 2013

No. Konstruksi Sumur Gali Jumlah Persentase

A. Tutup Sumur 1. Ada 4 13,30 2. Tidak 26 86,70 Jumlah 30 100,00 B. Bibir Sumur 1. > 80 cm, bahan kedap air 26 86,70 2. < 80 cm, bahan kedapair 4 13,30 Jumlah 30 100,00 C. Cincin Sumur 1. 3 m, bahan kedap air 28 93,30 2. < 3 m, bahan kedap air 2 6,70 Jumlah 30 100,00 D. Lantai Sumur

Page 62: Marina Aprina.pdf

1. 1 m atau lebih, kedap air 30 100,00 Jumlah 30 100,00 E. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) 1. 10 m, kedap air 16 53,30 2. < 10 m, kedap air 14 46,70 Jumlah 30 100,00 F. Jarak dengan Pembuangan Limbah (Parit) 1. > 10 m 16 53,30 2. < 10 m 14 46,70 Jumlah 30 100,00

Berdasarkan tabel 4.6. diketahui bahwa sumur gali yang memiliki tutup

sebanyak 4 sumur (13,30%) dan tidak memiliki tutup sebanyak 26 sumur (86,70%),

bibir sumur yang > 80 cm dan bahan kedap air sebanyak 26 sumur (86,70%) dan bibir

sumur < 80 cm sebanyak 4 sumur (13,30%), cincin sumur yang 3 m dan bahan kedap

air sebanyak 28 sumur (93,30%) dan cincin < 3 m sebanyak 2 sumur (6,70%),

keseluruhan lantai sumur (100,00%) adalah 1 m atau lebih dan kedap air, SPAL yang

10 m dan kedap air sebanyak 16 sumur (53,30%) dan SPAL < 10 m sebanyak 14

sumur (46,70%), dan jarak dengan pembuangan limbah (parit) yang > 10m sebanyak

16 sumur (53,30%) dan < 10 m sebanyak 14 sumur (46,70%).

Berdasarkan pada sumur gali yang diperiksa, keseluruhan sumur gali tidak

memenuhi syarat kesehatan karena tidak memiliki satu atau lebih konstruksi

persyaratan yang telah ditetapkan.

Lanjutan Tabel 4.6.

Page 63: Marina Aprina.pdf

4.2.3. Kualitas Fisik Air Sumur Gali

Gambaran kualitas fisik air sumur gali di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun

dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.7. Kualitas Fisik Air Sumur Gali di Kelurahan TerjunTahun 2013 No. Kualitas Fisik Air Sumur Gali Jumlah Persentase

1.

Jerni Berwarna a. Ya b. Tidak

16 14

53,30 46,70

Jumlah 30 100,00 2. Berasa

a. Ya b. Tidak

16 14

53,30 46,70

Jumlah 30 100,00 3. Berbau

a. Ya b. Tidak

16 14

53,30 46,70

Jumlah 30 100,00 Berdasarkan tabel 4.7. diketahui bahwa air sumur yang berwarna, berasa, dan

berbau sebanyak 16 air sumur (53,30%), sedangkan air sumur yang tidak berwarna,

tidak berasa, dan tidak berbau sebanyak 14 air sumur (46,70%).

4.2.4. Gambaran Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali

Gambaran kualitas mikrobiologis air sumur gali di Kelurahan Terjun di

Lingkungan 20 dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Hasil ini kemudian akan

dibandingkan dengan Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990. Dimana kualitas

air bersih yang memenuhi syarat yaitu Total coliform < 50/100ml sampel air dan

Escherichia coli 0.

Page 64: Marina Aprina.pdf

Tabel 4.8. Gambaran Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali di Kelurahan Terjun Tahun 2013

No Sampel Hasil

Pemeriksaan Total

coliform

Persyara- Tan

Ket Hasil Pemeriksaan Escherecia

coli

Persyara- tan

Ket

1. Sampel 1 1600

50/100 sampel

TMS 70

0

TMS 2. Sampel 2 48 MS < 1,8 MS 3. Sampel 3 48 MS < 1,8 MS 4. Sampel 4 48 MS < 1,8 MS 5. Sampel 5 220 TMS 9,3 TMS 6. Sampel 6 >1600 TMS 48 TMS 7. Sampel 7 1600 TMS 350 TMS 8. Sampel 8 540 TMS 49 TMS 9. Sampel 9 920 TMS 240 TMS 10. Sampel 10 920 TMS 240 TMS 11. Sampel 11 1600 TMS 39 TMS 12. Sampel 12 4,5 MS 4,5 TMS 13. Sampel 13 6,8 MS 6,8 TMS 14. Sampel 14 6,8 MS 6,8 TMS 15. Sampel 15 1600 TMS 47 TMS 16. Sampel 16 1600 TMS 47 TMS 17. Sampel 17 1600 TMS 47 TMS 18. Sampel 18 1600 TMS 47 TMS 19. Sampel 19 1600 TMS 47 TMS 20. Sampel 20 1600 TMS 33 TMS 21. Sampel 21 1600 TMS 47 TMS 22. Sampel 22 >1600 TMS 47 TMS 23. Sampel 23 6,8 MS 6,8 TMS 24. Sampel 24 6,8 MS 6,8 TMS 25. Sampel 25 1600 TMS 110 TMS 26. Sampel 26 >1600 TMS 79 TMS 27. Sampel 27 >1600 TMS 49 TMS 28. Sampel 28 1600 TMS 110 TMS 29. Sampel 29 >1600 TMS 23 TMS 30. Sampel 30 1600 TMS 49 TMS Keterangan : MS : Memenuhi Syarat TMS : Tidak Memenuhi Syarat

Page 65: Marina Aprina.pdf

Tabel 4.9. Gambaran Kualitas Mikrobiologis (Total coliform) Air Sumur Gali

Kelurahan Terjun Tahun 2013 No. Kualitas Total coliform Jumlah Persentase

1. Memenuhi Syarat 8 26,70 2. Tidak Memenuhi Syarat 22 73,30 Jumlah 30 100,00

Berdasarkan tabel 4.9. diketahui bahwa dari 30 sampel, terdapat 22 sampel

(73,30%) yang tidak memenuhi syarat kualitas mikrobiologis (Total coliform),

sedangkan 8 sampel (26,70%) memenuhi syarat kualitas mikrobiologis (Total

coliform) yang ditetapkan sesuai dengan Permenkes RI. No 416 Tahun 1990.

Tabel 4.10. Gambaran Kualitas Mikrobiologis (Escherichia coli) Air Sumur Gali di Kelurahan Terjun Tahun 2013

No. Kualitas Escherechia coli Jumlah Persentase

1. Memenuhi Syarat 3 10,00 2. Tidak Memenuhi Syarat 27 90,00 Jumlah 30 100,00

Berdasarkan tabel 4.10. diketahui bahwa dari 30 sampel, terdapat 27 sampel

(90,00%) yang tidak memenuhi syarat kualitas mikrobiologis (Escherichia coli),

sedangkan 3 sampel (10,00%) memenuhi syarat kualitas mikrobiologis (Escherichia

coli) yang ditetapkan sesuai dengan Permenkes RI. No 416 Tahun 1990.

4.2.5. Gambaran Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga

Gambaran pengelolaan sampah di rumah tangga dapat dilihat pada tabel

berikut ini.

Page 66: Marina Aprina.pdf

Tabel 4.11. Gambaran Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga oleh Keluarga di Kelurahan Terjun Tahun 2013

No. Pengelolaan Sampah Jumlah Persentase

A. Pemisahan Sampah 1. Ya 0 0 2. Tidak 30 100,00 Jumlah 30 100,00 B. Penyediaan Tempat Pembuangan Sampah 1. Memenuhi Syarat 0 0 2. Tidak Memenuhi Syarat 30 100,00 Jumlah 30 100,00 B.1. Membersihkan Tempat Pembuangan Sampah 1. Ya 23 76,70 2. Tidak 7 23,30 Jumlah 30 100,00 B.2. Waktu Membersihkan Tempat Pembuangan Sampah 1. Setiap hari 13 56,52 2. Sekali dalam seminggu 10 43,48 Jumlah 23 100,00 B.3. Terdapat Sisa Bahan Cair 1. Ya 10 33,30 2. Tidak 20 66,70 Jumlah 30 100,00 B.4. Keberadaan Lalat di sekitar Tempat Pembuangan Sampah 1. Ya 10 33,30 2. Tidak 20 66,70 Jumlah 30 100,00 B.5. Jumlah Lalat 1. Tinggi (6 – 20) 3 30,00 2. Sedang (3 – 5) 7 70,00 Jumlah 10 100,00 C. Metode Pemusnahan Sampah 1. Baik 25 83,30 2. Tidak baik 5 16,70 Jumlah 30 100,00

Berdasarkan tabel 4.11. diketahui bahwa tidak ada keluarga yang melakukan

pemisahan sampah, tidak ada keluarga yang menyediakan tempat pembuangan

sampah yang memenuhi syarat, dan metode pemusnahan sampah secara baik yaitu

Page 67: Marina Aprina.pdf

dengan cara diangkut oleh petugas sebanyak 25 keluarga (83,30%) dan secara tidak

baik yaitu dengan cara dibakar sebanyak 5 keluarga (16,70%).

Tabel 4.12. Gambaran Tabulasi Silang Membersihkan Tempat Pembuangan Sampah dengan Kejadian Diare di Kelurahan Terjun Tahun 2013

No. Membersihkan tempat

pembuangan sampah Kejadian diare Jumlah

Ya Tidak 1. Ya 8 15 23 2. Tidak 2 5 7 Jumlah 10 20 30

Berdasarkan pada tabel 4.12. diketahui bahwa dari 23 keluarga yang

membersihkan tempat pembuangan sampah terdapat 8 orang yang menderita diare

dan 15 orang yang tidak menderita diare. Sedangkan dari 7 orang yang membersihkan

tempat pembuangan sampah terdapat 2 orang yang menderita diare dan 5 orang yang

tidak menderita diare.

Tabel 4.13. Gambaran Tabulasi Silang Waktu Membersihkan Tempat Pembuangan Sampah dengan Kejadian Diare di Kelurahan Terjun Tahun 2013

No. Waktu membersihkan tempat

pembuangan sampah Kejadian diare Jumlah

Ya Tidak 1. Setiap hari 5 8 13 2. Sekali dalam seminggu 3 7 10 Jumlah 8 15 23

Berdasarkan pada tabel 4.13. diketahui bahwa dari 13 orang yang

membersihkan tempat pembuangan sampah setiap hari terdapat 5 orang yang

menderita diare dan 8 orang yang tidak menderita diare. Sedangkan dari 10 orang

yang membersihkan tempat pembuangan sampah sekali dalam seminggu terdapat 3

orang yang menderita diare dan 7 orang yang tidak menderita diare.

Page 68: Marina Aprina.pdf

Tabel 4.14. Gambaran Tabulasi Silang Keberadaan Lalat di Tempat Pembuangan Sampah dengan Kejadian Diare di Kelurahan Terjun Tahun 2013

No. Keberadaan lalat di tempat

pembuangan sampah Kejadian diare Jumlah

Ya Tidak 1. Ya 5 5 10 2. Tidak 5 15 20 Jumlah 10 20 30

Berdasarkan pada tabel 4.14. diketahui bahwa dari 10 rumah yang disekitar

tempat pembuangan sampah terdapat keberadaan lalat ada 5 rumah yang anggota

keluarga menderita diare dan 5 orang yang tidak menderita diare. Sedangkan dari 20

rumah disekitar tempat pembuangan sampah tidak terdapat keberadaan lalat ada 5

rumah yang anggota keluarga menderita diare dan 15 orang yang tidak menderita

diare.

4.2.6. Gambaran Kejadian Diare pada Keluarga

Kejadian diare pada keluarga dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.15. Gambaran Kejadian Diare pada Keluarga di Kelurahan Terjun Tahun 2013

No. Kejadian Diare pada Keluarga Jumlah Persentase

1. Ya 10 33,30 2. Tidak 20 66,70 Jumlah 30 100,00

Berdasarkan tabel 4.15. diketahui bahwa keluarga yang mengalami kejadian

diare pada anggota keluarga adalah 10 keluarga (33,30%) yaitu 5 orang (50,00%)

termasuk usia balita (0-5 tahun), 3 orang (30,00%) dalam usia 8-16 tahun, dan 2

orang (20,00%) dalam usia 24-27 tahun dan yang tidak mengalami kejadian diare

pada anggota keluarga sebanyak 20 keluarga (66,70%). Lamanya diare yang diderita

Page 69: Marina Aprina.pdf

oleh anggota keluarga yaitu 3 – 7 hari. Pengobatan atau pertolongan pertama yang

dilakukan terhadap kejadian diare adalah pemberian obat/oralit sebanyak 8 orang

(80,00%) dan dibawa ke dokter/klinik sebanyak 2 orang (20,00%).

4.3. Analisa Bivariat

4.3.1. Hubungan Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali dengan Kejadian

Diare

Tabel 4.16. Hubungan Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali dengan Kejadian Diare di Kelurahan Terjun Tahun 2013

No. Kualitas

Mikrobiologis Air Kejadian Diare Total

Ya Tidak A. Total Coliform Jumlah % Jumlah % Jumlah % p 1. Memenuhi syarat 3 37,50 5 62,50 8 100,00 1,000 2. Tidak memenuhi

syarat 7 31,80 15 68,20 22 100,00

B. Escherichia coli Jumlah % Jumlah % Jumlah % p 1. Memenuhi syarat 2 66,70 1 33,30 3 100,00 0,251 2. Tidak memenuhi

syarat 8 29,60 19 70,40 27 100,00

Berdasarkan tabel 4.16. diketahui bahwa air sumur gali dengan kualitas Total

coliform yang memenuhi syarat proporsi keluarga yang menderita diare yaitu 37,50%

lebih kecil dari proporsi keluarga yang tidak menderita diare yaitu 62,50%.

Sedangkan air sumur gali dengan kualitas Total coliform yang tidak memenuhi syarat

proporsi anggota keluarga yang menderita diare lebih kecil yaitu 31,80% dari

proporsi keluarga yang tidak menderita diare yaitu 68,20%. Karena ada nilai expected

count yang <5 maka digunakan uji exact fisher, dan diperoleh nilai p (=1,000) >

0,05. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

Page 70: Marina Aprina.pdf

keberadaan Total coliform yang terkandung dalam air sumur gali dengan kejadian

diare pada keluarga.

Pada kualitas Escherichia coli yang memenuhi syarat proporsi keluarga yang

menderita diare yaitu 66,70% lebih besar dari proporsi keluarga yang tidak menderita

diare yaitu 33,30%. Sedangkan air sumur gali dengan kualitas Escherichia coli yang

tidak memenuhi syarat proporsi anggota keluarga yang menderita diare lebih kecil

yaitu 29,60% dari proporsi keluarga yang tidak menderita diare yaitu 70,40%. Karena

ada nilai expected count yang <5 maka digunakan uji exact fisher, dan diperoleh nilai

p (=0,251) > 0,05. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan

antara keberadaan Escherichia coli yang terkandung dalam air sumur gali dengan

kejadian diare pada keluarga.

Page 71: Marina Aprina.pdf

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Gambaran Konstruksi Sumur Gali

Hasil observasi di lapangan dapat dilihat bahwa keseluruhan sumur gali tidak

memenuhi syarat konstruksi secara lengkap. Peneliti berasumsi bahwa konstruksi

sumur yang tidak memenuhi syarat karena beberapa faktor, diantaranya penduduk

yang tidak mengetahui tentang sumur yang memenuhi syarat kesehatan dan

dampaknya bagi kesehatan jika syarat tersebut tidak terpenuhi, khususnya syarat jarak

sumur dengan sumber pencemaran yaitu septic tank.

Sumur gali ada yang memakai pompa dan yang tidak memakai pompa. Syarat

konstruksi pada sumur gali tanpa pompa meliputi dinding sumur, bibir sumur, lantai

sumur, serta jarak dengan sumber pencemar. Sumur gali sehat harus memenuhi

persyaratan yang telah ditetapkan (Entjang, 2000).

Hasil pengamatan yang dilakukan terhadap cincin sumur yang memenuhi

syarat konstruksi sebanyak 28 sumur (93,30%). Terdapat beberapa sumur yang

dinding sumurnya dibuat dari riol sumur yang setiap riolnya berukuran 1 meter. Jarak

antara satu riol dengan riol lainnya tidak disemen, sehingga memungkinkan kuman

atau bakteri dapat masuk melalui sela-sela dinding tersebut.

Menurut Entjang (2000) bahwa dinding sumur gali memiliki jarak

kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding harus terbuat dari tembok yang

kedap air (disemen). Hal tersebut bertujuan agar tidak terjadi perembesan

air/pencemaran oleh bakteri dengan karakteristik habitat hidup pada jarak tersebut.

Page 72: Marina Aprina.pdf

Selanjutnya pada kedalaman 1,5 meter dinding berikutnya terbuat dari pasangan batu

bata tanpa semen sebagai bidang perembesan dan penguat dinding sumur.

Dilihat dari konstruksi sumur gali yaitu bibir sumur, terdapat 26 sumur

(86,70%) yang memenuhi syarat yaitu > 80cm dan bahan kedap air. Pada umumnya

bibir sumur gali telah memenuhi syarat yang telah ditetapkan. Masih ada penduduk

yang menggunakan timba untuk mengambil air secara langsung, dapat diasumsikan

walaupun bibir sumur telah memenuhi syarat namun air sumur dapat tercemar dari

timba bila diletakkan di sembarang tempat. Menurut Chandra (2007), bibir sumur gali

merupakan dinding yang membatasi mulut sumur dan merupakan satu kesatuan

dengan dinding sumur. Bibir sumur harus dibuat setinggi ≥ 70 cm dari permukaan

tanah. Tujuannya agar air sumur gali terlindung dari kontaminasi air kotor dari luar

sumur dan tidak membahayakan seseorang yang akan mengambil air sumur gali.

Terutama anak-anak yang dikhawatirkan dapat terjatuh kedalam sumur. Menurut

Entjang (2000) keadaan konstruksi dan cara pengambilan air sumur pun dapat

merupakan sumber kontaminasi. Misalnya sumur dengan konstruksi terbuka dan

pengambilan air dengan timba. Sumur dianggap mempunyai tingkat perlindungan

sanitasi yang baik bila tidak terdapat kontak langsung antara manusia dengan air di

dalam sumur.

Lantai sumur merupakan syarat konstruksi yang harus dipenuhi. Berdasarkan

hasil obsevasi bahwa keseluruhan lantai sumur memenuhi syarat yaitu lebar lantai

sumur 1m atau lebih dan kedap air. Menurut Chandra (2007), lantai harus terbuat dari

semen dan lebarnya lebih kurang satu meter ke seluruh arah melingkari sumur dengan

Page 73: Marina Aprina.pdf

kemiringan sekitar sepuluh derajat ke arah tempat pembuangan air. Tujuannya agar

air limbah dari hasil kegiatan di sumur tidak merembes kembali ke sumur.

Tutup sumur juga merupakan hal yang harus dipenuhi untuk menghindari

pencemaran air sumur. Untuk mencegah pengotoran dan pencemaran maupun

kecelakaan pada saat sumur gali tidak digunakan maka sumur gali perlu memiliki

tutup sumur yang kuat dan rapat (Pusdiklat Pegawai Departemen Kesehatan RI,

1986).

Berdasarkan pada hasil observasi, terdapat 4 sumur (13,30%) yang memiliki

tutup sumur. Tutup sumur gali terbuat dari papan/kayu yang digunakan pada malam

hari saja. Sebagian besar penduduk belum menyadari bahwa tutup sumur dapat

mencegah terjadinya pencemaran pada air sumurnya.

Saluran pembuangan air limbah (SPAL) juga hal yang harus diperhatikan

dan dipenuhi. SPAL yang tidak memenuhi syarat dapat menyebabkan limbah hasil

kegiatan di sekitar sumur dapat kembali meresap ke dalam sumur. Menurut Entjang

(2000) saluran pembuangan air limbah sumur dibuat dari tembok yang kedap air dan

panjangnya sekurang-kurangnya 10 m. Dari 30 sumur, terdapat 14 sumur (46,70%)

yang saluran pembuangan air limbah yang < 10 m dan kedap air. Berdasarkan pada

hasil wawancara, jika terjadi hujan lebat secara terus-menerus maka air sumur dapat

menjadi seperti bau parit karena masuknya air limbah (parit) ke dalam sumur melalui

saluran pembuangan air limbah.

Hal yang harus diperhatikan juga adalah jarak sumur dengan sumber

pencemaran. Jika dilihat dari syarat lokasi atau jarak terhadap sumber pencemaran

yaitu septic tank, keseluruhan sumur gali tidak memenuhi syarat kesehatan karena

Page 74: Marina Aprina.pdf

jarak sumur dengan septic tank < 10 m. Hal ini dapat diasumsikan bahwa air sumur

gali beresiko tercemar oleh mikrobiologi dari sumber pencemaran tersebut.

Menurut Entjang (2000) sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan

tanah yang relatif dekat dari permukaan tanah. Oleh karena itu, sumur gali sangat

mudah terkontaminasi melalui rembesan. Umumnya rembesan berasal dari tempat

buangan kotoran manusia dan hewan juga dari limbah sumur itu sendiri, baik karena

lantainya maupun saluran air limbahnya yang tidak kedap air.

Keseluruhan sumur yang diobservasi tidak ada yang memenuhi semua syarat

konstruksi. Hal ini dapat diasumsikan bahwa sumur yang digunakan rentan terhadap

pencemaran. Sejalan dengan penelitian Marsono (2009) di Kecamatan Klaten Utara,

Kabupaten Klaten yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara kandungan

bakteriologis air sumur dengan konstruksi/ bangunan sumur.

5.2. Kualitas Fisik Air Sumur Gali

Hasil pemeriksaan secara organoleptik di lapangan untuk warna, bau dan rasa

air diketahui bahwa dari 30 sampel, terdapat 14 sampel (46,70%) yang memenuhi

syarat dan 16 sampel (53,30%) lainnya tidak memenuhi syarat. Bahkan ada air yang

berwarna hitam dan berbau seperti air parit.

Menurut Suripin (2004) air murni tidak berwarna, berasa, dan berbau. Warna

dalam air dapat diakibatkan oleh adanya material yang larut atau koloid dalam

suspensi atau mineral. Menurut Soemirat (2007) air yang berbau selain tidak estetis

juga tidak diterima oleh masyarakat. Bau air dapat memberi petunjuk akan kualitas

air, bau anyir dikarenakan oleh karena adanya alga. Air biasanya tidak memberi rasa

atau tawar. Air yang tidak tawar dapat menunjukkan adanya berbagai zat yang dapat

Page 75: Marina Aprina.pdf

membahayakan kesehatan. Bau dan rasa dapat dihasilkan oleh kehadiran organisme

dalam air dan adanya gas-gas seperti H2S.

5.3. Kualitas Mikrobiologis Air Sumur

Sumber air bersih yang digunakan oleh penduduk Lingkungan 20 Kelurahan

Terjun adalah air sumur gali. Sumur gali yang ada di lingkungan tersebut memiliki

kedalaman sekitar 5 – 8 meter. Berdasarkan pada hasil pemeriksaan di laboratorium

terdapat 22 sampel (73,30%) yang keberadaan Total coliform dalam air sumur tidak

memenuhi syarat dan terdapat 27 sampel (90,00%) yang keberadaan Escherichia coli

dalam air sumur tidak memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan Permenkes no.416

Tahun 1990.

Keberadaan sumber pencemaran seperti septic tank < 10 meter dari sumur

gali dan pada beberapa rumah satu septic tank dibagi untuk empat rumah penduduk,

hal ini diasumsikan memungkinkan terjadinya pencemaran air sumur oleh bakteri-

bakteri dari sumber pencemaran tersebut.

Menurut penelitian Putra (2010) bahwa keberadaan bakteri coliform dalam air

sumur gali yang terdapat di Desa Patumbak dimungkinkan oleh keadaan sarana fisik

sumur gali yang tidak memenuhi syarat konstruksi dan dekat dengan sumber

pencemaran seperti sampah, kakus, dan tempat pembuangan air limbah yang

memungkinkan air dapat terkontaminasi oleh bahan-bahan kontaminan yang dapat

mengandung bakteriologi.

5.3.1. Hubungan Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali dengan Kejadian

Diare pada Keluarga

Page 76: Marina Aprina.pdf

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square menunjukkan bahwa

kualitas mikrobiologis air sumur gali yaitu Total coliform dan Escherichia coli tidak

memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian diare pada keluarga di

Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.

Syarat menggunakan uji chi-square tidak terpenuhi, maka digunakan uji

exact fisher. Hasil analisis dengan menggunakan uji exact fisher diperoleh nilai p

(=1,00) > 0,05, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara kualitas

mikrobiologis air sumur gali (Total Coliform) dengan kejadian diare yang terjadi

pada keluarga di Kelurahan Terjun Kecamatan Kecamatan Medan Marelan tahun

2013. Begitu juga dengan keberadaan Escherichia coli bahwa hasil analisis dengan

menggunakan uji exact fisher diperoleh nilai p (=0,251) > 0,05, artinya tidak ada

hubungan yang signifikan antara kualitas mikrobiologis air sumur gali (Escherichia

coli) dengan kejadian diare yang terjadi pada keluarga di Kelurahan Terjun

Kecamatan Medan Marelan.

Penduduk Kelurahan Terjun mendapatkan air bersih dari sumur gali , sumur

bor dan Air PDAM. Di lingkungan 20 , penduduk memperoleh air bersih dari sumur

gali dan sumur bor. Air sumur digunakan untuk keperluan minum, masak, mencuci,

mandi, dan kakus. Sebagian besar penduduk sudah menggunakan air galon kemasan

untuk masak dan minum. Bagi penduduk yang masih menggunakan air sumur untuk

memasak dan air minum, berdasarkan pada hasil wawancara bahwa mereka memasak

air sampai mendidih hingga mencapai titik didih 100◦C, dimana bakteri Eschericia

coli akan mati pada suhu tersebut. Menurut Pratiwi (2008) salah satu faktor yang

memengaruhi pertumbuhan bakteri adalah suhu. Bakteri mempunyai tingkat suhu

Page 77: Marina Aprina.pdf

tertentu untuk pertumbuhan dirinya. Bakteri Escherichia coli termasuk bakteri

golongan mesofilik yang dapat tumbuh pada suhu minimal 15 - 20ºC, optimal pada

suhu 20 - 45ºC.

Selain itu, air sumur yang digunakan dapat mengkontaminasi peralatan makan

(piring, sendok, gelas, dan lainnya) pada saat mencuci piring. Menurut Depkes RI

(2003) setiap peralatan makan harus selalu dijaga kebersihannya. Alat makan belum

terjamin kebersihannya karena pada alat makan telah tercemar bakteri Escherichia

coli yang menyebabkan alat makan tidak memenuhi syarat kesehatan. Untuk itu,

diperlukan pencucian peralatan makan sangat penting diketahui secara mendasar

dengan pencucian secara baik akan menghasilkan peralatan yang bersih dan sehat

pula. Berdasarkan penelitian Pohan (2009) bahwa kandungan Escherichia coli pada

peralatan makan yaitu piring, gelas dan sendok yang digunakan oleh pedagang

makanan di Pasar Petisah Medan tidak mengandung Escherichia coli.

Menurut Dirgantara (2010), Bakteri coliform merupakan golongan

mikroorganisme yang lazim digunakan sebagai indikator, di mana bakteri ini dapat

menjadi sinyal untuk menentukan suatu sumber air telah terkontaminasi oleh patogen

atau tidak. Bakteri coliform merupakan organisme yang biasanya tidak berbahaya.

Coliform total kemungkinan bersumber dari lingkungan.

Angka kejadian diare di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun tidak begitu tinggi.

Dari 30 keluarga, terdapat 10 keluarga (33,30%) yang salah satu anggota keluarganya

menderita diare. Sekitar 50% yang menderita diare adalah anak balita, 30,00%

dalam usia 8-16 tahun, dan 20,00% dalam usia 24-27 tahun, lama diare yang dialami

adalah 3 – 7 hari. Anggota keluarga yang menderita diare diberikan pertolongan

Page 78: Marina Aprina.pdf

pertama dengan memberikan oralit ataupun obat-obatan yang biasa dibeli di warung,

dan ada juga yang berobat ke dokter/klinik jika diare yang dialami tidak juga sembuh.

Kejadian diare yang tidak begitu tinggi di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun

diasumsikan karena sebagian penduduk yang tidak lagi menggunakan air sumur

untuk memasak dan minum.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Nuswantari (2010) tentang hubungan

antara kualitas air bersih dengan kejadian diare di wilayah Puskesmas I Sokaraja

Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

nilai p > 0,05, tidak ada hubungan antara kualitas air bersih dengan kejadian diare.

5.4. Gambaran Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga

Pengelolaan sampah di rumah tangga, terdiri dari tiga tahapan berikut:

5.4.1. Pemisahan Sampah

Sampah yang dihasilkan di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun tidak dipisahkan

antara sampah organik dan anorganik. Berdasarkan hasil wawancara, para ibu rumah

tangga sudah memiliki pengetahuan tentang pemisahan sampah di rumah, namun

belum ada tindakan yang diambil. Mereka membuang sampah organik dan anorganik

pada tempat penbuangan sampah yang sama. Sebagian mereka ada yang membuang

sampah basah seperti sampah-sampah potongan-potongan ikan atau ayam ke tempat

sampah yang jauh dari rumah. diasumsikan bahwa hal tersebut dapat mencegah

datangnya vektor seperti lalat di tempat pembuangan sampah tersebut.

Menurut Suprapto (2005), lalat biasa hidup di tempat-tempat yang kotor dan

tertarik akan bau yang busuk. Benda-benda yang bau busuk juga merupakan makanan

Page 79: Marina Aprina.pdf

lalat. Sampah terutama sampah basah, cepat berbau busuk, sehingga merupakan

tempat berkembang biak dan tempat makanan lalat.

5.4.2. Penyediaan Tempat Pembuangan Sampah

Pada umumnya penyediaan tempat pembuangan sampah di rumah penduduk

di Kelurahan Terjun, tidak memenuhi syarat. Tempat pembuangan sampah berada di

dapur, sekitar tempat mencuci piring dan halaman rumah yang berupa tong atau

keranjang plastik, berupa kantongan plastik atau goni, keranjang dari anyaman

bambu, dan wadah plastik. Tempat pembuangan sampah tidak ada yang memiliki

tutup, hal ini dapat menyebabkan banyak lalat yang akan hinggap di tempat sampah

tersebut. Menurut Dwiyatmo (2007) bahwa pemberian tutup bertujuan agar sampah

tidak menjadi sarang lalat. Tidak semua tempat pembuangan sampah kuat dan kedap

air. Ada tempat sampah berupa keranjang plastik berukuran kecil, digunakan sebagai

tempat pembuangan sampah sisa-sisa makanan yang berada di sekitar sumur atau

tempat mencuci piring.

Pada beberapa tempat pembuangan sampah terdapat sisa bahan cair, dapat

diasumsikan bahwa ini menjadi faktor yang dapat mengundang datangnya vektor

seperti lalat. Namun demikian, tempat pembuangan sampah yang ada dibersihkan

setiap hari oleh 13 keluarga (56,52%) atau sekali dalam seminggu oleh 10 keluarga

(43,48%). Sampah yang dibersihakan setiap hari anggota keluarga yang menderita

diare lebih kecil yaitu 5 keluarga dibandingakan dengan keluarga yang tidak

menderita diare sebanyak 8 keluarga. Sampah yang dibersihkan sekali dalam

seminggu anggota keluarga yang menderita diare lebih kecil yaitu 3 keluarga

dibandingkan dengan yang tidak menderita diare yaitu 7 keluarga. Hal ini dapat

Page 80: Marina Aprina.pdf

diasumsikan bahwa membersihkan tempat pembuangan sampah tidak menjadi salah

satu faktor yang menyebabkan kejadian diare pada keluarga.

Dapat dilihat pada beberapa tempat pembuangan sampah terdapat lalat yang

berterbangan dan hinggap disana. Banyaknya lalat yang hinggap dan terbang di

sekitar tempat pembuangan sampah termasuk dalam kategori sedang (3-5) pada 7

tempat pembuangan sampah (70,00%) dan kategori tinggi (6-20) pada 3 tempat

pembuangan sampah (30,00%). Keberadaan lalat dengan keluarga yang menderita

diare yaitu 5 keluarga sama dengan yang tidak menderita diare yaitu 6 keluarga.

Tidak adanya lalat dengan keluarga yang menderita diare lebih kecil yaitu 5 keluarga

dibandingkan dengan yang tidak menderita diare yaitu 15 keluarga.

Lalat dapat menjadi vektor dalam penyebaran penyakit diantaranya adalah

diare. Hal ini dapat diasumsikan bahwa lalat dapat berkembang biak dan

menyebarkan kuman-kuman yang terdapat dalam sampah tersebut kepada manusia

melalui makanan dan media penularan lainnya. Menurut Widyati dalam Junias (2008)

lalat adalah salah satu makhluk yang berperan dalam penyebaran kejadian diare,

bertindak sebagai agen atau vektor mekanis yang hanya bertindak sebagai alat

pemindah pasif.

5.4.3. Metode Pemusnahan Sampah

Tahapan terakhir dalam pengelolaan sampah yaitu tahap pembuangan

sampah, termasuk didalamnya pengangkutan sampah dan pemusnahan sampah. Pada

umumnya penduduk di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun melakukan pemusnahan

sampah dengan cara diangkut oleh petugas kebersihan dan dibakar. Sampah yang

diangkut oleh petugas dilakukan oleh 25 keluarga (83,30%). Sampah diangkut

Page 81: Marina Aprina.pdf

sebanyak > 2 kali dalam seminggu, penduduk membayar retribusi sampah sebesar

Rp. 8000 setiap bulannya. Kemudian sampah akan dibuang ke Tempat Pembuangan

Akhir Sampah (TPA) dengan sistem open dumping, sehingga sampah tidak lagi

terlihat berserakan dan mencegah datangnya lalat di sekitar tempat pembuangan

sampah sementara yang terletak di depan rumah. Sementara itu, ada penduduk yang

melakukan pemusnahan sampah dengan cara dibakar oleh 5 keluarga (16,70%).

Pembakaran yang dilakukan sekali dalam seminggu dan ada juga yang membakar

sampah setiap hari. Pembakaran sampah dilakukan di sekitar rumah penduduk. Hal

ini tentunya dapat menyebabkan pencemaran udara terhadap lingkungan sekitar.

Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang biaknya vektor

penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, dan lainnya. Selain itu, sampah dapat

mencemari tanah dan menimbulkan gangguan seperti bau yang tidak sedap. Oleh

karena itu pengelolaan sampah sangat penting, untuk mencegah penularan penyakit

tersebut. Sampah harus dikumpulkan setiap hari dan dibuang ke tempat penampungan

sementara. Bila tidak terjangkau oleh pelayanan pembuangan sampah ke tempat

pembuangan akhir dapat dilakukan pemusnahan sampah dengan cara ditimbun.

(Kemenkes RI, 2011).

Page 82: Marina Aprina.pdf

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan Terjun Kecamatan

Medan Marelan tentang hubungan kualitas mikrobiologis air sumur gali dan

pengelolaan sampah dengan kejadian diare, maka diperoleh kesimpulan sebagai

berikut :

1. Kualitas mikrobiologis air sumur gali yaitu Total coliform yang keberadaannya

tidak memenuhi syarat sesuai dengan Permenkes no.416 Tahun 1990 sebesar

73,30% dan keberadaan Escherichia coli yang tidak memenuhi syarat sebesar

90,00%.

2. Pengelolaan sampah di rumah tangga belum memenuhi syarat dilihat karena

seluruh rumah tangga tidak melakukan pemisahan antara sampah organik dan

anorganik, tidak menyediakan tempat pembuangan sampah yang memenuhi

syarat, dan metode pemusnahan sampah dilakukan dengan baik sebesar 83,30%

dan pemusnahan sampah tidak baik sebesar 16,70%.

3. Keluarga yang menderita diare, 50% adalah usia balita (0-5 tahun), 30% dalam

usia 8-16 tahun, dan 20% dalam usia 24-27 tahun.

4. Seluruh sumur gali tidak memenuhi syarat dilihat dari konstruksi sumur dan

jarak sumur < 10 m dengan sumber pencemaran yaitu septic tank.

5. Kualitas fisik air sumur yang memenuhi syarat sebesar 46,70%.

6. Tidak ada hubungan yang signifikan antara kualitas mikrobiologis air sumur gali

dengan kejadian diare pada keluarga.

Page 83: Marina Aprina.pdf

6.2. Saran

1. Perlu diadakannya sosialisasi oleh Puskesmas setempat terhadap penggunaan

saringan air yang benar agar air sumur layak digunakan sebagai sumber air bersih

dan sanitasi air bersih.

2. Hendaknya penduduk di Kelurahan Terjun menyediakan tempat pembuangan

sampah yang memenuhi syarat , melakukan pemisahan sampah di rumah tangga,

dan tetap menjaga perilaku sehat dalam penggunaan air.

3. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang hubungan faktor-faktor lainnya

terhadap kejadian diare di lingkungan tersebut.

Page 84: Marina Aprina.pdf

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, U. F 2000, Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah, UI Press, Jakarta.

Azwar, A 1996, Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Mutiara Sumber Widya, Jakarta.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI 2010, Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta.

Chandra, B 2006, Pengantar Kesehatan Lingkungan, EGC, Jakarta.

Depkes RI 2003, Keputusan Menteri Kesehatan RI No.715/Menkes/SK/V/2003 Tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Jasaboga, Jakarta.

_________2006, Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta.

Dinkes Provinsi Sumatera Utara 2011, Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010. Medan.

Dirgantara, P 2010, Bakteri Koliform yang Bersifat Anaerob, http://1sthumanwinner.wordpress.com/2010/12/16/hello-world/ , tanggal 12 Februari 2013.

Dwiyatmo, K 2007, Pencemaran Lingkungan dan Penanganannya, Citra Aji Pratama, Yogyakarta.

Entjang, I 2000, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Fardiaz, S 1992, polusi Air dan Udara, Kanisius, Yogyakarta.

Junias, M & Balelay, E 2008, Hubungan antara Pembuangan Sampah dengan Kejadian Diare pada Penduduk di Kelurahan Oesapa Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang, Jurnal MKM Desember 2008, Vol.3, No.2. PDII LIPI.

Kemenkes RI 2011, Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, www.depkes.go.id/downloads/Buletin%20Diare_Final(1).pdf, tanggal 29 September 2012.

__________ 2011, Buku Saku Petugas Kesehatan Lima Langkah Tuntaskan Diare, Jakarta.

Mansjoer, A 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1, Edisi III, Media Aesculapius, Jakarta.

Marsono, 2009, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Bakteorologis Air Sumur Gali di Permukiman di Desa Karanganom Kecamatan Klaten Utara Kabupaten Klaten, Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang.

Page 85: Marina Aprina.pdf

Mukono, 2006, Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan, Airlangga University Press, Surabaya.

Mulia, R 2005, Kesehatan Lingkungan, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Notoatmodjo, S 2007, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, Rineka Cipta, Jakarta.

Nuswantari, D.A 2010, Hubungan antara Kualitas Air Bersih dengan Kejadian Diare di Wilayah Puskesmas I Sokaraja Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas, Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, Semarang.

Permenkes RI No.416/MENKES/PER/IX/1990, Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air, Jakarta.

Pohan, D 2009, Pemeriksaan Escherichia coli pada Usapan Peralatan Makan yang Digunakan oleh Pedagang Makanan di Pasar Petisah Medan Tahun 2009, Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pratiwi, 2008, Mikrobiologi Farmasi, Erlangga.

Putra, B 2010, Analisa Kualitas Fisik, Bakteriologis, dan Kimia Air Sumur Gali serta Gambaran Keadaan Konstruksi Sumur Gali di Desa Patumbak Kampung Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang, Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.

Soemirat, J 2007, Kesehatan Lingkungan, UGM PRESS, Yogyakarta.

Sudoyo, A 2006, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Edisi IV, FK UI, Jakarta.

Suprapto, 2005, Dampak Masalah terhadap Kesehatan Masyarakat, Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia, vol.1 no.2, Universitas Sumatera Utara.

Suripin, 2004, Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air, Andi, Yogyakarta.

Undang-Undang no. 18 tahun 2008, Tentang Pengelolaan Sampah. Jakarta.

Undang-Undang no.36 tahun 2009, Tentang Kesehatan, Jakarta.

Ramaiah, S 2000, All You Wanted to Know About Diare, Gramedia, Jakarta.

WHO 1999, Penatalaksanaan dan Pencegahan Diare, Edisi III, EGC, Jakarta.

______ 2001, Laporan Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Widjaja, 2007, Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya, Erlangga, Jakarta.

Page 86: Marina Aprina.pdf

Widoyono, 2008, Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya, Erlangga, Jakarta.

-------------- 2011, Penyakit Tropis, Erlangga, Jakarta.

Widyadmoko, H & Moerdjoko, S 2002, Menghindari Mengolah dan Menyingkirkan Sampah, Abdi Tandur, Jakarta.

Page 87: Marina Aprina.pdf

Lampiran 1

KUESIONER HUBUNGAN KUALITAS MIKROBIOLOGIS AIR SUMUR GALI

DAN PENGELOLAAN SAMPAH DI RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA KELUARGA

DI KELURAHAN TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN

TAHUN 2013

I. Data Responden

1. Nomor responden :

2. Nama responden :

3. Umur Responden :

4. Pekerjaan :

5. Jumlah anggota keluarga : balita, dewasa

6. Umur anggota keluarga : 1.

2.

3.

4.

II. Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga

A. Pemisahan Sampah

1. Apakah ibu melakukan pemisahan antara sampah organik dan anorganik?

1. Ya

2. Tidak

2. Apakah dilakukan pengolahan lebih lanjut terhadap sampah-sampah

tersebut?

1. Ya

2. Tidak

B. Metode Pemusnahan Sampah

1. Bagaimana cara ibu melakukan pemusnahan sampah ?

1. Diangkut oleh petugas

Page 88: Marina Aprina.pdf

2. Dibakar

3. Dibuang sembarangan

2. Jika sampah diangkut oleh petugas, berapa kali dalam sebulan diangkut

oleh petugas kebersihan?

1. < 2 kali

2. >2 kali

3. Jika sampah dibakar, berapa kali?

1. Setiap hari

2. Sekali dalam seminggu

3. Jika sudah menumpuk

4. Apakah pembakaran sampah dilakukan disekitar rumah

1. Ya

2. Tidak

5. Jika sampah tidak diangkut dan dibakar, sampah dibuang ke mana?

1. Halaman rumah

2. Dibuang ke sungai

6. Apakah pemusnahan sampah dilakukan di sekitar rumah?

1. Ya

2. Tidak

III. Kejadian Diare

1. Apakah dalam 6 bulan terakhir ada anggota keluarga yang menderita diare

(buang air besar lebih dari tiga kali sehari dan konsistensi cair)?

1. Ada, siapa: -

-

-

2. Tidak

2. Berapa lama kejadian diare yang diderita?

1. 3 – 7 hari

2. >14 hari

3. Pertolongan pertama yang diberikan jika anggota keluarga menderita diare?

Page 89: Marina Aprina.pdf

1. Pemberian Oralit

2. Dibawa ke fasilitas kesehatan, apa? a. Dokter / Klinik

b. Bidan / Mantri

c. Puskesmas

Page 90: Marina Aprina.pdf

Lampiran 2

LEMBAR OBSERVASI HUBUNGAN KUALITAS MIKROBIOLOGIS AIR SUMUR GALI

DAN PENGELOLAAN SAMPAH DI RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA KELUARGA

DI KELURAHAN TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN

TAHUN 2013

I. Sarana Air bersih

- Nomor sumur gali :

I. Konstruksi

Sumur

Ada Tidak Ukuran Keterangan

Standar Hasil

Observasi

1. Tutup Sumur

2. Bibir Sumur 0,8 meter

3. Cincin Sumur 3 meter

4. Lantai Kedap

Air

5. Saluran

Pembuangan

Air Limbah

6. Jarak dengan

Sumber

Pencemaran

10 meter

II. Kualitas

Fisik Air

Ya Tidak Keterangan

1. Jernih

2. Berasa

3. Berbau

Page 91: Marina Aprina.pdf

II. Tempat Pembuangan Sampah

I. Komponen Ya Tidak Frekuensi Keterangan

a. Kuat

b. Memiliki tutup

c. Kedap air

II. Kebersihan tempat

pembuangan sampah di

rumah

a. Membersihkan tempat

sampah

b. Waktu membersihkan

tempat pembuangan sampah

*Setiap hari /

Sekali dalam

seminggu/ dua

kali dalam

sebulan

c. Terdapat sisa bahan cair

yang berasal dari sampah

III. Keberadaan lalat

a. Terdapat lalat di tempat

pembuangan sampah

b. Berapa banyak lalat *a. Rendah (0-2)

b. Sedang (3-5)

c. Tinggi (6-20)

d. Sangat tinggi

(>20)

Catatan :

*) coret yang tidak perlu

Page 92: Marina Aprina.pdf
Page 93: Marina Aprina.pdf
Page 94: Marina Aprina.pdf
Page 95: Marina Aprina.pdf
Page 96: Marina Aprina.pdf

Analisa Univariat

I. Karakteristik Responden

Umur Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 15-24 4 13.3 13.3 13.3

25-49 16 53.3 53.3 66.7

>50 10 33.3 33.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ibu Rumah Tangga 18 60.0 60.0 60.0

Pedagang 9 30.0 30.0 90.0

Pegawai Swasta 1 3.3 3.3 93.3

Lain-lain 2 6.7 6.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

II. Konstruksi Sumur Gali

Tutup Sumur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ada 4 13.3 13.3 13.3

Tidak 26 86.7 86.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Bibir Sumur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Lebih dari 80 cm dari bahan kedap air

26 86.7 86.7 86.7

Kurang dari 80 cm dari bahan kedap air

4 13.3 13.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Lampiran 7 : Output Data SPSS

Page 97: Marina Aprina.pdf

Cincin Sumur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 3 meter dari bahan kedap air 28 93.3 93.3 93.3

kurang dari 3 meter dari bahan kedap air

2 6.7 6.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Lantai Kedap Air

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 meter atau lebih, kedap air 30 100.0 100.0 100.0

Saluran Pembuangan Air Limbah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 10 meter atau lebih, kedap air

16 53.3 53.3 53.3

Kurang dari 10 meter, kedap air

14 46.7 46.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Jarak dengan Pembuangan Limbah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid >10 meter 16 53.3 53.3 53.3

<10 meter 14 46.7 46.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Page 98: Marina Aprina.pdf

Total coliform

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Memenuhi Syarat 8 26.7 26.7 26.7

Tidak Memenuhi Syarat

22 73.3 73.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Escherichia coli

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Memenuhi Syarat 3 10.0 10.0 10.0

Tidak Memenuhi Syarat

27 90.0 90.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Air Jernih

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 14 46.7 46.7 46.7

Tidak 16 53.3 53.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Air Berasa

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 16 53.3 53.3 53.3

Tidak 14 46.7 46.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Air Berbau

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 16 53.3 53.3 53.3

Tidak 14 46.7 46.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Page 99: Marina Aprina.pdf

III. Sumur Gali sesuai dengan Syarat Kesehatan

Sumur Gali

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak Memenuhi Syarat 30 100.0 100.0 100.0

IV. Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga

Pemisahan Sampah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 30 100.0 100.0 100.0

Cara Pemusnahan Sampah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Diangkut oleh petugas 25 83.3 83.3 83.3

Dibakar 5 16.7 16.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Tempat Pembuangan Sampah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak memenuhi syarat 30 100.0 100.0 100.0

Membersihkan Tempat Pembuangan Sampah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 23 76.7 76.7 76.7

Tidak 7 23.3 23.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Page 100: Marina Aprina.pdf

Waktu Membersihkan Tempat Pembuangan Sampah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Setiap hari 13 43.3 56.5 56.5

Sekali dalam seminggu 10 33.3 43.5 100.0

Total 23 76.7 100.0 Missing System 7 23.3 Total 30 100.0

Terdapat Sisa Bahan Cair pada Tempat Pembuangan Sampah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Ya 10 33.3 33.3 33.3

Tidak 20 66.7 66.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Terdapat Lalat pada Tempat Pembuangan Sampah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 10 33.3 33.3 33.3

Tidak 20 66.7 66.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Page 101: Marina Aprina.pdf

Keberadaan Lalat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid sedang (3-5) 7 23.3 70.0 70.0

tinggi (6-20) 3 10.0 30.0 100.0

Total 10 33.3 100.0

Missing System 20 66.7

Total 30 100.0

Cara Pemusnahan Sampah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Baik 25 83.3 83.3 83.3

Tidak Baik 5 16.7 16.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Frekuensi Sampah Diangkut

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid > 2 kali 25 83.3 100.0 100.0

Missing System 5 16.7 Total 30 100.0

Frekuensi Sampah Dibakar

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid setiap hari 3 10.0 60.0 60.0

sekali dalam seminggu 2 6.7 40.0 100.0

Total 5 16.7 100.0 Missing System 25 83.3 Total 30 100.0

Page 102: Marina Aprina.pdf

Bersihkan tempat sampah * menderitadiare Crosstabulation

Count

menderitadiare

Total Ya Tidak

Bersihkantempatsampah Ya 8 15 23

Tidak 2 5 7

Total 10 20 30

Waktu membersihkan * menderitadiare Crosstabulation

Count

menderitadiare Total

Ya Tidak

Waktumembersihkan Setiap hari 5 8 13

Sekali dalam

seminggu 3 7 10

Total 8 15 23

Ada lalat * menderita diare Crosstabulation

Count

menderitadiare

Total Ya Tidak

adalalat Ya 5 6 11

Tidak 5 14 19

Total 10 20 30

Page 103: Marina Aprina.pdf

V. Kejadian Diare Keluarga yang Menderita Diare

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 10 33.3 33.3 33.3

Tidak 20 66.7 66.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Frekuensi Kejadian Diare

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 3 - 7 hari 10 33.3 100.0 100.0

Missing System 20 66.7

Total 30 100.0

Pertolongan Pertama pada penderita Diare

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Pemberian oralit 8 26.7 80.0 80.0

Dokter/Klinik 2 6.7 20.0 100.0

Total 10 33.3 100.0 Missing System 20 66.7

Total 30 100.0

Page 104: Marina Aprina.pdf

Analisa Bivariat

1. Hubungan Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali dengan Kejadian Diare

a. Keberadaan Total Coliform pada Air

menderitadiare

Total Ya Tidak

Kualitastotalcoliform Memenuhi Syarat Count 3 5 8

Expected Count

2.7 5.3 8.0

% within Kualitastotalcoliform

37.5% 62.5% 100.0%

% within menderitadiare

30.0% 25.0% 26.7%

Tidak Memenuhi Syarat Count 7 15 22

Expected Count

7.3 14.7 22.0

% within Kualitastotalcoliform

31.8% 68.2% 100.0%

% within menderitadiare

70.0% 75.0% 73.3%

% of Total 23.3% 50.0% 73.3%

Total Count 10 20 30

Expected Count

10.0 20.0 30.0

% within Kualitastotalcoliform

33.3% 66.7% 100.0%

% within menderitadiare

100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 33.3% 66.7% 100.0%

Page 105: Marina Aprina.pdf

Value Df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .085a 1 .770 Continuity Correctionb .000 1 1.000 Likelihood Ratio .084 1 .772 Fisher's Exact Test 1.000 .548

Linear-by-Linear Association .082 1 .774 N of Valid Casesb 30 a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,67.

b. Computed only for a 2x2 table

b. Keberadaan Escherichia coli pada air

menderitadiare

Total Ya Tidak

Kualitasecoli Memenuhi Syarat Count 2 1 3

Expected Count 1.0 2.0 3.0

% within Kualitasecoli 66.7% 33.3% 100.0%

% within menderitadiare 20.0% 5.0% 10.0%

Tidak Memenuhi Syarat Count 8 19 27

Expected Count 9.0 18.0 27.0

% within Kualitasecoli 29.6% 70.4% 100.0%

% within menderitadiare 80.0% 95.0% 90.0%

Total Count 10 20 30

Expected Count 10.0 20.0 30.0

% within Kualitasecoli 33.3% 66.7% 100.0%

% within menderitadiare 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 1.667a 1 .197 Continuity Correctionb .417 1 .519 Likelihood Ratio 1.556 1 .212 Fisher's Exact Test .251 .251

Linear-by-Linear Association 1.611 1 .204 N of Valid Casesb 30 a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,00.

b. Computed only for a 2x2 table

Chi – Square Tests

Page 106: Marina Aprina.pdf

Lampiran 8 : Dokumentasi Penelitian Gambar 1. Pengambilan sampel air sumur gali di Lingkungan 20

Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan

Gambar 2. Sampel air sumur gali di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan

Page 107: Marina Aprina.pdf

Gambar 3. Pemeriksaan sampel air sumur gali di BTKL-PPM Medan

Gambar 4. Sumur gali yang memiliki tutup sumur di Lingkungan 20

Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan

Page 108: Marina Aprina.pdf

Gambar 5. Sumur gali yang tidak memiliki tutup sumur di Lingkungan 20

Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan

Gambar 6. Air sumur gali yang jernih di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun

Kecamatan Medan Marelan

Page 109: Marina Aprina.pdf

Gambar 7. Air sumur gali yang berwarna kuning di Lingkungan 20 Kelurahan

Terjun Kecamatan Medan Marelan

Gambar 8. Saluran pembuangan air limbah (SPAL) di Lingkungan 20

Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan

Page 110: Marina Aprina.pdf

Gambar 9. Tempat sampah berupa kantongan plastik yang terdapat di dapur

rumah di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun Kecamatan MedanMarelan

Gambar 9. Tempat sampah berupa Keranjang dari anyaman bambu yang

terdapat di halaman rumah di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan