skripsi -...
TRANSCRIPT
RESPON MASYARAKAT NON MUSLIM TERHADAP LEMBAGA KEUANGAN
MIKRO SYARIAH (LKMS)
(Study Kasus pada Masyarakat Non Muslim di Depok)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE. Sy)
Oleh :
Ayu Pripuspita
NIM : 109046100229
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H / 2014 M
i
RESPON MASYARAKAT NON MUSLIM TERHADAP LEMBAGA
KEUANGAN MIKRO SYARIAH (LKMS)
(Study Kasus pada Masyarakat Non Muslim di Depok)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)
Oleh :
Ayu Pripuspita
NIM : 109046100229
Dibawah Bimbingan
Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si.
NIP. 197412132003121002
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H / 2013 M
ii
iii
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui seberapa
besar respon masyarakat non muslim di Depok terhadap kehadiran Lembaga
Keuangan Mikro Syariah (LKMS) yang dikenal sebagai salah satu lembaga Islam dan
mempunyai sasaran nasabah utama yaitu dari kalangan menengah ke bawah. Selain
itu untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang membuat kehadiran Lembaga
Keuangan Mikro Syariah (LKMS) semakin dikenal dan dijadikan sebagai salah satu
lembaga Islam yang berperan penting dalam kehidupan ekonomi & sosial masyarakat
non muslim di Depok. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif
dengan pendekatan empiris, dimana penulis menyebarkan kuesioner dan
menggunakan Two Stage Cluster Sampling dalam teknik pengambilan sample. Uji
statistik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji regresi linier berganda untuk
menguji pengaruh antara variabel faktor sosial, produk, pelayanan, lokasi, dan syariah
terhadap respon masyarakat non muslim di Depok.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini didapat berdasarkan analisis kuesioner
yang telah disebar ke responden-responden masyarakat non muslim di Depok, dan
faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi masyarakat non muslim di Depok
terhadap kehadiran Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) adalah faktor sosial.
Dimana hasil kuesioner menunjukkan bahwa pengaruh tingkat sosial mempunyai
nilai yang tinggi dibandingkan dengan nilai faktor-faktor lainnya. Selanjutnya, bila
dilihat dari nilai Koefisien Determinasi (R Square ( ) presentase pengaruh variabel
faktor sosial, faktor produk, faktor pelayanan, faktor lokasi, dan faktor syariah
terhadap respon masyarakat non muslim di Depok sebesar 50.1% dan sisanya sebesar
49.9% dijelaskan oleh faktor lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel faktor
sosial, faktor produk, faktor pelayanan, faktor lokasi, dan faktor syariah berpengaruh
secara signifikan terhadap respon masyarakat non muslim di Depok.
Kata kunci : Respon, Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS),
Regresi Linier Berganda
Pembimbing : Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si.
Daftar Pustaka : Tahun 1996 sampai dengan Tahun 2013
iv
KATA PENGANTAR
Maha Suci Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung yang memiliki
pengetahuan yang luas meliputi langit dan bumi. Alhamdulillah dengan izin dan
rahmat Nya, Dia menganugrahi kita dapat bertahan hidup dan mengembangkan diri.
Shalawat serta salam seantiasa tercurah kepada Baginda Nabi Muhammad S.A.W
yang merupakan gudang ilmu-Nya.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Janjang
Pendidikan Strata Satu pada Program Studi Ekonomi Konsentrasi Perbankan Syariah.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada orang-orang
yang telah membuat dan terlibat dalam proses pembuatan skripsi yang berjudul
“RESPON MASYARAKAT NON MUSLIM TERHADAP LEMBAGA
KEUANGAN MIKRO SYARIAH (LKMS)”, yaitu :
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma. S.H., M.A., M.M. Selaku Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag, selaku sekretaris Program Studi Mu’amalat
Konsentrasi Perbankan Syariah dan Bapak H. Azharuddin Latif M.Ag, selaku
sekretaris Program Studi Mu’amalat Konsentrasi Perbankan Syariah.
3. Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si, yang telah memberikan bimbingan
dan arahan kepada penulis agar skripsi ini menjadi lebih baik.
v
4. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan segala
pengetahuan kepada penulis sehingga dapat membuka wawasan dan
pengetahuan bagi penulis terutama dalam pembelajaran di bidang ekonomi
Islam.
5. Ibu Ir. Tri Wahyuningtyas dan Bapak Ir. Dwi Supriyono Hidayat selaku orang
tua yang telah menambah ketenangan lahir dan batin, baik materil maupun
spiritual sehingga penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.
Kepada adik-adikku yang selalu setia mendukung dalam usaha dan doa Irwan
Hidayah, Tsurayya Hidayah, Saniya Hidayah, Muhammad Fahri Hidayat,
Muhammad Hifzul Ikhsan Hidayat, Annisa Nazwa Khairina Hidayah, dan
Alya Fakhira Hidayah.
6. Karina Dwi Lestari, Ibnatul Wadhiyyah, Chitra Dwiratih Aviza, dan Darawati
yang telah berjuang bersama dalam proses pembuatan skripsi ini. Juga kepada
teman-teman PS-G yang telah memberi semangat setiap saat dalam bentuk
usaha dan doa.
7. Semua pihak yang pasti tidak sedikit dan tidak dapat penulis sebutkan satu-
persatu yang secara langsung maupun tidak langsung telah mendukung
terutama dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skrisi ini jauh dari kesempurnaan, namun demikian
penulis telah berupaya semaksimal mungkin untuk menyelesaikan skripsi ini sesuai
vi
dengan tingkat kemampuan dan pengetahuan penulis. Kritik dan saran yang
membangun dari pembaca serta rekan-rekan mahasiswa senantiasa penulis nantikan.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik untuk masa sekarang
maupun dimasa yang akan datang.
Jakarta, 16 Januari 2014
Penulis
Ayu Pripuspita
vii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar sarjana ekonomi syariah (S.E.Sy) di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 16 Januari 2014
Ayu Pripuspita
viii
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………………………… i
PENGESAHAN PANITIA UJIAN………………………………………….. ii
ABSTRAK ……………………………………………………………………. iii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. iv
LEMBAR PERNYATAAN …………………………………………………. vii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………. viii
DAFTAR TABEL …………………………………………………………… x
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK ……………………………………… xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………… 1
B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah ………………………….. 5
C. Perumusan Masalah ……………………………………………... 7
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………………… 7
E. Review Study Terdahulu …………………………………….…... 9
F. Sistematika Penulisan ……………………………………………. 11
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian dan Teori Respon …………………………………… 12
B. Kerangka Teori dan Konsep LKMS …………...………………. 15
C. Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) ……………………. 19
D. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) ……………………………….. 23
E. Koperasi Syariah ……………………………………………….... 27
BAB III METODE PENELITIAN
A. Objek Penelitian ………………………………………………… 31
B. Jenis Penelitian ………………………………………………….. 31
C. Jenis Data dan Sumber Data ………………………………….... 32
D. Populasi dan Sampel ……………………………………………. 33
E. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………... 36
F. Konseptual Variabel Penelitian ……………………………….... 37
G. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ………………. 38
H. Uji Hipotesis …………………………………………………….... 49
ix
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA
A. Profil Responden ………………………………………………… 52
B. Hasil Kuesioner ………………………………………………….. 54
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………. 74
B. Saran ……………………………………………………………... 75
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………. 77
LAMPIRAN …………………………………………………………………. 80
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Konsep …………………………………………………………….. 19
Tabel 3.1 Daftar Masyarakat Berdasarkan Agama 1 Tahun Terakhir …. 34
Tabel 3.2 Uji Validitas Variabel Sosial ………….………………………… 41
Tabel 3.3 Uji Validitas Variabel Produk ….…….………………………… 42
Tabel 3.4 Uji Validitas Variabel Pelayanan ….…….……...……………… 43
Tabel 3.5 Uji Validitas Variabel Lokasi …..….…….……...……………… 43
Tabel 3.6 Uji Validitas Variabel Syariah …..……….……...……………… 44
Tabel 3.7 Uji Validitas Variabel Respon …..….…………...……………… 44
Tabel 3.8 Uji Reliabilitas ……….………………………………………….... 45
Tabel 4.3 Sistem Syariat Islam yang Diterapkan LKMS ………………… 55
Tabel 4.4 Kalangan Promosi Produk ………………………………………. 57
Tabel 4.10 Uji Autokorelasi ………………………………………………… 66
Tabel 4.11 Uji Koefisien Determinasi (R Square ( )) …………………… 67
Tabel 4.12 Uji T ……………………………………………………………... 68
Tabel 4.13 Uji F ……………………………………………………………... 69
Tabel 4.14 Regresi Linier Berganda ……………………………………….. 70
xi
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK
Halaman
Gambar 4.1 Jenis Kelamin dan Usia ………………………………………… 52
Gambar 4.2 Pendidikan ………………………………………………………. 53
Gambar 4.5 Kecepatan dan Ketepatan Karyawan terhadap Nasabah …… 59
Gambar 4.6 Keprofesionalan Pegawai LKMS ……………………………… 60
Gambar 4.7 LKMS dari Sudut Pandang Agama …………………………… 62
Gambar 4.8 Heterokedastisitas ………………………………………............. 64
Gambar 4.9 Normalitas ………………………………………………..……... 65
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Kemiskinan merupakan salah satu kendala terbesar yang dihadapi oleh sebuah
negara, salah satunya adalah Indonesia yang mengalami krisis hingga menyebabkan
kemiskinan yang merajalela hingga ke pelosok negeri, hal ini terjadi pada
pertengahan tahun 1997. Krisis ekonomi berkepanjangan tersebut telah melumpuhkan
seluruh sektor kehidupan masyarakat Indonesia. Terutama sektor ekonomi dan
keuangan yang menunjukkan penurunan yang drastis. Nilai tukar rupiah naik tak
terkendali dan selanjutnya berdampak pada jumlah utang yang kian membesar
sementara daya beli masyarakat merosot tajam. Perbankan selaku penggerak
perekonomian nasional tidak dapat melaksanakan tugasnya sebagai stabilisator dan
mobilisator perekonomian nasional karena mengalami negative spread sehingga
negara terpaksa harus berhutang pada lembaga keuangan Internasional, untuk
menyelamatkan perekonomian negara ini.1
Selama krisis tersebut, perbankan syariah masih dapat memenuhi kinerja yang
relative baik. Dengan kemampuan menghadapi krisis tersebut pemerintah Indonesia
mulai berfikir untuk mengembangkan perbankan yang berbasis syariah di Indonesia.
Oleh sebab itu pemerintah merubah peraturan Undang-Undang No. 7 tahun 1992
1 Wirdyaningsih, dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia (Jakarta: Kencana Prenada
Media, 2005), h.20.
2
menjadi Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang perbankan yang diikuti dengan
dikeluarkannya sejumlah ketentuan pelaksanaan dalam bentuk Surat Keputusan (SK)
direksi BI/Peraturan Bank Indonesia, telah memberikan landasan hukum yang lebih
kuat bagi pengembangan perbankan syariah di Indonesia, dan pada tahun 1999
dikeluarkan Undang-Undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang
memberikan kewenangan, Bank Indonesia dapat pula menjalankan tugasnya
berdasarkan prinsip syariah, yang disempurnakan dengan Undang-Undang pokok
Bank Indonesia No. 3 tahun 2004 dan Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang
Bank Syariah.2Pengertian Bank Syariah menurut Undang-undang No.10 tahun 1998,
bank syariah adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip
syariah (prinsip bagi hasil) yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran.3
Dengan keistimewaan yang berbeda dengan lembaga keuangan konvensional,
lembaga-lembaga keuangan syariah diharapkan mampu mengembangkan sistem
ekonomi yang tidak mengandung unsur keberpihakan dan mampu mengedepankan
ekonomi masyarakat miskin atau ekonomi rakyat. Adapun keistimewaan lembaga
keuangan syariah dapat dilihat dari asas-asasnya yaitu asas perekonomian Islam
perekonomiannya dibangun atas dasar beberapa pondasi yaitu asas keadilan,
kejujuran, kesabaran, dan keberanian. Asas yang kedua adalah perbankan islam
2 Ahmad Rodoni, Zikrul Hakim, Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Zikrul Hakim, 2008),
h.12. 3 Sarjanaku.com,”Bank Syariah Pengertian Prinsip Tujuan Fungsi Perkembangan Menurut
Para Ahli”, artikel ini diakses pada 24 April 2013 dari http://www.sarjanaku.com.
3
mempunyai tujuan agar kaum muslimin dan semua manusia secara umum
mendapatkan penghidupan yang halal, maju, dan sejahtera. Selanjutnya asas yang
ketiga adalah didalam bermuamalah umat islam tidak hanya mengejar keuntungan
materi semata, namun juga mengejar keuntungan akhirat. Asas yang keempat untuk
mendapatkan kesempatan mewujudkan kesejahteraan individu dan masyarakat, islam
pun turut mengatur dengan sistem ta’awun (kerja sama) yang syar’i. Asas yang
kelima atau yang terakhir islam melarang semua jual beli yang di dalamnya ada unsur
penipuan, spekulasi, dan riba.4
Bank syariah yang berdiri pertama kali di Indonesia yaitu Bank Muamalat
Indonesia pada tanggal 1 November 1991 yang mampu mendobrak perekonomian
Indonesia yang tengah mengalami keterpurukan. Namun keberhasilan Indonesia
bangkit dari keterpurukan ekonomi tidak bisa lepas pula dari peran Lembaga
Keuangan Mikro Syariah (LKMS). Kedudukan LKMS yang antara lain
dipresentasikan oleh Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), Baitul Maal Wat
Tamwil (BMT), Koperasi Syariah sangat vital menjangkau transaksi syariah di
daerah yang tidak bisa dilayani oleh bank umum maupun bank yang membuka unit
syariah.5
Lembaga keuangan syariah dianggap oleh sebagian orang sebagai alternatif
bagi masyarakat yang sudah jenuh dengan sistem ekonomi kapitalis, sebuah sistem
4 Akuntansi Syariah, “Asas Transaksi Syariah”, artikel ini diakses pada 30 april 2013 dari
http://almawadah.or.id. 5 M. Luthfi Hamidi, Jejak-jejak Ekonomi Syariah (Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2003),
h.79.
4
ekonomi yang sudah lama mendunia yang selalu mengutamakan kekayaan pribadi
berdampak pada ketidakmerataan distribusi kekayaan sehingga banyak terjadi
kesengsaraan. Namun sisi lain, tidak sedikit masyarakat yang masih menganggap
bahwa sistem ekonomi syariah hanya hadir untuk masyarakat muslim.6
Namun masyarakat masa kini kebanyakan dari mereka mulai sadar bahwa
bank-bank konvensional yang ada saat ini tidak bisa menjadi solusi terbaik dari
problem-problem yang masyarakat hadapi, sehingga masyarakat melirik kembali
ajaran Islam yang bebas riba. Perbankan syariah dan LKMS merupakan suatu
lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara bagi pihak yang berkelebihan
dana dengan pihak yang kekurangan dana untuk kegitan usaha dan kegiatan lainya
sesuai dengan hukum Islam sebagaimana yang diatur dalam Al-Qur’an dan Al-
Hadist.7
Mengutip dari bukunya M. Syafi’i Antonio yang berjudul ” Bank Syariah
Dari Teori Ke Praktek” menyatakan bahwa: Orang-orang Yahudi dilarang
mempraktikan pengambilan bunga. Pelarangan ini banyak terdapat dalam kitab suci
mereka, baik dalam Old Testament (Perjanjian Lama) maupun Undang-undang
Talmud. Kitab Deuteronomy pasal 23 ayat 19 menyatakan : “Janganlah engkau
6 Hermawan Kartajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syari’ah Marketting (Bandung: PT
Mizan Pustaka, 2006), h.25. 7 Zaenudin Ali, Hukum Perbankan Syariah (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h.1.
5
membungakan uang kepada saudaramu, baik uang maupun bahan makanan, atau
apapun yang dapat dibungakan”.8
Kelembagaan syariah terutama LKMS, yang akan dibahas oleh penulis,
menjadi lembaga yang juga diperhitungkan oleh masyarakat non muslim karena
larangan riba memiliki akar yang kuat pula bagi ajaran-ajaran non-muslim. Menurut
agama Kristen riba adalah perbuatan yang tidak berkeprimanusiaan, demikian dengan
ajaran hindu dan budha.9 Untuk mengembangkan LKMS yang berprinsip syariah
perlu adanya peningkatan sosialisasi agar masyarakat dapat mengenal produk-produk
yang ditawarkan secara mendalam dan tidak terdengar asing. Karena diperlukan
adanya informasi yang lengkap bagaimana respon dan tingkah laku masyarakat non
muslim terhadap LKMS.
Berdasarkan kenyataan-kenyataan diatas, penulis tertarik untuk mengangkat
permasalahan ini dalam penelitian yang berjudul “Respon Masyarakat Non Muslim
terhadap Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS)”.
B. IDENTIFIKASI DAN PEMBATASAN MASALAH
Dalam melakukan kegiatan operasionalnya, LKMS yang salah satu
didalamnya termasuk Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), Baitul Maal Wat
Tamwil (BMT), Koperasi Syariah, melakukan upaya-upaya agar produk-produknya
8 M. Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah: dari Teori dan Praktek, Cet.I, (Jakarta: Gema Insani
Press, 2001), h.43. 9Wikipedia,”Riba”, artikel ini diakses pada 27 april 2013 dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Riba.
6
menjadi produk yang unggul. Sehingga LKMS mampu untuk mendapatkan modal
yang cukup untuk melakukan kegiatan operasional yang gunanya untuk menyalurkan
dana-dana dari pihak ketiga ke masyarakat, mendapat perhatian yang lebih di
kalangan masyarakat, dan lain sebagainya. Dewasa ini pertumbuhan LKMS secara
kuantitas demikian semakin pesat, terus bertambah hingga mencapai sekitar 50 ribu
unit.10
Meningkatnya pertumbuhan LKMS membuat ketertarikan sendiri bagi
masyarakat, baik masyarakat muslim maupun non-muslim. Salah satu alasannya
adalah dari aspek ekonomi, penyerahan resiko terhadap salah satu pihak dinilai
melanggar norma keadilan11
. Bukan berarti ditengah-tengah ketertarikan masyarakat
mengenai LKMS ini tidak menimbulkan pro dan kontra. Beberapa kalangan di
masyarakat masih menganggap tabu tentang perbedaan system ekonomi yang ada.
Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk membahas respon masyarakat non muslim di
Depok terhadap LKMS. Di dalam penelitian sebelumnya telah dibahas tentang respon
masyarakat non muslim terhadap perbankan syariah. Namun penulis beranggapan
bahwa materi tentang perbankan syariah sudah menjadi bahan yang umum digunakan
di dalam penelitian. Sehingga materi tentang LKMS hampir terlupakan, dalam hal ini
penulis belum menemukan respon masyarakat terhadap Lembaga Keuangan Mikro
10
Binti Innayatuz Zahra,”Peranan LKMS Serta Pengaruhnya terhadap UMKM Sebagai
Penggerak Perekonomian di Indonesia”, artikel ini diakses pada 29 April 2013 dari
http://nayyasemangat.blogspot.com/2012/10/peranan-lembaga-keuangan-mikro-syariah.html.
7
Syariah (LKMS) dan penulis beranggapan materi ini menjadi menarik untuk diangkat
agar tidak melebar pembahasannya.
C. PERUMUSAN MASALAH
Melihat bahwa perumusan masalah yang akan ditulis oleh penulis sangat luas.
Maka penulisan skripsi ini hanya dikhususkan hanya untuk masyarakat Depok dan
pula hanya untuk kalangan masyarakat non muslim.
Adapun secara spesifik perumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana respon masyarakat non muslim di Depok terhadap LKMS ?
2. Faktor apakah yang membuat keberadaan LKMS diterima kehadirannya
oleh masyarakat non muslim di Depok ?
D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana respon masyarakat di Depok mengenai
keberadaan LKMS di sekitar mereka.
2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang membuat keberadaan LKMS
diterima kehadirannya oleh masyarakat non muslim di Depok.
8
Penulis berharap dengan adanya penelitian ini dapat memberikan kontribusi
dan manfaat yang positif bagi masyarakat yang ingin mengetahui tentang LKMS dan
ingin berkecimpung di dalamnya sebagai nasabah atau pun lain sebagainya.
a. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi kalangan
akademisi dan praktisi untuk menambah wawasan tentang tidak hanya
mengetahui pendapat masyarakat muslim tentang hadirnya LKMS di
sekitar Depok namun juga mengetahui respon masyarakat di kalangan non
muslim.
b. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan
pertimbangan di kalangan masyarakat bahwa LKMS juga mampu bersaing
ditengah-tengah banyaknya kehadiran bank syariah dalam menarik minat
nasabah khususnya masyarakat non muslim.
9
E. REVIEW STUDY TERDAHULU
1
Identitas Rifa’atul Machmudah (2009)
Judul Skripsi FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT
NASABAH NON MUSLIM MENJADI NASABAH DI
BANK SYARIAH
Objek CIMB Niaga Syariah Cabang Semarang
Hasil Kesimpulan Dari 6 variabel berikut: lokasi, pelayanan, religius stimuli,
reputasi, profit sharing, dan promosi. Factor yang paling
banyak mempengaruhi nasabah non muslim menjadi
nasabah yaitu profit sharing. hal ini dikarenakan nasabah
non muslim ingin memperoleh keuntungan bagi hasil yang
banyak dan bagi hasil yang diberikan oleh pihak bank
cukup tinggi, faktor selanjutnya adalah pelayanan,
promosi, lokasi, reputasi dan yang mempunyai pengaruh
terkecil dalam mempengaruhi minat nasabah non muslim
adalah religius simuli. Hal ini ini disebabkan karena
mayoritas nasabah non muslim hanya lebih condong ke
faktor ekonomi.
Pembeda Objek yang akan diteliti oleh penulis lebih mengarah
kepada LKMS.
2
Identitas Muhammad Gufron Hidayat (2011)
Judul Skripsi PERAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH
DALAM MELAKUKAN PEMBIAYAAN DI SEKTOR
AGRIBISNIS
Objek BMT Miftahussalam Ciamis dan KOPONTREN Al-Ittifaq
Bandung
Hasil Kesimpulan BMT Miftahussalam Ciamis menerapkan strategi:
1. peningkatan jumlah pembiayaan yang berbeda dengan
menerapkan pola singkronisasi bidang peternakan dan
pertanian sehingga mengurangi resiko belanja pupuk.
2. BMT Miftahussalam Ciamis dan KOPONTREN Al-
Ittifaq Bandung mengelompokkan nasabah dalam
kelompok-kelompok dan kemudian memberikan
bimbingan yang intensif.
Pembeda Penulis lebih mengarahkan ke respon mayarakat non
muslim terhadap LKMS.
3 Identitas Evi Yupitri dan Raina Linda Sari (2012)
Judul Jurnal ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
10
MEMPENGARUHI NON MUSLIM MENJADI
NASABAH BANK SYARIAH MANDIRI DI MEDAN
Objek Bank Syariah Mandiri di Medan
Hasil Kesimpulan Dari hasil penelitian tentang pengaruh fasilitas, promosi
dan produk Bank Syariah Mandiri terhadap pemilihan
nasabah non muslim menjadi nasabah Bank Syariah
Mandiri, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan
yaitu:
Variabel fasilitas memiliki pengaruh yang sedang yaitu
0,469 terhadap nasabah non muslim untuk menjadi
nasabah di Bank Syariah Mandiri. Variabel promosi
pengaruh yang kuat yaitu 0,730 terhadap terhadap nasabah
non muslim untuk menjadi nasabah di Bank Syariah
Mandiri. Variabel produk memiliki pengaruh yang kuat
yaitu 0,529 terhadap nasabah non muslim untuk menjadi
nasabah di Bank Syariah Mandiri.
Pembeda Penelitian penulis lebih mengarah kepada respon
masyarakat non muslim terhadap LKMS
11
F. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini memuat tentang Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah dan
Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,
Review Studi Terdahulu, dan Sistematika Penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORI. Bab ini terdiri dari teori-teoris yang
berkaitan dengan: Kerangka teori dan konsep, landasan teori yang mana
mencakup tentang pengertian pengertian, aspek-aspek, dan jenis-jenis
persepsi. Pengertian LKMS, contoh-contoh LKMS, landasan hukum, tujuan,
dan ruang lingkupnya, serta ciri-ciri atau prinsip-prinsip yang juga
menyangkut tentang BPRS, BMT, dan Koperasi Syariah.
BAB III : METODE PENELITIAN. Bab ini membahas tentang jenis
penelitian, sifat penelitian, pendekatan masalah, pengumpulan data, populasi
dan sample, dan analisis data.
BAB IV : PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA. Merupakan
bagian analisa dan pembahasan. Bab ini membahas tentang pengujian dan
hasil analisa data, pembahasan hasil analisa data dan jawaban atas pernyataan
yang ada dalam perumusan masalah.
BAB V : PENUTUP. Bab ini terdiri dari kesimpulan akhir dan saran-
saran yang berkenaan dengan pembahasan penelitian yang dilakukan.
12
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian dan Teori Respon
Respon adalah aksi reaksi yang muncul dari suatu masalah terhadap khalayak.
Didalam kamus lengkap psikologi, respon merupakan suatu jawaban, khususnya satu
jawaban bagi pertanyaan tes atau suatu kuesioner, sembarang tingkah laku, baik yang
jelas kelihatan atau yang lahiriah maupun yang tersembunyi ataupun tersamar.12
Respon pada prosesnya didahului oleh sikap seseorang, karena sikap merupakan
kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku jika ia menghadapi
suatu rangsangan tertentu. Jadi berbicara mengenai respon tidak terlepas
pembahasannya dengan sikap. Menurut Walgito, dengan melihat sikap seseorang atau
sekelompok orang terhadap sesuatu, maka akan diketahui bagaimana respon mereka
terhadap kondisi tersebut. Dalam menanggapi suatu respon seseorang akan muncul
respon positif yakni menyenangi, mendekati dan mengharapkan suatu objek, dan
respon negative yakni apabila informasi yang didengarkan atau perubahan suatu
objek tidak mempengaruhi tindakan atau menjadi menghindar dan membenci objek
tertentu.
Menurut Louis Thursone, respon merupakan jumlah kecenderungan dan
perasaan, kecurigaan, dan prasangka, pra-pemahaman yang mendetail, rasa takut,
12
J.P.Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi (Jakarta: Rajawali Pers, 2006), h.432.
13
ancaman dan keyakinan tentang suatu hal yang khusus. Diketahui bahwa
pengungkapan sikap dapat melalui pengaruh atau penolakan , penilaian, suka atau
tidak suka , kepositifan atau kenegatifan suatu objek psikologis
Perubahan sikap dapat menggambarkan bagaimana respon seseorang atau
sekelompok orang terhadap objek-objek tertentu seperti perubahan lingkungan atau
situasi lain. Sikap yang muncul dapat positif yakni cenderung menyenangi, mendekati
dan mengharapkan suatu objek, seseorang disebut mempunyai respon positif dilihat
dari tahap kognisi, afeksi, dan psikomotorik. Sebaliknya seseorang mempunyai
respon negatif apabila informasi yang didengarkan atau perubahan suatu objek tidak
mempengaruhi tindakan atau malah menghindar dan membenci objek tertentu.13
Berdasarkan teorinya respon terbagi menjadi 3 komponen, yaitu komponen
afektif, komponen kognitif, dan komponen konatif. Komponen afektif, komponen ini
merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis. Dalam komponen afektif,
kita akan membicarakan kebutuhan mencari identitas, kebutuhan akan nilai, dan
kebutuhan akan pemenuhan diri. Selanjutnya adalah komponen kognitif, komponen
kognitif berkaitan dengan aspek intelektual, yaitu berkaitan dengan apa yang
diketahui manusia. Komponen kognitif dari faktor sosiopsikologis adalah
kepercayaan. Adapun yang dimaksud dengan kepercayaan adalah keyakinan benar
atau salah atas sesuatu dengan dasar bukti, sugesti, otoritas, pengalaman, atau intuisi.
13
Psychologymania,“Pengertian Respon”, artikel ini diakses pada 28 Mei 2013 dari
http://www.psychologymania.com/2012/12/pengertian-respon.html.
14
Kepercayaan memberikan perspektif pada manusia dalam mempersepsikan realitas,
serta memberi dasar bagi pengambilan keputusan dan menentukan sikap.
Kepercayaan dapat dibentuk oleh pengetahuan, kebutuhan, dan kepentingan.
Terakhir adalah komponen konatif, komponen konatif pengertiannya yaitu
aspek volisional, yaitu berhubungan dengan kebiasaan kemauan bertindak.
Komponen konatif dalam faktor sosiopsikologis adalah kebiasaan dan kemauan.
Kebiasaan dapat dipandang sebagai hasil dari proses pelaziman yang berlangsung
lama dan diulang berkali-kali. Dengan adanya kebiasaan kita dapat meramalkan
perilaku seseorang. Kemauan berkaitan dengan tindakan sebagaimana ada definisi
yang menyatakan bahwa kemauan adalah tindakan yang merupakan usaha seseorang
untuk mencapai tujuan.14
Ada beberapa hal yang menjadi faktor dalam respon yaitu, faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam individu yaitu unsur
jasmani dan rohani. Maka dari itu seseorang yang mengadakan tanggapan sesuatu
stimulus tetap dipengaruhi oleh eksistensi kedua unsur tersebut. Apabila ada salah
satu unsur yang terganggu makan akan berbeda pula hasil tanggapan yang
intensitasnya pada diri individu yang melakukan tanggapan atau akan berbeda
tanggapannya tersebut antara orang yang satu dengan orang yang lain. Faktor
eksternal adalah faktor yang ada pada lingkungan (faktor pisis). Faktor ini intensitas
14
Jonathan Sarwono, Pintar Menulis Karya Ilmiah : Kunci Sukses dalam Menulis Ilmiah
(Yogyakarta: Andi Offset, 2010), h.25-27.
15
dan jenis benda perangsang atau orang menyebutnya faktor stimulus. Menurut Bimo
Walgito dalam bukunya, menyatakan bahwa factor pisis berhubungan dengan objek
menimbulkan stimulus dan stimulus mengenai alat indra.15
Macam-macam respon yang dipelopori oleh Skinner. Dalam teori ini
disebutkan bahwa ada dua macam respon, yaitu Respondent response (reflexive
response atau respondense behavior) respon ini ditimbulkan oleh perangsang-
perangsang tertentu yang disebut electing stimuli yang sifatnya relatif tetap dan
terbatas serta hubungan antara stimulus dan respon sudah pasti sehingga
kemungkinan untuk dimodifikasi kecil. Operant response (Instrumental response
atau Instrumental behavior) adalah respon yang timbul dan berkembangnya diikuti
oleh perangsang-perangsang tertentu, yang biasa disebut reinforcing stimuli atau
reinforcer. Perangsang tersebut memperkuat respon yang telah dilakukan oleh
organisme sehingga sifatnya mengikuti.16
B. Kerangka Teori dan Konsep LKMS
Pengertian Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) adalah lembaga yang
didirikan untuk menghimpun dana dalam bentuk simpanan dari masyarakat dan
menyalurkannya dalam skala mikro dengan berdasar prinsip syariah. Lembaga
Keuangan Mikro syariah (LKMS) terdiri dari berbagai lembaga diantaranya BPRS
(Bank Perkreditan Mikro Syariah), BMT (Baitul Mal Wat Tanmil), serta Koperasi
15
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum (Yogya: Universitas Gajah mada, 1996), h.55. 16
Sunaryo, Psikologi Untuk Keperawatan (Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2002), h.169.
16
Syariah. Ketiga lembaga tersebut mempunyai hubungan yang erat dan saling
mempengaruhi satu sama lain dan berhubungan erat dengan lembaga syariah lainnya
yang lebih besar.17
Adapun dalam definisi yang digunakan dalam Microedit Summit (1997) yang
dilanjutkan dengan Microedit Summit di New York tahun 2002, kredit mikro adalah
program pemberian kredit berjumlah kecil ke warga paling miskin untuk membiayai
proyek yang mereka kerjakan sendiri agar menghasilkan pendapatan yang
memungkinkan mereka peduli terhadap diri sendiri dan keluarganya “programmes
extend small loans to very poor for self employment project that generate income,
allowing them to care for themselves and their families”.18
Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) memiliki ruang lingkup yang
luas, seperti simpanan, pinjaman, dan jasa pembayaran, yang biasanya dikelola secara
sederhana. Sebagai lembaga simpanan, LKM berfungsi sebagai lembaga yang
menyediakan berbagai jasa pinjaman, baik untuk kegiatan produktif maupun untuk
kegiatan konsumtif. Selain itu, LKMS juga berfungsi sebagai lembaga intermediasi
dalam aktivitas perekonomian.19
Adapun dari ciri-ciri sebuah LKMS dapat dilihat
dari hal-hal berikut ini, dalam menerima titipan dan investasi, Lembaga Keuangan
17
Binti Innayatuz Zahra,”Six Model Integrated Sebagai Solusi Interaktif Pengaruh Media
Massa terhadap Kepribadian Remaja Indonesia”, artikel ini diakses pada 05 mei 2013 dari
http://nayyasemangat.blogspot.com. 18
Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam; Penguatan Peran LKM dan UKM
di Indonesia (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.49. 19
Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam; Penguatan Peran LKM dan UKM
di Indonesia (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.51.
17
Syariah harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah. Hubungan antara
investor (penyimpan dana), pengguna dana, dan Lembaga Keuangan Syariah sebagai
intermediary institution, berdasarkan kemitraan, bukan hubungan debitur-kreditur.
Bisnis Lembaga Keuangan Syariah bukan hanya berdasarkan profit oriented, tetapi
juga falah orianted, yakni kemakmuran di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Konsep
yang digunakan dalam transaksi Lembaga Syariah berdasarkan prinsip kemitraan
bagi hasil, jual beli atau sewa menyewa guna transaksi komersial, dan pinjam-
meminjam (qardh/ kredit) guna transaksi sosial. Lembaga Keuangan Syariah hanya
melakukan investasi yang halal dan tidak menimbulkan kemudharatan serta tidak
merugikan syiar Islam.20
Umat Islam dilarang mengambil riba apapun jenisnya, dan tidak boleh
melibatkan diri dengan riba.21
Ternyata dari kalangan umat Kristen, Hindu, dan
Budha pun juga menganggap bahwa praktik riba merupakan tindakan kriminal yang
mana akan lebih banyak membawa kerugian. Sehingga banyak masyarakat yang
beralih dari lembaga-lembaga konvensional ke lembaga-lembaga keuangan syariah.
Salah satunya yang telah disebutkan sebelumnya yaitu LKMS, beberapa tahun ini
LKMS menjadi salah satu lembaga favorit pilihan umat. Karena lembaga perbankan
syariah sendiri pun masih banyak yang berpihak kepada kalangan-kalangan
20
Majan Naaii,”Ciri-Ciri LKMS”, artikel in diakses pada 19 Mei 2013 dari
majannaii.blogspot.com. 21
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah : Dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani,
2009), h.48.
18
menengah ke atas dan kurang berpihak kepada masyarakat kecil dan birokrasi yang
tergolong rumit pun menjadi salah satu dari banyak kendala yang ada.
LKMS memiliki berbagai keunggulan di bandingkan dengan lembaga
keuangan lainnya. LKMS memiliki kompetensi dalam wilayah pendidikan ekonomi
Islam yang di dasarkan pada prinsip syariah, yaitu LKMS mempunyai jangkauan luas
dan pengalaman terhadap pelaku UMKM, terlebih BMT yang sudah sangat dekat
dengan pelaku usaha mikro. LKMS dalam hal transaksinya menggunakan sistem
syariah atau ekonomi islam yang bersumber dari Al-qur’an dan Al-Hadist.
Selain memiliki kelebihan LKMS juga memilki kelemahan, diantaranya
dalam hal pengembangannya LKMS tidak bisa terlepas dari UMKM, jadi LKMS
memiliki posisi interdependensi dengan pelaku UMKM, artinya LKMS tidak
memiliki posisi tawar yang besar terhadap UMKM. Sehingga keduanya saling
berkaitan satu sama lain dalam hal pengembangan usahanya. Pengadaan kegiatan
pendidikan formal merupakan biaya tersendiri bagi LKMS, di mana LKMS yang
berorientasi bisnis, dalam konteks keduniawian, cara ini mengurangi keuntungan
mereka. Berkurangnya keuntungan berarti membuat kecepatan berkembang LKMS
menjadi lebih lambat.
19
Tabel 2.1 Konsep
C. Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)
BPRS menurut pengertiannya adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran. Bank Indonesia menetapkan Surat Keputusan Direksi Bank
Indonesia No. 32/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 tentang bank umum berdasarkan
prinsip syariah dan Surat Keputusan Direksi BI No. 32/KEP/DIR tanggal 12 Mei
1999 tentang BPR berdasarkan prinsip syariah. Dimana didalamnya berisi tentang
segala kegiatan yang dilakukan oleh BPRS adalah kegiatan-kegiatan yang
berdasarkan prinsip syariah, dan BPRS wajib memiliki Dewan Pengawas Syariah
(DPS) yang berkedudukan di kantor pusat.22
Dalam peraturan Bank Indonesia No. 6/17/PBI/2004, BPR (Bank Perkreditan
Rakyat) dan BPRS Bank Perkreditan Rakyat Syariah) menerima bentuk simpanan
22
Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2003), h.63&66.
Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS)
Lembaga yang termasuk dalam LKMS :
1. BPRS (Badan Perkreditan Rakyat Syariah)
2. BMT (Baitul Maal Wat Tamwil)
3. Koperasi Syariah
Respon masyarakat non muslim di Depok terhadap LKMS
20
dalam bentuk sebagai berikut : Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan prinsip syariah.
Bank Perkreditan Rakyat atau biasa disebut BPR yang dimaksudkan dalam Undang-
Undang tersebut adalah bank yang menerima simpanan dalam bentuk deposito
berjangka, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu
(Undang-Undang No.7 Tahun 1992 pasal 3). Adapun yang dimaksud BPR Syariah
adalah BPR biasa yang pola operasionalnya mengikuti prinsip-prinsip muamalah
Islam.23
Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Salah satu bank syariah yang telah
memerankan perannya dengan baik, sebelumnya pada tahun 1999 hanya ada 1 bank
umum syariah dan 78 BPRS. Hingga kini BPRS di Indonesia mengalami kemajuan
yang cukup signifikan, tercatat hingga akhir 2012 telah berdiri 156 BPR Syariah,
dengan jaringan kantor sebanyak 1692 buah. Adapun tujuan didirikannya BPRS yaitu
mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalah secara Islam khususnya
muamalah yang berhubungan dengan perbankan, agar terhindar dari praktek-praktek
riba atau jenis-jenis usaha/perdagangan lain yang mengandung gharar dan lain
sebagainya yang dilarang oleh agama Islam. Tujuan yang kedua yaitu untk
menciptakan suatu keadilan dibidang ekonomi dengan jalan meratakan melalui
kegiatan investasi agar tidak terjadi kesenjangan yang amat besar antara pemilk
modal dan pihak yang membutuhkan dana.
23
Karnaen Perwataatmadja, dan M. Syafi’I Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam
(Yogyakarta: PT. Dana Bakti Prima Yasa, 1999), h.95.
21
Tujuan yang ketiga untuk meningkatkan kualitas umat dengan jalan membuka
peluang berusaha yang lebih besar terutama kepada kelompok miskin, yang
diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif menuju terciptanya kemandirian
berusaha. Keempat, untuk membantu menanggulangi masalah kemiskinan yang pada
umumnya merupakan program utama dari negara-negara yang sedang berkembang,
upaya ini berupa pembinaan nasabah yang lebih menonjol sifat kebersamaan dari
siklus usaha yang lengkap. tujuan selanjutnya, untuk meningkatkan kestabilan
ekonomi pemerintah dengan aktivitas-aktivitas Bank Syariah yang diharapkan
mampu menghindarkan inflasi akibat penerapan system bunga, menghindarkan
persaingan yang tidak sehat antara lembaga keuangan khususnya bank dan
menanggulangi kemandirian lembaga keuangan. Tujuan yang terakhir adalah untuk
menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank konvensional yang
menyebabkan umat Islam tidak bisa melaksanakan ajaran agamanya secara penuh
terutama dibidang kegiatan bisnis dan perekonomian.24
BPRS mempunyai ruang lingkup tersendiri, diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Mobilisasi Dana Masyarakat
BPRS akan mengerahkan dana masyarakat dalam berbagai bentuk seperti
simpanan Wadi’ah, dengan adanya fasilitas tabungan dan deposito berjangka.
Fasilitas ini dapat digunakan untuk menitip shadaqah, infaq, zakat, dan lain-lain.
24
Warkum Sumitro, Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 1996), h.11.
22
Simpanan Amanah. Bank menerima titipan amanah berupa dana infaq,
shadaqah, dan zakat. Akad dari penerimaan titipan ini adalah wadi’ah
yakni titipan tidak menanggung resiko.
Tabungan Wadi’ah. Bank menerima tabungan pribadi maupun badan
usaha dalam bentuk tabungan bebas. Akad penerimaan yang
digunakan adalah sama yakni wadi’ah.
Deposito Wadi’ah / Deposito Mudharabah
Bank menerima deposito berjangka pribadi maupun badan usaha.
Akad penerimaannya wadi’ah atau mudharabah, dimana bank
menerima dana yang digunakan sebagai penyertaan. Jangka waktunya
1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan seterusnya.
2. Penyaluran Dana
Menyalurkan dana dalam bentuk:
Pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah atau
musyarakah.
Pembiayaan berdasarkan akad murabahah, salam, istishna’, atau
qardh.
Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada
nasabah berdasarkan akad ijarah dalam bentuk ijarah muntahiya
bittamlik.
Pengambilan alih hutang berdasarkan akad hawalah.
23
3. Menempatkan dana pada Bank Syariah lain dalam bentuk titipan berdasarkan
akad wadiah atau investasi berdasarkan akad mudharabah dan atau akad lain
yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
4. Memindahkan uang baik kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan
nasabah melalui rekening BPRS yang ada di Bank Umum Syariah, Bank
Umum Konvensional, dan UUS.
5. Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Syariah lainnya
yang sesuai dengan prinsip syariah berdasarkan persetujuan Bnak Indonesia.25
D. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) adalah lembaga keuangan non bank yang
beroperasi berdasarkan syariat dengan prinsip bagi hasil, didirikan oleh dan untuk
masyarakt di suatu tempat atau daerah. BMT memiliki dua bidang kerja yaitu sebagai
lembaga Mal (Baitul Mal) dan sebagai Tamwil (Baitul Tamwil). Baitul Mal
dimaksudkan untuk menghimpun zakat, infaq, maupun shadaqah, dan menyalurkan
kepada pihak-pihak yang berhak dalam bentuk pemberian tunai maupun pinjaman
modal tanpa bagi hasil. Baitul Tamwil dimaksudkan untuk menghimpun dana
mayarakat yang mampu dalam bentuk saham, simpanan ataupun deposito, dan
meyalurkannya sebagai modal usaha dengan bagi hasil.26
Penggunaan badan hukum swadaya/koperasi untuk BMT itu disebabkan
karena BMT tidak termasuk kepada lembaga formal yang dijelaskan UU No. 7 tahun
25
UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah 26
Azyumardi Azra, Berderma Untuk Semua : Wacana dan Praqktik Filantropi Islam (Jakarta
: Teraju, 2003), h.236.
24
1992 dan UU No. 10 tahun 1998 tantang perbankan yang dapat dioperasikan untuk
menghimpun dan menyalurkan dana msyarakat adalah bank umum atau BPR. Baik
dioperasikan dengan cara konvensional maupun prinsip bagi hasil. Dalam peraturan
perundang-undangan di Indonesia, yang memungkinkan penerapan sistem operasi
bagi hasil adalah perbankan dan koperasi. BMT berkembang ke berbagai sektor usaha
seperti sector keuangan maupun riil. Ketentuannya diatur dalam keputusan Menteri
Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia Nomor:
91/Kep/M.KUKM/IX/2004 pasal 1 tentang petunjuk pelaksanaan Kegiatan Usaha
Koperasi Jasa Keuangan Syariah. Setelah itu, diperbarui dengan Peraturan Menteri
Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor:
35.2/PER/M.KUKM/X/2007
BMT mempunyai tujuan-tujuan yang akan dicapai dalam pelaksanaannya
yaitu untuk meningkatkan dan mengembangkan ekonomi umat khususnya para
pengusaha kecil, meningkatkan produktivitas usaha dengan memberikan pembiayaan
kepada para pengusaha kecil yang membutuhkan, membebaskan umat (pengusaha
kecil) dari genggaman bunga dan rentenir, meningkatkan kualitas dan kuantitas
kegiatan usaha disamping meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan
penghasilan, menghimpun dana umat islam yang selama ini enggan untuk
menyimpan dananya di bank atau lembaga keuangan yang masih menggunakan
25
sistem bunga, dan tujuan lainnya adalah lebih mengarah kepada perbaikan ekonomi
umat islam.27
Ciri-ciri BMT terbagi menjadi tiga bagian, diantaranya yaitu terbagi atas ciri-
ciri umum BMT, operasional Baitul Maal, dan operasional Baitul Tamwil. Ciri-ciri
dari operasional Baitul Maal berbeda dengan ciri-ciri operasional Baitul Tamwil.
Didalam penjabaran dari ketiga ciri tersebut BMT (Baitul Maal wat Tamwil) secara
umum mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : Baitul Maal Wat Tamwil merupakan
lembaga ekonomi bukan bank yang dapat dijangkau dan mampu menjangkau nasabah
kecil bawah (mikro) yang beroperasi secara syariah dengan potensi jaminan dari
dalam / sekitar lingkungannya sendiri, Baitul Maal Wat Tamwil merupakan gabungan
dari kegiatan baitul tamwil dengan baitul maal, BMT berusaha untuk mengumpulkan
dana anggota dan menyalurkannya kepada anggota untuk modal usaha produktif, dan
yang terakhir adalah Baitul Maal menerima zakat, infaq, shodaqoh dan
menyalurkannya kepada asnafnya menurut ketentuan syariah dengan perkiraan
pemanfaatan yang paling produktif dan paling bermanfaat.
Apabila kita melihat dari ciri - ciri operasional Baitul Maal didalam
penjelasannya terlihat dari segi visi dan misi sosialnya (non komersil), dalam
operasionalnya Baitul Maal memiliki fungsi sebagai mediator antara pembayar zakat
(muzzaki) dan penerima zakat (mustahiq), Baitul Maal tidak boleh mengambil profit
ataupun dari operasinya, dan pembiayaan operasionalnya dapat diambil dari bagian
27
Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK)
26
amil. Sedangkan ciri-ciri Operasional Baitul Tamwil dapat dilihat dari segi visi dan
misi ekonominya (komersil), Baitul Tamwil dijalankan dengan prinsip ekonomi
islam, Baitul Tamwil memiliki fungsi sebagai mediator antara anggota yang memiliki
kelebihan dana dengan anggota yang kekurangan dana, dan yang terakhir pembiayaan
operasionalnya berasal dari asset sendiri atau dana keuntungan (bagi hasil) dari
pembiayaan usaha produktivitas anggoita.28
Dalam menjalankan usahanya BMT mempunyai prinsip-prinsip yang dijalani.
Prinsip Bagi Hasil, prinsip ini merupakan suatu sistem yang meliputi tata cara
pembagian hasil usaha (nisbah) antara penyedia dana yang dikenal dengan Shahibul
Maal dan pengelola dana yang disebut Mudharib. Bentuk produk yang berdasarkan
prinsip ini adalah Mudharabah, Musyarakah, Muzara'ah dan Musaqah. Prinsip Jual
Beli dengan Keuntungan Margin, prinsip ini merupakan suatu cara jual beli yang
pelaksanaannya.
BMT mengangkat nasabah sebagai agen yang diberi kuasa melakukan
pembelian barang atas nama BMT, dan kemudian bertindak sebagai penjual, dan
kemudian bertindak sebagai penjual dengan menjual barang yang telah dibelinya
tersebut ditambah Mark-up sebagai harga jual. Bentuk produk yang berdasarkan
prinsip ini menggunakan akad bai' al-Murabahah, ba'i as Salam, ba'i al Istishna.
Prinsip Sosial Non Profit, disebut sebagai pembiayaan kebajikan, yakni pembiayaan
28
Tunge,”Ciri-Ciri Baitul Maal dan Baitul Tamwil”, artikel ini diakses pada 19 Mei 2013 dari
http://tunge.wordpress.com.
27
yang bersifat sosial dan non komersil. Nasabah cukup mengembalikan pokok
pinjamannya saja, dan bentuk pembiyaan seperti ini biasanya menggunakan akad al
Qard atau al Qordhul Hasan.29
E. Koperasi Syariah
Dilihat dari segi bahasa (etimologi), koperasi berasal dari kata latin yaitu Cum
yang berarti “dengan” dan Apareri yang berarti “bekerja”. Dalam literatur bahasa
inggris dikenal dengan istilah Co dan Operation yang berarti bekerja sama dengan
orang lain untuk mencapai satu tujuan.30
Adapun pengertian dari Koperasi Jasa
Keuangan Syariah (KJKS) adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak
dibidang usaha, pembiayaan, investasi, dan simpanan dengan pola bagi hasil syariah
sebagai bagian kegiatan koperasi yang bersangkutan. Di dalam operasionalnya
koperasi syariah sama saja seperti bank syariah lainnya. Koperasi syariah harus
mengikuti atau berpedoman kepada praktek-praktek usaha yang dilakukan
Rasulullah, bentuk-bentuk usaha yang telah ada sebelumnya tetapi tidak dilarang oleh
Rasulullah atau bentuk-bentuk usaha baru sebagai hasil ijtihad para ulama yang tidak
menyimpang dari Al-Quran dan Al-Hadist.31
Pertumbuhan Koperasi Jasa Keuangan Syariah/Unit Jasa Keuangan Syariah
(KJKS/UJKS) juga mengalami perkembangan yang pesat dan luar biasa, selain itu
KJKS/UJKS merupakan instrumen pemberdayaan UMKM. Pelaksanaan kegiatan
29
BMT Universitas Muhammadiyah, artikel ini diakses pada 10 Mei 2013 dari
http://bmtuniversitasmuhammadiyahjakarta.blogspot.com. 30
Hadi Kusuma, Hukum Koperasi Indonesia (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h.1. 31
Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam (Jakarta: Cahaya Islam, 2003), h.6.
28
usaha berbasis pola syariah ini dimulai pada tahun 2003, sebanyak 26 KSP/USP-
Koperasi Syariah. Lalu meningkat menjadi 100 KSP/USP koperasi syariah pada
tahun 2004. Tahun 2007 diperkirakan jumlah koperasi syariah mencapai 3000 buah.
Dan peningkatan koperasi syariah terus meningkat, hingga April 2012 adalah sekitar
4.117 unit yang ada di masyarakat, yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Payung hukum yang digunakan oleh koperasi syariah secara umum dapat
menggunakan payung hukum koperasi konvensional Undang-undang No. 25 Tahun
1992 tentang Perkoperasian. Namun saat ini masalah koperasi syariah diatur khusus
melalui Perundang-undangan tersendiri. BMT yang berbadan hukum koperasi
menggunakan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Republik Indonesia Nomor: 35.2/PER/M.KUKM/X/2007 tentang Pedoman Standar
Operasional Manajemen Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan
Syariah.32
Tujuan Koperasi Syariah secara umum adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan anggotanya dan kesejahteraan masyarakat dan ikut serta dalam
membangun perekonomian Indonesia berdasarkan prinsip-prinsip islam. Namun
secara terperinci tujuan Koperasi Syariah dalam melaksanakan tugasnya adalah untuk
membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan anggota pada khususnya,
dan masyarakat pada umumnya, guna meningkatkan kesejahteraan sosial
ekonominya. Memperkuat kualitas sumber daya insani anggota, agar menjadi lebih
32
Fakta Biru,”Hukum Koperasi Syariah”, artikel ini diakses pada 10 mei 2013 dari
http://fatabiruuu89.blogspot.com.
29
amanah, professional, konsisten, dan konsekuen (istiqomah) di dalam menerapkan
prinsip-prinsip ekonomi islam dan prinsip-prinsip syariah islam. Berusaha untuk
mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha
bersama berdasarkan azas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi, dan
mengembangkan serta memperluas kesempatan kerja.
Karakteristik koperasi syariah berbeda dengan karakteristik koperasi biasa
(konvensional). Koperasi syariah mempunyai karakteristik tersendiri yang beroperasi
berdasarkan prinsip-prinsip syariah, diantaranya yaitu koperasi syariah tidak
melakukan jual beli uang, adanya DPS untuk mengawasi segala bentuk produk-
produk yang ditawarkan kepada masyarakat umum dan khususnya untuk anggota dan
juga system operasional yang diterapkan oleh koperasi syariah. Usaha koperasi
syariah meliputi semua kegiatan usaha yang halal, baik, thayyib, dan tidak ada unsur
riba, maysir, dan gharar serta menguntungkan dengan sistem bagi hasil, dan juga
tidak melanggar peraturan Undang-Undang yang berlaku di negara Indonesia.33
Prinsip-prinsip koperasi syariah yang menjadi salah satu landasan dari
karakteristik koperasi yaitu kekayaan adalah amanah Allah swt yang tidak dapat
dimiliki oleh siapapun secara mutlak, manusia diberi kebebasan bermu’amalah
selama bersama dengan ketentuan syariah, manusia merupakan khalifah Allah dan
pemakmur di muka bumi, dan menjunjung tinggi keadian serta menolak setiap bentuk
33
Sunarto Zulkifli, Panduan Transaksi Perbankan Syariah (Jakarta: Zikrul Hakim, 2003),
h .11.
30
ribawi dan pemusatan sumber dana ekonomi pada segelintir orang atau sekelompok
orang saja.34
34
Muh Shodiq,”Koperasi Syariah”, diakses pada 10 mei 2013 dari http://just-for-
duty.blogspot.com.
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah masyarakat non muslim di Depok
tepatnya warga non muslim Kelurahan Mekar Jaya.
B. Jenis Penelitian
Jenis pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan empiris,
istilah empiris artinya bersifat nyata. Jadi pendekatan empiris adalah suatu usaha
mendekati masalah yang diteliti dengan sifat hukum yang nyata atau sesuai dengan
kenyataan yang hidup dalam masyarakat. Penelitian dengan pendekatan empiris harus
dilakukan di lapangan, dengan menggunakan metode dan teknik penelitian lapangan.
Peneliti mengadakan kunjungan kepada masyarakat dan berkomunikasi dengan para
anggota masyarakat.
Dengan pendekatan empiris bukan berarti tidak ada sama sekali pengertian-
pengertian teoritis yang dapat dikemukakan peneliti namun hanya pokok-pokok
pengertian yang telah diketahui peneliti, pokok-pokok pengertian yang belum
mendalam, dikarenakan peneliti masih kurang mengetahui dan menguasai teori-teori
tersebut. Hal yang terpenting dalam pendekatan empiris adalah apa yang dialami
masyarakat, datanya dapat diperoleh peneliti di lapangan.
Penulisan skripsi ini juga menggunakan penelitian lapangan (field research),
yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti data-data dengan cara melihat
32
langsung fenomena yang ada dan terjadi di lapangan. Dengan mengumpulkan data
jumlah masyarakat non muslim di Depok yang kemudian membuat kuesioner di
mulai dari data tingkat kecamatan kemudian dikerusutkan ke tingkat kelurahan,
tingkat RW, hingga tingkat yang paling kecil yaitu tingkat RT.
C. Jenis Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini menggunakan jenis data kuantitatif, kuantitatif adalah
sebuah data berupa angka-angka yang bertujuan untuk mencari simpulan umum atas
sebuah fenomena. Jenis data disini menggunakan alat analisis yang bersifat
kuantitatif dengan menggunakan ekonometrik yang menitikberatkan pada pengujian
hipotesis, data yang digunakan harus terukur, dan menghasilkan kesimpulan yang
dapat digeneralisasikan. Disebut kuantitatif karena data penelitian berupa angka-
angka dan analisis menggungakan statistik.35
Sumber data yang dibagi menjadi 2, yaitu sumber data primer dan sumber
data sekunder.
a. Data primer, adalah yang berupa informasi langsung berasal dari
narasumber, sumber asli ataupun pertama melalui wawancara, serta
informasi dari para responden (masyarakat) melalui kuesioner yang
35
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2008),
h.7.
33
dilakukan dengan wawancara aktif.36
Wawancara adalah suatu bentuk
tanya-jawab dengan narasumber dengan tujuan mendapatkan keterangan,
penjelasan, pendapat, fakta, bukti, tentang suatu masalah atau suatu
peristiwa. Di satu pihak, wawancara diidentifikasi untuk menjaring fakta,
data, atau bukti yang akan dijadikan berita dalam suatu media atau
wacana.37
b. Data sekunder, adalah data yang sudah tersedia sehingga peneliti tinggal
mencari dan mengumpulkan. Salah satu sumbernya yaitu bersumber dari
kajian pustaka, berupa buku, dokumentasi, laporan-laporan, atau data lain
dalam runtun waktu.38
D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian.39
Populasi masyarakat Non
Muslim pada penelitian ini adalah warga non muslim Kelurahan Mekar Jaya, Depok.
Dengan jumlah penduduk prianya, yaitu sebanyak 44.648 jiwa dan jumlah penduduk
wanitanya adalah 44.316 jiwa. Jumlah RW nya yaitu sebanyak 31, dan jumlah RT
nya adalah sebanyak 247.
36
Jonathan Sarwono, Analisis Data Penelitian Dengan Menggunakan SPSS (Yogyakarta: CV.
Andi Offset, 2006), h.8. 37
JS. Kamdhi, Terampil Berwicara (Jakarta: Grasindo), h.95. 38
Jonathan Sarwono, Analisis Data Penelitian Dengan Menggunakan SPSS (Yogyakarta: CV.
Andi Offset, 2006), h.8. 39
Suranto, Metodologi Dalam Pendidikan Dengan Progrm SPSS (Semarang: Ghyyas Putra,
2009), h.15.
34
Tabel 3.1
Daftar Masyarakat Berdasarkan Agama 1 Tahun Terakhir
Nama Agama Jumlah
Islam 74.866
Protestan 7.155
Katolik 5.935
Hindu 495
Budha 512
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut.40
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
teknik Two Stage Cluster Sampling. Cluster Sampling adalah teknik memilih sebuah
sampel dari kelompok-kelompok unit-unit yang kecil, atau cluster. Populasi dari
cluster merupakan subpopulasi dari total populasi. Unsur-unsur dalam cluster
sifatnya tidak homogen, yang berbeda dengan unit-unit elementer dalam strata.
Dalam teknik Two Stage Cluster Sampling tahap pertama yang dilakukan yaitu
memilih kelompok yang dibentuk pada tingkat pertama dari populasi atau yang biasa
disebut Primary Sampling Unit (PSU) dari total PSU. Kemudian tahap keduanya
yaitu memilih unit elementer dari unit elementer yang ada dalam PSU yang terpilih
40
Suranto, Metodologi Dalam Pendidikan Dengan Progrm SPSS (Semarang : Ghyyas Putra,
2009), h.116.
35
pada sampling pertama. Dalam hal ini Two Stage Cluster Sampling terdapat dua
tahap sampling. 41
Tahap-tahap pengambilan sample, peneliti secara random memilih psu
sebagai sampel pertama dicari dengan rumus :
Jumlah RW = 31
(fraction) = 10%
1. PSU = 10% x ∑ RW
= 10% x 31
= 3,1 = 3 RW
Maka jumlah psu dalam sampling pertama adalah 3 buah. Kemudian peneliti
menarik secara random 3 buah psu (RW) dari 31 RW yang ada, yaitu : RW 19, RW
21, RW 27. Peneliti kemudian mencari jumlah masyarakat Non Muslim dari tiap RW
yang terpilih dengan melihat data penduduk yang tersedia. Dengan menggunakan
data penduduk yang ada di kantor masing-masing RW, diketahui bahwa :
- RW 19 mempunyai 105 masyarakat Non Muslim.
- RW 21 mempunyai 137 masyarakat Non Muslim.
- RW 27 mempunyai 89 masyarakat Non Muslim
Total masyarakat Non Muslim dalam sampel pertama adalah : 105 + 137+ 89
= 331
41
Moh. Nazir, Metode Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h.313&315.
36
Tidak semua masyarakat Non Muslim (331 orang) dijadikan responden.
Tetapi dari sini akan ditarik lagi sampel tahap kedua secara random dan berimbang.
Sampel fraction yang digunakan adalah 15 %, dengan kata lain : (fraction) =
0,15, jumlah masyarakat Non Muslim yang akan menjadi responden adalah
= 0,15 x 105 = 15,75 = 15 untuk RW 19
= 0,15 x 137 = 20,55 = 20 untuk RW 21
= 0,15 x 59 = 8,85 = 8 untuk RW 27
Besar sampel untuk tahap kedua adalah : n = y = ∑ = 15 + 20 + 8 = 43
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dari
kuesioner dan dokumentasi atau bahan pustaka dengan menggunakan metode
kuantitatif, yaitu statistik deskriptif :
a. Kuesioner
Metode kuesioner adalah suatu pengumpulan data dengan memberikan atau
menyebarkan daftar pertanyaan atau pernyataan kepada responden dengan harapan
responden merespon daftar pertanyaan atau pernyataan tersebut.42
Kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan
42
Husein Umar, Metode Riset Bisnis (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003), h.114.
37
pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.43
Kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini adalah model tertutup karena jawaban
telah disediakan dan kuesioner akan dijawab oleh warga non muslim Kelurahan
Mekar Jaya, Kecamatan Sukmajaya.
b. Dokumentasi atau Bahan Pustaka
Metode dokumentasi atau Bahan Pustaka digunakan untuk mengumpulkan
beberapa informasi tentang data dan fakta yang berhubungan dengan masalah dan
tujuan penelitian, baik dari sumber dokumen yang di publikasikan atau tidak di
publikasikan, buku-buku, jurnal ilmiah, koran, majalah, website dan lain-lain. Dalam
hal ini peneliti akan menggunakan laporan jumlah masyarakat non muslim di Depok
tepatnya dimulai tingkat kecamatan, kemudian dikerucutkan ke tingkat kelurahan,
RW, hingga yang terakhir adalah tingkat RT data yang diambil yaitu Kelurahan
Mekar Jaya, Kecamatan Sukmajaya yang kemudian ditarik beberapa sample
masyarakat non muslimnya.
F. Konseptual Variabel Penelitian
Dalam konteks variabel penelitian ini, penulis menentukan variabel yang akan
menjadi aspek-aspek variabel yang nantinya akan diukur, yaitu :
43
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2008),
h.142.
38
G. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Penelitian ini menggunakan variabel terikat (dependent variabel), variable
bebas (independent variabel).
1. Variabel Terikat (Dependent Variabel)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah:
Respon Masyarakat Non Muslim terhadap LKMS (Y)
2. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah:
Sosial (X1)
Produk (X2)
Pelayanan (X3)
Lokasi (X4)
Syariah (X5)
3. Hipotesis
Produk (X2)
Sosial (X1)
Lokasi (X4)
Syariah (X5)
Pelayanan (X3) Respon Masyarakat
Non Muslim terhadap
LKMS (Y)
39
Adapun hipotesis atau dugaan sementara dari permasalahan ini yang dibuat
oleh penulis adalah :
X1 = Sosial
X2 = Produk
X3 = Pelayanan
X4 = Lokasi
X5 = Syariah
Y = Respon Masyarakat Non Muslim terhadap LKMS, dimana:
Secara Bersama-sama
Ho = Tidak ada hubungan antara Sosial, Produk, Pelayanan, Lokasi, dan
Syariah dengan Respon Masyarakat Non Muslim terhadap LKMS.
Ha = Ada hubungan antara Sosial, Produk, Pelayanan, Lokasi, dan
Syariah dengan Respon Masyarakat Non Muslim terhadap LKMS.
Secara Parsial
Ho = Tidak ada hubungan antara Sosial LKMS dengan Respon
Masyarakat Non Muslim terhadap LKMS.
Ha = Ada hubungan antara Sosial LKMS dengan Respon Masyarakat
Non Muslim terhadap LKMS.
40
Ho = Tidak ada hubungan antara Produk dengan Respon Masyarakat
Non Muslim terhadap LKMS.
Ha = Ada hubungan antara Produk dengan Respon Masyarakat Non
Muslim terhadap LKMS.
Ho = Tidak ada hubungan antara Pelayanan dengan Respon Masyarakat
Non Muslim terhadap LKMS.
Ha = Ada hubungan antara Pelayanan dengan Respon Masyarakat Non
Muslim terhadap LKMS.
Ho = Tidak ada hubungan antara Lokasi dengan Respon Masyarakat Non
Muslim terhadap LKMS.
Ha = Ada hubungan antara Lokasi dengan Respon Masyarakat Non
Muslim terhadap LKMS.
Ho = Tidak ada hubungan antara Syariah dengan Respon Masyarakat
Non Muslim terhadap LKMS.
Ha = Ada hubungan antara Syariah dengan Respon Masyarakat Non
Muslim terhadap LKMS.
4. Teknik Analisis Data
1. Uji Validitas dan Reliabilitas
41
Uji validitas dan uji reabilitas merupakan syarat mutlak untuk
mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Uji validitas dilakukan
untuk menguji apakah kuesioner layak digunakan sebagai instrumen
penelitian. Instrumen yang valid merupakan alat ukur yang digunakan untuk
menyatakan data itu valid.44
Untuk menguji validitas digunakan pendekatan
korelasi yaitu dengan cara mengkorelasikan antara skor butir pertanyaan
dengan skor totalnya. Bila nilai korelasinya positif maka butir pertanyaan
tersebut dinyatakan valid.
Maka dilakukan uji validitas terhadap 43 kuesioner yang telah diisi oleh
responden dengan 25 butir pertanyaan. Suatu pertanyaan dapat dikatakan
valid jika nilai koefisien korelasi positif dan bernilai > 0,20.
Tabel 3.2 Uji Validitas Variabel Sosial
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
D2 37.49 29.399 .361 .750
D5 36.79 32.503 .337 .739
D10 35.79 36.931 .227 .748
D9 35.72 34.016 .386 .725
E1 32.98 30.785 .638 .680
E5 32.14 33.313 .500 .708
E6 32.07 31.305 .555 .694
E7 32.30 31.121 .659 .679
44
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS (Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, 2005), h.12.
42
Nilai validitas dari tabel 3.2 diatas dapat dilihat pada kolom Corrected
Item - Total Correlation. Hasil uji validitas terhadap masing-masing butir
pertanyaan D2, D5, D10, D9, E1, E5, E6, dan E7 yang digunakan untuk
mengukur variabel sosial diperoleh nilai koefisien korelasi positif dan bernilai
> 0.20. Sehingga butir-butir pertanyaan tersebut dinyatakan valid.
Tabel 3.3 Uji Validitas Variabel Produk
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
D6 3.86 .742 .572 .a
D7 4.09 1.086 .572 .a
a. The value is negative due to a negative average covariance among items. This violates reliability model assumptions. You may want to check item codings.
Nilai validitas dari tabel 3.3 diatas dapat dilihat pada kolom Corrected
Item - Total Correlation. Hasil uji validitas terhadap masing-masing butir
pertanyaan D6 dan D7 yang digunakan untuk mengukur variabel produk
diperoleh nilai koefisien korelasi positif dan bernilai > 0.20. Sehingga butir-
butir pertanyaan tersebut dinyatakan valid.
43
Tabel 3.4 Uji Validitas Variabel Pelayanan
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
D4 25.53 13.398 .210 .619
D12 25.67 12.606 .357 .572
D13 27.70 14.549 .212 .617
E2 22.42 9.725 .664 .430
E3 22.26 10.814 .249 .643
E4 22.23 10.040 .489 .505
Nilai validitas dari tabel 3.4 diatas dapat dilihat pada kolom Corrected
Item - Total Correlation. Hasil uji validitas terhadap masing-masing butir
pertanyaan D4, D12, D13, E2, E3, dan E4 yang digunakan untuk mengukur
variabel pelayanan diperoleh nilai koefisien korelasi positif dan bernilai
> 0.20. Sehingga butir-butir pertanyaan tersebut dinyatakan valid.
Tabel 3.5 Uji Validitas Variabel Lokasi
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
D11 4.74 .195 .660 .a
D8 3.47 .683 .660 .a
a. The value is negative due to a negative average covariance among items. This violates reliability model assumptions. You may want to check item codings.
Nilai validitas dari tabel 3.5 diatas dapat dilihat pada kolom Corrected
Item - Total Correlation. Hasil uji validitas terhadap masing-masing butir
pertanyaan D11 dan D8 yang digunakan untuk mengukur variabel lokasi
44
diperoleh nilai koefisien korelasi positif dan bernilai > 0.20. Sehingga butir-
butir pertanyaan tersebut dinyatakan valid.
Tabel 3.6 Uji Validitas Variabel Syariah
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
D15 8.02 2.309 .517 .666
D16 8.42 1.916 .610 .545
D17 8.30 1.645 .523 .677
Nilai validitas dari tabel 3.6 diatas dapat dilihat pada kolom Corrected
Item - Total Correlation. Hasil uji validitas terhadap masing-masing butir
pertanyaan D15, D16, dan D17 yang digunakan untuk mengukur variabel
Syariah diperoleh nilai koefisien korelasi positif dan bernilai > 0.20.
Sehingga butir-butir pertanyaan tersebut dinyatakan valid.
Tabel 3.7 Uji Validitas Variabel Respon
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
D3 6.88 3.153 .488 .456
D1 7.07 3.352 .430 .542
D18 6.70 3.787 .399 .582
Nilai validitas dari tabel 3.7 diatas dapat dilihat pada kolom Corrected
Item - Total Correlation. Hasil uji validitas terhadap masing-masing butir
pertanyaan D3, D1, dan D18 yang digunakan untuk mengukur variabel respon
45
diperoleh nilai koefisien korelasi positif dan bernilai > 0.20. Sehingga butir-
butir pertanyaan tersebut dinyatakan valid.
Sedangkan reliabilitas merupakan suatu alat ukur yang mempunyai
reliabilitas yang tinggi atau dapat dipercaya, jika alat ukur itu mantap, dalam
pengertian bahwa alat ukur tersebut stabil, dapat diandalkan (dependability)
dan dapat diramalkan (predictability). Suatu alat ukur yang mantap tidak
berubah-ubah pengukurannya dan dapat diandalkan karena penggunaan alat
ukur tersebut berkali-kali akan memberikan hasil yang serupa. Dari aspek-
aspek di atas dapat disimpulkan bahwa reliabilitas adalah ketepatan atau
tingkat presisi suatu ukuran atau alat pengukur.45
Untuk menghitung reliabilitas dilakukan dengan menggunakan koefisien
Croanbach Alpha. Instrument untuk mengukur masing-masing variabel
dikatakan reliabel jika memiliki Croanbach Alpha > 0.60.
Tabel 3.8 Uji Reliabilitas
No Variabel Croanbach
Alpha Keterangan
1 Sosial 0.742 Reliabel
2 Produk 0.719 Reliabel
3 Pelayanan 0.616 Reliabel
4 Lokasi 0.708 Reliabel
5 Syariah 0.718 Reliabel
6 Respon 0.629 Reliabel
45
Moh. Nazir, Metode Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h.133.
46
Dari tabel 3.8 diatas didapatkan bahwa perhitungan ke-6 variabel di atas
nilai Croanbach Alpha nya > 0.60. Hal ini dapat dikatakan semua item
variabel pertanyaan baik variabel dependent maupun variabel independent
adalah reliabel karena nilai Croanbach Alpha yang didapat lebih dari 0.60.
2. Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan uji hipotesis, perlu dilakukan pengujian prasyarat
analisis regresi dalam stastistik parametrik. Karena dalam penggunaan
statistik parametric, bekerja dengan asumsi bahwa data setiap variabel
penelitian yang akan dianalisis harus membentuk distribusi normal. Dalam
penelitian ini dilakukan uji heterokedastisistas, uji normalitas data, dan
autokorelasi.
a. Uji Heterokedastisitas
Uji Heterokedatisitas menujukkan bahwa varians variabel tidak sama
untuk semua pengamatan. Jika varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas. Model regresi yang
baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas karena
data cross section memiliki data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedag
dan besar). Untuk melihat adanya problem heterokedastisitas adalah dengan
melihat grafik plot antara nilai prediksi variable terikat (ZPRED) dengan
residualnya (SRESID). Cara menganalisisnya yaitu :
47
Dengan melihat apakah titik-titik memiliki pola tertentu yang teratur
seperti bergelombang, melebar kemudian menyempit, jika terjadi maka
mengindikasikan terdapat heterokedatisitas.
Jika tidak terdapat pola tertentu yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas
dan dibawah angka 10 pada sumbu Y maka mengidentifikasi tidak terjadi
heterokedastisitas.
b. Uji Normalitas
Pengujian normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi
data. Untuk mengetahui bentuk kenormalan distribusi data salah satu cara
yang dapat kita gunakan yaitu grafik distribusi dengan ketentuan, data
terdistribusi secara normal akan mengikuti pola distribusi normal dimana
bentuk grafiknya mengikuti bentuk lonceng. Selain itu uji normalitas data
dilakukan pula dengan melihat hasil grafik P Plot, yaitu :
Jika titik-titiknya mendekati garis diagonal berarti memenuhi asumsi
Normal.
Jika titik-titiknya menjauhi garis diagonal berarti tidak memenuhi asumsi
Normal.
c. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi merupakan menguji tentang ada tidaknya korelasi
antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan periode t-1 pada
persamaan regresi linier. Problem autokorelasi mungkin terjadi pada data time
48
series (data runtut waktu), sedangkan pada data crossection (silang waktu)
masalah autokorelasi jarang terjadi. Model regresi yang baik selayaknya bebas
dari autokorelasi.
Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam
model regresi. Metode pengujian yang sering digunakan adalah pengujian uji
Durbin-Watson (uji DW). Nilai Uji statistik Durbin-Watson berkisar antara 0
dan 4. Sebagai pedoman umum, bila nilai uji statistik Durbin-Watson < 1 atau
> 3, maka residuals atau error dari model regresi berganda terjadi
autokorelasi.46
3. Analisis Regresi Linier Berganda
Regresi linier berganda bertujuan menghitung besarnya pengaruh dua
atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel terikat dan memprediksi
variabel terikat dengan menggunakan dua atau lebih variabel bebas mauoun
veriabel terikat harus berskala interval.
Y = + + + … +
Y = Variabel tetap
= Intercept / konstanta. Menerangkan jika nilai , = 0,
maka nilai Y sebesar Intercept / konstanta
46 Stanislaus S. Uyanto, Pedoman Analisis Data Dengan SPSS (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2006), h.248.
49
, = Koefisien variabel (parameter). Menerangkan besarnya
pengaruh terhadap naik turunnya Y dipengaruhi nilai
koefisien
, = Variabel bebas
H. Uji Hipotesis
a. Uji Koefisien Determinasi (R Square ( ))
Merupakan ukuran untuk mengetahui kesesuaian atau ketetapan
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dalam
suatu persamaan regresi. Nilai akan berkisar 0 sampai 1. Apabila nilai
= 1 menunjukkan bahwa 100% total variasi diterangkan oleh varian
persamaan regresi, atau variabel bebas mampu menerangkan variabel
terikat. Sebesar 100% sebaliknya apabila nilai = 0 menunjukkan bahwa
tidak ada total varian yang diterangkan oleh varian bebas dari persamaan
regresi baik X1, X2, X3, dst. Nilai koefisien determinasi dikatakan baik
apabila > 0,5 menunjukkan variabel bebas dapat menjelaskan variabel
terikat dengan baik atau kuat, = 0,5 dikatakan sedang dan < 0,5 relatif
kurang baik. Hal ini disebabkan mungkin salah satu diantaranya adalah
spesifikasi model yang salah yaitu pemilihan variabel yang kurang tepat
atau pengukuran yang tidak akurat.
b. Uji T (Pengujian Secara Parsial)
50
Di gunakan untuk mengetahui apakah suatu variable independent
secara parsial berpengaruh nyata atau tidak nyata terhadap variable
dependent. Dengan menggunakan uji T, rumusan hipotesis yang akan diuji
adalah:
- Ho : o = 1 = 2 = 0
Variable bebas secara parsial berpengaruh tidak nyata terhadap
variable terikat (taraf nyata 5% untuk ilmu sosial).
- Ha : o = 1 = 2 = 0
Variable bebas secara parsial berpengaruh secara nyata terhadap
variable terikat (taraf nyata 5% untuk ilmu sosial).
Dari hasil pengolahan data melalui SPSS, maka uji t dapat diukur dari
tabel. Ketentuannya yaitu:
- Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak
- Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima.47
c. Uji F (Pengujian Secara Bersama-sama)
Digunakan untuk melihat apakah variable independent mampu secara
bersama-sama menjelaskan variable dependent. Dengan menggunakan uji
F, rumusan hipotesis yang akan diuji adalah:
Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima
Jika F hitung < F tabel, maka Ho doterima Ha ditolak
47
Ety Rochaety, Ratih Tresnati, Abdul Madjid Latief, Metode Penelitian Bisnis : Dengan
Aplikasi SPSS (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2007), h.118-123.
51
Ho = Sosial, Produk, Pelayanan, Lokasi, dan Syariah secara bersamaan
tidak berpengaruh signifikan pada Respon Masyarakat Non Muslim
terhadap LKMS.
Ha = Sosial, Produk, Pelayanan, Lokasi, dan Syariah secara bersamaan
berpengaruh signifikan pada Respon Masyarakat Non Muslim terhadap
LKMS.
52
BAB IV
PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA
A. Profil Responden
Total kuesioner yang direspon dan dapat digunakan untuk mengolah data
sebanyak 43 kuesioner yaitu 100% dari total kuesioner yang disebar. Berdasarkan
jenis kelaminnya kuesioner ini terbagi menjadi 2, yaitu Laki-laki dan perempuan. Data
karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dan usia disajikan pada gambar 4.1
sebagai berikut :
Gambar 4.1
Jenis Kelamin dan Usia
Berdasarkan gambar 4.1 diatas dapat dilihat bahwa sampel dalam penelitian
ini terdapat 19 orang laki-laki atau 44,2% dan 23 orang perempuan atau 55,8%.
0
1
2
3
4
5
6
Laki-laki
Perempuan
53
Dimana didapatkan bahwa responden berusia 20 tahun kebawah berjumlah 3 orang
terdiri dari 0 laki-laki dan 3 perempuan, responden yang berusia 21-25 tahun
berjumlah 6 orang terdiri dari 1 laki-laki dan 5 perempuan, responden yang berusia
26-30 tahun berjumlah 8 orang terdiri dari 3 laki-laki dan 5 perempuan, responden
yang berusia 31-35 tahun berjumlah 8 orang terdiri dari 2 laki-laki dan 6 perempuan,
responden yang berusia 36-40 tahun berjumlah 7 orang terdiri dari 6 laki-laki dan 1
perempuan, responden yang berusia 41-45 tahun berjumlah 1 orang terdiri dari 1 laki-
laki dan 0 perempuan, responden 46-50 tahun berjumlah 2 orang terdiri dari 0 laki-
laki dan 2 perempuan, responden yang berusia 51 tahun ke atas berjumlah 8 orang
terdiri dari 6 laki-laki dan 2 perempuan.
Data responden berdasarkan pendidikannya dalam gambar 4.2 dibawah ini
adalah sebagai berikut :
Gambar 4.2
Pendidikan
1 1
25 7
9
Pendidikan
SD
SMP
SMA
D3
S1
54
Tingkat pendidikan responden berdasarkan gambar 4.2 terdiri dari 1 orang
yang tamat SD (Sekolah Dasar), 1 orang tamat SMP (Sekolah Menengah Pertama),
25 orang responden yang SMA (Sekolah Menengah Dasar), 7 orang responden tamat
D3 (Diploma), 9 orang responden yang tamat hingga S1 (Sarjana). Dalam bidang
pekerjaan, data responden terbagi menjadi 7 kelompok yaitu pensiunan, mahasiswa,
ibu rumah tangga, buruh, karyawan swasta, pegawai negri, dan wiraswasta yang
tertera dalam gambar 4.3 di bawah ini :
B. Hasil Kuesioner
1. Respon Masyarakat Non Muslim terhadap LKMS yang dipengaruhi
faktor Sosial
Berdasarkan lampiran 1.1, 2.3% Masyarakat Non Muslim di Depok
menyatakan bahwa promosi yang telah dilakukan oleh LKMS sangat menarik, 27.9%
promosi yang telah dilakukan oleh LKMS menarik, 18.6% promosi yang telah
dilakukan oleh LKMS cukup menarik, 18.6% promosi yang telah dilakukan oleh
LKMS tidak menarik, dan 32.6% promosi yang telah dilakukan oleh LKMS sangat
tidak menarik. Dapat kita simpulkan bahwa variasi promosi yang dilakukan oleh
LKMS cenderung monoton dan tidak bervariatif.
Berdasarkan lampiran 1.2, dapat dilihat bahwa 39.5% LKMS tidak pernah
melakukan promosi terhadap Masyarakat Non Muslim di Depok, 16.3% LKMS
melakukan promosinya dalam jangka waktu setiap 7-12 bulan, sebesar 11.6% LKMS
melakukan promosinya setiap 2-6 bulan, dan sebesar 16.3% LKMS melakukan
55
promosinya dalam jangka waktu setiap 1 bulan, dan 1 minggu ke masing-masing
wilayah tertentu di Depok. Bila dikaitkan dengan lampiran 1.1 dan lampiran 1.2 dapat
disimpulkan bahwa minimnya informasi Masyarakat Non Muslim di Depok tentang
hadirnya LKMS salah satu faktornya yaitu faktor promosi yang kurang ke masing-
masing wilayah di Depok, periode waktu promosi yang kurang, dan kurang
variatifnya promosi yang dilakukan LKMS.
Tabel 4.3 Sistem Syariat Islam yang Diterapkan LKMS
Sistem Syariat Islam yang Diterapkan LKMS
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Sangat Tidak Sesuai 2 4.7 4.7 4.7
Tidak Sesuai 5 11.6 11.6 16.3
Ragu-ragu 10 23.3 23.3 39.5
Sesuai 20 46.5 46.5 86.0
Sangat Sesuai 6 14.0 14.0 100.0
Total 43 100.0 100.0
Dari tabel di atas menunjukkan 2 Masyarakat Non Muslim di Depok
menyatakan sistem yang diterapkan LKMS sangat tidak sesuai dengan syariat Islam,
5 Masyarakat Non Muslim di Depok menyatakan sistem yang diterapkan LKMS
tidak sesuai dengan syariat Islam, 10 Masyarakat Non Muslim di Depok menyatakan
ragu-ragu, 20 Masyarakat Non Muslim di Depok menyatakan sistem yang diterapkan
LKMS sesuai dengan syariat Islam, dan 6 Masyarakat Non Muslim di Depok
menyatakan sistem yang diterapkan LKMS sangat sesuai dengan syariat Islam. Dari
hasil tertinggi yaitu 20 Masyarakat Non Muslim di Depok menyatakan sistem yang
diterapkan LKMS sesuai dengan syariat Islam hal ini menunjukkan bahwa sistem
56
yang sesuai dengan syariat Islam sudah menyebar luas dan dapat dirasakan pula oleh
Masyarakat Non Muslim di Depok.
Berdasarkan lampiran 1.3, menunjukkan bahwa 7% masyarakat Non Muslim
di Depok menyatakan bahwa pendapatan yang mereka dapatkan sangat penting untuk
ditabung, 67.4% pendapatan Masyarakat Non Muslim di Depok menyatakan bahwa
pendapatan mereka penting untuk ditabung, dan 25.6% pendapatan Masyarakat Non
Muslim di Depok menyatakan bahwa pendapatan mereka cukup penting untuk
ditabung.
Berdasarkan Lampiran 1.4, menunjukkan bahwa 2.3% Masyarakat Non
Muslim di Depok menyatakan bahwa menabung itu tidak penting, 18.7% menyatakan
cukup penting, 65.1% menyatakan penting, dan 13.9% menyatakan sangat penting.
Bila hasil dari gambar 4.5 dan 4.6 dihubungkan bahwa sebagian besar Masyarakat
non Muslim di Depok mengetahui betapa pentingnya arti menabung bagi mereka
dimulai dari 67.4% Masyarakat Non Muslim di Depok menyatakan bahwa
pendapatan mereka penting untuk ditabung, dan 65.1% Masyarakat Non Muslim
menyatakan bahwa menabung bagi mereka adalah hal yang penting. Dalam
kesinambungan antara kedua lampiran di atas menunjukkan bahwa kesempatan
LKMS dalam menghimpun dana berupa tabungan dari Masyarakat Non Muslim di
Depok adalah besar peluangnya karena dapat kita lihat tingginya presentase
pendapatan yang ditabung dan kesadaran menabung yang dilakukan oleh Masyarakat
Non Muslim di Depok.
57
2. Respon Masyarakat Non Muslim terhadap LKMS yang dipengaruhi
faktor Produk
Tabel 4.4 Kalangan Promosi Produk
Kalangan Promosi Produk
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Sangat Tidak Setuju 3 7.0 7.0 7.0
Ragu-ragu 3 7.0 7.0 14.0
Setuju 21 48.8 48.8 62.8
Sangat Setuju 16 37.2 37.2 100.0
Total 43 100.0 100.0
Tabel di atas berdasarkan penelitian bahwa 3 responden Masyarakat Non
Muslim di Depok sangat tidak setuju bahwa promosi produk yang dilakukan LKMS
ke berbagai kalangan dari kalangan bawah hingga kalangan atas, 3 responden
menyatakan ragu-ragu, 21 responden menyatakan setuju, dan 16 responden
menyatakan sangat setuju. Berdasarkan kesimpulan yang didapat responden
Masyarakat Non Muslim di Depok menyatakan bahwa LKMS telah melakukan
promosi produk hingga keseluruh kalangan, yakni tidak hanya kalangan atas namun
hingga kekalangan bawah yang dimana target masyarakat bawahlah yang menjadi
sasaran utama LKMS.
Berdasarkan lampiran 1.5, bahwa 2.3% Masyarakat Non Muslim di Depok
menyatakan bahwa produk-produk yang ditawarkan LKMS sangat tidak sesuai
dengan kebutuhan nasabah, 30.2% Masyarakat Non Muslim di Depok menyatakan
58
ragu-ragu, 44.2% Masyarakat Non Muslim di Depok menyatakan sesuai, dan 23.3%
orang responden Masyarakat Non Muslim di Depok menyatakan sangat sesuai.
3. Respon Masyarakat Non Muslim terhadap LKMS yang dipengaruhi
faktor Pelayanan
Berdasarkan lampiran 1.6, 2.3% Masyarakat Non Muslim di Depok
menyatakan bahwa LKMS memiliki teknologi yang sangat tidak canggih, 11.6%
Masyarakat Non Muslim di Depok menyatakan bahwa LKMS memiliki teknologi
yang tidak canggih, 23.3% Masyarakat Non Muslim ragu-ragu, 46.5% orang
Masyarakat Non Muslim di Depok menyatakan bahwa LKMS memiliki teknologi
yang canggih, dan 16.3% Masyarakat Non Muslim di Depok menyatakan bahwa
LKMS memiliki teknologi yang sangat canggih. Dari hasil tabel di atas dapat
dsimpulkan bahwa Masyarakat Non Muslim di depok menyetujui dan mengakui
bahwa LKMS telah memiliki teknologi yang canggih dalam melakukan transaksi
ataupun dalam menjalankan operasionalnya.
Berdasarkan lampiran 1.7, 16.3% Masyarakat Non Muslim di Depok tidak
setuju LKMS mempunyai pelayanan yang baik, 32.6% Masyarakat Non Muslim di
Depok ragu-ragu, 37.2% Masyarakat Non Muslim di Depok setuju LKMS
mempunyai pelayanan yang baik, dan 14% Masyarakat Non Muslim di Depok sangat
setuju LKMS mempunyai pelayanan yang baik.
59
Gambar 4.5 Kecepatan dan Ketepatan Karyawan terhadap Nasabah
Berdasarkan gambar di atas 2.4% Masyarakat Non Muslim di Depok
menyatakan bahwa pegawai LKMS memberikan pelayanan yang sangat tidak cepat
dan tepat terhadap nasabah, 30.2% Masyarakat Non Muslim di Depok menyatakan
bahwa pegawai LKMS memberikan pelayanan yang cukup cepat dan tepat terhadap
nasabah, 55.8% Masyarakat Non Muslim di Depok menyatakan bahwa pegawai
LKMS memberikan pelayanan yang cepat dan tepat terhadap nasabah, dan 11.6%
Masyarakat Non Muslim di Depok menyatakan bahwa pegawai LKMS memberikan
pelayanan yang sangat cepat dan tepat terhadap nasabah.
2,4%
30,2%
55,8%
11,6%
Kecepatan dan Ketepatan Karyawan terhadap Nasabah
Sangat Tidak Cepat danTepat
Cukup Cepat dan Tepat
Cepat dan Tepat
Sangat Cepat dan Tepat
60
Gambar 4.6 Keprofesionalan Pegawai LKMS
Berdasarkan gambar di atas 2.4% Masyarakat Non Muslim di Depok
menyatakan bahwa pegawai LKMS tidak profesional, 32.5% Masyarakat Non
Muslim di Depok menyatakan bahwa pegawai LKMS cukup profesional, 51.2%
Masyarakat Non Muslim di Depok menyatakan bahwa pegawai LKMS professional,
dan 13.9% Masyarakat Non Muslim di Depok menyatakan bahwa pegawai LKMS
sangat profesional. Berdasarkan lampiran 1.6, lampiran 1.7, gambar 4.6, dan gambar
4.7 dapat disimpulkan bahwa pegawai LKMS mampu memberikan pelayanan yang
baik terhadap nasabahnya dan mampu diimbangi dengan kecepatan dan ketepatan
dalam bekerja. Sehingga dapat kita nilai bahwa pegawai LKMS mempunyai kinerja
yang profesional dalam bekerja dan dalam memberikan pelayanan kepada
nasabahnya yang didukung pula dengan teknologi canggih yang dimiliki LKMS
sehingga pelayanan yang diberikan mampu semaksimal mungkin.
2,4%
32,5%
51,2%
13,9%
Keprofesionalan Pegawai LKMS
Tidak Profesional
Cukup Profesional
Profesional
Sangat Profesional
61
4. Respon Masyarakat Non Muslim terhadap LKMS yang dipengaruhi
faktor Lokasi
Berdasarkan lampiran 1.8 menunjukkan bahwa 20.9% Masyarakat Non
Muslim di Depok tidak setuju bahwa lokasi LKMS mudah dijangkau dengan
kendaraan umum, 11.6% Masyarakat Non Muslim di Depok ragu-ragu bahwa lokasi
LKMS mudah dijangkau dengan kendaraan umum, dan 67.4% Masyarakat Non
Muslim di Depok sangat setuju bahwa lokasi LKMS mudah dijangkau dengan
kendaraan umum.
Lampiran 1.9 menunjukkan bahwa 25.6% Masyarakat Non Muslim di Depok
setuju bahwa lokasi LKMS mudah dijangkau dengan kendaraan pribadi, dan 74.4%
Masyarakat Non Muslim di Depok sangat setuju bahwa lokasi LKMS mudah
dijangkau dengan kendaraan pribadi. Dari hasil kesimpulan tabel di atas adalah lokasi
kantor LKMS masih lebih mudah dijangkau lokasinya oleh nasabah dengan
menggunakan kendaraan pribadi.
5. Respon Masyarakat Non Muslim terhadap LKMS yang dipengaruhi
faktor Syariah
62
Tabel 4.7 LKMS dari Sudut Pandang Agama
Berdasarkan tabel di atas 46.5% Masyarakat Non Muslim di Depok
menyatakan sangat setuju memilih LKMS tidak berdasarkan sudut pandang agama,
41.9% Masyarakat Non Muslim di Depok menyatakan setuju memilih LKMS tidak
berdasarkan sudut pandang agama, dan 11.6% Masyarakat Non Muslim di Depok
menyatakan ragu-ragu.
Berdasarkan lampiran 1.10 32.6% Masyarakat Non Muslim menyatakan ragu-
ragu bahwa LKMS sudah terbebas dari sistem bunga, 39.5% Masyarakat Non
Muslim di Depok setuju bahwa LKMS sudah terbebas dari sistem bunga, dan 27.9%
Masyarakat Non Muslim di Depok sangat setuju bahwa LKMS sudah terbebas dari
sistem bunga.
46,5%
41,9%
11,6%
LKMS dari Sudut Pandang Agama
Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
63
6. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Heterokedastisitas
Uji Heterokedatisitas menujukkan bahwa varians variabel tidak sama untuk
semua pengamatan. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain
tetap, maka disebut Homokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas karena data cross section
memiliki data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang dan besar).
Salah satu cara untuk melihat problem heterokedastisitas adalah dengan
melihat grafik plot . Cara menganalisisnya:
a.) Dengan melihat apakah titik-titik memiliki pola tertentu yang teratur
seperti bergelombang, melebar kemudian menyempit, jika terjadi maka
mengindikasikan terdapat heterokedatisitas.
b.) Jika tidak terdapat pola tertentu yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas
dan dibawah angka 10 pada sumbu Y maka mengidentifikasi tidak terjadi
heterokedastisitas.
64
Gambar 4.8 Heterokedastisitas
Gambar tabel diatas menunjukkan bahwa penyebaran nilai – nilai residual
menyebar diatas dan dibawah angka 10 pada sumbu Y, dan terlihat plot yang
terpencar dan tidak membentuk pola tertentu. Dengan demikian, dapat disimpulkan
tidak terjadi gejala heterokedastisitas.
b. Uji Normalitas
Pengujian normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data.
Untuk mengetahui bentuk kenormalan distribusi data salah satu cara yang dapat kita
gunakan yaitu grafik distribusi dengan ketentuan, data terdistribusi secara normal
akan mengikuti pola distribusi normal dimana bentuk grafiknya mengikuti bentuk
lonceng. Selain itu uji normalitas data dilakukan pula dengan melihat hasil grafik P
Plot, yaitu :
65
Jika titik-titiknya mendekati garis diagonal berarti memenuhi asumsi
Normal.
Jika titik-titiknya menjauhi garis diagonal berarti tidak memenuhi asumsi
Normal.
Gambar 4.9 Normalitas
Berdasarkan gambar tabel di atas menunjukkan bahwa nilai P Plot terletak
disekitar garis diagonal. P Plot tidak menyimpang jauh dari garis diagonal, sehingga
bisa diartikan bahwa distribusi data adalah normal, sehingga bisa dilakukan regresi
dengan model linier berganda.
c. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi merupakan menguji tentang ada tidaknya korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan periode t-1 pada persamaan regresi
linier. Problem autokorelasi mungkin terjadi pada data time series (data runtut
66
waktu), sedangkan pada data crossection (silang waktu) masalah autokorelasi jarang
terjadi. Model regresi yang baik selayaknya bebas dari autokorelasi.
Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam model
regresi. Metode pengujian yang sering digunakan adalah pengujian uji Durbin-
Watson (uji DW). Nilai Uji statistik Durbin-Watson berkisar antara 0 dan 4. Sebagai
pedoman umum, bila nilai uji statistik Durbin-Watson < 1 atau > 3, maka residual
atau error dari model regresi berganda terjadi autokorelasi.
Tabel 4.10 Uji Autokorelasi
Model Summary
b
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .708a .501 .434 .6952938 1.142
a. Predictors: (Constant), SKORSYARIAH, SKORPELAYANAN, SKORPRODUK, SKORLOKASI, SKORSOSIAL
b. Dependent Variable: SKORRESPON
Sebagaimana teori di atas Durbin Watson, dari hasil pengujian dengan
menggunakan uji Durbin Watson atas residual persamaan regresi diperoleh angka d
hitung sebesar 1.142, disini berarti bahwa model regresi berganda dikatakan tidak
terjadi autokorelasi.
7. Uji Hipotesis
a. Uji Koefisien Determinasi (R Square ( ))
Merupakan ukuran untuk mengetahui kesesuaian atau ketetapan hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen dalam suatu persamaan regresi.
67
Tabel 4.11 Uji Koefisien Determinasi (R Square ( ))
Model Summary
b
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .708a .501 .434 .6952938 1.142
a. Predictors: (Constant), SKORSYARIAH, SKORPELAYANAN, SKORPRODUK, SKORLOKASI, SKORSOSIAL
b. Dependent Variable: SKORRESPON
Berdasarkan tabel 4.12 di atas nilai ) sebesar 0.501, maka variasi Respon
Masyarakat Non Muslim terhadap LKMS yang dapat dijelaskan oleh model sebesar
50.1% dan sisanya sebesar 49.9% dijelaskan oleh faktor lain di luar faktor Sosial
), Produk ), Pelayanan ), Lokasi ), dan Syariah ). Atau dengan
kata lain Variabel Independent (Sosial, Produk, Pelayanan, Lokasi, dan Syariah)
secara keseluruhan menyumbang atau berkontribusi terhadap variabel dependent
(Respon Masyarakat Non Muslim terhadap LKMS) sebesar 50.1% dan sisanya
sebesar 49.9% dari variabel lain yang tidak dimasukkan dan diteliti dalam persamaan
tersebut.
b. Uji T (Pengujian Secara Parsial)
Di gunakan untuk mengetahui apakah suatu variable independent secara
parsial berpengaruh nyata atau tidak nyata terhadap variable dependent. Dari hasil
pengolahan data melalui SPSS, maka uji t dapat diukur dari tabel. Ketentuannya
yaitu:
- Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak
- Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima.
68
Tabel 4.12 Uji T
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) .109 1.134 .096 .924
SKORSOSIAL .632 .251 .547 2.516 .016 .285 3.504
SKORPRODUK -.093 .136 -.085 -.689 .495 .877 1.141
SKORPELAYANAN .136 .273 .098 .498 .621 .350 2.861
SKORLOKASI .241 .226 .152 1.069 .292 .664 1.505
SKORSYARIAH .127 .174 .090 .732 .469 .887 1.127
a. Dependent Variable: SKORRESPON
Dalam uji t satu sisi dengan alpha 0.05 ditemukan bahwa nilai dari t table
adalah (2,026) diperoleh dari tabel distribusi n= 43, k= 6 sehingga diperoleh
df = (n-k) dengan taraf nyata 5% dan uji dua arah, sedangkan pada kelima variabel
independent tersebut setelah diuji menghasilkan hasil sebagai berikut :
a) Pada variabel Sosial ditemukan bahwa nilai dari t hitungnya adalah sebesar
2.516, karena t hitung > t tabel maka artinya adalah variabel Sosial
berpengaruh secara nyata terhadap Respon Masyarakat Non Muslim terhadap
LKMS.
b) Pada variabel Produk ditemukan bahwa nilai dari t hitungnya adalah sebesar
-0.689, karena t hitung < t tabel maka artinya adalah variabel Produk mampu
mempengaruhi Respon Masyarakat Non Muslim terhadap LKMS secara
parsial namun secara tidak nyata.
c) Pada variabel Pelayanan ditemukan bahwa nilai dari t hitungnya adalah
sebesar 0.498, karena t hitung < t tabel maka artinya adalah variabel
69
Pelayanan mampu mempengaruhi Respon Masyarakat Non Muslim terhadap
LKMS secara parsial namun secara tidak nyata.
d) Pada variabel Lokasi ditemukan bahwa nilai dari t hitungnya adalah sebesar
1.069, karena t hitung < t tabel maka artinya adalah variabel Lokasi mampu
mempengaruhi Respon Masyarakat Non Muslim terhadap LKMS secara
parsial namun secara tidak nyata.
e) Pada variabel Syariah ditemukan bahwa nilai dari t hitungnya adalah sebesar
0.732, karena t hitung < t tabel maka artinya adalah variabel Syariah mampu
mempengaruhi Respon Masyarakat Non Muslim terhadap LKMS secara
parsial namun secara tidak nyata.
c. Uji F (Pengujian Secara Bersama-sama)
Digunakan untuk melihat apakah variable independent mampu secara
bersama-sama menjelaskan variable dependent. Dengan menggunakan uji F, rumusan
hipotesis yang akan diuji adalah:
- Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima
- Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima Ha ditolak
Tabel 4.13 Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 17.979 5 3.596 7.438 .000a
Residual 17.887 37 .483
Total 35.866 42
a. Predictors: (Constant), SKORSYARIAH, SKORPELAYANAN, SKORPRODUK, SKORLOKASI, SKORSOSIAL
b. Dependent Variable: SKORRESPON
70
Dalam analisis varian hasil dari uji F ditemukan bahwa nilai F tabel adalah
2,47 diperoleh dari tabel nilai kritis distribusi dengan n= 43, k= 6 didapat derajat
pembilang = (k-1) dan derajat penyebut = (n-k) sedangkan nilai F hitung sebesar
7.438 dengan begitu maka F hitung > F tabel dapat dikatakan bahwa kelima variabel
independent secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependentnya yang berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel Sosial, Produk, Pelayanan, Lokasi, dan Syariah secara
bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Respon Masyarakat
Non Muslim terhadap LKMS.
8. Analisis Regresi Linier Berganda
Regresi linier berganda bertujuan menghitung besarnya pengaruh dua atau
lebih variabel bebas terhadap satu variabel terikat dan memprediksi variabel terikat
dengan menggunakan dua atau lebih variabel bebas mauoun veriabel terikat harus
berskala interval.
Tabel 4.14 Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) .109 1.134 .096 .924
SKORSOSIAL .632 .251 .547 2.516 .016 .285 3.504
SKORPRODUK -.093 .136 -.085 -.689 .495 .877 1.141
SKORPELAYANAN .136 .273 .098 .498 .621 .350 2.861
SKORLOKASI .241 .226 .152 1.069 .292 .664 1.505
SKORSYARIAH .127 .174 .090 .732 .469 .887 1.127
a. Dependent Variable: SKORRESPON
71
Persamaan regresi yang didapatkan dari hasil perhitungan adalah sebagai
berikut :
Y = 0.109 + 0.632 – 0.093 + 0.136 + 0.241 + 0.127
Dimana :
X1 = Sosial
X2 = Produk
X3 = Pelayanan
X4 = Lokasi
X5 = Syariah
Y = Respon Masyarakat Non Muslim terhadap LKMS
Interpretasi regresi linier berganda :
1) 0.109 (Respon Masyarakat Non Muslim terhadap LKMS)
Ketika Sosial, Produk, Pelayanan, Lokasi, dan Syariah = 0, maka Respon
Masyarakat Non Muslim terhadap LKMS akan mengalami kenaikan sebesar
0.109.
2) 0.632 ( (Sosial)
Ketika tingkat Sosial ) naik satu-satuan dan tingkat Produk ),
Pelayanan ), Lokasi ), dan Syariah ) tetap maka nilai Respon
Masyarakat Non Muslim terhadap LKMS akan naik sebesar 0.632 kali.
72
Tingkat Sosial berpengaruh positif terhadap Respon Masyarakat Non Muslim
terhadap LKMS, setiap kenaikan variabel Sosial maka Respon Masyarakat
Non Muslim terhadap LKMS akan naik sebesar 0.632.
3) -0.093 ) (Produk)
Ketika tingkat Produk ) naik satu-satuan dan tingkat Sosial ),
Pelayanan ), Lokasi ), dan Syariah ) tetap maka nilai Respon
Masyarakat Non Muslim terhadap LKMS akan turun sebesar 0.093 kali.
Nilai produk berpengaruh negatif terhadap Respon Masyarakat Non Muslim
terhadap LKMS, setiap kenaikan variabel Produk maka Respon Masyarakat
Non Muslim terhadap LKMS akan turun sebesar 0.093.
4) 0.136 ( (Pelayanan)
Ketika tingkat Pelayanan ) naik satu-satuan dan tingkat Sosial ),
Produk ), Lokasi ), dan Syariah ) tetap maka nilai Respon
Masyarakat Non Muslim terhadap LKMS akan naik sebesar 0.136 kali.
Tingkat Pelayanan berpengaruh positif terhadap Respon Masyarakat Non
Muslim terhadap LKMS, setiap kenaikan variabel Pelayanan maka Respon
Masyarakat Non Muslim terhadap LKMS akan naik sebesar 0.136.
5) 0.241 ( (Lokasi)
73
Ketika nilai Lokasi ) naik satu-satuan dan tingkat Sosial ), Produk
), Pelayanan ), dan Syariah ) tetap maka nilai Respon
Masyarakat Non Muslim terhadap LKMS akan naik sebesar 0.241 kali.
Nilai Lokasi berpengaruh positif terhadap Respon Masyarakat Non Muslim
terhadap LKMS, setiap kenaikan variabel Lokasi maka Respon Masyarakat
Non Muslim terhadap LKMS akan naik sebesar 0.241.
6) 0.127 ) (Syariah)
Ketika nilai Syariah ) naik satu-satuan dan tingkat Sosial ), Produk
), Pelayanan ), dan Lokasi ) tetap maka nilai Respon Masyarakat
Non Muslim terhadap LKMS akan naik sebesar 0.127 kali.
Nilai Syariah berpengaruh positif terhadap Respon Masyarakat Non Muslim
terhadap LKMS, setiap kenaikan variabel Syariah maka Respon Masyarakat
Non Muslim terhadap LKMS akan naik sebesar 0.127.
74
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis dan pembahasan RESPON MASYARAKAT NON
MUSLIM TERHADAP LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH (LKMS)
Study Kasus pada Masyarakat Non Muslim di Depok dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Secara teoritis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi respon masyarakat
non muslim adalah faktor sosial, produk, pelayanan, lokasi, dan syariah.
Namun faktor yang paling dominan dan paling utama yang mempengaruhi
respon masyrakat non muslim di Depok adalah faktor sosial. Dimana
faktor ini merupakan faktor yang berkaitan dengan antar manusia. Di
dalamnya termasuk hal-hal yang berkaitan dengan promosikan produk-
produk LKMS, maupun mempromosikan LKMS itu sendiri kepada
masyarakat, dan lain sebagainya.
2. Variabel sosial, produk, pelayanan, lokasi, dan syariah secara bersama-
sama memberikan kontribusi terhadap respon masyarakat non muslim di
Depok.
3. Jika dilihat dari Koefisien Determinasi (R Square ( ) presentase
pengaruh variabel faktor sosial, faktor produk, faktor pelayanan, faktor
lokasi, dan faktor syariah terhadap respon masyarakat non muslim di
75
Depok sebesar 50.1% dan sisanya sebesar 49.9% dijelaskan oleh faktor
lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel faktor sosial, faktor
produk, faktor pelayanan, faktor lokasi, dan faktor syariah berpengaruh
secara signifikan terhadap respon masyarakat non muslim di Depok.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan diatas, maka
diajukan beberapa saran yang bertujuan untuk kebaikan dan kemajuan LKMS di
Depok, yaitu :
1. Mengingat variabel tertinggi yang mempengaruhi respon masyarakat non
muslim di Depok adalah faktor sosial. Untuk itu penulis menyarankan
LKMS untuk mempertahankan intensitas LKMS dalam bersosialisasi
kepada masyarakat dalam hal melakukan pengenalan produk-produk
LKMS maupun pengenalan LKMS itu sendiri. Agar LKMS dapat dikenal
ke seluruh masyarakat di Depok dan bukan hanya sekedar menjadi salah
satu lembaga keuangan Islam yang dikenal saja, namun LKMS dapat
menjadi salah satu lembaga Islam yang dibutuhkan masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari mereka.
2. Pelayanan kepada nasabah harus diperhatikan dan ditingkatkan lagi, ini
bisa dilakukan dengan penambahan petugas counter pada jam-jam sibuk,
fasilitas tempat parkir yang lebih luas dan berada ditempat yang teduh,
penempatan lokasi kantor yang strategis dan juga meningkatkan
76
penampilan serta sikap karyawan. Ini sangat penting karena pelayanan
merupakan variabel yang mempunyai pengaruh yang tidak terlalu tinggi.
3. Promosi dan pengembangan inovatif produk harus lebih ditingkat lagi
agar LKMS mampu menciptakan produk-produk yang unggul dan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat, sehingga produk-produk LKMS mampu
bersaing dengan produk-produk perbankan dan mampu menarik nasabah
lebih banyak lagi tidak hanya dari kaum muslim namun juga dari kalangan
non muslim.
77
DAFTAR PUSTAKA
Wirdyaningsih, dkk. Bank dan Asuransi Islam di Indonesia. Jakarta : Kencana
Prenada Media, 2005
Ahmad Rodoni, Zikrul Hakim. Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta : Zikrul Hakim,
2008
Hamidi, M. Luthfi. Jejak-jejak Ekonomi Syariah. Jakarta : Senayan Abadi Publishing,
2003
Hermawan Kartajaya, dan Muhammad Syakir Sula, Syari’ah Marketting. Bandung:
PT Mizan Pustaka, 2006
Ali, Zaenudin. Hukum Perbankan Syariah. Jakarta: Sinar Grafika, 2008
Antonio, M. Syafi’i. Bank Syari’ah: dari Teori dan Praktek. Jakarta: Gema Insani
Press, Cet. I, 2001
J.P.Chaplin. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : Rajawali Pers, 2006
Sarwono, Jonathan. Pintar Menulis Karya Ilmiah : Kunci Sukses dalam Menulis
Ilmiah. Yogyakarta : Andi Offset, 2010
Walgito, Bimo Pengantar Psikologi Umum. Yogya : Universitas Gajah mada, 1996
Sunaryo. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC, 2002
Amalia, Euis. Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam; Penguatan Peran LKM
dan UKM di Indonesia. Jakarta : Rajawali Pers, 2009
Usman, Rachmadi. Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2003
Karnaen Perwataatmadja, dan M. Syafi’I Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam.
Yogyakarta : PT. Dana Bakti Prima Yasa, 1999
Sumitro, Warkum. Asas-asas Perbankan Islam Dan Lembaga-lembaga Terkait,
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996
Azra, Azyumardi. Berderma Untuk Semua : Wacana dan Praqktik Filantropi Islam.
Jakarta : Teraju, 2003
78
Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK)
Kusuma, Hadi. Hukum Koperasi Indonesia. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2002
Hamid, Syamsul Rijal. Buku Pintar Agama Islam. Jakarta : Cahaya Islam, 2003
Zulkifli, Sunarto. Panduan Transaksi Perbankan Syariah. Jakarta : Zikrul Hakim,
2003
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,
2008
Sarwono, Jonathan. Analisis Data Penelitian Dengan Menggunakan SPSS.
Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2006
JS. Kamdhi. Terampil Berwicara. Jakarta : Grasindo
Suranto. Metodologi Dalam Pendidikan Dengan Progrm SPSS. Semarang :Ghyyas
Putra, 2009
Nazir, Moh. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia, 2011
Umar, Husein. Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang :
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2005
Uyanto, Stanislaus S. Pedoman Analisis Data Dengan SPSS. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2006
Ety Rochaety, Ratih Tresnati, Abdul Madjid Latief, Metode Penelitian Bisnis :
Dengan Aplikasi SPSS. Jakarta : Mitra Wacana Media, 2007 Sarjanaku.com.”Bank Syariah Pengertian Prinsip Tujuan Fungsi Perkembangan Menurut
Para Ahli”. Artikel ini diakses pada 24 April 2013 dari http://www.sarjanaku.com.
Akuntansi Syariah. “Asas Transaksi Syariah”. Artikel ini diakses pada 30 april 2013 dari
http://almawadah.or.id. Wikipedia.”Riba”.Artikel ini diakses pada 27 april 2013 dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Riba.
79
Binti Innayatuz Zahra.”Peranan LKMS Serta Pengaruhnya terhadap UMKM Sebagai
Penggerak Perekonomian di Indonesia”. Artikel ini diakses pada 29 April 2013 dari
http://nayyasemangat.blogspot.com/2012/10/peranan-lembaga-keuangan-mikro-
syariah.html.
Psychologymania. “Pengertian Respon”. Artikel ini diakses pada 28 Mei 2013 dari
http://www.psychologymania.com/2012/12/pengertian-respon.html.
Binti Innayatuz Zahra.”Six Model Integrated Sebagai Solusi Interaktif Pengaruh Media
Massa terhadap Kepribadian Remaja Indonesia”. Artikel ini diakses pada 05 mei
2013 dari http://nayyasemangat.blogspot.com.
Majan Naaii.”Ciri-Ciri LKMS”. Artikel in diakses pada 19 Mei 2013 dari
majannaii.blogspot.com.
Tunge.”Ciri-Ciri Baitul Maal dan Baitul Tamwil”. Artikel ini diakses pada 19 Mei 2013 dari
http://tunge.wordpress.com.
BMT Universitas Muhammadiyah. Artikel ini diakses pada 10 Mei 2013 dari
http://bmtuniversitasmuhammadiyahjakarta.blogspot.com.
Fakta Biru.”Hukum Koperasi Syariah”. Artikel ini diakses pada 10 mei 2013 dari
http://fatabiruuu89.blogspot.com.
Muh Shodiq,”Koperasi Syariah”, diakses pada 10 mei 2013 dari http://just-for-
duty.blogspot.com.
LAMPIRAN
Lampiran 1.1 Kemenarikan Promosi LKMS
Lampiran 1.2 Periode Promosi LKMS
2,3%
27,9%
18,6% 18,6%
32,6%
Kemenarikan Promosi LKMS
Sangat Menarik
Menarik
Cukup Menarik
Tidak Menarik
Sangat Tidak menarik
39,5%
16,3%
11,6%
16,3%
16,3%
Periode Promosi LKMS
Tidak Pernah
7-12 bulan
2-6 bulan
1 bulan
1 minggu
Lampiran 1.3 Pendapatan yang Ditabung
Lampiran 1.4 Tingkat Menabung
7,0%
67,4%
25,6%
Pendapatan yang Ditabung
Sangat Penting
Penting
Cukup Penting
2,3% 18,7%
65,1%
13,9%
Tingkat Menabung
Tidak Penting
Cukup Penting
Penting
Sangat Penting
Lampiran 1.5 Produk yang Ditawarkan LKMS
Lampiran 1.6 Teknologi yang Dimiliki LKMS
23,3%
44,2%
30,2%
2,3%
Sales
Sangat Sesuai
Sesuai
Ragu-ragu
Sangat Tidak Sesuai
2,3% 11,6%
23,3%
46,5%
16,3%
Teknologi yang Dimiliki LKMS
Sangat Tidak Canggih
Tidak Canggih
Ragu-ragu
Canggih
Sangat Canggih
Lampiran 1.7 Pelayanan Baik Pegawai LKMS
Lampiran 1.8 Lokasi LKMS Dijangkau dengan Kendaraan Umum
14,0%
37,2
32,6
16,3
Sales
Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
67,4%
11,6%
20,9%
Lokasi LKMS Dijangkau dengan Kendaraan Umum
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Lampiran 1.9 Lokasi LKMS Dijangkau dengan Kendaraan Pribadi
Lampiran 1.10 LKMS Terbebas dari Sistem Bunga
74,4%
25,6%
Lokasi LKMS Dijangkau dengan Kendaraan Pribadi
Sangat Setuju
Setuju
27,9%
39,5%
32,6%
LKMS Terbebas dari Sistem Bunga
Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Lembar Kuesioner
Kepada Responden ………………….
Salam Sejahtera
Dengan Hormat,
Saya Mahasiswi Program Studi Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, sedang
mengadakan penelitian dengan kepentingan penyusunan skripsi untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar sarjana (Strata satu / S-1) dengan judul skripsi “Respon
Masyarakat Non Muslim di kota Depok terhadap Lembaga Keuangan Mikro Syariah
(LKMS)”. Maka dalam rangka pengumpulan data saya mohon Bapak/Ibu atau Saudara
bersedia meluangkan waktunya untuk menjawab kuesioner ini. Semua jawaban Bapak/Ibu
dijamin kerahasiaannya oleh kami.
Terima Kasih,
Ayu Pripuspita
Peneliti
A. Identitas Responden
1. Nama :
2. Jenis Kelamin : Laki-Laki / Perempuan
3. Usia :
4. Alamat :
RT/RW :
Kecamatan : Sukmajaya
Kel/Desa : Mekarjaya
Kab/Kota : Depok
Provinsi : Jawa Barat
5. Tempat & Tanggal Lahir :
B. Instrumen Sosial
1. Pendidikan Terakhir
Tingkat
Pendidikan Lokasi Nama Sekolah
SD a. Negeri
b. Swasta
SMP a. Negeri
b. Swasta
SMA a. Negeri
b. Swasta
Universitas : D3 a. Negeri
b. Swasta
S1 a. Negeri
b. Swasta
S2 a. Negeri
b. Swasta
S3 a. Negeri
b. Swasta
2. Status Pernikahan : Kawin Belum Kawin Cerai Mati
Cerai Hidup Tidak Kawin
3. Pekerjaan :
C. Instrument Ekonomi
1. Barang Mewah
Jenis Merk/Lokasi Jumlah
Mobil
Motor
Hand Phone (HP)
Televisi (TV)
Rumah
a. Komplek
b. Perumnas
c. Kampung
D. Pertanyaan A
1. Bagaimana menurut anda dengan keberadaan LKMS (Lembaga Keuangan Mikro
Syariah) ?
a. Sangat diperlukan d. Tidak diperlukan
b. Diperlukan e. Sangat tidak diperlukan
a. Ragu-ragu
2. Jika tahu, dari mana anda mengetahuinya ? (Jawaban dapat lebih dari satu)
a. Keluarga d. Media Elektronik
b. Tetangga e. Brosur
c. Media cetak
3. Bagaimana menurut anda dengan hadirnya LKMS (Lembaga Keuangan Mikro
Syariah) ?
a. Sangat menarik d. Tidak menarik
b. Menarik e. Sangat tidak menarik
c. Ragu-ragu
4. Bagaimana menurut anda peralatan teknologi yang dimiliki LKMS (Lembaga
Keuangan Mikro Syariah)?
a. Sangat canggih d. Tidak canggih
b. Canggih e. Sangat tidak canggih
c. Ragu-ragu
5. Seberapa sering LKMS (Lembaga Keuangan Mikro Syariah) melakukan promosi ke
lingkungan daerah anda tinggal ?
a. 1 minggu d. 7-12 bulan
b. 1 bulan e. Tidak pernah
c. 2-6 bulan
6. Apakah promosi produk-produk LKMS (Lembaga Keuangan Mikro Syariah)
dilakukan ke berbagai kalangan ?
a. Sangat setuju d. Tidak setuju
b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Ragu-ragu
7. Bagaimana menurut anda terhadap produk-produk yang ditawarkan LKMS
(Lembaga Keuangan Mikro Syariah) dengan kebutuhan anda ?
a. Sangat sesuai d. Tidak sesuai
b. Sesuai e. Sangat tidak sesuai
c. Ragu-ragu
8. Lokasi LKMS (Lembaga Keuangan Mikro Syariah) di Depok mudah dijangkau
dengan kendaraan umum ?
a. Sangat setuju d. Tidak setuju
b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Ragu-ragu
9. Apakah LKMS (Lembaga Keuangan Mikro Syariah) adalah lembaga keuangan yang
bebas dari riba ?
a. Sangat setuju d. Tidak setuju
b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Ragu-ragu
10. Bagaimana menurut anda sistem yang telah diterapkan LKMS (Lembaga Keuangan
Mikro Syariah) ?
a. Sangat sesuai dengan syariat Islam
b. Sesuai dengan syariat Islam
c. Ragu-ragu
d. Tidak sesuai dengan syariat Islam
e. Sangat tidak sesuai dengan syariat Islam
11. Lokasi LKMS (Lembaga Keuangan Mikro Syariah) di Depok mudah dijangkau
dengan kendaraan pribadi ?
c. Sangat setuju d. Tidak setuju
d. Setuju e. Sangat tidak setuju
e. Ragu-ragu
12. Pegawai LKMS (Lembaga Keuangan Mikro Syariah) selalu memberikan pelayanan
yang terbaik?
a. Sangat setuju d. Tidak setuju
b. Setuju e. Sangat tidak setuju Setuju
c. Ragu-ragu
13. Jawablah pertanyaan dibawah berikut !
Pelayanan terbaik seperti apa yang diberikan oleh pegawai LKMS (Lembaga Keuangan
Mikro Syariah) ? (Jawaban bisa lebih dari satu)
a. Ketepatan waktu pegawai c. Memberikan kemudahan dalam
bertransaksi
b. Sikap ramah dan sopan
karyawan d.
Lainnya …………………………….
………………………………………
………………………………………
c. Kecepatan dan ketepatan
dalam bertransaksi
14. Bagaimana dengan pendapatan anda setiap bulan setelah menjadi salah satu nasabah
di LKMS (Lembaga Keuangan Mikro Syariah) ?
a. Sangat terganggu d. Tidak terganggu
b. Terganggu e. Sangat tidak terganggu
c. Ragu-ragu
15. Saya memilih LKMS (Lembaga Keuangan Mikro Syariah) dari sudut pandang agama
?
a. Sangat setuju d. Tidak setuju
b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Ragu-ragu
16. Saya memilih LKMS (Lembaga Keuangan Mikro Syariah) karena terbebas dari
sistem bunga ?
a. Sangat setuju d. Tidak setuju
b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Ragu-ragu
17. Apakah sistem bagi hasil lebih menguntungkan dibandingkan dengan sistem bunga ?
a. Sangat setuju d. Tidak setuju
b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Ragu-ragu
18. Bagaimana menurut anda tingkat kemanfaatan LKMS (Lembaga Keuangan Mikro
Syariah) ?
a. Sangat bermanfaat d. Tidak bermanfaat
b. Bermanfaat e. Sangat tidak bermanfaat
c. Ragu-ragu
Petunjuk Pengisian (Pertanyaan B) :
Pilihlah salah satu nilai (score) dengan memberikan check list ( √ ) dari pertayaan-
pertanyaan di bawah ini. Range nilai (score) berkisar antara 1-10, semakin tinggi
nilai (score) yang anda isi maka semakin setuju pula anda dengan pertanyaan-
pertanyaan di bawah ini.
E. Pertanyaan B
No. Pernyataan (Bagi Anda) Nilai (Score)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
01 Menurut anda seberapa menarik promosi yang
dilakukan LKMS (Lembaga Keuangan Mikro
Syariah) ?
02 Menurut anda seberapa efektif dan efisien
pelayanan LKMS (Lembaga Keuangan Mikro
Syariah)
03 Menurut anda bagaimana kecepatan dan
ketepatan karyawan dalam melayani nasabah ?
04 Menurut anda bagaimana tingkat
keprofesionalan tenaga kerja LKMS (Lembaga
Keuangan Mikro Syariah) ?
05 Apakah sebagian pendapatan anda selalu
ditabung ?
06 Seberapa penting tingkat menabung bagi anda ?
07 Apakah kehadiran LKMS (Lembaga Keuangan
Mikro Syariah) sangat menguntungkan bagi
anda ?
Terima Kasih
Waktu Mengisi Kuesioner : Pukul ………………………… WIB s.d. ……………………………… WIB