repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/sifa...

137
PEMETAAN POKOK MASALAH PADA SENGKETA PEMBIAYAAN MURABAHAH DI PENGADILAN AGAMA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh : SIFA FAUZIAH 11140460000086 PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2018 M

Upload: vuonghanh

Post on 05-Aug-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

PEMETAAN POKOK MASALAH PADA SENGKETA PEMBIAYAAN

MURABAHAH DI PENGADILAN AGAMA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :

SIFA FAUZIAH

11140460000086

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1440 H/2018 M

Page 2: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id
Page 3: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id
Page 4: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id
Page 5: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

v

ABSTRAK

Sifa Fauziah. NIM 11140460000086. PEMETAAN POKOK MASALAH PADA

SENGKETA PEMBIAYAAN MURABAHAH DI PENGADILAN AGAMA.

Program Studi Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1440 H/2018 M.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pokok masalah pada sengketa

pembiayaan murabahah yang diselesaikan melalui pengadilan agama. Metode

penelitian dalam skripsi ini adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian ini

menggunakan data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari lembaga atau institusi

tertentu. Dalam penelitian ini penulis mendapatkan data putusan pengadilan agama

dari Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia. Teknik pengumpulan

data yang dilakukan penulis yaitu studi dokumentasi dengan meneliti dan mendata

dokumen berupa putusan pengadilan agama tentang sengketa pembiayaan

murabahah. Pengolahan data dilakukan dengan memeriksa dan meneliti isi dokumen

yang telah terkumpul mengenai masalah yang menjadi penyebab sengketa

pembiayaan murabahah, kemudian dilakukan klasifikasi atau pengelompokkan

terhadap pokok masalah tersebut.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pokok masalah yang menyebabkan

adanya sengketa pembiayaan murabahah yaitu pertama, pencantuman klausula baku

dengan hasil persentase 5,41%. Kedua, objek murabahah yang diperjanjikan dengan

hasil persentase 2,70%. Ketiga, jaminan pada pembiayaan murabahah dengan hasil

persentase 24,32%. Keempat, wanprestasi pembiayaan murabahah karena

debitur/nasabah lalai memenuhi kewajiban untuk membayar angsuran dengan hasil

persentase 59,46%. Kelima, pemberian informasi yang tidak benar dengan hasil

persentase 2,70%. Keenam, bertentangan atau tidak sesuai dengan prinsip syariah

dengan hasil persentase 5,41%.

Kata kunci : Pokok Masalah, Sengketa, Pembiayaan Murabahah, Pengadilan

Agama

Pembimbing : A.M. Hasan Ali, MA.

Daftar Pustaka : 2001 s.d. 2017

Page 6: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

vi

KATA PENGANTAR

بسم هللا الرحمن الرحيم

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad

SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.

Penulis menyadari sepenuhya dalam melakukan penyusunan skripsi ini tidak

lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan

ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada

seluruh pihak yang telah memberikan masukan yang sangat berarti dalam proses

penyusunan skripsi ini. Untuk itu ucapan terima kasih ingin penulis sampaikan

kepada:

1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., selaku Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidaytullah Jakarta.

2. Bapak A.M. Hasan Ali, M.A., selaku Ketua Program Studi Hukum Ekonomi

Syariah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Abdurrauf, Lc., M.A., selaku Sekretaris Program Studi Hukum

Ekonomi Syariah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak A.M. Hasan Ali, M.A., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

meluangkan waktunya memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh

kesabaran dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang selama ini telah

memberikan ilmu pengetahuan, sehingga penulis dapat menyelesaikan

jenjang pendidikan ini dengan baik.

6. Seluruh staff dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 7: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

vii

yang telah memberikan pelayanan yang baik dalam mendapatkan informasi

dan sumber referensi dari buku, jurnal, dan lain-lain.

7. Kedua orang tua, kakak-kakak, dan adik tercinta, yang selalu memberikan

semangat motivasi dan selalu memberikan dukungan baik moril maupun

materil serta doa yang tiada henti kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini.

8. Sahabat - sahabat Annisa Adzkiya, Fildza Adelina, Layna Avia, Liesa

Apriyanti, Mila Eka, Putri Ramadhani, Rahmayanti Syahdina, yang selalu

memberikan dukungan, semangat dan doa.

9. Sahabat - sahabat seperjuangan Aufa Saffanah, Fiqih Aulya, Ida Nurlatifah,

Maulidia Sakinah, Natasha Aulia, Rahawati Alfiyah, Rizky Amelia yang

senantiasa membantu, memberikan semangat serta doa.

10. Seluruh teman-teman mahasiswa Hukum Ekonomi Syariah 2014 yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga kita semua diberi kesuksesan dan

kelancaran dalam segala hal oleh Allah SWT. Amiin.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat banyak

kekurangan, maka dengan terbuka dan senang hati penulis menerima kritik dan

masukan yang membangun agar penulis dapat menulis lebih baik lagi di masa

mendatang. Penulis berharap Alah SWT membalas segala kebaikan semua pihak

yang telah memberikan doa, dukungan, serta bantuan. Semoga skripsi ini berguna

dan bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, 05 Desember 2018

Sifa Fauziah

Page 8: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iii

LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. iv

ABSTRAK ......................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi

DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL.............................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 6

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................ 7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 7

E. Sistematika Penulisan .................................................................... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA .......................................................................... 11

A. Konsep Pemetaan, Pokok Masalah, dan Sengketa di

Pengadilan Agama ......................................................................... 11

1. Pengertian Pemetaan ................................................................. 11

2. Pengertian Pokok Masalah ........................................................ 12

3. Pengadilan Agama .................................................................... 12

4. Sengketa .................................................................................... 16

a. Pengertian Sengketa ............................................................. 16

b. Potensi dan Penyebab Terjadinya Sengketa ......................... 18

B. Murabahah ..................................................................................... 23

1. Pengertian Murabahah .............................................................. 23

2. Landasan Hukum Murabahah ................................................... 26

3. Rukun dan Syarat Murabahah ................................................... 30

Page 9: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

ix

4. Ciri-ciri Pokok Pembiayaan Murabahah ................................... 35

5. Jenis-jenis Pembiayaan Murabahah .......................................... 38

C. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu ............................................... 39

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 41

A. Pendekatan Penelitian .................................................................... 41

B. Jenis Penelitian .............................................................................. 42

C. Data Penelitian ............................................................................... 42

D. Sumber Data .................................................................................. 43

E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 43

F. Objek Penelitian ............................................................................. 44

G. Teknik Pengolahan Data ................................................................ 44

H. Teknik Penulisan ............................................................................ 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 46

A. Profil Data ...................................................................................... 46

1. Deskripsi Sampel Data Penelitian dan Cara Mendapatkan Data

Penelitian ................................................................................... 46

2. Pemetaan Putusan Sengketa Pembiayaan Murabahah

Berdasarkan Tahun Putusan ...................................................... 48

3. Pemetaan Berdasarkan Dasar Gugatan ..................................... 50

4. Pemetaan Putusan Tehadap Isi Gugatan ................................... 54

B. Pokok Masalah pada Sengketa Pembiayaan Murabahah

di Pengadilan Agama ..................................................................... 56

C. Dampak Pembiayaan Murabahah Setelah Adanya Putusan

Pengadilan Agama ......................................................................... 81

BAB V PENUTUP ........................................................................................... 86

A. Simpulan ........................................................................................ 86

B. Rekomendasi .................................................................................. 87

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 88

Page 10: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

x

DAFTAR TABEL

1.1 Kegiatan Usaha Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah .................. 3

4.1 Pengelompokkan Sampel Data Penelitian Berdasarkan Sebaran

Pengadilan Agama Tahun 2013 – 2017 ........................................................ 47

4.2 Pengelompokkan Data Penelitian Berdasarkan Tahun Putusan ................... 49

4.3 Pengelompokkan Data Penelitian Berdasarkan Dasar Gugatan .................. 52

4.4 Pengelompokkan Data Penelitian Berdasarkan Putusan Isi Gugatan .......... 55

4.5 Pemetaan Pokok Masalah Pada Sengketa Pembiayaan Murabahah ............. 79

Page 11: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan pesatnya pertumbuhan kegiatan ekonomi syariah di

Indonesia, potensi yang muncul untuk terjadinya sengketa juga semakin

tinggi. Sengketa tersebut dapat timbul ketika terjadi penyimpangan-

penyimpangan dari kesepakatan yang telah dibuat oleh para pihak dalam

pelaksanaan kegiatan ekonomi syariah. Dalam hal jika terjadi suatu sengketa

antara para pihak, maka cara penyelesaian sengketa dapat dilakukan melalui

jalur non litigasi (luar pengadilan) dan jalur litigasi (pengadilan).

Penyelesaian sengketa melalui jalur non litigasi dapat ditempuh dengan

menggunakan alternatif penyelesaian sengketa baik dilakukan secara internal

dengan model negosiasi hingga menggunakan cara arbitrase melalui lembaga

BASYARNAS. Sedangkan untuk penyelesaian sengketa melalui jalur litigasi

dapat dilakukan di pengadilan agama. Berdasarkan Pasal 49 Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1989 tentang Pengadilan Agama mengatur bahwa Pengadilan Agama

bertugas dan berwenang memeriksa, mengadili, dan menyelesaikan perkara

ditingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam dalam bidang

ekonomi syariah yang meliputi: a) bank syariah, b) lembaga keuangan mikro

syariah, c) asuransi syariah, d) reasuransi syariah, e) reksa dana syariah, f)

obligasi syariah dan surat berharga berjangka menengah syariah, g) sekuritas

syariah, h) pembiayaan syariah, i) pegadaian syariah, j) dana pensiun lembaga

keuangan syariah, dan k) bisnis syariah.1

1Angka 37 Pasal 49 huruf (i) Penjelasan atas Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.

Page 12: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

2

Selain itu, ketentuan Pasal 55 ayat (1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun

2008 tentang Perbankan Syariah menyebutkan penyelesaian sengketa

perbankan syariah dapat dilakukan oleh pengadilan dalam lingkungan

Peradilan Agama.

Adapun khusus mengenai sengketa ekonomi syariah yang menjadi

kewenangan absolut pengadilan agama adalah meliputi:

1. Sengketa di bidang ekonomi syariah antara lembaga keuangan dan

lembaga pembiayaan syariah dengan nasabahnya;

2. Sengketa di bidang ekonomi syariah antara sesama lembaga keuangan

dan lembaga pembiayaan syariah; dan

3. Sengketa di bidang ekonomi syariah antara orang-orang yang beragama

Islam, yang mana akad perjanjiannya disebutkan dengan tegas bahwa

kegiatan usaha yang dilakukan adalah berdasarkan prinsip-prinsip

syariah.1

Penyelesaian sengketa mengenai perkara ekonomi syariah di pengadilan

agama cukup mengalami peningkatan meskipun tidak signifikan. Data

direktori putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia menunjukkan

jumlah index putusan tentang perkara ekonomi syariah di pengadilan agama

hingga saat ini sebanyak 292.2 Adapun permasalahan sengketa ekonomi

syariah yang sering diselesaikan di pengadilan agama yaitu sengketa antara

lembaga keuangan dan lembaga pembiayaan syariah dengan nasabahnya pada

saat menjalankan salah satu kegiatan utamanya yaitu penyaluran dana berupa

pembiayaan.

Secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi kedalam empat

kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu

pembiayaan dengan prinsip jual beli diantaranya murabahah, salam, istishna’,

1 Ahmad Mujahidin, Prosedur Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah di Indonesia, (Bogor:

Ghalia Indonesia, 2010), h. 19. 2 https://putusan.mahkamahagung.go.id/direktori/perdata-agama/ekonomi-syariah.

Page 13: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

3

pembiayaan dengan prinsip sewa diantaranya ijarah, ijarah muntahiya bit

tamlik, pembiayaan dengan prinsip bagi hasil diantaranya mudharabah,

musyarakah, dan pembiayaan dengan akad pelengkap diantaranya qardh.

Dari berbagai produk pembiayaan pada lembaga keuangan syariah,

pembiayaan yang paling banyak diminati oleh masyarakat adalah pembiayaan

dengan akad murabahah. Akad murabahah adalah akad pembiayaan suatu

barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli

membayarnya dengan harga yang lebih sesuai dengan keuntungan yang

disepakati.3 Hal ini bisa dilihat dari rangkuman data statistik perbankan

syariah 5 (lima) tahun terakhir pada tabel berikut ini.4

Tabel 1.1.

Kegiatan Usaha Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

Kegiatan Usaha Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

*Miliar Rupiah

Akad 2013 2014 2015 2016 2017

Mudharabah 13.625 14.354 14.820 15.292 16.781

Musyarakah 39.874 49.387 60.713 78.421 94.910

Murabahah 110.565 117.371 122.111 139.536 148.636

Qardh 8.995 5.965 3.951 4.731 5.884

Istishna 582 633 770 878 1.139

Ijarah 10.462 11.620 10.631 9.150 9.157

Sumber: Data Otoritas Jasa Keuangan Tahun 2013-2017

Dari data tabel 1.1. menunjukan bahwa murabahah merupakan

pembiayaan dengan jumlah terbesar dibandingkan dengan pembiayaan

3 Pasal 19 ayat (1) huruf d Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun

2008 tentang Perbankan Syariah. 4 Data Statistik Perbankan Syariah, www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/data-dan-statistik/statistik-

perbankan-syariah/Documents/Pages/Statistik-Perbankan-Syariah---November-2017, h. 9.

Page 14: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

4

lainnya. Selain itu, jumlah kegiatan usaha bank syariah pada pembiayaan

murabahah selalu mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun. Hal inilah

yang mengidentifikasikan bahwa murabahah menjadi pembiayaan yang

paling banyak diminati oleh masyarakat.

Menurut Wiroso, yang dikutip Bagya Agung Prabowo pada bukunya

terdapat beberapa alasan yang menjadikan transaksi murabahah menjadi

idola ataupun mendominasi pembiayaan di bank syariah adalah:5

1. Jual beli murabahah mudah diimplementasikan dan dipahami karena

pelaku bank syariah menyamakan murabahah ini sama dengan kredit

investasi konsumtif seperti misalnya kredit kendaraan bermotor, kredit

kepemilikan rumah, dan kredit lainnya. Walaupun kedua kedua jenis

transaksi ini sangat jauh berbeda, namun tidak dapat dipungkiri bahwa

saat ini banyak bank syariah yang menjalankan transaksi murabahah

dengan pola yang tidak jauh berbeda dengan pemberian kredit pada bank

konvensional;

2. Pendapatan bank dapat diprediksi karena dalam transaksi murabahah

hutang nasabah adalah harga jual, sedangkan dalam harga jual terkandung

porsi pokok dan porsi keuntungan. Sehingga dalam keadaan yang normal,

bank dapat memprediksi pendapatan yang akan diterima;

3. Menganalogikan murabahah dengan pembiayaan konsumtif. Jika

diperhatikan, sepintas memang terdapat persamaan antara jual beli dengan

pembiayaan konsumtif. Misalnya saja pembiayaan yang diberikan adalah

komoditi (barang) bukan uang, dan pembayarannya dapat dilakukan

dengan cara tangguh atau cicilan maupun cara lainnya. Namun jika dilihat

ketentuan Fatwa yang ada dan dijalankan sesuai dengan konsep

syariahnya, keduanya mempunyai karakteristik yang berbeda.

5 Bagya Agung Prabowo, Aspek Hukum Pembiayaan Murabahah pada Perbankan Syariah,

(Yogyakarta: UII Press, 2012), h. 27-28.

Page 15: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

5

Dalam praktiknya, pemberian pembiayaan tentunya tidak selalu berjalan

mulus serta tidak lepas dari adanya masalah-masalah yang dapat timbul

kapan saja. Setelah dana disalurkan oleh kreditur kepada debitur terdapat dua

kemungkinan. Lancar karena memiliki manajemen yang baik atau tidak

lancar karena manajemen usahanya kurang baik, sehingga dapat

menyebabkan munculnya risiko bagi pemberi pembiayaan yaitu tidak

kembalinya pokok pembiayaan dikarenakan pembayaran angsuran terhenti,

tidak melaksanakan perjanjian dengan baik sebagaimana telah disepakati

dalam akad, pihak-pihak atau salah satu pihak telah melaksanakan apa yang

telah disepakati, tetapi pelaksanaannya tidak sama persis sebagaimana yang

telah dijanjikan.6 Risiko tersebut dapat menimbulkan sengketa apabila di

antara para pihak tidak dapat mencapai kesepakatan mengenai solusi

pemecahannya.

Berdasarkan data jumlah index putusan tentang perkara ekonomi syariah

yang telah disebutkan di atas, serta permasalahan sengketa yang sering terjadi

antara lembaga keuangan syariah dengan nasabahnya, penulis tertarik untuk

melakukan pemetaan terhadap pokok masalah yang menjadi penyebab

adanya gugatan sengketa ekonomi syariah melalui putusan pengadilan agama

yang hanya difokuskan pada sengketa pembiayaan murabahah. Hal tersebut

dikarenakan sebagian besar pembiayaan yang dilakukan bank-bank syariah

dan lembaga keuangan syariah menggunakan akad murabahah, sehingga

potensi terjadinya sengketa pada pembiayaan murabahah lebih tinggi dari

pembiayaan lainnya.

Pemetaan menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah proses, cara,

perbuatan, membuat peta. Terdapat juga pengertian lain dari pemetaan yaitu

sebuah tahapan yang harus dilakukan dalam pembuatan peta. Langkah awal

yang dilakukan dalam pembuatan data, dilanjutkan dengan pengolahan data,

6 Rizal Nur Firdaus, “Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal yang mempengaruhi Pembiayaan

Bermasalah pada Bank Umum Syariah di Indonesia”, El-Dinar, Vol. 3 No. 1, 2015, h. 84.

Page 16: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

6

dan penyajian dalam bentuk peta.7 Pengertian peta sendiri menurut Badan

Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL 2005)

merupakan wahana bagi penyimpanan dan penyajian data kondisi lingkungan,

merupakan sumber informasi bagi para perencana dan pengambilan

keputusan bagi tahapan dan tingkatan pembangunan.8

Jadi peta dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai penyajian data dari

pokok masalah sengketa pembiayaan murabahah. Pemetaan dalam penelitian

ini merupakan proses kegiatan untuk menghasilkan gambaran tentang pokok

masalah sengketa pembiayaan murabahah melalui putusan-putusan

pengadilan agama. Dengan kehadiran pemetaan ini, maka dapat terlihat apa

saja pokok masalah yang disengketakan pada pembiayaan murabahah.

Berdasarkan dari uraian diatas, karena belum pernah dilakukan pemetaan

tentang pokok masalah pada sengketa pembiayaan murabahah melalui

putusan-putusan pengadilan agama, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dalam bentuk karya ilmiah berupa skripsi yang berjudul

“Pemetaan Pokok Masalah pada Sengketa Pembiayaan Murabahah di

Pengadilan Agama”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana mekanisme dan pelaksanaan akad pembiayaan murabahah

pada bank syariah?

2. Bagaimana manajemen resiko pada pembiayaan murabahah?

3. Mengapa bisa terjadi pembiayaan bermasalah?

7

Rini Abbas, “Pemetaan 2” artikel diakses pada 23 Februari 2018 dari

https://www.academia.edu/16537674/PEMETAAN_2?auto=download . 8 Valentino Rompas, “Pengertian Peta dan Pemetaan”, artikel diakses pada 23 Februari 2018

dari https://www.scribd.com/document/102084695/PENGERTIAN-Peta-Dan-Pemetaan .

Page 17: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

7

4. Apa faktor-faktor penyebab pembiayaan murabahah menjadi

bermasalah?

5. Apa saja kategori yang bisa disebut sebagai pembiayaan bermasalah?

6. Bagaimana penentuan kategori pokok masalah pada sengketa

pembiayaan murabahah?

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan menghindari terjadinya

penyimpangan dari pokok permasalahan yang akan diteliti, maka perlu

dibuat pembatasan. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu

tentang pokok masalah yang menyebabkan terjadinya sengketa ekonomi

syariah dalam pembiayaan murabahah yang didapat melalui putusan

pengadilan agama yang telah menangani perkara ekonomi syariah.

Putusan tersebut didapatkan dengan cara mengakses Direktori Putusan

Mahkamah Agung Republik Indonesia. Adapun rentang waktu atau tahun

putusan yang penulis teliti yaitu putusan tahun 2013 sampai dengan 2017.

Hal ini dikarenakan penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2018.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis melakukan

perumusan masalah sebagai berikut :

a. Apa pokok masalah yang disengketakan dalam pembiayaan

murabahah di pengadilan agama?

b. Apa dampak terhadap pembiayaan murabahah setelah adanya putusan

pengadian agama tersebut?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah:

Page 18: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

8

a. Untuk mengetahui pokok masalah sengketa pembiayaan murabahah

di pengadilan agama.

b. Untuk mengetahui dampak terhadap pembiayaan murabahah setelah

adanya putusan-putusan pengadilan agama mengenai sengketa

pembiayaan murabahah.

2. Manfaat Penelitian

Secara garis besar, manfaat untuk penelitian ini dapat dibedakan

menjadi 2 (dua), yaitu:

a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan ilmu

dan menambah wawasan ilmu pengetahuan yang lebih dalam

khususnya tentang pokok masalah yang sering terjadi dalam

pembiayaan murabahah sehingga perbankan syariah maupun

masyarakat mempunyai gambaran dalam melakukan praktek

pembiayaan murabahah agar tidak terjadi sengketa.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi Penulis, penelitian ini dapat menambah wawasan penulis

mengenai pokok masalah sengketa ekonomi dalam pembiayaan

murabahah.

2) Bagi Praktisi, hasil penelitian ini diharapkan memberi sumbangan

pemikiran dan hasil riset sebagai bahan masukan yang berarti

bagi perbankan syariah dalam hal mengantisipasi untuk

mengurangi sengketa ekonomi yang terjadi pada pembiayaan

murabahah.

3) Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi

sumber informasi, sumber ilmu pengetahuan serta sumber

referensi dalam bidang ekonomi syariah.

Page 19: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

9

E. Sistematika Penulisan

Laporan skripsi ini disusun dalam beberapa bab dengan tujuan untuk

mempermudah penulisan dan memeperjelas pembacaanya. Adapun

sistematika penulisan laporan skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan secara garis besar mengenai latar belakang masalah,

identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan mengenai teori-teori berdasarkan tinjauan pustaka yang

digunakan dalam penelitian dan pembahasan berupa Konsep Pemetaan,

Pokok Masalah, dan Sengketa di Pengadilan Agama, Pengertian Sengketa,

Potensi dan Penyebab Terjadinya Sengketa, Pengertian Murabahahah, Dasar

Hukum Murabahah, Rukun dan Syarat Murabahah, Ciri-Ciri Pokok

Pembiayaan Murabahah, Jenis-jenis Pembiayaan Murabahah dan Tinjauan

(Review) Studi Terdahulu.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang metode penelitian, Pendekatan Penelitian, Jenis

Penelitian, Jenis Data Penelitian, Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data,

Teknik Pengolahan Data, dan Teknik Penulisan Skripsi.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan mengenai masalah yang akan diteliti yaitu pemetaan

dimana akan dibuatkan kategorisasi mengenai apa saja yang menjadi pokok

masalah pada sengketa pembiayaan murabahah yang diselesaikan melalui

pengadilan agama.

Page 20: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

10

BAB IV PENUTUP

Bab ini memuat tentang uraian kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian

dan disertai dengan pemberian rekomendasi yang akan ditujukan kepada para

pihak terkait dan berkepentingan dengan tema yang diteliti.

Page 21: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Pemetaan, Pokok Masalah, dan Sengketa di Pengadilan Agama

1. Pengertian Pemetaan

Pemetaan berasal dari kata dasar peta. Menurut Stevenson yang

dikutip oleh Ika Krismayani, peta adalah “a diagrammatic representation

of an area of land”. Peta dapat pula berarti representasi melalui gambar

dari suatu daerah yang menyatakan sifat, seperti batas daerah, sifat

permukaan.1 Pengertian peta sendiri menurut Badan Koordinasi Survei

dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL 2005) merupakan wahana

bagi penyimpanan dan penyajian data kondisi lingkungan, merupakan

sumber informasi bagi para perencana dan pengambilan keputusan bagi

tahapan dan tingkatan pembangunan.2

Sedangkan pemetaan menurut

kamus besar bahasa Indonesia adalah proses, cara, perbuatan, membuat

peta.

Pemetaan yang dimaksud dalam penelitian ini bukanlah suatu

kegiatan/proses/cara dalam membuat peta yang berupa gambar/lukisan.

Bukan pula representasi dari suatu daerah yang menyatakan sifat seperti

batas daerah/ sifat permukaan. Pemetaan dalam penelitian ini merupakan

proses kegiatan penyajian data untuk menghasilkan gambaran secara

deskriptif tentang pokok masalah sengketa pembiayaan murabahah

melalui putusan-putusan yang diselesaikan di pengadilan agama. Dari

pemetaan tersebut, akan terlihat penyajian data mengenai apa saja pokok

masalah yang disengketakan pada pembiayaan murabahah.

1

Ika Krismayani, “Pemetaan Penulisan Skripsi Mahasiswa Program Studi S-1 Ilmu

Perpustakaan Universitas Diponegoro”, Lentera Pustaka 2, (1): 45-47, 2016, h. 47. 2 Valentino Rompas, “Pengertian Peta dan Pemetaan”, artikel diakses pada 23 Februari 2018

dari https://www.scribd.com/document/102084695/PENGERTIAN-Peta-Dan-Pemetaan

Page 22: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

12

2. Pengertian Pokok Masalah

Pokok masalah adalah penyebab utama dari beberapa gejala masalah

atau dengan kata lain pokok masalah adalah penyebab dari serangkaian

sebab dan akibat.3 Dalam skripsi ini, pokok masalah dapat diartikan

sebagai penyebab utama yang menimbulkan adanya sengketa diantara

para pihak dalam melakukan pembiayaan dengan akad Murabahah, yang

kemudian menjadi dasar pengajuan gugatan ke pengadilan agama untuk

melakukan penyelesaiannya.

3. Pengadilan Agama

Peradilan agama merupakan salah satu pelaksana kekuasaan

kehakiman (yudicial power) di Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang

Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman di Indonesia

dikenal empat lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung, yaitu

lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan

peradilan militer dan lingkungan peradilan tata usaha negara, serta sebuah

Mahkamah Konstitusi.4

Berbicara mengenai kewenangan atau kompetensi lingkungan

peradilan agama dalam kedudukannya sebagai salah satu pelaksana

kekuasaan kehakiman (yudicial power) di Indonesia saat ini, tidak lain

harus merujuk pada kententuan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009

tentang Kekuasaan Kehakiman. Berdasarkan ketentuan Pasal 25 ayat (3)

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 dinyatakan bahwa:

Peradilan agama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang

memeriksa, mengadili dan memutus menyelesaikan perkara-perkara

3 Cecep Hidayat, “Menemukan Permasalahan Pokok Sebuah Rencana Penelitian [Bagian 1]”

artikel diakses pada 23 Februari 2018 dari https://sbm.binus.ac.id/2014/06/05/menemukan-

permasalahan-pokok-sebuah-rencana-penelitian-bagian-1/ 4 Khotibul Umam, Perbankan Syariah: Dasar-dasar dan Dinamika Perkembangannya di

Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h. 265.

Page 23: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

13

antara orang-orang yang beragama Islam sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.5

Selanjutnya untuk mengetahui apa saja kewenangan peradilan agama

tersebut harus merujuk pada Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006

tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang

Peradilan Agama yang terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor

50 Tahun 2009. Dalam Undang-Undang tersebut telah diatur ketentuan

mengenai kewenangan atau kompetensi absolut maupun mengenai

kewenangan atau kompetensi relatif.

Kewenangan atau kompetensi absolut diartikan sebagai kewenangan

lingkungan peradilan berkaitan dengan jenis perkara atau jenis pengadilan

atau tingkatan pengadilan dalam perbedaannya dengan jenis perkara atau

jenis pengadilan atau tingkatan pengadilan lainnya.6 Kewenangan absolut

peradilan agama telah dirumuskan dalam Pasal 49 Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1989 tentang Peradilan Agama sebagai berikut: Pengadilan agama

bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan

perkara-perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama

Islam di bidang:

a. Perkawinan;

b. Kewarisan;

c. Wasiat;

d. Hibah;

e. Wakaf;

f. Zakat;

g. Infaq;

h. Shadaqah; dan

5 Pasal 25 Ayat 3 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman

6 Khotibul Umam, Perbankan Syariah, h. 265.

Page 24: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

14

i. Ekonomi Syariah.

Hal yang menarik dan membuat undang-undang hasil amandemen ini

berbeda dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan

Agama adalah, adanya kebolehan non muslim menundukkan diri secara

sukarela kepada hukum Islam. Ketentuan seperti ini dapat dilihat dalam

penjelasan Pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan

Agama yang menyatakan bahwa:

Yang dimaksud dengan “antara orang-orang yang beragam Islam”

adalah termasuk orang atau badan hukum yang dengan sendirinya

menundukkan diri dengan sukarela kepada hukum Islam mengenai

hal-hal yang menjadi kewenangan Peradilan Agama sesuai dengan

ketentuan Pasal ini.7

Melihat kenyataan bahwa yang bermua‟amalah dalam lembaga

keuangan syariah, bukan hanya orang Islam tetapi juga non muslim,

sedangkan peradilan agama hanya menyelesaikan perkara di antara orang-

orang yang beragama Islam, maka Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006

tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang

Peradilan Agama ini memberikan solusi dengan cara penundukkan diri

secara sukarela bagi non muslim yang bermuamalah dengan sistem

ekonomi syariah untuk menyelesaikan sengketanya di pengadilan agama.8

Adapun mengenai jangkauan kewenangan mengadili lingkungan

peradilan agama dalam bidang ekonomi syariah dapat dilihat dalam

penjelasan Pasal 49 huruf (i) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006

tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang

Peradilan Agama, penjelasan pasal tersebut selengkapnya berbunyi

sebagai berikut:

7 Angka 37 Pasal 49 Penjelasan atas Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 tentang Perubahan

atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama. 8

Chatib Rasyid dan Syaifuddin, Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktik pada

Peradilan Agama, (Yogyakarta: UII Press, 2009), h. 157.

Page 25: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

15

Yang dimaksud dengan “ekonomi syariah” adalah perbuatan atau

kegiatan usaha yang dilaksanakan menurut prinsip syariah, antara lain

meliputi:

a. Bank syariah;

b. Lembaga keuangan mikro syariah;

c. Asuransi syariah;

d. Reasuransi syariah;

e. Reksa dana syariah;

f. Obligasi syariah;

g. Sekuritas syariah;

h. Pembiayaan syariah;

i. Pegadaian syariah;

j. Dana pensiun lembaga keuangan syariah;

k. Bisnis syariah.

Dari penjelasan pasal tersebut dapat diketahui bahwa jangkauan

kewenangan mengadili lingkungan peradilan agama dalam bidang

ekonomi syariah sudah meliputi keseluruhan bidang ekonomi syariah. Hal

ini dapat dipahami dari maksud kata ekonomi syariah itu sendiri yang

dalam penjelasan pasal tersebut diartikan sebagai perbuatan atau kegiatan

usaha yang dilaksanakan menurut prinsip syariah. Artinya, seluruh

perbuatan atau kegiatan usaha apa saja dalam bidang ekonomi yang

dilakukan menurut prinsip syariah ia termasuk dalam jangkauan

kewenangan mengadili lingkungan peradilan agama. Adapun jenis-jenis

yang disebutkan dalam rincian tersebut hanya antara lain, yang berarti

tidak tertutup kemungkinan adanya perbuatan atau kegiatan usaha dalam

bentuk lain di bidang tersebut selain dari yang disebutkan itu. Sepanjang

perbuatan atau kegiatan usaha yang dimaksud dilakukan sesuai menurut

prinsip syariah maka apabila terjadi sengketa atas perbuatan atau kegiatan

Page 26: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

16

usaha tersebut menjadi kewenangan lingkungan peradilan agama untuk

memeriksa dan mengadilinya.9

Kewenangan atau kompetensi relatif yaitu kewenangan peradilan

menyangkut peradilan wilayah mana yang berwenang dalam

menyelesaikan suatu sengketa. Mengenai hal ini berlaku asas umum yaitu

Actor Sequetur Forum Rei, yang artinya bahwa penyelesaian sengketa

perdata dilakukan ditempat tergugat berdomisili.10

Maka dalam hal ini

perkara dalam bidang ekonomi syariah, yang berwenang mengadilinya

adalah pengadilan agama di tempat kediaman tergugat.

4. Sengketa

a. Pengertian Sengketa

Menurut Rachmadi Usman seperti dikutip Adrian Sutedi, kata

sengketa dalam kosa kata Inggris terdapat 2 (dua) istilah, yakni

“conflict” dan “dispute”, yang kedua-duanya mengandung pengertian

tentang adanya perbedaan di antara kedua pihak atau lebih, tetapi

keduanya dapat dibedakan. Kosa kata conflict sudah diserap ke dalam

bahasa Indonesia menjadi “konflik”, sedangkan kosa kata dispute

dapat diterjemahkan dengan kosa kata “sengketa”. Sebuah konflik,

yakni sebuah situasi di mana 2 (dua) pihak atau lebih dihadapkan pada

pebedaan kepentingan, tidak akan berkembang menjadi sengketa

apabila pihak yang merasa dirugikan hanya memendam perasaan tidak

puas atau keprihatinannya. Sebuah konflik berubah atau berkembang

menjadi sebuah sengketa bilamana pihak yang merasa dirugikan telah

menyatakan rasa tidak puas atau keprihatinannya, baik secara

langsung kepada pihak yang dianggap sebagai penyebab kerugian atau

9 Cik Basir, Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2009), h. 104. 10

Khotibul Umam, Perbankan Syariah, h. 267.

Page 27: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

17

pihak lain.11

Jadi, sengketa merupakan kelanjutan dari konflik.

Apabila pihak-pihak yang berkonflik tidak dapat mencapai

kesepakatan mengenai solusi pemecahan masalahnya, maka

sengketalah yang timbul.

Secara etimologi, sengketa adalah sesuatu yang menyebabkan

perbedaan pendapat, pertengkaran, perbantahan, atau perselisihan.

Adapun secara istilah, sengketa adalah pertentangan antara dua pihak

atau lebih yang berawal dari persepsi yang berbeda tentang suatu

kepentingan atau hak milik yang dapat menimbulkan akibat hukum

bagi keduanya dan dapat diberikan sanksi hukum terhadap salah satu

di antara keduanya.12

Terdapat pengertian lainnya menurut Anita Dewi Anggraeni

Kolopaking sengketa adalah: “Pertentangan, perselisihan atau

percekcokan yang terjadi antara pihak yang satu dengan pihak lainnya

dan atau antara pihak dengan berbagai pihak yang berkaitan dengan

hak yakni sesuatu yang bernilai, baik itu berupa uang maupun

benda”.13

Sengketa yang dimaksud dalam penelitian ialah adanya perbedaan

kepentingan di antara dua pihak atau lebih ketika melakukan transaksi

pembiayaan murabahah yang mengakibatkan terjadinya kerugian bagi

pihak tertentu. Selanjutnya perbedaan kepentingan atau kerugian

tersebut dinyatakan kepada pihak yang dianggap menjadi penyebab

kerugian atau kepada pihak lain, dan pihak lain tersebut memberikan

pendapat yang berbeda sehingga menimbulkan pertentangan.

11

Adrian Sutedi, Perbankan Syariah Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum, (Bogor: Ghalia

Indonesia, 2009), h. 166. 12

Amran Suadi, Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana, 2017), h. 11. 13

Anita D.A. Kolopaking, Asas Iktikad Baik dalam Penyelesaian Sengketa Kontrak Melalui

Arbitrase, (Bandung: P.T. Alumni, 2013), h.10.

Page 28: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

18

b. Potensi dan Penyebab Terjadinya Sengketa

Ada beberapa hal yang menjadi potensi terjadinya sengketa yang

memerlukan perhatian dari para pihak. Potensi-potensi terjadinya

sengketa antara lain: 14

1) Sejak awal kontrak dibuat mengandung masalah;

2) Adanya miskomunikasi yang tertuang di dalam kontrak tidak

disadari sesuai dengan harapan yang diinginkan salah satu pihak;

3) Kontrak yang dibuat kurang jelas dan tidak spesifik;

4) Terbukanya peluang masalah pada isi kontrak yang dibuat;

5) Tidak segera mengatasi awal masalah yang timbul;

6) Tidak adanya usaha untuk berkonsultasi atas penyebab masalah

yang timbul dan untuk segera menyelesaikannya sebelum

mencuatnya sengketa.

Selain potensi terjadinya sengketa yang telah penulis uraikan di

atas, terjadinya sengketa ekonomi syariah kebanyakan disebabkan

karena adanya ketidakserasian antara pribadi-pribadi atau kelompok-

kelompok yang mengadakan hubungan sehingga ada hak yang

terganggu atau terlanggar. Secara umum sengketa bisnis terjadi karena

beberapa akibat, antara lain:15

a. Adanya penipuan atau ingkar janji yang dilakukan oleh salah satu

pihak atau kedua belah pihak yang melakukan perjanjian.

b. Pihak-pihak atau salah satu pihak telah melakukan apa yang telah

disepakati namun tidak sama dengan yang telah diperjanjikan.

c. Pihak-pihak atau salah satu pihak melakukan apa yang dijanjikan,

namun terlambat.

14

Anita D.A. Kolopaking, Asas Iktikad Baik dalam Penyelesaian Sengketa Kontrak Melalui

Arbitrase, h.23. 15

Abdul Rasyid, “Penyebab Terjadinya Sengketa Ekonomi Syariah” artikel diakses pada 23

Oktober 2018 dari http://business-law.binus.ac.id/2018/08/09/penyebab-terjadinya-sengketa-ekonomi-

syariah/

Page 29: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

19

d. Pihak-pihak atau salah satu pihak melakukan sesuatu yang

menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.

Beberapa perbuatan yang disebutkan di atas bisa menimbulkan

perselisihan antara para pihak, karena ada pihak yang merasa

dirugikan. Selain itu menurut Amran Suadi, terdapat beberapa

penyebab teradinya sengketa ekonomi syariah, antara lain:16

a. Dalam proses pembuatan akad terdapat ketidaksepahaman para

pihak dalam proses bisnis, karena terjebak pada orientasi

keuntungan, karakter coba-coba, atau karena keidakmampuan

mengenali mitra bisnisnya dan mungkin tidak ada legal cover.

b. Akad atau kontrak sulit untuk dilaksanakan karena:

1) Para pihak kurang cermat atau kurang hati-hati ketika

melakukan perundingan pendahuluan.

2) Tidak mempunyai keahlian untuk mengkontruksikan norma-

norma akad yang pasti, adil, efisien.

3) Kurang mampu mencermati risiko yang potensial akan terjadi

atau secara sadar membiarkan potensi itu akan terjadi.

4) dan tidak jujur atau amanah.

Berkenaan dengan paradigma tersebut, terdapat beberapa bentuk

akad yang dapat menimbulkan sengketa sehingga mesti diwaspadai,

bentuk-bentuk akad sebagai berikut:

a. Salah satu pihak menemukan fakta bahwa syarat-syaratnya suatu

akad, baik syarat subjektif maupun syarat objektif yang ternyata

tidak terpenuhi sehingga menuntut pembatalan akad;

b. Akad diputus oleh salah satu pihak tanpa persetujuan pihak lain

dan perbedaan menafsirkan isi akad oleh para pihak sehingga

menimbulkan sengketa hukum;

16

Amran Suadi, Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah, h. 8.

Page 30: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

20

c. Karena salah satu pihak tidak memenuhi prestasi sebagaimana

yang telah diperjanjikan;

d. Terjadinya perbuatan melawan hukum (onrechtmatig daad);

e. Adanya risiko yang tidak diduga pada saat pembuatan akad/force

majeur/overmacht.

Pada umumnya munculnya sengketa atau konflik itu secara teoritik

disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu:17

a. Konflik Kepentingan (Interest Conflict)

Dalam melakukan kegiatan ekonomi syariah, setiap para pihak

memiliki kepentingan. Tanpa adanya kepentingan, para pihak

tidak akan dapat mengadakan kerjasama. Timbulnya konflik

kepentingan ini adalah karena beberapa hal, yaitu:

1) Ada perasaan atau tindakan yang bersaing;

2) Ada kepentingan substansi dari para pihak;

3) Ada kepentingan psikologis;

4) Ada kepentingan prosedural.

Keempat hal di atas dapat menimbulkan konflik kepentingan

karena apabila di antara para pihak merasa adanya kepentingan

dalam suatu kerjasama, maka akan timbul persaingan yang tinggi,

ini akan menyebabkan kerja sama yang dibina tidak akan

menghasilkan hal-hal sebagaimana diharapkan.

b. Konflik Hubungan (Relationship Conflict)

Konflik hubungan dapat terjadi disebabkan karena adanya

beberapa faktor, yakni:

1) Emosi yang kuat (strong emotions)

2) Adanya kesalahan persepsi dalam realisasi akad;

17

Ahmad Mujahidin, Prosedur Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah di Indonesia, (Bogor:

Penerbit Ghalia Indonesia, 2010), h. 47-49.

Page 31: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

21

3) Miskin komunikasi (poor communication) atau kesalahan

komunikasi (miscommunication); dan

4) Tingkah laku negatif yang berulang-ulang (repetitive

negative behaviour).

Para pihak yang melakukan hubungan kerjasama haruslah

mengontrol emosi melalui aturan main yang disepakati,

mengklarifikasi perbedaan persepsi, kemudin memperbaiki

kualitas dan kuantitas komunikasi dan menghilangkan tingkah

laku negatif yang dilakukan secara berulang-ulang.

c. Konflik Nilai (Value Conflict)

Konflik nilai dalam ekonomi syariah terjadi karena adanya

beberapa perbedaan, diantaranya ialah:

1) Adanya perbedaan kriteria evaluasi pendapat atau perilaku;

2) Adanya perbedaan pandangan paham (aliran) dalam agama;

3) Adanya penilaian sendiri tanpa memperhatikan penilaian

orang lain.

Konflik nilai ini harus dihilangkan, untuk itu para pihak harus

menghindari permasalahan istilah atau nilai, terdapat standar

hukum materiil yang diberlakukan dalam penyelesaian konflik di

pengadilan agama, mengizinkan para pihak untuk menyetujui atau

tidak menyetujui, menciptakan lingkungan pengaruh dengan

dengan suatu nilai yang dominan, dan melakukan penelitian untuk

mencari hasil di mana semua pihak mendapat bagian.

d. Konflik Struktur (Structural Conflict)

Konflik struktur akan terjadi dalam pelaksanaan ekonomi syariah,

hal ini disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut.

1) Karena adanya pola merusak perilaku atau interaksi

2) Karena adanya kontrol yang tidak sama

Page 32: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

22

3) Karena adanya kepemilikan atau distribusi sumber daya yang

tidak sama

4) Karena adanya kekuatan dan kekuasaan

5) Karena adanya psikologi yang tidak sama

6) Karena adanya faktor-faktor lingkungan yang menghalangi

kerja sama

7) Karena terbatasnya waktu untuk berkomunikasi

Oleh karena itu, dalam rangka membangun struktur yang baik,

para pihak harus melakukan sikap-sikap sebagai berikut.

1) Para pihak harus memperjelas atau mempertegas aturan main

2) Para pihak harus mengubah pola prilaku yang dapat merusak

3) Para pihak harus mengalokasi kembali kepemilikan atau

kontrol sumber daya

4) Para pihak harus membangun persaingan yang sehat

5) Para pihak harus saling pengertian

6) Para pihak harus mengubah proses negosiasi dari posisional

menjadi penawaran berdasarkan kepentingan

7) Para pihak harus mengubah psikologi dan lingkungan yang

berhubungan dengan para pihak

8) Para pihak harus memodifikasi tekanan dari luar

9) Para pihak harus mengubah waktu yang sempit menjadi lebih

memadai.

e. Konflik Data (Data Conflict)

Konflik data terjadi karena disebabkan oleh beberapa faktor

berikut.

1) Karena adanya kekurangan informasi (lack of information)

2) Karena kesalahan informasi (misinformation)

3) Karena adanya perbedaan pandangan

4) Karena adanya perbedaan interpretasi terhadap data

Page 33: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

23

5) Karena adanya perbedaan penafsiran terhadap prosedur.

Data merupakan hal yang sangat penting dalam suatu perjanjian.

Oleh karena itu, akurasi data sangatlah penting untuk tercapainya

kesepakatan yang baik. Untuk itu, dalam setiap negosiasi para

pihak akan selalu berusaha mencari data atau informasi yang

menjadi objek perundingan selengkap mungkin. Setelah data

terkumpul atau didapat, diperlukan pemahaman, interpretasi atau

pengertian yang sama antara para pihak.

B. Murabahah

1. Pengertian Murabahah

Murabahah secara bahasa merupakan mashdar dari kalimat ribhun

yang berarti ziyadah (tambahan atau keuntungan).18

Transaksi

Murabahah telah lazim dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para

sahabatnya. Pengertian Murabahah secara sederhana adalah suatu

penjualan seharga barang tersebut ditambah keuntungan yang disepakati

antara penjual dan pembeli. Boleh dikatakan bahwa akad yang terjadi

dalam murabahah ini merupakan salah satu bentuk natural certainty

contracts, karena dalam murabahah ini ditentukan berapa required rate of

profit-nya atau keuntungan yang diharapkan akan diperoleh dalam

transaksi ini.19

Menurut Mohammad Hossein yang dikutip oleh Bagya Agung

Prabowo, murabahah adalah jual beli barang dengan harga asal ditambah

dengan keuntungan yang disepakati. Dalam hal ini penjual harus

18

Rozalinda, Fikih Ekonomi Syariah: Prinsip dan Implementasinya pada Sektor Keuangan

Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h. 83. 19

Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2013), h. 113.

Page 34: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

24

memberitahukan harga pokok produk yang ia jual dan menentukan suatu

tingkat keuntungan sebagai tambahannya.20

Menurut Mardani jual beli murabahah adalah pembelian oleh satu

pihak utuk kemudian dijual kepada pihak lain yang telah mengajukan

permohonan pembelian terhadap suatu barang dengan keuntungan atau

tambahan harga yang transparan. Atau singkatnya jual beli murabahah

adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan

keutungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.21

Adiwarman Karim memberikan definisi murabahah yang tidak jauh

berbeda, menurutnya murabahah adalah akad jual beli barang dengan

menyatakan harga perolehan dan keuntungan (marjin) yang disepakati

oleh penjual dan pembeli. Karena dalam definisinya disebut adanya

“keuntungan yang disepakati”, karakteristik murabahah adalah si penjual

harus memberi tahu pembeli tentang harga pembelian barang dan

menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya tersebut.22

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) Pasal 20 ayat 6

mendefinisikan murabahah:

“Murabahah adalah pembiayaan saling menguntungkan yang dilakukan

oleh shahib al-mal dengan pihak yang membutuhkan melalui transaksi

jual beli dengan penjelasan bahwa harga pengadaan barang dan harga

jual terdapat nilai lebih yang merupakan keuntungan atau laba bagi

shahib al-mal dan pengembaliannya dilakukan secara tunai atau angsur”.

Dalam aplikasi bank syariah, bank merupakan penjual atas objek

barang dan nasabah merupakan pembeli. Bank menyediakan barang yang

dibutuhkan oleh nasabah dengan membeli barang dari supplier, kemudian

menjualnya kepada nasabah dengan harga yang lebih tinggi dibanding

20

Bagya Agung Prabowo, Aspek Hukum Pembiayaan Murabahah pada Perbankan Syariah, h.

26. 21

Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2013), h. 136-137. 22

Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, h. 113.

Page 35: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

25

dengan harga beli yang dilakukan bank syariah. Pembayaran atas

transaksi murabahah dapat dilakukan dengan cara membayar sekaligus

pada saat jatuh tempo atau melakukan pembayaran angsuran selama

jangka waktu yang disepakati.23

Dalam teknis yang ada di perbankan Islam, murabahah merupakan

akad jual dan beli yang terjadi antara pihak bank Islam selaku penyedia

barang yang menjual dengan nasabah yang memesan dalam rangka

pembelian barang itu. Keuntungan yang diperoleh dari pihak bank Islam

dalam transaksi ini merupakan keuntungan jual beli yang telah disepakati

secara bersama.24

Dalam hukum positif di Indonesia, akad sepadan dengan perjanjian,

yaitu suatu peristiwa di mana pihak yang satu berjanji kepada pihak yang

lain atau di mana dua pihak itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu

hal. Berdasarkan KUH Perdata Pasal 1313, perjanjian adalah suatu

perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya

terhadap satu orang lain atau lebih. Atas dasar perjanjian tersebut, pihak

yang satu berhak menuntut pihak lain, dan pihak yang lain berkewajiban

untuk memenuhi tuntutan itu. Oleh karena itu, perjanjian merupakan

sumber perikatan karena perjanjian melahirkan hubungan hukum di mana

pihak yang satu berhak menuntut pihak yang lain, dan pihak yang lain

berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu.25

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

murabahah adalah akad perjanjian penyediaan barang berdasarkan jual

beli dimana penjual (lembaga pembiayaan) membiayai atau membelikan

kebutuhan barang atau investasi nasabah dan menjual kepada pembeli

23

Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 138-139. 24

Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoretis dan

Praktis, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), h. 43. 25

Jaih Mubarok dan Hasanudin, Fikih Mu’amalah Maliyyah Prinsip-Prinsip Perjanjian,

(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2017), h. 18.

Page 36: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

26

(nasabah) dengan harga asal ditambah keuntungan yang disepakati.

Pembayarannya dapat dilakukan sekaligus atau tunai pada saat jatuh

tempo atau dengan cicilan (angsuran).

2. Landasan Hukum Murabahah

Dasar hukum yang dapat dijadikan dasar penerapan jual beli

murabahah, sebagai berikut:

1) Al-Qur‟an

Al-Qur‟an tidak memuat acuan langsung berkenaan dengan

murabahah, walaupun ada beberapa acuan di dalamnya untuk menjual,

keuntungan, kerugian, dan perdagangan. Dalil diperbolehkan jual beli

murabahah dapat dipahami dari keumuman dalil diperbolehkannya

jual beli. Murabahah jelas-jelas bagian dari jual beli, dan jual beli

secara umum diperbolehkan. Berdasarkan hal ini, maka dasar hukum

diperbolehkannya jual beli murabahah berdasarkan ayat-ayat jual

beli.26

1) Q.S. An-Nisa (4): 29:

/ (٩٩: ٤)الىساء

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali

dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di

antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu;

Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”

26

Imam Mustofa, Fiqh Mua’amalah Kontemporer, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h. 68-69.

Page 37: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

27

Maksud dari ayat di atas adalah melarang untuk melakukan

transaksi jual beli dengan cara yang tidak baik (haram) dan tidak

dibenarkan oleh syariat Islam. Jika ingin memperoleh harta

dengan cara perniagaan ataupun transaksi jual beli harus

berdasarkan kerelaan hati masing-masing pihak dan suka sama

suka sehingga tidak ada paksaan dalam melakukan transaksi

tersebut. Serta tidak melakukan hal-hal yang dilarang yaitu

membunuh diri, baik membunuh diri sendiri maupun saling

membunuh. Ayat di atas menganjurkan untuk melakukan transaksi

jual beli dengan jalan yang dihalalkan dan atas dasar suka sama

suka.

2) Q.S. Al-Baqarah (2): 275:

… … / (٩٧٢: ٩)البقرة

Artinya: “…Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan

mengharamkan riba…”

Maksud dari ayat di atas adalah Allah memperbolehkan jual

beli dalam hal ini jual beli dengan cara murabahah yang mana

dalam jual beli ini, penjual memberi tahu kepada pembeli tentang

harga pokok dan keuntungannya terlebih dahulu dan melarang

untuk melakukan transaksi jual beli yang di dalamnya terdapat

riba karena riba merupakan perbuatan yang sangat dilarang dan

mereka yang melakukannya akan menjadi penghuni neraka dan

kekal di dalamnya.

3) QS. Al-Baqarah (2): 280:

/ (٩٨٢: ٩)البقرة

Page 38: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

28

Artinya: “Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran,

maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. dan

menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik

bagimu, jika kamu Mengetahui.”

Maksud dari ayat di atas adalah jika ada orang yang kesulitan

membayar hutang, berilah tenggang waktu kepada orang tersebut

sampai betul-betul mampu untuk membayarnya. Pembiayaan

murabahah merupakan pembiayaan yang dilaksanakan untuk

pengadaan obyek barang tertentu yang dapat dilakukan secara

mengangsur atau secara tangguh. Bila nasabah sedang mengalami

kemampuan financial yang buruk maka berilah waktu ketika tiba

masa pelunasan sampai betul-betul mampu.

b. Al-Hadits

Tidak ada hadis yang memiliki acuan langsung kepada

murabahah. Para ulama awal Islam seperti Malik dan Syafi‟i secara

secara khusus menyatakan bahwa penjualan murabahah berlaku,

tetapi tidak menyebutkan referensi hadis yang jelas.27

1) Dalil Hadis

ح ا ل ص ه ب د او د ه ع ىل ق ي ي ر ذ خ ال ذ ي ع ا س ب أ ت ع م س ا ل ق ً ي ب أ ه ع ً و ذ م ال

)رواي ابه اض ر ت ه ع ع ي ب ا ال م و : ا ل اق صلً للا عليً و سلم للا ل ى س ر ا ل ق

(ما جً وصحً ابه حبان

“Dari Daud ibn Shalih al-Madani yang diterima dari bapaknya

ia berkata: Saya mendengar Abu Said al-Khudri mengatakan

bahwa Rasulullah SAW berkata, “Sesungguhnya jual beli itu

27

Mardani, Hukum Perikatan Syariah di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h. 124.

Page 39: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

29

harus dilakukan suka sama suka”. (HR. Ibnu Majah, dan dinilai

shahih oleh Ibnu Hibban).28

Maksud dari hadis tersebut adalah dalam melakukan transaksi

jual beli dalam hal ini yaitu pembiayaan murabahah harus di

dasari suka sama suka. Pembiayaan murabahah yang dilakukan

untuk membantu nasabah untuk pengadaan obyek barang tertentu

dimana penjual menyatakan harga perolehan dan keuntungan

(marjin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.

2) Murabahah juga berlandaskan pada Sabda Rasulullah SAW. yang

diriwayatkan oleh Ibnu Majah Nomor. 2289:

ى ي للا ع ض ه ي ب ر ه س لً ً أ ن الىب ع ل م ق ال : ث ال ث ف ي ه ه ي ص س ً و ل ي للا ع

ب ي ع ي ر ل ل ب ي ت ال ل ل ع ل ط ال ب ر ب الش خ ت و ض ق ار ا لم ل و ت : ا ل ب ي ع إ لً أ ج ك ا لب ر

)رواي ابه ما جً(

Dari Suhaib ar-Rumi r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tiga

hal yang di dalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara

tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum

dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual.” (HR

Ibnu Majah).29

Maksud dari hadis tersebut adalah adanya suatu keberkahan

didalam 3 hal, salah satunya yaitu adalah menjual dengan

pembayaran tangguh (murabahah). Karena didalam murabahah

terdapat unsur saling tolong menolong, dan saling mempermudah

kepada orang yang membutuhkan pengadaan obyek tertentu

dengan cara pembayaran tangguh atau secara berangsur.

c. Pengaturan dalam Hukum Positif

28

Abu Abdullah Muhammad ibn Yazid Al-Qazuwaini wa Majah, Sunan Ibn Majah, Juz 7,

(Kairo: Mawqi‟ Wizarah al-Auqaf al-Mishriyah, t.th), hlm. 10, hadis ke-2269. 29

Abu Abdillah Muhammad bin Yazid bin Majah al-Qazwini, Sunan Ibnu Majah, (Beirut: Dar

el-marefah, 2005), Juz 3, h. 79-80.

Page 40: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

30

1) Pasal 19 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang

Perbankan Syariah yang mengatur mengenai kegiatan usaha Bank

Umum Syariah yang salah satunya adalah pembiayaan

murabahah;

2) PBI Nomor 9/19/PBI/2007 jo. PBI Nomor 10/16/PBI/2008

tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan

Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa

Bank Syariah;

3) Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/17/PBI/2008 tentang Produk

Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah;

4) Ketentuan pembiayaan murabahah dalam praktik perbankan

syariah di Indonesia dijelaskan dalam Fatwa Dewan Syariah

Nasional Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang murabahah.30

3. Rukun dan Syarat Murabahah

Perangkat hukum perjanjian dalam syariah Islam adalah terpenuhinya

rukun dan syarat dari suatu akad. Rukun adalah unur esensial yang

mutlak harus ada dalam akad atau transaksi, sedangkan syarat adalah

unsur yang harus ada untuk melengkapi rukun.

Apabila rukun tidak terpenuhi maka akad tersebut tidak sah dan dapat

dibatalkan. Dalam hal rukun yang tidak terpenuhinya menyangkut objek

akad, yaitu objek akad tersebut yang diharamkan oleh Hukum Islam,

maka akad tersebut batal demi hukum. Sedangkan dalam hal rukun-rukun

lainnya dan syarat-syarat tidak terpenuhi, maka akad tersebut bukan batal

demi hukum, tetapi tidak sah dan dapat dimintakan pembatalan.31

Berikut

rukun dan syarat dalam melakukan pembiayaan dengan akad Murabahah.

30

Bagya Agung Prabowo, Aspek Hukum Pembiayaan Murabahah pada Perbankan Syariah, h.

29. 31

Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga

Keuangan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h. 27.

Page 41: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

31

a. Rukun Murabahah

1) Pihak yang berakad:

Penjual (ba‟i)

Penjual adalah pihak yang memiliki objek barang yang

diperjualbelikan.

Pembeli (musytari)

Pihak-pihak yang melakukan akad merupakan faktor utama

pembentukan suatu perjanjian. Pihak-pihak yang melakukan akad

ini, fiqh pada awalnya lebih menunjukkan kepada perseorangan

dan tidak dalam bentuk badan hukum. Namun sesuai dengan

perkembangan, pihak-pihak yang melakukan akad ini tidak saja

berupa orang perseorangan (al-ahwal al-syakhsiyyah/natuurlijk

persoon), tetapi juga berbentuk badan hukum (al-syakhsiyyah al-

i’tibariyyah atau al-syakshiyyah al-hukmiyyah/rechpersoon).32

2) Objek yang diakadkan:

Mahal aqd adalah objek akad atau benda-benda yang dijadikan

akad yang betuknya tampak dan membekas. Objek akad ini sering

disebut dengan prestasi, yaitu apa yang menjadi kewajiban dari

satu pihak dan apa yang menjadi hak bagi pihak lain. prestasi ini

bisa berupa perbuatan positif maupun negatif. Bentuknya dapat

berupa memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, atau tidak berbuat

sesuatu (Pasal 1234 KUH Perdata).33

Dalam akad Murabahah

yang merupakan akad jual beli, objek yang diakadkan yaitu antara

lain berupa:

32

Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga

Keuangan Syariah, h. 31. 33

Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga

Keuangan Syariah, h. 35.

Page 42: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

32

Barang yang diperjualbelikan yaitu suatu barang yang

diperlukan nasabah dan lembaga pembiayaan membelinya dan

menjual kembali kepada nasabah.

Harga yaitu harga pembelian barang yang diperlukan nasabah

dan lembaga pembiayaan menyatakan jumlah keuntungan

yang akan diambil.

3) Sighat

Shighat al-aqd adalah cara bagaimana pernyataan pengikatan diri

itu dilakukan. Dalam literatur fiqh, shighat al-aqd biasanya

diwujudkan dalam bentuk ijab dan kabul.

Serah (Ijab) yaitu penyerahan suatu barang dari pihak lembaga

pembiayaan kepada pihak nasabah

Terima (Qabul) yaitu pernyataan penerimaan pihak nasabah

terhadap suatu barang yang diperlukannya kepada pihak bank.

Dari rukun akad diatas, secara umum memiliki kesamaan dengan

ketentuan mengenai syarat sahnya perjanjian dalam KUH Perdata.

Pasal 1320 KUH Perdata menetapkan syarat sahnya perjanjian,

yaitu:34

1) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

2) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

3) Suatu hal tertentu; dan

4) Suatu sebab yang halal.

Yang dimaksud dengan sepakat mereka yang mengikatkan diri

adalah bahwa apa yang dikehendaki oleh pihak yang satu disetujui

atau disepakati oleh pihak yang lain.

Mengenai kecakapan, pada dasarnya setiap orang adalah cakap

untuk membuat perikatan-perikatan, jika ia oleh undang-undang tidak

34

Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga

Keuangan Syariah, h. 39.

Page 43: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

33

dinyatakan tak cakap (Pasal1329 KUH Perdata). Tak cakapnya

seseorang untuk membuat suatu perjanjian adalah (a) orang yang

belum dewasa, (b) mereka yang ditaru di bawah pengampuan, (c)

orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan undang-

undang, dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang-

undang telah melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu (Pasal

1330 KUH Perdata).

Menurut ketentuan Pasal 330 KUH Perdata, orang belum dewasa

adalah mereka yang belum mencapai umur genap dua puluh satu

tahun, dan tidak lebih dahulu menikah. Anak yang belum dewasa

harus diwakili oleh orang tuanya. Hal tertentu yaitu hanya barang-

barang yang dapat diperdagangkan saja dapat menjadi pokok suatu

perjanjian (Pasal 1332 KUH Perdata).

Sementara itu, suatu sebab (orzaak) yang halal (legal) maksudnya

apa yang menjadi tujuan bersama atau apa yang dikerjakan para pihak

yang mengadakan perjanjian tersebut bukan hal yang dilarang oleh

undang-undang, tidak bertentangan dengan kepentingan umum, dan

tidak melanggar kesusilaan. Suatu perjanjian tanpa sebab atau yang

telah dibuat karena sesuatu sebab yang palsu atau terlarang, tidak

mempunyai kekuatan (Pasal 1335 KUH Perdata). Suatu sebab adalah

terlarang apabila dilarang oleh undang-undang atau apabila

berlawanan dengan kesusilaan baik atau ketertiban umum (Pasal 1337

KUH Perdata).

Syarat nomor 1 dan 2 merupakan “syarat subjektif”, sedangkan

syarat nomor 3 dan 4 disebut “syarat objektif”. Dari empat syarat

diatas, apabila tidak terpenuhi rukun tersebut berupa syarat subjektif

maka perjanjian dapat dibatalkan. Apabila tidak terpenuhi rukun

Page 44: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

34

tersebut mengenai syarat objektif, maka perjanjian tersebut batal demi

hukum.35

b. Syarat Murabahah

1) Pihak yang berakad:

Sebagai keabsahan suatu perjanjian (akad) para pihak harus

cakap hukum

Sukarela dan tidak dibawa tekanan (terpaksa/dipaksa)

2) Objek yang diperjualbelikan:

Barang yang diperjualbelikan tidak termasuk barang yang

dilarang (haram), dan bermanfaat serta tidak menyembunyikan

adanya cacat barang

Merupakan hak milik penuh pihak yang berakad

Sesuai spesifikasinya antara yang diserahkan penjual dan yang

diterima pembeli

Penyerahan dari penjual ke pembeli dapat dilakukan

3) Sighat:

Harus jelas secara spesifik (siapa) para pihak yang berakad

Antara ijab qabul harus selaras dan transparan baik dalam

spesifikasi barang (penjelasan fisik barang) maupun harga

yang disepakati (memberitahu biaya modal kepada pembeli).

Tidak mengandung klausul yang bersifat menggantungkan

keabsahan transaksi pada kejadian yang akan datang.36

Selain syarat-syarat yang telah disebutkan di atas, terdapat 5

syarat khusus dalam setiap transaksi pembiayaan murabahah yang

harus dipenuhi, yaitu:

35

Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga

Keuangan Syariah, h. 40. 36

Ahmad Subagyo, Manajemen Operasi Lembaga Keuangan Mikro Syariah, (Jakarta: Penerbit

Mitra Wacana Media, 2015), h. 37.

Page 45: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

35

1) Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah.

2) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.

3) Kontrak harus bebas dari riba.

4) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas

barang sesudah pembelian.

5) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan

pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.37

4. Ciri-ciri Pokok Pembiayaan Murabahah

Bentuk pembiayan murabahah memiliki beberapa ciri/elemen dasar,

dan yang paling utama adalah bahwa barang dagangan harus tetap dalam

tanggungan bank selama transaksi antara bank dan nasabah belum

diselesaikan. Ciri/elemen pokok pembiayaan murabahah selengkapnya

menurut Usmani (1999) adalah sebagai berikut.

a. Pembiayaan murabahah bukan pinjaman yang diberikan dengan

bunga. Pembiayaan murabahah adalah jual beli komoditas dengan

harga tangguh yang termasuk margin keuntungan di atas biaya

perolehan yang disetujui bersama.

b. Sebagai bentuk jual beli, dan bukan bentuk pinjaman, pembiayaan

murabahah harus memenuhi semua syarat-syarat yang diperlukan

untuk jual beli yang sah.

c. Murabahah tidak dapat digunakan sebagai bentuk pembiayaan,

kecuali ketika nasabah memerlukan dana untuk membeli suatu

komoditas/barang.

d. Pemberi pembiayaan harus telah memiliki komoditas/barang sebelum

dijual kepada nasabahnya.

37

Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani,

2001), h. 102.

Page 46: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

36

e. Komoditas/barang harus dalam penguasaan pemberi pembiayaan

secara fisik atau konstruktif, dalam arti bahwa risiko yang mungkin

terjadi pada komoditas tersebut berada di tangan pemberi pembiayaan

meskipun untuk jangka waktu yang pendek.

f. Cara terbaik untuk ber-murabahah, yang sesuai syariah, adalah bahwa

pemberi pembiayaan membeli komoditas dan menyimpan dalam

kekuasaannya atau membeli komoditas melalui orang ketiga sebagai

agennya sebelum menjual kepada nasabah. Namun demikian, dalam

kasus perkecualian, ketika pembelian ke supplier tidak praktis,

diperbolehkan bagi pemberi pembiayaan untuk memanfaatkan

nasabah sebagai agen untuk membeli komoditas atas nama pemberi

pembiayaan. Dalam kasus ini, nasabah pertama membeli

komoditas/barang yang diperlukannya atas nama pemberi pembiayaan

dan mengambil alih penguasaan barang. Selanjutnya nasabah

membeli komoditas/barang tersebut dari pemberi pembiayaan dengan

harga tangguh. Penguasaan atas komoditas/barang oleh nasabah

dalam keadaan pertama adalah dalam kapasitasnya sebagai agen dari

pemberi pembiayaan. Dalam kapasitas ini, nasabah hanyalah sebagai

trustee, sedangkan kepemilikan dan risiko komoditas/barang tersebut

berada di tangan pemberi pembiayaan. Akan tetapi, ketika nasabah

membeli komoditas/barang tersebut dari pemberi pembiayaan, maka

kepemilikan dan risiko beralih ke tangan nasabah.

g. Jual beli tidak dapat berlangsung kecuali komoditas/barang telah

dikuasai oleh penjual, tetapi penjual dapat berjanji untuk menjual

meskipun barang belum berada dalam kekuasaannya. Ketentuan ini

berlaku juga untuk murabahah.

h. Sejalan dengan prinsip-prinsip yang telah dikemukakan di atas,

Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dapat menggunakan murabahah

Page 47: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

37

sebagai bentuk pembiayaan dengan mengadopsi prosedur sebagai

berikut.

(1) Nasabah dan LKS menandatangani perjanjian umum ketika LKS

berjanji untuk menjual dan nasabah berjanji untuk membeli

komoditas/barang tertentu dari waktu ke waktu pada tingkat

margin tertentu yang ditambahkan dari biaya perolehan barang.

Perjanjian ini dapat menetapkan batas waktu fasilitas pembiayaan

ini.

(2) Ketika komoditas tertentu dibutuhkan oleh nasabah, LKS

menunjuk nasabah sebagai agennya untuk membeli komoditas

dimaksud atas nama LKS, dan perjanjian keagenan ditandatangani

kedua belah pihak.

(3) Nasabah membeli komoditas/barang atas nama LKS dan

mengambil alih penguasaan barang sebagai agen LKS.

(4) Nasabah menginformasikan kepada LKS bahwa dia telah membeli

komoditas/barang atas nama LKS, dan pada saat yang sama

menyampaikan penawaran untuk membeli barang tersebut dari

LKS.

(5) LKS menerima penawaran tersebut dan proses jual beli selesai

ketika kepemilikan dan risiko komoditas/barang telah beralih ke

tangan nasabah.

Kelima tahapan di atas diperlukan untuk menghasilkan

murabahah yang sah. Jika LKS membeli komoditas/barang langsung

dari supplier (hal ini lebih disukai), maka perjanjian keagenan tidak

diperlukan. Dalam hal ini, tahap kedua tidak diperlukan dan tahap

ketiga LKS akan membeli komoditas/barang langsung dari supplier,

dan tahap keempat nasabah menyampaikan penawaran untuk membeli

komoditas/barang tersebut.

Page 48: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

38

Bagian paling esensial dari transaksi ini adalah kepemilikan dan

risiko barang harus tetap berada di tangan LKS selama periode antara

tahap tiga dan tahap lima.

Inilah satu-satunya ciri murabahah yang membedakannya dari

transaksi berbasis bunga. Oleh karena itu, hal ini harus diperhatikan

dan dilaksanakan benar-benar dengan segala konsekuensinya. Apabila

tidak demikian, transaksi murabahah tidak sah menurut syariah.

k. LKS dapat meminta nasabah untuk menyediakan keamanan sesuai

permintaan untuk pembayaran yang tepat waktu dari harga tangguh.

LKS juga dapat meminta nasabah untuk menandatangani promissory

note „nota kesanggupan‟ atau bill of exchange, sesudah jual beli

dilaksanakan, yaitu setelah selesai tahap kelima. Alasannya adalah

bahwa promissory note ditandatangani oleh debitur untuk kepentingan

kreditur, tetapi hubungan antara debitur dan kreditur, antara nasabah

dan LKS baru ada pada tahap kelima ketika jual beli yang sebenarnya

terjadi di antara mereka.

l. Jika terjadi default „wanprestasi‟ oleh pembeli (nasabah) dalam

pembayaran yang jatuh waktu, harga tidak boleh dinaikkan. Namun

demikian, jika dalam perjanjian awal disepakati bahwa nasabah harus

memberikan donasi (infaq) kepada lembaga sosial, maka nasabah

harus memenuhi janji tersebut. Uang ini tidak boleh diambil sebagai

penghasilan LKS, tetapi harus disalurkan ke kegiatan atau lembaga

sosial atas nama nasabah.38

5. Jenis-jenis Pembiayaan Murabahah

Jenis-jenis pembiayaan murabahah dapat dibedakan menjadi 2 (dua)

macam, yaitu:39

38

Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h. 85 – 88. 39

Wiroso, Jual Beli Murabahah, (Yogyakarta: UII Press, 2005), h. 37-38.

Page 49: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

39

a. Murabahah tanpa pesanan

Murabahah tanpa pesanan, maksudnya ialah ada yang pesan atau

tidak ada yang pesan, ada yang beli atau tidak ada yang beli, bank

syariah menyediakan barang dagangannya. Penyediaan barang pada

murabahah ini tidak terpengaruh atau terkait langsung dengan ada

tidaknya pesanan atau pembeli.

b. Murabahah berdasarkan pesanan

Murabahah berdasarkan pesanan, maksudnya bank syariah baru

akan melakukan transaksi murabahah atau jual beli apabila ada

nasabah yang memesan barang sehingga penyediaan barang baru

dilakukan jika ada pesanan. Murabahah berdasarkan pesanan dapat

dibedakan menjadi (a) Murabahah berdasarkan pesanan dan mengikat,

maksudnya apabila telah pesan harus dibeli, dan (b) Murabahah

berdasarkan pesan dan bersifat tidak mengikat, maksudnya walaupun

nasabah telah memesan barang, tetapi nasabah tidak terikat, nasabah

dapat menerima atau membatalkan barang tersebut.

C. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu

Setelah melakukan tinjauan (review) dari penelitian-penelitian

sebelumnya, penulis mendapatkan kajian lain yang membahas tentang

pemetaan yaitu skripsi yang ditulis oleh Rizki Amalia Fauroza dari Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta pada tahun 2017 yang

berjudul “Pemetaan Judul Skripsi tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Pembiayaan Akad Murabahah Bermasalah dan Strategi Penyelesaian yang

Dilakukan Lembaga Keuangan Syariah” penelitian ini melakukan pemetaan

terhadap judul skripsi yang membahas faktor-faktor yang mempengaruhi

pembiayaan murabahah bermasalah dan model penyelesaian yang digunakan

oleh lembaga keuangan syariah dalam menyelesaikan pembiayaan murabahah

bermasalah dan strategi yang digunakan oleh masing-masing lembaga

Page 50: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

40

keuangan syariah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Adapun

hasil penelitian menyatakan faktor internal pembiayaan bermasalah paling

banyak yaitu account officer yang lalai, sedangkan faktor eksternal penyebab

pembiayaan yaitu kelemahan kemampuan mitra pembiayaan dalam

membiayakan pembiayaanya. Perbedaan skripsi ini dengan skripsi penulis

terletak pada sumber data dan objek penelitian, dalam skripsi ini sumber data

diperoleh dari judul skripsi yang membahas tentang Pembiayaan Akad

Murabahah Bermasalah, sedangkan skripsi yang penulis bahas sumber data

yang digunakan untuk melakukan pemetaan diperoleh dari putusan

pengadilan agama tentang sengketa pembiayaan murabahah dengan

menganalisis pokok masalah yang menyebabkan terjadinya sengketa.

Page 51: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

41

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

dengan metode content analysis (analisis isi). Content analysis didefinisikan

sebagai cara mencari makna materi tertulis atau visual dengan cara alokasi isi

sistematis ke kategori terinci yang telah ditentukan sebelumnya dan kemudian

menghitung dan menginterpretasikan hasilnnya.1Adapun Suharsimi Arikunto

menjelaskan bahwa metode penelitian analisis isi atau analisis dokumen

adalah metode penelitian yang dilakukan terhadap informasi yang

didokumentasikan dalam rekaman, baik gambar, tulisan, atau bentuk rekaman

lainnya.2 Dalam buku Meleong yang dikutip oleh Soejono dan Abdurrahman

dikemukakan rumusan beberapa pakar mengenai content analysis (kajian isi).

Weber menyatakan kajian isi adalah metodologi penelitian yang

memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang sahih

dari sebuah buku atau dokumen. Definisi berikutnya dikemukakan oleh

Krippendorff, yaitu kajian isi adalah teknik penelitian yang dimanfaatkan

untuk menarik kesimpulan yang replikatif dan sahih dari data atas dasar

konteksnya. Holsti memberi definisi kajian isi adalah teknik apa pun yang

digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik

pesan, dan dilakukan secara objektif dan sistematis.3

Dalam penelitian ini, penulis akan melakukan analisis isi terhadap

dokumen berupa putusan pengadilan agama tentang sengketa pembiayaan

murabahah untuk mencari dan mengumpulkan data-data yang berkaitan

dengan masalah yang akan diteliti.

1 Samiaji Sarosa, Penelitiann Kualitatif: Dasar-Dasar, (Jakarta: PT Indeks, 2012), h. 70.

2 Andi Prastowo, Memahami Metode-metode Penelitian, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), h.

80. 3 Soejono, dan Abdurrahman, Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan Terapan, (Jakarta: PT

Rineka Cipta dan PT Bina Adiaksara, 2005), h. 13.

Page 52: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

42

B. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat kepustakaan

(library research) yang menghasilkan data deskriptif. Penelitian kualitatif

adalah metode penelitian ilmu-ilmu sosial yang mengumpulkan dan

menganalisis data berupa kata-kata (lisan maupun tulisan) dan perbuatan-

perbuatan manusia.4

Sedangkan library research yaitu penelitian yang

dilakukan dengan melakukan kajian terhadap literatur, penelitian sebelumnya,

jurnal dan sumber-sumber lainnya. Dengan semakin canggihnya teknologi

informasi, maka penelitian jenis ini saat ini tidak harus dilakukan di

perpustakaan secara fisik, tetapi dapat dilakukan dari lokasi mana saja dengan

memanfaatkan internet sebagai media untuk mencari informasi dan data.5

Dalam penelitian ini, penulis melakukan penulusuran pustaka untuk

memperoleh data objek penelitian dalam bentuk dokumen. Dokumen tersebut

berupa putusan-putusan lembaga peradilan yakni pengadilan agama, yang

didapat dengan cara mengakses Direktori Putusan Mahkamah Agung

Republik Indonesia.

C. Data Penelitian

Data adalah satuan informasi yang dibutuhkan untuk menjawab masalah

penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,

yaitu data yang diperoleh dari lembaga atau institusi tertentu.6

Dalam

penelitian ini, penulis mendapatkan data penelitian yang berasal dari

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia berupa putusan

pengadilan agama tentang sengketa pembiayaan murabahah. Semua data

yang diperoleh kemudian dianalisis dan diolah sehingga menjadi

4 Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan Penelitian

Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu, (Jakarta: Rajawali Press, 2015), h. 13. 5 Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta: Penerbit Graha

Ilmu, 2006), h. 18. 6 Bagong Suyanto, dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan,

(Jakarta: Kencana, 2015), h. 55.

Page 53: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

43

pengelompokkan data mengenai putusan pengadilan agama tentang sengketa

pembiayaan murabahah, yang nantinya akan digunakan untuk menjawab

permasalahan yang ada.

D. Sumber Data

Sumber data adalah sumber dari mana data berasal.7 Sebagai penelitian

kepustakaan (library research), maka sumber data dalam penelitian ini adalah

data-data kepustakaan berupa bahan-bahan tertulis yang dikumpulkan dengan

cara mencari, memilih dan menganalisis data-data literatur yang berkaitan

dengan permasalahan. Adapun sumber data dalam penelitian terdiri atas dua

bagian, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek yang akan

diteliti.8 Dalam penelitian ini sumber data primer yaitu dokumen berupa

putusan-putusan yang diterbitkan oleh pengadilan agama mengenai

sengketa ekonomi syariah dalam pembiayaan murabahah pada tahun 2013

sampai dengan tahun 2017.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data atau informasi yang diperoleh dari sumber lain

yang mungkin tidak berhubungan langsung dengan penelitian. Sumber

data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari kajian sebagai

pendukung data primer, seperti melalui jurnal, surat kabar, buku-buku,

dan publikasi lainnya.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, teknik

pengumpulan data yang digunakan penulis yaitu:

7 Tommy Hendra Purwaka, Metodologi Hukum, (Jakarta: Penerbit Universitas Atma Jaya,

2007), h. 72. 8 Bagong Suyanto, dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan, h.

55.

Page 54: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

44

1. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang ditujukan

kepada subyek penelitian.9 dengan klasifikasi bahan-bahan tertulis atau

dokumen-dokumen yang berhubungan dengan permasalahan yang akan

diteliti. Dokumen yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah berupa

putusan-putusan pengadilan agama mengenai sengketa pembiayaan

murabahah yang diperoleh dari beberapa pengadilan agama. Teknik studi

dokumentasi dilakukan dengan meneliti dokumen-dokumen yang

berkaitan dengan objek penelitian, yakni pokok masalah dalam putusan

sengketa pembiayaan murabahah.

2. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan melakukan kajian terhadap teori yang berkaitan dengan penelitian,

penulis akan mengumpulkan informasi dari kepustakaan terkait dengan

masalah yang diteliti. Adapun informasi ini dapat diperoleh dari buku-

buku ilmiah, jurnal, laporan hasil penelitian, sumber-sumber tertulis

lainnya yang sesuai baik tercetak maupun elektronik.

F. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah putusan pengadian agama mengenai

pokok masalah yang menjadi penyebab adanya gugatan pada sengketa

pembiayaan murabahah.

G. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data merupakan kegiatan lanjutan setelah

pengumpulan data dilaksanakan. Data yang telah didapatkan kemudian diolah

yaitu dengan melakukan tahapan – tahapan berikut ini :

9

Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula,

(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2004), h. 101.

Page 55: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

45

1. Seleksi data terlebih dahulu, setelah memperoleh data-data dan bahan

yang ada, dilakukan pemeriksaan agar tidak terjadi kekeliruan. Data yang

dibutuhkan yaitu dokumen berupa putusan hanya mengenai sengketa

pembiayaan murabahah.

2. Memeriksa dan meneliti isi dokumen-dokumen yang telah terkumpul

mengenai masalah yang berkaitan dengan objek penelitian, serta membuat

daftar putusan berdasarkan cakupannya seperti, nama pengadilan agama,

nomor perkara dan para pihak, tanggal putus, pokok masalah, jenis

putusan.

3. Mengolah data, data diolah dengan cara memetakannya menggunakan

pola tabel dengan melakukan klasifikasi atau pengelompokkan dalam

bentuk dan jenis tertentu. Setelah itu data dianalisis untuk mendapatkan

hasil analisis yang dapat dipakai untuk menjawab pertanyaan pada

rumusan masalah.

H. Teknik Penulisan

Teknik penulisan yang digunakan dalam penulisan penelitian ini

mengacu pada Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017.

Page 56: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Data

1. Deskripsi Sampel Data Penelitian dan Cara Mendapatkan Data

Penelitian

Putusan pengadilan agama yang penulis dapatkan sebagai sampel data

dalam penelitian ini yaitu berjumlah 37 putusan. Putusan tersebut berasal

dari 22 pengadilan agama yang menangani perkara sengketa pembiayaan

murabahah yang diputus pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2017.

Penulis mendapatkan data penelitian dengan cara mengakses Direktori

Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia yang merupakan sistem

berbasis situs web yang dimiliki oleh Kepaniteraan Mahkamah Agung

untuk mempublikasikan putusan Mahkamah Agung dan seluruh putusan

pengadilan termasuk pengadilan agama. Dalam mengumpulkan data

penelitian, terdapat kesulitan yang dihadapi penulis misalnya seperti tidak

adanya file putusan yang dilampirkan pada direktori karenanya putusan

tersebut tidak bisa di download, sehingga untuk memastikan putusan

tersebut mengenai sengketa pembiayaan murabahah penulis menelusuri

website masing-masing pengadilan agama dan mencarinya di SIPP

(Sistem Informasi Penulusuran Perkara). Berikut penulis sajikan secara

rinci masing-masing jumlah putusan yang didapatkan dari hasil pencarian

pada direktori putusan yang berasal dari 22 pengadilan agama :

Page 57: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

47

Tabel 4.1.

Pengelompokkan Sampel Data Penelitian Berdasarkan Sebaran

Pengadilan Agama Tahun 2013 - 2017

No. Nama Pengadilan Agama Jumlah

Putusan Persentase

1 Pengadilan Agama Jaksel 2 5%

2 Pengadilan Agama Bogor 1 3%

3 Pengadilan Agama Kebumen 1 3%

4 Pengadilan Agama Badung 1 3%

5 Pengadilan Agama Banjarbaru 1 3%

6 Pengadilan Agama Muara Enim 1 3%

7 Pengadilan Agama Bantul 7 19%

8 Pengadilan Agama Purwokerto 3 8%

9 Pengadilan Agama Purbalingga 4 11%

10 Pengadilan Agama Malang 1 3%

11 Pengadilan Agama Mentok 1 3%

12 Pengadilan Agama Klaten 3 8%

13 Pengadilan Agama Bukittinggi 1 3%

14 Pengadilan Agama Sukoharjo 1 3%

15 Pengadilan Agama Sleman 2 5%

16 Pengadilan Agama Pekalongan 1 3%

17 Pengadilan Agama Jember 1 3%

18 Pengadilan Agama Tanjung

Karang 1 3%

19 Pengadilan Agama Makassar 1 3%

20 Pengadilan Agama Yogyakarta 1 3%

21 Pengadilan Agama Medan 1 3%

22 Pengadilan Agama Gorontalo 1 3%

Jumlah 37 100%

Sumber: Diolah dari Data Penelitian

Page 58: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

48

Tabel 4.1. diatas memberikan informasi bahwa dari beberapa

pengadilan agama, sampel data putusan mengenai sengketa pembiayaan

murabahah yang paling banyak ditemukan berasal dari Pengadilan Agama

Bantul. Penulis menemukan sampel data putusan sebanyak 7 putusan atau

19% dari 37 putusan pada 22 pengadilan agama, yang artinya Pengadilan

Agama Bantul sudah lebih banyak menerima dan menangani gugatan

sengketa pembiayaan pada akad Murabahah dibandingkan dengan

pengadilan agama yang lainnya. Dari 7 putusan tersebut seluruhnya

merupakan sengketa antara Baitul Maal wa Tamwil (BMT) dengan

nasabahnya.

2. Pemetaan Putusan Sengketa Pembiayaan Murabahah berdasarkan

Tahun Putusan

Sejak tanggal 20 Maret 2006 telah ada reformasi di bidang Peradilan

Agama, dimana Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang

Peradilan Agama diadakan perubahan dengan Undang-Undang Nomor 3

Tahun 2006. Perubahan Undang-Undang Peradilan Agama pada tahun

2006 memberikan konsekuensi kepada pengadilan agama dengan

diberikannya kewenangan untuk menerima, memeriksa, dan

menyelesaikan perkara perdata berupa sengketa ekonomi syariah.1

Perkara mengenai sengketa ekonomi syariah yang diselesaikan di

pengadilan agama masih sangat sedikit jumlahnya dibandingkan dengan

perkara lainnya. Tetapi seiring berjalannya waktu, jumlah perkara

ekonomi syariah yang masuk ke pengadilan agama dari tahun ke tahun

mengalami peningkatan meskipun tidak signifikan. Berdasarkan data

Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama pada

tahun 2011 tercatat jumlah perkara ekonomi syariah yang diterima oleh

1

Ikhsan Al Hakim, “Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah di Pengadilan Agama”,

Pandecta, Volume 9, Nomer 2, 2014, h. 270.

Page 59: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

49

pengadilan agama hanya sebanyak 5 perkara ekonomi syariah dan telah

diputus sebanyak 2 perkara. Pada tahun 2012 tercatat jumlah perkara

ekonomi syariah yang diterima oleh pengadilan agama tercatat 31

perkara ekonomi syariah dan telah diputus sebanyak 24 perkara. Tahun

2014 perkara ekonomi syariah yang diterima sebanyak 102 perkara

dengan perkara sisa pada tahun sebelumnya 20 perkara, sehingga total

122 perkara dan telah diputus sebanyak 68 perkara. Pada tahun 2015

perkara ekonomi syariah yang diterima oleh pengadilan tingkat pertama

sebanyak 102 perkara dan telah diputus sebanyak 41 perkara. Pada tahun

2017 perkara ekonomi syariah yang diterima sebanyak 184 perkara

dengan perkara sisa pada tahun sebelumnya 70 perkara, sehingga total

254 perkara dan telah diputus sebanyak 118 perkara.2

Dalam penelitian ini, penulis telah mengumpulkan 37 putusan perkara

ekonomi syariah yang hanya terfokus pada putusan sengketa pembiayaan

yang dilakukan dengan akad Murabahah. Penelitian ini memasukkan 5

tahun, maksudnya adalah data putusan yang dikumpulkan untuk

penelitian dimulai dari tahun 2013 sampai tahun 2017 saja. Berikut akan

disajikan data putusan sengketa pembiayaan Murabahah berdasarkan

tahunnya dalam bentuk tabel dibawah ini.

Tabel 4.2.

Pengelompokkan Data Penelitian Berdasarkan Tahun Putusan

No. Tahun Jumlah

1. 2013 1

2. 2014 7

3. 2015 4

4. 2016 5

5. 2017 20

Jumlah 37

Sumber: Diolah dari Data Penelitian

2 https://badilag.mahkamahagung.go.id/laptah/laptah/laptah

Page 60: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

50

Dapat dilihat dari tabel 4.2. diatas bahwa, jumlah putusan pengadilan

agama pada tahun 2017 mempunyai jumlah paling banyak yakni

sebanyak 20 putusan. Hal ini berbanding cukup jauh dengan jumlah

putusan yang dihasilkan pada tahun-tahun sebelumnya, di tahun 2016

sebanyak 5 putusan, tahun 2015 sebanyak 4 putusan, tahun 2014

sebanyak 7 putusan, dan pada tahun 2013 hanya terdapat 1 putusan saja.

Selain dari ke lima tahun yang telah penulis ungkapkan, terdapat di

beberapa tahun lainnya yang menyediakan putusan mengenai sengketa

pembiayaan murabahah. Namun, penulis tidak menyertakan semua tahun

yang ada karena penelitian ini dimulai sejak tahun 2018.

3. Pemetaan Berdasarkan Dasar Gugatan

Dalam menyelesaikan sengketa ekonomi syariah yang menghendaki

campur tangan pengadilan, maka harus mengajukan surat gugatan yang

ditandatangani oleh yang mengajukan gugatan tersebut atau kuasanya

yang ditujukan kepada Ketua Pengadilan yang menguasai wilayah

hukum tempat tinggal lawannya atau tergugat. Jika surat gugatan tersebut

sudah diterima oleh pengadilan, maka pengadilan harus memanggil

pihak-pihak yang bersengketa itu untuk diperiksa hal-hal yang menjadi

pokok sengketa atas dasar gugatan yang mempunyai alasan hukum.

Adapun jenis-jenis gugatan yang lazim diajukan sebagai dasar gugatan di

pengadilan yaitu gugatan wanprestasi dan gugatan perbuatan melawan

hukum.

Menurut Yahya Harahap, gugatan wanprestasi dan perbuatan

melawan hukum terdapat perbedaan prinsip yaitu:3

1) Gugatan wanprestasi (ingkar janji)

3 Sofie Widyana P., “Jenis-jenis Gugatan Perkara Perdata yang Lazim Diajukan di Peradilan

Umum” artikel diakses pada 12 Oktober 2018 dari http://www.hukumacaraperdata.com/gugatan/jenis-

jenis-gugatan-perkara-perdata-yang-lazim-diajukan-di-peradilan-umum/

Page 61: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

51

Ditinjau dari sumber hukumnya, wanprestasi menurut Pasal 1243

Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata) timbul dari

perjanjian (agreement). Oleh karena itu, wanprestasi tidak mungkin

timbul tanpa adanya perjanjian yang dibuat terlebih dahulu diantara

para pihak. Hak menuntut ganti kerugian karena wanprestasi timbul

dari Pasal 1243 KUH Perdata, yang pada prinsipnya membutuhkan

penyataan lalai dengan surat peringatan (somasi). KUH Perdata juga

telah mengatur tentang jangka waktu perhitungan ganti kerugian yang

dapat dituntut, serta jenis dan jumlah ganti kerugian yang dapat

dituntut dalam wanprestasi.

2) Gugatan Perbuatan Melawan Hukum (PMH)

Menurut Pasal 1365 KUH Perdata, perbuatan melawan hukum timbul

karena perbuatan seseorang yang mengakibatkan kerugian pada orang

lain. Hak menuntut ganti kerugian karena perbuatan melawan hukum

tidak perlu somasi. Kapan saja terjadi perbuatan melawan hukum,

pihak yang dirugikan langsung mendapat hak untuk menuntut ganti

rugi tersebut. KUH Perdata tidak mengatur bagaimana bentuk dan

rincian ganti rugi. Dengan demikian, bisa digugat ganti kerugian yang

nyata-nyata diderita dan dapat diperhitungkan (material) dan kerugian

yang tidak dapat dinilai dengan uang (immaterial).

Agar pengugat dapat menuntut ganti kerugian berdasarkan perbuatan

melawan hukum, maka harus dipenuhi unsur-unsur yaitu:4

1) Harus ada perbuatan, yang dimaksud perbuatan ini baik yang bersifat

positif maupun bersifat negatif, artinya setiap tingkah laku berbuat

atau tidak berbuat, karena dengan melakukan tindakan tersebut

seseorang telah salah (dalam hukum). Ketidakbolehan untuk

4 Sofie Widyana P., “Jenis-jenis Gugatan Perkara Perdata yang Lazim Diajukan di Peradilan

Umum” artikel diakses pada 12 Oktober 2018 dari http://www.hukumacaraperdata.com/gugatan/jenis-

jenis-gugatan-perkara-perdata-yang-lazim-diajukan-di-peradilan-umum/

Page 62: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

52

melakukan atau untuk berbuat sesuatu yang diperintahkan oleh hukum,

yang jika perbuatan yang tidak diperbolehkan untuk dilakukan atau

untuk dibuat tersebut dilakukan, dan ternyata menimbulkan kerugian

pada orang lain, maka ia berkewajiban ganti kerugian terhadap pihak

yang telah dirugikan tersebut;

2) Perbuatan tersebut harus melawan hukum. Istilah melawan hukum

telah diartikan secara luas, yaitu tidak hanya melanggar peraturan

perundang-undangan tetapi juga dapat berupa:

a. Melanggar hak orang lain.

b. Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku.

c. Bertentangan dengan kesusilaan.

d. Bertentangan dengan kepentingan umum.

3) Adanya kesalahan;

4) Ada kerugian, baik materil maupun immaterial;

5) Adanya hubungan sebab-akibat antara perbuatan, melawan hukum

tersebut dengan kerugian.

Berikut tabel masing-masing jumlah putusan atas dasar gugatan yang

diajukan oleh pihak yang bersengketa:

Tabel 4.3.

Pengelompokkan Data Penelitian Berdasarkan Dasar Gugatan

No. Dasar Gugatan Jumlah Putusan

1. Wanprestasi/ingkar janji 23

2. Perbuatan melawan hukum 14

Jumlah 37

Sumber: Diolah dari Data Penelitian

Dapat dilihat pada tabel 4.3. diatas, dari jumlah keseluruhan sengketa

ekonomi syariah tentang pembiayaan murabahah para pihak yang

Page 63: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

53

mengajukan gugatan atas dasar wanprestasi berjumlah 23 dan pihak yang

mengajukan gugatan atas dasar Perbuatan Melawan Hukum berjumlah 14.

Berdasarkan pengamatan pada putusan yang telah penulis dapatkan,

pihak yang mengajukan atas dasar wanprestasi sebagian besar

dikarenakan Tergugat sudah ingkar janji terhadap perjanjian yang telah

dilakukan dengan tidak atau lalai melaksanakan kewajibannya untuk

membayar angsuran, meskipun penggugat telah melakukan upaya

penagihan dengan pendekatan secara kekeluargaan dan sudah

memberikan somasi untuk mengingatkan. Adapun gugatan yang diajukan

atas dasar Perbuatan Melawan Hukum dikarenakan merasa perbuatan

tergugat telah melanggar hukum yang mengakibatkan kerugian padanya

antara lain seperti pencantuman klausula baku yang diduga melanggar

pasal 18 ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen, penarikan kendaraan tidak sesuai waktu yang

diperjanjikan, penafsiran harga jual jaminan yang dilakukan secara

sepihak tidak melalui perusahaan jasa penilai sebagaimana diatur dalam

pasal 36 PMK No.93/PMK.06/2010/Jo pasal 18 Perdirjen

No.03/KN/2010, pengajuan lelang agunan dengan objek tanah atas

proses hukum yang masih prematur, membelokkan prinsip-prinsip

perjanjian/akad pembiayaan murabahah ke perjanjian tentang fiducia,

melakukan pelaksanaan eksekusi lelang dimana penggugat masih

memiliki iktikad baik untuk membayar pinjaman dan jatuh tempo

pembayarannya pun masih berjalan, menjadikan BPKB mobil milik

penggugat sebagai jaminan hutang dalam melakukan akad pembiayaan

murabahah tanpa melibatkan pihak penggugat, melanggar prinsip syariah

yang telah diatur dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 1 Tahun

2004 tentang Bunga (Interest/Fa‟idah).

Page 64: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

54

4. Pemetaan Putusan Terhadap Isi Gugatan

Dilihat dari segi isinya terhadap gugatan/perkara, putusan dibagi

beberapa macam, diantaranya yaitu :

1) Putusan tidak menerima gugatan penggugat, yaitu gugatan

penggugat/permohonan pemohon tidak diterima karena tidak

terpenuhinya syarat formil maupun materil (putusan negatif).

2) Putusan menolak gugatan penggugat, yaitu putusan akhir yang

dijatuhkan setelah menempuh semua tahapan pemeriksaan, tetapi

ternyata dalil-dalil gugat tidak terbukti (putusan negatif).

Perbedaannya dengan gugatan tidak diterima adalah bahwa kalau

tidak diterima perkara pokoknya belum diperiksa, sedangkan apabila

ditolak perkara pokoknya sudah diperiksa dan setelah diperiksa

terbukti dalil gugatannya tidak beralasan atau tidak dapat dibuktikan

kebenarannya.

3) Putusan mengabulkan gugatan penggugat untuk sebagian dan

menolak tidak menerima selebihnya, yaitu putusan akhir yang dalil

gugat ada yang terbukti dan ada pula yang tidak terbukti atau tidak

memulai syarat (putusan campuran positif dan negatif).

4) Putusan mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya, yaitu putusan

yang terpenuhinya syarat gugat dan terbuktinya dalil-dalil gugat

(putusan positif).5

5) Putusan didamaikan, yaitu jika kedua belah pihak sepakat untuk

mengakhiri persengketaannya, dan hakim menjatuhkan putusan

perdamaian dalam akta perdamaian atau akta van vergelijke (pasal

154 ayat (2) R.Bg atau pasal 130 ayat (2) HIR).6

5 Mardani, Hukum Acara Perdata Peradilan Agama & Mahkamah Syar’iyah, (Jakarta : Sinar

Grafika, 2009), h. 118. 6 Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama, (Jakarta:

Yayasan Al-Hikmah), 2001, h. 206.

Page 65: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

55

Berdasarkan pengamatan yang telah penulis lakukan terhadap 37 data

putusan mengenai sengketa pembiayaan murabahah dari tahun 2013

sampai tahun 2017 yang dijadikan sampel penelitian dan telah

berkekuatan hukum tetap (inkracht), terdapat 5 kualifikasi putusan yang

masing-masing akan dirinci pada tabel berikut ini.

Tabel 4.4.

Pengelompokkan Data Penelitian Berdasarkan Putusan Isi Gugatan

No. Tentang Putusan Jumlah

Putusan Persentase

1. Tidak dapat diterima 9 24,32%

2. Ditolak 4 10,81%

3. Dikabulkan 16 43,24%

4. Dikabulkan sebagian 2 5,41%

5. Damai 6 16,22%

Jumlah 37 100,00%

Sumber: Diolah dari Data Penelitian

Dapat dilihat dari tabel 4.3. diatas, dari 37 putusan tersebut dapat

dikelompokkan menjadi 5 kualifikasi putusan, yakni:

1) Menyatakan gugatan penggugat tidak dapat diterima (Niet

Onvankelijkeverklaard), sebanyak 24,32% (9 perkara);

2) Menolak gugatan penggugat, sebanyak 10,81% (4 perkara);

3) Mengabulkan gugatan penggugat, sebanyak 43,24% (16 perkara);

4) Mengabulkan gugatan penggugat untuk sebagian, sebanyak 5,41% (2

perkara);

5) Pengadilan agama menjatuhkan putusan perdamaian dengan

mengeluarkan akta perdamaian yang telah disepakati oleh para pihak

dan para pihak harus menaatinya, sebanyak 16,22% (6 perkara).

Page 66: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

56

B. Pokok Masalah pada Sengketa Pembiayaan Murabahah di Pengadilan

Agama

Berdasarkan hasil penelitian penulis terhadap putusan – putusan

pengadilan agama, pokok masalah yang disengketakan pada pembiayaan

Murabahah dapat di klasifikasikan sebagai berikut:

1) Pencantuman Klausula Baku

Klausula baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat

yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak

oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau

perjanian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen.7 Klausula

baku biasanya dibuat oleh pihak yang kedudukannya lebih kuat, yang

dalam kenyataan biasa dipegang oleh pelaku usaha. Isi klausula baku

sering kali merugikan pihak yang menerima klausula baku tersebut, yaitu

pihak konsumen karena dibuat secara sepihak. Bila konsumen menolak

klausula baku tersebut ia tidak akan mendapatkan barang ataupun jasa

yang dibutuhkan, karena klausula baku serupa akan ditemuinya di tempat

lain. Hal tersebut menyebabkan konsumen lebih sering setuju terhadap isi

klausula baku walaupun memojokkan. Bagi para pengusaha mungkin ini

merupakan cara mencapai tujuan ekonomi yang efisien, praktis, dan

cepat tidak bertele-tele. Tetapi bagi konsumen justru merupakan pilihan

yang tidak menguntungkan karena hanya dihadapkan pada suatu pilihan

yaitu menerima walaupun dengan berat hati.8

Dengan melihat kenyataan bahwa bargaining position konsumen

pada praktiknya jauh di bawah produsen dan pelaku usaha, maka

Undang-Undang Perlindungan Konsumen mengatur mengenai ketentuan

perjanjian baku dan/atau pencantuman klausula baku dalam setiap

7 Pasal 1 Ayat 10 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Pelindungan Konsumen

8 Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), h.

66.

Page 67: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

57

dokumen atau perjanjian yang dibuat oleh pelaku usaha. Ini berarti

bahwa pada prinsipnya Undang-Undang Perlindungan Konsumen tidak

melarang pelaku usaha untuk membuat perjanjian baku, yang memuat

klausula baku atas setiap dokumen atau perjanjian transaksi perdagangan

barang dan/atau jasa, sepanjang klausula baku tersebut tidak

mencantumkan ketentuan sebagaimana dilarang dalam Pasal 18 Undang-

Undang Perlindungan Konsumen.9

Undang-Undang Perlindungan Konsumen Pasal 18 ayat (1)

menjelaskan ketentuan tentang pencantuman klausula baku yang isinya

pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan

untuk diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausula

baku pada setiap dokumen dan/atau perjanjian apabila:

a. Menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha;

b. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali

barang yang dibeli konsumen;

c. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali

uang yang dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang dibeli oleh

konsumen;

d. Menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha

baik secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala

tindakan sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh

konsumen secara angsuran;

e. Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau

pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen;

f. Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa

atau mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi obyek jual

beli jasa;

9Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, h. 73.

Page 68: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

58

g. Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa

aturan baru, tambahan, lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan yang

dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen

memanfaatkan jasa yang dibelinya;

h. Menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha

untuk pembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan

terhadap barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran.

Lebih lanjut lagi, Undang-Undang Perlindungan Konsumen pada

Pasal 18 ayat (2) juga melarang pelaku usaha mencantumkan klausula

baku yang letak atau bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca

secara jelas, atau yang pengungkapannya sulit dimengerti. Dan Setiap

klausula baku yang telah ditetapkan oleh pelaku usaha pada dokumen

atau perjanjian yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dan ayat (2) dinyatakan batal demi hukum. Dengan amar bahwa

pelaku usaha wajib menyesuaikan klausula baku yang bertentangan

dengan Undang-Undang Perlindungan Konsumen.

Adapun gugatan dengan pokok masalah pencantuman klausula

baku terdapat dalam putusan pada nomor perkara

259/Pdt.G/2013/PA.Bjb. Penggugat (Nasabah) merasa dirugikan tentang

pencantuman klausula baku pada perjanjian pembiayaan Murabahah

Nomor DJS/K/02/216/2012 tanggal 18 September 2012 untuk

pembiayaan pembelian rumah (KPR) dengan sistem syariah yang diduga

melanggar pasal 18 ayat 1 pada huruf d sampai f Undang-Undang Nomor

8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, dikarenakan Penggugat

(Nasabah) adalah seorang muallaf (baru masuk Islam) sehingga

pemahaman tentang hukum syariat Islam masih belum bisa memahami

secara penuh dan pada saat penandatanganan perjanjian kredit secara

murabahah pun Penggugat tidak memahami isi dan tidak bisa mengubah

perjanjian kredit tersebut.

Page 69: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

59

Selanjunya terdapat dalam putusan dengan nomor perkara

2623/Pdt.G/2013/PA.Kbm., Penggugat merasa perjanjian kredit dengan

Tergugat telah memenuhi klausula baku yang dilarang karena Tergugat

telah melampirkan dalam perjanjiannya seperti menyatakan tunduknya

Penggugat kepada peraturan yang berupa aturan baru, tambahan, lanjutan

dan/atau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha hal

mana dilarang berdasarkan pada pasal 18 ayat 1 huruf (g) Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999. Dalam hal ini Penggugat merasa bahwa

Tergugat telah melakukan suatu perbuatan yang melawan hukum.

2) Objek Murabahah yang Diperjanjikan

Objek murabahah merupakan suatu barang, benda atau hal lainnya

yang diperjanjikan dalam melakukan akad pembiayaan murabahah

diantara kreditur dan debitur. Sehingga dalam hal ini, terjadinya sengketa

disebabkan karena adanya permasalahan pada barang atau benda yang

menjadi objek murabahah yang diperjanjikan.

Adapun pokok masalah yang berkaitan dengan objek murabahah

yang diperjanjikan terdapat dalam putusan Pengadilan Agama Jakarta

Selatan dengan nomor 2400/Pdt.G/2013/PA.JS. Merupakan perkara

gugatan perbuatan melawan hukum yang diajukan oleh Penggugat

(Hj.Euis Komariah) yang merupakan Nasabah dari Tergugat (PT Trust

Finance Indonesia, Tbk Unit Syariah). Pada tanggal 17 Desember 2010

Penggugat (Nasabah/Debitur) mendapat fasilitas pembiayaan pembelian

1 (satu) unit mobil dari Tergugat (LKS/Kreditur) dengan Akad

Pembiayaan Murabahah dengan Wakalah No. 0813/SYARIAHTFI-

CF/XII/10 dengan harga Rp 1.476.000.000 (satu milyar empat ratus tujuh

puluh enam juta rupiah) dengan uang muka Rp 265.000.000 (dua ratus

enam puluh lima juta rupiah), jangka waktu pembayaran 36 (tiga puluh

enam) bulan yang setiap bulannya sebesar Rp 33.471.000 (tiga puluh tiga

Page 70: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

60

juta empat ratus tujuh puluh satu ribu rupiah), angsuran dimulai dari

tanggal 17 Desember 2010 sampai dengan tanggal 17 November 2013.

Penggugat telah membayar angsuran hingga periode ke-31 dan masih

tersisa kewajiban angsuran untuk 5 (lima) bulan, yaitu periode

pembayaran 17 Juli 2013 hingga 17 November 2013. Namun pada saat

pembayaran angsuran periode 17 Juli 2013 Penggugat mengalami

keterlembatan 17 hari, dari adanya keterlambatan tersebut Tergugat

melakukan penarikan terhadap mobil pada tanggal 3 Agustus 2013.

Penarikan mobil tersebut merupakan perbuatan melawan hukum dan

menyalahi perjanjian tertulis yang telah dibuat pada Akad Pembiayaan

Murabahah dengan Wakalah, dimana penarikan kendaraan berhak

dilakukan apabila keterlambatan angsuran sampai 30 (tigapuluh) hari.

3) Jaminan pada Pembiayaan Murabahah

Jaminan pembiayaan adalah hak dan kekuasaan atas barang

jaminan yang diserahkan oleh debitur kepada lembaga keuangan guna

menjamin pelunasan utangnya apabila pembiayaan yang diterimanya

tidak dapat dilunasi sesuai waktu yang diperjanjikan dalam perjanjian

pembiayaan atau addendum-nya.10

Selain istilah jaminan, dikenal juga

dengan istilah agunan. Istilah agunan dapat dibaca di dalam Pasal 1

angka 26 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan

Syariah. Agunan adalah jaminan tambahan, baik berupa benda bergerak

maupun benda tidak bergerak yang diserahkan oleh pemilik Agunan

kepada Bank Syariah dan/atau UUS, guna menjamin pelunasan

kewajiban Nasabah Penerima Fasilitas.

Berdasarkan hasil kajian dan analisis penulis terdapat 9 (sembilan)

perkara mengenai masalah yang berkaitan dengan jaminan pada

10

Veithzal Rivai, Islamic Financial Management, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), h.

663.

Page 71: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

61

pembiayaan murabahah yang tersebar di 9 (sembilan) pengadilan agama

dengan jumlah 1 (satu) perkara dikabulkan, 1 (satu) perkara dikabulkan

sebagian, 4 perkara tidak dapat diterima dan 3 perkara ditolak.

Adapun pokok masalah sengketa pembiayaan murabahah yang

berkaitan dengan jaminan pada pembiayaan murabahah terdapat dalam

putusan perkara nomor 170/Pdt.G/2014/PA.Tnk, antara Penggugat

melawan Tergugat (Bank Syariah), Turut Tergugat (Nasabah). Penggugat

merupakan Istri dari Turut Tergugat yang melakukan perikatan dalam

rangka pembiayaan sebagaimana Akad Pembiayaan Nomor:

TKS/140/2007/MRBH tanggal 29 Agustus 2007 dan Nomor : TKS/

I66/2008/MRBH tanggal 9 Mei 2008 dengan total pembiayaan sebesar

Rp 31.230.650.000 (tiga puluh satu milyar dua ratus tiga puluh juta enam

ratus lima puluh ribu rupiah). Terhadap pembiayaan tersebut Turut

Tegugat mengagunkan objek sebidang tanah dan bangunan dimana

terdapat sebagian kepemilikan Penggugat. Bahwa atas objek tanah dan

bangunan tersebut telah diajukan lelang oleh Tergugat atas proses hukum

yang sangat prematur, tanpa melibatkan atau mengikutsertakan

Penggugat yang mempunyai hak secara hukum.

Putusan dengan nomor perkara 348/Pdt.G/2014/PA.Pkl antara

Penggugat (Nasabah/debitur) melawan Tergugat I (Bank Syariah) dan

Tergugat II (Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang). Tergugat I

telah memberi fasilitas Pembiayaan Murabahah kepada Penggugat yang

telah tercantum dalam Akad Pembiayaan Murabahah Nomor:

PLS/2010/008/MRB untuk pembangunan rumah dan Nomor:

PLS/2011.077/MRB untuk modal usaha. Untuk menjamin Pembiayaan

Murabahah tersebut, Penggugat mengagunkan aset-aset yaitu 3 bidang

tanah, 2 bidang tanah dengan bangunan rumah tinggal dan gudang. Pada

saat angsuran ke-39 Penggugat mengalami kejatuhan dan kendala pada

usahanya sehingga setoran pinjaman menjadi kurang lancar, yang

Page 72: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

62

akhirnya pinjaman macet. Dalam keadaan Penggugat masih mengalami

kejatuhan usahanya, Tergugat II telah melakukan pelelangan terhadap

aset Penggugat yang dijadikan sebagai barang agunan. Disamping

melelang aset Penggugat melalui Tergugat II, Tergugat I juga telah

menjual aset milik Penggugat dengan penjualan dibawah tangan dengan

harga jual yang kecil dibanding dengan harga jika dijual secara umum.

Upaya Tergugat I dan Tergugat II untuk melakukan Pelaksanaan

Eksekusi Lelang Jaminan milik penggugat merupakan tindakan paksa

menghilangkan aset Penggugat dan Perbuatan Melawan Hukum, karena

Penggugat masih memiliki Iktikad baik untuk membayar Pinjaman

Fasilitas Pendanaan Murabahah dan jatuh tempo Pembayaran Murabahah

ini masih berjalan dengan jangka waktu tenor masih sampai 05 Mei 2016.

Perkara nomor 219/Pdt.G/2015/PA.Klt. antara Penggugat (Diana

Kuncorowati) melawan Tergugat I (Dessy Indriastuti), Tergugat II (Setyo

Budi Wibowo), Tergugat III (PT Citra Tirta Mulia Jakarta Selatan Cq.

Citivin Multi Finance Syariah). Penggugat adalah pemilik sah dari Buku

Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB) mobil Toyota Rush yang dijadikan

jaminan hutang oleh Tergugat I dan Tergugat II kepada Tergugat III

dalam melakukan akad Pembiayaan Murabahah No. 71K008140001449

tanggal 26 Mei 2014. Dalam menggadaikan atau menjaminkan benda

yang menjadi objek sengketa Tergugat I dan Tergugat II tidak melibatkan

pihak Penggugat. Bahwa hal yang dilakukan oleh Para Tergugat

merupakan perbuatan melawan hukum.

Perkara nomor 2279/Pdt.G/2015/PA.Mks. antara Penggugat (Hj.

Andi Syamsiar., SKM., M. Kes binti A. Ilyas) dan Tergugat I (PT. Bank

BNI Syari'ah Kantor Cabang Pembantu Micro Makassar), Tergugat II

(Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang). Penggugat telah

mengadakan perikatan akad Pembiayaan Murabahah dengan PT Bank

BNI Syariah pada tanggal 21 November 2011. Pada bulan Agustus tahun

Page 73: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

63

2014 usaha klinik herbal Penggugat mulai menurun sehingga

pembayaran angsuran terhambat, karena para pelanggan Penggugat

beralih menggunakan fasilitas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

(BPJS), yang mana menurut Penggugat hal tersebut tergolong peristiwa

sebagai keadaan memaksa (force majeure) sehingga Tergugat seharusnya

membebaskan Penggugat dari segala pembiayaan angsuran dan beban

biaya lainnya. Segala upaya telah dilakukan oleh Penggugat untuk

mencari upaya maksimal penyelamatan usaha, akan tetapi sudah di luar

kekuasaan dan kemampuan. Penggugat beberapa kali mendapatkan surat

peringatan tetapi Penggugat masih dapat membayar sebagian tunggakan

dan masih dengan itikad baik untuk berupaya memenuhi kewajiban. Atas

keadaan mana Penggugat tidak tidak dapat menyelesaikan kewajiban

angsuran, pada tanggal 24 November 2015 Tergugat menyampaikan

perihal Surat Pemberitahuan jadwal Lelang terhadap sebidang tanah yang

berdiri diatas sertifikat Hak Guna Bangunan Nomor 23251/Sudiang Raya

yang menjadi jaminan atas pembiayaan tersebut dan menurut Penggugat

prosesi pelelangan tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat.

Perkara nomor 689/Pdt.G/2017/PA.MLG. Penggugat I bernama

Tukiran bin Sanapun dan Penggugat II Sunarti binti Sekak melawan

Tergugat I (PT. Bank BNI Syariah kantor Cabang Mikro Dinoyo),

Tergugat II (Dhenny Mardanu Eka Cahya, SE bin Agung Sunyoto),

Tergugat III (Yenni, SE binti Mulyadi), Turut Tergugat 1 (Notaris &

PPAT Leslie Arnia Diajeng, SH.,Mkn.), Turut Tergugat II (Kepala

Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kab. Malang), Turut Tergugat III

(Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL)

Malang). Tergugat II dengan Tergugat III selaku nasabah telah

meminjam uang secara pembiayaan Murabahah kepada Tergugat I (Bank

BNI Syariah) dengan No. 274 tanggal 27 Oktober 2015 dibuat dan

dihadapan Turut Tergugat I sebesar 220.037.200 (dua ratus dua puluh

Page 74: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

64

juta tiga puluh tujuh ribu dua ratus rupiah). Yang menjadi jaminan

pembiayaan murabahah tersebut adalah rumah satu-satunya yang

ditempati oleh Para Penggugat. Sedangkan Para Penggugat tidak ada

hubungan darah atau saudara dari Tergugat II dan Tergugat III karena

Para Penggugat percaya kepada Tergugat II dan Tergugat III. Para

Tergugat terkejut menerima surat somasi dari Tergugat I yang ditujukan

kepada Tergugat II tertanggal 20 Februari 2017, pada pokoknya Tergugat

I telah memberi peringatan/somasi kepada Tergugat II sebanyak 3 (tiga)

kali karena Tergugat II menunggak pembayaran angsuran sejak bulan

Desember 2016. Bahwa tanpa melalui musyawarah dan mufakat sesuai

prinsip syariah pada tanggal 14 Maret 2017 melalui surat

No.KCM/8630/152/03/2017, rumah jaminan pembiayaan murabahah

tersebut didaftarkan lelang oleh Tergugat I kepada Turut Tergugat III.

Bahwa sangat tidak adil Para Penggugat yang bukan nasabah dan tidak

menikmati hutang Tergugat II dan III, diminta oleh Tergugat I untuk

melunasi hutang apalagi dengan cara menjual rumahnya secara lelang

yang nilai harga pasarnya ditaksir sekitar Rp 750.000.000 (tujuh ratus

lima puluh juta rupiah) digunakan untuk membayar pembiayaan

murabahah yang hanya sebesar Rp 220.037.200 (dua ratus dua puluh juta

tiga puluh tujuh ribu dua ratus rupiah.

Putusan dengan nomor 1326/Pdt.G/2016/PA.Smn. antara pihak

Penggugat (Nasabah/debitur) dan Tergugat (PT. Bank Syariah Mandiri)

telah melakukan suatu perjanjian dengan Akad Murabahah pada awal

tahun 2015, dengan mengangsur setiap bulannya sebesar Rp 135.000.000

(seratus tiga puluh lima juta rupiah) Namun dikarenakan usaha

Penggugat mengalami kerugian, pembayaran angsuran menjadi tidak

lancar dan Penggugat telah memohon kepada Tergugat untuk meminta

keringanan dalam pembayaran angsuran yang hanya mampu sebesar Rp

20.000.000 (dua puluh juta rupiah), tetapi Tergugat tidak menanggapi

Page 75: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

65

dan tetap mengharuskan Penggugat membayar tunggakan dan

mengatakan akan melaksanakan lelang eksekusi langsung melalui Kantor

Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Yogyakarta. Lelang

Hak Tanggungan yang dilaksanakan oleh kantor lelang harus terlebih

dahulu ada penetapan Ketua Pengadilan/fiat eksekusi (Yurisprudensi

Putusan MA No. 3210K/PDT/1984 tertanggal 30 Januari 1986).

Sedangkan untuk lelang eksekusi Hak Tanggungan yang dilakukan oleh

PT Bank Syariah Mandiri Penggugat yakin tanpa ada penetapan Ketua

Pengadilan khususnya dalam hal ini yang berwenang adalah Pengadilan

Agama. Penggugat keberatan apabila aset-aset tersebut dilakukan lelang

oleh Tergugat karena Penggugat tidak akan lari dari tanggung jawab

menyelesaikan pembiayaan dan sedang berusaha menawarkan penjualan

aset-aset tersebut karena jika dilakukan lelang harga yang didapatkan

sangat jauh dari harga pasaran. Sikap Tergugat yang tidak sabar dan

selalu menekan Penggugat untuk melakukan pembayaran dengan cara

mengancam secara lelang terhadap aset tersebut merupakan perbuatan

melawan hukum.

Perkara nomor 0599/Pdt.G/2016/PA.Gtlo antara Penggugat (Andi

Jahja) dan Tergugat I (PT. Bank Mega Syariah), Tergugat II (Kantor

Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL)), Tergugat III (Yasril

M. Noer). Penggugat dan Tergugat I mengadakan perjanjian pembiayaan

Murabahah nomor: 17 tertanggal 5 Oktober 2012. Namun oleh karena

Penggugat mengalami gagal usaha maka pembayaran pengembalian uang

pinjaman tersebut mengalami keterlambatan atau kemacetan. Atas

keterlambatan itu Penggugat tetap mengupayakan untuk melunasi hutang

tersebut. Namun pada bulan Maret 2016 Penggugat mendapatkan surat

pemberitahuan bahwa jaminan Pengugat akan dilelang. Permohonan

yang diajukan Tergugat I adalah keliru/melawan hukum karena

Pelelangan harus ada fiat atau perintah dari pengadilan setempat dalam

Page 76: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

66

hal ini Pengadilan Agama Gorontalo, Penentuan nilai limit objek lelang

terlalu rendah dan dilakukan oleh Tergugat I tanpa melalui tim penilai

atau tim penaksir harga secara resmi dari Kantor Jasa Penilai Publik

(KJPP). Dan Penggugat tidak pernah dinyatakan wanprestasi oleh

Pengadilan maka dasar pengajuan permohonan lelang Tergugat I kepada

Tergugat II tidak ada, serta syarat-syarat lelang cacat hukum karena

kewenangan Tergugat II hanya meliputi permohonan lelang piutang

negara terhadap milik negara. Sedangkan Tergugat bukan merupakan

bank milik pemerintah yang pembiayaannya diberikan oleh pemerintah

namun merupakan bank swasta. Berdasarkan hal tersebut Tergugat I dan

Tergugat II telah melakukan perbuatan melawan hukum.

Perkara nomor 342/Pdt.G/2016/PA.Bkt antara Penggugat I,

Penggugat II dan Tergugat I (PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

Ampek Angkek Candung). Penggugat I dan Penggugat II adalah suami

istri yang melakukan Akad Pembiayaan Al Murabahah dengan Tergugat

sebanyak 2 (dua) kali. Pembiayaan pertama berjalan lancar dan Para

Penggugat dapat melunasi hutang pada waktunya. Kemudian pada

tanggal 13 Februari 2015 Para Penggugat kembali meminjam dengan niai

Rp 400.000.000 (empat ratus juta rupiah) untuk jangka waktu 2 tahun

dengan jaminan sebidang tanah beserta bangunan yang berada diatasnya

yang dikenal dengan Sertifikat Hak Milik Nomor 658/Kelurahan

Manggis Ganting, mobil toyota avanza, mobil toyota etios, mobil

mitsubushi pick up. Namun semenjak bulan September 2015 Para

Penggugat belum sanggup membayar angsuran kepada Tergugat karena

usahanya tidak berjalan lancar dan telah ditegur sebanyak 3 kali agar

segera mengangsur pinjaman. Atas kejadian tersebut Para Tergugat

berusaha menemui direktur Tergugat dan Dewan Syariah untuk mencari

jalan keluar dengan cara penjadwalan ulang (rescheduling), penataan

ulang (restructuring), dan persyaratan ulang (reconditioning) tetapi

Page 77: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

67

Direktur Tergugat dan Dewan Syaiah Tergugat tidak bersedia dengan

cara tersebut. Kemudian pada tanggal 18 Mei 2016 Tergugat telah

meletakkan sita eksekusi terhadap ruko yang dikenal dengan Sertifikat

Hak Milik Nomor 658/kelurahan Manggis Ganting, surat ukur tanggal 8

juni 2007 Nomor 14/MG/2007 seluas kurang lebih 227 meter persegi.

Bahwa sewaktu Tergugat menyegel ruko Para Tergugat tersebut, Para

Tergugat sedang tidak berada di tempat, sehingga Para Tergugat telah

kehilangan barang-barang yang berada dalam ruko tersebut Rp

10.000.000 (sepuluh juta rupiah). Para Penggugat sangat heran dengan

tindakan dan perbuatan yang sangat bernafsu untuk melelang ruko Para

Penggugat dan Para Penggugat mendengar ada persengkongkolan jahat

antara Tergugat dengan pihak ketiga untuk melelang ruko tersebut

dengan harga yang murah. Dan Penggugat merasa keberatan karena

sesuai dengan ketentuan Hukum Acara Perdata, untuk dapat membayar

hutang Para Penggugat kepada Tergugat, Tergugat terlebih dahulu harus

menyita dan melelang barang-barang bergerak Para Penggugat. Baru jika

hasil penjualan barang bergerak Para Penggugat tidak mencukupi untuk

membayar hutang barulah Penggugat menyita dan melelang barang tidak

bergerak (ruko) sebagaimana diatur dalam Pasal 208 ayat (1) RBg.

Dengan demikian, tindakan dan perbuatan Tergugat yang melelang

barang tidak bergerak terlebih dahulu dari barang-barang bergerak milik

Para Penggugat adalah melanggar Pasal 208 ayat (1) Rbg.

Perkara nomor 5242/Pdt.G/2014/PA.Jr dengan Penggugat I

(Lembaga Perlindungan Konsumen Nasional Indonesia), Penggugat II

(Nasabah/Debitur) melawan Tergugat I (Bank Syariah). Penggugat I

menerima pengaduan masyarakat dari Penggugat II yang mendapatkan

fasilitas kredit sebanyak 3 (tiga) kali dengan total angsuran yang harus

dibayar tiap bulannya sebesar Rp 40.000.000 (empat puluh juta rupiah).

Atas utang tersebut Penggugat II menjaminkan 3 (tiga) buah ruko berupa

Page 78: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

68

sebidang tanah dan bangunan. Ternyata Penggugat II hanya mampu

membayar sebanyak 4 kali angsuran terhitung sejak bulan Agustus 2012

s/d November 2012 dan mengalami keterlambatan pembayaran selama

22 bulan. Sehingga penggugat II sudah mendapatkan 3 (tiga) kali Surat

Peringatan yaitu Surat Peringatan 1 No:642/BMI/C-JBR/VIII/2014, Surat

Peringatan ke 2 No: 655/ BMI/C-JBR/VIII/2014 dan Surat Peringatan ke

3 No: 686/BMI/ C-JBR/VIII/2014 terkait masalah kredit macet. Setelah

itu Penggugat menerima surat pemberitahuan rencana Lelang

berdasarkan salinan surat dari KPKNL kepada Pimpinan lembaga

Tergugat I Kantor Cabang Jember, nomor: S-1158/

WKN.10/KNL.04/2014, perihal Penetapan Jadwal Lelang tertanggal 9

September 2014, yang isinya adalah daftar nama objek jaminan yang

akan dilelang pada tanggal 10 Oktober 2014. Tindakan Tergugat I yang

ingin merencanakan lelang tanggal 10 Oktober 2014 atau tanggal lain di

kemudian hari atas objek jaminan milik Penggugat II berdasarkan pasal 6

UUHT harus dibatalkan karena belum dilakukan penilaian ulang oleh

Tim Independent, dan berdasarkan pasal 27 Peraturan Menteri Keuangan

No. 93/PMK/.06/2010, lelang menjadi batal karena ada gugatan pihak

ketiga dan atau merujuk pada pasal 13 Permenkeu tersebut lelang harus

melalui fiat eksekusi Ketua Pengadilan.

4) Wanprestasi Pembiayaan Murabahah

Wanprestasi bisa diartikan sebagai suatu keadaan ketika debitur

tidak dapat melaksanakan prestasinya karena kesalahannya dan debitur

telah ditegur atau disomasi. Bentuk-bentuk wanprestasi diantaranya

sebagai berikut:

a. Debitur sama sekali tidak memenuhi prestasinya;

b. Debitur memenuhi sebagian prestasi;

c. Debitur terlambat di dalam melakukan prestasinya;

Page 79: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

69

d. Debitur keliru di dalam melaksanakan prestasinya;

e. Debitur melaksanakan sesuatu yang dilarang di dalam akad.11

Berdasarkan hasil kajian dan analisis penulis terdapat 22 (dua

puluh dua) perkara mengenai masalah wanprestasi yang tersebar di 10

(sepuluh) pengadilan agama dengan jumlah 14 (empat belas) perkara

dikabulkan, 1 (satu) perkara dikabulkan sebagian, 6 (enam) perkara

berakhir damai dan 1 (satu) perkara ditolak.

Adapun pokok masalah sengketa pembiayaan murabahah yang

disebabkan karena adanya wanprestasi yang dilakukan oleh debitur

terdapat pada nomor perkara 0311/Pdt.G/2016/PA.Pbg yang diajukan

oleh pihak Penggugat (Bank) ke Pengadilan Agama Purbalingga

dikarenakan Tergugat (Nasabah) tidak dapat menyelesaikan

kewajibannya untuk melakukan pembayaran terhadap pembiayaan

dengan akad Murabahah untuk pembelian tanah seluas 360 m2 padahal

sudah beberapa kali pihak dari penggugat Penggugat (Bank)

melayangkan surat peringatan dan melakukakan berbagai upaya

penagihan dengan pendekatan secara kekeluargaan.

Perkara nomor 1720/Pdt.G/2013/PA.Pbg Penggugat (Bank)

mengajukan Gugatan akibat wanprestasi yang dilakukan Para Tergugat

(Nasabah) terhadap Pembiayaan dengan akad Jual Beli Murabahah

Nomor: 43 tanggal 18 Agustus 2010 yang digunakan untuk pembelian 1

(satu) unit Mobil Panther Merah Tahun 1997 dan 1 (satu) unit Mobil

Daihatsu Expass Hijau Tahun 1994. Bahwa ternyata dalam perjalanannya

Para Tergugat (Nasabah) telah menunggak angsuran sehingga Penggugat

(Bank) melakukan berbagai upaya penagihan dengan pendekatan secara

kekeluargaan maupun melayangkan beberapa kali surat peringatan atau

somasi sampai 3 (tiga) kali, namun Para Penggugat tidak menanggapi

11

Bagya Agung Prabowo, Aspek Hukum Pembiayaan Murabahah pada Perbankan Syariah,

(Yogyakarta: UII Press, 2012), h. 135.

Page 80: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

70

dan tidak ada itikad baik untuk menyelesaikan kewajiban angsurannya,

bahkan sampai gugatan ini diajukan Para Tergugat (Nasabah) tidak dapat

menyelesaikan kewajibannya kepada Penggugat (Bank).

Dalam putusan nomor 0945/Pdt.G/2014/PA.ME gugatan diajukan

oleh Penggugat (PT BI Syariah KCP Prabumulih) karena Tergugat

(Nasabah) telah melakukan ingkar janji atau wanprestasi karena tidak

melakukan kewajibannya membayar angsuran tepatnya mulai angsuran

ke 7 (tujuh) atas pembiayaan murabahah untuk pembelian tanah dan

kebun karet. Padahal Penggugat (Bank) telah berusaha menempuh proses

perdamaian dengan Tergugat (Nasabah) dan telah pula memberikan

teguran dan peringatan, tetapi Tergugat (Nasabah) tetapi tidak mau

melaksanakan kewajibannya kepada Penggugat (Bank).

Perkara nomor 0030/Pdt.G/2016/PA.Bdg. antara Penggugat

(Koperasi Simpan Pinjam Jasa Layanan Syariah Cabang Denpasar)

melawan Tergugat I (A.Ang Nudi Santoso alias Haji A Ang Nudy

Santosa), Tergugat II (Hajjah Wiwik Santosa). Para Tergugat merupakan

Nasabah dari Penggugat yang melakukan pembiayaan al-Murabahah

nomor : 39 tanggal 08 Juni 2012. Namun per Januari 2015 Para Tergugat

melakukan perbuatan ingkar janji atau wanprestasi dengan tidak

membayar kewajibannya atas pembiayaan yang telah diberikan oleh

Penggugat dengan sisa kewajiban hutang sebesar Rp 604.133.800 (enam

ratus empat juta tiga puluh tiga ribu delapan ratus rupiah).

Perkara nomor 326/Pdt.G/2016/PA.Pbg. antara Penggugat (Bank)

dan Tergugat (Nasabah). Dimana Tergugat (Nasabah) telah melakukan

perbuatan cidera janji atau wanprestasi terhadap Akad Pembiayaan

Murabahah No. 441-02/14, tanggal 25 Februari 2014 yang dibuat oleh

Penggugat dengan Tergugat, yang mengakibatkan kerugian materil pada

Penggugat (Bank) sebesar Rp 53.980.000 (lima puluh tiga juta sembilan

ratus delapan puluh ribu rupiah).

Page 81: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

71

Perkara nomor 1586/Pdt.G/2016/PA.Js. antara Penggugat (Bank

Syariah) melawan Tergugat I (Nasabah/Debitur), Tergugat II (Orangtua

Nasabah/Penanggung). Perbuatan cidera janji atau wanprestasi yang

dilakukan Para Tergugat. Tergugat I mengajukan permohonan

pembiayaan murabahah kepada Penggugat untuk membiayai pembelian

alat berat berupa Escavator merek Komatsu PC 200 dengan wakalah

selama 36 bulan. Pada awalnya Tergugat I melakukan pembayaran secara

teratur, tetapi ketika memasuki pembayaran ke 6 (enam) tergugat tidak

melakukan pembayaran sehingga oleh karenanya Penggugat mengirim

Surat Peringatan untuk melakukan pembayaran sampai 2 (dua) kali

karenas Surat Peringatan yang pertama tidak diindahkan oleh Tergugat I.

Kemudian pada tanggal 18 November 2014 Tergugat I bersama

orangtuanya Tergugat II mendatangi kantor Penggugat dan menyatakan

Tergugat II bertanggung jawab terhadap segala hutang Tergugat I yang

dibuat dalam Surat Pernyataan tertanggal 18 November 2014 untuk

melakukan pembayaran angsuran sampai lunas. Namun sampai batas

waktu yang Penggugat berikan telah berakhir ternyata Para Tergugat

tidak melakukan kewajiban hukumnya untuk membayar lunas atas

kewajiban pembayarannya padahal Penggugat telah beberapa kali

menghubungi dan meminta kepada Para Tergugat untuk menyelesaikan

permasalahan ini secara kekeluargaan dan melakukan upaya dengan

mengirimkan surat somasi namun Para tergugat tidak mengindahkannya.

Terdapat 2 perkara yang diajukan oleh Penggugat atas nama Ir.

Bambang Edy Asmoro kepada Tergugat (para nasabahnya) yaitu perkara

nomor 75/Pdt.G/2017/PA.Btl. dan 77/Pdt.G/2017/PA.Btl. dikarenakan

Tergugat telah melakukan wanprestasi terhadap Akad Pembiayaan

Murabahah Nomor 250/MRB/BMT-AA/USP/III/15 tertanggal 3 Maret

2015, dan Nomor 244/MRB/BMT-AA/USP/II/15 tertangal 26 Febuari

2015 menyebabkan Penggugat mengalami kerugian.

Page 82: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

72

Terdapat 5 (lima) putusan di Pengadilan Agama Bantul dengan

pihak Penggugat bernama Sabda Nugroho, S.P. yang mengajukan

gugatan kepada para nasabahnya dikarenakan wanprestasi dengan tidak

melakukan pembayaran angsuran pada Akad Pembiayaan Murabahah

yang telah diperjanjikan. 1 (satu) perkara dikabulkan yaitu dengan nomor

putusan 990/Pdt.G/2016/PA.Btl. dan 4 (empat) perkara lainnya berakhir

damai yaitu dengan nomor putusan 991/Pdt.G/2016/PA.Btl.,

993/Pdt.G/2016/PA.Btl., 994/Pdt.G/2016/PA.Btl., 995/Pdt.G/2016/PA.

Btl.

Dalam perkara nomor 2370/Pdt.G/2016/PA.Pwt. antara Penggugat

(PT BPRS Arta Leksana) yang diwakili oleh Ana Nurkhaerani, SH dan

Tergugat I (A Suwarno), Tergugat II (Mugiati) yang selanjutnya disebut

Para Tergugat. Para Tergugat merupakan Nasabah di Lembaga Keuangan

Syariah Tergugat (BPRS Arta Leksana) yang melakukan pembiayaan

Akad Murabahah nomor 4510100457/MBA/VII/2012 tanggal 04 Juli

2012. Namun Para Tergugat (Nasabah) wanprestasi tidak melaksanakan

kewajibannya untuk membayar angsuran dan merugikan Penggugat

sebesar Rp 159.950.000 (seratus lima puluh sembilan juta sembilan ratus

lima puluh ribu rupiah).

Perkara nomor 1192/Pdt.G/2016/PA.Pwt, gugatan yang diajukan

oleh Penggugat (PT BPRS Khasanah Umat) kepada Tergugat (Mugiyati)

yang merupakan nasabah di BPRS Khasanah Umat. Tergugat telah

melakukan wanprestasi dengan tidak melakukan pembayaran angsuran

pada pembiayaan Murabahah nomor 081/MRB/INV/V/16 dengan total

kerugian sebesar Rp 88.976.444 (delapan puluh delapan juta sembilan

ratus tujuh puluh enam ribu empat ratus empat puluh empat rupiah).

Nomor perkara 2132/Pdt.G/2016/PA.Pwt. gugatan yang diajukan

Penggugat (BRI Syariah) yang diwakili oleh Dian Risdianto kepada

Tergugat (Andi Pramono Purwaningsih) yang merupkan nasabah di BRI

Page 83: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

73

Syariah. Tergugat telah melakukan perbuatan cidera janji atau

wanprestasi yaitu tidak melakukan pembayaran pada Pembiayaan

Murabahah dengan Akad Pembiayaan Murabahah bil Wakalah nomor

002 tertanggal 03 Maret 2015 dengan total kerugian sebesar Rp

100.820.196,82.

Pekara nomor 2052/Pdt.G/2017/PA.Pbg. antara Penggugat (BPRS)

melawan Tergugat I (Imam Suryatmoko, SP), Tergugat II (Rintis

Herniati, S.Farm. Apt) selanjutnya disebut sebagai Para Penggugat.

Penggugat mengajukan gugatan karena Para Tergugat melakukan

perbuatan cidera janji/wanprestasi terhadap Akad Pembiayaan

Murabahah nomor 07 yang mengakibatkan Penggugat mengalami

kerugian materiil sebesar Rp 91.541.400 (sembilan puluh satu juta lima

ratus empat puluh satu ribu empat ratus rupiah).

Perkara nomor 0136/Pdt.G/2017/PA.Mtk., yang diajukan

Penggugat (PT Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Bangka Belitung) pada

tanggal 17 Mei 2017 direktur utama BPRS atas nama Helli Yudha

memberikan kuasa kepada Wahyu Pamungkas Nugraha, S.H.,M.H.

melawan Tergugat (Minal Hadi). Penggugat (BPRS) dan Tergugat

(Nasabah) mengadakan perjanjian Akad al-Murabahah dengan nomor

0037/BSBB/KC.MTK/MRB/VII/2015 dimana isinya berupa transaksi

jual beli lahan perkebunan sawit dengan angsuran selama 48 bulan mulai

dari tanggal 14 Juli 2015 sampai dengan 14 Juli 2019. Namun Tergugat

sudah ingkar janji atau wanprestasi terhadap perjanjian tersebut yaitu

tidak melaksanakan kewajibannya membayar angsuran dari bulan

Agustus 2016 sampai bulan Mei 2017. Tergugat beralasan pembiayaan

tersebut telah dilunasi melalui program pelepasan pembebasan beban

hutang oleh UN SWISSINDO, padahal Penggugat telah mengingatkan

Tergugat terkait UN-SWISSINDO bahwa berdasarkan siaran pers

Otoritas Jasa Keuangan no. SP 110/DKNS/OJK/XI/2016 tentang OJK

Page 84: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

74

dan Satgas Waspada Investigasi ungkap dua kasus Investasi Illegal dan

satu penipuan pelunasan kredit, bahwa UN-SWISSINDO dinyatakan

sebagai penipuan. Namun, Tergugat menyatakan surat Edaran Otoritas

Jasa Keuangan tidak memiliki dasar hukum yang jelas dengan kata lain

tidak memiliki hukum tetap. Penggugat juga sudah memberikan somasi I,

II, dan III serta memberi informasi kepada Tergugat terkait UN

SWISSINDO yang dinyataan sebagai penipuan namun tetap tidak

dindahkan oleh Tergugat.

Terdapat 2 (dua) putusan di Pengadilan Agama Klaten dengan

pihak Penggugat bernama Arifin Hidayat, perwakilan dari BPR Syariah

Al-Mabrur yang mengajukan gugatan kepada para nasabahnya

dikarenakan wanprestasi dengan tidak melakukan pembayaran sisa

kewajibannya pada Akad Pembiayaan Murabahah yang telah

diperjanjikan. Namun 2 (dua) perkara tersebut tersebut berakhir dengan

kesepakatan damai, yaitu dengan nomor putusan

1246/Pdt.G/2017/PA.Klt. dan 1247/Pdt.G/2017/PA.Klt.

Dalam perkara nomor 1609/Pdt.G/2016/PA.Smn. antara Penggugat

(BMT Bina Ummah) dan Tergugat (Rida Dewi Anandhayu). Tergugat

telah melakukan wanprestasi terhadap Akad Pembiayaan Murabahah No.

1204/AKAD BMT-BU/XII/13/13263 tertangal 26 Desember 2013 karena

tidak melakukan kewajibannya untuk membayar angsuran yang

menyebabkan Penggugat mengalami kerugian materiil sejumlah Rp

16.200.000 (enam belas juta dua ratus ribu rupiah).

Putusan nomor 883/Pdt.G/2013/PA.Bgr. dengan Penggugat

bernama Ir. Basuki Trihatmadi,MM. Penggugat merupakan suami

sekaligus ahli waris dari almarhumah Ny. Aluh Sabariah, SH yang

menerima pembiayaan Murabahah Rumah dengan akad Murabahah

Nomor: BGS/2008/401/K dan nomor BGS/2008/401/K, Penggugat

diminta oleh Tergugat (PT BNI Syariah Cabang Bogor) untuk

Page 85: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

75

meneruskan kewajiban pembayaran yang baru dilakukan 4 kali angsuran.

Namun menurut Penggugat, dengan telah meninggalnya istri Penggugat

selaku penerima pembiayaan, maka penerima pembiayaan telah ditutup

Asuransi Jiwa, sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 5 ayat ke 1 huruf b

Akad Murabahah Nomor: BGS/2008/401/ K, dan Pasal 5 ayat 1 huruf c

Akad Murabahah Nomor: BGS/2008/402/K. Dengan adanya Asuransi

Jiwa tersebut seharusnya kewajiban istri Penggugat dan ataupun

Penggugat selaku suami sekaligus ahli warisnya dengan seketika sudah

dihapus, pembayarannya harus dinyatakan lunas atau tidak mempunyai

kewajiban pembayaran. Tindakan yang dilakukan Tergugat merupakan

perbuatan ingkar janji atau wanprestasi karena Tergugat telah

mengingkari kesepakatan.

5) Pemberian Informasi yang Tidak Benar

Pokok masalah dikarenakan pemberian informasi yang tidak benar

terdapat dalam Perkara nomor 1814/Pdt.G/2013/PA.Mdn antara

Penggugat I (Jaka Mulia Damanik), Penggugat II (Esterlina), Penggugat

III (Muhammad Erwin) dan Tergugat I (PT Bank SUMUT (Persero)

Kantor Pusat Medan, Cq. PT Bank Sumut kantor Cabang Syariah Tebing

Tinggi), Tergugat II (Syawaludin Harahap), Tergugat III (Betty Herlina).

Perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Para Tergugat yaitu

telah melakukan perbuatan curang kepada Penggugat atas Akad

Pembiayaan Murabahah KPR iB Griya No. 083/KCSy-03-

APP/MRB/2013. Tergugat-tergugat telah memberikan keterangan dan

penjelasan yang tidak benar (bohong) kepada Penggugat atas dana

pribadi yang diperoleh dari Penggugat (Muhammad Erwin) sebesar Rp

20.000.000. Sebelumnya Tergugat-tergugat ada memberikan penjelasan

kepada Penggugat, dana pribadi yang diperoleh dari Penggugat sebesar

Rp20.000.000 tersebut, diperuntukkan sebagai pembayaran uang muka

Page 86: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

76

pembelian objek agunan, namun ternyata tentang peruntukan dana

pribadi sebesar Rp 20.000.000 yang diperoleh dari Penggugat tidak

disebutkan dan diatur didalam Surat Persetujuan Prinsip Pemberian

Pembiayaan (SP4) tertanggal 25 April 2013 dan juga tidak ada

disebutkan dan diatur didalam Akad Pembiayaan Murabahah KPR.iB.

Griya No. 083/KCSy-03-APP/MRB/2013 tertanggal 29 April 2013.

Selain itu, Penggugat juga melihat terdapat kecurangan yang dilakukan

oleh Tergugat I dan Tergugat II atas adanya transaksi pemindah bukuan

dana sebesar Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah). Kecurangan

tersebut terlihat dari asal muasal perolehan dana dan peruntukannya.

Menurut Tergugat-Tergugat dana tersebut berasal dari dana pribadi

nasabah yang peruntukannya adalah untuk membeli barang-barang yang

dibutuhkan atau disebut sebagai uang tanda jadi. Tetapi pada

kenyataanya terdapat ketidaksinkronan antara penjelasan Tergugat

dengan isi Surat Peretujuan Prinsip Pemberian Pembiayaan (SP4).

6) Bertentangan dengan Prinsip-Prinsip Syariah

Gugatan sengketa pembiayaan dengan Akad pembiayaan

Murabahah yang disebabkan karena bertentangan atau tidak sesuai

dengan prinsip-prinsip syariah terdapat dalam nomor perkara

101/Pdt.G/2014/PA.Yk antara Penggugat (Nasabah) dan Tergugat

(Lembaga Pembiayaan) yang mengadakan akad pembiayaan murabahah

berupa 1 mobil DAIHATSU/VVTI 13 XI DLX tahun 2011 dengan

sistem angsuran selama 52 bulan. Namun pada bulan ke 8 pembayaran

tidak lancar dikarenakan mobil yang diperjanjikan dalam akad

murabahah tersebut dipinjam oleh orang lain (pihak ke 3) dan oleh

peminjam di bawa kabur. Atas kejadian tersebut Penggugat sudah

melaporkan ke POLDA dan Penggugat memohon kepada Tergugat untuk

bersabar sampai proses perkara di POLDA berjalan kemudian diadakan

Page 87: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

77

perhitungan dan bisa memperoleh keringanan dalam pembayaran

angsuran yang terlambat tersebut. Namun ternyata Tergugat tidak sabar

lalu melaporkan Penggugat ke POLRESTABES Yogyakarta, dasar yang

digunakan dalam laporannya yaitu telah melanggar peraturan dan

prinsip-prinsip perjanjian murabahah dengan cara membelokkan prinsip-

prinsip perjanjian/akad pembiayaan Murabahah ke perjanjian tentang

fiducia. Pembelokkan Perjanjian/akad Murabahah menjadi perjanjian

fiducia menurut Penggugat telah melanggar prinsip-prinsip syariah

Murabahah, karena mobil yang diperjanjikan tersebut berdasar prinsip-

prinsip murabahah telah menjadi milik Penggugat, maka Penggugat dapat

secara bebas menjual atau beralih kepada siapapun mobil tersebut itu

merupakan hak Penggugat, dan perbuatan Tergugat merupakan perbuatan

melawan hukum karena dalam menyelesaikan sengketa telah

mengesampingkan peraturan perundangan dan prinsip-prinsip akad

Murabahah sebagaimana yang tercantum dalam pasal 55 Undang-

Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah. Yang mana

Murabahah merupakan akad pembiayaan yang tunduk pada prinsip-

prinsip syariah dan ketentuan umum Murabahah ada dalam Bank Syariah.

Selanjutnya terdapat dalam putusan nomor

0610/Pdt.G/2016/PA.Skh. dengan Penggugat (Nasabah/debitur)

melawan Tergugat 1 (Lembaga Keuangan). Penggugat merupakan

nasabah Tergugat I yang melakukan akad jual beli Murabahah nomor

446 tahun 2013 dengan objek jaminan sebidang tanah dan bangunan

SHM NO: 1741 atas nama istri Penggugat. Penggugat berhutang Rp

120.000.000 yang hanya bisa diangsur sebanyak 13 (tiga belas) kali

dengan besaran angsuran Rp 4.773.350. Kemudian dilakukan

restrukturisasi penjadwalan hutang addendum akad jual beli Murabahah

yang ke 2 (dua) pada Agustus 2014. Dalam isi perjanjian tersebut

outstanding kewajiban nasabah/Penggugat sebesar Rp 89.000.000 yang

Page 88: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

78

diangsur sebesar Rp 2.600.250 perbulan, dimana didalam addendum akad

jual beli murabahah Pasal 6 Biaya dan Denda keterlambatan kewajiban

sebesar Rp.40.000,(empat puluh ribu) per/bulan, menurut Tergugat hal

itu tidak sesuai dengan prinsip syariah yang telah diatur di Fatwa Nomer

43/DSN MUI/VIII/2004 oleh Majelis Ulama Indonesia tentang Fatwa

Ganti Rugi (Ta‟widh) yang mana denda hanya boleh dikenakan atas

pihak yang dengan sengaja atau karena kelalaian melakukan sesuatu yang

menyimpang dari ketentuan akad, sedangkan Tergugat masih beriktikad

baik untuk memenuhi kewajibannya. Selain itu, pada saat Penggugat

mengalami musibah kecelakaan yang mengakibatkan tidak terpenuhi

kewajiban dan dalam keadaan sulit perekonomian dimana seharusnya

mendapat jaminan secara asuransi syariah akan tetapi malah

diikutsertakan dalam asuransi konvensional yaitu di PT. Asuransi Jiwa

Sraya (Persero) hal tersebut tidak sesuai dengan Prinsip Syariah yang

telah diatur dalam Peraturan Bapepam dan Lembaga Keuangan

Nomor :Per-04/BL/2007 tentang Asuransi pada Pasal 58. Pada tanggal 24

Februari 2016 Penggugat menerima surat pemberitahuan penetapan

lelang tertanggal 23 Maret 2016 namun pada lelang I tersebut tidak ada

pembelinya dan Tergugat I mengirim surat proses lelang ke 2 pada 06

April 2016 dengan rincian tunggakan, dimana dalam rincian tersebut

tertuang bunga dan denda. Hal tersebut tidak sesuai dengan Prinsip

Syariah yang telah diatur dalam Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI)

Nomor 1 Tahun 2004 tentang Bunga (Interst/Fa‟idah) Fatwa; 1). Praktek

pembungaan tersebut hukumnya adalah haram.

Berdasarkan penjelasan dari klasifikasi pokok masalah yang telah

dipaparkan diatas, adapun pemetaan pokok masalah pada sengketa

pembiayaan murabahah akan disajikan dalam tabel dibawah berikut ini:

Page 89: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

79

Tabel 4.5.

Pemetaan Pokok Masalah Pada Sengketa Pembiayaan Murabahah

No. Pokok Masalah Jumlah Persen

1. Pencantuman klausula baku 2 5,41%

2. Objek murabahah yang diperjanjikan 1 2,70%

3. Jaminan pada pembiayaan murabahah 9 24,32%

4. Wanprestasi pembiayaan murabahah 22 59,46%

5. Pemberian informasi yang tidak benar 1 2,70%

6. Bertentangan dengan prinsip syariah 2 5,41%

Jumlah 37 100,00%

Sumber: Data Penelitian

Dapat dilihat pada tabel 4.5. diatas, terdapat 2 (dua) perkara pada

pokok masalah tentang pencantuman klausula baku. Adanya sengketa

disebabkan karena penggugat atau nasabah merasa dirugikan tentang

pencantuman klausula baku yang melanggar Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1999 pada Pasal 18 ayat (1) pada huruf d sampai f, dan juga telah

melanggar pasal 18 ayat (1) huruf g.

Selanjutnya pada klasifikasi pokok masalah tentang objek

murabahah yang diperjanjikan hanya terdapat 1 (satu) perkara. Adanya

sengketa tersebut disebabkan karena telah dilakukan penarikan atas objek

murabahah berupa mobil yang mengalami keterlambatan membayar

angsuran tetapi belum mencapai batas waktu tempo penarikan yang telah

diperjanjikan.

Pada klasifikasi pokok masalah tentang jaminan pada pembiayaan

murabahah terdapat 9 (sembilan) perkara. Adapun penyebab adanya

sengketa tersebut dikarenakan tanah dan bangunan yang dijadikan

jaminan dalam melakukan pembiayaan murabahah telah diajukan lelang

atas proses hukum yang prematur dan tanpa melibatkan atau

mengikutsertakan penggugat yang mempunyai hak secara hukum, telah

Page 90: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

80

melelang jaminan dengan harga jual yang kecil dibanding dengan harga

jika dijual secara umum, menjadikan BPKB mobil sebagai jaminan

dalam melakukan pembiayaan murabahah tetapi tidak melibatkan

pemilik dari BPKB mobil tersebut, pemberitahuan jadwal lelang terhadap

sebidang tanah yang menjadi jaminan atas pembiayaan yang menurut

Tergugat prosesi pelelangan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat,

pelelangan terhadap jaminan yang dilakukan tanpa ada penetapan ketua

pengadilan/fiat eksekusi, penentuan nilai limit objek lelang terlalu rendah

dan dilakukan tanpa melalui tim penilai atau penaksir.

Pokok masalah yang disebabkan karena adanya wanprestasi pada

pembiayaan murabahah terdapat 22 (dua puluh dua) perkara. Penyebab

sengketa dalam hal ini sebagian besar dikarenakan debitur lalai dalam

memenuhi kewajibannya untuk membayar angsuran atas pembiayaan

yang telah mereka lakukan.

Pada pokok masalah tentang pemberian informasi yang tidak benar

terdapat 1 (satu) perkara. Adanya sengketa disebabkan karena Tergugat

merasa telah diberikan keterangan serta penjelasan yang tidak benar dan

terdapat kecurangan dalam melakukan akad pembiayaan murabahah.

Selanjutnya pada pokok masalah yang bertentangan dengan pinsip

syariah terdapat 2 (dua) perkara. Adanya sengketa tersebut dikarenakan

Penggugat merasa Tergugat telah membelokkan prinsip-prinsip

perjanjian akad pembiayaan murabahah menjadi perjanjian fiducia yang

menurut Penggugat telah melanggar prinsip-prinsip syariah murabahah

serta dalam menyelesaikan sengketa telah mengesampingkan peraturan

perundangan dan prinsip-prinsip akad Murabahah sebagaimana yang

tercantum dalam Pasal 55 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008

Tentang Perbankan Syariah. Yang mana Murabahah merupakan akad

pembiayaan yang tunduk pada prinsip-prinsip syariah dan ketentuan

umum Murabahah ada dalam Bank Syariah. Selain itu, adanya denda

Page 91: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

81

akibat keterlambatan membayar kewajiban yang tercantum dalam

addendum akad jual beli murabahah menurut Tergugat tidak sesuai

dengan prinsip syariah yang telah diatur dalam Fatwa Nomer 43/DSN

MUI/VIII/2004 tentang Fatwa Ganti Rugi (Ta‟widh) yang mana denda

hanya boleh dikenakan atas pihak yang dengan sengaja atau karena

kelalaian melakukan sesuatu yang menyimpang dari ketentuan akad, dan

dalam rincian tunggakan tertuang bunga dimana pengenaan bunga

dilarang dan tidak sesuai dengan prinsip syariah yang telah diatur dalam

Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 tentang Bunga

Interest/Faidah.

C. Dampak Terhadap Pembiayaan Murabahah Setelah Adanya Putusan

Pengadilan Agama

Putusan pengadilan agama merupakan putusan yang dijatuhkan oleh

hakim pengadilan agama untuk menyelesaikan perkara antara Penggugat

dengan Tergugat yaitu dengan cara menetapkan siapa yang berhak dan apa

pula hukumnya. Ketika seseorang mengajukan penyelesaian sengketanya

kepada pengadilan agama, maka konsekuensinya adalah pihak-pihak yang

berperkara tersebut seharusnya tunduk dan patuh atas putusan yang

dijatuhkan oleh pengadilan. Dalam hal ini, maka putusan yang sudah

dijatuhkan hakim dalam persidangan dapat mengikat para pihak yang sedang

melakukan penyelesaian sengketa ekonomi syariah terkait pembiayaan

Murabahah di pengadilan agama apabila para pihak tidak melakukan upaya

hukum.

Dalam putusan-putusan pengadilan agama yang telah dilakukan

penelitian sebagaimana telah dijelaskan diatas, terdapat 5 (lima) macam

putusan yang dijatuhkan oleh Ketua Hakim berdasarkan kesepakatan bersama

setelah diadakan muyawarah dengan Para Hakim Anggota terhadap isi

gugatan yang diajukan oleh para pihak yang bersengketa yaitu:

Page 92: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

82

1. Putusan dikabulkan;

2. Putusan dikabulkan sebagian;

3. Putusan ditolak;

4. Putusan tidak dapat diterima;

5. Putusan damai.

Dari hasil putusan sengketa pembiayaan murabahah yang gugatannya

dikabulkan oleh hakim, terdapat 2 (dua) perkara yang gugatannya diajukan

oleh nasabah (debitur) dan 14 (empat belas) perkara yang gugatannya

diajukan oleh lembaga pembiayaan (kreditur). Dampak terhadap pembiayaan

murabahah yang gugatannya diajukan oleh nasabah (debitur) setelah adanya

putusan tersebut yaitu dalam perkara nomor 2400/Pdt.G/2013/PA.JS.

menghukum Tergugat (PT. Trust Finance Indonesia, Tbk Unit Syariah) untuk

mengembalikan mobil yang telah diambil sebelum tanggal penarikan jatuh

tempo dari Penggugat (Nasabah), dan Penggugat (Nasabah) diharuskan untuk

membayar kekurangan uang cicilan dan denda akibat keterlambatan. Dalam

putusan nomor 219/Pdt.G/2015/PA.Klt, menyatakan pembiayaan akad

murabahah nomor 71K008140001449 tanggal 26 Mei 2014 antara Tergugat II

dengan Tergugat I batal karena mengandung cacat hukum dan menghukum

Tergugat III untuk mengembalikan objek sengketa berupa BPKB (Buku

Pemilikan Kendaraan Bermotor) kepada Penggugat, dikarenakan objek

sengketa berupa BPKB (Buku Pemilikan Kendaraan Bermotor) yang ingin

dijadikan jaminan dalam melakukan pembiayaan akad murabahah oleh

Tergugat I adalah milik sah dari Penggugat. Sedangkan dampak terhadap

pembiayaan murabahah yang gugatannya diajukan oleh lembaga pembiayaan

(kreditur) yaitu menghukum para Tergugat (Nasabah/debitur) untuk melunasi

pembayaran angsuran dari pembiayaan murabahah dan membayar denda

keterlambatan. Hal ini dikarenakan sebagian besar gugatan yang diajukan

Page 93: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

83

oleh lembaga pembiayaan yaitu terkait dengan masalah wanprestasi nasabah

yang telah lalai atau ingkar janji.

Putusan sengketa pembiayaan murabahah yang gugatannya dikabulkan

sebagian oleh hakim terdapat 1 (satu) perkara yang gugatannya diajukan oleh

nasabah (debitur) dan 1 (satu) perkara yang gugatannya diajukan oleh

lembaga pembiayaan (kreditur). Dampak terhadap pembiayaan murabahah

yang gugatannya diajukan oleh nasabah (debitur) setelah adanya putusan

tersebut yaitu dalam perkara nomor 342/Pdt.G/2016/PA.Bkt menyatakan sah

akad pembiayaan murabahah dengan jangka waktu 2 (dua) tahun

mulai tanggal 13 Februari 2015 sampai 13 Februari 2017. Dan menyatakan

sah jaminan dalam akad pembiayaan murabahah yaitu berupa sebidang tanah

dan bangunan dengan Sertifikat Hak Milik Nomor 658/ Kelurahan Manggis

Ganting, Mobil Toyota Avanza, dan Mobil Toyota Etios. Permintaan

Penggugat untuk mengembalikan sebagian jaminan utang yang berupa benda

bergerak tidak dikabulkan, sehingga mobil yang dijadikan jaminan tersebut

tidak dikembalikan untuk melunasi sisa angsuran dari pembiayaan murabahah

tersebut. Sedangkan dampak terhadap pembiayaan murabahah yang

gugatannya diajukan oleh lembaga pembiayaan yang terdapat dalam nomor

perkara 0030/Pdt.G/2016/PA.Bdg. yaitu Akta perjanjian Pembiayaan al

Murabahah Nomor 39 tanggal 08 Juni 2012 dinyatakan sah dan menyatakan

sah jaminan yang digunakan dalam Akta perjanjian Pembiayaan al

Murabahah Nomor 39 berupa sebidang tanah dan bangunan yang tertuang

dalam Sertifikat Hak Milik No. 855, menyatakan bahwa Tergugat telah

melakukan perbuatan ingkar janji (wanprestasi) sehingga Terguggat di hukum

untuk membayar sisa hutang dari perjanjian Pembiayaan al Murabahah.

Putusan yang gugatannya ditolak oleh hakim terdapat 4 (empat) perkara,

keempat putusan tersebut merupakan gugatan yang diajukan oleh nasabah

(debitur). Dalam surat gugatannya Penggugat memohon agar akad

pembiayaan murabahah harus dinyatakan syarat batal karena tidak memiliki

Page 94: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

84

prinsip syariah, meminta untuk membebaskan Penggugat dari segala

pembiayaan angsuran dan beban lainnya dikarenakan usaha penggugat

tergolong peristiwa keadaan memaksa (force majeur), menangguhkan

pelaksanaan lelang atas sebuah rumah, meminta kewajiban pembayaran atas

perjanjiian pembiayaan murabahah dinyatakan lunas karena penerima

pembiayaan telah meninggal dunia sehingga ditutup dengan asuransi jiwa.

Dikarenakan dalam putusannya hakim menolak seluruh gugatan yang

diajukan penggugat maka dampak dari putusan tersebut yaitu pembiayaan

murabahah yang dilakukan antara Penggugat dan Tergugat dinyatakan sah

ataupun tidak batal, sehingga Penggugat tetap melaksanakan angsuran yang

harus dibayarkan kepada Tergugat. Penagguhan peaksanaan lelang yang

dimohonkan Penggugat ditolak karena pelaksanaan lelang baru sampai pada

tindakan untuk ditetapkan lelang dan/atau tahap pengumuman lelang sebagai

bukti bahwa tindakan lelang benar-benar akan dilaksanakan sehingga lelang

akan tetap dilaksanakan untuk bisa membayar sisa angsuran. Kewajiban

pembayaran atas pembiayaan murabahah tidak dianggap lunas dan ahli waris

penerima pembiayaan tetap harus membayarnya sampai pembiayaan lunas

hal tersebut dikarenakan permohonan penutupan asuransi jiwa tidak disetujui

oleh PT Asuransi Takaful Keluarga. Apabila perusahaan asuransi tidak

bersedia menutup asuransi jiwa dan belum mengeluarkan persetujuan

penutupan asuransi, maka dengan meninggalnya penerima pembiayaan,

kewajiban pelunasan pembiayaan menjadi kewajiban ahli waris untuk

meneruskannya.

Putusan yang gugatannya tidak dapat diterima terdapat 9 (sembilan)

perkara, semua gugatan yang tidak dapat diterima tersebut diajukan oleh

nasabah(debitur). Seperti yang telah diungkapkan pada pembahasan

sebelumnya, suatu gugatan tidak dapat diterima dikarenakan tidak

terpenuhinya syarat formil yang mungkin melekat pada gugatan antara lain,

gugatan yang ditandatangani kuasa berdasarkan suarat kuasa yang tidak

Page 95: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

85

memenuhi syarat yang digariskan, gugatan tidak memiliki dasar hukum,

gugatan error in persona, gugatan mengandung cacat obscuur libel, nebis in

idem, atau melanggar yuridiksi (kompetensi) absolut atau relatif. Gugatan

yang dijatuhkan dengan putusan tidak dapat diterima tidak ditindaklanjuti

oleh hakim untuk diperiksa dan diadili oleh karena itu pokok perkaranya pun

belum diperiksa. Sehingga atas putusan seperti ini dampak terhadap

pembiayaan murabahah tidak ada atau masih sama seperti keadaan semula

sebelum ada gugatan yang diajukan dan tidak ada yang dapat dieksekusi.

Dampak terhadap pembiayaan murabahah yang gugatannya diputus

hakim dengan putusan damai yaitu para pihak yang berperkara harus mentaati

dan melaksanakan seluruh isi kesepakatan yang telah dibuat dalam akta

perdamaian. Dalam akta putusan perdamaian ini yang menentukan isinya

adalah para pihak yang berperkara pada saat mediasi ataupun pada saat

persidangan masih berjalan, oleh sebab itu para pihak harus menaatinya

dikarenakan hal tersebut merupakan kesepakatan yang telah disetujui oleh

mereka.

Page 96: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

86

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan pada pembahasan yang telah diungkapkan pada bab-bab

sebelumnya tentang pemetaan pokok masalah pada sengketa pembiayaan

murabahah di pengadilan agama, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

pokok masalah yang menyebabkan adanya sengketa pembiayaan murabahah

sebagai berikut:

1. Pencantuman klausula baku yang melanggar Pasal 18 Undang-Undang

No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Hal ini ditunjukkan

dengan hasil persentase 5,41%.

2. Objek murabahah yang diperjanjikan, penyebab sengketa ini dikarenakan

penarikan objek murabahah yang belum jatuh tempo untuk dilaksanakan

penarikan sesuai perjanjian yang disepakati. Hal ini ditunjukkan dengan

hasil persentase 2,70%.

3. Jaminan pada pembiayaan murabahah, penyebab sengketa ini berkaitan

dengan jaminan pada pembiayaan murabahah yang akan dilaksanakan

lelang, menjadikan barang milik orang lain sebagai jaminan tanpa

melibatkan/izin kepada pemiliknya. Hal ini ditunjukkan dengan hasil

persentase 24,32%.

4. Wanprestasi pembiayaan murabahah, dikarenakan debitur/nasabah lalai

dalam memenuhi kewajibannya untuk membayar angsuran. Hal ini

ditunjukkan dengan hasil persentase 59,46%.

5. Pemberian informasi yang tidak benar, sengketa yang terjadi karena

diberikan keterangan serta penjelasan yang tidak benar dan terdapat

kecurangan dalam melakukan akad pembiayaan murabahah. Hal ini

ditunjukkan dengan hasil persentase 2,70%.

Page 97: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

87

6. Bertentangan dengan prinsip syariah, sengketa ini dikarenakan adanya

perbuatan yang tidak sesuai dengan prinsip syariah yang telah diatur

dalam fatwa dan melakukan sesuatu yang menyimpang dari ketentuan

akad. Hal ini ditunjukkan dengan hasil persentase 5,41%.

B. Rekomendasi

Berdasarkan simpulan penelitian seperti yang telah diuraikan di atas,

maka dapat dikemukakan beberapa rekomendasi sebagai berikut:

1. Bagi lembaga keuangan maupun nasabahnya, apabila timbul suatu gejala

atau sengketa dalam suatu pembiayaan, sebaiknya para pihak terlebih

dahulu bernegosiasi dan melakukan penyesuaian ataupun pembenahan

terhadap kesalahan-kesalahan yang menyebabkan terjadinya sengketa.

Jika para pihak dapat menemukan penyebab dan mau mencari jalan

keluar dari penyebab masalah mereka, akan lebih mudah

menyelesaikannya dan dengan begitu akan terbuka peluang untuk

mendapatkan solusi yang baik untuk kedua belah pihak. Sehingga dalam

melakukan penyelesaian tidak berlarut-larut, membuang banyak waktu

dan biaya.

2. Bagi akademisi, untuk penelitian selanjutnya dapat mengembangkan

penelitian lain dengan jangkauan yang lebih luas tidak hanya terbatas

pada pembiayaan murabahah saja, tetapi bisa pembiayaan lainnya

ataupun lingkup bidang ekonomi syariah yang lain. Sehingga dapat

melengkapi data-data yang berkaitan dengan masalah sengketa ekonomi

syariah yang terjadi. Oleh sebab itu, penelitian ini bisa dianjutkan oleh

peneliti lain dengan objek penelitian yang sama.

Page 98: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

88

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Rini. “Pemetaan 2”. artikel diakses pada 23 Februari 2018 dari

https://www.academia.edu/16537674/PEMETAAN_2?auto=download .

Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan

Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Jakarta: Rajawali Press,

2015.

Al Hakim, Ikhsan. “Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah di Pengadilan Agama”,

Pandecta, Vol.9, Nomer 2, (2014): 270.

Antonio, Muhammad Syafi‟i. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema

Insani, 2001.

Ascarya. Akad & Produk Bank Syariah. Jakarta: Rajawali Pers, 2015.

Basir, Cik. Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2009.

Data Statistik Perbankan Syariah, www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/data-dan-

statistik/statistik-perbankan-syariah/Documents/Pages/Statistik-Perbankan-

Syariah---November-2017.

Djamil, Fathurrahman. Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga

Keuangan Syariah. Jakarta: Sinar Grafika, 2013.

Firdaus, Rizal Nur “Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal yang mempengaruhi

Pembiayaan Bermasalah pada Bank Umum Syariah di Indonesia”. El-Dinar,

Vol. 3 No. 1, (2015): 84.

Hidayat, Cecep. “Menemukan Permasalahan Pokok Sebuah Rencana Penelitian

[Bagian 1]”. artikel diakses pada 23 Februari 2018 dari

https://sbm.binus.ac.id/2014/06/05/menemukan-permasalahan-pokok-

sebuah-rencana-penelitian-bagian-1/.

https://badilag.mahkamahagung.go.id/laptah/laptah/laptah.

https://putusan.mahkamahagung.go.id/direktori/perdata-agama/ekonomi-syariah.

Huda, Nurul dan Mohamad Heykal. Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoretis

dan Praktis. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013.

Page 99: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

89

Ismail. Perbankan Syariah. Jakarta: Kencana, 2011.

Karim, Adiwarman. Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2013.

Kolopaking, Anita D.A. Asas Iktikad Baik dalam Penyelesaian Sengketa Kontrak

Melalui Arbitrase. Bandung: P.T. Alumni, 2013.

Manan, Abdul. Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama.

Jakarta: Yayasan Al-Hikmah, 2001.

Mardani. Fiqh Ekonomi Syariah. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2013.

_______ Hukum Acara Perdata Peradilan Agama & Mahkamah Syar’iyah. Jakarta :

Sinar Grafika, 2009.

Mubarok, Jaih dan Hasanudin. Fikih Mu’amalah Maliyyah Prinsip-Prinsip

Perjanjian. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2017.

Muhammad, Abu Abdillah bin Yazid bin Majah al-Qazwini. Sunan Ibnu Majah.

Beirut: dar el-marefah, 2005.

Muhammad, Abu Abdullah ibn Yazid Al-Qazuwaini wa Majah. Sunan Ibn Majah.

Juz 7. Kairo: Mawqi‟ Wizarah al-Auqaf al-Mishriyah, t.th.

Mujahidin, Ahmad. Prosedur Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah di Indonesia.

Bogor: Ghalia Indonesia, 2010.

Mustofa, Imam. Fiqh Mua’amalah Kontemporer. Jakarta: Rajawali Pers, 2016.

Prabowo, Bagya Agung. Aspek Hukum Pembiayaan Murabahah pada Perbankan

Syariah. Yogyakarta: UII Press, 2012.

Prastowo, Andi. Memahami Metode-metode Penelitian. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,

2016.

Purwaka, Tommy Hendra. Metodologi Hukum. Jakarta: Penerbit Universitas Atma

Jaya, 2007.

Rasyid, Abdul “Penyebab Terjadinya Sengketa Ekonomi Syariah” artikel diakses

pada 23 Oktober 2018 dari http://business

law.binus.ac.id/2018/08/09/penyebab-terjadinya-sengketa-ekonomi-syariah.

Page 100: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

90

Rasyid, Chatib dan Syaifuddin. Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktik pada

Peradilan Agama. Yogyakarta: UII Press, 2009.

Rivai, Veithzal. Bank and Financial Institution Management. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2008.

Rompas, Valentino. “Pengertian Peta dan Pemetaan”. artikel diakses pada 23

Februari 2018 dari

https://www.scribd.com/document/102084695/PENGERTIAN-Peta-Dan-

Pemetaan.

Rozalinda, Fikih Ekonomi Syariah: Prinsip dan Implementasinya pada Sektor

Keuangan Syariah. Jakarta: Rajawali Pers, 2016.

Sarosa, Samiaji. Penelitiann Kualitatif: Dasar-Dasar. Jakarta: PT Indeks, 2012.

Sarwono, Jonathan. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta:

Penerbit Graha Ilmu, 2006.

Suadi, Amran. Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah. Jakarta: Kencana, 2017.

Subagyo, Ahmad. Manajemen Operasi Lembaga Keuangan Mikro Syariah. Jakarta:

Penerbit Mitra Wacana Media, 2015.

Soejono, dan Abdurrahman. Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan Terapan.

Jakarta: PT Rineka Cipta dan PT Bina Adiaksara, 2005.

Sukandarrumidi. Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2004.

Sutedi, Adrian. Perbankan Syariah Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum. Bogor:

Ghalia Indonesia, 2009.

Suyanto, Bagong dan Sutinah. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif

Pendekatan. Jakarta: Kencana, 2015.

Umam, Khotibul. Perbankan Syariah: Dasar-dasar dan Dinamika

Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers, 2016.

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah.

Page 101: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

91

Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor

17 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Pelindungan Konsumen

Wiroso. Jual Beli Murabahah. Yogyakarta: UII Press, 2005.

Widyana P., Sofie. “Jenis-jenis Gugatan Perkara Perdata yang Lazim Diajukan di

Peradilan Umum” artikel diakses pada 12 Oktober 2018 dari

http://www.hukumacaraperdata.com/gugatan/jenis-jenis-gugatan-perkara-

perdata-yang-lazim-diajukan-di-peradilan-umum.

Zulham. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2013.

Page 102: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

LAMPIRAN

DAFTAR POKOK MASALAH PADA SENGKETA PEMBIAYAAN MURABAHAH DI PENGADILAN AGAMA

PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU

No Nama Pengadilan

Agama

No. Perkara dan Para

Pihak

Tanggal

Putus Pokok Masalah Jenis Putusan

1. Pengadilan

Agama

Banjarbaru

Nomor

259/Pdt.G/2013/PA.Bjb

Nasabah Vs PT. BNI

Syariah

03-12-2013 Perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh

Tergugat. Penggugat merasa dirugikan tentang

pencantuman klausula baku pada perjanjian

pembiayaan Murabahah Nomor

DJS/K/02/216/2012 tanggal 18 September 2012

untuk pembiayaan pembelian rumah (KPR)

dengan sistem syariah dengan barang dan

pembiayaan yang telah diasuransikan dan diikat

dengan hak tanggungan. Selanjutnya pada

tanggal 28 september 2012 antara Penggugat

(Nasabah) dan Tergugat (Bank) membuat Surat

Kuasa (Wakalah) untuk pembelian rumah sebagai

barang pembiayaan serta membuat perjanjian

kuasa jual yang ditandatangani Penggugat

sebagai pemberi kuasa dan Tergugat sebagai

penerima kuasa untuk menjual, mengalihkan dan

melepas segala hak-hak kepada siapapun juga,

Tidak dapat

diterima

Page 103: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

termasuk kepada dirinya sendiri dengan syarat

bila hutang yang timbul dari perikatan tersebut

tidak terselesaikan sebagaimana mestinya.

Berdasarkan hal tersebut Penggugat (Nasabah)

merasa dirugikan tentang pencantuman klausula

baku yang diduga melanggar pasal 18 ayat 1 pada

huruf d sampai f Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,

dikarenakan Penggugat (Nasabah) adalah seorang

muallaf (baru masuk Islam) sehingga pemahaman

tentang hukum syariat Islam masih belum bisa

memahami secara penuh dan pada saat

penandatanganan perjanjian kredit secara

murabahah pun Penggugat tidak memahami isi

dan tidak bisa mengubah perjanjian kredit

tersebut.

2. Pengadilan

Agama Kebumen

Nomor

2623/Pdt.G/2013/PA. Kbm.

Pemberi Hak Tanggungan

(Penggugat) VS Lembaga

pembiayaan (Tergugat),

Nasabah/debitur (Turut

Tergugat)

07-04-2014 Pada bulan November 2010 anak perempuan

Penggugat memohon kepada Penggugat agar

meminjamkan Sertifikat Tanah untuk digunakan

sebagai jaminan pada pembiayaan Muurabahah

yang dilakukan oleh Turut Tergugat di lembaga

Tergugat, dimana Turut Tergugat merupakan

mitra usaha dari anak Penggugat. Penggugat pun

mengijinkan permohonan anaknya dengan

harapan usaha anak bersama mitra ussahanya

lebih berkembang. Ternyata pada tanggal 24

April 2013 Penggugat mendapat informasi bahwa

Tidak dapat

diterima

Page 104: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

angsuran pembiayaan dari lembaga Tergugat

mengalami kemacetan dan jaminan Penggugat

akan dilelang ditandai dengan pemberitahuan

lewat fax dari Kantor Pelayanan Kekayaan

Negara dan Lelang. Namun Penggugat beriktikad

baik untuk melunasi sisa pinjaman sesuai dengan

Akta pemberian Hak Tanggungan No.

247/Kebumen/2010, dimana Penggugat

menjamin pelunasan hutang sebesaar Rp

182.400.000 (seratus delapan puluh dua juta

empat ratus ribu rupiah). Penggugat mendapat

informasi bahwa Turut Tergugat sudah

mengangsur 4 kali dengan total angsuran telah

mencapai Rp 118.604.000. Pada saat Penggugat

meminta informasi kepada lembaga Tergugat

tentang sisa hutang dari Turut Tergugat untuk

melunasinya, namun lembaga Tergugat tidak

dapat memberikan informasi yang jelas, bahkan

membingungkan Penggugat karena menurut

Tergugat hutang Turut Tergugat tidak hanya Rp

182.400.000 seperti yang Penggugat jamin

pelunasannya. Penggugat merasa perjanjian

kredit dengan Tergugat telah memenuhi klausula

baku yang dilarang karena Tergugat telah

melampirkan dalam perjanjiannya seperti

menyatakan tunduknya Penggugat kepada

peraturan yang berupa aturan baru, tambahan,

lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan yang

Page 105: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

OBJEK MURABAHAH YANG DIPERJANJIKAN

dibuat sepihak oleh pelaku usaha hal mana

dilarang berdasarkan pada pasal 18 ayat 1 huruf

(g) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999.

Dalam hal ini Penggugat merasa bahwa Tergugat

telah melakukan suatu perbuatan yang melawan

hukum.

No Nama Pengadilan

Agama

No. Perkara dan Para

Pihak

Tanggal

Putus Pokok Masalah Jenis Putusan

1. Pengadilan

Agama Jaksel

Nomor

2400/Pdt.G/2013/PA. JS.

Penggugat (Nasabah /Hj.

Euis Komariah) Vs

Tergugat (PT. Trust

Finance Indonesia, Tbk

Unit Syariah)

09-06-2014 Perbuatan Melawan Hukum yang dilakukan oleh

tergugat. Pada tanggal 17 Desember 2010

Penggugat (Nasabah/Debitur) mendapat fasilitas

pembiayaan pembelian 1 (satu) unit mobil dari

Tergugat (LKS/Kreditur) dengan Akad

Pembiayaan Murabahah dengan Wakalah No.

0813/SYARIAHTFI-CF/XII/10 dengan harga Rp

1.476.000.000 (satu milyar empat ratus tujuh

puluh enam juta rupiah) dengan uang muka Rp

265.000.000 (dua ratus enam puluh lima juta

rupiah), jangka waktu pembayaran 36 bulan yang

setiap bulannya sebesar Rp 33.471.000 (tiga

puluh tiga juta empat ratus tujuh puluh satu ribu

rupiah), angsuran dimulai dari tanggal 17

Desember 2010 sampai dengan tanggal 17

Dikabulkan

Page 106: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

JAMINAN PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH

November 2013. Penggugat telah membayar

angsuran hingga periode ke-31 dan masih tersisa

kewajiban angsuran untuk 5 (lima) bulan, yaitu

periode pembayaran 17 Juli 2013 hingga 17

November 2013. Sebagai wiraswasta dalam

menjalankan usahanya Penggugat mengalami

jatuh bangun sehingga pembayaran angsuran

periode 17 Juli 2013 mengalami keterlembatan

17 hari, dari adanya keterlambatan tersebut

Tergugat melakukan penarikan terhadap mobil

pada tanggal 3 Agustus 2013. Penarikan mobil

tersebut merupakan perbuatan melawan hukum

dan menyalahi perjanjian tertulis yang telah

dibuat pada Akad Pembiayaan Murabahah

dengan Wakalah, dimana penarikan kendaraan

berhak dilakukan apabila keterlambatan angsuran

sampai 30 (tigapuluh) hari.

No Nama Pengadilan

Agama

No. Perkara dan Para

Pihak

Tanggal

Putus Pokok Masalah Jenis Putusan

1. Pengadilan

Agama Tanjung

Karang

Nomor

170/Pdt.G/2014/PA.Tnk

Penggugat Vs Tergugat

21-08-2014 Tergugat telah melakukan Perbuatan Melawan

Hukum yang bertentangan dengan prinsip

syariah. Penggugat merupakan istri sah Turut

Tergugat (suami penggugat) yang melakukan

Tidak dapat

diterima

Page 107: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

(Bank Syariah), Turut

Tergugat (Nasabah/debitur)

perikatan dalam rangka pembiayaan sebagaimana

Akad Pembiayaan Nomor:

TKS/140/2007/MRBH tanggal 29 Agustus 2007

dan Nomor : TKS/ I66/2008/MRBH tanggal 9

Mei 2008 dengan total pembiayaan sebesar Rp

31.230.650.000 (tiga puluh satu milyar dua ratus

tiga puluh juta enam ratus lima puluh ribu

rupiah). Terhadap pembiayaan tersebut Turut

Tegugat mengagunkan objek sebidang tanah dan

bangunan dimana terdapat sebagian kepemilikan

Penggugat. Bahwa atas objek tanah dan

bangunan tersebut telah diajukan lelang oleh

Tergugat atas proses hukum yang sangat

prematur, tanpa melibatkan atau

mengikutsertakan Penggugat yang mempunyai

hak secara hukum.

2. Pengadilan

Agama

Pekalongan

Nomor

348/Pdt.G/2014/PA.Pkl

Penggugat

(Nasabah/debitur) Vs

Tergugat I (Bank Syariah)

dan Tergugat II (Kantor

Pelayanan Kekayaan

Negara dan Lelang)

25-05-2015 Tergugat I telah memberi fasilitas Pembiayaan

Murabahah kepada Penggugat yang telah

tercantum dalam Akad Pembiayaan Murabahah

Nomor: PLS/2010/008/MRB untuk

pembangunan rumah dan Nomor:

PLS/2011.077/MRB untuk modal usaha. Untuk

menjamin Pembiayaan Murabahah tersebut,

Penggugat mengagunkan aset-aset yaitu 3 bidang

tanah, 2 bidang tanah dengan bangunan rumah

tinggal dan gudang. Pada saat angsuran ke-39

Penggugat mengalami kejatuhan dan kendala

Tidak dapat

diterima

Page 108: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

pada usahanya sehingga setoran pinjaman

menjadi kurang lancar, yang akhirnya pinjaman

macet. Dalam keadaan Penggugat masih

mengalami kejatuhan usahanya, Tergugat II telah

melakukan pelelangan terhadap aset Penggugat

yang dijadikan sebagai barang agunan.

Disamping melelang aset Penggugat melalui

Tergugat II, Tergugat I juga telah menjual aset

milik Penggugat dengan penjualan dibawah

tangan dengan harga jual yang kecil dibanding

dengan harga jika dijual secara umum. Upaya

Tergugat I dan Tergugat II untuk melakukan

Pelaksanaan Eksekusi Lelang Jaminan milik

penggugat merupakan tindakan paksa

menghilangkan aset Penggugat dan Perbuatan

Melawan Hukum, karena Penggugat masih

memiliki Iktikad baik untuk membayar Pinjaman

Fasilitas Pendanaan Murabahah dan jatuh tempo

Pembayaran Murabahah ini masih berjalan

dengan jangka waktu tenor masih sampai 05 Mei

2016.

3. Pengadilan

Agama Klaten

Nomor

219/Pdt.G/2015/PA.Klt.

Penggugat (Diana

Kuncorowati) Vs Tergugat

I (Dessy Indriastuti),

29-02-2016 Para tergugat telah melakukan perbuatan

melawan hukum yaitu BPKB (Buku Pemilik

Kendaraan Bermotor) mobil Toyota Rush milik

Penggugat dijadikan jaminan hutang oleh

Tergugat I dan Tergugat II kepada Tergugat III,

dalam melakukan akad Pembiayaan Murabahah

Dikabulkan

Page 109: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

Tergugat II (Setyo Budi

Wibowo), Tergugat III (PT

Citra Tirta Mulia Jakarta

Selatan Cq. Citivin Multi

Finance Syariah)

No. 71K008140001449 tanggal 26 Mei 2014.

Dalam menggadaikan atau menjaminkan benda

yang menjadi objek sengketa Tergugat I dan

Tergugat II tidak melibatkan pihak Penggugat.

4. Pengadilan

Agama Makassar

Nomor

2279/Pdt.G/2015/PA Mks

Penggugat (Hj. Andi

Syamsiar., SKM., M. Kes

binti A. Ilyas) melawan

Tergugat I (PT. Bank BNI

Syari'ah Kantor Cabang

Pembantu Micro

Makassar), Tergugat II

(Kantor Pelayanan

Kekayaan Negara dan

Lelang)

12-05-2016 Penggugat telah mengadakan perikatan akad

Pembiayaan Murabahah dengan PT Bank BNI

Syariah pada tanggal 21 November 2011. Pada

bulan Agustus tahun 2014 usaha klinik herbal

Penggugat mulai menurun sehingga pembayaran

angsuran terhambat, karena para pelanggan

Penggugat beralih menggunakan fasilitas Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), yang

mana menurut Penggugat hal tersebut tergolong

peristiwa sebagai keadaan memaksa (force

majeure) sehingga Tergugat seharusnya

membebaskan Penggugat dari segala pembiayaan

angsuran dan beban biaya lainnya. Segala upaya

telah dilakukan oleh Penggugat untuk mencari

upaya maksimal penyelamatan usaha, akan tetapi

sudah di luar kekuasaan dan kemampuan.

Penggugat beberapa kali mendapatkan surat

peringatan tetapi Penggugat masih dapat

membayar sebagian tunggakan dan masih dengan

itikad baik untuk berupaya memenuhi kewajiban.

Atas keadaan mana Penggugat tidak tidak dapat

menyelesaikan kewajiban angsuran, pada tanggal

Ditolak

Page 110: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

24 November 2015 Tergugat menyampaikan

perihal Surat Pemberitahuan jadwal Lelang

terhadap sebidang tanah yang berdiri diatas

sertifikat Hak Guna Bangunan Nomor

23251/Sudiang Raya yang menjadi jaminan atas

pembiayaan tersebut dan menurut Penggugat

prosesi pelelangan tidak mempunyai kekuatan

hukum yang mengikat.

5. Pengadilan

Agama Malang

Nomor

689/Pdt.G/2017/PA.MLG.

Tukiran bin Sanapun,

Sunarti binti

Sekak/Nasabah

(Penggugat) Vs PT. Bank

BNI Syariah kantor Cabang

Mikro Dinoyo (Tergugat I),

Dhenny Mardanu Eka

Cahya, SE bin Agung

Sunyoto (Tergugat II),

Yenni, SE binti Mulyadi

(Tergugat III), Notaris &

PPAT Leslie Arnia

Diajeng, SH.,Mkn. (Turut

Tergugat 1), Kepala Badan

Pertanahan Nasional (BPN)

Kab. Malang (Turut

12-12-2017 Tergugat II dengan Tergugat III selaku nasabah

telah meminjam uang secara pembiayaan

Murabahah kepada Tergugat I (Bank BNI

Syariah) dengan No. 274 tanggal 27 Oktober

2015 dibuat dan dihadapan Turut Tergugat I

sebesar 220.037.200 (dua ratus dua puluh juta

tiga puluh tujuh ribu dua ratus rupiah). Yang

menjadi jaminan pembiayaan murabahah tersebut

adalah rumah satu-satunya yang ditempati oleh

Para Penggugat. Sedangkan Para Penggugat tidak

ada hubungan darah atau saudara dari Tergugat II

dan Tergugat III karena Para Penggugat percaya

kepada Tergugat II dan Tergugat III. Para

tergugat terkejut menerima surat somasi dari

Tergugat I yang ditujukan kepada Tergugat II

tertanggal 20 Februari 2017, pada pokoknya

Tergugat I telah memberi peringatan/somasi

kepada Tergugat II sebanyak 3 (tiga) kali karena

tergugat II menunggak pembayaran angsuran

Ditolak

Page 111: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

Tergugat II) , Kepala

Kantor Pelayanan

Kekayaan Negara dan

Lelang (KPKNL) Malang

(Turut Tergugat III)

sejak bulan Desember 2016. Bahwa tanpa

melalui musyawarah dan mufakat sesuai prinsip

syariah pada tanggal 14 Maret 2017 melalui surat

No.KCM/8630/152/03/2017, rumah jaminan

pembiayaan murabahah tersebut didaftarkan

lelang oleh Tergugat I kepada Turut Tergugat III.

Bahwa sangat tidak adil Para Penggugat yang

bukan nasabah dan tidak menikmati hutang

Tergugat II dan III, diminta oleh Tergugat I untuk

melunasi hutang apalagi dengan cara menjual

rumahnya secara lelang yang nilai harga pasarnya

ditaksir sekitar Rp 750.000.000 (tujuh ratus lima

puluh juta rupiah) digunakan untuk membayar

pembiayaan murabahah yang hanya sebesar Rp

220.037.200

6. Pengadilan

Agama Sleman

Nomor

1326/Pdt.G/2016/PA.Smn

Nasabah/debitur

(Penggugat) Vs PT. Bank

Syariah Mandiri (Tergugat)

29-05-2017 Penggugat dan Tergugat Telah melakukan suatu

perjanjian dengan Akad Murabahah pada awal

tahun 2015, dengan mengangsur setiap bulannya

sebesar Rp 135.000.000 (seratus tiga puluh lima

juta rupiah) Namun dikarenakan usaha Penggugat

mengalami kerugian, pembayaran angsuran

menjadi tidak lancar dan Penggugat telah

memohon kepada Tergugat untuk meminta

keringanan dalam pembayaran angsuran yang

hanya mampu sebesar Rp 20.000.000 (dua puluh

juta rupiah), tetapi Tergugat tidak menanggapi

dan tetap mengharuskan Penggugat membayar

Tidak diterima

Page 112: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

tunggakan dan mengatakan akan melaksanakan

lelang eksekusi langsung melalui Kantor

Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang

(KPKNL) Yogyakarta. Lelang Hak Tanggungan

yang dilaksanakan oleh kantor lelang harus

terlebih dahulu ada penetapan Ketua

Pengadilan/fiat eksekusi (Yurisprudensi Putusan

MA No. 3210K/PDT/1984 tertanggal 30 Januari

1986). Sedangkan untuk lelang eksekusi Hak

Tanggungan yang dilakukan oleh PT Bank

Syariah Mandiri Penggugat yakin tanpa ada

penetapan Ketua Pengadilan khususnya dalam

hal ini yang berwenang adalah Pengadilan

Agama. Penggugat keberatan apabila aset-aset

tersebut dilakukan lelang oleh Tergugat karena

Penggugat tidak akan lari dari tanggung jawab

menyelesaikan pembiayaan dan sedang berusaha

menawarkan penjualan aset-aset tersebut karena

jika dilakukan lelang harga yang didapatkan

sangat jauh dari harga pasaran. Sikap Tergugat

yang tidak sabar dan selalu menekan Penggugat

untuk melakukan pembayaran dengan cara

mengancam secara lelang terhadap aset tersebut

merupakan perbuatan melawan hukum.

7. Pengadilan

Agama Gorontalo

Nomor

0599/Pdt.G/2016/PA.Gtlo

03-04-2017 Perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh

Tergugat I dan Tergugat II. Penggugat dan

Tergugat I mengadakan perjanjian pembiayaan

Ditolak

Page 113: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

Andi Jahja (Penggugat) Vs

PT. Bank Mega Syariah

(Tergugat I), Kantor

Pelayanan Kekayaan

Negara dan Lelang

(KPKNL) (Tergugat II),

Yasril M. Noer (Tergugat

III)

Murabahah nomor : 17 tertanggal 5 Oktober

2012. Namun oleh karena Penggugat mengalami

gagal usaha maka pembayaran pengembalian

uang pinjaman tersebut mengalami keterlambatan

atau kemacetan. Atas keterlambatan itu

Penggugat tetap mengupayakan untuk melunasi

hutang tersebut. Namun pada bulan Maret 2016

Penggugat mendapatkan surat pemberitahuan

bahwa jaminan Pengugat akan dilelang.

Permohonan yang diajukan Tergugat I adalah

keliru/melawan hukum karena Pelelangan harus

ada fiat atau perintah dari pengadilan setempat

dalam hal ini Pengadilan Agama Gorontalo,

Penentuan nilai limit objek lelang terlalu rendah

dan dilakukan oleh Tergugat I tanpa melalui tim

penilai atau tim penaksir, Penggugat belum

melakukan wanprestasi karena belum ada

putusan pengadilan yang menyatakan Penggugat

wanprestasi oleh Pengadilan maka dasar

pengajuan permohonan lelang Tergugat I kepada

Tergugat II tidak ada, serta syarat-syarat lelang

cacat hukum karena kewenangan Tergugat II

hanya meliputi permohonan lelang piutang

negara terhadap milik negara. Sedangkan

Tergugat bukan merupakan bank milik

pemerintah yang pembiayaannya diberikan oleh

pemerintah namun merupakan bank swasta.

Page 114: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

8. Pengadilan

Agama

Bukittinggi

Nomor

342/Pdt.G/2016/PA.Bkt

Penggugat I, Penggugat II,

Vs Tergugat I (PT. Bank

Pembiayaan Rakyat

Syariah Ampek Angkek

Candung)

03-11-2016 Penggugat I dan Penggugat II adalah suami istri

yang melakukan Akad Pembiayaan Al

Murabahah dengan Tergugat sebanyak 2 (dua)

kali. Pembiayaan pertama berjalan lancar dan

Para Penggugat dapat melunasi hutang pada

waktunya. Kemudian pada tanggal 13 Februari

2015 Para Penggugat kembali meminjam dengan

niai Rp 400.000.000 (empat rauts juta rupiah)

untuk jangka waktu 2 tahun dengan jaminan

sebidang tanah beserta bangunan yang berada

diatasnya yang dikenal dengan Sertifikat Hak

Milik Nomor 658/Kelurahan Manggis Ganting,

mobil toyota avanza, mobl toyota etios, mobil

mitsubushi pick up. Namun semenjak bulan

September 2015 Para Penggugat belum sanggup

membayar angsuran kepada Tergugat karena

usahanya tidak berjalan lancar dan telah ditegur

sebanyak 3 kali agar segera mengangsur

pinjaman. Atas kejadian tersebut Para Tergugat

berusaha menemui direktur Tergugat dan Dewan

Syariah untuk mencari jalan keluar dengan cara

penjadwalan ulang (rescheduling), penataan

ulang (restructuring), dan persyaratan ulang

(reconditioning) tetapi Direktur Tergugat dan

Dewan Syaiah Tergugat tidak bersedia dengan

cara tersebut. Kemudian pada tanggal 18 Mei

2016 Tergugat telah meletakkan sita eksekusi

terhadap ruko yang dikenal dengan Sertifikat Hak

Mengabulkan

gugatan Para

Penggugat

untuk sebagian

Page 115: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

Milik Nomor 658/kelurahan Manggis Ganting,

surat ukur tanggal 8 juni 2007 Nomor

14/MG/2007 selua kurang lebih 227 meter

persegi. Bahwa sewaktu Tergugat menyegel

ruko Para Tergugat tersebut, Para Tergugat

sedang tidak berada di tempat, sehingga Para

Tergugat telah kehilangan barang-barang yang

berada dalam ruko tersebut Rp 10.000.000

(sepuluh juta rupiah). Para Penggugat sangat

heran dengan tindakan dan perbuatan yang sangat

bernafsu untuk melelang ruko Para Penggugat

dan Para Penggugat menengar ada

persengkongkolan jahat antara Tergugat dengan

pihak ketiga untuk melelang ruko tersebut dengan

harga yang murah. Dan Penggugat merasa

keberatan karena sesuai dengan ketentuan

Hukum Acara Perdata, untuk dapat membayar

hutang Para Penggugat kepada Tergugat,

Tergugat terlebih dahulu harus menyita dan

melelang barang-barang bergerak Para

Penggugat. Baru jika hasil penjualan barang

bergerak Para Penggugat tidak mencukupi untuk

membayar hutang barulah Penggugat menyita

dan melelang barang tidak bergerak (ruko)

sebagaimana diatur dalam Pasal 208 ayat (1)

RBg. Dengan demikian, tindakan dan perbuatan

Tergugat yang melelang barang tidak bergerak

terlebih dahulu dari barang-barang bergerak milik

Page 116: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

Para Penggugat adalah melanggar Pasal 208 ayat

(1) Rbg.

9. Pengadilan

Agama Jember

Nomor

5242/Pdt.G/2014/PA.Jr

Lembaga Perlindungan

Konsumen Nasional

Indonesia (Penggugat I)

dan Nasabah/debitur

(Penggugat II) Vs Bank

Syariah (Tergugat I)

09-06-2015 Penggugat I menerima pengaduan masyarakat

dari Penggugat II yang mendapatkan fasilitas

kredit sebanyak 3 (tiga) kali dengan total

angsuran yang harus dibayar tiap bulannya

sebesar Rp 40.000.000 (empat puluh juta rupiah).

Atas utang tersebut Penggugat II menjaminkan 3

(tiga) buah ruko berupa sebidang tanah dan

bangunan. Ternyata Penggugat II hanya mampu

membayar sebanyak 4 kali angsuran terhitung

sejak bulan Agustus 2012 s/d November 2012

dan mengalami keterlambatan pembayaran

selama 22 bulan. Sehingga penggugat II sudah

mendapatkan 3 (tiga) kali Surat Peringatan yaitu

Surat Peringatan 1 No:642/BMI/C-

JBR/VIII/2014, Surat Peringatan ke 2 No: 655/

BMI/C-JBR/VIII/2014 dan Surat Peringatan ke 3

No: 686/BMI/ C-JBR/VIII/2014 terkait masalah

kredit macet. Setelah itu Penggugat menerima

surat pemberitahuan rencana Lelang berdasarkan

salinan surat dari KPKNL kepada Pimpinan

lembaga Tergugat I Kantor Cabang Jember,

nomor: S-1158/ WKN.10/KNL.04/2014, perihal

Penetapan Jadwal Lelang tertanggal 9 September

2014, yang isinya adalah daftar nama objek

jaminan yang akan dilelang pada tanggal 10

Tidak dapat

diterima

Page 117: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

WANPRESTASI PEMBIAYAAN MURABAHAH

Oktober 2014. Tindakan Tergugat I yang ingin

merencanakan lelang tanggal 10 Oktober 2014

atau tanggal lain di kemudian hari atas objek

jaminan milik Penggugat II berdasarkan pasal 6

UUHT harus dibatalkan karena belum dilakukan

penilaian ulang oleh Tim Independent, dan

berdasarkan pasal 27 Peraturan Menteri

Keuangan No. 93/PMK/.06/2010, lelang menjadi

batal karena ada gugatan pihak ketiga dan atau

merujuk pada pasal 13 Permenkeu tersebut lelang

harus melalui fiat eksekusi Ketua Pengadilan.

No Nama Pengadilan

Agama

No. Perkara dan Para

Pihak

Tanggal

Putus Pokok Masalah Jenis Putusan

1. Pengadilan

Agama

Purbalingga

Nomor

0311/Pdt.G/2014/PA.Pbg

Bank Syariah Vs Nasabah

05-06-2014 Para tergugat telah melakukan perbuatan cidera

janji/ingkar janji/wanprestasi terhadap akad

Pembiayaan Murabahah tanggal 21 Oktober

2011, untuk pembelian tanah seluas 360 m2

dengan harga jual sebesar Rp 142.400.000

(seratus empat puluh dua juta empat ratus ribu

rupiah) yang diangsur oleh Tergugat (Nasabah)

selama 60 (enam puluh) bulan terhitung sejak

mulai penandatanganan akad tanggal 21 Oktober

2011 sampai dengan 21 Oktober 2016. Namun

Dikabulkan

Page 118: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

dalam pperjalanannya Tergugat tidak dapat

menyelesaikan kewajibannya untuk melakukan

pembayaran padahal sudah beberapa kali

penggugat melayangkan surat peringatan dan

melakukan berbagai upaya penagihan dengan

pendekatan secara kekeluargaan.

2. Pengadilan

Agama

Purbalingga

Nomor

1720/Pdt.G/2013/PA.Pbg

Bank Syariah Vs Nasabah

16-01-2014 Para tergugat telah melakukan perbuatan cidera

janji/ingkar janji/wanprestasi terhadap akad

Pembiayaan Murabahah Nomor 43 tanggal 18

Agustus 2010 yang digunakan untuk pembelian

1 (satu) unit Mobil Panther Merah Tahun 1997

dan 1 (satu) unit Mobil Daihatsu Expass Hijau

Tahun 1994. Dengan perhitungan harga pokok

Rp 100.000.000 (seratus juta rupiah), margin

keuntungan Rp 46.800.000 (empat puluh enam

juta delapan ratus ribu) berjangka waktu 36 bulan

sejak 18 Agustus 2010. Bahwa ternyata dalam

perjalanannya Para Tergugat (Nasabah) telah

menunggak angsuran sehingga Penggugat (Bank)

melakukan berbagai upaya penagihan dengan

pendekatan secara kekeluargaan maupun

melayangkan beberapa kali surat peringatan atau

somasi sampai 3 (tiga) kali, namun Para

Penggugat tidak menanggapi dan tidak ada itikad

baik untuk menyelesaikan kewajiban

angsurannya, bahkan sampai gugatan ini diajukan

Para Tergugat (Nasabah) tidak dapat

Dikabulkan

Page 119: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

menyelesaikan kewajibannya kepada Penggugat

(Bank). Akibat hal itu Penggugat mengalami

kerugian materiil sebesar Rp 59.826.602.

3. Pengadilan

Agama Muara

Enim

Nomor

0945/Pdt.G/2014/PA.ME

PT. BNI Syariah Kantor

Cabang Pembantu mikro

Prabumulih (Penggugat) Vs

Nasabah (Tergugat)

26-02-2015 Pada tanggal 28 Juni 2013 terjadi kesepakatan

dimana Pengugat (Bank) memberikan kredit

kepada Tergugat (Nasabah) sebesar Rp

45.000.000 (empat puluh lima juta rupiah)

dengan akad pembiayaan Murabahah No.

00129/86604/2013/06, tertanggal 18 Juni 2013

untuk pembelian tanah dan kebun karet produktif

dengan margin keuntungan sebesar Rp

27.540.000 (dua puluh tujuh juta lima ratus

empat puluh ribu). Dari pembiayaan tersebut

Tergugat (Nasabah) diwajibkan membayar

angsuran pokok dan margin setiap bulannya

sebesar Rp 2.015.000 dari tanggal 28 Juni 2013

sampai dengan 28 Juni 2016. Tergugat (Nasabah)

telah melakukan pembayaran sebanyak 6 (enam)

kali angsuran kepada Penggugat (Bank). Namun

sejak tanggal 28 Januari 2014, tepatnya mulai

angsuran ke 7 (tujuh) dan seterusnya Tergugat

(Nasabah) tidak melakukan pembayaran atau

angsuran lagi. Penggugat (Bank) telah berusaha

menempuh proses perdamaian dengan Tergugat

(Nasabah) dan telah pula memberikan teguran

dan peringatan, tetapi Tergugat (Nasabah) tetapi

tidak mau melaksanakan kewajibannya kepada

Dikabulkan

Page 120: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

Penggugat (Bank). Oleh sebab itu maka

Penggugat menggangap bahwa Tergugat telah

melakukan ingkar janji atau wanprestasi karena

tidak melakukan kewajibannya sebagaimana isi

akad yang telah ditandatangani.

4. Pengadilan

Agama Badung

Nomor

0030/Pdt.G/2016/PA.Bdg.

Koperasi Simpan Pinjam

Jasa Layanan Syariah

Cabang Denpasar

(Penggugat) Vs Nasabah/A.

Ang Nudi Santoso alias

Haji A Ang Nudy Santosa

(Tergugat I), Hajjah Wiwik

Santosa (Tergugat II)

23-08-2016 Wanprestasi (ingkar janji) yang dilakukan Para

Tergugat terhadap pembiayaan al-Murabahah

nomor : 39 tanggal 08 Juni 2012. Sejak bulan

Januari 2015 Tergugat tidak membayar

kewajibannya atas pembiayaan yang telah

diberikan oleh Penggugat dengan sisa kewajiban

hutang sebesar Rp 604.133.800 (enam ratus

empat juta tiga puluh tiga ribu delapan ratus

rupiah).

Dikabulkan

(Kabul

sebagian)

5. Pengadilan

Agama

Purbalingga

Nomor

326/Pdt.G/2016/PA.Pbg.

Bank (Penggugat) Vs

Nasabah (Tergugat)

24-08-2016 Para tergugat telah melakukan perbuatan cidera

janji/ingkar janji/wanprestasi terhadap akad

Pembiayaan Murabahah No. 441-02/14 tanggal

25 Februari 2014, yang dibuat oleh Penggugat

dengan Tergugat, yang mengakibatkan kerugian

materil pada Penggugat (Bank) sebesar Rp

53.980.000 (lima puluh tiga juta sembilan ratus

delapan puluh ribu rupiah).

Dikabulkan

6. Pengadilan Nomor 11-12-2017 Perbuatan cidera janji (wanprestasi) yang

dilakukan Para Tergugat. Tergugat I mengajukan

Dikabulkan

Page 121: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

Agama Jaksel 1586/Pdt.G/2016/PA.Js.

Bank Syariah (Penggugat)

Vs Nasabah/debitur

(Tergugat I), Orangtua

Nasabah/Penanggung

(Tergugat II)

permohonan pembiayaan kepada Penggugat

untuk membiayai pembelian alat berat berupa

Escavator merek Komatsu PC 200 dan Penggugat

menyetujui untuk melakukan pembiayaan dan

dibuatlah perjanjian pembiayaan syariah berupa

Akad Pembiayaan Murabahah dengan Wakalah

tertanggal 21 Maret 2013 dengan jangka waktu

pertanggungan pembayaran disepakati selama 36

bulan. Pada awalnya Tergugat I melakukan

pembayaran secara teratur, tetapi ketika

memasuki pembayaran ke-6 tergugat tidak

melakukan pembayaran sehingga oleh karenanya

Penggugat mengirim Surat Peringatan. Tergugat I

tidak mengindahkan surat Penggugat dan tidak

melakukan pembayaran ke-7 yang telah jatuh

tempo sehingga Penggugat kembali mengirimkan

Surat Peringatan yang isinya meminta Tergugat I

untuk melakukan pembayaran angsuran ke-6 dan

7 beserta denda keterlambatan. Namun pada

tanggal 18 November 2014 Tergugat I bersama

orangtuanya Tergugat II mendatangi kantor

Penggugat dan menyatakan Tergugat II

bertanggung jawab terhadap segala hutang

Tergugat I yang dibuat dalam Surat Pernyataan

tertanggal 18 November 2014 untuk melakukan

pembayaran angsuran sampai lunas. Namun

sampai batas waktu yang Penggugat berikan telah

berakhir ternyata Para Tergugat tidak melakukan

Page 122: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

kewajiban hukumnya untuk membayar lunas atas

kewajiban pembayarannya padahal Penggugat

telah beberapa kali menghubungi dan meminta

kepada Para Tergugat untuk menyelesaikan

permasalahan ini secara kekeluargaan dan

melakukan upaya dengan mengirimkan surat

somasi namun Para Tergugat tidak

mengindahkannya.

7. Pengadilan

Agama Bantul

Nomor

77/Pdt.G/2017/PA.Btl.

Ir. Bambang Edy Asmoro,

MEK (Penggugat) Vs

Sobari (Tergugat I),

Sukilah (Tergugat II)

19-10-2017 Para Tergugat (Nasabah) telah melakukan

wanprestasi terhadap Akad Pembiayaan

Murabahah Nomor 244/MRB/BMT-

AA/USP/II/15 tertangal 26 Febuari 2015 karena

tidak melakukan kewajibannya untuk membayar

angsuran yang menyebabkan Penggugat

mengalami kerugian materiil sejumlah Rp

112.000.000 (seratus dua belas juta rupiah),

dengan perincian angsuran pokok sejumlah Rp

75.624.997 (tujuh puluh lima juta enam ratus dua

puluh empat ribu sembilan ratus sembilan puluh

tujuh rupiah), margin sejumlah Rp 26.375.003

(dua puluh lima juta tiga ratus tujuh puluh lima

ribu tiga rupiah), dan biaya-biaya lainnya

sejumlah Rp 10.000.000 (sepuluh juta rupiah).

Dikabulkan

8. Pengadilan

Agama Bantul

Nomor

75/Pdt.G/2017/PA.Btl

Ir. Bambang Edy Asmoro,

27-11-2017 Para Tergugat (Nasabah) telah melakukan

wanprestasi terhadap Akad Pembiayaan

Murabahah Nomor 250/MRB/BMT-

Dikabulkan

Page 123: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

MEK. (Penggugat) Vs Th.

Umi Wasiati Puspitasari

(Tergugat I), Eko Asihanto

(Tergugat II).

AA/USP/III/15 tertanggal 3 Maret 2015, dengan

tidak melakukan pembayaran atas kewajibannya

yang menyebabkan Penggugat mengalami total

kerugian materiil sebesar Rp 48.950.000 (empat

puluh delapan juta sembilan ratus lima puuh ribu

rupiah) dengan perincian angsuran pokok sebesar

Rp 27.708.330 (dua puluh tujuh juta tujuh ratus

delapan ribu tiga ratus tiga puluh rupiah), margin

sebesar Rp 11.241.670 (sebelas juta dua ratus

empat puluh satu ribu enam ratus tujuh puluh

rupiah), dan biaya-biaya lainnya sebesar Rp

10.000.000 (sepuluh uta rupiah).

9. Pengadilan

Agama Bantul

Nomor

991/Pdt.G/2016/PA.Btl.

Sabda Nugroho, S.P.

(Penggugat) Vs Nurjanah

Dwi Iswatun (Tergugat)

27-02-2017 Tergugat telah wanprestasi/cidera janji dengan

tidak melakukan pembayaran pada pembiayaan

murabahah dengan Akad Pembiayaan Murabahah

No. 01-23-001624/BPRS-MMS/MRB/IV/2012

tertanggal 3 April 2012 dengan total kerugian

sebesar Rp 24.406.192,88.

Damai

10. Pengadilan

Agama Bantul

Nomor

990/Pdt.G/2016/PA.Btl.

Sabda Nugroho, S.P.

(Penggugat) Vs Gendro

Wibowo (Tergugat)

16-02-2017 Tergugat telah wanprestasi/cidera janji dengan

tidak melakukan pembayaran pada pembiayaan

murabahah dengan Akad Pembiayaan Murabahah

No. 01-23-001509/BPRS-MMS/MRB/XII/2011

tertanggal 6 Desember 2011 dengan total

kerugian sebesar Rp 21.952.696,06.

Dikabulkan

11. Pengadilan Nomor 31-01-2017 Tergugat telah wanprestasi/cidera janji dengan

tidak melakukan pembayaran pada pembiayaan

Damai

Page 124: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

Agama Bantul 993/Pdt.G/2016/PA.Btl.

Sabda Nugroho, S.P.

(Penggugat) Vs Noor

Khanifah (Tergugat)

murabahah dengan Akad Pembiayaan Murabahah

No. 01-23-001680/BPRS-MMS/MRB/V/2012

tertanggal 31 Mei 2012 dengan total kerugian

sebesar Rp 71.940.963,73.

12. Pengadilan

Agama Bantul

Nomor

994/Pdt.G/2016/PA.Btl.

Sabda Nugroho, S.P.

(Penggugat) Vs Suharni

(Tergugat)

19-02-2017 Tergugat telah wanprestasi/cidera janji dengan

tidak melakukan pembayaran pada pembiayaan

murabahah dengan Akad Pembiayaan Murabahah

No. 01-23-001478/BPRS-MMS/MRB/XI/2011

tertanggal 11 November 2011 sebagaimanana

dirubbah dengan addendum I akad murabahah

No. 01-23-001805/BPRS-MMS/MRB/IX/2013

tertanggal 27 September 2013 dengan total

kerugian yang harus dibayar tergugat sebesar Rp

30.255.687,-.

Damai

13. Pengadilan

Agama Bantul

Nomor

995/Pdt.G/2016/PA.Btl.

Sabda Nugroho, S.P.

(Penggugat) Vs Sri Subekti

(Tergugat)

02-02-2017 Tergugat telah wanprestasi/cidera janji dengan

tidak melakukan pembayaran pada pembiayaan

murabahah dengan Akad Pembiayaan Murabahah

No. 01-23-001369/BPRS-MMS/MRB/IX/2011

tertanggal 14 Sepetember 2011 dengan total

kerugian sebesar Rp 18.398.521,16.

Damai

14. Pengadilan

Agama

Purwokerto

Nomor

2370/Pdt.G/2016/PA.Pwt.

PT. Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah Arta

18-05-2017 Para Tergugat merupakan Nasabah di Lembaga

Keuangan Syariah Tergugat (BPRS Arta

Leksana) yang melakukan pembiayaan Akad

Murabahah nomor 4510100457/MBA/VII/2012

tanggal 04 Juli 2012. Namun Para Tergugat

Dikabulkan

Page 125: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

Leksana Ana Nurkhaerani,

SH. (Penggugat) Vs A

Suwarno (Tergugat I),

Mugiati (Tergugat II)

(Nasabah) wanprestasi tidak melaksanakan

kewajibannya untuk membayar angsuran dan

merugikan Penggugat sebesar Rp 159.950.000

(seratus lima puluh sembilan juta sembilan ratus

lima puluh ribu rupiah).

15. Pengadilan

Agama

Purwokerto

Nomor

1192/Pdt.G/2016/PA.Pwt

PT. BPR Syariah Khasanah

Umat Purwokerto

(Penggugat) Vs A Mugiyati

(Tergugat)

16-11-2017 Tergugat telah melakukan wanprestasi dengan

tidak melakukan pembayaran angsuran pada

pembiayaan Murabahah nomor

081/MRB/INV/V/16 dengan total kerugian

sebesar Rp 88.976.444 (delapan puluh delapan

juta sembilan ratus tujuh puluh enam ribu empat

ratus empat puluh empat rupiah).

Dikabulkan

16. Pengadilan

Agama

Purwokerto

Nomor

2132/Pdt.G/2016/PA.Pwt

PT. Bank BRISyariah Dian

Risdianto (Penggugat) Vs

Andi Pramono,

Purwaningsih (Tergugat)

02-03-2017

Tergugat telah melakukan perbuatan cidera janji

atau wanprestasi yaitu tidak melakukan

pembayaran pada Pembiayaan Murabahah

dengan Akad Pembiayaan Murabahah bil

Wakalah nomor 002 tertanggal 03 Maret 2015

dengan total kerugian sebesar Rp

100.820.196,82.

Dikabulkan

17. Pengadilan

Agama

Purbalingga

Nomor

2052/Pdt.G/2017/PA.Pbg

PT. Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah

(Penggugat) Vs Imam

Suryatmoko, SP. (Tergugat

12-12-2017 Pada tanggal 07 Maret 2014 Penggugat dan Para

Tergugat melakukan Akad Pembiayan

Murabahah nomor 07 di BPRS Purbalingga.

Namun Para Tergugat melakukan perbuatan

cidera janji/wanprestasi terhadap Akad

Pembiayaan Murabahah nomor 07 yang

mengakibatkan Penggugat mengalami kerugian

Dikabulkan

Page 126: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

I), Rintis Herniati, S,

Farm.Apt. (Tergugat II)

materiil sebesar Rp 91.541.400 (sembilan puluh

satu juta lima ratus empat puluh satu ribu empat

ratus rupiah).

18. Pengadilan

Agama Mentok

Nomor

0136/Pdt.G/2017/PA.Mtk.

PT. Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah Bangka

Belitung (Penggugat) Vs

Minal Hadi (Tergugat)

19-12-2017 Tergugat sudah Ingkar Janji (Wanprestasi)

terhadap perjanjian/Akad Murabahah yang

tertuang dalam surat perjanjian nomor

0337/BSBB/KC.MTK/MRB/VII/2015 dimana

isinya berupa transaksi jual beli lahan perebunan

sawit dengan harga jual Rp 255.000.000 (dua

ratus lima puluh lima juta rupiah), dengan

perincian harga pokok sebesar Rp 153.000.000

(seratus lima puluh tiga juta rupiah) dan margin

kentungan sebesar Rp 102.000.000 (seratus dua

juta rupiah). Tergugat akan membayar angsuran

selama 48 bulan mulai dari tanggal 14 Juli 2015

sampai dengan 14 Juli 2019 dengan jumlah

angsuran setiap bulan sebesar Rp 5.250.000 (lima

juta dua ratus lima puluh ribu rupiah). Namun

sejak bulan agustus 2016 sampai bulan Mei 2017

Tergugat tidak melaksanakan kewajibannya,

tetapi Tergugat beralasan pembiayaan tersebut

telah dilunasi melalui program pelepasan

pembebasan beban hutang oleh UN

SWISSINDO, padahal Penggugat sudah

memberikan somasi I dan II serta mengingatkan

Tergugat terkait UN-SWISSINDO berdasarkan

siaran pers Otoritas Jasa Keuangan no. SP

Dikabulkan

Page 127: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

110/DKNS/OJK/XI/2016 tentang OJK dan dan

Satgas Waspada Investigasi ungkap dua kasus

Investasi Illegal dan satu penipuan pelunasan

kredit, bahwa UN-SWISSINDO dinyatakan

sebagai penipuan. Namun, Tergugat menyatakan

surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan tidak

memiliki dasar hukum yang jelas dengan kata

lain tidak memiliki hukum tetap. Penggugat juga

sudah memberikan somasi I, II, dan III serta

memberi informasi kepada Tergugat terkait UN

SWISSINDO berdasarkan siaran pers Bank

Indonesia perwakilan Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung nomor 18/16/PkP/Peng/B

tentang waspada janji pelunasan kredit oleh UN-

SWISSINDO, namun tetap tidak dindahkan oleh

Tergugat. Kerugian yang diderita oleh Penggugat

sebesar Rp.183.750.000,00 (seratus delapan

puluh tiga juta tujuh ratus lima puluh ribu

rupiah).

19. Pengadilan

Agama Klaten

Nomor

1246/Pdt.G/2017/PA.Klt.

Arifin Hidayat (Penggugat)

Vs Johan Malipus

Johari(Tergugat)

04-09-2017 Wanprestasi/ingkar janji yang dilakukan oleh

Tergugat pada Akad Murabahah

Nomor701/APJBM/ALMABRUR/X/2011

tanggal 05 Oktober 2011 dengan tidak membayar

sisa kewajibannya.

Damai

20. Pengadilan Nomor 05-09-2017 Wanprestasi/ingkar janji yang dilakukan oleh

Tergugat pada penyelesaian hutang piutang

Damai

Page 128: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

Agama Klaten 1247/Pdt.G/2017/PA.Klt.

Arifin Hidayat (Penggugat)

Vs Winarno (Tergugat)

sesuai Akad Murabahah Nomor

701/APJBM/ALMABRUR/X/2011 tanggal 05

Oktober 2011 dengan tidak membayar sisa

kewajibannya.

21. Pengadilan

Agama Sleman

Nomor

1609/Pdt.G/2016/PA.Smn

LKS KSU BMT Bina

Ummah (Penggugat) Vs

Rida Dewi Anandhayu

(Tergugat)

12-07-2017 Tergugat telah melakukan perbuatan hukum

Wanprestasi/Cidera Janji terhadap akad

pembiayaan murabahah no 1204/AKAD BMT-

BU/XII/13/13263 tertanggal 26 Desember 2013

dengan tidak membayar angsuran yang

menyebabkan kerugian materiil sebesar Rp

16.200.000 (enam belas juta dua ratus ribu

rupiah) dengan perincian utang pokok Rp

5.000.000 (lima juta rupiah), margin keuntungan

Rp 1.200.000 (satu juta dua ratus ribu rupiah),

dan biaya penyelesaian permasalahan hukum ini

sebesar Rp 10.000.000 (sepuluh juta rupiah).

Dikabulkan

22. Pengadilan

Agama Bogor

Nomor

883/Pdt.G/2013/PA.Bgr.

Suami Nasabah /Ir. Basuki

Trihatmadi,MM

(Penggugat) Vs PT BNI

Syariah Cab. Bogor

(Tergugat)

28-05-2015 Wanprestasi (perbuatan ingkar janji) yang

dilakukan oleh Tergugat. Penggugat merupakan

suami sekaligus ahli waris dari almarhumah Ny.

Aluh Sabariah, SH yang telah menerima

pembiayaan Murabahah Rumah sesuai akad

Murabahah Nomor: BGS/2008/401/K dan nomor

BGS/2008/401/K, diminta oleh Tergugat untuk

meneruskan kewajiban pembayaran. Namun

menurut Penggugat, dengan telah meninggalnya

istri Penggugat selaku penerima pembiayaan,

Ditolak

Page 129: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

maka penerima pembiayaan telah ditutup

Asuransi Jiwa, sebagaimana dinyatakan dalam

Pasal 5 ayat ke 1 huruf b Akad Murabahah

Nomor: BGS/2008/401/ K, dan Pasal 5 ayat 1

huruf c Akad Murabahah Nomor:

BGS/2008/402/K. yang setelah dikurangi masa

angsuran selama 4 bulan, dengan adanya

Asuransi Jiwa tersebut seharusnya kewajiban istri

Penggugat dan ataupun Penggugat selaku suami

sekaligus ahli warisnya dengan seketika sudah

dihapus, pembayarannya harus dinyatakan lunas

atau tidak mempunyai kewajiban pembayaran.

Tindakan yang dilakukan Tergugat merupakan

perbuatan ingkar janji atau wanprestasi karena

Tergugat telah mengingkari kesepakatan

sebagaimana yang ditentukan dalam Akad

Murabahah Nomor: BGS/2008/401/K, serta Akad

Murabahah Nomo:BGS/2008/402/K yang

ditandatangani pada tanggal 28 Agustus 2008.

(Perjanjian asuransi jiwa telah diingkari oleh

tergugat).

Page 130: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

PEMBERIAN INFORMASI YANG TIDAK BENAR

No Nama Pengadilan

Agama

No. Perkara dan Para

Pihak

Tanggal

Putus Pokok Masalah Jenis Putusan

1. Pengadilan

Agama Medan

Nomor

1814/Pdt.G/2013/PA.Mdn

Jaka Mulia Damanik

(Penggugat I), Esterlina

(Penggugat II) Muhammad

Erwin (Penggugat III) Vs

PT. Bank SUMUT Kantor

Pusat Medan (Tergugat I),

Syawaludin Harahap

(Tergugat II), Betty

Herlina (Tergugat III)

19-06-2014 Pokok masalah dikarenakan pemberian informasi

yang tidak benar terdapat dalam Perkara nomor

1814/Pdt.G/2013/PA.Mdn antara Penggugat I

(Jaka Mulia Damanik), Penggugat II (Esterlina),

Penggugat III (Muhammad Erwin) dan Tergugat I

(PT Bank SUMUT (Persero) Kantor Pusat Medan,

Cq. PT Bank Sumut kantor Cabang Syariah Tebing

Tinggi), Tergugat II (Syawaludin Harahap),

Tergugat III (Betty Herlina). Sekitar bulan April

2013 Penggugat III (Muhammad Erwin)

diberitahukan secara lisan oleh Tergugat II melalui

Tergugat III tentang Pembiayaan Kredit Pemilikan

Rumah (KPR) iB Griya Bank Sumut Kantor

Cabang Syariah Tebing Tinggi dapat dicairkan

dengan ketentuan Penggugat dapat mencarikan

pembeli pengganti atas objek agunan pembiayaan

An. Walidi yaitu sebidang tanah seluas 102 m2.

Penggugat III pun menyanggupi mencari pembeli

pengganti atas objek pembiayaan, dengan

Penggugat I (Jaka Mulia Damanik) yang menjadi

pembeli pengganti atas objek agunan pembiayaan

An. Walidi dengan ketentuan Penggugat III

bersedia memberi pinjaman dana sebesar Rp

Tidak dapat

diterima

Page 131: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

20.000.000 (dua puluh juta rupiah) guna keperluan

modal proyeknya di Kabupaten Banten setelah

pencairan pembiayaan di PT. Bank Sumut Kantor

Cabang Syariah Tebing Tinggi. Pada hari Senin 29

April 2013 bertempat di kantor Tergugat II

sebelum penandatanganan Akad Pembiayaan

Murabahah KPR IB Griya No. 083/KCSy-03-

APP/MRB/2013 An Jaka Mulia Damanik,

Tergugat III menemui Penggugat III (Muhammad

Erwin) yang juga sedang berada di kantor tersebut

untuk meminjam uang tunai sebesar Rp 20.000.000

(dua puluh juta rupiah) yang diperuntukkan guna

membayar uang muka/DP pembelian objek

pembiayaan dan akan dikembalikan pada hari itu

juga setelah penandatanganan Akad Pembiayaan

Murabahah. Namun setelah dilakukan

penandatanganan Akad Pembiayaan Murabahah

KPR IB Griya No. 083/KCSy-03-APP/MRB/2013

antara Penggugat I (Jaka Mulia Damanik) dengan

Tergugat I melalui kuasanya Tergugat II, Tergugat

III tidak mengembalikan uang pinjaman dan

mengatakan untuk menunggu 2 (dua) bulan setelah

penandatanganan akad. Tetapi ternyata sampai

gugatan ini diajukan uang milik Penggugat III

tidak juga dikembalikan. Selain itu, pada hari

Senin 29 April 2013 telah dilakukan transaksi tunai

(kas) pada kolom mutasi debet sebesar Rp

256.000.000 (dua ratus lima puluh enam juta

Page 132: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

rupiah) oleh Tergugat I tetapi Penggugat tidak

melakukan transaksi tunai (kas) pada hari itu dan

Penggugat I tidak memperoleh penjelasan dari

Tergugat atas hal tersebut, dan pada hari itu juga

terdapat transaksi pemindahbukuan (PBK) sebesar

Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) pada kolom

mutasi kredit pada buku tabungan Marhamah

dengan No. Tabungan: 630.03.01.006240-5.

Berdasakan hal tersebut Tergugat-tergugat telah

melakukan perbuatan curang kepada Penggugat

atas Akad Pembiayaan Murabahah KPR iB Griya

No. 083/KCSy-03-APP/MRB/2013. Tergugat-

tergugat telah memberikan keterangan dan

penjelasan yang tidak benar (bohong) kepada

Penggugat atas dana pribadi yang diperoleh dari

Penggugat (Muhammad Erwin) sebesar

Rp20.000.000. Sebelumnya Tergugat memberikan

penjelasan kepada Penggugat, dana pribadi yang

diperoleh dari Penggugat sebesarRp 20.000.000

tersebut, diperuntukkan sebagai pembayaran uang

muka pembelian objek agunan, namun tentang

peruntukan dana pribadi sebesar Rp 20.000.000

yang diperoleh dari Penggugat tidak ada

disebutkan dan diatur didalam Surat Persetujuan

Prinsip Pemberian Pembiayaan (SP4) tertanggal 25

April 2013 dan juga tidak ada disebutkan dan

diatur didalam Akad Pembiayaan Murabahah

KPR.iB. Griya No. 083/KCSy-03-APP/MRB/2013

Page 133: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

BERTENTANGAN DENGAN PRINSIP SYARIAH

tertanggal 29 April 2013. Selain itu, Penggugat

juga melihat terdapat kecurangan yang dilakukan

oleh Tergugat I dan Tergugat II atas adanya

transaksi pemindahbukuan dana sebesar Rp

50.000.000 (lima puluh juta rupiah). Kecurangan

tersebut terihat dari asal muasal perolehan dana

dan peruntukannya. Menurut Tergugat-Tergugat

dana tersebut berasal dari dana pribadi nasabah

yang peruntukannya adalah untuk membeli barang-

barang yang dibutuhkan atau disebut sebagai uang

tanda jadi. Tetapi pada kenyataanya terdapat

ketidaksinkronan anatara penjelasan Tergugat

dengan isi Surat Peretujuan Prinsip Pemberian

Pembiayaan.

No Nama Pengadilan

Agama

No. Perkara dan Para

Pihak

Tanggal

Putus Pokok Masalah Jenis Putusan

1. Pengadilan

Agama

Yogyakarta

Nomor

101/Pdt.G/2014/PA.Yk

Nasabah/debitur

(Penggugat) Vs Lembaga

pembiayaan (Tergugat)

14-10-2014 Perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh

Tergugat. Antara Penggugat dan Tergugat

mengadakan akad pembiayaan murabahah berupa

1 mobil DAIHATSU/VVTI 13 XI DLX tahun

2011 dengan sistem angsuran sebesar Rp

3.301.000 tiap bulannya selama 52 bulan. Namun

pada bulan ke 8 pembayaran tidak lancar

Tidak dapat

diterima

Page 134: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

dikarenakan mobil yang diperjanjikan dalam akad

murabahah tersebut dipinjam oleh orang lain

(pihak ke 3) dan oleh peminjam di bawa kabur.

Atas kejadian tersebut Penggugat sudah

melaporkan ke POLDA dan Penggugat memohon

kepada Tergugat untuk bersabar dan bisa

memperoleh keringanan dalam pembayaran

angsuran yang terlambat tersebut. Namun ternyata

Tergugat melaporkan Penggugat ke

POLRESTABES Yogyakarta, dasar yang

digunakan dalam laporannya yaitu dengan cara

membelokkan prinsip-prinsip perjanjian/akad

pembiayaan Murabahah ke perjanjian tentang

fiducia. Pembelokkan Perjanjian/akad Murabahah

menjadi perjanjian fiducia menurut Penggugat

telah melanggar prinsip-prinsip syariah

Murabahah, karena mobil yang diperjanjikan

tersebut berdasar prinsip-prinsip murabahah telah

menjadi milik Penggugat, maka Penggugat dapat

secara bebas menjual atau beralih kepada siapapun

mobil tersebut itu merupakan hak Penggugat dan

perbuatan Tergugat merupakan perbuatan melawan

hukum karena dalam menyelesaikan sengketa telah

mengesampingkan peraturan perundangan dan

prinsip-prinsip akad Murabahah sebagaimana yang

tercantum dalam pasal 55 Undang-Undang Nomor

21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah. Yang

mana Murabahah merupakan akad pembiayaan

Page 135: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

yang tunduk pada prinsip-prinsip syariah dan

ketentuan umum Murabahah ada dalam Bank

Syariah.

2. Pengadilan

Agama

Sukoharjo

Nomor

0610/Pdt.G/2016/PA.Skh

Nasabah/debitur

(Penggugat) Vs Lembaga

Keuangan (Tergugat I)

30-05-2017 Gugatan perbuatan melawan hukum. Penggugat

merupakan nasabah Tergugat I yang melakukan

akad jual beli Murabahah nomor 446 tahun 2013

dengan objek jaminan sebidang tanah dan

bangunan SHM NO: 1741 atas nama istri

Penggugat. Penggugat berhutang Rp 120.000.000

yang hanya bisa diangsur sebanyak 13 kali dengan

besaran angsuran Rp 4.773.350. Kemudian

dilakukan restrukturisasi penjadwalan hutang

addendum akad jual beli Murabahah yang ke 2

pada Agustus 2014. Dalam isi perjanjian tersebut

outstanding kewajiban nasabah /Penggugat sebesar

Rp 89.000.000 ynag diangsur sebesar Rp

2.600.250 perbulan, dimana didalam addendum

akad jual beli murabahah Pasal 6 Biaya dan Denda

keterlambatan kewajiban sebesar Rp.40.000

(empat puluh ribu) per/bulan hal itu tidak sesuai

dengan prinsip syariah yang telah diatur di Fatwa

Nomer 43/DSN MUI/VIII/2004 oleh Majelis

Ulama Indonesia tentang Fatwa Ganti Rugi

(Ta‟widh) yang mana denda hanya boleh

dikenakan atas pihak yang dengan sengaja atau

karena kelalaian melakukan sesuatu yang

menyimpang dari ketentuan akad, sedangkan

Tidak dapat

diterima

Page 136: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id

Tergugat masih beriktikad baik untuk memenuhi

kewajibannya. Selain itu, pada saat Penggugat

mengalami musibah kecelakaan yang

mengakibatkan tidak terpenuhi kewajiban dan

dalam keadaan sulit perekonomian dimana

seharusnya mendapat jaminan secara asuransi

syariah akan tetapi malah diikutsertakan dalam

asuransi konvensional yaitu di PT. Asuransi Jiwa

Sraya (Persero) hal tersebut tidak sesuai dengan

prinsip syariah yang telah diatur dalam Peraturan

Bapepam dan Lembaga Keuangan Nomer :Per-

04/BL/2007 tentang Asuransi pada Pasal 58. Pada

tanggal 24 Februari 2016 Penggugat menerima

surat pemberitahuan penetapan lelang tertanggal 23

Maret 2016 namun pada lelang I tersebut tidak ada

pembelinya dan Tergugat I mengirim surat proses

lelang ke 2 pada 06 April 2016 dengan rincian

tunggakan, dimana dalam rincian tersebut tertuang

bunga dan denda. Hal tersebut tidak sesuai dengan

Prinsip Syariah yang telah diatur dalam Fatwa

Majelis Ulama Indonesia (MUI) nomer 1 Tahun

2004 tentang Bunga Interest/Fa‟idah; 1). Praktek

pembungaan tersebut hukumnya adalah haram.

Page 137: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44738/1/SIFA FAUZIAH-FSH.pdfrepository.uinjkt.ac.id