pengaruh fdr, pembiayaan mudharabah dan bopo,...
TRANSCRIPT
PENGARUH FDR, PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN BOPO,
TERHADAP PROFITABILITAS MELALUI RASIO NPF
(Studi Empiris pada BPRS di Indonesia Periode Januari 2013-September 2017)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh:
Sifa Fauziah
1113046000094
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/ 2018 M
i
ii
iii
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Data Pribadi
1. Nama : Sifa Fauziah
2. Tempat, Tanggal lahir : Bekasi, 25 Mei 1996
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Email : [email protected]
6. No. Hp : 089635052640
7. Alamat : Perum. Telaga Harapan Blok J8 No. 6, RT
002/ 018, Desa Telaga Murni, Cikarang Barat, 17530.
B. Pendidikan Formal
1. SDN Sukadanau 02 : 2001- 2007
2. SMPIT Daarul Fikri : 2007- 2010
3. MA Attaqwa Pusat Putri Bekasi : 2010- 2013
4. Universitas Islam Negeri Syarifhidayatullah Jakarta : 2013- 2018
C. Pengalaman Bekerja
1. Guru mengaji di TPA/TPQ Masjid Al Husna, Ciputat.
2. Mengajar les mengaji paruh waktu di Cikarang Barat.
v
ABSTRACT
This Study aims to explain the effect of Financing to Deposit Ratio,
Mudharabah financing and BOPO directly to Non Performing Financing
on BPRS in Indonesia and explain the effect of Financing to Deposit
Ratio, BOPO and Non Performing Financing directly or indirectly to
Retrun On Assets on BPRS in Indonesia. With the data used is time series
data from Januari 2013 until September 2017. The method used in this
research is Path Analysis method using software SPSS version 16.0 and
Microsoft Excel 2010.
The result of this research is FDR, Mudharabah Financing and
BOPO affects NPF of 70,2%, so FDR, BOPO and NPF affects ROA of
72,0%. FDR directly affects NPF of 2,28% and inderectly FDR affects
ROA of 0,45%, whereas BOPO affects NPF directly of 7,51% and
inderectly BOPO affects ROA of 1,51%. Mudharabah Financing affects
NPF directly of 38,93%, and NPF affects ROA directly of 20,07%.
Keywords: FDR, Mudharabah Financing, BOPO, NPF, ROA, Path
Analysis.
Advisor: Yuke Rahmawati, S. Ag, MA.
Reference: 1999- 2016.
vi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh Financing to
Deposit Ratio, Pembiayaan Mudharabah dan Biaya Operasional Terhadap
Pendapatan Operasional secara langsung terhadap Non Performing
Financing pada BPRS di Indonesia dan menjelaskan pengaruh Financing
to Deposit Ratio, Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional
dan Non Performing Financing secara langsung maupun tidak langsung
terhadap Return on Assets pada BPRS di Indonesia. Dengan data yang
digunakan merupakan data timeseries dari bulan Januari 2013 hingga
September 2017. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode Analisis Jalur (Path Analysis) dengan menggunakan software
SPSS version 16.0 dan Microsoft Excel 2010.
Hasil penelitian ini menyatakan FDR, Pembiayaan Mudharabah
dan BOPO mempengaruhi NPF sebesar 70,2%, begitupun FDR, BOPO
dan NPF mempengaruihi ROA sebesar 72,0%. Secara langsung FDR
mempengaruhi NPF sebesar 2,28% dan secara tidak langsung
mempengaruhi ROA sebesar 0,45%, sedangkan BOPO mempengaruhi
NPF secara langsung sebesar 7,51% dan secara tidak langsung
mempengaruhi ROA sebesar 1,51%. Pembiayaan Mudharabah
mempengaruhi NPF secara langsung sebesar 38,93%, dan NPF
mempengaruhi ROA secara langsung sebesar 20,07%.
Kata Kunci: Financing to Deposit Ratio (FDR), Pembiayaan Mudharabah
dan Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Non
Performing Financing (NPF), Return on Assets (ROA), Analisis Jalur.
Pembimbing: Yuke Rahmawati, S. Ag, MA.
Daftar Pustaka: 1999 s.d 2016
vii
KATA PENGANTAR
بسم هللا الر حمن الر حيم
Alhamdulillahirabbil’alamiin, penulis panjatkan puji dan syukur
kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat, hidayah dan pertolongan-
Nyalah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. Shalawat serta
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad
SAW beserta keluarga dan juga para sahabatnya.
Atas kehendak-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi strata 1 (S-1) dan
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selesainya skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada pihak yang memberikan bimbingan, bantuan, serta do’a dalam
menyelesaikan skripsi ini. Ungkapan terimakasih penulis tujukan kepada:
1. Kedua orang tua penulis yang tersayang dan penulis banggakan, Papa
dan Mama yang selalu mendo’akan, selalu memberi motivasi dan
arahan kepada penulis, dan teruntuk adik-adik yang selalu penulis
sayangi Bang Alil dan Uji yang selalu memberikan semangat kepada
penulis.
2. Keluarga besar penulis yang terus mendukung serta mendo’akan dalam
menyelesaikan studi ini.
3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.A selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A selaku Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Yoghi Citra Pratama, M. Si selaku Ketua Program Studi
Ekonomi Syariah dan Ibu Tini Anggraeni, S.T, M.Si, selaku Sekretaris
Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
viii
6. Bapak AM. Hasan Ali, M.A., dan Bapak Abdurrauf, Lc., M.A selaku
Tim Task Force Passing Out Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Ibu Yuke Rahmawati, S.Ag, MA, selaku dosen pembimbing yang
selalu bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, saran
dan motivasi kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.
8. Ibu Nurul Handayani, S.Pd., M.Pd, selaku penasehat akademik yang
telah membimbing dan membantu penulis selama perkuliahan.
9. Seluruh dosen yang selama ini telah memberikan ilmu yang sangat
bermanfaat kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
jenjang pendidikan ini dengan baik, dan tak lupa kepada pimpinan dan
para staf akademik, karyawan Fakultas Syariah dan Hukum dan
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
memberikan fasilitas untuk mencari bahan penelitian.
10. Sahabat Cabe Kosan Bu Sufheli, Mamih Irma, Nene Nadwa, Faa Kit,
Yatmi, Hayu, Aci, Meliha, Ita, Damai, Wihda dan Nida yang selalu
memberikan keceriaan, kehebohan, kenangan dan masih banyak yang
tak bisa penulis lupakan selama tinggal bersama kalian selama ± 4
tahun, semoga cerita kita tidak usai dan selalu membuat cerita yang tak
terlupakan.
11. B4S yaitu Mba Ifa, Mba Lita dan Mpo Gita yang selalu memberikan
dukungan, do’a serta kekonyolan yang dilakukan apabila berkumpul,
semoga kita bisa tetap selalu seperti sekarang, tetap berkumpul dan
menjaga tali silaturahmi.
12. Wanita TERBAIK, Way, Geti, Amel dan Tia, teman selama satu bulan
KKN yang masih tetap berlajut silaturahmi, saling mendukung,
mendoakan satu sama lain, menyemangati dan menghibur penulis
dikala keterpurukan melanda, terima kasih untuk segalanya, semoga
silaturahmi kita selalu terjaga. Dan untuk Bang Apri yang tak sungkan
membagikan ilmunya kepada penulis.
13. Linda Widyastuti, S.Pd, teman dari SD hingga SMP dan terpisah SMA
dan Kuliah, terima kasih bu Guru yang selalu menjaga silaturahmi
ix
yang menemani penulis di saat bosan di rumah dan butuh udara segar,
terus berlajut silaturahminya yaa.
14. Ibu Sufheli yang selalu memberikan kenyaman kepada penulis selama
Kos, dan selalu memberika izin kepada penulis untuk bersinggah
walau sudah tidak nge kos lagi.
15. Teman-teman Muamalat 2013, untuk Nisa Kusuma dan Fitri, dan
untuk Tara, Cipau, Viya dan Sufi terimakasih untuk segala
pengalaman yang telah dilalui bersama, kerjasama dan ilmu yang telah
diberikan. Semoga semua yang sudah dilakukan dapat bermanfaat saat
ini dan seterusnya.
16. Teman-teman Al-Absya UIN Jakarta dan FKMA (Forum Komunikasi
Mahasiswa At Taqwa), yang telah memberikan pengalaman dan
pembelajaran untuk penulis.
Akhir kalam penulis ucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada seluruh pihak yang telah mendo’akan dan membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................. ii
LEMBAR PERNYATAAN SKRIPSI ............................................................................ iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ iv
ABSTRACT ........................................................................................................................ v
ABSTRAK .........................................................................................................................vi
KATA PENGANTAR......................................................................................................vii
DAFTAR ISI......................................................................................................................x
DAFTAR TABEL............................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...................................................................................1
B. Identifikasi Masalah.........................................................................................7
C. Batasan Masalah...............................................................................................7
D. Rumusan Masalah............................................................................................7
E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian........................................................................8
F. Sistematika Penulisan.......................................................................................8
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah................................................................10
B. Rasio Keuangan Bank..........................................................................12
C. Profitabilitas (ROA).............................................................................13
D. Non Performing Financing (NPF).......................................................15
E. Finacing to Deposit Ratio (FDR).........................................................17
F. Pembiayaan Mudharabah.....................................................................19
G. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)...........24
H. Review Studi Terdahulu.......................................................................26
I. Kerangka Penelitian.............................................................................29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian....................................................................30
B. Jenis Penelitian.....................................................................................30
C. Jenis dan Sumber Data.........................................................................30
xi
D. Teknik Pengumpulan Data...................................................................31
E. Operasional Variabel Penelitian...........................................................31
F. Teknik Analisis Data............................................................................33
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Penelitian................................................................43
B. Uji Asumsi Klasik dan Analisis Jalur Struktural I...............................48
C. Uji Statistik Struktural I.......................................................................52
D. Uji Asumsi Klasik dan Analisis Jalur Struktural II.............................56
E. Uji Statistik Struktural II.....................................................................60
F. Analisis Hasil Penelitian......................................................................67
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................72
B. Saran.....................................................................................................73
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................74
LAMPIRAN..........................................................................................................77
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan jaringan Kantor Bank syariah........................................ 3
Tabel 1.2 Data Pergerakan Rasio Keuangan BPRS di Indonesia............................5
Tabel 4.1 Uji Normalitas........................................................................................49
Tabel 4.2 Uji Multikolinearitas..............................................................................50
Tabel 4.3 Uji Autokorelasi.....................................................................................51
Tabel 4.4 Uji Koefisisen Determinasi (Struktural I)..............................................52
Tabel 4.5 Uji Simultan(Struktural I)......................................................................53
Tabel 4.6 Uji Parsial (Struktural I).........................................................................54
Tabel 4.7 Koefisien Jalur Persamaan (Struktural I)...............................................56
Tabel 4.8 Uji Normalitas........................................................................................57
Tabel 4.9 Uji Multikolinearitas..............................................................................58
Tabel 4.10 Uji Autokorelasi...................................................................................59
Tabel 4.11 Uji Koefisien Determinasi (Struktural II)............................................60
Tabel 4.12 Uji Simultan (Struktural II)..................................................................61
Tabel 4.13 Uji Parsial (Struktural II).....................................................................62
Tabel 4.14 Koefisien Jalur Persamaan (Struktural II)...........................................63
Tabel 4.15 Korelasi Antar Variabel.......................................................................64
Tabel 4.16 Koefisien Korelasi................................................................................65
Tabel 4.17 Perhitungan Pengaruh dan Total..........................................................66
xiii
DAFTAR GAMBAR
Grafik 1.1 Perkembangan Pembiayaan Mudharabah di Indonesia dari Tahun
2010-2015................................................................................................................6
Grafik 4.1 Perkembangan ROA Januari 2013- September 2017 ........................... 43
Grafik 4.2 Perkembangan NPF Januari 2013- September 2017 ........................... 44
Grafik 4.3 Perkembangan FDR Januari 2013- September 2017...........................45
Grafik 4.4 Perkembangan Pembiayaan Mudharabah Januari 2013- September
2017........................................................................................................................46
Grafik 4.5 Perkembangan BOPO Januari 2013- September 2017.........................47
Gambar 2.1 Skema Pembiayaan Mudharabah.......................................................23
Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran...............................................................29
Gambar 3.1 Skema Hubungan Kuat dan Lemahnya Suatu
Korelasi..................................................................................................................42
Gambar 4.1 Uji Heterokedatisitas..........................................................................51
Gambar 4.2 Skema Struktural I..............................................................................52
Gambar 4.3 Uji Heterokedatisitas..........................................................................59
Gamabar 4.4 Skema Struktural II...........................................................................60
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya
adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana
tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya.
Sedangkan pengertian lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang
bergerak dibidang keuangan di mana kegiatannya hanya untuk
menghimpun dana ataukah hanya menyalurkan dana atau kedua-duanya.1
Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 menyebutkan bahwa yang
dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarkat
dalam bentuk kredit dana atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.2
Sistem perbankan di Indonesia terdapat dua macam sistem
operasional perbankan, yaitu bank konvensional dan bank syariah. Bank
Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
hukum islam yang diatur dalam Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI)
seperti prinsip keadilan dan keseimbangan (‘adl wa tawazun),
kemaslahatan (maslahah), universalisme (alamiyah), serta tidak
mengandung gharar, maysir, riba, zalim dan obyek yang haram.3 Sesuai
dengan Undang-undang No 21 tahun 2008 bahwa bank syariah dapat
menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul mal, yaitu
menerima dana yang berasal dari zakat, infaq, sedekah, hibah, atau dana
sosial lainnya dan menyalurkan kepada pengelola zakat, dan bank syariah
juga dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang dan
1 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2008), h. 2.
2 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2008), h. 3.
3 Perbankan Syariah dan Kelembagaannya, diakses pada 18 Maret 2017, pada pukul
13.15 WIB, http://assetsteiyo.wordpress.com/category/perbankan-syariah/.
2
menyalurkan kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan
kehendak pemberi wakaf (wakif).4
Perbankan syariah di Indonesia berkembang dari keberhasilan
eksistensi ekonomi syariah. Bank Muamalat sebagai bank syariah pertama
dan menjadi pelopor bagi bank syariah lainnya telah lebih dahulu
menerapkan sistem syariah di tengah maraknya bank-bank konvensional.
Pada saat terjadi krisis moneter tahun 1998 yang mengakibatkan
banyaknya bank mengalami masalah kredit macet dan banyak bank-bank
konvensional yang hampir pailit atau bahkan sudah karena kegagalan
sistem bunga. Hal tersebut mempengaruhi iklim investasi pasar modal
dibidang perbankan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Sementara perbankan yang menerapkan system syariah tetap bertahan.5
Keadaan tersebut menyebabkan pemerintah Indonesia terpaksa mengambil
tindakan untuk merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank
di Indonesia. Pada bulan November 1998, terjadi perubahan atas Undang-
Undang No.7 tahun 1992 tentang Perbankan menjadi Undang-Undang No.
10 tahun 1998, perubahan Undang-Undang tersebut memungkinkan bank
beroperasi sepenuhnya secara syariah atau membuka cabang khusus
syariah. Sebagai peluang untuk tumbuhnya bank-bank syariah di
Indonesia.
Bank umum memiliki fungsi pokok, yaitu menyediakan
mekanisme pembayaran yang lebih efisien dalam kegiatan ekonomi,
menciptakan uang, menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada
masyarakat, menawarkan jasa-jasa keuangan lain, menyediakan fasilitas
untuk perdagangan internasional. Sebagaimana fungsi utama bank, BPRS
juga berfungsi sebagai lembaga intermediasi yang menerima dan
menyalurkan dana dari masyarakat.
4 Undang-undang No 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Pasal 4 ayat 1-2.
5 Naeli Kamilia Fikriati “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing
Financing (NPF), dan Inflasi terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) Bank Pembiayaan
Rakyar Syariah (BPRS) Di Indonesia Periode 2010-2013” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015) h. 1
3
Perkembangan jaringan kantor Bank Syariah di Indonesian yang
terdiri dari Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) dan
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) ditunjukkan dalam Tabel 1.1
berikut:
Tabel 1.1
Perkembangan Jaringan Kantor Bank Syariah
Sumber data: Laporan Perkembangan Keuangan Syariah 2016, Otoritas Jasa
Keuangan.
Berdasarkan Tabel 1.1 pada tahun 2016, jumlah pelaku usaha
perbankan syariah tercatat sebanyak 13 Bank Umum Syariah, 21 Unit
Usaha Syariah dan 166 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Pada tahun
2016 terdapat penambahan 5 BPRS baru dan 2 BPRS yang ditutup oleh
Kelompok Bank 2012 2013 2014 2015 2016
Bank Umum Syariah 11 11 12 12 13
Jumlah Kantor BUS 1.745 1.998 2.151 1.990 1.869
Unit Usaha Syariah 24 23 22 22 21
Jumlah Kantor UUS 517 590 320 311 332
BPRS 158 163 163 163 166
Jumlah Kantor BPRS 402 402 439 446 453
Jumlah Kantor BUS, UUS, dan
BPRS
2.663 2.990 2.910 2.747 2.654
4
OJK sehingga jumlah BPRS pada tahun 2016 menjadi 166 BPRS.
Sementara itu jumlah jaringan kantor BPRS meningkat sebanyak 7 kantor
menjadi 453 kantor dibandingkan tahun 2015 yang berjumlah 446 kantor.6
Aset perbankan syariah nasional mengalami peningkatan yang
cukup tinggi pada periode 2016, salah satu yang mempengaruhi karena
adanya konversi BPD Aceh menjadi Bank Aceh Syariah pada bulan
September 2016. Aset BUS mengalami peningkatan dari 4,13% (yoy)
pada tahun 2015 menjadi Rp 40,7 triliun atau tumbuh 19,10% (yoy),
sedangakan aset UUS daripada tahun sebelumnya yang tumbuh 22,94%
(yoy) meningkat pada tahun 2016, sebesar Rp 19,48 triliun atau tumbuh
23,51% (yoy), dan aset BPRS meningkat sebesar Rp 1,48 triliun atau
tumbuh 19,12% (yoy), pada tahun 2015 tumbuh sebanyak 17,74% (yoy).
Total aset perbankan syariah nasional sebesar Rp 365 triliun atau 5,33%
(yoy), dengan komposisi terdiri atas aset BUS sebesar Rp 254,2 triliun
atau 69,52% (yoy), UUS sebesar Rp 102,3 triliun atau 27,98% dan BPRS
sebesar Rp 9,1 triliun atau 2,5% (yoy).7
Berdasarkan Tabel 1.2, dapat dilihat presentase pada FDR melebihi
100% yang mengakibatan presentase NPF semakin tinggi. Naeli Kamilia8
mengatakan nilai FDR yang tinggi disebabkan karena seluruh dana yang
dihimpun oleh BPRS dapat disalurkan kembali kepada masyarakat yang
membutuhkan, namun pada sisi lain ini sangat berisiko, karena salah satu
faktor yang menyebabkan terjadinya pembiayaan bermasalah. Oleh karena
itu semakin meningkatnya FDR dapat menyebabkan NPF meningkat.
Namun pada tahun 2015 NPF terus meningkat hingga angka 8% akan
6 Laporan Perkembangan Keuangan Syariah tahun 2016, diakses pada 24 September
2017, pukul 08:52 WIB, hal. 10, http://www.ojk.go.id/id/berita-dan-
kegiatan/publikasi/Pages/Laporan-Perkembangan-Perbankan-dan-Keuangan-Syariah-2016.aspx. 7 Laporan Perkembangan Keuangan Syariah tahun 2016, diakses pada 24 September
2017, pukul 08:52 WIB, h.5-6, http://www.ojk.go.id/id/berita-dan-
kegiatan/publikasi/Pages/Laporan-Perkembangan-Perbankan-dan-Keuangan-Syariah-2016.aspx. 8 Naeli Kamilia Fikriati “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing
Financing (NPF), dan Inflasi terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) Bank Pembiayaan
Rakyar Syariah (BPRS) Di Indonesia Periode 2010-2013” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015) h. 4-5.
5
tetapi FDR tidak mengalami peningkatan, artinya ada indikator lain yang
menyebabkan kenaikannya rasio NPF.
Adapun pergerakan rasio keuangan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah di Indonesia periode 2011-Sept 2017 sebagai berikut:
Tabel 1.2
Data Pergerakan Rasio Keuangan BPRS di Indonesia
Indikator 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Sept
2017
ROA 2,67 2,64 2,74 2,26 2,20 2,27 2,56
NPF 6,11 6,15 6,50 7,89 8,20 8,63 10,79
FDR 127,71 120,96 120,93 124,24 120,06 114,40 116,49
BOPO 76,31 80,02 80,75 87,79 88,09 87,09 86,31
Rasio ROA mengalami penurunan dari tahun 2011 hingga 2016,
tapi pada tahun 2013 mengalami peningkatan, jika dilihat dari indikator
lain rasio BOPO mengalami peningkatan dari di setiap tahun. Hasil
penelitian Bambang Sudiyatno9 menunjukan bahwa BOPO berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap ROA, yang artinya setiap kenaikan nilai
BOPO dapat menurun kan nilai ROA.
Pembiayaan Mudharabah termasuk kendala produk natural
uncertainty contracts yang berarti pembiayaan yang disalurkan bank yang
keuntungan atau laba merupakan ketidakpastian bagi bank.10
9 Bambang Sudiyatno, “Pengaruh Risiko Kredit dan Efisiensi Operasional Terhadap
Kinerja Bank (Studi Empirik pada Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”, (Jurnal
Organisasi dan Manajemen, Vol. 9, No. 1, Maret, 2013) h. 83. 10
Deby Novelia Pransisca, “Analisis Risiko Pembiayaan Mudharabah, Risiko
Pembiayaan Musyarakah dan Profitabilitas Bank Syariah (Studi Kasus pada PT. Bank Syariah
Mandiri, Tbk. Periode Tabhun 2004-2013)”, (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Yogyakarta, 2014), h. 6.
6
Grafik 1.1
Perkembangan Pembiayaan Mudharabah di Indonesia dari Tahun
2010 - 2015
Sumber: Statistik Perbankan Syariah (2016)
Berdasarkan Grafik 1.1 bahwa pembiayaan yang diberikan BPRS
di Indonesia terus-menerus mengalami peningkatan. Dengan
meningkatnya pembiayaan menunjukan bahwa pembiayaan yang
disalurkan oleh BPRS setiap tahunnya terus bertambah. Akan tetapi
dengan bertambahnya pembiayaan disisi lain pada rasio pembiayaan
bermasalah atau NPF ikut bertambah dapat dilihat pada Tabel 1.2 yang
menunjukan rasio NPF terus menerus mengalami kenaikan dari tahun
2011 hingga 2015.
Hal demikianlah yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian terhadap suatu kinerja bank atau faktor-faktor yang
mempengruhi profitabilitas perbankan secara langsung maupun tidak
langsung, sehingga peneliti mengangkat judul penelitian “PENGARUH
FDR, PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN BOPO, TERHADAP
PROFITABILITAS MELALUI RASIO NPF (Studi Empiris pada
BPRS di Indonesia Periode Januari 2013-September 2017)”.
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000
160000
180000
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Pembiayaan Mudharabah
PembiayaanMudharabah
7
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan
sebelumnya, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Terjadi penurunan rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) pada tahun
2010 hingga 2013, dan meningkat kembali di tahun 2014.
2. Return on Assets (ROA) menurun dari tahun 2010 hingga 2013.
3. Non Performing Financing (NPF) meningkat pada tahun 2015 dari
tahun-tahun sebelumnya.
4. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
meningkat pada setiap tahunnya.
5. Jumlah Pembiayaan Mudharabah yang disalurkan oleh bank masih
kecil atau sedikit dibandingkan dengan Pembiayaan Murabahah.
C. BATASAN MASALAH
Berdasarkan uraian pada masalah di atas, maka dalam hal ini
penulis membatasi permasalahan yang akan diteliti yaitu:
1. Variabel yang akan digunakan adalah Pembiayaan Mudharabah, FDR,
BOPO, NPF dan Profitabilitas (ROA).
2. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan
keuangan BPRS di Indonesia periode Januari 2013 - September 2017,
data yang bersumber dari Statistik Perbankan Syariah yang diterbitkan
oleh OJK.
3. Kinerja profitabilitas pada penelitian ini hanya menggunakan Return
On Assets (ROA).
D. RUMUSAN MASALAH
Berdasakan latar belakang masalah yang telah diuraikan
sebelumnya, untuk menganalisis pengaruh FDR, Pembiayaan Mudharabah
dan BOPO, terhadap NPF, serta keterkaitan terhadap Profitabilitas Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia, maka dapat
merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh FDR, Pembiayaan Mudharabah dan BOPO,
terhadap NPF BPRS di Indonesia secara langsung?
8
2. Bagaimana pengaruh FDR, BOPO dan NPF terhadap Profitabilitas
(ROA) BPRS di Indonesia secara langsung dan tidak langsung?
E. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1. Tujuan Penelitian
2. Untuk menjelaskan pengaruh FDR, Pembiayaan Mudharabah dan
BOPO, terhadap NPF BPRS di Indonesia periode Januari 2013 -
September 2017 secara langsung.
3. Untuk menjelaskan pengaruh FDR, BOPO dan NPF terhadap
Profitabilitas (ROA) BPRS di Indonesia secara langsung dan tidak
langsung.
2. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang diperoleh dari penelitian “Pengaruh FDR,
Pembiayaan Mudharabah dan BOPO, terhadap Profitabilitas Melalui Rasio
NPF (Studi Empiris pada BPRS di Indonesia Periode Januari 2013-
September 2017)”
a. Bagi Penulis, penelitian ini dapat menambah dan memahami ilmu
pengetahuan tentang rasio keuangan dan analisis profitabilitas pada
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah maupun pada Bank Umum lainnya.
b. Bagi Praktisi, penelitian ini dapat menjadi gambaran kondisi
profitabilitas (ROA) BPRS pada tahun Januari 2013 – September
2017.
c. Bagi Akademisi, penelitian ini pula dapat menjadi sumber referensi
bagi penelitian sejenis dan juga dapat dijadikan perbandingan.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk pembahasan yang lebih terarah dan memudahkan
pemahaman isi, maka peneliti membagi menjadi 5 Bab dengan sistematika
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan secara singkat latar belakang masalah,
identifikasi, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
9
penelitian, kerangka teori dan pemikiran, hipotesis dan sistematika
penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan Pengertian BPRS, Kegiatan Usaha BPRS,
pengertian, pengertian rasio keuangan, pengertian Profitabilitas, FDR,
pembiayan mudharabah, BOPO, dan NPF.
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini menjelaskan mengenai jenis penelitian, deskripsi
data, model analisis, metode pengumpulan dan pengolahan data, dan
tekhnik analisis data.
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Berisi mengenai semua temuan-temuan yang dihasilkan dari
penelitian dan mendeskripsikan hasil yang diperoleh secara teoritik dan
statistik berdasarkan pada analisa kuantitatif dengan menggunakan
software SPSS v.16.0 dan Microsoft Excel 2010 .
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini, berisi kesimpulan dari keseluruhan pembahasan yang telah
dijelaskan dalam bab-bab sebelumnya serta saran-saran yang kiranya
bermanfaat. Daftar Pustaka dan Lampiran.
10
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
a. Pengertian Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam
bentuk kredit atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkkan taraf
hidup rakyat.11
Bank dapat digolongkan menurut jenisnya yaitu Bank
Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Bank Perkreditan Rakyat
Syariah adalah BPR yang pada sistem operasionalnya berdasarkan prinsip-
prinsip muamalah, usaha bank perkreditan rakyat meliputi penyediaan
pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 72
tahun 1992 tanggal 30 Oktober 1992, yang berisi, bank (bank umum
maupun BPR) yang melakukan usaha dengan prinsip bagi hasil adalah
prinsip bagi hasil syariah yang digunakan oleh bank dalam menetepan
imbalan.12
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah atau disebut BPRS adalah bank
syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.13
BPRS merupakan bagian dari bank syariah yang melakukan
kegiatan usahanya dalam ruang lingkup yang lebih sempit. Berbeda
dengan Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS),
BPRS memiliki peran dalam memajukan masyarkat dengan kemampuan
ekonomi menengah kebawah terutama pada wilayah kecamatan dan
11
Zubair Hasan, Undang-undang Perbankan Syariah, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2009), h. 6 12
Martono, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, (Yogyakarta:EKONISIA, 2010),h. 108-
109 13
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
11
pedesaan melalui pembiayaan-pembiayaan yang disalurkan dengan
akad-akad yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.14
b. Kegiatan Usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Berdasarkan UU No. 21 pasal 21 tentang Perbankan Syariah,
kegiatan usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syariah meliputi:15
(a) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk: simpanan berupa
tabungan atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad
wadi’ah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah
dan investasi berupa deposito atau tabungan atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan akad mudharabah atau akad lain
yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
(b) Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan bagi
hasil berdasarkan akad mudharbah atau musyarakah; pembiayaan
berdasarkan akad murabaha, salam, atau istishna; pembiayaan
berdasarkan akad qard; pembiayaan penyewaan barang bergerak atau
tidak bergerak kepada nasabah berdasarkan akad ijarah atau sewa beli
dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik (IMBT); dan pengambil
alihan hutang berdasarkan akad hawalah.
(c) Menempatkan dana pada bank sayariah lain dalam bentuk titipan
berdasarkan akad wadi’ah atau investasi berdasarka mudharabah dan
atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
(d) Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun unuk
kepentingan nasabah melalui rekening BPRS yang ada di Bank Umum
Syariah, dan Unit Usaha Syariah.
(e) Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha bank syariah
lainnya yang sesuai dengan prinsip syariah berdasarkan persetujuan
Bank Indonesia.
14
Naeli Kamilia Fikriati “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing
Financing (NPF), dan Inflasi terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) Bank Pembiayaan
Rakyar Syariah (BPRS) Di Indonesia Periode 2010-2013” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015), h. 15. 15
Undang-undang No 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah,
12
c. Hal-hal yang Dilarang untuk Dilakukan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah
Adapun hal-hal yang dilarang untuk dilakukan BPRS, sebagaimana
pada pasal 25 UU No. 21 tentang Perbankan Syariah, yaitu:16
a. Melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan Prinsip Syariah
antara lain usaha yang diangga riba, maisir, gharar, haram dan zalim;
b. Menerima Simpanan berupa Giro dan ikut serta dalam lalu lintas
pembayaran;
c. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing, kecuali penukaran uang
asing dengan izin Bank Indonesia;
d. Melakukan kegiatan usaha perasuransian, kecuali sebagai agen
pemasaran produk asuransi syariah;
e. Melakukan penyertaan modal, kecuali pada lembaga yang dibentuk
untuk menanggulangi kesulitan likiuditas Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah; dan
f. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagai mana yang
dimaksud dalam Pasal 21 UU No. 21 tentang Perbankan Syariah.
B. Rasio Keuangan Bank
Rasio keuangan adalah hasil perhitungan antara dua macam data
keuangan bank, yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara keua
data keuangan tersebut yang pada umumnya dinyatakan secara numeric,
baik dalam presentase atau kali. Hasil perhitungan rasio ini dapat
digunakan ntuk mengukur kinerja keuangan bank pada periode tertentu,
dan dapt dijadikan tolak ukur untuk menilai tingkat kesehatan bank selama
periode keuangan tersebut.17
Rasio keuangan perbankan yang sering diumumkan dalam neraca
publikasi biasanya meliputi rasio permodalan yaitu Capital Adequacy
Ratio (CAR), Aktiva Produktif yaitu Aktiva Produktif Bermasalah, Non
Performing Loan (NPL) atau disebut Non Performig Financing (NPF)
16
Undang-Undang Repubilk Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan
Syariah Pasal 25. 17
Slamet Riyadi, Banking Assets and Liability Management, (Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004), h. 137
13
pada bank syariah, PPAP terhadap aktiva produktif dan pemenuhan PPAP;
rasio rentabilitas yaitu Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE),
Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO); rasio likuiditas yaitu Cash Ratio dan Loan to
Deposit Ratio (LDR) atau disebut Financing to Deposit Ratio (FDR).
Rasio Profitabilitas adalah perbandingan laba (setelah pajak) dengan
Modal (Modal Inti) atau Laba (Sebelum Pajak) dengan total Assets yang
dimiliki bank pada periode tertentu. Return On Assets (ROA)
menunjukkan perbandingan antara laba (sebelum pajak) dengan total aset
bank, rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan aset yang
dilakukan oleh bank yang bersangkutan.
C. Profitabilitas (ROA)
Profitabilitas atau disebut dengan rentabilitas adalah alat untuk
mengukur tingkat eifiensi usaha yang dicapai oleh bank, dan rasio ini
dapat digunkan untuk mengukur tingkat kesehatan bank. Rentabilitas
perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau
modal yang menghasilkan laba tersebut. Profitabilitas diukur dengan ROA
yang mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh
keuntungan (laba) secara keseluruhan.18
ROA adalah rasio yang digunakan
untuk mengukur kemampuan bank menghasilkan keuntungan secara relatif
dibandingkan dengan total asetnya. Rasio ini mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang
tertentu.19
Profitabilitas merupakan salah satu indikator dari tiga faktor utama
dalam menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan. Tiga faktor utama
tersebut adalah : (1) likuiditas, yang menunjukan kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dienuhi dalam
jangka pendek atau pada saat jatuh tempo. (2) solvabilitas, yaitu
kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya, baik
18
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), h.
119. 19
S. Munawir, Analisis Informasi Keuangan, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2002), h.
247.
14
jangka pendek maupun jangka panjang, apabila perusahaan tersebut
dilikuidasi, dan (3), profitabilitas, yang menunjukan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba dalam periode tertentu.20
ROA, Net Profit Margin, dan perputaran aktiva biasanya dianalisis
secara bersamaan, karena pengaruh langsung Net Profit Margin dan total
assets turnover ada pada Return On Asset. Net Profit Margin menunjukkan
kemampuan memperoleh laba dari setiap penjualan yang diciptakan oleh
perusahaan. Sedangkan perputaran aktiva menunjukkan seberapa jauh
perusahaan mampu menciptakan penjualan dari aktiva yang dimilikinya.21
Apabila kedua faktor tersebut meningkat maka ROA pun akan meningkat.
Apabila ROA meningkat maka profitabilitas pada perusahaan pun
meningkat.
Rasio ROA adalah perbandingan antara laba sebelum pajak dibagi
total aktiva. Rumus ini digunakan untuk mengukur seberapa efektifnya
perusahaan dalam memanfaatkan sumber ekonomi untuk menciptakan
keuntungan.22
.
Rumus yang digunakan adalah
20
Munawir S, Analisis Informasi Keuangan, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2002), h.
56 21
S. Munawir, Analisis Informasi Keuangan, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2002), h.
247. 22
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2004), h. 161
15
D. Non Performing Financing (NPF)
a. Pengertian Non Performing Financing (NPF)
Non Performing Financing (NPF) adalah rasio pembiayaan yang
bermasalah atau kredit macet di suatu bank yang disebabkan tunggakan
yang belum dibayar. Perkembangan pemberian pembiayaan yang paling
tidak mengembirakan bagi pihak bank adalah apabila pembiayaan yang
diberikan terjadi masalah (kredit macet). Hal ini disebabkan oleh
kegagalan pihak debitur memenuhi kewajiban untuk membayar ciclan
pokok pembiayaan beserta bagi hasil yang telah disepakati kedua belah
pihak dalam perjanjian pembiayaan.23
Risiko pembiayaan merupakan risiko yang disebabkan oleh adanya
counterparty dalam memenuhi kewajibannya. Dalam bank syariah, risiko
pembiayaan mencakup risiko terkait produk dan risiko terkait pembiayaan
korporasi.24
Pembiayaan bermasalah berarti pembiayaaan yang dalam
pelaksanaanya belum mencapai target yang diiinginkan pihak bank seperti
pengembalian pokok atau bagi hasil yang bermasalah; pembiayan yang
termasuk golongan perhatian khusus, diragukan dan macet serta golongan
lancar yang berpotensi terjadi penunggakkan dalam pengembalian.25
Jumlah Pembiayaan masalah dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Lancar dengan umur tunggakan 0 bulan,
b. Dalam Perhatian Khusus (DPK) dengan umur tunggakan 1-3 bulan,
c. Kurang Lancar (KL) dengan umur tunggakan 4-6 bulan,
d. Diragukan dengan umur tunggakan 7-9 bulan,
e. Macet dengan umur tunggakan lebih dari 9 bulan.
NPF adalah tingkat pengembalian pembiayaan yang diberikan
deposan kepada bank dengan kata lain NPF merupakan tingkat
pembiayaan macet pada bank. NPF dapat diketahui dengan cara
23
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan Ed. 2, ( Bogor: Ghalia Indonesia, 2005),
h. 81 24
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fikih dan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2010), h. 260. 25
Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Credit management handbook: teori,
konsep, prosedur dan aplikasi: panduan praktis mahasiswa, bankir, dan nasabah, ( Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2006), h. 457.
16
menghitung Pembiayaan Non Lancar terhadap Total Pembiayaan.
Semakin rendah NPF maka bank tersebut akan memiliki keuntungan,
begitupun sebaliknya bila tingkat NPF tinggi bank tersebut akan
mengalami kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian pembiayaan
yang macet atau tunggak. Bank Indonesia menyatakan bank yang dapat
memperoleh keuntungan yang besar adalah bank yang mampu menekan
nilai rasio ini di bawah 5%.26
Rumus untuk mencari NPF sebagai berikut:
b. Hubungan NPF terhadap ROA
Non Performing Financing (NPF) adalah rasio pembiayaan yang
bermasalah macet di suatu bank yang disebabkan karena tunggakan yang
belum dibayar. Pembiayaan bermasalah yang terus meningkat dapat
mempengaruhi menurunya prosfitabilitas bank. Apabila profiabilitas
menurun, maka kemampuan bank dalam melakukan ekspansi pembiayaan
berkurang dan laju pembiayaan menurun.27
Hal tersebut didukung dengan hasil dari penelitian Ahmad Buyung
Nusantara28
, Evi Purwanti29
yang menyatakan adanya pengaruh sigifikan
antara variabel NPL terhadap variabel ROA untuk kategori bank go
publik, pengaruh negatif NPL menunjukan bahwa semakin tinggi kredit
26
Anin Diyanti, “Analisis Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Terjadinya
Non Performing Loan (Studi Kasus Bank Umum Konvensional yang menyediakan Layanan
Kredit Pemilikan Rumah Periode 2008-2011)”, (Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis,
Universitas Diponegoro, 2012), h. 29. 27
Irman Firmansyah, “Determinant of Non Performing Loan: The Case of Islamic Bank
In Indonesia”, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, 17, 2,(Oktober, 2014), h. 237. 28
Ahmad Buyung Nusantara, “ Analisis Pengaruh NPL, CAR, LDR dan BOPO terhadap
Profitabilitas Bank ( Perbandingan Bak Umum Go Publik dan Bank Umum Non Go Publik
periode Tahun 200-2007)”, (Tesis S2 Program Studi Magister Manajemen, Universitas
Diponegoro Semarang 2009), h. 60 29
Evi Purwanti, “ Pengaruh Efesiensi Operasional (BOPO), Risiko Pasar (NIM), Risiko
Kredit (NPL dan LDR), Return On Equity (ROE), Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap kinerja
keuangan Bank pada Bank Umum Nasional”, ( Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta, 2016), h. 112-113.
17
macet maka akan menurun kan ROA. Jadi NPF yang tinggi dapat
berpengaruh negatif terhadap ROA.
E. Finacing to Deposit Ratio (FDR)
a. Pengertian Finacing to Deposit Ratio (FDR)
Loan to deposit ratio/ LDR (FDR dalam bank syariah) adalah suatu
ukuran untuk menunjukan deposito berjangka, giro, tabungan dan lain-lain
yang digunakan untuk memenuhi permohonan pinjaman/ pembiayaan
nasabah. Rasio ini menunjukan salah satu penilaian likuiditas bank. FDR
adalah rasio antara besarnya seluruh jumlah pembiayaan/kredit yang
diberikan kepada nasabah dengan dana yang diterima bank dari deposan.30
Rasio tersebut dapat menjelaskan seberapa besar kemampuan bank dalam
menyalurkan dana yang diterima bank. Dengan kata lain, seberapa jauh
pemberian pembiayaan kepada nasabah dapat mengimbangi kewajiban
bank untuk mengembalikan uang deposan yang telah digunakan oleh bank
sebagai pembiayaan.31
Semakin tinggi rasio FDR dapat memberikan
indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank. Bank Indonesia
memberikan ketetapan untuk menentukan nilai kesehatan bank, jika rasio
FDR pada suatu bank kurang dari 110%, dapat dikatakan bank tersebut
menyalurkan dana dengan baik, artinya likuiditas bank tersebut dinilai
sehat, akan tetapi bila rasio FDR sebesar 110% atau lebih, artinya
likuiditas bank tersebut dinilai tidak sehat,32
bank tersebut memberikan
dana pembiayaan yang melebihi dana yang dihimpun, hal ini dapat
menyebabkan masalah, yaitu apabila terjadi tunggakan pengembalian
pembiayaan atau terjadi kredit macet.
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia yang termasuk dalam
pengertian dana yang diterima bank adalah sebagai berikut:33
1. Giro, deposito dan tabungan masyarakat.
30
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan Ed. 2, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005),
h.116 31
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan Ed. 2, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005),
h.116 32
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan Ed. 2, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005),
h.117 33
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan Ed. 2, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005),
h.116
18
2. Pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu lebih dari tiga bulan.
3. Kredit Likuiditas Bank Indonesia (jika ada).
4. Surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang berjangka waktu lebih
dari 3 bulan.
5. Deposito dan pinjaman dari bank lain yang berjangka lebih dari 3
bulan.
6. Modal inti
7. Modal pinjaman.
Rasio FDR dapat diukur dengan membagi Total pembiayaan dibagi
total DPK dikalikan dengan 100%.34
b. Hubungan FDR Terhadap NPF dan ROA
Rasio FDR dapat menjelaskan seberapa besar kemampuan bank
dalam menyalurkan dana yang diterima bank. Apabila rasio FDR tinggi
maka semakin rendah kemampuan likuiditas bank, yang disebabkan
karena jumlah dana yang diperlukan untuk pembiayaan semakin besar.35
Tingginya rasio FDR dapat menyebabkan rasio NPF meningkat karena
semakin banyak dana yang disalurkan oleh bank semakin besar terjadinya
pembiayaan bermasalah, apabila hal itu terjadi profitabilas bank akan
menurun.
Hal tersebut didukung dengan hasil dari penelitian Saiful Bachri,
dkk36
yang menyatakan rasio FDR berpengaruh negatif namun tidak
signifikan terhadap ROA Bank Syariah, dikarenakan besarnya pembiayaan
yang diberikan bank namun tidak diimbangi dengan penambahan jumlah
dana pihak ketiga (DPK) yang menyebabkan besarnya pituang yang belum
34
Slamet Riyadi, Banking Asset and Liability Managemen Ed. 4, (Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2006), h. 165. 35
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan Ed. 2, ( Bogor: Ghalia Indonesia, 2005),
h. 116 36
Saiful Bachri, dkk, “ Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kinerja Keuangan Bank
Syariah”, Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 1, 2 (April, 2013), h. 184.
19
diterima akan memngurangi kas sehingga FDR akan berpengaruh negatif
terhadap ROA.
F. Pembiayaan Mudharabah
a. Pengertian Akad Mudharabah
Mudharabah berasal dari kata adhdharby fl ardhi yang artinya
berpergian untuk berdagang. Selain itu disebut juga qiradh yang berasal
dari kata alqardu yang berarti potongan, karena pemilik memotong
sebagian harta untuk diperdagangkan dan memperoleh sebagian
keuntungan. Pada PSAK 105 mudharabah diartikan sebagai akad
kerjasama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama sebagai pemilik
dana/ shahibul maal yang menyediakan dana, sedangkan pihak kedua
sebagai pengelola dana/ mudharib yang bertindak untuk mengelola dana,
dan keuntungan akan dibagi sesuai kesepakatan sedangkan kerugian
finansial hanya ditanggung oleh pemilik dana, selama kerugian tersebut
bukan karena kelalaian pengelola dana.37
Mudharabah memilik dua jenis:38
Mudharabah Mutlaqah adalah kerja sama usaha antara pemberi dana
dan pengelola yang tidak membatasi dalam pemilihan tempat, waktu
dan usaha.
Mudharabah Muqayyadah adalah kerjasama usaha yang tempat, waktu
maupun spesifikasi usaha ditentukan oleh salah satu pihak.
Akad mudharabah di suatu perbankan biasanya diaplikasikan pada
produk pembiayaan seperti pembiayaan modal kerja. Dana yang
digunakan untuk akad mudharabah diambil dari simpanan tabungan
berjangka, seperti tabungan haji atau kurban. Dana juga diambi dari
deposito biasa dan deposito spesial yang dititipkan nasabah untuk usaha
tertentu.
37
Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat,
2014), h. 128 38
Bustari Muchtar, Rose Rahmidani dan Menik Kurnia, Bank dan Lembaga Keuangan
Lain, (Jakarta: Kencana, 2016), h. 127
20
b. Ketentuan Pembiayaan Mudharabah
Beberapa ketentuan pembiayaan mudharabah antara lain:39
a. Pembiayaan mudharabah digunakan untuk usaha yang bersifat
produktif. Menurut jenis penggunaanya pembiayaan mudharabah
diberikan untuk pembiayaan investasi dan modal kerja.
b. Shahibul maal ( bank syariah/ unit usaha syariah/ bank pembiayaan
rakyat syariah) membiayai 100% suatu proyek usaha, dan mudharabah
(nasabah pengelola usaha) bertindak sebagai pegelola proyek usaha.
c. Mudharib boleh melakukan berbagai macam usaha sesuai dengan akad
yang telah disepakati. Bank syariah tidak mengikuti pengelolaan
usaha, akan tetapi memiliki hak untuk pembinaan dan pengawasan
terhadap kinerja mudharib.
d. Jangka waktu pembiayaan, tata cara pengembalian modal shahibul
maal, dan pembagian keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan
antara shahibul maal dan mudharib.
e. Jumlah pembiayaan mudharabah harus disebutkan dengan jelas dan
dalam bentuk tunai bukan piutang.
f. Shahibul maal menanggung semua kerugian akibat kegagalan usaha,
kecuali bila kegagalan usaha disebabkan oleh kelalaian mudharib, atau
adanya unsur kesengajaan.
g. Pada prinsip dalam pembiayaan mudharabah, bank syariah tidak
diwajibkan meminta agunan dari mudharib, namun shahibul maal
diperbolehkan meminta jaminan. Jaminan diperlukan apabila mudharib
lalai dalam mengelola usaha atau sengaja melanggar perjanjian
kerjasama yang telah disepakati.
h. Kriteria jenis usaha, pengusaha, prosedur pembiayaan dan mekanisme
pembagian keuntungan diatur sesuai ketentuan bank syariah atau
lembaga keuangan syariah masaing-masingdan tidak boleh bertentagan
dengan fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN).
39
Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2016), h. 141-142
21
c. Berakhirnya Akad Mudharabah
Jangka waktu kerja sama mudharabah tidak tentu dan tidak
terbatas, tetapi semua pihak berhak menentukan jangka waktu tersebut.
Berikut hal-hal yang dapat mengakhiri akad mudharabah:40
a. Akad mudharabah tersebut dibatasi waktu, maka akad tersebut
berakhir pada waktu yang ditentukan.
b. Salah satu pihak mengundurkan diri.
c. Salah satu pihak meninggal dunia atau hilang akal.
d. Pengelola dana tidak menjalankan amanah sebagai pengelola usaha
untuk mencapai tujuan yang dicantumkan dalam akad.
e. Modal sudah tidak ada.
d. Bagi Hasil dalam Pembiayaan Mudharabah
Bagi hasil dalam transaksi mudharabah merupakan pembagian
hasil usaha yang dilakukan mudharib atas modal yang diberikan shahibul
maal. Bagi hasil diberikan sesuai dengan nisbah yang telah ditentukan.
Perhitungan bagi hasil pembiayaan mudharabah, dibagi menjadi
dua:41
a. Revenue Sharing
Perhitungan menggunakan revenue sharing adalah pembagian hasil
usaha dengan laba kotor. Bagi hasil antara bank syariah dan nasabah
dihitung berdasarkan pendapatan kotor sebelum dikurangi dengan biaya.
b. Profit/Loss Sharing
Perhitungan menggunakan profit/loss sharing adalah pembagian
hasil usaha dengan laba bersih. Bagi hasil yang sudah dikurangi dengan
segala biaya-biaya yang berkaitan dengan pengelolaan modal usaha.
40
Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat,
2014), h. 134. 41
Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2016), h. 145.
22
e. Skema Pembiayaan Mudharabah
Keterangan skema 2.1:
1. Bank syariah (shahibul maal) dan nasabah (mudharib)
menandatangani akad pembiayaan mudharabah.
2. Bank syariah menyerahkan dana sebesar 100% dari kebutuhan proyek
usaha.
3. Nasabah tidak menyerahkan dana, akan tetapi mengelola proyek yang
telah diberikan dana 100% oleh bank syariah.
4. Pengelolaan proyek usaha dijalankan oleh mudharib, bank tidak ikut
dalam mengelola proyek.
5. Hasil usaha dibagi sesuai dengan nasabah yang telah diperjanjikan
dalam akad pembiayaan mudharabah.
6. Persentase tertentu menjadi hak bank syariah, dan sisanya diserahkan
kepada nasabah. Semakin tinggi pendapatan yang diperoleh mudharib,
semakin besar pendapatan yang diperoleh bank syariah dan nasabah.
23
Gambar 2.1
Skema Pembiayaan Mudharabah
1. Akad Pembiayaan Mudharabah
2. Modal 0% 3. Modal 100%
4. Pengelolaan Usaha
% Nisbah Bagi Hasil % Nisbah Bagi Hasil
f. Pengaruh Pembiayaan Mudharabah terhadap NPF
Pembiayaan Mudharabah adalah salah satu jenis pembiayaan
profit loss sharing yaitu pembiayaan yang sangat mencerminkan bank
syariah dengan prinsip bagi hasil. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil
memiliki risiko yang tinggi karena keuntungan yang didapat shahibul
maal (Bank syariah) tidak pasti,42
dan apabila terjadi kerugian yang bukan
disebabkan oleh mudharib (nasabah) kerugian tersebut akan ditanggung
oleh shahibul maal. Kerugian tersebut salah satu penyebab terjadinya
42
Muntoha Ihsan , “Pengaruh Gross Domestic Product, Inflasi dan Kebijakan jenis
Pembiayaan Terhadap Rasio Non Performing Financing Bank Umum Syariah di Indonesia Periode
2005-2010”, (Skripsi S1, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang: 2011), h. 28.
MUDHARIB/
NASABAH
SHAHIBUL
MAAL/ BANK
SYARIAH
KERJA SAMA
USAHA
5. PENDAPATAN
6. Modal (100%)
24
kredit bermasalah atau NPF. Aprian Subhan mengatakan “apabila bagi
hasil yang didapatkan bank berupa kerugian, maka dalam teorinya bank
tidak mendapatkan keuntungan dari bagi hasil, akan tetapi fakta di
lapangan belum tentu seperti itu, karena pembiayaan mudharabah adalah
pembiayaan yang apabila nasabah tidap dapat mengembalikan modal
usaha bank, hal tersebut dapat terjadi NPF”.43
Bank syariah biasanya menentukan nisbah bagi hasil yang tinggi dari
prinsip pembiayaan bagi hasil, hal ini untuk menanggulangi kerugian yang
akan diterima oleh bank dan dapat mencegah dari terjadinya risiko moral
hazard dari debitur yang tidak bertanggung jawab.44
G. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
a. Pengertian BOPO
BOPO menurut kamus keuangan adalah kelompok rasio yang
mengukur efisiensi dan efektivitas operasional suatu perusahaan dengan
jalur membandingkan satu terhdap lainnya. Berbagai angka pendapatan
dan pengeluaran dari laporan rugi laba dan terhadap angka-angka dalam
neraca. Rasio biaya operasional adalah perbandingan antar biaya
operasional dan pendapatan operasional.45
Rasio biaya operasional
digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam
beroperasi. Mengingat prinsip untama bank adalah sebagai perantara yaitu
mengimpun dan menyalurkan dana, maka biaya dan pendapatan
operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga.
Secara teori, biaya bunga ditentukan berdasarkan perhitungan cost
of loanable funds (COLF) sedangkan penghasilan bunga sebagian besar
diperoleh dari pendapatan bungan dari pemberian kredit kepada
masyarakat seperti bungan pinjaman.46
43
Aprian Subhan, Auditor Badan Pemeriksa Keuangan, Interview Pribadi, Jakarta, 4
Februari 2018. 44
Muntoha Ihsan , “Pengaruh Gross Domestic Product, Inflasi dan Kebijakan jenis
Pembiayaan Terhadap Rasio Non Performing Financing Bank Umum Syariah di Indonesia Periode
2005-2010”, (Skripsi S1, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang: 2011), h. 31. 45
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan Ed. 2, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005),
h.119 46
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan Ed. 2, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005),
h. 120
25
Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya
operasional dengan pendapatan operasional semakin rendah BOPO
semakin efisien bank tersebut dalam menekan biaya operasionalnya,
dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank
semakin besar.
b. Hubungan BOPO terhadap NPF dan ROA
Rasio biaya operasional adalah perbandingan antar biaya
operasional dan pendapatan operasional. Biaya yang dikeluarkan oleh
bank merupakan beban yang dibayarkan dari pihak nasabah yang
menyimpan uang di bank dalam bentuk dana pihak ketiga seperti giro,
tabungan dan deposito. Apabila rasio BOPO pada suatu bank tinggi maka
bank tersebut tidak beroperasi dengan efisien karena tingginya nilai BOPO
memperlihatkan besarnya jumlah biaya operasional yang harus
dikeluarkan. Semakin rendah rasio BOPO menandakan semakin efisien
biaya operasional yang dikeluarkan bank.47
Rasio BOPO merupakan salah satu yang mempengaruhi kinerja
keuangan bank. Karena apabila rasio BOPO lebih dari 110% menandakan
tidak efisien bank tersebut disebabkan bank tersebut tidak dapat menekan
biaya operasional. Hal ini dapat memperburuk kemampuan bank dalam
menghasilkan keuangan, oleh karena itu rasio BOPO berpengaruh negatif
terhadap ROA.
Hal ini didukung dari hasil penelitian Pandu Mahardian48
yang
menjelaskan bahwa BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA.
Dari hasil penelitian tersebut ia menyatakan semakin tingi rasio BOPO
47
Abdul Majid, “Analisis Pengaruh CAR, NPL, dan BOPO terhadap FDR pada
Perbankan Syariah di Indonesia”, ( Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Lampung, 2014), h. 27 48
Pandu Mahardian, “ Analisis Pengaruh Rasio CAR, BOPO, NPL, NIM dan LDR
Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan: Studi Kasus Perusahaan Perbankan yang Tercatat di BEJ
Periode Juni 2002-Juni 2007”, (Tesis S2 Program Studi Magister Manajemen, Universitas
Diponegoro: Semarang, 2008), h. 86.
26
maka kegiatan operasional yang dilakukan bank tidak efisien, begitupun
sebaliknya, dan apabila semua kegiatan yang dilakukan berjalan secara
efisien maka laba yang didapat juga semakin besar dan dapat
meningkatkan kinerja keuangan bank begitupun rasio ROA.
H. Review Studi Terdahulu
“Pengaruh Internal Capital Adequency Ratio (CAR), Fincancing
To Deposit Ratio (FDR), dan Biaya Operasional Per Pendapatan
Operasional (BOPO) dalam Peningkatan Profitabilitas Industri Bank
Syariah di Indonesia.” Oleh Ningsukma Hakiim dan Haqiqi Rafsanjani,
Universitas Airlangga, Surabaya. Hasil dari penelitian tersebut CAR, FDR
dan BOPO terhadap ROA yang merupakan indikator jesehatan Bank untuk
mengukur profitabilitasnya memiliki hubungan yang tinggi. Variabel FDR
secara parsial berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
profitabilitas, sedangkan pada variabel BOPO yang secara parsial
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Perbedaanya terletak
pada jangka waktu, penelitian tersebut dari tahun 2010-2012 dan pada
tahun 2013 hanya pada bulan Januari hingga Maret. Sedangkan pada
penelitian ini dari tahun 2013 hingga 2017. Dan metode yang penulis
gunakan adalah metode analisis jalur. Persamaannya terletak pada variabel
yang digunakan.
“Pengaruh Variabel Makro dan Mikro Terhadap NPL Perbankan
Konvensional dan NPF Perbankan Syariah” oleh Zakiyah Dwi Poetry
(2011). Hasil penelitian dari jurnal ini dengan analisis impulse response
function bahwa guncangan dari variabel Inflasi dan SBI berakibat buruk
pada NPL dan variabel Indeks Produksi Industri dan CAR berakibat buruk
terhadap NPF. Dan hasil analisis impulse response function pad variabel
NPL dan NPF menunjukan bahwa NPF pada bank syariah secara umum
lebih cepat stabil terhadap guncangan variabel makro dan mikro ekonomi
dibandingkan dengan variabel NPL pada bank konvensional. Berbeda
dengan penelitian tersebut, objek penelitian ini difokuskan pada bank
syariah yaitu BPRS dengan periode 2013-2017 dan metode yang
digunakan adalah path analysis.
27
“Pengaruh CAR, NPL, LDR, NIM dan BOPO Terhadap
Profitabilitas Perbankan (Studi Kasus Pada Bank Umum Yang Listed di
Bursa Efek Indonesai Tahun 2007-2011)”, oleh Maria Regina Rosario
Sianturi (2012), Universitas Hasanuddin, Makasar. Hasil dari penelitian
tersebut menyimpulkan bahwa variabel CAR dan LDR berpengaruh positif
tapi tidak signifikan, sedangkan variabel NIM memiliki pengaruh positif
dan signifikan terhadap ROA, berbeda dengan hasil CAR, LDR dan NIM,
NPL memiliki pengaruh negatif tapi tidak signifikan, sedangkan BOPO
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Pengaruh variabel
independen terhadap ROA sebesar 73,6%. Perbedaannya terletak pada
objek penelitian, penelitian ini meneliti pada BPRS di Indonesia dengan
periode 2013-2017, dan variabel CAR dan NIM tidak digunakan pada
penelitian ini.
“Pengaruh CAR, NPF, FDR dan BOPO Terhadap Profitabilitas
Bank Umum Syariah Periode 2011-2015” oleh Sri Wahyuni (2016), UIN
Syarif Hidayatullah, Jakarta. Hasil dari penelitian tersebut adalah secara
simultan varibel CAR, NPF, FDR dan BOPO memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap ROA. Hasil analisis Fixed Effect Model menggunakan
metode regresi panel menunjukan bahwa secara parsial variabel CAR dan
BOPO berpengaruh negatif dan signifikan, sedangkan variabel NPF dan
FDR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA.
Perbedaannya terletak pada objek penelitian dan jangka waktu, pada
penelitian ini BPRS sebagai objek penelitian, penelitian ini tahun 2013-
2017 dan variabel CAR dan ROE tidak digunakan pada penelitian ini.
“Pengaruh Gross Domestic Product, Inflasi dan Kebijakan jenis
Pembiayaan Terhadap Rasio Non Performing Financing Bank Umum
Syariah di Indonesia Periode 2005-2010” oleh Muntoha Ihsan (2011),
Universitas Diponegoro, Semarang. Skripsi tersebut menunjukan hasil
analisis bahwa variabel independen secara simultan memiliki pengaruh
terhadap NPF. Dan secara parsial variabel GDP, Inflasi dan Return Total
Pembiayaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap NPF, sedangkan
variabel rasio alokasi piutang murabahah dibanding alokasi pembiayaan
28
profit loss sharing memiliki pengaruh yang signifikan terhadap NPF.
Perbedaan dengan penelitian ini periode 2013-2017 dengan objek
penelitian BPRS dan variabel GDP dan Inflasi tidak digunakan pada
penelitian ini.
29
I. Kerangka Penelitian
Gambar 2.2
Skema Kerangka Penelitian
“Pengaruh FDR, Pembiayaan Mudharabah dan BOPO,
terhadap Profitabilitas Melalui Rasio NPF (Studi Empiris
pada BPRS di Indonesia Periode Januari 2013-September
2017)”
Laporan Keuangan
Uji Asumsi Klasik
PATH ANALYSIS
Interpretasi/Analisis
Kesimpulan dan Saran
FDR
NPF
Pembiayaan
Mudharabah
BOPO
ROA
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Pada penelitian ini peneliti memfokuskan pada Return On Asset
(ROA) dan Non Performing Financing (NPF) sebagai variabel endogen,
sedangkan Financing to Deposit Ratio (FDR), Pembiayaan Mudharabah
dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
merupakan variabel eksogen. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan
hubungan antara variabel Pembiayaan Mudharabah, Biaya Operasional
Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dan Financing to Deposit
Ratio (FDR) terhadap Non Performing Financing (NPF), serta keterkaitan
terhadap Profitabilitas secara langsung maupun tidak langsung.
Penelitian ini dilakukan pada BPRS yag ada di Indonesia, dengan
data yang diambil merupan data dari bulan Januari 2013 sampai dengan
September 2017. Data yang digunankan adalah data statistik perbankkan
syarian yang diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank
Indonesia.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuntitatif, yaitu
penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui variabel-
variabel penelitian dalam angka dan melakukan analisis data.49
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian merupakan data
kuantitatif yaitu data yang bersifat numerik di mana skala pengukuran
variabelnya dapat berupa interval dan rasio.50
Data yang digunakan ialah
data sekunder dalam bentuk time series. Data sekunder adalah data yang
dikumpulkan secara tidak langsung dari sumbernya. Data sekunder
49
Singgih Santoso, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, (Jakarta: PT: Elek Media
Komuntindo, 2004), h.34 50
Heryanto dan Lukman, Statistik Ekonomi, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 8.
31
biasanya telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan
dipublikasikan kepada masyarkat pengguna data.51
Data yang digunakan
yakni data dari Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
dari bulan Januari 2013 hingga September2017.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini bersumber dari studi
kepustakaan dan studi dokumentasi.
Studi Kepustakaan, yang dilakukan untuk pengumpulan data
dengan cara membaca buku, jurnal, karya ilmiah, skripsi dan lain-lain
yang mengandung informasi yang berkaitan dengan data yang dibutuhkan
penulis.
Studi dokumentasi, untuk memperoleh data yang dibutuhkan
peneliti, dengan cara mengambil data yang sudah tersedia dan terpublikasi
yang bisa didapatkan di website Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank
Indonesia.
E. Operasional Variabel Penelitian
Operasional variabel penelitian merupakan suatu gambaran dalam
penelitian untuk memberikan informasi pengukuran mengenai variabel
yang digunakan dalam penelitian. Adapun variabel dalam penlitian ini
adalah:
1. Variabel Endogen
Return On Asset (ROA)
Rasio ROA adalah perbandingan antara laba sebelum pajak dibagi
total aktiva. Rumus ini digunakan untuk mengukur seberapa efektifnya
perusahaan dalam memanfaatkan sumber ekonomi untuk menciptakan
keuntungan.
Rumus yang digunakan adalah
Non Performing Financing (NPF)
51
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Jakarta: Alfabet, 1999)
32
NPF adalah tingkat pengembalian pembiayaan yang diberikan
deposan kepada bank dengan kata lain NPF merupakan tingkat
pembiayaan macet pada bank. NPF dapat diketahui dengan cara
menghitung Pembiayaan Non Lancar terhadap Total Pembiayaan. Apabila
semakin rendah NPF maka bank tersebut akan semakin mengalami
keuntungan, begitupun sebaliknya bila tingkat NPF tinggi bank tersebut
akan mengalami kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian
pembiayan yang macet atau tunggak.
Rumus untuk mencari NPF sebagai berikut:
2. Variabel Eksogen
Finacing to Deposit Ratio (FDR)
FDR adalah rasio antara besarnya seluruh jumlah
pembiayaan/kredit yang diberikan kepada nasabah dengan dana yang
diterima bank dari deposan.
Rasio FDR dapat diukur dengan membagi Total pembiayaan dibagi
total DPK dikalikan dengan 100%.
Pembiayaan Mudharabah
PSAK 105 mengartikan mudharabah sebagai akad kerjasama usaha
antara dua pihak di mana pihak pertama sebagai pemilik dana/ shahibul
maal yang menyediakan dana, sedangkan pihak kedua sebagai pengelola
dana/ mudharib yang bertindak untuk mengelola dana, dan keuntungan
akan dibagi sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya
ditanggung oleh pemilik dana, selama kerugian tersebut bukan karena
kelalaian pengelola dana.52
52
Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat,
2014), h. 128
33
Akad mudharabah di suatu perbankan biasanya diaplikasikan pada
produk pembiayaan seperti pembiayaan modal kerja. Dana yang
digunakan untuk akad mudharabah diambil dari simpanan tabungan
berjangka, seperti tabungan haji atau kurban. Dana juga diambil dari
deposito biasa dan deposito spesial yang dititipkan nasabah untuk usaha
tertentu.53
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat
efisiensi dan kemampuan bank daklam melakukan operasi. Rasio biaya
operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dengan
pendapatan operasional semakin rendah BOPO semakin efisien bank
tersebut dalam menekan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi
biaya maka keuntungan yang diperoleh bank semakin besar.
BOPO diukur dengan membagi Biaya Operasional dengan
Pendapatan Operasional.
F. Teknik Analisis Data
Teknis analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier
berganda dengan metode path analysis. Metode analisis tersebut
menggambarkan atau mendeskripsikan keterkaitan antara beberapa
variabel baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk mengolah
data statistik peneliti juga menggunakan software Microsoft Excel 2010
dan IBM SPSS Statistic version 16.0.
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas untuk menguji nilai residual pada model regresi
berdistribusi normal atau tidak. Nilai residual dikatakan berdistribusi
normal apabilai nilai residual tersebut sebagian besar mendekati nilai rata-
53
Bustari Muchtar, Rose Rahmidani dan Menik Kurnia, Bank dan Lembaga Keuangan
Lain, (Jakarta: Kencana, 2016), h. 127
34
rata. Nilai residual yang berdistribusi normal jika digambarkan dengan
kurva akan membentuk gambar lonceng (bell-shaped curve) yang kedua
sisinya melebar sampai tidak terhingga. Untuk mendeteksi nilai residual
berdistribusi normal atau tidak, maka dapat menggunaka metode analisis
grafik dan metode statistik.
Metode analisis grafik yang digunakan untuk menguji normalitas
pendekatan grafik adalah Normal Probability Plot, yaitu membandingkan
distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif
dari distribusi normal. Distribusi normal digambarkan dengan sebuah garis
diagonal lurus dari kiri bawah ke kanan atas, sedangkan distribusi
kumulatif dari data sesungguhnya digambarkan dengan ploting. Jika data
normal maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan
mengikut atau merapat kegaris diagonalnya.54
Uji normalitas yang menggunakan uji statistiknon-parametrik
Kolmogorov-Smirnov merupakan uji normalitas menggunakan fusngsi
distribusi kumulatif. Nilai residual berdistribusi normal jika K hitung < K
tabel atau nilai Sig.> alpha.55
b. Uji Multikoliniearitas
Koliniearitas berarti terjadi korelasi linier yang mendekati
sempurna antar dua variabel bebas, sedangkan multikolinieritas adalah
terjadi korelasi linier yang mendekati sempurna antar lenih dari dua
variabel bebas.
Uji multikoliniearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atau sempurna di
antara variabel bebas atau tidak, jika ada maka model regresi tersebut
mengandung gejala multikolinier.56
Menggunakan nilai TOL (Tolerance) dan VIF (Variance Inflation
Factor), salah satu cara untuk menguji gejala multikoliniearitas dlam
54
Suliyanto, Ekonometrika Terapan-Teori dan Aplikasi dengan SPSS, Ed.1, (Yogyakarta:
ANDI, 2011), h. 69. 55
Suliyanto, Ekonometrika Terapan-Teori dan Aplikasi dengan SPSS, Ed.1, (Yogyakarta:
ANDI, 2011), h. 75 56
Suliyanto, Ekonometrika Terapan-Teori dan Aplikasi dengan SPSS, Ed.1, (Yogyakarta:
ANDI, 2011), h. 81
35
model regresi dengan melihat nilai TOL dan VIF dari masing-masing
variabel bebas terhadap variabel terikat.
Jika nilai VIF tidak lebih dari 10,00 maka dinyatakan tidak
mengandung multikolinearitas, begitupun sebaliknya.57
c. Uji Heterokedastisitas
Heterokedatisitas berarti ada varian variabel pada model regresi
yang tidak sama (konstan). Jika varian variabel tersebut memiliki nilai
yang sama disebut dengan homokedastisitas. pada penelitian cross-section
biasa terjadi masalah heterokedastisitas.58
Untuk mendeteksi adanya
masalah heteroskedastisitas dapat mengunakan metode analisis grafik dan
metode statistik. Metode yang saya gunakan metode Glejser.
Uji heteroskedatisitas dengan metode Glejser dilakukan dengan
meregresikan semua variabel bebas terhadap nilai mutlak residualnya. Jika
terdapat pengaruh variabel bebas yang signifikan terhadap nilai mutlak
residualnya maka model terdapat masalah heteroskedastisitas. Persamaan
yang digunakan untuk uji glejser sebagai berikut:59
| |
Keterangan:
| | : Nilai residual mutlak
: Variabel bebas
Jika β signifikan maka terdapat pengaruh variabel bebas terhadap
nilai residual mutlak sehingga dapat dinyatakan terdapat gejala
heteroskedastisitas. Jika nilai probabilitas lebih besar dari nilai alpha (sig.
57
Suliyanto, Ekonometrika Terapan-Teori dan Aplikasi dengan SPSS, Ed.1, (Yogyakarta:
ANDI, 2011), h.82 58
Suliyanto, Ekonometrika Terapan-Teori dan Aplikasi dengan SPSS, Ed.1, (Yogyakarta:
ANDI, 2011), h. 95 59
Suliyanto, Ekonometrika Terapan-Teori dan Aplikasi dengan SPSS, Ed.1, (Yogyakarta:
ANDI, 2011), h. 98
36
> α), maka dipastikan model tidak megandug gejala heteroskedastisitas
atau apabila t hitung < t tabel.60
d. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi rtujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi
antara serangkaian data observasi yang diuraikan menurut waktu (times-
series) atau ruang (cross-section). Menurut Gujarati, ada beberapa cara
untuk mendeteksi ada atau tidaknya masalah otokorelasi, yaitu
menggunakan analisis grafik, metode Durbin-Waston, Metode Van
hewmann dan metode Runtest, sebagai salah satu uji statistik non
parametrik.61
Metode yang saya gunakan metode Durbin-Waston.
Metode Durbin-Waston (Uji D-W) merupakan uji yang sangat
populer untuk menguji ada atau tidaknya masalah Autokrelasi dari model
empiris yang diestimasi. Rumus yang digunakan untuk uji Durbin-Watson
adalah:62
∑
Keterangan:
DW : Nilai Durbin-Waston Test
e : Nilai residual
: Nilai residual satu periode sebelumnya
Pengambilan keputusan pada hasil uji DW memerlukan dua nilai
bantu yang diperoleh dari tabel Durbin-Watson, yaitu dL dan dU, dengan
K = jumlah variabel bebas dan n = ukuran sampel..63
Adanya Autokorelasi pada sebuah data secara umum dapat
diketahui melalui uji Durbin Watson sebagai berikut:64
60
Suliyanto, Ekonometrika Terapan-Teori dan Aplikasi dengan SPSS, Ed.1, (Yogyakarta:
ANDI, 2011), h. 102 61
Suliyanto, Ekonometrika Terapan-Teori dan Aplikasi dengan SPSS, Ed.1, (Yogyakarta:
ANDI, 2011), h. 126 62
Suliyanto, Ekonometrika Terapan-Teori dan Aplikasi dengan SPSS, Ed.1, (Yogyakarta:
ANDI, 2011), h. 126 63
Suliyanto, Ekonometrika Terapan-Teori dan Aplikasi dengan SPSS, Ed.1, (Yogyakarta:
ANDI, 2011), h. 129
37
a. Jika angka DW di bawah -2, maka terjadi outokorelasi positif
b. Jika angka DW di antara -2 sampai +2 maka tidak terjadi autokorelasi
positif dan negatif
c. Jika angka DW di atas +2, maka terjadi autokorelasi negatif
2. Analasis Jalur (Path Analysis)
Analisis jalur merupakan perimbangan dari analisis regresi,
sehingga analisis regresi dapat dikatakan sebagai bentuk khusus dari
analisis jalur. Analisis jalur digunakan untuk melukiskan dan menguji
model hubungan antara variabel yang berbentuk sebab akibat (bukan
hubungan intraktif), maka dalam model hubungan antar variabel tersebut,
terdapat variabel independent yang disebut eksogen, dan variabel
dependent (variabel endogen).65
Analisis Jalur memiliki beberapa model-model jalur dari yang
paling sederhana hingga yang rumit, sebagai berikut:66
a. Tipe Regresi Berganda, model ini merupakan pengembangan regresi
berganda dengan menggunakan dua variabel eksogen, yaitu X1 dan X2
dengan variabel endogen Y. Model digambarkan sebagai berikut:
b. Model Mediasi, model perantara di mana variabel Y memodifikasi
pengaruh variabel X terhadap variabel Z.
64
Siti Robiah, “Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Efesiensi, Profitabilitas dan
Kesehatan Bank Syariah Periode 2009-2016”, (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta, 2017), h. 31. 65
Zulfikar dan Nyoman Budiantara, Manajemen Riset dengan Pendekatan Komputasi
Statistika Cet. 1, (Yogyakarta: Deepublish, 2014), h. 287 66
Danang Sunyoto, Riset Bisnis dengan Analisis Jalur SPSS, (Yogyakarta: Penerbit Gava
Media, 2011), h. 8-10.
38
c. Model Kombinasi Pertama dan Kedua, merupakan kombinasi antara
model pertama dan kedua yaitu variabel X berpengaruh secara
langsung dan secara tidak langsung mempengaruhi variabel Z melalui
variabel Y. Model ini yang digunakan penulis pada penelitian ini.
Model digambarkan sebagai berikut:
d. Model Kompleks, merupakan model yang lebih kompleks, yaitu
variabel X1 secara langsung mempengaruhi Y2 dan melalui variabel X2
secara tidak langsung mempengaruhi Y2, sementara itu variabel Y2
dipengaruhi oleh variabel Y1.
Pengguna analisis jalur dalam analisis data riset didasarkan
beberapa asumsi sebagai berikut:67
Hubungan antar variable yang akan dianalisis berbentuk linier,
aditif dan kausal;
a. Variabel-variabel residual tidak berkolerasi dengan variabel yang
mendahuluinya, dan tidak juga berkolerasi dengan variabel lain;
b. Dalam model hubungan variabel hanya terdapat jalur kausal/ sebab
akibat searah;
c. Setiap variabel yang dianalisis adalah data interval dan berasal dari
sumber yang sama.
3. Uji Hipotesis
a. Uji Koefisien Determinasi (R Square)
Koefisien determinasi merupakan besarnya kontribusi variabel
bebas terhadap variabel terikat. Semakin tinggi koefisien determinasi
maka semakin tinggi variabel bebas dalam menjelaskan variasi perubahan
67
Zulfikar dan Nyoman Budiantara, Manajemen Riset dengan Pendekatan Komputasi
Statistika Cet. 1, (Yogyakarta: Deepublish, 2014), h. 288
X
Y
Z
39
pada variabel terikatnya.68
Nilai R2
akan berkisar 0 sampai 1, nilai R2
= 1
menunjukan bahwa 100% total variasi yang diterangkan oleh variabel
bebas X1 maupun X
2 mampu menerangkan variabel Y sebesar 100%.
Apabila nilai koefisien determinasi lebih besar dari 0,5 menunjukan bahwa
variabel bebas X dapat menjelaskan variabel terikat Y dengan baik atau
kuat.69
Koefisien determinasi memiliki kelemahan yaitu terhadap jumlah
variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi, setiap penambahan
satu variabel bebas dan jumlah pengamatan pada model akan
meningkatkan nilai R2
meskipun variabel yang ditambahkan tidak
berpengaruh signifikan terhadap varibel terikat. Mengurangi hal tersebut,
maka dapat menggunakan koefisien deteminasi yang telah disesuaikan,
Adjusted R Square (R2
adj). Koefisien deteminasi yang telah disesuaikan
adalah koefisien tersebut telah dikoresi dengan memasukan jumlah
variabel dan ukuran sampel yang digunakan.70
b. Uji Simultan (uji F)
Uji F digunakan untuk mengevaluasi pengaruh semua variabel
independen tehadap dependen atau merupakan uji signifikansi model
regresi. Uji F ini bisa dijelaskan dengan menggunakan analisis varian
(analysis of variance = ANOVA).71
Prosedur uji F untuk menguji apakah variabel independen X secara
bersama-sama berpengaruh terhadap dependen Y sebagai berikut:72
1. Membuat hipotesis nol H0 dan hipotesis alternatif Ha.
2. Mencari nilai F hitung dan nilai F tabel. Nilai F tabel dapat dilihat
berdasarkan besarnya α dan df di mana untuk nilai α = (k - 1), dan df =
(n - k).
68
Suliyanto, Ekonometrika Terapan-Teori dan Aplikasi dengan SPSS, Ed.1, (Yogyakarta:
ANDI, 2011), h. 39 69
Suharyadi dan Purwanto S.K, Statistika: untuk Ekonomi dan Keuangan Modern, Ed. 2,
(Jakarta: Salemba Empat, 2009), h. 217 70
Suliyanto, Ekonometrika Terapan-Teori dan Aplikasi dengan SPSS, Ed.1, (Yogyakarta:
ANDI, 2011), h. 59 71
Agus Widarjono, Analisis Multivariat Terapan dengan Program SPSS, AMOS, dan
SMARTPLS, Ed. 2, ( Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2015), h. 19 72
Agus Widarjono, Analisis Multivariat Terapan dengan Program SPSS, AMOS, dan
SMARTPLS, Ed. 2, ( Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2015), h. 21.
40
3. Menolak atau menerima H0 sebagai berikut:
a. Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak yang berarti secara bersama-
sama variabel independen mempengaruhi variabel dependen.
b. Jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima yang berarti secara bersama-
sama semua variabel independen tidak mempengaruhi variabel
dependen.
c. Uji Parsial (uji T)
Uji t digunakan untuk membuktikan apakah variabel independen
mempengaruhi variabel dependen secara individual. Terdapat dua
hipotesis yag diajukan oleh setiap peneliti yaitu hipotesis nol H0 dan
hipotesis alternatif Ha.73
Dalam melakukan uji t harus ditentukan ingin menggunakan uji
satu sisi atau uji dua sisi. Uji hipotesis dengan satu sisi dipilih apabila
mempunyai dasar teori atau dugaan yang kuat dan sebaliknya apabila tidak
memiliki dasar teori atau dugaan yang kuat maka yang dipilih uji dengan
dua sisi.74
Prosedur uji t untuk menguji apakah variabel independen X
berpengaruh terhadap dependen Y secara individual, dengan β1 sebagai
estimator variabel independen, sebagai berikut:75
1. Membuat hipotesis nol H0 dan hipotesis alternatif Ha.
Jika hipotesis negatif, maka menggunakan uji hipotesis dengan satu
sisi negatif
H0 : β1 = 0
Ha : β1 < 0
Jika hipotesis positif, maka menggunakan uji hipotetis satu sisi positif
H0 : β1 = 0
Ha : β1 > 0
73
Agus Widarjono, Analisis Multivariat Terapan dengan Program SPSS, AMOS, dan
SMARTPLS, Ed. 2, ( Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2015), h. 22.
74
Agus Widarjono, Analisis Multivariat Terapan dengan Program SPSS, AMOS, dan
SMARTPLS, Ed. 2, ( Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2015), h. 22. 75
Agus Widarjono, Analisis Multivariat Terapan dengan Program SPSS, AMOS, dan
SMARTPLS, Ed. 2, ( Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2015), h. 23
41
Jika hipotesis bisa positif maupun negatif, maka menggunakan uji
hipotesis dua sisi
H0 : β1 = 0
Ha : β1 ≠ 0
2. Menghitung nilai statistik t (t hitung) dan mencari t tabel.
3. Membandingkan nilai t hitung dengan tabel. Keputusan menolak atau
menerima H0 sebagai berikut:
Jika nilai t hitung > nilai t tabel maka H0 ditolak, yang berarti variabel
independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
Jika nilai t hitung < nilai t tabel maka H0 diterima, yang berarti
variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.
d. Uji Kolerasi
Analisis kolerasi adalah teknik yang digunakan untuk menukur
keeratan hubungan atau kolerasi antara dua variabel.76
Pada metode
analisis jalur (path analysis) digunakan untuk mengukur hubungan linier
antara dua variabel yaitu variabel terikat dengan variabel bebas.77
Koefisien kolerasi mempunyai nilai antara -1 sampai dengan 1,
apabilai nilai r = -1 maka disebut dengan linier sempurna negatif, dapat
terjadi apabila titk contoh atau kombinasi terletak pada suatu garis lurus
yang mempunyai kemiringan negatif. Nilai r = 1 disebut dengan linier
sempurna positif. Nilai koefisien kolerasi yang mendekati nilai -1 atau 1
dapat dikatakan gubungan kedua variabel kuat atau kolerasi ku=edua
variabel tinggi. Tetapi apabila nilai r mendekati 0, dapat dikatakan
hubungan antara kedua variabel sangat lemat atau mungkin mendekati
tidak ada sama sekali.78
Menurut Lind (2003), besar hubungan baik kuat
maupun lemah dapat digambarkan sebagi berikut.79
76
Suharyadi dan Purwanto S.K, Statistika: untuk Ekonomi dan Keuangan Modern, Ed. 2,
(Jakarta: Salemba Empat, 2009), h. 158 77
Imam Ghazali, Aplkasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Cet. 1, (
Semarang: Badan Penerbit Universita Diponegoro, 2001), h. 86. 78
Suharyadi dan Purwanto S.K, Statistika: untuk Ekonomi dan Keuangan Modern, Ed. 2,
(Jakarta: Salemba Empat, 2009), h. 159 79
Suharyadi dan Purwanto S.K, Statistika: untuk Ekonomi dan Keuangan Modern, Ed. 2,
(Jakarta: Salemba Empat, 2009), h. 160
42
Gambar 3.1
Hubungan kuat dan lemahnya suatu korelasi
Kolerasi negatif
sempurna Korelasi
negatif sedang Tidak ada
kolerasi Korelasi
positif sedang korelasi positif
sempurna
Korelasi
negatif kuat Korelasi
negatif lemah Korelasi
positif lemah Korelasi
positif kuat
-1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0
Korelasi negatif Korelasi Positif
43
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Penelitian
Penelitian ini menggunakan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) di Indonesia dengan periode Januari 2013 sampai dengan
September 2017, dengan total BPRS di Indonesia sebanyak 167 bank.
Variabel yang digunakan untuk penelitian ini, dengan variabel endogen
tergantung adalah Return On Asset sebagai variabel Z, variabel endogen
perantara adalah Non Performing Financing sebagai variabel Y dan
variabel eksogen adalah Financing to Deposit Ratio sebagai variabel X1,
Pembiayaan Mudharabah sebagai variabel X2 dan Biaya Operasional
terhadap Pendapatan Operasional sebagai variabel X3. Penjelasan tentang
perkembangan variabel-variabel tersebut dari tahun 2013 hingga 2017,
sebagai berikut:
Grafik 4.1
Perkembangan ROA Januari 2013- September 2017
Sumber: Data dari Statistik Perbankan Syariah
Grafik 4.1 menunjukan perkembangan rasio ROA pada BPRS
mengalami penurunan dari tahun 2013 hingga 2017. Angka tertinggi yang
0.00%
0.50%
1.00%
1.50%
2.00%
2.50%
3.00%
3.50%
Jan
/13
May
/13
Sep
/13
Jan
/14
May
/14
Sep
/14
Jan
/15
May
/15
Sep
/15
Jan
/16
May
/16
Sep
/16
Jan
/17
May
/17
Sep
/17
ROA
ROA
44
didapat BPRS pada bulan April tahun 2013 sebesar 3,14% dan angka
terendah pada bulan Maret tahun 2015 sebesar 2,07%. Besar kecilnya rasio
ROA dapat menentukan apakah bank tersebut beroperasi dengan baik atau
tidak. Angka rasio yang tinggi dapat menunjukan kemampuan manajemen
suatu bank dalam menghasilkan income dari pengelolaan dari pengelolaan
aset yang dimiliki.
Grafik 4.2
Perkembangan NPF Januari 2013- September 2017
Sumber: Data dari Statistik Perbankan Syariah
Grafik 4.2 menunjukan perkembangan NPF yang fluktuatif, akan
tetapi rasio NPF pada BPRS selalu meningkat dari tahun 2013 sampai
2017. Nilai NPF terendah sebesar 6,50% pada bulan Desember tahun
2013, tahun 2015 nilai terendah NPF pada bulan Desember dan tahun
2017 pada bulan Januari sebesar 9,61%. Nilai terendah pada setiap
tahunnya masih tinggi karena menurut Bank Indonesia bank yang dapat
memperoleh keuntungan yang besar adalah bank yang mampu menekan
nilai rasio ini di bawah 5%.80
80
Anin Diyanti, “Analisis Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Terjadinya
Non Performing Loan (Studi Kasus Bank Umum Konvensional yang menyediakan Layanan
Kredit Pemilikan Rumah Periode 2008-2011)”, (Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis,
Universitas Diponegoro, 2012), h. 29.
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
10.00%
12.00%
Jan
-13
May
-13
Sep
-13
Jan
-14
May
-14
Sep
-14
Jan
-15
May
-15
Sep
-15
Jan
-16
May
-16
Sep
-16
Jan
-17
May
-17
Sep
-17
NPF
NPF
45
Grafik 4.3
Perkembangan FDR Januari 2013- September 2017
Sumber: Data dari Statistik Perbankan Syariah
Grafik 4.3 menunjukan nilai rasio FDR yang berfluktuatif setiap
tahunnya, rasio FDR adalah salah satu penilaian likuiditas bank. Rasio
tersebut dapat menjelaskan seberapa besar kemampuan bank dalam
menyalurkan dana yang diterima bank. Dari tahun 2013 hingga 2017 nilai
rasio FDR terendah sebesar 113,79% pada bulan Januari 2017, dan nilai
rasio FDR tertinggi sebesar 135,68% pada bulan Juni 2015. Menurut Bank
Indonesia, suatu bank dianggap sehat apabila nilai rasio FDR di bawah
110%, karena bank yang memiliki nilai rasio FDR hingga 100%, bank
tersebut berhasil menyalurkan pembiayaan. Akan tetapi apabila nilai rasio
ini telah lebih dari 110%, bank perlu berhati-hati karena dana yang
disalurkan melebihi dana yang dimiliki oleh bank, hal dapat menyebabkan
kredit bermasalah.
100.00%
105.00%
110.00%
115.00%
120.00%
125.00%
130.00%
135.00%
140.00%
Jan
/13
May
/13
Sep
/13
Jan
/14
May
/14
Sep
/14
Jan
/15
May
/15
Sep
/15
Jan
/16
May
/16
Sep
/16
Jan
/17
May
/17
Sep
/17
FDR
FDR
46
Grafik 4.4
Perkembangan Pembiayaan Mudharabah Januari 2013-
September 2017
Sumber: Data dari Statistik Perbankan Syariah
Pembiayaan mudharabah setiap tahun mengalami peningkatan dari
tahun 2013 hingga tahun 2017, di tahun 2016 pada bulan Mei BPRS dapat
menyalurkan dananya sebesar Rp 189.041, akan tetapi angka tersebut
masih jauh dengan pembiayaan musyarakah dan murabahah. Pembiayaan
murabah setiap tahunnya meningkat, dari bulan Januari 2013 yang
awalnya BPRS menyalurkan dana sebesar Rp 2.875.131 terus meningkat
hingga Rp 5.697.837 pada bulan September 2017. Artinya nasabah masih
lebih tertarik melakukan transaksi jual beli daripada untuk modal usaha,
begitupun bank masih mengkhawatirkan apabila terjadi kerugian pada
usaha yang bukan disebabkan kelalaian nasabah (mudharib) bank yang
akan menanggung kerugian tersebut.
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000
160000
180000
200000
Jan
/13
May
/13
Sep
/13
Jan
/14
May
/14
Sep
/14
Jan
/15
May
/15
Sep
/15
Jan
/16
May
/16
Sep
/16
Jan
/17
May
/17
Sep
/17
Pembiayaan Mudharabah
PembiayaanMudharabah
47
Grafik 4.5
Perkembangan BOPO Januari 2013- September 2017
Sumber: Data dari Statistik Perbankan Syariah
Berdasarkan grafik di atas menunjukan nilai rasio BOPO masih
aman di bawah 96% (menurut Bank Indonesia), dari tahun 2013 hingga
2017 nilai tertinggi rasio BOPO sebesar 91,89% pada tahun 2016 bulan
Januari. Hal ini menandakan bahwa BPRS dapat menekan biaya
operasional, karena dengan efisiensi biaya maka keuntungan yang
diperoleh bank semakin besar.
70.00%
75.00%
80.00%
85.00%
90.00%
95.00%
Jan
/13
May
/13
Sep
/13
Jan
/14
May
/14
Sep
/14
Jan
/15
May
/15
Sep
/15
Jan
/16
May
/16
Sep
/16
Jan
/17
May
/17
Sep
/17
BOPO
BOPO
48
B. Uji Asumsi Klasik dan Analisis Jalur Struktural I
Pada penelitian ini menggunakan analisis jalur yang dibagi menjadi
dua stuktural. Variabel stuktural yang pertama meliputi, variabel
Financing To Deposit Ratio (FDR), Pembiayaan Mudharabah dan
Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) sebagai
variabel eksogen (independen) dan Non Performing Financing (NPF)
sebagai variabel endogen (dependen), sedangkan stuktural yang kedua
meliputi, variabel Financing To Deposit Ratio (FDR), Biaya
Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dan Non
Performing Financing (NPF) sebagai variabel eksogen (independen)
dan Return On Asset (ROA) sebagai variabel endogen (dependen).
Persamaan Struktural I:
Keterangan:
Y = Rasio Non Performing Financing (NPF)
X1 = Rasio Financing to Deposit Ratio (FDR)
X2 = Pembiayaan Mudharabah
X3 = Rasio BOPO
e1 = Eror kesatu
49
a. Uji Normalitas
Tabel 4.1
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardize
d Residual
N 57
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .07187436
Most Extreme
Differences
Absolute .085
Positive .074
Negative -.085
Kolmogorov-Smirnov Z .641
Asymp. Sig. (2-tailed) .805
a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan hasil dari Tabel 4.1, menunjukan bahwa data
berditribusi normal, karena hasil dari nilai signifikan Kolmoorov-Smirnov
sebesar 0,805 > 0,05. Dengan demikian, data ini berdistribusi normal.
50
b. Uji Multikolinearitas
Tabel 4.2
Uji Multikoliniearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardi
zed
Coefficie
nts
t Sig.
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta
Tolera
nce VIF
1 (Constant) -4.270 1.393 -3.066 .003
Ln_FDR -.456 .234 -.151 -1.950 .056 .891 1.123
Ln_Pembiayaan
Mudharabah .417 .065 .624 6.415 .000 .563 1.777
Ln_BOPO .835 .295 .274 2.831 .007 .568 1.760
a. Dependent Variable:
Ln_NPF
Berdasarkan hasil dari Tabel 4.2 menunjukan bahwa semua
variabel tidak mengandung multikoliniearitas:
a. Hasil dari variabel FDR menunjukan nilai tolerance sebesar 0,891 >
0,1, dan nilai VIF sebesar 1,123 < 10,00, dari hasil tersebut
menunjukan bahwa variabel FDR tidak mengandung multikolinieritas.
b. Hasil dari variabel Pembiayaan Mudharabah menunjukan nilai
tolerance sebesar 0,563 > 0,1, dan nilai VIF sebesar 1,777 < 10,00, dari
hasil tersebut menunjukan bahwa variabel Pembiayaan Mudharabah
tidak mengandung multikolinieritas.
c. Hasil dari variabel BOPO menunjukan nilai tolerance sebesar 0,568 >
0,1, dan nilai VIF sebesar 1,760 < 10,00, dari hasil tersebut
menunjukan bahwa variabel BOPO tidak mengandung
multikolinieritas.
51
c. Uji Heterokedatisitas
Gambar 4.1
Uji Heterokedatisitas
Berdasarkan Gambar 4.1 menunjukan bahwa data ini tidak
mengandung heterokedatisitas, yang ditunjukan dari titik-titik yang
menyebar di atas maupun di bawah angka 0 dan sumbu Y.
d. Uji Autokorelasi
Tabel 4.3
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate Durbin-Watson
1 .847a .718 .702 .07388 .748
a. Predictors: (Constant), Ln_BOPO, Ln_FDR, Ln_Pembiayaan Mudharabah
b. Dependent Variable: Ln_NPF
52
Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukan nilai DW sebesar 0,748, secara
umum nilai DW berada diantara -2 sampai +2 yang berarti data tersebut
tidak mengandung autokorelasi positif dan negatif.
C. Uji Statistik Struktural I
Persamaan Struktural I:
Gambar 4.2
Skema Struktual I
a) Uji Koefisien Determinasi (R Square)
Tabel 4.4
Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .847
a .718 .702 .07388
a. Predictors: (Constant), Ln_BOPO, Ln_FDR, Ln_Pembiayaan Mudharabah
b. Dependent Variable: Ln_NPF
Berdasarkan hasil dari Tabel 4.4, nilai Adjusted R Square sebesar
0,702, nilai tersebut untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel X
yaitu BOPO, FDR dan Pembiayaan Mudharabah mempengaruhi variabel
Y yaitu NPF. Dari hasil tabel di atas menunjukan bahwa variabel X
FDR (X1)
0)
Pembiayaan
Mudharabah (X2)
BOPO (X3)
NPF (Y)
53
mempengaruhi variabel Y sebesar 70,2%, dan sisanya 29,8% bahwa
variabel Y dipengaruhi oleh variabel lain di luar model ini.
b) Uji F (Uji Simultan)
Hipotesis:
c. Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak yang berarti secara bersama-
sama variabel independen mempengaruhi variabel dependen.
d. Jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima yang berarti secara bersama-
sama semua variabel independen tidak mempengaruhi variabel
dependen.
Tabel 4.5
Uji Simultan (Uji F)
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .736 3 .245 44.920 .000a
Residual .289 53 .005
Total 1.025 56
a. Predictors: (Constant), Ln_BOPO, Ln_FDR, Ln_Pembiayaan Mudharabah
b. Dependent Variable: Ln_NPF
Berdasarkan hasil dari Tabel 4.5, nilai Fhitung sebesar 44,920 dan
nilai Ftabel sebesar 2,78. Hasil tersebut didapati dari df1 4-1 = 3, dan df2 57-
4 = 53, maka Ftabel sebesar 2,78. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa Fhitung 44,920 > Ftabel 2,78, dengan signifikan 0,000 < 0,05, sehingga
H0 ditolak yang berarti secara bersama-sama variabel FDR, Pembiayaan
Mudharabah dan BOPO secara simultan dan signifikan berpengaruh
terhadap NPF.
54
c) Uji t (Uji Parsial)
Hipotesis:
a. Variabel Financing to Deposit Ratio (FDR)
H01 artinya FDR tidak berpengaruh secara parsial terhadap
NPF.
Ha1 artinya FDR berpengaruh secara parsial terhadap NPF.
b. Variabel Pembiayaan Mudharabah
H02 artinya Pembiayaan Mudharabah tidak berpengaruh secara
parsial terhadap NPF.
Ha2 artinya Pembiayaan Mudharabah berpengaruh secara parsial
terhadap NPF.
c. Variabel BOPO
H03 artinya BOPO tidak berpengaruh secara parsial terhadap
NPF.
Ha3 artinya BOPO berpengaruh secara parsial terhadap NPF.
Tabel 4.6
Uji Parsial (Uji t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficient
s
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -4.270 1.393
-3.066 .003
Ln_FDR -.456 .234 -.151 -1.950 .056
Ln_Pembiayaan
Mudharabah .417 .065 .624 6.415 .000
Ln_BOPO .835 .295 .274 2.831 .007
a. Dependent Variable: Ln_NPF
55
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dijelaskan bahwa:
1. Pengaruh FDR terhadap NPF
Hasil uji t menunjukan nilai variabel FDR dengan menggunakan uji
dua arah α/2 = 0,05/2 = 0,025 di mana df = n-4 = 57-4 = 53, sehingga
didapatkan nilai thitung -1,950 < ttabel 2,005. Dapat disimpulkan variabel
ini tidak berpengaruh secara parsial maupun signifikan terhadap
variabel NPF dengan nilai signifikansi 0.056 < 0.05. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak.
2. Pengaruh Pembiayaan Mudharabah terhadap NPF
Hasil uji t menunjukan nilai variabel Pembiayaan Mudharabah dengan
menggunakan uji dua arah α/2 = 0,05/2 = 0,025 di mana df = n-4 = 57-
4 = 53, sehingga didapatkan nilai thitung 6,415 > ttabel 2,005. Dapat
disimpulkan variabel ini berpengaruh secara parsial maupun
signifikan terhadap variabel NPF dengan nilai signifikansi 0.000 <
0.05. Jadi, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima.
3. Pengaruh BOPO terhadap NPF
Hasil uji t menunjukan nilai variabel BOPO dengan menggunakan uji
dua arah α/2 = 0,05/2 = 0,025 di mana df = n-4 = 57-4 = 53, sehingga
didapatkan nilai thitung 2,831 > ttabel 2,005. Dapat disimpulkan variabel
ini berpengaruh secara parsial maupun signifikan terhadap variabel
NPF dengan nilai signifikansi 0.007 < 0.05. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa H0 ditolak dan Ha diterima.
d) Koefisien Jalur Persamaan Struktural I
56
Tabel 4.7
Koefisien Jalur Persamaan Struktural I
Coefficientsa
Model
Standardiz
ed
Coefficient
s
Beta
1 (Constant)
Ln_FDR -.151
Ln_Pembiayaan
Mudharabah .624
Ln_BOPO .274
a. Dependent Variable: Ln_NPF
Berdasarkan Tabel 4.7 hasil koefisien jalur persamaan setiap
variabel. Variabel FDR sebesar -0,151, Pembiayaan Mudharabah sebesar
0,624 dan BOPO sebesar 0,274. Hasil nilai residu sebesar 0,282, angka
tersebut didapat dari √1- R2 = √1-0,718 = 0,282
Hasil dari persamaan analisis jalur struktural I, sebagai berikut:
D. Uji Asumsi Klasik dan Analisis Jalur Struktural II
Persamaan Struktural II:
Keterangan:
Z = Rasio ROA
X1 = Rasio Financing to Deposit Ratio (FDR)
X3 = Rasio BOPO
Y = -0,151 X1 + 0,624 X2 + 0,274 X3 + 0,282 e1
57
Y = Rasio Non Performing Financing (NPF)
e2 = Eror kedua
a. Uji Normalitas
Tabel 4.8
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardize
d Residual
N 57
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .06050322
Most Extreme
Differences
Absolute .082
Positive .082
Negative -.069
Kolmogorov-Smirnov Z .618
Asymp. Sig. (2-tailed) .840
a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan hasil dari Tabel 4.8, menunjukan bahwa data
berditribusi normal, karena hasil dari nilai signifikan Kolmoorov-Smirnov
sebesar 0,840 > 0,05. Dengan demikian, data ini berdistribusi normal.
58
b. Uji Multikolinearitas
Tabel 4.9
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficient
s
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta
Toleranc
e VIF
1 (Constant) 8.398 1.173 7.158 .000
Ln_FDR -.161 .203 -.061 -.791 .433 .833 1.200
Ln_BOPO -1.319 .260 -.499 -5.072 .000 .517 1.933
Ln_NPF -.389 .087 -.448 -4.482 .000 .501 1.994
a. Dependent Variable: Ln_ROA
Berdasarkan hasil dari Tabel 4.9 menunjukan bahwa semua
variabel tidak mengandung multikoliniearitas:
d. Hasil dari variabel FDR menunjukan nilai tolerance sebesar 0,833 >
0,1, dan nilai VIF sebesar 1,200 < 10,00, dari hasil tersebut
menunjukan bahwa variabel FDR tidak mengandung multikolinieritas.
e. Hasil dari variabel BOPO menunjukan nilai tolerance sebesar 0,517 >
0,1, dan nilai VIF sebesar 1,933 < 10,00, dari hasil tersebut
menunjukan bahwa variabel BOPO tidak mengandung
multikolinieritas.
f. Hasil dari variabel NPF menunjukan nilai tolerance sebesar 0,501 >
0,1, dan nilai VIF sebesar 1,7994 < 10,00, dari hasil tersebut
menunjukan bahwa variabel NPF tidak mengandung multikolinieritas.
59
c. Uji Heterokedatisitas
Gambar 4.3
Berdasarkan Gambar 4.3 menunjukan bahwa data ini tidak
mengandung heterokedatisitas, yang ditunjukan dari titik-titik yang
menyebar di atas maupun di bawah angka 0 dan sumbu Y.
d. Uji Autokorelasi
Tabel 4.10
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .857a .735 .720 .06219 1.004
a. Predictors: (Constant), Ln_NPF, Ln_FDR, Ln_BOPO
b. Dependent Variable: Ln_ROA
Berdasarkan Tabel 4.10 menunjukan nilai DW sebesar 1,004,
secara umum nilai DW berada diantara -2 sampai +2 yang berarti data
tersebut tidak mengandung autokorelasi positif dan negatif.
60
E. Uji Statistik Struktural II
Persamaan Struktural II:
Gambar 4.4
Skema Struktual II
a) Uji Koefisien Determinasi (R Square)
Tabel 4.11
Uji Koefisien Determinasi (R Square)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .857a .735 .720 .06219
a. Predictors: (Constant), Ln_NPF, Ln_FDR, Ln_BOPO
b. Dependent Variable: Ln_ROA
Berdasarkan hasil dari Tabel 4.11, nilai Adjusted R Square sebesar
0,720, nilai tersebut untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel
FDR, BOPO dan NPF mempengaruhi variabel Z yaitu ROA. Dari hasil
tabel di atas menunjukan bahwa variabel FDR, BOPO dan NPF
mempengaruhi variabel ROA sebesar 72,0%, dan sisanya 28,0%
menunjukan bahwa variabel Z dipengaruhi oleh variabel lain di luar model
ini.
FDR (X1)
0)
BOPO (X3)
NPF (Y)
ROA (Z)
61
b) Uji Simultan (Uji F)
Hipotesis:
a. Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti
secara bersama-sama variabel independen mempengaruhi variabel
dependen.
b. Jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak yang berarti
secara bersama-sama semua variabel independen tidak mempengaruhi
variabel dependen.
Tabel 4.12
Uji Simultan (Uji F)
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .568 3 .189 48.911 .000a
Residual .205 53 .004
Total .773 56
a. Predictors: (Constant), Ln_NPF, Ln_FDR, Ln_BOPO
b. Dependent Variable:
Ln_ROA
Berdasarkan hasil dari tabel 4.12, nilai Fhitung sebesar 48,911 dan
nilai Ftabel sebesar 2,78. Hasil tersebut didapati dari df1 4-1 = 3, dan df2 57-
4 = 53, maka Ftabel sebesar 2,78. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa Fhitung 48,911 > Ftabel 2,78, dengan signifikan 0,000 < 0,05, sehingga
H0 ditolak yang berarti secara bersama-sama variabel FDR, BOPO dan
NPF secara simultan dan signifikan berpengaruh terhadap variabel ROA.
c) Uji Parsial (Uji T)
Hipotesis:
a. Variabel FDR
H01 artinya FDR tidak berpengaruh secara parsial terhadap
ROA
Ha1 artinya FDR berpengaruh secara parsial terhadap ROA.
b. Variabel BOPO
62
H02 artinya BOPO tidak berpengaruh secara parsial terhadap
ROA.
Ha2 artinya BOPO berpengaruh secara parsial terhadap ROA.
c. Variabel NPF
H03 artinya NPF tidak berpengaruh secara parsial terhadap
ROA.
Ha3 artinya NPF berpengaruh secara parsial terhadap ROA.
Tabel 4.13
Uji Parsial (Uji T)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 8.398 1.173
7.158 .000
Ln_FDR -.161 .203 -.061 -.791 .433
Ln_BOPO -1.319 .260 -.499 -5.072 .000
Ln_NPF -.389 .087 -.448 -4.482 .000
a. Dependent Variable: Ln_ROA
Berdasarkan Tabel 4.13 dapat dijelaskan bahwa:
1. Pengaruh FDR terhadap ROA
Hasil uji t menunjukan nilai variabel FDR dengan menggunakan uji
dua arah α/2 = 0,05/2 = 0,025 di mana df = n-4 = 57-4 = 53, sehingga
didapatkan nilai thitung -0,791 < ttabel 2,005. Dapat disimpulkan variabel
ini tidak berpengaruh secara parsial dan signifikan, karena nilai
signifikan sebesar 0,433 > 0,05. Jadi, dapat disimpulkan bahwa H0
diterima dan Ha ditolak.
2. Pengaruh BOPO terhadap ROA
Hasil uji t menunjukan nilai variabel Pembiayaan Mudharabah dengan
menggunakan uji dua arah α/2 = 0,05/2 = 0,025 di mana df = n-4 = 57-
4 = 53, sehingga didapatkan nilai thitung -5,072 > ttabel 2,005. Dapat
63
disimpulkan variabel ini berpengaruh secara parsial maupun signifikan
terhadap variabel ROA dengan nilai signifikansi 0.000 < 0.05. Karena
hasil thitung negatif hal tersebut menunjukan bahwa BOPO secara
parsial mempengaruhi negatif terhadap ROA. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa H0 ditolak dan Ha diterima.
3. Pengaruh NPF terhadap ROA
Hasil uji t menunjukan nilai variabel NPF dengan menggunakan uji
dua arah α/2 = 0,05/2 = 0,025 di mana df = n-4 = 57-4 = 53, sehingga
didapatkan nilai thitung -4,482 > ttabel 2,005. Dapat disimpulkan variabel
ini berpengaruh secara parsial maupun signifikan terhadap variabel
ROA dengan nilai signifikansi 0.000 < 0.05. Karena hasil thitung negatif
hal tersebut menunjukan bahwa NPF secara parsial mempengaruhi
negatif terhadap ROA. Jadi, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan
Ha diterima.
d) Koefisien Jalur Persamaan Struktural II
Tabel 4.14
Uji Koefisien Jalur Persamaan Struktural II
Coefficientsa
Model
Standardize
d
Coefficients
Beta
1 (Constant
)
Ln_FDR -.061
Ln_BOP
O -.499
Ln_NPF -.448
a. Dependent Variable: Ln_ROA
Berdasarkan Tabel 4.15 hasil koefisien jalur persamaan setiap
variabel. Variabel FDR sebesar -0,061, BOPO sebesar -0,499 dan NPF
sebesar -0,448. Hasil nilai residu sebesar 0,265, angka tersebut didapat
dari √1- R2 = √1- 0,735 = 0,265.
64
Hasil dari persamaan analisis jalur struktural II, sebagai berikut:
c. Analisis Korelasi
Koefisien kolerasi mempunyai nilai antara -1 sampai dengan 1,
apabilai nilai r = -1 maka disebut dengan linier sempurna negatif, yang
artinya apabila variabel X meningkat maka variabel Y akan menurun dan
begitupun sebaliknya, sedangkan apabila nilai r = 1 disebut dengan linier
sempurna positif, artinya apabila variabel X meningkat begitupun variabel
Y akan meningkat dan begitupun sebaliknya. Tetapi apabila nilai r
mendekati 0, dapat dikatakan hubungan antara kedua variabel sangat
lemah atau mungkin mendekati tidak ada sama sekali.81
Tabel 4.15
Korelasi Antar Variabel
Correlations
Ln_FD
R
Ln_Pembiay
aan
Mudharabah
Ln_BOP
O Ln_NPF
Ln_RO
A
Ln_FDR Pearson
Correlation 1 -.161 .128 -.216 -.028
Sig. (2-tailed) .231 .341 .106 .834
N 57 57 57 57 57
Ln_Pembiay
aan
Mudharabah
Pearson
Correlation -.161 1 .615
** .817
** -.761
**
Sig. (2-tailed) .231 .000 .000 .000
N 57 57 57 57 57
81
Suharyadi dan Purwanto S.K, “Statistika: untuk Ekonomi dan Keuangan Modern, Ed.
2”, (Jakarta: Salemba Empat, 2009), h. 159
Z = -0,061 X1 - 0,499 X3 - 0,448 Y + 0,265e2
65
Ln_BOPO Pearson
Correlation .128 .615
** 1 .639
** -.793
**
Sig. (2-tailed) .341 .000 .000 .000
N 57 57 57 57 57
Ln_NPF Pearson
Correlation -.216 .817
** .639
** 1 -.753
**
Sig. (2-tailed) .106 .000 .000 .000
N 57 57 57 57 57
Ln_ROA Pearson
Correlation -.028 -.761
** -.793
** -.753
** 1
Sig. (2-tailed) .834 .000 .000 .000
N 57 57 57 57 57
**. Correlation is significant at the 0.01
level (2-tailed).
Pengujian di bawah berdasarkan uji probabilitas, yang apabila nilai
probabilitas > 0.05 maka H0 diterima dan jika nilai < 0.05 maka H0
ditolak.
Tabel 4.16
Koefisien Korelasi
No Hubungan Koefisien
Korelasi
Keterangan Nilai Sig. Kesimpulan
1 FDR dengan
NPF
-0,216 Sangat
Lemah
0,106 Tidak
Signifikan
2 Pembiayaan
Mudharabah
dengan NPF
0,817 Kuat 0,000 Signifikan
3 BOPO dengan
NPF
0,639 Moderat 0,000 Signifikan
4 FDR dengan
ROA
-0,028 Sangat
Lemah
0,834 Tidak
Signifikan
5 BOPO dengan
ROA
-0,793 Kuat 0,000 Signifikan
66
6 NPF dengan
ROA
-0,753 Kuat 0,000 Signifikan
d. Perhitungan koefisien Jalur dan Pengaruh Langsung dan Tidak
Langsung
Tabel 4.18
Perhitungan Pengaruh dan Total
Variabel Koefisien
Jalur
Pengaruh Total
Langsung Tidak Langsung
X1
Terhadap
Y -0,151 -0,151 - -0,151
X2
Terhadap
Y 0,624 0,624 - 0,598
X3
Terhadap
Y 0,274 0,274 - 0,274
X1
Terhadap
Z -0,061 -0,061 0,067 0,006
X3
Terhadap
Z -0,499 -0,499 -0,123 -0,622
Y
Terhadap
Z -0,448 -0,448 - -0,448
Ꜫ1 0,282
0,2822=
0,0795
Ꜫ2 0,265
0,2652=
0,0702
67
Gambar 4.5
Skema Struktural I dan Struktural II
0,282e1 0,265e2
-0,161
0,624 -0,448
0,615
F. Analisis Hasil Penelitian
a) Persamaan Struktural I
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, berikut adalah
penjelasan dari hasil persamaan struktural I:
Hasil dari penelitian menunjukan bahwa secara simultan variabel
FDR, Pembiayaan Mudharabah dan BOPO memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel NPF dengan nilai signifikan 0,000 < 0,05.
Dan hasil dari R Square dengan Adjusted R Square menunjukan bahwa
variabel X mempengaruhi variabel Y sebesar 70,2%, dan sisanya 29,8%
bahwa variabel Y dipengaruhi oleh variabel lain di luar model ini.
FDR
(X1)
Pembiayaan
Mudharabah
(X2)
BOPO
(X3)
NPF
(Y)
ROA
(Z)
-0,172
-0,061
0,274 -0,499
0,128
Y = -0,151 X1 + 0,624 X2 + 0,274 X3 + 0,282 e1
68
Hasil dari pengujian statistik parsial menunjukan bahwa, variabel
FDR tidak mempengaruhi variabel NPF secara signifikan dengan nilai
signifikansi 0.056 < 0.05. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian
hasil penelitian Dandy Gustian Alissanda82
yang menyimpulkan variabel
FDR tidak memiliki pengaruh terhadap NPF karena hasil dari penelitian
yang didapatnya besar pengaruh FDR terhadap NPF sebesar 0,7%. Dan
FDR mempengaruhi NPF secara langsung sebesar 2,28%, hasil diperoleh
dari -0,1512 x 100% = 2,28%.
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zakiyah Dwi
dan Yulizar83
mengindikasikan bahwa kredit yang disalurkan pada
perbankan konvensional dan pembiayaan yang disalurkan perbankan
syariah kepada setiap nasabahnya, berkualitas baik, sehingga ekspansi
kredit yang dilakukan perbankan konvensional maupun ekspansi
pembiayaan yang dilakukan perbankan syariah dapat meningkatkan return
kedua jenis perbankan, dan menurunkan tingkat NPL atau NPFnya..
Hasil dari pengujian statistik parsial menunjukan bahwa, variabel
Pembiayaan Mudharabah berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap variabel NPF dengan nilai signifikansi 0.000 < 0.05. Artinya
setiap peningkatan dana pembiayaan yang disalurkan oleh bank dapat
berisiko terjadinya pembiayaan bermasalah (NPF). Dan Pembiayaan
Mudharabah mempengaruhi NPF secara langsung sebesar 38,93%, hasil
diperoleh dari 0,6242 x 100% = 38,93%.
Begitu pula hasil dari pengujian statistik parsial variabel BOPO
yang menunjukan bahwa, variabel ini berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap variabel NPF dengan nilai signifikansi 0.007 < 0.05.
Artinya setiap peningkatan dana BOPO oleh bank dapat menyebabkan
terjadinya pembiayaan bermasalah (NPF). Pengaruh BOPO terhadap NPF
82
Dandy Gustian Alissanda, “Pengaruh CAR, BOPO, dan FDR terhadap Non Performing
Finance (NPF) pada Bank Umum Syariah Tahun 2011-2013.” (Keuangan dan Perbankan Syariah,
Fakultas Syariah, Universitas Islam Bandung, Bandung, 2015), h. 156. 83
Zakiya Dwi Poetry dan Yulizar D Sanrego, “Pengaruh Variabel Makro dan Mikro
Terhadap NPL Perbankan Konvensional dan NPF Perbankan Syariah.” Islamic Finance &
Business Review, Vol. 6 No.2 Agustus-Desember 2011, h. 95.
69
secara langsung sebesar 7,51%, hasil ini diperoleh dari 0,2742 x 100% =
7,51%.
Hasil penelitian ini selaras dengan hasil penelitian Dandy Gustian
Alissanda84
yang menyimpulkan semakin tinggi rasio BOPO maka
kualitas pembiayaan akan berkurang, sehingga dapat menyebabkan
peningkatan pada rasio pembiayaan bermasalah karena total pembiayaan
berkurang. Berbeda dengan hasil penelitian Irman Firmansyah85
, yang
menyimpulkan bahwa ukuran bank dan rasio biaya operasional terhadap
pendapatan operasional (BOPO) tidak berpengaruh terhadap pembiayaan
bermasalah, hal ini memberikan bukti statistik bahwa besar kecilnya total
aset serta efisiensi suatu tidak berpengaruh terhadap NPL.
b) Persamaan struktural II
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, berikut adalah
penjelasan dari hasil persamaan struktural II:
Hasil dari penelitian menunjukan bahwa secara simultan variabel
FDR, BOPO dan NPF bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap variabel ROA dengan nilai signifikan 0,000 < 0,05. Dan hasil
dari R Square dengan Adjusted R Square menunjukan bahwa variabel
tersebut mempengaruhi variabel ROA sebesar 72,0%, dan sisanya 28,0%
menunjukan bahwa variabel Z dipengaruhi oleh variabel lain di luar model
ini.
Hasil dari pengujian statistik parsial menunjukan bahwa, variabel
FDR mempengaruhi variabel ROA secara parsial tidak signifikan, karena
nilai signifikan sebesar 0,433 > 0,05. Variabel FDR memiliki pengaruh
84
Dandy Gustian Alissanda, “Pengaruh CAR, BOPO, dan FDR terhadap Non Performing
Finance (NPF) pada Bank Umum Syariah Tahun 2011-2013.” (Keuangan dan Perbankan Syariah,
Fakultas Syariah, Universitas Islam Bandung, Bandung, 2015), h. 156. 85
Irman Firmansyah, “ Determinant Of Non Performing Loan: The Case Of Islamic Bank
In Indonesia.” (Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Vol. 17 No. 2 Oktober 2014), h. 247.
Z = -0,061 X1 - 0,499 X3 - 0,448 Y + 0,265e2
70
negatif terhadap ROA, yang artinya meningkatnya rasio FDR dapat
mempengaruhi likuiditas bank semakin rendah, yang disebabkan karena
jumlah dana yang diperlukan untuk pembiayaan akan semakin besar dan
keuntungan bank semakin rendah.86
FDR mempengaruhi ROA secara
langsung sebesar 0,37%, hasil diperoleh dari -0,0612 x 100% = 0,37%.
Penelitian ini selaras dengan hasil penelitian Saiful Bachri dkk87
dan Khairunnisa Almadany88
yang menyatakan rasio FDR berpengaruh
negatif dan tidak signifikan terhadap ROA, karena besarnya pembiayaan
yang diberikan bank namun tidak diimbangi dengan penambahan jumlah
dana pihak ketiga yang menyebabkan besarnya piutang yang belum
diterima akan mengurangi kas pada bank.
Hasil dari pengujian statistik parsial menunjukan bahwa variabel
BOPO memiliki pengaruh negatif terhadap variabel ROA yang signifikan,
dengan nilai signifikan 0,000. Apabila nilai rasio BOPO melebihi batas
nilainya hal itu menandakan tidak efisien suatu bank karena tidak dapat
menekan biaya operasional. BOPO mempengaruhi ROA secara langsung
sebesar 24.90%, hasil diperoleh dari -0,4992 x 100% = 24.90%.
Semakin tinggi rasio BOPO maka kegiatan operasional bank tidak
efisien dan sebaliknya apabila bank dapat menekan biaya operasional yang
dikeluarkan maka laba yang akan didapat juga semakin besar dan
meningkatkan kinerja keuangan bank, Pandu Mahardian.89
Hasil dari pengujian statistik parsial variabel NPF terhadap
variabel ROA menunjukan bahwa variabe NPF memiliki pengaruh negatif
dan signifikan terhadap variabel ROA, dengan nilai signifikan 0,000. Hal
ini dapat diartikan apabila nilai NPF di bawah rata-rata yaitu 5%, maka
86
Lukman Dendawijaya, “ Manajemen Perbankan Ed 2, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005),
h. 166. 87
Saiful Bachri, dkk, “ Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Kinerja Keuangan Bank
Syariah”, (Jurnal Administrasi Bisnis, vol. 1, no. 2, April, 2013), h. 184. 88
Khairunnisa Almadany, “ Pengaruh Loan To Deposit Ratio, Biaya Operasional Per
Pendapatan Operasional dan Net Interest Margin, Terhadap Profitabilitas Perysahaan Perbankan
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, (Jurnal Riset Akuntansi dan Bisnis, Vol. 12 No. 2,
September 2012), h. 179. 89
Pandu Mahardia, “Analisis Pengaruh CAR, BOPO, NPL, NIM dan LDR terhadap
Kinerja Keuangan Perbankan: Studi Kasus Perusahaan Perbankan yang tercatat di BEJ Periode
Juni 2002-Juni 2007”, (Tesis S2 Program Studi Magister Manajemen, Universitas Diponegoro:
Semarang, 2008), h. 86.
71
dapat meningkatkan nilai ROA, karena bank tersebut memiliki kinerja
keuangan yang baik, begitupun sebaliknya. NPF mempengaruhi ROA
secara langsung sebesar 20.07%, hasil diperoleh dari -0,4482 x 100% =
20.07%.
Begitu pula menurut Aluisius Wishnu Nugroho90
dari hasil
penelitian bahwa NPF berpengaruh negatif dan signifikan, bank syariah
harus memperhatikan besarnya NPF sehingga diperlukan pengelolaan aset
yang baik melalui minimalisasi pembiayaan bermasalah.
90
Aluisius Wishnu Nugroho, “Analisis Pengaruh FDR, NPF, BOPO, KAP dan PLO
terhadap Return On Asset, Studi pada Bank Syariah di Indonesia periode tahun 2006-2010”, (Tesis
S2 Program Studi Magister Manajemen, Universitas Diponegoro: Semarang, 2011), h. 12.
72
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dilakukan oleh peneliti pada bab sebelumnya dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Hasil Penelitian dan Pengaruh Langsung Struktural I
Variabel FDR, Pembiayaan Mudharabah dan BOPO memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel NPF secara simultan, dan
variabel X mempengaruhi variabel Y sebesar 70,2%. Secara parsial
variabel Pembiayaan Mudharabah dan BOPO memiliki pengaruh positif
dan signifikan terhadap variabel NPF, dan Pembiayaan Mudharabah
memiliki pengaruh langsung terhadap NPF sebesar 38,93%, begitu pula
BOPO memiliki pengaruh langsung terhadap NPF sebesar 7,51%. Berbeda
dengan variabel Pembiayaan Mudharabah dan BOPO variabel FDR tidak
berpengaruh terhadap NPF.
2. Hasil Penelitian dan Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung
Struktural II
Variabel FDR, BOPO dan NPF memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap variabel ROA secara simultan, dan variabel X mempengaruhi
variabel Y sebesar 72,0%. Secara parsial variabel BOPO dan NPF
memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap variabel ROA, BOPO
memiliki pengaruh langsung sebesar 24,90%, dan pengaruh tidak langsung
sebesar 1,51% terhadap ROA, begitu pula NPF memiliki pengaruh
langsung terhadap ROA sebesar 20,07%. Berbeda dengan variabel BOPO
dan NPF variabel FDR tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap
ROA. Dan variabel FDR berpengaruh ROA secara langsung sebesar
0,37% dan secara tidak langsung sebesar 0,45%.
73
B. Saran
1. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk menambah jumlah variabel
yang dapat mempengaruhi Non Performing Financing dan secara
langsung ataupun tidak langsung memiliki pengaruh Return on Assets
agar dapat hasil yang lebih akurat, karena dari hasil penelitian ini
masih terdapat 29,8% yang mempengaruhi Non Performing Financing
dan dan 28,0% yang mempengaruhi Return on Assets.
2. Bagi para praktisi khususnya Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) di Indonesia, untuk meningkatkan profitabilitas agar kinerja
keuangan bank menjadi lebih baik dan dapat menarik nasabah untuk
menabung ataupun berinvestasi di bank. Untuk menurunkan Non
Performing Financing, bank diharapkan untuk menggunakan prinsip
kehati-hatian dalam melakukan penyaluran dana agar tidak terjadi
pembiayaan bermasalah, karena dari hasil penelitian ini pembiayaan
mudharabah memiliki pengaruh positif terhadap Non Performing
Financing. Apabila penyaluran pembiayaan mudharabah terus
bertambah hal tersebut juga dapat membuat nilai Non Performing
Financing bertambah.
74
DAFTAR PUSTAKA
Alissanda, Dandy Gustian. “Pengaruh CAR, BOPO, dan FDR terhadap
Non Performing Finance (NPF) pada Bank Umum Syariah Tahun
2011-2013.” Skripsi S1, Keuangan dan Perbankan Syariah, Fakultas
Syariah, Universitas Islam Bandung, Bandung, 2015.
Almadany, Khairunnisa. “ Pengaruh Loan To Deposit Ratio, Biaya
Operasional Per Pendapatan Operasional dan Net Interest Margin,
Terhadap Profitabilitas Perysahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia”. Jurnal Riset Akuntansi dan Bisnis, Vol. 12 No. 2,
September, 2012.
Bachri, Saiful, dkk. “ Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kinerja
Keuangan Bank Syariah”. Jurnal Administrasi Bisnis, Vol. 1, No. 2,
April, 2013.
Bustari Muchtar, Rose Rahmidani dan Menik Kurnia, Bank dan Lembaga
Keuangan Lain. Jakarta: Kencana, 2016.
Dendawijaya, Lukman. Manajemen Perbankan Ed. 2. Bogor: Ghalia
Indonesia. 2005
Dendawijaya, Lukman. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia,
2009.
Diyanti, Anin. “Analisis Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap
Terjadinya Non Performing Loan (Studi Kasus Bank Umum
Konvensional yang menyediakan Layanan Kredit Pemilikan Rumah
Periode 2008-2011)”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis,
Universitas Diponegoro, 2012.
Fikriat, Naeli Kamilia. “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Non
Performing Financing (NPF), dan Inflasi terhadap Financing to
Deposit Ratio (FDR) Bank Pembiayaan Rakyar Syariah (BPRS) Di
Indonesia Periode 2010-2013” Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.
Firmansyah, Irman “Determinant of Non Performing Loan: The Case of
Islamic Bank In Indonesia”. Buletin Ekonomi Moneter dan
Perbankan, Vol 17, No. 2, Oktober, 2014
Ghazali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Cet.
1. Semarang: Badan Penerbit Universita Diponegoro, 2001.
75
Gurajat, Damondar N dan Dawn C. Porter. Dasar-dasar Ekonometrika.
Jakarta: Salemba Empat, 2012.
Hakiim, Ningsukma dan Haqiqi Rafsanjani. “Pengaruh Internal Capital
Adequency Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Biaya
Opersional Perpendapatan Operasional (BOPO) dalam Peningkatan
Profitabilitas Industri Bank Syariah di Indonesia”. Jurnal Aplikasi
Manajemen Vol. 14 No. 1 Maret, 2016.
Hasan, Zubair. Undang-undang Perbankan Syariah. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. 2009.
Heryanto dan Lukman. Statistik Ekonomi. Jakarta: Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.
http://assetsteiyo.wordpress.com/category/perbankan-syariah/, Perbankan
Syariah dan Kelembagaannya, diakses pada 18 Maret 2017, pada
pukul 13.15 WIB.
http://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/publikasi/Pages/Laporan-
Perkembangan-Perbankan-dan-Keuangan-Syariah-2016.aspx, Laporan
Perkembangan Keuangan Syariah tahun 2016, diakses pada 24
September 2017, pukul 08:52 WIB.
Ismail. Perbankan Syariah. Jakarta: Kencana, 2016.
Karim, Adiwarman A. Bank Islam Analisis Fikih dan Keuangan. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2010.
Kasmir. Dasar-Dasar Perbankan.Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2008.
Latumaerissa, Julius R. Mengenal Aspek-Aspek Operasi Bank Umum.
Bumi Aksara: Jakarta, 1999.
Mahardian, Pandu. “ Analisis Pengaruh Rasio CAR, BOPO, NPL, NIM
dan LDR Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan: Studi Kasus
Perusahaan Perbankan yang Tercatat di BEJ Periode Juni 2002-Juni
2007”. Tesis S2 Program Studi Magister Manajemen, Universitas
Diponegoro: Semarang, 2008.
Majid, Abdul. “Analisis Pengaruh CAR, NPL, dan BOPO terhadap FDR
pada Perbankan Syariah di Indonesia”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomi
dan Bisnis, Universitas Lampung, 2014.
Martono. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Yogyakarta: EKONISIA.
2010.
Muchtar, Bustari, dkk. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta:
Kencana, 2016.
76
Muhammad. Manajemen Dana Bank Syariah. Yogyakarta: Ekonisia,
2004.
Munawir, S. Analisis Informasi Keuangan. Yogyakarta: Liberty
Yogyakarta, 2002.
Nugroho, Aluisius Wishnu. “Analisis Pengaruh FDR, NPF, BOPO, KAP
dan PLO terhadap Return On Asset, Studi pada Bank Syariah di
Indonesia periode tahun 2006-2010”.Tesis S2 Program Studi Magister
Manajemen, Universitas Diponegoro: Semarang, 2011.
Nurhayati , Sri dan Wasilah. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta:
Salemba Empat, 2014.
Nusantara, Ahmad Buyung. “ Analisis Pengaruh NPL, CAR, LDR dan
BOPO terhadap Profitabilitas Bank ( Perbandingan Bak Umum Go
Publik dan Bank Umum Non Go Publik periode Tahun 200-2007)”.
Tesis S2 Program Studi Magister Manajemen, Universitas Diponegoro
Semarang, 2009.
Poetry, Zakiya Dwi dan Yulizar D Sanrego. “Pengaruh Variabel Makro
dan Mikro Terhadap NPL Perbankan Konvensional dan NPF
Perbankan Syariah.” Islamic Finance & Business Review, Vol. 6 No.2
Agustus-Desember, 2011.
Pransisca, Deby Novelia. “Analisis Risiko Pembiayaan Mudharabah,
Risiko Pembiayaan Musyarakah dan Profitabilitas Bank Syariah
(Studi Kasus pada PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk. Periode Tabhun
2004-2013)”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Yogyakarta, 2014.
Purwanti, Evi. “ Pengaruh Efesiensi Operasional (BOPO), Risiko Pasar
(NIM), Risiko Kredit (NPL dan LDR), Return On Equity (ROE),
Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap kinerja keuangan Bank pada
Bank Umum Nasional”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta, 2016.
Rivai, Veithzal dan Andria Permata Veithzal. “ Credit management
handbook: teori, konsep, prosedur dan aplikasi: panduan praktis
mahasiswa, bankir, dan nasabah”. Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2006.
Riyadi, Slamet. Banking Assets and Liability Managemen., Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2004.
Robiah, Siti. Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Efesiensi,
Profitabilitas dan Kesehatan Bank Syariah Periode 2009-2016.
Skripsi S1, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri
SyarifHidayatullah Jakarta, 2017.
77
Santoso, Singgih. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT:
Elek Media Komuntindo, 2004.
Soebagio, Hermawan. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Terjadinya Non Performing Loan (NPL) Pada Bank Umum Komersial
(Studi Empiris pada Sektor Perbankan di Indonesia)”. Tesis S2,
Program Studi Magister Manajemen, Universitas Diponegoro,
Semarang, 2005.
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Jakarta: Alfabet, 1999.
Suharyadi dan Purwanto S.K. Statistika: untuk Ekonomi dan Keuangan
Modern, Ed. 2. Jakarta: Salemba Empat, 2009.
Suliyanto. Ekonometrika Terapan-Teori dan Aplikasi dengan SPSS, Ed.1.
Yogyakarta: ANDI, 2011.
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
Widarjono, Agus. Analisis Multivariat Terapan dengan Program SPSS,
AMOS, dan SMARTPLS, Ed. 2. Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2015.
Zulfikar dan Nyoman Budiantara. Manajemen Riset dengan Pendekatan
Komputasi Statistika, Cet. 1. Yogyakarta: Deepublish, 2014.
78
LAMPIRAN
Lampiran 1: Data Penelitian ROA, NPF, FDR, BOPO dan Pembiayaan
Mudharabah BPRS di Indonesia
Tahun Bulan
Rasio Keuangan
ROA
%
NPF
% FDR % BOPO %
Pembiayaan
Mudharaba
h
2013
Jan-13 3,07 6,91 119,48 79,34 95465
Feb-13 3,05 7,33 119,46 79,17 91994
Mar-13 3,06 7,21 119,67 79,13 93794
Apr-13 3,14 7,32 122,5 78,69 97595
Mei-13 3,1 7,69 125,4 78,97 101908
Jun-13 2,98 7,25 129,63 78,99 106968
Jul-13 2,87 7,35 131,51 79,65 115038
Agt-13 2,63 7,89 126,96 81,29 113784
Sep-13 2,85 7,58 126,52 80,08 120376
Okt-13 2,9 7,48 125,92 79,62 114559
Nov-13 2,89 7,34 124,76 79,96 112799
Des-13 2,79 6,5 120,93 80,75 106851
2014
Jan-14 2,78 7,77 120,52 89,48 100689
Feb-14 2,81 7,71 122,3 86,72 105018
Mar-14 2,71 7,74 123,1 87,55 109039
Apr-14 2,56 8 126,58 87,93 111776
Mei-14 2,47 8,23 130,09 87,95 111637
Jun-14 2,77 8,18 134,64 87,51 117505
79
Jul-14 2,45 8,62 135,04 89,77 120765
Agt-14 2,49 8,83 129,96 89,65 120617
Sep-14 2,26 8,68 131,7 89,13 123717
Okt-14 2,18 8,94 130,14 88,49 123691
Nov-14 2,21 8,81 129,27 88,5 124847
Des-14 2,26 7,89 124,24 87,79 122467
2015
Jan-15 2,31 8,97 123,5 88,03 118415
Feb-15 2,23 9,11 124,75 87,16 118353
Mar-15 2,07 10,36 125,6 88,66 123975
Apr-15 2,19 9,33 126,67 88,68 133805
Mei-15 2,17 9,38 129,63 88,38 143760
Jun-15 2,3 9,25 135,68 88,13 158936
Jul-15 2,28 9,8 132,47 89,24 161846
Agt-15 2,34 9,74 130,28 89,2 173162
Sep-15 2,22 9,87 129,01 89,55 168007
Okt-15 2,2 10,01 127,2 89,14 166578
Nov-15 2,15 9,69 125,64 89,38 172820
Des-15 2,2 8,2 120,06 88,09 168516
2016
Jan-16 2,32 9,08 118,56 91,89 156595
Feb-16 2,32 9,41 119,92 90,18 156048
Mar-16 2,25 9,44 121,55 89,56 162910
Apr-16 2,5 9,51 121,55 89,56 171895
Mei-16 2,16 9,6 125,03 89,17 189041
Jun-16 2,18 9,18 129,35 87,94 182677
Jul-16 2,21 9,97 121,32 88,82 178424
80
Agt-16 2,11 10,99 118,96 89,42 178987
Sep-16 2,45 10,47 118,63 87,91 166332
Okt-16 2,47 10,49 117,86 87,35 157260
Nov-16 2,34 10,13 116,26 87,66 159029
Des-16 2,27 8,63 114,4 87,09 156256
2017
Jan-17 2,33 9,61 113,79 83,46 151719
Feb-17 2,31 9,98 114,54 84,79 150070
Mar-17 2,29 9,94 116,98 85,13 150444
Apr-17 2,3 10,15 116,84 85,2 151317
Mei-17 2,28 10,63 121,04 85,55 156975
Jun-17 2,24 10,71 124,47 86,5 161836
Jul-17 2,5 10,78 119,59 86,51 158034
Agt-17 2,51 10,77 118,12 86,18 152094
Sep-17 2,56 10,79 116,49 86,31 141360
Lampiran 2: : Data Penelitian ROA, NPF, FDR, BOPO dan Pembiayaan
Mudharabah BPRS di Indonesia setelah di LN.
Tahun Bulan
Rasio Keuangan
Ln_ROA
%
Ln_NPF
%
Ln_FDR
%
Ln_BOPO
%
Ln_Pem.
Mudharabah
%
2013
Jan-13 1,12 1,93 4,78 11,47 4,37
Feb-13 1,12 1,99 4,78 11,43 4,37
Mar-13 1,12 1,98 4,78 11,45 4,37
Apr-13 1,14 1,99 4,81 11,49 4,37
Mei-13 1,13 2,04 4,83 11,53 4,37
Jun-13 1,09 1,98 4,86 11,58 4,37
Jul-13 1,05 1,99 4,88 11,65 4,38
Agt-13 0,97 2,07 4,84 11,64 4,4
Sep-13 1,05 2,03 4,84 11,7 4,38
81
Okt-13 1,06 2,01 4,84 11,65 4,38
Nov-13 1,06 1,99 4,83 11,63 4,38
Des-13 1,03 1,87 4,8 11,58 4,39
2014
Jan-14 1,02 2,05 4,79 11,52 4,49
Feb-14 1,03 2,04 4,81 11,56 4,46
Mar-14 1 2,05 4,81 11,6 4,47
Apr-14 0,94 2,08 4,84 11,62 4,48
Mei-14 0,9 2,11 4,87 11,62 4,48
Jun-14 1,02 2,1 4,9 11,67 4,47
Jul-14 0,9 2,15 4,91 11,7 4,5
Agt-14 0,91 2,18 4,87 11,7 4,5
Sep-14 0,82 2,16 4,88 11,73 4,49
Okt-14 0,78 2,19 4,87 11,73 4,48
Nov-14 0,79 2,18 4,86 11,73 4,48
Des-14 0,82 2,07 4,82 11,72 4,47
2015
Jan-15 0,84 2,19 4,82 11,68 4,48
Feb-15 0,8 2,21 4,83 11,68 4,47
Mar-15 0,73 2,33 4,83 11,73 4,48
Apr-15 0,78 2,23 4,84 11,8 4,49
Mei-15 0,77 2,24 4,86 11,88 4,48
Jun-15 0,83 2,22 4,91 11,98 4,48
Jul-15 0,82 2,28 4,89 11,99 4,49
Agt-15 0,85 2,28 4,87 12,06 4,49
Sep-15 0,8 2,29 4,86 12,03 4,49
Okt-15 0,79 2,3 4,85 12,02 4,49
Nov-15 0,77 2,27 4,83 12,06 4,49
Des-15 0,79 2,1 4,79 12,03 4,48
2016
Jan-16 0,84 2,21 4,78 11,96 4,52
Feb-16 0,84 2,24 4,79 11,96 4,5
Mar-16 0,81 2,24 4,8 12 4,49
Apr-16 0,92 2,25 4,8 12,05 4,49
Mei-16 0,77 2,26 4,83 12,15 4,49
Jun-16 0,78 2,22 4,86 12,12 4,48
Jul-16 0,79 2,3 4,8 12,09 4,49
Agt-16 0,75 2,39 4,78 12,1 4,49
Sep-16 0,9 2,34 4,78 12,02 4,48
Okt-16 0,9 2,34 4,77 11,97 4,47
Nov-16 0,85 2,31 4,76 11,98 4,47
Des-16 0,82 2,16 4,74 11,96 4,47
2017 Jan-17 0,85 2,26 4,73 11,93 4,42
Feb-17 0,84 2,3 4,74 11,92 4,44
82
Mar-17 0,83 2,3 4,76 11,92 4,44
Apr-17 0,83 2,31 4,76 11,93 4,45
Mei-17 0,82 2,36 4,8 11,96 4,45
Jun-17 0,81 2,37 4,82 11,99 4,46
Jul-17 0,92 2,37 4,78 11,97 4,46
Agt-17 0,92 2,37 4,77 11,93 4,46
Sep-17 0,94 2,37 4,76 11,86 4,46
Lampiran 3: Grafik Perkembangan ROA Januari 2013- September 2017
Lampiran 4: Grafik Perkembangan NPF Januari 2013- September 2017
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
Jan
/13
May
/13
Sep
/13
Jan
/14
May
/14
Sep
/14
Jan
/15
May
/15
Sep
/15
Jan
/16
May
/16
Sep
/16
Jan
/17
May
/17
Sep
/17
ROA
ROA
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
10.00%
12.00%
Jan
-13
May
-13
Sep
-13
Jan
-14
May
-14
Sep
-14
Jan
-15
May
-15
Sep
-15
Jan
-16
May
-16
Sep
-16
Jan
-17
May
-17
Sep
-17
NPF
NPF
83
Lampiran 5: Grafik Perkembangan FDR Januari 2013- September 2017
Lampiran 6: Grafik Perkembangan Pembiayaan Mudharabah Januari
2013- September 2017
100.00%105.00%110.00%115.00%120.00%125.00%130.00%135.00%140.00%
Jan
/13
May
/13
Sep
/13
Jan
/14
May
/14
Sep
/14
Jan
/15
May
/15
Sep
/15
Jan
/16
May
/16
Sep
/16
Jan
/17
May
/17
Sep
/17
FDR
FDR
0
50000
100000
150000
200000
Jan
/13
May…
Sep/…
Jan
/14
May…
Sep/…
Jan
/15
May…
Sep/…
Jan
/16
May…
Sep/…
Jan
/17
May…
Sep/…
Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan…
84
Lampiran 7: Grafik Perkembangan BOPO Januari 2013- September 2017
Lampiran 8: Hasil Uji Normalitas (Struktural I)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardize
d Residual
N 57
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .07187436
Most Extreme
Differences
Absolute .085
Positive .074
Negative -.085
Kolmogorov-Smirnov Z .641
Asymp. Sig. (2-tailed) .805
a. Test distribution is Normal.
70.00%
75.00%
80.00%
85.00%
90.00%
95.00%
Jan
/13
May
/13
Sep
/13
Jan
/14
May
/14
Sep
/14
Jan
/15
May
/15
Sep
/15
Jan
/16
May
/16
Sep
/16
Jan
/17
May
/17
Sep
/17
BOPO
BOPO
85
Lampiran 9: Hasil Uji Multikolinearitas (Struktural I)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardi
zed
Coefficie
nts
t Sig.
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta
Tolera
nce VIF
1 (Constant) -4.270 1.393 -3.066 .003
Ln_FDR -.456 .234 -.151 -1.950 .056 .891 1.123
Ln_Pembiayaan
Mudharabah .417 .065 .624 6.415 .000 .563 1.777
Ln_BOPO .835 .295 .274 2.831 .007 .568 1.760
a. Dependent Variable:
Ln_NPF
Lampiran 10: Hasil Uji Heterokedatisitas (Struktural I)
86
Lampiran 11: Hasil Uji Autokorelasi (Struktural I)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .847a .718 .702 .07388 .748
a. Predictors: (Constant), Ln_BOPO, Ln_FDR, Ln_Pembiayaan Mudharabah
b. Dependent Variable: Ln_NPF
Lampiran 12: Hasil Uji Koefisisen Determinasi (Struktural I)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .847a .718 .702 .07388
a. Predictors: (Constant), Ln_BOPO, Ln_FDR, Ln_Pembiayaan Mudharabah
b. Dependent Variable: Ln_NPF
Lampiran 13: Hasil Uji Simultan(Struktural I)
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .736 3 .245 44.920 .000a
Residual .289 53 .005
Total 1.025 56
a. Predictors: (Constant), Ln_BOPO, Ln_FDR, Ln_Pembiayaan Mudharabah
b. Dependent Variable: Ln_NPF
87
Lampiran 14: Hasil Uji Parsial (Struktural I)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -4.270 1.393 -3.066 .003
Ln_FDR -.456 .234 -.151 -1.950 .056
Ln_Pembiayaan
Mudharabah .417 .065 .624 6.415 .000
Ln_BOPO .835 .295 .274 2.831 .007
a. Dependent Variable: Ln_NPF
Lampiran 15: Hasil Koefisien Jalur Persamaan (Struktural I)
Coefficientsa
Model
Standardize
d
Coefficients
Beta
1 (Constant)
Ln_FDR -.151
Ln_Pembiayaan
Mudharabah .624
Ln_BOPO .274
a. Dependent Variable: Ln_NPF
88
Lampiran 16: Hasil Uji Normalitas (Struktural II)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardize
d Residual
N 57
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .06050322
Most Extreme
Differences
Absolute .082
Positive .082
Negative -.069
Kolmogorov-Smirnov Z .618
Asymp. Sig. (2-tailed) .840
a. Test distribution is Normal.
Lampiran 17: Hasil Uji Multikolinearitas (Struktural II)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardiz
ed
Coefficien
ts
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta
Toleran
ce VIF
1 (Constant) 8.398 1.173 7.158 .000
Ln_FDR -.161 .203 -.061 -.791 .433 .833 1.200
Ln_BOPO -1.319 .260 -.499 -5.072 .000 .517 1.933
Ln_NPF -.389 .087 -.448 -4.482 .000 .501 1.994
a. Dependent Variable:
Ln_ROA
89
Lampiran 18: Hasil Uji Heterokedatisitas (Struktural II)
Lampiran 19: Hasil Uji Autokorelasi (Struktural II)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .857a .735 .720 .06219 1.004
a. Predictors: (Constant), Ln_NPF, Ln_FDR, Ln_BOPO
b. Dependent Variable: Ln_ROA
Lampiran 20: Hasil Uji Koefisisen Determinasi (Struktural II)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .857a .735 .720 .06219
a. Predictors: (Constant), Ln_NPF, Ln_FDR, Ln_BOPO
b. Dependent Variable: Ln_ROA
90
Lampiran 21: Hasil Uji Simultan(Struktural II)
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .568 3 .189 48.911 .000a
Residual .205 53 .004
Total .773 56
a. Predictors: (Constant), Ln_NPF, Ln_FDR, Ln_BOPO
b. Dependent Variable:
Ln_ROA
Lampiran 22: Hasil Uji Parsial (Struktural II)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 8.398 1.173
7.158 .000
Ln_FDR -.161 .203 -.061 -.791 .433
Ln_BOPO -1.319 .260 -.499 -5.072 .000
Ln_NPF -.389 .087 -.448 -4.482 .000
a. Dependent Variable: Ln_ROA
Lampiran 23: Hasil Koefisien Jalur Persamaan (Struktural II)
Coefficientsa
Model
Standardized
Coefficients
Beta
1 (Constant)
Ln_FDR -.061
Ln_BOPO -.499
Ln_NPF -.448
a. Dependent Variable: Ln_ROA
91
Lampiran 24: Hasil Korelasi Antar Variabel
Correlations
Ln_FD
R
Ln_Pembiay
aan
Mudharabah
Ln_BOP
O Ln_NPF
Ln_RO
A
Ln_FDR Pearson
Correlation 1 -.161 .128 -.216 -.028
Sig. (2-tailed) .231 .341 .106 .834
N 57 57 57 57 57
Ln_Pembiay
aan
Mudharabah
Pearson
Correlation -.161 1 .615
** .817
** -.761
**
Sig. (2-tailed) .231 .000 .000 .000
N 57 57 57 57 57
Ln_BOPO Pearson
Correlation .128 .615
** 1 .639
** -.793
**
Sig. (2-tailed) .341 .000 .000 .000
N 57 57 57 57 57
Ln_NPF Pearson
Correlation -.216 .817
** .639
** 1 -.753
**
Sig. (2-tailed) .106 .000 .000 .000
N 57 57 57 57 57
Ln_ROA Pearson
Correlation -.028 -.761
** -.793
** -.753
** 1
Sig. (2-tailed) .834 .000 .000 .000
N 57 57 57 57 57
**. Correlation is significant at the 0.01
level (2-tailed).