pengaruh fdr, bopo, npf, dan inflasi terhadap …

125
PENGARUH FDR, BOPO, NPF, DAN INFLASI TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH PERBANKAN SYARIAH TAHUN 2010-2015 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Oleh: AHMAD MISBAHUL MUNIR NIM: 1111084000045 JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016 M / 1437H

Upload: others

Post on 12-Feb-2022

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGARUH FDR, BOPO, NPF, DAN INFLASI TERHADAP

PEMBIAYAAN MURABAHAH PERBANKAN SYARIAH

TAHUN 2010-2015

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Ekonomi (S.E)

Oleh:

AHMAD MISBAHUL MUNIR

NIM: 1111084000045

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016 M / 1437H

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama Lengkap : Ahmad Misbahul Munir

2. Tempat, Tanggal Lahir : Demak, 12 Februari 1992

3. Alamat : Jl. Damaran RT.01/02 Kel. Mutih

Kulon Kec. Wedung Demak

4. Telepon : 085693161611

5. Email : [email protected]

B. PENDIDIKAN FORMAL

1. MI Raudlothul athfal Mutih Kulon Tahun 1998-2004

2. MTs I’anatuth Thullab Mutih Kulon Tahun 2004-2007

3. MAN 2 Kudus Tahun 2007-2010

4. S 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011-2016

C. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat.

2. Anggota Kesekretariatan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Periode 2013/2014.

3. Kuliah Kerja Nyata (KKN) SAVE & CARE RANCA BANGO di Desa

Ranca Bango, Kabupaten Tangerang 7 Juli- 7 Agustus 2014.

D. SEMINAR DAN WORKSHOP

ii

1. Forum Riset Keuangan Syariah 2014 dengan Tema: “Mewujudkan Industri

Keuangan Syariah yang Efisien, Berdayasaing, dan Berkontribusi Lebih

Besar dalam Pembangunan Ekonomi Nasional”. Kampus IPB Darmaga,

2014.

2. Seminar Dialog Jurusan dan Seminar Konsentrasi Jurusan Ilmu Ekonomi

dan Studi Pembangunan. UIN Jakarta, 2013.

3. Seminar Nasional IAEI dengan Tema: “Penyiapan SDM Berbasis

Kompetensi Syariah dalam Pengembangan Perbankan Syariah Era MEA

2015”. Universitas Prof. Moestopo (Beragama), 2014.

4. Seminar Ekonomi dengan Tema: “Solusi Sistem Ekonomi Tahan Krisis”.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

E. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Sahri

2. Tempat, Tanggal Lahir : Demak, 28 November 1964

3. Ibu : Sholekhatun

4. Tempat, Tanggal Lahir : Demak, 09 April 1968

5. Alamat : Jl. Damaran RT.01/02 Kel. Mutih

Kulon Kec. Wedung Demak

6. Telepon : 085727334130

7. Anak ke dari : 3 dari 7 bersaudara

iii

ABSTRACT

Financing murabaha is financing service in the form of purchase and sale

of goods on credit with the stated cost and benefits previously agreed upon.

Murabaha financing is a financing agreeement of sale in Islamic banking growth

is always higher than the profit-sharing financing (profit and loss sharing). The

purpose of this study was to analyze the effect of Financing to Deposit Rtaio

(FDR), The Ratio Operational Expenses to Operational Revenue (BOPO), Non

Performing Financing (NPF), and Inflation on financing murabaha on 2010-

2015. This research is quantitative desciptive.

The collection of data techniques which used in this study is to collect data

from relevant literature and related to the research. This study uses Ordinary

Least Square Method (OLS) as an analitycal technique. The results showed that

the Financing to Deposit Ratio (FDR) has a significant and positive influence,

while BOPO, NPF, and Inflation has a significant ang Negative effect on

murabaha financing. But simultaneously FDR, BOPO, NPF, and Inflation are

affect to murabaha financing.

Keyword : FDR, BOPO, NPF, Inflation, Financing Murabaha.

iv

ABSTRAK

Pembiayaan murabahah adalah pembiayaan pelayanan dalam bentuk

pembelian dan penjualan barang secara kredit dengan menyatakan harga

perolehan dan keuntungan yang telah disepakati sebelumnya. Pembiayaan

murabahah merupakan akad pembiayaan jual-beli didalam perbankan syariah

yang pertumbuhannya selalu tinggi dibandingkan dengan pembiayaan bagi-hasil

(mudharabah dan musyarakah). Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk

menganalisis pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR), Biaya Operasional

terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Financing (NPF), dan

inflasi terhadap pembiayaan murabahah tahun 2010-2015. Penelitian ini adalah

penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan cara mengumpulkan data dari literatur-literatur yang relevan dan berkaitan

dengan penelitian. Penelitian ini menggunakan Metode Ordinary Least Square

(OLS) sebagai teknik analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Financing to

Deposit Ratio (FDR) memiliki pengaruh signifikan dan positif, sedangkan BOPO,

NPF, dan Inflasi memiliki pengaruh signifikan dan negatif terhadap pembiayaan

murabahah. Tetapi secara simultan FDR, BOPO, NPF, dan Inflasi berpengaruh

terhadap pembiayaan murabahah.

Kata Kunci : FDR, BOPO, NPF, inflasi, Pembiayaan Murabahah.

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr, Wb.

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan segala rahmat,

rezeki, karunia, berkah, dan hidayahNya kepada penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Pengaruh FDR, BOPO, NPF, Dan Inflasi Terhadap

Pembiayaan Murabahah Perbankan Syariah Tahun 2010-2015” dengan baik.

Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada baginda nabi besar

Muhammad SAW yang telah membimmbing umat manusia dari zaman kegelapan

ke zaman yang terang benderang.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Terselesaikannya skripsi ini tentu dengan dukungan,

bantuan, bimbingan, semangat, dan doa dari orang-orang terbaik yang ada di

sekeliling penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. Maka dari itu penulis

menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT, karena dengan kehendak dan segala pertolonganNya tidak

mungkin saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas segala

keberkahan yang Engkau berikan ya Rabb.

2. Keluarga tercinta dan terhebat yang saya miliki, Ayahanda Syahri dan Ibunda

Solehatun yang selalu memberikan motivasi terbaik, selalu mencurahkan cinta,

kasih sayang dan perhatiannya, serta selalu bekerja keras demi anak-anak dan

keluarga. Kakakku Sa’ad Mubarok dan Ahmad Faruq dan juga adikku Citra

Umi Fasihah, Abd. Mudrik Fadhli, Arif Rohman, dan Muhammad Rikza

vi

Muqtada yang selalu menghibur di saat suka maupun duka, dan memberikan

motivasi selama menulis skripsi. Tanpa dukungan dan pengorbanan kalian

penulis tidak akan menjadi pribadi seperti sekarang ini.

3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., Msi selaku dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta semoga dapat memajukan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis lebih baik lagi.

4. Bapak Arief Fitrijanto, M.Si, Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi

Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Yoghi Citra Pratama, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang

dengan kerendahan hatinya selalu bersedia meluangkan waktunya untuk

membimbing, memberikan pengarahan, memberikan ilmu yang bermanfaat

dan motivasi kepada penulis selama penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah

SWT senantiasa membalas segala kebaikan bapak.

6. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan

ilmu dan pembelajaran yang sangat berharga dan bermanfaat bagi saya. Serta

jajaran karyawan dan staf UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melayani

dan membantu penulis selama perkuliahan. Semoga Allah SWT membalas

semua kebaikan bapak ibu semua.

7. Ketua dan seluruh pegawai perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, dan

Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah, yang telah memberikan

pelayanan pustaka selama penulisan skripsi.

8. Sahabat-sahabat laki-laki terbaik angkatan 2011 seperti Muhammad Aditia,

Muhammad Yusuf, Zahir Razan, Riri Ruhiana, Septian Puguh, Geo Fikri,

vii

Barep Prajitno, Dimas Brianto, Kharisma Susetyo, Novanda Dwi Saputra,

Ridwan Choirul, Muhammad Ihsan, Risdiansyah, Rizki Ilhami, Kemal Rizki

Maulidi, dll yang telah menghabiskan waktu bersama untuk berbagi cerita dan

selalu ada dalam suka maupun duka, membantu saya dalam penyelesaian

skripsi maupun perkuliahan, dan mengingatkan saya ketika melakukan

kesalahan demi kebaikan saya selama ini. Sukses untuk kita semua dan semoga

Allah selalu melindungi dan membalas kebaikan-kebaikan kalian.

9. Sahabat-sahabat wanita terbaik IESP angkatan 2011 yang saya miliki, Revi

Kurnia, Ayu Hardiyanti, Mirna Setyawati, Ella Dhanila, Rahma Chairunnisa’,

Feristi Irza Rolis, Fajar Mauliani, dll yang telah membantu saya baik dalam

perkuliahan maupun penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas

kabaikan-kebaikan kalian.

10. Teman-teman IESP angkatan 2011 yang tidak saya bisa sebutkan satu-persatu,

terimakasih atas semua kenangan selama empat tahun kebersamaan dengan

penuh warna dan saling bahu-membahu dalam perkuliahan. Sukses umtuk

kalian semua.

11. Ahmad Nizar, Khoirul Huda, Hadi Putro, Rifki Najib Muzakka, Achidun Nafi’,

dan Hasan Busro sahabat terbaik sejak SMA dan Pondok Pesantren yang selalu

ada dalam suka maupun duka, terimakasih untuk waktu dan motivasi yang

kalian berikan.

12. Kelompok KKN SAVE AND CARE RANCA BANGO Desa Ranca Bango

Tanggerang yang telah menghabiskan waktu selama sebulan penuh dengan

canda dan tawa serta banyak pelajaran yang bisa saya ambil dalam

viii

kebersamaan ini, terimakasih untuk kalian semua semoga Allah SWT

senantiasa memberikan keberkahan kepada kalian semua.

13. Sahabat dari MI dan MTs, Ahmad Sofyan, Abul Fadhol, Ahmad

Khoiruzzaman, Abd. Sa’ad Mubarok, dan Ahmad Sofyan Nasih yang selalu

bersama, memberikan motivasi dan selalu ada dalam suka maupun duka,

semoga kita semua sukses dan bermanfaat bagi masyarakat didesa kita.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena

keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh sebab

itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan, baik kritik yang

membangun dari berbagai pihak.

Wassalamu’alaikum Wr, Wb.

Jakarta, 10 Mei 2016

Ahmad Misbahul Munir

ix

A. Latar Belakang……………………………………………………..... 1

B. Rumusan Masalah………………………………………………….... 9

C. Tujuan Penelitian…………………………………………………..... 10

1. Tujuan Penelitian ............................................................................. 10

2. Manfaat Penelitian ........................................................................... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Bank Syariah....................................................................................... 12

1. Definisi Bank Syariah................................................................... 12

2. Landasan Perbankan Syariah......................................................... 15

DAFTAR ISI

Cover

Lembar Pengesahan Pembimbing

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi

Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah

Daftar Riwayat Hidup..................................................................................... i

Abstract.............................................................................................................. iii

Abstrak.............................................................................................................. iv

Kata Pengantar................................................................................................. v

Daftar Isi............................................................................................................ ix

Daftar Tabel………………………………………………………………….. xiii

Daftar Grafik…………………………………………………………………. xiv

Daftar Gambar……………………………………………………………….. xv

Daftar Lampiran…………………………………………………………….... xvi

BAB I PENDAHULUAN

x

3. Jenis-jenis Pembiayaan Bank Syariah........................................... 16

B. Pembiayaan Murabahah...................................................................... 18

1. Pengertian Pembiayaan Murabahah.............................................. 18

2. Rukun Murabahah......................................................................... 21

3. Syarat-syarat Murabahah.............................................................. 22

4. Teknis Pelaksanaan Murabahah.................................................... 22

C. Financing to Deposit Ratio (FDR)..................................................... 24

D. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).......... 26

E. Non Performing Financing (NPF)...................................................... 27

1. Pengertian Non Performing Financing (NPF).............................. 27

F. Inflasi................................................................................................... 31

1. Pengertian Inflasi.......................................................................... 31

2. Teori Inflasi................................................................................... 32

3. Jenis Inflasi.................................................................................... 35

4. Dampak Inflasi.............................................................................. 37

G. Keterkaitan Antar Variabel................................................................. 37

H. Penelitian Terdahulu........................................................................... 41

I. Kerangka Pemikiran........................................................................... 48

J. Hipotesis............................................................................................. 51

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian…………………………………………... 53

B. Teknik Pengumpulan Data.................................................................. 53

C. Teknik Analisis................................................................................... 54

xi

1. Regresi Linier Berganda............................................................... 54

2. Pengujian Model dengan Asumsi Klasik...................................... 56

a. Uji Normalitas......................................................................... 56

b. Uji Multikolinearitas............................................................... 57

c. Uji Heterokedastisitas............................................................. 58

d. Uji Autokolerasi...................................................................... 60

3. Uji Statistik................................................................................... 62

a. Koefisien Determinasi............................................................. 63

b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)…........ 63

c. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)………………………........ 64

D. Operasional Variabel........................................................................... 65

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

c. Perkembangan Biaya Operasional terhadap Pendapatan

Operasional (BOPO).............................................................. 73

d. Perkembangan Non Performing Financing (NPF)................ 75

e. Perkembangan Inflasi............................................................. 77

B. Hasil Analisis dan Pembahasan......................................................... 78

1. Uji Asumsi Klasik........................................................................ 79

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian....................................... 68

1. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia.................................... 68

2. Gambaran Umum Penelitian......................................................... 71

a. Perkembangan Pembiayaan Murabahah................................. 71

b. Perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR)................. 72

xii

a. Uji Normalitas........................................................................ 79

b. Uji Multikolinearitas.............................................................. 80

c. Uji Heterokedastisitas............................................................ 81

d. Uji Autokolerasi..................................................................... 82

2. Uji Statistik.................................................................................. 83

3. Uji t (Parsial) dan Interpretasi...................................................... 85

4. Uji F (Simultan) dan Interpretasi................................................. 87

5. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Squared)........................ 88

6. Analisis Ekonomi......................................................................... 89

a. Financing to Deposit Ratio Terhadap Pembiayaan

Murabahah.............................................................................. 89

b. BOPO Terhadap Pembiayaan Murabahah............................. 90

c. Non Performing Financing Terhadap Pembiayaan

Murabahah............................................................................. 91

d. Inflasi Terhadap Pembiayaan Murabahah............................. 92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ....................................................................................... 94

B. Saran................................................................................................... 96

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 97

LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................... 101

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Pembiayaan Perbankan Syariah (miliar rupiah) .......................... 4

Tabel 1.2 Pembiayaan Murabahah, FDR, BOPO, NPF, dan Inflasi ............ 7

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu .................................................................... 44

Tabel 3.1 Uji Autokolerasi melalui Uji Durbin-Watson .............................. 60

Tabel 4.1 Uji Normalitas .............................................................................. 80

Tabel 4.2 Uji Multikolinearitas .................................................................... 81

Tabel 4.3 Uji White Heterokedastisitas ....................................................... 82

Tabel 4.4 Uji Autokolerasi ........................................................................... 83

Tabel 4.5 Uji t-statistik ................................................................................. 85

Tabel 4.6 Uji F-statistik ................................................................................ 88

xiv

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Perkembangan Pembiayaan Murabahah ............................... 71

Grafik 4.2 Perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR) ................ 73

Grafik 4.3 Perkembangan BOPO ........................................................... 74

Grafik 4.4 Perkembangan NonPerforming Financing (NPF) ................. 76

Grafik 4.5 Perkembangan Inflasi .......................................................... 77

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pembiayaan Murabahah ....................................................... 23

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran ............................................................. 50

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Penelitian ........................................................ 101

Lampiran 2 Regresi Linier Berganda .......................................... 103

Lampiran 3 Uji Normalitas ......................................................... 103

Lampiran 4 Uji Multikolinearitas ................................................ 104

Lampiran 5 Uji Heterokedastisitas .............................................. 104

Lampiran 6 Uji Autokolerasi ...................................................... 104

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh lembaga perbankan.

Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 2008 tentang perbankan, disebutkan

bahwa Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan

taraf hidup rakyat banyak. Bank terdiri atas dua jenis, yaitu Bank

Konvensional dan Bank Syariah.

Pada prinsipnya bank konvensional adalah bank yang berdasarkan

bunga (riba), berbeda dengan bank syariah yang berprinsip pada prinsip

syariah, yakni bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits. Terkait dengan asas

operasional bank syariah, pengambilan keuntungan pada bank syariah adalah

Profit and Loss Sharing (bagi hasil), yakni keuntungan serta kerugian yang

diperoleh ditanggung secara bersama.

Kemunculan pertama bank syariah di Indonesia diawali dengan

berdirinya Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1991 yang diprakarsai oleh

MUI dan pemerintah serta mendapat dukungan dari Ikatan Cendekiawan

Muslim Indonesia (ICMI) dan mulai beroperasi setahun kemudian. Setelah

keluarnya UU No. 10 Tahun 1998 (perubahan UU No. 7 Tahun 1992) tentang

perbankan, maka mulailah berkembangnya sistem perbankan syariah (dual

2

banking sistem) di Indonesia dengan diperbolehkannya bank-bank umum

mendirikan unit usaha yang berdasarkan prinsip syariah, yakni UUS (Unit

Usaha Syariah). Bank umum dapat memilih untuk melaksanakan kegiatan

usaha berdasarkan sistem umum atau berdasarkan prinsip syariah atau

melakukan kedua kegiatan tersebut. Untuk melengkapi minimnya regulasi

perbankan syariah, oleh sebab itu disusunlah UU No. 21 Tahun 2008.

Dalam UU No. 21 Tahun 2008, telah diatur beberapa ketentuan baru di

bidang perbankan syariah, antara lain otoritas fatwa dan komite perbankan

syariah, pembinaan dan pengawasan syariah, pemilihan Dewan Pengawas

Syariah (DPS), masalah pajak, penyelesaian sengketa perbankan, dan

konversi Unit Usaha Syariah (UUS) menjadi Bank Umum Syariah (BUS).

Kinerja perbankan syariah mendapatkan momentum akselerasinya pada

tahun 2010 dimana asset perbankan syariah meningkat cukup signifikan

dengan pertumbuhannya mencapai 47,6% (yoy), terutama bila dibandingkan

dengan perbankan nasional yang asetnya hanya tumbuh 18,7% (yoy).

Peningkatan tersebut antara lain didorong oleh berdirinya sejumlah Bank

Umum Syariah (BUS) baru dan jaringan kantor perbankan syariah.

Sementara itu, kondisi perkonomian secara makro yang cukup kondusif

dan kinerja sektor industri perbankan nasional yang masih positif menjadi

salah satu faktor pendukung tumbuhnya pembiayaan perbankan syariah

selama tahun 2010. Pertumbuhan pembiayaan yang disalurkan pada tahun

2009 yang hanya tercatat 22,76%, pada tahun 2010 mengalami peningkatan

yang sangat signifikan hingga mencapai 45,24%. Dengan tingkat

3

pertumbuhan sisi pendanaan dan pembiayaan yang relatif sama, fungsi

intermediasi perbankan syariah yang antara lain direpresentasikan oleh

Financing to Deposit Ratio (FDR) tidak mengalami banyak perubahan

dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2010 FDR perbankan syariah

tercatat sebesar 89,7%, tidak jauh berbeda dengan tahun 2009 yaitu 89,70%.

Jumlah bank yang melakukan kegiatan usaha syariah pada tahun 2010

meningkat seiring dengan munculnya bank syariah baru baik dalam bentuk

Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), maupun Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Jumlah BUS yang sebelumnya enam

bertambah menjadi 11, dimana tiga BUS merupakan hasil konversi dari Bank

Umum Konvensional dan dua BUS merupakan bank baru hasil spin off Unit

Usaha Syariah (UUS) dari bank umum konvensional. Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah bertambah sebanyak 12 BPRS, dimana 11 BPRS berasal dari

ijin pendirian usaha baru dan satu BPRS hasil konversi BPR Konvensional.

Dengan demikian jumlah BPRS tahun 2010 meningkat menjadi 150.

Semakin berkurangnya tekanan krisis global, pulihnya daya beli

masyarakat dan mulai membaiknya aktivitas sektor riil, serta baertambahnya

jumlah BUS baru secara bersama-sama memberikan dampak positif bagi

kinerja perbankan syariah. Selama tahun 2010, kinerja perbankan syariah

relatif baik ditandai dengan pertumbuhan yang tinggi pada sejumlah indikator

utama perbankan syariah. Total asset perbankan syariah (BUS dan UUS)

tumbuh 47,56% menjadi Rp.97 triliun, DPK meningkat sebesar Rp. 45,46%

4

menjadi Rp.76 triliun, dan pembiayaan yang diberikan tumbuh sebesar

45,24% menjadi Rp.68 triliun.

Dalam bank syariah terdapat jasa-jasa pembiayaan yang tidak jauh beda

dengan bank konvensional. Jasa-jasa yang diberikan dalam bank syariah

dikemas ke dalam produk-produk pembiayaan bank syariah. Ada tiga produk

dalam perbankan syariah, yakni penyaluran dana, penghimpunan dana, dan

produk yang berkaitan dengan jasa yang diberikan perbankan kepada

nasabahnya.

Produk perbankan syariah yang termasuk dalam penyaluran dana, yakni

prinsip jual beli (murabahah, salam, dan istishna), prinsip bagi hasil

(musyarakah dan mudharabah), dan prinsip sewa (ijarah). Akan tetapi,

banyaknya produk pembiayaan yang diberikan bank syariah, ada satu

pembiayaan yang sering digunakan oleh bank syariah yaitu pembiayaan yang

menggunakan akad murabahah. Pembiayaan murabahah merupakan jasa

pembiayaan jual beli dengan menetapkan harga pokok ditambah keuntungan

(margin) yang telah ditentukan sebelumnya dengan sistem cicilan.

Pada tabel 1.1 di bawah ini menunjukkan pembiayaan yang dipakai

pada perbankan syariah dalam rentang waktu 2010- juni 2015.

Tabel 1.1

Pembiayaan Perbankan Syariah (miliar rupiah)

Akad 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Mudharabah 8.631 10.229 12.023 13.625 14.354 14.906

5

Musharakah 14.624 18.960 27.667 39.874 49.387 54.003

Murabahah 37.508 56.365 88.004 110.565 117.371 117.777

Sumber : Statistik Perbankan Syariah

Berdasarkan tabel 1.1 diatas, menunjukkan bahwa pembiayaan

murabahah lebih besar daripada pembiayaan mudharabah dan musyarakah.

Pembiayaan mudharabah dan musyarakah tidak lebih dari setengah

pembiayaan murabahah, yaitu pada tahun 2010 pembiayaan murabahah

sebesar Rp.37,508 miliar, sedangkan pembiayaan mudharabah sebesar

Rp.8,631 miliar dan pembiayaan musyarakah sebesar Rp.14,624 miliar, dan

pada tahun 2015 jumlah pembiayaan murabahah meningkat menjadi

Rp.117,777 miliar, sedangkan pembiayaan mudharabah dan musyarakah

masing-masing sebesar Rp.14,906 miliar dan Rp.54.003 miliar.

Besarnya pembiayaan murabahah yang ada di bank syariah

dibandingkan dengan pembiayaan lainnya, tidak terlepas dari karakteristik

pembiayaan murabahah yang pasti dalam besaran angsuran dan margin yang

ditetapkan diawal perjanjian melahirkan persepsi bahwa penggunaan akad

murabahah dapat mengurangi tingkat risiko pembiayaan. Ada beberapa

faktor yang mempengaruhi tingkat pembiayaan murabahah pada bank

syariah, yakni faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal yang dapat mempengaruhi pembiayaan murabahah pada

bank syariah, yakni Financing to Deposit Ratio (FDR) atau rasio pembiayaan

terhadap dana pihak ketiga. FDR ditentukan oleh perbandingan antara jumlah

pinjaman yang diberikan dengan dana masyarakat yang dihimpun yaitu

6

mencakup giro, simpanan berjangka (deposito), dan tabungan. FDR

memberikan gambaran seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar

kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit

yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin besar kredit maka

pendapatan yang diperoleh naik, karena pendapatan naik secara otomatis laba

juga akan mengalami kenaikan.

Selain mempertimbangkan perbandingan antara jumlah pinjaman yang

diberikan, bank syariah juga harus memperhatikan biaya operasional bank

yang akan memberikan pembiayaan kepada masyarakat, dengan mengukur

efisiensi dan efektivitas operasional pembiayaan yang diberikan. BOPO juga

merupakan upaya bank untuk meminimalkan resiko operasional. Resiko

operasional berasal dari kerugian operasional bila terjadi penurunan

keuntungan yang dipengaruhi oleh struktur biaya operasional bank, dan

kemungkinan terjadinya kegagalan atas jasa-jasa dan produk-produk yang

ditawarkan.

Kegagalan pembayaran atau kredit macet (NPF) juga termasuk kedalam

faktor internal bank syariah, jika pembiayan yang disalurkan oleh bank

syariah macet akan menyebabkan keuntungan yang dihasilkan oleh bank

syariah menurun dan juga akan memperkecil pembiayaan murabahah. Dalam

Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011 yang menjelaskan tentang

penerapan manajemen resiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha

Syariah. Dengan dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia tersebut,

diharapkan pihak bank dapat menekan resiko yang timbul jenis-jenis

7

pembiayaan yang dilakukan oleh bank syariah. Dengan harapan dapat

menekan laju NPF yang sudah ditetapkan oleh Bank Indonesia dengan batas

maksimum sebesar 5%.

Pada faktor eksternal yang mempengaruhi bank syariah yaitu inflasi,

inflasi adalah naiknya harga-harga secara menyeluruh pada periode waktu

tertentu. Kenaikan harga secara terus-menerus atau inflasi

mengakibatkan daya beli masyarakat menurun kemudian menurunkan

nilai mata uang yang mengakibatkan masyarakat enggan manabung di bank.

Dengan menurunnya masyarakat menabung di bank, akan mengakibatkan

pada permodalan bank sehingga akan berdampak pada penyaluran dana yang

diberikan oleh bank.

Tabel 1.2 FDR, BOPO, NPF, Inflasi, dan Pembiayaan Murabahah

Tahun FDR

(%)

BOPO

(%)

NPF

(%)

Inflasi

(%)

Pembiayaan

Murabahah

2010 89,67 80,54 3,02 6,96 37,508

2011 88,94 78,41 2,52 3,79 56,365

2012 100,00 74,97 2,22 4,30 88,004

2013 100,32 78,21 2,62 8,38 110,565

2014 91,50 94,16 4,33 8,36 117,371

2015 96,52 94,22 4,73 7,26 117,777

(dalam miliar Rupiah) Sumber: data diolah, OJK dan Bank Indonesia

Pada tabel 1.2 diatas menunjukkan bahwa FDR, BOPO, NPF, dan

Inflasi mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Sedangkan pembiayaan

murabahah terus meningkat dari tahun ke tahun. Perkembangan pembiayaan

murabahah meningkat sangat signifikan dari akhir tahun 2010 sampai dengan

pertengahan tahun 2015 sebesar Rp.117,777 miliar, peningkatan pembiayaan

8

murabahah dibarengi dengan peningkatan Financing to Deposit Ratio (FDR)

sebesar 96,52 persen. FDR yang tinggi menunjukkan semakin meningkat

fungsi intermediasi bank yang tercermin pada peningkatan pembiayaan

murabahah. Akan tetapi semakin tinggi nilai FDR beresiko meningkatkan

nilai NPF yang dapat dilihat pada tabel diatas pada tahun 2015 nilai NPF

sebesar 4,73 persen, hal ini mengakibatkan tingkat pengembalian atau

pembayaran pembiayaan murabahah terjadi kemacetan. Tingkat inflasi terjadi

penurunan pada tahun 2015 sebesar 7,26 persen dari tahun sebelumnya yakni

pada tahun 2014 sebesar 8,36 persen, naiknya inflasi dikarenakan kenaikan

harga bensin, naiknya bawang merah, kenaikan tarif kendaraan umum dan

masal, dan kenaikan gula pasir. Naiknya inflasi akan meningkatkan biaya

produksi sehingga harga barang/ jasa akan naik. Harga-harga barang/jasa naik

akan meningkatkan biaya operasional pada perbankan syariah. Hal ini dapat

dilihat dari kenaikan BOPO tahun 2015 sebesar 94,22 persen, berbeda pada

tahun sebelumnya yang hanya sebesar 94,16 persen. kenaikan biaya

operasional dan inflasi akan mempengaruhi penyaluran pembiayaan

murabahah, hal ini sesuai dengan teori Kenda (2013), menunjukkan bahwa

nilai FDR berpengaruh positif terhadap margin murabahah, semakin tinggi

rasio FDR menunjukkan semakin meningkat fungsi intermediasi bank dan

FDR yang tinggi beresiko diikuti dengan NPL yang tinggi. Nilai BOPO

mempunyai pengaruh negatif tidak signifikan, yang berarti jika BOPO

meningkat maka akan meningkatkan beban bank kaltim syariah sehingga

menurunkan margin murabahah. Menurut penelitianSatya Kenda (2013),

9

menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh negatif signifikan dan dominan

terhadap margin murabahah Bank Kaltim Syariah.

Dari uraian latar belakang yang telah dipaparkan, maka diperlukan

suatu kajian yang lebih mendalam untuk mengetahui bagaimana pengaruh

pembiayaan murabahah terhadap faktor-faktor yang ada didalam maupun

diluar perbankan syariah. Untuk itu penulis tertarik melakukan penelitian

dalam bentuk penulisan skripsi dengan judul: “PENGARUH FDR, BOPO,

NPF, DAN INFLASI TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH

PERBANKAN SYARIAH TAHUN 2010-2015”.

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah digunakan untuk membatasi arah penelitian

terhadap objek yang akan diteliti. Dalam penelitian ini peneliti akan

membatasi ruang lingkup objek yang sedang diteliti, pembatasan masalah

tersebut meliputi keadaaan FDR, BOPO, NPF, dan Inflasi terhadap

Pembiayaan Murabahah dari januari 2010- Juni 2015.

Berdasarkan pembatasan masalah yang ada, pembahasan masalah akan

dilakukan dalam perumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap

pembiayaan murabahah perbankan syariah?

2. Bagaimana pengaruh Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional

(BOPO) terhadap pembiayaan murabahah perbankan syariah?

3. Bagaimana pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap

pembiayaan murabahah perbankan syariah.

10

4. Bagaimana pengaruh Inflasi terhadap pembiayaan murabahah perbankan

syariah?

5. Bagaimana pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR), Biaya

Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing

Financing (NPF), dan Inflasi terhadap pembiayaan murabahah perbankan

syariah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian

ini adalah:

a. Untuk menganalisi bagaimana pengaruh Financing to Deposit Ratio

(FDR) terhadap pembiayaan murabahah perbankan syariah.

b. Untuk menganslisi bagaimana pengaruh Biaya Operasional terhadap

Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap pembiayaan murabahah

perbankan syariah.

c. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh Non Performing Financing

(NPF) terhadap pembiayaan murabahah perbankan syariah.

d. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh Inflasi terhadap pembiayaan

murabahah perbankan syariah.

e. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh Financing to Deposit Ratio

(FDR), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO),

Non Performing Financing (NPF), dan Inflasi terhadap pembiayaan

murabahah perbankan syariah.

11

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Bagi Mahasiswa

Diharapkan penelitian ini dapat menambah khasanah pengetahuan

tentang pengaruh FDR, BOPO, NPF, dan Inflasi terhadap pembiayaan

murabahah dan dapat dijadikan informasi mengenai keadaan lembaga

keuangan bank syariah.

b. Bagi Bank Syariah

Diharapkan dapat dijadikan informasi dalam pengambilan

keputusan serta dapat meningkatkan kinerja lembaga keuangan bank

syariah kedepannya.

c. Bagi Masyarakat

Penelitian ini, diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada

masyarakat mengenai pembiayaan yang ada di bank syariah sehingga

dapat menarik masyarakat yang tertarik pada jasa yang diberikan oleh

bank syariah.

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bank Syariah

1. Definisi Bank Syariah

Bank Syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-

prinsip syariah Islam, yakni bank yang opersionalnya mengikuti

ketentuan syariah khususnya menyangkut tata cara muamalah secara

Islam. Menurut Dahlan Siamat (2004: 183) bank syariah adalah bank

yang menjalankan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip syariat Islam yaitu

mengacu pada Al-Qur’an dan Hadits.

Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang

perbankan syariah, Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan

kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya

terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

Menurut UU Perbankan Syariah Pasal 4 dan UUD Perbankan pasal

3 menyebutkan bahwa tujuan dari perbankan Indonesia yaitu menunjang

pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan

pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah

peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Tujuan penyaluran dana oleh

perbankan syariah adalah menunjang pelaksanaan pembangunan,

13

meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan

rakyat (UU Perbankan Pasal 4).

Heri Sudarsono (2008:43) Bank Syariah mempunyai beberapa

tujuan diantaranya sebagai berikut:

a. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk ber-muamalah secara

Islam, khususnya muamalah yang berhubungan dengan perbankan,

agar terhindar dari praktek-praktek riba atau jenis-jenis

usaha/perdagangan lain yang mengandung unsur gharar (tipuan),

dimana jenis-jenis usaha tersebut selain dilarang dalam Islam, juga

telah menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi

masyarakat.

b. Untuk menciptakan suatu keadilan dibidang ekonomi dengan jalan

meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi

kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal dengan pihak

yang membutuhkan.

c. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka

peluang usaha yang lebih besar terutamakelompok miskin, yang

diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif, menuju terciptanya

kemandirian usaha.

d. Untuk menanggulangi masalah kemiskinan, yang pada umumnya

merupakan program utama dari negara-negara yang sedang

berkembang. Upaya bank syariah didalam mengentaskan kemiskinan

14

ini berupa pembinaan nasabah seperti: program pembinaan

pengusaha produsen, pembinaan pedagang perantara, program

pembinaan konsumen, program pengembangan modal kerja dan

program pengembangan usaha bersama.

e. Untuk menjaga stabilitas ekonomi moneter, dengan melalui aktivitas

perbankan syariah akan mampu menghindari pemanasan ekonomi

yang diakibatkan oleh adanya inflasi, menghindari persaingan usaha

yang tidak sehat antara lembaga keuangan.

f. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank

non-syariah.

Dalam UU Perbankan Syariah Pasal 1 angka 25, pembiayaan

adalah salah satu jenis kegiatan usaha bank syariah, maksudnya adalah

penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:

(A.Wangsawidjaja, 2012 : 78)

1) Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musharakah;

2) Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam

bentuk ijarah muntahiya bittamlik;

3) Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan

istisna;

4) Transaksi pinjam-meminjam dalam bentuk piutang qard;

5) Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi

multijasa.

15

Dalam menjalankan fungsi dan tugas dari bank syariah, terdapat

risiko-risiko yang dapat terjadi dimana menurut Peraturan Bank

Indonesia No.13/25/PBI/2011 tentang penerapan manajemen resiko bagi

BUS dan UUS. Risiko adalah potensi kerugian akibat terjadinya suatu

peristiwa tertentu (Bambang, 2013; 30). Dalam PBI No. 13/23/PBI/2011

terdapat jenis-jenis risiko pada perbankan, yaitu : Resiko Kredit, Resiko

Pasar, Risiko Hukum, Risiko Reputasi, Risiko Likuiditas, Risiko

Operasional, Risiko Strategis, dan Risiko Kepatuhan.

2. Landasan Perbankan Syariah

Landasan perbankan syariah adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits:

a. QS Al- Baqarah: 276

Allah berfirman :“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan

sedekah”

b. Qs An-Nisa: 161

Allah berfirman: “dan karena menjalankan riba, padahal sungguh

mereka telah dilarang darinya, dan karena mereka memakan harta

orang dengan cara yang tidak sah (batil)...”

c. Qs Ar-Rum: 39

Allah berfirman: “dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan

agar harta manusia bertambah, maka tidak bertambah dalam

pandangan Allah.”

16

d. Hadits

Riwayat Al-Bukhori dan Muslim dari Abu Hurairah, bahwa Nabi

saw bersabda: “tinggalkanlah tujuh hal yang membinasakan. Orang-

orang bertanya. Apa itu wahai Rosulullah saw? Beliau menjawab :

Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa orang yang diharamkan

Allah swt kecuali dengan hak, memakan riba, memakan harta anak

yatim, melarikan diri pada saat datangnya serangan musuh dan

menuduh wanita mukmin yang suci berzina.”

3. Jenis-jenis Pembiayaan Bank Syariah

Menurut Dahlan Siamat (2004: 192) dalam menyalurkan dana

kepada nasabah, secara garis besar terdapat 3(tiga) kelompok pada bank

syariah, yaitu dengan prinsip bagi hasil (syirkah), prinsip jual beli (ba’i),

dan sewa beli.

a. Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil

1) Pembiayaan Mudharabah

Pembiayaan Mudharabah adalah perjanjian antara penanam dana

dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu,

dengan pembagian keuntungan antara kedua belah pihak

berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.

2) Pembiayaan Musyarakah

Pembiayaan Musyarakah adalah perjanjian diantara pemilik

dana/modal untuk mencampurkan dana/modal mereka pada suatu

17

usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan diantara pemilik

dan/modal berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.

b. Pembiayaan Dengan Prinsip Jual-Beli (al-Ba’i)

1) Pembiayaan Murabahah

Pembiayaan Murabahah adalah perjanjian jual beli antara bank dan

nasabah dimana bank syariah membeli barang yang diperlukan oleh

nasabah dan kemudian menjualnya kepada nasabah yang

bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan

margin/keuntungan yang disepakati antara bank syariah dan

nasabah.

2) Pembiayaan Salam

Pemiayaan Salam adalah perjanjian jual beli barang dengan cara

pemesanan dengan syarat tertentu dan pembayaran harga terlebih

dahulu.

3) Pembiayaan Istishna

Pembiayaan Istishna adalah perjanjian jual beli dalam bentuk

pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan

tertentu yang disepakati antara pemesan dan penjual.

c. Pembiayaan Dengan Prinsip Sewa

1) Pembiayaan Ijarah

18

Pembiayaan Ijarah adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang

dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa.

2) Pembiayaan Ijarah Muntahiyah Biltamlik

Pembiayaan Ijarah Muntahiyah Biltamlik adalah perjanjian sewa

menyewa suatu barang yang diakhiri dengan perpindahan

kepemilikan barang dari pihak yang memberikan sewa kepada

pihak penyewa.

B. Pembiayaan Murabahah

1. Pengertian Pembiayaan Murabahah

Salah satu skim fiqih yang paling populer digunakan oleh perbankan

syariah adalah skim jual-beli murabahah. Transaksi murabahah ini lazim

dilakukan oleh Rasulullah Saw. Menurut Adiwarman Karim (2004:113)

Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga

perolehan dan keuntungan (marjin) yang disepakati oleh penjual dan

pembeli. Akad ini merupakan salah satu bentuk natural certainty

contracts, karena dalam murabahah ditentukan required rate of profit-nya

(keuntungan yang ingin diperoleh). Karena dalam definisinya disebut

adanya “keuntungan yang disepakati”, karakteristik murabahah adalah si

penjual haruas memberi tahu si pembeli tentang harga pembelian barang

dan menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya

tersebut.

19

Menurut Abdullah Saeed (2008: 158) Murabahah adalah kontrak

penjualan melibatkan hubungan antara debitur-kreditur, antara klien dan

bank masing-masing. Pembeli sepakat biaya barang ditambah mark-upn

(keuntungan) dalam angsuran, jumlah dan waktu jatuh tempo yang

dikhusukan pada perjanjian itu. Setelah bank dan klien masuk ke dalam

perjanjian penjualan ini, harga penjualan menjadi kewajiban hutang sisi

klien kepada bank. Hubungan klien dengan bank ini menjadi debitur –

kreditur.

Landasan syar’i pembiayaan murabahah didasarkan pada Al-Qur’an

Surat Al-Baqarah ayat 275 yang menyatakan bahwa:

“Allah swt telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”.

Selain itu, ada pula hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah yang

berbunyi sebagai berikut:

“Dari Shuaib Ar Rumi R.A. bahwa Rosulullah saw bersabda , Tiga

hal yang didalamnya terdapat keberkahan, yaitu jual beli secara

tabgguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur tepung untuk

keperluam rumah.”

Pendapat para ulama dalam Adiwarman Karim (2004:114) :

a. Ulama mazhab Maliki, membolehkan biaya-biaya yang langsung

terkait dengan transaksi jual-beli itu dan biaya-biaya yang tidak

langsung terkait dengan transaksi tersebut, namun memberikan nilai

tambah pada barang itu.

20

b. Ulama mazhab Syafi’i, membolehkan membebankan biaya-biaya

yang secara umum timbul dalam suatu transaksi jual-beli kecuali

biaya tenaga kerjanya sendiri karena komponen ini termasuk dalam

keuntungannya. Begitu pula biaya-biaya yang tidak menambah nilai

barang tidak boleh dimasukkan sebagai komponen biaya.

c. Ulama mazhab Hanafi, membolehkan membebankan biaya-biaya

yang secara umum timbul dalam suatu transaksi jual-beli, namun

mereka tidak membolehkan biaya-biaya yang semestinya dikerjakan

oleh si penjual.

d. Ulama mazhab Hambali berpendapat bahwa semua biaya langsung

maupun tidak langsung dapat dibebankan pada harga jual selama

biaya-biaya itu harus dibayarkan kepada pihak ketiga dan akan

menambah nilai barang yang dijual.

Secara ringkas, dapat dikatakan bahwa keempat mazhab

membolehkan pembebanan biaya langsung yang harus dibayarkan kepada

pihak ketiga. Keempat mazhab sepakat tidak membolehkan pembiayaan

langsung yang berkaitan dengan pekerjaan yang memang semestinya

dilakukan penjual maupun biaya langsung berkaitan langsung dengan hal-

hal yang berguna.

Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa

pesanan. Dalam murabahah berdasarkan pesanan, bank melakukan

pembelian barang setelah ada pemesanan dari nasabah, dan dapat bersifat

21

mengikat atau tidak mengikat nasabah untuk membeli barang yang

dipesannya (bank dapat meminta uang muka pemebelian kepada nasabah).

Sedangkan dalam murabahah berdasarkan pesanan yang bersifat mengikat,

pembeli tidak dapat membatalkan pesanannya.

Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau cicilan.

Dalam murabahah juga diperkenalkan adanya perbedaan dalam harga

barang untuk cara pembayaran yang berbeda. Murabahah muajjal

dicirikan dengan adanya penyerahan barang di awal akad dan pembayaran

kemudian (setelah awal akad), baik dalam bentuk angsuran maupun dalam

bentuk lump sum (sekaligus).

Berdasarkan sumber dana yang digunakan, pembiayaan Murabahah

secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga kelompok.

1) Pembiayaan Murabahah yang didanai dengan URIA (Unrestricted

Investment Account = investasi tidak terikat).

2) Pembiayaan Murabahah yang didanai dengan RIA (Restricted

Investment Account = invetasi terikat).

3) Pembiayaan Murabahah yang didanai dengan Modal Bank.

2. Rukun Murabahah

Bimb Institute of research and Training SDM 1998:8 (dalam

Firmansyah 2007:11) Adapun rukun jual-beli murabahah adalah:

a. Penjual (ba’i)

22

b. Pembeli (Musytari’)

c. Obyek atau barang yang diperjual-belikan (mabi’)

d. Harga (tsaman)

e. Akad Jual-beli (Ijab qobul)

3. Syarat-syarat Murabahah

Menurut Moh. Rifai 2002:61 (dalam Firmansyah 2007:12)

sedangkan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam transaksi ini adalah :

a. Penjual memberitahukan biaya modal kepada nasabah.

b. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.

c. Kontrak harus bebas dari riba.

d. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas

barang sesudah pembelian.

e. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan

pembelian. Misalnya, pembelian dilakukan secara hutang.

4. Teknis Pelaksanaan Murabahah

Berikut ini merupakan skema pembiayaan murabahah :

23

Gambar 2.1

Pembiayaan Murabahah

1. Negosiasi

& Persyaratan

3.Akad Jual Beli

6. Bayar

5.Terima

2.beli 4. Kirim barang

barang & dokumen

Sumber : Ikatan Bankir Indonesia , 2014: 62

Keterangan:

1. Nasabah mengajukan permohonan untuk membeli barang kepada

Bank. Bank memberikan persyaratan atas pengajuan nasabah, serta

dilakukan negosiasi harga.

2. Bank membeli barang dari supplier sesuai dengan spesifikasi yang

diminta oleh nasabah.

3. Bank dan nasabah melakukan akad jual beli atas barang yang

diminta oleh nasabah.

4. Supplier mengirim barang kepada nasabah.

5. Nasabah menerima barang dan dokumen lengkap.

6. Nasabah melakukan pembayaran kepada Bank secara angsur

(margin dan pokok).

Bank

Syariah

Nasabah

Supplier Penjual

24

C. Financing to Deposit Ratio (FDR)

Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan rasio yang digunakan

untk mengukur likuiditas suatu bank dalam membayar kembali penarikan

dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan pembiayaan yang

diberikan sebagai sumber likuiditasnya, yaitu dengan cara membagi jumlah

pembiayaan yang diberikan oelhe bank terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK).

Semakin tinggi Financing to Deposit Ratio (FDR) maka semakin tinggi dana

yang disalurkan ke Dana Pihak Ketiga (DPK). Dengan penyaluran Dana

Pihak Ketiga (DPK) yang besar maka pendapatan bank akan meningkat.

Pendapatan bank yang meningkat akan meningkatkan modal bank, sehingga

penyaluran pembiayaan yang dilakukan bank akan meningkat khususnya

pembiayaan murabahah.

Standar yang digunakan Bank Indonesia untuk rasio Financing to

Deposit Ratio (FDR) adalah 80% hingga 110%. Jika rasio FDR suatu bank

berada pada angka dibawah 80%, maka dapat disimpulkan bahwa bank

tersebut hanya dapat menyalurkan dana sebesar dana yang berhasil dihimpun

oleh bank. karena fungsi utama bank adalah sebagai intermediasi (perantara)

antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana.

Dengan rendahnya rasio FDR pada suatu bank maka dapat dikatakan bahwa

bank tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik, begitu juga sebaliknya.

Semakin tinggi Financing to Deposit Ratio (FDR) menunjukkan semakin

riskan kondisi likuiditas bank, sebaliknya semakin rendah Financing to

25

Deposit Ratio (FDR) menunjukkan kurangnya efektivitas bank dalam

menyalurkan pembiayaan.

Dalam istilah bank konvensional dinamakan Loan to Deposit Ratio

(LDR) adalah tingkat kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan

dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan

sebagai sumber likuiditasnya. Jika bank dapat menyalurkan seluruh dana

yang dihimpun memang akan menguntungkan, namun hal ini terkait resiko

apabila sewaktu-waktu pemilik dana menarik dananya atau pemakai dana

tidak dapat mengembalikan dana yang dipinjamnya. Secara lebih rinci LDR

dapat dijelaskan sebagai rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan

bank dengan dana yang diterima bank. Menurut Mulyono (1995) LDR

menunjukkan salah satu penilaian likuiditas bank dan dapat dirumuskan

sebagai berikut :

Dalam perbankan syariah tidak dikenal istilah kredit (loan), namun

pembiayaan (financing). Menurut Buyung (2006), rumus FDR untuk bank

syariah adalah sebagai berikut :

Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin

tingginya kemampuan bank dalam menyalurkan pembiayaan.

D. Biaya Operasional terhadap Pedapatan Operasional (BOPO)

26

BOPO menurut kamus keuangan adalah kelompok rasio yang

mengukur efisiensi dan efektivitas operasional suatu perusahaan dengan jalur

membandingkan satu terhadap lainnya. Rasio biaya operasional adalah

perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio

biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan

kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasi.

Menurut Adi Nugroho (2005: 89) biaya operasional adalah biaya-biaya

yang dikeluarkan bank dalam kegiatan operasionalnya terdiri dari biaya

tenaga kerja, biaya administrasi dan umum, biaya penyusutan, biaya

pencadangan penghapusan aktiva produktif, dan biaya lainnya yang terkait

dengan operasional bank syariah.

Operasional bank pada prinsipnya adalah mengumpulkan dana dan

menyalurkan pembiayaan, maka semua biaya yang dikeluarkan untuk

mendukung operasionalnya baik langsung maupun tidak langsung dapat

digolongkan sebagai biaya operasional.

Semakin rendah BOPO berarti semakin efisien bank tersebut dalam

mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka

keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar. Dengan keuntungan

yang diperoleh aset bank menjadi besar, sehingga memberikan dampak pada

bank untuk menyalurkan pembiayaan.

Rumus BOPO adalah sebagai berikut:

27

BOPO juga merupakan upaya bank untuk meminimalkan resiko

operasional. Resiko operasional berasal dari kerugian operasional bila terjadi

penurunan keuntungan yang dipengaruhi oleh struktur biaya operasional

bank, dan kemungkinan terjadinya kegagalan atas jasa-jasa dan produk-

produk yang ditawarkan.

Semakin rendah rasio BOPO semakin kecil biaya operasional,

rendahnya biaya operasional menyebabkan pendapatan bank mengalami

kenaikan. Kenaikan pendapatan bank tentu berpengaruh terhadap penyaluran

pembiayaan.

E. Non Performing Financing (NPF)

1. Pengertian Non Performing Financing (NPF)

Resiko Kredit adalah risiko kerugian yang terkait dengan

kemungkinan kegagalan pihak peminjaman dana memenuhi kewajibannya

atau risiko bahwa debitur tidak membayar kembali utangnya. Tingginya

risiko kredit tercermin dari posisi rasio pembiayaan bermasalah yang

sering dikenal sebagai Non Performing Financing (NPF). Menurut A.

Wangsawidjaja (2012), risiko pembiayaan bagi bank syariah timbul

apabila kualitas pembiayaan dari lancar menjadi kurang lancar (golongan

III), diragukan (golongan IV), dan macet (golongan V), atau dalam praktek

disebut pembiyaan bermasalah.

Non Performing Financing (NPF) dalam perbankan syariah adalah

jumlah kredit yang tergolong tidak lancar/macet yaitu dengan kualitas

28

kurang lancar, diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia

tentang kualitas aktiva produktif. Menurut Veithzal (2007:467)

pembiayaan bermasalah berarti pembiayaan yang dalam pelaksanaannya

belum mencapai atau memenuhi target yang diingunkan pihak bank

seperti: pengembalian pokok atau bagi hasil yang bermasalah; pembiayaan

yang memiliki kemungkinan timbulnya resiko di kemudian hari bagi bank;

pembiayaan yang termasuk golongan perhatian khusus, diragukan, dan

macet serta golongan lancar yang berpotensi terjadi penunggakan dalam

pengembalian.

Non Performing Financing dalam perbankan Syariah atau Non

Performing Loans dalam perbankan konvensional adalah jumlah kredit

yang tergolong tidak lancar/macet yaitu dengan kualitas kurang lancar,

diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tentang

kualitas aktiva produktif. Status NPF pada prinsipnya didasarkan pada

ketepatan waktu bagi nasabah untuk membayarkan kewajiban, baik berupa

bunga maupun pengembalian pokok pinjaman.

Proses pemberian dan pengelolaan kredit yang baik diharapkan dapat

menekan NPF sekecil mungkin, dengan kata lain tingginya NPF sangat

dipengaruhi oleh kemampuan bank syariah dalam menjalankan proses

pemberian kredit dengan baik maupun dalam hal pengelolaan kredit,

termasuk tindakan pemantauan (monitoring) setelah kredit disalurkan dan

tindakan pengendalian bila terdapat indikasi penyimpangan kredit maupun

indikasi gagal bayar.

29

Profil resiko pembiayaan suatu bank dapat dilihat dari rasio

pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing) dan pembentukan

cadangan (cash provision) semakin tinggi NPF, semakin tinggi resiko yang

dihadapi bank, karena akan mempengaruhi permodalan bank tersebut

karena dengan NPF yang tinggi akan membuat bank mempunyai

kewajiban untuk memenuhi Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif

(PPAP) yang terbentuk. Bila hal ini terus terjadi maka mungkin saja modal

bank tersebut akan tersedot untuk membayar PPAP, karena itulah bank

menginginkan NPF yang rendah, nilai NPF yang rendah akan

meningkatkan nilai profitabilitas bank syariah. (Nur Kurnaliyah 2011:32)

Besarnya NPF yang diperbolehkan Bank Indonesia adalah maksimal

5%, jika melebihi 5% akan mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan

bank yang bersangkutan yaitu akan mengurangi nilai skor yang diperoleh.

Variabel ini mempunyai bobot nilai 20%, skor nilai NPF ditentukan

sebagai berikut:

a. Lebih dari 8%, skor nilai = 0

b. Antara 5%-8%, skor nilai = 80

c. Antara 3%-5%, skor nilai = 90

d. Kurang dari 3%, skor nilai = 100

Bila resiko pembiayaan meningkat, margin/bunga kredit akan

meningkat pula. Sementara itu, dalam ekonomi Islam sektor perbankan

tidak mengenal instrumen bunga, sistem keuangan Islam menerapkan

30

sistem pembagian keuntungan dan kerugian, bukan kepada tingkat bunga

yang telah menetapkan tingkat keuntungan di muka.

1) Non Performing Financing Gross (Penyedia Dana Bermasalah)

Non Performing Gross (NPF Gross) adalah perbandingan antara

jumlah pembiayaan yang diberikan dengan tingkat kolektabilitas 3

sampai dengan 5 dibandingkan dengan total pembiayaan yang

diberikan oleh bank. Terdapat 5 kategori tingkat kolektabilitas

pembiayaan yaitu: lancar (current), dalam perhatian khusus (special

mention), kurang lancar (sub-standar), diragukan (doubtful), dan

macet (loss). Septiana Ambarwati, (2008:65)

Berikut ini adalah rumusnya:

NPF Gross =

Keterangan:

a) Penyediaan/penyaluran dana berupa piutang dan ijarah.

b) Pembiayaan merupakan pembiyaan yang diberikan kepada pihak

ketiga (tidak termasuk pembiayaan kepada bank lain).

c) Penyediaan dan bermasalah adalah penyediaan dana dengan

kualitas kurang lancar, diragukan dan macet.

d) Penyediaan dana bermasalah dihitung secara gross tdak dikurangi

PPAP.

e) Angka dihitung perposisi (tidak disetahunkan).

31

2) Non Performing Financing Net (Penyediaan Dana Bermasalah)

NPF Gross =

Keterangan : PPAP adalah Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif

sesuai ketentuan tentang PPAP yang berlaku bagi bank

syariah.

Pembiayaan dapat bertujuan untuk kegiatan konsumtif dan

produktif, Muhammad Syafi’i Antonio (2001) membagi pembiayaan

produktif menjadi dua yaitu:

a) Pembiayaan Modal Kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi

kebutuhan: (a) peningkatan produksi, baik secara kuantitatif yaitu

jumlah produksi, maupun secara kualitatif yaitu peningkatan

kualitas atau mutu hasil produksi; dan (b) untuk keperluan

perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang.

b) Pembiayaan Modal Investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan

barang-barang modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang

erat kaitannya dengan itu.

F. Inflasi

1. Pengertian Inflasi

Pada awalnya inflasi diartikan sebagai kenaikan jumlah uang beredar

atau kenaikan likuiditas dalam suatu perekonomian. Pengertian tersebut

mengacu pada gejala umum yang ditimbulkan oleh adanya kenaikan

32

jumlah uang beredar yang diduga telah menyebabkan adanya kenaikan

harga-harga. Inflasi adalah suatu variabel ekonomi makro yang dapat

sekaligus menguntungkan dan merugikan suatu perusahaan. Namun pada

dasarnya inflasi yang tinggi tidak disukai oleh para pelaku pasar modal

karena akan meningkatkan biaya produksi (Case dan Fair, 2007: 212).

Menurut Sukirno (2004: 333) Inflasi yaitu kenaikan dalam harga

barang dan jasa, yang terjadi karena permintaan bertambah lebih besar

dibandingkan dengan penawaran barang dipasar. Untuk mengukur tingkat

inflasi, indeks harga yang digunakan adalah indeks harga konsumen.

Indeks harga konsumen adalah indeks harga dan barang–barang yang

selalu digunakan para konsumen.

2. Teori Inflasi

a. Teori Kuantitas

Teori ini adalah teori yang tertua yang membahas tentang inflasi,

tetapi dalam perkembangannya teori ini mengalami penyempurnaan

oleh para ahli ekonomi Universitas Chicago, sehingga teori ini juga

dikenal sebagai model kaum moneteris (moneterist model). Teori ini

menekankan pada peranan jumlah uang beredar dan harapan

(ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan harga terhadap timbulnya

inflasi.

Inti dari teori ini adalah sebagai berikut:

33

1) Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang

beredar, baik uang kartal maupun giral.

2) Laju inflasi juga ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang

beredar oleh harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan

harag di masa mendatang.

b. Keynesian Model

Dasar pemikiran model inflasi dari keynes ini, bahwa inflasi

terjadi karena masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan

ekonomisnya, sehingga menyebabkan permintaan efektif masyarakat

terhadap barang-barang (permintaan agregat), akibatnya akan terjadi

inflation gap. Keterbatasan jumlah persediaan barang (pernawaran

agregat) ini terjadi karena dalam jangka pendek kapasitas produksi

tidak dapat dikembangkan untuk mengimbangi kenaikan (permintaan

agregat). Oleh karenanya sama seperti pandangan kaum monetarist,

Keynesian models ini lebih banyak dipakai untuk menerangkan

fenomena inflasi dalam jangka pendek.

c. Mark-up Model

Pada teori ini dasar pemikiran model inflasi ditentukan oleh dua

komponen, yaitu cost od production dan profit margin. Relasi antara

perubahan harga dapat dirumuskan sebagai berikut:

Price = Cost + Profit Margin

34

Karena besarnya profit margin ini biasanya telah ditentukan

sebagai suatu presentase tertentu dari jumlah cost of production, maka

rumus tersebut dapat dijabarkan menjadi:

Dengan demikian, apabila terjadi kenaikan harga pada komponen-

komponen yang menyusun cost of production dan atau kenaikan pada

profit margin akan menyebabkan terjadinya kenaikan pada harga jual

komoditi di pasar.

d. Teori Struktural : Model Inflasi di Negara Berkembang

Banyak studi mengenai inflasi di negara-negara berkembang,

menunjukan bahwa inflasi bukan semata-mata merupakan fenomena

moneter, tetapi juga merupakan fenomena struktural atau cost push

inflation. Hal ini disebabkan karena struktur ekonomi negara-negara

berkembang pada umumunya yang masih bercorak agraris. Sehingga,

goncangan ekonomi yang bersumber dari dalam negeri, mislanya gagal

panen (akibat faktor eksternal pergantian musim yang terlalu cepat,

bencana alam dan sebagainya) atau hal-hal yang memiliki kaitan

dengan hubungan luar negeri, misalnya memburuknya term of trade;

utang luar negeri dan kurs valuta asing, dapat menimbulkan fluktuasi

harga di pasar domestik. Fenomena strukturalyang disebabkan oleh

kesenjangan atau kendala struktural dalam perekonomian di negara

berkembang, sering disebut dengan structural bottleneck.

Price = Cost + ( a% xCost )

35

3. Jenis Inflasi

Inflasi dapat digolongkan menurut sifatnya, menurut sebabnya, parah

dan tidaknya inflasi tersebut dan menurut asal terjadinya.

a. Menurut Sifatnya

Inflasi menurut sifatnya digolongkan dalam tiga kategori, yaitu :

1) Inflasi merayap

Kenaikan harga terjadi secara lambat, dengan persentase yang kecil

dan dalam jangka waktu yang relatif lama (di bawah 10% per tahun)

2) Inflasi Menengah

Kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-kadang berjalan

dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi.

3) Inflasi Tinggi

Kenaikan harga yang besar bisa sampai 5 atau 6 kali. Masyarakat

tidak lagi berkeinginan menyimpan uang. Nilai uang merosot dengan

tajam sehingga ingin ditukar dengan barang. Perputaran uang

semakin cepat, sehingga harga naik secara akselerasi.

b. Menurut Sebabnya

1) Demand Pull Inflation

Demand pull inflation adalah inflasi yang timbul akibat dari

kenaikan permintaan masyarakat.

36

2) Cost Push Inflastion

Cost push inflation adalah inflasi yang timbul akibat biaya produksi

barang dan jasa.

c. Berdasarkan Parah Tidaknya Inflasi Tersebut

1) Inflasi ringan (kurang dari 10% per tahun).

2) Inflasi sedang (antara 10-30% per tahun).Inflasi Berat (antara 30-

100% per tahun).

3) Hiperinflasi (diatas 100% per tahun).

d. Menurut Asalnya

1) Inflasi Domestik

Inflasi domestik adalah inflasi yang terjadi akibat adanya defisit

dalam pembiayaan dan belanja negara yang terlihat pada anggaran

belanja negara (APBN).

2) Inflasi diImpor

Inflasi diimpor adalah inflasi yang berasal dari luar negeri yang

timbul karena negara-negara yang menjadi mitra dagang negara

tertentu mengalami inflasi yang tinggi. Kenaikan harga-harga di luar

negeri yang menjadi mitra dagang utama secara langsung ataupun

tidak langsung akan menaikkan biaya produksi dalam negeri.

37

4. Dampak Inflasi

Adiwarman Karim (2008:138) menurut para ekonomi Islam, inflasi

berakibat sangat buruk bagi perekonomian karena :

a. Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi

tabungan (nilai simpan), fungsi dari pembayaran dimuka dan fungsi

dari unit perhitungan.

b. Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari

masyarakat (Menurunnya Marginal Propensity to Save).

c. Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk non-

primer dan barang-barang mewah (naiknya Marginal Propensity to

Consume).

d. Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu

penumpukan kekayaan (hoarding) seperti: tanah, bangunan, logam

mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi ke arah

produktif seperti: pertanian, industri, perdagangan, transportasi dan

lainnya.

G. Keterkaitan Antar Variabel

Dalam perbankan syariah yang menggunakan prinsip bagi hasil (profit

sharing) antara pihak bank dengan nasabah dan keuntungan (margin) yang

ditetapkan oleh perbankan syariah adalah tetap, berbeda dengan bank

konvensional yang menganut prinsip bunga (riba). Pembiayaan yang

38

diberikan oleh bank syariah kepada nasabahnya dapat memberikan

profitablitas pada bank. Namun, profitabilitas bank dapat dipengaruhi

beberapa faktor. Faktor tersebut bisa berasal dari faktor internal dan dari

faktor eksternal. Faktor internal dalam perbankan syariah, yakni Non

Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Biaya

Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). Faktor eksternal bank

yang dapat mempengaruhi profitabilitas bank, yakni Inflasi.

1. Hubungan Financing to Deposit Ratio (FDR) dengan Pembiayaan

Murabahah

Salah satu rasio yang digunakan sebagai sumber informasi dan

analisis adalah rasio likuiditas atau Loan to Deposit Ratio (LDR), akan

tetapi dalam bank syariah lebih dikenal dengan istilah Financing to

Deposit Ratio (FDR).

Financing to Deposit Ratio (FDR) dapat diartikan sebagai

perbandingan antara pembiayaan yang diberikan dengan dana yang

diterima bank. Rasio FDR digunakan sebagai indikator pembiayaan yang

disalurkan bank syariah. Semakin tinggi rasio FDR maka pembiayaan

yang disalurkan juga semakin meningkat, begitu juga sebaliknya. Dalam

penelitian prastanto (2013) dan Ahmad dan Maswar (2015), dijelaskan

bahwa FDR berpengaruh positif terhadap pembiayaan murabahah.

39

2. Hubungan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional

(BOPO) dengan Pembiayaan Murabahah

Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

merupakan besaran rasio dalam perbankan yang digunakan untuk

mengukur dan melihat tingkat efisiensi perbankan, semakin besar rasio

BOPO maka bank semakin tidak efisien. Biaya operasional yang tinggi

tentu akan menyebabkan masalah bagi perbankan syariah. Semakin tinggi

rasio BOPO maka, semakin rendah penyaluran pembiayaan yang

disalurkan bank syariah, begitu juga sebaliknya. Dengan demikian terdapat

hubungan yang negatif antara rasio BOPO dengan pembiayaan, salah satu

pembiayaan dalam perbankan syariah adalah pembiayaan murabahah.

Dalam penelitian Haidar (2014), menunujukkan bahwa biaya

operasional dan tingkat suku bunga berpengaruh positif dan signifikan

terhadap margin murabahah pada PT.Bank Mega Syariah Indonesia.

3. Hubungan Non Performing Financing (NPF) dengan Pembiayaan

Murabahah

Pembiayaan murabahah adalah akad jual beli barang dengan

menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati

oleh penjual dan pembeli. Akad ini merupakan salah satu bentuk natural

uncertainty contracts, karena dalam murabahah ditentukan berapa

required rate of profit-nya (keuntungan yang ingin diperoleh) (Adiwarman

A. Karim, 2006).

40

Dalam pembiayaan murabahah, bank bertugas sebagai perantara

dengan produsen sehingga bank memiliki resiko yang lebih kecil dalam

menanggung kerugian. Dalam penelitian Lifstin dan Rohmatika (2013),

dijelaskan bahwa NPF mempunyai pengaruh negatif terhadap pembiayaan

murabahah pada Bank Umum Syariah. Pembiayaan yang tinggi akan

menyebabkan adanya resiko pembiayaan bermasalah yang tercermin

dalam rasio NPF maka bank semakin berhati-hati dalam memberikan

pembiayaan karena takut mengalami kerugian sehingga menyebabkan

dana bank mengendap terlalu banyak.

4. Hubungan Inflasi dengan Pembiayaan Murabahah

Inflasi adalah kenaikan harga secara terus-menerus dalam jangka

waktu tertentu. Menurut Sukirno (2004: 333) Inflasi yaitu kenaikan dalam

harga barang dan jasa, yang terjadi karena permintaan bertambah lebih

besar dibandingkan dengan penawaran barang dipasar. Inflasi dapat

memberikan dampak pada stabilitas ekonomi dengan memunculkan

spekulasi dari masyarakat.

Selain itu, inflasi dapat menyebabkan para nasabah enggan untuk

menabung, hal itu dikarenakan nilai mata uang yang semakin menurun.

Sehingga fungsi bank sebagai lembaga Intermediari (penghimpun dana)

akan menurun dan orang akan lebih menyalurkan dananya ke dalam

bentuk investasi non produktif, seperti tanah, logam mulia, mata uang

asing dengan mengorbankan investasi kearah pertanian, dan lainya. Dalam

kondisi tersebut akan mempengruhi bank dalam menyalurkan pembiayaan.

41

Dalam penelitian Supandi, Rio, dan Mahdalena (2015), dijelaskan bahwa

inflasi berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap permintaan

pembiayaan murabahah pada bank syariah Indonesia.

H. Penelitian Terdahulu

1. Mustika Rimadhani dan Osni Erza (2011)

Penelitian dengan judul “Analisis Variabel-variabel yang

mempengaruhi Pembiayaan Murabahah Pada Bank Syariah Mandiri

Periode 2008.01-2011.12”. Variabel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah Pembiayaan Murabahah, Dana Pihak Ketiga (DPK),

Margin Keuntungan, Modal, dan Non Performing Ratio (NPF).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen. Penelitian ini menggunakan

model regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan Dana Pihak Ketiga berpengaruh

signifikan dan mempunyai hubungan positif, Margin Keuntungan

tidak signifikan dan tidak terdapat pengaruh, NPF berpengaruh

signifikan, FDR tidak signifikan terhadap pembiayaan murabahah

pada Bank Syariah Mandiri.

2. Lifstin Wardiantika dan Rohmawati Kusumaningtias (2013)

Penelitian dengan judul “Pengaruh DPK, CAR, NPF, dan SWBI

Terhadap Pembiayaan Murabahah Pada Bank Umum Syariah Tahun

2008-2012”. Variabel dalam penelitian ini adalah Pembiayaan

42

Murabahah, Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio

(CAR), Non Performing ratio (NPF), dan sertifikat wadiah bank

Indonesia (SWBI). Motode yang digunakan dalam penelitian ini,

yakni dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, jenis penelitian

yang digunakan adalah hubungan kausal. Teknik analisis data

menggunakan Analisis Regresi Linier Berganda.

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa DPK mempunyai

pengaruh positif, CAR tidak berpengaruh, NPF mempunyai pengaruh

negatif, dan SWBI tidak berpengaruh dan memilik hubungan negatif

terhadap pembiayaan murabahah pad Bank Umum Syariah.

3. Ahmad Samhan Yanis dan Maswar Patuh Priyadi (2015)

Penelitian dengan judul “Faktor Yang Mempengaruhi

Pembiayaan Murabahah Pada Bank Syariah Di Indonesia”. Variabel

dalam penelitan ini adalah Pembiayaan Murabahah, Debt to Equity

Ratio (DER), Third-Party Funds (DPK), Financing to Deposit Ratio

(FDR), Current Rtaio (CR), dan Return On Assets (ROA). Tujuan

penelitian untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan terhadap

pembiayaan murabahah pada Bank Umum Syariah di Indonesia.

Penelitian ini menggunakan metode Analisis Linier Berganda.

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa secara simultan DER,

DPK, FDR, CR, dan ROA berpengaruh terhadap pembiayaan

murabahah. Dan secara parsial DER, DPK, FDR, CR, dan ROA

43

berpengaruh signifikan dan positif terhadap pembiayaan murabahah

pada perbankan syariah di Indonesia.

4. Kenda Satya (2013)

Judul penelitian ini “Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Penetapan Margin Murabahah Pembiayaan Konsumtif di Bank Kaltim

Syariah”. Variabel penelitian ini adalah Margin Murabahah, FDR,

BOPO, Inflasi, dan Tingkat Suku Bunga. Penelitian ini menggunakan

Regresi Linier berganda.

Hasil penelitian menjelaskan, Variabel FDR, BOPO, Inflasi, dan

Tingkat Suku Bunga secara simultan berpengaruh signifikan terhadap

margin murabahah. Variabel yang paling dominan dalam penelitian

ini adalah inflasi karena beta inflasi lebih besar dari pada nilai beta

FDR, BOPO, dan tingkat suku bunga. Hal ini karena peningkatan

inflasi akan meningkatkan biaya produksi sehingga harga barang/jasa

akan menjadi mahal dan akan berdampak terhadap menurunnya daya

beli masyarakat sehingga menurunkan permintaan pembiayaan

murabahah dan penurunan permintaan pembiayaan murabahah akan

menurunkan margin murabahah.

5. Salma Fathiya Ma’arifa dan Iwan Budiyono(2015)

Judul penelitian ini “Analisis Pengaruh Dana Pihaka Ketiga,

Sertifikat Bank Indonesia Syariah, BI Rate, dan Inflasi Terhadap

Pembiayaan Murabahah Perbanakan Syariah di Indonesia Periode

44

2006-2014”. Dalam penelitian ini menggunakan data skunder dengan

model Analisis Linier Berganda. Variabel dalam penelitian adalah

Pembiayaan Murabahah, DPK, SBIS, BI Rate, dan Inflasi.

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa tingkat DPK dan Inflasi

berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan Bi Rate dan SBIS

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pembiayaan murabahah

perbankan Syariah di Indonesia periode 2006-2014.

6. Mahmoud Khalid Almsafir dan Ayman Abdalmajeed Alsmadi (2013)

Penelitian ini berjudul “Murabahah versus Interest Rate, The

Equilibrium Relationship With Macroecomic variables in Jordanian

Economy: An ARDL Approach”. Hasil dari penelitian ini,

menunjukkan bahwa pengaruh variabel ekonomi makro pada

pembiayaan murabahah diterima dibandingkan dengan dampaknya

terhadap suku bunga dan pembiayaan murabahah dapat membuat

keseimbangan ekonomi lebih cepat dibandingkan tigkat suku bunga.

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

Penulis dan

tahun

Judul Variabel Metodologi Hasil

1. Mustika

Ramadhani

dan Osni

Erza (2011)

Analisis

Variabel-

Variabel yang

Mempengaruhi

Pembiayaan

Dependen:

Pembiayaan

Murabahah

Independen:

Regresi

Linier

Berganda

DPK, Margin

Keuntungan, NPF, FDR

berpengaruh signifikan

terhadap pembiayaan

Murabahah

45

Murabahah pada

Bank Syariah

Mandiri Periode

2008.01-

2011.12

DPK

Margin

Keuntungan

NPF

FDR

2. Lifstin

Wardiantika

dan

Rohmawati

Kusumanin

gtias (2014)

Pengaruh DPK,

CAR, NPF, dan

SWBI Terhadap

Pembiayaan

Murabahah pada

Bank Umum

Syariah Tahun

2008-2012

Dependen:

Pembiayaan

Murabahah

Independen:

DPK

CAR

NPF

SWBI

Regresi

Linier

Berganda

DPK(berpengaruh

positif), CAR (tidak

berpengaruh dan negatif),

NPF (berpengaruh

Negatif), dan SWBI

(tidak berpengaruh dan

negatif) terhadap

pembiayaan murabahah

di bank umum syariah

3. Ahmad

Samhan

Yanis dan

Maswar

Patuh

Priyadi

(2015)

Faktor yang

Mempengaruhi

Pembiayaan

Murabahah pada

Bank Syariah di

Indonesia

Dependen:

Pembiayaan

Murabahah

Independen:

DER

DPK

CR

ROA

Regresi

Linier

Berganda

Variabel DER, DPK,

FDR, CR, dan ROA

berpengaruh signifikan

dan positif terhadap

pembiayaan murabahah

pada bank Syariah, dan

secara simultan DER,

DPK, FDR, CR, dan

ROA secara bersama-

sama berpengaruh

terhadap pembiayaan

murabahah pada

perbankan Syariah

4. Kenda Faktor-faktor Dependen: Regresi Variabel FDR,

46

Satya yang

mempengaruhi

penetapan

margin

murabahah

pembiayaan

konsumtif di

Bank Kaltim

Syariah

Margin

Murabahah

Independen:

FDR

BOPO

Inflasi

Bi Rate

Linier

Berganda

BOPO, Inflasi, dan

Tingkat Suku Bunga

secara simultan

berpengaruh signifikan

terhadap margin

murabahah. Variabel

yang paling dominan

dalam penelitian ini

adalah inflasi karena beta

inflasi lebih besar dari

pada nilai beta FDR,

BOPO, dan tingkat suku

bunga. Hal ini karena

peningkatan inflasi akan

meningkatkan biaya

produksi sehingga harga

barang/jasa akan menjadi

mahal dan akan

berdampak terhadap

menurunnya daya beli

masyarakat sehingga

menurunkan permintaan

pembiayaan murabahah

dan penurunan

permintaan pembiayaan

murabahah akan

menurunkan margin

murabahah

5. Salma

Fathiya

Ma’arifa dan

Analisis

Pengaruh Dana

Pihaka Ketiga,

Dependen:

Pembiayaan

Regresi

Linier

Berganda

tingkat DPK dan Inflasi

berpengaruh positif dan

signifikan, sedangkan Bi

47

Iwan

Budiyono

(2015)

Sertifikat Bank

Indonesia

Syariah, BI

Rate, dan Inflasi

Terhadap

Pembiayaan

Murabahah

Perbanakan

Syariah di

Indonesia

Periode 2006-

2014

Murabahah

Independen:

DPK

SBIS

Bi Rate

Inflasi

Rate dan SBIS

berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap

pembiayaan murabahah

perbankan Syariah di

Indonesia periode 2006-

2014

6. Mahmoud

Khalid

Almsafir

dan Ayman

Abdalmajee

d Alsmadi

(2013)

Murabahah

versus Interest

Rate, The

Equilibrium

Relationship

With

Macroecomic

variables in

Jordanian

Economy: An

ARDL

Approach

Dependen:

Pembiayaan

Murabahah

Independen:

Tingkat Suku

Bunga

Inflasi

Tingkat

Pengangguran

Nilai Tukar

dan PDB

Pendekatan

ARDL

pengaruh variabel

ekonomi makro pada

pembiayaan murabahah

diterima dibandingkan

dengan dampaknya

terhadap suku bunga dan

pembiayaan murabahah

dapat membuat

kesimbangan ekonomi

lebih cepat dibandingkan

tigkat suku bunga

48

I. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini bertujuan untuk menganlisis faktor-faktor yang

mempengaruhi pembiayaan murabahah Bank Syariah di Indonesia. Salah satu

fungsi perbankan syariah adalah menghimpun dan menyalurkan dana kepada

masyarakat. Penyaluran dana yang dilakukan bank syariah ke masyarakat ke

dalam bentuk pembiayaan. Dalam pembiayaan yang dilakukan bank syariah

banyak bentuknya, salah satunya pembiayaan murabahah. Pembiayaan

murabahah di bank syariah paling sering digunakan oleh nasabah dan bank

syariah dikarenakan sedikit sekali mengandung resiko. Ada beberapa faktor

yang dapat mempengaruhi tingkat profitabilitas bank syariah yang dapat

mengurangi aset bank syariah sehingga bank syariah lebih berhati-hati dalam

menyalurkan pembiayaan murabahah ke masyarakat.

Dalam penelitian Prastanto (2013) dan Ahmad Samhan Yanis dan

Maswar Patuh Priyadi (2015), pembiayaan murabahah berpengaruh positif

signifikan terhadap FDR perbankan syariah, karena nilai rasio FDR

menunjukkan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali

penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan pembiayaan

yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio FDR

mencerminkan semakin tingginya jumlah pembiayaan murabahah suatu bank.

Sedangkan tingkat prosentase pembiayaan bermasalah (NPF) terhadap

pembiayaan murabahah berpengaruh negatif signifikan, semakin tinggi nilai

NPF akan menyebabkan pembiayaan menjadi turun. Begitu juga penelitian

Lifstin dan Kusumaningtias (2013), menunjukkan bahwa NPF berpengaruh

49

negatif terhadap pembiayaan murabahah pada Bank Umum Syariah. Dalam

penelitian Kenda (2013), menunjukkan bahwa nilai FDR berpengaruh positif

terhadap margin murabahah, semakin tinggi rasio FDR menunjukkan semakin

meningkat fungsi intermediasi bank dan FDR yang tinggi beresiko diikuti

dengan NPL yang tinggi. Nilai BOPO mempunyai pengaruh negatif, yang

berarti jika BOPO meningkat maka akan meningkatkan beban bank kaltim

syariah sehingga menurunkan margin murabahah dan inflasi berpengaruh

negatif signifikan dan dominan terhadap margin murabahah.

Berikut kerangka berpikir yang dapat dibuat dari teori-teori dan

penelitian terdahulu yang berhubungan dengan pengaruh NPF, FDR, BOPO,

dan Inflasi terhadap Pembiayaan Murabahah perbankan syariah yang

dijelaskan secara parsial maupun simultan:

50

Gambar 2.2

Kerangka Pemikiran

Pengaruh FDR, BOPO, NPF, dan Inflasi Terhadap

Pembiayaan Murabahah Perbankan Syariah

Tahun 2010-2015

FDR (XI)

BOPO (X2)

NPF (X3)

Pembiayaan

Murabahah

Uji Asumsi Klasik:

1. Normalitas

2. Multikolinieritas

3. Heterokedastisitas

4. Autokorelasi

Analisis

Kesimpulan

Inflasi (X4)

Uji Regresi Berganda

Uji Statistik:

1. Uji t

2. Uji F

3. Uji Koefisien Determinasi

51

J. Hipotesis

Hipotesis menurut Sugiyono (2009:96) merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban

yang diberikan baru berdasarkan teori yang relevan, belum didasarkan pada

fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran teoritis yang

telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis penelitian yang dapat dirumuskan

adalah sebagai berikut:

1. H0: Tidak Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel FDR terhadap

pembiayaan murabahah Perbankan Syariah.

H1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel FDR terhadap

pembiayaan murabahah Perbankan Syariah.

2. H0: Tidak Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel BOPO

terhadap pembiayaan murabahah Perbankan Syariah.

H1:Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel BOPO terhadap

pembiayaan murabahah Perbankan Syariah.

3. H0: Tidak Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel NPF terhadap

pembiayaan murabahah Perbankan Syariah.

H1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel NPF terhadap

pembiayaan murabahah Perbankan Syariah.

52

4. H0: Tidak Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Inflasi

terhadap pembiayaan murabahah Perbankan Syariah.

H1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Inflasi terhadap

pembiayaan murabahah Perbankan Syariah.

5. H0: Tidak Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel pembiayaan

FDR, BOPO, NPF dan Inflasi terhadap pembiayaan murabahah Perbankan

Syariah secara simultan.

H1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel pembiayaan FDR,

BOPO, NPF dan Inflasi terhadap pembiayaan murabahah Perbankan

Syariah secara simultan.

53

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yang menggunakan data

runtun waktu (time series) yaitu : NPF, FDR, BOPO, Inflasi, dan Pembiayaan

Murabahah mulai Januari tahun 2010 sampai dengan juni tahun 2015.

Metode yang digunakan adalah metode penelitian Analisi Regresi Linear

Berganda.

Pada tahap awal penelitian ini penulis mempelajari teori-teori yang

berhubungan dengan NPF, FDR, BOPO, Inflasi, dan Pembiayaan

Murabahah. Kemudian menganalisis perbandingan antar variabel dari teori-

teori tersebut dengan permasalahan yang ada saat ini. Kemudian tahap

selanjutnya pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari Perbankan

Syariah, Bank Indonesia, dan Otoritas Jasa Keuangan. Setelah data diperoleh

maka selanjutnya tahap pengujian dengan menggunakan uji ekonometrika.

B. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder

yang diperoleh dari situs resmi Bank Indonesia (www.bi.go.id) dan Otoritas

Jasa Keuangan (www.ojk.go.id). Sedangkan metode yang digunakan dalam

pengumpulan data untuk penelitian adalah sebagai berikut :

54

1. Library Research

Data yang diperoleh melalui berbagai sumber literatur seperti buku,

jurnal, koran, internet dan sebagainya yang berhubungan dengan

penelitian untuk mendapatkan data yang valid.

2. Internet Reasearch

Kemajuan teknologi dapat memberikan kemudahan bagi penelitian

dalam mengumpulkan data. Data dapat diperoleh melalui situs-situs

resmi terkait penelitian dimana data lebih up to date dibanding berbagai

literatur yang ada.

C. Teknik Analisis

Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis yaitu dengan

menggunakan regresi berganda dengan menggunakan software Eviews 8

setelah semua data-data ini terkumpul maka selanjutnya data-data tersebut

dianalisis yaitu dengan uji asumsi klasik dan uji statistik.

1. Regresi Linier Berganda

Alat analisa yang dipakai untuk mengetahui pengaruh variabel

NPF, FDR, BOPO, Inflasi, dan Pembiayaan Murabahah adalah dengan

menggunakan analisis regresi berganda. Analisis regresi pada dasarnya

adalah studi ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau

lebih variabel independen (variabel penjelas/bebas), dengan tujuan untuk

mengestimasi dan/atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata

55

variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui

(Gujarati,2003).

Teknik estimasi variabel dependen yang digunakan adalah

Ordinary Least Square (OLS) yaitu mengestimasi garis regresi dengan

jalan meminimalkan jumlah dari kuadrat kesalahan setiap observasi

terhadap garis tersebut (Imam Ghozali, 2005). Data runtut waktu

dikatakan terintegrasi pada orde d atau dinotasikan I (d) jika runtut waktu

tersebut dapat di-differencing sebanyak d kali dan hasil differencing

adalah stasioner (Gujarati, 2003). Dengan kata lain derajat integrasi

adalah dimana pada derajat tersebut data runtut waktu bersifat stasioner.

Tujuan derajat integrasi adalah untuk melihat apakah runtut waktu

terintegrasi atau tidak.

Model persamaan secara umum yang akan diestimasi pada

penelitian ini adalah sebagai berikut:

DMurabahah = β0 + β1 DFDR + β2 BOPO + β3 DNPF + β4 INF + et

Dimana:

Murabahah : Pembiayaan Murabahah

FDR : Financing to Deposit Ratio

BOPO : Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional

NPF : Non Performing Financing

INF : Inflasi

56

β0..., βn : koefisien regresi (kosntanta)

et : error term

Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat

diukur dan nilai statistik t, nilai statistik F dan koefisien determinasinya.

Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji

statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana H0

ditolak).Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya

beradadalam daerah di mana H0 diterima.

2. Pengujian Model dengan Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk memastikan bahwa

autokorelasi, multikolinieritas, dan heterokedastisitas tidak terdapat

dalam penelitian ini atau data yang dihasilkan berdistribusi normal

(Ghozali, 2001). Pengujian Model asumsi klasik terdiri dari :

a. Uji Normalitas

Uji normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi variabel dependen dan variabel independen maupun keduanya

berdistribusi normal atau tidak. Model yang baik adalah yang

memiliki distribusi data yang normal.

Untuk menguji, apakah dalam model regresi variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak dapat

diketahui dengan membandingkan nilai Jarque-Bera dengan nilai Chi-

57

tabel. Jika nilai Jarque Bera < dari nilai Chi tabel, data dalam

penelitian berdistribusi normal. (Winarno, 2007:5.37).

Hipotesis yang digunakan adalah:

H0 : Data tidak berdistribusi normal

H1 : Data berdistribusi normal

Jika nilai probabilitas uji Jarque-Bera memiliki nilai lebih dari

0.05 maka dapat dikatakan bahwa data telah terdistribusi normal.

Maka artinya kita menerima H1 dan menolak H0.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model

regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel

bebas. Menurut Ajija R. dkk (2011:35), ada atau tidaknya

multikolinieritas dapat diketahui atau dilihat dari koefisien korelasi

masing-masing variable bebas. Jika koefisien korelasi di antara

masing-masing variable bebas lebih besar dari 0,8 maka terjadi

multikolinieritas.

Indikasi multikolinearitas ditunjukkan dengan beberapa

informasi antara lain:

1) Nilai R2 tinggi, tetapi variabel independen banyak yang tidak

signifikan.

58

2) Dengan menghitung koefisien korelasi antar variabel independen.

Apabila korelasi antar variebel independen diatas 0,85 atau 85 %

maka mengandung multikolinearitas.

3) Dengan menggunakan regresi auxiliary. Regresi jenis ini dapat

digunakan untuk mengetahui hubungan antar dua variabel

independen atau lebih yang secara bersama- sama mempengaruhi

satu variabel independen lainnya.

Ada beberapa cara menghilangkan masalah multikolinearitas.

Antara lain dengan : (Winarno, 2011: 5.8)

1) Biarkan saja model mengandung multikolinearitas, karena

estimatornya masih bersifat BLUE. Sifat BLUE tidak terpengaruh

oleh ada tidaknya korelasi antar varibel independen.

2) Tambahkan datanya bila memungkinkan, karena masalah

multikolinearitas muncul karena jumlah observasinya sedikit.

3) Hilangkan salah satu variabel independen, terutama yang

memiliki hubungan linier yang kuat dengan variabel lain.

4) Transformasikan salah satu variabel, termasuk misalnya dengan

melakukan diferensi.

c. Uji Heteroskedasitas

Heteroskedasitas merupakan fenomena terjadinya perbedaan

varian antar seri data. Heteroskedasitas muncul apabila nilai varian

dari variabel tak bebas (Y) meningkat sebagai meningkatnya varian

59

dari variabel bebas (X), maka varian dari Y adalah tidak sama. Gejala

heteroskedasitas lebih sering dalam data cross section dari pada time

series. Selain itu juga sering muncul dalam analisis yang

menggunakan data rata-rata. Untuk mendektesi keberadaan

heteroskedasitas digunakan metode uji White, dimana apabila nilai

probabilitas (p value) observasi R2 lebih besar dibandingkan tingkat

resiko kesalahan yang diambil (digunakan α = 5 %), maka residual

digolongkan homoskedasitas.

Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengidentifikasi

ada tidaknya masalah heterokedastisitas. Beberapa metode tersebut

adalah:

1) Metode grafik.

2) Uji Park.

3) Uji Glejser.

4) Uji Korelasi Spearman.

5) Uji Goldfield-Quandt.

6) Uji Bruesch-Pagan-Godfrey.

7) Uji White.

Dalam penelitian ini saya menggunakan Uji White. Untuk

menghilangkan heterokedastisitas, ada beberapa alternatif yang dapat

dilakukan. Namun alternatif tersebut sangat tergantung pada

ketersediaan informasi tentang varian dan residual. Jika varian dan

residual diketahui, maka heterokedastis dapat diatasi dengan metode

60

WLS. Seandainya varian tidak diketahui, kita harus mengetahui pola

varian residual terlebih dahulu sebelum dapat mengatasi masalah

heterokedastisitas. Langkah-langkah tersebut adalah: (Winarno:2011)

1. Metode WLS (Weighted Least Square).

2. Metode Glejser.

3. Metode Transformasi.

d. Uji Autokorelasi

Dalam mendeteksi adanya gejala autokorelasi dalam penelitian

ini, digunakan pengujian Durbin-Watson. Uji Durbin-Watson

merupakan salah satu uji yang banyak dipakai untuk mengetahui ada

tidaknya autokorelasi (Winarno, 2009;5.27). Autokorelasi menurut

Winarno (2011) dapat berbentuk aukorelasi positif dan autokorelasi

negatif. Mengidentifikasi adanya autokorelasi dapat dilakukan dengan

melakukan dua cara, yaitu:

1. Uji Durbin-Watson

2. Uji Breusch-Godfre

Dalam menentukan ada tidaknya autokorelasi pada pengujian

Durbin-Watson, dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 3.1 Uji Autokorelasi melalui Uji Durbin-Watson

Tolak H0,

berarti ada

Autokorelasi

positif

Tidak dapat

diputuskan

Terima H0,

berarti tidak ada

autokorelasi

Tidak

dapat

diputusk

an

Tolak H0,

berarti ada

Auotokorelas

i negatif

0 dL du 2 4-du 4-dL 4

1,10 1,54 2,46 2,90

61

Apabila D-W berada di antara 1,54 hingga 2,46 maka model

tersebut tidak terdapat autokorelasi. Sebaliknya, jika D-W tidak

berada di antara 1,54 hingga 2,46 maka model tersebut terdapat

autokorelasi (Winarno:2011).

Ariefianto (2012) juga menjelaskan jika pada model regresi

yang diperoleh ternyata terdeteksi adanya autokorelasi, maka

dilakukan prosedur koreksi. Prosedur koreksi dilakukan berdasarkan

kasus yang relevan (bentuk dan asumsi autokorelasi) yang dapat

diuraikan sebagai berikut:

1. Autokorelasi yang disebabkan oleh fenomena cobweb. Jika kita

yakin bahwa autokorelasi disebabkan karena adanya mekanisme

cobweb (lagged response) maka prosedur koreksi dapat dilakukan

dengan menambahkan term lag variabel terikat (yt-1) pada model

regresi awal.

2. Autokorelasi berbentuk AR(1) dan ρ diketahui. Jika kita dapat

memperoleh estimasi tidak bias atas koefisien autokorelasi, maka

prosedur koreksi yang dilakukan adalah suatu varian dari GLS.

Teknik koreksi seperti ini dikenal sebagai prosedur Cochrane-

Orcutt. Eviews telah membuat buildt in routine melaksanakan

teknik koreksi ini. Prosedur yang dilakukan sangat sederhana

dengan hanya menambahkan ar(t) dibelakang syntax regresi (Startz

dalam Ariefianto, 2012), di mana t adalah derajat autoregresi yang

diduga terjadi (terdeteksi).

62

3. Serial Correlation Robust Standard Error. Seperti yang telah

diuraikan dia atas dampak adanya autokorelasi adalah standar error

parameter menjadi bias. Dengan demikian salah satu cara untuk

mengoreksi kondisi ini adalah dengan membuat formulasi standar

error parameter yang tidak bias (disebut dengan serial correlation

robust standard error). Pada eviews prosedur koreksi standar error

Newey-West (1987) telah menjadi suatu rutinitas yang dapat

diakses pada sub menu option pada window estimasi.

Ada beberapa cara untuk menghilangkan masalah autokorelasi

antara lain dengan: (Winarno:2011)

1. Bila struktur autokorelasi diketahui dapat diatasi dengan

melakukan transformasi terhadap persamaan.

2. Bila struktur autokorelasi tidak diketahui. Maka dengan cara

metode diferensiasi tingkat pertama, metode OLS, dan metode

Cochrane-Orcutt.

3. Uji Statistik

Selain Uji Asumsi Klasik, juga dilakukan uji statistik yang

dilakukan untuk mengukur ketepatan fungsi regresi dalam menaksir nilai

aktualnya. Pengujian statistik melibatkan ukuran kesesuaian model yang

digunakan (goodness of fit) dan uji signifikansi, baik pengujian secara

parsial (uji t) maupun pengujian secara simultan (uji F). Secara spesifik,

dapat dijelaskan sebagai berikut :

63

a. Koefisien Determinasi

Nilai R2 disebut juga koefisien determinasi. Koefisien

determinasi (R2) menunjukkan seberapa besar persentase variasi

variabel independen dapat menjelaskan variasi variabel dependennya

(goodness of fit test). Nilai R2

dapat diperoleh dengan formula sebagai

berikut:

R2 = Nilai berkisar antara nol dan satu (0< R

2 <1). Nilai R

2 yang

kecil atau mendekati nol berarti kemampuan variabel independen

dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.

Sebaliknya, jika nilai R2 mendekati satu berarti variabel independen

memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi variabel dependen (Gujarati, 2009:19).

b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing

variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen.

Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau taraf signifikan

5% (α = 0,05) dengan kriteria penilaian sebagai berikut :

Adapun hipotesis dalam uji model ini adalah:

H0 = tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independen

secara simultan terhadap variabel dependen.

H1 = ada pengaruh signifikan dari variabel independen secara

64

simultan terhadap variabel dependen.

Aturan pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.

c. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Uji F ini pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel

independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai

pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau

terikat (Ghozali, 2011:98).

Adapun hipotesis dalam uji model ini adalah:

H0= tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independen secara

simultan terhadap variabel dependen.

H1 = ada pengaruh signifikan dari variabel independen secarasimultan

terhadap variabel dependen.

Aturan pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.

65

D. Operasional Variabel

Variabel dependen (variabel terikat) yang digunakan dalam penelitian

ini adalah Pembiayaan Murabahah Perbankan Syariah. Sedangkan variabel-

variabel independen (variabel bebas) yang digunakan adalah Financing to

Deposit Ratio (FDR), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional

(BOPO), NonPerforming Financing (NPF), dan Inflasi.

1. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Pembiayaan

Murabahah. Pembiayaan adalah kontrak penjualan melibatkan hubungan

antara debitur-kreditur, antara klien dan bank masing-masing(Abdullah

Saeed:2008). Pembeli sepakat biaya barang ditambah mark-up

(keuntungan)dalam angsuran, jumlah dan waktu jatuh tempo yang

dikhusukan pada perjanjian itu. Setelah bank dan klien masuk ke dalam

perjanjian penjualan ini, harga penjualan menjadi kewajiban hutang sisi

klien kepada bank. Hubungan klien dengan bank ini menjadi debitur –

kreditur.

2. Variabel Independen

Variabel Independen dari penelitian ini terdiri dari:

a. Financing to Deposit Ratio (FDR)

Rasio likuiditas merupakan salah satu rasio yang dapat digunakan

sebagai sumber informasi dan juga untuk menganalisis kemampuan

bank dalam memenuhi kewajiban hutang-hutangnya, membayar

66

kembali semua depositornya serta dapat memenuhi permintaan kredit

yang diajukan tanpa terjadi penangguhan (Fauzan, 2011). Loan to

Deposit Ratio (LDR) atau dalam bank syariah rasio ini dikenal sebagai

Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio likuiditas yang

digunakan dalam penelitian ini.

b. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Biaya operasional adalah biaya-biaya yang dikeluarkan bank dalam

kegiatan operasionalnya terdiri dari biaya tenaga kerja, biaya administrasi

dan umum, biaya penyusutan, biaya pencadangan penghapusan aktiva

produktif, dan biaya lainnya yang terkait dengan operasional bank syariah

(Adi Nugroho : 2005). Operasional bank pada prinsipnya adalah

mengumpulkan dana dan menyalurkan pembiayaan, maka semua biaya

yang dikeluarkan untuk mendukung operasionalnya baik langsung maupun

tidak langsung dapat digolongkan sebagai biaya operasional.

c. Non Performing Financing (NPF)

Resiko Kredit adalah risiko kerugian yang terkait dengan

kemungkinan kegagalan pihak peminjaman dana memenuhi kewajibannya

atau risiko bahwa debitur tidak membayar kembali utangnya. Tingginya

risiko kredit tercermin dari posisi rasio pembiayaan bermasalah yang

sering dikenal sebagai Non Performing Financing (NPF).

67

d. Inflasi

Inflasi yaitu kenaikan dalam harga barang dan jasa, yang terjadi

karena permintaan bertambah lebih besar dibandingkan dengan penawaran

barang dipasar (Sukirno (2004: 333)). Untuk mengukur tingkat inflasi,

indeks harga yang digunakan adalah indeks harga konsumen. Indeks harga

konsumen adalah indeks harga dan barang–barang yang selalu digunakan

para konsumen.

Inflasi adalah suatu variabel ekonomi makro yang dapat sekaligus

menguntungkan dan merugikan suatu perusahaan. Namun pada dasarnya

inflasi yang tinggi tidak disukai oleh para pelaku pasar modal karena akan

meningkatkan biaya produksi (Case dan Fair, 2007: 212).

68

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia

Perkembangan bank syariah di Indonesia diilhami perkembangan

bank syariah atau bank Islam diluar negeri yang diawali dengan berdirinya

Bank Mit Gamr pada 1963 di Mesir. Bank tersebut tidak berumur panjang

dan terpaksa ditutup pada 1967 karena alasan politik. Namun, demikian

semangatnya melahirkan Nasser Social Bank pada 1972 di Mesir yang

lebih berorientasi sosial daripada komersial. Selanjutnya, muncul Dubai

Islamic Bank pada 1975 di Jeddah, Saudi Arabia; Faysal Islamic Bank

pada 1977 di Mesir dan Sudan; Kuwait Finance House pada 1997 di

Kuwait; dan Bank Islam Malaysian Berhad (BIMB) pada 1983 di

Malaysia.

Awal pendirian bank syariah di Indonesia berawal dari lokakarya

“Bunga Bank dan Perbankan” pada 18-20 Agustus 1990, yang kemudian

dilanjutkan dengan Musyawarah Nasional (MUNAS) IV Majelis Ulama

Indonesia (MUI) di Hotel Sahid, Jakarta, pada 22-25 Agustus tahun yang

sama. Berdasarkan hasil MUNAS tersebut, MUI membentuk Tim Steering

Committee. Dengan dukungan pemerintah dan masyarakat, terbentuk bank

syariah pertama dengan nama PT Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada 1

November 1991 di Jakarta.

69

Dilatarbelakangi krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1998 dan

keluarnya Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang perubahan atas

Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan, yang isinya

mengatur tentang peluang usaha syariah bagi bank konvensional,

perbankan syariah mulai mengalami perkembangan dengan berdirinya

Bank Syariah Mandiri pada tahun 1999 dan Unit Usaha Syariah (UUS)

Bank BNI pada tahun 2000, serta bank-bank syariah dan UUS lain pada

tahun-tahun berikutnya. Sepuluh tahun setelah UU Nomor 10 tersebut,

pemerintahbersama Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia mengeluarkan

UU Nomor 20 tentang Sukuk dan UU Nomor 21 tentang Perbankan

Syariah pada tahun 2008.

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia merupakan suatu

perwujudan dan permintaan masyarakat yang membutuhkan suatu sistem

perbankan alternatif yang selain menyediakan jasa perbankan/ keuangan

yang sehat, juga memenuhi prinsip-prinsip syariah. Perkembangan sistem

keuangan syariah sebenarnya telah dimulai sebelum pemerintah

meletakkan dasar-dasar hukum operasional secara formal.

Setelah diterbitkannya ketentuan perundang-undangan tersebut,

sejak tahun 1998 sistem perbankan syariah telah menunjukkan

perkembangan yang cukup pesat, yaitu lebih 50 persen pertumbuhan aset

rata-rata per tahun. Sampai akhir Juni 2015, terdapat 12 Bank Umum

Syariah (BUS), 22 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 161 Bank Pembiayaan

Rakyat Sayriah (BPRS) yang berkembang dengan baik.

70

Kinerja perbankan syariah mendapatkan momentum akselerasinya

pada tahun 2010 dimana asset perbankan syariah meningkat cukup

signifikan dengan pertumbuhannya mencapai 47,6% (yoy), terutama bila

dibandingkan dengan perbankan nasional yang asetnya hanya tumbuh

18,7% (yoy). Peningkatan tersebut antara lain didorong oleh berdirinya

sejumlah Bank Umum Syariah (BUS) baru dan jaringan kantor perbankan

syariah.

Sementara itu, kondisi perkonomian secara makro yang cukup

kondusif dan kinerja sektor industri perbankan nasional yang masih positif

menjadi salah satu faktor pendukung tumbuhnya pembiayaan perbankan

syariah selama tahun 2010. Pertumbuhan pembiayaan yang disalurkan

pada tahun 2009 yang hanya tercatat 22,76%, pada tahun 2010 mengalami

peningkatan yang sangat signifikan hingga mencapai 45,24%. Dengan

tingkat pertumbuhan sisi pendanaan dan pembiayaan yang relatif sama,

fungsi intermediasi perbankan syariah yang antara lain direpresentasikan

oleh Financing to Deposit Ratio (FDR) tidak mengalami banyak

perubahan dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2010 FDR

perbankan syariah tercatat sebesar 89,7%, tidak jauh berbeda dengan tahun

2009 yaitu 89,70%.

Besarnya pembiayaan murabahah yang ada di bank syariah

dibandingkan dengan pembiayaan lainnya, tidak terlepas dari karakteristik

pembiayaan murabahah yang pasti dalam besaran angsuran dan

marginyang ditetapkan diawal perjanjian melahirkan persepsi bahwa

71

penggunaan akad murabahah dapat mengurangi tingkat risiko

pembiayaan.

2. Gambaran Umum Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah pembiayaan

murabahah bank syariah, Financing to Deposit Ratio (FDR), Biaya

Operasional terhadap Penadapatan Operational (BOPO), Non Performing

Financing (NPF), dan Inflasi dari periode januari 2010 hingga juni 2015.

a. Perkembangan Pembiayaan Murabahah

Pembiayaan murabahah adalah akad jual beli barang dengan

menentukan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang dilakukan

terlebih dahulu oleh penjual dan pembeli. Dalam perbankan syariah

pembiayaan murabahah merupakan akad pembiayaan yang jumlah

pembiayaannya selalu meningkat setiap tahunnya.

Grafik 4.1

Perkembangan Pembiayaan Murabahah

Sumber : data diolah

0

20

40

60

80

100

120

140

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Mili

ar

Pembiayaan Murabahah

PembiayaanMurabahah

72

Grafik 4.1 diatas menjelaskan bahwa pembiayaan murabahah

mengalami peningkatan setiap tahunnya. Terlihat pada grafik,

pembiayaan murabahah bulan januari tahun 2010 sebesar Rp. 26,532

triliun dan bergerak meningkat secara lambat hingga Februari tahun

2013 sebesar Rp. 4,623 triliun yang merupakan peningkatan tertinggi

dari pembiayaan murabahah dari tahun 2010-2015. Pembiayaan

murabahah juga mengalami penurunan yaitu Rp 762 milyar pada

Desember tahun 2013. Pergerakan lambat pada peningkatan

pembiayaan akan membawa dampak pada pembagi tingkat risiko

pembiayaan bermasalah. Pembiayaan murabahah terus mengalami

peningkatan secara signifikan, pertengahan tahun bulan juni tahun

2015 sebesar Rp. 117,777 triliun.

b. Perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR)

Salah satu rasio yang digunakan sebagai sumber informasi dan

analisis adalah rasio likuiditas atau Loan to Deposit Ratio (LDR), akan

tetapi dalam bank syariah lebih dikenal dengan istilah Financing to

Deposit Ratio (FDR). Perkiraan kebutuhan likuiditas sangat

dipengaruhi oleh perilaku penarikan nasabah, sifat, dan jenis sumber

dana yang dikelola bank. Rasio ini memberikan gambaran mengenai

jumlah dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk

kredit/pembiayaan.

Financing to Deposit Ratio (FDR) dapat diartikan sebagai

perbandingan antara pembiayaan yang diberikan dengan dana yang

73

diterima bank. Rasio FDR digunakan sebagai indikator pembiayaan

yang disalurkan bank syariah. Semakin tinggi rasio FDR maka

pembiayaan yang disalurkan juga semakin meningkat, begitu juga

sebaliknya.

Grafik 4.2

Perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR)

Sumber : data diolah

Berdasarkan grafik 4.2 diatas menunjukkan bahwa Financing to

Deposit Ratio (FDR) dari tahun 2010 hingga tahun 2015 mengalami

fluktuatif. Pada pertengahan tahun 2013 pertumbuhan nilai FDR yang

paling tinggi yakni sebesar 104,83 persen, dan yang paling rendah

terjadi pada tahun 2010 yakni sebesar 88,67 persen.

c. Perkembangan Biaya Operasional terhadap Penadapatan Operasional

(BOPO)

Bopo adalah rasio yang mengukur efisiensi dan efektivitas

operasional suatu perusahaan dengan jalur membandingkan satu

82

84

86

88

90

92

94

96

98

100

102

2010 2011 2012 2013 2014 2015

per

sen

tase

%

Perkembangan FDR

PerkembanganFDR

74

terhadap lainnya. Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur

tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan

operasi. Semakin rendah rasio BOPO berarti semakin efisien bank

tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya. BOPO merupakan

variabel mikro dalam bank.

Grafik 4.3Perkembangan BOPO

Sumber : data diolah

Perkembangan BOPO pada grafik 4.3 diatas menjelaskan bahwa

dari tahun 2010 hingga tahun 2015 mengalami fluktuatif. Biaya

Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) pertumbuhan

tertinggi terjadi pada tahun 2015 yaitu 94,22 persen. Sepanjang tahun

2013, biaya operasional mencatatkan pertumbuhan yang cukup

signifikan yaitu sebesar 53,5% (yoy), atau melebihi laju pertumbuhan

pendapatan operasional. Kenaikan biaya operasional tersebut

dipengaruhi olehh kanikan biaya pencadangan kerugian aset produktif

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Per

sen

tase

%

Perkembangan BOPO

PerkembanganBOPO

75

yang meningkat 118,7% (yoy) sebagai antisipasi bank atas

meningkatnya risiko kredit. Sedangkan biaya overhead seperti biaya

tenaga kerja, sewa dan promosi, tumbuh sebesar 30,5% (yoy), atau lebih

rendah dibandingkan pertumbuhan pendapatan.

d. Perkembangan Non Performing Financing (NPF)

Resiko Kredit adalah risiko kerugian yang terkait dengan

kemungkinan kegagalan pihak peminjaman dana memenuhi

kewajibannya atau risiko bahwa debitur tidak membayar kembali

utangnya. Tingginya risiko kredit tercermin dari posisi rasio

pembiayaan bermasalah yang sering dikenal sebagai Non Performing

Financing (NPF).

Non Performing Financing (NPF) adalah pembiayaan yang tidak

dapat atau berpotensi untuk tidak mampu mengembalikan pembiayaan

berdasarkan syarat-syarat yang telah disetujui dan ditetapkan bersama

secara tiba-tiba tanpa menunjukkan tanda-tanda terlebih dahulu.

Pembiayaan bermasalah berari pembiayaan yang dalam pelaksanaannya

belum mencapai atau memenuhi target yang diinginkan pihak bank

seperti: pengembalian pokok atau bagi hasil yang bermasalah,

pembiayaan yang memiliki kemungkinan timbulnya resiko dikemudian

hari bagi bank, pembiayaan yang termasuk golongan perhatian khusus,

diragukan dan macet serta golongan lancar yang berpotensi terjadi

penunggakan dalam pengembalian.

76

Non Performing Financing dalam perbankan Syariah atau Non

Performing Loans dalam perbankan konvensional adalah jumlah kredit

yang tergolong tidak lancar/macet yaitu dengan kualitas kurang lancar,

diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tentang

kualitas aktiva produktif.Besarnya NPF yang diperbolehkan Bank

Indonesia adalah maksimal 5%, jika melebihi 5% akan mempengaruhi

penilaian tingkat kesehatan bank.

Grafik 4.4

Perkembangan Non Performing Financing (NPF)

Sumber: data diolah

Pada grafik 4.4 diatas menjelaskan perkembangan NPF yang

terjadi pada tahun 2010 hingga tahun 2015. Pada perkembangan nilai

NPF tahun 2010 hingga tahun 2015 mengalami fluktuatif. Pada tahun

awal tahun 2015 merupakan nilai NPF yang paling tinggi dalam rentang

waktu tersebut yakni sebesar 5,1 persen, dan nilai NPF yang paling

rendah terjadi pada akhir tahun 2012 yaitu sebesar 2,22 persen.

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

4.5

5

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Per

sen

tase

%

Perkembangan NPF

Perkembangan NPF

77

e. Perkembangan Inflasi

Inflasi adalah kenaikan dalam harga barang dan jasa, yang terjadi

karena permintaan bertambah lebih besar dibandingkan dengan

penawaran barang dipasar (Sukirno 2004: 333).

Grafik 4.5

Perkembangan Inflasi

Sumber : data diolah

Pada grafik 4.5 diatas menjelaskan bahwa variabel inflasi

cenderung mengalami peningkatan dan penurunan (fluktuatif). Hal

tersebut disebabkan kondisi perekonomian yang sedang naik turun

(fluktuatif). Pada tahun 2010 krisis terjadi di eropa dan berpengaruh

pada perekonomian global, kondisi ini sangat berdampak terhadap

negara-negara berkembang salah satunya Indonesia yang sangat

bergantung pada lembaga bank dunia dan IMF. Pada tahun 2010 laju

inflasi sebesar 6,96% dan pada tahun 2011 laju inflasi menurun drastis

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Pe

rse

nta

se %

Perkembangan Inflasi

PerkembanganInflasi

78

sebesar 3,79%, penurunan tekanan inflasi tersebut berasal dari

kelompok volatile food dan administered prices seiring dengan

membaiknya pasokan, turunnya harga komoditas pangan internasional

dan minimalnya kebijakan pemerintah terkait harga komoditas strategis.

Pada tahun 2013 inflasi kembali naik sebesar 8,38%, angka ini

ternyata tertinggi sejak krisis tahun 2008. Inflasi di tahun 2013

diakibatkan kenaikan harga BBM bersubsidi.

B. Hasil Analisis dan Pembahasan

Data yang digunakan dalam analisis ini merupakan data sekunder

runtun waktu (time series) yang berbentuk bulanan mulai tahun 2010-2015.

Variabel yang digunakan dalam Penelitian ini menggunakan data variable

dependen yaitu pembiayaan murabahah dan variabel independen yaitu:

Financing to Deposit Ratio (FDR), Biaya Operasional terhadap Pendapatan

Operasional (BOPO), Non Perfoming Financing (NPF), dan Inflasi . Semua

data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari laporan bulanan

Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan. Model yang digunakan sebagai

alat analisis penelitian ini adalah Analisis Regresi Linier Berganda.

Penggunaan model analisis regresi linier berganda dalam penelitian adalah

untuk mengetahui hubungan antara dua atau beberapa variaebel independen

terhadap variable dependen.

Pengolahan data menggunakan software Eviews 8 untuk mempermudah

menganalisis variabel-variabel yang akan diteliti. Pada tahap awal dalam

penyajian penelitian ini akan dilakukan beberapa pengujian untuk lebih

79

menguatkan asumsi-asumsi melalui beberapa pengujian dengan

menggunakan pengujian asumsi klasik dan uji statistik. Pengujian asumsi

klasik berupa: Uji Normalitas, Uji Multikolinieritas, Uji Heterokedastisitas,

Uji Autokorelasi sedangkan uji statistik menggunakan : uji t, uji F, Adjusted

R Square.

1. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah nilai residual

terdistribusi normal atau tidak. Terdapat beberapa cara dalam

mendeteksi normalitas, yaitu dengan histogram dan uji Jarque-Bera.

Jarque-Bera adalah uji statistik untuk mengetahui apakah data

terdistribusi normal. Uji ini mengukur perbedaan skewness dan

kurtosis data dan dibandingkan dengan apabila datanya bersifat

normal. (Winarno, 2011) Asumsi untuk melihat data terdistribusi

normal dapat dilihat bila nilai Jarque-Bera tidak signifikan (lebih kecil

dari 2) dan bila probabilitas lebih besar 5%, maka data berdistribusi

normal. Hasil data yang sudah diolah menggunakan Eviews 8 adalah

sebagai berikut:

80

Tabel 4.1

Uji Normalitas

0

1

2

3

4

5

6

7

8

-0.02 -0.01 0.00 0.01 0.02

Series: ResidualsSample 2010M02 2015M06Observations 65

Mean -1.04e-17Median -0.000180Maximum 0.023956Minimum -0.020844Std. Dev. 0.009974Skewness -0.009589Kurtosis 2.302377

Jarque-Bera 1.319083Probability 0.517088

Pada tabel 4.1 diatas menunjukkan nilai J-B sebesar 1,319083

lebih kecil dari 2 dan nilai probability sebesar 0,517088 lebih besar

dari tingkat signifikansi α = 5%, maka dapat diketahui data dalam

penelitian ini terdistribusi normal.

b. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah kondisi adanya hubungan linier antar

variabel independen. Apabila nilai koefisien variabel bebas lebih besar

dari 0,85 maka dapat disimpulkan ada multikolinearitas dalam model.

Menurut Widarjono (2010: 77) perlu kehati-hatian terutama

pada data time series karena jenis data time series seringkali

menunjukkan korelasi antar variabel independen cukup tinggi.

Korelasi tinggi ini terjadi karena data time series seringkali

menunjukkan unsur tren yaitu data bergerak naik turun secara

bersamaan. Berikut ini adalah uji multikolinieritas dengan

menggunakan correlation matrix:

81

Tabel 4.2

Uji Multikolinearitas

Pada tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa nilai koefisien

variabel bebas antar variabel dibawah dari 0,85. Maka dapat dikatakan

bahwa data penelitian tersebut terbebas dari multikolinearitas.

c. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lain. Jika Variance dari residual satu

pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedatisitas dan jika

variance tidak konstan atau berubaha-ubah disebut dengan

Heterokedastisitas. Metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya

heterokedastisitas pada penelitian ini adalah dengan melakukan Uji

White. Masalah heterokedastisitas pada data dapat dilihat dari nilai

Obs*R- Squared pada output. Jika nilai probabilitasnya lebih kecil

dari α = 5% maka data yang digunakan bersifat heterokedastisitas.

(winarno, 2011 : 5.16)

D(FDR) BOPO D(NPF) INFLASI

D(FDR) 1.000000 -0.141258 0.278990 -0.123076

BOPO -0.141258 1.000000 0.052453 0.178254

D(NPF) 0.278990 0.052453 1.000000 0.069051

INFLASI -0.123076 0.178254 0.069051 1.000000

82

Tabel 4.3

Uji White

Dari tabel 4.3 diatas menunjukkan nilai probabilitas Obs*R-

Squared sebesar 0.2252 lebih besar dari tingkat signifikansi α = 5%.

Maka dapat disimpulkan bahwa model tersebut terbebas dari

heterokedastisitas.

d. Uji Autokolerasi

Autokolerasi merupakan suatu kejadian di mana error term pada

suatu periode waktu secara sistematik tergantung pada error termpada

periode-periode waktu yang lain. Untuk mendeteksi masalah

autokolerasi digunkaan uji Lagrange Multiplier (LM-test). Uji ini

sangat berguna untuk mengindentifikasi masalah autokolerasi tidak

hanya pada derajat pertama (first order) tetapi juga digunakan pada

tingkat derajat.

Uji autokolerasi dapat dilihat dari nilai probabilitas Obs*R-

Squared. Jika probabilitas Obs*R- Squared lebih besar dari tingkat

signifikansi α = 5% maka tidak terdapat autokolerasi dan sebaliknya

jika probablitas Obs*R- Squared lebih kecil dari 5% maka terdapat

autokolerasi.

Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 1.326908 Prob. F(14,50) 0.2258

Obs*R-squared 17.60782 Prob. Chi-Square(14) 0.2252

Scaled explained SS 9.769852 Prob. Chi-Square(14) 0.7788

83

Tabel 4.4

Uji Autokolerasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 1.014468 Prob. F(2,58) 0.3689

Obs*R-squared 2.196955 Prob. Chi-Square(2) 0.3334

Dari hasil uji Langrange Multiplier (LM -test) diatas didapatkan

bahwa nilai Obs*R- Squared sebesar 0.3334 yang lebih besar dari

nilai α sebesar 5% (0,05). Karena nilai probabilitas Obs*R- Squared

lebih besar dari α = 5% maka dapat disimpulkan data tidak

mengandung masalah autokolerasi.

2. Uji Statistik

Pengujian signifikansi digunakan untuk mengetahui apakah hipotesis

yang telah ditetapkan diterima atau ditolak secara statistik. Adapun rincian

uji siginifikansi terdiri dari uji t (parsial), uji F (simultan), dan uji koefisien

determinasi (Adjusted R-Square). Model penelitian yang menggunakan

analisis linier berganda ini dapat dijelaskan melalui persamaan regresi

sebagai berikut:

D(MURABAHAH) = 0.140003 + 0.001385 D(FDR) - 0.001210 (BOPO) -

0.026042 D(NPF) - 0.003223 (INF)

Dimana:

D(Murabahah) : Pembiayaan Murabahah

D(FDR) : Financing to Deposit Ratio

84

BOPO : Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional

D(NPF) :Non Performing Financing

INF : Inflasi

Dari persamaan regresi yang telah diuraikan sebelumnya, dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Jika variabel-variael independen dianggap konstan atau bernilai nol,

artinya variabel independen tidak terjadi peningkatan atau penurunan

maka besarnya pertumbuhan pembiayaan murabahah adalah sebesar

14%.

2. Nilai koefisien regresi variabel Financing to DepositRatio (FDR)

adalah sebesar 0,001385 yang berarti setiap peningkatan FDR

perbankan syariah sebesar 1% akan meningkatkan pembiayaan

murabahah sebesar 0,01 rupiah

3. Nilai koefisien regresi variabel BOPO adalah sebesar - 0,001210

yang berarti setiap peningkatan BOPO perbankan syariah sebesar 1%

akan menurunkan pembiayaan murabahah sebesar 0,001 rupiah.

4. Nilai koefisien regresi variabel NPF adalah sebesar -0,026042 yang

berarti setiap peningkatan NPF perbankan Syariah sebesar 1% akan

menurunkan pembiayaan murabahah sebesar 0,02 rupiah.

5. Nilai koefisien regresi variabel inflasi adalah sebesar -0,003223 yang

berarti setiap peningkatan inflasi sebesar 1% akan menurunkan

pembiayaan murabahah sebesar 0,003 rupiah.

85

3. Uji t (Parsial) dan Interpretasi

Uji ini dilakukan untuk melihat apakah variabel independen yaitu

Financing to Deposit Ratio (FDR), Biaya Operasional terhadap

Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Financing (NPF), dan

Inflasi secara parsial berpengaruh terhadap vaiabel dependen yaitu

Pembiayaan Murabahah rbankan Syariah. Untuk membuktikan hipotesis

yang telah dibuat, kita dapat melihat masing-masing nilai t-statistik yang

dibandingkan dengan t-tabel pada tingkat signifikansi α = 5%. Jika nilai t-

statistik < t-tabel atau nilai probabilitas >α = 5% maka H0 diterima

H1ditolak. Namun jika nilai t-statistik > t-tabel atau nilai probabilitas < α =

5% maka H0 ditolak H1 diterima.

Tabel 4.5

Uji t-statistik

Dari hasil tabel 4.5 diatas merupakan hasil pengujian variabel independen

yaitu FDR, BOPO, NPF, dan Inflasi terhadap Pembiayaan Murabahah

secara parsial. Adapun hipotesisnya adalah sebagai berikut:

1) H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara FDR

terhadap Pembiayaan Murabahah.

H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara FDR terhadap

Variabel dependen: Pembiayaan Murabahah

Variabel

Independen t-statistik Probability Keterangan Hipotesis

FDR 2.529635 0.0141 Signifikan Diterima

BOPO -6.586082 0.0000 Signifikan Diterima

NPF -5.696571 0.0000 Signifikan Diterima

INFLASI -3.700280 0.0005 Signifikan Diterima

86

Pembiayaan Murabahah.

2) H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara BOPO

terhadap Pembiayaan Murabahah.

H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara BOPO Pembiayaan

Murabahah.

3) H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara NPF terhadap

Pembiayaan Murabahah.

H1 : Terdapat yang signifikan antara NPF terhadap Pembiayaan

Murabahah.

4) H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Inflasi

terhadap Pembiayaan Murabahah.

H1 : Terdapat Pengaruh yang signifikan antara Inflasi terhadap

Pembiayaan Murabahah.

Berdasarkan hasil uji t diatas, dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Variabel FDR memiliki tingkat probabilitas sebesar 0.0141 lebih

kecil dari tingkat signifikansi α = 5%(0,0141 < 0,05) yang berarti

H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya secara parsial FDR

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pembiayaan

murabahah.

2) Variabel BOPO memiliki tingkat probabilitas sebesar 0.0000 yang

berarti lebih besar dari tingkat sinfikansi α = 5% (0,0000 < 0,05)

H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya secara parsial BOPO

87

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pembiayaan

murabahah.

3) Variabel NPF memiliki tingkat probabilitas sebesar 0.0000 yang

berarti lebih kecil dari tingkat signifikansi α = 5% (0,0000 < 0,05)

H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya secara parsial NPF

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pembiayaan

murabahah.

4) Variabel Inflasi memiliki tingkat probabilitas sebesar 0.0005 yang

berarti lebih kecil dari tingkat signifikansi α = 5% (0,0005 < 0,05)

H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya secara parsial Inflasi

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pembiayaan

murabahah.

4. Uji F (Simultan) dan Interprestasi

Untuk melihat apakah variabel independen berpengaruh secara

bersama-sama (simultan) terhadap variabel independen, maka digunakan

uju F dengan melihat nilai F-statistik yang dibandingkan dengan nilai F-

tabel pada tingkat signifikansi α = 5%. Jika nilai F-statistik < F-tabel atau

nilai probabilitas > α = 5% maka H0 diterima H1 ditolak. Namun jika nilai

F-statistik > F-tabel atau nilai probabilitas < α = 5% maka H0 ditolak H1

diterima.

88

Tabel 4.6

Uji F-statistik

F-Satistic Prob (F-Statistic)

29.62082 0.000000

Dari tabel 4.6 diatas, diperoleh nilai probabilitas F-statistik sebesar

0.000000 yang artinya nilai probabilitas F-statistik lebih kecil dari tingkat

signifikansi α = 5% (0.000000 < 0,05) yang berarti H0 ditolak dan H1

diterima. Maka secara bersama-sama variabel independen yaitu Financing

to Deposit Ratio (FDR), Biaya Operasional terhadap Pendapatan

Operasional (BOPO), Non Performing Financing (NPF), dan Inflasi

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Pembiayaan Murabahah

perbankan syariah.

5. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Squared)

Berdasarkan hasil regresi didapatkan Adjusted R Squared sebesar

0.641423. Dari nilai koefisien determinasi tersebut menunjukkan bahwa

64,14% pembiayaan murabahah perbankan syariah dapat dijelaskan oleh

Financing to Deposit Ratio (FDR), Biaya Operasional terhadap

Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Financing(NPF), dan

Inflasi. Sedangkan 35,86% dijelaskan oleh faktor-faktor yang tidak

dimasukkan dalam penelitian ini.

89

6. Analisis Ekonomi

Berdasarkan dari pengujian yang telah dilakukan, dapat

disimpulkan bahwa regresi yang dihasilkan cukup baik untuk menjelaskan

hubungan antara FDR, BOPO, NPF, dan Inflasi terhadap pembiayaan

murabahah perbankan syariah tahun 2010-2015. Hasil regresi

menunjukkan bahwa semua variabel yang diteliti, yaitu FDR mempunyai

pengaruh yang signifikan dan mempunyai hubungan positif, BOPO, NPF

dan Inflasi mempunyai pengaruh yang signifikan dan mempunyai

hubungan yang negatif terhadap pembiayaan murabahah perbankan

syariah.

a. Financing to Deposit Ratio Terhadap Pembiayaan Murabahah

Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah tingkat kemampuan

bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan

deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber

likuiditasnya. Suatu bank dikatakan likuid apabila bank tersebut dapat

memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya dan dapat

membayar kembali semua deposannya serta dapat memenuhi

permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan. Oleh

karena itu, bank harus memperhatikan seakurat mungkin kebutuhan

likuiditas untuk jangka waktu tertentu. Perkiraan kebutuhan likuiditas

tersebut sangat dipengaruhi oleh perilaku penarikan nasabah, sifat, dan

jenis sumber dana yang dikelola bank.

90

Pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Financing to

Deposit Ratio (FDR) mempunyai pengaruh yang signifikan dan

mempunyai hubungan positif terhadap pembiayaan murabahah. Pada

hasil regresi diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,0141 dimana lebih

kecil dari nilai α = 0,05. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh prastanto (2013) dan Samhan dan

Maswar (2015) yang menyatakan bahwa FDR berpengaruh positif dan

signifikan terhadap pembiayaan murabahah pada Bank Umum Syariah

di Indonesia.

b. Pengaruh BOPO Terhadap Pembiayaan Murabahah

Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

merupakan besaran rasio dalam perbankan yang digunakan untuk

mengukur dan melihat tingkat efisiensi perbankan, semakin besar

rasio BOPO maka bank semakin tidak efisien. Biaya operasional yang

tinggi tentu akan menyebabkan masalah bagi perbankan syariah.

Semakin tinggi rasio BOPO maka, semakin rendah penyaluran

pembiayaan yang disalurkan bank syariah, begitu juga sebaliknya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa BOPO mempunyai

hubungan negatif dan tidak signifikan terhadap pembiayaan

murabahah perbankan syariah, karena memiliki nilai probabilitas

sebesar 0.0000 dimana lebih besar dari nilai α = 0,05. Hasil penelitian

ini didukung oleh penelitian Haidar (2014) yang menyatakan bahwa

91

biaya operasional berpengaruh signifikan terhadap margin murabahah

PT. Bank Mega Syariah Indonesia.

c. Non Performing Financing (NPF) Terhadap Pembiayaan

Murabahah

Non Performing Financing (NPF) adalah pembiayaan yang tidak

dapat atau berpotensi untuk tidak mampu mengembalikan pembiayaan

berdasarkan syarat-syarat yang telah disetujui dan ditetapkan bersama

secara tiba-tiba tanpa menunjukkan tanda-tanda terlebih dahulu. Status

NPF pada prinsipnya didasarkan pada ketepatan waktu bagi nasabah

untuk membayarkan kewajiban, baik berupa bunga maupun

pengembalian pokok pinjaman. Besarnya NPF yang diperbolehkan

Bank Indonesia adalah maksimal 5%, jika melebihi 5% akan

mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan bank yang bersangkutan

yaitu akan mengurangi nilai skor yang diperoleh.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa NPF mempunyai

hubungan negatif dan signifikan terhadap pembiayaan murabahah

perbankan syariah, karena memiliki probabilitas sebesar 0.0000

dimana dibawah α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar

pembiayaan murabahah yang disalurkan dapat menyebabkan adanya

resiko pembiayaan bermasalah dilihat dari tinggi rendahnya rasio

NPF, maka bank semakin berhati-hati dalam memberikan pembiayaan

karena takut mengalami kerugian yang akan menyebabkan

berkurangnya dana bank.

92

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Lifstin dan Rohmatika (2013) yang menyatakan bahwa

NPF mempunyai pengaruh negatif terhadap pembiayaan murabahah

pada Bank Umum Syariah.

d. Inflasi Terhadap Pembiayaan Murabahah

Inflasi adalah kenaikan harga secara terus-menerus dalam jagka

waktutertentu. Menurut Sukirno (2004: 333) Inflasi yaitu kenaikan

dalam harga barang dan jasa, yang terjadi karena permintaan

bertambah lebih besar dibandingkan dengan penawaran barang

dipasar. Inflasi dapat memberikan dampak pada stabilitas ekonomi

dengan memunculkan spekulasi dari masyarakat.

Selain itu, inflasi dapat menyebabkan para nasabah enggan

untuk menabung, hal itu dikarenakan nilai mata uang yang semakin

menurun. Sehingga fungsi bank sebagai lembaga Intermediasi

(penghimpun dana) akan menurun dan orang akan lebih menyalurkan

dananya ke dalam bentuk investasi non produktif, seperti tanah, logam

mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi kearah

pertanian, dan lainya. Dalam kondisi tersebut akan mempengruhi bank

dalam menyalurkan pembiayaan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Inflasi mempunyai

hubungan negatif dan signifikan terhadap pembiayaan murabahah

perbankan syariah, dengan nilai probabilitas lebih kecil α = 0,05 yaitu

93

sebesar 0.0005. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Fika

Azmi (2015) dan Kenda Satya (2013).

94

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan

sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara parsial yaitu:

a. Variabel Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh signifikan

dan berkorelasi positif terhadap pembiayaan murabahah perbankan

Syariah. Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai koefisien

FDR sebesar 0,001385 menunjukkan apabila Financing to Deposit

ratio (FDR) meningkat sebesar 1% maka akan meningkatkan

pembiayaan murabahah sebesar 0,001 rupiah.

b. Variabel Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

berpengaruh signifikan dan berkorelasi negatif terhadap pembiayaan

murabahah perbankan Syariah. Pada hasil penelitian menunjukkan

bahwa nilai koefisien BOPO sebesar -0,001210 yang berarti apabila

Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

meningkat sebesar 1% maka akan menurunkan pembiayaan

murabahah sebesar 0,001 rupiah.

c. Variabel Non performing Financing (NPF) berpengaruh signifikan

dan berkorelasi negatif terhadap pembiayaan murabahah perbankan

Syariah. Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai koefisien

95

NPF sebesar -0,026042 yang berarti apabila Non Perfomance

Financing (NPF) meningkat sebesar 1% maka akan menurunkan

pembiayaan murabahah sebesar 0,02 rupiah.

d. Variabel Inflasi berpengaruh signifikan dan berkorelasi negatif

terhadap pembiayaan murabahah murabahah perbankan Syariah. Pada

hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi inflasi

sebesar -0,003223 yang berarti apabila Inflasi meningkat sebesar 1%

maka akan menurunkan pembiayaan murabahah sebesar 0,003 rupiah.

2. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara simultan atau bersama-sama

Financing to Deposit Ratio (FDR), Biaya Operasional terhadap

Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Financing (NPF), dan

Inflasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Pembiayaan

Murabahah tahun 2010-2015.

3. Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi melalui estimasi dengan

eviews 8 didapatkan nilai adjusted R squared sebesar 0.641423 yang

menandakan bahwa variasi dari perubahan pembiayaan murabahah (Y)

daoat dijelaskan secara bersama-sama oleh Financing to Deposit Ratio

(FDR), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Non

Performing Financing (NPF), dan Inflasi sebesar 64%. Sedangkan sisanya

36% dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lainnya yang tidak

dimasukkan dalam model.

96

B. Saran

Berdasarkan hasil dari analisis data, penulis ingin memberi masukan

atau saran kepada pihak-pihak yang mungkin terkait dengan variabel-variabel

dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagi Pemerintah

Penelitian ini dapat digunakan oleh pemerintah untuk bahan

pertimbangan dalam membuat kebijakan-kebijakan dan peraturan yang

dapat meningkatkan kinerja perbankan syariah.

2. Bagi Bank Syariah

Untuk meningkatkan kinerja keuangannya sehingga dapat

memaksimalkan tingkat pembiayaan yang disalurkan, dan bank syariah

juga harus memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

pembiayaan murabahah yang disalurkan kepada nasabah khususnya pada

faktor BOPO yang paling berpengaruh karena beban operasional yang

tinggi akan menurunkan pendapatan yang berdampak pada penyaluran

pembiayaan murabahah dan menjaga tingkat NPF dibawah 5% sesuai

ketetapan Bank Indonesia.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dalam penelitian ini hanya menggunakan variabel Pembiayaan

Murabahah, FDR, BOPO, NPF, dan Inflasi dlaam periode 2010-2015.

Maka untuk penelitian selanjutnya diharapkan agar menggunakan

variabel-variabel yang lebih banyak dan menambah periode waktu

penelitian agar didapatkan hasil yang lebih maksimal.

97

DAFTAR PUSTAKA

A.Wangsawidjaja Z. 2012. “Pembiyaan Bank Syariah”. PT.Gramedia Pustaka

Utama. Jakarta.

. 2013. “Pembiyaan Bank Syariah”. PT.Gramedia Pustaka

Utama. Jakarta.

Almsafir, Mahmoud Khalid dan Ayman Abdalmajeed Alsmadi. 2014.

“Murabahah versus Interest Rate, the Equilibrium Relationship With

Macroeconomic variables in Jordanian Economy: An ARDL Approach”.

Procedia- Social and Behavioral Science. Vol. 129 No. 349-357.

Al-Fawwaz, Torki M, Ateyah M.Alawneh dan George N. Shawaqfeh. 2015. “The

Impact of Islamic Finance on Some Macro Economic Variables (A case

study of Jordan Islamic Bank). Interdisciplinary Journal of Contemporary

Research In Business. Volume 7, No 1.

. “Ekonomi Makro Islam”. Raja Grafindo Jakarta. 2008.

Case and Fair. 2007. “ Prinsip-Prinsip Ekonomi”. Edisi Delapan. PT.Erlangga.

Jakarta.

Chorida, Luluk. ”Pengaruh Jumlah Dana Pihak Ketiga, Inflasi, dan Tingkat

Margin Terhadap Alokasi Pembiayaan Usaha Kecil dan Menengah

(Studi pada Bank-Bank Syariah di Indonesia)”, FE UIN Maulana Malik

Ibrahim Malang, 2010.

Dahlan Siamat. 2004. “Manajemen Lembaga Keuangan”. Edisi Keempat.

Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

98

Fatwa – Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN)-MUI. 2002.

Heri Sudarsono. 2008. “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Deskripsi dan

Ilustrasi. Ekonosia. Yogyakarta.

Huda, Nurul dan Mustafa, E Nasution. 2008. “Investasi Pada Pasar Modal

Syariah”, Kencana, Jakarta.

Karim, Adiwarman. 2004. “Bank Islam : Analisis Fiqih dan Keuangan”. Jakarta:

Raja Grafindo Persada.

. 2006. “Bank Islam : Analisis Fiqih dan Keuangan”. Jakarta:

PT. Raja Grafindo Perkasa.

Kenda Satya. 2013. ”Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penetapan Margin

Murabahah Pembiayaan Konsumtif di Bank Kaltim Syariah”. Jurnal

Ekonomika-Bisnis. Vol.4 No.2.

Muhammad. Manajemen Bank Syariah. (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002)

Rodoni, Ahmad. 2009. “Investasi Syariah”, Lembaga Penelitian UIN, Jakarta.

Ramadhani, Mustika dan Osni Erza. 2011. “Analisis Variabel-Variabel yang

Mempengaruhi Pembiayaan Murabahah pada Bank Syariah Mandiri

Periode 2008.01-2011.12”. Media Ekonomi. Vol. 19 No. 1.

Nafik, Muhamad. 2009. “Bursa Efek dan Investasi Syariah”. PT Serambi Ilmu

Semesta. Jakarta.

Otoritas Jasa Keuangan. 2011. “Statistik Perbankan Syariah Desember 2010”.

Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan.

Otoritas Jasa Keuangan. 2012. “Statistik Perbankan Syariah Desember 2011”.

Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan.

99

Otoritas Jasa Keuangan 2013. “Statistik Perbankan Syariah Desember 2012”.

Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan.

Otoritas Jasa Keuangan 2014. “Statistik Perbankan Syariah Desember 2013”.

Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan.

Otoritas Jasa Keuangan 2015. “Statistik Perbankan Syariah Desember 2014”.

Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan.

Saiful Azhar Rosly. 2011. “ Risk-based Pricing in al-bai-bithamana ajil (BBA)/

murabaha sales: Fiscal liability with business and credit risks exposure.

14th

International Business Research Conference.

Pinaringin, Saras. “Analisis Pembiayaan Murabahah Perbankan Syariah dengan

Metode System Dynamics”, UIN Jakarta, 2011.

Saeed, Abdullah. 2008. “Bank Islam dan Bunga”. Pustaka Pelajar.

Sukirno, Sadono. 2004. “Makro Ekonomi Teori Pengantar”. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Perkasa.

Syafi’i, Muhammad A. 2001. “Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum”. Tazkia

Institute. Jakarta.

Veithzal, Rivai. 2007.“Bank dan Financial Institution Management (Conventional

and Sharia System)”. PT Grafindo Persada, Jakarta.

Yanis, Ahmad Samhan dan Maswar Patuh Priyadi. 2015. “Faktor-faktor yang

mempengaruhi Pembiayaan Murabahah pada Perbankan Syariah di

Indonesia”. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi. Vol. 4 No. 8.

Wardiantika, Lifstin dan Rohmawati Kusumaningtias. 2013. “Pengaruh DPK,

CAR, NPF, dan SWBI terhadap Pembiayaan Murabahah pada Bank

100

Umum Syariah tahun 2008-2012”. Jurnal Ilmu Manajemen. Volume 1

Nomor 6.

Winarno, Wing Wahyu. 2011. “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan

Eviews”. Yogyakarta: STIM YKPN.

www.bi.go.id

www.ojk.go.id

101

LAMPIRAN

Lampiran 1

Data Penelitian

Tahun/Bulan Pembiayaan Murabahah FDR Bopo NPF Inflasi

Jan-2010 24,00161739 88,67 84,87 4,36 3,72

Feb-2010 24,02971288 90,96 79,73 4,75 3,81

Mar-2010 24,06503163 95,07 76,27 4,53 3,43

Apr-2010 24,08786839 95,57 77,15 4,47 3,91

Mei-2010 24,11589327 96,65 85,79 4,77 4,16

Jun-2010 24,16073086 96,08 79,99 3,89 5,05

Jul-2010 24,18984513 95,32 79,77 4,14 6,22

Aug-2010 24,22912349 98,86 80,36 4,10 6,44

Sep-2010 24,2486553 95,40 79,10 3,95 5,80

Okt-2010 24,27377363 94,76 78,94 3,95 5,67

Nov-2010 24,31271162 95,45 77,70 3,99 6,33

Des-2010 24,34782008 89,67 80,54 3,02 6,96

Jan-2011 24,35702891 91,97 75,75 3,28 7,02

Feb-2011 24,38639149 95,16 79,56 3,66 6,84

Mar-2011 24,43383339 93,22 77,63 3,6 6,65

Apr-2011 24,47166342 95,17 78,78 3,79 6,16

Mei-2011 24,5101337 94,88 79,05 3,76 5,98

Jun-2011 24,55540112 94,93 78,13 3,55 5,54

Jul-2011 24,58300558 94,18 77,13 3,75 4,61

Aug-2011 24,624329 98,39 77,65 3,53 4,79

Sep-2011 24,6329461 94,97 77,54 3,50 4,61

Okt-2011 24,67735167 95,24 78,03 3,11 4,42

Nov-2011 24,71212025 94,40 77,92 2,74 4,15

Des-2011 24,75511424 88,94 78,41 2,52 3,79

Jan-2012 24,75702848 87,27 86,22 2,68 3,65

Feb-2012 24,7893138 90,49 78,39 2,82 3,56

Mar-2012 24,80359599 87,13 77,77 2,76 3,97

Apr-2012 24,84870524 95,39 77,77 2,85 4,50

Mei-2012 24,890613 97,95 76,24 2,93 4,45

Jun-2012 24,93911982 98,59 75,74 2,88 4,53

Jul-2012 24,98213565 99,91 75,87 2,92 4,56

Aug-2012 25,02497681 101,03 75,89 2,78 4,58

Sept-2012 25,0690563 102,10 75,44 2,74 4,31

102

Okt-2012 25,11713458 100,84 75,04 2,58 4,61

Nov-2012 25,15200906 101,19 75,29 2,50 4,32

Des-2012 25,2006481 100 74,97 2,22 4,30

Jan-2013 25,21934634 100,63 70,43 2,49 4,57

Feb-2013 25,25362627 102,17 72,06 2,72 5,31

Mar-2013 25,30224604 102,62 72,95 2,75 5,90

Apr-2013 25,31198138 103,08 73,95 2,85 5,57

Mei-2013 25,33027433 102,08 76,87 2,92 5,47

Jun-2013 25,3539868 104,43 76,18 2,64 5,90

Jul-2013 25,37453686 104,83 76,13 2,75 8,61

Aug-2013 25,37780697 102,53 77,87 3,01 8,79

Sep-2013 25,39402711 103,27 77,98 2,80 8,40

Okt-2013 25,40060784 103,03 79,06 2,96 8,32

Nov-2013 25,40658155 102,58 78,59 3,08 8,37

Des-2013 25,42886942 100,32 78,21 2,62 8,38

Jan-2014 25,42195369 100,07 80,05 3,01 8,22

Feb-2014 25,42417338 102,03 83,77 3,53 7,75

Mar-2014 25,43932423 102,22 91,90 3,22 7,32

Apr-2014 25,44433284 95,50 84,50 3,48 7,25

Mei-2014 25,44905947 99,43 76,49 4,02 7,32

Jun-2014 25,46228487 100,80 91,50 3,90 6,70

Jul-2014 25,46058646 99,89 91,61 4,31 4,53

Aug-2014 25,45948183 98,99 92,70 4,58 3,99

Sep-2014 25,46724969 99,71 99,55 4,67 4,53

Okt-2014 25,46896289 98,99 99,55 4,58 4,83

Nov-2014 25,47341909 94,62 93,44 4,86 6,23

Des-2014 25,4886057 91,50 94,16 4,33 8,36

Jan-2015 25,47667498 93,60 92,54 4,87 6,96

Feb-2015 25,47916371 93,94 91,65 5,10 6,29

Mar-2015 25,48849493 94,24 92,78 4,81 6,38

Apr-2015 25,48723303 94,18 93,79 4,62 6,79

Mei-2015 25,49205884 94,69 93,53 4,76 7,15

Juni-2015 25,4991235 96,52 94,22 4,73 7,26

*Dalam Juta Rupiah. Sumber: Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia.

103

Lampiran 2

Regresi Linier Berganda

Dependent Variable: D(MURABAHAH)

Method: Least Squares

Date: 05/01/16 Time: 17:50

Sample (adjusted): 2010M02 2015M06

Included observations: 65 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.140003 0.015068 9.291201 0.0000

D(FDR) 0.001385 0.000548 2.529635 0.0141

BOPO -0.001210 0.000184 -6.586082 0.0000

D(NPF) -0.026042 0.004572 -5.696571 0.0000

INF -0.003223 0.000871 -3.700280 0.0005

R-squared 0.663834 Mean dependent var 0.023039

Adjusted R-squared 0.641423 S.D. dependent var 0.017202

S.E. of regression 0.010301 Akaike info criterion -6.239420

Sum squared resid 0.006366 Schwarz criterion -6.072159

Log likelihood 207.7811 Hannan-Quinn criter. -6.173424

F-statistic 29.62082 Durbin-Watson stat 1.733305

Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran 3

Uji Normalitas

0

1

2

3

4

5

6

7

8

-0.02 -0.01 0.00 0.01 0.02

Series: ResidualsSample 2010M02 2015M06Observations 65

Mean -1.04e-17Median -0.000180Maximum 0.023956Minimum -0.020844Std. Dev. 0.009974Skewness -0.009589Kurtosis 2.302377

Jarque-Bera 1.319083Probability 0.517088

104

Lampiran 4

Uji Multikolinearitas

D(FDR) BOPO D(NPF) INF

D(FDR) 1.000000 -0.141258 0.278990 -0.123076

BOPO -0.141258 1.000000 0.052453 0.178254

D(NPF) 0.278990 0.052453 1.000000 0.069051

INF -0.123076 0.178254 0.069051 1.000000

Lampiran 5

Uji Heterokedastisitas

Lampiran 6

Uji Autokolerasi

Heteroskedasticity Test: White F-statistic 1.326908 Prob. F(14,50) 0.2258

Obs*R-squared 17.60782 Prob. Chi-Square(14) 0.2252

Scaled explained SS 9.769852 Prob. Chi-Square(14) 0.7788

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 1.014468 Prob. F(2,58) 0.3689

Obs*R-squared 2.196955 Prob. Chi-Square(2) 0.3334