analisis pengaruh bopo, car, npf, fdr dan nom …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2673/1/nike...
TRANSCRIPT
i
ANALISIS PENGARUH BOPO, CAR, NPF, FDR DAN
NOM TERHADAP PROFITABILITAS (ROA) PADA
BANK UMUM SYARIAH PERIODE 2012-2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh
NIKE NURVARIDA
NIM 21313048
PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2017
ii
iii
ANALISIS PENGARUH BOPO, CAR, NPF, FDR DAN
NOM TERHADAP PROFITABILITAS (ROA) PADA
BANK UMUM SYARIAH PERIODE 2012-2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh
NIKE NURVARIDA
NIM 21313048
PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2017
iv
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
Jalan Tentara Pelajar No. 02 Salatiga 50721 Telepon( 0298)
323706 Faksimili (0298) 323433 Website: www.iainsalatiga.ac.id
E-mail: [email protected]
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya, maka
skripsi Saudara:
Nama : Nike Nurvarida
NIM : 21313048
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
Program Studi : Perbankan Syariah (S1)
Judul :ANALISIS PENGARUH BOPO, CAR, NPF, FDR DAN NOM
TERHADAP PROFITABILITAS (ROA) PADA BANK
UMUM SYARIAH DI INDONESIA (PERIODE 2012-2016).
Dapat diajukan dalam sidang munaqosah Skripsi. Demikian surat ini dibuat untuk
dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Salatiga, 7 September 2017
Pembimbing
Drs. Alfred L, M. Si
NIP. 196210281991031003
v
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
Jalan Tentara Pelajar No. 02 Salatiga 50721 Telepon (0298) 323706 Faksimili (0298) 323433
Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]
PENGESAHAN
ANALISIS PENGARUH BOPO, CAR, NPF, FDR DAN NOM TERHADAP
PROFITABILITAS (ROA) PADA BANK UMUM SYARIAH PERIODE
2012-2016
DISUSUN OLEH
Nike Nurvarida
NIM: 213 13 048
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam Istitut Agama islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada
Tanggal 26 September 2017 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna
Memperoleh gelar Sarjana S1 Ekonomi
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Dr. Hikmah Endraswati, M.Si. _____________________
Sekretaris Penguji : Taufikur Rahman, M.Si. _____________________
Penguji I : Mochlasin, M.Ag. _____________________
Penguji II : Fetria Eka Yudiana, M.Si. _____________________
Salatiga, 2 Oktober 2017
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam,
Dr. Anton Bawono, M.Si.
NIP. 19740320 200312 1 001
vi
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nike Nurvarida
NIM : 213 13 048
Program Studi : S1 Perbankan Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
Judul Skripsi :ANALISIS PENGARUH BOPO, CAR, NPF, FDR
DAN NOM TERHADAP PROFITABILITAS
(ROA) PADA BANK UMUM SYARIAH DI
INDONESIA (PERIODE 2012-2016).
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar bebas dari plagiat dan
apabila pernyataan ini terbukti tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi
sesuai ketentuan yang berlaku. Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Salatiga, 07 September 2017
Yang membuat pernyataan,
Nike Nurvarida
NIM. 213 13 048
vii
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nike Nurvarida
NIM : 213 13 048
Program Studi : S1 Perbankan Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
Judul Skripsi :ANALISIS PENGARUH BOPO, CAR, NPF, FDR
DAN NOM TERHADAP PROFITABILITAS
(ROA) PADA BANK UMUM SYARIAH DI
INDONESIA (PERIODE 2012-2016).
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi ini benar-benarkarya saya
sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang
ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan
mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.
Salatiga, 07 September 2017
Penulis,
Nike Nurvarida
NIM. 213 13 048
viii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Tidak ada kenikmatan kecuali setelah kepayahan”
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
Allah SWT, Nabi Muhammad SAW, Kedua orang tua tercinta saya
(Sutrisno dan Sutarmi), kakak adik saya (Wahid Setiawan dan
Andika Pratama), Bapak Alm. Alfred, M.Si yang telah sabar dalam
membimbing saya hingga skripsi saya selesai, semua dosen saya,
serta seluruh teman-teman yang telah membantu saya khususnya
untuk (Risti, Odhie, Ika, Eva, Mita, Shidiq, Ammar), dan semua
mahasiswa Perbankan Syariah S1 khususnya angkatan 2013.
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat
dan hidayahNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul: “Pengaruh BOPO, CAR, NPF, FDR terhadap
Profitabilitas (ROA) pada Bank Umum Syariah (pada Periode 2012-2016)”
dengan lancartanpa kendala yang berarti. Shalawat serta salam semoga
selalu tercurahkan kepada nabi agung baginda Rasulullah SAW,beserta
keluarga dan para sahabatnya yang senantiasa membawa kita dari zaman
jahiliyah kezaman yang penuh ilmu dan iman.
Skripsi ini diajukan guna memenuhi tugas dan syarat untuk
memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) dalam jurusan Program Studi
Perbankan Syariah. Ucapan terimakasih sebesar-besarnya penulis ucapkan
kepada semua pihak yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dan
bantuan dalam berbagai bentuk. Ucapan terimakasih terutama penulis
sampaikan kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi,M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. Anton Bawono, M. Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam IAIN Salatiga
3. Ibu Fetria Eka Yudiana, M.Si selaku Ketua Program Studi S1 –
Perbankan Syariah IAIN Salatiga.
4. Bapak Drs. Alfred L, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing penulis dengan sabar dan ikhlas dalam menyelesaikan
Skripsi ini.
5. Segenap Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga yang
telah memberikan bekal berbagai teori, ilmu pengetahuan dan
pengalaman yang sangat bermanfaat bagi penulis.
6. Kedua Orangtua dan keluarga besarku tercinta, yang telah memberikan
dorongan do’a, moril, dan materil, serta yang senantiasa menjadi
inspirasi bagi penulis.
x
7. Sahabat-sahabatku tercinta (Risti, Odi, Alfi, Amel, Monica, Ika, Mita,
Eva, Shiddiq, Ammar) yang selalu setia mendukung dan membantuku
dalam segala hal.
8. Seluruh teman-teman Perbankan Syariah S1 angkatan 2013 yang telah
setia berjuang bersama-sama mencari ilmu di Fakultas tercinta ini.
9. Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah membalas semua amal kebaikan mereka dengan
balasan lebih dari yang mereka berikan. Penulis juga menyadari bahwa
skripsi ini jauh dari kata sempurna, baik dari segi bahasa, penulisan, isi
maupun analisisnya, sehingga kritik dan saran sangat penulis harapkan
demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat untuk berbagai pihak. Amiin.
Salatiga, 07 September 2017
Nike Nurvarida
213 13 048
xi
ABSTRAK
Nurvarida, Nike, 2017. Analisis Pengaruh BOPO, CAR, NPF, FDR, dan NOM
terhadap Profitabilitas (ROA) Bank Umum Syariah di Indonesia.
Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Progam Studi S1-Perbankan
Syariah IAIN Salatiga. Pembimbing Drs. Alfred L, M.Si.
Tujuan Penelitian ini adalah a) Untuk mengetahui pengaruh tingkat BOPO
terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah b) Untuk mengetahui pengaruh
tingkat CAR terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah c) Untuk mengetahui
pengaruh tingkat NPF terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah d) Untuk
mengetahui pengaruh tingkat FDR terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah e)
Untuk mengetahui pengaruh tingkat NOM terhadap profitabilitas Bank Umum
Syariah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan
populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Bank Umum Syariah di Indonesia
yang berjumlah 13. Jumlah sampel terdiri dari laporan gabungan bulanan Bank
Umum Syariah di Indonesia dari bulan Januari 2012 sampai Desember 2016.
Teknik Pemilihan sampel dengan menggunakan metode sampel jenuh. Teknik
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda. Uji statistik
yang terdiri dari uji determinasi, uji T untuk menguji secara parsial, serta uji F
untuk menguji antar variabel secara bersama-sama. Uji Asumsi klasik yang terdiri
dari uji normalitas, uji multikolinieritas, uji autokolerasi, dan uji heteroskedasitas.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel BOPO berpengaruh negatif
signifikan terhadap ROA, variabel CAR berpengaruh negatif signifikan terhadap
ROA, variabel NPF berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA, variabel FDR
berpengaruh negatif tidak signifikan, dan variabel NOM berpengaruh positif
signifikan terhadap ROA. Kemampuan prediksi kelima variabel independen
terhadap ROA sebesar 78,4% yang di tunjukkan dari besarnya R² sisanya 21,6%
dijelaskan oleh variabel diluar model penelitian.
Kata Kunci : BOPO, CAR, NPF, FDR, NOM dan ROA.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..............................................................................................iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...........................................................................iv
PENGESAHAN ....................................................................................................... v
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ......................................................................vi
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN ....................................................... vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... viii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ix
ABSTRAK ..............................................................................................................xi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 9
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 10
D. Kegunaan Penelitian................................................................................... 10
E. Sistematika Penulisan................................................................................. 11
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................ 13
A. Telaah Pustaka ........................................................................................... 13
B. Kerangka Teori........................................................................................... 28
1. Faktor-faktor Fundamental .................................................................. 28
2. Profitabilitas Bank Syariah .................................................................. 29
3. Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) .......................... 31
4. Capital Adequacy Ratio (CAR) ........................................................... 33
5. Non Performing Financing (NPF) ....................................................... 36
6. Financing to Deposit Ratio (FDR) ...................................................... 37
7. Net Operating Margin (NOM) ............................................................ 38
d. Kerangka Penelitian ................................................................................... 41
xiii
e. Pengembangan Hipotesis ........................................................................... 42
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................... 46
A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 46
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 47
C. Populasi dan Sampel .................................................................................. 47
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 48
E. Definisi Konsep dan Operasional............................................................... 49
F. Instrumen Penelitian................................................................................... 50
1. Uji Asumsi Klasik ................................................................................ 51
2. Uji Ketepatan Model ............................................................................ 55
3. Analisis Regresi Berganda ................................................................... 56
4. Uji Hipotesis (Uji t) ............................................................................. 57
G. Alat analisis ................................................................................................ 57
BAB IV ANALISIS DATA ................................................................................... 59
A. Deskripsi Obyek Penelitian ........................................................................ 59
B. Uji Statistik................................................................................................. 69
1. Uji Stationer ......................................................................................... 69
2. Uji Asumsi Klasik ................................................................................ 70
3. Uji Ketepatan Model ............................................................................ 77
4. Uji Regresi Linier Berganda ................................................................ 79
5. Uji Hipotesis (Uji t) ............................................................................. 82
C. Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................................... 84
1. Pengaruh BOPO terhadap ROA .......................................................... 84
2. Pengaruh CAR terhadap ROA ............................................................. 87
3. Pengaruh NPF terhadap ROA .............................................................. 89
4. Pengaruh FDR terhadap ROA ............................................................. 91
5. Pengaruh NOM terhadap ROA ............................................................ 93
BAB V .................................................................................................................... 95
PENUTUP .............................................................................................................. 95
A. Kesimpulan ................................................................................................ 95
B. Saran ........................................................................................................... 97
xiv
Daftar Pustaka ........................................................................................................ 99
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................... 103
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Rasio Perbandingan ROA BUK dan BUS................................................4
Tabel 1.2 Standar Rasio Bank Indonesia...................................................................4
Tabel 1.3 Rasio BOPO, CAR, NPF, FDR, NOM dan ROA Periode 2010-2016......5
Tabel 2.1 Reseach Gap Dan Penelitian Terdahulu..................................................18
Tabel 2.2 Perkembangan Perbankan Syariah Di Indonesia....................................30
Tabel 2.3 Kriteria Penilaian ROA...........................................................................33
Tabel 2.4 Kriteria Penilaian BOPO.........................................................................35
Tabel 2.5 Kriteria Penilaian FDR............................................................................40
Tabel 2.6 Kriteria Penilaian NOM..........................................................................42
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel.................................................................51
Tabel 4.1 Perkembangan ROA Bank Umum Syariah ............................................61
Tabel 4.2 Perkembangan BOPO Bank Umum Syariah...........................................62
Tabel 4.2 Perkembangan CAR Bank Umum Syariah.............................................63
Tabel 4.3 Perkembangan NPF Bank Umum Syariah..............................................64
Tabel 4.4 Perkembangan FDR Bank Umum Syariah..............................................65
Tabel 4.6 Perkembangan NOM Bank Umum Syariah............................................66
Tabel 4.7 Descriptive Statistics...............................................................................67
Tabel 4.8 Hasil Uji stationer ...................................................................................71
Tabel 4.9 Hasil Uji Kolmogrov-Smirnov.................................................................73
Tbel 4.10 Hasil Uji VIF...........................................................................................74
Tabel 4.11 Hasil Uji Run Test…………...................................................................75
Tabel 4.12 Hasil Uji Park........................................................................................77
xvi
Tabel 4.13 Hasil Uji Determinasi (Adjusted R Square)..........................................78
Tabel 4.14 Hasil Uji F.............................................................................................80
Tabel 4.15 Hasil Analisis Regresi Linear................................................................81
Tabel 4.16 Hasil Uji T.............................................................................................84
Tabel 4.17 Ringkasan Pengujian Hipotesis.............................................................85
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian............................................................................43
Gambar 4.1 Hasil Uji Normal P-Plot.....................................................................72
Gambar 4.2 Hasil Uji Scatterplot...........................................................................76
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data BOPO, CAR, NPF, FDR, NOM dan ROA
Lampiran 2 Uji Stationeritas
Lampiran 3 Uji Normalitas
Lampiran 4 Uji Multikoloniearitas
Lampiran 5 Uji Autokolerasi
Lampiran 6 Uji Heteroskedastisitas
Lampiran 7 Hasil Uji Regresi Linear Berganda
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perbankan memiliki peran yang strategis dalam menunjang
berjalannya roda perekonomian dan pembangunan nasional, mengingat
fungsinya sebagai lembaga intermediasi. Perbankan syariah di Indonesia
secara yuridis mulai diatur dalam undang-undang No. 7 Tahun 1992
tentang perbankan. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai sarana dalam
mempromosikan dan mengembangkan perbankan berdasarkan prinsip
syariah. Namun dengan berbagai kekurangan dan kelemahan mengenai
pengaturan bank syariah dalam UU tersebut, pada tahun 1998 disahkanlah
UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992
tentang perbankan (Mawaddah, 2015).
Di Indonesia, bank syariah mengalami pertumbuhan yang cukup
pesat, hal ini terlihat dari data yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia.
Pada Desember 2003 hanya terdapat 2 Bank Umum Syariah (BUS) dan 8
Unit Usaha Syariah (UUS). Sedangkan pada Desember 2016 di Indonesia
terdapat 13 Bank Umum Syariah (BUS) dan 22 Unit Usaha Syariah (UUS)
Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa industri perbankan syariah di
Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk berkembang (Statistik
Bank Syariah, Desember 2003 dan Desember 2016).
Perkembangan aktiva bank syariah yang meningkat dan semakin
banyaknya orang yang menabung dan meminjam di bank syariah,
1
2
membuat pemerintah menetapkan peraturan baru yaitu Undang-undang
No. 21 tahun 2008. Dengan diberlakukannya Undang-undang ini, berarti
ada dua Undang-undang yang mengatur perbankan syariah, yaitu Undang-
undang No. 7 tahun 1992 yang diganti dengan Undang-Undang No. 10
tahun 1998 serta Undang-undang No. 21 tahun 2008.
Adanya Undang-undang terbaru memberikan landasan operasional
yang jelas bagi bank syariah. Diberlakukannya Undang-undang tersebut
diharapkan industri perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan
hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhan lebih yang cepat
lagi. Dalam proses perkembangannya dengan pertumbuhan aset lebih dari
50% dalam 5 tahun terakhir, maka diharapkan peran industri perbankan
syariah dalam mendukung perekonomian nasional semakin signifikan
(Cahyo, 2013:4).
Semakin ketatnya persaingan antar bank syariah maupun dengan
bank konvensional, bank syariah dituntut untuk memiliki kinerja yang
baik, agar dapat bersaing dalam pasar perbankan nasional di Indonesia.
Profitabilitas atau rentabilitas adalah salah satu fokus utama yang selalu
diperhatikan dalam menjalankan suatu usaha, khususnya perbankan. Ini
dikarenakan bank dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya ingin
memperoleh keuntungan yang maksimal (Sudarwantoro, 2009:3). Maka
dari itu, bank akan selalu mengoptimalkan kinerja keuangan bank tersebut.
Pengelolaan bank yang semakin baik akan memberikan keuntungan
yang dapat meningkatkan profitabilitas. Profitabilitas merupakan salah
3
satu indikator untuk mengetahui kinerja bank. Kemampuan bank dalam
meningkatkan profitabilitas dapat menunjukan kinerja keuangan bank
yang baik. Sebaliknya, jika profitabilitas yang dicapai rendah, maka
kurang maksimal kinerja bank tersebut dalam menghasilkan laba.
Sebagaimana disebutkan oleh Syofyan (Dikutip dari Andreani dan
David, 2011) bahwa profitabilitas merupakan indikator yang paling tepat
untuk mengukur kinerja suatu bank. Adapun ukuran profitabilitas pada
perbankan yang digunakan pada umumnya adalah Return on Asset (ROA)
dan Return on Equity (ROE). ROA memfokuskan kemampuan perusahaan
untuk memperoleh earning dalam operasinya, sedangkan ROE mengukur
return yang diperoleh dari investasi pemilik perusahaan dalam suatu bisnis
oleh Siamat (Dikutip dari Andreani dan David, 2011). Penelitian ini
menggunakan ROA sebagai ukuran dari kinerja suatu perbankan.
Alasan dipilihnya Return On Asset (ROA) sebagai ukuran kinerja
adalah karena ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Sebagaimana
disebutkan oleh Dendawijaya (2009) menambahkan semakin besar ROA
bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut
dan semakin baik pula posisi bank tersebut dan segi penggunaan aset. Di
bawah ini adalah tabel mengenai perbandingan ROA bank konvensional
dan ROA bank syariah periode 2012 sampai 2016:
4
Tabel 1.1 Rasio Keuangan ROA Bank Umum Konvensional dan
ROA Bank Umum Syariah (dalam persen)
Rasio 2012 2013 2014 2015 2016
ROA BUK 3,11 3,08 1,78 1,25 1,41
ROA BUS 2,14 2,00 0,41 0,49 0,63
Sumber : www.bi.go.id
Tabel 1.2 Standar Rasio Bank Indonesia
No Rasio Ketetapan BI
1 CAR ≥ 8%
2 ROA ≥ 0,5%
3 ROE ≥ 5%
4 NIM/ NOM ≥ 1,5%
5 BOPO ≤ 96%
6 LDR/FDR ≤ 110%
Sumber:www.bi.go.id
Pada tabel 1.1, data tahun 2012 hingga 2016 ROA Bank Umum
Syariah (BUS) mengalami perubahan yang fluktuatif. ROA Bank Umum
Syariah (BUS) cenderung menurun di tahun 2013 sebesar 2,00%
sedangkan pada tahun 2014 hanya sebesar 0,41%, dan prosentase ROA
juga belum memenuhi standar rasio yang ditetapkan oleh Bank Indonesia,
menurut SE No. 6/ 73/ INTERN 24 Desember 2004 yaitu minimal 0,5%.
Keadaan yang sama juga terjadi di tahun 2015, meskipun naik sebesar 0,08
prosentase ROA pada tahun 2015 juga belum memenuhi standar rasio.
Dari tabel 1.1 rata-rata ROA Bank Umum Syariah (BUS) juga
lebih rendah daripada ROA Bank Umum Konvensional (BUK). Ini
menunjukkan bahwa kemampuan Bank Umum Syariah (BUS) dalam
menghasilkan laba operasional dari penggunaan asetnya, masih jauh
tertinggal dengan Bank Umum Konvensional (BUK).
5
Berdasarkan fenomena di atas, tingkat ROA Bank Umum Syariah
(BUS) harus diberi perhatian lebih, karena tingkat ROA yang tinggi dapat
merefleksikan pertumbuhan perbankan yang baik pula. Sebagaimana
disebutkan oleh Dendawijaya (2009) menambahkan semakin besar ROA
bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut
dan semakin baik pula posisi bank tersebut dan segi penggunaan aset.
Berikut adalah tabel mengenai rasio BOPO, CAR, NPF, ROA
NOM dan FDR Bank Umum Syariah (BUS) periode 2010-2016:
Tabel 1.3 Rasio NOM, BOPO, CAR, NPF, FDR dan ROA
Bank Umum Syariah (BUS) periode 2010-2016 (%)
Rasio 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
NOM 1,77 1,20 2,04 1,82 1,09 0,66 0,68
BOPO 82,38 81,65 76,35 82,16 82,17 96,41 96,23
CAR 16,76 16,63 14,14 14,42 15,84 14,67 15,95
NPF 3,02 2,52 2,26 2,62 4,05 4,78 4,42
FDR 89,67 89,94 100,00 100,32 86,66 88,03 85,99
ROA 1,59 1,73 1,94 1,58 0,76 0,60 0,63
Sumber: www.bi.go.id
Berdasarkan tabel 1.3 pada tahun 2014 ke 2015 rata-rata BOPO
Bank Umum Syariah (BUS) mengalami kenaikan, sedangkan rata-rata
ROA Bank Umum Syariah (BUS) juga mengalami kenaikan. Perlu
diketahui bahwa semakin bagus kualitas manajemen semakin kecil nilai
BOPO. Fakta ini bertentangan dengan teori bahwa jika BOPO meningkat,
6
maka ROA pada Bank Syariah (BUS) akan mengalami penurunan dan
sebaliknya. Semakin tinggi beban operasional, maka akan mempersempit
spread. (Dhian, 2012).
Hal ini juga bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Bambang dan Asih (2013), Margaretha dan Zai (2013), Aris,
Hedwigis dan Tri (2013), Hutagulung, Djumahir dan Ratnawati (2013)
yang menunjukkan bahwa BOPO berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap profitabilitas. Namun sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Eng (2013) yang menunjukkan bahwa BOPO berpengaruh positif
terhadap ROA bank. Apabila bank dapat meningkatkan efisiensi
operasionalnya atau menurunkan (BOPO), maka margin bank dapat juga
ditekan atau dikurangi (Ariyanto, 2011:34). Dengan adanya research gap
dari penelitian terdahulu maka perlu dilakukan penelitian lanjutan
pengaruh BOPO terhadap profitabilitas.
Berdasarkan tabel 1.3 pada tahun 2012 ke 2013 dan juga pada
tahun 2013 ke 2014, rata-rata CAR mengalami kenaikan, sedangkan rata-
rata ROA mengalami penurunan. Demikian juga pada tahun 2011 ke 2012
dan juga pada tahun 2014 ke 2015, rata-rata CAR mengalami penurunan,
sedangkan ROA mengalami kenaikan. Fakta ini bersimpangan dengan
teori yang menyatakan bahwa CAR berpengaruh positif terhadap ROA.
Hal ini juga bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Bambang dan Asih (2013), Margaretha dan Zai (2013), Kartika dan
Syaichu (2006) dan Mario, Tommy dan Saerang (2014) yang
7
menunjukkan bahwa CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap
ROA bank. Namun sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Hutagulung, Djumahir dan Ratnawati (2013), yang menunjukkan bahwa
CAR berpengaruh negatif terhadap ROA. Dengan andanya research gap
dari penelitian sebelumnya, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan
pengaruh CAR terhadap profitabilitas.
Berdasarkan tabel 1.3 dari tahun 2014 ke 2015, rata-rata rasio NPF
Bank Umum Syariah (BUS) mengalami kenaikan, dan rata-rata ROA Bank
Umum Syariah (BUS) juga mengalami kenaikan. Fakta ini bertentangan
dengan teori dalam penelitian Margaretha dan Zai (2013) Apabila nilai
NPF tinggi, maka akan menyebabkan penurunan (ROA) yang akan
diterima oleh bank.
Hal ini juga bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Aris, Hedwigis dan Prihatin (2013), Hutagulung, Djumahir dan
Ratnawati (2013), Eng (2013), Dewi, Nyoman, dan Sulindawati (2015)
yang menunjukkan bahwa risiko pembiayaan berpengaruh negatif
signifikan terhadap ROA. Namun sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Kartika dan Syaichu (2006), yang menunjukkan bahwa
risiko pembiayaan berpengaruh positif terhadap ROA bank syariah.
Dengan demikian, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
pengaruh NPF terhadap ROA bank syariah.
Berdasarkan tabel 1.3 dari tahun 2012 ke 2013 rata-rata FDR Bank
Umum Syariah (BUS) mengalami kenaikan, sedangkan rata-rata ROA
8
menurun. Fakta ini bertentangan dengan teori Margaretha dan Zai (2013),
yang ada yang menyatakan bahwa FDR berpengaruh positif terhadap
ROA.
Hal ini juga bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Dewi, Nyoman, dan Sulindawati (2015), Kartika dan Syaichu (2006)
yang menyatakan bahwa LDR/FDR berpengaruh signifikan positif
terhadap ROA pada bank syariah. Namun sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Aris, Hedwigis dan Prihatin (2013), dan Hutagulung,
Djumahir dan Ratnawati (2013), yang menunjukkan bahwa FDR
berpengaruh negatif terhadap ROA pada bank syariah. Dengan demikian,
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh FDR terhadap
ROA bank syariah.
Berdasarkan tabel 1.3 dari tahun 2010 ke 2011 rata-rata NIM Bank
Umum Syariah (BUS) mengalami penurunan, sedangkan rata-rata ROA
naik. Fakta ini bertentangan dengan teori dari penelitian Margaretha dan
Zai (2013), bahwa NIM berpengaruh positif terhadap ROA
Hal ini juga bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Eng (2013), Dewi, Nyoman, dan Sulindawati (2015), dan juga
penelitian dari Purwoko dan Bambang (2013), yang menyatakan bahwa
NIM/NOM berpengaruh signifikan positif terhadap ROA pada bank
syariah. Namun sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nuraini
(2013), yang menunjukkan bahwa NIM berpengaruh negatif terhadap
9
ROA. Dengan demikian, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
pengaruh NIM terhadap ROA bank syariah.
Penelitian ini akan menguji rasio BOPO, CAR, NPF, FDR dan
NIM/NOM terhadap ROA Bank Umum Syariah (BUS) periode Januari
2010 sampai Desember 2016.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penelitian ini
mengambil judul “Analisis Pengaruh BOPO, CAR, NPF FDR dan
NIM/NOM terhadap Protitabilitas (ROA) Bank Umum Syariah
Periode 2012-2016”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan fenomena gap dan research gap yang telah
dipaparkan dalam latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah BOPO berpengaruh signifikan terhadap ROA Bank Umum
Syariah (BUS) di Indonesia?
2. Apakah CAR berpengaruh signifikan terhadap ROA Bank Umum
Syariah di (BUS) di Indonesia?
3. Apakah NPF berpengaruh signifikan terhadap ROA Bank Umum
Syariah (BUS) di Indonesia?
4. Apakah FDR berpengaruh signifikan terhadap ROA Bank Umum
Syariah (BUS) di Indonesia?
5. Apakah NOM berpengaruh signifikan terhadap ROA Bank Umum
Syariah (BUS) di Indonesia?
10
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini,
maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh BOPO terhadap ROA Bank Umum
Syariah (BUS) di Indonesia.
2. Untuk mengetahui pengaruh CAR terhadap ROA Bank Umum
Syariah (BUS) di Indonesia.
3. Untuk mengetahui pengaruh NPF terhadap ROA Bank Umum
Syariah (BUS) di Indonesia.
4. Untuk mengetahui pengaruh FDR terhadap ROA Bank Umum
Syariah (BUS) di Indonesia.
5. Untuk mengetahui pengaruh NOM terhadap ROA Bank Umum
Syariah (BUS) di Indonesia.
D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan
masukan bagi ilmu pengetahuan pada umumnya, khususnya
mengenai Return on Asset (ROA). Hasil penelitian juga dapat
dijadikan referensi bagi mahasiswa jurusan perbankan syariah untuk
menambah wawasan dan pengetahuan serta dapat digunakan sebagai
tinjauan pustaka untuk penelitian lebih lanjut.
11
2. Bagi Institusi
Diharapkan dapat menjadi referensi dan menambah rujukan
untuk pembaca yang ingin meneliti tentang tingkat profitabilitas bank
syariah yang dilihat dari rasio Return on Asset (ROA).
3. Bagi praktisi
Hasil penelitian mengenai ini diharapkan dapat dijadikan
bahan pertimbangan dalam peningkatan kinerja manajemen
operasional perbankan syariah, khususnya dalam pengoptimalan
profitabilitas yang tertuang dalam rasio utama yaitu Return on Asset
(ROA).
E. Sistematika Penulisan
Sistematika pembahasan ini bertujuan untuk menggambarkan alur
pemikiran penulis dari awal hingga kesimpulan akhir. Adapun rencana
sistematika pembahasan dari awal hingga akhir kesimpulan adalah sebagai
berikut:
BAB I. PENDAHULUAN
Dalam bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian,dan manfaat dari penelitian.
BAB II. LANDASAN TEORI
Pada bab ini memuat tentang landasan teori yang berkaitan dengan
penelitian, dan memuat tentang beberapa penelitian terdahulu yang
berguna untuk memperkuat penelitian ini, teori-teori yang digunakan
berisi tentang kerangka penelitian, dan hipotesis dari penelitian.
12
BAB III. METODEPENELITIAN
Pada bab ini berisi tentang jenis penelitian, populasi dan sampel, teknik
dalam pengumpulan data, definisi konsep dan operasional metode
pengambilan sampel, sumber data, metode pengumpulan data, variabel
penelitian, dan metode analisis data.
BAB IV. ANALISIS DATA
Bab ini merupakan pengolahan dari metode yang digunakan. Analisis
ini berguna sebagai jawaban atas permasalahan penelitian.
BAB V. PENUTUP
Pada bab ini merupakan bagian akhir dari penulisan ini. Seluruh hasil
penelitian akan dirangkum dalam bab ini. Pada bab ini berisikan tentang
kesimpulan dan saran.
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka
Penelitian mengenai pengaruh BOPO, CAR, NPF, FDR dan NOM
terhadap profitabilitas telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Adapun
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini antara lain:
1. Rasio Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
Terhadap Profitabilitas (ROA)
Penelitian ini menggunakan rasio BOPO untuk mengukur
profitabilitas (ROA). Penelitian dari Margaretha dan Zai (2013)
menunjukkan BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap
profitabilitas, dan peningkatan profitabilitas atau penurunan
profitabilitas dipengaruhi oleh naik turunnya BOPO. Hal yang sama
dikemukakan oleh Dewi, Nyoman, dan Sulindawati (2015), yang
menyatakan bahwa BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap
profitabilitas pada perbankan. Penelitian ini juga didukung oleh
Purwoko dan Bambang (2013) mengatakan rasio BOPO mempunyai
pengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas suatu perbankan.
Hal yang senada juga dikemukakan penelitian dari Kartika dan
Syaichu (2006) dan Mario, Tommy dan Saerang (2014) mengatakan
rasio BOPO mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap
profitabilitas pada perbankan. Sedangkan penelitian dari Aris,
Hedwigis dan Prihatin (2013) menyatakan bahwa BOPO berpengaruh
13
14
negatif tapi tidak signifikan terhadap profitabilitas, hal yang serupa
pada penelitian Hutagulung, Djumahir dan Ratnawati (2013) juga
menyatakan bahwa BOPO berpengaruh negatif tapi tidak signifikan
terhadap profitabilitas perbankan.
Hal berbeda dikemukakan oleh penelitian Eng (2013)
menyatakan bahwa rasio BOPO berpengaruh positif terhadap
profitabilitas suatu bank.
2. Capital Adequacy Ratio (CAR) Terhadap Profitabilitas (ROA)
Penelitian Margaretha dan Zai (2013) menyatakan bahwa rasio
CAR memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap profitabilitas
bank. Hal tersebut juga dibuktikan oleh penelitian Kartika dan
Syaichu (2006) menunjukkan bahwa CAR berpengaruh positif
signifikan terhadap profitabilitas pada perbankan. Penelitian ini
didukung juga dari peneliti Mario, Tommy, dan Saerang (2014) yang
menunjukkan CAR berpengaruh positif signifikan.
Sedangkan penelitian dari Bambang dan Asih (2013)
menunjukkan bahwa CAR berpengaruh positif tapi tidak signifikan
terhadap profitabilitas, hal yang serupa dengan penelitian Aris,
Hedwigis dan Prihatin (2013) menunjukkan bahwa CAR berpengaruh
positif tapi tidak signifikan. Penelitian dari Eng (2013) juga
menunjukkan yang sama yaitu CAR berpengaruh positif tapi tidak
signifikan.
15
Hal berbeda dikemukakan oleh peneliti dari Hutagulung,
Djumahir dan Ratnawati (2013) menunjukkan hasil bahwa CAR
berpengaruh negatif terhadap profitabilitas perbankan.
3. Rasio Non Performing Financing (NPF) Terhadap Profitabilitas
(ROA)
Penelitian menurut Margaretha dan Zai (2013) menyatakan
bahwa rasio NPL berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas
perbankan. Hal yang sama di tunjukan dari penelitian Eng (2013) yang
menyatakan rasio NPL berpengaruh negatif signifikan terhadap
pertumbuhan profitabilitas suatu perbankan perbankan.Hal yang sama
dikemukakan oleh Dewi, Nyoman, dan Sulindawati (2015), yang
menunjukkan bahwa NPL berpengaruh negatif signifikan terhadap
profitabilitas perbankan. Penelitian ini didukung juga dari peneliti
Didik dan Bambang (2013) yang menyatakan bahwa NPL berpengaruh
negatif signifikan terhadap profitabilitas perbankan.
Sedangkan menurut penelitian Aris, Hedwigis, dan Prihatin
(2013) menunjukkan bahwa NPL berpengaruh negatif tidak signifikan.
Hal yang sama dikemukakan Mario, Tommy dan Saerang (2014) yang
menyatakan bahwa NPL berpengaruh negatif tapi tidak signifikan
terhadap profitabilitas perbankan.
Hal yang berbeda dikemukakan oleh Kartika dan Syaichu
(2006) menyatakan rasio NPL berpengaruh positif tidak signifikan
terhadap profitabilitas perbankan.
16
Rasio NPL digunakan untuk bank umum konvensional
sedangkan dalam bank syariah diganti dengan rasio NPF (Non
Performinng Financing), dikarenakan penelitian terdahulu mengenai
pengaruh NPF terhadap profitabilitas bank tidak terpenuhi, maka
penulis merujuk pada hasil penelitian NPL.
4. Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap Profitabilitas (ROA)
Penelitian menurut Margaretha dan Zai (2013) rasio LDR
berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas perbankan.
Penelitian Dewi, Nyoman, dan Sulindawati (2014) juga mengatakan
bahwa rasio LDR juga berpengaruh positif signifikan terhadap
profitabilitas bank. Sejalan juga dengan penelitian Kartika dan Syaichu
(2006) menyatakan bahwa LDR berpengaruh positif signifikan
terhadap profitabilitas perbankan. Peneliti Mario, Tommy dan Saerang
(2014) juga menyatakan bahwa LDR berpengaruh positif terhadap
profitabilitas perbankan.
Sedangkan Bambang dan Asih (2013) mendapatkan hasil
bahwa LDR berpengaruh positif tapi tidak signifikan terhadap
profitabilitas bank. Begitu juga dengan penelitian Didik dan Bambang
(2013) bahwa LDR berpengaruh positif tapi tidak signifikan terhadap
profitabilitas.
Hal berbeda dikemukakan peneliti Eng (2013) yang
menyatakan bahwa rasio LDR berpengaruh negatif signifikan terhadap
profitabilitas perbankan. Sedangkan peneliti dari Aris, Hedwigis dan
17
Prihatin (2013) juga menyatakan bahwa LDR berpengaruh negatif tapi
tidak signifikan.
Rasio LDR digunakan untuk bank umum konvensional
sedangkan dalam bank syariah diganti dengan rasio FDR (Financing to
Deposit Ratio), dikarenakan penelitian terdahulu mengenai pengaruh
FDR terhadap profitabilitas bank tidak terpenuhi, maka penulis
merujuk pada hasil penelitian LDR.
5. Pengaruh Net Operating Margin (NOM) terhadap Profitabilitas
(ROA)
Penelitian menurut Margaretha dan Zai (2013) rasio NIM
berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas perbankan.
Penelitian Eng (2013) juga mengatakan bahwa rasio NIM juga
berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas bank. Sejalan
juga dengan penelitian Dewi, Nyoman, dan Sulindawati (2014)
menyatakan bahwa NIM berpengaruh positif signifikan terhadap
profitabilitas perbankan. Peneliti Mario, Tommy dan Saerang (2014)
juga menyatakan bahwa NIM berpengaruh positif terhadap
profitabilitas perbankan. Kemudian didukung juga dengan penelitian
Didik dan Bambang (2013) yang menyatakan rasio NIM berpengaruh
positif signifikan terhadap profitabilitas perbankan.
Sedangkan Hutagulung, Djumahir dan Ratnawati (2013)
mendapatkan hasil bahwa NIM berpengaruh positif tapi tidak
signifikan terhadap profitabilitas bank.
18
Hal berbeda dikemukakan peneliti Nuraini (2013) yang
menyatakan bahwa rasio NIM berpengaruh negatif tidak signifikan
terhadap profitabilitas perbankan.
Berdasarkan uraian di atas, maka akan disajikan dalam tabel 2.1
berikut ini:
Tabel 2.1 Reseach Gap dan Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Sumber Hasil Penelitian
Rasio BOPO Terhadap Profitabilitas (ROA)
1 Farah
Margaretha
dan Masheilly
Pingkan Zai
(2013)
“Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Kinerja Keuangan
Perbankan
Indonesia”
Jurnal Bisnis dan
Akuntansi Volume.
15, Nomor. 2,
Desember 2013
Rasio BOPO
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap
profitabilitas.
2 Bambang
Sudiyatno dan
Asih
Fatmawati
(2013)
“Pengaruh Resiko
Kredit dan
Efisiensi
Operasional
Terhadap Kinerja
Bank (Studi
Empirik pada
Bank yang
Terdafdar di
BEI)”
E- Journal
Organisasi
Manajemen
Volume 9 No. 1
Maret 2013
Rasio BOPO
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap
profitabilitas.
3 Kartika
Wahyu
Sukarno dan
Muhammad
Syaichu
(2006)
“Analisis Faktor-
faktor yang
mempengaruhi
Kinerja Bank
Umum di
Indonesia”
E- Journal studi
Manajemen&
Organisasi Vol. 3,
No. 2, Juli 2006
Rasio BOPO
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap
profitabilitas.
4 Luh Eprima
Dewi,
Nyoman
Trisna
Herawati, Luh
Gede Erni
Sulindawati
(2015)
“Analisis
Pengaruh NIM,
BOPO, LDR, dan
NPL terhadap
Profitabilitas
(Bank Umum
Swasta Nasional
yang terdaftar
pada Bursa Efek
Indonesia periode
E- Journal S1 Ak.
Universitas
Pendidikan
Ganesha Jurusan
Akuntansi Program
S1 Volume. 3, No.
1 Tahun 2015
Rasio BOPO
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap
profitabilitas.
19
2009-2013)”
5 Didik
Purwoko dan
Bambang
Sudiyatno
(2013)
“Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Kinerja Bank
(Studi Empirik
pada Industri
Perbankan di
BEI)”
Jurnal Bisnis dan
Ekonomi (JBE)
Volume. 20,
Nomor. 1, Maret
2013
Rasio BOPO
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap
profitabilitas.
6 Mario
Christiano,
Parengku
Tommy dan
Ironne Saerang
(2014)
“Analisa Rasio-
rasio Keuanngan
untuk Mengukur
Profitabilitas pada
Bank-bank
Swasta yang Go-
Public di BEI”
Jurnal EMBA
volume. 2, No.4,
Desember 2014
Rasio BOPO
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap
profitabilitas.
7 Kadek Ayu
Krisna Dewi,
Ni Kadek
Sinarwati dan
Nyoman Ari
Surya
Darmawan
(2014)
“Pengaruh CAR,
LDR dan BOPO
terhadap ROA
pada Bank Umum
yang Terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia Tahun
2008-2012”
E- Journal S1 Ak.
Universitas
Pendidikan
Ganesha Jurusan
Akuntansi Program
S1 Volume. 2, No.
1 Tahun 2014
Rasio BOPO
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap
profitabilitas.
8 Khairunnisa
Almadany
(2012)
“Pengaruh LDR,
BOPO, NIM
terhadap
Profitabilitas
Perusahaan
Perbankan yang
Terdaftar di BEI”
Jurnal Riset
Akuntansi dan
Bisnis Volume. 12,
No. 2, September
2012
Rasio BOPO
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap
profitabilitas.
9 Nuraini (2013) “Pengaruh CAR,
NIM, LDR, NPL,
BOPO dan
Kualitas Aktiva
Produktif
Terhadap
Perubahan Laba
(ROA) Studi
Empiris pada
Perusahaan
Perbankan yang
Terdaftar di BEI”
Jurnal Dinamika
Akuntansi
Keuangan dan
Perbankan
Volume. 2, No. 1
Rasio BOPO
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap
profitabilitas.
10 Aris Fadjar,
Hedwigis Esti
R dan Tri
“Analisis Faktor
Internal dan
Eksternal bank
Jurnal of
Management and
Business Review
Rasio BOPO
berpengaruh
negatif dan tidak
20
Prihatin (2013) yang
mempengaruhi
Profitabilitas
Bank Umum
Indonesia”
Volume. 10, No. 1,
Januari 2013
signifikan
terhadap
profitabilitas.
11 Esther
Novelina
Hutagalung,
Djumair dan
Kusuma
Ratnawati
(2013)
“Analisa Rasio
Keuangan
Terhadap Kinerja
Bank Umum di
Indonesia”
Jurnal Aplikasi
Manajemen
Volume. 11, No. 1,
Maret 2013
Rasio BOPO
berpengaruh
negatif dan tidak
signifikan
terhadap
profitabilitas.
12 Tan Shau Eng
(2013)
“Pengaruh NIM,
BOPO, LDR,
NPL & CAR
Terhadap ROA
Bank
Internasional dan
Nasional Go
Public Periode
2007-2011”
Jurnal Dinamika
Manajemen Vol. 1,
No. 3, Juli –
September 2013
Rasio BOPO
berpengaruh
positif tidak
signifikan
terhadap
pertumbuhan
profitabilitas.
CAR (Capital Adequacy Ratio) TerhadapProfitabilitas (ROA)
1 Farah
Margaretha
dan Masheilly
Pingkan Zai
(2013)
“Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Kinerja Keuangan
Perbankan
Indonesia”
Jurnal Bisnis dan
Akuntansi Volume.
15, Nomor. 2,
Desember 2013
Rasio CAR
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
profitabilitas.
2 Kartika
Wahyu
Sukarno dan
Muhammad
Syaichu
(2006)
“Analisis Faktor-
faktor yang
Mempengaruhi
Kinerja Bank
Umum di
Indonesia”
E- Journal studi
Manajemen&
Organisasi Vol. 3,
No. 2, Juli 2006
Rasio CAR
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
profitabilitas.
3 Mario
Christiano,
Parengku
Tommy dan
Ironne Saerang
(2014)
“Analisa Rasio-
rasio Keuanngan
untuk Mengukur
Profitabilitas pada
Bank-bank
Swasta yang Go-
Public di BEI”
Jurnal EMBA
volume. 2, No.4,
Desember 2014
Rasio CAR
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
profitabilitas
4 Nuraini (2013) “Pengaruh CAR,
NIM, LDR, NPL,
BOPO dan
Kualitas Aktiva
Produktif
Jurnal Dinamika
Akuntansi
Keuangan dan
Perbankan
Volume. 2, No. 1
Rasio CAR
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
21
Terhadap
Perubahan Laba
(ROA) Studi
Empiris pada
Perusahaan
Perbankan yang
Terdaftar di BEI”
profitabilitas
5 Bambang
Sudiyatno dan
Asih
Fatmawati
(2013)
“Pengaruh Resiko
Kredit dan
Efisiensi
Operasional
Terhadap Kinerja
Bank (Studi
Empirik pada
Bank yang
Terdafdar di
BEI)”
E- Journal
Organisasi
Manajemen
Volume 9, No. 1,
Maret 2013
Rasio CAR
berpengaruh
positif dan tidak
signifikan
terhadap
profitabilitas
6 Aris Fadjar,
Hedwigis Esti
R dan Tri
Prihatin (2013)
“Analisis Faktor
Internal dan
Eksternal bank
yang
mempengaruhi
Profitabilitas
Bank Umum
Indonesia”
Jurnal of
Management and
Business Review
Volume. 10, No. 1,
Januari 2013
Rasio CAR
berpengaruh
positif dan tidak
signifikan
terhadap
profitabilitas
7 Tan Shau Eng
(2013)
“Pengaruh NIM,
BOPO, LDR,
NPL & CAR
Terhadap ROA
Bank
Internasional dan
Nasional Go
Public Periode
2007-2011”
Jurnal Dinamika
Manajemen Vol. 1,
No. 3, Juli –
September 2013
Rasio CAR
berpengaruh
positif dan tidak
signifikan
terhadap
profitabilitas
8 Didik
Purwoko dan
Bambang
Sudiyatno
(2013)
“Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Kinerja Bank
(Studi Empirik
pada Industri
Perbankan di
BEI)”
Jurnal Bisnis dan
Ekonomi (JBE)
Volume. 20,
Nomor. 1, Maret
2013
Rasio CAR
berpengaruh
positif dan tidak
signifikan
terhadap
profitabilitas
9 Kadek Ayu
Krisna Dewi,
Ni Kadek
Sinarwati dan
“Pengaruh CAR,
LDR dan BOPO
terhadap ROA
pada Bank Umum
E- Journal S1 Ak.
Universitas
Pendidikan
Ganesha Jurusan
Rasio CAR
berpengaruh
positif dan tidak
signifikan
22
Nyoman Ari
Surya
Darmawan
(2014)
yang Terdaftra di
Bursa Efek
Indonesia Tahun
2008-2012”
Akuntansi Program
S1 Volume. 2, No.
1 Tahun 2014
terhadap
profitabilitas
10 Esther
Novelina
Hutagalung,
Djumair dan
Kusuma
Ratnawati
(2013)
“Analisa Rasio
Keuangan
Terhadap Kinerja
Bank Umum di
Indonesia”
Jurnal Aplikasi
Manajemen
Volume. 11, No. 1,
Maret 2013
Rasio CAR
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap
profitabilitas
NPF (Non Performing Financing) Terhadap Profitabilitas (ROA)
1 Farah
Margaretha
dan Masheilly
Pingkan Zai
(2013)
“Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Kinerja Keuangan
Perbankan
Indonesia”
Jurnal Bisnis dan
Akuntansi Volume.
15, Nomor. 2,
Desember 2013
Rasio NPL
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap
profitabilitas
2 Tan Shau Eng
(2013)
“Pengaruh NIM,
BOPO, LDR,
NPL & CAR
Terhadap ROA
Bank
Internasional dan
Nasional Go
Public Periode
2007-2011”
Jurnal Dinamika
Manajemen Vol. 1,
No. 3, Juli –
September 2013
Rasio NPL
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap
profitabilitas
3 Luh Eprima
Dewi,
Nyoman
Trisna
Herawati, Luh
Gede Erni
Sulindawati
(2015)
“Analisis
Pengaruh NIM,
BOPO, LDR, dan
NPL terhadap
Profitabilitas
(Bank Umum
Swasta Nasional
yang terdaftar
pada Bursa Efek
Indonesia periode
2009-2013)”
E- Journal S1 Ak.
Universitas
Pendidikan
Ganesha Jurusan
Akuntansi Program
S1 Volume. 3, No.
1 Tahun 2015
Rasio NPL
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap
profitabilitas
4 Didik
Purwoko dan
Bambang
Sudiyatno
(2013)
“Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Kinerja Bank
(Studi Empirik
pada Industri
Perbankan di
BEI)”
Jurnal Bisnis dan
Ekonomi (JBE)
Volume. 20,
Nomor. 1, Maret
2013
Rasio NPL
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap
profitabilitas
23
5 Esther
Novelina
Hutagalung,
Djumair dan
Kusuma
Ratnawati
(2013)
“Analisa Rasio
Keuangan
Terhadap Kinerja
Bank Umum di
Indonesia”
Jurnal Aplikasi
Manajemen
Volume. 11, No. 1,
Maret 2013
Rasio NPL
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap
profitabilitas
6 Mario
Christiano,
Parengku
Tommy dan
Ironne Saerang
(2014)
“Analisa Rasio-
rasio Keuangan
untuk Mengukur
Profitabilitas pada
Bank-bank
Swasta yang Go-
Public di BEI”
Jurnal EMBA
volume.2 No.4
Desember 2014
Rasio NPL
berpengaruh
negatif dan tidak
signifikan
terhadap
profitabilitas
7 Nuraini (2013) “Pengaruh CAR,
NIM, LDR, NPL,
BOPO dan
Kualitas Aktiva
Produktif
Terhadap
Perubahan Laba
(ROA) Studi
Empiris pada
Perusahaan
Perbankan yang
Terdaftar di BEI”
Jurnal Dinamika
Akuntansi
Keuangan dan
Perbankan
Volume. 2, No. 1
Rasio NPL
berpengaruh
positif dan tidak
signifikan
terhadap
profitabilitas
8 Kartika
Wahyu
Sukarno dan
Muhammad
Syaichu
(2006)
“Analisis Faktor-
Faktor yang
Mempengaruhi
Kinerja Bank
Umum di
Indonesia”
E- Journal studi
Manajemen&
Organisasi Vol. 3,
No. 2, Juli 2006
Rasio NPL
berpengaruh
positif dan tidak
signifikan
terhadap
profitabilitas
LDR (Loan to Deposit Ratio) terhadap pertumbuhan Profitabilitas (ROA)
1 Farah
Margaretha
dan Masheilly
Pingkan Zai
(2013)
“Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Kinerja Keuangan
Perbankan
Indonesia”
Jurnal Bisnis dan
Akuntansi Volume.
15, Nomor. 2,
Desember 2013
Rasio LDR
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
profitabilitas.
2 Luh Eprima
Dewi,
Nyoman
Trisna
Herawati, Luh
Gede Erni
Sulindawati
“Analisis
Pengaruh NIM,
BOPO, LDR, dan
NPL Terhadap
Profitabilitas
(Bank Umum
Swasta Nasional
E- Journal S1 Ak.
Universitas
Pendidikan
Ganesha Jurusan
Akuntansi Program
S1 Volume. 3, No.
1 Tahun 2015
Rasio LDR
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
profitabilitas.
24
(2015) yang Terdaftar
pada Bursa Efek
Indonesia periode
2009-2013)”
3 Kartika
Wahyu
Sukarno dan
Muhammad
Syaichu
(2006)
“Analisis Faktor-
faktor yang
Mempengaruhi
Kinerja Bank
Umum di
Indonesia”
E- Journal studi
Manajemen&
Organisasi Vol. 3,
No. 2, Juli 2006
Rasio LDR
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
profitabilitas.
4 Mario
Christiano,
Parengku
Tommy dan
Ironne Saerang
(2014)
“Analisa Rasio-
rasio Keuangan
untuk Mengukur
Profitabilitas pada
Bank-bank
Swasta yang Go-
Public di BEI”
Jurnal EMBA
Volume.2, No.4
Desember 2014
Rasio LDR
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
profitabilitas.
5 Bambang
Sudiyatno dan
Asih
Fatmawati
(2013)
“Pengaruh Resiko
Kredit dan
Efisiensi
Operasional
Terhadap Kinerja
Bank (Studi
Empirik pada
Bank yang
Terdafdar di
BEI)”
E- Journal
Organisasi
Manajemen
Volume 9 No. 1
Maret 2013
Rasio LDR
berpengaruh
positif dan tidak
signifikan
terhadap
profitabilitas.
6 Didik
Purwoko dan
Bambang
Sudiyatno
(2013)
“Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Kinerja Bank
(Studi Empirik
pada Industri
Perbankan di
BEI)”
Jurnal Bisnis dan
Ekonomi (JBE)
Volume. 20,
Nomor. 1, Maret
2013
Rasio LDR
berpengaruh
positif dan tidak
signifikan
terhadap
profitabilitas.
7 Kadek Ayu
Krisna Dewi,
Ni Kadek
Sinarwati dan
Nyoman Ari
Surya
Darmawan
(2014)
“Pengaruh CAR,
LDR dan BOPO
terhadap ROA
pada Bank Umum
yang Terdaftra di
Bursa Efek
Indonesia Tahun
2008-2012”
E- Journal S1 Ak.
Universitas
Pendidikan
Ganesha Jurusan
Akuntansi Program
S1 Volume. 2, No.
1 Tahun 2014
Rasio LDR
berpengaruh
positif dan tidak
signifikan
terhadap
profitabilitas.
8 Khairunnisa
Almadany
(2012)
“Pengaruh LDR,
BOPO, NIM
terhadap
Jurnal Riset
Akuntansi dan
Bisnis Volume. 12,
Rasio LDR
berpengaruh
positif dan tidak
25
Profitabilitas
Perusahaan
Perbankan yang
Terdaftar di BEI”
No. 2, September
2012
signifikan
terhadap
profitabilitas.
9 Nuraini (2013) “Pengaruh CAR,
NIM, LDR, NPL,
BOPO dan
Kualitas Aktiva
Produktif
Terhadap
Perubahan Laba
(ROA) Studi
Empiris pada
Perusahaan
Perbankan yang
Terdaftar di BEI”
Jurnal Dinamika
Akuntansi
Keuangan dan
Perbankan
Volume. 2, No. 1
Rasio LDR
berpengaruh
positif dan tidak
signifikan
terhadap
profitabilitas.
10 Aris Fadjar,
Hedwigis Esti
R dan Tri
Prihatin (2013)
“Analisis Faktor
Internal dan
Eksternal bank
yang
mempengaruhi
Profitabilitas
Bank Umum
Indonesia”
Jurnal of
Management and
Business Review
Volume. 10, No. 1,
Januari 2013
Rasio LDR
berpengaruh
negatif dan tidak
signifikan
terhadap
profitabilitas.
11 Esther
Novelina
Hutagalung,
Djumair dan
Kusuma
Ratnawati
(2013)
“Analisa Rasio
Keuangan
Terhadap Kinerja
Bank Umum di
Indonesia”
Jurnal Aplikasi
Manajemen
Volume. 11, No. 1,
Maret 2013
Rasio LDR
berpengaruh
negatif dan tidak
signifikan
terhadap
profitabilitas.
12 Tan Shau Eng
(2013)
“Pengaruh NIM,
BOPO, LDR,
NPL & CAR
Terhadap ROA
Bank
Internasional dan
Nasional Go
Public Periode
2007-2011”
Jurnal Dinamika
Manajemen Vol. 1,
No. 3, Juli –
September 2013
Rasio LDR
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap
profitabilitas.
NOM (Net Operating Margin) terhadap Profitabilitas (ROA)
1 Farah
Margaretha
dan Masheilly
Pingkan Zai
(2013)
“Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Kinerja Keuangan
Perbankan
Jurnal Bisnis dan
Akuntansi Volume.
15, Nomor. 2,
Desember 2013
Rasio NIM
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
26
Indonesia” profitabilitas.
2 Luh Eprima
Dewi,
Nyoman
Trisna
Herawati, Luh
Gede Erni
Sulindawati
(2015)
“Analisis
Pengaruh NIM,
BOPO, LDR, dan
NPL terhadap
Profitabilitas
(Bank Umum
Swasta Nasional
yang Terdaftar
pada Bursa Efek
Indonesia periode
2009-2013)”
E- Journal S1 Ak.
Universitas
Pendidikan
Ganesha Jurusan
Akuntansi Program
S1 Volume. 3, No.
1 Tahun 2015
Rasio NIM
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
profitabilitas
3 Didik
Purwoko dan
Bambang
Sudiyatno
(2013)
“Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Kinerja Bank
(Studi Empirik
pada Industri
Perbankan di
BEI)”
Jurnal Bisnis dan
Ekonomi (JBE)
Volume. 20,
Nomor. 1, Maret
2013
Rasio NIM
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
profitabilitas
4 Mario
Christiano,
Parengku
Tommy dan
Ironne Saerang
(2014)
“Analisa Rasio-
rasio Keuanngan
untuk Mengukur
Profitabilitas pada
Bank-bank
Swasta yang Go-
Public di BEI”
Jurnal EMBA
Volume. 2, No.4
Desember 2014
Rasio NIM
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
profitabilitas
5 Tan Shau Eng
(2013)
“Pengaruh NIM,
BOPO, LDR,
NPL & CAR
Terhadap ROA
Bank
Internasional dan
Nasional Go
Public Periode
2007-2011”
Jurnal Dinamika
Manajemen Vol. 1,
No. 3, Juli –
September 2013
Rasio NIM
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
profitabilitas
6 Esther
Novelina
Hutagalung,
Djumair dan
Kusuma
Ratnawati
(2013)
“Analisa Rasio
Keuangan
Terhadap Kinerja
Bank Umum di
Indonesia”
Jurnal Aplikasi
Manajemen
Volume. 11, No. 1,
Maret 2013
Rasio NIM
berpengaruh
positif dan tidak
signifikan
terhadap
profitabilitas
7 Khairunnisa
Almadany
(2012)
“Pengaruh LDR,
BOPO, NIM
terhadap
Jurnal Riset
Akuntansi dan
Bisnis Volume. 12,
Rasio NIM
berpengaruh
positif dan tidak
27
Profitabilitas
Perusahaan
Perbankan yang
Terdaftar di BEI”
No. 2, September
2012
signifikan
terhadap
profitabilitas
8 Nuraini (2013) “Pengaruh CAR,
NIM, LDR, NPL,
BOPO dan
Kualitas Aktiva
Produktif
Terhadap
Perubahan Laba
(ROA) Studi
Empiris pada
Perusahaan
Perbankan yang
Terdaftar di BEI”
Jurnal Dinamika
Akuntansi
Keuangan dan
Perbankan
Volume. 2, No. 1
Rasio NIM
berpengaruh
negatif dan tidak
signifikan
terhadap
profitabilitas
Penelitian ini memiliki tujuan yang tidak jauh berbeda dengan
penelitian-penelitian sebelumnya, yang bertujuan untuk mengetahui
pengaruh antara Biaya Operasional Pendapatan Operasional(BOPO),
Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF),
Financing Debt Ratio (FDR) danNet Operating Margin (NOM) dengan
variabel dependen yakni Return on Asset (ROA) pada BUS di Indonesia.
Penelitian ini mengacu pada penelitian Margaretha dan Zai (2013),
dengan judul penelitian “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Keuangan Perbankan Indonesia”. Variabel yang digunakan adalah CAR,
LDR, NIM, BOPO dan NPL. Metode yang digunakan adalah metode
kuantitatif, dengan alat analisis regresi linear berganda.
Penelitian ini juga mengacu pada penelitian Mario, Tommy dan
Saerang (2014), dengan judul “Analisis Rasio-rasio Keuangan untuk
Mengukur Profitabilitas pada Bank Swasta yang Go-Public di BEI”.
28
Variabel yang digunakan adalah CAR, BOPO, NPL, NIM dan LDR.
Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif, dengan alat analisis
linear berganda.
Namun perbedaan yang menjadi sampel pada penelitian ini yaitu
Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia, sedangkan penelitian
sebelumnya menggunakan sampel bank umum seluruh Indonesia dan Bank
Swasta yang go-public. Penelitian ini mengambil periode tahun
pengamatan yang lebih up to date dibanding penelitian sebelumnya, yaitu
tahun 2012-2016.
B. Kerangka Teori
1. Faktor-faktor Fundamental
Menurut Jogiyanto (2000:89), faktor-faktor fundamental
adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi perusahaan, yang
meliputi kondisi manajemen, organisasi, SDM dan keuangan
perusahaan yang tercermin dalam kinerja perusahaan. Definisi tersebut
senada dengan yang disampaikan Shahir (1995:70) bahwa faktor
fundamental perusahaan adalah informasi yang berkenaan dengan
kondisi internal perusahaan. Sedangkan Ang (1997:18.2) mengatakan
faktor fundamental merupakan faktor yang dapat memberikan
informasi mengenai kinerja perusahaan suatu bisnis dengan maksud
untuk lebih memahami sifat dasar dan karakteristik operasional dari
perusahaan tersebut.
29
Dengan demikian dapat dipahami bahwa faktor-faktor
fundamental adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi internal
perusahaan yang dapat mempengaruhi suatu kondisi dalam perusahaan
tersebut.
Faktor-faktor fundamental meliputi:
a. Kemampuan manajemen dalam mengelola kegiatan operasional
b. Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
c. Manfaat bagi perekonomian nasional
2. Profitabilitas Bank Syariah
Menurut Sartono, profitabilitas adalah kemampuan perusahaan
memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva
maupun modal sendiri (Julita, 2010). Menurut Harmono (2009,
hal.109) profitabilitas merupakan suatu kemampuan yang
menggambarkan kinerja fundamental perusahaan yang ditinjau dari
tingkat efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan dalam memperoleh
keuntungan. Menurut Hasibuan (2008, hal.100) mengemukakan bahwa
profitabilitas bank adalah suatu kemampuan suatu bank untuk
memperoleh keuuntungan yang dinyatakan dalam persentase.
Profitabilitas pada dasarnya adalah laba (Rupiah) yang dinyatakan
dalam (persen) profit (Hasibuan, 2008 hal.100).
ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di
dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang
dimilikinya. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur
30
kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba)
secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar
pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik
pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset (Rivai, 2010:157).
Return on Asset (ROA) merupakan bagian dari rasio
profitabilitas dalam menganalisa laporan keuangan atas laporan kinerja
keuangan perusahaan. Dalam penentuan tingkat kesehatan suatu bank,
Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian besarnya ROA karena
Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih
mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset
yang dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat
(Dendawijaya, 2009).
Return on Asset (ROA) adalah rasio profitabilitas yang
menunjukkan perbandingan antara laba sebelum pajak dengan total
aset bank, rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan aset
yang dilakukan oleh bank yang bersangkutan (Hasibuan, 2001:109).
Rumus ROA adalah sebagai berikut (Dendawijaya, 2009:118):
ROA =
Pengertian dari laba sebelum pajak adalah laba atau keuntungan
bersih dari kegiatan operasional bank sebelum pajak. Return on Asset
(ROA) dipilih sebagai indikator untuk mengukur kinerja keuangan
perbankan, karena Return on Asset (ROA) digunakan untuk pengukur
31
efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan aktiva yang dimiliki (Rasyid, 2012:21)
Menurut Kasmir (2012:197), nilai ROA yang semakin
mendekati nilai 1, berarti semakin baik profitabilitas perusahaan
karena setiap aktiva yang ada dapat menghasilkan laba. Berikut adalah
tabel kriteria penilaian ROA (Farianto, 2014:7):
Tabel 2.3 Kriteria Penilaian ROA
Kriteria Keterrangan
Peringkat 1: ROA > 1,5% Sangat Baik
Peringkat 2: 1,25% < ROA ≤ 1,5% Baik
Peringkat 3: 0,5% < ROA ≤ 1,25% Cukup Baik
Peringkat 4: 0% < ROA ≤ 0,5% Kurang Baik
Peringkat 5: ROA ≤ 0% Lemah
Sumber: www.bi.go.id
3. Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
Rasio BOPO sering disebut rasio efisiensi karena digunakan
untuk mengukur kemampuan manajemen dalam mengendalikan biaya
operasional terhadap pendapatan operasional (Margaretha dan Zai,
2013:135). Rasio BOPO adalah rasio perbandingan antara biaya
operasional dan pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk
mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan
kegiatan operasinya. Rasio ini diharapkan kecil karena biaya yang
terjadi diharapkan dapat tertutupi dengan pendapatan operasional yang
dihasilkan pihak bank.
Semakin besar BOPO maka akan semakin kecil atau menurun
kinerja keuangan perbankan. Begitu juga sebaliknya, jika BOPO
32
semakin kecil, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan
perbankan semakin meningkat atau membaik (Farah dan Marsheilly,
2013).
BOPO adalah kelompok rasio yang mengukur efisiensi dan
efektivitas operasional suatu perusahaan dengan jalur membandingkan
satu terhadap lainya. Berbagai angka pendapatan dan pengeluaran dari
laporan rugi laba dan terhadap angka-angka dalam neraca. Sehingga
dari nilai rasio BOPO ini dapat dijelaskan tentang kondisi kinerja bank
yang bersangkutan. Rasio ini bertujuan untuk mengukur kemampuan
pendapatan operasional dalam menutup biaya operasional.
Risiko operasional berasal dari kerugian operasional bila terjadi
penurunan keuntungan yang dipengaruhi oleh struktur biaya
operasional bank dan hal-hal terkait risiko yang tentu tidak diharapkan.
Semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja
manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan
sumber daya yang ada di bank. Begitupun sebaliknya jika rasio BOPO
suatu bank tinggi, artinya kinerja bank tersebut tidak efisien (Zulifiah,
2014:766).
Rasio Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
dihitung dengan rumus sebagai berikut (Kasmir, 2003:268):
BOPO = x 100%
Dirumuskan sebagai perbandingan rasio biaya operasional
dalam 12 bulan terakhir terhadap pendapatan operasional dalam
33
periode yang sama (Hasibuan, 2001:101). Besarnya rasio BOPO yang
dapat ditolelir oleh perbankan di Indonesia maksimal 96%, yang sesuai
dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, dalam
standar rasio yang ditetapkan Bank Indonesia menurut SE No.
6/73/INTERN 24 Desember 2004.
Tabel 2.4 Kriteria Penilaian BOPO
Kriteria Keterangan
Peringkat 1: BOPO ≤ 83% Sangat Rendah
Peringkat 2: 83% < BOPO ≤ 85% Cukup Rendah
Peringkat 3: 85% < BOPO ≤ 87% Rendah
Peringkat 4: 87% < BOPO ≤ 89% Cukup Tinggi
Peringkat 5: BOPO > 90% Tinggi
Sumber: www.bi.go.id
4. Capital Adequacy Ratio (CAR)
CAR ialah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh
aktiva bank yang mengandung risiko ikut dibiayai dari dana modal
sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari luar bank, seperti
dana masyarakat dan pinjaman (MArgaretha dan Zai, 2013). Ketentuan
tentang modal minimum bank yang berlaku di Indonesia mengikuti
standar Bank for International Settlements (BIS). Menurut Darmawi
(Dikutip dari Erni, 2014) Bank Indonesia mewajibkan setiap bank
umum menyediakan modal minimum sebesar 8% dari total ATMR.
Modal yang dimaksud terdiri dari modal inti dan modal pelengkap.
Sedangkan ATMR bagi bank didasarkan pada risiko aktiva. Hal
tersebut meliputi elemen-elemen aktiva yang tercantum dalam neraca
dan kewajiban yang masih bersifat administratif. Dalam menghitung
34
ATMR, pos-pos aktiva diberikan bobot risiko yang besarnya
didasarkan pada risiko yang terkandung pada aktiva itu sendiri atau
risiko yang didasarkan pada jenis aktiva, golongan debitur, penjamin,
atau sifat barang jaminan (SE BI No.3/30/DPNP tanggal 14 Desember
2001).
CAR = x 100%
Modal Bank terdiri atas modal inti dan modal pelengkap.
Komponen modal inti meliputi modal disetor, agio saham, cadangan
yang dibentuk dari laba setelah pajak (cadangan umum), dan laba
ditahan. Modal pelengkap antara lain adalah cadangan revaluasi aktiva
tetap (Dendawijaya, 2009:144).
ATMR dihitung dari aktiva yang tercantum dalam neraca
maupun aktiva yang bersifat administratif (tidak tercantum dalam
neraca). Menurut Hasibuan (2001:58) ATMR aktiva neraca dihitung
dengan cara mengalikan nilai nominal masing-masing aktiva yang
bersangkutan dengan bobot risiko dari masing-masing pos aktiva
neraca tersebut. ATMR aktiva administratif dihitung dengan cara
mengalikan nilai nominal rekening administratif yang bersangkutan
dengan bobot risiko dari masing-masing pos rekening tersebut (resiko
aktiva administratif).
Kriteria penilaian peringkat:
Peringkat 1 = KPMM ≥ 12%
Peringkat 2 = 9% ≤ KPMM < 12%
35
Peringkat 3 = 8% ≤ KPMM < 9%
Peringkat 4 = 6% < KPMM < 8%
Peringkat 5 = KPMM ≤ 6%
Kriteria penetapan peringkat faktor permodalan:
a. Peringkat 1, mencerminkan tingkat modal secara signifikan berada
lebih tinggi dari ketentuan KPMM yang berlaku dan diperkirakan
tetap berada di tingkat ini untuk 12 (dua belas) bulan mendatang.
b. Peringkat 2, mencerminkan tingkat modal berada lebih tinggi dari
ketentuan KPMM yang berlaku dan diperkirakan tetap berada di
tingkat ini serta membaik dari tingkat saat ini untuk 12 (dua belas)
bulan mendatang.
c. Peringkat 3, mencerminkan tingkat modal berada sedikit diatas atau
sesuai dengan ketentuan KPMM yang berlaku dan diperkirakan
tetap berada pada tingkat ini selama 12 (dua belas) bulan
mendatang.
d. Peringkat 4, mencerminkan tingkat modal sedikit dibawah
ketentuan KPMM yang berlaku dan diperkirakan mengalami
perbaikan dalam 6 (enam) bulan mendatang.
e. Peringkat 5, mencerminkan tingkat modal berada lebih rendah dari
ketentuan KPMM yang berlaku dan diperkirakan tetap berada di
tingkat ini atau menurun dalam 6 (enam) bulan mendatang.
Menurut Suhardjono, bank yang mempunyai CAR yang lebih
tinggi sangat baik karena ini mampu menanggung risiko yang timbul.
36
Jika nilai CAR tinggi (sesuai ketentuan BI) berarti bank tersebut
mampu membiayai operasi bank, keadaan yang menguntungkan bank
tersebut (Zulifiah, 2014:766).
5. Non Performing Financing (NPF)
Menurut Elmilia Non Performing Financing (NPF) yang
analog dengan Non Performing Loan (NPL) pada bank konvensional
merupakan rasio keuangan yang bekaitan dengan risiko kredit (Dhian,
2012). Non Performing Financing menunjukan kemampuan
manajemen bank dalam mengelola pembiayaan bermasalah yang
diberikan oleh bank. Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan
semakin semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan
jumlah kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu
bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Kredit dalam hal ini
adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit
kepada bank lain. NPL/NPF bank yang sehat apabila bank tersebut
memiliki NPL/NPF tidak lebih dari 5%, peraturan Bank Indonesia
Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang sistem penilaian
tingkat kesehatan bank umum. NPL/NPF yang tinggi menyebabkan
menurunnya laba yang akan diterima oleh bank (Sudarwantoro,
2009:10). Dikuatkan kembali melalui PBI Nomor 13/3/PBI/2011
mengenai batasan NPL netto bank yaitu sebesar maksimal 5% dari
total kredit yang diberikan.
37
Jadi NPF merupakan rasio yang mengukur tingkat pembiayaan
bermasalah atas pemberian pembiayaan dari bank kepada masyarakat.
NPF dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
NPF = x 100%
Pembiayaan bermasalah merupakan resiko penyaluran dana.
Kriteria penilaian tingkat NPF adalah < 2% pada kategori lancar, 2%-
5% pada kategori dalam perhatian khusus, 5%-8% pada kategori
kurang lancar, 8%-12% pada kategori diragukan dan >12% pada
kategori macet. Golongkan pembiayaan bermasalah ada pada kategori
kurang lancar, diragukan dan macet.
Penyebab utama terjadinya risiko pembiayaan adalah terlalu
mudahnya bank memberikan pembiayaan atau melakukan investasi
karena terlalu dituntut untuk memanfaatkan kelebihan likuiditas yang
dimiliki oleh bank tersebut. Sehingga penilaian pembiayaan kurang
cermat dalam mengantisipasi berbagai kemungkinan resiko usaha yang
dibiayainya (Muhammad, 2005:358).
6. Financing to Deposit Ratio (FDR)
Menurut Rivai (2010) Financing to Deposit Ratio (FDR)
adalah perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh bank
dengan dana pihak ketiga yang berhasil dikerahkan oleh bank. Rasio
FDR dalam perbankan konvensional dikenal dengan sebutan Loan to
Deposit Ratio (LDR). Hutagalung, dkk (2013) menjelaskan semakin
38
tinggi LDR maka laba bank semakin meningkat (dengan asumsi bank
tersebut mampu menyalurkan kreditnya dengan efektif), dengan
meningkatnya laba bank, maka kinerja bank juga meningkat. Dalam
perbankan syariah, rasio FDR dapat digunakan untuk mengukur
tingkat efektivitas pembiayaan yang disalurkan, sehingga apabila rasio
FDR meningkat maka laba bank juga akan meningkat dengan asumsi
bahwa bank dapat menyalurkan pembiayaan secara efektif.
Tabel 2.5 Kriteria Penilaian FDR
Peringkat 1 : 50%< LDR≤ 75% Sangat Rendah
Peringkat 2 : 75%< LDR≤ 85% Cukup Rendah
Peringkat 3 : 85%<LDR≤100% atau
LDR ≤ 50%
Rendah
Peringkat 4 : 100% LDR ≤ 120% Cukup Tinggi
Peringkat 5 : LDR > 120% Tinggi
Sumber : www.bi.go.id
7. Net Operating Margin (NOM)
Net Operating Margin (NOM) merupakan rasio untuk
menggambarkan pendapatan operasional bersih sehingga diketahui
kemampuan rata-rata aktiva produktif dalam menghasilkan laba (Rivai,
2012:528).
Pada bank konvensional digunakan istilah Net Interest Margin
(NIM). Net Interest Margin (NIM) mencerminkan risiko pasar yang
timbul karena adanya pergerakan variabel pasar, dimana hal tersebut
dapat merugikan bank. Berdasarkan peraturan Bank Indonesia salah
satu proksi dari risiko pasar adalah suku bunga, yang diukur dari
selisih antar suku bunga pendanaan (funding) dengan suku bunga
39
pinjaman yang diberikan (lending) atau dalam bentuk absolut adalah
selisih antara total biaya bunga pendanaan dengan total biaya bunga
pinjaman (Safitri, 2015:42).
Penelitian ini fokus membahas tentang rasio Net Operating
Margin (NOM). Akan tetapi teori-teori mengenai Net Interest Margin
(NIM) juga digunakan untuk mendukung penelitian ini, karena
beberapa penelitian tentang NIM sangat membantu dalam menguatkan
landasan teori untuk Net Operating Margin (NOM). Di samping itu,
awal mula terbentuknya rasio NOM adalah dari perbankan yang
menggunakan rasio NIM sesuai dengan SE No.6/23/DPNP tanggal 31
Mei 2004 perihal sistempenilaian tingkat kesehatan bank umum.
Bank syariah tidak menggunakan sistem bunga seperti bank
konvensional, maka dalam penilaian NIM pada bank syariah
digunakan NOM. Ketentuan pada SEBI No. 9/24/DPBS tahun 2007
menyebutkan bahwa suatu bank syariah yang mendapat peringkat satu
dalam penilaian tingkat kesehatan bank adalah bank syariah yang
memiliki nilai NOM lebih dari 3%. Hal ini mengindikasikan bahwa
bank syariah tersebut memiliki penilaian profitabilitas yang tinggi.
Sehingga dapat mengantisipasi potensi risiko kerugian serta dapat
meningkatkan keuntungan (Rivai, 2012:530).
NOM merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan
manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk
menghasilkan pendapatan operasional bersih. Semakin besar rasio ini
40
maka meningkatkan pendapatan bagi hasil atas aktiva produktif,
sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin
kecil. Dapat disimpulkan bahwa semakin besar perubahan NOM suatu
bank, maka semakin besar pula profitabilitas bank tersebut, yang
berarti kinerja keuangan tersebut semakin meningkat
(Sudarwanotro,2009:3). Berikut ini adalah cara menghitung NOM
bank syariah:
NOM = x 100%
Dimana:
NOM : Net Operating Margin
PO : Pendapatan Operasional
DBH : Distribusi Bagi Hasil (akumulasi bagi hasil untuk investor
dana investasi selama 12 bulan terakhir (tidak termasuk
bagi hasil untuk transaksi SIMA)
BO : Biaya Operasional
Rata-rata AP : merupakan total aktiva produktif selama 1 tahun dibagi
12 (Rivai, 2012:528)
Kriteria penilaian peringkat (Kusumo, 2008:118):
Tabel 2.6 Kriteria Penilaian NOM
Kriteria Keterangan
Peringkat 1 = NOM > 3% Tinggi
Peringkat 2 = 2% < NOM ≤ 3% Cukup Tinggi
Peringkat 3 = 1,5% < NOM ≤ 2% Rendah
Peringkat 4 = 1% < NOM ≤ 1,5% Cukup Rendah
Peringkat 5 = NOM ≤ 1% Sangat Rendah
Sumber: www.bi.go.id
41
d. Kerangka Penelitian
Dari telaah pustaka yang diperoleh inilah hubungan antar variabel
dan variabel penelitian yang tertuang dalam kerangka berfikir dengan
skema hubungan variabel dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian
Berdasarkan konsep pemikiran bahwasannya Return on Asset
(ROA) diduga dipengaruhi variabel-variabel berupa BOPO, CAR, NPF,
FDR dan NOM.
Data yang digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh
tersebut diambil dari data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) dari website
www.bi.go.id dengan jangka waktu 5 tahun periode 2012-2016.
42
e. Pengembangan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu persoalan yang
masih perlu dibuktikan kebenarannya dan harus bersifat logis, jelas dan
dapat diuji. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Pengaruh BOPO Terhadap ROA Bank Umum Syariah
BOPO atau Operational Efficiency Ratio merupakan
perbandingan antara total biaya operasi dengan total pendapatan
operasi. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya
(Dendawijaya, 2009). Semakin tinggi rasio BOPO, kinerja bank akan
semakin menurun. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat
rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut
(Margaretha dan Zai, 2013). Dengan demikian besar kecilnya BOPO
akan mempengaruhi profitabilitas bank (ROA). Berdasarkan
penjelasan teori diatas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah
sebagai berikut :
H1: BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap Return on
Asset (ROA) Bank Umum Syariah (BUS) periode 2012-2016.
2. Pengaruh CAR terhadap ROA Bank Umum Syariah (BUS)
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang berkaitan
dengan faktor permodalan bank untuk mengukur kecukupan modal
yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung resiko.
Untuk saat ini minimal CAR sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang
43
Menurut Resiko (ATMR), atau ditambah dengan Resiko Pasar dan
Resiko Operasional, hal ini tergantung pada kondisi bank yang
bersangkutan menurut Riyadi (Dikutip dari Dhian,2012). Besarnya
modal suatu bank akan berpengaruh pada mampu atau tidaknya suatu
bank secara efisien menjalankan kegiatannya. Jika modal yang dimiliki
oleh bank tersebut mampu menyerap kerugian kerugian yang tidak
dapat dihindarkan, maka bank dapat mengelola seluruh kegiatannya
secara efisien, sehingga kekayaan bank (kekayaan pemegang saham)
diharapkan akan semakin meningkat demikian juga sebaliknya
(Margaretha dan Zai, 2013). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
hubungan antara CAR dengan ROA adalah positif. Berdasarkan
penjelasan teori diatas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah
sebagai berikut :
H2: CAR berpengaruh positif signifikan terhadap Return on
Asset (ROA) Bank Umum Syariah (BUS) periode 2012-2016.
3. Pengaruh NPF terhadap ROA Bank Umum Syariah (BUS)
Non Performing Financing (NPF) merupakan rasio keuangan
yang bekaitan dengan risiko pembiayaan. Non Performing Financing
adalah perbandingan antara total pembiayaan bermasalah dengan total
pembiayaan yang di berikan kepada debitur.Rasio Non Performing
Financing analog dengan Non Performing Loan pada bank
konvensional. Karena pada bank syariah tidak mengenal adanya
pinjaman namun menggunakan istilah pembiayaan. NPL
44
mencerminkan risiko kredit, semakin kecil NPL semakin kecil pula
risiko kredit yang ditanggung pihak bank. Namun sebaliknya, jika
risiko kredit yang ditanggung bank semakin tinggi, profitabilitas akan
menurun (Margaretha dan Zai, 2013). Sehingga dikatakan bahwa NPF
berpengaruh negatif terhadap ROA. Berdasarkan penjelasan teori
diatas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :
H3: NPF berpengaruh negatif signifikan terhadap Return on Asset
(ROA) Bank Umum Syariah (BUS) periode 2012-2016.
4. Pengaruh FDR terhadap ROA Bank Umum Syariah (BUS)
Financing to Deposit Ratio (FDR) analog dengan Loan to
Deposit Ratio (LDR) pada bank konvensional, merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukkan
kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan
menggunakan total asetyang dimiliki bank oleh (Dendawijaya, 2009).
Sehingga semakin tinggi LDR maka laba bank semakin meningkat
(dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kreditnya dengan
efektif), dengan meningkatnya laba bank, maka kinerja bank juga
meningkat (Mario dkk, 2014). Dengan demikian besar kecilnya FDR
suatu bank akan mempengaruhi kinerja bank tersebut. Berdasarkan
penjelasan teori diatas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah
sebagai berikut :
H4: FDR berpengaruh positif signifikan terhadap Return On
Asset Bank Umum Syariah (BUS) periode 2012-2016.
45
5. Pengaruh NOM terhadap ROA Bank Umum Syariah (BUS)
NOM merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan
manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk
menghasilkan pendapatan operasional bersih. Semakin besar rasio ini
maka meningkatkan pendapatan bagi hasil atas aktiva produktif,
sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin
kecil. Dapat disimpulkan bahwa semakin besar perubahan NOM suatu
bank, maka semakin besar pula profitabilitas bank tersebut, yang
berarti kinerja keuangan tersebut semakin meningkat (Sudarwanotro,
2009:3). Dengan demikian besar kecilnya NOM suatu bank akan
mempengaruhi kinerja bank tersebut. Berdasarkan penjelasan teori
diatas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :
H5: NOM berpengaruh positif signifikan terhadap Return on
Asset Bank Umum Syariah (BUS) periode 2012-2016.
46
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif
kuantitatif. Penelitian deskriptif meliputi pengumpulan data untuk diuji
hipotesis atau menjawab pertanyaan mengenai status terakhir dari subjek
penelitian. Penelitian deskriptif ini sebagai dasar pengambilan keputusan
bisnis dan untuk mengenali distribusi dan perilaku data yang kita miliki
(Kuncoro, 2013:117). Metode deskriptif digunakan untuk mengetahui
bagaimana perkembangan profitabilitasbank khususnya ROA dari seluruh
Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia.
Penelitian kuantitatif merupakan metode menguji teori-teori tertentu
dengan cara meneliti hubungan antar variabel. Variabel-variabel ini diukur
dengan instrumen penelitian sehingga data yang terdiri dari angka-angka
dapat dianalisis berdasarkan prosedur statistik. Data kuantitatif adalah data
yang diukur dalam suatu skala numerik (angka) (Kuncoro, 2013:189).
Dalam penelitian ini data kuantitatif yang digunakan adalah berupa
angka-angka yang terdapat dalam laporan keuangan publikasi gabungan
Bank Umum Syariah (BUS), yang diterbitkan melalui website resmi yaitu
www.bi.go.id. Metode kuantitatif digunakan untuk menghitung besarnya
tingkat profitabilitas bank, khususnya Return on Asset (ROA) pada Bank
Umum Syariah (BUS).
48
47
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada seluruh Bank Umum Syariah yang ada
di Indonesia.Waktu penelitian dilaksanakan pada akhir bulan Mei sampai
dengan akhir Agustus2017.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah suatu kesatuan individu atau subyek pada wilayah
dan waktu serta dengan kualitas tertentu yang akan diamati atau diteliti
(Supardi, 2005:101). Menurut Sugiyono (2009:80) populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/ subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Bank Umum Syariah
(BUS) yang berjumlah 13 dan yang mempublikasikan laporan keuangan
bulanan periode Januari 2012 sampai Desember 2016. Berikut adalah 13
Bank Umum Syariah (BUS) yang ada di Indonesia:
1. PT. Bank Muamalat Indonesia
2. PT. Bank Syariah Mandiri
3. PT. Bank Syariah Mega Indonesia
4. PT. Bank Syariah BRI
5. PT. Bank Syariah BUKOPIN
6. PT. Bank Panin Syariah
7. PT. Bank Victoria Syariah
8. PT. BCA Syariah
48
9. PT. Bank Jabar dan Banten
10. PT. Bank Syariah BNI
11. PT. Maybank Indonesia Syariah
12. PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah
13. PT. Bank Aceh Syariah
Sampel adalah himpunan unit observasi yang memberikan
keterangan atau data yang diperlukan oleh suatu studi. Jadi sampel
merupakan sebagian dari populasi. Sampel merupakan bagian dari
populasi yang dijadikan penelitian (Sugiyono, 2009:81). Sampel pada
penelitian ini yaitu keseluruhan Bank Umum Syariah (BUS) yang terdapat
dalam periode penelitian dijadikan sebagai objek penelitian. Penelitian
menggunakan 60 waktu pengamatan (N= 60 bulan) dari bulan Januari
2012 sampai Desember 2016.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengambilan sampel adalah untuk mengetahui sampel yang
akan digunakan dalam penelitian. Pemilihan sampel pada penelitian ini
menggunakan sampel jenuh merupakan yaitu teknik penentuan sampel bila
semua anggota populasi digunakan sebagai sampel atau penelitian yang
ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah
lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan
sampel (Sugiyono, 2009:85).
Sampel pada penelitian ini yaitu keseluruhan Bank Umum Syariah
(BUS) yang terdapat dalam periode penelitian dijadikan sebagai objek
49
penelitian. Penelitian menggunakan 60 waktu pengamatan (N= 60) (bulan
Januari 2012 sampai Desember 2016).
E. Definisi Konsep dan Operasional
Menurut Sarwono (2006:38-39), definisi operasional adalah
penjelasan tentang variabel yang akan digunakan dalam penelitian,
terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel independent, dan
dependent.
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
Variabel Penjelasan Rumus
ROA Merupakan bagian dari rasio
profitabilitas dalam menganalisa
laporan keuangan atas laporan
kinerja keuangan perbankan.
(Dendawijaya, 2009:118).
ROA=
BOPO Rasio ini digunakan untuk
mengukur tingkat efisiensi bank
dalam menekan biaya operasional
sebagai usaha optimalisasi
pendapatan operasional
(Dendawijaya, 2009:119).
BOPO=
x100%
CAR Capital Adequacy Ratio (CAR)
adalah rasio kemampuan
permodalan yang dihadapkan
dengan Aktiva Tertimbang Menurut
Risiko (Fahmi, 2014:122).
CAR =
x 100%
NPF Non Performing Financing (NPF)
merefleksikan besarnya risiko
pembiayaan yang dihadapi bank,
semakin kecil Non Performing
Financing maka semakin kecil pula
risiko pembiayaan yang ditanggung
bank (Rivai, 2010).
NPF=
x100%
FDR Financing to Deposit Ratio (FDR)
adalah perbandingan antara
pembiayaan yang diberikan oleh
bank dengan dana pihak ketiga
yang berhasil dikerahkan oleh bank.
semakin tinggi LDR maka laba
bank semakin meningkat (dengan
asumsi bank tersebut mampu
menyalurkan kreditnya dengan
FDR =
x 100%
50
efektif), dengan meningkatnya laba
bank, maka kinerja bank juga
meningkat.(Rivai,2010).
NOM Net Operating Margin merupakan
rasio untuk menggambarkan
pendapatan operasional bersih
sehingga diketahui kemampuan
rata-rata aktiva produktif dalam
menghasilkan laba (Rivai, 2012:
528).
NOM = x 100%
F. Instrumen Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif
kuantitatif. Penelitian deskriptif meliputi pengumpulan data untuk diuji
hipotesis atau menjawab pertanyaan mengenai status terakhir dari subjek
penelitian. Penelitian deskriptif ini sebagai dasar pengambilan keputusan
bisnis dan untuk mengenali distribusi dan perilaku data yang kita miliki
(Kuncoro, 2013:117). Metode deskriptif digunakan untuk mengetahui
bagaimana perkembangan profitabilitasbank khususnya ROA dari seluruh
Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia.
Penelitian kuantitatif merupakan metode menguji teori-teori tertentu
dengan cara meneliti hubungan antar variabel. Variabel-variabel ini diukur
dengan instrumen penelitian sehingga data yang terdiri dari angka-angka
dapat dianalisis berdasarkan prosedur statistik. Data kuantitatif adalah data
yang diukur dalam suatu skala numerik (angka) (Kuncoro, 2013: 189).
Analisis data dalam penelitian ini adalah:
51
1. Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan analisis regresi terlebih dahulu dilakukan uji
asumsi klasik terlebih dahulu. Pengujian dilakukan atas model
penelitian supaya bisa dinyatakan bebas dari penyimpangan asumsi
klasik yaitu normalitas, multikolinearitas, autokorelasi, dan
heteroskedastisitas. Dari uji asumsi klasik tersebut dapat dinyatakan
bahwa data penelitian ini memenuhi asumsi klasik.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dapat dilihat melalui grafik probability
plot. Apabila titik-titik telah mengikuti garis lurus, maka dapat
dikatakan residual telah mengikuti distribusi normal. Apabila titi-
titik tersebar atau jauh dari garis lurus, maka dikatakan residual
mengikuti distribusi tidak normal (Astuti, 2013:52).
Uji normalitas pada model regresi digunakan untuk
menguji apakah nilai residual terdistribusi secara normal atau
tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki nilai
residual yang terdistribusi secara normal. Metode pengujian uji
normalitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji
grafik probability plot.
Cara mendeteksinya adalah dengan melihat penyebaran
data pada sumber diagonal pada grafik normal P-P plot of
regression standardizedresidual sebagai dasar pengambilan
keputusan. Jika menyebar sekitar garis dan mengikuti garis
52
diagonal maka residual pada model regresi tersebut terdistribusi
secara normal (Priyatno, 2011:289).
Dari grafik normal probability plot dapat dilihat, jika titik-
titik plot yang menyebar mengikuti garis diagonal, berarti data
berdistribusi secara normal. Namun demikian dengan melihat
grafik normal probability plot saja tidaklah cukup dan kadang
menyesatkan. Untuk itu kita perlu melalukan uji statistik one-
samplekolmogorov-smirnov test untuk memastikan apakah data
kita normal atau tidak. Jika nilai output Asymp. Sig. (2-tailed)
lebih besar dari 0,05, maka data berdistribusi normal (Latan dan
Temalagi, 2013:61-63).
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (Astuti,
2013: 57). Autokorelasi dalam konsep regresi linear berarti
komponen error berkorelasi berdasarkan urutan waktu (pada data
berkala) atau urutan ruang (pada data tampang lintang), atau
korelasi pada dirinya sendiri (Setiawan dan Kusrini, 2010:136).
Penyimpangan asumsi ini biasanya muncul pada observasi
yang menggunakan data time series. Konsekuensi dari adanya
autokorelasi dalam suatu model regresi adalah varians sampel
tidak dapat menggambarkan varians populasinya (Algifari,
53
2013:90). Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk
mendeteksi ada tidaknya problem autokorelasi pada model regresi
yaitu dengan melakukan uji statistik durbin-watson, uji runs test
dan uji box-ljung. Penelitian ini menggunakan uji run test.
Run test adalah bagian dari uji statistik non parametrik
yang digunakan untuk menguji apakah antar residual ada korelasi
yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi,
maka dikatakan bahwa residual terjadi secara random atau tidak
sistematis (Ghozali, 2011:87).
c. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas (kolinearitas ganda) yaitu adanya
hubungan linear yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau
semua variabel independen dari model regresi ganda (Setiawan
dan Kusrini, 2010:82). Penyimpangan asumsi model klasik adalah
multikoleniaritas dalam model regresi yang dihasilkan. Artinya
antar variabel independen yang terdapat dalam model memiliki
hubungan yang sempurna atau mendekati sempurna (koefisien
korelasinya tinggi atau bahkan 1).
Penelitian ini menggunakan output nilai tollerance value
atau Variance Inflation Factor (VIF). Variabel independen
mengalami multikolinearitas jika α hitung < α dan VIF hitung >
VIF. Nilai α adalah 5% atau 0,05 dan nilai VIF adalah 5 (Ghozali,
2011).
54
d. Uji Heteroskedastisitas
Salah satu asumsi regresi linear yang harus dipenuhi
adalah homogenitas variansi dari error. Homoskesdatisitas berarti
bahwa variansi dari error bersifat konstan (tetap) atau disebut
juga identik. Kebalikanya dalah Heteroskesdatisitas, yaitu jika
kondisi variansi error atau variabel Y tidak identik (Setiawan dan
Kusrini, 2010:103).
Konsekuensi adanya heterokedastisitas dala model regresi
adalah penaksir yang diperoleh tidak efisien, baik dalam sampel
kecil maupun sampel besar, walaupun penaksir yang diperoleh
menggambarkan populasinya tidak bisa dan bertambahnya sampel
yang digunakan akan mendekati nilai sebenarnya (konsisten). Ini
disebabkan oleh varians yang tidak minimum (tidak efisien).
Diagnosis adanya heteroskedastisitas secara kuantitatuf dalam
suatu regresi dapat dilakukan dengan melalukan pengujian
korelasi rangking sperman (Algifari, 2013:92).
Uji dalam penelitian ini menggunakan uji scatter plotdan
uji park. Suatu model dinyatakan tidak terjadi masalah
heteroskedastisitas apabila titik-titik menyebar dengan pola tidak
jelas di atas ayau di bawah angka nol pada suatu sumbu Y
(Priyatno, 2011:288). Selain uji scatter plotdigunakan uji park
untuk melihat apakah data terjadi heteroskedastisitas atau tidak.
Jika signifikan korelasi nilai residual dengan masing-masing
55
variabel independen < 0,05 maka pada model regresi terjadi
masalah heteroskedastisitas (Ghozali, 2013).
2. Uji Ketepatan Model
a. Uji Determinasi (Adjusted R Square)
Koefisien determinasi (AdjustedRSquare)pada intinya
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan
variasi variabel terikat (Kuncoro, 2009:246). Adjusted R
Squaredipilih untuk menggeneralisasikan R2pada populasi, karena
ada unsur estimasi populasi di dalamnya (mengarah pada
penelitian populasi). Koefisien determinasi digunakan untuk
mengetahui sampai sejauh mana ketepatan atau kecocokan garis
regresi yang terbentuk dalam mewakili kelompok data hasil
observasi.
Koefisien determinasi menggambarkan bagian dari variasi
total yang dapat diterangkan oleh model. Semakin besar nilai
Adjusted R square mendekati 1, maka ketepatannya dikatakan
semakin baik. Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui
sampai sejauh mana variabel bebas dapat menjelaskan variabel
terikat (Suharjo, 2008:79).
b. Uji F Statistik
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat dan
56
mengetahui apakah model regresi yang digunakan sudah tepat
(Kuncoro, 2013: 245). Koefisien regresi diuji secara serentak
dengan menggunakan ANOVA, untuk mengetahui apakah
keserempakan tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap model. Uji ini dilakukan untuk membandingkan pada
nilai signifikansi (α = 5%) pada tingkat derajat 5%. (Setiawan dan
Kusrini, 2010:63).
Uji F statistik ini menentukan model linear berganda dapat
digunakan atau tidak sebagai model analisis dengan
menggunakan kriteria ini, jika Ho ditolak maka model dapat
digunakan karena, baik besaran maupun tanda (+/-) koefisien
regresi dapat digunakan untuk memprediksi perubahan variabel
terikat akibat perubahan variabel bebas.
3. Analisis Regresi Berganda
Regresi berganda digunakan untuk menganalisis data yang
bersifat multivariate. Analisis ini digunakan untuk meramalkan nilai
variabel dependen (Y), dengan variabel independen yang lebih dari
satu (Bawono, 2006)
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e
Keterangan :
Y = Reurn on Asset
a = Konstanta
e = error/ residual
57
b = Koefisien regresi
X1= BOPO
X2 = CAR
X3 = NPF
X4 = FDR
X5= NOM
4. Uji Hipotesis (Uji t)
Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas secara individual dalam menerangkan variasi variabel
terikat. Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas
secara parsial terhadap variabel terikat. Pengambilan keputusan
dilakukan berdasarkan perbandingan nilai thitung masing-masing
koefisien regresi dengan nilai ttabel sesuai dengan signifikan yang
digunakan.
a. Jika thitung < ttabel,artinya variabel bebas tidak berpengaruh terhadap
variabel terikat.
b. Jika thitung> ttabel, artinya variabel bebas berpengaruh terhadap
variabel terikat. (Algifari, 2013: 71).
G. Alat analisis
Analisis penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda.
Tahap analisa data merupakan tahapan yang penting dan rawan, oleh
karena itu dalam tahapan ini akan dilakukan secara hati – hati dan cermat,
salah satu pendukungnya adalah teknologi komputer menggunakan
58
aplikasi SPSS for windows 23.0. SPSS (Statistical Product and Service
Solution) merupakan sebuah program aplikasi komputer yang berfungsi
untuk membantu dalam mengolah data statistik dengan hasil output sesuai
dengan yang dikehendaki oleh penggunanya. Program SPSS ini sangat
membantu para penggunanya dalam memproses data-data statistik secara
tepat dan cepat, serta menghasilkan berbagai output yang dikehendaki oleh
para pengambil keputusan. Statistik dapat di artikan sebagai suatu kegiatan
yang bertujuan untuk mengumpulkan data, meringkas atau menyajikan
data, kemudian menganalisis data dengan menggunakan metode tertentu,
dan menginterprestasikan hasil dari analisa tersebut.
59
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Deskripsi Obyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada seluruh Bank Umum Syariah (BUS)
yang mempublikasikan laporan keuangannya secara langsung di Bank
Indonesia. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
penelitian dari bulan Januari 2012 hingga Desember 2016 seluruh Bank
Umum Syariah (BUS) di Indonesia. Penelitian menggunakan 60 waktu
pengamatan (N= 60 bulan). Dari hasil olah data dari laporan publikasi
Bank Indonesia yang tersaji dalam tabel perkembangan ROA , BOPO,
CAR, NPF, FDR, dan NOM bank syariah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Perkembangan ROA Bank Umum Syariah (%)
Sumber: Laporan Publikasi Bank Indonesia, 2016.
ROA
Periode 2012 2013 2014 2015 2016
Jan 0,57 2,14 1,01 0,88 1.01
Feb 1,37 1,92 1 0,78 0.81
Mar 1,67 1,95 1,3 0,69 0.88
Apr 1,78 1,94 1,09 0,62 0.80
Mei 1,7 1,58 0,82 0,63 0.16
Jun 1,79 1,65 0,76 0,5 0.73
Jul 1,85 1,57 0,69 0,5 0.63
Agust 1,88 1,54 0,55 0,46 0.48
Sept 2,13 1,43 0,53 0,49 0.59
Okt 1,92 1,48 0,56 0,51 0.46
Nov 1,94 1,43 0,49 0.52 0.67
Des 1,94 1,58 0,41 0.49 0.63
61
60
Nilai ROA tahun 2012-2016 mengalami perubahan yang fluktuatif.
Meningkat atau menurunnya tingkat Return on Asset (ROA) sebagai
ukuran kinerja karena ROA digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan.
Semakin besar ROA bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang
dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dan segi
penggunaan aset (Dendawijaya, 2009).
Tabel 4.2 Perkembangan BOPO Bank Umum Syariah (BUS) (%)
BOPO
Periode 2012 2013 2014 2015 2016
Jan 92,09 76,6 89,25 94,8 95.28
Feb 82,71 76,86 89,22 94,23 94.49
Mar 79,86 81,64 90,91 95,98 94.40
Apr 80,67 76,32 84,5 96,69 94.71
Mei 78,59 81,5 76,49 96,51 99.04
Jun 77,77 79,86 70,82 96,98 95.51
Jul 77,18 75,68 94,56 97,08 96.15
Agust 76,91 83,3 95,8 97,3 96.96
Sept 76,48 81,52 95,74 96,94 96.27
Okt 76,26 84,11 97,37 96,71 97.21
Nov 76,21 83,88 96,34 96.74 95.91
Des 76,35 82,16 96,97 97.01 96.23
Sumber: Laporan Publikasi Bank Indonesia, 2016.
Nilai BOPO tahun 2012-2016 mengalami perubahan yang fluktuatif.
Meningkat atau menurunnya tingkat BOPO menunjukkan kemampuan
bank syariah dalam menjaga efisiensi bank dalam menghasilkan
pendapatan operasional untuk menekan biaya operasional. Karena
pencapaian tingkat efisiensi yang tinggi merupakan harapan masing-
61
masing bank, karena dengan tercapainya efisiensi berarti manajemen telah
berhasil mendayagunakan sumber daya yang dimiliki secara efisien.
Tabel 4.3 Perkembangan CAR Bank Umum Syariah (%)
CAR
Periode 2012 2013 2014 2015 2016
Jan 16,27 15,29 16,76 14,16 15.11
Feb 15,91 15,2 16,71 14,38 15.44
Mar 15,33 14,3 16,2 14,43 14.90
Apr 14,97 14,72 16,68 14,5 15.43
Mei 13,4 14,28 16,85 14,37 14.78
Jun 16,12 14,32 16,21 14,09 14.72
Jul 16,12 15,28 14,76 14,62 14.86
Agust 13,63 14,71 14,73 15,05 14.87
Sept 14,98 14,19 14,6 15,15 15.43
Okt 14,54 12,45 15,25 14,96 15.27
Nov 14,6 12,23 15,66 15.31 15.78
Des 14,14 14,42 15,74 15.02 15.95
Sumber: Laporan Publikasi Bank Indonesia, 2016.
Nilai CAR tahun 2012-2016 mengalami perubahan yang fluktuatif.
Meningkat atau menurunnya tingkat CAR menunjukkan kemampuan bank
syariah dalam menjaga tingkat permodalan agar tetap di atas aturan yang
ditetapkan BI, yaitu 8%. Data perkembangan nilai CAR di atas
menujukkan bahwa dari periode tahun 2012-2016 tidak ada rasio CAR
yang berada di bawah 8%.
62
Tabel 4.4 Perkembangan NPF Bank Umum Syariah (%)
NPF
Periode 2012 2013 2014 2015 2016
Jan 2,68 2,49 3,07 4,87 5.46
Feb 2,82 2,72 3,53 5,1 5.59
Mar 2,76 2,75 3,21 4,81 5.35
Apr 2,85 2,85 3,48 4,62 5.48
Mei 2,93 2,92 4,02 4,76 6.17
Jun 2,88 2,64 3,9 4,73 5.68
Jul 2,92 2,75 4,3 4,73 5.32
Agust 2,78 3,01 4,58 4,73 5.55
Sept 2,74 2,8 4,67 4,73 4.67
Okt 2,58 2,96 4,75 4,73 4.80
Nov 2,5 3,08 4,86 5.13 4.68
Des 2,26 2,62 4,33 4.84 4.42
Sumber: Laporan Publikasi Bank Indonesia, 2016.
Nilai NPF dari tahun 2012-2016 relatif stabil. Bank syariah dinilai
cukup berhati-hati dalam menjaga kualitas aktiva produktifnya tetap baik
(NPF < 5) dan semakin berhati-hati dalam menyalurkan pembiayaan
kepada masyarakat. Namun demikian untuk menurunkan risiko
pembiayaan (NPF yang tinggi), fee based income memiliki peranan yang
penting. Pendapatan yang tinggi dari pengelolaan aset (pendapatan non
pembiyaan) dapat menutupi kerugian yang timbul akibat risiko
pembiayaan.
63
Tabel 4.5 Perkembangan FDR Bank Umum Syariah (BUS) (%)
FDR
Periode 2012 2013 2014 2015 2016
Jan 87.27 100.63 100.07 123.50 105.65
Feb 90.49 102.17 102.03 124.75 103,16
Mar 87.13 102.62 102.22 125.60 78.32
Apr 95.39 103.08 95.50 126.67 102.04
Mei 97.95 102.08 99.43 129.63 97.07
Jun 98.59 104.43 100.80 135.68 99.60
Jul 99.91 104.83 99.89 132.47 98.69
Agust 101.03 102.53 98.99 130.28 96.64
Sept 102.10 103.27 99.71 129.01 97.65
Okt 100.84 103.03 98.99 127.21 97.71
Nov 101.19 102.58 94.62 125.64 96.60
Des 100.00 100.32 91.50 120.06 96.70
Sumber: Laporan Publikasi Bank Indonesia, 2016.
Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah perbandingan antara
pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga yang
berhasil dikerahkan oleh bank. Rasio FDR dalam perbankan konvensional
dikenal dengan sebutan Loan to Deposit Ratio (LDR). Hutagalung, dkk
(2013) menjelaskan semakin tinggi LDR maka laba bank semakin
meningkat (dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kreditnya
dengan efektif), dengan meningkatnya laba bank, maka kinerja bank juga
meningkat.
64
Tabel 4.6 Perkembangan NOM Bank Umum Syariah (BUS) (%)
NOM
Periode 2012 2013 2014 2015 2016
Jan 1,72 2,34 1,45 0,97 0.52
Feb 1,36 2,22 0,87 0,86 0.52
Mar 1,63 2,29 1,38 0,75 1.20
Apr 1,37 2,25 1,45 0,68 0.94
Mei 1,54 2,02 1,54 0,69 1.00
Jun 1,83 2,05 1,64 0,55 0.78
Jul 1,68 2,23 0,85 0,53 0.69
Agust 1,44 1,77 0,68 0,48 0.53
Sept 2,08 1,46 0,68 0,52 0.65
Okt 1,73 1,55 0,43 0,55 0.50
Nov 1,53 1,49 0,62 0.57 0.74
Des 2,04 1,82 0,52 0.52 0.68
Sumber: Laporan Publikasi Bank Indonesia, 2016.
Nilai NOM tahun 2012-2016 mengalami perubahan yang fluktuatif.
NOM merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen bank
dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan
operasional bersih. Semakin besar rasio ini maka meningkatkan
pendapatan bagi hasil atas aktiva produktif, sehingga kemungkinan suatu
bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Dapat disimpulkan bahwa
semakin besar perubahan NOM suatu bank, maka semakin besar pula
profitabilitas bank tersebut, yang berarti kinerja keuangan tersebut
semakin meningkat.
Hasil olah data statistik yang akan dibahas meliputi jumlah data (N),
rata-rata sampel (mean), nilai maksimum, nilai minimum, serta standar
deviasi untuk masing-masing variabel, seperti yang terlihat pada tabel
65
berikut ini:
Sumber: Data sekunder diolah, 2017.
Berdasarkan Tabel 4.7, dapat diketahui bahwa dalam penelitian ini
menggunakan data sejumlah 60, yang diambil dari laporan keuangan
gabungan bulanan Bank Umum Syariah (BUS) periode Januari 2012
sampai Desember 2016. Secara rinci deskripsi masing-masing variabel
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Return on Asset (ROA)
Data variabel ROA terendah (minimum) adalah 0,16%
terdapat di pada tahun 2016 pada Bank Umum Syariah (BUS).
Nilai tertinggi (maximum) adalah 2.14% terdapat pada tahun 2013
pada Bank Umum Syariah (BUS). Sedangkan nilai rata-ratanya
(mean) adalah 1,0813%. Secara statistik, rata-rata rasio ROA
berada pada peringkat 3 (0,5% < ROA ≤ 1,25%) yang artinya Bank
Umum Syariah (BUS) tergolong cukup baik. Dibandingkan dengan
Tabel 4.7 Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
ROA 60 .16 2.14 1.0813 .57404
BOPO 60 70.82 99.04 88.3602 8.69362
CAR 60 12.23 16.85 15.0022 .91696
NPF 60 2.26 6.17 3.9323 1.10374
FDR 60 78.32 135.68 104.6230 12.53585
NOM 60 .43 2.34 1.1995 .59814
Valid N
(listwise) 60
66
rata-rata ROA bank konvensional, ROA bank syariah masih jauh
tertinggal.
Sementara standar deviasi sebesar 0,57404% masih jauh di
bawah nilai rata-rata ROA sebesar 1,0813%, dengan demikian
dapat dikatakan bahwa simpangan data ROA relatif baik. Artinya
tingkat rasio ROA Bank Umum Syariah (BUS) masih dalam
kondisi yang bagus dan masih dapat ditingkatkan lagi dalam usaha
mencapai laba yang optimal.
2. Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
Data variabel BOPO terendah (minimum) adalah 70,82%
terdapat di pada tahun 2014 pada Bank Umum Syariah (BUS).
Nilai tertinggi (maximum) adalah 99,04% terdapat pada tahun 2016
pada Bank Umum Syariah (BUS). Sedangkan nilai rata-ratanya
(mean) adalah 88,3602%. Secara statistik, rata-rata rasio BOPO
yang menggambarkan tingkat efisiensi operasional bank syariah,
masih relatif tidak baik dan berada di peringkat 3 ( 85% < BOPO ≤
87).
Sementara standar deviasi sebesar 8,69362% masih jauh di
bawah nilai rata-rata BOPO sebesar 88,3602%, dengan demikian
dapat dikatakan bahwa simpangan data BOPO relatif baik. Artinya
tingkat rasio BOPO Bank Umum Syariah (BUS) masih dalam
kondisi yang bagus dan masih dapat ditingkatkan lagi kinerja
efisiensi Bank Umum Syariah (BUS) tersebut.
67
3. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Data variabel CAR terendah (minimum) adalah 12,23%
terdapat di pada tahun 2013 pada Bank Umum Syariah (BUS).
Nilai tertinggi (maximum) adalah 16,85% terdapat pada tahun 2014
pada Bank Umum Syariah (BUS). Secara statistik, rata-rata CAR
sebesar 15,0022% berada pada peringkat 1 (Peringkat 1 = KPMM
≥ 12%) menurut kriteria yang diberikan Bank Indonesia.
Sementara standar deviasi sebesar 0,91696%masih jauh di
bawah nilai rata-rata CAR sebesar 15,0022%, dengan demikian
dapat dikatakan bahwa simpangan data CAR relatif baik. Artinya
tingkat rasio CAR Bank Umum Syariah (BUS) masih dalam
kondisi yang bagus dan masih dapat ditingkatkan lagi kinerja
permodalan banknya.
4. Non Performing Financing (NPF)
Data variabel NPF terendah (minimum) adalah 2,26 %
terdapat di pada tahun 2012 pada Bank Umum Syariah (BUS).
Nilai tertinggi (maximum) adalah 6,17% terdapat pada tahun 2016
pada Bank Umum Syariah (BUS). Secara statistik, rata-rata rasio
NPF sebesar 3,9323% berada pada peringkat 2 (antara 2% sampai
5%) yang masuk dalam kategori dalam perhatian khusus.
Sementara standar deviasi sebesar 1,10374% masih jauh di
bawah nilai rata-rata NPF sebesar 3,9323%, dengan demikian dapat
dikatakan bahwa simpangan data NPF relatif baik. Artinya tingkat
68
rasio NPF Bank Umum Syariah (BUS) masih dalam kondisi yang
bagus dan masih dapat ditingkatkan lagi manajemen resiko Bank
Umum Syariah (BUS).
5. Financing to Deposit Ratio (FDR)
Data variabel FDR terendah (minimum) adalah 78,32%
terdapat di pada tahun 2016 pada Bank Umum Syariah (BUS).
Nilai tertinggi (maximum) adalah 135,68% terdapat pada tahun
2015 pada Bank Umum Syariah (BUS). Secara statistik, rata-rata
rasio FDR sebesar 104,6230%berada pada peringkat 4 (100%<
LDR ≤ 120%) yang artinya cukup tinggi.
Sementara standar deviasi sebesar 12,23149% masih jauh di
bawah nilai rata-rata FDR yaitu 104,6230%, dengan demikian
dapat dikatakan bahwa simpangan data FDR relatif baik. Artinya
tingkat rasio FDR Bank Umum Syariah (BUS) masih dalam
kondisi yang bagus dan masih dapat ditingkatkan lagi dalam usaha
menyalurkan pembiayaannya secara efektif.
6. Net Operating Margin (NOM)
Data variabel NOM terendah (minimum) adalah 0,43%
terdapat di pada tahun 2014 pada Bank Umum Syariah (BUS).
Nilai tertinggi (maximum) adalah 2,34% terdapat pada tahun 2013
pada Bank Umum Syariah (BUS). Sedangkan nilai rata-ratanya
(mean) adalah 1,1995%. Hal ini menunjukkan bahwa menurut
kriteria peringkat yang ditetapkan Bank Indonesia, tingkat NOM
69
Bank Umum Syariah (BUS) berada di peringkat 4 (rendah).
Peringkat 4 adalah 1% < NOM ≤ 1,5%.
Sementara standar deviasi sebesar 0,59814% masih di
bawah nilai rata-rata NOM sebesar 1,1995%, dengan demikian
dapat dikatakan bahwa simpangan data NOM relatif baik. Artinya
tingkat rasio NOM Bank UmumSyariah (BUS) masih dalam
kondisi yang bagus dan masih dapat ditingkatkan lagi kinerja
rentabilitas banknya.
B. Uji Statistik
1. Uji Stationer
Uji stasioneritas digunakan untuk menguji data time series
agar data yang digunakan bersifat flat, tidak mengandung
komponen trend, dengan keragaman konstan dan tidak terjadi
fluktuasi periodik. Uji yang digunakan adalah uji Unit Root dengan
uji Augmented-Dickey-Fuller. Berdasarkan data yang diperoleh
dari laporan keuangan bulanan gabungan Bank Umum Syariah
periode 2012-2016, maka hasil uji stasioneritas data adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.8 Hasil uji stasioner tiap variabel
No. Variabel Prob.* Keterangan
1 BOPO 0.0000 Data Stasioner
2 CAR 0.0180 Data Stasioner
3 NPF 0.0004 Data Stasioner
4
5
FDR
NOM
0.0197
0,0330
Data Stasioner
Data Stationer
6 ROA 0.0000 Data Stasioner
sumber: Data sekunder yang diolah
70
Hasil output yang dihasilkan, terlihat bahwa nilai Prob*<0,05. Dengan
demikian semua variabel menunjukkan data stasioner.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas pada model regresi digunakan untuk
menguji apakah nilai residual terdistribusi secara normal atau tidak
(Priyatno, 2011:277). Jadi yang terjadi dalam hal ini yang diuji
normalitas bukan masing-masing variabel independen dan
dependen tetapi nilai residual yang dihasilkan dari model regresi.
Model regresi yang baik adalah yang memiliki nilai residual yang
berdistribusi normal.
Jika nilai residualnya teristribusi normal maka nilai sebaran
datanya akan terletak disekitar garis lurus diagonal. Namun jika
data tersebut menjauhi garis lurus diagonal, maka data dapat
dipastikan bahwa pendistribusian data tidak normal. Berikut ini
disajikan hasil normal p-plot dari data yang telah diolah.
71
Gambar 4.1 Uji Normal P-Plot
Sumber:data sekunder diolah, 2017.
Dari hasil olahan data, dapat dilihat hasil normal p-plot
pada gambar 4.1 menunjukkan titik-titik secara keseluruhan
mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa
dalam penelitian ini memenuhi asumsi normalitas. Sedangkan
untuk mengetahui nilai signifikansinya apakah data berdistribusi
normal atau tidak maka menggunakan uji kolmogorov-smirnov test.
Data dinyatakan berdistribusi normal jika nilai Asymp. Sig. (2-
tailed) dari hasil perhitungan kolmogorov-smirnov lebih besar dari
0,05 (Latan dan Temalagi, 2013:73).
72
Tabel 4.9 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardiz
ed Residual
N 60
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .25243280
Most Extreme
Differences
Absolute .088
Positive .088
Negative -.083
Kolmogorov-Smirnov Z .685
Asymp. Sig. (2-tailed) .736
a. Test distribution is Normal.
Sumber: data sekunder diolah, 2017.
Dari tabel di atas, menunjukkan hasil ouput dari uji
normalitas yang dapat dilihat dari nilai Asymp. Sig. (2-tailed)
sebesar 0,736 lebih dari 0,05. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa
data dari penelitian ini berdistribusi secara normal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel independen. Adanya multikolinearitas
dapat dilihat pada Variance Inflation Factor (VIF) atau
nilaitollerance.
Nilai tollerance adalah besarnya kesalahan yang dibenarkan
secara statistik (ɑ ), sedangkan nilai Variance Inflation Factor
(VIF) adalah faktor inflasi penyimpangan baku kuadrat. Variabel
73
bebas mengalami multikolinearitas jika: ɑ hitung <ɑ dan VIF
hitung > VIF. Sedangkan variabel bebas tidak mengalami
multikolinearitas jika: ɑ hitung > ɑ dan VIF hitung < VIF. Nilai ɑ
adalah 5% atau 0,05 dan nilai VIF adalah 5.
Tabel 4.10 Hasil Uji VIF
Sumber: data sekunder diolah, 2017.
Hasil uji multikolinearitas pada tabel di atas menunjukkan
bahwa jika menggunakan tolerance = 0,05 dan VIF = 5. Dari
output nilai tolerance variabel independen (BOPO = 0,282, CAR =
0,843, NPF = 0,293, FDR = 0,715, NOM= 0,340) lebih dari 0,05.
Hasil output dari nilai VIF hitung (BOPO = 3,547, CAR = 1,187,
NPF = 3,411, FDR = 1,399, NOM= 2,938) juga kurang dari. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel
independen.
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 3.933 .886 4.439 .000
BOPO -.014 .006 -.242 -2.119 .039 .282 3.547
CAR -.081 .039 -.138 -2.087 .042 .843 1.187
NPF -.148 .057 -.287 -2.568 .013 .293 3.411
FDR -.002 .003 -.051 -.718 .476 .715 1.399
NOM .349 .094 .386 3.724 .000 .340 2.938
a. Dependent Variable:
ROA
74
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (Astuti,
2013: 57). Persaaman regresi yang baik adalah yang tidak memiliki
autokorelasi, jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut
menjadi tidak baik.
Run test adalah bagian dari uji statistik non parametrik yang
digunakan untuk menguji apakah antar residual ada korelasi yang
tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi, maka
dikatakan bahwa residual terjadi secara random atau tidak
sistematis (Ghozali, 2011:87).
Tabel 4.11 Uji Run Test
Runs Test
Unstandardiz
ed Residual
Test Valuea -.02971
Cases < Test Value 30
Cases >= Test
Value 30
Total Cases 60
Number of Runs 25
Z -1.562
Asymp. Sig. (2-
tailed) .118
a. Median
75
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskesdatisitas.
Jika tidak ada pola yang jelas (titik-titik menyebar) maka tidak
terjadi heteroskedastisitas(Astuti, 2014:66).
Uji dalam penelitian ini menggunakan uji scatter plot.
Suatu model dinyatakan tidak terjadi masalah heteroskedastisitas
apabila titik-titik menyebar dengan pola tidak jelas di atas atau di
bawah angka nol pada suatu sumbu Y (Priyatno, 2011: 288).
Gambar 4.2 Uji Scatterplot
Sumber: data sekunder diolah, 2017.
76
Pada gambar grafik scatter plot menunjukkan bahwa titik-
titik menyebar dan tidak membentuk pola tertentu dan titik tersebut
berada di atas dan bawah angka 0 pada sumbu Y. Maka dapat
disimpulkan penelitian ini tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.
Sedangkan untuk mengetahui nilai signifikansinya apakah
terjadi heteroskedastisitas atau tidak maka dilakukan uji park. Jika
signifikan korelasi nilai residual dengan masing-masing variabel
independen < 0.05 maka pada model regresi terjadi masalah
heteroskedastisitas. Hasil uji park sebagai berikut:
Tabel 4.12 Uji Park
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -5.556 8.060 -.689 .494
BOPO -.021 .058 -.088 -.357 .723
CAR .322 .351 .132 .917 .363
NPF .081 .523 .038 .154 .878
FDR -.024 .030 -.121 -.775 .442
NOM .303 .853 .080 .356 .724
a. Dependent Variable: Ln_Res1_kuadrat
Sumber: data sekunder diolah, 2017.
Berdasarkan tabel 4.12 hasil output di atas dijelaskan
bahwa untuk kelima variabel independen (BOPO = 0,723, CAR =
0,363, NPF = 0,878, FDR = 0,442, NOM= 0,724 ) bernilai
signifikan > 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi
77
tidak terdapat heteroskedastisitas. Hal ini konsisten dengan hasil
uji scatter plot.
3. Uji Ketepatan Model
a. Uji Determinasi (Adjusted R Square)
Koefisien determinasi (Adjusted R Square) adalah untuk
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan
variasi variabel terikat. (Kuncoro, 2009:240). Koefisien
determinasi menggambarkan bagian dari variasi total yang dapat
diterangkan oleh model. Semakin besar nilai R2 (mendekati 1),
maka ketepatanya dikatakan semakin baik. Koefisien determinasi
(R2) digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana variabel
bebas dapat menjelaskan variabel terikat (Suharjo, 2008:79).
Adjusted R Square dipilih untuk menggeneralisasikan R2
pada populasi, karena ada unsur estimasi populasi di dalamnya
(mengarah pada penelitian populasi). Adjusted R Square dapat
dilihat pada output SPSS dalam tabel model summary hasil output
koefisien determinasi (Adjusted R Square) adalah sebagai berikut:
Tabel 4.13 Hasil Uji Determinasi (Adjusted R Square)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .896a .802 .784 .26386
a. Predictors: (Constant), NOM, CAR, FDR, NPF, BOPO
b. Dependent Variable: ROA
Sumber : data sekunder diolah, 2017.
78
Pada tabel model summary diatas menunjukkan nilai
Adjusted R Square dalam penelitian ini adalah 0,784, yang berarti
bahwa variabel BOPO, CAR, NPF, FDR, dan NOM dapat
menjelaskan variabel ROA sebesar 78,4%. Sedangkan sisanya
21,6% dijelaskan oleh variabel lain di luar penelitian.
b. Uji F Statistik
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat (Kuncoro,
2013:239). Koefisien regresi diuji secara serentak dengan
menggunakan ANOVA, untuk mengetahui apakah keserempakan
tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap model. Uji
ini dilakukan untuk membandingkan pada nilai signifikansi (α =
5%) pada tingkat derajat 5%. (Setiawan dan Kusrini, 2010:63).
Uji F pada output SPSS ditunjukkan pada tabel ANOVA
sebagai berikut:
79
Tabel 4.14 Uji F
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 15.246 5 3.049 43.797 .000a
Residual 3.760 54 .070
Total 19.006 59
a. Predictors: (Constant), NOM, CAR, FDR, NPF, BOPO
b. Dependent Variable: ROA
Sumber : data sekunder diolah, 2017.
Berdasarkan tabel ANOVA di atas diperoleh nilai Fhitung
43,797 dan nilai Ftabel sebesar 2,38. Nilai probabilitas yang
ditunjukkan oleh nilai Sig sebesar 0,000 dan nilai alfa (α) 0,05
(5%). Sehingga Fhitung (43,797) > Ftabel (2,38) dan nilai Sig. (0,000)
< α (0,05), artinya secara statistik model regresi yang digunakan
sudah tepat.
4. Uji Regresi Linier Berganda
Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
besarnya pengaruh dari variabel-variabel independen terhadap variabel
dependen. Berikut ini adalah hasil regresi linier berganda variabel
independen Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO),
Capital Adequacy Ratio(CAR), Non Performing Financing (NPF),
Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Net Operating Margin (NOM).
terhadap Return on Asset (ROA)
80
Untuk menguji hipotesis penelitian ini digunakan alat analisis
regresi linear berganda, karena dalam modelnya terdapat lebih dari satu
variabel independen. Di bawah ini adalah hasil pengujian data dengan
menggunakan regresi linier berganda dengan bantuan program SPSS
versi 20.
Tabel 4.15 Hasil Analisis Regresi Linear
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 3.933 .886 4.439 .000
BOPO -.014 .006 -.242 -2.119 .039
CAR -.081 .039 -.138 -2.087 .042
NPF -.148 .057 -.287 -2.568 .013
FDR -.002 .003 -.051 -.718 .476
NOM .349 .094 .386 3.724 .000
a. Dependent Variable: ROA
Sumber : data sekunder diolah, 2017.
Dari hasil analisis regresi diatas diperoleh persamaan model regresi
sebagai berikut:
ROA = 3,933 – 0,014 BOPO – 0,081 CAR – 0,148 NPF – 0,002 FDR +
0,349 NOM + e
Persamaan regresi diatas dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Konstanta sebesar 3,933 menyatakan apabila seluruh variabel
independen yaitu BOPO, CAR, NPF, FDR dan NOM sama dengan nol
maka besarnya ROA sama dengan besarnya konstanta yaitu 3,933.
Artinya apabila variabel independen tidak mengalami perubahan maka
81
akan menaikkan atau menambah nilai ROA sebesar 3,933. Hal ini
menunjukkan akan terjadi kenaikkan ROA dalam Bank Umum Syariah
(BUS) apabila variabel BOPO, CAR, NPF, FDR dan NIM dianggap
konstan.
b. Koefisien regresi BOPO sebesar -0,014 menyatakan bahwa setiap
penambahan 1 satuan nilai BOPO maka akan menurunkan ROA
sebesar 0,014 satuan. Artinya apabila rasio BOPO pada Bank Umum
Syariah (BUS) meningkat 1 satuan, akan mengakibatkan rasio ROA
menurun sebesar 0,014 satuan, yang mengakibatkan turunnya efisiensi
kinerja bank Bank Umum Syariah (BUS) juga menurun.
c. Koefisien regresi CAR sebesar -0,081 menyatakan bahwa setiap
penambahan 1 satuan nilai CAR maka akan menurunkan ROA sebesar
0,081 satuan. Artinya apabila CAR meningkat 1 satuan, maka akan
menurunkan tingkat ROA pada Bank Umum Syariah (BUS) sebesar
0,081 satuan. Maka tingkat laba yang dihasilkan Bank Umum Syariah
(BUS) juga menurun.
d. Koefisien regresi NPF sebesar –0,148 menyatakan bahwa setiap
penambahan 1 satuan nilai NPF maka akan menurunkan ROA sebesar
0,148 satuan. Artinya apabila rasio NPF meningkat 1 satuan, maka
akan mengakibatkan rasio ROA Bank Umum Syariah (BUS) menurun
sebesar 0,148. Sehingga ketika tingkat NPF naik, menandakan jumlah
pembiayaan bermasalah juga meningkat, dan mengakibatkan
penurunan profitabilitas Bank Umum Syariah (BUS).
82
e. Koefisien regresi FDR sebesar –0,002 menyatakan bahwa setiap
penambahan 1 satuan nilai ROA maka akan menurunkan ROA sebesar
0,002 satuan. Artinya apabila rasio FDR meningkat 1 satuan, maka
akan mengakibatkan rasio ROA juga menurun sebesar 0,002. Maka
tingkat keuntungan yang dihasilkan Bank Umum Syariah (BUS) juga
menurun.
f. Koefisien regresi NOM sebesar 0,349 menyatakan bahwa setiap
penambahan 1 satuan nilai ROA maka akan menaikkan NOM sebesar
0,349 satuan. Artinya apabila rasio NOM meningkat 1 satuan, maka
akan mengakibatkan rasio ROA juga meningkat sebesar 0,349. Hal ini
menandakan bahwa rasio NOM berbanding lurus dengan rasio ROA.
Semakin tinggi pendapatan operasional, semakin tinggi pula tingkat
keuntungan yang dihasilkan Bank Umum Syariah.
5. Uji Hipotesis (Uji t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel penjelas secara individual dalam menerangkan
variasi variabel terikat. Uji t digunakan untuk menguji secara parsial
atau masing-masing variabel independen secara sendiri-sendiri
terhadap variabel dependen. Uji t dalam output data dapat dilihat pada
tabel Coefficient sebagai berikut:
83
Sumber : data sekunder diolah, 2017.
Berdasarkan tabel coefficients diatas dapat diperoleh hasil
sebagai berikut:
a. Nilai koefisien regresi parsial dari BOPO (X1) mempunyai nilai
thitung -(2,119) > ttabel (1,67303) dan nilai sig. (0,039) < α (0,05) maka
H1 diterima, sehingga variabel BOPO (X1) berpengaruh secara
signifikan terhadap ROA (Y).
b. Nilai koefisien regresi parsial dari CAR (X2) mempunyai nilai thitung
-(2,087) > ttabel (1,67303) dan nilai sig. (0,042) >α (0,05) maka H2
diolak, sehingga variabel CAR (X2) berpengaruh secara signifikan
terhadap ROA (Y).
c. Nilai koefisien regresi parsial dari NPF (X3) mempunyai nilai thitung -
(2,568) > ttabel (1,67303) dan nilai sig. (0,004) < α (0,05) maka H3
diterima, sehingga variabel NPF (X3) berpengaruh secara signifikan
terhadap ROA (Y).
Tabel 4.16 Uji T
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 3.933 .886 4.439 .000
BOPO -.014 .006 -.242 -2.119 .039
CAR -.081 .039 -.138 -2.087 .042
NPF -.148 .057 -.287 -2.568 .013
FDR -.002 .003 -.051 -.718 .476
NOM .349 .094 .386 3.724 .000
a. Dependent Variable: ROA
84
d. Nilai koefisien regresi parsial dari FDR (X4) mempunyai nilai thitung
-(-.718) < ttabel (1,67303) dan nilai sig. (0,476) > α (0,05) maka H4
ditolak, sehingga variabel FDR (X4) tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap ROA (Y).
e. Nilai koefisien regresi parsial dari NOM (X5) mempunyai nilai thitung
(3.724) > ttabel (1,67303) dan nilai sig. (0,000) < α (0,05) maka H5
diterima, sehingga variabel NOM (X5) berpengaruh secara
signifikan terhadap ROA (Y).
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan perhitungan statistik yang telah dilakukan, dapat dilihat
hasil uji hipotesis dari masing-masing variabel yang dijelaskan dalam tabel
berikut:
Tabel 4.17 Ringkasan Pengujian Hipotesis
No Hipotesis Hasil
1 BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA Diterima
2 CAR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA Ditolak
3 NPF berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA Diterima
4 FDR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA Ditolak
4 NOM berpengaruh positif signifikan terhadap ROA Diterima
Sumber: data sekunder diolah, 2017
Pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel
dependen dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengaruh BOPO terhadap ROA
Berdasarkan hasil penelitian variabel pengaruh variabel BOPO
terhadap ROA pada Bank Umum Syariah (BUS) dapat diketahui
bahwa, peningkatan atau penurunan nilai BOPO selama periode 2012-
85
2016 berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA pada Bank Umum
Syariah (BUS). Hal ini ditunjukkan nilai probabilitas sebesar (0,039) <
α (0,05) dan koefisiennya -0,014. Sehingga H1 diterima.
Hubungan negatif antara BOPO dan ROA dapat diartikan
bahwa semakin tinggi tingkat BOPO maka semakin rendah tingkat
ROA suatu bank. Rendahnya tingkat BOPO menunjukkan kemampuan
manajemen bank yang baik, dalam memenuhi biaya-biaya operasional
dengan menghasilkan laba yang optimal. Sehingga berdampak pada
ROA menjadi lebih baik.
Rata-rata BOPO Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia pada
periode tahun 2012–2016 yaitu sebesar 86,7814% dapat dikatakan
telah memenuhi kriteria ketetapan Bank Indonesia sebesar 96%. Rasio
BOPO menunjukkan bahwa manjemen bank umum telah mampu
mengoptimalkan kegiatan operasionalnya sehingga dapat mencapai
tingkat efisien.
Semakin kecil rasio BOPO menunjukkan semakin efisien bank
dalam menjalankan usaha pokoknya, terutama pembiayaan
berdasarkan jumlah dana yang berhasil dikumpulkan dari masyarakat
(Syarif: 2006, 61). Rendahnya BOPO mencerminkan kualitas
manajemen yang tinggi pada bank. Semakin rendah rasio ini semakin
bagus karena bank menghasilkan banyak pendapatan operasional dari
pengelolaan aktivanya sehingga dapat menekan biaya operasonal
(Cahyo, 2014).
86
Pencapaian tingkat efisiensi yang tinggi merupakan harapan
masing-masing bank, karena dengan tercapainya efisiensi berarti
manajemen telah berhasil mendayagunakan sumber daya yang dimiliki
secara efisien. Semakin kecil rasio BOPO menunjukkan semakin
efisiennya bank dalam menjalankan kegiatan usahanya, sehingga
kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang lebih akansemakin
tinggi.
Sedangkan semakin tinggi rasio BOPO maka semakin rendah
tingkat efisiensi dari bank tersebut, karena pendapatan operasional
semakin tidak bisa menutupi biaya-biaya operasionalnya. Tingginya
rasio BOPO menunjukkan bahwa bank belum mampu
mendayagunakan sumber daya yang dimiliki atau belum mampu
menjalankan kegiatan operasionalnya secara efisien, akan berakibat
turunnya pendapatan operasional atas aktiva produktif yang dapat
dilihat dari rasio ROA, sehingga profitabilitas bank juga menurun
(Hutagalung, Djumahir dan Ratnawati, 2013).
Hasil pengolahan data dalam penelitian ini didukung dengan
penelitian Margaretha dan Zai (2013) yang menunjukkan BOPO
berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas, peningkatan
profitabilitas atau penurunan profitabilitas dipengaruhi oleh naik
turunnya BOPO. Hal yang sama dikemukakan oleh Dewi, Nyoman,
dan Sulindawati (2015), yang menyatakan bahwa BOPO berpengaruh
negatif signifikan terhadap profitabilitas pada perbankan. Penelitian ini
87
juga didukung oleh Purwoko dan Bambang (2013) mengatakan rasio
BOPO mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas
suatu perbankan. Hal yang senada juga dikemukakan penelitian dari
Kartika dan Syaichu (2006) dan Mario, Tommy dan Saerang (2014)
mengatakan rasio BOPO mempunyai pengaruh negatif signifikan
terhadap profitabilitas pada perbankan. BOPO menunjukkan efisiensi
dari manajemen bank juga terbukti mempengaruhi ROA dalam bank
syariah secara negatif. Semakin tinggi beban operasional, maka akan
mempersempit spread.
2. Pengaruh CAR terhadap ROA
Berdasarkan hasil penelitian pengaruh variabel CAR terhadap
NOM pada Bank Umum Syariah (BUS) dapat diketahui bahwa,
peningkatan atau penurunan nilai CAR selama periode 2012-2016
berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA pada Bank Umum
Syariah (BUS). Hal ini ditunjukkan nilai probabilitas sebesar (0,042) <
α (0,05) dan koefisiennya -0,081. Sehingga H2 ditolsk.
Adanya peraturan dari bank sentral yaitu Bank Indonesia
mengenai CAR, yang menyatakan bahwa setiap bank umum harus
memenuhi kriteria rasio permodalan (CAR) minimal 8%. Keadaan ini,
mendorong bank umum untuk selalu menjaga rasio permodalannya
selalu terpenuhi. Dapat dilihat dari periode tahun 2012 sampai 2016
rasio CAR khususnya Bank Umum Syariah (BUS), memiliki rata-rata
88
sebesar 15,2513% dengan angka maksimal 20,23% dan angka minimal
12,12%.
Kondisi permodalan bank umum pada periode lima tahun
pengamatan (periode 2012-2016) sangat baik, dimana rata-rata CAR
jauh di atas standar minimal CAR bank yaitu 8%. Menurut Puspitasari
(2014) nilai CAR yang tinggi disebabkan karena bank cenderung
menyalurkan dananya ke sektor yang berisiko kecil, seperti
penempatan pada dana pada Bank Indonesia atau obligasi pemerintah.
Nilai CAR yang tinggi juga mengakibatkan banyak aktiva menjadi
tidak produktif, kesempatan untuk menyalurkan dana dalam bentuk
pembiayaan menurun, dan berdampak terhadap keuntungan sehingga
kinerja bank umum mengalami penurunan dalam menghasilkan
keuntungan.
Pemenuhan CAR minimal 8% hanya dimaksudkan oleh Bank
Indonesia untuk menyesuaikan kondisi dengan perbankan internasional
sesuai dengan Bank for International Settlement (BIS). Secara realitas
bisnis, bank yang profitable tidak harus dengan CAR 8% melainkan
dengan pemenuhan dasar utama yang harus dimiliki dalam
menjalankan kegiatan perbankan yaitu kepercayaan dari masyarakat
(Mawardi, 2005). Sehingga dapat disimpulkan bahwa kenaikan atau
penurunan CAR tidak berpengaruh terhadap besar kecilnya
keuntungan secara menyeluruh (ROA).
89
Hasi; penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian dari
Margaretha dan Zai (2013) an menyatakan CAR berpengaruh positif
signifikan. Namun hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian
yang telah dilakukan oleh Hutagulung, Djumahir dan Ratnawati (2013)
dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa CAR berpengaruh
negatif terhadap perubahan keuntungan karena kondisi yang
menjelaskan bahwa perbankan mengandalkan pinjaman sebagai
sumber pendapatan dan tidak menggunakan seluruh potensi modalnya
untuk meningkatkan profitabilitas bank (seperti misalnya
pengembangan produk dan jasa diluar pinjaman yang dapat
meningkatkan fee base income).
3. Pengaruh NPF terhadap ROA
Berdasarkan hasil penelitian variabel pengaruh variabel NPF
terhadap ROA pada Bank Umum Syariah (BUS) dapat diketahui
bahwa, peningkatan atau penurunan nilai NPF selama periode 2012-
2016 berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA pada Bank Umum
Syariah (BUS). Hal ini ditunjukkan nilai probabilitas sebesar (0,042)
<α (0,05) dan koefisiennya -0,148. Sehingga H3 diterima.
Kondisi perbankan di Indonesia pada periode 2012–2016
sebagian besar dana bank disalurkan dalam bentuk pinjaman/ fasilitas
pembiayaan. Tingginya pembiayaan macet akan menurunkan
pendapatan operasional bank, yang berdampak pada profitabilitas
bank. Rata-rata NPF Bank Umum Syariah (BUS) periode 2012–2016
90
sebesar 3,9323% (dibawah 5%). bank syariah dinilai cukup berhati-hati
dalam menjaga kualitas aktiva produktifnya tetap baik (NPF < 5).
Namun demikian untuk menurunkan risiko pembiayaan (NPF
yang tinggi), fee based income memiliki peranan yang penting.
Pendapatan yang tinggi dari pengelolaan aset (pendapatan non
pembiyaan) dapat menutupi kerugian yang timbul akibat risiko
pembiayaan (Hutagalung, Djumahir dan Ratnawati, 2013:128).
Pengaruh negatif yang ditunjukkan oleh NPF mengindikasikan
bahwa semakin tinggi pembiayaan macet dalam pengelolaan
pembiayaan bank yang ditunjukkan dalam NPF yang makin meningkat
maka akan menurunkan tingkat pendapatan bank yang salah satunya
tercermin melalui rasio ROA. NPF menunjukkan rasio pinjaman yang
bermasalah terhadap total pinjamannya. Hasil penelitian ini konsisten
dengan Margaretha dan Zai (2013) menyatakan bahwa rasio NPL
berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas perbankan. Hal
yang sama di tunjukan dari penelitian Eng (2013) yang menyatakan
rasio NPL berpengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan
profitabilitas suatu perbankan perbankan. Hal yang sama dikemukakan
oleh Dewi, Nyoman, dan Sulindawati (2015), yang menunjukkan
bahwa NPL berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas
perbankan. Penelitian ini didukung juga dari peneliti Didik dan
Bambang (2013) yang menyatakan bahwa NPL berpengaruh negatif
signifikan terhadap profitabilitas perbankan.
91
4. Pengaruh FDR terhadap ROA
Berdasarkan hasil penelitian pengaruh variabel FDR terhadap
ROA pada Bank Umum Syariah (BUS) dapat diketahui bahwa,
peningkatan atau penurunan nilai FDR selama periode 2012-2016 tidak
berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA pada Bank Umum
Syariah (BUS). Hal ini ditunjukkan nilai probabilitas sebesar (0,476) >
α (0,05) dan koefisiennya -0,002. Sehingga H2 ditolak.
Standar yang digunakan Bank Indonesia untuk rasio Financing
to Deposit Ratio (FDR) adalah 80% hingga 110%. Jika angka rasio
Financing to Deposit Ratio (FDR) suatu bank berada pada angka di
bawah 80% (misalkan 60%), maka dapat disimpulkan bahwa bank
tersebut hanya dapat menyalurkan sebesar 60% dari seluruh dana yang
berhasil dihimpun. Karena fungsi utama dari bank adalah sebagai
intermediasi (perantara) antara pihak yang kelebihan dana dengan
pihak yang kekurangan dana, maka dengan rasio Financing to Deposit
Ratio (FDR) 60% berarti 40% dari seluruh dana yang dihimpun tidak
tersalurkan kepada pihak yang membutuhkan, sehingga dapat
dikatakan bahwa bank tersebut tidak menjalankan fungsinya dengan
baik. Kemudian jika rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) bank
mencapai lebih dari 110%, berarti total pembiayaan yang diberikan
bank tersebut melebihi dana yang dihimpun. Oleh karena dana yang
dihimpun dari masyarakat sedikit, maka bank dalam hal ini juga dapat
92
dikatakan tidak menjalankan fungsinya sebagai pihak intermediasi
(perantara) dengan baik.
Rata-rata rasio FDR selama periode 2012-2016 menunjukkan
sebesar 100.6952% berada pada peringkat 4 (100%< LDR ≤ 120%)
yang artinya cukup tinggi. Semakin tinggi Financing to Deposit Ratio
(FDR) menunjukkan semakin riskan kondisi likuiditas bank, hal ini
sebagai akibat jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit
menjadi semakin besar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kenaikan
atau penurunan FDR tidak berpengaruh terhadap besar kecilnya
keuntungan secara menyeluruh (ROA).
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Hutagulung, Djumahir dan Ratnawati (2013) yang
menyatakan Hal ini menggambarkan bahwa kemampuan bank dalam
memenuhi kewajiban atas dana pihak ketiga sudah cukup baik namun
belum berjalan optimal. Semakin optimal tingkat likuiditas bank
tersebut, maka dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit
semakin besar. Namun demikian kualitas aktiva produktif dan
perolehan NIM terjaga dengan baik, dan perbankan melakukan
kegiatan secara efisien sehingga kinerja keuangan bank tetap terjaga
dengan baik. Sehingga LDR tidak signifikan terhadap ROA.
93
5. Pengaruh NOM terhadap ROA
Berdasarkan hasil penelitian variabel pengaruh variabel NOM
terhadap ROA pada Bank Umum Syariah dapat diketahui bahwa,
peningkatan atau penurunan nilai ROA selama periode 2012-2016
berpengaruh signifikan positif terhadap NOM pada Bank Umum
Syariah (BUS). Hal ini ditunjukkan nilai probabilitas sebesar (0,012) <
α (0,05) dan koefisiennya 0,349. Sehingga H5 diterima.
Profitabilitas dapat dikatakan sebagai salah satu indikator yang
paling tepat untuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dapat menjadi tolak ukur kinerja
perusahaan tersebut. Semakin tinggi profitabilitasnya, semakin baik
kinerja keuangan perusahaan. Rasio yang biasa digunakan untuk
mengukur kinerja profitabilitas (Sholikhah dan Sriyana, 2015: 4)
Hasil penelitian dari Mario dkk (2014), yang menyatakan
bahwa NIM/NOM berpengaruh signifikan positif terhadap ROA pada
bank syariah, berarti kemampuan manajemen bank dalam
menghasilkan bunga bersih berpengaruh terhadap tingkat pendapatan
bank akan total assetnya.
Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian dari Eng (2013)
yang menyatakan bahwa NIM/NOM berpengaruh signifikan positif
terhadap ROA pada Bank Syariah. Margaretha dan Zai (2013)
menjelaskan bahwa setiap peningkatan NIM/NOM akan
mengakibatkan peningkatan ROA. Net Interest Margin yang
94
menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva
produktif untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih semakin besar
maka akan meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang
dikelola bank, sehingga semakin besar Net Interest Margin
menunjukkan semakin besar efektif bank dalam penempatan aktiva
perusahaan dalam bentuk kredit, sehingga Return on Asset yang
diperoleh bank tersebut. Kinerja bank semakin membaik dan
meningkat .
95
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan data yang telah
diuraikan pada bab sebelumnya tentang BOPO, CAR, NPF, FDR dan
NOM terhadap ROA pada Bank Umum Syariah (BUS) dari bulan Januari
2012 sampai dengan bulan Desember 2016, maka penulis dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Variabel BOPO mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap
return on assets Bank Umum Syariah. Hasil dari uji t-Test mempunyai
nilai thitung -2,119 dan nilai sig. 0,039. Sehingga setiap peningkatan
BOPO mengakibatkan menurunnya ROA. Hal ini disebabkan karena
tingkat efisiensi bank dalam menjalankan operasinya berpengaruh
terhadap pendapatan yang dihasilkan oleh bank tersebut.
2. Variabel CAR mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap return
on assets Bank Umum Syariah. Hasil dari uji t-Test mempunyai nilai
thitung -2,087 dan nilai sig. 0,042. Sehingga setiap peningkatan CAR
mengakibatkan menurunnya ROA. Hal ini disebabkan karena modal
dengan jumlah besar yang dimiliki perbankan dan tidak dikelola secara
efektif serta tidak ditempatkan pada investasi-investasi yang
menghasilkan keuntungan akan mampu memberikan kontribusi bagi
tingkat profitabilitas perbankan menurun.
97
96
3. Variabel NPF mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap return
on assets Bank Umum Syariah. Hal dari uji t-Test menunjukkan nilai
thitung -2,568 dan nilai sig. 0,013. Sehingga setiap peningkatan variabel
NPF akan menurunkan ROA. Tingginya pembiayaan macet akan
menurunkan pendapatan operasional bank, yang berdampak pada
profitabilitas bank.
4. Variabel FDR mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap return on assets Bank Umum Syariah. Hal dari uji t-Test
menunjukkan nilai thitung -0,718 dan nilai sig. 0,476. Hal ini disebabkan
kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban atas dana pihak ketiga
sudah cukup baik namun belum berjalan optimal. Semakin optimal
tingkat likuiditas bank tersebut, maka dana pihak ketiga yang
disalurkan dalam bentuk pembiayaan semakin besar. Namun demikian
kualitas aktiva produktif dan perolehan NIM terjaga dengan baik, dan
perbankan melakukan kegiatan secara efisien sehingga kinerja
keuangan bank tetap terjaga dengan baik. Sehinga tidak mampu
memberikan kontribusi bagi tingkat profitabilitas Bank Umum
Syariah.
5. Variabel NOM mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap return
on assets Bank Umum Syariah. Hasil dari uji t-Test menunjukkan nilai
thitung 3,724 dan nilai sig. 0,000. Sehingga setiap peningkatan variabel
NOM akan meningkatkan ROA juga karena laba bersih dari aktiva
produktif berdampak pada profitabilitas bank.
97
B. Saran
Peneliti menyarankan beberapa hal terkait dengan penelitian ini,
dimana dalam penelitian ini yang masih memiliki banyak kelemahan
dalam hasil penelitian dan pembahasanya, antara lain:
1. Bank syariah harus tetap meningkatkan Return on Asset agar dapat
meningkatkan laba operasional dengan memanfaatkan aktiva yang
dimilikinya, sehingga profiabilitas bank syariah semakin tinggi.
Bank diharapkan lebih mengoptimalkan aktiva yang dimiliki
dengan menyalurkan ke berbagai pembiayaan yang menghasilkan
margin bagi hasil yang tinggi.
2. Produktifitas pembiayaan yang tinggi, juga memberi dampak bagi
jumlah pembiayaan yang non performing. Jadi bank syariah harus
bisa mengantisipasi dengan mitigasi yang tepat sebagai wujud
pelaksanaan manajemen risiko.
3. Tinggi rendahnya laba operasional bank dari pembiayaan memberi
pengaruh bagi pengelolaan biaya operasional. Rasio BOPO adalah
salah satu ukuran efisiensi, yang dihitung dari biaya operasional
dan pendapatan operasional. Sehingga bank syariah harus
meminimalkan rasio BOPO agar operasional bank syariah lebih
efisien dan tingkat rentabilitas lebih optimal.
4. Dari segi rentabilitas, bank syariah juga harus memperhatikan rasio
NOM. NOM adalah refleksi dari tingkat profitabilitas yang dicapai
oleh suatu bank dalam periode waktu tertentu. Dengan demikian,
98
peningkatan target NOM yang akan dicapai dalam waktu tertentu
akan berdampak pada peningkatan ROA pada bank syariah,
sebagai upaya yang dilakukan oleh manajemen bank.
5. Ketika bank syariah ingin mendapatkan keuntungan yang tinggi,
maka harus ada kapasitas permodalan bank untuk mengantisipasi
adanya risiko yang terjadi. CAR tersebut mengindikasikan tingkat
ketahanan risiko yang masih cukup memadai, mengingat masih
melebihi standar sebesar 8%.
6. Ketika bank syariah ingin mendapatkan keuntungan yang tinggi
hendaknya bank menyalurkan dana yang dihimpun kepada pihak
yang membutuhkan, sehingga dapat dikatakan bahwa bank tersebut
menjalankan fungsinya dengan baik.
7. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti pengaruh
semua rasio kesehatan bank terhadap ROA. Selain itu, diharapkan
peneliti selanjutnya dapat menggunakan laporan keuangan yang
sudah diaudit sebagai sumber datanya, serta dapat memperluas
jumlah sampel penelitian.
99
Daftar Pustaka
Dendawijaya, L. 2009. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Ghozali, I. 2011. Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19 (Ed. Ke-5).
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hasibuan, M. 2001. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: Bumi Aksara.
Rivai, V. 2010. Islamic Banking and Finance. Cetakan Pertama. Yogyakarta:
BPFEE.
Almadany, K. 2012. Pengaruh LDR, BOPO, NIM terhadap Profitabilitas
Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI. Jurnal Riset Akuntansi dan
Bisnis Volume.= 12, (2).
Christiano, M., dkk. 2014. Analisa Rasio-rasio Keuangan untuk Mengukur
Profitabilitas pada Bank-bank Swasta yang Go-Public di BEI. Jurnal
EMBA Volume 2, (4).
Dewi, K,. Dkk. 2014. Pengaruh CAR, LDR dan BOPO terhadap ROA pada Bank
Umum yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2012. E-
Journal S1 Ak. Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi
Program S1 Volume 2, (1).
Dewi, L. E., dkk. 2015. Analisis Pengaruh NIM, BOPO, LDR, dan NPL terhadap
Profitabilitas (Bank Umum Swasta Nasional yang terdaftar pada Bursa
Efek Indonesia periode 2009-2013). E- Journal S1 Ak. Universitas
Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 Volume 3, (1).
100
Eng, T. S. 2013. Pengaruh NIM, BOPO, LDR, NPL & CAR Terhadap ROA Bank
Internasional dan Nasional Go Public Periode 2007-2011. Jurnal
Dinamika Manajemen Volume 1 (3).
Fadjar, A., dkk. 2013. Analisis Faktor Internal dan Eksternal Bank yang
Mempengaruhi Profitabilitas Bank Umum Indonesia. Jurnal of
Management and Business Review Volume 10, (1).
Hutagalung, E. N., dkk. 2013. Analisis Rasio Keuangan terhadap Kinerja Bank
Umum di Indonesia. Jurnal Aplikasi Manajemen, Volume 11, (1).
Margaretha, F dan Zai, M. P. 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Keuangan Perbankan. Indonesia Jurnal Bisnis dan Akuntansi Volume 15,
(2).
Mawardi, W. 2005. Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Bank
Umum di Indonesia (studi kasus pada bank umum dengan total aset kurang
dari 1 triliun). Jurnal Bisnis Strategi volume 14 (1).
Nuraini. 2013. Pengaruh CAR, NIM, LDR, NPL, BOPO dan Kualitas Aktiva
Produktif Terhadap Perubahan Laba (ROA) Studi Empiris pada
Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI. Jurnal Dinamika Akuntansi
Keuangan dan Perbankan Volume. 2, (1).
Purwoko dan Sudiyatno. 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Bank
(Studi Empirik pada Industri Perbankan di BEI). Jurnal Bisnis dan
Ekonomi (JBE) Volume 20, (1).
Sudarwantoro, Y. 2009. Analisis Pengaruh Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga,
Capital Adequacy Ratio, Net Interest Margin, dan Non Performing Loan
101
Terhadap Return On Assets pada Bank yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2007-2012. Jurnal 1201090029 mbti 2009 Telkom
University.
Sudiyatno, B dan Fatmawati, A. 2013. Pengaruh Resiko Kredit dan Efisiensi
Operasional Terhadap Kinerja Bank (Studi Empirik pada Bank yang
Terdafdar di BEI). E- Journal Organisasi Manajemen Volume 9, (1).
Sugiyono. 2009. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Sukarno, K. W dan Syaichu, M. 2006. Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi
Kinerja Bank Umum di Indonesia. E- Journal studi Manajemen&
Organisasi Volume 3, (2).
Zulifiah, F., dan Susilowibowo, J. (2014). Pengaruh inflasi, Bi Rate, Capital
Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Finance (NPF), Biaya
Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap profitabilitas
Bank Umum Syariah Periode 2008-2012. Jurnal Ilmu Manajemen, Volume
2 Nomor 3 Juli 2014, hal. 759-770.
Bank Indonesia. 2007. Lampiran surat edaran no. 9/24/DPbS perihal sistem
penilaian tingkat kesehatan bank umum berdasarkan prinsip syariah.
Jakarta: Bank Indonesia.
Bank Indonesia. 2014. Statistik Perbankan Syariah.
(Online),(http://www.bi.go.id/id/statistik/perbankan/syariah/Pages/sps_121
4.asp)
Laporan Perkembangan Keuangan Syariah tahun 2013. www.ojk.go.id.
102
Peraturan Bank Indonesia nomor 14/15/PBI/2012 tentang Penilaian kualitas aset
bank umum.
Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/73/INTERN 24 Desember 2004
No. 9/24/DPBS tahun 2007
No. 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001
Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/SEOJK.03/2014
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
Data BOPO, CAR, NPF, FDR, NOM dan ROA Bank Umum Syariah (dalam
persen)
No Waktu BOPO CAR NPF FDR NOM ROA
1 Jan-12 92.09 16.27 2.68 87.27 1.72 0.57
2 Feb-12 82.71 15.91 2.82 90.49 1.36 1.37
3 Mar-12 79.86 15.33 2.76 87.13 1.63 1.67
4 Apr-12 80.67 14.97 2.85 95.39 1.37 1.78
5 Mei-12 78.59 13.40 2.93 97.95 1.54 1.7
6 Jun-12 77.77 16.12 2.88 98.59 1.83 1.79
7 Jul-12 77.18 16.12 2.92 99.91 1.68 1.85
8 Agu-12 76.91 13.63 2.78 101.03 1.44 1.88
9 Sep-12 76.48 14.98 2.74 102.10 2.08 2.13
10 Okt-12 76.26 14.54 2.58 100.84 1.73 1.92
11 Nop-12 76.21 14.60 2.5 101.19 1.53 1.94
12 Des-12 76.35 14.14 2.26 100.00 2.04 1.94
13 Jan-13 76.60 15.29 2.49 100.63 2.34 2.14
14 Feb-13 76.86 15.20 2.72 102.17 2.22 1.92
15 Mar-13 81.64 14.30 2.75 102.62 2.29 1.95
16 Apr-13 76.32 14.72 2.85 103.08 2.25 1.94
17 Mei-13 81.50 14.28 2.92 102.08 2.02 1.58
18 Jun-13 79.86 14.32 2.64 104.43 2.05 1.65
19 Jul-13 75.68 15.28 2.75 104.83 2.23 1.57
20 Agu-13 83.30 14.71 3.01 102.53 1.77 1.54
21 Sep-13 81.52 14.19 2.80 103.27 1.46 1.43
22 Okt-13 84.11 12.45 2.96 103.03 1.55 1.48
23 Nop-13 83.88 12.23 3.08 102.58 1.49 1.43
24 Des-13 82.16 14.42 2.62 100.32 1.82 1.58
25 Jan-14 89.25 16.76 3.07 100.07 1.45 1.01
26 Feb-14 89.22 16.71 3.53 102.03 0.87 1.00
27 Mar-14 90.91 16.20 3.21 102.22 1.38 1.3
28 Apr-14 84.50 16.68 3.48 95.50 1.45 1.09
29 Mei-14 76.49 16.85 4.02 99.43 1.54 0.82
30 Jun-14 70.82 16.21 3.9 100.80 1.64 0.76
31 Jul-14 94.56 14.76 4.3 99.89 0.85 0.69
32 Agu-14 95.80 14.73 4.58 98.99 0.68 0.55
33 Sep-14 95.74 14.60 4.67 99.71 0.68 0.53
34 Okt-14 97.37 15.25 4.75 98.99 0.43 0.56
35 Nop-14 96.34 15.66 4.86 94.62 0.62 0.49
36 Des-14 96.97 15.74 4.33 91.50 0.52 0.41
37 Jan-15 94.80 14.16 4.87 123.50 0.97 0.88
38 Feb-15 94.23 14.38 5.1 124.75 0.86 0.78
39 Mar-15 95.98 14.43 4.81 125.60 0.75 0.69
40 Apr-15 96.69 14.50 4.62 126.67 0.68 0.62
41 Mei-15 96.51 14.37 4.76 129.63 0.69 0.63
42 Jun-15 96.98 14.09 4.73 135.68 0.55 0.5
43 Jul-15 97.08 14.62 4.73 132.47 0.53 0.5
44 Agu-15 97.3 15.05 4.73 130.28 0.48 0.46
45 Sep-15 96.94 15.15 4.73 129.01 0.52 0.49
46 Okt-15 96.71 14.96 4.73 127.21 0.55 0.51
47 Nov-15 96.74 15.31 5.13 125.64 0.57 0.52
48 Des-15 97.01 15.02 4.84 120.06 0.52 0.49
49 Jan-16 95.28 15.11 5.46 105.65 0.52 1.01
50 Feb-16 94.49 15.44 5.59 103,16 0.52 0.81
51 Mar-16 94.40 14.90 5.35 78.32 1.20 0.88
52 Apr-16 94.71 15.43 5.48 102.04 0.94 0.80
53 Mei-16 99.04 14.78 6.17 97.07 1.00 0.16
54 Jun-16 95.51 14.72 5.68 99.60 0.78 0.73
55 Jul-16 96.15 14.86 5.32 98.69 0.69 0.63
56 Agu-16 96.96 14.87 5.55 96.64 0.53 0.48
57 Sep-16 96.27 15.43 4.67 97.65 0.65 0.59
58 Okt-16 97.21 15.27 4.80 97.71 0.50 0.46
59 Nov-16 95.91 15.78 4.68 96.60 0.74 0.67
60 Des-16 96.23 15.95 4.42 96.70 0.68 0.63
Sumber: www.bi.go.id
Lampiran 2 Uji Stationer
BOPO
Null Hypothesis: BOPO has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.416001 0.0000
Test critical values: 1% level -3.560019
5% level -2.917650
10% level -2.596689 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
CAR
Null Hypothesis: CAR has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.336590 0.0180
Test critical values: 1% level -3.557472
5% level -2.916566
10% level -2.596116 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
NPF
Null Hypothesis: NPF has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.674987 0.0004
Test critical values: 1% level -3.557472
5% level -2.916566
10% level -2.596116 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
FDR
Null Hypothesis: FDR has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.300327 0.0197
Test critical values: 1% level -3.557472
5% level -2.916566
10% level -2.596116 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
NOM
Null Hypothesis: NIM_13_94 has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=3) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.257571 0.0330
Test critical values: 1% level -3.857386
5% level -3.040391
10% level -2.660551 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
ROA
Null Hypothesis: ROA has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.880330 0.0000
Test critical values: 1% level -3.557472
5% level -2.916566
10% level -2.596116 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Lampiran 3 Uji Normalitas
Uji Normalitas P-P Plot
Uji Kolmogrov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 60
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .25243280
Most Extreme Differences Absolute .088
Positive .088
Negative -.083
Kolmogorov-Smirnov Z .685
Asymp. Sig. (2-tailed) .736
a. Test distribution is Normal.
Lampiran 4 Uji Multikolinearitas
Uji VIF
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 3.933 .886 4.439 .000
BOPO -.014 .006 -.242 -2.119 .039 .282 3.547
CAR -.081 .039 -.138 -2.087 .042 .843 1.187
NPF -.148 .057 -.287 -2.568 .013 .293 3.411
FDR -.002 .003 -.051 -.718 .476 .715 1.399
NOM .349 .094 .386 3.724 .000 .340 2.938
a. Dependent Variable: ROA
Lampiran 5 Uji Autokolerasi
Uji Run Test
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea -.02971
Cases < Test Value 30
Cases >= Test Value 30
Total Cases 60
Number of Runs 25
Z -1.562
Asymp. Sig. (2-tailed) .118
a. Median
Lampiran 6 Uji Heteroskedastisitas
Uji Scatter Plot
Uji Park
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -5.556 8.060 -.689 .494
BOPO -.021 .058 -.088 -.357 .723
CAR .322 .351 .132 .917 .363
NPF .081 .523 .038 .154 .878
FDR -.024 .030 -.121 -.775 .442
NOM .303 .853 .080 .356 .724
a. Dependent Variable: Ln_Res1_kuadrat
Lampiran 7 Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 NOM, CAR,
FDR, NPF,
BOPOa
. Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: ROA
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .896a .802 .784 .26386
a. Predictors: (Constant), NOM, CAR, FDR, NPF, BOPO
Model Summaryb
Model
Change Statistics
Durbin-Watson
R Square
Change F Change df1 df2 Sig. F Change
1 .802a 43.797 5 54 .000 1.568
a. Predictors: (Constant), NOM, CAR, FDR, NPF, BOPO
b. Dependent Variable: ROA
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 15.246 5 3.049 43.797 .000a
Residual 3.760 54 .070
Total 19.006 59
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 15.246 5 3.049 43.797 .000a
Residual 3.760 54 .070
Total 19.006 59
a. Predictors: (Constant), NOM, CAR, FDR, NPF, BOPO
b. Dependent Variable: ROA
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 3.933 .886 4.439 .000
BOPO -.014- .006 -.242- -2.119- .039
CAR -.081- .039 -.138- -2.087- .042
NPF -.148- .057 -.287- -2.568- .013
FDR -.002- .003 -.051- -.718- .476
NOM .349 .094 .386 3.724 .000
a. Dependent Variable: ROA
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
ROA 60 .16 2.14 1.0813 .57404
BOPO 60 70.82 99.04 88.3602 8.69362
CAR 60 12.23 16.85 15.0022 .91696
NPF 60 2.26 6.17 3.9323 1.10374
FDR 60 78.32 135.68 104.6230 12.53585
NOM 60 .43 2.34 1.1995 .59814
Valid N
(listwise) 60
Lampiran 8
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Nike Nurvarida
TTL : Boyolali, 23 Desember 1993
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat : Karangmojo RT 12 RW 03, Klego, Boyolali
No Hp : 081548430227
Email : [email protected]
Pendidikan Formal
Tahun 2000 TK Pertiwi Karangmojo
Tahun 2001-2006 SDN Karangmojo
Tahun 2006-2009 SMP N 1 Andong
Tahun 2009-2012 SMA N 1 Andong
Tahun 2013 IAIN Salatiga