pengaruh npf, fdr, profitabilitas dan jumlah...
TRANSCRIPT
PENGARUH NPF, FDR, PROFITABILITAS DAN JUMLAH PEMBIAYAAN
TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA PADA PERBANKAN SYARIAH
DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah
(S.E.Sy)
Oleh:
ASSY SHELLA
NIM : 1111046100091
Di Bawah Bimbingan:
Pembimbing I Pembimbing II
Supriyono S.E., M.M. Dra. Hj. Nuriyah Thahir, M.M.
NIP : 19650550 620021 2 002
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
i
ABSTRACT
Assy Shella. 1111046100091. Pengaruh NPF, FDR, Profitabilitas dan Jumlah
Pembiayaan terhadap Praktik Perataan Laba pada Perbankan Syariah di Indonesia.
Muamalat, Sharia and Law, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015, 97 pages.
Many researches in financial area had paid much attention about income
smoothing. These matters could be occurred because income is one of important’s
parameters that can show company’s performance. Income smoothing behavior exists
because there was conflict between they are who has interest with company’s
financial information especially earnings information.
The study sample were listed in Bank Indonesia. The data using are quarter
and month time series data from 2011-2013. The data published by Otoritas Jasa
Keuangan in Islamic Banking quarterly and monthly financial reports. The method of
analysis used in this study is Logistic Regression. This research is using Eckel Index
to determine company with income smoothing or not.
The result indicate that independent variable Non Performing Financing
(NPF), Financing Deposit Ratio (FDR), Profitability (Net Operation Margin), and
Total Financing concluded were variable silmutaneous or have influence together
income smoothing on Islamic Banking in Indonesia. The result of this based on
partially test, Profitability (Net Operation Margin) have positive significant influence
to income smoothing.
Keyword : NPF, FDR, Profitability, Total Financing, Income Smoothing, Ickel Index
Dosen Pembimbing : - Supriono, S.E, M.M
- Dra. Nuriyah Thahir, M.M
Daftar Pustaka : Tahun 1997 – 2011
ii
ABSTRAK
Assy Shella. 1111046100091. Pengaruh NPF, FDR, Profitabilitas dan Jumlah
Pembiayaan terhadap Praktik Perataan Laba pada Perbankan Syariah di Indonesia.
Muamalat, Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015, 97 halaman.
Masalah perataan laba merupakan salah satu masalah yang menarik perhatian
banyak peneliti dibidang keuangan. Hal ini disebabkan laba merupakan salah satu
parameter untuk mengetahui kinerja suatu perusahaan. Praktik perataan laba
merupakan suatu perilaku yang timbul karena adanya konflik antara mereka yang
berkepentingan dengan laporan keuangan perusahaan terutama laporan pendapatan.
Sampel dalam penelitian ini adalah sudah terdaftar pada Bank Indonesia. Data
yang digunakan adalah data triwulan dan bulanan dari waktu ke waktu dari tahun
2011-2013 yang telah dipublikasikan oleh Otoritas Jasa Keuangan di bank syariah
pada laporan keuangan triwulan dan bulanan. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah regresi logistik. Penelitian ini menggunakan indeks eckel untuk
mengetahui apakah suatu perusahaan melakukan perataan laba atau tidak.
Hasilnya menunjukan bahwa variabel independen NPF, FDR, Profitabilitas
dan Jumlah Pembiayaan berpengaruh secara simultan atau secara bersama-sama
mempengaruhi praktik perataan laba pada bank syariah di Indonesia. Hasil test diliat
secara parsial menunjukan bahwa profitabilitas (NOM) mempunyai pengaruh yang
positif signifikan.
Kata Kunci : NPF, FDR, Profitabilitas, Jumlah Pembiayaan, Perataan Laba, Indeks
eckel.
Dosen Pembimbing : - Supriono, S.E, M.M
- Dra. Nuriyah Thahir, M.M
Daftar Pustaka : Tahun 1997 – 2011
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis khususnya dan seluruh umat
manusia pada umumnya. Shalawat serta salam penulis curahkan kepada nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan manusia dari jalan kegelapan ke jalan
terang benderang.
Penulisan skripsi ini berjudul “Pengaruh NPF, FDR, NOM dan Jumlah
Pembiayaan terhadap Praktik Perataan Laba pada Perbankan Syariah di Indonesia”,
ditujukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi strata 1 (S-1) dan
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) di Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kebahagiaan yang tak ternilai bagi penulis,
sehingga dapat mempersembahkan skripsi ini untuk orang-orang yang penulis
sayangi dan semua pihak yang terkait yang telah membantu dalam penulisan skripsi
ini.
Tanpa penulis lupakan bahwa keberhasilan penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini adalah atas berkat bimbingan, dukungan, dan saran-saran dari berbagai
pihak. Tanpa partisipasi mereka, upaya penulis dalam menyelesaikan studi di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta terutama dalam menyelesaikan skripsi ini tentu akan
terasa lebih sulit terwujud. Oleh karena itu tidak berlebihan jika dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih yang terhormat:
iv
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA Selaku Dekan Fakaultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH, selaku ketua program studi
Muamalat dan Bapak H. Abdurrauf, Lc, MA, selaku sekretaris program studi
Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Supriono, S.E., M.M. selaku dosen pembimbing pertama saya yang tiada
hentinya membimbing, meluangkan waktu demi terselesaikannya skripsi ini.
4. Ibu Dra. Nuriyah Thahir, M.M. selaku dosen pembimbing kedua saya yang tiada
hentinya membimbing, meluangkan waktu demi terselesaikannya skripsi ini.
5. Ayah Ibu tercinta Abdul Manaf dan Tuty Herawati yang tidak henti-hentinya
memberikan doa, dan dukungan agar terselesaikannya skripsi ini. Terima kasih
untuk kesabaran, nasehat dan curahan kasih sayang yang selalu diberikan kepada
penulis.
6. Sahabat-sahabat kesayangan, yang selalu bersama dari semester 1 sampai
akhirnya menyelesaikan skripsi ini, terimakasi untuk Chea, Hanni, Ega, Wulan,
Vita dan Tisa atas kesetiaannya, waktunya, tawanya, candanya, kegilaannya, yang
selalu mengisi hari-hari penulis selama masa kuliah. Semoga persahabatan kita
terus berlanjut sampai tua nanti.
7. Nenek Iyah, yang selalu berdoa untuk cucu-cucunya hingga bisa melangkah
sejauh ini berkat doa nenek akhirnya cucunya bisa menyelesaikan skripsi ini.
v
8. Bayu Prasetyo, yang selalu memberikan doa, support dan dukungan tiada henti
dan selalu menamani hingga pembuatan skripsi ini selesai. Terimakasih telah
menjadi pundak tempat berkeluh kesah.
9. Teman-teman seperjuangan Perbankan Syariah kelas C angkatan 2011, terutama
yang sering sharing menegenai skripsi yaitu Dody Frans dan Andy Azhari,
terimakasih buat segala kekompakan, kebersamaannya. Semoga kita semua bisa
mewujudkan impian masing-masing yaaaa.
Ciputat, 27 Juli 2015
Penulis
vi
LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA ILMIAH
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 27 Juli 2015
Assy Shella
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................................... ii
ABSTRAK ...................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................. 9
C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ........................ 10
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 11
E. Review Studi Terdahulu ........................................................... 13
F. Kerangka Pemikiran Penelitian ................................................ 15
G. Perumusan Hipotesis ................................................................ 19
H. Sistematika Penulisan ............................................................... 20
viii
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 22
A. Pengertian Bank Syariah .......................................................... 22
B. Laporan Keuangan Bank Syariah ............................................. 23
C. Laba .......................................................................................... 31
D. Manajemen Laba ...................................................................... 32
E. Teori Keagenan (Agency Theory) ............................................. 38
F. Asimetri Informasi.................................................................... 40
G. Perataan Laba (Income Smoothing) .......................................... 41
H. NPF ........................................................................................... 44
I. FDR .......................................................................................... 47
J. NOM ......................................................................................... 50
K. Jumlah Pembiayaan (Total Financing) ................................... 52
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 54
A. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................... 54
B. Metode Penentuan Sampel ........................................................ 54
C. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data......................................... 55
D. Definisi Variabel Operasional .................................................. 55
E. Teknik Analisis Data ................................................................. 57
1. Metode Analisis Data ............................................................ 60
2. Pengujian Hopotesis .............................................................. 62
a. Model Summary .............................................................. 63
ix
b. Pengujian Hipotesis Secara Simultan .............................. 63
c. Pengujian Hipotesis Secara Parsial .................................. 64
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 67
A. Perhitungan Indeks Eckel ......................................................... 67
B. Analisis Statistik Deskriptif ...................................................... 68
C. Statistika Inferensial ................................................................. 71
1. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit) ................ 71
2. Menilai Kelayakan Model Regresi ....................................... 73
3. Model Summary (Koefisien Determinasi) ........................... 74
D. Pengujian Hipotesis .................................................................... 75
1. Pengujian Hipotesis Secara Simultan ..................................... 76
2. Pengujian Hipotesis Secara Parsial ........................................ 77
E. Interpretasi dan Pembahasan ....................................................... 80
F. Implikasi Penelitian .................................................................... 82
BAB V PENUTUP ...................................................................................... 85
A. Kesimpulan ................................................................................ 85
B. Keterbatasan Penelitian ............................................................. 86
C. Saran .......................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 88
LAMPIRAN .................................................................................................... 91
x
DAFTAR TABEL
No Keterangan Halaman
1.1 Tabel Perkembangan NPF, FDR, NOM dan Jumlah Pembiayaan 7
2.1 Tabel Perbedaan Bank Konvensioanl dan Bank Syariah 22
2.2 Tabel Kategori NPF berdasarkan kemampuan bayar nasabah 46
2.3 Tabel Matriks Komponen Kriteria Peringkat Komponen NOM 52
4.1 Tabel Desciptive Statistics 68
4.2 Tabel Overall Model Fit 72
4.3 Tabel Hosmer and Lemeshow Test 73
4.4 Tabel Model Summary 74
4.5 Tabel Omnibus Test of Model Coefficients 76
4.6 Tabel Variabel in The Equation 77
xi
DAFTAR LAMPIRAN
No Keterangan Halaman
1 Lampiran Hasil Tabulasi Indeks Eckel 92
2 Data NPF 93
3 Data FDR ....................................................................................... 93
4 Data NOM ...................................................................................... 93
5 Data Jumlah Pembiayaan ............................................................. 93
6 Data Status Perataan Laba Bank Syariah .................................... 93
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam era globalisasi dan modern saat ini, kehidupan manusia tidak
terlepaskan dari peran jasa keuangan dan perbankan. Lembaga perbankan
merupakan unsur pokok dari sistem pembayaran yang akan disalurkan ke
masyarakat untuk suatu kegiatan-kegiatan produktif sehingga pertumbuhan
ekonomi dapat terwujud. Oleh karena itu berdirilah lembaga perbankan untuk
memenuhi kegiatan produktif masyarakat. Di Indonesia sendiri telah
mengeluarkan Undang-Undang Republika Nomer 10 tahun 1998 yang mengatur
tentang perbankan. Pada krisis tahun 1998 bank syariah terbukti dapat bertahan
dari krisis tersebut dibandingkan dengan bank konvensional. Sejak saat itu bank
syariah mulai bermunculan di Indonesia.
Semakin pesatnya pertumbuhan perbankan nasional menjadikan suatu
ketentuan bagi pelaporan keuangan perbankan syariah tidak bisa ditunda lagi
karena hal itu merupakan keharusan untuk membangun sistem perbankan yang
sehat. Sistem perbankan yang sehat membutuhkan ketersediaan laporan keuangan
perbankan yang berkualitas dengan tingkat transparansi yang memadai sebagai
bagian penting dari good governance.1 Hal ini tentu berlaku juga pada perbankan
1 Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia (Jakarta : Salemba Empat,
2009), h.101.
2
syariah sebagai bagian dari sistem perbankan nasional yang memegang peran
strategis dalam memobilisasi sumber-sumber keuangan masyarakat dalam
menggerakan sektor riil dan pembiayaan pembangunan nasional.
Dalam praktiknya, seringkali terjadi ketidaktransparan antara informasi
yang dimiliki oleh pengelola/agen dengan informasi yang disampaikan kepada
pemegang saham. Salah satunya adalah dalam laporan keuangan. Laporan
keuangan merupakan suatu cerminan dari suatu kondisi perusahaan, karena
didalam laporan keuangan terdapat informasi-informasi yang dibutuhkan oleh
pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan.2 Pengguna dari laporan
keuangan ini seperti pemegang saham,kreditur/investor,dan pemerintah. Pihak-
pihak ini yang berkepentingan dalam hal pengambilan keputusan, menghitung
keuntungan yang diperoleh atas penyertaan modal dalam perusahaan tersebut,
memprediksi laba yang akan diperoleh periode berikutnya. Selain itu ada pihak
lain yang juga berkepentingan atas laporan keuangan yaitu masyarakat sebagai
pembaca laporan keuangan yang ikut mengawasi tentang hasil kinerja operasional
perusahaan yang terlihat dari laba yang dilaporkan.[
Dalam penyusunan laporan keuangan, dasar akrual dipilih karena lebih
rasional dan adil dalam mencerminkan kondisi keuangan perusahaan secara riil,
namun disisi lain penggunaan dasar akrual dapat memberikan keleluasan kepada
pihak manajemen dalam memilih metode akuntansi selama tidak menyimpang dari
2 Widaryanti, ―Analisis Perataan Laba dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Fokus Ekonomi Vol 4 no.2 Desember
2009 h.1.
3
aturan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku. Jika pada suatu kondisi dimana
pihak manajemen ternyata tidak berhasil mencapai target laba yang ditentukan,
maka manajemen akan memanfaatkan fleksibilitas yang diperbolehkan oleh
standar akuntansi dalam menyusun laporan keuangan untuk memodifikasi laba
yang dilaporkan. Manajemen termotivasi untuk memperlihatkan kinerja yang baik
dalam menghasilkan keuntungan maksimal bagi perusahaan sehingga manajemen
cenderung memilih dan menerapkan metode akuntansi yang dapat memberikan
informasi laba yang lebih baik. Tindakan manajemen dalam proses penyusunan
laporan keuangan untuk mempengaruhi tingkat laba yang ditampilkan tindakan
seperti ini disebut earnings management.3
Perkembangan perbankan syariah pada tahun 2013 mengalami perlambatan
pertumbuhan ekonomi hal itu mengakibatkan laju pertumbuhan perbankan syariah.
Aset perbankan syariah yang terdiri dari Bank Umum Syariah (BUS) , Unit Usaha
Syariah tercatat sebesar Rp.248 triliun pada tahun 2013 atau tumbuh 24,2% (yoy),
lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya 34,0% (yoy). Meskipun
mengalami perlambatan, laju pertumbuhan aset perbankan syariah tersebut tetap
lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan aset perbankan secara nasional, sehingga
pangsa perbankan syariah secara keseluruhan dengan memasukan BPRS terhadap
industri perbankan nasional meningkat dari 4,61% menjadi 4,93%. Hal ini
tercermin pada tren pertumbuhan dan nominal pembiayaan UUS dan BUS yang
3 Rahmawati et, al., ―Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba
pada Perusahaan Perbankan Publik yang Terdaftar di BEJ‖, makalah disampaikan pada
Simposium Nasional Akuntansi IX 2006, hlm. 2.
4
lebih tinggi sebesar Rp 188,6 triliun dari dana pihak ketiga sebesar Rp 187,2
triliun.4
Permasalahan keagenan juga terjadi pada perbankan syariah yang tumbuh
pesat dewasa ini. Pertumbuhan minat masyarakat terhadap bank syariah
menjadikan bank syariah mengalami peningkatan signifikan dari segi aset,
pembiayaan yang disalurkan, profitabilitias dan lain-lain. Hal ini selain merupakan
potensi bank syariah,namun menjad tantangan bagaimana bank syariah dapat
mengelola usaha tersebut sesuai syariah. Bank syariah sebagai lembaga keuangan
yang menerapkan prinsip-prinsip syariah tidak seharusnya melakukan aktivitas
rekayasa dalam bentuk apapun termasuk dalam laporan keuangan.
Hal yang paling diperhatikan dalam laporan keuangan adalah laba. Hal ini
dikarenakan laba mewakili informasi yang dimiliki oleh bank seperti prestasi dan
kinerja,pedoman kebijakan investasi dan peramalan laba dimasa yang akan
datang.5 Karena peran laporan keuangan yang sangat penting dalam
keputusan,seringkali perusahaan melakukan windows dressing atau manajemen
dan pengelolaan atas laporan keuangan dan laba sehingga perusahaan nampak
bagus secara finansial. Hal inilah yang kemudian disebut dengan manajemen laba.
Fleksibilitas manajemen untuk melakukan praktik manajemen laba dapat dikurangi
dengan menyediakan informasi yang lebih berkualitas bagi pihak luar perusahaan.
Kualitas laporan keuangan akan mencerminkan tingkat manajemen laba.
4 Otoritas Jasa Keuangan, Laporan Keuangan Bank Syariah tahun 2013, hlm 2.
5 PSAK No. 1 Revisi 2009 Tentang Penyajian Laporan Keuangan,Paragraf ke 7.
5
Ada empat pola manajemen laba yang dapat dilakukan yaitu, taking a bath,
income minimization, income maximization dan income smoothing. Salah satu
tindakan pola manajemen laba yang sedang dilakukan bank syariah saat ini adalah
Income Smoothing (Perataan Laba). Pola ini dilakukan dengan mengurangi
fluktuasi laba sehingga laba yang dilaporkan relatif stabil. Untuk investor dan
kreditur yang memiliki sifat risk adverse, kestabilan laba merupakan hal penting
dalam pengambilan keputusan.6 Bank syariah rentan menghadapi risiko DCR
dikarenakan ketatnya persaingan antara bank syariah dengan bank konvensional.
Bank syariah harus memberikan imbal hasil yang kompetitif terhadap nasabahnya
jika tidak ingin terjadi risiko perpindahan dana (Displaced Commersial Risk).
Bank memerlukan Dana Pihak Ketiga yang disimpan lama untuk dikelola dan
untuk disalurkan pada pembiayaan. Ketika terjadi resiko DCR akan terjadi
penarikan besar-besaran dan itu akan menganggu likuiditas Bank Syariah. Untuk
menjaga stabilitas pihak bank menawarkan cara tertentu salah satunya dengan
perataan laba.
Dalam perbankan, konsep perataan laba lebih dikenal dengan istilah
dynamic provisioning yang merupakan penyangga yang digunakan bank dalam
mengatasi masa-masa sulitnya dengan menciptakan pada masa-masa baiknya.
Keberadaan hal ini meningkatkan daya tahan perbankan. baik individu maupun
secara keseluruhan,meskipun tidak ada jaminan bahwa bank-bank tersebut dapat
6 Dedhy,Sulistiawan, dkk, Creative Accounting Mengungkap Manajemen Laba dan
Skandal Akuntasi, h. 43. Jakarta : Salemba Empat, 2011.
6
mengatasi permasalahan kreditnya. Sebenarnya dynamic provisioning dapat
dijadikan instrument kebijakan prudential banking yang sangat tepat bagi negara-
negara berkembang. Apalagi jika terdapat ketidakstabilan ekonomi yang tinggi dan
besarnya peran perbankan dalam intermediasi keuangan. Syaratnya dynamic
provisioning harus dikelola secara transparansi untuk menghindari manajemen
laba tersebut.
Tindakan perataan laba ini menyebabkan pengungkapan informasi
mengenai penghasilan bersih atau laba menjadi menyesatkan sehingga akan
menyebabkan terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan oleh pihak-
pihak yang berkepentingan dengan perusahaan yaitu khususnya pihak eksternal.
Berdasarkan kenyataan yang ada, seringkali pengguna laporan keuangan hanya
berfokus pada informasi laba tanpa memperhatikan bagaimana laba tersebut
dihasilkan. Hal ini mendorong manajemen perusahaan untuk melakukan
manipulasi laba.
Sedangkan kebijakan mengenai aturan income smoothing telah diatur
melalui fatwa DSN nomer 87/DSN-MUI/XII/2012 untuk semua lembaga
keuangan syariah. Perbankan syariah boleh menerapkan income smoothing tetapi
harus mengikuti ketentuan yang diatur melalui fatwa ini. Metode perataan laba
boleh dilaksanakan jika lembaga keuangan syariah diduga dalam kondisi yang
diduga kuat berpotensi menimbulkan risiko penarikan dana nasabah akibat tingkat
7
imbalan yang tidak kompetitif.7 Seharusnya dalam melakukan perataan laba bank
syariah bisa memperlihatkan kondisi keuangan secara transparan. Karena dengan
melakukan perataan laba ini maka bank syariah bisa menaikan labanya pada
periode tertentu.
1.1 Tabel Perkembangan NPF, FDR , NOM dan Jumlah Pembiayaan
Tahun NPF FDR NOM Jumlah Pembiayaan
2011 2,9 % 84% 3,5% 11.573.375
2012 2,3% 90% 3,2% 16.004.307
2013 2,7% 95% 3,1% 21.737.049
Sumber : Data diolah
Tabel 1.1 menunjukan perkembangan NPF, FDR, NOM dan Jumlah
Pembiayaan selama periode 2011-2013. Pada kolom pertama yaitu pada kolom
NPF pada periode 2011 ke 2012 terjadi penurunan tersebut menurunkan risiko
pembiayaan yang ditanggung Bank Umum Syariah juga menurun. Lalu pada tahun
2013 terjadi kenaikan risiko, kenaikan risiko juga akan membuat bank menjadi
lebih hati-hati terhadap laba yang akan dilaporkan oleh karena itu bank akan
cenderung melakukan perataan laba. Pada kolom kedua terlihat tabel FDR, tahun
2011 sampai 2013 terjadi kenaikan hal itu menunjukan tingkat likuiditas bank
syariah masih belum memenuhi likuiditasnya dengan baik karena batas yang
ditentukan oleh Bank Indonesia adalah sebesar 100%. Dengan tingkat likudititas
yang masih kurang mengharuskan bank syariah untuk memenuhi kebutuhan
likuiditasnya secara maksimal.
7 Fatwa DSN MUI nomer 87/DSN-MUI/XII/2012 tentang Metode Perataan Pengghasilan
(Income Smoothing) Dana Pihak Ketiga
8
Pada kolom NOM pada tahun 2011 sampai dengan 2012 terjadi penurunan
tingkat pendapatan operasional yang diterima Bank Umum Syariah dan pada tahun
2013 juga terlihat terjadi penurunan. Bank Umum Syariah Cenderung melakukan
perataan laba pada pos-pos pendapatan operasionalnya agar mencapai target laba
yang diharapkan. Kolom ke 4 menunjukan pada periode 2011-2013 terjadi
peningkatan jumlah pembiayaan yang disalurkan hal itu akan membuat laba yang
diterima bank syariah juga akan meningkat juga. Oleh karena itu Bank Umum
Syariah akan cenderung membentuk cadangan dari pendapatan yang diterima dari
pembiayaan yang disalurkan.
Pada perbankan syariah, masih sedikit penelitian yang dilakukan mengenai
pola praktik manajemen laba. Hal ini karena perbankan syariah memiliki
karakteristik yang unik dibanding perusahaan lain. Pertama, bank syariah diatur
dengan prinsip-prinsip islami yang menggunakan mekanisme pembagian risiko
diantara para investor. Kedua regulasi yang berhubungan dengan akuntansi syariah
tidak membatasi penggunaan dynamic provisioning,sehingga bank syariah
memiliki kecendrungan untuk membentuk penyisihan kerugian untuk menyerap
kerugian.8
Fenomena dan penelitian tersebut sangat menarik untuk diteliti, untuk itu
perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui adanya indikasi praktik
Perataan Laba di Perbankan Syariah Indonesia. Oleh karena itu,maka penyusun
8 Wilson RI Tobing,et al., ‗‘Perataan Laba Melalui Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif (PPAP) Sektor Perbankan‖ Jurnal Akuntabilitas Vol 9:1 (September 2009) , hlm. 50.
9
bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul ―PENGARUH NPF, FDR,
PROFITABILITAS, JUMLAH PEMBIAYAAN, TERHADAP PRAKTIK
PERATAAN LABA PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA.
B. Identikasi Masalah
Pada perbankan syariah, masih sedikit penelitian yang dilakukan mengenai
praktik perataan laba. Hal ini karena perbankan syariah memiliki karakteristik
yang unik dibanding perusahaan lain. Pertama, bank syariah diatur dengan prinsip-
prinsip islami yang menggunakan mekanisme pembagian risiko diantara para
investor. Kedua, regulasi yang berhubungan dengan akuntansi syariah tidak
membatasi penggunaan dynamic provisioning, sehingga bank syariah memiliki
kecendrungan untuk membentuk penyisihan kerugian untuk menyerap kerugian
dimasa depan.
Oleh karena itu, perataan laba (income smoothing) sering dinyatakan
apakah boleh atau tidak. Ada yang berpendapat bahwa income smoothing
bukanlah suatu masalah dalam laporan keuangan karena memperbaiki kemampuan
laba untuk mencerminkan nilai ekonomi suatu perusahaan dan dinilai oleh pasar
tidak efesien. Disisi lain, perataan laba diangap tindakan yang harus dicegah. Oleh
karena itu ada kecendrungan bank syariah tidak memperhitungkan labanya pada
saat melakukan praktik perataan laba ini. Sebab metode yang sering digunakan
adalah Acrual Basis hal itu harus dilakukan karena dengan menggunakan metode
ini menghilangkan kemudharatan dan menarik manfaat karena pencatatan terjadi
10
saat transaksi dilakukan. Dan praktik perataan laba ini sulit dideteksi untuk itu
peneliti akan melakukan perhitungan apakah di Bank Syariah terjadi Perataan
Laba atau tidak.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, peneliti membatasi permasalahan
yang akan diteliti pada aspek yang dianalisis agar tidak keluar dari pembahasan.
Karena perataan laba merupakan bagian dari manajemen laba maka peneliti ingin
membatasi pada bagian pola manajemen laba itu sendiri yaitu pola perataan laba
salah satu pola manajemen laba yang dilakukan oleh bank syariah.
Sedangkan ruang lingkup penelitian ini hanya dibatasi oleh 4 variabel
dengan mengabaikan faktor-faktor lain variabel yang digunakan yaitu NPF, FDR,
Profitabilitas yang diukur oleh NOM dan Jumlah Pembiayaan (Total Financing)
untuk melihat adanya indikasi praktek perataan laba (Income Smoothing) yang
diukur melalui Indeks Eckel. Penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut :
1. Ruang lingkup penelitian ini hanya menguji dan menganalisis faktor-faktor
yang dianggap dapat mempengaruhi pola praktek manajemen laba di Bank
Umum Syariah di Indonesia.
2. Penelitian ini hanya menggunakan data yang berasal dari laporan keuangan
triwuan periode 2011-2013. Karena peneliti ingin menganalisis apakah terjadi
praktik perataan laba berdasarkan laporan triwulan beberapa tahun terakhir
yang telah dipublikasikan oleh bank syariah.
11
3. Objek data yang digunakan dalam penelitian ini hanya 6 Bank Umum Syariah
(BUS).
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah dalam
penelitian ini dapat dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut ini :
1. Apakah Bank Syariah melakukan Praktik Perataan Laba (Income Smoothing)
2. Apakah NPF, FDR, NOM dan Jumlah Pembiayaan (Total Financing)
berpengaruh secara simultan terhadap praktik perataan laba?
3. Apakah NPF, FDR, NOM dan Jumlah Pembiayaan (Total Financing)
berpengaruh secara parsial terhadap praktik perataan laba?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab isu terkait yang berkaitan
dengan faktor-faktor yang mempengaruhi salah satu pola dari bagian
manajemen laba yaitu perataan laba. Tujuan yang hendak dicapai dalam
penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah di Bank Syariah terjadi pola praktik perataan
laba (Income Smoothing).
2. Untuk mengetahui apakah NPF, FDR, NOM dan Jumlah Pembiayaan
(Total Financing) berpengaruh jika diuji secara simultan terhadap praktik
perataan laba.
12
3. Untuk mengetahui apakah NPF, FDR, NOM dan Jumlah Pembiayaan
(Total Financing) berpengaruh jika diuji secara parsial terhadap praktik
perataan laba.
b. Manfaat Penelitian
1. Bagi pembaca dapat memperluas pemahaman dan pengetahuan tentang
perataan laba pada Perbankan Syariah di Indonesia dan melihat secara
lebih detail faktor-faktor yang mempunyai pengaruh terhadap praktik
perataan laba.
2. Bagi kalangan akademisi dapat menjadi refrensi untuk keperluan studi dan
penelitian selanjutnya tentang perataan laba pada perbankan syariah di
Indonesia.
3. Bagi perusahaan dan regulator perbankan syariah penelitian ini diharapkan
dapat menjadi masukan untuk perbaikan regulasi sistem perbankan syariah
di Indonesia. Dengan regulasi dibolehkannya praktik perataan laba pada
fatwa DSN Nomor 87/DSN-MUI/XII/2012 hal itu membuat laporan
secara transparan pada Laporan Keuangan terutama pada laporan laba.
E. Review Studi Terdahulu
Review studi terdahulu penelitian mengenai praktik income smoothing
(perataan laba) dengan menggunakan perhitungan indeks Eckel sudah pernah
dilakukan oleh penelitan sebelumnya tidak hanya perusahaan manufaktur saja
13
melainkan juga institusi keuangan yaitu bank. Berikut beberapa penelitian yang
pernah dilakukan yang terangkum dibawah ini. Hal ini juga sekaligus pembeda
antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan sehingga
menjadi jelas bagaimana posisi penelitian ini.
No Penulis, Judul, Instansi Isi Perbedaan
1. Nana Yuliani, Pengaruh Non
Performing Financing,
Profitabilitas, Ukuran
Perusahaann, PPAP, dan Financial
Leverage terhadap praktik perataan
laba Perbankan Syariah di
Indonesia periode 2010-2012
(skripsi). Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga 2012.
Pada skripsi ini
dipaparkan secara
luas apakah di Bank
Umum Syariah
terjadi perataan laba
dengan objek 4
Bank Umum
Syariah. Tujuan
dari peneliti ini
adalah untuk
menganalisis
pengaruh NPF,
Profitabilitas,
Ukuran Perusahaan,
PPAP, dan
Financial Leverage.
Dengan memakai
metode indeks eckel
untuk mengukur
perataan laba yang
dilakukan. Teknik
yang digunakan
adalah regresi
logistik.
Dalam skripsi ini
variabel yang
digunakan adalah
NPF, FDR, NOM
dan Jumlah
Pembiayaan.
Periode yang
digunakan adalah
tahun 2011-2013.
objek yang
digunakan 6 Bank
Umum Syariah.
dengan melihat
laporan keuangan
yang telah
dipublikasikan bank
syariah.
2. Rizky Syahfandi, Faktor-faktor
yang mempengaruhi perataan laba
PPAP (Praktik Manajemen Laba
Perbankan Syariah di Indonesia)
skripsi. Universitas Diponegoro
2012.
Pada skripsi ini
faktor-faktor yang
digunakan dalam
penelitian ini adalah
PPAP, total
financing, Non
Performing
Dalam skripsi ini
variabel yang
digunakan adalah
NPF, FDR, NOM
dan Jumlah
Pembiayaan.
Periode yang
14
Financing. Objek
yang digunakan
dalam penelitian ini
adalah Bank
Syariah dan BPD
syariah di
Indonesia. Dengan
menggunakan
indeks eckel.
Teknik yang
digunakan dalam
penelitian ini adalah
regresi berganda.
digunakan adalah
tahun 2011-2013.
objek yang
digunakan 6 Bank
Umum Syariah.
dengan melihat
laporan keuangan
yang telah
dipublikasikan bank
syariah. Teknik
yang digunakan
dalam penelitian ini
adalah regresi
logistik.
3. Yogi Subhekti, Faktor-faktor yang
mempengaruhi perataan laba
(Income Smoothing) dan bukan
pertaan laba (non-income
smoothing) studi pada perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2002-2006. Tesis.
Universitas Sebelas Maret 2008.
Tujuan penelitian
ubu adalah untuk
mengetahui faktor-
faktor apa yang
mempengaruhi
praktik perataan
laba pada
perusahaan
manufaktur dan
sektor lainnya yang
terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
Indikator yang
digunakan dalam
penelitian ini adalag
Ukuran Perusahaan,
profitabilitas,
Financial Leverage,
dummy sektor
industri dan status
winner/losser stock.
Indeks eckel juga
digunakan dalam
penelitian ini.
Dengan teknik
regresi logistik.
Dalam skripsi ini
variabel yang
digunakan adalah
NPF, FDR, NOM
dan Jumlah
Pembiayaan.
Periode yang
digunakan adalah
tahun 2011-2013.
objek yang
digunakan 6 Bank
Umum Syariah.
dengan melihat
laporan keuangan
yang telah
dipublikasikan bank
syariah. Teknik
yang digunakan
dalam penelitian ini
adalah regresi
logistik.
15
4. I Nyoman Ari Widana, Perataan
Laba serta Faktor-Faktor yang
mempengaruhinya di Bursa Efek
Indonesia. E- Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana 2013.
Fokus pada
penelitian ini adalah
ingin melihat
faktor-faktor yang
diduga berpengaruh
pada tindak
perataan laba di
Bursa Efek
Indonesia selama
periode 2007-2011.
Sampel yang
digunakan adalah
Perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
dengan
menggunakan
variabel ukuran
perusahaan,
profitabilitas,
dividend payout
ratio, net profit
margin dan
financial leverage.
Dengan
menggunakan
indeks eckel dan
teknik regresi
logistik.
Dalam skripsi ini
variabel yang
digunakan adalah
NPF, FDR, NOM
dan Jumlah
Pembiayaan.
Periode yang
digunakan adalah
tahun 2011-2013.
objek yang
digunakan 6 Bank
Umum Syariah.
dengan melihat
laporan keuangan
yang telah
dipublikasikan bank
syariah. Teknik
yang digunakan
dalam penelitian ini
adalah regresi
logistik.
F. Kerangka Pemikiran Penelitian
Salah satu pola atau tindakan manajemen atas laba yang kerap dilakukan
yaitu income smoothing (Perataan Laba). Income smoothing adalah cara
pengurangan dalam variabilitas laba selama sejumlah periode tertentu atau dalam
16
satu periode yang mengarah tingkat atas laba yang dilaporkan9. Dalam hal ini
perataan laba menunjukan suatu usaha manajemen perusahaan untuk megurangi
batas-batas yang diijinkan dalam praktik akuntansi dan prinsip manajemen yang
wajar. Perataan laba dapat didefinisikan sebagai suatu sarana yang digunakan
manajamen untuk mengurangi variabilitas urutan target yang terlihat karena
adanya manipulasi variabel-variabel akuntansi semu atau transaksi riil.
Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap perataan
laba merupakan hal yang menjadi fenomena perusahaan. Perataan laba
merupakan salah satu strategi dalam earning management, untuk itu perlu
kecermatan dalam pemilihan metode akuntansi dalam rangka melakukan
perataan laba. Beberapa strategi yang dapat dilakukan antara lain : (1) Increasing
Income yaitu dengan mempercepat pendapatan,menunda biata,memindahkan
biaya denga periode lain. (2) big taking a bath adalah manajemen menghapus
asset-aset yang kurang produktif dan melaporkan biaya-biaya masa datang ke
periode sekarang sehingga laba yang dilaporakan periode sekarang laba yang
dilaporkan tampak kecil atau bahkan minus cara clear the desk ini biasanya
dilakukan ketika perusahaan mengalami krisis reorganisasi, termasuk pergantian
manajer puncaknya yang dilakukan saat perusahaan mengalami kemunduran
kinerja atau pada saat peristiwa luar biasa (3) income smoothing, yaitu dengan
sengaja menurunkan atau meningkatkan laba untuk mengurangi gejolak dalam
9Assih,Prihat dan Gudono ‗‘Hubungan tindakan perataan laba dengan reaksi pasar atas
pengumuman informasi laba perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta‘‘. Jurnal Riset
Akuntansi Indonesia, No.3,h 17-34.
17
pelaporan laba,sehingga perusahaan terlihat stabil. Sapo Sugiharto menjelaskan
beberapa faktor yang mendukung perataan laba oleh manajemen antara lain :
kompensasi bonus,kontrak hutangfaktor politik,pengurangan pajak10
.
Perataan laba riil menunjukan tindakan manajemen yang berusaha utnuk
mengendalikan peristiwa ekonomi yang secara langsung mempengaruhi laba
diperusahaan dimasa yang akan datang..Perataan laba riil mempengaruhi aliran
kas. Sebagai contoh suatu perusahaan dapat memilih proyek permodalan
berdasarkan kovariannya dengan serangkaian laba yang diharapkan. Sedangkan
perataan laba artifisial menunjukan usaha manipulasi yang dilakukan oleh
manajemen untuk meratakan laba. Manipulasi yang dilakukan oleh manajemen
untuk meratakan laba. Manipulasi yang dilakukan tidak menunjukan peristiwa
ekonomi yang mendasar atau mempengaruhi aliran kastetapi menggeser biaya
atau pendapatan dari satu periode ke periode yang lain. Sebagai contoh suatu
perusahaan dapat secara sederhana meningkatkan atau menurunkan laba yang
dilaporkan dengan cara mengubah asumsi aktuarialnya.
Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi terjadinya tindak perataan
laba pada perusahaan perbankan syariah. Dalam penelitian ini faktor-faktor yang
mempengaruhi perataan laba dapat dilihat dari bagan berikut :
10
E.M Nasser, dan Herlina. 2003. ―Pengaruh Size, Profitabilitas, dan Leverage terhadap
Perataan Laba pada Perusahaan Go Public‖. Jurnal Ekonomi. Vol.7, No.3: 291-305.
18
Gambar 1.1 Alur Kerangka Pemikiran/Flow Chart
INTERPRETASI
REGRESI LOGISTIK :
- Uji Overall Model Fit
- Uji Goodness of Fit
- Model Summary
- Omnibus Test of Model
Coefficients
- Variabel in The Equation
NPF FDR
NOM Jumlah Pembiayaan
Laporan Keuangan
Bank Syariah
Perataan Laba
(Income Smoothing) Indeks Eckel
KESIMPULAN
19
G. Perumusan Hipotesis
Proposisi sebagai sebuah pernyataan mengenai konsep yang mungkin
dipertimbangkan sebagai benar atau salah jika itu mengacu kepada fenomena
yang dapat diamati. Ketika proposisi diformulasikan untuk pengujian empiris, hal
ini disebut hipotesis.11
Dari pengamatan yang dilakukan berdasarkan penelitian terdahulu tentang
tema yang terkait dengan skripsi ini, maka hipotesis yang diajukan oleh penulis
sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan yang akan diteliti adalah
sebagai berikut.
Ho : NPF, FDR, NOM, Jumlah Pembiayaan tidak berpengaruh signifikan
terhadap praktik perataan laba
H1 = NPF berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba
H2 = FDR berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba
H3 = NOM berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba
H4 = Jumlah Pembiayaan (Total Financing) berpengaruh signifikan terhadap
praktik perataan laba
H5 = NPF, FDR, NOM dan Jumlah Pembiayaan berpengaruh signifikan terhadap
praktik perataan laba.
11
Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis (Yogyakarta : BPFE 2002 ), h. 72.
20
H. Sistematika Penulisan
Berdasarkan Pedoman Penulisan Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
sistematika penulisan skripsi sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab I merupakan pendahuluan yang berisi penjelasan yang erat sekali
hubungannya dengan masalah yang akan dibahas dalam bab-bab. Penjelasan-
penjelasan tersebut meliputi : latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
review studi terdahulu, kerangka pemikiran penelitian, perumusan hipotesis dan
sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab II menyajikan kajian kepustakaan yaitu membahas tentang landasan
atau kerangka teori yang dapat membantu penulis berpikir kritis dan analitis saat
memahami dan menafsirkan data serta review studi terdahulu yang dapat
menghindarkan dari tuduhan duplikasi dan penjiplakan (plagiat).
BAB III METODE PENELITIAN
Bab III menyajikan data penelitian, berupa deskripsi data berkenaan
dengan variabel yang diteliti secara objektif.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab IV merupakan analisis terhadap data penelitian yang ada
dideskripsikan guna menjawab masalah penelitian, dan implikasi penelitian.
21
BAB V PENUTUP
Bab V berisi kesimpulan dan saran yang ditarik dari uraian yang telah
ditulis terdahulu dan bertalian erat dengan pokok masalah.
22
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Bank Syariah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk kredit dan bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.
Bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada
bunga. Dengan kata lain,bank islam (bank syariah) adalah lembaga keuangan
yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainya dalam lalu
lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan
dengan prinsip syariat Islam.12
Tabel 2.1
Perbandingan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional
BANK ISLAM
BANK KONVENSIONAL
1. Melakukan investasi-investasi
yang halal saja.
2. Berdasarkan prinsip bagi hasil,
1. Investasi yang halal dan haram.
2. Memakai perangkat bunga.
3. Profit Oriented.
12
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP
YKPN,2005),h.1
21
23
jual beli atau sewa.
3. Profit dan Falah Oriented.
4. Hubungan nasabah dalam bentuk
kemitraan.
5. Penghimpunan dan penyaluran
dana harus sesuai fatwa Dewan
Pengawas Syariah.
4. Hubungan nasabah dalam bentuk
debitur dan kreditur.
5. Tidak tedapat dewan sejenis.
Sumber : Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori Ke Praktik, 2001.
B. Laporan Keuangan Bank Syariah
1. Definisi Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah laporan yang berisi informasi keuangan sebuah
organisasi. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan
hasil proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan
informasi keuangan terutama kepada pihak eksternal.
Laporan keuangan merupakan produk atau hasil akhir dari suatu proses
akuntansi. laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi para
pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan
atau sebagai laporan pertanggungjawaban manajemen atas pengelolaan
perusahaan.13
13
Sofyan Syafri Harahap, Akuntansi Islam ( Jakarta : Bumi Aksara , 1997) h. 38.
24
2. Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan
Tujuan utama laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi,
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu
entitas syariah yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Beberapa tujuan lannya adalah :14
a. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi
dan kegiatan usaha
b. Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah serta
informasi aset, kewajiban, pendapatan dan beban yang tidak sesuai dengan
prinsip syariah bila ada dan bagaimana perolehan dan penggunaannya.
c. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab
entitas syariah terhadap amanah dalam mengamankan dana,
menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak.
d. Informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh penanam
modal dan pemilik dana syirkah temporer, dan informasi mengenai
pemenuhan kewajiban fungsi sosial entitas syariah termasuk pengelolaan
dan penyaluran zakat, infaq, sedekah dan waqaf.
14
Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia (Jakarta : Salemba Empat,
2011) h. 95
25
Adapun manfaat laporan keuangan adalah :15
a. Bagi pemilik perusahaan dapat menilai sukses tidaknya manajer dalam
memimpin perusahaannya dan kesuksesan seorang manajer biasanya
diukur dari laba yang diperoleh perusahaan.
b. Bagi pihak manajemen berguna untuk menyusun rencana yang lebih baik,
memperbaiki sistem pengawasan dan menentukan kebijakan yang lebih
tepat.
c. Bagi investor dapat mengetahui prospek keuntungan di masa mendatang
dan perkembangan perusahaan di masa selanjutnya, mengetahui jaminan
investasi dan mengetahui kondisi kinerja atau kondisi keuangan jangka
pendek perusahaan tersebut
d. Bagi kreditur dapat mengetahui penentuan kebijaksanaan penanaman
modal, apakah perusahaan mempunyai prospek yang cukup baik dan akan
diperoleh keuntung (rate of return) yang cukup baik
e. Bagi pemerintah untuk mengetahui besarnya pajak yang harus ditanggung
oleh perusahaan.
Laporan keuangan menjadi penting karena memberikan input
informasi yang bisa dipakai untuk mengambil keputusan. Banyak pihak yang
berkepentingan dalam laporan keuangan, mulai dari investor atau calon
investor,pihak pemberi dana maupun calon pemberi dana,sampai dengan
15
Munawir, Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keempat, (Yogyakarta : BPFE,2002), h.2
26
manajemen perusahaan itu sendiri. Berikut ini pos-pos yang ada dalam
laporan keuangan perbankan syariah adalah sebagai berikut :16
- Laporan Posisi Keuangan/Neraca
Laporan posisi keuangan mencerminkan sumber dana dan pengelolaan
dana atau menggambarkan hak dan kewajiban dari perbankan syariah.
Oleh karena karakteristik bank syariah berbeda dengan bank konvensional
dimana lembaga keuangan syariah tidak membedakan dengan jelas pada
sektor keuangan atau sektor riil, maka beberapa akun dalam laporan posisi
keuangan bank syariah menunjukan karakteristik tersebut. akun-akun
pokok yang ada pada laporan posisi keuangan (neraca) dapat digambarkan
sebagai berikut :
Neraca,minimal mencakup pos-pos berikut :
a. Posisi Aktiva (Aset)
Yaitu kekayaan bank yang berbentuk benda berwujud atau tidak berwujud
yang diperoleh melalui utang dan atau modal sendiri. Lembaga keuangan
seperti bank mempunyai karakteristik khusus karena asetnya ada yang
berbentuk penyaluran dana (pembiayaan).
Contohnya : Kas dan Setara Kas, Penempatan pada Bank Indonesia,Giro pada
Bank Lain, Penempatan pada bank lain,Efek-Efek atau Surat Berharga
Syariah,Piutang Usaha dan Piutang lainnya,Investasi,Pinjaman Qard,
16
Dwi Nur‘aini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah, (Jakarta : UIN
Jakarta Press,2013). h.29
27
Persediaan, Aset yang diperoleh untuk Ijarah, Aset Istishna dalam
penyelesaian (setelah dikurangi termin istishna, Penyertaan pada Entitas Lain,
Aset tetap dan Akumulasi Penyusutan,dan Aset lain-lain.
b. Posisi Kewajiban
Yaitu kemungkinan pengorbanan manfaat ekonomi masa depan dengan
adanya keharusan bank saat periode berjalan untuk mentransfer aktiva atau
menyediakan jasa kepada entitas lainnya dimasa depan sebagai akibat
transaksi atau kejadian masa lalu atau hak para kreditur atas kekayaan bank
yang berasal dari dana masyarakat,dana pinjaman dari pihak ketiga bukan
bank dan sumber dana lain yang sesuai syariah.
Contohnya : Kewajiban Segera, Bagi hasil yang belum dibagikan, Kewajiban
kepada Bank Indonesia, Kewajiban kepada bank lain,Simpanan Wadiah,
Simpanan bank lain,Kewajiban lain,Pembiayaan yang dterima, Hutang
Pajak,Estimasi kerugian dan komitmen kontinjensi,Pinjaman Subordinasi,
Dana Syirkah Temporer dari bukan bank dan bank,Ekuitas.
- Laporan Kinerja (Laba Rugi)
Laporan kinerja atau laporan laba rugi bank syariah ini menunjukan
kinerja yang telah dicapai oleh bank syariah. Bank syariah memiliki
kegiatan usaha yang lebih luas dari bank konvensional sehingga dalam
laporan kinerja ini juga dapat menggambarkan hasil usaha yang diperoleh
bank syariah. Beberapa unsur laporan laba rugi yang ada dalam laporan
laba rugi bank syariah adalah :
28
1. Pendapatan Operasi Utama
Pendapatan usaha utama bank syariah ini bukan seluruhnya pendapatan bank
syariah, tetapi merupakan pendapatan milik bersama antara bank syariah dan
pemilik dana (shahibul maal) yang diperoleh dari pengelolaan dana yang
dilakukan oleh bank syariah. Oleh karena itu bank syariah hendaknya menjaga
amanah ini dan tidak diperkenankan untuk digabung dengan pendapatan milik
bank syariah sendiri. Pendapatan operasi utama terdiri dari pendapatan dari
transaksi jual beli,pendapatan dari sewa,pendapatan bagi hasil, dan
pendapatan operasi utama lainnya. Pendapatan operasi utama ini dipisahkan
supaya dapat memberikan informasi kepada pemakaian laporan keuangan atas
pendapatan utama operasional bank syariah dan akan dikaitkan dengan bagi
hasil yang telah diberikan oleh bank syariah.
2. Hak Pihak Ketiga Atas Bagi Hasil Investasi Tidak Terikat (Dana Syirkah
Temporer)
Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer merupakan bagian
bagi hasil milik pihak ketiga yang didasarkan pada prinsip mudharabah
mutlaqah atas hasil pengelolaan dana mereka oleh Bank dengan menggunakan
sistem revenue sharing. Tidak dikategorikan sebagai beban bank syariah
karena besarnya sangat tergantung pada pendapatan operasi utama bank
syariah, besarnya sebanding dengan pendapatan operasi utama,besarnya tidak
tetap.
29
3. Pendapatan Operasi Lainnya
Unsur ini untuk menampung pendapatan operasi utama lainnya,yang
merupakan milik bank syariah sepenuhnya (tidak dibagi hasilkan). Seperti
pendapatan atas fee mudharabah muqqayadah, fee wakalah, fee kafalah dan
pendapatan atas layanan berdasarkan imbalan lainnya.
4. Beban-beban
Beban-beban ini adalah semua beban yang menjadi tanggugan bank sebagai
mudharib sebagaimana layaknya bank. Seperti beban tenaga kerja,beban
umum dan administrasi dan beban operasi lainnya.
5. Pendapatan Non Operasi
Terdiri dari :
a. Keuntungan pelepasa aktiva tetap
b.Pendapatan hibah
c. Pendapatan lainnya
6. Beban Non Operasi
Terdiri dari :
a. Kerugian pelepasan aktiva tetap
b.Beban lainnya
7. Zakat adalah pengeluaran zakat bank selama satu periode akuntansi
8. Pajak Penghasilan adalah taksiran pajak penghasilan yang harus dibayarkan
bank selama satu periode akuntansi yang meliputi pajak kini,tangguhan dan
pajak penghasilan.
30
9. Laba adalah keuntungan yang diperoleh bank selama satu atau periode
akuntansi. Laba mencakup laba bersih dan laba bersih per saham dasar atau
earning per share. Laba bersih yaitu keuntungan bank setelah dikurangi
semua biaya dan pajak. Laba bersih per saham dasar adalah hak perlembar
atas laba bersih bank.
- Laporan Arus Kas
Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukan penerimaan dan
pengeluaran kas dan setara kas pada bank selama periode tertentu yang
dikelompokan dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.
- Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas adalah laporan yang menunjukan perubahan
ekuitas bank yang menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva
bersih atau kekayaan selama periode pelaporan.
- Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat
Investasi terikat adalah investasi yang bersumber dari pemilik dana
investasi terikat dan sejenisnya yang dikelola oleh bank syariah sebagai
agen investasi.17
- Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil
Bank syariah menyajikann Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi
hasil yang merupakan rekonsiliasi pendapatan bank syariah, yang
menggunakan dasar akrual (accrual basic),dan pendapatan yang
17
Ibid, h. 45.
31
dibagihasilkan kepada pemilik,dana yang menggunakan dasar kas (cash
basis). Perbedaan dasar pengakuan tersebut mengharuskan bank syariah
menyajikan Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil sebagian
bagian komponen utama laporan keuangannya.
- Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat
Laporan sumber dan penggunaan ZIS merupakan laporan yang
menunjukan sumber dan penggunaan dana selama suatu jangka waktu
tertentu,serta saldo ZIS pada tanggal tertentu.
- Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan
Laporan ini berisi informasi penerimaan dana kebajikan dari beberapa
komponen yang mungkin diterima oleh bank syariah seperti infaq,
shodaqoh, hasil pengelolaan dana wakaf.
C. Laba
Bagi perusahaan yang bertujuan untuk mencari keuntungan laba merupakan
hal penting sekaligus menjadi tujuan pokok pendirian perusahaan. Untuk dapat
mencapai laba yang diharapkan diperlukan perhatian yang cermat terdapat
pendapatan dan biaya sebagai unsur-unsur laba. Dan juga dibutuhkan
pengukuran yang wajar atas keduanya agar dapat diperoleh perhitungan-
perhitungan laba yang tetap setiap periode.
32
Pada dasarnya laba merupakan kelebihan pendapatan atas biaya yang
terjadi selama satu periode akuntansi. semua perhitungan ini akan terlihat dalam
laporan keuangan.
Dilihat dari segi penghasilannya laba dapat dibagi kedalam dua bagian yaitu :
a. Laba yang sudah di realisasikan yaitu laba yang sudah bias diakui yang
terjadi karena adanya transaksi penjualan.
b. Laba yang belum di realisasikan yaitu laba yang terjadi karena peningkatan
kekayaan, sebagai akibat dari kenaikan aktiva dan belum terjadi transaksi
penjualan.
Menurut Syofyan Syarif laba didefinisikan sebagai berikut : ―Perbedaan
revenue yang di realisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu
diharapkan dengan biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut‖.18
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laba merupakan suatu
kelebihan pendapatan atau keuntungan yang layak diterima oleh
perusahaan,karena perusahaan tersebut telah melakukan pengorbanan untuk
kepentingan pihak lain pada jangka waktu tertentu.
D. Manajemen Laba
Ada alasan mendasar mengapa manajer melakukan manajemen laba.
Harga pasar saham suatu perusahaan secara signifikan dipengaruhi oleh laba,
risiko dan spekulasi. Oleh sebab itu perusahaan yang labanya selalu mengalami
18
Sofyan Syarif, Teori Akuntansi, (Jakarta : Lembaga Pengembangan Fakultas Ekonomi
Universitas Trisakti (LPFE Usakti,1999), h. 147.
33
kenaikan dari periode ke periode secara konsisten akan mengakibatkan risiko
perusahaan ini mengalami penurunan lebih besar dibandingkan prosentase
kenaikan laba. Hal inilah yang mengakibatkan banyak perusahaan yang
melakukan pengelolaan dan pengaturan laba sebagai salah satu upaya untuk
mengurangi risiko.
Secara logika hal itu bisa dipahami karena manusia merupakan pribaadi
yang cenderung menghindari risiko (risk adverse) yang selalu berusaha
mengeliminasi atau meminimalkan kerugian yang mungkin akan
dialaminya,walaupun upaya yang dilakukannya mungkin merugikan pihak lain.
Secara umum ada beberapa definisi yang berbeda satu dengan yang
lainyaitu definisi manajemen laba yang diciptakan oleh Davidson, Stickney,dan
Weil (1987), Schipper (1989), Fisher dan Rozenzweig (1995), Lewitt, serta
Healy dan Wahlen (1999).19
1. Davidson, Stickney,dan Weil
Earning management is the process of taking deliberate steps within the
constrains of generally accepted accounting principles to bring about
desired level of reported earnings (Manajemen laba merupakan proses
untuk mengambil langkah tertentu yang disengaja dalam batas-batas prinsip
akuntansi berterima umum untuk menghasilkan tingkat yang diinginkan
dari laba yang dilaporkan).
19
Sri,Sulistyanto,Manajemen Laba dan Teori Empiris. ( Jakarta : Grasindo,2008 ) h. 47.
34
2. Schipper
Earnings management is a purposes intervention in the external financial
reporting process with the inten of obtaining some private gain (a opposed
to saymerely faciliting the neutral operation of the process (Manajemen
laba adalah campur tangan dalm proses penyusunan pelaporan keuangan
eksternal dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi (pihak yang
tidak setuju mengatakan bahwa hal ini hanyalah upaya untuk memfasilitasi
operasi yang tidak memihak dari sebuah proses.
3. Fisher dan Rozenzweig
Earnings management is a actions of a manager which serve to increase
(decrease) current reported earnings of the unit which the manager the
manager is responsible without generating a corresponding increase
(decrease) in long term economic profitability of the unit (Manajemen laba
adalah tindakan-tindakan manajer untuk menaikan (menurunkan) laba
periode berjalan dari sebuah yang dikelolanya tanpa menyebabkan
kenaikan (penurunan) keuntungan ekonomi perusahaan jangka panjang).
4. Lewitt
Management laba is flexibility in accounting allows it to keep pace with
business innovations. Abuses such as earnings occur when people exploit
this pliancy. Trickery is employed to abscure actual financial volatility.
This is turn make the true consequences of management decisions
(Manajemen laba adalah fleksibilitas akuntansi untuk menyetarafkan diri
35
dengan inovasi bisnis. Penyalahgunaan laba ketika publik memanfaatkan
hasilnya. . Penipuan mengaburkan volatilitas keuangan sesungguhnya. Itu
semua untuk menutupi konsekuensi dari keputusan-keputusan manajer).
5. Healy dan Wahlen
Earnings management occurs when managers uses judgement in financial
reporting and in structuring transactions to alter financial reports to either
mislead some stakeholders about underlying economics performance of the
company or to influence contractual outcomes that depend on the reported
accounting numbers (Manajemen laba muncul ketika manajer
menggunakan keputusan tertentu dalam pelaporan keuangan dan mengubah
transaksi untuk mengubah laporan keuangan untuk menyesatkan
stakeholder yang ingn mengetahui kinerja ekonomi yang diperoleh
perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil kontrak yang menggunakan
angka-angka akuntansi yang dilaporkan itu).20
- Motivasi Perusahaan Terjadinya Manajemen Laba
Menurut Ahmed Riahi motivasi manajer dalam melakukan manajemen
laba disebabkan oleh hal-hal berikut ini :21
a. Hipotesis Program Bonus (the bonus plan hypothesis)
Bahwa manajer perusahaan dengan rencana bonus kemungkinan besar
menggunakan metode akuntansi yang meningkatkan laporan laba
20
Ibid, h. 49.
21
Belkaoui,Ahmed Riahi,Teori Akuntansi. Jakarta : Salemba Empat, 2006. h. 201
36
diperiode berjalan. Dasar pemikirannya adalah bahwa tindakan seperti
itu mungkin akan meningkatkan persentase nilai bonus jika tidak
terdapat penyesuaian terhadap metode terpilih.
b. Hipotesis Perjanjian Utang (the debt covenant hypothesis).
Berpendapat bahwa semakin tinggi utang atau ekuitas perusahaam
yaitu sama dengan semakin dekatnya (semakin ketatnya) perusahan
terhadap batasan-batasan yang terdapat di dalam perjanjian utang dan
semakin besar kesempatan atas pelanggaran perjanjian dan terjadinya
biaya kegagalan teknis,maka semakin besar kemungkinan bahwa para
manajer meggunakan metode-metode akuntansi yang meningkatkan
laba.
c. Hipotesis Biaya Politik (the political cost hypothesis)
Berpendapat bahwa perusahan besar dan bukannya perusahaan kecil
kemungkinan besar akan memilih akuntansi untuk menurunkan
laporan laba.
Scott merangkum pola umum yang banyak dilakukan dalam praktik
manajemen laba, yaitu taking a bath, income minimization, income
maximization dan income smoothing22
.
22
Dedhy,Sulistiawan, dkk, Creative Accounting Mengungkap Manajemen Laba dan
Skandal Akuntasi, h. 42.
37
a. Taking a bath
Pola ini dilakukan dengan cara mengatur laba perusahaan tahun
berjalan menjadi sangat tinggi atau rendah dibandingkan dengan laba periode
tahun sebelumnya atau tahun berikutnya. Pola ini biasa dipakai pada
perusahaan yang sedang mengalami masalah organisasi (organization stress)
atau sedang dalam proses pergantian pimpinan manajemen perusahaan. Pada
perusahaan yang baru mengalami pergantian pimpinan. Jika perusahaan
berada dalam kondisi yang tidak menguntungkan sehingga harus melaporkan
kerugian, manajer baru cenderung bersemangat melaporkan nilai kerugian
dalam jumlah yang sangat ekstrem agar pada periode berikutnya dapat
melaporkan laba sesuai target.
b. Income Minimization
Pola ini dilakukan dengan menjadikan laba yang periode tahun
berjalan lebih rendah dari laba sebenarnya. Secara praktis, pola ini relatif
sering dilakukan dengan memotivasi perpajakan dan politis. Agar nilai pajak
yang dibayarkan tidak terlalu tinggi, manajer cenderung menurunkan laba
periode tahun berjalan,baik melalui penghapusan aset tetap maupun melalui
pengakuan biaya-biaya periode mendatang ke periode tahun berjalan.
c. Income Maximization
Pola ini merupakan kebalikan dari pola income minimization. Menurut
pola ini, manajemen laba dilakukan dengan cara menjadikan laba tahun
berjalan lebih tinggi dari laba sebenarnya. Teknik yang dilakukan pun
38
beragam. Mulai dari menunda pelaporan biaya-biaya periode tahun berjalan
ke periode mendatang, pemilihan metode akuntansi yang dapat
memaksimalkan laba, sampai dengan meningkatkan jumlah penjualan dan
produksi.
d. Income Smoothing.
Pola ini dilakukan dengan mengurangi fluktuasi laba sehingga laba
yang dilaporkan relatif stabil. Untuk investor dan kreditur yang memiliki sifat
risk adverse, kestabilan laba merupakan hal penting dalam pengambilan
keputusan.
E. Teori Keagenan (Agency Theory)
Menurut Anthony & Govindarajan, kata ―agent‖ berarti mekanisme yang
dihasilkan perusahaan produksi atau perusahaan bisnis yang diatur. Pada
dasarnya fungsi agen terkait dengan hubungan antara aturan yang dilakukan.
Anthony & Govindarajan mengemukakan asumsi agency theory bahwa masing-
masing individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri
sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Prinsipal
termotivasi mengadakan kontrak untuk mensejahterakan dirinya sendiri dengan
profitabilitas yang selalu meningkat.23
23
Sri Padmantyo, Analisis Manajemen Laba pada Laporan Keuangan Perbankan Syariah,
Jurnal Manajemen dan Bisnis Vol. 14 no 2 desember 2010. h. 53-65.
39
Agency Problem potensial untuk terjadi dalam perusahaan dimana manajer
memiliki kurang dari seratus persen saham perusahaan. Dalam perusahaan
perseorangan pemilik sekaligus manajer akan selalu bertindak memaksimumkan
kemakmuran mereka dan meminimumkan pengeluaran yang tidak diperlukan.
Tetapi jika pemilik perusahaan kemudian menjual sebagian saham kepada
investor lain maka munculah agency problem.24
Timbulnya manajemen laba dijelaskan dengan teori agency. Sebagai
agen, manajer secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan
keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai imbalannya akan memperoleh
kompensasi sesuai dengan kontrak. Dengan demikian terdapat dua kepentingan
yang berbeda didalam perusahaan dimana masing-masing pihak berusaha untuk
mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki.
Eisenhardt dan Ujiyanto dan Bambang menyatakan bahwa teori agensi
menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu : (1) manusia pada umumnya
mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir
terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3)
manusia selalu menghindari resiko (risk adverse). Berdasarkan asumsi sifat dasar
manusia tersebut manajer sebagai manusia akan bertindak opportunistic, yaitu
mengutamakan kepentingan pribadinya.25
24
Agus Sartono, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi (Yogyakarta: BPFE
Universitas Gajah Mada,2010) h.xxi.
25
Muh Arief Ujiyantho dan Bambang Agus Pramuka, ―Mekanisme Corporate
Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan (Studi Pada Perusahaan Go Publik Sektor
Manufaktur)‖, makalah disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi X Universitas
Hasanudin Makassar, 26-28 juli 2007, hlm. 5.
40
Adanya asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan
kesejahteraan dirinya sendiri, mengakibatkan agen memanfaatkan adanya
asimetri informasi yang dimilikinya untuk menyembunyikan beberapa informasi
yang diketahui principal. Asimetri informasi dan konflik kepentingan yang
terjadi antara principal dan agen mendorong agen untuk menyajikan informasi
yang tidak sebenarnya kepada principal, terutama jika informasi tersebut
berkaitan dengan pengukuran kinerja agen. Hal ini memicu agen untuk
menggunakan asimetri informasi sebagai sarana untuk memaksimalkan
kepentingannya. Salah satu bentuk tindakan agen tersebut adalah yang disebut
dengan praktek manajemen laba (earnings management).
F. Asimetri Informasi
Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui
informasi internal dan prospek perusahaan dimasa yang akan datang
dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu sebagai pengelola,
manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada
pemilik. Sinyal yang diberikan dapat melalui pengungkapan informasi seperti
laporan keuangan. Akan tetapi informasi yang disampaikan terkadang diterima
tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenernya. Kondisi ini dikenal sebagai
informasi yang tidak simetris atau asimetri informasi (information asymetric).
Asimetri informasi terjadi karena manajer lebih superior dalam menguasai
informasi dibandingkan pihak lain (pemilik atau pemegang saham).
41
Menurut Scott dalam Wisnumurti terdapat dua macam bentuk asimetri
informasi, yaitu adverse selection dan moral hazard.26
a. Adverse Selection adalah jenis asimetri informasi dimana salah satu pihak atau
lebih yang melangsungkan suatu transaksi usaha memiliki informasi lebih atas
pihak lain. Adverse selection terjadi karena para manajer serta orang-orang
dalam lainnya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek
perusahaan dibandingkan pihak luar. Dan hal ini menjadi penyebab
kemungkinan terdapat faktafakta yang tidak disampaikan kepada principal.
b. Moral Hazard, adalah jenis asimetri informasi dimana satu pihak atau lebih
yang melangsungkan suatu transaksi usaha dapat mengamati tindakan-
tindakan mereka dalam penyelesaian transaksi-transaksi mereka sedangkan
pihak lainnya tidak.
Adverse selection memiliki kesamaan dengan moral hazard dalam hal unsur
kesengajaan,namun berbeda dalam hal perencanaan.
G. Perataan Laba (Income Smoothing)
Menurut budhijono dalam ratnasari Perataan Laba (Income Smoothing)
didefinisikan sebagai cara yang digunakan oleh manajemen untuk mengurangi
26
Adhika Wisnumurti, ― Analisis Pengaruh Corporate Governance Terhadap Hubungan
Asimetri Informasi dengan Praktik Manajemen Laba ( Studi pada Perusahaan Perbankan yang
Terdaftar di BEI)‖, skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang (2010), h. 11.
42
fluktuasi income baik secara artificial atau ekonomi.27
Hal ini berakibat investor
tidak memiliki informasi akurat tentang laba. Sehingga investor gagal dalam
menaksir risiko investor mereka. Pemilihan metode akuntansi yang menyajikan
adanya laba yang rata dari tahun ketahun merupakan salah satu hal yang sangat
disukai oleh manajemen dan para investor. Karena laba yang rata
mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut kuat dan stabil.
Teori Efficiency Market Hypotesis (EMH) menyebutkan bahwa laporan
keuangan dapat mempengaruhi pasar saham. Ini berarti menunjukan betapa
pentingnya peranan laporan keuangan,terutama pada laporan laba rugi.28
Perhatian yang besar dari investor terhadap tingkat laba yang dihasilkan
perusahaan menjadi salah satu alasan yang mendorong manajemen untuk
melakukan beberapa tindakan dysfunctional behavior (perilaku tidak
semestinya), yaitu dengan melakukan manipulasi laba atau manajemen laba yang
erat kaitannya dengan teori keagenan.
Perataan laba dibedakan menjadi dua jenis utama, yaitu (1) artificial
smoothing, yaitu perataan laba yang dilakukan melalui prosedur akuntansi yang
diterapkan untuk memindahkan biaya atau pendapatan dari satu period ke
periode lain, yaitu dengan mengubah kebijakan akuntansi. (2) real smoothing,
27
Dhiar, Ratnasari, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba pada
Perusahaan Manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2007-2010. Skripsi.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dipenogoro,Semarang. h. 35
28
Sofyan Syafri Harahap, Akuntansi Islam ( Jakarta : Bumi Aksara, 2004) , hlm. 54
43
yaitu perataan laba real yang dimanipulasi melalui transaksi nyata, yaitu dengan
mengatur (menunda atau mempercepat transaksi.29
Berbagai teknik yang dilakukan dalam perataan laba,diantaranya ialah : 30
a) Perataan melalui waktu terjadinya transaksi atau pengakuan transaksi. Pihak
manajemen dapat menentukan atau mengendalikan waktu transaksi melalui
kebijakan manajemen sendiri (accruals).
b) Perataan melalui alokasi untuk beberapa periode tertentu. Manajer
mempunyai wewenang untuk mengalokasikan pendapatan atau beban untuk
periode tertentu.
c) Perataan melalui klasifikasi. Manajemen memiliki kewenangan untuk
mengklasifikasikan pos-pos rugi dalam kategori yang berbeda.
Menurut foster dalam Dwiatmini dan Nurkholis tujuan perataan laba
adalah sebagai berikut : 31
1. Memperbaiki citra perusahaan dimata pihak luar bahwa perusahaan tersebut
memiliki resiko yang rendah.
29
Ni‘matus Sholihah, ― Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, PLAN dan Risiko
Perusahaan Terhadap Perataan Laba pada Perbankan Syariah di Indonesia‖. Skripsi program studi
keuangan islam, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2007), h. 31.
30
Sugiarto, Sopa. Perataan Laba Dalam Mengantisipasi Laba Masa Depan Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi VI Oktober,
2003. H. 350-359.
31
Dwiatmini S, Nurkholis, ―Analisis Reaksi Pasar Terhadap Informasi Laba : Kasus
Praktik Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta,2001. Jurnal TEMA.
Vol 2 (1)
44
2. Memberikan informasi yang relevan dalam melakukan prediksi terhadap laba
dimasa yang akan datang.
3. Meningkatkan kepuasan relasi bisnis
4. Meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemakmuran manajemen
5. Meningkatkan kompensansi bagi manajemen.
H. NPF
Non Performing Financing (NPF) / pembiayaan bermasalah adalah risiko
kerugian yang diderita bank. Terkait dengan kemungkinan pada saat jatuh tempo
debitur/pengguna dana gagal memenuhi kewajibannya.32
Non Performing
Financing atau pembiayaan bermasalah merupakan risiko dari pembiayaan. NPF
menyebabkan kerugian bagi bank karena pembiayaan yang telah disalurkan tidak
dapat dikembalikan nasabah dengan baik. Non Performing Financing atau
Pembiayaan bermasalah berarti pembiayaan yang dalam pelaksanaannya belum
mencapai atau memenuhi target yang diinginkan pihak bank seperti :
a. Pengembalian pokok atau bagi hasil yang bermasalah
b. Pembiayaan yang memiliki timbulnya resiko dikemudia hari bagi bank.
c. Pembiayaan yang termasuk dalam golongan perhatian khusus, diragukan dan
macet.
32
Ali Mashud, Manajemen Risiko Strategi Perbankan dan Dunia Usaha Menghadapi
Tantangan Global Bisnis, (Jakarta : PT Grafindo Persada,2006), h. 199.
45
d. Golongan lancar yang berpotensi terjadi penunggakan dalam pengembalian.33
Menurut kamus Bank Indonesia NPF adalah kredit bermasalah yang
terdiri dari kredit yang berklasifikasi Kurang Lancar, Diragukan dan Macet.
Termin NPL diperuntukan bagi bank umum, sedangkan NPF untuk bank syariah.
NPF merupakan rasio yang menunjukan jumlah pembiayaan yang
tergolong dalam kolektabilitas 3 sampai 5. Jika NPF suatu bank selalu tinggi
maka akan mempengaruhi permodalan bank tersebut karena dengan NPF yang
tinggi akan membuat bank mempunyai kewajiban untuk memenuhi PPAP yang
terbentuk. Bila hal ini terus menerus terjadi maka mungkin saja modal bank
tersebut akan tersedot untuk membayar PPAP. Karena itulah bank menginginkan
NPF yang rendah. Nilai NPF yang rendah akan meningkatkan nilai profitabilitas
bank syariah.
Rumus yang dipakai untuk menghitung rasio NPF di bank syariah adalah
sebagai berikut : 34
NPF =
X 100%
33
Veitzal Rivai, Bank dan Financi Institution Management (Conventional and Sharia
System), (Jakarta: PT Grafindo Persada,2007) h. 256
34
Surat Edaran Bank Indonesia No. 3/30/DPNP tanggal 14 desember 2001.
46
Tabel 2.2
Kategori NPF berdasarkan kemampuan bayar nasabah (debitur di Bank
Syariah)
Jenis Pembiayaan
Kategori yang di Perhitungkan dalam NPF
Kurang Lancar Diragukan Macet
Murabahah,
Istishna, Ijarah,
Qardh.
Tungakan lebih
dari 90 hari s.d 180
hari
Tunggakan lebih
dari 180 hari s.d
270 hari
Tunggakan lebih
dari 270 hari
Salam Telah jatuh tempo
s.d 60 hari
Telah jatuh tempo
s.d 90 hari
Lebih dari 90 hari
Mudharabah,
Musyarakah
Tunggakan s.d 90
hari realisasi bagi
hasil di atas 30%
s.d 90% dari
proyek pendapatan
Tunggakan lebih
dari 90 s.d 180 hari
realisasi bagi hasil
kurang dari 3%
Tunggakan lebih
dari 180 hari
realisasi
pendapatan kurang
dari 30% dari
proyeksi
pendapatan lebih
dari 3 periode
pembayaran.
47
- Penilaian kesehatan Non Performing Financing (NPF)
Besarnya NPF yang diperbolehkan Bank Indonesia adalah maksimal
5% jika melebih 5% akan mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan bank
yang bersangkutan yaitu akan mengurangi nilai skor yang diperoleh. Skor
nilai NPF ditentukan sebagai berikut :
a. Lebih dari 8% skor nilai = 0
b. Antara 5%-8% skor nilai = 80
c. Antara 3%-5% skor nilai = 90
d. Kurang dari 3% skor nilai = 100
Bila resiko pembiayaan meningkat, margin/bunga kredit akan meningkat
pula. Sementara itu, dalam ekonomi islam sektor perbankan tidak mengenal
instrument bunga, sistem keuangan Islam menerapkan sistem pembagian
keuntungan dan kerugian bukan kepada tingkat bunga yang telah menetapkan
tingkat keuntungan di muka.
I. FDR
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor likuiditas bank
dilakukan melalui penilaian terhadap komponen Financing to Deposit Ratio
(FDR). FDR merupakan perbandingan antara jumlah pembiayaan yang diberikan
terhadap dana yang diterima. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan
bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan oleh deposan
dengan mengandalkan pembiayaan yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
48
Dalam kamus Bank Indonesia Rasio Pmebiayaan terhadap dana pihak
ketiga yang diterima oleh bank. FDR digunakan untuk bank syariah,sedangkan
LDR untuk bank umum.35
Semakin rasio FDR mendekati angka 100% berarti fungsi intermediasi
bank syariah tersebut semakin baik. Berarti hamper semua DPK bank syariah
tersebut disalurkan menjadi pembiayaan dan terserap kesektor riil. Sebaliknya
jika FDR bank syariah masih jauh dibawah 100%,maka bank syariah tersebut
dalam menjalankan fungsi intermediasinya dengan baik.
Akan tetapi, jika FDR suatu bank syariah jauh di atas 100%, hal tersebut
juga mengindikasikan bank syariah belum bisa menghimpun DPK yang cukup
untuk menyalurkan pembiayaan. FDR di atas 100% juga mengindikasikan
pembiayaan bank syariah lebih besar dari DPK sehingga menunjukan bahwa
uang yang digunakan bank syariah untuk menyalurkan pembiayaan berasal dari
sumber lain seperti hutang dan modal.
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
FDR =
X 100%
Rasio ini menunjukan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar
kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit
yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
35
Kamus Bank Indonesia, artikel diakses pada 23 Maret pukul 10.59 pada
http://www.bi.go.id/id/Kamus.aspx
49
Sebagai lembaga intermediasi, dari satu sisi bank syariah bertujuan untuk
memperoleh laba yang besar salah satunya dengan cara memberikan pembiayaan
sebesar-besarnya, tetapi disisi lain bank syariah juga harus menyediakan dana kas
untuk memenuhi kewajiban-kewajiban yang harus segera dibayar yang harus
didukung dengan tersedianya dana yang memadai (likuiditas).
Bank syariah dirancang untuk melakukan fungsi pelayanan sebagai
lembaga keuangan bagi para nasabah dan masyarakat. Untuk itu bank syariah
harus mengelola dana yang dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Kekayaan Bank Syariah
i. Kekayaan yang menghasilkan (aktiva produktif) yaitu pembiayaan untuk
debitur serta penempatan dana dibank atau investasi lain yang
menghasilkan pendapatan.
ii. Kekayaan yang tidak menghasilkan yaitu kas dan inventaris (harta tetap).
b. Modal Bank Syariah
i. Modal sendiri yaitu simpanan pendiri (modal), cadangan dan hibah,
infaq/shadaqoh.
ii. Simpanan/hutang dari pihak lain.
c. Pendapatan usaha keuangan bank syariah berupa bagi hasil atau mark up dari
pembiayaan yang diberikan dan biaya administrasi serta jasa tabungan bank
syariah dibank.
d. Biaya yang harus dipikul oleh bank syariah yaitu biaya operasi, biaya gaji,
manajemen, kantor dan bagi hasil simpanan nasabah penabung.
50
J. NOM
NOM merupakan rasio utama dalam penentuan rentabilitas suatu bank
syariah.36
rentabilitas adalah kemampuan sebuah bank syariah dalam
menghasilkan laba.NOM tidak tersurat dalam laporan keuangan bank nasional.
NOM bersumber dari pendapatan operasional bersih dibagi penjualan bersih.
Rasio ini bermanfaat untuk melihat seberapa besar suatu bank mampu meraih
berapa rupiah dari setiap produk atau jasa yang dipasarkan.
NOM tidak tersurat dalam laporan keuangan bank nasional. NOM
tersumber dari pendapatan operasional bersih dibagi penjualan bersih. Rasio ini
bermanfaat untuk melihat seberapa besar suatu bank mampu meraih berapa rupiah
dari setiap produk atau jasa yang dipasarkan.
Rumus menghitung NOM adalah sebagai berikut :
NOM =
X 100%
Ukuran kemampuan bank untuk mendapatkan laba dilakukan dengan cara
mengitung rasio-rasio rentabilitas. Rasio-rasio rentabilitas pada umumnya
membandingkan antara perolehan laba (net income) dan operasional usahanya atau
total aset.37
Beberapa rasio rentabilitas sebagai berikut :
36
Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 9/24/DPbs tahun 2007
37
Rimsky K Judisseno, Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama,2002) h.141
51
a. Gross Profit Margin adalah pengukuran kemampuan bank untuk
menghasilkan laba dari operasi usahanya yang murni
b. Return On Equity Capital adalah pengukuran kemampuan bank untuk
menghasilkan laba bersih ditinjau dari modal yang dimilikinya.
c. Net Income On Total Assets adalah pengukuran kemampuan bank untuk
menghasilkan pendapatan dari seluruh hartanya.
d. Interest Margin On Loans adalah pengukuran kemampuan bank untuk
menghasilkan laba atas kredit yang disalurkan.
Dalam melakukan ukuran-ukuran rentabilitas perlu memperhatikan hal-hal
berikut ini :
a. Pengukuran gross profit margin dilakukan dengan cara membandingkan
antara pos-pos operating income yang terdiri dari hasil bunga, provisi dan
komisi, pendapatan transaksi devisa, dan pendapatan lain-lain dengan
operating expenses yang merupakan seluruh biaya usaha bank seperti biaya
bunga dan provisi, biaya karena transaksi devisa, biaya tenaga kerja,
penyusutan, dan biaya lain-lain.
b. Pengukuran return on equity capital dilakukan dengan cara membandingkan
antara laba bersih dan modal bank yang terdiri dari laba bersih, modal disetor,
cadangan umum, dan laba yang ditahan.
c. Pengukuran net income on total assets dilakukan dengan cara
membandingkan antara perolehan laba bersih dengan seluruh aktiva
perusahaan yang terdiri dari aktiva lancar dan aktiva tetap.
52
d. Untuk pengukuran rate of return on loan dilakukan dengan cara
membandingkan antara penjumlahan interest and fees dan total pinjaman.38
Rasio rentabilitas ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan aktiva
produktif dalam menghasilkan laba. Kriteria penilaian peringkatnya :
Tabel 2.3 Matriks Kriteria Peringkat Komponen NOM
Rasio Peringkat
NOM > 3% 1
2% < NOM ≤ 3% 2
1,5% < NOM ≤ 2% 3
1,5% < NOM < 1,5 % 4
(Sumber : SE BI No. 9/24/DPbs tahun 2007)
K. Jumlah Pembiayaan (Total Financing)
Sistem perbankan yang berlaku di negara kita terdapat dua macam (dual
system), yaitu konvensional (yang masih menerapkan system bunga) dan syariah
(yang menitikberatkan pada bagi hasil), sebagai padanan kredit pada bank
konvensional,maka pada bank syariah dikenal dengan adanya aktivitas
pembiayaan.
Pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak
kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik yang
38
Ibid h.142
53
dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain,pembiayaan adalah
pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang direncanakan.39
Sedangkan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang
atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuaan atau
kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai
untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan atau bagi hasil.40
Dari pengertian tersebut di atas, dapat diketahui bahwa pembiayaan
merupakan pinjam meminjam uang antara bank sebagai pemberi pinjaman dengan
nasabah sebagai debitur. Dalam hal ini bank sebagai pemberi pinjaman percaya
kepada nasabahnya dalam jangka waktu yang telah disepakati, akan dibayar lunas.
Dan jika dihubungkan dengan kredit yang disalurkan perbankan, maka tugas
pokok bank mengadakan pembiayaan atau kredit sebenarnya adalah untuk
meningkatkan keuntungan dan pendapatan bank.
Yang menjadi perbedaan antara kredit yang diberikan oleh bank berdasarkan
konvensional dengan pembiayaan yang diberikan oleh bank berdasarkan prinsip
syariah adalah terletak pada keuntungan yang diharapkan. Bagi bank berdasarkan
prinsip konvensional, keuntungan diperoleh melalui bunga, sedangkan bagi bank
berdasarkan prinsip syariah berupa imbalan atau bagi hasil. Perbedaan lainnya
terdiri dari analisis pemberian pembiayaan (kredit) beserta persyaratannya.
39
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta, UPP AMM
YKPN,2002),h.17 40
UU no. 10 tahun 1998 tentang Perbankan di Indonesia
54
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah untuk melihat apakah variabel NPF, FDR,
Profitabilitas yang diukur melalui NOM, dan Jumlah Pembiayaan apakah
mendorong perusahaan untuk melalukan tindakan perataan laba yang dilakukan
pada bank syariah di Indonesia pada tahun 2011-2013.
B. Metode Penentuan Sampel
Pemilihan sampel diperoleh dengan menggunakan teknik purposive
sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu atas
dasar kesesuaian karakteristik sampel dengan kriteria pemilihan sampel yang
ditentukan. Adapun kriteria tersebut meliputi :
1. Perusahaan Perbankan Syari‘ah (Badan Usaha Syari‘ah/BUS) yang terdaftar di
Otoritas Jasa Keuangan selama periode penelitian 2011-2013.
2. Perusahaan Perbankan Syari‘ah yang mengeluarkan laporan keuangan triwulan
dan bulanan dari tahun 2011-2013 secara berturut-turut.
3. Secara konsisten tidak mengalami perubahan bentuk badan usaha pada periode
penelitian 2011-2013.
4. Perusahaan Perbankan Syari‘ah yang mempunyai aset yang terbesar sampai
Perusahaan Perbankan Syari‘ah yang sedang berkembang / aset masih kecil.
53
55
Dari kriteria yang telah disebutkan di atas maka terpilih sampel bank syariah
yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank
Mega Syariah, BNI Syariah, BRI Syariah, dan BCA Syariah.
C. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian ini adalah data sekunder, yaitu sumber data yang diperoleh
secara tidak langsung, melalui media perantara. Jenis data ini diperoleh dan
digali dari hasil oleh pihal kedua dari hasil penelitian lapangannya, baik berupa
data kualitatif maupun kuantitatif, jenis data ini juga sering disebut data eksternal.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari website
Otoritas Jasa Keuangan.41
dan website resmi dari perbankan syariah yang
dijadikan sampel penelitan.
D. Definisi Variabel Operasional
Variabel dependen atau biasa disebut variabel terikat adalah variabel yang
dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah perataan laba (income smoothing).
Variabel perataan laba ini berbentuk variabel dummy, dengan 1 untuk perusahaan
perata laba dan 0 untuk perusahaan bukan perata laba.
Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang membantu
menjelaskan varians dalam variabel terikat. Variabel Independen yang digunakan
41
www.ojk.go.id
56
dalam penelitian ini yaitu ), Risiko Pembiayaan yang diproksikan dengan Non
Performing Financing (NPF), Rasio likuiditas yang diproksikan dengan
Financing Deposit Ratio (FDR), Rasio Profitabilitas yang proksikan melalui Net
Operation Margin (NOM) dan Jumlah Pembiayaan (Total Financing).
NPF digunakan untuk mencerminkan risiko kredit, semakin kecil NPF
semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung pihak bank. Bank dengan NPF
yang tinggi akan memperbesar biaya, baik pencadangan aktiva produktif maupun
biaya lainnya, sehingga berpotensi pada kerugian bank. Variabel ini sudah
tercantum dari laporan keuangan publikasi bank. Variabel NPF ini didefinisikan
sebagai berikut :42
NPF = Jumlah Pembiayaan Bermasalah / Pembiayaan x 100%
Rasio FDR digunakan untuk mengukur likuiditas dengan perhitungan jumlah
kredit dibagi jumlah dana pihak ketiga (dana masyarakat) merupakan dana yang
dihimpun oleh bank melalui produk-produk simpanan antara lain giro, deposito,
tabungan dan pemberian jasa bank.43
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
FDR =
X 100%
42
Surat Edaran Bank Indonesia, Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 tentang
Pedoman Perhitungan Rasio Keuangan.
43
Indra Bastian dan Suhardjono, Akuntansi Perbankan, (Jakarta : Salemba Empat,2006) h.
20
57
Selanjutnya, variabel Profitabilitas diukur dengan menggunakan NOM,
NOM tidak tersurat dalam laporan keuangan bank nasional. NOM tersumber dari
pendapatan operasional bersih dibagi penjualan bersih. Rasio ini bermanfaat
untuk melihat seberapa besar suatu bank mampu meraih berapa rupiah dari setiap
produk atau jasa yang dipasarkan.
Rumus menghitung NOM adalah sebagai brikut :
NOM =
X 100%
Variabel jumlah pembiayaan (total financing), jumlah pembiayaan
digunakan dengan tujuan agar dapat menunjukan adanya implementasi dynamic
provisioning yang dilakukan oleh bank syariah. total financing merupakan total
pembiayaan yang diberikan bank syariah, atau dirumuskan sebagai berikut :
TL = Total Piutang Syariah + Total Pembiayaan Syariah
Piutang Syariah = Piutang Murabahah + Piutang Istishna
Pembiayaan Syariah = Pembiayaan Musyarakah + Pembiayaan Mudharabah
E. Teknik Analisis Data
Variabel dependen dalam penelitian ini, yaitu praktik perataan laba dengan
prediksi bahwa variabel tersebut dipengaruhi oleh variabel independen yaitu
Risiko Pembiayaan (NPF), Financing deposit ratio (FDR), Net Operational
Income (NOM), Total Financing, Net Operational Income (NOM).
58
Data yang telah dikumpulkan akan dianalisis melalui beberapa tahap.
Pertama analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui disperse dan distribusi
data. Kemudian dilakukan analisis inferensial menggunakan model multivariate
dengan menggunakan perangkat lunak IBM SPSS Statistic 20.
Untuk membuktikan perusahaan melakukan perataan laba, terlebih
dahulu dilakukan pemeriksaan terhadap variabilitas dari perubahan laba bersih
(net income) dengan koefisien variasi dari perubahan jumlah pendapatan
operasional. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan indeks eckel seperti
dalam penelitian Maksum, Waldani dan Syahfandi.
Rumus Indeks Eckel adalah sebagai berikut :44
Indeks Eckel =
Dimana,
CV. Δ I = Koefisien variasi dari variabel perubahan laba
CV.Δ S = Koefisien varian untuk perubahan pendapatan operasional
CV = Perubahan Laba dalam satu periode
Δ I = Perubahan penjualan atau pendapatan dalam satu periode
Δ S = Koefisien variasi dari variabel yaitu standar deviasi dibagi
dengan nilai yang diharapkan.
CV ∆I = dan CV ∆S =
44
Maksum, ―Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba Perbankan Syariah di
Indonesia‖, hlm. 58.
59
Dimana :
= standar deviasi laba
= rata-rata laba
= standar deviasi penjualan/pendapatan
= rata- rata penjualan/pendapatan
Adanya indikasi perataan laba yang dilakukan perbankan syariah akan
ditunjukan oleh CV atau sebaliknya untuk perusahaan yang tidak
melakukan tindak perataan laba. Data kategorial mengenai perusahaan perata
laba atau bukan perata laba diberikan data dummy. Dengan skor 0 untuk bank
yang tidak melakukan perataan laba dan skor 1 untuk bank perata laba.
Ashari dkk. dalam penelitian Frinta Pramitasari mengemukakan alasan
penggunaan indeks eckel untuk meneliti indikasi terjadinya praktik perataan laba
yaitu :45
1. Objektif dan berdasarkan pada statistic dan permisahan yang jelas antara
perusahaan perata laba dan bukan perata laba.
2. Mengukur terjadinya praktik perataan laba tanpa memaksakan prediksi
pendapatan, pembuatan model dari laba yang diharapkan pengujian biaya
atau pertimbangan yang subyektif.
45
Frinta Pramitasari, ― Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perataan Laba pada
Perusahaan Manufaktur dan Keuangan yang Terdaftar Di BEJ‖, skripsi, Fakultas Ekonomi
Universitas Brawijaya Malang (2009), hlm. 56.
60
3. Mengukur perataan laba dengan menjumlahkan pengaruh dari beberapa
variabel perata laba yang potensial dan menyelidiki pola dari perilaku
perataan laba selama periode waktu tertentu.
1. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan model logit (logistic regression) dianggap
sesuai karena variabel dependennya berupa variabel dummy (binary dependent
variable) atau bersifat dikotomi. Model logit adalah model regresi non linear
yang menghasilkan persamaan dimana variabel dependen bersifat kategorial.
Dalam pengujian multivariate yang menggunakan regresi logit tidak
memerlukan uji normalitas atas variabel bebas yang digunakan dalam model,
artinya variabel penjelas tidak harus memiliki distribusi normal, linier,
maupun memiliki varian yang sama dalam setiap group.46
Kelebihan dari
model logistik menurut Kuncoro dalam Ismed adalah lebih fleksibel
dibandingkan dengan teknik lain, yaitu :47
a) Model ini tidak memerlukan asumsi normalitas atas variabel independen
yang digunakan dalam model. Artinya variabel penjelas tidak harus
memiliki distribusi normal, linear maupun memiliki varian yang sama
dalam setiap kelompok. Seperti dinyatakan pula oleh Ghazali, dalam
analisis regresi logistik, asumsi multivariate normal distribution tidak
46
Imam Ghazali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19,
(Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2006) h. 333.
47
Ismed Wijaya, ―Pengaruh Profitabilitas, Financial Leverage, dan Pertumbuhan
Perusahaan Terhadap Propensity Income Smoothing pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia‖, tesis, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Medan, (2011), h. 65.
61
dapat dipenuhi karena variabel bebas merupakan campuran antara variabel
kontinyu (metric) dan kategorikal (non metrik). Dalam hal ini dapat
dianalisis dengan regresi logistic karena tidak perlu asumsi normalitas
data pada variabel bebasnya.
b) Variabel independen dalam model logit bisa campuran dari variabel
kontinu, diskrit atau dikotomi (dummy).
c) Regresi logistic amat bermanfaat digunakan apabila distribusi repon atas
variabel dependen diharapkan non linear dengan satu atau lebih variabel
bebas.
Berdasarkan jenis variabel dependennya, regresi logistik dapat dibedakan
menjadi 2, yaitu binary logistic regression (regresi logistic biner), dan
multinomal logistic regression (regresi logistic multinominal). Regresi logistic
biner digunakan jika hanya ada dua kemungkinan variabel respon (Y),
sedangkan regresi logistik multinominal digunakan ketika pada variabel
respon (Y) terdapat lebih dari 2 (dua) kategorisasi. Pada penelitian ini, hanya
terdapat dua kemungkinan variabel respon (Y) yaitu melakukan perataan laba
dan tidak melakukan perataan laba. Dua kategori variabel dependen ini
diwakili oleh angka 1 (melakukan perataan laba) dan 0 (tidak melakukan
perataan laba) sehingga model yang digunakan dalam penelitian ini adalah
model regresi logistic biner.
62
2. Pengujian Hipotesis
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, langkah pertama yang perlu
dilakukan adalah menilai overall fit model terhadap data. Pengujian yang
dilakukan yaitu dengan menggunakan pengujian goodness of fit dan Hosmer
and Lemeshow test. Uji goodness of fit dilakukan untuk mengetahui apakah
model cocok dengan data dan layak untuk digunakan dalam analisis penelitian
atau tidak.. Pengujian yang dilakukan yaitu dengan menilai keseluruhan
model dilakukan dengan cara memperhatikan angka pada 2 Loglike hood (-
2LL) Block Number = 0 dan -2 LogLikehood (-2LL) Block Number = 0
kepada -2 log likelihood (-2LL) Block Number = 1. Jika terjadi penurunan
angka dari -2 log likelihood
(-2LL) Block Number = 1 menunjukan model regresi yang baik. Log
likelihood pada regresi logistic mirip dengan pengertian “sum of squared
error‖ pada model regresi, sehingga penurunan log likelihood menunjukan
model regresi yang baik.
Berikutnya adalah menilai kelayakan model regresi (goodness of fit test)
yang menguji untuk melihat apakah data empiris cocok atau sesuai dengan
model dengan memakai uji hosmer dan lemeshow test. Untuk menguji apakah
data empiris cocok atau sesuai dengan model, maka digunakan hipotesis :
Ho : data empiris cocok dengan model
Ha : data tidak cocok dengan model
63
Pengujian dilakukan dengan cara membandingkan antara probabilitas
dengan 0.0. Sedangkan kriteria pengujian yang digunakan untuk menerima
atau menolak hipotesis nol (Ho) di atas adalah sebagai berikut :
Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0.0 maka Ho ditolak dan Ha
diterima
Jika nilai signifikansi lebih besar daripada 0.05 maka Ho diterima dan Ha
ditolak.
a. Model Summary (Koefisien Determinasi)
Model Summary dalam regresi logistic sama dengan pengujian R² pada
regresi linear berganda. Pada regresi logistik Cox dan Snell’s Square
merupakan ukuran yang mencoba meniru ukuran R² pada multiple
regression yang didasarkan pada teknik estimasi likelihood dengan nilai
maksimum kurang dari 1 (satu) sehingga sulit diinterpretasikan.
Nagelkerke R Square merupakan modifikasi dari koefisien Cox dan Snell
R Square untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 (nol) sampai
1 (satu).
Nilai Nagelkerke R Square dapat diinterpretasikan seperti nilai R² pada
multiple regression.48
b. Pengujian Hipotesis Secara Simultan
Pengujian hipotesis secara simultan pada regresi logistik dilakukan dengan
melihat tabel omnibus test of coefficient. Dasar pengambilan keputusan
berdasarkan nilai probabilitas.
48
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19, h. 341.
64
Ho : Seluruh variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel
dependen
Ha : Minimal ada satu variabel independen yang mempengaruhi variabel
dependen.
Dengan tingkat signifikansi (α) sebesar 0.05, maka kesimpulan yang
diambil adalah :
Jika p-value > 0,05 Ho diterima dan Ha ditolak.
Jika p—value < 0,05 Ho ditolak dan Ha diterima
c. Pengujian Hipotesis Secara Parsial
Variabel Financing Deposit Ratio (FDR), Jumlah Pembiayaan (total
financing),Risiko Pembiayaan (NPF), Profitabilitas yang diukur melalui
NOM dilakukan pengujian terhadap parameter (koefisien) yang telah ada,
apakah estimasi parameter dari masing-masing variabel independennya
layak untuk dimasukan kedalam persamaan tersebut atau tidak, statistik uji
yang digunakan adalah Wald test. Uji hipotesisnya adalah sebagai berikut
:
Ho : variabel independen tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel
dependen
Ha : variabel independen mempunyai pengaruh terhadap variabel
dependen.
Dengan tingkat signifikansi (α) sebesar 0.05, maka kesimpulan yang
dapat diambil adalah :
65
Jika p-value > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti variabel
independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
Jika p-value < 0,05 Ho ditolak dan Ha diterima, berarti variabel
independen berpengaruh terhadap variabel dependen.
Pengujian regresi logit dilakukan untuk melihat odds atau peluang
perusahaan tersebut melakukan perataan laba atau tidak. Model logistic
regression yang akan digunakan dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai
berikut :
Status=bₒ +b₁(NPF)+b₂(FDR)+b₃(NOM)+b₄(JumlahPembiayaan)
Dimana :
Status : status perusahaan
0 untuk perusahaan yang tidak melakukan perataan laba
1 untuk perusahaan yang melakukan perataan laba
NPF : Risiko Pembiayaan
FDR : Financing Deposit Ratio
NOM : Net Operational Income
Total Pembiayaan : Total Financing
Untuk melihat odds atau probabilitas perusahaan tersebut melakukan
perataan laba, dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut :49
49
Ibid, h. 335-336
66
Ln (odds) = bₒ +b₁(NPF)+b₂(FDR)+b₃(NOM)+b₄(JumlahPembiayaan)
Atau
=bₒ +b₁(NPF)+b₂(FDR)+b₃(NOM)+b₄(JumlahPembiayan)
Persamaan di atas ditransformasikan menjadi berikut :
1
( ) ( ) ( ) ( )
Dimana :
E : bilangan eksponensial
67
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Perhitungan Indeks Eckel
Pada perhitungan Indek Eckel skala yang digunakan adalah skala nominal
untuk menghitung suatu perusahaan melakukan perataan laba atau tidak tidak.
Indeks ini menggunakan coefficient variation (CV). Dengan menggunakan data
laba operasional dan pendapatan operasional laba operasional. Untuk mencari CV
∆ I terlebih dahulu harus mencari ∆ I yaitu selisih laba operasional yang didapat
selama satu periode. Lalu setelah mendapatkan selisih laba operasional dalam satu
periode dapat dicari standar deviasi dalam tiap triwulan selama setahun. Setelah
itu dicari rata-rata laba operasional per triwulan. Setelah mendapatkan nilai standar
deviasi laba operasional dan rata-rata laba operasional pertriwulan lalu untuk
mendapatkan nilai CV ∆ I = nilai standar deviasi laba operasional dibagi dengan
rata – rata laba operasional.
Sedangkan untuk menghitung CV ∆ S terlebih dahulu harus dicari ∆ S
yaitu selisih pendapatan operasional yang didapat selama satu periode. Lalu
setelah mendapatkan selisih pendapatan operasional dalam satu periode dapat
dicari standar deviasi dalam tiap triwulan selama setahun. Setelah itu dicari rata-
rata pendapatan operasional per triwulan. Setelah itu dicari rata-rata pendapatan
operasional per triwulan. Setelah mendapatkan nilai standar deviasi pendapatan
66
68
operasional dan pendapatan operasional pertriwulan lalu untuk mendapatkan nilai
CV ∆ I = nilai standar deviasi pendaptan operasional dibagi dengan rata–rata
pendapatan operasional.
Apabila :
CV ∆ I < CV ∆ S , maka perusahaan digolongkan sebagai perusahaan yang
melakukan perataan laba atau perata laba ( diberi dengan nilai 1)
CV ∆ I > CV ∆ S , maka perusahaan digolongkan sebagai perusahaan yang tidak
melakukan perataan laba atau bukan perata laba (diberi dengan nilai 0)
Untuk menaksir koefisien variasi laba operasional dan pendapatan operasional
digunakan laporan laba rugi bulanan periode 2011-2013.
B. Analisis Statistik Deskriptif
Variabel penelitan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak
lima (5) variabel, satu variabel dependen dan 4 variabel independen. Variabel
dependen dalam variabel ini adalah perataan laba sedangkan variabel independen
dalam variabel ini adalah Non Performing Financing (NPF), Financing Deposit
Ratio (FDR), Profitabilitas (NOM), dan Jumlah Pembiayaan. Tabel 4.1 berikut
akan menunjukan statistik deskriptif dari kelima variabel tersebut.
Tabel 4.1 Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation
PerataanLaba 72 .000 1.000 42.000 .58333 .496466
NPF 72 .001 .101 1.926 .02675 .014984
FDR 72 .741 1.065 65.407 .90843 .085916
NOM 72 .026 .403 9.571 .13293 .082832
Jumlahpembiaya
an 72 378444 54711700 1183553537 16438243.57 15653219.663
69
Valid N (listwise) 72
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
Dari tabel 4.1 di atas maka data-data tersebut dideksriptifkan sebagai berikut :
1. Jumlah seluruh observasi pengamatan penelitian adalah 72 observasi
pengamatan, dengan empat (4) variabel independen dan satu (1) variabel
dependen yaitu perataan laba.
2. Variabel independen pertama yaitu Non Performing Financing (NPF)
memiliki nilai minimum sebesar 0,001 (0,1%) yang dimiliki oleh PT Bank
BCA Syariah pada periode 2012. Dan nilai maksimum sebesar 0,101 (10,1%)
yang dimiliki oleh PT Bank BCA syariah pada periode desember 2013.
Sementara itu nilai rata-rata (mean) dari data Non Performing Financing
(NPF) pada bank syariah adalah 0,02675 (2,6%). Dan penyimpangan rata-rata
sebesar 0,014984 (1,4%). Dilihat dari nilai rata-rata sebesar 0,02675 (2,6%),
dapat disimpulkan bahwa bank syariah pada umumnya memiliki NPF yang
cukup rendah dibawah ketentuan nilai maksimum NPF yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia untuk menilai tingkat kesehatan bank, yaitu 5 %.
3. Variabel independen kedua adalah Financing Deposit Ratio (FDR), yaitu
memiliki nilai minimum sebesar 0,741 (74,1%) yang dimiliki oleh PT Bank
BCA Syariah pada Januari 2012. Dan nilai maksimum sebesar 1,065
(106,5%) yang dimiliki oleh PT Bank Muamalat Indonesia pada periode juni
2013. Sementara itu nilai penyimpangan rata-rata sebesar 0,085916
(8,5916%). Dilihat dari nilai rata-rata sebesar Financing Deposit Ratio (FDR)
70
pada bank syariah adalah 0,90843 (90,843%) dapat disimpulkan bahwa bank
syariah pada rata-rata masih jauh di atas rata-rata 100% hal tersebut
mengindikasikan pembiayaan bank syariah lebih besar dari DPK sehingga
menunjukan bahwa uang yang digunakan bank syariah untuk menyalurkan
pembiayaan berasal dari sumber lain seperti hutang dan modal.
4. Variabel independen ketiga adalah Net Operation Margin (NOM), yaitu
memiliki nilai minimum sebesar 0,026 (2,6%) yang dimiliki oleh PT Bank
Muamalat Indonesia pada periode Januari 2013. Dan nilai maksimum sebesar
0,403 (40,3%). Sementara itu nilai penyimpangan rata-rata sebesar 0,082832
(8,2832%). Dilihat dari nilai rata-rata sebesar Net Operation Margin (NOM)
pada bank syariah adalah 0,13293 (13,29%) dapat disimpulkan bahwa aktiva
produktif bank syariah cukup tinggi dalam menghasilkan laba.
5. Variabel independen keempat adalah Jumlah Pembiayaan, yaitu memiliki nilai
minimum sebesar 378444 yang dimiliki oleh PT Bank BCA syariah pada
periode Januari 2011. Dan nilai maksimum sebesar 54711700 yang dimiliki
oleh PT Bank Syariah Mandiri pada periode Desember 2013. Sementara itu
nilai penyimpangan rata-rata sebesar 15653219.663. Dilihat dari nilai rata-rata
Jumlah Pembiayaan pada bank syariah adalah sebesar 16438243.57 dapat
disimpulkan Jumlah Pembiayaan yang disalurkan sudah tersalurkan dengan
cukup baik.
6. Variabel dependen adalah perataan laba, variabel ini juga merupakan variabel
numerika yang menggunakan variabel dummy, dimana perusahaan yang
71
melakukan perataan laba diberi nilai satu (1) sebagai nilai maksimum dan
yang tidak melakukan perataan laba diberi nilai nol (0) sebagai nilai
minimum. Sehingga dengan jelas dapat diketahui bahwa range antara data
adalah sebesar satu (1), dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 0,85333 dan
standar deviasi sebesar 0.496466. Menunjukan perbedaan yang signifikan
antara nilai rata-rata dengan nilai standar deviasi.
C. Statistika Inferensial
1. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Uji ini digunakan untuk menilai model yang telah dihipotesakan telah fit
atau tidak dengan data. Nilai yang diberikan untuk variabel dependen dimana
variabel ini adalah variabel yang menggunakan variabel dummy adalah 1 dan
0. Apabila bernilai 1 bermakna perusahaan melakukan perataan laba dan
apabila bernilai 0 maka perusahaan tidak melakukan perataan laba. Menilai
keseluruhan model dilakukan dengan cara memperhatikan angka pada -2 Log
Likelihood (-2LL) Block Number = 0 dan -2 Log Likehood (-2LL) Block
Number = 1
72
Tabel 4.2 Overall Model Fit
Iteration Historya,b,c,d
Iteration -2 Log likelihood Coefficients
Constant LN_NPF LN_FDR LN_NOM LN_JumlahPem
biayaan
Step 1
1 88.424 9.601 .111 5.203 .802 -.409
2 88.273 10.845 .126 5.972 .914 -.460
3 88.273 10.897 .126 6.006 .919 -.462
4 88.273 10.897 .126 6.006 .919 -.462
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
Menilai model fit dapat dlihat dari nilai statistic -2Log L terlihat pada
Block 0 tanpa variabel hanya konstanta saja model terlihat tidak fit setelah
dmasukan 4 variabel baru maka nilai -2LogL turun menjadi 88,273 atau
terjadi penurunan sebesar 9,531. Penurunan ini signifikan jika dibandingkan
dengan tabel tabel c2. Df1 = (n-k) = 72 Df2 = 72-4 = 68 jadi selisih df = 72-
68 = 4. Dari tabel c2 dengan df = 4 didapat angka = 9,487. Oleh karena 9,531
lebih besar dari tabel maka dapat dikatakan bahwa selisih penurunan -2LogL
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log likelihood Coefficients
Constant
Step 0
1 97.804 .333
2 97.804 .336
3 97.804 .336
73
signifikan. Hal ini berarti penambahan variabel independen kedalam model
memperbaiki model fit.
2. Menilai Kelayakan Model Regresi (Goodness Of Fit Test)
Uji ini dilakukan untuk melihat apakah data empiris cocok atau sesuai
dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model
dikatakan fit). Jika nilai Hosmer dan Lemeshow goodness of fit test statistic
adalah sama dengan atau kurang dari 0,05, berarti ada perbedaan signifikan
antara model dengan observasinya sehingga goodness fit tidak baik, karena
model tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Sebaliknya jika nilai
Hosmer dan Lemeshow goodness of fit test kebih besar dari 0,05 berarti model
mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan bahwa model
dapat diterima karena cocok dengan data observasinya.50
Tabel 4.3 Hosmer and Lemeshow Test
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square Df Sig.
1 7.141 8 .521
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa nilai statistik Hosmer
dan Lemshow Goodness of Fit sebesar 7,141 dengan probabilitas signifikansi
0,521, nilai ini di atas 0,05 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model
50
Ibid, h. 341
74
tersebut diterima karena cocok dengan data observasinya (tidak ada perbedaan
dengan data sehingga model dapat dikatakan fit).
3. Model Summary (Koefisien Determinasi)
Untuk melihat tingkat variasi data dalam penelitan ini akan
menggunakan Cox & Snell R Square dan Nagelkerke R Square Cox dan
Snell’s Square merupakan ukuran yang mencoba meniru ukuran R² pada
multiple regression yang didasarkan pada teknik estimasi likelihood dengan
nilai maksimum kurang dari 1 (satu) sehingga sulit diinterpretasikan.
Nagelkerke R Square merupakan modifikasi dari koefisien Cox dan Snell R
Square untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 (nol) sampai 1
(satu). Nilai Nagerlkerke R Square dapat diinterpretasikan seperti nilai R²
pada multiple regression.
Tabel 4.4 Model Summary
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 88.273a .124 .167
Sumber : Pengolahan Hasil SPSS
Dengan melihat tabel 4.4 di atas nilai Cox Snell’s R Square sebesar
0,161 dan nilai Nagelkerke R Square sebesar 0,167 yang berarti variabilitas
variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabilitias variabel independen
75
adalah sebesar 16,7% sedangkan sisanya sebesar 83,3% dipengaruhi oleh
faktor lain yang tidak dijelaskan pada model penelitian.
D. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah menggunakan metode
regresi logistik, dimana secara teoritis fungsi regresi logistik dengan memakai
SPSS akan memberikan hasil estimasi prevelensi atau proporsi p yang persis
sama dengan prevelensi berdasarkan statistik deskriptif. Pengujian hipotesis
dengan metode ini dilakukan untuk melihat pengaruh Non Performing Financing
(NPF), Financing Deposit Ratio (FDR), Net Operation Margin (NOM), Jumlah
Pembiayaan terhadap praktik perataan laba pada Perusahaan Perbankan Syariah
yang ada di Indonesia. Berikut adalah ikhtisar pengolahan data dengan
menggunakan metode regresi logistik :
Dari tabel pengolahan data di atas maka dapat dianalisis bahwa jumlah
seluruh kasus yang diolah dalam penelitian ini adalah sebanyak 72 observasi,
dimana jumlah ini berasal dari laporan keuangan triwulan dari 6 perbankan
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases
Included in Analysis 72 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 72 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 72 100.0
76
syariah dikalikan dengan 3 tahun (2011-2013). Jika dilihat dari persentasenya
kasus tersebut layak untuk diolah dengan regresi logit.
Metode regresi logistik yang digunakan adalah metode regresi logistik
dengan metode enter dimana dengan menggunakan metode ini berarti seluruh
variabel bebas (independen) disertakan dalam pengolahan (analisis) data untuk
mengetahui variabel mana yang berpengaruh terhadap variabel dependen.
1. Pengujian Hipotesis Secara Simultan
Pengujian hipotesis secara simultan pada regresi logistik dilakukan dengan
melihat signifikansi pada tabel omnibus tes of coefficient.
Tabel 4.5 Omnibus Test of Model Coefficients
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa p-value < 0,05 maka
dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, dengan kata lain bahwa
minimal ada satu variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen. Ada pengaruh signifikan secara simultan karena nilai p value
Chi-Square sebesar 0,049 di mana < Alpha 0,05 atau nilai Chi-Square Hitung
9,531 > Chi-Square tabel 7,815.
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square Df Sig.
Step 1
Step 9.531 4 .049
Block 9.531 4 .049
Model 9.531 4 .049
77
2. Pengujian Hipotesis Secara Parsial
Tabel 4.6 Variabel in the Equation
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step
1a
LN_NPF .126 .333 .144 1 .705 Tidak Signifikan
LN_FDR 6.006 3.508 2.931 1 .087 Tidak Signifikan
LN_NOM .919 .440 4.366 1 .037 Signifikan
LN_JumlahPembiayaan -.462 .319 2.090 1 .148 Tidak Signifikan
Constant 10.897 6.134 3.156 1 .076 53996.625
a. Variable(s) entered on step 1: LN_NPF, LN_FDR, LN_NOM, LN_JumlahPembiayaan.
Dari hasil koefisien regresi tersebut, selanjutnya dapat dibuat persamaan dari model
penelitian, yaitu sebagai berikut :
Ln(Perataan Laba) = 10,897 + 0,126 (LnNPF) + 6,006 (LnFDR) + 0,919 (LnNOM) – 0,462 (LnJumlah
pembiayaan).
Atau
Ln
= 10,897 + 0,126 (LnNPF) + 6,006 (LnFDR) + 0,919 (LnNOM) – 0,462 (LnJumlah
pembiayaan).
Persamaan ini dapat ditransformasikan menjadi :
Perataan laba =
( ) ( ) ( ) ( )
Berdasarkan hipotesis yang telah diajukan pada pembahasan
sebelumnya, setelah dilakukan analisis maka hasil yang ditunjukan adalah :
78
H₁ = Non Performing Financing (NPF) Berpengaruh Positif Tidak
Signifikan Terhadap Praktik Perataan Laba Pada Perbankan Syariah.
Variabel Non Performing Financing (NPF) dalam tabel di atas
menunjukan pengaruh sebesar 0,126 dengan tingkat signifikansi 0,705 karena
koefisien yang diterima adalah positif tetapi tidak signifikan dengan nilai
signifikansi ini sebesar 0,705 dibawah di atas 0,05 (5%) maka dapat disimpulkan
bahwa hipotesis pertama tidak dapat diterima. Sehingga kenaikan atau
penurunan nilai NPF tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba yang
dilakukan perusahaan.
H₂ = Financing Deposit Ratio (FDR) Berpengaruh Positif Tidak Signifikan
Terhadap Perataan Laba pada Perbankan Syariah.
Variabel Financing Deposit Ratio (FDR) dalam tabel di atas
menunjukan pengaruh sebesar 6,006 dengan tingkat signifikansi 0,087 karena
koefisien yang diterima adalah positif tetapi tidak signifikan dengan nilai
signifikansi ini sebesar 0,087 di atas 0,05 (5%) maka dapat disimpulkan bahwa
hipotesis kedua tidak dapat diterima. Sehingga kenaikan atau penurunan nilai
FDR tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba yang dilakukan
perusahaan.
79
H₃ = Net Operation Margin (NOM) Berpengaruh Positif Signifikan
Terhadap Perataan Laba pada Perbankan Syariah.
Melalui tabel hasil pengujian di atas didapatkan bahwa variabel Net
Operation Margin (NOM) mempunyai koefisien positif sebesar 0,919 dengan
signifikansi sebesar 0,037 dimana nilai signifikansi ini berada dibawah signifikansi
0.05 (5%) maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketiga dapat diterima, yang
berarti variabel NOM berpengaruh positif signifikan terhadap perataan laba pada
perusahaan perbankan di Indonesia, atau dengan kata lain bahwa apabila semua
parameter dianggap konstan, maka setiap kenaikan satu unit ukuran NOM suatu
perusahaan, akan meningkatkan peluang suatu perusahaan melakukan praktik
perataan laba sebesar 0,919.
H₄ = Jumlah Pembiayaan Berpengaruh Negatif Signifikan Terhadap
Perataan Laba Pada Perbankan Syariah.
Hasil pengujian di atas didapatkan bahwa variabel Jumlah Pembiayaan
mempunyai koefisien negatif sebesar -0,642 dengan tingkat signifikansi 0,148
karena koefisien yang diterima adalah negatif dan tidak signifikan dengan nilai
signifikansi ini sebesar 0,148 di atas 0,05 (5%) maka dapat disimpulkan bahwa
hipotesis keempat tidak dapat diterima. Sehingga kenaikan atau penurunan nilai
jumlah pembiayaan (total financing) tidak berpengaruh terhadap praktik perataan
laba yang dilakukan perusahaan.
80
E. Interpretasi dan Pembahasan
1. Pengaruh Non Performing Financing (NPF) Terhadap Perataan Laba
Non Performing Financing (NPF) merupakan salah satu pengukur risiko
usaha bank yang menunjukan besarnya risiko pembiayaan bermasalah yang
ada pada bank tersebut. Bank dengan risiko pembiayaan yang tinggi akan
memperbesar biaya baik pencadangan PPAP maupun biaya lainnya sehingga
dapat mempengaruhi nilai laba.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Non Performing Financing
berpengaruh positif tidak signifikan terhadap praktik perataan laba dengan
nilai signifikansi 0,705 (lebih besar dari taraf signifikansi 5%). Hasil ini tidak
mendukung dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Syahfandi. Tidak berpengaruhnya NPF terhadap tindakan perataan laba
karena besarnya NPF bukan yang menjadi dasar manajer untuk melakukan
tindakan praktik perataan laba karena bank syariah akan berjaga jaga agar
tingkat risiko pembiayaan yang ditanggung menjadi turun.
2. Pengaruh Financing Deposit Ratio (FDR) Terhadap Perataan Laba
Financing Deposit Ratio (FDR) merupakan perbandingan antara
pembiayaan yang diberikan oleh Bank dengan Dana Pihak Ketiga yang
berhasil dihimpun Perbankan Syariah. Tinggi rendahnya rasio ini menunjukan
tingkat likuiditas bank tersebut. Jika likuiditas bank terganggu maka akan
mempengaruhi laba yang diperoleh oleh bank tersebut.
81
Hasil penelitian menunjukan bahwa Financing Deposit Ratio (FDR)
berpengaruh positif tidak signifikan terhadap praktik perataan laba dengan
nilai signifikansi 0,051 (lebih besar dari taraf signifikansi 5%). Tidak
berpengaruhnya FDR terhadap tindakan perataan laba karena besarnya FDR
bukan yang menjadi dasar manajer untuk melakukan tindakan praktik
perataan laba karena bank syariah akan berjaga jaga agar tingkat likuiditas
bank syariah dapat terpenuhi dalam menjalankan kegiatan operasional bank
syariah.
3. Pengaruh Profitabilitas (NOM) Terhadap Perataan Laba
Profitabilitas perusahaan merupakan salah satu hal yang paling
diperhatikan oleh investor dari laporan keuangan perusahaan karena
profitabilitas menunjukan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.
Dalam hasil penelitian ini menunjukan bahwa profitabilitas berpengaruh
positif signifikan terhadap praktik perataan laba yang dilakukan oleh bank
syariah dengan nilai signifikansi 0,037 (< signifikansi 5%). Berpengaruhnya
NOM terhadap dilakukannya tindakan perataan laba disebabkan karena pihak
manajemen perusahaan untuk mendapatkan bonus yang diinginkan, dimana
diterima tidaknya dan besar kecilnya bonus berdasarkan jumlah laba
perusahaan yang dapat mereka hasilkan. Oleh karena itu, pihak manajemen
berusaha menampilkan laba yang baik agar keinginan pribadinya untuk
mendapatkan bonus terpenuhi.
82
4. Pengaruh Jumlah Pembiayan Terhadap Perataan Laba
Total kredit (total financing/ TF) adalah jumlah pembiayaan syariah
terhadap dan juga merupakan proxy untuk profil jumlah pembiayaan bank.
Total pembiayaan dapat menunjukan adanya implementasi dynamic
provisioning yang dilakukan oleh bank syariah. Pada hasil penelitian ini
menunjukan bahwa jumlah pembiayaan berpengaruh negatif dan tidak
signifikan dengan nilai signifikansi ini sebesar 0,148 di atas 0,05 (5%) maka
dapat disimpulkan bahwa hipotesis keempat tidak dapat diterima. Tidak
berpengaruhnya Jumlah Pembiayaan terhadap tindakan perataan laba karena
besarnya jumlah pembiayaan yang disalurkan belum dapat mencerminkan
kinerja suatu perusahaan baik. Umumnya para pembaca keuangan akan
menilai tingkat keuntungan yang didapatkan suatu perusahan.
F. Implikasi Penelitian
Perataan laba adalah cara yang digunakan manajemen untuk mengurangi
fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan
perusahaan. Praktik perataan laba terkait erat dengan manajemen laba, yaitu
praktik manajemen laba dipengaruhi oleh konflik kepentingan antara manajemen
(agent) dan pemilik (principal) ketika semua pihak berusaha untuk mencapai dan
mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya.
83
Sasaran utamanya adalah untuk melunakan variabilitas laba setiap
tahunnya, dengan mengalihkan pendapatan dari tahun yang baik ketahun yang
buruk. Dalam hal ini pendapatan masa yang akan datang dapat dialihkan ketahun
sekarang atau sebaliknya. Demikinan pula dengan biaya dapat dimodifikasi
dengan mengalihkan beban atau kerugian dari periode ke periode. Ketatnya
persaingan dalam dunia usaha atau bisnis menjadi pemicu yang kuat bagi
manajemen perusahaan untuk menampilkan performa terbaik bagi perusahaan
yang dipimpinnya, karena baik buruknya performa perusahaan akan berdampak
terhadap nilai pasar perusahaan di pasar dan juga mempengaruhi minat investor
untuk menanam atau menarik investasinya dari sebuah perusahaan.
Dalam penelitian ini dari empat variabel yang diteliti terdapat dua
variabel yang terbukti positif signifikan terhadap perataan laba pada perbankan
syariah di Indonesia yaitu variabel Profitabilitas yaitu NOM artinya bahwa
kenaikan nilai variabel NOM akan mempengaruhi kemungkinan perusahaan
melakukan perataan laba. Sedangkan variabel NPF FDR,dan jumlah pembiayaan
tidak berpengaruh signifikan.
Walaupun dalam fatwa DSN MUI memperbolehkan perataan laba
namun harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku yang berarti dalam keadaan
yang diduga kuat akan menimbulkan risiko pengalihan/penarikan dana nasabah
akibat tingkat kompetitif yang tidak wajar.
Perataan Laba dapat merubah kandungan informasi atas laba yang
dihasilkan perusahaan namun dapat dilakukan selama tidak bertentangan dengan
84
aturan pelaporan keuangan dalam Prinsip-Prinsip Akuntansi Berterima Umum
(PABU), khususnya dalam standar akuntansi yaitu, dengan cara memanfaatkan
peluang untuk membuat estimasi akuntansi yaitu dengan cara memanfaatkan
peluang untuk membuat estimasi akuntansi, melakukan perubahan metode
akuntansi, dan menggeser periode pendapatan atau biaya. Adapun manajemen
laba yang dilakukan secara illegal (disebut juga dengan financial fraud),
dilakukan dengan cara-cara yang diperbolehkan oleh Pedoman Akuntansi
Berterima Umum (PABU), yaitu dengan cara melaporkan transaksi-transaksi
pendapatan atau biaya secara fiktif dengan cara menambah (mark up) atau
mengurangi (mark down) nilai transaksi, atau mungkin dengan tidak melaporkan
sejumlah transaksi sehingga akan menghasilkan laba pada nilai/tingkat tertentu
yang dikehendaki.
Perusahaan perbankan syariah seharusnya menjalankan sistem
operasional yang sesuai dengan nilai-nilai syariah karena perbankan syariah tidak
hanya profit oriented tapi juga falah oriented. Penyampaian laporan keuangan
yang relevan dan reliable merupakan bagian dari bukti nilai amanah yang
dijunjung tinggi dalam ajaran islam. Dalam perataan laba ini walaupun sudah
sesuai dengan PABU akan tetapi dapat menimbulkan kesalahpahaman terhadap
kondisi keuangan yang sebenarnya. Dan akan menyebabkan kesalahan
pengambilan keputusan ini dapat menimbulkan kerugian bagi pihak tertentu. Hal
ini lah yang tidak dikehendaki oleh Islam karena tidak sesuai dengan prinsip adil
dan saling menguntungkan yang terkandung dalam Q.S An- Nisa ayat 29.
85
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel Non Performing
Financing (NPF), Financing Deposit Ratio (FDR), Net Operation Margin
(NOM), dan Jumlah Pembiayaan terhadap praktik perataan laba pada Perbankan
Syariah di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah
diuraikan pada bab sebelumnya, berikut kesimpulan dari hasil penilitian yang
diperoleh :
1. a. Variabel Non Performing Financing (NPF) secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba perbankan syariah.
Sehingga penurunan atau kenaikan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap perataan laba jadi hipotesis pertama (H1) ditolak karena nilai <
0,05.
b. Hasil pengujian secara parsial terhadap variabel Financing Deposit Ratio
(FDR) tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba perbankan
syariah. Sehingga penurunan atau kenaikan berpengaruh tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap perataan laba jadi hipotesis pertama (H2) ditolak
karena nilai < 0,05.
86
c. Hasil pengujian terhadap variabel Profitabilitas yang diwakili oleh nilai Net
Operation Margin (NOM) perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap
praktik perataan laba. Semakin tinggi nilai NOM makan peluang perbankan
syariah melakukan praktik perataan laba semakin tingi. Sehingga hipotesis
ketiga (H3) diterima karena nilai > 0,05.
d. Hasil pengujian secara parsial variabel Jumlah Pembiayaan menunjukan
hasil negatif tidak signifikan yang berarti setiap kenaikan atau penurunan
jumlah pembiayaaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perataan
laba jadi hipotesis pertama (H4) ditolak karena nilai < 0,05.
2. Variabel NPF, FDR, NOM dan Jumlah Pembiayaan (total financing) dilihat
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba. Ada
pengaruh signifikan secara simultan karena karena nilai p value Chi-Square
sebesar 0,049 di mana < Alpha 0,05 atau nilai Chi-Square Hitung 9,531 >
Chi-Square tabel 7,815.
B. Keterbatasan Penelitian
Penulis menyadari penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan
yang perlu untuk diperbaiki pada penelitian-penelitian selanjutnya. Keterbatasan
yang dapat diungkapkan disini adalah :
1. Karena keterbatasan data yang diperoleh, penelitian ini hanya menggunakan
sampe 6 (bank) Bank Umum Syariah dengan periode penelitian 3 (tiga)
tahun, yaitu tahun 2011-2013.
84
87
2. Penelitian ini hanya menggunakan 4 faktor yang mempengaruhi perataan
laba, antara lain Non Performing Financing (NPF), Financing Deposit Ratio
(FDR), Net Operation Margin (NOM), Jumlah Pembiayaan.
C. Saran
1. Diharapkan kepada investor maupun pengguna laporan keuangan lainnya
untuk lebih teliti dalam menilai laporan keuangan.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan menambahkan jumlah sampel, selain itu
juga menggali faktor-faktor yang lain yang diperkirakan mempengaruhi
praktik perataan laba.
3. Diharapkan penelitian selanjutnya akan menambah jumlah sampel Bank
Umum Syariah karena pada penelitian ini hanya menggunakan 6 sampel Bank
Umum Syariah
88
DAFTAR PUSTAKA
Al- Quran
Bastian, Indra dan Suhardjono. Akuntansi Perbankan. Jakarta : Salemba Empat,2006.
Belkaoui, Ahmed, Riyahi. Teori Akuntansi. Jakarta : Salemba Empat. Edisi 5, 2006.
El, Rahmawati et. ―Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba
pada Perbankan Publik yang Terdaftar di BEJ‖, makalah disampaikan pada
Simposium Nasional Akuntansi IX, 2006.
Dwiatmini S, Nurkholis, ―Analisis Reaksi Pasar Terhadap Informasi Laba : Kasus
Praktik Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek
Jakarta,2001. Jurnal TEMA. Vol 2 (1), 2001.
Fatwa DSN MUI nomer 87/DSN-MUI/XII/2012 tentang Metode Perataan
Penghasilan (Income Smoothing) Dana Pihak Ketiga.
Ghazali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19,
Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2006.
Harahap, Sofyan Syafri. Akuntansi Islam. Jakarta : Bumi Aksara , 1997.
Ihsan, Dwi Nur‘aini Ihsan. Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah, Jakarta :
UIN Jakarta Press, 2013.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta :
BPFE, 2002.
Mashud, Ali.Manajemen Risiko Strategi Perbankan dan Dunia Usaha Menghadapi
Tantangan Global Bisnis, Jakarta : PT Grafindo Persada, 2006.
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN,
2005.
Munawir. Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keempat, Yogyakarta : BPFE, 2002.
Nasser, E.M dan Herlina.―Pengaruh Size, Profitabilitas, dan Leverage terhadap
Perataan Laba pada Perusahaan Go Public‖. Jurnal Ekonomi. Vol.7, 2003.
89
Nurhayati, Sri dan Wasilah. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta : Salemba
Empat, 2009.
Otoritas Jasa Keuangan, Laporan Keuangan Bank Syariah tahun, 2013.
Padmantyo, Sri. Analisis Manajemen Laba pada Laporan Keuangan Perbankan
Syariah, Jurnal Manajemen dan Bisnis Vol. 14 no 2 desember, 2010.
Prihat , Assih dan Gudono. ‗‘Hubungan tindakan perataan laba dengan reaksi pasar
atas pengumuman informasi laba perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta‘‘. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, No.3, 2014.
Pramitasari, Frinta. ― Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perataan Laba
pada Perusahaan Manufaktur dan Keuangan yang Terdaftar Di BEJ‖, skripsi,
Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang, 2009.
PSAK No. 1 Tentang Penyajian Laporan Keuangan, Revisi 2009.
Rivai, Veitzal, Bank dan Financing Institution Management (Conventional and Sharia
System), Jakarta: PT Grafindo Persada,2007.
Sartono,Agus. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE
Universitas Gajah Mada, 2010.
Sholihah, Nimatus. ― Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, PLAN dan Risiko
Perusahaan Terhadap Perataan Laba pada Perbankan Syariah di Indonesia‖.
Skripsi program studi keuangan islam, Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2007.
Sopa, Sugiarto. Perataan Laba Dalam Mengantisipasi Laba Masa Depan Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional
Akuntansi VI Oktober, 2003.
Sulistiawan, Dedhy, dkk. Creative Accounting Mengungkap Manajemen Laba dan
Skandal Akuntasi. Jakarta: Salemba Empat, 2011.
Sulistyanto, Sri. Manajemen Laba dan Teori Empiris. Jakarta : Grasindo, 2008.
Syarif, Sofyan Teori Akuntansi. Jakarta : Lembaga Pengembangan Fakultas Ekonomi
Universitas Trisakti LPFE Usakti,1999.
Surat Edaran Bank Indonesia No. 3/30/DPNP tanggal 14 desember 2001.
Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 9/24/DPbs tahun 2007.
90
Surat Edaran Bank Indonesia, Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 tentang
Pedoman Perhitungan Rasio Keuangan.
Widaryanti. ―Analisis Perataan Laba dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Fokus Ekonomi
Vol 4 no.2, Desember 2009.
Wijaya, Ismed. ―Pengaruh Profitabilitas, Financial Leverage, dan Pertumbuhan
Perusahaan Terhadap Propensity Income Smoothing pada Perusahaan
Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia‖, tesis, Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Medan, 2011.
Wilson RI Tobig,et al. ‗‘Perataan Laba Melalui Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif (PPAP) Sektor Perbankan‖ Jurnal Akuntabilitas Vol 9:1,
September 2009.
Wisnumurti,Adhika. ―Analisis Pengaruh Corporate Governance Terhadap Hubungan
Asimetri Informasi dengan Praktik Manajemen Laba ( Studi pada Perusahaan
Perbankan yang Terdaftar di BEI)‖, skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro Semaran, 2010.
91
LAMPIRAN 1
Hasil Tabulasi Indeks Eckel
Bank Tahun Triwulan CV ∆ I CV ∆ S IPL Perataan
Laba
BMI 2011 Maret 1.168 0,992 1,177 Ya
Juni 0,108 0,882 0,123 Tidak
September 0,414 0,847 0,489 Tidak
Desember 0,197 1,167 0,169 Tidak
2012 Maret 1,226 1,270 0,965 Tidak
Juni 0,032 0,029 1,088 Ya
September 0,081 0,067 1,209 Ya
Desember 0,142 0,394 0,361 Tidak
2013 Maret 1,199 1,225 0,979 Tidak
Juni 0,774 0,495 0,156 Ya
September 0,037 0,516 0,071 Tidak
Desember 0,851 1,094 0,777 Tidak
BSM 2011 Maret 1,208 1,237 0,976 Tidak
Juni 0,153 0,029 5,112 Ya
September 0,175 0,039 4,424 Ya
Desember 0,015 0,240 0,063 Tidak
2012 Maret 1,208 1,301 0,928 Tidak
Juni 0,092 0,028 3,258 Ya
September 0,034 0,027 1,242 Ya
Desember 0,049 0,066 0,741 Tidak
2013 Maret 1,231 1,320 0,932 Tidak
Juni 0,664 0,325 2,044 Ya
September 0,543 1,060 0,512 Tidak
Desember 1,359 0,198 6,861 Ya
MegaSyariah 2011 Maret 1,387 1,345 1,031 Ya
Juni 0,377 0,013 28,534 Ya
September 0,441 0,014 29,693 Ya
Desember 0,252 0,410 0,613 Tidak
2012 Maret 0,794 1,250 0,635 Tidak
Juni 0,041 0,070 0,585 Tidak
September 0,073 0,019 3,765 Ya
Desember 0,043 0,021 2,072 Ya
2013 Maret 1,263 1,258 1,003 Ya
Juni 0,138 0,038 3,614 Ya
September 0,153 0,071 2,154 Ya
Desember 0,133 0,075 1,499 Ya
92
BNIsyariah 2011 Maret 0,403 1,024 0,394 Tidak
Juni 0,553 0,054 10,213 Ya
September 0,624 0,303 2,507 Ya
Desember 0,954 0,551 1,730 Ya
2012 Maret 1,213 1,368 0,886 Ya
Juni 0,295 0,372 0.793 Tidak
September 0,851 0,241 3,517 Ya
Desember 0,150 0,155 0,965 Tidak
2013 Maret 1,212 1,215 0,997 Tidak
Juni 0,530 0,269 1,964 Ya
September 0,522 0,047 11,015 Ya
Desember 0,706 0,132 5,320 Ya
BRIsyariah 2011 Maret 0,523 1,212 0,431 Tidak
Juni 0,438 0,053 8,166 Ya
September 1,142 0,236 4,284 Ya
Desember 0,662 0,150 4,392 Ya
2012 Maret 1,547 1,271 4,392 Ya
Juni 0,534 0,224 2,382 Ya
September 0,184 0,220 0,835 Tidak
Desember 0,422 0,208 2,023 Ya
2013 Maret 1,301 1,321 0,984 Tidak
Juni 0,057 0,115 0,498 Tidak
September 1,133 0,211 5,364 Ya
Desember 0,803 0,282 2,845 Ya
BCAsyariah 2011 Maret 1,296 1,155 1,155 Ya
Juni 0,025 0,057 0,444 Tidak
September 0,118 0,007 15,685 Ya
Desember 0,048 0,020 2,328 Ya
2012 Maret 1,571 1,286 1,221 Ya
Juni 0,879 0,069 12,605 Ya
September 0,273 0,050 5,353 Ya
Desember 0,271 0,052 5,194 Ya
2013 Maret 1,222 1,298 0,941 Tidak
Juni 0,058 0,061 0,960 Tidak
September 0,021 0,036 0,575 Tidak
Desember 0,216 0,080 2,703 Ya
93
LAMPIRAN 2
TABULASI VARIABEL DEPENDEN DAN INDEPENDEN
Bank Periode NPF FDR NOM Jumlah
Pembiayaan
Status
BMI 2011 : 1 0,047 0,958 0,035 16.734.939 1
BMI 2011 : 2 0,043 0,957 0,067 18.652.902 0
BMI 2011 : 3 0,045 0,924 0,095 19.974.700 0
BMI 2011 : 4 0,026 0,851 0,104 21.803.791 0
BMI 2012 : 1 0,027 0,971 0,028 23.009.572 0
BMI 2012 : 2 0,028 0,998 0,057 25.883.546 1
BMI 2012 : 3 0,022 0,999 0,082 28.775.656 1
BMI 2012 : 4 0,021 0,941 0,093 34.069.712 0
BMI 2013 : 1 0,021 1,021 0,026 36.864.304 0
BMI 2013 : 2 0,022 1,065 0,054 39.928.458 1
BMI 2013 : 3 0,021 1,034 0,078 41.388.015 0
BMI 2013 : 4 0,013 0,991 0,104 45.757.387 0
BSM 2011 : 1 0,033 0,841 0,041 27.698.513 0
BSM 2011 : 2 0,034 0,885 0,081 31.173.229 1
BSM 2011 : 3 0,032 0,898 0,111 33.268.888 1
BSM 2011 : 4 0,024 0,861 0,154 35.758.363 0
BSM 2012 : 1 0,025 0,872 0,039 38.020.308 0
BSM 2012 : 2 0,031 0,922 0,081 41.538.151 1
BSM 2012 : 3 0,031 0,939 0,121 43.887.184 1
BSM 2012 : 4 0,028 0,944 0,165 46.445.621 0
BSM 2013 : 1 0,034 0,956 0,044 48.465.056 0
BSM 2013 : 2 0,029 0,942 0,093 51.546.244 1
BSM 2013 : 3 0,034 0,912 0,137 53.204.409 0
BSM 2013 : 4 0,043 0,893 0,176 54.711.700 1
Megasyariah 2011 : 1 0,042 0,849 0,118 4.105.108 1
Megasyariah 2011 : 2 0,038 0,814 0,208 4.121.401 1
Megasyariah 2011 : 3 0,037 0,831 0,332 4.396.179 0
Megasyariah 2011 : 4 0,031 0,831 0,403 4.880.150 0
Megasyariah 2012 : 1 0,029 0,792 0,129 5.124.859 0
Megasyariah 2012 : 2 0,028 0,921 0,203 5.263.087 0
Megasyariah 2012 : 3 0,028 0,881 0,252 6.335.487 1
Megasyariah 2012 : 4 0,026 0,888 0,318 7.014.946 1
Megasyariah 2013 : 1 0,028 0,983 0,142 8.018.732 1
Megasyariah 2013 : 2 0,036 1,041 0,186 8.489.883 1
Megasyariah 2013 : 3 0,033 1,028 0,294 8.668.364 1
Megasyariah 2013 : 4 0,029 0,933 0,382 8.691.398 1
94
BNIsyariah 2011 : 1 0,044 0,765 0,053 5.311.206 0
BNIsyariah 2011 : 2 0,036 0,844 0,114 5.813.425 1
BNIsyariah 2011 : 3 0,036 0,861 0,171 6.036.036 1
BNIsyariah 2011 : 4 0,036 0,786 0,235 6.234.880 1
BNIsyariah 2012 : 1 0,042 0,787 0,049 6.769.802 1
BNIsyariah 2012 : 2 0,024 0,809 0,131 7.197.007 0
BNIsyariah 2012 : 3 0,023 0,853 0,173 8.117.093 1
BNIsyariah 2012 : 4 0,021 0,849 0,232 9.208.723 0
BNIsyariah 2013 : 1 0,021 0,801 0,056 10.307.353 0
BNIsyariah 2013 : 2 0,021 0,921 0,102 11.959.554 1
BNIsyariah 2013 : 3 0,021 0,963 0,151 13.482.913 1
BNIsyariah 2013 : 4 0,018 0,978 0,204 14.699.102 1
BRIsyariah 2011 : 1 0,024 0,974 0,036 6.315.928 0
BRIsyariah 2011 : 2 0,034 0,933 0,102 6.800.437 1
BRIsyariah 2011 : 3 0,028 0,955 0,124 7.514.776 1
BRIsyariah 2011 : 4 0,027 0,992 0,155 9.263.445 1
BRIsyariah 2012 : 1 0,033 1,017 0,049 9.844.692 1
BRIsyariah 2012 : 2 0,028 1,027 0,084 10.656.876 1
BRIsyariah 2012 : 3 0,028 0,999 0,119 11.275.101 0
BRIsyariah 2012 : 4 0,031 0,993 0,144 12.518.566 1
BRIsyariah 2013 : 1 0,031 1,009 0,031 13.229.669 0
BRIsyariah 2013 : 2 0,021 1,036 0,062 14.956.519 0
BRIsyariah 2013 : 3 0,029 1,056 0,101 15.737.663 1
BRIsyariah 2013 : 4 0,041 1,027 0,136 16.546.720 1
BCAsyariah 2011 : 1 0,001 0,768 0,073 378.444 1
BCAsyariah 2011 : 2 0,002 0,776 0,145 393.346 0
BCAsyariah 2011 : 3 0,003 0,799 0,207 504.457 1
BCAsyariah 2011 : 4 0,001 0,788 0,243 626.458 1
BCAsyariah 2012 : 1 0,001 0,741 0,063 639.284 1
BCAsyariah 2012 : 2 0,001 0,774 0,133 665.309 1
BCAsyariah 2012 : 3 0,001 0,916 0,195 841.165 1
BCAsyariah 2012 : 4 0,001 0,799 0,205 1.001.622 1
BCAsyariah 2013 : 1 0,009 0,863 0,054 1.072.506 0
BCAsyariah 2013 : 2 0,001 0,858 0,104 1.141.018 0
BCAsyariah 2013 : 3 0,007 0,889 0,141 1.299.983 0
BCAsyariah 2013 : 4 0,101 0,834 0,161 1.522.217 1
95
LOGISTIC REGRESSION VARIABLES PerataanLaba
/METHOD=ENTER LN_NPF LN_FDR LN_NOM LN_JumlahPembiayaan
/CLASSPLOT
/PRINT=GOODFIT CORR ITER(1)
/CRITERIA=PIN(0.05) POUT(0.10) ITERATE(20) CUT(0.5).
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases
Included in Analysis 72 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 72 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 72 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of
cases.
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log likelihood Coefficients
Constant
Step 0
1 97.804 .333
2 97.804 .336
3 97.804 .336
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 97.804
c. Estimation terminated at iteration number 3
because parameter estimates changed by less than
.001.
96
Iteration Historya,b,c,d
Iteration -2 Log likelihood Coefficients
Constant LN_NPF LN_FDR LN_NOM LN_JumlahPem
biayaan
Step 1
1 88.424 9.601 .111 5.203 .802 -.409
2 88.273 10.845 .126 5.972 .914 -.460
3 88.273 10.897 .126 6.006 .919 -.462
4 88.273 10.897 .126 6.006 .919 -.462
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 97.804
d. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.
Classification Tablea
Observed Predicted
Perataan Laba Percentage
Correct .000 1.000
Step 1 Perataan Laba
.000 14 16 46.7
1.000 9 33 78.6
Overall Percentage 65.3
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant .336 .239 1.981 1 .159 1.400
97
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1
Step 9.531 4 .049
Block 9.531 4 .049
Model 9.531 4 .049
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 7.141 8 .521
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a
LN_NPF .126 .333 .144 1 .705 1.135
LN_FDR 6.006 3.508 2.931 1 .087 405.744
LN_NOM .919 .440 4.366 1 .037 2.507
LN_JumlahPembiayaan -.462 .319 2.090 1 .148 .630
Constant 10.897 6.134 3.156 1 .076 53996.625
a. Variable(s) entered on step 1: LN_NPF, LN_FDR, LN_NOM, LN_JumlahPembiayaan.
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 88.273a .124 .167
a. Estimation terminated at iteration number 4 because
parameter estimates changed by less than .001.