pengaruh fdr, car, npf dan bopo terhadap net...

124
PENGARUH FDR, CAR, NPF DAN BOPO TERHADAP NET OPERATING MARGIN (NOM) BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) DI INDONESIA (PERIODE 2011-2016) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Oleh: IBRAHIM KHOLIL NASUTION 1112046100008 PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/ 2017 M

Upload: phungmien

Post on 03-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

PENGARUH FDR, CAR, NPF DAN BOPO TERHADAP NET OPERATING

MARGIN (NOM) BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS)

DI INDONESIA (PERIODE 2011-2016)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Oleh:

IBRAHIM KHOLIL NASUTION

1112046100008

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1438 H/ 2017 M

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(Curriculum Vitae)

I. Data Pribadi

Nama : Ibrahim Kholil Nasution

Tempat/Tanggal Lahir : Sigalapung, 15 Mei 1993

Jenis Kelamin : Laki-laki

Nama Ayah : Amir Hamzah Nasution (alm)

Nama Ibu : Derhana Harahap

Anak Ke Dari : 3 dari 4 bersaudara

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat : Sigalapung, kec. Huta Raja Tinggi, Kab. Padang

Lawas, Sumatra Utara.

No. Telp : 085211141332

E-mail : [email protected]

II. Pendidikan Formal

SD Negeri 101720 Panyabungan : Tahun 2000 - 2006

MTSs Al- Khoir Mananti : Tahun 2006 - 2009

MAN 2 Padangsidimpuan : Tahun 2009 - 2012

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : Tahun 2012 – 2017

ABSTRACT

Ibrahim Kholil Nasution, 1112046100008, The effect of the FDR, CAR, NPF and

BOPO towards Net Operating Margin (NOM) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

(BPRS) in Indonesia (2011-2015). Study Program of Islamic Banking, Islamic

Banking Concentration, Faculty of Economics and Business, State Islamic University

Syarif Hidayatullah Jakarta, in 1438 H / 2017

This study aims to analyze the effect of FDR, CAR, NPF And BOPO towards

Net Operating Margin (NOM) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) in

Indonesia. Data used is sequential research monthly data from January 2011-

December 2015 published on the website Otoritas Jasa Keuangan (OJK) in Islamic

Banking Monthly Statistical Report.

The method used is this study is the regression analysis of time series data by

using SPSS. Data consisted of Net Operating Margin (NOM), Financing to Deposit

Ratio (FDR) Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF) and

the Beban Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).

The result shows that FDR, CAR, NPF And BOPO operates simultaneously

significant effect towards NOM. And Partial FDR show the positive significant effect

towards NOM, CAR whereas, NPF and BOPO show negative significant effect

towards NOM.

Keywords: Profitability, NOM, FDR, CAR, NPF, BOPO , Multiple Linear

Regression

Advisor :Prof. Dr. H. Faturrahman Djamil, MA

Bibliography :2000 – 2016

ABSTRAK

Ibrahim Kholil Nasution, 1112046100008, Pengaruh FDR, CAR, NPF dan BOPO

terhadap Net Operating Margin (NOM) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di

Indonesia (periode 2011-2016). Program Studi Perbankan Syariah, Konsentrasi

Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 1438 H/2017 M.

Penelitian ini bertujuan untukmenganalisis pengaruh FDR, CAR, NPF dan

BOPO terhadap Net Operating Margin (NOM) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

(BPRS) di Indonesia. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data berurut

bulanan dari Januari 2011 sampai Desember 2016 yang di publis dilaman website

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam laporan statistik bulanan Perbankan Syariah.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda

data time series dengan menggunakan SPSS. Data terdiri dari Net Operating Margin

(NOM), Financing to Deposit Rasio (FDR) Capital Adequacy Rasio (CAR), Non

perporming Financing (NPF) dan Beban Operasional Terhadap Pendapatan

Operasional (BOPO).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa FDR, CAR, NPF dan BOPO secara

simultan berpengaruh signifikan terhadap NOM. Dan secara Parsial FDR

berpengaruh signifikan positif terhadap NOM, sedangkan CAR, NPF dan BOPO

berpengaruh signifikan negatif terhadap NOM.

Kata Kunci : Rentabilitas, NOM, FDR, CAR, NPF, BOPO, Regresi Linier Berganda

Pembimbing :Prof. Dr. H. Faturrahman Djamil, MA

Daptar Pustaka :Tahun 2000 - 2016

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdu lillahi rabbil’lamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT atas segala rahmat, nikmat, dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dengan judul

“Pengaruh FDR, CAR, NPF dan BOPO terhadap Net Operating Margin Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia Periode 2011-2016” dapat

diselesaikan. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad

SAW beserta keluarga, shabat dan umatnya sampai akhir zaman. Penyusunan skripsi

ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan kelulusan dalam jenjang Strata 1 di

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari

adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya, terutama

kepada:

1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A dan

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc yang telah

memberikan izin untuk mengadakan penelitian, sehingga dapat terselesaikannya

skripsi ini.

2. Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum,

Bapak A.M Hasan Ali, M.A dan Dr. Abdurrauf, Lc dan Ketua dan Sekretaris

Program Studi Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Ibu Cut Erika

Ananda Fatimah, SE, MBA dan Ibu Fitri Damayanti, SE, MSi yang telah banyak

memberikan arahan sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini

3. Bapak Prof. Dr. H. Faturrahman Djamil, MA selaku Dosen Pembimbing atas

segala waktu, tenaga dan pikirannya dalam membimbing dan mengarahkan saya

baik dalam pengerjaan skripsi ini maupun dalam menjalani proses perkuliahan

ix

4. Segenap dosen Fakultas Syariah dan Hukum dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah khususnya dosen program

studi Muamalat (Ekonomi Islam) yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat

bagi penulis.

5. Kepada Ibunda sayang, Derhana Harahap yang tiada henti-hentinya memberikan

dukungan moril dan materil serta doa yang tiada bosan kepada penulis dalam

menyelesaikan penelitian

6. Kepada Al-marhum Papa, Amir Hamzah Nasution Insya Allah doa kami selalu

menyertaimu

7. Kepada kedua Kakanda Nurhalimah Nasution & Lana Rani N dan adinda

Romadon Sarkawi Nasution yang selalu siap mendukung dan memberi semnagat

kepada penulis.

8. Kepada seluruh keluarga besar yang tiada henti bertanya dan mendoakan

9. Kepada teman saya K.C yang selalu siap meluangkan waktu dan tempat untuk

berdiskusi dalam menyelesaikan skripsi ini

10. Kepada teman-teman Perbankan Syariah A yang menjadi paragraf pertama

dalam ‘buku cerita’ penulis menjadi mahasiswa.

11. Kepada teman-teman KKN dan teman- teman Kontrakan dari kontarakan Maus

sampe Komplek Inhutani Terimakasih kalian sudah Menjadi keluarga kedua

saya.

12. Kepada bang Khairul Aswad yang selalu setia menemani saya begadang selama

menyelesaikan skripsi ini.

13. Dan semua pihak yang menjadi warna dalam masa-masa perkuliahan saya yang

tak bisa disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan dalam penulisan

skripsi ini. Penulis berharap adanya saran dan kritik yang membangun untuk skripsi

ini. Semoga semua pihak yang telah berkontribusi mendapatkan limpahan pihak dari

Allah SWT. Amin

x

Jakarta, 30 Maret 2017

Penulis

Ibrahim Kholil Nasution

NIM: 1112046100008

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ v

ABSTRACT............................................................................................................vi

ABSTRAK ............................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xvi

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................................... 11

C. Rumusan Masalah....................................................................................... 12

D. Tujuan & Manfaat Penelitian ..................................................................... 13

E. Studi Penelitian Terdahulu.......................................................................... 14

F. Hipotesis Penelitian .................................................................................... 25

G. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 26

H. Teknik Penulisan ....................................................................................... 28

xii

I. Sistematika Penulisan ................................................................................ 28

BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................. 29

A. Bank Syariah .............................................................................................. 29

1. Definisi Bank Syariah .......................................................................... 29

2. Fungsi dan Peran Bank Syariah ........................................................... 31

3. Karakteristik Bank Syariah .................................................................. 32

4. Kegiatan Bank Syariah ......................................................................... 32

5. Jenis-jenis Bank Syariah....................................................................... 33

6. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional ............................... 37

B. Bank Pembiayaan Rakyat Syriah (BPRS).................................................. 38

1. Pengertian Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) ........................ 38

2. Sejarah dan Perkembangan BPRS di Indonesia ................................... 39

3. BPRS sebagai Lembaga Keuangan Syariah ......................................... 42

4. Tujuan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) ............................. 46

5. Kegiatan Usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) ............... 47

6. Pembiayaan di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) ................. 49

C. Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah ........................................ 53

D. Net Operating Margin (NOM) ................................................................... 57

1. Rentabilitas Bank Syariah .................................................................... 57

2. Pengertian Net Operating Margin (NOM) ........................................... 58

E. Financing to Deposit Rasio (FDR) ............................................................. 59

F. Capital Adecuacy Rasio (CAR) ................................................................. 61

xiii

G. Non Performing Financing (NPF) .............................................................. 63

H. Biaya Operasional Pendapatan Operasioanal (BOPO) .............................. 65

I. Hubungan Antar Variabel .......................................................................... 67

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 70

A. Metode Penelitian....................................................................................... 70

1. Jenis Penelitian .................................................................................... 70

2. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 71

3. Teknik Pengumpulan Data.................................................................... 71

B. Variabel Penelitian ..................................................................................... 71

1. Variabel Dependen (Terkait) ................................................................ 72

2. Variabel Independen (Bebas) ............................................................... 72

C. Teknis Analisis Data .................................................................................. 73

1. Uji Asumsi Klasik ................................................................................ 73

2. Analisis Regresi Berganda ................................................................... 76

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 79

A. Analisis Statistic Deskriptif ....................................................................... 79

B. Uji Asumsi Klasik ...................................................................................... 80

1. Uji Normalitas ...................................................................................... 80

2. Uji Autokorelasi ................................................................................... 82

3. Uji Multikolinieritas ............................................................................. 83

4. Uji Heterokedastisitas .......................................................................... 84

C. Hasil Regresi Linier Berganda ................................................................... 85

xiv

1. Model Regresi ...................................................................................... 85

2. Uji Determinant .................................................................................... 87

3. Uji Hipotesis: Uji F .............................................................................. 88

4. Uji Hipotesis: Uji t................................................................................. 89

D. Pembahasan ................................................................................................. 91

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 94

A. Kesimpulan ................................................................................................ 94

B. Saran ........................................................................................................... 96

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 98

LAMPIRAN .......................................................................................................... 102

xv

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

Tabel 1.1 Perkembangan Kelembagaan Lembaga Keuangan Syariah di

indonesia ........................................................................................... 4

Tabel 1.2 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 14

Tabel 2.1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional ............................ 37

Tabel 2.2 Jumlah Bank dan Kantor BPRS ........................................................ 41

Tabel 2.3 Kriteria Penilaian NOM .................................................................... 59

Tabel 2.4 Kriteria Penilaian FDR ...................................................................... 60

Tabel 2.5 Kriterian Penilaian CAR ................................................................... 63

Tabel 2.6 Kriteria Penilaian NPF ...................................................................... 65

Tabel 2.7 Kriteria Penilaian BOPO ................................................................... 66

Tabel 3.1 Keputusan Uji Autokorelasi .............................................................. 75

Tabel 4.1 Statistic Deskriptif ............................................................................. 79

Tabel 4.2 Kolmogrov-Smirnov Test ................................................................. 81

Tabel 4.3 Ketentuan Uji Durbin Watson ........................................................... 82

Tabel 4.4 Uji Autokolerasi ................................................................................ 82

Tabel 4.5 Uji Multikolinieritas .......................................................................... 84

Tabel 4.6 Koefisien regresi ............................................................................... 85

Tabel 4.7 Koefisien Determinasi ....................................................................... 87

Tabel 4.8 Uji F .................................................................................................. 88

Tabel 4.9 Uji t ................................................................................................... 89

xvi

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

Gambar 1.1 Pertumbuhan Aset, DPK dan Pembiayan BPRS Indonesia .............. 5

Gambar 1.2 Tingkat Profitabilitas BPRS Indonesia berdasarkan NOM ............... 7

Gambar 1.3 Kinerja BPRS di Indonesia .............................................................. 8

Gambar 1.4 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 27

Gambar 2.1 Metode Intermediasi Keuangan ........................................................ 42

Gambar 4.1 Gambar 4.1 Normal P-P Plot of regression Standardized

Resiudual.............................................................................................80

Gambar 4.2 Uji Heterokedastisitas : Scatterplot .................................................... 85

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Secara umum kondisi keuangan perbankan syariah masih dalam tahap

pertumbuhan, namun perbankan syariah mampu mempertahankan eksistensinya

dan terus mengalami pertumbuhan dalam menghadapi berbagai situasi

perekonomian.1

Sukses tidaknya suatu perbankan dipengaruhi oleh banyak aspek,

diantaranya aspek manajemen, sumber daya manusia, pemasaran, dan kondisi

keuangan yang dimilikinya. Kondisi keuangan bank dapat dikatakan baik atau

buruk salah satunya dapat dilihat dari likuiditas yang dimilikinya. Likuiditas

merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajiaban utang jangka pendeknya sesegera mungkin. Selain likuiditas juga

Rentabilitas yang tidak kalah penting dalam melihat kondisi sebuah peruasahaan,

rentabilitas merupakan faktor penting yang selalu diperhatikan dalam

menjalankan suatu usaha. Ini dikarenakan harapan pertama kali yang di inginkan

dalam setiap kegiatan usaha adalah memperoleh keuntungan secara maksimal.

Bank sebagai suatu industri yang dalam kegiatan usahanya mengandalkan

kepercayaan masyarakat perlu memelihara tingkat kesehatan bank dengan cara

menghasilkan laba yang tinggi sehingga likuiditasnya terus mengalami

1 Mulya E. Siregar, “Outlook Perbankan Syariah 2014”, (Jakarta: Bank Indonesia, 2013)

2

peningkatan. Berkaitan dengan fungsi tersebut, pemerintah melalui berbagai

kebijakan ekonomi telah mendorong partisipasi masyarakat seluas-luasnya untuk

menigkatkan jasa perbankan termasuk bagi pengusaha mikro, kecil, dan

menengah dengan salah satu cara mengembangkan kegiatan usaha jasa

perbankan melalui bank perkereditan rakyat syariah (BPRS).

Menurut PBI No. 11/23/PBI/2009, keberadaan BPRS dimaksudkan untuk

dapat memberikan layanan perbankan secara cepat, mudah dan sederhana kepada

masyarakat khususnya pengusaha menengah, kecil dan mikro baik di perdesaan

maupun perkotaan yang selama ini belum terjangkau oleh layanan bank umum.

Selain itu, menurut Sumitro (2004) tujuan didirikan BPR Syariah adalah: 1)

Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam terutama kelompok

masyarakat lemah yang pada umumnya berada di daerah pedesaan, 2) Menambah

lapangan kerja terutama di tingkat kecamatan, sehingga dapat mengurangi arus

urbanisasi, dan 3) Membina ukhuwah Islamiyah melalui kegiatan ekonomi dalam

rangka peningkatan pendapatan per kapita menuju kualitas hidup yang

memadai.2

Sebelum lahirnya BPR Syari’ah di Indonesia, masyarakat terlebih dahulu

mengenal adanya Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Menurut UU No. 21 Tahun

2008 disebutkan bahwa BPR adalah bank konvensional yang dalam kegiatannya

tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dimana BPR konvensional

2 Fasiha Kamal, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas BPRS di Indonesia Pasca

Krisis Keuangan Global Tahun 2008”, Jurnal Muamalah, Vol. IV, No. 1, 2014. h. 69

3

masih menerapkan sistem bunga dalam operasionalnya. Maka dari itu, harus

dibedakan antara BPR Konvensional dan BPR Syari’ah. Perbedaan Bank

Pembiayaan Rakyat Syari’ah (BPRS) dengan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

adalah3 permasalahan aspek legalitas, dalam BPR Syari’ah akad yang dilakukan

memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrawi karena akad yang dilakukan

berdasarkan hukum Islam. Sering nasabah berani melanggar kesepakatan atau

perjanjian yang telah dilakukan bila hukum hanya berdasarkan hukum positif.

Kedua, Adanya Dewan Pengawas Syari’ah dalam struktur organisasinya yang

bertujuan mengawasi praktik operasional BPR Syari’ah agar tidak menyimpang

dari prinsip Syari’ah.

Ketiga, penyelesaian sengketa yang terjadi dapat diselesaikan melalui

Badan Arbitrase Syari’ah maupun Pengadilan Agama. Keempat, bisnis dan usaha

yang dibiayai tidak boleh bisnis yang haram, syubhat ataupun dapat

menimbulkan kemadharatan bagi pihak lain. Kelima, Praktik operasional BPR

Syari’ah, baik untuk penghimpunan maupun penyaluran pembiayaan,

menggunakan sistem bagi hasil dan tidak menggunakan sistem bunga.

Selain itu Undang-Undang (UU) Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Bank

Syari’ah telah mengatur secara khusus eksistensi Bank Syari’ah di Indonesia.

Undang-Undang tersebut melengkapi dan menyempurnakan UU No. 7 Tahun

1992 Tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun

1998 yang belum spesifik sehingga perlu diatur khusus dalam Undang-Undang

3 Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, Yogyakarta: UPP AMP, 2002, h. 56

4

tersendiri. Menurut Pasal 18 UU No. 21 Tahun 2008, Bank Syari’ah terdiri atas

Bank Umum Syari’ah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah.4

Pasal 1 UU No. 21 Tahun 2008 tentang Ketentuan Umum disebutkan

pengertian dari Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah (BPRS) adalah Bank Syari’ah

yang dalam kegiatanya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Sedangkan Pasal 2 UU No. 21 Tahun 2008 dijelaskan bahwa Perbankan Syari’ah

dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan Prinsip Syari’ah, demokrasi

ekonomi, dan prinsip kehati-hatian.

Tabel 1.1: Perkembangan Kelembagaan Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia.

Indikator 2011 2012 2013 2014 2015

BUS

Jumlah Bank

Jumlah Kantor

11

1.410

11

1.745

11

1.988

12

2.174

12

1.990

UUS

Jumlah Bank

Jumlah Kantor

24

336

24

517

23

590

22

335

22

138

BPRS

Jumlah Bank

Jumlah Kantor

155

364

158

401

163

402

163

438

163

445

Sumber : Statistik Perbankan Syariah, Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan

Republik Indonesia.

Berdasarkan tabel di atas, jumlah lembaga keuangan syariah dalam

kategori perbankan syariah di Indonesia dalam lima tahun terkahir dapat

dikatakan mengalami pertumbuhan. Bank Umum Syariah hingga tahun 2015

berjumlah 12 bank, meningkat dibandingkan tahaun 2013 dan sebelumnya.

Jumlah Unit Usaha Syariah dapat dikatakan menurun dari 24 unit menjadi 22

4 Ahmad Ifham, Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syari’ah, Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama, 2010, h. 3

5

unit. Sedangkan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah mengalami pertumbuhan

yang signifikan dengan jumlah sebanyak 163 bank pada tahun 2015 dari 155

bank pada tahun 2011. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa BPRS

mengalami pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan BUS dan UUS.

Perkembangan BPRS di Indonesia dalam lima tahun terakhir dapat dilihat

dari Gambar 1.1. Aset BPRS di Indonesia selalu mengalami pertumbuhan setiap

tahunnya. Besar aset pada tahun 2011 adalah sebesar Rp.3,52 triliyun dan

meningkat sebesar 219,8% pada tahun 2015 menjadi Rp.7,74 triliyun. Begitu

juga dengan dana pihak ketiga (DPK) yang selalu mengalami pertumbuhan setiap

tahunnya, dimana pada tahun 2011 dengan jumlah DPK sebesar Rp.2,01 triliyun

mengalami pertumbuhan sebesar 229,16% pada tahun 2015 menjadi Rp.4,8

triliyun.

Gambar 1.1 Pertumbuhan Aset, DPK dan Pembiayaan BPRS Indonesia

Dalam Jutaan Rupiah

Statistik Perbankan Syariah, Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan Republik

Indonesia.

2011 2012 2013 2014 2015

Aset 3.520.41 4.698.95 5.833.48 6.573.33 7.739.27

DPK 2.095.33 2.937.80 3.666.17 4.028.41 4.801.88

Pembiayaan 2.675.93 3.553.52 4.433.49 5.004.90 5.765.17

- 2.000.000 4.000.000 6.000.000 8.000.000

10.000.000

BPRS INDONESIA

Aset DPK Pembiayaan

6

Hal yang sama juga terjadi pada pembiayaan yang disalurkan oleh BPRS

dengan trend yang meningkat setiap tahunnya. Total pembiayaan yang disalurkan

oleh BPRS Indonesia pada tahun 2015 adalah sebesar Rp.5,76 triliyun yang

meningkat sebesar 215,51% dari tahun 2011. Dari analisis ini dapat disimpulkan

bahwa BPRS di Indonesia sedang mengalami pertumbuhan yang baik.

BPRS sebagaimana halnya bank pada umumnya juga merupakan lembaga

bisnis yang tujuannya adalah mencapai keuntungan yang maksimum atau bisa

disebut juga dengan lembaga yang profit oriented. BPRS memperoleh

keuntungan dari kegiatan intermediasinya, yaitu selisih dan bagi hasil dari

pembiayaan yang disalurkan setelah distribusi bagi hasil dengan pemilik dana.

Kemampuan dari BPRS atau sebuah lembaga bisnis dalam menghasilkan

keuntungan disebut dengan profitabilitas atau rentabilitas.

Profitabilitas (rentabilitas) merupakan indikator yang paling tepat untuk

mengukur kinerja suatu bank. Profitabilitas harus dilihat sebagi faktor pendorong

dalam memantau seluruh faktor baik kuantitatif maupun kualitaif. Faktor

kuantitatif yang berpengaruh terhadap rentabilitas bank syariah perlu

diperhitungkan dengan matang agar lebih efektif menghasilkan laba yang

maksimal. Apabila bank mampu menghasilkan keuntungan yang semakin

meningkat dan berkesinambungan maka kepercayaan masyarakat untuk

menggunakan jasa perbankan akan meningkat.

Terkait dengan faktor rentabilitas ini, Bank Indonesia mengeluarkan surat

edaran No. 9/24/DPbS/2007 sehubungan dengan Peraturan Bank Indonesia

7

Nomor 9/1/PBI/2007 mengenai Net Operating Margin (NOM) sebagai rasio

utama dalam penilaian rentabilitas suatu bank, atau pada bank konvensional

dikenal dengan Net Interest Margin (NIM) dikarenakan adanya unsur bunga.5

Perbedaan NOM dan NIM adalah NOM bersumber dari pendapatan

operasional bersih dibagi penjualan bersih. Rasio ini bermanfaat untuk melihat

seberapa besar suatu bank mampu meraih berapa rupiah dari setiap produk atau

jasa yang dipasarkan. Sedangkan NIM berasal dari suku bunga yang diterima

dikurangi suku bunga yang dibayar dibagi rata-rata aset investasi. Boleh pula

dikatakan bahwa NIM dihasilkan dari selisih antara suku bunga kredit dan suku

bunga simpanan kemudian dibagi investasi.6

Gambar 1.2 Tingkat Profitabilitas BPRS Indonesia berdasarkan NOM

Statistik Perbankan Syariah, Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan Republik

Indonesia (data diolah)

5 Sherty Junita, “Pengaruh KAP, BOPO dan FDR terhadap Net Operating Margin (NOM)

Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2010-2014”, Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2015. h. 2 6 Paul Sutaryono, “Menggagas Indikator Efisiensi”, diakses dari https://nasional.sindone ws.

com/read /719656/18/menggagas-indikator-efisiensi-1361338674/13 pada tanggal 10 Februari 2017,

pukul 20.30 WIB

1,82%

0,85% 0,73%

1,44% 1,29%

0,00%

0,50%

1,00%

1,50%

2,00%

2011 2012 2013 2014 2015

NOM BPRS Indonesia

NOM

8

Tingkat rentabilitas atau profitabilitas BPRS Indonesia secara industri

berdasarkan nilai Net Operating Margin (NOM) dapat dilihat pada tabel di atas.

Dalam lima tahun terakhir (2011-2015), performa rentabilitas BPRS Indonesia

adalah fluktuatif namun cenderung menurun. NOM BPRS Indonesia pada tahun

2011 adalah sebesar 1,82% yang kemudian menurun pada tahun 2012 menjadi

0,85% dan pada tahun 2013 menjadi 0,73%. Meskipun pada tahun 2014

mengalami kenaikan menjadi 1,44% akan tetapi pada tahun 2015 kembali

mengalami penurunan menjadi 1,29%.

Gambar 1.3 Kinerja BPRS Indonesia

Statistik Perbankan Syariah, Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan Republik

Indonesia (data diolah)

2011 2012 2013 2014 2015

NOM 1,82 0,85 0,73 1,44 1,29

FDR 127,71 120,96 120,93 124,24 120,06

CAR 23,49 25,16 22,08 22,77 21,47

NPF 7,07 6,15 6,5 7,89 8,2

BOPO 83,17 91,81 93,19 86,75 87,25

-100

102030405060708090

100110120130140

Kinerja BPRS Indonesia

9

Bank syariah (BUS/BPRS) yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi

keuangan, melaksanakan kegiatan operasionalnya dengan menghimpun dana dari

masyarakat dan kemudian menyalurkannya kembali kepada masyarakat melalui

pembiayaan. Pendapatan bank sangat ditentukan oleh berapa banyak keuntungan

yang diterima dari pembiyaan yang disalurkan.7 Pada tabel 1.3, tingkat

pembiayaan yang diukur berdasarkan Financing to Deposit Ratio (FDR)

memiliki performa yang sama dengan NOM yaitu fluktuatif cenderung menurun.

Artinya, terdapat adanya hubungan antara pembiayaan yang disalurkan (FDR)

dengan rentabilitas/profitabilitas (NOM) pada BPRS.

Penyaluran pembiayaan yang dilakukan dapat mengakibatkan munculnya

potensi pembiayaan macet atau yang biasa disebut pembiayaan bermasalah.

Karena pada praktiknya, tidak semua nasabah dapat mengembalikan pembiayaan

tanpa adanya kendala. Pembiayaan bermasalah terjadi jika pada pembiayaan

yang disalurkan mengalami ketidaklancaran. Jika jumlah pembiayaan bermasalah

mengalami kenaikan, maka pendapatan Bank Syariah akan semakin berkurang

dan akan mempengaruhi profitabilitas.8 Pada Tabel 1.3, pembiayaan bermasalah

yang diproksikan dengan Non Peforming Financing (NPF) memiliki performa

yang berlawanan dengan NOM, yaitu fluktuatif cendrung naik, artinya terdapat

hubungan yang berlawanan antara NOM dan NPF pada BPRS.

7 Aulia Fuad Rahman dan Ridha Rochmanika, “Pengaruh Pembiayaan Jual Beli, Pembiayaan

Bagi Hasil dan Rasio Non Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di

Indonesia”, Jurnal, Fakultas Ekonomi dan Bisinis Universitas Brawijaya. 8 Rr. Nadia Arini Haq, “Pengaruh Pembiayaan dan Efisiensi Terhadap Profitabilitas Bank

Umum Syariah”, Perbanas Review, Vol. 1 No. 1, (2015), h. 107

10

Setiap bank secara umum diwajibkan untuk mempertahankan dana modal

yang memadai untuk menghadapi kemungkinan terjadinya suatu hal buruk di

masa depan seperti risiko pembiayaan bermasalah. Tingkat kecukupan modal

yang memadai dapat melindungi sebuah bank ketika mengalami kerugian dari

aktivitas operasional yang tidak terduga. Capital Adequacy Ratio (CAR)

merupakan proksi untuk mengukur pemenuhan kewajiban permodalan suatu

bank.9

Selain itu, tingkat efisiensi bank juga memiliki pengaruh terhadap

profitabilitas/rentabilitas bank. Tingginya efisiensi operasional suatu bank

ditunjukkan oleh rendahnya biaya operasinalnya. Biaya operasional yang rendah

akan meningkatkan peluang bank memperoleh keuntungan. Oleh sebab itu,

tingginya efisiensi operasional yang dimiliki suatu Bank Syariah maka akan

semakin tinggi pula kemampuan dalam meningkatkan laba.10

Pada Tabel 1.3,

efisiensi operasional yang diproksikan dengan BOPO memiliki performa yang

berlawanan dengan NOM, yaitu fluktuatif cendrung naik, artinya terdapat

hubungan yang berlawanan antara NOM dan BOPO pada BPRS.

Tingginya profitabilitas menunjukkan bahwa Bank Syariah memiliki

kinerja yang baik, terutama dalam hal menghasilkan laba. Rendahnya

profitabilitas mengindikasikan Bank Syariah tidak berkinerja baik, terlebih dalam

9 Dwi Agus Prasetyo dan Ni Putu Ayu Damayanti, “Pengaruh Risiko Kredit, Likuidtas,

Kecukupan Modal dan Efisiensi Operasional terhadap Tingkat Profitabilitas pada PT BPD Bali”, E-

Jurnal Manajemen Unud, Vol. 4 No. 9 (2015), h. 2594 10

Rr. Nadia Arini Haq, “Pengaruh Pembiayaan dan Efisiensi Terhadap Profitabilitas Bank

Umum Syariah”, Perbanas Review, Vol. 1 No. 1, (2015), h. 109

11

hal meraup keuntungan. Perlu usaha dalam menjaga pertumbuhan profitabilitas

Bank Syariah dengan melihat faktor-faktor yang mempengaruhinya, sehingga

dimungkinkan adanya usaha dalam mendorong pertumbuhan profitabilitas ke

arah yang lebih baik. Pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

profitabilitas dapat mendorong nilai profitabilitas menjadi lebih tinggi pada saat

berpotensi menguat dan menjaganya agar tidak mengalami penurunan pada saat

berpotensi melemah.11

Berdasarkan uraian tersebut diatas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian terhadap faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi profiabilitas

dengan menggunakan proksi Net Operating Margin (NOM) pada Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia periode 2011-2016. Sehingga

peneliti akan meneliti tentang “Pengaruh FDR, CAR, NPF dan BOPO

terhadap Net Operating Margin (NOM) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

(BPRS) di Indonesia Periode 2011-2016”.

B. Identifikasi Masalah

Pada penelitian ini akan dibahas faktor-faktor yang mempengaruhi

Rentabilitas yang diproyeksikan dengan NOM pada bank pembiayaan rakyat

syariah (BPRS) di Indonesia. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa beberapa

faktor-faktor yang di perkirakan mempunyai pengaruh terhadap NOM BPRS di

Indonesia adalah:

11

Ibid. h. 110

12

1. Financing to Deposit Rasio (FDR) merupakan rasio pembiayaan terhadap

DPK mempunyai pengaruh terhadap Net Operating Margin (NOM) pada

BPRS di Indonesia.

2. Capital Adequecy Ratio (CAR) yang merupakan rasio permodalan

mempunyai pengaruh terhadap Net Operating Margin (NOM) Pada BPRS di

Indonesia

3. Non Performance Financing (NPF) yang merupakan rasio pembiayaan

bermasalah mempunyai pengaruh terhadap Net Operating Margin (NOM)

pada BPRS di Indonesia

4. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasioanl yang merupakan rasio

efesiensi mempunyai pengaruh terhadap Net Operating Margin (NOM) pada

BPRS di Indonesia

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalaha yang telah di

jelaskan di atas maka di rumuskan beberapa masalah yang akan di teliti pada

penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana pengaruh Financing to Deposit Rasio (FDR), Capital Adequecy

Rasio (CAR), Non performance Financing (NPF), Beban Operasional

terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) secara simultan (berasama-sama)

terhadap Net Operating Margin (NOM) pada BPRS di Indonesia priode 2011-

2016?

13

2. Bagaimna pengaruh Financing to Deposit Rasio (FDR), Capital Adequecy

Rasio (CAR), Non performance Financing (NPF), Beban Operasional

terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) secara parsial terhadap Net

Operating Margin (NOM) pada BPRS di Indonesia priode 2011-2016?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk melihat Bagaimna pengaruh Financing to Deposit Rasio (FDR),

Capital Adequecy Rasio (CAR), Non performance Financing (NPF), Beban

Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) secara simultan

(berasama-sama) terhadap Net Operating Margin (NOM) pada BPRS di

Indonesia priode 2011-2016

2. Untuk melihat Bagaimna pengaruh Financing to Deposit Rasio (FDR),

Capital Adequecy Rasio (CAR), Non performance Financing (NPF), Beban

Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) secara parsial terhadap

Net Operating Margin (NOM) pada BPRS di Indonesia priode 2011-2016

Berdasarkan konsep latar belakang, serta tujuan penelitian, maka

penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, antara lain:

1. Manfaat bagi penulis

Penelitian ini bermanpaat sebagai pengetahuan tentang rasio keuangan

dan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana.

14

2. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumbangan

pemikiran berdasarkan disiplin ilmu yang didapat selama perkuliahan dan

merupakan media latiahan dalam memecahkan secara ilmiah. Dari segi

ilmiah,diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang

akutansi.

3. Manfaat Praktis

Pada dasarnya manfaat penelitian ini lebih banyak tertuju pada bidang

praktis yakni dalam manajemen Bank Pembiayaan Rakyat Syariah untuk

dijadikan bahan evaluasi pertimbangan dalam menentukan langkah dan

perencanaan kinerja yang akan dicapai oleh manajemennya, juga sebagai

bahan pertimbangan dalam mengambil suatu kebijakan.

E. Studi Penelitian Terdahulu

Tabel 1.2

Penelitian Terdahulu

NO Identitas

Penelitian

Judul

Penelitian

Variabel

Penelitian

Alat Analisis Hasil

1 Elisa

Puspitasari,

Jurnal ilmu

managemen\

Analisis

Faktor-faktor

yang

Mempengaruh

Variabel

Dependen

adalah

NIM,

Regresi

Berganda

Hasil dari

penelitian ini

menunjukkan

adanya

15

volume 2

nomor 4

oktober

2014

i Net Interest

Margin pada

Bank-Bank

Umum di

Indonesia

Variabel

Independen

adalah

NPL,

BOPO,

Risk

Aversion

(CAR), dan

volume

Transaksi

pengaruh

credit

risk,

operating

cost, risk

aversion,

dan

transaction

size terhadap

net

interest

margin

secara

bersamasama

Secara

parsial,

variabel

credit

risk tidak

berpengaruh

terhadap net

16

interest

margin.

Variabel

operating

cost

mempunyai

pengaruh

positif dan

signifikan

terhadap net

interest

margin.

2. Taufik

Ariyanto,

Komisi

Pengawas

Persaingan

Usaha,

Finance and

Banking

Journal, Vol.

Faktor

Penentu Net

Interest

Margin

Perbankan

Indonesia

Variabel

dependet

adalah

NIM,

sedangkan

Variabel

independent

adalah NIM

periode

Ordinary

Least

Square

(OLS)Regress

i on

NIM periode

sebelumnya,

LDR,

NPL, EQA

berpengaruh

signifikan

secara

lag.

Sedangkan

17

13 No. 1

Juni 2011

sebelumnya

, BOPO,

LDR,NPL,

EQA dan

CR4

(Market

power)

BOPO

berpengaruh

secara aktual

terhadap

NIM. Dan

market

power tidak

berpengaruh

signifikan

terhadap

NIM

perbankan

Indonesia

3. Romdayanah

, skripsi

Ekonomi

Islam, IAIN

Walisongo

Semarang

tahun (2011)

Pengaruh

Faktor

Permodalan,

Kualitas

Aset,dan

Likuiditas

Terhadap

Profitabilitas

Variabel

Dependent

adalah

NOM, dan

Variabel

Independent

adalah

CAR,

Regresi

Berganda

Hasil

penelitian

menemukan

bahwa,

permodalan

(KPMM),

diketahui

mempunyai

18

Bank Umum

Syariah

KAP,STM nilai

Unstandardiz

ed

Coefficient B

sebesar -0.05

yang

menunjukkan

bahwa

KPMM

berpengaruh

negatif

terhadap

profitabilitas

(NOM).

Kualitas aset

mempunyai

nilai

Unstandardiz

ed

Coefficient B

sebesar

19

37,003 hal

ini

menunjukkan

bahwa

kualitas aset

yang

diproyeksika

n dengan

Kualitas

Aktiva

Produktif

(KAP)

berpengaruh

positif

terhadap

NOM. Dari

kondisi

likuiditas

(STM),

diketahui

bahwa nilai

20

Unstandardiz

ed

Coefficient B

sebesar 0,007

menunjukkan

bahwa

likuiditas

berpengaruh

postif

terhadap

NOM. Hal

ini

menunjukkan

bahwa

peningkatan

likuiditas

dapat

meningkatka

n

profitabilitas

perbankan

21

syariah yang

diproyeksika

n dengan

NOM.

4. Sherty

Junita,

Skripsi

perbankan

syariah Uin

Syarif

Hidayatullah

Jakarta

tahun (2015)

Pengaruh

KAP, BOPO,

dan FDR

terhadap Net

Operating

Margin

(NOM)

Perbankan

Syariah di

Indonesia

Periode 2010-

2014.

Variabel

dependent,

NOM,

variabel

independent

adalah

KAP,BOPO

, FDR.

Regresi

Linier

Berganda

Hasil

penelitian

menunjukkan

bahwa KAP,

BOPO, dan

FDR secara

simultan

berpengaruh

signifikan

terhadap

NOM. Secara

parsial

BOPO dan

FDR

berpengaruh

signifikan

terhadap

22

NOM,

sedangkan

KAP tidak

berpengaruh

signifikan

terhadap

NOM.

5. Mufti Nur

Cahyo,

skripsi

Mahasiswa

FEB

Universitas

Diponegoro

(2009)

Analisis

FaktorFaktor

Yang

Mempengaruh

i

Margin Bank

Umum

Syariah

(Studi pada

Bank

Umum

Syariah di

Indonesia

periode 2009-

Variabel

Dependen

adalah

Margin

Bank.

Variabel

Independen

adalah

Risiko

Pembiayaan

BOPO,

primary

ratio,

dan

Regresi

Linier

Berganda

Risiko

Pembiayaan,

BOPO,

primary

ratio, dan

opportunity

cost

berpengaruh

signifikan

secara

simultan

terhadap

Margin

Bank.

23

2012 opportunity

cost.

Namun

secara

parsial hanya

opportunity

cost

yang tidak

berpengaruh

signifikan

terhadap

Margin

Bank.

6. Elisabeth

Dewi

Kusuma

Ningrum,

Skripsi

mahasiswa

manjemen

FEB UNY

(2016)

Analisis

Faktor- Faktor

yang

Mempengaruh

i Net Interest

Margin pada

Perusahaan

Perbankan

yang

Terdaftar di

Variabel

dependent

penelitian

ini adalah

NIM dan

variabel

independent

adalah

NPL,

BOPO,

Regresi

Linier

Berganda

Hasil

penelitian ini

menunjukkan

bahwa

variabel NPL

dan TZ tidak

berpengaruh

terhadap

variabel NIM

sedangkan

24

BEI CAR dan

TZ

(transaction

size)

BOPO

berpengaruh

negatif

terhadap

NIM dan

CAR

berpengaruh

positif

terhadap

NIM, dan

variabel

NPL,BOPO,

CAR dan TZ

secara

simultan

berpengaruh

terhadap

NIM.

25

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dibuat oleh

peneliti yang berjudul “Pengaruh FDR, CAR, NPF dan BOPO, terhadap Net

Operating Margin (NOM) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di

Indonesia periode 2011-2015” yaitu Variabel dependen yang digunakan adalah

NOM BPRS di Indonesia. Sedangkan variable Independen yang digunakan pada

penelitian ini adalah FDR, CAR, NPF dan BOPO. Kurun waktu penelitian

dimulai dari bulan Januari 2011 sampai dengan Desember 2016. Objek penelitian

yaitu Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia yang yang ada di Indonesia

terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan.

F. Hipotesis Penelitian

Berdasrkan latar belakang dan beberapa penelitian terdahulu yang telah di

bahas sebelumnya dapat di ajukan hipotesis untuk memperkirakan hasil dari

penelitian, adapun hipotesis tersebut adalah:

1. Pengaruh FDR, CAR, NPF, BOPO secara smultan terhadap NOM

H0 : FDR, CAR, NPF, BOPO secara simultan tidak berpengaruh terhadap

NOM

H1 : FDR, CAR, NPF, BOPO secara simultan berpengaruh terhadap NOM

2. Pengaruh FDR terhadap NOM

H0 : FDR secara parsial tidak berpengaruh terhadap NOM

H1 : FDR secara parsial berpengaruh terhadap NOM

26

3. Pengaruh CAR terhadap NOM

H0 : CAR secara parsial tidak berpengaruh terhadap NOM

H1 : CAR secara parsial berpengaruh terhadap NOM

4. Pengaruh NPF terhadap NOM

H0 : NPF secara parsial tidak berpengaruh terhadap NOM

H1 : NPF secara parsial berpengaruh terhadap NOM

5. Pengaruh BOPO terhadap NOM

H0 : BOPO secara parsial tidak berpengaruh terhadap NOM

H1 : BOPO secara parsial berpengaruh terhadap NOM

G. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dari masalah yang telah di rumuskan beserta

pemecahanya pada penelitian ini akan di gambarkan sebagai berikut:

27

Gambar 1.4 Kerangka Pemikiran

Pengaruh FDR, CAR, NPF, dan BOPO terhadap Net Operating Margin (NOM)

BPRS di Indonesia Periode 2011-2016

BOPO (X4)

NOM (Y)

Regresi Linear Berganda

A. Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

2. Uji Heteroskedastisitas

3. Uji Miltikoliniearitas

4. Uji Autokorelasi

B. Uji Signifikasi

1. Uji F

2. Uji T

3. Uji Koefesien Determinasi

Hasil dan

Kesimpulan

FDR (X1) CAR (X2) NPF (X3)

28

H. Teknis Penulisan

Teknik penulisan dalam skripsi ini menggunakan buku pedoman penulisan

skripsi yang di terbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012.

I. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dijelaskan latar belakang, identifikasi masalah,

rumusan masalah, mafaat dan tujuan, studi penelitian terdahulu,

hipotesis, kerangka pemikiran, dan sistematika penulisan

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan dijelaskan tentang bank syariah, jenis- jenis bank

syariah dan rasio keuangan.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dijelaskan metode penelitian, variabel penelitian dan

tekhnis analisis data.

BAB IV HASIL ANALISIS DATA

Pada bab ini akan dijelaskan analisis statistik deskriptif, uji asumsi

kelasik, uji signifikasi, analisis regresi berganda, pembahasan.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini akan di jelaskan berupa kesimpulan dan dasaran dari hasil

penelitian.

29

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Bank Syariah

1. Defenisi bank syariah

Bank syariah terdiri atas dua kata, yaitu bank dan syariah. Kata bank

bermakna suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantarakeuangan

dari dua pihak, yaitu pihak yang berkelebihan dana dan pihak yang kekurangan

dana, kata syariah dalam versi bank syariah di Indonesia adalah aturan perjanjian

berdasarkan yang dilakukan oleh pihak bank dan pihak yang lain untuk

penyimpanan dana dan pembiayaan kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai

hukum islam.1

Bank syari’ah adalah bank yang aktivitasnya meninggalkan masalah riba.

Bank Islam atau bank syari’ah adalah bank yang beroperasi dengan tidak

mengandalkan pada bunga.2

Bank Islam atau biasa disebut bank tanpa bunga

adalah lembaga keuangan atau perbankan yang usaha pokoknya memberikan

kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta edaran uang yang

pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syari’ah Islam. Berdasarkan

pengertian tersebut, Bank Islam berarti bank yang tata cara bermuamalat secara

Islami, yakni mengacu pada ketentuan AlQur’an dan Al-Hadits. Atau dengan

1 Zainuddin, Hukum Perbankan Syariah. h.1

2 Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005, h.13

30

kata lain, Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya

memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran

serta peredaran uang yang pengoerasiannya disesuaikan dengan Syariat Islam.3

Bank Syari’ah merupakan lembaga keuangan yang berfungsi

memperlancar ekonomi di sektor riil melalui aktivitas kegiatan usaha (investasi,

jual beli atau lainnya) yang berdasarkan prinsip syari’ah, yaitu aturan perjanjian

berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk menyimpan dana atau

pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan nilai

syari’ah, baik yang bersifat makro maupun mikro.4

Landasan Hukum

Pada dasarnya, pendirian Bank Syari’ah mempunyai tujuan yang utama.

Yang pertama yaitu menghindari riba dan yang kedua yaitu mengamalkan

prinsipprinsip Syari’ah dalam perbankan. Di dalam Al-Qur’an, beberapa ayat

yang menyinggung tentang pelarangan riba, di antaranya QS. Ar-Rum: 39 yang

berbunyi:

Artinya: Dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia

bertambah pada harta manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada sisi Allah.

dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai

3 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, Yogyakarta: Ekonisia UII, 2004, h. 1.

4 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008, h. 3

31

keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah orang-orang yang

melipat gandakan (pahalanya).

Selanjutnya, hadist yang terkait dengan pelarangan riba adalah salah

satunya:

“Rasulullah SAW melaknat orang yang memakan riba, orang yang member

makan riba, penulis dan saksi riba. Kemudian mereka bersabda: mereka

semuaadalah sama”. (HR. Muslim).

2. Fungsi dan Peranan Bank Syariah5

Bank syariah mempunyai fungsi secara umum meliputi:

a. Bertanggung jawab terhadap penyimpanan dana nasaba

b. Mengelola investasi dari dana yang diperoleh

c. Pengelola zakat, infaq dan shadaqoh

d. Penyedia transaksi keuangan.

Agar berhasil menjadi pendorong terwujudnya pembangunan ekonomi

nasional maka bank Syari’ah memiliki peranan sebagai perekat nasionalisme

yang berpihak pada ekonomi kerakyatan, beroperasi secara transparan, berfungsi

sebagai pendorong penurunan investasi spekulatif, pendorong peningkatan

efisiensi, mobilisasi dana masyarakat serta menjadi uswatun hasanah bagi

praktek usaha berlandaskan moral dan etika Islam.

5 M. Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah: Dari Teori Ke Praktek, Jakarta: Gema Insani Pers,

2001, h. 40.

32

3. Karakteristik Bank Syariah

Karakteristik bank Syari’ah bersifat fleksibel, yang meliputi:

a. Keadilan, melarang riba tetapi menggunakan bagi hasil. Riba adalah

pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual beli maupun

pinjammeminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip muamalah

dalam Islam.6

b. Kemitraan, yaitu saling memberi manfaat. Posisi nasabah, investor, pengguna

dana dan bank berada dalam hubungan sejajar sebagai mitra usaha yang saling

menguntungkan. dan bertanggung jawab di mana tidak ada pihak yang merasa

dirugikan.

c. Universal, melarang transaksi yang bersifat tidak transparan (gharar).

Meghindari penggunaan sumber daya yang tidak efisien, dan terbuka

seluasluasnya bagi masyarakat tanpa membedakan agama, suku, dan ras.

4. Kegiatan Bank Syariah

Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang sangat dibutuhkan oleh

masyarakat dalam melakukan transaksi keuangan maupun transaksi perbankan

lainnya. Transaksi yang dapat ditawarkan oleh bank berbeda antara satu bank dan

bank lainnya. Beberapa bank syariah menawarkan semua produk perbankan,

sebagian bank syariah hanya menawarkan produk tertentu dan seterusnya,

produk dan jasa bank syariah yang dapat diberikan kepada masyarakat tergantung

6 Ibid, h. 37.

33

jenisnya.7

Dan perbankan syariah berperan sebagai lembaga intermediasi

keuangan antara unit-unit ekonomi yang mempunyai kelebihan dana dengat unit

lain yang mengalami kekurangan dana. Karenanya untuk menjalani fungsi

intermediasi tersebut, lembaga perbankan syariah akan melakukan kegiatan

usaha. berupa penghimpunan dana, penyaluran dana, serta menyediakan berbagai

jasa transaksi keuangan kepada masyarakat.

5. Jenis-jenis Bank Syariah

a. Bank Umum Syariah

Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.8

Adapun tugas dari bank umum berdasarkan pengertian diatas meliputi:

1) Pemberian kredit

2) Menghimpun dana yang berasal dari masyarakat berbentuk simpanan

3) Menerbitkan surat atas pengakuan hutang

4) Menjual, membeli dan juga menjamin resiko sendiri berdasarkan kepentingan

nasabah maupun perintah dari nasabahnya itu sendiri, meliputi surat

pengakuan hutang, surat-surat wasel sertifikat Bank Indonesia, kertas

perbendaharaan negara, obligasi, surat dagang yang berjangka, beserta surat

berharga yang lainnya.

7 Ismail, Perbankan Syariah, (kencana: jakarta 2011 h 51)

8 Undang-undang no.21 tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah pasal 1 ayat 1

34

5) Meminjamkan dan, manjamin atau menetapkan dana, entah itu memakai

sarana telekomunikasi, memakai surat atau wesel.

6) Menerima pembayaran atas tagihan surat berharga

7) Menyediakan tempat penyimpanan surat berharga dan barang

8) Melakukan utang piutang

9) Melakukan kegiatan valuta asing

10) Melakukan kegiatan dalam hal penyertaan modal bank maupun perusahaan

lain

11) Bertindak sebagai pengurus dan pendiri dana pensiun berdasarkan peraturan

undang-undang.

b. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang

dalamkegiatannya tidak memberikan jasa lalu lintas pembayaran.9

Adapun tugas dari BPRS itu sendiri adalah:

1) Menghimpun dana dari masyarakat berupa tabungan, deposito berjangka

ataupun lainnya yang serupa.

2) Menawarkan penempatan dana dan pembiayaan melalui perinsip syariah,

berdasarkan ketetapan dari Bank Indonesia

3) Menempatkan dananya berbentuk Sertifikat Bank Indonesia, sertifikat

deposito, tabungan bank lain, dan deposito berjangka.

Adapun larangan BPRS adalah sebagai berikut:

9 Ibid, ayat 6

35

1) Melaksanakan usaha asuransi

2) Melaksanakan penyertaan modal

3) Menerima simpanan berbentuk giro

4) Melaksanakan aktivitas usaha berbentuk valuta asing

5) Ikut serta mnjalankan lalu lintas pembayaran

c. Unit Usaha Syariah (UUS)

Unit Usaha Syariah adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum

Konvensional yang berfungsi sebagaikantor induk dari kantor atau unit yang

melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit kerja di

kantor cabang dari suatu Bank yang berkedudukan di luar negri yang

melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor

induk dari kantor cabang pembantu syariah dan / unit Syariah10

Adapun tugas dari UUS adalah:

1) Menghimpun dana dalam bentuk simpanan berupa giro, tabungan, atau

bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad wadi’ah atau

akad lain yang tidak bertentangan dengan Prisip Syariah.

2) Menghimpun dana dalam bentuk Investasi berupa deposito, tabungan, atau

bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad mudharabah

atau akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah.

3) Menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah, akad

musyarakah, atau akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah.

10

Ibid, ayat 7

36

4) Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad mudharabah, Akad salam dan

akad istishna’, atau akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah.

5) Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad qardh atau Akad lain yang tidak

bertentangan dengan Prinsip Syariah.

6) Menyalurkan pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak

kepada nasabah berdasarkan akad ijarah dan/atau sewa beli dalam bentuk

ijarah muntahiya bittamlik, atau akad lain yang tidak bertentangan dengan

Prinsip Syariah.

7) Menyalurkan pengambilalihan utang berdasarkan akad hawalah , atau akad

lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah

8) Melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan berdasarkan Prinsip

Syariah.

9) Membeli dan menjual surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar

transaksi nyata berdasarkan Prinsip Syariah, antara lain seperti akad ijarah,

musyarakah, mudharabah, murabahah, kafalah atau hawalah.

10) Membeli surat berharga berdasarka Prinsip Syariah yang diterbitkan oleh

pemerintah dan/atau Bank Indonesia.

11) Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan

perhitungan dengan pihak ketiga atau antarpihak ketiga berdasarkan Prinsip

Syariah.

12) Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga

berdasarkan Prinsip Syariah.

37

13) Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk

kepentingan nasabah berdasarkan Prinsip Syariah

14) Memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan Prinsip

Syariah.

15) Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan di

bidang social sepanjang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.11

6. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional12

Bank syariah merupakan bank yang dalam sistem operasionalnya tidak

menggunakan sistem bunga akan tetapi menggunakan prinsip dasar sesuai

ketentuan syariah. Dalam menentukan imbalannya bank syariah tidak

menggunakan sistem bunga akan tetapi menggunakan konsep imbalan sesuai

dengan akad yang diperjanjikan. Beberapa perbedaan antara bank syariah dan

bank konvensional adalah pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Perbedaan Bank syariah dan Bank Konvensional

No Bank Syariah Bank Konvensional

1 Investasi, hanya untuk proyek dan

produk yang halal serta

menguntungkan

Investasi, tidak mempertimbangkan

halal atau haram, asalkan proyek

menguntungkan

2 Return yang dibayar dan/atau

diterima berasal dari bagi hasil atau

Return baik yang dibayar maupun

yang diterima berupa bunga

11

Pipin Syarifin, Hukum Dagang di Indonesia, Cet.1, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012) h. 370-371

12 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011) h. 38

38

pendapatan lainnya sesuai prinsip

syariah

3 Perjanjian dibuat dalam bentuk

akad sesuai dengan syariah

Perjanjian menggunakan hukum

positif

4 Orientasi pembiayaan tidak hanya

untuk keuntungan akan tetapi juga

falah oriented, yaitu berorientasi

pada kesejahteraan masyarakat

Orientasi pembiayaan untuk

memperoleh keuntungan atas dana

yang dipinjamkan

5 Hubungan antara bank dan nasbah

adalah mitra

Hubungan antara bank dan nasabah

adalah kreditur dan debitur

6 Dewan Pengawas terdiri dari BI,

OJK dan Dewan Pengawas Syariah

Dewan Pengawas terdiri dari BI,

OJK dan tidak ada Dewan

Pengawas Syariah

7 Penyelesaian sangketa diupayakan

secara musyawarah antara bank dan

nasabah melalui peradilan agama

Penyelesaian sengketa melalui

pengadilan negeri setempat

B. Bank pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)

1. Pengertian Bank pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)

Bank pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah bank yang

melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip Syari’ah yang dalam

kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bentuk

hukumnya dapat berupa: Perseroan Terbatas/PT, Koperasi atau Perusahaan

Daerah (pasal 2 PBI No. 6/17/PBI/2004). Undang-undang nomor 21 tahun 2008

menyebutkan Bank Pembiayan Rakyat Syariah (BPRS) yaitu bank syariah yang

39

dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.13

Yang

perlu diperhatikan dari ketentuan diatas adalah kepanjangan dari BPR Syariah

yang berupa Bank Perkreditan Syariah. Ini berarti semua peraturan perundang

undangan yang menyebut BPR Syariah dengan Bank Perkreditan Rakyat Syariah

Harus dibaca dengan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).14

2. Sejarah dan Perkembangan BPRS di Indonesia

Berdirinya BPRS di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari BPR-BPR

pada umumnya. BPR yang status hukumnya disahkan melalui Paket

Kebijakan Keuangan Moneter dan Perbankan (PAKTO tanggal 27 Oktober

1998 pada hakikatnya merupakan modifikasi (model baru) dari Lumbung

Desa dan Bank Desa yang ada sejak 1980-an.15

Lumbung desa sebagai sistem perkreditan rakyat zaman dahulu,

dirasakan sangat bermanfaat bagi masyarakat tani di pedesaan, karena pada

waktu itu peredaran uang belum menjangkau masyarakat tani di pedesaan

sehingga pinjaman dalam bentuk padi lebih menguntungkan dan lebih praktis

daripada pinjaman dalam bentuk uang. Selain itu pinjaman padi tida mengganggu

kestabilan harga padi yang menjadi penghasilan utamamasyarakat desa.16

13

Khotibul Umam, S.H.,LL.M. Trend pembentukan Bank Umum Syari’ah Pasca UndangUndang Nomor 21 Tahun 2008 (Konsep, Regulasi, dan Implementasi), Yogyakarta : BPFE Yogayakrta, 2009, h. 41.

14 Zubairi Hasan, Undang-Undang Perbankan Syari’ah Titik Temu Hukum Islam dan Hukum

Nasional, Jakarta: PT Rajagrafindo persada, 2009, h. 7. 15

M. Ma’ruf Abdullah, Hukum Perbankan dan Perkembangan Bank Syariah di Indonesia, (Banjarmasin: Antasari Press, 2006), h. 88.

16 Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam & Lembaga-lembaga Terkait, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2004), h. 125.

40

Karena struktur ekonomi, sosial dan administrasi masyarakat desa

sudah banyak mengalami perubahan sebagai akibat dari proses pembangunan,

maka keberadaan BPR tidak lagi persis sama seperti lumbung desa zaman

dahulu. Namun demikian, paling tidak keberadaan BPR pada masa sekarang

dan yang akan datang diharapkan mampu menjadi alternatif pengganti yang

terbaik bagi fungsi dan peranan lumbung desa dan Bank Desa dalam melindungi

petani dari gejolak harga padi dan resiko kegagalan dalam produksi serta

ketergantungan petani terhadap para rentenir.17

Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 yang merubah Undang-Undang

No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan nampak lebih jelas dan tegas mengenai

status Perbankan Syariah, sebagaimana disebutkan dalam pasal 13 huruf C

yang berbunyi sebagai berikut; “menyediakan pembiayaan dan penempatan

dana berdasarkan prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan

oleh Bank Indonesia”.18

Seiring dengan bergulirnya sistem ekonomi Islam

sebagai sistem alternatif dalam mengelola perekonomian, maka kehadiran

BPRS juga sangat diharapkan.19

Keberadaan BPRS secara khusus dijabarkan dalam bentuk Surat

Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/34/Kep/Dir, tanggal 12 Mei 1999

tentang Bank Umum berdasarkan Prinsip Syariah, dan Surat Keputusan

17

Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam & Lembaga-lembaga Terkait, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004)h 126.

18 Ahmad Rodoni, Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Ekonosia, 2008), h. 40.

19 M. Ma’ruf Abdullah, Hukum Perbankan dan Perkembangan Bank Syariah di Indonesia,

(Banjarmasin: Antasari Press, 2006), h.89

41

Direksi Bank Indonesia No. 32/36/Kep/Dir, tertanggal 12 Mei 1999 dan Surat

Edaran Bank Indonesia No. 32/4/KPPB tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank

Perkreditan Rakyat berdasarkan Prinsip Syariah.20

Jumlah bank dan jumlah kantor BPRS dari tahun 2010 hingga

Desember 2015 adalah sebagai berikut:21

Tabel 2.2 Jumlah Bank dan Kantor BPRS

TAHUN JUMLAH BANK JUMLAH KANTOR

2011 155 364

2012 158 401

2013 163 402

2014 163 439

2015 161 433

Sumber: Statistik Perbankan Syariah.

Dari tahun 2011 hingga 2014, jumlah kantor BPRS terus bertambah.

Akan tetapi, pada juni 2015 jumlah kantor BPRS mengalami kemunduran

dari 439 di tahun 2014 menjadi 433 di tahun 2015. Dari januari 2015 hingga

Desember 2015 jumlah kantor BPRS mengalami pasang surut. Hal itu

disebabkan karena adanya BPRS yang bermasalah akibat tidak dikelola

dengan prinsip tata kelola yang baik dan terpaksa harus ditutup.22

20

Ahmad Rodoni, Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonosia, 2008), hlm. 43. 21

http://www.bi.go.id.html. Diakses pada hari sabtu 26 november 2016, pukul 11.00. 22

http://koran.republika.co.id/koran/17.html. Diakses pada Rabu 16/12/2016, pukul 18.56.

42

Untuk jaringan kantor individual Perbankan Syariah, BPRS tidak

mempunyai kantor cabang, kantor cabang pembantu dan kantor kas. Adapun

jumlah pekerja di Perbankan Syariah khususnya BPRS dari tahun 2010

hingga desember 2015 terus meningkat, dari 3.172 sampai 4.808 pekerja.23

3. BPRS Sebagai Lembaga Keuangan Syariah

Secara umum, lembaga keuangan berperan sebagai lembaga

intermediasi keuangan. Intermediasi keuangan merupakan proses penyerapan

dana dari unit surplus ekonomi, baik sektor usaha, lembaga pemerintahan

maupun individu (rumah tangga) untuk penyediaan dana bagi unit ekonomi

lain. Intermediasi keuangan merupakan kegiatan pengalihan dana dari unit

ekonomi surplus ke unit ekonomi defisit, lembaga intermediasi denominasi,

intermediasi risiko, intermediasi jatuh tempo, intermediasi informasi,

intermediasi lokasi, dan intermediasi mata uang.

Gambar 2.1 : Metode Intermediasi Keuangan

Sumber : Andri Soemitra, M.A., Bank & Lembaga Keuangan Syariah

23

http://www.bi.go.id.html. Diakses pada minggu 15 desember 2016 pukul 20.21.

43

Dalam proses intermediasi di atas, tanda garis putus-putus menunjukkan

arus dana yang mengalir pada lembaga keuangan sedangkan garis bersambung

menunjukkan instrument yang digunakan untuk menarik dana tersebut, dalam

proses intermediasi keuangan unit yang berlebihan dana dimediasi oleh

lembaga keuangan. Pada proses intermediasi keuangan unit yang kelebihan dana

akan menyimpan dananya berdasarkan kebutuhan likuiditas, keamanan,

kenyamanan, kemudahan akses, dan operasional lembaga keuangan apakah

berdasarkan syariah atau konvensional. Sedangkan bagi pengguna dana

didasarkan pada kebutuhan jangka waktu, jumlah dan prinsip operasional

yang digunakan.24

Prinsip utama yang dianut oleh Lembaga Keuangan Syariah

dalammenjalankan kegiatan usahanya adalah bebas “MAGHRIB”, yaitu :

a) Maysir (spekulasi):

secara bahasa maknanya berarti judi, secara umum mengundi nasib dan

setiap kegiatan yang sifatnya untung- untungan (spekulasi), secara ekonomi

perjudian merupakan bentuk investasi yang tidak produktif karena tidak terkait

langsung dengan sektor riil, dan tidak memberikan dampak peningkatan

penawaran barang dan jasa.

b) Gharar:

24

Andri Soemitra, M.A., Bank & Lembaga Keuangan Syariah ( Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2008), Cet.2 h. 29-30.

44

sesuatu yang memperdayakan manusia di dalam bentuk harta,

kemegahan, jabatan, syahwat (keinginan). Dimana gharar berarti

menjalankan suatu usaha secara buta tanpa memiliki pengetahuan yang

cukup, atau menjalankan suatu transaksi yang risikonya berlebihan tanpa

mengetahui dengan pasti apa akibatnya atau memasuki risiko tanpa

memikirkan konsekuensinya, gharar dapat terjadi pada transaksi yang

objeknya tidak jelas, tidak dimiliki, tidak diketahui keberadaanya,

atau tidak dapat diserahkan pada saat transaksi dilakukan kecuali diatur

lain dalam syariah secara ekonomi pelanggaran gharar akan mengedepankan

transparansi dalam bertrasaksi dan kegiatan operasional lainnya dan

menghindari ketidak jelasan dalam berbisnis.

c) Haram:

secara bahasa berarti larangan dan penegasan, dalam aktivitas ekonomi

setiap orang diharapkan untuk menghindari semua yang haram, baik haram

zatnya maupun haram selain zatnya. Secara ekonomi, pelarangan yang haram

akan menjamin investasi hanya dilakukan dengan cara dan produk yang

menjamin kemaslahatan manusia.

d) Riba:

penambahan pendapatan secara tidak sah (batil) antara lain dalam

transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak sama kualitas, kuantitas,

dan waktu penyerahan (fadhl), atau sama dalam transaksi pinjam-meminjam

45

yang mempersyaratkan nasabah penerima fasilitas mengembalikan dana yang

diterima melebihi pokok pinjaman karena berjalannya waktu (nasi’ ah). Secara

ekonomi, pelarangan riba membuat arus investasi lancer dan tidak terbatas oleh

tingkat suku bunga yang menghambat arus investasi ke sektor produkstif

e) Batil :

secara bahasa berarti batal atau tidak sah, dalam aktivitas ekonomi

tidak boleh dilakukan dengan jalan yang batil seperti mengurangi timbangan,

mencampurkan barang rusak diantara barang yang baik untuk mendapatkan

keuntungan lebih banyak, menimbun barang batil akan semakin mendorongnya

berkurangnya moral hazard dalam berekonomi.25

BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah) merupakan lembaga yang

memberikan jasa keuangan yang lengkap, dimana usaha keuangan yang

dilakukan di samping menyalurkan dana atau memberikan pembiayaan juga

melakukan usaha penghimpunan dana dari masyarakat luas dalam bentuk

simpanan. BPRS memiliki fungsi sebagai pelaksana sebagian fungsi bank

umum, dalam tingkat regional dengan berlandaskan prinsip-prinsip Syariah,

BPRS juga merupakan bank yang khusus melayani masyarakat kecil dalam

lingkup kecamatan maupun pedesaan, dengan jenis produk yang ditawarkan

relatif sempit jika dibandingkan dengan bank umum, bahkan terdapat

25

Andri Soemitra, M.A., Bank & Lembaga Keuangan Syariah ( Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2008), Cet.2 h. 36-38.

46

beberapa jenis jasa bank yang tidak boleh diselenggarakan oleh BPRS, seperti

pembukaan rekening giro serta ikut dalam kliring.26

Bentuk hukum BPRS perseroan terbatas hanya boleh dimiliki oleh

WNI (Warga Negara Indonesia) dan / atau badan hukum Indonesia, pemerintah

daerah, atau kemitraan antara WNI atau badan hukum Indonesia dengan

pemerintah daerah.27

4. Tujuan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)

Ada beberapa tujuan yang dikehendaki dari pendirian BPR Syari’ah di

dalam perekonomian, yaitu sebagai berikut:

a. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam, terutama masyarakat

golongan ekonomi lemah yang pada umumnya berada di daerah pedesaan

b. Menambah lapangan kerja, terutama ditingkat kecamatan sehingga dapat

mengurangi arus urbanisasi.

c. Membina semangat ukhuwah islamiyah melalui kegiatan ekonomi dalam

rangka meningkatkan pendapatan perkapita menuju kualitas hidup yang

memadai.28

d. Untuk mempercepat perputaran aktivitas perekonomian karena sektor real

akan bergairah.29

26

Andri Soemitra, M.A., Bank & Lembaga Keuangan Syariah ...h. 45-46. 27

Ibid h. 62 28

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah Deskripsi dan Ilustrasi Cetakan Pertama, Yogyakarta: EKONESIA, 2003, h. 85.

29 Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam & Lembaga-lembaga Terkait, (Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 129.

47

Dalam aktivitas operasional perbankannya berdasarkan UU No. 21

Tahun 2008, Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah (BPRS) dilarang.30

a. Melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip Syari’ah.

b. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran.

c. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing, kecuali penukaran uang asing

dengan izin Bank Indonesia.

d. Melakukan kegiatan usaha perasuransian, kecuali sebagai agen pemasaran

produk asuransi Syari’ah.

e. Melakukan penyertaan modal, kecuali pada lembaga yang dibentuk untuk

menanggulangi kesulitan likuiditas Bank Pemiayaan Rakyat Syari’ah.

f. Melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha yang telah diatur dalam

UndangUndang.

5. Kegiatan Usaha Bank pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)

Adapun kegiatan usaha dari BPR Syari’ah intinya hampir sama dengan

kegiatan dari Bank Umum Syari’ah, yaitu berupa penghimpunan dana,

penyaluran dana, dan kegiatan di bidang jasa. Yang membedakannya adalah

bahwa BPR Syari’ah tidak diperkenankan memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran, misalnya ikut dalam kegiatan kliring, inkaso, dan menertibkan

giro.31

30

Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syari’ah Suatu Kajian Teoritis Praktis, Bandung: CV Pustaka Setia, 2012, h. 200.

31 Khotibul Umam, S.H.,LL.M. Opcit,,h. 41

48

Kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh BPR Syari’ah versi

UndangUndang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syari’ah diatur dalam

Pasal 21, yaitu bahwa kegiatan usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah

meliputi:

a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk:

1) Simpanan berupa tabungan atau yang dipersamakan dengan itu

berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan

prinsip Syari’ah.

2) Investasi berupa deposito atau tabungan atau bentuk lainnya yang

dipersamakan dengan itu berdasarkan akad mudharabah atau akad lain

yang tidak bertentangan dengan prinsip Syari’ah

b. Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk:

1) Pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah atau musyarakah.

2) Pembiayaan berdasarkan akad murabahah, salam, atau istishna’.

3) Pembiayaan berdasarkan akad qardh.

4) Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada

nasabah berdasarkan akad ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah

muntahiya bittamlik; dan

5) Pengambilalihan utang berdasarkan akad hawalah.

c. Menempatkan dana pada Bank Syari’ah lain dalam bentuk titipan

berdasarkan akad wadi’ah atau investasi berdasarkan akad mudharabah dan

atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip Syari’ah.

49

d. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk

kepentingan nasabah melalui rekening Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah

yang ada di Bank Umum Syari’ah , Bank Umum Konvensional dan UUS.

e. Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Syari’ah lainnya

yang sesuai dengan prinsip Syari’ah berdasarkan persetujuan Bank Indonesia.

Kegiatan usaha BPR Syari’ah secara teknis operasional berkaitan dengan

produk-produknya mendasarkan pada Pasal 2 dan Pasal 3 PBI No.

9/19/PBI/2007 tentang pelaksanaan prinsip Syari’ah dalam kegiatan

penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa Bank Syari’ah

sebagaimana telah diubah dengan PBI No. 10/16/PBI/2008. Lebih teknis lagi

mengacu SEBINo.10/14/DPbS Jakarta, 17 Maret 2008 perihal pelaksanaan

prinsip dalam kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan

jasa Bank Syari’ah.

Perlu ditekankan disini bahwa setiap pihak dilarang melakukan kegiatan

penghimpunan dana dalam bentuk simpanan atau investasi berdasarkan prinsip

Syari’ah tanpa izin terlebih dahulu dari Bank Indonesia, kecuali diatur dalam

undang-undang lain. Dengan demikian untuk dapat melakukan kegiatan-

kegiatan sebagaimana dimaksud di atas secara contrario dapat ditafsirkan harus

ada izin terlebih dahulu dari Bank Indonesia.32

32

Khotibul Umam, S.H.,LL.M. Trend pembentukan Bank Umum Syari’ah Pasca UndangUndang Nomor 21 Tahun 2008 (Konsep, Regulasi, dan Implementasi), Yogyakarta : BPFE Yogayakrta, 2009, h. 55.

50

6. Pembiayaan di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)

Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian

fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang

merupakan defisit unit. Pengertian pembiayaan adalah pendaan yang diberikan

oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah

direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain,

pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi

yang telah direncanakan.33

Menurut Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan

Syariah, pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan

dengan itu berupa:

a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah.

b. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa-beli dalam bentuk

ijarah muntahiya bittamlik.

c. Transaksi jual-beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna.

d. Transaksi pinjam-meminjam dalam bentuk piutang qardh,

e. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multi jasa,

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan atau bank syariah dan/atau Unit

Usaha Syariah (UUS) dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai

33

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: UPP YKPN, 2002, h. 17.

51

dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah

jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.

Dalam pelaksanaan pembiayaan, Bank Syari’ah harus memenuhi:34

a. Aspek Syari’ah, berarti dalam setiap realisasi pembiayaan kepada para

nasabah Bank Syari’ah harus tetap berpedoman pada syariat Islam (antara

lain tidak mengandung unsure maisir, gharar, dan riba serta usahanya harus

halal)

b. Aspek ekonomi, berarti disamping mempertimbangkan hal-hal Syari’ah,

Bank Syari’ah tetap mempertimbangkan perolehan keuntungan baik bagi

bank Syari’ah maupun bagi nasabah bank Syari’ah.

Tujuan pembiayaan adalah sebagai berikut:35

a. Peningkatan ekonomi umat

b. Tersedianya dana bagi peningkatan usaha

c. Meningkatkan produktifitas

d. Membuka lapangan kerja baru

e. Terjadi distribusi pendapatan

Secara garis besar, pembiayaan dibagi dua jenis, yaitu sebagai

berikut:

a. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk pembiayaan

yang bersifat konsumtif, seperti pembiayaan untuk pembiayaan rumah,

34

Muhammad, Ibid, h. 16 35

Sutan Remy syahdeini, Perbankan Syariah dan Kedudukannya Dalam Tata HukumPerbankan Indonesia, Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 2002, h. 20.

52

kendaraan bermotor, pembiayaan pendidikan, dan apapun yang sifatnya

konsumtif.

b. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk pembiayaan

sektor produktif, seperti pembiayaan modal kerja, pembiayaan pembeliaan

barang modal dan lainnya yang mempunyai tujuan memberdayakan sektor

real. Salah satu fungsi utama dari perbankan adalah menyalurkan dana yang

telah dihimpunnya kepada masyarakat melalui pembiayaan kepada nasabah.

Jenis-jenis pembiayaan pada dasarnya dapat dikelompokan menurut

beberapa aspek, diantaranya:36

a. Pembiayaan menurut tujuan, yaitu :

1) Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk

mendapatkan modal dalam rangka pengembangan usaha.

2) Pembiayaan investasi yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk

melakukan investasi atau pengadaan barang konsumtif.

b. Pembiayaan menurut jangka waktu, yaitu :

1) Pembiayaan jangka pendek, pembiayaan yang dilakukan dengan waktu 1

bulan sampai dengan 1 tahun.

2) Pembiayaan jangka waktu menengah, pembiayaan yang dilakukan dengan

waktu 1 tahun sampai dengan 5 tahun.

36

36

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: UPP YKPN, 2002, h. 22.

53

3) Pembiayaan jangka waktu panjang, pembiayaan yang dilakukan dengan

waktu lebih dari 5 tahun.

Jenis pembiayaan pada bank syariah akan diwujudkan dalam bentuk

aktiva produktif dan aktiva tidak produktif, yaitu:

a. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil. Untuk jenis pembiayaan

denganprinsip ini meliputi:

1) Pembiayaan murabahah.

2) Pembiayaan musyarakah.

b. Pembiayaan dengan prinsip jual beli (piutang). Untuk jenis pembiayaan

dengan prinsip ini meliputi:

1) Pembiayaan murabahah.

2) Pembiayaan salam

3) Pembiayaan istishna

c. Pembiayaan dengan prinsip sewa. Untuk jenis pembiayaan dengan prinsip ini

meliputi:

1) Pembiayaan ijarah.

2) Pembiayaan ijarah muntahiya bittamlik/wa iqtina.

C. Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah

Laporan keuangan bank menunjukkan kondisi keuangan bank secara

keseluruhan. Dari laporan ini akan terbaca bagaimana kondisi bank yang

sesungguhnya, termasuk kelemahan dan kekuatan yang dimiliki. Laporan ini

juga menunjukkan kinerja manajemen bank selama satu periode. Keuntungan

54

dengan membaca laporan ini pihak manajemen dapat memperbaiki kelemahan

yang ada serta mempertahankan kekuatan yang dimilikinya. Laporan keuangan

di samping menggambarkan kondisi keuangan suatu bank juga menilai kinerja

manajemen bank yang bersangkutan. Penilaian kinerja manajemen akan menjadi

patokan apakah manajemen berhasil atau tidak dalam menjalankan kebijakan

yang telah digariskan oleh perusahaan.37

Dalam praktiknya, jenis-jenis laporan keuangan bank yang dimaksud

adalah sebagai berikut:38

1. Neraca, merupakan laporan yang menunjukkan posisi keuangan bank pada

tanggal tertentu. Posisi keuangan yang dimaksudkan adalah posisi aktiva

(harta), pasiva (kewajiban dan ekuitas) suatu bank. Penyusunan komponen di

dalam neraca didasarkan pada tingkat likuiditas dan jatuh tempo.

2. Laporan Komitmen dan Kontinjensi, Laporan komitmen merupakan suatu

ikatan atau kontrak yang berupa janji yang tidak dapat dibatalkan secara

sepihak dan harus dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati bersama

dipenuhi. Sedangkan laporan kontinjensi merupakan tagihan atau kewajiban

bank yang kemungkinan timbulnya tergantung pada terjadi atau tidak

terjadinya satu atau lebih peristiwa di masa yang akan datang.

3. Laporan laba rugi, merupakan laporan keuangan bank yang menggambarkan

hasil usaha bank dalam suatu periode tertentu. Dalam laporan ini tergambar

37

Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: Rajawali Pers,2012-Ed.Rev), h. 280-281 38

Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: Rajawali Pers,2012-Ed.Rev), h. 284.

55

jumlah pendapatan dan sumber-sumber pendapatan serta jumlah biaya dan

jenis-jenis biaya yang dikeluarkan.

4. Laporan arus kas, merupakan laporan yang menunjukkan semua aspek yang

berkaitan dengan kegiatan bank, baik yang berpengaruh langsung maupun

tidak langsung terhadap kas.

5. Catatan atas Laporan Keuangan, merupakan laporan yang berisi catatan

tersendiri mengenai Posisi Devisa Neto, menurut jenis mata uang dan

aktivitas lainnya.

6. Laporan Keuangan Gabungan dan Konsolidasi, Laporan Gabungan

merupakan laporan dari seluruh cabang-cabang bank yang bersangkutan, baik

yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri, sedangkan laporan

konsolidasi merupakan laporan bank yang bersangkutan dengan anak

perusahaannya.

Sedangkan dalam perbankan syariah, komponen-komponen Laporan

Keuangan yang dipaparkan dalam PAPSI 2013, yaitu:

1. Laporan Posisi Keuangan

2. Laporan Laba Rugi Komprehensif

3. Laporan Perubahan Ekuitas

4. Laporan Arus Kas

5. Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil

6. Laporan Sumber dan Penyaluran Dana Zakat

7. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan, dan

56

8. Catatan Atas Laporan Keuangan.

Analisis laporan keuangan adalah untuk mendapatkan gambaran kondisi

keuangan perusahaan sehingga dapat digunakan untuk pengambilan keputusan

perusahaan di masa yang akan datang. Menurut Harahap (2006; 190),

menyatakan bahwa: “Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit

informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan

atau yang mempunyai makna antara yang satu dengan yang lain baik antara data

kuantitatif maupun data nonkuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi

keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan

keputusan yang tepat.” Tujuan analisis laporan keuangan adalah untuk

memberikan informasi kepada para pemakai laporan keuangan dengan berbagai

teknik dan metode yang berguna untuk menilai kinerja, keputusan investasi dan

memprediksi keadaan perusahaan di masa yang akan datang.39

Menurut Harahap

terdapat beberapa teknik laporan keuangan sebagai berikut:40

1. Perbandingan Laporan Keuangan

2. Seri Trend atau Angka Indeks

3. Laporan Keuangan Common Size (Bentuk Awam)

4. Analisis Rasio

5. Analisis Khusus; berupa Ramalan Kas, Analisis Perubahan Posisi Keuangan,

Laporan Variasi Gross Margin, Analisis Break Even, Analisis Dupont.

39

Dwi Nur’aini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah,(Banten: UIN Jakarta Press, 2013), h.56

40 Ibid

57

Pada penelitian ini, peneliti hanya menggunakan satu teknik analisis

laporan keuangan yaitu dengan Analisis Rasio. Rasio laporan keuangan adalah

perbandingan antara pos-pos tertentu dengan pos lain yang memiliki hubungan

signifikan (berarti). Analisis rasio pada dasarnya dapat dilakukan dengan dua

cara:41

1. Membandingkan rasio sekarang dengan rasio-rasio dari waktu yang telah

lalu.

2. Membandingkan rasio-rasio ini dengan perusahaan yang sejenis.

Dari dasar inilah, variabel-variabel Dependen dan Independen dalam

penelitian ini menggunakan beberapa rasio yang ada di dalam laporan keuangan

bank syariah sebagai proxy dari beberapa faktor kinerja bank untuk

memudahkan peneliti dalam melakukan analisis, yaitu diantaranya:

D. Net Operating Margin (NOM)

1. Rentabilitas Bank Syariah

Rentabilitas merupakan kemampuan suatu bank untuk menghasilkan

laba. Terdapat beberapa Rasio sebagai penilaian kuantitatif faktor

rentabilitas, diantaranya sebagai berikut:42

a. Satu Rasio Utama: Net Operating Margin (NOM)

b. Lima Rasio Penunjang: Return on Assets (ROA), Rasio Efisiensi kegiatan

Operasional (REO), rasio aktiva yang dapat menghasilkan Pendapatan,

41

Dwi Nur’aini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah,(Banten: UIN Jakarta Press, 2013), h.65.

42 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/24/DPbs tahun 2007

58

Diversifikasi pendapatan, Proyeksi Pendapatan Bersih Operasional Utama

(PPBO).

c. Rasio Pengamatan: Net structural operating margin, Return on equity (ROE),

Komposisi penempatan dana pada surat berharga/pasar keuangan, Disparitas

imbal jasa tertinggi dengan terendah, Pelaksanaan fungsi edukasi, Pelaksaan

Fungsi Sosial, Korelasi antara tingkat bunga di pasar dengan return/bagi hasil

yang diberikan oleh bank syariah, Rasio Bagi hasil dana investasi, dan

Penyaluran dana yang diwrite-off dibandingkan biaya operasional.

2. Pengertian Net Operating Margin (NOM)

Net Operating Margin merupakan rasio utama Rentabilitas pada bank

syariah untuk mengetahui kemampuan aktiva produktif dalam menghasilkan

laba.43

Net Operating Margin juga dapat diartikan rasio rentabilitas untuk

mengetahui kemampuan aktiva produktif dalam menghasilkan laba melalui

perbandingan pendapatan operasional dan beban operasional dengan rata-rata

aktiva produktif.44

Net Operating Margin dapat dilihat dari dua perspektif. Jika dilihat dari

perspektif pertama yaitu dari sisi sifat kompetitif bank dan sisi rentabilitas,

margin yang kecil mengindikasikan sistem perbankan yang kompetitif dengan

biaya intermediasi yang rendah, namun disisi rentabilitas margin yang tinggi

43

Bank Indonesia, Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Kelembagaan Penilaian Tingkat Kesehatan Bank(Jakarta: Pusat Riset dan Edukasi Bank Sentral, 2012), h. 183.

44 Dwi Nur’aini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah,(Banten: UIN Jakarta

Press, 2013), h.101

59

menggambarkan stabilitas dari sistem perbankan ini dilatarbelakangi bank yang

dapat menambahkan margin yang tinggi ke dalam rentabilitas dan modal

sehingga dapat melindungi dari resiko. Namun jika dilihat dari perspektif kedua

yaitu dari sifat efisiensi bank, margin yang lebih tinggi biasanya

mengindikasikan rendahnya efisiensi sektor perbankan, ditandai dengan biaya

yang tinggi karena ketidakefisienan perbankan dengan rendahnya investasi dan

rendahnya aktivitas ekonomi. Tingginya margin juga dapat mengindikasikan

tingginya risiko karena kebijakan yang tidak tepat dari sektor perbankan.45

Rumus menghitung NOM sebagai berikut:46

( )

Tabel 2.3 Kriteria Penilaian NOM

Level Kriteria Keterangan

Level 1 NOM > 3% Tinggi

Level 2 2% < NOM ≤ 3% Cukup Tinggi

Level 3 1,5% < NOM ≤ 2% Rendah

Level 4 1% < NOM ≤ 1,5% Cukup Rendah

Level 5 NOM ≤ 1% Sangat Rendah

Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/24/DPbS 2007

E. Financing to Deposit Rasio (FDR)

45

Mufti Nur Cahyo, “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Margin Bank Umum Syariah”, (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Diponegoro Semarang, 2013), h.26

46 Dwi Nur’aini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah,(Banten: UIN Jakarta

Press, 2013), h.101

60

Dalam kamus Bank Indonesia, FDR merupakan rasio pembiayaan

terhadap dana pihak ketiga (DPK) yang diterima oleh bank. FDR sering

dianalogkan dengan LDR, rasio yang digunakan Bank Konvensional. Loan to

Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah

kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan

modal sendiri yang digunakan.24 Begitu juga FDR sebagai rasio Likuiditas

Bank Syariah dapat mengukur komposisi jumlah pembiayan yang diberikan

dibandingkan dengan jumlah dana pihak ketiga dan modal sendiri yang

digunakan. Maksimal FDR yang diperkenankan oleh Bank Indonesia adalah

sebesar 110%. Semakin tinggi rasio ini, semakin rendah kemampuan

likuiditas bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam

kondisi bermasalah akan semakin besar.47

FDR dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:48

Tabel 2.4 Kriteria penilaian FDR

Level Kriteria Informasi

Level 1 50%<FDR ≤ 75% Sangat likuid

Level 2 75%<FDR ≤ 85% Likuid

47

Rr. Tini Anggraeni, “Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Syariah”. 48

Suryani, “Analisis Pengaruh Financing to Deposit Ratio terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia,” Walisongo, Volume 19, Nomor 1 (Mei 2011): h. 60.

61

Level 3 85% <FDR< 100% atau

FDR ≤ 50% Cukup likuid

Level 4 100% < FDR ≤ 120% Kurang likuid

Level 5 FDR > 120% Tidak likuid

Sumber : SE Bank Indonesia No.6/23/DPNP tahun 2004

F. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio permodalan yang

menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan

pengembangan usaha serta menampung kemungkinan resiko kerugian yang

diakibatkan oleh operasional bank.49

Menurut peraturan Bank Indonesia Nomor

10/15/PBI/2008 pasal 2 ayat 1 tercantum bank wajib menyediakan modal

minimum sebesar 8% dari aset tertimbang menurut resiko (ATMR). CAR adalah

rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang

mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain)

ikut dibiayai sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber

lain.50

Penetapan CAR sebagai salah satu variabel yang mempengaruhi NOM

berdasarkan hubungan tingkat resiko bank. Penetapan CAR pada titik tertentu

bertujuan agar bank memiliki kemampuan modal yang cukup untuk meredam

kemungkinan timbulnya resiko sebagai akibat dari berkemabangnya ekspansi

49

chmad Tarmidzi dan Wilyanto Kartiko Kusumo, Analisis Rasio-rasio Keuangan Sebagai

Indikator Dalam Memprediksi Kebangkrutan Perbankan DI Indonesia. Vol XV 1 Juni 2003, FE

UNDIP, Semarang 50

Peraturan Bank Indonesia, 2008

62

aset terutama aktiva yang dikategorikan dapat menghasilkan hasil sekaligus

mengandung resiko yang tidak diimbangi dengan penambahan modal

menurunkan kesempatan bank untuk berinvestasi dan menurunkan kepercayaan

masyarkat sehingga berpengaruh pada penurunan rentabilitas.51

Semakin tinggi

CAR maka kondisi bank akan semakin baik.52

Jika nilai CAR tinggi berarti bank

tersebut mampu membiayai operasi bank, dan dapat melindungi deposan

sehingga memberikan dampak meningkatnya kepercayaan masyarkat terhadap

bank.

Keadaan ini menguntugkan bank dan akan berkontribusi pada

meningkatnya rentabilitas (NOM).53

Faktor permodalan (CAR) ini sangat

penting dalam kegiatan menjalankan operasional bank dan untuk menunjang

segala kebutuhannya, dengan kualitas pihak manajemen dalam pengelolaan yang

baik suatu bank akan terus meningkatkan modal dengan memperhatikan

indikator kesehatan permodalan yaitu CAR, maka rentabilitaspun menjadi

meningkat.

Manajemen bank perlu mempertahankan atau menigkatkan nilai CAR

sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu

minimal 8%, karna dengan modal yang cukup maka bank dapat melakukan

ekspansi usaha dengan lebih aman dan dengan tujuan meningkatkan rentabilitas.

51

Hesti Wedaningtyas, Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Take Over Pramerger

Indonesia, Jurnal Manajemen Indonesia, Vol.1. No.2, 2002 52

Achmad Tarmidzi dan Wilyanto Kartiko Kusumo, op.cit 53

Mudrajad Kuncoro, dan Suhardjono, Manajemen Perbankan: Teori dan Aplikasi, BPFE,

Yogyakarta, 2002

63

Besarnaya nilai CAR suatu bank dapat dihitung dengan rumus:

Tabel 2.5 Kriteria Penilaian CAR

Level Kriteria Informasi

Level 1 KPMM ≥ 12% Jauh Lehih Tinggi dari Ketentuan

Level 2 9% ≤ KPMM < 12% Lebih Tinggi dari Ketentuan

Level 3 8% ≤ KPMM < 9% Sedikit Lebih Tinggi dari Ketentuan

Level 4 6% < KPMM 8 12% Lebih Rendah dari Ketentuan

Level 5 KPMM ≤ 6% Jauh Lehih Rendah dari Ketentuan

Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/24/DPbS 2007 G. Non peforming Financing (NPF)

Non Performing Loan (NPL) atau Non Performing Financing (NPF)

adalah kredit bermasalah yang terdiri dari kredit yang berklasifikasi kurang

lancer, diragukan, dan macet.54

NPF menunjukkan kemampuan kolektibilitas

sebuah bank dalam mengumpulkan kembali kredit atau pembiayaan yang

dikeluarkan oleh bank sampai lunas.55

Kebanyakan bank sentral, kredit

bermasalah dikategorikan sebagai aktiva produktif bank yang diragukan

kolektabilitasnya. Untuk menjaga keamanan dana para deposan, bank sentaral

mewajibkan bank umum menyediakan cadangan penghapusan kredit

bermasalah. Dengan demikian, semakin besar jumlah saldo kredit atau jumlah

54

Kamus Bank Indonesia 55

Luh Gede Meydianawathi, Analisi Perilaku Penawaran Kredit Perbankan Kepada Sektor

UMKM di Indonesia, Universitas Udayana, Denpsar, 2007, h. 138

64

pembiayaan bermasalah yang dimiliki bank, akan semakin besar jumlah

cadangan yang harus disediakan, serta semakin besar pula biaya yang mereka

tanggung untuk mengadakan dana cadangan itu. Hal ini tentu saja berpengaruh

negatif terhadap likuiditas bank dan tentu berdampak juga terhadap income

margin yang bersangkutan, karna dana yang seharusnya bisa dijadikan aset likuit

untuk mencegah permasalahan likuuditas justru digunakan sebagai cadangan

terhadap pembiayaan bermasalah.

Faktor yang menyebabkan terjadinya kredit atau pembiayaan bermasalah

berasal dari sisi debitur atau penerima pembiayaan, bank, maupun ekstern

debitur dan bank.56

Dari sisi debitur memiliki kelemahan pada faktor keuangan,

faktor manajemen, dan faktor operasional, dari sisi bank disebabkan kelemahan

sejak awal dalam proses pemberian kredit atau pembiayaan, itikad kurang baik

atau kekurang mampuan dari pegawai atau pejabat bank serta kelemahan dalam

pembianaan dan pengawasan kredit. Dari sisi ekstern debitur dan bank adalah

kelemahan disebabkan oleh force mojure perubahan-perubahan lingkungan

eksternal, dan peraturan-peraturan pemerintah.

Non Performing Financing (NPF) yang tidak dapat ditangani dengan

tepat, akan menghilangkan kesempatan pendapatan (income) dari pembiayaan

yang diberikan, sehingga mengurangi laba dan mengurangi kemampuan untuk

56

Asep Hermawan, Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif, Gramedia Media Sarana Indonesia, Jakarta, 2005, h. 27

65

memberikan pembiayaan57

. Banyaknya pembiayaan bermasalah membuat bank

syariah tidak berani meningkatkan penyaluran pembiayaannya apalagi bila dana

pihak ketiga tidak dapat dicapai secara optimal maka dapat mengganggu margin

bank, oleh karena itu pembiayaan bermasalah berpengaruh negatif terhadap

NOM.

Besarnya nilai NPF suatu bank dapat dihitung dengan rumus

Tabel 2.6 Kriteria Penilaian NPF

Level Kriteria Informasi

Level 1 NPF < 2% Sangat Baik

Level 2 2% ≤ NPF < 5% Baik

Level 3 5% ≤ NPF < 8% Cukup Baik

Level 4 8% ≤ NPF < 12% Kurang Baik

Level 5 NPF ≥ 12% Buruk

Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/24/DPbS 2007

H. Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)

Menurut Sidabalok dan Viverita, BOPO yang bagus dicerminkan dari

kemampuan untuk mengelola profitabilitas aktivanya dengan biaya lebih

rendah. Variabel ini diharapkan memiliki hubungan positif dengan margin

bank. Ini berarti semakin tinggi BOPO bank semakin tinggi bank menetapkan

57

Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2009, h.86

66

marginnya. Rendahnya BOPO mencerminkan kualitas manajemen yang

tinggi pada bank. Semakin rendah rasio ini semakin bagus karena bank

menghasilkan banyak pendapatan operasional dari pengelolaan aktivanya

dengan biaya operasional yang rendah.Variabel ini dihitung dengan rasio

antara biaya operasional dibagi pendapatan operasional.58

Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan

kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya.59

Semakin rendah

tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut,

karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan.

Besarnya nilai BOPO suatu bank dihitung dengan rumus:

Tabel 2.7 Kriteria Penilaian BOPO

Level Kriteria Informasi

Level 1 BOPO ≤ 83% Sangat Tinggi

Level 2 83% < BOPO ≤ 85% Tinggi

Level 3 85% < BOPO ≤ 87% Moderat

Level 4 87% < BOPO ≤ 89% Rendah

Level 5 BOPO > 89% Snagat Redah

Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/24/DPbS 2007

58

Mufti Nur Cahyo, “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Margin Bank Umum Syariah”, (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Diponegoro Semarang, 2013), h.33

59 Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, cetakan Kedua,

2009), h. 119-120.

67

I. Hubungan Antar Variabel

1. Hubungan FDR denagn NOM

FDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar

kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan

pembiayaan yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin besar

pembiayaan maka pendapatan yang diperoleh naik.60

Hal ini dikarenakan sumber

penghasilan utama bank syariah berasal dari margin pembiayaan yang disalurkan,

baik dari bagi hasil, akad penjualan (Murabahah, Salam, Istishna) dll. Oelh karna

itu semakin banyak pembiayaan yang disalurkan maka pendapatan bank

diperkirakan akan ikut naik, dengan itu dapat disimpulkan bahwa FDR memiliki

hubungan yang searah dengan NOM.

2. Hubungan CAR dengan NOM

Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio permodalan yang

menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan

pengembangan usaha serta menampung kemungkinan resiko kerugian yang

diakibatkan oleh operasional bank, seperti pembiayaan, penyertaan surat berharga,

dll.61

Semakin tinggi CAR maka kondisi bank akan semakin baik.62

Jika nilai

CAR tinggi berarti bank tersebut mampu membiayai operasi bank, dan dapat

60

Dina Rizkiah Hutasuhut, “Pengaruh FDR, BOPO dan NPF terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia,” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara,2009),h. 36.

61 Achmad Tarmidzi dan Wilyanto Kartiko Kusumo, Analisis Rasio-rasio Keuangan Sebagai

Indikator Dalam Memprediksi Kebangkrutan Perbankan DI Indonesia. Vol XV 1 Juni 2003, FE

UNDIP, Semarang.h. 162 62

Ibid, 163

68

melindungi deposan sehingga memberikan dampak meningkatnya kepercayaan

masyarkat terhadap bank. Keadaan ini menguntugkan bank, akan berkontribusi

pada meningkatnya rentabilitas (NOM).63

Artinya CAR memiliki pengaruh yang

positif terhadap NOM.

Namun jika dilihat dari sisi produktivitas dana, CAR yang merupakan

dana yang mengangur (idle fund) bisa diartikan bahwa dana tersebut tidak

produktif. jika bank memiliki idle fund yang besar maka akan berdampak pada

pendapatan bank itu sendiri. Lebih tepatnya dengan adanya idle fund peluang

bank untuk meraih keuntungan semakin terbatas atau berkurang. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa dari sisi produktivitas dana CAR memiliki hubungan yang

negative terhadap NOM.

3. Hubungan NPF dengan NOM

Non Performing Loan (NPL) atau Non Performing Financing (NPF)

adalah kredit bermasalah yang terdiri dari kredit yang berklasifikasi kurang lancar,

diragukan, dan macet.64

NPF menunjukkan kemampuan kolektibilitas sebuah

bank dalam mengumpulkan kembali kredit atau pembiayaan yang dikeluarkan

oleh bank sampai lunas.65

Non Performing Financing (NPF) yang tidak dapat

ditangani dengan tepat, akan menghilangkan kesempatan pendapatan (income)

dari pembiayaan yang diberikan, sehingga mengurangi laba dan mengurangi

63

Mudrajad Kuncoro, dan Suhardjono, Manajemen Perbankan: Teori dan Aplikasi, BPFE,

Yogyakarta, 2002 64

Kamus Bank Indonesia 65

Luh Gede Meydianawathi, Analisi Perilaku Penawaran Kredit Perbankan Kepada Sektor

UMKM di Indonesia, Universitas Udayana, Denpsar, 2007, h. 138

69

kemampuan untuk memberikan pembiayaan . Banyaknya pembiayaan bermasalah

membuat bank syariah tidak berani meningkatkan penyaluran pembiayaannya

apalagi bila dana pihak ketiga tidak dapat dicapai secara optimal maka dapat

mengganggu margin bank, oleh karena itu pembiayaan bermasalah berpengaruh

terhadap pendapatan, atau dengan kata lain NPF memiliki pengaruh yang negative

terhadap NOM.

4. Hubungan BOPO dengan NOMO

Bopo merupakan proyeksi dari rasio efesiensi, BOPO menunjukkan

seberapa besar bank dapat menekan biaya operasionalnya di satu pihak, dan

seberapa besar bank dapat melakukan efesiensi terhadap biaya operasional yang

dikeluarkan. Semakin kecil rasio bopo, berarti semakin efesien biaya operasional

yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinannya lebih besar

bagi bank untuk mendapatkan keuntungan yang lebih dan menunjukkan bahwa

bank tidak berada dalam kondisi bermasalah.66

Namun sebaliknya makin besar biaya operasional yang dikeluarkan oleh

bank akan menunjukkan besarnya volume transaksi yang dilakukan dan akan

menuntut margin yang lebih besar. Sehingga dapat disimpulkan biaya operasional

memiliki hubungan yang terbalik terhadap pendapatan operasional. Atau dengan

kata lain bopo memiliki hubungan berbanding terbalik dengan NOM.

66

Kartika Wahyu Sukarno dan Muhamad Syaichu, “Analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi Kinerja Bank Umum di Indonesia,” Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi, Vol.

3,No.2 (Juli,2006),h.50

70

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifa kuantitatif.

Kuantitatif adalah metode penelitian yang menekankan pada pengujian teori-

teori melalui pengukuran variable-variabel penelitian dengan angka dan

melakukan analisis data dengan prosedur statistik.1

Penelitian ini memakai pendekatan statistik parametrik. Statistik

Parametrik adalah metode statistik yang dapat digunakan untuk menganalisis

data yang mempunyai skala pengukuran paling sedikit interval, disamping

juga data tersebut harus berdistribusi normal dan memenuhi asumsi-asumsi

lainnya.2

Penelitian ini juga menggunakan angka rasio atau skala rasio yang

menyajikan nilai sesungguhnya dari variabel-variabel yang diukur dengan

skala rasio.

Dalam penelitian ini, maka peneliti akan menghitung seberapa besar

pengaruh FDR, CAR, NPF dan BOPO terhadap Net Operating Margin

(NOM). Penelitian dibatasi dengan menganalisa laporan keuangan gabungan

pada Bank pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia dalam rentang

waktu Januari 2011 sampai dengan Desember 2016 yang tercantum dalam

1 Muhammad Nadratuzzaman Hosen dan Shofaun Nada, Pengukuran Tingkat Kesehatan

dan Financial Distress Bank Umum Syriah, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2013, h. 2016 2 Ety Rochaety, dkk, Metodologi Penelitian Bisnis: Dengan Aplikasi SPSS (Penerbit

Mitra Wacana Media, 2007), h. 80.

71

situs Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan. Penggunaan waktu tersebut

didasarkan dari ketersediaan data pada laporan statistik perbankan Indonesia

yang dikeluarkan oleh OJK.

2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder, dan telah

dipublikasikan di situs Bank Indonesi dan Otoritas jasa Keuangan (OJK).

Data yang akan digunakan adalah data gabungan tahuanan seluruh Bank

pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) yang terdaftar di OJK dalam kurun

waktu januari 2011 sampe dengan desember 2016. Jenis data yang akan

digunakan adalah data Net Operating Margin (NOM), Financing to Deposit

Rasio (FDR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing

(NPF), dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO).

3. Teknik Pengumpulan Data

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah Yang terdafatar di OJK. Tekhnik pengambilan sampel menggunakan

metode purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut:

a. Data gabungan laporan keuangan bank pembiayaan rakyat syariah yang

telah di publikasikan.

b. Data tersedia berturut-turut dari januari 2011 hinga desember 2016.

B. Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari

empat variabel bebas (independen) yaitu FDR, CAR, NPF dan BOPO serta

satu variabel terikat (Dependen) yaitu Net Operating Margin.

72

1. Variabel Dependen (Terikat)

Variabel terikat (dependen) Net Operating Margin yaitu rasio

rentabilitas untuk mengetahui kemampuan aktiva produktif dalam

menghasilkan laba melalui perbandingan pendapatan operasional dan beban

operasional dengan rata-rata aktiva produktif. Rumus menghitung NOM

sebagai berikut:3

( )

PO = Pendapatan operasional adalah pendapatan operasional setelah

distribusi bagi hasil dalam 12 bulan terakhir.

DBH = Distribusi Bagi Hasil adalah hak pihak ketiga atas bagi hasil dana

syirkah temporer.

BO = Biaya Operasional adalah beban operasional termasuk kekurangan

PPAP yang wajib dibentuk sesuai dengan ketentuan dalam 12 bulan

terakhir.

2. Variabel Independen (Bebas)

a. X1 Financing to Deposit Ratio (FDR)

b. X2 Capital Adequacy Ratio (CAR)

c. X3 Non Performing Financing (NPF), dan

d. X4 Biaya Operasional Pendapatan Operasioanal

3 Dwi Nur’aini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah,(Banten: UIN

Jakarta Press, 2013), h.101

73

C. Teknis Analisis Data

Regresi linier berganda harus memenuhi asumsi-asumsi yang

ditetapkan agar menghasilkan nilai-nilai koefisien sebagai penduga yang

tidak bias.4

Pelanggaran asumsi-asumsi tersebut dapat dideteksi dengan cara

melakukan:

1. Uji Asumsi Klasik

Model regresi linier berganda menggunakan metode kuadrat terkecil

biasa (Ordinary Least Squre /OLS). Dengan metode ini akan menghasilkan

model regresi dengan estimator linier tidak bias yang terbaik (Best Linier

Unbias Estimator/BLUE). Salah satu sarat dalam menghasilkan model ini

adalah harus memenuhi uji asumsi klasik.

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti

diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual

mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik

menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua

cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu

dengan analisis grafik dan uji statistik.5

Untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak adalah

dengan analisis Grafik, yaitu dengan melihat normal probability plot yang

4 Anwar Sanusia, Metodologi Penelitian Bisnis, (Jakarta: Salemba Empat, 2013 –

Cet.III), h.135. 5 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis ultivariate Dengan Program SPSS, Edisi Keempat,

Universitas Diponegoro, Semarang, 2009, h.19

74

dibandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal

akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan plot data akan dibandingkan

dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang

menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.6

b. Uji Heterokedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan yang lain.

Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka

disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas.7

Uji yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya

heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya

adalah dengan grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (variabel

dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID, dimana sumbu Y

adalah Y yang telah di prediksi dan sumbu X adalah residualnya (Y prediksi

– Y sesungguhnya). Jika ada pola tertentu yang teratur (bergelombang,

melebar, kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi

heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar

diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi

heteroskedastisitas.

6 Santoso, Buku Latihan Statistik Parametrik, PT.Elex Media Komputindo, Jakarta, 2000,

h.53 7 Santoso, Buku Latihan Statistik Parametrik, PT.Elex Media Komputindo, Jakarta,

2000, h.53

75

c. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (variable

independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi

diantara variabel independen.8

Untuk mendeteksi ada tidaknya

multikolinieritas didalam regresi ada beberapa cara, yaitu dengan melihat

nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Apabila tidak terdapat

variabel bebas yang memiliki nilai Tolerance kurang dari 0,10 atau VIF lebih

dari 10, maka dapat disimpulkan tidak ada multikolonieritas antara variabel

bebas dalam regresi.

d. Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi liniear

ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t – 1 (sebelumnya) untuk menguji ada tidaknya

autokorelasi, dalam penelitian ini menggunakan uji Durbin-Waton (DW

test). Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah9

Tabel 3.1 Keputusan Uji Autokorelasi

Hipotesis nol Keputusan Jika

Tidak ada autokolerasi positif Tolak 0 < d < dL

Tidak ada autokolerasi positif No decision dL ≤ d ≤ dU

Tidak ada autokolerasi negatif tolak 4 – dL < d < 4

8 Santoso, Buku Latihan Statistik Parametrik, PT.Elex Media Komputindo, Jakarta, 2000,

h.20

9 Ibid, hal 110.

76

Tidak ada autokolerasi negatif No decision 4 – dU ≤ d ≤ 4 – dL

Tidak ada autokolerasi positif

dan negatif Diterima dU < d < 4 – dU

2. Analisis Regresi Berganda

Metode Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

analisis linier berganda. Metode analisis linier berganda bertujuan

menghitung besarnya pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap satu

variabel terikat dan memprediksi variabel terikat dengan menggunakan dua

atau lebih variabel bebas.10

Apabila dinyatakan dalam persamaan

matematika, model regresi linier berganda untuk menguji hipotesis dalam

penelitian ini adalah sebaga berikut:

Y α + β 1 + β2 2 + β3 3 + β4 4 + e

Keterangan:

Y = Net Operating Margin (NOM)

α = Konstanta

β = Koefisien Regresi

X1 = Financing to Deposit Ratio (FDR)

X2 = Capital Adecuacy Rasio (CAR)

X3 = Non Performing Financing (NPF)

X4 =Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)

e = perkiraan kesalahan pengganggu (error)

10

Anwar Sanusia, Metodologi Penelitian Bisnis, (Jakarta: Salemba Empat, 2013 –

Cet.III), h.135.

77

a. Uji Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai

koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1. Nilai R2 yang kecil berarti

kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi

variabel dependen amat terbatas.11

Nilai yang mendekati 1 (satu) berarti

variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

b. Uji Simultan (Uji F)

Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen yang

digunakan untuk model penelitian mempunyai pengaruh secara simutan

terhadap variable dependen, cara pengujiannya: Membandingkan antara F

hitung dengan F table :

1) Bila F hitung < F table : maka variable independen secara simultan tidak

berpengaruh terhadap variable dependen

2) Bila Fhitung > F table : maka variable independen secara simultan

berpengaruh terhadap variable dependen.

c. Uji Parsial (Uji t)

Uji t dilakukan pada pengujian hipotesis secara parsial, untuk

mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel independen secara parsial

terhadap variabel dependen.

11

Santoso, Buku Latihan Statistik Parametrik, PT.Elex Media Komputindo, Jakarta,

2000, h. 17

78

1) Bila t hitung < t table : maka variabel indepenen secara parsial tidak

berpengaruh secara signifikan terhadapa variabel dependen.

2) Bila t hitung > t table : maka varabel independen secara parsial

berpengaruh secara signifikan terhadapa variable dependen.

79

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Statistic Deskriptif

Tabel 4.1 Statistic Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

NOM 72 ,09 6,46 ,7753 ,83580

FDR 72 119,46 139,58 127,6728 4,72074

CAR 72 20,71 30,12 23,7625 2,02006

NPF 72 6,15 10,36 7,7400 1,10164

BOPO 72 54,49 94,88 87,4803 5,66536

Valid N (listwise) 72

Pada tabel 4.1 di atas merupakan statistik ringkasan dari variabel-

variabel yang digunakan pada penelitian ini. Berdasarkan tabel tersebut rata-

rata nilai NOM BPRS di Indnesia selama tahun 2011-2016 adalah 0,78%

dengan nilai terendah adalah sebesar 0,09% dan nilai tertinggi sebesar 6,46%.

Sedangkan FDR mempunyai nilai rata-rata 127,67% dengan nilai terendah

sebesar 119,46% sedangkan nilai tertinggi 139,58%.

Nilai rata-rata CAR berada pada angka 23,76% dengan nilai

minimum 20,71 % dan nilai maksimum 30,12%. Nilai rata-rata dari NPF

7,74% dan nilai minimum sebesar 6,15% dengan nilai maksimum 10,36%,

variabel selanjutnya adalah BOPO dengan nilai rata-rata 84,69% dan nilai

minimum sebesar 54,49% dengan nilai maksimum sebesar 94,88%.

80

B. Uji Asumsi Klasik

Model regresi linier berganda menggunakan metode kuadrat terkecil

biasa (Ordinary Least Squre /OLS). Drngan metode ini akan menghasilkan

model regresi dengan estimator linier tidak bias yang terbaik (Best Linier

Unbias Estimator/BLUE). Salah satu sarat dalam menghasilkan model ini

adalah harus memenuhi uji asumsi klasik.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel dependent dan indevendependetnya mempunyai data yang

terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang variabel-

variabelnya memiliki data yang berdistribusi normal. Uji normalitas pada

penelitian ini menggunakan grafik Normal P-P Plot of Regression

standardized resudual dan uji Kolmogrov- Smirnov.

Gambar 4.1 Normal P-P Plot of regression Standardized Resiudual

81

Dalam Uji Normalitas menggunakan grafik Normal P-P Plot of

regression Standardized Resiudual, suatu data dikatakan berdistribusi normal

jika garis data rill (titik-titik) mengikuti garis diagonal. Berdasarkan gambar

4.1 di atas menunjukkan bahwa titik-titik sampel secara keseluruhan

mengikuti arah garis diagonal. Oleh karna itu dapat disimpulkan bahwa data

yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal.

Tabel 4.2 Kolmogrov-Smirnov Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 72

Normal Parametersa,b

Mean ,0000000

Std. Deviation ,55353259

Most Extreme Differences Absolute ,112

Positive ,112

Negative -,071

Test Statistic ,112

Asymp. Sig. (2-tailed) ,260c,d

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Selanjutnya, dalam uji normalitas menggunakan Kolmogrov-Smirnov

test suatu data dikatakan berdistribusi normal apabila nila signifikansinya

berada di atas 0.05 (5%) dan sebaliknya. Pada tabel di atas diketahui bahwa

nila signifikansi (Asymp. Sig. 2-tailed) adalah sebesar 0,2 yang mana nilai

tersebut lebih besar 0,05. Sehingga dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa

data pada penelitian ini berdistribusi normal.

82

2. Uji Autokorelasi

Uji autokolerasi bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya kolerasi

antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan pengganggu

pada periode sebelumnya (t-1) dalam suatu model regresi linier. Suatu

persamaan regresi memiliki masalah autokolerasi apabila terdapat kolerasi

linier antara kesalahan penggangu periode t dengan kesalahan penggagu

periode sebelumya (t-1). Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak

memiliki masalah autokolerasi. Jika terjadi masalah autokolerasi maka

persamaan tersebut tidak layak dijadikan sebagi prediksi. Pada penelitian ini

uji autokolerasi yang digunakan adalah uji Durbin Watson ( DW) denagn

ketentuan sebagai berikut

Tabel 4.3 Ketentuan Uji Durbin Watson

Hipotesis nol Keputusan Jika

Tidak ada autokolerasi positif Tolak 0 < d < dL

Tidak ada autokolerasi positif No decision dL ≤ d ≤ dU

Tidak ada autokolerasi negatif tolak 4 – dL < d < 4

Tidak ada autokolerasi negatif No decision 4 – dU ≤ d ≤ 4 – dL

Tidak ada autokolerasi positif

dan negatif Diterima dU < d < 4 – dU

Tabel 4.4 Uji Autokolerasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 ,799a ,638 ,622 ,56982 1,642

a. Predictors: (Constant), LnBOPO, LnNPF, LnFDR, LnCAR

b. Dependent Variable: LnNOM

83

Berdasarkan tabel data di atas diketahui nilai durbin watson (DW)

sebesar 1,642. Dengan jumlah variabel independent sebanyak 4 variabel (k =

4) dan jumlah data sebanyak 72 (N = 72) maka diperoleh dL sebesar 1,343 dan

nilai dU sebesar 1,577. Sehingga diperoleh nilai 4 – dL = 2,657 dan nilai 4 –

dU = 2, 423. Dari hasil ini diketahui bahwa nilai durbin watson (DW) berada

diantara nilai du dan 4 – dU ( 1, 577 < 1,642 < 2, 423 ). Dengan demikian pada

hasil penelitian ini tidak terjadi autokorelasi.

3. Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas diperlukan untuk mengetahui ada atau tidaknya

variabel independent yang memiliki kemiripan dengan variabel independent

lain dalam satu model, artinya dengan kata lain adanya kemiripan

menandakan adaanya kolerasi yang sangat kuat antar variabel independent

dengan variabel independent lainnya. Persamaan regresi yang baik adalah

persamaan yang tidak terjadi multikolinieritas dalam modelnya.

Dalam penelitian ini uji multikolenieritas dilakukan dengan

menggunakan nilai Toleranse dan Variance Inplation Factor (VIF). Acuan

yang dijadikan dalam uji ini adalah apabila variabel bebas memiliki nilai

Toleranse lebih besar dari 0,10 dan VIF lebih kecil dari 10 maka dapat

disimpulkan tidak terjadi multikolinieritas dan sebaliknya.

84

Tabel 4.5 Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

LnFDR ,878 1,138

LnCAR ,420 2,378

LnNPF ,460 2,172

LnBOPO ,791 1,265

a. Dependent Variable: LnNOM

Pada tabel di atas diketahui bahwa nilai Toleranse variabel FDR,

CAR, NPF, BOPO lebih besar dari 0,10 dan nilai VIF lebih kecil dari 10,

sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi Multikolenieritas pada

penelitian ini.

4. Uji Heterokedastisitas

Uji Heterokedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan Variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

lain tetap, maka disebut homokedasitas, dan apabila variance tidak konstan

atau berubah ubah disebut juga heterokedastisitas. Metode yang digunakan

untuk menguji adanya heterokedastisitas adalah dengan melihat scatterplot.

Jika terdapat pola tertentu (bergelombang, melebar, dan menyempit) pada

scatterplot maka model dinyatakan terkena heterokedastisitas.

85

Gambar 4.2 Uji Heterokedastisitas : Scatterplot

Berdasarkan gambar 4.2 diatas terliaht bahwa tidak ada pola tertentu

(bergelombang, melebar, dan menyempit) yang terbentuk pada scattetplot.

Maka dinyatakan tidak terjadi heterokedastisitas pada data Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia.

C. Hasil Regresi Linier Berganda

1. Model Regresi

Tabel 4.6 Koefisien regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 27,032 12,525 2,158 ,035

LnFDR 5,016 1,705 ,274 2,942 ,004

LnCAR -6,630 1,190 -,751 -5,571 ,000

LnNPF -1,811 ,636 -,367 -2,847 ,006

LnBOPO -6,088 1,103 -,542 -5,519 ,000

a. Dependent Variable: LnNOM

86

Pada output dari tabel 4.6 di atas, diperoleh model persamaan regresi

sebagai berikut:

+ e

Dari persamaan di atas dapat diuraikan hubungan antara masing-

masing variabel independent dengan variabel dependent sebagai berikut

a. Konstanta sebesar 27,032 artinya adalah jika variabel-variabel independent

yaitu FDR, CAR, NPF, BOPO itu konstan atau bernilai nol, maka nilai

NOM adalah 27,032%.

b. Koefisien FDR yang sebesar 5,016 artinya adalah setiap kenaikan FDR

sebesar 1%, maka akan menaikkan nilai NOM sebesar 5,016% dengan

asumsi variabel-variabel independent lainnya (CAR, NPF, BOPO) bernilai

konstan.

c. Koefisien CAR sebesar -6,630 artinya adalah setiap kenaikan CAR sebesar

1%, maka akan menurunkan nilai NOM sebesar 6,630% dengan asumsi

variabel-variabel independent lainnya (FDR, NPF, BOPO) bernilai

konstan.

d. Koefisien NPF sebesar -1,811 artinya adalah setiap kenaikan NPF sebesar

1%, maka akan menurunkan nilai NOM sebesar 1,811% dengan asumsi

variabel-variabel independent lainnya (FDR, CAR, BOPO) bernilai

konstan.

e. Koefisien BOPO sebesar -6,088 artinya adalah setiap kenaikan BOPO

sebesar 1%, maka akan menurunkan nilai NOM sebesar 6,088% dengan

87

asumsi variabel-variabel independent lainnya (FDR, CAR, NPF) bernilai

konstan.

2. Uji Determinant

Tabel 4.7 Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 ,799a ,638 ,622 ,56982

a. Predictors: (Constant), LnBOPO, LnNPF, LnFDR, LnCAR

b. Dependent Variable: LnNOM

Nilai koefisien kolerasi (R) yang merupakan indikator dari kekuatan

hubungan antara variabel - variabel independent yaitu FDR (X1) CAR (X2)

NPF (X3) dan BOPO (X4) dengan variabel dependent NOM adalah sebesar

0,799 atau sebesar 79,9 %. Hal ini berarti bahwa kekuatan hubungan atara

variabel – variabel independent dengan variabel dependent adalah termasuk

hubungan yang kuat.

Kemudian berdasarkan niali koefisien determinasi atau Adjusted R

Square yang merupakan indikator untuk melihat seberapa besar variabel –

variabel independent mampu menerangkan atau menggambarkan variasi

variabel dependent, variabel – variabel independent yaitu FDR, CAR, NPF,

BOPO mampu menggambarkan atau menerangkan variasi variabel NOM

sebesar 0,622 atau 62,2 % sedangkan sisanya 37,8% digambarkan oleh

faktor lain dilur model.

88

3. Uji Hipotesis: Uji F

Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel – variabel

independent secara smultan ( bersama-sama ) terhadap variabel dependent.

Dalam melakukan pengujian ini, dilakukan dengan membandingkan nilai F

hitung dengan F tabel dan melihat tingkat signifikansinya. Jika nilai F hitung

lebih besar dari F tabel ( F hitung > F tabel dan signifikansi lebih kecil dari

0,05 ( sig < 0,05 ) maka secara smultan variabel independent berpengaruh

terhadap variabel dependent.

Tabel 4.8 Uji F

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 20,778 4 5,194 15,998 ,000b

Residual 21,754 67 ,325

Total 42,532 71

a. Dependent Variable: LnNOM

b. Predictors: (Constant), LnBOPO, LnNPF, LnFDR, LnCAR

Berdasarkan hasil uji di atas diperoleh hasil nilai F hitung sebesar

15,998 dan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Sedangkan berdasarkan

perhitungan tersebut diperoleh nilai F tabel sebesar 2,50. Dengan hasil ini

dapat diketahui bahwa F hitung lebih besar dari F tabel ( 15,998 > 2,50 ) dan

nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 ( 0,000 < 0,05 ). dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa H0 ditolak sedangkan H1 diterima, yaitu variabel

independent secara smultan atau bersama-sama memiliki pengaruh signifikan

terhadap variabel dependent. Artinya variabel FDR, CAR, NPF, BOPO

berpengaruh signifikan terhadap NOM .

89

4. Uji Hipotesis: Uji t

Uji t atau uji parsial adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui ada

atau tidaknya pengaruh masing-masing varibel independent secara individu

(parsial). Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai t hitung dengan t

tabel dan melihat tingkat signifikansinya. Jika nilai t hitung lebih besar dari t

tabel (t hitung > t tabel) dan signifikansi lebih kecil dari 0,05 ( sig < 0,05 )

maka secara parsial variabel independent berpengaruh terhadap variabel

dependent.

Tabel 4.9 Uji t

Coefficientsa

Model T Sig.

1 (Constant) 2,158 ,035

LnFDR 2,942 ,004

LnCAR -5,571 ,000

LnNPF -2,487 ,006

LnBOPO -5,519 ,000

a. Dependent Variable: LnNOM

Dengan nilai t tabel sebesar 1,996, berdasarkan tabel di atas dapat

diuraikan analisis sebagai berikut:

a. Pengaruh FDR terhadap NOM

Berdasarkan tabel di atas FDR memiliki t hitung sebesar 2,942 dengan

signifikansi sebesar 0,004. Dengan hasil tersebut dapat diketahui bahwa t

hitung lebih besar daripada t tabel ( 2,942 > 1,996 ) dan nilai signifikansi

lebih kecil dari 0,05 ( 0,004 < 0,05 ). dengan demikian dapat disimpulkan

90

bahwa H0 ditolak sedangkan H1 diterima, yaitu variabel FDR secara parsial

berpengaruh terhadap NOM.

b. Pengaruh CAR terhadap NOM

Berdasarkan tabel di atas CAR memiliki t hitung sebesar (-) 5,571

dengan signifikansi sebesar 0,000. Dengan hasil tersebut dapat diketahui

bahwa t hitung lebih besar daripada t tabel ( 5,571 > 1,996 ) dan nilai

signifikansi lebih kecil dari 0,05 ( 0,000 < 0,05 ). dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa H0 ditolak sedangkan H1 diterima, yaitu variabel CAR

secara parsial berpengaruh terhadap NOM.

c. Pengaruh NPF terhadap NOM

Berdasarkan tabel di atas NPF memiliki t hitung sebesar (-) 2,847

dengan signifikansi sebesar 0,000. Dengan hasil tersebut dapat diketahui

bahwa t hitung lebih besar daripada t tabel ( 2,847 > 1,996 ) dan nilai

signifikansi lebih kecil dari 0,05 ( 0,000 < 0,05 ). dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa H0 ditolak sedangkan H1 diterima, yaitu variabel NPF

secara parsial berpengaruh terhadap NOM.

d. Pengaruh BOPO terhadap NOM

Berdasarkan tabel di atas NPF memiliki t hitung sebesar (-) 5,519

dengan signifikansi sebesar 0,000. Dengan hasil tersebut dapat diketahui

bahwa t hitung lebih besar daripada t tabel ( 5,519 > 1,996 ) dan nilai

signifikansi lebih kecil dari 0,05 ( 0,006 < 0,05 ). dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa H0 ditolak sedangkan H1 diterima, yaitu variabel BOPO

secara parsial berpengaruh terhadap NOM.

91

D. Pembahasan

Financing Deposit Ratio (FDR) memiliki pengaruh yang positif

terhadap NOM pada BPRS Indonesia, artinya FDR yang merupakan indikator

dari tingkat pembiayaan yang disalurkan memiliki pengaruh terhadap

peningkatan profitabilitas BPRS. Jika penyaluran pembiayaan meningkat

maka diperkirakan profitabilitas BPRS juga akan meningkat. Pendapatan

BPRS sangat ditentukan oleh berapa banyak keuntungan yang diterima dari

pembiyaan yang disalurkan. Hasil ini sesuai dengan penelitian Ariyanto1 dan

Junita2.

Capital Adequacy Ratio (CAR) memiliki pengaruh yang negative

terhadap NOM pada BPRS Indonesia, artinya CAR yang merupakan

indikator dari tingkat kecukupan modal bank memiliki pengaruh terhadap

penurunan profitabilitas BPRS. Jika kecukupan modal besar maka

diperkirakan profitabilitas BPRS akan kecil. Hal ini dikarenakan kecukupan

modal yang besar, yang mana merupakan dana yang difungsikan untuk

menghadapi kemungkinan risiko yang akan terjadi, dapat diartikan dana yang

tidak produktif. Dengan kata lain, semakin tingginya dana yang tidak

produktif akan berdampak pada profitabilitas yang kecil. Hal ini sesuai

1 Taufik Ariyanto, “Faktor Penentu Net Interest Margin Perbankan Indonesia”, Finance

and Banking Journal, Vol. 13 No 1, 2011 2 Sherty Junita, “Pengaruh KAP, BOPO dan FDR Terhadap Net Operating Margin

(NOM) Perbankan Syariah di Indonesia periode 2010-2014”, Skripisi, Prodi Muamalat Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015

92

dengan penelitian Romdayanah3 yang menyatakan bahwa KPMM

(CAR)bepengaruh negative terhadap NOM.

Net Performing Financing (NPF) memiliki pengaruh yang negative

terhadap NOM pada BPRS Indonesia, artinya NPF yang merupakan indikator

dari tingkat risiko pembiayaan bermasalah memiliki pengaruh terhadap

penurunan profitabilitas BPRS. Jika tingkat pembiayaan bermasalah

meningkat maka diperkirakan profitabilitas BPRS akan menurun. Hal ini

dikarenakan pembiayaan bermasalah terjadi jika pada pembiayaan yang

disalurkan mengalami ketidaklancaran. Jika jumlah pembiayaan bermasalah

mengalami kenaikan, maka pendapatan Bank Syariah akan semakin

berkurang dan akan mempengaruhi profitabilitas. Namun hal ini tidak sesuai

dengan penelitian Puspitasari4.

Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) memiliki

pengaruh yang negative terhadap NOM pada BPRS Indonesia, artinya BOPO

yang merupakan indikator dari efisiensi operasional bank memiliki pengaruh

terhadap penurunan profitabilitas BPRS. Jika operasional bank tidak efisien

maka diperkirakan profitabilitas BPRS akan menurun. Efisien atau tidaknya

operasional suatu bank ditunjukan oleh biaya operasionalnya. Biaya

operasional yang rendah akan meningkatkan peluang bank memperoleh

keuntungan. Oleh sebab itu, tingginya efisiensi operasional yang dimiliki

suatu Bank Syariah maka akan semakin tinggi pula kemampuan dalam

3 Romdayanah, “Pengaruh Faktor Permodalan, Kualitas Aset dan Likuiditas terhadap

Profitabilitas Bank Umum Syariah”, Skripsi, Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Syariah IAIN

Walisongo Semarang, 2011. 4 Elisa Puspitasari, “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Net Interst Margin pada

Bank-bank Umum di Indonesia”, Jurnal Ilmu Manajemen, Vol. 2 No. 4, 2014

93

meningkatkan laba, dan sebaliknya. Hasil ini konsisten dengan hasil

penelitian Junita5 dan Cahyo

6.

5 Sherty Junita, “Pengaruh KAP, BOPO dan FDR Terhadap Net Operating Margin

(NOM) Perbankan Syariah di Indonesia periode 2010-2014”, Skripisi, Prodi Muamalat Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015 6 Mufti Nur Cahyo, “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Margin Bank Umum

Syariah”, Skripsi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang, 2013.

94

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini untuk melihat bagaimana pengaruh Financing to

Deposit Ratio (FDR), Capital Adequecy Rasio (CAR), Non Performing

Financing (NPF), dan Beban Operasioanal terhadap Pendapatan Operasional

(BOPO) terhadap Net Operating Margin (NOM) yang merupakan rasio utama

dalam Rentabilitas Perbankan Syariah di Indonesia periode Januari 2011 –

Desember 2016.

Berdasarkan hasil pengujian asumsi klasik dan hasil analisis regresi

liniar berganda yang telah di uraikan pada bab sebelumnya, maka peneliti

dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil Uji F (simultan) dapat dilihat bahwa semua variabel

independen yang digunakan pada penelitian ini berpengaruh signifikan

secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen, yaitu FDR,

CAR, NPF dan BOPO berpengaruh signifikan secara simultan terhadap

NOM BPRS di Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari nilai sig pada tabel

ANOVA dengan tarif signifikansi (α) yang digunakan peneliti lebih kecil

dari 0,05 yaitu 0,000 < 0,05 dan nilai F hitung > dari F tabel yaitu 15,998

> 2,54.dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak sedangkan

H1 diterima. Dan berdasarkan uji koefisien determinasi (Adjusted R

Square) dapat dilhat bahwa bahwa nilai yang diperoleh sebesar 0,614 atau

sebesar 62,2%. Hal ini menunjukkan bahwa FDR, CAR, NPF, BOPO

95

berkontribusi sebesar 62,2% terhadap NOM. Sedangkan sisanya sebesar

37,8% dipengaruhi variabel lain diluar model penelitian ini.

2. Berdasarkan hasil uji t (parsial) yang bertujuan untuk mengetahui

pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen,

dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

a. Pengaruh FDR terhadap NOM

FDR memiliki t hitung sebesar 2,942 dengan signifikansi sebesar

0,004. Dengan hasil tersebut dapat diketahui bahwa t hitung lebih besar

daripada t tabel ( 2,942 > 2,002 ) dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05

(0,004 < 0,05). dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak

sedangkan H1 diterima, yaitu variabel FDR secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap NOM.

b. Pengaruh CAR terhadap NOM

CAR memiliki t hitung sebesar (-) 5,571 dengan signifikansi sebesar

0,000. Dengan hasil tersebut dapat diketahui bahwa t hitung lebih besar

daripada t tabel ( 5,571 > 2,002 ) dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05

(0,000 < 0,05). dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak

sedangkan H1 diterima, yaitu variabel CAR secara parsial berpengaruh

terhadap NOM.

c. Pengaruh NPF terhadap NOM

NPF memiliki t hitung sebesar (-) 2,874 dengan signifikansi sebesar

0,006. Dengan hasil tersebut dapat diketahui bahwa t hitung lebih besar

daripada t tabel ( 2,874 > 2,002 ) dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05

96

(0,006 < 0,05). dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak

sedangkan H1 diterima, yaitu variabel NPF secara parsial berpengaruh

terhadap NOM.

d. Pengaruh BOPO terhadap NOM

NPF memiliki t hitung sebesar (-) 5,519 dengan signifikansi sebesar

0,000. Dengan hasil tersebut dapat diketahui bahwa t hitung lebih besar

daripada t tabel ( 5,519 > 2,002 ) dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05

(0,000 < 0,05). dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak

sedangkan H1 diterima, yaitu variabel BOPO secara parsial berpengaruh

terhadap NOM.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran

yang dapat penulis berikan terhadap beberapa pihak terkait, diantaranya:

1. Bagi Manajemen Bank

Setelah dilakukannya pengukuran pengaruh FDR, CAR, NPF dan

BOPO terhadap NOM terhadap Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di

indonesia secara industri yang dihasilkan pada penelitian ini, diharapkan

dapat menjadi bahan evaluasi kepada manajemen tiap-tiap BPRS mengenai

kinerja yang telah dicapai, khususnya dalam mencapai tingkat likuiditas,

efisiensi dan profitabilitas yang optimal. Hal yang perlu diperhatikan pada

manajemen tiap-tiap BPRS adalah senantiasa menjaga keseimbangan antara

pemeliharaan likuiditas yang cukup dengan pencapaian profitabilitas atau

97

rentabilitas (NOM) yang wajar, serta pemenuhan kebutuhan modal yang

memadai.

2. Bagi Akademisi/ Penelitian selanjutnya

hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk

meneliti lebih jauh lagi mengenai Rentabilitas khususnya yang

diproxykan oleh Net Operating Margin (NOM), karena dalam penelitian

ini hanya menggunakan 4 variabel yang merupakan faktor internal. Maka

untuk peneliti selanjutnya memasukkan variabel yang merupakan faktor

eksternal seperti Inflasi, struktur persaingan antar perbankan syariah,

volatilitas suku bunga BI.

98

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Ma’ruf. Hukum Perbankan dan Perkembangan Bank Syariah di

Indonesia, Banjarmasin: Antasari Press, 2006.

Anggraeni , Rr. Tini. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Syariah.

Antonio, M. Syafi’i. Bank Syari’ah: Dari Teori Ke Praktek, Jakarta: Gema Insani

Pers, 2001.

Ariyanto, Taufik. “Faktor Penentu Net Interest Margin Perbankan Indonesia”

Finance and Banking Journal, Vol. 13 No. 1 Juni 2011. (2011).

Arif, Nur Rianto Al. Lembaga Keuangan Syari’ah Suatu Kajian Teoritis Praktis,

Bandung: CV Pustaka Setia, 2012.

Ascarya. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008.

Bank Indonesia, Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Kelembagaan Penilaian

Tingkat Kesehatan Bank, Jakarta: Pusat Riset dan Edukasi Bank Sentral.

2012.

Cahyo, Cahyo Mufti Nur. “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Margin Bank

Umum Syariah”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas

Diponegoro Semarang, 2013.

Dendawijaya, Lukman. Manajemen Perbankan,Cet II, Jakarta: Ghalia Indonesia,

2009.

Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis ultivariate Dengan Program SPSS, Edisi Keempat,

Semarang: Universitas Diponegoro, 2009.

Hasan, Zubair. Undang-Undang Perbankan Syari’ah Titik Temu Hukum Islam dan

Hukum Nasional, Jakarta: PT Rajagrafindo persada, 2009.

Hermawan. Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif, Jakarta, Gramedia Media

Sarana Indonesia, 2005.

Hosen, Muhammad Nadratuzzaman dan Shofaun Nada, Pengukuran Tingkat

Kesehatan dan Financial Distress Bank Umum Syriah, UIN Syarif

Hidayatullah, Jakarta, 2013.

99

HukumPerbankan Indonesia, Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 2002.

Ifham, Ahmad. Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syari’ah,. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama, 2010.

Ihsan, Dwi Nur’aini. Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah, Banten: UIN

Jakarta Press, 2013.

Ismail, perbankan syariah, kencana: jakarta 2011.

Junita, Sherty “Pengaruh KAP, BOPO dan FDR terhadap Net Operating Margin

(NOM) Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2010-2014”, Skripsi Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

Kamal, Faisal “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas BPRS di Indonesia

Pasca Krisis Keuangan Global Tahun 2008”, Jurnal Muamalah, Vol. IV, No.

1, 2014.

Kasmir. Manajemen Perbankan. Jakarta: Rajawali Pers-Ed.Rev, 2012.

Meydianawathi, Luh Gede. “Analisi Perilaku Penawaran Kredit Perbankan Kepada

Sektor UMKM di Indonesia”,Denpasar: Skripsi Universitas Udayana, 2007.

Muhammad. Manajemen Bank Syari’ah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005.

---------- ,Manajemen Dana Bank Syariah, Yogyakarta: Ekonisia UII, 2004.

----------,Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: UPP YKPN, 2002.

Ningrum, Elisabeth, Dewi Kusuma. “Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi

Net Interest Margin pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI”.

Skripsi mahasiswa manjemen FEB UNY 2016.

Prasetyo, Dwi Agus & Ni Putu Ayu Damayanti, “Pengaruh Risiko Kredit, Likuidtas,

Kecukupan Modal dan Efisiensi Operasional terhadap Tingkat Profitabilitas

pada PT BPD Bali”, E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 4 No. 9 2015. (2015)

Puspitasari, Elisa. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Net Intrest Margin

Pada Bank-bank Umum di Indonesia” Jurnal Ilmu Managemen Volume 2

Nomor 4 oktober 2014. (2014)

100

Rahman, Aulia Fuad dan Ridha Rochmanika, “Pengaruh Pembiayaan Jual Beli,

Pembiayaan Bagi Hasil dan Rasio Non Performing Financing terhadap

Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia”, Jurnal, Fakultas Ekonomi

dan Bisinis Universitas Brawijaya.

Rochaety, Ety, dkk. Metodologi Penelitian Bisnis: Dengan Aplikasi SPSS. Jakarta:

Mitra Wacana Media, 2007.

Rodoni, Ahmad. Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Ekonosia, 2008.

Romdayanah. “Pengaruh Faktor Permodalan, Kualitas Aset,dan Likuiditas Terhadap

Profitabilitas Bank Umum Syariah”. skripsi Ekonomi Islam, IAIN Walisongo

Semarang tahun 2011.

Rr. Nadia Arini Haq, “Pengaruh Pembiayaan dan Efisiensi Terhadap Profitabilitas

Bank Umum Syariah”, Perbanas Review, Vol. 1 No. 1, 2015.

Santoso. Buku Latihan Statistik Parametrik, PT.Elex Media Komputindo, Jakarta:

2000.

Sanusia, Anwar, Metodologi Penelitian Bisnis, Cet III. Jakarta: Salemba Empat,

2013.

Siregar, Mulya E “Outlook Perbankan Syariah 2014”, Jakarta: Bank Indonesia, 2013.

Soemitra, Andri. Bank & Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta : Kencana Prenada

Media Group, 2008.

Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah Deskripsi dan Ilustrasi

Cetakan Pertama, Yogyakarta: EKONESIA, 2003.

Sumitro, Warkum. Asas-Asas Perbankan Islam & Lembaga-lembaga Terkait,

Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004.

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/24/DPbs tahun 2007.

Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/SEOJK.03/2014.

Suryani, “Analisis Pengaruh Financing to Deposit Ratio terhadap Profitabilitas

Perbankan Syariah di Indonesia,” Walisongo, Volume 19, Nomor 1 Mei 2011.

Sutaryono, Paul “Menggagas Indikator Efisiensi”, diakses dari https://nasional.sindone ws.

com/read /719656/18/menggagas-indikator-efisiensi-1361338674/13 pada tanggal 10

Februari 2017, pukul 20.30 WIB.

101

Syahdeini, Sutan Remy. Perbankan Syariah dan Kedudukannya Dalam Tata HukumPerbankan Indonesia, Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 2002.

Syarifin, Pipin Hukum Dagang di Indonesia, Cet.1, Bandung: CV Pustaka Setia,

2012.

Tarmizi, Achmad dan Willyanto Kartiko Kusuno. “Analisis Rasio-Rasio

Keuangan sebagaio Indikator dalam Memprediksi Potensi Kebangkrutan

Perbankan di Indonesia”. Media Ekonomi & Bisnis. Vo.XV. No.1. Juni

2003.

Undang-undang no.21 tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah pasal 1 ayat 1

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 (Konsep, Regulasi, dan

Implementasi)”, Yogyakarta : BPFE 2009.

Zainuddin, Hukum Perbankan Syariah.

http://www.bi.go.id.html.

http://www.bps.go.id

http://www.ojk.go.id

http://www.republika.co.id/berita/koran/pareto/14/10/01/ncrn2t-menilik-

kesiapanbank-syariah-hadapi-mea-2015

102

LAMPIRAN

103

Lampiran 1: Data NOM, FDR, CAR, NPF, BOPO, BPRS di Indonesia

(Dalam persentase)

NO WAKTU NOM FDR CAR NPF BOPO

1 Jan-11 0,18 127,04 30,12 6,79 76,29

2 Feb-11 0,48 128,27 29,75 7,04 76,37

3 Mar-11 0,61 129,4 28,42 7,15 77,27

4 Apr-11 0,79 130,38 27,71 7,02 77,65

5 Mei-11 1,04 133,22 24,63 6,82 77

6 Jun-11 1,16 136,2 26,71 7,09 77,35

7 Jul-11 0,97 137,29 25,24 7 76,59

8 Agust-11 1,02 139,58 25,24 7,05 76,96

9 Sep-11 1,13 134,75 24,75 7,03 75,75

10 Okt-11 6,46 133,53 24,63 7,06 78,23

11 Nop-11 1,71 132,26 24,78 7,01 78,79

12 Des-11 1,82 127,71 23,49 7,07 76,31

13 Jan-12 0,14 124,41 25,9 6,68 78,42

14 Feb-12 0,25 125,03 25,24 6,61 78,13

15 Mar-12 0,41 125,53 24,93 6,42 77,88

16 Apr-12 0,42 124,98 24,53 6,5 78,73

17 Mei-12 0,56 126,04 23,28 6,47 79,14

18 Jun-12 0,66 129,73 24,33 6,39 79,13

19 Jul-12 0,78 129,76 24,36 6,68 80,22

20 Agust-12 0,63 127,74 24,48 6,91 80,91

21 Sep-12 0,67 126,71 25,26 6,87 80,89

22 Okt-12 0,88 124,82 25,04 6,83 79,08

23 Nop-12 0,93 124,21 23,87 6,8 7910

24 Des-12 0,85 120,96 25,16 6,15 80,02

25 Jan-13 0,09 119,48 25,06 6,91 79,34

26 Feb-13 0,21 119,46 24,45 7,33 79,17

27 Mar-13 0,31 119,67 24,1 7,21 79,13

28 Apr-13 0,42 122,5 22,76 7,32 78,69

29 Mei-13 0,51 125,4 22,44 7,69 78,97

30 Jun-13 0,61 129,63 22,4 7,25 78,99

31 Jul-13 0,58 131,51 22,09 7,35 79,65

32 Agust-13 0,38 126,96 22,1 7,89 81,29

104

33 Sep-13 0,5 126,52 21,96 7,58 80,08

34 Okt-13 0,67 125,92 22,4 7,48 79,62

35 Nop-13 0,61 124,76 24,63 7,34 79,96

36 Des-13 0,73 120,93 22,08 6,5 80,75

37 Jan-14 0,09 120,52 24,62 7,77 89,48

38 Feb-14 0,25 122,3 23,78 7,71 86,72

39 Mar-14 0,36 123,1 23,08 7,74 87,55

40 Apr-14 0,46 126,58 22,78 8 87,93

41 Mei-14 0,58 130,09 22,5 8,23 87,95

42 Jun-14 0,73 134,64 22,21 8,18 87,51

43 Jul-14 0,6 135,04 21,86 8,62 89,77

44 Agust-14 0,67 129,96 21,78 8,83 89,65

45 Sep-14 0,87 131,7 21,8 8,68 89,13

46 Okt-14 1,04 130,14 22,22 8,94 88,49

47 Nop-14 1,26 129,27 22,34 8,81 88,5

48 Des-14 1,44 124,24 22,77 7,89 87,79

49 Jan-15 0,1 123,5 24,43 8,97 88,03

50 Feb-15 0,26 124,75 24,67 9,11 87,16

51 Mar-15 0,32 125,6 23,04 10,36 88,66

52 Apr-15 0,42 126,67 22,53 9,33 88,68

53 Mei-15 0,53 129,63 21,73 9,38 88,38

54 Jun-15 0,68 135,68 21,73 9,25 88,13

55 Jul-15 0,68 132,47 21,52 9,8 89,24

56 Agust-15 0,8 130,28 20,85 9,74 89,2

57 Sep-15 0,83 129,01 20,71 9,87 89,55

58 Okt-15 0,98 127,21 20,93 10,01 89,14

59 Nop-15 1,11 125,64 22,08 9,69 89,38

60 Des-15 1,29 120,06 21,47 8,2 88,09

61 Jan-16 0,06 118,56 23,48 9,08 91,89

62 Feb-16 0,17 119,92 23,17 9,41 90,18

63 Mar-16 0,3 121,55 22,15 9,44 89,56

64 Apr-16 0,41 121,55 21,22 9,51 89,56

65 Mei-16 0,52 125,03 20,54 9,6 89,17

66 Jun-16 0,73 129,35 20,22 9,18 87,94

67 Jul-16 0,74 121,22 20,31 9,97 88,82

68 Agust-16 0,75 118,96 20,24 10,99 89,42

69 Sep-16 1,04 118,63 20,72 10,47 87,91

70 Okt-16 1,26 117,86 20,71 10,49 87,35

105

71 Nop-16 1,3 116,26 20,78 10,49 87,66

72 Des-16 1,49 114,4 21,73 8,63 87,09

Sumber: Laporan Statistik Perbankan Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Lampiran 2: Analisis Statistic Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

NOM 72 ,09 6,46 ,7753 ,83580

FDR 72 119,46 139,58 127,6728 4,72074

CAR 72 20,71 30,12 23,7625 2,02006

NPF 72 6,15 10,36 7,7400 1,10164

BOPO 72 54,49 94,88 87,4803 5,66536

Valid N (listwise) 72

Lampiran 3: Uji Normalitas P-P Plot

106

Lampiran 4: Uji Normalitas Kolmogrov-Smirnov Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 72

Normal Parametersa,b

Mean ,0000000

Std. Deviation ,55353259

Most Extreme Differences Absolute ,112

Positive ,112

Negative -,071

Test Statistic ,112

Asymp. Sig. (2-tailed) ,260c,d

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Lampiran 5: Uji Autokolerasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 ,799a ,638 ,622 ,56982 1,642

a. Predictors: (Constant), LnBOPO, LnNPF, LnFDR, LnCAR

b. Dependent Variable: LnNOM

Lampiran 6: Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

LnFDR ,878 1,138

LnCAR ,420 2,378

LnNPF ,460 2,172

LnBOPO ,791 1,265

a. Dependent Variable: LnNOM

107

Lampiran 7: Uji Heterokedastisitas: Scatterplot

Lampiran 8: Koefisien Regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 27,032 12,525 2,158 ,035

LnFDR 5,016 1,705 ,274 2,942 ,004

LnCAR -6,630 1,190 -,751 -5,571 ,000

LnNPF -1,811 ,636 -,367 -2,847 ,006

LnBOPO -6,088 1,103 -,542 -5,519 ,000

a. Dependent Variable: LnNOM

108

Lampiran 9: Uji Determinant

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 ,799a ,638 ,622 ,56982

a. Predictors: (Constant), LnBOPO, LnNPF, LnFDR, LnCAR

b. Dependent Variable: LnNOM

Lampiran 10: Uji F

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 20,778 4 5,194 15,998 ,000b

Residual 21,754 67 ,325

Total 42,532 71

a. Dependent Variable: LnNOM

b. Predictors: (Constant), LnBOPO, LnNPF, LnFDR, LnCAR

Lampiran 11: Uji t

Coefficientsa

Model T Sig.

1 (Constant) 2,158 ,035

LnFDR 2,942 ,004

LnCAR -5,571 ,000

LnNPF -2,487 ,006

LnBOPO -5,519 ,000

a. Dependent Variable: LnNOM