PENGARUH FDR, CAR, NPF DAN BOPO TERHADAP NET OPERATING
MARGIN (NOM) BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS)
DI INDONESIA (PERIODE 2011-2016)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh:
IBRAHIM KHOLIL NASUTION
1112046100008
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1438 H/ 2017 M
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(Curriculum Vitae)
I. Data Pribadi
Nama : Ibrahim Kholil Nasution
Tempat/Tanggal Lahir : Sigalapung, 15 Mei 1993
Jenis Kelamin : Laki-laki
Nama Ayah : Amir Hamzah Nasution (alm)
Nama Ibu : Derhana Harahap
Anak Ke Dari : 3 dari 4 bersaudara
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat : Sigalapung, kec. Huta Raja Tinggi, Kab. Padang
Lawas, Sumatra Utara.
No. Telp : 085211141332
E-mail : [email protected]
II. Pendidikan Formal
SD Negeri 101720 Panyabungan : Tahun 2000 - 2006
MTSs Al- Khoir Mananti : Tahun 2006 - 2009
MAN 2 Padangsidimpuan : Tahun 2009 - 2012
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : Tahun 2012 – 2017
ABSTRACT
Ibrahim Kholil Nasution, 1112046100008, The effect of the FDR, CAR, NPF and
BOPO towards Net Operating Margin (NOM) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) in Indonesia (2011-2015). Study Program of Islamic Banking, Islamic
Banking Concentration, Faculty of Economics and Business, State Islamic University
Syarif Hidayatullah Jakarta, in 1438 H / 2017
This study aims to analyze the effect of FDR, CAR, NPF And BOPO towards
Net Operating Margin (NOM) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) in
Indonesia. Data used is sequential research monthly data from January 2011-
December 2015 published on the website Otoritas Jasa Keuangan (OJK) in Islamic
Banking Monthly Statistical Report.
The method used is this study is the regression analysis of time series data by
using SPSS. Data consisted of Net Operating Margin (NOM), Financing to Deposit
Ratio (FDR) Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF) and
the Beban Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).
The result shows that FDR, CAR, NPF And BOPO operates simultaneously
significant effect towards NOM. And Partial FDR show the positive significant effect
towards NOM, CAR whereas, NPF and BOPO show negative significant effect
towards NOM.
Keywords: Profitability, NOM, FDR, CAR, NPF, BOPO , Multiple Linear
Regression
Advisor :Prof. Dr. H. Faturrahman Djamil, MA
Bibliography :2000 – 2016
ABSTRAK
Ibrahim Kholil Nasution, 1112046100008, Pengaruh FDR, CAR, NPF dan BOPO
terhadap Net Operating Margin (NOM) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di
Indonesia (periode 2011-2016). Program Studi Perbankan Syariah, Konsentrasi
Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 1438 H/2017 M.
Penelitian ini bertujuan untukmenganalisis pengaruh FDR, CAR, NPF dan
BOPO terhadap Net Operating Margin (NOM) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) di Indonesia. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data berurut
bulanan dari Januari 2011 sampai Desember 2016 yang di publis dilaman website
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam laporan statistik bulanan Perbankan Syariah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda
data time series dengan menggunakan SPSS. Data terdiri dari Net Operating Margin
(NOM), Financing to Deposit Rasio (FDR) Capital Adequacy Rasio (CAR), Non
perporming Financing (NPF) dan Beban Operasional Terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa FDR, CAR, NPF dan BOPO secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap NOM. Dan secara Parsial FDR
berpengaruh signifikan positif terhadap NOM, sedangkan CAR, NPF dan BOPO
berpengaruh signifikan negatif terhadap NOM.
Kata Kunci : Rentabilitas, NOM, FDR, CAR, NPF, BOPO, Regresi Linier Berganda
Pembimbing :Prof. Dr. H. Faturrahman Djamil, MA
Daptar Pustaka :Tahun 2000 - 2016
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdu lillahi rabbil’lamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT atas segala rahmat, nikmat, dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dengan judul
“Pengaruh FDR, CAR, NPF dan BOPO terhadap Net Operating Margin Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia Periode 2011-2016” dapat
diselesaikan. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW beserta keluarga, shabat dan umatnya sampai akhir zaman. Penyusunan skripsi
ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan kelulusan dalam jenjang Strata 1 di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari
adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya, terutama
kepada:
1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A dan
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc yang telah
memberikan izin untuk mengadakan penelitian, sehingga dapat terselesaikannya
skripsi ini.
2. Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum,
Bapak A.M Hasan Ali, M.A dan Dr. Abdurrauf, Lc dan Ketua dan Sekretaris
Program Studi Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Ibu Cut Erika
Ananda Fatimah, SE, MBA dan Ibu Fitri Damayanti, SE, MSi yang telah banyak
memberikan arahan sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini
3. Bapak Prof. Dr. H. Faturrahman Djamil, MA selaku Dosen Pembimbing atas
segala waktu, tenaga dan pikirannya dalam membimbing dan mengarahkan saya
baik dalam pengerjaan skripsi ini maupun dalam menjalani proses perkuliahan
ix
4. Segenap dosen Fakultas Syariah dan Hukum dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah khususnya dosen program
studi Muamalat (Ekonomi Islam) yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat
bagi penulis.
5. Kepada Ibunda sayang, Derhana Harahap yang tiada henti-hentinya memberikan
dukungan moril dan materil serta doa yang tiada bosan kepada penulis dalam
menyelesaikan penelitian
6. Kepada Al-marhum Papa, Amir Hamzah Nasution Insya Allah doa kami selalu
menyertaimu
7. Kepada kedua Kakanda Nurhalimah Nasution & Lana Rani N dan adinda
Romadon Sarkawi Nasution yang selalu siap mendukung dan memberi semnagat
kepada penulis.
8. Kepada seluruh keluarga besar yang tiada henti bertanya dan mendoakan
9. Kepada teman saya K.C yang selalu siap meluangkan waktu dan tempat untuk
berdiskusi dalam menyelesaikan skripsi ini
10. Kepada teman-teman Perbankan Syariah A yang menjadi paragraf pertama
dalam ‘buku cerita’ penulis menjadi mahasiswa.
11. Kepada teman-teman KKN dan teman- teman Kontrakan dari kontarakan Maus
sampe Komplek Inhutani Terimakasih kalian sudah Menjadi keluarga kedua
saya.
12. Kepada bang Khairul Aswad yang selalu setia menemani saya begadang selama
menyelesaikan skripsi ini.
13. Dan semua pihak yang menjadi warna dalam masa-masa perkuliahan saya yang
tak bisa disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan dalam penulisan
skripsi ini. Penulis berharap adanya saran dan kritik yang membangun untuk skripsi
ini. Semoga semua pihak yang telah berkontribusi mendapatkan limpahan pihak dari
Allah SWT. Amin
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ v
ABSTRACT............................................................................................................vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................... 11
C. Rumusan Masalah....................................................................................... 12
D. Tujuan & Manfaat Penelitian ..................................................................... 13
E. Studi Penelitian Terdahulu.......................................................................... 14
F. Hipotesis Penelitian .................................................................................... 25
G. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 26
H. Teknik Penulisan ....................................................................................... 28
xii
I. Sistematika Penulisan ................................................................................ 28
BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................. 29
A. Bank Syariah .............................................................................................. 29
1. Definisi Bank Syariah .......................................................................... 29
2. Fungsi dan Peran Bank Syariah ........................................................... 31
3. Karakteristik Bank Syariah .................................................................. 32
4. Kegiatan Bank Syariah ......................................................................... 32
5. Jenis-jenis Bank Syariah....................................................................... 33
6. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional ............................... 37
B. Bank Pembiayaan Rakyat Syriah (BPRS).................................................. 38
1. Pengertian Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) ........................ 38
2. Sejarah dan Perkembangan BPRS di Indonesia ................................... 39
3. BPRS sebagai Lembaga Keuangan Syariah ......................................... 42
4. Tujuan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) ............................. 46
5. Kegiatan Usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) ............... 47
6. Pembiayaan di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) ................. 49
C. Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah ........................................ 53
D. Net Operating Margin (NOM) ................................................................... 57
1. Rentabilitas Bank Syariah .................................................................... 57
2. Pengertian Net Operating Margin (NOM) ........................................... 58
E. Financing to Deposit Rasio (FDR) ............................................................. 59
F. Capital Adecuacy Rasio (CAR) ................................................................. 61
xiii
G. Non Performing Financing (NPF) .............................................................. 63
H. Biaya Operasional Pendapatan Operasioanal (BOPO) .............................. 65
I. Hubungan Antar Variabel .......................................................................... 67
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 70
A. Metode Penelitian....................................................................................... 70
1. Jenis Penelitian .................................................................................... 70
2. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 71
3. Teknik Pengumpulan Data.................................................................... 71
B. Variabel Penelitian ..................................................................................... 71
1. Variabel Dependen (Terkait) ................................................................ 72
2. Variabel Independen (Bebas) ............................................................... 72
C. Teknis Analisis Data .................................................................................. 73
1. Uji Asumsi Klasik ................................................................................ 73
2. Analisis Regresi Berganda ................................................................... 76
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 79
A. Analisis Statistic Deskriptif ....................................................................... 79
B. Uji Asumsi Klasik ...................................................................................... 80
1. Uji Normalitas ...................................................................................... 80
2. Uji Autokorelasi ................................................................................... 82
3. Uji Multikolinieritas ............................................................................. 83
4. Uji Heterokedastisitas .......................................................................... 84
C. Hasil Regresi Linier Berganda ................................................................... 85
xiv
1. Model Regresi ...................................................................................... 85
2. Uji Determinant .................................................................................... 87
3. Uji Hipotesis: Uji F .............................................................................. 88
4. Uji Hipotesis: Uji t................................................................................. 89
D. Pembahasan ................................................................................................. 91
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 94
A. Kesimpulan ................................................................................................ 94
B. Saran ........................................................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 98
LAMPIRAN .......................................................................................................... 102
xv
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
Tabel 1.1 Perkembangan Kelembagaan Lembaga Keuangan Syariah di
indonesia ........................................................................................... 4
Tabel 1.2 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 14
Tabel 2.1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional ............................ 37
Tabel 2.2 Jumlah Bank dan Kantor BPRS ........................................................ 41
Tabel 2.3 Kriteria Penilaian NOM .................................................................... 59
Tabel 2.4 Kriteria Penilaian FDR ...................................................................... 60
Tabel 2.5 Kriterian Penilaian CAR ................................................................... 63
Tabel 2.6 Kriteria Penilaian NPF ...................................................................... 65
Tabel 2.7 Kriteria Penilaian BOPO ................................................................... 66
Tabel 3.1 Keputusan Uji Autokorelasi .............................................................. 75
Tabel 4.1 Statistic Deskriptif ............................................................................. 79
Tabel 4.2 Kolmogrov-Smirnov Test ................................................................. 81
Tabel 4.3 Ketentuan Uji Durbin Watson ........................................................... 82
Tabel 4.4 Uji Autokolerasi ................................................................................ 82
Tabel 4.5 Uji Multikolinieritas .......................................................................... 84
Tabel 4.6 Koefisien regresi ............................................................................... 85
Tabel 4.7 Koefisien Determinasi ....................................................................... 87
Tabel 4.8 Uji F .................................................................................................. 88
Tabel 4.9 Uji t ................................................................................................... 89
xvi
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
Gambar 1.1 Pertumbuhan Aset, DPK dan Pembiayan BPRS Indonesia .............. 5
Gambar 1.2 Tingkat Profitabilitas BPRS Indonesia berdasarkan NOM ............... 7
Gambar 1.3 Kinerja BPRS di Indonesia .............................................................. 8
Gambar 1.4 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 27
Gambar 2.1 Metode Intermediasi Keuangan ........................................................ 42
Gambar 4.1 Gambar 4.1 Normal P-P Plot of regression Standardized
Resiudual.............................................................................................80
Gambar 4.2 Uji Heterokedastisitas : Scatterplot .................................................... 85
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Secara umum kondisi keuangan perbankan syariah masih dalam tahap
pertumbuhan, namun perbankan syariah mampu mempertahankan eksistensinya
dan terus mengalami pertumbuhan dalam menghadapi berbagai situasi
perekonomian.1
Sukses tidaknya suatu perbankan dipengaruhi oleh banyak aspek,
diantaranya aspek manajemen, sumber daya manusia, pemasaran, dan kondisi
keuangan yang dimilikinya. Kondisi keuangan bank dapat dikatakan baik atau
buruk salah satunya dapat dilihat dari likuiditas yang dimilikinya. Likuiditas
merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiaban utang jangka pendeknya sesegera mungkin. Selain likuiditas juga
Rentabilitas yang tidak kalah penting dalam melihat kondisi sebuah peruasahaan,
rentabilitas merupakan faktor penting yang selalu diperhatikan dalam
menjalankan suatu usaha. Ini dikarenakan harapan pertama kali yang di inginkan
dalam setiap kegiatan usaha adalah memperoleh keuntungan secara maksimal.
Bank sebagai suatu industri yang dalam kegiatan usahanya mengandalkan
kepercayaan masyarakat perlu memelihara tingkat kesehatan bank dengan cara
menghasilkan laba yang tinggi sehingga likuiditasnya terus mengalami
1 Mulya E. Siregar, “Outlook Perbankan Syariah 2014”, (Jakarta: Bank Indonesia, 2013)
2
peningkatan. Berkaitan dengan fungsi tersebut, pemerintah melalui berbagai
kebijakan ekonomi telah mendorong partisipasi masyarakat seluas-luasnya untuk
menigkatkan jasa perbankan termasuk bagi pengusaha mikro, kecil, dan
menengah dengan salah satu cara mengembangkan kegiatan usaha jasa
perbankan melalui bank perkereditan rakyat syariah (BPRS).
Menurut PBI No. 11/23/PBI/2009, keberadaan BPRS dimaksudkan untuk
dapat memberikan layanan perbankan secara cepat, mudah dan sederhana kepada
masyarakat khususnya pengusaha menengah, kecil dan mikro baik di perdesaan
maupun perkotaan yang selama ini belum terjangkau oleh layanan bank umum.
Selain itu, menurut Sumitro (2004) tujuan didirikan BPR Syariah adalah: 1)
Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam terutama kelompok
masyarakat lemah yang pada umumnya berada di daerah pedesaan, 2) Menambah
lapangan kerja terutama di tingkat kecamatan, sehingga dapat mengurangi arus
urbanisasi, dan 3) Membina ukhuwah Islamiyah melalui kegiatan ekonomi dalam
rangka peningkatan pendapatan per kapita menuju kualitas hidup yang
memadai.2
Sebelum lahirnya BPR Syari’ah di Indonesia, masyarakat terlebih dahulu
mengenal adanya Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Menurut UU No. 21 Tahun
2008 disebutkan bahwa BPR adalah bank konvensional yang dalam kegiatannya
tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dimana BPR konvensional
2 Fasiha Kamal, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas BPRS di Indonesia Pasca
Krisis Keuangan Global Tahun 2008”, Jurnal Muamalah, Vol. IV, No. 1, 2014. h. 69
3
masih menerapkan sistem bunga dalam operasionalnya. Maka dari itu, harus
dibedakan antara BPR Konvensional dan BPR Syari’ah. Perbedaan Bank
Pembiayaan Rakyat Syari’ah (BPRS) dengan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
adalah3 permasalahan aspek legalitas, dalam BPR Syari’ah akad yang dilakukan
memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrawi karena akad yang dilakukan
berdasarkan hukum Islam. Sering nasabah berani melanggar kesepakatan atau
perjanjian yang telah dilakukan bila hukum hanya berdasarkan hukum positif.
Kedua, Adanya Dewan Pengawas Syari’ah dalam struktur organisasinya yang
bertujuan mengawasi praktik operasional BPR Syari’ah agar tidak menyimpang
dari prinsip Syari’ah.
Ketiga, penyelesaian sengketa yang terjadi dapat diselesaikan melalui
Badan Arbitrase Syari’ah maupun Pengadilan Agama. Keempat, bisnis dan usaha
yang dibiayai tidak boleh bisnis yang haram, syubhat ataupun dapat
menimbulkan kemadharatan bagi pihak lain. Kelima, Praktik operasional BPR
Syari’ah, baik untuk penghimpunan maupun penyaluran pembiayaan,
menggunakan sistem bagi hasil dan tidak menggunakan sistem bunga.
Selain itu Undang-Undang (UU) Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Bank
Syari’ah telah mengatur secara khusus eksistensi Bank Syari’ah di Indonesia.
Undang-Undang tersebut melengkapi dan menyempurnakan UU No. 7 Tahun
1992 Tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun
1998 yang belum spesifik sehingga perlu diatur khusus dalam Undang-Undang
3 Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, Yogyakarta: UPP AMP, 2002, h. 56
4
tersendiri. Menurut Pasal 18 UU No. 21 Tahun 2008, Bank Syari’ah terdiri atas
Bank Umum Syari’ah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah.4
Pasal 1 UU No. 21 Tahun 2008 tentang Ketentuan Umum disebutkan
pengertian dari Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah (BPRS) adalah Bank Syari’ah
yang dalam kegiatanya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Sedangkan Pasal 2 UU No. 21 Tahun 2008 dijelaskan bahwa Perbankan Syari’ah
dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan Prinsip Syari’ah, demokrasi
ekonomi, dan prinsip kehati-hatian.
Tabel 1.1: Perkembangan Kelembagaan Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia.
Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
BUS
Jumlah Bank
Jumlah Kantor
11
1.410
11
1.745
11
1.988
12
2.174
12
1.990
UUS
Jumlah Bank
Jumlah Kantor
24
336
24
517
23
590
22
335
22
138
BPRS
Jumlah Bank
Jumlah Kantor
155
364
158
401
163
402
163
438
163
445
Sumber : Statistik Perbankan Syariah, Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan
Republik Indonesia.
Berdasarkan tabel di atas, jumlah lembaga keuangan syariah dalam
kategori perbankan syariah di Indonesia dalam lima tahun terkahir dapat
dikatakan mengalami pertumbuhan. Bank Umum Syariah hingga tahun 2015
berjumlah 12 bank, meningkat dibandingkan tahaun 2013 dan sebelumnya.
Jumlah Unit Usaha Syariah dapat dikatakan menurun dari 24 unit menjadi 22
4 Ahmad Ifham, Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syari’ah, Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2010, h. 3
5
unit. Sedangkan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah mengalami pertumbuhan
yang signifikan dengan jumlah sebanyak 163 bank pada tahun 2015 dari 155
bank pada tahun 2011. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa BPRS
mengalami pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan BUS dan UUS.
Perkembangan BPRS di Indonesia dalam lima tahun terakhir dapat dilihat
dari Gambar 1.1. Aset BPRS di Indonesia selalu mengalami pertumbuhan setiap
tahunnya. Besar aset pada tahun 2011 adalah sebesar Rp.3,52 triliyun dan
meningkat sebesar 219,8% pada tahun 2015 menjadi Rp.7,74 triliyun. Begitu
juga dengan dana pihak ketiga (DPK) yang selalu mengalami pertumbuhan setiap
tahunnya, dimana pada tahun 2011 dengan jumlah DPK sebesar Rp.2,01 triliyun
mengalami pertumbuhan sebesar 229,16% pada tahun 2015 menjadi Rp.4,8
triliyun.
Gambar 1.1 Pertumbuhan Aset, DPK dan Pembiayaan BPRS Indonesia
Dalam Jutaan Rupiah
Statistik Perbankan Syariah, Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan Republik
Indonesia.
2011 2012 2013 2014 2015
Aset 3.520.41 4.698.95 5.833.48 6.573.33 7.739.27
DPK 2.095.33 2.937.80 3.666.17 4.028.41 4.801.88
Pembiayaan 2.675.93 3.553.52 4.433.49 5.004.90 5.765.17
- 2.000.000 4.000.000 6.000.000 8.000.000
10.000.000
BPRS INDONESIA
Aset DPK Pembiayaan
6
Hal yang sama juga terjadi pada pembiayaan yang disalurkan oleh BPRS
dengan trend yang meningkat setiap tahunnya. Total pembiayaan yang disalurkan
oleh BPRS Indonesia pada tahun 2015 adalah sebesar Rp.5,76 triliyun yang
meningkat sebesar 215,51% dari tahun 2011. Dari analisis ini dapat disimpulkan
bahwa BPRS di Indonesia sedang mengalami pertumbuhan yang baik.
BPRS sebagaimana halnya bank pada umumnya juga merupakan lembaga
bisnis yang tujuannya adalah mencapai keuntungan yang maksimum atau bisa
disebut juga dengan lembaga yang profit oriented. BPRS memperoleh
keuntungan dari kegiatan intermediasinya, yaitu selisih dan bagi hasil dari
pembiayaan yang disalurkan setelah distribusi bagi hasil dengan pemilik dana.
Kemampuan dari BPRS atau sebuah lembaga bisnis dalam menghasilkan
keuntungan disebut dengan profitabilitas atau rentabilitas.
Profitabilitas (rentabilitas) merupakan indikator yang paling tepat untuk
mengukur kinerja suatu bank. Profitabilitas harus dilihat sebagi faktor pendorong
dalam memantau seluruh faktor baik kuantitatif maupun kualitaif. Faktor
kuantitatif yang berpengaruh terhadap rentabilitas bank syariah perlu
diperhitungkan dengan matang agar lebih efektif menghasilkan laba yang
maksimal. Apabila bank mampu menghasilkan keuntungan yang semakin
meningkat dan berkesinambungan maka kepercayaan masyarakat untuk
menggunakan jasa perbankan akan meningkat.
Terkait dengan faktor rentabilitas ini, Bank Indonesia mengeluarkan surat
edaran No. 9/24/DPbS/2007 sehubungan dengan Peraturan Bank Indonesia
7
Nomor 9/1/PBI/2007 mengenai Net Operating Margin (NOM) sebagai rasio
utama dalam penilaian rentabilitas suatu bank, atau pada bank konvensional
dikenal dengan Net Interest Margin (NIM) dikarenakan adanya unsur bunga.5
Perbedaan NOM dan NIM adalah NOM bersumber dari pendapatan
operasional bersih dibagi penjualan bersih. Rasio ini bermanfaat untuk melihat
seberapa besar suatu bank mampu meraih berapa rupiah dari setiap produk atau
jasa yang dipasarkan. Sedangkan NIM berasal dari suku bunga yang diterima
dikurangi suku bunga yang dibayar dibagi rata-rata aset investasi. Boleh pula
dikatakan bahwa NIM dihasilkan dari selisih antara suku bunga kredit dan suku
bunga simpanan kemudian dibagi investasi.6
Gambar 1.2 Tingkat Profitabilitas BPRS Indonesia berdasarkan NOM
Statistik Perbankan Syariah, Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan Republik
Indonesia (data diolah)
5 Sherty Junita, “Pengaruh KAP, BOPO dan FDR terhadap Net Operating Margin (NOM)
Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2010-2014”, Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2015. h. 2 6 Paul Sutaryono, “Menggagas Indikator Efisiensi”, diakses dari https://nasional.sindone ws.
com/read /719656/18/menggagas-indikator-efisiensi-1361338674/13 pada tanggal 10 Februari 2017,
pukul 20.30 WIB
1,82%
0,85% 0,73%
1,44% 1,29%
0,00%
0,50%
1,00%
1,50%
2,00%
2011 2012 2013 2014 2015
NOM BPRS Indonesia
NOM
8
Tingkat rentabilitas atau profitabilitas BPRS Indonesia secara industri
berdasarkan nilai Net Operating Margin (NOM) dapat dilihat pada tabel di atas.
Dalam lima tahun terakhir (2011-2015), performa rentabilitas BPRS Indonesia
adalah fluktuatif namun cenderung menurun. NOM BPRS Indonesia pada tahun
2011 adalah sebesar 1,82% yang kemudian menurun pada tahun 2012 menjadi
0,85% dan pada tahun 2013 menjadi 0,73%. Meskipun pada tahun 2014
mengalami kenaikan menjadi 1,44% akan tetapi pada tahun 2015 kembali
mengalami penurunan menjadi 1,29%.
Gambar 1.3 Kinerja BPRS Indonesia
Statistik Perbankan Syariah, Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan Republik
Indonesia (data diolah)
2011 2012 2013 2014 2015
NOM 1,82 0,85 0,73 1,44 1,29
FDR 127,71 120,96 120,93 124,24 120,06
CAR 23,49 25,16 22,08 22,77 21,47
NPF 7,07 6,15 6,5 7,89 8,2
BOPO 83,17 91,81 93,19 86,75 87,25
-100
102030405060708090
100110120130140
Kinerja BPRS Indonesia
9
Bank syariah (BUS/BPRS) yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi
keuangan, melaksanakan kegiatan operasionalnya dengan menghimpun dana dari
masyarakat dan kemudian menyalurkannya kembali kepada masyarakat melalui
pembiayaan. Pendapatan bank sangat ditentukan oleh berapa banyak keuntungan
yang diterima dari pembiyaan yang disalurkan.7 Pada tabel 1.3, tingkat
pembiayaan yang diukur berdasarkan Financing to Deposit Ratio (FDR)
memiliki performa yang sama dengan NOM yaitu fluktuatif cenderung menurun.
Artinya, terdapat adanya hubungan antara pembiayaan yang disalurkan (FDR)
dengan rentabilitas/profitabilitas (NOM) pada BPRS.
Penyaluran pembiayaan yang dilakukan dapat mengakibatkan munculnya
potensi pembiayaan macet atau yang biasa disebut pembiayaan bermasalah.
Karena pada praktiknya, tidak semua nasabah dapat mengembalikan pembiayaan
tanpa adanya kendala. Pembiayaan bermasalah terjadi jika pada pembiayaan
yang disalurkan mengalami ketidaklancaran. Jika jumlah pembiayaan bermasalah
mengalami kenaikan, maka pendapatan Bank Syariah akan semakin berkurang
dan akan mempengaruhi profitabilitas.8 Pada Tabel 1.3, pembiayaan bermasalah
yang diproksikan dengan Non Peforming Financing (NPF) memiliki performa
yang berlawanan dengan NOM, yaitu fluktuatif cendrung naik, artinya terdapat
hubungan yang berlawanan antara NOM dan NPF pada BPRS.
7 Aulia Fuad Rahman dan Ridha Rochmanika, “Pengaruh Pembiayaan Jual Beli, Pembiayaan
Bagi Hasil dan Rasio Non Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di
Indonesia”, Jurnal, Fakultas Ekonomi dan Bisinis Universitas Brawijaya. 8 Rr. Nadia Arini Haq, “Pengaruh Pembiayaan dan Efisiensi Terhadap Profitabilitas Bank
Umum Syariah”, Perbanas Review, Vol. 1 No. 1, (2015), h. 107
10
Setiap bank secara umum diwajibkan untuk mempertahankan dana modal
yang memadai untuk menghadapi kemungkinan terjadinya suatu hal buruk di
masa depan seperti risiko pembiayaan bermasalah. Tingkat kecukupan modal
yang memadai dapat melindungi sebuah bank ketika mengalami kerugian dari
aktivitas operasional yang tidak terduga. Capital Adequacy Ratio (CAR)
merupakan proksi untuk mengukur pemenuhan kewajiban permodalan suatu
bank.9
Selain itu, tingkat efisiensi bank juga memiliki pengaruh terhadap
profitabilitas/rentabilitas bank. Tingginya efisiensi operasional suatu bank
ditunjukkan oleh rendahnya biaya operasinalnya. Biaya operasional yang rendah
akan meningkatkan peluang bank memperoleh keuntungan. Oleh sebab itu,
tingginya efisiensi operasional yang dimiliki suatu Bank Syariah maka akan
semakin tinggi pula kemampuan dalam meningkatkan laba.10
Pada Tabel 1.3,
efisiensi operasional yang diproksikan dengan BOPO memiliki performa yang
berlawanan dengan NOM, yaitu fluktuatif cendrung naik, artinya terdapat
hubungan yang berlawanan antara NOM dan BOPO pada BPRS.
Tingginya profitabilitas menunjukkan bahwa Bank Syariah memiliki
kinerja yang baik, terutama dalam hal menghasilkan laba. Rendahnya
profitabilitas mengindikasikan Bank Syariah tidak berkinerja baik, terlebih dalam
9 Dwi Agus Prasetyo dan Ni Putu Ayu Damayanti, “Pengaruh Risiko Kredit, Likuidtas,
Kecukupan Modal dan Efisiensi Operasional terhadap Tingkat Profitabilitas pada PT BPD Bali”, E-
Jurnal Manajemen Unud, Vol. 4 No. 9 (2015), h. 2594 10
Rr. Nadia Arini Haq, “Pengaruh Pembiayaan dan Efisiensi Terhadap Profitabilitas Bank
Umum Syariah”, Perbanas Review, Vol. 1 No. 1, (2015), h. 109
11
hal meraup keuntungan. Perlu usaha dalam menjaga pertumbuhan profitabilitas
Bank Syariah dengan melihat faktor-faktor yang mempengaruhinya, sehingga
dimungkinkan adanya usaha dalam mendorong pertumbuhan profitabilitas ke
arah yang lebih baik. Pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
profitabilitas dapat mendorong nilai profitabilitas menjadi lebih tinggi pada saat
berpotensi menguat dan menjaganya agar tidak mengalami penurunan pada saat
berpotensi melemah.11
Berdasarkan uraian tersebut diatas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian terhadap faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi profiabilitas
dengan menggunakan proksi Net Operating Margin (NOM) pada Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia periode 2011-2016. Sehingga
peneliti akan meneliti tentang “Pengaruh FDR, CAR, NPF dan BOPO
terhadap Net Operating Margin (NOM) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) di Indonesia Periode 2011-2016”.
B. Identifikasi Masalah
Pada penelitian ini akan dibahas faktor-faktor yang mempengaruhi
Rentabilitas yang diproyeksikan dengan NOM pada bank pembiayaan rakyat
syariah (BPRS) di Indonesia. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa beberapa
faktor-faktor yang di perkirakan mempunyai pengaruh terhadap NOM BPRS di
Indonesia adalah:
11
Ibid. h. 110
12
1. Financing to Deposit Rasio (FDR) merupakan rasio pembiayaan terhadap
DPK mempunyai pengaruh terhadap Net Operating Margin (NOM) pada
BPRS di Indonesia.
2. Capital Adequecy Ratio (CAR) yang merupakan rasio permodalan
mempunyai pengaruh terhadap Net Operating Margin (NOM) Pada BPRS di
Indonesia
3. Non Performance Financing (NPF) yang merupakan rasio pembiayaan
bermasalah mempunyai pengaruh terhadap Net Operating Margin (NOM)
pada BPRS di Indonesia
4. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasioanl yang merupakan rasio
efesiensi mempunyai pengaruh terhadap Net Operating Margin (NOM) pada
BPRS di Indonesia
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalaha yang telah di
jelaskan di atas maka di rumuskan beberapa masalah yang akan di teliti pada
penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana pengaruh Financing to Deposit Rasio (FDR), Capital Adequecy
Rasio (CAR), Non performance Financing (NPF), Beban Operasional
terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) secara simultan (berasama-sama)
terhadap Net Operating Margin (NOM) pada BPRS di Indonesia priode 2011-
2016?
13
2. Bagaimna pengaruh Financing to Deposit Rasio (FDR), Capital Adequecy
Rasio (CAR), Non performance Financing (NPF), Beban Operasional
terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) secara parsial terhadap Net
Operating Margin (NOM) pada BPRS di Indonesia priode 2011-2016?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk melihat Bagaimna pengaruh Financing to Deposit Rasio (FDR),
Capital Adequecy Rasio (CAR), Non performance Financing (NPF), Beban
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) secara simultan
(berasama-sama) terhadap Net Operating Margin (NOM) pada BPRS di
Indonesia priode 2011-2016
2. Untuk melihat Bagaimna pengaruh Financing to Deposit Rasio (FDR),
Capital Adequecy Rasio (CAR), Non performance Financing (NPF), Beban
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) secara parsial terhadap
Net Operating Margin (NOM) pada BPRS di Indonesia priode 2011-2016
Berdasarkan konsep latar belakang, serta tujuan penelitian, maka
penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, antara lain:
1. Manfaat bagi penulis
Penelitian ini bermanpaat sebagai pengetahuan tentang rasio keuangan
dan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana.
14
2. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumbangan
pemikiran berdasarkan disiplin ilmu yang didapat selama perkuliahan dan
merupakan media latiahan dalam memecahkan secara ilmiah. Dari segi
ilmiah,diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang
akutansi.
3. Manfaat Praktis
Pada dasarnya manfaat penelitian ini lebih banyak tertuju pada bidang
praktis yakni dalam manajemen Bank Pembiayaan Rakyat Syariah untuk
dijadikan bahan evaluasi pertimbangan dalam menentukan langkah dan
perencanaan kinerja yang akan dicapai oleh manajemennya, juga sebagai
bahan pertimbangan dalam mengambil suatu kebijakan.
E. Studi Penelitian Terdahulu
Tabel 1.2
Penelitian Terdahulu
NO Identitas
Penelitian
Judul
Penelitian
Variabel
Penelitian
Alat Analisis Hasil
1 Elisa
Puspitasari,
Jurnal ilmu
managemen\
Analisis
Faktor-faktor
yang
Mempengaruh
Variabel
Dependen
adalah
NIM,
Regresi
Berganda
Hasil dari
penelitian ini
menunjukkan
adanya
15
volume 2
nomor 4
oktober
2014
i Net Interest
Margin pada
Bank-Bank
Umum di
Indonesia
Variabel
Independen
adalah
NPL,
BOPO,
Risk
Aversion
(CAR), dan
volume
Transaksi
pengaruh
credit
risk,
operating
cost, risk
aversion,
dan
transaction
size terhadap
net
interest
margin
secara
bersamasama
Secara
parsial,
variabel
credit
risk tidak
berpengaruh
terhadap net
16
interest
margin.
Variabel
operating
cost
mempunyai
pengaruh
positif dan
signifikan
terhadap net
interest
margin.
2. Taufik
Ariyanto,
Komisi
Pengawas
Persaingan
Usaha,
Finance and
Banking
Journal, Vol.
Faktor
Penentu Net
Interest
Margin
Perbankan
Indonesia
Variabel
dependet
adalah
NIM,
sedangkan
Variabel
independent
adalah NIM
periode
Ordinary
Least
Square
(OLS)Regress
i on
NIM periode
sebelumnya,
LDR,
NPL, EQA
berpengaruh
signifikan
secara
lag.
Sedangkan
17
13 No. 1
Juni 2011
sebelumnya
, BOPO,
LDR,NPL,
EQA dan
CR4
(Market
power)
BOPO
berpengaruh
secara aktual
terhadap
NIM. Dan
market
power tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
NIM
perbankan
Indonesia
3. Romdayanah
, skripsi
Ekonomi
Islam, IAIN
Walisongo
Semarang
tahun (2011)
Pengaruh
Faktor
Permodalan,
Kualitas
Aset,dan
Likuiditas
Terhadap
Profitabilitas
Variabel
Dependent
adalah
NOM, dan
Variabel
Independent
adalah
CAR,
Regresi
Berganda
Hasil
penelitian
menemukan
bahwa,
permodalan
(KPMM),
diketahui
mempunyai
18
Bank Umum
Syariah
KAP,STM nilai
Unstandardiz
ed
Coefficient B
sebesar -0.05
yang
menunjukkan
bahwa
KPMM
berpengaruh
negatif
terhadap
profitabilitas
(NOM).
Kualitas aset
mempunyai
nilai
Unstandardiz
ed
Coefficient B
sebesar
19
37,003 hal
ini
menunjukkan
bahwa
kualitas aset
yang
diproyeksika
n dengan
Kualitas
Aktiva
Produktif
(KAP)
berpengaruh
positif
terhadap
NOM. Dari
kondisi
likuiditas
(STM),
diketahui
bahwa nilai
20
Unstandardiz
ed
Coefficient B
sebesar 0,007
menunjukkan
bahwa
likuiditas
berpengaruh
postif
terhadap
NOM. Hal
ini
menunjukkan
bahwa
peningkatan
likuiditas
dapat
meningkatka
n
profitabilitas
perbankan
21
syariah yang
diproyeksika
n dengan
NOM.
4. Sherty
Junita,
Skripsi
perbankan
syariah Uin
Syarif
Hidayatullah
Jakarta
tahun (2015)
Pengaruh
KAP, BOPO,
dan FDR
terhadap Net
Operating
Margin
(NOM)
Perbankan
Syariah di
Indonesia
Periode 2010-
2014.
Variabel
dependent,
NOM,
variabel
independent
adalah
KAP,BOPO
, FDR.
Regresi
Linier
Berganda
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa KAP,
BOPO, dan
FDR secara
simultan
berpengaruh
signifikan
terhadap
NOM. Secara
parsial
BOPO dan
FDR
berpengaruh
signifikan
terhadap
22
NOM,
sedangkan
KAP tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
NOM.
5. Mufti Nur
Cahyo,
skripsi
Mahasiswa
FEB
Universitas
Diponegoro
(2009)
Analisis
FaktorFaktor
Yang
Mempengaruh
i
Margin Bank
Umum
Syariah
(Studi pada
Bank
Umum
Syariah di
Indonesia
periode 2009-
Variabel
Dependen
adalah
Margin
Bank.
Variabel
Independen
adalah
Risiko
Pembiayaan
BOPO,
primary
ratio,
dan
Regresi
Linier
Berganda
Risiko
Pembiayaan,
BOPO,
primary
ratio, dan
opportunity
cost
berpengaruh
signifikan
secara
simultan
terhadap
Margin
Bank.
23
2012 opportunity
cost.
Namun
secara
parsial hanya
opportunity
cost
yang tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
Margin
Bank.
6. Elisabeth
Dewi
Kusuma
Ningrum,
Skripsi
mahasiswa
manjemen
FEB UNY
(2016)
Analisis
Faktor- Faktor
yang
Mempengaruh
i Net Interest
Margin pada
Perusahaan
Perbankan
yang
Terdaftar di
Variabel
dependent
penelitian
ini adalah
NIM dan
variabel
independent
adalah
NPL,
BOPO,
Regresi
Linier
Berganda
Hasil
penelitian ini
menunjukkan
bahwa
variabel NPL
dan TZ tidak
berpengaruh
terhadap
variabel NIM
sedangkan
24
BEI CAR dan
TZ
(transaction
size)
BOPO
berpengaruh
negatif
terhadap
NIM dan
CAR
berpengaruh
positif
terhadap
NIM, dan
variabel
NPL,BOPO,
CAR dan TZ
secara
simultan
berpengaruh
terhadap
NIM.
25
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dibuat oleh
peneliti yang berjudul “Pengaruh FDR, CAR, NPF dan BOPO, terhadap Net
Operating Margin (NOM) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di
Indonesia periode 2011-2015” yaitu Variabel dependen yang digunakan adalah
NOM BPRS di Indonesia. Sedangkan variable Independen yang digunakan pada
penelitian ini adalah FDR, CAR, NPF dan BOPO. Kurun waktu penelitian
dimulai dari bulan Januari 2011 sampai dengan Desember 2016. Objek penelitian
yaitu Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia yang yang ada di Indonesia
terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan.
F. Hipotesis Penelitian
Berdasrkan latar belakang dan beberapa penelitian terdahulu yang telah di
bahas sebelumnya dapat di ajukan hipotesis untuk memperkirakan hasil dari
penelitian, adapun hipotesis tersebut adalah:
1. Pengaruh FDR, CAR, NPF, BOPO secara smultan terhadap NOM
H0 : FDR, CAR, NPF, BOPO secara simultan tidak berpengaruh terhadap
NOM
H1 : FDR, CAR, NPF, BOPO secara simultan berpengaruh terhadap NOM
2. Pengaruh FDR terhadap NOM
H0 : FDR secara parsial tidak berpengaruh terhadap NOM
H1 : FDR secara parsial berpengaruh terhadap NOM
26
3. Pengaruh CAR terhadap NOM
H0 : CAR secara parsial tidak berpengaruh terhadap NOM
H1 : CAR secara parsial berpengaruh terhadap NOM
4. Pengaruh NPF terhadap NOM
H0 : NPF secara parsial tidak berpengaruh terhadap NOM
H1 : NPF secara parsial berpengaruh terhadap NOM
5. Pengaruh BOPO terhadap NOM
H0 : BOPO secara parsial tidak berpengaruh terhadap NOM
H1 : BOPO secara parsial berpengaruh terhadap NOM
G. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dari masalah yang telah di rumuskan beserta
pemecahanya pada penelitian ini akan di gambarkan sebagai berikut:
27
Gambar 1.4 Kerangka Pemikiran
Pengaruh FDR, CAR, NPF, dan BOPO terhadap Net Operating Margin (NOM)
BPRS di Indonesia Periode 2011-2016
BOPO (X4)
NOM (Y)
Regresi Linear Berganda
A. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
2. Uji Heteroskedastisitas
3. Uji Miltikoliniearitas
4. Uji Autokorelasi
B. Uji Signifikasi
1. Uji F
2. Uji T
3. Uji Koefesien Determinasi
Hasil dan
Kesimpulan
FDR (X1) CAR (X2) NPF (X3)
28
H. Teknis Penulisan
Teknik penulisan dalam skripsi ini menggunakan buku pedoman penulisan
skripsi yang di terbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012.
I. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dijelaskan latar belakang, identifikasi masalah,
rumusan masalah, mafaat dan tujuan, studi penelitian terdahulu,
hipotesis, kerangka pemikiran, dan sistematika penulisan
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan dijelaskan tentang bank syariah, jenis- jenis bank
syariah dan rasio keuangan.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dijelaskan metode penelitian, variabel penelitian dan
tekhnis analisis data.
BAB IV HASIL ANALISIS DATA
Pada bab ini akan dijelaskan analisis statistik deskriptif, uji asumsi
kelasik, uji signifikasi, analisis regresi berganda, pembahasan.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini akan di jelaskan berupa kesimpulan dan dasaran dari hasil
penelitian.
29
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Bank Syariah
1. Defenisi bank syariah
Bank syariah terdiri atas dua kata, yaitu bank dan syariah. Kata bank
bermakna suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantarakeuangan
dari dua pihak, yaitu pihak yang berkelebihan dana dan pihak yang kekurangan
dana, kata syariah dalam versi bank syariah di Indonesia adalah aturan perjanjian
berdasarkan yang dilakukan oleh pihak bank dan pihak yang lain untuk
penyimpanan dana dan pembiayaan kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai
hukum islam.1
Bank syari’ah adalah bank yang aktivitasnya meninggalkan masalah riba.
Bank Islam atau bank syari’ah adalah bank yang beroperasi dengan tidak
mengandalkan pada bunga.2
Bank Islam atau biasa disebut bank tanpa bunga
adalah lembaga keuangan atau perbankan yang usaha pokoknya memberikan
kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta edaran uang yang
pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syari’ah Islam. Berdasarkan
pengertian tersebut, Bank Islam berarti bank yang tata cara bermuamalat secara
Islami, yakni mengacu pada ketentuan AlQur’an dan Al-Hadits. Atau dengan
1 Zainuddin, Hukum Perbankan Syariah. h.1
2 Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005, h.13
30
kata lain, Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran
serta peredaran uang yang pengoerasiannya disesuaikan dengan Syariat Islam.3
Bank Syari’ah merupakan lembaga keuangan yang berfungsi
memperlancar ekonomi di sektor riil melalui aktivitas kegiatan usaha (investasi,
jual beli atau lainnya) yang berdasarkan prinsip syari’ah, yaitu aturan perjanjian
berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk menyimpan dana atau
pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan nilai
syari’ah, baik yang bersifat makro maupun mikro.4
Landasan Hukum
Pada dasarnya, pendirian Bank Syari’ah mempunyai tujuan yang utama.
Yang pertama yaitu menghindari riba dan yang kedua yaitu mengamalkan
prinsipprinsip Syari’ah dalam perbankan. Di dalam Al-Qur’an, beberapa ayat
yang menyinggung tentang pelarangan riba, di antaranya QS. Ar-Rum: 39 yang
berbunyi:
Artinya: Dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia
bertambah pada harta manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada sisi Allah.
dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai
3 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, Yogyakarta: Ekonisia UII, 2004, h. 1.
4 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008, h. 3
31
keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah orang-orang yang
melipat gandakan (pahalanya).
Selanjutnya, hadist yang terkait dengan pelarangan riba adalah salah
satunya:
“Rasulullah SAW melaknat orang yang memakan riba, orang yang member
makan riba, penulis dan saksi riba. Kemudian mereka bersabda: mereka
semuaadalah sama”. (HR. Muslim).
2. Fungsi dan Peranan Bank Syariah5
Bank syariah mempunyai fungsi secara umum meliputi:
a. Bertanggung jawab terhadap penyimpanan dana nasaba
b. Mengelola investasi dari dana yang diperoleh
c. Pengelola zakat, infaq dan shadaqoh
d. Penyedia transaksi keuangan.
Agar berhasil menjadi pendorong terwujudnya pembangunan ekonomi
nasional maka bank Syari’ah memiliki peranan sebagai perekat nasionalisme
yang berpihak pada ekonomi kerakyatan, beroperasi secara transparan, berfungsi
sebagai pendorong penurunan investasi spekulatif, pendorong peningkatan
efisiensi, mobilisasi dana masyarakat serta menjadi uswatun hasanah bagi
praktek usaha berlandaskan moral dan etika Islam.
5 M. Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah: Dari Teori Ke Praktek, Jakarta: Gema Insani Pers,
2001, h. 40.
32
3. Karakteristik Bank Syariah
Karakteristik bank Syari’ah bersifat fleksibel, yang meliputi:
a. Keadilan, melarang riba tetapi menggunakan bagi hasil. Riba adalah
pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual beli maupun
pinjammeminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip muamalah
dalam Islam.6
b. Kemitraan, yaitu saling memberi manfaat. Posisi nasabah, investor, pengguna
dana dan bank berada dalam hubungan sejajar sebagai mitra usaha yang saling
menguntungkan. dan bertanggung jawab di mana tidak ada pihak yang merasa
dirugikan.
c. Universal, melarang transaksi yang bersifat tidak transparan (gharar).
Meghindari penggunaan sumber daya yang tidak efisien, dan terbuka
seluasluasnya bagi masyarakat tanpa membedakan agama, suku, dan ras.
4. Kegiatan Bank Syariah
Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang sangat dibutuhkan oleh
masyarakat dalam melakukan transaksi keuangan maupun transaksi perbankan
lainnya. Transaksi yang dapat ditawarkan oleh bank berbeda antara satu bank dan
bank lainnya. Beberapa bank syariah menawarkan semua produk perbankan,
sebagian bank syariah hanya menawarkan produk tertentu dan seterusnya,
produk dan jasa bank syariah yang dapat diberikan kepada masyarakat tergantung
6 Ibid, h. 37.
33
jenisnya.7
Dan perbankan syariah berperan sebagai lembaga intermediasi
keuangan antara unit-unit ekonomi yang mempunyai kelebihan dana dengat unit
lain yang mengalami kekurangan dana. Karenanya untuk menjalani fungsi
intermediasi tersebut, lembaga perbankan syariah akan melakukan kegiatan
usaha. berupa penghimpunan dana, penyaluran dana, serta menyediakan berbagai
jasa transaksi keuangan kepada masyarakat.
5. Jenis-jenis Bank Syariah
a. Bank Umum Syariah
Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.8
Adapun tugas dari bank umum berdasarkan pengertian diatas meliputi:
1) Pemberian kredit
2) Menghimpun dana yang berasal dari masyarakat berbentuk simpanan
3) Menerbitkan surat atas pengakuan hutang
4) Menjual, membeli dan juga menjamin resiko sendiri berdasarkan kepentingan
nasabah maupun perintah dari nasabahnya itu sendiri, meliputi surat
pengakuan hutang, surat-surat wasel sertifikat Bank Indonesia, kertas
perbendaharaan negara, obligasi, surat dagang yang berjangka, beserta surat
berharga yang lainnya.
7 Ismail, Perbankan Syariah, (kencana: jakarta 2011 h 51)
8 Undang-undang no.21 tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah pasal 1 ayat 1
34
5) Meminjamkan dan, manjamin atau menetapkan dana, entah itu memakai
sarana telekomunikasi, memakai surat atau wesel.
6) Menerima pembayaran atas tagihan surat berharga
7) Menyediakan tempat penyimpanan surat berharga dan barang
8) Melakukan utang piutang
9) Melakukan kegiatan valuta asing
10) Melakukan kegiatan dalam hal penyertaan modal bank maupun perusahaan
lain
11) Bertindak sebagai pengurus dan pendiri dana pensiun berdasarkan peraturan
undang-undang.
b. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang
dalamkegiatannya tidak memberikan jasa lalu lintas pembayaran.9
Adapun tugas dari BPRS itu sendiri adalah:
1) Menghimpun dana dari masyarakat berupa tabungan, deposito berjangka
ataupun lainnya yang serupa.
2) Menawarkan penempatan dana dan pembiayaan melalui perinsip syariah,
berdasarkan ketetapan dari Bank Indonesia
3) Menempatkan dananya berbentuk Sertifikat Bank Indonesia, sertifikat
deposito, tabungan bank lain, dan deposito berjangka.
Adapun larangan BPRS adalah sebagai berikut:
9 Ibid, ayat 6
35
1) Melaksanakan usaha asuransi
2) Melaksanakan penyertaan modal
3) Menerima simpanan berbentuk giro
4) Melaksanakan aktivitas usaha berbentuk valuta asing
5) Ikut serta mnjalankan lalu lintas pembayaran
c. Unit Usaha Syariah (UUS)
Unit Usaha Syariah adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum
Konvensional yang berfungsi sebagaikantor induk dari kantor atau unit yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit kerja di
kantor cabang dari suatu Bank yang berkedudukan di luar negri yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor
induk dari kantor cabang pembantu syariah dan / unit Syariah10
Adapun tugas dari UUS adalah:
1) Menghimpun dana dalam bentuk simpanan berupa giro, tabungan, atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad wadi’ah atau
akad lain yang tidak bertentangan dengan Prisip Syariah.
2) Menghimpun dana dalam bentuk Investasi berupa deposito, tabungan, atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad mudharabah
atau akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah.
3) Menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah, akad
musyarakah, atau akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah.
10
Ibid, ayat 7
36
4) Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad mudharabah, Akad salam dan
akad istishna’, atau akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah.
5) Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad qardh atau Akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah.
6) Menyalurkan pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak
kepada nasabah berdasarkan akad ijarah dan/atau sewa beli dalam bentuk
ijarah muntahiya bittamlik, atau akad lain yang tidak bertentangan dengan
Prinsip Syariah.
7) Menyalurkan pengambilalihan utang berdasarkan akad hawalah , atau akad
lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah
8) Melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan berdasarkan Prinsip
Syariah.
9) Membeli dan menjual surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar
transaksi nyata berdasarkan Prinsip Syariah, antara lain seperti akad ijarah,
musyarakah, mudharabah, murabahah, kafalah atau hawalah.
10) Membeli surat berharga berdasarka Prinsip Syariah yang diterbitkan oleh
pemerintah dan/atau Bank Indonesia.
11) Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan pihak ketiga atau antarpihak ketiga berdasarkan Prinsip
Syariah.
12) Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga
berdasarkan Prinsip Syariah.
37
13) Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah berdasarkan Prinsip Syariah
14) Memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan Prinsip
Syariah.
15) Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan di
bidang social sepanjang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.11
6. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional12
Bank syariah merupakan bank yang dalam sistem operasionalnya tidak
menggunakan sistem bunga akan tetapi menggunakan prinsip dasar sesuai
ketentuan syariah. Dalam menentukan imbalannya bank syariah tidak
menggunakan sistem bunga akan tetapi menggunakan konsep imbalan sesuai
dengan akad yang diperjanjikan. Beberapa perbedaan antara bank syariah dan
bank konvensional adalah pada tabel berikut:
Tabel 2.1 Perbedaan Bank syariah dan Bank Konvensional
No Bank Syariah Bank Konvensional
1 Investasi, hanya untuk proyek dan
produk yang halal serta
menguntungkan
Investasi, tidak mempertimbangkan
halal atau haram, asalkan proyek
menguntungkan
2 Return yang dibayar dan/atau
diterima berasal dari bagi hasil atau
Return baik yang dibayar maupun
yang diterima berupa bunga
11
Pipin Syarifin, Hukum Dagang di Indonesia, Cet.1, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012) h. 370-371
12 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011) h. 38
38
pendapatan lainnya sesuai prinsip
syariah
3 Perjanjian dibuat dalam bentuk
akad sesuai dengan syariah
Perjanjian menggunakan hukum
positif
4 Orientasi pembiayaan tidak hanya
untuk keuntungan akan tetapi juga
falah oriented, yaitu berorientasi
pada kesejahteraan masyarakat
Orientasi pembiayaan untuk
memperoleh keuntungan atas dana
yang dipinjamkan
5 Hubungan antara bank dan nasbah
adalah mitra
Hubungan antara bank dan nasabah
adalah kreditur dan debitur
6 Dewan Pengawas terdiri dari BI,
OJK dan Dewan Pengawas Syariah
Dewan Pengawas terdiri dari BI,
OJK dan tidak ada Dewan
Pengawas Syariah
7 Penyelesaian sangketa diupayakan
secara musyawarah antara bank dan
nasabah melalui peradilan agama
Penyelesaian sengketa melalui
pengadilan negeri setempat
B. Bank pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
1. Pengertian Bank pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
Bank pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip Syari’ah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bentuk
hukumnya dapat berupa: Perseroan Terbatas/PT, Koperasi atau Perusahaan
Daerah (pasal 2 PBI No. 6/17/PBI/2004). Undang-undang nomor 21 tahun 2008
menyebutkan Bank Pembiayan Rakyat Syariah (BPRS) yaitu bank syariah yang
39
dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.13
Yang
perlu diperhatikan dari ketentuan diatas adalah kepanjangan dari BPR Syariah
yang berupa Bank Perkreditan Syariah. Ini berarti semua peraturan perundang
undangan yang menyebut BPR Syariah dengan Bank Perkreditan Rakyat Syariah
Harus dibaca dengan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).14
2. Sejarah dan Perkembangan BPRS di Indonesia
Berdirinya BPRS di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari BPR-BPR
pada umumnya. BPR yang status hukumnya disahkan melalui Paket
Kebijakan Keuangan Moneter dan Perbankan (PAKTO tanggal 27 Oktober
1998 pada hakikatnya merupakan modifikasi (model baru) dari Lumbung
Desa dan Bank Desa yang ada sejak 1980-an.15
Lumbung desa sebagai sistem perkreditan rakyat zaman dahulu,
dirasakan sangat bermanfaat bagi masyarakat tani di pedesaan, karena pada
waktu itu peredaran uang belum menjangkau masyarakat tani di pedesaan
sehingga pinjaman dalam bentuk padi lebih menguntungkan dan lebih praktis
daripada pinjaman dalam bentuk uang. Selain itu pinjaman padi tida mengganggu
kestabilan harga padi yang menjadi penghasilan utamamasyarakat desa.16
13
Khotibul Umam, S.H.,LL.M. Trend pembentukan Bank Umum Syari’ah Pasca UndangUndang Nomor 21 Tahun 2008 (Konsep, Regulasi, dan Implementasi), Yogyakarta : BPFE Yogayakrta, 2009, h. 41.
14 Zubairi Hasan, Undang-Undang Perbankan Syari’ah Titik Temu Hukum Islam dan Hukum
Nasional, Jakarta: PT Rajagrafindo persada, 2009, h. 7. 15
M. Ma’ruf Abdullah, Hukum Perbankan dan Perkembangan Bank Syariah di Indonesia, (Banjarmasin: Antasari Press, 2006), h. 88.
16 Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam & Lembaga-lembaga Terkait, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2004), h. 125.
40
Karena struktur ekonomi, sosial dan administrasi masyarakat desa
sudah banyak mengalami perubahan sebagai akibat dari proses pembangunan,
maka keberadaan BPR tidak lagi persis sama seperti lumbung desa zaman
dahulu. Namun demikian, paling tidak keberadaan BPR pada masa sekarang
dan yang akan datang diharapkan mampu menjadi alternatif pengganti yang
terbaik bagi fungsi dan peranan lumbung desa dan Bank Desa dalam melindungi
petani dari gejolak harga padi dan resiko kegagalan dalam produksi serta
ketergantungan petani terhadap para rentenir.17
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 yang merubah Undang-Undang
No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan nampak lebih jelas dan tegas mengenai
status Perbankan Syariah, sebagaimana disebutkan dalam pasal 13 huruf C
yang berbunyi sebagai berikut; “menyediakan pembiayaan dan penempatan
dana berdasarkan prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia”.18
Seiring dengan bergulirnya sistem ekonomi Islam
sebagai sistem alternatif dalam mengelola perekonomian, maka kehadiran
BPRS juga sangat diharapkan.19
Keberadaan BPRS secara khusus dijabarkan dalam bentuk Surat
Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/34/Kep/Dir, tanggal 12 Mei 1999
tentang Bank Umum berdasarkan Prinsip Syariah, dan Surat Keputusan
17
Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam & Lembaga-lembaga Terkait, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004)h 126.
18 Ahmad Rodoni, Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Ekonosia, 2008), h. 40.
19 M. Ma’ruf Abdullah, Hukum Perbankan dan Perkembangan Bank Syariah di Indonesia,
(Banjarmasin: Antasari Press, 2006), h.89
41
Direksi Bank Indonesia No. 32/36/Kep/Dir, tertanggal 12 Mei 1999 dan Surat
Edaran Bank Indonesia No. 32/4/KPPB tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank
Perkreditan Rakyat berdasarkan Prinsip Syariah.20
Jumlah bank dan jumlah kantor BPRS dari tahun 2010 hingga
Desember 2015 adalah sebagai berikut:21
Tabel 2.2 Jumlah Bank dan Kantor BPRS
TAHUN JUMLAH BANK JUMLAH KANTOR
2011 155 364
2012 158 401
2013 163 402
2014 163 439
2015 161 433
Sumber: Statistik Perbankan Syariah.
Dari tahun 2011 hingga 2014, jumlah kantor BPRS terus bertambah.
Akan tetapi, pada juni 2015 jumlah kantor BPRS mengalami kemunduran
dari 439 di tahun 2014 menjadi 433 di tahun 2015. Dari januari 2015 hingga
Desember 2015 jumlah kantor BPRS mengalami pasang surut. Hal itu
disebabkan karena adanya BPRS yang bermasalah akibat tidak dikelola
dengan prinsip tata kelola yang baik dan terpaksa harus ditutup.22
20
Ahmad Rodoni, Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonosia, 2008), hlm. 43. 21
http://www.bi.go.id.html. Diakses pada hari sabtu 26 november 2016, pukul 11.00. 22
http://koran.republika.co.id/koran/17.html. Diakses pada Rabu 16/12/2016, pukul 18.56.
42
Untuk jaringan kantor individual Perbankan Syariah, BPRS tidak
mempunyai kantor cabang, kantor cabang pembantu dan kantor kas. Adapun
jumlah pekerja di Perbankan Syariah khususnya BPRS dari tahun 2010
hingga desember 2015 terus meningkat, dari 3.172 sampai 4.808 pekerja.23
3. BPRS Sebagai Lembaga Keuangan Syariah
Secara umum, lembaga keuangan berperan sebagai lembaga
intermediasi keuangan. Intermediasi keuangan merupakan proses penyerapan
dana dari unit surplus ekonomi, baik sektor usaha, lembaga pemerintahan
maupun individu (rumah tangga) untuk penyediaan dana bagi unit ekonomi
lain. Intermediasi keuangan merupakan kegiatan pengalihan dana dari unit
ekonomi surplus ke unit ekonomi defisit, lembaga intermediasi denominasi,
intermediasi risiko, intermediasi jatuh tempo, intermediasi informasi,
intermediasi lokasi, dan intermediasi mata uang.
Gambar 2.1 : Metode Intermediasi Keuangan
Sumber : Andri Soemitra, M.A., Bank & Lembaga Keuangan Syariah
23
http://www.bi.go.id.html. Diakses pada minggu 15 desember 2016 pukul 20.21.
43
Dalam proses intermediasi di atas, tanda garis putus-putus menunjukkan
arus dana yang mengalir pada lembaga keuangan sedangkan garis bersambung
menunjukkan instrument yang digunakan untuk menarik dana tersebut, dalam
proses intermediasi keuangan unit yang berlebihan dana dimediasi oleh
lembaga keuangan. Pada proses intermediasi keuangan unit yang kelebihan dana
akan menyimpan dananya berdasarkan kebutuhan likuiditas, keamanan,
kenyamanan, kemudahan akses, dan operasional lembaga keuangan apakah
berdasarkan syariah atau konvensional. Sedangkan bagi pengguna dana
didasarkan pada kebutuhan jangka waktu, jumlah dan prinsip operasional
yang digunakan.24
Prinsip utama yang dianut oleh Lembaga Keuangan Syariah
dalammenjalankan kegiatan usahanya adalah bebas “MAGHRIB”, yaitu :
a) Maysir (spekulasi):
secara bahasa maknanya berarti judi, secara umum mengundi nasib dan
setiap kegiatan yang sifatnya untung- untungan (spekulasi), secara ekonomi
perjudian merupakan bentuk investasi yang tidak produktif karena tidak terkait
langsung dengan sektor riil, dan tidak memberikan dampak peningkatan
penawaran barang dan jasa.
b) Gharar:
24
Andri Soemitra, M.A., Bank & Lembaga Keuangan Syariah ( Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2008), Cet.2 h. 29-30.
44
sesuatu yang memperdayakan manusia di dalam bentuk harta,
kemegahan, jabatan, syahwat (keinginan). Dimana gharar berarti
menjalankan suatu usaha secara buta tanpa memiliki pengetahuan yang
cukup, atau menjalankan suatu transaksi yang risikonya berlebihan tanpa
mengetahui dengan pasti apa akibatnya atau memasuki risiko tanpa
memikirkan konsekuensinya, gharar dapat terjadi pada transaksi yang
objeknya tidak jelas, tidak dimiliki, tidak diketahui keberadaanya,
atau tidak dapat diserahkan pada saat transaksi dilakukan kecuali diatur
lain dalam syariah secara ekonomi pelanggaran gharar akan mengedepankan
transparansi dalam bertrasaksi dan kegiatan operasional lainnya dan
menghindari ketidak jelasan dalam berbisnis.
c) Haram:
secara bahasa berarti larangan dan penegasan, dalam aktivitas ekonomi
setiap orang diharapkan untuk menghindari semua yang haram, baik haram
zatnya maupun haram selain zatnya. Secara ekonomi, pelarangan yang haram
akan menjamin investasi hanya dilakukan dengan cara dan produk yang
menjamin kemaslahatan manusia.
d) Riba:
penambahan pendapatan secara tidak sah (batil) antara lain dalam
transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak sama kualitas, kuantitas,
dan waktu penyerahan (fadhl), atau sama dalam transaksi pinjam-meminjam
45
yang mempersyaratkan nasabah penerima fasilitas mengembalikan dana yang
diterima melebihi pokok pinjaman karena berjalannya waktu (nasi’ ah). Secara
ekonomi, pelarangan riba membuat arus investasi lancer dan tidak terbatas oleh
tingkat suku bunga yang menghambat arus investasi ke sektor produkstif
e) Batil :
secara bahasa berarti batal atau tidak sah, dalam aktivitas ekonomi
tidak boleh dilakukan dengan jalan yang batil seperti mengurangi timbangan,
mencampurkan barang rusak diantara barang yang baik untuk mendapatkan
keuntungan lebih banyak, menimbun barang batil akan semakin mendorongnya
berkurangnya moral hazard dalam berekonomi.25
BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah) merupakan lembaga yang
memberikan jasa keuangan yang lengkap, dimana usaha keuangan yang
dilakukan di samping menyalurkan dana atau memberikan pembiayaan juga
melakukan usaha penghimpunan dana dari masyarakat luas dalam bentuk
simpanan. BPRS memiliki fungsi sebagai pelaksana sebagian fungsi bank
umum, dalam tingkat regional dengan berlandaskan prinsip-prinsip Syariah,
BPRS juga merupakan bank yang khusus melayani masyarakat kecil dalam
lingkup kecamatan maupun pedesaan, dengan jenis produk yang ditawarkan
relatif sempit jika dibandingkan dengan bank umum, bahkan terdapat
25
Andri Soemitra, M.A., Bank & Lembaga Keuangan Syariah ( Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2008), Cet.2 h. 36-38.
46
beberapa jenis jasa bank yang tidak boleh diselenggarakan oleh BPRS, seperti
pembukaan rekening giro serta ikut dalam kliring.26
Bentuk hukum BPRS perseroan terbatas hanya boleh dimiliki oleh
WNI (Warga Negara Indonesia) dan / atau badan hukum Indonesia, pemerintah
daerah, atau kemitraan antara WNI atau badan hukum Indonesia dengan
pemerintah daerah.27
4. Tujuan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
Ada beberapa tujuan yang dikehendaki dari pendirian BPR Syari’ah di
dalam perekonomian, yaitu sebagai berikut:
a. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam, terutama masyarakat
golongan ekonomi lemah yang pada umumnya berada di daerah pedesaan
b. Menambah lapangan kerja, terutama ditingkat kecamatan sehingga dapat
mengurangi arus urbanisasi.
c. Membina semangat ukhuwah islamiyah melalui kegiatan ekonomi dalam
rangka meningkatkan pendapatan perkapita menuju kualitas hidup yang
memadai.28
d. Untuk mempercepat perputaran aktivitas perekonomian karena sektor real
akan bergairah.29
26
Andri Soemitra, M.A., Bank & Lembaga Keuangan Syariah ...h. 45-46. 27
Ibid h. 62 28
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah Deskripsi dan Ilustrasi Cetakan Pertama, Yogyakarta: EKONESIA, 2003, h. 85.
29 Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam & Lembaga-lembaga Terkait, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 129.
47
Dalam aktivitas operasional perbankannya berdasarkan UU No. 21
Tahun 2008, Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah (BPRS) dilarang.30
a. Melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip Syari’ah.
b. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran.
c. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing, kecuali penukaran uang asing
dengan izin Bank Indonesia.
d. Melakukan kegiatan usaha perasuransian, kecuali sebagai agen pemasaran
produk asuransi Syari’ah.
e. Melakukan penyertaan modal, kecuali pada lembaga yang dibentuk untuk
menanggulangi kesulitan likuiditas Bank Pemiayaan Rakyat Syari’ah.
f. Melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha yang telah diatur dalam
UndangUndang.
5. Kegiatan Usaha Bank pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
Adapun kegiatan usaha dari BPR Syari’ah intinya hampir sama dengan
kegiatan dari Bank Umum Syari’ah, yaitu berupa penghimpunan dana,
penyaluran dana, dan kegiatan di bidang jasa. Yang membedakannya adalah
bahwa BPR Syari’ah tidak diperkenankan memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran, misalnya ikut dalam kegiatan kliring, inkaso, dan menertibkan
giro.31
30
Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syari’ah Suatu Kajian Teoritis Praktis, Bandung: CV Pustaka Setia, 2012, h. 200.
31 Khotibul Umam, S.H.,LL.M. Opcit,,h. 41
48
Kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh BPR Syari’ah versi
UndangUndang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syari’ah diatur dalam
Pasal 21, yaitu bahwa kegiatan usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah
meliputi:
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk:
1) Simpanan berupa tabungan atau yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan
prinsip Syari’ah.
2) Investasi berupa deposito atau tabungan atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan akad mudharabah atau akad lain
yang tidak bertentangan dengan prinsip Syari’ah
b. Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk:
1) Pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah atau musyarakah.
2) Pembiayaan berdasarkan akad murabahah, salam, atau istishna’.
3) Pembiayaan berdasarkan akad qardh.
4) Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada
nasabah berdasarkan akad ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah
muntahiya bittamlik; dan
5) Pengambilalihan utang berdasarkan akad hawalah.
c. Menempatkan dana pada Bank Syari’ah lain dalam bentuk titipan
berdasarkan akad wadi’ah atau investasi berdasarkan akad mudharabah dan
atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip Syari’ah.
49
d. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah melalui rekening Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah
yang ada di Bank Umum Syari’ah , Bank Umum Konvensional dan UUS.
e. Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Syari’ah lainnya
yang sesuai dengan prinsip Syari’ah berdasarkan persetujuan Bank Indonesia.
Kegiatan usaha BPR Syari’ah secara teknis operasional berkaitan dengan
produk-produknya mendasarkan pada Pasal 2 dan Pasal 3 PBI No.
9/19/PBI/2007 tentang pelaksanaan prinsip Syari’ah dalam kegiatan
penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa Bank Syari’ah
sebagaimana telah diubah dengan PBI No. 10/16/PBI/2008. Lebih teknis lagi
mengacu SEBINo.10/14/DPbS Jakarta, 17 Maret 2008 perihal pelaksanaan
prinsip dalam kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan
jasa Bank Syari’ah.
Perlu ditekankan disini bahwa setiap pihak dilarang melakukan kegiatan
penghimpunan dana dalam bentuk simpanan atau investasi berdasarkan prinsip
Syari’ah tanpa izin terlebih dahulu dari Bank Indonesia, kecuali diatur dalam
undang-undang lain. Dengan demikian untuk dapat melakukan kegiatan-
kegiatan sebagaimana dimaksud di atas secara contrario dapat ditafsirkan harus
ada izin terlebih dahulu dari Bank Indonesia.32
32
Khotibul Umam, S.H.,LL.M. Trend pembentukan Bank Umum Syari’ah Pasca UndangUndang Nomor 21 Tahun 2008 (Konsep, Regulasi, dan Implementasi), Yogyakarta : BPFE Yogayakrta, 2009, h. 55.
50
6. Pembiayaan di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian
fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang
merupakan defisit unit. Pengertian pembiayaan adalah pendaan yang diberikan
oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain,
pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi
yang telah direncanakan.33
Menurut Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah, pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan
dengan itu berupa:
a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah.
b. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa-beli dalam bentuk
ijarah muntahiya bittamlik.
c. Transaksi jual-beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna.
d. Transaksi pinjam-meminjam dalam bentuk piutang qardh,
e. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multi jasa,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan atau bank syariah dan/atau Unit
Usaha Syariah (UUS) dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai
33
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: UPP YKPN, 2002, h. 17.
51
dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah
jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.
Dalam pelaksanaan pembiayaan, Bank Syari’ah harus memenuhi:34
a. Aspek Syari’ah, berarti dalam setiap realisasi pembiayaan kepada para
nasabah Bank Syari’ah harus tetap berpedoman pada syariat Islam (antara
lain tidak mengandung unsure maisir, gharar, dan riba serta usahanya harus
halal)
b. Aspek ekonomi, berarti disamping mempertimbangkan hal-hal Syari’ah,
Bank Syari’ah tetap mempertimbangkan perolehan keuntungan baik bagi
bank Syari’ah maupun bagi nasabah bank Syari’ah.
Tujuan pembiayaan adalah sebagai berikut:35
a. Peningkatan ekonomi umat
b. Tersedianya dana bagi peningkatan usaha
c. Meningkatkan produktifitas
d. Membuka lapangan kerja baru
e. Terjadi distribusi pendapatan
Secara garis besar, pembiayaan dibagi dua jenis, yaitu sebagai
berikut:
a. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk pembiayaan
yang bersifat konsumtif, seperti pembiayaan untuk pembiayaan rumah,
34
Muhammad, Ibid, h. 16 35
Sutan Remy syahdeini, Perbankan Syariah dan Kedudukannya Dalam Tata HukumPerbankan Indonesia, Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 2002, h. 20.
52
kendaraan bermotor, pembiayaan pendidikan, dan apapun yang sifatnya
konsumtif.
b. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk pembiayaan
sektor produktif, seperti pembiayaan modal kerja, pembiayaan pembeliaan
barang modal dan lainnya yang mempunyai tujuan memberdayakan sektor
real. Salah satu fungsi utama dari perbankan adalah menyalurkan dana yang
telah dihimpunnya kepada masyarakat melalui pembiayaan kepada nasabah.
Jenis-jenis pembiayaan pada dasarnya dapat dikelompokan menurut
beberapa aspek, diantaranya:36
a. Pembiayaan menurut tujuan, yaitu :
1) Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk
mendapatkan modal dalam rangka pengembangan usaha.
2) Pembiayaan investasi yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk
melakukan investasi atau pengadaan barang konsumtif.
b. Pembiayaan menurut jangka waktu, yaitu :
1) Pembiayaan jangka pendek, pembiayaan yang dilakukan dengan waktu 1
bulan sampai dengan 1 tahun.
2) Pembiayaan jangka waktu menengah, pembiayaan yang dilakukan dengan
waktu 1 tahun sampai dengan 5 tahun.
36
36
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: UPP YKPN, 2002, h. 22.
53
3) Pembiayaan jangka waktu panjang, pembiayaan yang dilakukan dengan
waktu lebih dari 5 tahun.
Jenis pembiayaan pada bank syariah akan diwujudkan dalam bentuk
aktiva produktif dan aktiva tidak produktif, yaitu:
a. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil. Untuk jenis pembiayaan
denganprinsip ini meliputi:
1) Pembiayaan murabahah.
2) Pembiayaan musyarakah.
b. Pembiayaan dengan prinsip jual beli (piutang). Untuk jenis pembiayaan
dengan prinsip ini meliputi:
1) Pembiayaan murabahah.
2) Pembiayaan salam
3) Pembiayaan istishna
c. Pembiayaan dengan prinsip sewa. Untuk jenis pembiayaan dengan prinsip ini
meliputi:
1) Pembiayaan ijarah.
2) Pembiayaan ijarah muntahiya bittamlik/wa iqtina.
C. Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah
Laporan keuangan bank menunjukkan kondisi keuangan bank secara
keseluruhan. Dari laporan ini akan terbaca bagaimana kondisi bank yang
sesungguhnya, termasuk kelemahan dan kekuatan yang dimiliki. Laporan ini
juga menunjukkan kinerja manajemen bank selama satu periode. Keuntungan
54
dengan membaca laporan ini pihak manajemen dapat memperbaiki kelemahan
yang ada serta mempertahankan kekuatan yang dimilikinya. Laporan keuangan
di samping menggambarkan kondisi keuangan suatu bank juga menilai kinerja
manajemen bank yang bersangkutan. Penilaian kinerja manajemen akan menjadi
patokan apakah manajemen berhasil atau tidak dalam menjalankan kebijakan
yang telah digariskan oleh perusahaan.37
Dalam praktiknya, jenis-jenis laporan keuangan bank yang dimaksud
adalah sebagai berikut:38
1. Neraca, merupakan laporan yang menunjukkan posisi keuangan bank pada
tanggal tertentu. Posisi keuangan yang dimaksudkan adalah posisi aktiva
(harta), pasiva (kewajiban dan ekuitas) suatu bank. Penyusunan komponen di
dalam neraca didasarkan pada tingkat likuiditas dan jatuh tempo.
2. Laporan Komitmen dan Kontinjensi, Laporan komitmen merupakan suatu
ikatan atau kontrak yang berupa janji yang tidak dapat dibatalkan secara
sepihak dan harus dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati bersama
dipenuhi. Sedangkan laporan kontinjensi merupakan tagihan atau kewajiban
bank yang kemungkinan timbulnya tergantung pada terjadi atau tidak
terjadinya satu atau lebih peristiwa di masa yang akan datang.
3. Laporan laba rugi, merupakan laporan keuangan bank yang menggambarkan
hasil usaha bank dalam suatu periode tertentu. Dalam laporan ini tergambar
37
Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: Rajawali Pers,2012-Ed.Rev), h. 280-281 38
Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: Rajawali Pers,2012-Ed.Rev), h. 284.
55
jumlah pendapatan dan sumber-sumber pendapatan serta jumlah biaya dan
jenis-jenis biaya yang dikeluarkan.
4. Laporan arus kas, merupakan laporan yang menunjukkan semua aspek yang
berkaitan dengan kegiatan bank, baik yang berpengaruh langsung maupun
tidak langsung terhadap kas.
5. Catatan atas Laporan Keuangan, merupakan laporan yang berisi catatan
tersendiri mengenai Posisi Devisa Neto, menurut jenis mata uang dan
aktivitas lainnya.
6. Laporan Keuangan Gabungan dan Konsolidasi, Laporan Gabungan
merupakan laporan dari seluruh cabang-cabang bank yang bersangkutan, baik
yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri, sedangkan laporan
konsolidasi merupakan laporan bank yang bersangkutan dengan anak
perusahaannya.
Sedangkan dalam perbankan syariah, komponen-komponen Laporan
Keuangan yang dipaparkan dalam PAPSI 2013, yaitu:
1. Laporan Posisi Keuangan
2. Laporan Laba Rugi Komprehensif
3. Laporan Perubahan Ekuitas
4. Laporan Arus Kas
5. Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil
6. Laporan Sumber dan Penyaluran Dana Zakat
7. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan, dan
56
8. Catatan Atas Laporan Keuangan.
Analisis laporan keuangan adalah untuk mendapatkan gambaran kondisi
keuangan perusahaan sehingga dapat digunakan untuk pengambilan keputusan
perusahaan di masa yang akan datang. Menurut Harahap (2006; 190),
menyatakan bahwa: “Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit
informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan
atau yang mempunyai makna antara yang satu dengan yang lain baik antara data
kuantitatif maupun data nonkuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi
keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan
keputusan yang tepat.” Tujuan analisis laporan keuangan adalah untuk
memberikan informasi kepada para pemakai laporan keuangan dengan berbagai
teknik dan metode yang berguna untuk menilai kinerja, keputusan investasi dan
memprediksi keadaan perusahaan di masa yang akan datang.39
Menurut Harahap
terdapat beberapa teknik laporan keuangan sebagai berikut:40
1. Perbandingan Laporan Keuangan
2. Seri Trend atau Angka Indeks
3. Laporan Keuangan Common Size (Bentuk Awam)
4. Analisis Rasio
5. Analisis Khusus; berupa Ramalan Kas, Analisis Perubahan Posisi Keuangan,
Laporan Variasi Gross Margin, Analisis Break Even, Analisis Dupont.
39
Dwi Nur’aini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah,(Banten: UIN Jakarta Press, 2013), h.56
40 Ibid
57
Pada penelitian ini, peneliti hanya menggunakan satu teknik analisis
laporan keuangan yaitu dengan Analisis Rasio. Rasio laporan keuangan adalah
perbandingan antara pos-pos tertentu dengan pos lain yang memiliki hubungan
signifikan (berarti). Analisis rasio pada dasarnya dapat dilakukan dengan dua
cara:41
1. Membandingkan rasio sekarang dengan rasio-rasio dari waktu yang telah
lalu.
2. Membandingkan rasio-rasio ini dengan perusahaan yang sejenis.
Dari dasar inilah, variabel-variabel Dependen dan Independen dalam
penelitian ini menggunakan beberapa rasio yang ada di dalam laporan keuangan
bank syariah sebagai proxy dari beberapa faktor kinerja bank untuk
memudahkan peneliti dalam melakukan analisis, yaitu diantaranya:
D. Net Operating Margin (NOM)
1. Rentabilitas Bank Syariah
Rentabilitas merupakan kemampuan suatu bank untuk menghasilkan
laba. Terdapat beberapa Rasio sebagai penilaian kuantitatif faktor
rentabilitas, diantaranya sebagai berikut:42
a. Satu Rasio Utama: Net Operating Margin (NOM)
b. Lima Rasio Penunjang: Return on Assets (ROA), Rasio Efisiensi kegiatan
Operasional (REO), rasio aktiva yang dapat menghasilkan Pendapatan,
41
Dwi Nur’aini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah,(Banten: UIN Jakarta Press, 2013), h.65.
42 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/24/DPbs tahun 2007
58
Diversifikasi pendapatan, Proyeksi Pendapatan Bersih Operasional Utama
(PPBO).
c. Rasio Pengamatan: Net structural operating margin, Return on equity (ROE),
Komposisi penempatan dana pada surat berharga/pasar keuangan, Disparitas
imbal jasa tertinggi dengan terendah, Pelaksanaan fungsi edukasi, Pelaksaan
Fungsi Sosial, Korelasi antara tingkat bunga di pasar dengan return/bagi hasil
yang diberikan oleh bank syariah, Rasio Bagi hasil dana investasi, dan
Penyaluran dana yang diwrite-off dibandingkan biaya operasional.
2. Pengertian Net Operating Margin (NOM)
Net Operating Margin merupakan rasio utama Rentabilitas pada bank
syariah untuk mengetahui kemampuan aktiva produktif dalam menghasilkan
laba.43
Net Operating Margin juga dapat diartikan rasio rentabilitas untuk
mengetahui kemampuan aktiva produktif dalam menghasilkan laba melalui
perbandingan pendapatan operasional dan beban operasional dengan rata-rata
aktiva produktif.44
Net Operating Margin dapat dilihat dari dua perspektif. Jika dilihat dari
perspektif pertama yaitu dari sisi sifat kompetitif bank dan sisi rentabilitas,
margin yang kecil mengindikasikan sistem perbankan yang kompetitif dengan
biaya intermediasi yang rendah, namun disisi rentabilitas margin yang tinggi
43
Bank Indonesia, Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Kelembagaan Penilaian Tingkat Kesehatan Bank(Jakarta: Pusat Riset dan Edukasi Bank Sentral, 2012), h. 183.
44 Dwi Nur’aini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah,(Banten: UIN Jakarta
Press, 2013), h.101
59
menggambarkan stabilitas dari sistem perbankan ini dilatarbelakangi bank yang
dapat menambahkan margin yang tinggi ke dalam rentabilitas dan modal
sehingga dapat melindungi dari resiko. Namun jika dilihat dari perspektif kedua
yaitu dari sifat efisiensi bank, margin yang lebih tinggi biasanya
mengindikasikan rendahnya efisiensi sektor perbankan, ditandai dengan biaya
yang tinggi karena ketidakefisienan perbankan dengan rendahnya investasi dan
rendahnya aktivitas ekonomi. Tingginya margin juga dapat mengindikasikan
tingginya risiko karena kebijakan yang tidak tepat dari sektor perbankan.45
Rumus menghitung NOM sebagai berikut:46
( )
Tabel 2.3 Kriteria Penilaian NOM
Level Kriteria Keterangan
Level 1 NOM > 3% Tinggi
Level 2 2% < NOM ≤ 3% Cukup Tinggi
Level 3 1,5% < NOM ≤ 2% Rendah
Level 4 1% < NOM ≤ 1,5% Cukup Rendah
Level 5 NOM ≤ 1% Sangat Rendah
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/24/DPbS 2007
E. Financing to Deposit Rasio (FDR)
45
Mufti Nur Cahyo, “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Margin Bank Umum Syariah”, (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Diponegoro Semarang, 2013), h.26
46 Dwi Nur’aini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah,(Banten: UIN Jakarta
Press, 2013), h.101
60
Dalam kamus Bank Indonesia, FDR merupakan rasio pembiayaan
terhadap dana pihak ketiga (DPK) yang diterima oleh bank. FDR sering
dianalogkan dengan LDR, rasio yang digunakan Bank Konvensional. Loan to
Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah
kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan
modal sendiri yang digunakan.24 Begitu juga FDR sebagai rasio Likuiditas
Bank Syariah dapat mengukur komposisi jumlah pembiayan yang diberikan
dibandingkan dengan jumlah dana pihak ketiga dan modal sendiri yang
digunakan. Maksimal FDR yang diperkenankan oleh Bank Indonesia adalah
sebesar 110%. Semakin tinggi rasio ini, semakin rendah kemampuan
likuiditas bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam
kondisi bermasalah akan semakin besar.47
FDR dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:48
Tabel 2.4 Kriteria penilaian FDR
Level Kriteria Informasi
Level 1 50%<FDR ≤ 75% Sangat likuid
Level 2 75%<FDR ≤ 85% Likuid
47
Rr. Tini Anggraeni, “Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Syariah”. 48
Suryani, “Analisis Pengaruh Financing to Deposit Ratio terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia,” Walisongo, Volume 19, Nomor 1 (Mei 2011): h. 60.
61
Level 3 85% <FDR< 100% atau
FDR ≤ 50% Cukup likuid
Level 4 100% < FDR ≤ 120% Kurang likuid
Level 5 FDR > 120% Tidak likuid
Sumber : SE Bank Indonesia No.6/23/DPNP tahun 2004
F. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio permodalan yang
menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan
pengembangan usaha serta menampung kemungkinan resiko kerugian yang
diakibatkan oleh operasional bank.49
Menurut peraturan Bank Indonesia Nomor
10/15/PBI/2008 pasal 2 ayat 1 tercantum bank wajib menyediakan modal
minimum sebesar 8% dari aset tertimbang menurut resiko (ATMR). CAR adalah
rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang
mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain)
ikut dibiayai sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber
lain.50
Penetapan CAR sebagai salah satu variabel yang mempengaruhi NOM
berdasarkan hubungan tingkat resiko bank. Penetapan CAR pada titik tertentu
bertujuan agar bank memiliki kemampuan modal yang cukup untuk meredam
kemungkinan timbulnya resiko sebagai akibat dari berkemabangnya ekspansi
49
chmad Tarmidzi dan Wilyanto Kartiko Kusumo, Analisis Rasio-rasio Keuangan Sebagai
Indikator Dalam Memprediksi Kebangkrutan Perbankan DI Indonesia. Vol XV 1 Juni 2003, FE
UNDIP, Semarang 50
Peraturan Bank Indonesia, 2008
62
aset terutama aktiva yang dikategorikan dapat menghasilkan hasil sekaligus
mengandung resiko yang tidak diimbangi dengan penambahan modal
menurunkan kesempatan bank untuk berinvestasi dan menurunkan kepercayaan
masyarkat sehingga berpengaruh pada penurunan rentabilitas.51
Semakin tinggi
CAR maka kondisi bank akan semakin baik.52
Jika nilai CAR tinggi berarti bank
tersebut mampu membiayai operasi bank, dan dapat melindungi deposan
sehingga memberikan dampak meningkatnya kepercayaan masyarkat terhadap
bank.
Keadaan ini menguntugkan bank dan akan berkontribusi pada
meningkatnya rentabilitas (NOM).53
Faktor permodalan (CAR) ini sangat
penting dalam kegiatan menjalankan operasional bank dan untuk menunjang
segala kebutuhannya, dengan kualitas pihak manajemen dalam pengelolaan yang
baik suatu bank akan terus meningkatkan modal dengan memperhatikan
indikator kesehatan permodalan yaitu CAR, maka rentabilitaspun menjadi
meningkat.
Manajemen bank perlu mempertahankan atau menigkatkan nilai CAR
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu
minimal 8%, karna dengan modal yang cukup maka bank dapat melakukan
ekspansi usaha dengan lebih aman dan dengan tujuan meningkatkan rentabilitas.
51
Hesti Wedaningtyas, Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Take Over Pramerger
Indonesia, Jurnal Manajemen Indonesia, Vol.1. No.2, 2002 52
Achmad Tarmidzi dan Wilyanto Kartiko Kusumo, op.cit 53
Mudrajad Kuncoro, dan Suhardjono, Manajemen Perbankan: Teori dan Aplikasi, BPFE,
Yogyakarta, 2002
63
Besarnaya nilai CAR suatu bank dapat dihitung dengan rumus:
Tabel 2.5 Kriteria Penilaian CAR
Level Kriteria Informasi
Level 1 KPMM ≥ 12% Jauh Lehih Tinggi dari Ketentuan
Level 2 9% ≤ KPMM < 12% Lebih Tinggi dari Ketentuan
Level 3 8% ≤ KPMM < 9% Sedikit Lebih Tinggi dari Ketentuan
Level 4 6% < KPMM 8 12% Lebih Rendah dari Ketentuan
Level 5 KPMM ≤ 6% Jauh Lehih Rendah dari Ketentuan
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/24/DPbS 2007 G. Non peforming Financing (NPF)
Non Performing Loan (NPL) atau Non Performing Financing (NPF)
adalah kredit bermasalah yang terdiri dari kredit yang berklasifikasi kurang
lancer, diragukan, dan macet.54
NPF menunjukkan kemampuan kolektibilitas
sebuah bank dalam mengumpulkan kembali kredit atau pembiayaan yang
dikeluarkan oleh bank sampai lunas.55
Kebanyakan bank sentral, kredit
bermasalah dikategorikan sebagai aktiva produktif bank yang diragukan
kolektabilitasnya. Untuk menjaga keamanan dana para deposan, bank sentaral
mewajibkan bank umum menyediakan cadangan penghapusan kredit
bermasalah. Dengan demikian, semakin besar jumlah saldo kredit atau jumlah
54
Kamus Bank Indonesia 55
Luh Gede Meydianawathi, Analisi Perilaku Penawaran Kredit Perbankan Kepada Sektor
UMKM di Indonesia, Universitas Udayana, Denpsar, 2007, h. 138
64
pembiayaan bermasalah yang dimiliki bank, akan semakin besar jumlah
cadangan yang harus disediakan, serta semakin besar pula biaya yang mereka
tanggung untuk mengadakan dana cadangan itu. Hal ini tentu saja berpengaruh
negatif terhadap likuiditas bank dan tentu berdampak juga terhadap income
margin yang bersangkutan, karna dana yang seharusnya bisa dijadikan aset likuit
untuk mencegah permasalahan likuuditas justru digunakan sebagai cadangan
terhadap pembiayaan bermasalah.
Faktor yang menyebabkan terjadinya kredit atau pembiayaan bermasalah
berasal dari sisi debitur atau penerima pembiayaan, bank, maupun ekstern
debitur dan bank.56
Dari sisi debitur memiliki kelemahan pada faktor keuangan,
faktor manajemen, dan faktor operasional, dari sisi bank disebabkan kelemahan
sejak awal dalam proses pemberian kredit atau pembiayaan, itikad kurang baik
atau kekurang mampuan dari pegawai atau pejabat bank serta kelemahan dalam
pembianaan dan pengawasan kredit. Dari sisi ekstern debitur dan bank adalah
kelemahan disebabkan oleh force mojure perubahan-perubahan lingkungan
eksternal, dan peraturan-peraturan pemerintah.
Non Performing Financing (NPF) yang tidak dapat ditangani dengan
tepat, akan menghilangkan kesempatan pendapatan (income) dari pembiayaan
yang diberikan, sehingga mengurangi laba dan mengurangi kemampuan untuk
56
Asep Hermawan, Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif, Gramedia Media Sarana Indonesia, Jakarta, 2005, h. 27
65
memberikan pembiayaan57
. Banyaknya pembiayaan bermasalah membuat bank
syariah tidak berani meningkatkan penyaluran pembiayaannya apalagi bila dana
pihak ketiga tidak dapat dicapai secara optimal maka dapat mengganggu margin
bank, oleh karena itu pembiayaan bermasalah berpengaruh negatif terhadap
NOM.
Besarnya nilai NPF suatu bank dapat dihitung dengan rumus
Tabel 2.6 Kriteria Penilaian NPF
Level Kriteria Informasi
Level 1 NPF < 2% Sangat Baik
Level 2 2% ≤ NPF < 5% Baik
Level 3 5% ≤ NPF < 8% Cukup Baik
Level 4 8% ≤ NPF < 12% Kurang Baik
Level 5 NPF ≥ 12% Buruk
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/24/DPbS 2007
H. Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
Menurut Sidabalok dan Viverita, BOPO yang bagus dicerminkan dari
kemampuan untuk mengelola profitabilitas aktivanya dengan biaya lebih
rendah. Variabel ini diharapkan memiliki hubungan positif dengan margin
bank. Ini berarti semakin tinggi BOPO bank semakin tinggi bank menetapkan
57
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2009, h.86
66
marginnya. Rendahnya BOPO mencerminkan kualitas manajemen yang
tinggi pada bank. Semakin rendah rasio ini semakin bagus karena bank
menghasilkan banyak pendapatan operasional dari pengelolaan aktivanya
dengan biaya operasional yang rendah.Variabel ini dihitung dengan rasio
antara biaya operasional dibagi pendapatan operasional.58
Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya.59
Semakin rendah
tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut,
karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan.
Besarnya nilai BOPO suatu bank dihitung dengan rumus:
Tabel 2.7 Kriteria Penilaian BOPO
Level Kriteria Informasi
Level 1 BOPO ≤ 83% Sangat Tinggi
Level 2 83% < BOPO ≤ 85% Tinggi
Level 3 85% < BOPO ≤ 87% Moderat
Level 4 87% < BOPO ≤ 89% Rendah
Level 5 BOPO > 89% Snagat Redah
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/24/DPbS 2007
58
Mufti Nur Cahyo, “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Margin Bank Umum Syariah”, (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Diponegoro Semarang, 2013), h.33
59 Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, cetakan Kedua,
2009), h. 119-120.
67
I. Hubungan Antar Variabel
1. Hubungan FDR denagn NOM
FDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar
kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan
pembiayaan yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin besar
pembiayaan maka pendapatan yang diperoleh naik.60
Hal ini dikarenakan sumber
penghasilan utama bank syariah berasal dari margin pembiayaan yang disalurkan,
baik dari bagi hasil, akad penjualan (Murabahah, Salam, Istishna) dll. Oelh karna
itu semakin banyak pembiayaan yang disalurkan maka pendapatan bank
diperkirakan akan ikut naik, dengan itu dapat disimpulkan bahwa FDR memiliki
hubungan yang searah dengan NOM.
2. Hubungan CAR dengan NOM
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio permodalan yang
menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan
pengembangan usaha serta menampung kemungkinan resiko kerugian yang
diakibatkan oleh operasional bank, seperti pembiayaan, penyertaan surat berharga,
dll.61
Semakin tinggi CAR maka kondisi bank akan semakin baik.62
Jika nilai
CAR tinggi berarti bank tersebut mampu membiayai operasi bank, dan dapat
60
Dina Rizkiah Hutasuhut, “Pengaruh FDR, BOPO dan NPF terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia,” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara,2009),h. 36.
61 Achmad Tarmidzi dan Wilyanto Kartiko Kusumo, Analisis Rasio-rasio Keuangan Sebagai
Indikator Dalam Memprediksi Kebangkrutan Perbankan DI Indonesia. Vol XV 1 Juni 2003, FE
UNDIP, Semarang.h. 162 62
Ibid, 163
68
melindungi deposan sehingga memberikan dampak meningkatnya kepercayaan
masyarkat terhadap bank. Keadaan ini menguntugkan bank, akan berkontribusi
pada meningkatnya rentabilitas (NOM).63
Artinya CAR memiliki pengaruh yang
positif terhadap NOM.
Namun jika dilihat dari sisi produktivitas dana, CAR yang merupakan
dana yang mengangur (idle fund) bisa diartikan bahwa dana tersebut tidak
produktif. jika bank memiliki idle fund yang besar maka akan berdampak pada
pendapatan bank itu sendiri. Lebih tepatnya dengan adanya idle fund peluang
bank untuk meraih keuntungan semakin terbatas atau berkurang. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa dari sisi produktivitas dana CAR memiliki hubungan yang
negative terhadap NOM.
3. Hubungan NPF dengan NOM
Non Performing Loan (NPL) atau Non Performing Financing (NPF)
adalah kredit bermasalah yang terdiri dari kredit yang berklasifikasi kurang lancar,
diragukan, dan macet.64
NPF menunjukkan kemampuan kolektibilitas sebuah
bank dalam mengumpulkan kembali kredit atau pembiayaan yang dikeluarkan
oleh bank sampai lunas.65
Non Performing Financing (NPF) yang tidak dapat
ditangani dengan tepat, akan menghilangkan kesempatan pendapatan (income)
dari pembiayaan yang diberikan, sehingga mengurangi laba dan mengurangi
63
Mudrajad Kuncoro, dan Suhardjono, Manajemen Perbankan: Teori dan Aplikasi, BPFE,
Yogyakarta, 2002 64
Kamus Bank Indonesia 65
Luh Gede Meydianawathi, Analisi Perilaku Penawaran Kredit Perbankan Kepada Sektor
UMKM di Indonesia, Universitas Udayana, Denpsar, 2007, h. 138
69
kemampuan untuk memberikan pembiayaan . Banyaknya pembiayaan bermasalah
membuat bank syariah tidak berani meningkatkan penyaluran pembiayaannya
apalagi bila dana pihak ketiga tidak dapat dicapai secara optimal maka dapat
mengganggu margin bank, oleh karena itu pembiayaan bermasalah berpengaruh
terhadap pendapatan, atau dengan kata lain NPF memiliki pengaruh yang negative
terhadap NOM.
4. Hubungan BOPO dengan NOMO
Bopo merupakan proyeksi dari rasio efesiensi, BOPO menunjukkan
seberapa besar bank dapat menekan biaya operasionalnya di satu pihak, dan
seberapa besar bank dapat melakukan efesiensi terhadap biaya operasional yang
dikeluarkan. Semakin kecil rasio bopo, berarti semakin efesien biaya operasional
yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinannya lebih besar
bagi bank untuk mendapatkan keuntungan yang lebih dan menunjukkan bahwa
bank tidak berada dalam kondisi bermasalah.66
Namun sebaliknya makin besar biaya operasional yang dikeluarkan oleh
bank akan menunjukkan besarnya volume transaksi yang dilakukan dan akan
menuntut margin yang lebih besar. Sehingga dapat disimpulkan biaya operasional
memiliki hubungan yang terbalik terhadap pendapatan operasional. Atau dengan
kata lain bopo memiliki hubungan berbanding terbalik dengan NOM.
66
Kartika Wahyu Sukarno dan Muhamad Syaichu, “Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi Kinerja Bank Umum di Indonesia,” Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi, Vol.
3,No.2 (Juli,2006),h.50
70
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifa kuantitatif.
Kuantitatif adalah metode penelitian yang menekankan pada pengujian teori-
teori melalui pengukuran variable-variabel penelitian dengan angka dan
melakukan analisis data dengan prosedur statistik.1
Penelitian ini memakai pendekatan statistik parametrik. Statistik
Parametrik adalah metode statistik yang dapat digunakan untuk menganalisis
data yang mempunyai skala pengukuran paling sedikit interval, disamping
juga data tersebut harus berdistribusi normal dan memenuhi asumsi-asumsi
lainnya.2
Penelitian ini juga menggunakan angka rasio atau skala rasio yang
menyajikan nilai sesungguhnya dari variabel-variabel yang diukur dengan
skala rasio.
Dalam penelitian ini, maka peneliti akan menghitung seberapa besar
pengaruh FDR, CAR, NPF dan BOPO terhadap Net Operating Margin
(NOM). Penelitian dibatasi dengan menganalisa laporan keuangan gabungan
pada Bank pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia dalam rentang
waktu Januari 2011 sampai dengan Desember 2016 yang tercantum dalam
1 Muhammad Nadratuzzaman Hosen dan Shofaun Nada, Pengukuran Tingkat Kesehatan
dan Financial Distress Bank Umum Syriah, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2013, h. 2016 2 Ety Rochaety, dkk, Metodologi Penelitian Bisnis: Dengan Aplikasi SPSS (Penerbit
Mitra Wacana Media, 2007), h. 80.
71
situs Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan. Penggunaan waktu tersebut
didasarkan dari ketersediaan data pada laporan statistik perbankan Indonesia
yang dikeluarkan oleh OJK.
2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder, dan telah
dipublikasikan di situs Bank Indonesi dan Otoritas jasa Keuangan (OJK).
Data yang akan digunakan adalah data gabungan tahuanan seluruh Bank
pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) yang terdaftar di OJK dalam kurun
waktu januari 2011 sampe dengan desember 2016. Jenis data yang akan
digunakan adalah data Net Operating Margin (NOM), Financing to Deposit
Rasio (FDR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing
(NPF), dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO).
3. Teknik Pengumpulan Data
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah Yang terdafatar di OJK. Tekhnik pengambilan sampel menggunakan
metode purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut:
a. Data gabungan laporan keuangan bank pembiayaan rakyat syariah yang
telah di publikasikan.
b. Data tersedia berturut-turut dari januari 2011 hinga desember 2016.
B. Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
empat variabel bebas (independen) yaitu FDR, CAR, NPF dan BOPO serta
satu variabel terikat (Dependen) yaitu Net Operating Margin.
72
1. Variabel Dependen (Terikat)
Variabel terikat (dependen) Net Operating Margin yaitu rasio
rentabilitas untuk mengetahui kemampuan aktiva produktif dalam
menghasilkan laba melalui perbandingan pendapatan operasional dan beban
operasional dengan rata-rata aktiva produktif. Rumus menghitung NOM
sebagai berikut:3
( )
PO = Pendapatan operasional adalah pendapatan operasional setelah
distribusi bagi hasil dalam 12 bulan terakhir.
DBH = Distribusi Bagi Hasil adalah hak pihak ketiga atas bagi hasil dana
syirkah temporer.
BO = Biaya Operasional adalah beban operasional termasuk kekurangan
PPAP yang wajib dibentuk sesuai dengan ketentuan dalam 12 bulan
terakhir.
2. Variabel Independen (Bebas)
a. X1 Financing to Deposit Ratio (FDR)
b. X2 Capital Adequacy Ratio (CAR)
c. X3 Non Performing Financing (NPF), dan
d. X4 Biaya Operasional Pendapatan Operasioanal
3 Dwi Nur’aini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah,(Banten: UIN
Jakarta Press, 2013), h.101
73
C. Teknis Analisis Data
Regresi linier berganda harus memenuhi asumsi-asumsi yang
ditetapkan agar menghasilkan nilai-nilai koefisien sebagai penduga yang
tidak bias.4
Pelanggaran asumsi-asumsi tersebut dapat dideteksi dengan cara
melakukan:
1. Uji Asumsi Klasik
Model regresi linier berganda menggunakan metode kuadrat terkecil
biasa (Ordinary Least Squre /OLS). Dengan metode ini akan menghasilkan
model regresi dengan estimator linier tidak bias yang terbaik (Best Linier
Unbias Estimator/BLUE). Salah satu sarat dalam menghasilkan model ini
adalah harus memenuhi uji asumsi klasik.
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti
diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual
mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik
menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua
cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu
dengan analisis grafik dan uji statistik.5
Untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak adalah
dengan analisis Grafik, yaitu dengan melihat normal probability plot yang
4 Anwar Sanusia, Metodologi Penelitian Bisnis, (Jakarta: Salemba Empat, 2013 –
Cet.III), h.135. 5 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis ultivariate Dengan Program SPSS, Edisi Keempat,
Universitas Diponegoro, Semarang, 2009, h.19
74
dibandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal
akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan plot data akan dibandingkan
dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang
menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.6
b. Uji Heterokedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan yang lain.
Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas.7
Uji yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya
adalah dengan grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (variabel
dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID, dimana sumbu Y
adalah Y yang telah di prediksi dan sumbu X adalah residualnya (Y prediksi
– Y sesungguhnya). Jika ada pola tertentu yang teratur (bergelombang,
melebar, kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar
diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
6 Santoso, Buku Latihan Statistik Parametrik, PT.Elex Media Komputindo, Jakarta, 2000,
h.53 7 Santoso, Buku Latihan Statistik Parametrik, PT.Elex Media Komputindo, Jakarta,
2000, h.53
75
c. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (variable
independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
diantara variabel independen.8
Untuk mendeteksi ada tidaknya
multikolinieritas didalam regresi ada beberapa cara, yaitu dengan melihat
nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Apabila tidak terdapat
variabel bebas yang memiliki nilai Tolerance kurang dari 0,10 atau VIF lebih
dari 10, maka dapat disimpulkan tidak ada multikolonieritas antara variabel
bebas dalam regresi.
d. Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi liniear
ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t – 1 (sebelumnya) untuk menguji ada tidaknya
autokorelasi, dalam penelitian ini menggunakan uji Durbin-Waton (DW
test). Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah9
Tabel 3.1 Keputusan Uji Autokorelasi
Hipotesis nol Keputusan Jika
Tidak ada autokolerasi positif Tolak 0 < d < dL
Tidak ada autokolerasi positif No decision dL ≤ d ≤ dU
Tidak ada autokolerasi negatif tolak 4 – dL < d < 4
8 Santoso, Buku Latihan Statistik Parametrik, PT.Elex Media Komputindo, Jakarta, 2000,
h.20
9 Ibid, hal 110.
76
Tidak ada autokolerasi negatif No decision 4 – dU ≤ d ≤ 4 – dL
Tidak ada autokolerasi positif
dan negatif Diterima dU < d < 4 – dU
2. Analisis Regresi Berganda
Metode Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis linier berganda. Metode analisis linier berganda bertujuan
menghitung besarnya pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap satu
variabel terikat dan memprediksi variabel terikat dengan menggunakan dua
atau lebih variabel bebas.10
Apabila dinyatakan dalam persamaan
matematika, model regresi linier berganda untuk menguji hipotesis dalam
penelitian ini adalah sebaga berikut:
Y α + β 1 + β2 2 + β3 3 + β4 4 + e
Keterangan:
Y = Net Operating Margin (NOM)
α = Konstanta
β = Koefisien Regresi
X1 = Financing to Deposit Ratio (FDR)
X2 = Capital Adecuacy Rasio (CAR)
X3 = Non Performing Financing (NPF)
X4 =Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
e = perkiraan kesalahan pengganggu (error)
10
Anwar Sanusia, Metodologi Penelitian Bisnis, (Jakarta: Salemba Empat, 2013 –
Cet.III), h.135.
77
a. Uji Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1. Nilai R2 yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen amat terbatas.11
Nilai yang mendekati 1 (satu) berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
b. Uji Simultan (Uji F)
Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen yang
digunakan untuk model penelitian mempunyai pengaruh secara simutan
terhadap variable dependen, cara pengujiannya: Membandingkan antara F
hitung dengan F table :
1) Bila F hitung < F table : maka variable independen secara simultan tidak
berpengaruh terhadap variable dependen
2) Bila Fhitung > F table : maka variable independen secara simultan
berpengaruh terhadap variable dependen.
c. Uji Parsial (Uji t)
Uji t dilakukan pada pengujian hipotesis secara parsial, untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel independen secara parsial
terhadap variabel dependen.
11
Santoso, Buku Latihan Statistik Parametrik, PT.Elex Media Komputindo, Jakarta,
2000, h. 17
78
1) Bila t hitung < t table : maka variabel indepenen secara parsial tidak
berpengaruh secara signifikan terhadapa variabel dependen.
2) Bila t hitung > t table : maka varabel independen secara parsial
berpengaruh secara signifikan terhadapa variable dependen.
79
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Statistic Deskriptif
Tabel 4.1 Statistic Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
NOM 72 ,09 6,46 ,7753 ,83580
FDR 72 119,46 139,58 127,6728 4,72074
CAR 72 20,71 30,12 23,7625 2,02006
NPF 72 6,15 10,36 7,7400 1,10164
BOPO 72 54,49 94,88 87,4803 5,66536
Valid N (listwise) 72
Pada tabel 4.1 di atas merupakan statistik ringkasan dari variabel-
variabel yang digunakan pada penelitian ini. Berdasarkan tabel tersebut rata-
rata nilai NOM BPRS di Indnesia selama tahun 2011-2016 adalah 0,78%
dengan nilai terendah adalah sebesar 0,09% dan nilai tertinggi sebesar 6,46%.
Sedangkan FDR mempunyai nilai rata-rata 127,67% dengan nilai terendah
sebesar 119,46% sedangkan nilai tertinggi 139,58%.
Nilai rata-rata CAR berada pada angka 23,76% dengan nilai
minimum 20,71 % dan nilai maksimum 30,12%. Nilai rata-rata dari NPF
7,74% dan nilai minimum sebesar 6,15% dengan nilai maksimum 10,36%,
variabel selanjutnya adalah BOPO dengan nilai rata-rata 84,69% dan nilai
minimum sebesar 54,49% dengan nilai maksimum sebesar 94,88%.
80
B. Uji Asumsi Klasik
Model regresi linier berganda menggunakan metode kuadrat terkecil
biasa (Ordinary Least Squre /OLS). Drngan metode ini akan menghasilkan
model regresi dengan estimator linier tidak bias yang terbaik (Best Linier
Unbias Estimator/BLUE). Salah satu sarat dalam menghasilkan model ini
adalah harus memenuhi uji asumsi klasik.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel dependent dan indevendependetnya mempunyai data yang
terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang variabel-
variabelnya memiliki data yang berdistribusi normal. Uji normalitas pada
penelitian ini menggunakan grafik Normal P-P Plot of Regression
standardized resudual dan uji Kolmogrov- Smirnov.
Gambar 4.1 Normal P-P Plot of regression Standardized Resiudual
81
Dalam Uji Normalitas menggunakan grafik Normal P-P Plot of
regression Standardized Resiudual, suatu data dikatakan berdistribusi normal
jika garis data rill (titik-titik) mengikuti garis diagonal. Berdasarkan gambar
4.1 di atas menunjukkan bahwa titik-titik sampel secara keseluruhan
mengikuti arah garis diagonal. Oleh karna itu dapat disimpulkan bahwa data
yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal.
Tabel 4.2 Kolmogrov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 72
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation ,55353259
Most Extreme Differences Absolute ,112
Positive ,112
Negative -,071
Test Statistic ,112
Asymp. Sig. (2-tailed) ,260c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Selanjutnya, dalam uji normalitas menggunakan Kolmogrov-Smirnov
test suatu data dikatakan berdistribusi normal apabila nila signifikansinya
berada di atas 0.05 (5%) dan sebaliknya. Pada tabel di atas diketahui bahwa
nila signifikansi (Asymp. Sig. 2-tailed) adalah sebesar 0,2 yang mana nilai
tersebut lebih besar 0,05. Sehingga dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa
data pada penelitian ini berdistribusi normal.
82
2. Uji Autokorelasi
Uji autokolerasi bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya kolerasi
antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan pengganggu
pada periode sebelumnya (t-1) dalam suatu model regresi linier. Suatu
persamaan regresi memiliki masalah autokolerasi apabila terdapat kolerasi
linier antara kesalahan penggangu periode t dengan kesalahan penggagu
periode sebelumya (t-1). Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak
memiliki masalah autokolerasi. Jika terjadi masalah autokolerasi maka
persamaan tersebut tidak layak dijadikan sebagi prediksi. Pada penelitian ini
uji autokolerasi yang digunakan adalah uji Durbin Watson ( DW) denagn
ketentuan sebagai berikut
Tabel 4.3 Ketentuan Uji Durbin Watson
Hipotesis nol Keputusan Jika
Tidak ada autokolerasi positif Tolak 0 < d < dL
Tidak ada autokolerasi positif No decision dL ≤ d ≤ dU
Tidak ada autokolerasi negatif tolak 4 – dL < d < 4
Tidak ada autokolerasi negatif No decision 4 – dU ≤ d ≤ 4 – dL
Tidak ada autokolerasi positif
dan negatif Diterima dU < d < 4 – dU
Tabel 4.4 Uji Autokolerasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,799a ,638 ,622 ,56982 1,642
a. Predictors: (Constant), LnBOPO, LnNPF, LnFDR, LnCAR
b. Dependent Variable: LnNOM
83
Berdasarkan tabel data di atas diketahui nilai durbin watson (DW)
sebesar 1,642. Dengan jumlah variabel independent sebanyak 4 variabel (k =
4) dan jumlah data sebanyak 72 (N = 72) maka diperoleh dL sebesar 1,343 dan
nilai dU sebesar 1,577. Sehingga diperoleh nilai 4 – dL = 2,657 dan nilai 4 –
dU = 2, 423. Dari hasil ini diketahui bahwa nilai durbin watson (DW) berada
diantara nilai du dan 4 – dU ( 1, 577 < 1,642 < 2, 423 ). Dengan demikian pada
hasil penelitian ini tidak terjadi autokorelasi.
3. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas diperlukan untuk mengetahui ada atau tidaknya
variabel independent yang memiliki kemiripan dengan variabel independent
lain dalam satu model, artinya dengan kata lain adanya kemiripan
menandakan adaanya kolerasi yang sangat kuat antar variabel independent
dengan variabel independent lainnya. Persamaan regresi yang baik adalah
persamaan yang tidak terjadi multikolinieritas dalam modelnya.
Dalam penelitian ini uji multikolenieritas dilakukan dengan
menggunakan nilai Toleranse dan Variance Inplation Factor (VIF). Acuan
yang dijadikan dalam uji ini adalah apabila variabel bebas memiliki nilai
Toleranse lebih besar dari 0,10 dan VIF lebih kecil dari 10 maka dapat
disimpulkan tidak terjadi multikolinieritas dan sebaliknya.
84
Tabel 4.5 Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
LnFDR ,878 1,138
LnCAR ,420 2,378
LnNPF ,460 2,172
LnBOPO ,791 1,265
a. Dependent Variable: LnNOM
Pada tabel di atas diketahui bahwa nilai Toleranse variabel FDR,
CAR, NPF, BOPO lebih besar dari 0,10 dan nilai VIF lebih kecil dari 10,
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi Multikolenieritas pada
penelitian ini.
4. Uji Heterokedastisitas
Uji Heterokedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan Variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain tetap, maka disebut homokedasitas, dan apabila variance tidak konstan
atau berubah ubah disebut juga heterokedastisitas. Metode yang digunakan
untuk menguji adanya heterokedastisitas adalah dengan melihat scatterplot.
Jika terdapat pola tertentu (bergelombang, melebar, dan menyempit) pada
scatterplot maka model dinyatakan terkena heterokedastisitas.
85
Gambar 4.2 Uji Heterokedastisitas : Scatterplot
Berdasarkan gambar 4.2 diatas terliaht bahwa tidak ada pola tertentu
(bergelombang, melebar, dan menyempit) yang terbentuk pada scattetplot.
Maka dinyatakan tidak terjadi heterokedastisitas pada data Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia.
C. Hasil Regresi Linier Berganda
1. Model Regresi
Tabel 4.6 Koefisien regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 27,032 12,525 2,158 ,035
LnFDR 5,016 1,705 ,274 2,942 ,004
LnCAR -6,630 1,190 -,751 -5,571 ,000
LnNPF -1,811 ,636 -,367 -2,847 ,006
LnBOPO -6,088 1,103 -,542 -5,519 ,000
a. Dependent Variable: LnNOM
86
Pada output dari tabel 4.6 di atas, diperoleh model persamaan regresi
sebagai berikut:
+ e
Dari persamaan di atas dapat diuraikan hubungan antara masing-
masing variabel independent dengan variabel dependent sebagai berikut
a. Konstanta sebesar 27,032 artinya adalah jika variabel-variabel independent
yaitu FDR, CAR, NPF, BOPO itu konstan atau bernilai nol, maka nilai
NOM adalah 27,032%.
b. Koefisien FDR yang sebesar 5,016 artinya adalah setiap kenaikan FDR
sebesar 1%, maka akan menaikkan nilai NOM sebesar 5,016% dengan
asumsi variabel-variabel independent lainnya (CAR, NPF, BOPO) bernilai
konstan.
c. Koefisien CAR sebesar -6,630 artinya adalah setiap kenaikan CAR sebesar
1%, maka akan menurunkan nilai NOM sebesar 6,630% dengan asumsi
variabel-variabel independent lainnya (FDR, NPF, BOPO) bernilai
konstan.
d. Koefisien NPF sebesar -1,811 artinya adalah setiap kenaikan NPF sebesar
1%, maka akan menurunkan nilai NOM sebesar 1,811% dengan asumsi
variabel-variabel independent lainnya (FDR, CAR, BOPO) bernilai
konstan.
e. Koefisien BOPO sebesar -6,088 artinya adalah setiap kenaikan BOPO
sebesar 1%, maka akan menurunkan nilai NOM sebesar 6,088% dengan
87
asumsi variabel-variabel independent lainnya (FDR, CAR, NPF) bernilai
konstan.
2. Uji Determinant
Tabel 4.7 Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,799a ,638 ,622 ,56982
a. Predictors: (Constant), LnBOPO, LnNPF, LnFDR, LnCAR
b. Dependent Variable: LnNOM
Nilai koefisien kolerasi (R) yang merupakan indikator dari kekuatan
hubungan antara variabel - variabel independent yaitu FDR (X1) CAR (X2)
NPF (X3) dan BOPO (X4) dengan variabel dependent NOM adalah sebesar
0,799 atau sebesar 79,9 %. Hal ini berarti bahwa kekuatan hubungan atara
variabel – variabel independent dengan variabel dependent adalah termasuk
hubungan yang kuat.
Kemudian berdasarkan niali koefisien determinasi atau Adjusted R
Square yang merupakan indikator untuk melihat seberapa besar variabel –
variabel independent mampu menerangkan atau menggambarkan variasi
variabel dependent, variabel – variabel independent yaitu FDR, CAR, NPF,
BOPO mampu menggambarkan atau menerangkan variasi variabel NOM
sebesar 0,622 atau 62,2 % sedangkan sisanya 37,8% digambarkan oleh
faktor lain dilur model.
88
3. Uji Hipotesis: Uji F
Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel – variabel
independent secara smultan ( bersama-sama ) terhadap variabel dependent.
Dalam melakukan pengujian ini, dilakukan dengan membandingkan nilai F
hitung dengan F tabel dan melihat tingkat signifikansinya. Jika nilai F hitung
lebih besar dari F tabel ( F hitung > F tabel dan signifikansi lebih kecil dari
0,05 ( sig < 0,05 ) maka secara smultan variabel independent berpengaruh
terhadap variabel dependent.
Tabel 4.8 Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 20,778 4 5,194 15,998 ,000b
Residual 21,754 67 ,325
Total 42,532 71
a. Dependent Variable: LnNOM
b. Predictors: (Constant), LnBOPO, LnNPF, LnFDR, LnCAR
Berdasarkan hasil uji di atas diperoleh hasil nilai F hitung sebesar
15,998 dan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Sedangkan berdasarkan
perhitungan tersebut diperoleh nilai F tabel sebesar 2,50. Dengan hasil ini
dapat diketahui bahwa F hitung lebih besar dari F tabel ( 15,998 > 2,50 ) dan
nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 ( 0,000 < 0,05 ). dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa H0 ditolak sedangkan H1 diterima, yaitu variabel
independent secara smultan atau bersama-sama memiliki pengaruh signifikan
terhadap variabel dependent. Artinya variabel FDR, CAR, NPF, BOPO
berpengaruh signifikan terhadap NOM .
89
4. Uji Hipotesis: Uji t
Uji t atau uji parsial adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui ada
atau tidaknya pengaruh masing-masing varibel independent secara individu
(parsial). Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai t hitung dengan t
tabel dan melihat tingkat signifikansinya. Jika nilai t hitung lebih besar dari t
tabel (t hitung > t tabel) dan signifikansi lebih kecil dari 0,05 ( sig < 0,05 )
maka secara parsial variabel independent berpengaruh terhadap variabel
dependent.
Tabel 4.9 Uji t
Coefficientsa
Model T Sig.
1 (Constant) 2,158 ,035
LnFDR 2,942 ,004
LnCAR -5,571 ,000
LnNPF -2,487 ,006
LnBOPO -5,519 ,000
a. Dependent Variable: LnNOM
Dengan nilai t tabel sebesar 1,996, berdasarkan tabel di atas dapat
diuraikan analisis sebagai berikut:
a. Pengaruh FDR terhadap NOM
Berdasarkan tabel di atas FDR memiliki t hitung sebesar 2,942 dengan
signifikansi sebesar 0,004. Dengan hasil tersebut dapat diketahui bahwa t
hitung lebih besar daripada t tabel ( 2,942 > 1,996 ) dan nilai signifikansi
lebih kecil dari 0,05 ( 0,004 < 0,05 ). dengan demikian dapat disimpulkan
90
bahwa H0 ditolak sedangkan H1 diterima, yaitu variabel FDR secara parsial
berpengaruh terhadap NOM.
b. Pengaruh CAR terhadap NOM
Berdasarkan tabel di atas CAR memiliki t hitung sebesar (-) 5,571
dengan signifikansi sebesar 0,000. Dengan hasil tersebut dapat diketahui
bahwa t hitung lebih besar daripada t tabel ( 5,571 > 1,996 ) dan nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05 ( 0,000 < 0,05 ). dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa H0 ditolak sedangkan H1 diterima, yaitu variabel CAR
secara parsial berpengaruh terhadap NOM.
c. Pengaruh NPF terhadap NOM
Berdasarkan tabel di atas NPF memiliki t hitung sebesar (-) 2,847
dengan signifikansi sebesar 0,000. Dengan hasil tersebut dapat diketahui
bahwa t hitung lebih besar daripada t tabel ( 2,847 > 1,996 ) dan nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05 ( 0,000 < 0,05 ). dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa H0 ditolak sedangkan H1 diterima, yaitu variabel NPF
secara parsial berpengaruh terhadap NOM.
d. Pengaruh BOPO terhadap NOM
Berdasarkan tabel di atas NPF memiliki t hitung sebesar (-) 5,519
dengan signifikansi sebesar 0,000. Dengan hasil tersebut dapat diketahui
bahwa t hitung lebih besar daripada t tabel ( 5,519 > 1,996 ) dan nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05 ( 0,006 < 0,05 ). dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa H0 ditolak sedangkan H1 diterima, yaitu variabel BOPO
secara parsial berpengaruh terhadap NOM.
91
D. Pembahasan
Financing Deposit Ratio (FDR) memiliki pengaruh yang positif
terhadap NOM pada BPRS Indonesia, artinya FDR yang merupakan indikator
dari tingkat pembiayaan yang disalurkan memiliki pengaruh terhadap
peningkatan profitabilitas BPRS. Jika penyaluran pembiayaan meningkat
maka diperkirakan profitabilitas BPRS juga akan meningkat. Pendapatan
BPRS sangat ditentukan oleh berapa banyak keuntungan yang diterima dari
pembiyaan yang disalurkan. Hasil ini sesuai dengan penelitian Ariyanto1 dan
Junita2.
Capital Adequacy Ratio (CAR) memiliki pengaruh yang negative
terhadap NOM pada BPRS Indonesia, artinya CAR yang merupakan
indikator dari tingkat kecukupan modal bank memiliki pengaruh terhadap
penurunan profitabilitas BPRS. Jika kecukupan modal besar maka
diperkirakan profitabilitas BPRS akan kecil. Hal ini dikarenakan kecukupan
modal yang besar, yang mana merupakan dana yang difungsikan untuk
menghadapi kemungkinan risiko yang akan terjadi, dapat diartikan dana yang
tidak produktif. Dengan kata lain, semakin tingginya dana yang tidak
produktif akan berdampak pada profitabilitas yang kecil. Hal ini sesuai
1 Taufik Ariyanto, “Faktor Penentu Net Interest Margin Perbankan Indonesia”, Finance
and Banking Journal, Vol. 13 No 1, 2011 2 Sherty Junita, “Pengaruh KAP, BOPO dan FDR Terhadap Net Operating Margin
(NOM) Perbankan Syariah di Indonesia periode 2010-2014”, Skripisi, Prodi Muamalat Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015
92
dengan penelitian Romdayanah3 yang menyatakan bahwa KPMM
(CAR)bepengaruh negative terhadap NOM.
Net Performing Financing (NPF) memiliki pengaruh yang negative
terhadap NOM pada BPRS Indonesia, artinya NPF yang merupakan indikator
dari tingkat risiko pembiayaan bermasalah memiliki pengaruh terhadap
penurunan profitabilitas BPRS. Jika tingkat pembiayaan bermasalah
meningkat maka diperkirakan profitabilitas BPRS akan menurun. Hal ini
dikarenakan pembiayaan bermasalah terjadi jika pada pembiayaan yang
disalurkan mengalami ketidaklancaran. Jika jumlah pembiayaan bermasalah
mengalami kenaikan, maka pendapatan Bank Syariah akan semakin
berkurang dan akan mempengaruhi profitabilitas. Namun hal ini tidak sesuai
dengan penelitian Puspitasari4.
Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) memiliki
pengaruh yang negative terhadap NOM pada BPRS Indonesia, artinya BOPO
yang merupakan indikator dari efisiensi operasional bank memiliki pengaruh
terhadap penurunan profitabilitas BPRS. Jika operasional bank tidak efisien
maka diperkirakan profitabilitas BPRS akan menurun. Efisien atau tidaknya
operasional suatu bank ditunjukan oleh biaya operasionalnya. Biaya
operasional yang rendah akan meningkatkan peluang bank memperoleh
keuntungan. Oleh sebab itu, tingginya efisiensi operasional yang dimiliki
suatu Bank Syariah maka akan semakin tinggi pula kemampuan dalam
3 Romdayanah, “Pengaruh Faktor Permodalan, Kualitas Aset dan Likuiditas terhadap
Profitabilitas Bank Umum Syariah”, Skripsi, Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Syariah IAIN
Walisongo Semarang, 2011. 4 Elisa Puspitasari, “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Net Interst Margin pada
Bank-bank Umum di Indonesia”, Jurnal Ilmu Manajemen, Vol. 2 No. 4, 2014
93
meningkatkan laba, dan sebaliknya. Hasil ini konsisten dengan hasil
penelitian Junita5 dan Cahyo
6.
5 Sherty Junita, “Pengaruh KAP, BOPO dan FDR Terhadap Net Operating Margin
(NOM) Perbankan Syariah di Indonesia periode 2010-2014”, Skripisi, Prodi Muamalat Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015 6 Mufti Nur Cahyo, “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Margin Bank Umum
Syariah”, Skripsi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang, 2013.
94
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini untuk melihat bagaimana pengaruh Financing to
Deposit Ratio (FDR), Capital Adequecy Rasio (CAR), Non Performing
Financing (NPF), dan Beban Operasioanal terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO) terhadap Net Operating Margin (NOM) yang merupakan rasio utama
dalam Rentabilitas Perbankan Syariah di Indonesia periode Januari 2011 –
Desember 2016.
Berdasarkan hasil pengujian asumsi klasik dan hasil analisis regresi
liniar berganda yang telah di uraikan pada bab sebelumnya, maka peneliti
dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil Uji F (simultan) dapat dilihat bahwa semua variabel
independen yang digunakan pada penelitian ini berpengaruh signifikan
secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen, yaitu FDR,
CAR, NPF dan BOPO berpengaruh signifikan secara simultan terhadap
NOM BPRS di Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari nilai sig pada tabel
ANOVA dengan tarif signifikansi (α) yang digunakan peneliti lebih kecil
dari 0,05 yaitu 0,000 < 0,05 dan nilai F hitung > dari F tabel yaitu 15,998
> 2,54.dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak sedangkan
H1 diterima. Dan berdasarkan uji koefisien determinasi (Adjusted R
Square) dapat dilhat bahwa bahwa nilai yang diperoleh sebesar 0,614 atau
sebesar 62,2%. Hal ini menunjukkan bahwa FDR, CAR, NPF, BOPO
95
berkontribusi sebesar 62,2% terhadap NOM. Sedangkan sisanya sebesar
37,8% dipengaruhi variabel lain diluar model penelitian ini.
2. Berdasarkan hasil uji t (parsial) yang bertujuan untuk mengetahui
pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen,
dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
a. Pengaruh FDR terhadap NOM
FDR memiliki t hitung sebesar 2,942 dengan signifikansi sebesar
0,004. Dengan hasil tersebut dapat diketahui bahwa t hitung lebih besar
daripada t tabel ( 2,942 > 2,002 ) dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05
(0,004 < 0,05). dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak
sedangkan H1 diterima, yaitu variabel FDR secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap NOM.
b. Pengaruh CAR terhadap NOM
CAR memiliki t hitung sebesar (-) 5,571 dengan signifikansi sebesar
0,000. Dengan hasil tersebut dapat diketahui bahwa t hitung lebih besar
daripada t tabel ( 5,571 > 2,002 ) dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05
(0,000 < 0,05). dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak
sedangkan H1 diterima, yaitu variabel CAR secara parsial berpengaruh
terhadap NOM.
c. Pengaruh NPF terhadap NOM
NPF memiliki t hitung sebesar (-) 2,874 dengan signifikansi sebesar
0,006. Dengan hasil tersebut dapat diketahui bahwa t hitung lebih besar
daripada t tabel ( 2,874 > 2,002 ) dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05
96
(0,006 < 0,05). dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak
sedangkan H1 diterima, yaitu variabel NPF secara parsial berpengaruh
terhadap NOM.
d. Pengaruh BOPO terhadap NOM
NPF memiliki t hitung sebesar (-) 5,519 dengan signifikansi sebesar
0,000. Dengan hasil tersebut dapat diketahui bahwa t hitung lebih besar
daripada t tabel ( 5,519 > 2,002 ) dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05
(0,000 < 0,05). dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak
sedangkan H1 diterima, yaitu variabel BOPO secara parsial berpengaruh
terhadap NOM.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran
yang dapat penulis berikan terhadap beberapa pihak terkait, diantaranya:
1. Bagi Manajemen Bank
Setelah dilakukannya pengukuran pengaruh FDR, CAR, NPF dan
BOPO terhadap NOM terhadap Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di
indonesia secara industri yang dihasilkan pada penelitian ini, diharapkan
dapat menjadi bahan evaluasi kepada manajemen tiap-tiap BPRS mengenai
kinerja yang telah dicapai, khususnya dalam mencapai tingkat likuiditas,
efisiensi dan profitabilitas yang optimal. Hal yang perlu diperhatikan pada
manajemen tiap-tiap BPRS adalah senantiasa menjaga keseimbangan antara
pemeliharaan likuiditas yang cukup dengan pencapaian profitabilitas atau
97
rentabilitas (NOM) yang wajar, serta pemenuhan kebutuhan modal yang
memadai.
2. Bagi Akademisi/ Penelitian selanjutnya
hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk
meneliti lebih jauh lagi mengenai Rentabilitas khususnya yang
diproxykan oleh Net Operating Margin (NOM), karena dalam penelitian
ini hanya menggunakan 4 variabel yang merupakan faktor internal. Maka
untuk peneliti selanjutnya memasukkan variabel yang merupakan faktor
eksternal seperti Inflasi, struktur persaingan antar perbankan syariah,
volatilitas suku bunga BI.
98
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. Ma’ruf. Hukum Perbankan dan Perkembangan Bank Syariah di
Indonesia, Banjarmasin: Antasari Press, 2006.
Anggraeni , Rr. Tini. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Syariah.
Antonio, M. Syafi’i. Bank Syari’ah: Dari Teori Ke Praktek, Jakarta: Gema Insani
Pers, 2001.
Ariyanto, Taufik. “Faktor Penentu Net Interest Margin Perbankan Indonesia”
Finance and Banking Journal, Vol. 13 No. 1 Juni 2011. (2011).
Arif, Nur Rianto Al. Lembaga Keuangan Syari’ah Suatu Kajian Teoritis Praktis,
Bandung: CV Pustaka Setia, 2012.
Ascarya. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008.
Bank Indonesia, Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Kelembagaan Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank, Jakarta: Pusat Riset dan Edukasi Bank Sentral.
2012.
Cahyo, Cahyo Mufti Nur. “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Margin Bank
Umum Syariah”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Diponegoro Semarang, 2013.
Dendawijaya, Lukman. Manajemen Perbankan,Cet II, Jakarta: Ghalia Indonesia,
2009.
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis ultivariate Dengan Program SPSS, Edisi Keempat,
Semarang: Universitas Diponegoro, 2009.
Hasan, Zubair. Undang-Undang Perbankan Syari’ah Titik Temu Hukum Islam dan
Hukum Nasional, Jakarta: PT Rajagrafindo persada, 2009.
Hermawan. Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif, Jakarta, Gramedia Media
Sarana Indonesia, 2005.
Hosen, Muhammad Nadratuzzaman dan Shofaun Nada, Pengukuran Tingkat
Kesehatan dan Financial Distress Bank Umum Syriah, UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2013.
99
HukumPerbankan Indonesia, Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 2002.
Ifham, Ahmad. Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syari’ah,. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2010.
Ihsan, Dwi Nur’aini. Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah, Banten: UIN
Jakarta Press, 2013.
Ismail, perbankan syariah, kencana: jakarta 2011.
Junita, Sherty “Pengaruh KAP, BOPO dan FDR terhadap Net Operating Margin
(NOM) Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2010-2014”, Skripsi Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.
Kamal, Faisal “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas BPRS di Indonesia
Pasca Krisis Keuangan Global Tahun 2008”, Jurnal Muamalah, Vol. IV, No.
1, 2014.
Kasmir. Manajemen Perbankan. Jakarta: Rajawali Pers-Ed.Rev, 2012.
Meydianawathi, Luh Gede. “Analisi Perilaku Penawaran Kredit Perbankan Kepada
Sektor UMKM di Indonesia”,Denpasar: Skripsi Universitas Udayana, 2007.
Muhammad. Manajemen Bank Syari’ah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005.
---------- ,Manajemen Dana Bank Syariah, Yogyakarta: Ekonisia UII, 2004.
----------,Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: UPP YKPN, 2002.
Ningrum, Elisabeth, Dewi Kusuma. “Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi
Net Interest Margin pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI”.
Skripsi mahasiswa manjemen FEB UNY 2016.
Prasetyo, Dwi Agus & Ni Putu Ayu Damayanti, “Pengaruh Risiko Kredit, Likuidtas,
Kecukupan Modal dan Efisiensi Operasional terhadap Tingkat Profitabilitas
pada PT BPD Bali”, E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 4 No. 9 2015. (2015)
Puspitasari, Elisa. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Net Intrest Margin
Pada Bank-bank Umum di Indonesia” Jurnal Ilmu Managemen Volume 2
Nomor 4 oktober 2014. (2014)
100
Rahman, Aulia Fuad dan Ridha Rochmanika, “Pengaruh Pembiayaan Jual Beli,
Pembiayaan Bagi Hasil dan Rasio Non Performing Financing terhadap
Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia”, Jurnal, Fakultas Ekonomi
dan Bisinis Universitas Brawijaya.
Rochaety, Ety, dkk. Metodologi Penelitian Bisnis: Dengan Aplikasi SPSS. Jakarta:
Mitra Wacana Media, 2007.
Rodoni, Ahmad. Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Ekonosia, 2008.
Romdayanah. “Pengaruh Faktor Permodalan, Kualitas Aset,dan Likuiditas Terhadap
Profitabilitas Bank Umum Syariah”. skripsi Ekonomi Islam, IAIN Walisongo
Semarang tahun 2011.
Rr. Nadia Arini Haq, “Pengaruh Pembiayaan dan Efisiensi Terhadap Profitabilitas
Bank Umum Syariah”, Perbanas Review, Vol. 1 No. 1, 2015.
Santoso. Buku Latihan Statistik Parametrik, PT.Elex Media Komputindo, Jakarta:
2000.
Sanusia, Anwar, Metodologi Penelitian Bisnis, Cet III. Jakarta: Salemba Empat,
2013.
Siregar, Mulya E “Outlook Perbankan Syariah 2014”, Jakarta: Bank Indonesia, 2013.
Soemitra, Andri. Bank & Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta : Kencana Prenada
Media Group, 2008.
Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah Deskripsi dan Ilustrasi
Cetakan Pertama, Yogyakarta: EKONESIA, 2003.
Sumitro, Warkum. Asas-Asas Perbankan Islam & Lembaga-lembaga Terkait,
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004.
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/24/DPbs tahun 2007.
Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/SEOJK.03/2014.
Suryani, “Analisis Pengaruh Financing to Deposit Ratio terhadap Profitabilitas
Perbankan Syariah di Indonesia,” Walisongo, Volume 19, Nomor 1 Mei 2011.
Sutaryono, Paul “Menggagas Indikator Efisiensi”, diakses dari https://nasional.sindone ws.
com/read /719656/18/menggagas-indikator-efisiensi-1361338674/13 pada tanggal 10
Februari 2017, pukul 20.30 WIB.
101
Syahdeini, Sutan Remy. Perbankan Syariah dan Kedudukannya Dalam Tata HukumPerbankan Indonesia, Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 2002.
Syarifin, Pipin Hukum Dagang di Indonesia, Cet.1, Bandung: CV Pustaka Setia,
2012.
Tarmizi, Achmad dan Willyanto Kartiko Kusuno. “Analisis Rasio-Rasio
Keuangan sebagaio Indikator dalam Memprediksi Potensi Kebangkrutan
Perbankan di Indonesia”. Media Ekonomi & Bisnis. Vo.XV. No.1. Juni
2003.
Undang-undang no.21 tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah pasal 1 ayat 1
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 (Konsep, Regulasi, dan
Implementasi)”, Yogyakarta : BPFE 2009.
Zainuddin, Hukum Perbankan Syariah.
http://www.bi.go.id.html.
http://www.bps.go.id
http://www.ojk.go.id
http://www.republika.co.id/berita/koran/pareto/14/10/01/ncrn2t-menilik-
kesiapanbank-syariah-hadapi-mea-2015
103
Lampiran 1: Data NOM, FDR, CAR, NPF, BOPO, BPRS di Indonesia
(Dalam persentase)
NO WAKTU NOM FDR CAR NPF BOPO
1 Jan-11 0,18 127,04 30,12 6,79 76,29
2 Feb-11 0,48 128,27 29,75 7,04 76,37
3 Mar-11 0,61 129,4 28,42 7,15 77,27
4 Apr-11 0,79 130,38 27,71 7,02 77,65
5 Mei-11 1,04 133,22 24,63 6,82 77
6 Jun-11 1,16 136,2 26,71 7,09 77,35
7 Jul-11 0,97 137,29 25,24 7 76,59
8 Agust-11 1,02 139,58 25,24 7,05 76,96
9 Sep-11 1,13 134,75 24,75 7,03 75,75
10 Okt-11 6,46 133,53 24,63 7,06 78,23
11 Nop-11 1,71 132,26 24,78 7,01 78,79
12 Des-11 1,82 127,71 23,49 7,07 76,31
13 Jan-12 0,14 124,41 25,9 6,68 78,42
14 Feb-12 0,25 125,03 25,24 6,61 78,13
15 Mar-12 0,41 125,53 24,93 6,42 77,88
16 Apr-12 0,42 124,98 24,53 6,5 78,73
17 Mei-12 0,56 126,04 23,28 6,47 79,14
18 Jun-12 0,66 129,73 24,33 6,39 79,13
19 Jul-12 0,78 129,76 24,36 6,68 80,22
20 Agust-12 0,63 127,74 24,48 6,91 80,91
21 Sep-12 0,67 126,71 25,26 6,87 80,89
22 Okt-12 0,88 124,82 25,04 6,83 79,08
23 Nop-12 0,93 124,21 23,87 6,8 7910
24 Des-12 0,85 120,96 25,16 6,15 80,02
25 Jan-13 0,09 119,48 25,06 6,91 79,34
26 Feb-13 0,21 119,46 24,45 7,33 79,17
27 Mar-13 0,31 119,67 24,1 7,21 79,13
28 Apr-13 0,42 122,5 22,76 7,32 78,69
29 Mei-13 0,51 125,4 22,44 7,69 78,97
30 Jun-13 0,61 129,63 22,4 7,25 78,99
31 Jul-13 0,58 131,51 22,09 7,35 79,65
32 Agust-13 0,38 126,96 22,1 7,89 81,29
104
33 Sep-13 0,5 126,52 21,96 7,58 80,08
34 Okt-13 0,67 125,92 22,4 7,48 79,62
35 Nop-13 0,61 124,76 24,63 7,34 79,96
36 Des-13 0,73 120,93 22,08 6,5 80,75
37 Jan-14 0,09 120,52 24,62 7,77 89,48
38 Feb-14 0,25 122,3 23,78 7,71 86,72
39 Mar-14 0,36 123,1 23,08 7,74 87,55
40 Apr-14 0,46 126,58 22,78 8 87,93
41 Mei-14 0,58 130,09 22,5 8,23 87,95
42 Jun-14 0,73 134,64 22,21 8,18 87,51
43 Jul-14 0,6 135,04 21,86 8,62 89,77
44 Agust-14 0,67 129,96 21,78 8,83 89,65
45 Sep-14 0,87 131,7 21,8 8,68 89,13
46 Okt-14 1,04 130,14 22,22 8,94 88,49
47 Nop-14 1,26 129,27 22,34 8,81 88,5
48 Des-14 1,44 124,24 22,77 7,89 87,79
49 Jan-15 0,1 123,5 24,43 8,97 88,03
50 Feb-15 0,26 124,75 24,67 9,11 87,16
51 Mar-15 0,32 125,6 23,04 10,36 88,66
52 Apr-15 0,42 126,67 22,53 9,33 88,68
53 Mei-15 0,53 129,63 21,73 9,38 88,38
54 Jun-15 0,68 135,68 21,73 9,25 88,13
55 Jul-15 0,68 132,47 21,52 9,8 89,24
56 Agust-15 0,8 130,28 20,85 9,74 89,2
57 Sep-15 0,83 129,01 20,71 9,87 89,55
58 Okt-15 0,98 127,21 20,93 10,01 89,14
59 Nop-15 1,11 125,64 22,08 9,69 89,38
60 Des-15 1,29 120,06 21,47 8,2 88,09
61 Jan-16 0,06 118,56 23,48 9,08 91,89
62 Feb-16 0,17 119,92 23,17 9,41 90,18
63 Mar-16 0,3 121,55 22,15 9,44 89,56
64 Apr-16 0,41 121,55 21,22 9,51 89,56
65 Mei-16 0,52 125,03 20,54 9,6 89,17
66 Jun-16 0,73 129,35 20,22 9,18 87,94
67 Jul-16 0,74 121,22 20,31 9,97 88,82
68 Agust-16 0,75 118,96 20,24 10,99 89,42
69 Sep-16 1,04 118,63 20,72 10,47 87,91
70 Okt-16 1,26 117,86 20,71 10,49 87,35
105
71 Nop-16 1,3 116,26 20,78 10,49 87,66
72 Des-16 1,49 114,4 21,73 8,63 87,09
Sumber: Laporan Statistik Perbankan Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Lampiran 2: Analisis Statistic Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
NOM 72 ,09 6,46 ,7753 ,83580
FDR 72 119,46 139,58 127,6728 4,72074
CAR 72 20,71 30,12 23,7625 2,02006
NPF 72 6,15 10,36 7,7400 1,10164
BOPO 72 54,49 94,88 87,4803 5,66536
Valid N (listwise) 72
Lampiran 3: Uji Normalitas P-P Plot
106
Lampiran 4: Uji Normalitas Kolmogrov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 72
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation ,55353259
Most Extreme Differences Absolute ,112
Positive ,112
Negative -,071
Test Statistic ,112
Asymp. Sig. (2-tailed) ,260c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Lampiran 5: Uji Autokolerasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,799a ,638 ,622 ,56982 1,642
a. Predictors: (Constant), LnBOPO, LnNPF, LnFDR, LnCAR
b. Dependent Variable: LnNOM
Lampiran 6: Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
LnFDR ,878 1,138
LnCAR ,420 2,378
LnNPF ,460 2,172
LnBOPO ,791 1,265
a. Dependent Variable: LnNOM
107
Lampiran 7: Uji Heterokedastisitas: Scatterplot
Lampiran 8: Koefisien Regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 27,032 12,525 2,158 ,035
LnFDR 5,016 1,705 ,274 2,942 ,004
LnCAR -6,630 1,190 -,751 -5,571 ,000
LnNPF -1,811 ,636 -,367 -2,847 ,006
LnBOPO -6,088 1,103 -,542 -5,519 ,000
a. Dependent Variable: LnNOM
108
Lampiran 9: Uji Determinant
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,799a ,638 ,622 ,56982
a. Predictors: (Constant), LnBOPO, LnNPF, LnFDR, LnCAR
b. Dependent Variable: LnNOM
Lampiran 10: Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 20,778 4 5,194 15,998 ,000b
Residual 21,754 67 ,325
Total 42,532 71
a. Dependent Variable: LnNOM
b. Predictors: (Constant), LnBOPO, LnNPF, LnFDR, LnCAR
Lampiran 11: Uji t
Coefficientsa
Model T Sig.
1 (Constant) 2,158 ,035
LnFDR 2,942 ,004
LnCAR -5,571 ,000
LnNPF -2,487 ,006
LnBOPO -5,519 ,000
a. Dependent Variable: LnNOM