osoca syok hipo e.c dss 2012
DESCRIPTION
Osoca Syok Hipo e.c Dss 2012TRANSCRIPT
“SYOK HIPOVOLEMIK E.C DSS”
2012
2.2 Skenario Kasus
Andar, seorang anak laki-laki berusia 7 tahun dengan berat badan 22 kg
dibawa ibunya ke IGD RSMP karena kaki tangannya dingin seperti es dan
tidak BAK sejak 10 jam yang lalu. Sejak 3 hari yang lalu Andar panas tinggi
terus menerus dan sejak 1 hari yang lalu panas turun disertai mimisan.
Riwayat mimisan sebelumnya tidak ada. BAB biasa.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Compos apatis, TD tidak terukur, nadi filiformis,
frekuensi nafas: 44x/menit, Temp: 36,1oC
Rumpled leed (+)
Keadaan Spesifik: kulit: kutis marmorata, dan teraba dingin
Kepala: konjungtiva tidak anemis, nafas cuping hidung tidak ada
Thorax: simetris, retraksi tidak ada, cor: bunyi jantung I dan II normal,
bising tidak ada, pulmo: vesikuler, ronki tidak ada
Abdomen: datar, lemas, bising usus dalam batas normal
Ektremitas: akral dingin, capillary refilled time > 3 detik
Dari hasil pemeriksaan diatas Dokter IGD tersebut melakukan tindakan
pertolongan pertama yaitu memposisikan anak dalam posisi hirup kemudian
saat akan memberikan cairan resusitasi, akses vena sulit didapat.
2.3.2 Identifikasi Masalah
1. Andar, seorang anak laki-laki berusia 7 tahun dengan berat badan 22 kg
dibawa ibunya ke IGD RSMP karena kaki tangannya dingin seperti es dan
tidak BAK sejak 10 jam yang lalu.
2. Sejak 3 hari yang lalu Andar panas tinggi terus menerus dan sejak 1 hari yang
lalu panas turun disertai mimisan. Riwayat mimisan sebelumnya tidak ada.
BAB biasa.
Laporan skenario A Page 1
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Compos apatis, TD tidak terukur, nadi filiformis,
frekuensi nafas: 44x/menit, Temp: 36,1oC
Rumpled leed (+)
Keadaan Spesifik: kulit: kutis marmorata, dan teraba dingin
Kepala: konjungtiva tidak anemis, nafas cuping hidung tidak ada
Thorax: simetris, retraksi tidak ada, cor: bunyi jantung I dan II normal,
bising tidak ada, pulmo: vesikuler, ronki tidak ada
Abdomen: datar, lemas, bising usus dalam batas normal
Ektremitas: akral dingin, capillary refilled time > 3 detik
4. Dari hasil pemeriksaan diatas Dokter IGD tersebut melakukan tindakan
pertolongan pertama yaitu memposisikan anak dalam posisi hirup kemudian
saat akan memberikan cairan resusitasi, akses vena sulit didapat.
2.3.3 Analisis Masalah
1. Andar, seorang anak laki-laki berusia 7 tahun dengan berat badan 22 kg
dibawa ibunya ke IGD RSMP karena kaki tangannya dingin seperti es dan
tidak BAK sejak 10 jam yang lalu.
a. Apa makna kaki tangan dingin dan tidak BAK sejak 10 jam yang lalu?
Jawab :
Maknanya menunjukkan telah terjadi syok hipovolemik, sehingga terjadi
ketidakmampuan memberikan perfusi darah teroksigenasi dan substrat ke
dalam jaringan dan menimbulkan vasokonstriksi aliran darah ke perifer
(kaki tangan dingin) dan aliran darah ke ginjal (tidak BAK sejam 10 jam
yang lalu) (Behrman dkk, 2014).
b. Apa hubungan usia dan jenis kelamin pada kasus?
Jawab :
Angka kejadian DBD/DD terbanyak pada umur 5–10 tahun. Berdasarkan
distribusi jenis kelamin, laki-laki lebih banyak dari pada perempuan
(Widoyono, 2011).
Laporan skenario A Page 2
c. Apa penyebab kaki tangan dingin seperti es dan tidak BAK sejak 10 jam
yang lalu?
Jawab :
1. Perdarahan
Perdarahan internal : ruptur hepar/lien, trauma jaringan lunak,
fraktur tulang panjang,perdarahan saluran cerna (ulkus peptikus,
divertikulum meckel, sindrom mallory weis), kelainan hematologis.
Perdarahan ekternal : trauma
2. Kehilangan plasma : luka bakar,sindrom nefrotik, obstruksi ileus,
DBD, peritonitis.
3. Kehilangan air dan elektrolit : diare, muntah, diabetes insipidus, heat
stroke, renal loss, luka bakar.
4. Anafilaksis
5. Kejang trauma kepala
6. Gejala neurologik
Pada kasus ini kemungkinan penyebab terjadinya keluhan
adalah karena kehilangan plasma yang cepat dan banyak dan banyak
yang disebabkan karena DBD sehingga menurunkan preload ventrikel
sehingga terjadi penurunan isi sekuncup dan curah jantung sehingga
terjadi penurunan hantaran oksigen ke jaringan tubuh → akral dingin
(Behrman dkk, 2014).
d. Bagaimana mekanisme kaki tangan dingin seperti es dan tidak BAK sejak
10 jam yang lalu?
Jawab :
DBD kebocoran plasma meningkatkan permiabilitas kapiler
Berkurangnya volume cairan ekstraseluler Penurunan aliran balik
vena ke jantung → CO ↓ → kompensasi yaitu vasokontriksi pembuluh
darah perifer plasma hilang melalui dinding endotel palsma
leakage Hivovelemi syok aliran darah ke pembuluh perifel
menurun kaki dan tangan dingin (Hardisman, 2013).
Penurunan volume cairan → penurunan isi sekuncup dan curah jantung
→ penurunan tekanan arteri → peningkatan aktivitas saraf simpatis ke
Laporan skenario A Page 3
arteriol → vasokontriksi arteriol (kecuali otak) → penurunan aliran
darah ginjal → penurunan pengeluaran urine → tidak BAK sejak 10
jam yang lalu (Hardisman, 2013).
e. Berapa pengeluaran urin normal pada anak usia 7 tahun?
Jawab :
Volume urin normal pada anak adalah :
1 cc/KgBB/jam
Berat badan Andar 22 Kg
Jadi volume urin normal Andar adalah 22 cc/kgBB/jam
Pada kasus tidak BAK selama 10 jam berarti seharusnya volume urin
selama 10 jam adalah 220 cc/kg/jam ( American College of Surgeonss
committee on trauma, 2004).
2. Sejak 3 hari yang lalu Andar panas tinggi terus menerus dan sejak 1 hari yang
lalu panas turun disertai mimisan. Riwayat mimisan sebelumnya tidak ada.
BAB biasa.
a. Apa makna sejak 3 hari yang lalu Andar panas tinggi terus menerus dan
sejak 1 hari yang lalu panas turun disertai mimisan?
Jawab :
Makna demam terus menerus menandakan bahwa Andar mengalami
demam dengue. Periode inkubasi adalah 1-7 hari, manifestasi klinis
bervariasi dan dipengaruhi usia pasien. Pada bayi dan anak-anak, penyakit
ini dapat tidak terbedakan atau dikarakteristikkan sebagai demam selama
1-5 hari, peradangan faring, rinitis, dan batuk ringan (Candra, 2010).
Makna mimisan menandakan telah terjadi perdarahan spontan akibat
kebocoran plasma (Sudoyo dkk, 2009).
b. Apa penyebab sejak 3 hari yang lalu Andar panas tinggi terus menerus
dan sejak 1 hari yang lalu panas turun disertai mimisan?
Jawab :
Penyebab demam secara umum:
Laporan skenario A Page 4
Substansi yang menyebabkan demam disebut pirogen dan berasal baik
eksogen maupun endogen.
Pirogen eksogen
Pirogen eksogen berasal dari luar hospes (pejamu). Mayoritas pirogen
eksogen adalah mikroorganisme atau toksin seperti, bakteri, virus,
jamur, ricketsia ataupun parasit (Isselbacher, 2012).
Pirogen endogen
Pirogen endogen adalah polipeptida yang diproduksi oleh pejamu,
terutama monosit/makrofag, umumnya sebagai respon terhadap
stimuli awal yang biasanya dicetuskan oleh infeksi atau inflamasi.
Pelepasan pirogen endogen baik secara sistemis atau lokal yang
substansinya meliputi kompleks antigen-antibodi dengan komplemen,
produk pemecahan komplemen, metabolit hormon steroid, asam
empedu, dan beberapa sitokin yang tersebar dalam darah dapat
menyebabkan demam pada tingkat pusat termoregulasi di
hipotalamus (Isselbacher, 2012).
Penyebab demam pada kasus:
Demam pada Andar memiliki siklus demam yang khas terjadi pada
Demam Berdarah Dengue. Demam pada DBD mempunyai siklus demam
disebut “Siklus Pelana Kuda” (lihat gambar)
Jika
dilihat dari siklus demam dan gejala yang ditemukan pada Andar
kemungkinan karena infeksi Virus Dengue (Isselbacher, 2012).
c. Bagaimana mekanisme sejak 3 hari yang lalu Andar panas tinggi terus
menerus dan sejak 1 hari yang lalu panas turun disertai mimisan?
Laporan skenario A Page 5
Jawab :
infeksi sekunder serotive virus → virus bebas melakukan replikasi
dalam sel makrofag → kompleks virus antigen antibody → pengeluaran
sitokin IL1, IL6, TNF alfa → merangsang hipotalamus PGE 2 → sel
point ↑ → panas tinggi (Hardisman, 2013).
d. Apa hubungan keluhan sejak 3 hari yang lalu panas tinggi disertai
mimisan dengan keluhan utama?
Jawab:
Hubungannya adalah karena terjadi kehilangan cairan dari intravaskular
yang banyak menyebabkan ketidakmampuan memberikan perfusi darah
ke dalam jaringan untuk mempertahankan fungsi organ (Behrman dkk,
2014).
Laporan skenario A Page 6
Virus dengue (antigen)
Mengaktifkan komplemen
Kebocoran plasma dari intravaskular ke ekstravaskular
Membentuk kompleks antigen -antibodi
Menghasilkan anafilatoksin
Permeabilitas PD ↑
Keluarnya protein darah (trombopati koagulopati)
Trombositopenia
Manifestasi perdarahan (mimisan)
e. Apa makna riwayat mimisan sebelumnya tidak ada dan BAB biasa?
Jawab :
Makna riwayat mimisan sebelumnya tidak ada adalah menandakan bahwa
sebelumnya tidak ada riwayat perdarahan dan gangguan pembuluh darah
Makna BAB biasa menandakan bahwa tidak ada gangguan sisten urinaria.
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Compos apatis, TD tidak terukur, nadi filiformis,
frekuensi nafas: 44x/menit, Temp: 36,1oC
Rumpled leed (+)
Keadaan Spesifik: kulit: kutis marmorata, dan teraba dingin
Kepala: konjungtiva tidak anemis, nafas cuping hidung tidak ada
Thorax: simetris, retraksi tidak ada, cor: bunyi jantung I dan II normal,
bising tidak ada, pulmo: vesikuler, ronki tidak ada
Abdomen: datar, lemas, bising usus dalam batas normal
Ektremitas: akral dingin, capillary refilled time > 3 detik
a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik?
Jawab :
Temuan Interpretasi
Apatis
Penurunan kesadaran, keadaan kesadaran yang segan
untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh
tak acuh.
TD tidak terukur
Tanda syok, terjadinya hipotensi yang menunjukkan
telah terjadi syok hipovolemik irreversible (normalnya
TD sistolik pada anak usia 3-6 tahun yaitu 80 – 100
mmHg)
Nadi filiformis Tanda syok, menunjukkan perfusi jaringan yang tidak
adekuat, dalam keadaan syok dilakukan kompensasi
pada tubuh dengan dilakukannya vasokonstriksi perifer
Laporan skenario A Page 7
sehingga terjadi penurunan kekuatan nadi dan isi pada
perifer.
Frekuensi napas :
44x/menit
Takipnue, adanya usaha untuk memperoleh O2 lebih
banyak untuk memenuhi kebutuhan O2 di organ vital
(otak, jantung) sebagai kompensasi dari syok
hipovolemik sebagai vasokontriksi pembuluh darah
(normalnya 20-30 x/menit untuk usia 2-5 tahun,
menurut kriteria WHO untuk > 12 bulan RR >40
x/menit didiagnosis sebagai takipnue)
Capillary refilled > 3
detik
Penurunan perfusi/aliran darah ke perifer, tanda
dehidrasi berat, akan menyebabkan defisir cairan
intravascular (normal < 2 detik)
b. Bagaimana mekanisme pemeriksaan fisik?
Jawab :
Apatis :
Syok Hipovolemik penurunan curah jantung penurunan CO
aktivasi simpatis pengeluaran epineprin vasokontriksi perifer
penurunan aliran darah perifer peningkatan aliran darah ke sentral
gagal hipoksia otak Apatis (Silbernagl, 2014).
Nadi filiformis, TD tidak terukur, Capillary Refilled Time > 3 detik:
Syok Hipovolemik penurunan curah jantung penurunan CO
aktivasi simpatis vasokontriksi perifer penurunan aliran darah
perifer perfusi ke jaringan tidak adekuat TD tidak terukur nadi
filiformis Capillary Refilled Time > 3 detik. (Silbernagl, 2014).
Frekuensi nafas 44x/menit :
Laporan skenario A Page 8
Syok Hipovolemik penurunan curah jantung penurunan CO
aktivasi simpatis pengeluaran epineprin vasokontriksi perifer
penurunan aliran darah perifer peningktatan usaha mendapatkan O2
untuk organ vital Frekuensi Nafas 44x/menit atau Takipneu.
(Silbernagl, 2014).
Kutis marmorata:
Syok penurunan perfusi jaringan penurunan aliran darah ke perifer
pengisian darah di kapiler perifer tidak rata kutis marmorata.
(Silbernagl, 2014)
Teraba dingin :
virus dengue (antigen) bereaksi dengan tubuh membentuk kompleks
antigen-antibodi menghasilkan Anafilatoksin ↑ permeabilitas
pembuluh darah kebocoran pembuluh darah kapiler plasma darah
keluar dari intravascular ke ekstravaskular volume darah ↓ CO ↓
aliran darah ke perifer ↓ acral teraba dingin (Silbernagl, 2014).
c. Bagaimana prosedur pemeriksaan rumpled leed?
Jawab :
Prosedur pemeriksaan Rumple leed tes yaitu:
1. Pasang ikatan sfigmomanometer pada lengan atas dan pump sampai
tekanan 100 mmHg (jika tekanan sistolik pesakit < 100 mmHg, pump
sampai tekanan ditengah-tengah nilai sistolik dan diastolik).
2. Biarkan tekanan itu selama 10 minit (jika test ini dilakukan sebagai
lanjutan dari test IVY, 5 minit sudah mencukupi).
3. Lepas ikatan dan tunggu sampai tanda-tanda statis darah hilang
kembali. Statis darah telah berhenti jika warna kulit pada lengan yang
telah diberi tekanan tadi kembali lagi seperti warna kulit sebelum diikat
atau menyerupai warna kulit pada lengan yang satu lagi (yang tidak
diikat).
Laporan skenario A Page 9
4. Cari dan hitung jumlah petechiae yang timbul dalam lingkaran bergaris
tengah 5 cm kira-kira 4 cm distal dari fossa cubiti.
Jika ada > 10 petechiae dalam lingkaran bergaris tengah 5 cm kira-kira 4
cm distal dari fossa cubiti test Rumple Leede dikatakan positif.
Seandainya dalam lingkaran tersebut tidak ada petechiae, tetapi terdapat
petechiae pada distal yang lebih jauh daripada itu, test Rumple Leede juga
dikatakan positif (Arif, 2015).
d. Bagaimana prosedur pemeriksaan capillary refilled time?
Jawab :
Untuk menguji pengisian kapiler, tekanlah dengan kuat ujung jari (kuku)
dan kemudian lepaskan dengan cepat. Normalnya warna kuku kembali
kurang dari 2 detik (Arif, 2015).
4. Dari hasil pemeriksaan diatas Dokter IGD tersebut melakukan tindakan
pertolongan pertama yaitu memposisikan anak dalam posisi hirup kemudian
saat akan memberikan cairan resusitasi, akses vena sulit didapat.
a. Bagaimana prinsip Basic Life Support yang diterapkan pada kasus?
Jawab :
Laporan skenario A Page 10
b. Apakah tindakan dokter IGD sudah tepat dalam tindakan pertolongan
pertama?
Jawab :
Tindakan dokter memposisikan posisi hirup sudah tepat. Dalam
penanganan kasus gawat darurat, airway (jalan napas) harus menjadi
prioritas pertama.
Laporan skenario A Page 11
c. Apa penyebab akses vena sulit didapat?
Jawab :
Kesulitan terjadi karena ketebalan jaringan subkutan, pembuluh
darahkolaps yang terjadi pada dehidrasi berat, shock atau henti jantung
d. Apa saja jenis-jenis cairan resusitasi?
Jawab :
A. Cairan Kristaloid
Cairan kristaloid terdiri dari:
1. Cairan Hipotonik
Cairan ini didistribusikan ke ekstraseluler dan intraseluluer. Oleh karena itu
penggunaannya ditujukan kepada kehilangan cairan intraseluler seperti pada
dehidrasi kronik dan pada kelainan keseimbangan elektrolit terutama pada
keadaan hipernatremi yang disebabkan oleh kehilangan cairan pada diabetes
insipidus. Cairan ini tidak dapat digunakan sebagai cairan resusitasi pada
kegawatan. Contohnya dextrosa 5%.
2. Cairan Isotonik
Cairan isotonik terdiri dari cairan garam faali (NaCl 0,9%), ringer laktat dan
plasmalyte. Ketiga jenis cairan ini efektif untuk meningkatkan isi
intravaskuler yang adekuat dan diperlukan jumlah cairan ini 4x lebih besar
dari kehilangannya. Cairan ini cukup efektif sebagai cairan resusitasi dan
waktu yang diperlukanpun relatif lebih pendek dibanding dengan cairan
koloid.
3. Cairan Hipertonik
Cairan ini mengandung natrium yang merupakan ion ekstraseluler utama.
Oleh karena itu pemberian natrium hipertonik akan menarik cairan
intraseluler ke dalam ekstraseluler. Peristiwa ini dikenal dengan infus internal.
Disamping itu cairan natrium hipertonik mempunyai efek inotropik positif
antara lain vasodilatasi pembuluh darah paru dan sistemik. Cairan ini
bermanfaat untuk luka bakar karena dapat mengurangi edema pada luka
bakar, edema perifer dan mengurangi jumlah cairan yang dibutuhkan, c
ontohnya NaCl 3%
Laporan skenario A Page 12
Beberapa contoh cairan kristaloid :
a. Ringer Laktat (RL)
Larutan yang mengandung konsentrasi Natrium 130 mEq/L, Kalium 4
mEq/l, Klorida 109 mEq/l, Kalsium 3 mEq/l dan Laktat 28 mEq/L.
Laktat dimetabolisme menjadi piruvat kemudian dikonversi menjadi
CO2dan H2O (80% dikatalisis oleh enzim piruvat dehidrogenase) atau
glukosa (20% dikatalisis oleh piruvat karboksilase). Kedua proses ini
akan membentuk HCO3.Sejauh ini Ringer Laktat masih merupakan
terapi pilihan karena komposis ielektrolitnya lebih mendekati komposisi
elektrolit plasma. Cairan ini digunakan untuk mengatasi kehilangan
cairan ekstraseluler yang akut. Cairan ini diberikan pada dehidrasi berat
karena diare murni dan demam berdarah dengue. Pada keadaan syok,
dehidrasi atau DSS pemberiannya bisa diguyur.
b. Ringer Asetat
Cairan ini mengandung Natrium 130 mEq/l, Klorida 109 mEq/l, Kalium
4mEq/l, Kalsium 3 mEq/l dan Asetat 28 mEq/l. Cairan ini lebih cepat
mengoreksi keadaan asidosis metabolik dibandingkan Ringer Laktat,
karena asetat dimetabolisir di dalam otot, sedangkan laktat di dalam hati.
Asetat akan dimetabolisme menjadi bikarbonat dengan cara asetat
bergabung dengan ko-enzim A untuk membentuk asetilko-A., reaksi ini
dikatalisis oleh asetil ko-A sintetase dan mengkonsumsi ion hidrogen
dalam prosesnya. Cairan ini bisa mengganti pemakaian Ringer Laktat.
c. Glukosa 5%, 10% dan 20%
Larutan yang berisi Dextrosa 50 gr/liter , 100 gr/liter , 200 gr/liter.
Glukosa5% digunakan pada keadaan gagal jantung sedangkan Glukosa
10% dan 20% digunakan pada keadaan hipoglikemi , gagal ginjal akut
dengan anuria dan gagal ginjal akut dengan oliguria .
d. NaCl 0,9%
Cairan fisiologis ini terdiri dari 154 mEq/L Natrium dan 154 mEq/L
Klorida, yang digunakan sebagai cairan pengganti dan dianjurkan sebagai
awal untuk penatalaksanaan hipovolemia yang disertai dengan
hiponatremia, hipokloremia atau alkalosis metabolik. Cairan ini
digunakan pada demam berdarah dengue dan renjatan kardiogenik juga
Laporan skenario A Page 13
pada sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium seperti asidosis
diabetikum, insufisiensi adrenokortikal dan luka bakar. Pada anak dan
bayi sakit penggunaan NaCl biasanya dikombinasikan dengan cairan
lain, seperti NaCl 0,9% dengan Glukosa 5 %.
B. Cairan Koloid
Jenis-jenis cairan koloid adalah :
1. Albumin
Terdiri dari 2 jenis yaitu :
a. Albumin endogen.
Albumin endogen merupakan protein utama yang dihasilkan
dihasilkan di hati dengan BM antara 66.000 sampai dengan 69.000,
terdiri dari 584 asam amino. Albumin merupakan protein serum utama
dan berperan 80% terhadap tekanan onkotik plasma. Penurunan kadar
Albumin 50 % akan menurunkan tekanan onkotik plasmanya 1/3nya.
b. Albumin eksogen.
Albumin eksogen ada 2 jenis yaitu human serum albumin, albumin
eksogen yang diproduksi berasal dari serum manusia dan albumin
eksogen yang dimurnikan (Purified protein fraction) dibuat dari
plasma manusia yang dimurnikan. Albumin ini tersedia dengan kadar
5% atau 25% dalam garam fisiologis. Albumin 25% bila diberikan
intravaskuler akan meningkatkan isi intravaskuler mendekati 5x jumlah
yang diberikan. Hal ini disebabkan karena peningkatan tekanan onkotik
plasma. Peningkatan ini menyebabkan translokasi cairan intersisial ke
intravaskuler sepanjang jumlah cairan intersisial mencukupi.
c. HES (Hidroxy Ethyl Starch)
Senyawa kimia sintetis yang menyerupai glikogen. Cairan ini
mengandung partikel dengan BM beragam dan merupakan campuran
yang sangat heterogen. Tersedia dalam bentuk larutan 6% dalam garam
fisiologis. Tekanan onkotiknya adalah 30 mmHg dan osmolaritasnya
310 mosm/l. HES dibentuk darihidroksilasi aminopektin, salah satu
cabang polimer glukosa. Pada penelitian klinis dilaporkan bahwa HES
merupakan volume ekspander yang cukup efektif. Efek
intarvaskulernya dapat berlangsung 3-24 jam. Pengikatancairan
Laporan skenario A Page 14
intravasuler melebihi jumlah cairan yang diberikan oleh karena
tekananonkotiknya yang lebih tinggi. Komplikasi yang dijumpai adalah
adanya gangguan mekanisme pembekuan darah. Hal ini terjadi bila
dosisnya melebihi 20 ml/ kgBB/ hari.
d. Dextran
Campuran dari polimer glukosa dengan berbagai macam ukuran dan
berat molekul. Dihasilkan oleh bakteri Leucomostoc mesenteriodes
yang dikembangbiakkan di media sucrose. BM bervariasi dari
beberapa ribu sampai jutaan Dalton.Ada 2 jenis dextran yaitu dextran
40 dan 70. Dextran 70 mempunyai BM 70.000 (25.000-125.000).
sediaannya terdapat dalam konsentrasi 6% dalam garam fisiologis.
Dextran ini lebih lambat dieksresikan dibandingkan dextran 40. Oleh
karena itu dextran 70 lebih efektif sebagai volume ekspander dan
merupakan pilihan terbaik dibadingkan dengan dextran 40. Dextran 40
mempunyai BM 40.000 tersedia dalam konsentrasi 10% dalam garam
fisiologis atau glukosa 5%. Molekul kecil ini difiltrasi cepat oleh ginjal
dan dapat memberikan efek diuretik ringan. Sebagian kecil dapat
menembus membran kapiler dan masuk ke ruang intersisial dan
sebagian lagi melalui sistim limfatik kembali ke intravaskuler.
Pemberian dextran untuk resusitasi cairan pada syok dan kegawatan
menghasilkan perubahan hemodinamik berupa peningkatan transpor
oksigen. Cairan ini digunakan pada penyakit sindroma nefrotik dan
dengue syok sindrom. Komplikasi antara lain payah ginjal akut, reaksi
anafilaktik dan gangguan pembekuan darah.
e. Gelatin
Cairan ini banyak digunakan sebagai cairan resusitasi terutama pada
orang dewasa dan pada bencana alam. Terdapat 2 bentuk sediaan yaitu:
1) Modified Fluid Gelatin (MFG) 2) Urea Bridged Gelatin (UBG).
Kedua cairan ini punya BM 35.000. Kedua jenis gelatin ini punya efek
volume expander yang baik pada kegawatan. Komplikasi yang sering
terjadi adalah reaksi anafilaksis.
C. Cairan Kombinasi
1. KaEn 1 B (GZ 3 : 1)
Laporan skenario A Page 15
Larutan yang mengandung Natrium 38,5 mEq/L, Klorida 38,5
mEq/L.Dextrose 37,5 gr/L. Cairan ini digunakan sebagai cairan rumatan pada
penyakit bronkopneumonia, status asmatikus dan bronkiolitis.
2. Cairan 2a
Larutan yang terdiri dari glukosa 5% dan NaCl 0,9 % dengan perbandingan 1
:1 yang terdiri dari dextrosa monohidrat 55gr/L, dextrosa anhidrat 50 gr/L,
Natrium150 mmol/L dan klorida 150 mmol/L. Cairan ini digunakan pada
diare dengan komplikasi dan bronkopneumoni dengan komplikasi.
Sedangkan campuran glukosa10% dan NaCl 0,9 % dengan perbandingan 1:1
digunakan pada bronkopneumoni dengan dehidrasi oleh karena intake
kurang.
3. Cairan G:B 4:1
Larutan yang terdiri dari glukosa 5% dan Natrium Bikarbonat 1,5 % yang
merupakan campuran dari 500 cc. Glukosa 5% dan 25 cc Natriun Bikarbonat
8,4%. Cairan ini digunakan pada neonatus yang sakit.
4. Cairan DG
Cairan ini terdiri dari Natriun 61 mEq/L, Kalium 18mEq/L serta Laktat
27mEq/L dan Klorida 52 mEq/L serta Dextrosa 25 g/L. Cairan ini digunakan
pada diare dengan komplikasi.
5. Cairan Natrium Bicarbonat (Meylon)
Cairan ini mengandung natrium 25 mEq/25ml dan bicarbonat 25 mEq/25ml.
Cairan ini digunakan pada keadaan asidosis akibat defisit bicarbonat. Sediaan
dalam bentuk flakon sebanyak 25 ml dengan konsentrasi 8,4% ( 84 mg/ml)
6. Cairan RLD
Cairan yang terdiri dari I bagian Ringer laktat dan 1 bagian Glikosa 5% yang
bisa digunakan pada demam berdarah dengue.
7. Cairan G:Z 4:1
Cairan yang terdiri dari 4 bagian glukosa 5-10% dan 1 bagian NaCL 0,9%
yang bisa digunakan pada dehidrasi berat karena diare murni (Setyoahadi,
B. dkk. 2012)
Laporan skenario A Page 16
e. Apa jenis cairan resusitasi yang sebaiknya diberikan pada kasus ini?
Jawab :
Jenis cairan resusitasi yang sebaiknya diberikan pada kasus ini adalah
Cairan kristaloid, misalnya Ringer Laktat (RL) dan NaCl 0,9%. Ke mudian
cairan koloid seperti dextran.
f. Bagaimana cara resusitasi cairan bila vena sulit didapat?
Jawab :
Akses vena sulit didapat memberikan makna bahwa vena perifer dalam
keadaan kolaps sehingga diperlukan cara akses lain untuk memberikan
cairan pada Andar yaitu vena section atau intraosseus.
Sebaiknya diberikan cairan kristaloid yang isotonis atau yang sedikit
hipertonis. Cairan yang dapat dipakai: Ringer Laktat (RL); Glukose 5%
dalam half strength NACL 0,9%; RL-D5, dibuat dengan menambahkan
6,25 cc RL dengan 6,25 cc D40%; atau NaCl 0,9% : D10% ditambahkan
natrium bikarbonas 7,5% sebanyak 2 cc/kgBB.
Plasma/plasma ekspander. Diperlukan pada penderita renjatan berat atau
bila tidak segera mengalami perbaikan dengan cairan kristaloid diatas.
Bila dapat cepat disiapkan, diberikan sebagai pengganti cairan pertama
lalu setelah itu cairan pertama dilanjutkan lagi. Bila setelah pemberian
cairan pertama nilai hematokrit masih tinggi dan hitung trombosit masih
rendah. Dosis 10-20 cc/kgBB dalam 1-2 jam. Bila nadi/tekanan darah
masih jelek atau Ht masih tinggi, dapat ditambahkan plasma 10 cc/kgBB
setiap jam sampai total 40 cc/kgBB. Yang digunakan seperti Plasbumin
(human albumin 25%), Plasmanate (plasma protein fraction 5%),
plasmafuchsin, Dekstran L 40.
Dosis/kecepatan pemberian cairan kristaloid. Dosis yang biasa diberikan
ialah 20-40 cc/kgBB diberikan secepat mungkin dalam 1-2 jam. Untuk
renjatan yang tidak berat, cairan diberikan dengan kecepatan 20
cc/kgBB/jam dan dapat diulang hingga 2 kali, bahkan bila vena kolaps
dimana pemberian yang diharapkan tidak dapat dicapai, maka dapat
Laporan skenario A Page 17
diberikan dengan semprit secara cepat sebanyak 100-200 cc. Untuk
menentukan guyur tidaknya pemberian cairan, maka dilakukan
pengukuran central venous pressure (CVP/JVP) dengan pemasangan
kateter vena sentralis biasanya pada v. Basilica lengan kiri atau kanan,
apabila nilai kurang dari 5 maka cairan diguyur sampai nilai=5 dan
dipertahankan antara 5-8 cm H20.
1. Vena seksi
Vena seksi merupakan prosedur pembedahan gawat darurat untuk
mendapatkan akses pembuluh darah vena pada resusitasi penderita syok
hipovolemik.
Indikasi operasi: Penderita syok hipovolemik yang dengan cara non
pembedahan (perkutaneus) tidak bisa didapatkan akses vena untuk
resusitasi cairan.
Kontra indikasi operasi: Trombosis vena, koagulopati (PT atau PTT >
1.5 x kontrol)
Lokasi untuk akses vena pada anak:
Melalui kulit: vena perifer (dua kali pemasangan percobaan)
Melalui tulang (pada anak < 6 tahun)
Penyayatan vena (vena saphena pada pergelangan kaki)
1. Vena femoralis
2. Vena subclavia
3. Vena jugularis eksternal
4. Vena jugularis internal
2. Infus Intraosseus
Berdasarkan data penelitian pemasangan infus intravena perifer
membutuhkan waktu tercepat (rata-rata 3 menit). Akan tetapi angka
Laporan skenario A Page 18
kesuksesan pemasangan infus intravena perifer hanya 17%,
dibandingkan dengan metode intraosseous angka keberhasilannya
83%, metode venous cutdown (vena seksi) angka keberhasilan 81%,
dan 77% untuk akses vena central. Waktu yang dibutuhkan untuk
memasang intraosseous line 4,7 menit, bandingkan dengan vena
central yang 8,4 menit dan 12,7 menit pada vena seksi. Penelitian
pemasangan infus intraoseous menunjukkan bahwa infus intraoseous
aman dan efektif. Infus intraoseous cepat, amam, dan efektif pada
compromised neonates. Tindakan ini dapat dilakukan juga pada
pasien lebih besar yang dilakukan resusitasi dimana akses vaskuler
tidak bisa dilakukan.
INDIKASI
Akses vaskuler diperlukan segera untuk resusitasi dimana akses
vaskuler tidak bisa dilakukan atau terlambat bila dilakukan. Prosedur
ini sangat bermanfaat pada kondisi pasien anak yang mengalami henti
jantung. Kondisi lain yang membutuhkan tindakan ini antara lain :
shock, trauma, dehidrasi berat, status epileptikus, atau berbagai
kondisi yang membutuhkan pemberian cairan, obat-obatan, atau
tranfusi yang sifatnya segera.
KONTRA INDIKASI
Pada lokasi pemasangan intraosseous tidak boleh mengalami selulitis,
abses dan luka bakar. Fraktur tulang ipsilateral akan meningkatkan
resiko ekstravasasi yang mendorong terjadinya kompartemen sindrom
dan nonunion pada fraktur tulang. Kontra indikasi relatif pada
kegagalan pemasangan intraosseous pada tulang yang sama.
LOKASI
Tibia Proximal
Distal Tibia
Distal Femur
Laporan skenario A Page 19
g. Bagaimana prosedur resusitasi cairan, akses intraosseus?
Jawab :
Indikasi Intraosseus
Diperlukan segera untuk resusitasi jika akses vaskuler tidak bisa
dilakukan atau terlambat bila dilakukan. Prosedur ini sangat
bermanfaat pada kondisi pasien anak yang mengalami henti jantung.
Kondisi lain yang membutuhkan tindakan ini antara lain: shock,
trauma, dehidrasi berat, status epileptikus, atau berbagai kondisi yang
membutuhkan pemberian cairan, obat-obatan, atau tranfusi yang
sifatnya segera.
Kontra Indikasi
Pada lokasi pemasangan intraosseous tidak boleh mengalami selulitis,
abses dan luka bakar. Fraktur tulang ipsilateral akan meningkatkan
resiko ekstravasasi yang mendorong terjadinya kompartemen sindrom
dan nonunion pada fraktur tulang. Kontra indikasi relatif pada
kegagalan pemasangan intraosseous pada tulang yang sama.
Alat-alat yang dibutuhkan
Alat-alat yang diperlukan untuk pemasangan intraosseus antara lain:
1) Larutan povidone iodine
2) Anesthesia lokal
3) Lidocaine 1%
4) Jarum intraosseous
5) Syringe 5-10 ml
6) Infus set dan normal saline
7) Plester
8)Imobilisasi.
Persiapan Pasien
Berbagai persiapan pasien yang harus diperhatikan sebelum
pemasangan intraosseus antara lain:
1) Jelaskan ke pasien/keluarga pasien tentang resiko dan keuntungan
teknik ini.
Laporan skenario A Page 20
2) Informed Consent.
3) Tentukan lokasi dengan palpasi.
4) Bersihkan kulit dengan povidone iodine.
5) Infiltrasi lokal anesthesi ke dalam kulit, jaringan subkutan dan
jaringan periosteum diatas tulang yang akan ditusuk
Lokasi Pemasangan
Tibia proximal lokasi yang paling sering digunakan pada pasien anak.
Gambar 1 : Lokasi pemasangan intraosseus pada tibia proximal
Sumber : Blacka, 2010
Gambar. 2 Titik masuknya jarum intraosseus.Sumber : Blacka, 2010
Teknik Pemasangan
Teknik pemasangan intraosseus adalah sebagai berikut :
1) Periksa kelengkapan dan fungsi alat,
Laporan skenario A Page 21
2) Tentukan lokasi dan imobilisasi dengan tangan yang tidak dominan.
Gambar 3 : Stabilisasi extremitas(Sumber : Blacka, 2010)
3) Pegang jarum intraosseous dengan tangan yang dominan.
4) Masukkan jarum dengan cara tegak lurus atau sedikit angulasi 10o -
15o dari panjang tulang.
Gambar 4 : Posisi jarum 90 derajat saat dimasukkan(Sumber : Blacka, 2010)
5) Arah jarum selalu menjauhi growth plate untuk menghindari cidera.
6) Setelah menembus kulit dan jaringan subkutan, jarum akan kontak
dengan tulang. Untuk menembus koteks tulang jarum dimasukkan
dengan cara memutar.
Laporan skenario A Page 22
Gambar 5 : Posisi jarum yang tepat pada saat penusukan(Sumber : Blacka, 2010)
7) Setelah jarum masuk intraosseous hentikan untuk mencegah over
penetrasi.
8) Keluarkan stylet.
Gambar 6 : Cara mengeluarkan stylet
(Sumber : Blacka, 2010)
9) Aspirasi darah (mungkin tidak berhasil pada situasi resusitasi henti
Laporan skenario A Page 23
jantung) untuk meyakinkan lokasi jarum sudah benar.
Gambar 7 : Teknik aspirasi
(Sumber : Blacka, 2010)
10) Hubungkan dengan cairan infus yang sudah disiapkan
Gambar 8 : Jarum dihubungkan dengan cairan infus dengan tekanan
(Sumber : Blacka, 2010)
5. Bagaimana cara mendiagnosis kasus ini?
Jawab :
Anamnesa :
Keluhan utama :Kaki tangannya dingin seperti es, dan tidak BAK.
Sejak kapan terjadinya keluhan tersebut? Sejak 10 jam lalu.
Laporan skenario A Page 24
Apa keluhan tambahan Andar? Demam tinggi terus menerus sejak 3 hari
yang lalu dan panas turun disertai mimisan sejak 1 hari yang lalu.
Pemeriksaan fisik:
a) Keadaan umum: kesadaran apatis, TD tidak terukur, nadi filiformis,
frekuensi nafas: 44x/ menit, T: 36,1oC, rumpled leed (+)
b) Keadaan spesifik:
Kulit: kutis marmorata dan teraba dingin.
Ekstremitas : akral dingin, capillary refilled: > 3 detik
6. Apa diagnosis banding kasus ini?
Jawab :
Gejala Klinis Demam Dengue Demam
Berdarah
Dengue
Dengue Shock
Syndrome
Kesadaran
Menurun
- - +
Petekie + + +
Syok - - +
Uji torniquet
positif
+ + +
Epitaksis - + +
Demam + + +
Diagnosa banding DBD WHO pada Asia Tenggara memiliki perbedaan
karena dikhususkan untuk Asia Tenggara Menurut WHO SEARO (2011),
diagnosa banding yang dikhususkan untuk Asia Tenggara adalah:
a. Arboviruses : Chikungunya virus
b. Penyakit virus lainnya : Measles; rubella dan viral exanthems lainnya;
Epstein-Barr Virus (EBV); enteroviruses; influenza; hepatitis A;
Hantavirus.
c. Penyakit bakteri : Meningococcaemia, leptospirosis, typhoid,
meliodosis, penyakit rickettsia, demam scarlet.
Laporan skenario A Page 25
d. Penyakit parasit : Malaria.
7. Apa diagnosis pasti pada kasus ini?
Jawab :
Syok Hipovolemik et causa suspect Dengue Shock Syndrome
8. Apa pemeriksaan penunjang yang diperlukan?
Jawab :
1. Pemeriksaan Darah Rutin
2. Kimia Darah
3. Pemeriksaan Hemostasis
4. Uji diagnostik: Isolasi Virus
(Khie, 2009)
9. Bagaimana penatalaksanaan kasus ini?
Jawab :
Gambar. 1 Tatalaksana kasus DBD derajat III dan IV
Sumber: IDAI, 2012
Laporan skenario A Page 26
Tatalaksana syok perlu dilakukan secara agresif dan simultan mulai dari
ABC hingga resusitasi cairan untuk meningkatkan preload yang diberikan
secara cepat dan kurang dari sepuluh menit. Resusitasi cairan paling baik
dilakukan pada tahap syok hipovolemik kompensasi, sehingga mencegah
terjadinya syok dekompensasi dan ireversibel. Cairan kristaloid diberikan 10-
30ml/kgBB/6-10 menit kemudian lihat tekanan darah apabila tekanan darah
masih rendah (hipotensi) ulangi pemberian cairan kristaloid apabila
normotensi diberikan tetesan rumatan kemudian dilakukan pemeriksaan urin
apabila didapati >1ml/kgBB/jam maka diberikan tetesan rumatan, apabila
10mmHg berarti terdapat disfungsi miokard atau penurunan kontraktilitas
ventrikel kanan, peningkatan resistensi vaskular paru (afterload ventrikel
kanan) atau syok kardiogenik sehingga diperlukan pemberian obat-obatan
resusitasi seperti epinefrin, sodium bikarbonat, dopamin, glukosa, kalsium
klorida, atropin, atau dobutamin.
10. Apa komplikasi pada kasus?
Jawab :
Komplikasi yang dapat timbul adalah
Kematian
Enselopati Dengue
Efusi Pleura
Asites
Bronkopneumonia (Hadinegoro, 2004).
11. Apa prognosis pada kasus?
Jawab :
Prognosis demam dengue berhubungan dengan antibodi yang didapat atau
infeksi awal dengan virus yang menyebabkan terjadinya DBD Keparahan
terlihat dari usia, dan infeksi awal terhadap serotipe dengue virus yang lain
sehingga dapat mengakibatkan komplikasi hemorhagik yang parah. Prognosis
di tentukan juga oleh lamanya penanganan terhadap terjadinya syok pada
Laporan skenario A Page 27
sindroma syok dengue (SSD). Prognosis baik jika diatasi maksimal 90 menit.
Prognosis akan terlihat buruk jika melebihi 90 menit.
12. Berapa kompetensi dokter layanan primer pada kasus?
Jawab :
13. Bagaimana pandangan islam pada kasus ini?
Jawab :
Kematian adalah suatu kepastian, seperti halnya pergantian siang dan
malam.” Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan
siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan
Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup . Dan Engkau beri rezki siapa
yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas).”(QS.Ali Imran:27). Sehingga
kematian tidaklah pantas untuk ditakuti. Adanya kematian bukanlah akhir dari
kehidupan , namun menjadi pintu untuk kehidupan selanjutnya bagi yang
meninggal dan nasihat bagi kita yang masih hidup . Nasihat agar lebih
menghargai kehidupan.
Laporan skenario A Page 28
1.4 Kesimpulan
Andar, anak laki-laki berusia 7 tahun mengalami syok hipovolemik et causa
suspect Dengue Shock Syndrome
1.5 Kerangka Konsep
Laporan skenario A Page 29
Viral dengue masuk ke aliran darah
Trombositopenia
Kebocoran Plasma
Cairan intrasel berpindah ke
Ekstrasel
Syok Hipovolemik
Resusitasi Cairan
Akses vena sulit didapat
Intraosseus
vaskulopati
Perdarahan Cutis Mrmorata